FISIOLOGI HEWAN SISTEM GERAK PADA KATAK (Rana sp) OLEH : INTAN QAANITAH 08041281419041 LESI RATNA SARI 08041281419083 MUHAMMAD EKO INDRA 08041281419085 MAR’ATUS SHOLIKHA 08041281419093 AHMAD HERU SAPUTRA 08041381419069 M. SATRIO WIBISONO 08041381419061 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016 Universitas Sriwijaya SISTEM OTOT Sistem otot adalah sistem organ pada hewan dan manusia yang mengizinkan makhluk tersebut bergerak. Sistem otot pada vertebrata dikontrol oleh sistem syaraf, walaupun beberapa otot (seperti otot jantung) dapat bergerak secara otonom (Suryani Pemberian nama otot rangka disebabkan karena otot ini menempel pada system rangka. Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. Otot rangka dapat kita kaji lebih dalam misalnya dengan mempelajari otot gastroknemus pada katak. Otot gastroknemus katak banyak digunakan dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini lebar dan terletak di atas fibiofibula, serta disisipi oleh tendon tumit yang tampak jelas (tendon Achillus) pada permukaan kaki (Indrawan Sistem gerak pada manusia dan vertebrata terdiri atas sistem gerak pasif yang terdiri atas tulang dan rawan, serta sistem gerak aktif yang terdiri atas otot, tulang disebut sistem gerak pasif, karena tulang tidak dapat bergerak sendiri. Tulang harus digerakkan oleh otot Otot disebut alat gerak aktif, karena otot mempunyai kemampuan berkontraksi (mengerut) dan relaksasi (relaks, memanjang). Otot menempel pada tulang. Karena otot dapat berkontraksi dan berelaksasi, maka otot menggerakkan tulang. Tulang bersama dengan otot merupakan organ penyusun sistem gerak pada manusia dan hewan vertebrata lainnya, Tulang pada vertebrata dan manusia terdiri atas tulang keras dan kartilago (tulang rawan). Pada masa embrio, kartilago merupakan penyusun tulang pada semua vertebrata. Pada beberapa jenis vertebrata, kartilago ini tidak berubah menjadi tulang, sehingga tetap sebagai kartilago, misalnya pada ikan hiu dan ikan pari. Kedua jenis ikan ini disebut ikan bertulang rawan. Akan tetapi pada vertebrata lainnya, dalam masa perkembanganannya tulang sejati secara berangsur akan segera menggantikan kartilago. Namun ada kartilago yang tetap bertahan sebagai kartilago, karena dibutuhkan untuk memudahkan pergerakan atau sebagai tudung tulang keras. Kartilago ini terdapat pada ujung-ujung tulang iga, permukaan sendi, dinding pangkal tenggorokan (larynx), pada tenggorokan (trakhea) daun telinga, dan hidung. Universitas Sriwijaya Tulang pada vertebrata terdiri atas tulang keras dan tulang rawan (kartilago). Kartilago bersifat padat tetapi tidak keras seperti tulang. Di atas telah dikemukakan bahwa kartilago merupakan komponen tulang yang utama pada semua embrio vertebrata. KATAK (Rana sp) Filum : Chordata Kelas : Amphibia Sub-kelas : Anaumorpha Ordo : Anaurans Sub-ordo : Diplasiocoela Famili : Ranidae Sub-famili : Raninae Genus : Rana Spesies : Rana catesbeiana Shaw Bullfrog mempunyai dua buah anggota penggerak, yaitu sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan ukurannya lebih pendek dan lebih kecil dibandingkan kaki belakang. Kaki katak terbagi tiga bagian, yaitu paha, betis, dan jari. Panjang paha dan betis hampir sama, tetapi daging pada paha lebih Universitas Sriwijaya tebal dibandingkan daging pada betis. Kaki depan memiliki jari-jari 4 buah, tetapi tidak mempunyai selaput renang. Sementara kaki belakang mempunyai jari-jari 5 buah dan memiliki selaput renang yang elastis diantara masing-masing jari tersebut (Arie, 1999), Amphibia yaitu kodok atau katak. Kontruksi tulang katak yaitu terdiri dari tulang badan, tulang anggota gerak dan tulang tengkorak (tulang kepala). Katak adalah salah satu dari jenis amfibi. Katak memiliki rangka dalam(endoskeleton). Rangka katak tersusun dari 3 kelompok, yaitu tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota gerak. Katak mempunyai tulang belakang yang panjang dan otot yang kuat, oleh karena itu katak dapat melompat dengan tinggi dan katak juga mempunyai selaput renang, selaput ini memberikan tekanan yang kuat, sehingga terbentuk gerakan di air. Amfibi memiliki sendi baik itu di lutut, bahu, siku, pinggul, pergelangan kaki dan tangan. Sendi ini memudahkan hewan amfibi seperti katak untuk melompat. (Baca: Proses Metamorfosis pada Hewan Sempurna dan Tidak Sempurna) Karakteristik Rangka Selain itu bentuk tulang kepala katak berukuran kecil dan hanya memiliki sedikit tulang. Hal ini menyebabkan tulang kepala katak sangat ringan namun kuat. Selain itu postur badan katak juga ditopang oleh tulang belakang yang dapat menahan berat tubuh bagian belakang dan bagian depan katak. Katak memiki kaki yang sangat panjang dan otot-otot yang kekar dan solid. Agar katak mudah saat berenang, kaki katak memiliki selaput renang. Selaput renang ini sangat berguna bagi katak saat sedang berenang di dalam air. Dengan adanya selaput renang, katak dapat bergerak lincah di dalam air. Universitas Sriwijaya Sistim gerak pada amphibia, misalnya pada katak. Rangka katak terdiri dari tulang anggota gerak, tulang badan, dan tulang kepala atau tengkorak. Katak mempunyai tungkai belakang yang panjang dan otot yang kuat. Terdapat selaput renang pada tungkai katak yang berguna untuk memberikan tekanan pada air sehingga mempermudah gerakan katak saat berenang. Sistem Otot Amphibi Universitas Sriwijaya Sistem otot pada katak dibagi menjadi empat bagian, yaitu sistem otot pada bagian kepala, sistem otot daerah pectoral, sistem otot daerah abdomen atau ventral dan sistem otot pada extrimitas posterior. Hasil dari pengamatan yang didapat adalah bahwa sistem otot daerah abdomen atau ventral dari katak sawah (Fejervarya cancrivora) terdiri dari musculus rectus abdominis, musculus obliqus externus, musculus obliqus internus. Musculus rectus abdominis terdapat medio ventral tubuh yang ditengahnya terdapat tendo berwarna putih yang disebut linea alba dan juga terdapat inscriptio tendinae yang berjumlah empat pasang (Moment,1967). Sistem otot pada extrimitas posterior dari Katak sawah (Fejervarya cancrivora) terdiri dari dua bagian yaitu pada bagian femur (paha) dan crus (betis). Pada bagian femur dapat dikenali otot dari arah lateral ke medial antara lain : musculus trisep femoris, musculus sartorius, musculus adductor magnus, musculus gracillis mayor dan musculus gracillis minor. Sedangkan otot yang membangun bagian dari betis katak sawah antara lain : musculus gastronimeus, Universitas Sriwijaya musculus tibialis anticus longus, musculus tibialis anticus brevis dan musculus tibialis posticus. Hal ini sesuai pernyataan dari Moment (1967) yang menyatakan bahwa Daerah extrimitas posterior terdapat musculus trisep femoris, musculus gracillis minor, musculus gracillis mayor, musculus sartorius, musculus adductor magnus. Bagian crus dibangun oleh musculus gastronimeus, musculus tibialis anticus longus, musculus tibialis anticus brevis, musculus tibialis posticus dan juga terdapat otot tendon dan tulang tibio fibula. Sistem otot pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain sebagai transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot pada ikan berpusat pada gerakan tubuh ke lateral, membuka dan menutup mulut serta gill apertura (operculum atau penutup lubang/celah insang) dan gerakan sirip yang relatif sederhana. Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini (Sukiya, 2003) Sistem otot aksial pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapi tampak tanda-tanda perbedaan sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari sistem otot epaksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral, adalah menjadi bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi. Selanjutnya, otot hipaksial terlepas atau terbagi dalam lapisan-lapisan, kemudian membentuk otot-otot oblique eksternal, oblique internal dan otot tranversus, sedangkan otot dermal sangat kurang. Berbagai macam gerakan pada amfibi, yaitu berenang, berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai tipe otot. Beberapa di antaranya terletak di tungkai itu sendiri dan berupa otot-otot intrinsik (Sukiya, 2003). Sistem otot pada amfibi sangat bervariasi, seperti pada salamander yang hidup di air memiliki sistem otot yang mirip dengan ikan, sementara sistem otot pada spesies yang hidup di darat seperti pada katak sangat berbeda. Metameris tampak jelas pada salamander, caecilians, dan pada larva anura. Miomer epaksial membentuk berkas serabut otot yang memanjang melewati beberapa segmen tubuh. Otot-otot tersebut sebahagian tersembunyi dibawah otot-otot apendikular, memanjang dari kolumna vertebra dari bagian dasar tengkorak sampai pada ujung ekor. Massa otot-otot hipaksial pada beberapa jenis amfibi sudah kehilangan pola Universitas Sriwijaya segmental dan membentuk lembaran otot (eksternal oblique, internaloblique, dan transversal), khususnya pada daerah abdominal (Faisal, 2012). Otot-otot apendikular pada sebahagian besar amfibi jauh lebih kompleks dibandingkan dengan ikan, sesuai dengan kehidupan di darat. Pada amfibi, tungkai digunakan untuk menyokong seluruh bobot tubuh. Pada amfibi, otot-otot dari lengkung vissera yang pertama berperan untuk menggerakkan rahang. Beberapa otot-otot pada lengkung vissera yang kedua tetap berhubungan dengan rahang bawah, sedangkan otot-otot pada lengkung vissera yang ketiga berperan menggerakkan tulang rawan pada insang khususnya pada amfibi yang memiliki insang. Pada amfibi yang tidak memiliki insang, otot-otot tersebut tereduksi (Faisal, 2012). DAFTAR PUSTAKA Faisal. 2012. Buku Ajar Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Biologi FMIPA UNY Universitas Sriwijaya