PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN

advertisement
PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS
SUMATERA DI KECAMATAN TEGINENENG
KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
Anggun Tri Mulyani
1212011040
JURNAL ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN
TOL TRANS SUMATERA DI KECAMATAN TEGINENENG
KABUPATEN PESAWARAN
Anggun Tri Mulyani, Dr. Fx, Sumarja, S.H, M.Hum., Upik Hamidah, S.H, M.H.
Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Lampung
Jalan Turi Raya Gg Tapis Batang Wangi, Bandar Lampung
e-mail: [email protected]
Abstrak: Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 menyatakan bahwa jalan tol merupakan
salah satu objek pelepasan hak untuk kepentingan pembangunan. Proses pelepasan hak berdasarkan
undang-undang ini dapat dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
penyerahan hasil. Di Kecamatan Tegineneng sendiri terkena perluasan sepanjang 5.600 Km dengan
luas 1.956.800 M2. Dalam pelaksanaan kegiatan pelepasan hak di Kecamatan Tegineneng Kabupaten
Pesawaran ini masih kurang efisien terutama dalam hal penilaian ganti kerugian dikarenakan harga
yang di tetapkan dianggap tidak sesuai dengan harga pasaran.. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: a. Bagaimanakah pelepasan hak atas tanah untuk kepentingan umum Jalan Tol Trans
Sumatera di Kecamatan Tegineneng? Serta b. Bagaimanakah dampak hukum dari perubahan data
fisik dalam hal pelepasan hak untuk kepentingan umum? Pendekatan masalah yang digunakan adalah
pendekatan secara normatif dan empiris dan data yang digunakan adalah data primer, data sekunder,
dan data tersier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan
jalan tol trans sumatera Kecamatan Tegineneng ini melewati 6 desa dengan luas 1.956.800 m2 dan
panjang 5.600 km. Mekanisme pelepasan hak atas tanah ini didahului dengan Persetujuan Penetapan
Lokasi Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Tegineneng oleh Gubernur melalui Surat
Keputusan No G/214/III.09/HK/2015, kemudian keluar Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
No 68/Kep-18.300/V/2015 prihal penugasan Kepala Kantor Pertanahan Kabupten Pesawaran Sebagai
Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. Tahap- tahap proses pelepasan hak ini melalui 8 tahapan yaitu:
sosialisasi, pematokan, pengukuran, pengumuman hasil ukur, musyawarah harga, pembayaran ganti
kerugian, pelepasan hak, dan sertifikasi. Mengenai pemberian ganti kerugian ini dasarkan pada nilai
jual tertinggi pasar dengan harga tanah 400 rb per meter, dan bangunan 1 juta per meter, usaha diberi
ganti kerugian 125 juta dan biaya pindah 7 juta rupiah. Terhadap dampak hukum di Kecamatan
Tegineneng ini hanya terjadi perubahan data yuridis dimana status hak menjadi milik Negara,
pengurusan perubahan data yuridis ini dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran, dan
mengenai sisa bidang tanah dari 6 desa yang terkena perluasan untuk pembangunan jalan tol ini tidak
terdapat sisa bidang tanah, semua diberi ganti kerugian oleh Negara.
Kata Kunci: Pelepasan Hak Atas Tanah, Kepentingan Umum, Pembangunan Jalan Tol Trans
Sumatera
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang
sangat penting karena sebagian besar dari
kehidupannya bergantung pada tanah, dalam suasana
pembangunan sekarang ini kebutuhan akan tanah
semakin meningkat. Tanah pada dasarnya memiliki 2
arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
yaitu sebagai social aset dan capital aset. Tanah
sebagai social aset adalah sebagai sarana pengikat
kesatuan di kalangan lingukan sosial untuk kehidupan
dan hidup, sedangan capital aset adalah sebagai modal
dalam pembangunan dan telah tumbuh sebagai benda
ekonomi yang sangat penting sekaligus sebagai bahan
perniagaan
dan
objek
spekulasi.1
Kegiatan
pembangunan terutama pembangunan di bidang
materiil baik di kota maupun di desa banyak sekali
memerlukan tanah sebagai tempat penampungan
kegiatan pembangunan. Antara lain: pembangunan
jalan, waduk, rumah sakit, pelabuhan, bandar udara,
stasiun kereta api, tempat peribadatan, pendidikan atau
sekolah dan lain sebagainya. Secara formal,
kewenangan pemerintah untuk mengatur bidang
pertanahan tumbuh dan berakar dari Pasal 33 ayat (3)
UUD 1945 yang berbunyi bahwa: “bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara untuk pergunakan bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat”. Kemudian dituntaskan secara
kokoh didalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA).2
Berdasarkan Pasal 2 UUPA dan penjelasannya
tersebut, menurut konsep UUPA, pengertian
“dikuasai” oleh Negara bukan berarti “dimiliki”,
melainkan hak yang memberi wewenang kepada
Negara untuk menguasai hal-hal yang dimaksud dalam
pasal tersebut.3 Konsep hak menguasai Negara di
dalam pertimbangan hukum putusan Mahkamah
Konstitusi perkara Undang-Undang Migas, UndangUndang Ketenagalistrikan, dan Undang-Undang
Sumber Daya Alam dinyatakan bahwa “Hak
menguasai negara/HMN” bukan dalam makna Negara
memiliki, tetapi dalam pengertian bahwa Negara
berhak merumuskan kebijakan (bleid), melakukan
pengaturan (bestuurdaad), melakukan pengelolaan
(beheerdaad),
dan
melakukan
pengawasan
1
Achmad Rubaie , Hukum Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum, Bayumedia, Malang, 2007, hlm 1
2
Muhammad Yamin, Abdul Rahim Lubis, Hukum
Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Cetakan I, 2008, hlm 19
3
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah
Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan
Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, hlm. 234
(toezichtthoundendaad).4 Melalui hak menguasai dari
negara inilah maka negara selaku badan penguasa akan
dapat senantiasa mengendalikan atau mengarahkan
pengelolaan fungsi bumi, air dan ruang akasa serta
kekayaan alam yang terkandung didalamnya sesuai
dengan peraturan dan kebijakan yang ada, yaitu dalam
lingkup penguasaan secara yuridis yang beraspek
publik.5
Ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari
bumi, yang disebut permukaan bumi. Tanah yang
dimaksud disini bukan mengatur tanah dalam segala
aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu
aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang
disebut hak. Hak dasar dari setiap orang adalah
kepemilikan atas tanah. Jaminan mengenai tanah ini
dipertegas dengan diterbitkannya Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2005, tentang Pengesahan
International Convenant on Economic, Social and
Cultural Rights (Konvonen Internasional tentang HakHak Ekonomi, Sosial dan Budaya).6 Hierarki hak-hak
penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional,
adalah:
a.
b.
c.
d.
Hak bangsa Indonesia atas tanah;
Hak menguasai dari negara atas tanah;
Hak ulayat masyarakat hukum adat; dan
Hak perseorangan atau tanah, meliputi:
a) Hak-hak atas tanah
b) Wakaf tanah hak milik
c) Hak
jaminan
atas
tanah
tanggungan).7
(hak
UUPA meletakkan dasar atau asas dalam ketentuan
Pasal 6 yang menyatakan bahwa: “semua hak atas
tanah mempunyai fungsi sosial”. Artinya, semua hak
atas tanah apapun pada seseorang tidak boleh sematamata digunakan untuk kepentingan pribadinya, tetapi
penggunaannya harus juga memberikan manfaat bagi
kepentingan dirinya, masyarakat dan negara, namun
hal ini tidak berarti bahwa kepentingan perseorangan
akan terdesak oleh kepentingan umum (masyarakat).
Kepentingan
masyarakat
dan
kepentingan
perseorangan harus saling mengimbangi, hingga dapat
tercapai ketertiban dan kesejahteraan seluruh rakyat.
Dijelaskan pula pada Pasal 18 yang menyatakan bahwa
“untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan
bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari
rakyat, hak-hak atas tanah dicabut dengan memberi
4
Fx Sumarja , Politik Hukum Larangan Kepemilikan Tanah
Hak Milik Oleh Orang Asing Untuk mel Melindungi HakHak Atas Tanah Warga Negara Indonesia, Disertasi, s2015,
hlm. 202
5
Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara
(Prdigma Baru Untuk Reformasi Agraria), Yogyakarta:
Citra Media, 2007, hlm. 5
6
Maria S.W. Sumardjono, Tanah Dalam Perespektif Hak
Ekonomi, sosial dan Budaya, Hukum Kompas, Jakarta,
2008, hlm 7
7
Santoso Urip, Hukum Agraria Kajian Komperhensif,
Jakarta : Kencana, 2012, hlm. 11
ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang
diatur dengan Undang-undang”.8
Tanah merupakan salah satu sarana yang amat penting
untuk melaksanakan proyek-proyek pembangunan, dan
masalah pengadaan tanah untuk kebutuhan tersebut
tidaklah mudah untuk dipecahkan karena dengan
semakin meningkatnya pembangunan, kebutuhan akan
tanah semakin meningkat pula sedangkan persediaan
tanah sangat terbatas, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pengadaan tanah untuk
kebutuhan proyek-proyek pembangunan, adalah:
a. Pengadaan tanah untuk proyek-proyek
pembangunan harus memenuhi syarat tata
ruang dan tata guna tanah
b. Pembangunan
tanah
tidak
boleh
mengakibatkan kerusakan atau pencemaran
terhadap kelestarian alam dan lingkungan.
c. Penggunaan
tanah
tidak
boleh
mengakibatkan kerugian masyarakat dan
kepentingan pembangunan .9
Proses Pengadaan tanah untuk kepentingan umum
berdasarkan UU Nomor. 2 Tahun 2012 Pasal 13
diselenggarakan melalui tahapan: Perencanaan,
Persiapan, Pelaksanaan, dan Penyerahan hasil dan
dibantu oleh panitia pengadaan tanah. Di kecamatan
Tegineneng sendiri dikenakan perluasan untuk
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ini seluas 30
km sampai dengan Bandar Jaya. Pelaksanaan jalan tol
trans sumatera ini dibagi dalam 8 tahapan yaitu,
sosialisasi pembangunan untuk kepentingan umum,
pengukuran, pematokan, pengumuman hasil ukur,
musyawarah ganti kerugian, pembayaran ganti
kerugian, pelepasan hak, dan sertifikasi. Namum,
dalam pelaksanaannya banyak menimbulkan konflik
dan hambatan di berbagai bidang, salah satunya adalah
masalah mengenai biaya ganti kerugian. Masalah ganti
kerugian sangat penting dan sensitif karena
didalamnya terdapat dua kepentingan yaitu
kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat
sehingga diperlukan suatu pendekatan yang dapat
dimengerti dan diterima oleh kedua belah pihak.
Pemberian ganti kerugian di Kecamatan Tegineneng
ini melakukan 2 kali musyawarah, yang dilakukan oleh
masyarakat setempat dengan Panitia Pelepasan Hak
Atas Tanah untuk kepentingan umum yaitu tim
apprasial, musyawarah ganti kerugian ini dilaksanakan
di balai Kecamatan Tegineneng kelurahan Bumi
Agung Masgar. Musyawarah penetapan ganti kerugian
yang pertama ini tidak memiliki titik terang karena
warga masih banyak yang tidak sepakat dengan harga
yang diberikan oleh panitia penilai, ketidaksepakatan
ini dipicu karena warga memprotes besaran ganti
kerugian yang tidak sesuai dengan harga pasaran
8
Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-Undang Pokok
Agraria, Bandung : Alumni, 1984, hlm. 11
9
I Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, Jakarta :
Rineka Cipta, hlm. 11
maupun NJOP, warga juga masih kurang memahami
mengenai proses ganti kerugian, karena hal-hal ini lah
para warga sepakat bersama kepala desa untuk
bermusyawarah kembali dengan tim penilai mengenai
besaran ganti kerugian yang layak bagi para warga
yang terkena pembebasan lahan untuk kepentingan
umum ini beserta hal-hal lain seperti penjelasan yang
lebih akurat mengenai penilaian ganti kerugian.
Selanjutnya, pada Tanggal 11 November 2015
diadakan musyawarah kembali atas permintaan
masyarakat antara masyarakat kepala desa dan tim
penila, dalam musyawarah ini tim penilai berdiskusi
mengenai hal-hal yang tidak diketahui oleh masyarakat
dan akhirnya mencapai kata sepakat dengan besaran
ganti kerugian berdasarkan nilai jual pasar tertinggi di
Kecamatan Tegineneng dan bentuk ganti kerugiannya
yaitu berupa uang tunai, pencairan dana ganti kerugian
ini diberikaan pada Tanggal 22 Desember 2015 untuk
Desa Bumi Agung dengan harga untuk tanah sendiri
dihargai sebesar 400 ribu per meter, bagi masyarakat
yang memliki bangunan diatas tanah yang terkena
pelepasan untuk jalan tol bangunannya dihargai
sebesar 1 juta per meter, untuk masyarakat yang
memliki usaha sebelumnya diberi penggantian usaha
tersebut sebesar 125 juta, sedangkan biaya pindah bagi
masyarakat yang terkena perluasan jalan tol ini di beri
uang pindah sebesar 7 juta rupiah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Pelepasan
Hak Atas Tanah Dalam Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum tersebut, dalam bentuk analisis
yang peneliti tuangkan dalam bentuk skripsi dengan
judul: Pelepasan Hak Atas Tanah Untuk
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Di
Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas
dalam latar belakang, maka permasalahan yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakah pelepasan hak atas tanah untuk
kepentingan umum Jalan Tol Trans Sumatera di
Kecamatan Tegineneng ?
b. Bagaimanakah dampak hukum dari perubahan
data fisik dalam hal pelepasan hak untuk
kepentingan umum ?
METODE PENELITIAN
1.1. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian ini akan
dilakukan secara normatif dan empiris.
2.1.1. Pendekatan secara Normatif
Pendekatan secara normatif merupakan
pendekatan hukum yang dilakukan dengan
cara meneliti bahan pustaka atau data
2.1.2.
sekunder. Pendekatan normatif dimaksudkan
untuk mempelajari peraturan perundangundangan yang berlaku, asas-asas hukum,
teori-teori hukum, dan kaidah hukum lainnya
yang berhubungan dengan skripsi ini.
Pendekatan secara Empiris
Pendekatan secara empiris merupakan suatu
pendekatan yang dilakukan di lapangan
dengan mengumpulkan informasi-informasi
dengan cara observasi atau wawancara dengan
informan dan responden yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini.
Tanah
Bagi
Pembangunan
Untuk
Kepentingan Umum yang telah dirubah
beberapakali menjadi Peraturan Presiden
Nomor 30 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Ketiga Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum, Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pengadaan Tanah, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 100 Tahun
2014 Tentang Percepatan Pembangunan
Jalan Tol Di Sumatera.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan
yang bersumber dari literatur –literatur
dalam hukum agraria atau hukum
pertanahan.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum
penunjang yang bersumber dari kamus
hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Majalah, Surat Kabar, dan Jurnal
Penelitian Hukum serta bagan lainnya
yang bersumber dari internet.
2.2. Sumber Data
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis
sumber data yaitu:
2.2.1. Data primer
Data primer adalah data yang relevan dengan
pemecahan masalah atau pembahasan yang
didapat dari sumber utama yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti dan dikumpulkan
langsung dari obyek penelitian.
Teknik pengumpulan data primer yang
digunakan adalah yang diperoleh langsung
dari sumber pertama, yaitu data yang diperoleh
dari hasil penelitian di lapangan secara
langsung pada objek penelitian yang dilakukan
dengan cara observasi dan wawancara yang
dilakukan di Kantor Badan Pertanahan
Kabupaten
Pesawaran,
Kepala
camat
Kecamatan Tegineneng, serta masyarakat yang
terlibat langsung dalam penguasaan tanah.
2.2.2.
Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh
melalui kepustakaan dengan menelaah bukubuku literature, undang-undang, brosur atau
tulisan yang ada kaitannya dengan masalah
yang akan diteliti. Pengumpulan data sekunder
dilakukan dengan cara mengadakan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan dengan
maksud untuk memperoleh arah pemikiran dan
tujuan penelitian yang dilakukan dengan cara
membaca, mempelajari, mengutip, dan
menelaah litelatur-litelatur yang menunjang
peraturan perundang-undangan serta bahanbahan bacaan lainnya yang mempunyai
hubungan dengan permasalahan yang akan
dibahas. Sumber dari data primer dan
sekunder adalah:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan
yang bersumber dari Undang-Undang No.
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang
No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum,
Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012
tentang
Penyelenggaraan
Pengadaan
2.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data
2.3.1.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Studi lapangan
Dilakukan untuk memperoleh data primer
dengan menggunakan metode wawancara
secara langsung terhadap responden yang telah
ditentukan dengan mengajukan pertanyaan
beberapa pertanyaan, wawancara tersebut
dilalkukan dengan Kepala Badan Pertanahan
Kabupaten Pesawaran, Tim Penilai pengadaan
tanah Kabupaten Pesawaran, Kepala Camat
Kecamatan Tegineneng, dan warga yang
terlibat dalam penguasaan tanah.
b. Studi kepustakaan
Dilakukan untuk memperoleh data sekunder
dengan membaca, mencatat, mengutip, dan
menelaah sumber-sumber seperti undangundang yang relevan dengan masalah
penelitian ini, buku literatur terkait skripsi,
serta tulisan lainnya yang masih relevan
terhadap penelitian ini.
2.3.2.
Pengolahan Data
Pengolahan data yang diperoleh digunakan untuk
menganilisis permasalahan yang diteliti. Pengolahan
data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara
:
a. Pemeriksaan
data,
yaitu
melakukan
pemeriksaan data yang terkumpul apakah data
yang diperoleh sudah lengkap, sudah cukup
benar dan sesuai dengan permasalahan.
b. Klasifikasi data, yaitu dilakukan dengan cara
mengelompokkan data sesuai dengan bidang
pokok bahasan agar memudahkan dalam
menganalisis.
c. Penyusunan data, yaitu dilakukan dengan cara
menyusun dan menempatkan data pada tiaptiap pokok bahasan dengan susunan yang
sistematis sehingga memudahkan dalam
pembahasannya.
2.4.
Analisis Data
Proses analisis data adalah usaha untuk menjawab atas
pertanyaan prihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh
dari suatu penelitian pendahuluan. Dalam proses
analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif
yakni rangkaian data yang telah disusun secara
sistematik menurut klasifikasinya dengan memberi arti
terhadap data tersebut menurut kenyataan yang
diperoleh dilapangan dan disusun dalam uraian
kalimat-kalimat sehingga menjadi benar-benar
merupakan jawaban dari permasalahan yang ada.
Kemudian disusun suatu kesimpulan atas dasar
jawaban tersebut dan selanjutnya disusun saran-saran
untuk perbaikan atas permasalahan yang dihadapi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
3.1.1.
a. Utara : berbatasan dengan Kecamatan
Kalirejo, Kecamatan Bangunrejo, Kecamatan
Bumi Ratu Nuban, Kecamatan Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah;
b. Selatan : berbatasan dengan Teluk Lampung
Kecamatan Kelumbayan dan Kecamatan
Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus;
c. Timur : berbatasan dengan Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan
Kemiling dan Kecamatan Teluk Betung Barat
Kota Bandar Lampung;
d. Barat :
berbatasan
dengan
Kecamatan
Adiluwih, Sukoharjo, Gadingrejo, dan
Pardasuka, Kabupaten Pringsewu.
Sejarah dan Keadaan Geografis Kabupaten
Pesawaran
Kabupaten Pesawaran adalah salah satu kabupaten di
Provinsi Lampung, Indonesia. Kabupaten ini
diresmikan pada tanggal 2 November 2007
berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007
tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran, semula
kabupaten ini merupakan bagian dari Kabupaten
Lampung Selatan, daerah ini kaya akan sumberdaya
alam pertanian, perkebunan dan kehutanan secara
umum memiliki iklim hujan tropis sebagaimana iklim
Provinsi Lampung pada umumnya, curah hujan per
tahun berkisar antara 2.264 mm sampai dengan
2.868 mm dan hari hujan antara 90 sampai dengan 176
hari/tahun. Arus angin di Kabupaten Pesawaran
bertiup dari Samudra Indonesia dengan kecepatan ratarata 70 km/hari atau 5,83 km/jam, sedangkan
temperatur udara berkisar antara 26 °C sampai dengan
29 °C dan suhu rata-ratanya adalah 28 °C.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 tahun 2007
tentang pembentukan Kabupaten Pesawaran di
Provinsi Lampung, maka wilayah administrasi
Kabupaten Pesawaran mempunyai batas-batas sebagai
berikut:
Kabupaten Pesawaran telah mengalami perubahan
akibat adanya pemekaran dengan ketambahan 4
kecamatan sehingga total menjadi 11 kecamatan yaitu:
a. Gedong Tataan
b. Kedondong
c. Negeri Katon
d. Padang Cermin
e. Punduh Pidada
f. Tegineneng
g. Way Lima
h. Way Khilau
i. Marga Punduh
j. Teluk Pandan
k. Way Ratai10
3.1.2.
Kecamatan Tegineneng
Tegineneng adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Pesawaran, Lampung, Indonesia. Kecamatan ini
tadinya merupakan kecamatan dari Kabupaten
Lampung Selatan. Kecamatan ini juga dilalui oleh
Jalan Raya Lintas Sumatera.11 Desa yang terkena
perluasan Jalan Tol Trans Sumatera ini ada 6 yaitu :
a. Desa Batanghari Ogan
b. Desa Gunung Sugih Baru
c. Desa Bumi Agung
d. Desa Kota Agung
e. Desa Negara Ratu Wates
f. Desa Rejo Agung
6 Desa tersebut yang terkena perluasan Jalan Tol Trans
Sumatera ini memeiliki panjang yaitu 5,600 Km dan
Luas 1.956.800 m2, dengan jumlah keluarga (KK)
yang terkena pelepasan hak untuk Desa Gunung Sugih
Baru sekitar 30 KK, Desa Bumi agung 17 KK, Desa
Kota Agung sebanyak 12 KK, Desa Negara Ratu
Wates 27 KK, Desa Rejo Agung 176 KK, dan Desa
Batanghari Ogan sebanyak 136 KK, dimana dari
semua desa ini terdapat 4 bidang tanah tanah instansi
pemerintah yaitu di Desa Batanghari Ogan terdapat 2
Sekolah Menengah Kejuruan dan 1 Sekolah Dasar, dan
Desa Gunung Sugih Baru terdapat 1 tanah
pemakaman. Untuk status tanah secara keseuruhan dari
10
11
Wikipedia Kabupaten Pesawaran
Wikipedia Kecamatan Tegineneng
6 desa tersebut mayoritas hak milik dengan alat bukti
diantaranya ada yang bersertifikat, ada yang
berdasarkan surat hibah, dan yang paling banyak
merupakan akta jual beli.12
3.2. Pelepasan
Hak
Untuk
Kepentingan
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
Bakauheni – Terbanggi Besar
3.2.1.
3.1.3.
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
(Bakauheni – Terbanggi Besar) Ruas
Tegineneng
Jalan Tol Trans Sumatera adalah sebuah jalan tol
sepanjang 2.818 km menghubungkan Lampung dengan
Aceh di Pulau Sumatera. Jalan Tol ini di mulai pada
tahun 2012 yang diperkirakan akan menelan dana
sebesar Rp. 150 Triliun, pada 20 Februari 2012
Menteri Badan Usaha Milik Negara mengadakan
pertemuan dengan para Gubernur di Griya Agung,
Palembang Sumatera Selatan. Dalam pertemuan
tersebut
membahas
mengenai
percepatan
pembangunan jalan tol di Sumatera, pertemuan ini juga
dihadiri oleh Deputi Kementrian BUMN bidang
Infrastruktur, Direktur Utama PT Jasa Marga, dan
Direktur Pengembangan Usaha Jasa Marga.
Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar sepanjang
140,41 km yang sedang dalam tahap pembangunan dan
rutenya dimulai dari Pelabuhan Bakauheni (Lampung
Selatan) hingga Terbanggi Besar (Lampung Tengah).
Peresmian pembangunan Jalan Tol ini dilakukan pada
tanggal 30 April 2015 oleh Presiden Jokowi.
Pembanguan jalan tol ini dilakukan oleh konsorsium
BUMN, yakni PT Hutama Karya (Persero) sebagai
Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dan pimpinan proyek,
kemudian PT Pembangunan Perumahan (PP), PT
Waskita Karya, PT Wijaya Karya, serta PT Adhi
Karya melalui skema penugasan, pembangunan jalan
tol ini direncanakan akan selesai sebelum Asian
Games 2018. Pembangunan jalan tol sepanjang 140
km dengan luas 120 m akan membebaskan lahan
warga seluas 2.100 ha, pembangunan jalan tol ini
melintasi 3 Kabupaten, 18 Kecamatan, serta 70 Desa,
yakni Kabupaten Lampung Selatan 13 Kecamatan dan
30 Desa, Kabupaten Pesawaran 1 Kecamatan dan 6
Desa, Kabupaten Lampung Tengah 4 Kecamatan dan
14 Desa.13 Untuk Kecamatan Tegineneng Kabupaten
Pesawaran sendiri akan membebaskan lahan dengan
panjang 5.600 km dan luas sebesar 1.956.800 m2 yang
melintasi 6 desa dari 16 desa yang terdapat di
Kecamatan Tegineneng, yaitu Desa Batanghari Ogan,
Desa Kota Agung, Desa Bumi Agung, Desa Negara
Ratu Wates, Desa Gunung Sugih Baru, dan Desa Rejo
Agung.
12
wawancara sekretariat Kepala Kantor Badan Pertanahan
Kabupaten Pesawaran selaku Panitia Pengadaan Tanah Jalan
Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng.
13
Wikipedia Jalan Tol Bakauheni-Bandar LampungTebanggi Besar
Pembentukan Panitia Pelepasan Hak Atas
Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol
Bakauheni – Terbanggi Besar
Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Trans
Sumatera dimulai sejak tanggal 21 April 2015, yaitu
sejak disetujuinya penetapan lokasi berdasarkan Surat
Keputusan
Gubernur
Lampung
Nomor
G/214/III.09/HK/2015 tentang Penetapan Lokasi
Pembangunan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar II
(Ruas Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan 110
+ 300 km) tertanggal 21 April 2015. Dilanjutkan
dengan penunjukkan penugasan kepada Kepala Kantor
Badan Pertanahan Kabupaten Pesawaran sebagai
ketua pelaksana Pengadaan Tanah Pada Tanggal 21
Mei 2015 dengan Surat Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi
Lampung Nomor 68/Kep-18.300/V/2015 tentang
Penugasan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Pesawaran Sebagai Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran
sebagai ketua pelaksana pengadaan tanah bertugas
melaksanakan tahapan pengadaan tanah dan
memebentuk Tim Satuan Tugas A dan Tim Satuan
Tugas B.
Tim Satuan Tugas A dan Tim Satuan Tugas B
dibentuk oleh Kepala Kantor Pertanahan berdasarkan
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Pesawaran Nomor 002/Kep-300/V/2015 tentang
Satuan Tugas Pelaksana Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar
II (Ruas Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan
110 + 300 km) tertanggal 05 Juni 2015. Selanjutnya,
sesuai dengan Keputusan Kepala Kantor wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Nomor
68/Kep-18.300/V/2015 untuk membantu kinerja badan
pertanahan maka diperlukan satuan tugas pendukung
guna membantu dalam proses pengadaan tanah untuk
pembangunan jalan tol ini, sehingga dikeluarkan Surat
Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Pesawaran Nomor 004/Kep.300/V/2015 pada tanggal
01 Juli 2015 tentang Satuan Tugas Pendukung
Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol
Bakauheni-Terbanggi Besar II (Ruas Tegineneng STA
104 + 700 Sampai Dengan 110 + 300 km). Terakhir
Kepala Kantor pertanahan mengeluarkan surat
Keputusan Nomor 005/Kep-3/VII/2015 tentang
Perubahan Susunan Keanggotaan Pelaksana dan
Sekretariat Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan
Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II (Ruas
Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan 110 + 300
km) pada tanggal 25 Juli 2015. Susunan keanggotaan
pelaksanaan pengadaan tanah Jalan Tol Bakauheni –
Terbanggi Besar II. Secara rinci dapat diperhatikan
pada tabel 1 mengenai susunan keanggotaan pelaksana
pengadaan tanah berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran Nomor
005/Kep-3/VII/2015:
Tabel 1
Susunan Keanggotaan Pelaksana Pengadaan Tanah
Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II
No
Kedudukan
Dinas
Dalam
Kedudukan
Dalam Tim
1.
Kepala
Pertanahan
Kabupaten
Pesawaran
Kantor
Ketua
2.
Sekretaris
Daerah
Kabupaten
Pesawaran
Asisten 1 Bidang
Pemerintahan
Sekretariat
Daerh
Kabupaten
Pesawaran
Anggota
4.
Kepala
Bagian
Pertanahan
Biro
Tapum
Setdaprov
Lampung
Anggota
5.
Kepala Bagian Tata
Pemerintahan
Setdakab Pesawaran
Anggota
6.
PPK
Pengadaan
Lahan Jalan Tol
Anggota
7.
Camat Tegineneng
Anggota
8.
Kapolsek
Tegineneng
Anggota
9.
Danramil Natar
Anggota
10.
Kepala Seksi Hak
Tanah
dan
Pendaftaran Tanah
BPN Pesawaran
Anggota
Kepala Sub Bagian
Inventarisasi
Biro
Tapum
Setdaprov
Lampung
Anggota
3.
11.
14.
Kepala Sub Seksi
Pengaturan Tanah
Sekretaris
Merangkap
Anggota
Sumber : Data Primer, tahun 2015 diolah.
Selain susunan keanggotaan dalam tabel 1 tersebut
dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Pesawaran Nomor 005/Kep-300/VII/2015,
tertanggal 25 Juli 2015 diatur pula mengenai
sekretariat pengadaan tanah serta kewenangan masingmasing anggota. Sekretariat sendiri terdiri dari:
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor
Pertanahan Kabupaten Pesawaran
b. Kepala Urusan Tata Usaha Satuan Kerja
Inventarisasi
dan
Pengadaan
Lahan
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
c. Staf Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran
d. Staf Sub Bagian Pertanahan Setdakab
Pesawaran.
Anggota
Sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan
Kepala Kantor Pertanahan tersebut tugas pelaksana
pengadaan tanah adalah:
a. Penyiapan pelaksanaan
b. Inventarisasi dan identifikasi
c. Penetapan penilai
d. Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian
e. Pemberian ganti kerugian
f. Pemberian ganti kerugian dalam keadaan
khusus
g. Penitipan ganti kerugian
h. Pelepasan objek pengadaan tanah
i. Pemutusan hubungan hukum antara pihak
yang berhak dengan objek pengadaan
j. Pendokumentasian peta bidang, daftar
nominatif dan data administrasi pengadaan
tanah
k. Penyerahan hasil pengadaan tanah.
Sekretariat pengadaan tanah berugas mendukung
pelaksanaan pengadaan tanah dan menyiapkan
administrasi pelaksanaan pengadaan tanah yang
meliputi:
a. Keuangan
b. Pendokumentasian
c. Surat menyurat
d. Pelaporan.
Ketua pelaksana pengadaan tanah melaporkan
pelaksanaan pengadaan tanah kepada Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia melalui Kepala Kantor Badan
Pertanahan Provinsi Lampung.14 Untuk melengkapi
14
12.
Kepala Sub Bagian
Pertanahan
Anggota
13.
Kepala Desa
Anggota
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Pesawaran
Nomor
005/Kep-300/VII/2015,
tentang
Perubahan Susunan Keanggotaan Pelaksana dan Sekretariat
Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Bakauheni
– Terbanggi Besar II (Ruas Tegineneng STA 104 + 700
Sampai Dengan 110 + 300 km).
dan mendukung kinerja Tim Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Pesawaran ini membentuk Satuan Tugas A
dan Satuan Tugas B yang dibentuk dengan Surat
Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Pesawaran Nomor 002/Kep-300/V/2015 tentang
Satuan Tugas Pelaksana Pengdaan Tanah Untuk
Pembangunan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar II
(Ruas Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan 110
+ 300 km). Bedasarkan surat keputusan tersebut
menyatakan bahwa tugas dari Satuan Tugas A adalah:
a. Menyusun rencana jadwal kegiatan
b. Menyiapkan bahan
c. Menyiapkan peralatan teknis
d. Melaksanakan koordinasi dengan perangkat
Kecamatan dan Kepala Desa
e. Melaksanakan pengukuran dan pemetaan
bidang per bidang tanah lokasi pengadaan
tanah yang meliputi:
a) Pengukuran batas keliling lokasi
pengadaan tanah
b) Pengukuran bidang per bidang lokasi
pengadaan tanah
c) Menghitung dan menggambar bidang
perbidang dan batas keliling lokasi
pengadaan tanah
d) Pemetaan bidang per bidang dan batas
keliling bidang tanag lokasi pengadaan
tanah
f. Pemberitahuan kepada pihak yang berhak
melalui Kepala Desa
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Pesawaran Nomor 004/Kep-300/VII/2015 tentang
Perubahan Tenaga Pendukung Pengdaan Tanah Untuk
Pembangunan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar II
(Ruas Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan 110
+ 300 km). Tugas dari tenaga pendukung ini adalah
membantu pengamanan dan kelancaran pelaksanaan
pekerjaan Satuan Tugas A dan Satuan Tugas B serta
Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Pembentukan panitia
pengadaan tanah ini telah sesuai dengan Peraturan
Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 3 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksana Pengadaan Tanah. Untuk
membantu kelancaran pelaksanaan tugas Panitia
Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum Kecamatan Tegineneng ini,
ketua pelaksana telah membentuk Satuan Tugas A dan
Satuan Tugas B dengan Surat Keputusan Nomor
002/KEP-300/V/2015 pengeluaran surat keputuan ini
telah sesuai dengan Peraturan Kepala BPN nomor 5
Tahun 2014 Pasal 6 ayat (5) yang menyatakan bahwa
Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah membentuk Satuan
Tugas Pelaksana Pengadaan Tanah dan dijelaskan
lebih lanjut dalam Pasal 7 mengenai tugas dari Satuan
Tugas dan Pasal 8 yang berisi tentang keanggotaan
dari Satuan Tugas ini. Dalam menjalankan tugasnya,
Satuan Tugas ini bertanggung jawab dan melaporkan
hasil pekerjaannya kepada Ketua Pelaksana Pengadaan
Tanah
Kecamatan
Tegineneng
Kabupaten
15
Pesawaran.
3.2.2.
Sedangkan Satuan Tugas B bertugas:
a. Menyususn rencana jadwal kegiatan
b. Menyiapkan bahan
c. Menyiapkan peralatan teknis
d. Melaksanakan koordinasi dengan perangkat
Kecamatan dan Kepala Desa
e. Melaksanakan pengumpulan data bidang
perbidang lokasi pengadaan tanah yang
meliputi:
a) Nama, pekerjaan, alamat pihak yang
berhak
b) Nomor induk kependudukan atau
identitas diri lainnya pihak yang berhak
c) Bukti penguasaan dan/atau pemilikan
tanah, bangunan, tanaman, dan/atau
benda yang berkaitan dengan tanah
d) Letak tanah, luas tanah, dan nomor
identifikasi bidang
e) Status tanah dan dokumennya
f) Jenis penggunaan dan pemanfaatan tanah
g) Penguasaan dan/atau pemilikan tanah,
bangunan, dan/atau benda yang berkaitan
dengan tanah
h) Pembebanan hak atas tanah
i) Ruang atas dan ruang bawah tanah
Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Pesawaran ini membentuk Tim kembali yang
berkedudukan sebagai Tenaga Pendukung berdasarkan
Pelaksanaan Pelepasan Hak Jalan Tol
Bakauheni-Terbanggi Besar II (Ruas
Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan
110 + 300 Km)
Jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Kecamatan
Tegineneng Kabupaten Pesawaran ini melewati 6
Desa, yaitu :
a. Desa Gunung Sugih Baru
b. Desa Bumi Agung
c. Desa Kota Agung
d. Desa Negara Ratu Wates
e. Desa Rejo Agung
f. Desa Batanghari Ogan
Pengadaan tanah dilakukan dengan pendekatan di
masing-masing seksi, yang di mulai dengan tahapantahapan pelaksanaan pengadaan tanah sesuai dengan
Surat Keputusan Kepala Kantor pertanahan Kabupaten
Pesawaran Nomor 68/Kep-18.300/V/2015 yang di
keluarkan pada tanggal 21 Mei 2015 dalam diktum
ketiga meliputi:
a. Penyiapan pelaksanaan
15
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Pesawaran Nomor 004/Kep-300/VII/2015 tentang
Perubahan Tenaga Pendukung Pengdaan Tanah Untuk
Pembangunan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar II
(Ruas Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan 110 +
300 km).
b.
c.
d.
e.
f.
Inventarisasi dan identifikasi
Penetapan penilai
Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian
Pemberian ganti kerugian
Pemberian ganti kerugian dalam keadaan
khusus
g. Penitipan ganti kerugian
h. Pelepasan obyek pengadaan tanah
i. Pemutusan hubungan hukum antara pihak
yang berhak dengan obyek pengadaan tanah
j. Pendokumentasian peta bidang, daftar
nominatif dan data administrasi pengadaan
tanah, dan
k. Penyerahan hasil pengadaan tanah.
3.2.2.1. Penyiapan Pelaksanaan
Pada tahap penyiapan pelaksanaan ini Gubernur
melaksanakan tahapan kegiatan persiapan pengadaan
tanah dan membentuk tim persiapan yang
beranggotakan Bupati/Walikota, satuan kerja daerah
provinsi terkait, instansi yang memerlukan tanah, dan
instansi terkait lainnya. Untuk kelancaran pelaksanaan
tugas tim persiapan, Gubernur membentuk sekretariat
persiapan pengadaan tanah yang berkedudukan di
sekretariat daerah provinsi. Adapun tugas tim
persiapan sebagaimana diatur dalam Pasal 10
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 adalah
sebagai berikut:
a. Melaksanakan
pemberitahuan
rencana
pembangunan Sesuai ketentuan Pasal 11
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012,
pemberitahuan
rencana
pembangunan
ditandatangani ketua tim persiapan dan
diberitahukan kepada masyarakat pada lokasi
rancana pembangunan, paling lama 20 hari
kerja
setelah
dokumen
perencanaan
pengadaan tanah diterima resmi oleh
Gubernur. Pemberitahuan ini dapat dilakukan
secara langsung baik melalui sosialisasi, tatap
muka dan/atau surat pemberitahuan, atau
melalui pemberitahuan secara tidak langsung
melalui media cetak maupun media
elektronik.
b. Melakukan pendataan awal lokasi rencana
pelepasan hak. Pendataan awal lokasi rencana
pengadaan meliputi kegiatan pengumpulan
data awal pihak yang berhak dan objek
pengadaan
tanah
bersama
aparat
kelurahan/desa,
hasil
pendataan
ini
dituangkan dalam bentuk daftar sementara
lokasi
rencana
pembangunan
yang
ditandatangani ketua tim persiapan sebagai
bahan untuk pelaksanaan konsultasi publik
rencana pembangunan.
c. Melaksanakan konsultasi publik rencana
pembangunan. Konsultasi publik rencana
pembangunan dilakukan untuk mendapatkan
kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari
pihak yang berhak dan masyarakat yang
terkena dampak pelepasan hak, apabila dalam
konsultasi publik tersebut tidak mencapai kata
sepakat, maka akan dilaksanakan konsultasi
publik kembali. Jika dalam konsultasi publik
ulang masih terdapat pihak yang keberatan
atas rencana lokasi pembangunan, instansi
yang memerluka tanah melaporkan keberatan
kepada Gubernur melalui tim persiapan.
d. Menyiapkan penetapan lokasi pembangunan.
Penetapan lokasi pembangunan dibuat
berdasarkan kesepakatan yang telah dilakukan
tim persiapan dengan pihak yang berhak atau
berdasarkan karena ditolaknya kebertan dari
pihak yang keberatan. Peetapan lokasi
pembangunan
dilampiri
peta
lokasi
pembangunan yang disiapkan oleh instansi
yang memerlukan tanah.
e. Mengumumkan
penetapan
lokasi
pembangunan
Pengumuman
atas
penetapan
lokasi
pembangunan untuk kepentingan umum
dilaksanakan paling lambat 3 hari sejak
dikeluarkan penetapan lokasi pembangunan
yang dilaksanakan dengan cara ditempelkan
di kantor Kelurahan/Desa , dan/atau Kantor
Kabupaten/Kota dan di lokasi pembangunan,
dan di umumkan melalui media cetak
dan/atau media elekronik.
f. Melaksanakan tugas lain yang terkait
persiapan pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum yang ditugaskan
oleh Gubernur.
3.2.2.2. Inventarisasi Dan Identifikasi
Inventarisasi dan identifikasi dilakukan paling lama 30
hari. Adapun kegiatannya meliputi:
a. Pengukuran dan pemetaan bidang per bidang
tanah, dan
b. Pengumpulan data pihak yang berhak dan
objek pengadaan tanah
Hasil inventarisasi dan identifikasi ini diumumkan di
kantor desa/kelurahan, kantor kecamatan dan tempat
pengadaan tanah, dalam hal tidak menerima hasil
identifikasi dan inventarisasi pihak yang berhak dapat
mengajukan keberatan kepada ketua pelaksana
pengadaan tanah dalam waktu 14 hari kerja terhitung
sejak diumumkan hasil inventarisasi, untuk kemudian
dilakukan verifikasi dan perbaikan dalam waktu paling
lama 14 hari kerja terhitung sejak diterimanya
pengajuan keberatan atas hasil inventarisasi.
Hasil pengumuman dan/atau verifikasi serta perbaikan
atas hasil inventarisasi dan identifikasi yang ditetapkan
oleh ketua pelaksana selanjutnya menjadi dasar
penentuan pihak yang berhak dalam pemberian ganti
kerugian. Penetapan besarnya ganti kerugian oleh
ketua pelaksana pengadaan tanah berdasarkan hasil
penilaian jasa penilai atau penilai publik yang ditunjuk
dan ditetapkan oleh ketua pelaksana pengadaan tanah.
Penilai bertugas melakukan penilaian besarnya ganti
kerugian bidang perbidang tanah meliputi tanah, ruang
atas dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang
berkaitan dengan tanah, dan/atau kerugian lain yang
dapat dinilai. Dalam hal terdapat sisa dari bidang tanah
tertentu yang terkena pelepasan hak terdapat sisa yang
tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan
dan penggunaanya, pihak yang berhak dapat meminta
penggantian secara utuh atas bidang tanahnya.
Bedasarkan Laporan Progres Pengadaan Tanah Jalan
Tol Bakauheni – Terbanggi Besar I hasil inventarisasi
dan identifikasi Kabupaten Pesawaran, panjang 5.600
Km (394 bidang) dengan luas 1.956.800 M2 telah
selesai pembayaran ganti kerugian telah di umumkan
100% dan telah selesai pembayaran ganti kerugian
100%.
Bakauheni - Terbanggi Besar Kecamatan Tegineneng
ini sepanjang kurang lebih 5,600 km (394 bidang)
dengan luas 1.956.800 m2 dari 6 desa yang terkena
perluasan jalan tol ini. Berikut secara rinci dapat
dilihat pada tabel 2 mengenai luas dan jumlah bidang
yang terkena dampak perluasan untuk pembangunan
Jala Tol Trans Sumatera di Kecamatan Tegineneng.
Tabel 2
Luas Tanah Yang Terkena Pembangunan Jalan Tol
Bakauheni – Terbanggi Besar Kecamatan Tegineneng
Kabupaten Pesawaran
No Desa
1.
Gunung Sugih 77422
30
Baru
2. Bumi Agung
24222
17
3. Kota Agung
17517
12
4. Negara
Ratu 97685
27
Wates
5. Rejo Agung
555652
176
6. Batanghari
376983
136
Ogan
Sumber: Data Primer, wawancara sekretariat
Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten
Pesawaran selaku Panitia Pengadaan Tanah Jalan
Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Ruas
Tegineneng.
3.2.2.3. Penetapan Penilai
Penetapan penilai di Kecamatan Tegineneng
Kabupaten Pesawaran ini diawali dengan Surat
Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Noor 005/KEP300/VII/2015
tentang
Perubahan
Susunan
Keanggotaan Pelaksana Dan Sekretariat Pengadaan
Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Bakauheni –
Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng. Penilai ini
bertugas untuk melakukan penilaian terhadap bidang
tanah, ruang atas dan bawah tanah, bangunan,
tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah dan atau
kerugian lainnya, yang kemudian hasil dari penilaian
tersebut akan dijadikan dasar musyawarah untuk
menetapkan bentuk dan besaran ganti kerugian di 6
Desa Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran
ini.
3.2.2.4. Musywarah
Kerugian
Penetapan
Luas Tanah Jumlah
yang Terkena Bidang
(M2)
Bentuk
Ganti
Musyawarah penetapan ganti kerugian dilaksanakan
oleh panitia pelepasan hak dengan pihak yang berhak
untuk menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti
kerugian berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian.
Hasil kesepakatan dalam musyawarah tersebut menjadi
dasar pemberian ganti kerugian kepada pihak yang
berhak, dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai
bentuk dan.atau besarnya ganti kerugian pihak yang
berhak dapat mengajukan keberatan kepada
Pengadilan Negeri setempat. Setelah pemberian ganti
kerugian telah terlaksana maka ketua pelepasan hak
membuat dokumentasi peta bidang daftar nominatif
dan data administrasi pengadaan tanah, dan kemudian
dilanjutkan dengan Penyerahan hasil pengadaan tanah.
Ketua pelaksana pengadaan tanah bertanggung jawab
dan melaporkan pelaksanaan pengadaan tanah kepada
Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan
Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional. Berdasarkan data terakhir
yang diperoleh penulis di lapangan, luas kebutuhan
lahan yang di perlukan dalam pembangunan jalan tol
Dari 6 desa tersebut diantaranya ada beberapa bidang
tanah instansi pemerintah tepatnya di Desa Gunung
Sugih Baru terdapat 1 bidang tanah pemakaman dan di
Desa Batanghari Ogan terdapat 3 Bidang yaitu 2
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan 1 Sekolah
Dasar (SD). Dimana dari 3 bidang tanah instansi
pemerintah itu masih dalam proses pembangunan
kembali, terkhusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan
yang masih aktif digunakan oleh masyarakat
sedangkan untuk 1 Sekolah Dasar menurut Kepala
Camat Tegineneng
belum dibuat kembali atau
dibangun
kembali
sekolahnnya
dikarenakan
merupakan sekolah yang lama tidak beroperasi. Dalam
pelaksanaan pelepasan hak untuk pembangunan jalan
tol ini tidak banyak mengalami kendala yang cukup
berarti karena masyarakat mampu menerima dan
menyambut dengan baik program pemerintah ini.16
3.2.2.5. Pemberian Ganti Kerugian
Mekanisme hingga tercapainya pembayaran ganti
kerugian dalam pengadaan tanah untuk pembangunagn
jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar ini dibagi dalam
8 tahapan, yaitu:
a. Sosialisasi
16
wawancara Kepala Kantor Kecamatan Tegineneng
Kabupaten Pesawaran selaku Panitia Pengadaan Tanah Jalan
Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pematokan
Pengukuran
Pengumuman hasil ukur
Musyawarah harga
Pembayaran ganti kerugian
Pelepasan hak
Sertifikasi
Sampai saat ini proses ganti kerugian di Kecamatan
Tegineneng telah dilaksanakan sampai tahap pelepasan
hak, dalam proses sosialisasi atau penyuluhan Tim atau
Panitia Pengadaan Tanah beserta instansi pemerintah
yang memerlukan tanah melakukan sosialisasi untuk
menjelaskan
manfaat,
maksud
dan
tujuan
pembangunan kepada masyarakat serta dalam rangka
memperoleh kesediaan dari para pemegang hak.
Sosialisasi ini dilaksanakan di tempat yang telah
ditentukan oleh Panitia Pengadaan Tanah yang
bekerjasama dengan Kepala Desa dari masing-masing
desa di Kecamatan Tegineneng ini.
Musyawarah dilaksanakan secara langsung dan
bersama-sama antara instansi pemerintah yang
memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas
tanah yang sudah terdaftar dalam peta dan daftar yang
telah di sahkan. Musyawarah tersebut dipimpin oleh
Ketua Panitia Pengadaan Tanah Kecamatan
Tegineneng
Kabupaten
Pesawaran.
Dalam
musyawarah tersebut diakhiri dengan kesimpulan
bahwa penetapan besaran ganti kerugian yang
dilakukan oleh Tim Penilai Pengadaan Tanah yaitu
berdasarkan atas Nilai Jual Pasar Tertinggi di
Kecamatan Tegineneng dan pemberian ganti
kerugiannya dalam bentuk uang tunai. Berdasarkan
data yang di peroleh oleh di lapangan para pemegang
hak telah sepakat dengan nilai ganti kerugian dan
setuju untuk melepaskan hak atas tanahnya. Setelah
dilaksanakan musyawarah tentang besaran dan bentuk
ganti kerugian maka selanjutnya Tim Penilai beserta
Panitia lain yang terkait dalam pembayaran ganti
kerugian ini menyerahkan atau memberikan uang ganti
kerugian yang diberikan secara langsung oleh Panitia
Pengadaan Tanah dan Para Pemegang Hak. Secara
rinci dapat dilihat pada tabel 3 mengenai kapan dan
besaran ganti kerugian yang di terima 6 Desa di
Kecamatan Tegineneng akibat pelepasan hak untuk
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.
Di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran ini
sosialisasi pematokan hingga pembayaran ganti
kerugian pengadaan Jalan Tol dalam pelaksanaannya
mendapatkan respon positif dari masyarakat, sehingga
tidak terlalu menghambat pelaksanaan pengadaan jalan
tol ini. Musyawarah harga dan pemberian ganti
kerugian ini berhasil dilaksanakan di 6 Desa tersebut.
Pelaksanaan musyawarah ini adalah untuk menetapkan
Tabel 3
besarnya ganti kerugian yang akan diberikan Tim
Pemberian Ganti Kerugian
Penilai Pengadaan Tanah kepada para pemegang hak
Pembangunan Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar
atas tanah yang terkena perluasan jalan tol Bakauheni
Ruas Tegineneng
– Terbanggi Besar.
BesarBesarBesar Ganti Kerugian (RP)
Musyawarah yang dilaksanakan
dalam
pelaksanaan
\hkBesar
Ganti
Kerugian (RP)
pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol ini
No. Desa
Tanggal
Jumla Besar
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 68 sampai
Pemberian
h
Ganti
dengan Pasal 73 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
Ganti
Bidan Kerugian
2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Kerugian
g
(RP)
Pembangunan
Untuk
Kepentingan
Umum.
1.
Rejo
11-11-2015 163
50.940.00
Musyawarah ini dilakukan secara langsung untuk
Agung
0.000
menetapkan bentuk ganti kerugian berdasarkan hasil
22-12-1015 13
penilian ganti kerugian yang dilakukan oleh Tim
Bumi
22-12-2015 17
4.430.000
Penilai.
2.
Agung
.000
Musyawarah pemberian ganti kerugian pembangunan
jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar Ruas
Tegineneng ini berjalan sesuai dengan harapan dari
Panitia Penilai Pengadaan Tanah dan juga para
pemegang hak atas tanah. Dalam musyawarah tersebut
membahas
hal-hal
yang
meliputi
rencana
pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi
tersebut dan bentuk beserta besarnya ganti kerugian
yang akan diterima oleh para pemegang hak,
musyawarah ganti kerugian ini berpedoman pada
kesepakatan para pihak, hasil penilaian dan tenggat
waktu penyelesaian proyek pembangunan.17
17
wawancara sekretariat Kepala Kantor Badan Pertanahan
Kabupaten Pesawaran selaku Panitia Pengadaan Tanah Jalan
Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng.
3.
4.
5.
6.
Kota
Agung
Negara
Ratu
Wates
Batangh
ari Ogan
7-12-2015
12
1.700.000
.000
9.050.000
.000
7-12-2015
27
9-11-2015
136
43.740.00
0.000
Gunung
Sugih
Baru
22-12-2015
30
7.480.000
.000
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan salah satu
responden atau pemegang hak yang terkena
pembebasan lahan untuk kepentingan Jalan Tol Trans
Sumatera Kecamatan Tegineneng Bapak Sukantono
dengan Status tanah Hak Milik yang terletak di Desa
Bumi Agung mengatakan bahwa untuk masalah ganti
kerugian cukup berjalan dengan lancar karena tim
penilai memberikan nilai ganti kerugian yang layak
yang didasarkan pada nilai jual tertinggi pasar di
Kecamatan Tegineneng dimana harga pasaran tanah
disana masih sekitar 200 sampai 300 ribu per meter
nya sedangkan tim penilai memberi harga ganti
kerugian sebagai berikut, untuk tanah sendiri dihargai
sebesar 400 ribu per meter, bagi masyarakat yang
memliki bangunan diatas tanah yang terkena pelepasan
untuk jalan tol bangunannya dihargai sebesar 1 juta per
meter, untuk masyarakat yang memliki usaha
sebelumnya diberi penggantian usaha tersebut sebesar
125 juta, sedangkan biaya pindah bagi masyarakat
yang terkena perluasan jalan tol ini di beri uang pindah
sebesar 7 juta rupiah.18
Untuk Desa Batanghari Ogan juga cukup berjalan
lancar mengenai pemberian ganti kerugian hanya saja
untuk SMK yang terdapat di desa tersebut belum
dibangun kembali atau terelokasi secara efisien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
responden di desa tersebut yaitu Bapak Toni bahwa
di desa Batanghari Ogan disepakati harga pemberian
ganti kerugian tanah sebesar 500rb/meter nya.19
Selanjutnya di berdasarkan hasil wawancara dengan
bapak Pukir, tanah di Desa Rejo Agung, Desa
Gunung Sugih Baru, Desa Kota Agung dan Desa
Negara Ratu Wates disepakati untuk tanah per meter
nya sebesar 400rb.20
3.2.2.6. Pemberian Ganti Kerugian Dalam Keadaan
Khusus
Pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 dan Pasal 85
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan
Pengadaan
Tanagh
Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dapat
diberikan dalam keasaan mendesak meliputi bencana
alam, biaya pendidikan, menjalankan ibadah,
pengobatan, pembayaran hutang, dan/atau keadaan
mendesak lainnya yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari lurah/kepala desa atau nama lainnya.
Di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran
sendiri dalam hal pelepasan hak untuk kepentingan
pembangunan jalan tol ini tidak terdapat pemberian
ganti kerugian dalam keadaan khusus.
18
Hasil Wawancara dengan bapak sukantono selaku
pemegang hak atas tanah
19
Hasil Wawancara dengan bapak Toni selaku pemegang
hak atas tanah
20
Hasil Wawancara dengan bapak Pukir selaku pemegang
hak atas tanah
3.2.2.7. Penitipan Ganti Kerugian
Penitipan ganti kerugiana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 86 sampai dengan Pasal 95 Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan
Pengadaan
Tanah
Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dilkukan
pada pengadilan negeri di wilayah lokasi pengadaan
tanah. Penitipan ganti kerugian ini dilakukan dalam
hal:
a. Pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau
besarnya ganti kerugian berdasarkan hasil
musyawarah dan tidak mengajukan keberatan
ke pengadilan negeri
b. Pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau
besarnya ganti kerugian berdasarkan putusan
pengadilan negeri/Mahkmah Agung yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c. Pihak
yang
berhak
tidak
diketahui
keberadaannya
d. Objek pengadaan tanah yang akan diberikan
ganti kerugian:
a) Sedang menjadi objek perkara di
pengadilan
b) Masih dipersengketakan kepemilikannya
c) Diletakan sita oleh pejabat yang
berwenang
d) Menjadi jaminan hutang di bank atau
jaminan lainnya
Sama halnya dengan pemberian ganti kerugian dalam
keadaan khusus di Kecamatan Tegineneng Kabupaten
Pesawaran pun tidak terdapat penitipan ganti kerugian,
karenan tanah objek pelepasan hak tidak ada yang
memiliki masalah dan surat keterangannya pun jelas
kepemilikannya.
3.2.2.8. Pelepasan Obyek Pengadaan Tanah
Pelepasan objek pengadaan tanah dilakukan di
hadapan kepala kantor pertanahan setempat, dan
dilaksanakan bersamaan pada saat pemberian ganti
kerugian, dan disertakan dengan penyerahan buktibukti penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan
tanah. Pelepasan objek pengadaan tanah Kecamatan
Tegineneng Kabupaten Pesawaran dilakukan di Balai
desa Bumi Agung dan Desa Batanghari Ogan.
3.2.2.9. Pemutusan Hubungan
Pihak yang Berhak
Pengadaan Tanah
Hukum
Dengan
Antara
Obyek
Pemutusan hubungan hukum ini terjadi pada saat
pemberian ganti kerugian dan pelepasan hak telah
dilaksanakan di hadapan kepala kantor pertanahan
setempat, kepemilikan atau hak atas tanah dari pihak
yang berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya
dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara. Hapusnya
hubungan hukum terhadap tanah yang sudah terdaftar
kepala kantor pertanahan selanjutnya melakukan
pencatatan hapusnya hak dalam buku tanah dan daftar
umum lainnya. Sedangkan, terhadap tanah yang belum
terdaftar
ketua
pelaksana
pengadaan
tanah
menyampaikan pemberitahuan tentang hapusnya
hubungan
hukum
dan
disampaikan
kepada
lurah/kepala desa atau nama lain, camat dan pejabat
yang berwenang yang mengeluarkan surat, untuk
selanjutnya dicatat pada alas hak/bukti perolehan hak
dan dalam buku administrasi kantor kelurahan/desa
atau kecamatan.
3.2.2.10. Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar
Nominatif
dan
Data
Administrasi
Pengadaan Tanah
Pelaksanaan pengadaan tanah dilakukan pengumpulan,
pengelompokan, pengolahan dan penyimpanan data
pengadaan tana meliputi:
a. Data bidang tanah
b. Daftar nominatif
c. Daftar administrasi
Data pengadaan tanah tersebut kemudian disimpan,
didokumentasikan dan diarsipkan oleh kepala kantor
pertanahan Kabupaten Pesawaran.
3.2.2.11. Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah
penyerahan hasil pengadaan tanah dilakukan oleh
ketua pelaksana kepada instansi yang memerlukan
tanah disertai dengan data pengadaan tanah berupa
bidang tanah dan dokumen pengadaan tanah.
Penyerahan hasil Pengadaan Tanah dilakukan dengan
berita acara untuk selanjutnya dipergunakan oleh
Instansi
yang
memerlukan
tanah
guna
pendaftaran/pensertipikatan. Selanjutnya instansi yang
memerlukan tanah dalam hal ini adalah Kementerian
PU setelah menerima hasil pengadaan tanah dapat
langsung
memulai
melaksanakan
kegiatan
pembangunan jalan tol trans sumatera. Menteri PU
wajib rnendaftarkan tanah yang telah diperoleh sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
mengubah status tanah yang didapatnya menjadi Hak
Pakai, kemudian instansi yang memerlukan tanah
dapat mulai melaksanakan pembangunan setelah
dilakukan penyerahan hasil Pengadaan Tanah oleh
Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.
3.3. Dampak Hukum Pelepasan Hak Untuk
Pembangunan Jalan Tol Bakauheni –
Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng
Sisa bidang tanah adalah sisa dari bidang tanah yang
terkena proyek pengadaan tanah baik yang masih bisa
maupun tidak bisa difungsikan sesuai dengan
peruntukan dan penggunaannya. Sisa bidang tanah
terdiri dari sisa bidang tanah yang masih bisa dan tidak
bisa difungsikan lagi sesuai dengan peruntukan dan
penggunaannya. Pasal 11 Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012
menentukan bahwa dalam hal terdapat sisa dari bidang
tanah tertentu sudah terdaftar yang terkena pengadaan
tanah dan tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan
peruntukan dan penggunaannya, bidang tanah tersebut
diukur dan dipetakan secara utuh dan diberikan ganti
kerugian atas dasar permintaan pihak yang berhak.
Sedangkan apabila terdapat sisa dari bidang tanah
tertentu belum terdaftar yang terkena pengadaan tanah
tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan
dan penggunaannya, Pasal 13 ayat (1) dan (3)
menentukan bahwa, bidang tanah tersebut diukur dan
dipetakan secara utuh dan diberikan ganti kerugian
atas dasar permintaan pihak yang berhak atau
masyarakat pemilik bidang tanah yang memerlukan
tanah kepada pihak yang berhak setelah diakukan
verifikasi oleh pelaksana pengadaan tanah. Pasal 12
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5
Tahun 2012 juga mengatur dalam hal sisa dari bidang
tanah tertentu sudah terdaftar yang terkena pengadaan
tanah dan hasil dapat difungsikan sesuai peruntukan
dan penggunaannya, pemisahan haknya dilakukan oleh
Kepala Kantor Pertanahan atas biaya instansi yang
memerlukan tanah. Sedangkan apabila terdapat sisa
dari bidang tanah tertentu belum terdaftar yang terkena
pengadaan tanah dan masih dapat difungsikan sesuai
peruntukan dan penggunaannya sesuai denngan
ketentuan Pasal 14 ayat (1) dan (2) dicatat dalam buku
desa/kelurahan atau naman lain serta surat tanda atas
hak tanahnya. Pihak yang berhak meminta untuk
dilakukan pengukuran dan/atau permohonan hak dan
pendaftaran hak, biaya dibebankan kepada pihak yang
berhak.
Di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran
prihal sisa bidang tanah yang terkena pembebasan
lahan sampai saat ini masih dalam perundingan oleh
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaen Pesawaran
bersama para panitia terkait pelepasan hak atas tanah
untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas
Tegineneng ini. Perundingan sisa bidang tanah ini baru
akan di laksanakan pada Bulan Mei ini. Dalam hal
terdapat perubahan fisik maupun yuridis atas
pelaksanaan pelepasan hak untuk kepentingan
pembangunan ini, akan di lakukan pemeliharaan data.
Pemeliharaan data ini dilakukan oleh pemerintah atau
panitia terkait yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan pelepasan hak untuk kepentingan
pembangunan. Di 6 Desa yang terdapat di Kecamatan
Tegineneng ini tidak terdapat tanah sisa atau sisa
bidang akibat pelepasan hak untuk kepentigan umum.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
4.1.1.
Mekanisme pelepasan hak atas tanah hinga
tercapainya pemberian ganti kerugian dalam
pelaksanaan
pengadaan
tanah
untuk
4.1.2.
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas
Tegineneng ini dibagi dalam 8 tahapan yaitu:
Sosialisasi,
Pematokan,
Pengukuran
Pengumuman hasil ukur, Musyawarah harga,
Pembayaran ganti kerugian, Pelepasan hak,
dan Sertifikasi. Proses ganti kerugiannya
berdasarkan pada kesepakatan bersama antara
panitia pelepasan hak dengan masyarakat yaitu
dengan harga jual tertinggi pasar di Kecamatan
Tegineneng dan dalam bentuk uang tunai,
dengan harga tanah per meter nya dihargai
sebesar 400rb, bangunannya sebesar 1 juta per
meter, untuk masyarakat yang memiliki usaha
sebelumnya diberi ganti kerugian sebesar 125
juta, sedangkan biaya pindah diberi uang
sebesar 7 juta rupiah. Ganti kerugian ini
dianggap telah sesuai dengan peraturan yang
ada yaitu Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
2012, Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun
2012, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2012, dimana dijelaskan dalam ketiga
peraturan tersebut untuk masalah ganti
kerugian tim penilai mengacu pada
kesepakatan bersama masyarakat setempat.
Dampak hukum dari pelepasan hak atas tanah
ini terjadi perubahan data yuridis dimana yang
tadinya status hak atas tanah merupakan hak
milik perorangan kini dirubah menjadi hak
milik negara yang dilakukan oleh Kepala
Kantor
Badan
Pertanahan
Kabupaten
Pesawaran, dan prihal sisa bidang tanah di
Kecamatan Tegineneng sendiri tidak terdapat
sisa bidang tanah seluruh tanah warga yang
terkena perluasan jalan Tol Trans Sumatera ini
dibayari oleh Negara.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat
penulis berikan terkait pelepasan hak atas tanah untuk
pembangunan jalan tol trans sumatera kecamatan
Tegineneng Kabupaten Pesawaran adalah sebagai
berikut:
4.2.1. Dalam pelaksanaan pelepasan hak atas tanah
diharuskan membuat jadwal yang sesuai
mengenai proses pelaksanaan yang dimulai
dari pengukuran, pematokan, sosialisasi jalan
tol sampai dengan ganti kerugian sehingga
dapat dilakukan secara berskala tepat waktu.
Terhadap panitia pengadaan tanah yang telah
dibentuk oleh ketua panitia melalui surat
keputusan kepala kantor pertanahan dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas
masing-masing, dan apabila panitia yang tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik sebaiknya
dalam surat keputusan kepala kantor
pertanahan tersebut dibuat diktum mengenai
sanksi administratif, dan juga dalam
meningkatkan adanya proses pengadaan tanah
di kemudian hari perlu adanya suatu persiapan
yang lebih matang, baik berupa pelatihan,
orientasi maupun seminar-seminar agar panitia
dapat memahami tugas, tanggung jawab dan
perannya sehingga Pengadaan Tanah dapat
dilakukan dengan lebih baik oleh Panitia
Pengadaan Tanah dalam memahami Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 yang telah
dirubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 30
Tahun 2015 dan Peraturan Kepala BPN
Nomor 5 Tahun 2012.
4.2.2. Pemeliharaan perubahan data yuridis yang
terjadi akibat pelepasan hak atas tanah sudah
cukup baik karena dilakukan oleh panitia
pelaksana sehingga tidak menyulitkan
masyarakat , dan dalam hal sisa bidang tanah
masyarakat yang diberi ganti kerugian oleh
negara dapat dibuat aturan baru sehingga tanah
masyarakat tersebut dapat difungsikan secara
maksimal seperti pembuatan tempat istirahat
atau rest area.
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
Bakri, Muhammad, 2007, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Prdigma Baru Untuk Reformasi
Agraria), Citra Media, Yogyakarta.
Gautama, Sudargo, 1984, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung.
Harsono Boedi, 2003, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, isi dan Pelaksanaannya,, Jakarta, Djambatan.
-----------------, 2008. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang- Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
Perangin, Effendi, 1994, Hukum Agraria Di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rubaie, Achmad, 2007, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Bayumedia, Malang.
Suandra Wayan I, 1994, Hukum Pertanahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Sumardjno, Maria SW, 2008, Tanah Dalam Perespektif Hak Ekonomi, sosial dan Budaya, Hukum
Kompas, Jakarta.
Santoso Urip,2012, Hukum Agraria Kajian Komperhensif, Kencana, Jakarta
Yamin, Muhammad, Abdul Rahim Lubis, 2008, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Cetakan I.
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor
71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2014 Tentang Percepatan Pembangunan
Jalan Tol Di Sumatera.
Jurnal Hukum dan Artikel Ilmiah
Fx. Sumarja 2015, Politik Hukum Larangan Kepemilikan Tanah Hak Milik Oleh Orang Asing Untuk
Melindungi Hak-Hak Atas Tanah Warga Negara Indonesia. Disertasi , Semarang: Universitas
Diponogoro
Website
Wikipedia Jalan Tol Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar.
Wikipedia Jalan Tol
Wikipedia Kabupaten Pesawaran
Wikipedia Kecamatan Tegineneng
Download