PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA PADA ANAK DI BANJAR TUNJUNG SARI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH Gede Merthawan * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah ABSTRAK Penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha kepada anak sangat penting karena dalam ajaran tersebut diajarkan untuk berpikir, berkata, dan berbuat yang baik. Hal ini dimaksudkan agar anak memiliki tutur kata serta perilaku yang baik, sehingga perilaku yang diharapkan orang tua pada anak akan terlaksana, karena kehalusan budhi bahasa anak merupakan cermin dari apa yang ditanamkan dan diterapkan oleh orang tua. Dalam pembentukan perilaku anak itu sendiri perlu adanya pembinaan melalui pengendalian diri baik melalui pikiran, perkataan, maupun perbuatan yang merupakan ajaran etika untuk membentuk anak yang suputra. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua dalam penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha pada anak di Banjar Tunjung Sari Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif atau tergolong pendekatan sosial. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif-kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa orang tua sebagai pengasuh dan pendidik anak mengajarkan pendidikan agama sedini mungkin dan memberikan contoh kepada anak. Orang tua sebagai panutan atau tauladan dalam keluarga karena orang tua harus bisa menjadi model dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua harus bisa memberikan contoh yang baik dalam berperilaku, berbuat dan berkata sehingga anak dapat menirunya. Upaya-upaya yang dilakukan orang tua dalam menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha pada anak di Banjar Tunjung Sari adalah dengan memberikan nasehat atau saran dalam pergaulan agar anak tidak salah dalam pergaulan, mengawasi dan membatasi penggunaan media agar anak tidak salah mempergunakan media. Selain itu orang tua juga harus menjalin hubungan/komunikasi yang baik dan memberikan pendidikan yang layak pada anak. Kata Kunci: Peran Orang Tua, Tri Kaya Parisudha, Anak 1. pada setiap sendi kehidupan. Salah satu perubahan yang kita rasakan adalah perubahan dalam aspek etika. Kemerosotan moral dan budhi pekerti menjadikan anak sebagai generasi penerus melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri dan bangsa. Salah satu contoh kemerosotan moral tersebut seperti kenakalan remaja, mabuk-mabukan karena miniman keras yang menyebabkan perkelahian antar sesama. Ilmu pengetahuan yang 44 WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014 Pendahuluan Perkembangan kemajuan zaman yang disertai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang kehidupan akhirnya membuka pola interaksi antar masyarakat dari berbagai latar belakang. Demikian pula globalisasi akan memberi peluang dan komunikasi akan semakin terbuka. Pesatnya perkembangan teknologi menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan memberikan informasi yang rasional dan diterima oleh akal sehat manusia dan teknologi mampu memberikan berbagai kemudahan bagi manusia. Pada zaman globalisasi, tata susila diharapkan mampu membina watak manusia menjadi perilaku yang baik. Namun pada kenyataanya banyak anak-anak belum bisa membedakan mana informasi yang baik sehingga dapat menjerumuskan seorang anak pada perbuatan yang tidak baik seperti pergaulan bebas dengan menjadi pengguna obat terlarang (narkoba), pencurian, dan yang lebih menyedihkan lagi seorang anak melakukan penganiayaan kepada orang tuanya sendiri. Dalam suatu keluarga yang sangat berperan dalam membentuk perilaku anak agar menjadi anak yang suputra adalah kedua orang tua. Dalam keluarga yang memiliki ikatan batin yang kuat dengan anak adalah seorang ibu. Ibu diharapkan mampu memberikan kesejukan dalam keluarga. Pelanggaranpelanggaran nilai moral yang dilakukan anak sekarang dipandang sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri pada anak. Disinilah diperlukan peran dan tanggung jawab orang tua dalam menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha. Sebagai orang tua harus bisa memberikan contoh yang baik kepada anaknya, karena terkadang seorang anak meniru perbuatan dan perilaku dari orang tuanya. Sesungguhnya bila seorang anak telah dididik dengan baik sejak usia dini, anak itu akan mampu untuk memilah dan memilih halhal yang baik buat dirinya. Kemerosotan moral harus diakhiri dengan meningkatkan pengetahuan tentang agama yang menekankan pada penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha, hal ini dimaksudkan agar seorang anak memiliki tutur kata serta perilaku yang baik sehingga apa yang diharapkan orang tua kepada anaknya akan terlaksana. Untuk meningkatkan kualitas Tri Kaya agar menjadi Parisudha dalam hubungannya untuk membangun dan membentuk karakter anak menjadi anak WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014 suputra, dalam ajaran agama Hindu terdapat tiga landasan pokok yaitu tattwa, susila (etika), dan upakara. Dalam kehidupan seharihari tidaklah mungkin ketiga ajaran pokok tersebut dapat dilaksanakan secara terpisahpisah, dikatakan demikian karena dalam pelaksanaan tattwa tidaklah mungkin tanpa kehadiran susila (etika), dan upakara. Kitab Sarasamuscaya sloka 78 meyebutkan: Vaca katmanicitte ca durlabhah sagune janah Yasya tvevamvidhim karyam sa janah sarvadurlabhah Artinya: Dikatakan amat sukar untuk menerapkan sifat guna (satwam) dalam perbuatan, perkataan, dan pikiran, meskipun hal itu merupakan kesulitan yang amat besar, seyogyanya janganlah hal itu dianggap penghalang merupakan kesulitan (harus terus berusaha sampai berhasil) (Kajeng, 1997: 68). Berkaitan dengan sloka di atas, sebagai orang tua yang menyadari akan kewajibannya sudah sepatutnya untuk selalu mengarahkan anak-anaknya pada kesuksesan agar terhindar dari hal-hal yang negatif dan berbagai bentuk kesulitan. Dalam pembentukan perilaku anak itu sendiri perlu adanya pembinaan melalui pengendalian diri baik melalui pikiran, perkataan, maupun perbuatan yang merupakan ajaran etika dalam membentuk anak yang suputra. Ajaran ini memberikan suatu tuntunan agar manusia dalam setiap gerak baik pikiran, perkataan, maupun perbuatan selalu terkontrol dan terkendali demi terciptanya keharmonisan dan kebahagiaan hidup, sehingga terbentuk budhi pekerti yang luhur (Mangku, 2010: 2). Bila ketiga hal tersebut dapat diterapkan maka akan terbentuk anak yang suputra. Anak suputra menjadi dambaan setiap orang tua sebagai anugerah dari Tuhan. Tidak semua orang tua yang ada di Banjar 45 Tunjung Sari dapat menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha sehingga ada anak mereka yang terjerumus ke dalam perbuatan negatif. Dengan demikian perlu adanya penelitian tentang peran orang tua dalam menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha pada anak di Banjar Tunjung Sari Kota Palu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran serta orang tua dalam menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha pada anak di Banjar Tunjung Sari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan pembanding untuk penelitian selanjutnya. Metode Penelitian Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif atau tergolong pendekatan sosial. Tehnik wawancara dilakukan secara purposive sampling. Informan dalam penelitian ini adalah orang tua yang ada di Banjar Tunjung Sari Kota Palu. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Strategi analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif-kualitatif. Sang Hyang Widhi Wasa seperti pernyataan di bawah ini. Nyoman Kormek mengatakan bahwa: “...kami selaku orang tua selalu menekankan akan pentingnya sembahyang seperti Tri Sandhya dan Panca Sembah minimal satu kali dalam sehari, karena dari sana diharapkan menentukan cara berpikir, berkata dan berbuat sesuai dengan ajaran agama...” Selain itu, pendapat lain dikemukakan oleh Wayan Muri sebagai berikut: 2. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Peran Orang Tua dalam Menerapkan Ajaran Tri Kaya Parisudha pada Anak di Banjar Tunjung Sari Kota Palu 1. Orang Tua sebagai Pengasuh dan Pendidik Anak Orang tua menanamkan pendidikan budhi pekerti sedini mungkin agar nantinya anak dapat membentengi diri untuk selalu berbuat sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak nantinya akan menjadi bekal dalam menjalani kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat. Bimbingan yang dilakukan orang tua di Banjar Tunjung Sari Kota Palu dalam mendidik anak-anaknya adalah dengan mengajarkan pendidikan agama sedini mungkin, yakni dengan cara meningkatkan sradha dan bhakti kepada Ida 46 “...saya selaku orang tua menanamkan ajaran sradha dan bhakti anak kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa mulai dari dalam kandungan dengan membiasakan diri saya untuk selalu melakukan sembahyang setiap sore dengan harapan nantinya anak yang saya lahirkan dapat menjadi anak yang berbhakti kepada orang tua dan Tuhan. Saya mengajarkan anak untuk sembahyang dari kecil dengan mengajak anak ikut sembahyang di rumah setiap sore...” Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa dengan mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai dalam ajaran agama Hindu yang ditanamkan oleh orang tua kepada anak mulai dari masih dalam kandungan, lahir hingga dewasa dengan membiasakan anak melakukan persembahyangan (Tri Sandhya) di rumah dalam satu hari satu kali dan ke pura pada saat Purnama Tilem serta hari raya lainnya. Teori Peran mengatakan bahwa setiap orang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, orang itu menjalankan suatu peranan. Perbedaaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, artinya orang tua mempunyai peranan dalam mengajarkan Tri Kaya Parisudha pada anak. Jadi berdasarkan WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014 Teori Peran, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk perilaku anak. Selain itu orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik, membina, menuntun dan membentuk perilaku anak sedini mungkin dengan mengajarkan hal-hal yang kecil seperti mengajak anak untuk ikut sembahyang dan mengajarkan ajaran agama pada anak. Dalam hal ini Wayan Muri dan Nyoman Kormek sudah menjalankan perannya sebagai orang tua dalam mendidik dan membina anak-anaknya. Selanjutnya orang tua mengasuh dan mendidik anak dengan cara menanamkan nilai etika yang terkandung dalam ajaran Tri Kaya Parisudha. Sebagai orang tua sudah seharusnya dibina dan dituntun untuk selalu menerapkan ajaran agama sedini mungkin. Sebagai orang tua juga harus dapat menerapkan ajaran agama dalam keluarga sehingga anak dapat mengikuti dan terhindar dari hal-hal yang kurang baik. Orang tua juga harus menanamkan nilai kejujuran dan disiplin. Menanamkan disiplin pada anak sangat penting dimana anak dapat menggunakan waktunya sebaik mungkin dan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dirinya, orang tua maupun kepada orang lain. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anakanaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua adalah guru yang pertama dalam membentuk perilaku anak agar sesuai dengan ajaran agama salah satunya ajaran Tri Kaya Parisudha. Dalam mendidik, mengasuh dan membimbing anak orang tua selain sebagai orang yang telah melahirkan, orang tua juga bisa menjadi teman atau sahabat dan juga guru. Anak yang disiplin diri menampilkan perilaku yang patuh dan taat terhadap nilai moral. Pengupayaannya dilakukan melalui latihan, kebiasaan, dan penyadaran pada anak. Hal ini diaktualisaikan melalui tampilnya perilaku orang tua yang taat moral, terutama WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014 pada saat pertemuan dengan anak, menata komunikasi dialogis baik secara verbal maupun nonverbal, melakukan kontrol terhadap perilaku-perilaku anak, penataan lingkungan fisik, penataan lingkungan sosial, penataan lingkungan pendidikan, penataan suasana psikologis, dan penataan lingkungan sosial budaya (Shochib, 1998: 36). 2. Orang Tua sebagai Panutan atau Tauladan dalam Keluarga Orang tua harus bisa menjadi model dalam kehidupan sehari-hari. Setiap perbuatan yang dilakukan di hadapan anak-anaknya akan menjadi contoh bagi mereka. Dimana orang tua sebagai guru yaitu orang yang patut digugu dan ditiru, untuk itu orang tua seharusnya menjadi panutan bagi anak-anaknya. Orang tua harus bisa memberikan contoh yang baik dalam berperilaku, berbuat dan berkata sehingga anak dapat menirunya. Orang tua sangat berperan penting untuk memberikan contoh bertingkah laku baik, bertutur kata yang baik, berpikir yang positif dan patut memberikan teladan kepada anakanaknya agar memiliki budhi pekerti yang luhur sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu berbuat baik, berkata yang baik dan berpikir yang baik, di samping memberikan pendidikan dalam arti luas. Dalam kitab Sarasamuscaya Sloka 20 berbunyi: perkataan yang mengandung maksud jahat, tiada beda dengan anak panah yang dilepaskan. Setiap yang ditempuhnya merasa sakit. Perkataan itu meresap dalam hati, sehingga menyebabkan orang tidak bisa makan dan tidur pada siang dan malam hari. Untuk itu orang tua bisa memberikan contoh berkata-kata yang baik agar dapat mengikutinya. Taittiriya Upanisad menyatakan matr devobhava, pitr devobhava, artinya ibu adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa, bapak adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak heran bila di masyarakat muncul pandangan bahwa ayah dan bunda adalah wujud Tuhan yang nampak, oleh karena itu keteladanan orang tua merupakan suatu yang 47 mutlak, artinya jangan sampai seorang anak kehilangan figur yang diidolakan. Maka orang tua harus senantiasa menjadi contoh dalam kebaikan, tidak pernah menjelek-jelekkan orang lain apalagi di belakang orang yang bersangkutan, tidak menghina seseorang, tidak menyakiti dan mengembangkan kedermawan dan keramahan kepada tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitarnya. Keluarga perlu menanamankan budhi pekerti yang pertama dan perdana dalam hal ini ibu adalah guru yang pertama dan utama tidak ada yang melebihi seorang ibu sebagai seorang guru yang sejati (Titib, 2004: 3). Orang tua yang menjadi teladan bagi anak adalah saat bertemu atau tidak dengan anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap nilai-nilai moral. Dengan demikian mereka senantiasa patut dicontoh karena tidak sekedar memberikan contoh. Orang tua yang mampu berperilaku di atas telah menyadari bahwa perilakunya disadari untuk dicontohkan, oleh anak dapat dijadikan bahan pertimbangan dan identifikasi. Artinya anak sadar untuk bahan pertimbangan dan identifikasi perilaku orang tua yang tidak disadari sebagai bantuan bagi anak-anak. Di samping berperilaku di atas orang tua atau pendidik dituntut untuk mentaati terlebih dahulu nilai-nilai yang akan diupayakan kepada anak. Dengan demikian, bantuan mereka ditangkap oleh anak secara utuh sehingga memudahkan untuk menangkap dan mengikutinya (Shochib,1998: 124). 3.2. Upaya-upaya yang dilakukan Orang Tua 1. Memberikan Nasehat atau Saran Orang tua harus senantiasa berusaha mendidik dan membimbing anak dengan menanamkan ajaran Tri Kaya Parisudha untuk mewujudkan budhi pekerti yang luhur sehingga dalam bergaul anak berpedoman pada ajaran Tri Kaya Parisudha. Sebagai orang tua selalu mengupayakan untuk mengingatkan dan mengarahkan anak dalam berperilaku yang baik. Orang tua juga harus 48 dapat memahami lingkungan pergaulan anak dengan selalu mengawasi hal-hal yang dilakukan. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung: anak membuat poster, guru tersenyum pada anak, murid menggangu murid lain dan sebagainya. Anak akan belajar dari apa yang dilihatnya secara langsung. Belajar menurut aliran perilaku, penekanannya pada apa yang dapat dilihat, yaitu perilaku yang ditunjukan sebagai hasil belajar, dan tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Seorang akan dikatakan telah belajar sesuatu bila orang itu mampu menunjukkan perubahan perilaku. Jadi orang tua harus selalu berupaya untuk menunjukkan perilaku yang sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha sehingga anak dapat melihat secara langsung dan mengawasi perkembangan anak. Kitab Sarasamuscaya menyatakan Tri Kaya Parisudha artinya tiga perilaku/potensi dan kemampuan manusia yang harus disucikan. Adapun ketiga perilaku yang harus disucikan manusia dalam kehidupannya yaitu manacika, wacika, dan kayika. Dalam Kitab Sarasamuscaya sloka 74-76 dijelaskan: Ananbhidhayam paraswesu sarwasatwesu carusam, Karmanam phalamastiti triwidam monasa caret (Sarasamuccaya sloka 74) Artinya: Tindakan dari gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan, tiga banyaknya, perinciannya: tidak ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain, tidak bersikap gemas kepada semua makhluk, percaya akan kebenaran ajaran karmaphala, itulah ketiganya perilaku pikiran yang merupakan pengendalian hawa nafsu (Kajeng, 1997: 65). WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014 Berdasarkan sloka di atas dapat diketahui bahwa perilaku yang harus disucikan yaitu manacika berarti berpikir dalam artian bahwa berpikir dan berencana sesuai dengan ajaran dharma. Tindakan dari gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan yang terdiri atas tiga perinciannya yaitu: tidak ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain, tidak bersikap gemas kepada semua makhluk, dan percaya akan kebenaran ajaran karmaphala. Ketiga perincian tersebut merupakan pengendalian hawa nafsu. Asatpralapam parusyam Paicunyamamnrtam tatha Vatvari vaca rajendra Najalpennanucintayet (Sarasmuccaya sloka 75) Artinya: Inilah yang tidak patut timbul dari katakata, empat banyaknya, yaitu perkataan jahat, perkataan kasar menghardik, perkataan memfitnah, perkataan bohong (tidak dapat dipercaya); itulah keempatnya harus disingkirkan dari perkataan, jangan diucapkan, jangan dipikir akan diucapkan (Kajeng,1997: 66). Berdasarkan sloka di atas wacika berarti berkata yang baik. Adapun yang tidak patut timbul dari kata-kata terdiri empat perinciannya yaitu perkataan jahat, perkataan kasar menghardik, perkataan menfitnah, dan perkataan bohong (tidak dapat dipercaya). Keempat perkataan tersebut harus disingkirkan dan jangan diucapkan. Orang tua harus selalu berusaha menghindari perkataan yang tidak baik agar anak tidak menirunya. Pranatipatam stainyam ca paradaranathapi, Va, trini papani kayena sarvatah parivarjavet (Sarasamuccaya sloka 76) WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014 Artinya: Inilah yang tidak patut dilakukan: membunuh, mencuri, berbuat zina. Ketiganya itu jangan hendaknya dilakukan terhadap siapapun, baik secara berolok-olok, bersenda gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat dalam khayalan sekalipun, hendaknya dihindari saja ketiganya itu (Kajeng, 1997: 67). Berdasarkan sloka di atas kayika berarti berbuat yang baik. Ada tiga hal yang tidak patut dilakukan yaitu membunuh, mencuri, dan berbuat zinah. Ketiga itu hendaknya jangan dilakukan terhadap siapapun, baik secara berolok-olok, bersenda gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat dalam khayalan sekalipun. Maka orang tua senantiasa berupaya untuk mendidik dan mengarahkan anak untuk selalu berpedoman pada ajaran Tri Kaya Parisudha sehingga sesuai dengan harapan setiap orang tua yaitu memiliki anak yang suputra. 2. Mengawasi dan Membatasi Punggunaan Media Nyoman Kormek menyatakan bahwa: “...saya selaku orang tua dalam mengatasi kendala-kendala yang mempengaruhi perilaku anak yaitu dengan cara membatasi media tv dan elektronik lainnya walaupun kadangkadang harus cekcok dengan anak namun saya sebagai orang tua berusaha mendidik dan membimbing anak dengan baik, berusaha membawa anak pada lingkungan yang bernuansa Hindu walaupun dalam skala kecil setidaknya anak ikut terlibat dalam kegiatan agama serta memaksakan anak untuk belajar agama...” Dari pernyataan di atas, orang tua harus senantiasa mengarahkan dan mengontrol anak dalam setiap perkembangan anak-anaknya 49 agar tidak menyimpang dari ajaran agama sehingga anak senantiasa berperilaku baik. Terkadang orang tua harus sedikit tegas dalam mendidik anak serta memberikan batasan pada anak dalam mempergunakan media namun tidak bersifat mengekang. Orang tua berupaya meluangkan waktu pada anak untuk memberikan perhatian. 3. Menjalin Hubungan dan Komunikasi yang Baik Rupawan menyatakan bahwa: “...saya selalu berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga karena dengan adanya komunikasi yang baik maka setiap permasalahan yang dihadapi dalam keluarga dapat diatasi secara kekeluargaan. Saya juga selalu menanyakan pada anak apa yang dilakukan di sekolah dan apakah ada kesulitan/masalah yang berkaitan dengan sekolah. Komunikasi yang sering saya lakukan terhadap anak hanya pada malam hari ketika berkumpul, saya hanya dapat memberikan nasehat pada anak...” Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua senantiasa berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik hingga hubungan orang tua dengan anak dapat terjalin baik dan dan harmonis. Menjalin komunikasi antara orang tua dengan anak sangat penting karena komunikasi dan kedekatan antara orang tua dengan anak akan mempengaruhi perkembangan pada anak. Sesibuk apapun orang tua senantiasa menjalin hubungan/komunikasi dengan anak maupun anggota keluarga. 4. Memberikan Pendidikan yang Layak Pendidikan tidak harus didapatkan di bangku sekolah namun dari pendidikan nonformal dengan bertanya kepada orangorang yang memiliki pengetahuan yang lebih luas. Dalam dunia pendidikkan anak harus wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. 50 Orang tua juga mengajak anak untuk ikut dalam setiap kegiatan keagamaan seperti ikut lomba cerdas cermat agama, lomba mekidung, lomba membaca sloka dan kegiatan yang lainnya berhubungan dengan keagamaan. Anak dilahirkan ibarat kertas putih tanpa noda dan orang tualah yang akan menulis untuk pertama kalinya, orang tua harus berperan memberikan teladan yang baik kepada anak misalnya dengan memberikan banyak contoh-contoh mengenai bagaimana menghormati orang lain, tidak berbohong, bersikap adil, disiplin dan berbagai perilaku lainnya. Setelah kepribadian anak mulai terbentuk, seorang ibu harus menjalankan perannya dengan keyakinan-keyakinan, pemikiran, perilaku yang baik dan ibu harus memfokuskan dari menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaanya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Tuhan memberikan anak yang sehat dan suputra. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggu jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Peran orang tua sangat besar dalam mendidik anaknya. Orang tua mangasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani seorang anak dan sebagai penyebab pengenalan dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikir dahulu. WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran orang tua dalam menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha pada anak di Banjar Tunjung Sari Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Peran orang tua dalam menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu: a. Orang tua sebagai pengasuh dan pendidik anak Orang tua mengajarkan pendidikan agama sedini mungkin dan memberikan contoh kepada anak, yakni dengan cara meningkatkan sradha dan bhakti anak kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, menanamkan nilai etika yang terkandung dalam ajaran Tri Kaya Parisudha dan membentuk disiplin anak. b. Orang tua sebagai panutan atau tauladan dalam keluarga Orang tua harus bisa menjadi model dalam kehidupan sehari-hari. Setiap perbuatan yang dilakukan dihadapan anak akan menjadi contoh bagi mereka. Orang tua sebagai guru yaitu orang yang patut digugu dan ditiru, untuk itu orang tua seharusnya menjadi panutan, serta bisa memberikan contoh yang baik dalam berperilaku, berbuat dan berkata sehingga anak dapat menirunya. 2. Upaya-upaya yang dilakukan orang tua dalam menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha pada anak di Banjar Tunjung Sari adalah dengan memberikan nasehat atau saran dalam bergaulan agar anak tidak salah dalam pergaulan, mengawasi dan membatasi penggunaan media agar anak tidak salah mempergunakan media. Selain itu orang tua juga harus menjalin hubungan/komunikasi yang baik dan memberikan pendidikan yang layak pada anak. WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014 DAFTAR PUSTAKA Farouk, Muhammad dan Djaali. 2005. Metodologi Penelitian Sosial. Edisi Revisi. Jakarta: PTIK Press & Restu Agung. Kajeng, I Nyoman. 1997. Sarasamuscaya. Surabaya: Paramita. Mangku, I Nyoman. 2010. Implementasi Pendidikan Tri Kaya Parisudah Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Sisws Di SDN No.1 Budi Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala. Skripsi (Tidak Di Terbitkan). STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah. Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Shochib, Dr. Moh.1998. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta. Titib, I Made & Ni Ketut Supariani. 2004. Keutamaan Manusia Dan Pendidikan Budi Pekerti. Surabaya: Paramita. 51