kata pengantar - Direktorat Jenderal Anggaran

advertisement
Informasi APBN
Perubahan 2016
kata pengantar
1
Informasi APBN
Perubahan 2016
INFORMASI APBNP
2016
Disusun oleh
Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Direktorat Jenderal Anggaran
Penanggung jawab:
Direktur Jenderal Anggaran
Editor:
Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Kontributor:
Pejabat dan pegawai
Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
2
Informasi APBN
Perubahan 2016
INFORMASI
APBN
PERUBAHAN
2016
3
Informasi APBN
Perubahan 2016
KATA
PENGANTAR
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Dalam rangka memberikan informasi dan mendukung transparansi anggaran, syukur
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan penyusunan buku Informasi APBN Perubahan 2016.
Informasi yang berisi ringkasan APBN ini disusun berdasarkan APBN Perubahan Tahun 2016 yang
telah disetujui oleh DPR RI dalam Sidang Paripurna pada tanggal 28 Juni 2016.
Perkembangan perekonomian global yang mengalami perlambatan sepanjang tahun 2015 dan
berlanjut hingga triwulan I tahun 2016 memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap
kinerja perekonomian domestik. Penurunan harga minyak dan penguatan nilai tukar rupiah
berpengaruh terhadap proyeksi realisasi APBN tahun 2016. Pendapatan negara khususnya dari
perpajakan sektor migas dan PNBP sumber daya alam diperkirakan mengalami penurunan.
Selain itu, realiasi penerimaan pajak tahun 2015 sebagai basis perhitungan penerimaan pajak
pada APBN tahun 2016 juga memengaruhi proyeksi realisasi pendapatan negara tahun 2016.
Di sisi lain, Pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan upaya peningkatan kesejahteraan
rakyat antara lain melalui pembangunan infrastruktur dan perbaikan iklim investasi, yang
selama triwulan I sektor tersebut telah memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan. Selain
itu, Pemerintah juga tetap menjaga pemenuhan belanja yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan seperti anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan.
Perkiraan penurunan realisasi pendapatan negara dari target APBN tahun 2016 dan diiringi
dengan komitmen belanja negara pada APBN tahun 2016, dapat mengakibatkan adanya potensi
pelebaran defisit yang melampaui 3,0 persen dari produk domestik bruto.
Memperhatikan perkembangan realisasi tersebut, Pemerintah melakukan konsolidasi fiskal
terhadap pendapatan negara, belanja negara dan pembiayaan anggaran melalui APBN
Perubahan dengan beberapa kebijakan, terutama (1) kebijakan tax amnesty/voluntary disclosure
dan penguatan tax base; (2) penghematan dan pemotongan belanja yang kurang produktif; (3)
rasionaliasi anggaran pada Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus; (4) kebijakan perubahan
besaran fixed subsidi; (5) peningkatan dana tambahan infrastruktur dalam rangka Otonomi
Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; dan (6) peningkatan pengeluaran pembiayaan
yang mendukung program pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan rakyat.
Perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan langkah-langkah konsolidasi fiskal disertai
dengan beberapa kebijakan strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam APBN Perubahan
tahun 2016 agar pelaksanaan APBN tahun 2016 dapat berjalan efektif dan efisien serta tercipta
kesinambungan fiskal (fiscal sustainability).
Harapan kami semoga Informasi APBN ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang
lebih luas kepada para pembaca dan dapat memberikan kontribusi positif, bagi pembentukan
persepsi para pemangku kepentingan dalam menggunakan APBN.
Kepada tim penyusun dan para pihak yang telah menyampaikan masukan baik langsung
maupun tidak langsung hingga terbitnya Informasi APBN ini kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya.
Terima kasih.
4
Informasi APBN
Perubahan 2016
Asumsi Dasar
Ekonomi Makro
Inflasi
Pertumbuhan
Ekonomi
2016
APBN
PERUBAHAN
Perekonomian global yang melemah sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I
tahun 2016 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja perekonomian domestik.
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan dan menyepakati pembahasan terkait
APBN Perubahan 2016.
5
Informasi APBN
Perubahan 2016
Siklus APBN
Januari
Penetapan Arah Kebijakan dan
Prioritas Pembangunan Nasional
Maret
Penyusunan resource envelope,
Rancangan RKP dan Pagu Indikatif
Mei
Pengajuan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal,
Kerangka Ekonomi Makro dan RKP ke DPR
dan dibahas s.d. akhir Juli
Juli
Penetapan Pagu Anggaran
oleh Menteri Keuangan
dan Penyusunan RKAKL oleh
Kementerian/ Lembaga
Agustus
Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka
Pengajuan RAPBN (RUU dan Nota Keuangan)
Oktober
Sidang Paripurna pengambilan
keputusan persetujuan DPR terhadap
RAPBN (paling lambat pada akhir bulan
Oktober) setelah dibahas bersama
Pemerintah sejak pidato kenegaraan
November
Penetapan Rincian APBN dalam
Peraturan Presiden
Desember
Penetapan DIPA
Pelaksanaan Anggaran
(Januari - Desember)
6
Informasi APBN
Perubahan 2016
Mengapa harus
APBNP 2016?
Perubahan Asumsi
Dasar Ekonomi Makro
Inflasi
Nilai Tukar
Rupiah
ICP
Lifting
Defisit Terjaga
2,48%
terhadap PDB
Perubahan Baseline
APBN
PERUBAHAN
sehingga
Realisasi APBNP 2015, policy update
mengakibatkan
Perekonomian global yang melemah sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I
tahun 2016 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja perekonomian domestik.
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan dan menyepakati pembahasan terkait
APBN Perubahan 2016.
DAMPAK
FISKAL
Pendapatan Negara
Pendapatan Perpajakan
PNBP
antara lain
Belanja Negara
Subsidi
Pembayaran bunga utang
7
Kebijakan
Pengendalian
Fiskal
Pemerintah melakukan
Policy Update
Belanja prioritas & subsidi tepat sasaran
Informasi APBN
Perubahan 2016
2016
alur penyusunan
Mengapa
harus 2016
apbn perubahan
APBNP 2016?
Nota Keuangan
beserta
RAPBN Perubahan
PEMERINTAH
ICP
Lifting
Perubahan Baseline
APBN
PERUBAHAN
Realisasi APBNP 2015, policy update
Policy Update
mengakibatkan
Belanja prioritas & subsidi tepat sasaran
Defisit Terjaga
1 Juni 2016
Presiden mengajukan RUU APBN-P TA 2016
disertai nota perubahan dan dokumen pendukungnya.
terhadap PDB
2 Juni 2016
Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan BI
>> Penyampaian Penjelasan Pokok-Pokok RUU tentang APBN-P TA 2016
13 Juni 2016
Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Menko-menko
>> Membahas RKA KL dalam RUU APBNP TA 2016
8-17 Juni 2016
Perekonomian global yang melemah sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I
tahun 2016 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja
perekonomian domestik.
Rapat Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit dan Pembiayaan
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan dan menyepakati
pembahasan terkait
>> Membahas perubahan Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit,
APBN Perubahan 2016.
dan Pembiayaan dalam RUU APBNP TA 2016
DAMPAK
FISKAL
2,48%
sehingga
Inflasi
Nilai Tukar
Rupiah
Kebijakan
Pengendalian
Fiskal
20 Juni 2016
Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan BI
>> Membahas Postur Sementara RUU APBNP TA 2016
Pendapatan Negara
20-21 Juni 2016
Pendapatan Perpajakan
antara lain
Pemerintah melakukan
Perubahan Asumsi mengajukan
Dasar Ekonomi Makro
dpr
untuk kemudian
dibahas bersama
PNBP
Rapat Panja Belanja Pemerintah Pusat RUU APBNP 2016
>> Membahas perubahan Belanja KL dan Non KL dalam RUU APBNP TA 2016
Rapat Panja Transfer Daerah dan Dana Desa RUU APBNP 2016
>> Membahas perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam RUU APBNP TA 2016
Subsidi
Belanja Negara
22 Juni 2016
Pembayaran bunga utang
Rapat Panja Draft RUU APBNP 2016
>> Membahas Draft RUU APBNP TA 2016
27 Juni 2016
Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan BI
>> Laporan dan Pengesahan Hasil Panja
Pendapat Mini sebagai Sikap Akhir Fraksi;
Penandatanganan Naskah RUU APBN-P;
Pendapat Pemerintah; dan
Pengambilan keputusan untuk dilanjutkan pada Pembicaraan TK.II
28 Juni 2016
Rapat Paripurna
8
Informasi APBN
Perubahan 2016
Apa saja
yang berubah?
Asumsi Dasar
Ekonomi Makro
penurunan target
pertumbuhan ekonomi,
nilai tukar, dan harga
minyak
Pembiayaan
Anggaran
Peningkatan pembiayaan anggaran
untuk membiayai peningkatan defisit,
terutama dari peningkatan penerbitan
SBN (neto) dan penggunaan SAL
Peningkatan pengeluaran pembiayaan,
antara lain untuk PMN kepada BPJS
Kesehatan, PMN kepada PT PLN, dan
BLU Lembaga Manajemen Aset Negara
Penyesuaian alokasi/target akibat
perubahan nilai tukar rupiah
Pendapatan
Negara
Mengoptimalkan kebijakan
pengampunan pajak
Penggalian potensi sektor
unggulan memanfaatkan program
Geo-tagging dan implementasi
e-tax invoice
Belanja
Negara
Penghematan dan efisiensi belanja K/L
Pemberian penghargaan K/L
Penambahan belanja untuk program-program
prioritas yang mendesak
Pemberian THR untuk aparatur negara
Penyesuaian anggaran pendidikan dan kesehatan
Mendorong pemanfaatan energi yang
berkelanjutan
- Skema penerapan energi yang lebih tepat
sasaran
- Dukungan dana penyangga dan ketahanan
anggaran
9
Informasi APBN
Perubahan 2016
Asumsi Dasar
Ekonomi Makro
Penyesuaian asumsi dasar ekonomi makro mempertimbangkan
masih lemahnya perekonomian dunia, sementara prospek pertumbuhan
ekonomi domestik diperkirakan masih akan cukup kuat.
Pertumbuhan
Ekonomi
Inflasi
5,3
--5,2
4,7
--4,0
Tingkat Bunga
SPN 3 Bulan
(%, yoy)
(%, yoy)
Nilai Tukar
Rupiah
(Rp/US$)
13.900
------13.500
(%)
5,5
--5,5
Harga Minyak
(US$/barel)
50
--40
Lifting Minyak
Lifting Gas
830
---820
1.155
---1.150
(ribu barel/hari)
APBN 2016
10
(MPOEPD)
APBNP 2016
Informasi APBN
Perubahan 2016
Informasi APBN
Perubahan 2016
2,2
5,0
5,1
5,0
0,1
Konsumsi
Rumah Tangga
(2,0)
5,5
Pertumbuhan
Ekonomi
Menurut
Pengeluaran
Ekspor
Barang/Jasa
2,0
2,0
(%, yoy)
Konsumsi
Pemerintah
0,2
(0,6)
6,2
2015
6,1
2016
APBN
2016
APBNP
(5,8)
5,1
Impor
Barang/Jasa
PMTB
(Pembentukan Modal
Tetap Bruto)
APBN
13.900
13.392
13.500
APBNP
APBN
Nilai Tukar
Rupiah
(Rp/US$)
8,4
112,7
2015
2014
3,4
4,0
APBNP
2016
4,3
2012
(%, yoy)
8,4
APBN
4,7
2013
Inflasi
2016
2015
2014
11.878
105,8
96,5
49,7
Harga Minyak
APBN
50,0
40,0
(US$/barel)
11
2016
2015
2014
2013
2012
APBNP
90,5
Penerimaan
Negara Bukan
Pajak
Pendapatan
SDA
PNBP
Lainnya
84,1
245,1
90,5
1.786,2
Pendapatan
Negara
1.784,2
1.503,3
Pendapatan
Bagian
Laba BUMN
1.539,2
35,9
I ACCOUNT
APBNP 2016
(105,5)
302,8
776,3
Transfer Daerah
dan Dana Desa
Pajak
Penghasilan
PPh Migas
36,3
209,1
Belanja
K/L
767,8
49,4
Belanja
Lain-lain
22,5
191,2
177,8
Bantuan
Sosial
4,0
296,7
Pembiayaan Luar Negeri
(2,5)
109,1
Belanja
Modal
494,4
Bantuan
Sosial
Belanja
Barang 1,4
538,9
Defisit
729,3
Belanja
Pegawai
133,4
Belanja
Non K/L
Pembiayaan Dalam Negeri
299,3
Belanja
Barang
206,6
Belanja
Negara
PPh
819,5 Non Migas
(296,7)
Keseimbangan
Primer
Belanja
Pegawai
2.082,9
855,8
Bea Masuk
33,4
Pembiayaan
Anggaran
(Triliun Rupiah)
Belanja
Pemerintah
Pusat
Pajak Lainnya
7,4
Pendapatan
Pajak Perdagangan
Internasional
Penerimaan
Perpajakan
Hibah
2,0
Pajak
Pertambahan
Nilai
Pajak Bumi & Bangunan
17,7
Bea Keluar
2,5
Pendapatan
Dalam Negeri
1.306,7
Cukai
474,2
Pendapatan
BLU
36,3
34,2
148,1
Pendapatan
Pajak Dalam
Negeri
Transfer
ke Daerah
Dana
385,4 Alokasi
Umum
Dana
Transfer Umum
Dana
Transfer
Khusus
211,0
Pembayaran
Bunga Utang
89,8
121,2
Dana Otonomi
Khusus &
Keistimewaan DIY
18,8
Subsidi
Belanja
Hibah 8,5
47,0
Dana Desa
Dana
Insentif
Daerah 5,0
Dana
Bagi
Hasil
Dana
Alokasi
Khusus
Fisik
Dana
Alokasi
Khusus
Non Fisik
Informasi APBN
Perubahan 2016
Pendapatan
Negara
Kebijakan perubahan pendapatan negara
(1) Optimalisasi perpajakan dengan memerhatikan iklim investasi
(2) Memertahankan stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat
(3) Meningkatkan produktivitas dan daya saing industri domestik
(4) Mengendalikan konsumsi barang kena cukai
Pajak
Rp1.355,2 T
Pendapatan Negara
Rp1.786,2 T
PNBP
Rp245,1 T
Hibah
Rp2,0 T
14
Kepabeanan dan
Cukai Rp184,0 T
Informasi APBN
Perubahan 2016
Pendapatan Negara
2006 - 2016
(TRILIUN RUPIAH)
1,8
2006
638,0
358,2
227,0
51,0
Pajak
1,7
707,8
2007
425,4
65,6
Kepabeanan
dan Cukai
215,1
2,3
2008
Hibah
981,6
571,1
PNBP
320,6
87,6
1,7
848,8
2009
544,5
75,4
227,2
3,0
995,3
2010
628,2
95,1
268,9
5,3
1.210,6
2011
742,7
331,5
131,1
5,8
1.338,1
2012
835,8
144,7
351,8
6,8
2013
1.438,9
921,4
156,0
5,1
354,8
1.550,6
2014
985,1
398,7
161,7
12,0
1.508,0
2015
1.060,8
179,6
255,6
2,0
APBN
2016
1.822,5
1.360,2
186,5
2,0
APBNP
2016
273,8
1.786,2
1.355,2
184,0
15
245,1
Informasi APBN
Perubahan 2016
Penerimaan
Perpajakan
Rata-rata pertumbuhan Penerimaan Perpajakan 2010 –
2016 adalah sebesar 13,5%
Triliun Rupiah
24,7%
8,1%
6,5%
9,9%
58,9
73,1
36,3
186, 5
184,0
87,4
179,6
1.318, 7
1.318,9
88,7
83,5
16,7%
41, 4
49,7
12,2%
20,8%
-0,5%
161, 7
155, 9
144, 7
1.011,1
131, 1
897,7
832,7
95,1
752,4
669,6
569,4
2010
2011
2012
Pertumbuhan Perpajakan
2013
2014
PPh Migas
2015
Kepabeanan &
Cukai
2016
APBN
2016
APBNP
Pajak Nonmigas
Target penerimaan perpajakan direncanakan secara realistis dengan mendasarkan pada
kondisi perekonomian terkini dan dukungan pelaksanaan kebijakan perpajakan yang
komprehensif. Selain itu, Pemerintah juga mempertimbangkan upaya untuk mengoptimalkan
potensi pajak yang ada dalam perekonomian dengan tetap memperhatikan iklim investasi.
16
Informasi APBN
Perubahan 2016
Penerimaan
Perpajakan
12 %
Pajak
Kepabeanan
dan Cukai
Rp184,0 T
88 %
Rp1.355,2 T
60,5%
35%
Pajak
Rp1.355,2 T
2,7%
PPh Non Migas
Rp819,5 T
Kepabeanan
dan Cukai
Rp184,0 T
80,5%
PPN
Rp474,2 T
18,1%
Bea Masuk
Rp33,4 T
Cukai
Rp148,1 T
PPh Migas
Rp36,3 T
1,3%
0,5%
PBB
Pajak Lainnya
Rp17,7 T Rp7,4 T
1,4%
Bea Keluar
Rp2,5 T
Target Penerimaan Perpajakan naik Rp49,9 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar
3,4%, yang terdiri dari:
• Penerimaan Pajak naik Rp 60,9 T atau tumbuh sebesar 4,7% dari APBNP 2015,
terutama dipengaruhi oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi dan extra effort
dibidang perpajakan tahun 2016.
• Kepabeanan dan Cukai turun Rp11,0 T atau sebesar 5,7% dari APBNP 2015, terutama
disebabkan turunnya tarif bea keluar CPO beserta turunannya sebagai dampak dari
kebijakan pembentukan Badan Penghimpun Dana Perkebunan.
17
Informasi APBN
Perubahan 2016
Extra Effort Pengamanan
Target Penerimaan Perpajakan
TAX
Pajak
Optimalisasi pemeriksaan
a.l. fokus sektor unggulan masingmasing Kanwil, transfer pricing, dan
fraud;
kasi
a.l. data matching, optimalisasi IT, e-tax
invoice, perbaikan regulasi
Implementasi tahun 2016 sebagai
tahun Penegakan Hukum (law
enforcement)
a.l. melalui penagihan aktif, pemeriksaan
dan penyidikan
Pengampunan Pajak
Tax Ratio (%)
Meningkatkan kinerja audit
memperbaiki targeting obyek audit.
Meningkatkan pengawasan,
penindakan, dan penyidikan
Peningkatan operasi peredaran dan
pengawasan Barang Kena Cukai
CUSTOMS
Kepabeanan
dan cukai
14,0
13,8
13,6
13,1
12,9
12,9
11,6
12,2
11,4
11,2
11,3
10,5
Rp723,3 T
2010
Rp873,9 T
Rp980,5 T
2012
2011
Rp1.077,3 T
2013
arti luas
10,9
10,8
Rp1.146,9 T
Rp1.240,4 T
2014
2015
Rp1.539,2 T
2016
arti sempit
(penerimaan perpajakan +
SDA Migas + pertambangan umum/PDB
(penerimaan perpajakan/PDB)
PERBANDINGAN
TAX RATIO 10 NEGARA 2013
36,7%
34,7%
Jerman
Jepang
32,9%
Inggris
25,4%
24,3%
19,7%
19,4%
Amerika
Serikat
Korea
Selatan
Meksiko
China
Sumber: OECD, CIA 2013
*) tax
ratio
18
13,6% *
14,3%
Indonesia Filipina
10,3%
India
Informasi APBN
Perubahan 2016
Penerimaan Negara
Bukan Pajak
Rp68,7 T
SDA Migas
Rp21,8 T
Rp36,3 T
SDA Nonmigas
Pendapatan BLU
Rp34,2 T
Bagian Laba BUMN
Rp84,1 T
PNBP Lainnya
Target PNBP turun Rp24,0 T atau tumbuh sebesar negatif 8,9% dari APBNP 2015,
antara lain disebabkan oleh:
PNBP SDA Migas turun Rp12,7 T antara lain dipengaruhi melemahnya harga minyak
mentah (ICP)
PNBP Minerba turun Rp15,1 T antara lain dipengaruhi oleh turunnya harga batubara di
pasar internasional serta penundaan kenaikan tarif mineral, logam dan batubara.
Kebijakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak
Optimalisasi penerimaan migas
(merealisasikan produksi sumur minyak
baru, menahan penurunan alamiah
lifting migas, dan pengendalian cost
recovery).
Peningkatan pengawasan dan
pelaporan PNBP.
Penyesuaian tarif PNBP dan
ekstensifikasi.
Penyempurnaan regulasi PNBP.
Peningkatan kinerja BUMN.
19
Perbaikan administrasi dan sistem
PNBP.
Informasi APBN
Perubahan 2016
Perkembangan Penerimaan Negara
Bukan Pajak 2006 - 2016
(TRILIUN RUPIAH)
227,0
2006
167,5
215,1
132,9
23,2 56,9
2,1
320,6
2008
224,5
29,1
63,3
139,0
26,0 53,8
268,9
168,8
30,1
59,4
959
-
9.164
70
899
-
9.140
97
931
-
9.691
62
944
-
10.408
79
954
-
9.087
112
898
-
8.779
113
863
-
9.400
106
825
1.213
10.46 0
97
794
1.224
11.878
49
779
1.195
13.392
50
830
1.155
13.90 0
40
820
1.150
13.500
10,6
331,5
201 1
213,8
28,2 69,4
225,8
30,8
20,1
351,8
201 2
73,5
21,7
201 3
226,4
34,0
69,7
24,6
354,8
398,7
2014
40,3
242,9
37, 6
81,7
85,8
35,3
273,8
124,9
34,2
79,4
35,4
245,1
34,2
nilai tukar
(Rp/USD 1)
29,6
255,6
2015
90,5
64
8,4
201 0
APBNP
2016
lifting gas
(MBOEDP)
3,7
227,2
2009
APBN
2016
lifting minyak
(MBDP)
21,5 38,0
2007
101,0
harga minyak
(USD/barrel)
84,1
SDA Migas & Non Migas
36,3
Bagian Laba BUMN
PNBP Lainnya
20
Badan Layanan Umum
Informasi APBN
Perubahan 2016
Perkembangan Penerimaan Negara
Bukan Pajak Lainnya 2010 - 2016
(TRILIUN RUPIAH)
59,4
2010
5,9
9,2
5,8
20,8
17,7
69,4
2011
11,8
7,9
8,0
24,2
17,5
73,5
2012
8,1 4,7
12,3
29,9
18,4
69,6
2013
9,8
12,9
5,2
21,4
20,3
85,8
2014
14,1 4,3
15,5
28,9
23,0
81,7
2015
11,9 4,4
7,3
APBN
2016
APBNP
2016
79,4
6,0
7,5
6,7
21,2
38,0
84,1
5,4
13,6 5,0
Domestic Market Obligation (DMO)
5
31,3
26,8
KEMENTERIAN
NEGARA/LEMBAGA
PENYUMBANG PNBP
TERBESAR
23,9
36,2
Pendapatan dari Penerimaan
Kembali Belanja TAYL
Penjualan Hasil Tambang
Kementerian
Komunikasi
dan Informatika
Rp14,0 T
Kementerian
Hukum dan HAM
Rp3,6 T
21
Pendapatan 5 K/L Besar
Kementerian
Perhubungan
Rp8,9 T
Lainnya
Kepolisian Negara
Republik Indonesia
Rp8,0 T
Kementerian Pertahanan
Rp3,6 T
Informasi APBN
Perubahan 2016
BELANJA
NEGARA
Belanja
K/L
Rp767,8 T
37%
BELANJA NEGARA
RP2.082,9 T
26%
37%
Belanja Rp538,9 T
Non K/L
Rp776,3 T Transfer ke
Daerah dan Dana Desa
Transfer ke Daerah
Tr
Program Pengelolaan
Utang Negara
Rp729,3 T
Program Pengelolaan
Subsidi
Dana
Desa
Rp47,0 T
Rp191,2 T
Rp177,8 T
Program Pengelolaan
Hibah Negara
Rp8,5 T
Program Pengelolaan
Belanja Lainnya
Rp50,8 T
Program Pengelolaan
Transaksi Khusus
Rp110,6 T
22
Informasi APBN
Perubahan 2016
Belanja Pemerintah Pusat
Menurut Fungsi
Perlindungan
Sosial
Rp150,8 T
Pelayanan Umum
Rp322,6 T
11,5%
24,7%
Pendidikan
Rp143,3 T
11,0%
Agama
Rp9,8T
0,7%
Pariwisata
0,4%
Rp5,9 T
Kesehatan
Rp66,1 T
5,1%
Perumahan
dan Fasilitas Umum
Rp38,3 T
2,6%
BELANJA
PEMERINTAH PUSAT
Rp1.306,7 T
8,3%
Pertahanan
Rp109,0T
0,8%
Perlindungan
Lingkungan Hidup
Rp11,0 T
9,4%
Ketertiban
dan Keamanan
Rp122,9 T
25,3%
Menurut Jenis
Ekonomi
Rp331,0 T
26,2%
23,3%
15,8%
Rp342,4 T
Rp304,2 T
Rp206,6 T
13,6%
0,7%
Rp177,8 T
Rp8,5 T
Belanja Pegawai
Subsidi
Belanja Barang
Belanja Hibah
Belanja Modal
4,1%
Belanja Bantuan Sosial
Rp53,4 T
23
14,6%
Pembayaran Bunga Utang
Rp191,2 T
1,7%
Belanja Lain Lain
Rp22,5 T
Informasi APBN
Perubahan 2016
Belanja Pemerintah Pusat
Menurut Organisasi
APBN
2016
Rp110,6 T
Rp110,0 T
8%
Rp784,1 T
APBNP
2016
5%
Rp59,9 T
14%
59%
Rp50,8 T
4%
Rp177,8T
Rp182,6 T
Rp767,8 T
15%
Rp191,2 T
Rp1.325,6 T
Program Pengelolaan
Belanja Lain nya
59%
Rp8,5 T
Rp184,9 T
Belanja K/L
14%
Rp4,0 T
14%
8%
Rp1.306,7 T
Program Pengelolaan
Transaksi Khusus
Program Pengelolaan
Subsidi
Program Pengelolaan
Hibah Nega ra
Program Pengelolaan
Utang Nega ra
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
BELANJA PEMERINTAH PUSAT, APBNP 2016
Penghematan dan efisiensi Belanja K/L:
- Efisiensi Belanja Operasional
- Efisiensi Belanja Lainnya (belanja jasa, honorarium, dll)
Penambahan Belanja untuk program-program prioritas yang mendesak
Pemenuhan anggaran pendidikan dan kesehatan masing-masing sebesar 20% dan 5% dari
APBN
Mendorong
pemanfaatan energi yang berkelanjutan:
- Skema penerapan subsidi yang lebih tepat sasaran
- Dukungan dana penyangga dan ketahanan energi
24
Informasi APBN
Perubahan 2016
10 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
DENGAN ANGGARAN TERBESAR
(TRILIUN RUPIAH)
99,5
KEMENHAN
KEMEN PU PERA
97,1
108,7
104,1
73,0
79,3
POLRI
63,5
62,7
KEMENKES
57,1
56,2
KEMENAG
APBN 2016
784,1
49,2
43,6
KEMENDIKBUD
APBNP 2016
767,8
48,5
42,9
KEMENHUB
KEMENRISTEK
DIKTI
40,6
40,6
KEMENKEU
39,3
38,1
31,5
27,6
KEMENTAN
177,9
171,0
K/L LAINNYA
Perkembangan
Belanja K/L
767,8
732,1
(TRILIUN RUPIAH)
582,9
577,2
489,4
417,6
332,9
2010
2011
2012
2013
25
2014
2015
APBNP
2016
Informasi APBN
Perubahan 2016
Arah Kebijakan dan Sasaran Pembangunan
Beberapa K/L
Kementerian PU PERA
APBN 2016 Rp104,1 T
APBNP 2016 Rp97,1 T
Kementerian Perhubungan
APBN 2016 Rp48,5 T
APBNP 2016 Rp42,9 T
Kementerian Pertanian
APBN 2016 Rp31,5 T
APBNP 2016 Rp27,6 T
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
APBN 2016 Rp49,2 T
APBNP 2016 Rp43,6 T
Perubahan disebabkan:
Penghematan/pemotongan anggaran Rp8.495,4 miliar
Tambahan anggaran Rp963,0 miliar untuk pembangunan infrastruktur dalam
rangka persiapan pelaksanaan Asian Games tahun 2018
Kenaikan rencana penarikan anggaran yang bersumber dari PHLN Rp524,8
miliar
Pemanfaatan anggaran, antara lain:
Pembangunan/Pemeliharaan jalan dan jembatan
Pembangunan jalan tol
Pembangunan rusun
Pembangunan embung, bendungan, dan penampungan air lainnya
Perubahan disebabkan:
Penghematan dan pemotongan anggaran Rp3,750,2 miliar
Penurunan rencana penarikan anggaran yang bersumber dari PHLN
Rp1.813,0 miliar
Pemanfaatan anggaran, antara lain:
Pembangunan kapal perintis penumpang dan barang
Pembangunan jalur kereta api
Pembangunan/pengembangan bandar udara
Perubahan disebabkan, a.l.:
Penghematan dan pemotongan anggaran Rp3.923,0 miliar
Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi BA BUN untuk penagihan
dan pengendalian, percepatan pengembalian pinjaman petani perkebunan
Pemanfaatan anggaran, antara lain:
Peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai
Peningkatan produksi daging, telur, dan susu
Penambahan luas tanam padi
Perubahan disebabkan, a.l. :
Penghematan dan pemotongan anggaran Rp6.523,9 miliar
Penurunan rencana penarikan anggaran yang bersumber dari PHLN Rp321,7
miliar
Tambahan anggaran pendidikan Rp1.218,6 miliar untuk menjaga rasio
anggaran pendidikan 20% dari APBN
Pemanfaatan anggaran, antara lain:
Wajib belajar 12 tahun melalui Program Indonesia Pintar
Peningkatan kompetensi tenaga pendidik
Pembangunan dan rehabilitas ruang kelas/sekolah
26
Informasi APBN
Perubahan 2016
Kementerian Riset Teknologi
dan Perguruan Tinggi
APBN 2016 Rp40,6 T
APBNP 2016 Rp40,6 T
Kementerian Agama
APBN 2016 Rp57,1 T
APBNP 2016 Rp56,2 T
Kementerian Kesehatan
APBN 2016 Rp63,5 T
APBNP 2016 Rp62,7 T
Kementerian Pertahanan
APBN 2016 Rp99,5 T
APBNP 2016 Rp108,7 T
Perubahan disebabkan, a.l. :
Penghematan dan pemotongan anggaran Rp1.953,3 miliar
Tambahan anggaran pendidikan Rp1.881,2 miliar untuk menjaga rasio
anggaran pendidikan 20% dari APBN
Pemanfaatan anggaran, antara lain:
Pemberian Beasiswa Bidik Misi dan Bantuan Siswa Miskin
Peningkatan kualitas dosen
Penguatan Riset dan Pengembangan
Perubahan disebabkan, a.l. :
Penghematan dan pemotongan anggaran Rp1.399,4 miliar
Tambahan anggaran pendidikan Rp548,5 miliar untuk menjaga rasio anggaran
pendidikan 20% dari APBN
Pemanfaatan anggaran, antara lain:
Pemberian bantuan operasional sekolah untuk MI/Ula, MTs/Wustha, dan
MA/Ulya
Pembangunan dan rehabilitas ruang kelas/sekolah
Perubahan disebabkan, a.l. :
Penghematan dan pemotongan anggaran Rp1.051,4 miliar
Tambahan anggaran kesehatan Rp250,0 miliar untuk menjaga rasio anggaran
kesehatan 5% dari APBN
Pemanfaatan anggaran, antara lain:
Peningkatan layanan persalinan
Peningkatan persentase anak yang mendapatkan imunisasi lengkap
Peningkatan cakupan pelayanan universal melalui Kartu Indonesia Sehat
(peserta Penerima Bantuan Iuran)
Perubahan disebabkan, a.l. :
Tambahan anggaran prioritas dan mendesak Rp10.086,5 miliar (termasuk untuk
rumah sakit TNI dan satelit pertahanan)
Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi BA BUN sebesar Rp1.923,0
miliar (a.l. untuk pembayaran hutang bahan bakar minyak dan pelumas tahun
2014)
Penghematan dan pemotongan anggaran Rp2.857,3 miliar;
Pemanfaatan anggaran, antara lain:
Pengadaan alutsista
Pengadaan kendaraan taktis (matra darat), KRI, KAL, Alpung, ranpur , rantis
(matra laut), dan pesawat (matra udara)
Polri
APBN 2016 Rp73,0 T
APBNP 2016 Rp79,3 T
Perubahan disebabkan, a.l. :
Tambahan anggaran mendesak dan prioritas Rp9.810,7 miliar (antara lain untuk
penambahan peralatan dan personil tindak pidana terorisme)
Penurunan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP Rp2,303,3 miliar
Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi BA BUN sebesar Rp322,3 miliar
untuk penguatan Densus 88 Anti Teror Polri
Penghematan dan pemotongan anggaran Rp1.560,3 miliar
Pemanfaatan anggaran, antara lain:
Penambahan almatsus Polri
Pemberantasan tindak kriminal
Pengamanan objek vital
27
Informasi APBN
Perubahan 2016
Perbandingan Subsidi Energi, Anggaran Pendidikan,
Infrastruktur dan Kesehatan 2010-2016
Kebijakan pengalihan subsidi energi untuk belanja yang lebih produktif seperti belanja infrastruktur
triliun rupiah
500
400
300
200
100
0
2010
2011
2012
Subsidi
Energi
Anggaran
Pendidikan
2013
2014
Anggaran
Infrastruktur
Anggaran Pendidikan
Anggaran
Kesehatan
APBNP
2016
Anggaran Kesehatan
Pemenuhan pertama kali anggaran kesehatan
sebesar 5% dari Belanja Negara
Mempertahankan pemenuhan anggaran
pendidikan sebesar 20% dari Belanja Negara
triliun rupiah
triliun rupiah
500
125
400
100
300
75
200
50
100
25
0
2015
2010
2011
2012
2013
2014
0
2015 APBNP
2016
Anggaran Infrastruktur
2010
2011
2012
2013
2014
2015
APBNP
2016
Anggaran Kedaulatan Pangan
Meningkatkan alokasi pembangunan
infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas
Peningkatan produksi untuk mencapai swasembada
pangan dan ketersediaan pasokan
triliun rupiah
triliun rupiah
400
160
320
120
240
80
160
40
80
0
0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
APBNP
2016
Belanja Pemerintah Pusat
Transfer Ke Daerah
28
2010
2011
2012
Pembiayaan
2013
2014
2015
APBNP
2016
Informasi APBN
Perubahan 2016
SUBSIDI
Arah Kebijakan
Subsidi Tahun
2016
Stabilitas harga kebutuhan pokok
Daya beli masyarakat tetap terjaga terutama masyarakat miskin
Ketersediaan pasokan kebutuhan pokok dan peningkatan produktivitas
Daya saing produksi dan akses permodalan UMKM makin meningkat
53%
47%
%
Subsdi Energi
Rp94,4 T
Subsdi Non energi
Rp83,4 T
Subsidi Energi
Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan
dan mendistribusikan BBM, LPG tabung 3 kg, dan tenaga listrik sehingga harga
jualnya terjangkau oleh masyarakat.
%
Subsidi Nonenergi
Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi
dan/atau menjual barang dan/atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah
selain produk energi.
29
Informasi APBN
Perubahan 2016
PERKEMBANGAN SUBSIDI
2006 - 2016
(TRILIUN RUPIAH)
107,4
2006
94,6
16%
12,8
150,2
2007
116,9
20%
33,3
275,3
2008
223,0
28%
52,3
138,1
2009
94,6
15%
43,5
2010
140,0
52,8
192,7
18%
295,4
2011
255,6
39,7
346,4
2012
306,5
310,0
45,1
355,0
22%
392,0
2014
341,8
119,1
102,1
94,4
22%
50,2
2015
APBNP
2016
23%
39,9
2013
APBN
2016
23%
66,9
80,5
83,4
Subsidi Energi
186,0
10%
182,6
9%
177,8
9%
Subsidi Nonenergi
Persentase terhadap Belanja Negara
30
Informasi APBN
Perubahan 2016
SUBSIDI
ENERGI
Volume LPG Tabung 3 KG:
6,6 metrik ton
46%
Volume Minyak Tanah:
0,69 juta KL
54%
Subsdi BBM
Volume Minyak Solar:
16,0 juta KL
Subsidi listrik terutama untuk
golongan pelanggan 450-900
VA
Rp43,7 T
Subsidi BBM, LPG tabung 3 kg,
LGV terutama untuk rumah tangga,
usaha mikro, usaha perikanan dan
transportasi
Subsdi Listrik
Rp50,7 T
Kebijakan
Subsidi BBM
Melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk BBM jenis minyak solar Rp500/liter dan
untuk premium tidak ada subsidi serta subsidi (selisih harga) untuk minyak tanah
dan LPG tabung 3 kg;
Melaksanakan
Meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan untuk transportasi
Meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota untuk
rumah tangga
Meningkatkan pengawasan penyaluran BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg
antara lain melalui penggunaan data dan teknologi, dan
Meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan
BBM bersubsidi dan LPG tabung 3kg
Kebijakan
Subsidi Listrik
Meningkatkan
Meningkatkan
Memberikan subsidi untuk pelanggan rumah tangga miskin dan rentan dengan
daya 450 VA dan 900 VA
Mengembangkan energi baru dan terbarukan
Meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan investasi pembangunan
infrastruktur ketenagalistrikan
31
Informasi APBN
Perubahan 2016
PERKEMBANGAN SUBSIDI ENERGI
2006 - 2016
(TRILIUN RUPIAH)
94,6
2006
64,2
30,4
116,9
2007
83,8
33,1
223,0
2008
139,1
83,9
BBM, LPG Tabung 3 kg, dan LGV
94,6
2009
45,0
Listrik
49,5
140,0
2010
82,4
57,6
255,6
2011
165,2
90,4
306,5
2012
211,9
94,6
210,0
100,0
310,0
2013
2014
341,8
240,0
101,8
119,1
2015
60,8
APBN
2016
APBNP
2016
58,3
102,1
63,7
38,4
94,4
43,7
50,7
Volume
2005
Konsumsi
BBM Bersubsidi
2005-2016
(JUTA KILO LITER)
59,7
37,5
2006
38,7
2007
38,1
2008
37,0
2009
38,2
2010
41,8
2011
45,0
2012
46,2
2013
46,0
2014
17,9
2015
32
16,7
2016
16,2
APBNP
2016
Informasi APBN
Perubahan 2016
SUBSIDI
NONENERGI
Subsidi Bunga
Kredit Program
Rp15,8 T
Rp
Subsidi Pajak
Rp10,2 T
%
Mendukung program
stabilitas harga kebutuhan
pokok dan pengembangan
industri strategis.
Mendukung program
pengembangan UMKM,
peningkatan ketahanan
pangan, dan program
Subsidi Pajak dialokasikan untuk
- PPh DTP sebesar Rp9,7 T
- Bea Masuk DTP sebesar Rp0,5 T
Beberapa jenis bunga kredit program, antara lain:
a. Subsidi Bunga KUR
- Dialokasikan sebesar Rp10,5 T;
- Coverage Rp100 T-Rp120 T;
- Bunga kredit sebesar 9 %;
- Sasaran: usaha kecil, menengah, dan koperasi
Subsidi Pangan
Rp22,5 T
Penyediaan beras
dengan harga tebus/
jual Rp1.600/Kg bagi
15,5 juta RTS @15 Kg/
RTS selama 12 bulan.
12%
b. Subsidi bunga kredit perumahan
- Dialokasikan sebesar Rp1,3 T
- Coverage 531.445 unit rumah
- Sasaran: masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
- Bunga kredit 5%
27%
19%
Subsidi PSO
Rp3,8 T
Diberikan untuk penumpang
angkutan kereta api, penumpang
angkutan kapal laut kelas ekonomi,
dan penyediaan informasi publik.
5%
Subsidi
Nonenergi
Rp83,4 T
36%
Subsidi PSO diberikan untuk
- PSO KAI sebesar Rp1,8 T
- PSO Pelni sebesar Rp1,8 T
- PSO LKBN Antara sebesar Rp0,1 T
Subsidi Benih
Rp1,0 T
Membantu petani memenuhi
kebutuhan benih dengan harga
terjangkau, serta mendukung upaya
peningkatan ketahanan pangan.
- Subsidi benih diberikan
untuk benih padi dan kedele
-Subsidi benih dialokasikan
untuk 116.500 ton benih bersubsidi
33
1%
Subsidi Pupuk
Rp30,1 T
Membantu petani memenuhi
kebutuhan pupuk dengan harga
terjangkau, serta mendukung upaya
peningkatan ketahanan pangan.
- Subsidi benih diberikan
untuk pupuk non organik seperti urea,
ZA, NPK dan pupuk organik
- Subsidi pupuk dialokasikan untuk 9,5 juta
ton pupuk bersubsidi
Informasi APBN
Perubahan 2016
PERKEMBANGAN SUBSIDI NONENERGI
2006 - 2016
(TRILIUN RUPIAH)
0,1 0,3
2006
3,2
5,3
6,2 0,9 0,3
12,8
0,5 1,5
2007
6,6
6,3
1,
1,0
0 0,3
17,1
33,3
1,0 0,3
2008
12,1
15,2
21,0
1,7 0,9
1,6
2009
13,0
18,3
8,2
1,3
1,1
52,3
43,5
2,2
2010
15,2
18,4
14,8
1,4
0,8
52,8
0,1
39,7
2011
16,5
16,3
3,4
1,8 1,5
0,1
39,9
2012
19,1
14,0
3,8
1,9 1,1
0,4
45,1
2013
17,6
20,3
4,1
1,5 1,1
0,3
2014
18,2
5,8
21,0
2,
2,1
2,8
50,2
0,1
66,9
2015
21,8
8,5
31,3
3,3
1,9
1,0
APBN
2016
21,0
30,1
8,2
22,5
30,1
10,2
3,8
1,0
APBNP
2016
Subsidi Pangan
Subsidi Pupuk
Subsidi Pajak
Subsidi Benih
Subsidi Bunga Kredit Program
Subsidi Lainnya
34
3,8
16,5
15,8
Subsidi PSO
80,5
83,4
Informasi APBN
Perubahan 2016
PEMBAYARAN
BUNGA UTANG
91%
Pembayaran Bunga Utang
Dalam Negeri Rp174,0 T
9%
Pembayaran Bunga Utang
Luar Negeri
Rp17,2 T
KEBIJAKAN PEMBAYARAN
BUNGA UTANG 2016
Memenuhi kewajiban Pemerintah
untuk menjaga kredibilitas dan
kesinambungan pembiayaan
Menjaga
bunga utang, antara lain melalui
pemilihan komposisi instrumen
utang yang optimal dan melaksanakan
transaksi lindung nilai.
35
Informasi APBN
Perubahan 2016
TRANSFER KE DAERAH
DAN DANA DESA
Dana Desa Rp47,0 T
Dana Keistimewaan DIY Rp0,5 T
Dana Otonomi Khusus Rp18,3 T
6%
2%
Dana Insentif Daerah Rp5,0 T
Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
Rp776,3 T
1%
91%
22%
Dana
Alokasi Umum
Rp385,4 T
78%
Dana
Transfer
Umum
Rp494,4 T
Dana
Bagi Hasil
Rp109,1 T
Dana
Perimbangan
Rp705,5 T
DAK
Nonfisik
Rp121,2 T
70% 30%
Dana
Transfer
Umum
36
Dana
Transfer
Khusus
57%
Dana
Transfer
Khusus
Rp211,0 T
43%
DAK
Fisik
Rp89,8 T
Informasi APBN
Perubahan 2016
PERKEMBANGAN TRANSFER KE DAERAH
DAN DANA DESA 2006 - 2016
(TRILIUN RUPIAH)
3,5
226,4
2006
0,6
4,0
222,3
253,3
2007
5,3
244,0
7,5
292,6
2008
278,9
6,2
9,5
308,6
2009
11,8
9,1
287,3
344,7
2010
18,9
10,4
316,7
411,3
2011
53,7
347,2
12,0
480,6
2012
57,4
411,3
13,5
0,1
513,3
2013
69,3
430,4
0,4
16,2
573,7
2014
477,1
17,1
80,1
0,5
2015
623,1
98,9
485,8
APBN
2016
20,8
0,5
5,0
770,2
17,2 47,0
700,4
APBNP
2016
0,5
5,0
776,3
18,3 47,0
705,5
Dana Perimbangan
Dana Transfer Lainnya
Dana Desa
Dana Otonomi Khusus
Dana Keistimewaan DIY
Dana Insentif Daerah
37
Informasi APBN
Perubahan 2016
PERUBAHAN POSTUR TRANSFER KE DAERAH
DAN DANA DESA
Postur
Postur
Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
2015
2016
Transfer ke Daerah
Transfer ke Daerah
Dana Perimbangan
DBH
DAU
DAK
Dana Perimbangan
Dana Transfer Lainnya
Dana Insentif Daerah
Dana Otonomi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Keistimewaan DIY
Dana Keistimewaan DIY
Dana Desa
Dana Transfer Umum
DBH
DAU
Dana Transfer Khusus
DAK Fisik
DAK Nonfisik
Dana Desa
Kebijakan Transfer Ke Daerah
dan Dana Desa
Meningkatkan alokasi anggaran Transfer
ke Daerah dan Dana Desa, agar dapat
mempercepat penguatan peran daerah
dalam penyediaan pelayanan publik dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang
merupakan perwujudan dari ciri Indonesia
Melakukan perubahan struktur dan ruang
lingkup Transfer ke Daerah dan Dana
Desa agar lebih sesuai dengan pembagian
kewenangan antara pemerintah pusat dan
daerah serta kebutuhan pendanaan daerah
Meningkatkan
kualitas
penganggaran
dan penyaluran DBH guna meningkatkan
kepastian jumlah dan ketepatan waktu
penyaluran
Reformulasi alokasi DAU guna meningkatkan
pemerataan
kemampuan
keuangan
antardaerah
38
Reformulasi dan penguatan DAK untuk
mendukung Nawacita dan pencapaian
prioritas nasional
Meningkatkan kualitas pengelolaan Dana
Otsus dan Dana Keistimewaan DIY
Reformulasi
DID
untuk
memberikan
penghargaan yang lebih besar kepada daerah
yang berkinerja baik dalam pengelolaan
keuangan, perekonomian, dan kesejahteraan
daerah
Peningkatan alokasi Dana Desa minimal 6
persen dari dan di luar Transfer ke Daerah
sesuai Road Map Dana Desa tahun 2015-2019
39
Rp13,0 T
Rp6,3 T
Bengkulu
Sumatera Barat
Rp14,1 T
Rp23,3 T
Sumatera Utara
Nanggroe Aceh Darussala m
Rp4,2 T
Rp12,5 T
Lampung
Rp8,0 T
Rp35,9 T
Jawa Tengah
Rp11,7 T
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Rp7,7 T
Jambi
Rp3,8 T
Kepulauan Riau
Banten
Rp7,0 T
Riau
Jawa Barat
Rp33,1 T
Rp5,3 T
DI Yogyakarta
Rp10,0 T
Kalimantan Tengah
Rp11,7 T
Kalimantan Barat
Jawa Timur
Rp38,3 T
Rp6,8 T
Bali
Rp8,2 T
Nusa Tenggara Barat
Rp17,3 T
Sulawesi Selatan
Rp4,2 T
Sulawesi Barat
Rp4,3 T
Kalimantan Timur
Rp3,3 T
Kalimantan Utara
Kalimantan Selatan
Rp7,7 T
DANA ALOKASI UMUM
Rp385,4 T
Rp9,2 T
Rp13,0 T
Nusa Tenggara Timu r
Rp9,5 T
Gorontalo
Rp4,0 T
Rp8,2 T
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Rp7,5 T
Maluku
Rp6,1 T
Maluku Utar a
Papua
Rp22,5 T
Papua Barat
Rp7,9 T
Informasi APBN
Perubahan 2016
Informasi APBN
Perubahan 2016
DANA BAGI HASIL
Rp109,1 T
Dialokasikan kepada daerah bersumber dari pendapatan APBN berdasarkan persentase tertentu
guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
DBH Pajak:
APBNP 2016 Rp68,6 T
DBH Sumber Daya Alam:
APBNP 2016 Rp40,5 T
DANA TRANSFER KHUSUS
Rp211,0 T
DAK FISIK
DAK NONFISIK
Rp121,2 T
Rp89,8 T
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Rp43,9 T
DAK Reguler Rp62,3 T
Bantuan Operasional Penyelenggaraan
PAUD (BOP) Rp2,3 T
Pendidikan Rp2,7 T
Kesehatan dan KB Rp17,4 T
Perumahan, Permukiman, Air Minum & Sanitasi Rp0,7 T
Tunjangan Profesi Guru PNSD Rp69,8 T
Kedaulatan Pangan Rp8,4 T
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rp1,4 T
Tambahan Penghasilan Guru PNSD Rp1,0 T
Energi Skala Kecil Rp0,5 T
Dana Proyek Pemerintah Daerah
dan Desentralisasi Rp0,4 T
Kelautan dan Perikanan Rp1,1 T
Prasarana Pemerintahan Daerah Rp0,3 T
Transportasi Rp27,9 T
Sarana Perdagangan, Industri Kecil Menengah & Pariwisata Rp1,5 T
DAK Infrastruktur dan Publik Daerah Rp24,9 T
BOK dan BOKB Rp3,6 T
Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM,
dan Ketenagakerjaan Rp0,3 T
DAK Afirmasi Rp2,6 T
40
Informasi APBN
Perubahan 2016
DANA OTONOMI KHUSUS
Rp18,3 T
Dana Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat terutama ditujukan untuk pembiayaan Pendidikan dan Kesehatan.
Dana Otsus Provinsi Aceh terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial,
dan kesehatan. Selanjutnya Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua dan Papua Barat ditujukan untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dermaga, sarana transportasi darat,
sungai maupun laut dalam rangka mengatasi keterisolasian dan kesenjangan penyediaan infrastruktur
antara Papua dan Papua Barat dengan daerah lainnya
Alokasi Otsus Rp7,7 T
Provinsi Aceh
Alokasi Otsus
Rp2,3 T
Provinsi Papua Barat
Alokasi Tambahan Rp0,9 T
Infrastruktur
Provinsi Papua Barat
Alokasi Otsus Rp5,4 T
Provinsi Papua
Alokasi Tambahan Rp2,0 T
Infrastruktur
Provinsi Papua
DANA INSENTIF DAERAH
Rp5,0 T
Kriteria:
Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkan kriteria utama dan kriteria kinerja
Tujuan:
Memberikan penghargaan (reward) kepada daerah yang mempunyai kinerja baik dalam:
- Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah
- Pelayanan Dasar Publik
- Perekonomian dan kesejahteraan (termasuk pengendalian tingkat inflasi)
DANA KEISTIMEWAAN DIY
Rp0,5 T
Dialokasikan untuk mendanai urusan Keistimewaan DIY, meliputi: a) tata cara pengisian jabatan, kedudukan,
tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; b) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c) kebudayaan;
d) pertanahan; dan e) tata ruang
DANA DESA
Rp47,0 T
Dana Desa diperuntukkan antara lain untuk: (1) mendanai penyelenggaraan pemerintahan, (2) pelaksanaan
pembangunan, dan (3) pemberdayaan masyarakat desa. Anggaran Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah
desa dan dialokasikan dengan memerhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa. Untuk
itu, kebijakan Dana Desa pada tahun 2016 salah satunya diarahkan untuk meningkatkan pagu anggaran
Dana Desa yang bersumber dari APBN, yakni minimal sebesar 6 persen dari anggaran Transfer ke Daerah.
41
Informasi APBN
Perubahan 2016
PERKEMBANGAN DEFISIT ANGGARAN
2006 - 2016
(TRILIUN RUPIAH)
40,0
2006
1,28
29,1
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menjaga kesinambungan fiskal
adalah dengan mengendalikan defisit dalam batas aman, mengendalikan
rasio utang terhadap PDB, dan mengendalikan keseimbangan primer
0,87
58,3
2007
2008
diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal yang
diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan daya saing
dengan tetap mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal dalam
jangka menengah dan panjang
1,55
49,8
1,26
94,5
2,11
4,1
0,08
129,8
2009
2010
88,6
2,40
1,58
Defisit APBN (triliun Rupiah)
133,7
2,14
46,8
Defisit LKPP (triliun Rupiah)
0,73
2011
2012
Defisit LKPP (% terhadap PDB)
150,8
84,4
Defisit APBN (% terhadap PDB)
2,09
1,14
190,1
2,23
153,3
1,86
224,2
2013
2,38
211,7
2,33
241,5
2014
2,40
226,7
2,25
2015
1,90
222,5
298,5
2,59
APBN
2016
APBNP
2016
273,2
2,15
2,40
42
296,7
Informasi APBN
Perubahan 2016
PEMBIAYAAN
ANGGARAN
PEMBIAYAAN
APBN
Rp273,2 T
Rp
APBNP
Rp296,7 T
Utang
Rp
APBN
Rp330,9 T
Nonutang
APBNP
Rp
APBN
Rp365,7 T
-Rp57,7 T
Penerbitan
SBN Neto
Rp327,2 T
Perbankan
Dalam Negeri
Rp364,9 T
Rp5,5 T
Pinjaman Dalam
Negeri Neto
Rp3,3 T
APBNP
-Rp69,0 T
Rp25,4 T
Non Perbankan
Dalam Negeri
Rp3,4 T
-Rp63,2 T
-Rp94,4 T
Pinjaman Luar
Negeri Neto
Rp0,4 T
-Rp2,5 T
Pembiayaan anggaran mengalami perubahan karena beberapa faktor antara lain:
1. kenaikan defisit anggaran dari 2,15 persen terhadap PDB dalam APBN tahun 2016 menjadi 2,48 persen
dalam RAPBNP tahun 2016
2. peningkatan pengeluaran pembiayaan anggaran terutama untuk investasi pemerintah
3. penyesuaian akibat perubahan asumsi dasar ekonomi makro.
Angka negatif pada nonutang dan nonperbankan dalam negeri menunjukkan nilai komponen
pengeluaran pembiayaan di dalamnya lebih besar dari pada komponen penerimaannya.
43
Informasi APBN
Perubahan 2016
PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN ANGGARAN
2006 - 2016
(TRILIUN RUPIAH)
Penurunan pembiayaan anggaran pada tahun 2010
karena menyesuaikan dengan menurunnya realisasi
20
2006
29,4
9,4
11,8
2007
Nonutang
42,5
Utang
30,6
Pembiayaan Anggaran
16,6
2008
84,1
67,5
28,7
2009
112,6
83,9
4,6
2010
91,5
86,9
28,3
2011
131,0
102,7
38,1
2012
175,1
137,0
18,1
2013
237,4
219,3
-4,3
2014
248,9
253,2
-55,2
323,1
2015
378,3
-57,7
APBN
2016
-69,0
APBNP
2016
273,2
330,9
296,7
365,7
44
Informasi APBN
Perubahan 2016
Kebijakan Pembiayaan Anggaran
APBNP 2016
Kebijakan Pembiayaan Anggaran sama dengan kebijakan APBN 2016 yaitu:
Menyempurnakan kualitas perencanaan investasi Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah BUMN sebagai
agen pembangunan antara lain untuk mendukung pembangunan infrastruktur, kedaulatan pangan, dan
kemaritiman
Mengendalikan rasio utang pemerintah dalam batas yang aman
Membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat secara lebih luas antara lain melalui
penerbitan obligasi ritel
Mengoptimalkan dana kelolaan BLU dalam rangka pembiayaan pembangunan termasuk memperluas akses sektor
UMKM, perumahan murah dan pendidikan
Memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) untuk mendukung pembangunan infrastruktur
Memberikan penjaminan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur
Mendukung program peningkatan akses terhadap pendidikan dan penyediaan kebutuhan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR)
Kebijakan Pembiayaan
UTANG
Kebijakan Pembiayaan Anggaran sama dengan kebijakan APBN 2016 yaitu:
Mengendalikan rasio utang terhadap PDB
Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan dan melakukan
pendalaman pasar obligasi domestik
Mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk yang berbasis
proyek
Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang infrastruktur dan energi
Meningkatkan pemanfaatan fasilitas pinjaman sebagai alternatif instrumen pembiayaan
Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka asset liabilities management (ALM)
Kebijakan Pembiayaan
NONUTANG
Mendukung pembangunan infrastruktur baik sarana dan prasarana transportasi, pemukiman, air bersih dan
sanitasi, serta infrastruktur energi melalui alokasi dana investasi pemerintah, dan kewajiban penjaminan
Mendukung peningkatan ekspor melalui alokasi PMN
Mendukung pemenuhan kewajiban negara sebagai anggota organisasi/lembaga keuangan internasional serta
mempertahankan persentase kepemilikan modal melalui alokasi PMN
Mendukung pemenuhan ketersediaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) baik melalui
program PMN, maupun dana bergulir serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya agar tepat sasaran
Mendukung peningkatan kapasitas dana pengembangan pendidikan nasional untuk meningkatkan akses terhadap
pendidikan tinggi, peningkatan kualitas riset, dan mendukung usaha pemerintah dalam melakukan perbaikan
fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam
Perubahan kebijakan Pembiayaan Nonutang:
Mendukung PT PLN (Persero) dalam rangka program 35.000 MW melalui alokasi PMN
Mendukung pembangunan infrastruktur melalui alokasi pembiayaan investasi kepada BLU LMAN untuk pendanaan
pengadaan tanah
Mendukung kebijakan penyelesaian permasalahan program kesejahteraan rakyat, antara lain melalui alokasi PMN
kepada BPJS Kesehatan demi keberlanjutan program JKN, dan alokasi cadangan pembiayaan untuk dana antisipasi
pembayaran kepada masyakarat terdampak lumpur Sidoarjo
Pemanfaatan dana SAL
45
Informasi APBN
Perubahan 2016
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
APBNP 2016
Dana Pengembangan
Pendidikan Nasional
Rp5,0 T
8%
Kewajiban
Penjaminan
Rp0,9 T
APBNP
2016
APBN
2016
Pengeluaran
Pembiayaan
Nonutang
Rp63,5 T
Dana Pengembangan
Pendidikan Nasional
Rp5,0 T
Kewajiban Penjaminan
Rp0,7 T
94%
Dana Investasi
Pemerintah
Rp90,4 T
Dana Investasi
Pemerintah
Rp57,6 T
BLU LMAN
Rp16,0 T
Dana Bergulir
Rp9,2 T
PMN kepada
Organisasi/LKI
Rp3,9
5%
Pengeluaran
Pembiayaan
Nonutang
Rp96,1 T
91%
PMN Lainnya
Rp4,1 T
Cadangan Pembiayaan untuk
Dana Antisipasi PT Lapindo Brantas Inc.
/PT Minarak Lapindo Jaya
Rp0,05 T
18%
16%
84%
72%
PMN
Rp48,4 T
PMN
Rp65,2 T
PMN kepada
BUMN
Rp40,4
Dana Bergulir
Rp9,2 T
10%
PMN Lainnya
Rp10,9 T
PMN kepada
Organisasi/LKI
Rp3,8
PMN kepada
BUMN
Rp50,5 T
Pengeluaran pembiayaan anggaran 2016 juga dialokasikan untuk Dana
Pengembangan Pendidikan Nasional, Kewajiban Penjaminan, Cadangan
Pembiayaan untuk Dana Antisipasi PT Lapindo Brantas Inc./PT Minarak Lapindo,
dan Dana Investasi Pemerintah
Dana Investasi Pemerintah 2016 terutama dialokasikan untuk PMN kepada
BUMN/Lembaga, antara lain guna mendukung agenda prioritas Pemerintah yang
tertuang dalam Nawacita
Dana PMN digunakan untuk melakukan investasi dalam rangka pelaksanaan
program prioritas Pemerintah, sekaligus untuk memperbaiki dan memperkuat
struktur permodalan BUMN/lembaga
Dana PMN diharapkan dapat meningkatkan kemampuan BUMN/lembaga untuk
me-leverage pendanaan yang selanjutnya akan digunakan untuk meningkatkan
kapasitas usaha dan/atau percepatan pelaksanaan program prioritas Pemerintah.
Dana Investasi Pemerintah 2016 juga dialokasikan untuk PMN lainnya yaitu untuk
LPEI dan BPJS Kesehatan, PMN kepada organisasi/lembaga keuangan
internasional, dana bergulir Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan,
pembiayaan investasi kepada BLU Lembaga Manajemen Aset Negara
Alokasi pembiayaan investasi kepada BLU LMAN ditujukan untuk mendukung
pelaksanaan fungsi land bank, yang akan digunakan dalam pemenuhan kebutuhan
pendanaan pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur, khususnya proyek
strategis nasional terutama jalan tol. Manfaat alokasi pembiayaan investasi bagi
Pemerintah dan masyarakat yaitu terwujudnya percepatan pembangunan
infrastruktur yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
konektivitas, dan menurunkan biaya distribusi
Sedangkan untuk pengeluaran pembiayaan utang dialokasikan untuk penerusan
pinjaman, dan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri
46
Penerusan Pinjaman kepada
BUMN/Pemda Rp5,9 T
PT PLN Rp4,0 T digunakan untuk
mendukung pembangunan infrastruktur
energi melalui pembangunan/restrukturisasi
pembangkit listrik (PLTU, PLTA, dan PLTG)
PT Pertamina Rp1,6 T digunakan untuk
pembangunan geothermal sebagai sumber
energi listrik yang ramah lingkungan
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia Rp14,5
M digunakan untuk fasilitas penjaminan
proyek infrastruktur dalam rangka
mendorong dan mempercepat
pembangunan proyek-proyek infrastruktur
Pemprov DKI Jakarta Rp179,4 M digunakan
untuk pengendalian banjir Jakarta melalui
pengerukan dan rehabilitasi sungai, kanal
dan waduk, serta rehabilitasi/penguatan
tanggul
Informasi APBN
Perubahan 2016
PMN KEPADA BUMN
MENURUT PRIORITAS
APBN
2016
APBNP
2016
Infrastruktur
dan Maritim
Infrastruktur
dan Maritim
Rp18,7 T
Rp20,7 T
Kedaulatan
Pangan
Rp4,2 T
Kemandirian Ekonomi
Nasional
Rp1,5 T
37%
51%
10%
8%
10%
Rp3,9 T
6%
2%
4%
Pengembangan
Industri Strategis
Kedaulatan
Pangan
Kemandirian
Ekonomi Nasional
Rp1,0 T
Pengembangan
Industri Strategis
47%
25%
Rp3,2 T
Rp3,9 T
Kedaulatan
Energi
Kedaulatan
Energi
Rp23,6 T
Rp10,0 T
Perbedaan PMN kepada BUMN dalam APBN 2016 dan APBNP 2016 sebagai berikut:
1. Penghapusan alokasi PMN kepada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) sebesar Rp1,0 T,
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) sebesar Rp1,0 T, dan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)
sebesar Rp500,0 M;
2. Pengurangan alokasi PMN kepada PT Hutama Karya (Persero) sebesar Rp1,0 T sehingga menjadi Rp2,0 T; dan
3. Penambahan alokasi PMN kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebesar Rp13,6 T sehingga
menjadi Rp23,6 T.
KEBIJAKAN
PMN
BUMN yang melaksanakan kebijakan/program
Pemerintah dalam rangka menyelenggarakan
kemanfaatan umum bagi pemenuhan hajat hidup
orang banyak
Peningkatan kapasitas usaha BUMN antara lain
dalam rangka peningkatan kualitas infrastruktur,
kedaulatan pangan dan energi dengan
memperhatikan kemampuan keuangan negara
Mempertahankan porsi kepemilikan, sehingga
Pemerintah masih dapat mengendalikan BUMN
yang bersangkutan
PMN pada Organisasi/Lembaga keuangan
internasional dan badan usaha lain, bertujuan
untuk:
Memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota
serta mempertahankan proporsi kepemilikan
saham (shares) dan hak suara (voting rights
Memperoleh manfaat yang maksimal bagi
kepentingan nasional, didasarkan pada peraturan
perundangan yang berlaku dan memperhatikan
keuangan negara.
Mempertimbangkan efek pengganda bagi
pertumbuhan ekonomi;
47
Informasi APBN
Perubahan 2016
RINCIAN
PMN
Mendukung Program Kedaulatan Pangan
Perum Bulog Rp2,0 T, untuk mempercepat pembangunan unit-unit modern rice milling plant, drying centre
beserta SILO dan Cold Storage, guna mempercepat proses pengeringan, pengolahan, dan meningkatkan
kapasitas penyimpanan gabah/beras, jagung, produk hortikultura dan daging
PT Rajawali Nusantara Indonesia Rp692,5 M (konversi utang pokok RDI), untuk revitalisasi pabrik gula,
pengembangan bisnis sawit, dan pengembangan bisnis properti yang dimiliki perseroan
PT Perikanan Nusantara Rp29,4 M, PMN (konversi Piutang SLA/RDI) untuk memperbaiki struktur permodalan
perseroan sehingga kinerja keuangan perseroan akan semakin baik
PT Pertani Rp500,0 M untuk peningkatan kuantitas benih padi, jagung hibrida, kedelai, gabah, dan beras
Mendukung Program Kedaulatan Energi
PT PLN Rp23,6 T, untuk mendukung pendanaan proyek 35.000 MW sampai dengan tahun 2019 serta membiayai pembangunan infrastruktur kelistrikan.
Mendukung Program Pengembangan Industri Strategis
PT Krakatau Steel Rp1,5 T (tunai) dan Rp956,5 M (nontunai), untuk mendukung pembiayaan pembangunan
Hot Strip Mill (HSM) #2 dan pembangunan pembangkit listrik.
PT Industri Kereta Api Rp1,0 T, untuk mendukung proyek KRL Airport Link Bandara Soekarno-Hatta, serta
pembangunan workshop di Gresik.
PT Barata Indonesia Rp500,0 M, untuk pengembangan pabrik pengecoran (foundry), pembangunan pabrik
pusat penempaan (forging) dan permesinan (machining center), serta pengembangan pabrik industri agro.
Mendukung Program Kemandirian Ekonomi Nasional
PT Asuransi Kredit Indonesia, dan Perum Jamkrindo, masing-masing Rp500,0 M, dalam rangka pelaksanaan
penjaminan KUR bagi KUMKM.
Mendukung Program Pembangunan Infrastruktur dan Maritim
PT Sarana Multi Infrastruktur Rp4,2, T, untuk berpartisipasi dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur
strategis.
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia Rp1,0 T, untuk memperkuat struktur permodalan dan peningkatan
kapasitas usaha PT PII untuk melakukan penjaminan dalam proyek infrastruktur.
PT Sarana Multigriya Finansial Rp1,0 T, untuk memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas
usaha dalam rangka pengembangan pasar pembiayaan sekunder perumahan.
PT Jasa Marga Rp1,3 T, untuk melaksanakan pembangunan proyek jalan tol baru.
PT Hutama Karya Rp2,0 T, untuk melaksanakan penugasan Pemerintah dalam melakukan pengusahaan jalan
tol di Sumatera
PT Wijaya Karya Rp4,0 T, untuk melaksanakan proyek infrastruktur antara lain pembangkit listrik, Kawasan
Industri Kuala Tanjung, Pembangunan Water Treatment Plant serta jalan tol.
PT Pembangunan Perumahan Rp2,3 T, untuk melaksanakan proyek di bidang infrastruktur berupa pelabuhan
dan kawasan industri pelabuhan serta jalan tol.
Perum Perumnas Rp250 M (tunai) dan Rp235,4 M (konversi utang pokok RDI), untuk mempercepat pengadaan
lahan dan penyediaan rumah, baik rumah tapak maupun rumah susun untuk masyarakat menengah ke bawah.
PT Pelni Rp564,8 M (konversi utang pokok SLA) untuk meningkatkan kemampuan perseroan dalam
pendanaan investasinya.
PT Angkasa Pura II Rp2,0 T, digunakan dalam rangka pembebasan lahan untuk pembangunan runway 3
Bandara Soekarno-Hatta
PT Amarta Karya Rp32,1 M (konversi utang pokok SLA) untuk meningkatkan kapasitas usaha dan percepatan
program prioritas Pemerintah terkait infrastruktur energi.
48
Informasi APBN
Perubahan 2016
GLOSSARY
Keseimbangan primer
menggambarkan kemampuan Pemerintah membayar pokok dan bunga utang dengan menggunakan pendapatan
negara. Keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga
utang. Apabila nilai keseimbangan primer negatif, maka Pemerintah harus menerbitkan utang baru untuk membayar
pokok dan bunga utang. Sebaliknya apabila nilai keseimbangan primer positif, maka Pemerintah bisa menggunakan
sumber pendapatan negara untuk membayar sebagian atau seluruh pokok dan bunga utang.
Pajak
Terdiri atas penerimaan PPh Migas, PPh Nonmigas, PPN, PBB, dan pajak lainnya.
Kepabeanan dan Cukai
Terdiri atas penerimaan cukai (hasil tembakau, etil alkohol, dan minuman mengandung etil alkohol), bea masuk, dan
bea keluar.
PNBP
Terdiri atas penerimaan SDA Migas, SDA Nonmigas (pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan, dan
panas bumi), bagian laba BUMN, PNBP lainnya (PNBP yang dipungut oleh K/L), serta Pendapatan BLU.
Penerimaan Hibah
Terdiri atas penerimaan hibah yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
Tax ratio
pertambangan minerba dengan PDB nominal. Sedangkan tax ratio
penerimaan perpajakan (pajak pusat) dengan PDB nominal.
Pembayaran Bunga Utang
Belanja Pemerintah Pusat atas penggunaan utang dalam dan luar negeri. Dihitung dari utang yang sudah ada dan
perkiraan utang baru, termasuk biaya yang timbul terkait pengelolaan utang.
Transfer ke Daerah
Dialokasikan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan daerah, mengurangi kesenjangan
pendanaan urusan pemerintahan antar daerah, mengurangi kesenjangan layanan publik antardaerah, mendanai
pelaksanaan otonomi khusus dan keistimewaan daerah.
Belanja Kementerian Negara/Lembaga
Anggaran belanja yang dialokasikan melalui Kementerian Negara/ Lembaga untuk membiayai urusan tertentu dalam
pemerintahan.
Belanja Non-K/L (BA BUN)
Pengeluaran negara untuk Program Pengelolaan Utang Negara, Program Pengelolaan Subsidi, Program Pengelolaan Hibah,
Program Pengelolaan Belanja Lainnya, dan Program Pengelolaan Transaksi Khusus
Dana Desa
Dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/
kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Subsidi
Pemberian dukungan dalam bentuk alokasi anggaran kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihak
ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyediakan barang atau jasa yang bersifat
strategis atau menguasai hajat hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan negara.
49
Informasi APBN
Perubahan 2016
GLOSSARY
Belanja Menurut Fungsi, terdiri dari:
Fungsi Pelayanan Umum a.l. terdiri atas Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
(Anggaran PBI Jamkes), Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya,
Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya, Penyediaan dan Pengelolaan
Air Baku dan seluruh Belanja Non K/L (Subsidi, Pembayaran Bunga Utang, Belanja Lain-lain);
Fungsi Pertahanan a.l. terdiri atas Pengadaan Barang dan Jasa Militer, Produksi Alutsista Industri dalam Negeri dan
Pengembangan Pinak Industri Pertahanan, Penyelenggaraan Perawatan Personel Matra Darat, Laut dan Udara;
Fungsi Ketertiban dan Keamanan a.l. terdiri atas Penyelenggaraan Pemasyarakatan di Wilayah, Pengembangan Peralatan
Polri, Peningkatan Pelayanan Keamanan dan Keselamatan Masyarakat di Bidang Lantas;
Fungsi Ekonomi a.l. terdiri atas Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, Pembangunan, Rehabilitasi dan
Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta
Api, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Lalu Lintas Angkutan Jalan, Pelaksanaan Preservasi dan
Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional;
Fungsi Lingkungan Hidup a.l. terdiri atas Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan
Sanitasi dan Persampahan, dan Pengelolaan Pertanahan Provinsi;
Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum a.l. terdiri atas Fasilitasi Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat,
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
Fungsi Kesehatan a.l. terdiri atas Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan, Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan;
Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif a.l. terdiri atas Pemberdayaan Masyarakat di Destinasi Pariwisata, Peningkatan
Promosi Pariwisata Luar Negeri;
Fungsi Agama a.l. terdiri atas Pengelolaan Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Pengelolaan dan Pembinaan
Urusan Agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha;
Fungsi Pendidikan a.l. terdiri atas Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD, SMP, dan Peningkatan Penjaminan
Mutu Pendidikan;
Fungsi Perlindungan Sosial a.l. terdiri atas Jaminan Kesejahteraan Sosial (Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga
Harapan).
Subsidi Energi
Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan BBM,
BBN,LPG tabung 3 kg, LGV, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat.
Subsidi Nonenergi
Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau menjual barang dan/
atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain produk energi.
Dana Perimbangan
merupakan dana yang bersumber dari pendapatan dalam APBN yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Otonomi Khusus
diberikan kepada daerah-daerah yang menjalankan otonomi khusus, yaitu Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan
Provinsi Aceh
Dana Transfer Lainnya
merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah untuk melaksanakan kebijakan tertentu berdasarkan undangundang.
50
Informasi APBN
Perubahan 2016
51
Informasi APBN
Perubahan 2016
KEMENTERIAN KEUANGAN
Direktorat Jenderal Anggaran
Gedung Sutikno Slamet Lantai 12
Jalan Dr Wahidin Raya No.1
www.anggaran.depkeu.go.id
52
Download