TUGAS AKHIR PERANCANGAN KAMPANYE “ANTI NARKOBA” MELALUI MEDIA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi Disusun Oleh : Nama : ACHZAN FARID ZAMZAMI NIM : 4440401-033 Jurusan : Komunikasi Visual FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA 2009 LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI Nama : Achzan farid Zamzami NIM : 4440401-033 Fakultas : Ilmu Komunikasi Bidang Studi : Komunikasi Visual Judul : Perancangan Kampanye “Anti Narkoba” Melalui Media Iklan Layanan Masyarakat Jakarta, Februari 2010 Mengetahui, Pembimbing I ( Lukman Arief, S. Ds. ) Pembimbing II ( Bayyinah Nurrul Haq, S.Sn ) TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama : Achzan Farid Zamzami NIM : 4440401-033 Fakultas : Ilmu Komunikasi Bidang Studi : Komunikasi Visual Judul : Perancangan Kampanye “Anti Narkoba” Melalui Media Iklan Layanan Masyarakat Jakarta, Februari 2010 Mengetahui, 1. Ketua Sidang : ( Nurprapti W. Widyastuti, M.Si ) 2. Dosen Penguji Ahli : (Yuka Dian Narendra, S.Sn, M.Si) 3. Pembimbing I : ( Lukman Arief, S. Ds) 4. Pembimbing II : ( Bayyinah Nurrul Haq, S.Sn ) LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama : Achzan Farid Zamzami NIM : 4440401-033 Fakultas : Ilmu Komunikasi Bidang Studi : Komunikasi Visual Judul : Perancangan Kampanye “Anti Narkoba” Melalui Media Iklan Layanan Masyarakat Jakarta, Februari 2010 Disetujui dan Diterima Oleh : Pembimbing I Pembimbing II ( Lukman Arief, S. Ds. ) ( Bayyinah Nurrul Haq, S.Sn ) Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi ( Dra. Diah Wardhani, M.Si) Ketua Bidang Studi ( Nurprapati W.W, M.Si ) UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PROGRAM ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI KOMUNIKASI VISUAL Achzan Farid Zamzami 4440401-033 ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE “ANTI NARKOBA” MELALUI MEDIA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Jumlah halaman : (VI BAB, 10 buku, 4 situs internet, 2 makalah, 1 wawancara) Bibliografi : 1987 - 2009 Kampanye adalah. serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan dan dalam kurun waktu tertentu. Dalam melakukan kampanye sosial.dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awareness atau pengenalan kasus yang akan dikampanyekan, kemudian persuasif, yaitu tahap dimana muali mempengaruhi masyarakat melalui kampanye, dan terakhir reminder, yaitu pengingat, dimana tahapan ini berfungsi untuk mengingatkan masyarakat terhadapa apa yang dikomunikasikan. Konsep visual untuk Perancangan Kampanye “Anti Narkoba” Melalui Media Iklan Layanan Masyarakat" adalah ”terror”. Terror merupakan bagian ketakutan dalam diri manusia, sehingga konsep cocok dalam melakukan strategi kampanye anti narkoba. Diharapkan dengan adanya kampanye ini dapat memberikan informasi masyarakat tentang bahaya dan dampak narkoba bagi kehidupan kita. KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur saya panjatkan terhadap Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas segala karunia yang telah Ia berikan. Kekuatan yang luar biasa telah diberikan-Nya kepada saya dalam menghadapi segala perjuangan, kegagalan, suka cita maupun duka yang saya hadapi dalam penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan segala yang terjadi selama penulisan skripsi ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi saya untuk menjadi manusia yang lebuh sabar, kuat dan lebih baik dari sebelumnya. Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam jenjang pendidikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi FIKOM Universitas Mercu Buana. Saya memilih topik penelitian mengenai “Perancangan Kampanye “Anti Narkoba” Melalui Media Iklan Layanan Masyarakat”. Ucapan terimakasih rasanya belum cukup untuk semua orang yang telah memberikan semangat beserta dukungan yang luar biasa kepada saya, baik materil, moral maupun spiritual. Saya mengucapkan terimaksih kepada : 1. Kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan kekuatan serta kesabaran dalam mengerjakan tugas akhir ini. 2. Ibu Dra. Diah Wardhani, M.Si atas bantuan dan bimbingannya selama ini. 3. Ibu Nurprapati W.W, M.Si atas bimbingannya selama ini. 4. Bapak Yuka Dian Narendra, S.Sn, M.Si atas bantuannya selama ini. 5. Bapak Lukman Arief, S. Ds atas bimbingannya selama ini. 6. Ibu Bayyinah Nurrul Haq, S.Sn atas bimbingannya selama ini. 7. Kepada Ibu Yeni, Staff Humas BNN atas semua data yang diberikan kepada saya. 8. Kepada Bpk Teri Eka Santosa, Sat Samapta atas semua data yang diberikan kepada saya. 9. Seluruh Dosen Pengajar yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga kepada penulis. 10. Para Staff Tata Usaha FIKOM, yang selalu siap melayani dalam pembuatan surat-surat keperluan selama saya masih menjadi mahasiswa. 11. Orang Tuaku Tersayang, terimakasih atas segala semangat dan motivasi yang sudah kalian berikan, kesabaran dalam menghadapi saya ketika masa-masa sulit, bantuan atas segala masalah yang saya hadapi, dan sudah memperhatikan dan peduli terhadap saya. Terima kasih karena kalian sudah menjadi orang tua terbaik yang saya punya. Mudah-mudahan saya bisa menjadi kebanggaan ayah dan ibu. Dan mudah-mudahan saya bisa meneruskan pendidikan pasca sarjana seperti yang kalian harapkan. Pengorbanan yang ayah dan ibu lakukan selama ini begitu luar biasa, saya tidak akan pernah melupakan itu semua dan saya berjanji akan selalu membahagiakan ayah dan ibu. 12. Untuk Alvira dan Kaito, terima kasih sudah mau membantu, dan begitu peduli terhadap pendidikan saya. Semoga saya tidak megecewakan kalian. 13. Untuk Peny dan News Indah atas masukan-masukan dari makalahnya. 14. Untuk anak-anak Komvis, tanpa kalian, saya tidak akan bisa berbuat apa-apa. 15. Untuk teman-teman “Fotografer Kacangan”, Fahrur Rozi(Doal), Mohamad Fahrizza(Mbe), Farul Rajab, Saeful Anwar atas bantuan dan dukungannya selama proses pengerjaan tugas akhir ini. 16. Semua pihak yang telah berjasa dan luput dari ingatan, aku mohon maaf dan terimakasih. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian semua. Akhir kata, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. oleh karena itu saya amat menghargai saran dan kritik dari pembaca sekalian. Saya berharap semoga skripsi ini bisa berguna bagi siapa saja yang membacanya dikemudian hari. Jakarta, Juli 2009 Achzan Farid Zamzami DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................... i Daftar Isi .......................................................................................................... iii Daftar Tabel ...................................................................................................... vi Daftar Gambar ................................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.1.1. Situasi Tindak Pidana Narkoba Tahun 2007 ..................... 3 1.2. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4 1.3. Rumusan Masalah ......................................................................... 4 1.4. Batasan Masalah ........................................................................... 5 1.5. Pemecahan Masalah ...................................................................... 5 1.6. Maksud Tujuan Perancangan.......................................................... 5 1.7. Metode Penelitian ......................................................................... 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. KAMPANYE ................................................................................... 8 2.1.1. Definisi Kampanye .......................................................... 8 2.1.2. Jenis–Jenis Kampanye ..................................................... 9 2.1.3. Fungsi Kampanye .......................................................... 10 2.1.4. Strategi Komunikasi Dalam Kampanye .......................... 11 2.1.5. Media Kampanye ........................................................... 14 2.2. IKLAN LAYANAN MASYARAKAT 2.2.1. Iklan Layanan Masyarakat, Permasalahan, Dan Reaksi Masyarakat .................................................................... 15 2.2.2. Iklan Layanan Masyarakat Dalam Wacana Intertektual .. 20 BAB III NARKOBA DAN DAMPAKNYA DALAM KEHIDUPAN DI SEKITAR KITA 3.1. Kehadiran Narkoba Dalam Kehidupan Kita ................................. 26 3.2. Faktor Pemicu ............................................................................. 28 3.3. Analisa Sebab - Akibat Permsalahan Penyalah-gunaan Narkoba . 32 3.4. Solusi Alternatif .......................................................................... 32 BAB IV STRATEGI DAN KONSEP PERANCANGAN KAMPANYE ANTI NARKOBA 4.1. Strategi Kampanye Anti Narkoba ................................................ 35 4.1.1. Tahapan Strategi Kampanye .......................................... 36 4.2. Strategi Perancangan Media Kampanye ...................................... 37 4.2.1. Strategi Komunikasi Kampanye ..................................... 37 4.2.1.1.Target & Sasaran Kampanye .............................. 37 4.2.1.2.Tujuan Komunikasi Kampanye .......................... 39 4.2.1.3.Pesan Utama / Tema Dasar Komunikasi Kampanye . 40 4.2.1.4.Materi Pesan Kampanye ..................................... 41 4.2.2. Strategi Kreatif Kampanye ............................................. 41 4.2.3. Strategi Media Kampanye .............................................. 41 4.2.3.1. Strategi Pemilihan Media Kampanye ................. 41 4.2.3.2. Schedule Penyebaran Media Kampanye ............ 42 4.2.3.3. Jalur Distribusi Media Kampanye ...................... 42 4.3. Konsep Perancangan Media Kampanye ....................................... 43 4.3.1. Format Desain (Tata Letak/Layout) ................................ 44 4.3.2. Konsep Tipografi ........................................................... 44 4.3.2.1. Alfabet ............................................................ 44 4.3.2.2. Alasan Pemilihan Tipografi ............................. 45 4.3.3. Konsep Ilustrasi ............................................................. 45 4.3.4. Konsep Warna ............................................................... 46 4.3.5. Logo / Maskot Kamapnye (Bila Direncanakan) .............. 47 4.4. Teknis Produksi Media ................................................................ 48 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 52 LAMPIRAN ........................................................................................................ 53 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 SITUASI PENGGUNA NARKOBA TAHUN 2007 ........................ 3 Tabel 2.1 PERBEDAAN KAMPANYE DENGAN PROPAGANDA ............. 8 Tabel 2.2 SELEKSI MEDIA .......................................................................... 14 Tabel 3.1 CONTOH MEDIA ......................................................................... 29 Tabel 3.2 ANALISA SEBAB-AKIBAT PERMSALAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA............................................................... 32 Tabel 4.1 SCHEDULE PENYEBARAN MEDIA.......................................... 42 Tabel 4.2 TEKNIS PRODUKSI MEDIA....................................................... 48 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 TAHAPAN SOCIAL CAMPAIGN ........................................... 37 Gambar 4.2 LAYOUT SAMPLES................................................................. 44 Gambar 4.3 LOGO KAMPANYE 1 .............................................................. 47 Gambar 4.4 LOGO KAMPANYE 2 .............................................................. 47 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Suatu obat dikatakan berbahaya bila yang disalahgunakan adalah zat/bahan yang membahayakan manusia, bahkan obat yang dalam pengertian untuk pengobatan (medicine).1 Narkoba sebagai sebuah produk yang saat ini banyak dikonsumsi dan menjadi ancaman bagi kehidupan kita. Tanpa sadar pengguna menjadikan narkoba sebagai solusi ketika dalam keadaan memiliki masalah atau lari dari masalah, dan juga digunakan sebagai sarana dalam pergaulan atau life style. Para pengguna menyalahgunakan narkoba dengan pemakaian diluar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, yang dapat menyebabkan ketergantungan pada si pengguna. Akibat fatal dari narkoba adalah kematian, banyak dari pemakai tahu akan hal tersebut, tetapi mereka bersikap acuh. Dalam kehidupan kita saat ini, banyak pengguna narkoba yang menggunakan zat tersebut bukan sebagai obat, tetapi sebagai pelarian dari masalah dan bahkan gaya hidup. Apakah narkoba itu adalah seuatu zat yang buruk bagi kesehatan manusia? Jawabannya adalah Tidak. Obat-obatan dan bahkan narkoba digunakan selama beabad-abad, sejak awal peradaban manusia, dan digunakan untuk mengobati penyakit, serta menjadi bagian dari ritual keagamaan ketika ingin menyembuhkan penyakit.2 Kehadiran narkoba dalam kehidupan kita semakin mengkhawatirkan, namun bukan dalam artian positif, melainkan negatif. Penggunaan psikotrapika oleh 1 2 News Indah, “Narkoba Seminar Community”, Makalah, tanggal 12 Januari 2008, h. 8 Peny Pangesti, “Apakah Narkoba itu Buruk”, Makalah, tanggal 3 Desember 2007, h. 11 masyarakat menyimpang dari fungsi sebenarnya. Iklan layanan masyarakat tentang Bahaya Narkoba, namun tidak efektif. Iklan-iklan narkoba saat ini berupa larangan ataupun penyuluhan, tetapi dari iklan yang ada, iklan berupa penyuluhan lebih berhasil dibandingkan dengan larangan mengkonsumsi narkoba. Masyarakat kita yang ada saat ini merupakan orang yang acuh tak acuh, terutama pada hal-hal yang berupa larangan. Dengan adanya hal ini kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat kita. Kepedulian masyarakat sangat diperlukan untuk melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Sifat apatis masyarakat menyebabkan kehancuran dan merenggangnya persatuan dalam suatu masyarakat, hal tersebut menyebabkan kerenggangan hubungan sosial. Bahkan dalam kehidupan berkeluarga tingkat kepedulian terhadap anggota keluarga sangat penting, karena salah satu faktor penyebab seseorang masuk ke dunia narkoba adalah rusaknya hubungan dalam sebuah rumah tangga atau hubungan dalam sebuah keluarga. Jika dalam keluarga saja tidak mau peduli terhadap anggota keluarga yang lain, maka dapat dipastikan dalam lingkungan sosial pun hanya akan terjerumus pada sebuah pergaulan bebas yang tidak bertanggung jawab. Hingga kini anak-anak kecil dibawah umur yang tidak mendapatkan perhatian dari orang tua yang menyebabkan mereka terjerumus dalam dunia narkoba. Terjerumusnya mereka ke dalam dunia narkoba membuat peredaran narkoba di bumi Indonesia ini semakin marak. Keadaan ini membuat banyak masyarakat yang mulai terjerumus dalam dunia narkoba menjadikan mereka sebagai seorang bandar narkoba.3 3 Wawancara dengan Ibu Yeni “STAF HUMAS” BNN di BNN, Selasa 10 Juni 2008 pkl. 14.30 – 15.00 1.1.1 SITUASI PENGGUNA NARKOBA TAHUN 20074 A. Data Kuantitatif. Jumlah kasus yang diungkap Januari – Desember 2007(22.630 kasus) No. 1. 2. 3. Jenis Kasus Distribusi Konsumsi Kultivasi Produksi Jumlah NARKOTIKA 5.512 5.783 85 - 11.380 a. Ganja 4.561 4.477 - - 9.123 b.Heroin 944 1.304 - - 2.248 c. Hashish 2 1 - - 3 d. Kokain 4 - - - 4 e. Kodein 1 1 - - 2 PSIKOTRAPIKA 4.386 4.889 - 14 9.289 a. Ecstasy 1.314 1.057 - 10 2.381 b. Sabu-sabu 2.062 3.391 - 3 5.456 c. Daftar.G 1.010 441 - 1 1.452 BHN BERBAHAYA 1.780 179 - 2 1.961 a. Miras 1.763 179 - 1 1.943 b. Jamu Tradisional 11 - - 1 12 c. Kosmetik 6 - - - 6 d. Obat palsu - - - - - Jumlah Kasus 11.678 10.851 85 16 22.630 Tabel 1.1 4 Badan reserse Kriminal POLRI, ”Situasi Tindak Pidana Narkoba Tahun 2007”, Direktorat IV/TP Narkoba dan KT, 2007, h. 1 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH o Penggunaan narkoba sebagai konsumsi dalam hidup bermasyarakat di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Sedangkan tingkat kepedulian masyarakat sangat kurang. Kurangnya kepedulian masyarakat baik dalam keluarga mereka masingmasing, dan juga lingkungan sosial mereka masing-masing sangat memprihatinkan. Kurangnya kepedulian merupakan salah satu faktor penyebab seseorang masuk ke dalam dunia narkoba. Kepedulian masyarakat sangat diperlukan, karena kurangnya kepedulian masyarakat dapat memecah belah persatuan, sehingga hal yang terjadi dalam masyarakat, seperti narkoba menjadi terabaikan. o Sulitnya pemberantasan narkoba pun berdasarkan tingkat kepedulian masyarakat, yang membuat peredaran narkoba mejadi semakin meluas. o Maraknya peredaran dan penggunaan narkoba di Indonesia sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dalam lingkungan keluarga pun menjadi faktor seseorang terjun ke dunia narkoba. Anak kecil yang berada di bawah umur menjadi korban narkoba, karena kurangya perhatian dalam suatu keluarga. Ironisnya saat ini anak-anak kecil dibawah umur menjadi seorang bandar narkoba, yang menjadi salah satu faktor meluasnya peredaran narkoba di Indonesia 1.3 RUMUSAN MASALAH Banyak orang yang tidak mau peduli terhadap apa yang terjadi, dan menutup kuping untuk informasi yang diberikan. Kepedulian mereka hanya tertuju pada apa yang mereka sukai dan menjadi hobi mereka entah baik ataupun buruk. Dengan keadaan yang seperti ini membuat masyarakat lengah akan pentingnya arti waspada terhadap suatu hal. Hal ini lah yang membuat masyarakat yang memiliki mental lemah menjadi terpengaruh oleh narkoba, sehingga mengkonsumsi narkoba. Dengan keadaan seperti sekarang ini dalam melakukan kampanye anti narkoba sangat dibutuhkan media komunikasi yang tepat dalam menyampaikan informasi tentang bahaya narkoba 1.4 BATASAN MASALAH Kampanye anti narkoba akan dilakukan adalah di daerahDKI Jakarta, khususnya Jakarta Selatan. Jakarta Selatan menjadi target kempanye anti narkoba karena faktor tempat yang mudah dijangkau dalam melakukan kampanye anti narkoba. Selain itu tingkat kepedulian masyarakatnya pun sangat minim sekali5. 1. 5 PEMECAHAN MASALAH Salah satu langkah untuk mengurangi dan mengantisipasi bahaya narkoba adalah dengan jalan melakukan kampanye sosial. Karena dengan melakukan kampanye sosial akan lebih mudah menyampaikan informasi yang ingin disampaikan, dalam hal ini bahaya narkoba. 1.6 MAKSUD DAN TUJUAN PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL Maksud dan tujuan dilakukannya perancangan kampanye Narkoba ini adalah : 1. Mengetahui perilaku atau sikap konsumen pengguna narkoba terhadap kehidupannya dan lingkingan sekelilingnya. 2. Untuk memberikan informasi tentang bahaya narkoba. 5 DitPOLDA 2002 3. Mencoba untuk menyampaikan bagaimana narkoba dapat mempengaruhi kehidupan kita, mulai dari perubahan kecil pada diri kita hingga perubahan besar yang terjadi pada diri kita 1.7 METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian. Menggunakan tipe penelitian deskriptif, karena dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi yang dibutuhkan sebagai acuan dalam menginformasikan pesan. Mengidentifikasi masalah yang terjadi. Apa narkoba? Apa dampak narkoba bagi jiwa kita? Dan bagaimana cara kita mengantisipasi hal tersebut? Membuat perbandingan dengan penggunaan media lain sebagai sarana dalam melakukan kampanye sosial. 2. Metode Penelitian Study Kasus. Melakukan study kasus terhadap permasalahan narkoba sehingga mengetahui bagaimana cara dalam menginformasikan dan mensegmentasikan pesan. 3. Teknik Pengumpulan Data. - Data Primer. Dengan melakukan wawancara dan mengumpulkan dokumen dari lembaga yang bersangkutan dan bertanggung jawab terhadap masalah narkobam seperti POLDA dan BNN. -Data Sekunder Dengan melakukan study kepustakaan, yaitu mencari data melalui internet dan buku-buku yang memuat data dan informasi yang diperlukan. 4. Fokus Penelitian. Fokus penelitian pada narkoba dan cara pencegahan atau antisipasi penggunaan maupun peredaran narkoba. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 KAMPANE 2.1.1 Definisi Kampanye Orang sering menyamakan kampanye dengan propaganda. Hal ini tidak sepenuhnya salah karena keduanya memang merupakan wujud tindakan komunikasi yang terencana dan sama-sama ditujukan untuk mempengaruhi khalayak. Kampanye dan propaganda juga sama-sama menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk menyampaikan gagasan-gagasan mereka. Jadi pada kenyataannya memang ada beberapa kemiripan diantara kedua konsep tersebut. Bedanya, istilah propaganda dikenal lebih dulu dan memiliki konotasi negatif, sementara istilah kampanye baru memasyarakat pada tujuh tahun terakhir serta memiliki citra positif dan akademis. Tapi kehadiran konsep kampanye bukanlah pengganti kata propaganda yang mulai dijauhi orang sejak perang dunia kedua. Kedua konsep tersebut secara akademis memang benar-benar berbeda. Perbedaan Kampanye dengan Propaganda Aspek Sumber Waktu Sifat gagasan Kampanye Selalu jelas Terikat dan dibatasi waktu Terbuka untuk diperdebat-kan khalayak Tegas, spesifik, dan variasi Propaganda Cenderung samar-samar Tidak terikat waktu Tertutup dan dianggap sudah mutlak benar Umum dan ditujukan untuk Tujuan mengubah sistem kepercayaan Tidak menekankan keModus penerimaan Kesukarelaan atau persuasi sukarelaan dan melibatkan pesan paksaan/koersi Diatur kode bertindak Tanpa aturan etis Modus tindakan Mempertimbangkan kepentingan Kepentingan sepihak Sifat kepentingan kedua belah pihak Tabel 2.1 Dan menurut Rogers dan Storey pengertian kampanye itu sendiri adalah, serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan dan dalam kurun waktu tertentu. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung emat hal yakni : 1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu. 2. Jumlah khalayak sasaran yang besar. 3. Dipusatkan pada kurun waktu tertentu. 4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. 2.1.2 Jenis–Jenis Kampanye Membicarakan jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada gilirannya akan menentukan ke arah mana kampanye akan digerakkan dan apa tujuan yang akan dicapai. Jadi secara inheren ada keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye. Bertolak dari keterkaitan tersebut, Charles U. Larson (1992) kemudian membagi jenis kampanye jenis kampanye ke dalam tiga kategori, yakni : 1. Product-Oriented Campaigns Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi dilingkungan bisnis. Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau corporate campaigns. Motivasi ini yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan financial. 2. Candidate-Oriented Campaigns Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu kampanye ini dapat juga disebut sebagai political campaigns. 3. Ideologycally or Cause Oriented Campaigns Ideologycally or Cause Oriented Campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahaan sosial. Karena itu kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. 2.1.3 Fungsi Kampanye Kampanye selalu bermula dari gagasan. Kampanye pada dasarnya adalah menyampaikan pesan-pesan dari pengirim kepada khalayak. Pesanpesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai bentuk mulai dari poster, spanduk, baligo (billboard), pidato, diskusi, iklan, hingga selebaran. Apapun bentuknya, pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun nonverbal yang diharapkan dapat memancing respon khalayak. Applbaum dan Anatol (1994), menekankan bahwa, kampanye mengandalkan pesan-pesan simbolis. Melalui simbol-simbol, pesan-pesan kampanye dapat dirancang secara sistematis agar dapat memunculkan respon tertentu dalam pikiran khalayak. Agar respon tersebut muncul maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah adanya kesamaan pengertiantentang simbolsimbol yang digunakan di antara pelaku dan penerima. Jadi menciptakan kesamaan makna (commoness) di antara pelaku kampanye dan penerima pesan merupakan landasan bagi tercapainya tujuan kampanye. Barlund meringkas dalam pernyataan ini dalam ungkapan ”No Common Meaning No Change”. Tujuan kampanye hanya dapat dicapai bila khalayak memahami pesanpesan yang ditujukan pada mereka. Ketidakmampuan mengonstruksi pesan sesuai dengan khalayak sasaran yang dihadapi merupakan awal dari kegagalan sebuah program kampanye. Karena itu Pfau dan Perrot menasehati kita untuk berhati-hati ketika mengonstruksi pesan kampanye agar tidak menjadi boomerang effect yang dapat menggagalkan pencapaian tujuan. Seorang komunikator yang baik harus memperhatikan bagaimana ia mengemas sebuah pesan karena hal itu menentukan efektifitas komunikasi yang dilakukannya. 2.1.4 Strategi Komunikasi dalam Kampanye 1. Pilihlah Komunikator yang Terpercaya Pesan yang diorganisasikan dan disampaikan dengan baik belum tentu cukup untuk mempengaruhi khalayak. Diperlukan juga komunikator yang terpercaya untuk menyampaikan pesan tersebut. Kredibilitas adalah persepsi yang dimiliki khalayak tentang komunikator. Ia merupakan kerangka konseptual khalayak tentang komunikator dan bukan karakteristik komunikator itu sendiri (Hovland dan Larson, 1993). Karenanya kredibilitas yang dimiliki komunikator harus disesuaikan dengan khalayak yang dituju. 2. Kemaslah Pesan Sesuai Keyakinan Khalayak Fishbein dan Ajzen (Perloff, 1993) mengatakan bahwa pesan akan dapat mempunyai pengaruh yang besar untuk mengubah perilaku khalayak jika tidak dikemas sesuai dengan kepercayaan yang ada pada diri khalayak. Karenanya dari tujuan dan tema utama kampanye hnedaknya dibuat pesan-pesan yang sesuai dengan kepercayaan khalayak. 3. Munculkan Kekuatan Diri Khalayak Agar dapat membuat perilaku yang permanen pada diri khalayak, salah satu hal yang harus dilakukan adalah meyakinkan mereka secara personal mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan tersebut. Khalayak harus disadarkan bahwa mereka dengan segala kemampuannya pasti akan dapat mengubah perilaku lebih baik seperti yang dianjurkan kampanye. Keyakinan bahwa seseorang secara personal mempunyai kemampuan untuk membentuk perilaku yang direkomendasikan disebut dengan persepsi kemampuan diri (self-efficacy perception). Pesrepsi kemampuan diri ini berada pada tataran psikologi khalayak, karenanya harus dimunculkan dari khaayak adalah pemikiran bahwa mereka mampu mengubah semua perilaku mereka. 4. Ajak Khalayak untuk Berpikir Sebuah pesan dapat membawa perubahan perilaku jika dapat memunculkan pemikiran positif dalam diri khalayak. Pemikiran positif ini dapat diperoleh dengan menyampaikan keuntungan-keuntungan dan menunjukkan bahwa pemikiran-pemikiran negatif khalayak adalah tidak benar adanya. Menyajikan data-data statistik danj temuan-temuan realistik yang relevan, menayangkan alasan khalayak melakukan sesuatu atau sekedar memberikan argumentasi yang masuk akal adalah beberapa cara yang dapat mendorong khalayak untuk berpikir. 5. Gunakan Strategi Pelibatan Agar dapat mempengaruhi khalayak, pesan kampanye juga hendaknya disampaikan sesuai dengan menggunakan strategi pelibatan. Tingkat pelibatan sangat bergantung pada jenis khalayak. 6. Gunakan Strategi Pembangunan Inkonsistensi Berdasarkan teori disonansi kognitif, munculkan sebuah pesan yang akan menimbulkan disonansi karena tidak cocok dengan yang mereka percayai. Ketidakcocokkan tersebut pada akhirnya akan membawa khalayak berkeinginan untuk melakukan tindakan yang akan membawanya berada pada kondisi yang aman dan seimbang. Kondisi inilah yang dapat digunakan dengan baik untuk membimbing khalayak agar melakukan perubahan perilaku sesuai dengan apa yang akan dianjurkan dalam kampanye. 7. Bangun Resistansi Khalayak terhadap Pesan Negatif Salah satu cara yang dapat ditempuh agar khalayak mengikuti anjuran kampanye adalah dengan memunculkan resistansi khalayak terhadap pesan negatif yang berlawanan dengan inti kampanye. Strategi ini berguna untuk membuat khalayak mempunyai kekebalan terhadap suatu tindakan yang ingin dicegah atau ditanggulangi oleh kampanye. Untuk itu, pesan yang dibuat harus dapat diingat atau diaplikasikan bila terjadi kondisi yang akan membawa khalayak untuk melakukan tindakan yang akan ditanggulangi tersebut. Selain itu, resistansi khalayak terhadap persuasi ini dapat diperoleh dengan cara mengekspos pesan negatif yang ingin dicegah kampanye dan menambahkannya dengan kontraargumen yang memetikan pesan negatif tersebut. 2.1.5 Media Kampanye Untuk efisiensi biaya yang harus dikeluarkan, pemilihan media sebagai saluran kampnye dilakukan dengan mengukur dan menganalisis kesempatan untuk melihat format dan isi pesan kampanye, akibat yang ditimbulkan dan kriteria lainnya. Dari sisi ekonomi, orang akan memperhitungkan media sebagai ”tempat bertemunya penjual dan pembeli” atau pasar dalam arti luas. Dan proses jual beli bahkan tawar-menawar dapat dilakukan di media media massa. Bentuk umumnya adalah iklan dan promosi melalui media, dimana slot tertentu yang disediakan oleh media dibeli oleh pengiklan untuk menayangkan produk yang akan dipasarkannya. Dalam program kampanye harus ditentukan dulu aspek-aspek yang akan mempengruhi pemilihan media yang digunakan sebagai saluran kampanye, sebagai berikut : Seleksi Media Jangkauan Tipe Khalayak Ukuran Khalayak Biaya Tujuan Komunikasi Waktu Jumlah orang yang memberi perhatian tertentu dalam batas geografis tertentu dan merupakan bagian dari seluruh populasi Profila dari orang yang potensial dan yang memberikan perhatian tertentu, seperti nialai, gaya hidup, dll. Seberapa banyak orang yang terhubung Ongkos produksi dan pembelian media Apa yang dspst dicapai dan respon apa yang dibutuhkan? Skala waktu untuk respon yang dikehendaki, hubungan dengan penggunaan media lain, dan sebagainya Keharusan Pembelian Waktu penyiaran yang terjual melalui penawaran yang kompetitif dan membutuhkan pemasaran selama beberapa minggu Media sebelumnya Pengaturan untuk mencegah masuknya produk-produk atau halBahasan atau Aturan hal tertentu dari media tertentu Kapan, dimana dan kenapa selalu bersaing dengan penyedia jasa Aktivitas Pesaing periklanan Sumber: Varey, Richard, (2003) Tabel 2.2 Setelah itu dilihat jenis media mana yang akan digunakan berdasarkan penghitungan alasan positif dan negatif dari penggunaannya sebagai saluran kampanye. 2.2 IKLAN LAYANAN MASYARAKAT 2.2.1 Iklan Layanan Masyarakat, Permasalahan, Dan Reaksi Masyarakat Sebuah komunikasi interpersonal dianggap terjalin dengan baik apabila pesan dapat diterima maupun dipahami maknanya dengan baik, proporsional, serta ditafsirkan selaras antara kedua belah pihak yang menjalin komunikasi tersebut. Kegagalan komunikasi dapat terjadi apabila terdapat berbagai hal yang mengganggu faktor-faktor di atas. Hal-hal yang memungkinkan berakibat terjadinya kegagalan komunikasi sangat beragam. Ada faktor yang berasal dari kondisi internal komunikator, ada pula faktor yang berasal dari dalam pesan itu sendiri, dari medium pesan ataupun dari komunikan. Apabila terdapat kemungkinan situasi di mana sebuah pesan dapat diterima namun tidak dapat dipahami selaras dengan kehendak komunikator maka gagal pulalah proses komunikasi tersebut. Salah satu penyebab terjadinya kegagalan proses komunikasi adalah jika sebuah pesan yang telah didesain sedemikian rupa ternyata menimbulkan persepsi yang berbeda dari yang diharapkan komunikator sehingga pesan menjadi bias dan dianggap salah oleh komunikan. Adapula kemungkinan pihak komunikan mampu mengerti dan menafsirkan pesan, tetapi kemudian menganggap pesan tersebut tidak selaras dengan apa yang terjadi dalam lingkup dirinya. Misalnya karena korelasi pesan (materi) dengan medium (alat penyampai) dianggap tidak selaras (dipaksakan, bahkan tidak semestinya untuk dihubungkan). Dalam kaitan ILM kenaikan harga minyak, pihak pemerintah selaku komunikator memandang perlu menggiring persepsi masyarakat agar terjadi kesamaan persepsi antara pemerintah dengan rakyat sehingga mengeliminir terjadinya sikap-sikap masyarakat yang tidak sejalan dengan kebijakan kenaikan komoditas tersebut. Dalam iklan tersebut ditampilkan beberapa tokoh masyarakat yakni alim ulama, ekonom dan figur presentatif lain sebagai pemuka masyarakat. Mereka bersatu kata sekehendak mengatakan bahwa kebijakan yang ditempuh pemerintah walau sepertinya memberatkan masyarakat, namun di kemudian hari sesungguhnya meringankan beban masyarakat, terutama komunitas yang kurang mampu secara finansial. ILM tersebut menuai kritik dan gugatan, mayoritas masyarakat menilai bahwa pendekatan semacam ini tidak tepat, artinya sebagai figur pemuka masyarakat dan agama semestinya tidak digunakan untuk kepentingan sepihak, beberapa menyayangkan terjadinya distorsi bahwa pesan bermuatan politis semestinya tidak disuarakan dengan pendekatan tafsir agama oleh tokoh agama pula. Masyarakat diminta tawakal akan kenaikan harga BBM tanpa peduli pada kebobrokan manajemen Pertamina. Yang menarik adalah kemudian si tokoh agama tersebut menarik ucapannya, meminta maaf pada khalayak dan menghimbau agar mengabaikan iklan layanan masyarakat tersebut. Pengertian Iklan Layanan Masyarakat atau Public Service Advertisement menurut Nuradi (1996) adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh suatu organisasi komersial maupun non komersial (sering juga disebut pemerintah) untuk mencapai tujuan sosial maupun sosio-ekonomis (terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat) (Nuradi, 1996:136). Sedangkan menurut Crompton dan Lamb yang dikutip dari Kasali(1992), yang disebut Public Service Advertisement adalah bentuk komunikasi visual yang disumbangkan oleh media untuk kepentingan masyarakat, yang berarti gratis. Sedangkan kriteria yang dipakai untuk menentukan kampanye pelayanan masyarakat adalah non komersial, tidak bersifat keagamaan, non politik, berwawasan nasional, diperuntukkan semua lapisan masyarakat, ditujukan oleh organisasi yang telah diakui atau diterima, dapat diiklankan dan mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional (Kasali, 1992:202). Dari pengertian dua definisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa iklan layanan masyarakat adalah jenis periklanan bukan merupakan jenis iklan saja, sehingga implikasinya dapat berupa kegiatan beriklan atau kampanye yang terintegrasi menjadi satu kesatuan konsep. Pengiklan dapat berasal dari lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Satu hal yang tidak dapat ditawar dari ILM adalah permasalahan yang diangkat biasanya membawa muatan sosial yang signifikan terjadi dan mempengaruhi orang banyak. Sehingga materi iklan layanan masyarakat adalah berkaitan dengan persoalan-persoalan dalam kehidupan masyarakat luas, walaupun misalnya ditujukan hanya untuk golongan tertentu saja, namun pesannya adalah mempengaruhi secara persuasi khalayak umum. Asumsinya adalah sebuah ILM pasti mempunyai tingkat objektifitas yang cukup tinggi sebab menjadi medium yang menciptakan pencerahan, dalam hal ini muatannya adalah positif dan diharapkan mendapat respon yang positif pula dari berbagai khalayak. Namun yang terjadi justeru seringkali tidak demikian. Sebuah ILM dipakai/difungsikan menjadi medium untuk melakukan pembenaran terhadap kepentingankepentingan tertentu milik sekelompok golongan. ILM lantas menjadi komoditi yang tidak objektif lagi, direkayasa, dan bertendensi konstruksi ‘alternatif’ yang justeru menghilangkan kepentingan bersama, dan berubah menjadi propaganda yang mengedepankan kepentingan tertentu namun diselubungi seolah-olah kepentingan bersama.6 ILM menjadi sebuah wacana substream, atau bahkan false campaign. Keadaan inilah yang seringkali menimbulkan keresahan dan kemudian digugat serta dipertanyakan keabsahan objektifitasnya, sebab menjadi memihak. Persoalan memihak ini menjadi kabur dan terselubung dengan nilai dan konsep ILM yang sengaja direkonstruksi untuk membela kepentingan tertentu, misalnya ILM tentang bahaya penyakit flu burung, cegah dan tangkal HIV/AIDS, ataupun bahaya NARKOBA. Pesan verbal pada ILM-ILM jenis ini direkonstruksi untuk menjauhi/memusuhi ancaman, sehingga dalam persepsi khalayak muncul dikotomi perasaan pihak yang tertular dengan pihak yang tidak tertular/sehat, subjek yang terkontaminasi virus dengan pihak yang bebas virus, pengguna NARKOBA dengan subjek bebas/anti NARKOBA. Pola ini tumbuh sebagai bentuk model dampak empati publik atas kasus dan masalah 6 NIRMANA, VOL.8, NO. 1, JANUARI 2006: 8-13 yang diangkat sebagai ILM. Sehingga bagi publik yang memahami kasus yang diangkat dalam ILM, seringkali memunculkan dua kutub kesepakatan pemahaman atas hal-hal yang diangkat sebagai tema ILM. ILM juga dipakai sebagai bentuk peningkatan (baca: pembelaan) citra lembaga/perusahaan. Ironisnya mereka cenderung meletakkan masalah pada masyarakat dan tidak mau menerima otokritik, lihat pemakaian figur Aa Gym dan di sisi lain buruknya manajemen Pertamina. Bandingkan juga dengan PT Freeport yang menutupi masalah pencemaran lingkungan dengan menggunakan ILM yang mencitrakan kepedulian pada orang Papua. Reaksi sosial terhadap sebuah iklan layanan masyarakat bukan hal yang baru di Indonesia. Yang dipermasalahkan selain dari pendekatan verbal dan visualnya, juga makna dan pesan yang hendak disampaikan.Menurut Kristiawan dalam hari Kompas 22 Oktober 2005, masalah yang diangkat ke dalam ILM tidak sederhana seperti yang tampak pada permukaan sebab dapat menjadi bola liar yang kemudian dapat menjadi blunder, dan bahkan menghantam siapa saja. Sebagai negara yang penuh dinamika sosial politik yang eskalasinya meningkat setelah era reformasi 1998, di Indonesia banyak dijumpai beraneka ragam ILM yang bertemakan sosial, ekonomi, budaya, perilaku, pemilu, bahkan sikap hidup berbangsa dan bernegara. Tidak sedikit ILM yang dianggap baik serta turut serta menciptakan pencerahan dalam masyarakat, misalnya ILM tentang Pekan Imunisasi Nasional yang dibuat oleh salah satu agency besar Indonesia di tahun 1996, dengan figure Rano Karno dan Mandra. ILM tentang Suami Siaga yang dibuat beberapa versi yang antara lain melibatkan penyanyi Iis Dahlia, karya sutradara Riri Reza yang didanai oleh USAID lewat Johns Hopkins University Center For Communication Program (JHU-CCP) bertujuan untuk melibatkan suami untuk menekan angka kematian kaum ibu ketika melahirkan. Tahun 1999 Garin Nugrono bekerjasama dengan Yayasan Visi Anak Bangsa dan didanai USAID memproduksi ILM tentang Pemilu yang jargonnya “..inga..inga..” diingat kuat sampai sekarang. Kemudian ada pula ILM tentang konservasi terumbu karang, ILM tentang minum susu oleh Ricky Subagja yang walaupun ada sedikit bermuatan promosi salah satu produk susu. Menarik diketahui pendapat Kristiawan bahwa bila dibandingkan iklan komersial ada beberapa aspek tampilan kreatif yang membuat posisi ILM menjadi khusus, misalnya setting tempat biasanya divisualkan kaum masyarakat bawah, seperti pasar, bengkel, dan warung, dengan pemeran yang dipilih bukan gadis cantik putih kinyis-kinyis, tapi wanita gendut berdaster layaknya ibu rumah tangga masyarakat kebanyakan. Dialog yang digunakan juga diambil dari bahasa keseharian, dan unsur komedi dipakai sebagai penarik perhatian. Strategi ini dipakai sebab sasaran khalayak mayoritas adalah masyarakat luas sehingga aspek representasi populer dengan simbolsimbolnya diakomodir sebanyak mungkin. Secara keseluruhan, ILM diharapkan mampu merepresentasikan kognisi sosial dan harapan yang berkembang di masyarakat. 2.2.2 Iklan Layanan Masyarakat Dalam Wacana Intertektual. Semiotika Saussure seperti yang dikutip Piliang (1994) merumuskan mengenai kesatuan dari bidang penanda (signifier) dan bidang petanda (signified) atau dengan kata lain, kedua hal yakni bentuk dan konsep/makna menjadi hal yang tak terpisahkan. Sehingga pada aplikasinya, Saussure yang juga didukung oleh Eco dalam A Theory of Semiotic, menekankan perlunya semacam kesepakatan/konvensi sosial dalam menciptakan keseragaman pada makna suatu tanda (Piliang, 1994:262). Holmes dalam A Discussion of Judith Williamson’s Decoding Advertisements (2006), menjabarkan bahwa teori semiotika iklan yang menganut prinsip peminjaman tanda sekaligus juga mengusung apa yang disebut kode sosial (Holmes,2006). Artinya, iklan yang memvisualkan figur tokoh agama terkenal, figur tersebut akan dipinjam mitosnya, ideologinya, imagenya, dan sifat-sifat intrinksik dari figur tersebut. Hal-hal demikian apabila secara aplikasi struktur positifistik bahwa apa yang diproyeksikan pada ILM akan menjadi sebuah tayangan yang menarik, dipahami, serta ada kemungkinan dipersepsikan sebagai ILM yang baik. Pada ILM Pekan Imunisasi Nasional, divisualkan Rano Karno yang dalam persepsi masyarakat adalah presentasi figur Si Doel yang sukses, pintar, dan mengusung sentimen positif budaya Betawi. Demikian pula pada ILM anjuran minum susu yang diperagakan oleh Ricky Subagja yang telah mengharumkan nama Indonesia dengan banyak prestasi di bidang bulutangkis dunia. Pada kondisi masyarakat kontemporer di mana aplikasi wacana intertekstual yang dipakai, sebuah tanda kemungkinan berubah menjadi multi interpretan sangat besar, sebab konsep intertekstualitas ini sangat bergantung pada dialog, fenomena, referensi, dan halhal lain yang mempengaruhinya dan dapat juga berasal dari masa lalu. Oleh Piliang (1998), lebih jauh dikatakan bahwa kecenderungan posmodern adalah menerima segala macam pertentangan dan kontradiksi di dalam karyanya, yang antara lain disebabkan percampuradukan berbagai bahasa dan teks. Teks di dalam struktur posmodernisme tidak bermakna tunggal, tetapi adalah aneka ragam bahasa masa lalu dan sudah ada, dengan asal muasal yang tidak pasti, yang di dalamnya terdapat kemungkinan aneka macam tulisan, tak satupun yang orisinal, bercampur dan berinteraksi. Teks adalah sebuah jaringan kutipankutipan yang diambil dari pelbagai pusat kebudayaan yang tak terhitung jumlahnya (Piliang, 1994:110-111). Dalam ILM, pelbagai wacana sosial dimungkinkan untuk ditampilkan dari perbagai sudut dan perspektif kepentingan, bahkan dimungkinkan pula ILM menjadi model teks serta menjadi model untuk memahami/menafsirkan teks itu sendiri. Karena banyaknya kemungkinan untuk menelaah sebuah teks, maka seringkali ILM kehilangan makna konteks yang diharapkan, dan diperlukan pendekatan semiotik tertentu sebagai metode analisisnya. Dalam kasus ILM pasca kenaikan harga BBM yang melibatkan para selebriti, simbol dan tanda yang digunakan memakai pendekatan berdasarkan konvensi sosial, artinya masyarakat mengetahui dan menyetujui bahwa figur adalah representasi tokoh masyarakat, tema/masalah yang diambil adalah berkaitan dengan permasalahan yang signifikan dihadapi masyarakat yakni dampak kenaikan harga BBM. Inilah kesepakatan lama yang sudah muncul akibat ‘konsensus’ sosial. Namun kemudian timbul masalah bahwa ternyata masyarakat menilai ILM tersebut tidak berpihak pada kepentingan masyarakat banyak, serta gugatan pada figur yang dinilai mendiskreditkan dogma/lembaga/instansi/kepentingan tertentu yang lebih luas, sehingga kemudian muncullah apa yang dinamakan ‘kesepakatan baru’ pada hal-hal yang sebelumnya merupakan konsensus sosial. Lalu muncul kesadaran baru sebagai ‘konsensus sosial alternatif’ bahwa bentuk teks berubah menjadi Iklan Layanan Pemerintah. Inilah wacana paska strukturalis yang tidak stabil, tidak mengacu pada kepastian makna. Dalam hal ini, ILM itu menjadi produk yang menebarkan ambiguitas, disatu sisi ia dianggap tidak baik, namun di sisi yang lain itulah yang berlaku formal, dan ini sekaligus membongkar struktur makna dan definisi dari suatu iklan layanan masyarakat. Sebab dalam konsep objek sebagai sasaran iklan akan muncul gejala berupa ambiguitas/kebingungan akan siapakah sesungguhnya komunikan/khalayak/masyarakat yang menjadi sasaran iklan layanan tersebut? Aplikasi ini muncul sebagai gambaran wacana form follows fun4 dalam posmodernisme dengan model semiotik ironi penanda dan makna. Kebimbangan dan keambiguitasan publik dalam ILM paska kenaikan harga BBM akibat terjadi penyimpangan di dalam memahami alur konteks dan pendekatan kajian semiotika penanda dan petanda. Ketika teks keluar dari kode yang berlaku, maka semiotika strukturalis yang rigid dan stabil tidak mampu untuk menganalisis teks yang labil, sehingga diperlukan semiotika pasca strukturalis. Kesalahan ini ironisnya dilakukan oleh pengiklan yang semestinya memahami betul bentuk pendekatan metode, cara, serta bentuk penyampaian pesan, sebab pada proses pembuatan iklan, tataran proses identifikasi khalayak maupun product knowledge mutlak dilakukan, dalam tahapan tersebut pasti ditemukan bentuk pendekatan apa yang seharusnya dipakai. Akhirnya ketika proses ini diabaikan dan mungkin pula tidak bijaksana dalam melakukan eksekusi, maka sistem tanda yang dipakai menjadi distorsi, penuh plesetan, sinis, pengelabuhan identitas dan penopengan serta mereproduksi ikon dan ini menjadi bagian dari aplikasi estetika posmodern. Adorno mengatakan dominasi merubah nilai-nilai hakiki ingatan tentang sebuah benda dan menjadi komoditas yang bebas, bahkan semu. Komoditas menjadi bebas mengambil segala asosiasi, dan juga ilusi budaya. Periklanan kemudian dieksploitasi menjadi bagian dari sistem mesin komoditas tanpa batas, menyebarkan segala ide, barang, niat/gagasan, bahkan kampanye bermuatan layanan sosial serta mendisainnya menjadi simulakrum pada dunia hiperrealitas. Oleh Baudrillard (Featherstone: 2001) bahwa dalam teori semiologi manipulasi aktif yang menandakan era kapitalisme baru, tidak hanya barang dan jasa saja yang menjadi komoditas bebas, namun juga budaya (Featherstone, 2001:34). Jadilah reproduksi sinyal, citraan, dan simulasi yang lalu meredefinisi image dan realitas sesuai konsep-konsep komunikator.7 Pada kasus ILM pasca kenaikan harga BBM secara sistematis terjadi proses jukstaposisi figur dai, ekonom, dan rektor bukan lagi sebagai panutan, ahli, yang di dalamnya melekat erat konstruksi struktur yang tegas, berwibawa, tetapi direposisi menjadi salah satu citraan dan direkayasa mengacu pada kepentingan logika politis. Sebagaimana yang dikatakan Piliang (Piliang, 2001:86). sebagai the empty discourse yakni sebuah teks discourse yang tidak berbicara mengenai apa-apa, yang tidak menceritakan realitas apa-apa, yang ada hanya merepresentasikan ‘realitas’ subjektif, bukan realitas dalam masyarakat. Proses retrogesif ini berlangsung seolah-olah relevan dengan kondisi struktur realitas sebenarnya, sehingga batas antara realitas dengan rekayasa menjadi kabur. Figur dai, ekonom, dan rektor menjadi tidak jelas apakah mereka konstruksi atas nama fakta dan kepentingan mulia ataukah rekonstruksi dari logika kepentingan tertentu sebagai corong kekuasaan. Sebuah kecenderungan pada kedangkalan makna, yakni kecenderungan pemakaian beraneka ragam simbol yang tidak punya gaung spiritual dan nilai7 NIRMANA, VOL.8, NO. 1, JANUARI 2006: 8-13 nilai meaning, orang lebih menyukai sekedar permainan tanda daripada makna-makna spiritual yang dalam, serta lebih mengedepankan hasrat dibanding akal sehat. Mereka menjadi bagian dari mekanisme hasrat dari sebuah produksi dari rangkaian mesin-mesin produksi kapitalis (Guattari, 2001:i). Seperti yang dikatakan Piliang (Piliang, 2001:53) sistem kekuasaan totalitarian menumbuhkan sistem kepatuhan total terhadap kekuasaan, menciptakan berbagai cara kontrol yang sistematis terhadap pikiran dan jiwa masyarakat, dan mengembangkan semacam penjara pikiran (mind capture). Kondisi masyarakat menjadi terasing dengan lingkungannya sendiri, mereka sadar hidup di negeri kaya minyak, tapi merasa tidak memilikinya, demikian pula mereka terasing dari objek-objek pembangunan yang mereka kerjakan sendiri. BAB III NARKOBA DAN DAMPAKNYA DALAM KEHIDUPAN DI SEKITAR KITA 3.1 KEHADIRAN NARKOBA DALAM KEHIDUPAN KITA. Generasi muda sebagai harapan masa depan bangsa, generasi muda bagaikan mentari yang terbit di ufuk timur,generasi muda dapat sebagai pelopor moralitas abad nurani,Banyak lagi harapan-harapan bagimu para generasi muda. Dewasa ini para generasi muda menghadapi tantangan globalisasi, yakni:semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh negatif juga positif dan perubahan besar pada aspek nilai-nilai kehidupan manusia, para generasi muda selalu ingin mengikuti trend jaman. Bentuk-bentuk perubahan dan tantangan ini kadang membawa perubahan nilai-nilai kehidupan manusia yang wajar dan biasa. Kehidupan manusia sebenarnya secara nuraniah adalah alami dan biasa,segala sesuatu akan berjalan selaras dengan hukum alam yang harmonis, serasi, selaras dan seimbang. Namun karena perubahan tadi juga membuat manusia semakin bengis, bersaing tidak sehat, egois, mengejar materi semata. Kondisi ini membawa generasi muda kepada dunia yang berbeda seperti ingin serba cepat, intelek yang dikejar generasi muda dan kenyataan hidup membuat seseorang semakin materialis, melupakan sang asaliah, hati nurani. Tentu sangat berbahaya bagi masa depan dunia, bangsa dan masyarakat pribadi generasi muda itu sendiri.8 Narkoba adalah sebuah produk kehidupan yang sengaja dibuat oleh manusia itu sendiri dengan awal mula digunakan sebagai obat penenang ataupun kombinasi 8 http://www.metroriau.com penyembuh dari penyakit. Tetapi dewasa ini kita melihat banyak narkoba yang diperjual-belikan tanpa melihat bahaya narkoba yang mengancam kehidupan kita. Perjual-belian narkoba sangat merajalela, tetapi pengguna dari narkoba itu sendiri sengaja menggunakannya untuk kebutuhan hidup dengan dosis tanpa aturan yang dokter berikan. Mereka menggunakan narkoba sebagai penenang jiwa mereka, dan sebagai jalan keluar dari masalah yang sedang mereka hadapi saat itu. Tapi permasalahan bermulai dari situ, banyak dari mereka menganggap bahwa narkoba adalah penenang jiwa, mungkin itu benar, tetapi itu harus sesuai petunjuk dokter dalam menggunakannya. Dalam hal ini kesalahan ada pada kita yang sering kita sebut ”human error”, karena kita melakukan penggunaan narkoba tanpa dosis yang tepat, dan karena pengaruh hasrat kita yang sedang tertekan oleh suatu beban, dan merasa narkoba adalah jalan keluarnya. Penyalah gunaan narkoba ini sendiri menyebabkan ancaman bagi kehidupan kita. Kehidupan kita menjadi tidak normal. Selain narkoba berbahaya bagi kehidupan kita, perilaku kita pun dapat terpengaruh karena berada di alam bawah sadar kita ketika kita menggunakan narkoba tersebut tanpa najuran dokter. Pengaruh narkoba tersebut pun mempengaruhi moral kita dalam menjalani kehidupan kita, karena moral kita menjadi rusak karena pengaruh narkoba terhadap perilaku keseharian kita yang berubah akibat pengaruh buruk narkoba tersebut. Kesalahan yang terjadi selain karena ”human error”, tapi juga karena pengaruh pergaulan remaja, dan kurangnya perhatian dari orang tua. Hal tersebut yang kebanyakan membuat remaja terjun ke dunia narkoba. Mungkin mereka tahu tentang bahaya narkoba, tetapi kondisi yang membuat mereka untuk mengkonsumsi narkoba. 3. 2 FAKTOR PEMICU Dalam analisa penulis, ada sejumlah faktor yang menjadi pemicu terjerembabnya para pelajar ke dalam ‘jurang hitam’ narkoba. Beberapa faktor tersebut adalah: 1. Hilangnya makna hidup (the meaning of life). Para pelajar yang nota bene masih dalam masa transisi, seringkali menderita perasaan khawatir, takut dan cemas yang tak beralasan. Mereka ingin selalu dianggap eksis di tengah pergaulan, sehingga seringkali mengikuti trend serta gaya hidup (life style) lingkungan tempat mereka bergaul, yang belum tentu berpijak pada prinsip mulia. Mereka khawatir terisolasi dari dunia pergaulan, ketika tetap berpegang teguh pada aturan-aturan normatif, serta memeluk erat nilainilai tradisional. Imbas dari perilaku ini adalah hilangnya jati diri mereka yang sesungguhnya. 2. Keringnya hubungan interpersonal, baik di dalam keluarga, maupun di tengah masyarakat sekitar. Padahal, mereka membutuhkan kehangatan yang tulus dari orangorang di sekelilingnya. Ekses negatif dari hubungan antarmanusia yang tidak harmonis ini melahirkan rasa sepi, sendiri, meski mereka berada di tengah keramaian. Dan, hal ini ketika dibiarkan berlarut-larut menjadi preseden buruk bagi perkembangan mental dan jiwa mereka. Dalam kondisi demikian, siapapun akan rentan untuk terjerumus ke dalam perilaku yang menghinakan dirinya sendiri. 3. Munculnya rasa bosan menjalani hidup. Akumulasi dari hilangya makna hidup serta hubungan interpersonal yang tidak lagi harmonis, mengakibatkan para pelajar yang masih usia remaja mengalami tekanan batin berupa rasa bosan. Pada akhirnya, rasa bosan ini membawa mereka untuk lari dari kenyataan hidup yang dihadapinya. Mereka lebih memilih ‘jalur alternatif’ untuk menggapai kesenangan semu dan mereguk kenikmatan sesaat.9 Adapun usaha pemerintah dalam upaya memberantas narkoba, diantaranya melalui penyuluhan, dan menangkap para pelaku atau pengedar narkoba. Usaha lain yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan kampanye anti narkoba melalui berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Beberapa contoh kampanye anti narkoba yang prnah dilakukan oleh pemerintah melalui media cetak10 : CONTOH MEDIA No. 1. 9 Jenis Media Image Poster http://didijunaedihz.wordpress.com/2007/06/21/solusi-alternatif-melawan-narkoba/ BNN, ”Public Relation Archive”, Archive, 2008 10 2. Kaos 3. Stiker 4. Brosur Tabel 3.1 3.3 ANALISA SEBAB-AKIBAT PERMSALAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DESKRIPSI MASALAH FAKTOR AGAMA SEBAB Kurangnya pemahaman tentang agama FAKTOR SOSIAL BUDAYA Pergaulan yang salah dan gaya hidup yang mulai bermacam-macam FAKTOR HUKUM Lemahnya hukum yang ditegakkan AKIBAT Kurangnya pemahaman agama membuat seseorang dapat dengan mudah terjerumus dalam dunia hitam ataau kriminal termasuk narkoba Pergaulan seseorang ke arah yang salah dengan gaya hidup yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam lembah hitam termasuk narkoba Lemahnya hukum di Indonesia menyebabkan masyarakat meremehkan peraturan hukum yang ditegakkan dan melanggarnya Tabel 3.2 3.4 SOLUSI ALTERNATIF Mengkaji beberapa faktor pemicu munculnnya trend pemakaian narkoba di kalangan pelajar tersebut di atas, penulis ingin urun rembug untuk memberikan solusi alternatif sebagai langkah preventif bagi mereka yang belum terjerumus ke ‘lembah nista’ narkoba, dan juga langkah represif bagi mereka yang sudah terlanjur ‘berkenalan’ atau bahkah ‘akrab’ dengan dunia narkoba. Adapun solusi alternatif yang penulis maksud di sini adalah suatu metode atau pendekatan yang dapat diterapkan kepada mereka, baik yang belum ataupun yang sudah terjerat belitan narkoba. Pertama, pendekatan agama. Melalui pendekatan ini, mereka yang masih ‘bersih’ dari dunia narkoba, senantiasa ditanamkan ajaran agama yang mereka anut. Agama apa pun, tidak ada yang menghendaki pemeluknya untuk merusak dirinya, masa depannya, serta kehidupannya. Setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk menegakkan kebaikan, menghindari kerusakan, baik pada dirinya, keluarganya, maupun lingkungan sekitarnya. Sedangkan bagi mereka yang sudah terlanjur masuk dalam kubangan narkoba, hendaknya diingatkan kembali nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama yang mereka yakini. Dengan jalan demikian, diharapkan ajaran agama yang pernah tertanam dalam benak mereka mampu menggugah jiwa mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Kedua, pendekatan psikologis. Dengan pendekatan ini, mereka yang belum terjamah ‘kenikmatan semu’ narkoba, diberikan nasihat dari ‘hati ke hati’ oleh orangorang yang dekat dengannya, sesuai dengan karakter kepribadian mereka. Langkah persuasif melalui pendekatan psikologis ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran dari dalam hati mereka untuk menjauhi dunia narkoba. Adapun bagi mereka yang telah larut dalam ‘kehidupan gelap’ narkoba, melalui pendekatan ini dapat diketahui, apakah mereka masuk dalam kategori pribadi yang ekstrovert (terbuka), introvert (tertutup), atau sensitif. Dengan mengetahui latar belakang kepribadian mereka, maka pendekatan ini diharapkan mampu mengembalikan mereka pada kehidupan nyata. Ketiga, pendekatan sosial. Baik bagi mereka yang belum, maupun yang sudah masuk dalam ‘sisi kelam’ narkoba, melalui pendekatan ini disadarkan bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga dan lingkungannya. Dengan penanaman sikap seperti ini, maka mereka merasa bahwa kehadiran mereka di tengah keluarga dan masyarakat memiliki arti penting. Dengan beberapa pendekatan di atas, diharapkan mampu menggerakkan hati para pelajar yang masih belia dan ‘suci’ dari kelamnya dunia narkoba untuk tidak larut dalam trend pergaulan yang menyesatkan. Dan bagi mereka yang sudah tercebur ke dalam ‘kubangan’ dunia narkoba, melalui beberapa pendekatan tersebut, diharapkan dapat kembali sadar akan arti penting kehidupan ini, yang amat sayang jika digadaikan dengan kesenangan yang nisbi.11 Selain itu dengan pendekatan sosial ada kemungkinan lebih baik dibandingkan pendekatan yang lainnya, karena dengan pendekatan sosial, dapat juga dilakukan melalui penyuluhan dan juga iklan layanan masyarakat. 11 http://didijunaedihz.wordpress.com/2007/06/21/solusi-alternatif-melawan-narkoba/ BAB IV STRATEGI DAN KONSEP PERANCANGAN KAMPANYE ANTI NARKOBA 4.1 STRATEGI KAMPANYE Dalam membuat suatu rencana atau program, kita harus memiliki cara agar rencana dan program yang akan kita lakukan tidak mendapat halangan atau hambatan ketika kita melaksanakan rencana atau program tersebut. Cara tersebut adalah sebuah strategi atau taktik dalam setiap usaha kita ketika kita ingin menjalanka suatu rencana atau program. Karena strategi sangat menentukan tingkat keberhasilan dari rencana atau program yang akan kita lakukan. Strategi juga merupakan modal yang sengat penting untuk kita ketika kita menjalankan proses program yang sedang kita laksanakan, dan juga menentukan tingkat keberhasilan dari program yang kita laksanakan. Strategi dalam menyampaikan iklan layanan sosial tentang narkoba ialah dengan menggunakan media cetak, seperti poster sebagai sarana penyampaian pesan. Karena poster memiliki kelebihan, selain praktis, poster dapat diletakkan di tempattempat strategis atau tempat di mana khalayak melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu poster juga memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam penyampaian suatu informasi. Tetapi kekurangan poster sebagai karya visual dia tidak dapat menyampaikan pesan dengan detil. Sehingga kemampuan kita dalam mambuat poster tersebut sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan kita dalam menyampaikan informasi yang ingin kita sampaikan. Kemampuan image editing sang editor sangat menentukan, karena selain harus menarik, teks atau tagline yang ada dalam poster tersebut harus mudah dimengerti oleh khalayak. Visualisasi yang kita tampilkan selain harus menarik juga harus mewakilkan pesan atau informasi yang ingin kita smapaikan. Karena sebisa mungkin tanpa membaca teks atau tagline dalam poster tersebut diharapkan khalayak dapat menangkap atau mengerti pesan yang ingin disampaikan oleh poster tersebut. Strategi lain dalam penyampaian informasi ini pun selain menggunakan poster, menggunakan kaos sebagai sarana pendukung dalam penyampaian informasi yang ingin disampaikan. Kaos memilki kelebihan selain praktis, pengguna kaos tersebut secara tidak langsung menyampaikan informasi yang ingin disampaikan. 4.1.1 TAHAPAN STRATEGI KAMPANYE Ada 3 tahapan dalam strategi kampanye , yaitu : - Awareness : yaitu tahapan dimana kita mengenalkan istilah narkoba terhadap masyarakat. Merupakan tahapan awal dalam melakukan kampanye sosial anti narkoba. - Persuasif : yaitu tahapan dimana kita mengajak atau mempengaruhi masyarakat. Merupakan tahapan menengah dalam melakukan kampanye sosial anti narkoba. - Reminder : yaitu tahapan dimana kita mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap bahaya narkoba. Merupakan tahapan terakhir dalam melakukan kampanye sosial anti narkoba. Ketiga tahapan tersebut merupakan, tahap dalam melakukan proses kampanye dalam melakukan kampanye anti narkoba. Dan ketiga tahapan tersebut berlangsung dalam waktu 3 bulan sekali, dimana 1 bulan terakhir digunakan untuk evaluasi kekurangan yang ada pada tahapan strategi kampanye yang telah dilakukan, sehingga, ketika masuk ke tahapan berikutnya dapat melakukan kampanye dengan lebih baik lg dibanding sebelumnya. Dalam tiap tahapan kampanye tersebut menggunakan media yang berbeda, dan disesuaikan dengan tahapan strategi kampanye dan fungsinya. Gambar 4.1 4.2 STRATEGI PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE 4.2.1 STRATEGI KOMUNIKASI Dalam melakukan sebuah rencana atupun sebuah program dibutuhkan sebuah strategi, dan dalam melakukan strategi tersebut membutuhkan komunikasi dalam proses menjalankan program agar berjalan lancar dan meraih keberhasilan. Strategi komunikasi dalam menyampaikan pesan atau informasi tentang narkoba dengan melalui media, dan dalam kampanye ini menggunakan media cetak sebagai sarana dalam melakukan kampanye narkoba. Pesan yang akan diinformasikan tentang bahaya narkoba terhadap kehidupan kita, dan mengancam jiwa kita. Informasi tersebut diharapkan memberikan kesadaran kepada masyarakat agar menjauhi dan mengantisipasi agar tidak menggunakan narkoba. 4.2.1.1 TARGET & SASARAN KAMPANYE Secara umum target kampanye sosial yang direncanakan ditujukan untuk pengguna narkoba, namun dimungkinkan target dapat diperluas untuk kalangan general/umum karena setiap lapisan masyarakat bisa menerima informasi. Untuk itu, karakteristik sasaran dapan dispesifikasikan sebagai berikut: a. Geografi Kampanye ini direncankan untuk wilayah Jakarta, khususnya di daerah Jakarta Selatan dengan pertimbangan bahwa Daerah Jakarta Selatan, selain mudah dijangkau juga termasuk wilayah dengan nilai atau tingkat peredaran narkoba yang tinggi. b. Demografis Berdasarkan dari informasi yang didapat, target demografi kampanye ini secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: b. Jenis Kelamin : Pria dan wanita Usia : 16-35 tahun Tingkat pendidikan : SMP, SMU, Perguruan TInggi Status sosial : Menengah, Menengah atas, dan Atas Pekerjaan : Pelajar, Mahasiswa Psikografis Life style merupakan salah satu faktor seseorang mengkonsumsi narkoba, berdasarkan karakteristik tersebut, maka didapatkan : Karena life style/gaya hidup setiap orang berbeda, dan menjadi persaingan dalam menjalani sebuah kehidupan, maka ketika narkoba menjadi sebuah trend atau gaya hidup seseorang akan mulai mengkonsumsi narkoba. Lingkungan Keluarga juga menjadi sebuah faktor untuk membuat seseorang menggunakan/mengkonsumsi narkoba, berdasarkan karakteristik tersebut, maka didapatkan : Karena kurangnya komunikasi dan tingkat kepedulian, juga perhatian dalam sebuah keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, maka seseorang dapat masuk ke dalam dunia narkoba. Lingkungan Sosial merupakan faktor dominan yang membuat seseorang terjerumus ke dalam dunia narkoba, berdasarkan karakteristik tersebut, maka didapatkan : Sebuah lingkungan sosial ataupun pergaulan dapat mendorong seseorang untuk mengkonsumsi narkoba. c. Behavioristik(Kebiasaan) Setiap orang meluangkan waktunya untuk menikmati refreshing salah satunya untuk bergaul ke dalam lingkungan sosial dan dalam sebuah pergaulan life style menjadi sesuatu yang layak atau harus diikuti oleh seseorang. Kebiasaan tersebuat bergantung pada jenis lingkungan pergaulan yang menjadikan seseorang untuk melakukan kebiasaan yang ada dalam pergaulan tersebut. Dalam hal ini jika dalam pergaulan tersebut narkoba menjadi sebuah gaya hidup, maka seseorang akan menjadikan narkoba sebagai kebiasaan dalam menjalani pergaulan hidupnya. Masyarakat yang melakukan suatu kegiatan seperti olah raga di suatu tempat yang menarik dan memiliki kelengkapan fasilitas. Dan hal tersebut bergantung kepada promosi-promosi yang dilakukan. 4.2.1.2 TUJUAN KOMUNIKASI KAMPANYE Tujuan komunikasi dari kampanye ini adalah untuk menginformasikan tentang bahaya narkoba, mempengaruhi si target melalui media yang ditetapkan agar target kampanye dapat sadar akan bahaya narkoba. 4.2.1.3 PESAN UTAMA / TEMA DASAR KOMUNIKASI KAMPANYE Tema utama Kampanye Anti Narkoba ini adalah: 1. “WISATA TERAKHIR MENUJU LUBANG HITAM”. Maksud dari tema ini adalah dengan menggunakan narkoba, seseorang seakan-akan sedang berwisata, dengan kata lain seseorang itu akan terpangaruh oleh efek narkoba dan pengaruh tersebuta malah membawanya kepada kesengsaraan. Pengaruh narkoba tersebut membuat seseorang menjadi kriminal dan tidak sadar diri dan tidak sadar atas apa yang dia perbuat, dan pengaruh narkoba yang paling berbahaya adalah kematian. 2. “DENGAN MENGGUNAKAN NARKOBA, SAMA DENGAN MEMBUNUH DIRI SENDIRI”. Maksud dari tema ini adalah menggunakan narkoba sama artinya dengan kita membuat umur kita semakin pendek dan mempermudah kematian kita. 3. “TERBANG DAN BERNYANYI DI TEBING KEMATIAN”. Maksud dari tema ini adalah ketika seseorang mengkonsumsi narkoba, dia akan merasa bagaikan terbang dan kemudian bersenandung tanpa tjuan yang berarti, padahal hal yang dia lakukan adalah membuat tubuhnya rusak dan bahkandapat menyebabkan kematian untuk dirinya sendiri. 4.2.1.4 MATERI PESAN 1. Tentang Bahaya Narkoba. Pengunaan narkoba yang disalahgunakan oleh maysarakat itu semakin meluas, tapi mereka, tidak menghiraukan akan bahaya narkoba. Padahal narkoba itu sangat berbahaya dan memiliki terhadap tubuh kita sendiri, yang dapat menyebabkan kerusakan yang fatal dalam tubuh kita, bahkan berakibat kematian. 2. Tentang Dampak Narkoba Dampak narkoba dalam kehidupan kita sehari-hari, dapat menybabkan gangguan sosial dalam masyarakat, dan dapat berupa kriminal dalam kehidupan sosial. 4.2.2 STRATEGI KREATIF KAMPANYE Strategi kratif yang akan diaplikasikan dalam kampanye anti narkoba ini, yaitu menggunakan tema horor, dan sebagai pendukung, momfokuskan pada image dan tagline dalam menyampaikan informasi kepada target khalayak.. 4.2.3 STRATEGI MEDIA KAMPANYE 4.2.3.1 STRATEGI PEMILIHAN MEDIA KAMPANYE 1. TAHAP AWARENES Media yang digunakan: brosur, pamflet. Alasan: karena dengan menggunakan media brosur dalam tahap mengenalkan istilah narkoba dan bahaynya terhadap kehidupan kita, selain dapat memberikan informasi yang cukup banyak, dapat menambahkan image sebagai pendukung dalam melakukan kampanye. 2. TAHAP PERSUASIF Media yang digunakan: poster, spanduk, dan banner. Alasan: karena pada tahapan persuasif ini, kita mengajak, dan membutuhkan media yang menjadi pusat perhatian orang. 3. TAHAP REMINDER Media yang digunakan: pin, mug, dan stiker. Alasan: dalam tahapan untuk mengingatkan masyarakat, maka, hanya perlu menggunakan media yang simple dan dinamis. 4.2.3.2 SCHEDULE PENYEBARAN MEDIA TAHAPAN MEDIA 1 2 Brosur, Pamflet poster, spanduk, dan banner pin, mug, dan stiker Awarness Persuasif Reminder 3 4 E 5 BULAN 6 7 8 9 10 11 12 E E Keterangan : E = Evaluasi Tabel 4.1 4.2.3.3 JALUR DISTRIBUSI MEDIA KAMPANYE A. Pertimbangan dasar distribusi media : hal yang harus dipertimbangkan pada saat memilih media sebagai sarana dalam berkampanye, harus memperhatikan faktor tujuan yang akan dilaksanakan, dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah tahapan dalam berkampanye, seperti tahapan awareness, persuasif, dan reminder. B. Jalur Distribusi Media : Kampanye ini akan diselenggarakan oleh BNN (Badan Narkotika Nasioanal) bekerjasama dengan POLDA METRO JAYA 4.3 KONSEP PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE Konsep kampanye melalui media cetak ini menggunakan tema dramatis, dengan perpaduan warna-warna desaturasi yang membuat poster tersebut menjadi terlihat dramatis. Dan menggunakan objek atau image yang mewakilkan bahaya narkoba tanpa menampilkan narkoba tersebut. Informasi ini dibuat dengan persuasi terhadap emosi seseorang agar menjadi haru dengan keberadaan narkoba, dan bukan menekankan larangan penggunaan narkoba. Karena jika menekankan pada larangan narkoba khalayak, terutama remaja yang melihat poster seperti itu sudah biasa dan akan acuh tak acuh terhadap informasi yang disampaikan. Tetapi jika kita mnyampaikan informasi yang mempengaruhi emosi dan simpati orang lain, maka kemungkinan tingkat keberhasilan pesan yang disampaikan menjadi tinggi. Selain objek dan warna-warna visual yang digunakan, tagline atau teks yang digunakan pada poster tersebut juga penting dan harus mengenai sasaran dengan tepat. Jika tagline atau teks yang dimuat tidak sesuai dengan visual yang dihadirkan dalam poster tersebut tidak sesuai, maka khalayak juga akan menjadi kurang tertarik dan minat pada poster tersebut, kemungkinan terburuknya adalah pesan atau informasi yang disampaikan tidak dapat dicerna oleh khalayak. Konsep visual komunikasi visual dalam desain kampanye sosial iklan layanan masyarakat berbasis cetak, yang menjadi faktor penting antara lain : 4.3.1 Format Desain Format desain berdasarkan konsep dan tema kampanye anti narkoba, yaitu desain berbasis cetak, seperti brosur, poster, pamflet, billboard, dll. Gambar 4.2 4.3.2 KonsepTipografi Tipografi merupakan faktor penting dalam perancangan desain kampanye iklan layanan masyarakat anti narkoba dan menjadi pelengkap dalam menerangkan tentang bahaya narkoba dan dampak bagi pengguna narkoba. Selain itu, tipografi yang tepat juga mempengaruhi khalayak dalam menerima informasi yang diberikan. 4.3.2.1 Alfabet Tipografi yang akan digunakan adalah jenis tipografi yang memiliki shape terror, yang disesuaikan dengan media cetak yang akan dibuat. Jenis tipografi yang digunakan : 1. 28 days later 2. Arial (pendukung) Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz 1234567890 4.3.2.2 ALASAN PEMILIHAN TIPOGRAFI Alasan memilih tipgrafi dg typeface 28 Days Later adalah karena bentuk huruf dari typeface terserbut memiliki shape atau bentuk terror. 4.3.3 Konsep Ilustrasi Menampilkan image berdasarkan fotografi dalam ilustrasi desain kampanye sosial iklan layanan masyarakat, membuat audience yang melihat ilustrasi yang disampaikan pada promosi tersebut menjadi tahu dan memberikan teror bagi pengguna aktif narkoba. Fungsi dari ilustrasi/fotografi adalah: ♦ Menarik perhatian audience. ♦ Memberikan informasi tentang bahaya narkoba. ♦ Berupaya memberikan kesadaran bahaya narkoba bagi pengguna narkoba. Fungsi ilustrasi/fotografi tersebut, adalah sebagai acuan dalam menarik perhatian audience pada kampanye iklan layanan masyarakat tersebut. 4.3.4 Konsep Warna Warna mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menarik perhatian audience. Dengan menggunakan beberapa warna desaturasi, dan konseptual dalam desain kampanye iklan layanan masyarakat anti narkoba. Warna yang digunakan didominasi warna-warna netral. a. Warna Kemurnian C M Y K 0% 0% 0% 0% Warna putih yang memiliki kesan kemurnian dan bersih, sehingga dapat menjadi warna netral. b. Warna Kekuatan C 0% M 0% Y 0% K 100% Warna hitam yang memiliki kesan kekuatan dan kegelapan, sehingga dapat memperkuat kesan terror. c. C 50% M 50% Y 50% K 50% Warna hitam yang memiliki kesan dramatis, sehingga dapat memperkuat kesan tragis atau kesedihan atau dramatis. 4.3.5 Logo Kampanye Gambar 4.3 Gambar 4.4 4.5 TEKNIS PRODUKSI MEDIA MEDIA KAMPANYE VISUAL TEKNIS PRODUKSI Ukuran: A2 Bahan: Art Paper, 180 gsm. Teknis Cetak: Printing POSTER Ukuran : Mug Bahan : Beling Teknis Cetak : Printing MUG Ukuran : A5 Bahan : Glossy Teknis Cetak : Printing PAMFLET Ukuran : 160 cmx 60 cm Bahan : Kain China Teknis Cetak : Printing BANNER Ukuran : 5cm x 5cm Bahan : Sticker Papper Teknis Cetak : Printing STIKER Ukuran : 6 cm x 6 cm Bahan : Button Teknis Cetak : Printing PIN & GANTUNGAN KUNCI Ukuran : M Bahan : Cotton Teknis Cetak : Printing T-SHIRT Ukuran : 3m X 1m Bahan : Kain China Teknis Cetak : Printing SPANDUK Ukuran : A4 Bahan : Glossy Teknis Cetak : Printing BROSUR Tabel 4.2 DAFTAR PUSTAKA Badan reserse Kriminal POLRI, ”Situasi Tindak Pidana Narkoba Tahun 2007”, Direktorat IV/TP Narkoba dan KT, 2007, h. 1 BNN, ”Public Relation Archive”, Archive, 2008 DitPOLDA 2002 Featherstone, Mike. (2001). Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Holmes, Marcus. (2006). A Discussion of Judith Williamson’s Decoding Advertisements Indah, News. “Narkoba Seminar Community”. Makalah. tanggal 12 Januari 2008. h. 8 Kasali, Rhenald. (1992). Manajemen Periklanan Konsep dan aplikasinya di Indonesia, AUEkonomi-UI, Jakarta: Penerbit Grafiti. Nuradi. (1996). Kamus Istilah Periklanan Indonesia Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Pangesti, Peny. “Apakah Narkoba itu Buruk”. Makalah. tanggal 3 April 2007. h. 11 Piliang, Yasraf Amir. (1999). Hiper-Realitas Kebudayaan. Jogjakarta: LkiS. Sebuah Dunia Yang Menakutkan. (2001). Bandung: PT. Mizan Pustaka. Tamasya di antara Keping-Keping Masa Lalu. (1994). Jakarta: Jurnal Kalam. Wawancara dengan Ibu Yeni “STAF HUMAS” BNN di BNN, Selasa 10 Juni 2008 pkl. 14.30 – 15.00 http://bnk.samarinda.go.id/index.php?q=sejarah-narkoba http://didijunaedihz.wordpress.com/2007/06/21/solusi-alternatif-melawan-narkoba/ http://www.metroriau.com http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama penulis adalah Achzan Farid Zamzami anak ke pertama dari empat bersaudara dari keluarga Drs. H. Isa Anshori, M.Ag dan Masrifah Tabri, S.S. Lahir di Jakarta tanggal 8 November 1985. Beralamat di Jl. Kramat No. 50 Ulujami. Riwayat pendidikan penulis tamatan SD Muhammadiyah, Jakarta tahun 1992-1998, tamatan SMPN 267 Jakarta tahun 1998-2001, tamatan SMUN 90 Jakarta tahun 2001-2004, mahasiswa Universitas Mercu Buana angkatan 2004. Pengalaman penulis dalam dunia fotografi dan desain grafis antara lain : bekerja sebagai desainer di International Network Services selama tiga bulan, bekerja di Tridicomm sebagai 3D instruktur (Freelance) selama dua bulan, bekerja di Semesta Film sebagai 3D artist (Freelance) selama satu minggu, bekerja di PT Bagas Mata Ni Ari sebagai Fotografer dan Video Editor selama 1 bulan pada event Hentakan Papua, dan terakhir bekerja sebagai Visual Artist hingga sekarang di PT Kplvs Communication.