Minggu, 03 April 2011 KODE ETIK KEPERAWATAN MENURUT PPNI, ICN, DAN ANA Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Perstuan Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di Jakarta pada tanggal 29 November 1989. Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal. Bab 1, terdiri dari 4 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat. Bab 2 terdiri dari 5 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya. Bab 3, terdiri dari 2 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain. Bab 4, terdiri dari 4 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan. Bab 5, terdiri dari 2 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air. BAB I Tanggung Jawab Perawat terhadap Klien Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga atau komunitas, perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari falsafah tersebut adalah hak dan martabat manusia. Karena itu, fokus dari etika keperawatan ditujukan terhadap sifat manusia yang unik. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut. 1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat. 2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan, memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat. 3) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus, ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan. 4) Perawat menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat. BAB II Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas 1) Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu,keluarga, dan masyarakat. 2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya,kecuali jika diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 3) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusian. 4) Perawat,dalam menunaikan tugas dan kewajibannya,senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,kesukuan,warna kulit,umur, jenis kelamin,aliran politik,agama yang dianut, dan kedudukan sosial. 5) Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam melaksanakan tugas keperawatannya,serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih/tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan. BAB III Tanggung Jawab Perawat terhadap Sejawat Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain adalah sebagai berikut 1) Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya,baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. 2) Perawat menyebarluaskan pengetahuan,keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan. BAB IV Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi 1) Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secra sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan. 2) Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur. 3) Perawat berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. 4) Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya. BAB V Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara 1) Perawat melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang telah di gariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan. 2) Perawat berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat. Kode Etik Keperawatan Menurut ICN ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Square, London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian kode etik ini diuraikan sebagai berikut. 1. Tanggung Jawab Utama Perawat a. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan diberbagai tempat adalah sama. b. Pelaksanaan praktik keperawatan di titik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia. c. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan instansi terkait. 2. Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi pasien/kliennya. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi dalam (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan. 3. Perawat dan Pelaksanaan Praktik Keperawatan Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan. 4. Perawat dan Lingkungan Masyarakat Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi dimasyarakat. 5. Perawat dan Sejawat Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain diluar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam. 6. Perawat dan Profesi Keperawatan Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan keperawatan secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan. Kode Etik Keperawatan Menurut ANA Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association (ANA) adalah sebagai berikut: 1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak di batasi oleh pertimbangan-pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut personal, atau corak masalah kesehatannya. 2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat rahasia. 3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh praktik seseorang yang tidak kompeten, tidak etis atau ilegal. 4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang dijalankan masing-masing individu. 5. Perrawat memelihara kompetensi keperawatan. 6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain. 7. Perawat turut serta beraktifitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi. 8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan standar keperawatan. 9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas. 10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat. 11. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarkat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan publik. Referensi : http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2010/10/kode-etik-keperawatan-menurutana.html#axzz1IGlqdsZY Ismani, Nila. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika, 2001 Diposkan oleh Twinsiv One A Akpem di 05:57 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Reaksi: Selasa, 29 Maret 2011 Etika Profesi Keperawatan dalam Sudut Pandang Islam Dalam berbagai aspek kehidupan kita sering menyebutkan etika, namun apa pengertian etika itu sendiri? Etika memiliki beberapa pengertian : Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001) Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Etika profesi keperawatan adalah etika khusus yang mengatur tanggung jawab moral para perawat. Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI. Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek profesional Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional. (Doheny et all, 1982). Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa latin yaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk . Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam mata etika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia. Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat meletakan kerangka berfikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggungjawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada profesi (ANA, 1976). Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan. Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu: Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktek keperawatan. Menghubungkan prinsip moral atau pelajaran yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya. Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah tuhan dalam: Pelaksanaan kode prilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat sendiri, maupun masyarakat. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (hal yang dianggap benar) Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya: dan etika yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat atau orang awam yang menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan dilema etik 1. Etik Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ) 2. Etik Keperawatan Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. 3. Kode Etik Keperawatan Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang telah diterima oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain, yang berfungsi untuk • Memberikan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan profesi keperawatan. • Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan • Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan. • Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan ( Kozier & Erb, 1989) 4. Dilema Etik Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Prinsip-Prinsip Moral Dalam Praktek Keperawatan Prinsip moral merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu. ( John Stone, 1989 ) 1. Autonomi Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. 2. Benefesience Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien. 3. Justice Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang 4. Veracity Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun suatu hubungan denganorang lain. Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya. 5. Avoiding Killing Merupakan prinsip yang menekankan kewajiban perawat untuk menghargai kehidupan. Bila perawat berkewajiban melakukan hal-hal yang menguntungkan (Benefisience ) haruskah perawat membantu pasien mengatasi penderitaannya ( misalnya akibat kanker ) dengan mempercepat kematian ? Kewajiban perawat untuk menghargai eksistensi kemanusiaan yang mempunyai konsekuensi untuk melindungi dan mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara. 6. Fedelity Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi menepati janji, menyimpan rahasia dan “caring “ Diposkan oleh Twinsiv One A Akpem di 23:09 0 komentar Kirimkan Ini lewat Ema http://twinsiv.blogspot.com/ Jumat, 10 Juni 2011 etika keperawatan pada mahasiswa di rumah sakit BAB I Pendahuluan A. Latar belakang masalah Etika keperawatan di masarakat sangatlah penting bagi seorang perawat karena dengan etika yang baik akan menentukan bagaimana perawat itu akan dihargai dan di percaya oleh masyarakat oleh karena itu di makalah ini menjabarkan tentang bagaimana penerapan etika keperawatan dimasyarakat Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan nilai – nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai – nilai individu dan masyarakat. Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/ bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan. B. Tujuan Makalah ini selain dibuat untuk meyelesaikan tugas mata kuliah etika Keperawatan juga diharapkan mampu memberikan pengertian kepada pembaca tentang etika keperawatan yang ada didalam masyarakat. Dan semoga makalah ini mampu di manfaatkan sebaik mungkin dan ilmunya bermanfaat. BAB II Penerapan Etika Profesi Bagi Perawat Di Masyarakat 1. Etika Kesehatan : Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan nilai – nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai – nilai individu dan masyarakat. Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/ bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan. Etika Kesehatan mencakup ruang lingkup minimalal : a) tritmen pada pasien yang menghadapi ajal b) Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent. c) Bioetika d) Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran. Contoh penerapan : Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal : - Pemberian O2 -> diteruskan / di stop. - Program pengobatan diteruskan /tidak - Suport terapi ( RJP ) sampai kapan. - dalam kondisi MBO. 2. ETIKA PROFESI KEPERAWATAN Etika khusus yang mengatur tanggung jawab moral para perawat. a. Kesepakatan moralitas para perawat. Disusun oleh Organisasi profesi, berdasarkan suatu sumber yang ada dilingkungan; baik lingkungan kesehatan, lingkungan konsumen dan lingkungan Komunitas Keperawatan. b. Sumber Etika Profesi keperawatan : o Etika Kesehatan. o Etika umum yang berlaku di masyarakat, o Etika Profesi keperawatan dunia -> ICN. c. Etika Kesehatan : Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan nilai – nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai – nilai individu dan masyarakat. Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/ bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan. Etika Kesehatan mencakup ruang lingkup minimalal : tritmen pada pasien yang menghadapi ajal a. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent. b. Bioetika c. Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran. Contoh penerapan : 1 Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal : - Pemberian O2 -> diteruskan / di stop. - Program pengobatan diteruskan / tidak - Suport terapi ( RJP ) sampai kapan. - dalam kondisi MBO. 2. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent. - Pasien teriminal - Status vegetatif - pasien HIV /AID - pasien mendapat terapi diet - pasien menghadapi tindakan medik -operasi, pemakaian obat yangharganya mahal dll. 3 Bioetika : - aborsi, pembatasan kelahiran,sterilisasi, bayi tabung, tranplantasi organ dll. 4 Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran. - permintaan informasi data pasien, - Catatan medik, - Pembicaraan kasus pasien. d. Etika umum yang berlaku di masyarakat : - Privasi pasien, - Menghargai harkat martabat pasien - Sopan santun dalam pergaulan - saling menghormati, - saling membantu. - peduli terhadap lingkungan e. Etika Profesi keperawatan dunia ICN. Etika Keperawatan terkandung adanya nilai – nilai dan prinsip – prinsip yang berfokus bagi praktik Perawat. Praktik perawat bermuara pada interaksi profesional dengan pasien serta menunjukan kepedulian perawat terhadap hubungan yang telah dilakukannya. 8 prinsip utama dalam Etika Keperawatan ICN : 1. Respek 2. Otonomi 3. Beneficence ( kemurahan hati) 4. Non-maleficence, 5. Veracity ( kejujuran ) 6. Kridensialitas ( kerahasiaan ) 7. Fidelity ( kesetiaan ) 8. Justice ( keadilan ) 1 Respek : perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. hak – hak pasien,penerapan inforned consent Perilaku perawat menghormati sejawat Tindakan eksplisit maupun implisit simpatik, empati kepada orang lain. .2 Otonomi : hak untuk mengatur dan membuat keputusannya sendiri. Tetapi tidak sebebas – bebasnya ada keterbatasan dalam hukum,kompetensi dan kewenangan. perlu pemahaman tindakan kolaborasi. 3 Beneficence ( kemurahan hati) : berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain. lanjutan :Pada dasarnya seseorang diharapkan dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri , kecuali bagi mereka yang tidak dapat melakukannya.seperti:bayi dan anak pasien koma,keterbelakangan mental / kelainan kejiwaan. 4 Non-maleficence: Prinsip berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian / cidera pasien. - Jangan membunuh - jangan menyebabkan nyeri/penderitaan lain. - jangan membuat orang lain tidakberdaya. - Jangan melukai perasaan 5 Veracity ( kejujuran ) : Kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran. Tidak bohong tidak menipu. Terutama dalam proses informed consent.Perawat membatu pasien untuk memahami informasi dokter tentang rencana tindakan medik / pengobatan dengan jujur. 6 Kridensialitas ( kerahasiaan ) : Prinsip ini berkaitan dengan kepercayaan pasien terhadap perawat. Perawat tidak akan menyampaikan informasi tentang kesehatan pasien kepada orang yang tidak berhak. Prinsip Info diagnose medik diberikan oleh dokter. Perawat memberi onfo kondisi kesehatan umum . 7 Fidelity ( kesetiaan ) : Ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu setia pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Tanggung jawab perawat dalam tim -asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja , pemerintah dan masyarakat. 8 Justice ( keadilan ) : Berkenaan dengan kewajiban perawat untuk adil kepada semua orang . Adil tidak memihak salah satu orang. Semua pasien harus mendapatkan pelayanan yang sama sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan pasien klas Utama berbeda dengan kebutuhan pasien klas III. Etika Profesi keperawatan disususun oleh Oragnisasi secara tertulis “ KODE ETIK KEPERAWATAN “ A. Fungsi Kode Etik : Umum : digunakan untuk mengontrol perilaku perawat dalam praktik dan dalam kehidupan berprofesi, sehingga konsumen mendapatkan kepercayaan dari pelayanan keperawatan Fungsi khusus untuk : 1. Mengatur tanggung jawab moral perawat didalam praktik. 2. Pedoman perawat dalam berperilaku dalam praktik dan dalam kehidupan berprofesi. 3. Mengontrol / menentukan keputusan dalam sengketa praktik, oleh Oraganisasi profesi, termasuk dalam memberikan sanksinya. “ KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA “ - disusun dan diputuskan dalam Munas I tahun 1976. - Diadakan revisi dalam Munas PPNI VI di Bandung tahun 2000. - Berisi tanggung jawab Perawat terhadap ; Klien / pasien, perawat dan praktik, perawat dan masyarakat,Perawat dan teman sejawat dan perawat dengan profesi Teks Kode Etik Keperawatan Indonesia tahu 2000. Bab I Perawat dan klien : 1. Perawat dalam memberikan perawatan thd klien, dan tidak terpengaruh kedudukan sosial politik dan agama yang dianut serta warna kulit.umur,jenis kelamin, aliran pertimbangan kebangsaan, kesukuan. 2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai – nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidupberagama dari klien 3. .Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang memebutuhkan asuhan keperawatan. 4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan 5. kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Bab II Perawat dan Praktik 1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus. 2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. 3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangakan kemampuan serta kualifikasi seseorang dalam melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain. 4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukan perilaku profesional. Bab III Perawat dan masyarakat : Perawat mengemban tugas tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan memdukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Bab IV Perawat dan Teman sejawat : 1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dalam memelihar keserasian suasana lingkungan kerja maupun tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. 2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal. BAB III A. Kesimpulan Etika keperawatan Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan nilai – nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai – nilai individu dan masyarakat. dalam etika profesi keperawatan hal yang harus diperhatikan adalah kesepakatan moralitas para perawat sumber etika profesi keperawatan etika kesehatan etika umum yang berlaku di masyarakat etika profesi keperawatan dunia icn. Daftar pustaka 1. Buku Kode Etik Keperawatan Indonesia (PPNI). 2. Aiken, T.D. (2004). Legal, Ethical, and Political Issues in Nursing. 2nd Ed.Philadelphia: F.A. Davis Company. Diposkan oleh uciha miftakhudin di 09:56 http://ucihamiftakhudin.blogspot.com/2011/06/etika-keperawatan-pada-mahasiswa-di.html Kamis, 31 Desember 2009 MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN ABORSI DALAM PANDANGAN ISLAM Posted by syukron muwafiq on 05:55 3 komentar BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Dunia tidak hanya telah diporak - porandakan oleh peperangan politis, keberingasan kriminal ataupun ketergantungan akan obat bius, tetapi juga datang dari jutaan ibu yang mengakhiri hidup janinnya. Aborsi telah menjadi penghancur kehidupan umat manusia terbesar sepanjang sejarah dunia. Hasil riset Allan Guttmacher Institute ( 1989 ) melaporkan bahwa setiap tahun sekitar 55 juta bayi digugurkan. Angka ini memberikan bukti bahwa setiap hari 150.658 bayi dibunuh, atau setiap menit 105 nyawa bayi direnggut sewaktu masih dalam kandungan. Janin : ( Manusia dalam Rahim ) Pengguguran kandungan alias aborsi ( abortus, bahasa Latin ) secara umum dapat dipilah dalam dua kategori, yakni aborsi alami ( abortus natural ) dan aborsi buatan ( abortus provocatus ), yang termasuk didalamnya abortus provocatus criminalis, yang merupakan tindak kejahatan dan dilarang di Indonesia ( diatur dalam pasal 15 ayat 2 Undang undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 ).A.Aborsi tidak hanya dilakukan oleh para wanita berstatus istri yang bermaksud menghentikan kelangsungan kandungannya, tetapi juga banyak penyandang hamil pra-nikah melakukannya. Kecenderungan melakukan aborsi ini tak lepas dari pandangan terhadap hakikat kapan kehidupan anak manusia dimulai. Aborsi merupakan masalah yang kompleks, mencakup nilai-nilai religius, etika, moral dan ilmiah serta secara spesifik sebagai masalah biologi. B.TUJUAN 1.Tujuan Umum a.Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang Aborsi b.Ager mahasiswa dapat mengantisipasi hal tersebut agar tidak melanggar Etika Keperawatan 2.Tujuan Khusus a.Agar mahasiswa dapat mampu memahami Aborsi b.Agar mahasiswa mampu dan mengetahui hal - hal yang mengakibatkan Aborsi c.Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang Aborsi d.Agar Mahasiswa mengetahui bagaimana Islam memandang Aborsi BAB II PEMBAHASAN A.DEFINISI ABORSI Secara sederhana kata aborsi adalah mati ( gugurnya ) hasil konsepsi. Artinya aborsi itu dapat dimulai dari sejak benih wanita (ovum ) dengan benih pria ( sperma ) mengadakan konsepsi. Kehidupan yang utuh dimulai dari dua benih menjadi satu ( TWO IS ONE ). PEMBAGIAN ABORSI 1.Pembagian Aborsi a.Aborsi spontan b.Aborsi Provocatus 2.Kejadain aborsi a.Aborsi dalam pernikahan b.Aborsi dalam pra nikah Ada 3 hal yang terjadi sebelum aborsi : 1.Adanya hubungan seks pria dan wanita 2.Hubungan seks dengan komitmen ( seks dalam pernikahan ) 3.Hubungan seks tanpa komitmen ( seks di luar pernikahan ) Aborsi adalah dampak dari hubungan seks, artinya aborsi baru terjadi apabila ada hubungan seks ( termasuk perkosaan / kekerasan seks ) dan konsepsi kedua benih. Konsepsi dapat terjadi pada wanita yang sudah menstruasi dengan laki - laki yang spermanya telah dewasa : dimulai dari kelompok remaja sampai tua, kecuali pada wanita sampai menopause. A.ABORSI Aborsi adalah : Berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat – akibat tertentu ) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan / kehamilan yang tidak dikehendaki atau diinginkan. Aborsi itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu aborsi spontan dan aborsi buatan. Aborsi spontan adalah aborsi yang terjadi secara alami tanpa adanya upaya - upaya dari luar ( buatan ) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Sedangkan aborsi buatan adalah aborsi yang terjadi akibat adanya upaya - upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan. Aborsi tetap saja menjadi masalah kontroversial, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi biasanya dilakukan atas indikasi medis yang berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan yang berat pada diri si ibu, misalnya tuberkulosis paru berat, asma, diabetes, gagal ginjal, hipertensi, bahkan biasanya terdapat dikalangan pecandu ( ibu yang terinfeksi virus ). Aborsi dikalangan remaja masih merupakan hal yang tabu, jangankan untuk dibicarakan apalagi untuk dilakukan. Aborsi itu sendiri ada 3 macam : 1.ME ( Menstrual Extraction ) : Dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir dengan penyedotan. Tindakan aborsi ini sangat sederhana dan secara psikologis juga tidak terlalu " berat " karena masih dalam bentuk gumpalan darah, belum berbentuk janin. 2.Diatas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan aborsi yang sederhana. 3.Aborsi diatas 18 minggu, tidak dilakukan di klinik tetapi di rumah sakit besar. Tetapi bagi kalangan pecandu atau pekerja seks aborsi seringkali terjadi saat usia kehamilan sudah diatas 18 minggu. Biasanya mereka akan mendatangi klinik - klinik yang mereka ketahui dan mereka seringkali tidak memikirkan efek samping bagi tubuh mereka sendiri. Mereka melakukan aborsi ini karena mereka tidak menginginkan kehamilan tersebut dan terkadang mereka melakukan ini karena tidak ingin menularkan virus pada bayi mereka, dikarenakan sebagian dari mereka mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi virus, tetapi bagaimana jika mereka tidak mengetahui jika mereka terinfeksi virus dan menginginkan bayi tersebut lahir ? Ada juga dari mereka yang memilih cara - cara alternatif, seperti melakukannya sendiri dengan meminum jamu peluntur, loncat - loncat, mengurut perut, sampai memasukan benda - benda tertentu kedalam rahim dan ada juga meminta bantuan orang yang mampu mengatasi hal tersebut seperti mendatangi dukun dan sebagainya. Di Indonesia sendiri pengguguran kandungan tidak asing lagi. Semakin banyaknya pecandu yang ada dan banyaknya juga pekerja seks maka tingkat pengguguran kandungan pun semakin meningkat. Dan ini yang harus kita waspadai dan perhatikan. Sebaiknya jika ingin melakukan aborsi diperhatikan dahulu apa memang perlu adanya tindakan aborsi tersebut. Remaja hamil, baik yang menempuh a borsi maupun yang meneruskan kehamilannya, membutuhkan banyak biaya untuk pelaksaan aborsi atau untuk perawatan kehamilan dan melahirkan. Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan aborsi bekisar antara Rp 300.000 sampai Rp 1.100.000, dengan rata - rata biaya aborsi Rp. 415.000. Jumlah biaya terkecil dipakai oleh responden dari bidan di Puskesmas atau Dokter. Remaja yang meneruskan kehamilan membutuhkan biaya perawatan kehamilan dan kelahiran anaknya. Berbeda dengan remaja yang melakukan aborsi, remaja yang melahirkan anak umumnya mendapatkan bantuan dari orang tua . Dari responden yang melahirkan, sekitar 15% biaya ditanggung bersama dengan pasangan dan 11% ditanggung oleh pasangan. Sebagian besar mereka tidak memeriksa kandungannya secara rutin karena merasa malu keluar rumah dengan perut besar tidak lama setelah menikah atau tanpa menikah. Mereka rata - rata baru memeriksa kandungannya setelah berusia lebih dari 4 bulan. Empat bulan pertama kehamilan adalah periode yang berusaha disembunyikan dan bahkan digugurkan. B.KASUS - KASUS ABORSI Seorang pecandu yang sudah clean memiliki pengalaman pernah melakukan aborsi karena ia dulu memakai narkoba. Karena untuk mendapatkan drugs ia memerlukan uang banyak untuk memenuhi kebutuhannya itu dan ia pun rela sampai menjual dirinya agar mendapatkan drugs. Karena pekerjaan yang menurutnya sangat menyiksa dirinya itu ia pun tidak menggunakan kondom dan ia sampai ke tahap hamil, tanpa mengetahui siapa ayah dari bayinya tersebut. Ia terus berusaha mencari uang lebih untuk kebutuhan drugsnya dan juga untuk membiayai pengguguran kandungan yang tidak ia kehendaki tersebut. Sampai pada usia kandungannya mencapai 3 bulan ia harus penggugurkan kandungannya dan itu memerlukan uang yang sangat banyak, karena usia kandungannya sudah cukup besar. Dan ini pun bukan pertama kalinya ia melakukan aborsi tersebut. BAB III ABORSI DALAM PANDANGAN ISLAM A.ABORSI DALAM PANDANGAN ISLAM Bagaimana Islam memandang Aborsi ? Soal : Bagaimana hukum dalam pandangan Islam ? Jawab : Sebelum membahas hukum aborsi, ada dua fakta yang dibedakan oleh para fuqaha dalam masalah ini. Pertama : apa yang disebut imlash ( aborsi, pengguguran kandungan ). Kedua, isqâth ( penghentian kehamilan ). Imlash adalah menggugurkan janin dalam rahim wanita hamil yang dilakukan dengan sengaja untuk menyerang atau membunuhnya. Dalam hal ini, tindakan imlash ( aborsi ) tersebut jelas termasuk kategori dosa besar; merupakan tindak kriminal. Pelakunya dikenai diyat ghurrah budak pria atau wanita, yang nilainya sama dengan 10 diyat manusia sempurna. Dalam kitab Ash - Shahîhayn, telah diriwayatkan bahwa Umar telah meminta masukan para sahabat tentang aktivitas imlâsh yang dilakukan oleh seorang wanita, dengan cara memukuli perutnya, lalu janinnya pun gugur. Al-Mughirah bin Syu‟bah berkata: '' Rasulullah saw. telah memutuskan dalam kasus seperti itu dengan diyat ghurrah 1 budak pria atau wanita ''. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Muhammad bin Maslamah, yang pernah menjadi wakil Nabi saw. di Madinah. Karena itu, pada dasarnya hukum aborsi tersebut haram. Ini berbeda dengan isqâth al - haml ( penghentian kehamilan ), atau upaya menghentikan kehamilan yang dilakukan secara sadar, bukan karena keterpaksaan, baik dengan cara mengkonsumsi obat, melalui gerakan, atau aktivitas medis tertentu. Penghentian kehamilan dalam pengertian ini tidak identik dengan penyerangan atau pembunuhan, tetapi bisa juga diartikan dengan mengeluarkan kandungan baik setelah berbentuk janin ataupun belum dengan paksa. Dalam hal ini, penghentian kehamilan ( al - ijhâdh ) tersebut kadang dilakukan sebelum ditiupkannya ruh di dalam janin, atau setelahnya. Tentang status hukum penghentian kehamilan terhadap janin, setelah ruh ditiupkan kepadanya, maka para ulama sepakat bahwa hukumnya haram, baik dilakukan oleh si ibu, bapak, atau dokter. Sebab, tindakan tersebut merupakan bentuk penyerangan terhadap jiwa manusia, yang darahnya wajib dipertahankan. Tindakan ini juga merupakan dosa besar. B.HUKUM ABORSI MENURUT UUD Menurut hukum - hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “ Abortus Provocatus Criminalis ” Yang menerima hukuman adalah: 1.Ibu yang melakukan aborsi 2.Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi 3.Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi Beberapa pasal yang terkait adalah: Pasal 229 1.Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. 2.Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3.Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu. Pasal 314 Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 342 Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal 343 Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana. Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Pasal 347 1.Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 348 1.Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349 Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan. BAB IV PENUTUP Mengenai penghentian kehamilan sebelum ditiupkannya ruh, para fuqaha telah berbeda pendapat. Ada yang membolehkan dan ada juga yang mengharamkan. Menurut kami, jika penghentian kehamilan itu dilakukan setelah empat puluh hari usia kehamilan, saat telah terbentuknya janin ( ada bentuknya sebagai manusia ), maka hukumnya haram. Karenanya, berlaku hukum penghentian kehamilan setelah ruhnya ditiupkan, dan padanya berlaku diyat ghurrah tersebut. Karena itu, tema pembahasan penghentian kehamilan dalam konteks ini meliputi beberapa hal: A.KESIMPULAN 1.Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin ( melahirkan ) yang tidak alami. 2.Jika janinnya belum berusia enam bulan, tetapi kalau janin tersebut tetap dipertahankan dalam rahim ibunya, maka kesehatan ibunya bisa terganggu. Dalam kondisi seperti ini, kehamilannya tidak boleh dihentikan, dengan cara menggugurkan kandungannya. Sebab, sama dengan membunuh jiwa. Alasannya, karena hadis - hadis yang ada telah melarang dilakukannya pengguguran, serta ditetapkannya diyat untuk tindakan seperti ini. 3.Jika janin tersebut meninggal didalam kandungan. Dalam kondisi seperti ini, boleh dilakukan penghentian kehamilan. Sebab, dengan dilakukannya tindakan tersebut akan bisa menyelamatkan nyawa ibu, dan memberikan solusi bagi masalah yang dihadapinya; sementara janin tersebut berstatus mayit, yang karenanya harus dikeluarkan. Janin yang di bunuh dan wajib atasnya ghurrah adalah bayi yang suadh berbentuk ciptaan ( janin ), misalnya mempunyai jantung, tangan, kaki, kuku, mata, atau lainnya. Mengenai peghentian kehamilan sebelum ditiupkannya ruh, para fuqojia telah berbeda pendapat. Ada yang membolehkan dan ada juga yang mengharamkan. Menurut kami, jika penghentian kehamilan itij dilakukan setelah empat puluh hari usia kehamilan, saat telah terbentuknya janin ( ada bentuknya sebagai manusia ), maka hukumnya haram. Karenanya, berlaku hukum penghentian kehamilan setelah ruhnya ditiupkan, dan padanya berlaku diyat ghurrah tertentu. 4.Jika janin tersebut belum berusia enam bulan, tetapi kalau janin tersebut tetap dipertahankan dalam rahim ibunya, maka nyawa ibunya akan terancam. Dokter pun sepakat, kalau janin tersebut tetap dipertahankan menurut dugaan kuat atau hampir bisa dipastikan nyawa ibunya tidak akan selamat, atau mati. Dalam kondisi seperti ini, kehamilannya boleh dihentikan, dengan cara menggugurkan kandungannya, yang dilakukan untuk menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa ibunya. Alasannya, karena Rasulullah saw. memerintahkan berobat dan mencari kesembuhan. Di samping itu, jika janin tersebut tidak digugurkan, ibunya akan meninggal, janinnya pun sama, padahal dengan janin tersebut digugurkan, nyawa ibunya akan tertolong, sementara menyelamatkan nyawa ( kehidupan ) tersebut diperintahkan oleh Islam. B.SARAN Dengan demikian, dalil - dalil tentang kebolehan menghentikan kehamilan, khususnya untuk menyelamatkan nyawa ibu, juga dalil - dalil berobat dan mencari kesembuhan, pada dasarnya merupakan dalil mukhashshish bagi hadis - hadis yang mengharamkan tindakan pengguguran janin. Secara umum dalil haramnya pengguguran kandungan tersebut dinyatakan dalam konteks pembunuhan, atau penyerangan terhadap janin. Karena itu, penghentian kehamilan dengan tujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu tidak termasuk dalam kategori penyerangan, dan karenanya diperbolehkan. Wallâhu a„lam bi ash - shawâb DAFTAR PUSTAKA http://azmikoe.multiplay.co id. Answer.yahoo.com/questioan/indeks http://forum.kotasantri.com/viewtopic.php?t=1267 http://118.98.213.22/aridata_web/how/k/kesehatan/18_ABORSI.pdf http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/12/makalah-etika-keperawatan-aborsi-dalam.html MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN “Penerapan Etika Keperawantan di Kaitkan dengan Nilai Sosial Budaya” Di susun oleh : Dela Apri Masfailla Nim: 130 111 057 TINGKAT IB SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN M.H.THAMRIN PRODI D3 KEPERAWATAN JAKARTA 2011/2012 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini, makalah ini berjudul tentang “Penerapan Etika Keperawantan di Kaitkan dengan Nilai Sosial Budaya” Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah. Jakarta, 21 februari2011 Kelompok 2 DAFTAR ISI Halaman…………………………………………………………………………………..i Kata Pengantar…………………………………………………………………………...ii Daftar Isi…………………………………………………………………………………..iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..………1 1.2 Rumusan masalah……………………………………………………….……………2 1.3 Tujuan………………………………………………………………..…………...…...2 BAB II PENGERTIAN NILAI SOSIAL BUDAYA 2.1 Pengertian Nilai Sosial Budaya……………………………………………………… 2.2 Tanggungjawab ini memerlukan pelaksanaan etika keperawatan…….………..3 BAB III PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN DALAM NILAI SOSIAL BUDAYA 3.1 Penerapan etika keperawatan dalam nilai sosial budaya 3.2 Sikap Prefesional Perawat di Kaitkan dengan nilai social budaya BAB IV HUBUNGAN NILAI SOSIAL BUDAYA DENGAN ETIKA KEPERAWATAN 4.1 Hubungan Nilai Sosial Budaya dengan Etika Keperawtan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran…………………………………………………………………………………..17 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….18 BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Nilai-nilai budaya mengacu pada cita-cita abadi atau sistem kepercayaan yang seseorang atau suatu masyarakat berkomitmen. Nilai-nilai keperawatan di Amerika, misalnya, tertanam dalam nilai-nilai budaya Amerika Serikat dengan penekanan pada kemandirian dan individualisme ( Davis, 1999 ). Dasar dengan nilai ditempatkan pada individualisme adalah keyakinan bahwa "individu memiliki kemampuan untuk menarik diri dengan bootstraps mereka" dan bahwa hakhak individu lebih penting daripada sebuah masyarakat. Namun, banyak budaya tidak berbagi keunggulan nilai individualisme. Mempertimbangkan data faktual disajikan oleh Davis bahwa sekitar 70% dari semua budaya kolektif (yaitu, loyalitas seseorang untuk kelompok melebihi hak-hak individu) daripada individualistis (yaitu, hak-hak individu supercede orang-orang dari kelompok) . "Dengan individualisme, pentingnya ditempatkan pada input individu, hak dan manfaat" ( Andrews, 1999, hal. 476 ). Dalam banyak kebudayaan, keputusan kesehatan tidak dibuat oleh individu tetapi oleh grup: keluarga, masyarakat dan / atau masyarakat. Obat disosialisasikan atau perawatan kesehatan pemerintah yang disponsori untuk semua penduduk adalah mencerminkan nilai ditempatkan pada kolektivisme. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh para anggota suatu masyarakat tertentu sebagai ”yang salah” atau ”yang benar” (Berkowit Z,1964) petimbangan moral adalah penilaian tentang benar baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi tidak semua penilaian tentang ”baik” dan ”benar” itu merupakan pertimbangan moral, banyak diantaranya justru merupakan penilaian terhadap kebaikan / kebenaran, estesis, teknologis / bijak. Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-niali moral dalam setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral dan nilai sosial budaya. 2. Rumusan Permasalahan apakah pengertian nialai social budaya ? Bagaimana penerapan etika keprawatan dikaitkan dengan nilai social budaya ? Seperti apa sikap propesional perawat yang dapat di kaitkan dengan nilai social budaya? 3.Tujuan Tujuan penulis membuat makalah ini pembaca dapat mengetahui: Pengertian nilai social budaya penerapan etika keprawatan dikaitkan dengan nilai social budaya Sikap propesional perawat yang dapat di kaitkan dengan nilai social budaya BAB II PENGERTIAN NILAI SOSIAL BUDAYA 1.2 Pengertian Nilai Sosial Budaya Pengertian tentang budaya dan nilai. Kedua kata itu memiliki banyak interpretasi tapi setiap kata memiliki hubungan utama dengan disiplin Homebase primer Budaya adalah antropologi.. Homebase utama Nilai adalah filsafat, terutama yang berkaitan dengan etika. Satu dapat mengidentifikasi himpunan bagian dari kata-kata yang terkait dengan setiap. Untuk budaya, hal yang segera muncul dalam pikiran adalah etnosentrisme, pengenaan budaya, impor budaya, dan ekspor budaya. (Lihat definisi dan asumsi ) Untuk nilai-nilai, hal yang segera muncul dalam pikiran adalah kepercayaan sistem dan norma-norma. Karet memenuhi jalan ketika dua istilah yang bergabung: nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, tujuan kita dalam menulis artikel ini adalah tiga: a) untuk memperjelas hubungan antara nilai-nilai budaya, etika, dan konflik etika, b) untuk menunjukkan dengan contoh-contoh dari budaya dominan di Amerika Serikat bagaimana sikap budaya dan nilai-nilai dalam keperawatan dapat menyebabkan konflik sebagai akibat dari meningkatnya globalisasi, dan c) untuk merumuskan strategi keperawatan untuk mengurangi konflik etika yang terkait dengan nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya mengacu pada cita-cita abadi atau sistem kepercayaan yang seseorang atau suatu masyarakat berkomitmen. Nilai-nilai keperawatan di Amerika, misalnya, tertanam dalam nilai-nilai budaya Amerika Serikat dengan penekanan pada kemandirian dan individualisme ( Davis, 1999 ). Dasar dengan nilai ditempatkan pada individualisme adalah keyakinan bahwa "individu memiliki kemampuan untuk menarik diri dengan bootstraps mereka" dan bahwa hakhak individu lebih penting daripada sebuah masyarakat. Namun, banyak budaya tidak berbagi keunggulan nilai individualisme. Mempertimbangkan data faktual disajikan oleh Davis bahwa sekitar 70% dari semua budaya kolektif (yaitu, loyalitas seseorang untuk kelompok melebihi hak-hak individu) daripada individualistis (yaitu, hak-hak individu supercede orang-orang dari kelompok) . "Dengan individualisme, pentingnya ditempatkan pada input individu, hak dan manfaat" ( Andrews, 1999, hal. 476 ). Dalam banyak kebudayaan, keputusan kesehatan tidak dibuat oleh individu tetapi oleh grup: keluarga, masyarakat dan / atau masyarakat. Obat disosialisasikan atau perawatan kesehatan pemerintah yang disponsori untuk semua penduduk adalah mencerminkan nilai ditempatkan pada Setiap perawat memiliki nilai dan perilaku pribadi masing-masing. Kode etika propesi membawa perubahan perilaku personal kepada perilaku propesional dan menjadi pedoman bagi tanggujawab perorangan sebagai anggota profesi dan tanggungjawab sebagai warga negar. Tanggung jawab propesional berdasarkan anggapan bahwa propeesi keperawatanberkerja sama dengan kelompok asuhan kesehatan (kelompok asuhan yang dimasud adalah profesi dokter, ahli gizi, tenaga farmasi , tenaga laboratorium,kesehatan lingkungan dll). Untuk meningkatkan kesehatan, semengurangi penderitan, dan menemukan pencapaian tujuan berdasarkan kebutuhan manusiawi. Setiap perawatan harus bertanggungjawab kepada seseorang yang sakit maupun yang sehat , keluarga, dan masyarakat. 2.2 Tanggungjawab ini memerlukan pelaksanaan etika keperawatan Tanggungjawab ini memerlukan pelaksanaan etika keperawatan yang berkaitan dengan peraturan yang relevan dengan keperawatan. Tanggungjawab ini antara lain : Perawa melaksanakan melaksanakan pelayanan dengan menghargai derajat manusia. Perawat melindungi hak pasien/klien, kerahasian pasiren,melibatkan diri hanya terhadap hal yang relevan dengan asuhan keperawatan. Perawat mempertahan kompetensinya dalam praktik keperawatan, mengenal dan menerima tanggungjawab untuk kegiatan dan keputusan yang akan di ambil. Perawat melindungi pasien/klien bila keperawatan dan keselamatan diganggu oleh orang-orang yang tidak berwenang,tidak etis, atau tidaak legal. Perawatan mempertimbangkan orang lain dengan criteria tertentu apabila akan melegendasikan tugas atau menunjuk seseorang untuk melakukukan kegiatan keperawatan. Perwat berpartisipassi dalam kegiatan riset bila hak individu yang menjadi subjek dilinddungi. Perawat berpartisipassi dalaam usaha profesi untuk meningktkan standar pratik dan pendidikan keparawatan. Perawat bertindak melalui organisasi profesi keperawatan, berperan serta dalam mengdakan dan mempertahankan kondisi perkerjaan yang memungkinkan kualitas asuhan keperawatan yang tinggi. Perawat berkerjasama dengan anggota profesi kesehatandan orang lain dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Perawat menolak tawaran untuk subjek advertensi atau promosi komersial. BAB III PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN DALAM NILAI SOSIAL BUDAYA 3.1 Penerapan Etika Keperawatan dalam Nilai Sosial Budaya Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat dihaaraapkan harus ramah, baik bertabiat halus/ lembut, jujur dapat dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggungjawab moral yang perilng baik. Perawat harus perperilaku yang dapat dihargai orang lain, menyadari bahwa dirina adalah perawat yang perilakunya akan mengetahuipasien,teman, keluarga, dan masyarakat. Apabila perilakunya tidak diterima, dia akan dikritik oleh teman sejawat atau masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin saling menghormati dan menghargai diantara keduanya. Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti.yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat. 3.2 Sikap Prefesional Perawat di Kaitkan dengan Nilai Social Budaya Perawat yang menggambarkan persaudaran penting dalam tanggung jawab social. Setiap oaring mempunyai paling tidak seorang teman dekat dan beberapa teman biasa. Teman adalah aorang membantu kita dalam mengerjakan sesuatu. Persahabatan sangat penting dalam kehidupan, diperlukan untuk membantu kita menjadi seseorang yang kita kehendaki. Teman adalah seseorang yang kita banggakan , yang membuat kita senang, dan kepada siapa kita bertukar pengetahuan. Dalam keperawatan , merupakan peilaku yang tidak benar apabila membayangkan orang lain yang menjadi tanggungjawab. Kadang –kadang ada perbedaan anggapan tentang perilaku yang baik, tetapi kebanyakan akan setuju apabila seseorang mempertahankan standar profesi yang akan membawadirinya dalam situasi professional.keberasilan perawat dalam keperawatan bergantung pada konsep diri dan tuanya menjadi perawat. Kemampuan intektual perawat sangat penting. Kemampuan ini diukur dengan barbagai cara perawat memenuhi tanggungjawab keperawatan. Intergritas pribadi sangat penting dalam keperawatan, semua orang harus jujur kepada dirinya sendri. Ini memberikan dasar integritas dalam kehidupan professionalnya. Akan ada kemungkinan terjadi kesalahan. Orang yang berhati besar mengakui kesalahanya, tetapi orang berhati kecil tidak akan mengatakan apa-apa, tetapi bertahun tahun akan menderita karena menderita karena perasaan bersalah. Apabila perawat membuat kekeliruan, sebaiknya dibicarakan dengan orang yang tepat dan tentukan pengetahuan , keterampilan atau sikap yang mendasari terjadinya kekeliruan. BAB IV HUBUNGAN NILAI SOSIAL BUDAYA DENGAN ETIKA KEPERAWATAN 4.1 Hubungan Nilai Sosial Budaya dengan Etika Keperawtan Hubungan dengan budaya Indonesia menganut kebiasaan timur, saling menghormati terutama kepada orang yang lebih tua, baik tua dalam usia , dalam pengalaman , dalam pendidikan maupun dalam kedudukan. Masyarakat Indonesia terkenal sangat ramah, mempunyai sifat gotong royong, keberhasilan dalam pergaulan akan terarah pada diri kita masing-masing. Kita tidak bisa memanggil nama orang dengan nama saja kepada yang belum banyak dikenal pasien kita, lebih-lebih pada orang yang lebih tua. Hendaknya memangil orang dengan predikat yang telah umum digunakan di daerah setempat agar lebih akrab, misalnya dengan memanggil “ Mbak”untuk wanita dan “Mas” untuk peria, memangil “Ibu” atau “Bapak” kepada wanita dan peria yang lebih tua di daerah jawa. Begitu pula di daerah lain, bisanya panggilan “Bapak” dan “Ibu” diterima juga di daerah lain untuk yang muda maupun yang tua. Penghargaan jasa kecil apapun harus diberikan, misalnya dengan ucapan “terima kasih” terhadap tindakan yang memantu kita. Komunikasi dimulai ketika bertemu denga orang lain. Banyak bahan untuk memulai komunikasi , misalnya mengucapkan “ Selamat pagi” atau “Selamat siang” atau “Selamat malam”, sesuai dengan waktu pertemuan perawat dan pasien. Bagi perawat yang lebih mudah menghargai posisi lebih tinggi, dengan sopan santun, mendahulukan mereka untuk lewat atau memberikan mereka duduk, memberikan mereka tempat duduk yang lebih depan, memberikan kesempatan mereka berbicara lebih dahulu dan lain-lai BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari uraian-uraian yang dibahas didepan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan adalah bahwa peran etika keperawatn sangat berkaitan dengan nilai sosial buday. Seorang perawat dalam menghadapi pasien, harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat dihaaraapkan harus ramah, baik bertabiat halus/ lembut, jujur dapat dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggungjawab moral yang perilng baik.Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien. 5.2 Saran seorang perawat yang pertama harus mencintai pekerjaannya.Perawat harus mempunyai kepribadian yang baik.Perawat sebisa mungkin menjalin komunikasi dengan pasien, sehingga bisa terjalin hubungan yang akrab diantara keduanya.Perawat harus bisa membawa / menempatkan diri dimana ia berada. Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat dan pasien akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien DAFTAR PUSTAKA Andrews, MM (1999). Keragaman budaya dalam tenaga kerja perawatan kesehatan. Dalam MA Andrews & JS Boyle, konsep Transcultural dalam asuhan keperawatan (3 rd ed, pp 471-506.). Philadelphia: Lippincott. Bellack, JP, & O'Neil, EH (2000). Menciptakan praktek keperawatan bagi abad baru. Rekomendasi dan implikasi dari laporan akhir PPS kesehatan profesi komisi Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 14-21. Davis, AJ (1999). Global pengaruh keperawatan Amerika: Beberapa isu-isu etis Etika Keperawatan:. Sebuah Jurnal Internasional untuk Profesional Kesehatan, 6 (2), 118-125. Donnelly, PL (2000). Etika dan lintas budaya keperawatan. Journal of Transcultural Nursing, 11 (2), 119-126. Gibson, DM (2000). Internasionalisasi pendidikan tinggi. Dalam ML Kelley & VM Fitzsimons (Eds.), Memahami keragaman budaya: Budaya, kurikulum, dan masyarakat dalam keperawatan. Boston: Jones dan Bartlett. Heller, BR, Oros, MT, & Durney-Crowley, J. (2000). Masa depan pendidikan keperawatan: 10. Tren untuk menonton Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 9-13. Leininger, M. (1991) Budaya perawatan keragaman dan universalitas: Sebuah teori keperawatan.. Jakarta: Liga Nasional untuk Keperawatan Press. Diposkan oleh health.faillafriends di 09:55 http://health-faillafriends.blogspot.com/ Minggu, 29 Mei 2011 Etika Keperawatan Endha Blogspot NILAI SOSIAL BUDAYA BANGSA DENGAN ETIKA KEPERAWATAN 1. PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. Pembanguanan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. disamping itu, pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kehidupan fisik, mental maupun sosial ekonomi yang dalam perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi baik tatanilai maupun pemikiran terutama upaya pencegahan masalah kesehatan. Penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi sebagaimana tertera dalam Undang-Undang kesehatan no 23 tahun 1992. praktik keperawatan merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang terus menerus ditingkatkan mutunya melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta pemantauan terhadap tenaga keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung dengan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya. Tenaga keperawatan juga memiliki karakteristik yang khas dengan adanya pembenaran hukum yaitu. Diperkenanya melakukan intervensi keperawatan terhadap tubuh manusia dan lingkungannya dimana apabila hal itu dilakukan oleh tenaga lain dapat digolongkan sebagai tindakan pidana. Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan keparadigma sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (cohen,1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan dirumah sakit merupakan pelayanan keperawatan (Gillies,1994), Swansburg dan Swansburg 1999) dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di 2 rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Secara garis besar hal-hal penting yang dimuat dan ditampung dalam Rancangan Undangundang Praktik Keperawatan ini antara lain menyangkut: (a). Pengaturan kompetensi seorang tenaga keperawtan dalam memberikan pelayanan kesehatan. (b). Pengaturan ijin praktik kaitannya dengan sertifikasi, registrasi dan lisensi; (c). Akreditasi tempat praktik dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap praktik; (d). Pengaturan tentang keterkaitan antara praktik dengan penelitian; (e). Pengaturan penetapan kebijakan yang sekarang ini ada pada departemen kesehatan; (f). Ketatalaksanaan hubungan antara pasien dengan perawat; (g). Penerapan ilmu kaitannya dengan penapisan ilmu pengetahuan dan tehnologi; (h). Pemberian sanksi disiplin B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud kegiatan ini adalah dalam rangka penyusunan naskah akademis sebagai bahan masukan untuk substansi materi muatan praktik keperawatan. Penyusunan Naskah Akademik ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang keperawatan secara umum, mencakup pengertian dasar, ilmu pengetahuan, bentuk praktik keperawatan, masalah keperawatan, dan pokok-pokok materi muatan dalam pengaturan praktik keperawatan. Diharapkan, Naskah Akademik ini dapat memberikan penjelasan terutama tentang apa dan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan amat mendesak untuk diterbitkan. Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis, sosial, spiritual dan ultural yang diberikan kepada klien (pasein) karena ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yang sedang terganggu. Fokus keperawatan adalah respons klien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan (Tomey, 1994). Beberapa teori keperawatan sampai saat ini mewarnai dasar bentuk pelayanan keperawatan, antara lain Teori Adaptasi (Roy), Self Care (Orem), Teori 14 Kebutuhan dasar/ model konseptual komplementer Suplementer (Henderson), Care-Cure, and Core (Lydia Hall), Teori Sikap dan Perilaku Caring (Jane Watson), Teori Sistem Perilaku (Johnson), Sistem Sosial (King), Teori Lintas Budaya (Leininger), Perilaku Pencegahan dan Peningkatan Kesehatan (Nola Pender) dan lain-lain. Tujuan dari teori ini adalah untuk memperhatikan kepada khalayak bahwa fokus pelayanan keperawatan adalah klien dan keluarganya sebagai sistem yang pada dasarnya memiliki potensi untuk berubah dan berkembang dalam rangka pemulihan diri dari gangguan kesehatan, serta pelu untuk di bimbing dalam rangka pemberdayaan dirinya. Inti dari semua teori ini adalah hubungan perawat-klien terbina secara terapeutik dan menjadi landasan terwujudnya kesetaraan professional diantara keduanya yang saling membutuhkan. Teori-teori inilah yang menunjukan bahwa pelayanan keperawatan bebeda dengan profesi inilah yang menunjukan bahwa pelayanan keperawtan bebeda dengan profesi kesehatan lain (Nurrachmah, 2004) Keperawatan di Indonesia perkembangannya masih belum menggembirakan dibanding dengan negara-negara maju. Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor historikal, struktural ataupun funsional. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada era globalisasi dimana perkembangan tehnologi informasi membuat tidak ada batas antar negara, telah memungkinkan arah pekembangan keperawatan di Indonesia sejalan dengan arah perkembangan keperawatan di negara maju. Walaupun sebenarnya keterlambatan perkembangan keperawatan di Indonesia lebih banyak dikarenakan faktor eksternal profesi. PENERAPAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN DIKAITKAN DENGAN SOSIAL BUDAYA BANGSA INDONESIA Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin saling menghormati dan menghargai diantara keduanya. Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat. PERTIMBANGAN MORAL BAGI PERAWAT DALAM MENJALANKAN TUGASNYA. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh para anggota suatu masyarakat tertentu sebagai ”yang salah” atau ”yang benar” (Berkowit Z,1964) petimbangan moral adalah penilaian tentang benar baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi tidak semua penilaian tentang ”baik” dan ”benar” itu merupakan pertimbangan moral, banyak diantaranya justru merupakan penilaian terhadap kebaikan / kebenaran, estesis, teknologis / bijak. Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-niali moral dalam setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral, tetapi prinsip moral itu bukan sebagai suatu peraturan konkret untuk betindak, namun sebagai suatu pedoman umum untuk memilih apakah tindakan-tindakan yang dilakukan perawat itu benar atau salah. Beberapa kategori prinsip diantaranya : Kebijakan (dan realisasi diri) Kesejahteraan orang lain Kesejahteraan terhadap otoritas Penghormatan terhadap otoritas Kemasyarakatan / pribadi-pribadi Dan keadilan Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat dan pasien akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien. A. KESIMPULAN Dari uraian-uraian yang dibahas didepan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut : 1. Seorang perawat harus mempunyai budi pekerti yang luhur, karena akan berfaedah bagi dirinya maupun pasien yang dirawatnya 2. Untuk menjadi seorang perawat yang baik, ia harus memenuhi beberapa syarat / kriteria tertentu. 3. Seorang perawat harus memiliki rasa moralitas dan rasa kemanusiaan yang tinggi. 4. Ajaran Moralitas bagi perawat juga terkandung dalam sila-sila pancasila terutama sila I dan sila II B. SARAN Dari kesimpulan diatas dapat sedikit memberi saran kepada calon perawat / perawat, yaitu: 1. Menjadi seorang perawat yang pertama harus mencintai pekerjaannya. 2. Perawat harus mempunyai kepribadian yang baik 3. Perawat sebisa mungkin menjalin komunikasi dengan pasien, sehingga bisa terjalin hubungan yang akrab diantara keduanya. 4. Perawat harus bisa membawa / menempatkan diri dimana ia berada. Diposkan oleh Hendra Patricknya E'enda di 01:23 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook http://hendracliquerz001.blogspot.com/2011/05/etika-keperawatan-endha-blogspot.html Helmi Mukafi, S.Kep.Ners. Senin, 10 Oktober 2011 HUBUNGAN NILAI SOSIAL BUDAYA BANGSA DENGAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN Oleh : Helmi Mukafi, S.Kep.Ners. A. NILAI SOSIAL BUDAYA BANGSA INDONESIA Nilai adalah : Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta) > Mempunyai konotasi positif (Hans Jonas) > Sangat berharga bagi seseorang, obyek, ide atau kegiatan (Kozier) Sosial adalah : Segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain sebagai obyek baik nyata ataupun abstrak Budaya adalah : Hasil budidaya manusia yang berupa karya, karsa, cipta dan rasa Nilai-Nilai Sosial Budaya Bangsa (NSB) Indonesia : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Rasa malu dan harga diri Kerja keras Rajin dan disiplin Hidup hemat dan produktif Menghargai Empati Sabar dan syukur Amanah Solidaritas Keadilan dan budi pekerti tinggi Landasan awal pembangunan bangsa Indonesia ( Founding Fathers) : Pembangunan semangat atau jiwa bangsa bukan pembangunan material Langkah-langkah penting yang perlu ditempuh guna pengembangan NSB Bangsa Indonesia : 1. Eksplorasi nilai-nilai dari khasanah agama- agama di Indonesia 2. Rumusan sbg gagasan awal yang mampu mempresentasikan NSB Bangsa Indonesia 3. Pemetaan kesenjangan antara NSB Bangsa Indonesia dengan aktualisasi dalam Kehidupan sehari-hari 4. Adanya telaah/kajian faktor pendukung B. PENERAPAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN DIKAITKAN DENGAN NILAI SOSIAL BUDAYA BANGSA INDONESIA Etika adalah : Ilmu yang mempelajari nilai moral/budi pekerti yang menjadi prinsip dan kode tindakan yang ideal > Peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang baik/ benar > Pedoman untuk pemecahan masalah etis/baik dalam area praktik, pendidikan, administrasi maupun penelitian > Telaah dan penilaian terhadap kelakuan manusia ditinjau dari kesusilaan dan kesopanan. Etika Keperawatan adalah : Suatu ungkapan tentang bagaimana perawat wajib bertingkah laku yang merujuk pada standar etik/kode etik yang menentukan dan menuntun perawat dalam praktek seharihari (Fry) Contoh etika keperawatan : > Kejujuran > Kepatuhan pada rahasia jabatan > Disiplin dalam melaksanakan kewajiban > Kebijaksanaan dan kesabaran > Menjaga kehormatan diri perawat (Erma Yulihastin) Profesi > berasal dari kata profesio > yang berarti pengakuan Profesi adalah : Sesuatu yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan sosial dan untuk melindungi hak dari pihak yang berkepentingan (Abraham Flexner) Ciri-ciri Profesi : Adanya aktivitas intelektual, berdasarkan ilmu, untuk keperluan praktek dan pelayanan, dapat diajarkan, terorganisir , altruistik (Abraham Flexner) Adanya teori yang sistemik, otoritas, wibawa(martabat), kode etik, budaya profesional (Greenwood E) Melalui empat tahapan : 1. Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi 2. Menjadi pekerjaan utama 3. Adanya organisasi profesi 4. Mempunyai kode etik (Hall) Berdasarkan nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia bila dihubungkan dengan etika profesi keperawatan, maka dapat dirumuskan sbb : 1. Kejujuran dan kesabaran 2. Menghargai harkat dan martabat manusia 3. Bersikap adil 4. Disiplin dan Bertanggung jawab 5. Memegang rahasia 6. Bersikap dan bertuturkata yang baik/sopan (menjaga kehormatan perawat) 7. Mempunyai wawasan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang memadai KESIMPULAN 1. Nilai-nilai sosial budaya bangsa (NSB) dapat menjadi landasan bagi pembentukan karakter dan etika profesi keperawatan. 2. Etika keperawatan merupakan penuntun bagi perawat tentang bagaimana harus bertingkah laku dalam praktek sehari-hari. 3. Berkembangnya nilai-nilai sosial budaya bangsa kearah yang positif akan memberikan perkembangan yang positif pula pada perkembangan profesi keperawatan melalui etika keperawatannya. Diposkan oleh Helmi Mukafi, S.Kep.Ners. di 19:17 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 0 komentar: http://helmimukafiskepners.blogspot.com/2011/10/hubungan-nilai-sosial-budaya-bangsa.html