Manajemen Investasi Dikompilasi oleh

advertisement
Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang
Mata Kuliah: Manajemen Investasi
Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD
RISIKO
Perhitungan risiko digunakan untuk melengkapi perhitungan tingkat return yang diharapkan,
mengingat penggunaan faktor risiko akan mampu memberikan keputusan yang lebih realistis. Ini
disebabkan karena hubungan antara risiko dan return bersifat trade-off dan berbanding lurus.
Semakin besar risiko, makin besar pula tingkat return yang diharapkan akan terjadi.
Risiko bermakna variasi return yang terjadi terhadap return yang diharapkan. Berdasarkan pada
pengertian ini, investor banyak menggunakan standar deviasi untuk menghitung risiko.
1. Perhitungan risiko berdasarkan probabilitas
Untuk menghitung risiko berdasarkan probabilitas, investor menggunakan standar deviasi dengan
rumus sebagai berikut.
) ))
⁄
Selain dengan Standard Deviation (SD), perhitungan risiko kadang juga menggunakan varian.
Varian dihitung sebagai kuadrat dari SD.
)
) )
atau sebaliknya
)
√
)
Jika
)
)
) maka
∑
)
)
Dengan menggunakan
)
∑
)
maka
)
Contoh
Dengan kondisi ekonomi, future return, dan probabilitas berikut ini, hitung E(Ri) atau nilai
ekspekstasian atau expected return, Var(Ri), dan α.
Kondisi ekonomi
Future return Probability
Resesi
-0.09
0.1
Resesi moderat
-0.05
0.15
Normal
0.15
0.25
Baik
0.25
0.2
Sangat baik
0.27
0.3
2. Perhitungan risiko berdasarkan data historis
Perhitungan risiko dengan metode deviasi standar (SD) pada data historis dilakukan sebagai
berikut.
∑
√
)
Contoh
Hitunglah rata-rata return (aritmetika) dan Standard Deviation (SD) dari return total di bawah ini
dengan menggunakan:
a. rumus SD di atas
b. perhitungan rata-rata geometrik
c. metode rata-rata
d. metode random walk
Periode
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Return
0.060
0.077
0.095
0.193
0.047
0.113
0.112
3. Koefisien Variasi
Koefisien variasi digunakan untuk menghitung kinerja suatu asset atau sekuritas
mempertimbangkan risiko dan return secara bersama-sama. Rumus yang digunakan untuk
menghitung koefisien korelasi atau coefficient of variation adalah sebagai berikut.
Contoh
Hitunglah Coefficient of Variance saham PT ABC dan PT XYZ di bawah ini. Apa makna angka yang
dihasilkan?
Tanggal
2/1/2001
2/2/2001
2/3/2001
2/4/2001
2/5/2001
2/6/2001
Saham PT ABC
Harga
3525
3575
3650
3575
3675
3650
Saham PT XYZ
Harga
11000
11350
12000
11950
12100
12450
Pembahasan tentang risiko banyak berhubungan dengan systematic risk dan unsystematic risk.
Suatu risiko yang mempengaruhi seluruh asset dalam suatu periode tertentu disebut sebagai
systematic risk. Karena keberadaan systematic risk berdampak pada seluruh asset yang
diperjualbelikan di pasar, maka jenis risiko ini disebut juga sebagai market risk. Contoh risiko ini
adalah ketidakpastian yang disebabkan oleh kondisi ekonomi secara makro, seperti GDP, tingkat
bunga (interest rate), dan inflasi. Kondisi ini mempengaruhi seluruh perusahaan. Tingkat inflasi
yang tinggi dapat mempengaruhi pengeluaran untuk gaji dan upah, serta biaya persediaan; nilai
asset perusahaan, serta harga jual produk.
Tipe kedua adalah unsystematic risk, yaitu suatu jenis risiko yang mempengaruhi suatu asset atau
sekelompok kecil asset. Karena unsystematic risk bersifat unik bagi perusahaan secara individual
(individual company) atau asset, jenis risiko ini disebut sebagai unique or asset-specific risks.
Contoh risiko jenis ini adalah pengumuman peningkatan harga minyak, bisa jadi hanya
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan tertentu yang memiliki ketergantungan besar pada
pada minyak. Atau, pelemahan rupiah hanya akan mempengaruhi kemampuan keuangan
perusahaan pengimpor barang. Sementara, pelemahan rupiah memiliki dampak positif bagi
perusahaan yang mengekspor barang ke luar negeri.
Klasifikasi risiko di atas adalah penting sebagai basis untuk mempelajari hubungan antara risiko
dan return dalam konsep security market line atau SML. Untuk mengembangkan SML,
mahasiswa perlu mengetahui konsep beta coefficient. Kedua konsep tersebut, beta dan SML
sering digunakan untuk membahas expected return atas investasi pada asset berisiko (risky
investment).
Dalam kaitan antara risiko dan return, istilah penting lain yang perlu diketahui adalah risk-free
investment, yaitu suatu investasi dimana investor telah mengetahui secara pasti jumlah dan
waktu perolehan expected return. Contoh investasi bentuk ini adalah investasi pada sertifikat
pemerintah, atau jika di Amerika disebut sebagai T-bills. Akan tetapi, umumnya investasi tidak
memberikan kepastian jumlah dan kapan investor akan mendapatkan expected return.
Secara umum investor akan membutuhkan rate or return yang tinggi jika mereka berpendapat
bahwa investasi yang mereka tuju tidak memiliki kepastian perolehan expected return.
Peningkatan required rate of return di atas net risk-free rate disebut sebagai risk premium. Risk
premium ini merupakan gabungan dari seluruh ketidakpastian yang dihitung oleh investor.
Beberapa bentuk ketidakpastian adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Business risk
Financial risk (leverage)
Liquidity risk
Exchange risk
Country (political risk)
Business risk terjadi jika suatu perusahaan mengalami ketidakpastian income flows (arus
pendapatan) yang disebabkan oleh karakteristik usaha perusahaan tersebut. Semakin kurang
pasti arus pendapatan suatu perusahaan, semakin tidak pasti income flows bagi investor.
Ketidakpastian inilah yang menyebabkan investor menetapkan risk premium. Sebagai contoh,
perusahaan ritel makanan biasanya memiliki penjualan dan pertumbuhan pendapatan per tahun
yang stabil dibandingkan dengan perusahaan industri otomotif. Perusahaan otomotif umumnya
mengalami business risk yang tinggi, diukur dari tingginya fluktuasi penjualan dan pertumbuhan
laba seiring dengan fluktuasi siklus usaha.
Financial risk adalah ketidakpastian yang disebabkan oleh kebijakan pembiayaan investasi yang
diterapkan oleh suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan menggunakan sumber pendanaan
saham biasa untuk membiayai investasinya, maka bisa saja terjadi business risk. Jika perusahaan
tersebut menggunakan pinjaman untuk membiayai investasinya, maka perusahaan perlu
membayar biaya modal dalam bentuk biaya bunga kepada krediturnya. Pembayaran bunga ini
bersifat dikeluarkan sebelum perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham biasa.
Dengan mekanisme ini, ketidakpastian pendapatan bagi para pemegang saham biasa meningkat.
Peningkatan ketidakpastian karena adanya biaya modal pinjaman inilah yang disebut sebagai
financial risk atau financial leverage. Peningkatan financial risk dapat menyebabkan peningkatan
risk premium saham perusahaan tersebut.
Liquidity risk adalah ketidakpastian yang terjadi di pasar sekunder. Pada saat seorang investor
membeli asset atau saham di pasar sekunder, investor berharap bahwa suatu saat asset tersebut
mencapai siklus mature dan dapat dijual kepada investor lain yang berminat. Atau, investor
berharap bahwa asset tersebut dapat dikonversi menjadi kas dan menggunakannya untuk
membiayai investasi lain. Jika investor tersebut mengalami kesulitan untuk mengkonversi asset
tersebut menjadi kas, maka investor tersebut dapat dikatakan mengalami liquidity risk. Seorang
investor harus mempertimbangkan dua hal saat menilai risiko likuiditas suatu investasi:


Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi saham ke dalam bentuk kas?
Bagaimana kepastian tentang harga jual saham yang akan didapat investor?
Pertanyaan tersebut sama dengan saat investor akan membeli suatu asset: berapa lama yang
dibutuhkan untuk mendapatkan asset tersebut? Berapa dana yang dibutuhkan untuk membeli
asset tersebut?
Sebagai contoh T-bills yang diterbitkan oleh pemerintah Amerika dapat disebutkan tidak memiliki
liquidity risk karena asset tersebut dapat dijual dan dibeli dalam hitungan menit pada harga yang
hamper sama dengan harga nominalnya (quoted price). Sebaliknya, asset dalam bentuk barang
seni atau real estate di tempat terpencil mengalami liquidity risk karena investor memerlukan
waktu lama untuk menemukan pembeli yang tepat dan mau membayar sesuai dengan harga yang
diinginkan (expected price). Investor seperti ini akan meningkatkan required rate of return untuk
mengkompensasi ketidakpastian waktu dan harga. Liquidity risk juga akan semakin tinggi jika
investor ingin berinvestasi di pasar saham di luar negeri, terutama di negara dengan country risk
tinggi.
Exchange rate risk adalah ketidakpastian return yang dialami seorang investor yang memiliki
asset yang didenominasi dalam mata uang asing. Kemungkinan terjadinya risiko ini makin besar
jika investor membeli dan menjual asset di pasar saham internasional, bukan asset asing yang
dijual di pasar negara tempat bermukim investor. Sebagai contoh, investor Amerika yang
membeli saham perusahaan Jepang yang didenominasi dalam yen harus memperhitungkan dua
hal, yaitu ketidakpastian return dalam yen dan ketidakpastian nilai tukar yen relative terhadap
USD. Semakin tinggi ketidakpastian exchange rate antara dua negara membuat semakin tinggi
exchange rate risk. Selanjutnya, semakin tinggi exchange rate risk, semakin tinggi pula risk
premium yang ditetapkan oleh investor.
Country risk, disebut juga political risk, adalah ketidakpastian return yang disebabkan oleh
kemungkinan terjadinya perubahan mayor lingkungan politik atau ekonomi suatu negara. Sebagai
contoh, Amerika dikenal sebagai negara yang memiliki country risk paling rendah di dunia karena
sistem politik dan ekonominya paling stabil. Investor yang melakukan pembelian asset di negara
yang memiliki kondisi politik atau ekonomi kurang stabil harus menetapkan country risk premium
untuk menentukan required rate of return.
Sebagaimana disebutkan sebelumnyal, risk premium merupakan akumulasi dari kelima bentuk
risiko di atas. Untuk itu, dalam perhitungan risk premium investor menggunakan formula berikut.
)
Referensi:
Reilly, F. K., & Brown, K. C. (2009). Investment Analysis and Portfolio Management (Vol. 9th
Edition). Mason, Ohio, USA: South-Western Cengage Learning.
Download