Jumat 22 Mei 2015 Bacaan 1 : kis 25:13-21 Mazmur : 103:1-2;11-12;19-20ab Injil : Yoh 21:15-19 ----------------------------------Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-dombaKu." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." Renungan Injil Yohanes yang baru saja kita dengarkan menunjukkan iman Petrus. Yesus bertanya hal yang sama kepada Petrus sebanyak tiga kali, apakah Petrus mengasihi Yesus. Jawaban Petrus pun tetap sama bahwa ia mengasihi Yesus.Jawaban yang sama sebanyak tiga kali ini menunjukkan keteguhan iman Petrus. Karena keteguhan Petrus itulah maka Yesus menganugerahkan kepercayaan untuk meggembalakan domba-dombaNya yaitu kita umatNya. Tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah. Pada kenyataannya yang diperoleh Petrus bukanlah hal yang menyenangkan. Bahkan sampai akhir hayatnya penderitaanlah yang harus dialaminya. Meski begitu, walaupun kesengsaraan dan salib yang diterima Petrus, ia tetap menjalankan tugasnya tanpa pernah berpaling dari jalan Yesus. Bagaimana dengan kita? Apakah kita mempunyai keteguhan yang sama dengan Petrus? Ketika kita menghadapi cobaan apakah kita tetap berjalan di jalanNya? Terhadap tugas kita apakah kita tetap melaksanakan dengan baik walaupun berat? Saudara-saudariku yang terkasih, kita sering mendengar ungkapan yang berbunyi Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi batas umatNya untuk mengatasi persoalan itu. Saya kira ini sabda yang perlu kita pegang dan kita imani. Kita sebagai manusia kadang merasa lelah bahkan ingin menyerah baik karena cobaan hidup ataupun tugas yang berat. Tetapi apabila kita menyandarkan diri kepada Tuhan yang mengasihi kita maka kita akan merasa lebih ringan dan damai. Marilah kita berdoa: Tuhan jadikanlah hatiku teguh dalam menjalani hidup sehingga dalam keadaan apapun aku hanya menyandarkan diri hanya kepadaMU. Amin. Sabtu, 23 Mei 2015 Bacaan 1 : Kis. 28:16-20;30-31 Mazmur : 11:4,5,7 Injil : Yoh. 21:20-25 -------------------------------------Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: “Tuhan, siapakah dia yang akan meyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.” Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.“ Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. Renungan: Dalam Injil hari ini, kita mendengar ada murid yang dikasihi Yesus. Murid yang dikasihi Yesus adalah murid yang setia mengikuti Tuhan, tinggal di dekat-Nya, untuk memberitakan kematian dan kebangkitan Tuhan, serta mewartakan Tuhan kepada semua orang. Murid itu tidak lain adalah kita sendiri. Kita akan tetap tinggal di sisi Tuhan, demikian juga anak-cucu kita. Kita semua dipanggil oleh Yesus sebagai pewarta-Nya di dunia ini. Kita memberikan kesaksian kepada semua orang bahwa Allah itu kasih dan dalam kasih-Nya, Ia ingin agar kita selamat dan hidup, bahkan hidup dalam kelimpahan. Keselamatan yang Tuhan tawarkan tidak hanya ditujukan kepada kita, melainkan kepada semua mahkluk di bumi ini. Tugas kitalah untuk menyalurkan rahmat keselamatan Tuhan itu di dalam hidup kita sehari-hari. Refleksi: Apakah kita telah mampu menjadi murid Yesus yang setia dan berani mewartakan-Nya di tengah dunia? Beranikah kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang mampu mengajak orang lain mengenal dan mengasihi Allah? Doa: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih karena telah memilih aku yang lemah dan rapuh ini menjadi murid-Mu. Semoga aku tidak menyia-nyiakan kasih-Mu, tetapi mampu membawa banyak orang untuk mengenal dan mengasihi-Mu, Amin. Minggu, 24 Mei 2015 Bacaan 1 : Kis. 2:1-11 Mazmur : 104:1ab+24ac-30,31+34 Injil : Yoh. 15:26-27; 16:12-15 Hari Raya Pentakosta ==================== Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku. Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.” Renungan: Hari ini Gereja merayakan peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul. Pentakosta juga menjadi hari lahir Gereja. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya akan pewartaan Yesus Kristus. Yesus menjanjikan penghibur yang mampu menggantikan-Nya setelah kepergianNya di dunia. Penghibur ini tak lain adalah Roh Kudus sendiri. Walaupun Yesus tidak ada lagi di dunia, namun Ia tetap menyertai Gereja . Roh Kudus selalu menjiwai Gereja. Roh Kudus inilah yang menjadi penggerak dan pendorong karya misi pewartaan Injil Gereja. Roh Kudus juga hadir di dalam setiap orang. Roh Kudus menjadi daya penggerak dan pendorong bagi kita untuk melakukan hal-hal yang baik, yang seturut dengan kehendak Allah. Refleksi: Sudahkah kita ikut mengembangkan Gereja? Apakah kita sudah menyadari betapa besar kasih Allah kepada dengan mengutus Roh Kudus untuk selalu menyertai kita? Doa: Tuhan Yesus, utuslah Roh Kudus-Mu untuk selalu menyertai langkah hidup kami, sehingga kami mampu berjalan seturut dengan kehendak-Mu sendiri dan mampu menjalani hidup yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dengan baik dan penuh tanggung jawab, Amin. Senin, 25 Mei 2015 Bacaan 1 : Sirk. 17:24-29 Mazmur : 32: 1-2,5,6,7 Injil : Mark. 10:17-27 ======================= Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalananNya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapanNYa ia bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?“ Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Janganlah membunuh, janganlah berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang. Hormatilah ayah dan ibumu!“ Lalu kata orang itu kepada-Nya: “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutilah Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” Renungan: Injil pada hari ini membuat kita semua terhenyak. Bahkan para rasul yang hidup sekitar 2 000 tahun yang lalu saja juga tercengang. Sungguh terasa berat tuntutan yang harus dipenuhi untuk mengikuti Tuhan Yesus. Secara jelas Tuhan Yesus meminta kita untuk tidak terikat/lekat dengan materi. Di tengah arus zaman konsumerisme seperti sekarang ini, kita seakan diarahkan dan dipacu untuk mengejar kebahagiaan yang didasarkan kepada materi. Kita sering merasa sedih jika tidak punya ini dan itu, sebaliknya bekerja keras untuk mendapatkan ini dan itu, dan merasa bahagia jika sudah mendapatkannya. Kebahagiaan yang sejenis itu yang akrab kita jumpai di sekitar kita. Kita menjadi lupa dan tersesat bahwa itu hanya kebahagiaan semu. Kebahagiaan sejati adalah jika menghidupi semangat Tuhan Yesus sendiri. Lalu bagaimana mungkin menerapkan ajaran dan teladan Tuhan Yesus itu dalam kehidupan nyata sekarang? Ada sebuah contoh kecil yang ternyata bisa menguatkan saya. Saat ada berita duka di sekolah saya, ada seorang siswa yang memberikan uang Rp 2000,- ke dalam kotak sumbangan yang diedarkan ke tiap kelas. Sekilas uang sejumlah itu terlihat kecil. Tetapi rupanya, biarpun sudah tingkat SMA, orang tuanya memang hanya memberi uang saku sebesar itu setiap harinya. Dan siswa tersebut secara rela menyumbangkannya. Bagi saya pribadi, siswa itu sudah memberikan secara total apa yang ia punya. Ia sudah melakukan apa yang diminta Tuhan Yesus. Justru terkadang kita sebagai orang yang sudah dewasa terlalu banyak perhitungan dalam memberi, dengan dalih didera kesulitan dalam menghidupi keluarga kita, dan lupa bahwa segala rejeki kita hanyalah pemberianNya, yang tidak kekal sifatnya. Refleksi: Apakah kita sudah terjebak dalam kelekatan materi dan melupakan ajaran Tuhan Yesus? Apakah kita malah memilih mengikuti tindakan orang pada umumnya: ‘kecewa dan pergi dengan sedih sebab banyak hartanya’. Hanya di dalam Dialah terletak kebahagiaan sejati. Doa: Allah Bapa, sering kali kami lebih mementingkan mencari harta duniawi, daripada mencari harta surgawi. Bukalah mata hati kami, agar mampu memilih jalan yang Engkau kehendaki, sehingga kami tidak terjatuh dalam kebahagiaan semu karena yang terpenting adalah kebahagiaan kekal abadi di surga. Amin. Selasa, 26 Mei 2015 Bacaan 1 : Sir. 35:1-12 Mazmur : 50:5-6,7-8,14,23 Injil : Mark. 10:28-31 ---------------------------------------Setelah Yesus berkata betapa sukarnya orang kaya masuk Kerajaan Allah, berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab Yesus : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anakanya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” Renungan: Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia karena dikaruniai akal budi, hati nurani dan kehendak bebas. Oleh karena itu, manusia dapat menjalin hubungan dengan sesama maupun Tuhan. Dalam hubungannya dengan Tuhan, dapat diungkapkan melalui ibadah dan doa. Dalam menjalin hubungan dengan sesama, dapat diungkapkan dengan berbagai macam kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Hidup manusia tidak lepas dari perannya sebagai makhluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa orang lain. Dalam masyarakat, kita bisa mengalami hal-hal yang menyenangkan maupun menyedihkan bahkan menakutkan karena interaksi dengan orang lain. Ketika kita mengalami peristiwa menyenangkan, kadang lupa untuk bersyukur kepada Tuhan, tetapi ketika manusia mengalami peristiwa yang menyedihkan atau menakutkan baru membutuhkan Tuhan. Hidup roh dimulai dari kesadaran rohani, berarti melepaskan keterikatan terhadap duniawi dan menggantungkan diri kepada Allah Sang Sumber Hidup. Kita hidup karena kasihNya, sebelum kita meminta, Ia sudah memberi lebih kepada kita. Ia memberi kita roh dalam hidup. Dalam hidup roh, kita akan mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri kita sendiri, seperti Sabda Tuhan : "orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu". Hidup dalam roh adalah hidup yang membangun persaudaraan. Refleksi: Beranikah kita meninggalkan segala sesuatu yang kita miliki untuk mengikuti Yesus? Doa: Allah Bapa yang Mahabaik, terimakasih karena Engkau telah memberikan orang-orang yang mencintai kami dengan tulus hati. Kami mohon curahkan Roh KudusMu agar kami bisa hidup saling berbagi dan mau berkorban untuk orang-orang yang membutuhkan demi memuliakan namaMu. Tuhan Yesus Kristus, ambillah hidupku untuk menguduskan-Mu, pakailah waktuku untuk memuji-Mu selamanya, sebab tak’ kumiliki harta kekayaan yang berarti selain iman akan Engkau sendiri. Amin. Rabu, 27 Mei 2015 Bacaan 1 : Sir. 36:1,4-5a,10-17 Mazmur : 79:8,9,11,13 Injil : Mark. 10:32-45 --------------------------------------------Sekali peristiwa Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem. Yesus berjalan di depan. Para murid merasa cemas, dan orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang pun merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya. Yesus berkata, “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Merea akan menjatuhi dia hukuman mati. Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hariia akan bangkit.” Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus. Mereka berkata, “Guru, kami harap Engkau mengabulkan suatu permohonan kami.” Jawab Yesus, “Apakah yang kalian ingin Kuperbuat bagimu?” Mereka menjawab, “Perkenankanlah kami ini duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, seorang di sebelah kanan, dan seorang di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Kalian tidak tahu apa yang kalian minta. Sanggupkah kalian meminum piala yang harus Kuminum? Dan dibabtis dengan pembabtisan yang harus Kuterima?” mereka menjawab, “Kami sanggup.” Yesus lalu berkata kepada mereka, “Memang, kalian akan meminum piala yang harus Kuminum, dan akan dibabtis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelahkanan atau kiri-Ku, aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang yang baginya telah disediakan.” Mendengar itu, kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakous dan Yohanes. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata, “Kalian tahu bahwa orang-orang yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesarpembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tetapi janganlah demikian diantara kalaian. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kalian, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kalian, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Renungan Pak Rahmat adalah seorang pensiunan karyawan di sekolah swasta. Dia bersama dengan istri dan kedua anaknya tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggir kota. Sudah lebih dari 10 tahun Pak Rahmat menderita penyakit diabetes kronis. Namun, setiap bulan dia diharuskan untuk cek kesehatan di rumah sakit. Biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan untuk cek kesehatan kira-kira 450-500 ribu rupiah. Biaya tersebut cukup besar bagi pengobatan Pak Rahmat karena dia juga harus memperhitungkan pengeluaran untuk sehari-hari keluarga dan sekolah ke dua anaknya. Gaji pensiun yang ia terima setiap bulan hanya 800 ribu rupiah. Pada saat menjelang cek kesehatan pada awal bulan, Pak Rahmat mengalami kesulitan keungan. Uang yang tersimpan untuk biaya berobat hanya tinggal 370 ribu rupiah. Sebenarnya, Pak Rahmat bisa saja meminjam uang kepada tetangganya. Namun ia berusaha untuk tidak meminjam uang dan meminta dispensasi ke rumah sakit untuk melunasi biaya berobat pada bulan berikutnya. Setelah tiba di rumah sakit, Pak Rahmat ditolak oleh Rumah sakit dengan alasan biaya berobat dan membeli obat tidak cukup. Pak Rahmat akhirnya pulang ke rumah dan menerima apa yang dihadapinya yaitu tidak bisa mendapatkan obat diabetesnya. Dalam perjalanan pulang, Pak Rahmat melihat seorang nenek tua berpakaian lusuh, berbau yang sedang mengambil makanan bekas di belakang rumah makan. Pak Rahmat bertanya kepada nenek tersebut, “maaf nenek, untuk apa nenek mengambil makanan bekas itu?” jawab nenek itu, “untuk apa kamu bertanya, Apa kamu tidak melihat aku seperti apa sekarang?” Pak rahmat semakin penasaran dan bertanya lagi, “Apakah makanan bekas itu untuk makan nenek?” nenek itu menjawab, “makanan ini akun aku berikan ke cucu saya, dan sisanya untuk makan malam dan sarapan besok.” Dengan rasa iba, Pak Rahmat memberikan uang yang seharusnya dipakai untuk berobat bulan depan kepada nenek tersebut. “nek, pakailah uang ini untuk membeli makan nenek dan cucu nenek.” Kemudian nenek tersebut menerima uang mengucapkan terima kasih kepada Pak Rahmat. Pada hari bulan berikutnya, Pak Rahmat akhirnya bisa menjalani cek kesehatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, mukjizat muncul kepada Pak Rahmat. Dokter mengatakan bahwa Pak Rahmat dinyatakan sembuh total dari penyakit diabetes kronis. Akhirnya Pak Rahmat dan keluarganya mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat kesembuhannya. Renungan : Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita tidak menyadari bahwa Tuhan Yesus yang selalu hadir pada setiap hati kita tidak akan pernah meninggalkan kita saat kita lebih maupun kekurangan. Kita tidak perlu takut untuk melayani sesama kita yang lebih membutuhkan, karna Tuhan sendiri mengajarkan kita untuk saling melayani. Tuhan bahkan tidak pernah memilih siapapun di antara kita yang akan Tuhan selamatkan, asal kita mau menanggung salibNya. Memanggul salibNya juga berarti melayani sesama kita yang kekurangan. Jabatan, kekuasaan, dan kekayaan bagi kita tidak akan menjadikan kita orang besar dihadapan Tuhan, tetapi keiklhasan hati kita melayani sesama yang membutuhkan adalah yang diminta oleh Tuhan. Doa: Ya Tuhan, biarkanlah Engkau menjadi besar dan kami menjadi kecil, bimbinglah kami untuk belajar melayani sesama kami, bukannya selalu dilayani, sama seperti Engkau datang kedunia ini untuk melayani dan mengorbankan jiwa untuk menebus dosa-dosa kami, amin.. . Kamis, 28 Mei 2015 Bacaan 1 : Sir. 42:15-25 Mazmur : 33:2-3;4-5;6-7;8-9 Injil : Mark. 10:46-52 ------------------------------------------Pada suatu hari, tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho.Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru : “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegurnya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggilah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah. Ia memanggil engkau.” Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Renungan: Bartimeus, anak Timeus dapat sembuh dari kebutaannya, karena ia memiliki iman yang teguh kepada Yesus. Dari kisah ini, kita diingatkan kembali, bagaimana iman kita kepada Yesus saat ini, karena iman sekecil biji sesawi pun dapat menyelamatkan seseorang. Iman adalah sesuatu yang tidak terlihat, tetapi iman adalah dasar hidup bagi setiap orang. Bartimeus di dalam kekurangannya tetap memiliki iman yang kuat bahwa Yesus anak Daud dapat menolongnya. Di ayat 52, Yesus berkata: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan Engkau!”. Dari pengalaman Bartimeus ini, kita belajar bahwa iman kita tidak boleh kendor sedikitpun, karena dengan iman yang kuat kita dapat menjadi pemenangdalam setiap permasalahan kita. Dalam Ibrani 11:1 dikatakan bahwa: iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Refleksi: Apakah kita sudah memiliki iman seperti yang telah dimiliki oleh Bartimeus akan Yesus? Apakah kita telah mengandalkan iman kita, ketika kita menghadapi persoalan hidup? Doa: Bapa, kuatkan iman kami akan Engkau apabila kami mulai goyah. Jagalah hati dan pikiran kami agar selalu tertuju hanya kepada-Mu, sebab Engkaulah satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat kami, Amin. Jumat, 29 Mei 2015 Bacaan 1 : Sir. 44:1,9-13 Mazmur : 149:1-2;3-4;5-6a Injil : Mark. 11:11-26 ------------------------------------------Sesampainya di Yerusalem, Yesus masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya. Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya. Lalu tibalah Yesus dan muridmuridNya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai keakar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.” Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” Renungan: Pada bacaan Injil hari ini kita mendengar bahwa Yesus menyucikan Bait Allah. Yesus tidak senang melihat Bait Allah yang dijadikan tempat seperti pasar, tempat transaksi atau jual-beli. Bait Allah adalah tempat yang kudus, tempat Allah bersemayam, sudah sepantasnya kalau Bait Allah disucikan dan dihormati. Gereja adalah tempat kudus, dimana kita dapat berjumpa dengan Allah baik secara pribadi maupun bersama-sama. Maka ketika kita berada di dalam Gereja, kita sudah sepantasnya untuk menjaga kekudusannya, misalnya dengan menon-aktifkan hand phone, tidak berbicara atau ngobrol dengan teman dan memakai pakaian yang sopan apabila pergi ke Gereja. Selain mengingatkan kita untuk menjaga kekudusan Gereja, Yesus juga memberi peneguhan kepada kita bahwa setiap orang yang memohon pertolongan rahmat-Nya disertai dengan iman yang teguh kepada-Nya, maka permohonan itu pasti akan dikabulkan-Nya. Yesus juga mengingatkan kita, bahwa setiap kita berdoa, hati kita harusah bersih dahulu. Kita tidak boleh memendam rasa amarah kepada orang lain, kita harus berdamai terlebih dahulu dengan sesama kita. Berdoa kepada Tuhan haruslah disertai dengan hati yang tulus dan suci. Refleksi: Apakah kita sudah turut menjaga kekudusan Gereja setiap kali kita berada di Gereja? Apakah kita selalu berdoa dengan hati yang tulus dan suci? Doa: Tuhan Yesus yang baik, bantulah kami untuk menjaga hati, pikiran dan perbuatan kami agar selalu bersih dan selalu percaya hanya kepada-Mu. Ingatkanlah kami disaat kami lengah dan jauh dari-Mu, supaya kami tidak masuk ke dalam pencobaan. Amin. Sabtu, 30 Mei 2015 Bacaan 1 : Sir. 51: 12-20 Mazmur : 19:8,9,10,11 Injil : Mark. 11:27-33 ----------------------------------------Beberapa waktu sesudah mengusir para pedagang dari halaman Bait Allah, Yesus dan muridmurid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” Jawab Yesus kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi masakan kita katakan: Dari manusia!” Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” Renungan: Bait Allah adalah tempat yang kudus, tempat untuk bertemu dengan Allah sendiri. Ketika Yesus melihat Bait Allah dipenuhi para pedagang, Ia sangat marah. Yesus sangat menghormati dan mencintai Bait Allah. Yesus sungguh sangat peduli dengan kekudusan Bait Allah. Yesus tidak ingin melihat Bait Allah yang kudus menjadi tercemar. Tindakan Yesus ini mengingatkan kepada kita, apakah kita juga memiliki sikap peduli terhadap Gereja ataupun peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Yesus mengajarkan kepada kita memiliki kepekaan hati terhadap peristiwa atau kejadian yang ada di dunia ini. Kita tidak boleh tinggal diam ketika melihat ketidakadilan atau ketidakdamaian di dunia. Sebagai murid-murid Yesus, kita diajak untuk menjadi pewarta kabar keselamatan dan agen perdamaian, sehingga mampu menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. Refleksi: Apakah kita sudah memiliki kepekaan hati terhadap penderitaan sesame? Beranikah kita menjadi agen-agen perdamaian untuk menciptakan Kerajaan Allah di dunia ini? Doa: Tuhan Yesus, jauhkanlah kami dari godaan setan sehingga kami tidak turut mencobai Engkau di dalam hidup kami. Bimbinglah kami agar mampu setia akan Engkau, dan mengikuti teladan-Mu untuk peduli terhadap keadaan di sekitar kami, sebab kami percaya Engkau sang Juru Selamat kami, Amin. Minggu, 31 Mei 2015 Bacaan 1 : Ul. 4:32-34,39-40 Mazmur : 33:4-6,9,18-20,22 Injil : Mat. 28: 16-20 -------------------------------------------------- Sesudah Yesus bangkit dari antara orang mati, kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Renungan: Melalui pembaptisan kita semua diangkat menjadi anak-anak Allah dan murid Kristus. Sebagaimana yang sudah dituliskan dalam Injil tadi, kita sebagai murid Kristus mengemban tugas utama yaitu mewartakan sabda bahagia, kabargembira serta karya keselamatan dari Allah kepada semua orang. Kristus pun telah berjanji kepada kita, yaitu senantiasa menyertai setiap langkah perjalanan dan karya kita dalam mewartakan kabar keselamatan ini. Kita pun kini telah mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan kekal dari Tuhan di sorga melalui wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Kita adalah misionaris oleh rahmat pembaptisan yang telah kita terima. Cinta Tuhan telah mendorong kita untuk berani bersaksi keluar di tengah dunia. Biarkanlah dunia mengenal kita dan selalu percaya bahwa kita adalah saksi-saksi Kristus. Keselamatan dan kebahagiaan yang Tuhan berikan tentunya tidak hanya untuk kita saja melainkan untuk semua orang di dunia ini. Menjadi saksi Kristus berarti memberi cinta yang dapat menghidupkan orang lain. Tidakkah kita tahu, bahwa kehadiran kita, sapaan kita yang membawa warta kasih dari Tuhan akan mampu menggugah kekuatan seseorang untuk berkembang sehingga menghasilkan buah-buah kasih? Tuhan memanggil kita untuk itu. Ketika Tuhan memilih dan mengutus kita, maka sudah selayaknya kita menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada-Nya. Tuhan senantiasa akan memberikan daya kepada kita untuk mampu melaksanakannya. Oleh karenanya, semoga kita selalu bisa diandalkan menjadi penyalur rahmat bagi sesama, dan semoga kita bisa menjadi pelayan rahmat bagi sahabat-sahabat kita, Tuhan selalu beserta kita. Refleksi: Beranikah kita untuk mewartakan kabar suka cita dari Allah kepada semua orang di tengah situasi zaman seperti saat ini? Sudahkah kita selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap karya atau tugas kita sehari-hari? Doa: Allah Bapa yang Mahakasih, mampukanlah kami untuk menjadi saksi-saksi-Mu di tengah masyarakat, sehingga banyak orang menjadi percaya akan Engkau, dan banyak orang mengalami keselamatan oleh karena imannya kepada-Mu. Amin.