Pengaruh Konsentrasi GA3 Terhadap

advertisement
STEVIA
ISSN No. 2087-6939
Vol. III No. 01-Januari 2013
Pengaruh Konsentrasi GA3 Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tiga Varietas Mentimun (Cucumis Sativus L.)
Susi Octaviani Sembiring Depari*)
*)
Dosen Pertanian Universitas Quality Medan
ABSTRACT
The objective of this experiment was to know the growth and production three
varieties of cucumber to GA3. The experiment was conducted from June to August 2008
at Pancurbatu Kuta Village, Pancurbatu. Scheme randomized design, with factorial
pattern by three times replication was used in this experiment that consisted of two
factors. The first factor was GA3 (G) with four levels, namely 0 ppm (G0), 40 ppm (G1), 80
ppm (G2) dan 120 ppm (G3). The second factor was cucumber varieties (V) consisted of
three varieties : Jaguar (V1), Mercy (V2) dan Monza (V3).
The result of the experiment showed that GA3 treatment have a significant to plant
height after 2 - 5 weeks plantation. Varieties treatment have significant to plant height
after 2 and 5 weeks plantation and total of branches. GA3 and varieties have a significant
interaction on plant height after 2,3 and 4 weeks plantation.
Keywords : cucumber varieties, GA3
daya tembusnya relatif dangkal, pada
kedalaman sekitar 30 – 60 cm, oleh
karena itu, tanaman mentimun
termasuk peka terhadap kekurangan
dan kelebihan air. Mentimun termasuk
tanaman semusim (annual) yang
bersifat menjalar atau memanjat
dengan perantaraan pemegang yang
berbentuk pilin (spiral). Batangnya
berbuku – buku dengan panjang
tanaman dapat mencapai 50 cm - 250
cm, bercabang dan tumbuh di sisi
tangkai daun ( Rukmana, 1994 ).
Produksi buah mentimun muda
berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau
muda dan hijau keputihan sampai putih,
tergantung kultivarnya, sementara buah
mentimun tua berwarna coklat, coklat
tua bersisik, kuning tua (Sumpena,
2001). Buah mentimun yang dipasarkan
di Indonesia sangat bervariasi, mulai
Pendahuluan
Mentimun atau ketimun (Cucumis
sativus L.) merupakan salah satu jenis
sayuran dari famili Cucurbitales yang
sudah populer di seluruh dunia dan
sudah lama dibudidayakan, khususnya
disekitar Burma dan Thailand. Oleh
karena itu, bukan hal yang aneh bila
mentimun menyebar luas ke berbagai
penjuru dunia. Saat ini, dikenal berbagai
jenis dan varietas mentimun yang
disebarkan Jepang, Australia, dan
negara – negara Eropa. Di Indonesia
umumnya mentimun dimakan mentah
sebagai lalap, bahan masakan yang
diolah
dengan
berbagai
resep
(Rukmana, 1994; Novary, 1999).
Tanaman mentimun memiliki akar
tunggang dan bulu – bulu akar, tetapi
[5]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939
Vol. III No. 01-Januari 2013
sangat penting menjadi perhatian,
untuk mendapatkan buah mentimun
dengan kualitas baik. Salah satunya
adalah dengan tindakan pemeliharaan
yaitu penggunaan zat pengatur tumbuh.
Zat pengatur tumbuh Gibberellin
yang berperan dalam pemanjangan sel,
diharapkan dapat menjadi solusi
masalah kualitas buah mentimun. Selain
itu, fungsi Gibberellin dapat juga
meningkatkan
produksi
dengan
pertambahan panjang tanaman yang
berakibat pada meningkatnya jumlah
buah yang dapat dipanen. Gibberellin
sangat berpengaruh terhadap sifat
genetik, mobilisasi karbohidrat dan
aspek fisiologi lainnya. Gibberellin
mempunyai
peranan
dalam
mendukung; perpanjangan sel, aktivitas
kambium,
dan
mendukung
pembentukan RNA baru serta sintesa
protein (Abidin, 1990).
Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi GA3
terhadap pertumbuhan (khususnya
pada panjang tanaman) dan produksi
(khususnya pada panjang buah) tiga
varietas mentimun (Cucumis Sativus L.).
dari segi warna juga ukuran buah
mentimun.
Ada mentimun yang berukuran
kecil, sedang dan besar atau timun yang
berwarna hijau, hijau keputihan, dan
hijau kekuningan. Selain itu, ada pula
mentimun yang berbentuk ramping
atau gemuk dan berkulit halus atau
berkulit kasar. Secara umum tanaman
mentimun dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu mentimun suri yang
berukuran kecil-kecil (dengan panjang
buah 3-5 cm) dan berusia sangat muda
dan mentimun biasa (dengan panjang
buah 12-20 cm) (Novary, 1999).
Nilai gizi mentimun cukup baik
karena sayuran buah ini merupakan
sumber
vitamin
dan
mineral.
Kandungan nutrisi per 100 g bahan
mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8
protein, 0,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg
fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01
riboflavin, 5,00 mg natrium, 0,10 mg
niacin, 0,40 g abu, 14 mg asam, 0,45 IU
vitamin A, 0,3 IU vitamin B1, dan 0,2 IU
vitamin B2 (Sumpena, 2001).
Di Indonesia, produksi mentimun
meningkat dari 552,891 ton di tahun
2005 menjadi 598,890 ton tahun 2006
(bps.go.id, 2008), namun peningkatan
ini belum dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan mentimun
meningkat sejalan dengan kenaikan
jumlah penduduk, kenaikan taraf hidup
masyarakat, tingkat pendidikan dan
kesadaran masyarakat terhadap gizi.
Kebutuhan mentimun tersebut baru
terpenuhi 80%, salah satu usaha untuk
mencukupi permintaan pasar adalah
dengan penggunaan varietas hibrida.
Produksi yang tinggi harus
diimbangi dengan kualitas yang baik
dan sesuai dengan permintaan pasar.
Jumlah buah mentimun yang dapat
dipasarkan masih rendah, hal ini
diakibatkan karena kondisi buah yang
kecil atau pendek. Teknis budidaya
Bahan dan Metode
Percobaan dilakukan di lahan
terbuka Pancurbatu Kuta Kecamatan
Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang
dengan ketinggian tempat lebih kurang
60 meter diatas permukaan laut dengan
suhu rata-rata 260C. Percobaan
dilaksanakan mulai bulan Juni sampai
Agustus 2008.
Rancangan
lingkungan
yang
digunakan adalah metode Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan pola
faktorial dengan 3 ulangan. Percobaan
terdiri atas dua faktor. Faktor pertama
adalah 4 taraf konsentrasi GA3 yaitu G0
= 0 ppm; G1 = 40 ppm; G2 = 80 ppm;
dan G3 = 120 ppm. Faktor kedua adalah
[6]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939
Vol. III No. 01-Januari 2013
buah per tanaman; dan panjang buah
per tanaman.
Untuk mengetahui perbedaan
perlakukan di atas maka dilakukan uji F.
Apabila perlakuan berpengaruh nyata
maka akan dilakukan Uji Jarak Nyata
Duncan (UJND) pada taraf nyata 5%.
tiga varietas mentimun yang terdiri dari
V1 = Varietas Jaguar; V2 = Varietas
Mercy; dan V3 = Varietas Monza.
Sehingga diperoleh 12 kombinasi
perlakuan.
Setelah tanah diolah kemudian
dibuat bedengan dengan tinggi + 30 cm.
Ukuran plot adalah 210 cm x 180 cm,
dengan jarak antar plot adalah 70 cm,
dan jarak antar ulangan adalah 100 cm.
Jarak tanam yang digunakan pada
percobaan ini adalah 70 cm x 60 cm.
Sehingga diperoleh 9 tanaman/plot,
sehingga jumlah tanaman seluruhnya
adalah 324 tanaman.
Pengamatan
dilakukan
pada
peubah pertumbuhan dan produksi
yaitu: panjang tanaman yang dilakukan
pada saat tanaman berumur 2 minggu
setelah tanam (MST) dengan interval 1
minggu sekali sampai panen pertama;
jumlah cabang; umur panen; produksi
Hasil Dan Pembahasan
Panjang Tanaman (cm)
Perlakuan konsentrasi GA3 yang
diberikan berpengaruh nyata terhadap
panjang tanaman 2 – 5 MST dan
perlakuan varietas berpengaruh nyata
terhadap panjang tanaman 2 dan 5
MST, sedangkan interaksi kedua
perlakuan berpengaruh nyata terhadap
panjang tanaman 2, 3 dan 4 MST.
Rataan panjang tanaman 4 MST pada
perlakuan konsentrasi GA3 dan Varietas
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Rataan Panjang Tanaman 4 MST Pada Perlakuan Konsentrasi GA3
Dan Varietas (cm).
Konsentrasi GA3 (ppm)
Varietas
Rataan
0
40
80
120
Jaguar
47.22b
45.40b
50.62b
73.96a
54.30
Mercy
41.79b
70.88a
47.82b
63.30a
55.95
Monza
37.52b
42.31b
54.26a
67.43a
50.38
Rataan
42.18b
52.86b
50.90b
68.23a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa
rataan panjang tanaman tertinggi
terdapat pada interaksi G3V1 (73.96 cm)
dan terendah pada G0V3 (37.52 cm).
Hubungan antara konsentrasi GA3
pada berbagai varietas terhadap
panjang tanaman 4 MST dan dapat
dilihat
pada
Gambar
1.
[7]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939
Vol. III No. 01-Januari 2013
Gambar 1. Hubungan Antara Konsentrasi GA3 Pada Berbagai Varietas Terhadap
Panjang Tanaman 4 MST.
menyatakan kandungan auksin akan
meningkat di dalam banyak jaringan
dengan adanya gibberellin, sehingga
setiap proses yang peka terhadap
kehadiran auksin akan memperlihatkan
reaksi
terhadap
penambahan
gibberellin. Lakitan (1995) menyatakan
bahwa, pertumbuhan dan diferensiasi
jaringan tanaman dikendalikan oleh
bahan kimia endogen (fitohormon),
sehingga zat pengatur tumbuh yang
diaplikasikan akan berinteraksi dengan
hormon-hormon endogen dalam proses
metabolisme tanaman.
Data rataan panjang tanaman 5
MST pada perlakuan konsentrasi GA3
dan varietas dapat dilihat pada tabel
berikut
ini:
Dari Gambar 1. dapat dilihat bahwa
hubungan antara konsentrasi GA3 pada
berbagai varietas terhadap panjang
tanaman 4 MST membentuk hubungan
yang bersifat linier dimana semakin
tinggi konsentrasi GA3 yang diberikan
maka panjang tanaman semakin
meningkat juga.
Hal tersebut berhubungan dengan
peranan gibberellin yang dapat
meningkatkan
kandungan
auksin
endogen,
dan
selanjutnya
mempengaruhi pertambahan panjang
batang tanaman. Varietas Mercy
kemungkinan memiliki kandungan
auksin endogen yang lebih tinggi,
sehingga panjang tanaman meningkat
dengan
penambahan
GA3 pada
konsentrasi 40 ppm. Wilkins (1992)
Tabel 2. Rataan Panjang Tanaman 5 MST Pada Perlakuan
Konsentrasi GA3 Dan Varietas (cm).
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
[8]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939
Vol. III No. 01-Januari 2013
pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa
rataan panjang tanaman tertinggi pada
konsentrasi GA3 120 ppm (98.55 cm)
kemudian diikuti berturut-turut pada
konsentrasi 80 ppm (79.96 cm), 40 ppm
(79.87 cm) dan 0 ppm (78.42 cm).
Rataan panjang tanaman tertinggi pada
varietas Mercy (87.29 cm) kemudian
diikuti berturut-turut oleh varietas
Jaguar (84.50 cm) dan varietas Monza
(80.81 cm).
Hubungan antara konsentrasi GA3
dengan panjang tanaman 5 MST dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan Konsentrasi GA3 Dengan Panjang Tanaman 5 MST
menyatakan bahwa gibberellin sebagai
hormon tumbuh pada tanaman sangat
Dari Gambar 2. diatas dapat
dilihat bahwa hubungan antara
konsentrasi GA3 dengan panjang
tanaman 5 MST membentuk hubungan
yang bersifat linier dimana semakin
tinggi konsentrasi GA3 yang diberikan
maka panjang tanaman semakin
meningkat juga.
Panjang tanaman 5 MST yang
tertinggi terdapat pada pemberian GA3
dengan konsentrasi 120 ppm (98.55 cm)
dan terendah pada konsentrasi 0 ppm
(78.42 cm). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa panjang tanaman
semakin
bertambah
dengan
peningkatan konsentrasi GA3 yang
diberikan pada tanaman. Hal ini karena
peranan
gibberellin
dalam
mempengaruhi
sifat
genetik,
pembungaan dan ketersediaan auksin
endogen pada tanaman sehingga setiap
proses fisiologis yang melibatkan auksin
bekerja secara baik. Abidin (1990)
berpengaruh pada sifat genetik,
pembungaan,
penyinaran,
parthenocarpy, mobilisasi karbohidrat
selama perkecambahan, berperan
dalam mendukung perpanjangan sel,
aktivitas
kambium,
mendukung
pembentukan RNA baru serta sintesa
protein dan aspek fisiologi lainnya.
Pernyataan yang lain menyebutkan
bahwa efek gibberellin terhadap
perkembangan
tanaman
adalah
kemampuan
gibberellin
untuk
menyebabkan
beberapa
tanaman
tertentu menjadi berbunga, misalnya
pada tumbuhan roseta. Efek lain dari
gibberellin adalah kemampuannya
untuk merubah jenis kelamin bunga
tanaman (Wilkins, 1992). Zat pengatur
tumbuh dapat mencegah pembungaan,
mengubah jumlah bunga pada tanaman
tertentu (Nickell, 1982).
[9]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939
Vol. III No. 01-Januari 2013
Hubungan antara berbagai varietas
dengan panjang tanaman 5 MST dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Histogram Varietas Dengan Panjang Tanaman 5 MST
Dari Gambar 3. dapat dilihat bahwa
rataan panjang tanaman 5 MST tertinggi
terdapat pada varietas Mercy (V2) dan
terendah pada varietas Monza (V3).
Perlakuan konsentrasi GA3 dan
interaksi antara kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah cabang. Data rataan jumlah
cabang pada perlakuan konsentrasi GA3
dan varietas dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Jumlah Cabang (buah)
Perbedaan varietas berpengaruh
nyata terhadap jumlah cabang.
Tabel 3. Rataan Jumlah Cabang Pada Perlakuan Konsentrasi
GA3 Dan Varietas (buah)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
nyata pada taraf 5 % DMRT.
(3.42 buah). Rataan jumlah cabang
cenderung tertinggi pada konsentrasi
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa
rataan jumlah cabang tertinggi pada
varietas Monza (5.22 buah) kemudian
diikuti berturut-turut oleh varietas
Mercy (5.00 buah) dan varietas Jaguar
GA3 120 ppm (4.67 buah) kemudian
diikuti berturut-turut pada konsentrasi
GA3 0 ppm (4.63 buah), 40 ppm (4.56
buah) dan 80 ppm (4.33 buah).
[ 10 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939
Vol. III No. 01-Januari 2013
genetik tersebut diekspresikan pada
berbagai sifat tanaman seperti bentuk
dan
fungsi
tanaman
sehingga
menghasilkan keragaman pertumbuhan
tanaman.
Rataan jumlah cabang tertinggi
pada varietas Monza (V3) dan terendah
pada varietas Jaguar (V1). Terdapat
perbedaan yang beragam dari masing –
masing varietas terhadap peubah yang
diamati. Hal tersebut karena adanya
perbedaan genetik pada ketiga varietas
tanaman. Setiap varietas memiliki ciri
dan sifat khusus yang berbeda satu
sama lain sehingga akan menunjukkan
keragaman penampilan. Seperti yang
dikemukakan Sitompul dan Guritno
(1995) bahwa perbedaan varietas
sangat
berpengaruh
terhadap
perbedaan sifat tanaman dan faktor
Umur Panen (hari)
Perlakuan konsentrasi GA3, varietas
dan interaksi antara kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap umur
panen. Rataan umur panen dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Rataan Umur Panen Pada Perlakuan Konsentrasi
GA3 Dan Varietas (hari)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata
pada taraf 5 % DMRT.
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa
rataan umur panen cenderung tercepat
pada varietas Jaguar dan Mercy (40.92
hari). Rataan umur panen cenderung
tercepat pada konsentrasi GA3 40, 80
dan 120 ppm (41.33 hari).
Produksi Per Tanaman (g)
Perlakuan konsentrasi GA3, varietas
dan interaksi antara kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap
produksi per tanaman. Rataan produksi
per tanaman dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
[ 11 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939
Vol. III No. 01-Januari 2013
Tabel 5. Rataan Produksi Per Tanaman Pada Perlakuan
Konsentrasi GA3 Dan Varietas (g)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa
rataan
produksi
per
tanaman
cenderung tertinggi pada varietas
Jaguar (1077.50 g). Rataan produksi per
tanaman cenderung tertinggi pada
konsentrasi GA3 80 ppm (1164.26 g).
Panjang Buah per Tanaman (cm)
Perlakuan konsentrasi GA3, varietas
dan interaksi antara kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap
panjang buah per tanaman. Data rataan
panjang buah dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 6. Rataan Panjang Buah Per Tanaman Pada Perlakuan
Konsentrasi GA3 Dan Varietas (cm)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
Dari Tabel 6. dapat dilihat
bahwa rataan panjang buah per
tanaman cenderung tertinggi pada
varietas Monza (20.52 cm). Rataan
panjang buah per tanaman cenderung
tertinggi pada konsentrasi GA3 80 ppm
(20.97 cm).
2.
Kesimpulan
1.
GA3 berpengaruh terhadap panjang
tanaman pada umur 2-5 MST,
[ 12 ]
tetapi tidak berpengaruh terhadap
jumlah cabang, umur panen,
produksi per tanaman, panjang
buah per tanaman.
Varietas berpengaruh terhadap
panjang tanaman pada umur 2 dan
5 MST dan jumlah cabang, tetapi
tidak
berpengaruh
terhadap
panjang tanaman pada umur 3 dan
4 MST, umur panen, produksi per
tanaman, dan panjang buah per
tanaman.
STEVIA
ISSN No. 2087-6939
Vol. III No. 01-Januari 2013
3.
Novary, E.W. 1999. Penanganan dan
Pengolahan
Sayuran
Segar.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Interaksi pemberian GA3 dan
varietas
terhadap
panjang
tanaman terdapat pada umur 2,3
dan 4 MST dengan panjang 73.96
cm dan terendah 37.52 cm.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun.
Kanisius. Yogyakarta.
Sitompul, S.M., dan B. Guritno, 1995.
Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Daftar Pustaka
Abidin,
Z.
1990.
Dasar-Dasar
Pengetahuan Tentang Zat Pengatur
Tumbuh. Angkasa, Bandung.
Sumpena, U. 2001. Budi Daya
Mentimun Intensif, Dengan Mulsa,
Secara Tumpang Gilir. Penebar
Swadaya. Jakarta.
bps.go.id,
2008.
Production
of
Vegetables in Indonesia. Tanggal
Akses : 01 Maret 2008. 1 page.
Wilkins, M.B. 1992. Fisiologi Tanaman.
Terjemahan;
Sutedjo
dan
Kartasapoetra.
Bumi
Aksara,
Jakarta.
Lakitan, B. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi
tumbuhan. PR Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Nickell, L.G. 1982. Plant Growth
Regulators. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. German.
[ 13 ]
Download