BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya pemanasan global tidak lepas dari semakin meningkatnya kebutuhan manusia terhadap sumber daya alam. Besarnya kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh kemajuan jaman yang terus berkembang, sehingga sumber daya alam terus dimanfaatkan tanpa memperhatikan perubahan terhadap lingkungan. Pembakaran bahan bakar fosil, pembakaran sampah, limbah industri, kebakaran hutan, merupakan beberapa kegiatan yang telah memberikan pengaruh buruk terhadap kualitas udara. Kegiatan tersebut diatas seperti pembakaran bahan bakar fosil dan limbah industri berlangsung secara terus menerus sehingga menghasilkan gas-gas yang termasuk dalam gas rumah kaca. Salah satu gas rumah kaca yang dihasilkan adalah karbon dioksida (CO2). Keberadaan gas rumah kaca ini yang semakin meningkat akan menyebabkan perubahan iklim. Berdasarkan data global, gas-gas di permukaan bumi yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah karbon dioksida (CO 2), nitrous oksida(N2O) dan gas metana (CH4). Kandungan gas CO2,N2O dan CH4 masingmasing 60%, 5% dan 15% berkontribusi sebagai penyebab efek gas rumah kaca (Rodhe,1990). Konsetrasi gas-gas ini di atmosfer telah meningkat pesat sejak revolusi industri, dan masih meningkat setiap tahun masing-masing sebesar 0,5%, 0,3% dan 1,1% (IPCC,2001). Konsentrasi gas CO2 di permukaan bumi sangat 1 dominan, sehingga perlu dilakukan kegiatan yang dapat mengurangi konsentrasi gas tersebut di atmosfer. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (dalam hal ini gas CO2) adalah dengan menyerap emisi gas. Penyerapan emisi gas dapat dilakukan oleh hutan yang merupakan tempat penyimpan karbon alami yang utama di permukaan bumi.Semakin meningkatnya kegiatan degradasi dan deforestasi telah mendorong negara- negara maju untuk menentang kegiatan eksploitasi hutan yang pada umumnya terjadi di negaranegara yang masih berkembang seperti indonesia. Hal ini dilakukan demi mencegah terjadinya banjir, longsor, kebakaran hutan. Dalam kaitannya dengan pemanasan global,maka hutan di negara- negara berkembang khususnyaindonesia dapat berfungsi sebagai penyerap karbon (carbon sink). Sehingga dalam menghadapi permasalahan ini, negara –negara di dunia melakukan Konvensi Perubahan Iklim (UN Frame Convention on Climate Change(UNFCC)). Hasil dari konvensi ini adalah terbentuknya kegiatan Kyoto Protocol.Kyoto Protocol adalah sebuah instrumen hukum (legal instrumen) yang dirancang untuk mengimplementasikan Konversi Perubahan Iklim yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) agar tidak menggangu sistem iklim bumi (Murdiyarso,2003). Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) adalah salah satu mekanisme fleksibel yang dihasilkan oleh Kyoto Protocol sebagai langkah nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di bumi. Kegiatan ini mengarah pada perdagangan karbon oleh negara maju kepada negara berkembang. 2 Indonesia sebagai negara berkembang terlibat dalam kegiatan ini. Perdagangan karbon merupakan mekanisme pasar yang membatasi peningkatan karbon dioksida (CO2) di atmosfer, dimana karbon dihargai secara ekonomi oleh negara –negara maju yang memiliki pabrik –pabrik yang menghasilkan emisi CO 2 ke atmosfer. Negara – negara berkembang yang memiliki banyak hutan akan menyeimbangkan melalui pemberian kompensasi (insentif) kepada bagi negara pemilik hutan. Pada daerah tropis seperti indonesia, potensi pertumbuhan sangat tinggi dan juga tersedia daerah yang sangat luas untuk dihutankan kembali, sehingga daerah tropis sangat mampu untuk mengatur dan menyimpan karbon dalam jumlah yang besar (Purwanto dan Shiba, 2005). Hutan sebagai penyedia jasa lingkungan memberikan pengaruh besar dala penyerapan karbon di atmosfer.Sehingga untuk ikut terlibat dalam kegiatan perdagangan karbon dunia, indonesia memerlukan persiapan yang matang. Salah satunya adalah dengan menyediakan data dan informasi mengenai besarnya kandungan karbon yang ada di hutan indonesia. Namun saat ini pengetahuan masyarakat tentang hutan sebagai alternatif terbaik penyimpan karbon masih rendah, hal ini terlihat dari kegiatan masyarakat yang sering membuka lahan baru untuk kegiatan pertanian. Salah satu contoh adalah di Sumatera Utara khususnya pada tegakan pinus. Hutan Informasi-informasi inilah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui peran hutan (dalam hal ini adalah tegakan pinus) dalam menyerap karbon dioksida (CO2). Penelitian ini mengkaji tentang potensi biomassa dan karbon tegakan pinus pada 3 organ pohon akar dan diharapkan dapat memberikan informasi tentang besarnya kandungan karbon khususnya di hutan rakyat. 4 1.2. Rumusan Masalah Pemanasan global menjadi masalah yang dihadapi oleh seluruh makluk hidup di bumi ini. Sehingga dalam penanganannya harus melibatkan semua orang, bukan hanya pihak-pihak tertentu yang berkepentingan saja. Salah satu alternatif yang dilakukan dunia dalam menangani masalah pemanasan global adalah dikeluarkannya kebijakan Kyoto Protokol dengan mekanisme CDM (Clean Development Mechanism).Dalam kebijakan ini, negara-negara maju berkejawiban untuk mengatur target kuantitatif penurunan emisi dan target waktu penurunan emisi. Sedangkan negara berkembang tidak memiliki kewajiban atau komitmen untuk menurunkan emisinya, sebab negara berkembang memiliki hutan yang cukup luas untuk menyerap emisi gas rumah kaca.Indonesia sebagai negara berkembang yang terletak didaerah tropis diharapkan ikut ambil bagian dalam mekanisme CDM ini.Ratifikasi Kyoto Protocol akan menarik dana baru melalui CDM dimana kegiatan investasi itu akan memberikan dana tambahan sebagai kompensasi atas pembatalan emisi GRK karena proyek tersebut dilaksanakan pada sektor-sektor yang mampu menekan emisi atas meningkatnya penyerapan karbon.Informasi tentang potensi kandungan karbon yang tersimpan dalam suatu tegakan hutan saat ini menjadi sangat penting untuk ditaksir dalam perhitungan potensi tegakan berkenaan dengan adanya kegiatan perdagangan karbon. Perhitungan kandungan karbon dibawah permukaan tanah (below ground) masih jarang dilakukan khususnya pada akar tegakan pinus, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar dapat memberikan informasi baru mengenai kandungan karbon khususnya di hutan rakyat. Hal inilah yang menjadikan 5 perlunya dilakukan penelitian tentang potensi kandungan biomassa dan karbon pada organ akar tegakan pinus khususnya pada hutan rakyat. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kandungan biomassa dan karbon pada bagian organ akar (tunggang/besar, sedang/lateral, kecil/serabut) tegakan pinus. 2. Membuat persamaan allometrik untuk menaksir biomassa dan karbon pada organ akar pohon pinus. 3. Mengetahui potensi hutan rakyat tegakan pinus dalam menyimpan biomassa dan karbon akar. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai potensi biomassa dan karbon pinus pada hutan rakyat. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan masyarakat dan pemerintah maupun pihak-pihak terkait sadar akan pentingnya hutan sebagai penyedia jasa lingkungan dalam menyerap karbon. 6