Pengaruh Padat Tebar Tinggi Dengan Penggunaan Nitrobacter

advertisement
Pengaruh Padat Tebar Tinggi Dengan Penggunaan Nitrobacter Terhadap
Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias Sp.)
Effect of Stocking Density with Adding Nitrobacter on Growth of Catfish (Clarias sp.)
Fenlya Meitha Pasaribu(1), Syammaun Usman(2), Rusdi Leidonald(2)
(1) Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, (Email :[email protected])
(2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Catfish is one of the freshwater fishery commodities whose demand is increasing in
Indonesia. Intensive cultivation is required to meet the market demand. Intensive cultivation can be
done by optimizing the stocking density. This study aimed to determine the effect of added Nitrobacter
with high stocking density system on the survival, height growth and weight growth of catfish (Clarias
sp.) As well as to determine the maximum stocking density of catfish with the average length of 6 cm
and 1.5 gram in average weight. 450 catfish were used. The study was conducted at Laboratory of
Aquaculture, Water Resource Management, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara,
Medan in June until July 2016. The container were used are 9 aquarium size of 60 cm x 40 cm x 40
cm with a volume of 72 liters each aquarium. The parameters were observed during 42 days of
observation are; survival, weight growth and length growth. During the study, fish were fed with
artificial feed as much as 5% of body weight per day. The feeding frequency are 3 times a day which
are at 10:00, 14:00, 18:00. This study used completely randomized design (CRD) with 3 treatments,
those are stocking density of 600 individuals / liter (P1), 700 fish / liter (P2) and 800 fish / liter (P3)
and repeated 3 times. The P1 treatment showed the best score at weight growth rate and length
growth rate in the amount of 40,70 gram and 12,63 cm. The P3 treatment showed the lowest weight
growth rate and length growth rate that is equal to 38,74 gram and 12,18 cm. Stocking density did not
significantly affected the length growth rate, weight growth rate and survival of fish.
Keywords : Clarias sp., Growth, Stocking Density, Survival
PENDAHULUAN
Ikan merupakan bahan pangan
berkadar
protein
tinggi
sehingga
dibutuhkan
sebagai
sumber
gizi,
khususnya sebagai protein penunjang
pertumbuhan dan kesehatan penduduk di
Indonesia. Ekskresi ikan berasal dari
katabolisme protein pakan dan di
keluarkan dalam bentuk amonia dan urea.
Amonia merupakan salah satu bentuk N
anorganik yang berbahaya bagi ikan
(Shafrudin, dkk., 2006). Kondisi tersebut
akan berakibat terhadap kesehatan ikan
yang kemudian akan mempengaruhi
kelangsungan hidup, pemanfaatan makan
dan laju pertumbuhan, sehingga perlu
dilakukan penjagaan lebih terhadap
kondisi air pada wadah.
Menurut Kordi (2012) secara
biologis, dialam sebenarnya dapat terjadi
perombakan ammonia menjadi nitrat
(NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya
dalam proses nitrifikasi, terutama bakteri
Nitrosomonas dan Nitrobacter. Meskipun
demikian tinggginya tingkat amoniak di
dalam budidaya intensif memberikan
gambaran bahwa jumlah Nitrobacter yang
ada masih belum dapat mengimbangi
jumlah amoniak yang dihasilkan.
Oleh karena itu penambahan
Nitrobacter dalam sistem budidaya
intensif diharapkan mampu memperbaiki
kualitas air akibat kepadatan ikan yang
tinggi
sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi ikan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
padat tebar tinggi dengan penggunaan
Nitrobacter terhadap pertumbuhan ikan
lele.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan
pada
bulan
Juni-Juli
2015,
di
Laboratorium
Budidaya,
Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain akuarium dengan
ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 9
buah, pH meter, DO meter, termometer,
ammoniak tes kit, kertas milimeter,
timbangan digital, bak air, ember, aerator,
alat tulis dan kamera digital.
Sedangkan bahan–bahan yang
digunakan antara lain ikan lele dengan
ukuran panjang rata-rata 6 cm/ekor dan
bobot rata-rata 1,5 gram/ekor sebanyak
450 ekor, pakan ikan buatan (pelet),
Nitrobacter, urea, akuades, kertas label
dan desinfektan.
Prosedur Penelitian
Rancangan Percobaan
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan
tiga perlakuan dan masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 3 kali, yaitu :
- Perlakuan P1 dengan padat tebar 600
ekor/m³
- Perlakuan P2 dengan padat tebar 700
ekor/m³
- Perlakuan P3 dengan padat tebar 800
ekor/m³
Rancangan ini digunakan karena
keragaman kondisi lingkungan, alat, bahan
dan media yang digunakan adalah
homogen atau letak/posisi masing-masing
unit tidak mempengaruhi hasil-hasil
percobaan, dan percobaan ini dilakukan
pada kondisi terkendali atau setiap unit
percobaan secara keseluruhan memiliki
peluang yang sama besar untuk menempati
pot-pot percobaan (Hanafiah, 2012).
Persiapan Bahan dan Alat
Alat yang digunakan seperti
akuarium yang akan digunakan dicuci
terlebih dahulu dengan larutan desinfektan
yang di perbolehkan bagi perikanan
kemudian dibilas dengan menggunakan air
bersih. Setelah cuci bersih alat tersebut di
jemur selama 1 hari di bawah sinar
matahari. Pada ikan lele yang akan
digunakan di adaptasi terlebih dahulu
selama 3 hari di dalam akuarium. Hal ini
di maksudkan agar ikan tidak stres dan
dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi
lingkungan.
Persiapan Air Media Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan ikan air
sebagai media hidup ikan sangat penting
untuk di jaga. Sehingga di perlukan media
air yang baik sebelum di lakukan nya
penelitian. Hal ini agar ikan tetap dalam
kondisi yang sehat. Adapun tahapan yang
dilakukan untuk persiapan media air
pemeliharaan selama penelitian ialah
pertama air bersih yang berasal dari lokasi
penelitian di tampung dalam bak besar.
Kemudian air tersebut di aerasi selama tiga
hari. Proses selanjutnya air tersebut
dicampurkan dengan urea sebanyak 10
gr/m³ pada keadaan hari yang cerah. Lalu
pada
malam
harinya
nitrobacter
dimasukkan kedalam air sebanyak 10
ml/m³ dan didiamkan selama 5 hari.
Selanjutya pada hari ke enam air dapat
dimasukkan ke dalam akuarium yang akan
digunakan dan pada hari ke tujuh ikan lele
dapat dimasukkan ke dalam akuarium.
Sistem Padat Tebar Tinggi
Ikan yang digunakan adalah ikan
yang berasal dari pembudidaya ikan lele di
Kota Medan. Sebelum ditebar kedalam
akuarium dilakukan beberapa tahapan
perlakuan terlebih dahulu yaitu sebagai
berikut:
- Menghitung volume akuarium yang
akan digunakan, dalam hal ini tinggi
akuarium dikurangi 10 cm untuk
mengurangi
kemungkinan
air
kepenuhan dan ikan keluar dari
akuarium.
Voume akuarium = 60 cm x 40 cm x
30 cm = 72.000 cm³ = 72 dm³ = 72 L
- Menghitung jumlah ikan yang akan
dimasukkan ke dalam akuarium pada
setiap perlakuan.
1 m³ = 1000 dm³ = 1000 L
P1 = 600 ekor/m³ = 600 ekor/1000 L
= 1 ekor/1,7 L
= 1 ekor/1,7 L x 72 L = 42 ekor
P2 = 700 ekor/m³ = 700 ekor/1000 L
= 1 ekor/ 1,4 L
= 1 ekor/ 1,4 L x 72 L = 51 ekor
P3 = 800 ekor/m³ = 800 ekor/1000 L
= 1 ekor/ 1,25 L
= 1 ekor/ 1,25 L x 72 L = 57 ekor
- Ikan kemudian dimasukkan kedalam 9
akuarium, dengan kepadatan masingmasing yang sudah ditentukan. .
Pemberian Pakan
Pakan yang digunakan adalah
pakan buatan (pelet), dengan frekuensi
pemberian pakan 3 kali dalam satu hari
yaitu pukul 10.00 WIB, 14.00 WIB dan
18.00 WIB dengan jumlah pemberian
pakan 5% dari bobot ikan per hari.
Pengamatan
Penelitian dilakukan selama 42 hari
de ngan peminimalan pengamatan
terhadap ikan yang diuji. Hal ini bertujuan
untuk menghindari stres pada ikan.
Pengamatan dilakukan terhadap beberapa
parameter yaitu berat, panjang, dan jumlah
ikan yang mati serta kualitas air.
Pengamatan berat ikan dilakukan setiap 7
hari sekali dan pengamatan panjang ikan
akan dilakukan setiap 14 hari dengan cara
menimbang bobot dan mengukur panjang
ikan dengan kertas milimeter. Setiap
sampling, benih ikan lele yang diambil
sebanyak 10% akuarium. Sedangkan
tingkat
kelangsungan
hidup
dapat
diketahui dengan cara menghitung jumlah
ikan yang mati setiap harinya selama masa
pemeliharaan.
Pengumpulan Data
Tingkat kelangsungan hidup
Tingkat kelangsungan hidup atau Survival
Rate (SR) diukur dengan menggunakan
rumus menurut Effendie (1979) sebagai
berikut :
Keterangan :
SR = Kelangsungan hidup benih (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian
(ekor)
N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian
(ekor)
Pengukuran Pertumbuhan Bobot Ikan
Pengukuran pertumbuhan bobot
dihitung dengan rumus menurut Effendie
(1997) sebagai berikut :
ΔW = Wt – W0
keterangan:
ΔW = Pertumbuhan bobot (gram)
Wt = Berat akhir (gram)
W0 = Berat awal (gram)
Pengukuran Pertumbuhan Panjang
Ikan
Pertumbuhan panjang dihitung
dengan menggunakan rumus menurut
Effendie (1997) sebagai berikut :
ΔL = Lt – L0
Keterangan:
ΔL = Pertumbuhan panjang (cm)
Lt = Panjang akhir ikan (cm)
L0 = Panjang awal ikan (cm)
Kualitas Air
Parameter kualitas air media
pemeliharaan ditentukan dengan mengukur
parameter kualitas air selama penelitian
yang terdiri dari parameter fisika dan
kimia yang telah ditentukan yaitu pH,
Amoniak, Nitrat, DO dan suhu.
Pengukuran kualitas air akan dilakukan
setiap 14 hari sekali. Data ini digunakan
untuk menentukan kelayakan kualitas air
media pemeliharaan selama penelitian.
Analisis Data
Untuk
mengetahui
apakah
pengaruh perlakuan terhadap parameter
yang diamati berpengatuh nyata atau tidak
kemudian dilakukan uji analisis ragam
(ANOVA) dan uji F pada selang
kepercayaan 95%.
Pada parameter
pengamatan yang menunjukkan perlakuan
berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjutan
dengan menggunakan uji lanjut dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT). Selanjutnya
data akan disajikan dalam bentuk Tabel
dan Grafik.
Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan
P1 sebesar 82,54% dan nilai terendah pada
perlakuan P3 77,19%. Dari hasil analisis
data (ANOVA) dan uji F, diperoleh hasil
bahwa pada perlakuan P1, P2 dan P3
menunjukkan tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan
lele. Mengenai hasil analisis data
(ANOVA) dan uji F terhadap tingkat
kelangsungan hidup untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pertumbuhan Bobot Ikan
Pertumbuhan bobot ikan lele yang
di pelihara pada setiap perlakuan P1, P2
dan P3 dapat dilihat pada Gambar 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan
hasil
penelitian
diperoleh
data
berupa
tingkat
kelangsungan hidup (%), pertumbuhan
bobot ikan (gram), pertumbuhan panjang
ikan (cm), serta data hasil pengamatan
parameter
fisika-kimia
air
selama
pemeliharaan.
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup ikan
lele yang dipelihara selama penelitian pada
setiap perlakuan P1, P2 dan P3 berturutturut adalah 82,54%, 80,39% dan 77,19%
atau untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Tingkat Kelangsungan Hidup
Ikan Lele Pada Setiap
Perlakuan
dan
Ulangan
Selama Pengamatan.
Gambar 2. Pertumbuhan Bobot Ikan Lele
Pada Setiap Perlakuan Selama
Pengamatan.
Pertumbuhan
bobot
tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 yaitu 40,70
gram. Dan pertumbuhan bobot terendah
terdapat pada perlakuan P3 yaitu 38,74
gram. Peningkatan padat penebaran yang
diberikan
terhadap
ikan
lele
mengakibatkan penurunan pertumbuhan
rata-rata bobot ikan lele selama masa
pemeliharaan 42 hari seperti Gambar 3.
Gambar 3. Pertumbuhan Bobot Ikan Lele
yang Dipelihara Pada Setiap
Perlakuan Selama 42 Hari.
Dari hasil analisis data (ANOVA) dan
uji F menunjukkan bahwa perlakuan yang
diberikan memberikan pengaruh yang
tidak nyata terhadap pertumbuhan bobot
ikan lele.
Mengenai
hasil
analisis
data
(ANOVA) dan uji F terhadap tingkat
pertumbuhan bobot harian untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Data pertumbuhan bobot ikan lele dari
masing-masing perlakuan dapat dilihat
pada
Tabel
3.
Tabel 3. Berat Rata – Rata (gram) Ikan Lele Selama Penelitian
Perlakuan
600 ekor/m³
700 ekor/m³
800 ekor/m³
Ulangan
Berat Hari Ke (gram)
0
7
14
21
28
35
42
ΔW
1
1.50
6.45
8.65
14.95
21.80
32.25
42.35
40.85
2
1.50
7.05
9.05
14.93
22.50
31.15
43.20
41.70
3
1.50
6.38
8.55
15.15
21.73
31.20
41.05
39.55
Total
4.50
19.88
26.25
45.03
94.03
94.60
126.60
122.10
Rata-rata
1.50
6.63
8.75
15.01
22.01
31.53
42.20
40.70
1
1.50
6.15
8.20
13.63
22.25
28.25
41.55
40.05
2
1.50
6.25
8.10
14.95
19.68
28.75
40.20
38.70
3
1.50
6.55
8.60
14.38
22.18
29.45
42.40
40.90
Total
4.50
18.95
24.90
42.96
64.11
86.45
124.15
119.65
Rata-rata
1.50
6.32
8.30
14.32
21.37
28.82
41.38
39.88
1
1.50
5.18
8.53
12.58
15.63
27.10
41.30
39.80
2
1.50
4.93
8.00
12.68
20.13
26.08
39.80
38.30
3
1.50
6.40
8.13
13.63
20.90
26.28
39.63
38.13
Total
4.50
16.51
24.66
38.89
56.66
79.46
120.73
116.23
Rata-rata
1.50
5.50
8.22
12.96
18.89
26.49
40.24
38.74
Pertumbuhan Panjang Ikan
Pertumbuhan panjang ikan lele
yang dipelihara selama penelitian pada
setiap perlakuan P1, P2 dan P3 berturutturut adalah 12,63 cm, 12,29 cm dan 12,18
cm seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Petumbuhan Panjang Ikan Lele
Pada Setiap Perlakuan Selama
Pengamatan
Pertumbuhan panjang ikan lele
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu
sebesar 12,98 cm, sedangkan pertumbuhan
panjang terkecil terdapat pada perlakuan
P3 sebesar 12,18 cm. Berdasarkan
pengamatan peningkatan padat tebar yang
diberikan terhadap ikan lele juga
mengakibatkan
penurunan
rata-rata
pertumbuhan panjang ikan lele selama
penelitian seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Pertumbuhan Panjang Ikan
Lele yang Dipelihara Pada
Setiap Perlakuan Selama 42
Hari.
Grafik
menunjukan
nilai
pertambahan panjang ikan lele terbesar
diperoleh pada perlakuan P1, kemudian
menurun pada perlakuan P2 dan P3 yang
memiliki nilai pertambahan panjang
terendah. Dari hasil analisis data
(ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap
pertumbuhan panjang ikan lele yang dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Data pertumbuhan panjang ikan
lele dari masing-masing perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Panjang Rata-Rata (cm) Ikan Lele Selama Penelitian
Perlakuan
600 ekor/m³
700 ekor/m³
800 ekor/m³
Ulangan
Panjang Hari Ke (cm)
14
28
0
42
ΔL
1
6.00
10.85
14.80
18.98
12.98
2
3
6.00
6.00
10.80
10.68
16.45
14.18
18.75
18.15
12.75
12.15
Total
Rata-rata
1
18.00
6.00
6.00
32.33
10.78
10.80
45.43
15.14
14.63
55.88
18.63
18.15
37.88
12.63
12.15
2
3
6.00
6.00
9.90
11.33
13.93
13.68
18.28
18.43
12.28
12.43
Total
Rata-rata
1
18.00
6.00
6.00
32.03
10.68
10.96
42.24
14.08
12.38
54.86
18.29
18.23
36.86
12.29
12.23
2
3
6.00
6.00
10.33
10.53
14.13
14.18
18.25
18.05
12.25
12.05
Total
Rata-rata
18.00
6.00
31.82
10.61
40.69
13.56
54.53
18.18
36.53
12.18
Kualitas Air
Terjadi
penurunan
parameter
kualitas air pada wadah pemeliharaan ikan
lele seiring dengan bertambahnya masa
pemeliharan dari hari-0 hingga hari-42.
Adapun daftar kualitas air selama masa
pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Kualitas Air Selama Penelitian
PERLAKUAN
PARAMETER KUALITAS AIR
DO
pH
AMONIAK
(mg/l)
(mg/l)
(mg/l)
P1
SUHU
(0C)
27-28
1,87-2,47
6,93-7,3
0,03-0,06
1-7
P2
P3
27-28
27-28
1,67-2,17
1,63-2
6,87-7,3
6,8-7,3
0,03-0,06
0,06
1-20
1-10,5
Pembahasan
Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup (SR) ikan lele
dihitung untuk mengetahui persentase
jumlah ikan yang mati dan masih hidup
sampai percobaan selesai. Data yang
diperoleh bahwa kepadatan akhir tertinggi
terdapat pada P1 sebesar 82,54% dan nilai
terendah pada perlakuan P3 77,19%. Nilai
Nitrat
(mg/l)
kelangsungan hidup yang didapat selama
penelitian ini cenderung menurun sejalan
dengan peningkatan padat penebaran
benih. Penurunan nilai kelangsungan hidup
diduga terjadi dikarenakan menurunnya
kualitas air. Semakin tinggi tingkat padat
tebar maka akan meningkatkan hasil
buangan metabolisme dan konsumsi
oksigen.
Dari analisis data (ANOVA) dan
uji F, diperoleh hasil bahwa pada
perlakuan P1, P2 dan P3 menunjukkan
tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
kelangsungan hidup ikan lele. Secara
deskriptif nilai kelangsungan hidup (SR)
pada penelitian ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan nilai kelangsungan
hidup (SR) pada penelitian Waker (2015)
yang membahas mengenai pengaruh padat
tebar tinggi terhadap pertumbuhan ikan
lele tanpa penggunaan nitrobakter, hasil
yang didapat yaitu nilai tertinggi dicapai
pada perlakuan P1 sebesar 81,75% dan
nilai terendah pada perlakuan P3 sebesar
75,44% . Data ini menunjukkan hasil
bahwa padat tebar yang tinggi akan lebih
baik jika dilakukan dengan menggunakan
nitrobakter untuk menjaga kuallitas air
yang digunakan.
Pertumbuhan Bobot Ikan
Pertumbuhan
bobot
tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 yaitu 40,70
gram sedangkan pertumbuhan bobot
terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu
38,74 gram. Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan bobot yang didapat selama
penelitian ini menurun sejalan dengan
peningkatan padat penebaran benih ikan
lele. Hal ini sesuai dengan Hermawan,
dkk. (2014) yang mengatakan semakin
tinggi kepadatan ikan maka akan
mempengaruhi tingkah laku dan fisiologi
ikan terhadap ruang gerak yang
menyebabkan pertumbuhan, pemanfaatan
makanan dan kelulushidupan mengalami
penurunan.
Rata-rata pertumbuhan bobot ikan
lele pada penelitian ini lebih baik jika
dibandingkan dengan hasil penelitian
Waker (2015) yang membahas mengenai
pengaruh padat tebar tinggi terhadap
pertumbuhan ikan lele tanpa penggunaan
nitrobakter, hasil yang didapat yaitu ratarata pertumbuhan bobot ikan lele pada
perlakuan P1 menunjukkan nilai terbesar
yaitu 40,66 gram, P2 sebesar 39,78 gram
dan perlakuan P3 nilai terendah yaitu
37,80
gram.
Sehingga
rata-rata
pertumbuhan bobot ikan lele keseluruhan
yaitu 39,41 gram. Nilai-nilai tersebut juga
menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot
ikan lele menurun sejalan dengan
peningkatan padat penebaran ikan.
Menurut Yulianti (2008) penurunan laju
pertumbuhan seiring dengan peningkatan
padat tebar hal ini dipengaruhi oleh ruang
gerak yang semakin sempit sehingga
peluang memperoleh pakan akan semakin
kecil, walaupun pakan tersedia tetapi ikan
tidak dapat menjangkau pakan karena
keterbatasan ruang, sehingga akan
menyebabkan ikan stress dan akan
mengurangi nafsu makan.
Pertumbuhan Panjang Ikan
Pertumbuhan panjang ikan lele
tertinggi selama penelitian ini terdapat
pada perlakuan P1 yaitu sebesar 12,98 cm
dan pertumbuhan panjang terkecil terdapat
pada perlakuan P3 sebesar 12,18 cm. Sama
halnya dengan pertambahan bobot yang
didapat selama penelitian, pertumbuhan
panjang juga menurun seiring dengan
bertambahnya padat penebaran pada
perlakuan P1, P2 dan P3. Dari hasil
analisis data (ANOVA) menunjukkan
bahwa
perlakuan
yang
diberikan
memberikan pengaruh yang tidak nyata
terhadap pertumbuhan panjang ikan lele.
Menurut Tahira (2011) faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot
dan panjang adalah kepadatan ikan, pakan
dan kondisi lingkungan. Pada keadaan
lingkungan yang baik dan pakan yang
mencukupi, peningkatan kepadatan ikan
akan menghasilkan pertumbuhan yang
stabil.
Pertumbuhan panjang ikan pada
penelitian ini lebih baik jika dibandingkan
dengan hasil penelitian Waker (2015) yang
membahas mengenai pengaruh padat tebar
tinggi terhadap pertumbuhan ikan lele
tanpa penggunaan nitrobakter, hasil yang
didapat yaitu nilai tertinggi dicapai pada
perlakuan P1 sebesar sebesar 9,50 gram
sedangkan pertumbuhan panjang ikan lele
terkecil terdapat pada perlakuan P3 yaitu
8,14 gram.
Kualitas air
Suhu
Hasil pengukuran suhu selama
pemeliharaan
sama
pada
setiap
perlakuannya, yaitu berada pada kisaran
27°C - 28°C. Suhu merupakan salah satu
parameter yang mentukan keberhasilan
budidaya ikan lele, hal ini disebakan
karena ikan merupakan hewan yang suhu
tubuhnya
dipengaruhi
oleh
suhu
lingkungan. Pada penelitian ini suhu
berada pada kisaran yang sangat baik
untuk pertumbuhan ikan khususnya ikan
lele. Menurut Kordi (2012) suhu untuk
pertumbuhan optimum lele adalah pada
suhu 27°C - 30°C .
Jika dilihat dari hasil pengukuran
suhu pada penelitian ini, maka suhu
tersebut tidak terlalu jauh dari kisaran suhu
optimum untuk pertumbuhan bakteri
autotrofik atau hanya lebih besar 2°C 3°C. Effendi (2003) menyatakan bahwa
suhu optimum pada pertumbuhan bakteri
nitrifikasi autotrofik adalah 20°C - 25°C.
Nilai
parameter
suhu
pada
penelitian ini mengalami fluktuasi yang
berubah-ubah sesuai dengan kondisi
lingkungan dan cuaca. Namun tidak ada
perubahan suhu secara drastis selama
pemeliharaan. Hal tersebut disebabkan
pemeliharaan dilakukan dalam ruangan
tertutup. Ini sesuai dengan pendapat
Wijayanti (2010) yang mengatakan bahwa
kualitas air dapat dikendalikan bila media
pemeliharaan dalam sebuah wadah, maka
perubahan kualitas air harus selalu
dipantau dan segera diantisipasi.
Oksigen Terlarut
Kadar oksigen terlarut tertinggi
yang didapat selama penelitian secara
keseluruhan berada pada perlakuan P1
yaitu 1,83-2,23 mg/l dan kadar oksigen
terlarut terendah pada perlakuan P3 yaitu
1,63-2 mg/l. Kadar oksigen terlarut dari
tiap-tiap perlakuan relatif rendah dan
menurun seiring pertambahan hari selama
penelitian berlangsung. Walaupun kisaran
nilai oksigen terlarut selama penelitian
relatif rendah yaitu 1,63-2,23 mg/l, namun
ini masih sesuai untuk pertumbuhan ikan
lele. Ikan lele merupakan hewan yang
dapat hidup di lingkungan berlumpur dan
minim akan oksigen terlarut. Menurut
Widiyantara (2009) oksigen terlarut yang
baik untuk pertumbuhan ikan lele yaitu
>0,3 mg/l.
Penurunan kadar oksigen terlarut
dari tiap-tiap perlakuan dan kadar oksigen
terlarut yang relatif rendah diduga akibat
tidak adanya pemberian aerator pada setiap
perlakuan. Selain itu ikan lele dan
nitrobakter yang merupakan bakteri
nitrifikasi autotrofik yang diberikan pada
setiap perlakuan akan mengurangi kadar
oksigen
terlarut
selama
penelitian
berlangsung. Menurut Yulianti (2008)
adanya peningkatan padat penebaran
dalam suatu wadah yang terbatas dan pada
kondisi padat penebaran ikan semakin
tinggi maka konsumsi oksigen dan
akumulasi bahan buangan metabolik ikan
akan semakin tinggi
pH
Nilai kisaran pH yang tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 yaitu 6,97-7,3
mg/l, dan kisaran nilai pH terendah pada
perlakuan P3 yaitu 6,87-7,3 mg/l.
Menurunya nilai pH dapat disebabkan oleh
aktifitas bakteri dan ikan pada akuarium.
Hal ini sesuai dengan Rosmaniar (2011)
yang mengatakan derajat keasaman (pH)
merupakan salah satu factor lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan aktivitas bakteri pengoksidasi amonia.
Walaupun demikian kisaran nilai pH
dalam penelitian ini masih sesuai untuk
kehidupan ikan lele.
Proses respirasi ikan dan bakteri
akan menghasilkan
. Keberadaan
kemudian menghasilkan ion H+ yang
menurunkan pH. Penurunan pH juga
berkaitan dengan proses oksidasi yang
dilakukan
oleh
bakteri.
Menurut
Wahyuningsih (2015) pada lingkungan
dengan input amonia yang tinggi seperti
masukan air limbah budidaya, bioksidasi
senyawa ini menghasilkan
dan
menurunkan pH.
Amonia
Amonia merupakan salah satu
bentuk N-organik yang berbahaya bagi
ikan. Kadar ammonia tertinggi pada
perlakuan selama penelitian yaitu pada
perlakuan P3 0,06mg/l dan terendah pada
perlakuan P1 yaitu 0,03-0,06 mg/l. Nilai
kadar dari amonia tersebut masih sesuai
untuk pertumbuhan ikan lele. Mengenai
batasan kadar ammonia yang sesuai untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 2.
Dari hasil analisis data (ANOVA) dan uji
F menunjukkan bahwa perlakuan yang
diberikan memberikan pengaruh yang
tidak nyata terhadap nilai ammonia yang
dihasilkan.
Kisaran
nilai
amonia
yang
terbentuk pada setiap perlakuan tidak
terlalu tinggi yaitu berkisar 0,03-0,06mg/l.
Nilai kisaran yang tidak terlalu tinggi ini
diakibatkan adanya aktivitas Nitrobacter
sebagai bakteri autotrofik nitrifikasi yang
mengubah amonia menjadi nitrat. Menurut
Rosmaniar (2011) nitrifikasi (oksidasi
ammonium secara biologi) dilakukan oleh
dua kelompok bakteri autotrofik yang
berbeda. Nitrosomonas membutuhkan
amonium sebagai sumber energy dan
Nitrobacter memerlukan nitrit.
Selama penelitian amonia yang
dihasilkan cenderung naik setelah itu
berhenti dan tidak mengalami penurunan
atau kenaikan lagi setelah beberapa hari.
Hal ini diduga karena pemberian
nitrobakter pada setiap perlakuan sebagai
bakteri pengubah nitrifikasi berhasil
tumbuh namun tidak mengimbangi
masukan limbah ikan yang selalu
bertambah. Setelah itu terjadi penurunan
yang bertahap pada tiap-tiap perlakuan
akibat adanya aktivitas mikroorganisme.
Menurut Wahyuhningsih (2015) oksigen
terlarut menjadi parameter penting karena
dibutuhkan pada proses oksidasi amonia
dan menjadi faktor pembatas utama bagi
kelangsungan hidup ikan.
Nitrat
Nitrat merupakan hasil akhir dari
proses nitrifikasi yaitu oksidasi amonia
menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi
nitrat. Perlakuan pada P1, P2, dan P3
cenderung memiliki pola perubahan nilai
nitrat yang berbeda. Kisaran nitrat
tertinggi berada pada perlakuan P2 yaitu 120 mg/l dan kadar nitrat terendah ada
pada perlakuan P1 yaitu 1-7 mg/l.
Perubahan nilai nitrat ini dapat diakibatkan
oleh
kondisi
perairan.
Menurut
Wahyuhningsih (2015) faktor lingkungan
yang mempengaruhi perubahan nutrien
selain pH dan suhu adalah oksigen terlarut.
Pada hari ke-42 nilai nitrat pada
setiap perlakuan menurun drastis hingga
mencapai 1 mg/l. Hal ini diduga
diakibatkan jumlah biomassa bakteri pada
hari tersebut mengalami penurunan,
sehingga kadar nitrat yang dihasilkan
menurun. Nilai nitrat yang tinggi pada
perlakuan P2 yaitu 1-20 mg/l tidak akan
berbahaya pada ikan. Menurut PP No.82
(2001) nitrat memiliki ambang batas 20
mg/l untuk air yang akan digunakan untuk
budidaya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan sidik ragam (ANOVA)
perlakuan P1, P2 dan P3 dengan
penggunaan nitrobakter memberikan
pengaruh
tidak
nyata
terhadap
kelangsungan hidup, pertumbuhan
bobot dan pertumbuhan panjang ikan
lele yang di pelihara selama 42 hari.
Namun memberikan nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan
padat tebar tinggi tanpa penggunaan
nitrobakter.
2. Perlakuan yang terbaik untuk digunakan
dalam padat tebar tinggi dengan
penggunaan nitrobakter adalah P1
kerena memiliki tingkat kelangsungan
hidup, pertumbuhan bobot dan nilai
pertumbuhan panjang tertinggi, dimana
perlakuan
P1
memiliki
tingkat
kelangsungan hidup sebesar 82,54%,
nilai pertumbuhan bobot sebesar 40,70
gram dan pertumbuhan panjang sebesar
12,18 cm. Sehingga padat tebar
optimum pemeliharaan ikan lele adalah
P1 (600 ekor/m³).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini
disarankan pemeliharaan ikan lele dumbo
menggunakan padat penebaran maksimum
sebesar 600 ekor/m³ dalam pemeliharaan
menggunakan sistem padat tebar tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan
Perairan.
Kanisius.
Yogyakarta.
Effendie M. I. 1979. Biologi Perikanan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Hanafiah,
K.A.
2012.
Rancangan
Percobaan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Hermawan, T.E.S.A., A. Sudaryono dan
S.B. Prayitno. 2014. Pengaruh Padat
Tebar Berbeda Terhadap Pertumbuhan
dan Kelulushidup Benih Lele (Clarias
gariepinus) dalam Media Bioflok.
Journal of Aquaculture Management
and Technology. Vol 3(3) : 35-42.
Kordi, M.G.H. 2012. Kiat Sukses
Pembesaran Lele Unggul. Lily
Publisher. Yogyakarta.
Rosmaniar. 2011. Dinamika Biomassa
Bakteri Kadar Limbah Nitrogen pada
Budiddaya
Ikan
Lele
(Claria
gariepinus)
Intensif
Sistem
Heterotrofik. [Skripsi]. Program Studi
Biologi. Fakultas
Shafrudin, D., Yuniarti dan M. Setiawan.
2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan
Lele Dumbo (Calarias sp.) Terhadap
Produksi pada Sistem Budidaya
dengan
Pengendalian
Nitrogen
Melalui Penambahan Tepung Terigu.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol 5(2)
: 137-147.
Tahira, T.P. 2011. Kinerja Produksi
Pendederan Lele Sangkuriang Cllarias
sp. Pada Padat Penebaran 35, 40, 45,
dan 50 Ekor/Liter Dengan Ketinggian
Media 30 Cm. [Skripsi]. Departemen
Budidaya
Perairan.
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Wahyuningsih, S. 2015. Pengolahan Limbah
Nitrogen Dari Kegiatan Budidaya
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Pada Sistem Akuaponik. [Tesis].
Sekolah
Pascasarjana.
Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Waker, M.B.J. 2015. Pengaruh Padat
Tebar Tinggi Terhadap Pertumbuhan
Dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele
Dumbo
(Clarias
Gariepinus).
[Skripsi]. Program Studi Manajemen
Sumberdaya
Perairan.
Fakultas
Pertanian.
Universitas
Sumatera
Utara. Medan.
Wijayanti, K. 2010. Pengaruh Pemberian
Pakan Alami yang Berbeda Terhadap
Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan
Palmas
(Polyptelus
senegalus
senegalus Cuvier, 1829). [Skripsi].
Universitas Indonesia. Depok.
Yulianti, D. 2007. Pengaruh Padat
Penebaran
Benih
Ikan
Bawal
Colossoma
macropomum
Yang
Dipelihara Dalam System Resirkulasi
Terhadap
Pertumbuhan
Dan
Kelangsungan
Hidup.
[Skripsi].
Program Studi Teknologi dan
Manajemen Akuakultur. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Download