Renungan mei 23-31 - Pelayanan Dalam Persaudaraan

advertisement
Jumat 22 Mei 2015
Bacaan 1 : kis 25:13-21
Mazmur
: 103:1-2;11-12;19-20ab
Injil
: Yoh 21:15-19
----------------------------------Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau
tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-dombaKu." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya
untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati
Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia
berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau
berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan
mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat
yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan
mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah
Aku."
Renungan
Injil Yohanes yang baru saja kita dengarkan menunjukkan iman Petrus. Yesus bertanya
hal yang sama kepada Petrus sebanyak tiga kali, apakah Petrus mengasihi Yesus. Jawaban
Petrus pun tetap sama bahwa ia mengasihi Yesus.Jawaban yang sama sebanyak tiga kali ini
menunjukkan keteguhan iman Petrus. Karena keteguhan Petrus itulah maka Yesus
menganugerahkan kepercayaan untuk meggembalakan domba-dombaNya yaitu kita umatNya.
Tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah. Pada kenyataannya yang diperoleh Petrus
bukanlah hal yang menyenangkan. Bahkan sampai akhir hayatnya penderitaanlah yang harus
dialaminya. Meski begitu, walaupun kesengsaraan dan salib yang diterima Petrus, ia tetap
menjalankan tugasnya tanpa pernah berpaling dari jalan Yesus. Bagaimana dengan kita? Apakah
kita mempunyai keteguhan yang sama dengan Petrus? Ketika kita menghadapi cobaan apakah
kita tetap berjalan di jalanNya? Terhadap tugas kita apakah kita tetap melaksanakan dengan baik
walaupun berat? Saudara-saudariku yang terkasih, kita sering mendengar ungkapan yang
berbunyi Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi batas umatNya untuk mengatasi persoalan
itu. Saya kira ini sabda yang perlu kita pegang dan kita imani.
Kita sebagai manusia kadang merasa lelah bahkan ingin menyerah baik karena cobaan
hidup ataupun tugas yang berat. Tetapi apabila kita menyandarkan diri kepada Tuhan yang
mengasihi kita maka kita akan merasa lebih ringan dan damai.
Marilah kita berdoa: Tuhan jadikanlah hatiku teguh dalam menjalani hidup sehingga dalam
keadaan apapun aku hanya menyandarkan diri hanya kepadaMU. Amin.
Sabtu, 23 Mei 2015
Bacaan 1
: Kis. 28:16-20;30-31
Mazmur
: 11:4,5,7
Injil
: Yoh. 21:20-25
-------------------------------------Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka,
yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang
berkata: “Tuhan, siapakah dia yang akan meyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu,
ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus:
“Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.
Tetapi engkau: ikutlah Aku.” Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid
itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan
mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu
bukan urusanmu.“ Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah
menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi yang
diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya
dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
Renungan:
Dalam Injil hari ini, kita mendengar ada murid yang dikasihi Yesus. Murid yang dikasihi Yesus
adalah murid yang setia mengikuti Tuhan, tinggal di dekat-Nya, untuk memberitakan kematian
dan kebangkitan Tuhan, serta mewartakan Tuhan kepada semua orang. Murid itu tidak lain
adalah kita sendiri. Kita akan tetap tinggal di sisi Tuhan, demikian juga anak-cucu kita. Kita
semua dipanggil oleh Yesus sebagai pewarta-Nya di dunia ini. Kita memberikan kesaksian
kepada semua orang bahwa Allah itu kasih dan dalam kasih-Nya, Ia ingin agar kita selamat dan
hidup, bahkan hidup dalam kelimpahan. Keselamatan yang Tuhan tawarkan tidak hanya
ditujukan kepada kita, melainkan kepada semua mahkluk di bumi ini. Tugas kitalah untuk
menyalurkan rahmat keselamatan Tuhan itu di dalam hidup kita sehari-hari.
Refleksi:
Apakah kita telah mampu menjadi murid Yesus yang setia dan berani mewartakan-Nya di tengah
dunia?
Beranikah kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang mampu mengajak orang lain mengenal
dan mengasihi Allah?
Doa:
Tuhan Yesus Kristus, terima kasih karena telah memilih aku yang lemah dan rapuh ini menjadi
murid-Mu. Semoga aku tidak menyia-nyiakan kasih-Mu, tetapi mampu membawa banyak orang
untuk mengenal dan mengasihi-Mu, Amin.
Minggu, 24 Mei 2015
Bacaan 1
: Kis. 2:1-11
Mazmur
: 104:1ab+24ac-30,31+34
Injil
: Yoh. 15:26-27; 16:12-15
Hari Raya Pentakosta
====================
Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Jikalau Penghibur
yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan
bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama
dengan Aku.
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat
menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke
dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala
sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan
kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku
punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari
pada-Ku.”
Renungan:
Hari ini Gereja merayakan peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul. Pentakosta juga
menjadi hari lahir Gereja. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya akan pewartaan
Yesus Kristus. Yesus menjanjikan penghibur yang mampu menggantikan-Nya setelah kepergianNya di dunia. Penghibur ini tak lain adalah Roh Kudus sendiri. Walaupun Yesus tidak ada lagi di
dunia, namun Ia tetap menyertai Gereja . Roh Kudus selalu menjiwai Gereja. Roh Kudus inilah
yang menjadi penggerak dan pendorong karya misi pewartaan Injil Gereja. Roh Kudus juga hadir
di dalam setiap orang. Roh Kudus menjadi daya penggerak dan pendorong bagi kita untuk
melakukan hal-hal yang baik, yang seturut dengan kehendak Allah.
Refleksi:
Sudahkah kita ikut mengembangkan Gereja?
Apakah kita sudah menyadari betapa besar kasih Allah kepada dengan mengutus Roh Kudus
untuk selalu menyertai kita?
Doa:
Tuhan Yesus, utuslah Roh Kudus-Mu untuk selalu menyertai langkah hidup kami, sehingga kami
mampu berjalan seturut dengan kehendak-Mu sendiri dan mampu menjalani hidup yang telah
Engkau anugerahkan kepada kami dengan baik dan penuh tanggung jawab, Amin.
Senin, 25 Mei 2015
Bacaan 1
: Sirk. 17:24-29
Mazmur
: 32: 1-2,5,6,7
Injil
: Mark. 10:17-27
=======================
Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalananNya, datanglah seorang berlari-lari
mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapanNYa ia bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus
kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?“ Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak
seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah:
Janganlah membunuh, janganlah berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan
mengurangi hak orang. Hormatilah ayah dan ibumu!“ Lalu kata orang itu kepada-Nya: “Guru, semuanya
itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu
berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah
itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari
dan ikutilah Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak
hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka:
“Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya tercengang
mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya
masuk ke dalam kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya
masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: “Jika
demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia
hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi
Allah.”
Renungan:
Injil pada hari ini membuat kita semua terhenyak. Bahkan para rasul yang hidup sekitar 2 000 tahun yang
lalu saja juga tercengang. Sungguh terasa berat tuntutan yang harus dipenuhi untuk mengikuti Tuhan
Yesus. Secara jelas Tuhan Yesus meminta kita untuk tidak terikat/lekat dengan materi. Di tengah arus
zaman konsumerisme seperti sekarang ini, kita seakan diarahkan dan dipacu untuk mengejar kebahagiaan
yang didasarkan kepada materi. Kita sering merasa sedih jika tidak punya ini dan itu, sebaliknya bekerja
keras untuk mendapatkan ini dan itu, dan merasa bahagia jika sudah mendapatkannya. Kebahagiaan yang
sejenis itu yang akrab kita jumpai di sekitar kita. Kita menjadi lupa dan tersesat bahwa itu hanya
kebahagiaan semu. Kebahagiaan sejati adalah jika menghidupi semangat Tuhan Yesus sendiri. Lalu
bagaimana mungkin menerapkan ajaran dan teladan Tuhan Yesus itu dalam kehidupan nyata sekarang?
Ada sebuah contoh kecil yang ternyata bisa menguatkan saya. Saat ada berita duka di sekolah saya, ada
seorang siswa yang memberikan uang Rp 2000,- ke dalam kotak sumbangan yang diedarkan ke tiap kelas.
Sekilas uang sejumlah itu terlihat kecil. Tetapi rupanya, biarpun sudah tingkat SMA, orang tuanya
memang hanya memberi uang saku sebesar itu setiap harinya. Dan siswa tersebut secara rela
menyumbangkannya. Bagi saya pribadi, siswa itu sudah memberikan secara total apa yang ia punya. Ia
sudah melakukan apa yang diminta Tuhan Yesus. Justru terkadang kita sebagai orang yang sudah dewasa
terlalu banyak perhitungan dalam memberi, dengan dalih didera kesulitan dalam menghidupi keluarga
kita, dan lupa bahwa segala rejeki kita hanyalah pemberianNya, yang tidak kekal sifatnya.
Refleksi:
Apakah kita sudah terjebak dalam kelekatan materi dan melupakan ajaran Tuhan Yesus?
Apakah kita malah memilih mengikuti tindakan orang pada umumnya: ‘kecewa dan pergi dengan sedih
sebab banyak hartanya’. Hanya di dalam Dialah terletak kebahagiaan sejati.
Doa:
Allah Bapa, sering kali kami lebih mementingkan mencari harta duniawi, daripada mencari harta surgawi.
Bukalah mata hati kami, agar mampu memilih jalan yang Engkau kehendaki, sehingga kami tidak terjatuh
dalam kebahagiaan semu karena yang terpenting adalah kebahagiaan kekal abadi di surga. Amin.
Selasa, 26 Mei 2015
Bacaan 1
: Sir. 35:1-12
Mazmur
: 50:5-6,7-8,14,23
Injil
: Mark. 10:28-31
---------------------------------------Setelah Yesus berkata betapa sukarnya orang kaya masuk Kerajaan Allah, berkatalah Petrus
kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab
Yesus : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya,
anak-anakanya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali
seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun
disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang
kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan
menjadi yang terdahulu.”
Renungan:
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia karena dikaruniai akal
budi, hati nurani dan kehendak bebas. Oleh karena itu, manusia dapat menjalin hubungan dengan
sesama maupun Tuhan. Dalam hubungannya dengan Tuhan, dapat diungkapkan melalui ibadah
dan doa. Dalam menjalin hubungan dengan sesama, dapat diungkapkan dengan berbagai macam
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.
Hidup manusia tidak lepas dari perannya sebagai makhluk sosial. Manusia tidak akan bisa
hidup tanpa orang lain. Dalam masyarakat, kita bisa mengalami hal-hal yang menyenangkan
maupun menyedihkan bahkan menakutkan karena interaksi dengan orang lain. Ketika kita
mengalami peristiwa menyenangkan, kadang lupa untuk bersyukur kepada Tuhan, tetapi ketika
manusia mengalami peristiwa yang menyedihkan atau menakutkan baru membutuhkan Tuhan.
Hidup roh dimulai dari kesadaran rohani, berarti melepaskan keterikatan terhadap duniawi
dan menggantungkan diri kepada Allah Sang Sumber Hidup. Kita hidup karena kasihNya,
sebelum kita meminta, Ia sudah memberi lebih kepada kita. Ia memberi kita roh dalam hidup.
Dalam hidup roh, kita akan mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri kita
sendiri, seperti Sabda Tuhan : "orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang
terakhir akan menjadi yang terdahulu". Hidup dalam roh adalah hidup yang membangun
persaudaraan.
Refleksi:
Beranikah kita meninggalkan segala sesuatu yang kita miliki untuk mengikuti Yesus?
Doa:
Allah Bapa yang Mahabaik, terimakasih karena Engkau telah memberikan orang-orang yang
mencintai kami dengan tulus hati. Kami mohon curahkan Roh KudusMu agar kami bisa hidup
saling berbagi dan mau berkorban untuk orang-orang yang membutuhkan demi memuliakan
namaMu. Tuhan Yesus Kristus, ambillah hidupku untuk menguduskan-Mu, pakailah waktuku
untuk memuji-Mu selamanya, sebab tak’ kumiliki harta kekayaan yang berarti selain iman akan
Engkau sendiri. Amin.
Rabu, 27 Mei 2015
Bacaan 1
: Sir. 36:1,4-5a,10-17
Mazmur
: 79:8,9,11,13
Injil
: Mark. 10:32-45
--------------------------------------------Sekali peristiwa Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem. Yesus
berjalan di depan. Para murid merasa cemas, dan orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang
pun merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan ia mulai mengatakan
kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya. Yesus berkata, “Sekarang kita pergi ke
Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat.
Merea akan menjatuhi dia hukuman mati. Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah. Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah
tiga hariia akan bangkit.” Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus.
Mereka berkata, “Guru, kami harap Engkau mengabulkan suatu permohonan kami.” Jawab
Yesus, “Apakah yang kalian ingin Kuperbuat bagimu?” Mereka menjawab, “Perkenankanlah
kami ini duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, seorang di sebelah kanan, dan seorang di sebelah
kiri-Mu.” Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Kalian tidak tahu apa yang kalian minta.
Sanggupkah kalian meminum piala yang harus Kuminum? Dan dibabtis dengan pembabtisan
yang harus Kuterima?” mereka menjawab, “Kami sanggup.” Yesus lalu berkata kepada mereka,
“Memang, kalian akan meminum piala yang harus Kuminum, dan akan dibabtis dengan baptisan
yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelahkanan atau kiri-Ku, aku tidak berhak
memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang yang baginya telah disediakan.”
Mendengar itu, kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakous dan Yohanes. Tetapi
Yesus memanggil mereka lalu berkata, “Kalian tahu bahwa orang-orang yang disebut
pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesarpembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tetapi janganlah demikian
diantara kalaian. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kalian, hendaklah ia menjadi
pelayanmu. Dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kalian, hendaklah ia
menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak
orang.”
Renungan
Pak Rahmat adalah seorang pensiunan karyawan di sekolah swasta. Dia bersama dengan
istri dan kedua anaknya tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggir kota. Sudah lebih dari 10
tahun Pak Rahmat menderita penyakit diabetes kronis. Namun, setiap bulan dia diharuskan untuk
cek kesehatan di rumah sakit. Biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan untuk cek kesehatan
kira-kira 450-500 ribu rupiah. Biaya tersebut cukup besar bagi pengobatan Pak Rahmat karena
dia juga harus memperhitungkan pengeluaran untuk sehari-hari keluarga dan sekolah ke dua
anaknya. Gaji pensiun yang ia terima setiap bulan hanya 800 ribu rupiah.
Pada saat menjelang cek kesehatan pada awal bulan, Pak Rahmat mengalami kesulitan
keungan. Uang yang tersimpan untuk biaya berobat hanya tinggal 370 ribu rupiah. Sebenarnya,
Pak Rahmat bisa saja meminjam uang kepada tetangganya. Namun ia berusaha untuk tidak
meminjam uang dan meminta dispensasi ke rumah sakit untuk melunasi biaya berobat pada
bulan berikutnya. Setelah tiba di rumah sakit, Pak Rahmat ditolak oleh Rumah sakit dengan
alasan biaya berobat dan membeli obat tidak cukup. Pak Rahmat akhirnya pulang ke rumah dan
menerima apa yang dihadapinya yaitu tidak bisa mendapatkan obat diabetesnya.
Dalam perjalanan pulang, Pak Rahmat melihat seorang nenek tua berpakaian lusuh,
berbau yang sedang mengambil makanan bekas di belakang rumah makan. Pak Rahmat bertanya
kepada nenek tersebut, “maaf nenek, untuk apa nenek mengambil makanan bekas itu?” jawab
nenek itu, “untuk apa kamu bertanya, Apa kamu tidak melihat aku seperti apa sekarang?” Pak
rahmat semakin penasaran dan bertanya lagi, “Apakah makanan bekas itu untuk makan nenek?”
nenek itu menjawab, “makanan ini akun aku berikan ke cucu saya, dan sisanya untuk makan
malam dan sarapan besok.” Dengan rasa iba, Pak Rahmat memberikan uang yang seharusnya
dipakai untuk berobat bulan depan kepada nenek tersebut. “nek, pakailah uang ini untuk
membeli makan nenek dan cucu nenek.” Kemudian nenek tersebut menerima uang mengucapkan
terima kasih kepada Pak Rahmat.
Pada hari bulan berikutnya, Pak Rahmat akhirnya bisa menjalani cek kesehatan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, mukjizat muncul kepada Pak Rahmat. Dokter
mengatakan bahwa Pak Rahmat dinyatakan sembuh total dari penyakit diabetes kronis. Akhirnya
Pak Rahmat dan keluarganya mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat kesembuhannya.
Renungan :
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita tidak menyadari bahwa Tuhan Yesus yang selalu hadir
pada setiap hati kita tidak akan pernah meninggalkan kita saat kita lebih maupun kekurangan.
Kita tidak perlu takut untuk melayani sesama kita yang lebih membutuhkan, karna Tuhan sendiri
mengajarkan kita untuk saling melayani. Tuhan bahkan tidak pernah memilih siapapun di antara
kita yang akan Tuhan selamatkan, asal kita mau menanggung salibNya. Memanggul salibNya
juga berarti melayani sesama kita yang kekurangan. Jabatan, kekuasaan, dan kekayaan bagi kita
tidak akan menjadikan kita orang besar dihadapan Tuhan, tetapi keiklhasan hati kita melayani
sesama yang membutuhkan adalah yang diminta oleh Tuhan.
Doa:
Ya Tuhan, biarkanlah Engkau menjadi besar dan kami menjadi kecil, bimbinglah kami untuk
belajar melayani sesama kami, bukannya selalu dilayani, sama seperti Engkau datang kedunia ini
untuk melayani dan mengorbankan jiwa untuk menebus dosa-dosa kami, amin..
.
Kamis, 28 Mei 2015
Bacaan 1
: Sir. 42:15-25
Mazmur
: 33:2-3;4-5;6-7;8-9
Injil
: Mark. 10:46-52
------------------------------------------Pada suatu hari, tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho.Dan ketika Yesus keluar dari
Yerikho bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong,
ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.
Ketika didengarnya bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru : “Yesus, Anak
Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegurnya supaya ia diam. Namun semakin keras ia
berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggilah dia!”
Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah. Ia
memanggil engkau.” Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan
Yesus. Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab
orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah,
imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus
dalam perjalanan-Nya.
Renungan:
Bartimeus, anak Timeus dapat sembuh dari kebutaannya, karena ia memiliki iman yang teguh
kepada Yesus. Dari kisah ini, kita diingatkan kembali, bagaimana iman kita kepada Yesus saat
ini, karena iman sekecil biji sesawi pun dapat menyelamatkan seseorang. Iman adalah sesuatu
yang tidak terlihat, tetapi iman adalah dasar hidup bagi setiap orang. Bartimeus di dalam
kekurangannya tetap memiliki iman yang kuat bahwa Yesus anak Daud dapat menolongnya. Di
ayat 52, Yesus berkata: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan Engkau!”. Dari pengalaman
Bartimeus ini, kita belajar bahwa iman kita tidak boleh kendor sedikitpun, karena dengan iman
yang kuat kita dapat menjadi pemenangdalam setiap permasalahan kita. Dalam Ibrani 11:1
dikatakan bahwa: iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat.
Refleksi:
Apakah kita sudah memiliki iman seperti yang telah dimiliki oleh Bartimeus akan Yesus?
Apakah kita telah mengandalkan iman kita, ketika kita menghadapi persoalan hidup?
Doa:
Bapa, kuatkan iman kami akan Engkau apabila kami mulai goyah. Jagalah hati dan pikiran kami
agar selalu tertuju hanya kepada-Mu, sebab Engkaulah satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat
kami, Amin.
Jumat, 29 Mei 2015
Bacaan 1
: Sir. 44:1,9-13
Mazmur
: 149:1-2;3-4;5-6a
Injil
: Mark. 11:11-26
------------------------------------------Sesampainya di Yerusalem, Yesus masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari
sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya. Keesokan harinya
sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia
melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa
pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab
memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: “Jangan lagi seorang pun makan
buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya. Lalu tibalah Yesus dan muridmuridNya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang
berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati
dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait
Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa
bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” Imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab
mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat,
mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai keakar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa
yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah
kering.” Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barang siapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak
bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi
baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa
kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa,
ampunilah dulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu
yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu
yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”
Renungan:
Pada bacaan Injil hari ini kita mendengar bahwa Yesus menyucikan Bait Allah. Yesus tidak senang
melihat Bait Allah yang dijadikan tempat seperti pasar, tempat transaksi atau jual-beli. Bait Allah adalah
tempat yang kudus, tempat Allah bersemayam, sudah sepantasnya kalau Bait Allah disucikan dan
dihormati. Gereja adalah tempat kudus, dimana kita dapat berjumpa dengan Allah baik secara pribadi
maupun bersama-sama. Maka ketika kita berada di dalam Gereja, kita sudah sepantasnya untuk menjaga
kekudusannya, misalnya dengan menon-aktifkan hand phone, tidak berbicara atau ngobrol dengan teman
dan memakai pakaian yang sopan apabila pergi ke Gereja. Selain mengingatkan kita untuk menjaga
kekudusan Gereja, Yesus juga memberi peneguhan kepada kita bahwa setiap orang yang memohon
pertolongan rahmat-Nya disertai dengan iman yang teguh kepada-Nya, maka permohonan itu pasti akan
dikabulkan-Nya. Yesus juga mengingatkan kita, bahwa setiap kita berdoa, hati kita harusah bersih dahulu.
Kita tidak boleh memendam rasa amarah kepada orang lain, kita harus berdamai terlebih dahulu dengan
sesama kita. Berdoa kepada Tuhan haruslah disertai dengan hati yang tulus dan suci.
Refleksi:
Apakah kita sudah turut menjaga kekudusan Gereja setiap kali kita berada di Gereja?
Apakah kita selalu berdoa dengan hati yang tulus dan suci?
Doa:
Tuhan Yesus yang baik, bantulah kami untuk menjaga hati, pikiran dan perbuatan kami agar selalu bersih
dan selalu percaya hanya kepada-Mu. Ingatkanlah kami disaat kami lengah dan jauh dari-Mu, supaya
kami tidak masuk ke dalam pencobaan. Amin.
Sabtu, 30 Mei 2015
Bacaan 1
: Sir. 51: 12-20
Mazmur
: 19:8,9,10,11
Injil
: Mark. 11:27-33
----------------------------------------Beberapa waktu sesudah mengusir para pedagang dari halaman Bait Allah, Yesus dan muridmurid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah
kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya:
“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa
itu kepada-Mu sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” Jawab Yesus kepada mereka: “Aku
akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan
mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu,
dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” Mereka memperbincangkannya di
antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu,
mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi masakan kita katakan: Dari manusia!”
Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes
betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus
kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah
Aku melakukan hal-hal itu.”
Renungan:
Bait Allah adalah tempat yang kudus, tempat untuk bertemu dengan Allah sendiri. Ketika Yesus
melihat Bait Allah dipenuhi para pedagang, Ia sangat marah. Yesus sangat menghormati dan
mencintai Bait Allah. Yesus sungguh sangat peduli dengan kekudusan Bait Allah. Yesus tidak
ingin melihat Bait Allah yang kudus menjadi tercemar. Tindakan Yesus ini mengingatkan
kepada kita, apakah kita juga memiliki sikap peduli terhadap Gereja ataupun peristiwa yang
terjadi di sekitar kita. Yesus mengajarkan kepada kita memiliki kepekaan hati terhadap peristiwa
atau kejadian yang ada di dunia ini. Kita tidak boleh tinggal diam ketika melihat ketidakadilan
atau ketidakdamaian di dunia. Sebagai murid-murid Yesus, kita diajak untuk menjadi pewarta
kabar keselamatan dan agen perdamaian, sehingga mampu menghadirkan Kerajaan Allah di
dunia ini.
Refleksi:
Apakah kita sudah memiliki kepekaan hati terhadap penderitaan sesame?
Beranikah kita menjadi agen-agen perdamaian untuk menciptakan Kerajaan Allah di dunia ini?
Doa:
Tuhan Yesus, jauhkanlah kami dari godaan setan sehingga kami tidak turut mencobai Engkau di
dalam hidup kami. Bimbinglah kami agar mampu setia akan Engkau, dan mengikuti teladan-Mu
untuk peduli terhadap keadaan di sekitar kami, sebab kami percaya Engkau sang Juru Selamat
kami, Amin.
Minggu, 31 Mei 2015
Bacaan 1
: Ul. 4:32-34,39-40
Mazmur
: 33:4-6,9,18-20,22
Injil
: Mat. 28: 16-20
--------------------------------------------------
Sesudah Yesus bangkit dari antara orang mati, kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke
bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah
diberikan kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku
dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Renungan:
Melalui pembaptisan kita semua diangkat menjadi anak-anak Allah dan murid Kristus.
Sebagaimana yang sudah dituliskan dalam Injil tadi, kita sebagai murid Kristus mengemban
tugas utama yaitu mewartakan sabda bahagia, kabargembira serta karya keselamatan dari Allah
kepada semua orang. Kristus pun telah berjanji kepada kita, yaitu senantiasa menyertai setiap
langkah perjalanan dan karya kita dalam mewartakan kabar keselamatan ini. Kita pun kini telah
mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan kekal dari Tuhan di sorga melalui wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus. Kita adalah misionaris oleh rahmat pembaptisan yang telah kita
terima. Cinta Tuhan telah mendorong kita untuk berani bersaksi keluar di tengah dunia.
Biarkanlah dunia mengenal kita dan selalu percaya bahwa kita adalah saksi-saksi Kristus.
Keselamatan dan kebahagiaan yang Tuhan berikan tentunya tidak hanya untuk kita saja
melainkan untuk semua orang di dunia ini. Menjadi saksi Kristus berarti memberi cinta yang
dapat menghidupkan orang lain. Tidakkah kita tahu, bahwa kehadiran kita, sapaan kita yang
membawa warta kasih dari Tuhan akan mampu menggugah kekuatan seseorang untuk
berkembang sehingga menghasilkan buah-buah kasih? Tuhan memanggil kita untuk itu. Ketika
Tuhan memilih dan mengutus kita, maka sudah selayaknya kita menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepada-Nya. Tuhan senantiasa akan memberikan daya kepada kita untuk mampu
melaksanakannya. Oleh karenanya, semoga kita selalu bisa diandalkan menjadi penyalur rahmat
bagi sesama, dan semoga kita bisa menjadi pelayan rahmat bagi sahabat-sahabat kita, Tuhan
selalu beserta kita.
Refleksi:
Beranikah kita untuk mewartakan kabar suka cita dari Allah kepada semua orang di tengah
situasi zaman seperti saat ini? Sudahkah kita selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap karya atau
tugas kita sehari-hari?
Doa:
Allah Bapa yang Mahakasih, mampukanlah kami untuk menjadi saksi-saksi-Mu di tengah
masyarakat, sehingga banyak orang menjadi percaya akan Engkau, dan banyak orang mengalami
keselamatan oleh karena imannya kepada-Mu. Amin.
Download