apakah hukum kita meningkatkan kesetaraan gender?

advertisement
APAKAH HUKUM KITA
MENINGKATKAN
KESETARAAN GENDER?
BUKU PEGANGAN UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
UN Women adalah Badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang berdedikasi untuk mencapai
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Sebagai organisasi terdepan untuk
perempuan dan anak perempuan di tingkat global, UN Women didirikan untuk mempercepat
kemajuan dalam pemenuhan kebutuhan perempuan dan anak perempuan di seluruh
Indonesia.
Pandangan yang diungkapkan dalam penerbitan ini adalah pandangan para penulis,
dan tidak harus mewakili pandangan UN WOMEN, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau
organisasi terafiliasi lainnya.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
Buku Pegangan untuk Tinjauan Hukum berbasis CEDAW
Do our Laws Promote Gender Equality?
A Handbook for CEDAW-based Legal Reviews
Copyright © United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women
Tanggal Penerbitan: Juni 2010
UN WOMEN East and Southeast Asia Regional Office
UN Building 5th Floor, Rajdamnern Nok Ave.
Bangkok 10200 Thailand
Tel: +662-288-2093
Fax: +662-280-6030
Website: http://unwomen-eseasia.org
Ditulis oleh Rea Abada Chiongson
Disunting oleh Sarah Fortuna
Penerjemah ke Bahasa Indonesia Sonya Sondakh
Editor Penerjemahan Lily Puspasari
APAKAH HUKUM KITA
MENINGKATKAN
do
our LAWs PromotE
KESETARAAN
GENDER?
gEndEr EquALity?
BUKU PEGANGAN UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
A HAndbook for CEdAW-bAsEd LEgAL rEviEWs
PENGANTAR
Dalam tiga dasawarsa terakhir – sejak Sidang Umum PBB mengadopsi Konvensi untuk
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) – negara-negara di
wilayah Asia Tenggara telah mengesahkan banyak UU yang menetapkan standar kesetaraan
gender dan menjamin kesetaraan gender dan non-diskriminasi. Banyak penetapan dalam UU
yang diskriminatif terhadap perempuan telah dihilangkan, dan UU baru yang memajukan hak-hak
perempuan dan memerangi pelbagai kekerasan berbasis gender, sering kali dengan cara-cara
terobosan, telah diadopsi di semua wilayah.
Di seluruh dunia, UN WOMEN telah mendukung advokasi kesetaraan gender dalam
Pemerintahan dan organisasi-organisasi masyarakat madani dalam melakukan tinjauan hukum
atas hukum nasional agar sejalan dengan CEDAW dan mengupayakan reformasi hukum yang
memajukan kesetaraan gender. Di Asia Tenggara saja, pada lima tahun terakhir, tinjauan semacam
itu didukung melalui Program CEDAW Asia Tenggara di Kamboja, Indonesia, Filipina,Thailand, dan
Viet Nam. Pengalaman-pengalaman ini telah menyumbang pengembangan badan pengetahuan
tentang keadaan de jure kesetaran gender. Bahkan jauh lebih penting lagi, pengalaman-pengalaman
itu juga telah mengarah, di antara banyak langkah lainnya, ke adopsi UU Kesetaraan Gender di
Vietnam, Magna Carta Perempuan di Filipina, dan amandemen UU tentang Partai Politik dan UU
tentang Pemilihan Umum di Indonesia dan UU Pidana dan Perdata Thailand.
Masih tersisa cukup contoh UU yang secara eksplisit melakukan diskriminasi terhadap
perempuan karena jenis kelamin mereka. Banyak Pemerintah percaya bahwa UU yang netral
gender memberi keuntungan yang setara bagi laki-laki dan perempuan, sementara sebenarnya –
karena halangan struktural, institusional, sosial, dan budaya yang berakar dalam bagi perempuan
– hal sebaliknya kerap kali justru yang merupakan kebenaran. Kegagalan mempertimbangkan dan
menangani perbedaan-perbedaan gender dalam UU bertanggung jawab atas ketidaksetaraan
gender. Karena itu, pelaku advokasi untuk kesetaraan gender harus gigih dalam mengupayakan
usaha identifikasi peraturan/perundang-undangan yang tidak konsisten terhadap CEDAW,
mengusulkan perbaikan yang diperlukan, dan membantu menciptakan kerangka hukum untuk
kesetaraan gender.
Untuk mendukung berbagai tugas ini, UN WOMEN telah menyusun sebuah buku pegangan
– Apakah UU kita mempromosikan kesetaraan gender? ‘Do Our Laws Promote Gender Equality?
– untuk tinjauan hukum berbasis CEDAW, menyediakan pedoman praktis, langkah demi
langkah mengenai tinjauan kritis UU negara, dan mengikutsertakan seperangkat indikator yang
dikembangkan dan diuji melalui tinjauan hukum sesungguhnya
Dengan tulus saya berharap bahwa buku pegangan ini akan bermanfaat bagi pelaku
advokasi hak-hak perempuan dalam upaya mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan baik
dalam hukum maupun hidup keseharian.
Moni Pizani
Regional Programme Director
UN WOMEN East and Southeast Asia Regional Office
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih kepada UN WOMEN karena telah memberi kesempatan untuk
menjadi bagian dalam penyusunan buku pegangan ini. Secara khusus, terima kasih untuk
Shoko Ishikawa, Amarsanaa Darisuren, Vu Ngoc Binh, Vanny Prok, Syafirah Hardani, dan Pannin
Laptaweesath untuk bantuan dan arahan yang tidak ada hentinya.
Sebagai penilaian, kerangka dalam buku pegangan ini sudah diujikan dalam empat
lokakarya percontohan yang diselenggarakan di Indonesia dan Kamboja, penulis sangat
berterima kasih kepada para penyelenggara dan peserta lokakarya, terutama Yang Mulia Chan
Sotheavy, Menteri Negara Kementerian Kehakiman Kamboja dan staf-nya; Ly Vichuta; Musdah
Mulia; Rena Herdiyani; dan para anggota Prakarsa Gelompok Kerja CEDAW.
Penulis juga berterima kasih kepada staf UN WOMEN Cina dan para peserta “Training on
Assessing Compliance of National laws with CEDAW” yang diselenggarakan pada 28-30 April
2009, Beijing, Cina, yang komentarnya telah memberi sumbangan untuk lebih mempertegas
kerangka penilaian.
Penghargaan juga harus disampaikan kepada mereka yang telah memberi komentar
berharga terhadap naskah buku pegangan ini, khususnya Usa Lerdsrisuntad, Direktur Program
Foundation for Women. Pengarang juga berterima kasih kepada Sarah Fortuna untuk pekerjaan
penyuntingan dan tata letak yang cermat untuk terbitan ini.
Terakhir, terima kasih khusus kepada Ricardo, Erlinda, Richelle dan Rolica Chiongson, serta
Emmett Cunningham untuk semua dorongan dan dukungan.
Rea Abada Chiongson, Februari 2010
TENTANG PENULIS
Rea Abada Chiongson adalah pengacara dan bekerja untuk Fakultas Hukum Universitas Ateneo
de Manila, Filipina. Ia memperoleh gelar sarjana dalam ilmu politik dan hukum (B.A dan J.D) dari
Universitas Ateneo de Manila, Filipina dan mendapat gelar master hukum (LLM) dalam bidang
Hukum Internasional dari Universitas Columbia, New York, AS.
Rea adalah pakar terkenal dalam bidang Konvensi untuk Penghapusan atas Segenap Bentuk
Kekerasan terhadap Perempuan (CEDAW) dan standar internasional lain yang menyangkut
kesetaraan gender dan hak asasi manusia, serta implementasinya pada tingkat negara. Ia bekerja
sebagai konsultan di sejumlah negara, termasuk persiapan UU kesetaraan gender, menyusun
laporan Negara dan ORNOP untuk CEDAW, menyusun strategi nasional tentang kesetaraan
gender, melakukan penilaian gender atas UU dan kebijakan, memasukkan gender ke dalam
litigasi dan bantuan hukum, dan program-program pelatihan tentang kesetaraan gender untuk
pemerintah, pakar, ORNOP, dan pelaku advokasi. Saat ini, ia bekerja sebagai konsultan untuk
UN WOMEN untuk memberi bantuan teknis dalam menilai kepatuhan UU nasional terhadap
CEDAW, menyiapkan UU kesetaraan gender, dan mengembangkan kemampuan nasional dalam
hal kesetaraan gender di wilayah Asia Tenggara.
ii
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
DAFTAR ISI
Pengantar i
Ucapan Terima Kasih
ii
Tentang Pengarang ii
Pendahuluan 1
BAGIAN SATU
CEDAW dan tinjauan hukum
3
Tinjauan Hukum 3
CEDAW sebagai kerangka dalam tinjauan hukum 3
Pentingnya menggunakan CEDAW sebagai kerangka tinjauan hukum 3
BAGIAN DUA
Apa yang perlu Anda ketahui sebelum membuat tinjauan hukum berbasis CEDAW
CEDAW dan prinsip-prinsip kunci-nya 7
7
Pasal-pasal CEDAW 1-30
10
Situasi de facto perempuan dan kesetaraan gender
15
UU dan pembuatan UU 16
Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan tentang hukum dan
19
pembuatan hukum
BAGIAN TIGA
Merencanakan tinjauan hukum berbasis CEDAW
23
BAGIAN EMPAT
Kerangka kerja untuk tinjauan hukum berbasis CEDAW
27
Kerangka tinjauan hukum berbasis CEDAW (kerangka penilaian)
28
Mengembangkan indikator hukum CEDAW 30
Menentukan kepatuhan/kesesuaian dan rekomendasi 45
BAGIAN LIMA
Menggunakan tinjauan hukum berbasis CEDAW 57
Dari tinjauan ke reformasi 57
Menggunakan tinjauan hukum berbasis CEDAW 58
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
iii
LAMPIRAN I
Daftar indikator hukum CEDAW 61
LAMPIRAN II
Konvensi untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
(CEDAW)71
LAMPIRAN III
Sumber daya CEDAW yang disarankan 81
Acuan84
iv
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
PENDAHULUAN
Dasar Pemikiran
Konvensi untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)
merayakan 30 tahun kehadiarannya pada tahun 2009, setelah diadopsi oleh Sidang Umum pada
18 Desember 1979. Terhitung 1 Agustus 2009, 186 Negara telah meratifikasi CEDAW, yang
mencerminkan konsensus global dari Negara-Negara untuk mengambil langkah konkret demi
mencapai kesetaraan gender dan menghapus diskriminasi dalam segala bentuknya.
CEDAW memberikan kerangka menyeluruh untuk peningkatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak-hak perempuan. Khususnya, prakarsa ini mewajibkan Negara untuk menghapus
diskriminasi terhadap perempuan di semua bidang, tanpa penundaan, dan dengan semua cara
yang sesuai, termasuk peraturan/perundangan. Akan tetapi, meskipun ada kewajiban-kewajiban
yang dituntut oleh CEDAW, diskriminasi terus ada di semua bidang, termasuk bidang hukum.
UU yang diskriminatif terus membatasi, melarang, atau menafikan hak-hak perempuan, dan
menimbulkan pembebasan dari hukuman untuk sejumlah pelanggaran. UU ini menghalangi
perempuan untuk menikmati HAM mereka dan perkembangan penuh sebagai manusia.
Komite CEDAW, dalam Pengamatan Akhir mereka baru-baru ini, mendesak Pihak-pihak
Negara untuk membuat UU mereka sesuai dan patuh pada Konvensi. Negara-negara sangat
didorong untuk memastikan bahwa CEDAW dapat diterapkan dalam sistem hukum dan
penetapannya sepenuhnya digabungkan dengan UU nasional.
Tujuan
Buku pegangan ini disusun untuk memandu para praktisi dalam pemerintahan, ORNOP, lembaga
akademik, badan pengembangan, dan kelompok-kelompok perempuan untuk menilai kepatuhan
UU negara terhadap CEDAW dan memberi rekomendasi yang tepat untuk kesesuaian
melalui tinjauan hukum berbasis CEDAW. Pedoman ini melakukan hal ini dengan mengajukan
kerangka untuk menilai kepatuhan/kesesuaian hukum (kerangka penialian). Kerangka penilaian
membangun kapasitas praktisi untuk mengidentifikasi kewajiban-kewajiban menurut CEDAW,
menyusun indikator-indikator hukum, mengidentifikasi pengaturan hukum yang diskriminatif,
mengusulkan UU, revisi atau amandemen yang mempromosikan kesetaraan gender, dan
memberi rekomendasi lainnya untuk memastikan kesesuaian hukum dengan Konvensi. Buku
pegangan ini terutama ditujukan untuk para praktisi di Asia Tenggara. Akan tetapi, pedoman ini
juga dapat dipakai di wilayah lainnya.
Metodologi
Kerangka penilaian disusun pada 2007 dan digunakan untuk meninjau UU Vietnam. Tinjauan
hukum Vietnam mengidentifikasi sejumlah 117 indikator dan 34 sub-indikator yang dibagi
menjadi bidang-bidang berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Penjaminan kesetaraan dan diskriminasi
Pelarangan diskriminasi
Perlindungan hukum untuk perempuan
Lembaga-lembaga untuk implementasi dan pemantauan/monitoring
Penggabungan dan penerapan perjanjian-perjanjian
Kekerasan berbasis gender
Langkah-langkah khusus sementara
Pola perilaku sosial dan budaya
Perdagangan dan eksploitasi prostitusi
Kehidupan politik dan publik
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
1
11. Kewarganegaraan
12.Pendidikan
13. Ketenagakerjaan
14. Kesehatan
15. Kehidupan ekonomi dan sosial
16. Perempuan pedesaan
17. Kesetaraan di hadapan hukum
18. Perkawinan dan keluarga
Kerangka penilaian dipertajam sejak Juni 2008 hingga Februari 2009 melalui penggunaannya
dalam tinjauan hukum Indonesia dan Kamboja yang mencakup empat lokakarya1 guna
memberikan bantuan pakar kepada kelompok-kelompok lokal dalam menyusun tinjauan hukum
nasional. Bantuan teknis berkesinambungan dan diskusi yang terus terjadi untuk memfasilitasi
penyusunan tinjauan hukum juga disediakan. Tinjauan Indonesia menilai UU Perkawinan (UU
No.1 tahun 1974) Indonesia. Kelompok kerja antar-sektor yang dipimpin oleh Prakarsa Kelompok
Kerja CEDAW (CEDAW Working Group Initiative-CWGI) sedang menulis tinjauan tersebut.
Tinjauan hukum Kamboja mengevaluasi kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan dan
eksploitasi seksual, ketenagakerjaan dan pekerja rumah tangga, serta perkawinan. Kementerian
Kehakiman Kamboja sedang memimpin prakarsa ini. Kedua tinjauan hukum itu masih sedang
difinalisasikan. Kerangka penilaian juga semakin dipertajam selama “Pelatihan untuk Menilai
Kepatuhan/Kesesuaian UU Nasional pada CEDAW” yang diselenggarakan pada 28-30 April
2009 di Beijing, Cina yang diadakan oleh Fasilitas Gender PBB Cina.
Buku pegangan ini juga memakai sejumlah prakarsa berkaitan dengan CEDAW dan
peraturan/perundangan sebelumnya termasuk:
a) Kajian bersama UN WOMEN dan UNDP-Pasifik sejak 2007 – Menerjemahkan CEDAW ke
dalam Hukum: Kepatuhan Hukum CEDAW di Sembilan Negara Kepulauan Pasifik – yang
mengidentifikasi sejumlah 113 indikator legislatif khusus yang merangkum persyaratan untuk
UU negara agar sepenuhnya sesuai dengan CEDAW; 2
b)Publikasi UN WOMEN Asia Tenggara dan Pusat untuk Penelitian Perempuan (CENWOR)
berjudul CEDAW Indicators for South Asia: An Initiative ‘Indikator-indikator CEDAW untuk Asia
Selatan: Sebuah Prakarasa’3 – yang mendaftar indikator-indikator yang diusulkan dalam bidang
hukum, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, dan perempuan di sektor pedesaan; dan
c)Buku pedoman UNDP yang disebut Menyusun Legislasi Sadar Gender: Bagaimana
Mempromosikan dan Melindungi Kesetaraan Gender di Eropa Tengah dan Timur dan
di Negara-Negara Persemakmuran Merdeka4 yang menyediakan pedoman tentang
memasukkan standar nasional ke dalam UU negara.
Meskipun dipersiapkan secara khusus untuk wilayahnya masing-masing, prakarsa-prakarsa ini
memberi sumbangan kepada penyusunan buku pegangan ini.
1
Keempat lokakarya adalah sebagai berikut: 1) Lokakarya tentang Menilai Kesesuaian UU Indonesia untuk Perkawinan dan Keluarga
dengan Konvensi untuk Penghapusan Segenap bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Jakarta, Indonesia, 30 Juni-3 Juli 2008; (b)
Lokakarya Validasi tentang Tinjauan Hukum atas UU Perkawinan No.1/1974, Jakarta, Indonesia, 16-17 September 2008; (c) Menilai
Kepatuhan UU Kamboja pada CEDAW, 8012 September 2008. Siem Reap, Kamboja; (d) Lokakarya tentang Penyebarluasan Hasil penelitian
tentang Kepatuhan UU Nasional kepada CEDAW, Phnom Penh, Kamboja, 5 Februari 2009. Lokakarya di Kamboja ini diselenggarakan oleh
Kementerian Kehakiman, sementara yang di Indonesia diselenggarakan oleh CWGI (Prakarsa Kelompok Kerja CEDAW).
2
UN WOMEN dan UNDP Pusat Pasifik. nd UNDP Pacific Centre. Menerjemahkan CEDAW ke dalam Hukum: Kepatuhan Legislatif
CEDAW di Sembilan Negara Kepulauan Pasifik. Suva, 2007.
3
CENWOR and UN WOMEN. Indikator-indikator CEDAW untuk Asia Selatan: Sebuah Prakarasa. Sri Lanka. 2004.
4
UNDP. Drafting Gender-Aware Legislation: How to Promote and Protect Gender Equality in Central and Eastern Europe and in the
Commonwealth of Independent States (CIS), Bratislava, UNDP, 2003.
2
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN SATU
CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM
1
1
BAGIAN SATU:
CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM
Dalam bagian ini:
 Apakah tinjauan hukum?
 CEDAW sebagai kerangka untuk tinjauan hukum
TINJAUAN HUKUM
Tinjauan-tinjauan hukum mengungkap kesenjangan dalam UU tertentu dan mengusulkan caracara bagaimana kesenjangan ini dapat dijembatani. Tinjauan hukum memberi rekomendasi
untuk kemungkinan solusi hukum seperti amandemen, revisi, atau penundaan UU yang ada
atau penciptaan UU baru.
CEDAW SEBAGAI KERANGKA DALAM TINJAUAN HUKUM
Sebuah tinjauan hukum yang menggunakan kerangka CEDAW mengevaluasi UU melalui lensa
standar kesetaraan gender yang diterima secara internasional. CEDAW menawarkan beberapa
keuntungan sebagai kerangka untuk tinjauan hukum.
Sebagai perjanjian hak asasi manusia HAM), konvensi ini sangat memajukan pendekatan
berbasis hak demi menuntut hak-hak. Ia menekankan dinikmatinya HAM. Ia juga menyoroti
antar-keterkaitan dan status setara semua hak asasi manusia (apakah hak sipil, politik, ekonomi,
sosial, dan budaya), seperti dijamin oleh perjanjian HAM lainnya.
Sebagai perjanjian kesetaraan, CEDAW:
• mempertimbangkan konstruksi sosial gender;
• memberi jaminan kesetaraan yang menyeluruh dalam semua bidang – sipil, politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain;
• memandatkan tidak hanya kesetaraan dalam hukum tetapi juga , lebih penting lagi,
kesetaraan dalam hasil-hasil (kesetaraan de facto atau yang sesungguhnya);
• menyediakan sebuah definisi diskriminasi yang menangani semua bentuk, khususnya
diskriminasi tidak langsung; dan
• berfokus pada kewajiban Negara-negara untuk memastikan hak asasi perempuan dan
kesetaraan.
PENTINGNYA MENGGUNAKAN CEDAW SEBAGAI KERANGKA TINJAUAN
HUKUM
Hukum menerjemahkan prinsip-prinsip CEDAW ke dalam pelayanan hukum konkret yang dapat
dengan mudah diakses dan dinikmati pada tingkat negara. Tinjauan hukum yang menggunakan
kerangka CEDAW memfasilitasi proses ini.
Secara khusus, kerangka CEDAW:
• mengidentifikasi diskriminasi gender dalam UU;
• menyoroti kewajiban Negara pada bidang-bdang hukum tertentu;
• mengungkap kesenjangan atau kelemahan dalam hukum dalam mencapai kesetaraan
gender;
• menunjukkan perubahan-perubahan yang perlu terjadi untuk membuat UU yang pekagender dan tanggap; dan
• memberi rekomendasi tentang bagaimana diskriminasi dapat ditangani.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
3
1
BAGIAN SATU:
CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM
Tujuan Tinjauan Hukum Berbasis CEDAW
Dalam sebagian besar kasus, tinjauan hukum yang menggunakan kerangka CEDAW dilakukan
sebagai langkah awal menuju reformasi hukum.
Tujuan langsung melaksanakan tinjauan tersebut kemungkinan adalah untuk:
• Menyoroti dimensi gender dalam bidang-bidang hukum tertentu;
• Mendokumentasi kemajuan ke arah kesetaraan gender (termasuk menyusun daftarnya);
• Menyelaraskan ketidakajegan (inkonsistensi) dalam berbagai bidang hukum melalui
penerapan standar kesetaraan gender (misalnya, di Vietnam, menyusul adopsi Hukum
tentang Kesetaraan Gender pada 29 November 2006, Petunjuk untuk UU Kesetaraan
Gender yang dikeluarkan pada 3 Mei 2007. Petunjuk tersebut menyatakan bahwa
pemerintah harus membuat tinjauan atas dokumen-dokumen hukum normatif yang
ada untuk mengevaluasi kebutuhan untuk amandemen, revisi, atau pencabutan, atau
diundangkannya UU baru. Untuk membantu pemerintah, dilakukanlah tinjauan hukum
independen); 5
• Mengidentifikasi apakah UU, peraturan administratif atau praktik-praktik sosial-budaya
mengurangi kekuatan jaminan atas kesetaraan dan non-diskriminasi;
• Meminta pertanggungjawaban Negara untuk memastikan kesetaraan;
• Mengidentifikasi rekomendasi untuk UU yang peka-gender dan tanggap;
• Membandingkan kemajuan antar-Negara dan di antara Negara-negara (misalnya, di
Pasifik, tinjauan dua meja didukung oleh UN WOMEN Pasifik dan UNDP Pusat Pasifik
untuk menilai kepatuhan legislatif pada CEDAW dari sembilan negara Pasifik:6 negaranegara Federasi Mikronesia, Fiji, Kiribati, Kepualauan Marshall, Papua New Guinea,
Samoa, Kepulauan Solomon, Tuvalu, dan Vanuatu. Tinjauan menggunakan indikator yang
sama dan memfasilitasi perbandingan Sembilan negara yang ditinjau);
• Menilai kesesuaian UU dengan komitmen internasional, termasuk CEDAW;
• Memulai pelaksanaan rekomendasi dari badan-badan internasional tentang kesetaraan
gender, termasuk Komite CEDAW.
5
Tinjauan hukum diberi judul CEDAW and the Law: A Gendered and Rights-based Review of Vietnamese Legal Documents through the
Lens of CEDAW. UN WOMEN CEDAW SEAP, 2009.
Laporan tinjauan tertulis dipublikasikan sebagai Translating CEDAW into Law: CEDAW Legislative Compliance in Nine Pacific Island
Countries (Menerjemahkan CEDAW ke dalam Hukum: Kepatuhan Legislatif CEDAW di Sembilan Negara Kepulauan Pasifik)
6
4
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
11
PArt OnE:
BAGIAN
SATU:
CEDAW
AnD lEgAl rEviEWs
The CEDAW Committee and Legal Reviews
CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM
Komite CEDAW dan Tinjauan Hukum
The CEDAW Committee recognizes legal reviews as an important tool for CEDAW compliance.
Komite CEDAW mengakui tinjauan hukum sebagai perangkat penting untuk kepatuhan pada
ItCEDAW.
strongly Komite
encourages
reviewmendorong
of legislation
in all countries
to facilitate
law reform
the
ini sangat
tinjauan
legislasi di
semua negara
untukand
memfasilitasi
implementation
of
CEDAW.
The
image
below
presents
some
examples
of
the
CEDAW
reformasi hukum dan implementasi CEDAW. Gambar di bawah memberi contoh-contoh
Committee’s
relating
to legaldengan
reviews.
rekomendasirecommendations
Komite CEDAW yang
berkaitan
tinjauan hukum.
Thailand
Thailand
“Komite
mengkhawatirkan
bahwa
semua UU
“The
committee
is concerned
that tidak
not all
diskriminatif telah
untuk memastikan
discriminatory
lawsdiamandemen
have been amended
to ensure
bahwa
danand
ketetapannya
menjadi
that
theKonvensi
Convention
its provisions
become fully
sepenuhnya
dalamlegal
sistem
hukum(CEDAW
domestik.”
applicable
in berlaku
the domestic
system”
(Komentar akhir
CEDAWon
tentang
Thailand,
Concluding
Comments
Thailand,
2006,2006,
par. 13)
ayat 13)
“The
Committee
recommendsbahwa
that the
State
“Komite
merekomendasikan
Pihak
Negara
Party
systematically
review all
legislation
so as
to
secara
sistematis meninjau
semua
legislasi
untuk
achieve
fullkepatuhan
compliance
with the
provisions
of the
mencapai
penuh
pada
ketetapan
Convention
The Committee
points out
thatadalah
it is
Konvensi. Komite
memperlihatkan
bahwa
the
obligation
of the
Stateuntuk
partymemastikan
to ensure that
the
kewajiban
pihak
Negara
bahwa
Convention
becomes
fully applicable
in dalam
the domestic
Konvensi menjadi
sepenuhnya
berlaku
legal
system”
on
sistem
hukum(CEDAW
domestik”Concluding
(KomentarComments
Akhir CEDAW
Thailand,
2006, par.
14) ayat 14).
tentang Thailand,
2006,
Cambodia
Kamboja
“(The CEDAW
Committee)
encourages
“[Komite
CEDAW]
mendorong
Pihak
the Stateuntuk
Partymemanfaatkan
to take advantage
Negara
proses
of the ongoing
legal
reform
process
reformasi
hukum
yang
sedang
to achieve
the full
compatibility
berjalan
untuk
mencapai
kesesuaian
and kepatuhan
compliancepenuh
of all laws
with
the
dan
semua
UU
provisions
of the Convention”
(CEDAW
pada
ketetapan-ketetapan
Konvensi”
ConcludingAkhir
Comments
ontentang
Cambodia,
(Komentar
CEDAW
2006, par.2006,
12) ayat 12).
Kamboja,
Filipina
Philippines
“Komite
merekomendasikan
“The Committee
recommends
bahwa
melakukan
that thePihak
State Negara
Party undertake
a
peninjauan
sistematis
semua
systematic review
of allatas
legislation
legislasi
danallmemprakarsai
semua
and initiate
necessary revisions
revisi
diperlukan
untuk
so as yang
to achieve
full compliance
mencapai
kepatuhan
pada
with the provisions
of penuh
the
ketetapan
Konvensi”.
Convention”
(CEDAW(Komentar
Concluding
Akhir
CEDAW
Filipina,
Comments
on tentang
Philippines,
2006,
2006,
ayat 12).
par. 12)
Indonesia
Indonesia
“The Committee
welcomes
the Government’s
efforts to identify
gender“Komite
menyambut
upaya Pemerintah
untuk mengidentifikasi
UU
biased
laws dan
and untuk
to initiate
revisions
those
laws….The
Committee
bias
gender
memulai
revisitopada
UU
itu… Namun,
Komite is
concerned, however,
thatrevisi
revisions
have
not been
undertaken
on all of the
mengkhawatirkan
bahwa
belum
dilakukan
pada
21 UU semuanya
yang
21 laws
that the Government
identified
as discriminatory,
that some
telah
diidentifikasi
Pemerintah has
sebagai
diskriminatif,
dan bahwaand
beberapa
of the amendments,
while
demonstratingkemajuan
progress menuju
towardskesetaraan,
equality, are
amandemen,
meskipun
memperlihatkan
still discriminatory
wards women”
(CEDAW
Concluding
Comments
on
masih
diskriminatif to
terhadap
perempuan”.
(Komentar
Akhir CEDAW
tentang
Indonesia, 2007,
2007,ayat
par. 10).
10)
Indonesia,
“Komite mendesak pihak negara untuk memberi prioritas tinggi kepada
“The Committee
State
party
to give high priority
topenundaan
its law
proses
reformasi urges
hukumthe
dan
untuk
mengamandemen,
tanpa
dan
reform
process
andwaktu
to amend,
without
and within
clear time
di
dalam
kerangka
yang jelas,
UUdelay
diskriminatif
danan
membuat
semua
frame,
discriminatory
and regulations
bring
themtentang
in line with
the
UU
itu sejalan
denganlaws
Konvensi.”
(Komentarand
Akhir
CEDAW
Indonesia,
Convention”
(CEDAW
Concluding
Comments
on
Indonesia,
2007,
par.
11)
2007, ayat 11).
ü See Part 2. what You should know Before Doing a cEDAw-based Legal review for more
 information
Lihat Bagian
2. Apa
yangCommittee
Perlu Anda Ketahui Sebelum Melakukan Tinjauan Hukum
on the
CEDAW
Berbasis CEDAW untuk informasi lebih lanjut tentang Komite CEDAW.
55
Do Our Laws Kesetaraan
Promote Gender
Equality?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan
Gender?
Ai nHandbook
CEDAW-Based
Legal
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T
j a u a n H ufor
kum
Berbasis CE
DA WReviews
11
PArt OnE:
CEDAW AnD lEgAl rEviEWs
BAGIAN SATU:
CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM
CATATAN:
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
6
6
Do Our Laws Promote Gender Equality?
A Handbook for CEDAW-Based Legal Reviews
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN DUA
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN
TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
2
2
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN
TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Dalam bagian ini:
 CEDAW dan prinsip-prinsip kuncinya
 Pasal 1-30 CEDAW
 Situasi de facto perempuan dan kesetaraan gender
 Hukum dan pembuatan hukum
 Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan tentang hukum dan pembuatan hukum
Tinjauan hukum berbasis CEDAW dibangun di atas pengetahuan dan pemahaman yang rinci
tentang:
1. CEDAW;
2. Situasi de facto perempuan dan kesetaraan gender; dan
3. UU dan pembuatan UU.
Perlu diingat bahwa tiga hal ini sangat penting.
CEDAW DAN PRINSIP-PRINSIP KUNCINYA
CEDAW berupaya menghapus diskriminasi terhadap perempuan dalam segala bentuk dan
perwujudannya – kerap diacu sebagai peraturan internasional untuk hak-hak asasi perempuan.
Konvensi ini diadopsi oleh Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 18 Desember
1979 dan diberlakukan pada 3 September 1981. CEDAW memiliki 186 Negara dan membuat
konvensi ini salah satu dari perjanjian hak asasi manusia internasional yang paling banyak
diratifikasi. Konvensi ini tersusun atas Preambul dan 30 pasal.
Prinsip-prinsip CEDAW
CEDAW memiliki tiga prinsip kunci:
• Kesetaraan substantif;
• Non-diskriminasi; dan
• Kewajiban Negara.
Prinsip-prinsip ini membungkus kerangka konseptual di balik CEDAW. Tanpa memahami
prinsip-prinsip ini, CEDAW tidak dapat diterapkan dengan benar. Ketiga prinsip CEDAW ini
menekankan bahwa kesetaraan harus dinikmati dalam kenyataan, bukan hanya “di atas
kertas.” Tidaklah cukup hanya menyiapkan UU dan kebijakan jika perempuan tidak merasakan
kesetaraan itu hari per hari.
Kesetaraan Substantif
Standar kesetaraan CEDAW adalah kesetaraan substantif. Ditafsirkan oleh Komite CEDAW
untuk bermakna kesetaraan de facto (kesetaraan sebagai fakta atau kesetaraan sesungguhnya)
atau kesetaraan dalam hasil. Namun, pencapaian kesetaraan substantif mensyaratkan bahwa
perempuan diberi kesempatan yang sama, akses yang sama terhadap kesempatan, dan
lingkungan yang memberi kemungkinan pada pencapaian hasi-hasil yang setara.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
7
2
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Kesetaraan substantif mencari lebih jauh
dari sekadar jaminan hukum untuk perlakuan
yang setara, dan mencermati ke dalam dampak
intervensi.
Sebagai contoh, sebuah UU mungkin
memberi kesempatan setara untuk perempuan dan
laki-laki untuk mengakses kredit jika mereka dapat
menyediakan jaminan (garansi atau keamanan).
Akan tetapi, jika dalam kenyataan, perempuan tidak
dapat mengendalikan, mengelola, atau mewarisi
properti, maka besar kemungkinan mereka tidak
akan mampu menyediakan jaminan dan karena
itu tidak dapat mengakses kredit. Tanpa langkahlangkah mengamankan realisasi kesetaraan yang
praktis, tidak akan ada kesetaraan substantif.
UU harus menciptakan kesetaraan substantif
untuk sejalan dengan CEDAW.
Tantangan terhadap Kesetaraan Substantif
Kendati prinsip kesetaraan diakui secara luas
dalam UUD dan UU, ada banyak contoh penafsiran
kesetaraan yang tidak menghasilkan kesetaraan
substantif.
Komite CEDAW menyatakan
Rekomendasi Umum 25 bahwa:
dalam
”…pendekatan yang murni hukum formal
atau programatis tidak cukup untuk
mencapai kesetaraan de facto perempuan
terhadap laki-laki, yang oleh Komite
ditafsirkan sebagai kesetaran substantif.
Selain itu, Konvensi menuntut bahwa
perempuan diberi awal yang setara dan
bahwa mereka diberdayakan oleh lingkungan
yang memberi kesempatan untuk mencapai
kesetaraan hasil. Tidak cukup menjamin
perlakuan terhadap perempuan yang identik
dengan perlakuan terhadap laki-laki saja,
tetapi juga perbedaan yang terbangun
secara sosial dan budaya antara perempuan
dan laki-laki harus dipertimbangkan. Dalam
situasi tertentu, perlakuan non-identik pada
perempuan dan laki-laki akan diperlukan
untuk menangani perbedaan-perbedaan
seperti itu. Mencapai tujuan kesetaraan
substantif menyerukan strategi efektif
yang ditujukan untuk mengatasi kurang
keterwakilan perempuan dan distribusi
kembali sumber daya dan kekuasaan antara
laki-laki dan perempuan.”
(a) Kesetaraan
formal.
Kesetaraan
kerap
dipahami sebagai memberi perlakuan yang
sama kepada setiap orang. Ini adalah kesetaraan formal. Dalam pendekatan ini, laki-laki
dan perempuan dilihat sebagai serupa dan karena itu mereka akan diberi perlakuan yang
sama. Akibatnya, perbedaan-perbedaan berdasarkan biologi, seperti kehamilan atau menjadi
ibu, tidak diperhatikan. Perbedaan-perbedaan sosial dan budaya – persepsi sosial tentang
perempuan yang lemah, bergantung secara ekonomi, dan terikat di rumah – dan dampak
mereka terhadap perempuan juga tidak diabaikan. Dengan mengabaikan perbedaanperbedaan ini, kebutuhan-kebutuhan khusus perempuan tidak ditangani.
(b) Pendekatan proteksionis/melindungi. Pendekatan proteksionis terhadap kesetaraan berasumsi
bahwa perempuan lebih lemah dari laki-laki dan oleh sebab itu memerlukan perlindungan.
Pilihan-pilihan perempuan dibatasi dan hak-hak mereka diabaikan untuk membuat mereka
aman. Contoh-contoh pendekatan proteksionis mencakup larangan tentang perempuan
bekerja malam hari (misalnya, Pasal 130 UU Perburuhan Filipina), atau larangan perempuan
bekerja untuk pekerjaan berbahaya (misalnya, Pasal 113 UU Perburuhan Vietnam dan
ketetapan hukum tambahan). Dalam semua kasus ini, perempuan dilihat sebagai masalah
dan bukan lingkungan yang tidak aman, yang tetap tidak mendapat penanganan. Perempuan
dipersalahkan lebih karena seharusnya mereka tidak mampu untuk melindungi diri sendiri
ketimbang karena kegagalan aturan publik dan langkah-langkah keamanan atau kurangnya
langkah kesehatan dan keamanan terkait pekerjaan yang tepat. Namun demikian, laki-laki
dilihat sebagai tidak menuntut perlindungan dari bahaya atau pekerjaan berbahaya. Dalam
kebanyakan kasus, lingkungan itu berbahaya baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Pendekatan yang proteksionis menghukum perempuan untuk kelemahan mereka yang sudah
dibayangkan sebelumnya. Alih-alih menangani lingkungan berbahaya dan memudahkan
8
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
gerakan menuju kesetaraan, pendekatan
proteksionis
mempertegas
inferioritas
perempuan dan dengan demikian gagal
memberikan kesetaraan sesungguhnya.
2
Ketetapan Netral-Gender
Satu perwujudan bersama pendekatan
kesetaraan formal adalah ketetapan netralgender. Ini adalah ketetapan yang tidak
membedakan laki-laki dan perempuan,yang
memberi persepsi netralitas. Namun,
mungkin diskriminatif jika perempuan
dan laki-laki tidak sama menikmati
keuntungannya.
Non-diskriminasi
Non-diskriminasi adalah prinsip kunci CEDAW.
Hal ini secara khusus ditekankan dalam Pasal
1 CEDAW, yang mendefinisikan pengertian
diskriminasi. Dinyatakan bahwa diskriminasi
terhadap perempuan “akan berarti pembedaan,
eksklusi, atau pembatasan apa pun yang dibuat
atas dasar jenis kelamin yang berpengaruh atau
bertujuan merusak atau menafikan pengakuan,
pemenuhan, atau pelaksanaan oleh perempuan,
tidak terkait dengan status perkawinan,
berdasarkan kesetaraan laki-laki dan perempuan,
berdasarkan HAM dan kebebasan mendasar
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, sipil, atau
bidang lainnya.” Hal ini menekankan bahwa aksi
atau penghilangan besifat diskriminatif jika hal itu
memiliki “pengaruh atau tujuan” mendiskirimasikan
perempuan.
CEDAW melarang bentukbentuk diskriminasi ini:
(a) Diskriminasi langsung. Hal ini mengacu pada
aksi atau penghapusan yang memiliki “tujuan”
mendiskriminasi perempuan, misalnya usia
pensiun yang tidak setara, hak-hak waris
yang tidak setara, penghentian pekerjaan
berdasarkan perkawinan atau kehamilan dan
laki-laki dan anak perempuan.
Sebagai contoh, UU Tata Laksana Perdata
di Vietnam mensyaratkan bahwa seseorang
yang memohon kepada pengadilan
untuk menerapkan langkah sementara
(mengikatkan properti pada pihak lain
sebelum keputusan) harus memberi
sejumlah uang atau properti atau surat
berharga. Ketetapan ini, kendati netral
gender, dapat memiliki dampak tidak
seimbang terhadap perempuan karena
perempuan umumnya lebih miskin daripada
laki-laki (yakni, mereka menerima upah
kurang ketimbang laki-laki untuk memegang
kepemilikan, kendali atau pengelolaan
properti). Karena itu, perlakuan setara, tidak
dapat dikatakan menghasilkan kesetaraan.
Langkah-langkah lain untuk memungkinkan
akses yang lebih baik oleh perempuan
harus disediakan.
Kesetaraan formal mengabaikan dampak
ketetapan netral gender dan karena itu,
gagal mencitakan kesetaraan de facto.
perbedaan usia untuk menikah bagi anak
(b) Diskriminasi tidak langsung. Hal ini mengacu pada aksi atau penghilangan yang memiliki
“pengaruh” pada diskriminasi terhadap perempuan, bahkan jika tidak ada maksud untuk
melakukannya. Perempuan dapat menghadapi banyak hambatan sebagai sanki praktik
budaya dan agama, serikat dagang, lembaga agama, dan pengadilan. Karena semua
ini, tindakan tau penghapusan dapat tampak netral atau bahkan menguntungkan bagi
perempuan, tetapi efek atau dampaknya bersifat diskriminatif.
(c) Diksriminasi berganda. Diskriminasi gender dapat terjadi dengan alasan diskriminasi lainnya,
seperti karena ras, status ekonomi atau sosial, agama, kecacatan, atau usia. Intervensi
sebaiknya mempertimbangkan semua bentuk kerugian agar dapat menanganinya dengan
tepat. Komite CEDAW menekankan bahwa “kelompok perempuan tertentu, selain menderita
karena diskriminasi yang diarahkan kepada mereka sebagai perempuan, mungkin pula
menderita dari banyak diskriminasi berdasarkan alasan-alasan lain seperti ras, identitas
etnis atau agama, kecacatan, usia, kelas sosial, kasta, atau faktor-faktor lain. Diskriminasi
sebanyak itu terutama dapat mempengaruhi kelompok-kelompok perempuan ini, atau dengan
derajat berbeda atau cara-cara berbeda dibandingkan laki-laki.”7 Contoh-contoh perempuan
7
Rekomendasi Umum CEDAW 25, ayat 12
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
9
2
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
mengalami diskriminasi selain diskriminasi gender meliputi perempuan pedesaan, perempuan
dengan kecacatan, perempuan pribumi, perempuan migran, dan perempuan lanjut usia.
Dengan definisi “diskriminasi” CEDAW, jelas bahwa pemantauan dampak dan pengaruh
sangat penting. Menyiapkan langkah-langkah, apakah netral-gender atau pro-perempuan, tidak
cukup jika tidak menghasilkan kesetaraan substantif.
Kewajiban Negara
Prinsip ketiga CEDAW menekankan bahwa penanggung jawab tugas menurut Konvensi adalah
Negara. Hal ini berarti bahwa meskipun tanggung jawab untuk memastikan kesetaraan dan
menghapus diskriminasi harus dilakukan oleh negara dan pelaku non-negara, hanya Negara
yang secara langsung bertanggung jawab untuk CEDAW.
Negara mengacu pada semua perangkat atau badan pemerintah dan mencakup struktur
eksekutif, legislatif, dan administratif maupun unit-unit pemerintahan lokal.
Kewajiban Negara secara umum didasarkan pada Pasal 1-5 CEDAW, sementara kewajiban
Pihak Negara secara khusus dinyatakan dalam Pasal 6-16 CEDAW.
CEDAW menyediakan kewajiban cara dan hasil. Sebuah Negara berupaya untuk sesuai
dengan cara-cara implementasi tertentu dalam CEDAW (kewajiban cara). Juga diwajibkan untuk
memastikan bahwa langkah-langkah yang dipilih menghasilkan penghapusan diskriminasi
(kewajiban hasil).
CEDAW DARI PASAL 1 SAMPAI 30
Kewajiban substantif menurut CEDAW (Pasal 1-16)
Pasal 1-5 berisi kewajiban Negara secara umum menurut CEDAW berikut ini:
(a) Pasal 1 memberi definisi diskriminasi.
(b) Pasal 2 mensyaratkan Negara untuk:
•
•
•
•
•
Mewujudkan prinsip-prinsip kesetaraan dalam konstitusi dan UU negara (Pasal 2a);
Melarang diskriminasi melalui legislasi dan cara-cara lain (Pasal 2b);
Menetapkan perlindungan hukum untuk perempuan (Pasal 2c);
Menghentikan diskriminasi (Pasal 2d);
Menghapus diskriminasi oleh sektor swasta apa pun, misalnya individu, organisasi, dan
perusahaan (Pasal 2e); dan
• Mengubah atau menghapus UU, peraturan, adat kebiasaan, dan praktik-praktik
diskriminatif (Pasal 2f).
(c) Pasal 3 mewajibkan Negara menyiapkan semua langkah untuk pengembangan perempuan
secara penuh.
(d) Pasal 4 memperlihatkan bahwa langkah-langkah khusus sementara untuk mempercepat
pencapaian kesetaraan de facto (Pasal 4.1) dan langkah-langkah yang mendukung situasi
menjadi ibu (Pasal 4.2) tidak akan dianggap diskriminasi.
(e) Pasal 5 mensyaratkan Negara untuk mengubah pola-pola bersikap secara sosial dan budaya
yang didasarkan pada inferioritas dan superioritas jenis kelamin dan peran-peran stereotipe.
Pasal 6-16 mengacu pada kewajiban Pihak Negara dalam bidang-bidang tertentu berikut ini:
10
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
(a) Perdagangan dan Eksploitasi Prostitusi.
Pasal 6 mensyaratkan Negara-Negara
untuk mengambil langkah yang tepat untuk
menghapus perdagangan perempuan dan
eksploitasi prostitusi perempuan.
(b) Kehidupan politik dan publik. Pasal 7 menuntut
Negara-Negara untuk menghapus diskriminasi
terhadap perempuan di bidang kehidupan
politik dan publik. Pasal ini menyatakan
bahwa perempuan dan laki-laki memiliki
hak yang sama untuk memberi suara, untuk
dalam Pemilu, ikut serta dalam penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan pemerintah, untuk
menjadi pejabat negara, untuk melakukan
semua fungsi publik, dan untuk ikut serta
dalam ORNOP dan organisasi politik. Pasal 8
menyatakan bahwa perempuan juga memiliki
hak sama untuk mewakili pemerintah di
tingkat internasional dan berpartisipasi dalam
organisasi internasional.
2
Perbedaan antara Langkah Khusus
Sementara (Pasal 4.1) dan Langkah
Khusus yang Mendukung Keadaan
Menjadi Ibu (Maternitas) (Pasal 4.2)
Rekomendasi Umum 25 menyatakan
bahwa
Ayat 15: Ada perbedaan jelas antara
tujuan “langkah khusus” menurut Pasal
4, ayat 1, dan yang ada dalam pasal 2.
Tujuan pasal 4, ayat 1, adalah untuk
mempercepat perbaikan posisi perempuan
untuk mencapai kesetaraan de facto atau
substantif dengan laki-laki, dan untuk
mempengaruhi perubahan struktural,
sosial, dan kultural yang diperlukan untuk
memperbaiki bentuk-bentuk masa lalu dan
sekarang dan efek diskriminasi terhadap
perempuan, maupun untuk memberi
mereka kompsensasi. Langkah-langkah ini
bersifat sementara.
Ayat 16: Pasal 4, ayat 2, mengatur perlakuan
(c) Kewarganegaraan. Pasal 9 mengatur
atas perempuan dan laki-laki yang tidak
identik akibat perbedaan biologis mereka.
bahwa
seorang
perempuan
memiliki
Langkah-langkah ini bersifat menetap, paling
hak untuk memperoleh, mengubah, atau
tidak sampai saat pengetahuan ilmiah dan
mempertahankan
kewarganegaraannya.
teknologi yang diacu pada pasal 11, ayat 3,
Kewarganegaraan seorang isteri akan
memerlukan tinjauan.
secara otomatis berubah karena perkawinan
dengan warga asing atau perubahan
kewarganegaraan oleh seorang suami. Seorang perempuan juga dapat meneruskan
kewarganegaraannya kepada anaknya sama besarnya seperti laki-laki.
(d) Pendidikan. Pasal 10 mengatur bahwa Negara harus memastikan hak-hak setara di bidang
pendidikan. Pasal ini mengatur bahwa laki-laki dan perempuan harus memiliki kondisi
yang sama dalam mengakses studi dan mendapat diploma. Hal ini harus dipastikan dalam
pendidikan pra-sekolah, umum, alternatif, teknis, profesional, pendidikan teknis tinggi, dan
pelatihan keterampilan.
Pasal ini juga menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap
kurikulum, ujian, staf pengajar, tempat dan peralatan sekolah yang sama. Perempuan dan
anak perempuan harus diberi kesempatan yang sama dalam mendapat manfaat dari
beasiswa dan program-program melanjutkan pendidikan. Pasal ini juga mendesak upayaupaya untuk mengurangi angka keluar sekolah siswa perempuan dan untuk menangani
anak perempuan yang telah meninggalkan sekolah sebelum waktunya. Pasal 10 juga
menyoroti kebutuhan untuk menghapus konsep-konsep penstereotipean dalam pendidikan,
khususnya dengan memperbaiki buku-buku teks dan program-program sekolah.
(e) Ketenagakerjaan. Pasal 11 menyatakan bahwa Negara-Negara harus mengambil semua
langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi dalam ketenagakerjaan. Perempuan
dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk bekerja dan hak untuk menikmati kesempatan
pekerjaan yang sama. Pasal ini menjamin upah yang sama untuk pekerjaan dengan nilai
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
11
2
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
setara dan kesetaraan perlakuan dalam evaluasi kerja. Pasal 11 juga menjamin hak-hak
untuk bebas memilih pekerjaan, untuk promosi dan keamanan kerja, keamanan sosial
(dalam hal pensiun, pengangguran, sakit, cacat, dan usia tua), dan untuk lingkungan kerja
yang sehat dan aman.
Diskriminasi dengan dasar status perkawinan dan maternitas dilarang. Pasal 11 menuntut
sanksi pemecatan dengan dasar status perkawinan, kehamilan, atau cuti melahirkan.
Pasal ini juga mensyaratkan cuti melahirkan dibayar tanpa kehilangan tunjangan atau
senioritas dan layanan bantuan untuk perawatan anak. Perlindungan khusus dari kerja yang
membahayakan perempuan hamil harus diberikan. Legislasi perlindungan harus secara
berkala ditinjau.
(f) Perawatan Kesehatan. Pasal 12 menyatakan bahwa Negara harus memastikan akses setara
terhadap layanan perawatan kesehatan baik bagi laki-laki dan perempuan. Negara harus
menyediakan layanan yang pantas untuk perempuan dalam hubungan dengan kehamilan
dan gizi cukup selama kehamilan dan masa menyusui.
(g) Kehidupan Ekonomi dan Sosial. Pasal 13 menuntut kesetaraan di semua bidang kehidupan
ekonomi dan sosial, termasuk hak setara atas tunjangan keluarga dan pinjaman atau kredit.
Juga disyaratkan hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi, olah raga, dan kehidupan
budaya.
(h) Perempuan Pedesaan. Pasal 14 menekankan kebutuhan untuk memastikan penerapan
CEDAW pada perempuan pedesaan. Pasal ini menuntut Negara-negara untuk memastikan
hak perempuan pedesaan untuk berpartisipasi dalam dan mendapat manfaat dari
pembangunan pedesaan. Hal ini mencakup partisipasi dalam penjabaran dan pelaksanaan
rencana pembangunan maupun dalam kegiatan komunitas. Hal ini juga berarti akses
terhadap fasilitas perawatan kesehatan yang memadai, pendidikan, kredit dan pinjaman
pertanian, fasilitas pemasaran dan teknologi. Pasal 14 mensyaratkan perlakuan setara
dalam reformasi tanah dan pertanian dan skema pemukiman kembali. Perempuan pedesaan
harus menikmati kondisi hidup yang memadai.
(i) Kesetaraan di hadapan Hukum. Pasal 15 menjamin kesetaraan di hadapan hukum.
Perempuan memiliki kapasitas hukum yang sama seperti laki-laki. Mereka memiliki hak
yang sama untuk mengakhiri kontrak, mengatur properti, kebebasan bergerak, dan memilih
tempat tinggal atau domisili. Mereka akan diperlakukan sama di pengadilan dan pengadilan
khusus. Kontrak-kontrak yang membatasi kapasitas hukum perempuan tidak sah.
(j) Perkawinan dan Kehidupan keluarga. Pasal 16 mensyaratkan Negara untuk memastikan
kesetaraan dan perkawinan dan hubungan keluarga. Pasal ini menjamin hak yang sama
untuk memasuki perkawinan, untuk bebas memilih pasangan, dan memasuki perkawinan
hanya dengan persetujuannya. Pasal ini melarang perkawinan dan pertunangan anakanak. Perempuan dan laki-laki menikmati hak-hak dan tanggung jawab yang sama selama
perkawinan dan saat mengakhirinya. Mereka memiliki hak yang sama sebagai orang tua.
Mereka juga memiliki hak yang sama atas perwalian (guardianship, wardship, trusteeship) dan
adopsi anak-anak.
Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk memutuskan jumlah dan jarah
kelahiran anak mereka. Pasangan memiliki hak yang sama untuk memilih nama keluarga,
profesi, atau pekerjaan. Mereka melaksanakan hak-hak yang sama berkaitan dengan
kepemilikan, penguasaan, pengelolaan, administrasi, menikmati, dan pengaturan properti.
12
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Komite CEDAW, fungsi dan prosedurnya (Pasal 17-22)
2
Pelaksanaan CEDAW dipantau oleh Komite untuk Penghapusan Diskriminasi terhadap
Perempuan (Komite CEDAW). Terdiri atas 23 pakar dari berbagai wilayah yang dinominasikan
oleh masing-masing pemerintah dan dipilih oleh PIhak-pihak Negara untuk empat tahun. Pakarpakar bertugas secara mandiri dan dalam kapasitas pribadi mereka. Komite:
 Menuntut Pihak-pihak Negara untuk menyampaikan laporan;
 Terlibat dalam dialog konstruktif dengan PIhak-pihak Negara;
 Mengeluarkan Pengamatan Akhir; dan
 Menyusun Rekomendasi Umum.
(a) Proses Pelaporan. Pihak-pihak Negara kepada CEDAW dituntut untuk menyerahkan laporan
awal satu tahun sesudah ratifikasi atau kesepakatan dan laporan berkala setiap empat
tahun sesudahnya. Dalam menilai laporan Negara, informasi seperti laporan dari ORNOP
(juga dikenal sebagai laporan bayangan atau alternatif), badan-badan khusus dan komisi
hak asasi nasional yang independen, diterima baik oleh Komite.
(b) Dialog dengan Pihak negara. Sesudah laporan diserahkan, delegasi Pihak Negara diundang
untuk terlibat dalam dialog konstruktif dengan Komite CEDAW untuk menyajikan laporan,
membahas isi, bertukar pandangan tentang tantangan dalam melaksanakan dan memberi
rekomendasi.
(c) Pengamatan Akhir. Pengamatan Akhir adalah komentar dan rekomendasi yang dikeluarkan
oleh Komite CEDAW sesudah pertimbangannya atas laporan Pihak Negara dan dialog
konstruktif dengan delegasi Pihak Negara. Pengamatan ini dikeluarkan khusus untuk
sebuah negara. Sebelum pertengahan 2008, Pengamatan Akhir disebut Komentar Akhir.
(d) Rekomendasi Umum. Rekomendasi Umum adalah interpretasi otoritatif yang dikeluarkan
oleh Komite CEDAW tentang pasal-pasal tertentu perjanjian atau isu-isu kontemporer atau
yang sedang muncul.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
13
2
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Administrasi, Interpretasi, dan Masalah Lain (Pasal 23-30)
Pasal-pasal terakhir CEDAW mengatur hal-hal menyangkut administrasi dan interpretasi, termasuk:
(a) Standar minimum. CEDAW
menyatakan dalam Pasal
23 bahwa Konvensi tidak
mempengaruhi hukum Pihak
Negara atau perjanjian
yang berlaku di Negara
yang lebih kondusif untuk
mencapai kesetaraan. Hal ini
menekankan bahwa CEDAW
mengatur standar minimum
kesetaraan gender.
(b) Reservasi. Pasal 28
menyatakan bahwa
reservasi yang tidak
sesuai dengan obyek dan
tujuan CEDAW tidak akan
diizinkan. Reservasi adalah
pernyataan Pihak-Pihak
Negara yang membatasi efek
atau penerapan hukum dari
perjanjian di Negara yang
membuat pernyataan.
(c) Arbitrasi. Diatur dalam Pasal
29 bahwa sengketa apa
pun antara PIhak-Pihak
negara atas penafsiran
atau penerapan perjanjian
tersebut dapat diserahkan
kepada Pengadilan
Internasional untuk arbitrasi.
14
Komite CEDAW dan Rekomendasi Umum
Komite CEDAW saat ini telah mengeluarkan 26 Rekomendasi
Umum:
1. Pelaporan oleh Pihak-Pihak Negara-Negara (1986)
2. Pelaporan oleh Pihak-Pihak Negara-Negara (1987)
3. Kampanye Pendidikan dan Informasi Publik (1987)
4. Reservasi (1987)
5. Langkah-Langkah Khusus Sementara (1988)
6. Effective National Machinery and Publicity (1988)
7. Sumber Daya (1988)
8. Implementasi Pasal 8 Konvensi (1988)
9. Data Statistik tentang Situasi Perempuan (1989)
10. HUT Ke-10 Adopsi CEDAW (1989)
11. Layanan Nasihat Teknis untuk Kewajiban Pelaporan (1989)
12. Kekerasan terhadap Perempuan ((1989)
13. Upah Setara untuk Pekerja dengan Nilai Setara (1989)
14. Sunat perempuan (1990)
15. AIDS (1990)
16. Pekerja perempuan Tidak Dibayar dan Usaha Keluarga
Perkotaan (1991)
17. Kegiatan Ruman Tangga Perempuan Tak Berupah (1991)
18. Perempuan Cacat (1991)
19. Kekerasan dalam Rumah Tangga-KDRT (1992)
20. Persyaratan (1992)
21. Kesetaraan dalam Perkawinan dan Hubungan Keluarga
(1994)
22. Mengamandemen Pasal 20 (Pertemuan Komite CEDAW)
(1995)
23. Kehidupan Politik dan Publik (1997)
24. Perempuan dan Kesehatan (1999)
25. Langkah Khusus Sementara (2004)
26. Pekerja Migran Perempuan (2008)
Naskah lengkap Rekomendasi Umum;
http://www2.ohchr.org/english/bodies/cedaw/comments.htm
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
2
Daftar Periksa
Meningkatkan Pemahaman Anda tentang CEDAW
 Mengenal dokumen CEDAW. Membaca teks CEDAW, Rekomendasi Umum dan Observasi
Penutup untuk negara Anda sendiri.
 Mengenal orang atau organisasi yang bekerja dengan CEDAW. Hal ini termasuk mereka
yang memperoleh pelatihan tentang CEDAW, berpartisipasi dalam proses pelaporan
CEDAW, atau memantau pelaksanaan CEDAW. Mendorong mereka untuk berbagi
pengetahuan dan belajar dari pengalaman mereka.
 Menemukan sumber daya pada CEDAW, khususnya pengalaman tentang bagaimana
CEDAW dipakai untuk memajukan kesetaraan gender di negara Anda dan di luar negeri.
Membaca semua. (Lihat Lampiran III untuk Dokumen Sumber Daya yang Disarankan)
 Menghadiri sesi-sesi atau program pelatihan CEDAW untuk memperoleh pemahaman lebih
dalam tentang CEDAW, fitur-fitur, prinsip-prinsip, dan penerapan dalam negerinya.
 Memohon dimasukkannya CEDAW dalam program lokakarya atau pelatihan tentang hak
asasi perempuan, kesetaraan gender, HAM, dan isu-isu lain yang terkait perempuan, seperti
kesehatan, perumahan, atau pendidikan.
 Mengidentifikasi kegiatan atau pekerjaan terkait CEDAW lainnya di negara Anda.
Berpartisipasilah ke dalam kegiatan itu.
 Berkonsultasi pada pakar CEDAW nasional dan internasional.
SITUASI DE FACTO
CEDAW menuntut Negara untuk mengundangkan UU untuk memastikan realisasi praktis dari
prinsip kesetaraan. Dengan demikian, pemahaman situasi de facto perempuan dan kesetaraan
gender sangat penting bagi tinjauan hukum berbasis CEDAW. Hal ini berarti mengetahui yang
berikut ini:
(a) Bentuk-bentuk dan perwujudan diskriminasi. Diskriminasi dapat diwujudkan dan
dialami dalam banyak cara. Diskriminasi dapat melibatkan kesenjangan, kekurangan,
pembatasan, eksklusi, eksploitasi, dan bahan kekerasan terhadap perempuan. Bahkan
dapat pula mewujudkan diri dalam kegagalan untuk mengakui, melakukan, menuntut atau
mempertahankan hak-hak.
(b) Siapa yang didiskriminasi? Hal ini melibatkan mengidentifikasi korban diskriminasi. Dengan
melakukan hal itu, tidak cukup hanya mengidentifikasi perempuan sebagai kelompok
yang didiskriminasi. Penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan identitas lain yang
menyumbang atau memperparah pengalaman diskriminasi. Perhatian khusus harus selalu
diberikan pada apakah kelompok perempuan yang kekurangan secara khusus dijadikan
sasaran oleh UU, kebijakan, program, dan praktik diskriminatif.
(c) Efek diskriminasi. Hal ini mensyaratkan pengidentifikasian hak-hak yang telah dilanggar dan
dampak pelanggaran itu. Juga berarti mengetahui efek-efek diskriminasi di semua bidang
yang bermacam-macam (misalnya perempuan yang hak-hak warisnya diambil bukan saja
didiskriminasi di bidang properti, hal ini juga bisa mengarah pada kesulitan mengakses
kredit, memulai bisnis, berpartisipasi dalam kehidupan politik atau mengejar pendidikan
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
15
2
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
tinggi) maupun lembaga (perempuan yang didiskriminasi dalam keluarga juga didiskriminasi
berdasarkan konstruksi sosial di tempat kerja dan komunitas).
(d) Sebab-sebab dan faktor-faktor penyumbang. Ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan
atau menyumbang diskriminasi terhadap perempuan. Dalam banyak hal, faktor-faktor
diidentifikasi secara luas, seperti properti, pengangguran atau globalisasi. Kapan pun
dimungkinkan, faktor-faktor harus se-spesifik mungkin untuk memungkinkan analisis yang
lebih baik.
(e) Intervensi Negara. Ini termasuk UU, kebijakan, program, layanan, dan aktivitas Negara dan
efektivitasnya.
(f) Intervensi Non-Negara. Hal ini mengacu pada intervensi oleh aktor-aktor bukan negara dan
efektivitasnya.
HUKUM DAN PEMBUATAN HUKUM
Definisi Hukum
Hukum didefinisikan sebagai perangkat aturan, sifatnya wajib, disahkan oleh otoritas resmi untuk
pengamatan dan keuntungan bersama.8 Dalam arti umum, UU dapat mengacu pada:
• Konstitusi (UUD);
• Disahkannya badan-badan pembuat UU negara (Parlemen, MPR atau Kongres) dan badanbadan pembuat UU setempat;
• Pengesahan oleh cabang eksekutif (termasuk Presiden, Perdana Menteri, dan menterimenteri); dan
• Keputusan pengadilan.
Akan tetapi, di sebagian besar wilayah hukum istilah “hukum” hanya mengacu pada legislasi,
yakni pengesahan dilakukan oleh pembuat undang-undang negara. Legislasi dapat pula disebut
statuta, kode, UU atau keputusan legislatif.
Setiap negara menentukan apa yang dianggapnya UU. Sebagai contoh, adalam UU Vietnam
atau “dokumen hukum” didefinisikan dalam Pasal 1 UU tentang Dokumen Hukum dan mencakup:
(a) Dokumen-dokumen yang diumumkan oleh Majelis Nasional dan Komite Tetap.
(b) Konstitusi, UU, dan resolusi Majelis Nasional dan ordinansi dan resolusi Majelis Nasional
dan ordinansi serta resolusi Komite Tetap.
(c) Dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh badan-badan Negara yang kompeten lainnya di
tingkat pusat. Seperti surat perintah dan keputusan Presiden Negara, keputusan dan surat
perintah Perdana Menteri, Resolusi dan surat keputusan Pemerintah, keputusan, perintah,
dan edaran Perdana Menteri dan kepala badan, resolusi Dewan Kehakiman Mahkamah
Agung, dan keputusan, perintah, dan edaran Ketua Kejaksaan Agung.
(d) Dokumen-dokumen yang diumumkan oleh Dewan Rakyat dan Komite Rakyat. Seperti
Resolusi Dewan Rakyat serta keputusan dan perintah Komite Rakyat.
8
Rufus Rodriguez, Introduction to Law, Manila, Rex Book Store, 2001. p.2
16
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Hierarki Hukum
2
Sejumlah yurisdiksi memiliki aturan tertentu untuk mengatur hierarki hukum, sementara yang
lainnya tidak. Akan tetapi, apapun itu, semua itu umumnya sesuai dengan prinsip-prinsip hukum
yang mengatur hierarki berikut dalam hubungan dengan hukum:
(a) UUD (Konstitusi) adalah hukum tertinggi suatu negara. Konstitusi memberi kerangka umum
pengaturan Negara, kekuasaan dan fungsi pemerintah, dan dalam banyak hal hak-hak
mendasar warga negaranya. Tidak ada hukum dalam negara yang dapat bertentangan
dengan Konstitusi (UUD). Dengan kata lain, ia adalah standar untuk mengukur hukum
lainnya.
(b) Legislasi (yakni, UU yang disahkan oleh pembuat UU negara) yang dijabarkan di dalam
Konstitusi.9 Semua UU ini harus senantiasa tunduk pada Konstitusi, jika tidak UU itu dapat
dinyatakan tidak konstitusional.
(c) Dikeluarkan oleh departemen pelaksana, apakah diacu sebagai keputusan administratif,
aturan kementerian atau departemen, peraturan atau surat keputusan, memberi rincian
pada legislasi. Semua ini harus selalu tunduk pada Konstitusi dan legislasi.
(d) Pengesahan oleh pembuat UU setempat, kadang diacu sebagai ordinansi, memberi rincian
tentang penerapan legislasi di dalam wilayah yang ditunjuk. Semua itu disahkan dalam
kendali kekuasaan dan otoritas yang diberikan kepada mereka oleh Konstitusi atau legislasi.
Dengan demikian, semua itu harus sesudai dengan standar yang ditetapkan oleh Konstitusi
dan oleh legislasi.
(e) Keputusan pengadilan, di sejumlah negara, dianggap bagian dari UU negara itu. Karena
keputusan ini adalah penafsiran atas hukum, keputusan itu dibaca dalam kaitan dengan
pengaturan hukum yang ditafsirkan.
(f) Perjanjian, kesepakatan internasional secara tertulis antara Negara-Negara, memiliki beragam
hubungan dengan UU negara. Penempatan yang tepat dalam hierarki UU negara bervariasi
dari yang setinggi Konstitusi, setinggi legislasi, atau sederajat dengan legislasi. Namun, dalam
banyak kasus perjanjian tidak langsung dapat diterapkan kecuali sudah diterjemahkan atau
dimasukkan dalam legislasi. Dengan demikian, status mereka dalam hierarki UU sekadar
bersifat teoretis jika tidak dapat secara langsung dituntut dan ditegakkan. Segera setelah
dimasukkan, semua itu dianggap sebagai legislasi dan ditegakkan seperti itu.
Struktur dan Isi UU
Umumnya, sebuah UU dapat berisi bagian-bagian berikut:
(a) Keterangan. Hal ini mencerminkan otoritas yang mensahkan dan sesi tempat UU diadopsi.
(b) Nomor UU. Ini adalah nomor yang diberikan kepada UU oleh otoritas yang mensahkannya.
(c) Judul. Judul mengungkapkan pokok UU.
(d) Catatan Penjelasan atau Preambul. Bagian ini membahas dasar pemikiran UU dan tujuannya.
(e) Kalimat Pengesahan. Hal ini menyatakan pengesahan dan juga mengidentifikasi oleh
otoritas mana UU itu disahkan.
9
Catat juga bahwa dalam kasus-kasus tertentu Presiden atau cabang Eksekutif dapat diberi kekuasaan untuk mensahkan peraturan
pada keadaan khusus, seperti situasi darurat atau situasi peralihan.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
17
2
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
(f) Batang tubuh. Hal ini merupakan bagian utama UU yang berisi substansi, prosedur, dan
persyaratan lain.
(g) Kalimat Pembatalan. Bagian UU ini mengungkapkan UU yang berlaku yang mana yang
akan dibatalkan.
(h) Kalimat Pemberlakuan. Hal ini mengumumkan tanggal UU mulai berlaku.
Yang dapat menjadi pokok yang absah dari UU dapat bervariasi dari negara yang satu ke
negara lainnya. Akan tetapi, kecuali dilarang oleh UUD atau UU lebih tinggi, UU dapat mengambil
pokok apa saja. UU dapat menyediakan deklarasi Kebijakan Negara. Uu dapat menjamin hakhak substantif. UU dapat menetapkan prosedur dan proses. UU dapat menciptakan mekanisme
dan badan dan mengalokasikan tanggung jawab. UU dapat memberi obat untuk ketidakdilan.
UU dapat memberi sanksi.
Adopsi UU
Negara yang berbeda memiliki prosedur pengadopsian UU-nya sendiri. Untuk melakukan tinjauan
hukum, Anda sebaiknya mengenal dengan baik proses bagaimana berbagai UU tersebut diadopsi.
Mengadopsi UU di Filipina
Di Filipina, UU yang diadopsi oleh badan pembuat UU negara biasanya mengalami tiga kali
pembacaan pada hari-hari berlainan di dua kamar legislatif: Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.
Gambaran ringkas tentang proses legislatif adalah sebagai berikut:
Pengarsipan. UU diarsip dan diberi nomor oleh Sekretariat. Diberi tanggal untuk pembacaan
pertamanya.
Pembacaan pertama. Pada pembacaan pertama UU dibacakan menurut nomor, judul, dan penulis.
Rujukan pada komite yang tepat. Sesudah pembacaan pertama UU dirujuk ke komite yang tepat
untuk dipertimbangkan. Komite yang ditugasi dapat menjadwal pertemuan dengar pendapat dan
konsultasi publik. Komite dapat memilih untuk menyetujui UU dengan atau tanpa amandemen,
mengganti dengan versi berbeda, mengonsolidasikan ke dalam draf UU serupa, atau tidak
menyetujui draf tersebut. Draf UU yang sudah disetujui oleh komite disampaikan kepada Komite
untuk Peraturan, yang menjadwalkannya untuk pembacaan kedua.
Pembacaan kedua. UU ini mengalami perdebatan dan amandemen umum.
Pencetakan dan pendistribusian. UU yang disetujui dicetak dalam bentuk finalnya dan
didistribusikan kepada semua anggota majelis tiga haris sebelum pembacaan ketiga.
Pembacaan ketiga. Pada pembacaan ketiga, suara yang tidak menentukan dimasukkan dalam draf
UU.
Rujukan kepada majelis lain. UU yang disetujui dikirim kepada majelis legislatif lain untuk
mengalami proses serupa.
Penyerahan ke komite dua kamar. Dalam hal ketetapan yang bertentangan, komite konferensi
dua kamar yang tersusun atas para anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat dibentuk untuk
menyelesaikan perbedaan-perbedaan.
Persetujuan. UU yang disetujui dikirim kembali ke kedua kamar itu untuk persetujuan.
Penyerahan kepada Presiden. The bill is then sent to the president to sign it into law. Draf UU
kemudian dikirim kepada presiden untuk menandatanganinya menjadi UU. Kecuali presiden
menggunakan kekuatan hak vetonya, draf UU menjadi UU pada saat penandatanganan.
Publikasi. Agar efektif, harus dipublikasikan di dua surat kabar yang beredar luas.
Sumber: Konstitusi Filipina, Bagian 26-27 dan De Leon, Hector, Textbook on the Philippine
Constitution (2005), pp. 191-192.
18
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
2
PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN TENTANG HUKUM DAN
PEMBUATAN HUKUM
Anda tidak perlu menjadi pakar hukum untuk melakukan tinjauan hukum berbasis CEDAW,
tetapi Anda perlu memahami dasar-dasar pembuatan hukum di negara Anda. Jika Anda tidak
mengenal dengan baik proses pembuatan UU, Anda mungkin menyimpan sejumlah pertanyaan
yang jelas bagi para ahli hukum tetapi tidak selalu jelas untuk pihak lain. Di bawah ini ada
sejumlah pertanyaan yang sering diajukan oleh yang bukan ahli hukum tentang tinjauan hukum.
P. Benarkah legislasi yang dibuat kemudian harus selalu sesuai dengan legislasi yang
sudah ada?
Ini tidak benar. Badan pembuat UU tidak dapat menyetujui UU yang tidak dapat dibatalkan atau
diamandemen. Karena itu artinya badan tersebut membatasi kekuasaan pembuat UU dari badan
pembuat UU berikutnya. Karena itu, UU yang dibuat kemudian dapat mengamandemen, merevisi,
atau membatalkan UU yang telah ada. Hal itu hanya harus sesuai dengan konstitusi. Akan tetapi,
legislasi berikutnya dapat mempertimbangkan legislasi yang ada untuk memastikan konsistensi.
Sebagai contoh, di Vietnam, UU Buruh dan UU Keamanan Sosial memberi usia pensiun
tidak sama untuk perempuan dan laki-laki, yang perempuan mendapat usia pensiun lima tahun
lebih awal daripada laki-laki. Naskah UU tentang Kesetaraan Gender mengusulkan usia pensiun
yang sama untuk perempuan dan laki-laki. Salah satu penolakan yang diangkat adalah bahwa
UU tentang Kesetaraan Gender harus sesuai dengan standar UU Perburuhan dan UU Keamanan
Sosial untuk memastikan keselarasan UU. Namun demikian, UU tentang Kesetaraan Gender,
segera setelah diadopsi, dapat mengamandemen atau merevisi standar yang ditentukan dalam
kedua UU tersebut.
P. Jika dua UU dengan hierarki yang sama menangani pokok yang sama, UU yang mana
yang akan menang?
Pertanyaan ini dicakup oleh cabang hukum yang disebut penafsiran dan konstruksi statutori.
Aturan-aturan umum yang berkaitan dengan hukum yang bertentangan (atau ketetapan hukum
yang bertentangan dalam UU berbeda) tempat tidak ada pembatalan ekspres adalah bahwa
kapan pun mungkin, UU harus pertama-tama dipersatukan untuk memberi pengaruh pada
keduanya. Misalnya, ketika satu UU menangani sebuah permasalahan secara umum dan UU
lain menanganinya dengan cara khusus, yang belakangan dapat berlaku sebagai spesifikasi,
penjabaran, atau pengecualian dari UU yang umum.
Jika hal ini tidak dimungkinkan, maka ada sejumlah cara untuk memutuskan UU mana
yang akan berlaku. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
 UU terakhir lah yang berlaku dan bukan UU sebelumnya;
 UU khusus mengalahkan UU umum; 10
 Pengaturan khusus mengalahkan pengaturan umum (apakah pengaturan ditemukan atau
tidak dalam UU umum atau UU khusus dan tanpa memperhatikan tanggal diadopsinya); dan
 Hukum yang substantif tidak bisa diamandemen dengan hukum yang prosedural.
10
UU umum adalah yang mempengaruhi masyarakat luas, atau yang terkait dengan suatu subyek yang sifatnya umum, misalnya UU
Perburuhan. UU khusus adalah yang ditujukan untuk tujuan khusus (misalnya UU pelecehan seksual), atau kelompok orang tertentu.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
19
2
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
P. Apakah pembatalan ekspres? Apakah selalu diperlukan?
Pembatalan ekspres adalah pembatalan UU yang ada sebelumnya dengan disahkannya UU
baru yang menyatakan UU yang ada sebelumnya tidak berlaku lagi. Pencabutan tersirat terjadi
ketika UU yang kemudian mengandung pengaturan yang berlawanan dan tidak dapat didamaikan
dengan yang sebelumnya sehingga hanya satu UU yang dapat berlaku. Aturan umum biasanya
berlawanan dengan pencabutan tersirat sehingga ambiguitas apa pun yang terjadi kemudian
dapat dihindarkan. Selalu lebih disarankan untuk melakukan pembatalan ekspres atas ketetapan
hukum atau UU.
Sebuah contoh pencabutan ekspres dapat ditemukan pada Pasal 50 UU Kamboja tentang
Penghentian Perdagangan Manusia dan Eksploitasi Seksual (2008) yang menyatakan:
“Pasal 50: Pembatalan UU. UU tentang Penghentian Penculikan, Perdagangan
Manusia/Penjualan Manusia dan Eksploitasi Manusia, yang telah disebarkan oleh
Kram Kerajaan No:cs/rkm/0296/01 akan dibatalkan oleh UU ini
P. Apakah UU yang telah sangat lama disahkan, masih berlaku?
UU berlaku kecuali jika sudah dibatalkan oleh UU lain atau dinyatakan tidak berlaku oleh otoritas
yang berwenang (misalnya, pengadilan). Karena itu, bahkan UU yang sangat tua pun akan tetap
berlaku.
P. Jika UU tidak ditegakkan, apakah masih tetap UU?
Ya, tidak adanya penegakan hukum tidak membuat UU tidak berlaku. Seperti ditunjukkan di atas,
UU itu berlaku kecuali jika dicabut atau dinyatakan tidak berlaku oleh otoritas yang berwenang.
P. Dalam reformasi dan advokasi hukum, apakah sebaiknya saya menjadikan reformasi
konstitusi, reformasi legislatif, reformasi pengesahan eksekutif, atau reformasi ordinansi
sebagai sasaran?
Jawaban terbaik adalah menjadikan semua UU diskriminatif sebagai sasaran, apakah Konstitusi,
legislasi, pengesahan eksekutif atau ordinansi. Namun, berdasarkan kesempatan, penting untuk
merencanakan dan membuat keputusan pada apa advokasi lebih mendesak, dan cenderung
lebih berfungsi dan mencapai dampak yang dituntut.
20
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
2
Daftar Periksa
Memahami bagaimana UU dibuat
Gunakan daftar periksa ini untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang tantangan
dan hambatan dalam mengadopsi dan mengamandemen UU.
Periksa ketetapan konstitusional dan legislatif tentang pengadopsian UU
Berkonsultasi dengan pembuat UU tentang proses pengesahan UU
Kenali dengan baik struktur dan isi UU
Hadiri sesi badan pembuat UU atau ikut serta dalam dengar pendapat dan
konsultasi tentang naskah UU atau UU yang diusulkan
Pahami poin-poin intervensi dalam proses pembuatan hukum (yakni, bagaimana
dan kapan Anda dapat ikut campur dalam proses)
Ketahui agenda pembuatan keputusan yang sedang berjalan (biasanya agenda
atau program kerja disusun oleh badan pembuat UU dan menteri-menteri)
Ketahui kapan UU yang terkait dengan tinjauan hukum anda sudah diadopsi (jika
UU terkait baru saja disahkan, kecil kemungkinannya akan dijadwalkan untuk
amandemen atau pembatalan)
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
21
12
PArt OnE:
CEDAW AnD lEgAl rEviEWs
BAGIAN DUA:
APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
CATATAN:
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
6
22
Do Our Laws Promote Gender Equality?
A Handbook for CEDAW-Based Legal Reviews
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN TIGA
MERENCANAKAN TINJAUAN HUKUM
BERBASIS CEDAW
3
3
BAGIAN TIGA:
MERENCANAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
BAGIAN TIGA:
MERENCANAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Dalam bagian ini:

Mengidentifikasi tujuan, cakupan, sasaran, dan pengaturan waktu tinjauan hukum
berbasis CEDAW
 Siapa yang paling tepat untuk melakukan tinjauan hukum berbasis CEDAW?
Dalam proses melakukan tinjauan hukum, ada baiknya menyusun rencana yang jelas sebelum
memulai. Pertimbangkan butir-butir berikut ketika merencanakan tinjauan hukum Anda:
(a) Tujuan. Mengidentifikasi tujuan spesifik dari tinjauan hukum Anda. Semakin jelas tujuan
itu, semakin baik. Penting untuk mengetahui apa yang sedang Anda coba capai dengan
tinjauan hukum Anda. Lihat Bagian 1: Tujuan Tinjauan Hukum berbasis CEDAW untuk
tujuan-tujuan yang dimungkinkan.
(b) Cakupan (Bidang atau Pokok Cakupan). Anda perlu memutuskan apakah tinjauan hukum
Anda bersifat komprehensif atau terfokus. Cakupan komprehensif atau menyeluruh
berarti menilai kepatuhan semua bidang yang mempengaruhi kesetaraan gender, apakah
bidang apakah secara kewarganegaraan, politik, ekonomi, sosial, atau budaya. Artinya,
memeriksa semua ketetapan substantif CEDAW (Pasal 1-16). Cakupan terfokus berarti
menilai kepatuhan/kesesuaian di dalam topik/bidang terpilih (misalnya, ketenagakerjaan,
perkawinan dan keluarga, atau partisipasi politik) atau pasal-pasal CEDAW (misalnya, Pasal
12 tentang kesehatan).
(c) Cakupan (UU Terkait). Anda juga perlu memutuskan UU mana yang akan dinilai dalam
tinjauan hukum Anda. Apakah tinjauan itu akan hanya menilai UU yang dikeluarkan oleh
pembuat UU, atau semua hukum (misalnya UU yang dikeluarkan badan legislatif, eksekutif,
yudikatif?) Apakah hal itu akan mencakup UU pada semua tingkatan atau hanya yang
di tingkat nasional? (See Determining Scope of a Legal Review (Relevant Laws) below
for further guidance on this matter). (Lihat Menentukan Cakupan Tinjauan Hukum (Hukum
Terkait) di bawah ini untuk pedoman lebih lanjut mengenai hal ini).
(d) Khalayak Sasaran. Kenali khalayak sasaran dari tinjauan hukum Anda. Apakah untuk pelaku
advokasi perempuan, akademik, spesialis, pejabat pemerintah, pembuat UU, atau masyarakat
umum? Mengidentifiaksi khalayak sasaran membantu Anda untuk memutuskan bahasa
dan format tinjauan itu (misalnya, apakah Anda akan menggunakan bahasa sederhana
atau khusus?).
(e) Kerangka Waktu. Tinjauan hukum memerlukan waktu untuk penulisannya. Identifikasi
kerangka waktu yang realistis.
(f) Para penulis dan pemrakarsa.Tinjauan hukum berbasis CEDAW dapat dilakukan oleh beragam
pihak, sepeerti pemerintah, ORNOP, badan-badan eksternal, atau kelompok orang dari sektorsektor berbeda. Siapa pun yang melakukan tinjauan itu, penting bahwa mereka memiliki
kepakaran dalam CEDAW, UU, dan situasi de facto kesetaraan gender dan perempuan. (Lihat
Siapa yang Paling Cocok Melakukan Tinjauan Hukum Berbasis CEDAW di bawah ini).
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
23
3
BAGIAN TIGA
MERENCANAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
(g) Keterbatasan. UU hanya merupakan satu dari banyak langkah untuk menciptakan kepatuhan
pada CEDAW. Sejumlah kewajiban CEDAW dihadapi dengan lebih tepat melalui langkahlangkah kebijakan, intervensi program, atau penegakan legislasi. Dengan demikian, tinjauan
hukum dan reformasi hukum hanya menangani satu bentuk intervensi yang diperlukan
Negara untuk menyiapkannya untuk dapat menghapus diskriminasi gender.
(h) Metodologi. Tinjauan hukum terutama dilakukan sebagai penelitian kepustakaan. Lokakarya
dengan orang-orang yang bekerja untuk hak-hak asasi perempuan untuk secara kolektif
menentukan indikator hukum kunci dan rekomendasi, dan untuk memvalidasi temuan-temuan
dari tinjauan hukum, merupakan tambahan bagus untuk penelitian kepustakaan. Kepakaran
dan pengalaman mereka akan memperkaya tinjauan. Konsultasi dengan perempuan,
khususnya yang akan dipengaruhi oleh rekomendasi tinjauan tersebut, juga disarankan.
Salah satu tantangan yang perlu dipertimbangkan dalam mengidentifikasi metodologi adalah
akses terbatas terhadap UU atau data yang tidak memadai tentang dampak pengaturan
hukum. Ketika informasi ditemukan, data mungkin tidak dipilah menurut jenis kelamin atau
tidak tersedia analisis gender.
Menentukan Cakupan Tinjauan Hukum (UU Terkait)
Kerjakan kuis ini dan pertimbangkan faktor-faktor berikut ketika sedang dalam proses
memutuskan cakupan tinjauan hukum Anda.
Bidang atau Pokok Cakupan
P. Apakah tinjauan hukum merupakan a) cakupan komprehensif, atau b) cakupan terfokus.
 Jika Anda menjawab a, semua UU harus dinilai.
 Jika Anda menjawab b, hanya UU yang mencakup bidang terbatas akan dimasukkan dalam
tinjauan hukum.
Contoh: Di Vietnam, tinjauan hukum komprehensif dilakukan. Hasilnya, lebih dari 200 UU yang
mencakup 18 bidang yang berkaitan dengan setiap pasal CEDAW telah dievaluasi.
Tingkat Cakupan
T. Apakah tujuan tinjauan hukum adalah untuk a) menilai UU negara, atau b) hanya menilai
UU lokal (misalnya tingkat provinsi atau desa)
 Jika Anda menjawab a, hanya UU negara yang dimasukkan dalam tinjauan hukum.
 JIka Anda menjawab b, baik UU negara maupun lokal harus dimasukkan dalam tinjauan
hukum.
Kelengkapan Legislasi
T. Apakah legislasi di negara Anda a) memasukkan semua standar sehingga lengkap
dalam dirinya, atau b) apakah dilengkapi atau ditambah dengan kinerja eksekutif atau
kehakiman.
 Jika Anda menjawab a, memusatkan perhatian hanya pada legislasi sudah cukup untuk
tinjauan hukum
 Jika Anda menjawab b, memasukkan kinerja eksekutif atau kehakiman diperlukan untuk
memberi gambar yang menyeluruh.
Bobot UU
T. Apakah yang dikeluarkan eksekutif memiliki kekuatan dan bobot yang sama seperti yang
disahkan legislatif?
 Jika Anda menjawab ya, memasukkan semua itu ke dalam tinjauan hukum direkomendasikan.
24
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN TIGA:
MERENCANAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
3
Siapa yang Paling Cocok untuk Melakukan Tinjauan Hukum berbasis CEDAW
Selalu ada diskusi tentang siapa yang paling cocok untuk melakukan tinjauan hukum berbasis
CEDAW. Hal ini tergantung pada konteks di setiap negara. Namun, penting pula untuk mengetahui
manfaat dan keterbatasan seorang pelaku atas yang lainnya.
Di bawah ini ada daftar ringkas berbagai pelaku yang dapat melakukan tinjauan hukum berbasis
CEDAW, keuntungan dan kerugiannya secara umum, dan usulan untuk mengatasi kerugiannya.
Pemerintah
Tinjauan hukum berbasis CEDAW dapat secara resmi dilakukan oleh pemerintah. Dalam
banyak kasus, Kementerian Kehakiman atau perangkat perempuan nasional memimpin atau
memenuhi tugas proses itu.
Kelebihan
Karena merupakan prakarsa pemerintah,
ada kepemilikan Negara atas proses itu.
Negara cenderung akan mengakui temuantemuan tinjauan hukum dan bekerja untuk
melaksanakan rekomendasi.
Kekurangan
Kendati disambut, tinjauan hukum ini terkadang
dipandang parsial, untuk kepentingan sendiri,
atau bersikap ‘lemah’ terhadap pemerintah.
Saran
Untuk menangani kerugian, pemerintah dapat mengatur konsultasi dengan para pemangku
kepentingan non-pemerintah dan memasukkan pandangan mereka ke dalam tinjauan hukum.
Mereka dapat pula membentuk panel penasihat atau pakar multi-sektoral untuk memberikan
bantuan dan penelitian teknis.
ORNOP
ORNOP, dengan prakarsa mereka sendiri, dapat pula melakukan tinjauan hukum berbasis
CEDAW.
Kelebihan
Tinjauan hukum berbasis CEDAW oleh ORNOP
dapat menegaskan prakarsa Pemerintah atau
dapat memeriksa isu-isu yang mungkin luput
dari perhatian pemerintah. Di banyak negara
ORNOP lebih dekat dengan situasi de facto
dan dapat mencerminkan aspek ini dengan
baik. ORNOP juga dapat dengan mudah
memasukkan advokasi dalam program mereka
untuk rekomendasi dalam tinjauan.
Kekurangan
Di negara-negara yang pemerintah dan
ORNOP –nya tidak bekerja bersama dengan
baik, tinjauan hukum yang dilakukan oleh
ORNOP dapat dipandang sebagai bias atau
terlalu kritis. Pemerintah dapat menolak
mengakui hasil-hasil tinjauan itu. Selain itu,
karena pemerintah tidak atau hanya sedikit
terlibat dalam proses itu, mungkin tidak akan
ada kepemilikan Negara atas tinjauan itu.
Saran
Untuk mengatasi kerugian, perwakilan pemerintah dapat diberi tahu tentang proses lebih dulu
dan mendorong untuk beragih informasi dengan para peninjau. Mereka juga akan diundang untuk
beragih nasihat tentang bagaimana membangun kepemilikan pemerintah. Akan bermanfaat
pula untuk memiliki kegiatan bersama menyangkut CEDAW, untuk memungkinkan pemahaman
atas standar-standar Konvensi, dan beroperasi sebagai langkah pengembangan kepercayaan
diri bagi pemerintah maupun ORNOP. Jika mungkin, ORNOP harus mengamankan komitmen
pemerintah sejak awal guna mendukung temuan-temuan tinjauan hukum.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
25
3
BAGIAN TIGA
MERENCANAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Eksternal
Tinjauan hukum berbasis CEDAW dapat pula dilakukan oleh kelompok-kelompok eksternal,
seperti PBB dan badan-badan internasional lain.
Kelebihan
Kekurangan
Ini berlaku sebagai penilaian eksternal.
Pada beberapa negara, karena pembatasan
pemerintah, kelompok-kelompok lokal seperti
ORNOP tidak boleh memberikan analisis kritis.
Jadi, tinjauan mereka dapat berlaku sebagai
“mengisi kesenjangan” dengan memberi
acuan hukum tentang situasi negara itu
Kecuali ada dukungan kuat oleh mitra lokal,
tinjauan ini dapat menghadapi ketiadaan
kepemilikan pada pihak pemerintah dan
ORNOP atas temuan-temuan tinjauan hukum.
Saran
Untuk mengatasi kerugian, atur konsultasi dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan
non-pemerintah mengenai tinjauan hukum berbasis CEDAW. Terima dengan baik usulan dan
nasihat mereka. Jika mungkin, pastikan komitmen mereka untuk mendukung temuan-temuan
tinjauan itu.
Kelompok Campuran
Tinjauan hukum berbasis CEDAW dapat merupakan komposisi campuran. Dapat dilakukan
oleh tim antarsektoral yang terdiri atas antara lain pemerintah, ORNOP, dan pakar.
Kelebihan
Hal ini membuka keterlibatan berbagai
kelompok yang terwakili dalam tim. Dengan
demikian, ada rentang yang luas dalam
kepemilikan proses dan temuan-temuan dari
tinjauan hukum berbasis CEDAW.
Kekurangan
Tergantung pada dinamika di antara para
anggota tim, hal ini dapat mengantar pada
ketidaksepakatan atau kompromi akibat
prioritas yang berbeda. Jika tidak ditangani
dengan benar, hal ini akan mengurangi
kredibilitas dan standar tinjauan hukum
berbasis CEDAW.
Saran
Lihat Kekhawatiran tentang Menilai Kepatuhan dan Usulan untuk Menanganinya, dalam
Bagian 4, Langkah 6 untuk menangani kerugian-kerugian yang didaftar di sini.
26
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
4
4
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Dalam bagian ini:
 Kerangka tinjauan hukum berbasis CEDAW (kerangka penilaian)
 Mengembangkan indikator-indikator hukum CEDAW
 Menentukan kepatuhan dan rekomendasi
Sesudah merencanakan tinjauan hukum Anda secara cermat, Anda dapat mulai melakukan
pekerjaan tinjauan hukum itu sendiri. Ada dua komponen penting dari tinjauan hukum berbasis
CEDAW:
1. Mengembangkan indikator-indikator hukum CEDAW
Langkah 1:
Mengidentifikasi
Kewajiban
CEDAW
Langkah 2:
Mengidentifikasi
Situasi, Isu, dan
Masalah
Langkah 3:
Memastikan
Butir-butir yang
diperlukan
dalam UU
Langkah 4:
Menentukan
Indikator-indikator
Hukum CEDAW
2. Menentukan kesesuaian dan rekomendasi
Langkah 5:
Mendaftar UU
Terkait
Langkah 6:
Menganalisis
Kesesuaian
Langkah 7:
Mendaftar
Penjelasan dan
Komentar
Langkah 8:
Menyusun
Rekomendasi

Dalam bagian ini, setiap langkah akan dijelaskan dan diperlihatkan dengan menggunakan
contoh-contoh. Contoh-contoh ini hanya sebagai ilustrasi dan tidak dimaksudkan sebagai
peraturan.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
27
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
KERANGKA TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW (KERANGKA
PENILAIAN)
Sebelum memulai tinjauan, Anda perlu menentukan bagaimana mengatur informasi yang
diperlukan. Sebuah tinjauan hukum dapat ditulis:
(a) dalam bentuk naratif;
(b) dalam bentuk matriks; atau
(c) baik dalam bentuk naratif maupun matriks.
Opsi 1: Bentuk Naratif
Keuntungan bentuk naratif adalah bahwa bentuk ini memungkinkan dimasukkannya banyak
informasi ke dalam tinjauan hukum. Bentuk ini juga memungkinkan penyusun tinjauan hukum
untuk secara menyeluruh menunjukkan bagaimana analisis disusun. kekurangan bentuk ini
adalah ia bisa sangat panjang dan tidak memungkinkan cara cepat untuk memindai seluruh
kerangka penilaian.
Opsi 2: Bentuk Matriks
Keuntungan bentuk matrik adalah bahwa bentuk ini dengan jelas memperlihatkan bagaimana
setiap langkah terkait dengan langkah berikutnya. Bentuk ini juga memaksa penyusun tinjauan
hukum untuk ringkas. Bentuk ini memberi pembaca cara mudah menelusuri seluruh kerangka.
Satu kekurangan bentuk matriks adalah cenderung kurang rinci dan kurang menjelaskan, yang
mungkin sangat penting bagi pembaca untuk memahami penilaian dan rekomendasi.
Opsi 3: Bentuk Naratif dan Matriks
Kelebihan bentuk campuran ini adalah bahwa ia mengoptimalkan keuntungan bentuk naratif
maupun matriks. Kekurangannya adalah bisa terjadi pengulangan. Lazim bagi tinjauan hukum
berbasis CEDAW untuk memakai bentuk naratif dengan hasil yang dirangkum dalam bentuk
matriks. Ini adalah opsi terbaik jika waktu memungkinkan.
Di bawah ini ilustrasi tentang bentuk matriks.
Mengembangkan Indikator-indikator Hukum CEDAW
Langkah 1
Kewajiban
CEDAW
28
Langkah 2
Situasi,
Isu, dan
Masalah
Langkah 3
Butir-butir
yang
diperlukan
dalam UU
Langkah 4
Indikatorindikator
Hukum
CEDAW
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
Menentukan Kesesuaian dan Rekomendasi
Langkah 5
UU Terkait
Langkah 6
Kepatuhan
Langkah 7
Penjelasan
dan
Komentar
Langkah 8
Rekomendasi
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
INDIKATOR-INDIKATOR HUKUM CEDAW
4
Apakah indikator?
Indikator adalah alat pengukur. Indikator mengukur kesesuaian dengan standar yang dipakai.
Hal ini juga mengukur kemajuan ke arah tujuan tertentu.
Apakah Indikator Hukum?
Indikator hukum adalah indikator yang berfokus pada pengukuran kesesuaian UU dalam suatu
kerangka kerja yang telah diidentifikasi.
Apakah Indikator CEDAW?
Indikator CEDAW adalah indikator-indikator yang langsung mengukur tindakan kepatuhan atau
ketidak patuhan Negara pada CEDAW. Indikator-indikator ini menggunakan CEDAW sebagai
kerangka untuk menganalisis apakah intervensi Negara melekat kuat pada CEDAW, prinsipprinsip kuncinya (kesetaraan substantif, non-diskriminasi, dan kewajiban Negara), Rekomendasi
Umum, dan Pengamatan Akhir-nya.
Apakah Indikator Hukum CEDAW?
Indikator hukum CEDAW mengukur kepatuhan UU terhadap CEDAW. Indikator-indikator
berguna dalam tinjauan hukum karena indikator mengidentifikasi standar yang digunakan untuk
mengukur kepatuhan atau kemajuan.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
29
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
MENGEMBANGKAN INDIKATOR HUKUM CEDAW
Ada empat langkah untuk menyusun indikator hukum CEDAW:
Langkah 1:
Mengidentifikasi
Kewajibankewajiban
CEDAW
Langkah 2:
Mengidentifikasi
Situasi, Isu, dan
Masalah
Langkah 3:
Memastikan
Butir-butir yang
Diperlukan dalam
UU
Langkah 4:
Menentukan
Indikator Hukum
CEDAW
Langkah 1: Mengidentifikasi Kewajiban-kewajiban CEDAW
Mengidentifikasi kewajiban-kewajiban atau tugas yang dituntut CEDAW mengenai topik
dan atau pasal yang dipilih.
Hal ini dilakukan dengan menelusuri tiga dokumen utama:
CEDAW
 Rekomendasi Umum
 Pengamatan Akhir (atau Komentar Akhir) negara Anda
Dokumen-dokumen ini harus dipertimbangkan dalam hubungan dengan prinsip-prinsip
kesetaraan substantif, non-diskriminasi, dan kewajiban Negara. Selain itu, Pasal 6-16 CEDAW
harus selalu dibaca bersama dengan kewajiban umum Negara dalam Pasal 1-5 dan 24.
Menyajikan informasi dengan cara terstruktur
Bergantung pada tujuan tinjauan, informasi yang ditambahkan dapat disusun dalam tiga cara:
Opsi 1: Teks Lengkap/Penuh
Hal ini artinya mengutip teks CEDAW, Rekomendasi Umum, dan Pengamatan akhir secara
lengkap.
 Kelebihan: Para pembaca dapat segera melihat kewajiban Negara tanpa perlu mengakses
bahan lainnya. Juga mudah untuk menunjuk ke susunan kata yang tepat dari ketetapan itu.
 Kekurangan: Daftar kewajiban dapat sangat panjang dan berulang.
Opsi 2: Kutipan yang disingkat
Hal ini artinya mengutip teks-teks CEDAW, Rekomendasi Umum, dan Pengamatan Akhir dalam
format yang disingkat. Alih-alih teks penuh, hanya kutipan pasal atau klausa tertentu yang
dimasukkan, (misalnya, Pasal 5 CEDAW atau ayat 5 Rekomendasi Umum 24). Dokumen terkait
dapat ditambahkan dalam lampiran.
 Keuntungan: Pendekatan ini menghindari teks-teks panjang dan mengulang-ulang.
 Kerugian: Konten substantif tentang kewajiban CEDAW tidak tersedia pada pembacaan
pertama. Bolak-balik antara membaca tinjauan hukum dan lampiran dapat mengganggu
kelancaran membaca.
30
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Opsi 3: Rangkuman Bertema
4
Hal ini berarti merangkum butir-butir penting CEDAW, Rekomendasi Umum dan Pengamatan
Akhir menjadi tema-tema dan mengutip dokumen terkait.
 Keuntungan: Teks-teks panjang dan berulang-ulang dihindari dengan pendekatan ini. Selain
itu, para pembaca dapat segera melihat butir-butir utama kewajiban CEDAW.
 Kerugian: Pendekatan ini menuntut lebih banyak upaya dan waktu karena teks-teks CEDAW,
Rekomendasi Umum, dan Pengamatan Akhir harus disintesiskan.
Opsi atau kombinasi opsi yang Anda pilih bergantung pada tujuan tinjauan hukum dan
khalayak yang dimaksudkan. Berkonsultasi dengan khalayak yang dimaksud dan pakar-pakar
akan membantu memilih opsi yang terbaik.
Sebagai contoh, dalam menyusun tinjauan hukum tentang UU Vietnam,11 salah satu
diskusi awal adalah opsi mana yang digunakan dalam menyajikan kewajiban-kewajiban CEDAW.
Konsultasi dengan penerima dukungan, terutama para penyusun UU dalam kementerian dan
parlemen, menyoroti kebutuhan mereka untuk melihat sendiri apa CEDAW itu, Rekomendasi
Umumnya, dan Komentar Akhir yang dinyatakan dalam hubungan dengan topik tertentu. Mereka
juga menunjukkan bahwa akan mudah bagi mereka untuk memahami kewajiban dan meyakinkan
para penyusun UU lainnya jika mereka dapat mengakses teks-teks secara langsung. Karena itu,
dari tiga opsi, mereka memiliki Opsi 1.
Mengilustrasikan Langkah 1
Menggunakan kekerasan dalam rumah tangga sebagai bidang tinjauan hukum berbasis
CEDAW, berikut ini adalah ilustrasi Langkah 1. Lihat halaman berikutnya untuk Contoh 1.
11
Tinjauan ini diberi judul CEDAW and the Law: A Gendered and Rights-based Review of Vietnamese Legal Documents through the Lens
of CEDAW.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
31
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Contoh 1: Ilustrasi Berbagai Opsi Menyajikan Langkah 1 (Mengidentifikasi Kewajiban
CEDAW) dengan menggunakan Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagai Bidang Tinjauan
Opsi 1: Teks Penuh
Pasal 1
Untuk tujuan Konvensi ini, istilah “diskriminasi terhadap
perempuan” akan berarti pembedaan apa pun, eksklusi
atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin
yang berpengaruh atau bertujuan merusak atau
menegasikan pengakuan, pemenuhan, atau pelaksanaan
oleh perempuan, tidak terkait status perkawinan mereka,
dengan dasar kesetaraan laki-laki dan perempuan, HAM,
dan kebebasan mendasar dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, warga negara, atau bidang lain.
Pasal 2
Pihak-pihak Negara mengutuk diskriminasi terhadap
perempuan dalam segala bentuknya, sepakat untuk
mengupayakan semua cara yang tepat dan tanpa
menunda kebijakan untuk menghapus diskriminasi
terhadap perempuan dan, untuk tujuan ini, mengambil
langkah:
(a) memasukkan prinsip kesetaraan laki-laki dan
perempuan dalam konstitusi negara mereka atau legislasi
tepat lainnya jika belum dimasukkan di dalamnya dan
memastikan, melalui UU dan cara-cara yang tepat,
realisasi praktis dari prinsip ini;
(b) mengadopsi langkah-langkah legislatif dan lainnya,
termasuk sanksi-sanksi di mana tepat, melarang segenap
diskriminasi terhadap perempuan;
(c) membangun perlindungan hukum atas hak-hak
perempuan dengan dasar setara dengan laki-laki dan
memastikan perlindungan perempuan terhadap tindak
diskriminasi apa pun melalui pengadilan negara yang
kompeten dan lembaga publik lainnya;
(d) menghindari terlibat dalam tindakan atau praktik
diskriminasi terhadap perempuan apa pun dan
memastikan bahwa otoritas dan lembaga pulbik akan
bertindak sesuai dengan kewajiban ini;
(e) mengambil semua langkah yang tepat untuk
menghapus diskriminasi terhadap perempuan oleh siapa
pun, organisasi apa pun, atau perusahaan apa pun;
(f) mengambil semua langkah yang tepat, termasuk
legislasi, untuk mengubah atau menghapus UU,
peraturan, adat-istiadat, dan praktik-praktik yang ada yang
merupakan diskriminasi terhadap perempuan;
(g) mencabut semua pengaturan hukuman negara yang
mendiskriminasi perempuan.
Pasal 5
Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah
yang tepat:
(a) Untuk memodifikasi pola-pola sosial dan budaya
untuk bertindak bagi laki-laki dan perempuan, dengan
tujuan mencapai penghapusan prasangka dan adat
kebiasaan serta semua praktik lainnya yang didasarkan
pada gagasan inferioritas atau superioritas baik oleh
jenis kelamin atau peran-peran stereotipe laki-laki dan
perempuan;
32
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
Opsi 2: Kutipan
disingkat
Opsi 3: Rangkuman Bertema
CEDAW, Pasal 1, 2, Definisi dan Cakupan
Pasal 1, 2 (b, c, d, e), 5 dan 16;
5 and 16
Rekomendasi Umum 19, pars.
1, 6, and 23; dan Pengamatan
Rekomendasi
Akhir tentang negara, jika dapat
Umum 19, pars.
1,6, 23 dan 24 (b, c, digunakan.
f, i, k, r, s, t, u and v)
Kekerasan berbasis gender
adalah bentuk diskriminasi
Pengamatan
yang benar-benar menghambat
Akhir tentang
perempuan untuk mendapatkan
negara, jika dapat
hak dan kebebasannya secara
digunakan
adil.
Kekerasan berbasis gender
mencakup tindakan-tindakan
yang menimbulkan kerusakan
atau penderitaan fisik, mental,
atau seksual, ancaman
untuk diperlakukan dengan
tindakan-tindakan semacam itu,
pemaksaan, dan perampasan
kebebasan.
Kekerasan dalam rumah Tangga
(KDRT) adalah satu bentuk
kekerasan berbasis gender,
termasuk pemukulan, perkosaan,
bentuk lain serangan seksual,
mental dan bentuk lain dari
kekerasan, ketergantungan
ekonomi, dan melepaskan
tanggung jawab terhadap
keluarga.
Perlindungan dan Dukungan
Pasal 2 (b, c, d, e); Rekomendasi
Umum 19, ayat 24 (b, f, i, k, o,
q, r, and t); dan Pengamatan
Akhir tentang negara, jika dapat
dilakukan.
CEDAW menuntut Negara untuk:
(a) mengadopsi sanksi untuk
melarang diskriminasi, termasuk
hukuman pidana; (b) menyusun
perlindungan hukum dan
memastikan perlindungan efektif
terhadap diskriminasi;
(c) memastikan otoritas publik
menghentikan diskriminasi;
(d) menghapus diskriminasi
oleh siapa pun, organisasi, atau
perusahaan apa pun;
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
(b) Untuk memastikan bahwa pendidikan keluarga
mencakup pemahaman yang benar tentang kondisi
menjadi ibu sebagai fungsi sosial dan pengakuan
tanggung jawab bersama antara laki-laki dan perempuan
dalam membesarkan dan memajukan anak-anak mereka,
yang dipahami bahwa minat anak-anak merupakan
pertimbangan primordial dalam semua kasus.
Pasal 16
1. Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah
yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap
perempuan dalam segala hal yang menyangkut
perkawinan dan hubungan keluarga dan secara khusus
memastikan, berdasarkan kesetaraan laki-laki dan
perempuan:
Rekomendasi Umum 19
1. Kekerasan berbasis gender adalah bentuk diskriminasi
yang secara serius menghambat kemampuan perempuan
untuk menikmati hak-hak dan kebebasan atas dasar
kesetaraan dengan laki-laki.
6. Konvensi dalam pasal 1 mendefinisikan diskriminasi
terhadap perempuan. Definisi diskriminasi mencakup
kekerasan berbasis gender, yakni, kekerasan yang
diarahkan kepada seorang perempuan karena ia
perempuan atau yang mempengaruhi perempuan secara
tidak seimbang. Hal ini mencakup tindakan-tindakan
yang menimbulkan kerusakan atau penderitaan fisik,
mental, atau seksual, ancaman untuk melakukan tindakan
semacam itu, penyiksaan, dan tidak memiliki kebebasan.
Kekerasan berbasis gender dapat melanggar ketetapan
Konvensi, tanpa memperhatikan apakah ketetapan itu
secara tersurat menyebut kekerasan
23. Kekerasan dalam keluarga adalah satu dari bentuk
kekerasan terhadap perempuan yang paling berbahaya.
Hal itu terus terjadi di semua masyarakat. Di dalam
hubungan keluarga perempuan pada semua usia
dihadapkan pada kekerasan dalam semua bentuk,
termasuk pemukulan, pemerkosaan, bentuk-bentuk
serangan seksual lainnya, kekerasan mental dan
bentuk-bentuk lainnya, yang ditimbulkan oleh sikap-sikap
tradisional. Tidak adanya kemandirian ekonomi memaksa
banyak perempuan untuk tetap berada dalam hubungan
dengan kekerasan. Pencabutan tanggung jawab mereka
atas keluarga oleh laki-laki dapat merupakan sebuah
bentuk kekerasan, dan kekejaman. Bentuk-bentuk
kekerasan membuat kesehatan perempuan berisiko dan
merusak kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam
kehidupan keluarga dan kehidupan publik berdasarkan
kesetaraan.
24.Dengan komentar-komentar ini, Komite untuk
Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan
merekomendasikan: (b) Pihak-pihak Negara seharusnya
memastikan bahwa UU kekerasan keluarga dan
penyiksaan, perkosaan, serangan seksual, dan kekerasan
berbasis gender lainnya memberi perlindungan cukup
kepada semua perempuan, dan menghormati integritas
dan martabat mereka. Perlindungan memadai dan
layanan bantuan harus diberikan kepada para korban.
Pelatihan pejabat kehakiman dan penegakan hukum dan
4
(e) tata laksana keluhan dan
perbaikan yang efektif termasuk
ganti rugi;
(f) memberi perlindungan yang
tepat dan mendukung layanan
untuk korban, termasuk tempat
berlindung atau rumah singgah,
khususnya pekerja kesehatan
terlatih, rehabilitasi, dan konseling;
(g) menyediakan program
rehabilitasi untuk para pelaku;
dan
(h) mendukung layanan untuk
keluarga tempat inses dan
penyiksaan seksual terjadi;
Pengaturan kelembagaan
Pasal 2 ( c, d, e) dan 5;
Rekomendasi Umum 19, ayat. 24
(b, c, f, s, u dan v); dan
Pengamatan Akhir tentang
negara tersebut, jika dapat
dilakukan
CEDAW menuntut Negara untuk:
(a) menyusun perlindungan
hukum dan memastikan
perlindungan efektif terhadap
diskriminasi;
(b) memastikan otoritas pulibk
menghentikan diksriminasi;
(c) menghapus diskriminasi
oleh siapa pun, organisasi atau
perusahaan apa pun;
(d) menyelenggarakan pelatihan
peka gender untuk pejabat
kehakiman dan penegakan
hukum serta pejabat publik
lainnya dalam hal pelaksanaan
CEDAW
(e) mengumpulkan statistik dan
penelitian tentang kekerasan
rumah tangga
(f) menyusun langkah untuk
mengatasi sikap dan praktik
melalui program pendidikan
dan informasi publik untuk
menghapus diskriminasi.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
33
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
pejabat public lainnya penting bagi pelaksanaan Konvensi
yang efektif.
(c) Pihak-pihak Negara seharusnya mendorong kompilasi
statistik dan penelitian, sebab dan efek kekerasan, dan
keefektivan langkah-langkah untuk mencegah dan
menghadapi kekerasan;
(f) Langkah-langkah efektif seharusnya diambil untuk
mengatasi sikap dan praktik ini. Negara seharusnya
memperkenalkan program pendidikan dan informasi
publik untuk membantu menghapuskan prasangka yang
menghalangi kesetaraan perempuan (rekomendasi No.3,
1987);
(i) Tata laksana penanganan aduan yang efektif dan
pencarian jalan keluar, termasuk kompensasi, harus
diberikan;
(k) Pihak-pihak Negara seharusnya membangun
atau mendukung layanan untuk korban-korban KDRT,
perkosaan, serangan seks, dan bentuk-bentuk lain
kekerasan berbasis gender, termasuk pengungsi,
khususnya pekerja kesehatan terlatih, rehabilitasi dan
konseling;
(o) Pihak-pihak Negara sebaiknya memastikan bahwa
layanan untuk korban kekerasan dapat diakses oleh
perempuan pedesaan dan bahwa di mana diperlukan
layanan khusus disediakan untuk komunitas-komunitas
terisolasi;
(q) Pihak-pihak Negara seharusnya melaporkan risikorisiko terhadap perempuan pedesaan, cakupan dan
sifat kekerasan dan penyiksaan yang mereka hadapi,
kebutuhan mereka untuk dan akses terhadap dukungan
dan layanan lain dan efektivitas langkah-langkah untuk
mengatasi kekerasan;
(r) Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi
kekerasan keluarga sebaiknya mencakup:
Hukuman pidana ketika diperlukan dan jalan keluar
perdata dalam kasus KDRT;
Legislasi untuk menghapus pembelaan kehormatan
dalam hal penyerangan atau pembunuhan anggota
keluarga perempuan;
Layanan untuk memastikan keamanan dan keselamatan
korban KDRT, termasuk pengungsi, konseling, dan
program-program rehabilitasi;
Program-program rehabilitas untuk pelaku KDRT;
Mendukung layanan untuk keluarga apabila inses atau
penyiksaan seksual terjadi;
(s) Pihak-pihak Negara sebaiknya melaporkan tentang
sejauh mana KDRT dan penyiksaan seksual, dan tentang
langkah-langkah preventif, punitif, dan perbaikan yang
sudah diambil;
(t) Bahwa Pihak-pihak Negara sebaiknya mengambil
semua langkah hukum dan lainnya yang diperlukan untuk
memberi perlindungan efektif pada perempuan terhadap
kekerasan berbasis gender, termasuk, di antaranya:
Langkah-langkah hukumyang efektif, termasuk sanksi
hukuman, ketetapan kompensasi perbaikan sipil untuk
melindungi perempuan terhadap kekerasan, termasuk di
antaranya, kekerasan dan penyiksaan dalam keluarga,
serangan seksual dan pelecehan seksual di tempat kerja;
Langkah-langkah preventif, termasuk program informasi
publik dan pendidikan untuk mengubah sikap menyangkut
peran dan status laki-laki dan perempuan;
34
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Langkah-langkah protektif, termasuk tempat perlindungan,
konseling, rehabilitasi, dan layanan pendukung untuk
perempuan yang merupakan korban kekerasan atau
mereka yang berisiko menghadapi kekerasan;
(u) Bahwa pihak-pihak Negara sebaiknya melaporkan
tentang semua bentuk kekerasanberbasis gender,
dan bahwa laporan-laporan semacam itu seharusnya
mencakup semua data yang tersedia tentang kejadian
dari setiap bentuk kekerasan, dan pada efek-efek
kekerasan seperti itu pada perempuan yang merupakan
korban
(v) Bahwa laporan-laporan pihak-pihak Negara sebaiknya
memasukkan informasi tentang langkah-langkah
hukum, preventif, dan protektif yang sudah diambil untuk
mengatasi kekerasan terhadap perempuan, dan tentang
keefektivan langkah-langkah seperti itu.
4
Pengamatan Akhir tentang negara, jika relevan dapat
digunakan
 Lihat Contoh-contoh 3, 5, dan 6 untuk ilustrasi lebih lanjut dari Langkah 1
Langkah 1:
Mengidentifikasi
Kewajibankewajiban
CEDAW
Langkah 2:
Mengidentifikasi
Situasi, Isu, dan
Masalah
Langkah 3:
Memastikan
Butir-butir yang
Diperlukan dalam
UU
Langkah 4:
Menentukan
Indikator Hukum
CEDAW
Setelah mengidentifikasi kewajiban-kewajiban negara sesuai CEDAW, berikutnya adalah
menentukan isu-isu dan masalah-masalah perempuan di negara Anda. Untuk melakukan hal ini
perlu dilakukan langkah berikut:
1. Meneliti situasi de facto perempuan dan kesetaraan gender
Pengetahuan tentang pengalaman nyata perempuan dan kesetaraan gender sangat penting
untuk tinjauan hukum berbasis CEDAW.
2.Melakukan curah pendapat menyangkut isu dan kekhawatiran perempuan dan
kesetaraan gender di dalam negara.
Lakukan hal ini berdasarkan pengetahuan Anda tentang kewajiban-kewajiban CEDAW (Langkah
1) dan situasi de facto. Menentukan dulu isu-isu umum, dan kemudian ke hal-hal yang lebih
khusus.
3. Menyusun isu-isu yang sudah Anda identifikasi dalam kalimat yang jelas dan konsisten
Ada berbagai opsi tentang bagaimana menyusun isu dan masalah dalam kalimat.
Opsi 1: Bahasa Netral
Opsi ini berarti menggunakan bahasa netral untuk menyoroti sebuah isu.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
35
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
 Kelebihan: Hal ini sangat bermanfaat untuk tujuan inventarisasi. Menggunakan bahasa netral
memungkinkan penyusun tinjauan hukum untuk menangani baik kecenderungan positif
maupun negatif.
 kekurangan: Pendekatan ini mungkin mengganggu penyusun tinjauan dari memfokuskan
pada isu-isu prioritas (biasanya diwujudkan dalam kecenderungan negatif).
Opsi 2: Bahasa berbasis Masalah
Opsi ini berarti bahwa ketika mengidentifikasi sebuah isu, bahasa menekankan masalahnya.
 Keuntungan: menggunakan pendekatan ini memungkinkan penyusun tinjauan hukum untuk
mengidentifikasi isu-isu yang sulit dan memerlukan perhatian segera.
 Kerugian: Pendekatan ini dapat mengarah pada pengabaian perkembangan yang positif.
Opsi atau kombinasi opsi untuk dipakai bergantung pada tujuan tinjauan hukum dan
pada penerima manfaat yang dituju. Konsultasi dengan para penerima manfaat dan para pakar
diperlukan untuk memastikan bahwa opsi terbaik akan diadopsi untuk tinjauan hukum.
4. Memilih dan memprioritaskan isu-isu dan kekhawatiran-kekhawatiran untuk tinjauan
hukum
Ada banyak isu dan masalah di negara mana pun yang terkait dengan kewajiban-kewajiban
CEDAW. Dalam banyak kasus, menentukan prioritas diperlukan untuk memungkinkan tinjauan
hukum dan advokasi yang lebih fokus. Dalam kasus-kasus lain, keterbatasan waktu menuntut
diprioritaskannya isu dan permasalahan.
Mengilustrasikan Langkah 2
Menggunakan ‘Saat memulai Perkawinan’ sebagai bidang tinjauan, berikut ini adalah ilustrasi
Langkah 2.
Contoh 2: Mengilustrasikan Berbagai Opsi untuk Menyajikan Langkah 2 (Mengidentifikasi
isu-isu dan Masalah)
Kewajiban CEDAW
OPSI 1:
Bahasa Netral *
OPSI 2:
Bahasa berbasis Masalah *
Masuk ke Perkawinan Pasal 16.1
(a dan b); Rekomendasi Umum 21,
pars. 14-16, 25-39 dan Pengamatan
Akhir tentang negara, jika sesuai
1. Persetujuan untuk Menikah
1. Perkawinan tanpa Persetujuan
Pribadi
2. Usia Menikah
2. Perkawinan Dini
3. Terikat dalam Pertunangan
3. Terikat pertunangan di bawah 18
4. Pendaftaran Perkawinan
5. Pendaftaran Kelahiran
4. Perkawinan tidak terdaftar
Marriages
6. Perkawinan Janda/Duda
5. Kelahiran tidak terdaftar
6. Tidak ada perkawinan kembali
untuk janda/duda
*Jawaban data diuraikan lebih lanjut menjadi sub-sub isu.
 Lihat Contoh 3, 5, dan 6 untuk ilustrasi lebih lanjut dari Langkah 2.
36
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Langkah 1:
Mengidentifikasi
Kewajibankewajiban
CEDAW
Langkah 2:
Mengidentifikasi
Situasi, Isu, dan
Masalah
Langkah 3:
Memastikan
Butir-butir yang
Diperlukan dalam
UU
4
Langkah 4:
Menentukan
Indikator Hukum
CEDAW
Jika secara de facto situasi, isu dan permasalahan dihadapi perempuan dan kesetaraan gender
telah diidentifikasi, berikutnya adalah mempertimbangkan hal-hal yang diperlukan dalam
penyusunan hukum. Berikut ini adalah langkah-langkahnya:
1.Mengidentifikasi butir-butir penting untuk hukum yang sesuai dengan kewajibankewajiban CEDAW
Berdasarkan situasi, isu-isu dan permasalahan yang didaftar dalam Langkah 2 menentukan
butir-butir penting harus ada dalam hukum agar sesuai dengan kewajiban-kewajiban CEDAW
(diidentifikasi pada Langkah 1).
Sebagai contoh, jika perkawinan dini atau kanak-kanan didaftar sebagai sebuah isu, agar sesuai
dengan CEDAW, penting bagi hukum negara untuk:
 menyiapkan usia perkawinan minimum tidak kurang dari 18 tahun;
 menyiapkan pendaftaran kelahiran dan perkawinan;
 memberi sanksi untuk pelanggaran; dan
 antara lain memastikan penegasian perkawinan.
Langkah 3 seharusnya secara khusus menyangkut hal-hal yang harus ada di dalam UU,
dan bukan menyangkut kebijakan, program, dan intervensi lain. Tingkat kekhususan item-item
dalam Langkah 3 dapat bervariasi berdasarkan cakupan dan prioritas tinjauan hukum berbasis
CEDAW.
2. Memastikan entri yang sesuai
Memastikan isu dan permasalahan mendapat entri yang sesuai di Langkah 3. Dalam beberapa
kasus, mungkin ada lebih dari satu entri yang sesuai dalam Langkah 3 untuk isu atau masalah
yang juga ada dalam Langkah 2.
Mengilustrasikan Langkah 3

Lihat Contoh-contoh 3, 5, dan 6 untuk ilustrasi Langkah 3.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
37
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Langkah 1:
Mengidentifikasi
Kewajibankewajiban
CEDAW
Langkah 2:
Mengidentifikasi
Situasi, Isu, dan
Masalah
Langkah 3:
Memastikan
Butir-butir yang
Diperlukan dalam
UU
Langkah 4:
Menentukan
Indikator Hukum
CEDAW
Mengidentifikasi indikator-indikator untuk mengukur kesesuaian hukum. Untuk melakukan hal
ini, Anda perlu untuk:
1. Mempertajam butir-butir yang diidentifikasi dalam Langkah 3 menjadi indikator hukum
 Membuat butir-butir itu menjadi pertanyaan yang dapat dijawab dengan ya atau tidak.
(jawaban “ya” berarti sesuai sementara “tidak” berarti tidak sesuai/patuh.)
 Memastikan bahwa pertanyaan disusun untuk menyelidiki adanya persyaratan dalam UU
atau ketetapan UU, dan bukan dalam kebijakan, rencana, atau program.
Sebagai contoh: pertanyaan, “Apakah ada rumah singgah untuk korban kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT)?” merupakan penyelidikan yang menjadikan intervensi program sasaran
sebagai sasaran dan bukan UU. Lebih baik menyusun ulang seperti “Apakah ada ketetapan
hukum yang mensyaratkan pembangunan rumah singgah oleh badan pemerintah yang tepat?”
atau “Apakah UU menuntut pembangunan rumah singgah bagi korban kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT)?”
2. Upayakan indikator tetapi spesifik, terukur, dapat dicapai, dan relevan
Indikator-indikator hukum CEDAW harus spesifik, terukur, dapat dicapai, dan relevan.
 Spesifik. Indikator-indikator spesifik mengarahkan pada jawaban-jawaban langsung. Di sisi
lain, indikator yang luask, kabur, atau umum dapat mengantar pada salah penafsiran atau
analisis dan rekomendasi yang dipertanyakan. Jika mungkin, pastikan bahwa hanya ada satu
cara untuk menjawab indikator, jika indikator menuntut banyak cara untuk menjawab, akan
menjadi sulit untuk menilai kepatuhan Jika mungkin, pastikan bahwa hanya ada satu cara
untuk menjawab sebuah indikator.
Sebagai contoh, sebuah indikator yang bertanya: “apakah UU mendefinisikan KDRT menurut
standar CEDAW” itu luas, umum, dan menuntut banyak cara untuk menjawab. Seseorang
dapat menilai kepatuhan dengan memeriksa tindakan-tindakan yang dianggap kekerasan atau
pada siapa yang dapat dianggap sebagai korban kekerasan. Dalam hal ini, lebih baik memiliki
dua indikator spesifik: “Apakah UU mendefinisikan KDRT sebagai mencakup kerusakan fisik,
mental, seksual, dan ekonomi?” dan “Apakah UU mendefinisikan KDRT sebagai mencakup
pasangan, mantan pasangan, dan mereka yang memiliki hubungan intim?
 Terukur. Susun indikator sedemikian rupa sehingga mudah untuk mengukur kepatuhan atau
kemajuan. Indikator hukum CEDAW sebaiknya dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak” alih-alih
pertanya yang membawa perbantahan. Indikstor-indikator spesifik lebih muda untuk diukut
ketimbang yang umum atau luas.
Sebagai contoh, sebuah indikator yang menyatakan: “hak-hak apa yang disediakan bagi
perempuan selama kondisi menjadi ibu (maternitas)?” sulit untuk mengukur dibanding
dengan “apakah UU membayar cuti maternitas untuk periode yang masuk akal tanpa
38
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
4
kehilangan senioritas atau tunjangan?” dan “Apakah UU melarang pemecatan dengan alasan
perkawinan, kehamilan, atau cuti maternitas?” Indikator terakhir dapat dijawab dengan “ya”
atau “tidak” yang akan membuat lebih mudah untuk mengukur kepatuhan.
 Dapat dicapai. Sebagai indikator hukum CEDAW berjuang untuk reformasi hukum, indikator
harus mengukur hal-hal yang dapat dicapai oleh UU.
Misalnya, UU tidak menghukum pemikiran semata, tetapi hanya bertindak dan menghapus.
Jadi, sebuah indikator yang menyatakan:“Apakah UU menghukum pemikiran yang melakukan
diskriminasi terhadap perempuan?” bukan indikator yang baik karena tidak mengukur apa
yang dicapai oleh UU. Sebagai gantinya, indikator ini dapat disusun ulang menjadi “Apakah
ada UU yang menuntut informasi dan pendidikan publik tentang diskriminasi gender?”
Indikator yang terakhir menyelidiki langkah khusus untuk memungkinkan perubahan dalam
perilaku dan pemikiran. Cara lain untuk menyusun ulang adalah untuk menyelidiki apakah
tindakan atau penghapusan diskriminatif dihukum, yakni, “Apakah ada sanksi untuk tindakan
atau penghapusan yang menghasilkan diskriminasi gender?”
 Relevan. Indikator-indikator harus relevan dengan Negara. Salah satu hal yang dihasilkan dari
menyalin indikator yang disusun untuk negara lain adalah bahwa beberapa indikator mungkin
tidak relevan untuk Negara tertentu yang UUnya sedang ditinjau.
Sebagai contoh, dalam sebuah negara yang mas kawin bukan sesuatu yang dipraktikkan,
sebuah indikator tentang apakah UU melarang mas kawin bukan prioritas dan akan membuat
pembuat UU bingung tentang kebutuhan pengukuran semacam itu.
Namun, catat bahwa Anda sebaiknya berhati-hati atau langsung menghapus indikatorindikator yang tidak relevan. Sebagai contoh, ketika tidak ada informasi tentang pokok
persoalan tertentu, penelitian sebaiknya dilakukan untuk mengungkap situasi de facto dulu
sebelum menandai sebuah isu sebagai tidak relevan. Untuk diskusi lebih jauh, lihat juga
politik memilih indikator ada di bawah ini.
3. Jika diperlukan, susun juga sub-indikator.
Untuk membuat indikator se-spefisik mungkin, indikator bawahan dapat dikembangkan. Indikator
bawahan mengurai sebuah indikator menjadi berbagai komponen untuk memberi panduan
dalam menanggapi indikator.
Sebagai contoh, sebuah indikator bertanya: “Apakah UU memberi langkah perlindungan
langsung bagi korban KDRT?” dapat dipecah menjadi indikator bawahan sebagai berikut:
 Apakah langkah perlindungan langsung menghalangi penyerang dari melakukan tindakantindakan kekerasan selanjutnya?
 Apakah langkah perlindungan langsung melarang penyerang untuk berhubungan atau
melecehkan korban atau para anggota keluarganya?
 Apakah langkah ini memungkinkan pemindahan sementara si penyerang dari tempat tinggal
korban, tanpa memperhatikan kepemilikan tempat tinggal?
Apakah perlindungan langsung mengizinkan keputusan menyangkut hak asuh anak
sementara?
 Apakah langkah perlindungan langsung mengizinkan pembayaran bantuan untuk korban?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
39
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
 Apakah langkah itu mengizinkan pembayaran sementara pengeluaran medis yang terjadi
akibat kekerasan?
Apakah langkah perlindungan langsung berlaku untuk waktu yang mencukupi untuk
mengizinkan korban memastikan keamanan dan perlindungannya sendiri?
 Apakah langkah perlindungan langsung dikeluarkan pada hari yang sama seperti tanggal
permintaan untuk itu?
 Apakah langkah perlindungan langsung dikeluarkan secara ex parte/satu pihak? Keputusan
ex parte adalah keputusan yang dilakukan seorang hakim tanpa memerlukan semua pihak
yang terlibat kontrovensi itu untuk hadir.)
 Apakah langkah perlindungan langsung dikeluarkan oleh otoritas yang mudah diakses?
 Apakah UU mengizinkan dikeluarkannya langkah perlindungan langsung yang bebas dari
penuntutan kasus?
4. Memilih Jumlah Indikator yang Masuk Akal.
Pertanyaan-pertanyaan sering muncul tentang bagaimana banyak indikator hukum CEDAW
harus diidentifikasi. Pertimbangkan yang berikut untuk membantu memutuskan:
 Cakupan tinjauan. Di satu sisi, ketika tinjauan kepatuhan CEDAW yang komprehensif sedang
dilakukan, lebih banyak indikator dipilih. Namun demikian, bahkan jika ada lebih banyak
indikator untuk tinjauan komprehensif, lebih sedikit indikator untuk masing-masing isu atau
topik. Di sisi lain, tinjauan atas cakupan terfokus dapat mengidentifikasi lebih banyak indikator
tentang isu tersebut.
Sebagai contoh, tinjauan komprehensi dapat mengidentifikasi 150 indikator, tetapi untuk
setiap isu (misalnya, kesehatan, pendidikan, perkawinan, dan keluarga), mungkin hanya
ada 10. Bandingkan hal ini dengan tinjauan yang hanya ditujukan pada isu perkawinan dan
keluarga, yang dapat dengan mudah mengidentifikasi 50 indikator.
 Prioritas diberikan kepada isu atau isu bawahan. Isu-isu prioritas cenderung memiliki lebih
banyak indikator dengan sifat khas. Isu-isu dengan prioritas kurang diberi lebih sedikit
indikator.
 Kendala waktu. Ketika waktu terbatas, untuk membuat tinjauan dapat dilakukan, indikator
prioritas lebih diutamakan ketimbang yang prioritasnya kurang. Ada pula kecenderungan
untuk membatasi jumlah indikator.
5. Memastikan pasal yang sesuai
Memastikan bahwa setiap entri dalam Langkah 3 (Memastikan Titik-titik yang diperlukan dalam
UU) memiliki entri yang sesuai dalam Langkah 4 (Menentukan indikator hukum CEDAW). Dalam
sejumlah kasus, mungkin ada lebih dari satu entri yang sesuai.
40
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
4
Politik untuk Memilih Indikator
“Meskipun pengukuran sering kali merupakan urusan teknis, keputusan untuk melakukan
pengukuran kemajuan, proses untuk memutuskan aspek-aspek kesetaraan gender yang mana
yang diukur lebih bersifat politik.”12
Diskusi tentang indikator mana yang sebaiknya diprioritaskan, dihapus, atau digeneralisasi
dihadapkan pada negosiasi dan tawar-menawar. Untuk memastikan bahwa indikator hukum
CEDAW mencerminkan prioritas perempuan di negara Anda dan tidak mudah dikurangi oleh
tawar-menawar politik, beberapa usulan berguna adalah:
Pertautan. Dengan jelas perlihatkan pertautan antara kewajiban CEDAW, isu-isu dan
kekhawatiran-kekhawatiran perempuan, dan indikator diidentifikasi.
Pengamatan Akhir. Isu-isu yang diangkat dalam Pengamatan Akhir negara Anda adalah sumber
pengidentifikasian prioritas yang baik. Selain itu, karena Negara diharapkan untuk melaporkan
pelaksanaan isu-isu ini, memasukkan indikator-indikator spesifik yang berhubungan dengan isuisu tersebut menjadi penting.
Lokakarya dan Konsultasi. Menyelenggarakan lokakarya dan konsultasi dengan pakar, spesialis,
praktisi, pelaku advokasi perempuan, perempuan dan pemangku kepentingan lain mengenai
apa yang mereka tentukan sebagai isu prioritas dan indikator-indikator untuk reformasi hukum
bermanfaat untuk memasukkan atau mengeluatkan indikator-indikator tertentu.
Tulisan dan Presentasi. Tulisan, publikasi, dan presentasi oleh para pakar, khususnya spesialis
gender dan UU, dan pelaku advokasi perempuan tentang kebutuhan untuk mereformasi UU
tertentu untuk mencapai kesetaraan juga bermanfaat.
Mengilustrasikan Langkah 4
Lihat Contoh-contoh 3, 5, dan 6 untuk ilustrasi Langkah 4. Untuk contoh indikator dari setiap
Pasal CEDAW, mengacu pada Lampiran 1.
12
Annalise Moser, Gender and Indicators: Overview Report, Bridge and UNDP, July 2007, page 9
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
41
42
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
• Meminang anak perempuan
sebelum usia 18 tahun
hak yang sama untuk bebas
memilih pasangan
hak yang sama untuk
memasuki perkawinan
dengan persejuan penuh dan
bebas
usia minimum perkawinan
dan pertunangan adalah 18
tahun
pendaftaran perkawinan wajib
-
-
-
-
• Persetujuan ibu tidak diberi
bobot yang sama dalam
perkawinan anaknya
• Larangan untuk menikah kembali
bagi para janda
• Mas kawin
• Sistem pencatatan kelahiran
yang tidak memadai
• Sistem pencatatan perinikahan
yang tidak memadai
• Perbedaan usia perkawinan
(Laki-laki dan Perempuan tidak
memiliki usia perkawinan yang
sama)
• Perkawinan Dini/Anak (Minimum
usia perkawinan di bawah 18)
• Poligami
• Perkawinan tanpa persetujuan
pribadi Marriage without
personal consent
Langkah 2
Situasi, Isu, dan Masalah**
CEDAW menuntut Negara untuk
mengambil semua langkah yang
tepat untuk memastikan:
- hak yang sama untuk
memasuki perkawinan
Masuk ke Perkawinan
Pasal 16.1 (a dan b);
Rekomendasi Umum 21, ayat
14-16, 25-39 dan Pengamatan
Akhir tentang negara, jika dapat
dilakukan
Langkah 1
Kewajiban CEDAW*
• Persetujuan ibu diberi bobot yang
sama dalam perkawinan anaknya
• Tidak ada larangan bagi janda
untuk menikah kembali
• Pelarangan mas kawin
• Pendaftaran kelahiran, perkawinan,
dan perceraian disyaratkan
• Tidak ada ikatan dalam
pertunangan sebelum usia 18
tahun
• Usia perkawinan yang sama antara
laki-laki dan perempuan
• Tak ada perkawinan sahih di
bawah usia 18 tahun
10.Apakah UU mengizinkan perempuan
untuk menentukan domisili mereka
sendiri tanpa memperhatikan kasus
perkawinan?
9. Apakah laki-laki dan perempuan memiliki
hak yang sama untuk memulai proses
hukum tanpa memperhatikan kasus
perkawinan?
8. Ketika nasihat atau persetujuan orang tua
diperlukan, apakah persetujuan tersebut
diberi bobot yang sama?
7. Apakah tidak ada pembatasan apa
pun dalam hal janda untuk melakukan
perkawinan kembali?
6. Apakah penggunaan mas kawin sebagai
syarat perkawinan dilarang?
5. Apakah legislasi menuntut pendaftaran
perkawinan di kantor pendaftaran resmi?
4. Apakah pendaftaran kelahiran di kantor
pendaftaran resmi disyaratkan?
3. Apakah ada usia minimum 18 tahun yang
setara untuk perkawinan?
2. Apakah bigami/poligami dilarang?
• Larangan perkawinan alternatif
• Larangan poligami
1. Apakah UU menuntut persetujuan pribadi
dari kedua pasangan untuk perkawinan?
Langkah 4
Indikator Hukum CEDAW
• Perkawinan hanya dengan
persetujuan pribadi.
Langkah 3
Butir-butir yang Diperlukan dalam UU
Contoh 3: Mengilustrasikan Langkah 1-4 untuk Hak Setara dalam Perkawinan
Menggunakan Perkawinan sebagai subyek di bawah tinjauan hukum berbasis CEDAW, berikut ini adalah contoh bagaimana Langkah
1-4 akan muncul dalam bentuk matriks. Lihat halaman berikut ini untuk Contoh 3.
Mengilustrasikan Langkah 1-4
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Hak pribadi yang sama
sebagai suami dan isteri untuk
memilih nama keluarga,
-
Hak yang sama sebagai
pasangan dalam hal
kepemilikan, penguasaan,
pengelolaan, administrasi,
menikmati dan pengaturan
propeti.
Kapasitas dan kesempatan
hukum yang same untuk
melakukan kapasitas itu,
termasuk hak atas kontrak,
profesi, dan posisi dalam
pekerjaan
-
-
CEDAW menuntut Negara untuk
mengambil semua langkah
tepat untuk memastikan:
Hak-hak Properti
Hak dan tanggung jawab
pribadi yang sama pada saat
pengakhiran
-
Hak-hak pribadi
CEDAW menuntut Negara untuk
mengambil semua langkah yang
tepat untuk memastikan:
- Hak dan tanggung jawab yang
sama selama perkawinan
Hak-hak Selama dan Sesudah
Perkawinan
Pasal 16.c, g dan h, Pasal 15;
Rekomendasi Umum 21, ayat
17-18, 24-29 dan Pengamatan
Akhir tentang negara, jika dapat
dilakukan
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
• Perempuan hanya diberi hak
terbatas atau dikendalikan untuk
properti yang warisan
• Hak-hak yang sama atas properti
warisan sebagai penerus
• Bagian warisan yang setara
• Peringkat sama sebagai penerus
• UU pencatatan properti
mensyaratkan bahwa properti
perkawinan dicatat dengan nama
kedua pasangan.
• Kontribusi finansial dan nonfinansial diberi bobot yang sama
dalam pembagian properti
perkawinan
• Persetujuan kedua pasangan
diperlukan untuk pengurusan
properti perkawinan
• Kemampuan untuk memperoleh,
menggunakan, mengelola,
dan mengatur properti tanpa
memperhatikan status perkawinan
• Bagian yang sama dalam properti
perkawinan
• Hak yang sama untuk memulai
proses perceraian
• Landasan yang sama untuk
perceraian
20.Apakah UU mengatur pembagian properti
dan pendapatan yang diperoleh selama
perkawinan tanpa tunjangan perkawinan
(perkawinan de facto), memberi bobot
yang sama pada kontribusi finansial dan
non-finansial yang diberikan?
19.Apakah perempuan dan laki-laki memiliki
hak yang sama atas properti yang
diwarisi?
18.Apakah perempuan dan laki-laki memiliki
bagian warisan yang sama?
17.Apakah perempuan dan laki-laki memiliki
peringkat yang sama sebagai penerus?
16.Apakah UU mensyaratkan properti
perkawinan untuk didaftarkan atas nama
kedua pasangan?
15.Apakah UU mensyaratkan persetujuan
kedua pasangan untuk pengaturan
properti perkawinan?
14.Apakah para pasangan (suami dan isteri)
setara dalam kepemilikan, penguasaan,
pengelolaan, administrasi, menikmati, dan
pengaturan properti?
13.Apakah UU mengatur pembagian
setara atas properti dan pendapatan
yan gdiperoleh selama perkawinan,
khususnya memberi bobot yang sama
kepada kontribusi finansial dan nonfinansial (misalnya pekerjaan rumah dan
perawatan anak) kepada rumah tangga
dan keluarga?
12.Apakah pasangan memiliki hak yang sama
untuk memilih dan mempraktikkan profesi
mereka?
11.Apakah laki-laki dan perempuan memilik
hak yang sama untuk menggunakan nama
keluarganya?
BAGIAN EMPAT:
• Hak-hak waris yang tidak setara
• UU pendaftara properti hanya
menuntut mendaftar nama suami
pada properti perkawinan
• Kontribusi non-finansial
perempuan tidak dianggap
pembangian properti perkawinan
• Persetujuan isteri tidak diperlukan
dalam pengaturan properti dalam
perkawinan
• Tidak berhak untuk memperoleh,
menggunakan, mengelola, atau
mengatur properti.
• Bagian yang tidak adil dalam
harta selama perkawinan
Unequal share in the marital
property
• Hak terbatas untuk memulai
proses perceraian
• Perbedaan alasan untuk
perceraian (laki-laki dan
perempuan tidak memiliki alasan
yang sama untuk perceraian)
• Ketidakmampuan untuk
melakukan profesi tanpa izin
pasangan atau keluarga
• Hak yang sama untuk
mempraktikkan profesi atau
pekerjaan tanpa perlu persetujuan
pasangan atau keluarga
• Hak yang sama untuk memilih nama
keluarga
• Hak yang sama untuk memilih
kediaman
• Kediaman suami secara otomatis
dipertimbangkan sebagai
kediaman istri.
• Penggunaan paksa nama
keluarga suami
• Hak yang sama untuk memulai
litigasi/proses pengadilan
• Ketidakmampuan untuk memulai
litigasi tanpa persetujuan suami
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
4
43
• sterilisasi paksa
Hak-hak seksual dan reproduksi
44
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
Hak yang sama untuk
mengakses informasi,
pendidikan, dan cara-cara
melaksanakan hak di atas
• Kurangnya informasi tentang hakhak seksual dan reproduksi
• Kampanye informasi publik tentang
hak-hak seksual dan reproduksi
• Informasi penuh tentang hak
seksual dan reproduksi dituntut
untuk disediakan bagi klien
kesehatan
• Sanksi untuk sterilisasi paksa
• Bantuan anak disyaratkan
• Perempuan diizinkan untuk
mengadopsi anak tanpa
memperhatikan status perkawinan
29.Apakah UU mensyaratkan kampanye
informasi publik tentang kontrasepsi untuk
diupayakan oleh otoritas publik yang
ditunjuk?
28.Apakah UU mensyaratkan layanan
kesehatan untuk memberikan informasi
komprehensif/memadai tentang hak-hak
seksual dan reproduksi?
27.Apakah sterilisasi paksa dilarang dan
dihukum?
26.Apakah UU mengatur pembayaran
bantuan anak sesudah perceraian?
25.Apakah perempuan diizinkan untuk
mengadopsi anak, tanpa memperthatikan
status perkawinan?
24.Apakah perempuan dan laki-laki memiliki
hak perwalian yang sama?
23.Apakah hak asuh dan akses pada anakanak berdasarkan kepentingan terbaik
anak, tanpa memperhatikan status
perkawinan orang tua?
22.Apakah UU menuntut kedua orang tua
untuk mendukung anak bersama, tanpa
memperthatikan status perkawinan
mereka?
• Tanggung jawab bersama dalam
perawanan, perlindungan, dan
pemeliharaan anak
• Hak-hak yang sama atas perwalian
21.Apakah UU mengatur pemeliharaan atau
bantuan kepada mantan pasangan setelah
perceraian berdasarkan kebutuhan, aset,
dan kapasitas pendapatan?
• Bobot yang sama diberikan untuk
kontribusi finansial dan non-finansial
selama pembagian properti yang
diperoleh selama perkawinan
*Dalam ilustrasi ini, Opsi 3 (Ringkasan Tematis) untuk Langkah 1 digunakan.
**Dalam ilustrasi ini, Opsi 2 (Bahasa berbasis masalah) untuk Langkah 2 digunakan.
-
CEDAW menuntut Negara untuk
mengambil semua langkah yang
tepat untuk memastikan:
- Hak sama sebagai orang tua
untuk memutuskan secara
bebas dan bertanggung jawab
tentang jumlah dan jarak
kelahiran anak
Pasal 16.6; Rekomendasi Umum
ayat 21-23
Pasal 16.d dan f; Rekomendasi
Umum 21, ayat 19-20 dan
Pengamatan Akhir tentang negara, • Tidak ada tanggung jawab
jika dapat dilakukan
bersama dalam perawatan,
perlindungan, dan pemeliharaan
CEDAW mensyaratkan Negara
anak
untuk mengambil langkah untuk
• Tidak ada perwalian atas anak
memastikan:
yang sama (Ayah menjadi wali
- Hak-hak dan tanggung jawab
anak)
yang sama sebagai orang tua,
tanpa memperhatikan status
• Ketidakmampuan untuk
perkawinan.
mengadopsi anak (Perempuan
tidak dapat mengadopsi anak)
- Hak-hak dan tanggung jawab
yang sama menyangkut
• Bantuan anak tidak diberikan
perwalian, keperwalianan,
sesudah perceraian.
adopsi
• Kontribusi non-finansial
perempuan sebagai perempuan
dalam perkawinan de facto tidak
diakui
Hak-hak yang berhubungan
dengan Anak-anak
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
MENENTUKAN TINGKAT KEPATUHAN DAN REKOMENDASI
Langkah 5:
Mendaftar UU
terkait
Langkah 6:
Menganalisis
kesesuaian/
kepatuhan
Langkah 7:
Menyusun
penjelasan dan
komentar
4
Langkah 8:
Menyusun
rekomendasi
Langkah 5: Daftar UU Terkait
1. Mengidentifikasi UU yang relevan dengan setiap indikator
Hukum jenis apa yang akan diidentifikasi bergantung pada keputusan yang dilakukan sebelumnya
sejauh yang dilakukan dalam tinjauan hukum (lihat Bagian 3).
2. Menyajikan UU dengan cara yang terstruktur
Anda boleh memilih untuk menulis (a) teks lengkap/penuh, (b) kutipan singkat, atau (c) kutipan
singkat dengan ringkasan isi ketetapan.
Opsi 1: Teks Lengkap/Penuh. Hal ini berarti menyajikan teks UU secara lengkap.
 Keuntungan: Pembaca dapat langsung melihat apa tepatnya ketetapan UU itu tanpa perlu
mengakses bahan lain.
 Kerugian: Ketetapan UU mungkin menjadi panjang atau berulang-ulang. Dalam banyak
contoh, ba hasa hukum sulit dipahami oleh mereka yang tidak akrab dengan hal tersebut.
The provisions of the law may be lengthy or repetitive. In many instances, legal language is
difficult to comprehend for those who are not familiar with it.
Opsi 2: Kutipan disingkat. Hal ini berarti hanya menyediakan kutipan UU dan pasal atau
bagian tertentu, misalnya Pasal 5 UUD/Konstitusi atau Bagian 214 UU Tata Laksana Pidana.
Pendukung opsi kedua menunjukkan bahwa dokumen-dokumen terkait dapat ditambahkan ke
dalam lampiran.
 Keuntungan: Pendekatan ini menghindari ketetapan yang panjang dan berulang-ulang.
Pendekatan ini menghemat tempat.
 Kerugian: Ketetapan UU tidak tersedia dalam sekejap mata. Hal ini merintangi pembacaan
UU dengan lancar. Ini juga membebani pembaca untuk mencari UU yang dikutip. Hal ini
mungkin membuat mereka tidak nyaman jika mereka tidak dapat memiliki akses yang mudah
terhadap hukum, atau tidak tahu bagaimana mengaksesnya.
Opsi 3: Kutipan disingkat dan ringkasan. Hal ini berarti menyediakan kutipan singkat dan
ringkasan butir-butir hukum utama.
Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara: (a) pertama-tama kutipan disingkat dan kemudian
ringkasan singkat dari ketetapan yang dikutip atau (b) pertama-tama ringkasan singkat dan
kemudian ketetapan yang dikutip.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
45
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
 Kerugian: Teks-teks panjang dan berulang dihindari ketika menggunakan pendekatan ini.
Selain itu, pembaca dapat langsung melihat butir-butir UU yang utama. Hal ini juga dengan
mudah dipahami oleh pembaca yang tidak akrab dengan bahasa hukum.
 Keuntungan: Pendekatan ini mensyaratkan lebih banyak upaya dan waktu karena ketetapan
hukum harus disintesiskan.
Opsi atau kombinasi opsi-opsi yang Anda gunakan tergantung pada tujuan tinjauan hukum dan
penerima yang dituju. Berkonsultasi dengan para penerima dan pakar akan membantu proses
memilih opsi terbaik untuk tinjauan hukum Anda.
3. Menelisik UU khusus perempuan atau gender dan UU penerapan umum.
Ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada UU khusus perempuan atau gender,
dan mengesampingkan UU untuk penerapan umum. Hal ini sebaiknya dihindari. Pada sejumlah
kasus, UU yang diterapkan secara umum mungkin sudah mampu memberi perlindungan hukum
memadai.13 Di sisi lain, UU ini dapat mengabaikan situasi perempuan yang sesungguhnya.14
Dengan demikian, menganalisis semua UU ini, selain UU khusus perempuan atau gender, adalah
penting. Dalam hal-hal ketika tidak ada UU relevan yang berlaku, hal itu sebaiknya dicerminkan
dalam Langkah 5.
13
Sebagai contoh, sebuah indikator menyatakan: “Apakah korban KDRT berhak atas ganti rugi?” dapat menuntut jawaban yang tidak
ditemukan di dalam UU negara tentang KDRT. Jawabannya mungkin ada di dalam Kitab UU Perdata, UU Pidana, atau UU Tata Laksana
Perdata dan Pidana, yang menjabarkan aturan-aturan ganti rugi.
14
Sebagai contoh, sebuah indikator yang mempertanyakan: “Apakah pasangan memiliki hak yang sama untuk mendaftarkan properti
bersama atas nama mereka sendiri?” menuntut seseorang untuk memeriksa UU pendaftaran atau properti, khususnya ketika UU khusus
perempuan atau gender tidak mencakup topik seperti itu. Dalam banya kasus, UU pendaftaran atau properti mungkin memiliki ketetapan
umum tentang hak-hak untuk mendaftar, tetapi mungkin mengabaikan bagaimana jumlah yang sedikit mengenai pendaftaran properti
bersama atas nama kedua pasangan.
46
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
Pasal 31, Konstitusi
Pasal 12, UU Buruh
Opsi 2: Kutipan disingkat
Pasal 12, UU Buruh (Kecuali
jika ada UU atau peraturan yang
berlawanan, tidak ada majikan
akan mempertimbangkan
ras, warna, jenis kelamin,
kepercayaan, agama,
pendapat politik, kelahiran,
asal-usul sosial, keanggotaan
dalam suatu serikat, dalam
pembuatan keputusan tentang
mempekerjakan, penugasan,
pelatihan keterampilan,
kemajuan, promosi, pengupahan,
tunjangan sosial, langkah
disipliner, atau pengakhiran.
Namun, pembedaan, penolakan,
atau penerimaan berdasarkan
kualifikasi pekerjaan tertentu
tidak dianggap diskriminasi.)
Pasal 31, Konstitusi
(menjamin hak, kebebasan, dan
kewajiban yang sama tanpa
memperhatikan ras, warna, jenis
kelamin, bahasa, keyakinan
agama, kecenderungan politik,
asal kelahiran, status sosial,
kekayaan dan status lainnya.
Pelaksanaannya tidak akan
secara negatif mempengaruhi
hak-hak pihak lain.)
Opsi 3: Kutipan Disingkat dan
Ringkasan
BAGIAN EMPAT:
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
 Lihat Contoh 5 dan 6 untuk ilustrasi lebih lanjut dari Langkah 5.
Pasal 12, UU Perburuhan. “Kecuali ketetapan yang sepenuhnya diungkapkan menurut UU ini,
atau teks legislatif atau peraturan lain yang melindungi perempuan dan anak-anak, maupun
ketetapan yang menyangkut masuk dan tinggalnya orang asing, tidak ada majikan akan membut
pertimbangan dengan memperhitungkan:
• ras,
• warna kulit,
• jenis kelamin,
• kepercayaan,
• agama,
• pendapat politik,
• kelahiran,
• asal sosial,
• keanggotaan pada serikat pekerja atau melakukan kegiatan serikat;
Untuk permohonan dalam rangka membuat keputusan tentang:
• mempekerjakan,
• pendefinisian dan penugasan kerja, defining and assigning of work,
• pelatihan keterampilan,
• kemajuan,
• promosi,
• pengupahan,
• memberikan tunjangan sosial,
• disiplin atau pengakhiran kontrak kerja.
Pembedaan, penolakan, atau penerimaan berbasis kualifikasi yang dituntut pekerjaan tertentu
tidak akan dianggap sebagai diskriminasi.
Pasal 31, Konstitusi. “… Setiap warga negara Khmer sama di hadapan hukum, menikmati
hak-hak yang sama, kebebasan, dan memenuhi kewajiban yang sama tanpa memperhatikan
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, keyakinan agama, kecenderungan politik, asal lahir,
status sosial, kekayaan, atau status lainnya. Pelaksanaan hak-hak dan kebebasan pribadi oleh
individu siapa pun tidak akan secara negative mempengaruhi hak-hak dan kebebasan pihak lain.
Pelaksanaan hak seperti itu dan kebebasan harus sejalan dengan UU.”
Opsi: Teks Lengkap
Contoh 4: Mengilustrasikan Pelbagai Opsi Menyajikan Langkah 5 (Daftar UU Terkait) dengan menggunakan UU Kamboja
Mengilustrasikan Langkah 5
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
4
47
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Langkah 5:
Mendaftar UU
terkait
Langkah 6:
Menganalisis
kesesuaian/
kepatuhan
Langkah 7:
Menyusun
penjelasan dan
komentar
Langkah 8:
Menyusun
rekomendasi
1. Menganalisis apakah hukum terkait sesuai dengan indikator.
Opsi-opsi untuk menunjukkan tingkat kepatuhan dapat berkisar tentang:
 Kepatuhan penuh;
 Kepatuhan parsial; hingga
 Tidak ada kepatuhan.
Berikut ini beberapa pedoman dalam memutuskan apakah kepatuhan itu penuh, parsial, atau
tidak sama sekali:
 Tidak ada kepatuhan berarti tidak adanya ketetapan hukum yang merespons indikator. Itu
juga berarti hadirnya hukum berlawanan dengan indikator atau UU yang tidak tepat.
 Kepatuhan parsial berarti bahwa ada ketetapan hukum tetapi tidak memadai. Indikasi
ketidakmemadaian dapat berarti ada hukum yang baik yang tidak dilaksanakan secara efektif
atau bahwa situasi de facto menuntut jaminan hukum lebih jauh.
 Kepatuhan penuh berarti ada ketetapan hukum yang merespons indikator dan tidak ada
ketetapan hukum lebih jauh yang diperlukan untuk kepatuhan.
2.Bersiap untuk kemungkinan konflik dan kekhawatiran yang dapat muncul selama
pembahasan kepatuhan
Kekhawatiran khusus berikut ini biasanya muncul selama pembahasan kepatuhan:
Masalah No.1: Ketiadaan kepakaran tentang CEDAW dan situasi de facto perempuan
Sejumlah penyusun melakukan tinjauan hukum tanpa memiliki pengetahuan yang baik tentang
CEDAW dan situasi de facto perempuan. Akibatnya, analisis mereka tidak mencukupi dan tidak
relevan.
Sebagai contoh, dalam menjawab indikator, “Apakah UU menjamin hak waris setara?”, ada
kecenderungan untuk menjawab “kepatuhan penuh” jika ada pengaturan netral gender yang hanya
memberikan jaminan umum atas hak-hak waris yang setara. Penilaian ini mungkin mengabaikan
situasi de facto yang tidak memungkinkan perempuan mengakses hak-hak seperti itu akibat
tradisi, adat-istiadat, dan kurangnya penegakan Negara. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadi
kekurangan pemahaman tentang standar-standar CEDAW dan persyaratan tentang kesetaraan
substantive, dan ketiadaan pengetahuan tentang situasi de factor. Akan tetapi, jawaban yang benar
adalah “kepatuhan parsial” karena sementara ada ketetapan hukum hak-hak setara, sebaliknya
tidak ada jaminan hukum untuk memastikan penegakannya di antara tradisi atau adat-istiadat.
Masalah No.2: Ketiadaan pengetahuan tentang hukum dan pembuatan hukum
Menggunakan indikator-indikator yang sama di atas, kecenderungan lain untuk menjawab
48
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
4
“kepatuhan penuh” adalah kurangnya pemahaman tentang UU dan pembuatan UU, khususnya
tentang apa yang mungkin menjadi isi UU. Dalam banyak kasus, argumen yang diberikan adalah
bahwa UU itu baik, tetapi penegakannya yang menjadi masalah. Dalam hal ini, ada kebutuhan
untuk melihat apakah UU cukup untuk menutut penegakan yang efektif. Apakah diberikan
rincian yang tepat pada UU itu untuk memastikan dinikmatinya hak-hak warisan yang setara?
Jika tidak, maka hanya ada kepatuhan parsial karena ketetapan hukum lebih lanjut diperlukan
untuk memungkin dinikmatinya hak secara penuh.
Menangani Masalah 1 dan 2: Pastikan bahwa kepakaran dan bahan yang diperlukan
tersedia sebelum memulai tinjauan hukum. Kepakaran tentang CEDAW, situasi de facto
perempuan, dan UU dan pembuatan UU sangat penting untuk penyusunan tinjauan hukum
CEDAW. Ketika kepakaran tidak langsung tersedia, undang para pakar untuk menjadi bagian
tim penyusun atau untuk memberi bantuan teknis. Ketika bahan-bahan tidak mudah diakses,
lakukan penelitian untuk mendapatkannya.
Masalah No.3: Data tidak memadai untuk mengukur penerapan hukum de facto
Tanpa data memadai untuk mengukur penerapan hukum secara de facto, menilai dampak dan
keefektivannya menjadi sulit.
Menangani Masalah No.3: Mencari data yang mengukur penerapan hukum de facto pada
awal proses. Di banyak negara, hal ini tidak siap tersedia. Penelitian awal tentang hal ini akan
memungkinkan cukup waktu untuk mengungkap informasi yang diperlukan atau memulai
pengumpulan atau penggabungan data baru.
Masalah No.4: Kebutuhan untuk tampak seimbang
Sejumlah penyusun tinjauan hukum percaya bahwa agar sebuah tinjauan hukum diterima
secara konstruktif dan mendapat dukungan luas (misalnya, dari pemerintah atau kelompok
oposisi), mereka harus menciptakan “tampilan adil”, yakni, memiliki keseimbangan yang baik
antara respons kepatuhan penuh dan tidak ada kepatuhan.
Masalah No.5: Kecenderungan untuk memperlunak tinjauan hukum atau menghindari
jawaban “tidak ada kepatuhan”
Dapat terjadi kecenderungan untuk menghindari jawaban “tidak ada kepatuhan” karena
memalukan untuk atau kemungkinan untuk membuat pemerintah marah. Misalnya, pejabatpejabat pemerintah di negara tertentu dilibatkan dalam tinjauan hukum. Mereka meminta bahwa
penilaian diperlunak karena mungkin penilaian itu tidak dapat diterima dengan baik oleh para
atasan dan membawa pada ketidaksenangan terhadap tinjauan hukum dan bukanny a pada
kerja sama.
Masalah No.6: Kompromi
Pada saat tim penyusun tinjauan hukum dibentuk dari individu atau kelompok dengan beragam
kepentingan dan advokasi, tiba pada sebuah konsensus mungkin sulit ketika menyangkut isu-isu
peka. Karenanya, penilaian kepatuhan menjadi produk kompromi ketimbang analisis.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
49
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Menangani Masalah No.4, 5, dan 6: Tetap setia kepada CEDAW. Pertimbangan dan
negosiasi politik cenderung menjadi bagian dari sebagian besar proses peninjauan hukum
berbasis CEDAW. Akan tetapi, tampak seimbang dan mengundang dukungan luas sebaiknya
tidak menjauhkan anda dari standar-standar yang ditetapkan oleh CEDAW. Agar siap untuk
negosiasi dan diskusi politik, langkah-langkah ini bisa bermanfaat:
Mencari dukungan dan kerja sama sektor-sektor terkait sebelum memulai tinjauan hukum.
Menetapkan dengan jelas penggunaan CEDAW sebagai kerangka kerja tinjauan dan apa
yang akan dicakupnya. Hal ini harus dijelaskan kepada semua sektor terkait, khususnya
mereka yang dukungannya sedang diusahakan. Jelaskan bahwa ada kemungkinan
bahwa penilaian mungkin negatif, tetapi rekomendasi akan disediakan untuk memberi
panduan untuk kemajuan. Jelaskan pula bahwa memperlunak temuan-temuan dalam
penilaian mungkin menjadi kontra-produktif karena akan menimbulkan penurunan
kualitas tinjauan dan menjadi di bawah standar CEDAW. Tekankan bahwa lebih baik
bagi tinjauan hukum untuk mengidentifikasi masalah-masalah hukum, sehingga prosesproses untuk mengubahnya dapat dimulai.
Lakukan penelitian pada fakta dan UU dengan baik dan buat akses terhadap hal itu
mudah. Dalam banyak hal, penolakan atas penilaian Anda akan menyatakan bahwa
hal itu gagal mempertimbangkan informasi spesifik atau mengandalkan data lama.
Pastikan bahwa semua fakta relevan dipertimbangkan. Buat semua ini jelas dan siap
diakses.
Tunjukkan dengan jelas bagaimana penilaian disampaikan dengan memeriksa Langkah
6 kerangka kerja dengan cara yang tepat.
Kembangkan Kapasitas menyangkut CEDAW. Dalam banyak sektor, terjadi
kekurantahuan tentang apa yang dituntut CEDAW. Hal ini dapat membuat penilaian
dipandang dengan ketidakpercayaan atau perlawanan. Lengkapi tinjauan hukum
dengan pengembangan kapasitas tentang CEDAW. Kembangkan kemampuan orang
yang bekerja dalam bidang gender dan CEDAW, khususnya dalam sektor-sektor terkait
(misalnya pejabat pemerintah) untuk memahami CEDAW dan mempertahankan
standarnya di hadapan atasan, konstituensi, dan pihak-pihak lain.
Mengilustrasikan Langkah 6
 Lihat Contoh 5 dan 6 untuk ilustrasi Langkah 6 (Menganalisis Kepatuhan).
50
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN EMPAT:
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Langkah 5:
Mendaftar UU
terkait
Langkah 6:
Menganalisis
kesesuaian/
kepatuhan
Langkah 7:
Menyusun
penjelasan dan
komentar
4
Langkah 8:
Menyusun
rekomendasi
Memberi penjelasan tentang mengapa UU yang relevan sesuai atau tidak sesuai dengan
indikator. Untuk melakukan hal ini, Anda perlu untuk:
1. Jelaskan jawaban Anda untuk Langkah 6 (Menganalisis Kepatuhan/Kesesuaian)
Tergantung pada jawaban Anda pada Langkah 6, isi menurut Langkah 7 dapat bervariasi.
• Jika jawaban Anda adalah “tidak ada kepatuhan.” Langkah 7 akan menyatakan tidak adanya
ketetapan hukum yang menanggapi indikator, kehadiran UU yang berlawanan dengan
indikator, atau UU yang tidak tepat sebagai alasan untuk jawaban tersebut. Harus ada
penjelasan selanjutnya tentang mengapa UU yang bersangkutan itu berlawanan atau tidak
tepat.
• Jika jawaban Anda “patuh sebagian,” Langkah 7 akan memberikan komentar tentang mengapa
UU itu tidak memadai, yang mungkin mencakup komentar tentang pelaksanaan yang lemah.
• Jika jawaban Anda “patuh penuh,” Langkah 7 akan menyatakan kehadiran suatu ketetapan
hukum yang menanggapi indikator dan tidak ada ketetapan hukum lebih lanjut diperlukan
untuk kepatuhan.
• Dalam beberapa hal, penjelasan itu adalah pembuktian itu sendiri sehingga tidak perlu ada
penjelasan atau komentar.
2.Masukkan informasi lain yang mempengaruhi jawaban Anda untuk Langkah 6
(Menganalisis Kepatuhan).
Informasi lain yang dapat bermanfaat untuk dimasukkan dalam Langkah 7 adalah:
• Analisis dilakukan dalam memutuskan kepatuhan pada indikator;
• Data atau informasi konkret untuk mendukung penilaian;
• Kesenjangan, keterbatasan, dan tantangan yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penegakan; dan
• Efek atau dampak hukum terhadap situasi de facto perempuan.
Mengilustrasikan Langkah 7
 Lihat Contoh 5 dan 6 untuk ilustrasi Langkah 7.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
51
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Langkah 5:
Mendaftar UU
terkait
Langkah 6:
Menganalisis
kesesuaian/
kepatuhan
Langkah 7:
Menyusun
penjelasan dan
komentar
Langkah 8:
Menyusun
rekomendasi
1.Menawarkan rekomendasi tentang hukum mana yang seharusnya jika tidak ada
kepatuhan atau kepatuhan parsial (rekomendasi hukum).
Rekomendasi ini sebaiknya berfokus pada reformasi hukum, khususnya:
 Mengamandemen ketetapan yang ada;
 Menambahkan atau menghapus ketetapan UU;
 Membatalkan UU; atau
 Mengeluarkan UU baru.
2. Berlaku spesifik.
Ketika membuat rekomendasi, Anda harus berlaku spesifik. Misalnya, tidak cukup untuk
menunjuk bahwa diperlukan mengamandemen UU atau UU baru. Anda sebaiknya menjelaskan
fitur-fitur utama amandemen atau UU.
3. Sebagai opsi, usulkan langkah-langkah pelengkap.
Adalah bermanfaat untuk memasukkan rekomendasi yang bersifat melengkapi pelaksanaan
ketetapan kesetaraan gender yang tepat. Jika sudah ada kepatuhan, langkah-langkah ini
menjamin pelaksanaan dan peneganannya lebih lanjut. Jika kepatuhan hanya sebagian atau
tidak ada, langkah-langkah ini tambahan dalam membantu pelaksanaan dan penegakan, juga
akan mendukung rekomendasi hukum yang dibuat. Rekomendasi ini harus dikelompokkan
secara terpisah dari rekomendasi hukum.
Mengilustrasikan Langkah 8
 Lihat Contoh 5 dan 6 untuk ilustrasi Langkah 8.
52
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
Pasal 16.2
-
-Pengamatan
Akhir tentang
negara,
jika dapat
dilakukan
-Rekomendasi
Umum 21 ayat
36-39
Usia Minimum
Perkawinan
-
Langkah 1
Kewajiban
CEDAW
Langkah 3
Hal yang
dibutuhkan
dalam UU
• Usia minimum
perkawinan
yang dipilih
tidak di bawah
usia 18
• Perempuan
dan lakilaki harus
memiliki usia
perkawinan
minimum yang
sama
Langkah 2
Situasi, Isu, dan
Masalah
• Usia minimum
dapat menikah
adalah
16 untuk
perempuan
• Usia
perkawinan
tidak sama
untuk
perempuan
dan laki-laki
Menyusun Indikator Hukum CEDAW
Apakah ada
usia perkawinan
minimum setara
18 tahun untuk
perempuan dan
laki-laki?
Langkah 4
Indikator Hukum
CEDAW
-
Pasal 7 UU
Perkawinan
(laki-laki harus
setidaknya
berusia 18
tahun dan
perempuan
16 tahun
untuk masuk
dalam ikatan
perkawinan)
Langkah 5
UU Terkait
Tidak ada
kepatuhan
Langkah 6
Kepatuhan
Tidak ada
kepatuhan
karena (a) usia
perkawinan untuk
perempuan di
bawah 18 dan (b)
usia perkawinan
untuk laki-laki dan
perempu-an tidak
sama.
Langkah 7
Penjelasan dan
Komentar
Langkah 8
Rekomendasi
Mengamandemen UU untuk
menetapkan
usia minimum
perkawinan
18 baik untuk
perempuan
maupun laki-laki.
Menentukan Kepatuhan dan Rekomendasi
Menggunakan Usia Minimum Perkawinan sebagai bidang fokus tinjauan hukum berbasis CEDAW dan satu indikator saja, berikut ini
adalah contoh bagaimana kerangka tinjauan hukum bekerja. Daftar ini hanya ilustrasi dan tidak dimaksudkan untuk berlaku sebagai
perintah. Tanggapan bisa beragam tergantung pada situasi dan prioritas negara.
Contoh 5: Mengilustrasikan Langkah 1 hingga 8 untuk Usia Perkawinan Minimum
Mengilustrasikan Langkah 1-8
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
BAGIAN EMPAT:
4
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
53
54
Langkah 2
Situasi, Isu, dan
Masalah
Mempertahan-kan
kewarga-negaraan
(Seorang
perempuan dapat
mempertahankan kewarganegaraannya,
meski menikah
dengan warga
asing atau
mengubah
kewarganegaraan
suaminya)
Langkah 1
Kewajiban
CEDAW
Pasal 9,
Rekomendasi
Umum CEDAW
21, par. 6
Pengamatan
Akhir tentang
negara jika dapat
diterapkan
Perempuan dan
Laki-laki dapat
mempertahankan
kewarganegaraan
meskipun
menikah atau
ada perubahan
kewarganega-raan
pasangan.
Langkah 3
Hal yang
dibutuhkan
dalam UU
Apakah hukum
memungkinkan
seorang
perempuan untuk
mempertahankan
kewarganegaraannya,
bahkan jika ada
perkawinan
dengan warga
asing atau ada
perubahan dalam
kewarganegaraan
pasangan?
Langkah 4
Indikator Hukum
CEDAW
Mengembangkan Indikator Hukum CEDAW
Langkah 6
Kepatuhan
Kepatuhan penuh
Langkah 5
UU Terkait
Pasal 9 dari
UU tentang
Kewarganegaraan (perkawinan,
perceraian, atau
pembatalan
antara warga
negara dan
orang asing
tidak mengubah
kewarganegaraan
itu)
Pasal 10
UU tentang
Kewarganegaraan
(kehilangan
kewarganegaraan oleh salah
seorang pasangan
tidak mengubah
kewarganegaraan
pasangan lain)
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
UU berdampak
tidak seimbang
pada perempuan
karena:
Ada prevalensi
hubungan tanpa
perkawinan yang
seorang ayah yang
adalah orang asing
meninggalkan
negara itu, tidak
dapat ditemukan,
UU menuntut
penerapan yang
seragam apakah
warga negara itu
adalah laki-laki
atau perempuan.
Pelaksanaan UU
juga seragam.
Tidak ada
kesenjangan
antara perempuan
dan laki-laki dalam
mengakses dan
menikmati hak ini.
Langkah 7
Penjelasan dan
Komentar
Langkah 8
Rekomendasi
Tidak ada
Menentukan Kesesuaian dan Rekomendasi
Menggunakan Kewarganegaraan sebagai bidang tinjauan hukum berbasis CEDAW, berikut ini adalah contoh bagaimana kerangka
tinjauan hukum bekerja. Daftar ini adalah ilustrasi dan tidak dimaksudkan menjadi pengaturan. Jawaban dapat beragam bergantung
pada situasi dan prioritas negara
Contoh 6: Mengilustrasikan Langkah 1 sampai 8 untuk Kewarganegaraan
4
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Hak yang sama
untuk seorang ibu
untuk menurunkan
kewarganegaraannya kepa-da
anaknya
Perempuan harus
memiliki hak
yang sama untuk
menurunkan
kewarganegaraannya kepada
anak-anaknya,
meskipun terjadi
perkawinan.
Apakah
perempuan dan
laki-laki memiliki
hak yang sama
untuk menurunkan
kewarganegaraan mereka
kepada anak-anak
mereka?
Pasal 17
UU tentang
Kewarganegaraan (seorang
anak lahir dari
warga negara
dan orang
asing mungkin
mendapat
kewarganegaraan
warga itu jika
disepakati secara
tertulis oleh kedua
orang tua pada
saat pencatatan
kelahiran)
Tidak ada
Kepatuhan
Perempuan desa
tidak tahu hak-hak
mereka menurut
hukum, dan
dengan demikian,
mereka lalai
mendaftarkan
anak mereka
sebagai
warga negara,
bahkan jika ada
persetujuan dari si
ayah.
Hal ini membuat si
anak kehilangan
kewarganegaraan.
Ada banyak kasus
perda-gangan
manusia, dengan
anak dilahirkan
di luar negara
dengan ayah
orang asing dan
ibu warga negara.
Dalam hal ini,
Pasal 12 dapat
membuat seorang
anak tanpa warga
negara.
atau menolak
untuk terlibat
dalam perjanjian
dalam hal
kewarganegaraan
si anak.
Kesadaran
lebih tinggi
terkait pejabat
pemerintah
tentang hak warga
negara untuk
menurunkan
kewarganega-raan
kepada anak yang
lahir dari seorang
warga negara dan
orang asing
Amandemen
UU itu sehingga
warga negara
dapat meneruskan
kewarganega-raan
mereka kepada
anak mereka,
tanpa perlu
persetujuan orang
tua yang lain.
Rekomendasi
di atas harus
ditambahkan
dengan:
Kesadaran warga
negara yang lebih
tinggi, khususnya
perempuan,
tentang hak untuk
menurunkan
kewarganega-raan
kepada anak yang
lahir dari seorang
warga negara dan
warga asing.
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
BAGIAN EMPAT:
4
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
55
Hak setara untuk
memperoleh
kewarganega-raan
Perempuan dan
laki-laki memiliki
alasan atau
kondisi yang sama
untuk memperoleh
kewarganegaraan.
Apakah
perempuan dan
laki-laki memiliki
hak yang sama
untuk memperoleh
kewarganegaraan?
Pasal 35
UU tentang
Kewarganegaraan
(Pasangan dari
orang asing
memiliki alasan
dan kondisi yang
sama untuk
memperoleh
kewarganegaraan.
Keterangan terinci
disediakan oleh
otoritas imigrasi.)
Kepatuhan parsial
Kendati hukum
sesuai dengan
indikator, hal itu
belum cukup.
Pada praktiknya,
isteri asing
dari negara
“berisiko tinggi”
tertentu dituntut
oleh otoritas
imigrasi untuk
menyampaikan
persyaratan
tambahan seperti
bukti karakter
moral yang baik,
residensi panjang
dengan suami,
dan profesi atau
pendapatan
yang layak,
ketika memohon
kewarganegaraan. Hal ini
tidak dituntut
untuk suami
asing. Ketetapan
hukum tambahan
dibutuhkan
sehingga tidak
ada kebebasan
memilih dberikan
kepada otoritas
imigrasi dalam
pelaksanaan
Pasal 35
Tambahkan pada
Pasal 35 untuk
menyatakan
dengan jelas
bahwa kewajiban
persyaratan
tambahan
berdasarkan
gender seseorang
dilarang.
Tambahkan pada
UU itu untuk
menuntut program
penyebaran
informasi kepada
publik dan
pemberitahuan
kepada pemohon
tentang larangan
yang disebut di
atas
4
56
BAGIAN EMPAT
KERANGKA UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN LIMA
MENGGUNAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
5
5
BAGIAN LIMA:
MENGGUNAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Dalam bagian ini:
Dari tinjauan ke reformasi
Bagaimana menggunakan tinjauan hukum berbasis CEDAW untuk menghasilkan
perubahan
DARI TINJAUAN KE REFORMASI
Tinjauan hukum berbasis CEDAW adalah peranti penting untuk mengubah sistem hukum menjadi
sebuah sistem yang mengakui dan menjamin kesetaraan dan non-diskriminasi. Dalam banyak
kasus, hal ini tidak terjadi secara otomatis. Advokasi hukum perlu terjadi untuk memastikan
bahwa temuan-temuan tinjauan hukum membawa ke reformasi hukum yang sesungguhnya.
Hal ini mencakup kombinasi strategi pelengkap termasuk: 15
Aliansi dan Pengembangan Jaringan
Mengidentifikasi individu dan kelompok untuk membantu dalam advokasi hukum. Ini penting
karena pekerjaan advokasi hukum adalah pekerjaan yang sulit. Strategi ini menuntut banyak
waktu, upaya, komitmen, dan keterampilan.
Memetakan advokasi hukum
Menentukan titik-titik masuk untuk intervensi pada setiap langkah proses penyusunan UU.
Mengidentifikasi individu atau kelompok sasaran untuk dipengaruhi dan kemungkinan sekutu
atau lawan mereka. Menentukan keterampilan dan tugas yang dituntut untuk keseluruhan tugas
maupun peran yang akan dilakukan oleh setiap individu atau kelompok.
Mendefinisikan usulan hukum
Berdasarkan temuan-temuan tinjauan hukum berbasis CEDAW, susun unsur-unsur penting dari
usulan hukum. Tingkatkan kesadaran semua yang setuju dengan unsur-unsur ini. Ketahui unsur
mana yang tidak dapat dinegosiasikan. Antisipasi pendapat yang tidak menetima unsur-unsur ini
dan siapkan untuk menghadapinya.
Informasi dan Penelitian
Pembuat UU mencari data, analisis, atau informasi lain untuk meyakinkan diri mereka sendiri
dan orang lain mengenai kepantasan usulan hukum tersebut. Mengumpulkan informasi dan
menyebarkannhya kepada para pendukung, pembuat UU, dan pemangku kepentingan lain.
Jika dilakukan dengan baik, tinjauan hukum berbasis CEDAW, yang merupakan penelitian luas,
seharusnya memiliki semua informasi yang dibutuhkan. Jika tidak, pastikan bahwa penelitian
tambahan dilakukan untuk melengkapi tinjauan hukum.
Melakukan Lobi
Dalam advokasi hukum, melakukan lobi adalah proses mempengaruhi para pembuat UU
untuk mempromosikan atau menghambat adopsi usulan hukum. Buatlah diri Anda akrab
dengan praktik-praktik lobi di negara atau komunitas Anda. Hal ini juga berarti mengidentifikasi
15
Lihat juga Women’s Legal Bureau. Panduan Advokasi Legesilatif untuk Perempuan, Quezon City, 2001.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
57
5
BAGIAN LIMA
MENGGUNAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
kelompok-kelompok mana di dalam aliansi atau jaringan Anda telah memiliki pengalaman dan
keterampilan dalam melakukan lobi dan memanfaatkan kepakaran mereka sepenuhnya.
Pendidikan publik
Meningkatkan kesadaran dan kepekaan publik terhadap usulan hukum penting karena pejabat
publik dan pembuat UU peka terhadap opini publik dan media. Menggunakan media, termasuk
TV, radio, cetak dan internet, dipandang sebagai cara efektif untuk menggapai lebih banyak
orang. Pendidikan publik menciptakan sekutu dan pendukung baru untuk advokasi.
MENGGUNAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Tinjauan hukum berbasis CEDAW digunakan untuk memfasilitasi reformasi hukum. Selain itu,
tinjauan hukum tersebut memiliki banyak penggunaan lain, termasuk:
Sebagai platform bersama untuk advokasi
Tinjauan hukum UU Perkawinan (UU No.1 1974) Indonesia sedang dilakukan oleh Prakarsa
Kelompok Kerja CEDAW (CWGI), sebuah koalisi ORNOP yang memantau implementasi
CEDAW, dengan bantuan teknis dari UN WOMEN.
 Penggunaan: Tinjauan akan dipakai sebagai platform bersama untuk advokasi untuk
amandemen UU Perkawinan atau untuk menyusun UU baru. Untuk memfasilitasi hal ini,
tinjauan telah mengidentifikasi perangkat indikator hukum CEDAW untuk perkawinan, memberi
rekomendasi untuk reformasi, dan teks-teks alternatif untuk UU Perkawinan yang diusulkan.
Sebagai cara mengukur kemajuan
Pemerintah Kamboja, di bawah kepemimpinan Kementerian Kehakiman dan dengan dukungan
dari UN WOMEN, sedang menyusun tinjauan hukum atas UU tentang perkawinan, perkawinan,
kekerasan rumah tangga dan mempekerjakan pekerja dalam rumah tangga (domestik), untuk
memastikan kepatuhan pada kewajiban yang harus dipenuhi menurut CEDAW.
 Penggunaan: Tinjauan ini dilakukan untuk mengukur kemajuan negara ke arah kepatuhan
pada CEDAW, khususnya dalam kaitan dengan legislasi baru dan yang akan datang.
Pemerintah juga bekerja untuk menangani bidang-bidang yang tidak tunduk pada CEDAW,
misalnya untuk segera memperbaiki ketetapan hukum tertentu ketika mungkin dan untuk
memasukkan hal-hal lain ke dalam UU –nya atau agenda pembuatan peraturan.
Sebagai bantuan untuk pembuatan hukum
Survei hukum yang menggunakan CEDAW sebagai kerangka kerja akan dilakukan di Timor
Leste oleh Kaukus Perempuan di parlemen dan Pusat Sumber Daya Gender. Survei ini akan
menyoroti pencapaian dan kesenjangan dalam legislasi.
 Penggunaan: Hasil survei hukum dimaksudkan untuk dimasukkan ke dalam penyusunan
UU kesetaraan gender. Hal itu akan membantu para penyusun dalam mengidentifikasi isu-isu
untuk diprioritaskan dan disajikan dalam legislasi mendatang.
Sebagai bantuan untuk menyusun strategi, rencana, program aksi, dan laporan
58
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
BAGIAN LIMA:
MENGGUNAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
Sebagai alat untuk menyoroti prioritas
5
Sesudah pengadopsian UU Vietnam tentang Kesetaraan Gender pada 29 November 2006,
Instruksi tentang UU Kesetaraan Gender dikeluargkan pada 3 Mei 2007 yang memberi
mandat untuk meninjau dokumen-dokumen normatif yang harus dilengkapi pemerintah. Untuk
membantu tinjauan pemerintah sejalan dengan Instruksi tentang Kesetaraan Gender, tinjauan
hukum berjudul “CEDAW dan UU: Tinjauan Berbasis Gender dan Hak atas Dokumen Hukum
Vietnam melalui Lensa CEDAW” diupayakan oleh UN WOMEN Vietnam di 18 bidang tematis
dan diperkirakan 200 dokumen normatif hukum.Tinjauan hukum dibahas dengan 55 focal points
di antaranya dari berbagai Kementerian, Partai Komunis dan organisasi massa.
• Penggunaan: Tinjauan hukum dimaksudkan untuk membantu pemerintah dalam meninjau
UU guna mematuhi CEDAW dan UU tentang Kesetaraan Gender. Tinjauan ini dipakai untuk
menyoroti bidang-bidang yang memerlukan perhatian segera dari Negara. Badan pelaksana
negara menekankan sumbangan tinjauan hukum sebagai sumber daya yang penting untuk:
(a) tinjauan Negara mengenai Strategi Nasional untuk Kemajuan Perempuan hingga 2010, (b)
pengembangan Strategi Nasional untuk Kesetaraan Gender untuk 2011-2020 dan Program
Aksi Sasaran Nasional untuk Kesetaraan Gender untuk 2011-2020, (c) persiapan laporan
Negara CEDAW berikutnya pada awal 2011, dan (d) amandemen komprehensif dan revisi
UU Buruh, antara lain.
Sebagai cara untuk membangun kegiatan serupa atau kolektif
Di Pasifik, tinjauan dua meja didanai oleh Kantor regional Pasifik UN WOMEN dan Pusat Pasifik
UNDP untuk menilai kepatuhan legislatif CEDAW di Sembilan negara Pasifik: Negara Federasi
Mikronesia, Fiji, Kiribati, Kepulauan Marshall, Papua New Guinea, Samoa, Kepulauan Solomon,
Tuvalu, dan Vanuatu. Tinjauan ini ditujukan untuk melakukan inventarisasi yang cermat tentang
UU negara-negara ini. Diterapkan 113 indikator legislatif CEDAW serupa untuk kesembilan
negara Pasifik. Laporan tinjauan meja ini diterbitkan sebagai “Translating CEDAW into Las:
CEDAW Legislative Compliance in Nine Pacific Island Countries.”
• Penggunaan: Sesudah tinjauan dilakukan, pemerintah berkomitmen untuk memprioritaskan
agenda legislatif mereka tunduk pada indikator-indikator yang diidentifikasi dalam tinjauantinjauan itu. Berkomitmen pada kegiatan serupa atau kolektif difasilitasi oleh tinjauan hukum
karena tinjauan ini menggunakan indikator yang sama untuk sembilan negara.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
59
15
PArt OnE:
CEDAW AnD lEgAl rEviEWs
BAGIAN LIMA
MENGGUNAKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW
CATATAN:
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
6
60
Do Our Laws Promote Gender Equality?
A Handbook for CEDAW-Based Legal Reviews
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN
LAMPIRAN
4
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
LAMPIRAN I:
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
Berikut ini adalah daftar sampel/contoh indikator hukum CEDAW untuk setiap isu. Setiap
indikator harus dievaluasi dalam hal relevansinya dengan situasi aktual kesetaraan gender di
negara Anda. Daftar ini bertujuan membantu identifikasi indikator-indikator yang relevan untuk
setiap negara. Daftar ini bukan daftar yang lengkap.
Untuk isu-isu yang berhubungan dengan Pasal 6-16, kolom Kewajiban CEDAW hanya
mengidentifikasi dan memfokuskan pada pasal CEDAW utama. Namun demikian, karena
Pasal 1-5 mengacu pada kewajiban umum Negara, pasal-pasal itu dapat dimasukkan sebagai
kewajiban CEDAW untuk isu-isu tersebut.
Pasal 1-5: Upaya Umum untuk Menghapus Diskriminasi dan Memastikan Kesetaraan
Kewajiban CEDAW
Indikator Hukum CEDAW
• Pasal 1-5
• Rekomendasi Umum
19
• Rekomendasi Umum
25
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
Menjamin Kesetaraan dan Non-Diskriminasi
- Apakah Konstitusi/UUD menjamin kesetaraan dan non-diskriminasi atas dasar jenis
kelamin atau gender?
- Apakah Konstitusi menjamin kesetaraan dan non-diskriminasi atas dasar ras, usia,
kecacatan, suku bangsa, status ekonomi dan sosial, orientasi seksual dan alasan
serupa lainnya?
- Apakah ada definisi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan atau kesetaraan
gender dan apakah hal itu sesuai dengan kesetaraan substantif?
- Apakah ada definisi diskriminasi/non-diskriminasi atas dasar jenis kelamin/gender
dan apakah sesuai dengan Pasal 1 CEDAW?
Larangan Diskriminasi
- Apakah ada UU yang dengan jelas melarang diskriminasi gender oleh otoritas
publik?
- Apakah ada UU yang melarang diskriminasi gender oleh pribadi, perusahaan, dan
organisasi?
- Apakah tersedia sanksi untuk aksi atau penghapusan yang menghasilkan
diskriminasi?
- Apakah sanksi lebih berat jika tindak diskriminatif dilakukan oleh pejabat publik?
- Apakah UU melarang dikriminasi oleh orang asing dan entitas yang dimiliki atau
dikendalikan oleh pihak asing?
Perlindungan Hukum Perempuan
- Apakah ada hak untuk mencari kompensasi dalam kasus-kasus diskriminasi?
- Apakah ada jaminan bantuan hukum untuk kasus-kasus diskriminasi?
- Apakah ada jaminan bantuan hukum untuk perempuan?
- Apakah perlindungan terhadap diskriminasi gender juga berlaku untuk orang asing?
Lembaga dan Mekanisme untuk Implementasi dan Monitoring
- Apakah UU menunjuk badan tertentu untuk bertanggung jawab atas kesetaraan
gender?
- Apakah badan yang ditunjuk untuk kesetaraan gender itu dilengkapi mandat,
kekuasaan, dan sumber daya yang sesuai?
- Apakah UU menuntut badan-badan Negara untuk memasukkan kesetaraan gender
dalam operasi mereka?
- Apakah UU menuntut pengumpulan data terpilah menurut jenis kelamin dan analisis
gender yang sistematis?
- Apakah UU mensyaratkan strategi dan rencana tersedia untuk memastikan promosi
dan perlindungan kesetaraan gender?
- Apakah ada komisi independen (misalnya, komisi perempuan, komisi HAM) yang
memantau kepatuhan Negara pada kesetaraan gender dan/atau CEDAW?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
61
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
Inkorporasi dan Aplikasi Perjanjian
- Apakah CEDAW dianggap UU dalam kerangka hukum negara?
- Dapatkah pengaturan CEDAW dipakai langsung dalam proses hukum atau serupa
dengan hukum sebagai sumber hak yang dapat menjadi proses hukum?
- Dalam hal konflik antara CEDAW dan UU rumah tangga, apakah CEDAW yang
menang, kecuali jika UU dalam negeri lebih kondusif untuk mencapai kesetaraan?
Langkah-langkah Khusus Sementara
- Apakah hukum menuntut dilakukannya langkah khusus sementara untuk
mempercepat kesetaraan de facto?
- Apakah ada prosedur untuk melaksanakan langkah-langkah khusus sementara?
Pasal 1 dan 2: Kekerasan Berbasis Gender
Kewajiban CEDAW
• Pasal 1-2 dan 5
• Rekimendasi Umum
19
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
62
Indikator Hukum CEDAW
Kekerasan Rumah Tangga
- Apakah kekerasan rumah tangga didefinisikan oleh UU untuk mencakup semua
bentuk kekerasan (fisik, mental, ekonomi, dan kerusakan dan penyiksaan seksual)?
- Apakah definisi kekerasan rumah tangga mencakup pemerkosaan dalam ikatan
perkawinan?
- Apakah definisi kekerasan rumah tangga mencakup semua bentuk paksaan dan
ketiadaan kebebasan?
- Apakah perlindungan dari kekerasan rumah tangga berlaku untuk pasangan,
mantan pasangan, orang-orang yang memiliki anak bersama, orang-orang yang
hidup bersama, dan orang-orang dalam hubungan yang intim lainnya?
- Apakah UU menyediakan langkah perlindungan langsung untuk korban kekerasan
rumah tangga?
 Apakah langkah ini menghentikan pelaku kekerasan untuk melakukan tindak
kekerasan lebih jauh?
 Apakah langkah ini menghentikan pelaku kekerasan dari menghubungi atau
melecehkan korban atau anggota keluarganya?
 Apakah langkah ini mengizinkan pemindahan sementara si pelaku kekerasan
dari tempat tinggal korban, tanpa memperhatikan kepemilikan tempat tinggal itu?
 Apakah langkah ini memungkinkan keputusan untuk hak asuh anak sementara?
 Apakah langkah ini memungkinkan pembayaran bantuan untuk korban?
 Apakah langkah ini memungkinkan pembayaran pengeluaran medis yang harus
dibayar akibat kekerasan?
- Apakah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dilarang?
- Apakah langkah-langkah perlindungan langsung berlaku untuk waktu mencukupi
untuk memungkinkan korban memastikan keselamatan dan perlindungannya?
- Apakah UU mengizinkan dikeluarkannya langkah perlindungan langsung terlepas
dari melaporkan kasus (atau apakah korban mengupayakan litigasi/proses hukum
atau tidak)?
- Apakah langkah-langkah perlindungan langsung dikeluarkan oleh otoritas yang
mudah diakses?
- Apakah langkah perlindungan langsung dikeluarkan ex parte/satu pihak?
- Apakah langkah-langkah perlindungan langsung pada hari yang sama seperti
tanggal permintaan?
- Apakah UU menyediakan layanan rehabilitasi untuk pelaku kekerasan dalam rumah
tangan?
- Apakah UU menuntut penyediaan layanan konseling bagi korban kekerasan dalam
rumah tangga dan keluarga mereka?
- Apakah UU menuntut penyediaan bantuan hukum gratis atau terjangkau bagi
korban-korban kekerasan dalam rumah tangga?
- Apakah UU menuntut layanan medis gratis atau terjangkau bagi korban kekerasan
dalam rumah tangga?
- Apakah UU mengidentifikasi badan-badan yang sesuai untuk memberikan
dukungan layanan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga?
- Apakah UU menuntut dibangunnya tempat berlindung atau rumah singgah bagi
korban kekerasan dalam rumah tangga?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apakah kekerasan dalam rumah tangga dapat dihukum dengan hukuman yang
diukur dengan tingkat keparahan pelanggaran?
Apakah UU mensyaratkan pelaporan wajib KDRT kepada otoritas setempat oleh
penyedia layanan kesehatan, pekerja sosial, pejabat desa, dan pejabat publik yang
tepat lainnya?
Apakah penghentian oleh korban berlaku untuk menghentikan penuntutan kasus
pidana KDRT?
Apakah korban KDRT berhak atas ganti rugi?
Apakah kasus-kasus KDRT tidak dihadapkan pada mediasi?
Apakah UU memberi penunjukan tanggung jawab yang jelas di antara badan-badan
Negara dalam menangani KDRT?
Apakah UU memandatkan kerja saama antar-badan dalam menangani KDRT?
Apakah UU mensyaratkan pelatihan bagi pejabat kehakiman dan penegakan
hukum, pekerja sosial, dan penyedia layanan kesehatan untuk KDRT?
Apakah UU memandatkan penyebaran informasi tentang KDRT oleh badan
tertentu?
Apakah UU mensyaratkan pengumpulan data dan penelitian tentang KDRT?
Perkosaan dan Bentuk-bentuk Penyerangan Seksual lainnya
- Apakah pemerkosaan dan bentuk-bentuk lain penyerangan seksual dilarang?
- Apakah definisi perkosaan atau serangan seksual memasukkan insersi penis ke
dalam bukaan oral atau anal dari pihak lain?
- Apakah definisi perkosaan atau serangan seksual memasukkan insersi bendabenda ke alat kelamin orang lain?
- Apakah UU mengizinkan penuntutan perkosaan bahkan ketika tidak ada
persetujuan dari korban?
- Apakah penuntutan atas perkosaan dihentikan jika ada penghentian dari korban?
- Apakah perkosaan dalam perkawinan sebuah pelanggaran?
- Apakah UU mengizinkan dihentikannya proses pidana untuk perkosaan dalam
perkawinan jika ada penghentian atau pemberian maaf dari pasangan?
- Apakah ada larangan penggunaan perilaku seksual sebelumnya untuk menetapkan
persetujuan hubungan seksual?
- Apakah tidak ada persyaratan hukum untuk penolakan fisik yang derajatnya tinggi
oleh korban untuk menetapkan perkosaan?
- Apakah tidak ada persyaratan bukti-bukti yang menguatkan dari kesaksian korban
untuk berhasil menuntut perkosaan?
- Apakah UU menuntut penyediaan layanan untuk pemulihan secara fisik, psikologis,
dan sosial seorang korban?
- Apakah UU memberikan bantuan hukum gratis atau terjangkau untuk korbankorban perkosaan?
- Apakah korban-korban perkosaan berhak atas ganti rugi/kompensasi?
- Apakah UU melindungi identitas dan privasi korban-korban perkosaan dan serangan
seksual?
- Apakah UU menuntut pengadilan untuk melakukan pengaturan untuk proses bukan
tatap buka, seperti konferensi video, dalam kasus-kasus yang keamanan atau
kesehatan korbannya berisiko?
- Apakah UU mengatur prosedur untuk perlindungan korban perkosaan dan
saksi-saksi dari kemungkinan balas dendam atau intimidasi, misalnya program
perlindungan korban atau saksi?
- Apakah UU menuntut pelatihan pejabat kehakiman dan penegakan hukum, pekerja
sosial, penyedia layanan kesehatan menyangkut perkosaan dan serangan seksual,
termasuk cara-cara yang peka gender dalam menangani kasus-kasus seperti itu?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
63
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
Pasal 6: Perdagangan dan Eksploitasi Prostitusi
Kewajiban CEDAW
Indikator Hukum CEDAW
• Pasal 6
• Rekomendasi Umum
19, pars. 13-16 dan
24
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
Perdagangan
- Apakah perdagangan manusia dilarang?
- Apakah hukum mendefinisikan perdagangan yang mencakup semua tindakan
yang dapat menjadi perdagangan, termasuk rekrutmen, transportasi, pemindahan,
melabuhkan atau menerima orang?
- Apakah hukum mengidentifikasi semua cara agar komisi untuk kejahatan
perdagangan, termasuk ancaman, penggunaan kekuatan, bentuk-bentuk lain
pemaksaan, penangkapan, penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan kekuasaan,
penyalahgunaan posisi rentan, memberi atau menerima pembayaran atau
keuntungan untuk mencapai persetujuan seseorang yang memiliki kendali atas
orang lain?
- Apakah UU mendefinisikan tujuan perdagangan mencakup berbagai bentuk
eksploitasi, termasuk eksploitasi prostitusi dan bentuk lain eksploitasi seksual, kerja
paksa, perbudakan, dan praktik-praktik serupa perbudakan, dan penghilangan organ?
- Apakah UU menetapkan yurisdiksi atas pelanggaran perdagangan yang dilakukan
di dalam wilayah Negara dan di luar wilayahnya, ketika dilakukan oleh warga negara
atau terhadap warga negaranya?
- Apakah orang-orang yang diperdagangkan dibebaskan dari penuntutan?
- Apakah pengaduan tentang perdagangan manusia secara otomatis dibatalkan jika
orang yang diperdagangkan berhenti melanjutkan kasusnya?
- Apakah orang yang diperdagangkan berhak menuntut kompensasi untuk kerusakan
yang dideritanya?
- Apakah UU melindungi identitas dan privasi orang-orang yang diperdagangkan?
- Apakah UU menuntut pengadilan untuk membuat pengaturan untuk proses yang
bukan langsung bertemu muka, seperti percakapan lewat video, dalam kasus-kasus
keamanan atau kesehatan orang yang diperdagangkan bersiko?
- Apakah UU mengatur prosedur untuk perlindungan orang yang diperdagangkan
dan saksi-saksi dari kemungkinan balas dendam atau intimidasi, misalnya, program
perlindungan korban atau saksi?
- Apakah perdagangan manusia adalah pelanggaran yang dapat diekstradisi?
- Apakah perdagangan manusia dapat dihukum dengan hukumnan yang diukur
menurut beratnya pelanggaran?
- Apakah UU menuntut layanan rehabilitas/pemulihan dan reintegrasi untuk orangorang yang diperdagangkan?
- Apakah UU menuntut tersedianya layanan konseling bagi orang yang
diperdagangkan?
- Apakah UU menuntut tersedianya bantuan cuma-cuma atau terjangkau untuk
orang-orang yang diperdagangkan?
- Apakah UU menuntut layanan medis gratis atau terjangkau untuk orang-orang yang
diperdagangkan?
- Apakah UU mengidentifikasi badan-badan yang sesuai untuk memberi layanan
bantuan kepada orang-orang yang diperdagangkan?
- Apakah UU mensyaratkan pembangunan tempat berlindung atau rumah singgah
bagi orang-orang yang diperdagangkan?
- Apakah UU mengatur penetapan tanggung jawab yang jelas di antara badan-badan
Negara dalam menangani perdagangan manusia?
- Apakah UU menuntut pelatihan pejabat kehakiman dan penegakan hukum, pejabat
imigrasi, pekerja sosial, dan penyedia layanan kesehatan untuk kasus perdagangan
manusia, termasuk penanganan yang tepat untuk kasus-kasus seperti itu?
- Apakah UU memberi mandat penyebaran informasi tentang perdagangan oleh
badan tertentu?
64
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
Eksploitasi Prostitusi
- Apakah perempuan dalam prostitusi dikecualikan dari penuntutan apa pun atas
penahanan paksa?
- Apakah tindakan mengadakan orang untuk prostitusi diancam hukuman?
- Apakah tindakan yang dengan sadar mengambil keuntungan dari prostitusi orang
lain diancam hukuman?
- Apakah UU memberi perlindungan identitas dan privasi korban eksploitasi
prostitusi?
- Apakah UU mengidentifikasi badan-badan yang tepat untuk memberi layanan
bantuan kepada korban-korban eksploitasi prostitusi?
- Apakah UU menuntut dibangunnya tempat perlindungan atau rumah singgah bagi
korban-korban eksploitasi prostitusi?
- Apakah UU dengan jelas memberi mandat tanggung jawab badan-badan negara
dalam menangani prostitusi?
- Apakah karakter moral yang baik atau keperawanan bukan unsur perkosaan dan
bentuk-bentuk lain penyerangan seksual?
Pasal 7-8: Kehidupan Politik dan Publik
Kewajiban CEDAW
• Pasal 7-8
• Rekomendasi Umum
23
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
Indikator Hukum CEDAW
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apakah hak yang sama untuk memberi suara dijamin oleh Konstitusi atau UU?
Apakah ada persyaratan yang sama untuk memenuhi syarat dalam pemilihan bagi
semua badan yang dipilih publik?
Apakah ada persyaratan hukum untuk langkah khusus sementara untuk
memungkinkan perempuan dapat menduduki 30% badan-badan legislatif?
Apakah ada persyaratan memenuhi syarat untuk penunjukan jabatan publik?
Apakah ada persyaratan hukum untuk langkah khusus sementara untuk
memungkinkan perempuan menduduki 30% jabatan publik yang ditunjuk?
Apakah tidak ada pembatasan dalam hukum untuk kebebasan bergerak
perempuan?
Apakah perempuan memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam organisasi
massa, ORNOP, dan kelompok masyarakat madani lainnya?
Apakah ada UU yang mengatur pendaftaran dan mobilisasi ORNOP untuk
mempromosikan kemajuan perempuan?
Apakah UU menjamin kriteria yang sama dalam perekrutan diplomat perempuan
dan laki-laki?
Apakah UU menjanji keuntungan dan kesempatan yang sama untuk diplomat
perempuan dan laki-laki?
Pasal 9: Kewarganegaraan
Kewajiban CEDAW
Indikator Hukum CEDAW
• Pasal 9
-
• Rekomendasi Umum
21, ayat 6
-
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
-
-
Apakah perempuan memiliki hak yang sama untuk memperoleh atau mengubah
kewarganegaraan mereka?
Apakah perempuan memiliki hak untuk mempertahankan kewarganegaraannya,
bahkan jika ada perkawinan dengan bukan warga negara atau perubahan
kewarganegaraan suami?
Apakah perempuan memiliki hak yang sama untuk menurunkan kewarganegaraan
mereka kepada anak-anak mereka?
Apakah perempuan memiliki hak yang sama untuk menurunkan kewarganegaraan
kepada suami mereka?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
65
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
Pasal 10: Pendidikan
Kewajiban CEDAW
• Pasal 10
• Pengamatan Akhir
untuk negara, jika
dapat dilakukan
Indikator Hukum CEDAW
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apakah ada jaminan kesetaraan dan non-diskriminasi dalam pendidikan?
Apakah UU melarang diskriminasi dalam rekrutmen, seleksi, dan pendaftaran
siswa?
Apakah ada larangan hukum terhadap penolakan pendaftaran atau pengeluaran
dari sekolah karena kehamilan dan kondisi menjadi ibu (maternitas)?
Apakah UU menjamin akses terhadap kurikulum, ujian, staf pengajar, dan peralatan
sekolah yang sama?
Apakah UU melarang diskriminasi berdasarkan jenis kelamin/gender dalam
penetapan beasiswa dan hibah belajar?
Apakah ada UU yang memastikan akses terhadap pendidikan dari kelompok
perempuan miskin, termasuk perempuan anak perempuan pribumi dan perempuan
dan anak perempuan dengan kecatatan tertentu?
Apakah ada dokumen hukum yang memastikan bahwa administrator sekolah,
pegawai, dan guru tidak melakukan diskriminasi berdasar jenis kelamin/gender?
Apakah pelecehan seksual oleh administrator sekolah, pegawai, guru, dan teman
sekolah dilarang?
Apakah definisi pelecehan seksual termasuk pelecehan fisik, mental, verbal, dan
bentuk-bantuk pelecehan visual?
Pasal 11: Ketenagakerjaan
Kewajiban CEDAW
• CEDAW, Pasal 11
• Rekomendasi Umum
13
• Rekomendasi Umum
16
• Rekomendasi Umum
17
• Rekomendasi Umum
19, ayat 17, 18, 24 (j
dan p)
• Pengamatan Akhir
tentang negara, Jika
dapat dilakukan
Indikator Hukum CEDAW
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
66
Adakah jaminan tersurat tentang kesetaraan dan non-diskriminasi dalam
ketenagakerajaan berdasarkan jenis kelamin, ras, suku bangsa, status ekonomi dan
sosial, orientasi seksual, dan alasan serupa lainnya?
Apakah perempuan memiliki kesempatan pekerjaan yang sama seperti laki-laki?
(Apakah tidak ada pembatasan dalam pilihan pekerjaan bagi perempuan?)
Apakah UU melarang penggunaan kriteria seleksi dan rekrutmen berbeda untuk
perempuan dan laki-laki?
Apakah UU melarang iklan pekerjaan yang membatasi pelamar kerja pada jenis
kelamin tertentu? (kecuali jika memang sifatnya adalah langkah khusus sementara)
Apakah UU menyediakan langkah khusus sementara untuk memastikan masuknya
perempuan ke dalam pekerjaan yang didominasi laki-laki?
Apakah UU melarang pemecatan dengan alasan gender seseorang?
Apakah UU berisi ketetapan dengan persyaratan yang sama dalam mengakhiri
pekerjaan?
Apakah ada persyaratan hukum tentang pekerjaan yang sama dan untuk pekerjaan
dengan nilai yang sama?
Apakah UU mensyaratkan kriteria yang sama untuk kenaikan jabatan perempuan
dan laki-laki?
Apakah UU menyediakan langkah khusus sementara untuk memastikan akses
setara oleh perempuan dan laki-laki untuk posisi pemimpin?
Apakah UU mensyaratkan kriteria seleksi yang sama untuk perempuan dan laki-laki
dalam hubungan dengan akses terhadap pelatihan dan aktivitas pengembangan
kemampuan lainnya?
Apakah UU menyediakan langkah-langkah khusus sementara untuk memastikan
akses yang sama oleh perempuan dan laki-laki terhadap kesempatan pelatihan dan
pengembangan kemampuan?
Apakah UU mensyaratkan kriteria yang setara dalam evaluasi pekerjaan?
Apakah UU menyediakan usia dan kondisi yang sama untuk pensiun?
Apakah UU memberi kondisi yang sama untuk menikmati tunjangan keamanan
sosial (seperti sakit, cacat, atau menganggur)?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apakah pelecehan seksual oleh atasan dan sesama pekerja dilarang?
Apakah definisi pelecehan seksual mencakup pelecehan fisik, mental, verbal, dan
bentuk-bentuk pelecehan seksual?
Apakah UU memberi perlindungan setara untuk perempuan dan laki-laki terhadap
bahaya pekerjaan?
Apakah UU memberi hak setara untuk secara kolektif berorganisasi atau bergabung
dengan serikat buruh?
Apakah UU melarang pembatasan jenis-jenis pekerjaan yang dapat dilakukan
perempuan selama ia dipekerjakan?
Apakah UU mengizinkan baik laki-laki maupun perempuan untuk bekerja dengan
aman pada malam hari?
Apakah UU melarang pemecatan dengan alasan status perkatinan, kehamilan, dan
kondisi menjadi ibu (maternitas)?
Apakah UU menyediakan cuti maternitas dibayar untuk waktu yang masuk akal
tanpa kehilangan senioritas atau tunjangan?
Apakah UU menuntut penyediaan fasilitas perawatan anak di tempat kerja atau
tunjangan perawatan anak?
Apakah UU mengizinkan masa menyusui yang masuk akal selama jam-jam kerja?
Apakah UU memberi perlindungan bagi perempuan dari melakukan pekerjaan berat
atau terbukti membahayakan perempuan dan kesehatan janinnya selama masa
kehamilan?
Apakah ada cuti paternitas yang dibayar untuk waktu yang masuk akal?
Apakah UU menunjuk lembaga untuk memantau kepatuhan pada ketetapan
kesetaraan gender dalam ketenagakerjaan?
Apakah UU menunjuk lembaga untuk menegakkan kepatuhan pada ketetapan
kesetaraan gender dalam ketenagakerjaan?
Apakah ada perbaikan yang tersedia terhadap lembaga pemantauan atau
penegakan yang ditunjuk atas kegagalan untuk melakukan fungsi-fungsi
pemantauan dan penegakan?
Apakah ada sanksi untuk diskriminasi gender dalam ketenagakerjaan?
Apakah korban-korban diskriminasi ketenagakerjaan memberi ganti rugi untuk
kerusakan-kerusakan yang diderita?
Pasal 12: Kesehatan
Kewajiban CEDAW
• Pasal 12
• Rekomendasi Umum
19, ayat 19-20
• Rekomendasi Umum
24
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
Indikator Hukum CEDAW
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apakah hukum menjamin akses yang non-diskriminasi dan setara terhadap
kesehatan berdasarkan jenis kelamin/gender?
Apakah ada jaminan khusus untuk perawatan kesehatan seksual dan reproduksi
bagi perempuan?
Apakah ada UU yang memastikan akses oleh perempuan terhadap layanan
perawatan kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan dan kondisi menjadi
ibu?
Apakah ada UU yang mensyaratkan layanan perawatan kesehatan gratis atau
terjangkau bagi perempuan miskin, perempuan pribumi, dan kelompok perempuan
yang kekurangan?
Apakah aborsi bukan tindak kejahatan?
Apakah aborsi atas pilihan jenis kelamin dan pemilihan jenis kelamin pra-kelahiran
dilarang?
Apakah tidak ada hukum yang membatasi ukuran keluarga?
Apakah tidak ada persyaratan untuk otorisasi pasangan atau keluarga untuk
perempuan dalam mengakses layanan perawatan kesehatan?
Apakah ada UU yang melarang diskriminasi untuk mengakses layanan kesehatan
seksual dan reproduksi dengan memperhatikan status perkawinan?
Apakah ada UU yang menjamin hak atas pilihan bebas dan disadari dalam keluarga
berencana?
Apakah ada UU yang melarang pemaksaan, intimidasi, atau pengaruh berlebihan
dalam program keluarga berencana?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
67
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apakah ada UU yang menjamin akses terhadap metode keluarga berencana yang
terjangkau, efektif, dan beragam?
Apakah ada UU yang mensyaratkan pencegahan dan pengelolaan infeksi saluran
reproduksi, termasuk infeksi menular sesual, HIV/AIDS, kanker saluran reproduksi,
dan kondisi ginekologis dan kanker lainnya?
Apakah ada UU yang melarang diskriminasi terhadap manusia, termasuk
perempuan, yang hidup dengan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual lainnya?
Apakah pelecehan seksual oleh profesional kesehatan dilarang?
Apakah definisi pelecehan seksual termasuk pelecehan fisik, mental, verbal, dan
bentuk-bentuk visual?
Apakah UU melindungi identitas dan privasi pasien?
Apakah ada UU yang mensyaratkan penyebaran informasi tentang perawatan
kesehatan, termasuk perawatan kesehatan seksual dan reproduksi?
Apakah UU mensyaratkan pengajaran tentang hak seksual dan reproduksi untuk
anak dan remaja?
Apakah UU mensyaratkan kuliah peka gender mengenai kesehatan perempuan dan
kekerasan berbasis gender dalam kurikulum pekerja kesehatan?
Apakah UU mensyaratkan langkah-langkah untuk meningkatkan keterampilan
dukun beranak dan bidan untuk memungkinkan mereka memberi layanan
kesehatan yang aman, efisien, dan terjangkau?
Pasal 13: Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Kewajiban CEDAW
• Pasal 13
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
Indikator Hukum CEDAW
-
-
-
-
-
Apakah ada jaminan untuk partisipasi setara perempuan dalam bisnis?
Apakah perempuan memiliki hak setara untuk mengakses kredit, pinjaman, dan
dana?
Apakah ada langkah-langkah khusus sementara untuk memungkinkan perempuan
dalam persentase tertentu untuk mengakses kredit, pinjaman, dan dana?
Apakah UU menjamin non-diskriminasi dalam beasiswa dan hibah olah raga?
Apakah tidak ada pembatasan dalam UU tentang partisipasi perempuan dalam
peristiwa dan kompetisi olah raga?
Pasal 14: Perempuan Pedesaan
Kewajiban CEDAW
Indikator Hukum CEDAW
• Pasal 14
-
• Rekomendasi Umum
19, ayat 21
-
• Rekomendasi Umum
24, ayat 28
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
-
-
-
-
-
-
68
Apakah ada langkah-langkah khusus sementara dalam UU untuk memungkinkan
persentase tertentu perempuan desa, pribumi, dan etnis minoritas untuk mengakses
semua tingkatan dan jenis pendidikan?
Apakah ada langkah khusus sementara dalam UU untuk memungkinkan persentase
tertentu perempuan desa, pribumi, dan minoritas etnis untuk mengakses layanan
perawatan kesehatan?
Apakah UU memungkinkan properti milik perempuan untuk didaftarkan atas nama
perempuan itu?
Apakah tidak ada keterbatasan pada hak perempuan untuk menggunakan,
menghalangi, atau mengatur propertinya, misalnya otorisasi keluarga?
Apakah UU mengizinkan perempuan untuk memegang properti/tanah komunitas?
Apakah UU memastikan partisipasi perempuan dalam desain, formulasi, dan
implementasi kebijakan tanah, pertanian, infrastruktur dan kebijakan pembangunan
lainnya?
Apakah UU memberi tunjangan keamanan sosial untuk perempuan desa, pribumi,
dan minoritas etnik?
Apakah UU memastikan representasi perempan pribumi dan minoritas etnik dalam
badan-badan yang dipilih publik?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
Pasal 15: Kesetaraan di hadapan Hukum
Kewajiban CEDAW
• Pasal 15
• Rekomendasi Umum
21, ayat. 7-10
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
Indikator Hukum CEDAW
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apakah Konstitusi menjamin kesetaraan di hadapan hukum?
Apakah perempuan memiliki kapasitas hukum yang sama dan kapasitas untuk
bertindak seperti laki-laki dalam urusan sipil?
Apakah perempuan (tanpa memperhatikan status perkawinan) memiliki hak
yang sama untuk mengakhiri kontrak? (Apakah ada pembatasan hukum untuk
perempuan memulai dan mengakhiri kontrak?)
Apakah perempuan memiliki hak yang sama untuk menjadi pelaksana atau
administrator tanah milik?
Apakah perempuan memiliki hak yang sama dalam hal kepemilikan, penguasaan,
pengelolaan, administrasi, pemenuhan, dan pembagian properti, termasuk tanah?
(Apakah tidak ada pembatasan hak-hak perempuan untuk memiliki, menguasai,
mengelola, mengatur, menikmati, atau menata properti, misalnya otorisasi keluarga?)
Apakah hukum memungkinkan properti milik perempuan didaftarkan atas namanya
sendiri?
Dapatkah perempuan mengajukan tuntutan ke pengadilan untuk mewakili dirinya
sendiri?
Dalam UU, apakah kesaksian perempuan mendapat nilai yang sama seperti
kesaksian laki-laki?
Apakah perempuan memiliki hak yang sama atas kebebasan bergerak?
Apakah perempuan memiliki hak yang sama seperti laki-laki untuk memilih tempat
tinggal atau kediaman, tanpa memperhatikan status perkawinan?
Pasal 16: Perkawinan dan Keluarga
Kewajiban CEDAW
• Pasal 16
• Rekomendasi Umum
19, ayat 22-24
• Rekomendasi Umum
21
• Pengamatan Akhir
tentang negara, jika
dapat dilakukan
Indikator Hukum CEDAW
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apakah ada jaminan hukum untuk kesetaraan gender dalam keluarga dan
perkawinan?
Apakah UU menjamin hak yang sama kepada perempuan dan laki-laki untuk
memasuki perkawinan?
Apakah ada usia minimum 18 tahun yang setara untuk perkawinan?
Apakah pendaftaran kelahiran pada kantor pendaftaran resmi disyaratkan?
Apakah UU menuntut persetujuan pribadi dari kedua pasangan untuk perkawinan?
Ketika nasihat atau persetujuan orang tua diperlukan, apakah persetujuan dari
kedua orang tua sama bobotnya?
Apakah bigami/poligami dilarang?
Apakah penggunaan mas kawin sebagai syarat untuk perkawinan dilarang?
Apakah ada tidak ada pembatasan apa pun bagi janda untuk menikah lagi?
Apakah UU mensyaratkan pendaftaran perkawinan dalam pendaftaran resmi?
Apakah pasangan (suami dan istri) setara dalam kepemilikan, penguasaan,
pengelolaan, administrasi, menikmati, dan pengaturan properti?
Apakah tidak ada pembatasan apa pun yang mensyaratkan otoritasasi otorisasi
pasangan untuk kontrasepsi atau aborsi?
Apakah pasangan memiliki hak yang sama untuk memilih dan mempraktikkan
profesi mereka?
Apakah perempuan dan laki-laki memiliki alasan dan persyaratan yang sama untuk
mengajukan kasus hukum menyangkut perpisahan, pembatalan, atau penghapusan
hukum terkait perkawinan atau perceraian?
Apakah UU memberi pembagian properti dan pendapatan yang sama yang
diperoleh selama perkawinan, secara khusus dalam memberi bobot yang sama
untuk kontribusi finansial maupun non-finansial yang sama (misalnya pekerjaan
rumah tangga dan perawatan anak) untuk rumah tangga dan keluarga?
Apakah hukum memberi pembagian yang sama atas properti dan pendapatan yang
diperoleh selama perkawinan tanpa tunjangan perkawinan (perkawinan de facto)?
Apakah UU mengatur pembayaran dana bantuan anak setelah perceraian?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
69
LAMPIRAN I
DAFTAR INDIKATOR HUKUM CEDAW
70
-
Apakah UU mengatur pemeliharaan atau bantuan mantan pasangan sesudah
perceraian berdasarkan kebutuhan, aset, dan kemampauan pendapatan?
-
Apakah properti perkawinan didaftarkan atas nama kedua pasangan?
-
Apakah UU menuntut persetujuan kedua pasangan menyangkut semua transaksi
yang membebani atau mengatur properti perkawinan?
-
Apakah hak perwalian dan akses didasarkan kepentingan terbaik berbasis anak,
tanpa memperhatikan status perkawinan orang tua?
-
Apakah UU menuntut kedua orang tua untuk mendukung, merawat, dan mendidik
anak, tanpa memperhatikan status perkawinan mereka?
-
Apakah UU memberi perwakilan yang sama?
-
Apakah UU memberi hak dan persyaratan yang sama bagi perempuan dan laki-laki
untuk mengadopsi anak?
-
Apakah perempuan dan laki-laki memiliki hak waris yang sama?
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
LAMPIRAN II:
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK
DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
Konvensi untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) Diadopsi
dan dibuka untuk penandatanganan, ratifikasi, dan kesepakatan
Oleh Resolusi Majelis Umum 34/180 pada 18 Desember 1979,
Mulai berlaku 3 September 1981, sejalan dengan pasal 27(1)
Pihak-pihak Negara pada Konvensi ini,
Memperhatikan bahwa Piagam Perserikatan Bangsa-Bangasa menegaskan kembali keyakinan pada
hak-hak dasar manusia, dalam harkat dan martabat seorang manusia dan dalam hak-hak setara
antara laki-laki dan perempuan,
Memperhatikan bahwa Deklarasi HAM untuk Semua menegaskan prinsip tidak diterimanya diskriminasi
dan menyatakan bahwa semua umat manusia dilahirkan bebas dan setara dalam martabat dan hak-hak
dan bahwa setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang ditetapkan di dalamnya, tanpa
pembedaan dalam hal apa pun, termasuk pembedaan berdasarkan jenis kelamin,
Memperhatikan bahwa Pihak-pihak Negara pada Kovenan Internasional tentang HAM memiliki
kewajiban untuk memastikan hak yang setara antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati semua
hak ekonomi, sosial, budaya, perdata, dan politik,
Mempertimbangkan konvensi-konvensi internasional yang disusun atas dukungan Perserikatan BangsaBangsa dan badan-badan khusus yang mempromosikan kesetaraan hak-hak laki-laki dan perempuan,
Mencatat pula resolusi, deklarasi, dan rekomendasi yang diadopsi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
badan-badan khusus yang mempromosikan kesetaraan hak laki-laki dan perempuan,
Namun demikian, kekhawatiran bahwa meski ada berbagai instrumen ini, diskriminasi secara luas
terhadap perempuan terus terjadi,
Mengingat bahwa diskriminasi terhadap perempuan melanggar prinsip-prinsip kesetaraan hak dan
penghormatan kepada martabat manusia, merupakan hambatan terhadap partisipasi perempuan, dalam
hal kesetaraan dengan laki-laki, dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya negara-negara
mereka, merintangi pertumbuhan kemakmuran masyarakat dan keluarga dan membuat pembangunan
potensi perempuan sepenuhynya lebih sulit dalam melayani negara mereka dan melayani kemanusiaan,
Mengkhawatirakan bahwa dalam situasi kemiskinan perempuan memiliki akses paling sedikit terhadap
makanan, kesehatan, pendidikan, pelatihan, dan kesempatan untuk pekerjaan dan kebutuhan lainnya,
Meyakini bahwa penetapan tatanan ekonomi yang baru berdasarkan hak menurut keadilan dan
keadilan akan secara signifikan menyumbang ke arah peningkatan kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan,
Menekankan bahwa penghapusan apartheid, semua bentuk rasisme, diskriminasi rasional, neokolonialisme, agresi, pendudukan dan dominasi asing, serta campur tangan dalam urusan dalam negeri
Negara-negara adalah penting untuk terpenuhinya hak-hak laki-laki dan perempuan,
Menegaskan bahwa memperkuat perdamaian dan keanaman internasional, mengurangi ketegangan
internasional, saling bekerja sama, di antara semua Negara tanpa memperhatikan sistem sosial
dan ekonomi mereka, perlucutan senjata umum dan lengkap, khususnya perlucutan senjata nuklir
tertentu di bawah pengawasan internasional yang ketat dan efektif, penegasan prinsip-prinsip keadilan,
kesetaraan, dan saling menguntungkan dalam hubungan di antara negara-negara dan perwujudan hak
rakyat di bawah dominasi asing dan penjajah serta pendudukan asing untuk menentukan nasib sendiri
dan kemerdekaan, maupun menghormati kedaulatan negara dan kepaduan territorial,
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
71
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
akan meningkatkan kemajuan dan pembangunan sosial dan sebagai akibatnya akan menyumbang
pada pencapaian kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sepenuhnya,
Meyakini bahwa pembangunan penuh dan lengkap dari sebuah negara, kesejahteraan dunia dan
sebab perdamaian menuntut partisipasi perempuan secara maksimum pada dalam kesetaraan dengan
laki-laki di semua bidang,
Mengingat sumbangan besar perempuan untuk kesejahteraan keluarga dan pembangunan sosial,
sejauh ini belum diakui, makna sosial maternitas dan peran kedua orang tua dalam keluarga dan
membesarkan anak, dan menyadari bahwa peran perempuan dalam prokreasi seharusnya tidak
menjadi dasar diskriminasi tetapi bahwa membesarkan anak-anak menuntut pembagian tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan dan masyarakat secara keseluruhan,
Menyadari bahwa perubahan dalam peran tradisional laki-laki maupun peran perempuan dalam
masyarakat dan dalam keluarga diperlukan untuk mencapai kesetaraan penuh antara laki-laki dan
perempuan,
Berketetapan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam Deklarasi untuk Penghapusan
Diskriminasi terhadap Perempuan dan, untuk tujuan itu, mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan
untuk penghapusan diskriminasi semacam itu dalam semua bentuk dan perwujudannya,
Telah menyepakati yang berikut ini:
BAGIAN I
Pasal I
Untuk tujuan Konvensi saat ini, istilah “diskriminasi terhadap perempuan” akan berarti pembedaan,
eksklusi, atau pembatasan apa pun yang dilakukan dengan dasar jenis kelamin yang berpengaruh
atau bertujuan merusak atau membatalkan pengakuan, menikmati, pelaksanaan oleh perempuan,
tidak terkait dengan status perkawinan, berdasarkan kesetaraan laki-laki dan perempuan, HAM, dan
kebebasan mendasar dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, madani, atau bidang lainnya.
Pasal 2
Pihak-pihak Negara mengutuk diskriminasi terhadap perempuan dalam segala bentuknya, sepakat
untuk mengupayakan dengan segala cara yang tepat dan tanpa menunda sebuah kebijakan
menghapus diskriminasi terhadap perempuan dan, untuk tujuan ini, mengusahakan:
(a) Untuk mencakup prinsip kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam konstitusi negara atau legislasi
tepat lainnya jika belum dimasukkan di dalamnya dan untuk memastikan, melalui UU dan cara tepat
lainnya, pelaksanaan praktis prinsip ini;
(b) Untuk mengadopsi langkah-langkah legislatif dan yang lainnya, termasuk sanksi ketika tepat,
dengan melarang semua diskriminasi terhadap perempuan;
(c) Untuk menetapkan perlindungan hukum atas hak-hak perempuan dengan dasar yang setara
dengan laki-laki dan untuk memastikan melalui pengadilan khusus negara yang kompeten dan
lembaga publik lainnya perlindungan yang efektif bagi perempuan terhadap aksi diskriminasi apa pun;
(d) Untuk menghentikan keterlibatan dengan tindakan atau praktik diskriminasi terhadap perempuan
apa pun dan untuk memastikan bahwa otoritas dan lembaga publik akan bertindak sesuai dengan
kewajiban ini;
(e) Untuk mengambil semua langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan
oleh siapa pun, organisasi atau perusahaan apa pun;
(f) Untuk mengambil semua langkah yang tepat, termasuk legislasi, untuk memodifikasi atau
menghapus UU, adat-istiadat, dan praktik-praktik yang ada yang merupakan bentuk diskriminasi
terhadap perempuan;
72
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
(g) Untuk membatalkan semua ketetapan pidana negara yang merupakan bentuk diskriminasi terhadap
perempuan.
Pasal 3
Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah yang tepat di semua bidang, khususnya dalam
bidang politik, sosial, ekonomi, dan budaya, termasuk legislasi, untuk memastikan pengembangan dan
kemajuan perempuan sepenuhnya, untuk tujuan menjamin mereka untuk memenuhi dan menikmati
HAM dan kebebasan mendasar berdasarkan kesetaraan dengan laki-laki.
Pasal 4
1. Adopsi PIhak-pihak Negara atas langkah-langkah khusus sementara yang bertujuan mempercepat
kesetaraan de facto antara laki-laki dan perempuan tidak akan dianggap diskriminasi seperti
didefinisikan dalam Konvensi ini, tetapi sama sekali, sebagai akibatnya, tidak akan menjadi bentuk
pemeliharaan standar tidak setara atau terpisah; langkah-langkah ini akan dihentikan ketika tujuan
kesetaraan kesempatan dan perlakuan sudah dicapai.
2. Adopsi oleh Pihak-pihak Negara atas langkah-langkah khusus, termasuk langkah-langkah yang
terdapat dalam Konvensi ini, yang ditujukan untuk melindungi maternitas tidak akan dianggap
diskriminatif.
Pasal 5
Pihak-pihak Negara akan megambil semua langkah yang tepat:
(a) Untuk memodifikasi pola-pola sosial dan budaya perilaku laki-laki dan perempuan, dengan maksud
mencapai penghapusan prasangka dan kebiasaan dan semua praktik yang didasarkan pada gagasan
inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau pada peran-peran stereotipe untuk laki-laki
dan perempuan;
(b) Untuk memastikan bahwa pendidikan keluarga memasukkan pemahaman yang benar tentang
maternitas sebagai fungsi sosial dan pengakuan akan tanggung jawab bersama antara laki-laki
dan perempuan dalam membesarkan dan mengembangkan anak-anak mereka, dipahami bahwa
kepentingan anak-anak adalah pertimbangan primordial dalam semua kasus.
Pasal 6
Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah yang tepat, termasuk legislasi, untuk menghapus
semua bentuk lalu lintas perdagangan perempuan dan eksploitasi prostitusi perempuan.
BAGIAN II
Pasal 7
Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi
terhadap perempuan dalam kehidupan politik dan publik negara tersebut, dan khususnya, akan
memastikan hak perempuan, yang setara dengan laki-laki:
(a) Untuk memilih dalam semua pemilihan dan referendum publik dan memenuhi syarat untuk
pemilihan untuk semua badan yang dipilih publik;
(b) Untuk berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah dan pelaksanaannya dan untuk
menduduki jabatan publik dan menjalankan semua fungsi publik di semua tingkat pemerintahan;
(c) Untuk berpartisipasi dalam organisasi non-pemerintah (ORNOP) dan asosiasi yang berhubungan
dengan kehidupan publik dan politik negara.
Pasal 8
Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah yang tepat untuk memastikan kepada
perempuan, dengan kesetaraan dengan laki-laki dan tanpa diskriminasi apa pun, kesempatan untuk
mewakili Pemerintah mereka di tingkat internasional dan untuk berpartisipasi dalam kerja organisasiorganisasi internasional.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
73
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
Pasal 9
1. Pihak-pihak Negara akan memberi perempuan hak-hak setara dengan laki-laki untuk memperoleh,
mengubah, atau mempertahankan kewarganegaraan mereka. Mereka akan memastikan secara
khusus bahwa baik perkawinan dengan orang asing atau pengubahan kewarganegaraan oleh suami
selama perkawinan akan secara otomatis mengubah kewarganegaraan isteri, membuatnya tanpa
kewarganegaraan, atau memaksakan kewarganegaraan suami.
2. Pihak-pihak Negara akan memberi kepada perempuan hak-hak setara dengan laki-laki dalam hal
kewarganegaraan anak-anak mereka.
BAGIAN III
Pasal 10
Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi
terhadap perempuan guna memastikan kepada mereka hak-hak yang sama dengan laki-laki di bidang
pendidikan dan secara khusus untuk memastikan, berdasarkan kesetaraan laki-laki dan perempuan:
(a) Kondisi yang sama untuk pedoman karier dan keterampilan, untuk mengakses studi dan
pemerolehan ijazah di lembaga-lembaga pendidikan untuk semua kategori di wilayah pedesaan
maupun perkotaan; kesetaraan ini akan dipastikan di pendidikan pra-sekolah, umum, teknis,
profesional, dan pendidikan teknis tinggi, maupun semua jenis pelatihan keterampilan;
(b) Akses terhadap kurikulum yang sama, pengujian yang sama, staf pengajar dengan standar
kualifikasi yang sama serta lokasi dan peralatan sekolah dengan kualitas yang sama;
(c) Penghapusan konsep stereotipe apa pun atas peran laki-laki dan perempuan pada semua tataran
dan semua bentuk pendidikan dengan mendorong pendidikan bersama dan jenis lain pendidikan yang
akan membantu mencapai tujuan ini dan, secara khusus, dengan revisi buku teks dan program sekolah
dan adaptasi metode pengajaran;
(d) Kesempatan yang sama untuk mendapat manfaat dari beasiswa dan hibah studi lainnya;
(e) Kesempatan yang sama untuk mengakses program pendidikan berkelanjutan, termasuk program
melek huruf dewasa dan fungsional, khususnya yang ditujukan untuk mengurangi, seawal mungkin,
kesenjangan dalam pendidikan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan;
(f) Penurunan angka keluar sekolah siswa perempuan dan pengaturan program untuk anak perempuan
dan perempuan yang meninggalkan sekolah sebelum waktunya;
(g) Kesempatan yang sama untuk berpartisipasi secara aktif dalam olah raga dan pendidikan fisik;
(h) Akses terhadap informasi pendidikan khusus untuk membantu memastikan kesehatan dan
kesejahteraan jiwa keluarga, termasuk informasi dan nasihat tentang keluarga berencana.
Pasal 11
1. Pihak-pihak Negara mengambil semua langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap
perempuan di bidang ketenagakerjaan untuk memastikan, dengan dasar kesetaraan laki-laki dan
perempuan, hak yang sama, dan secara khusus:
(a) Hak atas pekerjaan sebagai hak mutlak segenap umat manusia;
(b) Hak atas kesempatan pekerjaan yang sama, termasuk penerapan kriteria seleksi yang sama dalam
hal-hal menyangkut ketenagakerjaan;
(c) Hak atas pilihan profesi dan pekerjaan yang bebas, hak atas promosi, keamanan pekerjaan dan
semua tunjangan dan persyaratan layanan, dan hak untuk memperoleh pelatihan dan pelatihan ulang
keterampilan, termasuk magang, pelatihan keterampilan yang maju, dan pelatihan ulangan;
(d) Hak atas upah setara, termasuk tunjangan, dan atas perlakuan yang sama dalam hal pekerjaan
dengan nilai setara, juga kesetaraan perlakuan dalam evaluasi kualitas pekerjaan;
74
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
(e) Hak atas keamanan sosial, khususnya dalam hal pensiun, pengangguran, sakit, cacat, dan lanjut
usia, dan ketidakmampuan untuk bekerja lainnya, maupun hak atas cuti yang dibayar;
(f) Hak atas perlindungan kesehatan dan keamanan dalam persyaratan kerja, termasuk
mempertahankan fungsi reproduksi.
2. Untuk mencegah diskriminasi terhadap perempuan dengan landasan perkawinan atau situasi menjadi
ibu dan untuk memastikan hak yang berlaku untuk pekerjaan, Pihak-pihak Negara akan mengambil
langkah yang tepat;
(a) Untuk melarang, dihadapkan pada kewajiban sanksi, pembebasan dengan alasan kehamilan atau
cuti karena menjadi ibu (maternitas) dan diskriminasi dalam pemecatan karena status perkawinan;
(b) Mengenalkan cuti kehamilan dibayar atau dengan tunjangan sosial yang sesuai tanpa kehilangan
pekerjaan sebelumnya, senioritas, atau tunjangan sosial;
(c) Untuk mendorong ketersediaan layanan sosial yang mendukung yang diperlukan guna
memungkinkan orang tua memadukan kewajiban keluarga dengan tanggung jawab pekerjaan dan
partisipasi dalam kehidupan publik, khususnya melalui promosi pembentukan dan pengembangan
jaringan fasilitas pelayanan anak;
(d) Memberi perlindungan khusus kepada perempuan selama kehamilan untuk jenis-jenis pekerjaan
yang terbukti merusak bagi mereka.
3. Legislasi yang melindungi yang berhubungan dengan masalah-masalah yang tercakup dalam pasal ini
akan ditinjau secara berkala menurut pengetahuan ilmiah dan teknologi dan akan direvisi, dicabut, atau
diperluas di mana perlu.
Pasal 12
1. Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah yang tepat untuk menghapuskan diskriminasi
terhadap perempuan di bidang perawatan kesehatan untuk memastikan, dengan dasar kesetaraan
laki-laki dan perempuan, akses terhadap layanan perawatan kesehatan, termasuk yang terkait dengan
keluarga berencana.
2. Alihalih ketetapan pada ayat 1 pasal ini, Pihak-pihak Negara akan memastikan layanan perempuan
yang memadai dalam hubungan dengan masa kehamilan, melahirkan, dan pasca-kelahiran, memberi
layanan cuma-cuma ketika perlu, selain juga gizi mencukupi selama kehamilan dan masa menyusui
(pemberian ASI).
Pasal 13
Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi
terhadap perempuan di bidang lain kehidupan ekonomi dan sosial guna memastikan, berdasarkan
kesetaraan laki-laki dan perempuan, hak-hak yang sama, khususnya:
(a) Hak atas tunjangan keluarga;
(b) Hak atas pinjaman bank, hipotek, bentuk-bentuk lain kredit finansial;
(c) Hak atas partisipasi dalam kegiatan rekreasional, olah raga, dan semua aspek kehidupan budaya.
Pasal 14
1. Pihak-pihak Negara akan mempertimbangkan masalah-masalah khusus yang dihadapi perempuan
pedesaan dan peran-peran penting yang dimainkan perempuan pedesaan dalam bertahan secara
ekonomi keluarga mereka, termasuk pekerjaan mereka dalam sektor-sektor ekonomi yang tidak
menghasilkan uang , dan akan mengambil semua langkah yang tepat untuk memastikan pelayanan
Konvensi ini untuk perempuan di wilayah pedesaan.
2. Pihak-pihak Negara akan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi
terhadap perempuan dalam wilayah pedesaan untuk memastikan, berdasarkan kesetaraan laki-laki
pedesaan, secara khusus, akan memastikan hak perempuan:
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
75
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
(a) Untuk berpartisipasi dalam perluasan dan pelaksanaan perencanaan pengembangan pada semua
tingkatan;
(b) Memiliki akses terhadap fasilitas perawatan kesehatan yang memadai, termasuk informasi,
konseling, dan layanan keluarga berencana;
(c) Mendapat manfaat secara langsung dari program-program keamanan sosial;
(d) Untuk memperoleh semua jenis pelatihan dan pendidikan, formal dan non-formal, termasuk yang
berhubungan dengan kemelekhurufan fungsional, maupun, antara lain, manfaat semua layanan
komunitas dan penyuluhan, untuk meningkatkan kemampuan teknis mereka;
(e) Untuk menata kelompok yang membantu diri sendiri dan koperasi guna mendapat akses yang
sama terhadap kesempatan melalui ketenagakerjaan atau bekerja mandiri;
(f) Untuk berpartisipasi dalam semua aktivitas komunitas;
(g) Untuk memiliki akses terhadap kredit dan pinjaman pertanian, fasilitas pemasaran, teknologi yang
tepat dan perlakuan yang sama dalam reformasi tanah dan pertanian maupun dalam skema pemukiman
kembali lahan;
(h) Untuk menikmati persyaratan hidup yang memadai, khususnya dalam hubungan dengan perumahan,
sanitasi, listrik, dan pasokan air, transportasi, dan komunikasi.
BAGIAN IV
Pasal 15
1. Pihak-pihak Negara akan mempercayakan kepada perempuan kesetaraan dengan laki-laki di
hadapan hukum.
2. Pihak-pihak Negara akan mempercayakan kepada perempuan, dalam hal-hal perdata, kapasitas
hukum yang sama dengan laki-laki dan kesempatan yang sama untuk melakukan kapasitas itu. Secara
khusus, mereka akan memberi kepada perempuan hak-hak yang sama untuk mengakhiri kontrak dan
mengatur properti dan akan memperlakukan mereka setara dalam semua tahap prosedur di pengadilan
dan pengadilan khusus.
3. Pihak-pihak Negara menyepakati bahwa semua kontrak dan semua instrumen pribadi apa pun yang
memiliki efek hukum yang diarahkan untuk membatasi kapasitas hukum perempuan akan dianggap tidak
memiliki kekuatan hukum
4. Pihak-pihak Negara akan mempercayakan kepada laki-laki dan peremuan hak-hak yang sama dalam
kaitan dengan UU yang berhubungan dengan bergeraknya orang dan kebebasan untuk memilih tempat
tinggal atau domisili.
Pasal 16
1. Pihak-pihak Negara akan mengambil semua langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi
terhadap perempuan dalam semua urusan yang berhubungan dengan perkawinan dan hubungan
keluarga dan khususnya akan memastikan, dengan dasar kesetaraan laki-laki dan perempuan:
(a) Hak yang sama untuk memasuki perkawinan;
(b) Hak yang sama untuk bebas memilih pasangan dan memasukan perkawinan hanya dengan
persetujuan yang bebas dan sepenuhnya;
(c) Hak dan tanggung jawab yang sama selama perkawinan dan pengakhirannya;
(d) Hak dan tanggung jawab yang sama sebagai orang tua, tidak terkait status perkawinan; dalam
urusan yang menyangkut anak-anakmereka; dalam semua kasus kepentingan anak-anak adalah yang
paling penting;
(e) Hak yang sama untuk secara bebas dan bertanggung jawab untuk memutuskan jumlah dan
jarang kelahiran anak dan untuk memiliki akses terhadap informasi, pendidikan, dan cara-cara untuk
memungkinkan mereka memenuhi hak-hak ini;
76
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
(f) Hak-hak dan tanggung jawab yang sama dalam kaitan dengan perwalian, dan adopsi anak, atau
lembaga-lembaga serupa tempat konsep-konsep ini ada dalam legislasi negara; dalam semua kasus
kepentingan anak adalah yang paling penting;
(g) Hak-hak pribadi yang saama sebagai suami dan isteri, termasuk hak untuk memilih nama keluarga,
profesi, dan pekerjaan;
(h) Hak-hak yang sama untuk kedua pasangan dalam hal kepemilikan, penguasaan, pengelolaan,
administrasi, menikmati dan mengatur properti, apakah bebas biaya atau untuk pertimbangan berharga.
2. Pertunangan dan perkawinan anak tidak akan memiliki efek hukum, dan semua tindakan yang
diperlukan, termasuk legislasi, akan akan dilakukan untuk menentukan usia minimum untuk perkawinan
dan mendaftarkan perkawinan di pencatatan resmi adalah wajib.
BAGIAN V
Pasal 17
1. Untuk tujuan mempertimbangkan kemajuan yang dibuat dalam pelaksanaan Konvensi, akan
dibentuk Komite untuk Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (selanjutnya disebut sebagai
Komite) yang pada saat berlakunya Konvensi, terdiri atas, delapan belas (18) dan, setelah ratifikasi atau
kesepakatan Konvensi oleh Pihak Negara ketiga puluh lima, dua puluh tiga pakar dengan tingkat moral
tinggi serta memiliki kompetensi dalam bidang yang dicakup oleh Konvensi. Para pakar akan dipilih
oleh PIhak-pihak Negara di antara warna negara mereka dan akan bekerja dalam kapasitas pribadi
mereka, pertimbangan diberikan pada distribusi geografis yang adil dan kepada perwakilan berbagai
bentuk peradaban maupun sistem hukum utama.
2. Para anggota Komite akan dipilih dengan kotak suara rahasia dari daftar orang-orang yang
dicalonkan Pihak-pihak Negara. Setiap Pihak Negara boleh mencalokan satu orang dari warga
negaranya sendiri.
3. Pemilihan awal akan dilakukan enam bulan sesudah tanggal tanggal berlakunya Konvensi ini.
Paling tidak tiga bulan sebelum tanggal pemilihan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
akan mengirim surat kepada Pihak-pihak Negara untuk mengundang mereka untuk menyampaikan
pencalonan dalam waktu dua bulan. Sekretaris Jenderal akan menyiapkan daftar dalam urutan
alfabetis dari semua orang yang dicalonkan, yang memperlihatkan Pihak-pihak Negara yang
mencalonkan mereka, dan akan menyampaikannya kepada Pihak-pihak Negara.
4. Pemilihan para anggota Komite akan dilakukan pada pertemuan Pihak-pihak Negara yang diadakan
oleh Sekretaris Jenderal di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada pertemuan itu, di mana
dua pertiga Pihak-pihak negara akan membentuk kuorum, orang-orang yang dipilih untuk Komite
adalah mereka yang menjadi calon yang memperoleh jumlah suara terbanyak dan mayoritas suara
mutlak dari perwakilan Pihak-pihak Negara yang hadir dan memberi suara.
5. Para anggota Komite akan dipilih untuk masa empat tahun. Namun, masa kerja sembilan anggota
yang dipilih pada pemilihan pertama akan berakhir pada akhir dua tahun; langsung setelah pemilihan
pertama nama-nama sembilan anggota ini akan dipilih dengan menggunakan kertas suara oleh Ketua
Komite.
6. Pemilihan lima anggota tambahan Komite akan dilakukan sesuai dengan ketetapan ayat 2, 3, dan 4
pasal ini, menyusul ratifikasi atau kesepakatan ketiga puluh lima. Masa kerja dua anggota tambahan
yang dipilih pada kesempatan ini akan berakhir pada akhir dua tahun, nama-nama dua anggota ini
telah dipilih dengan metode kertas suara oleh Ketua Komite.
7. Untuk mengisi lowongan tidak resmi, Pihak Negara yang pakarnya berhenti berfungsi sebagai
anggota Komite akan menunjuk pakar lain di antara warga negaranya, dan perlu mendapat persetujuan
Komite.
8. Para anggota Komite akan, dengan persetujuan Majelis Umum, menerima pembayaran dari sumber
daya PBB dengan persyaratan dan ketentuan seperti ditetapkan Majelis, dengan memperhatikan
pentingnya tanggung jawab Komite.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
77
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
9. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menyediakan staf dan fasilitas yang
dibutuhkan untuk kinerja efektif fungsi-fungsi Komite di bawah Konvensi ini.
Pasal 18
1. Pihak-pihak Negara mengupayakan untuk menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa, dengan pertimbangan Komite, sebuah laporan tentang langkah-langkah legislatif,
kehakiman, administratif, atau lainnya yang telah mereka adopsi untuk memberi pengaruh pada
ketetapan Konvensi ini dan pada kemajuan yang dibuat dalam hal ini:
(a) Dalam satu tahun sesudah berlaku bagi Negara bersangkutan:
(b) Sesudah paling sedikit empat tahun dan selanjutnya kapan pun Komite memintanya.
2. Laporan-laporan dapat memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemenuhan
kewajiban menurut Konvensi ini.
Pasal 19
1. Komite akan mengadopsi aturan-aturan prosedurnya sendiri.
2. Komite akan memilih pejabat untuk masa dua tahun.
Pasal 20
1. Komite akan bertemu untuk masa tidak lebih dari dua minggu setiap tahun untuk
mempertimbangkan laporan-laporan yang disampaikan sesuai Pasal 18 Konvensi ini.
2. Rapat-rapat Komite biasanya akan diselenggarakan di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa
atau di tempat lain yang memudahkan seperti ditentukan oleh Komite.
Pasal 21
1. Komite akan, melalui Dewan Ekonomi dan Sosial, melaporkan setiap tahun kepada Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang aktivitasnya dan dapat membuat usulan dan rekomendasi umum
berdasarkan pemeriksaan laporan dan informasi yang diterima dari Pihak-pihak Negara. Usulan-usulan
dan rekomendasi umum demikian akan dimasukkan dalam laporan Komite bersama-sama dengan
komentar, jika ada, dari Pihak-pihak Negara.
2. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menyampaikan laporan Komite kepada
Komisi tntang Status Perempuan sebagai informasinya.
Pasal 22
Badan-badan khusus memiliki hak untuk diwakili pada pertimbangan pelaksanaan ketetapan demikian
dari Konvensi ini ketika berada dalam cakupan aktivitas mereka. Komite dapat mengundang badanbadang khusus untuk menyampaikan laporan tentang pelaksanaan Konvensi di bidang-bidang yang
berada dalam cakupan kegiatan-kegiatan mereka.
BAGIAN VI
Pasal 23
Tak ada dalam Konvensi ini akan mempengaruhi ketetapan apa pun yang lebih kondusif untuk
pencapaian kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang mungkin terkandung:
(a) Dalam legislasi Pihak Negara; atau
(b) Dalam konvensi, perjanjian, atau kesepakatan internasional lainnya yang berlaku untuk Negara itu
Pasal 24
Pihak-pihak Negara berupaya untuk mengadopsi semua langkah-langkah yang diperlukan pada tingkat
nasional yang tujuannya mencapai pelaksanaan penuh hak-hak yang diakui dalam Konvensi ini.
78
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
Pasal 25
1. Konvensi ini akan terbuka untuk ditandatangani oleh semua Negara.
2. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa ditunjuk sebagai yang dipercayakan untuk
Konvensi ini.
3. Konvensi ini untuk diratifikasi. Instrumen-instrumen ratifikasi akan dipercayakan kepada Sekretaris
Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
4. Konvensi ini akan terbuka untuk kesepakatan oleh semua Negara. Kesepakatan akan berlaku
dengan penyerahan instrumen kesepakatan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 26
1. Permohonan revisi Konvensi ini dapat dilakukan kapan saja oleh Pihak Negara dengan cara
pemberitahuan tertulis yang disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
2. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memutuskan langkah-langkah, jika ada, yang akan
diambil menyangkut permohonan semacam itu. T
Pasal 27
1. Konvensi ini akan berlaku pada hari ketiga puluh sesudah mempercayakan instrumen kedua puluh
ratifikasi atau kesepakatan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
2. Untuk setiap Negara yang meratifikasi Konvensi ini atau sepakat dengan hal itu sesudah penyerahan
instrumen kedua puluh ratifikasi atau kesepakatan, Konvensi ini akan mulai berlaku pada hari ketiga
puluh sesudah tanggal penyerahan instrumen ratifikasi atau kesepakatannya sendiri.
Pasal 28
1. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menerima dan mengedarkan kepada semua
Negara teks keberatan yang dibuat oleh Negara-negara pada saat ratifikasi atau kesepakatan.
2. Persyaratan yang tidak sesuai dengan obyek dan tujuan Konvensi ini tidak akan diizinkan.
3. Persyaratan dapat ditarik kapan saja dengan pemberitahuan yang dialamatkan kepada Sekretaris
Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang kemudian darinya akan menginformasikan semua Negara.
Pemberitahuan semacam itu akan berlaku pada tanggal pemberitahuan itu diterima.
Pasal 29
1. Perselisihan apa pun antara dua atau lebih Pihak Negara menyangkut penafsiran atau penerapan
Konvensi ini yang tidak diselesaikan dengan negosiasi akan, atas permintaan salah satu dari mereka,
diserahkan kepada arbitrasi. Jika dalam waktu enam bulan dari tanggal permohonan arbitrasi, para
pihak tidak mampu bersepakat untuk pengaturan arbitrasi, siapa pun dari pihak-pihak tersebut dapat
merujuk perselisihan itu kepada Pengadilan Internasional sesuai dengan Statuta Pengadilan itu.
2. Setiap Pihak Negara dapat pada saat penandatanganan atau ratifikasi Konvensi atau kesepakatan
ini menyatakan bahwa Pihaknya tidak menganggap dirinya terikat dengan ayat 1 pasal ini. Pihakpihak Negara lain tidak akan terikat dengan ayat itu menyangkut Pihak Negara mana pun yang telah
membuat persyaratan demikian.
3. Pihak Negara mana pun yang telah membuat persyaratan sesuai dengan ayat 2 pasal ini kapan pun
dapat menarik persyaratan dengan pemberitahuan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan BangsaBangsa.
Pasal 30
Konvensi ini, teks-teks dalam bahasa Arab, Cina, Inggris, Prancis, Rusia, dan Spanyol yang sama
otentiknya, akan dipercayakan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
DALAM KESAKSIAN INI yang bertanda tangan di bawah ini, yang diberi wewenang sebagaimana
mestinya, telah menandatangani Konvensi ini.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
79
LAMPIRAN II
KONVENSI UNTUK PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN (CEDAW)
LAMPIRAN III:
SUMBER DAYA CEDAW YANG DISARANKAN
Ada banyak sumber daya menyangkut CEDAW yang tersedia, termasuk sumber daya terpilih di
bawah ini. Preferensi diberikan kepada sumber daya yang tersedia secara daring (online) dan
karena itu lebih mudah untuk diakses.
1. Dokumen CEDAW
• CEDAW Text: Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR). http://www2.
ohchr.org/english/law/cedaw.htm
• CEDAW General Recommendations: Office of the High Commissioner for Human Rights
(OHCHR).
http://www2.ohchr.org/english/bodies/cedaw/comments.htm
• CEDAW Concluding Observations/Comments: The United Nations Human Rights Treaties.
http://www.bayefsky.com/docs.php/area/conclobs/node/2/treaty/cedaw/opt/0
The Office of the High Commissioner for Human Rights is the secretariat of the CEDAW
Committee. Websites listed under 3.1 also contain the CEDAW documents.
2. Publikasi
2.1 Informasi Umum tentang CEDAW dan Penerapannya
• American Bar Association, Central and East European Law Initiative (ABA CEELI). CEDAW
Assessment Tool, 2002.
http://www.abanet.org/rol/publications/cedaw_assessment_tool.shtml
• GTZ and United Nations Development Fund for Women (UN WOMEN). Pathway to Gender
Equality: CEDAW, Beijing and the MDGs, 2004.
http://www.UN Women.org/materials/item_detail.php?ProductID=20
• Partners for Law in Development and UN WOMEN. CEDAW: Restoring Rights to Women.
New Delhi, 2004.
http://www.UN Women.org.in/CEDAW.pdf
• UN WOMEN. Bringing Equality Home: Implementing the Convention on the Elimination of All
Forms of Discrimination against Women, New York, 1998.
http://www.UN Women.org/attachments/products/BringingEqualityHome_eng.pdf
• UN WOMEN. CEDAW Briefing Kit, 2008.
http://cedaw-seasia.org/docs/general/CEDAW_Briefing_Kit.pdf
2.2 CEDAW, Indikator Hukum, dan Tinjauan Hukum
• Cambodian Committee of Women. Violence against Women: How Cambodian Laws
Discriminate against Women: A Cambow Report, 2007.
http://cedaw-seasia.org/docs/cambodia/ViolenceWomenReport2007_ENG.pdf
• CENWOR and UN WOMEN. CEDAW Indicators for South Asia: An Initiative. Sri Lanka, 2004.
80
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
LAMPIRAN III
SUMBER DAYA CEDAW YANG DISARANKAN
http://www.UN Women.org.in/PDF/CEDAW_Indicators.pdf
• UN WOMEN. CEDAW and the Law: A Gendered and Rights-Based Review of Vietnamese
Legal Documents through the Lens of CEDAW. Bangkok, 2009.
http://cedaw-seasia.org/docs/general/CEDAWandVietnamese_Law.pdf
• UN WOMEN. Domestic Violence Legislation and its Implementation: An Analysis for ASEAN
countries based on international standards and good practices. Bangkok, 2009.
http://cedaw-seasia.org/docs/DomesticViolenceLegislation.pdf
• UN WOMEN. Gender Equality Laws: Global Good Practice and Review of Five Southeast
Asian Countries. Bangkok, 2009.
http://cedaw-seasia.org/resource_documents.html#gel_global
• UNDP Regional Bureau for Europe and the CIS. Drafting Gender-Aware Legislation:
How to Promote and Protect Gender Equality in Central and Eastern Europe and in the
Commonwealth of Independent States (CIS), Bratislava, 2003.
http://europeandcis.undp.org/gender/show/67CA99C8-F203-1EE9-B3D3B9C542E18404
• UN WOMEN and UNDP Pacific Centre. Translating CEDAW into Law: CEDAW Legislative
Compliance in Nine Pacific Island Countries, Suva, 2007.
http://pacific.UN Women.org/documents/TranslatingCEDAWIntoLaw.pdf
2.3. Penerapan CEDAW pada Isu-isu Khusus
• Chiongson, Rea Abada. The Right to Decide If, When and Whom to Marry: Obligations of
the State under CEDAW and other International Human Rights Instrument. Kuala Lumpur,
IWRAW Asia Pacific, 2005.
http://www.iwraw-ap.org/aboutus/pdf/OPS_VI.pdf
• Ramaseshan, Geeta. Addressing Rape as a Human Rights Violation: The Role of International
Human Rights Norms and Instruments, Kuala Lumpur, IWRAW Asia Pacific, 2007.
http://www.iwraw-ap.org/aboutus/pdf/OPS10_Final_Publication_Version_Dec_18.pdf
• UN WOMEN. Turning the Tide: CEDAW and the Gender Dimensions of the HIV/AIDS
Pandemic, New York, 2001.
http://www.UN Women.org/materials/item_detail.php?ProductID=13
• UN WOMEN. Women, Peace and Security: CEDAW and Security Council Resolution 1325: A
Quick Guide, 2006.
http://www.UN Women.org/attachments/products/CEDAWandUNSCR1325_eng.pdf
2.4. Sumber Daya CEDAW tentang Asia Tenggara
• Dairiam, Shanthi. The Status of CEDAW Implementation in ASEAN Countries And Selected
Muslim Countries, Kuala Lumpur, IWRAW Asia Pacific, 2004.
http://www.iwraw-ap.org/aboutus/pdf/OPSI.pdf
• Jurnal Perempuan (in Bahasa Indonesia), No. 45, Jakarta, January 2006.
http://cedaw-seasia.org/docs/indonesia/JP45.pdf
• UN WOMEN. CEDAW Training Manual (in Lao), 2009.
http://cedaw-seasia.org/docs/lao/CEDAW_Training_Manual.pdf
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
81
LAMPIRAN III
SUMBER DAYA CEDAW YANG DISARANKAN
• UN WOMEN. Going CEDAW in the Philippines, Bangkok, 2009.
http://cedaw-seasia.org/philippines_resources.html#goingcedaw
• UN WOMEN.The Essentials to Understanding CEDAW, How it Applies to Cambodian Context.
http://cedawseasia.org/docs/cambodia/Essentials_to_Understanding_CEDAWCambodian_
Context_Eng.pdf
• UN WOMEN. Time for Action: Implementing CEDAW in Southeast Asia, Bangkok, 2009. http://
cedaw-seasia.org/resource_documents.html
3. Laman
3.1 Umum
• International Women’s Rights Action Watch Asia Pacific (IWRAW Asia Pacific).
http://www.iwraw-ap.org/convention.htm
• Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR)
http://www2.ohchr.org/english/law/cedaw.htm
• United Nations Development Fund for Women (UN WOMEN).
http://www.UN Women.org/gender_issues/human_rights/
• United Nations Human Rights Treaties.
http://www.bayefsky.com/treaties/cedaw.php
• University of Minnesota Human Rights Library.
http://www1.umn.edu/humanrts/cedaw/cedaw-page.htm
3.2 Asia Tenggara
• Cambodian National Council for Women.
http://cncw.gov.kh/page.php?menu=5
• CEDAW in Action in Southeast Asia
http://cedaw-seasia.org/resource_documents.html#gel_global
• CEDAW-Watch Philippines.
http://www.cedaw-watch.org/resources.htm
• CEDAW Working Group Initiative (Indonesia).
http://cwgi.wordpress.com/
• National Commission for the Advancement of Women in Vietnam.
http://www.ubphunu-ncfaw.gov.vn/?lang=E&func=news&catid=191&MN=173
• UN WOMEN CEDAW Southeast Asia Programme.
http://www.UN Women-eseasia.org/Cedaw_and_Human_Rights/in_action.html
• Women’s Aid Organisation (Malaysia).
http://www.wao.org.my/research/cedaw.htm
82
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
DAFTAR ACUAN PILIHAN
Banda, Fareda. Project on a Mechanism to Address Laws that Discriminate against Women,
(commissioned by Office of the High Commissioner for Human Rights- Women’s Rights and
Gender Unit), http://www.ohchr.org/EN/PublicationsResources/Pages/Publications.aspx
Bernas, Joaquin. The 1987 Philippine Constitution: A Comprehensive Reviewer, Manila, Rex
Bookstore, 2006.
CENWOR and UN WOMEN. CEDAW Indicators for South Asia: An Initiative. Sri Lanka, 2004
Diaz, Noli. Statutory Construction (3rd ed.), Manila, Rex Bookstore, 2007.
IWRAW Asia Pacific. Monitoring Guide: A Model for Monitoring the Implementation of the
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women, Kuala Lumpur.
Erturk, Yakin. Promotion and Protection of All Human Rights, Civil, Political, Economic, Social and
Cultural, Including the Right to Development, Report of the Special Rapporteur on Violence
against Women, Its Causes and Consequences, United Nations Human Rights Council, A/
HRC/7/6, 29 January 2008.
Moser, Annalise. Gender and Indicators: Overview Report, Bridge and UNDP, July 2007.
Rodriguez, Rufus. Introduction to Law, Manila, Rex Book Store, 2001.
UNDP. Drafting Gender-Aware Legislation: How to Promote and Protect Gender Equality
in Central and Eastern Europe and in the Commonwealth of Independent States (CIS),
Bratislava, 2003.
UNDP. Programming for Justice: Access for All: A Practitioner’s Guide to a Human Rights-Based
Approach to Access to Justice, Bangkok, 2005.
UN WOMEN. CEDAW and the Law: A Gendered and Rights-Based Review of Vietnamese Legal
Documents through the Lens of CEDAW, Bangkok, 2009.
UN WOMEN. Indicators to Measure Violence against Women: Expert Group Meeting, (organized
by UN Division for the Advancement of Women, UN Economic Commission for Europe and
UN Statistical Division), Geneva, 8-10 October 2007.
UN WOMEN and UNDP Pacific Centre. Translating CEDAW into Law: CEDAW Legislative
Compliance in Nine Pacific Island Countries, Suva, 2007.
Women’s Legal Bureau. A Legislative Advocacy Manual for Women, Quezon City, 2001.
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
B u k u Pe g a n g a n u n t u k T i n j a u a n H u k u m B e r b a s i s C E DA W
83
1
PArt OnE:
CEDAW AnD lEgAl rEviEWs
CATATAN:
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
6
Do Our Laws Promote Gender Equality?
A Handbook for CEDAW-Based Legal Reviews
Apakah Hukum Kita Meningkatkan Kesetaraan Gender?
Buku Pegangan untuk Tinjauan Hukum berbasis CEDAW
merupakan panduan yang mudah dipergunakan dalam
melakukan tinjauan hukum untuk mengidentifikasi apakah
hukum tersebut mendiskriminasi perempuan. Menggunakan
Konvensi Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan (CEDAW) sebagai kerangka bekerja,
buku pegangan ini khusus disusun berdasarkan pengalaman
di Asia Tenggara, namun dapat diterapkan secara global,
memberikan panduan langkah demi langkah proses
pengukuran kepatuhan hukum nasional terhadap CEDAW.
Dimulai dari perencanaan tinjauan hukum, dilengkapi saransaran untuk mengupayakan keberhasilan dalam proses
tersebut, panduan ini membantu pemerintah, LSM, akademisi
dan praktisi yang bekerja membangun kesetaraan gender
menyusun indikator tinjauan hukum berbasis CEDAW,
mengenali pasal-pasal diskriminasi dan kesenjangan yang
ada dengan indikator tersebut, membuat rekomendasi dan
menggunakan tinjauan hukum berbasis CEDAW sebagai
cara advokasi untuk perubahan hukum demi mencapai
kesetaraan gender.
Download