KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN IKAN NILA

advertisement
KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN IKAN NILA
Oreochromis sp INTENSIF DI KOLAM DEPARTEMEN
BUDIDAYA PERAIRAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DWIANA WULAN PERMATASARI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN IKAN NILA Oreochromis sp
INTENSIF DI KOLAM DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2012
DWIANA WULAN PERMATASARI
C14052543
ABSTRAK
DWIANA WULAN PERMATASARI. Kualitas air pada pemeliharaan ikan nila
Oreochromis sp intensif di kolam Departemen Budidaya Perairan Institut
Pertanian Bogor. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan EDDY
SUPRIYONO.
Ikan nila Oreochromis sp. merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk
dibudidayakan secara intensif. Untuk meningkatkan hasil produksi, pengelolaan
kualitas air merupakan komponen utama yang harus diperhatikan. Penggunaan
paddle wheel pada kegiatan budidaya merupakan upaya yang diharapkan mampu
menjaga suplai oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan. Beberapa
permasalahan kerap terjadi dalam kegiatan budidaya ikan nila intensif di kolam
Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis parameter kualitas air yang mempengaruhi penurunan nafsu
makan dan daya tahan tubuh dalam budidaya ikan nila intensif. Penelitian
dilakukan dengan mengambil sampel air kolam budidaya pada kedalaman 10 - 30
cm dengan jarak yang berbeda serta waktu pengambilan pukul 06.00 WIB dan
pukul 14.00 WIB. Parameter kualitas air yang diamati meliputi oksigen terlarut
(DO), suhu, pH, kadar amonia dan kandungan bahan organik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut berkisar 5,5 - 7,6 mg/l. Suhu perairan
terukur berkisar 26,9 - 28,3°C; pH terukur berkisar 6,85 - 7,68; kadar amonia
terukur 0,0012 - 0,017 mg/l. Kandungan bahan organik total terukur berkisar
11,16 - 38,44 mg/l KMnO4. Nilai-nilai parameter kualitas air yang terukur berada
pada kisaran optimum. Penurunan nafsu makan pada ikan disebabkan oleh nilai
amonia (NH3) yang mendekati nilai batas atas dan tingginya nilai bahan organik
total pada perairan, sehingga ikan mudah terserang penyakit. Pengoperasian
paddle wheel memberikan suplai oksigen yang cukup untuk organisme akuatik
sehingga konsentrasi oksigen terlarut tidak mengalami penurunan.
Kata Kunci : ikan nila, Oreochromis, paddle wheel, intensif, kualitas air
ABSTRACT
DWIANA WULAN PERMATASARI. Water quality parameters in an intensive
culture system of Tilapia Oreochromis sp. in Department of Aquaculture, Bogor
Agriculture University’s farm pond. Supervised by KUKUH NIRMALA and
EDDY SUPRIYONO.
Tilapia Oreochromis sp. is one of the most importants freshwater fish that have a
high potential of economic value to be an intensive culture. Water quality
management is the major component that must be considered in increasing
production. The application of a paddle wheel on aquaculture is used in order to
be able to maintain the supply of oxygen, which required for the growth of fish.
This study aimed to analyze the effect of water quality parameters on decreased in
appetite and body resistance in an intensive culture of tilapia. The study was
conducted by taking samples of water at depth ranged from 10 to 30 cm with
different distances in pond culture. The samples were taken at 06.00 am and at
02.00 pm. Water quality parameters observed in this study were dissolved of
oxygen (DO), temperature, pH, ammonia, and organic matter content. The results
of study showed that dissolved of oxygen ranged from 5.5 to 7.6 mg/l; water
temperatur ranged from 26.9 to 28.3 °C; pH ranged from 6.85 to 7.68; ammonia
ranged from 0.0012 to 0.017 mg/l; and the organic matter content ranged from
11.16 to 38.44 mg/l KMnO4. The values of water quality parameters measured in
the range of optimal. Decreased appetite in fish caused by the concentration level
of ammonia (NH3) that have almost reached its upper limit and the high
concentration of the total organic matter in the water, so that fish are more
susceptible to disease. The operation of the paddle wheel was supplied enough of
oxygen for aquatic organisms, so that the concentration of dissolved oxygen did
not reduced.
Keyword : tilapia, Oreochromis, paddle wheel, intensive culture, water quality
KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN IKAN NILA
Oreochromis sp INTENSIF DI KOLAM DEPARTEMEN
BUDIDAYA PERAIRAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DWIANA WULAN PERMATASARI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi
: Kualitas air pada pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp
intensif di kolam Departemen Budidaya Perairan Institut
Pertanian Bogor
Nama Mahasiswa
: Dwiana Wulan Permatasari
Nomor Pokok
: C14052543
Disetujui
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc.
NIP. 19610625 198703 1 001
Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc.
NIP. 19630212 198903 1 003
Diketahui
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc.
NIP. 19671013 199302 1 001
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang
berjudul “Kualitas Air pada Pemeliharaan Ikan Nila Oreochromis sp Intensif di
Kolam Departemen Budidaya Perairan Institut Pertanian Bogor” ini disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mulai bulan Desember 2011
sampai dengan Januari 2012.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Kukuh Nirmala, M.Sc. selaku dosen Pembimbing I dan Dr. Ir. Eddy Supriyono,
M.Sc. selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan, arahan serta dukungan dalam
menyusun tugas akhir ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir.
Tatag Budiardi, M.Si. selaku dosen Penguji dalam ujian akhir serta Dr. Alimuddin
selaku Ketua Program Studi yang telah memberikan masukan atas tercapainya
kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Selain itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada Prof. Dr. M. Zairin Junior sebagai dosen Pembimbing Akademik
yang telah banyak memotivasi serta mendidik selama menjadi mahasiswa. Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada Ayahanda R. Utomo Pudji Juwono,
Ibunda Retyan Nolowati Puspaningsih, kakak serta adik, Keluarga Bapak Muktio,
sepupu Andini dan juga segenap keluarga besar yang telah memberikan motivasi,
dukungan serta doa. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada Bapak Jajang dan
Saudara Abe sebagai staf Laboratorium Lingkungan serta Bapak Aam dan Bapak
Henda sebagai staf Laboratorium Lapangan Departemen Budidaya Perairan yang
telah banyak membantu dalam penelitian. Tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada Hardian Sugerdi sebagai sumber motivasi dalam menyelesaikan
skripsi yang telah memberikan dukungan dan doa tanpa henti. Ucapan terima
kasih juga diberikan kepada teman-teman BDP 42 seperjuangan (Sandre, Wika,
Jardi, Aris dan Willy) dan teman-teman 42 lain yang tak pernah berhenti
menyemangati, teman-teman BDP 43, 44, 45, yang juga turut membantu
berjalannya penelitian dan memberikan dukungan serta pihak-pihak lain yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Namun demikian,
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Bogor, September 2012
Dwiana Wulan Permatasari
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Februari 1988 dari pasangan
bapak R. Utomo Pudji Juwono dan ibu Retyan Nolowati Puspaningsih. Penulis
merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN Pisangan Timur 03 Pagi
Jakarta (1993-1999), SLTPN 74 Jakarta (1999-2002) dan SMUN 31 Jakarta (20022005). Pada tahun 2005 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur seleksi
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) kemudian memilih mayor Teknologi dan
Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.
Selama kuliah, penulis pernah magang mandiri di Tambak Pribadi milik
Bapak Weli, Padang Cermin Lampung, dan Praktik Lapangan Akuakultur di PT
Triwindu Graha Manunggal, Anyer Banten. Penulis juga pernah menjadi asisten mata
kuliah
Fisika
Kimia
Perairan
dan
Dasar-dasar
Genetika
Ikan.
Kegiatan
kemahasiswaan yang pernah diikuti oleh penulis adalah ikut berpartisipasi dalam
pembuatan album kompilasi yang diadakan oleh UKM Music Agricultural Xpression (MAX) serta menjadi peserta Rampak Gitar dalam rangka pemecahan rekor
MURI. Sebagai tugas akhir, penulis menulis skripsi yang berjudul “Kualitas Air
pada Pemeliharaan Ikan Nila Oreochromis sp Intensif di Kolam Departemen
Budidaya Perairan Institut Pertanian Bogor”.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
iii
I.
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
II.
BAHAN DAN METODE ...................................................................
4
2.1. Bahan Penelitian ..........................................................................
2.2. Metode Penelitian ........................................................................
4
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................
3.1 Hasil ..............................................................................................
3.1.1. Kadar DO (Oksigen Terlarut)............................................
3.1.2. Suhu Air ............................................................................
3.1.3. pH Air ................................................................................
3.1.4. Kadar Amonia (NH3).........................................................
3.1.5. Kadar Bahan Organik Total (TOM) ..................................
3.2 Pembahasan...................................................................................
6
6
6
7
8
9
10
10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
4.1. Kesimpulan ..................................................................................
4.2. Saran.............................................................................................
15
15
15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
16
LAMPIRAN .................................................................................................
18
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Posisi paddle wheel dan letak titik pengambilan sampel .......................
5
2. Konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila
Oreochromis sp. .....................................................................................
6
3. Suhu air pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp...............
7
4. pH air pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp. .................
8
5. Kandungan amonia (NH3) pada kolam pemeliharaan ikan nila
Oreochromis sp. .....................................................................................
9
6. Kandungan bahan organik total pada kolam pemeliharaan ikan nila
Oreochromis sp. .....................................................................................
10
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data mentah kualitas air kolam Departemen Budidaya Perairan ..........
19
2. Prosedur pengukuran TAN (total ammonia nitrogen) ..........................
20
3. Prosedur pengukuran kadar bahan organik total (TOM) .......................
21
4. Dokumentasi paddle wheel ....................................................................
22
5. Data hasil panen ikan nila tanggal 13 Februari 2012 ............................
23
iii
I. PENDAHULUAN
Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu komponen penting
pada sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang
persediaan pangan nasional, penciptaan pendapatan dan lapangan kerja serta
mendatangkan pendapatan negara dari segi ekspor. Kementerian Kelautan dan
Perikanan menjadikan sektor budidaya perikanan sebagai andalan dalam
mewujudkan visi, yaitu negara Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar di
tahun 2015 (Anonim, 2011).
Ikan nila Oreochromis sp merupakan salah satu komoditas budidaya yang
diharapkan mampu meningkatkan pencapaian tujuan tersebut. Secara umum ikan
nila memang layak untuk dijadikan produk andalan budidaya perikanan. Diantara
jenis ikan bersirip (finfish), ikan nila memiliki pertumbuhan produksi tertinggi,
yakni sekitar 23,96 %, dalam kurun waktu 2004 – 2008. Pada tahun 2004
produksi ikan nila masih sejumlah 97.116 ton, dalam tahun 2008 telah mencapai
volume produksi 220.900 ton. Selain pasar domestik, ikan nila juga memiliki
prospek yang positif di pasar internasional. Konsumsi ikan nila di Eropa maupun
Amerika senantiasa menunjukan kenaikan. Di Amerika Utara, pada tahun 2004
telah mengimpor ikan Nila sebesar 112.945 ton, yang berarti meningkat 25 %
dibanding angka tahun 2003, dan lebih tinggi 68 % dibanding tahun 2002.
Setengah dari angka tersebut dipasok dari Cina, sisanya dari Taiwan, Thailand
dan Indonesia (Poernomo dan Kusnendar, 2009).
Potensi produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor cukup tinggi hingga
mencapai 36,007.71 ton per tahun pada tahun 2010 untuk seluruh jenis ikan yang
dibudidayakan. Dari 10 jenis ikan yang dibudidayakan, ikan nila menempati
urutan ketiga (2.073,36 ton/tahun) seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Peningkatan Produksi Ikan Konsumsi (ton) di Kabupaten Bogor Tahun
2010
Produksi (ton)
No
Jenis Ikan
2009
Persentase
Pertumbuhan
2010
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Ikan Lele
18.315,02
24.884,52
Ikan Mas
3.859,62
4.063,56
Ikan Gurame
1.946,43
2.057,61
Ikan Nila
1.842,17
2.073,36
Ikan Bawal
2.026,14
2.154,66
Ikan Patin
584,84
647,32
Ikan Tawes
75,76
76,13
Ikan Tambakan
33,67
21,10
Ikan Mujair
31,68
29,05
Ikan Nilem
2,10
Lain-lain
25,30
0,40
Jumlah
28.742,72
36.007,71
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan, 2010
35,87
5,28
5,71
12,55
6,34
10,68
0,49
(37,33)
( 8,30)
(100)
(98,42)
25,28
Teknologi
intensifikasi
pembudidayaan
budidaya
diarahkan
ikan
untuk
nila
dalam
meningkatkan
mendukung
produksi
dalam
rangka
meningkatkan daya saing harga. Beberapa upaya yang berkaitan dengan
pengkajian teknologi antara lain pengkajian teknik pembenihan, yang meliputi;
kontruksi kolam pemijahan, teknik pengelolaan induk dalam pemijahan, teknik
produksi benih tunggal kelamin jantan dan benih steril. Sedangkan pengkajian
teknik pembesaran diarahkan untuk menghasilkan ikan konsumsi yang memenuhi
persyaratan ukuran permintaan ekspor (ukuran ikan minimal 500 gram per ekor)
antara lain melalui kajian penggunaan benih tunggal kelamin (Anonim, 2011).
Untuk menunjang keberhasilan budidaya dan meningkatkan produksinya,
diperlukan pengelolaan yang baik. Salah satu faktor penting dalam manajemen
budidaya adalah pengelolaan kualitas air sebagai media hidup organisme akuatik.
Air sebagai media tempat hidup organisme akuatik harus memenuhi persyaratan
kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu). Suplai air yang cukup belum mampu
menjamin keberhasilan panen bila pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan
tidak memadai. Kualitas air sangat dipengaruhi oleh mutu air sumber, kondisi
dasar media pemeliharaan, manajemen pakan, padat tebar, plankton, sirkulasi air,
2
keadaan pasang surut dan cuaca. Intensifikasi budidaya perikanan melalui
penggunaan padat penebaran dan laju pemberian pakan yang tinggi dapat
menimbulkan masalah kualitas air yang berat. Sisa pakan, kotoran organisme
budidaya, organisme dan plankton yang mati serta material organik berupa
padatan tersuspensi maupun terlarut yang terangkut melalui pemasukan sumber
air (inflow water) merupakan sumber bahan organik pada media pemeliharaan.
Input bahan organik ini semakin bertambah seiring dengan aktivitas budidaya
karena kebutuhan pakan organisme akuatik mengikuti pertumbuhan biomassanya
(Boyd, 1990).
Dalam kegiatan budidaya perairan intensif, dibutuhkan sejumlah peralatan
untuk pengelolaan kualitas air. Budidaya dengan kepadatan tinggi dapat
menyebabkan penurunan kualitas air yang lebih cepat. Pergantian air berkala tidak
mampu menanggulangi permasalahan ini. Salah satu peralatan yang dapat
digunakan untuk menunjang keberlangsungan kegiatan budidaya adalah paddle
wheel. Boyd (1990) mengungkapkan bahwa paddle wheel atau kincir air
merupakan peralatan mekanis yang dapat meningkatkan pemasukan oksigen ke
dalam air. Sistem kerjanya dengan menggunakan motor yang dapat menggerakkan
baling-baling untuk memercikkan air ke udara.
Pada kegiatan budidaya ikan nila yang dilakukan di kolam Departemen
Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, terlihat adanya permasalahan yang
mempengaruhi tingkah laku ikan. Ada saat dimana ikan bergerak pasif, napsu
makan menurun serta penyakit mulai menyerang. Kemungkinan permasalahan ini
timbul akibat parameter kualitas air kolam berada pada kisaran nilai yang
berbahaya bagi pertumbuhan ikan. Tindakan yang dilakukan oleh pengelola
kolam yaitu melakukan pergantian air sebanyak 10 – 20% dengan menyedot air
melalui pompa.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini untuk menganalisis parameter kualitas
air yang mempengaruhi penurunan nafsu makan serta timbulnya penyakit pada
kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp intensif di kolam Departemen
Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.
3
II. BAHAN DAN METODE
Pada kolam berukuran 200 m2, ditebar benih ikan nila Oreochromis sp
sebanyak 4390 ekor berukuran panjang rerata 14,13 cm dengan bobot rerata 76,67
g/ekor. Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kadar protein sebesar 33%.
Jumlah pakan yang diberikan mengikuti pertumbuhan biomassanya, dimulai dari
3,5 kg, 4 kg, 5 kg, 7,5 kg, 10 kg hingga 12 kg. Frekuensi pemberian pakan ikan
dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB sebesar 25%,
siang hari pukul 12.00 WIB sebesar 35% dan sore hari pukul 17.00 WIB sebesar
40%. Pakan diberikan dengan cara disebar di satu titik.
Pengelolaan air dilakukan dengan penggunaan alat berupa paddle wheel
berkekuatan 1 HP (Lampiran 4) yang dioperasikan selama 24 jam per hari.
Kemudian dilakukan pergantian air setiap menjelang pergantian bulan sebanyak
10 – 20% dengan menggunakan selang dan pompa lalu diisikan kembali melalui
saluran inlet (Gambar 1).
Untuk pengujian kualitas air, sampel air media pemeliharaan ikan nila
diambil di tiga titik berbeda pada kisaran kedalaman 10 - 30 cm (Gambar 1) pada
minggu ketiga bulan Desember 2011 hingga minggu pertama Januari 2012.
Pengambilan sampel dilakukan pada waktu pagi hari pukul 06.00 WIB dan siang
hari pukul 14.00 WIB saat minggu keenam pemeliharaan. Keadaan cuaca yang
terjadi saat pengambilan sampel pukul 06.00 dan 14.00 WIB berbeda. Selama
pengambilan sampel, cuaca yang terjadi cenderung mendung. Parameter kualitas
air yang diuji adalah DO (oksigen terlarut), suhu, pH, TAN (Lampiran 2) dan
TOM (Lampiran 3).
Paddle
wheel
Outlet
Inlet
Arah arus
A
B
C
Gambar 1. Posisi paddle wheel dan letak titik pengambilan sampel
5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut
Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan
ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar tersebut
dapat diketahui bahwa konsentrasi oksigen terlarut saat siang hari lebih tinggi
dibandingkan saat pagi hari. Konsentrasi oksigen terlarut yang terukur berada
pada kisaran 5,5 – 7,4 mg/l. Nilai konsentrasi oksigen terlarut pada titik C (titik
terjauh dari paddle wheel) lebih besar dibandingkan dengan titik A (titik terdekat
dari paddle wheel).
Gambar 2. Konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila
Oreochromis sp.
Pada pengamatan minggu pertama, cuaca cerah terjadi saat pagi hari
sedangkan cuaca mendung saat siang hari. Untuk pengamatan minggu kedua, saat
pagi hari cuaca menunjukkan mendung dan siang hari cuaca hujan. Saat minggu
ketiga pengamatan, cuaca saat pagi hari menunjukkan cerah dan mendung saat
siang hari.
3.1.2 Suhu Air
Hasil pengukuran suhu air pada kolam pemeliharaan ikan nila
Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 3. Dapat diketahui kisaran suhu air
pada kolam pemeliharaan yaitu antara 26,9 - 28,3°C. Suhu air saat pagi hari
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan suhu saat siang hari. Suhu air saat
pagi hari relatif stabil yaitu berada pada kisaran 27 - 27,5°C. Saat siang hari, suhu
air mengalami peningkatan hingga lebih dari 1°C.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
Gambar 3. Suhu air pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp.
3.1.3 pH Air
Dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa pH air saat siang hari cenderung lebih
tinggi dibandingkan saat saat pagi hari. Nilai pH air yang terukur berada pada
kisaran 6,85 – 7,68. Nilai pH air pada titik C (titik terjauh dari paddle wheel) lebih
besar daripada nilai pH air pada titik A (titik terdekat dari paddle wheel).
7
Gambar 4. pH air pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp.
3.1.4 Kadar Amonia (NH3)
Hasil pengukuran amonia (NH3) air pada kolam pemeliharaan ikan nila
Oreochromis sp bernilai relatif rendah. Berdasarkan Gambar 5, nilai amonia
(NH3) air saat pagi hari cenderung lebih rendah daripada nilai amonia (NH3) air
saat siang hari. Kisaran nilai amonia (NH3) air yang terukur 0,0012 - 0,017 mg/l.
Saat minggu kedua pengamatan, nilai amonia (NH3) air terukur lebih tinggi
daripada minggu pertama dan ketiga.
8
Gambar 5. Kandungan amonia (NH3) air pada kolam pemeliharaan ikan nila
Oreochromis sp.
3.1.5 Kadar Bahan Organik Total (TOM)
Hasil
pengukuran
kandungan
bahan
organik
total
pada
kolam
pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp berada pada nilai yang cukup tinggi.
Kandungan bahan organik total yang terukur berkisar 11,16 – 38,44 mg/l KMnO4.
Dapat dilihat pada Gambar 6 bahwa kandungan bahan organik total saat
pengukuran minggu kedua lebih rendah.
9
Gambar 6. Kandungan bahan organik total perairan pada kolam pemeliharaan
ikan nila Oreochromis sp.
3.2 Pembahasan
Kualitas air diketahui secara luas sebagai salah satu kondisi paling penting
yang dapat dikendalikan untuk mengurangi potensi munculnya penyakit dan
tekanan pada sistem budidaya intensif. Bagaimanapun juga, toleransi fisiologis
pada ikan terhadap perubahan kualitas air dipengaruhi oleh nilai parameter
lingkungan dan biologis yang berubah-ubah. Hal ini bukan merupakan persoalan
mudah untuk mengidentifikasi unsur pokok bahan kimia khusus, suhu atau
konsentrasi gas terlarut yang akan menyediakan kondisi optimum dalam setiap
keadaan (Wedemeyer, 1996).
Konsentrasi oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air yang paling
penting. Penipisan konsentrasi oksigen biasanya menjadi penyebab utama dari
kematian ikan secara mendadak. Mempertahankan rezim oksigen normal atau
yang diinginkan pada kolam tidak membantu menjamin kesehatan ikan, tetapi
mengindikasikan bahwa fungsi pada sistem kolam sesuai (Lannan et al., 1983).
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya di
dalam air tidak mencukupi kebutuhan organisme akuatik, maka segala aktivitas
organisme akan terhambat. Menurut Zonneveld et al. (1991), kebutuhan oksigen
10
pada ikan mempunyai kepentingan atas dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan
bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada metabolisme
ikan. Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di
atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan
fitoplankton (Novotny dan Olem, 1994).
Dari hasil pengamatan, konsentrasi oksigen terlarut pada titik A, B dan C
saat pagi maupun siang hari berada di atas 5 mg/l. Wedemeyer (1996)
mengungkapkan batas aman dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan sementara
laju konsumsi oksigen yang berkaitan dengan aktivitas renang, proses makan yang
berlebihan dan peningkatan karbondioksida. Kisaran konsentrasi oksigen yang
lebih aman dalam budidaya perairan antara 5 - 7 mg/l. Penurunan konsentrasi
oksigen terlarut hingga di bawah 5 mg/l dapat menyebabkan gangguan pada
sistem reproduksi, pertumbuhan, dan kematian organisme budidaya.
Perubahan cuaca yang terjadi saat pukul 06.00 dan 14.00 WIB tidak
memberikan dampak secara langsung terhadap parameter kualitas air. Hal ini
disebabkan oleh lama waktu perubahan cuaca yang berlangsung tidak lebih dari 1
jam. Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap titik pengambilan sampel,
konsentrasi oksigen terlarut saat siang hari lebih besar dibandingkan saat pagi
hari. Terjadinya peningkatan konsentrasi oksigen terlarut pada siang hari
disebabkan oleh fotosintesis fitoplankton. Boyd (1990) mengemukakan pada
waktu siang hari, fotosintesis di zona eufotik biasanya melepaskan oksigen lebih
cepat daripada penggunaannya dalam respirasi. Konsentrasi maksimum oksigen
terlarut terjadi saat siang hari dan konsentrasi minimum terjadi saat matahari baru
terbit.
Dalam penambahan ketersediaan oksigen, mesin aerator mampu
mengedarkan atau mencampur air untuk membantu penyebaran oksigen terlarut
ke seluruh kolam. Saat cuaca mendung ataupun hujan, ketersediaan oksigen pada
perairan tetap terjaga karena pemanfaatan paddle wheel. Alat tersebut mampu
menarik oksigen dari udara ke dalam air maupun melepaskan oksigen dari air
lebih cepat dengan cara memercikkan air ke udara.
Distribusi suhu air secara vertikal perlu diketahui karena akan
mempengaruhi distribusi mineral dalam air. Menurut Jeffries dan Mills (1996),
11
cahaya matahari yang mencapai perairan akan diubah menjadi energi panas. Air
memiliki sifat pemanasan yang khas karena memiliki kapasitas panas spesifik
(specific heat capacity) yang tinggi. Hal ini berarti bahwa energi (dalam hal ini
cahaya) yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu air sebesar 1°C lebih besar
dari energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu materi lain sebesar 1°C.
Demikian pula dengan proses penurunan suhu air. Oleh karena itu, perairan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menaikkan dan menurunkan suhu
dibandingkan dengan daratan.
Dapat diketahui dari pengamatan sampel air bahwa peningkatan suhu
kolam pemeliharaan paling tinggi hanya sebesar 1,2°C dan terjadi ketika siang
hari. Suhu air pada kolam pemeliharaan ikan nila cenderung stabil. Menurut
Allanson et al. (1971), suhu yang dapat ditoleransi oleh ikan nila berkisar 25 30°C. Perubahan suhu dengan laju yang cepat dapat menyebabkan kematian pada
beberapa spesies ikan. Peningkatan suhu perairan diatas 10°C mampu
menyebabkan terjadinya infeksi yang tidak terlihat.
Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman suatu perairan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pH perairan diantaranya aktivitas fotosintesis, suhu,
dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH juga mempengaruhi toksisitas suatu
senyawa kimia. Hasil pengukuran parameter pH menunjukkan bahwa kolam
pemeliharaan memiliki pH yang masih berada pada kisaran normal untuk
kelangsungan kegiatan budidaya. Sebagian besar organisme akuatik sensitif
terhadap perubahan pH. Jika nilai pH berada di bawah 6,5 atau di atas 9 - 9,5
untuk jangka waktu yang cukup lama, maka laju reproduksi dan pertumbuhan
organisme akuatik akan menurun (Swingle, 1961). Nilai pH yang mampu
ditoleransi oleh ikan nila berkisar antara 6 - 9, tetapi untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal berada pada kisaran pH 7 – 8.
Peningkatan nilai pH yang terjadi saat siang hari disebabkan oleh aktivitas
fotosintesis yang banyak membutuhkan ion CO2. Sementara CO2 yang dihasilkan
pada perairan berasal dari proses respirasi organisme akuatik (Boyd, 1990). Pada
pengamatan sampel minggu kedua, hujan terjadi saat siang hari sehingga
menyebabkan kenaikan nilai pH pada perairan walaupun tidak menunjukkan
peningkatan nilai yang drastis. Kemungkinan penyebabnya adalah lama waktu
12
hujan yang berlangsung hanya beberapa menit. Akumulasi air hujan yang terlarut
dalam air belum mempengaruhi perubahan parameter pH secara langsung.
Amonia (NH3) dieksresikan oleh banyak organisme akuatik dan terus
diproduksi sebagai hasil dari dekomposisi ekskresi dari organisme mati.
Persentase amonia (NH3) meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu
perairan. Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia (NH3) membentuk kompleks
dengan beberapa ion logam. Amonia (NH3) juga dapat terserap ke dalam bahanbahan tersuspensi dan koloid sehingga mengendap di dasar perairan. Hilangnya
amonia (NH3) ke atmosfer juga dapat ditingkatkan oleh kecepatan angin dan suhu.
Konsentrasi amonia dipengaruhi oleh pH, suhu air, salinitas, konsentrasi oksigen,
dan konsentrasi natrium serta kesadahan (Wedemeyer, 1997).
Nilai amonia (NH3) terukur pada perairan relatif rendah berada pada
kisaran 0,0012 mg/l hingga 0,017 mg/l. Tingginya kadar amonia (NH3) di siang
hari disebabkan karena peningkatan nilai pH dan suhu yang mengakibatkan
buangan metabolisme organisme akuatik meningkat. Sawyer dan McCarty (1978)
mengemukakan bahwa kadar amonia (NH3) pada perairan tawar sebaiknya tidak
lebih dari 0,02 mg/l. Jika kadar amonia (NH3) lebih dari 0,02 mg/l, perairan
bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan.
Saat minggu kedua pengukuran, kadar amonia (NH3) perairan cenderung
meningkat dan hampir mendekati kisaran nilai yang berbahaya bagi ikan.
Kemungkinan hal ini disebabkan oleh buangan metabolisme organisme akuatik
yang mengendap di dasar kolam sudah terlalu banyak. Kadar amonia (NH3) mulai
terlihat menurun saat minggu ketiga pengukuran. Hal ini disebabkan oleh adanya
aktivitas pergantian air kolam setiap memasuki awal bulan. Minggu kedua
pengambilan sampel merupakan minggu terakhir pada bulan Desember 2011
(minggu keenam pemeliharaan). Sedangkan minggu ketiga pengambilan sampel
merupakan minggu pertama bulan Januari 2012 (minggu ketujuh pemeliharaan).
Teknik pergantian air yang dilakukan dengan meletakkan selang pada 1 titik
kemudian air dibuang sebanyak 10 - 20%. Pergantian air yang dilakukan ini tidak
membuat nilai amonia (NH3) menurun drastis. Hal ini dikarenakan volume air
yang dibuang hanya sedikit.
13
Pergantian air memiliki tujuan untuk menguras nutrisi dan fitoplankton
dari kolam guna mencegah perkembangan fitoplankton yang terlalu banyak,
menghilangkan buangan metabolisme yang berbahaya seperti amonia (NH3),
serta sebagai pengganti aerasi. Boyd (1990) mengemukakan bahwa konsentrasi
amonia (NH3) dapat diturunkan sebanyak 50% jika setengah dari volume air pada
kolam dikeluarkan dan diganti dengan air yang tidak mengandung amonia (NH3).
Bahan organik total merupakan akumulasi bahan organik pada perairan
yang digunakan sebagai indikator bahwa perairan tersebut layak untuk kegiatan
budidaya. Bahan organik dimanfaatkan oleh bakteri pengurai dalam proses
nitrifikasi. Proses ini terjadi pada kondisi aerob sehingga bakteri membutuhkan
oksigen untuk menguraikan nitrit menjadi nitrat. Nilai bahan organik total yang
terukur pada perairan menunjukkan nilai yang tinggi dan harus diwaspadai karena
dapat menyebabkan kematian pada ikan. Thurman (1985) menyatakan bahwa
kandungan bahan organik total pada perairan budidaya sebaiknya tidak lebih dari
10 mg/l. Tingginya nilai bahan organik total dapat memberikan dampak pada
penurunan konsentrasi oksigen terlarut karena berpotensi memunculkan kompetisi
pemanfaatan oksigen antar organisme yang hidup dalam perairan. Namun
berdasarkan data yang diperoleh, kadar oksigen terlarut pada air berada pada
kisaran nilai optimum. Penggunaan paddle wheel pada kegiatan budidaya mampu
menjaga konsentrasi oksigen terlarut perairan.
Berdasarkan data hasil panen yang diperoleh (Lampiran 5), budidaya ikan
nila intensif menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi yaitu 94,26%
dengan nilai konversi pakan sebesar 2,03. Jumlah ikan saat awal tebar sebanyak
4390 ekor. Selama 75 hari masa pemeliharaan, jumlah ikan mati sebanyak 252
ekor. Tingkat kelangsungan hidup serta nilai konversi pakan dapat ditingkatkan
dengan menjaga kualitas air berada pada kisaran optimum.
14
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kadar oksigen terlarut, suhu dan
pH berada pada kisaran optimum bagi aktivitas budidaya. Penurunan nafsu makan
pada ikan disebabkan oleh nilai amonia (NH3) yang mendekati nilai batas atas dan
tingginya kandungan bahan organik total pada perairan, sehingga ikan mudah
terserang penyakit. Pengoperasian paddle wheel memberikan suplai oksigen yang
cukup untuk organisme akuatik (dalam hal ini ikan dan bakteri pengurai) dalam
melakukan aktivitasnya masing-masing sehingga konsentrasi oksigen terlarut
tidak mengalami penurunan akibat tingginya kandungan bahan organik total.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan dilakukan penelitian lanjut
terhadap beberapa titik sampel dengan jarak dan kedalaman yang berbeda serta
waktu pengambilan sampel pada malam hari sehingga dapat digunakan sebagai
acuan pengelolaan kualitas air pada budidaya ikan nila intensif berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Allanson, B.R., Bok, A., and Van Wyk, N.I. 1971. The Influence of Exposure to
Low Temperature on Tilapia mossambica Peters (Cichlidae). II. Changes
in serum osmolarity, sodium, and chloride ion concentrations. Journal of
Fish Biology 3:181-185.
Anonim.
2011.
Materi
Penyuluhan
Budidaya
Ikan
Nila.
http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/file/76/ikan-nila.pdf/ (23 Mei
2012)
Anonim. 2011. Budidaya Ikan Nila. http://canduraxsfish.webs.com/perikanan.htm
(1 September 2012)
Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham
Publishing co. Birmingham, Alabama.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Buku Data Perikanan
Tahun 2010. Bogor.
Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and
Applications. John Wiley and Sons, Chichester, UK.
Lannan, J.E., Smitherman, R.O., and Tchobanoglous, G. 1983. Principles and
Practices of Pond Aquaculture: A State of the Art Review. Oregon State
University, Marine Science Center, Newport, Oregon.
Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and
Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold, New York.
Poernomo, H.S. dan Kusnendar, E. 2009. Nila, Andalan Produk Perikanan.
http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/1854/nila-andalan-produk-perikanan-/
(19 September 2012)
Sawyer, C.N. and McCarty, P.L. 1978. Chemistry for Environmental Engineering.
Third edition. McGraw-Hill Book Company, Tokyo.
Swingle, H.S. 1961. Relationship of pH of Pond Waters to Their Suitability for
Fish Culture. Proc. Pacific Sci. Congress 9 (1957). 10: 72-75.
Thurman, E.M. 1985. Organic Geochemistry of Natural Waters. Martinus
Nijhoff/Dr.W.Junk. Publ, Dordrecht, The Netherlands.
Wedemeyer, G.A. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems.
Chapman and Hall, 115 Fifth Avenue, New York.
Wedemeyer, G.A. 1997. Effects of Rearing Conditions on The Health and
Physiological Quality of Fish in Intensive Culture. In Fish Stress and
Health in Aquaculture. Vol. 62 (eds. G. K. Iwama, A. D. Pickering, J. P.
Sumpter and C. B. Schreck), pp. 35-71. Cambridge: Cambridge University
Press.
Zonneveld, N., Huisman E.A., dan Boon J.H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data mentah kualitas air kolam Departemen Budidaya Perairan,
Institut Pertanian Bogor
a. Sampel tanggal 21 Desember 2011
Parameter
Sampel pkl. 06.00 WIB
A
B
C
Sampel pkl. 14.00 WIB
A
B
C
DO (mg/ℓ)
5,8
6
6,4
6,6
6,8
7
Suhu (°C)
27,2
27,1
27,1
27,8
28,2
27,6
pH
6,85
7,04
7,04
7,6
7,7
7,63
TAN (mg/ℓ)
0,23
0,24
0,276
0,121
0,211
0,172
TOM (mg/ℓ KMnO4)
28,52
29,76
23,56
29,76
38,44
22,32
b. Sampel tanggal 28 Desember 2011
DO (mg/ℓ)
Sampel pkl. 06.00 WIB
A
B
C
5,5
6,2
6,7
Sampel pkl. 14.00 WIB
A
B
C
6,3
6,7
7,6
Suhu (°C)
26,9
27
27
28,1
28,2
28,1
pH
7,13
7,3
7,42
7,56
7,63
7,68
TAN (mg/ℓ)
0,477
0,477
0,604
0,541
0,369
0,45
TOM (mg/ℓ KMnO4)
11,16
14,88
12,4
13,64
22,32
30,4
Parameter
c. Sampel tanggal 6 Januari 2012
Parameter
Sampel pkl. 06.00 WIB
A
B
C
Sampel pkl. 14.00 WIB
A
B
C
DO (mg/ℓ)
6
6,4
6,7
6,5
7
7,4
Suhu (°C)
27,1
27,5
27,1
28
28,3
28,2
pH
7,05
7,24
7,35
7,4
7,38
7,62
TAN (mg/ℓ)
0,393
0,413
0,401
0,421
0,381
0,437
TOM (mg/ℓ KMnO4)
28,52
34,72
27,28
24,8
29,76
23,56
19
Lampiran 2. Prosedur pengukuran TAN (total ammonia nitrogen)
Untuk pengukuran TAN (total ammonia nitrogen) menggunakan metode
phenate. Sebanyak 25 ml sampel air dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian
diteteskan 1 tetes MnSO4. Setelah itu pada sampel dimasukkan chlorox sebanyak
0,5 ml dan larutan phenate sebanyak 0,6 ml, kemudian sampel didiamkan selama
±15
menit.
Setelah
berubah
warna,
air
sampel
diukur
menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 630 nm. Nilai konsentrasi ammoniaN total (TAN) dapat dihitung dengan persamaan:
Abs sampel - Abs blanko
[TAN] mg/ℓ sebagai =
X Cst
Abs standar - Abs blanko
Keterangan :
Cst
= konsentrasi larutan standar (1 mg/ℓ)
Abs
= nilai absorbance
Spektrofotometer
20
Lampiran 3. Prosedur pengukuran kadar bahan organik total (TOM)
Untuk mengukur kadar bahan organik total (TOM), 25 ml sampel air
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer lalu sebanyak 0,5 ml asam sulfat
diteteskan. Kemudian ditambahkan beberapa tetes KMnO4 0,01N sampai larutan
berwarna sedikit merah jambu. Pipet 10 ml larutan KMnO4 0,01N ke dalam labu
erlenmeyer berisi sampel hingga larutan berubah warna menjadi merah.
Selanjutnya labu erlenmeyer dididihkan hingga warna larutan berubah menjadi
lebih muda, kemudian diangkat dari api/pemanas. Setelah didinginkan ±10 menit,
sebanyak 10 ml asam oksalat 0,01N ditambahkan hingga larutan berubah menjadi
bening. Lalu titrasi larutan dengan KMnO4 0,01N hingga warnanya berubah
menjadi merah jambu. Nilai TOM dapat dihitung dengan persamaan:
ml titran x N KMnO4 x bst
TOM (mg/ℓ KMnO4) =
X 1000
ml sampel
Keterangan:
N
= normalitas larutan KMnO4 (0,01N)
Bst
= BM / valensi (31)
21
Lampiran 4. Dokumentasi paddle wheel
22
Lampiran 5. Data hasil panen ikan nila tanggal 13 Februari 2012 1
Keterangan
Jumlah
Satuan
4390
ekor
Masa pemeliharaan
75
hari
Kematian ikan
252
ekor
Tingkat kelangsungan hidup
94,26
%
Laju pertumbuhan harian
1,36
%
Konversi pakan
2,03
-
Awal tebar
23
Download