RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA GLOBALISASI (Studi pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah Kab. Semarang Tahun 1914-2015) Oleh SIYONO NIM : MI.13.027 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam ( M.PdI ) PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016 KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA PROGAM PASCASARJANA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.ppsstainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM LEMBAR PERSETUJUAN TESIS Nama : Siyono, S.Pd.I NIM : M1.13.027 Progam Studi : Pendidikan Agama Islam Konsentrasi : Pembelajaran PAI Tanggal Ujian : 7 April 2016 Judul Tesis : Relevansi Kurikulum Pondok Pesantren pada Era Globalisasi (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Manar dan Pondok Pesantren Al Mas’udiyah Kab. Semarang Tahun 2015) Tanggal Ujian : Panitia Munaqosah Tesis Ketua Penguji : Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. Sekretaris Penguji : Dr. Phil.Widiyanto, M.A. Penguji I : Prof. Dr. H. Zulfa, M.Ag. Penguji II : Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag. KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA PROGAM PASCASARJANA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.ppsstainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siyono, S.Pd.I NIM : M1.13.027 Progam Studi : Pendidikan Agama Islam Konsentrasi : Pembelajaran PAI Menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 23 Maret 2016 Saya yang menyatakan, S I Y O N O NIM: M1.13.027 MOTTO بسم هللا الرمحن الرحمي من جد وجد “ Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil “ “ JADILAH ORANG YANG SELALU BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN” PERSEMBAHAN Tesis ini Kami Persembahkan Kepada Al-Mamater Tercinta Jurusan Tarbiyah Program Pasca Sarjana INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN SALATIGA ABSTRAK RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA GLOBALISASI (Studi pada Pondok Pesantren Al-Manar dan Al Mas‟udiyyah Kab.Semarang Tahun 2015 ) Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui kurikulum dan landasan kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, serta relevansinya dengan era globalisasi Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan tiga pendekatan, yaitu: (1) pengamatan terlibat, (2) wawancara, dan (3) metode dokumentasi. Teknik analisa data yang dilakukan dengan tiga alur kegiatan yaitu: Reduksi data, Penyajian data Penarikan kesimpulan. Penelitian ini menghasilkan beberapa penemuan; pertama, secara umum kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟diyyah dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kurikulum salaf dan khalaf. Serta dapat dikatakan perpaduan kurikulum pendidikan formal dengan kurikulum Pesantren. Akan tetapi kurikulum tersebut bersifat integral, artinya kegiatankegiatan yang di laksanakan merupakan satu rangakaian dan bersifat saling mendukung. Kedua, landasan yang digunakan oleh ke dua Pondok-pesantren tersebut ada dua, yaitu landasan umum dan khusus. Landasan umum adalah Undang RI No.20 tahun 2003, pasal 1 dan pasal 19. Sedangkan untuk landasan khususnya yaitu untuk mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang „Alim dalam ilmu Agama, dikarenakan berubahnya zaman era globalisasi. Ketiga, keberadaan kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟diyyah di katakan masih relevan, dikatakan demikian karena Pondok- pesantren Al-Manar dan Al Mas‟diyyah terbuka kepada seluruh masyarakat umum, berkesinambungan dalam jenjang pendidikan, terstruktur dalam penguasaan bahan ajar. Itu terbukti dengan masih banyak masayarakat yang masih percaya kepada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah memondokkan putra-putrinya, agar mendapatkan ilmu pendidikan yang berlandaskan ajaran-ajaran Agama Islam, menjadikan keluhuran moral dan akhlakul karimah sebagai salah satu fokus bidang pendidikan. ABSTRACT COTTAGE BOARDING SCHOOL CURRICULUM RELEVANCE TO THE GLOBALIZATION ERA ( Studies in Pondok Pesantren Al-Manar and Al Mas'udiyyah Kab.Semarang 2015 ) Objectives to be achieved in this research is to determine the curriculum and curriculum foundation Pondok Pesantren Al-Manar and Al Mas'udiyyah Pondok boarding, as well as its relevance to the era of globalization The study was conducted using a qualitative approach. The data collection techniques in this research is using three approaches, namely: (1) participant observation, (2) interviews, and (3) the method of documentation. Data analysis is done with three grooves of activities, namely: data reduction, data presentation inference. This research resulted in several discoveries; First, the general curriculum Pondok Pesantren Al-Manar and Al Mas'diyyah Pondok boarding can be classified into two types, namely, curriculum Salaf and khalaf. And can be said to be a mix of formal education curriculum with boarding school curriculum. However, the curriculum is integral, meaning that activities carried is one rangakaian and mutually supportive. Secondly, the basis used by the two Pondok boarding the two, namely general and specific runway. The common ground is Indonesia Act 20 of 2003, article 1 and article 19. As for the foundation in particular is to prepare the students to be the one who 'Alim in the science of religion, because of the changing era of globalization era. Third, the existence of curriculum Pondok Pesantren Al-Manar and Pondok Pesantren Al-Mas'diyyah at say still relevant, is said so because cottagepesantren Al-Manar and Al Mas'diyyah openly to the general public, sustainable education, structured in mastery of teaching materials. That is evidenced by many communities who still believe in the Pondok boarding Al-Manar and Pondok Pesantren Al-Mas'udiyyah-housed her son and daughter, in order to get the science education that is based on the teachings of Islam, made the moral nobility and akhlakul karimah as one the focus of education. KATA PENGANTAR ِيم ِ ِب ْس ِم َّ من َّ هللا ِ الر ْح ِ الرح ُ ّلِل َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِرُ ْه َو َنسْ َت ْه ِد ْي ِه َو َنع ُ ّْلِل ِمن ْ ش ت ِ رُو ِر أَ ْنفُسِ َنا َو ِمنْ َس ِّي َئا ِ ُوذ ِبا ِ َّ ِ َإِنَّ ا ْل َح ْمد َّ أَ ْش َه ُد أَنْ الَ إِ َل َه إِالَّ هللا َو َأ ْش َه ُد أَن.ُِي َله َ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفالَ مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفالَ َهاد،أَعْ َمالِ َنا صحْ ِب ِه َو َم ِن اهْ َتدَ ى َ اركْ َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى آ ِل ِه َو َ اَللَّ ُه َّم.ُم َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه ِ ص ِّل َو َسلِّ ْم َو َب ِبهُدَاهُ إِ َلى َي ْو ِم ا ْل ِق َيا َم ِة " " أما بعد Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Shalawat beserta salam kiranya terlimpah kepada al Musthafa. Sang Rasul yang terjaga dan mulia, berlimpah pula kepada keluarga, para sahabat dan pengikut yang setia. Berkat rahmat dan hidayah Allah, penulis mampu menyelesaikan penyusunan tesis yang sederhana ini, untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Semoga penulis dan pembaca umumnya bisa mengambil manfaat dari tulisan ini. Penulis menulis tesis dengan judul: RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA GLOBALISASI (Studi pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah Kab. Semarang) Terima kasih, penulis sampaikan kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Ag, Rektor IAIN Salatiga . 2. Bapak Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan yang sangat berharga, sehingga terwujud tesis ini. 3. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah. 4. Bapak Suprapto Al marhum dan Ibu Supinah tercinta, Kakak-kakakku yang (Kang Tumidi, Mbak Mursiyah, Mbak Triyanti, Mas Slamet, Mbak Torseh, Kang Hari, Mbak Siyam, Mbak Titik, Mbak Lasmi, Kang Pratik). Yang selalu mendukung adikmu yang terakhir ini untuk mencari ilmu. 5. Abah K. As’ad Haris Nasution, Ibu Nyai Ulfa beserta sekeluarga yang saya takdhimi yang telah mengajarkan, membimbing, mendidik dengan kasih sayang dan tulus ikhlas. 6. Segenap dewan guru MTs, MA dan Madrasah Diniah Al-Manar, Para Santri Al-Manar yang saya Banggakan. 7. Segenap dewan Pengurus Pondok-Pesantren Putra-Putri Al-Manar dan PondokPesantren Putra-Putri Al-Mas’udiyyah Blater 8. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan khususnya Pasca Sarjana PAI 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Besar harapan penulis, semoga amal baik tersebut diterima dan dicatat Allah SWT sebagai amal saleh dan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda serta menjadi perantara kesuksesan-kesuksesan berikutnya di dunia dan di akhirat. Tak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan tesis ini, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Salatiga, 30 Maret 2016 Penulis S I Y O N O NIM: M1.13.027 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................i HALAMAN LOGO IAIN ....................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ………...................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iv HALAMAN ABSTRAK ......................................................................................v HALAMAN KATA PENGANTAR ...................................................................vii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................viii DAFTAR ISI .........................................................................................................x DAFTAR TABEL ................................................................................................xv PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xxii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................1 B. Rumusan Masalah Pembatasan Masalah .......................................8 C. Signifikansi Penelitian ..................................................................9 D. Kajian Pustaka .............................................................................11 E. Metode Penelitian ........................................................................16 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................16 2. Lokasi Penelitian ..................................................................17 3. Sumber Data .........................................................................17 4. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................18 5. Analisis Data ........................................................................21 F. Sistematika Penulisan ..................................................................22 BAB II PERSPEKTIF TEORI ........................................................................25 A. Kurikulum Pesantren......................................................................25 1. Arti Kurikulum ....................................................................25 2. Komponen Kurikulum ..........................................................28 a. Tujuan Kurikulum ..........................................................28 b. Isi Kurikulum .................................................................30 c. Bahan Ajar ......................................................................31 d. Metode/ Cara ..................................................................33 3. Evaluasi .................................................................................36 B. Karakteristik Pondok pesantren unggu ........................................38 C. Globalisasi ...................................................................................40 1. Pengertian Globalisasi..............................................................40 2. Karakteristik Globalisasi..........................................................44 3. Dampak Globalisasi ..............................................................45 a. Dapak Positif ...................................................................45 b. Dampak Negatif ..............................................................46 D. Relevansi Pondok-pesantren dalam era globalisasi ....................47 E. Kurikulum Pesantren yang relevan dengan era globalisasi .........49 BAB III PROFIL PONDOK-PESANTREN AL-MANAR DAN ALMASUDIYYAH ...................................................................................51 A. Sejarah singkat dan perkembangan Pondok Pesantren Al-Manar.51 1. Rintisan awal tahun 1914-1950 ............................................51 2. Tahun 1963-1982 K H Djalal Suyuti……….........................52 3. Tahun 1982-1992 K.H. Fathurrohman 4. Tahun 1992-2000 K. Muhammad Imam Fauzi ......................56 ................................53 5. Tahun 2000-(2015) ..................................................................58 a. Susunan Pengurus .............................................................59 b. Keadaan Santri .................................................................61 c. Aktivitas Harian ................................................................63 d. Berbagai Tata Cara atau Peraturan Yang Berlaku ...........65 e. Keadaan Guru / Ustadz ..... .............................................66 B. Tujuan Pondok-Pesantren Al-Manar pada Masa Sekarang ........67 1. Visi .........................................................................................68 2. Misi .........................................................................................68 3. Tujuan......................................................................................69 C. Sarana dan Prasarana Pondok-Pesantren Al-Manar ...................71 1. Sarana Bangunan......................................................................71 2. Sarana Pendukung....................................................................72 3. Kegiatan Ekstra Pesantren Al-Manar ....................................72 D. Kurikulum Pondok-Pesantren Al-Manar ....................................73 1. Tujuan ...................................................................................73 2. Isi .............................................................................................74 3. Bahan ....................................................................................77 4. Cara di Pondok-pesantren Al Manar........................................89 5. Landasan Kehidupan Santri Al-Manar ..................................96 E. Sejarah singkat dan Perkembangan Pondok Pesantren AlMas‟udiyyah..................................................................................98 1. Rintisan awal tahun 1963 ......................................................98 2. Tahun 1969 -1990................................................................... 98 3. Tahun 1990 – 2015 ..............................................................100 4. Susunan Pengurus Pesantren .........................................................101 5. Keadaan Santri ..............................................................................103 6. Aktifitas Harian ............................................................................104 7. Keadaan Guru ...............................................................................106 8. Sarana Prasarana Pesantren Al-Mas‟udiyyah...........................106 9. Kegiatan ekstra Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah.......................108 F. Tujuan Pondok-Pesantren Al-Mas‟udiyyah pada Masa Sekarang………………………………………………………...109 1. Kelembagaan..........................................................................110 2. Kurikulum Pondok-pesanten Al Mas‟udiyyah......................110 3. Cara .......................................................................................118 4. Evaluasi pembelajaran yang digunakan ................................118 BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................123 A. Kurikulum Pondok- Pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah………………………………………………..…120 1. Tujuan kurikulum pendidikan Pondok-Pesantren Al-Manar dan Pondok-Pesantren Al Mas‟udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi.............................................................................123 2. Isi Kurikulum Pondok-Pesantren Al-Manar dan PondokPesantren Al Mas‟udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi.............................................................................125 3. Cara kurikulum Pondok-Pesantren Al-Manar dan PondokPesantren Al Mas‟udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi.............................................................................130 B. Landasan pengembangan Kurikulum Pondok- Pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah......................................128 C. Relevansi Kurikulum yang diterapkan di Pondok- Pesantren AlManar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah dengan Era Globalisasi...................................................................................134 1. Prinsip Fleksibilitas .............................................................138 2. Prinsip kontinuitas..................................................................139 3. Prinsip praktis dan Efisiensi....................................................140 4. Prinsip Efektifitas....................................................................141 5. Prinsip Khusus........................................................................143 BAB V PENUTUP ................................................................................................148 A. Kesimpulan...................................................................................148 B. Saran ..........................................................................................151 C. Penutup ........................................................................................152 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAN BAGAN TABEL Halaman TABEL 3.1: Jumlah Santri Al Manar 61 TABEL 3.2: Daerah Asal Santri 61 TABEL 3.3: Pekerjaan Orang Tua Santri 62 TABEL 3.4: Kegiatan Harian 63 TABEL 3.5: Kegiatan Pekan 64 TABEL 3.6: Kegiatan Bulanan 64 TABEL 3.7: Kegiatan Tahunan 65 TABEL 3.8: Kegiatan Ekstra 72 TABEL 3.9: Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Awaliyah Al-Manar 74 TABEL 3.10: Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Wustha Al-Manar 75 TABEL 3.11: Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Ulya Al-Manar 76 TABEL 3.12: Struktur kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar 76 TABEL 3.13: Nama kitab Taukhid 78 TABEL 3.14: Nama kitab Tajwid 79 TABEL 3.15: Nama kitab Akhlak/ Tasawuf 80 TABEL 3.16: Nama kitab Nahwu 82 TABEL 3.17: Nama kitab Ilmu Fiqih 83 TABEL 3.18: Nama kitab Usul Fiqih 84 TABEL 3.19: Nama kitab Ilmu Tafsir 85 TABEL 3.20: Nama kitab Hadist 86 TABEL 3.21: Nama kitab Ulumul Hadist 87 TABEL 3.22: Nama kitab Tarikh 88 TABEL 3.23: Jumlah Santri Al Mas‟udiyyah 104 TABEL 3.24: Daerah Asal Santri Al Mas‟udiyyah 104 TABEL 3.25: Kegiatan Harian 104 TABEL 3.26: Kegiatan Pekan 105 TABEL 3.27: Kegiatan Bulanan 106 TABEL 3.28: Kegiatan Tahunan 106 TABEL 3.29: Nama kitab Taukhid 112 TABEL 3.30: Nama kitab Tajwid 112 TABEL 3.31: Nama kitab Akhlak/ Tasawuf 113 TABEL 3.32: Nama kitab Nahwu 114 TABEL 3.33: Nama kitab Ilmu Fiqih 114 TABEL 3.34: Nama kitab Usul Fiqih 115 TABEL 3.35: Nama kitab Ilmu Tafsir 116 TABEL 3.36: Nama kitab Hadist 117 TABEL 3.37: Nama kitab Ulumul Hadist 117 TABEL 3.38: Nama kitab Tarikh 118 DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Riwayat Hidup 2. Nota Dosen Pembimbing Tesis 3. Lembar Konsultasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia. 1 Pesantren juga sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.2 Eksistensi pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, 3 sebab keberadaannya mulai dikenal di bumi Nusantara pada abad ke-13.4 Pesantren merupakan bagian dari sejarah pendidikan dan peradaban Indonesia yang dibangun sebagai institusi pendidikan keagamaan bercorak tradisional (pendidikan tradisonal Islam) yang merupakan lembaga pendidikan formal tertua bagi masyarakat Islam di Indonesia.5 Sebagai lembaga pendidikan dengan kurikulum yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan (agama Islam), pesantren dianggap kurang memberikan arah yang prospektif bagi masa depan dibandingkan dengan lembaga-lembaga formal seperti sekolah dan perguruan tinggi. Di sisi lain juga dianggap kurang 1 1999,1. 2 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994, 55. Madjid Nurcholish, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 1997, 3. 4 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta:INIS, 1994, 6. 5 Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995, 194. 3 dalam mengimbangi tuntutan zaman. Karena kurangnya dalam mengimbangi tuntutan zaman, beserta faktor-faktor lain yang beragam, oleh Nurcholish Madjid pesantren dianggap kurang siap untuk “lebur” dalam mewarnai kehidupan modern. 6 Guna membenahi kekurangan-kekurangan tersebut banyak para tokoh dari kalangan pesantren mulai mengembangkan visi-misi dan kurikulumnya. Pesantren mulai melakukan akomodasi dan penyesuaian seperti adanya sistem penjenjangan, kurikulum yang lebih jelas dan sistem klasikal. Seiring dengan perubahan tersebut muncullah tipologi pesantren yang mana diklasifikasikan menjadi dua yaitu, pesantren salaf dan pesantren khalaf. Sebuah pesantren disebut salaf apabila dalam kegiatan pendidikanya semata-mata berdasarkan pola pengajaran klasik/ lama yakni berupa pengajian kitab kuning dengan metode pembelajaran tradisional. Kemudian pesantren disebut khalaf/ modern adalah pesantren yang disamping tetap melestarikan unsur-unsur utama pesantren, memasukkan juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai dengan sistem klasikal/ sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya.7 Menurut Ronald Alam Lukens Bull, Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan Pondok-pesantren salaf di Jawa pada tahun 1399 M untuk menyebarkan Islam di Jawa. 8 Pondok-pesantren yang panjang usianya kiranya sudah cukup alasan untuk menyatakan bahwa pondok pesantren telah menjadi 6 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 1997, 7. 7 Maksum, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Departemen Agama RI, 7-8. Alam Lukens Bull Ronald, A Peaceful Jihad: Javanese Education and Religion Identity Construction, Michigan: Arizona State University, 1997, 60. 8 milik budaya bangsa dalam bidang pendidikan, dan telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.9 Sejak dekade 80 dan 90-an, banyak pemikiran-pemikiran progresif yang membahas seluk-beluk pesantren, mulai dari kultur, tradisi, pemikiran, dan sebagainya. Ide-ide pemikiran itu muncul dari gagasan untuk membuat pesantren beberapa langkah lebih maju. Ini biasanya muncul dari ilmuan yang pernah mengenyam pendidikan pesantren lalu melanjutkan studinya di luar pesantren. Mereka seakan melihat, bahwa ada yang kurang dan tidak pas di pesantren. Ada hal-hal yang masih perlu dibenahi.10 Salah satu penyebab pemikiran progresif adalah globalisasi. Globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan adanya sistem satelit informasi dunia, konsumsi global, gaya hidup kosmopolitan, mundurnya kedaulatan suatu negara kesatuan dan tumbuhnya kesadaran global bahwa dunia adalah sebuah lingkungan yang terbentuk secara berkesinambungan, 11 dalam hal itu muncul kebudayaan global yang membawa pengaruh terhadap perkembangan social budaya yang beraneka ragam. Menurut John Naisbitt, kebudayaan Negara-negara yang berbahasa Inggris akan mendominasi gaya hidup yang memunculkan perubahan nilai dan mempengaruhi 9 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994, 7. Mohammad Achyat Ahmad, Liberalisasi Islam di Pesantren, cet I, Pasuruan: Sidogiri Pustaka, 25. 11 Azyumardi Azra, Konflik Baru antara Peradaban Globalisasi, Radikalisme & Pruralitas, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. 10 masyarakat lain, maka akan terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat penerima pengaruh.12 Kondisi ini telah mengubah pola pikir dan gaya hidup masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Perubahan masyarakat Indonesia terjadi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat informatif yang bertumpu pada teknologi informatika. Masyarakat muslim di Indonesia, mau tidak mau juga merasakan dampak dari globalisasi ini, walaupun sebenarnya fenomena ini menurut Azyumardi Azra bukanlah fenomena baru sama sekali.13 Jika pada akhir abad 19 dan awal abad 20 globalisasi yang bersifat religiointelektual telah dirasakan oleh bangsa Indonesia yaitu bersumber dari Timur Tengah. Proses globalisasi dewasa ini, bersumber dari Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia umumnya.14 Dengan melihat sumber globalisasi saat ini, maka dalam proses globalisasi ini ada nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dalam era ini, kehebatan suatu negara-bangsa tidak lagi didasarkan atas sumber daya alam yang melimpah dan alat-alat produksi masal, tetapi sandaran terpenting yang akan menentukan keberlangsungan hidup dan kemajuan negara-bangsa adalah mutu sumber daya 12 John Naisbitt dan Patrica Aburdence, Megatrend 2000, Terj, Fx. Budijanto, Jakarta: Bumi Aksara, 1990, 126. 13 Azyumardi, Konflik Baru antara Peradaban Globalisasi, Radikalisme & Pruralitas, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. 14 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenim Baru, Ciputat: kalimah, 43-44. manusia yang dimiliki.15 Dari sini dapat dilihat betapa pentingnya pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia sebenarnya mempunyai peluang dalam menciptakan SDM yang berkualitas dengan catatan pondok pesantren mampu mempertahankan nilai-nilai tradisional yang telah hidup berabad-abad, menjadi pendidikan alternatif yang ideal, mencetak generasi muda yang ber-akhlakul karimah, di era globalisasi yang sedang terjadi dengan tanpa meninggalkan watak kepesantrenannya. Menurut Edy Supriyono, minimal ada tiga alasan mengapa pesantren peluangnya lebih besar dibandingkan lembaga pendidikan yang lain;” 1. Pesantren yang ditempati generasi bangsa (mulai anak-anak hinggga pemuda), dengan pendidikan yang tidak terbatas oleh waktu sebagaimana pendidikan umum. 2. Pendidikan pesantren yang mencoba memberikan keseimbangan antara pemenuhan lahir dan batin. 3. Pendidikan pesantren terbuka untuk semua kalangan”. 16 Serta jika pesantren melakukan inovasi dalam pendidikannya maka pada hakikatnya pesantren akan lebih terbuka kesempatannya di pilih oleh masyarat. Inovasi pendidikan dapat menyangkut berbagai bidangdi Pondok-pesantren. 15 Bachrudin Musthafa, Kecenderungan Global dan tuntutan Pendidikan Abad Informasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, November 2002, Jilid 9, Nomor 4 ISSN 0215-9613, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), 248. 16 Edy Supriyono, Pesantren di Tengah Arus Globalisasi, Menggagas Pesantren Masa Depan, Geliat Suara Santri untuk Indonesia Baru, 2003,Yogyakarta; Qirtas. Kurikulum sebagai salah satu bagian dari software merupakan salah satu aspek yang cukup urgen untuk di perbaharui agar sesuai dengan perkembangan zaman. Kurikulum merupakan komponen instrumen pendidikan yang penting keberadaannya, karena dengan kurikulum segala bentuk aktivitas pendidikan akan terarah dalam rangka pencapain tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU SISDIKNAS.17 Sistem pendidikan serta kurikulum pesantren kini menjadi banyak perbincangan bukan hanya sekedar karena kebijakan pengembangan kurikulum pendidikan nasional yang selalu berubah, tetapi karena dinamisasi pesantren dalam mengembangankan kurikulum, dengan membentuk lembaga pendidikan formal yang menyerap muatan kurikulum yang dibutuhkan dalam konteks kebutuhan masyarakat akan pendidikan modern yang membutuhkan lembaga legal formal yang mampu mengeluarkan ijazah, sebagai suatu formalitas kelulusan dalam menjalani program pendidikan, dan penambahan mata pelajaran umum di dalam sekolah keagamaan (dalam hal ini adalah pesantren dan lembaga pendidikan Islam) sebagai suatu wujud tantangan kebutuhan zaman akan kebutuhan pendidikan yang memberikan orientasi pengajaran, dan pemberian bekal hidup yang berbeda. Keadaan yang seperti ini juga belaku pada pengembangan pendidikan Islam (terutama dalam pengembangan kurikulum pendidikan) Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. 17 UURI No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Bandug: Citra Umbara. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah di antara Pondok-pesantren yang berada di Kab. Semarang yang sudah lama berdiri Fakta ini diperoleh dari dokumen yang penulis dapatkan. Serta Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah menyatakan bahwa selain melaksanakan kurikulum salafiyah seperti model bandongan, sorogan dan takhassus, pesantren juga melaksanakan kurikulum khalafiyah (modern) yaitu dengan berdirinya lembaga formal. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah memberikan pendidikan kepada para santrinya secara integral pengetahuan pesantren umum dan agama, Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok- Al Mas‟udiyyah terus berusaha memenuhi tuntutan kemajuan dan pendidikan, baik itu tuntutan ilmu umum atau megenai system pendidikan Nasional, dan SKB tiga menteri, serta ilmu Agama. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah mengakomodir tuntutan masyarakat serta tidak menghilangkan ciri khas sebagai pesantren. Problem adaptasi dengan kemajuan dan system pendidikan ini sedikit banyak telah mempengaruhi pengembangan kurikulum, baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah. Sehingga pesantren mengupayakan dengan menambah Ustadz dan para Guru yang mempunyai pengalaman baru dan gelar kesarjanaan di harapka menambah pengetahuan dan pengalaman yang belum pernah di peroleh oleh para ustadz pesantren sebelumnya, sehingga memungkin membuka paradigma baru yang ada dalam Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah tersebut. Bentuk asal kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah adalah pesantren tradisional yang mengajarkan kitab klassik (kitab kuning) yang menjadi muatan inti dalam pengajaran agama di Pondokpesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, baik itu di ajarkan dalam Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah bentuk hafalan bait, lafal makna, maupun membaca kitab secara keseluruhan. Pengembangan keilmuan membaca kitab kuning melalui nahwu dan sharaf, dengan metode pembelajaran sorogan dan bandongan. Kegiatan pembelajaran pesantren klassik diatas mengalami perubahan dan dinamika seiring dengan perubahan dan dinamika pengembangan seiring dengan meningkatnya tuntutan zaman, sistem pendidikan, dan alumni dan ustadz yang mempunyai paradigma modern pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Dari paparan di atas dapat dilihat betapa pentingnya fungsi kurikulum dalam pendidikan, sehinggga dari sinilah peneliti tertarik untuk meneliti penerapan kurikulum Pondok-pesantren dalam era globalisasi B. Rumusan Masalah Penilitian ini ditujukan untuk mengkaji tentang kurikulum dalam perkembangan lembaga pendidikan Islam, terutama menyangkut topik relevansi kurikulum di pondok pesanren. Penelitian ini penulis batasi permasalahan pada pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Sedangkan lembaga pendidikan formal tidak di ulas lebih lanjut dikarenakan fokus penelitian hanya membatasi pada kurikulum pondok pesantren. Pengembangan kurikulum pondok pesantren, penulis mengambil setting penelitian pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah bertempat di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Dari latar belakang di atas, maka akan diuraikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kurikulum yang di terapkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah? 2. Apa landasan pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah ? 3. Apa kurikulum yang diterapkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah masih relevan dengan era globalisasi ? C. Signifikan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini secara umum bertujuan : 1. Untuk mengetahui kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah. 2. Untuk mengetahui landasan yang di gunakan dalam pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. 3. Mengetahui relevansi kurikulum di pondok-pesantren Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah dengan era globalisasi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada dua hal : 1. Manfaat secara teoritif substantif a. Memberikan masukan keilmuan dalam pengembangan dunia pendidikan pesantren b. Memperkaya teori tentang pengembangan kurikulum di lembaga pendidikan Islam. c. Menyumbangkan pemikiran tentang kurikulum yang relevan bagi pendidikan di Indonesia umumnya dan pendidikan di pondok pesantren pada khususnya dalam menghadapi era globalisasi. d. Memberikan bahan kajian dan rujukan bagi penelitian di bidang yang serupa. 2. Manfaat secara praktis empirik a. Sebagai tugas akhir untuk menyeleisaikan studi Pascasarjana program Magister Pendidikan Islam b. Sebagai sumbangan informasi mengenai perkembangan praktis kurikulum pesantren dan lembaga pendidikan Islam. c. Sebagai masukan dan pertimbangan kepada pesantren dan lembaga pendidikan islam terkait dengan pengembangan kurikulum. D. Kajian Pustaka Adapun penelitian yang berkaitan dengan tema, penulis menemukan antara lain: Mujamil Qomar, Politik Pendidikan Pesantren Melacak Transformasi Institusi, dan Metode, kemudian dicetak menjadi buku dengan judul: Pesantren Dari Transformasi metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Dalam penelitian ini dikemukakan bahwa kurikulum pesantren itu jika diamati dengan melihat kondisi pada dua kutub secara ekstrim (masa permulaan dan keadaan sekarang) memang menunjukkan perubahan yang sangat fundamental, tetapi ketika perubahan itu dilihat secara setahap demi setahap, ternyata hanya terjadi perubahan yang amat lamban. Perubahan yang terjadi lebih imitatif daripada upaya pembuatan model sendiri. 18 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, kemudian oleh INIS diterbitkan pada tahun 1994. Penelitian yang mengambil 6 pesantren sebagai situsnya mengemukakan bahwa jenis pendidikan di pesantren ada yang bersifat formal dan non formal. Untuk yang bersifat non formal, hanya mempelajari agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Kurikulum pada jenis pendidikan ini berdasarkan tingkat kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab. Sedangkan untuk pendidikan formal (madrasah dan sekolah umum) berlaku kurikulum yang ditentukan oleh pemerintah (Depag dan Depdikbud). 19 18 Mujamil Qomar, Pesantren dan Transformasi Metodologi menuju Demokrasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 1996 19 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang Unsur dari Nilai Sistem Pendidikan, Jakarta: INIS, 1994. Nur Ali, Manajemen pengembangan kurikulum sekolah menengah kejuruan di pesantren (studi multi kasus di Pesantren Darum Ulum Jombang dan Pesantren Al-Yasini Wonorejo Pasuruan). Fokus penelitian ini adalah ingin mengetahui latar belakang diadakannya pengembanban kurikulum, kegiatan pengembangan kurikulum pesantren, dan implikasi manajemen pengembangan kurikulum terhadap citra sekolah menengah kejuruan (SMK). 20 Amir Mahmud, Dinamika pengembangan Kurikulum Pesantren Rifaiyah, Penelitian ini merupakan penelitian pendidikan yang menggunakan perspektif sejarah untuk menggali data secara kronologis-historis dalam menganalisa pengembangan kurikulum pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan. Kesimpulan penelitian ini adalah mengenai pengaruh kepemimpinan pesantren dalam pengembangan kurikulum pendidikan pesantren, pergantian pemimpin membawa dampak yang signifikan terhadap kebijakan dan orientasi perubahan kurikulm pendidikan pesantren, pergantian pemimpinan pesantren membawa sebuah dinamika perubahan dan perkembangan. Perubahan dan dinamika pengembangan kurikulum pesantren Rifaiyah lebih banyak dipengaruhi faktor kepemimpinan pesantren yang membawa orientasi pendidikan pesantren, bahkan perubahan kurikulum pesantren tidak banyak terlihat ketika perubahan kurikulum pendidikan nasional mengalami banyak perubahan. 21 Disertasi, Modernisasi Pesantren; Studi Transforma si Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren oleh Abd. Halim Soebahar. Disertasi ini 20 Nur Ali, Manajemen Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan di Lingkungan Pesantren, Tesis Pascasarjana UNM, 2014. 21 Amir Mahmud, Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren Rifa’iyah, Tesis Pascasarjana UIN Kalijaga, 2014. kemudian diterbitkan oleh LkiS dengan judul yang sama pada tahun 2013. Halim dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa sistem pembaharuan dan proses perjalanan pesantren mengusung tema modern bukanlah hal yang mudah. Dijelaskannya bahwa kehidupan pesantren penuh dengan kultural tradisinya terkadang sulit untuk disinggung dengan semacam realitas kehidupan nyata diluar. Namun apa yang ditelitinya dari lima lembaga pendidikan pesantren, yaitu; pesantren Syaikhona Kholil, At-Taroqqi, Banyuanyar, Annuqayah, dan pesantren Al Amin, menunjukkan bahwa modernisasi yang terjadi di lima pesantren tersebut berangkat dari peran kiai pesantren. Kompetensi yang dimiliki masing–masing pesantren tersebut ditransformasikan dalam sistem pendidikan pesantren. Maka secara garis besar apa yang terjadi dari pembaharuan dalam pendidikan pesantren adalah respon kiai terhadap inovasi dalam proses transformasi. Pola inovasi oleh masing-masing kiai pesantren memiliki hampir pandangan yang sama mengenai perlunya dilakukan inovasi sistem kurikulum pendidikan pesantren, yaitu al muhafadzotu ala qodimi as sholih wal akhzu bil jadidi al aslah, yang berarti memelihara tradisi lama yang masih relevan dan melakukan inovasi yang lebih konstruk. 22 Penelitian Tesis, Model Pengembangan Kurikulum Pesantren (Studi di Pondok Pesantren An-Nur Bululawang Malang) oleh Edy Sutrisno. Dalam penelitiannya digambarkan bahwa kurikulum pesantren terus mengalami pengembangan. Meskipun dalam temuannya terjadi berbagai dialektika dalam 22 Abd Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren; Studi Transforma si Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren, Disertasi UIN Kalijaga, 2010. proses perjalanan pengembangan kurikulum disana. Model pendidikan yang diterapkan dipesantren ini dalam sejarahnya mengambil dua seting model pendidikan, yaitu keagamaan dan umum. Pendidikan keagamaan yang dimaksudnya terfokus pada pendidikan yang bermuatan dengan mata pelajaran agama dengan mengandalkan kitab kuning. Sedangkan pendidikan umum hanya mengajarkan mata pelajaran umum selain yang berbau agama. Namun dalam perjalanannya dua model pendidikan ini mulai dilebur menjadi satu. Pemisahan waktu yang sebelumnya sudah lama dilakukan membuat kurikulum di pesantren ini berjalan lambat. Sampai akhir tahun 2008, Peleburan dan penyatuan dua model pendidikan mulai digabungkan dan dirumuskan dalam kurikulum. 23 Tesis, Dinamika Pengembangan Kurikulum Ma’had Aly Pondok Pesantren Wahid Hasyim Sleman. Oleh zainul Arifin. Tesis ini mendeskripsikan pengembangan kurikulum Ma‟had Aly dengan menggunakan analisis pendekatan emic dan total quality managemen. Dalam penelitianya ia mengklasifikasikan pengembangan kurikulum kedalam tiga hal; pengembangan kurikulum sebagai ide, sebagai dokumen, dan sebagai proses. Pengembangan kurikulum sebagai ide, kurikulum dirancang berdasarkan analisis kebutuhan, dan akhirnya terbentuklah ide untuk menggabungkan kurikulum pesantren dengan kurikulum perguruan tinggi. Sebagai dokumen, pengembangan kurikulum dilakukan dengan membuat draft kurikulum, yang berisikan silabus dan distribusi mata pelajaran. Dan sebagai proses, ide pengembangan kurikulum pada pesantren Ma‟had Aly tidak 23 Edy Sutrisno, Model Pengembangan Kurikulum Pesantren, Studi di Pondok Pesantren An-Nur Bululawang Malang, Tesis Pascasarjana UNM, 2014. selesai pada bentuk dokumen, tetapi diimplementasikan dalam proses pembelajaran. 24 Tesis Manajemen Kurikulum Program Keagamaan Man 1 Surakarta. Oleh Asykar Nurul Hidayah. Tesis ini berangkat dari kegelisahan tentang kondisi madrasah yang kurang begitu diminati oleh masyarakat, dan minimnya minat tersebut disebabkan oleh rendahnya mutu manajemen, serta kualitas kurikulum sekolah. Penelitian ini berusaha mengungkap proses manajemen kurikulum program keagamaan, dengan menjelaskan faktor yang menjadi pendukung dan kendala pengembangan mutu sekolah tersebut. Dalam penelitianya ia memaparkan faktor pendukung yang berupa pengasramaan siswa, pengauatan bahasa asing sebagai pengantar, perbaikan manajemen kurikulum serta pembenahan sistem rekrutmen yang baik. Sedangkan hal-hal yang menjadi kendala pengembangan kurikulum keagamaan adalah kebijakan nasional yang kurang mendukung, kurangnya kualitas dan kompetensi guru, serta kurangnya dukungan masyarakat luas terhadap keberadaan MAN. 25 Dari beberapa kajian pustaka, banyak peneliti pengembangan kurikulum dengan implikasinya, mengembangangkan ada juga kurikulum pengaruh pemimpin/ Pondok-pesantren. Serta Kyai dalam manajemen pengembangan kurikulum. Untuk itu penulis tertarik meneliti kurikulum pesantren yang sekarang digunakan, apakah masih relevan dengan kondisi zaman yang sudah modern. Menurut penulis belum menemukan penelitian yang 24 Zainul Arifin, Dinamika Pengembangan Kurikulum Ma’had Aly Pondok Pesantren Wahid Hasyim Sleman, Tesis Pascasarjana UIN Kalijaga, 2014. 25 Asykar Nurul Hidayah, Manajemen Kurikulum Program Keagamaan Man 1 Surakarta, Tesis Pascasarjana UMS, 2013. membahas masalah kurikulum di pesantren yang sekarang masih di gunakan. Perbedaan penelitian yang terdahulu, penulis meneliti kurikulum Pondokpesantren salaf. Yang pada penelitian ini penulis mengambil Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah yang keduanya berada di Kabupaten Semarang. E. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif (qualitative research), yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persesi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok, 26 dimana data yang disajikan tidak dalam bentuk angka-angka melainkan dalam bentuk kata-kata dan gambaran-gambaran, 27 sehingga hasil penelitiannya berupa deskripsi, interpretasi, dan tentatif-situasional. Menurut Nasir, Penelitian kualitatif adalah penyelidik yang hati-hati testematik, dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan tertentu dan keperluan tertentu. 28 penelitian ini di dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem yang bisa berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang 26 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung. Remaja Rosdakarya, 2010), 60-61 27 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Airlangga University Press, 2005), 103. 28 Nasir. Metode Dakwah Secara langsung. Jakarta,1985 terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. 29 Dalam hal ini, sesuatu yang dijadikan kasus bisa berupa masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga berupa sesuatu yang tidak ada masalah di dalamnya, melainkan karena keunggulan atau keberhasilannya. 30 2. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang penulis lakukan adalah di Pondok Pesantren Al Manar dan Pondok Pesantren Al Mas‟udiyyah yang keduanya adalah pondok pesantren salaf yang berada di Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pondok pesantren tersebut. Diantaranya adalah kemampuan lembaga dalam mempertahankan eksistensinya serta terus berusaha mengembangkan lembaga secara menyeluruh, dari segi jumlah santri, keduanya Pondok-pesantren dengan jumlah santrinya lumayan banyak. Serta Pondok- pesantren yang masih mempertahankan pendidikan salaf di tengah-tengah pendidikan yang berkembang. 3. Sumber Data Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh sumber informasi yang akan dijadikan rujukan penelitian. Sumber data utama dalam 29 30 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian…,64. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian..., 77-78 penelitian kualitatif ialah berupa kata-kata dan tindakan selebihnya adalah sumber data tambahan seperti dokumen, buku-buku yang relevan dan lain-lain. 31 Penentuan sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data, yang pada mulanya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. 32 Adapun subyek penelitian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah Pengasuh Pesantren/ Kyai, para pengurus, para ustad/ ustadzah, santri, komite sekolah baik Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Serta buku bank data, dokumen administrasi, buku pedoman penyelenggaraan baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data ini digunakan untuk mendapatkan informasi data yang terkait dengan fokus penelitian. Penentuan subyek penelitian yang disesuaikan tujuan penelitian dan subyek tersebut akan menjadi semakin banyak untuk mendapatkan informasi yang lebih komplek. Bertambah banyaknya subyek penelitian itu seperti bola salju yang menggelinding, sehingga lama-lama menjadi besar. Untuk mengumpulkan data-data terkait penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai beriku: a. Metode Observasi 31 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2001,157. 32 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&, Bandung: Alfabeta, 2010, 300. Observasi atau pengamatan merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilaksanakan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif(participatory observation), pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan dalam observasi nonpartisipatif(nonparticipatory observation), pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan melainkan hanya berperan mengamati kegiatan. 33 Dalam penelitian ini, metode observasi yang digunakan adalah observasi partisipan yang bersifat moderat (moderate participation) artinya, dalam mengumpulkan data terkait dengan penelitian, peneliti mengamati subyek yang diteliti sambil turut terlibat dalam sebagian besar kegiatan yang diamati. Langkah tersebut dilakukan oleh peneliti untuk menjaga keseimbangan peran nya sebagai orang dalam dan orang luar (insider and outsider). 34 Peneliti dalam hal ini turut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, tetapi tidak secara keseluruhan. Motode observasi partisipatif ini digunakan oleh peneliti untuk menggali informasi mengenai relevansi kurikulum pendidikan Islam di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Data utama yang akan diperoleh dengan metode observasi ini adalah proses pengembangan 33 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung. Remaja Rosdakarya, 2010, 220. 34 Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidika, Malang: Banyumedia Publishing, 2014, 214. kurikulum pendidikan Islam di pondok tersebut, terutama pada tahap pelaksanaan kurikulum dan implikasi pengembangan kurikulum terhadap era globalisasi. b. Metode Interview atau Wawancara Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depthinterview), yaitu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan antara dua orang atau lebih secara langsung dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan ide melalui tanya jawab secara lisan sehingga dibangun makna dalam suatu topik tertentu. 35 Dalam hal ini, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihakpihak terkait secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, yaitu tentang kurikulum yang di gunakan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, di Era Globalisasi. Teknik wawancara ini peneliti gunakan untuk mencari informasi dari beberapa informan terkait seperti pimpinan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. yaitu Kyai As‟ad Haris, Kyai Fatkurrokhim pengasuh, guru yayasan, kepala sekolah formal, pengurus pesantren, serta beberapa santri. c. Metode Dokumentasi Di samping menggunakan metode observasi partisipatif dan in-depth interview, untuk mendapatkan data yang terkait dengan penelitian, peneliti juga 35 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2012, 220 . menggunakan metode dokumentasi ataustudi dokumenter (documentary study), yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik berupa dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. 36 Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang profil ma‟had, sejarah berdirinya, visi dan misinya, struktur organisasi, data pendidik, data mahasantri, dokumen-dokumen kurikulum Pondok-pesantren, serta data-data lain yang terkait dengan fokus penelitian. 5. Analisis Data Proses penelitian adalah hal yang penting dalam penelitian kualitatif, maka data yang dikumpulkan akan dianalisa dengan narasi induktif, dan kemudian disajikan secara kronologis-analitis, yaitu dalam bentuk hasil analisis yang berupa rangkaian kalimat yang menggambarkan keadaan nyata dilapangan. 37 Sedangkan dalam menjelaskan penelitian kualitatif, Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif itu berakar pada seting dunia empiris sebagai mengandalkan keutuhan manusia sebagai instrument penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara induktif, serta lebih menekankan pada kualitas proses penelitian, membatasi studi tentang 36 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, 221. Robert C Bodgan dan Sari Knopp Beiken, Qualitative Research for Education; An Introduction to Theory and Method, London; Allyn and Bacon, 1998, 4-7. 37 fokus penelitian, dan memilih seperangkat kriteria untuk validitas rancangan penelitian serta subjek penelitian. 38 Karakteristik penelitian kualitatif meliputi; latar alamiyah, manusia sebagai alat, metode kualitatif, analisis data secara induktif, grounded the ory, deskriptif, lebih meningkatkan proses daripada hasil, adanya “batas” yang di tentukan oleh”focus”, adanya criteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara, dan hasil penelitian di rundingkan dan disepakati bersama. 39 F. Sistematika Penulisan Tesis ini dibagi kedalam Lima bab yaitu: Bab I : PENDAHULUAN Yang tediri dari enam sub bab. Yang Pertama adalah latar belakang masalah yang merupakan titik awal dari proses penelitian yang memberikan gambaran dari substansi permasalahan yang ada dalam penelitian, maka dimunculkan dalam sub bab ini seputar latar belakang pemilihan tema dan judul penelitian. Kedua, rumusan masalah yang merupakan penegasan lebih lanjut dari latar belakang masalah yang mana akan ditindak lanjuti dalam aktifitas penelitian ini. Ketiga, signifikan penelitian, berangkat dari rumusan masalah tersebut maka 38 Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002,4-8. 39 Robert C Bodgan dan Sari Knopp Beiken, Qualitative Research for Education; An Introduction to Theory and Method, London; Allyn and Bacon, 1998, 4-7. signifikan penelitian yaitu diantaranya tujuan penelitian, manfaat yang akan dijelaskan urgensi dan kontribusi yang akan dihasilkan dari penelitian ini baik besifat teoritik-akademik maupun praktis. Keempat, kajian pustaka, berisi penelusuran pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian. Kelima, metode penelitian berisi cara-cara yang ditempuh dalam rangkaian penelitian. Keenam, sistematika pembahasan yang menguraikan kronologi berfikir dalam pencarian kebenaran. Bab II : PERSPEKTIF TEORI Bab ini membahas teori yang digunakan sebagai landasan kaitanya dengan permasalahan sehingga menghasilkan kesimpulan yang sesuai tujuan penelitian, yaitu tentang relevansi kurikulum di pesantren di era Globalisasi. Teori yang menjadi landasan dan pijakan dari penelitian ini terbagi menjadi tiga sub bab agar memudahkan pemahaman (kerangka dalam memahami) persoalan yang diteliti. Sub bab pertama, pembahasan seputar Kurikulum. Sub bab kedua, pembahasan tentang Pondok pesantren. Sub bab ketiga era globalisasi. Sub bab ke empat yaitu kurikulum pondok pesantren yang relevan dengan era globalisasi. Bab III : PROVIL LOKASI PENELITIAN Membahas gambaran umum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah, sejarah singkat dan perkembanganya Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, kurikulum pondok pesantren, deskripsi visi misi, model pembelajaran, bentuk kepengurusan serta sarana dan fasilitas pesantren. Bab IV : HASIL PENELITIAN Membahas mengenai relevansi kurikulum di pondok pesantren di era globalisasi di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, yang terdiri dari kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, landasan pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, kurikulum yang diterapkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah berkaitan dengan relevansi dengan era globalisasi. Bab V : PENUTUP Dalam bab ini penyusun menguraikannya kedalam tiga sub bab. Sub bab pertama, berisi kesimpulan dari pembahasan sebelumnya. Sub bab kedua, saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Sub bab ketiga, merupakan kata penutup dari penyusun. BAB II PERSPEKTIF TEORI A. Kurikulum pesantren 1. Arti Kurikulum Kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yaitu jarak yang harus ditempuh dari start sampai ke finish. Lambat laun pengertian ini digunakan dalam dunia pendidikan. Dalam bahasa Arab diistilahkan dengan manhaj, yaitu jalan yang terang, atau jalan yang terang yang dilalui manusia pada kehidupanya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang diikuti oleh guru dan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai kependidikan.40 Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) dinyatakan bahwa “ kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. 41 Kurikulum dikembangkan kearah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 40 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2012, 1. 41 Tim Visimedia, UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No. 14 th 2005, Jakarta: Visimedia, 2008 Di dalam proses pembelajaran, kurikulum merupakan elemen penting yang harus diperhatikan. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.42 Sedangkan kurikulum dalam pendidikan modern tidak lagi terbatas pada materi yang di berikan dilingkungan sekolah saja, melainkan meliputi hal-hal yang menyangkut aspek kehidupan di luar sekolah. Perluasan jangkauan kurikulum di zaman modern terlihat dalam definisi sebagai berikut: a. Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didik di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.43 b. Kurikulum adalah sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada lingkungan pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didik di dalam dan di luar sekolah dan sejumlah pengalaman yang lahir daripada interaksi dengan kekuatan dan faktor-faktor itu.44 42 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bandung; Fokus Media, 2005, 121-122. 43 Hasan Langgulung,Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Al-Husna,1986, 40. 44 Hasan Langgulung,Manusia…, 41. Kedua definisi di atas merupakan cerminan dari pengertian kurikulum dalam pendidikan modern, yang ruang lingkupnya mencakup berbagai aspek di luar sekolah. Dalam pendidikan modern tampaknya kurikulum berisi materi yang cenderung ditujukan ke arah pengembangan potensi murid guna kepentingan hidupnya di masyarakat. Namun pada dasarnya kurikulum tersebut tersusun oleh berbagai aspek (komponen) utama yang menjadi cirinya, yaitu ada tujuan, isi, bahan ajar serta cara/ metode. Kurikulum pada dasarnya menempati posisi sentral di dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk mengendalikan jalannya proses pendidikan. Berkaitan dengan posisi kurikulum yang demikian akan menjadi semakin dipandang penting apabila kurikulum itu dikembalikan kepada pengertian-pengertian kurikulum itu sendiri, dimana dalam salah satu pengertiannya disebutkan bahwa kurikulum itu adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas lembaga pendidikan yang dapat merangsang berkembangnya kegiatan pembelajaran peserta didik. Hal ini menunjukan kebijakan-kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pihak manajemen lembaga pendidikan atau pemerintah. Jika batasan seperti ini yang digunakan, maka dengan sendirinya kedudukan atau posisi kurikulum di dalam keseluruhan proses pendidikan menempati posisi yang sangat sentral. Kurikulum merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan, karena kurikulum merupakan salah satu alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Segala hal yang harus diresapi serta dihayati oleh peserta didik harus ditetapkan dalam kurikulum itu. Begitu juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, harus dijabarkan di dalam kurikulum. Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Jadi kurikulum menggambarkan kegiatan pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Di dalam kurikulum tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, dan peserta didik memepelajarinya, akan tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu, karena mempunyai pengaruh terhadap peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Jadi dalam kurikulum tidak hanya berisi ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam kelas, melainkan menyangkut juga semua hal yang mempengaruhi proses belajar mengajar. 45 2. Komponen Kurikulum Seperti yang telah di uraikan di atas pada dasarnya kurikulum tersusun oleh berbagai aspek (komponen) utama yang menjadi cirinya yaitu; a. Tujuan kurikulum 1) Tujuan Pendidikan Nasional Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan karna berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari banyaknya tujuan-tujuan yang tercapai. Menurut Wina sanjaya tujuan pendidikan 45 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara,1994, 85. nasional adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis. Tujuan Pendidikan Nasional merupakan sasaran akhir yang harus di jadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan itu, baik pendidikan yang di selenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal maupun non formal.46 Tujuan pendidikan umum biasanya di rumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang di rumuskan oleh pemerintah dalam bentuk Undang-Undang. Tujuan Pendidikan Nasional merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sistem nilai pancasila di rumuskan dalam undang-undang No.20 tahun 2003, pasal 3, yang merumusakan bahwa pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 47 2) Tujuan Pendidikan Pesantren 46 Wina Sanjaya, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2006, 25- 27 47 Tim Visimedia, UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No. 14 th 2005, Jakarta: Visimedia, 2008 Tujuan pendidikan pesantren adalah berupaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri santri serta mewujudkan manusia dan masyarakat muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. 48 Dalam kaitan ini secara lebih khusus lagi, pondok pesantren bahkan diharapkan berfungsi lebih dari pada itu, ia diharapkan agar memikul tugas yang tak kalah pentingnya, yakni mencetak genersi yang berakhlakul karimah. Dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan dan akhlaknya, para santri diharapkan mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya. Di sini, para santri diharapkan dapat memainkan fungsinya. 49 Selain itu juga pondok pesantren juga bertujuan untuk menciptakan manusia muslim mandiri dan kultur pondok pesantren yang cukup menonjol yang mempunyai swakarya dan swadaya keterkungkungan kultural maupun pemikiran untuk kalangan pesantren merupakan penilaian publik yang sebetulnya tidak terlalu jauh dengan kondisi nyatanya. b. Isi Kurikulum Isi kurikulum adalah materi yang diberikan kepada peserta didik untuk bahan pembelajaran guna mencapai tujuan. Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta didik. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan peserta didik. Baik 48 49 A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali, 1987, 73-74 A. Mukti Ali…,74 materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Isi kurikulum menurut standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, yang secara keseluruhan mencakup: 1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, 2) Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah, 3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulumsebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, dan 4) Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. 50 Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. c. Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik 50 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 14 Tahun 2007 (http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/isi/Standar_Isi.pdf diakses 7 Januari 2016) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. 51 Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya. 52 Bahan ajar yang di ajarkan di pondok pesantren atau juga disebut dengan materi, pada awalnya yang diajarkan banyak ilmu agama dan ilmu alat yang mendukungnya, misalkan ilmu Sorof, Nahwu, Fiqih, Tafsir, ilmu Kalam, Tasawuf dan sebaganya Seiring dengan perkembangan waktu, pondok pesantren mulai mengadopsi materi-materi umum dan ketrampilan. Bahan ajar yang digunakan di pondok pesantren melalui kitab-kitab standar yang disebut al-kutub al qodimah, karena kitab-kitab tersebut dikarang lebih dari seratus tahun yang lalu. Ada juga yang menyebutnya sebagai al-kutub al-shafra’ atau “kitab kuning” karena biasanya kitab-kitab itu dicetak di atas kertas yang berwarna kuning. Selain itu ciri lain dari kitab-kitab yang diajarkan di pondok-pesantren itu ialah beraksara gundul (huruf arab tanpa harokat atau syakal). Keadaannya yang gundul itu pada sisi lain ternyata merupakan bagian 51 Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, Elex Media Komputind, Jakarta , 2008. 52 Ruhimat, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia. 2011, 152. dari pembelajaran, sehingga keberhasilan menemukan harokat-harokat yang benar merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran di pesantren. 53 Untuk kriteria bahan kurikulum adalah sebagai berikut: 1) Sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa 2) Mencerminkan kenyataan sosial 3) Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji 4) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan d. Metode/ cara Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab secara umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari kata method, artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa pengertian Metode pada prinsipnya sama yaitu merupakan suatu cara dalam rangka pencapaian tujuan, dalam hal ini dapat menyangkut dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun keagamaan. Unsur–unsur metode dapat mencakup prosedur, sistimatik, logis, terencana dan aktivitas untuk mencapai tujuan. Adapun metode dalam pembahasan ini yaitu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. 53 Maksum, Pola Pembelajaran di Pesantren, Lukman Hakim (ed) Op ;31-32 Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistimatik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak dapat lepas dari interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar, sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Tujuan pembelajaran merupakan arah dari proses pembelajaran yang pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang di harap yang di harapkan di kuasai oleh peserta didik setelah menerima atau menempuh pengalaman belajar. 54 Serta tujuan pembelajaran dapat diperlukan pelaksanaannya yang baik dalam menghantarkan peserta didik ke tujuan pendidikan, yang merupakan tolak ukur dari program pembelajaran (kurikulum). Alat ukur kurikulum dinamakan evaluasi yang bertujuan memeriksa tingkat ketercapaian tujuan suatu kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki peranan penting dalam memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna dalam pengembangan model kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa dalam mencapai tujuannya. 54 Masnur Muslich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah. Jakarta : Bumi Aksara 2009. Untuk merumusan cara pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran pendidikan maka dapat di bagi menjadi dua metode yaitu; 1) Metode umum Metode merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode umum yang di gunakan dalam metode umum seperti ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, simposium, dll. 2) Metode Pesantren Mastuhu menyebutkan sepuluh jenis metode yang digunakan oleh pondok pesantren, yaitu; sorogan, bandongan, musyawarah/ bahtsul masa’il, pengajian pasaran, hafalan (muhafadzah), praktek ibadah, rihlah imlak, muhawarh/ muhadatsah, mudzaaroh, dan riyadhah. 55 Adapun strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Sedangkan strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian 55 tujuan. Dengan demikian penyusunan Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, INIS langkah–langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something. 56 3) Evaluasi Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus; a) Pengertian evaluasi secara umum adalah suatu usaha untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran baik yang menyangkut tentang tujuan, meteri, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun system penilaian itu sendiri. b) Pengertian evaluasi secara khusus adalah penyesuain evaluasi pembelajaran dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensiekonomis dan evaluasi program komprehensif. 56 Saifuddin Zuhri, Reformasi Kurikulum Pesantren, dalam ismail SM dkk, 2002, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Semarang & Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo & Pustaka Pelajar.103 Pada umumnya, pondok pesantren yang belum menerapkan sistem pendidikan modern belum mengenal sistem penilaian (evaluasi). Menurut Saifuddin Zuhri, kenaikan tingkat cukup ditandai dengan bergantinya kitab yang dipelajari. Santri sendiri yang mengukur dan menilai. Yaitu apakah ia cukup menguasai bahan yang lalu dan mampu untuk mengikuti pengkajian kitab berikutnya.57 Mastuhu menjelaskan evaluasi keberhasilan belajar di pondok pesantren ditentukan oleh penampilan kemampuan mengajarkan kitab kepada orang lain. Jika santri merasa puas, maka hal itu berarti santri yang bersangkutan telah lulus. Sebagai legalisasi kelulusannya adalah restu kiai bahwa santri yang bersangkutan boleh pindah mempelajari kitab yang lain yang lebih tinggi tingkatannya dan boleh mengajarkan kitab yang telah di kuasai kepada orang lain. 58 Dalam perkembangannya, pada pondok pesantren yang sudah mengadopsi sistem modern, sistem evaluasi mulai di terapkan. Dalam konsep kurikulum secara umum evaluasi terbagi dua, yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi pelaksanaan mengajar. 59 Evaluasi hasil belajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan penguasaan peserta didik terhadap pelajaran, sedangkan evaluasi pelaksanaan mengajar dilaksanakan untuk mengetahui proses pelaksanaan kurikulum yang meliputi, tujuan, isi, metode, dan evaluasi itu sendiri. 57 Saifuddin Zuhri, Reformasi Kurikulum Pesantren, dalam ismail SM dkk, 2002, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Semarang & Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo & Pustaka Pelajar, 103. 58 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. 59 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 111-112. Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian– bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. B. Karakteristik Pondok-pesantren Unggul Pondok-pesantren merupakan lembaga dan wahana pendidikan agama sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji” ilmu agama Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia,60 Pondok-pesantren pada awal berdirinya telah memberikan kontribusi nyata dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai lembaga tafaqquh fi aldin, Pondok-pesantren juga memberikan andil yang cukup besar dalam pembinaan dan pengembangan kehidupan umat Islam di Indonesia terutama dalam pendidikan Islam. Lembaga inilah yang telah memainkan peran aktif dalam upaya mencerdaskan bangsa melalui pendidikan yang diselenggarakannya. Ia adalah model sistem sosial sekaligus sebagai sistem intelektual yang pertama dan tertua di Indonesia. 60 1997), 3. Nurcholish Madjid. Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:Paramadina, Dalam Era Globalisasi yang merupakan era informasi, era kemajuan ipteks, dan era pasar bebas dibutuhkan SDM yang berkualitas. Dalam hal ini Pondok-pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan harus melahirkan insan yang mampu bersaing dalam Era Globalisasi ini dan mempunyai kapabilitas tinggi dalam menjawab peluang serta tantangan era ini dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai religious yang menjadi ciri khas Pondok-pesantren. Menurut Jamal Ma‟mur Asmani Pondok-pesantren yang unggul apabila Pondok pesantren dapat mencetak santri; 1. Mempunyai tingkat pemahaman dan penguasaan ilmu agama yang memadai. 2. Mempunyai moralitas dan mentalitas keagamaan yang matang dan teruji. 3. Mempunyai penguasaan yang luas terhadap ilmu-ilmu modernitas, seperti bahasa asing, internet, dan aneka ragam teknologi serta wacana pemikiran dunia. 4. Mampu bergaul secara luas lintas agama, ras, etnis,dan antar golongan. 5. Mempunyai tingkat ekonomi yan memadai. 6. Mampu melakukan networking (jaringan kerja). 7. Mempunyai jiwa pengabdian dan pengorbanan yang tinggi, terutama untuk memberdayakan ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, moralitas dan politik rakyat kecil. 61 61 Jamal Ma‟mur Asmani, Dialektika Pesantren dengan Tuntutan Zaman, dalam A.Z Fanani & Elly el-Fjri (ed), 2003, Menggagas Pesantren Masa Depan; Geliat Suara Santri untuk Indonesia Baru, Yogyakarta, Qirtas, 18-19. Pesantren masa depan yang unggul harus mampu melahirkan insan yang memiliki tiga karakter yaitu; a. Religious skillful people, yaitu insan muslim yang akan menjadi tenaga-tenaga terampil, ikhlas, cerdas, mandiri, iman yang tangguh, dan utuh. Sehingga religious dalam sikap dan prilaku, yang akan mengisi kebutuhan tenaga kerja di dalam berbagai sector pembangunan. b. Religius community leader, yaitu insan Indonesia yang ikhlas, cerdas dan mandiri akan menjadi penggerak yang dinamis dalam transformasi social budaya dan sekaligus menjadi benteng terhadap akses negatif pembangunan dan mampu membawakan aspirasi masyarakat, dan melakukan pengendalian social (social control) c. Religious Intelektual, yaitu mempunyai integritas kokoh serta cakap melakukan analisa ilmiah dan concern terhadap masalah-masalah social.62 C. Globalisasi 1. Pengertian Globalisasi Istilah globalisasi diambil dari kata “global”. Kata ini melibatkan kesadaran baru bahwa dunia adalah sebuah kontinuitas lingkungan yang 62 Muhammad Hadi, Otoda, Apakabar Pesantren? Sebuah refleksi kritis dan reorientasi sistem pendidikan pesantren, dalam htt;//hadiku.blogspot.com/2004/ 08/otoda-apakabarpesantren.html diakses 5 Desember 2015 terkonstruksi sebagai kesatuan yang utuh. Marshall McLuhans menyebut dunia yang diliputi kesadaran globalisasi ini global village (desa buana).63 Globalisasi yang dipopulerkan oleh Theodore Lavitte pada tahun 1985 ini telah menjadi slogan magis di dalam setiap topik pembahasan. 64 Substansi globalisasi adalah ideologi yang menggambarkan proses interaksi yang sangat luas dalam berbagai bidang: ekonomi, politik, social, teknologi dan budaya. Menurut Kamus Dewan globalisasi, globalisasi didefinisikan sebagai: fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari segi perhubungan manusia disebabkan kepantasan perkembangan teknologi maklumat. Manakala cendiakawan barat mentakrifkan globalisasi sebagai satu proses kehidupan yang serba luas dan infiniti merangkumi segala aspek kehidupan seperti politik, social, dan ekonomi yang boleh dirasai oleh seluruh umat manusia didunia ini. ini bermakna segala-galanya menjadi milik bersama dalam konsep dunia tanpa sepadan.65 Globalisasi juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses multilapis dan multidimensi dalam realitas kehidupan yang sebagian besar dikonstruksi oleh Barat, khususnya oleh kapitalisme dengan nilai-nilai dan pelaksanaannya. Di dalam dunia global bidang-bidang di atas terjalin secara luas, erat dan dengan proses cepat. Hubungan ini ditandai dengan karakteristik hubugan antara penduduk bumi yang melampaui batas-batas konvensional, seperti bangsa 63 Bruce Russelt, Harvey Harr. World Politics, the Menu for Choice. New York:W.H.Freeman & Company, 1985, 500. 64 Baharuddin Darrus, ”Pengembangan Kajian Ekonomi Islam pada IAIN di abad ke-21”, dalam Syahrin Harahap (ed.), Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998, 161. 65 http://www.nre.gov.my/English_Version/iet/iet04.htm diakses 2 Desember 2015 dan Negara. Keadaan demikian ini menunjukkan bahwa relasi antara kekuatan bangsa-bangsa di dunia akan mewarnai berbagai hal, yaitu sosial, hukum, ekonomi, dan agama. Arus globalisasi lambat laun semakin meningkat dan menyentuh hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari. 66 Globalisasi memunculkan gaya hidup kosmopolitan yang ditandai oleh berbagai kemudahan hubungan dan terbukannya aneka ragam informasi yang memungkinkan individu dalam masyarakat mengikuti gaya-gaya hidup baru yang disenangi. Globalisasi menjadi kekuatan yang terus meningkat, 67 dan dapat menimbulkan aksi dan reaksi dalam kehidupan. Globalisasi melahirkan dunia yang terbuka untuk saling berhubungan, terutama dengan ditopang teknologi informasi yang sedemikian canggih. Topangan teknologi informasi ini pada gilirannya dapat mengubah segi-segi kehidupan, baik kehidupan materiel maupun kehidupan spiritual. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di satu sisi memberikan kemudahan hidup bagi umat manusia, tetapi di sisi lain dapat menimbulkan berbagai perubahan, diantaranya pergeseran nilai. Soejatmiko menyebutkan tiga factor utama yang mendorong terjadinya perubahan, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, factor kependudukan dan ekologi (lingkungan hidup).68 66 Peter D. Sutherland.”Tantangan-tantangan Globalisasi ”, dalam Ade Ma‟ruf. Anas Syahrul Alimi (ed.) Shaping globalization. Yogyakarta: Jendela, 2000,113. 67 Dirk Mesner, ”Jawaban Kaum Sosial Demokrat atas Neoliberalisme”, dalam Shaping Globalization. Berlin: International Conference,17 and 18 of june1996, 113. 68 Soejatmiko, Manusia dan Dunia Yang sedang Berubah. Jakarta; Grafindo, 7. Globalisasi tidak dapat dihindari sama sekali sebagai sebuah realitas dunia modern. Globalisasi sekarang menjadi fenomena yang mapan69 dan menjalar di seluruh belahan bumi. Apa yang terjadi di masyarakat di suatu Negara akan dapat mempengaruhi masyarakat lain di berbagai penjuru dunia. Menurut Malcolm Waters Globalisasi adalah: A social process in which the constraints of geography on social and cultural arrangements recede and in which people are becoming increasingly aware that they are receding.70 Sebagai proses sosial yang di dalamnya terdapat desakan geografi atas penataan sosial dan budaya mulai menyusut dan masyarakat menjadi semakin sadar bahwa mereka akan mengalami penyusutan. Globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan adanya sistem satelit informasi dunia, komsumsi global, gaya hidup cosmopolitan, mundurnya kedaulatan suatu Negara kesatuan dan tumbuhnya kesadaran global bahwa dunia adalah sebuah lingkungan yang terbentuk secara berkesinambungan, 71 dan muncul kebudayaan global yang membawa pengaruh terhadap perkembagan social dan budaya yang beraneka ragam. Dari uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa era globalisasi merupakan suatu masa yang mana terjadi pengglobalan diseluruh dunia dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga sekat-sekat antar bangsa dan Negara semakin bias bahkan nyaris tidak ada. 69 Santosa H. Hamijoyo, ”Lima jurus Strategi Dasar Pendidikan Nasional dalam Globalisasi,” dalam I Nyoman Wenten, et. Al. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Daerah Bali. Bali; Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Bali.,1993/1994, 54. 70 Malcolm Waters.”Globalization”, dalam Gordon Marshall (ed.). Oxford Dictionary of Sociology. New York: Oxford University Press, 1994, 258. 71 Ibid., 259. 2. Karakteristik Globalisasi Globalisasi sarat dengan monopoli Negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Dari beberapa uraian dapat di simpulkan bahwa ciri-ciri dari globalisasi adalah: a. Keterbukaan informasi Perkembangan teknologi yang semakin canggih, sehingga tidak ada lagi batasan ruang dan waktu dalam berkomunikasi. Jika melihat di zaman ini serba mudah. Sudah dimanjakan dengan teknologi yang semakin berkembang pesat sehingga sangat memudahkan manusia dalam berinteraksi dengan yang lain tanpa melihat jarak yang jauh sekalipun. b. Kemudahan interaksi Dalam era globalisasi hubungan atau interaksi budaya antarnegara akan semakin meningkat. Melalui perkembangan media massa (televisi, koran, dan internet). Budaya bangsa lain yang dianggap bagus, modern, dan sesuai dengan zaman akan mudah ditiru. Tidak mengherankan apabila banyak anak-anak muda yang cara berpakaiannya meniru perkembangan mode di Paris atau New York. Budaya nasional yang sebenarnya bernilai tinggi dianggap kuno, tidak praktis, dan ketinggalan zaman. Saat ini kegiatan berskala internasional seperti piala dunia semakin sering dilaksanakan. Kegiatan pariwisata (turisme) pun meningkat dan semakin banyak perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain. c. Monopoli Monopoli adalah situasi yang pengadaan barang dagangannya tertentu (di pasar lokal atau nasional) sekurang-kurangnya sepertiganya dikuasai oleh satu orang atau satu kelompok, sehingga harganya dapat dikendalikan hak tunggal untuk berusaha (membuat dan sebagainya); Samir Amin dalam Asep Purnama Bahtiar mencatat lima bentuk monopoli tersebut, yaitu; 1) Monopoli di bidang teknologi; 2) Control financial terhadap pasar keuangan seluruh dunia; 3) Monopoli media dan komunikasi; 4) Monopoli akses terhadap sumber daya alam; dan 5) Senjata pemusnah missal.72 3. Dampak Globalisasi a. Dampak Positif Menurut Haidar Putra Daulay dampak dari pergaulan global yang terjadi saat ini dan masa-masa yang akan datang, 73 sebagai berikut: 1) Terjadinya pergeseran, dari konflik ideologi dan politik kearah persaingan perdagangan, investasi, dan informasi, dari keseimbangan kekuatan (Balance of Power) ke arah keseimbangan kepentingan (balance of interest). 72 Asep Purnama Bahtiar, Kemitraan dan Solidaritas di Era Globalisasi, dalam http://www.google.co.id/search?hl=id&q=tantangan+era+globalisasi&meta= diakses 4 Desember 2015 73 Haidar Daulaby, Syahrin Harahap (ed), Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta; Tiara Wacana1998, 128-129. 2) Hubungan antar Negara/ bangsa secara structural berubah dari sifat ketergantungan (dependency) kearah saling tergantung (interdependency); hubungan yang bersifat primodial berubah menjadi sifat tergantung kepada posisi tawar-menawar (begaining position). 3) Batas-batas geografi hampir kehilangan arti operasionalnya. Kekuatan suatu Negara dan komunikasi dalam interaksinya dengan Negara (komunitas lain) ditentukan keunggulan komperatif oleh kemampuannya memanfaatkan (comparative advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage). 4) Persaingan antar Negara saling diwarnai oleh perang antar penguasaan teknologi tinggi. Setiap Negara terpaksa menyediakan dana yang besar bagi penelitian dan pengembangan. 5) Terciptanya budaya dunia yang cenderung mekanistik, efisien, tidak menghargai nilai dan norma yang secara ekonomi dianggap tidak efisien.74 b. Dampak Negatif Globalisasi berdampak pada krisis akhlak yang terjadi hampir di semua lapisan masyarakat, mulai dari pelajar hingga pejabat negara. Di kalangan pelajar, misalnya, bisa dilihat dari meningkatnya angka kriminalitas yang dilakukan oleh calon pewaris masa depan bangsa ini, mulai dari kasus narkoba, pembunuhan, pelecehan seksual dan sebagainya. Demikian halnya di kalangan masyarakat dan 74 Haidar Daulaby, Syahrin Harahap (ed), Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta; Tiara Wacana1998, 128-129. pejabat Negara. Yang paling jelas adalah semakin membudayanya tindak pidana korupsi di Negara ini. Melihat potret buram ini, sejumlah kalangan mengklaim bahwa ini diantaranya disebabkan oleh gagalnya dunia pendidikan. Alasannya, pendidikan merupakan wadah untuk melahirkan manusia-manusia pelita zaman yang mampu menangkis masa depan bangsa ini dari jurang keterpurukan, baik di bidang ekonomi, social, politik, dan lebih-lebih di bidang sains dan teknologi. Artinya, tugas yang diemban institusi pendidikan, khususnya institusi pendidikan Islam, di era globalisasi ini semakin berat. Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis nilai-nilai keagamaan, pendidikan Islam tidak hanya di tuntut untuk transfer of knowledge, tetapi juga transfer of (Islam) values. Padahal, lembaga pendidikan Islam sendiri saat ini masih sedang bergelut dengan sekian permasalahan yang tak kunjung selesai meminjam istilah Abd. Rachman Assegaf, intellectual deadlock. 75 D. Relevansi Pondok-pesantren Dari dampak positif dan negatif di atas maka pesantren diharapkan menyikapi globalisasi secara kritis dan bijak. Pesantren harus mencari solusi yang benar-benar mencerahkan sehingga dapat menumbuh kembangkan kaum santri yang memiliki wawasan luas yang tidak gamang menatap globalisasi dan sekaligus tidak kehilangan identitas dan jati dirinya, pada satu sisi, dan dapat mengantarkan masyarakat menjadi komunitas yang menyadari tentang persoalan 75 Baban Suharto, Dari Pesantren untuk umat, Reinventing Eksistensi Pesantren di Era Globalisasi. Surabaya, Imtiyaz, 2011, 53. yag di hadapi dan mampu mengatasi dengan penuh kemandirian dan keadaban, di sisi lain. 76 Di sinilah pesantren dituntut untuk lebih proaktif lagi dalam pembinaan dan peningkatan kualitas moral remaja. Sebab, tidak bisa di pungkiri bahwa porsi pendidikan agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan formal sangat sedikit, kecuali di lembaga-lembaga berbasis agama mulai dari Madrasah Ibtidaiyah hingga Perguruan Tinggi Agama Islam. Memang, beban dan tantangan yang di hadapi pesantren semakin berat. Tetapi, jika bukan kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pesantren tersebut, kepada siapa lagi moralitas generasi masa depan bangsa ini dititipkan. Ini tidak berarti menafikan institusi social masyarakat dan pemerintah yang lain. Akan tetapi, dalam konteks globalisasi, pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang paling tepat untuk membentengi moral remaja Muslim. Tradisi yang dimiliki pesantren, telah memberikan peluang menyelesaikan beragam persoalan kemanusiaan, termasuk moralitas remaja. Tradisi pesantren seperti keikhlasan, kesederhanaan, keteladanan, kemandirian, dan lainnya adalah asset moral yang dapat dijadikan dasar dalam pendidikan untuk menghentikan proses penghancuran remaja yang pada mulanya berawal dari belum berhasilnya lembaga pendidikan. Tradisi tersebut perlu dirumuskan dalam suatu pola pendidikan sistematis yang dapat dikontekstualisasikan dengan hidup kekinian. Perumusan tradisi ini diharapkan dapat menumbuhkan moralitas universal yang bernilai islam. Harapan 76 Abd. A‟la, Pembaharuan Pesantren.Yogyakarta, LKiS, 2006 berikutnya adalah tumbuhnya kemampuan untuk mengembangkan hal-hal baru yang lebih baik. Dengan demikian, paradigma pesantren mempertahankan tradisi lama yang masih relevan dan mengambil pemikiran baru yang lebih baik. E. Kurikulum Pondok-pesantren yang relevan dengan Era Globalisasi Persoalan pendidikan yang selalu menjadi sorotan tidak diperbincangkan. Ini tidak berarti bahwa dimensi-dimensi pendidikan lainnya menjadi tidak penting untuk diperbincangkan. Sorotan kurikulum tidak lepas dari asumsi bahwa kurikulum merupakan dominan inti dalam proses belajar mengajar. Lebih dari itu, kurikulum diyakini sangat menentukan terhadap corak out put pendidikan suatu negara. Parahnya, setiap kali ada masalah sosial, seperti maraknya korupsi, kekerasan, dekadensi moral, konflik sara, dan lain-lain, maka yang kena getahnya adalah kurikulum. Para pemikir kemudian beramai-ramai mengusulkan perubahan isi kurikuum. Diantaranya, ada yang menginginkan perlunya memasukkan pendidikan antikorupsi, wawasan multikulturalisme, dan antiterorisme dalam kurikulum pendidikan kita. Pada umumnya kurikulum pesantren mempunyai beberapa bidang ilmu. Pertama bidang teknis yaitu fiqh, ilmu tafsir, mawaris, ilmu falaq, dan sebagainya. Kedua bidang hafalan, yaitu pelajaran Al-Qur‟an, ilmu bahasa arab dan ketiga, ilmu yang bersifat membina emosi keagamaan seperti aqidah, tasawuf dan akhlaq.77 77 Ibid, …, 125. Melihat kurikulum yang demikian, dimana pesantren hanya akan mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan, seperti kitab kuning yang seolah memanjakan santri untuk menganggap cukup mendalaminya dan berhenti di situ saja. Kitab kuning membahas seluruh dimensi kehidupan, dunia dan akhirat.78 Padahal, santri harus bijak merespon fakta sosial yang terus bergulir dengan tanpa memaksakan sesuatu yang memang sudah tidak bisa dijawab dengan referensi kitab kuning. Di sini, santri harus cerdas memberikan terobosanterobosan up date sesuai prinsip-prinsip yang dicantumkan dalam kitab kuning. Untuk membelaki santri terkait dengan kitab kuning sebagai ciri pesantren, maka desain kurikulum perlu rancang dengan memperhatiakan ruang lingkup, scope dengan memperhatikan tujuan yang diharapkan, dan disesuaikan dengan sequence-nya. Serta dibutuhkan perubaham paradigma kepemimpinan dari yang instruktif-kharismatik menjadi pola kepemimpinan kolegial, demokratis, delegatif, visioner, dan transparan. Standar pesantren berbasis mutu, yang akan menghasilkan out put yang kompetitif dan berkualitas sebagaimana menjadi harapan kita bersama. Sebagai implementasinya, para santri sekarang tidak hanya dibekali ilmuilmu agama sebagai bekal di akherat kelak, namun juga harus dibekali alat untuk hidup didunia berupa materi kurikulum yang komprehensif yang berfungsi memberdayakan kemampuan head (pikiran), heath (perasaan) dan hand (keterampilan) yang dalam istilah sekarang dibekali dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan kinistetik (keterampilan). 78 M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet I, 2006, 295. BAB III PROFIL LOKASI PENELITIAN A. Sejarah singkat dan perkembangan Pondok Pesantren Al-Manar 1. Rintisan Awal Tahun 1914-1950 Pondok pesantren Al-Manar terletak di desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Pondok pesantren Al-Manar di dirikan oleh kyai Djalal Suyuthi, banyak para santri yang ingin ngaji dari sekitar desa Bener, sehingga dikenalah adanya santri kalong. Namun karena banyaknya santri yang berdatangan dan menginginkan proses belajar mengajarnya lebih berjalan efektif dan efisien sehingga belajar ilmu pengetahuan bisa dengan baik, maka Kyai Djalal Suyuthi yang berasal dari Magelang mengadakan musyawarah dengan pemuka agama, serta para Kyai pada tahun 1914 didirikanlah pondok pesantren yang akan digunakan sebagai tempat pemondokan. Djalal Suyuthi adalah seorang Ulama, masyarakat telah memberinya gelar Kyai sebagai ungkapan rasa hormat dan pengakuan atas perilaku keteladanan, amaliyah serta ajaran yang diberikan kepada santri-santrinya, beliau menunaikan ibadah haji pada tahun 1914 M. Setelah K. H. Djalal Suyuthi tinggal bersama keluarganya di Petungsari/ Bener, Ia mendirikan Pondok Pesantren dilengkapi dengan masjid sebagai pusat kegiatan pesantren dan mengajar para santri (tahun 1926). Ia juga seorang Ulama pejuang bagi kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tahun 1950 K. H. Djalal Suyuti, kesehatan beliau sering terganggu. Karena usia sudah begitu tua, ditambah dengan aktivitas kesehariannya mengurus dan mendidik para santri. Waktu itu kegiatan pesantren sudah dibantu oleh kedua putra mahkotanya: yaitu Muhammad Duri dan Muhammad Asyhuri (putra kedua dan ketiga). Pada kepemimpinan Kyai Djalal Suyuthi ini Pondok pesantren mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan oleh kondisi bangsa Indonesia yang berada pada tangan penjajahan. Dan yang lebih tragis adalah pada tahun 1942-1946 pondok pesantren mengalami kemacetan total yang disebabkan oleh tekanan penjajahan Jepang. Baru pada permulaan tahun 1950 kehidupan pondok pesantren kembali normal lagi. Pada pagi hari Rabu Pon tanggal 20 Oktober 1950, K. H. Djalal Suyuti meninggal dunia, Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un. Sepeninggal K.H. Djalal Suyuthi kepemimpinan pondok pesantren dipegang oleh K.H. Duri yang merupakan putra K.H. Djalal Suyuthi. Pada kepemimpinan K.H. Duri berlangsung hingga tahun 1963 dengan jumlah santri berkisar antara 50-70, dan pondok pesantrennya diberi nama pondok pesantren As-Suyuthiyah. Nama tersebut diambil dari nama pendirinya yaitu K.H. Djalal Suyuthi. 79 2. Tahun 1963-1982 Generasi selanjutnya Setelah K.H. Duri meninggal, yaitu pada tahun 1963 pondok pesantren berada pada kepemimpinan K.H. Syuhudi, yang merupakan adik K.H. Muhammad Duri. 79 Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al manar, Pondok Pesantren Al-Manar, Semarang 2011, 1. Kepemimpinan beliau sampai pada tahun 1982. Pada kepemimpinan beliau ini pondok pesantren mengalami resesi sebagaimana pondok pesantren yang lain, yang kemungkinan disebabkan oleh kondisi perpolitikan di Indonesia. Sebagai puncak dari resesi tersebut terjadi pada tahun 1975, Jumlah santri hanya tinggal 23. Baru setelah pondok pesantren kepemimpinannya dipegang oleh K.H. Fathurrohman kehidupan pondok pesantren mulai normal. Dan nama pondok pesantren diganti dengan menjadi Al-Manar, nama ini diambil dari nama group orkes gambus di desa Bener yang ketenarannya sampai daerah Jawa Timur yaitu pada tahun 1960 s.d. 1975. As-Suyuthiyah sebenarnya adalah nama Jam‟iyyah Thoriqoh Nashabbandiyyah yang didirikan oleh K.H. Asyhuri yang mengambil nama ayahandanya K.H. Djalal Suyuthi. Nama jam‟iyyah yang dinisbahkan kepada nama ayahnya, karena sebagian besar dan mulanya peserta jam‟iyyah ini adalah hanya dari keluarga besar Bani Djalal suyuthi. Kemudian jam‟iyyah ini berkembang pesat sampai ke luar daerah, dikenal banyak orang, dan karena waktu itu K.H. Asyhuri masih selaku pengasuh Ponpes yang membantu kakaknya K. Duri, maka jam‟iyyah ini semakin dikenal dan akhirnya dilegitimasikan sebagai nama pondok yang diasuhnya, Pesantren As-Suyuthiyyah.80 3. Tahun 1982-1992 Pada kepemimpinan K.H. Fathurrohman ini kondisi pondok pesantren direnovasi dengan memugar masjid lama (yang didirikan oleh K.H. Djalal Suyuthi pada tahun 1914), 80 Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al manar, Pondok Pesantren Al-manar, Semarang 2011, 7. menambah bangunan pondok pesantren, sekaligus memasukkan pendidikan formal ke dalam lingkungan pondok pesantren. Pada tahun 1985 didirikan Madrasah Tsanawiyah pada tahun 1990 didirikan Madrasah Aliyah. K.H. Fathurrohman merupakan Kyai yang bukan hanya mengajarkan kitab-kitab klasik anasich, tetapi juga seorang politikus. Hal tersebut nampak sekali pada kalangan politik di kalangan eksekutif, yaitu dengan andilnya beliau sebagai anggota DPR II Kab. Semarang. Gambus Al-Manar adalah sejenis kelompok/ grup kesenian masyarakat yang sudah ada sejak tahun 1944 yang mana kesenian ini beranggotakan dari keluarga Bani Djalal dibantu warga sekitar pesantren. Gambus ini dipelopori juga oleh K. Moh Suhudi, K. Fatkhurrahman, dan Bpk. K. Bisry, dibantu oleh Bpk. Khumaidi, Bpk. Mudzakir, Bpk. Bardi, Bpk. Baidlowi, Bpk. Jamal (TNI), dll. Sedangkan syair-syair yang dibawakan oleh gambus Al-Manar adalah syair-syair Padang Pasir dan Langgam Jawa dengan diiringi alat-alat tradisional dan modern. Sebenarnya waktu itu masih ramai diperdebatkan di kalangan Ulama‟ tentang ke-halalan atau ke-haraman sebagian jenis musik, seperti: seruling. Tetapi bagi kelompok ini semua itu tidak diambil suatu halangan untuk menyiarkan syair-syair islam dalam gubahan bentuk lagu padang pasir yang diiringi alat musik tersebut, justru diambil hikmah dan maslakhah dari adanya perdebatan pendapat tersebut. Perjalanan Gambus Al-Manar terus maju dan berkembang, bahkan semakin diminati banyak penggemar, sehingga waktu itu Gambus Al-Manar sudah tidak lagi asing namanya se Karesdenan Semarang, bahkan sering memenangi lomba seni masyarakat antar Karesidenan. K. Fatkhurrahman yang termasuk salah satu anggota Gambus Al-Manar, bahkan beliau sering menjadi vokalnya, sedikit banyak telah ikut membesarkan dan mengibarkan nama jenis kesenian ini. Suaranya yang bagus lagi merdu itu telah membawa harumnya nama gambus ini. Pernah sewaktu ketika beliau masih mondok, setiap kali pulang dari pesantren, tak jarang beliau diminta langsung untuk menjadi vokalnya. Gambus Al-Manar merupakan suatu jenis kesenian masyarakat yang sudah mengorbit namanya, dan juga telah membuat penggemar, sehingga ketika K. Fatkhurrahman menjadi pengasuh ponpes dan kebetulan ketika itu nama pesantren belum cukup dikenal. Di samping K. Fatkhurrahman sendiri sangat antusias dan fanatik dengan Gambus ini juga dengan nama yang sudah mengorbit sampai ke Jawa Timur dan bikin penggemar, nama Gambus Al-Manar ini dijadikan nama pesantren dengan maksud pertama; sebagaimana alasan di atas. Kedua ; K. Fatkhurrahman dimaksudkan bahwa nama Al-Manar adalah sebuah nama yang mempunyai arti filosofi sangat tinggi untuk orientasi keilmuan santri. Al-Manar diartikan sebagai Tempat Pembakaran/ Tempat Penggodokan/ Kawah Condro Dimuko dll. Dengan kata lain para santri dimaksudkan menjadi santri yang benerbener santri yang siap pakai, matang mental keilmuan dan pengetahuannya setelah keluar dari pondok pesantren. 81 81 Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al manar, Pondok Pesantren Al-manar, Semarang 2011, 9. 4. Tahun 1992-2000 Dengan sepeninggalnya K.H. Fathurrohman pada tahun 1992 kepemimpinan pondok pesantren dilanjutkan oleh menantu beliau yaitu K. Muhammad Imam Fauzi. Bapak K. Muhamad Imam Fauzi melanjutkan perjuangan mertuanya di pondok pesantren Al-Manar dengan menjadikan mengembangkan Madrasah Aliyah yang sudah ada menjadi Madrasah Aliyah Khusus, begitu juga kurikulum pondok pesantren diadakan pembenahan. Bapak K. Muhamad Imam Fauzi sebelumnya juga nyantri di pondok pesantren Al-Manar ini. Putra al- maghfurlah Bpk. K.Soekarno (pengasuh pondok pesantren Poncol Bringin sekarang) ini menikah dengan putri pertama abah Fatkhurrahman yang bernama Siti Fatikhah Ulfah dan pernikahan beliau (Ky Imam Fauzi) menurunkan empat keturunan: Iffah Fauziyah, Nur Faizatul Lathifah, Itqon Faza „Arrof, dan Rahma Adabiyah Fauziyah. Bapak K. Muhamad Imam Fauzi menjadi pengasuh ponpes Al-Manar sejak tahun 1993 (setelah wafatnya Ky Fatkhurrahman) sampai dengan tahun 2000. Selama dan kepengasuhan beliau banyak sekali kemajuan yang telah dicapai, baik itu kuantitas santri yang tiap tahun bertambah banyak, penambahan gedung belajar, asrama baru santri, bahkan dibukanya jenjang pendidikan formal tingkat SLTA yaitu Madrasaha Aliyah (MAK) tahun 1994/ 1995 yang sebelumnya Madrasah Aliyah (MA). Beliau dikenal sangat alim, cerdas, ahli fiqih, tafsir dan ilmu falaq. Bahkan beliau sabar terhadap para santri, belum pernah beliau berkata kasar atau menyakitkan hati para santri. Tidak hanya itu, hubungan ke masyarakat beliau yang sungguh tawadlu‟ kepada siapapun, tidak memandang tua atau muda kecil atau besar, kaya atau miskin, pejabat maupun rakyat, semuanya beliau selalu menunduk ketika menyapa bermushofakhah. Namun Allah menghendaki lain umur beliau tidak panjang, selama tujuh tahun Bapak K. Muhamad Imam Fauzi mengasuh Al-Manar. Beliau wafat pada hari kamis, tangal 11 Mei 2000 bertepatan dengan tanggal 6 Shofar 1421 H pukul 06.00. Bapak Kyai Muhammad Imam Fauzy sebelumnya sakit selama 6 hari berbaring di rumah sakit Boyolali. Allah telah menggariskan hidup Kyai M. Imam Fauzi sampai berusia 35 tahun. Kamis sore pukul 17.00 kurang 10 menit, tanggal 11 Mei 2000/ 6 Shofar 1421 H, Kyai M. Imam Fauzi meninggal. Innaa Lillahiwa Inna Ilaihi Roji’uun. Injih-injih, itulah kalimat yang sering biasa didengar dari Ulama besar penuh tawadlu‟ di Kabupaten Semarang. Ungkapan yang menunjukkan sifat tawadlu‟ dan sopan santun, tanpa memandang di balik itu tersimpan kelembutan dan kewibawaan. Banyak Ilmu yang di pelajari di Pondok-pesantren Al-Manar, akan menjadi warisan culture (budaya) yang me-madani, falsafah yang selalu diajarkan kepada santri. Seperti pepatah jawa “ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake” akan tetap diamalkan. Meninggalnya beliau tak akan menjadikan kami terlena, mengabaikan tujuan suci kami menuntut ilmu, menjadi anak sholeh, baik, berbakti kepada orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Gugur satu bangkitkan generasi seribu, long live my monk, long live Al-Manarku. 82 5. Tahun 2000 - Sekarang (2015) Sepeninggal Bapak K Muhammad Imam Fauzi kepemimpinan dipimpin oleh K. As’ad Haris Nasution. Yang merupakan putra dari K. Fatkhurrohman. Sampai sekarang, kepemimpinan Pondok-pesantren masih berada di tangan K. As’ad Haris Nasution. Pondok-pesantren Al-Manar Bener dibangun diatas tanah seluas 7.000 m2. Tanah tersebut diperoleh dari sesepuh desa Bener yang mewakafkan tanahnya kepada Pondok-pesantren Al-Manar dan juga program pembelian dari Yayasan Al-Manar. Pondok-pesantren Al-Manar terletak di Desa Bener, letak geografis Desa Bener adalah sebagai berikut: a. Batas bagian barat : Perumahan penduduk b. Batas bagian utara : Jalan projo c. Batas bagian timur : Sawah penduduk d. Batas bagian selatan : Sawah penduduk Dalam keseharian Pondok-pesantren Al-Manar di jalankan oleh pengurus pesantren.83 Adapun struktur pengurus Pondok-pesantren Al-Manar sebagai berikut; a) Susunan Pengurus Pesantren 82 Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al Manar,(Pondok Pesantren Al-Manar, Semarang 2011) hlm, 12. 83 Wawancara dengan Itqon Faza „Arof Putra Ibu Nyai pengasuh Pondok Pesantren Al manar, 15 Maret 2016. SUSUNAN KEPENGURUSAN PUTRA PONDOK PESANTREN AL-MANAR PERIODE 2010-2015 Pengasuh : 1. K. As’ad Haris Nasution 2. Nyai Fatikhah Ulfah 3. K. Fatkhurrohman Ketua : 1. Ahmad Mustafid, S.PdI 2. Lutfi Maulana Sekretaris : 1. M Khoirul Umam, S.PdI Bendahara : 1. Slamet Riadi Seksi-seksi : Pendidikan : 1.Lutfi Maulana 2. Nailul Huda Dakwah Islamiyah : 1. Zumro’an 2. Ahmad Khanif Zuldani Kebersihan dan Kesehatan : 1. Abdilah Khoirun Nafi’ 2. Labib Mustofa Koperasi dan Kesejahteraan : 1. Sutopo Humas : 1. Asmu’i 2. Arwani Sarana Prasarana : 1. Arif Hidayatullah 1. Kamaludin : 1. Abdul Latif.84 Keamanan SUSUNAN KEPENGURUSAN PUTRI PONDOK PESANTREN AL-MANAR PERIODE 2010-2015 Pengasuh : 1. K. As’ad Haris Nasution 2. Nyai Fatikhah Ulfah 3. K. Fatkhurrohman Ketua : 1. Nikmatul Istiqomh 2. Arum Indrayanti Sekretaris 84 : 1. Nur Ainun Jariyati Dokumen pondok pesantren putra-putri Al-Manar Bendahara : 1. Siti Choiriyah Seksi-seksi : Pendidikan : 1.Syarifatun Nurul M 2. Ariyanti Dakwah Islamiyah : 1. Irma Nur rochmah 2. Ana Zuhrotun Nisa Kebersihan dan Kesehatan : 1. Nurul Mutmainah 2. Nur Chasanah Koperasi dan Kesejahteraan : 1. Anik Fatma Humas : 1. Atik Zakiyah 2. Rif’a Muafia Sarana Prasarana : 1. Irma Nur 2. Isna Nur Keamanan : 1. Qurnia Nur b) Keadaan Santri Jumlah santri Pondok-pesantren Al-Manar adalah 353 orang terdiri dari 150 santri Putra dan 203 santri Putri. Dari jumlah santri tersebut tinggal di asrama yang disediakan pesantren, kecuali beberapa santri yang berasal dari Desa Bener dan sekitarnya. Mereka melaju dari rumah masing-masing, disamping sekolah formal mereka juga mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan oleh pesantren. Tabel 3.1.Jumlah Santri No Jenis kelamin Jumlah 1 Putra 150 2 Putri 203 Jumlah 353 Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015 Tabel 3.2 Daerah Asal Santri No Asal Daerah Jumlah 1 Sumatra 15 2 Kalimantan 2 3 Jawa Tengah 272 4 Jawa Timur 2 5 Jawa Barat 72 Jumlah 353 Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015 Tabel 3. 3.Pekerjaan Orang Tua Santri No Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Petani 170 2 Pedagang 130 3 Pegawai 6 4 Guru 10 5 Swasta 25 6 Kyai 7 7 Pamong Desa 5 Jumlah 353 Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015 Mengenai masalah umur, sebagaimana pada kebanyakan pesantren termasuk Pondok-pesantren Al-Manar Bener tidak mempunyai standar atau batas minimal atau maksimal. Hanya saja pada umumnya yang masuk adalah tamatan Ibtidaiyah/Sekolah Dasar, tetapi ada juga yang tamatan SMP/ MTs, SMA / MA setingkatnya. Sedangkan mengenai latar belakang keluarga santri adalah sebagai petani, pedagang, pegawai, guru, swasta, kyai dan pamong desa. Dapat di lihat bahwa latar belakang keluarga para santri sangat heterogen, dan yang menduduki rangking tertinggi mereka adalah dari keluarga petani. c) Aktifitas harian Secara kronologis kegiatan atau aktivitas santri Pondok-pesantren Al-Manar selama 24 jam dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.4.Kegiatan Harian Jam/Waktu Jenis Kegiatan 04.30 – 04.45 Jamaah sholat subuh 04.45 – 06.00 Pengajian sorogan 07.00 – 12.00 KBM MI, MTs, MA dan MAK 08.00 – 10.00 Pengajian bandongan kurikulum ma’had & sholat dhuha 12.00 – 12.30 Jamaah sholat dhuhur 13.30 – 15.00 KBM Madin jam I 15.00 – 15.30 Jamaah sholat asar 15.30 – 16.45 KBM madin jam II 17.00 – 17.30 Pengajian bandongan 17.45 – 18.15 Jamaah sholat magrib 18.15 – 19.00 Pengajian sorogan 19.00 – 19.20 Jamaah sholat isak 19.45 – 21.00 Takror/musyawaroh/Bahsul masail 21.15 – 22.00 Pengajian bandongan ( Qur’an&Hadits ) Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015 Dari data di atas maka dapat ketahui bahwa kegiatan yang paling pokok adalah belajar dikelas sesuai dengan jenjangnya. Sedangkan pada sore hari para santri diwajibkan mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar Madrasah Diniyyah (KBM Maddin) AlManar sebagai program kurikulum Ma’had. Pengajar dari santri yang sudah lulus dari Madrasah Diniyyah. Disamping kegiatan harian juga ada kegiatan yang sifatnya pekan, bulanan, bahkan tahunan. Jadwal kegiatan tersebut tertera dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.5.Kegiatan Pekan Jam/Waktu Jenis Kegiatan Ahad pagi 05.00 – 08.30 Pengajian bandongan & jamaah Sholat dhuha Ahad 09.00 – 12.00 Pelatihan Menjahit, Bengkel, Las, Sepak Bola senin 19.45 – 21.00 Albarjanji antar kamar kamis 16.30 – 17.30 Ziarah kemakbaroh kamis 18.00 – 20.00 Mujahadah kubro jum’at 05.00 – 06.00 Mujahadah as-ma’ul husna jum’at 14.00 – 17.00 Pelatihan Menjahit, Bengkel, Las, Volly jum’at 15.30 – 17.15 Pengajian bandongan jum’at 19.45 – 21.00 Khitobah antar kamar Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015 Tabel 3.6. Kegiatan Bulanan Waktu Setengah bulan sekali Jenis Kegiatan Khitobah & membaca Al-Barjanji umum (kubro) Satu bulan sekali Pertemuan pengurus Tiga bulan sekali Pertemuan pengasuh, pengurus dan seluruh santri Enam Bulan Sekali Imtihanul Awwal (test) Maddin (Robi’ul awal & Sya’ban) Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015 Tabel 3.7.Kegiatan Tahunan NO Jenis Kegiatan 1 Penerimaan santri baru pada tiap-tiap tahun pelajaran baru 2 Pada tiap bulan Sya’ban diadakan pengajian akbar (Akhirussanah) 3 4 Pertemuan wali santri dan ramah-tamah dengan wali santri Bersama-sama dengan akhirussanah diadakan Khoul K.H Djalal Suyuthi Satu tahun sekali diadakan pertemuan dan ramah tamah santri alumni Al-Manar Setiap dua tahun diadakan reformasi struktur ma’had serta programnya. 5 Training centre pembekalan santri alumni (mutakhorij) dalam eksistensinya dimasyarakat Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015 Jika diamati maka para santri disamping mendapatkan pendidikan formal juga diberikan pelajaran tambahan seperti pendidikan keterampilan, berpidato, Olahraga. Semua itu dimaksudkan untuk mendidik para santri agar terampil dalam berbagai bidang. Lebih dari itu yang seniorpun tetap mendapat bimbingan dan pengarahan dari pengasuh untuk meningkatkan kemampuannya dalam membimbing adik-adiknya. d) Berbagai Tata Cara atau Peraturan yang berlaku Karena keadaan santri sangat majemuk, dalam arti berasal dari jawa, Sumatra, Kalimantan bahkan dari Papua, untuk menghindari timbulnya rasa kedaerahan atau provinsialisme yang tidak sehat di kalangan para santri Pondok-pesantren Al-Manar, maka mereka di dalam asrama dicampur atau dibaurkan dengan santri dari daerah lain. Untuk mengontrol kedisiplinan santri dalam mematuhi tata tertib Pondok-pesantren, pengurus mengadakan absensi setiap hari. Mengenai perizinan, para santri tidak diperkenankan meninggalkan komplek Pondok-pesantren kecuali telah mendapatkan surat izin dari pengurus yang telah ditanda tangani oleh pemimpin. Sedangkan untuk santri putri harus diketahui oleh pengasuh. Izin keluar hanya diberikan pada hari jum’at (hari libur). Untuk izin pulang kerumah, hanya diberikan minimal satu bulan sekali, kecuali telah dijemput orang tuanya atau orang yang telah diberi kuasa olehnya (wali). Dengan adanya berbagai tata cara atau peraturan yang berlaku di dalam pondok pesantren tersebut, menuntut para santri agar hidup teratur, bersih, disiplin, punya rasa tanggung jawab, suka kebersamaan dan menjauhkan dari sifat individualisme. Kesemuanya itu adalah merupakan salah satu usaha mendidik, membimbing, merealisasikan apa yang telah di peroleh santri Pondok-pesantren Al-Manar dalam kehidupan sehari-hari. e) Keadaan Guru / Ustadz Guru atau ustadz yang mengajar di Pondok-pesantren Al-Manar seluruhnya ada 46 orang. Dari jumlah tersebut ada yang mengajar beberapa yang Pondok-pesantren selain di Al-Manar. Mengenai latar belakang pendidikan mereka kebanyakan lulusan dari Pondok-pesantren dan lulusan Perguru Tinggi serta sebagian guru masih berstatus mahasiswa yang memanfaatkan waktu luangnya untuk mengajar. 85 Guru praktek yang di maksud adalah santri yang telah menamatkan pendidikannya di pesantren selama enam tahun, kemudian dikenai kewajiban mengajar minimal satu tahun sebagai pengabdiannya kepada pesantren dan selain mengajar dikelas mereka diberi tugas untuk mengawasi dan membimbing para santri dalam melaksanakan kegiatan selama dua puluh empat jam. Guru praktek ini meski statusnya masih santri tetapi mereka tidak dikenai kewajiban administrasi. B. Tujuan Pondok-pesantren Al-Manar pada Masa Sekarang Menurut Khozin, terdapat 3 hal yang berkaitan erat dengan sistem pendidikan pesantren, yaitu tujuan, kurikulum, dan metode pengajaran. 86 Tujuan pendidikan pesantren merupakan setiap maksud dan cita-cita yang ingin di capai pesantren, terlepas apakah cita-cita tersebut tertulis atau hanya disampaikan secara lisan. Berdasarkan penelitiannya, Mastuhu mendefinisikan bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmad kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi bukan rasul, yaitu menjadi 85 Observas pengurus Pondok Pesantren Al-Manar pada tanggal 27 Des 2015. 86 Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, Malang, UMM, 2001, 67. pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad SAW, (mengikuti sunah Nabi). Mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Isam dan kejayaan umat Islam di tengahtengah masyarakat (izzul Islam wal Muslimin), dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Islam. Idealnya pengembangan kepribadian yang ingin dituju, ialah kepribadian muhsin, bukan sekedar muslim. 87 Maka untuk mengembangan lembaga Pondok-pesantren kearah yang lebih maju, K. As‟ad Haris NF merumuskan Visi dan Misi Pondok-pesantren AlManar,88 sebagai berikut; 1. Visi Terwujudnya insan yang memiliki keseimbangan Spiritual, Intelektual, dan Moral menuju generasi ulul albab yang berkomitmen tinggi terhadap kemaslahatan Umat dengan berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah. 2. Misi Menyelenggarakan proses pendidikan Islam yang berorientasi pada mutu, berdaya saing tinggi, dan berbasis pada sikap Spiritual, Inetelektual dan Moral guna mewujudkan kader umat yang menjadi rahmatan lil alamin. 87 88 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta; INIS, 1994, 55-56. Tim, Buku ADART Yayasan Al manar,1990, Mengembangkan pondok pesantren dengan era globalisasi pada masa yang akan datang secara islami guna menciptakan generasi anak yang siap menjalani kehidupan nantinya di masyarakat. Meningkatkan citra positif lembaga pendidikan Pondok-pesantren yang berwawasan luas, teknologi Informasi serta berbudaya modern yang Islami. 3. Tujuan Tercapainya manusia yang berilmu dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia dan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang plural berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok-pesantren Al-Manar adalah: (1) Kemasyarakatan Yaitu segala apa yang sekiranya akan dialami oleh santri dan masyarakat, itulah yang diberikan Pondok-pesantren kepada mereka. Segala tindakan dan perbuatan yang ada di Pondok-pesantren ini semuanya akan menjadi pembelajaran dalam hidup atau dalam masyarakat. Pendidikan ini dimaksudkan agar apabila santri nanti hidup bersama masyarakat tidak akan canggung. Karena kenyataan bahwa setiap orang mempunyai kepribadian sendiri-sendiri, latar belakang yang berbeda, lingkungan kehidupan yang beraneka ragam serta rancangan masa depan yang berlainan, maka pendidikan mental, semangat juang dan kebesaran jiwa sangat diperlukan. Selanjutnya para santri bebas untuk memilih sendiri pegangan hidup yang sesuai dengan dirinya. (2) Latihan Hidup Sederhana Di Pondok-pesantren Al-Manar para santri dibiasakan hidup sederhana dalam segala hal termasuk juga makan, minum dan berpakaian. Sederhana bukan berarti miskin, tetapi kesederhanaan adalah pokok keberuntungan serta salah satu cara mendidik hidup yang jujur. Sebaliknya hidup mewah mengajak kearah kejahatan yang menyebabkan orang lupa kepada rasa kemanusiaan, rasa tanggung jawab dan rasa syukur. Itulah sebabnya para santri dididik untuk hidup sederhana sehingga menimbulkan keberanian untuk hidup di dalam berbagai keadaan. (3) Tidak Berorientasi Pada Salah Satu Golongan Pendidikan dan pengajaran di Pondok-pesantren Al-Manar sama sekali tidak ada hubungannya dengan partai atau kelompok jamaah tertentu. Hal ini senantiasa dijaga dan dilaksanakan agar para santri bisa berfikir bebas. Dengan demikian setelah para santri meninggalkan Pondok-pesantren, mereka bebas memilih faham atau aliran. (4) Niatnya Untuk Ibadah Pondok-pesantren Al-Manar mendidik agar para santri giat dalam mencari ilmu dengan niat suci beribadah untuk memenuhi perintah agama. Tentang nantinya akan menjadi petani, pegawai, pengusaha, pedagang dan sebagainya tidak menjadi dasar fikiran dan perhitungan. Sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan dan arah pendidikan tersebut, adalah dengan jalan membangun suasana kehidupan yang dijiwai oleh panca-jiwa pondok. Hal ini selaras dengan slogan-slogan yang sangat terkenal di kalangan para santri yaitu “Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikir bebas”, sehingga lahir manusia yang cakap, penuh dedikasi, trampil dan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan yang akan dijumpainya di dalam masyarakat kelak. 89 C. Sarana dan Prasarana Pondok-Pesantren Al-Manar Dalam mendukung kegiatan belajar mengajar di Pondok-pesantren, tentunya juga membutuhkan fasilitas yang berupa fasilitas fisik. Adapun sarana prasarana yang me-fasilitasi dalam kegiatan tersebut di Pondok-pesantren Al-Manar adalah sebagai berikut: 1) Sarana Bangunan a. Masjid 1 buah b. Perpustakaan 1 buah c. Gedung pertemuan 1 buah d. Rumah Kyai 2 buah 89 Wawancara dengan K.As’ad Haris N, di kediaman beliau, Pondok-pesantren putraputri Al-Manar e. Asrama santri 2 buah, yang terdiri dari dua belas kamar putra dan empat kamar putri. f. Ruang tamu 3 buah g. Ruang Pertemuan 2 buah h. Aula 2 buah i. Kantor sekretariat pondok pesantren 2 buah j. Ruang ustadz 2 buah k. Bangunan kelas 12 buah l. Kantin dan dapur 2 buah 2) Sarana Pendukung a. Bak Penampungan air 4 buah b. Kolam perikanan 1 buah c. Lapangan Volly 2 buah d. Tenis Meja 2 buah e. Meja belajar f. Alat-alat perkantoran g. Alat keterampilan, kesenian, olah raga dan sebagainya. 90 3) Kegiatan ekstra Pondok-pesantren Al-Manar Tabel 3.8. Kegiatan Ekstra 90 Observas pengurus Pondok Pesantren Al-Manar pada tanggal 27 Des2015. Hari Waktu Jenis Kegiatan Jum’at Jam 13.00-15.00 Qiro’ah (seni Baca Al-Qur’an) Jum’at Jam 13.00-15.00 Pramuka, Menjahit, Tata Boga. Kamis Jam 21.00-23.00 Rebana Ahad Jam 08.00-12.00 Sepak bola, Bola Voly. Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015 D. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar Model Kelembagaan Pondok-pesantren Al-Manar di bawah naungan Yayasan AlManar, di kategorikan menjadi pendidikan formal dan non formal. Dan di antara tujuan serta isinya; 1) Tujuan Tujuan dari kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar adalah mewujudkan pembelajaran kepada santri yang pada akhirnya santri akan menjadi santri yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Dalam kaitan ini secara lebih khusus lagi, Pondokpesantren Al-Manar diharapkan berfungsi mencetak genersi yang berakhlakul karimah. Dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan dan akhlaknya, para santri lulusan dari Pondok-pesantren Al-Manar diharapkan mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya. Di sini, para santri diharapkan dapat memainkan fungsinya. Selain itu juga kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar bertujuan untuk menciptakan santri yang mandiri dan kultur Pondok-pesantren Al-Manar yang cukup menonjol yang mempunyai swakarya dan swadaya keterkungkungan kultural maupun pemikiran untuk kalangan pesantren merupakan penilaian publik yang sebetulnya tidak terlalu jauh dengan kondisi nyatanya. Sehingga pada akhirnya lulusan Pondok-pesantren Al-Manar bisa menyebarluaskan agama Islam di lingkungan dimana santri itu tinggal. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar mengikuti Pondok-pesantren Lirboyo (MHM) dan Pondok-pesantren Al-Ittihad Poncol, Bringin Kab. Semarang, yaitu menggunakan sistem klasik dan menggunakan sistem klasikal. Adapun kitab-kitab yang dikaji adalah kitab kitab kunin/ klasik. Bapak Najmudin Al Hafidz mengatakan “Secara kurikulum Pondokpesantren Al-Manar, menerapka kurikulum yang menonjolkan keilmuan Ke Islaman, baik yang formal maupun non formalnya, dengan pendidikan agamanya seimbang dengan pendidikan umumnya”.91 2) Isi Isi kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar adalah rumusan kompetensi materi yang diberikan kepada santri untuk bahan belajar mengajar guna mencapai tujuan. Isi kurikulum memiliki kriteria yang membantu perencanaan pada kurikulum. Adapun pendidikan non formal dan struktur kurikulumnya terdiri dari; a) Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah, Wustho & Ulya 91 Wawancara dengan M. Najmudin Al Hafidz Putra menantu Al Magfurlah K M Imam fauzi. Di kediamannya 12 Januari 2016 Tabel 3.9. Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Awaliyah Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775.92 Alokasi Waktu No A. B. Persia pan I II III IV 1. Al-Qur’an Hadis 2 4 4 4 4 2. Akidah Akhlak 2 3 3 3 3 3. Fiqih 1 2 2 2 2 4. Sejarah Kebudayaan Islam - 2 2 2 2 5. Bahasa Arab 2 2 3 3 2 6. Praktek Ibadah 4 3 3 3 3 1. Hafalan Surat Pendek & Ayat Pilihan 1 1 1 1 2. Imla’/Tahsinul Khot 1 1 - - - - - - Mata pelajaran Muatan Lokal 3. BCM C. Kelas Komponen Pengembangan Diri 1. Khitobah 2. Kaligrafi Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 92 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren AlManar, 1999 Tabel 3.10. Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Wustho Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 KELAS No A. B. C. Komponen I II III 1. Al-Qur’an Hadis 4 4 4 2. Akidah Akhlak 3 3 3 3. Fiqih 3 3 3 4. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2 5. Bahasa Arab 2 2 2 6. Praktek Ibadah 4 4 4 1. Hafalan Surat Pendek & Ayat Pilihan 2 2 2 2. Imla’/Tahsinul Khot 1 1 - 1. Khitobah 2. Kaligrafi Mata pelajaran Muatan Lokal Pengembangan Diri Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 Tabel 3.11. Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Ulya Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 KELAS No Komponen I A. Mata pelajaran II III B. C. 1. Al-Qur’an Hadis 4 4 4 2. Akidah Akhlak 3 3 3 3. Fiqih 3 3 3 4. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2 5. Bahasa Arab 2 2 2 6. Praktek Ibadah 4 4 4 1. Hafalan Surat Pendek & Ayat Pilihan 2 2 2 2. Imla’/Tahsinul Khot 1 1 - 1. Khitobah 2. Kaligrafi Muatan Lokal Pengembangan Diri Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 b) Pondok Pesantren Putra-putri Tabel 3.12. Struktur kurikulum Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 Alokasi Waktu Kelas No Komponen Takh asus A. AlJuru AlImri miyah 4 thi Al fiyah I Al fiyah II 4 4 4 Mata pelajaran 1. Nahwu 2 2. Sorof 3. Fiqih 4. Tafsir 5. Usul Fiqih 6. Hadist . 7. Taukhid 8. Tasawuf/ Etika 9. Tarikh JUMLAH JAM 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 - 2 2 2 2 - 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 21 22 22 13 22 Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 3) Bahan Beberapa bahan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar ; a. Ilmu Aqidah/ Ilmu Tauhid Yaitu ilmu yang membahas tetang kepercayaan kepada Allah. Aqidah diambil dari bahasa Arab, asal kalimat ialah aqada dipindahkan menjadi aqidah, artinya ikatan.93 Yang dimaksud ikatan disini adalah ikatan manusia dengan sang pencipta atau Allah SWT. Bagi santri yang harus di tanamkan pertama kali adalah keimanan kepada Allah SWT. Selain itu juga santri diajari dengan ilmu ketauhidan, sehingga dengan di tanamkan 93 Rohadi abdul Fatah, “Rekonstruksi Pesantren Masa Depan” dari Tradisional, Modern, Hingga Post Modern, Jakarta; Listafarika Putra, 2008, Cet II, 35. keimanan yang betul maka kedepannya santri akan menjadi santri yang selalu beriman kepada Allah SWT. Adapun literatur yang di ajarkan di Pondok-pesantren yang berkaitan dengan ilmu taukhid mulai di ajarkan dari tingkat kelas satu kitabnya Aqidatul Awam, Badiul Amali, Kharidatul Bahiyah, Jawahirul Kalamiyah, Tijanu AlDarari, Al-Sanusiyah. Tabel 3.13. Nama kitab Taukhid yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok-pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS NAMA KITAB 1 SATU Aqidatul Awam 2 DUA Badiul Amali 3 TIGA Kharidatul Bahiyah 4 EMPAT Jawahirul Kalamiyah 5 LIMA Tijanu Al-Darari 6 ENAM Al-Sanusiyah 7 TUJUH - 8 DELAPAN - KET Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 b. Ilmu bidang Tajwid (Al-Qur’an) Ilmu tajwid ini yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara membaca Al-Qur’an dengan benar (fasih) dalam setiap ucapan setiap hurufnya (makhraj), dan jaudah (baik) dalam (persambungannya). 94 Tujuan dari mempelajari ilmu tajwid ini diantaranya, agar santri dapat membaca Al-Qur’an dengan benar (fasih), mengetahui hukum-hukum bacaan dalam Al-Qur’an, mengetahui perbedaan-perbedaan pembacaan Al-Qur’an menurut Imam tujuh atau dikenal dengan qira’ah sab’ah . Kitab-kitab yang dipelajari di Pondok-pesantren Al-Manar dalam ilmu tajwid adalah syifa al-Jinan, Nadzam Hidayat al-Syibyan, Tuhfatul Athfal, Hidayatul Mustafidz, fathul Manan. Tabel 3.14. Nama kitab Tajwid yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS 1 SATU Syifa al-Jinan 2 DUA Nadzam Hidayat al-Syibyan 3 TIGA Tuhfatul Atfal 4 EMPAT Hidayatul Mustafidz 5 LIMA fathul Manan 6 ENAM - 7 TUJUH - 94 NAMA KITAB KET Rohadi abdul Fatah, “Rekonstruksi Pesantren Masa Depan” dari Tradisional, Modern, Hingga Post Modern, Jakarta; Listafarika Putra, 2008, Cet II, 36. 8 DELAPAN - Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 c. Ilmu bidang Akhlaq/ Tasawuf Ilmu ini mempelajari tata cara berlaku dalam kehidupan sehari-hari/ tatakrama, sifat-sifat mahmudah.95 Sehingga nantinya agar santri menjadi muslim yang ber-akhlakul karimah baik dalam hubungannya dengan Allah (hablum minallah/ hubungan fertikal), dengan sesama manusia (hablum minannass/ hubungan horizontal) serta alam hubungan dengan alam sekitar/ makhluk lainnya. Selain itu para santri diharapkan memiliki wawasan akhlak yang lebih menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan sehingga perilaku mereka dihiasi oleh akhlak al-karimah yang dibimbing oleh hati. Adapun literatur kitab yang dikaji di Pondok-pesantren Al-Manar dari tingkatan awal adalah kitab Akhlaq lil Banin dan Banat, Taysir al-Khallaq, Ta’lim al-Muta’alim, Bidayatul al-Hidayah, Risalatul Mu’awanah, Nashaih al Diniyyah, Al Riyadh al-Badi’ah. Kifayatul Atkiya, Is’adur rofiq. Tabel 3.15. Nama kitab Akhlak/ Tasawuf yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS 1 SATU - 2 DUA Taysir al-Khallaq 95 NAMA KITAB Rohadi abdul Fatah, …37. KET Akhlaq lil Banin/ Banat 3 TIGA 4 EMPAT Ta’lim al-Muta’alim 5 LIMA Ta’lim al-Muta’alim 6 ENAM Risalatul Mu’awanah 7 TUJUH - 8 DELAPAN - Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 d. Ilmu Bahasa Arab (Nahwu–Sharaf) Bahasa Arab yang diajarkan di Pondok-pesantren Al-Manar terfokus kepada pengkajian “ilmu alat” yang biasanya meliputi ilmu Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan Manthiq (logika). Ilmu nahwu adalah; ب يُعْ َرفُ ِب َها اَحْ َوا ُل آَ َواخ ِِر ْال َكل ِِم ِ ع ِْل ٌم ِباُص ُْو ٍل مُسْ َت ْن َط ِة ِمنْ َق َوا ِع ِد ْال َع َر إعْ َرابًا َو ِب َنا ٌء Ilmu nahwu adalah Ilmu tentang pokok-pokok yang diambil dari qaidah-qaidah Arab, untuk mengetahui keadaan akhirnya kalimat dari segi I’rab dan mabni.96 Ilmu nahwu sangat penting bagi para santri, karena manfaat Ilmu Nahwu agar mampu memahami bahasa arab dan struktur kalimahnya yang menjadi bahasa AlQur'an dan Al-Hadits, yang keduanya adalah dasar tuntunan hidup umat islam. Salah 96 Kitab Taqrirot Al Fiyyah, 02. dalam membaca suatu harakat dalam dalam bahasa Arab dapat merubah arti dan maksudnya bahkan bisa bertentangan. Ilmu nahwu sangat penting sekali, Ilmu nahwu adalah "Babul 'ulumuusy syar'iyyah" artinya pintu gerbang Ilmu - Ilmu syariat yang berbasis kitab kuning/ kitab gundul. Akan menemui jalan buntu orang yang melangkah menuju ilmu agama jika belum menguasai ilmu nahwu. Jadi mempelajari ilmu nahwu itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, harus mempelajari ilmu nahwu terlebih dahulu sebelum mengetahui ilmu agama yang lain. Sedangkan Ilmu Sharaf adalah ilmu usul (kaidah-kaidah) untuk mengetahui bentuk-bentuk kalimat bahasa arab (Sighat, Bina, Waqi’, dll) tanpa memandang kalimat tersebut mabni atau mu’rab. Seperti bentuk Tatsniyah, Jama’, Tasghir, Nasab dan I’lal. Bisa masuk dalam kalimat Isim Mutamakkin dan kalimat Fi’il tidak dalam kalimat huruf. Ilmu Sharaf sangat penting bagi para santri, karena manfaat Ilmu Sharaf agar mampu memahami bahasa Arab dan struktur kalimahnya yang menjadi bahasa AlQur'an dan Al-Hadits. Ilmu nahwu di Pondok-pesantren Al-Manar di ajarkan mulai kitab Awamil Al Jurjan, Nahwu Wadhih, Qawaidul I’lal, Amthilatut Tashrifiyah, Mattan al-Jurumiyah, Syarh al-Jurumiyah, Mattan dan Syarah al-Imrithi, Mattan dan Syarah al-Fiyah Ibn Malik, Jawahirul Maknun dan Tashilu Nailil Amaniy. Tabel 3.16. Nama kitab Nahwu/ Bahasa Arab yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok-pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS NAMA KITAB 1 SATU Nahwu Wadhih 2 DUA Qawaidul I’lal 3 TIGA Awamil Al Jurjan 4 EMPAT 5 LIMA Mattan dan Syarah al-Imrithi 6 ENAM Mattan dan Syarah al-Fiyah Ibn Malik 7 TUJUH Mattan dan Syarah al-Fiyah Ibn Malik 8 DELAPAN KET Mattan al-Jurumiyah Tashilu Nailil Amaniy. Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 e. Ilmu Fiqih Ilmu fiqih adalah ilmu yang membahas tentang segi-segi praktis dalam hubungan manusia dengan Allah (ibadah) dengan manusia (mu’amalah, munakahat, jinayat).97 Sedangkan yang ditonjolkan dari ilmu fiqih ini dari segi formal dan lahiriyah hubungan tersebut. Tujuan santri belajar ilmu fiqih ini agar santri dapat menjalankan hukum-hukum syari’at Islam dengan baik dan benar berdasarkan tuntunan yang telah ada. Kitab–kitab yang digunakan diantaranya kitab Mabadi’ul Fikih dan Fikih Wadhih, Safinatun Naja, 97 Rohadi Abdul Fatah, …37. Kasifatu Saja, Riyadhal Badi’ah, Sulamu Munajat, Fatkhul Qarib, Fatkhul Mu’in, Fatkhul Wahab. Tabel 3.17. Nama kitab Ilmu Fiqih yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS NAMA KITAB 1 SATU Mabadi’ul Fikih dan Fikih Wadhih 2 DUA Safinatun Naja 3 TIGA Kasifatu Saja 4 EMPAT 5 LIMA Fatkhul Qarib 6 ENAM Fatkhul Mu’in 7 TUJUH Fatkhul Mu’in 8 DELAPAN KET Sulamu Munajat Fatkhul Wahab. Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 f. Ilmu Usul Fiqih Usul fiqih membahas dasar-dasar dan metode untuk menarik (istinbath) sebuah hukum. Sedangkan tujuan santri belajar ilmu usul fiqih, santri diharakan dapat mengetahui proses bagaimana sebuah hokum dihasilkan, dari sejak menetapkan masalahnya, pencarian dasar-dasarnya, penetapan alasan-alasanya, serta bagaimana alasan itu diolah hingga sampai kepada keputusan tertentu. Literatur kitab yang di kaji Mabdi’u Awwaliyah, As Sullam, Al-Bayan. Tabel 3.18. Nama kitab Usul Fiqih yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS NAMA KITAB 1 SATU - 2 DUA - 3 TIGA - 4 EMPAT - 5 LIMA Mabdi’u Awwaliyah 6 ENAM As Sullam 7 TUJUH Al-Bayan. 8 DELAPAN - KET Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 g. Ilmu Tafsir Ilmu Tafsir yaitu Ilmu yang dapat menjelaskan hukum-hukum dan hikmah- hikmah dalam Al-Qur’an, dan dapat diketahui maksud kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw.98 Dalam pengajaran ilmu tafsir, penekanan utama diberikan kepada santri agar mengetahui: 98 Rohadi Abdul Fatah,… 38. Kedudukan suatu kata dalam struktur kalimat, mengetahui dan membedakan makna mufradat ayat-ayat Al-Qur’an baik ditinjau dari segi sharaf maupun persamaan makna katanya. 1) Asbabun Nuzul, makkiyah-madaniyah, serta nasakh-mansukh suatu ayat. 2) Kandungan utama ayat itu secara tekstual maupun kontekstual sehingga santri menemukan relevansi ayat itu dalam realitas kehidupan. 3) Perbandingan penjelasan makna ayat-ayat Al-Qur’an dengan kitab tafsir lain. 4) Yang dibaca ditekankan pada kitab tafsir yang bercorak hokum (tafsir ahkam). Adapun kitab yang di gunakan yaitu; Tafsir Juz Amma, Tafsir Surat Yasin, Tafsir Jalalain, Tafsir al-Maraghi. Tabel 3.19. Nama kitab Ilmu Tafsir yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS NAMA KITAB 1 SATU - 2 DUA Tafsir Juz Amma 3 TIGA Tafsir Juz Amma 4 EMPAT 5 LIMA Tafsir Jalalain 6 ENAM Tafsir Jalalain 7 TUJUH Tafsir Jalalain 8 DELAPAN Tafsir Surat Yasin, Tafsir al-Maraghi KET Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 h. Hadist Hadist adalah ilmu yang membahas tentang kandungan-kandungan yang ada pada hadist. Adapun santri belajar hadist di tingkat awal, bertujuan untuk memperkenalkan hadist dengan menonjolkan kandungan materinya. Materi yang di paparkan adalah materi tingkat dasar, seperti iman, islam, ikhsan, akhlak. Hadisnya yang pendek dan konsentrasinya berpusat pada matan. Sedangkan santri tingkat menengah mempelajarinya di tekankan pada sanad, kandungan matan, rijal al hadist. Untuk santri tingkatan lanjut mempelajari hadist secara lengkap, tujuannya adalah penguasaan lengkap terhadap hadist yang dipelajari, yang meliputi pengetahuan tentang sanad dan variasi sanadnya, sosok dan karakter perawinya, cara perawinya, serta matan dan variasinya serta asbab al wurudnya dan materi kandungannya. Adapun literature kitab yang di gunakan dari tingkat awal sampai tingkat atas al-Arb’in An-Nawawi, Syarah Abi Jamrah, Bulughul Maram, Jawahirul Bukhari, Tajridus Sharih, Shahih Bukhari, Shahih Muslim. Tabel 3.20. Nama kitab hadist yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS NAMA KITAB 1 SATU - 2 DUA - 3 TIGA al-Arb’in An-Nawawi 4 EMPAT 5 LIMA - 6 ENAM Bulughul Marom 7 TUJUH Bulughul Marom 8 DELAPAN Jawahirul Bukhori KET Syarah Abi Jamrah Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 i. Ulumu Hadist Ilmu-ilmu hadist atau Ulumul Hadits adalah ilmu tentang seluk beluk Hadits. Ilmu hadits biasanya diberikan kepada santri tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Materinya meliputi seluk beluk hadits, dari mulai posisinya sebagai sumber hukum, sejarah penulisnya, kualitas dan jenisnya, baik dilihat dari segi matan, sanad, atau keduannya, kitab-kitabnya, perawi-perawinya dan seterusnya. Untuk tingkatan lanjutan juga mempelajari Takhrij al-Hadits, yaitu bagaimana menetapkan kualitas hadits berdasarkan metode-metode yang ada untuk menentukan status dan kualitas hadits. Adapun literatur kitab yang di gunakan Minhat al-Mughits karya al-Hafidz Hasan al-Mas’udi, ‘Illm Mushtalah al-Hadits. Tabel 3.21. Nama kitab Ulumul Hadist yang di gunakan di Pondok Pesantren AlManar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS NAMA KITAB 1 SATU - 2 DUA Arbain Nawawi 3 TIGA Arbain Nawawi 4 EMPAT - 5 LIMA - 6 ENAM Minhat al-Mughits 7 TUJUH ‘illm Mushtolah al-Hadits. 8 DELAPAN KET - Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 j. Tarikh (Sejarah Islam) Ilmu Tarikh di ajarkan untuk mengenal secara kronologis pertumbuhan dan perkembangan umat Islam semenjak masa Rosulullah hingga masa kehidupan Turki Usmani. Dengan demikian santri akan memahami sejarah dari awal perkembangan sejarah islam dari nabi sampai sekarang. Sedangkan Kitab-kitab yang dipelajarari diantanya adalah kitab Khulashah Nurul Yaqin, Sirah Nabawiyah, Sirah ibn Ishaq. Tabel 3.22. Nama kitab Tarikh (Sejarah Islam) yang di gunakan di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775 NO KELAS NAMA KITAB KET 1 SATU - 2 DUA - 3 TIGA Khulashah Nurul Yaqin juz 1 4 EMPAT Khulashah Nurul Yaqin Juz II 5 LIMA Khulashah Nurul Yaqin Juz III 6 ENAM Sirah Nabawiyah 7 TUJUH Sirah ibn Ishaq. 8 DELAPAN - Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999 4) Cara di Pondok-pesantren Al Manar ; Adapun cara penerapan kurikulum dalam pengajaran di Pondok-pesantren AlManar ada dua komponen yang digunakan, yaitu metode dan evaluasi. a. Metode yang digunakan adalah; 1. Bandongan Sistem bandongan atau dikenal juga dengan sistem weton. Metode bandongan atau weton adalah sistem pengajaran secara kolektif yang dilakukan di pesantren. 99 Dalam sistem ini sekelompok santri (antara lima sampai dengan lima ratus) santri mendengarkan seorang guru yang membaca, menterjemahkan, menerangkan, dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap santri 99 Ismail SM, “Pengembangan Pesantren Tradisional”, dalam Ismail SM (ed), Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2002, Cet I, 67. memperhatikan kitabnya sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. 100 Metode wetonan adalah metode yang didalamnya terdapat seorang kiai yang membaca kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan kiai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif. 101 Dalam sistem bandongan di Pondok-pesantren Al-Manar, kitab yang di kaji adalah kitab Is’adurrafiq, Ar-Ruh, Jalalain, Fatkhul Mu’in. Kyai membacakan Kitab tersebut, terus seluruh santri mengartikan kitabnya dengan bahasa Arab pegon. Santri tidak harus menunjukkan bahwa ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para kyai biasanya membaca dan menterjemahkan kalimat-kalimat secara cepat, dan tidak menterjemah kan kata-kata yang mudah. Dengan cara ini, kyai dapat menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam jangka waktu yang singkat. Sistem bandongan ini lebih efektif diterapkan kepada santri tingkat menengah dan tingkat tinggi. 2. Sorogan Sistem sorogan menekankan kepada bimbingan secara individual. Sistem sorogan ini merupakan sistem yang sangat sulit, karena dituntut adanya kedisiplinan, kesabaran, kerajinan, ketaatan yang intens dari setiap santri yang mengikutinya. Di 100 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta LPS, 1985, cet IV, 28. 101 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, Cet I, 26. samping itu banyak yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri pada tingkat selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya santri - santri yang telah menguasai bahan pelajaran pada sistem sorogan inilah yang dapat memetik keberhasilan pada sistem bandongan di Pondok-pesantren. Sistem sorogan dinilai lebih efektif sebagai sistem pendidikan pada taraf permulaan santri mengikuti pendidikan di Pondok-pesantren. Mengenai materi yang sudah lazim diajarkan di Pondok=pesantren, mengambil kitab-kitab karangan para ulama. Dan untuk dapat memahami kitab-kitab tersebut para santri yang duduk pada kategori kelas awaliyah dibekali dengan materi penguasaan nahwu (tata bahasa), sharaf (etimologi), misalnya kitab al-Jurumiah, al-Imriti, dan alFiyah serta Amtsilatul Tasrifiyah (sebuah kitab kecil yang membahas dari segi etimologi). Setelah itu santri dituntut untuk menerapkannya dalam pemahaman pada teks-teks kitab klasik yang meliputi fikih, ushul fikih, hadits, tafsir, tasawuf, tauhid serta tarikh. Yaitu dengan diadakan evaluasi secara mandiri, santri di suruh membacakan, mengartikan, menjelaskan kitab kosongan di simak oleh ustadz. Kitab yang di pergunakan untuk sorogan sesuai tingkatnya, misalnya untuk kitab fiqih ( Safinatun Najah, Riyadhal Badi’ah, Sulam Taufiq, Fatkhul Qarib, Fatkhul Mu’in). 3. Diskusi (Musyawarah) Seperti metode musyawarah (diskusi). Metode diskusi disajikan dengan cara mengajak para santri meumbahas masalah-masalah-masalah terteintu secara kelompok biasanya harus menyampaikan hasil musyawarah kelompoknya, kemudian dibahas bersama dengan hasil kelompok lain. Metode ini biasanya digunakan bila materi pelajaran terdapat banyak kesulitan dan perlu dibicarakan bersama. Seluruh santri wajib mengikuti kegiatan ini baik dari tingkatan bawah sampai atas. Waktunya adalah pada malam hari pukul 20.00WIB sampai 22.00WIB, satu minggu 2 kali yaitu malam ahad dan malam kamis. Bertempat di kelas masing-masing sesuai tingkatan jenjang kelasnya. 4. Takror (Pengulangan Pelajaran oleh santri) Takror (pengulangan pelajaran oleh santri dilakukan secara bersama dalam satu kelas dan di buat secara berkelompok terjadwal). Metode takror adalah metode mengajar dengan cara mengulang-ulang pelajaran yang telah disampaikan pada siang hari kemudian kegiatan takror dilakukan pada malam hari. Materi yang dibahas sama persis dengan materi yang disampaikan guru pada siang hari. Metode ini dipakai untuk setiap materi pelajaran. Jadi tidak ada satupun materi pelajaran yang tidak dibahas kembali metode ini. 5. Muhafadzah (Menghafalkan Bait/ Syair/ Nadham) Metode muhafadzah adalah metode mengajar yang ditempuh dengan cara santri disuruh menghafalkan materi pelajaran yang diberikan guru. Materi yang dihafalkan biasanya berupa syair-syair yang disertai dengan terjemahannya. Pada metode ini siswa diharuskan mampu menghafal materi pelajaran dalam batas waktu tertentu. Biasanya santri disuruh ke depan kelas untuk menghafalkan materi pelajaran tertentu dan guru mencatat setiap kemajuan yang dicapai oleh santri. 102 6. Tadribat Sedangkan metode tadribat adalah metode yang ditempuh dengan cara guru memberikan soal-soal latihan kepada santri pada setiap materi pelajaran. Biasanya metode ini diberikan jika satu pokok bahasan selesai, baik di dalam kelas secara langsung maupun berupa pekerjaan rumah. Beberapa metode pengajaran yang disampaikan sebagaimana dijelaskan di atas, mempunyai ciri khas baik dalam tujuan dan fungsinya maupun cara penggunaannya. Jika metode-metode yang diterapkan dalam pesantren tersebut dikaitkan dengan metode mengajar secara umum (dalam pendidikan umum), maka akan ditemukan beberapa kesesuaian meskipun tidak berarti sama sekali. Metode bandongan sebagai ciri khas metode pengajaran di pesantren yang teknik penyampaiannya dengan cara guru membacakan kitab dan santri hanya mendengarkan, menyimak dan mencatat hal-hal penting meskipun kadang-kadang kurang tahu betul yang diterangkan oleh guru, ada kemiripan dengan metode ceramah yang dipakai dalam pendidikan persekolahan pada umumnya. Perbedaannya adalah, kalau metode ceramah biasanya santri diberikan kesempatan oleh guru untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami, tetapi metode 102 2015. Wawancara dengan Pengurus pondok pesantren Al-manar pada taggal 27 September bandongan guru sama sekali tidak memberi kesempatan untuk bertanya, sehingga bisa saja terjadi setelah usai pelajaran adan santri yang tidak paham sama sekali tentang pelajaran yang diberikan guru. Yang merupakan metode khas pesantren lain adalah metode sorogan. Metode ini memang agak kurang relevan jika diterapkan dalam pengajaran di sekolah umum. Walaupun metode ini cukup efektif dalam mentransferkan setiap materi pelajaran dan melatih setiap santri untuk disiplin dan tanggung jawab secara pribadi namun sangat membutuhkan banyak waktu, karena setiap santri harus ditangani secara sendiri-sendiri. Dan itu akan mambutuhkan banyak biaya, disamping muatan kurikulum juga memungkinkan untuk tidak terselesaikan dengan tuntas. Adapun metode-metode yang lain, seperti musyawarah, takrar, muhafadzah, dan tadribat, karena sedikit banyak merupakan metode yang mengacu pada metode pangajaran pada umumnya, maka sudah barang tentu banyak kesamaan-kesamaan meskipun tidak semuanya relevan jika diterapkan pada sistem pengajaran pada sekolah umum. Misalnya adalah metode takrar dan muhafadzah, metode mengulang-ulang pelajaran secara mendetail seperti diatas jarang diterapkan di sekolah formal pada umumnya, karena terlalu banyak makan waktu di mana hal ini akan menghambat tercapainya target kurikulum. Yang jelas, masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Agar metode tersebut betul-betul dapat digunakan sebagai media yang efektif maka cara penggunaannya harus tepat, sehingga justru tidak menjadi penghambat. b. Evaluasi yang digunakan Pendidikan pesantren yang belum mengadopsi sistem pendidikan modern belum mengenal sistem penilaian (evaluasi).103 Sehingga untuk evaluasi diserahkan kepada ustadz/ pengajar pembelajaran. Sedangkan untuk evaluasi yang digunakan di Pondok-pesantren Al Manar adalah sistem evaluasi tuntas learning/ sistem tuntas pembelajaran, kenaikan tingkat cukup ditandai evaluasi dengan bergantinya kitab yang dipelajari. Santri sendiri yang mengukur dan menilai, yaitu apakah ia cukup menguasai bahan yang lalu dan mampu untuk mengikuti pengajian kitab berikutnya disebut dengan tuntas learning. Atau bisa santri mengulang kembali kitab yang dikaji sampai santri menguasai kitab. Masa belajar tidak ditentukan waktu tamat tidak dibatasi sehingga memberikan kelonggaran pada santri untuk meninggalkan pesantren setelah merasa puas terhadap ilmu yang telah diperolehnya dan merasa siap terjun di masyarakat. Teks-teks kitab yang telah dipelajari oleh santri, akan dibaca ulang bersamasama dengan kawan setelah mereka kembali ke kamar masing-masing atau kadangkadang di depan kyai atau guru, sampai benar-benar dimengerti dan dijadikan pedoman berfikir dan bertingkah laku. Mereka dituntut untuk mengaplikasikan pelajaran yang diterimanya sehingga kitab-kitab itu merupakan himpunan kodifikasi tata nilai yang dianut oleh masyarakat pesantren. Sehingga pemberian pengajian oleh kyai kepada santrinya bisa merupakan proses pembentukan tata nilai Islam yang terwujud dalam tingkah laku sehari-hari mulai dari cara-cara melakukan ibadah ritual sampai kepada 103 Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: Dharma Bhakti, 1399, 52. ketentuan-ketentuan tata pergaulan masyarakat. Dan kyai dalam hal ini merupakan personifikasi utuh dari sistem tata nilai itu yang juga turut melengkapi kedudukan kitab tersebut. Inilah kemudian yang disebut pola kehidupan santri. Evaluasi pendidikan pesantren cenderung kepada proses penilaian terhadap bagaimana cara santri mengaplikasikan tata nilai yang terdapat di dalam kitab-kitab yang telah mereka pelajari bersama-sama dengan kyai atau guru mereka. Evaluasi tidak mengutamakan pencapaia sekor secara tertulis dalam bentuk angka-angka. Akan tetapi aplikasi tata nilai terutama mengarah kepada bagaimana setiap santri mengamalkan ajaran agama Islam dalam bentuk ibadah ritual dan tata cara bergaul dengan sesama santri, pergaulan mereka dengan kyai, keluarga kyai serta masyarakat umum di sekitar pesantren. Akan tetapi untuk sekarang, sistem evaluasi di buat mengikuti seperti tes formalnya, yaitu diadakan tes tertulis yang di lakukan setiap akhir semester. Dengan materi-materi yang mereka pelajari sesuai tingkatan. Disamping itu juga ada tes praktikum. Yaitu dengan cara mempraktekan materi ibadah yang di tentukan oleh ustadz, sehingga santri dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka pahami. Pada akhirnya evaluasi di tentukan dengan pencapaian skor nilai. 5) Landasan kehidupan santri Kehidupan dalam Pondok-pesantren di jiwai oleh suasana yang dapat disimpulkan dalam pancajiwa pondok sebagai berikut: a. Dakwah Islamiyah. Model Pondok-pesantren Al-Manar adalah pesantren salaf. Yaitu pesantren yang menkaji "kitab-kitab kuning" (kitab kuna). Pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional yang berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode. Di pesantren salaf, hubungan antara Kyai dengan santri cukup dekat secara emosional. Kyai terjun langsung dalam menangani para santrinya. 104 b. Jiwa Keikhlasan Segala gerak dan kegiatan di Pondok-pesantren Al-Manar didasarkan dan dilaksanakan dalam suasana keikhlasan yang mendalam atau dengan niat ibadah mencari keridhoan Allah semata. Dengan demikian terdapatlah suasana hidup yang harmonis antara kyai yang disegani dan santri yang taat penuh cinta dan hormat. c. Jiwa Kesederhanaan Segenap santri dididik untuk hidup sederhana tetapi berjiwa besar dan dinamis. Kesederhanaan yang mengandung ketabahan hati, penguasaan diri dan keberaniaan hidup di dalam berbagai keadaan. 104 https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren diakses 5 agustus 2015. d. Jiwa Menolong Diri Sendiri Segala aktivitas dan kebutuhan hidup di Pondok-pesantren dilakukan, di cukupi dan diatur sendiri oleh segenap penghuni dan keluarga pesantren secara gotong royong, juga Pondok-pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan, tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan orang lain, tetapi dalam hal ini tidak bersikap kaku. e. Jiwa Ukhuwah Diniyah Segenap santri serta keluarga Pondok-pesantren Al-Manar hidup dan bergaul dalam suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang akrab berdasar kesadaran beragama yang mendalam. f. Jiwa Kebebasan Pesantren sebagai lembaga pendidikan swasta bebas dari berbagai ikatan dengan organisasi politik dan organisasi masa manapun, tetapi dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik. Santri bebas menentukan jalan hidupnya dan lapangan usahanya di masyarakat nanti. E. Sejarah singkat dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah 1. Rintisan awal tahunn 1953 Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah Blater terletak di desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah Blater di rintis oleh Kyai Ali Mas’udd, yang pada awalnya ada seorang bernama K M Darjis dari Banyubiru yang menikah dengan gadis desa Blater yang kemudian menetap dan memyebarkan agama Islam di Desa Blater. Kemudian M. Darjis mempunyai seorang putri yang akhirnya dinikahkan dengan Ali Mas’ud dari Banyubiru yang masih familinya. Ali Mas’ud inilah yang menjadi Kyai Ali Mas’ud. Kyai Ali Mas’ud beserta istrinya pada tahun 1963 mendirikan sebuah Pondok-pesantren yang bernama Pondok pesantren Blater. Kyai Ali Mas’ud mengajak seorang temannya yang bernama Muhtarom sekaligus menjadi santri pertama di pondok tersebut. 105 2. Tahun 1969-1990 Karena jumlah santri yang semakin lama semakin bertambah, maka pada tahun 1969 resmi mendirikan bangunan Pondok-pesantren Blater yang berupa papan dan bambu yang mempunyai 20 kamar dan pada saat itu pula dimulai program pengajian pesantren bandungan dan sorogan. Pada tahun ini Pondok pesantren Blater hanya diasuh dan dibina hanya dengan satu tenaga pengajar yaitu K. Ali Mas’ud sendiri. Karena bangunan tersebut tidak dapat bertahan lama maka, pada tahun 1978 bangunan tersebut diganti dengan bangunan tembok dengan 10 kamar yang menampung kurang lebih 300 santri. Dulu pondok pesantren Blater hanya menerima santri putra kemudian pada tahun 1982 sampai tahun 1988 santri putri dari berbagai daerah berdatangan yang baru pada tahun 1990 dapat dibangun pondok pesantren putri. Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah memulai sistem pendidikan formal ala pesantren pada tahun 1989 dengan jejang Ibtidaiyyah dan Tsanawiyyah. Karena jumlah 105 Tim Tamatan 2015,Biografi K.H Ali Mas’ud, Cuilan sketsa panjang Mbah Mas’ud, Semarang: PUSTAKA Blater, 2015. santri yang semakin bertambah maka pengasuh menambah lokasi pondok putra dan merehab pondok putri menjadi dua lantai. Kemudian Pondok-pesantren yang dahulu bernama Pondok-pesantren Blater diubah namanya menjadi Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah. Pondok-pesantren menambah satu program pesantren yang dahulu Ibtidaiyyah diganti dengan Madrasah Tingkat Ula sedangkan untuk Tsanawiyyah diganti dengan Madrasah Tingkat Wustho dan ditambah satu jenjang lagi yaitu tingkat Aliyah ( Ulya ). Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah terletak di tengah-tengah rumah penduduk Desa Blater Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. 106 Kemudian Pondok-pesantren diresmi dan dibadanhukumkan. Kegiatan Pendidikan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah mempunyai program-program pendidikan yang sama dengan pendidikan di Pondok-pesantren lain, seperti halnya pengajian kitabkitab, nahwu, sharaf, tajwid, taukhid dan lain-lain yang kesemuanya ini masuk dalam pendidikan formal pesantren. Pondok-pesantren juga mengelola pendidikan santri tahasus, yaitu santri yang sepenuhnya mendalami kitab kuning serta praktek ibadah. Di samping itu Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah juga bekerja sama dengan Departemen Agama Tingkat Kabupaten dalam program Wajib Belajar 9 tahun ( Wajar Dikdas 9 Tahun ) sebagai bentuk kepedulian Pondok-pesantren untuk mensukseskan program pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 3. Tahun 1990-2016 (Sekarang) 106 Tim Tamatan 2015, Biografi K.H Ali Mas’ud, (Buku) Cuilan sketsa panjang Mbah Mas’ud, Semarang: PUSTAKA Blater, 2015. Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah telah berhasil menyusun dan mengesahkan program-program dalam Pondok-pesantren yang berupa Program Madrasah Diniyyah yang terbagi dari Kelas Ula, Wustho, dan Ulya. Disamping itu pondok pesantren Al Mas’udiyyah juga meningkatkan daya mutu santri dalam berbahasa, sehingga dibentuklah Program penggunaan tiga bahasa dalam percakapan sehari-hari. Sebagai pesanten yang telah melakukan inovasi, pondok pesantren juga menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan minat dan bakat para santri. Keterampilan dan usaha yang dimiliki, di bidang pertanian dan peternakan. Pesantren juga bekerja sama dengan Dinas Perdagangan Kab Semarang untuk pembelajaran santri dalam bidang pembuatan tempe, tahu, dan limun. Keterampilan lain adalah tata busana, pertukangan, perikanan, perbengkelan, tata rias, kaligrafi , dan komputer. Ada juga pendidikan formal. Untuk saat ini persyaratan bagi calon santri yang ingin nyantri di Pondokpesantren Al Mas’udiyyah ini harus mendaftarkan diri dengan menyerahkan data santri seperti halnya seorang siswa mendaftarkan di sekolah-sekolah umum. Santri yang akan masuk di Tingkat Wustha ( Wustha )harus menyerahkan foto copy ijazah tanda kelulusan Tingkat Ula ( Ibtida ) yang sudah di legalisir dari sekolahannya masing-masing, sedangkan untuk masuk ditingkat Ulya harus menyerahkan ijazah tanda kelulusan di Tingkat Wustha (Tsanawiyah). Meskipun demikian, pondok pesantren ini tidak berbeda dari pondok pesantren yang lainnya karena semua kegiatan sekolah tetap dijalankan seperti biasanya yaitu malam hari dimulai dari puku 20.00 WIB sampai dengan pukul 23.00 WIB. Sedangkan kegiatan di siang hari hanya untuk muthola’ah (Musayawarah) kitab-kitab kuning dan pelajaran yang lain. Sebagai pesanten yang telah melakukan inovasi, Pondok-pesantren juga menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan minat dan bakat para santri. 4. Susunan Pengurus Pesantren SUSUNAN KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN AL-MAS’UDIYYAH PUSAT Penasihat : 1. H Ahmad Afifudin 2. KH Murodi 3. K. Mukhtar Abimaya 4. Ust.H Zaenal Arifin, S.PdI Pengasuh : 1. KH. Fatkhurrohim 2. KH. Ahmad Fauzan Ketua Umum : Ust. H An’im Aba Abdillah Muhammad Krd Keamanan : Ust. Halim Abdurrohman asar SUSUNAN KEPENGURUSAN HARIAN PONDOK PESANTREN AL-MAS’UDIYYAH PUTRA PERIODE 2015-2016 M/ 1436-1437 H Ketua : Muhammad Khafidhin Sekretaris : 1. Dede Ahmad Hudory 2. Ma’ruf Sofyanudin Bendahara : Adi Nur Soleh Sei : Keamanan 1. Munajib 2. Ahmad Ridho 3. Imron Mashuri 4. Makhasin Pembangunan 1. Eri Iskandar 2. Budi Utomo Pengairan 1. Umar Syarifudin Penerangan 1. Krisdiyantoro Kebersihan 1. Rofiul Muttaqin Kesra 1. Fadlillah Koperasi 1. Tri Cahyo Humas 1. Muhammad Afifudin 2. Luky Khoirul Umam Koordinator Bidang Extra ; Muhammad Tohiruddin Pengajian Ahad Pagi : Rofiqul Ma’arif Orkes : Imron Mashuri Radio & Bultin Santri : Luky Khoirul Umam Rebana : Afan Nur Hakim Perpus : Ihsanudin Koordinator Bidang Luar : Zaenal Arifin, S.PdI Bidang SMA : Ahmad Faiyun Bidang SMP : Ahmad Shoderi Pembantu Umum Luar : 1. Bpk Suladzi 2.Bpk Rumanto 3.Bpk Abdul Qodri Syuhada Pembantu Umum Dalam : 1. Joko Istiyanto 2.Zainal Abidin107 5. Keadaan Santri 107 Wawancara Pengurus Pesantren Blater, M. Hafidz (Lurah Pondok) 7 Januari 2016 Jumlah santri Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah 785 orang terdiri dari 353 santri Putra dan 432 santri Putri. Dari jumlah santri tersebut tinggal di asrama yang disediakan pesantren. 108 Tabel 3.23.Jumlah Santri No Jenis kelamin Jumlah 1 Putra 353 2 Putri 432 Jumlah 785 Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 Tabel 3.24 Daerah Asal Santri No Asal Daerah Jumlah 1 Sumatra 30 2 Kalimantan 5 3 Jawa 108 737 Diambil dari Bang Data Pesantren Al-Mas’udiyah tahun 2016 4 Jawa Timur 6 5 Jawa Barat 7 Jumlah 785 Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 6. Aktifitas harian Untuk aktivitas santri Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah selama 24 jam dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.25.Kegiatan Harian109 Jam/Waktu Jenis Kegiatan 04.00 – 05.00 Bangun Pagi, shalat subuh beramaah 05.00 – 06.00 Pengajian Kitab salaf (khusus santri tingkat Ula, Wustho) 06.00 – 07.45 Pengkajian Kitab Shoheh Bukhori 08.00 – 09.00 Belajar 09.30 – 11.00 Mandi, Makan 11.00 – 12.45 Istirahat 109 Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 12.45 – 13.00 Jamaah Shalat Dhuhur 13.45 – 15.45 Musyawarah 15.45 – 17.00 Sholat Asar Berjamaah 17.00 – 17.30 Makan Sore 17.30 – 18.30 Jamaah sholat magrib, pengajian Al Qur’an terpimpin, oleh guru masing-masing 19.00 – 20.00 20.00 – 22.00 22.00 – 04.00 Jamaah shalat isak Belajar bersama wali kelas Istirahat Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 Tabel 3.26.Kegiatan Pekan Jam/Waktu Jenis Kegiatan Selasa 13.45-15.45 Bahstu masail Rabu 13.45- 15.45 Dzaurah kitab salaf Jum’at 20.00-22.00 Kegiatan Kokurikuler Al Barjanzi Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 Tabel 3.27. Kegiatan Bulanan Waktu Jenis Kegiatan Satu bulan sekali Rapat dengan Pimpinan Pesantren Tiga bulan sekali Tes Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 Tabel 3.28.Kegiatan Tahunan NO Jenis Kegiatan 1 Penerimaan santri baru pada tiap-tiap tahun pelajaran baru 2 Lihtitamid dirosah Akhiris sanah Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 7. Keadaan Guru / Ustadz Guru atau ustadz yang mengajar di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah seluruhnya ada 76 orang. Dari jumlah tersebut semua mengajar di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah serta ada beberapa yang ikut mengajar di formal.110 8. Sarana Prasarana Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah Dalam mendukung kegiatan belajar mengajar di Pondok-pesantren, tentunya juga membutuhkan fasilitas yang berupa fasilitas fisik. Adapun sarana prasarana yang me-fasilitasi dalam kegiatan tersebut di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah sebagai berikut: a. Sarana Bangunan 1) Masjid 1 buah 2) Perpustakaan 1 buah 3) Gedung pertemuan 1 buah 4) Ndelem/ Rumah Kyai 2 buah 5) Asrama santri 6 Unit, yang terdiri dari 4 unit untuk Putra 2 unit untuk putrid, 1 khusus tahfifz Al-Qur’an. 6) Ruang tamu 4 buah 7) Ruang Pertemuan 2 buah 8) Aula 2 buah 9) Kantor sekretariat pondok pesantren 4 buah 10) Ruang ustadz/ ustadzah 4 buah 110 Observas pengurus Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah, Januari 2016 11) Ruang kelas 10 ruang 12) Kantin dan dapur 4 buah b. Sarana Pendukung 1) Bak Penampungan air 4 buah 2) Kolam perikanan 2 buah 3) Lapangan Volly 1 buah 4) Tenis Meja 2 buah 5) Meja belajar 6) Alat-alat perkantoran 7) Alat keterampilan, kesenian, olah raga dan sebagainya 9. Kegiatan ekstra Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah a. Agribisnis b. Peternakan c. Pertanian d. Perikanan e. Keterampilan 1) Pertukangan 2) Perbengkelan 3) Menjahit/ Bordir 4) Tata Boga 5) Komputer 6) Figura f. Olahraga 1. Sepak bola 2. Bola Voly 3. Karate 4. Bulu Tangkis g. Kesenian 1) Seni Baca Al Qur’an 2) Kaligrafi 3) Rebana i.Informatika 1) Radio Suara Pesantren 2) Buletin Santri F. Tujuan Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah pada Masa Sekarang Menurut KH. Fathur Rohim Mas‟ud tujuan Pondok-pesantren adalah sebagai berikut; “Membentuk Insan Intelektual yang Islami, memiliki keterampilan yang memadai dan berakhlak mulia”. 111 Adapun indikator-indikator 111 Wawancara dengan Beliau KH Fatkurrokhim, Pengasuh PondokPesantren AlMas’udiyah, di Kediaman Beliau, Januari 2016 dari Tujuan tersebut adalah setelah santri selesai belajar di Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, santri diharapkan: 1. Tidak pernah puas terhadap apa yang telah diraih, menjadikan belajar suatu kebutuhan primer, berusaha menemukan jawaban dari suatu masalah. 2. Bisa diterima di masyarakat sesuai dengan harapannya dan mampu mengkomunikasikan perolehan ilmu dari pesantren kepada masyarakat dan lingkungannya sesuai dengan kompetensi yang telah menjadi pilihannya. 3. Bertanggung jawab terhadap semua akibat dari tindakannya, mengakui kekurangannya dan berupaya memperbaiki kegagalannya. 4. Berperilaku santun, hormat kepada sesama, disiplin terhadap waktu, selalu menepati janji, menjadi manusia yang Islami. 1. Kelembagaan Model Kelembagaan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah di bawah naungan Yayasan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah, terdiri dari beberapa unit pendidikan dan Pendidikan Yayasan. 112 Untuk unit Pendidikan; a. Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah, Wustho & Ulya b. Pendidikan Wajar diknas c. Tahafudzul Qur’an 112 Sumber; Diambil dari Bang Data Pesantren Al-Mas’udiyah tahun 2016 d. Pengajian Rutin hari Ahad kitab ’Ihya Uumuddin e. Sorogan/ bandongan Kitab Kuning f. Kursus Bahasa Inggris 2. Kurikulum Pondok-pesanten Al Mas’udiyyah a. Tujuan Tujuan kurikulum pesantren adalah kurikulum sebagai sistematisasi dalam bentuk ilmu pengetahuan yang dipelajari atau dibelajarkan kepada santri oleh ustadz. Dengan adanya kurikulum yang sistematis maka tujuan dari pembelajaran sudah jelas dan terarah sesuai sistem yang di buat. Sesuai dengan tujuannya, kurikulum Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah bertujuan agar pendidikan yang di rancang dan di terapkan di pondok pesantren Al Mas’udiyyah dapat menghasilkan lulusan santri yang sesuai harapan dan kemanfaatan untuk menyebarkan agama Islam di manapun berada. Sedangkan Bpk KH Fatkhurrokhim Beliau mengakan; “Kurikulum Pondok-pesantren Al-Mas‟uddiyah, tidak jauh berbeda dari pondokpondok di seluruh kab. Semarang pada umumnya, yaitu dengan kajian-kajian kitab kuning/ kitab klasik. Yang membedakan antara pesantren Al-mas‟udiyyah dan yang lainnya, di pondok ini santri di beri kegiatan ekstra yang dapat melatih santri menjadi santri yang mandiri dan dapat diandalkan, baik ilmu agama maupun ilmu kehidupan yang mereka akan jalani”.113 b. Isi dan bahan 113 Wawancara dengan beliau KH Fatkurrokhim. Di kediamannya 27 januari 2016 Isi kurikulum Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah rumusan kompetensi materi yang diberikan kepada santri untuk bahan belajar mengajar guna mencapai tujuan. Isi kurikulum memiliki kriteria yang membantu perencanaan pada kurikulum. 114 Beberapa isi kurikulum di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah ; (1) Ilmu Aqidah/ Ilmu Tauhid Pertama kali yang diajarkan kepada santri adalah keimanan kepada Allah SWT. Selain itu juga santri diajari dengan ilmu ketauhidan, sehingga dengan di tanamkan keimanan yang betul maka kedepannya santri akan menjadi santri yang selalu beriman kepada Allah SWT. Adapun literatur yang di ajarkan di Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah yang berkaitan dengan ilmu taukhid mulai di ajarkan dari tingkat kelas satu kitabnya sebagai berikut; Tabel 3.29. Nama kitab Taukhid yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665. 115 NO KELAS NAMA KITAB 1 1 Ula - 2 2 Ula Aqidatul Awam KET 114 Sumber Diambil dari Bang Data Pesantren Al-Mas’udiyah tahun 2016 115 Sumber; Diambil dari Bang Data Kurikulum Pesantren Al-Mas’udiyah tahun 2016 3 3 Ula Duraotul yatimah 4 1 Wustho - 5 2 Wustho - 6 3 Wustho - 7 1 Ulya Bidayah 8 2 Ulya Al Hikam 9 3 Ulya Ihya’ Ulumuddin Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 (2) Ilmu bidang Tajwid (Al Qur’an) Kitab-kitab yang dipelajari di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dalam ilmu tajwid adalah; Tabel 3.30. Nama kitab Tajwid yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665 NO KELAS NAMA KITAB 1 1 Ula BTQ 2 2 Ula Tamrinatu Attfal 3 3 Ula Tuhyatul atfal 4 1 Wustho - 5 2 Wustho - 6 3 Wustho Jazariyah 7 1 Ulya - KET 8 2 Ulya 9 3 Ulya - Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 (3) Ilmu bidang Akhlaq/ Tasawuf Kitab Akhlaq yang dikaji di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah; Tabel 3.31. Nama kitab Akhlak/ Tasawuf yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665 NO KELAS NAMA KITAB 1 1 Ula Alala 2 2 Ula Aqidatul Awam 3 3 Ula Wasoya 4 1 Wustho - 5 2 Wustho Sulam Taufiq 6 3 Wustho Adabul Alim 7 1 Ulya Bidayah 8 2 Ulya - 9 3 Ulya Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 KET (4) Ilmu Bahasa Arab (Nahwu –Sharaf) Ilmu nahwu di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah di ajarkan; Tabel 3.32. Nama kitab Nahwu/ Bahasa Arab yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665 NO KELAS NAMA KITAB 1 1 Ula - 2 2 Ula - 3 3 Ula - 4 1 Wustho Al Jurumiyah 5 2 Wustho Tasrif Lughawi 6 3 Wustho Al Imrithi 7 1 Ulya Al fiyah 8 2 Ulya Al fiyah 9 3 Ulya Jawahirul Maknun KET Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 (5) Ilmu Fiqih Kitab–kitab yang digunakan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah diantaranya ; Tabel 3.33. Nama kitab Ilmu Fiqih yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665 NO KELAS NAMA KITAB 1 1 Ula Mabadi’ul Fiqih 2 2 Ula Mabadi’ul Fiqih 3 3 Ula Safinah 4 1 Wustho Riyadhal Badiah 5 2 Wustho 6 3 Wustho Fatkhul Qarib 7 1 Ulya Fatkhul Mu’in 8 2 Ulya Fatkhul Mu’in 9 3 Ulya Fatkhul Mu’in KET Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 (6) Ilmu Usul Fiqih Usul fiqih membahas dasar-dasar dan metode untuk menarik (istinbath) sebuah hukum. Sedangkan tujuan santri belajar ilmu usul fiqih, santri diharakan dapat mengetahui proses bagaimana sebuah hokum dihasilkan, dari sejak menetapkan masalahnya, pencarian dasar-dasarnya, penetapan alasan-alasanya, serta bagaimana alasan itu diolah hingga sampai kepada keputusan tertentu. Literatur kitab yang di kaji Mabdi’u Awwaliyah, As Sullam, Al-Bayan. Tabel 3.34. Nama kitab Usul Fiqih yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665 NO KELAS NAMA KITAB 1 1 Ula - 2 2 Ula - 3 3 Ula - 4 1 Wustho - 5 2 Wustho Mabdi’u Awwaliyah 6 3 Wustho As Sullam 7 1 Ulya Al-Bayan. 8 2 Ulya - 9 3 Ulya Usul Fiqih KET Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 (7) Ilmu Tafsir Adapun kitab yang di gunakan yaitu; Tabel 3.35. Nama kitab Ilmu Tafsir yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665 NO 1 KELAS 1 Ula NAMA KITAB - KET 2 2 Ula - 3 3 Ula - 4 1 Wustho - 5 2 Wustho - 6 3 Wustho - 7 1 Ulya Tafsir Jalalain 8 2 Ulya Tafsir Al Munir 9 3 Ulya Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 (8) Hadist Literatur kitab yang di gunakan dari tingkat awal sampai tingkat atas adalah; Tabel 3.36. Nama kitab Hadist yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665 NO KELAS NAMA KITAB 1 1 Ula - 2 2 Ula - 3 3 Ula - 4 1 Wustho - 5 2 Wustho Muhtarah Hadist KET 6 3 Wustho Muhtarah Hadist 7 1 Ulya Fara idul Bahiyah 8 2 Ulya Muqadimatul Hadist 9 3 Ulya Bukhari Muslim Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 (9) Ulumu Hadist Literatur kitab yang di gunakan; Tabel 3.37. Nama kitab Ulumul Hadist yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665 NO KELAS NAMA KITAB 1 1 Ula - 2 2 Ula - 3 3 Ula - 4 1 Wustho Arbain NAwawi 5 2 Wustho - 6 3 Wustho - 7 1 Ulya ‘illm Mushtolah al-Hadits. 8 2 Ulya - 9 3 KET Ulya Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016 (10)Tarikh (Sejarah Islam) Kitab-kitab yang dipelajarari diantanya adalah kitab Khulashah Nurul Yaqin, Sirah Nabawiyah, Sirah ibn Ishaq. Tabel 3.38. Nama kitab Tarikh (Sejarah Islam) yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang 50665 NO KELAS 1 1 Ula - 2 2 Ula - 3 3 Ula Khulashah Nurul Yaqin juz 1 4 1 Wustho Khulashah Nurul Yaqin Juz II 5 2 Wustho Khulashah Nurul Yaqin Juz III 6 3 Wustho Sirah Nabawiyah 7 1 Ulya - 8 2 Ulya - 9 KET NAMA KITAB 3 a b. Cara Adapun cara penerapan kurikulum dalam pengajaran di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah ada dua komponen yang digunakan, yaitu metode dan strategi pembelajaran. 116 116 2016 Wawancara, Dengan ustadz Ali Imron, Ustadz di Pesantren Al-Mas’udiyah tahun 1) Metode yang digunakan adalah; a) Sorogan b) Lapanan c) Wetonan d) Bandongan e) Musyawarah f) Takror (Pengulangan Pelajaran oleh santri) g) Muhafadzah (menghafalkan bait/ syair/ nadhom) h) Tadribat Selain di atas Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah juga menggunakan metode dan strategi pembelajaran sebagai berikut; (1) Student centered instruction, yaitu pembelajaran yang berpusat pada santri seperti diskusi yang dapat dibentuk dalam berbagai variasi strategi dari small group discussion sampai seminar. Pembelajaran dapat dikembangkan dengan cara simulasi dan game yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih hidup, santri bersifat aktif sedang guru sebagai fasilitator. (2) Collaborative learning, yaitu cara belajar santri aktif (CBSA) melalui proses pembelajaran yang dilakukan bersama-sama antara guru dengan santri atau antara santri dengan santri. Hal bersifat collaborative, yaitu belajar yang ini sangat bermanfaat karena saling membantu antara guru dengan santri dan antara santri dengan santri. (3) Cooperative learning, yaitu strategi yang sering disebut dengan group work, yaitu proses pembelajaran yang memberi kesempatan kepada santri untuk terlibat dalam kelompoknya, dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, dengan masing-masing anggota memiliki tugas dalam kelompoknya dan mereka saling memeriksa pekerjaan teman-temannya kemudian bisa dikembangkan menjadi variasi kelompok, antara dua kelompok atau lebih sehingga semakin banyak masukan. Strategi cooperative learning adalah belajar yang dilakukan secara bersama-sama, saling membantu satu sama lain dalam kebersamaan kerja untuk mencapai keberhasilan masing-masing peserta dalam mencapai kompetensi ideal, yang pada hakikatnya membentuk image kompetensi kelas. (4) Self discovery learning, yaitu belajar melalui penemuan mereka sendiri (inquiry), melalui penelitian dengan menemukan sendiri masalah yang harus dipelajari dan dipecahkan (problem solving). Untuk itu, keterlibatan santri dalam pembelajaran merupakan hal sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. (5) Quantum learning, yaitu strategi belajar di mana dalam belajar semua indera harus bekerja aktif (multi sensor) seperti melihat, mendengar, merasakan, melakukan, di mana semua komponen kecerdasan akan aktif bekerja dengan menggunakan multimedia dan pendayagunaan kelompok belajar. (6) Contextual teaching and learning (CTL), yaitu strategi yang digunakan untuk membantu santri untuk memahami makna dari materi pelajaran dengan cara mengaitkan mata pelajaran tersebut dengan konteks kehidupan mereka. Secara nyata perwujudan dari belajar kontekstual adalah belajar berbasis masalah, berbasis inquiry, berbasis proyek, berbasis kerja, berbasis kooperatif. 4. Evaluasi pembelajaran yang digunakan adalah; Sistem evaluasi pendidikan yang digunakan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah, mengacu pada tujuan pendidikan di pesantren sendiri serta jenjang tingkatan yang di ikuti oleh santri. Yaitu ketika santri sudah dapat mencapai tujuan secara komprehensif di setiap mata pelajaran. Sehingga santri telah memahami isi dari ilmu yang dipelajari menguasi materi-materi dianggap berhasil meskipun secara kognitif santri telah yang diajarkan. Atau digunakan istilah dengan pembelajaran tuntas. Pendidikan pesantren yang belum menggunakan sistem pendidikan modern belum mengenal sistem penilaian (evaluasi).117 Sehingga untuk evaluasi diserahkan kepada ustadz/ pengajar pembelajaran. Untuk evaluasi yang digunakan di Pondokpesantren Al Mas’udiyyah adalah sistem evaluasi mastery learning, testulis, tanya jawab, dan setoran hafalan. Untuk evaluasi mastery learning santri di tuntut menguasai satu buah kitab yang di pelajarinya, pada waktu tes ini santri di panggil satu persatu dan di suruh membaca kuning kosongan (tanpa di beri arti sedikitpun), apabila santri bisa membaca kitab kuning kosongan yang di baca serta menjelaskan apa yang dia baca 117 Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: Dharma Bhakti, 1399, 52. dengan baik, maka santri tersebut dinyatakan sudah tuntas. Ustadz yang mengevaluasi dua sampai tiga ustadz. 118 Sedangkan untuk tes tertulis, santri diberi soal-soal secara tertulis, tes ini dilaksanakan secara bersama-sama sesuai tingkatan jenjangnya. Adapun soal yang diteskan sesuai jumlah pelajaran yang di ajarkan. Untuk evaluasi tanya-jawab di gunakan untuk mata pelajaran Ilmu Nahwu. Ustadz menanyakan beberapa pertanyaan kepada santri dan santri menjawab sesuai yang di ajarkan oleh ustadz sebelumnya. Ketika santri dapat menjawab soal dengan baik dan benar serta member alasannya serta dasarnya, maka santri tersebut di katakana tuntas. 119 Adapun evaluasi setoran hafalan, santri harus menyetorkan hafalan-hafalan Nadham syair yang ada di kitab secara berkala. Ketika santri dapat menyelesaikan hafalan nadham-nadham syair di kitab maka santri tersebut dikatakan tuntas. Contoh nadham syair yang di gunakan untuk hafalan adalah; ala la, Kharidhatul Bahiyah, Tafrihatul wildan, Al Jurumiyah, Al Imriti, dan Al Fiyah Ibn Malik yang jumlahnya 1002 bait. 120 118 Wawancara dengan Ustadz Muhammad Hafidz ustadz di Pondok-pesantren AlMas’udiyyah, tahun 2016. 119 Wawancara dengan Ustadz Fauzan ustadz di Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah, tahun 2016. 120 Wawancara dengan Ustadz Muhammad Hafidz ustadz di Pondok-pesantren AlMas’udiyyah, tahun 2016 BAB IV PEMBAHASAN A. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa Kurikulum Pondokpesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah adalah kurikulum pendidikan formal dan non formal, atau juga disebut dengan kurikulum modern dan tradisional. Kurikulum modern yaitu pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh madrasah bagi peserta didik di dalam dan di luar madrasah dengan maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. 121 Kurikulum tradisioal memiliki sistem pendidikan yang spesifik yang memperhatikan kaitan tipikal struktur antara unsur-unsur pendidikan yang secara teratur saling berkaitan dan membentuk sebuah sistem pendidikan tradisional. Sistem pendidikan tradisional pada dasarnya bersifat konservatif dan kedap perubahan, terutama dalam aspek belajar mengajar.122 121 122 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Al-Husna,1986, 40 Vernon Smith.”Pendidikan Tradisional” dalam Paulo Freire, Ivan Ilich, Erich Fromm, dkk. Menggugat Pendidikan. Terj.Omi Intan Naomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, 187. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar yang termasuk dalam kurikulum non formal yaitu Pondok-Pesantren, Madrasah Diniyah Takmiliyah, dan Dakwah Islamiyah. Adapun Kurikulum Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah yang termasuk non formal yaitu Pondok-pesantren, Madrasah Diniyah Takmiliyah, Tahafudzul Qur‟an. Secara filosofis akademik, Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas‟udiyyah memiliki tujuan yang sama yaitu menjadiakan insan yang memiliki keseimbangan Spiritual, Intelektual, dan Moral menuju generasi ulul albab yang berkomitmen tinggi terhadap kemaslahatan Umat dengan berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah, serta berakhlak mulia. Dengan demikian Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah ini menempatkan pendidikan sebagai bekal utama dalam menyebar luaskan ajaran agama Islam yang belandaskan Al-Qur‟an dan Hadist. Untuk merealisasi insan yang spiritual, intelektual, bermoral, berilmu, serta berakhlakul karimah, maka Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas‟udiyyah ini telah merumuskan langkah operasional yang dimasukkan ke kurikulum pesantren baik secara formal maupun nonformal. 1. Tujuan Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi Tujuan dari Pendidikan Pesantren bila dikaitkan dengan Pendidikan Nasional ada kesamaan, yaitu menciptakan generasi yang berilmu, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermartabat, serta berakhlak mulia. Sedangkan Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-Al-Mas’udiyah bertujuan mewujudkan pembelajaran kepada santri yang pada akhirnya santri akan menjadi genersi yang berakhlakul karimah yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional ataupun Pesantren. Dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuanya, para santri lulusan dari Pondok-pesantren Al-Manar ataupun Pondok-pesantren Al-Mas’udiyah diharapkan mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya, untuk menyebarkan agama Islam. Sehingga Pondok-pesantren Al-Manar ataupun Pondok-pesantren Al-Mas’udiyah sangat terbuka bagi masyarakat kalangan manapun dan siapapun. Dari tujuan tersebut dapat diasumsikan sebagai berikut: a. Tujuan khusus: mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat dan berpedoman pada Al-Qur’an & Hadist. b. Tujuan umum: membimbing santri untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat melalui ilmu dan amalnya. Keterbukaan kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al– Mas’udiyyah dari yang awalnya berorientasi pada Ilmu Agama, memahami, serta mengamalkan ilmu secara tekstual, berkembang menjadi berorientasi ilmu umum dan ilmu agama, serta memahami dan mengamalkan ilmunya sesuai tempat dan zaman yang berkembang. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarankan pendidikan secara terbuka kepada seluruh masyarakat dalam menyebar luaskan pendidikan Agama Islam, serta dapat meluluskan santri yang cakap dan luas serta tinggi kefahamannya tentang Agama Islam, berbakti dan beramal kepada masyarakat, berdasarkan taqwa kepada Allah sehingga nantinya menjadi masyarakat yang berilmu, beramal dan bertaqwa. Kurikulum Pondok Pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah secara keseluruhan mengacu pada kurikulum Pendidikan Pesantren, karena pelajarannya dari tingkatan bawah sampai yang atas sudah terstruktur di Pondok Pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah, serta ilmu yang nanti di butuhkan oleh masyarakat juga di ajarkan di Pondok Pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas’udiyyah. Santri Pondok-pesantren Al-Manar dan Al Mas‟udiyyah di bimbing untuk menjadi manusia yang berkepribadian islami yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubalig Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu yang dia kuasai dan di amalkannya. Penguasaan pada satu keilmuan agama, wajib dimiliki oleh semua santri. Itu sebagai pengamalan ilmu yang di miliki santri, sehingga santri dapat mengamalkan dengan dasar yang jelas dan sesuai ajaran Agama Islam. Dasar yang jelas dalam pengembangan kurikulum adalah tujuan Pondokpesantren. Di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah pada awalnya kurikulum hanya bertujuan menyebarkan agama islam, seiring dengan berkembangnya zaman era globalisasi akhirnya di susunlah visi dan misi di Pondok-pesantren Al Manar maupun Pondok-pesantren Al- Mas‟uddiyah serta pembenahan kurikulum di masing-masing Pondok-pesantren. Sehingga tujuan kurikulum selalu mengembangkan kebutuhan sesuai perkembangan zaman di era globalisasi ini. Perubahan kurikulum yang terjadi di Pondok-pesantren Al-Manar yaitu pada kepemimpinan Kyai Fatkurrohman, pada tahun 1982. Yaitu dengan dari kyai Duri di lanjutkan Kyai Fatkurrohman. Pada tahun ini Pondok-pesantren memperbaiki manajem pesantren, sarana prasarana, serta penambahan Ustadz yang mengajar di pondok pesantren. Sedangkan di Pondok-pesantren Al Mas‟uddiyah perubahan kurikulum pad a masa kepemimpinan Kyai Ali Mas‟ud yaitu pada tahun 1969. Pada tahun ini pula pengembangan kurikulum, penambahan ustadz, penambahan asrama di lakukan di Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Perubahan kurikulum yang terjadi di Pondok-pesantren dan AlMas‟udiyyah di sebabkan bertambahnya kebutuhan keilmuan untuk para santrisantri serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman era globalisasi, sehingga Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesanren Al-Mas‟udiyyah selalu mengikuti perkembangan zaman. 2. Isi Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi Isi kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah yang awalnya sederhana semakin lama terus berevolusi, terus berubah, dan dirancang sesuai tuntutan perkembangan zaman yang terus bergerak maju seiring kemajuan Nasional dan Era Globalisasi. Isi kurikulum Pondokpesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah dalam perkembangannya dalam tujuan umum dan tujuan khusus, serta tujuan tersebut secara terbuka dan tertulis. Pada awalnya Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al- Mas’udiyyah dari yang hanya membahas kitab-kitab klasik (kitab tauhid, balaghah, tafsir, hadist, mantik, usul fiqh dan lain sebagainya) mengembangkan isi kurikulum dengan di tambah ilmu berbasis kecakapan hidup sebagai bekal untuk terjun di masyarakat luas, sehingga dalam isi kurikulum pun di buat secara terjadwal/ sistematis sehingga santri tidak terlalu sulit mengikuti kegiatan-kegiatan yang dirancang. Dalam kurun waktu beberapa tahun isi kurikulum Pondok-pesantren AlManar maupun Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah sedikit sekali perubahan serta tambahan yang terjadi, perubahan terjadi ketika pergantian kepemimpinan Kyai sebagai pengasuh Pondok-pesantren. Dalam isi kurikulum untuk materi yang di ajarkan Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah menurut penulis tidak terlalu sulit atau tidak terlalu mudah, itu di lihat dari kitab-kitab yang diajarkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Al Mas‟udiyyah dalam tabel, yang rata-rata digunakan di pesantren pada umumnya yang di gunakan di pondok-pesantren seluruh Indonesia. Serta penambahan kegiatan untuk mempersiapkan kecakapan hidup. Penguasaan yang diajarkan di dalam Pondok-pesantren adalah penguasaan satu keilmuan yang beroriantasi kepada dasar ilmu agama. Serta pengamalannya yang di harapkan selalu di lakukan santri yang sudah kembali kemasyarakat akan di tuntut pengamalan ilmunya yang telah di pelajari di pesantren. Maka untuk itu santri memang harus menguasai ilmu agama dengan baik dan benar. Isi kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah di kaitkan degan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, menurut penulis tidak jauh beda dengan isi kurikulum yang sekarang di pergunakan di pondok pesantren lain, misal seperti di pondok API Tegalrejo Magelang, Poncol Bringin Kab Semarang. Karna model pesantren yang masih bercirikan salaf akan mempertahankan isi kurikulumnya dengan kalian kitab salaf/ kuning. Agar kurikulum dapat berjalan sesuai tujuannya maka isi kurikulum harus dapat diterima dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan terbuka melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin keterbukaan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat. Serta tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan. Untuk isi dari kurikulum Pondok-pesantren AlManar maupun di Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, mudah di lakukan oleh santri. Dilihat dari kemampuan santri dalam menerima dan menerangkan kembali apa yang disampaikan oleh guru, santri dapat menerima materi yang disampaikan guru/ ustadz. Dalam menjalankan kurikulum antar lembaga di bawah Yayasan Pondokpesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah memang di serahkan kepada masing-masing lembaga, akan tetapi ada monitoring dari yayasan sehingga keilmuan ke Islaman yang sudah di atur dalam Kurikulum Pondok-pesantren bisa di jalankan oleh santri. Dalam penguasaan keilmuan agama dan umum dapat seimbang. Ataupun kurikulum yang sudah di buat secara sistematis, sebaiknya dilaksanakan dan selalu ada inovasi/ penambahan dalam pelaksanaannya, bisa juga dengan al ternatif yang lebih mudah di kembangkan, sehinga nantinya kurikulum akan di katakana berhasil. Isi kurikulum Pondok-pesantren dalam hal penguasaan di tuangkan dalam tabel bagan kurikulum yang digunakan pada tiap-tiap lembaga, serta memperinci secara cermat dan menganalisis secara sistematik terhadap tujuan yang hendak dicapai. Dan juga mencari alternatif-alternatif yang relevan, cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan sebagai patokan kurikulum yang di jalankan di tiap-tiap lembaga. Bahan ajar Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah bila dikaitkan dengan keterbukaan maka menurut penulis sudah terbuka untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat. Pada umumnya bahan ajar yang digunakan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah sama dengan Pondok-pesantren salafiyah yang mengajarkan kitab-kitab klasik. Sehingga masyarakat umumpun sudah mengenal kitab-kitab tersebut. Serta menambah pendidikan formal yang berorientasi pada pendidikan keagamaan. Untuk pelaksanaannya menyebarkan ilmu Agama juga tidak mengesampingkan kepentingan zaman di Era Globalisasi. Bahan ajar kurikulum pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah bila di kaitkan dengan kemudahan, dibuat secara berjenjang, yaitu pengajaran kitab dilakukan secara bertahap, dari kitab-kitab yang dasar yang merupakan kitab-kitab pendek dan sederhana, kemudian ketingkat lanjutan menengah dan baru setelah selesai menginjak kepada kitabkitab tingkat atas. Santri dikatakan berhasil apabila dapat menyelesaikan di setiap jenjangnya dan mendapatkan nilai/ hasil belajar yang tuntas. Bahan ajar kurikulum pondok pesantren dalam hal penguasaan di sebutkan dalam bagan yang memuat kitankitab yang digunakan pada tiap-tiap jenjang pendidikan di Pondok-pesantren AlManar maupun Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, serta sebagai bahan pertimbangan pengembangan kedepannya. Untuk mencapai tujuan isi kurikulum Pondok-pesantren di Era Globalisasi, penulis melihat ada beberapa usaha yang dilakukan Pondok- pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah di masing-masing pondok pesantren adalah : a. Masing-masing Pondok-pesantren mendirikan Pendidikan, dengan menerapkan sistem pendidikan Pondok-pesantren dan sistem pendidikan Madrasah. b. Mengadakan berbagai macam pendekatan dan metode pendidikan yang dapat memberikan dasar Agama kepada setiap santri, baik di Pondok-pesantren AlManar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah yaitu “Ruh al-Islam Wa alWatan” (semangat Islam dan kebangsaan atau cinta tanah air). c. Mengadakan dakwah dikalangan masyarakat luas serta mengfungsikan masjid sebagai tempat ibadah, pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Itu di buktikan dengan adanya jamah Tarekhah yang diadakan setiap senin pagi untuk Pondok-pesantren Al-Mas’udiyah dan Malam Ahad Legi untuk Pondokpesantren Al-Manar. d. Mengusahakan dan memantapkan kerja sama dalam Ukhuwah Islamiyah antar lembaga dibawah Yayasan Pondok-pesantren Al-Manar ataupun Pondokpesantren Al Mas’udiyyah. Di buktikan dengan adanya rapat bersama setiap tiga bulan sekali di masing-masing Pesantren. e. Menciptakan dan mengembangkan kepribadian santri/ muslim, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, pribadi yang mandiri, bermanfaat bagi masyarakat atau orang lain. Dengan adanya kajian kiyab Ihya’ Ulumuddin setiap hari ahad pagi di Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah dan kitab Is’adurrafiq ahad pagi di Pondok-pesntren Al-Manar. f. Menjadikan genersi penerus yang menyebarkan Agama atau menegakkan Islam dan mengamalkan ilmu yang di peroleh. Dengan masih ada hubungan yang berkesinambungan antara pesantren dengan alumni. 3. Metode Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi Metode dalam Kurikulum Pendidikan Pondok-Pesantren Al-Manar dan Al Mas’udiyyah bila di kaitkan dengan Era Globalisasi di lakukan secara sistematis dan terprogram secara berkelanjutan, sehingga seluruh kegiatan utama Pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan di Pondo-pesantren dapat berhasil. Hal ini juga menuntut kualitas seorang pendidik/ ustadz tidak sekedar sebagai seoarang ahli tentang pengetahuan keislaman yang mumpuni, tetapi juga sebagai seorang yang di teladani dan diikuti. Melalui kegiatan pembelajaran ilmu yang nantinya akan di ajarkan kembali oleh peserta didik/ santri di dalam proses pendidikan pesantren dan pengajaran bisa berlangsung apabila metode kurikulum secara terbuka oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan di instansi terkait. Metode pengajaran di Pondok-Pesantren Al-Manar dan Pondok-Pesantren Al Mas’udiyyah selalu berubah dari tahun ketahun. Itu terjadi karena ustadz mengembangkan metode dalam menyampaikan materi atau isi dari kurikulum kepada santri, agar dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan kurikulum di masing-masing Pondok-pesantren. Seiring dengan zaman era globalisasi maka metode yang awalnya bandongan, sorogan berkembang ada klasikal, musyawarah, takror, mukhafadhah, tadribat, lapanan, wetonan. Metode dalam kurikulum Pondok-Pesantren Al-Manar dan Pondok-Pesantren Al Mas’udiyyah kaitanya dengan kemudahan di Era Globalisasi, dapat dikatakan berhasil. Itu di sebabkan oleh salah satu santri belajar Ilmu Agama serta sains dan teknologi, yang satu sisi keduanya memberikan kemudahan hubungan dan terbukanya aneka ragam informasi yang memungkinkan individu dalam masyarakat, dan pada sisi lain dapat menimbulkan perubahan-perubahan dan pergeseran-pergeseran nilai. Untuk itu metode yang ada di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah menurut penulis menggunakan metode yang sesuai dengan pokok ajaran ke Islaman, baik yang tingkatan awal ataupun tingkatan atas. 4. Evaluasi Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan dengan sistem evaluasi yang baik maka kualitas pembelajaran diharapkan akan meningkat. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, evaluasi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan semua ranah yang memiliki peserta didik. Namun, evaluasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini dirasakan belum memberikan andil yang cukup untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan oleh sistem evaluasi yang digunakan belum tepat atau pelaksanaan evaluasi belum seperti yang diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan inovasi terhadap sistem evaluasi pendidikan ke arah yang lebih baik, agar dapat mengukur semua kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tanpa hanya mengukur ranah kognitifnya saja. Evaluasi yang dilaksanakan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas’udiyyah dari mulai berdiri hingga saat ini banyak perubahan terutama dalam penekanan persiapan kecakapan dalam pemahaman ilmu Agama Islam. Yang awalnya dalam evaluasi hanya sebatas pemahamannya, tetapi seiring perkembangan zaman era globalisasi, santri di tuntut untuk mempraktikan segala hal yang berkenaan dengan keilmuan Agama Islam. Perubahan tersebut diawali dari masa kepemimpinan K Fatkurrahman untuk Pondok-pesantren Al-Manar dan K Ali Mas’ud untuk Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah. Perkembangan evaluasi yang digunakan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas’udiyyah disebabkan karena semakin berkembannya pendidikan dan tuntutan zaman yang terus berkembang, untuk itu evaluasi di tuntut untuk terus dikembang seiring kurikulum yang digunakan demi terciptanya pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. B. Landasan pengembangan Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Pada pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas’udiyyah ada usaha untuk mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu di Era Globalisasi ini. Pengembangan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah yang bertujuan membantu masyarakat untuk mencari Ilmu Agama demi tegaknya li I’laa-I kalimaatillah di Negara ini, serta sejalan perkembangan di Era Globalisasi yang semakin berkembangan pesat, tidak akan terlepas dengan penerapan kurikulum yang secara umum mempunyai landasan-landasan yang mendasar. Seperti landasan Pondok-pesantren (lembaga pendidikan) memiliki landasan yuridis formal yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, khususnya bab II pasal 2 dan 3 : “Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” 123. Landasan yang disebutkan di atas memuat prinsip-prinsip umum pendidikan dan hak setiap warga negara dalam memperoleh dan memajukan pendidikan. Memperoleh pendidikan bisa didapati melalui lembaga pendidikan yang disediakan oleh pemerintah dan swasta. Sedangkan memajukan pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk menyediakan institusi pendidikan yang dikelola oleh pihak swasta. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh kyai sebagai figur central yang berdaulat menetapkan pendidikan pondoknya adalah mempunyai landasan yang berbeda-beda. Sikap filosofis para kyai secara individual tidak sama, ada yang luas ada yang sempit. 123 Tim Visimedia, UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No. 14 th 2005, Jakarta: Visimedia, 2008. Pada intinya Kurikulum pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam, menjadikan keluhuran moral dan akhlakul karimah sebagai salah satu fokus bidang pendidikan. Hal ini tetap menjadi nilai lebih pendidikan di Pondokpesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah yang tidak atau sulit didapatkan dalam pendidikan luar pesantren dan akan menjadi pelarian masyarakat yang mulai resah dengan dekadensi moral yang telah menyebar. C. Relevansi Kurikulum yang diterapkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dengan Era Globalisasi Secara umum kurikulum yang di terapkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah sama, yaitu kurikulum Pendidikan Pondok pesantren/ non formal. Itu bisa di lihat latar belakang perkembangan Pondok pesantren yang dari awalnya hanya beberapa yang nyantri, berkembang menjadi ratusan santri. Dari perkembangan di zaman Era Globalisasi ada tuntutan untuk mengembangkan pendidikan agar tidak tertinggal dari perkembangan. Sehingga sampai sekarang berkembang dan mendirikan Pondok-pesantren, Madrasah. Walaupun terus berkembang pesantren tetap selalu berusaha menjaga pesantren tetap dalam koridor pesantren salaf baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Beberapa kesamaan antara lembaga pendidikan Pondok-pesantren AlManar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah; 1. Penguasa penuh/ pemimpin semua pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah adalah Kyai (pengasuh pesantren). Karena penguasa ini turun temurun dari keluarga, dari yang mendirikan sampai berkembang di pegang oleh Kyai. 2. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah masih bercirikan Pondok-pesanten Salaf. Walaupun ada penambahanpenambahan materi/ pelajaran yang bersifat pengembangan, tetap perpegang pada kitab-kitab klasik/ kitab kuning yang sampai saat ini masih terus di ajarkan. 3. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah bertujuan untuk membentuk generasi yang paham tentang Agama Islam dan diamalkan. Dengan adanya dasar/ pondasi pemahaman Agama Islam yang kuat, maka di tuntut untuk mengajarkan kembali pengetahuan ilmu Agama Islam kepada Masyarakat luas. 4. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah selain pesantren, keduanya juga mendirikan Pendidikan formal. Untuk mengembangkan di zaman Era Globalisasi ini, maka pesantren membuat terobosan dengan mendirikan pendidikan formal yang di khususkan kepada santri yang belajar di pesantren. Untuk perbedaan diantara Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah penulis amati hanya sebagian kecil saja, diantanya jumlah santri, asrama santri, fasilitas. Penerapan kurikulum pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, mencoba memberikan keseimbangan antara pemenuhan lahir dan batin, pendidikan Agama, yang merupakan usaha yang sangat sesuai dengan kebutuhan pendidikan di Era Globalisasi yang membutuhkan keseimbangan antara kualitas SDM dan keluhuran moral. Di antara lembaga pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah banyak kurikulum yang masih relevan digunakan pada zaman Era Globalisasi ini, bukti diantaranya; 1. Penggunaan kitab-kitab kuning/ salaf dalam pembelajaran di setiap jenjang dari tingkatan awaliah sampai yang pada tingkatan akhir, baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. 2. Menggunakan metode yang sama dalam melaksanakan pembelajarannya baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah misalnya metode bandongan, sorogan, lapanan, musyawarah, mukhafadhoh dan tadribat. Yang kesemuanya adalah ciri khas pesantren salaf. Disamping penambahan metode yang di gunakan pendidikan formal semisal metode klasikal, ceramah dsb. 3. Dalam evaluasi pertama kali model yang gunakan baik di Pondokpesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah adalah evaluasi tuntas/ mastery learning. Dengan adanya evaluasi tuntas santri di tuntut untuk menguasai materi-materi yang berada dalam kitab dan di kembangkan dengan model-model yang sesuai kegunaannya. 4. Adanya musyawarah/ rapat, baik bulanan, triwulan maupun tahunan di masing-masing Pondok-pesantren, baik Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Musyawarah ini digunakan sebagai evaluasi berkala pesantren untuk mengambil langkah-langkah yang harus di ambil dan solusi agar pendidikan di pesantren dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Salah satu pengembangan yang di dilakukan adalah menambah kegiatan ataupun dengan menambah materi yang nantinya materi tersebut dapat mendukung perkembangan di pesantren. Serta berinovasi dengan model-model pembelajaran di antaranya adalah model takror/ tutor sebaya. Kurikulum relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan datang bisa diartikan bahwa relevansi harus sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis). Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang. Misalkan untuk kehidupan yang akan datang, penggunaan komputer dan Internet akan menjadi salah satu kebutuhan, maka dengan demikian bagaimana cara memanfaatkan komputer dan bagaimana cara mendapatkan informasi dari Internet sudah harus diperkenalkan kepada siswa. Demikian juga dengan kemampuan berbahasa. Pada masa yang akan datang ketika pasar bebas seperti persetujuan APEC mulai berlaku, maka masyarakat akan dihadapkan kepada persaingan merebut pasar kerja dengan orang-orang asing. Oleh karenanya keterampilan berbahasa asing sudah harus mulai dipupuk sejak sekarang. Adapun relevansi kurikulum pendidikan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah peneliti berpendapat bahwa ada kaitan kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum. Yaitu antara tujuan, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum, diantara keterpaduannya mempunyai beberapa prinsip; 1. Prinsip Fleksibilitas Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar apa yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik. Apa yang diharapkan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dalam kurikulum kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang (SDM), latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau mungkin sarana dan prasarana yang ada di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah tidak memadai. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas’udiyyah bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan. Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi: 1. Fleksibel bagi ustadz, yang artinya kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. 2. Fleksibel bagi santri, artinya kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas’udiyyah menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Prinsip fleksibilitas berkenaan dengan kebebasan yang dimiliki ustadz/ pengelola di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dalam mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan program pendidikan bagi santri sesuai dengan minat dan bakatnya/ ekstrakurikuler. Santri yang suka dengan seni suara/ music, maka santri akan mengikuti kegiatan rebana atau qiro’ah, santri yang hobi olah raga mengikuti ekstra olahraga. Santri yang suka otomotif maka mengikuti kegiatan ekstra perbengkelan. Sehingga dari semua kegiatan ekstra santri dapat mengikuti sesuai hobinya, serta akan mengembangkan bakat yang dimilik oleh santri. 2. Prinsip Kontinuitas Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan. Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang sebelumnya. Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi pengulanganpengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu. Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada kerja sama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan para pengembang pendidikan pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA, dan bahkan dengan para pengembang kurikulum di perguruan tinggi. Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan materi pelajaran antara pendidikan formal dan non non formal khususnya dalam bidang ilmu Agama setiap jengjang pendidikan. Perkembangan dan proses belajar berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti di Pondok-pesantren AlManar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah. Dengan adanya musyawarah yang diadakan di malam hari baik itu di Pondokpesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah materi yang pada pagi hari belum terselesaikan, maka pada malam hari akan di musyawahkan sehingga akan memperoleh jalan keluar/ solusi. 3. Prinsip Praktis dan Efisiensi Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. dan efisien. Walaupun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-peralatan yang sangat khusus dan mahal biayanya maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Sehingga di usahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis. Kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan ruang kelas yang digunakan dari pagi, sore dan malam hari. Sehingga satu tempat dapat di gunakan 24 jam. Atau ketika praktikum ibadah wudhu serta shalat, maka menggunakan tempat wudhu dan shalat di masjid. Di Pondok-pesantren santri juga di ajari keterampilan, baik keterampilan akademik dan non akademik. Serta spiritual untuk menambah keimanan santri seperti mengkaji kitab Ihya Ulumuddin, mujahadah, qiyamul lail, serta mujahadah tharekah baik itu di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah. 4. Prinsip Efektifitas Keberhasilan pelaksanaan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah sesalu diperhatikan, baik itu kuantitas maupun kualitas. Keberhasilan kuntitas ditinjau dari komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses belajar, dan evaluasi sudah jelas. Sedangkan keberhasilan kualitasnya dilihat dari hasil pelaksanaan kurikulum yang ada dan adanya evaluasi di setiap jenjangnya, baik di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah. Prinsip efektivitas merujuk pada pengertian kurikulum itu selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum bias dikatakan sebagai instrument untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan karakteristik tujuan apa yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan pada pemilihan dan penentuan isi, metode dan system evaluasi serta model kurikulum apa yang akan digunakan juga akan mempermudah dan mengarahkan dalam implementasi kurikulum itu sendiri. Prinsip efektifitas mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektivitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Sebagai contoh, apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5 program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif. Efektivitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana peserta didik dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. Sebagai contoh apabila ditetapkan dalam satu caturwulan siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan bahwa, proses pembelajaran siswa tidak efektif. Pada akhir semester diadakan tes semesteran, baik di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondokpesantren Al Mas’udiyyah, sehingga keberhasian dari kurikulum akan terukur dari pelaksanaan tes tersebut dan diketahui sampai seberapakah keberhasilan dari kurikulum yang telah dilaksanakan. 5. Prinsip khusus Adapun prinsip khusus yang diperhatikan di Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dalam mengembangkan kurikulum, antara lain: keimanan, akhlakul karimah, bermutu, berdaya saing tinggi, berbasis pada sikap Spiritual, Inetelektual pengembangan keterampilan hidup, serta pendekatan menyeluruh dan kemitraan. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan di Pondokpesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah merupakan pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan kompenen-kompenen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. a. Tujuan pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada : 1) Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk didalamnya pendidikan. 2) Survai di Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka. 3) Survai Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi. 4) Survai Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah tentang manpower. 5) Pengalaman Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dengan Pondok-pesantren lain dalam masalah yang sama. 6) Penelitian di Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah. b. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah. Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan keutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondokpesantren Al Mas’udiyyah perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu: 1) Perlu penjabaran tujuan pendidikan/ pengajaran kedalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar 2) Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. 3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Pengetahuan, sikap dan ketrampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. c. Prinsip Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar Pemilihan proses belajar mengajar Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah mempertimbangkan beberapa hal, yaitu apakah metode yang digunakan cocok, apakah dengan metode tersebut mampu memberikan kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual peserta didik, apakah metode tersebut juga memberikan urutan kegiatan yang bertingkattingkat, apakah penggunaan metode tersebut dapat mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, apakah metode tersebut lebih menaktifkan peserta didik, apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru, apakah metode tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan rumah sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat, serta perlunya kegiatan belajar yang menekankan learning by doing, bukan hanya learning by seeing and knowing. 1) Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat. Untuk itu Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah memperhatikan beberapa hal berikut, yaitu alat/media apa yang dibutuhkan, bila belum ada apa penggantinya, bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, bagaimana pembiayaannya, dan kapan dibuatnya, bagaimana pengorganisasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar, serta adanya pemahaman bahwa hasil terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media. 2) Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian Beberapa hal yang harus diperhatikan Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dalam pemilihan kegiatan penilaian meliputi kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur mulai dari perumusan tujuan umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati, menghubungkan dengan bahan pelajaran dan menuliskan butir-butir tes. Selain itu, Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah mencermati dalam perencanaan penilaian yang meliputi bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan peserta didik yang akan dites, berapa lama waktu pelaksanaan tes, apakah tes berbentuk uraian atau objective, berapa banyak butir tes yang perlu disusun, dan apakah tes diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan pengolahan hasil penilaian Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah juga mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma apa yang digunakan dalam pengolahan hasil tes, apakah digunakan formula guessing bagaimana pengubahan skor menjadi skor masak, skor standar apa yang digunakan, serta untuk apa hasil tes digunakan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian tentang Relevansi Kurikulum Pondok-pesantren dengan Era Globalisasi Studi pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah Kabupaten Semarang, telah menghasilkan beberapa kesimpulan, yang sekaligus merupakan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan, kesimpulan dari penelitian ini adalah; 1. Pada awal perkembangan kurikulum yang digunakan di Pondok-pesantren AlManar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah adalah kurikulum Pondokpesantren salaf atau tradisional. Tetapi lambat laun seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan juga tantangan dunia luar maka kurikulum yang digunakan oleh Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas‟udiyyah adalah kurikulum salaf dan khalaf. Pondokpesantren Al-Manar mendirikan Madrasah Diniyah Takmiliyah serta dakwah Islamiyah dan Yayasan Pendidikan Islam Al Manar. Sedangkan Pondokpesantren Al-Mas‟udiyyah mendirikan Yayasan Pendidikan Islam AlMas‟udiyyah, Madrasah Diniyyah, Tahfidzzul Qur‟an yang masing-masing Yayasan sudah berbadan hukum resmi. Maka kesimpulan kurikulum yang digunakan Pondok-pesantren AlManar serta Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah adalah kurikulum salaf dan khalaf. Kurikulum tersebut dapat di lihat dari struktur kurikulum pada penggunaan kitab-kitab klasik/ kitab kuning. Dan juga kebijakan dalam Pondok-pesantren masih dipegang sendiri oleh Kyai, akan tetapi pendidikan khalaf diserahkan pada masing-masing jenjang pendidikan yang ada di bawah Yayasan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah. 2. Secara umum landasan pengembangan kurikulum yang digunakan oleh Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah adalah Undang-Undang RI No.20 tahun 2003, pasal 1, yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Serta undang-undang RI No.20 tahun 2003, pasal 19,Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Landasan khusus Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang „Alim dalam ilmu Agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat sehingga nantinya santri diharapkan menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat melalui ilmu dan amalnya. 3. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Kurikulum Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah masih relevan di gunakan sampai saat ini, karena kurikulum; terbuka kepada seluruh masyarakat umum, mudahan dalam pendidikan, serta penguasaan bahan ajar. Di katakana demikian terbukti dengan masih banyak masayarakat yang masih percaya kepada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah dengan cara memondokkan putra-putrinya agar mendapatkan ilmu pendidikan yang berlandaskan ajaran-ajaran Agama Islam, menjadikan keluhuran moral dan akhlakul karimah sebagai salah satu fokus bidang pendidikan. B. Saran Hendaknya Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah terus menggali berbagai upaya yang dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas pendidikan yang ingin dicapai oleh Pondok-pesantren AlManar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah. Hal ini bisa dilakukan dengan melalui pemberdayaan sumber daya manusianya/ SDM, Hendaknya Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah terus berupaya memajukan pendidikannya dengan mengadakan berbagai perubahan model pendidikan, sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat luas, dan dengan didukung pengadaan sarana dan prasarana selengkap mungkin. Hendaknya bagi pengurus Yayasan Pondok-pesantren Al-Manar dan pengurus Yayasan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah untuk terus meningkatkan pola pendidikan yang baik dalam pengembangan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah, dengan senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai perkembangan di Era Globalisasi, sehingga bisa membawa pendidikan Pondok-pesantren pada bentuk kemajuan yang dikehendaki masyarakat luas, dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan sebagai ciri khas dari pendidikan pesantren. C. Penutup Rasa syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan ma’unah dan hidayah-Nya semata penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini, walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana sekali. Namun demikian, penulis menyadari akan adanya keterbatasanketerbatasan yang menjadikan karya ini tidak dapat mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, peran korektif dari para pembaca sangatlah penting artinya dengan tetap berharap bahwa karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Akhirnya, hanya kepada Allah-lah harapan tertuju atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, semoga ilmu yang bermanfaat selalu terkaruniakan dan lindungan Allah selalu menyertai, amin. DAFTAR PUSTAKA A‟la, Abd. Pembaharuan Pesantren.Yogyakarta: LKiS, 2006. Abdullah, M. Amin. Islamic Studies di Perguruan Tingg. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Ahmad, Mohammad Achyat. Liberalisasi Islam di Pesantren. Pasuruan: Sidogiri Pustaka. Ali, Mukti. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali, 1987. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara,1994. Azra, Azyumardi. Konflik Baru antara Peradaban Globalisasi, Radikalisme & Pruralitas. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenim Baru. Ciputat, Kalimah, 2002. Bahtiar, Asep Purnama. Kemitraan dan Solidaritas di Era Globalisasi. Dalam: http://www.google.co.id/search?hl=id&q=tantangan+era+globalisa si&meta= . Bodgan, Robert C dan Beiken, Sari Knopp. Qualitative Research for Education; An Introduction to Theory and Method. London; Allyn and Bacon, 1998. Bull, Ronald Alam Lukens. A Peaceful Jihad: Javanese Education and Religion Identity University, 1997. Construction. Michigan: Arizona State Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press, 2005. Darrus, Baharuddin. Pengembangan Kajian Ekonomi Islam pada IAIN di abad ke-21. Dalam Syahrin Harahap (ed.), Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998. Daulaby, Haidar, Syahrin Harahap (ed). Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES, 1982. Fatah, Rohadi Abdul. “Rekonstruksi Pesantren Masa Depan” dari Tradisional, Modern, Hingga Post Modern. Jakarta: Listafarika Putra, 2008. H. M, Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara,1994. Hamijoyo, Santosa. ”Lima jurus Strategi Dasar Pendidikan Nasional dalam Globalisasi,” dalam I Nyoman Wenten, et. Al. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Daerah Bali. Bali; Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Bali, 1993/1994. Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. http://www.nre.gov.my/English_Version/iet/iet04.htm. https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren. Ismail SM. “Pengembangan Pesantren Tradisional”, dalam Ismail SM (ed), Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Ismail, Faisal. Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995. Khozin. Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia. Malam, UMM, 2001. Kitab Taqrirot Al Fiyyah. Surabaya, Al hidayah, 2010. Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna,1986. Ma‟arif, Ahmad Syafi‟I. Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan Fakt. Yogjakarta:Tiara Wacana Yogja, 1991. Ma‟mur Asmani, Jamal. Dialektika Pesantren dengan Tuntutan Zaman, dalam A.Z Fanani & Elly el-Fjri (ed), 2003. Menggagas Pesantren Masa Depan. Geliat Suara Santri untuk Indonesia Baru. Yogyakarta: Qirtas. Madjid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren. sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina, 1997. Majid, Nurcholis. Pondok Pesantren. Yogyakarta: Ilmu Madani, 2003. Maksum. Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI. Malcolm, Waters. Globalization, dalam Gordon Marshall (ed.). Oxford Dictionary of Sociology. New York: Oxford University Press, 1994. Mastuhu. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta:INIS, 1994. Mesner, Dirk. Jawaban Kaum Sosial Demokrat atas Neoliberalisme, dalam Shaping Globalization. Berlin: International Conference,17 and 18 of june1996. Mesner, Dirk. Jawaban Kaum Sosial Demokrat atas Neoliberalisme, dalam Shaping Globalization. Berlin: International Conference,17 and 18 of june1996. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001. Yappi, Mu. Manajemen Pengembangan Pondok-Pesantren. Jakarta: Transwacana, 2008. Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Musthafa, Bachrudin. Kecenderungan Global dan tuntutan Pendidikan Abad Informasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, November 2002, Jilid 9, Nomor 4 ISSN 0215-9613, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Naisbitt John dan Patrica Aburdence. Megatrend 2000. Terj. Fx. Budijanto. Jakarta: Bumi Aksara, 1990. Nasir. Metode Dakwah Secara langsung. Jakarta, 1985. Otoda, Muhammad Hadi. Apakabar Pesantren? Sebuah refleksi kritis dan reorientasi sistem pendidikan pesantren, dalam htt;//hadiku.blogspot.com/2004/ 08/otoda-apakabar-pesantren.html Peter D. Sutherland. ”Tantangan-tantangan Globalisasi”, dalam Ade Ma’ruf. Anas Syahrul Alimi (ed.)Shaping globalization.Yogyakarta: Jendela, 2000. Plus, Apartanto dan M. Dahlan Al-bahry. Kamus Ilmiah popular. Surabaya: pt arkola, 1994. Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia, 2012. Qomar, Mujamil. Pesantren dan Transformasi Metodologi menuju Demokrasi Institusi. Jakarta: Erlangga, 1996. Ruhimat. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. 2011. Russelt Bruce, Harvey Harr. World Politics, the Menu for Choice. New York:W.H.Freeman & Company, 1985. Sanjaya, Wina. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. Santosa, H. Hamijoyo. Lima jurus Strategi Dasar Pendidikan Nasional dalam Globalisasi, dalam I Nyoman Wenten, et. Al. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Daerah Bali (Bali; Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Bali,1994. Smith Vernon. ”Pendidikan Tradisional” dalam Paulo Freire, Ivan Ilich, Erich Fromm, dkk. Menggugat Pendidikan. Terjemahan Omi Intan Naomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Soejatmiko. Manusia dan Dunia Yang sedang Berubah. Jakarta; Grafindo, 1999. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010. Suharto, Baban. Dari Pesantren untuk umat, Reinventing Eksistensi Pesantren di Era Globalisasi. Surabaya: Imtiyaz, 2011. Supriyono, Edy. Pesantren di Tengah Arus Globalisasi, Menggagas Pesantren Masa Depan, Geliat Suara Santri untuk Indonesia Baru.Yogyakarta: Qirtas, 2003. Sutherland, Peter D.Tantangan-tantangan Globalisasi, dalam Ade Ma‟ruf. Anas Syahrul Alimi (ed.) Shaping globalization. Yogyakarta: Jendela, 2000. Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Tim Redaksi Nuansa Aulia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Bandung: Fokus Media, 2005. Tim Redaksi. Album Wisuda Madrasah DiniyahPondok Pesantren Al manar. Pondok Pesantren Al-manar. Semarang: Al Manar Press 2011. Tim Tamatan 2015. Biografi K.H Ali Mas’ud, Cuilan sketsa panjang Mbah Mas’ud. Semarang: PUSTAKA Blater, 2015. Tim Visimedia. UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No. 14 th 2005. Jakarta: Visimedia, 2008. Tim Penyusun. Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Manar. Semarang: Al Manar Press, 2009. Ulfatin Nurul. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. Malang: Banyumedia Publishing, 2014. Tim Penyusun. UURI No.20 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). Bandug: Citra Umbara, 2003. Wahid, Abdurrahman. Bunga Rampai Pesantren. Jakarta: Dharma Bhakti, 1399 H. Wahjoetomo. Perguruan Tinggi Pesantren. Jakarta: Gema Insani Press,1997. Waters, Malcolm.”Globalization”, dalam Gordon Marshall (ed.). Oxford Dictionary of Sociology. New York: Oxford University Press, 1994. Widodo dan Jasmadi. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Elex Media Komputind, 2008. Zuhri, Saifuddin. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Zuhri, Saifuddin. Reformasi Kurikulum Pesantren, dalam ismail SM dkk. Semarang; Pustaka Pelajar, 2002, BUKTI KONSULTASI Nama NIM Jurusan Judul Tesis : SIYONO, S.PdI : M1.13.027 : Pendidikan Agama Islam : RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA GLOBALISASI (Studi pada Pondok Pesantren Al-Manar & Al Mas‟udiyyah Kab.Semarang) Tahun 2015 No 1 Tanggal 05-05-2015 Hal yang dikonsultasikan Konsultasi proposal 2 17-07-2015 Revisi judul penelitian 3 20-07-2015 Revisi latar belakang penelitian dan rumusan masalah 4 17-08-2015 Konsultasi bab 1 dan bab 2 5 22-09-2015 Revisi bab 1 dan bab 2 6 27-09-2015 Konsultasi bab 1, bab 2, dan bab 3 7 02-10-2015 Revisi bab 1, bab 2, dan bab 3 8 23-10-2015 Revisi bab 1, bab 2, dan bab 3 9 07-11-2015 Konsultasi bab 1, bab 2, bab 3 dan bab 4 10 20-11-2015 Revisi bab 1, bab 2, bab 3 dan bab 4 11 07-12-2015 Konsultasi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5 12 22-12-2015 Konsultasi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5 13 10-01-2016 Revisi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5 14 19-01-2016 konsultasi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5 15 02-02-2016 Revisi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 16 29-02-2016 konsultasi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5 17 23-03-2016 Acc keseluruhan Tanda tangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Pembimbing, 23 Maret2016 Dr. Muh. Saerozi, M.Ag. NIP. 19660215 199103 1 003 RIWAYAT HIDUP 1. Nama :SIYONO 2. Tempat dan Tanggal lahir : Kab. Semarang, 27 Juli 1986 3. Jenis kelamin : Laki-Laki 4. Jurusan : Tarbiyah, Pendidikan Agama Islam 5. Warga Negara : Indonesia 6. Agama : Islam 7. Alamat : Desa Ngadikerso, Kec. Sumowono, Kab.Semarang, Jawa Tengah 8. Riwayat Pendidikan: Pendidikan Formal: a. SDN NGADIKERSO I Lulus Tahun 1999 b. MTs AL-MANAR Lulus Tahun 2002 c. MA Al-Manar Lulus Tahun 2005 d. DIPLOMA STAIN Salatiga Lulus Lahun 2007 e. S1 STAIN SALATIGA Lulus Tahun 2013 Pendidikan Nonformal: a. Pondok Pesantren Putra-Putri Salaf AL-Manar Desa Bener Kec. Tengaran Kab. Semarang b. Madasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Al-Manar Lulus Tahun 2005 Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Penulis SIYONO M1.13.027