TERJEMAHAN BERANOTASI DALAM NOVEL THE CONSTANT PRINCESS KARYA PHILIPPA GREGORY Nurul Fitriani Fakultas Sastra/Jurussan Sastra Inggris [email protected] Abstract An annotated translation is a translation completed with a note or annotation showing the translator’s responsibility in choosing the equivalent words. Since the core of translation is to transfer or reproduce the source language message into the target language, the translator of The Constant Princess, before translating, applied the translation equivalence and strategy of translation. The three procedures—analyzing, transferring, and restructuring the text are done in order to solve the two practical problems: the incapability in comprehending meaning of words, phrases, sentences, and paragraphs of the source text and the difficulty in translating the words, phrases, or sentences going to be annotated. This study used a qualitative approach using a content analysis method. The data source is The Constant Princess novel by Philippa Gregory in English. The result of the research is: there are two translation equivalences used, formal and dynamic; and eight translation procedures such as transposition, shift, couplet, expansion, borrowing, formal, modulation, and cultural equivalence. Key words: Katherine Aragon, translation, annotated, equivalence, strategy. 1. PENDAHULUAN Dunia sastra merupakan suatu objek kajian yang menarik bagi para peneliti di bidang penerjemahan. Karya-karya sastra seperti novel, puisi, roman, drama, dan sebagainya ternyata telah banyak diterjemahkan, salah satunya ke dalam bahasa Indonesia. Kualitas terjemahan karya-karya tersebut pun beragam tergantung kepada tingkat pemahaman pembaca sasaran. Seorang penerjemah dikatakan sukses apabila ia mampu mengalihkan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya dengan baik dan berterima. Namun, kemampuan itu tidak cukup, ia juga diharapkan mampu memahami perbedaan aspek sosial dan budaya yang dimiliki oleh dua bahasa (bahasa sumber dan bahasa sasaran). Agar pembaca sasaran dapat langsung memahami hasil terjemahannya, maka penerjemah harus bisa memberikan padanan yang sesuai dengan bahasa terjemahan dalam budaya masyarakat tertentu. Philippa Gregory adalah seorang novelis yang identik dengan karya-karyanya mengenai keluarga kerajaan Inggris. Ia telah menulis berbagai novel dalam beberapa periode sejarah yang berbeda, khususnya periode Tudor dan abad ke-16. Tulisan Gregory telah banyak dinikmati pembaca di seluruh dunia karena kemampuannya meramu berbagai latar kisah tokoh-tokoh nyata pada era Tudor di Inggris. Namun, terlepas dari kepopuleran novel-novel tersebut di seluruh dunia, belum ditemukan satu pun yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Peneliti pun beranggapan bahwa karya Gregory terlalu berharga untuk dilewatkan karena apabila dapat diterjemahkan, maka hal itu akan menambah wawasan para pecinta karya sastra terutama mereka yang menyukai novel bergenre fiksi sejarah. Oleh sebab itu, peneliti pun tertarik untuk melakukan penerjemahan beranotasi pada salah satu novel karya Philippa Gregory. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan suatu penelitian dalam bidang linguistik terapan kekhususan penerjemahan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis isi. Terjemahan beranotasi dilakukan dengan menjabarkan hasil penerjemahan mandiri yang dilengkapi dengan catatan-catatan sebagi pertanggungjawaban atas padanan yang dipilih. Berdasarkan penjabaran di atas, maka fokus dari penelitian adalah terjemahan beranotasi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dalam novel The Constant Princess karya Philippa Gregory. Kemudian, sub-fokus dari penelitian ini adalah penggunaan kesepadanan terjemahan dan strategi penerjemahan yang tepat dalam terjemahan beranotasi novel The Constant Princess karya Philippa Gregory. Hoed (2006:23) menjelaskan bahwa penerjemahan merupakan kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain. Dalam hal ini, teks yang diterjemahkan disebut teks sumber (TSu) dan bahasanya disebut bahasa sumber (BSu). Sedangkan teks yang disusun oleh penerjemah disebut teks sasaran (TSa) dan bahasanya disebut bahasa sasaran (BSa). Hasil dari penerjemahan yang berupa TSa disebut terjemahan, dan penerjemah adalah orang yang melakukan penerjemahan. Penerjemahan bukanlah sekedar kegiatan mengalihkan isi teks dari BSu ke dalam BSa. Nida & Taber (1974:12) mengatakan bahwa dalam mereproduksi pesan dari TSu ke dalam TSa, penerjemah dituntut untuk memiliki penguasaan gramatikal dan leksikal yang baik pada dua bahasa. Selain itu, sudah seharusnya penerjemah menempatkan kesepadanan makna teks pada prioritas utama agar pembaca sasaran dapat dengan mudah mengetahui maksud yang ingin disampaikan penulis teks tersebut. Suatu terjemahan dikatakan berhasil apabila pesan, gagasan, pikiran, dan konsep yang ada dalam BSu dapat disampaikan ke dalam BSa secara utuh. Hatim & Munday (2004:167) mengutip dari Nida& Taber menjelaskan bahwa secara fundamental terdapat duajenis kesepadanan dalam penerjemahan yaitu kesepadanan formal dan kesepadanan dinamis. Kesepadanan formal memfokuskan semua perhatiankepada pesan itu sendiri, baik dalam aspek bentuk dan isi. Sedangkan,kesepadanan dinamis berfokus kepada makna, serta bertujuan untukmelengkapi kewajaran ekspresi bagi pembaca sasaran. Agar suatu karya terjemahan dikatakan sebagai benar dan berterima,maka penerjemah dapat menggunakan strategi penerjemahan untuk mempermudah kegiatan mereka tersebut. Secara umum, strategi penerjemahan diartikan sebagai salah satu cara untuk dapat menyesuaikan susunan gramatikal dan informasi dalam BSu sehingga menjadi berterima dan dimengerti oleh pembaca BSa. Newmark (1988:81-93) menawarkan berbagai metode dan prosedur yang dapat digunakan oleh penerjemah, antara lain seperti: transferensi (pinjaman), naturalisasi, padanan budaya, padanan fungsional, penerjemahan deskriptif, penggeseran (transposisi), pergeseran (shift), modulasi, reduksi, perluasan, kompensasi, parafrasa, kuplet, catatan kaki, dan analisis komponen makna. Menurut Williams & Chesterman (2002:7), terjemahan beranotasi adalah“salah satu bentuk penelitian introspektif dan retrospektif yang memungkinkanpenerjemah menerjemahkan teks sekaligus menuliskan komentar tentang prosespenerjemahan yang dilakukan.” Komentar yang dimaksud dalam hal ini adalahanotasi yang merupakan catatan untuk menjelaskan masalah penerjemahan, metode dan prosedur yang digunakan untuk mengatasi masalah itu, padanan, dandokumen yang digunakan dalam mencari padanan. Dengan demikian, anotasi sebenarnya menunjukkan pemahaman penerjemah dan pertanggung-jawabannya atas padanan yang dipilih. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penggunaan kesepadanan terjemahan dan strategi penerjemahan yang sesuai untuk menerjemahkan novel The Constant Princess karya Philippa Gregory. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi yang bersifat deskriptif. Emzir (2012:283-284) mengemukakan bahwa analisis isi merupakan suatu analisis mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif maupun kualitatif terhadap pesan-pesan menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada jenis-jenis variabel yang dapat diukur atau konteks tempat pesan-pesan diciptakan atau disajikan. Langkah pertama yang akan dilakukan dalam penelitian adalah dengan mencatat data yang akan diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia yang ada dalam novel The Constant Princess. Kedua, melakukan tinjauan pustaka untuk mengidentifikasi data yang relevan dengan rumusan masalah penelitian ini. Ketiga, data tersebut kemudian diterjemahkan dengan menggunakan teori-teori terjemahan yang relevan sebagai dasar. Keempat, memberikan uraian atas data yang diterjemahkan sebagai hasil pertanggung-jawaban atas kesepadanan terjemahan dan strategi penerjemahan yang dipilih dan dilakukan. Dalam hal keabsahan data, peneliti melakukan: 1) uji kredibilitas yang dilakukan dengan triangulasi dan diskusi teman sejawat; 2) uji transferabilitas yang dilakukan dengan menggambarkan konteks penelitian; 3) uji dependabilitas yang dilakukan dengan konsultasi dengan pakar penerjemahan; dan 4) uji konfirmabilitas yang dilakukan dengan mendokumentasikan prosedur untuk mengecek kembali seluruh data penelitian. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang akan dijabarkan secara lengkap: No. 1. Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa) The little girl, starting up out of Seorang gadis kecil bangun dari her bed in her fear, cried out in tempat Spanish for her mother and menjerit screamed: “The Moors? Are the dalam Moors coming for us?” (p.3) Muslim tidurnya dan bahasa dalam ketakutan, meneriakkan Spanyol: Moor? Apakah ibunya “Pasukan mereka sedang menghampiri kita?” (h.3) Menurut Kamus Oxford (2008:1496), starting up atau start up memiliki dua definisi yakni: 1) the action or process of setting something in motion (tindakan atau proses mengatur sesuatu dalam gerakan); dan 2) a newly established business (suatu usaha yang baru didirikan). Dari kedua definisi tersebut, diketahui bahwa definisi pertama lebih tepat menggambarkan konteks kalimat di atas. Oleh sebab itu, peneliti memilih menerjemahkan frasa starting up menjadi kata “bangun” dari TSu ke TSa-nya. Hal itu dilakukan dengan merujuk kepada konteks kalimat yang menggambarkan tokoh si “gadis kecil” yang keluar dari tempat tidurnya; bagi pembaca bahasa sasaran (BSa), kata “bangun” dapat langsung dimengerti karena mempunyai kaitan dengan “tempat tidur”.Selanjutnya, penerjemah memilih menggunakan kesepadanan terjemahan dinamis karena ingin menekankan pada efek yang dirasakan pembaca TSu harus sepadan dengan efek yang dialami oleh pembaca TSa. Strategi penerjemahan yang dipilih adalah penggeseran karena adanya perubahan bentuk dari frasa starting up menjadi kata “bangun” pada kalimat di atas. Kemudian, menurut situs https://en.wikipedia.org/wiki/Moors (Minggu, 03 April 2016), Moors adalah sebutan bagi orang Muslim dari zaman pertengahan yang tinggal di Al-Andalus (Semenanjung Iberian termasuk Spanyol dan Portugis zaman sekarang) dan juga Maroko dan Afrika Barat, yang budayanya disebut Moorish. Kata ini juga biasanya merujuk kepada orang yang memiliki keturunan Arab atau Afrika. Nama Moor berasal dari suku kuno Maure dan Kerajaan Mauritania. Kesepadanan terjemahan yang digunakan adalah formal karena yang berfokus pada bentuk dan isi pesan yang sedekat mungkin dari TSu ke TSa-nya. Strategi penerjemahan yang digunakan adalah kuplet (menggunakan dua prosedur yang berbeda) yang terdiri atas transferensi dan perluasan. Teknik penerjemahan transferensi terlihat pada kata Moor di TSu yang tetap diterjemahkan menjadi kata yang sama di TSa-nya. Sedangkan teknik perluasan terlihat pada adanya penambahan kata “Muslim” sebelum kata Moor untuk diperkenalkan kepada pembaca BSa; penambahan kata tersebut dilakukan bukan untuk menambah konteks melainkan untuk memberi penjelasan tambahan agar pembaca dapat langsung memahami TSa-nya. No. Teks Sumber (TSu) 2. She inclined her head. “That was my duenna, Dona Elvira. I am sorry if she displeased you. Her English is not good. She cannot have understood what you wanted.” (p.33) Teks Sasaran (TSa) Dia memiringkan kepalanya. “Dia adalah pengasuh saya, Dona Elvira. Dia tak pandai berbahasa Inggris sehingga tidak paham apa yang Anda inginkan. Saya minta maaf jika ia membuat Anda tidak nyaman.” (h.33) Menurut Kamus Oxford, kata duenna memiliki definisi sebagai: an older woman acting as a governess and companion in charge of girls, especially in a Spanish family (seseorang yang bertugas sebagai pengasuh atau pendamping perempuan terutama di lingkungan keluarga Spanyol). Kemudian, situs https://en.wiktionary.org/wiki/duenna (Jumat, 22 April 2016) menambahkan bahwa secara etimologis, kata duenna berasal dari bahasa Vulgar Latin, donna, dan dari bahasa Latin, domina. Seseorang yang menjadi duenna biasanya adalah wanita yang lebih tua dari anak yang diasuhnya. Dalam menerjemahkan kata duenna dari TSu ke TSa di atas, penerjemah menggunakan kesepadanan terjemahan dinamis karena ingin menekankan pada efek yang dirasakan pembaca TSu harus sepadan dengan efek yang dialami oleh pembaca TSa. Strategi penerjemahan yang dipilih adalah padanan budaya dengan menerjemahkan kata budaya dari BSu menjadi kata yang sepadan ke dalam BSa-nya. Oleh karena itu, penerjemah pun memutuskan untuk menerjemahkan kata duenna dari TSu menjadi “pengasuh” ke TSa-nya. Kemudian, dalam menerjemahkan kalimat Her English is not good; penerjemah menggunakan kesepadanan terjemahan formal dengan mengupayakan aspek kesamaan bentuk dan isi pesan dari TSu ke TSa-nya. Strategi yang digunakan adalah modulasi dengan merubah sudut pandang kalimat dari TSu ke TSa tanpa menambah konteks yang sebelumnya tidak tercantum. Dapat terlihat bahwa pada TSu, kalimat tersebut mempunyai her English sebagai subjeknya, lalu ketika diterjemahkan ke dalam TSa, subjek kalimat berubah menjadi “dia” yang merujuk kepada tokoh Dona Elvira. No. Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa) 3. Please write to me soon and tell me how you are. You seemed so sad and low when I left. I hope that you are better now. I am sure that the darkness that you saw in your mother will pass over you, and not rest on your life as it did on hers…. (p.73) Tolong segera balas suratku dan sampaikan kabar kepadaku. Kau tampak sangat sedih dan kurang sehat ketika aku pergi. Aku harap kau membaik sekarang. Aku yakin bahwa kesuraman yang kau lihat di diri ibumu akan melangkauimu, dan tak akan hadir di hidupmu sebagaimana yang terjadi kepadanya…. (h.73) Menurut Kamus Oxford (2008:915), kata low memiliki beberapa definisi, seperti: 1) not high or tall; 2) below the usual or average amount; dan 3) weak or depressed; with very little energy. Dari ketiga contoh definisi tersebut, dapat dilihat bahwa definisi yang ke-tiga yang memiliki arti sesuai dengan konteks pada kalimat di atas. Kesepadanan terjemahan dinamis dipilih oleh penerjemah karena ingin pembaca TSa merasakan efek sama yang diterima oleh pembaca TSu-nya. Strategi penerjemahan yang dipilih adalah pergeseran (shift) yang tampak pada adanya perubahan bentuk dari kata low di TSu menjadi frasa “kurang sehat” di TSu-nya. No. 4. Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa) The king’s mother had ruled Sang ibu raja telah meminta dirinya that she should not ride for fear untuk tidak takut akan kegagalan. of a fall. The unspoken hope Harapan yang tak terucapkan was that Catalina was carrying darinya adalah bahwa Catalina a child. Catalina herself said dapat hamil. Catalina sendiri tidak nothing to confirm or deny the memberi konfirmasi atau pun hope. Arthur was silence itself. menyangkal harapan tersebut. Arthur (p.93) pun hanya terdiam. (h.93) Menurut Kamus Oxford (2008:226), kata carry mempunyai beberapa definisi, seperti berikut: 1) to support the weight of somebody or something and take them or it from place to place; 2) to be pregnant with somebody. Dari kedua contoh definisi tersebut, tampak jelas bahwa kata carrying pada kalimat di atas memiliki konteks yang sesuai dengan definisi yang ke-dua. Oleh sebab itu, penerjemah menggunakan kata “hamil” pada TSa untuk menerjemahkan frasa carrying a child dari TSu karena jelas konteks pada kalimat di situ tidak sedang membicarakan “membawa anak” secara harfiah melainkan bermaksud menyampaikan suatu keadaan “hamil”. Penerjemah memilih kesepadanan terjemahan dinamis karena ingin menekankan pada efek yang dirasakan pembaca TSu harus sepadan dengan efek yang dialami oleh pembaca TSa. Dengan kata lain, kesepadanan terjemahan dinamis dilakukan karena ada pencapaian kesepadanan efek pesan yang ingin diraih oleh penerjemah. Strategi penerjemahan yang dipilih adalah kuplet (dua prosedur penerjemahan yang berbeda), yaitu perluasan dan pergeseran. Strategi perluasan dapat dilihat pada adanya penambahan kata “darinya” di TSa-nya yang dilakukan untuk memperjelas konteks kalimat tersebut tanpa mengurangi makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Kemudian, strategi pergeseran dapat dilihat pada adanya perubahan bentuk dari frasa carrying a child di TSu menjadi kata “hamil” di TSa-nya. No. 5. Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa) But I am a Princess of Spain, and Tapi aku adalah Putri Spanyol, dan aku I have known things and seen telah mengetahui dan melihat berbagai things that you, in this safe little hal yang bahkan kau tidak pernah country, in this smug little haven, impikan di negeri dan tempat berlindung would never dream of. I am the kecil yang aman dan penuh keangkuhan Infanta, I am the daughter of the seperti di sini. Akulah Infanta, aku two most powerful monarchs in adalah putri dari dua raja yang paling the whole Christendom, who berkuasa di seluruh dunia Kristen yang alone have defeated the greatest telah mengalahkan ancaman terbesar threat ever to march against it…. yang (p.97) berbaris menantang mereka sendirian…. (h.97) Menurut situs http://www.thefreedictionary.com/infanta (Minggu, 26 Juni 2016), Infanta memiliki definisi sebagai berikut: a daughter of a Spanish or Portuguese king. Infanta merupakan sebuah gelar yang diberikan kepada seorang putri raja yang sedang berkuasa di Spanyol atau Portugis. Infanta adalah sebutan bagi anak perempuan dari raja, sedangkan Infante adalah sebutan bagi anak laki-laki raja. Dari teks di atas, dapat dipahami bahwa karakter Katherine Aragon merupakan putri dari Raja Ferdinand, oleh sebab itu, dia pun bergelar Infanta. Penerjemah memilih kesepadanan formal karena ingin mengupayakan aspek kesamaan bentuk dan isi pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya. Pada jenis kesepadanan ini, penerjemah hanya melakukan penyesuaian struktur tata bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia agar berterima bagi pembaca TSa, selebihnya penerjemah tetap mempertahankan kesamaan bentuk dan isi pesan dengan tidak mengurangi atau menambah informasi pesan dari TSu ke TSa-nya. Strategi penerjemahan yang digunakan adalah transferensi dengan meminjam kata Infanta dari TSu untuk tetap ditampilkan ke dalam TSa-nya. Hal tersebut dilakukan untuk memperkenalkan istilah asing itu kepada para pembaca sasaran tanpa melepaskan makna yang ingin disampaikan oleh pengarang. 3. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Suatu karya terjemahan yang baik pada dasarnya harus memenuhi tiga kriteria dasar yang penting, yaitu keakuratan, kejelasan, dan kealamian. Yang dimaksud dengan keakuratan adalah bahwa penerjemah mampu mentransfer informasi dari teks sumber (TSu) sepenuhnya ke dalam teks sasaran (TSa), tanpa menambah atau pun menghapus informasi-informasi yang tidak ada di dalam TSu tersebut. Kemudian, yang dimaksud dengan kejelasan adalah bahwa penerjemah harus mampu menjelaskan ambiguitas kata, frasa, atau kalimat dalam suatu TSu, agar pembaca TSa mudah membaca dan memahami teks itu. Yang terakhir adalah kealamian yang mengacu kepada sejauh mana pesan dalam TSu dapat dikomunikasikan dalam bentuk yang umum sehingga pembaca sasaran mendapat kesan bahwa teks yang mereka baca adalah teks asli yang ditulis dalam bahasa mereka sendiri. Untuk menghasilkan karya terjemahan yang akurat, berterima, dan alami, maka penerjemah menggunakan kesepadanan terjemahan dan strategi penerjemahan untuk mencapai ketiga hal tersebut. Kesepadanan terjemahan yang digunakan adalah formal dan dinamis; sedangkan teknik penerjemahan yang digunakan beragam tergantung pada kata, frasa, atau kalimat yang diterjemahkan dari TSu ke TSa. Strategi penerjemahan yang dipilih antara lain: penggeseran (transposisi), pergeseran (shift), kuplet, perluasan, transferensi atau pinjaman, resmi, padanan budaya, dan modulasi. Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa rekomendasi kepada berbagai pihak, antara lain: 1) bagi para penerjemah diharapkan selalu memperkaya keragaman terjemahan karya sastra serta mampu meningkatkan kualitas terjemahannya agar pembaca tidak merasakan teks yang mereka baca sebagai terjemahan belaka, melainkan sebagai sesuatu yang padu dengan kehidupan mereka sehari-hari; 2) bagi peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan di bidang terjemahan beranotasi namun dengan objek atau bahkan jenis teks yang berbeda sehingga ada keragaman jenis penelitian yang dilakukan; dan 3) bagi para mahasiswa yang tertarik dengan studi penerjemahan di universitas diharapkan terus meningkatkan kemampuan dalam menerjemahkan karya sastra sebagai langkah awal untuk menjadi seorang penerjemah yang berkualitas. DAFTAR PUSTAKA Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press. Gregory, Philippa. 2005. The Constant Princess. New York: Touchstone. Hatim, Basil dan Ian Mason. 1997. The Translator as Communicator. New York: Routledge. ___________ dan Jeremy Munday. 2004. Translation: an advanced resource book. New York: Routledge. Hoed, Benny H. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. Great Britain: Prentice Hall. Nida, E.A. dan Charles R. Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Brill. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. 2008. Oxford: Oxford University Press. The Free Dictionary. Infanta. (2016, June 26). Retrieved from http://www.thefreedictionary.com/infanta Wikipedia. Moors. (2016, April 3). Retrieved from https://en.wikipedia.org/wiki/Moors Wiktionary. Duenna. (2016, April 22). Retrieved from https://en.wiktionary.org/wiki/duenna Williams, Henny dan Andrew Chesterman. 2002. The MAP. A beginner’s Guide to Doing Research in Translation Studies. Manchester: St. Jerome Publishing.