Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 A I ILM U K Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) E AT A N S EKO L GG EH SY E IN S H T NT I K A D Z A SA I Jurnal Medika Saintika http:// jurnal/syedzasaintika.ac.id HUBUNGAN UMUR DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRISEMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI RSUP M. DJAMIL PADANG Meldafia Idaman Stikes Syedza Saintika Padang Abstrak Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan suatu bangsa. Data dari profil kesehatan provinsi Sumatra Barat kejadian BBLR adalah 1,802 orang dari 93,290 kelahiran hidup, sedangkan dikota Padang sebanyak 94 orang dari 16,805 kelahiran hidup. Di RSUP Dr.M. Djamil Padang Tahun 2015 yaitu sebanyak 60 orang meninggal dari 394 yang BBLR. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan umur dan anemia pada ibu hamil trimester III dengan Berat Badan Lahir Bayi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian yang digunakan analitik dengan desain cross sectional, dengan populasi seluruh ibu yang melahirkan di RSUP Dr. M Djamil Padang pada bulan Januari sampai dengan Juli tahun 2016, sebanyak 95 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu Systematic Random Sampling, dilaksanakan pada bulan Agustus 2016. Data dianalisis secara univariat dan Bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian didapat bayi BBLR (54,7%), umur yang beresiko (55,8%) dan yang mengalami anemia (50,5%). Terdapat hubungan umur dengan berat badan lahir bayi dengan p-value 0,002 dan terdapat hubungan anemia dengan berat badan lahir bayi dengan p-value 0,003. Kesimpulan penelitian lebih dari separuh ibu melahirkan bayi mengalami BBLR. Petugas kesehatan khususnya bidan di RSUP Dr. M. Djamil Padang agar meningkatkan metode penyuluhan pada ibu hamil tentang pentingnya memperhatikan umur ibu terutama pada wanita umur muda (< 20 tahun ) untuk menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih dan menghindari kehamilan pada usia >35 tahun dan menjarakkan atau mengikuti program KB. Kata Kunci : Umur, Anemia, Ibu hamil, Berat Badan Lahir PENDAHULUAN Angka kematian bayi merupakan salah disebabkan karena Bayi Berat Lahir satu indikator dalam menentukan derajat Rendah (BBLR), infeksi, diare, dan kesehatan suatu bangsa. Berdasarkan pneumonia. Di Provinsi Sumatera barat data dan data kematian bayi sudah mengalami angka penurunan dari 1047 orang pada tahun kematian bayi 2012-2013 adalah 32 2014 menjadi 721 orang pada tahun kematian per 1.000 kelahiran hidup 2015 (Depkes RI, 2015). hasil Kesehatan Survei Demografi Indonesia SDKI angka kematian bayi tinggi terutama 66 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 Secara terperinci, penyebab utama kematian pada salah satu penyebab terjadi BBLR, dimana umur diantaranya adalah karena pneumonia ibu kurang dari 20 tahun, kehamilan (18%), premature/BBLR (14%), diare yang sangat beresiko karena belum (11%), asfiksia (9%). (Prawirohardjo, matangnya 2005). Di Indonesia masih terdapat 10,2 menerima kehamilan, sehingga dapat % bayi dengan BBLR, yaitu kurang dari merugikan 2.500 gram. Persentase ini menurun dari mengganggu Riskesdas 2010 (11,1%). Data profil pertumbuhan janin. (Manuaba, 2010). kesehatan Kehamilan provinsi BBLR di menjadi dunia dengan balita Umur Sumatra 1,802 Barat orang dari alat reproduksi kesehatan untuk Ibu dan perkembangan dan usia muda dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) kelahiran hidup sebanyak 93, 290 orang. kehamilan yang Di Kota Padang BBLR sebanyak 94 diantaranya persalinan orang dari 16, 805 kelahiran hidup cukup bulan dengan keracunan yang (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). memerlukan BBLR merupakan besar, yang penanganan belum khusus, satu persalinan yang berlangsung dengan penyumbang angka kematian bayi dari operasi, perdarahan setelah persalinan data di RSUP DR. M. Djamil Padang meningkat, kembalinya alat reproduksi tahun 2015 yaitu sebanyak 60 orang yang terhambat, mudah terjadi infeksi, meninggal pengeluaran ASI yang tidak cukup dan dari 394 salah cukup yang BBLR. (Rekam Medis RS.Dr. M.Djamil, 2015). beresiko Bayi yang dilahirkan dengan BBLR (Prawirohardjo, 2008). umumnya kurang mampu meredam pada kejadian keguguran Umur Ibu diatas 35 tahun akan tekanan lingkungan yang baru sehingga sangat dapat preeklamsi dan eklamsi serta anemia mengakibatkan pertumbuhan dan bahkan terhambatnya perkembangan, dapat mengganggu pada berpotensi untuk kehamilan, terjadinya keadaan ini berpengaruh pada pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. (Prawirohardjo, perkembangan 2005). BBLR di sebabkan beberapa (Manuaba, 2010). Dalam reproduksi faktor yaitu penyakit sehat dikenal bahwa usia aman untuk preeklamsia, kehamilan dan persalinan adalah umur faktor ibu: Anemia, hipertensi, eklamsia, IMS, dalam rahim. Dan 20-30 tahun. Kematian maternal pada karakteristik ibu ini sudah meliputi : wanita hamil dan melahirkan pada usia Umur, paritas, kehamilan ganda, jarak kurang dari 20 tahun ternyata 2-5 kali kelahiran, lebih tinggi dari pada kematian maternal faktor HIV/AIDS. janin plasenta, lingkungan (Proverawati, 2010). faktor yang terjadi pada usia 20-29 tahun. 67 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 Kematian maternal meningkat kembali kehamilan juga dapat disebabkan karena sesudah usia 30-35 tahun. Jadi angka berkurangnya kematian BBLR tertinggi ditemukan kebutuhan janin. Pada trimester pertama pada bayi yang dilahirkan oleh Ibu kehamilan, zat besi yang dibutuhkan dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun sedikit karena tidak terjadi menstruasi (Prawirohardjo, 2008). dan pertumbuhan janin masih lambat. Menurut hasil penelitian di Menginjak cadangan trimester besi kedua untuk hingga Surakarta yang berjudul hubungan umur ketiga, volume darah dalam tubuh ibu dengan kejadian abortus di RSUD wanita akan meningkat sampai 35%, ini Dr. Moewar di Surakarta Tahun 2015, ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk terdapat sangat memproduksi sel-sel darah merah. Sel signifikan antara umur ibu dengan darah merah harus mengangkut oksigen kejadian abortus di RSUD dr.Moewar di lebih banyak untuk janin. Pada usia Surakarta (Dini, 2015). kehamilan hubungan Berdasarkan yang III laju 2013, pertumbuhan janin pesat dan kenaikan terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu berat badan ibu juga pesat. Diperkirakan ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 90% dari pada kenaikan itu merupakan 11,0 gram, dengan proporsi yang hampir cairan amnion. Terjadinya anemia pada sama antara di kawasan perkotaan ibu (36,4%) pengenceran darah menjadi semakin dan Tingginya menimpa Riskesdas trimester perdesaan kejadian ibu (37,8%). anemia hamil karena nyata dengan lanjutnya umur kehamilan memberikan terutama pada kehamilan trimester III kandung dari ibu dalam kehamilan, maupun disebabkan yang dampak negatif terhadap janin yang di persalinan hamil nifas yang di (Prawirohardjo, 2008). Menurut hasil penelitian di RSU Wonogiri dengan hubungan antaranya akan lahir janin dengan anemia BBLR, abortus, perdarahan postpartum karena atonia pendarahan post partum, partus lama uteri di RSUD Wonogiri. Terdapat dan syok (Prawirohardjo, 2008). hubungan partus premature, Pada ibu hamil terjadi penurunan dalam judul kehamilan kehamilan antara dengan anemia dengan dalam perdarahan kadar Hb karena penambahan cairan postpartum karena atonia uteri (Ayu, tubuh yang tidak sebanding dengan 2015). massa sel darah merah. Penurunan ini METODE terjadi sejak usia kehamilan 8 minggu Jenis penelitian yang digunakan sampai 32 minggu, sehingga ibu hamil analitik dengan desain cross sectional, itu mengalami anemia. Selain itu anemia dengan populasi seluruh ibu yang 68 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 melahirkan di RSUP Dr. M Djamil dilaksanakan pada bulan Agustus 2016. Padang tahun 2016, sebanyak 95 orang Data dianalisis secara univariat dan dengan tehnik pengambilan sampel yaitu Bivariat dengan uji chi square. Systematic Random Sampling, HASIL 1. Karakteristik Responden a. Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Karakteristik ibu berdasarkan tingkat pendidikan di RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Tingkat Pendidikan Ibu Hamil No Pendidikan f % 1. Rendah 13 13,68 2. Tinggi 82 86,31 95 100 Jumlah Berdasarkan Tabel 1 didapatkan bahwa dari 95 orang ibu yang melahirkan 82 orang (86,31%) pendidikan yang tinggi. b. Status Pekerjaan Ibu Hamil Karakteristik ibu berdasarkan status pekerjaan di RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat terlihat pada tabel 2. Tabel 2. Status Pekerjaan Ibu Hamil No Status Pekerjaan Ibu f % 1. Bekerja 9 9,47 2. Tidak bekerja 86 90,53 Jumlah 95 100 Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa dari 95 orang ibu yang melahirkan 86 orang (90,53%) tidak bekerja. 2. Analisis Univariat a. Berat Badan Lahir Distribusi frekuensi berdasarkan berat badan lahir bayi di RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat terlihat pada tabel 3. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir No Berat Badan Lahir f % 1. BBLR 52 54,7 2. Tidak BBLR 43 45,3 69 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 95 Jumlah 100 Berdasarkan Tabel 3 didapatkan bahwa dari 95 orang ibu yang melahirkan 52 orang (54,7%) melahirkan bayi dengan BBLR. b. Umur Ibu Distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu di RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat terlihat pada tabel 4. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu No Umur Ibu f % 1. Beresiko 53 55,79 2. Tidak Beresiko 42 44,21 Jumlah 95 100 Berdasarkan Tabel 4 didapatkan bahwa dari 95 orang ibu yang melahirkan 53 orang (55,79%) memiliki umur yang beresiko. c. Anemia Pada Ibu Hamil Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian anemia di RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat terlihat pada tabel 5 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia No Anemia f % 1. Anemia 48 50,5 2. Tidak Anemia 47 49,5 95 100 Jumlah Berdasarkan Tabel 5 didapatkan bahwa dari 95 orang ibu yang melahirkan 48 orang (50,5 %) mengalami anemia. 3. Analisis Bivariat a. Hubungan Umur Ibu dengan Berat Badan Lahir Kedua variabel yaitu umur ibu dan berat badan lahir di RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat terlihat pada tabel 6. Tabel 6 Hubungan Umur Ibu dengan Berat Badan Lahir N O Umur 1 Beresiko 2 Tidak bere Siko % To tal % 37 Kejadian BBLR Tidak % BBLR 69,81 16 30,19 53 100 15 35,71 64,29 42 100 BBLR 27 70 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 Jumlah 52 54,7 43 45,2 95 100 Berdasarkan tabel 6 dari 53 orang pada orang sampel ibu hamil yang tidak ibu beresiko memiliki umur yang beresiko terdapat terdapat 37 orang (69,81%) melahirkan 27 orang (64,29%) tidak melahirkan bayi dengan BBLR sedangkan dari 42 bayi dengan BBLR. yang memiliki umur Secara Statistik dengan Uji Chi-Square didapat nilai ρ value = 0.002 (ρ < 0.05) artinya ada hubungan antara umur ibu dengan berat badan lahir bayi. b. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil dengan berat badan lahir Kedua variabel yaitu anemia pada ibu hamil dan berat badan lahir bayi pada ibu hamil di RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat terlihat pada tabel 7. Tabel 7 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Berat Badan Lahir Kejadian BBLR NO Kejadian Anemia BBLR % 1 Anemia 34 2 Tidak Anemia Jumlah Total % 29,2 48 100 29 61,7 47 100 43 45,2 95 100 69,8 Tidak BBLR 14 18 38,2 52 54,7 % Berdasarkan tabel 7 dari 48 orang 1. Hubungan Umur Ibu dengan Berat sampel pada anemia pada ibu hamil Badan Lahir Di RSUP Dr. M yang mengalami anemia terdapat 34 Djamil Padang orang (69,8%) melahirkan bayi dengan Dari penelitian tentang hubungan BBLR, sedangkan dari 47 orang ibu umur ibu dengan berat badan lahir di hamil yang tidak anemia terdapat 29 RSUP. Dr. M. Djamil Padang, Setelah orang (61,7 %) tidak melahirkan bayi dilakukan hasil uji analisis statistik dengan BBLR. didapatkan nilai p = 0,002 (p<0,05), Secara Statistik dengan Uji Chi- artinya terdapat hubungan yang Square didapat nilai ρ value = 0.003 (ρ < signifikan antara umur ibu dengan berat 0.05) artinya ada hubungan antara badan lahir. Hasil penelitian ini sama Anemia dengan berat badan lahir. dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Zainoel Abidin Aceh Tahun PEMBAHASAN 2015. Hasil nilai statistik didapatkan nilai p = 0,002 (p<0,05), ada hubungan 71 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 yang bermakna antara umur dengan wanita sudah siap menerima kehamilan. kejadian BBLR. (Nurfi, 2015) (Manuaba, 2007) Pada usia yang kurang dari 20 Rahim siap melakukan fungsinya tahun, kehamilan merupakan hal yang setelah wanita berumur 20 tahun dan sangat beresiko karena belum pada usia ini fungsi hormonal melewati reproduksi untuk masa kerja yang maksimal. Pada usia menerima kehamilan, sehingga dapat 14-18 tahun otot-otot rahim belum merugikan matangnya alat kesehatan Ibu dan cukup kuat sehingga kehamilan dapat perkembangan dan membuat robekan pada rahim. Pada usia pertumbuhan janin. (Manuaba, 2007). 14-19 tahun sistem hormonal belum Fisiologis alat reproduksi dalam masa stabil ditandai dengan belum teraturnya kanak-kanak,induk telur belum aktif, haid. berfungsi dengan baik. Setelah akhir membuat baliq terjadilah perubahan besar pada stabil, mudah terjadi perdarahan dan tubuh seorang wanita. pubertas tercapai keguguran atau kematian janin. Ibu pada usia sekitar 12 sampai 16 tahun, remaja beresiko ketika melahirkan dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh gizi, dapat keturunan, partum. (Muchlis, 2009) mengganggu bangsa dan lingkungan. (Muchtar, 2011) Ketidak teraturan kehamilan mengalami hormon menjadi tidak komplikasi pasca Banyaknya perkawinan dibawah Usia reproduksi optimal bagi usia 20 tahun dikarenakan belum seorang ibu adalah antara 20-30 tahun, matangnya pemikiran seorang wanita dibawah dan diatas usia tersebut akan karena hanya mengunakan emosi tanpa meningkatkan resiko kehamilan maupun memikirkan persalinan. Pertambahan umur diikuti remanja yang akan banyak akibat dari oleh perkembangan organ – organ dalam perkawinan tersebut. Kehamilan remaja rongga pelvic. Pada wanita usia muda, semakin dimana organ –organ reproduksi belum menjadi masalah.Terdapat dua faktor sempurna dan yang mendasari perilaku sek pada kejiwaan yang belum siap menjadi remaja. Pertama, harapan untuk kawin seorang ibu, maka kehamilan dapat dalam usia yang relative muda (20 berakhir tahun). BBLR, secara dengan dan keseluruhan suatu dapat kegugugran, disertai dengan efek dari meningkat Kedua, perkawinan dan makin semakin deras arus informasi yang dapat menimbulkan persalinan macet. Usia hamil pertama rangsangan seksual pada remaja, yang ideal bagi seorang wanita adalah terutama remaja di daerah perkotaan 20 tahun, sebab pada usia tersebut rahim rangsangan ini mendorong remaja untuk melakukan hugungan sek pra nikah yang 72 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 pada akhirnya memberikan dampak meningkatkan kehamilan Pada pembuluh darah yang mengalir kerahim, akhirnya, masalah kehamilan remaja meningkatkan aliran darah, jika hormon dipengaruhi diri remaja itu sendiri yang dihasilkan belum stabil aliran sehingga memberikan konflik seperti darah ibu ke janin akan terganggu masalah putus sehingga akan pertumbuhan dan perkembangan janin, keguguran, karena nutrisi yang didapat oleh janin BBLR, perdarahan pasca partum tinggi, tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga mudah terjadi infeksi. (Manuaba, 2007) akan mengakibatkan BBLR, sedangkan diluar perkawinan. psikologi sekolah,ekonomi mengakibatkan yang anemia, Sementara itu banyaknya umur akan karena disebabkan reproduksi. melemahnya dan berdampak ukuran terhadap pada ibu yang ber usia di atas 35 tahun yang beresiko lebih dari 35 tahun karena jumlah sudah melemahnya alat ransangan alat reproduksi yang akan Usia diatas 35 tahun fungsi rahim menyebabkan terjadinya berbagai resiko yang menurun. Salah satu akibatnya tinggi pada ibu. Kehamilan yang terjadi adalah jaringan rahim tak subur padahal pada saat usia yang lebih dari 35 tahun dinding sangat terjadinya menempelnya plasenta. kondisi ini tentu anemia, preeklamsi dan eklamsi serta memunculkan kecendrungan terjadinya pada plasenta previa, jaringan rongga panggul berpotensi untuk kehamilan, keadaan ini rahim dan perkembangan pertambahan usia dan menyebabkan dalam rahim. pun tidak sejalan Semakin lanjut usia wanita, semakin rongga tipis cadangan telur yang ada, indung menghadapi dan mengatasi komplikasi telur juga semakin kurang peka terhadap seperti perdarahan dan jika perdarahan rangsangan gonadotropin. (Manuaba., terjadi 2007) terganggunya suplai darah dan oksigen Menurut peneliti bahwa usia ibu panggul melemah tempat berpengaruh pada pertumbuhan dan janin ototnya adalah akan mudah mengakibatkan kejanin sehingga akan mengakibatkan yang dibawah 20 tahun alat reproduksi terganggunya pertumbuhan belum matang, fungsi dari ovarium perkembangan janin adalah mengahasilkan hormon esterogen mengakibatkan dan progesteron, sedangkan ibu yang (Muchlis, 2009) umur 2. dibawah 20 tahun kadar lagi yang kejadian dan akan BBLR. Hubungan Anemia Pada Ibu hormonnya belum stabil ditandainya Hamil dengan belum teraturnya haids. Fungsi Lahir di RSUP. Dr. M. Djamil dari Padang hormon esterogen adalah dengan Berat Badan 73 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 Dari hasil penelitian berdasarkan meningkat 45 - 65% dimulai pada uji analisis statistik didapatkan nilai p = trimester II kehamilan, dan maksimum 0,003 (p<0,05) artinya ada hubungan terjadi pada bulan ke -9 dan meningkat signifikan antara anemia pada ibu hamil sekitar dengan berat nadan lahir bayi. Hasil menjelang aterem serta kembali normal penelitian ini sesuai dengan penelitian 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang yang dilakukan di RSUD Raden Matter meningkatkan volume plasma seperti Jambi Tahun 2015 tentang hubungan laktogen plasma, yang menyebabkan anemia pada ibu hamil dengan kejadian peningkatan sekresi aldesteron Bahaya BBLR menujukkan ada hubungan antara anemia anemia pada ibu hamil dengan kejadian tampaknya BBLR. (Dini, 2015) berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi Anemia dalam kehamilan 1000 ml, menurun terhadap dengan janin anemia sedikit janin sekalipun mampu menyerap akan mengurangi merupakan salah satu masalah kesehatan kemampuan yang banyak dialami dan cukup tinggi sehingga menggangu pertumbuhan dan yang berkisar antara 10-20%. Faktor perkembangan yang berpengaruh terhadap kejadian sehingga anemia BBLR. (Rukiyah, 2011) ini kehamilan adalah berulang kurang dalam gizi, waktu metabolisme janin dalam mengakibatkan Anemia tubuh merupakan rahim terjadinya gangguan singkat, yang menyebabkan cadangan medis yang paling umum ditemui pada zat besi ibu sebenarnya belum pulih, masa hamil, mempengaruhi sekurang- Karena terkuras oleh keperluan janin kurangnya 20% wanita hamil yang yang di kandung berikutnya. Tingginya memiliki insiden komplikasi puerpurial anemia hamil yang lebih tinggi seperti infeksi. Anemia memberikan dampak negatif terhadap menyebabkan penurunan kapasitas darah janin yang di kandung dari ibu dalam untuk kehamilan, persalinan maupun nifas berupaya mengkompensasi dengan cara yang di antaranya akan lahir janin meningkatkan curah jantung. Indeks dengan tidak yang menimpa BBLR, ibu partus premature, membawa langsung abortus, pendarahan post partum, partus oksigen lama dan syok. (Prawirohardjo, 2015) ataukadar adalah oksigen. kapasitas sel Jantung pembawa darah haemotokrit. merah Rentang Perubahan hematologi sehubung haemotokrit 37% - 47%, namun nilai dengan kehamilan adalah oleh karena normal untuk wanita hamil dengan perubahan sirkulasi cadangan besi yang adekuat rendah meningkat terhadap yang semakin plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma yakni 33% akan menyebabkan hidremia (pengenceran darah) atau anemia 74 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 fisiologis kehamilan. Apabila tidak dini tersebut, dapat mencegah terjadinya tersedia cukup besi, untuk memenuhi anemia kebutuhan ibu, janin, dan plasenta, pencegahan anemia pada ibu hamil cadangan tidak dapat dilakukan antara lain dengan cara: dikorbankan, tetapi simpanan besi ibu meningkatkan konsumsi zat besi dari akan dipakai dan massa sel darah merah makanan, ibu akan menurun. Defisiensi besi atau hewani dalam jumlah cukup, namun anemia pada ibu dapat menyebabkan karena harganya cukup tinggi sehingga oksigen masyarakat besi di untuk janin janin menurun pada kehamilan. Cara mengkonsumsi sulit pangan mennjangkaunya. mengakibatkan IUGR (intra uterine Untuk itu diperlukan alternatif yang lain growth ibu untuk mencegah anemia gizi besi, gangguan memakan beraneka ragam makanan retardation) menyebabkan dan peningkatan pada jantung dan komplikasi lain selama yang melahirkan. (Manuaba, 2015) melengkapi Berdasarkan penelitian yang telah memiliki zat termasuk besi, seperti vitamin C. peningkatan volume plasma sehingga KESIMPULAN kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan janin dapat menyebabkan terganggunya berikut : pertumbuhan, perkembangan janin dan 1. Lebih janin akan tergangu. Kemudian hal ini juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya kebutuhan nutrisi yang di konsumsi oleh ibu hamil. vitamin yang Dari hasil penelitian maka peneliti berkurang dalam darah ibu yang dapat ke saling dapat meningkatkan penyerapan zat dilakukan, peneliti dapat menyatakan oksigen gizi menarik kesimpulan separuh (54,7%) sebagai Bayi mengalami Kejadian BBLR di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Lebih dari separuh (55,8%) ibu mengalami Umur yang beresiko di Oleh karena itu untuk mencegah RSUP Dr. M. Djamil Padang. kejadian BBLR diharapkan kepada ibu 3. Separuh (50,5%) ibu mengalami hamil untuk mengkonsumsi zat besi, anemia pada ibu hamil di RSUP Dr. makanan yang bergizi dan sesering M. Djamil Padang. mungkin untuk melakukan pemeriksaan 4. Terdapat Hubungan antara Umur Ibu kehamilan ke tenaga kesehatan agar ibu dengan Berat Badan Lahir di RSUP dapat mengetahui kondisi kesehatan ibu Dr. M. Djamil Padang. dan janin, seperti melakukan 5. Terdapat Hubungan antara anemia pemeriksaan HB (hemoglobin) untuk pada ibu hamil dengan Berat Badan mengetahui kadar HB ibu dalam darah Lahir di RSUP Dr. M. Djamil sehingga dengan adanya deteksi secara Padang. 75 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 Pustaka Sarwono Prawirohardjo Rekam DAFTAR PUSTAKA medik RS. DR.M.Djamil Padang, 2015. Depkes RI, 2015. Profil Kesehatan Rukiyah, Y. 2011. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : CV. Trans Info Medika Samsulhadi, H. 2009. Induksi Ovulasi dan Stimulasi Ovarium, Jakarta : CV Sagung Seto Sumatera Barat. Padang. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan tahun 2015. Kota Padang : 2015 Dini, SU. 2015. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Abortus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Keluarga Berencana dan Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Muslich, M. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Bumi Aksara. Jakarta. Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jakarta : EGC Manuaba, IBG. 2007. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Keluarga Berencana dan Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC Nurfi, L. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR di RSUD Dr. Zainoel Abidin Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika. Prawirohardjo, Kebidanan. S. Jakarta: 2008. Ilmu Yayasan Bina 76 Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN : 2087-8508 77