ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 RESPONS MENTIMUN JEPANG (Cucumis sativus L.) Var. Roberto TERHADAP PERENDAMAN BENIH DENGAN GIBERELIN (GA3) DAN BAHAN ORGANIK HASIL FERMENTASI (BOHASI) Suryaman Birnadi Abstract An experiment was conducted to study the effect of plant growth regulator gibberellin (GA3) and banana stem bohasi on growth and results of Japanese Cucumber (Cucumis Satifus L. Var Robberto) has been done in Tolengas, Sumedang since March 2015 to May 2015. Using Randomized Group Design factorial with three replications consisting of two factors. The first factor is the appropriation of plant growth regulator gibberellin (GA3) which consists of: (1) 0 ppm; (2) 100 ppm; (3) 200 ppm; (4) 300 ppm. The second factor is banana stem bohasi consisting of: (1) 0 t ha-1 (2) 10 t ha-1 (3) 20 t ha-1 with the observation parameters plant height, number of leaves, the weight of fresh stover, the weight of dry stover and the weight of the fruit crop on each plant. The results showed that no interaction between the administration of growth regulator gibberellin (GA3) and banana stem bohasi fertilizer on all parameters of observation. Best effect is shown by the plants treated with growth regulator gibberellin (GA3) concentration of 200 ppm (g2) and banana stem Bohasi manure 20 t ha-1 parameter on plant height, number of leaves, the weight of fresh stover and the weight of the fruit crop on each plant. Keywords: banana stem bohasi, cucumber, gibberellins (GA3), growth. kendala utama hortikultura adalah PENDAHULUAN Mentimun merupakan tanaman sayuran buah daerah tropik dan produktivitas tanaman dan kualitas yang rendah. subtropik yang banyak di konsumsi Berdasarkan data dari Badan oleh masyarakat Indonesia. Salah satu Pusat jenis mentimun mentimun di Indonesia masih sangat Jepang (Cucumis sativus L. Var rendah yaitu 3,5 – 4,8 t ha-1, padahal Roberto), yang sudah dikenal petani potensinya dapat mencapai 20 t ha-1 sayuran di Indonesia, karena bernilai terutama ekonomi tinggi. Permintaan produk hibrida. Permintaan pasar baik dalam sayuran dari Indonesia cenderung maupun luar negeri terhadap mentimun terus meningkat. Namun salah satu ini terus mentimun ialah Statistik jika (2008), menanam meningkat. produksi varietas Permintaan 77 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 pasar Jepang terhadap mentimun menginduksi terjadinya pembelahan jepang ini rata-rata 50.000 t tahun -1 pada sel-sel buah sehingga ukuran dalam bentuk mentimun asinan. buah bertambah (Annisah, 2009). Indonesia baru mampu memanfaatkan peluang pasar ini di bawah 2.000 tahun -1 t (Rukmana,1994). Zat pengatur tumbuh Giberelin (GA3) dan pertumbuhan tanaman mentimun hormon. Fitohormon cepat digunakan berkecambah kemungkinan akan yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu dapat untuk merendam benih dengan tujuan supaya Usaha untuk meningkatkan hasil nya biasanya Selain faktor zat pengatur tumbug Giberelin (GA3), faktor merupakan senyawa organik bukan kandungan unsur hara dalam tanah hara yang dihasilkan oleh tanaman juga yang dalam konsentrasi tertentu dapat pertumbuhan mendukung mentimun. atau menghambat mempengaruhi dan hasil berat buah Pertumbuhan dan pembelahan sel serta berperan dalam perkembangan pertumbuhan perkembangan memerlukan unsur mikro meskipun tanaman. Salah satu jenis hormon dalam jumlah yang kecil. Unsur yang berperan dalam pembelahan dan hara mikro meliputi Fe (Besi), B pembesaran (boron), Mo (Molibdenium), Cu dan sel adalah giberelin. tanaman Giberelin sebagai hormon tumbuh (Tembaga), pada tanaman, sangat berpengaruh (Mangan), dan Cl (Chlor). Tidak terhadap lengkapnya unsur hara makro dan sifat dwarfism), genetic (genetic pembungaan, unsur Zn (Seng), juga hara parthenocarpy, mobilisasi karbohidrat mengakibatkan selama perkecambahan (germination) pertumbuhan dan aspek fisiologis lainnya. mikro hambatan Mn dapat bagi dan perkembangan tanaman serta berpengaruh Zat pengatur tumbuh Giberelin langsung terhadap produktifitas (GA3) giberelin dapat berpengaruh tanaman. terhadap pembentangan sel, Kekurangan unsur hara makro pembungaan dan pembuahan pada dan mikro dapat diatasi dengan buah memtimun. Zat pengatur tumbuh pemupukan Giberelin (Sutedjo, 2002). Upaya yang dapat (GA3) juga mampu yang berimbang 78 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 dilakukan untuk kebutuhan mencukupi unsur diantaranya hara dengan pupuk bohasi. 2) Berapakah taraf kombinasi tersebut konsentrasi giberelin dan dosis penggunaan pupuk bohasi batang pisang Bohasi merupakan yang optimum untuk bahan organic hasil fermentasi yang meningkatkan pertumbuhan dan dalam hal ini menggunakan bahan hasil tanaman mentimun jepang baku batang pisang. Bohasi adalah jenis pupuk organik merupakan bahan organik yang telah difermentasikan KAJIAN TEORI dengan dapat Mentimun Jepang merupakan jenis memperbaiki sifat fisik, kimia, dan tanaman yang sudah cukup dikenal biologi tanah (Edison, 2000). Bohasi oleh dapat Tanaman ini berasal dari negeri EM. Bohasi digunakan sebagai pupuk para petani di Indonesia. organik untuk menyuburkan tanah dan Sakura, meningkatkan dan masyarakat karena rasanya enak, lebih produksi tanaman (Simarmata dan renyah, dan mengandung banyak air Hamdani, 2003). Limbah tanaman sehingga sangat cocok untuk lalapan dapat dijadikan pupuk bohasi dengan dan mencampurkan tersebut Mentimun jepang termasuk golongan dengan EM, dedak, sekam, dan pupuk mentimun hibrida yang mempunyai kandang. bohasi buah panjang, berwarna hijau tua, bertujuan untuk meningkatkan unsur daging buah tebal, rasa renyah, dan hara serta memperbaiki aerasi dan pangkal buah tidak pahit (Sumpena, drainase tanah. 2002). pertumbuhan Penambahan Berdasarkan dapat limbah latar dirumuskan banyak dibuat diminati asinan atau oleh acar. belakang Di Indonesia yang iklimnya identifikasi masalah sebagai berikut : panas (tropis), 1) Apakah terjadi interaksi antara ditanam mulai dari dataran rendah zat pengatur tumbuh giberelin sampai dataran tinggi yaitu 0 - 1000 (GA3) dan bohasi batang pisang meter terhadap pertumbuhan dan hasil Pertumbuhan optimal pada mentimun tanaman mentimun jepang jepang ini terjadi pada penanaman di di atas mentimun permukaan dapat laut. ketinggian 400 m dpl. Tanaman 79 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 mentimun juga harus mendapatkan perkembangan buah, mempengaruhi sinar matahari yang cukup dengan pertumbuhan dan deferensiasi akar – 21oC suhu 26.7oC. Tanaman (Campbell, 2005). Giberelin bukan terhadap hanya memacu pemanjangan batang curah hujan yang tinggi. Hal ini saja, tapi juga pertumbuhan seluruh mengakibatkan yang tumbuhan, termasuk daun dan akar. terbentuk berguguran, sehingga gagal Bila giberelin diberikan di tempat membentuk buah. Demikian pula pada yang dapat mengangkut ke apek tajuk, daerah yang temperature siang dan peningkatan malam sangat pertumbuhan sel tampak mengarah memudahkan kepada pemanjangan batang dan (pada mentimun kurang bunga-bunga harinya menyolok, serangan tahan berbeda sering penyakit tepung atau beberapa pembelahan spesies) sel dan perkembangan Powdery Mildew maupun busuk daun daunnya berlangsung lebih cepat, atau Downy Mildew sehingga terpacu laju fotosintesis (Padmiarso, 2012). menghasilkan Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi keseluruhan pertumbuhan, termasuk akar (Salisbury dan Ross, 1995). rendah Bohasi mampu mendorong, menghambat dan organic mengubah dengan pertumbuhan perkembangan tanaman. dan Salah peningkatan merupakan hasil proses fermentasi pemberian Microorganism bahan Effective (EM), yang satunya adalah zat pengatur tumbuh merupakan salah satu aktivator untuk giberelin, mempercepat giberelin dapat proses pembuatan mempengaruhi antara lain: panjang bohasi. Penambahan bohasi bertujuan batang atau ruas batang, mendorong untuk meningkatkan unsur hara serta pembungaan, buah, tumbuhnya mata memperbaiki tunas yang dorman (Santoso dan tanah.Bohasi dapat memperbaiki sifat Fatimah, 2004). fisik, Giberelin merupakaan hormon yang mampu kimia, aerasi dan dan drainase biologi tanah (Edison, 2000). mempercepat Tanah yang diperbaiki dengan perkecambahan biji, kuncup tunas, pupuk organik mempunyai struktur pemanjangan batang, pertumbuhan yang baik dan tanah yang kecukupan daun, pembungaan, bahan merangsang organik mempunyai 80 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 kemampuan mengikat air lebih besar Berdasarkan kedua faktor 12 variasi daripada tanah yang kandungan bahan tersebut diperoleh organiknya rendah (Sutanto, 2002). kombinasi percobaan dan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Acak Kelompok (RAK) Tinggi Tanaman faktorial dengan dua faktor perlakuan Hasil analisis ragam dan tiga kali ulangan. Terdapat 12 plot menunjukan tidak terjadi interaksi percobaan kali. antara zat pengatur tumbuh giberelin Penganbilan sampel dilakukan secara (GA3) dan pupuk bohasi batang acak, yaitu dengan mengambil 3 pisang, namun secara mandiri zat tanaman. pengatur tumbuh giberelin (GA3) yang diulang 3 Faktor pertama yaitu yaitu ZPT memberikan pengaruh terhadap tinggi Giberelin yang terdiri dari 4 taraf tanaman pada umur 2, 3, dan 4 MST. sebagai berikut: Perlakuan pupuk bohasi batang pisang g0 = tanpa perendaman benih dengan memberikan giberelin GA3 (kontrol) terhadap tinggi tanaman pada umur 3, g1 = perendaman benih dengan konsentrasi giberelin GA3 100 ppm g2 = perendaman benih pengaruh mandiri 4 dan 5 MST. Hasil analisi data selanjutnya disajikan pada table 1. dengan konsentrasi giberelin GA3 200 ppm g3 = perendaman benih dengan konsentrasi giberelin GA3 300 ppm Faktor kedua dosis pupuk bohasi batang pisang dengan 3 taraf dosis sebagai berikut: b0 = tanpa pupuk bohasi b1 = dosis pupuk bohasi 10 t ha-1 b2 = dosis pupuk bohasi 20 t ha-1 81 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Tabel 1. Pengaruh Giberelin (GA3) dan Bohasi Batang Pisang terhadap Tinggi Tanaman pada Umur 2 sampai 5 MST Rata-rata Tinggi Tanaman Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST ----cm---Giberelin g0 16,24 b 34,60 b 72,95 ab 102,15 a g1 16,44 b 35,07 b 73,70 ab 100,04 a g2 17,72 b 35,93 b 76,97 b 103,10 a g3 12,01 a 31,40 a 72,94 a 103,18 a b0 15,64 a 32,20 a 70,77 a 98,41 a b1 15,16 a 34,71 ab 72,68 a 102,27 ab b2 16,01 a 35,84 b 77,46 b 105,68 b Bohasi Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf 5 %. Berdasarkan Tabel 1, sintesis etilen yang kemudian pertumbuhan tanaman mentimun yang menghambat pemanjangan akar. Beda diberi zat pengatur tumbuh giberelin halnya dengan hasil yang ditunjukan (GA3) 300 ppm (g3) menunjukan pada go sampaig g2. pertumbuhan yang rendah pada umur Tinggi tanaman merupakan 2, 3 dan 4 MST. Hal ini diduga ukuran tanaman yang sering diamati disebabkan karena konsentrasi zat sebagai indikator pertumbuhan yang pengatur tumbuh giberelin (GA3) digunakan untuk mengukur pengaruh sebesar 300 ppm (g3) terlalu tinggi lingkungan ataupun perlakuan yang untuk tanaman mentimun, sehingga diterapkan dan yang paling mudah menghambat pertumbuhan tanaman. dilihat. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Gardner (2008), Salisbury dan Ross (1995) bahwa pertumbuhan tinggi batang terjadi konsentrasi zat pengatur tumbuh yang dalam meristem interkalar dari ruas. terlalu jenis Ruas memanjang akibat meningkatnya tanaman tertentu akan mendorong jumlah sel dan karena meluasnya sel. tinggi untuk suatu 82 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Pertumbuhan ruas dapat disebabkan P K, Ca, Mg dan S), penyedia unsur karena keterbatasan jumlah sel-sel hara miro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, aktif yang potensial. Tambahan dari dan Fe), dan meningkatkan KTK terbatasnya tanah (Sri et al ,1995) jumlah sel-sel aktif didapatkan dari hormon yang dipasok dari luar. Tingkat kemasaman (pH) bohasi yang tergolong basa sebesar Penggunaan dosis Bohasi batang 8,44 diduga mampu menurunkan pisang 20 t ha-1 (b2) menunjukan hasil kemasaman pada tanah yang agak pertumbuhan yang tinggi. Hal ini masam sehingga kemasaman tanah diduga karena pupuk Bohasi batang dapat pisang dapat mencukupi unsur hara dibutuhkan yang Tingkat dibutuhkan oleh tanaman. sesuai dengan pH tanaman kemasaman mentimun. tanah yang Keadaan ini dapat dibuktikan dari mendekati hasil analisis pupuk bohasi batang membuat unsur hara dalam tanah pisang yang telah dilakukan, dimana terserap secara optimal oleh tanaman. unsur N total pada bohasi tersebut Tanaman tergolong tinggi, yaitu sebesar 0,85%. dibudidayakan pada tanah bekstur liat Menurut Lingga dan Marsono (1994), rendah dengan pH 6-7 (Balitsa, 2007). menambahkan bahwa unsur nitrogen Bohasi batang pisang memiliki diperlukan oleh diduga dapat mentimun C/N secara membuat bahan organik bohasi telah keseluruhan khususnya batang dan memenuhi kriteria standar kualitas membantu pembentukan klorofil yang bohasi. C/N rasio pupuk bohasi berguna dalam proses fotosintesis. mempegaruhi pertumbuhan Selain kandungan kemasaman (pH) N, dan kandungan sebesar 11. cocok untuk merangsang tanaman netral yang Nilai proses tersebut dekomposisi bahan organik dalam tanah. Menurut Supriyadi (2008), kuantitas dan bahan organik pada pupuk juga kualitas input bahan organik akan mempengaruhi penyerapan hara oleh berpengaruh pada kandungan bahan tanaman. Pengaruh pupuk organik organik terhadap dengan C/N rasio <25 menyebabkan sifat kimia tanah jauh melebihi pupuk kimia buatan. Peranan tanah. Substrat organik dekomposisi berjalan cepat. pupuk organik terhadap sifat kimia tanah adalah penyedia hara makro ( N, 83 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Jumlah Daun Berdasrkan analisis ragam tidak terjadi interaksi antara zat pengatur tumbuh giberelin (GA3) dan pupuk bohasi batang pisang terhadap jumlah daun, namun secara mandiri penggunaan zat pengatur tumbuh giberelin (GA3) memberikan pengaruh nyata pada umur tanam 2 MST, dan bohasi batang pisang memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman pada umur tanam 2, 3 dan 4 MST. Hasil analisis data selanjutnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Giberelin (GA3) dan Bohasi Batang Pisang terhadap Jumlah Daun pada Umur 2 sampai 5 MST Rata-rata Jumlah Daun Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST ----helai---Giberelin g1 4,96 b 9,11 a 16,15 a 21,19 a g1 5,04 b 9,30 a 16,63 a 21,22 a g2 4,93 b 9,37 a 16,59 a 21,81 a g3 4,30 a 8,78 a 16,15 a 21,63 a b0 4,69 a 8,67 a 15,81 a 20,50 a b1 4,75 a 9,31 b 16,61 b 21,22ab b2 4,97 a 9,44 b 16,72 b 21,92 b Bohasi Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf 5 % 84 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Berdasarkan Tabel 2, Rata-rata pembentukan atau pertumbuhan jumlah daun tanaman mentimun yang bagian-bagian vegetatif seperti batang, diberi zat pengatur tumbuh giberelin daun, dan akar. Unsur nitrogen yang (GA3) 300 ppm (g3) menunjukan hasil tersedia lebih banyak mengakibatkan yang paling rendah pada umur 2 MST. daun Hal sehingga proses fotosintesis dapat ini disebabkan karena perendaman dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh giberelin (GA3) dapat tumbuh lebih lebar berlangsung dengan baik ( Lakitan, 2002). sebesar 300 ppm (g3) terlalu tinggi Menurut Gardner et al. (1995), untuk tanaman mentimun, sehingga jumlah menghambat pertumbuhan daun pada lingkungan tumbuh serta ketersediaan tanaman unsur hara. Pemberian pupuk organik mentimun. Beda halnya daun dipengaruhi dengan hasil yang ditunjukan pada 2 dapat MST, pada umur 3 sampai 5 MST, zat unsur hara antara lain unsur N, hal ini pengatur tumbuh giberelin (GA3) sejalan dengan pernyataan Buckman tidak menunjukan pengaruh nyata dan Brady (1995) bahwa peningkatan terhadap unsur jumlah daun tanaman mentimun. N dalam ketersediaan tanah yang mengandung bahan organik dapat Pada umur 3, 4, dan 5 MST penggunaan meningkatkan oleh dosis bohasi batang meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman (akar, batang dan daun). pisang 20 t ha-1 (b2) menunjukan hasil pertumbuhan yang terbaik walaupun Berat Segar Brangkasan Tanaman tidak berbeda nyata dengan b1. Hal ini Berdasarkan analisis ragam diduga karena pupuk bohasi batang tidak terjadi interaksi antara zat pisang dapat mencukupi unsur hara pengatur tumbuh giberelin (GA3) dan yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur pupuk bohasi batang pisang terhadap N total pada bohasi batang pisang berat segar berangkasan namun secara yang tergolong tinggi, yaitu sebesar mandiri 0,85% batang pisang memberikan pengaruh diduga berpengaruh pada perumbuhan jumlah daun tanaman mentimun. Nitrogen perlakuan pupuk bohasi nyata merupakan penyusun dari banyak senyawa seperti asam amino yang diperlukan dalam 85 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Tabel 3. Pengaruh Giberelin (GA3) dan Bohasi Batang Pisang terhadap menunjukan tidak terjadi interaksi Berat Segar Brangkasan tanaman. antara pengaruh zat pengatur tumbuh Berat Segar Perlakuan Berat Kering Brangkasan Tanaman Hasil analisis ragam Brangkasan Tanaman giberelin (GA3) dan pemberian pupuk bohasi batang pisang terhadap berat ---gram--- kering berangkasan, Giberelin mandiri g0 140,43 a g1 140,78 a g2 146,12 a g3 141,35 a tetapi secara perlakuan berpengaruh. Hasil bohasi analisis data selanjutnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Giberelin (GA3) Bohasi dan Bohasi Batang Pisang terhadap b0 138,32 a b1 138,38 a b2 149,81 b Berat Kering Brangkasan tanaman Berat Kering Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf 5 %. Berdasarkan ---gram--Giberelin g0 27,56 a dosis g1 27,63 a optimum karena bohasi merupakan g2 28,45 a bahan organic hasil fermentasi yang g3 29,12 a banyak mengandung nutrisi sehingga Bohasi akan mempengaruhi kandungan bahan b0 25,98 a organik akan b1 27,46 a mendukung pertumbuhan berat segar b2 31,14 b b2 dalam berangkasan. 3 Brangkasan Tanaman taraf perlakuan Tabel Perlakuan merupakan tanah Bohasi yang disamping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya berpengaruh terhadap biologi dan kimia tanah. sifat fisik, Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf 5 %. Berdasarkan Tabel 4, secara mandiri perlakuan pupuk bohasi batang pisang dapat meningkatkan 86 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 berat kering berangkasan tanaman lingkungan mentimun. Dosis bohasi 20 t ha-1 (b2) bahan kering pada bagian batang menjukan hasil yang paling besar. Hal dan ini diduga karena penambahan bohasi mendukung pertumbuhan tanaman. dalam media tanam dapat memenuhi Perkembangan perakaran yang baik kebutuhan diperlukan unsur hara tanaman mentimun. akar juga parameter kering yang menujukan konstan hasil tanaman. menjadi untuk pertumbuhan Pertumbuhan tanaman dengan kering yang diartikan bertambahnya diperlukan untuk dengan tanaman, untuk pengambilan hara dan air dari dalam tanah lebih banyak (Sumarsomo, 2010). Berat Buah ditunjukan oleh bertambahnya ukuran berat Akumulasi seiring pertumbuhan Berat dan lainnya. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk protoplasma bohasi batang pisang berpengaruh yang terjadi karena bertambahnya nyata secara mandiri terhadap berat ukuran sel, penimbunan hasil bersih buah, sedangkan untuk perlakuan zat dari proses fotosintesis atau asimilasi pengatur tumbuh giberelin (GA3) dan CO2 sepanjang pertumbuhan tanaman interaksinya tidak berpengaruh nyata. yang berupa timbunan karbohidrat, Hasil lemak, protein, dan timbunan nutrisi disajikan pada Tabel 5. lainnya. Hal ini berarti tidak hanya ‘ Tabel 5. Pengaruh Giberelin (GA3) dan Bohasi Batang Pisang terhadap Berat Buah Mentimun daun yang berperan sebagai fotosintat, tetapi juga keseluruhan tubuh tanaman bekerjasama untuk analisis selanjutnya menghasilkan Berat Buah Pertanaman bahan baru tanaman (salisbury dan Perlakuan Ross, 1995) Akumulasi data bahan kering ---gram--- Giberelin g0 211,29 a tanaman g1 196,48 a mencerminkan pola tanaman dalam g2 243,47 a mengakumulasikan g3 230,20 a dapat tanaman. menunjukan Bobot produktivitas kering produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan Bohasi faktor-faktor 87 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 b0 189,59 a Selain faktor unsur hara, faktor b1 201,05 a lingkungan b2 250,21 b pertumbuhan dan produksi tanaman. Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Lanjut Duncan 5%. Berdasarkan Tabel 5, Berdasarkan diketahui bahwa taraf perlakuan b1 berbeda tidak nyata dengan b0, tetapi berbeda sangat nyata dengan b2. Menurut juga mempengaruhi Koswara (1992), pertumbuhan dan produksi tanaman akan ditentukan oleh laju fotosintesis yang dikendalikan oleh ketersediaan unsur hara dan air. Selama memasuki fase reproduktif pemanfaatan maka reproduksi daerah menjadi sangat kuat dalam memanfaatkan hasil Dosis bohasi 20 t ha-1 fotosintesis dan membatasi pembagian menjukan hasil yang paling besar. Hal hasil ini diduga karena pupuk bohasi batang pertumbuhan vegetatif (terhenti). Hal pisang dapat mencukupi unsur hara ini yang dihasilkan difokuskan untuk ditransfer dibutuhkan oleh tanaman asimilasi untuk menyebabkan sehingga mendukung pertumbuhan ke dan perkembangan hasil tanaman. perkembangannya. bagian fotosintat buah daerah yang guna Selain kandungan pupuk, kandungan P dan K tanah yang tinggi juga diduga mampu tanaman. mencukupi Hal ini kebutuhan sesuai dengan KESIMPULAN 1. Tidak terjadi interaksi antara pendapat Novizan (2002), ukuran dan zat pengatur tumbuh giberelin (GA3) kualitas buah pada fase generatif akan dan bohasi batang pisang terhadap dipengaruhi oleh kertersedian unsur pertumbuhan dan hasil tanaman K, sedangkan P berperan dalam 2. pembentukan bunga dan buah. Pada tumbuh giberelin (GA3) konsentrasi pembentukan buah, unsur hara yang 200 ppm (g2) memberikan pengaruh sangat berperan adalah P dan K. nyata terhadap tinggi tanaman dan Peningkatan berat buah dipengaruhi jumlah daun, sedangkan pupuk bohasi oleh tercukupinya unsur K, karena batang unsur ini berperan dalam translokasi berpengaruh terhadap tinggi tanaman, Secara mandiri zat pengatur pisang 20 t ha-1 (b2) karbohidrat dan pembentukan pati. 88 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 jumlah daun, berat segar brangkasan, berat kering tanaman dan berat buah. Rukmana, R. 2004. Mentimun. Budidaya Kanisius, Jogjakarta. Salisbury, F.B and Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. DAFTAR PUSTAKA (Terjemahan : Dian R Lukman Balitsa. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Bandung: Balai dan Sumaryono). Bandung : Penerbit ITB. Penelitian Santoso, U., dan Fatimah, N., 2004. Tanaman Sayuran Kultur Buckman, H.O. dan Brady, N.C., Jaringan Tanaman. UMM- Press. Malang. 1995. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman PT. Bharata Karya Lembang: BPPP Lembang. Aksa,Jakarta. Edison, A. 2000. Pengaruh pemberian bohasi Sarbini, A. 2008. Pembuatan Bohasi. dan GA3 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman semangka. Skripsi. Pekanbaru: UIR. Sitompul, S. M. dan B. Guritno, 1995. Analisis Tanaman. Jakarta: Akademika Presindo. Gadjah Mada UniversityPress,Yogyakarta. Sumpena, Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Pertumbuhan U. 2002. Budidaya Mentimun Intensif : dengan Mulsa secara Tumpang Gilir Penebar Swadaya, Jakarta Novizan. 2002, Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Supriyadi, S. 2008. Kandungan Bahan Organik Pustaka.Jakarta Pengelolaan Padmiarso, M. Budidaya Lebih Wijoyo. 2012. Mentimun yang Kering sebagai Dasar Tanah Dilahan Madura. Embryo Vol.5, No.2. Menguntungkan. PustakaAgro. Jakarta Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius. 89 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Sutedjo, M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta 90