Yayasan Tananua Flores Sebagaimana telah disebutkan dalam paparan umum tentang kelembagaan Yayasan Tananua, Yayasan Tananua Flores merupakan salah satu cabang dari Yayasan Tananua. Perluasan wilayah pelayanan Yayasan Tananua ke Pulau Flores khususnya di Kabupaten Ende dilakukan pada tahun 1988 dengan issue program pertama pada waktu itu adalah Bidang Kesehatan. Dalam perjalanannya, bidang-bidang program yang dikembangkan Yayasan Tananua Flores terus berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan pada wilayah dampingan. Bidang program yang dikembangkan Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dan dalam upaya mendukung visi dan misi yang digariskan maka sejak awal mula kehadiran Yayasan Tananua Flores berkiprah diri dalam kegiatan pengembangan masyarakat pedesaan dalam rangka meningkatkan ketahanan komunitas melalui pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat dengan beberapa bidang kegiatan utama sebagai berikut : 1. Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan (Sustainable Agriculture) Pertimbangan utamanya adalah karena sebagian besarmasyarakat NTT adalah petani lahan kering, umumnya mereka tinggal dipegunungan, daerah berbukit-bukit dan terisolasi, sehingga napas pembangunan sulit menyentuh kehidupan mereka. Konsekwensi logisnya bahwa kondisi kesejahteraan justru dari waktu kewaktu terus merosot. Hal ini disebabkan oleh semakin langkahnya sumber daya yang ada (lahan dan hutan) karena system pertanian yang dikembangkan tidak menjamin keberlanjutan dan keberhasilan usaha mereka. Yang pada gilirannya turut mengundang degradasi lingkungan secara makro. Teknologi yang ditawarkan dan dikembangkan bersama masyarakat diproyeksikan untuk bisa meningkatkan penghasilan secara berkesinambungan serta menunjang terciptanya suatu kondisi lingkungan yang aman bagi banyak manusia. Teknologi pertanian lahan kering secara berkelanjutan yang dikembangkan YTN Flores antara lain: ▪ Pengawetan Tanah dan air ▪ Pengembangan Tanaman Umur Panjang ▪ Usaha Peternakan 2. Program Kesehatan Primer Pertimbangannya adalah karena kesehatan merupakan salah satu masalah besar di NTT. Misalnya angka kematian balita yang masih tergolong tinggi, angka harapan hidup masih rendah, kondisi lingkungan masih cukup memprihatinkan serta masih merajalelanya sejumlah penyakit rakyat seperti malaria, penyakit kulit, cacingan, diare dan kurang gizi. Manyadari akan keterbatasan serta ingin berperan pada bagian yang belum cukup diperhatikan maka Yayasan Tananua memfokuskan diri pada upaya masyarakat agar bisa mengelolah kesehatannya sendiri (Primary Health Care – PHC). Kegiatan kesehatan primer mulai tahun 1987 di desa Demulaka kecamatan Ndona, Ende Flores. Sampai sekarang program kesehatan masih dikembangkan di cabang Flores dan pula pada kedua cabang Tananua yang lain juga mengembangkannya. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan sehubungan dengan kesehatan primer ialah: Pengembangan Tanaman Obat tradisional, praktek meramu obat tradisional, Pengembangan tanaman bergizi (Dapur hidup), mengolah makanan bergizi, Sanitasi dan kebersihan lingkungan, Kesehatan ibu dan anak serta air bersih. 3. Program Ekonomi Kerakyatan 33 Pertimbangannya adalah karena salah satu masalah yang melanda masyarakat NTT dari sudut ekonomi NTT adalah menempati urutan paling akhir dalam hal jumlah pendapatan per kapita paling rendah dibanding dengan propinsi lain di Indonesia. Persoalan ini terjadi sebagai akibat dari sistem pasar yang tidak berpihak pada rakyat alias pasar yang tidak adil, yang didukung dengan terbatasnya sumberdaya manusia petani, tidak adanya akses ke sumber modal, rendahnya informasi pasar, rendahnya kwalitas produk, belum adanya wadah ekonomi yang aspiratif dan lain-lain. Melihat persoalan ini maka Tananua memfokuskan diri pada upaya memfasilitasi petani agar memiliki organisasi ekonomi yang aspiratif melalui kelompok usaha bersama baik simpan pinjam, kios maupun pasar komoditi, usaha penjualan sembako, arisan, pengembangan koperasi, jaringan pemasaran dan sosialisasi kebijakan (UU anti monopoli). Untuk kegiatan dalam bidang ini sejak tahun1998 Tananua telah memfasilitasi sebua Koperasi Serba Usaha yakni KSU Kebekolo, yang beranggotakan tiga ribuan petani dari desa-desa dampingan. Selain Koperasi di des.a-desa ada sejumlah Usaha Bersama Simpan pinjam, Usaha bersama Kios. Kehadiran Koperasi maupun usaha bersama ditingkat desa mulai dirasakan oleh petani. 4. Penguatan Institusi Lokal Ketimpangan yang terjadi dalam tingkat masyarakat adalah tidak seimbangnya perolehan dan pemanfaatan sumberdaya, serta penentu kebijakan, sehingga pada warga masyarakat tertentu terjadi surplus sedangkan yang lainnya minus. Hal ini terjadi sebagai jawaban atas persoalan hilangnya nilai gotong royong (social) yang diwariskan dan mengarah kepada individualis (ekonomis). Ketimpangan yang demikian terjadi secara struktural. Pada tingkat masyarakat sudah memiliki Institusi local seperti institusi adat, kelompok tani dan yang lainnya, namun belum diberi peluang lebih banyak untuk berkembang, bahkan dihimpit melalui kebijakan sehingga harus kerdil dan mati. Sejak awal pendampingan Yayasan Tananua, pendampingan yang dilakukan adalah secara Individu maupun kelompok, dan akhir-akhir fokus pada kelompok. Pilihan pendampingan kelompok agar penyebaran informasi bantuan lebih merata (luas) dan persoalan yang sama dapat diselesaiakan dan diperjuangkan secara bersama. Perkembangan institusi local dalam ini kelompok tani sampai saat ini sejumlah 184 kelompok dampingan dari 21 desa. Dari jumlah kelompok tersebut ada yang sudah dikelompokan sebagai kelompok maju, kelompok berkembang dan kelompok jalan ditempat. Disamping kelompok tani diatas, setahun terakhir Tananua bersama koalisis LSM sedang memfasilitasi penegakan kedaulatan istitusi adat melalui forum perjuangan masyarakat adat dan sebuah aliansi yakni Aliansi Masyarakat Adat Tiwu Telu (AMATT) 5. Pengembangan Pendekatan Partisipatif Yayasan Tananua juga memberikan perhatian khusus terhadap “Pengembangan Pendekatan Partisipatif” Hal ini diupayakan untuk diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan Yayasan Tananua sendiri, tetapi juga memberikan dukungan kepada lembaga-lembaga mitra lain baik LSM maupun pemerintah. Wujud konkrit dari pengembangan partisipatif ini ialah pengembangan media dan pengembangan metodologi Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA merupakan salah satu metode yang mendekati perwujudan partisipasi maksimal masyarakat yang terus dikembangkakn di Yayasan Tananua, dimana PRA selalu digunakan dalam setiap kegaiatan pendampingan masyarakat. 34 Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Secara keseluruhan jumlah staf YTN Flores sebanyak 12 orang yang terdiri dari 10 orang staf tetap dan 2 orang relawan. Sedangkan bidang keahlian yang dimiliki adalah : • Bidang Teknis Pertanian : 10 orang • Bidang Methodologi Pendekatan Masyarakat : 6 orang. Wilayah program Wilayah geografis yang dilayani program adalah daerah hulu yang terletak di Kecamatan Ndona Timur, Wolojita, Wolowaru, Lio Timur, Kotabaru, Maurole dan Detusoko Kabupaten Ende. Yayasan Tananua Flores di Kabupaten Ende sampai saat ini mendampingi 24 desa yang tersebar pada 8 wilayah kecamatan seperti tertera dalam tabel berikut. No. 1. 2. 3. 4. Kecamatan Ndona Timur Wolojita Lio Timur Wolowaru 5. 6. 7. 8. Kelimutu Kotabaru Detukeli Detusoko Desa Roga Nuamulu, Pora, Wiwipemo, Wolojita, Tenda Wonda, Wololele A Wolosoko, Bokasape Timur, Lisedetu, Liselowobora, Likanaka, Nualise Pemo, Woloara, Koanara, Ndenggarongge Taniwoda, Tanalangi Ndikosapu Wologai Timur, Niowula, Sipijena Mitra Kerjasama Dalam mengembangkan programnya, YTN Flores bekerjasama dengan beberapa mitra yaitu WN, CUSO, Oxfam, Canada Fund, ACCESS, Misereor, Yayasan Bina Swadaya (WFP), VECO Indonesia, Ford Foundation, dan VSO. Dari semua mitra tersebut, sampai tahun anggaran 2004-2005 ini mitra yang masih bekerjasama dengan YTN Flores adalah VECO Indonesia, Ford Foundation, dan VSO Alamat lembaga Jalan Gatot Subroto Lorong Bitta Beach, Gang 2 Kiri Kelurahan Mautapaga Ende – NTT – Indonesia Telpon/Fax : 0381-23565 Email : [email protected] Kontak Person Hironimus Palla Foto-foto pendukung 35