PEMANFAATAN DAUN ADAM HAWA SEBAGAI INDIKATOR ASAM

advertisement
PEMANFAATAN DAUN ADAM HAWA SEBAGAI INDIKATOR ASAM
BASA ALTERNATIF DENGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN
DAN JENIS PELARUT
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh :
APSARI SETYANINGRUM
A 420 130 178
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
ii
iii
PEMANFAATAN DAUN ADAM HAWA SEBAGAI INDIKATOR ASAM
BASA ALTERNATIF DENGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN
DAN JENIS PELARUT
Abstrak
Indikator asam basa sangat diperlukan dalam praktikum, khususnya dalam sub
bab materi asam basa di sekolah menengah. Kandungan antosianin pada daun
adam hawa dapat dimanfaatkan sebagai indikator asam basa alternatif. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui perubahan warna kertas indikator dari ekstrak
daun adam hawa dengan variasi suhu pengeringan dan jenis pelarut. Metode yang
digunakan pada penelitian ini bersifat eksperimen menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu suhu pengeringan dan jenis
pelarut. Suhu pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 50ºC dan
80ºC, sedangkan jenis pelarut yang digunakan yaitu alkohol 70%, aquades, dan
alkohol 70% + aquades. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi suhu
pengeringan dan jenis pelarut mempengaruhi ketajaman warna kertas indikator
dari daun adam hawa serta hasil uji pada larutan asam basa. Pada suhu 50ºC
menghasilkan warna kertas yang lebih tajam dibandingkan pada suhu 80ºC,
sedangkan jenis pelarut alkohol 70%+aquades menghasilkan warna kertas yang
paling baik dibandingkan pelarut lainnya. Pada larutan asam kuat kertas indikator
menghasilkan warna coral, sedangkan pada basa kuat menghasilkan gradasi warna
hijau. Kertas indikator dengan perlakuan suhu 50ºC yang dimaserasi dengan
pelarut alkohol 70%+aquades menghasilkan warna yang paling jelas dalam uji
larutan asam basa.
Kata kunci : indikator asam basa, daun adam hawa, suhu pengeringan, jenis
pelarut.
Abstract
The acid-base indicator is needed in the experimental class, especially in the subchapter of acid-base topic in secondary school. Adam Hawa leaves contain
anthocyanin substance and it can be used as an alternative acid-base indicator.
The aim of this study was to investigate the discoloration of indicator paper made
from the extract of Adam Hawa leaves with variety of drying temperature and
type of solvent. This study used experimental method with complete randomized
design (RAL) with two factors of treatment: drying temperature and solvent type.
The drying temperature numbers used in this research are 50ºC and 80ºC, while
the types of solvent used are alcohol 70%, distilled water, and mixture of both.
The result showed that variations of drying temperature and type of solvent affect
the sharpness of the indicator paper color from Adam Hawa leaves and also the
test result of acid-base solvent. The paper color is sharper at 50ºC compared with
80ºC. The best color of paper was shown from alcohol 70% + distilled water
solvent. Paper indicator produced coral color in strong acid solvent, while in
strong base solvent it had a green gradation. The most obvious color shown from
1
the indicator paper with the treatment of 50ºC which was macerated with alcohol
70% + distilled water solvent.
Keywords : acid base indicator, adam hawa leave, drying temperature, solvent
type.
1. PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran IPA khususnya pada mata praktikum asam basa
dalam materi klasifikasi zat, diperlukan adanya indikator sintetis yang
digunakan untuk menguji dan mengetahui suatu zat yang bersifat asam atau
basa. Berbagai indikator sintetis telah banyak digunakan, seperti fenolftalein,
metil jingga dan metil merah (Ramdan, 2017). Tetapi tidak semua sekolah
dapat menyediakan indikator sintetis tersebut. Selain harganya yang relatif
mahal, indikator sintetis juga dapat menyebabkan polusi kimia atau
pencemaran lingkungan (Nuryanti, 2010). Sehingga diperlukan alternatif
indikator asam basa alami dari bahan-bahan alam yang aman dan mudah
didapatkan.
Di Indonesia banyak terdapat berbagai jenis tanaman yang berpotensi
untuk dimanfaatkan sebagai indikator asam basa alternatif. Bagian tanaman
yang mengandung antosianin dapat digunakan sebagai indikator asam basa,
karena dapat berubah warna pada suasana asam maupun basa (Marwati,
2011). Salah satu jenis tanaman yang berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi
indikator asam basa alami yaitu tanaman adam hawa (Rhoeo discolor).
Tanaman adam hawa memiliki daun berwarna hijau pada permukaan atas dan
ungu pada permukaan bawah. Warna ungu pada daun adam hawa tersebut
merupakan senyawa flavanoid. Penelitian yang telah dilakukan Sundhani
(2016) menunjukkan bahwa daun adam hawa mengandung senyawa alkaloid,
terpenoid, dan flavonoid. Jenis flavonoid yang terdapat pada daun adam hawa
yaitu antosianidin (Sitorus, 2011).
Kandungan senyawa antosianin dalam daun adam hawa dapat diperoleh
dengan proses ekstraksi. Ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan
beberapa jenis pelarut, seperti air, alkohol, etanol dan metanol. Penelitian
yang telah dilakukan oleh Lestari (2016) terhadap bunga belimbing wuluh
2
dengan menggunakan pelarut air dan alkohol menunjukkan perubahan warna
yang spesifik dari merah pada lingkungan asam hingga biru hijau pada
lingkungan basa dan warna tetap pada lingkungan netral. Penelitian
Padmaningrum (2011) dengan menggunakan pelarut air dan alkohol 70%
menunjukkan ekstrak daun adam hawa dapat digunakan sebagai indikator
asam basa dengan perubahan warna merah muda hingga hijau kekuningan
pada pelarut air sedangkan pada pelarut alkohol 70% terjadi perubahan warna
coklat hinga hijau. Penelitian Sari (2005) mengenai ekstraksi buah duwet
menunjukkan bahwa konsentrasi antosianin tertinggi dengan menggunakan
pelarut kombinasi air dan etanol.
Indikator alami yang digunakan biasanya dalam bentuk larutan atau cairan
yang tidak tahan lama dan dapat menimbulkan bau tidak sedap (Lestari,
2016). Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penelitian
pembuatan indikator alami dalam bentuk kertas. Kelebihan indikator dalam
bentuk kertas yaitu dapat disimpan dalam waktu yang lama serta tidak mudah
rusak. Selain dalam bentuk kertas, indikator alami juga ada dalam bentuk
serbuk. Untuk membuat indikator alami dalam bentuk serbuk dapat dilakukan
dengan cara dikeringkan dengan oven pada suhu tertentu dan tetap
memperhatikan kestabilannya pada saat pengeringannya agar senyawa zat
warna alami tidak rusak (Marwati, 2012). Penelitian Hayati, et al (2011)
menunjukkan bahwa rosela yang dikeringkan dengan oven suhu 50ºC selama
2 x 24 jam memiliki kandungan antosianin sebesar 21,37. Pada pra penelitian,
penulis melakukan variasi suhu pengeringan 50ºC dan 80ºC selama 12 jam.
Daun adam hawa yang telah kering diblender hingga menjadi serbuk dan di
ekstraksi dengan menggunakan pelarut alkohol 70%, aquades dan alkohol
70% +aquades. Pembuatan kertas indikator asam basa dilakukan dengan cara
merendam kertas saring pada larutan hasil ekstraksi. Hasil perendaman kertas
saring tersebut menunjukkan perbedaan warna pada setiap kertas.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memiliki gagasan untuk
memanfaatkan daun adam hawa sebagai bahan utama dalam pembuatan
indikator asam basa alternatif dalam bentuk kertas indikator dengan variasi
3
perlakuan yaitu suhu pengeringan dan jenis pelarut. Dengan adanya penelitian
ini diharapkan zat warna alami dari daun adam hawa dapat dijadikan
indikator asam basa alternatif dalam kegiatan praktikum di sekolah.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui perubahan warna kertas indikator asam basa dari ekstrak daun
adam hawa dapat digunakan sebagai indikator asam basa alternatif.
Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan menggunakan dua faktor perlakuan yaitu suhu
pengeringan 50ºC (S1), suhu pengeringan 80ºC (S2) dan jenis pelarut alkohol
70% (P1), aquades (P2), dan alkohol 70% + aquades (P3).
Prosedur penelitian dimulai dengan mengambil daun adam hawa
kemudian memotong kecil-kecil, selanjutnya daun dikeringkan dengan oven
pada suhu 50ºC dan 80ºC selama 12 jam. Daun adam hawa yang sudah kering
kemudian dihaluskan menggunakan blender sehingga diperoleh serbuk halus.
Menimbang serbuk halus daun adam hawa sebanyak 5 gram, kemudian
dimaserasi dengan 50 ml pelarut. Perbandingan bahan dan pelarut yang
digunakan yaitu 1:10, sehingga 5 gram daun adam hawa dibutuhkan masingmasing 50 ml pelarut alkohol 70%, aquades, dan campuran alkohol 70% +
aquades (1:1). Menyaring ekstrak daun adam hawa yang sudah dimaserasi
selama 60 menit. Memotong kertas saring dengan ukuran 1x5 cm, kemudian
merendam kertas kedalam gelas beker yang berisi hasil ekstrak daun adam
hawa selama 60 menit. Kertas di keringanginkan dengan bantuan kipas angin
hingga kering. Uji keberhasilan kertas indikator asam basa dilakukan dengan
mencelupkan kertas indikator ke dalam larutan asam basa kuat dan lemah
kemudian mengamati perubahan warnanya.
Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif meliputi uji
terhadap perubahan warna indikator asam basa dari daun adam hawa yang
dicelupkan pada larutan asam kuat (HCl), asam lemah (CH3COOH), basa
kuat (NaOH) dan basa lemah (NH4OH)
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil warna kertas indikator
dari ekstrak daun adam hawa sebagai berikut.
Tabel 1. warna kertas indikator daun adam hawa
Perlakuan
P1
Peach
Apricot
S1
S2
Lakmus Merah
Lakmus Biru
Keterangan :
Warna Kertas
P2
Papaya
Melon
Merah
Biru
P3
Pink
Light pink
S1P1 : Suhu pengeringan 50ºC dengan jenis pelarut alkohol 70%
S1P2 : Suhu pengeringan 50ºC dengan jenis pelarut aquades
S1P3 : Suhu pengeringan 50ºC dengan jenis pelarut alkohol 70% + aquades
S2P1 : Suhu pengeringan 80ºC dengan jenis pelarut alkohol 70%
S2P2 : Suhu pengeringan 80ºC dengan jenis pelarut aquades
S2P3 : Suhu pengeringan 80ºC dengan jenis pelarut alkohol 70% + aquades
Berdasarkan
tabel
1.
menunjukkan
bahwa
suhu
pengeringan
mempengaruhi perbedaan warna pada kertas indikator yang dihasilkan. Suhu
pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 50ºC dan 80ºC. Kertas
indikator dari ekstrak daun adam hawa yang di keringkan pada suhu 50ºC
menghasilkan warna yang lebih tajam, sedangkan pada suhu 80ºC
menghasilkan warna yang lebih cerah. Sesuai dengan penelitian Hayati
(2011), rata-rata antosianin kelopak rosella tertinggi diperoleh pada suhu
pengeringan 50ºC. Hasil penelitian Winangsih (2013) menunjukkan bahwa
metode pengeringan oven pada suhu 50ºC merupakan pengeringan yang
paling baik dengan kadar air yang paling rendah. Pada pengeringan daun
adam hawa dengan suhu 50ºC diperoleh serbuk berwarna hijau tua,
sedangkan pada suhu pengeringan 80ºC serbuk berwarna hijau kecoklatan.
Perbedaan warna serbuk inilah yang menyebabkan warna kertas indikator
lebih tajam pada suhu 50ºC. Semakin meningkatnya suhu pemanasan maka
semakin berkurang intensitas warna dari antosianin, hal ini disebabkan karena
terdegradasinya antosianin tersebut (Santoni, 2013). Berikut gambar kertas
indikator dari ekstrak daun adam hawa :
5
A. Hasil kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa
pada suhu
pengeringan 50ºC
B. Hasil kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa pada suhu
pengeringan 80ºC
Gambar 1. Hasil kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa
Pembuatan kertas indikator ini dibuat dengan cara merendam kertas saring
di dalam masing-masing ekstrak alkohol 70%, aquades, dan alkohol 70%
+aquades daun adam hawa. Alkohol 70% sebenarnya merupakan etanol,
pemilihan etanol sebagai pelarut selain dilihat dari sifat polarnya juga dilihat
dari aspek ekonomisnya. Etanol lebih mudah di dapatkan dan harganya lebih
murah di bandingkan dengan jenis alkohol lainnya. Penggunaan aquades
sebagai pelarut selain aman, murah, dan ketersediannya melimpah, aquades
juga memiliki sifat polar. Antosianin adalah pigmen yang sifatnya polar dan
akan larut dengan baik dalam pelarut polar (Winarti, 2008). Kertas saring
yang digunakan dalam pembuatan kertas indikator asam basa mengandung
selulosa murni sehingga memiliki kemampuan daya serap yang baik.
Kandungan selulosa murni yang bersifat organik pada kertas saring dapat
mengikat zat kimia ligan dari ekstrak (Hadyana, 2002). Berdasarkan gambar
1. warna kertas yang paling baik yaitu kertas yang direndam pada larutan
kombinasi alkohol 70% + aquades. Hal ini sesuai dengan penelitian Sari, et al
(2005) bahwa ekstraksi menggunakan pelarut kombinasi air dan etanol
menunjukkan konsentrasi antosianin yang lebih tinggi di bandingkan dengan
pelarut etanol, isopropanol, dan kombinasi etanol-isopropanol. Dengan
adanya kombinasi dengan pelarut air dapat meningkatkan polaritas. Sifat
kepolaran pelarut berpengaruh terhadap konsentrasi antosianin yang
6
terekstrak. Semakin polar pelarut maka konsentrasi antosianin semakin tinggi
dan sebaliknya.
Hasil pengujian dari 64 sampel kertas indikator asam basa dari ekstrak
daun adam hawa dan kertas lakmus dengan menggunakan larutan asam kuat
(HCl), asam lemah (CH3COOH), basa kuat (NaOH), dan basa lemah
(NH4OH) sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa dan kertas
lakmus
Perubahan Warna
Kertas Perlakuan
HCl
NaOH
CH3COOH
NH4OH
S1P1
Coral
Lemon
Peach
Peach
S1P2
Coral
Lumut
Papaya
Papaya
S1P3
Coral
Lemon
Pink
Pink
S2P1
Coral
Lemon
Apricot
Apricot
S2P2
Coral
Keket
Melon
Melon
S2P3
Coral
Lemon
Light pink
Light pink
Lakmus Merah
Merah
Biru
Merah
Biru
Lakmus Biru
Merah
Biru
Merah
Biru
Berdasarkan tabel 2. hasil pengujian kertas indikator dari ekstrak daun
adam hawa menunjukkan adanya perubahan warna pada larutan asam dan
basa. Kertas indikator dengan perlakuan pengeringan daun adam hawa pada
suhu 50ºC yang di maserasi dengan pelarut alkohol 70% pada larutan asam
kuat berwarna coral dan pada basa kuat berwarna lemon. Pada asam lemah
dan basa lemah berwarna peach (tetap). Perubahan warna kertas yang di
maserasi dengan pelarut aquades berwarna coral pada asam kuat dan pada
basa kuat berwarna lumut. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna papaya
(tetap). Sedangkan perubahan warna kertas yang di maserasi dengan pelarut
alkohol 70% + aquades pada larutan asam kuat berwarna coral dan pada basa
kuat berwarna lemon. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna pink
(tetap). Berikut gambar hasil pengujian kertas indikator asam basa dari
ekstrak daun adam hawa pada suhu pengeringan 50ºC dalam larutan asam
basa kuat dan lemah:
7
A. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak mahkota bunga pukul empat
suhu pengeringan 50ºC dengan pelarut alkohol 70%
a
b
c
d
B. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak daun adam hawa
suhu
pengeringan 50ºC dengan aquades
a
b
c
d
C. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak mahkota bunga pukul empat
suhu pengeringan 50ºC dengan pelarut alkohol 70% + aquades
a
b
c
d
Gambar 2. Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa
pada suhu pengeringan 50ºC dengan larutan (a) asam kuat (HCl), (b)
asam lemah (CH3COOH), (c) basa kuat (NaOH), dan (d) basa lemah
(NH4OH)
Kertas indikator dengan perlakuan pengeringan daun adam hawa pada
suhu 80ºC yang di maserasi dengan pelarut alkohol 70% pada larutan asam
kuat berwarna coral dan pada basa kuat berwarna lemon. Pada asam lemah
dan basa lemah berwarna apricot (tetap). Perubahan warna kertas yang di
maserasi dengan pelarut aquades berwarna coral pada asam kuat dan pada
basa kuat berwarna keket. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna melon
(tetap). Sedangkan perubahan warna kertas yang di maserasi dengan pelarut
alkohol 70% + aquades pada larutan asam kuat berwarna coral dan pada basa
kuat berwarna lemon. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna light pink
(tetap). Menurut Wadihiyat (2014) , gradasi warna jingga seperti peach,
apricot, melon, papaya, mango, carrot, dan coral. Gradasi warna merah
seperti pink, light pink dusty pink, bright pink, shocking pink, mauves,
magenta,
burgundy, wine, claret, dan mahogany. Gradasi warna hijau
meliputi pupus, belerang, teh hijau, lemon, keket, rumput, tentara, lumut,
kumala, botol, cemara, dawet, dan zamrud. Berikut gambar hasil pengujian
8
kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa pada suhu
pengeringan 80ºC dalam larutan asam basa kuat dan lemah:
A. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak daun adam hawa suhu
pengeringan 80ºC dengan pelarut alkohol 70%
a
b
c
d
B. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak daun adam hawa suhu
pengeringan 80ºC dengan pelarut aquades
a
b
c
d
C. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak daun adam hawa suhu
pengeringan 80ºC dengan pelarut alkohol 70% + aquades
a
b
c
d
D. Kertas lakmus merah
a
b
c
d
E. Kertas lakmus biru
a
b
c
d
Gambar 4. Gambar 4.2. Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun
adam hawa pada suhu pengeringan 80ºC dan kertas lakmus dengan
larutan (a) asam kuat (HCl), (b) asam lemah (CH3COOH), (c) basa
kuat (NaOH), dan (d) basa lemah (NH4OH
Kertas indikator asam basa dari ektrak daun adam hawa memiliki
kelebihan dibandingkan dengan kertas lakmus merah dan biru. Pada
pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa dapat
dibedakan antara larutan asam kuat dan asam lemah serta basa kuat dan basa
lemah, sedangkan pada kertas lakmus merah dan biru hanya dapat
menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa saja. Perubahan warna
terbaik ditunjukkan oleh kertas indikator dengan perlakuan suhu pengeringan
50ºC dan pelarut alkohol 70%+ aquades, karena menunjukkan perubahan
9
warna yang paling jelas dibandingkan dengan kertas indikator yang lainnya.
Perubahan warna kertas indikator yang dihasilkan pada larutan asam-basa
kuat dan lemah disebabkan karena adanya antosianin pada daun adam hawa.
Antosianin merupakan senyawa berwarna yang bertanggungjawab untuk
kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur, dan tanaman hias.
Antosianin disusun dari sebuah aglikon (antosianidin) yang teresterifikasi
dengan satu atau lebih gugus gula (glikon). Kebanyakan antosianin
ditemukan dalam enam bentuk antosianidin, yaitu pelargonidin, sianidin,
peonidin, delfinidin, petunidin, dan malvidin (Andarwulan dkk, 2012).
Berdasarkan penelitian Sitorus et al (2009) bahwa senyawa flavonoid yang
ada dalam tanaman adam hawa yaitu antosianidin. Antosianidin adalah
aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam.
Antosianidin yang paling umum dikenal adalah sianidin yang berwarna merah
lembayung.
4. PENUTUP
Ekstrak mahkota daun adam hawa dengan variasi suhu pengeringan dan
jenis pelarut mempengaruhi perubahan warna yang dihasilkan oleh kertas
indikator asam basa. Suhu pengeringan berpengaruh terhadap ketajaman
warna kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa serta hasil uji pada
larutan asam basa. Kertas indikator dengan perlakuan suhu 50ºC yang
dimaserasi dengan pelarut alkohol 70%+aquades menghasilkan warna yang
paling jelas dalam uji larutan asam basa.
PERSANTUNAN
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang
tua, Ibu Dra. Aminah Asngad, M.Si., dan teman-teman yang telah memberi
motivasi, dukungan, bantuan, dan do’a sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, Nuri, dkk. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. South East Asian
Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center.
Institut Pertanian Bogor.\
Hadyana, Pudjaatmaka, A. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hayati, R.; Nurhayati; dan Anisa, N. 2011. “ Pengaruh Suhu Pengeringan
Terhadap Mutu Rosela Kering (Hibiscus sabdariffa)”. Jurnal Floratek.
Lestari, P. 2016. “Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Untuk Uji Larutan Asam-Basa”. Jurnal Pendidikan Madrasah Vol.1, No.1
Marwati, S. 2011. “Kestabilan Warna Ekstrak Kubis Ungu (Brassica Oleracea)
Sebagai Indikator Alami Titrasi Asam Basa”. Prosiding Seminar
Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Yogyakarta :
FMIPA UNY.
. 2012. “Ekstraksi Dan Preparasi Zat Warna Alami Sebagai Indikator
Titrasi Asam Basa”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
Dan Penerapan MIPA. Yogyakarta : FMIPA UNY.
Nuryanti, S.; Matsjeh, S.; Anwar, C.; dan Raharjo, T. J. 2010. “ Indikator Titrasi
Asam Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L)”.
Agritech Vol. 30, No. 3
Padmaningrum, Regina Tutik. 2011. “Karakter Ekstrak Zat Warna Daun Rhoeo
discolor Sebagai
Indikator Titrasi Asam Basa”. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan
MIPA.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
Ramdan, U. M.; Aryanti, Y.; Mulyana, Y. 2017. “Efektivitas Konsentrasi Etanol
Untuk Ekstraksi Pewarna Alami Kembang Telang (Clitoria Ternatea L.)
dan Aplikasinya
Sebagai Alternatif Indikator Asam Basa”. Jurnal
Kesehatan
Bakti Tunas Husada Vol. 17, No. 1
Santoni, A.; Darwis, D.; dan Syahri, S. 2013.” Isolasi Antosianin Dari Buah
Pucuk Merah (Syzygium campanulatum Korth.) Serta Pengujian
Antioksidan dan Aplikasi Sebagai Pewarna Alami”. Prosiding Semirata
FMIPA Universitas Lampung
Sari, P.; Agustina, F.; Komar, M.; Unus; Fauzi, M.; dan Lindriati, T. 2005.
“Ekstraksi
dan
Stabilitas Antosianin Dari Kulit Buah Duwet
11
(Syzygium
cumini)”.
Vol. 16, No. 2
Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan
Sitorus, R. M. H.; Wullur, A. C..; dan Yamlean, P. V.Y. 2012. "Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Flavanoid Pada Daun Adam Hawa (Rhoeo
discolor)”. Pharmacon Vol.1, No.1
Sundhani, E.; Syarifah, D.C.N.; Zumrohani, L. R.; dan Nurulita, N.A. 2016.
“Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Adam Hawa (Rhoeo Discolor) dan
Daun Pucuk Merah (Syzygium Campanulatum Korth.)
Dalam
Menurunkan Kadar Gula Darah Pada
Tikus Putih Jantan Galur
Wistar Dengan Pembebanan Glukosa”. Pharmacy Vol.13, No. 2
Wahidiyat, Mita. 2014. Warna Merah dalam Emosi Binus University School of
Design Jakarta. (online diakses pada 20 Juni 2017 pukul 13.45 WIB dari
http://dkv.binus.ac.id/2014/10/03/warna-merah-dalam-emosi)
Winangsih; Prihastanti, E; dan Parman, S. 2013. “Pengaruh Metode Pengeringan
Terhadap Kualitas Simplisia Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum
L.)”.Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XXI, No. 1
Winarti, S. dan Firdaus, A. 2010. “Stabilitas Warna Merak Ekstrk Bunga Rosela
Untuk Pewarna Makanan dan Minuman”. Jurnal Teknologi Pertanian Vol.
11, No. 2
12
Download