RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA

advertisement
RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN
DENGAN ERA GLOBALISASI
(Studi pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al Mas’udiyyah Kab. Semarang Tahun 1914-2015)
Oleh
SIYONO
NIM : MI.13.027
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam ( M.PdI )
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PROGAM PASCASARJANA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721
Website : www.ppsstainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama
: Siyono, S.Pd.I
NIM
: M1.13.027
Progam Studi
: Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi
: Pembelajaran PAI
Tanggal Ujian
: 7 April 2016
Judul Tesis
: Relevansi Kurikulum Pondok Pesantren pada Era Globalisasi
(Studi Pada Pondok Pesantren Al-Manar dan Pondok
Pesantren Al Mas’udiyah Kab. Semarang Tahun 2015)
Tanggal Ujian
:
Panitia Munaqosah Tesis
Ketua Penguji
: Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag.
Sekretaris Penguji
: Dr. Phil.Widiyanto, M.A.
Penguji I
: Prof. Dr. H. Zulfa, M.Ag.
Penguji II
: Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag.
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PROGAM PASCASARJANA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721
Website : www.ppsstainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Siyono, S.Pd.I
NIM
: M1.13.027
Progam Studi
: Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi
: Pembelajaran PAI
Menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 23 Maret 2016
Saya yang menyatakan,
S I Y O N O
NIM: M1.13.027
MOTTO
‫بسم هللا الرمحن الرحمي‬
‫من جد وجد‬
“ Barang
siapa yang bersungguh-sungguh
pasti akan berhasil “
“ JADILAH ORANG YANG SELALU
BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN”
PERSEMBAHAN
Tesis ini Kami Persembahkan
Kepada Al-Mamater Tercinta
Jurusan Tarbiyah
Program Pasca Sarjana
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN SALATIGA
ABSTRAK
RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA
GLOBALISASI (Studi pada Pondok Pesantren Al-Manar dan Al Mas‟udiyyah
Kab.Semarang Tahun 2015 )
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui kurikulum
dan landasan kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah, serta relevansinya dengan era globalisasi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun
tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan tiga
pendekatan, yaitu: (1) pengamatan terlibat, (2) wawancara, dan (3) metode
dokumentasi. Teknik analisa data yang dilakukan dengan tiga alur kegiatan yaitu:
Reduksi data, Penyajian data Penarikan kesimpulan.
Penelitian ini menghasilkan beberapa penemuan; pertama, secara umum
kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟diyyah
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kurikulum salaf dan khalaf. Serta
dapat dikatakan perpaduan kurikulum pendidikan formal dengan kurikulum
Pesantren. Akan tetapi kurikulum tersebut bersifat integral, artinya kegiatankegiatan yang di laksanakan merupakan satu rangakaian dan bersifat saling
mendukung.
Kedua, landasan yang digunakan oleh ke dua Pondok-pesantren tersebut
ada dua, yaitu landasan umum dan khusus. Landasan umum adalah Undang RI
No.20 tahun 2003, pasal 1 dan pasal 19. Sedangkan untuk landasan khususnya
yaitu untuk mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang „Alim dalam
ilmu Agama, dikarenakan berubahnya zaman era globalisasi.
Ketiga, keberadaan kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟diyyah di katakan masih relevan, dikatakan demikian karena
Pondok- pesantren Al-Manar dan Al Mas‟diyyah terbuka kepada seluruh
masyarakat umum, berkesinambungan dalam jenjang pendidikan, terstruktur
dalam penguasaan bahan ajar. Itu terbukti dengan masih banyak masayarakat
yang masih percaya kepada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al-Mas‟udiyyah memondokkan putra-putrinya, agar mendapatkan ilmu
pendidikan yang berlandaskan ajaran-ajaran Agama Islam, menjadikan keluhuran
moral dan akhlakul karimah sebagai salah satu fokus bidang pendidikan.
ABSTRACT
COTTAGE BOARDING SCHOOL CURRICULUM RELEVANCE
TO THE GLOBALIZATION ERA ( Studies in Pondok Pesantren Al-Manar
and Al Mas'udiyyah Kab.Semarang 2015 )
Objectives to be achieved in this research is to determine the curriculum
and curriculum foundation Pondok Pesantren Al-Manar and Al Mas'udiyyah
Pondok boarding, as well as its relevance to the era of globalization
The study was conducted using a qualitative approach. The data collection
techniques in this research is using three approaches, namely: (1) participant
observation, (2) interviews, and (3) the method of documentation. Data analysis is
done with three grooves of activities, namely: data reduction, data presentation
inference.
This research resulted in several discoveries; First, the general curriculum
Pondok Pesantren Al-Manar and Al Mas'diyyah Pondok boarding can be
classified into two types, namely, curriculum Salaf and khalaf. And can be said to
be a mix of formal education curriculum with boarding school curriculum.
However, the curriculum is integral, meaning that activities carried is one
rangakaian and mutually supportive.
Secondly, the basis used by the two Pondok boarding the two, namely
general and specific runway. The common ground is Indonesia Act 20 of 2003,
article 1 and article 19. As for the foundation in particular is to prepare the
students to be the one who 'Alim in the science of religion, because of the
changing era of globalization era.
Third, the existence of curriculum Pondok Pesantren Al-Manar and
Pondok Pesantren Al-Mas'diyyah at say still relevant, is said so because cottagepesantren Al-Manar and Al Mas'diyyah openly to the general public, sustainable
education, structured in mastery of teaching materials. That is evidenced by many
communities who still believe in the Pondok boarding Al-Manar and Pondok
Pesantren Al-Mas'udiyyah-housed her son and daughter, in order to get the
science education that is based on the teachings of Islam, made the moral nobility
and akhlakul karimah as one the focus of education.
KATA PENGANTAR
‫ِيم‬
ِ ‫ِب ْس ِم‬
َّ ‫من‬
َّ ‫هللا‬
ِ ‫الر ْح‬
ِ ‫الرح‬
ُ ‫ّلِل َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِرُ ْه َو َنسْ َت ْه ِد ْي ِه َو َنع‬
ُ ْ‫ّلِل ِمن‬
ْ ‫ش‬
‫ت‬
ِ ‫رُو ِر أَ ْنفُسِ َنا َو ِمنْ َس ِّي َئا‬
ِ ‫ُوذ ِبا‬
ِ َّ ِ َ‫إِنَّ ا ْل َح ْمد‬
َّ‫ أَ ْش َه ُد أَنْ الَ إِ َل َه إِالَّ هللا َو َأ ْش َه ُد أَن‬.ُ‫ِي َله‬
َ ‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفالَ مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفالَ َهاد‬،‫أَعْ َمالِ َنا‬
‫صحْ ِب ِه َو َم ِن اهْ َتدَ ى‬
َ ‫اركْ َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى آ ِل ِه َو‬
َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َو َب‬
‫ِبهُدَاهُ إِ َلى َي ْو ِم ا ْل ِق َيا َم ِة‬
" ‫" أما بعد‬
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan,
pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita
dan keburukan amal kita. Shalawat beserta salam kiranya terlimpah kepada al Musthafa.
Sang Rasul yang terjaga dan mulia, berlimpah pula kepada keluarga, para sahabat dan
pengikut yang setia.
Berkat rahmat dan hidayah Allah, penulis mampu menyelesaikan penyusunan tesis
yang sederhana ini, untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar Magister
dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Semoga penulis dan
pembaca umumnya bisa mengambil manfaat dari tulisan ini. Penulis menulis tesis
dengan judul: RELEVANSI
KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN ERA
GLOBALISASI (Studi pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah Kab. Semarang)
Terima kasih, penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Ag, Rektor IAIN Salatiga .
2. Bapak Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan yang sangat berharga, sehingga terwujud tesis ini.
3. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai
ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah.
4. Bapak Suprapto Al marhum dan Ibu Supinah tercinta, Kakak-kakakku yang (Kang
Tumidi, Mbak Mursiyah, Mbak Triyanti, Mas Slamet, Mbak Torseh, Kang Hari, Mbak
Siyam, Mbak Titik, Mbak Lasmi, Kang Pratik). Yang selalu mendukung adikmu yang
terakhir ini untuk mencari ilmu.
5. Abah K. As’ad Haris Nasution, Ibu Nyai Ulfa beserta sekeluarga yang saya takdhimi
yang telah mengajarkan, membimbing, mendidik dengan kasih sayang dan tulus
ikhlas.
6. Segenap dewan guru MTs, MA dan Madrasah Diniah Al-Manar, Para Santri Al-Manar
yang saya Banggakan.
7. Segenap dewan Pengurus Pondok-Pesantren Putra-Putri Al-Manar dan PondokPesantren Putra-Putri Al-Mas’udiyyah Blater
8. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan khususnya Pasca Sarjana PAI 2013 yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Besar harapan penulis, semoga amal baik tersebut diterima dan dicatat Allah SWT
sebagai amal saleh dan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda serta
menjadi perantara kesuksesan-kesuksesan berikutnya di dunia dan di akhirat. Tak lupa
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan
tesis ini, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
penulis.
Salatiga, 30 Maret 2016
Penulis
S I Y O N O
NIM: M1.13.027
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
HALAMAN LOGO IAIN ....................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ………...................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iv
HALAMAN ABSTRAK ......................................................................................v
HALAMAN KATA PENGANTAR ...................................................................vii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................viii
DAFTAR ISI .........................................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................xv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xxii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................1
B. Rumusan Masalah Pembatasan Masalah .......................................8
C. Signifikansi Penelitian ..................................................................9
D. Kajian Pustaka .............................................................................11
E. Metode Penelitian ........................................................................16
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................16
2.
Lokasi Penelitian ..................................................................17
3.
Sumber Data .........................................................................17
4.
Tehnik Pengumpulan Data ...................................................18
5.
Analisis Data ........................................................................21
F. Sistematika Penulisan ..................................................................22
BAB II
PERSPEKTIF TEORI ........................................................................25
A. Kurikulum Pesantren......................................................................25
1.
Arti Kurikulum
....................................................................25
2.
Komponen Kurikulum ..........................................................28
a. Tujuan Kurikulum ..........................................................28
b. Isi Kurikulum .................................................................30
c. Bahan Ajar ......................................................................31
d. Metode/ Cara ..................................................................33
3. Evaluasi .................................................................................36
B. Karakteristik Pondok pesantren unggu ........................................38
C. Globalisasi ...................................................................................40
1. Pengertian Globalisasi..............................................................40
2. Karakteristik Globalisasi..........................................................44
3. Dampak Globalisasi ..............................................................45
a. Dapak Positif ...................................................................45
b. Dampak Negatif ..............................................................46
D. Relevansi Pondok-pesantren dalam era globalisasi ....................47
E.
Kurikulum Pesantren yang relevan dengan era globalisasi .........49
BAB III PROFIL PONDOK-PESANTREN AL-MANAR DAN ALMASUDIYYAH ...................................................................................51
A. Sejarah singkat dan perkembangan Pondok Pesantren Al-Manar.51
1.
Rintisan awal tahun 1914-1950 ............................................51
2.
Tahun 1963-1982 K H Djalal Suyuti……….........................52
3.
Tahun 1982-1992 K.H. Fathurrohman
4.
Tahun 1992-2000 K. Muhammad Imam Fauzi ......................56
................................53
5. Tahun 2000-(2015) ..................................................................58
a. Susunan Pengurus .............................................................59
b. Keadaan Santri .................................................................61
c. Aktivitas Harian ................................................................63
d. Berbagai Tata Cara atau Peraturan Yang Berlaku ...........65
e. Keadaan Guru / Ustadz ..... .............................................66
B. Tujuan Pondok-Pesantren Al-Manar pada Masa Sekarang ........67
1. Visi .........................................................................................68
2. Misi .........................................................................................68
3. Tujuan......................................................................................69
C. Sarana dan Prasarana Pondok-Pesantren Al-Manar ...................71
1. Sarana Bangunan......................................................................71
2. Sarana Pendukung....................................................................72
3. Kegiatan Ekstra Pesantren Al-Manar ....................................72
D. Kurikulum Pondok-Pesantren Al-Manar ....................................73
1. Tujuan ...................................................................................73
2. Isi .............................................................................................74
3. Bahan ....................................................................................77
4. Cara di Pondok-pesantren Al Manar........................................89
5. Landasan Kehidupan Santri Al-Manar ..................................96
E.
Sejarah singkat dan Perkembangan Pondok Pesantren AlMas‟udiyyah..................................................................................98
1. Rintisan awal tahun 1963 ......................................................98
2. Tahun 1969 -1990................................................................... 98
3. Tahun 1990 – 2015 ..............................................................100
4. Susunan Pengurus Pesantren .........................................................101
5. Keadaan Santri ..............................................................................103
6. Aktifitas Harian ............................................................................104
7. Keadaan Guru ...............................................................................106
8. Sarana Prasarana Pesantren Al-Mas‟udiyyah...........................106
9. Kegiatan ekstra Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah.......................108
F.
Tujuan
Pondok-Pesantren
Al-Mas‟udiyyah
pada
Masa
Sekarang………………………………………………………...109
1. Kelembagaan..........................................................................110
2. Kurikulum Pondok-pesanten Al Mas‟udiyyah......................110
3. Cara .......................................................................................118
4. Evaluasi pembelajaran yang digunakan ................................118
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................123
A. Kurikulum Pondok- Pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah………………………………………………..…120
1. Tujuan kurikulum pendidikan Pondok-Pesantren Al-Manar dan
Pondok-Pesantren Al Mas‟udiyyah
di kaitkan dengan Era
Globalisasi.............................................................................123
2. Isi Kurikulum Pondok-Pesantren Al-Manar dan PondokPesantren
Al
Mas‟udiyyah
di
kaitkan
dengan
Era
Globalisasi.............................................................................125
3. Cara kurikulum Pondok-Pesantren Al-Manar dan PondokPesantren
Al
Mas‟udiyyah
di
kaitkan
dengan
Era
Globalisasi.............................................................................130
B. Landasan pengembangan Kurikulum Pondok- Pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah......................................128
C. Relevansi Kurikulum yang diterapkan di Pondok- Pesantren AlManar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah dengan Era
Globalisasi...................................................................................134
1. Prinsip Fleksibilitas .............................................................138
2. Prinsip kontinuitas..................................................................139
3. Prinsip praktis dan Efisiensi....................................................140
4. Prinsip Efektifitas....................................................................141
5. Prinsip Khusus........................................................................143
BAB V PENUTUP ................................................................................................148
A. Kesimpulan...................................................................................148
B. Saran ..........................................................................................151
C. Penutup ........................................................................................152
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
TABEL
Halaman
TABEL 3.1: Jumlah Santri Al Manar
61
TABEL 3.2: Daerah Asal Santri
61
TABEL 3.3: Pekerjaan Orang Tua Santri
62
TABEL 3.4: Kegiatan Harian
63
TABEL 3.5: Kegiatan Pekan
64
TABEL 3.6: Kegiatan Bulanan
64
TABEL 3.7: Kegiatan Tahunan
65
TABEL 3.8: Kegiatan Ekstra
72
TABEL 3.9: Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Awaliyah Al-Manar
74
TABEL 3.10: Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Wustha Al-Manar
75
TABEL 3.11: Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Ulya Al-Manar
76
TABEL 3.12: Struktur kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar
76
TABEL 3.13: Nama kitab Taukhid
78
TABEL 3.14: Nama kitab Tajwid
79
TABEL 3.15: Nama kitab Akhlak/ Tasawuf
80
TABEL 3.16: Nama kitab Nahwu
82
TABEL 3.17: Nama kitab Ilmu Fiqih
83
TABEL 3.18: Nama kitab Usul Fiqih
84
TABEL 3.19: Nama kitab Ilmu Tafsir
85
TABEL 3.20: Nama kitab Hadist
86
TABEL 3.21: Nama kitab Ulumul Hadist
87
TABEL 3.22: Nama kitab Tarikh
88
TABEL 3.23: Jumlah Santri Al Mas‟udiyyah
104
TABEL 3.24: Daerah Asal Santri Al Mas‟udiyyah
104
TABEL 3.25: Kegiatan Harian
104
TABEL 3.26: Kegiatan Pekan
105
TABEL 3.27: Kegiatan Bulanan
106
TABEL 3.28: Kegiatan Tahunan
106
TABEL 3.29: Nama kitab Taukhid
112
TABEL 3.30: Nama kitab Tajwid
112
TABEL 3.31: Nama kitab Akhlak/ Tasawuf
113
TABEL 3.32: Nama kitab Nahwu
114
TABEL 3.33: Nama kitab Ilmu Fiqih
114
TABEL 3.34: Nama kitab Usul Fiqih
115
TABEL 3.35: Nama kitab Ilmu Tafsir
116
TABEL 3.36: Nama kitab Hadist
117
TABEL 3.37: Nama kitab Ulumul Hadist
117
TABEL 3.38: Nama kitab Tarikh
118
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Nota Dosen Pembimbing Tesis
3. Lembar Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tertua di
Indonesia. 1 Pesantren juga sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk
mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.2
Eksistensi pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna
keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, 3
sebab keberadaannya mulai dikenal di bumi Nusantara pada abad ke-13.4
Pesantren merupakan bagian dari sejarah pendidikan dan peradaban
Indonesia yang dibangun sebagai institusi pendidikan keagamaan bercorak
tradisional (pendidikan tradisonal Islam) yang merupakan lembaga pendidikan
formal tertua bagi masyarakat Islam di Indonesia.5
Sebagai lembaga pendidikan dengan kurikulum yang hanya mengajarkan
ilmu-ilmu keagamaan (agama Islam), pesantren dianggap kurang memberikan
arah yang prospektif bagi masa depan dibandingkan dengan lembaga-lembaga
formal seperti sekolah dan perguruan tinggi. Di sisi lain juga dianggap kurang
1
1999,1.
2
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994, 55.
Madjid Nurcholish, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:
Paramadina, 1997, 3.
4
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta:INIS, 1994, 6.
5
Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama Wacana Ketegangan Kreatif
Islam dan Pancasila, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995, 194.
3
dalam mengimbangi tuntutan zaman. Karena kurangnya dalam mengimbangi
tuntutan zaman, beserta faktor-faktor lain yang beragam, oleh Nurcholish Madjid
pesantren dianggap kurang siap untuk “lebur” dalam mewarnai kehidupan
modern. 6
Guna membenahi kekurangan-kekurangan tersebut banyak para tokoh dari
kalangan pesantren mulai mengembangkan visi-misi dan kurikulumnya. Pesantren
mulai melakukan akomodasi dan penyesuaian seperti adanya sistem penjenjangan,
kurikulum yang lebih jelas dan sistem klasikal.
Seiring dengan perubahan tersebut muncullah tipologi pesantren yang
mana diklasifikasikan menjadi dua yaitu, pesantren salaf dan pesantren khalaf.
Sebuah pesantren disebut salaf apabila dalam kegiatan pendidikanya semata-mata
berdasarkan pola pengajaran klasik/ lama yakni berupa pengajian kitab kuning
dengan metode pembelajaran tradisional. Kemudian pesantren disebut khalaf/
modern adalah pesantren yang disamping tetap melestarikan unsur-unsur utama
pesantren, memasukkan juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai
dengan sistem klasikal/ sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum dalam
muatan kurikulumnya.7
Menurut Ronald Alam Lukens Bull, Syekh Maulana Malik Ibrahim
mendirikan Pondok-pesantren salaf di Jawa pada tahun 1399 M untuk
menyebarkan Islam di Jawa. 8 Pondok-pesantren yang panjang usianya kiranya
sudah cukup alasan untuk menyatakan bahwa pondok pesantren telah menjadi
6
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:
Paramadina, 1997, 7.
7
Maksum, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Departemen Agama RI, 7-8.
Alam Lukens Bull Ronald, A Peaceful Jihad: Javanese Education and Religion Identity
Construction, Michigan: Arizona State University, 1997, 60.
8
milik budaya bangsa dalam bidang pendidikan, dan telah ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa.9
Sejak dekade 80 dan 90-an, banyak pemikiran-pemikiran progresif yang
membahas seluk-beluk pesantren, mulai dari kultur, tradisi, pemikiran, dan
sebagainya. Ide-ide pemikiran itu muncul dari gagasan untuk membuat pesantren
beberapa langkah lebih maju. Ini biasanya muncul dari ilmuan yang pernah
mengenyam pendidikan pesantren lalu melanjutkan studinya di luar pesantren.
Mereka seakan melihat, bahwa ada yang kurang dan tidak pas di pesantren. Ada
hal-hal yang masih perlu dibenahi.10
Salah satu penyebab pemikiran progresif adalah globalisasi. Globalisasi
sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan
adanya sistem satelit informasi dunia, konsumsi global, gaya hidup kosmopolitan,
mundurnya kedaulatan suatu negara kesatuan dan tumbuhnya kesadaran global
bahwa
dunia
adalah
sebuah
lingkungan
yang
terbentuk
secara
berkesinambungan, 11 dalam hal itu muncul kebudayaan global yang membawa
pengaruh terhadap perkembangan social budaya yang beraneka ragam. Menurut
John Naisbitt, kebudayaan Negara-negara yang berbahasa Inggris akan
mendominasi gaya hidup yang memunculkan perubahan nilai dan mempengaruhi
9
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994, 7.
Mohammad Achyat Ahmad, Liberalisasi Islam di Pesantren, cet I, Pasuruan: Sidogiri
Pustaka, 25.
11
Azyumardi Azra, Konflik Baru antara Peradaban Globalisasi, Radikalisme &
Pruralitas, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
10
masyarakat lain, maka akan terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat penerima
pengaruh.12
Kondisi ini telah mengubah pola pikir dan gaya hidup masyarakat dunia,
termasuk masyarakat Indonesia. Perubahan masyarakat Indonesia terjadi dari
masyarakat agraris menjadi masyarakat informatif yang bertumpu pada teknologi
informatika. Masyarakat muslim di Indonesia, mau tidak mau juga merasakan
dampak dari globalisasi ini, walaupun sebenarnya fenomena ini menurut
Azyumardi Azra bukanlah fenomena baru sama sekali.13
Jika pada akhir abad 19 dan awal abad 20 globalisasi yang bersifat religiointelektual telah dirasakan oleh bangsa Indonesia yaitu bersumber dari Timur
Tengah. Proses globalisasi dewasa ini, bersumber dari Barat, yang terus
memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan
masyarakat dunia umumnya.14
Dengan melihat sumber globalisasi saat ini, maka dalam proses globalisasi
ini ada nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia pada
umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dalam era ini, kehebatan suatu
negara-bangsa tidak lagi didasarkan atas sumber daya alam yang melimpah dan
alat-alat produksi masal, tetapi sandaran terpenting yang akan menentukan
keberlangsungan hidup dan kemajuan negara-bangsa adalah mutu sumber daya
12
John Naisbitt dan Patrica Aburdence, Megatrend 2000, Terj, Fx. Budijanto, Jakarta:
Bumi Aksara, 1990, 126.
13
Azyumardi, Konflik Baru antara Peradaban Globalisasi, Radikalisme & Pruralitas,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
14
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenim Baru,
Ciputat: kalimah, 43-44.
manusia yang dimiliki.15 Dari sini dapat dilihat betapa pentingnya pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada
di Indonesia sebenarnya mempunyai peluang dalam menciptakan SDM yang
berkualitas dengan catatan pondok pesantren mampu mempertahankan nilai-nilai
tradisional yang telah hidup berabad-abad, menjadi pendidikan alternatif yang
ideal, mencetak generasi muda yang ber-akhlakul karimah, di era globalisasi yang
sedang terjadi dengan tanpa meninggalkan watak kepesantrenannya.
Menurut Edy Supriyono, minimal ada tiga alasan mengapa pesantren
peluangnya lebih besar dibandingkan lembaga pendidikan yang lain;”
1. Pesantren yang ditempati generasi bangsa (mulai anak-anak hinggga pemuda),
dengan pendidikan yang tidak terbatas oleh waktu sebagaimana pendidikan
umum.
2. Pendidikan pesantren yang mencoba memberikan keseimbangan antara
pemenuhan lahir dan batin.
3. Pendidikan pesantren terbuka untuk semua kalangan”. 16
Serta jika pesantren melakukan inovasi dalam pendidikannya maka pada
hakikatnya pesantren akan lebih terbuka kesempatannya di pilih oleh masyarat.
Inovasi pendidikan dapat menyangkut berbagai bidangdi Pondok-pesantren.
15
Bachrudin Musthafa, Kecenderungan Global dan tuntutan Pendidikan Abad Informasi,
Jurnal Ilmu Pendidikan, November 2002, Jilid 9, Nomor 4 ISSN 0215-9613, Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), 248.
16
Edy Supriyono, Pesantren di Tengah Arus Globalisasi, Menggagas Pesantren Masa
Depan, Geliat Suara Santri untuk Indonesia Baru, 2003,Yogyakarta; Qirtas.
Kurikulum sebagai salah satu bagian dari software merupakan salah satu aspek
yang cukup urgen untuk di perbaharui agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Kurikulum merupakan komponen instrumen pendidikan yang penting
keberadaannya, karena dengan kurikulum segala bentuk aktivitas pendidikan akan
terarah dalam rangka pencapain tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU
SISDIKNAS.17
Sistem pendidikan serta kurikulum pesantren kini menjadi banyak
perbincangan bukan hanya sekedar karena kebijakan pengembangan kurikulum
pendidikan nasional yang selalu berubah, tetapi karena dinamisasi pesantren
dalam mengembangankan kurikulum, dengan membentuk lembaga pendidikan
formal yang menyerap muatan kurikulum yang dibutuhkan dalam konteks
kebutuhan masyarakat akan pendidikan modern yang membutuhkan lembaga
legal formal yang mampu mengeluarkan ijazah, sebagai suatu formalitas
kelulusan dalam menjalani program pendidikan, dan penambahan mata pelajaran
umum di dalam sekolah keagamaan (dalam hal ini adalah pesantren dan lembaga
pendidikan Islam) sebagai suatu wujud tantangan kebutuhan zaman akan
kebutuhan pendidikan yang memberikan orientasi pengajaran, dan pemberian
bekal hidup yang berbeda. Keadaan yang seperti ini juga belaku pada
pengembangan pendidikan Islam (terutama dalam pengembangan kurikulum
pendidikan) Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah.
17
UURI No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Bandug:
Citra Umbara.
Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah di
antara Pondok-pesantren yang berada di Kab. Semarang yang sudah lama berdiri
Fakta ini diperoleh dari dokumen yang penulis dapatkan. Serta Pondok-pesantren
Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al Mas‟udiyyah menyatakan bahwa selain
melaksanakan kurikulum salafiyah seperti model bandongan, sorogan dan
takhassus, pesantren juga melaksanakan kurikulum khalafiyah (modern) yaitu
dengan berdirinya lembaga formal.
Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al
Mas‟udiyyah memberikan pendidikan kepada para santrinya secara integral
pengetahuan
pesantren
umum dan agama, Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-
Al Mas‟udiyyah terus berusaha memenuhi tuntutan kemajuan dan
pendidikan, baik itu tuntutan ilmu umum atau megenai system pendidikan
Nasional, dan SKB tiga menteri, serta ilmu Agama. Pondok-pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah mengakomodir tuntutan masyarakat serta
tidak menghilangkan ciri khas sebagai pesantren. Problem adaptasi dengan
kemajuan dan system pendidikan ini sedikit banyak telah mempengaruhi
pengembangan kurikulum, baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren
Al Mas‟udiyyah. Sehingga pesantren mengupayakan dengan
menambah Ustadz dan para Guru yang mempunyai pengalaman baru dan gelar
kesarjanaan di harapka menambah pengetahuan dan pengalaman yang belum
pernah di peroleh oleh para ustadz pesantren sebelumnya, sehingga memungkin
membuka paradigma baru yang ada dalam Pondok-pesantren Al-Manar dan
Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah tersebut.
Bentuk asal kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al Mas‟udiyyah adalah pesantren tradisional yang mengajarkan kitab klassik
(kitab kuning) yang menjadi muatan inti dalam pengajaran agama di Pondokpesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, baik itu di ajarkan
dalam Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al Mas‟udiyyah
bentuk hafalan bait, lafal makna, maupun membaca kitab secara keseluruhan.
Pengembangan keilmuan membaca kitab kuning melalui nahwu dan sharaf,
dengan metode pembelajaran sorogan dan bandongan. Kegiatan pembelajaran
pesantren klassik diatas mengalami perubahan dan dinamika seiring dengan
perubahan dan dinamika pengembangan seiring dengan meningkatnya tuntutan
zaman, sistem pendidikan, dan alumni dan ustadz yang mempunyai paradigma
modern
pada
Pondok-pesantren
Al-Manar
dan
Pondok-pesantren
Al
Mas‟udiyyah.
Dari paparan di atas dapat dilihat betapa pentingnya fungsi kurikulum
dalam pendidikan, sehinggga dari sinilah peneliti tertarik untuk meneliti
penerapan kurikulum Pondok-pesantren dalam era globalisasi
B. Rumusan Masalah
Penilitian ini ditujukan untuk mengkaji tentang kurikulum dalam
perkembangan lembaga pendidikan Islam, terutama menyangkut topik relevansi
kurikulum di pondok pesanren. Penelitian ini penulis batasi permasalahan pada
pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al Mas‟udiyyah. Sedangkan lembaga pendidikan formal tidak di ulas lebih lanjut
dikarenakan fokus penelitian hanya membatasi pada kurikulum pondok pesantren.
Pengembangan kurikulum pondok pesantren, penulis mengambil setting
penelitian pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al
Mas‟udiyyah bertempat di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah.
Dari latar belakang di atas, maka akan diuraikan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kurikulum yang di terapkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan
Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah?
2. Apa landasan pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan
Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah ?
3. Apa kurikulum yang diterapkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah masih relevan dengan era globalisasi ?
C. Signifikan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini secara umum
bertujuan :
1. Untuk mengetahui kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah.
2. Untuk mengetahui landasan yang di gunakan dalam pengembangan
kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah.
3. Mengetahui relevansi kurikulum di pondok-pesantren Pondok-pesantren
Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah dengan era globalisasi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada dua hal :
1. Manfaat secara teoritif substantif
a. Memberikan masukan keilmuan dalam pengembangan dunia pendidikan
pesantren
b. Memperkaya teori tentang pengembangan kurikulum di lembaga
pendidikan Islam.
c. Menyumbangkan pemikiran tentang kurikulum yang relevan bagi
pendidikan di Indonesia umumnya dan pendidikan di pondok pesantren
pada khususnya dalam menghadapi era globalisasi.
d. Memberikan bahan kajian dan rujukan bagi penelitian di bidang yang
serupa.
2. Manfaat secara praktis empirik
a. Sebagai tugas akhir untuk menyeleisaikan studi Pascasarjana program
Magister Pendidikan Islam
b. Sebagai
sumbangan
informasi
mengenai
perkembangan
praktis
kurikulum pesantren dan lembaga pendidikan Islam.
c. Sebagai masukan dan pertimbangan kepada pesantren dan lembaga
pendidikan islam terkait dengan pengembangan kurikulum.
D. Kajian Pustaka
Adapun penelitian yang berkaitan dengan tema, penulis menemukan antara
lain:
Mujamil Qomar, Politik Pendidikan Pesantren Melacak Transformasi
Institusi, dan Metode, kemudian dicetak menjadi buku dengan judul: Pesantren
Dari Transformasi metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Dalam penelitian
ini dikemukakan bahwa kurikulum pesantren itu jika diamati dengan melihat
kondisi pada dua kutub secara ekstrim (masa permulaan dan keadaan sekarang)
memang menunjukkan perubahan yang sangat fundamental, tetapi ketika
perubahan itu dilihat secara setahap demi setahap, ternyata hanya terjadi
perubahan yang amat lamban. Perubahan yang terjadi lebih imitatif daripada
upaya pembuatan model sendiri. 18
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian Tentang
Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, kemudian oleh INIS diterbitkan
pada tahun 1994. Penelitian yang mengambil 6 pesantren sebagai situsnya
mengemukakan bahwa jenis pendidikan di pesantren ada yang bersifat formal dan
non formal. Untuk yang bersifat non formal, hanya mempelajari agama yang
bersumber dari kitab-kitab klasik. Kurikulum pada jenis pendidikan ini
berdasarkan tingkat kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas
dalam kitab. Sedangkan untuk pendidikan formal (madrasah dan sekolah umum)
berlaku kurikulum yang ditentukan oleh pemerintah (Depag dan Depdikbud). 19
18
Mujamil Qomar, Pesantren dan Transformasi Metodologi menuju Demokrasi Institusi,
Jakarta: Erlangga, 1996
19
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang Unsur dari
Nilai Sistem Pendidikan, Jakarta: INIS, 1994.
Nur Ali, Manajemen pengembangan kurikulum sekolah menengah
kejuruan di pesantren (studi multi kasus di Pesantren Darum Ulum Jombang dan
Pesantren Al-Yasini Wonorejo Pasuruan). Fokus penelitian ini adalah ingin
mengetahui latar belakang diadakannya pengembanban kurikulum, kegiatan
pengembangan kurikulum pesantren, dan implikasi manajemen pengembangan
kurikulum terhadap citra sekolah menengah kejuruan (SMK). 20
Amir Mahmud, Dinamika pengembangan Kurikulum Pesantren Rifaiyah,
Penelitian ini merupakan penelitian pendidikan yang menggunakan perspektif
sejarah untuk menggali data secara kronologis-historis dalam menganalisa
pengembangan kurikulum pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan.
Kesimpulan penelitian ini adalah mengenai pengaruh kepemimpinan
pesantren dalam pengembangan kurikulum pendidikan pesantren, pergantian
pemimpin membawa dampak yang signifikan terhadap kebijakan dan orientasi
perubahan kurikulm pendidikan pesantren, pergantian pemimpinan pesantren
membawa sebuah dinamika perubahan dan perkembangan. Perubahan dan
dinamika pengembangan kurikulum pesantren Rifaiyah lebih banyak dipengaruhi
faktor kepemimpinan pesantren yang membawa orientasi pendidikan pesantren,
bahkan perubahan kurikulum pesantren tidak banyak terlihat ketika perubahan
kurikulum pendidikan nasional mengalami banyak perubahan. 21
Disertasi, Modernisasi Pesantren; Studi Transforma si Kepemimpinan
Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren oleh Abd. Halim Soebahar. Disertasi ini
20
Nur Ali, Manajemen Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan di
Lingkungan Pesantren, Tesis Pascasarjana UNM, 2014.
21
Amir Mahmud, Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren
Rifa’iyah, Tesis Pascasarjana UIN Kalijaga, 2014.
kemudian diterbitkan oleh LkiS dengan judul yang sama pada tahun 2013. Halim
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa sistem pembaharuan dan proses
perjalanan
pesantren mengusung tema modern bukanlah hal yang mudah.
Dijelaskannya bahwa kehidupan pesantren penuh dengan kultural tradisinya
terkadang sulit untuk disinggung dengan semacam realitas kehidupan nyata diluar.
Namun apa yang ditelitinya dari lima lembaga pendidikan pesantren, yaitu;
pesantren Syaikhona Kholil, At-Taroqqi, Banyuanyar, Annuqayah, dan pesantren
Al Amin, menunjukkan bahwa modernisasi yang terjadi di lima pesantren tersebut
berangkat dari peran kiai pesantren.
Kompetensi
yang
dimiliki
masing–masing
pesantren
tersebut
ditransformasikan dalam sistem pendidikan pesantren. Maka secara garis besar
apa yang terjadi dari pembaharuan dalam pendidikan pesantren adalah respon kiai
terhadap inovasi dalam proses transformasi. Pola inovasi oleh masing-masing kiai
pesantren memiliki hampir pandangan yang sama mengenai perlunya dilakukan
inovasi sistem kurikulum pendidikan pesantren, yaitu al muhafadzotu ala qodimi
as sholih wal akhzu bil jadidi al aslah, yang berarti memelihara tradisi lama yang
masih relevan dan melakukan inovasi yang lebih konstruk. 22
Penelitian Tesis, Model Pengembangan Kurikulum Pesantren (Studi di
Pondok Pesantren An-Nur Bululawang Malang) oleh Edy Sutrisno. Dalam
penelitiannya digambarkan bahwa kurikulum pesantren terus mengalami
pengembangan. Meskipun dalam temuannya terjadi berbagai dialektika dalam
22
Abd Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren; Studi Transforma si Kepemimpinan Kiai
dan Sistem Pendidikan Pesantren, Disertasi UIN Kalijaga, 2010.
proses perjalanan pengembangan kurikulum disana. Model pendidikan yang
diterapkan dipesantren ini dalam sejarahnya mengambil dua seting model
pendidikan, yaitu keagamaan dan umum. Pendidikan keagamaan yang
dimaksudnya terfokus pada pendidikan yang bermuatan dengan mata pelajaran
agama dengan mengandalkan kitab kuning. Sedangkan pendidikan umum hanya
mengajarkan mata pelajaran umum selain yang berbau agama. Namun dalam
perjalanannya dua model pendidikan ini mulai dilebur menjadi satu. Pemisahan
waktu yang sebelumnya sudah lama dilakukan membuat kurikulum di pesantren
ini berjalan lambat. Sampai akhir tahun 2008, Peleburan dan penyatuan dua model
pendidikan mulai digabungkan dan dirumuskan dalam kurikulum. 23
Tesis, Dinamika Pengembangan Kurikulum Ma’had Aly Pondok
Pesantren Wahid Hasyim Sleman. Oleh zainul Arifin. Tesis ini mendeskripsikan
pengembangan kurikulum Ma‟had Aly dengan menggunakan analisis pendekatan
emic dan total quality managemen. Dalam penelitianya ia mengklasifikasikan
pengembangan kurikulum kedalam tiga hal; pengembangan kurikulum sebagai
ide, sebagai dokumen, dan sebagai proses. Pengembangan kurikulum sebagai ide,
kurikulum dirancang berdasarkan analisis kebutuhan, dan akhirnya terbentuklah
ide untuk menggabungkan kurikulum pesantren dengan kurikulum perguruan
tinggi. Sebagai dokumen, pengembangan kurikulum dilakukan dengan membuat
draft kurikulum, yang berisikan silabus dan distribusi mata
pelajaran. Dan
sebagai proses, ide pengembangan kurikulum pada pesantren Ma‟had Aly tidak
23
Edy Sutrisno, Model Pengembangan Kurikulum Pesantren, Studi di Pondok Pesantren
An-Nur Bululawang Malang, Tesis Pascasarjana UNM, 2014.
selesai
pada
bentuk dokumen, tetapi
diimplementasikan dalam
proses
pembelajaran. 24
Tesis Manajemen Kurikulum Program Keagamaan Man 1 Surakarta. Oleh
Asykar Nurul Hidayah. Tesis ini berangkat dari kegelisahan tentang kondisi
madrasah yang kurang begitu diminati oleh masyarakat, dan minimnya minat
tersebut disebabkan oleh rendahnya mutu manajemen, serta kualitas kurikulum
sekolah. Penelitian ini berusaha mengungkap proses manajemen kurikulum
program keagamaan, dengan menjelaskan faktor yang menjadi pendukung dan
kendala
pengembangan
mutu sekolah
tersebut.
Dalam
penelitianya
ia
memaparkan faktor pendukung yang berupa pengasramaan siswa, pengauatan
bahasa asing sebagai pengantar, perbaikan manajemen kurikulum serta
pembenahan sistem rekrutmen yang baik. Sedangkan hal-hal yang menjadi
kendala pengembangan kurikulum keagamaan adalah kebijakan nasional yang
kurang mendukung, kurangnya kualitas dan kompetensi guru, serta kurangnya
dukungan masyarakat luas terhadap keberadaan MAN. 25
Dari beberapa kajian pustaka, banyak peneliti pengembangan kurikulum
dengan
implikasinya,
mengembangangkan
ada
juga
kurikulum
pengaruh
pemimpin/
Pondok-pesantren.
Serta
Kyai
dalam
manajemen
pengembangan kurikulum. Untuk itu penulis tertarik meneliti kurikulum
pesantren yang sekarang digunakan, apakah masih relevan dengan kondisi zaman
yang sudah modern. Menurut penulis belum menemukan penelitian yang
24
Zainul Arifin, Dinamika Pengembangan Kurikulum Ma’had Aly Pondok Pesantren
Wahid Hasyim Sleman, Tesis Pascasarjana UIN Kalijaga, 2014.
25
Asykar Nurul Hidayah, Manajemen Kurikulum Program Keagamaan Man 1 Surakarta,
Tesis Pascasarjana UMS, 2013.
membahas masalah kurikulum di pesantren yang sekarang masih di gunakan.
Perbedaan penelitian yang terdahulu, penulis meneliti kurikulum Pondokpesantren salaf. Yang pada penelitian ini penulis mengambil Pondok-pesantren
Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah yang keduanya berada di
Kabupaten Semarang.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif (qualitative research), yaitu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap,
kepercayaan, persesi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok,
26
dimana data yang disajikan tidak dalam bentuk angka-angka melainkan dalam
bentuk kata-kata dan gambaran-gambaran, 27 sehingga hasil penelitiannya berupa
deskripsi, interpretasi, dan tentatif-situasional.
Menurut Nasir, Penelitian kualitatif
adalah penyelidik yang hati-hati
testematik, dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan tertentu dan
keperluan tertentu. 28 penelitian ini di dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem
yang bisa berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang
26
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung. Remaja
Rosdakarya, 2010), 60-61
27
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif
(Surabaya: Airlangga University Press, 2005), 103.
28
Nasir. Metode Dakwah Secara langsung. Jakarta,1985
terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. 29 Dalam hal ini, sesuatu yang
dijadikan kasus bisa berupa masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi
bisa juga berupa sesuatu yang tidak ada masalah di dalamnya, melainkan karena
keunggulan atau keberhasilannya. 30
2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang penulis lakukan adalah di Pondok
Pesantren Al Manar dan Pondok Pesantren Al Mas‟udiyyah yang keduanya adalah
pondok pesantren salaf yang berada di Kabupaten Semarang.
Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa kelebihan yang
dimiliki oleh masing-masing pondok pesantren tersebut. Diantaranya adalah
kemampuan lembaga dalam mempertahankan eksistensinya serta terus berusaha
mengembangkan lembaga secara menyeluruh, dari segi jumlah santri, keduanya
Pondok-pesantren dengan jumlah santrinya lumayan banyak.
Serta Pondok-
pesantren yang masih mempertahankan pendidikan salaf di tengah-tengah
pendidikan yang berkembang.
3. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh sumber
informasi yang akan dijadikan rujukan penelitian. Sumber data utama dalam
29
30
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian…,64.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian..., 77-78
penelitian kualitatif ialah berupa kata-kata dan tindakan selebihnya adalah sumber
data tambahan seperti dokumen, buku-buku yang relevan dan lain-lain. 31
Penentuan sumber data
dalam
penelitian ini
dilakukan dengan
menggunakan snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan
sumber data, yang pada mulanya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. 32
Adapun subyek penelitian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
adalah Pengasuh Pesantren/ Kyai, para pengurus, para ustad/ ustadzah, santri,
komite sekolah baik Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al
Mas‟udiyyah. Serta buku bank data, dokumen administrasi, buku pedoman
penyelenggaraan baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini digunakan untuk mendapatkan informasi data yang
terkait dengan fokus penelitian. Penentuan subyek penelitian yang disesuaikan
tujuan penelitian dan subyek tersebut akan menjadi semakin banyak untuk
mendapatkan informasi yang lebih komplek. Bertambah banyaknya subyek
penelitian itu seperti bola salju yang menggelinding, sehingga lama-lama menjadi
besar.
Untuk mengumpulkan data-data terkait penelitian yang dilakukan, peneliti
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai beriku:
a. Metode Observasi
31
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Remaja Rosda Karya,
2001,157.
32
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&,
Bandung: Alfabeta, 2010, 300.
Observasi atau pengamatan merupakan suatu cara mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.
Observasi
dapat
dilaksanakan
secara
partisipatif
ataupun
nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif(participatory observation), pengamat
ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan dalam observasi
nonpartisipatif(nonparticipatory observation), pengamat tidak ikut serta dalam
kegiatan melainkan hanya berperan mengamati kegiatan. 33
Dalam penelitian ini, metode observasi yang digunakan adalah observasi
partisipan yang bersifat moderat (moderate participation) artinya, dalam
mengumpulkan data terkait dengan penelitian, peneliti mengamati subyek yang
diteliti sambil turut terlibat dalam sebagian besar kegiatan yang diamati. Langkah
tersebut dilakukan oleh peneliti untuk menjaga keseimbangan peran nya sebagai
orang dalam dan orang luar (insider and outsider). 34
Peneliti dalam hal ini turut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan di
Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, tetapi tidak
secara keseluruhan. Motode observasi partisipatif ini digunakan oleh peneliti
untuk menggali informasi mengenai relevansi kurikulum pendidikan Islam di
Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Data utama
yang akan diperoleh dengan metode observasi ini adalah proses pengembangan
33
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung. Remaja
Rosdakarya, 2010, 220.
34
Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidika, Malang:
Banyumedia Publishing, 2014, 214.
kurikulum pendidikan Islam di pondok tersebut, terutama pada tahap pelaksanaan
kurikulum dan implikasi pengembangan kurikulum terhadap era globalisasi.
b. Metode Interview atau Wawancara
Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah
wawancara mendalam (in-depthinterview), yaitu metode pengumpulan data yang
berupa pertemuan antara dua orang atau lebih secara langsung dengan tujuan
untuk memperoleh informasi dan ide melalui tanya jawab secara lisan sehingga
dibangun makna dalam suatu topik tertentu. 35
Dalam hal ini, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihakpihak terkait secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan,
yaitu tentang kurikulum yang di gunakan di Pondok-pesantren Al-Manar dan
Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, di Era Globalisasi. Teknik wawancara ini
peneliti gunakan untuk mencari informasi dari beberapa informan terkait seperti
pimpinan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah.
yaitu Kyai As‟ad Haris, Kyai Fatkurrokhim pengasuh, guru yayasan, kepala
sekolah formal, pengurus pesantren, serta beberapa santri.
c. Metode Dokumentasi
Di samping menggunakan metode observasi partisipatif dan in-depth
interview, untuk mendapatkan data yang terkait dengan penelitian, peneliti juga
35
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2012, 220
.
menggunakan metode dokumentasi ataustudi dokumenter (documentary study),
yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik berupa dokumen tertulis, gambar,
maupun elektronik. 36
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang profil
ma‟had, sejarah berdirinya, visi dan misinya, struktur organisasi, data pendidik,
data mahasantri, dokumen-dokumen kurikulum Pondok-pesantren, serta data-data
lain yang terkait dengan fokus penelitian.
5. Analisis Data
Proses penelitian adalah hal yang penting dalam penelitian kualitatif, maka
data yang dikumpulkan akan dianalisa dengan narasi induktif, dan kemudian
disajikan secara kronologis-analitis, yaitu dalam bentuk hasil analisis yang berupa
rangkaian kalimat yang menggambarkan keadaan nyata dilapangan. 37
Sedangkan dalam menjelaskan penelitian kualitatif, Moleong menyatakan
bahwa penelitian kualitatif itu berakar pada seting dunia empiris sebagai
mengandalkan keutuhan manusia sebagai instrument penelitian. Dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara induktif,
serta lebih menekankan pada kualitas proses penelitian, membatasi studi tentang
36
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, 221.
Robert C Bodgan dan Sari Knopp Beiken, Qualitative Research for Education; An
Introduction to Theory and Method, London; Allyn and Bacon, 1998, 4-7.
37
fokus penelitian, dan memilih seperangkat kriteria untuk validitas rancangan
penelitian serta subjek penelitian. 38
Karakteristik penelitian kualitatif meliputi; latar alamiyah, manusia
sebagai alat, metode kualitatif, analisis data secara induktif, grounded the ory,
deskriptif, lebih meningkatkan proses daripada hasil, adanya “batas” yang di
tentukan oleh”focus”, adanya criteria khusus untuk keabsahan data, desain yang
bersifat sementara, dan hasil penelitian di rundingkan dan disepakati bersama. 39
F. Sistematika Penulisan
Tesis ini dibagi kedalam Lima bab yaitu:
Bab I
: PENDAHULUAN
Yang tediri dari enam sub bab. Yang Pertama adalah latar belakang
masalah yang merupakan titik awal dari proses penelitian yang
memberikan gambaran dari substansi permasalahan yang ada dalam
penelitian, maka dimunculkan dalam sub bab ini seputar latar belakang
pemilihan tema dan judul penelitian. Kedua, rumusan masalah yang
merupakan penegasan lebih lanjut dari latar belakang masalah yang
mana akan ditindak lanjuti dalam aktifitas penelitian ini. Ketiga,
signifikan penelitian, berangkat dari rumusan masalah tersebut maka
38
Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya,
2002,4-8.
39
Robert C Bodgan dan Sari Knopp Beiken, Qualitative Research for Education; An
Introduction to Theory and Method, London; Allyn and Bacon, 1998, 4-7.
signifikan penelitian yaitu diantaranya tujuan penelitian, manfaat yang
akan dijelaskan urgensi dan kontribusi yang akan dihasilkan dari
penelitian ini baik besifat teoritik-akademik maupun praktis. Keempat,
kajian pustaka, berisi penelusuran pustaka yang berkaitan dengan objek
penelitian. Kelima, metode penelitian berisi cara-cara yang ditempuh
dalam rangkaian penelitian. Keenam, sistematika pembahasan yang
menguraikan kronologi berfikir dalam pencarian kebenaran.
Bab II : PERSPEKTIF TEORI
Bab ini membahas teori yang digunakan sebagai landasan kaitanya
dengan permasalahan sehingga menghasilkan kesimpulan yang sesuai
tujuan penelitian, yaitu tentang relevansi kurikulum di pesantren di era
Globalisasi. Teori yang menjadi landasan dan pijakan dari penelitian ini
terbagi menjadi tiga sub bab agar memudahkan pemahaman (kerangka
dalam memahami) persoalan yang diteliti. Sub bab pertama, pembahasan
seputar Kurikulum. Sub bab kedua, pembahasan tentang Pondok
pesantren. Sub bab ketiga era globalisasi. Sub bab ke empat yaitu
kurikulum pondok pesantren yang relevan dengan era globalisasi.
Bab III : PROVIL LOKASI PENELITIAN
Membahas gambaran umum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren
Al Mas‟udiyyah, sejarah singkat dan perkembanganya
Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah,
kurikulum pondok pesantren, deskripsi visi misi, model pembelajaran,
bentuk kepengurusan serta sarana dan fasilitas pesantren.
Bab IV : HASIL PENELITIAN
Membahas mengenai relevansi kurikulum di pondok pesantren di era
globalisasi di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah, yang terdiri dari kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, landasan pengembangan
kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al
Mas‟udiyyah, kurikulum yang diterapkan di Pondok-pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren
Al Mas‟udiyyah berkaitan dengan
relevansi
dengan era globalisasi.
Bab V : PENUTUP
Dalam bab ini penyusun menguraikannya kedalam tiga sub bab. Sub bab
pertama, berisi kesimpulan dari pembahasan sebelumnya. Sub bab
kedua,
saran-saran
yang
berkaitan
dengan
kesimpulan
untuk
pengembangan penelitian selanjutnya. Sub bab ketiga, merupakan kata
penutup dari penyusun.
BAB II
PERSPEKTIF TEORI
A. Kurikulum pesantren
1. Arti Kurikulum
Kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan
dalam bidang olah raga yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yaitu jarak
yang harus ditempuh dari start sampai ke finish. Lambat laun pengertian ini
digunakan dalam dunia pendidikan. Dalam bahasa Arab diistilahkan dengan
manhaj, yaitu jalan yang terang, atau jalan yang terang yang dilalui manusia pada
kehidupanya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang
diikuti oleh guru dan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan nilai-nilai kependidikan.40
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) dinyatakan bahwa “ kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
41
Kurikulum
dikembangkan kearah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
40
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah
dan Perguruan Tinggi, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2012, 1.
41
Tim Visimedia, UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No. 14 th 2005, Jakarta: Visimedia,
2008
Di dalam proses pembelajaran, kurikulum merupakan elemen penting
yang harus diperhatikan. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik
dan kesesuainya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan
jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.42
Sedangkan kurikulum dalam pendidikan modern tidak lagi terbatas pada
materi yang di berikan dilingkungan sekolah saja, melainkan meliputi hal-hal
yang menyangkut aspek kehidupan di luar sekolah. Perluasan jangkauan
kurikulum di zaman modern terlihat dalam definisi sebagai berikut:
a. Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial,
olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didik di
dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya berkembang secara
menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan.43
b. Kurikulum adalah sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada lingkungan
pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didik
di dalam dan di luar sekolah dan sejumlah pengalaman yang lahir daripada
interaksi dengan kekuatan dan faktor-faktor itu.44
42
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003, Bandung; Fokus Media, 2005, 121-122.
43
Hasan Langgulung,Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Al-Husna,1986, 40.
44
Hasan Langgulung,Manusia…, 41.
Kedua definisi di atas merupakan cerminan dari pengertian kurikulum
dalam pendidikan modern, yang ruang lingkupnya mencakup berbagai aspek di
luar sekolah. Dalam pendidikan modern tampaknya kurikulum berisi materi yang
cenderung ditujukan ke arah pengembangan potensi murid guna kepentingan
hidupnya di masyarakat. Namun pada dasarnya kurikulum tersebut tersusun oleh
berbagai aspek (komponen) utama yang menjadi cirinya, yaitu ada tujuan, isi,
bahan ajar serta cara/ metode.
Kurikulum pada dasarnya menempati posisi sentral di dalam keseluruhan
proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang
sangat strategis untuk mengendalikan jalannya proses pendidikan. Berkaitan
dengan posisi kurikulum yang demikian akan menjadi semakin dipandang penting
apabila kurikulum itu dikembalikan kepada pengertian-pengertian kurikulum itu
sendiri, dimana dalam salah satu pengertiannya disebutkan bahwa kurikulum itu
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas lembaga pendidikan yang
dapat merangsang berkembangnya kegiatan pembelajaran peserta didik.
Hal ini menunjukan kebijakan-kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh
pihak manajemen lembaga pendidikan atau pemerintah. Jika batasan seperti ini
yang digunakan, maka dengan sendirinya kedudukan atau posisi kurikulum di
dalam keseluruhan proses pendidikan menempati posisi yang sangat sentral.
Kurikulum merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan, karena
kurikulum merupakan salah satu alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Segala hal yang harus diresapi serta dihayati oleh peserta didik harus ditetapkan
dalam kurikulum itu. Begitu juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik
kepada peserta didik, harus dijabarkan di dalam kurikulum.
Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana
bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Jadi kurikulum menggambarkan
kegiatan pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan.
Di dalam kurikulum tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan
yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, dan peserta didik
memepelajarinya, akan tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan
yang dipandang perlu, karena mempunyai pengaruh terhadap peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan. Jadi dalam kurikulum tidak hanya berisi ilmu
pengetahuan yang diajarkan dalam kelas, melainkan menyangkut juga semua hal
yang mempengaruhi proses belajar mengajar. 45
2. Komponen Kurikulum
Seperti yang telah di uraikan di atas pada dasarnya kurikulum tersusun
oleh berbagai aspek (komponen) utama yang menjadi cirinya yaitu;
a. Tujuan kurikulum
1) Tujuan Pendidikan Nasional
Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan karna berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari
banyaknya tujuan-tujuan yang tercapai. Menurut Wina sanjaya tujuan pendidikan
45
H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara,1994, 85.
nasional adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis. Tujuan
Pendidikan Nasional merupakan sasaran akhir yang harus di jadikan pedoman
oleh setiap usaha pendidikan artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan itu, baik
pendidikan yang di selenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal
maupun non formal.46
Tujuan pendidikan umum biasanya di rumuskan dalam bentuk perilaku
yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang di
rumuskan oleh pemerintah dalam bentuk Undang-Undang. Tujuan Pendidikan
Nasional merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan
pendidikan.
Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sistem nilai
pancasila di rumuskan dalam undang-undang No.20 tahun 2003, pasal 3, yang
merumusakan bahwa pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. 47
2) Tujuan Pendidikan Pesantren
46
Wina Sanjaya, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.2006, 25- 27
47
Tim Visimedia, UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No. 14 th 2005, Jakarta: Visimedia,
2008
Tujuan pendidikan pesantren adalah berupaya menanamkan nilai-nilai
Islam dalam diri santri serta mewujudkan manusia dan masyarakat muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. 48 Dalam kaitan ini secara lebih khusus
lagi, pondok pesantren bahkan diharapkan berfungsi lebih dari pada itu, ia
diharapkan agar memikul tugas yang tak kalah pentingnya, yakni mencetak
genersi yang berakhlakul karimah. Dengan kualitas keislaman, keimanan,
keilmuan dan akhlaknya, para santri diharapkan mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya. Di sini, para santri diharapkan dapat memainkan
fungsinya. 49
Selain itu juga pondok pesantren juga bertujuan untuk menciptakan
manusia muslim mandiri dan kultur pondok pesantren yang cukup menonjol yang
mempunyai swakarya dan swadaya keterkungkungan kultural maupun pemikiran
untuk kalangan pesantren merupakan penilaian publik yang sebetulnya tidak
terlalu jauh dengan kondisi nyatanya.
b. Isi Kurikulum
Isi kurikulum adalah materi yang diberikan kepada peserta didik untuk
bahan pembelajaran guna mencapai tujuan. Isi kurikulum merupakan komponen
yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta didik.
Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap
materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan peserta didik. Baik
48
49
A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali, 1987, 73-74
A. Mukti Ali…,74
materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan.
Isi kurikulum menurut standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, yang secara keseluruhan mencakup:
1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan,
2) Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan
menengah,
3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulumsebagai
bagian tidak terpisahkan dari standar isi, dan
4) Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. 50
Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
c. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik
50
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 14 Tahun 2007
(http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/isi/Standar_Isi.pdf diakses 7 Januari 2016)
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.
51
Pengertian ini menjelaskan
bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional
karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses
pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari
kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik
dan rinciannya. 52
Bahan ajar yang di ajarkan di pondok pesantren atau juga disebut dengan
materi, pada awalnya yang diajarkan banyak ilmu agama dan ilmu alat yang
mendukungnya, misalkan ilmu Sorof, Nahwu, Fiqih, Tafsir, ilmu Kalam, Tasawuf
dan sebaganya Seiring dengan perkembangan waktu, pondok pesantren mulai
mengadopsi materi-materi umum dan ketrampilan.
Bahan ajar yang digunakan di pondok pesantren melalui kitab-kitab
standar yang disebut al-kutub al qodimah, karena kitab-kitab tersebut dikarang
lebih dari seratus tahun yang lalu. Ada juga yang menyebutnya sebagai al-kutub
al-shafra’ atau “kitab kuning” karena biasanya kitab-kitab itu dicetak di atas
kertas yang berwarna kuning. Selain itu ciri lain dari kitab-kitab yang diajarkan di
pondok-pesantren itu ialah beraksara gundul (huruf arab tanpa harokat atau
syakal). Keadaannya yang gundul itu pada sisi lain ternyata merupakan bagian
51
Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, Elex
Media Komputind, Jakarta , 2008.
52
Ruhimat, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia. 2011,
152.
dari pembelajaran, sehingga keberhasilan menemukan harokat-harokat yang
benar merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran di pesantren. 53
Untuk kriteria bahan kurikulum adalah sebagai berikut:
1) Sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa
2) Mencerminkan kenyataan sosial
3) Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
4) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan
d. Metode/ cara
Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab
secara umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang
telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Metode berasal dari kata method, artinya melalui, melewati, jalan atau
cara untuk memperoleh sesuatu.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa pengertian Metode
pada prinsipnya sama yaitu merupakan suatu cara dalam rangka pencapaian
tujuan, dalam hal ini dapat menyangkut dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik,
maupun keagamaan. Unsur–unsur metode dapat mencakup prosedur, sistimatik,
logis, terencana dan aktivitas untuk mencapai tujuan. Adapun metode dalam
pembahasan ini yaitu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.
53
Maksum, Pola Pembelajaran di Pesantren, Lukman Hakim (ed) Op ;31-32
Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistimatik dan
disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar kegiatan pembelajaran dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak
dapat lepas dari interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar, sehingga
untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam
pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan interaksi
satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing jenis interaksi
tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat sehingga tujuan akhir
dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Tujuan pembelajaran merupakan arah dari proses pembelajaran yang pada
hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang di harap yang di harapkan di kuasai
oleh peserta didik setelah menerima atau menempuh pengalaman belajar. 54 Serta
tujuan pembelajaran dapat diperlukan pelaksanaannya yang baik dalam
menghantarkan peserta didik ke tujuan pendidikan, yang merupakan tolak ukur
dari program pembelajaran (kurikulum). Alat ukur kurikulum dinamakan evaluasi
yang bertujuan memeriksa tingkat ketercapaian tujuan suatu kurikulum dalam
proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki peranan penting dalam
memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna dalam pengembangan model
kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa dalam
mencapai tujuannya.
54
Masnur Muslich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah.
Jakarta : Bumi Aksara 2009.
Untuk merumusan cara pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
pendidikan maka dapat di bagi menjadi dua metode yaitu;
1) Metode umum
Metode merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting,
sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan
idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya,
maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode
dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode umum yang di gunakan dalam metode umum seperti ceramah,
demonstrasi,
diskusi,
simulasi,
laboratorium,
pengalaman
lapangan,
brainstorming, debat, simposium, dll.
2) Metode Pesantren
Mastuhu menyebutkan sepuluh jenis metode yang digunakan oleh pondok
pesantren, yaitu; sorogan, bandongan, musyawarah/ bahtsul masa’il, pengajian
pasaran, hafalan (muhafadzah), praktek ibadah, rihlah imlak, muhawarh/
muhadatsah, mudzaaroh, dan riyadhah.
55
Adapun strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode
dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja,
belum sampai pada tindakan. Sedangkan strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian
55
tujuan.
Dengan
demikian
penyusunan
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, INIS
langkah–langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya
diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan
metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, bisa jadi satu strategi pembelajaran digunakan
beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa
digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi
dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media
pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi
menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode
adalah a way in achieving something. 56
3) Evaluasi
Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus;
a) Pengertian evaluasi secara umum adalah suatu usaha untuk mengetahui
keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran baik yang menyangkut tentang
tujuan, meteri, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun system
penilaian itu sendiri.
b) Pengertian evaluasi secara khusus adalah penyesuain evaluasi pembelajaran
dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan
dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensiekonomis dan evaluasi program komprehensif.
56
Saifuddin Zuhri, Reformasi Kurikulum Pesantren, dalam ismail SM dkk, 2002,
Dinamika Pesantren dan Madrasah, Semarang & Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
& Pustaka Pelajar.103
Pada umumnya, pondok pesantren yang belum menerapkan sistem
pendidikan modern belum mengenal sistem penilaian (evaluasi). Menurut
Saifuddin Zuhri, kenaikan tingkat cukup ditandai dengan bergantinya kitab yang
dipelajari. Santri sendiri yang mengukur dan menilai. Yaitu apakah ia cukup
menguasai bahan yang lalu dan mampu untuk mengikuti pengkajian kitab
berikutnya.57
Mastuhu menjelaskan evaluasi keberhasilan belajar di pondok pesantren
ditentukan oleh penampilan kemampuan mengajarkan kitab kepada orang lain.
Jika santri merasa puas, maka hal itu berarti santri yang bersangkutan telah lulus.
Sebagai legalisasi kelulusannya adalah restu kiai bahwa santri yang bersangkutan
boleh pindah mempelajari kitab yang lain yang lebih tinggi tingkatannya dan
boleh mengajarkan kitab yang telah di kuasai kepada orang lain. 58
Dalam perkembangannya, pada pondok pesantren yang sudah mengadopsi
sistem modern, sistem evaluasi mulai di terapkan. Dalam konsep kurikulum
secara umum evaluasi terbagi dua, yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi
pelaksanaan mengajar. 59 Evaluasi hasil belajar dilaksanakan untuk mengetahui
keberhasilan penguasaan peserta didik terhadap pelajaran, sedangkan evaluasi
pelaksanaan mengajar dilaksanakan untuk mengetahui
proses pelaksanaan
kurikulum yang meliputi, tujuan, isi, metode, dan evaluasi itu sendiri.
57
Saifuddin Zuhri, Reformasi Kurikulum Pesantren, dalam ismail SM dkk, 2002,
Dinamika Pesantren dan Madrasah, Semarang & Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
& Pustaka Pelajar, 103.
58
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
59
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya, 111-112.
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui
evaluasi, dapat ditentukan nilai kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan
bagian– bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen
untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi
dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam
perbaikan strategi yang ditetapkan.
B. Karakteristik Pondok-pesantren Unggul
Pondok-pesantren merupakan lembaga dan wahana pendidikan agama
sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji” ilmu agama Islam. Pondok
pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi
juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia,60
Pondok-pesantren pada awal berdirinya telah memberikan kontribusi nyata
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai lembaga tafaqquh fi aldin, Pondok-pesantren juga memberikan andil yang cukup besar dalam pembinaan
dan pengembangan kehidupan umat Islam di Indonesia terutama dalam
pendidikan Islam. Lembaga inilah yang telah memainkan
peran aktif dalam
upaya mencerdaskan bangsa melalui pendidikan yang diselenggarakannya. Ia
adalah model sistem sosial sekaligus sebagai sistem intelektual yang pertama dan
tertua di Indonesia.
60
1997), 3.
Nurcholish Madjid. Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:Paramadina,
Dalam Era Globalisasi yang merupakan era informasi, era kemajuan
ipteks, dan era pasar bebas dibutuhkan SDM yang berkualitas. Dalam hal ini
Pondok-pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan harus melahirkan insan
yang mampu bersaing dalam Era Globalisasi ini dan mempunyai kapabilitas tinggi
dalam menjawab peluang serta tantangan era ini dengan tanpa meninggalkan
nilai-nilai religious yang menjadi ciri khas Pondok-pesantren.
Menurut Jamal Ma‟mur Asmani Pondok-pesantren yang unggul apabila
Pondok pesantren dapat mencetak santri;
1. Mempunyai tingkat pemahaman dan penguasaan ilmu agama yang
memadai.
2.
Mempunyai moralitas dan mentalitas keagamaan yang matang dan teruji.
3. Mempunyai penguasaan yang luas terhadap ilmu-ilmu modernitas, seperti
bahasa asing, internet, dan aneka ragam teknologi serta wacana pemikiran
dunia.
4. Mampu bergaul secara luas lintas agama, ras, etnis,dan antar golongan.
5. Mempunyai tingkat ekonomi yan memadai.
6. Mampu melakukan networking (jaringan kerja).
7. Mempunyai jiwa pengabdian dan pengorbanan yang tinggi, terutama
untuk memberdayakan ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, moralitas dan
politik rakyat kecil. 61
61
Jamal Ma‟mur Asmani, Dialektika Pesantren dengan Tuntutan Zaman, dalam A.Z
Fanani & Elly el-Fjri (ed), 2003, Menggagas Pesantren Masa Depan; Geliat Suara Santri untuk
Indonesia Baru, Yogyakarta, Qirtas, 18-19.
Pesantren masa depan yang unggul harus mampu melahirkan insan yang
memiliki tiga karakter yaitu;
a. Religious skillful people, yaitu insan muslim yang akan menjadi
tenaga-tenaga terampil, ikhlas, cerdas, mandiri, iman yang tangguh,
dan utuh. Sehingga religious dalam sikap dan prilaku, yang akan
mengisi
kebutuhan
tenaga
kerja
di
dalam
berbagai
sector
pembangunan.
b. Religius community leader, yaitu insan Indonesia yang ikhlas, cerdas
dan mandiri akan menjadi penggerak yang dinamis dalam transformasi
social budaya dan sekaligus menjadi benteng terhadap akses negatif
pembangunan dan mampu membawakan aspirasi masyarakat, dan
melakukan pengendalian social (social control)
c. Religious Intelektual, yaitu mempunyai integritas kokoh serta cakap
melakukan analisa ilmiah dan concern terhadap masalah-masalah
social.62
C. Globalisasi
1. Pengertian Globalisasi
Istilah globalisasi diambil dari kata “global”. Kata ini melibatkan
kesadaran baru bahwa dunia adalah sebuah kontinuitas lingkungan yang
62
Muhammad Hadi, Otoda, Apakabar Pesantren? Sebuah refleksi kritis dan reorientasi
sistem pendidikan pesantren, dalam htt;//hadiku.blogspot.com/2004/ 08/otoda-apakabarpesantren.html diakses 5 Desember 2015
terkonstruksi sebagai kesatuan yang utuh. Marshall McLuhans menyebut dunia
yang diliputi kesadaran globalisasi ini global village (desa buana).63
Globalisasi yang dipopulerkan oleh Theodore Lavitte pada tahun 1985 ini
telah menjadi slogan magis di dalam setiap topik pembahasan. 64 Substansi
globalisasi adalah ideologi yang menggambarkan proses interaksi yang sangat
luas dalam berbagai bidang: ekonomi, politik, social, teknologi dan budaya.
Menurut Kamus Dewan globalisasi, globalisasi didefinisikan sebagai:
fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari segi perhubungan manusia
disebabkan
kepantasan
perkembangan
teknologi
maklumat.
Manakala
cendiakawan barat mentakrifkan globalisasi sebagai satu proses kehidupan yang
serba luas dan infiniti merangkumi segala aspek kehidupan seperti politik, social,
dan ekonomi yang boleh dirasai oleh seluruh umat manusia didunia ini. ini
bermakna segala-galanya menjadi milik bersama dalam konsep dunia tanpa
sepadan.65
Globalisasi juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses multilapis dan multidimensi dalam realitas kehidupan yang sebagian besar
dikonstruksi oleh Barat, khususnya oleh kapitalisme dengan nilai-nilai dan
pelaksanaannya. Di dalam dunia global bidang-bidang di atas terjalin secara luas,
erat dan dengan proses cepat. Hubungan ini ditandai dengan karakteristik hubugan
antara penduduk bumi yang melampaui batas-batas konvensional, seperti bangsa
63
Bruce Russelt, Harvey Harr. World Politics, the Menu for Choice.
New
York:W.H.Freeman & Company, 1985, 500.
64
Baharuddin Darrus, ”Pengembangan Kajian Ekonomi Islam pada IAIN di abad ke-21”,
dalam Syahrin Harahap (ed.), Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1998, 161.
65
http://www.nre.gov.my/English_Version/iet/iet04.htm diakses 2 Desember 2015
dan Negara. Keadaan demikian ini menunjukkan bahwa relasi antara kekuatan
bangsa-bangsa di dunia akan mewarnai berbagai hal, yaitu sosial, hukum,
ekonomi, dan agama.
Arus globalisasi lambat laun semakin meningkat dan menyentuh hampir
setiap aspek kehidupan sehari-hari.
66
Globalisasi memunculkan gaya hidup
kosmopolitan yang ditandai oleh berbagai kemudahan hubungan dan terbukannya
aneka ragam informasi yang memungkinkan individu dalam masyarakat
mengikuti gaya-gaya hidup baru yang disenangi.
Globalisasi menjadi kekuatan yang terus meningkat,
67
dan dapat
menimbulkan aksi dan reaksi dalam kehidupan. Globalisasi melahirkan dunia
yang terbuka untuk saling berhubungan, terutama dengan ditopang teknologi
informasi yang sedemikian canggih. Topangan teknologi informasi ini pada
gilirannya dapat mengubah segi-segi kehidupan, baik kehidupan materiel maupun
kehidupan spiritual.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di satu sisi
memberikan kemudahan hidup bagi umat manusia, tetapi di sisi lain dapat
menimbulkan berbagai perubahan, diantaranya pergeseran nilai. Soejatmiko
menyebutkan tiga factor utama yang mendorong terjadinya perubahan, yaitu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, factor kependudukan dan ekologi
(lingkungan hidup).68
66
Peter D. Sutherland.”Tantangan-tantangan Globalisasi ”, dalam Ade Ma‟ruf. Anas
Syahrul Alimi (ed.) Shaping globalization. Yogyakarta: Jendela, 2000,113.
67
Dirk Mesner, ”Jawaban Kaum Sosial Demokrat atas Neoliberalisme”, dalam Shaping
Globalization. Berlin: International Conference,17 and 18 of june1996, 113.
68
Soejatmiko, Manusia dan Dunia Yang sedang Berubah. Jakarta; Grafindo, 7.
Globalisasi tidak dapat dihindari sama sekali sebagai sebuah realitas dunia
modern. Globalisasi sekarang menjadi fenomena yang mapan69 dan menjalar di
seluruh belahan bumi. Apa yang terjadi di masyarakat di suatu Negara akan dapat
mempengaruhi masyarakat lain di berbagai penjuru dunia.
Menurut Malcolm Waters Globalisasi adalah: A social process in which
the constraints of geography on social and cultural arrangements recede and in
which people are becoming increasingly aware that they are receding.70
Sebagai proses sosial yang di dalamnya terdapat desakan geografi atas
penataan sosial dan budaya mulai menyusut dan masyarakat menjadi semakin
sadar bahwa mereka akan mengalami penyusutan.
Globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
menimbulkan adanya sistem satelit informasi dunia, komsumsi global, gaya hidup
cosmopolitan, mundurnya kedaulatan suatu Negara kesatuan dan tumbuhnya
kesadaran global bahwa dunia adalah sebuah lingkungan yang terbentuk secara
berkesinambungan, 71 dan muncul kebudayaan global yang membawa pengaruh
terhadap perkembagan social dan budaya yang beraneka ragam.
Dari uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa era globalisasi merupakan
suatu masa yang mana terjadi pengglobalan diseluruh dunia dalam berbagai aspek
kehidupan, sehingga sekat-sekat antar bangsa dan Negara semakin bias bahkan
nyaris tidak ada.
69
Santosa H. Hamijoyo, ”Lima jurus Strategi Dasar Pendidikan Nasional dalam
Globalisasi,” dalam I Nyoman Wenten, et. Al. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap
Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Daerah Bali. Bali; Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional
Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Bali.,1993/1994, 54.
70
Malcolm Waters.”Globalization”, dalam Gordon Marshall (ed.). Oxford Dictionary of
Sociology. New York: Oxford University Press, 1994, 258.
71
Ibid., 259.
2. Karakteristik Globalisasi
Globalisasi sarat dengan monopoli Negara-negara maju atas negara-negara
berkembang. Dari beberapa uraian dapat di simpulkan bahwa ciri-ciri dari
globalisasi adalah:
a. Keterbukaan informasi
Perkembangan teknologi yang semakin canggih, sehingga tidak ada lagi
batasan ruang dan waktu dalam berkomunikasi. Jika melihat di zaman ini serba
mudah. Sudah dimanjakan dengan teknologi yang semakin berkembang pesat
sehingga sangat memudahkan manusia dalam berinteraksi dengan yang lain tanpa
melihat jarak yang jauh sekalipun.
b. Kemudahan interaksi
Dalam era globalisasi hubungan atau interaksi budaya antarnegara akan
semakin meningkat. Melalui perkembangan media massa (televisi, koran, dan
internet). Budaya bangsa lain yang dianggap bagus, modern, dan sesuai dengan
zaman akan mudah ditiru. Tidak mengherankan apabila banyak anak-anak muda
yang cara berpakaiannya meniru perkembangan mode di Paris atau New York.
Budaya nasional yang sebenarnya bernilai tinggi dianggap kuno, tidak
praktis, dan ketinggalan zaman. Saat ini kegiatan berskala internasional seperti
piala dunia semakin sering dilaksanakan. Kegiatan pariwisata (turisme) pun
meningkat dan semakin banyak perpindahan penduduk dari satu negara ke negara
lain.
c. Monopoli
Monopoli adalah situasi yang pengadaan barang dagangannya tertentu (di
pasar lokal atau nasional) sekurang-kurangnya sepertiganya dikuasai oleh satu
orang atau satu kelompok, sehingga harganya dapat dikendalikan hak tunggal
untuk berusaha (membuat dan sebagainya);
Samir
Amin dalam Asep Purnama Bahtiar mencatat lima bentuk
monopoli tersebut, yaitu;
1) Monopoli di bidang teknologi;
2) Control financial terhadap pasar keuangan seluruh dunia;
3) Monopoli media dan komunikasi;
4) Monopoli akses terhadap sumber daya alam; dan
5) Senjata pemusnah missal.72
3. Dampak Globalisasi
a. Dampak Positif
Menurut Haidar Putra Daulay dampak dari pergaulan global yang terjadi
saat ini dan masa-masa yang akan datang, 73 sebagai berikut:
1) Terjadinya pergeseran, dari konflik ideologi dan politik kearah persaingan
perdagangan, investasi, dan informasi, dari keseimbangan kekuatan
(Balance of Power) ke arah keseimbangan kepentingan (balance of
interest).
72
Asep Purnama Bahtiar, Kemitraan dan Solidaritas di Era Globalisasi, dalam
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=tantangan+era+globalisasi&meta= diakses 4 Desember
2015
73
Haidar Daulaby, Syahrin Harahap (ed), Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi.
Yogyakarta; Tiara Wacana1998, 128-129.
2) Hubungan antar Negara/ bangsa secara structural berubah dari sifat
ketergantungan (dependency) kearah saling tergantung (interdependency);
hubungan yang bersifat primodial berubah menjadi sifat tergantung kepada
posisi tawar-menawar (begaining position).
3) Batas-batas geografi hampir kehilangan arti operasionalnya. Kekuatan
suatu Negara dan komunikasi dalam interaksinya dengan Negara
(komunitas
lain)
ditentukan
keunggulan komperatif
oleh
kemampuannya
memanfaatkan
(comparative advantage) dan keunggulan
kompetitif (competitive advantage).
4) Persaingan antar Negara saling diwarnai oleh perang antar penguasaan
teknologi tinggi. Setiap Negara terpaksa menyediakan dana yang besar
bagi penelitian dan pengembangan.
5) Terciptanya budaya dunia yang cenderung mekanistik, efisien, tidak
menghargai nilai dan norma yang secara ekonomi dianggap tidak efisien.74
b. Dampak Negatif
Globalisasi berdampak pada krisis akhlak yang terjadi hampir di semua
lapisan masyarakat, mulai dari pelajar hingga pejabat negara. Di kalangan pelajar,
misalnya, bisa dilihat dari meningkatnya angka kriminalitas yang dilakukan oleh
calon pewaris masa depan bangsa ini, mulai dari kasus narkoba, pembunuhan,
pelecehan seksual dan sebagainya. Demikian halnya di kalangan masyarakat dan
74
Haidar Daulaby, Syahrin Harahap (ed), Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi.
Yogyakarta; Tiara Wacana1998, 128-129.
pejabat Negara. Yang paling jelas adalah semakin membudayanya tindak pidana
korupsi di Negara ini.
Melihat potret buram ini, sejumlah kalangan mengklaim bahwa ini
diantaranya disebabkan oleh gagalnya dunia pendidikan. Alasannya, pendidikan
merupakan wadah untuk melahirkan manusia-manusia pelita zaman yang mampu
menangkis masa depan bangsa ini dari jurang keterpurukan, baik di bidang
ekonomi, social, politik, dan lebih-lebih di bidang sains dan teknologi.
Artinya, tugas yang diemban institusi pendidikan, khususnya institusi
pendidikan Islam, di era globalisasi ini semakin berat. Sebagai lembaga
pendidikan yang berbasis nilai-nilai keagamaan, pendidikan Islam tidak hanya di
tuntut untuk transfer of knowledge, tetapi juga transfer of (Islam) values. Padahal,
lembaga pendidikan Islam sendiri saat ini masih sedang bergelut dengan sekian
permasalahan yang tak kunjung selesai meminjam istilah Abd. Rachman Assegaf,
intellectual deadlock. 75
D. Relevansi Pondok-pesantren
Dari dampak positif dan negatif di atas maka pesantren diharapkan
menyikapi globalisasi secara kritis dan bijak. Pesantren harus mencari solusi yang
benar-benar mencerahkan sehingga dapat menumbuh kembangkan kaum santri
yang memiliki wawasan luas yang tidak gamang menatap globalisasi dan
sekaligus tidak kehilangan identitas dan jati dirinya, pada satu sisi, dan dapat
mengantarkan masyarakat menjadi komunitas yang menyadari tentang persoalan
75
Baban Suharto, Dari Pesantren untuk umat, Reinventing Eksistensi Pesantren di Era
Globalisasi. Surabaya, Imtiyaz, 2011, 53.
yag di hadapi dan mampu mengatasi dengan penuh kemandirian dan keadaban, di
sisi lain. 76
Di sinilah pesantren dituntut untuk lebih proaktif lagi dalam pembinaan
dan peningkatan kualitas moral remaja. Sebab, tidak bisa di pungkiri bahwa porsi
pendidikan agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan formal sangat sedikit,
kecuali di lembaga-lembaga berbasis agama mulai dari Madrasah Ibtidaiyah
hingga Perguruan Tinggi Agama Islam. Memang, beban dan tantangan yang di
hadapi pesantren semakin berat. Tetapi, jika bukan kepada lembaga-lembaga
pendidikan Islam seperti pesantren tersebut, kepada siapa lagi moralitas generasi
masa depan bangsa ini dititipkan. Ini tidak berarti menafikan institusi social
masyarakat dan pemerintah yang lain. Akan tetapi, dalam konteks globalisasi,
pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang paling tepat untuk
membentengi moral remaja Muslim.
Tradisi yang dimiliki pesantren, telah memberikan peluang menyelesaikan
beragam persoalan kemanusiaan, termasuk moralitas remaja. Tradisi pesantren
seperti keikhlasan, kesederhanaan, keteladanan, kemandirian, dan lainnya adalah
asset moral yang dapat dijadikan dasar dalam pendidikan untuk menghentikan
proses penghancuran remaja yang pada mulanya berawal dari belum berhasilnya
lembaga pendidikan.
Tradisi tersebut perlu dirumuskan dalam suatu pola pendidikan sistematis
yang dapat dikontekstualisasikan dengan hidup kekinian. Perumusan tradisi ini
diharapkan dapat menumbuhkan moralitas universal yang bernilai islam. Harapan
76
Abd. A‟la, Pembaharuan Pesantren.Yogyakarta, LKiS, 2006
berikutnya adalah tumbuhnya kemampuan untuk mengembangkan hal-hal baru
yang lebih baik. Dengan demikian, paradigma pesantren mempertahankan tradisi
lama yang masih relevan dan mengambil pemikiran baru yang lebih baik.
E. Kurikulum Pondok-pesantren yang relevan dengan Era Globalisasi
Persoalan pendidikan yang selalu menjadi sorotan tidak diperbincangkan.
Ini tidak berarti bahwa dimensi-dimensi pendidikan lainnya menjadi tidak penting
untuk diperbincangkan. Sorotan kurikulum tidak lepas dari asumsi bahwa
kurikulum merupakan dominan inti dalam proses belajar mengajar. Lebih dari itu,
kurikulum diyakini sangat menentukan terhadap corak out put pendidikan suatu
negara. Parahnya, setiap kali ada masalah sosial, seperti maraknya korupsi,
kekerasan, dekadensi moral, konflik sara, dan lain-lain, maka yang kena getahnya
adalah kurikulum. Para pemikir kemudian beramai-ramai mengusulkan perubahan
isi kurikuum. Diantaranya, ada yang menginginkan perlunya memasukkan
pendidikan antikorupsi, wawasan multikulturalisme, dan antiterorisme dalam
kurikulum pendidikan kita.
Pada umumnya kurikulum pesantren mempunyai beberapa bidang ilmu.
Pertama bidang teknis yaitu fiqh, ilmu tafsir, mawaris, ilmu falaq, dan sebagainya.
Kedua bidang hafalan, yaitu pelajaran Al-Qur‟an, ilmu bahasa arab dan ketiga,
ilmu yang bersifat membina emosi keagamaan seperti aqidah, tasawuf dan
akhlaq.77
77
Ibid, …, 125.
Melihat kurikulum yang demikian, dimana pesantren hanya akan
mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan, seperti kitab kuning yang seolah memanjakan
santri untuk menganggap cukup mendalaminya dan berhenti di situ saja. Kitab
kuning membahas seluruh dimensi kehidupan, dunia dan akhirat.78
Padahal, santri harus bijak merespon fakta sosial yang terus bergulir
dengan tanpa memaksakan sesuatu yang memang sudah tidak bisa dijawab
dengan referensi kitab kuning. Di sini, santri harus cerdas memberikan terobosanterobosan up date sesuai prinsip-prinsip yang dicantumkan dalam kitab kuning.
Untuk membelaki santri terkait dengan kitab kuning sebagai ciri pesantren,
maka
desain
kurikulum
perlu
rancang dengan
memperhatiakan
ruang
lingkup, scope dengan memperhatikan tujuan yang diharapkan, dan disesuaikan
dengan sequence-nya. Serta dibutuhkan perubaham paradigma kepemimpinan dari
yang instruktif-kharismatik menjadi pola kepemimpinan kolegial, demokratis,
delegatif, visioner, dan transparan. Standar pesantren berbasis mutu, yang akan
menghasilkan out put yang kompetitif dan berkualitas sebagaimana menjadi
harapan kita bersama.
Sebagai implementasinya, para santri sekarang tidak hanya dibekali ilmuilmu agama sebagai bekal di akherat kelak, namun juga harus dibekali alat untuk
hidup didunia berupa materi kurikulum yang komprehensif yang berfungsi
memberdayakan kemampuan head (pikiran), heath (perasaan) dan hand
(keterampilan) yang dalam istilah sekarang dibekali dengan kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan kinistetik (keterampilan).
78
M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Cet I, 2006, 295.
BAB III
PROFIL LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah singkat dan perkembangan Pondok Pesantren Al-Manar
1. Rintisan Awal Tahun 1914-1950
Pondok pesantren Al-Manar terletak di desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang. Pondok pesantren Al-Manar di dirikan oleh kyai Djalal Suyuthi,
banyak para santri yang ingin ngaji dari sekitar desa Bener, sehingga dikenalah adanya
santri kalong. Namun karena banyaknya santri yang berdatangan dan menginginkan
proses belajar mengajarnya lebih berjalan efektif dan efisien sehingga belajar ilmu
pengetahuan bisa dengan baik, maka Kyai Djalal Suyuthi yang berasal dari Magelang
mengadakan musyawarah dengan pemuka agama, serta para Kyai pada tahun 1914
didirikanlah pondok pesantren yang akan digunakan sebagai tempat pemondokan.
Djalal Suyuthi adalah seorang Ulama, masyarakat telah memberinya gelar
Kyai sebagai ungkapan rasa hormat dan pengakuan atas perilaku keteladanan,
amaliyah serta ajaran yang diberikan kepada santri-santrinya, beliau menunaikan
ibadah haji pada tahun 1914 M.
Setelah K. H. Djalal Suyuthi tinggal bersama keluarganya di Petungsari/
Bener, Ia mendirikan Pondok Pesantren dilengkapi dengan masjid sebagai pusat
kegiatan pesantren dan mengajar para santri (tahun 1926). Ia juga seorang Ulama
pejuang bagi kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada tahun 1950 K. H. Djalal Suyuti, kesehatan beliau sering terganggu.
Karena usia sudah begitu tua, ditambah dengan aktivitas kesehariannya mengurus
dan mendidik para santri. Waktu itu kegiatan pesantren sudah dibantu oleh kedua
putra mahkotanya: yaitu Muhammad Duri dan Muhammad Asyhuri (putra kedua
dan ketiga).
Pada kepemimpinan Kyai Djalal Suyuthi ini Pondok pesantren mengalami
pasang surut. Hal ini disebabkan oleh kondisi bangsa Indonesia yang berada pada
tangan penjajahan. Dan yang lebih tragis adalah pada tahun 1942-1946 pondok
pesantren mengalami kemacetan total yang disebabkan oleh tekanan penjajahan
Jepang. Baru pada permulaan tahun 1950 kehidupan pondok pesantren kembali
normal lagi. Pada pagi hari Rabu Pon tanggal 20 Oktober 1950, K. H. Djalal
Suyuti meninggal dunia, Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un.
Sepeninggal K.H. Djalal Suyuthi kepemimpinan pondok pesantren dipegang oleh
K.H. Duri yang merupakan putra K.H. Djalal Suyuthi. Pada kepemimpinan K.H. Duri
berlangsung hingga tahun 1963 dengan jumlah santri berkisar antara 50-70, dan pondok
pesantrennya diberi nama pondok pesantren As-Suyuthiyah. Nama tersebut diambil dari
nama pendirinya yaitu K.H. Djalal Suyuthi. 79
2. Tahun 1963-1982 Generasi selanjutnya
Setelah K.H. Duri meninggal, yaitu pada tahun 1963 pondok pesantren berada
pada kepemimpinan K.H. Syuhudi, yang merupakan adik K.H. Muhammad Duri.
79
Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al manar, Pondok
Pesantren Al-Manar, Semarang 2011, 1.
Kepemimpinan beliau sampai pada tahun 1982. Pada kepemimpinan beliau ini pondok
pesantren mengalami resesi sebagaimana pondok pesantren yang lain, yang
kemungkinan disebabkan oleh kondisi perpolitikan di Indonesia. Sebagai puncak dari
resesi tersebut terjadi pada tahun 1975, Jumlah santri hanya tinggal 23. Baru setelah
pondok pesantren kepemimpinannya dipegang oleh K.H. Fathurrohman kehidupan
pondok pesantren mulai normal. Dan nama pondok pesantren diganti dengan menjadi
Al-Manar, nama ini diambil dari nama group orkes gambus di desa Bener yang
ketenarannya sampai daerah Jawa Timur yaitu pada tahun 1960 s.d. 1975.
As-Suyuthiyah
sebenarnya
adalah
nama
Jam‟iyyah
Thoriqoh
Nashabbandiyyah yang didirikan oleh K.H. Asyhuri yang mengambil nama
ayahandanya K.H. Djalal Suyuthi. Nama jam‟iyyah yang dinisbahkan kepada
nama ayahnya, karena sebagian besar dan mulanya peserta jam‟iyyah ini adalah
hanya dari keluarga besar Bani Djalal suyuthi. Kemudian jam‟iyyah ini
berkembang pesat sampai ke luar daerah, dikenal banyak orang, dan karena waktu
itu K.H. Asyhuri masih selaku pengasuh Ponpes yang membantu kakaknya K.
Duri, maka jam‟iyyah ini semakin dikenal dan akhirnya dilegitimasikan sebagai
nama pondok yang diasuhnya, Pesantren As-Suyuthiyyah.80
3. Tahun 1982-1992
Pada kepemimpinan K.H. Fathurrohman ini kondisi pondok pesantren direnovasi
dengan memugar masjid lama (yang didirikan oleh K.H. Djalal Suyuthi pada tahun 1914),
80
Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al manar, Pondok
Pesantren Al-manar, Semarang 2011, 7.
menambah bangunan pondok pesantren, sekaligus memasukkan pendidikan formal ke
dalam lingkungan pondok pesantren. Pada tahun 1985 didirikan Madrasah Tsanawiyah
pada tahun 1990 didirikan Madrasah Aliyah.
K.H. Fathurrohman merupakan Kyai yang bukan hanya mengajarkan kitab-kitab
klasik anasich, tetapi juga seorang politikus. Hal tersebut nampak sekali pada kalangan
politik di kalangan eksekutif, yaitu dengan andilnya beliau sebagai anggota DPR II Kab.
Semarang.
Gambus Al-Manar adalah sejenis kelompok/ grup kesenian masyarakat
yang sudah ada sejak tahun 1944 yang mana kesenian ini beranggotakan dari
keluarga Bani Djalal dibantu warga sekitar pesantren. Gambus ini dipelopori juga
oleh K. Moh Suhudi, K. Fatkhurrahman, dan Bpk. K. Bisry, dibantu oleh Bpk.
Khumaidi, Bpk. Mudzakir, Bpk. Bardi, Bpk. Baidlowi, Bpk. Jamal (TNI), dll.
Sedangkan syair-syair yang dibawakan oleh gambus Al-Manar adalah syair-syair
Padang Pasir dan Langgam Jawa dengan diiringi alat-alat tradisional dan modern.
Sebenarnya waktu itu masih ramai diperdebatkan di kalangan Ulama‟
tentang ke-halalan atau ke-haraman sebagian jenis musik, seperti: seruling. Tetapi
bagi kelompok ini semua itu tidak diambil suatu halangan untuk menyiarkan
syair-syair islam dalam gubahan bentuk lagu padang pasir yang diiringi alat musik
tersebut, justru diambil hikmah dan maslakhah dari adanya perdebatan pendapat
tersebut.
Perjalanan Gambus Al-Manar terus maju dan berkembang, bahkan
semakin diminati banyak penggemar, sehingga waktu itu Gambus Al-Manar
sudah tidak lagi asing namanya se Karesdenan Semarang, bahkan sering
memenangi lomba seni masyarakat antar Karesidenan.
K. Fatkhurrahman yang termasuk salah satu anggota Gambus Al-Manar,
bahkan beliau sering menjadi vokalnya, sedikit banyak telah ikut membesarkan
dan mengibarkan nama jenis kesenian ini. Suaranya yang bagus lagi merdu itu
telah membawa harumnya nama gambus ini. Pernah sewaktu ketika beliau masih
mondok, setiap kali pulang dari pesantren, tak jarang beliau diminta langsung
untuk menjadi vokalnya.
Gambus Al-Manar merupakan suatu jenis kesenian masyarakat yang sudah
mengorbit namanya, dan juga telah membuat penggemar, sehingga ketika K.
Fatkhurrahman menjadi pengasuh ponpes dan kebetulan ketika itu nama pesantren
belum cukup dikenal. Di samping K. Fatkhurrahman sendiri sangat antusias dan
fanatik dengan Gambus ini juga dengan nama yang sudah mengorbit sampai ke
Jawa Timur dan bikin penggemar, nama Gambus Al-Manar ini dijadikan nama
pesantren dengan maksud pertama; sebagaimana alasan di atas. Kedua ; K.
Fatkhurrahman dimaksudkan bahwa nama Al-Manar adalah sebuah nama yang
mempunyai arti filosofi sangat tinggi untuk orientasi keilmuan santri. Al-Manar
diartikan sebagai Tempat Pembakaran/ Tempat Penggodokan/ Kawah Condro
Dimuko dll. Dengan kata lain para santri dimaksudkan menjadi santri yang benerbener santri yang siap pakai, matang mental keilmuan dan pengetahuannya setelah
keluar dari pondok pesantren. 81
81
Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al manar, Pondok
Pesantren Al-manar, Semarang 2011, 9.
4. Tahun 1992-2000
Dengan sepeninggalnya K.H. Fathurrohman pada tahun 1992 kepemimpinan
pondok pesantren dilanjutkan oleh menantu beliau yaitu K. Muhammad Imam Fauzi.
Bapak K. Muhamad Imam Fauzi melanjutkan perjuangan mertuanya di pondok
pesantren Al-Manar dengan menjadikan mengembangkan Madrasah Aliyah yang sudah
ada menjadi Madrasah Aliyah Khusus, begitu juga kurikulum pondok pesantren diadakan
pembenahan.
Bapak K. Muhamad Imam Fauzi sebelumnya juga nyantri di pondok
pesantren Al-Manar ini. Putra al- maghfurlah Bpk. K.Soekarno (pengasuh pondok
pesantren Poncol Bringin sekarang) ini menikah dengan putri pertama abah
Fatkhurrahman yang bernama Siti Fatikhah Ulfah dan pernikahan beliau (Ky
Imam Fauzi) menurunkan empat keturunan: Iffah Fauziyah, Nur Faizatul
Lathifah, Itqon Faza „Arrof, dan Rahma Adabiyah Fauziyah.
Bapak K. Muhamad Imam Fauzi menjadi pengasuh ponpes Al-Manar
sejak tahun 1993 (setelah wafatnya Ky Fatkhurrahman) sampai dengan tahun
2000. Selama dan kepengasuhan beliau banyak sekali kemajuan yang telah
dicapai, baik itu kuantitas santri yang tiap tahun bertambah banyak, penambahan
gedung belajar, asrama baru santri, bahkan dibukanya jenjang pendidikan formal
tingkat SLTA
yaitu Madrasaha Aliyah (MAK) tahun 1994/ 1995 yang
sebelumnya Madrasah Aliyah (MA).
Beliau dikenal sangat alim, cerdas, ahli fiqih, tafsir dan ilmu falaq. Bahkan
beliau sabar terhadap para santri, belum pernah beliau berkata kasar atau
menyakitkan hati para santri. Tidak hanya itu, hubungan ke masyarakat beliau
yang sungguh tawadlu‟ kepada siapapun, tidak memandang tua atau muda kecil
atau besar, kaya atau miskin, pejabat maupun rakyat, semuanya beliau selalu
menunduk ketika menyapa bermushofakhah.
Namun Allah menghendaki lain umur beliau tidak panjang, selama tujuh
tahun Bapak K. Muhamad Imam Fauzi mengasuh Al-Manar. Beliau wafat pada
hari kamis, tangal 11 Mei 2000 bertepatan dengan tanggal 6 Shofar 1421 H pukul
06.00. Bapak Kyai Muhammad Imam Fauzy sebelumnya sakit selama 6 hari
berbaring di rumah sakit Boyolali. Allah telah menggariskan hidup Kyai M. Imam
Fauzi sampai berusia 35 tahun. Kamis sore pukul 17.00 kurang 10 menit, tanggal
11 Mei 2000/ 6 Shofar 1421 H, Kyai M. Imam Fauzi meninggal. Innaa Lillahiwa
Inna Ilaihi Roji’uun.
Injih-injih, itulah kalimat yang sering biasa didengar dari Ulama besar
penuh tawadlu‟ di Kabupaten Semarang. Ungkapan yang menunjukkan sifat
tawadlu‟ dan sopan santun, tanpa memandang di balik itu tersimpan kelembutan
dan kewibawaan.
Banyak Ilmu yang di pelajari di Pondok-pesantren Al-Manar, akan
menjadi warisan culture (budaya) yang me-madani, falsafah yang selalu diajarkan
kepada santri. Seperti pepatah jawa “ngluruk tanpo bolo, menang tanpo
ngasorake” akan tetap diamalkan. Meninggalnya beliau tak akan menjadikan
kami terlena, mengabaikan tujuan suci kami menuntut ilmu, menjadi anak sholeh,
baik, berbakti kepada orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Gugur
satu bangkitkan generasi seribu, long live my monk, long live Al-Manarku. 82
5. Tahun 2000 - Sekarang (2015)
Sepeninggal Bapak K Muhammad Imam Fauzi kepemimpinan dipimpin oleh K.
As’ad Haris Nasution. Yang merupakan putra dari K. Fatkhurrohman. Sampai sekarang,
kepemimpinan Pondok-pesantren masih berada di tangan K. As’ad Haris Nasution.
Pondok-pesantren Al-Manar Bener dibangun diatas tanah seluas 7.000 m2.
Tanah tersebut diperoleh dari sesepuh desa Bener yang mewakafkan tanahnya kepada
Pondok-pesantren Al-Manar dan juga program pembelian dari Yayasan Al-Manar.
Pondok-pesantren Al-Manar terletak di Desa Bener, letak geografis Desa Bener
adalah sebagai berikut:
a. Batas bagian barat
: Perumahan penduduk
b. Batas bagian utara
: Jalan projo
c. Batas bagian timur
: Sawah penduduk
d. Batas bagian selatan
: Sawah penduduk
Dalam keseharian Pondok-pesantren Al-Manar di jalankan oleh pengurus
pesantren.83 Adapun struktur pengurus Pondok-pesantren Al-Manar sebagai berikut;
a) Susunan Pengurus Pesantren
82
Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al Manar,(Pondok
Pesantren Al-Manar, Semarang 2011) hlm, 12.
83
Wawancara dengan Itqon Faza „Arof Putra Ibu Nyai pengasuh Pondok Pesantren Al
manar, 15 Maret 2016.
SUSUNAN KEPENGURUSAN PUTRA
PONDOK PESANTREN AL-MANAR
PERIODE 2010-2015
Pengasuh
: 1. K. As’ad Haris Nasution
2. Nyai Fatikhah Ulfah
3. K. Fatkhurrohman
Ketua
: 1. Ahmad Mustafid, S.PdI
2. Lutfi Maulana
Sekretaris
: 1. M Khoirul Umam, S.PdI
Bendahara
: 1. Slamet Riadi
Seksi-seksi :
Pendidikan
: 1.Lutfi Maulana
2. Nailul Huda
Dakwah Islamiyah
: 1. Zumro’an
2. Ahmad Khanif Zuldani
Kebersihan dan Kesehatan
: 1. Abdilah Khoirun Nafi’
2. Labib Mustofa
Koperasi dan Kesejahteraan
: 1. Sutopo
Humas
: 1. Asmu’i
2. Arwani
Sarana Prasarana
: 1. Arif Hidayatullah
1. Kamaludin
: 1. Abdul Latif.84
Keamanan
SUSUNAN KEPENGURUSAN PUTRI
PONDOK PESANTREN AL-MANAR
PERIODE 2010-2015
Pengasuh
: 1. K. As’ad Haris Nasution
2. Nyai Fatikhah Ulfah
3. K. Fatkhurrohman
Ketua
: 1. Nikmatul Istiqomh
2. Arum Indrayanti
Sekretaris
84
: 1. Nur Ainun Jariyati
Dokumen pondok pesantren putra-putri Al-Manar
Bendahara
: 1. Siti Choiriyah
Seksi-seksi :
Pendidikan
: 1.Syarifatun Nurul M
2. Ariyanti
Dakwah Islamiyah
: 1. Irma Nur rochmah
2. Ana Zuhrotun Nisa
Kebersihan dan Kesehatan
: 1. Nurul Mutmainah
2. Nur Chasanah
Koperasi dan Kesejahteraan
: 1. Anik Fatma
Humas
: 1. Atik Zakiyah
2. Rif’a Muafia
Sarana Prasarana
: 1. Irma Nur
2. Isna Nur
Keamanan
: 1. Qurnia Nur
b) Keadaan Santri
Jumlah santri Pondok-pesantren Al-Manar adalah 353 orang terdiri dari 150
santri Putra dan 203 santri Putri. Dari jumlah santri tersebut tinggal di asrama yang
disediakan pesantren, kecuali beberapa santri yang berasal dari Desa Bener dan
sekitarnya. Mereka melaju dari rumah masing-masing, disamping sekolah formal mereka
juga mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan oleh pesantren.
Tabel 3.1.Jumlah Santri
No
Jenis kelamin
Jumlah
1
Putra
150
2
Putri
203
Jumlah
353
Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015
Tabel 3.2 Daerah Asal Santri
No
Asal Daerah
Jumlah
1
Sumatra
15
2
Kalimantan
2
3
Jawa Tengah
272
4
Jawa Timur
2
5
Jawa Barat
72
Jumlah
353
Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015
Tabel 3. 3.Pekerjaan Orang Tua Santri
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
Petani
170
2
Pedagang
130
3
Pegawai
6
4
Guru
10
5
Swasta
25
6
Kyai
7
7
Pamong Desa
5
Jumlah
353
Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015
Mengenai masalah umur, sebagaimana pada kebanyakan pesantren termasuk
Pondok-pesantren Al-Manar Bener tidak mempunyai standar atau batas minimal atau
maksimal. Hanya saja pada umumnya yang masuk adalah tamatan Ibtidaiyah/Sekolah
Dasar, tetapi ada juga yang tamatan SMP/ MTs, SMA / MA setingkatnya.
Sedangkan mengenai latar belakang keluarga santri adalah sebagai petani,
pedagang, pegawai, guru, swasta, kyai dan pamong desa. Dapat di lihat bahwa latar
belakang keluarga para santri sangat heterogen, dan yang menduduki rangking tertinggi
mereka adalah dari keluarga petani.
c) Aktifitas harian
Secara kronologis kegiatan atau aktivitas santri Pondok-pesantren Al-Manar
selama 24 jam dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4.Kegiatan Harian
Jam/Waktu
Jenis Kegiatan
04.30 – 04.45
Jamaah sholat subuh
04.45 – 06.00
Pengajian sorogan
07.00 – 12.00
KBM MI, MTs, MA dan MAK
08.00 – 10.00
Pengajian bandongan kurikulum ma’had & sholat dhuha
12.00 – 12.30
Jamaah sholat dhuhur
13.30 – 15.00
KBM Madin jam I
15.00 – 15.30
Jamaah sholat asar
15.30 – 16.45
KBM madin jam II
17.00 – 17.30
Pengajian bandongan
17.45 – 18.15
Jamaah sholat magrib
18.15 – 19.00
Pengajian sorogan
19.00 – 19.20
Jamaah sholat isak
19.45 – 21.00
Takror/musyawaroh/Bahsul masail
21.15 – 22.00
Pengajian bandongan ( Qur’an&Hadits )
Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015
Dari data di atas maka dapat ketahui bahwa kegiatan yang paling pokok adalah
belajar dikelas sesuai dengan jenjangnya. Sedangkan pada sore hari para santri
diwajibkan mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar Madrasah Diniyyah (KBM Maddin) AlManar sebagai program kurikulum Ma’had. Pengajar dari santri yang sudah lulus dari
Madrasah Diniyyah. Disamping kegiatan harian juga ada kegiatan yang sifatnya pekan,
bulanan, bahkan tahunan. Jadwal kegiatan tersebut tertera dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.5.Kegiatan Pekan
Jam/Waktu
Jenis Kegiatan
Ahad pagi 05.00 – 08.30
Pengajian bandongan & jamaah Sholat dhuha
Ahad 09.00 – 12.00
Pelatihan Menjahit, Bengkel, Las, Sepak Bola
senin 19.45 – 21.00
Albarjanji antar kamar
kamis 16.30 – 17.30
Ziarah kemakbaroh
kamis 18.00 – 20.00
Mujahadah kubro
jum’at 05.00 – 06.00
Mujahadah as-ma’ul husna
jum’at 14.00 – 17.00
Pelatihan Menjahit, Bengkel, Las, Volly
jum’at 15.30 – 17.15
Pengajian bandongan
jum’at 19.45 – 21.00
Khitobah antar kamar
Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015
Tabel 3.6. Kegiatan Bulanan
Waktu
Setengah bulan sekali
Jenis Kegiatan
Khitobah & membaca Al-Barjanji umum (kubro)
Satu bulan sekali
Pertemuan pengurus
Tiga bulan sekali
Pertemuan pengasuh, pengurus dan seluruh santri
Enam Bulan Sekali
Imtihanul Awwal (test) Maddin (Robi’ul awal &
Sya’ban)
Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015
Tabel 3.7.Kegiatan Tahunan
NO
Jenis Kegiatan
1
Penerimaan santri baru pada tiap-tiap tahun pelajaran baru
2
Pada tiap bulan Sya’ban diadakan pengajian akbar (Akhirussanah)
3
4
Pertemuan wali santri dan ramah-tamah dengan wali santri
Bersama-sama dengan akhirussanah diadakan Khoul K.H Djalal Suyuthi
Satu tahun sekali diadakan pertemuan dan ramah tamah santri alumni
Al-Manar
Setiap dua tahun diadakan reformasi struktur ma’had serta programnya.
5
Training centre pembekalan santri alumni (mutakhorij) dalam
eksistensinya dimasyarakat
Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015
Jika diamati maka para santri disamping mendapatkan pendidikan formal juga
diberikan pelajaran tambahan seperti pendidikan keterampilan, berpidato, Olahraga.
Semua itu dimaksudkan untuk mendidik para santri agar terampil dalam berbagai
bidang. Lebih dari itu yang seniorpun tetap mendapat bimbingan dan pengarahan dari
pengasuh untuk meningkatkan kemampuannya dalam membimbing adik-adiknya.
d) Berbagai Tata Cara atau Peraturan yang berlaku
Karena keadaan santri sangat majemuk, dalam arti berasal dari jawa, Sumatra,
Kalimantan bahkan dari Papua, untuk menghindari timbulnya rasa kedaerahan atau
provinsialisme yang tidak sehat di kalangan para santri Pondok-pesantren Al-Manar,
maka mereka di dalam asrama dicampur atau dibaurkan dengan santri dari daerah lain.
Untuk mengontrol kedisiplinan santri dalam mematuhi tata tertib Pondok-pesantren,
pengurus mengadakan absensi setiap hari.
Mengenai perizinan, para santri tidak diperkenankan meninggalkan komplek
Pondok-pesantren kecuali telah mendapatkan surat izin dari pengurus yang telah
ditanda tangani oleh pemimpin. Sedangkan untuk santri putri harus diketahui oleh
pengasuh. Izin keluar hanya diberikan pada hari jum’at (hari libur). Untuk izin pulang
kerumah, hanya diberikan minimal satu bulan sekali, kecuali telah dijemput orang
tuanya atau orang yang telah diberi kuasa olehnya (wali).
Dengan adanya berbagai tata cara atau peraturan yang berlaku di dalam pondok
pesantren tersebut, menuntut para santri agar hidup teratur, bersih, disiplin, punya rasa
tanggung jawab, suka kebersamaan dan menjauhkan dari sifat individualisme.
Kesemuanya itu adalah merupakan salah satu usaha mendidik, membimbing,
merealisasikan apa yang telah di peroleh santri Pondok-pesantren Al-Manar dalam
kehidupan sehari-hari.
e) Keadaan Guru / Ustadz
Guru atau ustadz yang mengajar di Pondok-pesantren Al-Manar seluruhnya ada
46 orang. Dari jumlah tersebut ada yang mengajar beberapa yang Pondok-pesantren
selain di Al-Manar. Mengenai latar belakang pendidikan mereka kebanyakan lulusan dari
Pondok-pesantren dan lulusan Perguru Tinggi serta sebagian guru masih berstatus
mahasiswa yang memanfaatkan waktu luangnya untuk mengajar. 85
Guru praktek yang di maksud adalah santri yang telah menamatkan
pendidikannya di pesantren selama enam tahun, kemudian dikenai kewajiban mengajar
minimal satu tahun sebagai pengabdiannya kepada pesantren dan selain mengajar
dikelas mereka diberi tugas untuk mengawasi dan membimbing para santri dalam
melaksanakan kegiatan selama dua puluh empat jam. Guru praktek ini meski statusnya
masih santri tetapi mereka tidak dikenai kewajiban administrasi.
B. Tujuan Pondok-pesantren Al-Manar pada Masa Sekarang
Menurut Khozin, terdapat 3 hal yang berkaitan erat dengan sistem
pendidikan pesantren, yaitu tujuan, kurikulum, dan metode pengajaran. 86 Tujuan
pendidikan pesantren merupakan setiap maksud dan cita-cita yang ingin di capai
pesantren, terlepas apakah cita-cita tersebut tertulis atau hanya disampaikan secara
lisan. Berdasarkan penelitiannya, Mastuhu mendefinisikan bahwa tujuan
pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian
muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak
mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmad kepada masyarakat dengan
jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi bukan rasul, yaitu menjadi
85
Observas pengurus Pondok Pesantren Al-Manar pada tanggal 27 Des 2015.
86
Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, Malang, UMM, 2001, 67.
pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad SAW, (mengikuti
sunah Nabi). Mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian,
menyebarkan agama atau menegakkan Isam dan kejayaan umat Islam di tengahtengah masyarakat (izzul Islam wal Muslimin), dan mencintai ilmu dalam rangka
mengembangkan kepribadian Islam. Idealnya pengembangan kepribadian yang
ingin dituju, ialah kepribadian muhsin, bukan sekedar muslim. 87
Maka untuk mengembangan lembaga Pondok-pesantren kearah yang lebih
maju, K. As‟ad Haris NF merumuskan Visi dan Misi Pondok-pesantren AlManar,88 sebagai berikut;
1. Visi
Terwujudnya insan yang memiliki keseimbangan Spiritual, Intelektual,
dan Moral menuju generasi ulul albab yang berkomitmen tinggi terhadap
kemaslahatan Umat dengan berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.
2. Misi
Menyelenggarakan proses pendidikan Islam yang berorientasi pada mutu,
berdaya saing tinggi, dan berbasis pada sikap Spiritual, Inetelektual dan Moral
guna mewujudkan kader umat yang menjadi rahmatan lil alamin.
87
88
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta; INIS, 1994, 55-56.
Tim, Buku ADART Yayasan Al manar,1990,
Mengembangkan pondok pesantren dengan era globalisasi pada masa yang
akan datang secara islami guna menciptakan generasi anak yang siap menjalani
kehidupan nantinya di masyarakat.
Meningkatkan citra positif lembaga pendidikan Pondok-pesantren yang
berwawasan luas, teknologi Informasi serta berbudaya modern yang Islami.
3. Tujuan
Tercapainya manusia yang berilmu dan bertaqwa kepada Allah SWT,
berakhlak mulia dan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan
bermasyarakat yang plural berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok-pesantren Al-Manar
adalah:
(1) Kemasyarakatan
Yaitu segala apa yang sekiranya akan dialami oleh santri dan masyarakat, itulah
yang diberikan Pondok-pesantren kepada mereka. Segala tindakan dan perbuatan yang
ada di Pondok-pesantren ini semuanya akan menjadi pembelajaran dalam hidup atau
dalam masyarakat. Pendidikan ini dimaksudkan agar apabila santri nanti hidup bersama
masyarakat tidak akan canggung. Karena kenyataan bahwa setiap orang mempunyai
kepribadian sendiri-sendiri, latar belakang yang berbeda, lingkungan kehidupan yang
beraneka ragam serta rancangan masa depan yang berlainan, maka pendidikan mental,
semangat juang dan kebesaran jiwa sangat diperlukan. Selanjutnya para santri bebas
untuk memilih sendiri pegangan hidup yang sesuai dengan dirinya.
(2) Latihan Hidup Sederhana
Di Pondok-pesantren Al-Manar para santri dibiasakan hidup sederhana dalam
segala hal termasuk juga makan, minum dan berpakaian. Sederhana bukan berarti
miskin, tetapi kesederhanaan adalah pokok keberuntungan serta salah satu cara
mendidik hidup yang jujur. Sebaliknya hidup mewah mengajak kearah kejahatan yang
menyebabkan orang lupa kepada rasa kemanusiaan, rasa tanggung jawab dan rasa
syukur. Itulah sebabnya para santri dididik untuk hidup sederhana sehingga
menimbulkan keberanian untuk hidup di dalam berbagai keadaan.
(3) Tidak Berorientasi Pada Salah Satu Golongan
Pendidikan dan pengajaran di Pondok-pesantren Al-Manar sama sekali tidak ada
hubungannya dengan partai atau kelompok jamaah tertentu. Hal ini senantiasa dijaga
dan dilaksanakan agar para santri bisa berfikir bebas. Dengan demikian setelah para
santri meninggalkan Pondok-pesantren, mereka bebas memilih faham atau aliran.
(4) Niatnya Untuk Ibadah
Pondok-pesantren Al-Manar mendidik agar para santri giat dalam mencari ilmu
dengan niat suci beribadah untuk memenuhi perintah agama. Tentang nantinya akan
menjadi petani, pegawai, pengusaha, pedagang dan sebagainya tidak menjadi dasar
fikiran dan perhitungan.
Sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan dan arah pendidikan tersebut,
adalah dengan jalan membangun suasana kehidupan yang dijiwai oleh panca-jiwa
pondok. Hal ini selaras dengan slogan-slogan yang sangat terkenal di kalangan para
santri yaitu “Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikir bebas”,
sehingga lahir manusia yang cakap, penuh dedikasi, trampil dan mampu menghadapi
segala persoalan dan tantangan yang akan dijumpainya di dalam masyarakat kelak. 89
C. Sarana dan Prasarana Pondok-Pesantren Al-Manar
Dalam mendukung kegiatan belajar mengajar di Pondok-pesantren, tentunya
juga membutuhkan fasilitas yang berupa fasilitas fisik. Adapun sarana prasarana yang
me-fasilitasi dalam kegiatan tersebut di Pondok-pesantren Al-Manar adalah sebagai
berikut:
1) Sarana Bangunan
a. Masjid 1 buah
b. Perpustakaan 1 buah
c. Gedung pertemuan 1 buah
d. Rumah Kyai 2 buah
89
Wawancara dengan K.As’ad Haris N, di kediaman beliau, Pondok-pesantren putraputri Al-Manar
e. Asrama santri 2 buah, yang terdiri dari dua belas kamar putra dan empat kamar
putri.
f.
Ruang tamu 3 buah
g. Ruang Pertemuan 2 buah
h. Aula 2 buah
i.
Kantor sekretariat pondok pesantren 2 buah
j.
Ruang ustadz 2 buah
k. Bangunan kelas 12 buah
l.
Kantin dan dapur 2 buah
2) Sarana Pendukung
a. Bak Penampungan air 4 buah
b. Kolam perikanan 1 buah
c. Lapangan Volly 2 buah
d. Tenis Meja 2 buah
e. Meja belajar
f.
Alat-alat perkantoran
g. Alat keterampilan, kesenian, olah raga dan sebagainya. 90
3) Kegiatan ekstra Pondok-pesantren Al-Manar
Tabel 3.8. Kegiatan Ekstra
90
Observas pengurus Pondok Pesantren Al-Manar pada tanggal 27 Des2015.
Hari
Waktu
Jenis Kegiatan
Jum’at
Jam 13.00-15.00
Qiro’ah (seni Baca Al-Qur’an)
Jum’at
Jam 13.00-15.00
Pramuka, Menjahit, Tata Boga.
Kamis
Jam 21.00-23.00
Rebana
Ahad
Jam 08.00-12.00
Sepak bola, Bola Voly.
Sumber Data : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, di kutip tahun 2015
D. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar
Model Kelembagaan Pondok-pesantren Al-Manar di bawah naungan Yayasan AlManar, di kategorikan menjadi pendidikan formal dan non formal. Dan di antara tujuan
serta isinya;
1) Tujuan
Tujuan dari kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar adalah mewujudkan
pembelajaran kepada santri yang pada akhirnya santri akan menjadi santri yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah Swt. Dalam kaitan ini secara lebih khusus lagi, Pondokpesantren Al-Manar diharapkan berfungsi mencetak genersi yang berakhlakul karimah.
Dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan dan akhlaknya, para santri lulusan dari
Pondok-pesantren Al-Manar diharapkan mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekelilingnya. Di sini, para santri diharapkan dapat memainkan fungsinya.
Selain itu juga kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar bertujuan untuk
menciptakan santri yang mandiri dan kultur Pondok-pesantren Al-Manar yang cukup
menonjol yang mempunyai swakarya dan swadaya keterkungkungan kultural maupun
pemikiran untuk kalangan pesantren merupakan penilaian publik yang sebetulnya tidak
terlalu jauh dengan kondisi nyatanya. Sehingga pada akhirnya lulusan Pondok-pesantren
Al-Manar bisa menyebarluaskan agama Islam di lingkungan dimana santri itu tinggal.
Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar mengikuti Pondok-pesantren Lirboyo
(MHM) dan Pondok-pesantren Al-Ittihad Poncol, Bringin Kab. Semarang, yaitu
menggunakan sistem klasik dan menggunakan sistem klasikal. Adapun kitab-kitab yang
dikaji adalah kitab kitab kunin/ klasik.
Bapak Najmudin Al Hafidz mengatakan “Secara kurikulum Pondokpesantren Al-Manar, menerapka kurikulum yang menonjolkan keilmuan Ke
Islaman, baik yang formal maupun non formalnya, dengan pendidikan agamanya
seimbang dengan pendidikan umumnya”.91
2) Isi
Isi kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar adalah rumusan kompetensi materi
yang diberikan kepada santri untuk bahan belajar mengajar guna mencapai tujuan. Isi
kurikulum memiliki kriteria yang membantu perencanaan pada kurikulum.
Adapun pendidikan non formal dan struktur kurikulumnya terdiri dari;
a) Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah, Wustho & Ulya
91
Wawancara dengan M. Najmudin Al Hafidz Putra menantu Al Magfurlah K M Imam
fauzi. Di kediamannya 12 Januari 2016
Tabel 3.9. Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Awaliyah Al-Manar Desa
Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775.92
Alokasi Waktu
No
A.
B.
Persia
pan
I
II
III
IV
1. Al-Qur’an Hadis
2
4
4
4
4
2. Akidah Akhlak
2
3
3
3
3
3. Fiqih
1
2
2
2
2
4. Sejarah Kebudayaan Islam
-
2
2
2
2
5. Bahasa Arab
2
2
3
3
2
6. Praktek Ibadah
4
3
3
3
3
1. Hafalan Surat Pendek & Ayat Pilihan
1
1
1
1
2. Imla’/Tahsinul Khot
1
1
-
-
-
-
-
-






Mata pelajaran
Muatan Lokal
3. BCM
C.
Kelas
Komponen
Pengembangan Diri
1. Khitobah
2. Kaligrafi

Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
92
Tim Penyusun, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren AlManar, 1999
Tabel 3.10. Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Wustho Al-Manar Desa
Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775
KELAS
No
A.
B.
C.
Komponen
I
II
III
1. Al-Qur’an Hadis
4
4
4
2. Akidah Akhlak
3
3
3
3. Fiqih
3
3
3
4. Sejarah Kebudayaan Islam
2
2
2
5. Bahasa Arab
2
2
2
6. Praktek Ibadah
4
4
4
1. Hafalan Surat Pendek & Ayat Pilihan
2
2
2
2. Imla’/Tahsinul Khot
1
1
-
1. Khitobah



2. Kaligrafi



Mata pelajaran
Muatan Lokal
Pengembangan Diri
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
Tabel 3.11. Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Ulya Al-Manar Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775
KELAS
No
Komponen
I
A.
Mata pelajaran
II
III
B.
C.
1. Al-Qur’an Hadis
4
4
4
2. Akidah Akhlak
3
3
3
3. Fiqih
3
3
3
4. Sejarah Kebudayaan Islam
2
2
2
5. Bahasa Arab
2
2
2
6. Praktek Ibadah
4
4
4
1. Hafalan Surat Pendek & Ayat Pilihan
2
2
2
2. Imla’/Tahsinul Khot
1
1
-
1. Khitobah



2. Kaligrafi



Muatan Lokal
Pengembangan Diri
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
b) Pondok Pesantren Putra-putri
Tabel 3.12. Struktur kurikulum Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775
Alokasi Waktu
Kelas
No
Komponen
Takh
asus
A.
AlJuru
AlImri
miyah
4
thi
Al
fiyah
I
Al
fiyah
II
4
4
4
Mata pelajaran
1. Nahwu
2
2. Sorof
3. Fiqih
4. Tafsir
5. Usul Fiqih
6. Hadist
.
7. Taukhid
8. Tasawuf/ Etika
9.
Tarikh
JUMLAH JAM
2
3
3
3
3
1
2
2
2
2
-
2
2
2
2
-
2
3
3
3
4
3
3
3
3
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
21
22
22
13
22
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
3) Bahan
Beberapa bahan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar ;
a.
Ilmu Aqidah/ Ilmu Tauhid
Yaitu ilmu yang membahas tetang kepercayaan kepada Allah. Aqidah diambil
dari bahasa Arab, asal kalimat ialah aqada dipindahkan menjadi aqidah, artinya ikatan.93
Yang dimaksud ikatan disini adalah ikatan manusia dengan sang pencipta atau Allah
SWT.
Bagi santri yang harus di tanamkan pertama kali adalah keimanan kepada Allah
SWT. Selain itu juga santri diajari dengan ilmu ketauhidan, sehingga dengan di tanamkan
93
Rohadi abdul Fatah, “Rekonstruksi Pesantren Masa Depan” dari Tradisional, Modern,
Hingga Post Modern, Jakarta; Listafarika Putra, 2008, Cet II, 35.
keimanan yang betul maka kedepannya santri akan menjadi santri yang selalu beriman
kepada Allah SWT.
Adapun literatur yang di ajarkan di Pondok-pesantren yang berkaitan
dengan ilmu taukhid mulai di ajarkan dari tingkat kelas satu kitabnya Aqidatul
Awam, Badiul Amali, Kharidatul Bahiyah, Jawahirul Kalamiyah, Tijanu AlDarari, Al-Sanusiyah.
Tabel 3.13. Nama kitab Taukhid yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok-pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang 50775
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
SATU
Aqidatul Awam
2
DUA
Badiul Amali
3
TIGA
Kharidatul Bahiyah
4
EMPAT
Jawahirul Kalamiyah
5
LIMA
Tijanu Al-Darari
6
ENAM
Al-Sanusiyah
7
TUJUH
-
8
DELAPAN
-
KET
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
b.
Ilmu bidang Tajwid (Al-Qur’an)
Ilmu tajwid ini yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara membaca Al-Qur’an
dengan benar (fasih) dalam setiap ucapan setiap hurufnya (makhraj), dan jaudah (baik)
dalam (persambungannya). 94
Tujuan dari mempelajari ilmu tajwid ini diantaranya, agar santri dapat membaca
Al-Qur’an dengan benar (fasih), mengetahui hukum-hukum bacaan dalam Al-Qur’an,
mengetahui perbedaan-perbedaan pembacaan Al-Qur’an menurut Imam tujuh atau
dikenal dengan qira’ah sab’ah .
Kitab-kitab yang dipelajari di Pondok-pesantren Al-Manar dalam ilmu tajwid
adalah syifa al-Jinan, Nadzam Hidayat al-Syibyan, Tuhfatul Athfal, Hidayatul Mustafidz,
fathul Manan.
Tabel 3.14. Nama kitab Tajwid yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang 50775
NO
KELAS
1
SATU
Syifa al-Jinan
2
DUA
Nadzam Hidayat al-Syibyan
3
TIGA
Tuhfatul Atfal
4
EMPAT
Hidayatul Mustafidz
5
LIMA
fathul Manan
6
ENAM
-
7
TUJUH
-
94
NAMA KITAB
KET
Rohadi abdul Fatah, “Rekonstruksi Pesantren Masa Depan” dari Tradisional, Modern,
Hingga Post Modern, Jakarta; Listafarika Putra, 2008, Cet II, 36.
8
DELAPAN
-
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
c.
Ilmu bidang Akhlaq/ Tasawuf
Ilmu ini mempelajari tata cara berlaku dalam kehidupan sehari-hari/ tatakrama,
sifat-sifat mahmudah.95 Sehingga nantinya agar santri menjadi muslim yang ber-akhlakul
karimah baik dalam hubungannya dengan Allah (hablum minallah/ hubungan fertikal),
dengan sesama manusia (hablum minannass/ hubungan horizontal) serta alam
hubungan dengan alam sekitar/ makhluk lainnya. Selain itu para santri diharapkan
memiliki wawasan akhlak yang lebih menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan
sehingga perilaku mereka dihiasi oleh akhlak al-karimah yang dibimbing oleh hati.
Adapun literatur kitab yang dikaji di Pondok-pesantren Al-Manar dari tingkatan
awal adalah kitab Akhlaq lil Banin dan Banat, Taysir al-Khallaq, Ta’lim al-Muta’alim,
Bidayatul al-Hidayah, Risalatul Mu’awanah, Nashaih al Diniyyah, Al Riyadh al-Badi’ah.
Kifayatul Atkiya, Is’adur rofiq.
Tabel 3.15. Nama kitab Akhlak/ Tasawuf yang di gunakan dari tingkatan bawah
sampai atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang 50775
NO
KELAS
1
SATU
-
2
DUA
Taysir al-Khallaq
95
NAMA KITAB
Rohadi abdul Fatah, …37.
KET
Akhlaq lil Banin/ Banat
3
TIGA
4
EMPAT
Ta’lim al-Muta’alim
5
LIMA
Ta’lim al-Muta’alim
6
ENAM
Risalatul Mu’awanah
7
TUJUH
-
8
DELAPAN
-
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
d.
Ilmu Bahasa Arab (Nahwu–Sharaf)
Bahasa Arab yang diajarkan di Pondok-pesantren Al-Manar terfokus
kepada pengkajian “ilmu alat” yang biasanya meliputi ilmu Nahwu, Sharaf, Balaghah,
dan Manthiq (logika).
Ilmu nahwu adalah;
‫ب يُعْ َرفُ ِب َها اَحْ َوا ُل آَ َواخ ِِر ْال َكل ِِم‬
ِ ‫ع ِْل ٌم ِباُص ُْو ٍل مُسْ َت ْن َط ِة ِمنْ َق َوا ِع ِد ْال َع َر‬
‫إعْ َرابًا َو ِب َنا ٌء‬
Ilmu nahwu adalah Ilmu tentang pokok-pokok yang diambil dari qaidah-qaidah
Arab, untuk mengetahui keadaan akhirnya kalimat dari segi I’rab dan mabni.96
Ilmu nahwu sangat penting bagi para santri, karena manfaat Ilmu Nahwu agar
mampu memahami bahasa arab dan struktur kalimahnya yang menjadi bahasa AlQur'an dan Al-Hadits, yang keduanya adalah dasar tuntunan hidup umat islam. Salah
96
Kitab Taqrirot Al Fiyyah, 02.
dalam membaca suatu harakat dalam dalam bahasa Arab dapat merubah arti dan
maksudnya bahkan bisa bertentangan.
Ilmu nahwu sangat penting sekali, Ilmu nahwu adalah "Babul 'ulumuusy
syar'iyyah" artinya pintu gerbang Ilmu - Ilmu syariat yang berbasis kitab kuning/ kitab
gundul. Akan menemui jalan buntu orang yang melangkah menuju ilmu agama jika
belum menguasai ilmu nahwu.
Jadi mempelajari ilmu nahwu itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,
harus mempelajari ilmu nahwu terlebih dahulu sebelum mengetahui ilmu agama yang
lain.
Sedangkan Ilmu Sharaf adalah ilmu usul (kaidah-kaidah) untuk mengetahui
bentuk-bentuk kalimat bahasa arab (Sighat, Bina, Waqi’, dll) tanpa memandang kalimat
tersebut mabni atau mu’rab. Seperti bentuk Tatsniyah, Jama’, Tasghir, Nasab dan I’lal.
Bisa masuk dalam kalimat Isim Mutamakkin dan kalimat Fi’il tidak dalam kalimat huruf.
Ilmu Sharaf sangat penting bagi para santri, karena manfaat Ilmu Sharaf agar
mampu memahami bahasa Arab dan struktur kalimahnya yang menjadi bahasa AlQur'an dan Al-Hadits.
Ilmu nahwu di Pondok-pesantren Al-Manar di ajarkan mulai kitab Awamil Al
Jurjan, Nahwu Wadhih, Qawaidul I’lal, Amthilatut Tashrifiyah, Mattan al-Jurumiyah,
Syarh al-Jurumiyah, Mattan dan Syarah al-Imrithi, Mattan dan Syarah al-Fiyah Ibn Malik,
Jawahirul Maknun dan Tashilu Nailil Amaniy.
Tabel 3.16. Nama kitab Nahwu/ Bahasa Arab yang di gunakan dari tingkatan
bawah sampai atas di Pondok-pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang 50775
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
SATU
Nahwu Wadhih
2
DUA
Qawaidul I’lal
3
TIGA
Awamil Al Jurjan
4
EMPAT
5
LIMA
Mattan dan Syarah al-Imrithi
6
ENAM
Mattan dan Syarah al-Fiyah Ibn Malik
7
TUJUH
Mattan dan Syarah al-Fiyah Ibn Malik
8
DELAPAN
KET
Mattan al-Jurumiyah
Tashilu Nailil Amaniy.
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
e.
Ilmu Fiqih
Ilmu fiqih adalah ilmu yang membahas tentang segi-segi praktis dalam
hubungan manusia dengan Allah (ibadah) dengan manusia (mu’amalah, munakahat,
jinayat).97 Sedangkan yang ditonjolkan dari ilmu fiqih ini dari segi formal dan lahiriyah
hubungan tersebut.
Tujuan santri belajar ilmu fiqih ini agar santri dapat menjalankan hukum-hukum
syari’at Islam dengan baik dan benar berdasarkan tuntunan yang telah ada. Kitab–kitab
yang digunakan diantaranya kitab Mabadi’ul Fikih dan Fikih Wadhih, Safinatun Naja,
97
Rohadi Abdul Fatah, …37.
Kasifatu Saja, Riyadhal Badi’ah, Sulamu Munajat, Fatkhul Qarib, Fatkhul Mu’in, Fatkhul
Wahab.
Tabel 3.17. Nama kitab Ilmu Fiqih yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang 50775
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
SATU
Mabadi’ul Fikih dan Fikih Wadhih
2
DUA
Safinatun Naja
3
TIGA
Kasifatu Saja
4
EMPAT
5
LIMA
Fatkhul Qarib
6
ENAM
Fatkhul Mu’in
7
TUJUH
Fatkhul Mu’in
8
DELAPAN
KET
Sulamu Munajat
Fatkhul Wahab.
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
f.
Ilmu Usul Fiqih
Usul fiqih membahas dasar-dasar dan metode untuk menarik (istinbath) sebuah
hukum. Sedangkan tujuan santri belajar ilmu usul fiqih, santri diharakan dapat
mengetahui proses bagaimana sebuah hokum dihasilkan, dari sejak menetapkan
masalahnya, pencarian dasar-dasarnya, penetapan alasan-alasanya, serta bagaimana
alasan itu diolah hingga sampai kepada keputusan tertentu. Literatur kitab yang di kaji
Mabdi’u Awwaliyah, As Sullam, Al-Bayan.
Tabel 3.18. Nama kitab Usul Fiqih yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang 50775
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
SATU
-
2
DUA
-
3
TIGA
-
4
EMPAT
-
5
LIMA
Mabdi’u Awwaliyah
6
ENAM
As Sullam
7
TUJUH
Al-Bayan.
8
DELAPAN
-
KET
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
g.
Ilmu Tafsir
Ilmu Tafsir yaitu Ilmu yang dapat menjelaskan hukum-hukum dan hikmah-
hikmah dalam Al-Qur’an, dan dapat diketahui maksud kitab Allah yang diturunkan
kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw.98
Dalam pengajaran ilmu tafsir, penekanan utama diberikan kepada santri agar
mengetahui:
98
Rohadi Abdul Fatah,… 38.
Kedudukan suatu kata dalam struktur kalimat, mengetahui dan membedakan
makna mufradat ayat-ayat Al-Qur’an baik ditinjau dari segi sharaf maupun persamaan
makna katanya.
1) Asbabun Nuzul, makkiyah-madaniyah, serta nasakh-mansukh suatu ayat.
2) Kandungan utama ayat itu secara tekstual maupun kontekstual sehingga santri
menemukan relevansi ayat itu dalam realitas kehidupan.
3) Perbandingan penjelasan makna ayat-ayat Al-Qur’an dengan kitab tafsir lain.
4) Yang dibaca ditekankan pada kitab tafsir yang bercorak hokum (tafsir ahkam).
Adapun kitab yang di gunakan yaitu; Tafsir Juz Amma, Tafsir Surat Yasin, Tafsir
Jalalain, Tafsir al-Maraghi.
Tabel 3.19. Nama kitab Ilmu Tafsir yang di gunakan dari tingkatan bawah
sampai atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang 50775
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
SATU
-
2
DUA
Tafsir Juz Amma
3
TIGA
Tafsir Juz Amma
4
EMPAT
5
LIMA
Tafsir Jalalain
6
ENAM
Tafsir Jalalain
7
TUJUH
Tafsir Jalalain
8
DELAPAN
Tafsir Surat Yasin,
Tafsir al-Maraghi
KET
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
h.
Hadist
Hadist adalah ilmu yang membahas tentang kandungan-kandungan yang ada
pada hadist. Adapun santri belajar hadist di tingkat awal, bertujuan untuk
memperkenalkan hadist dengan menonjolkan kandungan materinya. Materi yang di
paparkan adalah materi tingkat dasar, seperti iman, islam, ikhsan, akhlak. Hadisnya yang
pendek dan konsentrasinya berpusat pada matan.
Sedangkan santri tingkat menengah mempelajarinya di tekankan pada sanad,
kandungan matan, rijal al hadist. Untuk santri tingkatan lanjut mempelajari hadist
secara lengkap, tujuannya adalah penguasaan lengkap terhadap hadist yang dipelajari,
yang meliputi pengetahuan tentang sanad dan variasi sanadnya, sosok dan karakter
perawinya, cara perawinya, serta matan dan variasinya serta asbab al wurudnya dan
materi kandungannya.
Adapun literature kitab yang di gunakan dari tingkat awal sampai tingkat
atas al-Arb’in An-Nawawi, Syarah Abi Jamrah, Bulughul Maram, Jawahirul
Bukhari, Tajridus Sharih, Shahih Bukhari, Shahih Muslim.
Tabel 3.20. Nama kitab hadist yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang 50775
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
SATU
-
2
DUA
-
3
TIGA
al-Arb’in An-Nawawi
4
EMPAT
5
LIMA
-
6
ENAM
Bulughul Marom
7
TUJUH
Bulughul Marom
8
DELAPAN
Jawahirul Bukhori
KET
Syarah Abi Jamrah
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
i.
Ulumu Hadist
Ilmu-ilmu hadist atau Ulumul Hadits adalah ilmu tentang seluk beluk Hadits.
Ilmu hadits biasanya diberikan kepada santri tingkat menengah dan tingkat lanjutan.
Materinya meliputi seluk beluk hadits, dari mulai posisinya sebagai sumber hukum,
sejarah penulisnya, kualitas dan jenisnya, baik dilihat dari segi matan, sanad, atau
keduannya, kitab-kitabnya, perawi-perawinya dan seterusnya. Untuk tingkatan lanjutan
juga mempelajari Takhrij al-Hadits, yaitu bagaimana menetapkan kualitas hadits
berdasarkan metode-metode yang ada untuk menentukan status dan kualitas hadits.
Adapun literatur kitab yang di gunakan Minhat al-Mughits karya al-Hafidz Hasan
al-Mas’udi, ‘Illm Mushtalah al-Hadits.
Tabel 3.21. Nama kitab Ulumul Hadist yang di gunakan di Pondok Pesantren AlManar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
SATU
-
2
DUA
Arbain Nawawi
3
TIGA
Arbain Nawawi
4
EMPAT
-
5
LIMA
-
6
ENAM
Minhat al-Mughits
7
TUJUH
‘illm Mushtolah al-Hadits.
8
DELAPAN
KET
-
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
j.
Tarikh (Sejarah Islam)
Ilmu Tarikh di ajarkan untuk mengenal secara kronologis pertumbuhan dan
perkembangan umat Islam semenjak masa Rosulullah hingga masa kehidupan Turki
Usmani. Dengan demikian santri akan memahami sejarah dari awal perkembangan
sejarah islam dari nabi sampai sekarang.
Sedangkan Kitab-kitab yang dipelajarari diantanya adalah kitab Khulashah Nurul
Yaqin, Sirah Nabawiyah, Sirah ibn Ishaq.
Tabel 3.22. Nama kitab Tarikh (Sejarah Islam) yang di gunakan di Pondok
Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 50775
NO
KELAS
NAMA KITAB
KET
1
SATU
-
2
DUA
-
3
TIGA
Khulashah Nurul Yaqin juz 1
4
EMPAT
Khulashah Nurul Yaqin Juz II
5
LIMA
Khulashah Nurul Yaqin Juz III
6
ENAM
Sirah Nabawiyah
7
TUJUH
Sirah ibn Ishaq.
8
DELAPAN
-
Sumber Data: Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Manar, 1999
4) Cara di Pondok-pesantren Al Manar ;
Adapun cara penerapan kurikulum dalam pengajaran di Pondok-pesantren AlManar ada dua komponen yang digunakan, yaitu metode dan evaluasi.
a. Metode yang digunakan adalah;
1.
Bandongan
Sistem bandongan atau dikenal juga dengan sistem weton. Metode bandongan
atau weton adalah sistem pengajaran secara kolektif yang dilakukan di pesantren. 99
Dalam sistem ini sekelompok santri (antara lima sampai dengan lima ratus)
santri mendengarkan seorang guru yang membaca, menterjemahkan, menerangkan,
dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap santri
99
Ismail SM, “Pengembangan Pesantren Tradisional”, dalam Ismail SM (ed), Dinamika
Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2002, Cet I, 67.
memperhatikan kitabnya sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun
keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. 100
Metode wetonan adalah metode yang didalamnya terdapat seorang kiai yang
membaca kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama,
lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan kiai. Metode ini dapat dikatakan
sebagai proses belajar mengaji secara kolektif. 101
Dalam sistem bandongan di Pondok-pesantren Al-Manar, kitab yang di kaji
adalah kitab Is’adurrafiq, Ar-Ruh, Jalalain, Fatkhul Mu’in.
Kyai membacakan Kitab
tersebut, terus seluruh santri mengartikan kitabnya dengan bahasa Arab pegon. Santri
tidak harus menunjukkan bahwa ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para kyai
biasanya membaca dan menterjemahkan kalimat-kalimat secara cepat, dan tidak
menterjemah kan kata-kata yang mudah. Dengan cara ini, kyai dapat menyelesaikan
kitab-kitab pendek dalam jangka waktu yang singkat. Sistem bandongan ini lebih efektif
diterapkan kepada santri tingkat menengah dan tingkat tinggi.
2.
Sorogan
Sistem sorogan menekankan kepada bimbingan secara individual. Sistem
sorogan ini merupakan sistem yang sangat sulit, karena dituntut adanya kedisiplinan,
kesabaran, kerajinan, ketaatan yang intens dari setiap santri yang mengikutinya. Di
100
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta
LPS, 1985, cet IV, 28.
101
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, Cet I, 26.
samping itu banyak yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri
pada tingkat selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya santri - santri yang
telah menguasai bahan pelajaran pada sistem sorogan inilah yang dapat memetik
keberhasilan pada sistem bandongan di Pondok-pesantren. Sistem sorogan dinilai lebih
efektif sebagai sistem pendidikan pada taraf permulaan santri mengikuti pendidikan di
Pondok-pesantren.
Mengenai materi yang sudah lazim diajarkan di Pondok=pesantren, mengambil
kitab-kitab karangan para ulama. Dan untuk dapat memahami kitab-kitab tersebut para
santri yang duduk pada kategori kelas awaliyah dibekali dengan materi penguasaan
nahwu (tata bahasa), sharaf (etimologi), misalnya kitab al-Jurumiah, al-Imriti, dan alFiyah serta Amtsilatul Tasrifiyah (sebuah kitab kecil yang membahas dari segi etimologi).
Setelah itu santri dituntut untuk menerapkannya dalam pemahaman pada teks-teks
kitab klasik yang meliputi fikih, ushul fikih, hadits, tafsir, tasawuf, tauhid serta tarikh.
Yaitu dengan diadakan evaluasi secara mandiri, santri di suruh membacakan,
mengartikan, menjelaskan kitab kosongan di simak oleh ustadz. Kitab yang di
pergunakan untuk sorogan sesuai tingkatnya, misalnya untuk kitab fiqih ( Safinatun
Najah, Riyadhal Badi’ah, Sulam Taufiq, Fatkhul Qarib, Fatkhul Mu’in).
3.
Diskusi (Musyawarah)
Seperti metode musyawarah (diskusi). Metode diskusi disajikan dengan cara
mengajak para santri meumbahas masalah-masalah-masalah terteintu secara kelompok
biasanya harus menyampaikan hasil musyawarah kelompoknya, kemudian dibahas
bersama dengan hasil kelompok lain. Metode ini biasanya digunakan bila materi
pelajaran terdapat banyak kesulitan dan perlu dibicarakan bersama. Seluruh santri
wajib mengikuti kegiatan ini baik dari tingkatan bawah sampai atas. Waktunya adalah
pada malam hari pukul 20.00WIB sampai 22.00WIB, satu minggu 2 kali yaitu malam
ahad dan malam kamis. Bertempat di kelas masing-masing sesuai tingkatan jenjang
kelasnya.
4.
Takror (Pengulangan Pelajaran oleh santri)
Takror (pengulangan pelajaran oleh santri dilakukan secara bersama dalam satu
kelas dan di buat secara berkelompok terjadwal). Metode takror adalah metode
mengajar dengan cara mengulang-ulang pelajaran yang telah disampaikan pada siang
hari kemudian kegiatan takror dilakukan pada malam hari. Materi yang dibahas sama
persis dengan materi yang disampaikan guru pada siang hari. Metode ini dipakai untuk
setiap materi pelajaran. Jadi tidak ada satupun materi pelajaran yang tidak dibahas
kembali metode ini.
5.
Muhafadzah (Menghafalkan Bait/ Syair/ Nadham)
Metode muhafadzah adalah metode mengajar yang ditempuh dengan cara
santri disuruh menghafalkan materi pelajaran yang diberikan guru. Materi yang
dihafalkan biasanya berupa syair-syair yang disertai dengan terjemahannya. Pada
metode ini siswa diharuskan mampu menghafal materi pelajaran dalam batas waktu
tertentu. Biasanya santri disuruh ke depan kelas untuk menghafalkan materi pelajaran
tertentu dan guru mencatat setiap kemajuan yang dicapai oleh santri. 102
6.
Tadribat
Sedangkan metode tadribat adalah metode yang ditempuh dengan cara guru
memberikan soal-soal latihan kepada santri pada setiap materi pelajaran. Biasanya
metode ini diberikan jika satu pokok bahasan selesai, baik di dalam kelas secara
langsung maupun berupa pekerjaan rumah.
Beberapa metode pengajaran yang disampaikan sebagaimana dijelaskan di atas,
mempunyai ciri khas baik dalam tujuan dan fungsinya maupun cara penggunaannya. Jika
metode-metode yang diterapkan dalam pesantren tersebut dikaitkan dengan metode
mengajar secara umum (dalam pendidikan umum), maka akan ditemukan beberapa
kesesuaian meskipun tidak berarti sama sekali.
Metode bandongan sebagai ciri khas metode pengajaran di pesantren yang
teknik penyampaiannya dengan cara guru membacakan kitab dan santri hanya
mendengarkan, menyimak dan mencatat hal-hal penting meskipun kadang-kadang
kurang tahu betul yang diterangkan oleh guru, ada kemiripan dengan metode ceramah
yang dipakai dalam pendidikan persekolahan pada umumnya.
Perbedaannya adalah, kalau metode ceramah biasanya santri diberikan
kesempatan oleh guru untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami, tetapi metode
102
2015.
Wawancara dengan Pengurus pondok pesantren Al-manar pada taggal 27 September
bandongan guru sama sekali tidak memberi kesempatan untuk bertanya, sehingga bisa
saja terjadi setelah usai pelajaran adan santri yang tidak paham sama sekali tentang
pelajaran yang diberikan guru.
Yang merupakan metode khas pesantren lain adalah metode sorogan. Metode
ini memang agak kurang relevan jika diterapkan dalam pengajaran di sekolah umum.
Walaupun metode ini cukup efektif dalam mentransferkan setiap materi pelajaran dan
melatih setiap santri untuk disiplin dan tanggung jawab secara pribadi namun sangat
membutuhkan banyak waktu, karena setiap santri harus ditangani secara sendiri-sendiri.
Dan itu akan mambutuhkan banyak biaya, disamping muatan kurikulum juga
memungkinkan untuk tidak terselesaikan dengan tuntas.
Adapun metode-metode yang lain, seperti musyawarah, takrar, muhafadzah,
dan tadribat, karena sedikit banyak merupakan metode yang mengacu pada metode
pangajaran pada umumnya, maka sudah barang tentu banyak kesamaan-kesamaan
meskipun tidak semuanya relevan jika diterapkan pada sistem pengajaran pada sekolah
umum. Misalnya adalah metode takrar dan muhafadzah, metode mengulang-ulang
pelajaran secara mendetail seperti diatas jarang diterapkan di sekolah formal pada
umumnya, karena terlalu banyak makan waktu di mana hal ini akan menghambat
tercapainya target kurikulum.
Yang jelas, masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Agar
metode tersebut betul-betul dapat digunakan sebagai media yang efektif maka cara
penggunaannya harus tepat, sehingga justru tidak menjadi penghambat.
b. Evaluasi yang digunakan
Pendidikan pesantren yang belum mengadopsi sistem pendidikan modern
belum mengenal sistem penilaian (evaluasi).103 Sehingga untuk evaluasi diserahkan
kepada ustadz/ pengajar pembelajaran. Sedangkan untuk evaluasi yang digunakan di
Pondok-pesantren Al Manar adalah sistem evaluasi tuntas learning/ sistem tuntas
pembelajaran, kenaikan tingkat cukup ditandai evaluasi dengan bergantinya kitab yang
dipelajari.
Santri sendiri yang mengukur dan menilai, yaitu apakah ia cukup menguasai
bahan yang lalu dan mampu untuk mengikuti pengajian kitab berikutnya disebut dengan
tuntas learning. Atau bisa santri mengulang kembali kitab yang dikaji sampai santri
menguasai kitab. Masa belajar tidak ditentukan waktu tamat tidak dibatasi sehingga
memberikan kelonggaran pada santri untuk meninggalkan pesantren setelah merasa
puas terhadap ilmu yang telah diperolehnya dan merasa siap terjun di masyarakat.
Teks-teks kitab yang telah dipelajari oleh santri, akan dibaca ulang bersamasama dengan kawan setelah mereka kembali ke kamar masing-masing atau kadangkadang di depan kyai atau guru, sampai benar-benar dimengerti dan dijadikan pedoman
berfikir dan bertingkah laku. Mereka dituntut untuk mengaplikasikan pelajaran yang
diterimanya sehingga kitab-kitab itu merupakan himpunan kodifikasi tata nilai yang
dianut oleh masyarakat pesantren. Sehingga pemberian pengajian oleh kyai kepada
santrinya bisa merupakan proses pembentukan tata nilai Islam yang terwujud dalam
tingkah laku sehari-hari mulai dari cara-cara melakukan ibadah ritual sampai kepada
103
Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: Dharma Bhakti, 1399, 52.
ketentuan-ketentuan tata pergaulan masyarakat. Dan kyai dalam hal ini merupakan
personifikasi utuh dari sistem tata nilai itu yang juga turut melengkapi kedudukan kitab
tersebut. Inilah kemudian yang disebut pola kehidupan santri.
Evaluasi pendidikan pesantren cenderung kepada proses penilaian terhadap
bagaimana cara santri mengaplikasikan tata nilai yang terdapat di dalam kitab-kitab
yang telah mereka pelajari bersama-sama dengan kyai atau guru mereka. Evaluasi tidak
mengutamakan pencapaia sekor secara tertulis dalam bentuk angka-angka. Akan tetapi
aplikasi tata nilai terutama mengarah kepada bagaimana setiap santri mengamalkan
ajaran agama Islam dalam bentuk ibadah ritual dan tata cara bergaul dengan sesama
santri, pergaulan mereka dengan kyai, keluarga kyai serta masyarakat umum di sekitar
pesantren.
Akan tetapi untuk sekarang, sistem evaluasi di buat mengikuti seperti tes
formalnya, yaitu diadakan tes tertulis yang di lakukan setiap akhir semester. Dengan
materi-materi yang mereka pelajari sesuai tingkatan. Disamping itu juga ada tes
praktikum. Yaitu dengan cara mempraktekan materi ibadah yang di tentukan oleh
ustadz, sehingga santri dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka pahami. Pada akhirnya
evaluasi di tentukan dengan pencapaian skor nilai.
5) Landasan kehidupan santri
Kehidupan dalam Pondok-pesantren di jiwai oleh suasana yang dapat
disimpulkan dalam pancajiwa pondok sebagai berikut:
a. Dakwah Islamiyah.
Model Pondok-pesantren Al-Manar adalah pesantren salaf. Yaitu pesantren
yang menkaji "kitab-kitab kuning" (kitab kuna). Pesantren salaf identik dengan
pesantren tradisional yang berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode. Di
pesantren salaf, hubungan antara Kyai dengan santri cukup dekat secara emosional. Kyai
terjun langsung dalam menangani para santrinya. 104
b. Jiwa Keikhlasan
Segala gerak dan kegiatan di Pondok-pesantren Al-Manar didasarkan dan
dilaksanakan dalam suasana keikhlasan yang mendalam atau dengan niat ibadah
mencari keridhoan Allah semata. Dengan demikian terdapatlah suasana hidup yang
harmonis antara kyai yang disegani dan santri yang taat penuh cinta dan hormat.
c. Jiwa Kesederhanaan
Segenap santri dididik untuk hidup sederhana tetapi berjiwa besar dan dinamis.
Kesederhanaan yang mengandung ketabahan hati, penguasaan diri dan keberaniaan
hidup di dalam berbagai keadaan.
104
https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren diakses 5 agustus 2015.
d. Jiwa Menolong Diri Sendiri
Segala aktivitas dan kebutuhan hidup di Pondok-pesantren dilakukan, di cukupi
dan diatur sendiri oleh segenap penghuni dan keluarga pesantren secara gotong royong,
juga Pondok-pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan, tidak pernah
menyandarkan kehidupannya kepada bantuan orang lain, tetapi dalam hal ini tidak
bersikap kaku.
e. Jiwa Ukhuwah Diniyah
Segenap santri serta keluarga Pondok-pesantren Al-Manar hidup dan bergaul
dalam suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang akrab berdasar kesadaran
beragama yang mendalam.
f.
Jiwa Kebebasan
Pesantren sebagai lembaga pendidikan swasta bebas dari berbagai ikatan
dengan organisasi politik dan organisasi masa manapun, tetapi dapat berkomunikasi dan
bekerja sama dengan baik. Santri bebas menentukan jalan hidupnya dan lapangan
usahanya di masyarakat nanti.
E. Sejarah singkat dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah
1. Rintisan awal tahunn 1953
Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah Blater terletak di desa Blater, Kecamatan
Bandungan, Kabupaten Semarang. Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah Blater di rintis
oleh Kyai Ali Mas’udd, yang pada awalnya ada seorang bernama K M Darjis dari
Banyubiru yang menikah dengan gadis desa Blater yang kemudian menetap dan
memyebarkan agama Islam di Desa Blater. Kemudian M. Darjis mempunyai seorang
putri yang akhirnya dinikahkan dengan Ali Mas’ud dari Banyubiru yang masih familinya.
Ali Mas’ud inilah yang menjadi Kyai Ali Mas’ud. Kyai Ali Mas’ud beserta istrinya pada
tahun 1963 mendirikan sebuah Pondok-pesantren yang bernama Pondok pesantren
Blater. Kyai Ali Mas’ud mengajak seorang temannya yang bernama Muhtarom sekaligus
menjadi santri pertama di pondok tersebut. 105
2. Tahun 1969-1990
Karena jumlah santri yang semakin lama semakin bertambah, maka pada tahun
1969 resmi mendirikan bangunan Pondok-pesantren Blater yang berupa papan dan
bambu yang mempunyai 20 kamar dan pada saat itu pula dimulai program pengajian
pesantren bandungan dan sorogan. Pada tahun ini Pondok pesantren Blater hanya
diasuh dan dibina hanya dengan satu tenaga pengajar yaitu K. Ali Mas’ud sendiri. Karena
bangunan tersebut tidak dapat bertahan lama maka, pada tahun 1978 bangunan
tersebut diganti dengan bangunan tembok dengan 10 kamar yang menampung kurang
lebih 300 santri. Dulu pondok pesantren Blater hanya menerima santri putra kemudian
pada tahun 1982 sampai tahun 1988 santri putri dari berbagai daerah berdatangan yang
baru pada tahun 1990 dapat dibangun pondok pesantren putri.
Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah memulai sistem pendidikan formal ala
pesantren pada tahun 1989 dengan jejang Ibtidaiyyah dan Tsanawiyyah. Karena jumlah
105
Tim Tamatan 2015,Biografi K.H Ali Mas’ud, Cuilan sketsa panjang Mbah Mas’ud,
Semarang: PUSTAKA Blater, 2015.
santri yang semakin bertambah maka pengasuh menambah lokasi pondok putra dan
merehab pondok putri menjadi dua lantai. Kemudian Pondok-pesantren yang dahulu
bernama Pondok-pesantren Blater diubah namanya menjadi Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah. Pondok-pesantren menambah satu program pesantren yang dahulu
Ibtidaiyyah diganti dengan Madrasah Tingkat Ula sedangkan untuk Tsanawiyyah diganti
dengan Madrasah Tingkat Wustho dan ditambah satu jenjang lagi yaitu tingkat Aliyah (
Ulya ). Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah terletak di tengah-tengah rumah penduduk
Desa Blater Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. 106
Kemudian
Pondok-pesantren
diresmi
dan
dibadanhukumkan.
Kegiatan
Pendidikan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah mempunyai program-program pendidikan
yang sama dengan pendidikan di Pondok-pesantren lain, seperti halnya pengajian kitabkitab, nahwu, sharaf, tajwid, taukhid dan lain-lain yang kesemuanya ini masuk dalam
pendidikan formal pesantren. Pondok-pesantren juga mengelola pendidikan santri
tahasus, yaitu santri yang sepenuhnya mendalami kitab kuning serta praktek ibadah. Di
samping itu Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah juga bekerja sama dengan Departemen
Agama Tingkat Kabupaten dalam program Wajib Belajar 9 tahun ( Wajar Dikdas 9 Tahun
) sebagai bentuk kepedulian Pondok-pesantren untuk mensukseskan program
pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Tahun 1990-2016 (Sekarang)
106
Tim Tamatan 2015, Biografi K.H Ali Mas’ud, (Buku) Cuilan sketsa panjang Mbah
Mas’ud, Semarang: PUSTAKA Blater, 2015.
Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah telah berhasil menyusun dan mengesahkan
program-program dalam Pondok-pesantren yang berupa Program Madrasah Diniyyah
yang terbagi dari Kelas Ula, Wustho, dan Ulya. Disamping itu pondok pesantren Al
Mas’udiyyah juga meningkatkan daya mutu santri dalam berbahasa, sehingga
dibentuklah Program penggunaan tiga bahasa dalam percakapan sehari-hari. Sebagai
pesanten yang telah melakukan inovasi, pondok pesantren juga menyelenggarakan
kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan minat dan
bakat para santri. Keterampilan dan usaha yang dimiliki, di bidang pertanian dan
peternakan. Pesantren juga bekerja sama dengan Dinas Perdagangan Kab Semarang
untuk pembelajaran santri dalam bidang pembuatan tempe, tahu, dan limun.
Keterampilan lain adalah tata busana, pertukangan, perikanan, perbengkelan, tata rias,
kaligrafi , dan komputer. Ada juga pendidikan formal.
Untuk saat ini persyaratan bagi calon santri yang ingin nyantri di Pondokpesantren Al Mas’udiyyah ini harus mendaftarkan diri dengan menyerahkan data santri
seperti halnya seorang siswa mendaftarkan di sekolah-sekolah umum. Santri yang akan
masuk di Tingkat Wustha ( Wustha )harus menyerahkan foto copy ijazah tanda kelulusan
Tingkat Ula ( Ibtida ) yang sudah di legalisir dari sekolahannya masing-masing,
sedangkan untuk masuk ditingkat Ulya harus menyerahkan ijazah tanda kelulusan di
Tingkat Wustha (Tsanawiyah). Meskipun demikian, pondok pesantren ini tidak berbeda
dari pondok pesantren yang lainnya karena semua kegiatan sekolah tetap dijalankan
seperti biasanya yaitu malam hari dimulai dari puku 20.00 WIB sampai dengan pukul
23.00 WIB. Sedangkan kegiatan di siang hari hanya untuk muthola’ah (Musayawarah)
kitab-kitab kuning dan pelajaran yang lain. Sebagai pesanten yang telah melakukan
inovasi, Pondok-pesantren juga menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan
ini diharapkan dapat mengembangkan minat dan bakat para santri.
4. Susunan Pengurus Pesantren
SUSUNAN KEPENGURUSAN
PONDOK PESANTREN AL-MAS’UDIYYAH PUSAT
Penasihat
: 1. H Ahmad Afifudin
2. KH Murodi
3. K. Mukhtar Abimaya
4. Ust.H Zaenal Arifin, S.PdI
Pengasuh
: 1. KH. Fatkhurrohim
2. KH. Ahmad Fauzan
Ketua Umum
: Ust. H An’im Aba Abdillah Muhammad
Krd Keamanan
: Ust. Halim Abdurrohman asar
SUSUNAN KEPENGURUSAN HARIAN
PONDOK PESANTREN AL-MAS’UDIYYAH PUTRA
PERIODE 2015-2016 M/ 1436-1437 H
Ketua
: Muhammad Khafidhin
Sekretaris
: 1. Dede Ahmad Hudory
2. Ma’ruf Sofyanudin
Bendahara
: Adi Nur Soleh
Sei :
Keamanan
1. Munajib
2. Ahmad Ridho
3. Imron Mashuri
4. Makhasin
Pembangunan
1. Eri Iskandar
2. Budi Utomo
Pengairan
1. Umar Syarifudin
Penerangan
1. Krisdiyantoro
Kebersihan
1. Rofiul Muttaqin
Kesra
1. Fadlillah
Koperasi
1. Tri Cahyo
Humas
1. Muhammad Afifudin
2. Luky Khoirul Umam
Koordinator Bidang Extra
; Muhammad Tohiruddin
Pengajian Ahad Pagi
: Rofiqul Ma’arif
Orkes
: Imron Mashuri
Radio & Bultin Santri
: Luky Khoirul Umam
Rebana
: Afan Nur Hakim
Perpus
: Ihsanudin
Koordinator Bidang Luar
: Zaenal Arifin, S.PdI
Bidang SMA
: Ahmad Faiyun
Bidang SMP
: Ahmad Shoderi
Pembantu Umum Luar
: 1. Bpk Suladzi
2.Bpk Rumanto
3.Bpk Abdul Qodri Syuhada
Pembantu Umum Dalam
: 1. Joko Istiyanto
2.Zainal Abidin107
5. Keadaan Santri
107
Wawancara Pengurus Pesantren Blater, M. Hafidz (Lurah Pondok) 7 Januari 2016
Jumlah santri Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah 785 orang terdiri dari
353 santri Putra dan 432 santri Putri. Dari jumlah santri tersebut tinggal di asrama yang
disediakan pesantren. 108
Tabel 3.23.Jumlah Santri
No
Jenis kelamin
Jumlah
1
Putra
353
2
Putri
432
Jumlah
785
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
Tabel 3.24 Daerah Asal Santri
No
Asal Daerah
Jumlah
1
Sumatra
30
2
Kalimantan
5
3
Jawa
108
737
Diambil dari Bang Data Pesantren Al-Mas’udiyah tahun 2016
4
Jawa Timur
6
5
Jawa Barat
7
Jumlah
785
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
6. Aktifitas harian
Untuk aktivitas santri Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah selama 24 jam dapat di
lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.25.Kegiatan Harian109
Jam/Waktu
Jenis Kegiatan
04.00 – 05.00
Bangun Pagi, shalat subuh beramaah
05.00 – 06.00
Pengajian Kitab salaf (khusus santri tingkat Ula, Wustho)
06.00 – 07.45
Pengkajian Kitab Shoheh Bukhori
08.00 – 09.00
Belajar
09.30 – 11.00
Mandi, Makan
11.00 – 12.45
Istirahat
109
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
12.45 – 13.00
Jamaah Shalat Dhuhur
13.45 – 15.45
Musyawarah
15.45 – 17.00
Sholat Asar Berjamaah
17.00 – 17.30
Makan Sore
17.30 – 18.30
Jamaah sholat magrib, pengajian Al Qur’an terpimpin, oleh guru
masing-masing
19.00 – 20.00
20.00 – 22.00
22.00 – 04.00
Jamaah shalat isak
Belajar bersama wali kelas
Istirahat
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
Tabel 3.26.Kegiatan Pekan
Jam/Waktu
Jenis Kegiatan
Selasa 13.45-15.45
Bahstu masail
Rabu 13.45- 15.45
Dzaurah kitab salaf
Jum’at 20.00-22.00
Kegiatan Kokurikuler Al Barjanzi
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
Tabel 3.27. Kegiatan Bulanan
Waktu
Jenis Kegiatan
Satu bulan sekali
Rapat dengan Pimpinan Pesantren
Tiga bulan sekali
Tes
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
Tabel 3.28.Kegiatan Tahunan
NO
Jenis Kegiatan
1
Penerimaan santri baru pada tiap-tiap tahun pelajaran baru
2
Lihtitamid dirosah Akhiris sanah
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
7. Keadaan Guru / Ustadz
Guru atau ustadz yang mengajar di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah
seluruhnya ada 76 orang. Dari jumlah tersebut semua mengajar di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah serta ada beberapa yang ikut mengajar di formal.110
8. Sarana Prasarana Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah
Dalam mendukung kegiatan belajar mengajar di Pondok-pesantren, tentunya
juga membutuhkan fasilitas yang berupa fasilitas fisik. Adapun sarana prasarana yang
me-fasilitasi dalam kegiatan tersebut di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah
sebagai berikut:
a. Sarana Bangunan
1) Masjid 1 buah
2) Perpustakaan 1 buah
3) Gedung pertemuan 1 buah
4) Ndelem/ Rumah Kyai 2 buah
5) Asrama santri 6 Unit, yang terdiri dari 4 unit untuk Putra 2 unit untuk putrid, 1
khusus tahfifz Al-Qur’an.
6) Ruang tamu 4 buah
7) Ruang Pertemuan 2 buah
8) Aula 2 buah
9) Kantor sekretariat pondok pesantren 4 buah
10) Ruang ustadz/ ustadzah 4 buah
110
Observas pengurus Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah, Januari 2016
11) Ruang kelas 10 ruang
12) Kantin dan dapur 4 buah
b. Sarana Pendukung
1) Bak Penampungan air 4 buah
2) Kolam perikanan 2 buah
3) Lapangan Volly 1 buah
4) Tenis Meja 2 buah
5) Meja belajar
6) Alat-alat perkantoran
7) Alat keterampilan, kesenian, olah raga dan sebagainya
9. Kegiatan ekstra Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah
a. Agribisnis
b. Peternakan
c. Pertanian
d. Perikanan
e. Keterampilan
1) Pertukangan
2) Perbengkelan
3) Menjahit/ Bordir
4) Tata Boga
5) Komputer
6) Figura
f.
Olahraga
1.
Sepak bola
2.
Bola Voly
3.
Karate
4.
Bulu Tangkis
g. Kesenian
1)
Seni Baca Al Qur’an
2)
Kaligrafi
3)
Rebana
i.Informatika
1) Radio Suara Pesantren
2) Buletin Santri
F. Tujuan Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah pada Masa Sekarang
Menurut KH. Fathur Rohim Mas‟ud tujuan Pondok-pesantren adalah
sebagai berikut;
“Membentuk Insan Intelektual yang Islami, memiliki
keterampilan yang memadai dan berakhlak mulia”. 111 Adapun indikator-indikator
111
Wawancara dengan Beliau KH Fatkurrokhim, Pengasuh PondokPesantren AlMas’udiyah, di Kediaman Beliau, Januari 2016
dari Tujuan tersebut adalah setelah santri selesai belajar di Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah, santri diharapkan:
1. Tidak pernah puas terhadap apa yang telah diraih, menjadikan belajar suatu
kebutuhan primer, berusaha menemukan jawaban dari suatu masalah.
2. Bisa
diterima
di
masyarakat
sesuai
dengan
harapannya
dan
mampu
mengkomunikasikan perolehan ilmu dari pesantren kepada masyarakat dan
lingkungannya sesuai dengan kompetensi yang telah menjadi pilihannya.
3. Bertanggung
jawab
terhadap
semua
akibat dari
tindakannya,
mengakui
kekurangannya dan berupaya memperbaiki kegagalannya.
4. Berperilaku santun, hormat kepada sesama, disiplin terhadap waktu, selalu
menepati janji, menjadi manusia yang Islami.
1. Kelembagaan
Model Kelembagaan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah di bawah naungan
Yayasan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah, terdiri dari beberapa unit pendidikan dan
Pendidikan Yayasan. 112 Untuk unit Pendidikan;
a.
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah, Wustho & Ulya
b. Pendidikan Wajar diknas
c. Tahafudzul Qur’an
112
Sumber; Diambil dari Bang Data Pesantren Al-Mas’udiyah tahun 2016
d. Pengajian Rutin hari Ahad kitab ’Ihya Uumuddin
e. Sorogan/ bandongan Kitab Kuning
f.
Kursus Bahasa Inggris
2. Kurikulum Pondok-pesanten Al Mas’udiyyah
a. Tujuan
Tujuan kurikulum pesantren adalah kurikulum sebagai sistematisasi dalam
bentuk ilmu pengetahuan yang dipelajari atau dibelajarkan kepada santri oleh ustadz.
Dengan adanya kurikulum yang sistematis maka tujuan dari pembelajaran sudah jelas
dan terarah sesuai sistem yang di buat.
Sesuai dengan
tujuannya,
kurikulum Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah
bertujuan agar pendidikan yang di rancang dan di terapkan di pondok pesantren Al
Mas’udiyyah dapat menghasilkan lulusan santri yang sesuai harapan dan kemanfaatan
untuk menyebarkan agama Islam di manapun berada.
Sedangkan Bpk KH Fatkhurrokhim Beliau mengakan;
“Kurikulum Pondok-pesantren Al-Mas‟uddiyah, tidak jauh berbeda dari pondokpondok di seluruh kab. Semarang pada umumnya, yaitu dengan kajian-kajian kitab
kuning/ kitab klasik. Yang membedakan antara pesantren Al-mas‟udiyyah dan yang
lainnya, di pondok ini santri di beri kegiatan ekstra yang dapat melatih santri menjadi
santri yang mandiri dan dapat diandalkan, baik ilmu agama maupun ilmu kehidupan yang
mereka akan jalani”.113
b. Isi dan bahan
113
Wawancara dengan beliau KH Fatkurrokhim. Di kediamannya 27 januari 2016
Isi kurikulum Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah rumusan kompetensi
materi yang diberikan kepada santri untuk bahan belajar mengajar guna mencapai
tujuan. Isi kurikulum memiliki kriteria yang membantu perencanaan pada kurikulum. 114
Beberapa isi kurikulum di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah ;
(1) Ilmu Aqidah/ Ilmu Tauhid
Pertama kali yang diajarkan kepada santri adalah keimanan kepada Allah SWT.
Selain itu juga santri diajari dengan ilmu ketauhidan, sehingga dengan di tanamkan
keimanan yang betul maka kedepannya santri akan menjadi santri yang selalu beriman
kepada Allah SWT.
Adapun literatur yang di ajarkan di Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah
yang berkaitan dengan ilmu taukhid mulai di ajarkan dari tingkat kelas satu
kitabnya sebagai berikut;
Tabel 3.29. Nama kitab Taukhid yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang 50665. 115
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
1 Ula
-
2
2 Ula
Aqidatul Awam
KET
114
Sumber Diambil dari Bang Data Pesantren Al-Mas’udiyah tahun 2016
115
Sumber; Diambil dari Bang Data Kurikulum Pesantren Al-Mas’udiyah tahun 2016
3
3 Ula
Duraotul yatimah
4
1 Wustho
-
5
2 Wustho
-
6
3 Wustho
-
7
1 Ulya
Bidayah
8
2 Ulya
Al Hikam
9
3 Ulya
Ihya’ Ulumuddin
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
(2) Ilmu bidang Tajwid (Al Qur’an)
Kitab-kitab yang dipelajari di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dalam ilmu
tajwid adalah;
Tabel 3.30. Nama kitab Tajwid yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang 50665
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
1 Ula
BTQ
2
2 Ula
Tamrinatu Attfal
3
3 Ula
Tuhyatul atfal
4
1 Wustho
-
5
2 Wustho
-
6
3 Wustho
Jazariyah
7
1 Ulya
-
KET
8
2 Ulya
9
3 Ulya
-
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
(3) Ilmu bidang Akhlaq/ Tasawuf
Kitab Akhlaq yang dikaji di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah;
Tabel 3.31. Nama kitab Akhlak/ Tasawuf yang di gunakan dari tingkatan bawah
sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang 50665
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
1 Ula
Alala
2
2 Ula
Aqidatul Awam
3
3 Ula
Wasoya
4
1 Wustho
-
5
2 Wustho
Sulam Taufiq
6
3 Wustho
Adabul Alim
7
1 Ulya
Bidayah
8
2 Ulya
-
9
3 Ulya
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
KET
(4) Ilmu Bahasa Arab (Nahwu –Sharaf)
Ilmu nahwu di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah di ajarkan;
Tabel 3.32. Nama kitab Nahwu/ Bahasa Arab yang di gunakan dari tingkatan
bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan
Bandungan, Kabupaten Semarang 50665
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
1 Ula
-
2
2 Ula
-
3
3 Ula
-
4
1 Wustho
Al Jurumiyah
5
2 Wustho
Tasrif Lughawi
6
3 Wustho
Al Imrithi
7
1 Ulya
Al fiyah
8
2 Ulya
Al fiyah
9
3 Ulya
Jawahirul Maknun
KET
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
(5) Ilmu Fiqih
Kitab–kitab yang digunakan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah diantaranya ;
Tabel 3.33. Nama kitab Ilmu Fiqih yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang 50665
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
1 Ula
Mabadi’ul Fiqih
2
2 Ula
Mabadi’ul Fiqih
3
3 Ula
Safinah
4
1 Wustho
Riyadhal Badiah
5
2 Wustho
6
3 Wustho
Fatkhul Qarib
7
1 Ulya
Fatkhul Mu’in
8
2 Ulya
Fatkhul Mu’in
9
3 Ulya
Fatkhul Mu’in
KET
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
(6) Ilmu Usul Fiqih
Usul fiqih membahas dasar-dasar dan metode untuk menarik (istinbath) sebuah
hukum. Sedangkan tujuan santri belajar ilmu usul fiqih, santri diharakan dapat
mengetahui proses bagaimana sebuah hokum dihasilkan, dari sejak menetapkan
masalahnya, pencarian dasar-dasarnya, penetapan alasan-alasanya, serta bagaimana
alasan itu diolah hingga sampai kepada keputusan tertentu. Literatur kitab yang di kaji
Mabdi’u Awwaliyah, As Sullam, Al-Bayan.
Tabel 3.34. Nama kitab Usul Fiqih yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang 50665
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
1 Ula
-
2
2 Ula
-
3
3 Ula
-
4
1 Wustho
-
5
2 Wustho
Mabdi’u Awwaliyah
6
3 Wustho
As Sullam
7
1 Ulya
Al-Bayan.
8
2 Ulya
-
9
3 Ulya
Usul Fiqih
KET
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
(7) Ilmu Tafsir
Adapun kitab yang di gunakan yaitu;
Tabel 3.35. Nama kitab Ilmu Tafsir yang di gunakan dari tingkatan bawah
sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang 50665
NO
1
KELAS
1 Ula
NAMA KITAB
-
KET
2
2 Ula
-
3
3 Ula
-
4
1 Wustho
-
5
2 Wustho
-
6
3 Wustho
-
7
1 Ulya
Tafsir Jalalain
8
2 Ulya
Tafsir Al Munir
9
3
Ulya
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
(8) Hadist
Literatur kitab yang di gunakan dari tingkat awal sampai tingkat atas
adalah;
Tabel 3.36. Nama kitab Hadist yang di gunakan dari tingkatan bawah sampai
atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang 50665
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
1 Ula
-
2
2 Ula
-
3
3 Ula
-
4
1 Wustho
-
5
2 Wustho
Muhtarah Hadist
KET
6
3 Wustho
Muhtarah Hadist
7
1 Ulya
Fara idul Bahiyah
8
2 Ulya
Muqadimatul Hadist
9
3 Ulya
Bukhari Muslim
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
(9) Ulumu Hadist
Literatur kitab yang di gunakan;
Tabel 3.37. Nama kitab Ulumul Hadist yang di gunakan dari tingkatan bawah
sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang 50665
NO
KELAS
NAMA KITAB
1
1 Ula
-
2
2 Ula
-
3
3 Ula
-
4
1 Wustho
Arbain NAwawi
5
2 Wustho
-
6
3 Wustho
-
7
1 Ulya
‘illm Mushtolah al-Hadits.
8
2 Ulya
-
9
3
KET
Ulya
Sumber Data: Bank Data Pondok Pesantren Al-Mas’udiyyah. Di ambil 2016
(10)Tarikh (Sejarah Islam)
Kitab-kitab yang dipelajarari diantanya adalah kitab Khulashah Nurul Yaqin,
Sirah Nabawiyah, Sirah ibn Ishaq.
Tabel 3.38. Nama kitab Tarikh (Sejarah Islam) yang di gunakan dari tingkatan
bawah sampai atas di Pondok Pesantren Al Mas’udiyyah Desa Blater, Kecamatan
Bandungan, Kabupaten Semarang 50665
NO
KELAS
1
1 Ula
-
2
2 Ula
-
3
3 Ula
Khulashah Nurul Yaqin juz 1
4
1 Wustho
Khulashah Nurul Yaqin Juz II
5
2 Wustho
Khulashah Nurul Yaqin Juz III
6
3 Wustho
Sirah Nabawiyah
7
1 Ulya
-
8
2 Ulya
-
9
KET
NAMA KITAB
3
a
b. Cara
Adapun cara penerapan kurikulum dalam pengajaran di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah ada dua komponen yang digunakan, yaitu metode dan strategi
pembelajaran. 116
116
2016
Wawancara, Dengan ustadz Ali Imron, Ustadz di Pesantren Al-Mas’udiyah tahun
1) Metode yang digunakan adalah;
a) Sorogan
b) Lapanan
c) Wetonan
d) Bandongan
e) Musyawarah
f)
Takror (Pengulangan Pelajaran oleh santri)
g) Muhafadzah (menghafalkan bait/ syair/ nadhom)
h) Tadribat
Selain di atas Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah juga menggunakan metode dan
strategi pembelajaran sebagai berikut;
(1) Student centered instruction, yaitu pembelajaran yang berpusat pada santri
seperti diskusi yang dapat dibentuk dalam berbagai variasi strategi dari small
group discussion sampai seminar. Pembelajaran dapat dikembangkan dengan
cara simulasi dan game yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih
hidup, santri bersifat aktif sedang guru sebagai fasilitator.
(2) Collaborative learning, yaitu cara belajar santri aktif (CBSA) melalui proses
pembelajaran yang dilakukan bersama-sama antara guru dengan santri atau
antara
santri
dengan
santri.
Hal
bersifat collaborative, yaitu belajar yang
ini
sangat
bermanfaat
karena
saling membantu antara guru
dengan santri dan antara santri dengan santri.
(3) Cooperative learning, yaitu strategi yang sering disebut dengan group work, yaitu
proses pembelajaran yang memberi kesempatan kepada santri untuk terlibat
dalam kelompoknya, dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru,
dengan masing-masing anggota memiliki tugas dalam kelompoknya dan mereka
saling memeriksa pekerjaan teman-temannya kemudian bisa dikembangkan
menjadi variasi kelompok, antara dua kelompok atau lebih sehingga semakin
banyak masukan. Strategi cooperative learning adalah belajar yang dilakukan
secara bersama-sama, saling membantu satu sama lain dalam kebersamaan kerja
untuk mencapai keberhasilan masing-masing peserta dalam mencapai
kompetensi ideal, yang pada hakikatnya membentuk image kompetensi kelas.
(4) Self discovery learning, yaitu belajar melalui penemuan mereka sendiri (inquiry),
melalui penelitian dengan menemukan sendiri masalah yang harus dipelajari dan
dipecahkan (problem solving). Untuk itu, keterlibatan santri dalam pembelajaran
merupakan hal sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran.
(5) Quantum learning, yaitu strategi belajar di mana dalam belajar semua indera
harus bekerja aktif (multi sensor) seperti melihat, mendengar, merasakan,
melakukan, di mana semua komponen kecerdasan akan aktif bekerja dengan
menggunakan multimedia dan pendayagunaan kelompok belajar.
(6) Contextual teaching and learning (CTL), yaitu strategi yang digunakan untuk
membantu santri untuk memahami makna dari materi pelajaran dengan cara
mengaitkan mata pelajaran tersebut dengan konteks kehidupan mereka. Secara
nyata perwujudan dari belajar kontekstual adalah belajar berbasis masalah,
berbasis inquiry, berbasis proyek, berbasis kerja, berbasis kooperatif.
4. Evaluasi pembelajaran yang digunakan adalah;
Sistem evaluasi pendidikan yang digunakan di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah, mengacu pada tujuan pendidikan di pesantren sendiri serta jenjang
tingkatan yang di ikuti oleh santri. Yaitu ketika santri sudah dapat mencapai tujuan
secara komprehensif di setiap mata pelajaran. Sehingga santri telah memahami isi
dari ilmu yang dipelajari
menguasi
materi-materi
dianggap berhasil meskipun secara kognitif santri telah
yang
diajarkan.
Atau
digunakan
istilah
dengan
pembelajaran tuntas.
Pendidikan pesantren yang belum menggunakan sistem pendidikan modern
belum mengenal sistem penilaian (evaluasi).117 Sehingga untuk evaluasi diserahkan
kepada ustadz/ pengajar pembelajaran. Untuk evaluasi yang digunakan di Pondokpesantren Al Mas’udiyyah adalah sistem evaluasi mastery learning, testulis, tanya
jawab, dan setoran hafalan.
Untuk evaluasi mastery learning santri di tuntut menguasai satu buah kitab
yang di pelajarinya, pada waktu tes ini santri di panggil satu persatu dan di suruh
membaca kuning kosongan (tanpa di beri arti sedikitpun), apabila santri bisa
membaca kitab kuning kosongan yang di baca serta menjelaskan apa yang dia baca
117
Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: Dharma Bhakti, 1399, 52.
dengan baik, maka santri tersebut dinyatakan sudah tuntas. Ustadz yang
mengevaluasi dua sampai tiga ustadz. 118
Sedangkan untuk tes tertulis, santri diberi soal-soal secara tertulis, tes ini
dilaksanakan secara bersama-sama sesuai tingkatan jenjangnya. Adapun soal yang
diteskan sesuai jumlah pelajaran yang di ajarkan. Untuk evaluasi tanya-jawab di
gunakan untuk mata pelajaran Ilmu Nahwu. Ustadz menanyakan beberapa
pertanyaan kepada santri dan santri menjawab sesuai yang di ajarkan oleh ustadz
sebelumnya. Ketika santri dapat menjawab soal dengan baik dan benar serta
member alasannya serta dasarnya, maka santri tersebut di katakana tuntas. 119
Adapun evaluasi setoran hafalan, santri harus menyetorkan hafalan-hafalan
Nadham syair yang ada di kitab secara berkala. Ketika santri dapat menyelesaikan
hafalan nadham-nadham syair di kitab maka santri tersebut dikatakan tuntas. Contoh
nadham syair yang di gunakan untuk hafalan adalah; ala la, Kharidhatul Bahiyah,
Tafrihatul wildan, Al Jurumiyah, Al Imriti, dan Al Fiyah Ibn Malik yang jumlahnya 1002
bait. 120
118
Wawancara dengan Ustadz Muhammad Hafidz ustadz di Pondok-pesantren AlMas’udiyyah, tahun 2016.
119
Wawancara dengan Ustadz Fauzan ustadz di Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah,
tahun 2016.
120
Wawancara dengan Ustadz Muhammad Hafidz ustadz di Pondok-pesantren AlMas’udiyyah, tahun 2016
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah
Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa Kurikulum Pondokpesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah adalah kurikulum
pendidikan formal dan non formal, atau juga disebut dengan kurikulum modern
dan tradisional.
Kurikulum modern yaitu pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah
raga dan kesenian yang disediakan oleh madrasah bagi peserta didik di dalam dan
di luar madrasah dengan maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh
dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan
pendidikan. 121 Kurikulum tradisioal memiliki sistem pendidikan yang spesifik
yang memperhatikan kaitan tipikal struktur antara unsur-unsur pendidikan yang
secara teratur saling berkaitan dan membentuk sebuah sistem pendidikan
tradisional. Sistem pendidikan tradisional pada dasarnya bersifat konservatif dan
kedap perubahan, terutama dalam aspek belajar mengajar.122
121
122
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Al-Husna,1986, 40
Vernon Smith.”Pendidikan Tradisional” dalam Paulo Freire, Ivan Ilich, Erich Fromm,
dkk. Menggugat Pendidikan. Terj.Omi Intan Naomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, 187.
Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar yang termasuk dalam kurikulum
non formal yaitu Pondok-Pesantren, Madrasah Diniyah Takmiliyah, dan Dakwah
Islamiyah. Adapun Kurikulum Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah yang termasuk
non formal yaitu Pondok-pesantren, Madrasah Diniyah Takmiliyah, Tahafudzul
Qur‟an.
Secara filosofis akademik, Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas‟udiyyah memiliki tujuan yang sama yaitu menjadiakan insan
yang memiliki keseimbangan Spiritual, Intelektual, dan Moral menuju generasi
ulul albab yang berkomitmen tinggi terhadap kemaslahatan Umat dengan
berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah, serta berakhlak mulia. Dengan demikian
Pondok-pesantren
Al-Manar
dan
Pondok-pesantren
Al-Mas‟udiyyah
ini
menempatkan pendidikan sebagai bekal utama dalam menyebar luaskan ajaran
agama Islam yang belandaskan Al-Qur‟an dan Hadist.
Untuk merealisasi insan yang spiritual, intelektual, bermoral, berilmu,
serta berakhlakul karimah, maka Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas‟udiyyah ini telah merumuskan langkah operasional yang
dimasukkan ke kurikulum pesantren baik secara formal maupun nonformal.
1. Tujuan Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al Mas’udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi
Tujuan dari Pendidikan Pesantren bila dikaitkan dengan Pendidikan Nasional
ada kesamaan, yaitu menciptakan generasi yang berilmu, beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, bermartabat, serta berakhlak mulia. Sedangkan Kurikulum Pondok-pesantren
Al-Manar dan Pondok-Al-Mas’udiyah
bertujuan mewujudkan pembelajaran kepada
santri yang pada akhirnya santri akan menjadi genersi yang berakhlakul karimah yang
sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional ataupun Pesantren. Dengan kualitas
keislaman, keimanan, keilmuanya, para santri lulusan dari Pondok-pesantren Al-Manar
ataupun Pondok-pesantren Al-Mas’udiyah diharapkan mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya, untuk menyebarkan agama Islam. Sehingga Pondok-pesantren
Al-Manar ataupun Pondok-pesantren Al-Mas’udiyah sangat terbuka bagi masyarakat
kalangan manapun dan siapapun.
Dari tujuan tersebut dapat diasumsikan sebagai berikut:
a. Tujuan khusus: mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang alim
dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta
mengamalkannya dalam masyarakat dan berpedoman pada Al-Qur’an & Hadist.
b.
Tujuan umum: membimbing santri untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam
masyarakat melalui ilmu dan amalnya.
Keterbukaan kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al–
Mas’udiyyah dari yang awalnya berorientasi pada Ilmu Agama, memahami, serta
mengamalkan ilmu secara tekstual, berkembang menjadi berorientasi ilmu umum dan
ilmu agama, serta memahami dan mengamalkan ilmunya sesuai tempat dan zaman yang
berkembang.
Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah
sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarankan pendidikan secara terbuka
kepada seluruh masyarakat dalam menyebar luaskan pendidikan Agama Islam,
serta dapat meluluskan santri yang cakap dan luas serta tinggi kefahamannya
tentang Agama Islam, berbakti dan beramal kepada
masyarakat, berdasarkan
taqwa kepada Allah sehingga nantinya menjadi masyarakat yang berilmu, beramal
dan bertaqwa.
Kurikulum Pondok Pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah
secara keseluruhan mengacu
pada kurikulum
Pendidikan Pesantren, karena
pelajarannya dari tingkatan bawah sampai yang atas sudah terstruktur di Pondok
Pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah, serta ilmu yang nanti di
butuhkan oleh masyarakat juga di ajarkan di Pondok Pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas’udiyyah.
Santri Pondok-pesantren Al-Manar dan Al Mas‟udiyyah di bimbing
untuk menjadi manusia yang berkepribadian islami yang sanggup dengan ilmu
agamanya menjadi mubalig Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu yang dia
kuasai dan di amalkannya. Penguasaan pada satu keilmuan agama, wajib dimiliki
oleh semua santri. Itu sebagai pengamalan ilmu yang di miliki santri, sehingga
santri dapat mengamalkan dengan dasar yang jelas dan sesuai ajaran Agama
Islam.
Dasar yang jelas dalam pengembangan kurikulum adalah tujuan Pondokpesantren. Di
Pondok-pesantren
Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah pada awalnya kurikulum hanya bertujuan menyebarkan agama
islam, seiring dengan berkembangnya zaman era globalisasi akhirnya di susunlah
visi dan misi di Pondok-pesantren Al Manar maupun Pondok-pesantren Al-
Mas‟uddiyah serta pembenahan kurikulum di masing-masing Pondok-pesantren.
Sehingga
tujuan
kurikulum
selalu
mengembangkan
kebutuhan
sesuai
perkembangan zaman di era globalisasi ini.
Perubahan kurikulum yang terjadi di Pondok-pesantren Al-Manar yaitu
pada kepemimpinan Kyai Fatkurrohman, pada tahun 1982. Yaitu dengan dari kyai
Duri di lanjutkan Kyai Fatkurrohman. Pada tahun ini Pondok-pesantren
memperbaiki manajem pesantren, sarana prasarana, serta penambahan Ustadz
yang mengajar di pondok pesantren. Sedangkan di Pondok-pesantren Al
Mas‟uddiyah perubahan kurikulum pad a masa kepemimpinan Kyai Ali Mas‟ud
yaitu pada tahun 1969. Pada tahun ini pula pengembangan kurikulum,
penambahan ustadz, penambahan asrama di lakukan di Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah.
Perubahan kurikulum yang terjadi di Pondok-pesantren dan AlMas‟udiyyah di sebabkan bertambahnya kebutuhan keilmuan untuk para santrisantri serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman era globalisasi, sehingga
Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesanren Al-Mas‟udiyyah selalu
mengikuti perkembangan zaman.
2. Isi Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi
Isi kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah yang awalnya sederhana semakin lama terus berevolusi, terus
berubah, dan dirancang sesuai tuntutan perkembangan zaman yang terus bergerak
maju seiring kemajuan Nasional dan Era Globalisasi. Isi kurikulum Pondokpesantren
Al-Manar
dan
Pondok-pesantren
Al
Mas‟udiyyah
dalam
perkembangannya dalam tujuan umum dan tujuan khusus, serta tujuan tersebut
secara terbuka dan tertulis.
Pada awalnya Pondok-pesantren
Al-Manar dan
Pondok-pesantren
Al-
Mas’udiyyah dari yang hanya membahas kitab-kitab klasik (kitab tauhid, balaghah, tafsir,
hadist, mantik, usul fiqh dan lain sebagainya) mengembangkan isi kurikulum dengan di
tambah ilmu berbasis kecakapan hidup sebagai bekal untuk terjun di masyarakat luas,
sehingga dalam isi kurikulum pun di buat secara terjadwal/ sistematis sehingga santri
tidak terlalu sulit mengikuti kegiatan-kegiatan yang dirancang.
Dalam kurun waktu beberapa tahun isi kurikulum Pondok-pesantren AlManar maupun Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah sedikit sekali perubahan serta
tambahan yang terjadi, perubahan terjadi ketika pergantian kepemimpinan Kyai
sebagai pengasuh Pondok-pesantren. Dalam isi kurikulum untuk materi yang di
ajarkan
Pondok-pesantren
Al-Manar
maupun
di
Pondok-pesantren
Al
Mas‟udiyyah menurut penulis tidak terlalu sulit atau tidak terlalu mudah, itu di
lihat dari kitab-kitab yang diajarkan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Al
Mas‟udiyyah dalam tabel, yang rata-rata digunakan di pesantren pada umumnya
yang di gunakan di pondok-pesantren seluruh Indonesia. Serta penambahan
kegiatan untuk mempersiapkan kecakapan hidup.
Penguasaan yang diajarkan di dalam Pondok-pesantren adalah penguasaan
satu keilmuan yang beroriantasi kepada dasar ilmu agama. Serta pengamalannya
yang di harapkan selalu di lakukan santri yang sudah kembali kemasyarakat akan
di tuntut pengamalan ilmunya yang telah di pelajari di pesantren. Maka untuk itu
santri memang harus menguasai ilmu agama dengan baik dan benar.
Isi kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas‟udiyyah di kaitkan degan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa,
menurut penulis tidak jauh beda dengan isi kurikulum yang sekarang di
pergunakan di pondok pesantren lain, misal seperti di pondok API Tegalrejo
Magelang, Poncol Bringin Kab Semarang. Karna model pesantren yang masih
bercirikan salaf akan mempertahankan isi kurikulumnya dengan kalian kitab salaf/
kuning.
Agar kurikulum dapat berjalan sesuai tujuannya maka isi kurikulum harus
dapat diterima dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan terbuka melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
menjamin keterbukaan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat. Serta tidak
terlalu sulit untuk dilaksanakan. Untuk isi dari kurikulum Pondok-pesantren AlManar maupun di Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, mudah di lakukan oleh
santri. Dilihat dari kemampuan santri dalam menerima dan menerangkan kembali
apa yang disampaikan oleh guru, santri dapat menerima materi yang disampaikan
guru/ ustadz.
Dalam menjalankan kurikulum antar lembaga di bawah Yayasan Pondokpesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah memang di serahkan
kepada masing-masing lembaga, akan tetapi ada monitoring dari yayasan sehingga
keilmuan ke Islaman yang sudah di atur dalam Kurikulum Pondok-pesantren bisa di
jalankan oleh santri. Dalam penguasaan keilmuan agama dan umum dapat seimbang.
Ataupun kurikulum yang sudah di buat secara sistematis, sebaiknya dilaksanakan dan
selalu ada inovasi/ penambahan dalam pelaksanaannya, bisa juga dengan al ternatif
yang lebih mudah di kembangkan, sehinga nantinya kurikulum akan di katakana
berhasil.
Isi kurikulum Pondok-pesantren dalam hal penguasaan di tuangkan dalam tabel
bagan kurikulum yang digunakan pada tiap-tiap lembaga, serta memperinci secara
cermat dan menganalisis secara sistematik terhadap tujuan yang hendak dicapai. Dan
juga mencari alternatif-alternatif yang relevan, cara yang berbeda-beda untuk mencapai
tujuan sebagai patokan kurikulum yang di jalankan di tiap-tiap lembaga.
Bahan ajar Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah bila dikaitkan dengan keterbukaan maka menurut penulis sudah terbuka
untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat. Pada umumnya bahan ajar yang
digunakan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah sama
dengan Pondok-pesantren salafiyah yang mengajarkan kitab-kitab klasik. Sehingga
masyarakat umumpun sudah mengenal kitab-kitab tersebut. Serta menambah
pendidikan
formal
yang
berorientasi
pada
pendidikan
keagamaan.
Untuk
pelaksanaannya menyebarkan ilmu Agama juga tidak mengesampingkan kepentingan
zaman di Era Globalisasi.
Bahan ajar kurikulum pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah bila di kaitkan dengan kemudahan, dibuat secara
berjenjang, yaitu pengajaran kitab dilakukan secara bertahap, dari kitab-kitab
yang dasar yang merupakan kitab-kitab pendek dan sederhana, kemudian
ketingkat lanjutan menengah dan baru setelah selesai menginjak kepada kitabkitab tingkat atas.
Santri dikatakan berhasil apabila dapat menyelesaikan di setiap jenjangnya
dan mendapatkan nilai/ hasil belajar yang tuntas. Bahan ajar kurikulum pondok
pesantren dalam hal penguasaan di sebutkan dalam bagan yang memuat kitankitab yang digunakan pada tiap-tiap jenjang pendidikan di Pondok-pesantren AlManar maupun Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, serta sebagai bahan
pertimbangan pengembangan kedepannya.
Untuk mencapai tujuan isi kurikulum Pondok-pesantren di Era
Globalisasi, penulis melihat ada beberapa
usaha yang dilakukan Pondok-
pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah di masing-masing
pondok pesantren adalah :
a. Masing-masing Pondok-pesantren mendirikan Pendidikan, dengan menerapkan
sistem pendidikan Pondok-pesantren dan sistem pendidikan Madrasah.
b. Mengadakan berbagai macam pendekatan dan metode pendidikan yang dapat
memberikan dasar Agama kepada setiap santri, baik di Pondok-pesantren AlManar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah yaitu “Ruh al-Islam Wa alWatan” (semangat Islam dan kebangsaan atau cinta tanah air).
c. Mengadakan dakwah dikalangan masyarakat luas serta mengfungsikan masjid
sebagai tempat ibadah, pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Itu di
buktikan dengan adanya jamah Tarekhah yang diadakan setiap senin pagi untuk
Pondok-pesantren Al-Mas’udiyah dan Malam Ahad Legi untuk Pondokpesantren Al-Manar.
d. Mengusahakan dan memantapkan kerja sama dalam Ukhuwah Islamiyah antar
lembaga dibawah Yayasan Pondok-pesantren Al-Manar ataupun Pondokpesantren Al Mas’udiyyah. Di buktikan dengan adanya rapat bersama setiap tiga
bulan sekali di masing-masing Pesantren.
e. Menciptakan dan mengembangkan kepribadian santri/ muslim, yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, pribadi yang mandiri, bermanfaat
bagi masyarakat atau orang lain. Dengan adanya kajian kiyab Ihya’ Ulumuddin
setiap hari ahad pagi di Pondok-pesantren Al-Mas’udiyyah dan kitab Is’adurrafiq
ahad pagi di Pondok-pesntren Al-Manar.
f.
Menjadikan genersi penerus yang menyebarkan Agama atau menegakkan Islam
dan mengamalkan ilmu yang di peroleh. Dengan masih ada hubungan yang
berkesinambungan antara pesantren dengan alumni.
3. Metode Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al Mas’udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi
Metode dalam Kurikulum Pendidikan Pondok-Pesantren Al-Manar dan Al
Mas’udiyyah bila di kaitkan dengan Era Globalisasi di lakukan secara sistematis dan
terprogram secara berkelanjutan, sehingga seluruh kegiatan utama Pendidikan dan
pembelajaran yang dilakukan di Pondo-pesantren dapat berhasil. Hal ini juga menuntut
kualitas seorang pendidik/ ustadz tidak sekedar sebagai seoarang ahli tentang
pengetahuan keislaman yang mumpuni, tetapi juga sebagai seorang yang di teladani dan
diikuti. Melalui kegiatan pembelajaran ilmu yang nantinya akan di ajarkan kembali oleh
peserta didik/ santri di dalam proses pendidikan pesantren dan pengajaran bisa
berlangsung apabila metode kurikulum secara terbuka oleh seluruh pemangku
kepentingan pendidikan di instansi terkait.
Metode pengajaran di Pondok-Pesantren Al-Manar dan Pondok-Pesantren Al
Mas’udiyyah selalu berubah dari tahun ketahun. Itu terjadi karena ustadz
mengembangkan metode dalam menyampaikan materi atau isi dari kurikulum kepada
santri, agar dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan kurikulum di masing-masing
Pondok-pesantren.
Seiring dengan zaman era globalisasi maka metode yang awalnya bandongan,
sorogan berkembang ada klasikal, musyawarah, takror, mukhafadhah, tadribat, lapanan,
wetonan. Metode dalam kurikulum Pondok-Pesantren Al-Manar dan Pondok-Pesantren
Al Mas’udiyyah kaitanya dengan kemudahan di Era Globalisasi, dapat dikatakan berhasil.
Itu di sebabkan oleh salah satu santri belajar Ilmu Agama serta sains dan teknologi, yang
satu sisi keduanya memberikan kemudahan hubungan dan terbukanya aneka ragam
informasi yang memungkinkan individu dalam masyarakat, dan pada sisi lain dapat
menimbulkan perubahan-perubahan dan pergeseran-pergeseran nilai. Untuk itu metode
yang ada di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah
menurut penulis menggunakan metode yang sesuai dengan pokok ajaran ke Islaman,
baik yang tingkatan awal ataupun tingkatan atas.
4. Evaluasi
Pondok-pesantren
Al-Manar
dan
Pondok-pesantren
Al
Mas’udiyyah di kaitkan dengan Era Globalisasi
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan dengan sistem evaluasi yang baik maka kualitas pembelajaran diharapkan
akan meningkat. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, evaluasi
sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan semua ranah yang memiliki peserta didik.
Namun, evaluasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini dirasakan belum memberikan
andil yang cukup untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Hal ini disebabkan oleh sistem evaluasi yang digunakan belum tepat atau
pelaksanaan evaluasi belum seperti yang diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan
inovasi terhadap sistem evaluasi pendidikan ke arah yang lebih baik, agar dapat
mengukur semua kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tanpa hanya mengukur
ranah kognitifnya saja.
Evaluasi yang dilaksanakan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas’udiyyah dari mulai berdiri hingga saat ini banyak perubahan terutama
dalam penekanan persiapan kecakapan dalam pemahaman ilmu Agama Islam. Yang
awalnya dalam evaluasi hanya sebatas pemahamannya, tetapi seiring perkembangan
zaman era globalisasi, santri di tuntut untuk mempraktikan segala hal yang berkenaan
dengan keilmuan Agama Islam.
Perubahan tersebut diawali dari masa kepemimpinan K Fatkurrahman untuk
Pondok-pesantren Al-Manar dan K Ali Mas’ud untuk Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah.
Perkembangan evaluasi yang digunakan di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas’udiyyah disebabkan karena semakin berkembannya pendidikan dan
tuntutan zaman yang terus berkembang, untuk itu evaluasi di tuntut untuk terus
dikembang seiring kurikulum yang digunakan demi terciptanya pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
B. Landasan pengembangan Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan
Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh
terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan
secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang
kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat
fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula
terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Pada pengembangan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas’udiyyah ada usaha untuk mencari bagaimana rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu di Era Globalisasi ini.
Pengembangan
Pondok-pesantren
Al-Manar
dan
Pondok-pesantren
Al
Mas’udiyyah yang bertujuan membantu masyarakat untuk mencari Ilmu Agama demi
tegaknya li I’laa-I kalimaatillah di Negara ini, serta sejalan perkembangan di Era
Globalisasi yang semakin berkembangan pesat, tidak akan terlepas dengan penerapan
kurikulum yang secara umum mempunyai landasan-landasan yang mendasar.
Seperti landasan Pondok-pesantren (lembaga pendidikan) memiliki landasan
yuridis formal yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, khususnya
bab II pasal 2 dan 3 :
“Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab” 123.
Landasan yang disebutkan di atas memuat prinsip-prinsip umum pendidikan dan
hak setiap warga negara dalam memperoleh dan memajukan pendidikan. Memperoleh
pendidikan bisa didapati melalui lembaga pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
dan swasta. Sedangkan memajukan pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk
menyediakan institusi pendidikan yang dikelola oleh pihak swasta.
Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah
adalah
lembaga pendidikan yang didirikan oleh kyai sebagai figur central yang berdaulat
menetapkan pendidikan pondoknya adalah mempunyai landasan yang berbeda-beda.
Sikap filosofis para kyai secara individual tidak sama, ada yang luas ada yang sempit.
123
Tim Visimedia, UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No. 14 th 2005,
Jakarta: Visimedia, 2008.
Pada intinya Kurikulum pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan
Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam,
menjadikan keluhuran moral dan akhlakul karimah sebagai salah satu fokus
bidang pendidikan. Hal ini tetap menjadi nilai lebih pendidikan di Pondokpesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah yang tidak atau sulit
didapatkan dalam pendidikan luar pesantren dan akan menjadi pelarian
masyarakat yang mulai resah dengan dekadensi moral yang telah menyebar.
C. Relevansi Kurikulum yang diterapkan di Pondok-pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dengan Era Globalisasi
Secara umum kurikulum yang di terapkan di Pondok-pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah sama, yaitu kurikulum Pendidikan Pondok
pesantren/ non formal.
Itu bisa di lihat latar belakang perkembangan Pondok pesantren yang dari
awalnya hanya beberapa yang nyantri, berkembang menjadi ratusan santri. Dari
perkembangan di zaman Era Globalisasi ada tuntutan untuk mengembangkan
pendidikan agar tidak tertinggal dari perkembangan. Sehingga sampai sekarang
berkembang dan mendirikan Pondok-pesantren, Madrasah. Walaupun terus
berkembang pesantren tetap selalu berusaha menjaga pesantren tetap dalam
koridor pesantren salaf baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al Mas‟udiyyah.
Beberapa kesamaan antara lembaga pendidikan Pondok-pesantren AlManar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah;
1. Penguasa penuh/ pemimpin semua pada Pondok-pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah adalah Kyai (pengasuh
pesantren). Karena penguasa ini turun temurun dari keluarga, dari
yang mendirikan sampai berkembang di pegang oleh Kyai.
2. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah
masih bercirikan Pondok-pesanten Salaf. Walaupun ada penambahanpenambahan materi/ pelajaran yang bersifat pengembangan, tetap
perpegang pada kitab-kitab klasik/ kitab kuning yang sampai saat ini
masih terus di ajarkan.
3. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah
bertujuan untuk membentuk generasi yang paham tentang Agama
Islam dan diamalkan. Dengan adanya dasar/ pondasi pemahaman
Agama Islam yang kuat, maka di tuntut untuk mengajarkan kembali
pengetahuan ilmu Agama Islam kepada Masyarakat luas.
4. Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah
selain pesantren, keduanya juga mendirikan Pendidikan formal. Untuk
mengembangkan di zaman Era Globalisasi ini, maka pesantren
membuat terobosan dengan mendirikan pendidikan formal yang di
khususkan kepada santri yang belajar di pesantren.
Untuk perbedaan diantara Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah penulis amati hanya sebagian kecil saja, diantanya
jumlah santri, asrama santri, fasilitas.
Penerapan kurikulum pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan
Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah, mencoba memberikan keseimbangan antara
pemenuhan lahir dan batin, pendidikan Agama, yang merupakan usaha yang
sangat
sesuai
dengan kebutuhan pendidikan di
Era
Globalisasi yang
membutuhkan keseimbangan antara kualitas SDM dan keluhuran moral.
Di antara lembaga pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah banyak kurikulum yang masih relevan digunakan pada
zaman Era Globalisasi ini, bukti diantaranya;
1. Penggunaan kitab-kitab kuning/ salaf dalam pembelajaran di setiap
jenjang dari tingkatan awaliah sampai yang pada tingkatan akhir, baik
di
Pondok-pesantren
Al-Manar
dan
Pondok-pesantren
Al
Mas‟udiyyah.
2. Menggunakan
metode
yang
sama
dalam
melaksanakan
pembelajarannya baik di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas‟udiyyah misalnya metode bandongan, sorogan,
lapanan, musyawarah, mukhafadhoh dan tadribat. Yang kesemuanya
adalah ciri khas pesantren salaf. Disamping penambahan metode yang
di gunakan pendidikan formal semisal metode klasikal, ceramah dsb.
3. Dalam evaluasi pertama kali model yang gunakan baik di Pondokpesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah adalah
evaluasi tuntas/
mastery learning. Dengan adanya evaluasi tuntas
santri di tuntut untuk menguasai materi-materi yang berada dalam
kitab dan di kembangkan dengan model-model yang sesuai
kegunaannya.
4. Adanya musyawarah/ rapat, baik bulanan, triwulan maupun tahunan
di masing-masing Pondok-pesantren, baik Pondok-pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah. Musyawarah ini digunakan
sebagai evaluasi berkala pesantren untuk mengambil langkah-langkah
yang harus di ambil dan solusi agar pendidikan di pesantren dapat
berjalan sesuai dengan tujuannya.
Salah satu pengembangan yang di dilakukan adalah menambah kegiatan
ataupun dengan menambah materi yang nantinya materi tersebut dapat
mendukung perkembangan di pesantren. Serta berinovasi dengan model-model
pembelajaran di antaranya adalah model takror/ tutor sebaya.
Kurikulum relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan
yang akan datang bisa diartikan bahwa relevansi harus sesuai dengan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis). Artinya, isi kurikulum harus sesuai
dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan
kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang.
Misalkan untuk kehidupan yang akan datang, penggunaan komputer dan Internet akan
menjadi salah satu kebutuhan, maka dengan demikian bagaimana cara memanfaatkan
komputer dan bagaimana cara mendapatkan informasi dari Internet sudah harus
diperkenalkan kepada siswa.
Demikian juga dengan kemampuan berbahasa. Pada masa yang akan datang
ketika pasar bebas seperti persetujuan APEC mulai berlaku, maka masyarakat akan
dihadapkan kepada persaingan merebut pasar kerja dengan orang-orang asing. Oleh
karenanya keterampilan berbahasa asing sudah harus mulai dipupuk sejak sekarang.
Adapun relevansi kurikulum pendidikan di Pondok-pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren Al Mas‟udiyyah peneliti berpendapat bahwa ada kaitan
kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum. Yaitu antara tujuan, proses
penyampaian dan penilaian. Relevansi ini menunjukkan suatu keterpaduan
kurikulum, diantara keterpaduannya mempunyai beberapa prinsip;
1. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku,
terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum mengusahakan
agar apa yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan
situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan
latar bekang peserta didik.
Apa yang diharapkan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah dalam kurikulum kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan
yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang
(SDM), latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau mungkin sarana
dan prasarana yang ada di Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah tidak memadai. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas’udiyyah bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa
dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel
akan sulit diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi:
1. Fleksibel bagi ustadz, yang artinya kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan
Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah memberikan ruang gerak bagi guru untuk
mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Fleksibel bagi santri, artinya kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al Mas’udiyyah menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan
sesuai dengan bakat dan minat peserta didik.
Prinsip fleksibilitas berkenaan dengan kebebasan yang dimiliki ustadz/ pengelola
di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dalam
mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan program pendidikan bagi
santri sesuai dengan minat dan bakatnya/ ekstrakurikuler.
Santri yang suka dengan seni suara/ music, maka santri akan mengikuti kegiatan
rebana atau qiro’ah, santri yang hobi olah raga mengikuti ekstra olahraga. Santri yang
suka otomotif maka mengikuti kegiatan ekstra perbengkelan. Sehingga dari semua
kegiatan ekstra santri dapat mengikuti sesuai hobinya, serta akan mengembangkan
bakat yang dimilik oleh santri.
2. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar
jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program
pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan
untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi telah diberikan
dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang sebelumnya.
Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi
pengulanganpengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran
tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan peserta didik dalam
menguasai
materi
pelajaran
pada
jenjang
pendidikan
tertentu.
Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada kerja sama antara
pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan para pengembang
pendidikan pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA, dan bahkan dengan
para pengembang kurikulum di perguruan tinggi.
Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan materi pelajaran
antara pendidikan formal dan non non formal khususnya dalam bidang ilmu Agama
setiap jengjang pendidikan. Perkembangan dan proses belajar berlangsung secara
berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti di Pondok-pesantren AlManar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah.
Dengan adanya musyawarah yang diadakan di malam hari baik itu di Pondokpesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah materi yang pada
pagi hari belum terselesaikan, maka pada malam hari akan di musyawahkan sehingga
akan memperoleh jalan keluar/ solusi.
3. Prinsip Praktis dan Efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana
dan biayanya juga murah. dan efisien. Walaupun bagus dan idealnya suatu kurikulum
kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-peralatan yang sangat khusus dan
mahal biayanya maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan.
Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik
keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Sehingga di usahakan agar dalam
pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber
lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. Kurikulum
bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
Kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga
murah. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dengan
tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan ruang kelas yang digunakan
dari pagi, sore dan malam hari. Sehingga satu tempat dapat di gunakan 24 jam. Atau
ketika praktikum ibadah wudhu serta shalat, maka menggunakan tempat wudhu dan
shalat di masjid. Di Pondok-pesantren santri juga di ajari keterampilan, baik
keterampilan akademik dan non akademik. Serta spiritual untuk menambah keimanan
santri seperti mengkaji kitab Ihya Ulumuddin, mujahadah, qiyamul lail, serta mujahadah
tharekah baik itu di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah.
4. Prinsip Efektifitas
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum di Pondok-pesantren Al-Manar dan
Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah sesalu diperhatikan, baik itu kuantitas maupun
kualitas. Keberhasilan kuntitas ditinjau dari komponen-komponen kurikulum, seperti
tujuan, isi, proses belajar, dan evaluasi sudah jelas. Sedangkan keberhasilan kualitasnya
dilihat dari hasil pelaksanaan kurikulum yang ada dan adanya evaluasi di setiap
jenjangnya, baik di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah.
Prinsip efektivitas merujuk pada pengertian kurikulum itu selalu berorientasi
pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum bias dikatakan sebagai instrument
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan karakteristik tujuan apa yang ingin
dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan pada pemilihan dan penentuan
isi, metode dan system evaluasi serta model kurikulum apa yang akan digunakan juga
akan mempermudah dan mengarahkan dalam implementasi kurikulum itu sendiri.
Prinsip efektifitas mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai
tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Prinsip
efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan
dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum.
Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa
dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektivitas kegiatan guru berhubungan dengan
keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun. Sebagai contoh, apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu
semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman
kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5
program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.
Efektivitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana peserta didik dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. Sebagai
contoh apabila ditetapkan dalam satu caturwulan siswa harus dapat mencapai sejumlah
tujuan pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat
dikatakan bahwa, proses pembelajaran siswa tidak efektif. Pada akhir semester
diadakan tes semesteran, baik di Pondok-pesantren Al-Manar maupun di Pondokpesantren Al Mas’udiyyah, sehingga keberhasian dari kurikulum akan terukur dari
pelaksanaan tes tersebut dan diketahui sampai seberapakah keberhasilan dari
kurikulum yang telah dilaksanakan.
5. Prinsip khusus
Adapun prinsip khusus yang diperhatikan di Pondok-pesantren Al-Manar dan di
Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dalam mengembangkan kurikulum, antara lain:
keimanan, akhlakul karimah, bermutu, berdaya saing tinggi, berbasis pada sikap
Spiritual,
Inetelektual
pengembangan
keterampilan
hidup,
serta
pendekatan
menyeluruh dan kemitraan. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan di Pondokpesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah adalah merupakan pusat
kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan kompenen-kompenen
kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan.
a. Tujuan pendidikan Pondok-pesantren
Al-Manar dan
Pondok-pesantren
Al
Mas’udiyyah mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek. Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada :
1) Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam
dokumen-dokumen Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren
Al Mas’udiyyah mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk
didalamnya pendidikan.
2) Survai di Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan
mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
3) Survai Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,
dihimpun melalui angket, wawancara, observasi.
4) Survai Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah tentang manpower.
5) Pengalaman Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah dengan Pondok-pesantren lain dalam masalah yang sama.
6) Penelitian di Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al
Mas’udiyyah.
b. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan Pondok-pesantren Al-Manar dan
di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah.
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan keutuhan pendidikan yang telah
ditentukan para perencana kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondokpesantren Al Mas’udiyyah perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
1) Perlu penjabaran tujuan pendidikan/ pengajaran kedalam bentuk perbuatan
hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan
hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar
2) Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
Pengetahuan, sikap dan ketrampilan diberikan secara simultan dalam urutan
situasi belajar.
c.
Prinsip Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah
berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar Pondok-pesantren Al-Manar dan di
Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah mempertimbangkan beberapa hal, yaitu apakah
metode yang digunakan cocok, apakah dengan metode tersebut mampu
memberikan kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual peserta
didik, apakah metode tersebut juga memberikan urutan kegiatan yang bertingkattingkat, apakah penggunaan metode tersebut dapat mencapai tujuan kognitif,
afektif dan psikomotor, apakah metode tersebut lebih menaktifkan peserta didik,
apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru, apakah
metode tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan rumah
sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat, serta
perlunya kegiatan belajar yang menekankan learning by doing, bukan hanya learning
by seeing and knowing.
1) Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan
alat-alat bantu pengajaran yang tepat. Untuk itu Pondok-pesantren Al-Manar
dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah memperhatikan beberapa hal berikut,
yaitu alat/media apa yang dibutuhkan, bila belum ada apa penggantinya,
bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, bagaimana pembiayaannya,
dan kapan dibuatnya, bagaimana pengorganisasiannya dalam keseluruhan
kegiatan belajar, serta adanya pemahaman bahwa hasil terbaik akan diperoleh
dengan menggunakan multi media.
2) Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan Pondok-pesantren Al-Manar dan di
Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah dalam pemilihan kegiatan penilaian meliputi
kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur mulai
dari perumusan tujuan umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku siswa
yang dapat diamati, menghubungkan dengan bahan pelajaran dan menuliskan
butir-butir tes. Selain itu, Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren
Al Mas’udiyyah mencermati dalam perencanaan penilaian yang meliputi
bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan peserta didik yang akan dites,
berapa lama waktu pelaksanaan tes, apakah tes berbentuk uraian atau
objective, berapa banyak butir tes yang perlu disusun, dan apakah tes
diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan pengolahan hasil penilaian
Pondok-pesantren Al-Manar dan di Pondok-pesantren Al Mas’udiyyah juga
mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma apa yang digunakan dalam
pengolahan
hasil
tes,
apakah
digunakan
formula guessing bagaimana
pengubahan skor menjadi skor masak, skor standar apa yang digunakan, serta
untuk apa hasil tes digunakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian tentang Relevansi Kurikulum Pondok-pesantren dengan Era
Globalisasi Studi pada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah Kabupaten Semarang, telah menghasilkan beberapa kesimpulan,
yang sekaligus merupakan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang telah
dikemukakan, kesimpulan dari penelitian ini adalah;
1. Pada awal perkembangan kurikulum yang digunakan di Pondok-pesantren AlManar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah adalah kurikulum Pondokpesantren salaf atau tradisional. Tetapi lambat laun seiring dengan
perkembangan dunia pendidikan dan juga tantangan dunia luar maka
kurikulum yang digunakan oleh Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondokpesantren Al-Mas‟udiyyah adalah kurikulum salaf dan khalaf. Pondokpesantren Al-Manar mendirikan Madrasah Diniyah Takmiliyah serta dakwah
Islamiyah dan Yayasan Pendidikan Islam Al Manar. Sedangkan Pondokpesantren Al-Mas‟udiyyah mendirikan Yayasan Pendidikan Islam AlMas‟udiyyah, Madrasah Diniyyah, Tahfidzzul Qur‟an yang masing-masing
Yayasan sudah berbadan hukum resmi.
Maka kesimpulan kurikulum yang digunakan Pondok-pesantren AlManar serta Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah adalah kurikulum salaf dan
khalaf. Kurikulum tersebut dapat di lihat dari struktur kurikulum pada
penggunaan kitab-kitab klasik/ kitab kuning. Dan juga kebijakan dalam
Pondok-pesantren masih dipegang sendiri oleh Kyai, akan tetapi pendidikan
khalaf diserahkan pada masing-masing jenjang pendidikan yang ada di bawah
Yayasan Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah.
2. Secara umum landasan pengembangan kurikulum yang digunakan oleh
Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah adalah
Undang-Undang RI No.20 tahun 2003, pasal 1, yaitu pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Serta undang-undang RI No.20 tahun 2003, pasal 19,Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Landasan khusus Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren
Al-Mas‟udiyyah yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang
„Alim dalam ilmu Agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta
mengamalkannya dalam masyarakat sehingga nantinya santri diharapkan
menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu
agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat melalui ilmu dan
amalnya.
3. Kurikulum Pondok-pesantren Al-Manar dan Kurikulum Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah masih relevan di gunakan sampai saat ini, karena kurikulum;
terbuka kepada seluruh masyarakat umum, mudahan dalam pendidikan, serta
penguasaan bahan ajar.
Di katakana demikian terbukti dengan masih banyak masayarakat yang masih
percaya kepada Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah dengan cara memondokkan putra-putrinya agar mendapatkan
ilmu pendidikan yang berlandaskan ajaran-ajaran Agama Islam, menjadikan
keluhuran moral dan akhlakul karimah sebagai salah satu fokus bidang
pendidikan.
B. Saran
Hendaknya Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah terus menggali berbagai upaya yang dapat digunakan sebagai
peningkatan kualitas pendidikan yang ingin dicapai oleh Pondok-pesantren AlManar dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah. Hal ini bisa dilakukan dengan
melalui pemberdayaan sumber daya manusianya/ SDM,
Hendaknya Pondok-pesantren Al-Manar dan Pondok-pesantren AlMas‟udiyyah terus berupaya memajukan pendidikannya dengan mengadakan
berbagai perubahan model pendidikan, sesuai dengan perkembangan tuntutan
masyarakat luas, dan dengan didukung pengadaan sarana dan prasarana selengkap
mungkin.
Hendaknya bagi pengurus Yayasan Pondok-pesantren Al-Manar dan
pengurus Yayasan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah untuk terus meningkatkan
pola pendidikan yang baik dalam pengembangan di Pondok-pesantren Al-Manar
dan Pondok-pesantren Al-Mas‟udiyyah, dengan senantiasa memperhatikan dan
mempertimbangkan berbagai perkembangan di Era Globalisasi, sehingga bisa
membawa pendidikan Pondok-pesantren pada bentuk kemajuan yang dikehendaki
masyarakat luas, dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan sebagai
ciri khas dari pendidikan pesantren.
C. Penutup
Rasa syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena hanya dengan ma’unah dan hidayah-Nya semata penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini, walaupun dalam bentuk yang sangat
sederhana sekali. Namun demikian, penulis menyadari akan adanya keterbatasanketerbatasan yang menjadikan karya ini tidak dapat mencapai kesempurnaan.
Oleh karena itu, peran korektif dari para pembaca sangatlah penting artinya
dengan tetap berharap bahwa karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Akhirnya, hanya
kepada Allah-lah harapan tertuju atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, semoga
ilmu yang bermanfaat selalu terkaruniakan dan lindungan Allah selalu menyertai,
amin.
DAFTAR PUSTAKA
A‟la, Abd. Pembaharuan Pesantren.Yogyakarta: LKiS, 2006.
Abdullah, M. Amin. Islamic Studies di Perguruan Tingg. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006.
Ahmad, Mohammad Achyat. Liberalisasi Islam di Pesantren. Pasuruan:
Sidogiri Pustaka.
Ali, Mukti. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali,
1987.
Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara,1994.
Azra,
Azyumardi.
Konflik
Baru
antara
Peradaban
Globalisasi,
Radikalisme & Pruralitas. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenim Baru. Ciputat, Kalimah, 2002.
Bahtiar, Asep Purnama. Kemitraan dan Solidaritas di Era Globalisasi.
Dalam:
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=tantangan+era+globalisa
si&meta= .
Bodgan, Robert C dan Beiken, Sari Knopp. Qualitative Research for
Education; An Introduction to Theory and Method. London; Allyn
and Bacon, 1998.
Bull, Ronald Alam Lukens. A Peaceful Jihad: Javanese Education and
Religion
Identity
University, 1997.
Construction.
Michigan:
Arizona
State
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian: Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press, 2005.
Darrus, Baharuddin. Pengembangan Kajian Ekonomi Islam pada IAIN di
abad ke-21. Dalam Syahrin
Harahap (ed.), Perguruan Tinggi
Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998.
Daulaby, Haidar, Syahrin Harahap (ed). Perguruan Tinggi Islam di Era
Globalisasi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998.
Dhofier, Zamakhsyari.
Tradisi Pesantren: studi tentang Pandangan
Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES, 1982.
Fatah, Rohadi Abdul. “Rekonstruksi Pesantren Masa Depan” dari
Tradisional, Modern, Hingga Post Modern. Jakarta: Listafarika
Putra, 2008.
H. M, Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara,1994.
Hamijoyo, Santosa. ”Lima jurus Strategi Dasar Pendidikan Nasional
dalam Globalisasi,” dalam I Nyoman Wenten, et. Al. Dampak
Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat Daerah Bali. Bali; Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai
Budaya. Bali, 1993/1994.
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995.
http://www.nre.gov.my/English_Version/iet/iet04.htm.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren.
Ismail SM. “Pengembangan Pesantren Tradisional”, dalam Ismail SM
(ed), Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002.
Ismail, Faisal. Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama Wacana
Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1995.
Khozin. Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia. Malam, UMM, 2001.
Kitab Taqrirot Al Fiyyah. Surabaya, Al hidayah, 2010.
Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna,1986.
Ma‟arif, Ahmad Syafi‟I. Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan
Fakt. Yogjakarta:Tiara Wacana Yogja, 1991.
Ma‟mur Asmani, Jamal. Dialektika Pesantren dengan Tuntutan Zaman,
dalam A.Z Fanani & Elly el-Fjri (ed), 2003. Menggagas
Pesantren Masa Depan. Geliat Suara Santri untuk Indonesia Baru.
Yogyakarta: Qirtas.
Madjid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren. sebuah Potret Perjalanan.
Jakarta: Paramadina, 1997.
Majid, Nurcholis. Pondok Pesantren. Yogyakarta: Ilmu Madani, 2003.
Maksum. Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Departemen Agama
RI.
Malcolm, Waters. Globalization, dalam Gordon Marshall (ed.). Oxford
Dictionary of Sociology. New York: Oxford University Press,
1994.
Mastuhu. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999.
Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta:INIS, 1994.
Mesner, Dirk. Jawaban Kaum Sosial Demokrat atas Neoliberalisme,
dalam Shaping Globalization. Berlin: International Conference,17
and 18 of june1996.
Mesner, Dirk. Jawaban Kaum Sosial Demokrat atas Neoliberalisme,
dalam Shaping Globalization. Berlin: International Conference,17
and 18 of june1996.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2001.
Yappi, Mu. Manajemen Pengembangan Pondok-Pesantren. Jakarta:
Transwacana, 2008.
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di
Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012.
Musthafa, Bachrudin. Kecenderungan Global dan tuntutan Pendidikan
Abad Informasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, November 2002, Jilid 9,
Nomor 4 ISSN 0215-9613, Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
(ISPI).
Naisbitt John dan Patrica Aburdence. Megatrend 2000. Terj. Fx.
Budijanto. Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
Nasir. Metode Dakwah Secara langsung. Jakarta, 1985.
Otoda, Muhammad Hadi. Apakabar Pesantren? Sebuah refleksi kritis dan
reorientasi
sistem
pendidikan
pesantren,
dalam
htt;//hadiku.blogspot.com/2004/ 08/otoda-apakabar-pesantren.html
Peter D. Sutherland. ”Tantangan-tantangan Globalisasi”, dalam Ade
Ma’ruf.
Anas
Syahrul
Alimi
(ed.)Shaping
globalization.Yogyakarta: Jendela, 2000.
Plus, Apartanto dan M. Dahlan Al-bahry. Kamus Ilmiah popular.
Surabaya: pt arkola, 1994.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia, 2012.
Qomar,
Mujamil. Pesantren dan Transformasi Metodologi menuju
Demokrasi Institusi. Jakarta: Erlangga, 1996.
Ruhimat. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Pustaka
Setia. 2011.
Russelt Bruce, Harvey Harr. World Politics, the Menu for Choice. New
York:W.H.Freeman & Company, 1985.
Sanjaya, Wina. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006.
Santosa, H. Hamijoyo. Lima jurus Strategi Dasar Pendidikan Nasional
dalam Globalisasi, dalam I Nyoman Wenten, et. Al. Dampak
Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat Daerah Bali (Bali; Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai
Budaya. Bali,1994.
Smith Vernon. ”Pendidikan Tradisional” dalam Paulo Freire, Ivan Ilich,
Erich Fromm, dkk. Menggugat Pendidikan. Terjemahan Omi Intan
Naomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Soejatmiko. Manusia dan Dunia Yang sedang Berubah.
Jakarta;
Grafindo, 1999.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Suharto, Baban. Dari Pesantren untuk umat, Reinventing Eksistensi
Pesantren di Era Globalisasi. Surabaya: Imtiyaz, 2011.
Supriyono, Edy. Pesantren di Tengah Arus Globalisasi, Menggagas
Pesantren Masa Depan, Geliat Suara Santri untuk Indonesia
Baru.Yogyakarta: Qirtas, 2003.
Sutherland, Peter D.Tantangan-tantangan Globalisasi, dalam Ade Ma‟ruf.
Anas Syahrul Alimi (ed.) Shaping globalization. Yogyakarta:
Jendela, 2000.
Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010.
Tim Redaksi Nuansa Aulia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003. Bandung: Fokus Media, 2005.
Tim Redaksi. Album Wisuda Madrasah DiniyahPondok Pesantren Al
manar. Pondok Pesantren Al-manar. Semarang: Al Manar Press
2011.
Tim Tamatan 2015. Biografi K.H Ali Mas’ud, Cuilan sketsa panjang
Mbah Mas’ud. Semarang: PUSTAKA Blater, 2015.
Tim Visimedia. UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No. 14 th 2005.
Jakarta: Visimedia, 2008.
Tim Penyusun. Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan di Pondok
Pesantren Al-Manar. Semarang: Al Manar Press, 2009.
Ulfatin Nurul. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan.
Malang: Banyumedia Publishing, 2014.
Tim Penyusun. UURI No.20 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan
Nasional). Bandug: Citra Umbara, 2003.
Wahid, Abdurrahman. Bunga Rampai Pesantren. Jakarta: Dharma Bhakti,
1399 H.
Wahjoetomo. Perguruan Tinggi Pesantren. Jakarta: Gema Insani
Press,1997.
Waters, Malcolm.”Globalization”, dalam Gordon Marshall (ed.). Oxford
Dictionary of Sociology. New York: Oxford University Press, 1994.
Widodo dan Jasmadi. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Elex Media Komputind, 2008.
Zuhri, Saifuddin. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002.
Zuhri, Saifuddin. Reformasi Kurikulum Pesantren, dalam ismail SM dkk.
Semarang; Pustaka Pelajar, 2002,
BUKTI KONSULTASI
Nama
NIM
Jurusan
Judul Tesis
: SIYONO, S.PdI
: M1.13.027
: Pendidikan Agama Islam
: RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN
DENGAN ERA GLOBALISASI (Studi pada Pondok Pesantren
Al-Manar &
Al Mas‟udiyyah Kab.Semarang) Tahun 2015
No
1
Tanggal
05-05-2015
Hal yang dikonsultasikan
Konsultasi proposal
2
17-07-2015
Revisi judul penelitian
3
20-07-2015
Revisi latar belakang penelitian dan rumusan masalah
4
17-08-2015
Konsultasi bab 1 dan bab 2
5
22-09-2015
Revisi bab 1 dan bab 2
6
27-09-2015
Konsultasi bab 1, bab 2, dan bab 3
7
02-10-2015
Revisi bab 1, bab 2, dan bab 3
8
23-10-2015
Revisi bab 1, bab 2, dan bab 3
9
07-11-2015
Konsultasi bab 1, bab 2, bab 3 dan bab 4
10
20-11-2015
Revisi bab 1, bab 2, bab 3 dan bab 4
11
07-12-2015
Konsultasi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5
12
22-12-2015
Konsultasi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5
13
10-01-2016
Revisi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5
14
19-01-2016
konsultasi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5
15
02-02-2016
Revisi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4
16
29-02-2016
konsultasi bab 1, bab 2, bab 3, bab 4 dan bab 5
17
23-03-2016
Acc keseluruhan
Tanda tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pembimbing, 23 Maret2016
Dr. Muh. Saerozi, M.Ag.
NIP. 19660215 199103 1 003
RIWAYAT HIDUP
1. Nama
:SIYONO
2. Tempat dan Tanggal lahir : Kab. Semarang, 27 Juli 1986
3. Jenis kelamin
: Laki-Laki
4. Jurusan
: Tarbiyah, Pendidikan Agama Islam
5. Warga Negara
: Indonesia
6. Agama
: Islam
7. Alamat
: Desa Ngadikerso, Kec. Sumowono,
Kab.Semarang, Jawa Tengah
8. Riwayat Pendidikan:
Pendidikan Formal:
a. SDN NGADIKERSO I Lulus Tahun 1999
b. MTs AL-MANAR Lulus Tahun 2002
c. MA Al-Manar Lulus Tahun 2005
d. DIPLOMA STAIN Salatiga Lulus Lahun 2007
e. S1 STAIN SALATIGA Lulus Tahun 2013
Pendidikan Nonformal:
a. Pondok Pesantren Putra-Putri Salaf AL-Manar Desa Bener Kec. Tengaran
Kab. Semarang
b. Madasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Al-Manar Lulus Tahun 2005
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Penulis
SIYONO
M1.13.027
Download