BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 State of The Art Sebagai pijakan

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
State of The Art
Sebagai pijakan penelitian, maka direvisi penelitian sebelumnya:
Tabel 2.1 State of The Art
Nama Peneliti
1
Adhikara, C. T. &
Brand Revitalization:
Citra merek
Manfaat bagi
Nurparamesti, S.
Penciptaan Brand
membantu
peneliti, yaitu dapat
Image Produk Green
stakeholder untuk
membedakan citra
Sands bebas alkohol
membedakan antara
radio untuk anak
melalui marketing
merek yang satu
muda dibanding
communication
dengan lainnya
dengan radio yang
(advertising dan public
meskipun merek
lain.
relations) ; Journal of
tersebut berada
Economic and
dalam satu lingkup
Business Binus
yang sama.
K. (2011)
Judul
Hasi penelitian
Manfaat bagi
No.
peneliti
University
2
Aksoy & Tekin,
Event and Brand
Kegiatan
Peneliti dapat
2011
Image Transfer in
sponsorship
memperoleh kesan
Multiple Fair
mempengaruhi citra
positif dari radio
Sponsorship; African
dari merek sponsor.
99ers dilihat dari
Journal of Business
Citra yang telah
sponsor yang
Management Vol. 6
dibentuk oleh
mendukung event
partisipan yang
tersebut. Semakin
datang akan
banyak sponsor yang
ditransfer kepada
mendukungnya
orang lain sehingga
berarti sebakin baik
citra dari satu orang
atau semakin tinggi
dapat mempengaruhi citra radio tersebut.
beberapa orang.
No.
Nama Peneliti
Judul
Hasi penelitian
Manfaat bagi
peneliti
Oleh karena itu,
pembentukan citra
sangat penting bagi
xperusahaan maupun
produk/jasa yang
diimiliki.
3
Bambang Sukma
Wijaya, 2012
Dimensi Brand Image
Citra merek dan
Bagi peneliti citra
dalam Komunikasi
kredibilitas merek
dan kredibiliras
Merek; Journal of
adalah poin penting
radio 99ers akan
UltimaComm UMN
yang akan
sangat menetukan
Jakarta
menentukan
mana pendengar
konsumen menjadi
loyalis atau
loyalis atau
pendengar oportunis.
oportunis (mudah
berpindah ke merk
lain)
4
Satendra Thakur
Brand Image,
Untuk
Peneliti memahami
Customer Satisfaction
memenangkan
Radio 99ers yang
and loyalty
kepuasan dan
berfokus pada anak
Intention : A Study in
loyalitas pelanggan
muda, membuat
the Context of
harus fokus kepada
radio tersebut sangat
Cosmetic Product
Citra merek.
diminati oleh
Among the People of
audience muda.
Central India.
2.2
Landasan Konseptual
2.2.1 Definisi Komunikasi
Sering dikatakan bahwa mausia tidak bisa hidup apabila tidak
melakukan komunikasi dengan manusia lain, terutama di lingkungan sekitar,
dimana ia selalu berinteraksi dengan orang lain. Bagaimanapun juga
komunikasi sudah menjadi kebutuhan manuasia, komunikasi tidak mungkin
dipisahkan dari keseharian dan aktivitas manusia. Meskipun makna dari
komunikasi itu sendii sangat esensial tetapi para ahli dalam memaknai
komunikasi masih sangat beragam.
Charles H. Cooley yang dikutip oleh Djoenasih, (1991:15)
mengemukakan konsep komunikasi, menurut definisinya yakni : “ By
communication is here mean the mechanic through which human relations
eaist develop all the symbol through space and preserving them in time”.
Artinya, : “ Dengan komunikasi dimaksudkan mekanisme yang
mengadakan hubungan antar manusia mengembangkan semua lambang dari
pikiran bersama dengan arti yang menyertainya dan melalui keleluasaan yang
menyediakan tempat dan waktunya”.
Ada juga yang memahami komunikasi dari penciptaan pesan bersama
dari sumber kepada penerima. Maksudnya antara penyampai pesan dan
penerima pesan sama-sama terlibat dalam penciptaan pesan. Hal ini seperti
yang dikemukakan oleg Departemen Penerangan Republik Indonesia, yaitu
proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima
atau penciptaan pesan bersama. (Deppen RI 1980, Jakarta : 51.).
Penerapan teori akan membuat perencanaan strategi menjadi lebih ilmiah dan
tidak berantakan, dan tentunya membantu memastikan efektivitas. Dikarenakan
Public Relations merupakan sebuang cabang dari ilmu komunikasi yang berhubungan
dengan kemasyarakatan, maka di dalam menjalankan tugasnya, diperlukan
pengetahuan mengenai ilmu komunikasi.
Dalam hal ini, keterkaitan teori citra dengan strategi Public Relations kepada
publik dalam penelitian ini adalah adanya pembentukan opini publik di dalam suatu
proses komunikasi yang dijalankan melalui bentuk Special Events, dimana
komunikasi yang dijalankan dan efek dari sebuah pesan yang disengaja serta sudah
dipersiapkan secara strategis oleh komunikator.
2.2.2 Event
1. Definisi Event
Event merupakan suatu kejadian penting atau peristiwa khusus, baik
yang terjadi secara internal, lokal maupun nasional dan bahkan berkaitan
dengan suatu peristiwa (event) secara internasional (Ruslan, 2006: 233).
Getz (1997) mendefinisikan sebagai berikut : “ Event are transient,
and every event is a unique blending of is duration, setting, management, and
people.
Artinya event adalah fana, tidak abadi, dan setiap event merupakan
suatu campuran unik dari durasi, pengaturan, pengurus, dan orang-orangnya.
Vineet Gera (2012: 19) Sebuah event memiliki beberapa aspek seperti
desain, penjualan dan eksekusi. Sudah barangb tentu aktivitas-aktivitas
tersebut mensyaratkan pengelolaan event dan pemasaran. Langkah-langkah
tersebut dikenal dengan 5C dari events, yaitu :
1. Conceptualization
2. Costing
3. Canvassing
4. Customization
5. Carrying-out
2. Event Management
Event management dapat didefinisikan sebagai pengorganisasian
sebuah kegiatan yang dikelola secara profesional, sistematis, efisien, dan
efektif. Kegiatan meliputi konsep (perencanaan) sampai dengan pelaksanaan
hingga pengawasan. Dalam event management semua orang harus bekerja
keras dengan visi yang sama untuk menghasilkan kegiatan yang sesuai dengan
harapan. Sangatlah diperlukan kekompakan pada setiap orang yang terlibat
dalam tim.
Menurut Goldblatt (Goldblatt, 2013)
Event management adalah
kegiatan profesional mengumpulkan dan mempertemukan sekelompok orang
untuk tujuan perayaan, pendidikan, pemasaran dan reuni, serta bertanggung
jawab mengadakan penelitian, membuat desain kegiatan, melakukan
perencanaan
dan
melaksanakan
koordinasi
serta
pengawasan
untuk
merealisasikan kehadiran sebuah kegiatan.
Menyelenggarakan sebuah kegiatan merupakan suatu kebutuhan yang
tidak dapat dipungkiri bagi sebuah perusahaan komersial maupun non
komersial, kegiatan-kegiatan tersebut untuk menunjang sebuah kegiatan
Public Relations (PR) dalam menciptakan citra positif perusahaan dimata
stakeholders. Selain itu kegiatan tersebut tidak dapat dilepaskan dari kegiatan
marketing communications dari perusahaan.
Pada mulanya, kegiatan perusahaan terutama yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan internal (seperti training, employee gathering, pertemuan,
dll) maupun kegiatan external (seperti kegiatan pameran,
kegiatan
sponsorship, seminar, product launching, dll) secara langsung dilaksanakan
oleh PR. Sementara itu di masyarakat, kegiatan-kegiatan semacam itu
dilakukan dengan menbentuk kepanitiaan yang ditugaskan untuk melasanakan
sebuah acara atau kegiatan.
Prinsip dalam membuat kegiatan adalah 5W + 1 H
1. Why
: Alasan kegiatan tersebut dibuat
2. What : Apa bentuk kegiatan itu
3. Where : Dimana akan dilaksanakan
4. When : Kapan dan berapa lama kegiatan tersebut dilaksanakan
5. Who
: Siapa saja yang akan terlibat dalam kegiatan tersebut
6. How
: Bagaimana kegiatan tersebut dapat berjalan.
2. Event Organizer
Event organizer adalah jasa penyelenggara kegiatan yang merupakan
usaha yang dilakukan untuk mempermudah perwujudan ide-ide atau rencana
menggelar sebuah acara.
Defenisi event organizer dalam sumber lain dijelaskan bahwa event
organizer terdiri dari dua kata dalam bahasa Inggris yaitu event dan organizer.
Dalam bahasa Indonesia event adalah acara, sedangkan organizer adalah
pengatur. Pengertian harfiahnya sangat sederhana yaitu pihak yang mengatur
acara, akan tetapi jika diperdalam pada aktifitas yang dilakukan akan menjadi
sangat rumit karena pengatur bukan hanya satu orang melainkan terdiri dari
tim dengan banyak anggota yang masing-masing membawahi suatu bidang
sesuai dengan keahliannya. Kata acara juga memiliki berbagai arti mulai dari
pertunjukkan seni musik, seni tari, pameran, kompetisi olahraga, seminar,
launching produk, promosi produk, dan lain-lain (Megananda dan Wijaya,
2009:1).
Event organizer (EO) lahir dari keinginan para pihak yang mempunyai
sejumlah dana, dimana mereka memiliki beberapa tujuan yang diharapkan
dapat tercapai dengan mengadakan rangkaian acara, dan jelas sebagai
penyandang dana mereka tidak mau repot-repot dalam hal mengatur acara
tersebut.
Dapat kita ambil kesimpulan dari semua penjelasan diatas tentang
pengertian event organizer bahwa event organizer merupakan usaha dibidang
jasa yang secara resmi ditunjuk oleh klien untuk mengorganisasikan rangkaian
acara tersebut mulai dari perencanaan, sisi kreatif, persiapan, pelakasanaan
hingga selesai, dalam rangka membantu klien menyukseskan dan mewujudkan
tujuan yang diharapkannya melalui rangkaian acara.
Event organizer dalam promosi penjualan modern mewujudkan tujuan
klien melalui pengadaan sebuah acara dan memberikan pelayan terbaik
melalui sejumlah peran dan fungsi yang berkaitan dengan event promosi.
Rangkaian acara yang akan dilakukan klien merupakan salah satu leverage
(kekuatan) untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan tercapai seusai acara.
Tujuan itu diantaranya memberikan pengetahuan tentang produk yang
dikeluarkan, meningkatkan penjualan untuk mempertahankan penguasaan
market share, atau mengalahkan dominasi kompetitor, meningkatkan brand
image, dan awareness, memotivasi distributor dan penjual yang berujung pada
peningkatan penjualan dan sebagainya.
Untuk mewujudkan keinginan dari perusahaan pemakai jasa EO tentu
harus ada tujuan yang ingin dicapai, misalnya event menjadi daya tarik bagi
masyarakat, jumlah khalayak yang menghadiri dan datang sangat banyak,
khlayak sangat antusias dengan rangkaian acara, alur dari rangkaian acara
mampu membawa emosi khlayak kearah yang diinginkan, dan tentu saja
rangkaian acara diharap dapat berjalan dengan baik tanpa adanya masalah
yang cukup signifikan (Megananda dan Wijaya, 2009:5).
Event organizer harus mempersiapkan secara matang pelaksanaan
event sesuai dengan tujuan yang ingin diraih oleh perusahaan. Proses pra event
yaitu pembuatan konsep, pengembangan konsep, pembuatan bentuk-bentuk
kreatif sebagai daya tarik tertentu bagi masyarakat untuk datang ke event, artis
dan kru dalam event selain itu juga promosi dan sosialisasi event yang
maksimal menjadi hal terpenting yang harus dikerjakan oleh event organizer
sehingga event terlaksana dengan maksimal.
4. Jenis-Jenis Event
Event yang dikelola oleh event organizer sangat banyak tergantung
jenis-jenis acaranya, berikut ada beberapa jenis event:
a. Event perusahaan, contohnya HUT perusahaan dalam berbagai format
acara, employe/ family gathering, peresmian kantor baru, penghargaan
pada karyawan
b. Event promosi, contohnya pentas musik oleh sponsor, eksibisi/
pameran produk, variety show oleh sponsor, presentasi produk,
launching produk, sampling dan selling, dealer/ costumer gathering
c. Event pribadi, contohnya pesta pernikahan, perayaan ulang tahun,
syukuran
d. Event pendidikan, contohnya seminar, symposium, talk show,
workshop
e. Event olahraga,
contohnya
kompetisi olah raga
professional,
pertandingan olah raga semi pro, aneka lomba dan kompetisi
f. Event seni, contohnya pagelaran seni musik, pagelaran seni tari,
pagelaran seni teater, fashion show
g. Event amal, berbagai pagelaran penggalangan dana, lelang untuk
penggalangan dana
h. Event publikasi, contohnya konferensi pers, media gathering
Event organizer seolah menjadi partner baru dalam perusahaan.
Melalui penggunaan jasa event organizer ini, perusahaan tidak perlu susah lagi
dalam menangani urusan seperti melakukan promosi produk misalnya.
Hubungan sinergi antara event organizer dengan perusahaanadalah suatu
kegiatan untuk menanamkan pengertian guna memperoleh good will,
kerjasama dan kepercayaan. pada gilirannya akan mendapat dukungan dari
pihak lain.
Perusahaan lebih terbantu dengan adanya event organizer, karena
mereka memadukan konsep promosi dengan entertainment. Keberadaan event
organizer memang telah membina sebuah hubungan yang menguntungkan
dengan perusahaan.
EO berperan penting dalam pelaksanaan sebuah event, ia menjadi
pengatur seluruh unsur pendukung agar acara mampu bersinergi menghasilkan
rangkaian acara yang sukses, baik penyelenggaraan maupun tujuan dari event
tersebut. EO akan mengatur dan mengawasi banyak orang yang mendukung
acara dan keperluan acara agar sesuai dengan konsep yang telah ditentukan.
EO mempersiapkan secara matang keperluan acara mulai lokasi
dimana event akan digelar (out door atau in door), kru artis dan talenta yang
digunakan dalam rangkaian event, seperti pembawa acara, penyanyi, band,
supporting act seperti penari, pesulap, happening artist, dan lain-lain, juga
termasuk pengiring tamu, Sales Promotion Girls (SPG), Sales Promotion Boy
(SPB), dan pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam event.
5. Launching Event Dan Pameran
Launching
event
merupakan
event
yang
dilakukan
untuk
memperkenalkan dan menginformasikan suatu produk yang baru dikeluarkan
oleh perusahaan, organisasi ataupun perorangan. Pameran adalah kegiatan
yang menunjukkan sesuatu kepada orang banyak mengenai kelebihan dan
keunggulan yang dimiliki sesuatu tersebut (Ruslan, 2006: 239).
Dalam launching produkyang terpenting adalah menginformasikan
keuntungan
atau
memperkenalkan
kelebihan
produkkepada
produk
kepada
masyarakat
konsumen.
Dalam
promosi
menjadi
bauran
pendukung utama untuk menginformasikan tentang produk.
Pameran merupakan program kegiatan yang dapat memperkenalkan
produk ataupun jasa perusahaan kepada masyarakat luas, sehingga pameran
dapat dijadikan ajang promosi produk dan jasa perusahaan. Adanya peranan
suatu event pameran sebagai sarana kegiatan promosi produk sehingga dapat
meningkatkan penjualan dan langsung mendapatkan tanggapan yang baik dari
masyarakat atau pengunjung yang ikut serta dalam pameran.
Untuk memamerkan produk dan jasa perusahaan biasanya pameran
dilakukan dengan cara menyewa stand atau tempat dan dihiasi semenarik
mungkin agar pengunjung yang datang mau melihat dari dekat produk atau
jasa perusahaan dengan harapan agar pengunjung lebih mengenal dan
kemudian mau mencoba bahkan sampai menggunakan produk atau jasa
perusahaan (Yulianti:149).
Secara umum pameran merupakan suatu media promosi dan iklan yang
bertujuan untuk memperkenalkan suatu produk atau jasa kepada masyarakat
dengan harapan mereka tertarik dan kemudian membelinya.
6. Efektif Pameran
Efektifnya pameran adalah pada sarana komunikasi itu public dapat
menyaksikan peragaan proses benda tertentu, dapat bertanya sepuas hatinya,
bahkan untuk mencoba benda benda tertentu.
Secara komunikologis, pameran atau exhibition merupakan sarana
yang efektif untuk menyebarkan suatu pesan karena bersifat informative dan
persuasive. Dalam penelaahannya terhadap keefektifan komunikasi, para ahli
komunikasi berpendapat bahwa seseorang akan mengerti secara memuaskan
apabila bukan hanya mendengar dan melihat gambarnya, tetapi juga buktinya.
pameran sebagai sarana komunikasi mampu membuat publik ingat dan
mengerti dengan produk.
Event semakin popular seiring terjadinya pergeseran trend pemasaran
kearah community marketing, sehingga perusahaan membutuhkan event
sebagai media interaksi langsung dengan komunitasnya. Dalam sebuah event,
produk dapat dieksploitasi lebih detail dari kulit hingga bijinya dan dapat
dirasakan langsung oleh konsumennya. Dengan kepiawaian orang-orang event
organizer sebuah acara yang biasa-biasa saja diolah menjadi tontonan yang
menyenangkan dan menghibur (Hafidz, 2007: 3).
Seoang ahli audio visual aid (AVA) bernama Jack Dove mengatakan
“Knowledge is absorbed through the five senses, assessed in the following
proportions: sight 75 %, hearaing 13%, touch 6%, smell 3%, taste3%”.
(pengetahuan diserap melalui panca indera, yang diperkirakan menurut
perbandingan sebagai berikut : penglihatan 75%, pendengaran 13%, perabaan
6%, penciuman 3%, dan pencicipan 3%) (Effendi, 2002: 141).
Berdasarkan pendapat Jack Dove itu, khlayak akan memperoleh
pengetahuan dari pameran lebih dari 90 % sebab pameran mampu menyajikan
pengetahuan yang dapat diserap oleh publik dengan hampir semua panca
indera.
Publik pengunjung pameran akan melihat, mendengar, meraba,
mencium bahkan mungkin mencoba benda-benda yang dipamerkan. Artinya
hampir semua pengetahuan tersebut atau 90% dapat diserap melalui panca
indra manusia yang bersangkutan hadir, menyaksikan dan memperhatikan
pada suatu pameran berlangsung (Ruslan, 2006: 239).
Efektifnya pameran ialah karena pada sarana komunikasi itu publik
dapat menyaksikan peragaan proses benda tertentu, dapat bertanya sepuas
hatinya, bahkan untuk mencoba benda-benda tertentu. Pengunjung ataupun
konsumen bisa memberikan tanggapan terkait dengan event
yang
dilaksanakan juga bisa memberikan tanggapan terhadap produk.
Komunikasi model sirkular tercipta dalam event, dimana timbal balik
terjadi ketika pertama komunikatornya adalah perusahaan yang mengadakan
event dan komunikannya adalah pengunjung ataupun konsumen, selanjutnya
konsumen ataupun pengunjung dengan adanya event bisa bertanya dan
memberikan tanggapan balik dan dia menjadi komunikator.
Karena efektifnya pameran itulah maka banyak lembaga atau
perusahan
yang
menyelenggarakan
pameran
dalam
rangka
upaya
mepromosikan produk atau jasanya oleh karena itu pula seorang humas patut
menguasai seluk beluk pameran. Event pameran bagi perusahaan berguna
untuk memperkenalkan produk-produk untuk mendapatkan dan dengan target
pembeli dalam jumlah besar, dan dengan adanya pameran juga membangun
kontak baru dalam pasar sasaran dari perusahaan atau organisasi. Event ini
merupakan langkah awal bagi sebuah perusahaan atau organisasi untuk
memasuki pasar atau daerah baru.
Event
organizer harus bisa mengelola dan melaksanakan event
dengan maksimal, sehingga pesan yang disampaikan bisa diterima dengan
baik oleh konsumen melalui bentuk-bentuk komunikasi yang kreatif dan
inovatif tertentu.
Dalam launching event dan pameran biasanya event organizer
membuat event tambahan untuk memeriahkan yang ditujukan untuk
masyarakat dan pengunjung atau konsumen yang datang ketika event tersebut
dan memberikan daya tarik bagi masyarakat untuk datang. Event tambahan
tersebut dikenal dengan sebuatan extra event atau ada event tambahan didalam
event utama. Extra event ini misalnya perlombaan-perlombaan, perlombaan
mewarnai, perlombaan fashion, perlombaan menari, perlombaan musik dan
lain-lain sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh perusahaan.
7. Faktor Keberhasilan Suatu Event
Keberhasilan
suatu
acara
tentunya
diharapkan
dapat
menghasilkan/menyampaikan misi dari pihak penyelenggara/sponsor utama
dengan berbagai macamnya kepentingannya, Pada umumnya semua pihak
penyelenggara (brand product) menyelenggarakan sebuah event dengan
tujuan memanfaatkan massa dari event ini untuk meng-awarness produknya
secara langsung dan mengangkat top of mind produknya. Disamping ada juga
yang menghasilkan profit dari event mereka, Bahkan ada event yang
dilaksanakan sekedar
untuk menghibur pegawai perusahaan tersebut,
merayakan ulang tahun dan gathering suatu perusahaan. Tapi tidak menutup
kemungkinan event diadakan untuk menyampaikan sebuah pesan khusus
kepada masyarakat .
Bagaimana membuat event creative dengan baik, benar, dan
sukses?
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan event :
a. Perijinan yang terorganisasi
b. Keamanan yang terkoordinir dan disiplin
c. Promosi yang baik dan sistematik
d. Konsep pemasaran tiket yang baik sebelum dan pada saat event
berlangsung
e. Tempat event yang mudah dijangkau pengunjung.
f. Fasilitas venue/tempat event yang menunjang seperti parkir, akses
masuk, toilet, daya listrik dan fasilitas pendukung lain.
g. Kapasitas kemampuan daya tampung tempat penyelenggaraan event
yang memadai.
h. Artis yang dikenal amat sangat mempengaruhi sukses tidaknya sebuah
event .
i. MC yang komunikatif dan cerdas juga merupakan kunci keberhasilan
sebuah event.
j. Performa teknis produksi dari stage, lighting, sound system dan desain
yang menarik.
k. Konsep pendukung berupa games at the area yang dapat memberikan
rasa puas pada para pengunjung event
Dalam melaksanakan suatu acara, tujuan utama sebuah Event Organizer
tentunya memuaskan kliennya, untuk itu dibutuhkan sikap profesional dari
Event Organizer sehingga klien merasa puas karena kesuksesan acara mereka.
Berhasil tidaknya sebuah Event Organizer ditentukan oleh adanya
persiapan yang matang. Acara yang memang sudah dipersiapkan sejak dini,
tentu berbeda dengan acara yang persiapannya secara mendadak. Agar acara
yang dibuat dapat berjalan sesuai rencana, maka waktu persiapan juga sangat
menentukan, lama tidaknya waktu persiapan juga ditentukan oleh besar
kecilnya sebuah acara.
Melalui konsep yang baik tentunya turut merperlancar dan mensuksesan
suatu acara. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pembuatan
konsep suatu acara.
Dalam membuat konsep Event Organizer dibagi menjadi tiga bagian:
1. Konsep baku, di mana konsep ini sebelumnya telah dibuat oleh
perusahaan yang bersangkutan, sehingga tinggal melaksanakan saja.
2. Konsep baru, semua konsep acara dirancang sendiri kemudian
dipresentasikan kepada klien (perusahaan).
3. Kombinasi, Ini berarti kita dengan pihak perusahaan mengadakan
sharing bagaimana acara itu akan dibuat.
Terakhir dan yang paling urgent untuk mengadakan suatu event organizer
adalah budget, karena besar kecilnya budget perusahaan sangat menentukan
bagaimana acara itu akan berlangsung. Kalau budget perusahaan tersebut
besar, tentunya acara bisa dibuat sebaik dan sebagus mungkin. jika dana
terbatas tentunnya acara dibuat sehemat mungkin tanpa menghilangkan tujuan
dari dibuatnya acara tersebut.
2.2.3 Spesial Event
1. Definisi Special Event
Allen (2002) mendefinisikan special event sebagai berikut: “Special
events are defined as specific ritulas, presentation, performances or
celebrations that are conciously planned and created to mark special
occasions or to archive particular social, cultural, or corporate objective”.
Artinya spesial event adalah suatu ritual istimewa, penunjukan, penampilan,
atau perayaan yang pasti direncanakan dan dibuat untuk menandai acara-acara
khusus atau untuk mencapai tujuan sosial, budaya, atau tujuan bersama-sama.
2. Jenis Event
Jenis event dibedakan menjadi public event dan private event. Yang
termasuk dalam public event adalah : perayaan budaya, seni atau hiburan,
bisnis atau perdagangan, kompetisi olah raga, pendidikan dan ilmu
pengetahuan, rekreasi, serta politik atau kenegaraan. Sedangkan private enevt
meliputi perayaan pribadi seperti peringatan hari jadi, liburan keluarga, pesta
pernikahan, dan pesta ulang tahun, serta event-event sosial seperti pesta-pesta,
gala, dan acara reuni (Getz, 1997)
Dikaitkan dengan Special Events “9coustic”, daftar artis yang disuguhkan
menjadi bagian dari pelaksanaan program dalam mengikat perusahaan dengan
khalayaknya yang tersegmentasi pada kalangan anak muda khususnya komunitas
tertentu dan tema yang disuguhkan akan selalu berbeda ditiap bulannya.
2.2.4 Radio
Radio merupakan suatu alat media massa dalam buku What can I do Now?
Radio and Television (2009: 36) dijelaskan bahwa identitas dan gaya dari program
radio adalah hasil dari kolaborasi profesional on-air dan off-air. Penyiar radio
melakukan “talk-the-talk” selama siaran, dan produser melakukan “walk-the-walk”
di belakang layar. Produser dari sebuah radio mengandalkan masyarakat yang
memiliki selera khusus, perbedaan dalam rasa memungkinkan untuk berbagai jenis
radio untuk eksis, dan untuk melayani berbagai segmen yang berbeda dari komunitas.
Hal lainnya yang berkaitan dengan radio adalah promosi. Promosi penting untuk staf
stasiun radio. Kepribadian on-air sering terlibat dalam kegiatan masyarakat untuk
mempromosikan stasiun radio tersebut.
Daniel Dayan dan Elihu Katz dalam Loomers (2012: 243) menyatakan bahwa
kegiatan off-air merupakan pertunjukan live dari “media events”.
“festive viewing is to ordinary viewing what holidays are to everyday, these
events are the high holiday of mass communication. (melihat kemeriahan adalah hal
yang biasa dalam liburan, event ini merupakan liburan besar bagi komunikasi
massa)”.
Acara yang disiarkan bisa memiliki dampak yang cukup besar karena karakter
mereka yang unik. Rangkaian acara dapat berdampak karena pengulangan yang
dilakukan oleh radio tersebut. “Rutinisasi” dari ritual media yang akan membuat
peristiwa tersebut merupakan bagian terpadu dari kehidupan para pendengar.
1). Special Events
Getz dalam Berridge (2007) mendefinisikan Special Event adalah :
“A special event is a one-time or infrequenty occuring event outside
normal programmes or activities of the sponsoring or organising body. To
the customer or guest, a specuial event is an opportunity for leisure,
social, or cultural experience outside the normal range of choices or
beyond everyday experience. (Sebuah acara khusus adalah acara yang
dilakukan satu kali atau jarang terjadi, peristiwa di luar program normal
atau aktivitas mensponsori atau mengorganisir. Kepada pelanggan atau
tamu, acara khusus adalah kesempatan untuk bersantai, sosial, atau
pengalaman budaya di luar kisaran normal atau di luar pengalaman seharihari)”.
Smith (2005: 165) menyatakan bahwa ada peran dari seorang
perancang dalam menentukan daftar publiknya, seperti kutipan berikut :
“Created by an organization mainly to interact with members of its
publics. The list of special events is bounded only by the imagination of the
planner.” (Dibuat oleh organisasi dalam rangka berinterkasi dengan
anggota publiknya, daftar dari special events dibatasi oleh imajinasi dari
perancang event).
Dikaitkan dengan Special Events “9coustic”, daftar artis yang
disuguhkan menjadi bagian dari pelaksanaan program dalam mengikat
perusahaan dengan khalayaknya yang tersegmentasi pada kalangan anak
muda khususnya komunitas tertentu dan tema yang disuguhkan akan selalu
berbeda ditiap bulannya.
2). Publik
John Dewey dalam Smith (2005: 42) menjelaskan publik adalah “A Public is
a group of people that shares a common interest vis-a-vis an organization, recognizes
its significance and sets out to do something about it”. (Publik merupakan
sekumpulan orang yang saling berbagi kepentingan bersama, mengenai vis-a-vis
(lawan) sebuah organisasi, mengetahui apa makna dari hal tersebut dan melakukan
upaya terhadap hal tersebut.
Publik di dalam Public Relation yaitu karyawan, financial publics, yaitu
mereka yang memiliki modal di dalam perusahaan atau bisa juga disebut
Stakeholders, Suppliers, Distributor, Customers, Pemerintah, Opinion Leaders,
Media, Komunitas, Special Public, dan Publik Internasional. (Reddi, 2009: 70).
2.2.4.1 Kelebihan Radio sebagai Media Massa
Kelebihan utama radio adalah kelenturan stasion-stasion sangat ditargetkan ,
iklan atau medianya sangat murah untuk diproduksi dan dipasang, penutupan yang
singkat memungkinkan tanggapan yang cepat.
Sedangkan kekurangan dari media radio adalah ketidakjelasan gambar visual
dan sifat konsumen yang relatif pasif dalam mengolah hasilnya.
Meskipun demikian, media radio sangat kreatif. Ada yang menganggap
ketiadaan gambar visual merupakan nilai tambah, karena menurut mereka
penggunaan yang cerdas atas musik, suara dan alat-alat kreatif
lainnya dapat
menampung imajinasi pendengar guna menciptakan gambar yang benar-benar relevan
dan disukai.
Tabel 2.2 Keunggulan dan Keterbatasan media massa
Media
Koran
Keunggulan
Keterbatasan
Fleksibelitas, ketepatan waktu,
Usia penggunaan pendek,
jangkauan pasar yang baik.
mutu produksi jelek.
Penerimaan luas
Tingkat kepercayaan tinggi
Televisi
Radio
Menggabungkan gambar, suara,
Biaya tinggi.
dan gerakan. Merangsang indera.
Kekacauan tinggi.
Perhatian tinggi.
Paparan bergerak cepat.
Jangkauan luas
Pemilihan audience terbatas
Penggunaan massal
Hanya penyajian suara.
Pemilihangeografis dan
Perhatian lebih rendah dari
demografis tinggi.
televisi.
Biaya rendah
Strukutur harga tidak standar.
Paparan bergerak cepat
2.2.5 Komunikasi Pemasaran
Dalam setiap kegiatan pemasaran, elemen yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah komunikasi. Dengan berkomunikasi, kegiatan pemasaran akan
berlangsung sedemikian rupa dan dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan,
salah satunya adalah terjadinya proses pembelian. Pada tingkat dasar, komunikasi
dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari atas
keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi dapat membujuk konsumen saat ini
dan konsumen potensial agar berkeinginan masuk dalam hubungan pertukaran
(exchane relationship). Komunikasi juga dapat dijadikan sebagai pengingat bagi
konsumen mengenai keberadaan produk, yang pada masa lalu pernah dilakukan
transaksi pertukaran pada produk ini. Selain itu, peran lain dari komunikasi dalam
pemasaran adalah untuk membedakan produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan
dengan produk yang ditawarkan perusahaan lain. Pada tingkatan yang lebih tinggi,
peran komunikasi tidak hanya pada pendukung transaksi dengan menginformasikan,
membujuk, mengingatkan, dan membedakan produk, tetapi juga menawarkan sarana
pertukaran itu sendiri.
Komunikasi pemasaran adalah proses penyampaian dan perpaduan stimuli
kepada target pasar yang bertujuan untuk menimbulkan respon dan minat akan produk
serta membangun saluran untuk menerima, menginterpretasikan dan melakukan
tindakan terhadap pesan dari pasar dengan maksud menyesuaikan ide perusahaan saat
ini dan mengidentifikasi peluang baru dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah
aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran.
Dalam dekade terakhir, komponen komunikasi pemasaran dalam bauran pemasaran
menjadi penting. Bahkan telah diklaim : “bahwa pemasaran di era 1990-an adalah
komunikasi dan komunikasi adalah pemasaran”. Keduanya tidak dapat dipisahkan.
Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada
publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan suatu produk di pasar.
Konsep secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang
disebut dengan bauran promosi (promotion mix). Terdapat lima jenis bauran promosi
yaitu iklan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), humas dan publisitas
(publicity and public relations), penjualan personal (personal selling), dan pemasaran
langsung (direct marketing). Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat
penting bagi pemasar. Tanpa komunikasi, konsumen maupiun masyarakat secara
keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan
produk di pasar. Komunikasi
pemasaran juga menyedot anggaran yang sangat besar, oleh karena itu pemasar harus
hati-hati dan penuh perhitungan dalam menyusun komunikasi pemasaran. Penentuan
siapa saja
yang menjadi sasaran komunikasi sangat menentukan keberhasilan
komunikasi. Dengan penentuan sasaran yang tepat, proses komunikasi akan berjalan
efektif dan efisien.
Berikut model proses komunikasi yang ditampilkan Philip Kotler dan Kevin
lane Keller dalam bukunya Manajemen Pemasaran.
Sender
Encoding
Message
Media
Decoding
Receiver
Noise
Feedback
Response
Gambar 2.1 Model Proses Komunikasi
Dalam proses komunikasi tersebut, elemen-elemen didalamnya dapat
diaplikasikan sebagai pemassran. Dimana sender sebagai elemen utama merupakan
perusahaan yang memproduksi dan menjual produk. Biasanya perusahaan
menggunakan biro jasa iklan dalam memasarkan produknya tapi ada juga yang
melakukan pemasaran sendiri (in-house marketing).
Encoding
adalah
mengkomunikasikan
ide-ide
pemasaran
yang
ditransformasikan dalam bentuk yang bisa menarik perhatian. Sedangkan massage
merupakan proses komunikasi pemasaran dan media sebagai saluran komunikasi
seperti TV, radio, surat kabar, billboard.
Decoding adalah persepsi konsumen yang terbentuk ketika menerima pesan
dari pemasar. Receiver adalah target audiens yang menjadi sasaran oleh pemasar dan
masyarakat pada umumnya. Response adalah tanggapan atau reaksi pada target
audiens bisa berupa pembelian, komplain dan kunjungan ke website atau toko. Noise
adalah banyaknya pesaing yang juga ingin menyampaikan pesan kepada audiens
sejenis, sehingga terjadi penerimaan informasi yang overload oleh konsumen.
Pemasar harus mengefektikan penggunaan komunikasi. Meraka harus memastikan
target audiens dapat menerima pesan sebaik-baiknya, dengan kemungkinan adanya
noise sekecil mungkin.
2.2.6 Brand
Pengertian brand atau merek menurut Kotler adalah sebagai berikut :”A brand
is a name, term, sign, symbol o design or combination of them, intended to identify to
goods or services of one seller or group of sellers and differentiate them from those of
competitors”.
Menurut American Marketing Associations: “ brand atau merek adalah nama,
istilah, tanda, symbol atau rancangan atau komunikasi dari hal-hal tersebut.
Tujuan pemberian brand adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang
dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing.
Dalam hal ini brand adalah sebuah nama, istilah, tanda, symbol, atau desain atau
kombinasinya yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang dan jasa yang
membedakan suatu produk dengan produk pesaing.
1. Karakteristik Brand
Esensi dari merek yang kuat adalah bahwa tidak mudah ditiru oleh
pesaingnya. Merek terdiri atas dua jenis atribut utama, intrinsik dan
ekstrinsik. Atribut intrinsik mengacu pada karakteristik fungsional produk,
seperti bentuk, kinerja, dan kapasitas fisik. Atribut ekstrinsik mengacu
pada unsur-unsur yang tidak intrinsik, dan jika berubah, tidak mengubah
fungsi material dan kinerja produk itu sendiri, perangkat seperti nama
merek, komunikasi pemasaran, kemasan, harga dan mekanisme yang
memungkinkan konsumen dari asosiasi yang memberi makna tertentu
terhadap merek.
Biel (1997) mengacu pada merek yang terdiri dari sejumlah
elemen. Yang pertama mengacu pada kemampuan fungsional merek dan
cara mendistribusikannya. Atribut khusus yang membedakan merek yang
disebut sebagai ketrampilan merek. Elemen kedua adalah bentuk/ wujud
merek dan sifat-sifat mendasar mengenai gaya hidup dan nilai-nilai yanhg
dapat
dirasakan,
seperti
menjadi
hambar,
petualang,
menarik,
membosankan atau peduli. Ide merek personifikasi bukanlah hal yang
baru, tetapi merupakan bagian penting dari memahami bagaimana merek
dapat dibayangkan sebagai orang dan bagaimana merek berbeda dari
merek lain. Elemen merek ketiga adalah tentang membangun hubungan
dengan pembeli individu.
Blackstone (1993) berpendapat bahwa keberhasilan merek
tergantung pada persepsi konsumen terhadap merek. Dia menggambarkan
titik dengan penelitian ke pasar kartu kredit, dimana kartu yang berbeda
berbagi profil demografis yang sama dari pengguna dan citra merek
konvensional yang sama. Implikasi bagi pengembangan merek dan strategi
pesan terkait menjadi lebih jelas. Sejalan dengan pemikiran ini, Beil
menutip Fournier (1995), yang menganggap hubungan brand dalam hal
tingkat keintiman, kualitas mitra, lampiran, saling ketergantungan,
komitmen dan cinta. Oleh karena itu, beil mengelompokkan merek terdiri
dari tiga unsur, wujud, ketram;pilan dan kegunaan merek.
2. Manfaat Branding
Merek biasanya dihubungkan dengan pembeli, sehingga manfaat
psikologis kepemilikan lebih disukai dengan penawaran bersaing dan
bentuk hubungan yang muncul. Merek dikatakan untuk mengembangkan
kepribadian dan merangkum nilai-nilai inti dari suatu produk. Komunikasi
pemasaran memegang peranan penting dalam mengomunikasikan esensi
kepribadian merek dan dalam memberikan kelanggengan
hubungan
merupakan suatu keharusan bagi merek yang dibuat dari waktu ke waktu.
3. Peran Strategis Branding
Walton (2007) menunjukkan bahwa ada tiga dimensi untuk
strategi merek : makna, ruang , dan bentuk. Dalam hal pembuatan merek,
para penanam modal melakukan ketiga dimensi tersebut untuk
mempertahankan pangsa pasar untuk melindungi atau mempertahankan
merek agar tidak digeser oleh merek lain dalam pemasaran. Ketiga
dimebnsi tersebut :
1. Integrasi
hal
ini
: Untuk merek yang akan dipertahankan dan berhasil,
penting
agar
komunikasi
yang
digunakan
untuk
mengembangkan dan memelihara merek konsisten daan bermakna.
2. Pembedaan
: Merek yang ditawarkan harus mempunyai nilai yang
berbeda dengan merek-merek yang sudah ada sebelumnya dan tidak
kalah terhadap produk pesaing.
3. Nilai lebih
: Merek memungkinkan pelanggan untuk mendapatkan
nilai tambah sebagai salah satu yang daapat memberikan keuntungan
yang berbeda daari merek yang lain. Nilai ditambahkan ke perek
melalui tiga komponen yaitu
kinerja yang dirasakan, makna
psikologis, dan kesadaran menginginkan merek tertentu.
Komunikasi pemasaran memiliki tugas utama, yaitu untukmembangun
hubungan melalui bagaimana konsumen mengidentifikasi, mengenali,
memahami, menetapkan, menjadi lekat, mengembangkan hubungan
dengan merek.
4. Asosiasi dan kepribadian
Merek menyediakan sarana bagi individu untuk menunjukkan
kepada orang lain kepribadian yang mereka sukai. Pendekatan emosional
dan simbolis ini ditujukan untuk memberikan tambahan kepada konsumen
agar menginginkan merek tersebut, di luar karakteristik fungsional yang
normal, merek diperkenalkan agar tidak mudah ditiru oleh pesaing.
Ada berbagai cara dimana asosiasi ini dapat dikembangkan untuk
membentuk merek. Ini juga merupakan sebagian fungsi dari konteks
dimana komunikasi sangat diperlukan. Sebagai kesimpulan, asosiasi dapat
dikembangkan menjadi empat cara utama, yaitu :
1) Above-the-line : mempunyai anggaran tinggi, karena dalam hal ini
iklan akan sering dilakukan untuk memperkenalkan merek yang
ditawarkan.
2) Through-the-line : pendekatan pemasaran langsung pada konsumen.
3) Below-the-line : Sumber daya yang terbatas dan
iklan bukanlah
pilihan, nama merek harus terkait erat dengan fungsi dan penggunaan
pengalaman produk.
4) Around-the-line : ketersediaan sumber daya yang mendukung
pengenalan brand yang ditawarkan.
5. Bisnis ke Bisnis Branding
Branding telah digunakan oleh sejumlah produsen untuk mencapai
dua tujuan tertentu, untuk meningkatkan kualitas dan kredibilitas, dan
untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan produsen.
Beverland et al (2007) menawarkan model alternatif untuk prisma
Kapferer untuk mengatasi kebutuhan pasar bisnis. Pendekatan mereka
menggunakan lima dimensi utama yaitu : produk, jasa, adaptasi, logistik,
dan saran. Para peneliti berpendapat bahwa unsur-unsur yang nyata
biasanya lebih menonjol pada awal hubungan bisnis.
Mudambi et al (1997) setuju bahwa resiko dan kinerja merupakan
aspek penting dalam keputusan pembelian, dan bahwa keduanya ditandai
dengan merek perusahaan.
6. Branding on Line
Perbedaan utama antara online dan offline branding adalah
konteks dimana asosiasi merek dikembangkan dan dipertahankan. Kedua,
bentuk branding adalah tentang mengembangkan dan mempertahankan
hubungan yang berharga dengan konsumen, tapi online baranding terjadi
dalam konteks virtual. Merek online cenderung ke arah penggunaan pesan
rasional, menggunakan atribut prodek, ukuran kualitas dan kinerja,
dukungan pihak ketiga, perbandingan dan harga sebagai sarana
diferensiasi merek dan keuntungan.
7. Komunitas Merek Virtual
Komunitas merek virtual muncul dalam beberapa tahun terakhir
sebagai akibat dari interaksi positif yang dihasilkan melalui penggunaan
beberapa alat online, terutama chat room, forum, dan are diskusi. Sebuah
VBC
adalah
sekelomppok
individu
yang
berinteraksi
online
untuknberbagai minat mereka dalam sebuah merek atau produk tertentu.
Muniz dan O”Guinn (2001) menyatakan bahwa ada tiga komponen inti
dalam masyarakat : kesadaran yang baik, ritual dan tradisi, sebuah rasa
tanggung jawab moral.
8. Ekuitas Brand
Konsep ekuitas merek muncul dari pengakuan para konsumen
bahwa merek mewakili nilai baik untuk organisasi dan pemegang saham.
Merek sebagai aset dapat berdampak berat pada keuangan perusahaan.
Feldwick (1996) meninjukkan ekuitas merek adalah gabungan dari : nilai
merek (berdasarkan dasar keuangan dan akuntansi), kekuatan merek
(mengukur kekuatan lampiran konsumen terhadapo sebuah merek),
deskripsi merek (diwakili oleh sikap spesifik pelanggan)
9. Tahapan brand (merk)
Pada dasarnya branding merupakan sebuah proses panjang yang
tidak bisa dilakukan dalam sekejap mata. Ada dua point penting dalam
branding, meliputi dua langkah yakni image building dan activation.
Image
building
lebih
dilakukan
secara
indirect
dan
memprioritaskan pada awareness serta knowledge sebuah brand di benak
konsumennya.
Langkah kedua adalah brand activation, yaitu kegiatan pemasaran
yang menitikberatkan pada sales oriented melalui trial dari konsumen.
Activation ini dilakukan secara direct. Namun sayangnya kecenderungan
branding yang terjadi pada beberapa industri di tanah air justru tidak
seimbang.
Semakin banyak pemilik brand yang menyadari pentingnya brand
activation sehingga tahapan ini sangat digemari. Bahkan beberapa
diantaranya mengesampingkan tahap image building.
Tuntutan pasar semakin ketat. Pemilik brand tidak bisa hanya
mengandalkan komunikasi indirect dengan hasil jangka panjang saja.
Nominal investasi komunikasi brand juga sangat tinggi, alhasil perusahaan
lebih memilih hasil instan dan action oriented. Coba perhatikan pada
persaingan mencari nasabah dari kartu kredit dan asuransi yang dengan
giat menyebar agen-agennya untuk turun langsung mencari nasabah.
Fokusnya adalah sales atau jumlah nasabah yang dicapai saat itu juga.
Urusan loyalitas mungkin bisa dinomorduakan.. Padahal faktanya,
konsumen terus bergerak seiring dengan loyalitasnya yang
berubah.
Untuk me-maintain loyalitas ini image building paling berperan. Dengan
mengokohkan awareness dan
knowlwdge dipastikan kedekatan brand
dengan konsumen tetap terjaga.
Yang terpenting untuk menciptakan keintiman dengan konsumen,
kegiatan brand audit adalah langkah pertama. Namun hal ini sering
dilupakan oleh pemilik brand. Kegiatan branding yang paling kritikal
adalah pemahaman (brand audit) konsumen, baik kebutuhan maupun
aspirasinya. Ketidakpekaan pemilik brand audit tersebut juga berdampak
pada alokasi anggaran. Dalam pengembangan brand porsi dana untuk
activation cenderung lebih besar dibanding brand audit yang seharusnya
menjadi landasan pemasaran. Dana untuk activation cenderung tidak
sebanding dengan hasil yang diperoleh, bahkan alokasi tersebut sebetulnya
bisa ditekan agar lebih efektif dan efisien apabila brand audit-nya bisa
seksama.
2.2.7 Jenis-Jenis Citra
Citra Perusahaan adalah persepsi yang berkembang dalam benak publik
mengenai realitas (yang terlihat) dari perusahaan itu.
Dalam penjabaran yang lebih spesifik, Frank Jeffkins menyebutkan bahwa
terdapat beberapa jenis citra, yaitu (Jefkins, dalam Ardianto. 2009: 38-43) :
1. Citra Bayangan (mirror image)
Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai
pandangan luar terhadap organiasinya
2. Citra yang Berlaku (current image)
Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh
pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
3. Citra yang Diharapkan (wish image)
Citra harapan adalah citra yang diinginkan oleh perusahaan. Biasanya citra
yang diharapkan lebih baik daripada citra yang sesungguhnya.
4. Citra Perusahaan (corporate image)
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan,
bukan hanya citra atas produk dan pelayanannya.
5. Citra Majemuk (multiple image)
Cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat
memunculkan seuatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi
atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.
Dari jenis-jenis citra di atas, citra yang sesuai dengan topik penelitian adalah
citra yang berlaku (current image) karena dalam penelitian ini penulis ingin
mengetahui citra radio 99ers Bandung saat ini.
2.2.8 Brand Image (Citra Merek)
Brand adalah sebuah nama, simbol, desain, ataupun kombinasi dari semuanya
yang dipakai untuk mengidentifikasikan sesuatu seperti produk, tempat, orang,
perusahaan, negara, organisasi, dan sebagainya. (Wijaya, 2012: 24).
Menurut Supranto dan Limakrisma (Kotler, 2007: 132) brand image adalah apa
yang konsumen pikir dan rasakan ketika mendengar atau melihat suatu brand dan apa
yang konsumen pelajari tentang brand.
Menurut Kotler (Kotler, 2007: 132) brand image ialah persepsi dan keyakinan
yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam
memori konsumen. Pada dasarnya brand image terbentuk dari persepsi yang telah
terbentuk lama, setelah melalui tahap yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian
dilanjutkan pada keterlibatan konsumen. Level keterlibatan ini selain mempengaruhi
persepsi juga mempengaruhi fungsi memori. Brand image merefleksikan bayangan
atau image dari perspektif konsumen berdasarkan janji yang dibuat brand tersebut
kepada konsumennya. Menurut Davis (Ardianto, 2011: 123) brand image memiliki
dua elemen, yaitu:
1. Brand Association (Asosiasi Brand)
Asosiasi merupakan karakteristik produk atau jasa yang dilekatkan oleh
konsumen pada brand tersebut, termasuk persepsi konsumen mengenai
janji-janji yang dibuat oleh brand tersebut, positif maupun negatif, dan
harapan
mengenai
usaha-usaha
untuk
mempertahankan
kepuasan
konsumen dari brand tersebut.
2. Brand Personality (Kepribadian Brand)
Brand personality merupakan karakteristik manusia yang oleh konsumen
diasosiasikan dengan brand tersebut. Brand personality menjelaskan
mengapa orang menyukai brand tertentu dibandingkan dengan brand yang
lain.
Menurut Philip Kotler (2008: 259) brand image yang baik memiliki beberapa
manfaat bagi perusahaan, diantaranya yaitu:
1. Brand image yang baik menandakan kualitas produk yang bagus sehingga
pembeli yang puas dapat dengan mudah melakukan pembelian kembali
terhadap produk tersebut untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Bagi perusahaan, brand image mempresentasikan bagian properti hukum
yang sangat berharga dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen, dapat
dibeli & dijual, dan memberikan keamanan pendapatan masa depan yang
langgeng bagi pemiliknya. Citra baik yang dimiliki sebuah brand tentunya
akan menghasilkan respon yang positif pula dari pihak internal dan
eksternal perusahaan. Respon yang dimaksud adalah kesetiaan terhadap
brand dan kenyamanan untuk memilih brand yang sama dengan kuantitas
yang sering. Oleh karena itu manfaat brand image yang disampaikan oleh
Philip Kotler berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis,
untuk membuktikan pada hasil penelitian mengenai tujuan dan strategi
public relations untuk mempertahankan citra melalui special event
“9coustic”.
3. Brand Awareness
Menurut Eti Rochaety (2005:35) Brand awareness merupakan
kemampuan seseorang pelanggan untuk mengingat suatu merek tertentu
atau iklan tertentu secara spontan atau setelah dirancang dengan kata-kata
kunci. Kesadaran ini digunakan sebagai salah satu indikator efektivitas
pemasaran. Dapat ditarik simpulan bahwa brand awareness merupakan
tujuan umum komunikasi pemasaran,adanya brand awareness yang tinggi
diharapkan kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan
dimunculkan
kembali
dari
ingatan
yang
selanjutnya
dijadikan
pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan.Brand
awareness menunjukkan pengetahuan konsumen terhadap eksistensi suatu
brand.
Peran brand awareness dalam ekuitas brand (nilai brand)
tergantung pada tingkat pencapaian kesadaran dalam benak konsumen.
Durianto (2004: 30) menyatakan bahwa brand awareness dapat dibangun
dan diperbaiki melalui cara-cara berikut:
1. Pesan yang disampaikan oleh suatu brand harus mudah diingat
oleh konsumen.
2. Pesan yang disampaikan harus berbeda dengan produk lainnya
serta harus ada hubungan antara brand dengan kategori produknya.
3. Memakai slogan maupun jingle lagu yang menarik sehingga
membantu konsumen mengingat brand.
4. Jika suatu brand memiliki simbol, hendaknya simbol tersebut
dapat dihubungkan dengan brandnya.
5. Perluasan nama brand dapat dipakai agar brand semakin diingat
konsumen.
6. Brand awareness dapat dperkuat dengan memakai suatu isyarat
yang sesuai dengan kategori produk, brand, maupunkeduanya.
7. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena
membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk
pengenalan.
2.2.9 Citra
Menurut David A. Arker, John G. Mayer, citra adalah seperangkat anggapan,
impresi atau gambaran seseorang/sekelompok orang mengenai suatu objek
bersangkutan. (Nova, 2011: 298)
Citra merupakan serangkaian pengetahuan, pengalaman, perasaan (emosi) dan
penilaian yang diorganisasikan dalam sistem kognisi manusia; atau pribadi yang
sangat diyakin kebenarannya. Menurut Canton, citra adalah dunia menurut persepsi
kita. (Rakhmat, 2009: 28).
Citra adalah kesan, perasaan, gambaran, diri publik terhadap perusahaan yang
dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau organisasi. (Ardianto, 2010:
98-99)
Citra (image) merupakan gambaran yang ada dalam benak publik tentang
perusahaan.
Citra
adalah
persepsi publik tentang perusahaan
menyangkut
pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan, atau perilaku
individu-individu dalam perusahaan dan lainnya. (Kriyantono, 2008: 9)
Dari pengertian-pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa citra
terbentuk dari pengalaman dan kepercayaan publik terhadap perusahaan yang
dirasakan secara langsung atau dari issue yang beredar. Setiap perusahaan pasti
mengharapkan citra perusahaannya positif dan baik di mata publik, dimana citra
tersebut muncul dari penilaian dan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
Menurut Sutojo (2004:3), citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai
manfaat-manfaat, yaitu:
a. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang mantap (Mid and
Long Term Sustainable Competitive Position).
b. Menjadi persisai selama masa krisis (An Insurance for Adverse Times).
c. Menjadi daya tarik eksekutif handal (Attraction the Best Executives
Available).
d. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran (Increasing Effectiveness of
Marketing Instruments).
e. Penghematan biaya operasional (Cost Saving).
2.2.10 Peran Citra
Mark Graham R. Dewney mengatakan bahwa citra perusahaan merupakan
keseluruhan impresi mengenai perusahaan yang ada dalam benak konsumen. Citra
perusahaan menurut Jeffkins diartikan sebagai karakter sebuah organisasi. Sementara
PR Smith mendefinisikan citra perusahaan sebagai jumlah persepsi terhadap sebuah
organisasi. (Nova, 2011: 301)
Citra yang baik dari suatu organisasi merupakan aset yang sangat penting
karena citra mempunyai suatu dampak persepsi konsumen dan operasi organisasi
dalam berbagai hal. Gronroos mengidentifikasikan terdapat empat peran citra bagi
perusahaan, yaitu (Setiadi, 2003: 182) :
1. Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasaran
eksternal, seperti periklanan, penjualan pribadi, dan komunikasi dari mulut
ke mulut. Citra yang positif memudahkan bagi organisasi untuk
berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti
dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak
diketahui mungkin tidak menyebabkan kehancuran, tetapi hal itu tidak
membuat komunikasi dari mulut ke mulut berjalan lebih efektif.
2. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi kegiatan
perusahaan.
3. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen.
4. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen.
Setiap perusahaan harus mempunyai citra di masyarakat, dan citra itu sendiri
dapat berperingkat baik, sedang, atau buruk. Dampak peringkat citra yang berlainan
tersebut terhadap keberhasilan kegiatan bisnis dan pemasaran produk berlainan. Citra
buruk melahirkan dampak yang negatif bagi operasi bisnis perusahaan dan juga dapat
melemahkan kemampuan perusahaan untuk bersaing.
2.2.11 Public Relations
Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke
dalam maupun ke luar, antara suartu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka
mencapai tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
Sebagai ilmu pengetahuan manajemen yang bersifat universal dan sistematis,
yaitu mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan konsepsi serta mengacu pada
landasan teoritis yang ada dalam melaksanakan fungsi-fungsi dasar dari manajemen
umum, tahap perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan sampai pada
akhir tahap evaluasi. Disamping itu kemampuan praktisi PR dalam berkomunikasi
(communication skill) dan membangun hubungan (relationship) yang positif.
Batasan pengertian mengenai Public Relations, menurut para ahli sampai saat
ini belum ada satu kesepakatan secara tegas, banyak hal yang menyebabkan, yaitu :
Pertama, banyaknya definisi Public Relations yang telah dirumuskan oleh para pakar
atau ahli maupun profesional Public Relations yang satu sama lain saling berbeda
pendapat tentang pengertian dari Public Relations.
Kedua, terjadinya perbedaan batasan pengertian Poublic Relations tersebut
dengan latar belakang yang berbeda misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan
akademisi perguruan tinggi tersebut akan berbeda bunyinya dengan apa yang
diungkapkan oleh kalangan praktisi (public relations practitioner).
Ketiga, sesuatu yang menunjukkan baik secara teoritis maupun praktis bahwa
kegiatan public relations itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan
dinamika masyarakat serta mengikuti kemajuan zaman, khususnya memasuki era
globalisasi saat ini. (Rosady Ruslan, 2007: 16-17).
Menurut penelitian yang pernah dilakukan di Amerika Serikat terdapat 2000
orang terkemuka di bidang PR telah membuat definisi PR, dari definisi itu
diantaranya menganggap bahwa PR adalah suatu ilmu, suatu system, seni, fungsi,
proses, profesi, metode, kegiatan, dan sebagainya. Satu panitia yang terdiri dari para
pakar PR yang cukup kondang telah memilih 3 (tiga) definisi yang mereka anggap
baik :
a. J.C. Seidel, Direktur PR, division of Housing, State New York berbunyi:
PR adalah proses yang kontinyu dari usaha-usaha manajemen untuk
memperoleh goodwill (kemauan baik) dan pengertian dari pelanggan,
pegawai, dan publik yang lebih luas. Ke dalam mengadakan analisis dan
perbaikan diri sendiri sedangkan ke luar memberikan pernyataanpernyataan.
b. W. Emerson Reck, Direktur PR Universitas Coltage, berbunyi :
PR adalah lanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan
tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar
individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill
dari publik. Pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan untuk
menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang menyeluruh.
c. Howard Bonham, Wakil Ketua Palang Merah Nasional Amerika Serikat,
menyatakan PR adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik
yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap
suatu individu, organisasi, atau perusahaan.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa public relations adalah
suatu komunikasi baik itu ke dalam atau ke luar suatu organisasi atau
perusahaan kepada khalayak, yang peranannya lebih kepada melakukan
komunikasi yang berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan
strategi, yakni mengamankan arah dan tujuan perusahaan atau organisasi
menuju sasarannya.
Public Relations memiliki peranan dan fungsi didalam sebuah perusahaan.
Public Relations merupakan alat komunikasi yang terencana dan berkelanjutan
didalam suatu organisasi, dan bertujuan untuk mendapatkan suatu pemahaman,
simpati, reputasi, dan citra yang berkaitan dengan kegiatan organisasi tersebut.
Kegiatan dalam Public Relations sendiri memiliki berbagai macam bentuk.
Terdapat empat model kegiatan di dalam Public Reations menurut Grunig dan Hunt
dalam Kitchen (2006: 9), dan Public Relations yang dikemukakan oleh Lasswell yang
bersifat propaganda juga terdapat didalam model Public Relations dalam tabel berikut
ini :
Tabel 2.3 Kegiatan Public Relations
Characteristic
Press
Model Public
Two-Way
Two-Way
Purpose
Agency/Publicity
Information
Asymmetric
Symmetric
Propaganda
Dissemination
Scientific
Mutual
of Information
Persuasion
Understanding
Nature of
One-way complete,
One-way truth
Two-way
Two-way
Communicati
truth not essential
important
imbalanced
balanced
effects
effects
Source rec
Group  Feedback
group 
on
Communicati
Source rec
Source rec
on Models
Feedback
Nature of
Little if any
Research
Little,
Formativre
Formative
readership
Attitude
Evaluation of
readability
Evaluation
Understanding
Examples of
Product, promotion, Government,
Competitive
Regulated,
current
sponsorship
non-profit-
Business
Business
practice
Theatre
making,
agencies
Agencies
Associatuions,
Businesses
Sumber: Kitchen, 2006: 9
Dalam model komunikasi yang juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu
model komunikasi linear Lasswell dimana upaya yang dilaksanakan dengan satu arah
dari 99ers FM kepada pendengarnya atau khalayaknya.
2.2.12 Fungsi Public Relations
Dapat dikatakan bahwa PR terlibat dalam manajemen organisasi tempat ia
bekerja. Hal itu merupakan satu bagian dari satu nafas yang sama dalam organisasi
tersebut. Dengan demikian pihak lain mau dan tertarik dengan senang hati, serta
merasa puas membangun relasi maupun menggunakan produk atau jasanya.
1. Kesuksean PR terletak pada apakah organisasi dan produk atau jasanya
diakui dan diterima publik.
2. PR secara terus menerus mengadakan komunikasi dan dialog dengan
publik internal dan eksternal.
3. PR merupakan instrumen dalam manajemen yang dengan secara kontinyu
memberi informasi kepada kelompok publik terkait.
4. Informasi mengenai peraturan organisasi dan tanggungjawab terhadap apa
yang dilakukan organisasi.
5. PR merupakan fungsi manajemen, yang didasarkan pada analisis terhadap
pengaruh yang kuat dari lingkungan, apa efek dan dampaknya terhadap
publik internal dan eksternal, peraturan yang setelah diolah menjadi
perencvanaan yang nyata untuk doirealisasikan, demi keuntungan dua
belah pihak.
Fungsi PR, yaitu :
1. It should serve the public′s interest (mengabdi kepada kepentingan umum)
bahwa kegiatan seorang PR harus benar-benar dicurahkan kepada
kepentingan umum, harus bisa membina hubungan baik secara internal
maupun eksternal.
2. Maintain good communications (memelihara komunikasi yang baik).
Seoirang PR adalah perantara antara pimpinan dengan publik, PR harus
bisa membina komunikasi yang terarah dan efektif.
3. Stress good morals and manners (menitikberatkan moral dan perilak yang
baik). PR harus mempu menjadi teladan dan mempunyai wibawa. Jika PR
berperilaku terpuji dengan moral yang tinggi, maka organisasi yang
diwakilinya itu memperoleh pandangahn yang positif dari publik, baik
publik intern maupun ektern.
Wasesa (2005: 101) menjabarkan bahwa terdapat dua fungsi yang dibedakan
didalam Public Relations, yaitu fungsi Public Relations internal dan eksternal. Fungsi
Public Relations yang dapat disimpulkan oleh peneliti pada intinya merupakan sebuah
profesi atau jabatan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pensosialisasian
manajemen dengan tujuan usaha yang positif baik untuuk pihak internal maupun
pihak eksternal. Pihak internal merupakan orang-orang yang berada didalam
perusahaan tersebut dan eksternal merupakan masyarakat luar perusahaan. Fungsi
Public Relations tersebut dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien dalam
rangka memperoleh kesadaran, goodwill, kesepahaman, dan kepercayaan, dan adanya
citra yang tercipta dengan baik terhadap perusahaan itu sendiri.
1) Strategi
Kata strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Bisa diartikan sama dengan tata cara. Thompson dalam Oliver (2007: 2)
mendefinisikan bahwa strategi merupakan sebuah alat untuk mencapai
tujuan.
“The ends concern the purposes and objectives of the organization. There
is a broad strategy for each activity. Functional strategies contribute
directly to competitive strategies.” (Ujung dari suatu maksud meliputi
tujuan dan objektif dari organisasi. Terdapat strategi yang luas untuk
keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk setiap kegiatan.
Strategi fungsional berkontribusi langsung terhadap strategi kompetitif)”.
Cutlip (2006: 360) mengatakan bahwa strategi mengacu kepada
konsep, pendekatan atau rencana umum untuk program yang didesain
guna mencapai tujuan. Didalam aktivitas Public Relations di 99ers FM,
diperlukan serangkaian strategi yang dimulai dari perencanaan strategi
Public Relations hingga tercapainya tujuan.
2) Strategi Public Relations
Bentuk strategi Public Relations terdapat berbagai gambaran dan
bentuk namun memiliki arah yang sama, seperti SOSTAC dan 6 STAGES
merupakan bentuk-bentuk strategi yang sering dikenal secara umum,
kemudian juga terdapat 9 STEPS oleh Ronald D. Smith.
3) Model Perencanaan Public Relations 9 Langkah
Smith (2005: 10) menjelaskan bahwa terdapat perencanaan strategi
yang mudah dijalankan, masuk akal dan mudah diterapkan, terdiri dari
empat fase dan sembilan langkah yaitu :
Tabel 2.4 Perencanaan Strategi Ronald D. Smith
a. Fase Pertama : Riset Formatif
Langkah 1
: Analisis Situasi
Langkah 2
: Analisis Organisasi
Langkah 3
: Analisis Publik
b. Fase Kedua : Strategi
Langkah 4
: Menentukan Goals dan Objective
Langkah 5
: Formulasi Kegiatan dan Respons Strategi
Langkah 6
: Penggunaan Komunikasi yang Efektif
c. Fase Ketiga : Taktik
Langkah 7
: Memilih Taktik Komunikasi
Langkah 8
: Implementasi Rencana Strategi
d. Fase Keempat : Riset Evaluatif
Langkah 9
: Evaluasi Rencana Strategi
Sumber : Smith, 2005: 10
Dari perencanaan pada tabel di atas, yang dimaksud dengan Fase
Riset Formatif adalah kebutuhan untuk mengumpulkan data berupa
informasi dan analisis situasi yang terjadi di dalam manajemen, baik
didalam perusahaan (internal) maupun publik (eksternal). Reddi (2009:
130-131) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis analisa dalam riset, yaitu
berupa analisa SWOT (Strength, Weakness, Objectives, Threats) dan
analisa PEST (Politic, Economic, Social, and Technological).
Fase strategi adalah membuat pengaturan, keputusan yang
berkaitan dengan dampak yang diharapkan dari komunikasi. Fase Taktik
adalah peralatan apa saja yang digunakan dan elemen yang terlihat
didalam perencanaan komunikasi, dan yang terakhir adalah Fase Riset
Evaluatif, dimana hal ini berkaitan dengan pengevaluasian dan penilaian.
Hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan di 99ers FM
adalah dimana perencanaan-perencanaan yang dapat dimulai sesuai
dengan penerapan strategi Public Relations seperti yang dikatakan oleh
Smith di atas, 9 STEPS dari riset sampai dengan evaluasi dimiliki oleh
99ers FM.
4) Tujuan dari Strategi Public Relations
Goals (tujuan) adalah sebuah kata yang menggambarkan harapan
yang diinginkan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Tujuan terkadang
tidak bisa dihitung, berbeda dengan objective. (Heath, 2005: 365)
Tujuan umum dari Public Relations adalah untuk menciptakan,
memelihara, dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada
publik yang bersangkutan dan memperbaikinya jika citra itu menurun atau
rusak akibat sebuah krisis atau isu yang negatif. Perencanaan strategi
Public Relations dilakukan dalam upaya meraih tujuan yang diharapkan.
Dari hal yang disebutkan di atas, dapat dikaitkan dengan strategi Public
Relations di 99ers FM yaitu dalam tujuannya memelihara atau
mempertahankan citra 99ers sebagai Radio Anak Muda dalam bentuk
Special Events.
2.3
Kerangka Pemikiran
Di bawah ini merupakan konsep berpikir dari penelitian :
Public Relations
Strategi Public
Relations
Event
Branding
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Sumber: Data olahan peneliti
Dari kerangka berpikir di atas, penulis menggambarkan kerangka pemikiran
dari penelitian ini bahwa public relations dalam sebuah perusahaan menerapkan
komunikasi yang baik. Public relations di perusahaan tentunya memiliki strategi
public relations untuk mempertahankan citra baik perusahaan. Dalam penelitian kali
ini strategi public relations yang akan diteliti adalah event “9coustic”. Event rutin
bulanan yang diadakan oleh public relations diharapkan dapat membina hubungan
baik antara bookers, media dan karyawan radio 99ers Bandung. Dengan menjalankan
acara ini, public relations memiliki tujuan untuk mempertahankan citra dan keeksisan
brand radio 99ers sebagai radio anak muda. Hubungan konsep teori yang digunakan
pada penelitian adalah public relations radio 99ers Bandung memiliki peran dalam
meningkatkan citra radio, dengan cara menjalin hubungan baik dengan bookers dan
media melalui event “9coustic”. Sehingga radio 99ers Bandung bisa mempertahankan
citra baik dan eksistensinya pada konsumen dan masyarakat.
Download