faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia pada ibu hamil

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STATUS ANEMIA PADA IBU HAMIL
DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Oleh :
WARA FITRIA TRISTIYANTI
A54102064
PROGRAM STUDI S1
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STATUS ANEMIA PADA IBU HAMIL
DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Pertanian
bidang keahlian Gizi Masyarakat
pada Program Studi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
WARA FITRIA TRISTIYANTI
A54102064
PROGRAM STUDI S1
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
JUDUL
:
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS ANEMIA
PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN
BOGOR, JAWA BARAT
Nama
:
WARA FITRIA TRISTIYANTI
NRP
:
A54102064
Menyetujui :
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS
NIP. 131628531
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian,
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
WARA FITRIA TRISTIYANTI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Anemia
pada Ibu Hamil di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Di bawah bimbingan HADI RIYADI.
Anemia pada ibu hamil diketahui berdampak buruk, baik bagi kesehatan
ibu maupun bayinya. Rasmaliah (2004) menyebutkan bahwa anemia merupakan
penyebab penting yang melatarbelakangi kejadian morbiditas dan mortalitas,
yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan pada waktu melahirkan atau nifas
sebagai akibat komplikasi kehamilan. Selain itu ibu hamil yang menderita anemia
juga menunjukkan keadaan yang tragis, yaitu terjadinya perdarahan pada saat
melahirkan. Di samping pengaruhnya kepada kematian dan perdarahan, anemia
pada saat hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah
dan peningkatan kematian perinatal.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi status anemia pada ibu hamil di Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor. Tujuan khusus penelitian adalah : (1) mengidentifikasi karakteristik contoh
di wilayah penelitian, (2) mengetahui prevalensi anemia pada ibu hamil di wilayah
penelitian, (3) mengetahui konsumsi zat gizi pada ibu hamil, (4) menguji
hubungan karakteristik ibu hamil dengan kadar Hb, (5) menguji hubungan status
kesehatan ibu hamil dengan kadar Hb, (6) menguji hubungan status KEK ibu
hamil dengan kadar Hb, (7) menguji hubungan konsumsi zat gizi ibu hamil
dengan kadar Hb, (8) menguji hubungan penyakit dan infeksi dengan kadar Hb,
(9) menguji hubungan lingkungan dengan kadar Hb, dan (10) menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia pada ibu hamil di wilayah
penelitian.
Penelitian ini menggunakan desain Cross–Sectional Study yang
dilakukan di 8 desa yang berada di salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten
Bogor, yaitu Kecamatan Ciampea. Pengumpulan data awal dilakukan selama
kurang lebih satu bulan, dimulai pada bulan Desember 2005.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
yang dikumpulkan meliputi : (1) karakteristik contoh, (2) data kesehatan
contoh, (3) data konsumsi pangan sehari-hari, dan (4) data kondisi rumah
dan kesehatan lingkungan. Data sekunder meliputi data karakteristik
responden (nama, umur, usia kehamilan), letak geografis, demografi, sarana
dan prasarana dari lokasi penelitian. Semua data dimasukkan ke program
Microsoft Excel kemudian diolah secara deskriptif, uji korelasi rank
Spearman, Independent Samples T Test, dan uji reghresi linear berganda
menggunakan SPSS 14 for windows.
Rata-rata umur contoh adalah 27,58 tahun dengan persentase terbesar
(96,9%) pada rentang 20 – 35 tahun. Sebagian besar contoh (54,7%) memiliki
tingkat pendidikan SD/sederajat. Persentase terbesar tingkat pendidikan suami
contoh juga berada pada tingkat SD/sederajat, yaitu sebesar 37,5%. Hampir
sebagian (45,3%) keluarga contoh merupakan keluarga kecil (≤ 4 orang).
Lebih dari separuh keluarga contoh (53,1%) merupakan keluarga tidak
miskin dengan rata-rata pendapatan/kapita/bulan sebesar Rp 140.212. Melalui
pendekatan pengeluaran pangan, dapat diketahui rata-rata pengeluaran
pangan/kapita/bulan adalah sebesar Rp 105.291. Sebagian besar contoh
(85,9%) tidak bekerja dan sebanyak 48,4% contoh memiliki tingkat pengetahuan
gizi kurang. Materi pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh contoh
adalah materi seputar pentingnya makanan sehat bagi ibu hamil sedangkan
materi yang paling sedikit dijawab benar adalah materi tentang kenaikan berat
badan ideal selama kehamilan.
Prevalensi anemia pada ibu hamil di wilayah penelitian ini adalah sebesar
62,5%. Rata-rata umur kehamilan contoh adalah 3,20 bulan dengan persentase
terbesar (64,1%) contoh berada pada trimester I. Pada penelitian ini seluruh
contoh (100%) tergolong ke dalam kategori paritas rendah (0 – 5) dimana
sebagian besar contoh (81,3%) memiliki jarak kehamilan ≥ 24 bulan. Sebanyak
76,6% contoh pernah melakukan pemeriksaan kehamilan. Pada penelitian ini
sebagian besar contoh termasuk dalam kategori non KEK dengan persentase
sebesar 69,5%.
Rata-rata konsumsi energi pada penelitian ini adalah 1230 kkal/org/hari di
mana sebagian besar contoh (79,7%) memiliki tingkat kecukupan energi dengan
kategori defisit berat (<70% AKE). Rata-rata konsumsi protein sebesar 34,75
g/org/hari dengan 82,8% contoh memiliki tingkat kecukupan protein dengan
kategori defisit berat (<70% AKP). Hampir seluruh contoh (95,3%)
mengkonsumsi zat besi dalam jumlah yang rendah (<15mg/kapita/hari) dan
dengan persentase yang sama sejumlah contoh mengkonsumsi vitamin C dalam
jumlah yang kurang (<85 mg/hr). Sebesar 43,8% contoh mengkonsumsi tablet
Fe. Persentase contoh yang mengkonsumsi teh dengan frekuensi
16-30 kali/bulan tidak berbeda jauh dengan persentase contoh yang tidak
mengkonsumsi teh. Tercatat 40,6% contoh mengkonsumsi teh dengan frekuensi
16-30 kali/bulan dan 39,1% contoh tidak mengkonsumsi teh. Sebagian besar
contoh (54,7%) menderita penyakit infeksi selama sebulan terakhir dan sebesar
53,1% contoh memiliki kondisi lingkungan yang baik.
Variabel yang mempunyai hubungan nyata dengan status anemia adalah
usia kehamilan dan morbiditas. Selain itu korelasi rank Spearman menunjukkan
hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi, hubungan
tingkat pendidikan suami contoh dengan pengetahuan gizi contoh, hubungan
usia kehamilan dengan konsumsi tablet Fe, hubungan tingkat pendidikan dengan
konsumsi energi dan vitamin C, frekuensi konsumsi teh dengan konsumsi zat
besi, dan hubungan tingkat pendidikan dengan lingkungan.
Uji statistik regresi linear berganda dengan metode Backward Wald
menghasilkan 18 model. Berdasarkan pertimbangan nilai R2 adjusted dan jumlah
variabel yang berpengaruh nyata, maka dipilih model 18. Pada model ini terdapat
dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap status anemia gizi pada ibu
hamil. Kedua variabel tersebut adalah usia kehamilan dan ANC (pemeriksaan
kehamilan). Secara bersama-sama kedua variabel ini memberikan pengaruh
terhadap status anemia pada ibu hamil sebesar 25,2%.
THE FACTORS THAT INFLUENCE TO
ANAEMIA STATUS OF PREGNANT WOMEN
AT KECAMATAN CIAMPEA, BOGOR, WEST JAVA
Abstract
Pregnant women anaemia has bad effect for mother and also the baby.
To a pregnant women, anaemia result in bleeding even death as influence the
fetus’s growth, low weight birth, and death. In common, the aim of this research is
to analyse the factors that influence to anaemia status of pregnant women at
Kecamatan Ciampea, Bogor, West Java. Particularly, it purposes to understand
about anaemia prevalence in this researchh area and to test the correlation
between some variables (characteristic of pregnant women, health status, KEK
status, consumption of nutrients, morbidity, and environtment) with haemoglobin
(Hb) value. By using Cross-Sectional study, this research was performed at
Kecamatan Ciampea on December 2005. Data processing had done by using
descriptive method, correlative method (rank Spearman test), IndependentSamples T test , and double linear regression test. It had done using SPSS 14 for
windows software.
Anaemia status of pregnant women is known by blood’s haemoglobin
value. Pregnant women’s anaemia prevalence in this research area is 62.5%.
Variables that having correlation with Hb value are pregnancy age and morbidity.
Pregnancy age has a significant negative correlation with Hb value (r=-0.464;
p<0.01), either morbiditty (r=-0.268; p<0.05). In double linear regression terst,
variables that have a significant influence to pregnant women’s anaemia status
are pregnancy age and Ante Natal Care (ANC) status. In equivalent, both
variables are giving influence to pregnant women’s anaemia status as 25.5%.
Key words : pregnancy, anaemia status, haemoglobin.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1984. Penulis
merupakan anak pertama dari pasangan Sutrisno dan Sri Jayanti.
Pendidikan formal yang pertama kali ditempuh penulis adalah Taman
Kanak-kanak di TK PBT Klaten dari tahun 1989-1991. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan sekolah di SDN Paseban Klaten selama 1 tahun kemudian
dilanjutkan di SDN Baturetno Bantul hingga tahun 1993. Selanjutnya pada tahun
tersebut penulis melanjutkan tingkat sekolah dasar di SDN Rejowinangun III
Yogyakarta hingga selesai pada tahun 1996. Penulis kemudian melanjutkan
sekolah di SLTP Negeri 5 Yogyakarta dari tahun 1996 hingga 1999. Selepas
SLTP, penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 5 Yogyakarta dari tahun 1999
sampai tahun 2002.
Penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB pada tahun 2002 melalui jalur SPMB. Selama
menjadi mahasiswa penulis aktif dalam Ikatan Mahasiswa Daerah Istimewa
Yogyakarta (Ikamadita). Selain itu pada tahun 2006 penulis menjadi anggota tim
pameran IPB pada PIMNAS XIX di Malang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan
rahmat
dan
karunia-Nya
hingga
akhirnya
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
terima kasih tak terhingga kepada :
1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan,
arahan, ilmu dan kesabarannya.
2. Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pemandu seminar atas masukannya.
3. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku dosen penguji
4. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh responden ibu hamil di Kecamatan Ciampea atas kerjasamanya.
6. The member of SEAFAST’s feeding program.
7. Bu Sarlima atas arahannya menjalankan software Nutrisoft
8. Riska Listyaningsih dan Intan Diani F. selaku pembahas seminar.
9. Yang tercinta dan selalu di hati : Bapak, Ibu, adekku si Pow, Mbah Uti.
Terima kasih untuk semua cinta, sayang, doa, dan dukungannya.
10. Mas Bayu. Terima kasih untuk semua hal.
11. Lyana. Akhirnya bisa juga kita nikmati bubur ini dengan nikmat.
12. Warga Taman Cimanggu Blok O II/15 : Pakdhe, Budhe, Mbak Tika, Mas
Andre, Farrell, Ferro, Mbak Tun, Mbak Nurul.
13. Sahabat-sahabat terbaikku : Muna, Pheti, Kasep.
14. Sahabat-sahabat yang sempat terabaikan tapi selalu di hati : Lia, Anno,
V-too, S-tea, TameX, Mbak Enno, Mbak Wien, V-bree, Dodo.
15. Keluarga baruku : Mamah, Ayah, Budhe Tutut, Irma, Baguzz, Iim.
16. My big inspiration : Sheila on 7.
17. Gamasaker’s 39 : Gheet, Anggi’, K-reen, AdolFina, Ariesta, Erma, Nadhira,
Witie, Gentong, Iip, Mak Inoy, Andjun, Xanto, Dikfa, Bill-phul, B-wie, Amie.
18. Tim pameran_Pimnas : Mbak Nica, Intan., Ayu, NP, Azis, Yoyok, Bambang,
Ganjar, Asep, Fauzan. Terima kasih untuk kenangan dan persahabatan ini.
19. Teman-teman baruku : Gunawan, Galih, Iwan, Rio, Mas Adi, Mbak Qq, Mbak
Anne, Ulfah, Risang, Deka. Terima kasih untuk inspirasi dan semangatnya
18. Semua pihak yang telah berkenan membantu. Terima kasih banyak.
Bogor, September 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................
i
DAFTAR TABEL .....................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
iv
PENDAHULUAN
Latar belakang .................................................................................
Tujuan ...............................................................................................
Kegunaan .........................................................................................
1
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia .............................................................................................
Penyebab Anemia ............................................................................
Deteksi Anemia ................................................................................
Prevalensi Anemia di Indonesia ......................................................
Kehamilan .........................................................................................
Zat Besi ............................................................................................
Kebutuhan Zat Besi Ibu Hamil .........................................................
Anemia pada Ibu Hamil ....................................................................
Dampak Anemia ................................................................................
Faktor-faktor yang diduga Berhubungan dengan Anemia
Ibu Hamil ..........................................................................................
Karakteristik Contoh ..................................................................
Usia Kehamilan .........................................................................
Jarak Kelahiran .........................................................................
Paritas ........................................................................................
ANC (Ante Natal Care) ...............................................................
Kurang Energi Kronis (KEK) .......................................................
Konsumsi Zat Gizi ......................................................................
Infeksi dan Penyakit ...................................................................
Lingkungan .................................................................................
KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................
4
4
5
5
5
7
8
9
9
10
10
12
12
13
13
13
14
15
16
17
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu ............................................................
Penarikan Contoh ............................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................
Pengolahan dan Analisis .................................................................
Definisi Operasional .........................................................................
20
20
20
22
23
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
25
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
48
LAMPIRAN .............................................................................................
51
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1
Estimasi angka kecukupan energi dan protein ..............................
6
2
Pembagian kategori pengetahuan gizi ...........................................
11
3
Pembagian kategori keluarga berdasarkan pendapatan/kapita .....
12
4
Rentang pengeluaran pangan/kapita/bulan ....................................
12
5
Pembagian Kategori Tingkat Kecukupan Energi ............................
14
6
Pembagian Kategori Tingkat Kecukupan Protein ..........................
14
7
Peubah, kategori peubah, dan cara pengumpulan data primer......
21
8
Sebaran contoh menurut umur ........................................................
25
9
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ............................
26
10
Sebaran suami contoh berdasarkan tingkat pendidikan ...............
26
11
Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ...............................
27
12
Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan/kapita/bulan .....
28
13
Sebaran contoh berdasarkan besar pengeluaran
pangan/kapita/bulan .......................................................................
29
14
Sebaran contoh berdasarkan status pekerjaan ............................
29
15
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ................
30
16
Sebaran contoh berdasarkan kemampuan menjawab
pertanyaan pengetahuan gizi dengan benar .................................
30
17
Sebaran contoh berdasarkan status anemia .................................
32
18
Sebaran contoh berdasarkan trimester kehamilan .......................
33
19
Sebaran contoh berdasarkan jarak kelahiran ................................
34
20
Sebaran contoh berdasarkan status ANC .....................................
35
21
Sebaran contoh berdasarkan status KEK .....................................
36
22
Sebaran contoh berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi ............
37
23
Sebaran contoh berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein ...........
38
24
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi zat besi ..........................
39
25
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi tablet Fe .........................
40
26
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi vitamin C ........................
41
27
Frekuensi konsumsi teh selama sebulan terakhir .........................
42
28
Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan ............................
43
29
Sebaran contoh berdasarkan kondisi lingkungan .........................
44
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1
2
Halaman
Bagan Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Status Anemia Gizi pada Ibu Hamil .................
19
Bagan Bagan Teknik Penarikan Contoh ...................................
20
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1 Analisis Hubungan Umur dengan Kadar Hb ....................................
Halaman
52
2 Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Contoh
dengan Kadar Hb ..............................................................................
52
3 Analisis Hubungan Pengeluaran Pangan dengan Kadar Hb ...........
52
4 Analisis Hubungan Status Pekerjaan dengan Kadar Hb .................
52
5 Analisis Hubungan Usia Kehamilan dengan Kadar Hb ....................
52
6 Analisis Hubungan Paritas dengan Kadar Hb ..................................
52
7 Analisis Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kadar Hb ....................
52
8 Analisis Hubungan Pemeriksaan Kehamilan dengan Kadar Hb ..
52
9 Analisis Hubungan Status KEK dengan Kadar Hb ...........................
53
10 Analisis Hubungan Konsumsi Energi dengan Kadar Hb .................
53
11 Analisis Hubungan Konsumsi Protein dengan Kadar Hb .................
53
12 Analisis Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kadar Hb ...............
53
13 Analisis Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Kadar Hb .............
53
14 Analisis Hubungan Konsumsi Vitamin C dengan Kadar Hb ............
53
15 Analisis Hubungan Konsumsi Teh dengan Kadar Hb ......................
53
16 Analisis Hubungan Morbiditas dengan Kadar Hb ............................
53
17 Analisis Hubungan Lingkungan dengan Kadar Hb ..........................
54
18 Hasil Independent-Samples T Test ..................................................
54
19 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ...................................................
56
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkatan umurnya.
Selama proses tersebut diperlukan input makanan yang diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan. Setiap tingkatan umur memiliki
kebutuhan zat gizi yang berbeda. Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh bergantung
pada proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Dengan demikian dapat
dimengerti apabila pada masa pertumbuhan dan periode tertentu diperlukan zat
gizi dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik.
Salah satu periode tertentu yang dimaksud adalah masa kehamilan.
Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat
peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi
protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi
mikro (Parra BE, Manjarres LM 2005 diacu dalam Andonotopo & Arifin 2005)
Saat seorang ibu hamil makan, maka sebenarnya ada dua tubuh yang harus
tercukupi kebutuhan akan zat gizinya, yaitu tubuh ibu dan tubuh janin yang selalu
tumbuh dan berkembang.
Pada masa ini terjadi pembentukan jaringan-jaringan baru melalui
beberapa tahapan tertentu. Jaringan-jaringan yang terbentuk meliputi janin serta
jaringan-jaringan lain yang berfungsi sebagai pendukung yang mampu menjaga
kelangsungan janin (Hardinsyah & Martianto 1992). Meski dalam jumlah
terminimum sekalipun, keterbatasan nutrisi kehamilan (maternal) pada saat
terjadinya proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran prematur dan
efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin (Andonotopo & Arifin 2005).
Salah satu zat gizi yang diketahui meningkat kebutuhannya selama
kehamilan adalah zat besi. Menurut Darlina (2003), zat besi pada masa
kehamilan digunakan untuk perkembangan janin, plasenta, ekspansi sel darah
merah, dan untuk kebutuhan basal tubuh. Zat besi yang diperlukan dapat
diperoleh dari makanan dan tablet besi. Akan tetapi, seperti halnya konsumsi zat
gizi secara umum, konsumsi zat besi seringkali belum memenuhi kebutuhan
dalam tubuh.
Apabila kadar zat besi di dalam tubuh ibu hamil kurang, maka akan terjadi
suatu keadaan yang disebut anemia. Hal itu dikarenakan zat besi merupakan
mikroelemen ang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam
hemopoiesis
(pembentukan
darah),
yaitu
dalam
sintesa
hemoglobin.
Sebagaimana telah diketahui bahwa rendahnya kadar hemoglobin dalam darah
mengakibatkan suatu keadaan yang disebut anemia (Sediaoetama 1987).
Menurut Berger (1998) diacu dalam Darlina (2003), selain asupan zat besi yang
kurang dari makanan, anemia dapat terjadi karena pada masa kehamilan terjadi
perubahan yang berhubungan dengan darah sehingga mengakibatkan turunnya
kadar Hb di dalam darah.
Anemia pada ibu hamil diketahui berdampak buruk, baik bagi kesehatan
ibu maupun bayinya. Rasmaliah (2004) menyebutkan bahwa anemia merupakan
penyebab penting yang melatarbelakangi kejadian morbiditas dan mortalitas,
yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan pada waktu melahirkan atau nifas
sebagai akibat komplikasi kehamilan. Selain itu ibu hamil yang menderita anemia
juga menunjukkan keadaan yang tragis, yaitu terjadinya perdarahan pada saat
melahirkan. Di samping pengaruhnya kepada kematian dan perdarahan, anemia
pada saat hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah
dan peningkatan kematian perinatal.
Mengingat berbagai dampak buruk yang timbul akibat anemia pada ibu
hamil serta prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia yang cukup tinggi
(40%), maka diperlukan upaya untuk mengatasinya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemia
pada ibu hamil. Dengan demikian maka upaya pecegahan dan penanggulangan
diharapkan dapat dilakukan.
Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia pada ibu hamil
di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh di wilayah penelitian
2. Mengetahui prevalensi anemia pada ibu hamil di wilayah penelitian
3. Mengetahui konsumsi zat gizi pada ibu hamil
4. Menguji hubungan karakteristik ibu hamil dengan kadar Hb
5. Menguji hubungan status kesehatan ibu hamil dengan kadar Hb
6. Menguji hubungan status KEK ibu hamil dengan kadar Hb
7. Menguji hubungan konsumsi zat gizi ibu hamil dengan kadar Hb
8. Menguji hubungan penyakit dan infeksi dengan kadar Hb
9. Menguji hubungan lingkungan dengan kadar Hb
10. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia pada ibu
hamil di wilayah penelitian.
Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia pada ibu hamil sehingga dapat
dijadikan
landasan
untuk
pengembangan
program
pencegahan
dan
penanggulangan anemia pada ibu hamil, baik oleh pihak Posyandu, Puskesmas,
maupun Dinas Kesehatan di Kabupaten Bogor pada khususnya dan di seluruh
Indonesia pada umumnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia
Anemia atau penyakit kurang darah yaitu suatu keadaan dimana kadar
haemoblobin (Hb) darah kurang dari normal. Kadar Hb normal berbeda untuk
setiap kelompok umur dan jenis kelamin : balita 11 g %, anak usia sekolah
12 g %, wanita dewasa 12 g %, laki-laki dewasa 13 g %, ibu hamil 11 g % dan
ibu menyusui 12 g % (Anonim 2004).
Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini yaitu anemia gizi dan non
gizi. Anemia gizi adalah keadaan kurang darah akibat kekurangan zat gizi yang
diperlukan dalam pembentukan serta produksi sel-sel darah merah, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Sedangkan anemia non gizi akibat pendarahan seperti
luka akibat kecelakaan, mensturasi, atau penyakit darah yang bersifat genesis
seperti thalasemia, hemofilia, dan lainnya (Harli 1999).
Anemia gizi itu sendiri ada beberapa macam, yaitu : (1) anemia gizi besi,
(2) anemia gizi vitamin E, (3) anemia gizi asam folat, (4) anemia gizi vitamin B12,
(5) anemia gizi vitamin B6, dan (6) anemia Pica (Harli 1999).
Penyebab Anemia
Seseorang dapat menjadi anemia karena perdarahan dan kehilangan selsel darah merah dari tubuh terlalu banyak. Pada ibu hamil lebih banyak terjadi
perdarahan kronis, yaitu perdarahan sedikit-sedikit tetapi terus menerus dalam
waktu yang lama (Riyadi, Hardinsyah, & Anwar 1997). Anemia juga bisa terjadi
karena kerusakan sel darah merah akibat kurang gizi, adanya zat beracun atau
patogen, faktor keturunan (genesis), penyakit Hodgkin atau kanker pada organ
penyimpanan serta pembentukan darah seperti hati, limpa, dan sumsum tulang
(Harli 1999).
Anemia gizi pada umumnya dijumpai di Indonesia terutama disebabkan
anemia kurang besi. Penyebab utama anemia kurang besi tampaknya adalah
karena konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah
dari pola makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu yang kurang
beraneka ragam. Konsumsi zat besi dari makanan tersebut sering lebih rendah
dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan susunan
menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah
absorbsi zat besinya (Rasmaliah 2004).
Defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi pangan
hewani yang banyak mengandung besi (seperti daging, ayam, ikan, kerang,
susu, dan keju) yang mudah diserap oleh tubuh. Di samping itu dapat pula
disebabkan oleh rendahnya konsumsi makanan yang mendorong zat besi seperti
vitamin C dan protein serta adanya zat penghambat (inhibitor) penyerapan besi
seperti fitat, tannin, pektin (Effendi, Briawan, & Barunawati 2000).
Deteksi Anemia
Anemia dapat dideteksi dengan mengetahui kadar Hb. Penentuan kadar
Hb yang dianggap cukup teliti dan dianjurkan oleh ICSH (International
Communite for Standardization in Hematology) ialah Cyanmethemoglobin (WHO
1986 diacu dalam Darlina 2003). Penentuan Hb dengan cara ini relatif mahal
karena memerlukan spektrofotometer yang membutuhkan perawatan khusus dan
biaya yang relatif mahal.
Indikator paling umum yang digunakan untuk mengetahui kekurangan
besi adalah pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah dan nilai
hemoglobin darah. Nilai hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal
kekurangan besi tetapi berguna untuk mengetahui beratnya anemia. Nilai
hemoglobin yang rendah menggambarkan kekurangan besi yang sudah lanjut
(Almatsier 2002).
Prevalensi Anemia di Indonesia
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan [Depkes] pada tahun 2001, prevalensi anemia pada ibu
hamil adalah sebesar 40%, pada wanita usia subur 15-44 tahun 27.9% dan pada
balita 48.1%.
Kehamilan
Kehamilan merupakan urutan kejadian yang secara normal terdiri atas
pembuahan, implantasi, perrtumbuhan embrio, pertumbuhan janin, dan berakhir
pada kelahiran bayi (Yongky 2004). Selama masa kehamilan terjadi
pembentukan jaringan-jaringan baru melalui beberapa tahapan tertentu.
Jaringan-jaringan yang terbentuk tumbuh dan berkembang dalam janin, meliputi
janin serta jaringan-jaringan lain yang berfungsi sebagai pendukung yang mampu
menjaga kelangsungan hidup janin. Jaringan ini meliputi plasenta, amnion, yolk
sac, dan chorion (Hardinsyah & Martianto 1992).
Pada masa kehamilan terjadi perubahan dalam tubuh ibu, yaitu dengan
adanya janin dalam kandungan. Selain itu terjadi pula pertumbuhan berbagai
organ sebagai pendukung proses kehamilan, seperti alat kandungan dengan
adneksanya, mame, dan sebagainya (Sediaoetama 1987).
Menurut Hardinsyah & Tambunan (2004) diacu dalam Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VIII (2004), tambahan kalori yang dianjurkan untuk ibu hamil
pada trimester I adalah sebesar 180 kkal/hari. Berikut ini merupakan estimasi
angka kecukupan energi, protein dan lemak dari ibu hamil.
Tabel 1 Estimasi angka kecukupan energi dan protein
Umur
AKE (kkal/hr)
Wanita
16-18 th
2200
19-29 th
1900
30-49 th
1800
50-64 th
1750
65+ th
1600
Hamil
Trimester 1
+ 180
Trimester 2
+ 300
Trimester 3
+ 300
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004)
AKP (g)
55
50
50
50
50
+ 17
+ 17
+ 17
Kalori dibutuhkan untuk perubahan dalam tubuh ibu hamil, meliputi
pembentukan sel-sel baru, pengaliran makanan dari pembuluh darah ibu ke
pembuluh darah janin melalui plasenta dan pembentukan enzim serta hormon
yang mengatur pertumbuhan janin (Anonim 2001).
Selama kehamilan, kebutuhan akan vitamin dan mineral juga meningkat.
Dalam Nutrition During Pregnancy yang diterbitkan oleh National of Science,
USA diacu dalam Hardinsyah dan Briawan (2000) direkomendasikan pemberian
suplemen zat gizi mikro pada ibu hamil seperti zat besi (Fe), zinc (Zn), cuprum
(Cu), iodium (I), vitamin A, asam folat, dan asam lemak omega 3 (DHA).
Pertimbangannya adalah karena adanya peningkatan kebutuhan fisiologis tubuh
untuk pertumbuhan janin.
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), selama kehamilan terjadi dua
proses anabolik. Proses pertama merupakan pertumbuhan serta pematangan
plasenta dan janin yang selanjutnya menjadi bayi. Proses ke dua merupakan
penyesuaian fisiologik dan metabolik yang dialami ibu hamil. Proses-proses
tersebut dikatalisis oleh perubahan-perubahan kelenjar endokrin ibu. Keadaan ini
mengakibatkan ukuran uterus, payudara, volume darah ibu, cairan ketuban,
massa jaringan lemak membesar.
Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang
berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan
konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan
penurunan gizi mikro (Parra BE, Manjarres LM 2005 diacu dalam Andonotopo &
Arifin 2005)
Adanya kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan zat besi. Jumlah elemental Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg
dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya
volume darah adalah 500 mg, terutama dibutuhkan pada setengah akhir
kehamilan. Pada diet yang adekuat kandungan Fe sekitar 10-15 mg sehingga Fe
pada diet hanya memenuhi sedikit kebutuhan Fe pada ibu hamil (10-20% dari
kebutuhan). Oleh karena itu diperlukan suplemen Fe (Yongky 2004).
Zat Besi
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di tubuh
manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 g di dalam tubuh manusia dewasa
(Almatsier 2002). Zat gizi besi (Fe) merupakan kelompok mineral yang
diperlukan, sebagai inti dari hemoglobin, unsur utama sel darah merah. Fungsi
sel darah merah itu penting mengingat tugasnya antara lain sebagai sarana
transportasi zat gizi, dan terutama juga oksigen yang diperlukan pada proses
fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh (Harli 1999). Sediaoetama
(1987) menyebutkan bahwa zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi
tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah),
yaitu dalam sintesa hemoglobin.
Kandungan besi dalam tubuh sangat kecil, yaitu sekitar 35 mg per kg
berat badan wanita atau 50 mg per kg berat badan pria. Besi yang ada dalam
tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu besi yang diperoleh dari perusakan sel-sel
darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari cadangan yang tersimpan dalam
tubuh, serta besi hasil penyerapan saluran cerna (Winarno 1997).
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi heme seperti terdapat
dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi non heme dalam
makanan nabati. Besi heme merupakan bagian kecil dari besi yang diperoleh
makanan. Akan tetapi yang dapat diabsorbsi mencapai 25 % sedangkan besi
non heme hanya 5 % (Almatsier 2002).
Sumber zat besi yang terpenting dalam diet adalah daging dan hati, ikan
dan daging unggas yang harus dikonsumsi setiap hari karena selain sebagai
sumber zat besi, heme juga dapat mendorong absorbsi besi non heme. Sumber
besi non heme yang tinggi kandungan zat besinya adalah kacang-kacangan,
sayuran berwarna hijau, umbi-umbian, dan buah-buahan (Darlina 2003).
Menurut Almatsier (2002), makan besi heme dan non heme secara
bersama dapat meningkatkan penyerapan besi non heme. Daging, ayam, dan
ikan mengandung suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri
atas asam amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi,
keju, dan telur tidak mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu
penyerapan besi. Lebih lanjut Alsuhendra (2005) menyebutkan bahwa polifenol
seperti tanin dalam teh, kopi dan sayuran tertentu, mengikat besi heme
membentuk kompleks besi-tannat yang tidak larut sehingga zat besi tidak dapat
diserap dengan baik.
Pembuangan zat besi dari tubuh terjadi melalui beberapa jalan,
diantaranya adalah melalui keringat (0.2-1.2 mg/hari), air seni (0.1 mg/hari) dan
melalui feses serta darah menstruasi sekitar 0.5-1.4 mg/hari (Winarno 1997).
Oleh karena itu wanita membutuhkan jumlah unsur besi yang lebih banyak
dikarenakan laju kehilangan unsur besi dari tubuh meningkat 2-3 kali lipat selama
masa menstruasi (Lehninger 1994 diacu dalam Ariyani 2004). FAO/WHO diacu
dalam Winarno (1997) menganjurkan jumlah besi yang harus dikonsumsi
sebaiknya berdasarkan jumlah kehilangan besi dari dalam tubuh serta jumlah
bahan makanan hewani yang terdapat dalam menu.
Zat besi pada saat kehamilan digunakan untuk perkembangan janin,
plasenta, ekspansi sel darah merah, dan untuk kebutuhan basal tubuh (Darlina
2003). Pasokan zat besi tidak kalah penting karena pada masa hamil volume
darah ibu akan meningkat 30%. Di samping itu plasenta pun harus mengalirkan
cukup zat besi untuk perkembangan janin (Karyadi 2001).
Kebutuhan Zat Besi Ibu Hamil
Oleh karena kebutuhan besi selama kehamilan sangat tinggi, FAO/WHO
(2001) diacu dalam WNPG (2004) menganjurkan agar wanita hamil, khususnya
trimester 2 dan 3 mendapatkan tambahan (pil) besi dengan dosis 100 mg/ hari.
Selama masa kehamilan (280 hari) terjadi kehilangan besi basal 250 mg,
kebutuhan janin dan plasenta 315 mg dan kebutuhan untuk meningkatkan massa
hemoglobin (termasuk simpanan) 500 mg atau total sekitar 1.1 g. Pada trimester
pertama belum ada kebutuhan yang meningkat drastis sehingga kecukupan besi
pada trimester pertama sama dengan kecukupan pada wanita dewasa yang
mesih menstruasi, yaitu 26 mg/ hari.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil, terutama di pedesaan
Indonesia mengkonsumsi pangan pokok, pangan hewani, dan buah dalam
jumlah yang tidak memadai (Maiola 1998 diacu dalam dalam Hardinsyah dan
Briawan 2000). Hal tersebut berimplikasi pada tidak terpenuhinya kebutuhan
energi, protein, dan berbagai mineral yang penting bagi kehamilan seperti Fe, I,
dan Zn serta vitamin, terutama vitamin C dan asam folat. Menurut Riyadi et al.
(1997), konsumsi zat besi ibu hamil dibedakan antara konsumsi tinggi (≥ 15
mg/kapita/hari) dan konsumsi rendah (< 15 mg/kapita/hari).
Anemia pada Ibu Hamil
Peningkatan volume plasma darah terjadi lebih dahulu dibandingkan
produksi sel darah merah. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar Hb dan
hematokrit pada trimester I dan II sedangkan pembentukan sel darah merah
terjadi pada pertengahan akhir kehamilan sehingga konsentrasi mulai meningkat
pada trimester III kehamilan (Cheryl 1996 diacu dalam Darlina 2003).
Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh banyak faktor, yaitu faktor
langsung, tidak langsung dan mendasar. Secara langsung anemia disebabkan
oleh seringnya mengkonsumsi zat penghambat absorbsi zat besi, kurangnya
mengkonsumsi promotor absorbsi zat besi non heme serta adanya infeksi
parasit. Adapun kurang diperhatikannya keadaan ibu pada waktu hamil
merupakan faktor tidak langsung. Namun secara mendasar anemia pada ibu
hamil disebabkan oleh randahnya pendidikan dan pengetahuan serta faktor
ekonomi yang masih rendah (Djunadi 1995 diacu dalam Darlina 2003).
Penggolongan jenis anemia ibu hamil dapat dibedakan menjadi anemia
ringan dan anemia berat. Batasan anemia ringan adalah bila kadar Hb 8-10.9
g/dl sedangkan anemia berat adalah apabila kadar Hb < 8 g/dl (Depkes 1996
diacu dalam Darlina 2003).
Dampak Anemia
Keluhan “3L” (lemah, letih, lesu) karena anemia adalah keluhan fisik yang
nyata dan dirasakan oleh penderita anemia (Soekirman 2000 diacu dalam
Wijianto 2002). Di samping itu muka tampak pucat, kehilangan selera makan,
apatis, sering pusing, sulit berkonsentrasi, serta mudah terserang penyakit
(Harli 1999). Karena menderita kekurangan darah, maka tenaga yang dihasilkan
oleh tubuh berkurang dan badan menjadi cepat lelah. Rasa cepat lelah
disebabkan pengolahan (metabolisme) energi untuk otot tidak berjalan sempurna
karena otot kekurangan oksigen. Pada penderita anemia, jumlah hemoglobin
yang berfungsi sebagai alat pengangkut oksigen berkurang sehingga jatah
oksigen untuk otot juga berkurang. Berkurangnya jatah oksigen mengakibatkan
otot membatasi produksi energi dan akibatnya orang yang menderita anemia
akan cepat lelah bila bekerja (Wijianto 2002).
Pada ibu hamil, anemia dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati,
kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, perdarahan sebelum atau
sewaktu
melahirkan,
dan
kematian
ibu
(Kodyat
1995
diacu
dalam
Khomsan 1997).
Faktor-faktor yang Diduga Berhubungan dengan Anemia Ibu Hamil
Karakteristik Contoh
Karakteristik contoh meliputi : umur, pendidikan, pengetahuan gizi,
pekerjaan, dan pendapatan. Umur ibu pada saat hamil akan mempengaruhi
timbulnya anemia. Bila umur ibu pada saat hamil relatif muda (<20 tahun) akan
beresiko anemia. Hal itu dikarenakan pada umur tersebut masih terjadi
pertumbuhan yang membutuhakn zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan
umur di atasnya. Bila zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi
kompetisi zat gizi antara ibu dengan bayinya (Wijianto 2002). Menurut [Depkes]
(2001), kadar Hb 7.0 - 10.0 g/dl banyak ditemukan pada kelompok umur <20
tahun (46%) dan kelompok umur 35 tahun atau lebih (48%).
Rendahnya
tingkat
pendidikan
ibu
hamil
dapat
menyebabkan
keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga
(Hermina 1992 diacu dalam Wijianto 2002). Ibu hamil dengan tingkat pendidikan
rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD dan tamat SD) sebanyak 66.15 %
menderita anemia dan merupakan prevalensi terbesar dibandingkan dengan
kategori pendidikan sedang maupun tinggi (Mulyono 1994 diacu dalam
Wijianto 2002).
Pendidikan formal sangat penting dalam menentukan status gizi keluarga.
Kemampuan baca tulis di pedesaan akan membantu dalam memperlancar
komunikasi dan penerimaan informasi, dengan demikian informasi tentang
kesehatan akan lebih mudah diterima oleh keluarga (Sukarni 1989). Oppeneer
dan Vervoren (1983) diacu dalam Handayani (2000) menyatakan bahwa tingkat
pendidikan yang dicapai seseorang mempunyai hubungan nyata dengan
pengetahuan gizi dari makanan yang dikosumsinya.
Pengetahuan
gizi
dan
kesehatan
merupakan
salah
satu
jenis
pengetahuan yang dapat diperoleh melalui pendidikan. Pengetahuan gizi dan
kesehatan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Semakin banyak
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, maka semakin beragam pula jenis
makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan
mempertahankan kesehatan individu (Suhardjo 1989).
Kategori pengetahuan gizi dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : baik,
sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off
point dari skor yang telah dijadikan persen (Khomsan 2000). Untuk keseragaman
maka dianjurkan menggunakan cut-off point seperti tercantum pada Tabel 2
berikut :
Tabel 2 Pembagian kategori pengetahuan gizi
Kategori pengetahuan gizi
Baik
Sedang
Kurang
Skor
> 80 %
60-80 %
< 60 %
Berat ringannya pekerjaan ibu juga akan mempengaruhi kondisi tubuh
dan pada akhirnya akan berpengaruh pada status kesehatannya. Ibu yang
bekerja mempunyai kecenderungan kurang istirahat, konsumsi makan yang tidak
seimbang sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk menderita anemia
dibandingkan ibu yang tidak bekerja (Wijianto 2002).
Lebih lanjut dikatakan Wijianto bahwa status pekerjaan biasanya erat
hubungannya dengan pendapatan seseorang atau keluarga. Ibu hamil yang tidak
bekerja kemungkinan akan menderita anemia lebih besar dibandingkan pada ibu
yang bekerja. Hal ini disebabkan pada ibu yang bekerja akan menyediakan
makanan, terutama yang mengandung sumber zat besi dalam jumlah yang
cukup dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Berdasarkan Biro Pusat Statistika [BPS] (2004), keluarga dibagi menjadi
dua kategori berdasarkan pendapatan/kapita/bulan yang diperoleh, yaitu
keluarga miskin dan keluarga tidak miskin. Pembagian kategori keluarga ini
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Pembagian kategori keluarga berdasarkan pendapatan/kapita
Kategori keluarga
Miskin
Tidak miskin
Besar pendapatan/kapita/bulan
< Rp 122.475
≥ Rp 122.475
Dengan meningkatnya pendapatan perorangan, terjadilah perubahanperubahan dalam susunan makanan. Akan tetapi, pengeluaran uang yang lebih
banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan.
Kadang-kadang perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan ialah
pangan yang dimakan lebih mahal (Suhardjo 1989). Pengeluaran pangan
merupakan sejumlah uang yang digunakan untuk melakukan pembelian pangan.
Menurut BPS (2004), pengeluaran pangan dapat dikategorikan menjadi
beberapa selang sebagaimana tercantum pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4 Rentang pengeluaran pangan/kapita/bulan
Kategori
1
2
3
4
5
6
7
8
Pengeluaran pangan/kapita/bulan (Rp)
< 60.000
60.000 – 79.999
80.000 – 99.999
100.000 – 149.999
150.000 – 199.999
200.000 – 299.999
300.000 – 499.999
> 500.000
Usia Kehamilan
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil terus meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur kehamilan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan zat besi
tanpa disertai oleh pemasukan yang cukup, maka cadangan zat besi akan
menurun dan dapat mengakibatkan anemia (Lila 1992).
Menurut Suwandono dan Soemantri (1995) diacu dalam Darlina (2003),
meningkatnya kejadian anemia dengan bertambahnya umur kehamilan
disebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada kehamilan yang dimulai pada
minggu ke-6, yaitu bertambahnya volume plasma dan mencapai puncaknya pada
minggu ke-26 sehingga terjadi penurunan kadar Hb.
Jarak Kelahiran
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kelahiran yang pendek (Soejonoes 1991 diacu dalam Darlina
2003). Hal ini disebabkan karena adanya kekurangan nutrisi yang merupakan
mekanisme biologis dari pemulihan faktor hormonal (Malem 1998 diacu dalam
Darlina 2003). Menurut data Badan Koordinasi Berencana Naional [BKKBN]
(1995) diacu dalam Darlina (2003), jarak persalinan yang baik adalah minimal
24 bulan.
Paritas
Paritas atau jumlah persalinan juga berhubungan dengan anemia. Hasil
SKRT 1985-1986 diacu dalam Wijianto (2002) menyatakan bahwa prevalensi
anemia pada kelompok paritas 0 lebih rendah daripada paritas 5 ke atas.
Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar resiko
kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali wanita
melahirkan, jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar 250 mg. Hal
tersebut akan lebih berat lagi apabila jarak melahirkan relatif pendek.
ANC (Ante Natal Care)
Departemen Kesehatan menganjurkan agar setiap ibu hamil yang
diperiksa kehamilan (ANC) oleh petugas kesehatan, minimal harus menerima 5T.
Maksud dari 5T adalah ibu hamil yang yang melakukan ANC pernah ditimbang
badan, diukur tensi/ tekanan darah, menerima tablet Fe, menerima imunisasi TT
dan diperiksa tinggi fundus uteri (SKRT 2001).
Kurang Energi Kronis (KEK)
UNICEF (1997) diacu dalam Hardinsyah (2000) menyebutkan bahwa
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Menurut Tinker dan
Koblinsky (1994) diacu dalam Hardinsyah (2000), timbulnya masalah gizi pada
ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan
bio-sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, konsumsi pangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Menurut [Depkes] (1994), pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah
suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia
Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan
penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu
hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm (SKRT 2001). Deteksi KEK dengan
ukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam
intake makanan sehari-hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat
gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita
KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina 2003).
Konsumsi Zat Gizi
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai
dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Setiap
orang harus mengkonsumsi minimal satu jenis bahan makanan dari tiap-tiap
golongan bahan makanan (sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, buah)
dalam sehari dengan jumlah yang mencukupi (Kodyat 1995 diacu dalam
Darlina 2003).
Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsumsi energi
dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur,
jenis kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat
dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan. Untuk ibu
hamil, AKE termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin dan cadangan
energi (Hardinsyah dan Tambunan diacu dalam WNPG 2004). Lebih lanjut
Deptan dan GMSK-IPB (2005) membagi tingkat kecukupan energi sebagaimana
tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5 Pembagian kategori Tingkat Kecukupan Energi
Kategori
Defisit berat
Defisit sedang
Defisit ringan
Normal
Kelebihan
TKE
(TKE < 70% AKE)
(TKE = 70–79% AKE)
(TKE = 80-89% AKE)
(TKE = 90-119% AKE)
(TKE = 120% AKE)
Angka Kecukupan Protein merupakan rata-rata konsumsi protein untuk
menyeimbangkan protein yang hilang ditambah sejumlah tertentu agar mencapai
hampir semua populasi sehat (97,5%) di suatu kelompok umur, jenis kelamin,
dan ukuran tubuh tertentu pada tingkat aktifitas sedang (Setiawan dan
Rahayuningsih diacu dalam WNPG 2004). Selanjutnya pembagian kategori
tingkat kecukupan protein menurut Deptan dan GMSK-IPB (2005) dapat dilihat
pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 Pembagian kategori Tingkat Kecukupan Protein
Kategori
Defisit berat
Defisit sedang
Defisit ringan
Normal
Kelebihan
TKP
(TKP < 70% AKP)
(TKP = 70–79% AKP)
(TKP = 80-89% AKP)
(TKP = 90-119% AKP)
(TKP = 120% AKP)
Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari hanya 1 mg atau
setara dengan 10 – 20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi
pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya, yaitu 20 – 30 % sedangkan dari
sumber nabati hanya 1 – 6 % (Anonim 2006).
Penyerapan besi dalam tubuh akan menurun bila konsumsi vitamin C-nya
rendah dan makanan sumber fitat tinggi. Jenis besi (heme dan non heme) akan
sangat mempengaruhi penyerapan besi dan interaksinya dengan mineral lain,
khususnya seng. Selain itu, status besi juga akan mempengaruhi penyerapan
besi seseorang (Kartona & Soekatri 2004).
Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan
tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan
kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang
rendah pula.
Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh
akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pasca
bedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing
tambang, malaria, TBC) (Anonim 2006).
Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular.
Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat
menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan
abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat
bawaan. Penyakit infeksi yang diidap ibu hamil biasanya tidak diketahui saat
kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada
kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta
zat gizi lainnya (Bahar 2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi
yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat
mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus
penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun
demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan
keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat
pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi
kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar 2006).
Lingkungan
Lingkungan hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan seseorang. Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit karena
penyakit terjadi akibat adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan
hidupnya. Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran
lingkungan
dalam
terjadinya
penyakit
dan
wabah.
Bahwa
lingkungan
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit sudah sejak lama diperkirakan orang
(Slamet 1996). Sarana sanitasi dasar yang berkaitan langsung dengan masalah
kesehatan meliputi penyediaan air (sumber air), jamban dan pembuangan
sampah.
Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara langsung diantara
masyarakat seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau Water Borne
Diseases. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba
penyebab dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat
menyebar lewat air ini banyak macamnya, mulai dari virus, bakteri, protozoa dan
metazoa.
Limbah yang banyak pada daerah pantai sebagian besar dari limbah
keluarga yang biasa disebut dengan sampah. Pengaruhnya terhadap kesehatan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu efek yang langsung dan tidak langsung.
Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan
limbah tersebut. Misalnya limbah beracun, limbah yang korosif terhadap tubuh,
yang karsinogenik, dll. Selain itu ada pula limbah yang mengandung kuman
patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit. Limbah ini dapat brasal dari
limbah keluarga selain limbah industri.
Selain itu pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat
proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan limbah. Pengaruhnya
terhadap kesehatan dapat terjadi karena tercemarnya air tanah, tanah dan udara.
Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang
biak dalam limbah (Lumenta 1990).
KERANGKA PEMIKIRAN
Secara langsung, anemia pada ibu hamil berhubungan dengan
kesehatan, status Kurang Energi Kronis (KEK), konsumsi zat gizi, konsumsi teh
dan tablet Fe, serta infeksi dan penyakit. Secara tidak langsung, anemia pada ibu
hamil berhubungan dengan karakteristik dan lingkungan tempat tinggal.
Kesehatan ibu hamil meliputi usia kehamilan, paritas, jarak kelahiran, dan
pemeriksaan kehamilan (ANC). Variabel kesehatan ibu hamil ini berhubungan
langsung dengan status KEK karena melalui pemeriksaan kehamilan dapat
diketahui status KEK ibu hamil. Selain itu, kesehatan ibu hamil juga berhubungan
dengan karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status
pekerjaan, dan pendapatan.
Variabel karakteristik ibu hamil juga memiliki hubungan dengan konsumsi
pangan sehari-hari dari ibu hamil. Konsumsi zat gizi yang dimaksud meliputi
konsumsi energi, konsumsi protein, konsumsi zat besi, dan konsumsi vitamin C.
Zat gizi yang dikonsumsi oleh ibu hamil sehari-hari memiliki hubungan dengan
status KEK. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel status KEK
secara langsung berhubungan dengan pemeriksaan kehamilan dan konsumsi zat
gizi. Selain konsumsi zat gizi tertentu, anemia pada ibu hamil juga dipengaruhi
oleh konsumi teh dan tablet Fe.
Variabel terakhir yang berhubungan langsung dengan status anemia gizi
pada ibu hamil adalah infeksi dan penyakit. Variabel ini secara langsung
berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal ibu hamil. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan fisik yang menyangkut sanitasi
dan kesehatan. Selain itu, lingkungan berhubungan dengan karakteristik ibu
hamil. Secara keseluruhan, hubungan antar variabel disajikan pada Gambar 1.
Karakteristik :
- Umur
- Tingkat pendidikan
- Status pekerjaan
- Pendapatan
Kesehatan :
- Usia kehamilan
- Paritas
- Jarak kelahiran
- Pemeriksaan
kehamilan (ANC)
Status KEK
Status Anemia Ibu Hamil
Lingkungan
Infeksi dan
Penyakit
Konsumsi :
- Teh
- Tablet Fe
Konsumsi zat gizi :
- Energi
- Protein
- Zat besi
- Vitamin C
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status
Anemia Gizi pada Ibu Hamil
METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian
ini
menggunakan
desain Cross–Sectional Study
yang
dilakukan di 8 desa yang berada di salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten
Bogor, yaitu Kecamatan Ciampea. Pengumpulan data awal dilakukan selama
kurang lebih satu bulan, dimulai pada bulan Desember 2005.
Penarikan Contoh
Contoh pada penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak 64 orang. Contoh
ditentukan dengan cara purposive sampling dengan kriteria :
a. Dalam keadaan sadar dan tidak mengalami gangguan kejiwaan sehingga
dapat berkomunikasi dengan baik
b. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
c. Bersedia dijadikan contoh
Pada Gambar 2 disajikan bagan teknik penarikan contoh penelitian :
Kab.Bogor
Kec. Ciampea
Purposive
8 desa
Purposive
Gambar 2. Bagan Teknik Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri dan wawancara
langsung dengan responden menggunakan kuisioner. Data primer yang
dikumpulkan meliputi :
1. Karakteristik contoh (tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan)
2. Data kesehatan contoh (morbiditas, kadar Hb, riwayat kehamilan,
pelayanan kesehatan yang diterima, LILA)
3. Data konsumsi pangan sehari-hari (jumlah dan frekuensi)
4. Data kondisi rumah dan kesehatan lingkungan (sumber air, ventilasi,
keberadaan septic tank, dan tempat sampah).
Penentuan kadar Hb dilakukan dengan mengambil sampel darah
responden yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman yang
selanjutnya diukur dengan cara Cyanmethemoglobin. Data sekunder meliputi
data karakteristik responden (nama, umur, usia kehamilan), letak geografis,
demografi, sarana dan prasarana dari lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh
dari kantor kepala desa yang bersangkutan. Pada Tabel 7 disajikan jenis data,
pengelompokannya, serta cara pengumpulannya.
Tabel 7 Peubah, kategori peubah, dan cara pengumpulan data primer
No
1
2
3
4
5
6
Peubah
Kategori Peubah
Umur
a. < 20 tahun
b. 20 – 35 tahun
Tingkat
a. Tidak sekolah
pendidikan
b. SD
c. SMP
d. SMU
e. PT
Status pekerjaan
a. Bekerja
b. Tidak bekerja
Besar keluargaa)
a. Kecil (≤ 4 orang)
b. Sedang (5-6 orang)
c. Besar (≥ 7 orang)
Pendapatan/
a. Miskin (<Rp151.200)
kapita/ bulanb)
b. Tidak miskin
(≥Rp151.200)
Pengeluaran
a. Rp < 60.000
pangan/
kapita/ b. Rp 60.000 – 79.999
bulanc )
c. Rp 80.000 – 99.999
d. Rp 100.000 – 149.999
e. Rp 150.000 – 199.999
f. Rp 200.000 – 299.999
g. Rp > 300.000
7
Tingkat
pengetahuan gizid)
8
Status anemia
9
Usia kehamilan
10
Paritas e)
11
Jarak kehamilan
12
Status ANC
13
Status KEKf )
a. Baik (> 80%)
b. Sedang (60-80%)
c. Kurang (< 60%)
a. Anemia (Hb < 11g/dL)
b. Tidak anemia (≥ 11 g/dL)
a. Trimester I (0 – 3 bulan)
b. Trimester II (4-6 bulan)
a. Rendah (0 – 5)
b. Tinggi (> 5)
a. < 24 bulan
b. ≥ 24 bulan
a. Tidak pernah
b. Pernah
a. KEK (LILA<23,5 cm)
b. Non KEK (LILA≥23,5cm)
Cara Pengumpulan
Data
Wawancara dengan
kuesioner
Wawancara dengan
kuesioner
Wawancara dengan
kuesioner
Wawancara dengan
kuesioner
Wawancara dengan
kuesioner
Wawancara dengan
kuesioner
Wawancara dengan
kuesioner, diberikan
10 item pertanyaan
Pengukuran metode
Cyanmethemoglobin
Wawancara dengan
kuesioner
Wawancara dengan
kuesioner
Wawancara dengan
kuesioner
Wawancara dengan
kuesioner
Diukur dengan pita
LILA
Lanjutan Tabel 7
No
Peubah
TKEg)
14
Kategori Peubah
Defisit berat (TKE<70% AKE)
Defisit sedang (TKE=70-79% AKE)
Defisit ringan (TKE = 80-89% AKE)
Normal (TKE=90-119% AKE)
Kelebihan (TKE=120% AKE)
TKPg)
Defisit berat (TKP<70% AKP)
Defisit sedang (TKP = 70-79%
AKP)
c. Defisit ringan (TKP = 80-89% AKP)
d. Normal (TKP=90-119% AKP)
e. Kelebihan (TKP=120% AKP)
Konsumsi
a. Rendah (<15mg/kapita/hari)
besih)
b. Tinggi (≥15mg/kapita/hari)
Konsumsi
a. Rendah (<85 mg/hari)
vitamin Cj) b. Tinggi (=85 mg/hari)
Infeksi dan
a. Tidak sakit
penyakit
b. Sakit non infeksi
c. Sakit infeksi
Lingkungan a. Baik
b. Tidak baik
15
16
17
18
19
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
Cara
Pengumpulan
Data
Recall konsumsi
pangan 2x24 jam
Recall konsumsi
pangan 2x24 jam
Recall konsumsi
pangan 2x24 jam
Recall konsumsi
pangan 2x24 jam
Wawancara
dengan
kuesioner
Wawancara
dengan
kuesioner
Keterangan :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
Pembagian kategori menurut Slamet (1993)
Pembagian kategori menurut BPS (2004)
Pembagian kategori menurut BPS (2004)
Pembagian kategori menurut Khomsan (2000)
Pembagian kategori menurut SKRT 1985-1986 diacu dalam Wijianto (2002)
Pembagian kategori menurut Depkes (2001)
Pembagian kategori menurut Deptan dan GMSK-IPB (2005)
Pembagian kategori menurut Riyadi, Hardinsyah, & Anwar (1997)
Pembagian kategori menurut WNPG (2004) diacu dalam Setiawan
Rahayuningsih (2004)
&
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, dan analisis data.
Data yang telah dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
dianalisis secara deskriptif dan statistika menggunakan program Microsoft Excell
dan SPSS 14 for windows.
Semua data dimasukkan ke program Microsoft Excel kemudian diolah
secara deskriptif menggunakan SPSS 14 for windows . Melalui uji deskriptif ini
dapat diketahui nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dari setiap variabel,
dan frekuensinya. Selanjutnya setiap variabel dikorelasikan dengan variabel
status anemia gizi menggunakan metode rank Spearman. Berdasarkan uji
korelasi ini maka dapat diketahui ada tidaknya hubungan variabel independent
dengan variabel dependent (status anemia). Kemudian dilakukan uji beda
menggunakan Independent-Samples T Test. Terakhir, semua data diolah
menggunakan uji regresi liner berganda untuk melihat ada tidaknya pengaruh
variabel independent terhadap variabel dependent.
Definisi Operasional
Ibu hamil adalah wanita yang sedang mengandung janin.
Umur ibu adalah bilangan yang dihitung dari tahun kelahiran hingga tahun
penelitian, dinyatakan dalam satuan tahun.
Tingkat pendidikan adalah tingkatan sekolah formal yang telah ditempuh oleh
ibu hamil.
Status pekerjaan adalah keterangan tentang bekerja atau tidaknya ibu hamil.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
dengan sumber perolehan makanan yang sama.
Pendapatan/ kapita/ bulan adalah gaji/ upah yang diperoleh keluarga ibu hamil
dalam waktu satu bulan yang kemudian dibagi dengan jumlah anggota
keluarga.
Pengeluaran pangan/ kapita/ bulan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan
oleh setiap anggota keluarga untuk membeli pangan dalam waktu satu
bulan.
Status anemia adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang didasarkan pada
kadar Hb dalam darah.
Kesehatan ibu adalah keadaan tubuh ibu hamil yang dilihat dari usia kehamilan,
paritas, jarak kelahiran dan pemeriksaan kehamilan (ANC).
Usia kehamilan adalah bilangan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir
hingga saat dilakukan penelitian, dinyatakan dalam satuan bulan.
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu.
Jarak kelahiran adalah lama waktu awal kehamilan saat ini dengan kelahiran
sebelumnya, dinyatakan dalam satuan bulan.
Ante Natal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan
pada setiap kunjungan ibu hamil.
Kurang Energi Kronis (KEK) adalah suatu keadaan kekurangan energi dalam
waktu yang lama yang dideteksi dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA); LILA < 23.5 cm termasuk kategori KEK.
LILA adalah ukuran lingkar lengan bagian atas dari ibu hamil, dinyatakan dalam
satuan centimeter.
Konsumsi zat gizi adalah sejumlah zat gizi yang dikonsumsi oleh ibu hamil,
diperoleh dengan melakukan recall konsumsi pangan 2x24 jam.
Konsumsi tablet besi adalah suplementasi tablet besi yang dikonsumsi ibu
hamil selama kehamilan.
Konsumsi teh adalah frekuensi konsumsi teh dalam waktu satu bulan.
Lingkungan adalah kondisi tempat tinggal ibu hamil yang meliputi ketersediaan
sarana kesehatan dan santasinya.
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan adanya virus yang
menyerang kekebalan tubuh ibu hamil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Tempat Penelitian
Kecamatan Ciampea berada di wilayah Kabupaten Bogor. Kecamatan
seluas 3234 ha ini memiliki 13 desa dengan jumlah penduduk laki-laki 61.400
jiwa dan penduduk perempuan 60.428 jiwa. Kecamatan Ciampea memiliki batasbatas wilayah sebagai berikut :
a. Batas utara
: Ranca Bungur
b. Batas selatan : Tenjolaya
c. Batas barat
: Kecamatan Cibungbulang
d. Batas timur
: Kecamatan Dramaga
Penduduk Kecamatan Ciampea memiliki pekerjaan yang beragam, antara
lain : pedagang, pengrajin, buruh, petani, pengusaha, pertukangan, Pegawai
Negeri Sipil, pengemudi/jasa, dan TNI/Polri. Tingkat pendidikan penduduk
Kecamatan Ciampea adalah tamat SD (55,19%), SLTA (17,18%), tidak tamat SD
(3,87%), dan sisanya adalah SLTP, tamat akademi, dan perguruan tinggi.
Kecamatan Ciampea memiliki sarana dan prasarana kesehatan sebanyak
145 buah yang terdiri dari puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, balai
pengobatan, apotek dan toko obat.
Karakteristik Contoh
Umur Contoh
Contoh pada penelitian ini adalah ibu hamil dengan umur berkisar antara
19 tahun hingga 35 tahun dengan umur rata-rata 27,58 tahun. Pada kelompok
anemia, seluruh contoh (100%) berada pada rentang umur 20-35 tahun
sedangkan pada kelompok non anemia persentase terbesar contoh juga berada
pada rentang umur 20-35 tahun, yaitu sebesar 91,7%. Dalam penelitian ini tidak
terdapat contoh ibu hamil dengan umur lebih dari 35 tahun. Secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa sebagian besar contoh tidak berada pada rentang umur
beresiko. Sebaran responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8
berikut.
Tabel 8 Sebaran contoh menurut umur
Umur
< 20 tahun
20-35 tahun
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
0
0,0
2
8,3
40
100,0
22
91,7
40
100,0
24
100,0
Total
n
2
62
64
%
3,1
96,9
100,0
Tingkat Pendidikan Contoh
Tingkat pendidikan contoh pada penelitian ini terbagi menjadi lima, yaitu :
(1) tidak sekolah, (2) SD/sederajat, (3) SMP/sederajat, (4) SMA/sederajat, dan
(5) perguruan tinggi (PT). Baik pada kelompok anemia maupun non anemia,
sebagian besar contoh menempuh pendidikan SD/sederajat dengan persentase
sebesar 60,0% untuk kelompok anemia dan 45,8% untuk kelompok non anemia.
Pada kelompok anemia hanya terdapat 1 contoh yang memiliki tingkat
pendidikan PT sedangkan pada kelompok non anemia sama sekali tidak ada
contoh yang memiliki tingkat pendidikan PT. Pada Tabel 9 dapat dilihat sebaran
contoh berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat
pendidikan
Tidak sekolah
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
PT
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
2
5,0
2
8,4
24
60,0
11
45,8
6
15,0
8
33,3
7
17,5
3
12,5
1
2,5
0
0,0
40
100,0
24
100,0
Total
n
4
35
14
10
1
64
%
6.3
54.7
21.9
15.6
1.6
100,0
Tingkat Pendidikan Suami Contoh
Tingkat pendidikan suami contoh diduga memiliki pengaruh secara tidak
langsung terhadap status anemia ibu hamil. Sama halnya dengan tingkat
pendidikan contoh, persentase terbesar pada suami contoh kelompok anemia
dan non anemia adalah pada tingkat SD/sederajat dengan persentase masingmasing sebesar 35,0% dan 41,7%. Sebaran tingkat pendidikan suami contoh
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10 Sebaran suami contoh berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat
pendidikan
Tidak sekolah
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
PT
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
6
15,0
2
8,3
14
35,0
10
41,7
6
15,0
5
20,8
11
27,5
7
29,2
3
7,5
0
0,0
40
100,0
24
100,0
Total
n
8
24
11
18
3
64
%
12,5
37,5
17,2
28,1
4,7
100,0
Besar Keluarga
Besar keluarga dapat digunakan untuk memberikan gambaran terhadap
jumlah pangan yang diterima oleh setiap anggota keluarga. Pada penelitian ini
yang dimaksud dengan anggota keluarga adalah kerabat yang menempati rumah
yang sama dengan sumber perolehan pangan yang sama. Besar keluarga
contoh berkisar antara 2 hingga 11 orang dengan rata-rata jumlah anggota
keluarga sebanyak 5,22 orang. Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian
besar keluarga contoh kelompok anemia maupun non anemia tergolong keluarga
kecil dengan persentase sebesar 42,5% untuk kelompok anemia dan 50,0%
untuk kelompok non anemia.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Besar keluarga
Kecil (≤ 4 orang)
Sedang (5-6 orang)
Besar (≥ 7 orang)
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
17
42,5
12
50,0
13
32,5
6
25,0
10
25,0
6
25,0
40
100,0
24
100,0
Total
n
29
19
16
64
%
45.3
29.7
25.0
100,0
Pendapatan
Contoh pada penelitian ini memiliki pendapatan/ bulan antara Rp 200.000
sampai dengan Rp 2.100.000 dengan rata-rata pendapatan Rp 664.867. Setelah
dibagi dengan jumlah anggota keluarga maka diperoleh pendapatan per kapita
per bulan, yaitu sekitar Rp 37.500 sampai dengan Rp 420.000 dengan rata-rata
pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp 140.212. pada Tabel 12 dapat
dilihat sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan per kapita per bulan. Pada
kelompok anemia, persentase terbesar keluarga contoh tergolong keluarga
miskin dengan persentase sebesar 67,5% sedangkan pada kelompok non
anemia sebagian besar keluarga contoh merupakan keluarga miskin dengan
persentase sebesar 58,3%. Namun demikian, selisih persentase antara contoh
non anemia yang miskin tidak terlalu besar dengan contoh non anemia yang
tidak miskin.
Secara keseluruhan, pada penelitian ini terdapat 64,1% contoh yang
tergolong keluarga miskin dan sisanya 35,9% contoh merupakan keluarga tidak
miskin. Angka kemiskinan ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan angka
kemiskinan di Indonesia sebesar 18,4% pada tahun 2005 .Penggolongan
tersebut berdasarkan data BPS (2004) untuk wilayah Indonesia.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan/kapita/bulan
Kategori keluarga
Miskin (< Rp 151.200)
Tidak miskin (≥ Rp 151.200)
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
27
67,5
14
58,3
13
32,5
10
41,7
40 100,0
24
100,0
Total
n
41
23
64
%
64,1
35,9
100,0
Selain pendapatan per kapita per bulan digunakan juga pendekatan
pengeluaran pangan. Pengeluaran pangan dihitung dengan menanyakan
sejumlah uang yang digunakan untuk membeli pangan dalam waktu sebulan.
Selanjutnya pengeluaran tersebut dibagi dengan jumlah anggota keluarga dan
diperoleh pengeluaran pangan per kapita per bulan. Rata-rata pengeluaran
pangan/kapita/bulan pada penelitian ini sebesar Rp 105.291 dengan besar
pengeluaran pangan/kapita/bulan terkecil Rp 30.750 dan terbesar Rp 304.883.
Rata-rata pengeluaran pangan/kapita/bulan pada penelitian ini tidak berbeda
jauh dengan hasil data dari BPS (2004) yang menyatakan bahwa rata-rata
pengeluaran
pangan/kapita/bulan
di
daerah
pedesaan
adalah
sebesar
Rp 108.112.
Seperti terlihat pada Tabel 13, persentase pengeluaran pangan per kapita
contoh kelompok anemia berada pada rentang Rp 60.000 – Rp 79.999
sedangkan
pada
kelompok
non
anemia
berada
pada
rentang
Rp 100.000 – Rp 149.999 dengan persentase masing-masing sebesar 25,0%
dan 37,5%. Secara keseluruhan, pengeluaran pangan/kapita/bulan pada
penelitian ini menyebar di tiap rentang pengeluaran pangan dalam persentase
yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Rentang pengeluaran pangan yang
memiliki persentase contoh paling besar yaitu Rp80.000 – Rp99.999 dan
Rp100.000 – Rp149.999 dengan persentase sebesar 21,9% untuk masingmasing rentang. Persentase terkecil terdapat pada rentang pengeluaran pangan
> Rp 300.000, yaitu sebesar 1,6%.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan besar pengeluaran pangan/kapita/bulan
Pengeluaran
pangan/kapita/bulan
(Rp)
< 60.000
60.000 – 79.999
80.000 – 99.999
100.000 – 149.999
150.000 – 199.999
200.000 – 299.999
> 300.000
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
9
22,5
4
16,7
10
25,0
1
4,2
9
22,5
5
20,8
5
12,5
9
37,5
4
10,0
5
20,8
2
5,0
0
0,0
1
2,5
0
0,0
40
100,0
24
100,0
Total
n
13
11
14
14
9
2
1
64
%
20,3
17,2
21,9
21,9
14,1
3,1
1,6
100,0
Status Pekerjaan Contoh
Status pekerjaan contoh dibagi ke dalam dua kategori, yaitu bekerja dan
tidak bekerja. Pada penelitian ini baik kelompok anemia maupun non anemia
sebagian besar contohnya tidak bekerja. Secara keseluruhan, terdapat 85,9%
contoh yang tidak bekerja dan sisanya 14,1% contoh bekerja. Berdasarkan uji
beda-t yang dilakukan, terdapat perbedaan yang nyata (p<0,01) antara dua
kelompok contoh (Lampiran 4). Pada Tabel 14 berikut dapat dilihat sebaran
contoh berdasarkan status pekerjaan.
Tabel 14 Sebaran contoh menurut status pekerjaan
Status pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
37
92,5
18
75,0
3
7,5
6
25,0
40
100,0
24
100,0
Total
n
55
9
64
%
85,9
14,1
100,0
Pengetahuan Gizi
Data pengetahuan gizi diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap
contoh melalui panduan kuesioner. Diberikan sepuluh item pertanyaan seputar
gizi secara umum maupun mengarah pada gizi untuk ibu hamil. Dapat dilihat
pada Tabel 14 bahwa pada sebesar 57,5% contoh pada kelompok anemia
memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang sedangkan pada kelompok non
anemia sebesar 50,0% contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang. Secara
keseluruhan, pada penelitian ini sebesar 48,4% contoh memiliki tingkat
pengetahuan gizi kurang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi
Tingkat
pengetahuan gizi
Kurang (< 60%)
Sedang (60-80%)
Baik (> 80%)
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
23
57,5
8
33,3
13
32,5
12
50,0
4
10,0
4
16,7
40
100,0
24
100,0
Total
n
8
25
31
64
%
12,5
39,1
48,4
100,0
Berdasarkan kemampuan menjawab dengan benar, maka pada Tabel 16
dapat dilihat bahwa materi pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar
oleh contoh adalah materi tentang pentingnya makanan sehat untuk ibu hamil
dengan persentase sebesar 78,1%. Berdasarkan persentase sebesar itu maka
dapat dikatakan bahwa kemampuan contoh menjawab pertanyaan dengan benar
masih tergolong kurang. Materi pertanyaan yang paling sedikit dapat dijawab
dengan benar oleh contoh adalah materi pertanyaan tentang kenaikan berat
badan ideal selama kehamilan dengan persentase sebesar 29,7%. Persentase
untuk pertanyaan yang lain dinilai juga masih rendah, misalnya pada materi zat
gizi yang penting untuk tulang dan gigi (34,4%), contoh pangan sumber protein
(35,9%), zat gizi untuk tambah darah (51,6%), serta jenis imunisasi untuk ibu
hamil (57,8%).
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan
pengetahuan gizi dengan benar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Materi pertanyaan
Manfaat bahan pangan pokok
Contoh pangan sumber protein
Pentingnya makanan sehat untuk ibu hamil
Zat gizi untuk tulang dan gigi
Zat gizi untuk tambah darah
Pengaruh status gizi ibu terhadap BBLB
Manfaat imunisasi untuk ibu hamil
Jenis imunisasi untuk ibu hamil
Pentingnya perawatan kehamilan
Kenaikan BB ideal selama kehamilan
n
42
23
50
22
33
46
40
37
45
19
%
65.6
35.9
78.1
34.4
51.6
71.9
62.5
57.8
70.3
29.7
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kadar Hb
Berdasarkan uji korelasi rank Spearman diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan contoh dengan kadar
Hb. Hal ini diduga karena tingkat pendidikan tidak secara langsung berhubungan
dengan status anemia. Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, diduga status
anemia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, seperti misalnya perilaku
sehat contoh dalam pemilihan pangan.
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Gizi
Berdasarkan uji korelasi rank Spearman yang dilakukan maka terdapat
hubungan nyata positif (r=0,266; p<0,05) antara pengetahuan gizi dengan tingkat
pendidikan contoh. Hal itu berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
contoh maka semakin baik pula pengetahuan gizinya. Hal ini senada dengan
pernyataan Oppeneer dan Vervoren (1983) diacu dalam Handayani (2000)
bahwa tingkat pendidikan yang dicapai seseorang mempunyai hubungan nyata
dengan pengetahuan gizi dari makanan yang dikosumsinya.
Hasil uji korelasi ini juga sekaligus dapat menjelaskan alasan mengapa
sebagian besar contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang.
Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar contoh memiliki tingkat
pendidikan yang juga rendah.
Hubungan Tingkat Pendidikan Suami dengan Pengetahuan Gizi Contoh
Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif antara pengetahuan gizi contoh dengan tingkat pendidikan suami contoh
(r=0,368; p<0,01). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan suami
contoh maka semakin baik pula pengetahuan gizi contoh. Dalam praktek seharihari diduga bahwa selain memperoleh pengetahuan gizi dari pendidikan formal
yang ditempuhnya, contoh juga memperoleh pengetahuan gizi dari suami.
Hubungan Umur dengan Kadar Hb
Uji korelasi rank Spearman menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat
hubungan yang nyata antara umur contoh dengan kadar Hb. Tidak adanya
hubungan tersebut diduga karena hampir sebagian besar contoh berada pada
rentang umur tidak beresiko.
Hubungan antara Pengeluaran Pangan dengan Kadar Hb
Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang nyata antara pengeluaran pangan dengan kadar Hb. Hal ini
diduga karena alokasi pengeluaran pangan tidak sepenuhnya ditujukan pada
pembelian pangan sumber hewani maupun pangan lain yang sifatnya
mendukung penyerapan zat besi dalam tubuh. Sebagaimana disebutkan oleh
Suhardjo (1989), pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak
menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Kadang-kadang perubahan
utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan ialah pangan yang dimakan lebih
mahal.
Hubungan Status Pekerjaan dengan Kadar Hb
Ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan kurang istirahat, konsumsi
makan yang tidak seimbang sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk
menderita anemia dibandingkan ibu yang tidak bekerja (Wijianto 2002). Hasil
analisis statistik menggunakan uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang nyata antara status pekerjaan contoh dengan
kadar Hb. Tidak adanya hubungan ini kemungkinan karena status pekerjaan
contoh yang sebagian besar tidak bekerja tidak menjamin contoh tidak
melakukan pekerjaan berat. Sebagian besar contoh adalah ibu rumah tangga.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, contoh melakukan berbagai pekerjaan
rumah yang dapat menguras tenaga. Pekerjaan rumah inilah yang besar
kemungkinannya mengakibatkan contoh merasa letih dan kurang istirahat.
Status Anemia Contoh
Status anemia contoh dilihat dari kadar Hb hasil pemeriksaan. Pada
penelitian ini kadar Hb contoh berkisar antara 8,75g/dL sampai dengan
12,91g/dL dengan rata-rata kadar Hb 10.71g/dL. Berdasarkan kadar Hb tersebut
contoh dibagi menjadi dua kategori, yaitu anemia (kadar Hb < 11 g/dL) dan non
anemia (kadar Hb ≥11 g/dL). Sebesar 62,5% contoh menderita anemia dan
37,5% contoh non anemia. Dengan demikian dapat sekaligus diketahui bahwa
prevalensi anemia di wilayah penelitian adalah sebesar 62,5%. Pada Tabel 17
dapat diketahui sebaran contoh berdasarkan status anemia.
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan status anemia
Status anemia
Anemia
Tidak anemia
Total
n
40
24
64
%
62,5
37,5
100
Usia Kehamilan
Contoh pada penelitian ini memiliki umur kehamilan antara 2 sampai
dengan 5 bulan dengan rata-rata umur kehamilan 3,20 bulan. Selanjutnya usia
kehamilan contoh dibagi menjadi dua kategori, yaitu trimester I dan trimester II.
Baik pada kelompok anemia maupun non anemia persentase terbesar adalah
contoh pada trimester I, yaitu sebesar 52,5% untuk kelompok anemia dan 83,3%
untuk kelompok non anemia. Sisanya, kehamilan contoh berada pada trimester II
dengan persentase sebesar 47,5% untuk kelompok anemia dan 16,7% untuk
kelompok non anemia (Tabel 18). Secara keseluruhan, sebesar 64,1%
kehamilan contoh berada pada trimester I.
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan trimester kehamilan
Usia kehamilan
I (0 – 3 bulan)
II (4-6 bulan)
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
21
52,5
20
83,3
19
47,5
4
16,7
40
100,0
24
100,0
Total
n
41
23
64
%
64,1
35,9
100,0
Hubungan Usia Kehamilan dengan Kadar Hb
Hasil analisis statistik menggunakan uji korelasi rank Spearman
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan nyata negatif antara usia kehamilan
dengan kadar Hb contoh (r=-0,464; p<0,01). Artinya, semakin besar usia
kehamilan contoh maka kadar Hb-nya semakin rendah. Semakin rendahnya
kadar Hb mengimplikasikan semakin besarnya resiko menderita anemia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Suwandono dan Soemantri
(1995) diacu dalam Darlina (2003) yang menyatakan bahwa meningkatnya
kejadian anemia dengan bertambahnya umur kehamilan disebabkan terjadinya
perubahan fisiologis pada kehamilan yang dimulai pada minggu ke-6, yaitu
bertambahnya volume plasma dan mencapai puncaknya pada minggu ke-26
sehingga terjadi penurunan kadar Hb. Selain itu Cheryl (1996) diacu dalam
Darlina (2003) mengungkapkan bahwa peningkatan volume plasma darah terjadi
lebih dahulu dibandingkan produksi sel darah merah. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar Hb dan hematokrit pada trimester I dan II sedangkan
pembentukan sel darah merah terjadi pada pertengahan akhir kehamilan
sehingga konsentrasi mulai meningkat pada trimester III kehamilan.
Hubungan Usia Kehamilan dengan Konsumsi Tablet Fe
Hasil analisis statistik menggunakan uji korelasi rank Spearman
menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata positif antara usia kehamilan
dengan konsumsi tablet Fe (r=0,437; p<0,01). Semakin bertambah usia
kehamilan
contoh
maka
semakin
besar
kecenderungan
contoh
untuk
mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini diduga karena seiring dengan bertambahnya
usia kehamilan maka kesadaran contoh akan kesehatan kehamilannya semakin
besar dan salah satunya ditunjukkan dengan mengkonsumsi tablet Fe.
Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang telah dilakukan oleh ibu hamil.
Paritas pada penelitian ini berkisar antara 0 sampai dengan 4. Seluruh contoh
(100%), baik pada kelompok anemia maupun non anemia tergolong ke dalam
kategori paritas rendah (0 – 5).
Hubungan Paritas dengan Status Anemia Gizi Besi
Paritas atau jumlah persalinan juga berhubungan dengan anemia.
Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar resiko
kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb (SKRT 1985-1986
diacu dalam Wijianto 2002). Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara paritas dengan status anemia
gizi besi. Tidak adanya hubungan antara paritas dengan status anemia gizi besi
tersebut diduga karena homogenitas paritas contoh. Seluruh contoh (100%)
termasuk ke dalam kategori paritas rendah.
Jarak kelahiran
Jarak kelahiran dihitung dari waktu awal kehamilan saat ini dengan
kelahiran
sebelumnya
yang
dinyatakan
dalam
satuan
bulan.
Jarak
kelahiandikategorikan menjadi dua, yaitu <24 bulan dan ≥24 bulan. Berdasarkan
kategori tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh, baik pada
kelompok anemia maupun non anemia, memiliki jarak kelahiran ≥ 24 bulan
dengan persentase masing-masing sebesar 77,5% dan 87,5%. Selebihnya,
contoh memiliki jarak kelahiran <24 bulan dengan persentase sebesar 22,5%
untuk kelompok anemia dan 12,5% untuk kelompok non anemia (Tabel 19).
Tabel 19 Sebaran contoh menurut jarak kelahiran
Jarak kelahiran
< 24 bulan
≥ 24 bulan
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
9
22,5
3
12,5
31
77,5
21
87,5
40
100,0
24
100,0
Total
N
12
52
64
%
18,8
81,3
100,0
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kelahiran yang pendek (Soejonoes 1991 diacu dalam Darlina
2003). Hal ini disebabkan karena adanya kekurangan nutrisi yang merupakan
mekanisme biologis dari pemulihan faktor hormonal (Malem 1998 diacu dalam
Darlina 2003). Menurut data Badan Koordinasi Berencana Naional [BKKBN]
(1995) diacu dalam Darlina (2003), jarak persalinan yang baik adalah minimal
24 bulan.
Hubungan antara Jarak kelahiran dengan Kadar Hb
Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan nyata antara jarak kehamilan dengan kadar Hb. Hal ini diduga karena
meskipun sebagian besar contoh memiliki jarak kelahiran yang baik, namun
apabila pangan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan maka proses
pemulihan faktor hormonal tidak dapat berjalan dengan baik.
Pemeriksaan kehamilan (ANC)
ANC (Ante Natal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap ibu hamil. Pada penelitian ini
ditanyakan kepada contoh mengenai pernah tidaknya contoh melakukan
pemeriksaan kehamilan. Pada Tabel 20 dapat diketahui bahwa sebesar 70,0%
contoh pada kelompok anemia dan 87,5% contoh pada kelompok non anemia
pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Berdasarkan uji
beda-t terdapat perbedaan yang nyata antara contoh kelompok anemia dengan
non anemia pada variabel ini (Lampiran 8).
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan status ANC
Pemeriksaan
kehamilan (ANC)
Tidak pernah
Pernah
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
12
30,0
3
12,5
28
70,0
21
87,5
40
100,0
24
100,0
Total
N
15
49
64
%
23,4
76,6
100,0
Hubungan Pemeriksaan Kehamilan dengan Kadar Hb
Berdasarkan uji korelasi rank Spearman diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat hubungan yang nyata antara pemeriksaan kehamilan dengan kadar Hb.
Hal ini diduga adanya kemungkinan bahwa meskipun contoh telah melakukan
pemeriksaan kehamilan dan memperoleh informasi tentang kesehatan diri dan
kehamilannya, namun contoh tidak sepenuhnya mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini didukung oleh rendahnya
tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi contoh.
Status KEK
KEK (Kurang Energi Kronis) merupakan suatu keadaan kekurangan
energi dalam waktu yang lama. KEK dapat dideteksi melalui pengukuran LILA
(Lingkar Lengan Atas). Status KEK terbagi menjadi dua kategori, yaitu KEK (LILA
< 23,5 cm) dan non KEK (LILA ≥ 23,5 cm). Pada penelitian ini sebagian besar
contoh, baik pada kelompok anemia maupun non anemia termasuk dalam
kategori non KEK dengan persentase sebesar 71,1% untuk kelompok anemia
dan 66,7% untuk kelompok non anemia. Sejumlah contoh lainnya termasuk
dalam kategori KEK dengan persentase sebesar 28,9% untuk kelompok anemia
dan 33,3% untuk kelompok non anemia (Tabel 21).
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan status KEK
Status KEK
KEK
Non KEK
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
11
28,9
7
33,3
27
71,1
14
66,7
38
100,0
21
100,0
Total
n
18
41
59
%
30,5
69,5
100,0
Hubungan Status KEK dengan Kadar Hb
Uji korelasi rank Spearman memberikan hasil bahwa tidak terdapat
hubungan yang nyata antara status KEK dengan kadar Hb. Hal ini diduga karena
variabel ini tidak secara langsung berhubungan dengan status anemia. Darlina
(2003) menyebutkan bahwa deteksi KEK dengan ukuran LILA yang rendah
mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari-hari
yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi.
Berdasarkan pendapat tersebut maka kemungkinan ibu hamil yang memiliki
ukuran LILA yang rendah belum dapat dipastikan menderita anemia.
Konsumsi Zat Gizi
Pangan yang dikonsumsi sehari-hari dapat menggambarkan status gizi
dan kesehatan seseorang. Pada penelitian ini dilakukan recall konsumsi pangan
selama 2 x 24 jam terhadap contoh. Data yang diperoleh kemudian diolah
menggunakan software Nutrisoft dan selanjutnya dapat diketahui sejumlah
energi, protein, dan zat gizi lainnya yang dikonsumsi oleh contoh.
Tingkat Kecukupan Energi
Tingkat kecukupan energi merupakan angka yang menggambarkan
perbandingan energi yang dikonsumsi contoh terhadap Angka Kecukupan Energi
menurut jenis kelamin, umur, dan kondisi fisiologis contoh. Rata-rata konsumsi
energi pada penelitian ini adalah sebesar 1230 kkal/hari. Angka ini dinilai cukup
rendah untuk konsumsi seorang ibu hamil. Rendahnya nilai rata-rata konsumsi
per hari ini kemungkinan disebabkan oleh adanya keluhan pada awal kehamilan,
seperti mual dan muntah. Adanya keluhan tersebut mengakibatkan rendahnya
asupan makanan oleh ibu hamil.
Pada
penelitian
ini
tingkat
kecukupan
energi
dihitung
dengan
memperhatikan umur dan usia kehamilan masing-masing contoh. Secara umum
tingkat kecukupan energi dikategorikan menjadi lima, yaitu : (1) defisit berat
(TKE<70% AKG), (2) defisit sedang (TKE:70–79% AKE), (3) defisit ringan
(TKE:80-89% AKE), (4) normal (TKE:90-119% AKE), dan (5) kelebihan
(TKE=120% AKE). Pada penelitian ini sebagian besar contoh (79,7%) memiliki
tingkat kecukupan energi dengan kategori defisit berat. Hanya sebesar 7,5%
contoh dari kelompok anemia dan 8,3% contoh dari kelompok non anemia yang
memiliki tingkat kecukupan energi yang normal (Tabel 22).
Tabel 22 Sebaran Tingkat Kecukupan Energi contoh
TKE
Defisit berat
(TKE < 70% AKE)
Defisit sedang
(TKE = 70–79% AKE)
Defisit ringan
(TKE = 80-89% AKE
Normal
(TKE = 90-119% AKE
Kelebihan
(TKE = 120% AKE)
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
n
%
33
82,5
18
75,0
51
79,7
1
2,5
3
12,5
4
6,2
3
7,5
0
0,0
3
4,7
3
7,5
2
8,3
5
7,8
0
0,0
1
4,2
1
1,6
40
100,0
24
100,0
Total
64
100,0
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Kadar Hb
Berdasarkan uji korelasi rank Spearman maka diperoleh hasil bahwa
tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat kecukupan energi dengan kadar
Hb. Hal ini diduga karena asupan energi yang diperoleh sebagian besar berasal
dari pangan sumber karbohidrat sehingga tidak memberikan sumbangan zat besi
dalam jumlah besar. Sebagaimana diketahui bahwa pangan yang memberikan
kontribusi lebih banyak dalam hubungannya dengan status anemia adalah zat
besi. Menurut Harli (1999), zat gizi besi (Fe) merupakan kelompok mineral yang
diperlukan, sebagai inti dari hemoglobin, unsur utama sel darah merah. Fungsi
sel darah merah itu penting mengingat tugasnya antara lain sebagai sarana
transportasi zat gizi, dan terutama juga oksigen yang diperlukan pada proses
fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh.
Tingkat Kecukupan Protein
Seperti halnya saat menghitung tingkat kecukupan energi, tingkat
kecukupan protein dihitung dengan membandingkan nilai konsumsi protein
dalam sehari dengan Angka Kecukupan Protein untuk ibu hamil. Pada penelitian
ini rata-rata konsumsi protein adalah sebesar 34,75 g/hari. Sebanyak 82,5%
contoh pada kelompok anemia dan 83,3% contoh pada kelompok non anemia
memiliki tingkat kecukupan protein dengan kategori defisit barat. Pada kelompok
anemia terdapat 7,5% contoh dengan tingkat kecukupan protein normal dan
pada kelompok non anemia terdapat 8,3% contoh yang termasuk dalam kategori
ini. Pada kedua kelompok tidak terdapat contoh dengan tingkat kecukupan
protein yang berlebih (Tabel 23).
Tabel 23 Sebaran Tingkat Kecukupan Protein contoh
TKP
Defisit berat
(TKP < 70% AKP)
Defisit sedang
(TKP = 70–79% AKP)
Defisit ringan
(TKP = 80-89% AKP)
Normal
(TKP = 90-119% AKP)
Kelebihan
(TKP = 120% AKP)
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
n
%
33
82,5
20
83,3
53
82,8
2
5,0
1
4,2
3
4,7
2
5,0
1
4,2
3
4,7
3
7,5
2
8,3
5
7,8
0
0,0
0
0,0
0
0,0
40
100,0
24
100,0
Total
64
100,0
Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Kadar Hb
Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan kadar Hb. Hal ini
diduga karena pangan sumber protein yang dikonsumsi contoh merupakan
sumber protein nabati. Sebagaimana diketahui bahwa pangan nabati merupakan
sumber zat besi non heme. Dalam penyerapannya, sumber zat besi non heme
lebih rendah dibandingkan dengan sumber zat besi heme. Lebih tingginya
konsumsi pangan sumber protein nabati daripada pangan sumber protein hewani
dapat dilihat dari rata-rata frekuensi konsumsi pangan nabati yang lebih banyak
daripada rata-rata rata-rata frekuensi pangan hewani.
Konsumsi Zat Besi
Zat gizi besi (Fe) merupakan kelompok mineral yang diperlukan, sebagai
inti dari hemoglobin, unsur utama sel darah merah (Harli 1999). Oleh karena itu
sangat penting mengkonsumsi pangan sumber zat besi setiap hari. Dalam
penelitian ini, konsumsi zat besi diketahui dengan cara melakukan recall
konsumsi pangan selama 2 x 24 jam. Hasil recall tersebut kemudian diolah dan
dapat diketahui sejumlah zat besi yang dikonsumsi contoh setiap harinya.
Menurut Riyadi et al. (1997), konsumsi zat besi ibu hamil dibedakan
antara
konsumsi
rendah
(<15mg/kapita/hari)
dan
konsumsi
tinggi
(≥15mg/kapita/hari). Rata-rata konsumsi besi contoh sebesar 5 mg/hari. Jumlah
ini terhitung sangat rendah jika dibandingkan dengan cut off point konsumsi besi
ibu hamil. Dapat dilihat pada Tabel 24 bahwa sebagian besar contoh, baik pada
kelompok anemia maupun non anemia mengkonsumsi zat besi dalam jumlah
rendah. Tercatat sebesar 95,0% contoh pada kelompok anemia dan 95,8%
contoh pada kelompok non anemia mengkonsumsi zat besi dalam jumlah yang
rendah. Persentase contoh yang mengkonsumsi zat besi dalam jumlah tinggi
sangat kecil, yaitu sebesar 5,0% contoh untuk kelompok anemia dan 4,2%
contoh untuk kelompok non anemia.
Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi zat besi
Konsumsi zat besi
Rendah (<15mg/kapita/hari)
Tinggi (≥15mg/kapita/hari)
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
38
95,0
23
95,8
2
5,0
1
4,2
40
100,0
24
100,0
Total
n
61
3
64
%
95,3
4,7
100,0
Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kadar Hb
Uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang nyata antara konsumsi zat besi dengan kadar Hb. Hal ini diduga karena
pangan sumber zat besi yang dikonsumsi bukan berasal dari besi heme
sehingga kurang bisa mendukung keberadaan zat besi dalam tubuh. Selain itu
kemungkinan besar konsumsi besi non heme tidak diimbangi dengan konsumsi
besi heme. Sebagaimana diketahui bahwa besi heme lebih mudah diserap oleh
tubuh daripada besi non heme. Selain itu menurut Almatsier (2002), makan besi
heme dan non heme secara bersama dapat meningkatkan penyerapan besi non
heme. Contoh pada penelitian ini mengkonsumsi pangan suber besi heme dalam
frekuensi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan frekuensi konsumsi
pangan sumber besi non heme.
Konsumsi Tablet Fe
Salah satu pangan sumber zat besi adalah tablet besi. Selama masa
kehamilan, biasanya seorang wanita akan menerima suplementasi besi berupa
tablet. Pada penelitian ini ditanyakan kepada contoh mengenai dikonsumsi atau
tidaknya tablet besi yang diberikan. Lebih dari separuh contoh (55,0% pada
kelompok anemia dan 58,3% pada kelompok non anemia) tidak mengkonsumsi
tablet besi. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi tablet Fe
Konsumsi tablet Fe
Tidak
Ya
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
22
55,0
14
58,3
18
45,0
10
41,7
40
100,0
24
100,0
Total
n
36
28
64
%
56,3
43,8
100,0
Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Kadar Hb
Berdasarkan uji korelasi rank Spearman maka diperoleh hasil bahwa
tidak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi tablet Fe dengan kadar Hb.
Hal ini diduga karena konsumsi pangan sumber Fe, termasuk tablet Fe
dipengaruhi oleh penyerapan zat besi dalam tubuh. Zat besi akan dapat diserap
dengan baik apabila tubuh dalam keadaan optimal/ sehat dan didukung adanya
zat yang membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.
Konsumsi Vitamin C
Defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi pangan
hewani yang banyak mengandung besi (seperti daging, ayam, ikan, kerang,
susu, dan keju) yang mudah diserap oleh tubuh. Di samping itu dapat pula
disebabkan oleh rendahnya konsumsi m akanan yang mendorong zat besi seperti
vitamin C dan protein serta adanya zat penghambat (inhibitor) penyerapan besi
seperti fitat, tannin, pektin (Effendi, Briawan, & Barunawati 2000). Pada penelitian
ini sebagian besar contoh pada kelompok anemia (92,5%) maupun non anemia
(100,0%) mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang kurang. Sebaran contoh
berdasarkan konsumsi vitamin C dapat dilihat pada Tabel 26 berikut.
Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi vitamin C
Konsumsi vitamin C
Kurang (< 85 mg/hr)
Cukup (≥ 85 mg/hr)
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
37
92,5
24
100,0
3
7,5
0
0,0
40
100,0
24
100,0
Total
n
61
3
64
%
95,3
4,7
100,0
Hubungan Konsumsi Vitamin C dengan Kadar Hb
Uji korelasi rank Spearman memberikan hasil bahwa tidak terdapat
hubungan yang nyata antara konsumsi vitamin C dengan kadar Hb. Tidak
adanya hubungan ini diduga karena dalam hal ini vitamin C berfungsi sebagai zat
yang membantu penyerapan zat besi, bukan sebagai zat yang memiliki
kandungan besi. Oleh karena itu fungsi vitamin C ini menjadi tidak berarti apabila
tidak disertai dengan konsumsi pangan sumber besi yang tinggi.
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Konsumsi Energi dan Vitamin C
Hasil analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan nyata positif (r=0,275; p<0,05) antara tingkat
pendidikan contoh dengan konsumsi energi. Artinya, semakin tinggi tingkat
pendidikan contoh maka semakin cukup pula konsumsi energinya. Selain itu juga
terdapat hubungan positif nyata (r=0,339; p<0,01) antara tingkat pendidikan
contoh dengan konsumsi vitamin C.
Berdasarkan korelasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa tingkat
pendidikan contoh mempengaruhi status gizi dan kesehatan pada keluarga.
Contoh yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki
tingkat pengetahuan gizi yang lebih dalam memilih pangan yang baik dan pada
akhirnya akan mempengaruhi konsumsi energi dan vitamin C.
Konsumsi Teh
Polifenol seperti tanin dalam teh, kopi dan sayuran tertentu, mengikat besi
heme membentuk kompleks besi-tannat yang tidak larut sehingga zat besi tidak
dapat diserap dengan baik (Alsuhendra 2005). Pada penelitian ini konsumsi zat
inhibitor lebih ditujukan pada konsumsi teh. Data konsumsi teh diperoleh dengan
menanyakan frekuensi konsumsi teh melalui FFQ terhadap contoh.
Berdasarkan
data
FFQ
maka
diperoleh
hasil
bahwa
contoh
mengkonsumsi teh antara 0 – 30 kali dalam sebulan dengan rata-rata konsumsi
13 kali. Hal ini berarti bahwa ada beberapa responden yang sama sekali tidak
mengkonsmsi teh dan sisanya mengkonsumsi teh setiap hari. Pada Tabel 27
dapat dilihat bahwa sebesar 42,5% contoh pada kelompok anemia sama sekali
tidak mengkonsumsi teh dalam sebulan. Pada kelompok non anemia, sebesar
45,8% contoh mengkonsumsi teh sebanyak 16 – 30 kali sebulan.
Tabel 27 Frekuensi konsumsi teh selama 1 bulan terakhir
Frekuensi konsumsi teh
sebulan
0
1-3
4–8
9 – 15
16 – 30
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
17
42,5
8
33,4
3
7,5
2
8,3
3
7,5
3
12,5
2
5,0
0
0,0
15
37,5
11
45,8
40
100,0
24
100,0
Total
n
25
5
6
2
26
64
%
39.1
7.8
9.4
3.1
40.6
100,0
Hubungan Frekuensi Konsumsi Teh dengan Kadar Hb
Uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang nyata antara frekuensi konsumsi teh dengan kadar Hb. Meskipun demikian,
terdapat hubungan nyata negatif antara frekuensi konsumsi teh dengan
konsumsi zat besi (r=-0,247; p<0,05). Hal ini berarti bahwa semakin sering
frekuensi konsumsi teh, maka semakin rendah zat besi yang dikonsumsi.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu penyebab anemia adalah rendahnya
konsumsi zat besi. Dengan demikian hubungan antara frekuensi konsumsi teh
dengan status anemia merupakan suatu hubungan tidak langsung.
Morbiditas
Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh
akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pasca
bedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing
tambang, malaria, TBC) (Anonim 2006). Pada penelitian ini ditanyakan kepada
contoh tentang riwayat kesehatan selama sebulan terakhir. Status kesehatan
dikategorikan menjadi tiga, yaitu : tidak sakit, sakit non infeksi, dan sakit infeksi.
Pada kelompok anemia, sebesar 67,55% contoh menderita sakit infeksi selama
sebulan terakhir sedangkan pada kelompok non anemia sebesar 58,4% contoh
menderita penyakit non infeksi selama sebulan terakhir. Secara keseluruhan,
sebagian besar contoh (54,7%) menderita penyakit infeksi selama sebulan
terakhir. Selebihnya, 34,4% contoh menderita penyakit non infeksi dan 10,9%
contoh tidak sakit. Tabel 28 dapat menggambarkan sebaran contoh berdasarkan
status kesehatan selama sebulan terakhir.
Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan
Status kesehatan
Tidak sakit
Sakit non infeksi
Sakit infeksi
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
5
12,5
2
8,3
8
20,0
14
58,4
27
67,5
8
33,3
40
100,0
24
100,0
Total
n
7
22
35
64
%
10,9
34,4
54,7
100,0
Hubungan Morbiditas dengan Kadar Hb
Berdasarkan uji korelasi rank Spearman diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan nyata negatif antara morbiditas dengan kadar Hb (p=-0,268; r<0,05).
Hal ini berarti bahwa semakin besar kecenderungan seseorang menderita sakit
infeksi (skor morbiditas semakin besar), maka semakin rendah kadar Hb
seseorang (kecenderungan untuk menderita anemia semakin besar).
Lingkungan
Lingkungan hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan seseorang. Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit karena
penyakit terjadi akibat adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan
hidupnya (Slamet 1996). Oleh karena itu pada penelitian ini diamati kondisi
lingkungan rumah contoh. Pengamatan yang dilakukan meliputi sumber air,
ventilasi, kepemilikan septic tank, dan tempat sampah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slamet (1996) yang menyatakan bahwa sarana sanitasi dasar yang
berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air (sumber
air), jamban dan pembuangan sampah.
Pada penelitian ini sebesar 57,5% contoh pada kelompok anemia
memiliki kondisi lingkungan yang baik dan sebesar 42,5% contoh memiliki
kondisi lingkungan yang tidak baik. Pada kelompok non anemia, sebesar 45,8%
contoh memiliki kondisi lingkungan yang baik dan 54,2% contoh memiliki kondisi
lingkungan yang tidak baik. Secara keseluruhan, sebagian besar contoh memiliki
kondisi lingkungan yang baik dengan persentase sebesar 53,1%. Pada tabel 29
dapat dilihat sebaran contoh berdasarkan kondisi lingkungan secara lengkap.
Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan
Tidak baik
Baik
Total
Status anemia
Anemia
Non anemia
n
%
n
%
17
42,5
13
54,2
23
57,5
11
45,8
40
100,0
24
100,0
Total
n
30
34
64
%
46,9
53,1
100,0
Hubungan Lingkungan dengan Kadar Hb
Uji korelasi rank Spearman memberikan hasil bahwa tidak terdapat
hubungan yang nyata antara kondisi lingkungan contoh dengan kadar Hb. Tidak
adanya hubungan ini diduga karena lingkungan berhubungan erat dengan
perilaku seseorang. Meskipun sebagian besar lingkungan contoh merupakan
lingkungan yang baik, namun ada kemungkinan perilaku contoh yang kurang
sehat dalam kesehariannya mendukung timbulnya penyakit yang dapat
mendorong seseorang menderita anemia gizi besi.
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Lingkungan
Pendidikan formal sangat penting dalam menentukan status gizi keluarga.
Kemampuan baca tulis di pedesaan akan membantu dalam memperlancar
komunikasi dan penerimaan informasi, dengan demikian informasi tentang
kesehatan akan lebih mudah diterima oleh keluarga (Sukarni 1989).
Variabel lain yang juga mempunyai hubungan nyata positif dengan tingkat
pendidikan contoh adalah skor lingkungan (r=0,408; p<0,01). Hasil analisis
menggunakan korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan contoh maka skor lingkungannya juga semakin besar.
Berdasarkan korelasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa tingkat
pendidikan contoh mempengaruhi kesehatan keluarga, khususnya kesehatan
lingkungan. Contoh yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung
memiliki tingkat pengetahuan yang lebih dalam hal memelihara kesehatan
lingkungannya.
Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil
Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia
pada ibu hamil digunakan analisis multivariat uji statistik regresi linear berganda.
Pada saat analisis semua faktor yang diduga berpengaruh terhadap status
anemia dimasukkan sebagai variabel independent sedangkan status anemia
sebagai variabel dependent. Variabel yang dimasukkan sebagai variabel
independent yaitu : umur ibu, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita per
bulan, pengeluaran pangan per kapita per bulan, status pekerjaan, pengetahuan
gizi, usia kehamilan, ANC, jarak kelahiran, paritas, status KEK, konsumsi energi,
konsumsi protein, konsumsi zat besi, konsumsi vitamin C, konsumsi tablet besi,
konsumsi teh, kondisi lingkungan, dan morbiditas.
Uji statistik regresi linear berganda dengan metode Backward Wald
menghasilkan 18 model. Berdasarkan pertimbangan nilai R2 adjusted dan jumlah
variabel yang berpengaruh nyata, maka dipilih model 18. Pada model ini terdapat
dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap status anemia pada ibu hamil.
Kedua variabel tersebut adalah usia kehamilan dan ANC (pemeriksaan
kehamilan) dengan nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,00 dan 0,06. Nilai
probabilitas kedua variabel ini lebih kecil dari taraf signifikasi (0,09) sehingga
kedua variabel ini secara nyata berpengaruh terhadap status anemia pada ibu
hamil. Secara bersama-sama kedua variabel ini memberikan pengaruh terhadap
status anemia pada ibu hamil sebesar 25,2%. Berdasarkan uji regresi linear
berganda ini maka dapat dibuat suatu persamaan sebagai berikut :
Y = 0,773 - 0,215 USKEH + 0,371
ANC
di mana :
Y
= status anemia gizi pada ibu hamil
USKEH
= usia kehamilan (bulan)
ANC
= status Ante Natal Care
Pada penelitian ini variabel morbiditas diketahui mempunyai hubungan
yang nyata dengan kadar Hb contoh. Akan tetapi pada saat dilakukan uji regresi
linear berganda, variabel ini tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
status anemia pada ibu hamil. Variabel selain usia kehamilan yang justru
memebrikan pengaruh nyata terhadap status anemia ibu hamil adalah status
ANC. Hal ini diduga karena variabel morbiditas memiliki hubungan yang nyata
positif dengan status ANC (r=0,258; p<0,05). Hal ini berarti bahwa semakin besar
skor morbiditas maka akan semakin besar pula kecenderungan ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Adanya hubungan yang
nyata dari kedua variabel inilah yang diduga mengakibatkan pada uji regresi
linear berganda ini variabel status ANC memberikan pengaruh nyatanya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata
umur contoh adalah 27,58 tahun dengan persentase terbesar (96,9%) pada
rentang 20 – 35 tahun. Sebagian besar contoh (54,7%) memiliki tingkat
pendidikan SD/sederajat. Persentase terbesar tingkat pendidikan suami contoh
juga berada pada tingkat SD/sederajat, yaitu sebesar 37,5%. Hampir sebagian
(45,3%) keluarga contoh merupakan keluarga kecil (≤ 4 orang).
Lebih dari separuh keluarga contoh (64,1%) merupakan keluarga miskin
dengan
rata-rata
pendapatan/kapita/bulan
sebesar
Rp140.212.
Melalui
pendekatan pengeluaran pangan, dapat diketahui rata-rata pengeluaran
pangan/kapita/bulan adalah sebesar Rp105.291. Sebagian besar contoh (85,9%)
tidak bekerja dan sebanyak 48,4% contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi
kurang. Materi pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh contoh adalah
materi seputar pentingnya makanan sehat bagi ibu hamil sedangkan materi yang
paling sedikit dijawab benar adalah materi tentang kenaikan berat badan ideal
selama kehamilan.
Prevalensi anemia pada ibu hamil di wilayah penelitian ini adalah sebesar
62,5%. Rata-rata umur kehamilan contoh adalah 3,20 bulan dengan persentase
terbesar (64,1%) contoh berada pada trimester I. Pada penelitian ini seluruh
contoh (100%) tergolong ke dalam kategori paritas rendah (0 – 5) dimana
sebagian besar contoh (81,3%) memiliki jarak kehamilan ≥ 24 bulan. Sebanyak
76,6% contoh pernah melakukan pemeriksaan kehamilan. Pada penelitian ini
sebagian besar contoh termasuk dalam kategori non KEK dengan persentase
sebesar 69,5%.
Rata-rata konsumsi energi pada penelitian ini adalah 1230 kkal/org/hari
dimana sebagian besar contoh (79,7%) memiliki tingkat kecukupan energi
dengan kategori defisit berat (<70% AKE). Rata-rata konsumsi protein sebesar
34,75 g/org/hari dengan 82,8% contoh memiliki tingkat kecukupan protein
dengan kategori defisit berat (<80% AKP). Hampir seluruh contoh (95,3%)
mengkonsumsi zat besi dalam jumlah yang rendah (<15mg/kapita/hari) dan
dengan persentase yang sama sejumlah contoh mengkonsumsi vitamin C dalam
jumlah yang kurang (<85 mg/hr). Sebesar 43,8% contoh mengkonsumsi tablet Fe
yang diterima. Persentase contoh yang mengkonsumsi teh dengan frekuensi
16-30 kali/bulan tidak berbeda jauh dengan persentase contoh yang tidak
mengkonsumsi teh. Tercatat 40,6% contoh mengkonsumsi teh dengan frekuensi
16-30 kali/bulan dan 39,1% contoh tidak mengkonsumsi teh. Sebagian besar
contoh (54,7%) menderita penyakit infeksi selama sebulan terakhir dan sebesar
53,1% contoh memiliki kondisi lingkungan yang baik.
Variabel yang mempunyai hubungan nyata dengan status anemia gizi
besi adalah usia kehamilan dan morbiditas. Selain itu korelasi rank Spearman
menunjukkan hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan
gizi, hubungan tingkat pendidikan suami contoh dengan pengetahuan gizi
contoh, hubungan usia kehamilan dengan konsumsi tablet Fe, hubungan tingkat
pendidikan dengan konsumsi energi dan vitamin C, frekuensi konsumsi teh
dengan konsumsi zat besi, dan hubungan tingkat pendidikan dengan lingkungan.
Uji statistik regresi linear berganda dengan metode Backward Wald
menghasilkan 18 model. Berdasarkan pertimbangan nilai R2 adjusted dan jumlah
variabel yang berpengaruh nyata, maka dipilih model 18. Pada model ini terdapat
dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap status anemia gizi pada ibu
hamil. Kedua variabel tersebut adalah usia kehamilan dan ANC (pemeriksaan
kehamilan). Secara bersama-sama kedua variabel ini memberikan pengaruh
terhadap status anemia gizi pada ibu hamil sebesar 25,2%.
Saran
Mengingat masih tingginya prevalensi anemia gizi pada ibu hamil di
wilayah penelitian, hendaknya perlu diambil tindakan penanggulangan dan
pencegahan lebih lanjut. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan
pengetahuan gizi dan kesehatan. Materi yang disampaikan bisa beragam,
misalnya materi tentang zat gizi yang penting untuk tulang dan gigi, tentang
contoh pangan sumber protein, tentang zat gizi untuk tambah darah, serta jenis
imunisasi untuk ibu hamil. Selain itu suami contoh dapat diikutsertakan dalam
upaya ini mengingat pengetahuan gizi contoh berhubungan dengan tingkat
pendidikan suami contoh.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan status anemia gizi
pada ibu hamil adalah dengan meningkatkan kunjungan pemeriksaan kehamilan
ke tenaga kesehatan secara rutin sesuai dengan usia kehamilan ibu. Satu hal
yang perlu ditegaskan bahwa upaya yang dilakukan sebaiknya memperhatikan
usia kehamilan. Artinya, upaya yang dilakukan diduga semakin berpengaruh baik
apabila dilakukan sejak awal kehamilan mengingat usia kehamilan adalah
variabel yang pengaruhnya paling besar terhadap status anemia pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Alsuhendra. 2005. Sudah Banyak Konsumsi Sayur Masih Saja Kurang Darah.
http://www.halalmui.or.id/?module=article&sub=article&act=view&id=78
[21 Agustus 2006].
Andonotopo W, Arifin MT. 2005. Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada
Janin 5(1).[terhubung berkala]. http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=112
[7 Mei 2006].
Anonim. 2001. Mabuk Pagi, Ibu Hamil Bisa Kurang Gizi. [terhubung berkala].
http://www.indomedia.com/intisari/2001/Sept/warna_hamil.htm.
[7 Mei
2006].
_______. 2004. Survei Anemia pada Anak Play Group, TK, SD, dan SMP di
Wilayah Puskesmas Gandusari Tahun 2004. [terhubung berkala]. [7 Mei
2006]
_______. 2006a. 7 dari 10 Wanita Hamil Terkena Anemia [terhubung
berkala]. F:\internet\Ikhwal Milis Balita-Anda.htm. [27 April 2006].
_______. 2006b. Poverty Reduction Trust Fund: Alternatif Pembiayaan
Penanggulangan dan Pengurangan Kemiskinan [terhubung berkala].
http://menkokesra.go.id/content/view/294/39/. [7 Oktober 2006].
Aryani D. 2004. Analisis Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi (Protein, Zat Besi,
Vitamin C, Asam Folat, Vitamin B12) pada Penderita Penyakit Gangguan
Saluran Pencernaan dan Hubungannya dengan Status Anemia di RSU
PMI Bogor [skipsi].
Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahar H. 2006. Infeksi, Perbaiki Gizi Ibu Hamil. [terhubung berkala].
http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=21240. [9 mei 2006].
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia 2004. Jakarta.
Darlina. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi
pada Ibu Hamil [skipsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Laporan Survei
Kesehatan Rumah Tangga 2001 : Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil.
Jakarta : Depkes RI.
__________ Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1994.
Pedoman Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) pada
Wanita Usia Subur. Jakarta : Depkes RI.
Effendi YH, D Briawan, M Barunawati. 2000. Keragaan Konsumsi Pangan dan
Kadar Serum Darah Mineral Besi (Fe) dan Seng (Zn) dalam Serum Darah
Ibu Hamil. Media Gizi dan Keluarga tahun XXIV No 1.
Handayani, R. 2000. Pengaruh Keadaan Sosio-Ekonomi terhadap Pola
Konsumsi Makan dan Hubungannya dengan Obesitas pada Lansia
[skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor-faktor Sosial, Ekonomi, dan Biologi
yang Mempengaruhi Kejadian KEK pada Ibu Hamil. Bogor : Departemen
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
_________, D Briawan. 2000. Dampak Pemberian Biskuit Multigizi pada
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil. Media Gizi dan Keluarga tahun
XXIV No 2 :132-138.
_________, D Martianto. 1992. Gizi Terapan. Bogor : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
_________, V Tambunan. 2004. Angka Kecukupan Energi, Lemak, dan Serat
Makanan. Di dalam : Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah
dan Globalisasi. Prosiding Widya Karya Pangan dan Gizi VIII; Jakarta,
17–19 Mei 2004. Jakarta : Persagi. 317.
Harli M. 1999. Mengatasi Penyebab Anemia Kurang Gizi [terhubung berkala].
http://www.indomedia.com/intisari/1999/oktober/anemia.htm.
[7 Mei
2006].
Kartona D, M Soekatri. 2004. Angka Kecukupan Mineral : Besi, Iodium, Seng,
Mangan, Selenium. Di dalam : Ketahanan Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi. Prosiding Widya Karya Pangan dan
Gizi VIII; Jakarta, 17–19 Mei 2004. Jakarta : Persagi. 393 – 415.
Karyadi E. 2001. Mabuk Pagi, Ibu Hamil Bisa Kurang Gizi [terhubung berkala].
http://www.indomedia.com/intisari/2001/Sept/warna_hamil.htm.
[7 Mei
2006].
Khomsan A. 1997. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku tentang Anemia pada
Peserta dan Bukan Peserta Program Suplementasi Tablet Besi pada Ibu
Hamil. Media Gizi dan Keluarga tahun XXI No 2 : 1-7.
__________. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : Jurusan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Lila IN, TG Oka, IWPS Yasa. 1992. Efektivitas Pemberian Zat Besi terhadap
Peningkatan Kadar Hb dan Serum Feritin Ibu Hamil di Puskesmas.
[skipsi].
Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Lumenta B. 1990. Penyakit, Citra Alam dan Budaya. Yogyakarta : Kanisius.
Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan [PPKP] Deptan & GMSK-IPB. 2005.
Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Bogor : Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.
Rasmaliah. 2004. Anemia Kurang Besi dalam Hubungannya dengan Infeksi
Cacing pada Ibu Hamil [skripsi]. Sumatera Utara : Universitas Sumatera
Utara.
Riyadi H, Hardinsyah, F Anwar. 1997. Faktor-faktor Resiko Anemia pada Ibu
Hamil. Media Gizi dan Keluarga tahun XXI No 2.
Sediaoetama A. D. 1987. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.
Setiawan B, S Rahayuningsih. 2004. Angka Kecukupan Vitamin Larut Air.
Di dalam : Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi. Prosiding Widya Karya Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17–19
Mei 2004. Jakarta : Persagi. 355.
Slamet. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Solo : Dabara Publisher.
Slamet J S. 1996. Kesehatan Lingkungan.
University Press.
Yogyakarta : Gadjah Mada
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Sukarni MC. 1989. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bogor : Pusat Antar
Universitas. Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Wijianto. 2002. Dampak Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) dan Faktorfaktor yang Berpengaruh terhadap Anemia Gizi Ibu Hamil di Kabupaten
Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah [skipsi]. Bogor : Departemen Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yongky. 2004. Pertumbuhan dan Perkembangan Prenatal. Bogor [tesis].
Bogor : Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Lampiran 1. Analisis Hubungan Umur dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
-.118
Umur Ibu hamil
Sig. (2-tailed)
.355
N
64
Lampiran 2. Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Contoh dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
.153
Tingkat pendidikan
Sig. (2-tailed)
.227
N
64
Lampiran 3. Analisis Hubungan Pengeluaran Pangan dengan Kadar Hb
CorrelationsSpearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
.196
Pengeluaran
Sig. (2-tailed)
.121
pangan/kapita/bulan
N
64
Lampiran 4. Analisis Hubungan Status Pekerjaan dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
.226
Status pekerjaan
Sig. (2-tailed)
.072
N
64
Lampiran 5. Analisis Hubungan Usia Kehamilan dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient -.464**
Usia kehamilan
Sig. (2-tailed)
.000
N
64
** Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).
Lampiran 6. Analisis Hubungan Paritas dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
-.098
Paritas
Sig. (2-tailed)
.440
N
64
Lampiran 7. Analisis Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
.042
Jarak kelahiran
Sig. (2-tailed)
.740
N
64
Lampiran 8. Analisis Hubungan Pemeriksaan Kehamilan dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
.032
Pemeriksaan kehamilan (ANC)
Sig. (2-tailed)
.802
N
64
Lampiran 9. Analisis Hubungan Status KEK dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Correlation Coefficient
Status KEK
Sig. (2-tailed)
N
Kadar Hb
.144
.277
59
Lampiran 10. Analisis Hubungan Konsumsi Energi dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Correlation Coefficient
Konsumsi energi
Sig. (2-tailed)
N
Kadar Hb
-.138
.276
64
Lampiran 11. Analisis Hubungan Konsumsi Protein dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Correlation Coefficient
Konsumsi protein
Sig. (2-tailed)
N
Kadar Hb
-.004
.974
64
Lampiran 12. Analisis Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Correlation Coefficient
Konsumsi zat besi
Sig. (2-tailed)
N
Kadar Hb
-.142
.263
64
Lampiran 13. Analisis Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
-.092
Konsumsi tablet Fe
Sig. (2-tailed)
.469
N
64
Lampiran 14. Analisis Hubungan Konsumsi Vitamin C dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
.033
Konsumsi vitamin C
Sig. (2-tailed)
.799
N
64
Lampiran 15. Analisis Hubungan Konsumsi Teh dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
.138
Konsumsi teh
Sig. (2-tailed)
.275
N
64
Lampiran 16. Analisis Hubungan Morbiditas dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
-.268*
Morbiditas
Sig. (2-tailed)
.003
N
64
* Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).
Lampiran 17. Analisis Hubungan Lingkungan dengan Kadar Hb
Correlations Spearman's rho
Kadar Hb
Correlation Coefficient
-.018
Lingkungan
Sig. (2-tailed)
.889
N
64
Lampiran 18. Hasil Independent-Samples T Test
Group Statistics
UMBU
STAT.ANE
0
1
40
Mean
28.23
Std. Deviation
4.532
Std. Error
Mean
.717
24
40
26.50
33.03
4.118
5.894
.841
.932
24
40
33.21
2.53
6.718
.933
1.371
.148
24
40
2.50
2.78
.834
1.230
.170
.194
24
40
2.71
140274.44
.999
88135.963
.204
13935.519
24
40
140107.99
100530.91
60631.557
66410.556
12376.365
10500.431
24
40
104443.66
3.58
44436.252
1.035
9070.512
.164
24
40
2.58
53.50
.881
25.374
.180
4.012
24
40
60.42
.45
29.706
.504
6.064
.080
24
40
.42
.70
.504
.464
.103
.073
24
40
.88
2.55
.338
.714
.069
.113
24
40
2.25
49.63
.608
37.063
.124
5.860
24
40
51.83
.08
29.192
.267
5.959
.042
24
40
.25
2.00
.442
1.062
.090
.168
24
38
1.71
24.684
1.083
2.1646
.221
.3512
21
40
25.057
1244.50
2.5163
322.493
.5491
50.991
24
40
1183.63
34.5272
475.325
12.70325
97.025
2.00856
24
40
34.1747
4.7075
14.09773
3.50987
2.87769
.55496
24
40
4.8792
27.3250
6.52460
34.89151
1.33183
5.51683
N
UMSU
0
1
PENDBU
0
1
PENSU
0
1
PERKPITA
0
1
PENGKAP
0
1
USKEH
0
1
PENGIZ
0
1
FE
0
1
ANC
0
1
MORBIDIT
0
1
JARAK
0
1
STATPEK
0
1
PARITAS
0
1
LILA
0
1
E.NUTRI
0
1
PROT.NUT
0
1
FE.NUTRI
VITC.NUT
0
1
0
SKORLING
1
0
24
40
25.3125
2.58
22.34795
.931
4.56176
.147
TKE
1
0
24
40
2.58
1.18
.830
.385
.169
.061
TKP
1
0
24
40
1.25
1.13
.442
.335
.090
.053
FFQ.TEH
1
0
24
40
1.13
1.88
.338
1.842
.069
.291
1
24
2.17
1.834
.374
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
F
UMBU
UMSU
PENDBU
PENSU
PERKPITA
PENGKAP
USKEH
PENGIZ
FE
ANC
MORBIDIT
JARAK
STATPEK
PARITAS
LILA
E.NUTRI
PROT.NUT
FE.NUTRI
VITC.NUT
SKORLING
TKE
TKP
FFQ.TEH
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Sig.
.819
.369
.295
.589
.381
2.146
.540
.148
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
1.524
62
.133
1.73
1.132
1.562
52.290
.124
1.73
-.114
62
.909
-.18
-.111
43.662
.912
.108
62
.111
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
-.537
3.987
1.105
-.491
3.941
1.604
-3.390
3.023
-.18
1.658
-3.526
3.159
.914
.02
.232
-.438
.488
52.926
.912
.02
.225
-.427
.477
.225
62
.823
.07
.297
-.527
.660
.237
56.356
.814
.07
.282
-.498
.631
166.45
20412.474
-40637.5
40970.405
2.447
.123
.008
62
.994
.009
60.725
.993
166.45
18637.948
-37105.8
37438.740
1.306
.258
-.256
62
.799
-3912.75
15290.009
-34477.0
26651.543
-.282
61.167
.779
-3912.75
13875.635
-31657.3
23831.761
3.917
62
.000
.99
.253
.486
1.498
4.080
54.748
.000
.99
.243
.504
1.479
-.990
62
.326
-6.92
6.987
-20.884
7.051
-.951
42.718
.347
-6.92
7.271
-21.582
7.749
.256
62
.799
.03
.130
-.227
.293
.256
48.586
.799
.03
.130
-.228
.295
-1.607
62
.113
-.18
.109
-.393
.043
-1.738
59.549
.087
-.18
.101
-.376
.026
1.717
62
.091
.30
.175
-.049
.649
1.788
54.738
.079
.30
.168
-.036
.636
-.249
62
.804
-2.21
8.870
-19.940
15.523
-.264
57.362
.793
-2.21
8.358
-18.942
14.525
-1.979
62
.052
-.18
.088
-.352
.002
-1.756
33.200
.088
-.18
.100
-.378
.028
1.056
62
.295
.29
.276
-.260
.844
1.051
47.830
.299
.29
.278
-.266
.850
-.598
57
.552
-.373
.6238
-1.6221
.8762
-.572
36.412
.571
-.373
.6518
-1.6943
.9484
.610
62
.544
60.88
99.744
-138.511
260.261
.555
35.847
.582
60.88
109.608
-161.454
283.204
.103
62
.918
.3524
3.41796
-6.47998
7.18483
.100
44.623
.920
.3524
3.50933
-6.71738
7.42223
-.137
62
.891
-.1717
1.25277
-2.67591
2.33258
1.999
.650
.281
13.354
1.407
2.366
16.584
.025
.162
.423
.598
.001
.240
.129
.000
.876
1.465
.231
2.642
.109
.654
.422
.794
.376
-.119
31.127
.906
-.1717
1.44283
-3.11384
2.77051
1.686
.199
.253
62
.801
2.0125
7.96269
-13.90470
17.92970
.281
61.674
.780
2.0125
7.15856
-12.29877
16.32377
.403
.528
-.036
62
.971
-.01
.231
-.470
.453
-.037
53.013
.971
-.01
.224
-.458
.442
-.714
62
.478
-.07
.105
-.285
.135
-.689
43.359
.495
-.07
.109
-.295
.145
.000
62
1.000
.00
.087
-.173
.173
.000
48.234
1.000
.00
.087
-.175
.175
-.614
62
.541
-.29
.475
-1.241
.658
-.615
48.752
.541
-.29
.474
-1.245
.662
1.941
.000
.080
.169
1.000
.778
Lampiran 19. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
Variables
Removed
Method
1
FFQ.TEH, PENGIZ, FE, E.NUTRI, PERKPITA,
LILA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU,
SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU,
FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
.
2
.
3
. FFQ.TEH
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
4
.
FE
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
5
. PENGKAP
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
6
. PENDBU
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
7
. FE.NUTRI
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
8
. STATPEK
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
9
. JARAK
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
10
. PARITAS
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
11
.SKORLING
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
12
. VITC.NUT
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
13
. PERKPITA
14
. MORBIDIT
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
15
. PENGIZ
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
16
. E.NUTRI
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
17
.PROT.NUT
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
18
.
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
LILA
Enter
Backward (criterion: Probability of Fto-remove >= .100).
UMBU
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: STAT.ANE
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.647
.419
.136
.449
2
.647
.419
.157
.443
3
.647
.419
.178
.438
4
.647
.418
.196
.433
5
.646
.417
.214
.428
6
.644
.414
.228
.424
7
.640
.410
.239
.421
8
.638
.407
.252
.418
9
.633
.401
.261
.415
10
11
.628
.625
.395
.390
.268
.279
.413
.410
12
.622
.387
.289
.407
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
13
Model
.617
.381
.296
.405
14
.596
.356
.281
.409
15
.574
.330
.266
.414
16
.558
.311
.260
.415
17
.555
.308
.270
.412
18
.528
.278
.252
.418
a Predictors: (Constant), FFQ.TEH, PENGIZ, FE, E.NUTRI, PERKPITA, LILA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK,
UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
b Predictors: (Constant), FFQ.TEH, PENGIZ, FE, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK,
UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
c Predictors: (Constant), PENGIZ, FE, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU,
SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
d Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
e Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PROT.NUT
f Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, FE.NUTRI, PARITAS, PROT.NUT
g Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, PARITAS, PROT.NUT
h Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, UMBU, SKORLING, USKEH,
VITC.NUT, ANC, PARITAS, PROT.NUT
i Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT,
ANC, PARITAS, PROT.NUT
j Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT,
ANC, PROT.NUT
k Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, USKEH, VITC.NUT, ANC,
PROT.NUT
l Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
m Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, MORBIDIT, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
n Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
o Predictors: (Constant), E.NUTRI, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
p Predictors: (Constant), UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
q Predictors: (Constant), UMBU, USKEH, ANC
r Predictors: (Constant), USKEH, ANC
ANOVA
Model
1
2
3
4
5
6
7
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
5.665
19
.298
1.479
.148
Residual
7.860
39
.202
1.602
.107
1.737
.075
1.886
.051
2.050
.034
2.222
.022
2.405
.015
Total
13.525
58
Regression
5.665
18
.315
Residual
7.860
40
.197
Total
13.525
58
Regression
5.663
17
.333
Residual
7.863
41
.192
Total
13.525
58
Regression
5.654
16
.353
Residual
7.871
42
.187
Total
13.525
58
Regression
5.639
15
.376
Residual
Total
7.886
13.525
43
58
.183
Regression
5.601
14
.400
Residual
7.924
44
.180
Total
13.525
58
Regression
5.545
13
.427
Residual
7.981
45
.177
Total
13.525
58
Model
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
5.499
12
.458
2.626
.009
Residual
8.026
46
.174
Total
13.525
58
Regression
5.423
11
.493
2.860
.006
Residual
8.102
47
.172
Total
13.525
58
Regression
5.337
10
.534
3.128
.004
Residual
8.188
48
.171
Total
13.525
58
Regression
5.281
9
.587
3.488
.002
Residual
8.244
49
.168
58
3.945
.001
4.476
.001
4.783
.001
5.211
.001
6.089
.000
8.165
.000
1.882 10.795
.174
.000
Regression
Total
13.525
Regression
5.234
8
.654
Residual
8.292
50
.166
58
Total
13.525
Regression
5.147
7
.735
Residual
Total
8.378
13.525
51
58
.164
Regression
4.810
6
.802
Residual
8.715
52
.168
Total
13.525
58
Regression
4.458
5
.892
Residual
9.068
53
.171
58
Total
13.525
Regression
4.204
4
1.051
Residual
9.321
54
.173
58
Total
13.525
Regression
4.168
3
1.389
Residual
9.358
55
.170
Total
13.525
58
Regression
Residual
3.764
9.762
2
56
Total
13.525
58
a Predictors: (Constant), FFQ.TEH, PENGIZ, FE, E.NUTRI, PERKPITA, LILA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK,
UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
b Predictors: (Constant), FFQ.TEH, PENGIZ, FE, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK,
UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
c Predictors: (Constant), PENGIZ, FE, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU,
SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
d Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
e Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PROT.NUT
f Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, FE.NUTRI, PARITAS, PROT.NUT
g Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, PARITAS, PROT.NUT
h Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, UMBU, SKORLING, USKEH,
VITC.NUT, ANC, PARITAS, PROT.NUT
i Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT,
ANC, PARITAS, PROT.NUT
j Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT,
ANC, PROT.NUT
k Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, USKEH, VITC.NUT, ANC,
PROT.NUT
l Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
m Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, MORBIDIT, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
n Predictors: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
o Predictors: (Constant), E.NUTRI, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
p Predictors: (Constant), UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
q Predictors: (Constant), UMBU, USKEH, ANC
r Predictors: (Constant), USKEH, ANC
s Dependent Variable: STAT.ANE
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
Standardized
Coefficients
B
1
2
3
Std. Error
(Constant)
2.066
1.078
UMBU
PENDBU
-4.319E-02
-4.394E-02
.024
.100
PERKPITA
-1.168E-06
PENGKAP
4.555E-07
USKEH
t
Sig.
Beta
1.915
.063
-.399
-.078
-1.798
-.439
.080
.663
.000
-.193
-.749
.458
.000
.057
.225
.823
-.208
.067
-.457
-3.118
.003
PENGIZ
2.943E-03
.003
.160
1.096
.280
FE
3.621E-02
.186
.038
.195
.847
ANC
.231
.179
.206
1.292
.204
MORBIDIT
-.151
.102
-.218
-1.471
.149
JARAK
1.183E-03
.002
.082
.539
.593
STATPEK
.116
.240
.073
.482
.633
PARITAS
6.891E-02
.105
.156
.653
.517
LILA
1.311E-04
.034
.001
.004
.997
E.NUTRI
-6.335E-04
.000
-.506
-1.816
.077
PROT.NUT
1.980E-02
.011
.541
1.787
.082
FE.NUTRI
VITC.NUT
8.118E-03
1.994E-03
.019
.003
.084
.122
.436
.687
.665
.496
SKORLING
7.159E-02
.083
.133
.860
.395
.017
FFQ.TEH
4.359E-03
.039
(Constant)
2.069
.632
.113
.911
3.276
UMBU
-4.321E-02
.023
.002
-.400
-1.862
PENDBU
-4.396E-02
.070
.099
-.078
-.445
PERKPITA
.659
-1.168E-06
.000
-.193
-.759
PENGKAP
.452
4.569E-07
.000
.058
.233
.817
USKEH
-.208
.065
-.457
-3.220
.003
PENGIZ
2.941E-03
.003
.160
1.119
.270
FE
3.629E-02
.182
.038
.199
.843
ANC
.232
.171
.206
1.353
.184
MORBIDIT
-.151
.098
-.218
-1.539
.132
JARAK
STATPEK
1.183E-03
.116
.002
.232
.082
.073
.547
.501
.588
.619
PARITAS
6.906E-02
.096
.156
.720
.476
E.NUTRI
-6.335E-04
.000
-.506
-1.839
.073
PROT.NUT
1.979E-02
.011
.541
1.844
.073
FE.NUTRI
8.126E-03
.018
.084
.445
.658
VITC.NUT
1.993E-03
.003
.122
.701
.487
SKORLING
7.161E-02
.082
.133
.873
.388
FFQ.TEH
4.365E-03
.038
.017
.114
.910
(Constant)
2.077
.620
3.349
.002
UMBU
-4.333E-02
.023
-.401
-1.893
.065
PENDBU
-4.591E-02
.096
-.082
-.477
.636
PERKPITA
-1.151E-06
.000
-.190
-.761
.451
Unstandardized
Coefficients
Model
Standardized
Coefficients
B
4
5
6
Std. Error
t
Sig.
Beta
PENGKAP
4.210E-07
.000
.053
.220
.827
USKEH
-.209
.064
-.458
-3.275
.002
PENGIZ
2.925E-03
.003
.159
1.128
.266
FE
3.780E-02
.180
.039
.210
.834
ANC
.234
.168
.208
1.398
.170
MORBIDIT
-.147
.091
-.213
-1.613
.114
JARAK
1.196E-03
.002
.083
.560
.578
STATPEK
.125
.215
.079
.582
.564
PARITAS
6.957E-02
.095
.158
.735
.467
E.NUTRI
-6.332E-04
.000
-.506
-1.861
.070
PROT.NUT
FE.NUTRI
1.964E-02
8.845E-03
.011
.017
.537
.091
1.867
.523
.069
.604
VITC.NUT
1.978E-03
.003
.121
.705
.485
SKORLING
7.182E-02
.081
.133
.887
.380
(Constant)
2.069
.612
3.381
.002
UMBU
-4.268E-02
.022
-.395
-1.903
.064
PENDBU
-4.718E-02
.095
-.084
-.497
.622
PERKPITA
-1.240E-06
.000
-.205
-.864
.393
PENGKAP
5.186E-07
.000
.065
.282
.779
USKEH
-.204
.060
-.449
-3.420
.001
PENGIZ
2.918E-03
.003
.159
1.139
.261
ANC
.250
.147
.222
1.697
.097
MORBIDIT
-.147
.090
-.213
-1.638
.109
JARAK
1.148E-03
.002
.079
.547
.587
STATPEK
.112
.203
.071
.551
.585
PARITAS
E.NUTRI
6.217E-02
-6.391E-04
.087
.000
.141
-.511
.716
-1.907
.478
.063
PROT.NUT
1.991E-02
.010
.544
1.930
.060
FE.NUTRI
8.282E-03
.017
.085
.501
.619
VITC.NUT
1.907E-03
.003
.117
.693
.492
SKORLING
7.518E-02
.079
.140
.958
.344
(Constant)
2.020
.581
3.477
.001
UMBU
-4.172E-02
.022
-.386
-1.903
.064
PENDBU
-4.193E-02
.092
-.075
-.456
.651
PERKPITA
-9.573E-07
.000
-.158
-.941
.352
USKEH
-.205
.059
-.449
-3.461
.001
PENGIZ
2.903E-03
.003
.158
1.145
.258
ANC
.257
.144
.228
1.784
.082
MORBIDIT
-.146
.089
-.211
-1.642
.108
JARAK
STATPEK
1.190E-03
.116
.002
.200
.082
.073
.574
.580
.569
.565
PARITAS
6.307E-02
.086
.143
.734
.467
E.NUTRI
-6.324E-04
.000
-.505
-1.912
.063
PROT.NUT
1.957E-02
.010
.535
1.931
.060
FE.NUTRI
9.275E-03
.016
.096
.581
.564
VITC.NUT
1.935E-03
.003
.119
.711
.481
SKORLING
7.867E-02
.077
.146
1.026
.311
(Constant)
1.993
.573
3.480
.001
UMBU
-4.347E-02
.021
-.402
-2.032
.048
PERKPITA
-9.986E-07
.000
-.165
-.994
.326
Unstandardized
Coefficients
Model
Standardized
Coefficients
B
7
8
9
Std. Error
t
Sig.
Beta
USKEH
-.203
.059
-.447
-3.475
.001
PENGIZ
2.722E-03
.002
.148
1.097
.279
ANC
.257
.143
.228
1.802
.078
MORBIDIT
-.143
.088
-.207
-1.627
.111
JARAK
1.355E-03
.002
.093
.670
.506
STATPEK
.119
.198
.075
.599
.552
PARITAS
6.956E-02
.084
.158
.829
.412
E.NUTRI
-6.294E-04
.000
-.503
-1.921
.061
PROT.NUT
1.922E-02
.010
.525
1.919
.062
FE.NUTRI
8.861E-03
.016
.091
.561
.578
VITC.NUT
SKORLING
1.515E-03
6.928E-02
.003
.073
.093
.129
.597
.946
.553
.349
(Constant)
1.950
.563
3.463
.001
UMBU
-4.244E-02
.021
-.393
-2.007
.051
PERKPITA
-9.016E-07
.000
-.149
-.918
.363
USKEH
-.205
.058
-.450
-3.537
.001
PENGIZ
2.942E-03
.002
.160
1.210
.232
ANC
.256
.142
.227
1.806
.078
MORBIDIT
-.147
.087
-.213
-1.692
.098
JARAK
STATPEK
1.288E-03
9.774E-02
.002
.193
.089
.062
.643
.506
.523
.615
PARITAS
6.573E-02
.083
.149
.792
.433
E.NUTRI
-5.869E-04
.000
-.469
-1.855
.070
PROT.NUT
1.941E-02
.010
.530
1.954
.057
VITC.NUT
1.969E-03
.002
.121
.825
.414
SKORLING
6.535E-02
.072
.121
.904
.371
(Constant)
1.953
.559
3.496
.001
UMBU
-4.149E-02
.021
-.384
-1.986
.053
PERKPITA
-8.142E-07
.000
-.134
-.849
.400
USKEH
-.209
.057
-.458
-3.649
.001
PENGIZ
3.043E-03
.002
.165
1.267
.212
ANC
.256
.140
.227
1.821
.075
MORBIDIT
-.146
.086
-.211
-1.693
.097
JARAK
PARITAS
1.309E-03
6.330E-02
.002
.082
.090
.143
.659
.770
.513
.445
E.NUTRI
-5.873E-04
.000
-.469
-1.871
.068
PROT.NUT
1.900E-02
.010
.519
1.935
.059
VITC.NUT
1.967E-03
.002
.121
.831
.410
SKORLING
6.133E-02
.071
.114
.860
.394
(Constant)
1.942
.555
3.499
.001
UMBU
-3.700E-02
.020
-.342
-1.884
.066
PERKPITA
-8.687E-07
.000
-.143
-.915
.365
USKEH
-.216
.056
-.473
-3.864
.000
PENGIZ
3.313E-03
.002
.180
1.408
.166
ANC
.250
.139
.222
1.795
.079
MORBIDIT
-.141
.085
-.204
-1.654
.105
PARITAS
5.750E-02
.081
.130
.708
.483
E.NUTRI
-5.856E-04
.000
-.468
-1.878
.067
PROT.NUT
1.921E-02
.010
.525
1.969
.055
Unstandardized
Coefficients
Model
Standardized
Coefficients
B
10
11
12
13
14
15
Std. Error
t
Sig.
Beta
VITC.NUT
1.653E-03
.002
.101
.718
.477
SKORLING
4.928E-02
.068
.092
.719
.475
(Constant)
1.775
.500
3.551
.001
UMBU
-2.645E-02
.013
-.245
-2.079
.043
PERKPITA
-9.266E-07
.000
-.153
-.985
.330
USKEH
-.216
.056
-.474
-3.892
.000
PENGIZ
3.199E-03
.002
.174
1.370
.177
ANC
.253
.139
.225
1.825
.074
MORBIDIT
-.128
.083
-.186
-1.548
.128
E.NUTRI
-5.434E-04
.000
-.434
-1.784
.081
PROT.NUT
VITC.NUT
1.784E-02
1.299E-03
.010
.002
.487
.080
1.875
.581
.067
.564
SKORLING
3.786E-02
.066
.070
(Constant)
1.808
.493
UMBU
-2.677E-02
.013
PERKPITA
-7.870E-07
USKEH
.572
.570
3.665
.001
-.248
-2.121
.039
.000
-.130
-.872
.387
-.212
.055
-.466
-3.878
.000
PENGIZ
3.475E-03
.002
.189
1.531
.132
ANC
.263
.136
.234
1.929
.060
MORBIDIT
-.125
.082
-.181
-1.519
.135
E.NUTRI
-4.988E-04
.000
-.398
-1.706
.094
PROT.NUT
1.663E-02
.009
.454
1.806
.077
VITC.NUT
1.175E-03
.002
.072
.531
.598
(Constant)
1.748
.477
3.666
.001
UMBU
-2.695E-02
.013
-.249
-2.152
.036
PERKPITA
USKEH
-5.892E-07
-.209
.000
.054
-.097
-.458
-.722
-3.870
.474
.000
PENGIZ
3.760E-03
.002
.204
1.717
.092
ANC
.273
.134
.243
2.035
.047
MORBIDIT
-.119
.081
-.173
-1.475
.146
E.NUTRI
-4.379E-04
.000
-.350
-1.640
.107
PROT.NUT
1.500E-02
.009
.410
1.740
.088
(Constant)
1.652
.456
3.625
.001
UMBU
-2.655E-02
.012
-.246
-2.132
.038
USKEH
-.204
.053
-.449
-3.831
.000
PENGIZ
3.551E-03
.002
.193
1.644
.106
ANC
.297
.129
.264
2.298
.026
MORBIDIT
-.115
.080
-.167
-1.432
.158
E.NUTRI
-3.670E-04
.000
-.293
-1.485
.144
PROT.NUT
(Constant)
1.171E-02
1.401
.007
.425
.320
1.608
3.297
.114
.002
UMBU
-2.472E-02
.013
-.229
-1.975
.054
USKEH
-.220
.053
-.484
-4.180
.000
PENGIZ
3.134E-03
.002
.170
1.450
.153
ANC
.330
.129
.293
2.564
.013
E.NUTRI
-3.709E-04
.000
-.296
-1.486
.143
PROT.NUT
1.101E-02
.007
.301
1.500
.140
(Constant)
1.426
.429
3.325
.002
UMBU
-2.009E-02
.012
-.186
-1.644
.106
USKEH
-.225
.053
-.494
-4.238
.000
Unstandardized
Coefficients
Model
Standardized
Coefficients
B
16
17
18
Std. Error
t
Sig.
Beta
ANC
.352
.129
.312
2.726
.009
E.NUTRI
-3.014E-04
.000
-.241
-1.218
.229
PROT.NUT
9.220E-03
.007
.252
1.262
.213
(Constant)
1.262
.409
3.085
.003
UMBU
-1.891E-02
.012
-.175
-1.545
.128
USKEH
-.223
.053
-.490
-4.183
.000
ANC
.364
.129
.324
2.821
.007
PROT.NUT
1.939E-03
.004
.053
.459
.648
(Constant)
1.308
.394
3.317
.002
UMBU
-1.872E-02
.012
-.173
-1.541
.129
USKEH
ANC
-.218
.365
.052
.128
-.479
.324
-4.205
2.843
.000
.006
(Constant)
.773
.190
4.070
.000
USKEH
-.215
.053
-.473
-4.100
.000
.371
.130
.330
2.862
.006
ANC
a Dependent Variable: STAT.ANE
Excluded Variables
Beta In
t
Sig.
Partial
Correlation
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
2
LILA
.001
.004
.997
.001
.567
3
LILA
.001
.008
.993
.001
.568
FFQ.TEH
.017
.114
.910
.018
.691
LILA
.005
.033
.974
.005
.576
FFQ.TEH
.019
.131
.897
.020
.694
FE
.039
.210
.834
.033
.405
LILA
.014
.092
.927
.014
.603
FFQ.TEH
FE
.012
.049
.089
.275
.929
.785
.014
.042
.710
.431
PENGKAP
.065
.282
.779
.044
.259
LILA
.015
.101
.920
.015
.603
FFQ.TEH
.025
.182
.856
.028
.741
FE
.050
.284
.778
.043
.431
PENGKAP
.043
.190
.850
.029
.269
PENDBU
-.075
-.456
.651
-.069
.506
LILA
.028
.193
.848
.029
.620
FFQ.TEH
.044
.343
.734
.052
.814
FE
.039
.224
.823
.034
.436
PENGKAP
.067
.310
.758
.047
.283
4
5
6
7
8
9
PENDBU
-.069
-.426
.672
-.064
.508
FE.NUTRI
.091
.561
.578
.084
.502
LILA
.042
.292
.772
.044
.646
FFQ.TEH
FE
.057
.015
.468
.089
.642
.929
.070
.013
.876
.466
PENGKAP
.070
.327
.745
.049
.283
PENDBU
-.072
-.450
.655
-.067
.509
FE.NUTRI
.073
.459
.648
.068
.520
STATPEK
.062
.506
.615
.075
.881
LILA
.046
.327
.745
.048
.648
Beta In
t
Sig.
Partial
Correlation
Model
10
11
12
13
14
Collinearity Statistics
Tolerance
FFQ.TEH
.061
.506
.615
.074
.879
FE
.006
.035
.972
.005
.470
PENGKAP
.073
.343
.733
.051
.283
PENDBU
-.088
-.564
.576
-.083
.526
FE.NUTRI
.066
.421
.676
.062
.522
STATPEK
.063
.523
.604
.077
.882
JARAK
.090
.659
.513
.097
.687
LILA
.073
.556
.581
.081
.738
FFQ.TEH
.062
.510
.613
.074
.879
FE
-.030
-.192
.848
-.028
.523
PENGKAP
PENDBU
.071
-.103
.332
-.666
.741
.509
.048
-.097
.283
.537
FE.NUTRI
.059
.378
.707
.055
.524
STATPEK
.058
.482
.632
.070
.885
JARAK
.079
.583
.563
.085
.695
PARITAS
.130
.708
.483
.103
.377
LILA
.072
.548
.586
.079
.738
FFQ.TEH
.053
.442
.660
.064
.891
FE
.003
.018
.986
.003
.597
PENGKAP
.091
.440
.662
.063
.295
PENDBU
-.061
-.426
.672
-.061
.613
FE.NUTRI
.055
.353
.725
.051
.525
STATPEK
.050
.421
.676
.061
.895
JARAK
.057
.433
.667
.062
.737
PARITAS
.099
.557
.580
.080
.399
SKORLING
LILA
.070
.058
.572
.450
.570
.655
.082
.064
.834
.762
FFQ.TEH
.050
.425
.673
.061
.893
FE
-.005
-.033
.974
-.005
.602
PENGKAP
.107
.528
.600
.075
.304
PENDBU
-.026
-.194
.847
-.028
.718
FE.NUTRI
.075
.521
.605
.074
.600
STATPEK
.051
.433
.667
.062
.896
JARAK
.045
.348
.729
.050
.756
PARITAS
.078
.449
.656
.064
.414
SKORLING
.063
.521
.604
.074
.842
VITC.NUT
.072
.531
.598
.076
.676
LILA
.041
.326
.746
.046
.783
FFQ.TEH
.050
.429
.670
.061
.893
FE
PENGKA P
.008
-.030
.059
-.237
.953
.814
.008
-.033
.612
.792
PENDBU
-.054
-.442
.660
-.062
.826
FE.NUTRI
.039
.288
.775
.041
.657
STATPEK
.034
.298
.767
.042
.926
JARAK
.062
.499
.620
.070
.793
PARITAS
.102
.612
.543
.086
.439
SKORLING
.039
.333
.740
.047
.894
VITC.NUT
.023
.189
.851
.027
.815
PERKPITA
-.097
-.722
.474
-.102
.676
LILA
-.012
-.101
.920
-.014
.856
Beta In
t
Sig.
Partial
Correlation
Model
15
16
17
Collinearity Statistics
Tolerance
FFQ.TEH
-.001
-.008
.994
-.001
.977
FE
.019
.134
.894
.019
.614
PENGKAP
-.026
-.207
.837
-.029
.792
PENDBU
-.043
-.349
.729
-.049
.829
FE.NUTRI
.054
.395
.695
.055
.661
STATPEK
.035
.302
.764
.042
.926
JARAK
.055
.440
.662
.061
.795
PARITAS
.058
.348
.729
.049
.453
SKORLING
.032
.267
.790
.037
.896
VITC.NUT
.009
.069
.945
.010
.821
PERKPITA
MORBIDIT
-.083
-.167
-.608
-1.432
.546
.158
-.085
-.197
.680
.898
LILA
-.028
-.229
.819
-.032
.863
FFQ.TEH
.000
-.001
.999
.000
.977
FE
.016
.108
.914
.015
.614
PENGKAP
.008
.064
.950
.009
.821
PENDBU
.012
.104
.918
.014
.914
FE.NUTRI
.096
.708
.482
.098
.698
STATPEK
.052
.440
.661
.061
.935
JARAK
.067
.530
.598
.073
.798
PARITAS
.017
.102
.919
.014
.466
SKORLING
.067
.577
.567
.080
.943
VITC.NUT
.056
.464
.644
.064
.890
PERKPITA
-.057
-.420
.676
-.058
.690
MORBIDIT
-.141
-1.203
.235
-.165
.914
PENGIZ
.170
1.450
.153
.197
.898
LILA
-.027
-.220
.827
-.030
.863
FFQ.TEH
-.004
-.035
.972
-.005
.978
FE
.025
.172
.864
.024
.616
PENGKAP
.024
.188
.851
.026
.830
PENDBU
-.007
-.057
.955
-.008
.930
FE.NUTRI
.041
.316
.753
.043
.764
STATPEK
.064
.551
.584
.075
.944
JARAK
PARITAS
.076
-.008
.595
-.050
.554
.960
.082
-.007
.801
.474
SKORLING
.037
.322
.749
.044
.982
VITC.NUT
.011
.092
.927
.013
.972
PERKPITA
.004
.031
.975
.004
.788
MORBIDIT
-.146
-1.243
.219
-.168
.915
PENGIZ
.137
1.173
.246
.159
.932
E.NUTRI
-.241
-1.218
.229
-.165
.324
LILA
-.038
-.317
.753
-.043
.907
FFQ.TEH
-.009
-.082
.935
-.011
.988
FE
.027
.186
.853
.025
.616
PENGKAP
.040
.342
.733
.047
.953
PENDBU
.007
.060
.953
.008
.993
FE.NUTRI
.057
.500
.619
.068
.995
STATPEK
.060
.514
.609
.070
.950
JARAK
.076
.603
.549
.082
.801
Beta In
t
Sig.
Partial
Correlation
Model
18
Collinearity Statistics
Tolerance
PARITAS
-.021
-.130
.897
-.018
.489
SKORLING
.041
.361
.720
.049
.989
VITC.NUT
.018
.156
.876
.021
.992
PERKPITA
.026
.226
.822
.031
.967
MORBIDIT
-.137
-1.180
.243
-.159
.931
PENGIZ
.136
1.173
.246
.158
.932
E.NUTRI
-.037
-.322
.749
-.044
.978
PROT.NUT
.053
.459
.648
.062
.959
LILA
-.064
-.540
.591
-.073
.928
FFQ.TEH
.002
.016
.987
.002
.992
FE
PENGKAP
.069
.002
.484
.017
.631
.986
.065
.002
.642
.996
PENDBU
-.003
-.030
.976
-.004
.996
FE.NUTRI
.050
.433
.666
.058
.997
STATPEK
.039
.333
.740
.045
.963
JARAK
-.007
-.057
.955
-.008
.952
PARITAS
-.134
-1.181
.243
-.157
.995
SKORLING
.043
.373
.711
.050
.989
VITC.NUT
.017
.150
.882
.020
.992
PERKPITA
.020
.170
.866
.023
.969
MORBIDIT
-.124
-1.056
.296
-.141
.935
PENGIZ
.087
.759
.451
.102
.988
E.NUTRI
-.034
-.290
.773
-.039
.978
PROT.NUT
.047
.402
.689
.054
.960
UMBU
-.173
-1.541
.129
-.203
.997
a Predictors in the Model: (Constant), FFQ.TEH, PENGIZ, FE, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT,
STATPEK, UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP,
PROT.NUT
b Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, FE, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK,
UMBU, SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
c Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU,
SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PENGKAP, PROT.NUT
d Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMB U,
SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PENDBU, FE.NUTRI, PARITAS, PROT.NUT
e Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU,
SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, FE.NUTRI, PARITAS, PROT.NUT
f Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, STATPEK, UMBU,
SKORLING, USKEH, VITC.NUT, ANC, PARITAS, PROT.NUT
g Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, JARAK, MORBIDIT, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, PARITAS, PROT.NUT
h Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, SKORLING,
USKEH, VITC.NUT, ANC, PARITAS, PROT.NUT
i Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, SKORLING, USKEH,
VITC.NUT, ANC, PROT.NUT
j Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, USKEH, VITC.NUT,
ANC, PROT.NUT
k Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, PERKPITA, MORBIDIT, UMBU, USKEH, ANC,
PROT.NUT
l Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, MORBIDIT, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
m Predictors in the Model: (Constant), PENGIZ, E.NUTRI, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
n Predictors in the Model: (Constant), E.NUTRI, UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
o Predictors in the Model: (Constant), UMBU, USKEH, ANC, PROT.NUT
p Predictors in the Model: (Constant), UMBU, USKEH, ANC
q Predictors in the Model: (Constant), USKEH, ANC
r Dependent Variable: STAT.ANE
Download