perubahan kebijakan luar negeri israel masa pemerintahan ariel

advertisement
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA
PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA
KEDUA
SKRIPSI
Disusun oleh:
ATINA IZZA
071012108
PROGRAM STUDI S-1 HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
SEMESTER GENAP 2013/2014
1
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA
PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi S-1
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
Disusun oleh:
ATINA IZZA
071012108
PROGRAM STUDI S-1 HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
SEMESTER GENAP 2013/2014
i
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
Perubahan Kebijakan Luar Negeri Israel
Masa Pemerintahan Ariel Sharon dalam Intifada Kedua
ini telah disetujui untuk diujikan di hadapan Komisi Penguji
Senin, 2 Juni 2014
Dosen Pembimbing,
M. Muttaqien, Ph. D
NIP 197301301999031001
Mengetahui,
Ketua Departemen S-1 Hubungan Internasional
M. Muttaqien, Ph. D
NIP 197301301999031001
ii
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Skripsi dengan judul:
Perubahan Kebijakan Luar Negeri Israel
Masa Pemerintahan Ariel Sharon dalam Intifada Kedua
ini telah dipertahankan dihadapan Komisi Penguji
pada hari
di Ruang Sidang Cakra Buana Catur Matra
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
Komisi Penguji
Ketua,
NIP
Anggota I,
Anggota II,
NIP
NIP
iii
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT
Bagian maupun keseluruhan isi dari skripsi dengan judul:
Perubahan Kebijakan Luar Negeri Israel
Masa Pemerintahan Ariel Sharon dalam Intifada Kedua
Ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik pada
bidang studi dan/atau universitas lain dan tidak pernah dipublikasikan/ditulis
oleh individu selain penyusun kecuali dituliskan dengan formal kutipan dalam isi skripsi.
Surabaya, 2 Juni 2014
Penulis,
Atina Izza
NIM 071012108
iv
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN PERSEMBAHAN
My only Lord and King, Allah SWT
My beloved RasulAllah
My Strong Mother
My Super Father
My Lovely Brother and Sisters
v
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN INSPIRASIONAL
“Oh my Rabb! Increase Me in Knowledge” (Surat Ta-Ha:114).
“Glory be to You, we have no knowledge except what you have taught us.
Verily, it is You, the All-Knower, the All-Wise” (Surat Al-Baqara:32).
“And turn not your face away from men with pride, nor walk in insolence
through the earth. Verily, Allah likes not any arrogant boaster” (Surat
Lukman: 18)
“Do not walk proudly on the earth. You cannot cut through the earth, nor
can you rival the moutains in height” (Surat Isra: 37)
“I only complain of my grief and sorrow to Allah...” (Surat Yusuf: 86)
“And seek help in patience and prayer” (Surat Al-Baqarah: 45)
“If you put Allah first, you’ll never be last” (Anonymous)
“You can do anything you want. You can become anyone you want to be. All
you have to do is seek the assistance of Allah along the way” (Anonymous)
“Orang pintar itu banyak, tapi orang beruntung itu dibantu dengan ibadah
dan doa kepada Allah” (Siti Fatimah Wahid)
“Kemampuan manusia itu terbatas, memohonlah hanya kepada Allah (Siti
Fatimah Wahid)
"Siapapun kamu, jadilah yang terbaik dan berguna bagi banyak orang”
(Abdul Wahid Maktub)
vi
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
vii
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ......
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
HALAMAN INSPIRASIONAL ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR.................................................................. x
ABSTRAK ......................................................................................................... xi
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
I.1
Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
I.2
Rumusan Masalah .................................................................... 10
I.3
Kerangka Pemikiran ................................................................. 10
I.4
Hipotesis ................................................................................... 21
I.5
Tujuan Penelitian ...................................................................... 22
I.6
Metodologi Penelitian ............................................................... 22
I.6.1 Definisi Konseptual ......................................................... 22
I.6.1.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri....................... 22
I.6.1.2 Struktur Sistem Internasional ............................. 23
I.6.1.3 Tekanan Internasional ......................................... 23
I.6.1.4 Small Group dan Groupthink .............................. 24
I.6.2 Operasionalisasi Konsep ................................................. 25
I.6.2.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri....................... 25
I.6.2.2 Perubahan Struktur Sistem Internasional ............ 25
I.6.2.3 Tekanan Internasional ......................................... 26
I.6.2.4 Groupthink Pressure ........................................... 27
I.6.3 Tipe Penelitian ................................................................ 27
I.6.4 Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 28
I.6.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 28
viii
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
I.6.6 Teknik Analisis Data ...................................................... 29
I.6.7 SistematikaPenulisan ..................................................... 30
BAB II
ANALISIS LEVEL INTERNASIONAL
SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN .............................................. 31
II.1 Tekanan Internasional
di Awal Pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon............... 31
II.2 11 September 2001 .................................................................... 33
II.3 Operation Defensive Shield ...................................................... 38
II.4 Roadmap Peace.......................................................................... 49
BAB III ANALISIS KELOMPOK KECIL
SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN............................................... 61
III.1 Peran Kelompok Kecil dalam Perumusan
Disengagement Plan ................................................................. 64
III.2 Window of Opportunity oleh Kelompok Kecil.......................... 75
III.3 Disengagement Plan................................................................
80
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xii
LAMPIRAN GAMBAR .................................................................................... xx
ix
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
BAGAN
Bagan I.1
Dinamika Kausal Perubahan Kebijakan Luar Negeri.................. 13
Bagan I.2
Keterlibatan Kelompok dalam Perumusan
Kebijakan Luar Negeri ................................................................ 16
Bagan I.3
Gabungan Kerangka Pemikiran untuk Menjelaskan Perubahan
Kebijakan Luar Negeri Israel dalam Intifada Kedua .................. 20
GAMBAR
Gambar III. 1
Penghancuran Pemukiman Yahudi di Khan Younis.................... 84
Gambar III. 2
Pengevakuasian Pemukim Israel ................................................ .84
x
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRAK
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA
PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
Konflik Israel – Palestina adalah salah satu hasil dari Perang Dunia I dan masih
berlanjut hingga saat ini. Intifada Kedua atau yang dikenal juga dengan Intifada
Al-Aqsa adalah salah satu dari sekian pergolakan yang terjadi diantara Israel –
Palestina. Kunjungan kontroversial Ariel Sharon pada 28 September 2000 ke
Temple Mount dimana Masjid Al-Aqsa juga berlokasi, menjadi pemicu utama
dalam menyulut kemarahan masyarakat Palestina yang kemudian berujung pada
Intifada Kedua. Kondisi keamanan Israel yang rentan akan gerakan-gerakan
Intifada yang diluncurkan kepada Israel, Ariel Sharon, seorang militer garis keras
dengan mudah memenangkan pemilihan umum sebagai Perdana Menteri pada
Februari 2001. Di awal pemerintahannya untuk meningkatkan keamanan Israel
pada Intifada kedua ini ia menerapkan Operation Defensive Shield yang pada
kenyataannya mengarah pada operasi penyerangan, ditandai dengan
diaplikasikannya Targeted Killing Policy dalam memberantas terorisme. Menjadi
sangat kontradiktif di akhir kepemerintahannya, Perdana Menteri Ariel Sharon
yang dikenal sebagai ketua Partai Likud, partai konservatif yang menekankan
pemeliharaan kekuasaan Jewish terhadap Eretz Yisrael (the whole Land of Israel),
mengeluarkan kebijakan Disengagement Plan, kebijakan penarikan senjata dan
tentara Israel serta menarik 8000 lebih pemukim Israel dari West Bank dan Gaza
secara unilateral dalam menanggapi hubungan yang statis pada Intifada Kedua.
Perubahan kebijakan luar negeri Ariel Sharon menjadi sangat kontroversial
terlebih lagi dengan latar belakang Ariel Sharon yang dikenal sebagai Daddy of
the Settlement dan orang yang paling bertanggung jawab pada peristiwa genosida
warga Palestina di Lebanon tahun 1981. Penelitian ini kemudian berusaha
menjawab mengapa terjadi perubahan dalam kebijakan luar negeri Ariel Sharon
pada Intifada Kedua.
Kata Kunci: Perubahan Kebijakan Luar Negeri, Ariel Sharon, Operation
Defensive Shield, Targetted Killing, Disengagement Plan, Unilateral, Gaza, West
Bank.
xi
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1
Latar Belakang Masalah
Intifada Kedua atau yang dikenal dengan Intifada Al-Aqsa adalah perlawanan
rakyat Palestina dalam melawan okupasi Israel; hal ini dipicu oleh kunjungan
kontroversial Ariel Sharon dan 2000 tentara bersenjata pada 28 September 2000
ke Yerusalem untuk mengunjungi Temple Mount atau Haram as Sharif, dimana
baik Western Wall sebagai tempat suci umat Yahudi dan Masjid Al-Aqsa sebagai
situs paling suci ketiga bagi umat Islam keduanya berlokasi.1 Setelah proses
perdamaian di antara Israel – Palestina mengalami kegagalan, dari Oslo hingga
perjanjian Camp David pada Juli 2000, kunjungan Ariel Sharon yang dikenal
sebagai seorang militer garis keras dalam perang Israel – Palestina dilihat sebagai
suatu bentuk provokasi yang menghasut masyarakat Palestina.2 Ofir Akounis,
seorang juru bicara Partai Likud pun menjelaskan kunjungan Ariel Sharon adalah
suatu pernyataan politik untuk menunjukkan bahwasanya di bawah Partai Likud,
Temple Mount atau Harem as Sharif akan tetap berada di bawah kedaulatan
Israel.3
1
Jeremy Pressman, “The Second Intifada: Background and Causes of the Israeli – Palestinian
Conflict”, The Journal of Conflict Studies (online), vol. 23, no.2, 2003, p. 114. Available:
http://journals.hil.unb.ca/index.php/jcs/article/view/220/378 (4 April 2013).
2
Global Security, Al-Aqsa Intifada (online), undated. Available
http://www.globalsecurity.org/military/world/war/intifada2.htm (4 March 2014).
3
Pressman, p. 118.
1
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Melawan okupasi Israel dalam Intifada Kedua, demonstran Palestina
menjadikan pelemparan batu dan bom molotov sebagai senjata utama di awal
perlawanannya. Untuk mengamankan Israel dari serangan demonstran Palestina,
Angkatan Bersenjata Pertahanan Israel (IDF) telah melakukan beberapa aktivitas
militer yang diantaranya adalah melakukan penembakan peluru karet berlapis
logam serta peluru tajam ke arah demonstran.4 Penggunaan persenjataan berat
oleh IDF termasuk penggunaan tank, helikopter, dan peluru tajam terhadap
demonstran telah menyamarkan perbedaan antara zona perang dan zona sipil.
Ketimpangan persenjataan di antara keduanya menyebabkan banyaknya jumlah
warga Palestina baik sipil maupun bukan telah menjadi korban. Bentrokan di
antara Palestina dan pasukan keamanan Israel yang demikian pun terus berlanjut
di akhir tahun 2000 dan sepanjang tahun 2001. Tidak dapat menghadapi IDF
secara langsung, pejuang Palestina kemudian melakukan penyerangan balasan
dengan menggunakan serangan bom bunuh diri di tempat umum sebagai taktik
utama pada Intifada Kedua.5 Serangan bom bunuh diri oleh Palestina tentu
menghasilkan ketidakamanan serta kemarahan yang mendalam di kalangan
masyarakat Israel. Meningkatnya kebutuhan akan keamanan oleh masyarakat
Israel dari gerakan-gerakan Intifada yang diluncurkan oleh pejuang Palestina,
menjadikan Ariel Sharon seorang militer garis keras dari Partai Likud dengan
janji untuk mencapai suatu “keamanan dan perdamaian”6, mendapatkan dukungan
politik terbanyak pada pemilihan umum Februari 2001 dan sah menjadi Perdana
4
Global Security, Al-Aqsa Intifada.
Orna Ben-Naftali and Aeyal Gross, “Arab – Israeli War: The Second Intifada”, Crimes of War
(online), undated. Available: http://www.crimesofwar.org/a-z-guide/arab-israeli-war-the-secondintifada/ (2 February 2013).
6
BBC, “Ariel Sharon: Former Israeli prime minister moved home” (online), BBC, 12 November
2010. Available: http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-11740778 (2 February 2013).
5
2
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Menteri Israel terpilih.7 Sosok Ariel Sharon yang kuat dan keras diharapkan
mampu memberikan keamanan serta dapat mengakhiri serangkaian serangan bom
bunuh diri oleh gerakan “terorisme” pejuang Palestina terhadap Israel.
Menanggapi serangan pejuang Palestina dalam melawan okupasi Israel,
Perdana Menteri Ariel Sharon di awal pemerintahannya menerapkan hard military
solution yang diterapkan melalui kebijakan Operation Defensive Shield pada 29
Maret 2002.8 Operation Defensive Shield adalah kampanye militer besar-besaran
yang dilakukan oleh IDF pada bulan Maret - April 2002, setelah serangkaian
serangan bom bunuh diri terhadap Israel diluncurkan. Operation Defensive Shield
dimulai pada akhir Maret 2002, ditandai dengan pengokupasian kembali wilayahwilayah Palestina, West Bank dan Gaza serta mengepung markas besar pemimpin
Otoritas Palestina Yasser Arafat di Ramallah oleh IDF.9 Operasi yang digelar di
tengah-tengah Intifada Kedua, dimaksudkan untuk mendapatkan kembali kontrol
IDF atas West Bank – yang berada di bawah kontrol penuh Otoritas Palestina,
sehingga memungkinkan untuk menggagalkan serangan “teror” terhadap Israel.10
Sebagai upaya mengatasi serangan “terorisme” oleh Palestina terhadap
Israel, pemerintahan Israel melalui Operation Defensive Shield menggunakan
kebijakan yang dikenal dengan Targeted Killing Policy. Targeted Killing Policy
adalah salah satu cara dalam memberantas “terorisme” dengan menghancurkan
7
BBC, 12 November 2010.
Avi Issacharoff and Amos Harel, “Recollections of Israel's Operation Defensive Shield, ten years
later” (online), Haaretz, 30 March 2012. Available: http://www.haaretz.com/weekend/week-send/recollections-of-israel-s-operation-defensive-shield-ten-years-later-1.421639 (26 May 2013).
9
Guila Flint, “Ariel Sharon, the Butcher of Beirut Dies” (online), Pravda, 13 January 2014.
Available: http://english.pravda.ru/world/asia/13-01-2014/126585-ariel_sharon-0/ (27 February
2014).
10
Ynetnews, “Operation Defensive Shield 2002” (online), Ynetnews, 3 December 2009. Available:
http://www.ynetnews.com/articles/0,7340,L-3685678,00.html (1 June 2013).
8
3
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
infrastruktur “teroris” serta melakukan pembunuhan terhadap aktivis “terorisme”
secara selektif atas persetujuan pemerintah Israel.11 Targeted Killing Policy pada
Intifada Kedua menjadi bagian dari pendekatan ofensif dalam menghadapi
serangan bom bunuh diri pejuang Palestina atau yang dilihat sebagai suatu
gerakan “terorisme”. Melalui Operation Defensive Shield Israel telah melakukan
puluhan operasi simultan baik di darat maupun di udara setiap harinya, termasuk
Targeted Killing Policy yang memiliki efek multi dimensi sehingga menimbulkan
kecaman keras baik dari domestik maupun internasional oleh karena proses
pengimplementasiannya yang telah melanggar Hak Asasi Manusia. Dalam
pengimplementasian Targeted Killing Policy, pejuang bersenjata Palestina bukan
lagi menjadi sasaran satu-satunya oleh IDF dalam melepaskan tembakannya, akan
tetapi ratusan infrastruktur dan nyawa warga sipil Palestina turut menjadi sasaran
lepas tembak IDF.
Pada tahun yang sama, di bawah komando Perdana Menteri Ariel Sharon,
tembok pembatas sepanjang 400 kilometer pun dibangun untuk menghalang
serangan bom bunuh diri masuk ke wilayah Israel. Akan tetapi, tembok dan pagar
yang seharusnya dibangun untuk memisahkan wilayah Israel dan Palestina, telah
dibangun di area yang tidak melewati garis hijau – garis pembatas antara Israel
dan Palestina. Sehingga tembok pembatas yang dibangun atas komando Perdana
Menteri Ariel Sharon telah memisahkan warga Palestina dari warga Palestina
lainnya. Baik kebijakan Operation Defensive Shield maupun Targeted Killing
Policy keduanya telah mendapatkan kecaman keras baik dari pihak domestik
maupun internasional. Menanggapi kecaman keras yang ditujukan kepada Israel,
11
Steven R. David, “Fatal Choices: Israel’s Policy of Targeted Killing”, Mideast Security and Policy
Studies (online), no. 51, 2002, p. 2. Available: http://biu.ac.il/Besa/david.pdf (1 June 2013).
4
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pemerintahan Israel tetap melihat bahwasanya Targeted Killing Policy telah
diterapkan sesuai dengan haknya untuk membela diri dan kebutuhan keamanan
dari serangan “teroris”.12
Di tengah-tengah kecaman keras dari masyarakat domestik dan
internasional, setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Israel pada
Pemilihan Umum 28 January 2003,13 Perdana Menteri Ariel Sharon melalui
pidatonya pada konferensi Herzliya, 18 Desember 2003, mengungkapkan
niatannya akan sebuah perdamaian abadi yang ia aplikasikan melalui kebijakan
Disengagement Plan pada Agustus 2005 setelah mendapatkan persetujuan
parlemen Israel (Knesset) pada Oktober 2004.14 Disengagement Plan adalah
penarikan IDF dan senjata militer Israel serta mengevakuasi 8000 lebih pemukim
Israel dari dua puluh satu pemukiman di Gaza dan empat pemukiman di West
Bank secara unilateral.15 Melalui pidatonya pula pada konferensi Herzliya,
Perdana Menteri Ariel Sharon menjelaskan tujuan dari kebijakan Disengagement
Plan yang ia ungkapkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingkat “teror”
oleh “terorisme” serta memberikan keamanan tingkat tinggi kepada rakyat Israel.
Tidak hanya itu Disengagement Plan juga dipercayai sebagai suatu proses yang
akan membawa Israel ke arah perbaikan dalam kualitas kehidupan serta
membantu menguatkan perekonomian Israel. Langkah unilateral yang dibingkai
12
Avi Kober, “Targetted Killing during the Second Intifada: The Quest for Effectiveness”, Journal
of Conflict Studies (online), vol.27, No.1, 2007, p. 78. Available:
http://journals.hil.unb.ca/index.php/JCS/article/view/8292/9875 (24 May 2013).
13
CNN, “Ariel Sharon Fast Facts” (online), CNN, 12 February 2013. Available:
http://edition.cnn.com/2013/02/12/world/meast/ariel-sharon-fast-facts (2 June 2013).
14
Anonymous, “Prelude to Operation Cast Lead Israel's Unilateral Disengagement to the Eve of
War”, Journal of Palestine Studies, vol. 38, no. 3, 2009, p. 144.
15
Jonathan Rynhold and Dov Waxman, “Ideological Change and Israel’s Disengagement from
Gaza”, Political Science Quarterly (online), vol. 123, no. 1, 2008, p. 11. Available:
http://www.baruch.cuny.edu/wsas/academics/political_science/documents/IdeologicalChangea
ndIsrael.pdf (19 May 2013).
5
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
di bawah kebijakan Disengagement Plan juga akan mengikutsertakan penarikan
IDF sepanjang garis batas keamanan serta mengubah penyebaran pemukiman
Israel, dimana hal tersebut akan mengurangi angka kependudukan Israel yang
berlokasi di tengah-tengah pemukiman Palestina. Kebijakan Disengagement Plan
diharapkan akan mengurangi gesekan antara Israel dan Palestina serta
diharapkannya dua negara Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan satu
sama lain secara damai.
“Like all Israeli citizens, I yearn for peace...We are willing to
proceed toward its implementation: two states Israel and a
Palestinian State living side by side in tranquility, security and
peace.... However, if in a few months the Palestinians still
continue to disregard their part in implementing the Roadmap
Peace then Israel will initiate the unilateral security step of
disengagement from the Palestinians.....”.16
Disengagement Plan sebagai suatu kebijakan telah menjadi perdebatan
baik di antara yang pro dan yang kontra. Para pemukim Yahudi dan penganut
Yahudi garis keras tentu merasa terkhianati oleh kebijakan Disengagement Plan
Perdana Menteri Ariel Sharon dan sangat menentang kebijakan tersebut.17
Kebijakan ini kemudian menjadi pemicu perpecahan di dalam Partai Likud, yang
mana sangat menentang ideologi partai akan pemeliharaan kekuasaan bangsa
Yahudi terhadap Eretz Yisrael (the whole Land of Israel).18 Kebijakan ini pun
16
Ariel Sharon, “Fourth Herzliya Conference Speech”, Israel Ministry of Foreign Affairs, 2003.
Available:
http://www.mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2003/Pages/Address%20by%20PM%20Ariel%20Sharon
%20at%20the%20Fourth%20Herzliya.aspx (1 June 2013).
17
Jefferson Morley, “Israeli Withdrawal From Gaza Explained” (online), The Washington Post, 10
August 2005. Available: http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2005/08/10/AR2005081000713.html (2 June 2013).
18
Rynhold and Waxman, p. 12.
6
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kemudian menjadi pertanda berakhirnya kehadiran tentara militer Israel di Gaza
dan sebagian wilayah West Bank selama 38 tahun semenjak perang six day war di
tahun 1967.19 Benjamin Netanyahu yang menjabat sebagai Menteri Keuangan
dalam pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon periode kedua, sangat
menentang secara keras keputusan Perdana Menteri Ariel Sharon yang dianggap
bersifat sepihak. Disengagement Plan ini kemudian menjadi pemicu perpecahan
di dalam Partai Likud, yang membawa Ariel Sharon untuk kemudian memutuskan
keluar dari Partai Likud dan mendirikan partai baru yakni Partai Kadima, partai
beraliran tengah. Sedangkan Partai Likud yang sebelumnya diketuai oleh Perdana
Menteri Ariel Sharon, kembali diketuai oleh Benjamin Netanyahu.
Perubahan kebijakan yang sangat kontroversial ini ditambah lagi dengan
sosok seorang Ariel Sharon yang dikenal sebagai pemimpin militer dan politik
yang besar ditandai dengan dikenalnya ia sebagai: Daddy of the Settlements,20
promotor tajam perluasan gedung dan perluasan pemukiman Yahudi di wilayahwilayah Palestina; pemrakarsa tembok penghalang di sepanjang perbatasan Israel
- Palestina dan di West Bank.21 Tidak hanya itu, di kalangan bangsa Arab Ariel
Sharon juga dikenal sebagai dalang dari invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982
yang mana selama invasi tersebut, milisi Kristen Lebanon bersekutu dengan Israel
19
Jewish Virtual Library, Ariel Sharon (1928 – present) (online), undated. Available:
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/biography/sharon.html (2 February 2013).
20
Ariel Sharon Life Story, Ariel Sharon Life Story Biography : 1977 – 1982 Settlement Fever and
Peace with Egypt (online), undated. Available: http://www.ariel-sharon-life-story.com/12-ArielSharon-Biography-1977-1982-Settlement-Fever-and-the-Peace-with-Egypt.shtm (3 March 2013).
21
BBC, 12 November 2010.
7
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dalam membantai ratusan warga Palestina di dua kamp pengungsian di bawah
kendali Israel semasa Ariel Sharon menjabat sebagai Menteri Pertahanan Israel.22
Perubahan kebijakan luar negeri dapat dibagi ke dalam dua perubahan
yakni perubahan yang dihasilkan dari perubahan rezim atau transformasi negara
dan perubahan yang terjadi ketika pemerintahan yang sedang berkuasa memilih
untuk mendorong suatu kebijakan luar negeri ke arah yang berbeda.23
Menjelaskan perubahan dalam kebijakan luar negeri, Charles F. Hermann
mengidentifikasikan empat level perubahan kebijakan luar negeri yakni perubahan
pengaturan, perubahan program, perubahan tujuan dan permasalahan, dan
perubahan orientasi internasional.24 Level pertama atau perubahan pengaturan
menekankan pada level usaha untuk mencapai tujuan dengan tidak mengubah
“apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, dan tujuan dari melakukannya”.
Level kedua atau perubahan program mengarah pada perubahan yang dibuat
dalam
metode
atau
sarana
yang
mana
didasarkan
pada
tujuan
dan
permasalahannya. Dengan demikian perubahan program mengubah “apa yang
dilakukan dan bagaimana melakukannya” dan tidak mengubah “tujuan dari
melakukannya”. Level ketiga atau perubahan masalah atau tujuan mengarah pada
situasi dimana permasalahan awal atau tujuan yang mendasari suatu kebijakan
diganti atau telah hilang, sehingga tujuan dalam kebijakan yang baru pun berubah.
Level keempat atau perubahan orientasi internasional adalah perubahan kebijakan
22
Mid East Web, Biography – Ariel Sharon: Prime Minister of Israel (online), undated. Available:
http://www.mideastweb.org/bio-sharon.htm (10 March 2013).
23
Vinsensio Dugis, “Explaining Foreign Policy Change”, Jurnal Masyarakat Kebudayaan daan
Politik, vol. 21, no.2, 2010, p. 103.
24
Charles F. Hermann, “Changing Course: When Governments Choose to Redirect Foreign
Policy”, International Studies Quarterly, vol. 34, no. 1, 1990, p. 5.
8
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
yang paling ekstrem oleh karena melibatkan pengarahan ulang orientasi seluruh
negara terhadap dunia termasuk peran dan aktivitas internasionalnya.
Melihat pemahaman akan perubahan kebijakan luar negeri beserta
indikator-indikator perubahan kebijakan, disimpulkan bahwasanya terdapat
perubahan kebijakan luar negeri Israel masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel
Sharon pada pemerintahan periode pertama dan kedua dalam menanggapi Intifada
Kedua. Pada pemerintahan pertama Perdana Menteri Ariel Sharon, Israel
menerapkan kebijakan Operation Defensive Shield yang bertujuan untuk
meningkatkan keamanan Israel dari gerakan-gerakan Intifada. Melalui Operation
Defensive
Shield,
Israel
menggagalkan
serangan-serangan
“teror”
oleh
“terorisme” Palestina terhadap Israel dengan melakukan pengokupasian kembali
wilayah-wilayah Palestina, West Bank dan Gaza oleh IDF. Dengan tujuan untuk
menggagalkan serangan “terorisme”, dalam Operation Defensive Shield Israel pun
menerapkan Targeted Killing Policy, kebijakan memberantas “terorisme” dengan
menghancurkan infrastrukstur “terorisme” serta melakukan pembunuhan terhadap
aktivis “terorisme”. Tidak hanya itu, IDF pun melakukan pengepungan terhadap
markas besar pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat di Ramallah lengkap
dengan peralatan militernya serta membangun tembok penghalang sepanjang 400
km yang membatasi wilayah Israel – Palestina guna menghalang serangan bom
bunuh diri masuk ke wilayah Israel.
Setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Israel pada Januari
2003, Perdana Menteri Ariel Sharon mengungkapkan niatannya akan perdamaian
abadi melalui kebijakan Disengagement Plan. Melalui konferensi Herzliya pada
9
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Desember 2003, Disengagement Plan diperkenalkan sebagai kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan keamanan Israel serta mengurangi tingkat “teror”
oleh “terorisme” dengan mendorong perdamaian yang didasari oleh Roadmap
Peace Amerika Serikat dalam mencapai perdamaian di antara Israel – Palestina
dan terbentuknya negara Palestina yang hidup berdampingan bersama dengan
Israel. Kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan Israel dengan
cara menarik mundur IDF dan persenjataan militer Israel serta mengevakuasi
8000 lebih pemukim Israel dari dua puluh satu pemukiman di Gaza dan empat
pemukiman Israel di West Bank secara unilateral, disetujui oleh Knesset pada
Oktober 2005 dan diimplementasikan pada 17 Agustus – 12 September 2005.25
I.2
Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang tersebut, muncul kemudian permasalahan pokok
yang menjadi perhatian penulis yakni mengapa terjadi perubahan kebijakan luar
negeri oleh Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel dalam menanggapi
Intifada Kedua?
I.3
Kerangka Pemikiran
Terdapat beberapa model teoritis dalam menjelaskan apa yang melatarbelakangi
perubahan kebijakan luar negeri suatu negara. Untuk menjawab rumusan
masalah, penulis menggunakan gabungan dua model alternatif oleh Jakob
Gustavsson dan Joakim Eidenfalk yang melihat perubahan dapat hadir melalui
dua sumber yakni international source of change dan domestic source of change.
25
“Prelude to Operation”, p. 144.
10
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Dari kedua model alternatif, penulis menggunakan structural condition oleh
Jakob Gustavsson dan window of opportunity oleh Joakim Eidenfalk dalam
memahami perubahan kebijakan luar negeri Israel pada Intifada Kedua. Penulis
pun menggunakan international source of change yakni faktor global dan faktor
hubungan
bilateral
untuk
melihat
pengaruh
Amerika
Serikat
dalam
mempengaruhi kebijakan Israel dan domestic source of change yakni
kepentingan kelompok oleh Joakim Eidenfalk untuk melihat pengaruh kelompok
dalam mempengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Israel.
Untuk
menjelaskan peran kelompok lebih dalam, penulis menggunakan small group
oleh Valerie M. Hudson dan bagaimana groupthink berperan besar pada
perubahan persepsi kunci pengambil keputusan. Two-level games oleh Robert D.
Putnam pun penulis gunakan untuk melihat bagaimana domestik dan politik
internasional dapat mempengaruhi satu sama lain dalam perumusan suatu
kebijakan.
Kebijakan luar negeri suatu negara adalah sesuatu yang dinamis yang
mana terjadinya perubahan kebijakan luar negeri dalam suatu negara menjadi
sesuatu yang sangat mungkin untuk terjadi, baik dalam satu pemerintahan
ataupun pemerintahan yang berbeda. Foreign Policy Analysis dalam studi
Hubungan Internasional hadir sebagai teori untuk memahami kebijakan luar
negeri suatu negara serta perubahannya. Analisis suatu kebijakan luar negeri
dapat dimulai dengan menentukan faktor-faktor eksplanan dan eksplanandum.
Eksplanandum atau dependen dipahami sebagai apa yang ingin dijelaskan,
26
dimana dalam penelitian ini adalah perubahan kebijakan luar negeri Perdana
26
Valerie M. Hudson, Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory, Rowman &
Littlefield Publishers Inc, United State of America, 2007, p. 4.
11
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Menteri Ariel Sharon, Operation Defensiv Shield dan Targeted Killing Policy di
pemerintahan periode pertama menjadi Disengagement Plan di pemerintahan
periode kedua, dalam menanggapi Intifada Kedua. Sedangkan eksplanan atau
independen adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan luar
negeri dan kunci pembuat kebijakan dari kebijakan luar negeri tersebut.27
Perubahan kebijakan luar negeri pada suatu negara tidak semata-mata
terjadi tanpa sebab atau tanpa faktor yang melatarbelakanginya. Model
Gustavsson dimaksudkan untuk berkontribusi dalam menganalisis kebijakan luar
negeri, dengan berusaha menjelaskan tindakan yang diambil oleh negara sebagai
unit individu dalam sistem internasional. Model Gustavsson membangun
penjelasan beberapa sebab berdasarkan faktor-faktor yang diambil dari berbagai
level analisis. Variabel dependen dalam hal ini oleh Gustavsson dimengerti
sebagai perubahan kebijakan luar negeri. Argumen teoritis Gustavsson adalah
bahwa perubahan kebijakan luar negeri terjadi ketika „kondisi struktural‟
mendasar yang mendukung suatu perubahan diidentifikasikan oleh „inti
pengambil keputusan‟, yang kemudian mengubah keyakinan dan prioritas
mereka dan melalui intervensi mereka dalam „proses pengambilan keputusan‟
membawa pada reorientasi perubahan pada kebijakan luar negeri.28 Kondisi
struktural dalam hal ini dilihat oleh Gustavsson sebagai sesuatu yang berkaitan
erat dengan sumber perubahan atau source of change.
Baik Gustavsson maupun Eidenfalk menekankan bahwasanya perubahan
suatu kebijakan pasti didasari oleh beberapa faktor atau yang disebut oleh
27
Hudson, pp. 5-6.
Jakob Gustavsson, “How Should We Study Foreign Policy Change”, Journal of Cooperation
and Conflict, 34:73, 1999, p. 83.
28
12
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Eidenfalk sebagai source of change yang secara luas dilatarbelakangi oleh faktor
internasional dan faktor domestik. Robert D. Putnam berpendapat bahwasanya
faktor domestik dan internasional keduanya saling mempengaruhi dalam
perumusan suatu kebijakan. Politik domestik dapat mempengaruhi politik
internasional dan begitupun sebaliknya.29
Bagan I.1 Dinamika Kausal Perubahan Kebijakan Luar Negeri
Sumber: Jakob Gustavsson, “How Should We Study Foreign Policy
Change”, Journal of Cooperation and Conflict, 34:73, 1999,
p. 85.
Faktor internasional dalam perubahan kebijakan memiliki peranan besar.
Politik internasional saat ini identik dengan sistem kompleks yang terdiri dari
negara, institusi dan aktor non-negara, yang kesemuanya saling berinteraksi di
level berbeda. Hubungan saling ketergantungan di antara aktor hubungan
internasional digunakan dalam menjelaskan pengaruh faktor internasional dalam
perumusan kebijakan luar negeri. Faktor internasional oleh Eidenfalk dibagi
29
Robert D. Putnam, “Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level Games”,
International Orgnisation, vol. 42, No, 3, 1988, pp. 427 – 460.
13
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kedalam empat source of change: faktor global, faktor regional, hubungan
bilateral, dan aktor non-negara.30 Norma yang diterima oleh mayoritas aktor di
dalam sistem politik internasional juga menjadi pertimbangan dalam perubahan
kebijakan luar negeri. Tujuan yang diterima oleh aktor internasional kebanyakan
seperti halnya perluasan demokrasi, hak asasi manusia, non-intervensi di dalam
kedaulatan negara (adakalanya pengecualian terhadap penegakan hak asasi
manusia), dan menentukan nasib sendiri dapat memberikan pengaruh yang kuat
dalam kebijakan luar negeri suatu negara.31
Faktor global sebagai source of change dalam Eidenfalk, fokus terhadap
perubahan sistem politik internasional yang berdampak secara global dan
memiliki efek pada perumusan kebijakan luar negeri suatu negara. Berakhirnya
Perang Dingin dan paska penyerangan 11 September menjadi salah satunya.
Tidak hanya itu institusi internasional dan norma-norma yang diterima juga
memiliki dampak besar dalam kebijakan luar negeri suatu negara. Pengaruh
suatu kejadian, pergeseran keseimbangan dalam sistem politik internasional,
pergeseran dalam norma internasional, atau institusi internasional kesemuanya
dapat memberikan dampak pada perumusan kebijakan luar negeri suatu negara.
Sedangkan hubungan bilateral di antara negara yang ada juga memberikan
dampak besar dalam perumusan suatu kebijakan. Aktor seperti negara dan
institusi internasional dapat mempengaruhi negara lain melalui penggunaan
pengaruh seperti halnya aliansi, perdagangan, atau melalui ancaman militer dan
30
Joakim Eidenfalk, “Towards a New Model of Foreign Policy Change”, Proceedings of the
Australasian Political Studies Association Conference University of Newcastle, University of
Wollongong, September 25 – 27 2006, pp. 2-7.
31
Eidenfalk, p. 5.
14
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ekonomi, untuk memberi tekanan kepada mereka agar mengadopsi kebijakan
luar negeri yang berbeda.32
Tidak hanya faktor internasional, faktor domestik pun memiliki pengaruh
besar dalam perumusan kebijakan. Faktor domestik adalah sesuatu yang perlu
diperhatikan terutama dalam perubahan kebijakan. Hal ini dapat dilihat
bagaimana faktor domestik dapat mempengaruhi dan memberi tekanan pada
pembuat kebijakan sehingga terjadinya perubahan kebijakan dalam suatu
pemerintahan menjadi mungkin untuk terjadi. Hagan dalam Eidenfalk
berpendapat bahwasanya “government leaders have to deal with pressures and
constraints from domestic political sources, as well as the international political
system”.33
Eidenfalk menjabarkan lima sumber perubahan domestik yakni: birokrasi,
opini publik, media, kelompok kepentingan, dan partai politik.34 Akan tetapi
dalam penelitian ini penulis akan menggunakan small group dalam level domestik
oleh Valerie M. Hudson, sebagai faktor perubahan kebijakan luar negeri Israel.
Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan Israel, memiliki kekuatan penuh
dalam merumuskan suatu kebijakan. Akan tetapi kelompok di sekeliling Perdana
Menteri tentu memiliki peranan penting yang tidak dapat diabaikan dalam
perumusan suatu kebijakan. Pengaruh dari kelompok-kelompok yang ada
berpotensi besar dalam mempengaruhi kepala pemerintahan untuk kemudian
merumuskan kebijakan sesuai dengan apa yang menjadi pemikiran dan
32
Eidenfalk, p. 6.
Hagan in Eidenfalk, p. 3.
34
Eidenfalk, p. 5.
33
15
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kepentingan dari kelompok tersebut. Peran besar kelompok dalam suatu kebijakan
digambarkan oleh Irving Janis melalui proses Victims of Groupthink.
Hudson dalam Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary
Theory menekankan tiga pembagian kelompok dalam kelompok pembuat
kebijakan berdasarkan rutinitas dan tingkat kekrisisan akan permasalahan
kebijakan luar negeri. Ketiga kelompok tersebut yakni organizational behavior,
bureaucratic policies,
dan
small
group
dynamics.35
Hudson membagi
permasalahan kebijakan luar negeri ke dalam rutin dan non-rutin, yang mana
dalam hal ini organizational behavior dimaksudkan sebagai kelompok yang
menanggapi permasalahan kebijakan luar negeri yang bersifat rutin. Sedangkan
permasalahan kebijakan luar negeri yang bersifat non-rutin terbagi kembali ke
dalam krisis dan non-krisis. Peran kelompok small group dynamics akan terlihat
dalam permasalahan kebijakan luar negeri yang bersifat krisis dan non-rutin,
sedangkan peran kelompok bureaucratic policies terlihat dalam permasalahan
kebijakan luar negeri yang bersifat non-krisis dan non-rutin.
Bagan I.2 Keterlibatan Kelompok dalam Perumusan Kebijakan Luar Negeri
35
Hudson, pp. 66 – 74.
16
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sumber:
Valerie M. Hudson, Foreign Policy Analysis: Classic and
Contemporary Theory, Rowman & Littlefield Publishers Inc,
United State of America, 2007, p. 65.
Orang-orang yang berada di sekitar seorang pemimpin memiliki pengaruh
tersendiri dalam perumusan suatu kebijakan. Walaupun Ariel Sharon sebagai
Perdana Menteri menggambarkan dirinya sebagai wasit final dalam perumusan
kebijakan, seorang penasihat dan orang terdekat seperti Gilad Sharon, Omri
Sharon, Dov Weissglass, Moshe Kaplinsky, Eyal Arad, dan Eival Giladi dalam
beberapa hal telah membentuk kebijakannya dengan cara yang signifikan.36 Peran
kelompok kecil dalam perumusan kebijakan dianalogikan Breuning layaknya
gunung es, dimana pemimpin negara menjadi ujung tombak dalam pengambilan
keputusan serta terdapat peran krusial dari kelompok yang tidak terlihat secara
kasat mata, “foreign policy decisions are made closer to the tip of the iceberg: by
leaders and their small circle of advisors, or by group of policy makers”.37 Dalam
kelompok kecil ini para pembuat kebijakan bertemu tatap muka untuk kemudian
membuat kebijakan yang berdasarkan pada informasi dan analisis yang diberikan
oleh berbagai instansi dan departemen. Kelompok kecil atau small group menurut
Breuning bukanlah kelompok yang menyerupai kabinet pemerintahan. Walaupun
beberapa pengamat mendefinisikan parlemen dan kabinet pemerintahan ke dalam
kelompok kecil, akan tetapi tidaklah demikian dengan apa yang didefinisikan oleh
Breuning. Anggota parlemen memang melakukan tatap muka sebagai suatu
kelompok, akan tetapi musyawarah yang terjadi diatur oleh peraturan dan
36
Ben Caspit, “Dov Weissglass – ‘Consiglieri’ of the State of Israel” (online), Israel Behind The
News, 15 March 2004. Available:
http://www.israelbehindthenews.com/bin/content.cgi?ID=1881&q=1 (28 May 2013).
37
Marijke Breuning, Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction, Palgrave Macmilan,
New York, 2007, p. 85.
17
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
protokol yang sangat formal. Dinamika kelompok kecil yang dimaksud yakni juga
terjadi dalam sub kelompok parlemen, akan tetapi mereka tidak selalu masuk ke
dalam sesi formal parlemen.
Setelah sumber perubahan atau source of change, model berikutnya
dalam perubahan kebijakan luar negeri yakni window of opportunity oleh
Eidenfalk yang mana terinspirasi dari langkah kedua model perubahan kebijakan
luar negeri Gustavsson dan “policy windows” oleh Roger Kingdon. Model
perubahan kebijakan luar negeri Eidenfalk mengandung variabel independen,
intervening, dan dependen.38 Seperti halnya dengan Gustavsson, Eidenfalk
membagi variabel independen menjadi faktor internasional dan faktor domestik,
yang mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan tidak
mempengaruhi pemerintah dalam perumusan kebijakan luar negeri. Sedangkan
intervening variable menekankan pada proses pembuatan kebijakan. Model ini
menguji kunci pembuat kebijakan dan mencoba untuk mengidentifikasi
bagaimana mereka mempersepsikan sebuah “jendela kesempatan” dalam
kategori variabel campur tangan (intervening). Eidenfalk berpandangan
bahwasanya perumus kebijakan mempersepsikan “jendela kesempatan” melalui
tekanan atau pengaruh dari source of change, atau menyadari bahwasanya
terdapat kesempatan yang ditunggu-tunggu dan mendorongnya melalui agenda
kebijakan. Dengan kata lain, proses kebijakan dapat dimulai baik dengan sumber
perubahan atau dengan pengambil kebijakan itu sendiri.39
38
39
Eidenfalk, p. 1.
Eidenfalk, p. 7.
18
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Persepsi menjadi kunci istilah pada intervening variable. Persepsi kunci
perumus kebijakan dapat dipengaruhi oleh beberpa karakteristik personal. Enam
tipe berbeda akan karakterisitik personal pemimpin politik oleh Margaret G.
Hermann menjadi tinjauan dalam studi dan model perubahan kebijakan luar
negeri Eidenfalk. Enam tipe tersebut yakni keyakinan, motif, gaya pembuat
keputusan, gaya interpersonal, kepentingan dalam hubungan luar negeri, dan
pelatihan yang pernah didapat dalam hubungan luar negeri.40
Keyakinan mengacu pada asumsi-asumsi dasar pemimpin politik yang
berakibat pada penafsirannya atas lingkungan, dan secara lebih jauh berdampak
pada strategi-strategi yang diambil kemudian. Motif mengacu pada alasan
mengapa seorang pengambil kebijakan luar negeri melakukan hal tersebut. Gaya
pengambilan keputusan mengacu pada metode yang diambil seorang pembuat
kebijakan seperti sebagaimana terbukanya mereka akan informasi atau tingkat
resiko yang harus diambil. Gaya interpersonal mengacu pada bagaimana seorang
pemimpin politik melakukan kesepakatan dengan para pembuat kebijakan
lainnya, yang meliputi dua jenis yaitu paranoid (kecurigaan berlebihan) dan
Machiavellian (perilaku yang manipulatif). Pelatihan yang diperoleh dalam
hubungan luar negeri mengacu pada jumlah pengalaman yang diterima seorang
pembuat kebijakan dalam konteks pembuatan kebijakan luar negeri, yang
berpengaruh pada si pembuat kebijakan bertindak serta strategi apa yang akan
diambil. Kepentingan dalam hubungan luar negeri mengacu pada kepentingan
yang hendak diambil seorang pembuat kebijakan luar negeri, dimana jika
40
Eidenfalk, p. 7.
19
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kepentingan tersebut kecil maka ia cenderung mendelegasikannya pada orang
lain, sementara jika besar, maka ia akan melakukan pemantauan secara langsung.
Eidenfalk berpandangan bahwasanya selain perubahan kondisi struktural
dapat menciptakan perubahan kebijakan luar negeri, para pembuat kebijakan juga
dapat menciptakan window of opportunity nya sendiri. Dengan demikian
Eidenfalk menggambarkan dua skenario41 yang dapat membawa pada arah
perubahan kebijakan luar negeri:
Skenario 1: kondisi struktural mengalami perubahan – sumber perubahan
mempengaruhi/menekan – dipersepsikan dan ditanggapi oleh pembuat kebijakan
– proses pembuatan kebijakan – perubahan kebijakan luar negeri.
agenda politik pembuat kebijakan – perubahan dalam kondisi
Skenario 2:
struktural – jendela kesempatan dipersepsikan oleh pembuat kebijakan – pembuat
kebijakan mendorong agendanya dalam proses pembuatan kebijakan – perubahan
kebijakan luar negeri.
Berdasarkan gagasan para ahli di atas, penulis menggabungkannya
menjadi satu kerangka berpikir sebagai berikut:
Bagan I.3 Gabungan Kerangka Pemikiran Untuk Menjelaskan Perubahan
Kebijakan Luar Negeri Israel Dalam Intifada Kedua.
41
Eidenfalk, p. 9.
20
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
International Source of
Change:
1. Global Factor
2. Bilateral Factor
Ariel Sharon
Decision
Making Process
Restructuring
Domestic Source of
Change:
1. Small Group - Groupthink
two-level games oleh Robert D. Putnam dalam melihat hubungan faktor domestik
dan faktor internasional dapat saling mempengaruhi satu sama lain; faktor global
dan faktor hubungan bilateral oleh Joakim Eidenfalk sebagai sumber perubahan
internasional; kelompok kecil dan groupthink oleh Valerie M. Hudson sebagai
sumber perubahan domestik; window of opportunity oleh Eidenfalk dalam
menggambarkan bagaimana tekanan internasional digunakan sebagai kesempatan
oleh kelompok kecil untuk mempertahankan kondisi stagnan pada proses
perdamaian Israel – Palestina; dan menggunakan argumen teoritis perubahan
kebijakan luar negeri oleh Gustavsson dalam melihat perubahan dasar kondisi
struktural yang diidentifikasikan oleh inti pengambil keputusan dan mengubah
keyakinan dan prioritas mereka dan melalui intervensi mereka dalam proses
pengambilan keputusan membawa reorientasi pada perubahan kebijakan luar
negeri.
I.4
Hipotesis
Menjawab rumusan masalah mengapa terjadi perubahan kebijakan luar negeri
oleh Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel dari kebijakan Operation
Defensive Shield menjadi kebijakan Disengagement Plan dalam menanggapi
Intifada Kedua? Penulis berhipotesis bahwasanya Ariel Sharon sebagai aktor
21
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kunci dalam pembuat keputusan dipengaruhi oleh dua faktor sebagai source of
change. Pertama, level internasional dalam hal ini faktor global dan faktor
hubungan bilateral dengan Amerika Serikat. Adanya perubahan kondisi struktural
di tingkat global setelah 9/11 dan adanya tekanan Amerika Serikat yang dapat
mengganggu hubungan bilateral Amerika Serikat - Israel, menjadikan Ariel
Sharon perlu melakukan identifikasi terhadap perubahan kondisi struktural yang
ada. Kedua, adanya pengaruh faktor domestik dalam hal ini kelompok kecil yang
berada di sekitar Perdana Menteri Ariel Sharon, groupthink, yang melihat tekanan
internasional khususnya Amerika Serikat sebagai window of opportunity untuk
mempertahankan kondisi stagnan sehingga proses perdamaian di antara Israel –
Palestina terhentikan
Tujuan Penelitian
I.5
1. Memperlihatkan bagaimana perubahan kebijakan luar negeri dalam suatu
pemerintahan terjadi.
2. Memberikan analisis terhadap pengaruh faktor global, faktor hubungan
bilateral, dan faktor small group dalam proses pengambilan kebijakan luar
negeri.
3. Menganalisis perubahan kebijakan luar negeri Israel dalam Intifada
Kedua.
I.6
Metodologi Penelitian
I.6.1
Definisi Konseptual
I.6.1.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri
22
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Perubahan kebijakan luar negeri dapat dibagi ke dalam dua perubahan
yakni perubahan yang dihasilkan dari perubahan rezim atau transformasi negara
dan perubahan yang terjadi ketika pemerintahan yang sedang berkuasa memilih
untuk mendorong suatu kebijakan luar negeri ke arah yang berbeda.42
I.6.1.2 Struktur Sistem Internasional
Struktur dimengerti sebagai cara sesuatu dibangun, disusun, dan diorganisir.43
Struktur dalam Macmillan Dictionary dimengerti sebagai cara dimana beberapa
bagian diatur atau disatukan untuk membentuk keseluruhan.44 Sedangkan sistem
oleh Mingst didefinisikan sebagai kumpulan unit-unit, objek-objek, atau bagian
yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi reguler. Struktur sistem
internasional kemudian dapat dimengerti sebagai pengaturan berinteraksi
kumpulan unit-unit dan objek-objek di dunia internasional. Oleh karena unit yang
satu berinteraksi dengan unit internasional yang lain, maka perubahan yang terjadi
pada satu unit akan mengakibatkan perubahan pada unit-unit yang lain.45
I.6.1.3 Tekanan Internasional
42
Dugis, p. 103.
Miriam Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated. Available:
http://www.merriam-webster.com/dictionary/structure (25 March 2014).
44
Macmillan Dictionary (online), undated. Available:
http://www.macmillandictionary.com/dictionary/british/structure (25 March 2014).
45
Karen A Mingst, Essential of International Relations, 4th edn, W.W Norton & Company Ltd,
New York, p. 81.
43
23
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tekanan dimengerti sebagai beban fisik atau mental; situasi memaksa yang
membebani sosial ataupun ekonomi.46 Tekanan dalam kamus Oxford pun
dijelaskan dengan penggunaan persuasi atau intimidasi untuk membuat seseorang
melakukan sesuatu; Mencoba untuk membujuk atau memaksa (seseorang) untuk
melakukan sesuatu.47 Sedangkan internasional adalah sesuatu yang menyangkut
bangsa atau negeri seluruh dunia; antarbangsa.48 Dengan demikian tekanan
internasional dimengerti sebagai keadaan yang tidak menyenangkan yang
umumnya merupakan beban dan paksaan yang hadir dari bangsa atau negeri
seluruh dunia.
I.6.1.4 Small Group dan Groupthink
Small group atau kelompok kecil adalah salah satu faktor domestik yang dapat
membawa perubahan kebijakan luar negeri. Valerie M Hudson melihat
bahwasanya diskusi serius dalam situasi krisis menuntut pemimpin negara untuk
dapat duduk bersama dengan satu set rekan dan menghasilkan perdebatan opsi
kebijakan luar negeri yang komprehensif dan jujur. Tekanan kelompok kecil
dalam proses perumusan kebijakan terlihat pada groupthink. Groupthink adalah
istilah psikologis yang digunakan untuk menggambarkan cara berpikir bahwa
orang-orang yang terlibat dalam pencarian keputusan menjadi begitu dominan
dalam keterpaduan kelompok yang cenderung mengesampingkan penilaian
realistis pada tindakan alternatif. Hal ini mengacu pada penurunan efisiensi
46
Miriam Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated. Available:
http://www.merriam-webster.com/dictionary/pressure?show=0&t=1395732608 (25 March
2014).
47
Oxford Dictionaries, Oxford Dictionaries: Language Matter (online), undated. Available:
http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/pressure?q=pressure (25 March 2014).
48
Mirian Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated. Available:
http://www.merriam-webster.com/dictionary/international (25 March 2014).
24
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mental, pengujian realistis, dan penilaian moral sebagai akibat dari tekanan
kelompok.49
I.6.2
Operasionalisasi Konsep
I.6.2.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri
Perubahan dalam kebijakan luar negeri, Charles F. Hermann mengidentifikasikan
empat level perubahan kebijakan luar negeri yakni perubahan pengaturan,
perubahan program, perubahan tujuan dan permasalahan, dan perubahan orientasi
internasional.50 Level pertama atau perubahan pengaturan menekankan pada level
usaha untuk mencapai tujuan dengan tidak mengubah “apa yang dilakukan,
bagaimana melakukannya, dan tujuan dari melakukannya”. Level kedua atau
perubahan program mengarah pada perubahan yang di buat dalam metode atau
sarana yang mana didasarkan pada tujuan dan permasalahannya. Dengan
demikian perubahan program mengubah “apa yang dilakukan dan bagaimana
melakukannya” dan tidak mengubah “tujuan dari melakukannya”. Level ketiga
atau perubahan masalah atau tujuan mengarah pada situasi dimana permasalahan
awal atau tujuan yang mendasari suatu kebijakan diganti atau telah hilang,
sehingga tujuan dalam kebijakan yang baru pun berubah. Level keempat atau
49
Paul ‘t Hart, ‘Irving L Janis Victims of Groupthink’, Political Psychology, vol.12, no.2, 1991, p.
256.
50
Hermann, p. 5.
25
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
perubahan orientasi internasional adalah perubahan kebijakan yang paling ekstrem
oleh karena melibatkan pengarahan ulang orientasi seluruh negara terhadap dunia
termasuk peran dan aktivitas internasionalnya.
I.6.2.2 Perubahan Struktur Sistem Internasional
Sistem internasional yang dipahami sebagai kumpulan unit dan objek yang
dipersatukan dalam bentuk interaksi reguler internasional dapat mengalami
perubahan. Perubahan yang terjadi pada satu unit dapat membawa perubahan pada
unit-unit yang lain. Perubahan baik dalam jumlah aktor atau hubungan kekuatan
relatif antara aktor-aktor yang ada, dapat mengakibatkan perubahan mendasar
dalam sistem internasional.51 Eidenfalk pun berpandangan bahwasanya pengaruh
dari suatu peristiwa dapat menggeser keseimbangan sistem politik internasional,
norma internasional, dan institusi internasional. Richard Ned Lebow pun
berpendapat bahwa kejadian internasional seperti perang, revolusi, dan depresi
dapat membawa transformasi mendalam pada sistem internasional. Lebew
menggambarkan bahwa perubahan sistem internasional sebenarnya bergantung
pada kemungkinan (contingency), katalis (catalysts), dan aktor.52 Kesemuanya
kemudian memungkinkan untuk mengubah norma, polaritas sistem, atau aturan
dengan mana ia beroperasi. Perubahan sistem internasional ini dapat dilihat
setelah Perang Dingin berakhir dan peristiwa 9/11 terjadi. Kedua peristiwa
tersebut menjadi salah satu contoh bagaimana suatu peristiwa besar dapat
mengubah perilaku negara sebagai unit dalam sistem internasional.
51
Mingst, p. 89.
Richard Ned Lebow, “Contingency, Catalysts, and International System Change”, Political
Science Quarterly, vol. 115, no. 4, 2000 – 2001, pp. 591-593.
52
26
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
I.6.2.3 Tekanan Internasional
Eidenfalk dalam Toward a New Model of Foreign Policy Change berpendapat
bahwasanya aktor seperti negara dan institusi internasional dapat mempengaruhi
negara lain dengan menggunakan pengaruh seperti halnya aliansi, perdagangan,
atau melalui ancaman militer dan ekonomi, untuk memberi tekanan kepada
mereka agar mengadopsi kebijakan luar negeri yang berbeda.53
I.6.2.4 Groupthink Pressure
Kekompakan suatu kelompok sangat menentukan keberhasilannya dalam
mencapai tujuan. Pada situasi krisis kekompakan kelompok pada umumnya
meningkat. Semakin kompak suatu kelompok, semakin besar dorongan batin
masing-masing individu untuk menghindari terciptanya perpecahan, yang
kemudian mendorong tiap individu untuk percaya pada kebaikan proposal apapun
yang dipromosikan oleh pemimpin atau oleh mayoritas anggota kelompok.54
I.6.3
Tipe Penelitian
Terdapat berbagai macam tipe riset dan penelitian menurut Uber Silalahi, ia
mengelompokkannya berdasarkan tujuannya. Penelitian-penelitian tersebut yakni
penelitian eksploratori, deskriptif, eksplanatori, dan penelitian komparatif.55
Penelitian eksploratori bertujuan untuk mengenal dan mengetahui gambaran
gejala sosial; penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan fenomena secara
53
Eidenfalk, p. 6.
‘t Hart, p. 258.
55
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, Unpar Press, Bandung, 2006, pp. 24-32.
54
27
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
terperinci; penelitian ekplanatori bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara
dua atau lebih gejala atau variabel dan bertitik tolak pada pertanyaan dasar
“mengapa”; dan terakhir penelitian komparatif bertujuan untuk membandingkan
dua gejala atau lebih.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian eksplanatif
yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel yakni
sistem internasional dan kelompok kecil (small group) dalam mempengaruhi
perubahan kebijakan luar negeri Israel masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel
Sharon dalam Intifada Kedua. Penggunaan tipe penelitian eksplanatori oleh
penulis juga dimaksudkan untuk dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini
yang bertitik tumpu pada pertanyaan dasar “mengapa”.
I.6.4
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah mengapa terjadi perubahan
kebijakan luar negeri pemerintah Israel masa Perdana Menteri Ariel Sharon dalam
Intifada Kedua. Kebijakan Operation Defensive Shield dan Targeted Killing
Policy di awal pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon dan di akhir masa
jabatannya yang kedua, Perdana Menteri Ariel Sharon mengeluarkan kebijakan
Disengagement Plan, penarikan tentara, senjata, dan pemukiman Israel dari Gaza
dan West Bank. Dengan demikian ruang lingkup yang akan peneliti gunakan
yakni penggunaan batasan waktu dari tahun 2000 hingga 2005. Hal ini erat
kaitannya dengan bagaimana Intifada Kedua itu terjadi, di awali oleh kunjungan
kontroversial Ariel Sharon ke Haram as Sharif di tahun 2000 dan dilanjutkan
dengan perumusan Roadmap Peace di tahun 2003, Pengenalan Diesengagement
28
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Plan di tahun 2004, hingga pengesahan Diengagement Plan oleh Knesset dan
pengimplementasiannya di tahun 2005.
I.6.5
Teknik Pengumpulan Data
Melakukan suatu penelitian terutama dalam ilmu pengetahun, menjadikan
pengumpulan data sesuatu yang penting untuk memperdalam penelitian penulis
serta memperkuat hasil penelitian yang diteliti. Suatu penelitian tidak hanya
bergantung kepada pemilihan teori, penggunaan metode, dan penentuan level
analisis. Akan tetapi hasil akhir penelitian serta relevan tidaknya suatu penelitian
juga sangat ditentukan oleh proses pengumpulan data. Dalam sebagian besar
penelitian, studi literatur menjadi teknik pengumpulan data yang paling sering
digunakan karena menjadi sesuatu bagian yang esensial dalam melakukan projek
penelitian.56 Teknik pengumpulan data yang ada pada penelitian ini pun mengarah
pada sumber sekunder. Teknik yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini
yakni melalui pengumpulan hasil wawancara aktor-aktor terkait yang baik dalam
buku, berita internasional maupun tulisan lainnya, jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan topik penelitian, surat, arsip hasil rapat, arsip pemerintahan, dan lain
sebagainya.
I.6.6
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif. Analisis kualitatif dalam suatu penelitian menekankan kepada
interpretasi data serta pernyataan yang diperoleh dari pengumpulan data secara
sekunder maupun primer yang kemudian dikaitkan dengan teori, konsep, dan
56
Chris Hart, Doing A Literature Search: A Comprehensive Guide for Social Science, SAGE
Publication Inc, London, 2001, p. 2.
29
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
preposisi yang telah ditentukan oleh peneliti.57 Dengan menggunakan teknik
analisis kualitatif, data yang terkumpul akan terklasifikasikan dan memperluas
teks. Analisis kualitatif ini terdiri atas tiga alur kegiatan secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.58
I.6.7

Sistematika Penulisan
Bab I berisikan penjelasan secara garis besar mengenai penelitian ini. Bab
ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka
pemikiran, hipotesis, tujuan penelitian, dan metodologi penelitian.

Bab II berisikan analisis pengaruh faktor global dan hubungan bilateral
terutama Amerika Serikat dalam perumusan kebijakan luar negeri Israel
masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon dalam Intifada Kedua.
Bab ini juga akan memberikan penjelasan mengenai kebijakan Operation
Defensive Shield.

Bab III berisikan dinamika kelompok kecil dalam menanggapi tekanan
internasional serta analisis pengaruh kelompok kecil pada perumusan
kebijakan luar negeri Israel, Disengagement Plan, masa pemerintahan
Perdana Menteri Ariel Sharon dalam Intifada Kedua. Bab ini juga akan
memberikan penjelasan mengenai proses dan pengimplementasian
kebijakan Disengagement Plan.
57
58
David Silverman, Interpreting Qualitative Data, SAGE Publications, London, 2006, p. 327.
Silalahi, p. 311.
30
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Bab IV berisikan analisis menyeluruh, menjawab rumusan masalah
dengan membuktikan hipotesis melalui temuan-temuan yang diperoleh
pada pembahasan di bab II dan III, kesimpulan penelitian, dan
rekomendasi penelitian lebih lanjut.
BAB II
ANALISIS LEVEL INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN
II. 1
Tekanan Internasional di Awal Pemerintahan Perdana Menteri Ariel
Sharon
Pemilihan umum Perdana Menteri Israel yang diselenggarakan di tengah-tengah
gejolak perlawanan masyarakat Palestina terhadap okupasi Israel pada Februari
2001 pun dimenangkan oleh Ariel Sharon dari Partai Likud dengan mengalahkan
lawan politiknya Ehud Barak dari Partai Buruh. Sosok seorang Ariel Sharon yang
dikenal keras dan tegas, dipandang oleh masyarakat Israel sebagai national
authority on security59 yang dapat memberikan keamanan bagi Israel dari
serangan “terorisme” Palestina.
59
Gilad Sharon, Sharon: The Life of a Leader, Harper Collins Publishers, United State of America,
2011, pp. 392-393.
31
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel terpilih pun perlu
menghadapi situasi kompleks Intifada Kedua. Di satu sisi, Ariel Sharon terpilih
menjadi perdana menteri pada era dimana serangan bom bunuh diri pejuang
Palestina terhadap masyarakat Israel terus meningkat secara intensif. Skala
serangan bom bunuh diri pejuang Palestina yang dilihat oleh Israel sebagai
gerakan “terorisme” telah mengalami peningkatan tajam dibandingkan dengan
serangan perlawanan Palestina terhadap bangsa Yahudi di tahun-tahun
sebelumnya. Di satu sisi lain, terdapat front diplomatik dari dunia internasional
terutama di Eropa, dimana demokrasi dan liberalisme menjadi landasan
masyarakatnya dan hak-hak warga negara akan perdamaian dan ketenangan
tertanam secara mendalam. Sebagian besar negara-negara di Eropa tersebut
mengambil pandangan sebagai pro Palestina mengenai perang Israel dalam
melawan gerakan “teror” oleh “terorisme” Palestina pada Intifada Kedua. Posisi
sebagian besar negara-negara Eropa ini dipandang oleh Perdana Menteri Ariel
Sharon telah mengesampingkan hak masyarakat Israel untuk mendapatkan
keamanan dan ketenangan serta hak untuk membela diri.60
Di tengah-tengah tekanan Internasional terhadap Israel, Perdana Menteri
Ariel Sharon juga mengkhawatirkan kebijakan pemerintahan Amerika Serikat
sebagai negara sahabat di bawah pemerintahan Presiden George W. Bush terhadap
Israel oleh karena Presiden Bush yang dipandang akan melanjutkan kebijakan
Presiden Bush sang ayah dan pemerintahan Presiden Clinton.61 Kekhawatiran
Perdana Menteri Ariel Sharon ini terbukti setelah Amerika Serikat di bawah
60
Sharon, pp. 423-424.
Elliot Abrams, Testd By Zion: The Bush Administration and the Israeli-Palestinian Conflict,
Cambridge University Press, New York, 2013, p. 29.
61
32
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tekanan Saudi Arabia, mengeluarkan kebijakan yang mendukung terbentuknya
negara
Palestina
serta
menekan
Israel
untuk
menghentikan
kebijakan
ekspansionisnya di wilayah pendudukan Palestina. Dukungan Amerika Serikat
akan solusi dua negara ini menjadi jawaban di dalam surat Presiden Bush kepada
Putra Mahkota Saudi Arabia, Pangeran Abdallah di musim panas 2001, “establish
for the first time that the U.S. Policy henceforth would be to support a two-state
solution”.62 Kebijakan Amerika Serikat yang mendukung terbentuknya negara
Palestina ini kemudian direncanakan untuk diperkenalkan melalui pidato Presiden
Bush di depan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 12
September 2011 pagi hari; akan tetapi menjadi sangat dramatis ketika di hari
penyusunan naskah akhir pidato Presiden Bush mengenai dukungan terbentuknya
negara Palestina pada 11 September 2001, terjadi penabrakan pesawat ke World
Trade Center (WTC).63
II.2
11 September 2001
Serangan 11 September atau yang dikenal dengan 9/11 adalah suatu kejadian
besar yang mengubah struktur sistem internasional dan prioritas global. Perdana
Menteri Ariel Sharon menyadari betul bahwasanya tatanan dunia baru paska 9/11
telah membawa Israel pada posisi yang sangat sulit.64 Solidaritas terhadap
penderitaan bangsa Palestina dalam konflik Israel – Palestina serta dukungan
Amerika Serikat kepada Israel yang berlebihan, dipandang sebagai salah satu
pemicu utama dalam mengobarkan kemarahan dan kebencian kepada Amerika
62
Dennis Ross, The Missing Peace: The Inside Story of the Fight for Middle East Peace, Farrar,
Straus and Giroux, New York, 2004, pp. 688-689.
63
Abrams, p.45.
64
Sharon, pp. 477-478.
33
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Serikat atau dalam hal ini yakni anti-Amerika.65 Berangkat dari pandangan
alternatif ini kemudian dirasa perlu untuk mengkaji ulang dan melakukan
beberapa pengubahan sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri
Collin Powell kepada Presiden Bush sesaat setelah peristiwa 9/11 terjadi; “We
need a serious Arab – Israeli peace initiative”.66 Konsensus Amerika Serikat yang
bersandar pada pandangan tersebut diperkuat oleh konsensus serupa di Eropa,
dimana dukungan terhadap tentara keamanan Israel sangatlah kecil dibandingkan
dengan besarnya protes masyarakat Uni Eropa terhadap kebijakan Perdana
Menteri Ariel Sharon dalam menghentikan gerakan Intifada Kedua.67
Menurunnya dukungan dan pemahaman akan Israel oleh Amerika Serikat
dan Uni Eropa paska 9/11 telah membawa Israel pada posisi yang sulit; terlebih
lagi ketika tuntutan untuk meningkatkan keamanan dari gerakan “terorisme”
Intifada Kedua telah menjadi prioritas utama Israel. Perdana Menteri Ariel Sharon
memahami betul bahwasanya setiap kebijakan baru yang dirumuskan oleh
Washington paska 9/11 akan memiliki beberapa kemungkinan yang dapat
membantu dan juga dapat membahayakan posisi Israel.68 Perdana Menteri Ariel
Sharon pun menyadari adanya proses negosiasi dan diplomasi di antara negaranegara Arab dan sekutu Eropa Amerika yang menekan Presiden Bush untuk
menindak Israel serta berupaya melawan kebijakan Israel dalam menanggapi
65
John J. Mearsheimer and Stephen M. Walt, The Israeli Lobby and U.S. Foreign Policy, Farrar,
Straus and Giroux, New York, 2007, pp. 64-66.
66
Collin in Abrams, pp. 50.
67
Abrams, p. 51.
68
Sharon, p. 478.
34
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Intifada Kedua, dengan mengklaim bahwasanya hal tersebut adalah kunci untuk
memerangi Al Qaeda.69
Tekanan Amerika Serikat terhadap Israel mulai terlihat pada akhir bulan
September 2001. Presiden Bush mulai mendesak Perdana Menteri Ariel Sharon
untuk memberhentikan proses pembangunan pemukiman Israel di wilayah
pendudukan Palestina serta melakukan apapun yang mungkin untuk dapat
meredam aksi kekerasan Intifada Kedua.70 Setelah serangan 9/11, Amerika Serikat
di bawah pemerintahan Presiden Bush memberikan tekanan yang luar biasa
kepada Perdana Menteri Ariel Sharon agar memperbolehkan Menteri Luar Negeri
Israel, Shimon Peres, untuk dapat bertemu dengan pemimpin Otoritas Palestina,
Yasser Arafat; meskipun Presiden Bush sendiri sangatlah kritis terhadap
kepemimpinan Palestina di bawah Yasser Arafat.71
Menyadari adanya panggilan akan kebijakan baru yang merujuk pada
“proses perdamaian”, Jenderal Kaplinsky Sekretaris Militer Israel masa
pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon, mengungkapkan kekhawatiran
Perdana Menteri Ariel Sharon terhadap pemerintahan Amerika Serikat yang kapan
saja dapat dan akan mengorbankan Israel dalam rangka menciptakan koalisi baru
di wilayah Teluk Arab.72 Kekhawatiran Perdana Menteri Ariel Sharon terhadap
Amerika Serikat yang akan mengabulkan keinginan negara-negara Eropa untuk
memberikan tekanan terhadap Israel demi membangun hubungan baik dengan
Saudi Arabia dan negara-negara Arab lainnya, membawa Perdana Menteri Ariel
69
Abrams, p. 52.
Mearsheimer and Walt, p. 204.
71
Jane Perlez and Katherine Q. Seelye, “U.S. Strongly Rebukes Sharon for Criticism of Bush Calling
It ‘Unacceptable’” (online), New York Times, 6 October 2001. Available:
http://www.nytimes.com/2001/10/06/international/06DIPL.html (25 April 2014).
72
Kaplinsky in Abrams, pp. 52-53.
70
35
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sharon kepada pidato „Czechoslovakia‟ yang menggambarkan secara jelas
ketidakrelaannya untuk membiarkan Israel membayar sesuatu yang seharusnya
tidak perlu ia bayar.73 Perdana Menteri Ariel Sharon berpandangan bahwasanya
Amerika Serikat dan Israel, keduanya berada pada posisi yang sama dalam
“berperang melawan terorisme”; jika Amerika Serikat berperang melawan Osama
Bin Laden, maka menurut Perdana Menteri Ariel Sharon Osama Bin Laden bagi
Israel adalah Yasser Arafat.74
Pada 4 Oktober 2001, melalui pidato yang luar biasa Perdana Menteri
Ariel Sharon mengutarakan kekecewaan dan ketidaksukaannya terhadap
kampanye yang ditujukan untuk membangun konsensus Arab di balik kampanye
melawan “terorisme”. Dalam pidatonya Perdana Menteri Ariel Sharon
menggambarkan situasi Israel yang telah dijadikan alat oleh koalisi Barat;
dimana Israel harus melakukan konsesi dengan pemimpin Otoritas Palestina
Yasser Arafat, sehingga Yaser Arafat bersama pemimpin bangsa Arab lainnya
berkenan untuk membantu koalisi Barat dalam melawan Osama Bin Laden dan
Taliban di Afganistan.75
“We can rely only on ourselves. We are currently in the
midst of a complex and difficult diplomatic campaign. I
call on the Western democracies, and primarily the leader
of the Free World – the United State: Do not repeat the
dreadful mistake of 1938, when enlightened European
democracies decided to sacrifice Czechoslovakia for a
„convenient temporary solution‟. Do not try to appease the
73
Sharon, pp. 479-480.
Uri Dan, Ariel Sharon: An Intimate Portrait, Palgrave Manmillan, New York, 2006, p. 189.
75
Dan, p. 189.
74
36
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Arabs at our expense – this is unacceptable to us. Israel
will not be Czechoslovakia”.76
Membandingkan koalisi Amerika Serikat di dunia Arab dengan peredaan Inggris
dari Nazi di tahun 1930-an oleh Perdana Menteri Ariel Sharon telah
meregangkan hubungan dua negara, Amerika Serikat – Israel, jauh ke titik
terendah.77
Melalui juru bicara Gedung Putih, Ari Fleischer, Presiden Bush
mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan yang amat terdalam akan pidato
Perdana Menteri Ariel Sharon yang membandingkan kepemimpinan Presiden
Bush dengan Neville Chamberlain. Melalui juru bicara Gedung Putih, Ari
Fleischer, Presiden Bush pun mengungkapkan bahwasanya pernyataan Perdana
Menteri Ariel Sharon adalah sesuatu yang tidak dapat diterima baik oleh
Amerika Serikat maupun oleh dirinya; Israel dirasa belum tentu bisa
mendapatkan teman yang lebih baik dan lebih kuat dari Amerika Serikat dan
teman yang lebih bersahabat dari Presiden Bush.78 Kemarahan Amerika Serikat
terhadap Israel disampaikan melalui tiga jalur paralel: melalui panggilan telepon
pribadi oleh Menteri Luar Negeri Collin Powell, melalui pesan yang disampaikan
oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Israel, dan melalui pesan terpisah yang
diteruskan oleh Dewan Keamanan Nasional.79
76
Ariel Sharon, “Statement by Israeli Prime Minister Ariel Sharon”, Israeli Ministry of Foreign
Affairs, 4 October 2001. Available:
http://mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2001/Pages/Statement%20by%20Israeli%20PM%20Ariel%20S
haron%20-%204-Oct-2001.aspx (25 April 2014).
77
Suzanne Goldenberg and Julian Borger, “Furious Bush hits back at Sharon”, The Guardian
(online), 6 October 2001. Available: http://www.theguardian.com/world/2001/oct/06/israel (25
April 2014).
78
Abrams, pp. 53-54.
79
The Guardian, 6 October 2001.
37
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lobi-lobi canggih pro Israel di Amerika Serikat pun menjadikan
hubungan Amerika Serikat – Israel perlahan membaik pada akhir November.
Hubungan yang membaik di antara kedua negara salah satunya dilatarbelakangi
dengan tuduhan Perdana Menteri Israel terhadap Yasser Arafat sebagai
pemimpin “terorisme” dan menyebutnya sebagai hambatan utama dalam
penyelesaian konflik Israel – Palestina. Melalui laporan-laporan yang
dikumpulkan oleh Israel, Israel pun memberikan pemahaman kepada Presiden
Bush bahwasanya pemimpin Palestina Yasser Arafat berada dibalik insiden
kontroversial Karine A.80
Hubungan Amerika Serikat – Israel pun menegang kembali setelah respon
Perdana Menteri Israel Ariel Sharon mengenai serangan “terorisme” yang
semakin meningkat dengan menyatakan bahwasanya negara Israel sedang berada
dalam kondisi perang melawan Palestina. Amerika Serikat beserta negara-negara
anggota Dewan Keamanan memberikan suaranya dalam pembuatan resolusi akan
“penghentian segala aksi kekerasan, termasuk aksi terror” serta mendesak “semua
pihak untuk menghentikan segala bentuk kekerasan”. Melalui konferensi pers
sesaat setelah proses pemungutan suara oleh Dewan Keamanan berakhir, Presiden
Bush secara eksplisit menyampaikan pesannya kepada Perdana Menteri Ariel
Sharon, “I understand someone trying to defend themselves and to fight terror, but
the recent (Israeli) action aren‟t helpfull”.81 Tekanan Amerika Serikat kepada
Israel dapat terlihat pada tanggal 12 Maret 2002, ketika Amerika Serikat
80
Karine A adalah kapal barang bermuatan lima puluh ton senjata dan bahan peledak yang
tampaknya berlayar dari Iran ketika tertangkap oleh angkatan laut Israel di Laut Merah.
Walaupun belum terbukti benar tidaknya, Israel telah berhasil menjadikan Amerika Serikat
merasa pesimis terhadap Yasser Arafat dalam proses perdamaian Israel – Palestina.
81
Bush in Abrams, p. 68.
38
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB (Resolusi 1937), yang mana dalam
hal ini Amerika Serikat secara eksplisit menekankan visi akan adanya
pembentukan dua negara, Israel dan Palestina, yang berdiri secara berdampingan
satu sama lain.82 Pendirian negara Palestina kemudian menjadi kebijakan utama
Amerika Serikat dalam konflik Israel – Palestina.
II. 3
Operation Defensive Shield
Konflik Israel – Palestina dalam Intifada Kedua pun semakin memanas pada
akhir bulan Maret tahun 2002, ketika serangan bom bunuh diri Hamas terjadi
disaat perayaan Perjamuan Paskah Yahudi sedang berlangsung; dan menewaskan
tiga puluh orang Israel. Menanggapi serangan bom bunuh diri tersebut Perdana
Menteri Israel Ariel Sharon menerapkan hard military solution, yang ia terapkan
melalui kebijakan Operation Defensive Shield pada 29 Maret 2002.83 Operation
Defensive Shield adalah operasi militer terbesar Israel di wilayah West Bank
semenjak perang Israel – Palestina di tahun 1967 terjadi. Tujuan dari Operation
Defensive Shield adalah untuk menghentikan serangan “teroris” dengan cara
memukul target Palestina, menangkap “teroris”, dan membuatnya hampir tidak
mungkin bagi “teroris” untuk dapat merencanakan atau bahkan melakukan
serangan kepada Israel.84 Operation Defensive Shield memungkinkan IDF untuk
mengendalikan hampir seluruh wilayah Palestina di West Bank guna
melemahkan infrastruktur “teror” Palestina dan untuk menghentikan gelombang
serangan “teror”. Operation Defensive Shield ini dimulai dengan serangan IDF
ke Ramallah dan menjadikan komplek kediaman beserta markas besar pemimpin
82
Abrams, p. 74.
Issacharoff and Harel, 30 March 2012.
84
Abrams, p. 72.
83
39
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Otoritas Palestina, Yasser Arafat, berada di bawah pengepungan IDF
sepenuhnya.85
Menanggapi operasi militer Israel, tekanan internasional terhadap Israel
dengan sangat cepat mengalir berdatangan. Negara-negara Arab pun menuntut
Amerika Serikat untuk dapat melindungi pemimpin Otoritas Palestina Yasser
Arafat, yang dipercaya akan dibunuh oleh Israel. Presiden Bush yang sadar betul
bahwa aksi Israel dapat merusak citra Amerika Serikat di mata negara-negara
Arab dan dunia Islam serta melemahkan “perang” Amerika Serikat melawan
“terorisme”, Presiden Bush meminta Perdana Menteri Ariel Sharon, baik melalui
telepon secara langsung maupun melalui publik untuk segera menghentikan
pengepungan terhadap pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat.86 Danny
Ayalon, Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat di bawah pemerintahan Perdana
Menteri Ariel Sharon pun menjelaskan bahwasanya di era Operation Defensive
Shield terdapat beberapa kontak telepon yang terjadi di antara Presiden Bush dan
Perdana Menteri Ariel Sharon yang terdengar tidak mengenakkan; terdapat suatu
momen ketika Presiden Bush berkata „When I say now, I mean now,‟ setelah
hubungan kontak teleponnya dengan Perdana Menteri Ariel Sharon.87 Ayalon
melihat itu sebagai hubungan Amerika Serikat – Israel yang paling terburuk
selama delapan tahun pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Bush; dan
Condoleeza Rice menyebutnya “a deepening split with Israel”.88
85
Sharon, p. 521.
Abrams, p. 73.
87
Ayalon in Abrams, p. 72.
88
Rice in Abrams, p. 73.
86
40
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada 4 April 2002, Presiden Bush melalui pidatonya secara publik di Rose
Garden Gedung Putih menekan pemerintahan Israel di bawah Perdana Menteri
Ariel Sharon untuk menghentikan penyerbuan dan mulai menarik pasukannya dari
wilayah pendudukan Palestina.
“Israeli is facing a terrible and serious challange. For seven
days, it has acted to root out terrorist nests. America
recognizes Israel‟s right to defend itself from terror. Yet, to
lay the foundations of future peace, I ask Israel to halt
incursions into Palestinian-controlled area and begin the
withdrawal
from
those
cities
it
has
recently
occupied....Storms of violence cannot go on. Enough is
Enough.”89
Pada tanggal 6 April 2002, Presiden Bush secara pribadi menghubungi Perdana
Menteri Ariel Sharon untuk menarik tentara Israel dan meninggalkan kota-kota di
Palestina secepatnya.90 Tidak kunjung menarik diri, Presiden Bush pun kembali
mengulang pesannya kepada Israel melalui pidatonya pada tanggal 8 April 2002
dengan menggunakan kata-kata yang lebih keras.
“I meant what I said to the Prime Minister of Israel. I
expect there to be withdrawal without delay... I repeat, I
meant what I said about withdrawal without delay.”91
Pernyataan Presiden Bush ini pun diperjelas oleh Menteri Pertahanan Amerika
Serikat, Condoleeza Rice, melalui wawancaranya
kepada wartawan, “‟tanpa
penundaan‟ berarti tanpa penundaan. Yaitu sekarang.”92
89
Bush in Abrams, p. 73.
Sharon, p. 522.
91
George W. Bush, “President Emphasizes Message to Middle East”, The White House: President
George W. Bush, 8 April 2002. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/04/20020408-1.html (26 April 2014).
90
41
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tekanan dunia internasional terhadap Israel tidak hanya datang dari
Amerika, akan tetapi juga dari Uni Eropa, Rusia, dan PBB yang kemudian
terbentuk kedalam „Quartet‟ untuk memediasi proses negosiasi perdamaian Timur
Tengah. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan melalui teleponnya kepada Perdana
Menteri Ariel Sharon mengungkapkan bahwasanya kebijakan Israel telah
mengikis moral serta posisi politik Israel di mata dunia, oleh karena itu Sekretaris
Jenderal PBB Kofi Annan pun mendesak Israel untuk menarik mundur seluruh
tentara militernya dari wilayah pendudukan Palestina.93
Tekanan terhadap Israel pun datang dari Perdana Menteri Spanyol Jose
Maria Aznar yang juga menjabat sebagai Presiden Uni Eropa, melalui surat
kenegaraan yang meminta Israel untul menarik pengepungan terhadap markas
besar Yasser Arafat di Ramallah, menarik mundur seluruh tentara Israel dari
Ramallah, dan menerapkan gencatan sejata dengan segera. Selain melalui surat
kenegaraan, terjadi pula ketegangan di antara keduanya melalui percakapan di
telepon:94
Aznar: “You said no to everything and even asked for
several things. The European public is growing more and
more hostile; the European states will not be able to buy
you more time. The states have a problem with public
opinion.”
Sharon: “we have problem with fatalities....”
Aznar: “Arafat is humiliated by the siege... If the operation
continues – the situation will worsen
92
Rice in Mearsheimer and Walt, p. 208.
Sharon, p. 525-526.
94
Sharon, p. 530-532.
93
42
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sharon: “it cannot get any worse”
Aznar: “Israel has the right to defend itself, but what is the
political plan?... I am going to visit Arafat.”
Sharon: “we would be happy for your visit, but at this
point such a visit to Arafat is problematic. Not right now.”
Aznar: “Yes right now. For the representative of the
European Union. We oppose terror, but we oppose your
policies.”
Pada tanggal 18 April 2002, Presiden Bush bersama Menteri Luar Negeri
Collin Powell di depan pers mengungkapkan beberapa pesan kepada dunia
internasional dan Israel:
“Israel started withdrawing quickly after our call from
smaller cities on the West Bank. History will show that
they‟ve responded... And as the Prime Minister said, he
gave me a timetable and he‟s met the timetable... I do
believe Ariel Sharon is a man of peace.”95
Setelah ucapannya di depan pers, secara pribadi Presiden Bush pun segera
menghubungi Perdana Menteri Ariel Sharon melalui telepon untuk tidak
mengecewakannya dan bertindak seperti yang telah ia ucapkan dalam statemennya
di depan pers.
“You better live up to that. You know I‟m going out on
limb for you; you better live up to that.”96
95
George W. Bush, “President Bush, Secretary Powell Discuss Middle East”, The White House:
President George W. Bush, 18 April 2002. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/04/20020418-3.html (26 April 2014).
96
Bush in Abrams, p. 81.
43
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Kondisi Intifada Kedua yang sangatlah kompleks serta ketegangan di
antara Israel dan Palestina yang tak kunjung membaik menjadikan Putra Mahkota
Saudi Arabia Pangeran Abdallah merasa perlu untuk melakukan sesuatu dengan
menghadiri undangan Presiden Bush, mengunjungi kediamannya di Texas secara
pribadi pada 25 April 2002.97 Melalui kunjungannya, Putra Mahkota Saudi Arabia
Pangeran Abdallah sebagai pemimpin salah satu negara Arab mengungkapkan
perasaan bangsa Arab yang merasa terhina dengan bagaimana tentara Israel
mengepung markas besar pemimpin Arab seperti Yasser Arafat di tanah
kediamannya sendiri. Pangeran Abdallah pun menuntut Presiden Bush untuk
melakukan sesuatu dengan mengangkat teleponnya dan menginstruksikan Perdana
Menteri Ariel Sharon untuk menarik mundur IDF beserta persenjataan militernya
dan memungkinkan Arafat untuk dapat bergerak bebas.98 Pangeran Abdallah
dalam kunjungannya pun menolak penjelasan Presiden Bush bahwasanya hal
tersebut adalah sesuatu yang mustahil, bahwa Amerika Serikat tidak memiliki
kemampuan dan kewenangan untuk memerintahkan Israel sesuai kehendaknya.
Pangeran Abdallah secara tegas mengancam dan menekankan kepada Presiden
Bush bahwasanya perlakuan terhadap Arafat akan sangat dapat mempengaruhi
hubungan di antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia.99 Kondisi krisis ini
kemudian digambarkan oleh Presiden Bush sebagai, “America‟s pivotal
relationship with Saudi Arabia was about to be seriously ruptured”.100 Kondisi
yang mengancam hubungan Amerika Serikat dan Saudi Arabia yang tentu juga
akan mengancam kepentingan Amerika Serikat, War on Terrorism di Timur
97
George W. Bush, Decision Points, Crown Publishers, New York, 2010, p. 671.
Abrams, p. 82.
99
Abrams, pp. 82-83.
100
Bush, p. 673.
98
44
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tengah, memaksa Presiden Bush secara pribadi melalui telepon menghimbau
Perdana Menteri Ariel Sharon dengan tegas untuk mengakhiri kebijakan Israel
yang ofensif.101 Melalui tekanan Amerika serikat kemudian pada tanggal 21 April
2002, Israel pun mengumumkan penghentian secara resmi kebijakan Operation
Defensive Shield102 dan pada tanggal 28 April 2002 kabinet Israel memutuskan
untuk menarik persenjataan militer Israel dari komplek Muqata Ramallah dan
membebaskan pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat dari pengepungan
IDF.103
Membebaskan
pemimpin
Otoritas
Palestina
Yasser
Arafat
dari
pengepungan IDF bukanlah menjadi akhir dari konflik Israel – Palestina dalam
Intifada Kedua. Baku tembak serta serangan bom bunuh diri yang terus terjadi
menjadikan Israel di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon
membangun tembok pembatas sepanjang 400 kilometer di antara Israel dan
Palestina pada 15 Juni 2002,104 guna menghalangi serangan bom bunuh diri masuk
ke wilayah Israel. Akan tetapi, tembok pembatas yang dibangun untuk
memisahkan wilayah Israel dan Palestina, telah dibangun di area yang tidak
melewati garis hijau – garis pembatas antara wilayah Israel dan Palestina atau
dengan kata lain, tembok pembatas dibangun di dalam wilayah Palestina.
Kebijakan Perdana Menteri Ariel Sharon dalam membangun tembok pembatas
sangatlah ditentang dan mendapat protes keras dari dunia internasional oleh karena
tembok pembatas yang semakin memperkecil wilayah Palestina serta memisahkan
warga Palestina dari warga Palestina lainnya.
101
Bush, p. 672.
Mearsheimer and Walt, p. 210.
103
Abrams, p. 84.
104
Abrams, p. 85.
102
45
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Konflik di antara Israel dan Palestina dalam Intifada Kedua yang tak
kunjung usai serta tekanan internasional yang juga tak kunjung mereda, Perdana
Menteri Inggris, Tony Blair dalam hal ini memiliki peran besar dalam menekan
Israel melalui Amerika Serikat. Menurut Perdana Menteri Tony Blair, apabila
Amerika Serikat ingin melakukan aksi melawan Iraq, maka harus ada “proses
perdamaian” Israel – Palestina yang dapat dipercaya.105 Menteri Luar Negeri
Collin Powell pun menekankan hal yang serupa kepada Wakil Presiden Amerika
Serikat Dick Cheney, bahwasanya menekan Israel untuk mecapai proses
perdamaian adalah suatu yang krusial untuk mencapai kepentingan Amerika
Serikat di Iraq.
“You‟re dreaming if you don‟t think the Arab-Israeli
conflict is central to the region – central to whatever we
want to do in Iraq. Don‟t underestimate the centrality of
this crisis. If you want to do anything in Iraq, you need an
Israeli-Palestinian peace process.”106
Konflik Israel – Palestina yang krusial dengan ditambah sikap pemisis
Amerika Serikat terhadap pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat setelah
peristiwa kapal Karine A, menjadikan Amerika Serikat di bawah pemerintahan
Presiden Bush merasa perlu untuk menekankan kembali kebijakannya akan
pendirian
negara
Palestina
dengan
merubah
permainan
dengan
tidak
menghandalkan pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat. Presiden Bush
berpandangan bahwasanya negara Palestina yang demokratik dan pemimpin baru
dalam Palestina adalah satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian abadi.107
105
Blair in Abrams, pp. 87-88.
Powell in Abrams, p. 80.
107
Bush, p. 676.
106
46
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada 24 Juni 2002, Presiden Bush pun mengungkapkan visinya secara publik akan
dua negara yang berdiri berdampingan satu sama lain secara damai dan tentram.108
“My vision is two states, living side by side, in peace and
security. There is simply no way to achieve that peace until
all parties fight terror. Peace requires a new and different
Palestinian leadership, so that a Palestinian state can be
born...”109
Pidato Presiden Bush ini tentu telah memberi angin segar kepada Israel; akan
tetapi tidak bagi dunia internasional, PBB, negara Arab, dan Uni Eropa. Sekretaris
Jenderal PBB Kofi Annan sangat menentang gagasan Presiden Bush yang ingin
menggantikan Yasser Arafat sebagai pemimpin Otoritas Palestina. Menteri Luar
Negeri Perancis pun menanggapi pidato Presiden Bush dengan mengekspresikan
ketakutannya akan Amerika Serikat menjadi satu-satunya aktor utama dalam
Timur Tengah.110 Pernyataan Presiden Bush ini pun ditentang oleh sekutu
terdekatnya, Perdana Menteri Tony Blair.
Menanggapi protes internasional mengenai pidato Presiden Bush pada 24
Juni 2002, Amerika Serikat bersama PBB, negara-negara Uni Eropa, negaranegara Arab, dan institusi internasional seperti World Bank yang tergabung dalam
Quartet, merumuskan Roadmap Peace sebagai tahapan awal dalam usaha
pembentukan negara Palestina.111
108
Abrams, pp. 94-97.
Geroge W. Bush, “President Bush Calls for New Palestinian Leadership”, The White House:
President George W. Bush, 24 June 2002. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/06/20020624-3.html (26 April 2014).
110
Sharon, p. 545.
111
Abrams, p. 110.
109
47
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Di pertengahan bulan Oktober 2002, Perdana Menteri Ariel Sharon
mengunjungi Gedung Putih untuk yang ketujuh kalinya dari total dua belas kali
kunjungan ke Gedung Putih selama menjadi Perdana Menteri Israel, 112 dan pada
saat kunjungan itu pula Amerika Serikat memberi kejutan kepada Israel.113 Saat itu
teks Roadmap Peace sedang dalam proses pengembangan tanpa ada peran Israel di
dalamnya, bahkan Israel tidak mengetahui sama sekali keikutsertaan Amerika
Serikat sebagai aktor utama dalam perumusan Roadmap Peace. Tepat sebelum
pertemuan di antara Presiden Bush dan Perdana Menteri Ariel Sharon di ruang
kerja oval Gedung Putih, Steve Hadley wakil dari Menteri Pertahanan Condoleeza
Rice, menyerahkan beberapa lembar draft Roadmap Peace kepada Dov
Weissglass dan Shalom Tourgeman, dua orang terdekat Perdana Menteri Ariel
Sharon yang paling berpengaruh dalam negosiasi dan diplomasi dengan Amerika
Serikat, untuk melihat draft Roadmap Peace yang telah dipersiapkan oleh Amerika
Serikat bersama negara-negara yang tergabung dalam Quartet.114 Keduanya pun
kemudian kembali ke Blair House, president guest house di seberang Geduh Putih
– tempat di mana Ariel Sharon tinggal selama berkunjung ke Washington, untuk
mendiskusikannya dengan Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Danny
Ayalon dan delegasi Israel lainnya.115 Mereka pun kemudian memberitahukan
Perdana Menteri Ariel Sharon akan isi draft Roadmap Peace yang memberikan
banyak kerugian bagi Israel.
Setelah membaca draft Roadmap Peace serta mendengarkan semua
komentar, Perdana Menteri Ariel Sharon memutuskan untuk tidak merespon draft
112
Sharon, p. 585.
Abrams, p. 113.
114
Abrams, p. 113.
115
Abrams, p. 113.
113
48
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Roadmap Peace saat itu juga. Perdana Menteri Ariel Sharon perlu membawa draft
Roadmap Peace tersebut ke Israel untuk dibahas, oleh karena draft tersebut bukan
menjadi bagian dari kunjungan Perdana Menteri Ariel Sharon ke Washington.116
Roadmap Peace tentu adalah sesuatu yang sangat mengejutkan bagi Israel oleh
karena sifatnya yang sepihak tanpa melibatkan Israel di dalamnya dan dirasa tidak
menggambarkan gagasan yang ada pada pidato Presiden Bush di tanggal 24 Juni
2002. Hal tersebut terlihat dari jawaban Dov Weissglass ketika Steve Hadley
mencoba menanyakan respon Israel mengenai Roadmap Peace.
“Look, it‟s a six-page document. For you it‟s six pages.
For us it‟s our life. It‟s our future. So we need to examine
it, and cannot give you any response to it now.”117
II.4
Roadmap Peace
Roadmap Peace yang secara formal berjudulkan, A Performance-Based Roadmap
to a Permanent Two-State Solution to the Israel – Palestinian Conflict, bertujuan
untuk mendirikan sebuah negara Palestina. Tujuan untuk mencapai sebuah negara
Palestina tercantum jelas pada pembukaan draft Roadmap Peace:
“The destination is a final and comprehensive settlement of
the Israeli-Palestinian conflict by 2005, as presented in
President Bush‟s speech of 24 June.”118
Isi draft Roadmap Peace tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan pidato
Presiden Bush pada 24 Juni 2002. Terdapat tiga fase di dalam Roadmap Peace
116
Abrams, p. 114.
Weissglass in Abrams, p. 114.
118
Roadmap Peace Plan, “A Performance-Based Roadmap to a Permanent Two-State Solution to
the Israel-Palestinian Conflict”, United Nations, 2002. Available:
http://www.un.org/News/dh/mideast/roadmap122002.pdf (29 April 2014).
117
49
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
untuk mencapai perdamaian. Pertama, kekerasan dan “terorisme” Palestina harus
dihentikan; kedua, akan ada konstitusi baru Palestina dan adanya pemilihan umum
yang demokratis; ketiga, Israel akan menarik diri dari wilayah-wilayah Palestina di
West Bank, dan Israel akan menghentikan seluruh aktivitas penyebaran
kependudukan serta membongkar pembangunan pemukiman yang terjadi setelah
Maret 2001.119 Proses pengimplementasiannya kemudian bertahap dari satu fase
ke fase berikutnya.
Draft akhir Roadmap Peace telah selesai disusun pada musim gugur tahun
2002; Israel pun tidak menanggapinya melalui komen resmi pemerintahan, akan
tetapi dengan permohonan untuk adanya pengunduran tanggal penerbitan teks
Roadmap Peace. Permohonan pengunduran tanggal penerbitan teks Roadmap
Peace oleh Israel dilatarbelakangi oleh situasi politik domestik yang sedang tidak
stabil ditandai dengan keluarnya Partai Buruh dari barisan koalisi Perdana Menteri
Ariel Sharon yang disebabkan oleh konflik anggaran. Sehingga Perdana Menteri
Ariel Sharon berpandangan bahwasanya mengangkat isu Roadmap Peace akan
semakin memperburuk situasi politik domestik serta akan merugikannya di
pemilihan umum tahun 2003. Tanpa adanya perdebatan, pemerintahan Presiden
Bush dan Quartet pun menyetujui penundaan tanggal terbit teks Roadmap Peace
yakni hingga Israel memiliki pemerintahan yang baru.120
Ariel Sharon pun terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Israel pada 29
Januari 2003 dengan mengalahkan lawan politiknya dari Partai Buruh. Pada akhir
Februari 2003 Perdana Menteri Ariel Sharon memperkenalkan kabinet barunya ke
119
120
Roadmap Peace Plan
Abrams, p. 121.
50
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Knesset; termasuk di dalamnya adalah Benjamin Netanyahu sebagai Menteri
Keuangan dan Ehud Olmert sebagai Menteri Perdagangan dan Industrial, dengan
merangkap jabatan sebagai wakil Perdana Menteri.121 Pada saat yang bersamaan
Perdana Menteri Ariel Sharon mengirimkan ketua staf Israel, Dov Weissglass ke
Washington untuk melakukan negosiasi serta menyampaikan beberapa kondisi
dalam menerima Roadmap Peace122, dalam hal ini keraguan Israel terhadap
pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat sangatlah besar, oleh karena
penolakannya untuk melakukan perubahan dalam konstitusi Palestina seperti yang
ada pada Roadmap Peace.123
Melalui tekanan Eropa, pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat pun
menyetujui dan memperbolehkan adanya penunjukan Perdana Menteri Palestina,
yang mana kemudian dijabat oleh Mahmud Abbas atau yang dikenal dengan “Abu
Mazen”.124 Condoleeza Rice memandang keputusan tersebut sebagai suatu
kemajuan besar dalam usaha perdamaian. Bagi Presiden Bush, reformasi di
Palestina menjadi persoalan yang sangat fundamental. Presiden Bush percaya
bahwasanya Israel akan mendukung solusi dua-negara apabila pemimpin Otoritas
Palestina, Yasser Arafat tidak diikutsertakan dan digantikan dengan struktur
politik Palestina yang baru.125 Penerbitan teks formal Roadmap Peace kembali
ditunda. Uni Eropa dan Amerika Serikat menyetujui adanya penundaan penerbitan
teks formal Roadmap Peace hingga pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat
menepati janjinya dan Perdana Menteri Palestina diposisikan pada tempatnya.
121
Sharon, pp. 578-579.
Dan, p. 219.
123
Abrams, p. 136.
124
Abrams, p. 137.
125
Abrams, p. 138.
122
51
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada 19 Maret 2003, sehari sebelum invasi Amerika Serikat ke Iraq, pemimpin
Otoritas Palestina Yasser Arafat pun akhirnya tunduk pada tekanan internasional
dengan menyetujui penunjukan Mahmud Abbas sebagai perdana menteri dari
Otoritas Palestina.126
Pada pertemuan Gedung Putih yang dipimpin oleh Condoleeza Rice pada
tanggal 9 April dan 11 April 2003, Condoleeza Rice menekankan pada proses
perdamaian Israel – Palestina setelah perang Iraq selesai.
“we‟ve broken the Middle East with this war, and now we
need to show we know how to put it together again. The
Israeli-Palestinian conflict is at the center of this effort.”127
Kekuatan tekanan Amerika Serikat lebih terlihat pada Saddam Hussein daripada
melawan Yasser Arafat. Mahmud Abbas telah ditunjuk untuk menempati posisi
Perdana Menteri Palestina, akan tetapi pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat
menghalangi kemampuan Mahmud Abbas sebagai Perdana Menteri Palestina
untuk memilih kabinetnya. Pada 14 April 2003, Presiden Bush kembali
menghubungi Presiden Hosni Mubarak dan Putra Mahkota Saudi Arabia,
Pangeran Abdallah, meminta bantuan keduanya untuk menekan pemimpin
Otoritas Palestina Yasser Arafat agar menyerah dengan memberikan otoritas
kepada Perdana Menteri Mahmud Abbas.128 Melalui tekanan yang diberikan oleh
Uni Eropa dan negara-negara Arab, pada 29 April 2003 pemimpin Otoritas
Palestina Yasser Arafat melantik Perdana Menteri Palestina Mahmud Abbas
126
CNN Library, “Yasser Arafat Fast Facts” (online), CNN, 8 November 2013. Available:
http://edition.cnn.com/2013/09/10/world/meast/yasser-arafat-fast-facts/ (30 April 2014).
127
Abrams, p. 142.
128
Abrams, p. 143.
52
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
beserta kabinet barunya. Teks formal Roadmap Peace pun kemudian diterbitkan
pada 30 April 2003.129
Setelah Otoritas Palestina memiliki pemimpin baru dengan ditunjuknya
Perdana Menteri Palestina Mahmud Abbas, Presiden Bush mengirim Steve Hadley
dan Elliott Abrams pada 1 Mei 2003130 ke Israel untuk melihat dan memastikan
Perdana Menteri Ariel Sharon benar-benar ingin melangkah ke arah perdamaian.
Dalam perjalanan tugas menemui Perdana Menteri Ariel Sharon, Steve Hadley
berinisiasi untuk melakukan pengertian mendalam terhadap sosok Ariel Sharon.
“Instead of the usual 45-60 minute meetings in his office,
let‟s really listen to him. Let‟s go to his residence for some
sessions that can last for hours and hours. Let him talk, let
him explain himself. This is a man who has been a war
hero and a pariah. This guy is one of the last of his
generation of leaders. Let‟s hear him out.”131
Strategi pendekatan Steve Hadley pun berhasil; di tambah dengan apresiasi
Presiden Bush terhadap Perdana Menteri Ariel Sharon dan hubungan dekat
Condoleeza Rice dan Elliott Abrams dengan Dov Weissglass, pertemuan oleh
Steve Hadley dan Elliot Abrams telah membantu untuk meyakinkan Perdana
Menteri Ariel Sharon bahwasanya Presiden Bush dan orang-orangnya adalah
berbeda, bahwasanya mereka benar-benar ingin memahami Israel. Elliott Abrams
melalui bukunya pun memberikan gambaran kepribadian Perdana Menteri Ariel
Sharon yang sangat suka apabila ia disukai; menurutnya di bawah eksterior kasar
sosok, Ariel Sharon adalah seseorang yang peduli apa yang orang pikirkan
129
Sharon, p. 586.
Sharon, p. 587.
131
Hadley in Abrams, p. 144.
130
53
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mengenai dirinya, yang dapat terluka, yang menanggapi bentuk penghormatan
dan kasih sayang. Pada pertemuan itu pula, Steve Hadley memberikan surat
Presiden Bush kepada Perdana Menteri Ariel Sharon, yang berisikan ucapan
terima kasih karena telah bersedia untuk mengambil resiko demi perdamaian.
Setelah membaca surat Presiden Bush, Perdana Menteri Ariel Sharon memberikan
monolog panjang mengenai pandangannya tentang Israel, situasi yang dihadapi
Israel, dan permintaan Internasional terhadap Israel.
“I took risks personally, but never took any risks with the
security of the State of Israel. I appreciate Arab promises
but will take seriously only tangible performance. For
tangible performance I will take tangible steps.... I am a
Jews above all. After what happened in the past, I will not
let the future of the Jewish people depend on anyone, even
our closest friends...”132
Pada 20 Mei 2003, Presiden Bush menghubungi Perdana Menteri Mahmud
Abbas dan mengungkapankan bahwasanya Amerika Serikat akan mendukung
Perdana Menteri Mahmud Abbas apabila ia berkehendak menyelesaikan
permasalahan “terorisme” Palestina.133 Pada hari yang sama Presiden Bush pun
menghubungi Perdana Menteri Ariel Sharon dan mengungkapkan pandangannya
akan Perdana Menteri Palestina Mahmud Abbas.
Bush: “The United States would never jeopardize Israeli
security, but we should help Abu Mazen; there is a chance
for progress”
132
133
Sharon in Abrams, p. 144-145.
Abrams, p. 152.
54
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sharon: “Not if the terror continues; and Abu Mazen,
whatever his intentions, was doing nothing to stop it”
Bush: “Well, he just got there; he means well and we
should help him succeed”
Sharon: “I would not compromise on security”
Bush: “I agreed, but we had a chance to marginalize Arafat
now if we could empower Abu Mazen. You can be a man
of security and a man of peace.”134
Pada 25 Mei 2003, pemerintahan Israel pun menyetujui Roadmap Peace dengan
hasil pemilihan di Knesset: 12 memilih mendukung, 7 memilik menolak, dan 4
memilih abstain.135 Hal tersebut menandai untuk pertama kalinya dalam sejarah,
bangsa Yahudi menyetujui prinsip pendirian negara Palestina.
Kabinet Perdana Menteri Ariel Sharon menerima Roadmap Peace dengan
beberapa persyaratan, akan tetapi perasaan Perdana Menteri Ariel Sharon yang
sebenarnya digemakan oleh Uri Dan dengan mengatakan bahwasanya Perdana
Menteri Ariel Sharon mencoba untuk menerima “Roadmap Shmord Map”.136
Walaupun Perdana Menteri Ariel Sharon melihat Roadmap Peace adalah suatu
usaha yang sia-sia, ia tidak menampiknya begitu saja. Hal tersebut dikarenakan
hubungan Amerika Serikat dan Israel yang sangatlah dekat, “I will not harm the
deep strategic understandings with the United States, and the special relationship
formed with the American administration”.137 Perdana Menteri Ariel Sharon
adalah seorang pragmatis yang paham bahwa Amerika Serikat adalah kepala
134
Bush and Sharon in Abrams, pp. 152-153.
Dan, p. 220.
136
Yael S. Aronoff, “Warfare to Withdrawal: The Legacy of Ariel Sharon”, Israel Studies, vol. 15,
no. 2, 2010, p. 161.
137
Ariel Sharon in Aronoff, p. 161.
135
55
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
polisi dunia dan Israel tentu sangat membutuhkan bantuan Amerika Serikat, “We
have only one friend in the world......The plan will allow us to harmonize our
position with that of the United States”.138
Presiden Bush, Perdana Menteri Ariel Sharon, Perdana Menteri Mahmud
Abbas, dan petinggi negara-negara Arab lain bertemu bersama pada 4 Juni 2003
di Konferensi Aqaba, Jordan, membahas proses perdamaian seperti yang
tercantum dalam Roadmap Peace.139 Sebelum pertemuan tersebut berlangsung,
Presiden Bush melakukan pertemuan secara rahasia dengan Perdana Menteri Ariel
Sharon dan Perdana Menteri Mahmud Abbas secara terpisah. Sebelum pertemuan
pribadinya dengan Perdana Menteri Mahmud Abbas, Presiden Bush bertemu
dengan Perdana Menteri Ariel Sharon yang saat itu hanya ditemani oleh Dov
Weissglass.
Bush: “ I called you a man of peace, I meant it, and today
you are proving me right... I am never going to deal with
him (Yasser Arafat). He is no good; he has failed. Do not
worry about that (Israeli Security); in fact, if you are really
worried about my commitment to Israel‟s security, which
you keep mentioning over and over, take your plane and
go home.”140
Perdana Menteri Ariel Sharon dalam pertemuan rahasia dengan Presiden Bush
tidak lupa mengucapkan terima kasih karena telah memanggilnya dengan sebutan
man of peace. Perdana Menteri Ariel Sharon mengungkapkan pula bahwa
perdamaian adalah tujuannya. Akan tetapi menurutnya perdamaian dan keamanan
138
Ariel Sharon in Dan, p. 237.
CNN, “Sharon, Abbas Pledge Action at Summit” (online), CNN, 4 June 2003. Available:
http://edition.cnn.com/2003/WORLD/meast/06/04/bush.jordan/ (30 April 2014).
140
Bush in Abrams, pp. 160-161.
139
56
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Untuk perdamaian yang sejati dan
perdamaian yang dapat membawa keamanan, ia siap untuk mengambil “kompromi
yang menyakitkan”. Perdana Menteri Ariel Sharon kemudian kembali
menekankan bahwasanya Palestina harus memahami apabila “teror” tetap
berlanjut, maka Palestina tidak akan mendapatkan apa-apa. Mendengar pernyataan
Perdana Menteri Ariel Sharon, Presiden Bush tidak membantahnya, akan tetapi
menanyakan kembali akan bagaimana proses dapat bergerak maju, “how could we
make this work?”141 Perdana Menteri Ariel Sharon yang telah lama menolak
Roadmap Peace, kemudian mengadopsi tahapan-tahapannya dalam menjawab
pertanyaan Presiden Bush.
Sharon: “If the terror ends in Phase I, we will move to an
„interim‟ Palestinian state in Phase II and then can begin
discussing the final phase”142
Perdana Menteri Ariel Sharon dalam hal ini secara jelas telah memahami apa yang
dimaksud dengan kedekatan pada sebuah negara Palestina, dimana dengan sangat
menyakitkan ia harus melakukan penghapusan pemukiman yang selalu disebut
sebagai “kota Israel”.
Di sisi lain, terdapat serangan serius di Palestina yang menentang
penyataan Perdana Menteri Mahmud Abbas di Aqaba. Setelah dua hari pertemuan
di Aqaba, pemimpin Hamas Abdel Aziz Rantisi mengkritisi Perdana Menteri
Mahmud Abbas dan berkata bahwasanya tidak akan ada perdamaian sampai
141
142
Bush in Abrams, p. 161.
Sharon in Abrams, p. 161.
57
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
zionisme dimusnakan dari tanah Palestina.143 Pada 12 Juni 2003, Israel mencoba
melakukan pembunuhan terhadap Rantisi yang dianggap bertanggug jawab pada
penyerangan “teror” yang terjadi pada 8 Juni 2003. Hal tersebut menimbulkan
komen tajam dari Presiden Bush kepada pemerintahan Israel:
“I am troubled by the recent Israeli helicopter gunship
attacks. I regret the loss of innocent life. I‟m concerned
that the attack will make it more difficult for the
Palestinian leadership to fight off terrorist attacks. I also
don‟t believe the attacks help the Israeli security.”144
Israel diminta untuk berhati-hati dalam bertindak. Amerika Serikat menekan
Perdana Menteri Mahmud Abbas untuk segera mengatur kendali pasukan
keamanan dan menggunakannya untuk menghentikan aksi “teror”. Melalui
teleponnya dengan Condoleeza Rice, Perdana Menteri Mahmud Abbas
memberikan sebuah proposal yang menekankan perlunya IDF untuk menarik diri
dari Gaza dan akan digantikannya dengan tentara keamanan Palestina. 145 Israel
melalui tekanan Amerika Serikat pun menyetujuinya dengan ditandai penarikan
IDF dari Gaza pada 27 Juni 2003.146
Pada akhir Juni 2003, Condoleeza Rice melakukan kunjungan ke Israel.
Pesan utama dalam kunjungannya kepada Perdana Menteri Ariel Sharon adalah
untuk memberikan Otoritas Palestina kesempatan; Perdana Menteri Ariel Sharon
pun menyetujuinya – akan tetapi hanya dalam kurun waktu tertentu. Dalam
143
BBC, “Profile: Hamas Leader Rantissi” (online), BBC, 17 April 2004. Available:
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/2977816.stm (30 April 2014).
144
Bush in Abrams, p. 166
145
Abbas in Abrams, p. 166.
146
Abrams, p. 168.
58
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kunjungannya, Condoleeza Rice juga mengangkat isu tembok pembatas yang
dibangun oleh Perdana Menteri Ariel Sharon.147
Rice: “We are very concern about the fence. The plans
show it going farther and farther in the West Bank, cutting
off Palestinian villages and lands. It would be a real
problem and would not help security because it would
undercut political progress. It looks like it will be a huge
political problem in the United States, and we cannot and
will not remain silent if the fence cuts Palestinian lands
and villages”
Sharon: “the only goal is to stop terror. We have to defend
ourselves”
Rice: “You need to defend yourselves, but we are all going
to try to deal with terrorism another way, to get the
Palestinian to be active against terrosism. If the political
situation is made more difficult by the route of the fence,
we all lose.”
Sharon: “We hope the United States will understand our
problems and not pressure us not to defend ourselves.”
Setelah kunjungan Condoleeza Rice, pada 25 Juli 2003, Perdana Menteri
Mahmud Abbas mengunjungi Washington untuk pertama kalinya sebagai Perdana
Menteri Palestina. Melalui kunjungannya Perdana Menteri Mahmud Abbas
menyampaikan bahwasanya demi perdamaian dan demi masa depan Palestina dan
generasi Israel, ia meminta segala bentuk aktivitas pemukiman untuk dihentikan
saat itu juga, tembok pembatas oleh Israel harus dihancurkan, dan tahanan
147
Rice and Sharon in Abrams, pp. 169-170.
59
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Palestina harus dibebaskan.148 Empat hari setelah kunjungan Perdana Menteri
Mahmud Abbas, Perdana Menteri Ariel Sharon mengunjungi Washington pada 29
Juli 2003. Dalam pertemuan kedua kepala negara, Presiden Bush menekan Israel
secara halus melalui pidato dengan menekankan bahwasanya untuk mencapai
perdamaian, pemimpin dari semua pihak harus melakukan tanggung jawabnya.
Perlu ada progres nyata untuk menuju solusi dua negara. Presiden Bush
mendorong Perdana Menteri Ariel Sharon untuk mengambil langkah lebih jauh
untuk meningkatkan kondisi yang dihadapi Palestina. Presiden Bush menekankan
juga bahwasanya baik Israel dan Palestina, keduanya memiliki hak untuk hidup
normal, bebas dari takut, bebas dari benci dan kekerasan, dan bebas dari
gangguan.149 Presiden Bush juga mendesak Perdana Menteri Ariel Sharon untuk
secara hati-hati mempertimbangkan semua konsekuensi dari tindakan Israel dalam
perjalanan menuju perdamaian.150
148
Mahmud Abbas, “President Bush Welcomes Prime Minister Abbas to the White House”, The
White House: President George W. Bush, 25 Juli 2003. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2003/07/20030725-6.html (30 April 2014).
149
George W. Bush, “President Discusses Middle East Peace with Prime Minister Sharon”, The
White House: President George W. Bush, 29 juli 2003. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2003/07/20030729-2.html (30 April 2014).
150
George W. Bush, 29 Juli 2003.
60
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III
ANALISIS KELOMPOK KECIL SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN
Pergolakan Intifada Kedua kembali menegang setelah serangan bom bunuh diri
oleh pejuang Palestina pada 19 Agustus 2003 di Yerusalem memakan korban 23
warga Israel meninggal dunia dan 100 warga Israel lainnya terluka. 151 Baik
Amerika Serikat maupun Israel menjadikan peristiwa tersebut sebagai suatu
momentum untuk melihat aksi serta respon Otoritas Palestina di bawah Perdana
Menteri Mahmud Abbas dalam menanggapi serangan “terorisme” terhadap Israel.
Tidak adanya aksi nyata dari Otoritas Palestina dalam waktu 36 jam setelah
terjadinya serangan bom bunuh diri, pemerintah Israel pun bertindak dengan
151
Abrams, p. 178.
61
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
melakukan serangan udara kepada Hamas di kota Gaza serta pembunuhan
terhadap pemimpin Hamas, Ismail Abu Shanab pada tanggal 21 Agustus 2003.152
Perdana Menteri yang dibentuk sebagai kunci dalam Roadmap Peace dan
perdamaian Israel – Palestina terlihat tidak berdaya dan tidak memiliki kuasa
penuh untuk memerintah dan mengontrol Otoritas Palestina. Pada 6 September
2003, dengan menyalahkan Yasser Arafat dan Perdana Menteri Ariel Sharon
karena telah meremehkannya, Mahmud Abbas memutuskan untuk mengundurkan
diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Palestina.153
Mundurnya
Mahmud
Abbas
sebagai
Perdana
Menteri
Palestina
menjadikan proses negosiasi terhentikan. Beberapa gabungan masyarakat baik
dari Israel dan Palestina bertindak di luar dari kedua pemerintahan untuk
memberikan opsi perdamaian yang kemudian tercantum dalam “People‟s Choice
Plan” dan “Geneva Initiative”.154 People‟s Choice Plan atau yang dikenal dengan
Suara Rakyat adalah bentuk usaha dari Sari Nusseibeh, seorang intelektual
Palestina dan Ami Ayalon, seorang mantan komandan angkatan laut Israel yang
kemudian menjabat sebagai kepala Shin Bet (organisasi keamanan internal). Suara
Rakyat berusaha untuk mendapatkan sebagian besar dukungan warga Israel dan
Palestina untuk menandatangani petisi yang berkomitmen pada enam prinsip
perdamaian; solusi dua negara, Yerusalem sebagai kota terbuka dan menjadi ibu
kota bersama bagi dua negara, perbatasan berdasarkan garis batas pada tahun
1967 dengan saling menyetujui untuk bertukar satu dengan yang lain,
152
Abrams, pp. 179-180.
CNN, “Palestinian Prime Minister Abbas Resigns” (online), CNN, 6 September 2003. Available:
http://edition.cnn.com/2003/WORLD/meast/09/06/mideast/index.html?_s=PM:WORLD (9 May
2014).
154
Abrams, p. 181.
153
62
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
demiliterisasi negara Palestina, tidak ada “hak kembali” ke Israel bagi para
pengungsi Palestina, dan persetujuan ketika kelima kondisi sebelumnya mencapai
titik temu maka konflik akan dinyatakan berakhir dan semua klaim
dipadamkan.155
Berbeda dengan Suara Rakyat,
Geneva Initiative lebih banyak
mendapatkan publisitas dan menjadi pusat perhatian serta mobilisasi “kamp
perdamaian” bagi aliran kiri di Israel. Prinsip-prinsip Geneva Intiative adalah
sebagai berikut; solusi dua negara, pertukaran lahan dari satu ke satu yang lain
serta wilayah pemukiman Yahudi di Yerusalem Timur akan dianeksasi oleh Israel
akan tetapi dengan tetap membuka Kota Tua untuk semua pihak, Angkatan
Multinasional dan Grup Verifikasi Internasional bertugas untuk memonitor dan
menegakkan ketentuan-ketentuannya, solusi permasalahan akan pengungsi
dimungkinkan untuk adanya pergerakan masuk ke Israel, dan Palestina sebagai
negara non-militer.156
Dari puluhan penandatangan Israel dan Palestina terdapat beberapa namanama terkemuka yang menandatangani Geneva initiavie, di antaranya adalah:
Yasser Abd Rabbo (seorang politikus dan penasehat PLO terkemuka), Yossi
Beilin (mantan anggota Knesset dan Menteri Peradilan Israel), David Kimche
(seorang pejabat Mossad), Amnon Lipkin Shahak (mantan kepala staff IDF), dan
Qaddurah Faris (seorang pemimpin Fatah yang sebelum terpilih kedalam PLC
menghabiskan 14 tahunnya dalam penjara Israel). Mereka yang tergabung dalam
tim beserta penandatangan yang lain melakukan perjalanan keliling dunia,
155
156
Abrams, pp. 181-182
Abrams, p. 182.
63
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
bertemu dengan pemimpin-pemimpin pemerintahan untuk mempromosikan
rancangan mereka. Geneva Initiative sebagai rancangan perdamaian telah
mendapatkan banyak dukungan di banyak bagian belahan dunia, termasuk
Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat
Collin Powell. Rancangan ini pun tentu mendapatkan kritik dari aliran kanan
Israel
termasuk
Perdana
Menteri
Ariel
Sharon
dan
orang-orang
di
pemerintahannya.157
Presiden Bush yang kembali mencalonkan diri dalam Pemilihan Umum
2004 menjadikannya terlihat sulit untuk dapat menekan Israel oleh karena
kepentingannya dalam memperoleh suara dari pemilih Kristen aliran kanan dan
Yahudi Amerika. Pada realitanya Geneva Initiative telah menciptakan ketegangan
baru dalam hubungan Israel dengan pemerintahan Presiden Bush, yang secara
tidak langsung membawa tekanan terhadap Perdana Menteri Ariel Sharon untuk
dapat hadir dengan rencana perdamaiannya sendiri.158 Amerika Serikat pada saat
yang bersamaan juga memberikan peringatan kepada Perdana Menteri Ariel
Sharon mengenai pembangunan tembok pembatas serta perluasan pemukiman
Israel di tanah Palestina yang dapat memperlemah pembentukan negara
Palestina.159 Melalui pidatonya Presiden Bush memandang Geneva Initiative
sebagai suatu usaha yang produktif asalkan tetap berdasarkan pada prinsip
Amerika Serikat dalam melawan kekerasan, menjamin keamanan, dan
157
Abrams, p. 183.
Chemi Shalev, “Sharon Going on Offensive As Geneva Initiative Gains” (online), The Jewish
Daily Forward, 28 November 2003. Available: http://forward.com/articles/7155/sharon-goingon-offensive-as-geneva-initiative-gai/ (18 May 2014).
159
Tony Karon, “Geneva Accord: Political Theater, But Worth Watching” (online), Time, 4
December 2003. Available: http://content.time.com/time/world/article/0,8599,555902,00.html
(18 May 2014).
158
64
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menyediakan negara Palestina yang demokratis.160 Pertemuan Menteri Luar
Negeri Amerika Serikat, Collin Powell, dengan penulis teks Geneva Initiative di
Washington menjadi suatu bentuk peringatan terhadap Perdana Menteri Ariel
Sharon untuk menahan diri dari tindakan-tindakan merugikan yang dapat memicu
Washington untuk memberikan tekanan lebih besar.161
III.1
Peran Kelompok Kecil dalam Perumusan Disengagement Plan
Mundurnya Mahmud Abbas sebagai Perdana Menteri Palestina menjadikan Israel
tidak memiliki pasangan dalam melakukan proses perdamaian; sedangkan tekanan
domestik maupun internasional untuk adanya proses menuju perdamaian semakin
besar ditandai dengan munculnya rancangan-rancangan baru akan perdamaian
oleh organisasi diluar pemerintahan Israel dan Palestina. Shalom Tourgeman,
penasihat kebijakan luar negeri Perdana Menteri Israel mengungkapkan
bahwasanya setelah ditunjuknya Mahmud Abbas sebagai Perdana Menteri
Palestina, Perdana Menteri Ariel Sharon telah ingin memberikan kesempatan
nyata terhadap proses perdamaian yang diajukan Quartet melalui Roadmap Peace.
Akan tetapi kemudian Mahmud Abbas mengundurkan diri dan digantikan oleh
Abu Ala‟a yang menerapkan kebijakan berbeda baik dalam domestik maupun
terhadap Israel. Baik Dov Weissglass maupun Shalom Tourgeman keduanya telah
bertemu dengan Perdana Menteri Abu Ala‟a dalam beberapa kali kesempatan,
tetapi berujung pada kesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak akan mencapai
titik temu dan jalan keluar. Baik Israel maupun Palestina kemudian berada pada
160
Dawn, “Bush backs Powell talk with authors: Geneva Initiative” (online), Dawn, 5 December
2003. Available: http://www.dawn.com/news/128014/bush-backs-powell-talks-with-authorsgeneva-initiative (18 May 2014).
161
Tony Karon, 4 December 2003.
65
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
periode dimana semua proses terhentikan. Selama Sukkot162 berlangsung, 11 – 18
Oktober 2003, negara-negara di Eropa beserta beberapa tokoh Israel dan Palestina
mencoba membentuk inisiatif baru, Geneva Initiatives, yang menurut Israel akan
membawanya kembali ke masa pemerintahan Presiden Clinton dan permasalahan
terakhir saat Camp David mengalami kegagalan pada Juli 2000. Tidak hanya itu,
Perdana Menteri Ariel Sharon juga mendapatkan banyak surat dari petugas, pilot,
dan para komando Israel yang berisikan mengenai ponalakan mereka untuk
melayani penjagaan di wilayah Gaza.163
Situasi yang kesemuanya berada dalam posisi deadlocked
kemudian
membawa Dov Weissglass untuk menemui Perdana Menteri Ariel Sharon dan
mengatakan padanya, “Look, if you don‟t want any of those initiatives (Geneva
Initiative and People‟s Choice) to take over, you should find another initiative.”164
Menteri Pertahanan Condoleeza Rice, di saat kunjungan Dov Weissglass ke
Washington, mengungkapkan bahwa ia tidak mengetahui bagaimana atau kapan
atau apa, tapi menurutnya sesuatu harus dilakukan untuk menenangkan situasi
Israel – Palestina.165 Sepulang dari Washington, Dov Weissglass merasa perlu
untuk mendiskusikan kekhawatiran Amerika Serikat dengan Perdana Menteri
Ariel Sharon serta menekannya untuk menarik diri dari Gaza. Dov Weissglas
menekankan kepada Perdana Menteri Ariel Sharon bahwasanyaa seluruh struktur
yang ada, seluruh Roadmap Peace yang ia banggakan, yang dianggap aset politik
paling penting, sedang berada pada posisi bahaya. Lebih dari 100 warga Israel
162
Salah satu hari raya keagamaan kaum Yahudi
Tourgeman in Abrams, pp. 191-192
164
Weissglass in Abrams, p. 192.
165
Rice in Abrams, p. 193.
163
66
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menjadi korban di Gaza;166 Perdana Menteri Ariel Sharon pun memahami bahwa
Israel tidak dapat tinggal di Gaza dalam jangka panjang; sehingga menurut Dov
Weissglass untuk apa mengorbankan rakyat Israel di Gaza? Dan untuk situasi
internal, dukungan publik dan opini publik mengenai pemerintah berada dalam
bentuk yang paling buruk selama Perdana Menteri Ariel Sharon memerintah.167
Perdana Menteri Ariel Sharon yang paham betul bahwa status quo adalah
suatu situasi yang tidak dapat memberikan keuntungan bagi Israel kemudian
dalam waktu yang berbeda memanggil Sekretaris Militer Israel, Moshe
Kaplinsky. Pada kesempatan itu pun Perdana Menteri Ariel Sharon menanyakan
pendapat Moshe Kaplinsky mengenai bagaimana Israel dapat memulai semacam
proses ditengah-tengah kemandekan rencana perdamian Roadmap. Moshe
Kaplinsky kemudian menanyakan Perdana Menteri Ariel Sharon kembali, apakah
ia dapat menyampaikan pendapatnya secara terbuka; sebab Kaplinsky memahami
betul bahwa pendapatnya akan membawa kemarahan Perdana Menteri Ariel
Sharon.
Sharon: “You know, the status quo is very, very bad. The
situation, when it‟s frozen, it‟s very, very bad. What do
you think? How can we initiate some kind of process?”
Kaplinsky: “Can I be open with you?”
Sharon: “Sure you can .That‟s why I called you.”
166
167
Weissglass in Abram, p. 193.
Weissglas in Abrams, pp 193-194.
67
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Kaplinsky: “Let‟s leave Netzarim.168 Let‟s remove
Netzarim. By a small step, you can initiate a process where
the entire world will support you and understand that you
are serious.”169
Dov Weissglass mengungkapkan bahwasanya putra-putra dari Perdana
Menteri Ariel Sharon telah memberikan peran penting sejak awal perumusan
kebijakan Disengagement Plan, “The first four people who spoke about
„disengagement plan‟ were me, him, and his two children – his two sons.”170
Besarnya pengaruh orang terdekat juga diungkapan oleh Perdana Menteri Ariel
Sharon dalam wawancaranya dengan Uri Dan, “I might listen to the opinion of my
son.....or consult various experts. But I alone will make the decisions...”.171
Menanggapi situasi yang stagnan di tengah-tengah tekanan yang tetap
mengalir, pada awal bulan Oktober 2003 terdapat diskusi kecil di ruang makan
kediaman sekaligus perkebunan Perdana Menteri Ariel Sharon di Kfar Malal.172
Pertemuan di kediaman Perdana Menteri Ariel Sharon ini dihadiri oleh beberapa
orang lingkar dalam (inner circle) Perdana Menteri Ariel Sharon seperti: Omri
Sharon putra sulung Perdana Menteri Ariel Sharon yang juga anggota Knesset;
Gilad Sharon putra bungsu Perdana Menteri Ariel Sharon; Dov Weissglass kepala
staf, orang terdekat sekaligus penasihat Perdana Menteri Ariel Sharon serta orang
yang paling berpengaruh dalam proses negosiasi dan diplomasi Israel dengan
Amerika Serikat; Eyal Arad penasihat strategi Perdana Menteri Ariel Sharon;
168
Pemukiman Israel yang terisolir ditengah-tengah Jalur Gaza; kurang dari seratus keluarga
yahudi, akan tetapi beberapa batalion tentara yang berjaga-jaga untuk mengamankan keluarga
yahudi yang kurang dari seratus keluarga tersebut.
169
Kaplinsky and Sharon in Abrams, pp. 190-191.
170
Weisglass in Abrams, p. 193.
171
Ariel Sharon in Dan, p. 234.
172
Sharon, pp. 607-608.
68
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Reuven Adler menejer kampanye, eksekutif periklanan, dan teman lama Perdana
Menteri Ariel Sharon; dan Yoram Raved pengacara pribadi Perdana Menteri Ariel
Sharon.
Dalam pertemuan kecil tersebut topik pembicaraan sering diangkat oleh
Omri Sharon yang mengarah pada kurang adanya harapan bagi Israel dalam
menjalin hubungan dengan Palestina. Di tengah-tengah perbincangan, Gilad
Sharon pun kemudian berpaling kepada ayahnya, Perdana Menteri Ariel Sharon,
dan mengungkapkan ketidakpahamannya akan posisi Perdana Menteri Ariel
Sharon di jalur Gaza yang menurutnya adalah tidak jelas dan tidak sepenuhnya
terbentuk. Gilad Sharon berpandangan bahwasanya hidup di jalur Gaza adalah
sesuatu yang tidak mungkin dengan kenyataan sehari-hari yang tidak tertahankan,
“teror” yang tidak ada henti-hentinya dimana roket, mortir, bom, penembak jitu
berkeliaran di jalan-jalan jalur Gaza. Banyak pemukim Israel di Gaza yang
meninggal dunia termasuk wanita dan anak-anak. Situasi yang terjadi menurutnya
adalah situasi yang tidak memiliki akhir; yang mana dalam waktu jangka panjang
hanya akan ada dua kemungkinan yakni: bangsa Israel tidak akan berada di jalur
Gaza atau bangsa Palestina yang tidak akan berada di jalur Gaza. Menurut Gilad
Sharon, bangsa Israel dan bangsa Palestina tidak dapat hidup bersama di jalur
Gaza.173
Ketidakpercayaan Israel terhadap pemimpin Otoritas Palestina Yasser
Arafat, menjadikan kemuduran diri Mahmud Abbas dari Perdana Menteri
Palestina sebagai momen yang dianggap tidak ada orang yang dapat diajak bicara
di pihak Palestina. Gilad Sharon pun menyampaikan pandangannya kepada
173
Sharon, P. 608.
69
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Perdana Menteri Ariel Sharon bahwasanya untuk menghadapi apa yang ada di
depan, Israel perlu menempuh jalan melalui pendekatan unilateral, yang mana
menurut Gilad Sharon akan membawa posisi Israel ke arah yang lebih baik.
“The way forward is via a unilateral approach, actions that
will better our position. It doesn‟t matter if it‟s seen as
something good or bad for the Palestinians; what‟s
important is that it‟s good for us. And for that reason our
unilateral approach shouldn‟t be dependent upon any
Palestinian actions.”174
Mendengar pandangan Gilad Sharon, mengenai situasi Israel Palestina di
tengah-tengah stagnasi dan tekanan internasional, Perdana Menteri Ariel Sharon
pun menemukan ketertarikan atas ide Gilad Sharon dan memerintahkan
penasihatnya untuk mencatatnya. Sejak saat itu untuk pertama kalinya Perdana
Menteri Ariel Sharon secara serius mempertimbangkan evakuasi komunitaskomunitas Israel di Gaza.175
Sesulit resiko serangan “terror” bagi keseluruhan hidup masyarakat Israel,
bagi Gilad Sharon konsep hidup saling berdampingan bangsa Yahudi dan
Palestina di Gaza adalah suatu hal yang tidak tertahankan. Menurutnya terdapat
dua opsi yakni mengevakuasi sekitar satu setengah juta warga Palestina ke tempat
lain atau mengevakuasi delapan ribu orang Yahudi dari Gaza.176 Sejak lama telah
ada konsesus Israel yang menekankan pada pencapaian kesepakatan damai di
antara Israel dan Palestina, ditandai dengan perlunya Israel menarik diri dari Gaza.
Maka dari itu menurut Gilad Sharon satu-satunya yang membuat berbeda adalah
174
Sharon, p. 609.
Sharon, p. 609.
176
Sharon, p. 609.
175
70
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Israel akan menarik diri hanya pada kerangka kesepakatan bersama dengan
Palestina.
Pada pertemuan di ruang makan kediaman Perdana Menteri Ariel Sharon
tersebut, Dov Weissglass seorang kepala staf, penasihat, orang terdekat Perdana
Menteri Ariel Sharon serta orang yang bertanggung jawab dari semua hubungan
dengan pemerintah Amerika Serikat, tertarik dengan gagasan penarikan secara
unilateral. Eyal Arad pun kemudian turut berkomentar dengan mengatakan
bahwasanya “It‟s possible you could do it, but not with this (Israeli)
government”.177
Pada 16 Oktober 2003, Gilad Sharon menuliskan kertas posisi dan
memberikannya pada Perdana Menteri Ariel Sharon.178 Isi dari kertas posisi Gilad
Sharon tidak secara eksplisit menyebutkan penarikan diri atau menspesifikasikan
Gaza secara khusus, akan tetapi lebih menguraikan mengenai prinsip tindakan
unilateral. Perdana Menteri Ariel Sharon mempertimbangkannya dan menerima
ide Gilad Sharon. Perdana Menteri Ariel Sharon paham betul bahwasanya
kekuatan internasional tidak akan mentolerir vakumnya hubungan diplomatik visa-vis konflik Israel – Palestina, sedangkan di satu sisi ia pun khawatir dengan
adanya pengenalan rencana perdamaia baru, yang berkemungkinan untuk
membahayakan Israel dan kepentingannya. Perdana Menteri Ariel Sharon
menginginkan Israel untuk dapat memutuskan masa depannya sendiri. Baginya
lebih baik menentukan nasib bangsa sendiri dari pada ditentukan oleh pihak
eksternal, dan apabila harus ada proses perdamaian, maka proses perdamaian itu
177
178
Arad in Sharon, p. 609.
Sharon, p. 610.
71
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
harus berdasarkan Roadmap Peace, dengan mematuhi setiap fase yang ada,
dimulai dengan perang melawan “terror”, dan penumpasan organisasi “terror”.179
Dukungan rencana penarikan diri secara unilateral juga diadopsi oleh
Eival Gilad, Jenderal IDF yang kemudian memimpin Divisi Perencanaan Strategis
IDF. Ketika Roadmap Peace tampak mengalami kemandekan, Eival Giladi
bekerja keras untuk mengembangkan alternatif. Ia bersama staf IDF melakukan
kesepakatan baik dalam menganalisa serta dalam merencanakan penarikan diri.
Eivel Gilad pun turut mengungkapkan pandangannya kepada Perdana Menteri
Ariel Sharon,
“OK, we understand that we cannot achieve final status
agreement. But are we in the best possible point? OK, we
move to something which is not perfect, but it‟s much
better; politically, security, economically. You know
instead of complaining all the time there is no partner, why
don‟t we take advantage of the fact that there is no partner
and shape the future unilaterally.”180
Menurut Eival Giladi, Perdana Menteri Ariel Sharon dapat melakukan apa saja
apabila ia memiliki kekuatan. Akan tetapi apabila Perdana Menteri Ariel Sharon
melakukan sesuatu yang benar, yang mana benar secara moral, benar secara legal,
masyarakat Israel akan menerimanya dan begitu pula dengan komunitas
internasional, dan semuanya akan berjalan baik.
Menanggapi situasi yang stagnan ditandai dengan vakumnya hubungan
diplomatik Israel – Palestina oleh karena pengunduran diri Mahmud Abbas,
179
Sharon, p. 610.
Giladi in Abrams, p. 195.
180
72
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
terdapat respon besar dari pihak internasional, salah satunya dari Amerika Serikat
sebagai aktor utama di dalam perumusan Roadmap Peace. Amerika Serikat
melalui Condoleeza Rice menanyakan pandangan dan posisi Israel kepada Dov
Weissglass, “we need to shake up the dynamics. What might it be? Is anything
possible between Israel and Syria?”181 Menanggapi pertanyaan Amerika Serikat,
Dov Weissglass pun menyarankan Condoleeza Rice agar mengutus Elliott
Abrams ke Roma, Italia untuk bertemu dengan Perdana Menteri Ariel Sharon
secara rahasia.182 Dengan tujuan untuk menemukan rencana Perdana Menteri
Ariel Sharon dalam menghadapi Syria setelah serangan udara Israel pada “basis
pelatihan teroris” Palestina di Damaskus utara183 dan dalam menghadapi
Palestina184 paska pengunduran diri Mahmud Abbas, maka Elliott Abrams pun
diutus untuk menemui Perdana Menteri Ariel Sharon ke Roma.
Kunjungan Perdana Menteri Ariel Sharon ke Roma dari 17 November
2003 hingga tiga hari setelahnya menjadi momen dimana Perdana Menteri Ariel
Sharon mendiskusikan rencana pengunduran diri Israel secara unilateral dari Gaza
untuk pertama kalinya.185 Pada 18 November Elliot Abrams pun secara rahasia
menemui Perdana Menteri Ariel Sharon di hotel dimana ia menginap.186
Menanggapi serangan Israel kepada Syria, Perdana Menteri Ariel Sharon
menekankan dalam pertemuannya dengan Elliott Abrams bahwa tidak perduli
dengan apapun yang diinginkan oleh Amerika Serikat, Israel tidak akan
181
Rice in Abrams, p. 188.
Abrams, p. 188.
183
Chris McGreal, “Israeli Jets Hit Syria Camp in Blast Revenge” (online), The Guardian, 6 October
2003. Available: http://www.theguardian.com/world/2003/oct/06/syria.israel3 (6 May 2014).
184
Abrams, p. 188.
185
Sharon, p. 610.
186
Abrams, p. 188.
182
73
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
bernegosiasi dengan Syria. Menurutnya Israel dan Amerika Serikat harus
menangani permasalahan Palestina terlebih dahulu dengan tidak berbalik arah
kepada front lain dengan meninggalkan upaya perdamaian dengan Palestina di
belakang.
“We should stick to the Palestinian issue; Israel cannot
take another heavy burden on shoulders. We cannot take it.
It would be a major mistake. Don‟t drag Israel now into a
new internal struggle. We don‟t trust the Palestinians and
we are not sure something will happen. But we have to try
and do that.”187
Setelah menanggapi hubungan Israel – Syria, untuk pertama kalinya Perdana
Menteri Ariel Sharon mengungkapkan pendekatan barunya dalam menanggapi
hubungan Israel – Palestina.
“We might say that if it is quiet for a time we will
dismantle some settlements. But this dismantlement would
not be the product of a negotiation with the Palestinian. I
will take these new steps as unilateral steps. I do not want
to be in their hands, because they may not perform or there
may be acts of terror.”188
Pertemuan di Roma secara rahasia ini kemudian menjadi perkenalan pertama
kepada Amerika Serikat dari apa yang kemudian disebut dengan kebijakan
Disengagement Plan.
Mengkoordinasikan suatu langkah baru dengan Amerika Serikat menjadi
sangat penting bagi Perdana Menteri Ariel Sharon. Perdana Menteri Ariel Sharon
187
188
Sharon in Abrams, p. 189.
Sharon in Abrams, p. 189.
74
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kemudian mengirim Dov Weissglass ke Washington D.C., dimana Dov
Weissglass bertemu dengan Condoleeza Rice dan Elliott Abrams. Dari hasil
pertemuannya dengan Condoleeza Rice dan Elliott Abrams, Dov Weissglass
menyampaikan kepada Perdana Menteri Ariel Sharon bahwa Amerika Serikat
memiliki perhatian utama mengenai penarikan diri secara unilateral dengan
mengkhawatirkannya sebagai rencana yang dapat memicu konflik atau bertolak
belakang dengan Roadmap Peace atau membahayakan prospek perdamaian
kedepannya.189
Selama bulan Desember 2003 dan January 2004, Dov Weissglass bersama
dengan Shalom Tourgeman, telah melakukan pembicaraan dengan pejabat senior
pemerintahan Amerika Serikat Steve Hadley, Elliott Abrams, dan terkadang juga
dengan Condoleeza Rice. Apa yang menjadi sangat jelas dari pembicaraan tersebut
yakni Amerika Serikat tidak akan memberikan suatu penghargaan apapun pada
inisiatif Israel dan tidak akan mendukung Israel apabila Disengagement Plan tidak
mengikutsertakan beberapa wilayah di Judea dan Samaria atau yang kita kenal
dengan West Bank.190 Oleh karena itu, Perdana Menteri Ariel Sharon menyadari
bahwa kebijakan Disengagement Plan harus mencakup empat pemukiman Israel
yang terisolasi di wilayah West Bank.
III.2
Window of Opportunity oleh Kelompok Kecil
Dov Weissglass, seorang penasihat terdekat yang juga menjabat sebagai kepala
staf dalam pemeritahan Perdana Menteri Ariel Sharon adalah salah satu orang
yang menjadi “ujung tombak” dalam membangun hubungan pemerintah Perdana
189
190
Sharon, pp. 611-612.
Sharon, pp. 616-617.
75
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Menteri
Ariel
Sharon
dengan
Washington.191
Dov
Weissglass
melalui
wawancaranya dengan jurnalis media Haaretz, Ari Shavit, memaparkan
kontradiksi yang sangat tajam antara kebijakan penarikan diri yang diumumkan
dengan niatan mengapa rencana penarikan diri menjadi kebijakan alternatif ketika
hubungan Israel dan Palestina mengalami kebuntuan dalam proses perdamaian.
Mundurnya Mahmud Abbas sebagai Perdana Menteri Palestina pada 2003,
membawa pada kesimpulan bahwasanya tidak ada pihak di Palestina yang dapat
diajak bicara maupun diajak untuk bernegosiasi. Israel memahami bahwa semua
proses mengalami kemandekan. Walaupun Israel membaca posisi Amerika Serikat
lebih mempersalahkan Palestina dan bukan kepada Israel, akan tetapi Israel sangat
menyadari bahwa keadaan yang mendukung Israel tidak akan bertahan lama;
menurutnya Amerika Serikat dan komunitas internasional tidak akan lepas tangan
dalam konflik Israel – Palestina.
Menurut Dov Weissglass, waktu sedang tidak berpihak pada Israel.
Terdapat erosi internasional dengan ditandai adanya Geneva Initiative yang telah
mendapatkan banyak dukungan internasional dan erosi internal yang secara
domestik, keadaan Israel secara keseluruhan telah mengalami keruntuhan, ditandai
dengan stagnasi perekonomian yang diakibatkan oleh konflik kompleks Intifada
Kedua. Tidak hanya itu, Perdana Menteri Ariel Sharon juga mendapatkan banyak
surat dari petugas, pilot, dan para komando Israel yang berisikan mengenai
ponalakan untuk melayani penjagaan di wilayah Gaza. Oleh sebab itu perlu ada
inisiatif secara unilateral dari Israel dengan merumuskan kebijakan penarikan diri
191
Anoymous, “Sharon Advisor Dov Weisglass, Remarks on Relations with the United Sates,
Disengagement, the Road Map, the Possibilities of a Palestinian State”, Journal of Palestinian
Studies, vol. 34, no.2, 2005, p. 203.
76
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dari seluruh pemukiman di Gaza dan sebagian wilayah pemukiman Israel di West
Bank. Hal tersebut menurut Dov Weissglass dikarenakan ketika kita bermain kartu
dan tidak ada seorang pun yang duduk di seberang meja kita, maka kita tidak
memiliki pilihan lain selain mengocok kembali kartunya sendiri.192 Ketika suatu
formula tidak dapat bekerja baik pada suatu realita, kita tidak dapat mengubah
realita tersebut akan tetapi kita perlu mengubah formulanya.193
Dov Weissglass mengungkapkan bahwasanya Disengagement Plan dalam
rangkaian prinsip adalah suatu bahan pengawet atau formalin. Disengagement
Plan digambarkan sebagai botol formaldehida yang diletakkan pada formula
kebijakan Presiden Bush sehingga kemudian situasi politik yang dihasilkan akan
dipertahankan untuk jangka waktu yang sangat panjang. Disengagement Plan
memberikan suatu pengawetan pada kondisi stagnan yang diperlukan untuk
kemudian memungkinkan Israel untuk tidak melakukan proses politik dengan
Palestina.
Disengagement Plan memberikan kemungkinan bagi Israel untuk
menempatkan diri secara nyaman dalam kondisi sementara yang menjauhkan
Israel sejauh mungkin dari tekanan politik. Menarik diri secara unilateral akan
melegitimasi anggapan Israel bahwa tidak ada negosiasi dengan Palestina oleh
karena tidak adanya lagi orang di pihak Palestina yang dapat diajak bernegosiasi.
Menanggapi situasi yang deadlocked di antara Israel dan Palestina, terdapat
keputusan di Israel untuk melakukan sesuatu seminim mungkin agar menjaga
situasi politik Israel. Keputusan tersebut memberikan beberapa bukti dalam
192
Ari Shavit, “The Big Freeze” (online), Haaretz, 7 October 2004. Available:
http://www.haaretz.com/the-big-freeze-1.136713 (8 May 2014)
193
Shavit, 7 October 2004.
77
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menguntungkan posisi Israel, yang mana secara tidak langsung memaksa dunia
untuk berurusan dan menerima inisiatif Israel dengan skenario yang ditulis dalam
Disengagement Plan.
Disengagement Plan memposisikan Palestina di bawah tekanan yang besar
dengan menekan Palestina ke dalam posisi yang paling tidak disukai atau dibenci
oleh Palestina. Disengagement Plan menyodorkan Palestina ke dalam situasi
dimana mereka harus membuktikan keseriusan mereka. Menurut Dov Weissglass,
tidak ada alasan lagi bagi Palestina untuk tidak menuntaskan “terorisme” karena
tidak ada lagi tentara Israel yang mengganggu hari-hari rakyat Palestina.
Dov Weissglass juga mengungkapkan bahwa Israel mengadopsi keinginan
Amerika Serikat untuk memasukkan West Bank dalam Disengagement Plan
dengan
pertimbangan
agar
Israel
tidak
disimpulkan
telah
mengakhiri
kewajibannya di Gaza.194 Ia menambahkan bahwasanya Perdana Menteri Ariel
Sharon tidak melihat Gaza sebagai kepentingan nasional, akan tetapi melihat
Judea dan Samaria atau West Bank sebagai kepentingan nasional Israel dan
Perdana Menteri Ariel Sharon memahami bahwa Israel masih akan sangat lama
untuk dapat mencapai status final di West Bank. Berkenaan dengan blok
pemukiman yang besar, menurut Dov Weissglass Israel perlu berterimakasih pada
kebijakan Disengagement Plan, karena untuk pertama kalinya Amerika Serikat
memberikan pernyataan bahwa pusat populasi Israel yang berada di wilayah
194
Shavit, 7 October 2004.
78
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pendudukan Palestina akan menjadi bagian dari Israel dalam perjanjian status
permanen.195
Perdana Menteri Ariel Sharon bersama orang-orang terdekatnya paham
betul bahwa Disengagement Plan sebagai kebijakan adalah langkah serius yang
mana dari 240.000 pemukiman Israel, terdapat 190.000 pemukiman yang tidak
akan dipindahkan dari tempat mereka. Dov Weissglass menyatakan bahwa
Perdana Menteri Ariel Sharon adalah orang pertama yang berhasil mengambil ide
dan inisiatif dari kamp nasional dan mengubahnya menjadi sebuah realitas politik
yang diterima oleh seluruh dunia.
Prestasi besar Israel dari kebijakan Disengagement Plan menurut Dov
Weissglass adalah secara sah menghentikan proses politik. Istilah “proses politik”
adalah tumpukan konsep dan komitmen. Proses politik adalah pembentukan
negara Palestina dengan seluruh resiko keamanan yang membuntutinya. Proses
politik juga dipahami sebagai evakuasi pemukiman, pengembalian pengungsi,
petisi Yerusalem, dan seluruh proses yang terhentikan setelah Mahmud Abbas
mengundurkan diri. Dan ketika Israel menghentikan proses-proses tersebut maka
Israel akan mencegah pembentukan negara Palestina dan mencegah adanya diskusi
mengenai pengungsi Palestina, batas wilayah, dan Yerusalem. Secara efektif
kemudian seluruh rencana yang memanggil terbentuknya negara Palestina dan
segala bentuk yang ada dibelakangnya, telah dihapus dari agenda Israel.
Dov Weissglass mendefinisikan bahwa melalui Disengagement Plan,
Israel telah menciptakan status quo dalam berhubungan dengan Palestina. Ada
195
George W. Bush, “Statement by the President” 14 April 2004. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2004/04/20040414-2.html (8 April 2014).
79
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
beberapa paket komitmen yang sangat sulit untuk diterima oleh Israel, dan paket
tersebut adalah proses politik. Hal tersebut termasuk unsur Israel yang tidak akan
pernah setuju untuk menerima dan belum siap untuk menerima terbentuknya
negara Palestina di saat Perdana Menteri Ariel Sharon memerintah Israel. Melalui
Disengagement Plan Dov Weissglass mengungkapkan bahwa Israel telah berhasil
menerima suatu paket persetujuan (berdirinya negara Palestina) dan kemudian
mengirimkannya ke luar ruang waktu, sehingga paket persetujuan tersebut
terhapuskan dari agenda Israel.
Dov Weissglass menyimpulkan bahwa melalui Disengagement Plan,
Israel mendidik dunia internasional untuk memahami bahwa tidak ada pihak
Palestina yang dapat diajak bernegosiasi, dan Israel mendapatkan sertifikat “noone-to-talk-to” tersebut. Sertifikat tersebut mengungkapkan beberapa hal:
pertama, tidak ada satu pun di pihak Palestina yang dapat diajak bernegosiasi;
kedua, selama tidak adanya pihak yang dapat diajak bernegosiasi, maka geografis
status quo tetap utuh; ketiga, sertifikat akan dicabut hanya jika beberapa hal
terjadi – ketika Palestina menjadi Finlandia.196
III.3
Disengagement Plan
Perdana Menteri Ariel Sharon untuk pertama kalinya memperkenalkan
Disengagement Plan kepada masyarakat Israel melalui pidatonya di konferensi
Herzliya ke-4 pada tanggal 18 Desember 2003. Pada tanggal 14 April 2004
Presiden Bush dan Perdana Menteri Ariel Sharon saling bertukar surat mengenai
Disengagement Plan. Surat Presiden Bush kepada Perdana Menteri Ariel Sharon
196
Ari Shavit, 7 October 2004.
80
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menunjukkan pergeseran kebijakan Amerika Serikat dengan menyatakan bahwa
kembali ke batas wilayah pada 1967 adalah sesuatu yang tidak realistis. Presiden
Bush juga menyatakan pemukiman Israel di West Bank sudah seharusnya berada
di bawah kontrol Israel dan pengungsi Palestina tidak seharusnya mengharapkan
untuk kembali ke rumah mereka di Israel.197
Pada 2 Mei 2004, Perdana Menteri Ariel Sharon yang juga menjabat
sebagai Ketua Umum Partai Likud melakukan pemungutan suara internal
mengenai usulan Disengagement Plan dalam Partai Likud atau Likud Referendum.
Hasil dari pemungutan suara tersebut yakni 59.5% sebagai mayoritas Partai Likud
tidak menyetujui pelaksanaan Disengagement Plan.198 Pada bulan Mei – Juni
2004, dengan tidak mengasingkan Amerika Serikat dan tidak mengubah tujuan
awal (menarik diri dari seluruh pemukiman di Gaza dan empat pemukiman di
West Bank) Perdana Menteri Ariel Sharon merevisi ulang Disengagement Plan
agar dapat diterima oleh kabinetnya.199 Revisi Disengagement Plan oleh Perdana
Menteri
Ariel
Sharon
mencakup
penerapan
evakuasi
secara
bertahap
membutuhkan persetujuan kabinet pada setiap pengimplementasiannya.
Pada 6 Juni 2004 revisi Disengagement Plan disetujui oleh kabinet
Perdana Menteri Ariel Sharon dengan beberapa resolusi di dalamnya. Resolusi
kabinet mengenai Disengagement Plan dilatarbelakangi oleh implikasi politik dan
keamanan; pertama, kebutuhan penarikan diri didasari oleh kondisi stagnan yang
dapat membahayakan Israel, dengan demikian dalam rangka untuk keluar dari
197
George W. Bush, 14 April 2004.
Asian Tribune, “59.5 percent Likud voters reject Sharon disengagement plan” (online), Asian
Tribune, 3 May 2004. Available: http://www.asiantribune.com/news/2004/05/03/595-percentlikud-voters-reject-sharon-disengagement-plan (19 May 2014).
199
Prelude to Operation, p. 140.
198
81
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kebuntuan, Israel perlu melakukan sesuatu tanpa harus bergantung pada kerjasama
Israel – Palestina; kedua, tujuan dari rencana penarikan diri adalah untuk
mencapai keamanan, situasi politik, ekonomi, dan demografi yang lebih baik bagi
masyarakat Israel; ketiga, dalam setiap pengaturan status permanen di masa
depan, tidak akan ada kota-kota dan desa-desa Israel di Jalur Gaza, akan tetapi
jelas bahwa di West Bank, terdapat daerah yang akan menjadi bagian dari Israel,
termasuk pusat-pusat penduduk, kota-kota, desa-desa, daerah keamanan Israel,
serta tempat-tempat lain yang menjadi kepentingan Israel; keempat, Israel
mendukung upaya Amerika Serikat dan masyarakat internasional dalam
mempromosikan proses reformasi, pembangunan institusi, dan peningkatan
ekonomi dan kesejahteraan rakyat Palestina agar kepemimpinan baru Otoritas
Palestina akan muncul dan membuktikan dirinya mampu memenuhi komitmennya
pada Roadmap Peace; kelima, relokasi dari Gaza dan West Bank bagian utara
harus mengurangi gesekan dengan Palestina; keenam, penyelesaian rencana akan
berfungsi untuk menghilangkan klaim mengenai tanggung jawab Israel di Jalur
Gaza; ketujuh, proses yang ditetapkan dalam Disengagement Plan tidak
mengurangi esensi dari perjanjian yang relevan di antara Israel – Palestina,
dengan demikian perjanjian yang relevan akan tetap berlaku; kedelapan,
dukungan internasional atas Disengagement Plan tersebar luas dan penting, dalam
rangka untuk membawa Palestina melaksanakan kewajibannya memerangi
“terorisme” dan reformasi seperti yang disyaratkan Roadmap Peace, sehingga
memungkinkan kedua belah pihak kembali ke jalur negosiasi.200
200
Israel Ministry of Foreign Affairs, “The Cabinet Resolution Regarding the Disengagement Plan”,
Israel Ministry of Foreign Affairs, 6 June 2004. Available:
82
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Resolusi kabinet dalam Disengagement Plan mengikutsertakan persiapan
yang perlu dilakukan untuk pelaksanaan Disengagement Plan serta pemukiman
Israel yang diklasifikasikan menjadi empat kelompok; kelompok A terdiri dari
Morag, Netzarim, Kfar Darom; kelompok B terdiri dari desa-desa yang berada di
utara Samaria (Ganim, Kadim, Sa-Nur, dan Homesh); kelompok C terdiri dari
kota dan desa dari Gush Katif; kelompok D terdiri dari desa utara jalur Gaza (Elei
Sinai, Dugit, dan Nissanit).201 Pemindahan pemukiman dalam kelompok tersebut
kemudian akan dilakukan secara berkala sesuai hasil diskusi kabinet.
Resolusi kabinet juga menekankan secara jelas akan pengevakuasian
seluruh pemukiman Israel dari Gaza, terkecuali penempatan tentara Israel di
perbatasan Jalur Gaza dan Mesir. Setelah penyelesaian proses tersebut, tidak akan
ada lagi kehadiran permanen IDF di wilayah-wilayah Jalur Gaza yang telah
dievakuasi. Israel juga akan mengevakuasi empat pemukiman Israel di bagian
utara West Bank (Ganim, Kadim, Sa-Nur, dan Homesh) dan semua instalasi
militer di daerah tersebut, sehingga setelah proses penarikan selesai diharapkan
tidak akan ada lagi kehadiran permanen IDF di daerah tersebut. Resolusi kabinet
dalam Disengagement Plan juga menekankan kesiapan Israel untuk membantu
bersama-sama dengan masyarakat internasional dalam meningkatkan infrastruktur
transportasi di West Bank. Proses ini diharapkan akan memudahkan hidup
normal, kegiatan ekonomi, dan komersial Palestina di West Bank dengan
menyelesaikan proses relokasi yang direncanakan pada akhir tahun 2005.202
http://www.mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/Peace/MFADocuments/Pages/Revised%20Disengage
ment%20Plan%206-June-2004.aspx (19 May 2014).
201
The Cabinet Resolution Regarding the Disengagement Plan, 6 June 2003.
202
The Cabinet Resolution Regarding the Disengagement Plan, 6 June 2003.
83
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Disengagement Plan berdasarkan resolusi kabinet disetujui oleh Knesset
pada tanggal 25 Oktober 2004 dengan hasil pemungutan suara 67 setuju, 45 tidak
setuju, dan 7 abstain.203 Pelaksanaan Disengagement Plan pertama kalinya
dimulai dengan mengevakuasi warga Israel dari Gaza pada 17 Agustus 2005, dan
berakhir pada 22 Agustus 2005 dengan sangat sedikit kekerasan di luar beberapa
bentrokan antara warga Israel yang melawan kebijakan Disengagement Plan
dengan tentara Israel yang berjaga selama proses evakuasi.204 IDF membongkar
seluruh pemukiman Israel tanpa meninggalkan satu bangunan tersisa kecuali
rumah kaca yang dibeli oleh James Wolfensohn, utusan khusus Quartet dalam
Disengagement Plan Israel, untuk warga Palestina.205 Pengimplementasian
Disengagement Plan setelah pengevakuasian warga Israel dari Gaza diikuti
dengan panarikan mundur IDF dan senjata militer Israel; dengan penarikan
pasukan IDF terakhir pada tanggal 12 September 2005. Berbeda dengan di Gaza,
pengimplementasian Disengagement Plan dari empat pemukiman Israel di West
Bank selesai pada tanggal 20 September 2005 berdasarkan kesepakatan kabinet
Perdana Menteri Ariel Sharon.206
Gambar III.1 Penghancuran Pemukiman Yahudi di Khan Younis
203
Israel National News, “Knesset Passes Gaza Disengagement Plan – 14 Day Countdown Begins”
(online), Israel National News, 26 October 2004. Available:
http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/71064#.U3nFM9KSyvU (19 May 2014).
204
Prelude to Operation, p. 144.
205
Prelude to Operation, p. 144.
206
Prelude to Operation, p. 144.
84
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sumber: El-Samhouri, Mohammed. “Gaza Disengagement Plan: An Economist‟s
Viewpoint” (online), The Electronic Intifada, 14 May 2004. Available:
http://electronicintifada.net/content/gaza-disengagement-planeconomists-viewpoint/5077 (30 May 2014).
Gambar III.2 Pengevakuasian Pemukim Israel
Sumber: Cohen, Eliyokim. “Settlers: We‟ll Never Forgive Sharon For The
Disengagement” (online), Jews News, 14 January 2014. Available:
http://www.jewsnews.co.il/2014/01/14/settlers-well-never-forgivesharon-for-the-disengagement/ (30 May 2014).
BAB IV
KESIMPULAN
85
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Israel di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon menerapkan
kebijakan berbeda pada pemerintahan periode pertama dan kedua dalam
menanggapi Intifada Kedua. Operation Defensive Shield yang diterapkan pada
pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon periode pertama adalah kebijakan
yang bertujuan untuk menghentikan serangan “teroris” dengan cara memukul
target Palestina, menangkap “teroris”, dan membuatnya hampir tidak mungkin
bagi “teroris” untuk dapat merencanakan atau bahkan melakukan serangan kepada
Israel. Operation Defensive Shield memungkinkan IDF untuk mengendalikan
hampir seluruh wilayah Palestina di Gaza dan West Bank guna melemahkan
infrastruktur “teroris” serta menghentikan gelombang serangan “teror” Palestina.
Pada pemerintahan periode kedua, Perdana Menteri Ariel Sharon menerapkan
kebijakan Disengagement Plan, yakni menarik mundur seluruh tentara, senjata,
dan pemukiman Israel dari seluruh wilayah di Gaza dan empat wilayah di West
Bank bagian utara secara unilateral. Perubahan kebijakan luar negeri Israel dalam
Intifada Kedua dari Operation Defensive Shield menjadi Disengagement Plan
kemudian memunculkan rumusan masalah oleh peniliti, mengapa terjadi
perubahan kebijakan luar negeri oleh Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel
dalam menanggapi Intifada Kedua.
Perubahan kebijakan luar negeri Israel masa pemerintahan Perdana
Menteri Ariel Sharon dalam Intifada Kedua dipengaruhi oleh faktor global dan
faktor hubungan bilateral dalam hal ini adalah tekanan dunia internasional
khususnya tekanan dari Amerika Serikat sebagai negara sahabat Israel. Serangan
11 September 2001 adalah peristiwa yang telah menggeser keseimbangan kondisi
struktural sistem internasional. Prioritas global paska 9/11 yang didominasi oleh
86
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kepentingan Amerika Serikat dan negara-negara aliansinya di Uni Eropa dalam
memerangi “terorisme” di Afganistan serta menjatuhkan rezim Sadam Hussein di
Iraq telah menempatkan Israel kedalam posisi sulit. Menjalin hubungan baik
dengan negara-negara Arab dengan melakukan proses perdamaian Israel –
Palestina menjadi
agenda utama Amerika
Serikat
guna memperlancar
kepentingannya, war on terrorism, di Timur Tengah. Adanya tekanan
internasional terutama dari Amerika Serikat sebagai negara sahabat Israel,
menjadikan Israel menghentikan Operation Defensive Shield serta menyetujui
Roadmap Peace yang bertujuan akhir, berdirinya negara Palestina. Perdana
Menteri Ariel Sharon yang berpandangan bahwa Roadmap Peace adalah suatu
usaha yang sia-sia pun tidak menampiknya begitu saja. Hal tersebut dikarenakan
hubungan Amerika Serikat dan Israel yang sangatlah dekat. Amerika Serikat
sebagai satu-satunya teman dekat Israel di dunia, menjadikan Perdana Menteri
Ariel Sharon tidak ingin membahayakan hubungan strategis Israel dengan
Amerika Serikat.
Kelompok kecil yang berada di lingkar dalam pemerintahan Perdana
Menteri Ariel Sharon secara signifikan juga mempengaruhi adanya perubahan
kebijakan luar negeri Israel dalam Intifada Kedua. Tekanan kelompok kecil atau
groupthink memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi Perdana Menteri
Ariel Sharon untuk menarik mundur tentara, persenjataan, dan pemukiman Israel
dari seluruh wilayah di Gaza secara unilateral. Adanya Geneva Initiative yang
telah mendapatkan banyak dukungan internasional termasuk Amerika Serikat,
tentu memberikan tekanan tersendiri terhadap Perdana Menteri Ariel Sharon
untuk dapat hadir dengan rencana perdamaiannya sendiri. Erosi internal yang
87
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
terjadi di dalam Israel akibat konflik kompleks Intifada Kedua pun memperkuat
pentingnya inisiatif secara unilateral. Kelompok kecil yang terdiri dari kedua anak
laki-laki Perdana Menteri Ariel Sharon, Omri Sharon dan Gilad Sharon, dan para
penasihat Perdana Menteri Ariel Sharon seperti Dov Weissglass, Moshe
Kaplinsky, Eyal Arad, Eival Giladi menjadikan tekanan internasional khususnya
Amerika Serikat dan stagnasi proses perdamaian sebagai window of opportunity
atau jendela kesempatan untuk menghentikan proses politik di antara Israel dan
Palestina.
Ketidaksiapan Israel dalam menghadapi proses politik yang mengarah
pada pembentukan negara Palestina, evakuasi pemukiman, pengembalian
pengungsi, dan petisi Jerusalem menjadikan Disengagement Plan sebagai bahan
pengawet untuk mempertahankan kondisi stagnan pada proses perdamaian Israel
– Palestina. Dengan menghentikan proses-proses tersebut maka Israel akan
mencegah adanya pembentukan negara Palestina, diskusi mengenai pengungsi
Palestina, batas wilayah, dan Jerusalem. Secara efektif kemudian seluruh usaha
dalam Roadmap Peace yang bertujuan akhir pada pembentukan negara Palestina
telah dihapus dari agenda Israel.
Mengkoordinasikan suatu langkah baru dengan Amerika Serikat menjadi
sesuatu yang sangat penting bagi Perdana Menteri Ariel Sharon. Menanggapi
Disengagement Plan, Amerika Serikat menyampaikan perhatian utamanya
mengenai penarikan diri secara unilateral dengan mengkhawatirkannya sebagai
rencana yang dapat menimbulkan konflik atau bertolak belakang dengan Roadmap
Peace atau membahayakan prospek perdamaian kedepannya. Perhatian Amerika
Serikat terhadap Disengagement Plan juga ditekankan melalui posisi Amerika
88
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Serikat yang tidak akan memberikan suatu penghargaan apapun pada inisiatif
Israel dan tidak akan mendukung Israel apabila Disengagement Plan tidak
mengikutsertakan beberapa wilayah di Judea dan Samaria atau yang kita kenal
dengan West Bank. Oleh karena itu, Perdana Menteri Ariel Sharon menyadari
bahwa kebijakan Disengagement Plan harus mencakup empat pemukiman Israel
yang terisolasi di wilayah West Bank bagian utara agar mendapatkan apresiasi dan
dukungan dari Amerika Serikat.
Menganalisis hubungan di antara level internasional dan level domestik
pada perubahan kebijakan luar negeri Israel, peneliti menggunakan kerangka
pemikiran two-level games oleh Robert D. Putnam yang menekankan bahwa level
internasional dan level domestik dapat saling mempengaruhi satu sama lain.
Faktor global dan faktor hubungan bilateral sebagai sumber perubahan level
internasional oleh Joakim Eidenfalk, peneliti gunakan untuk menganalisis
perubahan sistem politik internasional yang berdampak secara global paska
penyerangan 9/11 serta hubungan bilateral Israel dengan Amerika Serikat dalam
perubahan kebijakan luar negeri Israel. Kelompok kecil dan groupthink sebagai
sumber perubahan level domestik oleh Valerie M. Hudson, peneliti gunakan untuk
menganalisis pengaruh kelompok kecil atau orang-orang disekeliling Perdana
Menteri Ariel Sharon dalam perubahan kebijakan luar negeri Israel. Window of
opportunity oleh Joakim Eidenfalk peneliti gunakan untuk menggambarkan
bagaimana
kelompok
kecil
menggunakan
tekanan
internasional
sebagai
kesempatan untuk menghentikan proses perdamaian Israel – Palestina. Secara
keseluruhan peneliti menggunakan argumen teoritis perubahan kebijakan luar
negeri oleh Gustavsson dalam melihat perubahan dasar kondisi struktural yang
89
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
diidentifikasikan oleh inti pengambil keputusan dan mengubah keyakinan dan
prioritas mereka dan melalui intervensi mereka dalam proses pengambilan
keputusan membawa reorientasi pada perubahan kebijakan luar negeri.
Berdasarkan gabungan kerangka pemikiran yang digunakan serta data-data
yang ditemukan dalam bab penjelasan, maka hipotesis yang diajukan penulis
terbukti. Menjawab rumusan masalah mengapa terjadi perubahan kebijakan luar
negeri oleh Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel dari kebijakan Operation
Defensive Shield menjadi kebijakan Disengagement Plan dalam menanggapi
Intifada Kedua? Penulis berhipotesis bahwasanya Ariel Sharon sebagai aktor kunci
dalam pembuat keputusan dipengaruhi oleh dua faktor sebagai source of change.
Pertama, level internasional dalam hal ini faktor global dan faktor hubungan
bilateral dengan Amerika Serikat. Adanya perubahan kondisi struktural di tingkat
global setelah 9/11 dan adanya tekanan Amerika Serikat yang dapat mengganggu
hubungan bilateral Amerika Serikat - Israel, menjadikan Ariel Sharon perlu
melakukan identifikasi terhadap perubahan kondisi struktural yang ada. Kedua,
adanya pengaruh faktor domestik dalam hal ini kelompok kecil yang berada di
sekitar Ariel Sharon, groupthink, yang melihat tekanan internasional khususnya
Amerika Serikat sebagai window of opportunity untuk mempertahankan kodisi
stagnan pada proses perdamaian di antara Israel – Palestina.
Keyakinan ideologis dan kepribadian seorang Ariel Sharon dipercaya
dapat menjadi salah satu variabel penting yang memungkinkan seorang Ariel
Sharon berkehendak mendengarkan orang-orang yang berada pada lingkar dalam
pemerintahannya untuk bereaksi terhadap Roadmap Peace dan Geneva Initiative
dengan menginisiasikan Disengagement Plan. Untuk penelitian lebih lanjut,
90
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
peneliti merekomendasikan penelitian dengan melihat faktor ideologi dan
kepribadian seorang Ariel Sharon dalam perubahan kebijakan luar negeri Israel
masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon.
91
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abrams, Elliot. Testd By Zion: The Bush Administration and the IsraeliPalestinian Conflict, Cambridge University Press, New York, 2013.
Breuning, Marijke. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction,
Palgrave Macmilan, New York, 2007.
Bush, George W. Decision Points, Crown Publishers, New York, 2010.
Dan, Uri. Ariel Sharon: An Intimate Portrait, Palgrave Manmillan, New York,
2006.
Hart, Chris. Doing A Literature Search: A Comprehensive Guide for Social
Science, SAGE Publication Inc, London, 2001.
Hudson, Valerie M. Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory,
Rowman & Littlefield Publishers Inc, United State of America, 2007.
Mearsheimer, John J. and Stephen M. Walt. The Israeli Lobby and U.S. Foreign
Policy, Farrar, Straus and Giroux, New York, 2007.
Mingst, Karen A. Essential of International Relations, 4th edn, W.W Norton &
Company Ltd, New York, 2008.
Ross, Dennis. The Missing Peace: The Inside Story of the Fight for Middle East
Peace, Farrar, Straus and Giroux, New York, 2004.
Sharon, Gilad. Sharon: The Life of a Leader, Harper Collins Publishers, United
State of America, 2011.
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial, Unpar Press, Bandung, 2006.
Silverman, David. Interpreting Qualitative Data. London: SAGE Publication,
2006.
92
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
JURNAL
Anonymous. “Prelude to Operation Cast Lead Israel's Unilateral Disengagement
to the Eve of War”, Journal of Palestine Studies, vol. 38, no. 3, 2009, pp.
139-168.
Anonymous, “Sharon Advisor Dov Weisglass, Remarks on Relations with the
United Sates, Disengagement, the Road Map, the Possibilities of a
Palestinian State”, Journal of Palestinian Studies, vol. 34, no.2, 2005, pp.
203-207.
Aronoff, Yael S. “Warfare to Withdrawal: The Legacy of Ariel Sharon”, Israel
Studies, vol. 15, no. 2, 2010, pp. 149-172.
Dugis, Vinsensio. “Explaining Foreign Policy Change”, Jurnal Masyarakat
Kebudayaan dan Politik, vol. 21, no.2, 2010, pp. 101-104.
Eidenfalk, Joakim. “Towards a New Model of Foreign Policy Change”,
Proceedings of the Australasian Political Studies Association Conference
University of Newcastle, University of Wollongong, September 25 – 27
2006, pp. 1-13.
Gustavsson, Jakob. “How Should We Study Foreign Policy Change”, Journal of
Cooperation and Conflict, 34:73, 1999, pp. 73-95.
Hart, Paul „t. „Irving L Janis Victims of Groupthink‟, Political Psychology,
vol.12, no.2, 1991, pp. 247-278.
Hermann, Charles F. “Changing Course: When Governments Choose to Redirect
Foreign Policy”, International Studies Quarterly, vol. 34, no. 1, 1990, pp. 321.
93
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lebow, Richard Ned. “Contingency, Catalysts, and International System
Change”, Political Science Quarterly, vol. 115, no. 4, 2000 – 2001, pp. 591616.
Putnam, Robert D. “Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level
Games”, International Orgnisation, vol. 42, No, 3, 1988, pp. 427 – 460.
JURNAL ONLINE
David, Steven R. “Fatal Choices: Israel‟s Policy of Targeted Killing”, Mideast
Security and Policy Studies (online), no. 51, 2002, pp. 1-26. Available:
http://biu.ac.il/Besa/david.pdf (1 June 2013).
Kober, Avi. “Targetted Killing during the Second Intifada: The Quest for
Effectiveness”, Journal of Conflict Studies (online), vol.27, No.1, 2007, pp.
76-93.
Available:
http://journals.hil.unb.ca/index.php/JCS/article/view/8292/9875
(24
May
2013).
Pressman, Jeremy. “The Second Intifada: Background and Causes of the Israeli –
Palestinian Conflict”, The Journal of Conflict Studies (online), vol. 23, no.2,
2003,
pp.
114-141.
Available:
http://journals.hil.unb.ca/index.php/jcs/article/view/220/378 (4 April 2013).
Rynhold, Jonathan and Dov Waxman. “Ideological Change and Israel‟s
Disengagement from Gaza”, Political Science Quarterly (online), vol. 123,
no.
1,
2008,
pp.
11-37.
Available:
http://www.baruch.cuny.edu/wsas/academics/political_science/documents/I
deologicalChangeandIsrael.pdf (19 May 2013).
ARTIKEL KORAN ONLINE
Asian Tribune, “59.5 percent Likud voters reject Sharon disengagement plan”
(online),
Asian
Tribune,
3
May
2004.
Available:
94
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
http://www.asiantribune.com/news/2004/05/03/595-percent-likud-votersreject-sharon-disengagement-plan (19 May 2014).
BBC, “Ariel Sharon: Former Israeli prime minister moved home” (online), BBC,
12 November 2010. Available: http://www.bbc.co.uk/news/world-middleeast-11740778 (2 February 2013).
BBC, “Profile: Hamas Leader Rantissi” (online), BBC, 17 April 2004. Available:
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/2977816.stm (30 April 2014).
Caspit, Ben. “Dov Weissglass – „Consiglieri‟ of the State of Israel” (online),
Israel
Behind
The
News,
15
March
2004.
Available:
http://www.israelbehindthenews.com/bin/content.cgi?ID=1881&q=1
(28
May 2013).
CNN, “Ariel Sharon Fast Facts” (online), CNN, 12 February 2013. Available:
http://edition.cnn.com/2013/02/12/world/meast/ariel-sharon-fast-facts
(2
June 2013).
CNN, “Palestinian Prime Minister Abbas Resigns” (online), CNN, 6 September
2003.
Available:http://edition.cnn.com/2003/WORLD/meast/09/06/mideast/index.
html?_s=PM:WORLD (9 May 2014).
CNN, “Sharon, Abbas Pledge Action at Summit” (online), CNN, 4 June 2003.
Available:
http://edition.cnn.com/2003/WORLD/meast/06/04/bush.jordan/
(30 April 2014).
CNN Library, “Yasser Arafat Fast Facts” (online), CNN, 8 November 2013.
Available:
http://edition.cnn.com/2013/09/10/world/meast/yasser-arafat-
fast-facts/ (30 April 2014).
Cohen,
Eliyokim.
“Settlers:
We‟ll
Never
Forgive
Sharon
For
The
Disengagement” (online), Jews News, 14 January 2014. Available:
http://www.jewsnews.co.il/2014/01/14/settlers-well-never-forgive-sharonfor-the-disengagement/ (30 May 2014).
95
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Dawn, “Bush backs Powell talk with authors: Geneva Initiative” (online), Dawn,
5 December 2003. Available: http://www.dawn.com/news/128014/bushbacks-powell-talks-with-authors-geneva-initiative (18 May 2014).
Flint, Guila. “Ariel Sharon, the Butcher of Beirut Dies” (online), Pravda, 13
January
2014.
Available:
http://english.pravda.ru/world/asia/13-01-
2014/126585-ariel_sharon-0/ (27 February 2014).
Goldenberg, Suzanne and Julian Borger. “Furious Bush hits back at Sharon”, The
Guardian
(online),
6
October
2001.
Available:
http://www.theguardian.com/world/2001/oct/06/israel (25 April 2014).
Israel National News, “Knesset Passes Gaza Disengagement Plan – 14 Day
Countdown Begins” (online), Israel National News, 26 October 2004.
Available:
http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/71064#.U3nFM9KSy
vU (19 May 2014).
Issacharoff, Avi and Amos Harel. “Recollections of Israel's Operation Defensive
Shield, ten years later” (online), Haaretz, 30 March 2012. Available:
http://www.haaretz.com/weekend/week-s-end/recollections-of-israel-soperation-defensive-shield-ten-years-later-1.421639 (26 May 2013).
Karon, Tony. “Geneva Accord: Political Theater, But Worth Watching” (online),
Time,
4
December
2003.
Available:
http://content.time.com/time/world/article/0,8599,555902,00.html (18 May
2014).
McGreal, Chris. “Israeli Jets Hit Syria Camp in Blast Revenge” (online), The
Guardian,
6
October
2003.
Available:
http://www.theguardian.com/world/2003/oct/06/syria.israel3 (6 May 2014).
Morley, Jefferson. “Israeli Withdrawal From Gaza Explained” (online), The
Washington
Post,
10
August
2005.
Available:
http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2005/08/10/AR2005081000713.html (2 June 2013).
96
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Perlez, Jane and Katherine Q. Seelye, “U.S. Strongly Rebukes Sharon for
Criticism of Bush Calling It „Unacceptable‟” (online), New York Times, 6
October
2001.
Available:
http://www.nytimes.com/2001/10/06/international/06DIPL.html (25 April
2014).
Shalev, Chemi. “Sharon Going on Offensive As Geneva Initiative Gains”
(online), The Jewish Daily Forward, 28 November 2003. Available:
http://forward.com/articles/7155/sharon-going-on-offensive-as-genevainitiative-gai/ (18 May 2014).
Shavit, Ari. “The Big Freeze” (online), Haaretz, 7 October 2004. Available:
http://www.haaretz.com/the-big-freeze-1.136713 (8 May 2014).
Ynetnews, “Operation Defensive Shield 2002” (online), Ynetnews, 3 December
2009.
Available:
http://www.ynetnews.com/articles/0,7340,L-
3685678,00.html (1 June 2013).
WEBSITE
Abbas, Mahmud. “President Bush Welcomes Prime Minister Abbas to the White
House”, The White House: President George W. Bush, 25 Juli 2003.
Available:
http://georgewbush-
whitehouse.archives.gov/news/releases/2003/07/20030725-6.html (30 April
2014).
Ariel Sharon Life Story, Ariel Sharon Life Story Biography : 1977 – 1982
Settlement Fever and Peace with Egypt (online), undated. Available:
http://www.ariel-sharon-life-story.com/12-Ariel-Sharon-Biography-19771982-Settlement-Fever-and-the-Peace-with-Egypt.shtm (3 March 2013).
Ben-Naftali, Orna and Aeyal Gross. “Arab – Israeli War: The Second Intifada”,
Crimes of War (online), undated. Available: http://www.crimesofwar.org/az-guide/arab-israeli-war-the-second-intifada/ (2 February 2013).
97
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Bush, George W. “President Bush, Secretary Powell Discuss Middle East”, The
White House: President George W. Bush, 18 April 2002. Available:
http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/04/20020418-3.html (26 April
2014).
Bush, Geroge W. “President Bush Calls for New Palestinian Leadership”, The
White House: President George W. Bush, 24 June 2002. Available:
http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/06/20020624-3.html (26 April
2014).
Bush, George W. “President Discusses Middle East Peace with Prime Minister
Sharon”, The White House: President George W. Bush, 29 juli 2003.
http://georgewbush-
Available:
whitehouse.archives.gov/news/releases/2003/07/20030729-2.html (30 April
2014).
Bush, George W. “President Emphasizes Message to Middle East”, The White
House:
President
George
W.
Bush,
8
April
2002.
Available:
http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/04/20020408-1.html (26 April
2014).
Bush, George W. “Statement by the President” 14 April 2004. Available:
http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2004/04/20040414-2.html (8 May
2014).
El-Samhouri, Mohammed. “Gaza Disengagement Plan: An Economist‟s
Viewpoint” (online), The Electronic Intifada, 14 May 2004. Available:
http://electronicintifada.net/content/gaza-disengagement-plan-economistsviewpoint/5077 (30 May 2014).
98
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Global
Security,
Al-Aqsa
Intifada
(online),
undated.
Available
http://www.globalsecurity.org/military/world/war/intifada2.htm (4 March
2014).
Israel Ministry of Foreign Affairs, “The Cabinet Resolution Regarding the
Disengagement Plan”, Israel Ministry of Foreign Affairs, 6 June 2004.
Available:
http://www.mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/Peace/MFADocuments/Pages/R
evised%20Disengagement%20Plan%206-June-2004.aspx (19 May 2014).
Jewish Virtual Library, Ariel Sharon (1928 – present) (online), undated.
Available:
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/biography/sharon.html
(2
February 2013).
Macmillan
Dictionary
(online),
undated.
Available:
http://www.macmillandictionary.com/dictionary/british/structure (25 March
2014).
Mid East Web, Biography – Ariel Sharon: Prime Minister of Israel (online),
undated. Available: http://www.mideastweb.org/bio-sharon.htm (10 March
2013).
Mirian Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated.
Available: http://www.merriam-webster.com/dictionary/international
(25
March 2014).
Miriam Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated.
Available:
http://www.merriam-
webster.com/dictionary/pressure?show=0&t=1395732608 (25 March 2014).
Miriam Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated.
Available: http://www.merriam-webster.com/dictionary/structure (25 March
2014).
99
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Oxford Dictionaries, Oxford Dictionaries: Language Matter (online), undated.
Available:
http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/pressure?q=pressure
(25 March 2014).
Roadmap Peace Plan, “A Performance-Based Roadmap to a Permanent Two-State
Solution to the Israel-Palestinian Conflict”, United Nations, 2002.
Available:
http://www.un.org/News/dh/mideast/roadmap122002.pdf
(29
April 2014).
Sharon, Ariel. “Fourth Herzliya Conference Speech”, Israel Ministry of Foreign
Affairs,
2003.
Available:
http://www.mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2003/Pages/Address%20by%20P
M%20Ariel%20Sharon%20at%20the%20Fourth%20Herzliya.aspx (1 June
2013).
Sharon, Ariel. “Statement by Israeli Prime Minister Ariel Sharon”, Israeli
Ministry
of
Foreign
Affairs,
4
October
2001.
Available:
http://mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2001/Pages/Statement%20by%20Israeli
%20PM%20Ariel%20Sharon%20-%204-Oct-2001.aspx (25 April 2014).
100
Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL
MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
Download