pengaruh penerimaan pajak terhadap kesinambungan fiskal di

advertisement
PENGARUH PENERIMAAN PAJAK TERHADAP
KESINAMBUNGAN FISKAL DI INDONESIA
Oleh :
Sonny Muhammad Ikhsan Mangkuwinata, SE. M. Si
Email : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimanakah pengaruh penerimaan
pajak terhadap kesinambungan fiskal di Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif.Data yangdigunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Subjek dalam penelitian ini adalahDirektorat
Perpajakan dan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah data jumlah penerimaan pajak dan sustainabilitas fiskal hasil
dokumentasi Direktorat Perpajakan dan Departemen Keuangan Republik Indonesia
yang diperoleh melalui website resmi dan hasil publikasi lainnya dari tahun 20072013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam
meningkatkan jumlah penerimaan dari sektor pajak. Jumlah penduduk dan sumber
daya lainnya memungkinkan pemerintah menambah penerimaan. Krisis ekonomi
global menyebabkan masalah dalam perekonomian, antara lain meningkatnya
jumlah utang baik oleh pemerintah maupun swasta serta beban subsidi yang besar
menyebabkan kesinambungan fiskal di Indonesia terancam. Pemerintah dapat
menjaga kesinambungan fiskal salah satunya adalah dengan memaksimalkan jumlah
penerimaan dari sektor pajak. Semakin besar pajak yang yang bisa dipungut maka
akan semakin terjamin kesinambungan fiskal Indonesia.
Kata Kunci : Kesimbungan Fiskal, Pajak
1. Pendahuluan
Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability)merupakan kunci dari kebijakan
fiskal pemerintah.Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat
dengan kebijakan lainnya,seperti kebijakan moneter.Fenomena defisit anggaran di
Indonesia, dimana pemerintah terpaksa mengambil beberapa kebijakan dalam
1
2
menanggulangi defisit anggaran untuk meredam gejolak perekonomian pada jangka
pendek, tetapi dapat menciptakan akumulasi persoalan yang lebih besar pada jangka
panjang.
Dalam mengupayakan pertumbuhan ekonomi jangka panjang, pemerintah
Indonesia melakukan konsolidasi fiskal dalam rangka mencapai kesinambungan
fiskal (fiscal sustainability) dan pertumbuhan ekonomi yang stabil.Akan tetapi
konsolidasi fiskal ini menghadapi beban berat berupa utang publik yang cukup
tinggi, subsidi yang semakin meningkat dan penerimaan pajak yang kurang
optimal.Pemerintah telah berupaya mengambil suatu kebijakan untuk melakukan
penyesuaian tarif pajak penghasilan badan dan perorangan dengan menggunakan
tarif yang sama.
Pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta
wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan
yang digunakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional.Sesuai dengan falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan
hanya merupakan kewajiban tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk
ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan Negara dan
pembangunan
nasional.Kewajiban
pembayaran
pajak,
sebagai
pencerminan
kewajiban kenegaraan dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri
untuk memenuhi kewajiban warga negara tersebut.Hal tersebut sesuai dengan system
self assessment yang dianut dalam sistem perpajakan Indonesia.
3
Peran pajak sebagai sumber penerimaan dalam negeri menjadi sangat
dominan, namun masih belum optimal jika dilihat dari banyaknya wajib pajak yang
belum menjadi wajib pajak patuh.Padahal, kebersamaan nasional menuju
kemandirian pembangunan menuntut pengabdian dan disiplin yang tinggi.Oleh
karena itu, setiap rakyat Indonesia harus sadar bahwa dengan semakin menikmati
hasil-hasil pembangunan maka tanggungjawab rakyat terhadap pajak dalam
pelaksanaan pembangunan semakin besar. Kesadaran akan tanggung jawab ini
menjadi nilai yang fundamental dalam pembangunan dan diharapkan kepatuhan
wajib pajak dapat diwujudkan. Penerimaan pajak di Indonesia selama lima tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Penerimaan Pajak Pemerintah Indonesia
Tahun 2007-2013
Jumlah Penerimaan Pajak
Pertumbuhan
(Rp)
(%)
1.
2007
49.074.410.576.570
2.
2008
63.079.040.235.660
28,53
3.
2009
64.799.476.194.643
2,73
4.
2010
72.877.310.137.296
12,47
5.
2011
86.889.826.469.064
19,23
6.
2012
100.580.747.439.906
15,76
7.
2013
269.325.990.000.000
167,77
Sumber : Data Pokok APBN Departemen Keuangan RI (2013)
No
Tahun
Ketika perekonomian beroperasi di bawah ouput potensial atau terlihat
adanya tanda-tanda menuju resesi, respon pemerintah melalui kebijakan fiskal adalah
dengan meningkatkan belanja negara atau menurunkan penerimaan pajak, sehingga
defisit anggaran meningkat.Sebaliknya, apabila perekonomian beroperasi di atas
output potensial, sebagai indikasi terjadinya ekspansi, maka kebijakan fiskal
4
diarahkan pada upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak atau mengurangi
belanja negara sehingga mengurangi defisit anggaran.Respon kebijakan fiskal pada
situasi ekonomi yang berbeda tersebut diharapkan dapat mereduksi fluktuasi
permintaan agregat.
Persepsi mengenai kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dalam beberapa tahun terakhir.Pertama, pemerintah telah melakukan
stimulus fiskal (kebijakan pengurangan pajak dan/atau peningkatan pengeluaran
pemerintah untuk mendorong total permintaan, sehingga meningkatkan kegiatan
ekonomi dalam jangka pendek) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua,
defisit anggaran di bawah 2,5% sama sekali tidak berbahaya terhadap keberlanjutan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN) dalam jangka panjang.
Krisis
ekonomi
global
mengakibatkan dampak pada perekonomian
domestik.Indikasi terlihat dari turunnya ekspor Indonesia keluar negeri. Pemerintah
mengantisipasinya melalui sejumlah kebijakan Stimulus Fiskal yang ditujukan untuk:
(1) memelihara dan meningkatkan daya beli masyarakat agar konsumsi rumahtangga
tumbuh di atas 4 persen; (2) menjaga daya tahan perusahaan/sektor usaha dalam
menghadapi krisis global; (3) meningkatkan daya serap tenaga kerja guna mengatasi
pemutusan hubungan kerja (PHK) melalui kebijakan pembangunan infrastruktur
padat karya.
Selaras dengan tujuan dari sistem ekonomi nasional, kebijakan fiskal dapat
dijadikan sebagai instrumen utama selain kebijakan moneter untuk mencapai tujuan
nasional khususnya yang lebih bersifat tujuan ekonomi.Setidaknya terdapat dua
komponen utama dalam kebijakan fiskal yaitu komponen penerimaan yang terdiri
5
dari pajak dan bukan pajak, dan komponen pengeluaran pemerintah.Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan kedua komponen tersebut adalah manajemen
keuangan negara yang efektif dan efisien.Kebijakan fiskal merupakan kebijakan
ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penerimaan dan pengeluaran
untuk mencapai tujuan seperti pertumbuhan ekonomi dan stabilitas perekonomian
secara umum.
Adanya dua instrumen utama yang digunakan dalam kebijakan fiskal yaitu
penerimaan dan pengeluaran negara, menunjukan bahwa kebijakan fiskal sangat erat
kaitannya dengan target keuangan negara/anggaran yang ingin dicapai.Perubahan
tingkat dan komposisi anggaran pemerintah baik pajak maupun pengeluaran
pemerintah, dapat mempengaruhi variabel-variabel permintaan agregat dan tingkat
aktivitas ekonomi, pola persebaran sumber daya, dan distribusi pendapatan.Peranan
kebijakan fiskal dalam mempengaruhi perekonomian pada dasarnya sangat
ditentukan oleh keterlibatan pemerintah dalam aktivitas ekonomi sesuai dengan
ideologi yang dianut, tujuan yang ingin dicapai dan hakikat sistem ekonomi yang
digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Penerimaan Pajak Terhadap Sustainabilitas Fiskal
DiIndonesia”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam pendahuluan di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Apakah Penerimaan PajakBerpengaruh Terhadap Sustainabilitas
Fiskal Di Indonesia?
6
3. Landasan Teoritis
3.1. Pengertian Pajak
Menurut Wirawan, (2002:4 ) pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2002:1) pajak ialah iuran rakyat kepada
negara (peralihan kekayaan dari sektor
swasta ke sektor publik) berdasarkan
undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan yang secara
langsung dapat ditunjukan, yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau
pencegah untuk mencapai tujuan yang ada dalam bidang keuangan negara.
Selanjutnya
Judisseno (2007:5) mengatakan pajak Pajak adalah suatu
kewjiban kenegaraan dan pengabdiaan warga negara dan anggota masyarakat lainnya
untuk membiayai berbagai keperluan Negara, baik berupa pembangunan nasional
yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk
tujuan kesejahteraan dan negara.
Dari definisi pajak tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pajak
merupakan kewajiban warga negara dalam upaya pembiayaan pembangunan
nasional yang dapat dipaksakan dan tidak diberikan imbalan atas prestasinya.
3.2. Jenis-Jenis Pajak
Menurut Pudyatmoko (2009:34), pada umumnya pajak dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Menurut Golongannya
7
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contohnya: Pajak Penghasilan
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh:
Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak
kendaraan dan Bea balik nama kendaraan bermotor, pajak hotel dan
restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak
penerangan jalan.
Asas-asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Pudyatmoko (2009:4)
bahwa pungutan pajak didasarkan pada :
1. Equalityadalah pungutan pajak yang adil dan merata.
2. Certainty adalah Penetapan pajak yang tidak di tentukan wewenangwewenang.
3. Conveinance adalah pembayaran pajak sebaiknya sesuai dengan saat yang
tidak menyulitkan wajib pajak.
4. Economyadalah biaya pungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi
wajib pajak ditetapkan seminimum mungkin.
8
3.3. Fungsi Pajak
MenurutUndang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan, fungsi pajak meliputi:
1.
Fungsi penerimaan (budgetair), yaitu pajak berfungsi sebagai sumber dana
yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi pengaturan (regulator), yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
3. Fungsi alokasi, yang disebut pula sebagai sumber pembiayaan pembangunan.
4. Fungsi distribusi, yang disebut pula sebagai alat pemerataan pendapatan.
Sedangkan menurutPudyatmoko (2009:39), secara umum fungsi pajak adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi penerimaan (budgetair), yaitu pajak berfungsi sebagai sumber dana
yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Contoh : Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam
negeri.
2. Fungsi pengaturan (regulator), yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman
keras.
3. Fungsi alokasi, yang disebut pula sebagai sumber pembiayaan pembangunan.
4. Fungsi distribusi, yang disebut pula sebagai alat pemerataan pendapatan.
Wajib pajak harus membayar pajak, pajak tersebut digunakan sebagai biaya
pembangunan dalam segala bidang.
3.4. Pengertian Fiskal
Menurut Sukirno (2000:26) fiskal merupakan kebijakan pengelolaan
keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi
pengeluaran negara yang tercantung di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN). Sedangkan Brata (2004:174) fiskal merupakan kebijakan yang menyangkut
kuantitas pengeluaran pemerintah serta efisiensi dari pengeluaran pemerintah dan
9
dampak dari cara pemerintah dalam membiayai pengeluarannya terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya Nordhaus (2003:26) mengatakan fiskal merupakan kebijakan
belanja pemerintah yang didasarkan atas prinsip efesiensi tanpa mengurangi
kuantitas
pelayanan
keapada
masyarakat
dengan
mengutamakan
belanja
pembangunan untuk sektor-sektor strategis yang berdampak pada perkembangan
perekonomian nasional.
Pengeluaran pemerintah dapat dipandang sebagi pembelajaraan
otonomi
karena pendapatan nasional bukanlah merupakan faktor penting yang akan
mempengaruhi kepetusan pemerintah untuk mengatur anggaran pembelanjaan.
Menurut Sukirno (2000:27) Pada dasarnya ada tiga faktor yang menentukan
pengeluaran pemerintah yaitu sebagi berikut:
1. Pajak yang diharapkan akan diterima
2. Pertimbangan-pertimbangan politik
3. Persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi
Fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam mengatur pengeluaran dan
mengalokasikan penerimaan dari sumber-sumber pajak untuk pembiayaan sektorsektor produktif yang dapat mengembangkan perekonomian nasional untuk
kesejahteraan masyarakat.Dalam mengalokasikan sumber penerimaan dengan sektor
utamanya adalah bersumber dari pajak yaitu bersumber dari tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan dan peningkatan kualitas
pelayanan publik.
10
3.5.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal yang sering juga disebut politik fiskal atau fiscal policy,
diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran
belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya parekonomian.
Olehkarena anggaran belanja negara terdiri dari penerimaan berupa hasil pungutan
pajak
dan pengeluaran pemerintah yang dapat berupa government expenditure, maka
sering pula dikatakan bahwa kebijakan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah
yang berupa tindakan memperbesar atau memperkecil jumlah pungutan pajak dan
memperbesar atau memperkecil pengeluaran pemerintah. Instrument yang penting
dalam mempengaruhi kebijakan fiskal adalah pajak dan pengeluaran pemerintah.
Menurut Samuelson (2003:126), Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan
yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelalanjakan dananya tersebut dalam
rangka melaksanakan pembangunan. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran negara.
Sedangkan menurut Ana (2003:112), kebijakan fiskal merupakan kebijakan
yang mengatur tentang penerimaan dan pengeluaran negara, penerimaan tersebut
bersumber dari pajak, penerimaan bukan pajak dan bahkan penerimaan yang berasal
dari pinjaman maupun pinjaman dari luar negeri yang dimasukkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dipergunakan untuk pengeluaran
pembangunan.
11
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
kebijakan fiskal adalah untuk memperoleh penambahan sumber dana atau
penerimaan negara dalam upaya meningkatkan pengeluaran untuk membiayai
kegiatan pembangunan. Penerimaan yang dimaksud adalah baik bersumber dari
sektor pajak maupun non pajak dalam rangka penyusunan Anggaran Penerimaan dan
Pengeluaran Pemerintah di suatu negara.
Dengan kata lain kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi dalam
rangka mengarahkan kondisi ekonomi untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan pengeluaran dana pemerintah. Kebijakan fiskal sama halnya
dengan kebijakan moneter yang mengatur tentang jumlah uang yang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih mengarah pada pengaturan pendapatan dan belanja daerah.
3.6.
Sustainabilitas (Kesinambungan) Fiskal
Menurut Mankiw (2006:108) Sustainabilitas(Kesinambungan) fiskaladalah
upaya
pemerintah
dalam
mengimbangi
besarnya
pembiayaan
pengeluaran
berdasarkan berdasarkan besarnya penerimaan dari sektor pajak untuk mengantipasi
atau pada saat terjadinya defisit anggaran (Mankiw,2006:108). Dalam hal ini
pemerintah harus menggali seluruh sumber pendapatan negara terutama dari aspek
pajak.
Sustainabilitas(Kesinambungan) fiskal akan terjadi jika nilai sekarang
(presentvalue) dari kendala pengeluaran (expenditure constraint) yang akan datang
dapat dipenuhi tanpa harus melakukan koreksi atau penyesuaian fiskal untuk
mencapaikeseimbanganmelihat bahwa kesinambungan fiskal merupakan interaksi
12
antara keseimbangan anggaran primer dengan parameter kunci, yaitu pertumbuhan
dan tingkat bunga yang mempengaruhi pembayaran utang publik
MenurutJoseph (2004:72) menekankan bahwa fiskal akan aman jika terdapat
kestabilan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Adapun indikator
minimal harus memenuhi tiga persyaratan yaitu implementasi dan interpretasi yang
sesuai dengan karakteristik Negara terkait, penjabarannya didasarkan pada prinsipprinsip ekonomi positif (bukan normatif), dan adanya kesamaan persepsi dalam
perbandingan.Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perbedaan-perbedaan
pengukuran dalam hubungan antar negara.
Defisit fiskal juga dapat berdampak negatif terhadap perekonomian. Mankiw
(2003:54) mencatat dua efek yang dapat ditimbulkan oleh ekspansi anggaran
pemerintah yang terlalu ekspansif. Pertama, terjadinya ekspansi di sektor moneter
yang berujung pada peningkatan jumlah uang beredar (inflasi). Kedua, jika tidak
ditangani dengan baik, akan berlanjut dengan pelarian modal (capital flight) ke luar
negeri.
3.7.
Hubungan Penerimaan Pajak Dengan Sustainabilitas Fiskal
Pada prinsipnya, suatu kebijakan fiskal dilaksanakan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, melindungi penduduk dari ketidakpastian dan pajak yang
eksesif, serta untuk membantu para pembuat peraturan perundangan dalam
mengatasi kesulitan ekonomi. Instrumen yang dapat digunakan pemerintah dalam
penerapan kebijakan fiskal tersebut antara lain: pajak, subsidi, dan anggaran.
13
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan untuk mengendalikan
keseimbanganmakroekonomi.Kebijakan fiskal bertujuan untuk mempengaruhi sisi
permintaan agregat suatuperekonomian dalam jangka pendek. Selain itu, kebijakan
ini dapat pula mempengaruhi sisipenawaran yang sifatnya lebih berjangka panjang,
melalui
peningkatan
kapasitas
perekonomian.Dalam
pengelolaan
stabilitas
makroekonomi, kebijakan fiskal akan berinteraksi dengan kebijakanmoneter.
Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) sedang menjadi masalah yang
intensif dikalangan ekonomi makro baik di negara maju maupun negara
berkembang.Secara konseptual, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APPBN)
dikatakan berkesinambungan apabila ia memiliki kemampuanuntuk membiayai
seluruh belanjanya selama jangka waktu yang tidak terbatas.Konsekuensinya,
kesinambungan fiskal harus mampu pulamemperhitungkan risiko fiskal. Risiko fiskal
muncul tatkala terjadi kewajiban langsung (direct liabilities) yang dapat diperkirakan
sebelumnya dan kewajiban kontingensi (contingent liabilities)akibat suatu peristiwa
di luar kendali (Boediono:2009:84)
Ketidakmampuanmenyeimbangkan melonjaknya beban pengeluaran dengan
peningkatan penerimaan jelassangat membahayakan kemampuan anggaran negara
dalam membayar utang.Untuk menjagasolvensi fiskal, keuangan negara harus
surplus.Terjadinya risiko fiskal yang tidak diantisipasi dengan baik akan membebani
anggarandan mempengaruhi target pertumbuhan ekonomi dengan cakupan dan
kedalaman efek yangberbeda antara negara maju dengan negara sedang berkembang.
Risiko fiskal yang terjadipada negara-negara maju akan menimbulkan beban pada
anggaran dan berpeluangmenghambat pertumbuhan ekonomi.
14
Pada negara-negara berkembang implikasinya lebih berat. Terjadinya risiko
fiskal yangmembebani anggaran akan menjalar dengan cepat pada perekonomian
secara keseluruhan,mendorong pelarian modal (capital outflow), dan bahkan
mengubah arah pertumbuhanekonomi. Lebih jauh, pada negara-negara berkembang
dengan kelembagaan ekonomi yangmasih lemah, ekspektasi terjadinya risiko fiskal
akan mempengaruhi perilaku agen-agen ekonomisehingga berpeluang menghambat
pertumbuhan ekonomi kendati risiko fiskal tersebut belumterjadi sesungguhnya
(Rahmani, 2006:28).
4.
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif.Menurut Sugiyono (2007:56) penelitian kuantitatif dilakukan untuk
mengkaji suatu fenomena yang didasarkan atas teori yang relevan guna mengetahui
kebenaran atas teori tersebut.Dalam penelitian data dianalisis dengan menggunakan
angka yang dapat dihitung maupun diukur.Analisis kuantitatif ini dimaksudkan untuk
memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan satu atau
beberapa kejadian lainnya dengan menggunakan alat analisis statistik.
Data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Subjek dalam
penelitian ini adalahDirektorat Perpajakan dan Departemen Keuangan Republik
Indonesia. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah data jumlah penerimaan
pajak dan sustainabilitas fiskal hasil dokumentasi
Direktorat Perpajakan dan
Departemen Keuangan Republik Indonesia yang diperoleh melalui website resmi dan
hasil publikasi lainnya dari tahun 2007-2013.
15
5.
Hasil Penelitian
Untuk melihat pengaruh penerimaan pajak terhadap sustainabilitas fiskal di
Indonesia maka dalam penelitian ini akan dilihat variabel yang dapat mempengaruhi
terhadap sustainabilitas fiskal di Indonesia, atau pengaruh dari variabel independent
(penerimaan pajak) terhadap variabel dependen (sustainabilitas fiskal di Indonesia)
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Regresi Linear Sederhana
Variabel
B
Standar Error
t-hitung
t-tabel
Sig
Kostanta
9.19813
7.56713
1,215
2,015
0,278
Penerimaan
Pajak
7.844
0,899
8,727
2,015
0,000
Koefisien Korelasi (R)
0,969
Koefisien determinasi(R2)
0,938
Adjusted R square (R2)
0,926
F- hitung
76,163
F- tabel
6,61
Sig. F
0,000
Sumber : Data Sekunder Diolah 2013.
Dari hasil pengelohan data di atas maka dapat diperoleh persamaan akhir
estimasi yaitu Y= 9.19813 + 7.844X dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Kostanta sebesar 9.19813, apabila diasumsikan tidak ada peningkatan
penerimaan pajak di Indonesia, maka sustainabilitas fiskal di Indonesia mencapai
9,19813%.
2. Koefisien regresi dari penerimaan pajak di Indonesia (variabel X) sebesar 7.844
artinya bahwa bila penerimaan pajak di Indonesia meningkat satu persen maka
16
berdampak terhadap peningkatan sustainabilitas fiskal di Indonesia (Variabel Y)
yaitu sebesar 7.844%
3. Koefisien korelasi (R) yaitu sebesar 0,969 yang menujukkan bahwa derajat
hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 96,90%
artinya sustainabilitas fiskal di Indonesia (variabel Y) mempunyai hubungan
yang signifikan dengan penerimaan pajak di Indonesia (variabel X).
4. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,938 artinya bahwa sebesar 93,80%
perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel terikat (sustainabilitas fiskal di
Indonesia) dipengaruhi oleh variabel bebas (penerimaan pajak di Indonesia).
Sedangkan selebihnya yaitu 6,20% dijelaskan oleh indikator dan faktor lain
diluar penelitian ini.
5. Koefisien adjusted R Square adalah sebesar 0,926 menujukan bahwa sekitar
92,60% variasi dalam sustainabilitas fiskal di Indonesia, dipengaruhi oleh
penerimaan pajak di Indonesia, sedangkan selebihnya sebesar 7,40% dipengaruhi
oleh faktor lain diluar penelitian ini.
5.1. Pembuktian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis output SPSS 20 diperoleh nilai thitung untuk
penerimaan pajak di Indonesia sebesar 8,727 dan ttabel. Pada tingkat signifikansi 0,05
atau 5% adalah Sebesar 2,015. Jadi dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel atau8,727
>2,015 dengan tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian maka hasil pengujian
menerima Hipotesis alternatif (Ha) dan menolak Hipotesis nol (H0) hal ini berarti
penerimaan pajak di Indonesia (Variabel X) mempunyai pengaruh terhadap
sustainabilitas fiskal di Indonesia (Variabel Y).
17
5.2.
Pembahasan
Di Indonesia sebagian besar penerimaan pajaknya berasal dari sumber pajak
tak langsung.Proporsi Gross Domestic Product (GDP) terhadap pajak langsung pada
negara yang sedang berkembang lebih rendah dari pada pajak langsung pada negaranegara maju.Hal ini dikarenakan di Negara Indonesia lebih banyak golongan
penduduk yang berpenghasilan rendah. Dalam perkembangan akan terjadi proses
pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan diiringi
dengan peningkatan
pendapatan perkapita pendudukn.
Dalam jangka panjang peranan pajak langsung akan semakin penting seiring
dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan ditunjang pula dengan
teknologi canggih untuk menuju era globalisasi. Selain berfungsi sebagai pemerataan
karena struktur tarifnya bersifat progressif, perkembangan hubungan ekonomi
internasional yang semakin menuju kearah liberal dan global mengharuskan
pemerintah untuk menurunkan tarif impor dalam rangka peningkatan daya saing
ekonomi domestikdi ekonomi dunia. Konsekuensinya penerimaan pajak tidak
langsung akan menjadi turun. Alternatifnya adalah memobilisasi penerimaan pajak
yang bertumpu pada pajak langsung seperti pajak penghasilan
Rasio Penerimaan Pajak atau Tax Ratio terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) merupakan perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan
pendapatan
nasional.Rasio
dimaksud
pada
dasarnya
menunjukkan
jumlah
penerimaan pajak yang dapat dipungut dari setiap rupiah pendapatan nasional
18
(Produk Domestik Bruto). Rasio ini biasa digunakan sebagai salah satu tolok ukur
atau indikator untuk melakukan penilaian terhadap kinerja penerimaan perpajakan
mengingat Produk Domestik Bruto (PDB) yang menunjukkan output
nasional
merupakan indicator kesejahteraan masyarakat.
Kenaikan rasio ini bisa mengindikasikan keberhasilan dalam proses
pemungutan pajak, karena menunjukkan semakin tingginya nilai rupiah yang dapat
dipungut sebagai penerimaan pajak dari setiap rupiah output nasional mengingat
penerimaan perpajakan tidak sepenuhnya dikelola oleh DirektoratJenderal Pajak. Tax
Coverage Ratio adalah perbandingan antara besarnya pajak yang telah dipungut
dibandingkan dengan besarnya potensi pajak yang seharusnya dapat dipungut.Tax
Coverage Ratio merupakan indicator untuk menilai tingkat keberhasilan pemungutan
pajak.
Cost Tax Collection merupakan salah satu ukuran bagi tingkat efisiensi
pemungutan pajak. Tingkat efisiensi proses pemungutan pajak ditunjukkan oleh
tinggi rendahnya ratio antara nilai biaya yang dikeluarkan dengan nilai
penerimaannya. Semakin rendah ratio ini menunjukkansemakin efisiennya proses
pemungutan pajak.
Dalam upaya memobilisasi penerimaan pajak, aspek yang perlu diperhatikan
adalah informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak
khususnya pajak penghasilan (PPh), hal ini penting untuk dapat mengestimasi
potensi penerimaan pajak pada tingkat makro.Faktor pertumbuhan perekonomian
dinyatakan dengan peningkatan Gross Domestic Product (GDP) riil pertahun.Gross
19
Domestic Product (GDP) diukur melalui pendekatan hasil produksi, pengeluaran dan
pendapatan masyarakat secara keseluruhan.
Potensi penerimaan pajak suatu negara tergantung pada tingkat pendapatan
perkapita,struktur perekonomian, distribusi pendapatan, keadaan social politik dan
administrasi pendapatan. Peningkatan pendapatan perkapita akan memperluas basis
pajak, yaitu obyek dan subyek pajak langsung dan tak langsung. Peningkatan basis
pajak langsung terjadi disebabkan pajak langsung baru dikenakan bila melewati
tingkat pendapatan tertentu atau penghasilan tidak kena pajak.
Peningkatan pendapatan perkapitakan meningkakan jumlah wajib pajak
perorangan maupun badan. Pertumbuhan sektor riil selama proses pembangunan
ekonomi diikuti
oleh pertumbuhan sektor
industrialisasi dan
moneter. Bersamaan dengan proses
peningkatan disektor moneter disamping mencerminkan
peningkatan surplus obyek pajak, juga mendukung kemudahan dalam pengumpulan
pajak.
6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka yang menjadi
kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang strategis disamping
penerimaan dari sumber migas dan non migas dan harus dikelola dengan baik
agar keuangan negara dapat berjalan denganlancar danbaik.
2. Sustainabilitas(Kesinambungan)
fiskal
akan
terjadi
jika
nilai
sekarang
(presentvalue) dari kendala pengeluaran (expenditure constraint) yang akan
datang dapat dipenuhi tanpa harus melakukan koreksi atau penyesuaian fiskal.
20
3. Koefisien regresi dari penerimaan pajak di Indonesia (variabel X) sebesar 7.844
artinya bahwa bila penerimaan pajak di Indonesia meningkat satu persen maka
berdampak terhadap peningkatan sustainabilitas fiskal di Indonesia (Variabel Y)
yaitu sebesar 7.844%.
4. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,938 artinya bahwa sebesar 93,80%
perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel terikat (sustainabilitas fiskal di
Indonesia) dipengaruhi oleh variabel bebas (penerimaan pajak di Indonesia).
Sedangkan selebihnya yaitu 6,20% dijelaskan oleh indikator dan faktor lain
diluar penelitian ini.
5. Berdasarkan hasil pengujian data output SPSS 20 maka diperoleh Fhitung
sebesar76,163 sedangkan Ftabel pada tingkat signifikansi 5% atau 0,05 adalah
sebesar 6,61. Hal ini menujukkan bahwa Fhitung > dari Ftabel atau76,163 >
6,61dengan tingkat signifikansi 0,05.
Dari hasil pengujian ini maka dapat
disimpulkan bahwa hasil pengujian menerima Hipotesis alternatif (Ha) dan
menolak Hipotesis nol (H0) artinya bahwa penerimaan pajak di Indonesia
(Variabel X) mempunyai pengaruh terhadap sustainabilitas fiskal di Indonesia
(Variabel Y).
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka yang menjadi saran penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Diharapkan bagi Pemerintah untuk dapat mengefisiensikan pemanfaatan
sumber-sumber penerimaan pajak negara untuk mewujudkan ketahanan fiskal
dan kesinambungan fiskal dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
21
2.
Diharapkan bagi direktorat perpajakan untuk dapat menetapkan administrasi
perpajakan dengan baik sehingga manajemen tentang perpajakan dapat
dilaksanakan secara akurat.
3.
Diharapkan bagi wajib pajak untuk dapat menjalankan aturan perpajakan yang
telah ditetapkan berdasarkan perundang-undangan perpajakan negara
untuk
terciptanya sumber penerimaan pajak negara yang relatif tinggi dan mampu
memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara.
4.
Diharapkan bagi instansi terkait untuk dapat memperhatikan hasil pengelolaan
perpajakan negara dan penggarapan sumber perpajakan yang baru sehingga
dapat meningkatkan penerimaan pajak negara.
Daftar Pustaka
Ana (2003), Desentralisasi Fiskal Daerah, Jakarta, Erlangga.
Boediono (2009) Kemandirian Derajat Fiskal Dan Pertumbuhan Ekonomi,
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Joseph (2004).Sistem Pemerintahan Desentralisasi. Yogyakarta, ANDI
Judisseno, Remsky K., (2007), Pajak dan strategi Bisnis, Jakarta.Jakarta.PT.
Gramedia Pustaka Umum,
Mardiasmo, (2002), Perpajakan,
Yogakarta.Penerbit: Andi,
Edisi
Revisi,
Cetakan
Kesembilan,
Mankiw.N. Gregori. (2006). Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta, ANDI
Nordhaus (2003) The InterlligentInvestor. Jakarta. Serambi,
Pudyatmoko (2009).Azas Dan Kelembagaan Ppemungutan Pajak. Yogyakarta,
ANDI
Rahmani (2006) Kelembagaan Ekonomi Dan Sustainabilitas Fiskal, Bandung. PT.
Rafika Aditama.
22
Republik Indonesia (2009) Undang-Undang No.16 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Pepajakan
Sukirno,Sadono, (2000). Makro EkonomiModern-Perkembangan Pemikiran Dari
Klasik Hingga Keynesian Baru, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Samuelson, Paul A. (2003), Pembangunan Ekonomi (Edisi Terjemahan). Edisi ke12. Jakarta: Erlangga
Sugiyono, (2007).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Wirawan (2002).Pengertian Pajak. www.pajak-depkeu-ri.go.id
Biodata Penulis
Nama
: Sonny Muhammad Ikhsan Mangkuwinata, SE. M. Si
Tempat Tanggal Lahir
: Lhokseumawe, 30 Juni 1971
Pekerjaan
: Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim
Jabatan Saat Ini
: Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim
Pendidikan
: 1. S1 Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Bandung
2. S2 Magister Sains Ilmu Akuntansi
Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
Download