PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TAHU FERMENTASI SEBAGAI PENGGANTI BUNGKIL KEDELAI PADA PAKAN IKAN TERHADAP SINTASAN DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.) Nadila Effina1), M. Amri2), M Sulhi3) 1) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang 3) Balai Riset Perikanan Air Tawar Sumpu, Bogor Email : [email protected] ABSTRACT This research is aimed to know the influence of the provision of dregs know as a substitute for soybean on feed against the rate of survival and growth gurame fish ( Osphronemus gouramy Lac. ).This research was carried out on June to July 2014. The method that used in this study is an experiment with a direct descent of spaciousness. The research design used was Complete Random Design with 4 treatments and 3 replicates. A treatment (0% tofu dregs 100% soybean dregs), treatment B (25% of tofu dregs - 75% soybeans dregs), treatment C (50% tofu dregs - 50% soybean dregs), and treatment D (75% tofu dregs - 25% soybean dregs). The results showed that proximate values obtained by test analyses of proteins found in the best treatment D (28,78 percent) followed by treatment of the C (27,94%) treatment B (24,58%) and treatment A (21.75 percent). The rate of top survival is at a gurame fish at the treatment D (86.67%) while the lowest is on the treatment A (72,00%). The absolute weight of the highest value lies in the treatment of D (6.48 grams), while the lowest is on the treatment A (4,76 gr). Growth long absolute of gurame fish during research have growth in an absolute long most high is treatment a and d ( 1,86 cm ), and the lowest is treatment b ( 1,66 cm ).Conversion most feed good are on treatment c ( 2,70 % ), while the last was treatment a ( 3,56 % ). The highest proteins retention are on treatment of treatment b as that of 30,02 %, then the highest for the fat retention are on treatment d as that of 10,24 %. Kata Kunci : Tofu Dregs, Fermentation, Gurame, Survival, Growth Pendahuluan Dalam kegiatan budidaya ikan gurame, Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) ikan merupakan salah satu komoditas unggulan maksimum hingga mencapai ukuran pasar pada budidaya air tawar yang mempunyai melalui penyediaan lingkungan hidup yang nilai ekonomis tinggi. Ikan ini termasuk optimal bagi ikan, pengelolaan pakan, dalam famili Labyrinthici, yaitu ikan yang didorong untuk tumbuh secara kualitas air serta pengendalian hama dan memiliki alat pernafasan tambahan berupa penyakit. Pemberian pakan buatan (pelet) insang tambahan (labirin). Adanya alat mutlak diperlukan dalam budidaya ikan tersebut menguntungkan ikan gurame untuk gurame, karena pakan alami tidak mampu dapat hidup pada air dengan kandungan mensuplai kebutuhan ikan dalam jumlah oksigen minimum dengan kepadatan tinggi. yang memenuhi kebutuhan ikan. Pakan 1 buatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan mengasilkan pertumbuhan, efisiensi pakan, ikan retensi protein dan retensi lemak untuk ikan sehingga dapat merangsang pertumbuhan ikan yang optimal. Osphronemus Pakan sebagai sumber energi bagi ikan penambahan dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan sebanyak 75 % menghasilkan pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Tillman et.al., yang rendah, hal ini disebabkan kekurang (1998), menyatakan bahwa faktor – faktor asam yang mempengaruhi kecernaan makanan (Supriadi et. al., 1999). Harga kedelai pada antara lain komposisi pakan serta jumlah saat ini mencapai Rp. 11.400/ kg. Hal ini pakan yang diberikan. Pakan gurame terdiri amino gouramy tepung sedangkan bungkil pembatas yaitu kedelai Arginin mendorong para ahli nutrisi dan formulasi dari pakan alami, hijauan, serta pakan pakan untuk menemukan bahan pakan yang buatan (pelet). Pakan – pakan tersebut cukup tersedia dalam jumlah yang banyak dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan murah dan mudah didapat. Salah satu bahan dan kelangsungan hidup ikan gurame. Jika yang bisa digunakan adalah ampas tahu. pakan yang kebiasaan mengandung diberikan sesuai dengan makan ikan gurame gizi yang tinggi dan maka Indonesia dengan iklim tropis kaya akan hasil – hasil sampingan dari proses pengolahan industri pertanian, perkebunan pertumbuhannya dapat dipacu lebih cepat. dan perikanan yang dapat dijadikan sebagai Ikan gurame termasuk kedalam golongan alternatif bahan baku pakan. ikan yang Ampas tahu merupakan hasil sampingan diberikan lebih banyak berasal dari bahan dari proses pembuatan tahu yang banyak baku hijauan dibandingkan dengan yang terdapat di Indonesia. Bahan ini masih berasal dari bahan baku hewani. Hal ini mempunyai kandungan gizi yang cukup terlihat dari kebiasaan makan dan jenis baik. Ampas tahu mengandung protein makanan yang dimakan, serta panjang usus kasar 21,29%, lemak 9,96%, SK 19,94%, ikan gurame yang mencapai dua atau tiga kalsium 0,61%, phospor 0,35%, lisin herbivora dimana pakan kali panjang tubuhnya. 0,80%, methionin 1,33% (Syaiful dalam Bahan pakan utama seperti bungkil kedelai, Amrullah, 2002). dan tepung ikan yang digunakan sebagian Di Sumatera Barat ampas tahu cukup besar berasal dari impor, kondisi ini tersedia, mengakibatkan harga pakan ikan menjadi kebutuhan manusia. Pemanfaatan ampas mahal. Pakan yang mengandung 50 % bungkil kedelai dengan kadar protein 32% dan tidak bersaing dengan tahu masih rendah untuk digunakan sebagai pakan ikan, karena serat kasar yang tinggi dan kecernaan yang rendah. Salah satu cara 2 untuk meningkatkan nilai nutrisinya adalah mengatakan bahwa enzim protease yang di fermentasi dengan menggunakan ragi dihasilkan kapang Rhizopus oligosporus tempe. akan Fermentasi merupakan suatu proses yang panjang dari protein menjadi asam – asam terjadi melalui kinerja mikroorganisme atau amino enzim untuk mengubah bahan – bahan terjadinya peningkatan kadar organik asam amino dan asam total. komplek seperti protein, merombak sehingga karbohidrat dan lemak menjadi molekul – Berdasarkan molekul penelitian yang lebih sederhana. Pada rantai akan uraian untuk polimer yang menyebabkan nitrogen diatas dilakukan melihat pengaruh prinsipnya fermentasi dapat mengaktifkan pemakain ampas tahu yang difermentasi pertumbuhan metabolisme sebagai substitusi dari tepung bungkil mikroorganisme yang dibutuhkan sehingga kedelai, sebagai campuran dalam pakan membentuk produk yang berbeda dengan terhadap sintasan dan laju pertumbuhan bahan bakunya (Winarno dan Fardiaz benih ikan gurame (Osphronemus gouramy dalam Amri, 2007). Lac.). Hasil dan fermentasi diantaranya akan Metodologi mempunyai nilai gizi yang tinggi yaitu Pelaksanaan penelitian berlangsung selama mengubah yang dua bulan yaitu pada Bulan Juni dan Juli dan 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Desa sulit dicerna menjadi Lembak Pasang, Kecamatan Sungai Limau, bahan mengandung karbohidrat makanan protein, yang lemak mudah dicerna dan menghasilkan aroma Kabupaten Padang Pariaman. yang khas (Poesponegoro dalam Amri, Alat 2007). Salah satu kapang yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai gizi bahan terutama kandungan proteinnya adalah kapang Rhizopus oligosporus. Winarno dan Fardiaz dalam Amri (2007) mengatakan bahwa Rhizopus oligosporus mampu mensintesis protease yang paling banyak, sedangkan amylase dalam jumlah yang sedikit, enzim ini bekerja dalam pemecahan protein dan amilum dalam substrat. Gandjar dalam Amri (2007), yang digunakan adalah waring sebanyak 12 buah dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm yang ditempatkan pada kolam dengan luas 50 m2, timbangan digital, mistar, sendok, dan seser untuk menangkap ikan uji. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) yang berukuran 5-8 cm sebanyak ± 300 ekor, padat tebar tiap wadah adalah 25 ekor. Pakan yang digunakan adalah pakan dengan jumlah kandungan ampas tahu hasil 3 fermentasi berbeda setiap perlakuan sebagai Konversi Pakan substitusi tepung bungkil kedelai dalam Menurut formulasi pakan benih ikan gurame. Effendi (1997), rumus menghitung konversi pakan adalah : Parameter Yang Diamati Laju Sintasan (Survival Rate) Menurut Effendi (1992), laju sintasan/ survival rate dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Retensi Protein dan Lemak Menurut Thung dan Shiau (1991), rumus % Keterangan : SR : Survival Rate (%) Nt : Jumlah ikan akhir penelitian ( ekor ) No : Jumlah ikan awal penelitian ( ekor) retensi protein dan lemak adalah : , , , 100% Analisa Data Pertumbuhan Berat Mutlak Data yang diperoleh dari hasil penelitian Menurut Effendi (1997), pertumbuhan ikan dianalisis variannya dengan sidik ragam diukur dengan menggunakan rumus laju menurut RAL, jika Fhitung < Ftabel 95%, pertumbuhan mutlak: berarti tidak ada pengaruh nyata dari pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai W = Wt - Wo Dimana: W : Berat Mutlak ikan (gram) Wt : Berat rata-rata ikan pada akhir penelitian (gram) Wo : Berat rata-rata ikan pada awal penelitian (gram) Pertumbuhan Panjang Mutlak Nilai pertumbuhan berat mutlak dapat di hitung dengan menggunakan rumus dari Effendi (1997), yaitu : substitusi sebagian bungkil kedelai pada pakan ikan terhadap sintasan dan laju pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.). Bila Fhitung > Ftabel 95%, berarti ada pengaruh nyata dari pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai substitusi sebagian bungkil kedelai pada pakan ikan terhadap sintasan dan laju pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.). Lm = Lt – Lo Dimana : Lm : Panjang mutlak ikan (cm) Lt : Panjang rata – rata ikan awal penelitian (cm) Lo : Panjang rata – rata iikan akir penelitian (cm) Ho ditolak dan H1 diterima, dilanjutkan dengan uji DMRT untuk melihat pengaruh antar perlakuan. 4 Data Kualitas Air Laju sintasan adalah jumlah ikan yang Parameter penunjang dalam penelitian ini dapat bertahan hidup selama penelitian. berupa analisis kualitas air. Pengamatan Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah ikan pada awal penelitian untuk semua perlakuan sama. Sedangkan pada akhir penelitian terdapat perbedaan. Adapun rata – rata laju sintasan ikan hasil penelitian dilihat pada tabel berikut. parameter kualitas air dilakukan dengan menganalisis sampel air di laboratorium. Hasil Pembahasan Laju Sintasan (Survival Rate) Ikan Gurame Tabel 1. Rata – Rata Persentase Laju Sintasan Ikan Gurame (%) Perlakuan Ulangan 1 2 3 Jumlah A B C D 64 72 80 80 72 80 80 76 84 88 88 84 216 Rata – rata 72.00 232 a 77.33 240 ab 80.00 260 ab 86.67b Laju sintasan pada ikan gurame yang Nilai tingkat sintasan benih gurame ini tertinggi tergolong masih tinggi. Hal ini diduga terdapat pada perlakuan D (86,67%), di ikuti dengan perlakuan C pakan (80%) dan dimanfaatkan terendah B (77,33%) sedangkan yang terdapat pada perlakuan A yang kebutuhan diberikan dengan energi sudah dapat baik. Sehingga untuk aktifitas, (72,00%). pertumbuhan dan kelangsungan hidup bisa Dari hasil analisis varians dapat dilihat digunakan dengan baik. Hal ini didukung bahwa pemakaian ampas tahu fermentasi dengan pendapat Dwi dalam Adrian sebagai substitusi (1998) bungkil kedelai pada bahwa faktor- faktor yang pakan ikan gurame menunjukan hasil yang mempengaruhi mortalitas benih adalah berbeda nyata F hitung > F tabel 0,05 ketersediaan makanan baik kualitas maupun (4,18>4,07) terhadap kuantitasnya. laju sintasan ikan gurame. Selain Dari hasil uji DMRT yang dilakukan mempengaruhi laju sintasan ikan. Pada saat perlakuan penelitian D berbeda nyata dengan itu faktor nilai lingkungan kualitas air juga media perlakuan A, sedangkan pada perlakuan pemeliharaan masih tergolong normal, hal yang lainnya tidak berbeda nyata. ini juga diduga yang mendukung tingginya 5 tingkat kelangsungan hidup ikan gurame. Pertumbuhan Berat Mutlak Sesuai dengan pendapat Pertumbuhan berat mutlak adalah berat Effendi dalam Veni (2007) bahwa akhir ikan dikurangi berat awal ikan. Rata – tingginya mortalitas disebabkan oleh faktor rata hasil berat mutlak dapat dilihat pada lingkungan yang tidak sesuai seperti pH tabel 2. perairan, suhu, tidak tersedianya pakan serta kerusakan fisik akibat penanganan yang kurang hati- hati selama pemeliharaan Tabel 2. Rata – Rata Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Gurame (gram) Selama Penelitian Perlakuan Ulangan TOTAL A B C D 1 4.42 4.85 6.12 6.45 2 4.9 5.21 6.06 6.47 3 4.97 5.01 6.43 6.52 Jumlah 14.29 15.07 18.61 19.44 a a bc c Rata - rata 4.76 5.02 6.20 67.41 6.48 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berat gr), di ikuti perlakuan C (6,20 gr) dan rata berbeda, perlakuan B (5,02 gr), sedangkan yang pertambahan berat mutlak tertinggi selama terendah terdapat pada perlakuan A (4,76 penelitian terdapat pada perlakuan D (6,48 gr). rata Pertumbuhan Berat Mingguan (gr) – ikan terlihat 10 A 5 B 0 0 15 30 45 Hari Ke 60 C D Gambar 1. Diagram Berat Mutlak Ikan Gurame (gr) varians (53,28>4,07) terhadap pertumbuhan mutlak pertumbuhan berat mutlak dari perlakuan ikan gurame. Pertumbuhan berat mutlak pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai teringgi terdapat pada perlakuan D (6,48 gr) substitusi bungkil kedelai pada pakan ikan yaitu persentase dari ampas tahu fermentasi gurame menunjukan hasil yang sangat dan bungkil kedelai 75% : 25 %. Boer berbeda nyata F hitung>F tabel 0,05 (2010), menyatakan pemberian pakan yang Berdasarkan hasil analisis 6 mengandung 75% fermentasi ampas tahu larva terutama sekali pertumbuhan berat. pada pakan ikan gurame menghasilkan Elmayani (2003). Karena protein berfungsi bobot rata-rata individu tertinggi yaitu 4,99 mengganti sel – sel yang rusak, dimana g, dan bobot terendah dengan bobot rata- protein yang di dapat dari makanan berubah rata individu 4,59 g. menjadi jaringan atau daging. Tingginya pertumbuhan berat mutlak ikan Dari hasil uji lanjut DMRT yang dilakukan gurame (6,48gr) menunjukan hasil perlakuan D sangat disebabkan karena dari analisis proksimat berpengaruh nyata terhadap perlakuan A pakan yang telah diuji, perlakuan D dan B, begitupun perlakuan C sangat merupakan perlakuan dengan persentase berpengaruh nyata terhadap perlakuan A protein tertinggi (28,79 %) dan serat kasar dan B (P>0.01). sedangkan untuk perlakuan yang rendah (5,39%) sehingga zat makanan D – C dan C – B memberikan hasil yang yang diberikan dapat dengan mudah dicerna tidak berpengaruh nyata. oleh ikan. Pertumbuhan Panjang Mutlak Menurut Hardjamulia dalam Fitriani Pertumbuhan (2004), pada ikan semah didapat semakin panjang tinggi kadar protein pakan, pertumbuhan panjang awal. Rata – rata nya dapat dilihat benih akan semakin baik. Nilai protein yang pada tabel 3. pada perlakuan D akhir panjang ikan mutlak adalah dikurangi dengan tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan Tabel 3. Rata – Rata Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Gurame (cm) Selama Penelitian. Perlakuan Ulangan TOTAL A B C D 1 2 3 1.67 1.99 1.93 1.51 1.76 1.7 1.68 1.8 1.89 1.89 1.93 1.75 Jumlah 5.59 4.97 5.37 5.57 a a a a Rata - rata 1.86 1.66 1.79 21.5 1.86 Dari hasil rata – rata pertumbuhan panjang C (1,79 cm) dan yang terendah adalah mutlak ikan gurame selama penelitian perlakuan B (1,66). seperti terlihat pada tabel 3, maka perlakuan Laju pertumbuhan panjang benih ikan yang mempunyai pertumbuhan panjang gurame pada penelitian yang tertinggi mutlak paling tinggi terlihat pada perlakuan terdapat pada perlakuan A dan D, jika A dan D (1,86 cm), di ikuti oleh perlakuan dilihat dari pertumbuhan berat mutlak, perlakuan D (25% bungkil kedelai-75% 7 ampas tahu) juga mendapatkan nilai yang panjangnya, untuk membesarkan benih tertinggi. Lovell (1989), menyatakan ikan ukuran 2 – 3 cm sampai ukuran konsumsi akan tumbuh apabila nutrisi yang diserap diperukan oleh tubuh ikan lebih besar dari jumlah (Qitanong, 2006). yang memelihara Rata – rata pertumbuhan mutlak tersebut tubuhnya. Ikan gurame dikenal sebagai ikan dapat disajikan dalam bentuk diagram yang sebagai berikut : diperlukan Pertumbuhan Panjang Mingguan (cm) relaitif untuk lambat pertumbuhan waktu sekitar 1,5 tahun 10 A 5 B 0 0 15 30 45 C 60 D Hari Ke Gambar 2. Diagram Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Gurame. Keterangan : A : 100 % tepung bungkil kedelai B : 75 % tepung bungkil kedelai 25 % ampas tahu fermentasi C : 50 % tepung bungkil kedelai 50 % ampas tahu fermentasi D : 25 % tepung bungkil kedelai 75 % ampas tahu fermentasi Dari hasil anailisis varians maka terlihat Konversi pakan pertumbuhan panjang mutlak dari perlakuan Konversi pakan adalah perbandingan pakan pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai yang habis dengan pertambahan bobot yang substitusi bungkil kedelai pada pakan ikan dihasilkan gurame menunjukan hasil yang tidak konversi berbeda nyata F hitung < F tabel 0,05 penelitian dapat dilihat pada tabel 4. selama pakan penelitian. ikan Adapun gurame selama (0,03<4,07) terhadap pertumbuhan mutlak ikan gurame. Tabel 4. Rata – Rata Konversi Pakan Selama Penelitian. Ulangan A Perlakuan B C D TOTAL 1 2 3 Jumlah 4.02 3.4 3.27 10.69 3.35 3.14 3.24 9.73 2.49 2.9 2.7 8.09 2.76 2.8 2.74 8.3 36.81 Rata ‐ rata 3.56a 3.24a 2.70b 2.77b Keterangan : A : 100 % tepung bungkil kedelai B : 75 % tepung bungkil kedelai 25 % ampas tahu fermentasi C : 50 % tepung bungkil kedelai 50 % ampas tahu fermentasi D : 25 % tepung bungkil kedelai 75 % ampas tahu fermentasi 8 Dilihat dari tabel diatas terlihat bahwa pertambahan berat badan sehingga angka konversi pakan yang paling baik terdapat konversi akan meningkat. pada perlakuan C (2,70 gr), diikuti dengan Menurut Djajasewaka dalam Susilawati perlakuan D (2,77 gr) dan perlakuan B (2004) menyatakan bahwa semakin rendah (3,24 gr) sedangkan yang terakhir adalah nilai konversi pakan akan semakin baik perlakuan A (3,56 gr). kualitas pakan tersebut untuk pertumbuhan. Dari hasil perhitugan analisis varians Hal ini dapat terlihat pada tabel 6 bahwa menunjukan dari nilai konversi pakan pada perlakuan C (50 pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai % ampas tahu : 50 % bungkil kedelai) lebih substitusi bungkil kedelai pada pakan ikan rendah dalam artian lebih baik dari pada gurame untuk konversi pakan menunjukan perlakuan A ( kontrol ). Dilihat dari hasil hasil yang berbeda nyata F hitung > F tabel penelitian, mutu pakan yang disubstitusi 0,05 (9,36>4,07) . dengan ampas tahu fermentasi (perlakuan Pada uji lanjut DMRT menunjukan bahwa B, C dan D) lebih baik dari pada pakan A perlakuan A berpengaruh sangat (kontrol) tidak menggunakan ampas tahu. bahwa perlakuan nyata terhadap perlakuan C dan D, sedangkan Retensi Protein dan Lemak perlakuan A tidak berpengaruh nyata Retansi protein dan lemak merupakan terhadap perlakuan B, begitu pula dengan gambaran dari banyaknya protein dan perlakuan B – C; B - D; D - C (lampiran lemak yang diberikan, yang dapat diserap 10). dan Hal ini sesuai dengan pendapat Card ataupun membentuk sel – sel tubuh yang dalam Yurnita (2004) rusak, bahwa konsumsi dimanfaatkan serta untuk membangun dimanfaatkan untuk ransum sangat erat hubungannya dengan metabolisme ikan sehari – hari ( Afrianto kandungan dan Liviawati, 2005). protein dan energi dalam ransum, konsumsi ransum akan bertambah Berikut adalah tabel rata- rata retensi dengan turunnya kandungan protein dalam protein dan lemak ikan gurame selama ransum serta di ikuti dengan menurunya penelitian. 9 Tabel 5. Rata – Rata Retensi Protein dan Lemak Selama Penelitian. Retensi Protein dan Lemak (%) Retensi Protein Retensi Lemak Perlakuan A 16.74a 2.68a B 34.02a 2.56a C D 26.77a 20.74a 3.87a 10.24a Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dalam pakan masih dalam kisaran yang pakan sesuai yang memiliki retensi protein dan cukup untuk memenuhi tertinggi yaitu pada perlakuan B (34,02%) kebutuhan lemak ikan uji. Retensi lemak sedangkan untuk retensi lemak tertinggi tertinggi terdapat pada perlakuan D (10,24%). (10,24%). Hal ini menunjukan bahwa Hasil analisis menunjukan varians bahwa retensi protein perlakuan tidak terdapat pada perlakuan D lemak yang berasal dari pakan banyak disimpan dalam tubuh ikan selama berpengaruh nyata terhadap retensi protein. pemeliharaan. Lestari (2001), menyatakan Hal perlakuan pemakaian ampas tahu sebanyak 100% memiliki retensi protein yang relatif sama dalam pakan ikan mas (Cyprinus carpio) dan memberikan respon yang sama pula menghasilkan retensi lemak terbanyak yaitu terhadap ikan uji. 30,70±1,99. Retensi protein yang tertinggi tidak didapat mengatakan bahwa salah satu fungsi lemak pada kadar protein yang paling tinggi yaitu atau lipid adalah sebagai pengasil energi, perlakuan D (28,79%) melainkan pada tiap gram lipid menghasilkan sekitar 9 – 9,3 perlakuan B (24,58%). Hal ini sejalan kalori, energi yang berlebihan dalam tubuh dengan pendapat dari Buwono (2000), disimpan dalam jaringan adipose sebagai apabila protein dalam pakan terlalu tinggi, energi potensial. hanya sebagian yang diserap (diretensi) dan Kualitas Air digunakan Kualitas air merupakan faktor kimia fisika ini dikarenakan untuk setiap membentuk ataupun yang sisa nya akan dirubah menjadi energi. pemeliharaan dan secara tidak lansung juga Begitupun juga untuk retensi lemak hasil akan mempengaruhi biota yang berada analisis bahwa diperairan tersebut. Nilai- nilai parameter perlakuan tidak memberikan pengaruh yang kualitas air pada penelitian ini dapat dilihat berbeda nyata terhadap retensi lemak ikan pada tabel 8. menunjukan mempengaruhi (2008), mengganti sel – sel yang rusak, sementara varian dapat Alamsayah media uji. Tingkat retensi lemak yang relatif sama diduga karena kandungan lemak yang ada 10 Tabel 8. Parameter Kuaitas Air Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 Parameter Satuan o c Suhu pH DO BOD Kesadahan Alkalinitas Ammonia Sampel 28 -29 6–7 5,75 2,46 77,23 53,90 0,41 mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l BMKA 4 3 350 >80 0,5 Untuk pengukuran suhu dan pH pada hal ini kadar DO dalam media pemeliharan pemeliharan dilakuan secara maual yaitu berada pada kisaran yang normal. dengan menggunakan termometer alcohol Boyd dan media mendefinisikan kesadahan sebagai kon- pemeliharaan berkisar antara 28 – 29 oC sentrasi ion- ion divalent dalam air yang kisaran suhu tersebut dapat dikatakan digambarkan dengan milligram perliter optimal untuk pertumbuhan ikan gurame. klsium karbonat. Kesadahan yang baik Hal ini sesuai dengan pendapat Nirmala dalam kegiatan budidaya ikan adalah > 20 dalam Khairuman dan Amri (2003), suhu mg/L yang optimal untuk ikan gurame adalah kesadahan pada penelitian yaitu 77,23 mg/L kertas pH. Suhu o pada o dalam Nirmala CaCO3. Dari hasil (2010), pengukuran berkisar antara 24,9 C – 28 C. Sedangkan CaCO3 nilai ini masih tergolong dalam untuk nilai pH pada pemeliharan berkisar kesadahan air yang nomal dengan baku antara 6 – 7 . Nilai pH tersebut masih mutu kesadahan < dari 300 mg/L CaCO3. berada pada kisaran yang normal. Boyd Boyd dalam Nirmala (2010), menyatakan dalam Nirmala (2010), menyatakan bahwa nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30 pH yang mematikan bagi ikan adalah – 500 mg/L CaCO3. Dari hasil pengukuran kurang dari 4 dan lebih dari 11. Pada pH alkalinitas pada penelitian yaitu 53,90 mg/L yang kurang dari 6 dan lebih dari 9,5 pada CaCO3. Kisaran waktu dikategorikan normal untuk lingkungan yang lama mempengaruhi alkalinitas ini masih pertumbuhan dan reproduksi ikan. hidup ikan. Kadar oksigen terlarut (DO) pada media Dari hasil pengukuran konsentrasi ammonia pemeliharan yaitu 5,75 mg/L. kandunag (NH3) didapatkan nilai 0,41 mg/L. Affiati oksigen terlarut (DO) yang terbaik untuk dalam Haryati pertumbuhan gurame adalah 4 – 6 mg/L bahwa pertumbuhan benih gurame masih (Sarwono dan Sitanggang, 2007). Dalam baik dimana kadar amoniak dalam air (1995), menyebutkan 11 sebesar 0,0 – 0,12 mg/L. Kadar ammonia Dari hasil penelitian dapat disarankan untuk pada berada mengsubstitusikan ampas tahu fermentasi dibawah batas tolerasnsi yang sesuai yaitu sebanyak 75% dari bungkil kedelai pada 0,5 mg/L, sehingga tidak menyebabkan pakan ikan gurame karena memberikan laju gangguan sintasan dan pertumbuhan bobot mutlak media penelitian pada ikan masih penelitian yang dipelihara. tertinggi tergadap ikan gurame. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan Pensubstitusian ampas tahu fermentasi terhadap bungkil kedelai pada pakan ikan gurame memberikan terhadap tingkat pengaruh nyata kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot mutlak dan konversi pakan, sedangkan untuk pertumbuhan panjang mutlak, retensi lemak dan retensi protein tidak mempunyai pengaruh yang nyata. Tingkat kelangsungan hidup dan pertambahan bobot mutlak gurame selama penelitian tetnggi terdapat pada perlakuan Adrian, I. 1998. Ketahanan Hhidup Larva Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) Umur 20 – 30 Hari Dengan Jangka Pemberian Nauplius Artemia Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Afrianto, E., dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta. Hal 977. Amri, M. 2007. Pengaruh Bungkil Inti Sawit Fermentasi Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas ( Cyprinus carpio L). Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9. No 1.hlm 71-76. D (25% bungkil kedelai - 75% ampas tahu fermentasi) yaitu sebesar 86.76% dan 6,48 Amrullah, A. K. 2002. Nutrisi Unggas. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor. gr. Sedangkan untuk konversi pakan yang terbaik terdapat pada perlakuan C (50% bungkil kedelai – 50 % ampas tahu fermentasi) yaitu 2,70. Untuk retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan B (75% bungkil kedelai dan 25% ampas tahu fermentasi) sedangkan yaitu sebesar untuk retensi 30,02 lemak %, yang tertinggi terdapat pada perlakuan D (25% bungkil kedelai - 75% ampas fermentasi) yaitu sebesar 10,24 %. Saran tahu Boer, I. 2010. Pemanfaatan Fermentasi Ampas Tahu Dalam Pakan Ikan Untuk Pertumbuhan Ikan Gurame (Osphronemus goramy). Jurnal. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universita Riau. Pekanbaru. Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Essensial dalam Ransum Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta. Hal 24-39. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Hal 73-78:92-100. 12 Elmayani , M . 2003. Penggantian Pakan Alami Spirulina sp dan Artemia salina Terhadap Laju Sintasan dan Pertumbuhan Larva Ikan Garing ( Tor dorounensis, Blkr). Skripsi . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Fitriani, R. 2004. Penentuan Kadar Protein Pakan Untuk Pertumbuhan dan Sintasan BEnih Ikan Garing ( Tor dorounensis, Blkr). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Haryati. 1995. Pengaruh Penggantian Artemia salina dengan Daphbia sp. Terhadap Pertumbuhan dan SR Ikan Gurame (Oshpronemus gouramy Lac). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lestari. 2001. Pengaruh Pemberian Ampas Tahu Yang difermentasi Terhadap Efisiensi Pakan dan PErtumbuhan Ikan Mas. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lovell, Tom. 1998. Nutrition and Feeding Of Fish. Second Edition. Kluwer Academic Publisher. London. 276 p. Nirmala, K. 2010. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame ( Osphronemus gouramy Lac ) yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas Dengan Paparan Media LIstrik. Junal Akuakultur Indonesia 9 (1). Hlm 46 – 55. Sitanggang, M. 1992. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya, Jakarta. Susilawati, 2004. Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Bahan Substitusi Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas ( Cyprinus carpio L). Skipsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Tillman, A.D.H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawikusumo. Dan S. Lebdosukojo, 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Thung, P.H. and S.Y. Shiau. 1991. Effect of Meal Frequency Performance of Hybrid Tillapia, Oreochromis nilloticus x O. Aureus, Fed Different Carbohydrate Diet. Aquaculture, 92: 343-350. Veni F, V. 2007. Pemberian Campuran Tepung Tubifex sp, dan Kapang Rhizopus oligosporus Sebahai Pakan Buatan Larva Gurame (Osphronemus gouramy Lac) Umur 10 – 40 Hari. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. W.G. Pond, D. C. Churrch, K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. Publshed by John Wiley and Sons, Inc, Canada. Yurnita, R. 2004. Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Dengan Persentase Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas ( Cyprinus carpio L). Skipsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. dan Sarwono, B. 2001. Budidaya Gurami (Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, Heru. 1989. Budidaya Ikan Gurame. Penebar Swadaya. Jakarta. 13 14