44 peran orang tua dalam menerapkan ajaran tri kaya parisudha

advertisement
PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA
PADA ANAK DI BANJAR TUNJUNG SARI KOTA PALU
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Gede Merthawan *
 Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah
ABSTRAK
Penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha kepada anak sangat penting karena dalam
ajaran tersebut diajarkan untuk berpikir, berkata, dan berbuat yang baik. Hal ini
dimaksudkan agar anak memiliki tutur kata serta perilaku yang baik, sehingga perilaku
yang diharapkan orang tua pada anak akan terlaksana, karena kehalusan budhi bahasa
anak merupakan cermin dari apa yang ditanamkan dan diterapkan oleh orang tua.
Dalam pembentukan perilaku anak itu sendiri perlu adanya pembinaan melalui
pengendalian diri baik melalui pikiran, perkataan, maupun perbuatan yang merupakan
ajaran etika untuk membentuk anak yang suputra.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua
dalam penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha pada anak di Banjar Tunjung Sari Kota
Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif atau
tergolong pendekatan sosial. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Penentuan informan menggunakan
teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif-kualitatif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa orang tua sebagai pengasuh dan
pendidik anak mengajarkan pendidikan agama sedini mungkin dan memberikan contoh
kepada anak. Orang tua sebagai panutan atau tauladan dalam keluarga karena orang tua
harus bisa menjadi model dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua harus bisa
memberikan contoh yang baik dalam berperilaku, berbuat dan berkata sehingga anak
dapat menirunya. Upaya-upaya yang dilakukan orang tua dalam menerapkan ajaran Tri
Kaya Parisudha pada anak di Banjar Tunjung Sari adalah dengan memberikan nasehat
atau saran dalam pergaulan agar anak tidak salah dalam pergaulan, mengawasi dan
membatasi penggunaan media agar anak tidak salah mempergunakan media. Selain itu
orang tua juga harus menjalin hubungan/komunikasi yang baik dan memberikan
pendidikan yang layak pada anak.
Kata Kunci: Peran Orang Tua, Tri Kaya Parisudha, Anak
1.
pada setiap sendi kehidupan. Salah satu
perubahan yang kita rasakan adalah perubahan
dalam aspek etika. Kemerosotan moral dan
budhi pekerti menjadikan anak sebagai
generasi penerus melakukan hal-hal yang
merugikan dirinya sendiri dan bangsa. Salah
satu contoh kemerosotan moral tersebut seperti
kenakalan remaja, mabuk-mabukan karena
miniman keras yang menyebabkan perkelahian
antar sesama. Ilmu pengetahuan yang
44
WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014
Pendahuluan
Perkembangan kemajuan zaman yang
disertai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi di berbagai bidang kehidupan
akhirnya membuka pola interaksi antar
masyarakat dari berbagai latar belakang.
Demikian pula globalisasi akan memberi
peluang dan komunikasi akan semakin
terbuka. Pesatnya perkembangan teknologi
menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan
memberikan informasi yang rasional dan
diterima oleh akal sehat manusia dan teknologi
mampu memberikan berbagai kemudahan bagi
manusia. Pada zaman globalisasi, tata susila
diharapkan mampu membina watak manusia
menjadi perilaku yang baik. Namun pada
kenyataanya banyak anak-anak belum bisa
membedakan mana informasi yang baik
sehingga dapat menjerumuskan seorang anak
pada perbuatan yang tidak baik seperti
pergaulan bebas dengan menjadi pengguna
obat terlarang (narkoba), pencurian, dan yang
lebih menyedihkan lagi seorang anak
melakukan penganiayaan kepada orang tuanya
sendiri.
Dalam suatu keluarga yang sangat
berperan dalam membentuk perilaku anak agar
menjadi anak yang suputra adalah kedua orang
tua. Dalam keluarga yang memiliki ikatan
batin yang kuat dengan anak adalah seorang
ibu. Ibu diharapkan mampu memberikan
kesejukan dalam keluarga. Pelanggaranpelanggaran nilai moral yang dilakukan anak
sekarang dipandang sebagai perwujudan
rendahnya disiplin diri pada anak. Disinilah
diperlukan peran dan tanggung jawab orang
tua dalam menerapkan ajaran Tri Kaya
Parisudha. Sebagai orang tua harus bisa
memberikan contoh yang baik kepada
anaknya, karena terkadang seorang anak
meniru perbuatan dan perilaku dari orang
tuanya. Sesungguhnya bila seorang anak telah
dididik dengan baik sejak usia dini, anak itu
akan mampu untuk memilah dan memilih halhal yang baik buat dirinya.
Kemerosotan moral harus diakhiri
dengan meningkatkan pengetahuan tentang
agama yang menekankan pada penerapan
ajaran Tri Kaya Parisudha, hal ini
dimaksudkan agar seorang anak memiliki tutur
kata serta perilaku yang baik sehingga apa
yang diharapkan orang tua kepada anaknya
akan terlaksana. Untuk meningkatkan kualitas
Tri Kaya agar menjadi Parisudha dalam
hubungannya
untuk
membangun
dan
membentuk karakter anak menjadi anak
WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014
suputra, dalam ajaran agama Hindu terdapat
tiga landasan pokok yaitu tattwa, susila
(etika), dan upakara. Dalam kehidupan seharihari tidaklah mungkin ketiga ajaran pokok
tersebut dapat dilaksanakan secara terpisahpisah, dikatakan demikian karena dalam
pelaksanaan tattwa tidaklah mungkin tanpa
kehadiran susila (etika), dan upakara. Kitab
Sarasamuscaya sloka 78 meyebutkan:
Vaca katmanicitte ca durlabhah sagune
janah
Yasya tvevamvidhim karyam sa janah
sarvadurlabhah
Artinya:
Dikatakan amat sukar untuk menerapkan
sifat guna (satwam) dalam perbuatan,
perkataan, dan pikiran, meskipun hal itu
merupakan kesulitan yang amat besar,
seyogyanya janganlah hal itu dianggap
penghalang merupakan kesulitan (harus
terus berusaha sampai berhasil) (Kajeng,
1997: 68).
Berkaitan dengan sloka di atas, sebagai
orang tua yang menyadari akan kewajibannya
sudah sepatutnya untuk selalu mengarahkan
anak-anaknya pada kesuksesan agar terhindar
dari hal-hal yang negatif dan berbagai bentuk
kesulitan. Dalam pembentukan perilaku anak
itu sendiri perlu adanya pembinaan melalui
pengendalian diri baik melalui pikiran,
perkataan, maupun perbuatan yang merupakan
ajaran etika dalam membentuk anak yang
suputra. Ajaran ini memberikan suatu
tuntunan agar manusia dalam setiap gerak baik
pikiran, perkataan, maupun perbuatan selalu
terkontrol dan terkendali demi terciptanya
keharmonisan dan kebahagiaan hidup,
sehingga terbentuk budhi pekerti yang luhur
(Mangku, 2010: 2). Bila ketiga hal tersebut
dapat diterapkan maka akan terbentuk anak
yang suputra. Anak suputra menjadi dambaan
setiap orang tua sebagai anugerah dari Tuhan.
Tidak semua orang tua yang ada di Banjar
45
Tunjung Sari dapat menerapkan ajaran Tri
Kaya Parisudha sehingga ada anak mereka
yang terjerumus ke dalam perbuatan negatif.
Dengan demikian perlu adanya penelitian
tentang peran orang tua dalam menerapkan
ajaran Tri Kaya Parisudha pada anak di
Banjar Tunjung Sari Kota Palu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
peran serta orang tua dalam menerapkan ajaran
Tri Kaya Parisudha pada anak di Banjar
Tunjung Sari. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan informasi dan
pembanding untuk penelitian selanjutnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini memakai pendekatan
kualitatif atau tergolong pendekatan sosial.
Tehnik wawancara dilakukan secara purposive
sampling. Informan dalam penelitian ini
adalah orang tua yang ada di Banjar Tunjung
Sari Kota Palu. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara,
dokumentasi, dan studi kepustakaan. Strategi
analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif-kualitatif.
Sang Hyang Widhi Wasa seperti pernyataan di
bawah ini.
Nyoman Kormek mengatakan bahwa:
“...kami selaku orang tua selalu
menekankan
akan
pentingnya
sembahyang seperti Tri Sandhya dan
Panca Sembah minimal satu kali dalam
sehari, karena dari sana diharapkan
menentukan cara berpikir, berkata dan
berbuat sesuai dengan ajaran agama...”
Selain itu, pendapat lain dikemukakan
oleh Wayan Muri sebagai berikut:
2.
3.
Hasil dan Pembahasan
3.1. Peran Orang Tua dalam Menerapkan
Ajaran Tri Kaya Parisudha pada Anak
di Banjar Tunjung Sari Kota Palu
1.
Orang Tua sebagai Pengasuh dan
Pendidik Anak
Orang tua menanamkan pendidikan
budhi pekerti sedini mungkin agar nantinya
anak dapat membentengi diri untuk selalu
berbuat sesuai dengan ajaran Tri Kaya
Parisudha. Pendidikan yang diberikan oleh
orang tua kepada anak nantinya akan menjadi
bekal dalam menjalani kehidupan berumah
tangga dan bermasyarakat. Bimbingan yang
dilakukan orang tua di Banjar Tunjung Sari
Kota Palu dalam mendidik anak-anaknya
adalah dengan mengajarkan pendidikan agama
sedini mungkin,
yakni dengan cara
meningkatkan sradha dan bhakti kepada Ida
46
“...saya selaku orang tua menanamkan
ajaran sradha dan bhakti anak kepada
Ida Sang Hyang Widhi Wasa mulai dari
dalam kandungan dengan membiasakan
diri saya untuk selalu melakukan
sembahyang setiap sore dengan harapan
nantinya anak yang saya lahirkan dapat
menjadi anak yang berbhakti kepada
orang tua dan Tuhan. Saya mengajarkan
anak untuk sembahyang dari kecil
dengan mengajak anak ikut sembahyang
di rumah setiap sore...”
Dari pernyataan di atas, disimpulkan
bahwa dengan mengenalkan dan memberikan
pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai
dalam ajaran agama Hindu yang ditanamkan
oleh orang tua kepada anak mulai dari masih
dalam kandungan, lahir hingga dewasa dengan
membiasakan
anak
melakukan
persembahyangan (Tri Sandhya) di rumah
dalam satu hari satu kali dan ke pura pada saat
Purnama Tilem serta hari raya lainnya. Teori
Peran mengatakan bahwa setiap orang yang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, orang itu menjalankan
suatu peranan. Perbedaaan antara kedudukan
dengan peranan adalah untuk kepentingan
ilmu pengetahuan, artinya orang tua
mempunyai peranan dalam mengajarkan Tri
Kaya Parisudha pada anak. Jadi berdasarkan
WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014
Teori Peran, orang tua memiliki peran yang
sangat penting dalam membentuk perilaku
anak. Selain itu orang tua memiliki kewajiban
untuk mendidik, membina, menuntun dan
membentuk perilaku anak sedini mungkin
dengan mengajarkan hal-hal yang kecil seperti
mengajak anak untuk ikut sembahyang dan
mengajarkan ajaran agama pada anak. Dalam
hal ini Wayan Muri dan Nyoman Kormek
sudah menjalankan perannya sebagai orang tua
dalam mendidik dan membina anak-anaknya.
Selanjutnya orang tua mengasuh dan mendidik
anak dengan cara menanamkan nilai etika
yang terkandung dalam ajaran Tri Kaya
Parisudha.
Sebagai orang tua sudah seharusnya
dibina dan dituntun untuk selalu menerapkan
ajaran agama sedini mungkin. Sebagai orang
tua juga harus dapat menerapkan ajaran
agama dalam keluarga sehingga anak dapat
mengikuti dan terhindar dari hal-hal yang
kurang baik. Orang tua juga harus
menanamkan nilai kejujuran dan disiplin.
Menanamkan disiplin pada anak sangat
penting dimana anak dapat menggunakan
waktunya sebaik mungkin dan dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap
dirinya, orang tua maupun kepada orang lain.
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anakanaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam
kehidupan bermasyarakat. Orang tua adalah
guru yang pertama dalam membentuk perilaku
anak agar sesuai dengan ajaran agama salah
satunya ajaran Tri Kaya Parisudha. Dalam
mendidik, mengasuh dan membimbing anak
orang tua selain sebagai orang yang telah
melahirkan, orang tua juga bisa menjadi
teman atau sahabat dan juga guru.
Anak yang disiplin diri menampilkan
perilaku yang patuh dan taat terhadap nilai
moral. Pengupayaannya dilakukan melalui
latihan, kebiasaan, dan penyadaran pada anak.
Hal ini diaktualisaikan melalui tampilnya
perilaku orang tua yang taat moral, terutama
WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014
pada saat pertemuan dengan anak, menata
komunikasi dialogis baik secara verbal
maupun nonverbal, melakukan kontrol
terhadap perilaku-perilaku anak, penataan
lingkungan fisik, penataan lingkungan sosial,
penataan lingkungan pendidikan, penataan
suasana psikologis, dan penataan lingkungan
sosial budaya (Shochib, 1998: 36).
2.
Orang Tua sebagai Panutan atau
Tauladan dalam Keluarga
Orang tua harus bisa menjadi model
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap perbuatan
yang dilakukan di hadapan anak-anaknya akan
menjadi contoh bagi mereka. Dimana orang
tua sebagai guru yaitu orang yang patut digugu
dan ditiru, untuk itu orang tua seharusnya
menjadi panutan bagi anak-anaknya. Orang tua
harus bisa memberikan contoh yang baik
dalam berperilaku, berbuat dan berkata
sehingga anak dapat menirunya.
Orang tua sangat berperan penting untuk
memberikan contoh bertingkah laku baik,
bertutur kata yang baik, berpikir yang positif
dan patut memberikan teladan kepada anakanaknya agar memiliki budhi pekerti yang
luhur sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha
yaitu berbuat baik, berkata yang baik dan
berpikir yang baik, di samping memberikan
pendidikan dalam arti luas. Dalam kitab
Sarasamuscaya Sloka 20 berbunyi: perkataan
yang mengandung maksud jahat, tiada beda
dengan anak panah yang dilepaskan. Setiap
yang ditempuhnya merasa sakit. Perkataan itu
meresap dalam hati, sehingga menyebabkan
orang tidak bisa makan dan tidur pada siang
dan malam hari. Untuk itu orang tua bisa
memberikan contoh berkata-kata yang baik
agar dapat mengikutinya.
Taittiriya Upanisad menyatakan matr
devobhava, pitr devobhava, artinya ibu adalah
perwujudan Tuhan Yang Maha Esa, bapak
adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak heran bila di masyarakat muncul
pandangan bahwa ayah dan bunda adalah
wujud Tuhan yang nampak, oleh karena itu
keteladanan orang tua merupakan suatu yang
47
mutlak, artinya jangan sampai seorang anak
kehilangan figur yang diidolakan. Maka orang
tua harus senantiasa menjadi contoh dalam
kebaikan, tidak pernah menjelek-jelekkan
orang lain apalagi di belakang orang yang
bersangkutan, tidak menghina seseorang, tidak
menyakiti dan mengembangkan kedermawan
dan keramahan kepada tumbuh-tumbuhan
yang hidup di sekitarnya. Keluarga perlu
menanamankan budhi pekerti yang pertama
dan perdana dalam hal ini ibu adalah guru
yang pertama dan utama tidak ada yang
melebihi seorang ibu sebagai seorang guru
yang sejati (Titib, 2004: 3).
Orang tua yang menjadi teladan bagi
anak adalah saat bertemu atau tidak dengan
anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap
nilai-nilai moral. Dengan demikian mereka
senantiasa patut dicontoh karena tidak sekedar
memberikan contoh. Orang tua yang mampu
berperilaku di atas telah menyadari bahwa
perilakunya disadari untuk dicontohkan, oleh
anak dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
identifikasi. Artinya anak sadar untuk bahan
pertimbangan dan identifikasi perilaku orang
tua yang tidak disadari sebagai bantuan bagi
anak-anak. Di samping berperilaku di atas
orang tua atau pendidik dituntut untuk
mentaati terlebih dahulu nilai-nilai yang akan
diupayakan kepada anak. Dengan demikian,
bantuan mereka ditangkap oleh anak secara
utuh sehingga memudahkan untuk menangkap
dan mengikutinya (Shochib,1998: 124).
3.2. Upaya-upaya yang dilakukan Orang
Tua
1.
Memberikan Nasehat atau Saran
Orang tua harus senantiasa berusaha
mendidik dan membimbing anak dengan
menanamkan ajaran Tri Kaya Parisudha untuk
mewujudkan budhi pekerti yang luhur
sehingga dalam bergaul anak berpedoman
pada ajaran Tri Kaya Parisudha. Sebagai
orang tua selalu mengupayakan untuk
mengingatkan dan mengarahkan anak dalam
berperilaku yang baik. Orang tua juga harus
48
dapat memahami lingkungan pergaulan anak
dengan selalu mengawasi hal-hal yang
dilakukan.
Menurut kaum behavioris, perilaku
adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan
bisa dilihat secara langsung: anak membuat
poster, guru tersenyum pada anak, murid
menggangu murid lain dan sebagainya. Anak
akan belajar dari apa yang dilihatnya secara
langsung. Belajar menurut aliran perilaku,
penekanannya pada apa yang dapat dilihat,
yaitu perilaku yang ditunjukan sebagai hasil
belajar, dan tidak memperhatikan apa yang
terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat
dilihat. Seorang akan dikatakan telah belajar
sesuatu bila orang itu mampu menunjukkan
perubahan perilaku. Jadi orang tua harus selalu
berupaya untuk menunjukkan perilaku yang
sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha
sehingga anak dapat melihat secara langsung
dan mengawasi perkembangan anak.
Kitab Sarasamuscaya menyatakan Tri
Kaya Parisudha artinya tiga perilaku/potensi
dan kemampuan manusia yang harus
disucikan. Adapun ketiga perilaku yang harus
disucikan manusia dalam kehidupannya yaitu
manacika, wacika, dan kayika. Dalam Kitab
Sarasamuscaya sloka 74-76 dijelaskan:
Ananbhidhayam paraswesu
sarwasatwesu carusam,
Karmanam phalamastiti triwidam
monasa caret
(Sarasamuccaya sloka 74)
Artinya:
Tindakan dari gerak pikiran terlebih
dahulu
akan
dibicarakan,
tiga
banyaknya, perinciannya: tidak ingin dan
dengki pada kepunyaan orang lain, tidak
bersikap gemas kepada semua makhluk,
percaya
akan
kebenaran
ajaran
karmaphala, itulah ketiganya perilaku
pikiran yang merupakan pengendalian
hawa nafsu (Kajeng, 1997: 65).
WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014
Berdasarkan sloka di atas dapat
diketahui bahwa perilaku yang harus disucikan
yaitu manacika berarti berpikir dalam artian
bahwa berpikir dan berencana sesuai dengan
ajaran dharma. Tindakan dari gerak pikiran
terlebih dahulu akan dibicarakan yang terdiri
atas tiga perinciannya yaitu: tidak ingin dan
dengki pada kepunyaan orang lain, tidak
bersikap gemas kepada semua makhluk, dan
percaya akan kebenaran ajaran karmaphala.
Ketiga
perincian
tersebut
merupakan
pengendalian hawa nafsu.
Asatpralapam parusyam
Paicunyamamnrtam tatha
Vatvari vaca rajendra
Najalpennanucintayet
(Sarasmuccaya sloka 75)
Artinya:
Inilah yang tidak patut timbul dari katakata, empat banyaknya, yaitu perkataan
jahat, perkataan kasar menghardik,
perkataan memfitnah, perkataan bohong
(tidak
dapat
dipercaya);
itulah
keempatnya harus disingkirkan dari
perkataan, jangan diucapkan, jangan
dipikir akan diucapkan (Kajeng,1997:
66).
Berdasarkan sloka di atas wacika berarti
berkata yang baik. Adapun yang tidak patut
timbul
dari
kata-kata
terdiri
empat
perinciannya yaitu perkataan jahat, perkataan
kasar menghardik, perkataan menfitnah, dan
perkataan bohong (tidak dapat dipercaya).
Keempat perkataan tersebut harus disingkirkan
dan jangan diucapkan. Orang tua harus selalu
berusaha menghindari perkataan yang tidak
baik agar anak tidak menirunya.
Pranatipatam stainyam ca
paradaranathapi,
Va, trini papani kayena sarvatah
parivarjavet
(Sarasamuccaya sloka 76)
WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014
Artinya:
Inilah yang tidak patut dilakukan:
membunuh, mencuri, berbuat zina.
Ketiganya itu jangan hendaknya
dilakukan terhadap siapapun, baik secara
berolok-olok, bersenda gurau, baik
dalam keadaan dirundung malang,
keadaan darurat dalam khayalan
sekalipun, hendaknya dihindari saja
ketiganya itu (Kajeng, 1997: 67).
Berdasarkan sloka di atas kayika berarti
berbuat yang baik. Ada tiga hal yang tidak
patut dilakukan yaitu membunuh, mencuri,
dan berbuat zinah. Ketiga itu hendaknya
jangan dilakukan terhadap siapapun, baik
secara berolok-olok, bersenda gurau, baik
dalam keadaan dirundung malang, keadaan
darurat dalam khayalan sekalipun. Maka orang
tua senantiasa berupaya untuk mendidik dan
mengarahkan anak untuk selalu berpedoman
pada ajaran Tri Kaya Parisudha sehingga
sesuai dengan harapan setiap orang tua yaitu
memiliki anak yang suputra.
2.
Mengawasi
dan
Membatasi
Punggunaan Media
Nyoman Kormek menyatakan bahwa:
“...saya selaku orang tua dalam
mengatasi
kendala-kendala
yang
mempengaruhi perilaku anak yaitu
dengan cara membatasi media tv dan
elektronik lainnya walaupun kadangkadang harus cekcok dengan anak namun
saya sebagai orang tua berusaha
mendidik dan membimbing anak dengan
baik, berusaha membawa anak pada
lingkungan yang bernuansa Hindu
walaupun dalam skala kecil setidaknya
anak ikut terlibat dalam kegiatan agama
serta memaksakan anak untuk belajar
agama...”
Dari pernyataan di atas, orang tua harus
senantiasa mengarahkan dan mengontrol anak
dalam setiap perkembangan anak-anaknya
49
agar tidak menyimpang dari ajaran agama
sehingga anak senantiasa berperilaku baik.
Terkadang orang tua harus sedikit tegas dalam
mendidik anak serta memberikan batasan pada
anak dalam mempergunakan media namun
tidak bersifat mengekang. Orang tua berupaya
meluangkan waktu pada anak untuk
memberikan perhatian.
3.
Menjalin Hubungan dan Komunikasi
yang Baik
Rupawan menyatakan bahwa:
“...saya selalu berusaha menjalin
komunikasi yang baik dengan keluarga
karena dengan adanya komunikasi yang
baik maka setiap permasalahan yang
dihadapi dalam keluarga dapat diatasi
secara kekeluargaan. Saya juga selalu
menanyakan pada anak apa yang
dilakukan di sekolah dan apakah ada
kesulitan/masalah yang berkaitan dengan
sekolah. Komunikasi yang sering saya
lakukan terhadap anak hanya pada
malam hari ketika berkumpul, saya
hanya dapat memberikan nasehat pada
anak...”
Dari pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa orang tua senantiasa
berusaha untuk menjalin komunikasi yang
baik hingga hubungan orang tua dengan anak
dapat terjalin baik dan dan harmonis. Menjalin
komunikasi antara orang tua dengan anak
sangat penting karena komunikasi dan
kedekatan antara orang tua dengan anak akan
mempengaruhi perkembangan pada anak.
Sesibuk apapun orang tua senantiasa menjalin
hubungan/komunikasi dengan anak maupun
anggota keluarga.
4.
Memberikan Pendidikan yang Layak
Pendidikan tidak harus didapatkan di
bangku sekolah namun dari pendidikan
nonformal dengan bertanya kepada orangorang yang memiliki pengetahuan yang lebih
luas. Dalam dunia pendidikkan anak harus
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.
50
Orang tua juga mengajak anak untuk ikut
dalam setiap kegiatan keagamaan seperti ikut
lomba cerdas cermat agama, lomba mekidung,
lomba membaca sloka dan kegiatan yang
lainnya berhubungan dengan keagamaan.
Anak dilahirkan ibarat kertas putih tanpa
noda dan orang tualah yang akan menulis
untuk pertama kalinya, orang tua harus
berperan memberikan teladan yang baik
kepada anak misalnya dengan memberikan
banyak contoh-contoh mengenai bagaimana
menghormati orang lain, tidak berbohong,
bersikap adil, disiplin dan berbagai perilaku
lainnya. Setelah kepribadian anak mulai
terbentuk, seorang ibu harus menjalankan
perannya
dengan
keyakinan-keyakinan,
pemikiran, perilaku yang baik dan ibu harus
memfokuskan dari menjaga akhlak, jasmani
dan kejiwaanya pada masa pra kehamilan
sampai masa kehamilan dengan harapan
Tuhan memberikan anak yang sehat dan
suputra.
Orang tua adalah komponen keluarga
yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan
hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah
dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua
memiliki tanggu jawab untuk mendidik,
mengasuh dan membimbing anak-anaknya
untuk mencapai tahapan tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam
kehidupan bermasyarakat. Peran orang tua
sangat besar dalam mendidik anaknya. Orang
tua mangasuh dan yang telah membimbing
anaknya dengan cara contoh yang baik dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu
orang tua juga telah memperkenalkan anaknya
kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan
menjawab secara jelas tentang sesuatu yang
tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan
yang pertama diterima oleh anak adalah dari
orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat
kehidupan rohani seorang anak dan sebagai
penyebab pengenalan dengan alam luar, maka
setiap reaksi emosi anak dan pemikir dahulu.
WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014
4.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai peran orang tua dalam
menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha pada
anak di Banjar Tunjung Sari Kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Peran orang tua dalam menerapkan ajaran
Tri Kaya Parisudha yaitu:
a. Orang tua sebagai pengasuh dan
pendidik anak
Orang tua mengajarkan pendidikan
agama sedini mungkin dan memberikan
contoh kepada anak, yakni dengan cara
meningkatkan sradha dan bhakti anak
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
menanamkan nilai etika yang terkandung
dalam ajaran Tri Kaya Parisudha dan
membentuk disiplin anak.
b. Orang tua sebagai panutan atau tauladan
dalam keluarga
Orang tua harus bisa menjadi model
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
perbuatan yang dilakukan dihadapan
anak akan menjadi contoh bagi mereka.
Orang tua sebagai guru yaitu orang yang
patut digugu dan ditiru, untuk itu orang
tua seharusnya menjadi panutan, serta
bisa memberikan contoh yang baik
dalam berperilaku, berbuat dan berkata
sehingga anak dapat menirunya.
2. Upaya-upaya yang dilakukan orang tua
dalam menerapkan ajaran Tri Kaya
Parisudha pada anak di Banjar Tunjung
Sari adalah dengan memberikan nasehat
atau saran dalam bergaulan agar anak tidak
salah dalam pergaulan, mengawasi dan
membatasi penggunaan media agar anak
tidak salah mempergunakan media. Selain
itu orang tua juga harus menjalin
hubungan/komunikasi yang baik dan
memberikan pendidikan yang layak pada
anak.
WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014
DAFTAR PUSTAKA
Farouk, Muhammad dan Djaali. 2005.
Metodologi Penelitian Sosial. Edisi
Revisi. Jakarta: PTIK Press & Restu
Agung.
Kajeng, I Nyoman. 1997. Sarasamuscaya.
Surabaya: Paramita.
Mangku, I Nyoman. 2010. Implementasi
Pendidikan Tri Kaya Parisudah Dalam
Meningkatkan Budi Pekerti Sisws Di
SDN No.1 Budi Mukti Kecamatan
Damsol Kabupaten Donggala. Skripsi
(Tidak Di Terbitkan). STAH Dharma
Sentana Sulawesi Tengah.
Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Shochib, Dr. Moh.1998. Pola Asuh Orang Tua
Dalam Membantu Mengembangkan
Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.
Titib, I Made & Ni Ketut Supariani. 2004.
Keutamaan Manusia Dan Pendidikan
Budi Pekerti. Surabaya: Paramita.
51
Download