5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA3) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah daun, berat brangkasan basah tanaman, berat brangkasan kering tanaman, diameter batang, berat brangkasan basah akar, jumlah anakan per rumpun dan jumlah tunas bunga per rumpun. 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5% terlihat ada beberapa komponen yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman leek meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat brangkasan basah, berat brangkasan kering, diameter batang, berat basah akar, dan jumlah anakan. 5.1.1 Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap berat brangkasan basah akar Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Fitriaji, 2009). Leek merupakan jenis tanaman monokotil yang mempunyai sistem perakaran serabut pendek (Cahyono, 2009). Pada umumnya perakaran dewasa jenis tanaman monokotil biasanya liar dan berkembang dari batangnya. Akar-akar tersebut kebanyakan tidak banyak bercabang dan tidak mengalami penebalan seperti perakaran tumbuhan dikotil. Hal yang paling membedakan dari akar monokotil dengan akar dikotil adalah pada akar monokotil tidak terdapat kambium antara xilem dan floemnya (Fahn, 1991). Pertumbuhan akar tidak lepas dari mekanisme kerja kambium. Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi Giberelin mempengaruhi aktivitas kambium dan xylem (Wilkins, 1989). Dari hasil analisis statistika pada tabel 4.6 28 berat brangkasan basah akar dengan perlakuan waktu pemberian Giberelin ternyata tidak berpengaruh secara nyata terhadap tanaman kontrol (tanpa perlakuan) maupun tanaman leek yang diberi perlakuan. Hal ini diduga karena perakaran tanaman leek merupakan jenis tanaman monokotil dengan perakaran serabut yang tidak berkambium. Sehingga GA3 eksogen yang diberikan tidak mampu menstimulasi akar cabang pada akar serabut dan ukuran perakaran tanaman leek yang diberi perlakuan. Disamping itu, dalam Salisbury dan Ross (1995) dikatakan bahwa ternyata pembesaran dan pertambahan diameter akar tumbuhan monokotil tidak dipengaruhi oleh aktivitas kambium, namun pembesaran radial perakaran terutama disebabkan oleh pertambahan diameter sel non meristematik. Giberelin menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang, akan tetapi efeknya dalam pertumbuhan akar sedikit sehingga GA3 eksogen yang diberikan tidak mampu menstimulasi akar-akar liar (akar cabang pada akar serabut) dan ukuran perakaran tanaman leek yang diberi perlakuan. 5.1.2 Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap tinggi tanaman Pengukuran parameter tinggi tanaman pada penelitian ini dimulai setelah leek berumur 14 HST dan diukur dari pangkal batang semu (berada di atas permukaan tanah) hingga pucuk daun tertinggi setiap minggunya. Pada tanaman dikotil, umumnya pertumbuhan batang dicirikan oleh penambahan panjang rusaruasnya. Pada penelitian ini, pengukuran tinggi tanaman sebenarnya merupakan pengukuran daun muda dan pelepah daun yang menggulung sehingga nampak seperti batang di atas permukaan tanah. Tanaman leek merupakan jenis tanaman monokotil yang proses pembentukan daunnya berbeda dengan tanaman dikotil yang umumnya dipengaruhi oleh kinerja kambium. Pelepah daun dibentuk oleh bagian bawah bakal daun (Anonim, 2010). Daun monokotil, khususnya jenis Allium terbentuk secara vertikal tanpa pemisahan sisi adaksial dan sisi abaksial (unifasial). Tipe daun jenis ini dianggap meristem apikal primer pada primordiumnyalah yang menimbulkan pertumbuhan radial yang mula-mula (Fahn, 1991). Untuk pemanjangan helaian daun dan seludangya, masih dalam Fahn 1991, berasal dari aktivitas meristem tulang samping. 29 Dari hasil analisis statistika tabel 4.7 tinggi tanaman leek menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemberian GA3 eksogen pada penelitian ini tidak berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman. Baik kontrol maupun tanaman leek yang diberi perlakuan menunjukkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. GA3 eksogen yang diberikan tidak mampu memacu pertumbuhan daun dan pelepah daun yang nantinya akan menggulung menjadi batang semu. Hal ini diduga karena GA3 tidak dapat menstimulasi pertumbuhan daun melalui meristem tulang samping, karena GA3 hanya bekerja di daerah meristem sub apikal dimana GA3 menstimulasi pemanjangan ruas batang untuk meningkatkan tinggi tanaman. Ini didukung oleh pernyataan Cleland dan Zeevart (1970) yang menyatakan bahwa GA3 dengan interval yang berbeda akan meningkatkan aktivitas pembelahan sel daerah meristem sub apikal. 5.1.3 Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap diameter batang Pengukuran diameter batang tanaman leek pada penelitian kali ini adalah parameter pengukuran lingkar batang sejati tanaman leek yang berbentuk cakram, berwarna putih dan berada di bawah permukaan tanah (diameter terbesar). Pada batang monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada monokotil menyebabkan batang monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp) (Kartini, 2003). Dari hasil analisis statistika tabel 4.8 menunjukkan bahwa secara statistika perlakuan waktu pemberian GA3 eksogen pada penelitian ini tidak berpengaruh secara nyata baik pada tanaman kontrol maupun tanaman leek yang diberi perlakuan. Di dalam Abidin (1983), dikatakan bahwa Giberelin berperan dalam proses pemanjangan sel, aktivitas kambium, dan mendukung pembentukan RNA baru serta sinetesa protein untuk pertumbuhan. Hal ini semakin meyakinkan 30 bahwa GA3 eksogen yang diberikan pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap perkembangan diameter batang leek yang diberi perlakuan karena struktur anatomi batang leek tidak berkambium sehingga GA3 yang diberikan tidak dapat menstimulasi pertumbuhan sekunder (melebar) batang tanaman leek. 5.1.4 Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap jumlah daun Parameter pengukuran jumlah daun tanaman leek pada penelitian adalah jumlah seluruh daun yang muncul sampai dengan panen yang terdiri dari jumlah daun segar yang belum mengalami senescence ditambah daun yang sudah mengalami senescence (penuaan). Menurut Roberts, 2009, jumlah daun minimum untuk menuju ke fase reproduktif tanaman leek adalah 6-7 helai daun. Dari hasil analisis statistika tabel 4.9 menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemberian Giberelin eksogen pada penelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman leek. Baik kontrol maupun tanaman leek yang diberi perlakuan menunjukkan hasil jumlah daun yang diperoleh tidak berbeda nyata. Daun merupakan modifikasi dari pertumbuhan batang. Jaringan pembuluh yang terdapat pada daun merupakan lanjutan dari batang, terdapat pada tulang dan urat daun. Primordial daun tanaman monokotil khususnya leek terbentuk dan berkembang pada sekeliling meristem apeks pucuk dan tampak seperti kerah baju yang menutupi seluruh apeks pucuk. Dari pembahasan sebelumnya mengenai tinggi tanaman dan diameter batang, tampak bahwa GA3 eksogen yang diberikan pada tiap tanaman leek perlakuan tidak menampakkan tanda-tanda perbedaan secara nyata terhadap tanaman kontrol. Hal ini diduga berpengaruh terhadap pembentukan daun pada penelitian kali ini. Daun tanaman leek muncul dari bagian atas batang sejati yang berbentuk cakram pipih. Berbeda dengan tanaman dikotil pada umumnya yang pembentukan organ daun dipengaruhi oleh kinerja kambium, tanaman monokotil khususnya leek, pemunculan daun lebih dipengaruhi oleh kerja meristem apeks pucuknya (Fahn, 1991). Di sini tampak jelas bahwa GA3 eksogen yang diberikan jelas tidak berpengaruh terhadap pemunculan daun tanaman leek perlakuan karena GA3 hanya bekerja pada daerah sub apikal tanaman, khususnya proses pemanjangan. 31 5.1.5 Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap berat brangkasan kering tanaman Berat kering total tanaman merupakan akumulasi dari timbunan hasil bersih asimilasi CO2 selama tanaman tersebut tumbuh. Karena asimilasi CO2 merupakan hasil penyerapan energi dan akibat radiasi matahari, yang didistribusikan secara merata ke seluruh permukaan bumi, maka faktor utama yang mempengaruhi berat kering total tanaman adalah radiasi matahari yang diabsorbsi dan efisiensi pemanfaatan energi tersebut untuk fiksasi CO2 (Gardner, 1991). Pengukuran berat kering tanaman pada penelitian ini dilakukan saat panen berlangsung. Brangkasan tanaman yang masih basah dikeringkan dalam oven untuk kemudian ditimbang beratnya. Berat brangkasan kering tanaman merupakan akumulasi diameter batang dan jumlah daun tanaman yang telah dikeringkan serta asimilat fotosintesis yang dihasilkan tanaman selama penanaman. Dari hasil analisis statistika tabel 4.11 menunjukkan bahwa pemberian Giberelin eksogen pada penelitian ini tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap berat brangkasan kering tanaman leek. Baik kontrol maupun tanaman leek perlakuan menunjukkan hasil berat brangkasan kering tanaman yang diperoleh tidak berbeda nyata. Pemberian GA3 eksogen yang disemprotkan tanaman leek pada penelitian ini tidak menampakkan pengaruh nyata secara statistika untuk pertumbuhan diameter batang dan jumlah daun. Jadi akumulasi diameter batang dan jumlah daun tanaman leek yang tidak menunjukkan hasil beda nyata ditambah asimilat yang dihasilkan diduga menghasilkan berat brangkasan kering tanaman yang diperoleh tidak berbeda nyata. 5.1.6 Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap berat brangkasan basah tanaman Berat basah tanaman (berat segar) merupakan berat tanaman sesaat setelah tanaman dipanen dan ditimbang langsung sebelum tanaman layu akibat kehilangan air. Berat brangkasan basah suatu tanaman disusun oleh jumlah sel, berat sel, dan kandungan air dalam tubuh tanaman (Fitter, 1981). Berat 32 brangkasan basah dipengaruhi oleh kemampuan tanaman menyerap air untuk fotosintesis dan proses fisiologis tanaman lainnya. Proses tersebut mengandung sejumlah tahap penting diantaranya stimulasi aktifnya amylase untuk menghidrolisis pati menjadi gula tereduksi sehingga konsentrasi gula meningkat di dalam sel dan menyebabkan air mudah masuk ke dalam sel serta dapat mentriger segala proses fisiologis dalam sel tanaman. Proses tersebut sering disebut tekanan turgor dimana terjadi keadaan tegang yang timbul antara dinding sel dengan dinding isi sel karena menyerap air (Teddy, 2008). Salah satu hormon tumbuhan yakni Giberelin mempunyai peran dalam pembelahan sel dan mendukung pembentukan RNA sehingga terjadi sintesa protein yang berpengaruh terhadap terjadinya tekanan turgor (Kusumo, 1989). Dari hasil analisis statistika tabel 4.10 menunjukkan bahwa pemberian GA3 eksogen tidak berpengaruh secara nyata terhadap berat brangkasan basah tanaman leek. Baik kontrol maupun tanaman leek yang diberi perlakuan menunjukkan berat brangkasan basah tanaman yang diperoleh tidak berbeda nyata. GA3 eksogen yang disemprotkan ke tanaman pada penelitian ini ternyata tidak dapat menstimulasi tekanan turgor sel dalam rangka penyerapan air. Hal ini diduga karena pengaruh suhu lingkungan yang cukup panas pada bulan-bulan awal penelitian, ditambah penelitian dilaksanakan di dalam green house. Green house (rumah kaca) sebenarnya merupakan tempat yang baik untuk melakukan penelitian karena hal ini untuk meminimalisir gangguan hama dan serangan penyakit tanaman. Namun bila siang, green house menyerap panas dari luar dan panas tersebut bersirkulasi di dalamnya. Hal ini menyebabkan tanaman lebih banyak kehilangan air lewat transpirasi dan dengan sendirinya mengurangi tekanan turgor dalam tubuh tanaman. 5.1.7 Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap jumlah tunas per rumpun Tunas adalah tumbuhan anakan yang muncul di samping tumbuhan induknya. Contohnya seperti pohon pisang, bawang daun, bambu, tebu, dan lain sebagainya. Dari hasil pengamatan pada penelitian ini sampai akhir panen tidak tampak munculnya anakan. Jadi tidak didapat data statistika yang menyatakan 33 berpengaruh atau tidaknya perlakuan terhadap Uji BNJ 5%. Tidak munculnya tunas karena GA3 pada tiap tanaman leek perlakuan tidak dapat menstimulasi perkembangan tunas tanaman leek. Diduga GA3 eksogen tidak dapat menstimulasi tunas lateral karena adanya dominansi apikal pada bagian apeks tanaman. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Dominansi apikal disebabkan oleh Auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi Auksin endogen yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk (Dahlia, 2001). Dugaan selanjutnya adalah tanaman leek yang ditanam pada penelitian ini secara genetis memang merupakan jenis leek yang tidak dapat mengeluarkan tunas anakan. Jadi pada penelitian ini tunas tidak mampu terbentuk meskipun telah disemprot dengan GA3 eksogen secara bertahap. 5.2. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap induksi pembungaan tanaman leek Pengaruh perlakuan waktu pemberian GA3 terhadap induksi pembungaan tanaman leek diantaranya meliputi umur berbunga dan jumlah tunas bunga per rumpun. Bunga merupakan organ reproduktif Angiosperma. Bunga dibentuk oleh meristem apikal khusus yang berkembang dari apeks pucuk vegetatif setelah dirangsang oleh faktor-faktor internal dan eksternal untuk keperluan itu (Fahn, 1991). Bunga leek tergolong bunga sempurna. Pembungaan, masih menurut Fahn (1991), menyimpulkan bahwa pada waktu pembungaan apeks pucuk vegetatif yang terminal atau lateral akan menjalani berbagai perubahan fisiologis dan histologis serta berubah bentuk secara langsung menjadi apeks reproduktif. Apeks reproduktif inilah yang akan berkembang menjadi bunga. Pada penelitian kali ini ternyata tidak didapat munculnya tunas bunga untuk tiap tanaman perlakuan. Jadi dengan demikian tidak didapat data pengamatan yang bisa dianalisis dengan statistika untuk mengetahui pengaruh perlakuan waktu pemberian GA3 terhadap umur berbunga dan jumlah tunas bunga. Hal ini diduga karena GA3 eksogen yang 34 diberikan tidak mampu menstimulasi perubahan fisiologis dari apeks vegetatif ke bentuk reproduktif. Dugaan selanjutnya adalah karena GA3 eksogen pada penelitian ini paling lama hanya diberikan sampai 8 minggu. Diduga pemberian GA3 eksogen sampai lama waktu tersebut hanya berpengaruh kecil terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk menuju ke tahap pembungaan. Selanjutnya, apabila diamati dari faktor suhu dan intensitas cahaya matahari selama penelitian ini, ternyata cahaya mempengaruhi aktivitas GA3. Tempat penelitian yang dilakukan di dalam green house merupakan salah satu faktor penyebab cahaya berlebih. Cahaya yang berlebihan akan menghambat kerja Giberelin (Klein, ed. 1961). Diduga cahaya yang berlebihan akan mendegradasi vernalin yang dihasilkan oleh GA3. Jadi GA3 eksogen yang disemprotkan pada penelitian kali ini tidak mampu menstimulasi pembungaan leek karena sebelum sampai ke apeks tanaman sudah terdegradasi oleh cahaya. 35