PEMANFAATAN DAUN ADAM HAWA SEBAGAI INDIKATOR ASAM BASA ALTERNATIF DENGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN DAN JENIS PELARUT Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh : APSARI SETYANINGRUM A 420 130 178 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 ii iii PEMANFAATAN DAUN ADAM HAWA SEBAGAI INDIKATOR ASAM BASA ALTERNATIF DENGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN DAN JENIS PELARUT Abstrak Indikator asam basa sangat diperlukan dalam praktikum, khususnya dalam sub bab materi asam basa di sekolah menengah. Kandungan antosianin pada daun adam hawa dapat dimanfaatkan sebagai indikator asam basa alternatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perubahan warna kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa dengan variasi suhu pengeringan dan jenis pelarut. Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu suhu pengeringan dan jenis pelarut. Suhu pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 50ºC dan 80ºC, sedangkan jenis pelarut yang digunakan yaitu alkohol 70%, aquades, dan alkohol 70% + aquades. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi suhu pengeringan dan jenis pelarut mempengaruhi ketajaman warna kertas indikator dari daun adam hawa serta hasil uji pada larutan asam basa. Pada suhu 50ºC menghasilkan warna kertas yang lebih tajam dibandingkan pada suhu 80ºC, sedangkan jenis pelarut alkohol 70%+aquades menghasilkan warna kertas yang paling baik dibandingkan pelarut lainnya. Pada larutan asam kuat kertas indikator menghasilkan warna coral, sedangkan pada basa kuat menghasilkan gradasi warna hijau. Kertas indikator dengan perlakuan suhu 50ºC yang dimaserasi dengan pelarut alkohol 70%+aquades menghasilkan warna yang paling jelas dalam uji larutan asam basa. Kata kunci : indikator asam basa, daun adam hawa, suhu pengeringan, jenis pelarut. Abstract The acid-base indicator is needed in the experimental class, especially in the subchapter of acid-base topic in secondary school. Adam Hawa leaves contain anthocyanin substance and it can be used as an alternative acid-base indicator. The aim of this study was to investigate the discoloration of indicator paper made from the extract of Adam Hawa leaves with variety of drying temperature and type of solvent. This study used experimental method with complete randomized design (RAL) with two factors of treatment: drying temperature and solvent type. The drying temperature numbers used in this research are 50ºC and 80ºC, while the types of solvent used are alcohol 70%, distilled water, and mixture of both. The result showed that variations of drying temperature and type of solvent affect the sharpness of the indicator paper color from Adam Hawa leaves and also the test result of acid-base solvent. The paper color is sharper at 50ºC compared with 80ºC. The best color of paper was shown from alcohol 70% + distilled water solvent. Paper indicator produced coral color in strong acid solvent, while in strong base solvent it had a green gradation. The most obvious color shown from 1 the indicator paper with the treatment of 50ºC which was macerated with alcohol 70% + distilled water solvent. Keywords : acid base indicator, adam hawa leave, drying temperature, solvent type. 1. PENDAHULUAN Dalam pembelajaran IPA khususnya pada mata praktikum asam basa dalam materi klasifikasi zat, diperlukan adanya indikator sintetis yang digunakan untuk menguji dan mengetahui suatu zat yang bersifat asam atau basa. Berbagai indikator sintetis telah banyak digunakan, seperti fenolftalein, metil jingga dan metil merah (Ramdan, 2017). Tetapi tidak semua sekolah dapat menyediakan indikator sintetis tersebut. Selain harganya yang relatif mahal, indikator sintetis juga dapat menyebabkan polusi kimia atau pencemaran lingkungan (Nuryanti, 2010). Sehingga diperlukan alternatif indikator asam basa alami dari bahan-bahan alam yang aman dan mudah didapatkan. Di Indonesia banyak terdapat berbagai jenis tanaman yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai indikator asam basa alternatif. Bagian tanaman yang mengandung antosianin dapat digunakan sebagai indikator asam basa, karena dapat berubah warna pada suasana asam maupun basa (Marwati, 2011). Salah satu jenis tanaman yang berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi indikator asam basa alami yaitu tanaman adam hawa (Rhoeo discolor). Tanaman adam hawa memiliki daun berwarna hijau pada permukaan atas dan ungu pada permukaan bawah. Warna ungu pada daun adam hawa tersebut merupakan senyawa flavanoid. Penelitian yang telah dilakukan Sundhani (2016) menunjukkan bahwa daun adam hawa mengandung senyawa alkaloid, terpenoid, dan flavonoid. Jenis flavonoid yang terdapat pada daun adam hawa yaitu antosianidin (Sitorus, 2011). Kandungan senyawa antosianin dalam daun adam hawa dapat diperoleh dengan proses ekstraksi. Ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan beberapa jenis pelarut, seperti air, alkohol, etanol dan metanol. Penelitian yang telah dilakukan oleh Lestari (2016) terhadap bunga belimbing wuluh 2 dengan menggunakan pelarut air dan alkohol menunjukkan perubahan warna yang spesifik dari merah pada lingkungan asam hingga biru hijau pada lingkungan basa dan warna tetap pada lingkungan netral. Penelitian Padmaningrum (2011) dengan menggunakan pelarut air dan alkohol 70% menunjukkan ekstrak daun adam hawa dapat digunakan sebagai indikator asam basa dengan perubahan warna merah muda hingga hijau kekuningan pada pelarut air sedangkan pada pelarut alkohol 70% terjadi perubahan warna coklat hinga hijau. Penelitian Sari (2005) mengenai ekstraksi buah duwet menunjukkan bahwa konsentrasi antosianin tertinggi dengan menggunakan pelarut kombinasi air dan etanol. Indikator alami yang digunakan biasanya dalam bentuk larutan atau cairan yang tidak tahan lama dan dapat menimbulkan bau tidak sedap (Lestari, 2016). Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penelitian pembuatan indikator alami dalam bentuk kertas. Kelebihan indikator dalam bentuk kertas yaitu dapat disimpan dalam waktu yang lama serta tidak mudah rusak. Selain dalam bentuk kertas, indikator alami juga ada dalam bentuk serbuk. Untuk membuat indikator alami dalam bentuk serbuk dapat dilakukan dengan cara dikeringkan dengan oven pada suhu tertentu dan tetap memperhatikan kestabilannya pada saat pengeringannya agar senyawa zat warna alami tidak rusak (Marwati, 2012). Penelitian Hayati, et al (2011) menunjukkan bahwa rosela yang dikeringkan dengan oven suhu 50ºC selama 2 x 24 jam memiliki kandungan antosianin sebesar 21,37. Pada pra penelitian, penulis melakukan variasi suhu pengeringan 50ºC dan 80ºC selama 12 jam. Daun adam hawa yang telah kering diblender hingga menjadi serbuk dan di ekstraksi dengan menggunakan pelarut alkohol 70%, aquades dan alkohol 70% +aquades. Pembuatan kertas indikator asam basa dilakukan dengan cara merendam kertas saring pada larutan hasil ekstraksi. Hasil perendaman kertas saring tersebut menunjukkan perbedaan warna pada setiap kertas. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memiliki gagasan untuk memanfaatkan daun adam hawa sebagai bahan utama dalam pembuatan indikator asam basa alternatif dalam bentuk kertas indikator dengan variasi 3 perlakuan yaitu suhu pengeringan dan jenis pelarut. Dengan adanya penelitian ini diharapkan zat warna alami dari daun adam hawa dapat dijadikan indikator asam basa alternatif dalam kegiatan praktikum di sekolah. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perubahan warna kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa dapat digunakan sebagai indikator asam basa alternatif. Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan dua faktor perlakuan yaitu suhu pengeringan 50ºC (S1), suhu pengeringan 80ºC (S2) dan jenis pelarut alkohol 70% (P1), aquades (P2), dan alkohol 70% + aquades (P3). Prosedur penelitian dimulai dengan mengambil daun adam hawa kemudian memotong kecil-kecil, selanjutnya daun dikeringkan dengan oven pada suhu 50ºC dan 80ºC selama 12 jam. Daun adam hawa yang sudah kering kemudian dihaluskan menggunakan blender sehingga diperoleh serbuk halus. Menimbang serbuk halus daun adam hawa sebanyak 5 gram, kemudian dimaserasi dengan 50 ml pelarut. Perbandingan bahan dan pelarut yang digunakan yaitu 1:10, sehingga 5 gram daun adam hawa dibutuhkan masingmasing 50 ml pelarut alkohol 70%, aquades, dan campuran alkohol 70% + aquades (1:1). Menyaring ekstrak daun adam hawa yang sudah dimaserasi selama 60 menit. Memotong kertas saring dengan ukuran 1x5 cm, kemudian merendam kertas kedalam gelas beker yang berisi hasil ekstrak daun adam hawa selama 60 menit. Kertas di keringanginkan dengan bantuan kipas angin hingga kering. Uji keberhasilan kertas indikator asam basa dilakukan dengan mencelupkan kertas indikator ke dalam larutan asam basa kuat dan lemah kemudian mengamati perubahan warnanya. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif meliputi uji terhadap perubahan warna indikator asam basa dari daun adam hawa yang dicelupkan pada larutan asam kuat (HCl), asam lemah (CH3COOH), basa kuat (NaOH) dan basa lemah (NH4OH) 4 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil warna kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa sebagai berikut. Tabel 1. warna kertas indikator daun adam hawa Perlakuan P1 Peach Apricot S1 S2 Lakmus Merah Lakmus Biru Keterangan : Warna Kertas P2 Papaya Melon Merah Biru P3 Pink Light pink S1P1 : Suhu pengeringan 50ºC dengan jenis pelarut alkohol 70% S1P2 : Suhu pengeringan 50ºC dengan jenis pelarut aquades S1P3 : Suhu pengeringan 50ºC dengan jenis pelarut alkohol 70% + aquades S2P1 : Suhu pengeringan 80ºC dengan jenis pelarut alkohol 70% S2P2 : Suhu pengeringan 80ºC dengan jenis pelarut aquades S2P3 : Suhu pengeringan 80ºC dengan jenis pelarut alkohol 70% + aquades Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa suhu pengeringan mempengaruhi perbedaan warna pada kertas indikator yang dihasilkan. Suhu pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 50ºC dan 80ºC. Kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa yang di keringkan pada suhu 50ºC menghasilkan warna yang lebih tajam, sedangkan pada suhu 80ºC menghasilkan warna yang lebih cerah. Sesuai dengan penelitian Hayati (2011), rata-rata antosianin kelopak rosella tertinggi diperoleh pada suhu pengeringan 50ºC. Hasil penelitian Winangsih (2013) menunjukkan bahwa metode pengeringan oven pada suhu 50ºC merupakan pengeringan yang paling baik dengan kadar air yang paling rendah. Pada pengeringan daun adam hawa dengan suhu 50ºC diperoleh serbuk berwarna hijau tua, sedangkan pada suhu pengeringan 80ºC serbuk berwarna hijau kecoklatan. Perbedaan warna serbuk inilah yang menyebabkan warna kertas indikator lebih tajam pada suhu 50ºC. Semakin meningkatnya suhu pemanasan maka semakin berkurang intensitas warna dari antosianin, hal ini disebabkan karena terdegradasinya antosianin tersebut (Santoni, 2013). Berikut gambar kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa : 5 A. Hasil kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa pada suhu pengeringan 50ºC B. Hasil kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa pada suhu pengeringan 80ºC Gambar 1. Hasil kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa Pembuatan kertas indikator ini dibuat dengan cara merendam kertas saring di dalam masing-masing ekstrak alkohol 70%, aquades, dan alkohol 70% +aquades daun adam hawa. Alkohol 70% sebenarnya merupakan etanol, pemilihan etanol sebagai pelarut selain dilihat dari sifat polarnya juga dilihat dari aspek ekonomisnya. Etanol lebih mudah di dapatkan dan harganya lebih murah di bandingkan dengan jenis alkohol lainnya. Penggunaan aquades sebagai pelarut selain aman, murah, dan ketersediannya melimpah, aquades juga memiliki sifat polar. Antosianin adalah pigmen yang sifatnya polar dan akan larut dengan baik dalam pelarut polar (Winarti, 2008). Kertas saring yang digunakan dalam pembuatan kertas indikator asam basa mengandung selulosa murni sehingga memiliki kemampuan daya serap yang baik. Kandungan selulosa murni yang bersifat organik pada kertas saring dapat mengikat zat kimia ligan dari ekstrak (Hadyana, 2002). Berdasarkan gambar 1. warna kertas yang paling baik yaitu kertas yang direndam pada larutan kombinasi alkohol 70% + aquades. Hal ini sesuai dengan penelitian Sari, et al (2005) bahwa ekstraksi menggunakan pelarut kombinasi air dan etanol menunjukkan konsentrasi antosianin yang lebih tinggi di bandingkan dengan pelarut etanol, isopropanol, dan kombinasi etanol-isopropanol. Dengan adanya kombinasi dengan pelarut air dapat meningkatkan polaritas. Sifat kepolaran pelarut berpengaruh terhadap konsentrasi antosianin yang 6 terekstrak. Semakin polar pelarut maka konsentrasi antosianin semakin tinggi dan sebaliknya. Hasil pengujian dari 64 sampel kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa dan kertas lakmus dengan menggunakan larutan asam kuat (HCl), asam lemah (CH3COOH), basa kuat (NaOH), dan basa lemah (NH4OH) sebagai berikut : Tabel 2. Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa dan kertas lakmus Perubahan Warna Kertas Perlakuan HCl NaOH CH3COOH NH4OH S1P1 Coral Lemon Peach Peach S1P2 Coral Lumut Papaya Papaya S1P3 Coral Lemon Pink Pink S2P1 Coral Lemon Apricot Apricot S2P2 Coral Keket Melon Melon S2P3 Coral Lemon Light pink Light pink Lakmus Merah Merah Biru Merah Biru Lakmus Biru Merah Biru Merah Biru Berdasarkan tabel 2. hasil pengujian kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa menunjukkan adanya perubahan warna pada larutan asam dan basa. Kertas indikator dengan perlakuan pengeringan daun adam hawa pada suhu 50ºC yang di maserasi dengan pelarut alkohol 70% pada larutan asam kuat berwarna coral dan pada basa kuat berwarna lemon. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna peach (tetap). Perubahan warna kertas yang di maserasi dengan pelarut aquades berwarna coral pada asam kuat dan pada basa kuat berwarna lumut. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna papaya (tetap). Sedangkan perubahan warna kertas yang di maserasi dengan pelarut alkohol 70% + aquades pada larutan asam kuat berwarna coral dan pada basa kuat berwarna lemon. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna pink (tetap). Berikut gambar hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa pada suhu pengeringan 50ºC dalam larutan asam basa kuat dan lemah: 7 A. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak mahkota bunga pukul empat suhu pengeringan 50ºC dengan pelarut alkohol 70% a b c d B. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak daun adam hawa suhu pengeringan 50ºC dengan aquades a b c d C. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak mahkota bunga pukul empat suhu pengeringan 50ºC dengan pelarut alkohol 70% + aquades a b c d Gambar 2. Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa pada suhu pengeringan 50ºC dengan larutan (a) asam kuat (HCl), (b) asam lemah (CH3COOH), (c) basa kuat (NaOH), dan (d) basa lemah (NH4OH) Kertas indikator dengan perlakuan pengeringan daun adam hawa pada suhu 80ºC yang di maserasi dengan pelarut alkohol 70% pada larutan asam kuat berwarna coral dan pada basa kuat berwarna lemon. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna apricot (tetap). Perubahan warna kertas yang di maserasi dengan pelarut aquades berwarna coral pada asam kuat dan pada basa kuat berwarna keket. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna melon (tetap). Sedangkan perubahan warna kertas yang di maserasi dengan pelarut alkohol 70% + aquades pada larutan asam kuat berwarna coral dan pada basa kuat berwarna lemon. Pada asam lemah dan basa lemah berwarna light pink (tetap). Menurut Wadihiyat (2014) , gradasi warna jingga seperti peach, apricot, melon, papaya, mango, carrot, dan coral. Gradasi warna merah seperti pink, light pink dusty pink, bright pink, shocking pink, mauves, magenta, burgundy, wine, claret, dan mahogany. Gradasi warna hijau meliputi pupus, belerang, teh hijau, lemon, keket, rumput, tentara, lumut, kumala, botol, cemara, dawet, dan zamrud. Berikut gambar hasil pengujian 8 kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa pada suhu pengeringan 80ºC dalam larutan asam basa kuat dan lemah: A. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak daun adam hawa suhu pengeringan 80ºC dengan pelarut alkohol 70% a b c d B. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak daun adam hawa suhu pengeringan 80ºC dengan pelarut aquades a b c d C. Kertas indikator asam-basa dari ekstrak daun adam hawa suhu pengeringan 80ºC dengan pelarut alkohol 70% + aquades a b c d D. Kertas lakmus merah a b c d E. Kertas lakmus biru a b c d Gambar 4. Gambar 4.2. Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa pada suhu pengeringan 80ºC dan kertas lakmus dengan larutan (a) asam kuat (HCl), (b) asam lemah (CH3COOH), (c) basa kuat (NaOH), dan (d) basa lemah (NH4OH Kertas indikator asam basa dari ektrak daun adam hawa memiliki kelebihan dibandingkan dengan kertas lakmus merah dan biru. Pada pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun adam hawa dapat dibedakan antara larutan asam kuat dan asam lemah serta basa kuat dan basa lemah, sedangkan pada kertas lakmus merah dan biru hanya dapat menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa saja. Perubahan warna terbaik ditunjukkan oleh kertas indikator dengan perlakuan suhu pengeringan 50ºC dan pelarut alkohol 70%+ aquades, karena menunjukkan perubahan 9 warna yang paling jelas dibandingkan dengan kertas indikator yang lainnya. Perubahan warna kertas indikator yang dihasilkan pada larutan asam-basa kuat dan lemah disebabkan karena adanya antosianin pada daun adam hawa. Antosianin merupakan senyawa berwarna yang bertanggungjawab untuk kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur, dan tanaman hias. Antosianin disusun dari sebuah aglikon (antosianidin) yang teresterifikasi dengan satu atau lebih gugus gula (glikon). Kebanyakan antosianin ditemukan dalam enam bentuk antosianidin, yaitu pelargonidin, sianidin, peonidin, delfinidin, petunidin, dan malvidin (Andarwulan dkk, 2012). Berdasarkan penelitian Sitorus et al (2009) bahwa senyawa flavonoid yang ada dalam tanaman adam hawa yaitu antosianidin. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum dikenal adalah sianidin yang berwarna merah lembayung. 4. PENUTUP Ekstrak mahkota daun adam hawa dengan variasi suhu pengeringan dan jenis pelarut mempengaruhi perubahan warna yang dihasilkan oleh kertas indikator asam basa. Suhu pengeringan berpengaruh terhadap ketajaman warna kertas indikator dari ekstrak daun adam hawa serta hasil uji pada larutan asam basa. Kertas indikator dengan perlakuan suhu 50ºC yang dimaserasi dengan pelarut alkohol 70%+aquades menghasilkan warna yang paling jelas dalam uji larutan asam basa. PERSANTUNAN Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Ibu Dra. Aminah Asngad, M.Si., dan teman-teman yang telah memberi motivasi, dukungan, bantuan, dan do’a sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. 10 DAFTAR PUSTAKA Andarwulan, Nuri, dkk. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. South East Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center. Institut Pertanian Bogor.\ Hadyana, Pudjaatmaka, A. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka. Hayati, R.; Nurhayati; dan Anisa, N. 2011. “ Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Rosela Kering (Hibiscus sabdariffa)”. Jurnal Floratek. Lestari, P. 2016. “Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Untuk Uji Larutan Asam-Basa”. Jurnal Pendidikan Madrasah Vol.1, No.1 Marwati, S. 2011. “Kestabilan Warna Ekstrak Kubis Ungu (Brassica Oleracea) Sebagai Indikator Alami Titrasi Asam Basa”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Yogyakarta : FMIPA UNY. . 2012. “Ekstraksi Dan Preparasi Zat Warna Alami Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan MIPA. Yogyakarta : FMIPA UNY. Nuryanti, S.; Matsjeh, S.; Anwar, C.; dan Raharjo, T. J. 2010. “ Indikator Titrasi Asam Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L)”. Agritech Vol. 30, No. 3 Padmaningrum, Regina Tutik. 2011. “Karakter Ekstrak Zat Warna Daun Rhoeo discolor Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Yogyakarta : FMIPA UNY. Ramdan, U. M.; Aryanti, Y.; Mulyana, Y. 2017. “Efektivitas Konsentrasi Etanol Untuk Ekstraksi Pewarna Alami Kembang Telang (Clitoria Ternatea L.) dan Aplikasinya Sebagai Alternatif Indikator Asam Basa”. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Vol. 17, No. 1 Santoni, A.; Darwis, D.; dan Syahri, S. 2013.” Isolasi Antosianin Dari Buah Pucuk Merah (Syzygium campanulatum Korth.) Serta Pengujian Antioksidan dan Aplikasi Sebagai Pewarna Alami”. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung Sari, P.; Agustina, F.; Komar, M.; Unus; Fauzi, M.; dan Lindriati, T. 2005. “Ekstraksi dan Stabilitas Antosianin Dari Kulit Buah Duwet 11 (Syzygium cumini)”. Vol. 16, No. 2 Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Sitorus, R. M. H.; Wullur, A. C..; dan Yamlean, P. V.Y. 2012. "Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavanoid Pada Daun Adam Hawa (Rhoeo discolor)”. Pharmacon Vol.1, No.1 Sundhani, E.; Syarifah, D.C.N.; Zumrohani, L. R.; dan Nurulita, N.A. 2016. “Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Adam Hawa (Rhoeo Discolor) dan Daun Pucuk Merah (Syzygium Campanulatum Korth.) Dalam Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Dengan Pembebanan Glukosa”. Pharmacy Vol.13, No. 2 Wahidiyat, Mita. 2014. Warna Merah dalam Emosi Binus University School of Design Jakarta. (online diakses pada 20 Juni 2017 pukul 13.45 WIB dari http://dkv.binus.ac.id/2014/10/03/warna-merah-dalam-emosi) Winangsih; Prihastanti, E; dan Parman, S. 2013. “Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap Kualitas Simplisia Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum L.)”.Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XXI, No. 1 Winarti, S. dan Firdaus, A. 2010. “Stabilitas Warna Merak Ekstrk Bunga Rosela Untuk Pewarna Makanan dan Minuman”. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11, No. 2 12