Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9 APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan dapat diserap dengan baik. Pada musim kemarau tahun 2006 di lahan sawah tadah hujan Desa Ajakkang, Kabupaten Barru, dan lahan kering kebun percobaan Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan telah dilakukan penelitian berbagai cara aplikasi pupuk urea. Hasil analisis tanah di Desa Ajakkang, tekstur tanah lempung dengan kadar bahan organik, N total dan K rendah sedangkan P sangat rendah, sedang tanah di Bajeng mempunyai tekstur liat berdebu dengan kadar N dan bahan organik tergolong rendah, K tergolong sedang dan P sangat tinggi. Persiapan lahan di kedua lokasi dengan tanpa olah tanah (TOT), lahan disemprot dengan herbisida berbahan aktif glyposhat dengan takaran 3 l/ha. Jagung yang ditanam adalah varietas Lamuru. Tanaman diberikan pengairan sebanyak empat kali selama pertumbuhan tanaman. Empat takaran urea yang di teliti yaitu 200, 300, 400 dan 500 kg/ha, dan 3 cara aplikasi pupuk yakni disebar di atas permukaan tanah, di tugal di samping tanaman dan dilarutkan dalam air sebelum diaplikasi ke sekeliling tanaman. Semua plot percobaan diberi pupuk SP36 sebesar 100 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi biji tertinggi diperoleh pada perlakuan 300 kg urea/ha yang aplikasi secara tugal memberikan hasil biji sebesar 7,91 t/ha di Ajakkang, Barru dan 7,5 t/ha di Bajeng, Gowa. Efektivitas pupuk urea pada takaran 300 kg/ha yang diperoleh dengan cara tugal adalah 130% di Ajakkang, Barru dan 109% di Bajeng, Gowa dibanding aplikasi pupuk di atas permukaan tanah. Kata kunci : Aplikasi pupuk, urea, jagung. PENDAHULUAN Aplikasi pupuk pada tanaman jagung terutama urea adalah dengan cara ditugal di samping tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini diketahui lebih efisien, namun kini perlu dikaji kembali karena banyak petani berdasarkan pertimbangan sosial, tenaga kerja dan biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas permukaan tanah (Akil et al. 2007). Di banyak tempat utamanya di Jawa Timur, cara aplikasi pupuk dengan di tugal di samping tanaman telah ditinggalkan petani dengan alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai penggantinya petani menempatkan pupuk di atas permukaan tanah tanpa ditutup tanah, dan sehari kemudian diairi atau dibiarkan saja. Pemberian pupuk urea sebanyak 5 kali, yang diberikan setiap dua minggu sekali mulai umur 7 hari setelah tanam sampai tanaman berbunga banyak dipraktekkan oleh petani jagung komersial di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Cara aplikasi urea seperti ini perlu diperbaiki agar pupuk urea yang diberikan lebih efisien dan lebih baik dari segi penyerapan hara pupuk maupun dari segi penggunaan tenaga kerja (Akil et al. 2006, Subandi et al. 2006) Hasil wawancara dengan beberapa petani di Kabupaten Kediri, Jawa Timur menunjukkan bahwa petani pada lahan sawah tadah hujan memupuk tanaman jagungnya hingga mencapai takaran 750 kg urea/ha yang diberikan sebanyak 5 kali. Hal ini dinilai sangat tidak rasional, petani terlalu tinggi dalam penggunaan pupuk urea untuk tanaman jagung. Kenyataan ini sejalan dengan hasil pengamatan Ispandi dan Soepangat (1986) 102 Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9 yang menyatakan bahwa petani di Kabupaten Kediri menggunakan pupuk urea dengan takaran 500 – 700 kg/ha. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan cara aplikasi pupuk yang efisien karena dapat mengurangi jumlah takaran pupuk agar konsep pengelolaan hara dalam budi daya jagung yang efisien dan berkelanjutan tercapai. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah tadah hujan di Desa Ajakkang, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru, dan lahan kering di Kebun Percobaan Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan. Pupuk yang digunakan adalah urea, SP36 dan KCl dengan menggunakan Varietas Lamuru. Empat takaran urea yang diteliti yaitu 200, 300, 400 dan 500 kg/ha dan tiga cara aplikasi pupuk urea yaitu (1) disebar di atas permukaan tanah, (2) ditugal sekitar 7 cm di samping tanaman dan dilarutkan dalam air sebelum diaplikasi ke sekeliling tanaman. Semua plot percobaan diberi pupuk SP36 100 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Setengah takaran urea dan seluruh takaran SP36 dan KCl diberikan pada saat 7 hari setelah tanam (hst) dan sisa pupuk urea diberikan pada saat 30 hst. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Benih jagung ditanam 2 biji per lubang, dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm. Sebelum ditanam, benih jagung dicampur dengan metalaksil 2,5 g/kg benih. Pengendalian gulma dilakukan pada umur 21 hst dan 42 hst dengan herbisida paraquat dengan takararan masing-masing 2 l/ha. Pengendalian hama menggunakan furadan pada saat tanam yang diberikan pada lubang tanaman dan saat tanaman berumur 28 hst diberikan pada pucuk tanaman dengan takaran masing-masing 5 kg/ha. Ukuran petak adalah 6 m x 4 m. Contoh tanah dianalisis sebelum percobaan. Pengamatan meliputi (1) tinggi tanaman pada saat umur 60 hst (cm); (2) kadar hara N jaringan tanaman saat 56 hst (%); (3) hasil biji, kadar air 14% (t/ha). Efektivitas cara aplikasi pada takaran pupuk urea yang sama dihitung dengan rumus : Hasil biji cara tugal/dilarutkan (t/ha) Efektivitas cara aplikasi = ---------------------------------------------- X 100% Hasil biji cara disebar (t/ha) HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis tanah tempat percobaan pada lokasi lahan sawah tadah hujan di Desa Ajakkang, Barru, dan Kebun Kebun Percobaan Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 1. 103 Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9 Tabel 1 . Hasil analisis tanah sebelum penelitian di Desa Ajakkang, Barru dan K.P. Bajeng, Gowa. Sulawesi Selatan MK 2006. Macam Penetapan Tekstur : Liat (%) Debu (%) Pasir (%) pH H2O (1 : 2.5) C- Organik (%) N-Total (%) C/N P-Bray I (ppm) Kdd (me/100 g) Cadd (me/100g) Mgdd (me/100g) Nadd (me/100g) Aldd (me/100 g) H+ (me/100 g) Kapasitas Tukar Kation (me/100 g) Ajakkang, Barru Nilai Kriteria Lempung 24 42 34 5,6 Agak masam 1,7 Rendah 0,13 Rendah 7,5 Rendah 10,11 Sangat Rendah 0,26 Rendah 9,08 Sedang 0,81 Rendah 0,20 Rendah Tidak terukur 0,07 17,61 Sedang K.P. Bajeng, Gowa Nilai Kriteria Liat berdebu 46 42 12 6,6 Netral 1,1 Rendah 0,13 Rendah 8,2 Rendah 64,04 Sangat tinggi 0,45 19,55 3,91 0,48 0,02 30,38 Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tidak terukur Tinggi Tanah lokasi penelitian di Desa Ajakkang, Barru menunjukkan bahwa tekstur tanah termasuk lempung dengan kadar N, K dan bahan organik tergolong rendah dan P tergolong sangat rendah. Sedangkan tanah di K.P. Bajeng, Gowa mempunyai tekstur liat berdebu dengan kadar N, dan bahan organik tergolong rendah, K tergolong sedang, kadar P tanah tergolong sangat tinggi. Hasil analisis tanah menunjukkan pada lokasi lahan sawah tadah hujan di desa Ajakkang, Barru dan K.P. Bajeng, Gowa, pertanaman jagung mutlak memerlukan pemberian nitrogen (pupuk urea) untuk memberikan hasil jagung yang tinggi. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman jagung pada umur 60 hst tidak berbeda nyata antara perlakuan pada lokasi Ajakkang, Barru (Tabel 2). 104 Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9 Tabel 2. Pengaruh cara penempatan pupuk urea terhadap tinggi tanaman jagung umur 60 hst di Desa Ajakkang, Baru dan K.P. Bajeng, Gowa. MK 2006 Takaran Urea (kg/ha) 200 300 400 500 200* 300* 400* 500* 300 300 Cara Aplikasi Disebar Disebar Disebar Disebar Ditugal Ditugal Ditugal Ditugal Ditugal Dilarutkan KK (%) Tinggi tanaman (cm) Ajakkang Bajeng 154,5 c 139,8 tn 158,2 c 138,0 166,4 bc 136,0 170,8 bc 140,2 162,5 bc 142,5 180,1 ab 142,1 171,8 bc 142,8 177,8 abc 140,5 170,8 bc 148,3 194,2 a 145,0 9,5 7,2 Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada 0,05 DMRT tn = tidak berbeda nyata * dalam bentuk pupuk tablet dicampur dengan pupuk SP36 dan KCl yang dibuat dalam bentuk butiran sebelum diaplikasikan ke tanaman Tanaman tertinggi 148,3 cm diperoleh pada pemberian urea 300 kg/ha yang diaplikasi secara tugal di Desa Ajakkang, Barru, sedangkan di lokasi K.P. Bajeng cara aplikasi dengan melarutkan pupuk urea dalam air sebelum disiram di sekeliling tanaman memberikan tanaman tertinggi (194,2 cm), namun tidak berbeda nyata dengan aplikasi cara tugal. Tanaman terendah diperoleh dengan cara aplikasi pupuk disebarkan di atas permukaan tanah. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi secara tugal dan secara melarutkan pupuk urea dalam air sebelum di aplikasi ke sekeliling tanaman jagung memberikan hasil sama baiknya terhadap tinggi tanaman jagung, karena pupuk dapat segera diserap oleh tanaman dibanding cara aplikasi di sebarkan di atas permukaan tanah. Tanaman tertinggi diperlihatkan pada perlakuan yang diaplikasi dengan cara dilarutkan pupuk dalam air sebelum disiramkan ke sekeliling tanaman jagung di K.P. Bajeng. Hal ini disebabkan oleh penyerapan pupuk yang lebih cepat karena pupuk telah dilarutkan dalam air sebelum diaplikasikan ke dalam tanah sekitar tanaman jagung. Kalau kita hubungkan dengan kadar hara P sangat tinggi dan K tergolong sedang di lokasi Bajeng, sedangkan kadar P tanah lokasi Ajakkang sangat rendah dan kadar P tergolong rendah. Lokasi K.P. Bajeng berdasarkan cirri tanahnya, lebih subur dibanding Ajakkang kelihatannya lebih subur dibanding lokasi Ajakkang juga tercermin pada pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi di Bajeng dibanding di Ajakkang. Pemberian air ke seluruh tanaman dilakukan pada setiap 2 minggu hingga umur tanaman mencapai 60 hst. Pada takaran 300 kg urea/ha, penempatan pupuk dengan cara ditugal memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding dengan pemberian pupuk dengan diletakkan di atas permukaan tanah. Pemberian pupuk dengan cara tugal akan lebih efisien karena sebagian besar pupuk dapat terserap oleh tanaman, sedangkan dengan cara disebarkan di atas permukaan tanah sebagian pupuk yang diberikan akan menguap sehingga tidak terserap oleh tanaman jagung. Pada tanah liat berdebu di K.P. Bajeng di mana ketersediaan air terjamin karena tersedia air irigasi, tanaman jagung selama pertumbuhannya mendapatkan suplai air yang cukup. Hal ini sangat berbeda dari lahan sawah tadah hujan dengan tekstur lempung di 105 Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9 Desa Ajakkang yang sumber airnya dari sumur, tanaman diberi air setiap dua minggu hingga umur 60 hst dan kelihatannya masih kurang. Hasil Biji Hasil biji pada kadar air 14% di Desa Ajakkang tertinggi diperoleh pada takaran 500 kg urea/ha yang dibuat dalam bentuk tablet yang diaplikasi dengan cara tugal disamping tanaman, yaitu 7,91 t/ha (Tabel 3). Penggunaan pupuk dalam bentuk tablet di lahan sawah tadah hujan, menyebabkan hara yang terkandung dalam pupuk dapat diserap oleh tanaman secara bertahap sesuai kebutuhan tanaman dan mencegah terjadinya penguapan hara. Berbeda halnya di lahan kering Bajeng, Gowa hasil biji tertinggi sebesar 7,50 t/ha diperoleh pada takaran pupuk urea 300 kg/ha yang diaplikasi secara tugal. Dari kedua lokasi di atas pemberian urea 300 kg/ha memberikan hasil tinggi apabila diaplikasikan secara tugal. Tabel 3. Pengaruh cara penempatan dan takaran pupuk urea terhadap hasil biji di Desa Ajakkang, Baru dan K.P. Bajeng, Gowa. MK 2006 Takaran Urea (kg/ha) 200 300 400 500 200* 300* 400* 500* 300 300 Cara Aplikasi Disebar Disebar Disebar Disebar Ditugal Ditugal Ditugal Ditugal Ditugal Dilarutkan KK (%) Hasil Biji (t/ha) Ajakkang Bajeng 4,70 b 4,40 c 6,86 a 6,07 abc 7,07 a 5,69 bc 6,73 a 6,24 abc 5,77 ab 7,06 ab 6,73 a 6,56 ab 6,76 b 7,01 ab 6,23 ab 7,91 a 7,50 a 7,40 ab 7,20 a 5,71 bc 18,7 15,0 Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan * dalam bentuk pupuk tablet dicampur dengan pupuk SP36 dan KCl yang dibuat dalam bentuk butiran sebelum diaplikasikan ke tanaman Pengaruh Cara Aplikasi Pupuk Urea Hasil penelitian cara aplikasi pupuk urea yang dilaksanakan pada lahan sawah tadah hujan di Desa Ajakkang, Barru dan pada lahan kering K.P. Bajeng, Gowa menunjukkan bahwa takaran 300 kg urea/ha memberikan hasil biji yang tidak berbeda nyata (Tabel 3). Untuk mengetahui efektivitas cara aplikasi pupuk urea cara tugal dan cara dilarutkan, maka dapat dilihat dari hasil biji yang diperoleh dengan membandingkan cara aplikasi pupuk urea yang disebarkan dipermukaan tanah (Tabel 4). 106 Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9 Tabel 4. Pengaruh cara aplikasi pupuk urea 300 kg/ha di di Desa Ajakkang, Barru dan Bajeng, Gowa. MK 2006 Cara Aplikasi Pupuk Urea Disebar Ditugal Dilarutkan Hasil biji Efektiviatas (t/ha) (%) Ajakkang, Barru 5,69 100 7,40 130 5,71 100 Hasil biji Efektiviatas (t/ha) (%) Bajeng, Gowa 6,86 100 7,50 109 7,20 105 Cara aplikasi pupuk dengan disebar di atas permukaan tanah memberikan hasil yang terendah, karena pupuk yang diberikan sebagian akan menguap karena pada musim kering suhu udara sangat panas sehingga pupuk urea tidak semua dapat diserap oleh tanaman jagung. Dengan aplikasi pupuk cara tugal di lahan sawah tadah hujan di Desa Ajakkang, Barru hasil biji dapat meningkat sampai 30%, sedang di lahan kering K.P. Bajeng, hanya meningkat 9%. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi pupuk dengan cara tugal lebih efektif dibanding yang diaplikasi pada permukaan tanah maupun yang dilarutkan sebelum aplikasi di sekeliling tanaman KESIMPULAN • • Aplikasi pupuk dengan cara tugal lebih efektif dibanding dengan aplikasi pupuk disebar di atas permukaan tanah atau dilarutkan sebelum disiram ke permukaan tanah di sekeliling tanaman pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering. Takaran pupuk urea 300 kg/ha memberikan hasil biji yang terbaik pada lahan sawah tadah hujan di Desa Ajakkang, Barru dan lahan kering K.P. Bajeng, Gowa. DAFTAR PUSTAKA Akil, M., F. Tabri dan Paesal. 2007. Efisiensi cara pemberian bentuk dan takaran pupuk organik pada tanaman jagung. Prosiding Seminar Nasional 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian. Akil, M., M. Rauf, A.F.Fadhly, I.U. Firmansyah, A.F. Fadhly, Syafruddin, Muhtar A. Nawir, Faesal, R. Effendi, F. Tabri dan A. Kamaruddin, 2005. Pengelolaan hara, air dan tanaman jagung mendukung teknologi pengelilaan tanaman terpadu (PTT) jagung. Laporan Akhir 2005, Balai Penelitian Tanaman Serealia. Tidak diterbitkan. Ispandi A. dan P. Soepangat. 1986. Pemupukan dan uji varietas jagung di Kediri. Penelitian Palawija. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. 1: 79-86. Subandi, Zubachtirodin, Sania Saenong dan I.U. Firmansyah, 2006. Ketersediaan Teknologi Produksi dan Program Penelitian Jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hal 11-40. 107