PENGARUH PROXY RASIO KEUANGAN

advertisement
Jurnal Keuangan & Bisnis
Volume 2 No. 3, November 2010
PENGARUH PROXY RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Taufik Hidayat
([email protected])
Dosen F.E. Universitas Negeri Medan
ABSTRACT
The aim of the research is to examined the impact of liquidity ratio, solvability ratio,
profitability ratio, activity ratio and market ratio to stock return of business company which is
listed in Indonesian Stock Exchange (ISX), either is partially and simultaneously. And its also to
examined simultaneously the impact of financial ratios to stock returns at the very same objects.
The Object of this research is all of the business company enlisted in Indonesian Stock Exchange
(ISX) since 2004-2007, and publish the financial statement and get profit during observation year
which excluded bank, financial and insurance company. The sample has taken to observated by
124 business company.
The result of this research give the information that liquidity ratio, solvability ratio, and
activity ratio don’t have the significant influence to the stock return while profitability ratio, and
market ratio have the significant influence to the stock return but on the other summary give the
result that financial ratio have the significant influence to the stock return.
Keywords : Liquidity Ratio, Solvability Ratio, Profitability Ratio, Activity Ratio, Market Ratio,
Financial Ratio and Stock Return
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Investasi merupakan penanaman modal
satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu panjang dengan
harapan mendapatkan keuntungan dimasa
mendatang berupa capital gain dan dividen
yield. Akan tetapi, sebelum melakukan
investasi, investor perlu memastikan apakah
modal yang ditanamkan mampu memberikan
pengembalian (return) yang diharapkan, yaitu
dengan cara mengetahui kinerja perusahaan.
Perusahaan yang berkinerja baik akan
memberikan tingkat pengembalian yang lebih
baik dibandingkan pada perusahaan yang
berkinerja tidak baik. Untuk itu diharapkan
suatu kinerja yang mumpuni pada perusahaan
yang yang dijadikan tempat berinvestasi. Hal
yang dilakukan adalah menganalisa laporan
keuangan perusahaan yang bersangkutan
dimana laporan keuangan merupakan
pencerminan prestasi manajemen perusahaan
pada periode tertentu. Informasi yang
diperlukan oleh para investor di pasar modal
tidak hanya informasi yang bersifat
fundamental saja, tetapi juga informasi yang
bersifat teknikal. Informasi yang bersifat
fundamental diperoleh dari kondisi intern
perusahaan, dan informasi yang bersifat
teknikal diperoleh dari luar perusahaan,
seperti ekonomi, politik, finansial dan faktor
lainnya. Informasi yang diperoleh dari kondisi
intern perusahaan yang lazim digunakan
adalah informasi laporan keuangan. Informasi
fundamental dan teknikal tersebut dapat
digunakan sebagai dasar bagi investor untuk
memprediksi
return,
resiko
atau
ketidakpastian, jumlah, waktu dan faktor lain
yang berhubungan dengan aktivitas investasi
di pasar modal.
Pembiayaan merupakan salah satu fungsi
perusahaan yang penting bagi keberhasilan
usaha suatu perusahaan. Fungsi ini penting
karena fungsi inilah yang melakukan usaha
untuk mendapatkan dana. Baik perusahaan
besar maupun kecil membutuhkan dana untuk
menjalankan kegiatan usahanya. Dana yang
dibutuhkan bisa diperoleh baik melalui
pembiayaan dari dalam perusahaan (internal
financing) maupun pembiayaan dari luar
perusahaan (external financing). Sumber
pembiayaan modal internal adalah berupa
pemanfaatan laba yang ditahan (retained
earnings), yaitu laba yang tidak dibagikan
sebagai dividen. Sumber pembiayaan
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
eksternal
diperoleh perusahaan dengan
melakukan pinjaman kepada pihak lain atau
menjual sahamnya kepada masyarakat (go
public) di pasar modal.
Bagian riset saham Harian Bisnis
Indonesia dalam laporannya yang berjudul
Pasar Prospek Finansial Asia Pasifik 2006
menyatakan bahwa pertumbuhan tingkat
pengembalian (return) pasar saham Indonesia
sepanjang tahun 2005 turun menjadi 16,08 %
dari
49,71
%
pada
tahun
2004
(www.bisnisindonesia.com).
Hal
ini
mengakibatkan alokasi investasi investor
asing ke Indonesia menjadi berkurang. Di
bidang manufaktur, dalam beberapa bulan
terakhir tahun 2005 sampai dengan Maret
2006 telah terjadi penurunan penjualan dan
produksi pada sejumlah sektor industri
nasional seperti otomotif dan elektronika,
yang berdampak kepada penurunan kinerja
industri manufaktur yang secara rata-rata
sebesar 5,85 % dari target 6,8 % berdasarkan
data yang dikeluarkan oleh Departemen
Perindustrian
(www.bisnisindonesia.com).
Hal ini mengindikasikan bahwa selama
rentang waktu tersebut terjadi penurunan
kinerja dari perusahaan yang berdampak pada
berkurangnya return daripada saham di
lingkungan perusahaan go public dan
beralihnya alokasi investasi oleh investor
asing keluar dari Indonesia.
Investor yang melakukan investasi
dengan membeli saham perusahaan tentunya
mengharapkan return atas investasi mereka.
Menurut Pradhono (2004 : 149), return yang
diterima oleh pemegang saham adalah
pengembalian yang diterima atas investasi
yang telah dilakukan. Return tersebut dapat
berupa capital gain yaitu keuntungan yang
diperoleh dari selisih lebih pergerakan harga
saham pada saat membeli dan menjual dan
keuntungan yang diperoleh dari pembagian
dividen (laba yang dibagikan kepada para
pemegang saham). Laba (income) sering
dinyatakan sebagai indikasi kemampuan
perusahaan membayar dividen. Laba bersih
yang diperoleh perusahaan sebagian diberikan
kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen, sebagian lagi disisihkan menjadi laba
ditahan karena itu tingkat pembayaran
dividen yang dilakukan oleh perusahaan
bervariasi
tergantung
kebijaksanaan
perusahaan. Para pemegang saham tentu
November
berharap mendapatkan dividen dalam jumlah
yang besar tetapi perusahaan mempunyai
pertimbangan yang logis karena perusahaan
harus memikirkan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang. Selama periode setelah perang dunia
kedua, tingkat pembayaran dividen turun di
bawah 40 %. Selama dekade tahun 1950-an,
tingkat pembayaran dividen naik menjadi 45
%. Selama dekade tahun 1960-an, tingkat
pembayaran dividen naik menjadi 50 %,
sementara kesempatan investasi terbatas.
Rasio pembayaran dividen turun lagi dengan
adanya tingkat pertumbuhan ekonomi.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Suhairy (2006) yang meneliti variabel
fundamental terhadap return saham, dan hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa variabelvariabel fundamental internal perusahaan
seperti return on assets, return on equity, dan
debt to equity ratio mempunyai pengaruh
terhadap return saham. Prasetyo (2000) yang
meneliti pengaruh ROA, DPR, BVS & beta
saham terhadap return saham, hasilnya
menunjukkan bahwa semua variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Penelitian yang dilakukan oleh Utami
& Santoso (1998) yang meneliti ROE, DPR,
BETA & PBV terhadap return saham,
memberikan hasil bahwa data-data keuangan
perusahaan tidak terlalu menarik bagi
investor. Investor kurang memperhatikan
rasio-rasio keuangan ini dalam melakukan
penilaian saham. Hasil penelitian tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Asyik (1999) yang meneliti pengaruh analisis
laporan keuangan terhadap return saham,
dimana hasil penelitiannya memberikan
informasi bahwa ternyata semua rasio
keuangan tidak berpengaruh terhadap return
saham. Octora dkk (2003) yang melakukan
studi analisa pengaruh dari penilaian kinerja
dengan konsep konvensional dan konsep
value based terhadap rate of return. Variabel
yang digunakan adalah Rate of return, ROI,
ROE, ROA, EVA (economic value added)
dengan kesimpulan yang menunjukkan
terdapat pengaruh yang signifikan antara
konsep penilaian konvensional (ROI, ROE,
ROA)
dan
EVA
terhadap
tingkat
pengembalian investasi.
Dari beberapa penelitian terdahulu
tersebut menunjukkan bahwa hasil yang
239
2010
Taufik Hidayat
diberikan oleh para peneliti memberikan
informasi tentang adanya pengaruh rasio
keuangan terhadap return saham, namun
ada juga hasil dari peneliti lainnya
menunjukkan bahwa rasio keuangan tidak
berpengaruh terhadap return saham. Hasil
penelitian yang tidak konsisten ini mendorong
untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut
tentang hubungan atau pengaruh rasio
keuangan terhadap return saham. Perbedaan
penelitian yang dilakukan ini dengan
penelitian
sebelumnya
terlihat
dari
penambahan beberapa rasio keuangan sebagai
variabel independennya dan periode yang
digunakan dalam pengamatan penelitian.
Pengaruh kinerja terhadap tingkat
pengembalian investasi sangat penting untuk
diketahui investor untuk memperoleh
kepastian tentang kegiatan investasi yang
akan
dilakukannya
terhadap
sebuah
perusahaan. Investor akan dapat melakukan
pengambilan keputusan investasi secara tepat,
jika dapat mengetahui kinerja sebuah
perusahaan. Sehubungan dengan penjelasan
di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
dengan mengutarakan judul : “Pengaruh
Rasio Keuangan terhadap Return Saham pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
2. Bagi
pihak
manajemen,
sebagai
pertimbangan dalam upaya meningkatkan
kinerja pengelolaan perusahaan yang
dikelolanya di masa yang akan datang.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan dalam memahami pengaruh
variabel rasio keuangan terhadap return
saham khususnya pada perusahaan yang
terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia
dan mendapatkan gambaran empiris
tentang return saham.
4. Bagi dunia ilmu pengetahuan, penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
perbendaharaan
penelitian
dibidang
manajemen investasi yang dapat dijadikan
referensi bagi penelitian selanjutnya
terutama yang berhubungan dengan
pengaruh rasio keuangan terhadap return
saham.
Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi
terhadap penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Suhairy (2006) yang meneliti
variabel fundamental terhadap return saham,
dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
variabel-variabel
fundamental
internal
perusahaan seperti return on assets, return on
equity, dan debt to equity ratio mempunyai
pengaruh terhadap return saham. Beda
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,
terletak pada penggunaan sampel yang terdiri
dari seluruh sektor usaha yang terdapat di BEI
dengan pengecualian pada jenis industri
banking, credit agencies, securities dan
insurance sebagai penyesuaian dari Peraturan
Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
yang menetapkan bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulanan, dimana yang menjadi tolok
ukurnya adalah penilaian faktor CAMELS
yaitu permodalan (capital), kualitas aset
(asset quality), manajemen (management),
rentabilitas (earnings), likuiditas (liquidity)
dan sensitivitas terhadap resiko pasar
(sensitivity to market risk). Dampak dari
peraturan tersebut akan membutuhkan
pengujian tersendiri. Selanjutnya penelitian
ini juga menambahkan beberapa variabel
independen dari rasio keuangan yang
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang dibentuk sebagai
berikut : Apakah rasio keuangan secara
simultan berpengaruh terhadap return saham
pada perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk
menguji dan menganalisis secara simultan
pengaruh rasio keuangan terhadap return
saham pada perusahaan yang listing di Bursa
Efek Indonesia.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini
diharapkan :
1. Bagi calon investor dan investor, hasil
penelitian ini diharapkan sebagai bahan
pertimbangan
dalam
pengambilan
keputusan dalam melakukan investasi
dalam bentuk saham (surat-surat berharga)
pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
240
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
kesemuanya terdiri atas : current ratio (CR),
debt to equity ratio (DER), leverage ratio
(LEV), net profit margin (NPM), return on
equity (ROE), return on assets (ROA),
earnings per share (EPS), total asset turnover
(TATO), price to earnings ratio (PER) dan
price to book value (PBV), serta periode
pengamatan penelitian yang digunakan adalah
laporan keuangan perusahaan pada periode
tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.
November
orientasinya terletak pada investor dan
kreditor, karena dengan memenuhi kebutuhan
mereka maka hampir semua kebutuhan dari
para pemakai eksternal lainnya akan
terpenuhi (Warsidi, 2000).
Weston
&
Brigham
(1994)
mengelompokkan rasio-rasio keuangan ke
dalam 6 (enam) jenis yaitu :
1. Rasio
likuiditas
(liquidity
ratio)
merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan
perusahaan
memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio solvabilitas (leverage ratio)
merupakan rasio yang mengukur sejauh
mana perusahaan dibiayai dengan hutang.
3. Rasio aktivitas/perputaran (activity ratio)
merupakan rasio yang mengukur tingkat
efektifitas pemanfaatan sumber daya
perusahaan.
4. Rasio profitabilitas (profitability ratio)
merupakan rasio yang memberikan ukuran
tingkat efektifitas manajemen seperti
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan dari pendapatan investasi.
5. Rasio pertumbuhan (growth ratio)
merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan mempertahankan
posisi ekonominya di tengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya.
6. Rasio
penilaian
(valuation
ratio)
merupakan rasio yang memberikan ukuran
kemampuan manajemen menciptakan nilai
pasar usahanya di atas biaya investasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Rasio Keuangan
Laporan keuangan yang dipublikasikan
oleh perusahaan memberikan gambaran
mengenai kondisi keuangan perusahaan pada
saat tertentu (dalam jangka waktu periode
setahun), prestasi operasi dalam suatu rentang
waktu, serta informasi-informasi lainnya yang
berkaitan dengan perusahaan itu sendiri. Dari
sudut pandang manajemen, laporan keuangan
adalah
media
bagi
mereka
untuk
mengkomunikasikan performance keuangan
perusahaan yang dikelolanya kepada pihakpihak yang berkepentingan, sedangkan
ditinjau dari sudut pandang pemakai,
diharapkan dapat digunakan untuk mengambil
keputusan yang rasional dalam praktek bisnis
yang sehat dan berdasarkan dari informasi
keuangan yang valid (telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik). Dalam menilai
kondisi keuangan dan prestasi perusahaan,
diperlukan beberapa tolok ukur, antara lain
adalah rasio yang menghubungkan data-data
keuangan yang satu dengan lainnya. Analisis
rasio keuangan adalah sebuah instrumen
analisis dalam menilai prestasi perusahaan
yang menjelaskan berbagai hubungan dan
indikator keuangan, yang ditujukan untuk
menunjukkan perubahan dalam kondisi
keuangan atau prestasi operasi di masa lalu
dan membantu menggambarkan tren pola
perubahan
tersebut,
untuk
kemudian
menunjukkan resiko dan peluang yang
melekat
pada
perusahaan
yang
bersangkutan. Makna dan kegunaan rasio
keuangan dalam praktek bisnis pada
kenyataannya bersifat subjektif tergantung
kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan
dalam konteks apa analisis tersebut
diaplikasikan. Meskipun pelaporan keuangan
memiliki tujuan sosial yang luas, akan tetapi
Kegunaan Rasio Keuangan
Van Horne & Wachowicz (2005),
menyatakan : Agar dapat mengevaluasi
kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya,
analisis
keuangan
perlu
melakukan
“pemeriksaan” atas berbagai aspek kesehatan
keuangan perusahaan. Alat yang sering kali
digunakan selama pemeriksaan tersebut
adalah rasio keuangan (financial ratio), atau
indeks, yang menghubungkan dua angka
akuntansi dan didapat dengan membagi satu
angka dengan angka lainnya.
Pernyataan
tersebut
memberikan
penjelasan bahwa rasio keuangan sangatlah
berguna dalam melakukan evaluasi terhadap
kondisi keuangan dan kinerja yang telah
dilakukan oleh perusahaan. Hal
ini
akan
memberikan
informasi
tentang
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
241
2010
Taufik Hidayat
perusahaan pada rentang waktu tertentu.
Dalam beberapa penelitian yang telah
dilakukan, diantaranya :
1. Beaver (1966) dalam Itan dan Syahroza
(2003), mengungkapkan bahwa rasio
keuangan secara signifikan berhubungan
dengan kebangkrutan suatu perusahaan.
Penelitian ini dilanjutkan oleh Altman
(1968) dalam Itan dan Syahroza (2003)
yang mengungkapkan bahwa rasio
keuangan dari profitabilitas, likuiditas dan
solvency dapat memprediksi kebangkrutan
suatu perusahaan.
2. Ou & Pennan (1989) dalam Itan dan
Syahroza (2003) melakukan penelitian
menggunakan rasio keuangan dalam
memprediksi stock returns.
3. Machfoedz (1994) dalam Itan dan
Syahroza (2003) menggunakan rasio
keuangan
dalam
penelitiannya
memprediksi perubahan laba.
Dari hal di atas dapatlah suatu gambaran
bahwa rasio keuangan sangatlah bermanfaat
dalam melihat kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh suatu perusahaaan. Dengan kata
lain rasio keuangan sangatlah berguna sebagai
sarana dalam melakukan prediksi bagi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan dimasa
yang akan datang.
Syahroza (2003)). Kutipan-kutipan tersebut
memberikan
penjelasan
mengenai
keterbatasan analisis rasio keuangan dan
penggunaannya dalam penelitian.
Hubungan Rasio Keuangan dengan Return
Saham
Return saham adalah hasil atau
keuntungan yang diperoleh pemegang saham
sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto
(2000) membedakan return saham menjadi
dua jenis yaitu return realisasi (realized
return) dan return ekspektasian (expected
return). Return realisasi merupakan return
yang sudah terjadi dan dihitung secara relatif.
Return realisasi ini penting dalam mengukur
kinerja perusahaan dan sebagai dasar
penentuan return dan resiko mendatang,
sedangkan return ekspektasian merupakan
return yang diharapkan terjadi dimasa
mendatang dan bersifat tidak pasti.
Komposisi perhitungan return saham
terdiri dari capital gain (loss) atau deviden.
Capital gain (loss) merupakan selisih
laba/rugi yang dialami oleh pemegang saham
karena harga saham relatif lebih tinggi atau
rendah dibandingkan harga saham periode
sebelumnya. Deviden merupakan bagian dari
laba perusahaan yang dibagikan pada periode
tertentu sesuai dengan keputusan manajemen.
Deviden atau yield bisa berupa angka nol (0)
dan positif (+).
Pembentukan portofolio berangkat dari
usaha diversifikasi investasi guna mengurangi
resiko. Bukti menunjukkan bahwa semakin
banyak jenis sekuritas yang dikumpulkan
dalam keranjang portofolio, maka resiko
kerugian saham yang satu dapat dinetralisir
oleh keuntungan yang diperoleh dari saham
lainnya. Selanjutnya dalam konteks portofolio
pasar, harus dipahami adanya resiko investasi
yang terdiri dari 2 komponen yaitu : 1) resiko
tidak sistematis (unsystemic risk) dan 2)
resiko sistematis (systemic risk) (Jogiyanto,
2000).
Dalam pasar modal yang efisien, dana
akan teralokasikan dengan tepat sehingga
produktifitasnya tinggi. Penawar tertinggilah
yang akan berhasil mendapatkan sumber daya
yang tersedia. Harga saham tidaklah dapat
dikendalikan sendiri oleh pembeli atau
penjual. Sebagian besar perdagangan saham
tidak cukup kuat untuk mempengaruhi harga
Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Salah satu keterbatasan dari analisis rasio
keuangan adalah adanya kemungkinan
timbulnya multikolinearitas, yang terjadi
diantara rasio tersebut dan antar periode
analisis (Gujarati, 1999) dalam Itan dan
Syahroza (2003). Walaupun rasio keuangan
telah dikelompokkan dalam kategori tertentu,
masih mungkin dipertanyakan hubungan
diantara rasio tersebut (Bird and McHugh,
1977 ; Horrigan, 1965 dalam Itan dan
Syahroza (2003)).
Dalam memberikan informasi yang
memadai, hanya diperlukan sebagian rasio
keuangan. Namun pemilihan rasio keuangan
tersebut harus dilakukan secara hati-hati
(Horrigan, 1965 dalam Itan dan Syahroza
(2003)). Pemilihan rasio keuangan yang
memiliki informasi yang lengkap tidak dapat
dilakukan hanya dengan logika biasa, tetapi
harus dilakukan berdasarkan bukti empirik
dimana hubungannya ditunjukkan oleh
criteria statistic (Barnes, 1987 dalam Itan dan
242
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
saham. Dalam prakteknya dapat kita amati
bahwa harga saham sangat rentan dengan
informasi yang berkembang, baik informasi
yang berasal dari dalam maupun dari luar
perusahaan. Informasi tersebut berasal dari
faktor fundamental perusahaan, faktor teknis
dan lingkungan sosial ekonomi. Faktor yang
diperkirakan akan mempengaruhi harga
saham ialah faktor fundamental seperti
penjualan, pertumbuhan penjualan dan
sebagainya. Hal tersebut dapat memberikan
gambaran bahwa apabila kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba
meningkat dan cukup baik, maka harga
sahamnya akan meningkat dan beriringan
pula dengan keuntungan yang terjadi yaitu
return saham (rate of stock return).
Laporan keuangan diupayakan bertujuan
memiliki cakupan yang luas agar memenuhi
berbagai kebutuhan para pemakai dan
melayani kepentingan umum dari berbagai
pemakai yang potensial, bukan hanya untuk
kebutuhan khusus kelompok tertentu saja.
Setelah menetapkan tujuan sosial yang luas
yang merupakan tujuan menyeluruh dari
pelaporan keuangan, pelaporan keuangan juga
harus
menyediakan
informasi
yang
bermanfaat untuk menaksir arus kas di masa
yang akan datang (Jogiyanto, 1998). Dari
laporan keuangan yang diterbitkan setelah
dianalisis akan bisa diperoleh rasio keuangan,
yang berguna
untuk mengungkapkan
kekuatan dan kelemahan relatif suatu
perusahaan, serta untuk menunjukkan apakah
posisi keuangan membaik atau memburuk
selama jangka waktu tertentu. Hal ini akan
membantu bagi investor, kreditor, dan
pemakai lainnya yang potensial, dalam
menilai ketidakpastian penerimaan dari
dividen dan bunga dimasa yang akan datang
(Jogiyanto, 1998). Dengan kata lain, tujuan
ini
mengasumsikan
bahwa
investor
menginginkan informasi tentang hasil dan
resiko dari investasi yang dilakukan (Husnan,
2001).
Selain itu, dari rasio keuangan yang
diperoleh akan dapat dimanfaatkan oleh
manajemen perusahaan yang bersangkutan
maupun para investor untuk melakukan
tindakan, setelah menilai kinerja perusahaan
yang dilihat dari rasio keuangan tersebut dan
melakukan penilaian terhadap nilai saham
perusahaan. Sebagai contoh adalah ROA, jika
November
diperoleh ROA yang cukup tinggi, maka
dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut
beroperasi secara efektif, hal ini akan
merupakan daya tarik bagi investor yang
mengakibatkan peningkatan nilai saham
perusahaan yang bersangkutan, dan karena
nilainya meningkat, maka saham perusahaan
tersebut akan diminati oleh banyak investor,
yang akibatnya akan meningkatkan return
atas investasi yang dilakukan oleh investor.
Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa
perusahaan
semakin
efektif
dalam
memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan
laba bersih setelah pajak. Dengan demikian,
semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan
semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan daya tarik perusahaan kepada
investor. Peningkatan daya tarik perusahaan
menjadikan perusahaan tersebut makin
diminati investor, karena tingkat kembalian
akan semakin besar (Ang, 1997). Hal ini juga
akan berdampak bahwa harga saham dari
perusahaan tersebut di pasar modal yang juga
akan semakin meningkat. Dengan kata lain
ROA akan berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan.
Rasio-rasio keuangan yang akan
digunakan, antara lain adalah current ratio
(CR) untuk mewakili rasio likuiditas ; debt to
equity ratio (DER) dan leverage ratio (LEV)
untuk mewakili rasio solvabilitas ; net profit
margin (NPM), return on assets (ROA),
return on equity (ROE) dan earning per share
(EPS) untuk mewakili rasio profitabilitas ;
kemudian total assets turnover (TATO)
sebagai wakil rasio aktivitas sedangkan price
to earnings ratio (PER) dan price to book
value (PBV) untuk mewakili rasio pasar /
penilaian.
Kecenderungan dari literatur yang ada
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
nilai rasio likuiditas yang tinggi juga lebih
cenderung mempunyai asset yang dapat
dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami
penurunan nilai pasarnya (menjual efek).
Perusahaan dengan posisi tersebut seringkali
tidak terganggu likuiditasnya sehingga
investor lebih menyukai untuk membeli
saham-saham perusahaan dengan nilai rasio
likuiditas yang rendah sehingga return saham
yang diperoleh tinggi (Helfert, 2000). Hal
yang senada juga diungkapkan Weston dan
Brigham (1994 : 168), yakni pemilikan yang
243
2010
Taufik Hidayat
lebih besar akan menaikkan aktiva lancar
tanpa kenaikan hasil pengembalian (return)
yang proporsional, malah tingkat hasil
pengembalian investasi
jadi turun. Dari
sudut solvabilitas dan profitabilitas yang
diungkap oleh Suhairy (2006) menyatakan
bahwa rasio solvabiltas dan profitabilitas
yang diwakili oleh DER dan ROA
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap return saham. Namun Harahap
(2006) berpendapat bahwa DER yang
merupakan proksi rasio solvabilitas tidak
berpengaruh terhadap return saham. Ang
(1997 : 18.34 - 18.35) dalam literatur yang
dipublikasikannya menyatakan bahwa debt
ratio atau lazim disebut sebagai leverage
ratio digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan hutang) terhadap total
assets yang dimiliki perusahaan. Pengukuran
rasio
ini
dilakukan
dengan
cara
membandingkan total debts terhadap total
assets. Debt ratio mempunyai dampak yang
buruk terhadap kinerja perusahaan, karena
tingkat hutang yang semakin tinggi berarti
beban bunga akan semakin besar yang berarti
mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat
debt ratio yang kecil menunjukkan kinerja
yang semakin baik, karena menyebabkan
tingkat kembalian yang semakin tinggi. Dari
sudut rasio profitabilitas menyatakan bahwa
investor juga akan menyukai perusahaan yang
memiliki rasio NPM yang tinggi karena
perusahaan yang memiliki rasio NPM yang
tinggi
mampu
menghasilkan
tingkat
keuntungan lebih besar dibandingkan
perusahaan yang memiliki rasio NPM rendah,
sehingga pengaruh rasio NPM terhadap
return saham adalah positif (Helfert, 2000).
Kemudian Helfert (2000) mengatakan bahwa
para pemegang saham (dan calon pemegang
saham) menaruh perhatian utama pada tingkat
keuntungan, baik yang sekarang maupun
kemungkinan tingkat keuntungan pada masa
yang akan datang. Fokus pada profitabilitas,
dikarenakan pada posisi tersebut perusahaan
dapat menjaga kelangsungan hidupnya (going
concern). Suatu perusahaan haruslah selalu
berada dalam keadaan menguntungkan
(profitable). Tanpa adanya keuntungan akan
sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik
modal dari luar. Para kreditur, pemilik
perusahaan dan terutama sekali pihak
manajemen akan berusaha meningkatkan
keuntungan,
karena
didasari
betapa
pentingnya arti keuntungan bagi masa depan
perusahaan. Penelitian dalam mencari
hubungan antara rasio profitabilitas dengan
return saham sudah banyak dilakukan, proksi
yang
sering
digunakan
pada
rasio
profitabilitas
dalam
memprediksi
hubungannya
dengan
return
saham
diantaranya ROI, ROA, dan ROE, seperti
pada penelitian Suhairy (2006) yang
menggunakan ROA dan ROE dalam
hubungannya terhadap return saham.
Kemudian Octora dkk (2003) menggunakan
ROI, ROA dan ROE dalam meneliti
kaitannya terhadap return saham. Pada rasio
aktivitas yang dalam hal ini diwakili oleh
total assets turnover (TATO) belum banyak
peneliti yang memakai rasio ini sebagai
bagian dalam penelitiannya dalam melihat
pengaruh yang diberikan pada return saham,
tetapi untuk rasio pasar / penilaian seperti
yang dinyatakan oleh Gani (2002) bahwa
PER dan PBV memberikan pengaruh yang
signifikan baik secara parsial dan simultan
terhadap return saham sebelum krisis
keuangan terjadi.
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Kerangka Konseptual
Rasio Likuiditas
Current Ratio (X1)
Rasio Keuangan
Rasio Solvabilitas
Debt to Equity Ratio (X2)
Leverage Ratio (X3)
Rasio Profitabilitas
Net Profit Margin (X4)
Return on Equity (X5)
Return on Assets (X6)
Earnings per Share Ratio (X7)
H1
Return
Saham
(Y)
Rasio Aktivitas
Total Assets Turnover (X8)
Rasio Pasar / Penilaian
Price Earnings Ratio (X9)
Price to Book Value (X10)
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konseptual dan landasan
teori yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka hipotesis yang dikemukakan adalah
sebagai berikut : Rasio keuangan secara
simultan berpengaruh terhadap return saham
244
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
pada perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia.
November
2. Dari hasil publikasi laporan keuangan
yang di amati, perusahaan secara terus dari
tahun
2004
hingga
tahun
2007
menghasilkan laba bersih setelah pajak
(earnings
after
tax),
dan
tidak
memunculkan angka negatif pada net
profit margin (NPM).
Setelah dilakukan penilaian dengan
purposive sampling, maka emiten yang
terpilih adalah sebanyak 124 (seratus dua
puluh empat) perusahaan yang dapat dilihat
dalam lampiran 1 pada bagian tambahan
dalam tesis ini. Khusus Perusahaan jenis
banking, credit agencies, securities dan
insurance disisihkan dari sampel karena
memiliki karakteristik rasio tersendiri yang
diatur secara tersendiri dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12
April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum menetapkan bank
wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan
bank secara triwulanan. Adapun yang menjadi
tolok ukur dasar penilaian kesehatan bank
umum adalah penilaian faktor CAMELS yaitu
permodalan (capital), kualitas aset (asset
quality),
manajemen
(management),
rentabilitas (earnings), likuiditas (liquidity)
dan sensitivitas terhadap resiko pasar
(sensitivity to market risk). Dampak dari
peraturan tersebut akan membutuhkan
pengujian independen tersendiri.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kausal komparatif yang bertujuan untuk
menganalisis pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Variabel yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
current ratio (CR), debt to equity ratio
(DER), leverage ratio (LEV), net profit
margin (NPM), return on equity (ROE),
return on assets (ROA), earning per share
(EPS), total assets turn over (TATO), price to
earnings ratio (PER) dan price to book value
(PBV) sebagai variabel independen, serta
return saham (Y) sebagai variabel dependen.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Bursa Efek
Indonesia dengan tahun pengamatan mulai
dari tahun 2004 sampai 2007. Ruang lingkup
penelitian ini adalah laporan keuangan yang
memenuhi kriteria variabel penelitian dan
tetap
dipublikasikan
selama
tahun
pengamatan.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2004: 72). Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh emiten yang listing di BEI tahun
2004-2007 sejumlah 325 (tiga ratus dua puluh
lima) emiten.
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi dengan cara mengumpulkan data
sekunder dari Indonesia Capital Market
Directory tahun 2004 sampai dengan tahun
2007 yang diterbitkan oleh Bursa Efek
Indonesia
dan
di
download
dari
www.idx.co.id. Hasil up dating data terakhir,
penulis hanya mampu mengumpulkan data
laporan keuangan dari perusahaan yang
terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2007
saja dan tidak sampai dengan laporan
keuangan untuk tahun 2008. Hal ini
disebabkan oleh hasil pengamatan penulis
sampai dengan akhir bulan April tahun 2009
masih terdapat banyak perusahaan yang
belum
mempublikasikan
laporan
keuangannya untuk tahun 2008, sehingga
penulis hanya melakukan pengamatan laporan
keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI
dari tahun 2004 sampai dengan 2007 saja.
Metode Penarikan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling, yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2004 : 78). Adapun pertimbangan
yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
1. Laporan
keuangan
yang
disajikan
perusahaan
secara
terus
menerus
terpublikasi pada Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2004 hingga tahun 2007.
245
2010
Taufik Hidayat
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah gabungan data cross section untuk
berbagai jenis perusahaan dari satu periode
yang sama dan data time series (runtun
waktu) yang diistilahkan dengan nama data
pooled cross section-time series.
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
●
●
Current Ratio (X1)
Debt to equity ratio (X2)
●
Leverage Ratio (X3)
●
Net Profit Margin Ratio
(X4)
●
Return On Equity (X5)
●
Return On Assets (X6)
●
Earning Per Share (X7)
●
Total Assets Turnover
Ratio (X8)
●
Price to Earnings Ratio
(X9)
●
Price to Book Value
(X10)
Dependen Variabel
Return Saham (Y)
Definisi Variabel
Parameter
Merupakan rasio yang
mengukur besarnya
hutang lancar yang
dijamin oleh aktiva lancar
- Total Aktiva
Lancar
- Total
Hutang
Lancar
- Total
Hutang
- Total Modal
Sendiri
Merupakan bagian dari
setiap Rupiah modal
sendiri yang dijadikan
jaminan untuk
keseluruhan hutang
Merupakan keseluruhan
total Aktiva yang
dijadikan jaminan untuk
keseluruhan hutang
Kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan
dengan penjualan yang
dicapai
Kemampuan perusahaan
menghasilkan laba
berdasarkan modal
tertentu
Efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan
keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya.
Keuntungan yang
diperoleh pemegang
saham untuk setiap
lembar sahamnya
Perputaran total aktiva
adalah perbandingan
antara penjualan bersih
dengan seluruh kekayaan
perusahaan.
Perbandingan antara
harga pasar per lembar
saham dengan laba per
saham.
Perbandingan antara
harga pasar per lembar
saham dengan nilai buku
per lembar saham
Penghasilan yang
diperoleh investor yang
menanamkan modalnya
dalam bentuk saham biasa
- Total
Hutang
- Total Aktiva
- Earnings
After Tax
- Net Sales
- Earnings
After Tax
- Total Modal
Sendiri
- Earnings
After Tax
- Total Aktiva
- Earnings
After Tax
- Jumlah
Lembar
aham
- Total Aktiva
- Net Sales
- Harga Pasar
per Lembar
Saham
- Laba per
Saham
- Harga Pasar
per Lembar
Saham
- Nilai Buku
per Lembar
Saham
- Harga aham
Periode
Sekarang
- Harga
saham
Periode
Lalu
Skala
Rasio
Pengujian Asumsi Klasik
Rasio
Dalam suatu penelitian, kemungkinan
munculnya masalah dalam analisis regresi
cukup sering dalam mencocokkan model
prediksi ke dalam sebuah model yang telah
dimasukkan ke dalam serangkaian data.
Masalah ini sering disebut dengan pengujian
asumsi klasik yang didalamnya termasuk
pengujian
normalitas,
multikolinearitas,
heterokedasitas dan autokorelasi. Pengujian
ini juga dimaksudkan agar persamaan regresi
yang dipergunakan dalam masing-masing
model analisis memenuhi kriteria BLUE
(Gujarati,1995:72-73), yaitu Best, dengan
maksud untuk memberikan model analisis
yang terbaik ; Linier, dan merupakan
kombinasi linier dari data sampel ; Unbiased,
dan juga memiliki rata-rata atau nilai harapan
yang harus sama dengan nilai sebenarnya ;
Eficient estimator, dan terakhir memiliki
varians yang minimal diantara pemerkira lain
yang tidak bias.
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Uji Normalitas Data
Uji
normalitas
bertujuan
untuk
mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas memiliki
distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Menurut
Ghozali (2005 : 112), untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan melihat tampilan grafik
histogram.
Metode Analisis Data
Model Analisis
Untuk menentukan tingkat pengaruh
antara variabel independen dengan variabel
dependen, digunakan model analisis dalam
bentuk persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut :
Y
=
Leverage Ratio (LEV)
Net Profit Margin Ratio (NPM)
Return On Assets (ROA)
Return On Equity (ROE)
Earning per Share (EPS)
Total Assets Turnover (TATO)
Price to Earnings Ratio (PER)
Price to Book Value (PBV)
Pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen diuji dengan tingkat
kepercayaan (convident interval) 95 % atau
signifikan level () sama dengan 5 %.
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Nama Variabel
Independen Variabel
=
=
=
=
=
=
=
=
a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4
X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 +
b8 X8 + b9 X9 + b10 X10 + e
Uji Multikolinearitas
Dimana :
Y = Return Saham
X1 = Current Ratio (CR)
X2 = Debt to Equity Ratio (DER)
Multikolinieritas adalah terdapatnya
lebih dari satu hubungan linier pasti
(sempurna). Dimana suatu keadaan yang satu
atau lebih variabel bebasnya terdapat korelasi
246
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
dengan variabel bebas lainnya. Adanya
multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance
value atau nilai Variance Inflation Factor
(VIF), yaitu dengan rumus : Ghozali (2005 :
108)
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti
tidak ada autokorelasi
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada
autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
1
VIF 
 R
1 k

2
2



Pengujian Hipotesis 1 (satu)
Dalam pengujian hipotesis 1 (satu)
akan digunakan alat analisis regresi linier
berganda dengan menggunakan model
analisis seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, yakni :
2
R /k = Koefesien determinasi (R ) berganda
ketika Xk diregresikan dengan variabelvariabel X lainnya. Batas tolerance value
adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10.
dimana :
tolerance value < 0,01 atau VIF > 10 =
terjadi multikolinieritas
tolerance value > 0,01 atau VIF < 10 = tidak
terjadi multikolinieritas
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 +
b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 +
b9 X9 + b10 X10 + e
Model analisis ini akan dilakukan uji
model (goodness of fit) dengan data yang ada
sehingga diyakini bentuk persamaan/model
yang pasti. Dari persamaan dengan model
tersebut akan dapat dihitung R2 atau
coefficient
of
determination
yang
menunjukkan persentase dari variasi variabel
return saham yang mampu dijelaskan oleh
model. Selanjutnya, dengan membandingkan
besarnya nilai R2 untuk variabel rasio
keuangan dapat diketahui faktor terpenting
atau dominan yang menentukan pengaruhnya
kepada return saham. Uji Koefisien
Determinasi (R2), melihat berapa proporsi
variasi dari variabel bebas secara bersamasama dalam mempengaruhi variabel terikat,
dengan bantuan software Statistik SPSS versi
15 nilai koefisien determinasi (R2) ini
diperoleh.
Nilai koefisien determinasi adalah
diantara nol dan satu. Nilai R² yang kecil
berarti kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti
variabel-variabel
independen
memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
Selanjutnya setelah nilai koefisien
determinasi diperoleh, langkah selanjutnya
adalah melakukan uji statistik untuk melihat
pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas
terhadap variabel terikat yaitu dengan
menggunakan :
1. Uji-t statistik, untuk menguji pengaruh
secara parsial antara variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat dengan
Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas
muncul
apabila
kesalahan atau residual dari model yang
diamati tidak memiliki varians yang konstan
dari suatu observasi lainnya. Gejala
heterokedastisitas dapat diuji dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu yang tergambar
pada
scatterplot,
dasar
pengambilan
kesimpulan jika ada pola tertentu yang teratur
(bergelombang
melebar,
kemudian
menyempit),
maka
telah
terjadi
heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak
terjadi heterokedastisitas. (Ghozali, 2005).
Uji Autokorelasi
Salah satu pengujian umum yang
digunakan
untuk
mengetahui
adanya
autokorelasi adalah dengan memakai uji
statistik Durbin-Watson yang dikembangkan
oleh J. Durbin dan G. Watson pada tahun
1951. Menurut Gujarati (1999) pengujian
statistik Durbin-Watson atau d statistik
dihitung dengan rumus :
 U

n
d=
t 2
t
t 2
U 2 1 
Ut
November
2
2
Santoso (2000) menyatakan secara umum
dengan menggunakan angka Durbin-Watson
bisa diambil patokan :
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada
autokorelasi positif.
247
2010
Taufik Hidayat
Variabel Current Ratio (CR)
asumsi bahwa variabel lain dianggap
konstan, dengan tingkat keyakinan 95 %
( = 0,05). Dengan bantuan software
Statistik SPSS versi 15 akan diperoleh
thitung yang kemudian dibandingkan dengan
ttabel pada tingkat keyakinan 95 % ( =
0,05). Kriteria pengujian, yakni :
Tabel 2.
Descriptive Statistics Untuk
Current Ratio (CR)
N
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
t hitung  t tabel = X1 ; X2 ; X3 ; X4 ; X5 ; X6 ; X7 ; X8
; X9 ; X10 berpengaruh terhadap Y
t hitung  t tabel = X1 ; X2 ; X3 ; X4 ; X5 ; X6 ; X7 ; X8
; X9 ; X10 tidak
124
124
124
124
Minimum
,17
,26
,28
,49
Maximum
557,47
80,16
34,35
28,19
Mean
7,1565
3,1505
2,7971
2,4989
Std.
Deviation
50,11994
7,61371
4,56735
3,12182
124
F hitung  F tabel = H1 diterima
Dari hasil olahan data pada tabel 2.
tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata
CR terbesar terlihat pada tahun 2004 yaitu
sebesar 7,1565, hal ini berarti pada tahun
2004 kondisi rata-rata aktiva lancar terhadap
hutang lancarnya dari perusahaan sampel
terlihat paling baik, sedangkan nilai standar
deviasi yang terbesar juga terjadi pada tahun
2004 dengan nilai standar deviasi sebesar
50,11994. Ini berarti bahwa pada tahun 2004
nilai CR semua perusahaan sampel paling
bervariasi dengan nilai terbesar 557,47 dan
yang terkecil 0,17. Kondisi ini sekaligus
menunjukkan bahwa kondisi CR perusahaan
sampel sangat berfluktuasi, dimana jarak pada
rata-rata perusahaan yang memiliki rasio
antara aktiva lancar terhadap hutang
lancarnya cukup tinggi sangat jauh, jika
dibandingkan dengan jarak pada rata-rata
perusahaan yang memiliki rasio antara aktiva
lancar terhadap hutang lancarnya yang
bernilai rendah.
F hitung  F
Variabel Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh terhadap Y
atau :
Nilai signifikan thitung > 0,05 = X1 ; X2 ; X3 ; X4 ; X5
;X6 ; X7 ; X8 ; X9
;X10 berpengaruh
terhadap Y
Nilai signifikan thitung ≤ 0,05 = X1 ; X2 ; X3 ; X4 ; X5
;X6 ; X7 ; X8 ; X9
;X10 tak berpengaruh
terhadap Y
2. Uji F, untuk menguji pengaruh secara
simultan
antara
variabel
bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat,
dengan tingkat keyakinan 95 % ( = 0,05).
Dengan bantuan software Statistik SPSS
versi 15 akan diperoleh Fhitung yang
kemudian dibandingkan dengan Ftabel pada
tingkat keyakinan 95 % ( = 0,05).
Kriteria pengujian, yakni :
tabel
= H1 dapat ditolak
Tabel 3.
Descriptive Statistics Untuk
Debt to Equity Ratio (DER)
atau :
Nilai signifikan Fhitung > 0,05 = H1 diterima
Nilai signifikan Fhitung ≤ 0,05 = H1 dapat ditolak
N
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Deskripsi Variabel
Penjelasan data melalui deskripsi
variabel
ini
diharapkan
memberikan
gambaran awal tentang masalah yang diteliti.
Analisa deskripsi semua variabel baik
variabel bebas maupun variabel terikat adalah
sebagai berikut :
124
124
124
124
Minimum
,02
,02
,03
,05
Maximum
26,37
6,27
8,03
5,50
Mean
1,4808
1,2486
1,2660
1,2935
Std.
Deviation
2,72096
1,09826
1,14645
1,09438
124
Dari hasil olahan data pada tabel 3. di
atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata DER
terbesar terlihat pada tahun 2004 yaitu sebesar
1,4808, hal ini berarti pada tahun 2004
kondisi rata-rata kewajiban terhadap modal
sendiri pada perusahaan sampel terlihat paling
baik, sedangkan nilai standar deviasi yang
terbesar juga terjadi pada tahun 2004 dengan
nilai standar deviasi sebesar 2,72096. Ini
berarti bahwa pada tahun 2004 nilai DER
248
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
semua perusahaan sampel paling bervariasi
dengan nilai terbesar 26,37 dan yang terkecil
0,20. Kondisi ini sekaligus menunjukkan
bahwa kondisi DER perusahaan sampel
sangat berfluktuasi, dimana jarak pada ratarata perusahaan yang memiliki rasio antara
kewajiban terhadap modal sendirinya cukup
tinggi sangat jauh jika dibandingkan dengan
jarak pada rata-rata perusahaan yang memiliki
rasio antara kewajiban terhadap modal
sendirinya yang bernilai rendah.
Dari hasil olahan data pada tabel 5. di
atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata NPM
terbesar terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar
0,128211, hal ini berarti pada tahun 2007
kondisi rata-rata laba bersih setelah pajak
(earnings after tax) terhadap penjualan
bersihnya pada perusahaan sampel terlihat
paling baik, sedangkan nilai standar deviasi
yang terbesar juga terjadi pada tahun 2007
dengan nilai standar deviasi sebesar
0,3183432. Ini berarti bahwa pada tahun 2007
nilai NPM semua perusahaan sampel paling
bervariasi dengan nilai terbesar 3,42 dan yang
terkecil 0,00. Kondisi ini sekaligus
menunjukkan
bahwa
kondisi
NPM
perusahaan sampel sangat berfluktuasi,
dimana jarak pada rata-rata perusahaan yang
memiliki rasio antara laba bersih setelah pajak
(earnings after tax) terhadap penjualan
bersihnya cukup tinggi sangat jauh jika
dibandingkan dengan jarak pada rata-rata
perusahaan yang memiliki rasio antara laba
bersih setelah pajak (earnings after tax)
terhadap penjualan bersihnya yang bernilai
rendah.
Variabel Leverage Ratio (LEV)
Tabel 4.
Descriptive Statistics Untuk Leverage Ratio
(LEV)
N
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
124
124
124
124
Minimum
,02
,02
,03
,05
Maximum
,96
,86
,89
,85
Mean
,4649
,4646
,4655
,4731
Std.
Deviation
,19046
,19223
,19568
,18757
124
Dari hasil olahan data pada tabel 4. di
atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata LEV
terbesar terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar
0,4731, hal ini berarti pada tahun 2007
kondisi rata-rata kewajiban terhadap total
aktivanya pada perusahaan sampel terlihat
paling baik, sedangkan nilai standar deviasi
yang terbesar terjadi pada tahun 2006 dengan
nilai standar deviasi sebesar 0,19568. Ini
berarti bahwa pada tahun 2006 nilai LEV
semua perusahaan sampel paling bervariasi
dengan nilai terbesar 0,89 dan yang terkecil
0,30. Kondisi ini sekaligus menunjukkan
bahwa kondisi LEV perusahaan sampel
sangat berfluktuasi, dimana jarak pada ratarata perusahaan yang memiliki rasio antara
kewajiban terhadap total aktivanya cukup
tinggi sangat jauh jika dibandingkan dengan
jarak pada rata-rata perusahaan yang memiliki
rasio antara kewajiban terhadap total
aktivanya yang bernilai rendah.
Variabel Return On Equity (ROE)
Tabel 6.
Descriptive Statistics Untuk
Return On Equity (ROE)
N
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
Tabel 5.
Descriptive Statistics Untuk
Net Profit Margin (NPM)
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
124
124
124
124
Minimum
,0009
,0006
,0006
,0000
Maximum
,4400
,6700
1,9300
3,4200
Mean
,091390
,092765
,103097
,128211
124
124
124
124
Minimum
,05
,11
,15
,16
Maximum
117,06
66,27
72,69
84,60
Mean
14,1294
13,3777
13,1990
15,0799
Std.
Deviation
14,83347
11,89587
12,87800
14,65612
124
Dari hasil olahan data pada tabel 6.
tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata
ROE terbesar terlihat pada tahun 2007 yaitu
sebesar 15,0799, hal ini berarti pada tahun
2007 kondisi rata-rata laba bersih setelah
pajak (earnings after tax) terhadap modal
sendirinya pada perusahaan sampel terlihat
paling baik, sedangkan nilai standar deviasi
yang terbesar terjadi pada tahun 2004 dengan
nilai standar deviasi sebesar 14,83347. Ini
berarti bahwa pada tahun 2004 nilai ROE
semua perusahaan sampel paling bervariasi
dengan nilai terbesar 117,06 dan yang terkecil
0,05. Kondisi ini sekaligus menunjukkan
bahwa kondisi ROE perusahaan sampel
sangat berfluktuasi, dimana jarak pada ratarata perusahaan yang memiliki rasio antara
laba bersih setelah pajak (earnings after tax)
Variabel Net Profit Margin (NPM)
N
November
Std.
Deviation
,0827365
,1032161
,1927762
,3183432
124
249
2010
Taufik Hidayat
terhadap modal sendirinya cukup tinggi
sangat jauh jika dibandingkan dengan jarak
pada rata-rata perusahaan yang memiliki rasio
antara laba bersih setelah pajak (earnings
after tax) terhadap modal sendirinya yang
bernilai rendah.
Dari hasil olahan data pada tabel 8. di
atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata EPS
terbesar terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar
499,3789, hal ini berarti pada tahun 2007
kondisi rata-rata laba bersih setelah pajak
(earnings after tax) terhadap jumlah lembar
sahamnya pada perusahaan sampel terlihat
paling baik, sedangkan nilai standar deviasi
yang terbesar juga terjadi pada tahun 2007
dengan nilai standar deviasi sebesar
1351,92923. Ini berarti bahwa pada tahun
2007 nilai EPS semua perusahaan sampel
paling bervariasi dengan nilai terbesar
10.663,00 dan yang terkecil 0,30. Kondisi ini
sekaligus menunjukkan bahwa kondisi EPS
perusahaan sampel sangat berfluktuasi,
dimana jarak pada rata-rata perusahaan yang
memiliki rasio antara laba bersih setelah pajak
(earnings after tax) terhadap jumlah lembar
sahamnya cukup tinggi sangat jauh jika
dibandingkan dengan jarak pada rata-rata
perusahaan yang memiliki rasio antara laba
bersih setelah pajak (earnings after tax)
terhadap jumlah lembar sahamnya yang
bernilai rendah.
Variabel Return On Assets (ROA)
Tabel 7.
Descriptive Statistics Untuk
Return On Assets (ROA)
N
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
124
124
124
124
Minimum
,0005
,0008
,0011
,0007
Maximum
,4015
,3749
,3722
,6216
Mean
,068822
,066488
,065935
,080431
Std.
Deviation
,0654078
,0592091
,0652703
,0954738
124
Dari hasil olahan data pada tabel 7. di
atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata ROA
terbesar terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar
0,080431, hal ini berarti pada tahun 2007
kondisi rata-rata laba bersih setelah pajak
(earnings after tax) terhadap total aktivanya
pada perusahaan sampel terlihat paling baik,
sedangkan nilai standar deviasi yang terbesar
juga terjadi pada tahun 2007 dengan nilai
standar deviasi sebesar 0,954738. Ini berarti
bahwa pada tahun 2007 nilai ROA semua
perusahaan sampel paling bervariasi dengan
nilai terbesar 0,6216 dan yang terkecil
0,0007. Kondisi ini sekaligus menunjukkan
bahwa kondisi ROA perusahaan sampel
sangat berfluktuasi, dimana jarak pada ratarata perusahaan yang memiliki rasio antara
laba bersih setelah pajak (earnings after tax)
terhadap total aktivanya cukup tinggi sangat
jauh jika dibandingkan dengan jarak pada
rata-rata perusahaan yang memiliki rasio
antara laba bersih setelah pajak (earnings
after tax) terhadap total aktivanya yang
bernilai rendah.
Variabel Total Asstes Turnover (TATO)
Tabel 9.
Descriptive Statistics Untuk
Total Assets Turnover (TATO)
N
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
Tabel 8.
Descriptive Statistics Untuk
Earnings Per Share (EPS)
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
124
124
124
124
Minimum
Maximum
,10
,30
,66
,30
6958,00
4889,00
4666,00
10663,00
Mean
341,1191
326,3417
350,2594
499,3789
Minimum
,03
,03
,03
,03
Maximum
7,17
15,89
12,18
9,34
Mean
1,1935
1,3088
1,2911
1,2345
Std.
Deviation
1,12237
1,63330
1,38953
1,14852
124
Dari hasil olahan data pada tabel 9. di
atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata TATO
terbesar terlihat pada tahun 2005 yaitu sebesar
1,3088, hal ini berarti pada tahun 2005
kondisi rata-rata penjualan bersih terhadap
total aktivanya pada perusahaan sampel
terlihat paling baik, sedangkan nilai standar
deviasi yang terbesar juga terjadi pada tahun
2005 dengan nilai standar deviasi sebesar
1,63330. Ini berarti bahwa pada tahun 2005
nilai TATO semua perusahaan sampel paling
bervariasi dengan nilai terbesar 15,89 dan
yang terkecil 0,03. Kondisi ini sekaligus
menunjukkan
bahwa
kondisi
TATO
perusahaan sampel sangat berfluktuasi,
dimana jarak pada rata-rata perusahaan yang
memiliki rasio antara penjualan bersih
terhadap total aktivanya cukup tinggi sangat
Variabel Earnings Per Share (EPS)
N
124
124
124
124
Std.
Deviation
913,26854
777,33471
885,75871
1351,92923
124
250
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
jauh jika dibandingkan dengan jarak pada
rata-rata perusahaan yang memiliki rasio
antara penjualan bersih terhadap total
aktivanya yang bernilai rendah.
sebesar 2,3928, hal ini berarti pada tahun
2007 kondisi rata-rata harga pasar per lembar
saham terhadap nilai buku per lembar
sahamnya pada perusahaan sampel terlihat
paling baik, sedangkan nilai standar deviasi
yang terbesar juga terjadi pada tahun 2007
dengan nilai standar deviasi sebesar 2,75335.
Ini berarti bahwa pada tahun 2007 nilai PBV
semua perusahaan sampel paling bervariasi
dengan nilai terbesar 19,13 dan yang terkecil
0,22. Kondisi ini sekaligus menunjukkan
bahwa kondisi PBV perusahaan sampel
sangat berfluktuasi, dimana jarak pada ratarata perusahaan yang memiliki rasio antara
harga pasar per lembar saham terhadap nilai
buku per lembar sahamnya cukup tinggi
sangat jauh jika dibandingkan dengan jarak
pada rata-rata perusahaan yang memiliki rasio
antara harga pasar per lembar saham terhadap
nilai buku per lembar sahamnya yang bernilai
rendah.
Variabel Price to Earnings Ratio (PER)
Tabel 10.
Descriptive Statistics Untuk
Price to Earnings Ratio (PER)
N
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
124
124
124
124
Minimum
2,16
2,57
3,18
1,87
Maximum
826,50
836,24
223,40
1093,00
Mean
44,6374
29,3997
26,5252
41,6124
Std.
Deviation
122,99902
86,71153
34,46982
121,51900
124
Dari hasil olahan data pada tabel 10. di
atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata PER
terbesar terlihat pada tahun 2004 yaitu sebesar
44,6374, hal ini berarti pada tahun 2004
kondisi rata-rata harga pasar per lembar
saham terhadap laba per sahamnya pada
perusahaan sampel terlihat paling baik,
sedangkan nilai standar deviasi yang terbesar
juga terjadi pada tahun 2004 dengan nilai
standar deviasi sebesar 122,99902. Ini berarti
bahwa pada tahun 2004 nilai PER semua
perusahaan sampel paling bervariasi dengan
nilai terbesar 826,50 dan yang terkecil 2,16.
Kondisi ini sekaligus menunjukkan bahwa
kondisi PER perusahaan sampel sangat
berfluktuasi, dimana jarak pada rata-rata
perusahaan yang memiliki rasio antara harga
pasar per lembar saham terhadap laba per
sahamnya cukup tinggi sangat jauh jika
dibandingkan dengan jarak pada rata-rata
perusahaan yang memiliki rasio antara harga
pasar per lembar saham terhadap laba per
sahamnya yang bernilai rendah.
Variabel Return Saham (Y)
Tabel 12.
Descriptive Statistics Untuk Return Saham
N
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
Tabel 11.
Descriptive Statistics Untuk
Price to Book Value (PBV)
N
124
124
124
124
Minimum
,19
,09
,15
,22
Maximum
16,83
15,01
21,26
19,13
Mean
1,8847
1,6869
1,9877
2,3928
124
124
124
124
Minimum
Maximum
-,8650
-,9220
-,8410
-,8460
8,2860
2,6320
6,3750
11,9230
Mean
,386629
,040540
,408750
,680371
Std.
Deviation
1,0044993
,4577634
,8751275
1,7127902
124
Dari hasil olahan data pada tabel 5.11. di
atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata return
saham terbesar terlihat pada tahun 2007 yaitu
sebesar 0,680371, hal ini berarti pada tahun
2007 kondisi rata-rata return saham pada
perusahaan sampel terlihat paling baik.
Sedangkan nilai standar deviasi yang terbesar
juga terjadi pada tahun 2007 dengan nilai
standar deviasi sebesar 1,7127902. Ini berarti
bahwa pada tahun 2007 nilai return saham
semua perusahaan sampel paling bervariasi
dengan nilai terbesar 11,9230 dan yang
terkecil - 0,8460. Kondisi ini sekaligus
menunjukkan bahwa kondisi return saham
perusahaan sampel sangat berfluktuasi,
dimana jarak pada rata-rata perusahaan yang
memiliki return saham cukup tinggi sangat
jauh jika dibandingkan dengan jarak pada
rata-rata perusahaan yang memiliki return
saham yang bernilai rendah.
Variabel Price to Book Value (PBV)
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Valid N
(listwise)
November
Std.
Deviation
2,34433
2,12534
2,37301
2,75335
124
Dari hasil olahan data pada tabel 11.
tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata
PBV terbesar terlihat pada tahun 2007 yaitu
251
2010
Taufik Hidayat
multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 13.
Hasil dari tabel 13. tersebut, menunjukkan
bahwa variabel bebas yaitu : CR, DER, LEV,
NPM, ROE, ROA, EPS, TATO, PER dan
PBV memiliki angka Variance Inflaction
Factor (VIF) dibawah angka 10. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
persamaan regresi yang dipakai sebagai
model analisis tidak terdapat persoalan
multikolinearitas.
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Normalitas data
Dalam uji ini dilakukan, untuk dapat
menunjukkan simetris tidaknya distribusi
data. Uji normalitas akan dideteksi melalui
analisa grafis yang dihasilkan melalui
perhitungan regresi dengan software SPSS
release 15.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Uji Autokorelasi
Dependent Variable: RETURN SAHAM
Dalam penelitian ini, uji autokorelasi
dilakukan dengan melihat nilai Durbin
Watson. Cara mendeteksi apakah model yang
digunakan mengalami gejala autokorelasi
adalah dengan melihat nilai statistik Durbin
Watson. Hasil dari nilai Durbin Watson dapat
dilihat pada tabel 5.13 berikut ini :
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
Tabel 14. Uji Autokorelasi
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Model
Observed Cum Prob
1
Gambar 2. Normalitas P-P Plot pada
Dependen Variabel Return Saham
Tabel 13. UjiMultikolinearitas
,174
1,888
Scatterplot
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.997
.466
.467
.965
.251
.228
.728
.859
.871
.546
,157
Uji Heterokedastisitas
Dependent Variable: RETURN SAHAM
1.003
2.148
2.139
1.036
3.979
4.392
1.373
1.164
1.148
1.833
Regression Studentized Deleted (Press)
Residual
(Constant)
CR
DER
LEV
NPM
ROE
ROA
EPS
TATO
PER
PBV
,417(a)
DurbinWatson
Dari tabel 14. tersebut, dapat dilihat
bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,888 dan
sesuai dengan yang disampaikan oleh Santoso
(2000) yang menjadi patokan terjadi tidaknya
autokorelasi adalah jika angka D-W di antara
-2 sampai +2 yang berarti tidak ada
autokorelasi, dengan demikian angka/nilai
Durbin Watson sebesar 1,888 berada diantara
angka patokan yang disampaikan oleh
Santoso (2000), yang menunjukkan bahwa
tidak adanya autokorelasi antar variabel bebas
yang diteliti.
Uji Multikolinearitas
1
Adjusted R
Square
R Square
a Predictors: (Constant), PBV, NPM, CR, DER, EPS, PER, TATO, LEV, ROE,
ROA
b Dependent Variable: RETURN SAHAM
Dalam penelitian ini, uji normalitas
hanya akan dideteksi melalui analisis grafik
normal P-Plot yang dihasilkan melalui
perhitungan regresi dengan software SPSS.
Adapun hasil pengujiannya tersebut telah
memperlihatkan pada grafik normalitas P Plot, bahwa penyebaran data yang terjadi ada
di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis
diagonal, dengan demikian distribusi data
telah memenuhi asumsi normalitas.
Model
R
a Dependent Variable: RETURN SAHAM
7.5
5.0
2.5
0.0
-2.5
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan
ada tidaknya korelasi yang besar diantara
variable
bebas.
Hasil
pengujian
-4
-2
0
2
4
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 3. Output Heterokedastisitas
252
6
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
Tabel 16.
Hasil Uji t Variabel Independen terhadap
Return Saham
Hasil pengujian heterokedastisitas pada
penelitian ini menggunakan program software
SPSS dengan cara mengamati pola yang
terdapat pada scatter plot, yang hasilnya
dapat dilihat pada gambar 3. Pada gambar
tersebut dapat terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak, tidak membentuk
sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar
baik di atas maupun dibawah angka nol pada
sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi layak dipakai.
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1
(Constant)
-,466
,139
CR
-,001
,001
DER
-,046
,033
LEV
,953
,292
NPM
,315
,148
ROE
-,083
,491
ROA
2,998
,948
EPS
1,91E-005
,000
TATO
-,003
,034
PER
,002
,001
PBV
,055
,021
a Dependent Variable: RETURN SAHAM
Model
Pengujian Hipotesis 1 (Satu)
Dalam pengujian yang dilakukan pada
hipotesis 1 (satu) yang menggunakan
persamaan regresi linier berganda seperti
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
diperoleh hasil uji model (goodness of fit)
dengan menggunakan data CR (X1), DER
(X2), LEV (X3), NPM (X4), ROE (X5), ROA
(X6), EPS (X7), TATO (X8), PER (X9), PBV
(X10) dan Return Saham (Y) sebanyak 496
pengamatan pada tabel 15. berikut ini.
Tabel 15. Nilai R Square Hipotesis 6
(enam)
1
R
.417(a)
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
DurbinWatson
.174
.157
.82365
1.888
t
-3,360
-1,284
-1,395
3,266
2,130
-,168
3,158
,554
-,078
3,754
2,663
Sig.
,001
,200
,164
,001
,034
,867
,002
,580
,938
,000
,008
Hasil uji t persamaan regresi untuk
model analisis pada hipotesis 6 (enam)
berdasarkan tabel 5.30. menunjukkan bahwa
nilai signifikan CR (X1) sebesar 0,200, nilai
signifikan DER (X2) sebesar 0,164, nilai
signifikan LEV (X3) sebesar 0,001, nilai
signifikan NPM (X4) sebesar 0,034, nilai
signifikan ROE (X5) sebesar 0,867, nilai
signifikan ROA (X6) sebesar 0,002, nilai
signifikan EPS (X7) sebesar 0,580, nilai
signifikan TATO (X8) sebesar 0,938, nilai
signifikan PER (X9) sebesar 0,000 dan nilai
signifikan PBV (X10) sebesar 0,008, dimana
dari kesemua variabel bebas tersebut
menunjukkan bahwa nilai signifikan yang
lebih kecil dari nilai α = 0,05 terdiri dari
LEV, NPM, ROA, PER dan PBV sedangkan
variabel CR, DER, ROE, EPS dan TATO
menunjukkan nilai signifikan yang lebih besar
dari nilai α = 0,05. Hasil tersebut memberikan
informasi bahwa dari persamaan regresi
berganda untuk hipotesis 6 (enam) pada
penelitian ini ada lima variabel bebas dari
proksi rasio keuangan yang berpengaruh
signifikan terhadap return saham yaitu LEV,
NPM, ROA, PER dan PBV dan juga ada lima
variabel bebas dari proksi rasio keuangan
yang tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham yaitu CR, DER, ROE, EPS dan
TATO. Model analisis regresi berganda
antara variabel X terhadap Y dapat
diformulasikan dalam model persamaan
sebagai berikut :
Pengujian Hipotesis
Model
November
a Predictors: (Constant), DER, LEV
b Dependent Variable: RETURN SAHAM
Dari tabel 15. tersebut dapat dilihat
bahwa nilai R2 (koefisien determinasi) dari
persamaan regresi hipotesis 6 (enam) adalah
sebesar 15,7 % (nilai yang digunakan adalah
adjusted R2 karena persamaan regresi yang
dipakai adalah persamaan regresi berganda)
yang artinya bahwa persamaan model analisis
pada hipotesis 6 (enam) hanya mampu
memberikan penjelasan pengaruh CR, DER,
LEV, NPM, ROE, ROA, EPS, TATO, PER
dan PBV terhadap Y sebesar
15,7 %
selebihnya lebih banyak dijelaskan oleh
faktor lainnya. Setelah nilai R2 (koefisien
determinasi) diperoleh, langkah selanjutnya
adalah melakukan uji statistik, dimana uji
yang pertama dilakukan adalah uji t statistik
dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel 16.
berikut ini.
Y = - 0,466 - 0,001 X1 - 0,046 X2 + 0,953
X3 + 0,315 X4 - 0,083 X5 + 2,998 X6 0,00000191 X7 - 0,003 X8 + 0,002 X9 +
0,055 X10
Dari hasil persamaan regresi berganda
tersebut, masing-masing variabel bebas dapat
253
2010
Taufik Hidayat
diinterprestasikan pengaruhnya terhadap
return saham sebagai berikut :
1. Current Ratio (CR) (X1) memiliki
koefisien bertanda negatif sebesar 0,001,
hal tersebut berarti apabila nilai koefisien
regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan CR sebesar 1%
akan menurunkan return saham sebesar
0,1 %.
2. Debt to Equity Ratio (DER) (X2) memiliki
koefisien bertanda negatif sebesar 0,046,
hal tersebut berarti apabila nilai koefisien
regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan DER sebesar
1% akan menurunkan return saham
sebesar 4,6 %.
3. Leverage Ratio (LEV) (X3) memiliki
koefisien bertanda positif sebesar 0,953,
hal tersebut berarti apabila nilai koefisien
regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan LEV sebesar
1% akan meningkatkan return saham
sebesar 95,3 %.
4. Net Profit Margin (NPM) (X4) memiliki
koefisien bertanda positif sebesar 0,315,
hal tersebut berarti apabila nilai koefisien
regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan NPM sebesar
1% akan meningkatkan return saham
sebesar 31,5 %.
5. Return on Equity (ROE) (X5) memiliki
koefisien bertanda negatif sebesar 0,083,
hal tersebut berarti apabila nilai koefisien
regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan ROE sebesar
1% akan menurunkan return saham
sebesar 8,3 %.
6. Return on Assets (ROA) (X6) memiliki
koefisien bertanda positif sebesar 2,998,
hal tersebut berarti apabila nilai koefisien
regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan ROA sebesar
1% akan meningkatkan return saham
sebesar 299,8 %.
7. Earnings Per Share (EPS) (X7) memiliki
koefisien bertanda negatif sebesar
0,00000191, hal tersebut berarti apabila
nilai koefisien regresi variabel lainnya
tetap (tidak berubah), maka perubahan
EPS sebesar 1% akan menurunkan return
saham sebesar 0,000191 %.
8. Total Assets Turnover (TATO) (X8)
memiliki koefisien bertanda negatif
sebesar 0,003, hal tersebut berarti apabila
nilai koefisien regresi variabel lainnya
tetap (tidak berubah), maka perubahan
TATO sebesar 1% akan menurunkan
return saham sebesar 0,3 %.
9. Price to Earnings Ratio (PER) (X9)
memiliki koefisien bertanda positif sebesar
0,002, hal tersebut berarti apabila nilai
koefisien regresi variabel lainnya tetap
(tidak berubah), maka perubahan PER
sebesar 1% akan meningkatkan return
saham sebesar 0,2 %.
10.Price to Book Value (PBV) (X10) memiliki
koefisien bertanda positif sebesar 0,055,
hal tersebut berarti apabila nilai koefisien
regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan PBV sebesar
1% akan meningkatkan return saham
sebesar 5,5 %.
Uji statistik yang selanjutnya dilakukan
adalah uji F atau uji secara bersama. Hasil
alat uji secara bersama akan digunakan untuk
mengetahui apakah variabel bebas secara
bersama berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat. Berdasarkan hasil output
regresi dengan menggunakan software SPSS
yang dapat dilihat pada tabel 5.31 berikut ini,
maka dapat dilihat secara bersama-sama
untuk current ratio (CR) (X1), debt to equity
ratio (DER) (X2), leverage ratio (LEV) (X3),
net profit margin (NPM) (X4), return on
equity (ROE) (X5), return on assets (ROA)
(X6), earning per share (EPS) (X7), total
assets turn over (TATO) (X8), price to
earnings ratio (PER) (X9) dan price to book
value (PBV) (X10) mempengaruhi Return
Saham (Y).
Tabel 17. Hasil Uji F
Model
Mean Square
F
Sig.
Regression
6,916
10,194
,000(a)
Residual
,678
Total
a Predictors: (Constant), PBV, NPM, CR, DER, EPS, PER, TATO, LEV, ROE,
ROA
b Dependent Variable: RETURN SAHAM
1
Dari tabel 17. diperoleh nilai Fhitung
sebesar 10,194 sedangkan nilai signifikan Fnya adalah sebesar 0,000, yang artinya bahwa
nilai signifikan F lebih kecil dari nilai α =
0,05. Hasil ini memberikan arti bahwa current
ratio (CR) (X1), debt to equity ratio (DER)
(X2), leverage ratio (LEV) (X3), net profit
margin (NPM) (X4), return on equity (ROE)
(X5), return on assets (ROA) (X6), earning
per share (EPS) (X7), total assets turn over
(TATO) (X8), price to earnings ratio (PER)
254
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
(X9) dan price to book value (PBV) (X10)
secara bersama mempunyai pengaruh
signifikan terhadap return saham. Dengan
demikian hipotesis 6 (enam)
yang
menyatakan bahwa rasio keuangan secara
simultan mempunyai pengaruh terhadap
return saham dapat diterima. Hasil ini
sekaligus memberikan bukti secara empiris
bahwa rasio keuangan dengan proksi current
ratio (CR), debt to equity ratio (DER),
leverage ratio (LEV), net profit margin
(NPM), return on equity (ROE), return on
assets (ROA), earning per share (EPS), total
assets turn over (TATO), price to earnings
ratio (PER) dan price to book value (PBV)
memiliki pengaruh signifikan terhadap return
saham.
uji t (uji parsial) menunjukkan bahwa ada
lima variabel rasio keuangan yang
berpengaruh signifikan terhadap return saham
yakni LEV, NPM, ROA, PER dan PBV, serta
ada lima variabel rasio keuangan yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
yakni CR, DER, ROE, EPS dan TATO.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian
yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut : Hasil
pengujian dan analisis menunjukkan bahwa
secara simultan rasio keuangan dengan
menggunakan variabel current ratio (CR),
debt to equity ratio (DER), leverage ratio
(LEV), net profit margin (NPM), return on
equity (ROE), return on assets (ROA),
earning per share (EPS), total assets turn
over (TATO), price to earnings ratio (PER)
dan price to book value (PBV) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap return saham.
Hasil ini selaras dengan literatur yang
disampaikan oleh Weston dan Brigham
(1994), Warsidi (2000) dan SAK (2004).
Hasil ini mengindikasikan bahwa rasio
keuangan, memberikan informasi yang
menarik dan positif bagi pihak investor.
PEMBAHASAN
Pengaruh Rasio
Return Saham
Keuangan
November
Terhadap
Berdasar hasil penelitian yang telah
dilakukan, dari perhitungan regresi berganda
model analisis untuk hipotesis 1 (satu) selama
periode pengamatan (2004 - 2007)
menunjukkan bahwa hasil pengujian dengan
menggunakan variabel CR, DER, LEV, NPM,
ROE, ROA, EPS, TATO, PER dan PBV
sebagai proksi rasio keuangan secara bersama
(simultan) berpengaruh signifikan terhadap
return saham pada perusahaan di BEI. Hasil
uji F (uji simultan) memberikan informasi
bahwa rasio keuangan berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa H6 dapat diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
rasio keuangan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap return saham (Y). Hasil
ini selaras dengan yang disampaikan oleh
Warsidi (2000) yang menyatakan bahwa
meskipun pelaporan keuangan memiliki
tujuan sosial yang luas, akan tetapi
orientasinya terletak pada investor dan
kreditor, karena dengan memenuhi kebutuhan
mereka maka hampir semua kebutuhan dari
para pemakai eksternal lainnya akan
terpenuhi. Hal senada juga tersirat dari
Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian
Laporan Keuangan (2004, par. 28). Hal ini
mengindikasikan bahwa informasi rasio
keuangan perusahaan go publik di BEI
memberikan sinyal positif ketertarikan
investor dalam melakukan investasinya. Hasil
Keterbatasan
Peneliti menyadari bahwa masih banyak
terdapat beberapa kelemahan yang ada dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Periode pengamatan hanya mampu
diamati untuk tahun 2004 sampai dengan
2007, tidak sampai dengan tahun 2008, ini
disebabkan oleh belum tersedianya data
laporan tersebut sampai dengan batas
periode penelitian ini diusulkan.
2. Metode sampel yang dipergunakan masih
membatasi
jumlah
sampel
yang
digunakan, yakni dengan menggunakan
alasan-alasan tertentu.
255
2010
Taufik Hidayat
Berdasarkan keterbatasan peneliti, maka
masih perlu dilakukan penyempurnaan
terhadap penelitian ini. Saran tersebut adalah
sebagai berikut :
Harahap, Zulkifli. 2006. Pengaruh Beberapa
faktor Fundamental dan Teknikal
terhadap harga saham Perusahaan
Manufaktur di BEJ. Tesis. Sekolah
Pascasarjana
USU
Tidak
dipublikasikan.
1. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya lebih
memperpanjang periode amatan dalam
penelitian selanjutnya sehingga diharapkan
bisa memberikan data yang valid dan up to
date terkait dengan masalah penelitian ini.
Hartono, Jogianto dan Cendrawati, 1999.
ROA and EVA: A Comparative
Empirical Study, Gadjah Mada
International Journal of Business. Vol.
1 no. 1. pp. 45-54.
Saran
2. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
menggunakan metode sampel yang
berbeda dari penelitian ini, dengan
demikian diharapkan akan memberikan
kontribusi informasi yang lebih baik dan
akurat untuk penelitian pada masa
mendatang.
Helfert, Erick A. 2000. Technique of
Financial Analysis. A Guide to Value
Creation, Mc Graw-Hill. International
Edition.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP
AMP YKPN : Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar
Akuntansi Keuangan. per 1 Januari
2004. Salemba Empat : Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert. 1997. Buku Pintar : Pasar
Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia.
Indonesian Capital Market Directory. 2007.
Bursa Efek Indonesia. Edisi ke-8.
Jakarta.
Asyik, Nur Fadjrih. 1999. Tambahan
Kandungan Informasi Rasio Arus Kas.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.
2, No. 2, Juli: 230-250.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.
2000. Metodologi Penelitian Bisnis.
Edisi Pertama. Penerbit BPFE :
Yogyakarta.
Daniati, Nina. dan Suhairi. 2006. Pengaruh
Kandungan Informasi Komponem Arus
Kas, Laba Kotor dan Size Perusahaan
Terhadap Expected Return Saham
(Pada Industry Textile dan Automotive
Yang Terdaftar di BEJ). Simposium
Nasional
Akuntansi
IX.
IAIKompartemen Akuntan Pendidik
Itan, Iskandar dan Akhmad Syahroza. 2003.
The
Influence
of
Financial
Performance to Price of LQ 45 Stocks
At
Jakarta
Stocks
Exchange.
Simposium Nasional Akuntansi VI. IAIKompartemen Akuntan Pendidik :
Surabaya
Gani, Enjelwati. 2002. Analisis pengaruh
Kinerja keuangan Perusahaan terhadap
harga saham. Tesis. Program Magister
Manajemen Universitas Bina Nusantara
: Jakarta
Jogiyanto. 1998. Portofolio Saham. Bagian
Penerbit Fakultas Ekonomi UGM :
Yogyakarta.
Norpratiwi, Agustina M.V. 2007. Analisis
Korelasi Investment Opportunity Set
Terhadap Return Saham (Pada Saat
Pelaporan Keuangan Perusahaan).
Penerbit STIE YKPN Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
: Semarang.
Oktora, Miranda., Yuliana Salim, Thio
Anastasia. 2003. Analisis Pengaruh
Penilaian Kinerja dengan Konsep
Konvensional dan Konsep Value Based
Terhadap Return Saham Simposium
Gujarati, Damodar, 1999. Ekonometrika
Dasar. Terjemahan Sumarno Zain.
Penerbit Erlangga : Jakarta
256
238 - 257
Jurnal Keuangan & Bisnis
Nasional
Akuntansi
X.
IAIKompartemen Akuntan Pendidik :
Makasar.
Weston, J. Fred., dan Eugene F. Brigham.
1994.
Dasar-Dasar
Manajemen
Keuangan. Jilid I. Edisi Ke-7. Cetakan
Kelima. Terjemahan A.Q. Khalid.
Penerbit Erlangga : Jakarta
Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. 2004.
“Pengaruh EVA, RI, Earnings, dan
Arus Kas Operasi Terhadap Return
yang diterima Oleh Pemegang Saham
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
November. Hal. 140-165.
Prasetyo, Teguh. 2000.
Analisa Rasio
Keuangan dan Nilai Kapitalisasi Pasar
sebagai Prediksi Harga Saham di BEJ
pada periode Bullish dan Bearish.
Simposium Nasional Akuntansi III. IAIKompartemen Akuntan Pendidik.
Agustus: pp.652-695.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan.
PT Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.
Cetakan Ketujuh. Alfabeta : Bandung.
Suhairy, Hapcin. 2006. Pengaruh Rasio
Profitabilitas dan Leverage Terhadap
Return Saham pada Perusahaan
Manufaktur di BEJ. Tesis. Sekolah
Pascasarjana
USU
Tidak
dipublikasikan.
Utami & Santoso. 1998. Pengaruh Informasi
Penghasilan
Perusahaan
terhadap
Harga Saham. Jurnal Akuntansi
Manajemen dan Ekonomi, Vol. 1, No.
5
Van
November
Horne, James C., dan John M.
Wachowicz, Jr. 2005. Fundamentals of
Financial
Management
(PrinsipPrinsip Manajemen Keuangan). Buku
1. Edisi Ke-12. Terjemahan Dewi
Fitriasari, S.S., M.Si., Ak. dan Deni
Arnos Kwary, M.Hum. Penerbit
Salemba Empat : Jakarta
Warsidi. 2000. Evaluasi Kegunaan Rasio
Keuangan
Dalam
Memprediksi
Perubahan Di Masa Yang Akan
Datang. Jurnal Akuntansi Manajemen
dan Ekonomi, Vol. 2, No. 1
257
Download