Agama Al Qur’an Kunci Pemecahan Masalah T erhadap kitab-kitab suci sebe­ lum Al-Qur’an kita hanya yakin dan percaya bahwa kitab-kitab itu pernah ada. Tentang keasliannya yang sekarang ini Allah tidak menjamin. Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diwahyukan dan diturun­ kan kepada Rasulullah Muhammad Saw secara langsung dari malaikat Jibril kemudian disampaikan ke­ pada para sahabat dan ditulis ser­ta dihafal oleh para sahabat lalu dibu­ kukan pada zaman sahabat yang kemudian disampaikan kepada gene­ rasi berikutnya sehingga sampai kepada kita sekarang ini dengan jalan mutawatir, artinya melalui proses yang tidak mungkin dusta, sehingga dapat dipertanggung jawabkan ke­ mur­nian dan keasliannya. Allah SWT memang menjamin dan menjaga kemurnian dan keaslian al- Quran sebagaimana firmannya dalam surat Al Hijr (15) : 9 yang artinya : “Sesunggguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sungguh Kami benar-benar memeli­ haranya.” Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang mengandung nilai 20 MPA 310 / Juli 2012 Salah satu Rukun Iman yang wajib kita yakini adalah percaya kepada kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad Saw yaitu Al- Qur’an dan kitabkitab yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul sebelum beliau seperti Taurat kepada Nabi Musa As, Zabur kepada Nabi Daud As, dan Injil kepada Nabi Isa As. mukjizat. Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang tiada sanggup manusia menciptakannya dan hanya diberikan kepada para Nabi dan Rasul Allah untuk menguatkan kebenaran kenabian dan karasulannya. Al-Qur’an diturunkan tidak hanya untuk suatu bangsa dalam suatu masa, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk pedoman se­ panjang masa, selama dunia ini masih ada, khususnya sebagai pedo­ man bagi umat Islam. Untuk mem­peroleh petunjuk Al-Quran, maka kita sebagai umat Islam wajib mempelajari, memahami dan menghayati isi kandungannya, ke­ mu­dian mengamalkannya bah­kan harus memperjuangkannya untuk diwujudkan dalam praktek kehidu­ pan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Umat Islam harus yakin, artinya tidak boleh ragu-ragu atas kebenaran Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai sumber ilmu, hukum, moral, akan bisa diwujudkan dalam praktek, apabila ada kemauan dari umara’, negarawan, ulamak, zuama’, intelektual, rakyat (ma­ sya­­ rakat) untuk menggali isi kan­ dungannya. Umat Islam wajib yakin bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang memberikan petunjuk ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu wajib pula mengikuti pe­ tunjuk Allah dengan melaksanakan perintah serta menjauhi laranggan-Nya. Dan tidak mencari jalan-jalan lain yang bertentangan dengan AlQur’an sebagaimana peringatan Allah SWT dalam surat Al An’am (6): Agama 153 yang artinya : “Dan bahwa (yang Kami perin­tahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya, yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. Dan barangsiapa menjadikan AlQur’an sebagai pedoman dan petunjuk, maka mereka tidak akan sesat dan celaka, sebagaimana firmanNya dalam surat Thoha (20) : 123 yang artinya: “........ maka jika datang kepadamu petunjuk dariKu, lalu barang siapa yang mengikuti petunjukku ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” Selanjutnya dalam ayat 124 surat Thoha tersebut Allah berfirman yang artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Memang Al-Qur’an adalah kunci pemecahan masalah. Mengambil petunjuk Al-Qur’an tidak berarti melak­ sanakan dalil Al-Qur’an un­ tuk mendukung suatu keinginan se­ bagai upaya pembenaran terhadap keinginan kelompok tertentu yang jelas-jelas bertentangan dengan jiwa Al-Qur’an dan aspirasi serta jiwa orang-orang muttaqin, dimana AlQur’an ditempatkan untuk meligiti­ masi terhadap keinginan tersebut. Tetapi yang benar adalah AlQur’an diambil ajaran-ajarannya se­ cara benar untuk menentukan arah kehidupan manusia dan arah pem­ bangunan, seperti antara lain ditegaskan dalam Surat al A’raf ayat 96 yang artinya: ”Jika sekiranya pen­ duduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” Akhir-akhir ini ada pandangan, ungkapan dan tulisan yang dapat dipahami bahwa Al-Qur’an tidak dipandang sebagai kitab suci atau tidak digunakan kesuciannya tetapi Al-Qur’an dipandang sebagai teks terbuka dan hasil budaya manusia. Bila perlu bisa diamandemen, diadakan perubahan dan penyempurnaan, se­ hingga perlu diteliti kembali. Ke­ lompok ini sering disebut se­ bagai kelompok liberal. Mereka mengajarkan dan memperjuangkan paham-paham liberalisme, sekularis­ me dan pluralisme agama dengan karya bukunya antara lain “Fiqih Lintas Agama”. Sebenarnya buku ini lebih pantas dengan judul “Fiqih Lindas Agama”. Para pengikut faham liberalisme antara lain yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal (JIL) memang berusaha mengusung model penaf­ siran dengan menggunakan metode hermeuneutika yang berkembang di negara-negara Barat untuk mema­ hami teks-teks Bibel yang mem­ pertanyakan kitab sucinya tentang Al-Qur’an diturunkan tidak hanya untuk suatu bangsa dalam suatu masa, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk pedoman se­panjang masa, selama dunia ini masih ada, khususnya sebagai pedo­man bagi umat Islam problem otentisitas teks, problem bahasa dan problem isinya, bahkan problem ketuhanan yang ada dalam Bibel. Karena memang mereka ku­ rang yakin akan kebenaran dan keaslian kitab suci mereka sendiri yaitu Injil ataupun Bibel. Menurut jajak pendapat yang diadakan di Amerika beberapa ta­ hun yang lalu yakni 7 Oktober 2007 menunjukkan bahwa hampir separo (42%) orang dewasa Amerika “tidak benar-benar yakin” Tuhan itu ada. Dengan perincian penganut berbagai kelompok agama : 24% orang Protestan, 36% orang Katolik 70% orang Yahudi, kurang yakin bahwa Tuhan itu ada. Di Inggris bahkan diperkirakan 24.000 orang pemuja matahari. Sebuah buku yang ditulis Her­ lianto seorang aktifis Kristen asal Ban­ dung berjudul Gereja Modern Mau Kemana?, memaparkan dengan jelas kehancuran gereja-gereja di Eropa di­ hantam nilai-nilai sekularisme, moder­ nisme, liberalisme, dan sinkretisme. Di Amsterdam Belanda misalnya, 200 tahun lalu 99% penduduknya beragama Kristen. Kini tinggal 10% saja yang dibabtis dan ke gereja. Kebanyakan mereka sudah tidak terikat lagi dalam agama atau sudah menjadi sekuler. Di Perancis 95% penduduknya Katolik hanya 13% saja yang hadir kebaktian di gereja. Pada tahun 1987 di Jerman me­ nurut laporan Institute for Public Opinion Research, 60% penduduknya menyatakan bahwa “Agama sudah tidak diperlukan lagi.” Di Finlandia yang 97% Kristen hanya 3% saja yang ke gereja tiap minggu. Di Norwegia yang 90% Kristen, hanya setengahnya saja yang percaya pada dasar-dasar kepercayaan Kristen. Masyarakat Eropa juga tergila-gila pada paranormal, mengalahkan ke­ per­ cayaan mereka kepada pendeta atau Imam Katolik. Semua pengalaman traumatik di Barat tidak pernah terjadi dalam Islam. Islam tidak mengalami pro­blem Kitab Suci. Otentisitas Al-Qur’an diakui dan sekaligus dapat dibuktikan secara akurat. Islam tidak pernah mengalami problem teologi. Konsep-konsep yang berkaitan dengan ketuhanan, perwahyuan, dan kenabian sangat jelas dan rasional. Oleh karena itu upaya kelompok liberal yang mengu­ sung metode hermeuneutika ke Indonesia untuk meneliti Al-Qur’an samasekali tidak proporsional. Oleh karena itu hal tersebut harus ditolak oleh umat Islam yang yakin akan kebenaran dan kemurnian Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak memiliki pro­ blem sebagaimana Injil atau Bibel karena sejak Rosulullah Muhammad SAW sampai saat ini tetap terjaga kemurniannya, baik teksnya, bahasa, maupun isinya. Hal ini terbukti antara lain banyak para penghafal AlQur’an yang tersebar di seluruh dunia Islam sejak dulu sampai sekarang tidak pernah ada perubahan. Dan sekali lagi Al-Qur’an memang dijaga kemurnian dan keasliannya oleh Allah SWT seba­gaimana tersebut dalam surat Al Hijr ayat 9 di atas, sehingga Al-Qur’an tetap akurat se­ bagai kunci pemecahan masalah sepanjang masa. •A. Rachman Azis MPA 310 / Juli 2012 21