Informasi APBN Perubahan 2016 kata pengantar 1 Informasi APBN Perubahan 2016 INFORMASI APBNP 2016 Disusun oleh Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Direktorat Jenderal Anggaran Penanggung jawab: Direktur Jenderal Anggaran Editor: Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kontributor: Pejabat dan pegawai Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2 Informasi APBN Perubahan 2016 INFORMASI APBN PERUBAHAN 2016 3 Informasi APBN Perubahan 2016 KATA PENGANTAR Menteri Keuangan Republik Indonesia Dalam rangka memberikan informasi dan mendukung transparansi anggaran, syukur Alhamdulillah kami telah menyelesaikan penyusunan buku Informasi APBN Perubahan 2016. Informasi yang berisi ringkasan APBN ini disusun berdasarkan APBN Perubahan Tahun 2016 yang telah disetujui oleh DPR RI dalam Sidang Paripurna pada tanggal 28 Juni 2016. Perkembangan perekonomian global yang mengalami perlambatan sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I tahun 2016 memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja perekonomian domestik. Penurunan harga minyak dan penguatan nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap proyeksi realisasi APBN tahun 2016. Pendapatan negara khususnya dari perpajakan sektor migas dan PNBP sumber daya alam diperkirakan mengalami penurunan. Selain itu, realiasi penerimaan pajak tahun 2015 sebagai basis perhitungan penerimaan pajak pada APBN tahun 2016 juga memengaruhi proyeksi realisasi pendapatan negara tahun 2016. Di sisi lain, Pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat antara lain melalui pembangunan infrastruktur dan perbaikan iklim investasi, yang selama triwulan I sektor tersebut telah memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan. Selain itu, Pemerintah juga tetap menjaga pemenuhan belanja yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan seperti anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan. Perkiraan penurunan realisasi pendapatan negara dari target APBN tahun 2016 dan diiringi dengan komitmen belanja negara pada APBN tahun 2016, dapat mengakibatkan adanya potensi pelebaran defisit yang melampaui 3,0 persen dari produk domestik bruto. Memperhatikan perkembangan realisasi tersebut, Pemerintah melakukan konsolidasi fiskal terhadap pendapatan negara, belanja negara dan pembiayaan anggaran melalui APBN Perubahan dengan beberapa kebijakan, terutama (1) kebijakan tax amnesty/voluntary disclosure dan penguatan tax base; (2) penghematan dan pemotongan belanja yang kurang produktif; (3) rasionaliasi anggaran pada Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus; (4) kebijakan perubahan besaran fixed subsidi; (5) peningkatan dana tambahan infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; dan (6) peningkatan pengeluaran pembiayaan yang mendukung program pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan rakyat. Perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan langkah-langkah konsolidasi fiskal disertai dengan beberapa kebijakan strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam APBN Perubahan tahun 2016 agar pelaksanaan APBN tahun 2016 dapat berjalan efektif dan efisien serta tercipta kesinambungan fiskal (fiscal sustainability). Harapan kami semoga Informasi APBN ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas kepada para pembaca dan dapat memberikan kontribusi positif, bagi pembentukan persepsi para pemangku kepentingan dalam menggunakan APBN. Kepada tim penyusun dan para pihak yang telah menyampaikan masukan baik langsung maupun tidak langsung hingga terbitnya Informasi APBN ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih. 4 Informasi APBN Perubahan 2016 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2016 APBN PERUBAHAN Perekonomian global yang melemah sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I tahun 2016 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja perekonomian domestik. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan dan menyepakati pembahasan terkait APBN Perubahan 2016. 5 Informasi APBN Perubahan 2016 Siklus APBN Januari Penetapan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional Maret Penyusunan resource envelope, Rancangan RKP dan Pagu Indikatif Mei Pengajuan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal, Kerangka Ekonomi Makro dan RKP ke DPR dan dibahas s.d. akhir Juli Juli Penetapan Pagu Anggaran oleh Menteri Keuangan dan Penyusunan RKAKL oleh Kementerian/ Lembaga Agustus Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka Pengajuan RAPBN (RUU dan Nota Keuangan) Oktober Sidang Paripurna pengambilan keputusan persetujuan DPR terhadap RAPBN (paling lambat pada akhir bulan Oktober) setelah dibahas bersama Pemerintah sejak pidato kenegaraan November Penetapan Rincian APBN dalam Peraturan Presiden Desember Penetapan DIPA Pelaksanaan Anggaran (Januari - Desember) 6 Informasi APBN Perubahan 2016 Mengapa harus APBNP 2016? Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Inflasi Nilai Tukar Rupiah ICP Lifting Defisit Terjaga 2,48% terhadap PDB Perubahan Baseline APBN PERUBAHAN sehingga Realisasi APBNP 2015, policy update mengakibatkan Perekonomian global yang melemah sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I tahun 2016 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja perekonomian domestik. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan dan menyepakati pembahasan terkait APBN Perubahan 2016. DAMPAK FISKAL Pendapatan Negara Pendapatan Perpajakan PNBP antara lain Belanja Negara Subsidi Pembayaran bunga utang 7 Kebijakan Pengendalian Fiskal Pemerintah melakukan Policy Update Belanja prioritas & subsidi tepat sasaran Informasi APBN Perubahan 2016 2016 alur penyusunan Mengapa harus 2016 apbn perubahan APBNP 2016? Nota Keuangan beserta RAPBN Perubahan PEMERINTAH ICP Lifting Perubahan Baseline APBN PERUBAHAN Realisasi APBNP 2015, policy update Policy Update mengakibatkan Belanja prioritas & subsidi tepat sasaran Defisit Terjaga 1 Juni 2016 Presiden mengajukan RUU APBN-P TA 2016 disertai nota perubahan dan dokumen pendukungnya. terhadap PDB 2 Juni 2016 Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan BI >> Penyampaian Penjelasan Pokok-Pokok RUU tentang APBN-P TA 2016 13 Juni 2016 Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Menko-menko >> Membahas RKA KL dalam RUU APBNP TA 2016 8-17 Juni 2016 Perekonomian global yang melemah sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I tahun 2016 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja perekonomian domestik. Rapat Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit dan Pembiayaan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan dan menyepakati pembahasan terkait >> Membahas perubahan Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit, APBN Perubahan 2016. dan Pembiayaan dalam RUU APBNP TA 2016 DAMPAK FISKAL 2,48% sehingga Inflasi Nilai Tukar Rupiah Kebijakan Pengendalian Fiskal 20 Juni 2016 Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan BI >> Membahas Postur Sementara RUU APBNP TA 2016 Pendapatan Negara 20-21 Juni 2016 Pendapatan Perpajakan antara lain Pemerintah melakukan Perubahan Asumsi mengajukan Dasar Ekonomi Makro dpr untuk kemudian dibahas bersama PNBP Rapat Panja Belanja Pemerintah Pusat RUU APBNP 2016 >> Membahas perubahan Belanja KL dan Non KL dalam RUU APBNP TA 2016 Rapat Panja Transfer Daerah dan Dana Desa RUU APBNP 2016 >> Membahas perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam RUU APBNP TA 2016 Subsidi Belanja Negara 22 Juni 2016 Pembayaran bunga utang Rapat Panja Draft RUU APBNP 2016 >> Membahas Draft RUU APBNP TA 2016 27 Juni 2016 Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan BI >> Laporan dan Pengesahan Hasil Panja Pendapat Mini sebagai Sikap Akhir Fraksi; Penandatanganan Naskah RUU APBN-P; Pendapat Pemerintah; dan Pengambilan keputusan untuk dilanjutkan pada Pembicaraan TK.II 28 Juni 2016 Rapat Paripurna 8 Informasi APBN Perubahan 2016 Apa saja yang berubah? Asumsi Dasar Ekonomi Makro penurunan target pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, dan harga minyak Pembiayaan Anggaran Peningkatan pembiayaan anggaran untuk membiayai peningkatan defisit, terutama dari peningkatan penerbitan SBN (neto) dan penggunaan SAL Peningkatan pengeluaran pembiayaan, antara lain untuk PMN kepada BPJS Kesehatan, PMN kepada PT PLN, dan BLU Lembaga Manajemen Aset Negara Penyesuaian alokasi/target akibat perubahan nilai tukar rupiah Pendapatan Negara Mengoptimalkan kebijakan pengampunan pajak Penggalian potensi sektor unggulan memanfaatkan program Geo-tagging dan implementasi e-tax invoice Belanja Negara Penghematan dan efisiensi belanja K/L Pemberian penghargaan K/L Penambahan belanja untuk program-program prioritas yang mendesak Pemberian THR untuk aparatur negara Penyesuaian anggaran pendidikan dan kesehatan Mendorong pemanfaatan energi yang berkelanjutan - Skema penerapan energi yang lebih tepat sasaran - Dukungan dana penyangga dan ketahanan anggaran 9 Informasi APBN Perubahan 2016 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Penyesuaian asumsi dasar ekonomi makro mempertimbangkan masih lemahnya perekonomian dunia, sementara prospek pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan masih akan cukup kuat. Pertumbuhan Ekonomi Inflasi 5,3 --5,2 4,7 --4,0 Tingkat Bunga SPN 3 Bulan (%, yoy) (%, yoy) Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 13.900 ------13.500 (%) 5,5 --5,5 Harga Minyak (US$/barel) 50 --40 Lifting Minyak Lifting Gas 830 ---820 1.155 ---1.150 (ribu barel/hari) APBN 2016 10 (MPOEPD) APBNP 2016 Informasi APBN Perubahan 2016 Informasi APBN Perubahan 2016 2,2 5,0 5,1 5,0 0,1 Konsumsi Rumah Tangga (2,0) 5,5 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Pengeluaran Ekspor Barang/Jasa 2,0 2,0 (%, yoy) Konsumsi Pemerintah 0,2 (0,6) 6,2 2015 6,1 2016 APBN 2016 APBNP (5,8) 5,1 Impor Barang/Jasa PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) APBN 13.900 13.392 13.500 APBNP APBN Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 8,4 112,7 2015 2014 3,4 4,0 APBNP 2016 4,3 2012 (%, yoy) 8,4 APBN 4,7 2013 Inflasi 2016 2015 2014 11.878 105,8 96,5 49,7 Harga Minyak APBN 50,0 40,0 (US$/barel) 11 2016 2015 2014 2013 2012 APBNP 90,5 Penerimaan Negara Bukan Pajak Pendapatan SDA PNBP Lainnya 84,1 245,1 90,5 1.786,2 Pendapatan Negara 1.784,2 1.503,3 Pendapatan Bagian Laba BUMN 1.539,2 35,9 I ACCOUNT APBNP 2016 (105,5) 302,8 776,3 Transfer Daerah dan Dana Desa Pajak Penghasilan PPh Migas 36,3 209,1 Belanja K/L 767,8 49,4 Belanja Lain-lain 22,5 191,2 177,8 Bantuan Sosial 4,0 296,7 Pembiayaan Luar Negeri (2,5) 109,1 Belanja Modal 494,4 Bantuan Sosial Belanja Barang 1,4 538,9 Defisit 729,3 Belanja Pegawai 133,4 Belanja Non K/L Pembiayaan Dalam Negeri 299,3 Belanja Barang 206,6 Belanja Negara PPh 819,5 Non Migas (296,7) Keseimbangan Primer Belanja Pegawai 2.082,9 855,8 Bea Masuk 33,4 Pembiayaan Anggaran (Triliun Rupiah) Belanja Pemerintah Pusat Pajak Lainnya 7,4 Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan Perpajakan Hibah 2,0 Pajak Pertambahan Nilai Pajak Bumi & Bangunan 17,7 Bea Keluar 2,5 Pendapatan Dalam Negeri 1.306,7 Cukai 474,2 Pendapatan BLU 36,3 34,2 148,1 Pendapatan Pajak Dalam Negeri Transfer ke Daerah Dana 385,4 Alokasi Umum Dana Transfer Umum Dana Transfer Khusus 211,0 Pembayaran Bunga Utang 89,8 121,2 Dana Otonomi Khusus & Keistimewaan DIY 18,8 Subsidi Belanja Hibah 8,5 47,0 Dana Desa Dana Insentif Daerah 5,0 Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Khusus Fisik Dana Alokasi Khusus Non Fisik Informasi APBN Perubahan 2016 Pendapatan Negara Kebijakan perubahan pendapatan negara (1) Optimalisasi perpajakan dengan memerhatikan iklim investasi (2) Memertahankan stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat (3) Meningkatkan produktivitas dan daya saing industri domestik (4) Mengendalikan konsumsi barang kena cukai Pajak Rp1.355,2 T Pendapatan Negara Rp1.786,2 T PNBP Rp245,1 T Hibah Rp2,0 T 14 Kepabeanan dan Cukai Rp184,0 T Informasi APBN Perubahan 2016 Pendapatan Negara 2006 - 2016 (TRILIUN RUPIAH) 1,8 2006 638,0 358,2 227,0 51,0 Pajak 1,7 707,8 2007 425,4 65,6 Kepabeanan dan Cukai 215,1 2,3 2008 Hibah 981,6 571,1 PNBP 320,6 87,6 1,7 848,8 2009 544,5 75,4 227,2 3,0 995,3 2010 628,2 95,1 268,9 5,3 1.210,6 2011 742,7 331,5 131,1 5,8 1.338,1 2012 835,8 144,7 351,8 6,8 2013 1.438,9 921,4 156,0 5,1 354,8 1.550,6 2014 985,1 398,7 161,7 12,0 1.508,0 2015 1.060,8 179,6 255,6 2,0 APBN 2016 1.822,5 1.360,2 186,5 2,0 APBNP 2016 273,8 1.786,2 1.355,2 184,0 15 245,1 Informasi APBN Perubahan 2016 Penerimaan Perpajakan Rata-rata pertumbuhan Penerimaan Perpajakan 2010 – 2016 adalah sebesar 13,5% Triliun Rupiah 24,7% 8,1% 6,5% 9,9% 58,9 73,1 36,3 186, 5 184,0 87,4 179,6 1.318, 7 1.318,9 88,7 83,5 16,7% 41, 4 49,7 12,2% 20,8% -0,5% 161, 7 155, 9 144, 7 1.011,1 131, 1 897,7 832,7 95,1 752,4 669,6 569,4 2010 2011 2012 Pertumbuhan Perpajakan 2013 2014 PPh Migas 2015 Kepabeanan & Cukai 2016 APBN 2016 APBNP Pajak Nonmigas Target penerimaan perpajakan direncanakan secara realistis dengan mendasarkan pada kondisi perekonomian terkini dan dukungan pelaksanaan kebijakan perpajakan yang komprehensif. Selain itu, Pemerintah juga mempertimbangkan upaya untuk mengoptimalkan potensi pajak yang ada dalam perekonomian dengan tetap memperhatikan iklim investasi. 16 Informasi APBN Perubahan 2016 Penerimaan Perpajakan 12 % Pajak Kepabeanan dan Cukai Rp184,0 T 88 % Rp1.355,2 T 60,5% 35% Pajak Rp1.355,2 T 2,7% PPh Non Migas Rp819,5 T Kepabeanan dan Cukai Rp184,0 T 80,5% PPN Rp474,2 T 18,1% Bea Masuk Rp33,4 T Cukai Rp148,1 T PPh Migas Rp36,3 T 1,3% 0,5% PBB Pajak Lainnya Rp17,7 T Rp7,4 T 1,4% Bea Keluar Rp2,5 T Target Penerimaan Perpajakan naik Rp49,9 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar 3,4%, yang terdiri dari: • Penerimaan Pajak naik Rp 60,9 T atau tumbuh sebesar 4,7% dari APBNP 2015, terutama dipengaruhi oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi dan extra effort dibidang perpajakan tahun 2016. • Kepabeanan dan Cukai turun Rp11,0 T atau sebesar 5,7% dari APBNP 2015, terutama disebabkan turunnya tarif bea keluar CPO beserta turunannya sebagai dampak dari kebijakan pembentukan Badan Penghimpun Dana Perkebunan. 17 Informasi APBN Perubahan 2016 Extra Effort Pengamanan Target Penerimaan Perpajakan TAX Pajak Optimalisasi pemeriksaan a.l. fokus sektor unggulan masingmasing Kanwil, transfer pricing, dan fraud; kasi a.l. data matching, optimalisasi IT, e-tax invoice, perbaikan regulasi Implementasi tahun 2016 sebagai tahun Penegakan Hukum (law enforcement) a.l. melalui penagihan aktif, pemeriksaan dan penyidikan Pengampunan Pajak Tax Ratio (%) Meningkatkan kinerja audit memperbaiki targeting obyek audit. Meningkatkan pengawasan, penindakan, dan penyidikan Peningkatan operasi peredaran dan pengawasan Barang Kena Cukai CUSTOMS Kepabeanan dan cukai 14,0 13,8 13,6 13,1 12,9 12,9 11,6 12,2 11,4 11,2 11,3 10,5 Rp723,3 T 2010 Rp873,9 T Rp980,5 T 2012 2011 Rp1.077,3 T 2013 arti luas 10,9 10,8 Rp1.146,9 T Rp1.240,4 T 2014 2015 Rp1.539,2 T 2016 arti sempit (penerimaan perpajakan + SDA Migas + pertambangan umum/PDB (penerimaan perpajakan/PDB) PERBANDINGAN TAX RATIO 10 NEGARA 2013 36,7% 34,7% Jerman Jepang 32,9% Inggris 25,4% 24,3% 19,7% 19,4% Amerika Serikat Korea Selatan Meksiko China Sumber: OECD, CIA 2013 *) tax ratio 18 13,6% * 14,3% Indonesia Filipina 10,3% India Informasi APBN Perubahan 2016 Penerimaan Negara Bukan Pajak Rp68,7 T SDA Migas Rp21,8 T Rp36,3 T SDA Nonmigas Pendapatan BLU Rp34,2 T Bagian Laba BUMN Rp84,1 T PNBP Lainnya Target PNBP turun Rp24,0 T atau tumbuh sebesar negatif 8,9% dari APBNP 2015, antara lain disebabkan oleh: PNBP SDA Migas turun Rp12,7 T antara lain dipengaruhi melemahnya harga minyak mentah (ICP) PNBP Minerba turun Rp15,1 T antara lain dipengaruhi oleh turunnya harga batubara di pasar internasional serta penundaan kenaikan tarif mineral, logam dan batubara. Kebijakan Penerimaan Negara Bukan Pajak Optimalisasi penerimaan migas (merealisasikan produksi sumur minyak baru, menahan penurunan alamiah lifting migas, dan pengendalian cost recovery). Peningkatan pengawasan dan pelaporan PNBP. Penyesuaian tarif PNBP dan ekstensifikasi. Penyempurnaan regulasi PNBP. Peningkatan kinerja BUMN. 19 Perbaikan administrasi dan sistem PNBP. Informasi APBN Perubahan 2016 Perkembangan Penerimaan Negara Bukan Pajak 2006 - 2016 (TRILIUN RUPIAH) 227,0 2006 167,5 215,1 132,9 23,2 56,9 2,1 320,6 2008 224,5 29,1 63,3 139,0 26,0 53,8 268,9 168,8 30,1 59,4 959 - 9.164 70 899 - 9.140 97 931 - 9.691 62 944 - 10.408 79 954 - 9.087 112 898 - 8.779 113 863 - 9.400 106 825 1.213 10.46 0 97 794 1.224 11.878 49 779 1.195 13.392 50 830 1.155 13.90 0 40 820 1.150 13.500 10,6 331,5 201 1 213,8 28,2 69,4 225,8 30,8 20,1 351,8 201 2 73,5 21,7 201 3 226,4 34,0 69,7 24,6 354,8 398,7 2014 40,3 242,9 37, 6 81,7 85,8 35,3 273,8 124,9 34,2 79,4 35,4 245,1 34,2 nilai tukar (Rp/USD 1) 29,6 255,6 2015 90,5 64 8,4 201 0 APBNP 2016 lifting gas (MBOEDP) 3,7 227,2 2009 APBN 2016 lifting minyak (MBDP) 21,5 38,0 2007 101,0 harga minyak (USD/barrel) 84,1 SDA Migas & Non Migas 36,3 Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya 20 Badan Layanan Umum Informasi APBN Perubahan 2016 Perkembangan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya 2010 - 2016 (TRILIUN RUPIAH) 59,4 2010 5,9 9,2 5,8 20,8 17,7 69,4 2011 11,8 7,9 8,0 24,2 17,5 73,5 2012 8,1 4,7 12,3 29,9 18,4 69,6 2013 9,8 12,9 5,2 21,4 20,3 85,8 2014 14,1 4,3 15,5 28,9 23,0 81,7 2015 11,9 4,4 7,3 APBN 2016 APBNP 2016 79,4 6,0 7,5 6,7 21,2 38,0 84,1 5,4 13,6 5,0 Domestic Market Obligation (DMO) 5 31,3 26,8 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PENYUMBANG PNBP TERBESAR 23,9 36,2 Pendapatan dari Penerimaan Kembali Belanja TAYL Penjualan Hasil Tambang Kementerian Komunikasi dan Informatika Rp14,0 T Kementerian Hukum dan HAM Rp3,6 T 21 Pendapatan 5 K/L Besar Kementerian Perhubungan Rp8,9 T Lainnya Kepolisian Negara Republik Indonesia Rp8,0 T Kementerian Pertahanan Rp3,6 T Informasi APBN Perubahan 2016 BELANJA NEGARA Belanja K/L Rp767,8 T 37% BELANJA NEGARA RP2.082,9 T 26% 37% Belanja Rp538,9 T Non K/L Rp776,3 T Transfer ke Daerah dan Dana Desa Transfer ke Daerah Tr Program Pengelolaan Utang Negara Rp729,3 T Program Pengelolaan Subsidi Dana Desa Rp47,0 T Rp191,2 T Rp177,8 T Program Pengelolaan Hibah Negara Rp8,5 T Program Pengelolaan Belanja Lainnya Rp50,8 T Program Pengelolaan Transaksi Khusus Rp110,6 T 22 Informasi APBN Perubahan 2016 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Perlindungan Sosial Rp150,8 T Pelayanan Umum Rp322,6 T 11,5% 24,7% Pendidikan Rp143,3 T 11,0% Agama Rp9,8T 0,7% Pariwisata 0,4% Rp5,9 T Kesehatan Rp66,1 T 5,1% Perumahan dan Fasilitas Umum Rp38,3 T 2,6% BELANJA PEMERINTAH PUSAT Rp1.306,7 T 8,3% Pertahanan Rp109,0T 0,8% Perlindungan Lingkungan Hidup Rp11,0 T 9,4% Ketertiban dan Keamanan Rp122,9 T 25,3% Menurut Jenis Ekonomi Rp331,0 T 26,2% 23,3% 15,8% Rp342,4 T Rp304,2 T Rp206,6 T 13,6% 0,7% Rp177,8 T Rp8,5 T Belanja Pegawai Subsidi Belanja Barang Belanja Hibah Belanja Modal 4,1% Belanja Bantuan Sosial Rp53,4 T 23 14,6% Pembayaran Bunga Utang Rp191,2 T 1,7% Belanja Lain Lain Rp22,5 T Informasi APBN Perubahan 2016 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi APBN 2016 Rp110,6 T Rp110,0 T 8% Rp784,1 T APBNP 2016 5% Rp59,9 T 14% 59% Rp50,8 T 4% Rp177,8T Rp182,6 T Rp767,8 T 15% Rp191,2 T Rp1.325,6 T Program Pengelolaan Belanja Lain nya 59% Rp8,5 T Rp184,9 T Belanja K/L 14% Rp4,0 T 14% 8% Rp1.306,7 T Program Pengelolaan Transaksi Khusus Program Pengelolaan Subsidi Program Pengelolaan Hibah Nega ra Program Pengelolaan Utang Nega ra POKOK-POKOK KEBIJAKAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT, APBNP 2016 Penghematan dan efisiensi Belanja K/L: - Efisiensi Belanja Operasional - Efisiensi Belanja Lainnya (belanja jasa, honorarium, dll) Penambahan Belanja untuk program-program prioritas yang mendesak Pemenuhan anggaran pendidikan dan kesehatan masing-masing sebesar 20% dan 5% dari APBN Mendorong pemanfaatan energi yang berkelanjutan: - Skema penerapan subsidi yang lebih tepat sasaran - Dukungan dana penyangga dan ketahanan energi 24 Informasi APBN Perubahan 2016 10 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN ANGGARAN TERBESAR (TRILIUN RUPIAH) 99,5 KEMENHAN KEMEN PU PERA 97,1 108,7 104,1 73,0 79,3 POLRI 63,5 62,7 KEMENKES 57,1 56,2 KEMENAG APBN 2016 784,1 49,2 43,6 KEMENDIKBUD APBNP 2016 767,8 48,5 42,9 KEMENHUB KEMENRISTEK DIKTI 40,6 40,6 KEMENKEU 39,3 38,1 31,5 27,6 KEMENTAN 177,9 171,0 K/L LAINNYA Perkembangan Belanja K/L 767,8 732,1 (TRILIUN RUPIAH) 582,9 577,2 489,4 417,6 332,9 2010 2011 2012 2013 25 2014 2015 APBNP 2016 Informasi APBN Perubahan 2016 Arah Kebijakan dan Sasaran Pembangunan Beberapa K/L Kementerian PU PERA APBN 2016 Rp104,1 T APBNP 2016 Rp97,1 T Kementerian Perhubungan APBN 2016 Rp48,5 T APBNP 2016 Rp42,9 T Kementerian Pertanian APBN 2016 Rp31,5 T APBNP 2016 Rp27,6 T Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan APBN 2016 Rp49,2 T APBNP 2016 Rp43,6 T Perubahan disebabkan: Penghematan/pemotongan anggaran Rp8.495,4 miliar Tambahan anggaran Rp963,0 miliar untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka persiapan pelaksanaan Asian Games tahun 2018 Kenaikan rencana penarikan anggaran yang bersumber dari PHLN Rp524,8 miliar Pemanfaatan anggaran, antara lain: Pembangunan/Pemeliharaan jalan dan jembatan Pembangunan jalan tol Pembangunan rusun Pembangunan embung, bendungan, dan penampungan air lainnya Perubahan disebabkan: Penghematan dan pemotongan anggaran Rp3,750,2 miliar Penurunan rencana penarikan anggaran yang bersumber dari PHLN Rp1.813,0 miliar Pemanfaatan anggaran, antara lain: Pembangunan kapal perintis penumpang dan barang Pembangunan jalur kereta api Pembangunan/pengembangan bandar udara Perubahan disebabkan, a.l.: Penghematan dan pemotongan anggaran Rp3.923,0 miliar Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi BA BUN untuk penagihan dan pengendalian, percepatan pengembalian pinjaman petani perkebunan Pemanfaatan anggaran, antara lain: Peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai Peningkatan produksi daging, telur, dan susu Penambahan luas tanam padi Perubahan disebabkan, a.l. : Penghematan dan pemotongan anggaran Rp6.523,9 miliar Penurunan rencana penarikan anggaran yang bersumber dari PHLN Rp321,7 miliar Tambahan anggaran pendidikan Rp1.218,6 miliar untuk menjaga rasio anggaran pendidikan 20% dari APBN Pemanfaatan anggaran, antara lain: Wajib belajar 12 tahun melalui Program Indonesia Pintar Peningkatan kompetensi tenaga pendidik Pembangunan dan rehabilitas ruang kelas/sekolah 26 Informasi APBN Perubahan 2016 Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi APBN 2016 Rp40,6 T APBNP 2016 Rp40,6 T Kementerian Agama APBN 2016 Rp57,1 T APBNP 2016 Rp56,2 T Kementerian Kesehatan APBN 2016 Rp63,5 T APBNP 2016 Rp62,7 T Kementerian Pertahanan APBN 2016 Rp99,5 T APBNP 2016 Rp108,7 T Perubahan disebabkan, a.l. : Penghematan dan pemotongan anggaran Rp1.953,3 miliar Tambahan anggaran pendidikan Rp1.881,2 miliar untuk menjaga rasio anggaran pendidikan 20% dari APBN Pemanfaatan anggaran, antara lain: Pemberian Beasiswa Bidik Misi dan Bantuan Siswa Miskin Peningkatan kualitas dosen Penguatan Riset dan Pengembangan Perubahan disebabkan, a.l. : Penghematan dan pemotongan anggaran Rp1.399,4 miliar Tambahan anggaran pendidikan Rp548,5 miliar untuk menjaga rasio anggaran pendidikan 20% dari APBN Pemanfaatan anggaran, antara lain: Pemberian bantuan operasional sekolah untuk MI/Ula, MTs/Wustha, dan MA/Ulya Pembangunan dan rehabilitas ruang kelas/sekolah Perubahan disebabkan, a.l. : Penghematan dan pemotongan anggaran Rp1.051,4 miliar Tambahan anggaran kesehatan Rp250,0 miliar untuk menjaga rasio anggaran kesehatan 5% dari APBN Pemanfaatan anggaran, antara lain: Peningkatan layanan persalinan Peningkatan persentase anak yang mendapatkan imunisasi lengkap Peningkatan cakupan pelayanan universal melalui Kartu Indonesia Sehat (peserta Penerima Bantuan Iuran) Perubahan disebabkan, a.l. : Tambahan anggaran prioritas dan mendesak Rp10.086,5 miliar (termasuk untuk rumah sakit TNI dan satelit pertahanan) Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi BA BUN sebesar Rp1.923,0 miliar (a.l. untuk pembayaran hutang bahan bakar minyak dan pelumas tahun 2014) Penghematan dan pemotongan anggaran Rp2.857,3 miliar; Pemanfaatan anggaran, antara lain: Pengadaan alutsista Pengadaan kendaraan taktis (matra darat), KRI, KAL, Alpung, ranpur , rantis (matra laut), dan pesawat (matra udara) Polri APBN 2016 Rp73,0 T APBNP 2016 Rp79,3 T Perubahan disebabkan, a.l. : Tambahan anggaran mendesak dan prioritas Rp9.810,7 miliar (antara lain untuk penambahan peralatan dan personil tindak pidana terorisme) Penurunan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP Rp2,303,3 miliar Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi BA BUN sebesar Rp322,3 miliar untuk penguatan Densus 88 Anti Teror Polri Penghematan dan pemotongan anggaran Rp1.560,3 miliar Pemanfaatan anggaran, antara lain: Penambahan almatsus Polri Pemberantasan tindak kriminal Pengamanan objek vital 27 Informasi APBN Perubahan 2016 Perbandingan Subsidi Energi, Anggaran Pendidikan, Infrastruktur dan Kesehatan 2010-2016 Kebijakan pengalihan subsidi energi untuk belanja yang lebih produktif seperti belanja infrastruktur triliun rupiah 500 400 300 200 100 0 2010 2011 2012 Subsidi Energi Anggaran Pendidikan 2013 2014 Anggaran Infrastruktur Anggaran Pendidikan Anggaran Kesehatan APBNP 2016 Anggaran Kesehatan Pemenuhan pertama kali anggaran kesehatan sebesar 5% dari Belanja Negara Mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari Belanja Negara triliun rupiah triliun rupiah 500 125 400 100 300 75 200 50 100 25 0 2015 2010 2011 2012 2013 2014 0 2015 APBNP 2016 Anggaran Infrastruktur 2010 2011 2012 2013 2014 2015 APBNP 2016 Anggaran Kedaulatan Pangan Meningkatkan alokasi pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas Peningkatan produksi untuk mencapai swasembada pangan dan ketersediaan pasokan triliun rupiah triliun rupiah 400 160 320 120 240 80 160 40 80 0 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 APBNP 2016 Belanja Pemerintah Pusat Transfer Ke Daerah 28 2010 2011 2012 Pembiayaan 2013 2014 2015 APBNP 2016 Informasi APBN Perubahan 2016 SUBSIDI Arah Kebijakan Subsidi Tahun 2016 Stabilitas harga kebutuhan pokok Daya beli masyarakat tetap terjaga terutama masyarakat miskin Ketersediaan pasokan kebutuhan pokok dan peningkatan produktivitas Daya saing produksi dan akses permodalan UMKM makin meningkat 53% 47% % Subsdi Energi Rp94,4 T Subsdi Non energi Rp83,4 T Subsidi Energi Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan BBM, LPG tabung 3 kg, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat. % Subsidi Nonenergi Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau menjual barang dan/atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain produk energi. 29 Informasi APBN Perubahan 2016 PERKEMBANGAN SUBSIDI 2006 - 2016 (TRILIUN RUPIAH) 107,4 2006 94,6 16% 12,8 150,2 2007 116,9 20% 33,3 275,3 2008 223,0 28% 52,3 138,1 2009 94,6 15% 43,5 2010 140,0 52,8 192,7 18% 295,4 2011 255,6 39,7 346,4 2012 306,5 310,0 45,1 355,0 22% 392,0 2014 341,8 119,1 102,1 94,4 22% 50,2 2015 APBNP 2016 23% 39,9 2013 APBN 2016 23% 66,9 80,5 83,4 Subsidi Energi 186,0 10% 182,6 9% 177,8 9% Subsidi Nonenergi Persentase terhadap Belanja Negara 30 Informasi APBN Perubahan 2016 SUBSIDI ENERGI Volume LPG Tabung 3 KG: 6,6 metrik ton 46% Volume Minyak Tanah: 0,69 juta KL 54% Subsdi BBM Volume Minyak Solar: 16,0 juta KL Subsidi listrik terutama untuk golongan pelanggan 450-900 VA Rp43,7 T Subsidi BBM, LPG tabung 3 kg, LGV terutama untuk rumah tangga, usaha mikro, usaha perikanan dan transportasi Subsdi Listrik Rp50,7 T Kebijakan Subsidi BBM Melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk BBM jenis minyak solar Rp500/liter dan untuk premium tidak ada subsidi serta subsidi (selisih harga) untuk minyak tanah dan LPG tabung 3 kg; Melaksanakan Meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan untuk transportasi Meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota untuk rumah tangga Meningkatkan pengawasan penyaluran BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg antara lain melalui penggunaan data dan teknologi, dan Meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan BBM bersubsidi dan LPG tabung 3kg Kebijakan Subsidi Listrik Meningkatkan Meningkatkan Memberikan subsidi untuk pelanggan rumah tangga miskin dan rentan dengan daya 450 VA dan 900 VA Mengembangkan energi baru dan terbarukan Meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan investasi pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 31 Informasi APBN Perubahan 2016 PERKEMBANGAN SUBSIDI ENERGI 2006 - 2016 (TRILIUN RUPIAH) 94,6 2006 64,2 30,4 116,9 2007 83,8 33,1 223,0 2008 139,1 83,9 BBM, LPG Tabung 3 kg, dan LGV 94,6 2009 45,0 Listrik 49,5 140,0 2010 82,4 57,6 255,6 2011 165,2 90,4 306,5 2012 211,9 94,6 210,0 100,0 310,0 2013 2014 341,8 240,0 101,8 119,1 2015 60,8 APBN 2016 APBNP 2016 58,3 102,1 63,7 38,4 94,4 43,7 50,7 Volume 2005 Konsumsi BBM Bersubsidi 2005-2016 (JUTA KILO LITER) 59,7 37,5 2006 38,7 2007 38,1 2008 37,0 2009 38,2 2010 41,8 2011 45,0 2012 46,2 2013 46,0 2014 17,9 2015 32 16,7 2016 16,2 APBNP 2016 Informasi APBN Perubahan 2016 SUBSIDI NONENERGI Subsidi Bunga Kredit Program Rp15,8 T Rp Subsidi Pajak Rp10,2 T % Mendukung program stabilitas harga kebutuhan pokok dan pengembangan industri strategis. Mendukung program pengembangan UMKM, peningkatan ketahanan pangan, dan program Subsidi Pajak dialokasikan untuk - PPh DTP sebesar Rp9,7 T - Bea Masuk DTP sebesar Rp0,5 T Beberapa jenis bunga kredit program, antara lain: a. Subsidi Bunga KUR - Dialokasikan sebesar Rp10,5 T; - Coverage Rp100 T-Rp120 T; - Bunga kredit sebesar 9 %; - Sasaran: usaha kecil, menengah, dan koperasi Subsidi Pangan Rp22,5 T Penyediaan beras dengan harga tebus/ jual Rp1.600/Kg bagi 15,5 juta RTS @15 Kg/ RTS selama 12 bulan. 12% b. Subsidi bunga kredit perumahan - Dialokasikan sebesar Rp1,3 T - Coverage 531.445 unit rumah - Sasaran: masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) - Bunga kredit 5% 27% 19% Subsidi PSO Rp3,8 T Diberikan untuk penumpang angkutan kereta api, penumpang angkutan kapal laut kelas ekonomi, dan penyediaan informasi publik. 5% Subsidi Nonenergi Rp83,4 T 36% Subsidi PSO diberikan untuk - PSO KAI sebesar Rp1,8 T - PSO Pelni sebesar Rp1,8 T - PSO LKBN Antara sebesar Rp0,1 T Subsidi Benih Rp1,0 T Membantu petani memenuhi kebutuhan benih dengan harga terjangkau, serta mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan. - Subsidi benih diberikan untuk benih padi dan kedele -Subsidi benih dialokasikan untuk 116.500 ton benih bersubsidi 33 1% Subsidi Pupuk Rp30,1 T Membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk dengan harga terjangkau, serta mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan. - Subsidi benih diberikan untuk pupuk non organik seperti urea, ZA, NPK dan pupuk organik - Subsidi pupuk dialokasikan untuk 9,5 juta ton pupuk bersubsidi Informasi APBN Perubahan 2016 PERKEMBANGAN SUBSIDI NONENERGI 2006 - 2016 (TRILIUN RUPIAH) 0,1 0,3 2006 3,2 5,3 6,2 0,9 0,3 12,8 0,5 1,5 2007 6,6 6,3 1, 1,0 0 0,3 17,1 33,3 1,0 0,3 2008 12,1 15,2 21,0 1,7 0,9 1,6 2009 13,0 18,3 8,2 1,3 1,1 52,3 43,5 2,2 2010 15,2 18,4 14,8 1,4 0,8 52,8 0,1 39,7 2011 16,5 16,3 3,4 1,8 1,5 0,1 39,9 2012 19,1 14,0 3,8 1,9 1,1 0,4 45,1 2013 17,6 20,3 4,1 1,5 1,1 0,3 2014 18,2 5,8 21,0 2, 2,1 2,8 50,2 0,1 66,9 2015 21,8 8,5 31,3 3,3 1,9 1,0 APBN 2016 21,0 30,1 8,2 22,5 30,1 10,2 3,8 1,0 APBNP 2016 Subsidi Pangan Subsidi Pupuk Subsidi Pajak Subsidi Benih Subsidi Bunga Kredit Program Subsidi Lainnya 34 3,8 16,5 15,8 Subsidi PSO 80,5 83,4 Informasi APBN Perubahan 2016 PEMBAYARAN BUNGA UTANG 91% Pembayaran Bunga Utang Dalam Negeri Rp174,0 T 9% Pembayaran Bunga Utang Luar Negeri Rp17,2 T KEBIJAKAN PEMBAYARAN BUNGA UTANG 2016 Memenuhi kewajiban Pemerintah untuk menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan Menjaga bunga utang, antara lain melalui pemilihan komposisi instrumen utang yang optimal dan melaksanakan transaksi lindung nilai. 35 Informasi APBN Perubahan 2016 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Dana Desa Rp47,0 T Dana Keistimewaan DIY Rp0,5 T Dana Otonomi Khusus Rp18,3 T 6% 2% Dana Insentif Daerah Rp5,0 T Transfer ke Daerah dan Dana Desa Rp776,3 T 1% 91% 22% Dana Alokasi Umum Rp385,4 T 78% Dana Transfer Umum Rp494,4 T Dana Bagi Hasil Rp109,1 T Dana Perimbangan Rp705,5 T DAK Nonfisik Rp121,2 T 70% 30% Dana Transfer Umum 36 Dana Transfer Khusus 57% Dana Transfer Khusus Rp211,0 T 43% DAK Fisik Rp89,8 T Informasi APBN Perubahan 2016 PERKEMBANGAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 2006 - 2016 (TRILIUN RUPIAH) 3,5 226,4 2006 0,6 4,0 222,3 253,3 2007 5,3 244,0 7,5 292,6 2008 278,9 6,2 9,5 308,6 2009 11,8 9,1 287,3 344,7 2010 18,9 10,4 316,7 411,3 2011 53,7 347,2 12,0 480,6 2012 57,4 411,3 13,5 0,1 513,3 2013 69,3 430,4 0,4 16,2 573,7 2014 477,1 17,1 80,1 0,5 2015 623,1 98,9 485,8 APBN 2016 20,8 0,5 5,0 770,2 17,2 47,0 700,4 APBNP 2016 0,5 5,0 776,3 18,3 47,0 705,5 Dana Perimbangan Dana Transfer Lainnya Dana Desa Dana Otonomi Khusus Dana Keistimewaan DIY Dana Insentif Daerah 37 Informasi APBN Perubahan 2016 PERUBAHAN POSTUR TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Postur Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2015 2016 Transfer ke Daerah Transfer ke Daerah Dana Perimbangan DBH DAU DAK Dana Perimbangan Dana Transfer Lainnya Dana Insentif Daerah Dana Otonomi Khusus Dana Otonomi Khusus Dana Keistimewaan DIY Dana Keistimewaan DIY Dana Desa Dana Transfer Umum DBH DAU Dana Transfer Khusus DAK Fisik DAK Nonfisik Dana Desa Kebijakan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Meningkatkan alokasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa, agar dapat mempercepat penguatan peran daerah dalam penyediaan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang merupakan perwujudan dari ciri Indonesia Melakukan perubahan struktur dan ruang lingkup Transfer ke Daerah dan Dana Desa agar lebih sesuai dengan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah serta kebutuhan pendanaan daerah Meningkatkan kualitas penganggaran dan penyaluran DBH guna meningkatkan kepastian jumlah dan ketepatan waktu penyaluran Reformulasi alokasi DAU guna meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah 38 Reformulasi dan penguatan DAK untuk mendukung Nawacita dan pencapaian prioritas nasional Meningkatkan kualitas pengelolaan Dana Otsus dan Dana Keistimewaan DIY Reformulasi DID untuk memberikan penghargaan yang lebih besar kepada daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan keuangan, perekonomian, dan kesejahteraan daerah Peningkatan alokasi Dana Desa minimal 6 persen dari dan di luar Transfer ke Daerah sesuai Road Map Dana Desa tahun 2015-2019 39 Rp13,0 T Rp6,3 T Bengkulu Sumatera Barat Rp14,1 T Rp23,3 T Sumatera Utara Nanggroe Aceh Darussala m Rp4,2 T Rp12,5 T Lampung Rp8,0 T Rp35,9 T Jawa Tengah Rp11,7 T Sumatera Selatan Bangka Belitung Rp7,7 T Jambi Rp3,8 T Kepulauan Riau Banten Rp7,0 T Riau Jawa Barat Rp33,1 T Rp5,3 T DI Yogyakarta Rp10,0 T Kalimantan Tengah Rp11,7 T Kalimantan Barat Jawa Timur Rp38,3 T Rp6,8 T Bali Rp8,2 T Nusa Tenggara Barat Rp17,3 T Sulawesi Selatan Rp4,2 T Sulawesi Barat Rp4,3 T Kalimantan Timur Rp3,3 T Kalimantan Utara Kalimantan Selatan Rp7,7 T DANA ALOKASI UMUM Rp385,4 T Rp9,2 T Rp13,0 T Nusa Tenggara Timu r Rp9,5 T Gorontalo Rp4,0 T Rp8,2 T Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Rp7,5 T Maluku Rp6,1 T Maluku Utar a Papua Rp22,5 T Papua Barat Rp7,9 T Informasi APBN Perubahan 2016 Informasi APBN Perubahan 2016 DANA BAGI HASIL Rp109,1 T Dialokasikan kepada daerah bersumber dari pendapatan APBN berdasarkan persentase tertentu guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH Pajak: APBNP 2016 Rp68,6 T DBH Sumber Daya Alam: APBNP 2016 Rp40,5 T DANA TRANSFER KHUSUS Rp211,0 T DAK FISIK DAK NONFISIK Rp121,2 T Rp89,8 T Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Rp43,9 T DAK Reguler Rp62,3 T Bantuan Operasional Penyelenggaraan PAUD (BOP) Rp2,3 T Pendidikan Rp2,7 T Kesehatan dan KB Rp17,4 T Perumahan, Permukiman, Air Minum & Sanitasi Rp0,7 T Tunjangan Profesi Guru PNSD Rp69,8 T Kedaulatan Pangan Rp8,4 T Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rp1,4 T Tambahan Penghasilan Guru PNSD Rp1,0 T Energi Skala Kecil Rp0,5 T Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi Rp0,4 T Kelautan dan Perikanan Rp1,1 T Prasarana Pemerintahan Daerah Rp0,3 T Transportasi Rp27,9 T Sarana Perdagangan, Industri Kecil Menengah & Pariwisata Rp1,5 T DAK Infrastruktur dan Publik Daerah Rp24,9 T BOK dan BOKB Rp3,6 T Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM, dan Ketenagakerjaan Rp0,3 T DAK Afirmasi Rp2,6 T 40 Informasi APBN Perubahan 2016 DANA OTONOMI KHUSUS Rp18,3 T Dana Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat terutama ditujukan untuk pembiayaan Pendidikan dan Kesehatan. Dana Otsus Provinsi Aceh terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan. Selanjutnya Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua dan Papua Barat ditujukan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dermaga, sarana transportasi darat, sungai maupun laut dalam rangka mengatasi keterisolasian dan kesenjangan penyediaan infrastruktur antara Papua dan Papua Barat dengan daerah lainnya Alokasi Otsus Rp7,7 T Provinsi Aceh Alokasi Otsus Rp2,3 T Provinsi Papua Barat Alokasi Tambahan Rp0,9 T Infrastruktur Provinsi Papua Barat Alokasi Otsus Rp5,4 T Provinsi Papua Alokasi Tambahan Rp2,0 T Infrastruktur Provinsi Papua DANA INSENTIF DAERAH Rp5,0 T Kriteria: Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkan kriteria utama dan kriteria kinerja Tujuan: Memberikan penghargaan (reward) kepada daerah yang mempunyai kinerja baik dalam: - Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah - Pelayanan Dasar Publik - Perekonomian dan kesejahteraan (termasuk pengendalian tingkat inflasi) DANA KEISTIMEWAAN DIY Rp0,5 T Dialokasikan untuk mendanai urusan Keistimewaan DIY, meliputi: a) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; b) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c) kebudayaan; d) pertanahan; dan e) tata ruang DANA DESA Rp47,0 T Dana Desa diperuntukkan antara lain untuk: (1) mendanai penyelenggaraan pemerintahan, (2) pelaksanaan pembangunan, dan (3) pemberdayaan masyarakat desa. Anggaran Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan memerhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa. Untuk itu, kebijakan Dana Desa pada tahun 2016 salah satunya diarahkan untuk meningkatkan pagu anggaran Dana Desa yang bersumber dari APBN, yakni minimal sebesar 6 persen dari anggaran Transfer ke Daerah. 41 Informasi APBN Perubahan 2016 PERKEMBANGAN DEFISIT ANGGARAN 2006 - 2016 (TRILIUN RUPIAH) 40,0 2006 1,28 29,1 Langkah-langkah yang dilakukan dalam menjaga kesinambungan fiskal adalah dengan mengendalikan defisit dalam batas aman, mengendalikan rasio utang terhadap PDB, dan mengendalikan keseimbangan primer 0,87 58,3 2007 2008 diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan daya saing dengan tetap mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal dalam jangka menengah dan panjang 1,55 49,8 1,26 94,5 2,11 4,1 0,08 129,8 2009 2010 88,6 2,40 1,58 Defisit APBN (triliun Rupiah) 133,7 2,14 46,8 Defisit LKPP (triliun Rupiah) 0,73 2011 2012 Defisit LKPP (% terhadap PDB) 150,8 84,4 Defisit APBN (% terhadap PDB) 2,09 1,14 190,1 2,23 153,3 1,86 224,2 2013 2,38 211,7 2,33 241,5 2014 2,40 226,7 2,25 2015 1,90 222,5 298,5 2,59 APBN 2016 APBNP 2016 273,2 2,15 2,40 42 296,7 Informasi APBN Perubahan 2016 PEMBIAYAAN ANGGARAN PEMBIAYAAN APBN Rp273,2 T Rp APBNP Rp296,7 T Utang Rp APBN Rp330,9 T Nonutang APBNP Rp APBN Rp365,7 T -Rp57,7 T Penerbitan SBN Neto Rp327,2 T Perbankan Dalam Negeri Rp364,9 T Rp5,5 T Pinjaman Dalam Negeri Neto Rp3,3 T APBNP -Rp69,0 T Rp25,4 T Non Perbankan Dalam Negeri Rp3,4 T -Rp63,2 T -Rp94,4 T Pinjaman Luar Negeri Neto Rp0,4 T -Rp2,5 T Pembiayaan anggaran mengalami perubahan karena beberapa faktor antara lain: 1. kenaikan defisit anggaran dari 2,15 persen terhadap PDB dalam APBN tahun 2016 menjadi 2,48 persen dalam RAPBNP tahun 2016 2. peningkatan pengeluaran pembiayaan anggaran terutama untuk investasi pemerintah 3. penyesuaian akibat perubahan asumsi dasar ekonomi makro. Angka negatif pada nonutang dan nonperbankan dalam negeri menunjukkan nilai komponen pengeluaran pembiayaan di dalamnya lebih besar dari pada komponen penerimaannya. 43 Informasi APBN Perubahan 2016 PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN ANGGARAN 2006 - 2016 (TRILIUN RUPIAH) Penurunan pembiayaan anggaran pada tahun 2010 karena menyesuaikan dengan menurunnya realisasi 20 2006 29,4 9,4 11,8 2007 Nonutang 42,5 Utang 30,6 Pembiayaan Anggaran 16,6 2008 84,1 67,5 28,7 2009 112,6 83,9 4,6 2010 91,5 86,9 28,3 2011 131,0 102,7 38,1 2012 175,1 137,0 18,1 2013 237,4 219,3 -4,3 2014 248,9 253,2 -55,2 323,1 2015 378,3 -57,7 APBN 2016 -69,0 APBNP 2016 273,2 330,9 296,7 365,7 44 Informasi APBN Perubahan 2016 Kebijakan Pembiayaan Anggaran APBNP 2016 Kebijakan Pembiayaan Anggaran sama dengan kebijakan APBN 2016 yaitu: Menyempurnakan kualitas perencanaan investasi Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah BUMN sebagai agen pembangunan antara lain untuk mendukung pembangunan infrastruktur, kedaulatan pangan, dan kemaritiman Mengendalikan rasio utang pemerintah dalam batas yang aman Membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat secara lebih luas antara lain melalui penerbitan obligasi ritel Mengoptimalkan dana kelolaan BLU dalam rangka pembiayaan pembangunan termasuk memperluas akses sektor UMKM, perumahan murah dan pendidikan Memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) untuk mendukung pembangunan infrastruktur Memberikan penjaminan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur Mendukung program peningkatan akses terhadap pendidikan dan penyediaan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) Kebijakan Pembiayaan UTANG Kebijakan Pembiayaan Anggaran sama dengan kebijakan APBN 2016 yaitu: Mengendalikan rasio utang terhadap PDB Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan dan melakukan pendalaman pasar obligasi domestik Mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk yang berbasis proyek Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang infrastruktur dan energi Meningkatkan pemanfaatan fasilitas pinjaman sebagai alternatif instrumen pembiayaan Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka asset liabilities management (ALM) Kebijakan Pembiayaan NONUTANG Mendukung pembangunan infrastruktur baik sarana dan prasarana transportasi, pemukiman, air bersih dan sanitasi, serta infrastruktur energi melalui alokasi dana investasi pemerintah, dan kewajiban penjaminan Mendukung peningkatan ekspor melalui alokasi PMN Mendukung pemenuhan kewajiban negara sebagai anggota organisasi/lembaga keuangan internasional serta mempertahankan persentase kepemilikan modal melalui alokasi PMN Mendukung pemenuhan ketersediaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) baik melalui program PMN, maupun dana bergulir serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya agar tepat sasaran Mendukung peningkatan kapasitas dana pengembangan pendidikan nasional untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan tinggi, peningkatan kualitas riset, dan mendukung usaha pemerintah dalam melakukan perbaikan fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam Perubahan kebijakan Pembiayaan Nonutang: Mendukung PT PLN (Persero) dalam rangka program 35.000 MW melalui alokasi PMN Mendukung pembangunan infrastruktur melalui alokasi pembiayaan investasi kepada BLU LMAN untuk pendanaan pengadaan tanah Mendukung kebijakan penyelesaian permasalahan program kesejahteraan rakyat, antara lain melalui alokasi PMN kepada BPJS Kesehatan demi keberlanjutan program JKN, dan alokasi cadangan pembiayaan untuk dana antisipasi pembayaran kepada masyakarat terdampak lumpur Sidoarjo Pemanfaatan dana SAL 45 Informasi APBN Perubahan 2016 PENGELUARAN PEMBIAYAAN APBNP 2016 Dana Pengembangan Pendidikan Nasional Rp5,0 T 8% Kewajiban Penjaminan Rp0,9 T APBNP 2016 APBN 2016 Pengeluaran Pembiayaan Nonutang Rp63,5 T Dana Pengembangan Pendidikan Nasional Rp5,0 T Kewajiban Penjaminan Rp0,7 T 94% Dana Investasi Pemerintah Rp90,4 T Dana Investasi Pemerintah Rp57,6 T BLU LMAN Rp16,0 T Dana Bergulir Rp9,2 T PMN kepada Organisasi/LKI Rp3,9 5% Pengeluaran Pembiayaan Nonutang Rp96,1 T 91% PMN Lainnya Rp4,1 T Cadangan Pembiayaan untuk Dana Antisipasi PT Lapindo Brantas Inc. /PT Minarak Lapindo Jaya Rp0,05 T 18% 16% 84% 72% PMN Rp48,4 T PMN Rp65,2 T PMN kepada BUMN Rp40,4 Dana Bergulir Rp9,2 T 10% PMN Lainnya Rp10,9 T PMN kepada Organisasi/LKI Rp3,8 PMN kepada BUMN Rp50,5 T Pengeluaran pembiayaan anggaran 2016 juga dialokasikan untuk Dana Pengembangan Pendidikan Nasional, Kewajiban Penjaminan, Cadangan Pembiayaan untuk Dana Antisipasi PT Lapindo Brantas Inc./PT Minarak Lapindo, dan Dana Investasi Pemerintah Dana Investasi Pemerintah 2016 terutama dialokasikan untuk PMN kepada BUMN/Lembaga, antara lain guna mendukung agenda prioritas Pemerintah yang tertuang dalam Nawacita Dana PMN digunakan untuk melakukan investasi dalam rangka pelaksanaan program prioritas Pemerintah, sekaligus untuk memperbaiki dan memperkuat struktur permodalan BUMN/lembaga Dana PMN diharapkan dapat meningkatkan kemampuan BUMN/lembaga untuk me-leverage pendanaan yang selanjutnya akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan/atau percepatan pelaksanaan program prioritas Pemerintah. Dana Investasi Pemerintah 2016 juga dialokasikan untuk PMN lainnya yaitu untuk LPEI dan BPJS Kesehatan, PMN kepada organisasi/lembaga keuangan internasional, dana bergulir Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan, pembiayaan investasi kepada BLU Lembaga Manajemen Aset Negara Alokasi pembiayaan investasi kepada BLU LMAN ditujukan untuk mendukung pelaksanaan fungsi land bank, yang akan digunakan dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur, khususnya proyek strategis nasional terutama jalan tol. Manfaat alokasi pembiayaan investasi bagi Pemerintah dan masyarakat yaitu terwujudnya percepatan pembangunan infrastruktur yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan konektivitas, dan menurunkan biaya distribusi Sedangkan untuk pengeluaran pembiayaan utang dialokasikan untuk penerusan pinjaman, dan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri 46 Penerusan Pinjaman kepada BUMN/Pemda Rp5,9 T PT PLN Rp4,0 T digunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur energi melalui pembangunan/restrukturisasi pembangkit listrik (PLTU, PLTA, dan PLTG) PT Pertamina Rp1,6 T digunakan untuk pembangunan geothermal sebagai sumber energi listrik yang ramah lingkungan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia Rp14,5 M digunakan untuk fasilitas penjaminan proyek infrastruktur dalam rangka mendorong dan mempercepat pembangunan proyek-proyek infrastruktur Pemprov DKI Jakarta Rp179,4 M digunakan untuk pengendalian banjir Jakarta melalui pengerukan dan rehabilitasi sungai, kanal dan waduk, serta rehabilitasi/penguatan tanggul Informasi APBN Perubahan 2016 PMN KEPADA BUMN MENURUT PRIORITAS APBN 2016 APBNP 2016 Infrastruktur dan Maritim Infrastruktur dan Maritim Rp18,7 T Rp20,7 T Kedaulatan Pangan Rp4,2 T Kemandirian Ekonomi Nasional Rp1,5 T 37% 51% 10% 8% 10% Rp3,9 T 6% 2% 4% Pengembangan Industri Strategis Kedaulatan Pangan Kemandirian Ekonomi Nasional Rp1,0 T Pengembangan Industri Strategis 47% 25% Rp3,2 T Rp3,9 T Kedaulatan Energi Kedaulatan Energi Rp23,6 T Rp10,0 T Perbedaan PMN kepada BUMN dalam APBN 2016 dan APBNP 2016 sebagai berikut: 1. Penghapusan alokasi PMN kepada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) sebesar Rp1,0 T, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) sebesar Rp1,0 T, dan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) sebesar Rp500,0 M; 2. Pengurangan alokasi PMN kepada PT Hutama Karya (Persero) sebesar Rp1,0 T sehingga menjadi Rp2,0 T; dan 3. Penambahan alokasi PMN kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebesar Rp13,6 T sehingga menjadi Rp23,6 T. KEBIJAKAN PMN BUMN yang melaksanakan kebijakan/program Pemerintah dalam rangka menyelenggarakan kemanfaatan umum bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak Peningkatan kapasitas usaha BUMN antara lain dalam rangka peningkatan kualitas infrastruktur, kedaulatan pangan dan energi dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara Mempertahankan porsi kepemilikan, sehingga Pemerintah masih dapat mengendalikan BUMN yang bersangkutan PMN pada Organisasi/Lembaga keuangan internasional dan badan usaha lain, bertujuan untuk: Memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota serta mempertahankan proporsi kepemilikan saham (shares) dan hak suara (voting rights Memperoleh manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional, didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku dan memperhatikan keuangan negara. Mempertimbangkan efek pengganda bagi pertumbuhan ekonomi; 47 Informasi APBN Perubahan 2016 RINCIAN PMN Mendukung Program Kedaulatan Pangan Perum Bulog Rp2,0 T, untuk mempercepat pembangunan unit-unit modern rice milling plant, drying centre beserta SILO dan Cold Storage, guna mempercepat proses pengeringan, pengolahan, dan meningkatkan kapasitas penyimpanan gabah/beras, jagung, produk hortikultura dan daging PT Rajawali Nusantara Indonesia Rp692,5 M (konversi utang pokok RDI), untuk revitalisasi pabrik gula, pengembangan bisnis sawit, dan pengembangan bisnis properti yang dimiliki perseroan PT Perikanan Nusantara Rp29,4 M, PMN (konversi Piutang SLA/RDI) untuk memperbaiki struktur permodalan perseroan sehingga kinerja keuangan perseroan akan semakin baik PT Pertani Rp500,0 M untuk peningkatan kuantitas benih padi, jagung hibrida, kedelai, gabah, dan beras Mendukung Program Kedaulatan Energi PT PLN Rp23,6 T, untuk mendukung pendanaan proyek 35.000 MW sampai dengan tahun 2019 serta membiayai pembangunan infrastruktur kelistrikan. Mendukung Program Pengembangan Industri Strategis PT Krakatau Steel Rp1,5 T (tunai) dan Rp956,5 M (nontunai), untuk mendukung pembiayaan pembangunan Hot Strip Mill (HSM) #2 dan pembangunan pembangkit listrik. PT Industri Kereta Api Rp1,0 T, untuk mendukung proyek KRL Airport Link Bandara Soekarno-Hatta, serta pembangunan workshop di Gresik. PT Barata Indonesia Rp500,0 M, untuk pengembangan pabrik pengecoran (foundry), pembangunan pabrik pusat penempaan (forging) dan permesinan (machining center), serta pengembangan pabrik industri agro. Mendukung Program Kemandirian Ekonomi Nasional PT Asuransi Kredit Indonesia, dan Perum Jamkrindo, masing-masing Rp500,0 M, dalam rangka pelaksanaan penjaminan KUR bagi KUMKM. Mendukung Program Pembangunan Infrastruktur dan Maritim PT Sarana Multi Infrastruktur Rp4,2, T, untuk berpartisipasi dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur strategis. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia Rp1,0 T, untuk memperkuat struktur permodalan dan peningkatan kapasitas usaha PT PII untuk melakukan penjaminan dalam proyek infrastruktur. PT Sarana Multigriya Finansial Rp1,0 T, untuk memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha dalam rangka pengembangan pasar pembiayaan sekunder perumahan. PT Jasa Marga Rp1,3 T, untuk melaksanakan pembangunan proyek jalan tol baru. PT Hutama Karya Rp2,0 T, untuk melaksanakan penugasan Pemerintah dalam melakukan pengusahaan jalan tol di Sumatera PT Wijaya Karya Rp4,0 T, untuk melaksanakan proyek infrastruktur antara lain pembangkit listrik, Kawasan Industri Kuala Tanjung, Pembangunan Water Treatment Plant serta jalan tol. PT Pembangunan Perumahan Rp2,3 T, untuk melaksanakan proyek di bidang infrastruktur berupa pelabuhan dan kawasan industri pelabuhan serta jalan tol. Perum Perumnas Rp250 M (tunai) dan Rp235,4 M (konversi utang pokok RDI), untuk mempercepat pengadaan lahan dan penyediaan rumah, baik rumah tapak maupun rumah susun untuk masyarakat menengah ke bawah. PT Pelni Rp564,8 M (konversi utang pokok SLA) untuk meningkatkan kemampuan perseroan dalam pendanaan investasinya. PT Angkasa Pura II Rp2,0 T, digunakan dalam rangka pembebasan lahan untuk pembangunan runway 3 Bandara Soekarno-Hatta PT Amarta Karya Rp32,1 M (konversi utang pokok SLA) untuk meningkatkan kapasitas usaha dan percepatan program prioritas Pemerintah terkait infrastruktur energi. 48 Informasi APBN Perubahan 2016 GLOSSARY Keseimbangan primer menggambarkan kemampuan Pemerintah membayar pokok dan bunga utang dengan menggunakan pendapatan negara. Keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Apabila nilai keseimbangan primer negatif, maka Pemerintah harus menerbitkan utang baru untuk membayar pokok dan bunga utang. Sebaliknya apabila nilai keseimbangan primer positif, maka Pemerintah bisa menggunakan sumber pendapatan negara untuk membayar sebagian atau seluruh pokok dan bunga utang. Pajak Terdiri atas penerimaan PPh Migas, PPh Nonmigas, PPN, PBB, dan pajak lainnya. Kepabeanan dan Cukai Terdiri atas penerimaan cukai (hasil tembakau, etil alkohol, dan minuman mengandung etil alkohol), bea masuk, dan bea keluar. PNBP Terdiri atas penerimaan SDA Migas, SDA Nonmigas (pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi), bagian laba BUMN, PNBP lainnya (PNBP yang dipungut oleh K/L), serta Pendapatan BLU. Penerimaan Hibah Terdiri atas penerimaan hibah yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Tax ratio pertambangan minerba dengan PDB nominal. Sedangkan tax ratio penerimaan perpajakan (pajak pusat) dengan PDB nominal. Pembayaran Bunga Utang Belanja Pemerintah Pusat atas penggunaan utang dalam dan luar negeri. Dihitung dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang baru, termasuk biaya yang timbul terkait pengelolaan utang. Transfer ke Daerah Dialokasikan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan daerah, mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan antar daerah, mengurangi kesenjangan layanan publik antardaerah, mendanai pelaksanaan otonomi khusus dan keistimewaan daerah. Belanja Kementerian Negara/Lembaga Anggaran belanja yang dialokasikan melalui Kementerian Negara/ Lembaga untuk membiayai urusan tertentu dalam pemerintahan. Belanja Non-K/L (BA BUN) Pengeluaran negara untuk Program Pengelolaan Utang Negara, Program Pengelolaan Subsidi, Program Pengelolaan Hibah, Program Pengelolaan Belanja Lainnya, dan Program Pengelolaan Transaksi Khusus Dana Desa Dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/ kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Subsidi Pemberian dukungan dalam bentuk alokasi anggaran kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyediakan barang atau jasa yang bersifat strategis atau menguasai hajat hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan negara. 49 Informasi APBN Perubahan 2016 GLOSSARY Belanja Menurut Fungsi, terdiri dari: Fungsi Pelayanan Umum a.l. terdiri atas Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Anggaran PBI Jamkes), Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya, Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya, Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku dan seluruh Belanja Non K/L (Subsidi, Pembayaran Bunga Utang, Belanja Lain-lain); Fungsi Pertahanan a.l. terdiri atas Pengadaan Barang dan Jasa Militer, Produksi Alutsista Industri dalam Negeri dan Pengembangan Pinak Industri Pertahanan, Penyelenggaraan Perawatan Personel Matra Darat, Laut dan Udara; Fungsi Ketertiban dan Keamanan a.l. terdiri atas Penyelenggaraan Pemasyarakatan di Wilayah, Pengembangan Peralatan Polri, Peningkatan Pelayanan Keamanan dan Keselamatan Masyarakat di Bidang Lantas; Fungsi Ekonomi a.l. terdiri atas Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Lalu Lintas Angkutan Jalan, Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional; Fungsi Lingkungan Hidup a.l. terdiri atas Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan, dan Pengelolaan Pertanahan Provinsi; Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum a.l. terdiri atas Fasilitasi Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; Fungsi Kesehatan a.l. terdiri atas Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan, Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif a.l. terdiri atas Pemberdayaan Masyarakat di Destinasi Pariwisata, Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri; Fungsi Agama a.l. terdiri atas Pengelolaan Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha; Fungsi Pendidikan a.l. terdiri atas Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD, SMP, dan Peningkatan Penjaminan Mutu Pendidikan; Fungsi Perlindungan Sosial a.l. terdiri atas Jaminan Kesejahteraan Sosial (Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga Harapan). Subsidi Energi Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan BBM, BBN,LPG tabung 3 kg, LGV, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat. Subsidi Nonenergi Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau menjual barang dan/ atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain produk energi. Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan dalam APBN yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah-daerah yang menjalankan otonomi khusus, yaitu Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Aceh Dana Transfer Lainnya merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah untuk melaksanakan kebijakan tertentu berdasarkan undangundang. 50 Informasi APBN Perubahan 2016 51 Informasi APBN Perubahan 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN Direktorat Jenderal Anggaran Gedung Sutikno Slamet Lantai 12 Jalan Dr Wahidin Raya No.1 www.anggaran.depkeu.go.id 52