53 bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk menyelesaikan

advertisement
bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi oleh PT. TELKOM. Dari input balik yang dikirimkan oleh para
vendor teknologi, PT. TELKOM akhirnya mengundang vendor-vendor yang
dianggap memenuhi kriteria kebutuhan teknologi yang ingin digunakan untuk
ikut dalam sebuah tender terbuka untuk memilih vendor yang akan menyediakan
teknologi baru ini kepada PT. TELKOM.
Technology Transfer Planning
Dalam tahapan ini, PT. TELKOM dan vendor teknologi yang terpilih akan
bersama-sama merumuskan rencana implementasi, operasional, pelatihan
terhadap karyawan baru serta rencana maintenance terhadap teknologi baru yang
akan digunakan. Proses development dilakukan oleh PT. TELKOM dan vendor
yang terpilih untuk melakukan adaptasi teknologi baru yang akan digunakan
sehingga lebih customized dengan proses bisnis CRM PT. TELKOM saat ini. Ini
dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan resistensi yang mungkin timbul
akibat tidak cocoknya teknologi baru yang ingin digunakan dengan proses bisnis
CRM PT. TELKOM saat ini.
Pada perumusan rencana implementasi ada beberapa faktor yang menjadi
bahan pertimbangan PT. TELKOM dan vendor penyedia teknologi baru, seperti
faktor beragamnya skala adopsi teknologi baru yang cukup luas, yang akan
mencakup semua divisi regional secara nasional, pertimbangan faktor waktu dan
kecepatan yang akan diperlukan untuk implementasi yang juga terkait dengan
prediksi kecepatan sumber daya manusia yang dimiliki untuk menyerap
knowledge and skill dalam hal operasional teknologi baru ini. Pelatihan dilakukan
kepada karyawan dalam hal konfigurasi teknologi bagi kebutuhan spesifik di masa
yang akan datang, pelatihan operasional dan maintenance, sehingga akan
memaksimalkan fungsi teknologi baru ini ketika dioperasionalkan di berbagai
divisi regional yang ada sebagai delivery channel produk dan jasa PT. TELKOM
kepada pelanggan.
53
Technology Transfer Implementation
Sebelum dilakukan implementasi teknologi baru ini secara nasional di
seluruh divisi regional yang dimiliki, PT. TELKOM terlebih dahulu mengadakan
pilot project sebagai bahan evaluasi untuk melihat dan mendeteksi area-area yang
memerlukan perbaikan yang dianggap perlu sehingga implementasi teknologi
baru secara keseluruhan dapat berhasil dengan baik.
Pilot project yang pertama dilakukan oleh PT. TELKOM khusus yang
berkaitan dengan produk dan jasa data/internet bagi segmen korporat. Hal ini
dikarenakan tingkat kerumitan troubleshuting yang relatif rendah dan mengingat
masih dekatnya jarak antara pusat proyek implementasi serta product owner
data/internet dengan segmen korporat yang banyak menggunakan produk layanan
data/internet ini dari PT. TELKOM, sehingga memudahkan dalam hal efisiensi
dan kecepatan perbaikan bila sewaktu-waktu diperlukan ketika uji coba teknologi
baru dalam proses CRM ini mengalami gangguan.
Pilot project yang kedua dilakukan terhadap segmen Other Licensed
Operators (OLO), karena layanan yang diberikan kepada segmen Other Licensed
Operators ini bersifat spesifik dan hanya ditangani oleh satu product owner. Pilot
project yang terakhir dilakukan di DIVRE III Jawa Barat, yang luas cakupan dan
kompleksitasnya kegiatan bisnisnya dianggap layak dan
dapat mewakili
keseluruhan divisi regional sebagai lokasi pilot project.
Setelah evaluasi dan perbaikan dari pilot project yang dilakukan,
implementasi teknologi baru ini tidak dilakukan secara serentak secara nasional di
berbagai Divre. Implementasi dilakukan bertahap sesuai dengan kesiapan dan
kesanggupan Divre yang ada dalam mengadopsi teknologi baru ini. Tahapan
proses perubahan teknologi Customer Relationship Management (CRM) ini dapat
dilihat di gambar berikut.
54
Gambar 4.10 Tahapan Proses Perubahan Teknologi CRM di PT. TELKOM
4.3.2 Proses CRM di TELKOM dengan Existing Technology
Dari internal assesment yang dilakukan, PT. TELKOM menyimpulkan
ada beberapa faktor dari gap analysis yang menyebabkan performa proses CRM
tidak dapat mencapai kondisi ideal yang diharapkan sesuai dengan pemodelan eTOM. Gap tersebut terdiri atas beberapa faktor antara lain :
Customer Management System yang berbeda-beda dan sangat customized
antara Divisi Regional (Divre) sehingga tidak ada keseragaman sistem
manajemen pelanggan secara nasional di PT. TELKOM.
Sistem penyediaan atau Home-grown Inventory System hanya sebagian yang
terautomasi sehingga tidak seluruhnya terhubung dengan Front-end System
menyebabkan rendahnya pemenuhan komitmen Service Level Agreement
(SLA) dan Service Level Guarantee (SLG).
55
Fault Management System tidak terintegrasi dengan baik sehingga
menyebabkan rendahnya SLA dan SLG.
Banyaknya data yang diolah melalui banyak sistem yang berbeda-beda
sehingga terjadi tumpang tindih pemrosesan data.
Gambar 4.11 Existing Technology in CRM Process
4.3.3 Proses CRM di PT. TELKOM dengan New Technology
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya pada BAB III, Dewan Direksi
PT. TELKOM memutuskan untuk melakukan pergantian teknologi yang
digunakan pada proses CRM sebagai jalan untuk menghilangkan gap yang terjadi
dari hasil analisis sebelumnya.
Ada beberapa sasaran atau tujuan yang ingin dicapai lewat penggunaan
teknologi baru dalam proses CRM ini, antara lain :
Quick Customer Responsiveness
Dengan penggunaan teknologi baru ini diharapkan respon dan pelayananan PT.
TELKOM dapat lebih cepat dan tanggap terhadap keinginan pelangan. Dengan
56
teknologi
baru
ini
informasi
tentang
pelanggan,
informasi
tentang
pemesanan/order, serta informasi tentang pelayanan perbaikan dapat tersimpan
lebih baik di sistem CRM. Selain itu PT. TELKOM juga dapat menyediakan
Account Information serta Billing Information bagi para pelanggan tertentu.
Corporate Customer Centric Focus
Dengan teknologi baru CRM ini PT. TELKOM dapat menggunakan data historis
tentang semua aktivitas yang terkait dengan pelayanan pelanggan untuk retention
& loyalty program.
Seamless Service accross Customer Segments & Customer Interfaces
Dengan teknologi baru ini PT TELKOM dapat menyediakan layanan yang tidak
terbatas lintas segmen pelanggan dan jenis interface yang digunakan oleh
pelangan untuk berhubungan dengan PT. TELKOM. Inventory, service
configuration, service management dan aktivasi dapat ditangani dengan baik
lewat automasi service provisioning system.
360 Degree view of Customer
Dengan teknologi CRM yang baru ini PT. TELKOM memiliki pandangan secara
menyeluruh
lewat
Customer
Segmentation,
Information,
Profiling
and
Profitability System. Dengan sistem ini PT. TELKOM memiliki kemampuan
untuk melakukan cross/up selling, menciptakan marketing campaign dan
retention & loyalty program untuk semua segmen pelanggan.
Improve SLA/SLG on Service Activation & Fault Management
Teknologi baru ini memungkinkan PT. TELKOM melakuan pemantauan yang
lebih baik terhadap proses service dan pemenuhan pesanan pelanggan serta
membantu analisa feasibility/availability PT. TELKOM dalam rangka pemenuhan
layanan kepada pelanggan sesuai dengan kesepakatan di SLA/SLG.
Proses CRM di PT. TELKOM dengan teknologi baru dapat dilihat pada
gambar berikut.
57
Gambar 4.12 New Technology in CRM Process
4.3.4 Expected Benefit Results Chain dari Proses CRM di PT. TELKOM
dengan New Technology
Dengan menggunakan Results Chain dari John Thorp, dapat dilihat ”peta
perjalanan” dari inisiatif yang memberikan kontribusi terhadap intermediate
outcome sampai dengan expected business result yang akan dicapai dengan
menggunakan beberapa asumsi. Dalam kasus PT. TELKOM ini akan dilihat
rangkaian benefit yang dipicu oleh inisiatif untuk menggunakan teknologi CRM
yang berujung pada benefit akhir yang ingin diperoleh dari inisiatif tersebut.
Inisiatif menggunakan teknologi baru di bidang CRM pada dasarnya akan
mempermudah proses pengolahan data yang selama ini diproses melalui beberapa
sistem yang berbeda. Hal ini akan membuat respon PT. TELKOM terhadap
pelayanan kebutuhan dan keinginan pelanggan akan lebih cepat bagi personal
customer dan lebih baik sesuai SLA/SLG bagi corporate customer. Quick
Customer Responsiveness juga akan meningkatkan produktivitas karyawan yang
terkait dengan proses CRM lewat semakin banyaknya jumlah pelanggan yang
58
dilayani per satuan waktu dengan asumsi karyawan mendapat training yang baik
sehingga mendapatkan skill untuk mengoperasionalkan teknologi baru dengan
baik. Produktivitas ini diharapkan akan berujung pada reduced operating cost
lewat pengurangan karyawan yang terkait dengan proses CRM.
Gambar 4.13 Expected Benefit Results Chain of New CRM Technology
Loyalitas pelanggan akan tumbuh dari service yang baik dan cepat lewat
pemenuhan terhadap komitmen SLA/SLG, di samping itu dari manfaat sebagai
marketing tool, teknologi baru ini dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan
fungsi manajemen hubungan dengan pelanggan lewat loyalty & retention
program. Sebagai marketing tool, teknologi baru juga bisa dimanfaatkan untuk
59
memperbaiki kualitas cross/up selling untuk meningkatkan revenue. Maka dengan
memadukan peningkatan revenue dari penjualan yang meningkat serta penurunan
dari sisi operating cost, diharapkan penggunaan teknologi baru ini dapat berujung
pada meningkatnya profitabilitas PT. TELKOM.
4.3.5 Efek Perubahan Teknologi CRM dengan McKinsey 7S Framework
Perubahan teknologi pada proses CRM yang dilakukan oleh PT.TELKOM
berpotensi mempengaruhi elemen-elemen dalam organisasi PT. TELKOM
sendiri. Berikut ini akan dilakukan pembahasan untuk melihat perubahan terhadap
elemen penyusun sebuah organisasi berdasarkan pemodelan McKinsey 7S.
Strategy
Strategi bisnis, disebut juga strategi bersaing, biasanya dikembangkan pada
tingkat divisi, dan menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk barang
atau jasa perusahaan dalam industri khusus atau segmen pasar yang dilayani oleh
divisi tersebut. Strategi bisnis mungkin menekankan pada peningkatan laba dalam
produksi dan penjualan produk dan jasa yang dihasilkan. Strategi bisnis sebaiknya
juga mengintegrasikan berbagai aktivitas fungsional untuk mencapai tujuan divisi.
Michael Porter (1998) telah mengusulkan tiga strategi generik yang menjadi
titik awal yang bagus untuk pemikiran strategis : keunggulan biaya secara
keseluruhan (cost leadership strategy), diferensiasi (differentiation strategy), dan
fokus (focus strategy).
Keunggulan biaya secara langsung.
Perusahaan bekerja keras untuk mencapai biaya produksi dan distribusi yang
terendah sehingga dia dapat menetapkan harga yang lebih rendah daripada para
pesaing dan mendapatkan pangsa pasar yang besar. Perusahaan yang
menggunakan strategi ini harus terampil dalam perekayasaan (engineering),
pembelian, produksi dan distribusi.
Diferensiasi
Perusahaan berkonsentrasi untuk mencapai kinerja yang unggul pada wilayah
manfaat pelanggan yang dinilai penting oleh sebagian besar pasar. Perusahaan
tersebut berusaha keras menggali sejumlah kekuatan yang menyumbangkan
diferensiasi yang diharapkan.
60
Fokus
Perusahaan memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar yang sempit.
Perusahaan tersebut sangat memahami kebutuhan segmen itu dan mengejar
kepemimpinan biaya atau diferensiasi dalam segmen sasaran tersebut.
Menurut Porter, jika perusahan ingin bersaing dalam persaingan yang
semakin ketat, maka perusahaan harus memilih prinsip berbisnis yaitu dengan
value tinggi dengan biaya produksi yang rendah. Produk dengan value yang tinggi
diperoleh melalui diferensiasi baik dari sisi servis maupun kualitas produk.
Usaha mentransformasi organisasi menjadi customer centric organization
yang dilakukan PT. TELKOM dalam mewujudkan visinya menjadi pemain di
bidang informasi dan telekomunikasi terkemuka di kawasan regional dapat dilihat
sebagai bentuk dari strategi diferensiasi yang dipilih sesuai dengan strategi
generik yang dikemukakan oleh Porter. Dengan kompetisi yang makin ketat dan
bargaining power yang semakin kuat yang dimiliki oleh pembeli, maka PT.
TELKOM berusaha melakukan diferensiasi sebagai jalan keluar untuk
membedakan diri dari para kompetitor. Diferensiasi ini ditempuh dengan
mengarahkan tujuan semua aktivitas bisnis yang ada di perusahaan demi
pemenuhan kepuasan pelanggan, sehingga pelayanan yang baik dan memuaskan
akan menjadi image yang baik yang diharapkan dapat membedakan PT.
TELKOM dengan pemain lain di industri telekomunikasi.
Strategi bisnis diferensiasi yang ditempuh PT. TELKOM ini tentu saja
akan mempengaruhi susunan strategi fungsional PT. TELKOM. Di bidang
Marketing & Sales yang terkait erat dengan proses CRM, penggunaan teknologi
baru CRM merupakan konsekuensi pemilihan strategi diferensiasi lewat Customer
Centric Organization. Teknologi baru akan semakin mengoptimalkan proses
bisnis yang terkait dengan pelayanan dan manajemen hubungan dengan
pelanggan. Dari sini dapat dilihat teknologi baru tidak mempengaruhi strategi
bisnis
perusahaan,
bahkan
sebaliknya
teknologi
baru
yang
akan
diimplementasikan PT. TELKOM muncul dari kebijakan perusahaan untuk
melakukan diferensiasi dari kompetitornya.
61
Namun harus dicermati bahwa perubahan teknologi di bidang CRM ini
berpotensi akan mempengaruhi strategi marketing & sales PT. TELKOM. Ini
didasari oleh salah satu keuntungan dari penerapan teknologi baru CRM, yakni
PT. TELKOM dapat melakukan analisa mendalam dan keseluruhan (360 degree
view) terhadap setiap segmen yang dilayani saat ini. Analisa terhadap pelanggan
ini, dapat menghasilkan pandangan dan klasifikasi baru akan susunan segmen
pelanggan yang paling profitable dan memiliki life time value yang paling baik.
Final objective dari PT. TELKOM tentu saja merupakan maksimalisasi
shareholder value dari profitability, dan ini akan mempengaruhi fokus pelayanan
PT. TELKOM ke depan yang akan lebih terpusat kepada pelanggan yang paling
profitable dari susunan segmen pelanggan. Tantangan yang dihadapi PT.
TELKOM ke depan adalah bagaimana untuk menyelaraskan pelayanan yang
terpusat pada pelanggan yang paling profitable tanpa meninggalkan kualitas
pelayanan terhadap pelanggan lainnya. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa
keputusan PT. TELKOM untuk melakukan perubahan teknologi baru akan
berpengaruh pada strategi fungsional marketing & sales setelah implementasi
teknologi ini dilakukan.
Staff
Penggunaan teknologi baru yang dilakukan oleh PT. TELKOM
diharapkan akan menghasilkan naiknya produktivitas karyawan sebagai
intermediate outcome seperti yang dapat dilihat pada gambaran results chain. Hal
ini tentunya harus ditunjang dengan sistem training yang baik sehingga
operasionalisasi teknologi baru ini di dalam proses CRM dapat mencapai
performa maksimal. PT. TELKOM beserta vendor teknologi mengadakan
beberapa jenis training kepada karyawan seperti :
Training for Expert
Hal ini ditujukan bagi karyawan PT. TELKOM yang ditugaskan untuk melakukan
konfigurasi teknologi, jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk kebutuhan spesifik di
masa yang akan datang. Dengan perkembangan industri yang cepat tentu saja PT.
TELKOM
membutuhkan
modifikasi
dipergunakan sesuai dengan kebutuhannya.
62
tertentu
terhadap
teknologi
yang
Training for Trainer
Training ditujukan bagi karyawan PT. TELKOM yang diproyeksikan untuk
menjadi trainer bagi end-user teknologi ini nantinya, sehingga mereka dapat
melatih end-user untuk dapat mengoperasionalkan teknologi baru CRM dengan
baik.
Training for End-user
Training ini diperuntukkan bagi karyawan PT. TELKOM yang terlibat dengan
proses CRM dan akan melakukan aktivitas bisnis harian dengan menggunakan
teknologi baru ini.
Salah satu intermediate outcome dari penggunaan teknologi baru adalah
peningkatan produktivitas dan utilisasi karyawan, yang tentunya harus ditunjang
dengan sistem pelatihan yang baik. Tumpang tindih pemrosesan data dan aktivitas
yang berkaitan dengan proses CRM selama ini diharapkan tidak terjadi lagi
dengan penggunaan teknologi baru. Oleh karena itu maka beberapa fungsi dari
karyawan PT. TELKOM yang terkait dengan proses CRM akan semakin
berkurang, dan ke depannya akan menyebabkan terjadinya pengurangan karyawan
yang dilibatkan dalam proses CRM di PT. TELKOM seiring dengan
meningkatnya produktivitas.
PT. TELKOM juga melakukan usaha untuk mensosialisaikan perubahan
teknologi ini lewat beberapa orang yang ditunjuk sebagai change agent, yang
selanjutnya menyampaikan kepada rekan-rekan karyawan yang lain di lingkungan
PT. TELKOM mengenai pentingnya manfaat teknologi baru ini bagi kemajuan
PT. TELKOM di masa yang akan datang. Dengan sosialisasi ini diharapkan
karyawan yang terlibat dalam proses CRM akan lebih siap dalam menghadapi
perubahan di lingkungan pekerjaannya dan resistensi terhadap perubahan dapat
diminimalkan sekecil mungkin. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa penggunaan
teknologi baru akan membuat PT. TELKOM melakukan penyesuaian tentang
bagaimana cara agar para karyawan yang terlibat dalam proses CRM dapat
memaksimalkan fungsi teknologi baru ini.
63
Skills
Teknologi baru yang digunakan tentu saja membutuhkan cara operasional
yang berbeda dengan teknologi yang telah digunakan selama ini sehingga skills
yang dibutuhkan untuk mengoperasionalkan teknologi baru juga akan berbeda
dengan skills yang diperlukan pada operasionalisasi proses CRM saat ini. Pada
proses CRM saat ini karyawan yang terlibat dalam proses CRM mengandalkan
skill analisa yang tergolong statis karena hanya berorientasi terhadap kondisi
pelanggan saat ini. Dengan penggunaan teknologi baru dibutuhkan skill untuk
mengumpulkan, menganalisa dan memanfaatkan teknologi baru yang mampu
menangkap perubahan informasi tentang pelanggan. Namun dari hasil wawancara
yang dilakukan dengan beberapa pihak yang terlibat dalam proyek development
teknologi baru ini, skill yang dibutuhkan akan didapatkan lewat skills training
yang dilakukan secara internal, tanpa harus mempengaruhi level pendidikan
minimum yang dibutuhkan untuk mengoperasionalkan teknologi baru ini.
Structure
Dari wawancara dengan pihak yang terkait mengenai development
teknologi baru ini, dari pemilihan dan penggunaan teknologi baru diusahakan
semaksimal mungkin untuk tidak merubah struktur yang sudah ada terkait dengan
proses CRM karena struktur yang berjalan saat ini sudah sesuai dengan
framework e-TOM yang menjadi bahan acuan PT. TELKOM untuk menyusun
struktur organisasi. Sehingga walaupun implementasi teknologi baru dapat
mempengaruhi jumlah staff PT. TELKOM yang terlibat di dalam proses CRM,
namun struktur yang terkait dengan proses CRM tidak akan mengalami
perubahan.
System
Penggunaan teknologi baru akan menyebabkan perubahan pada sistem
manajemen informasi di PT. TELKOM.
Proses CRM saat ini sudah
menggunakan decision support tools yang cukup mendetail berdasarkan
pembagian segmen-segmen pelanggan PT. TELKOM walaupun masih bersifat
statis. Dengan penggunaan teknologi baru pada proses CRM sebagai marketing
tool, maka sistem pemrosesan data untuk marketing akan lebih dinamis dan
64
fleksibel terhadap perubahan keinginan dan permintaan pelanggan sehingga PT.
TELKOM dapat lebih tanggap terhadap kebutuhan pelanggan. Di samping itu
sistem hubungan operasional dengan front-line CRM akan lebih baik dengan
penggunaan teknologi baru ini.
Style
Penggunaan teknologi baru akan merubah style, orientasi ataupun
pendekatan yang dilakukan manajemen dalam melaksanakan aktivitasnya
khususnya yang terkait dengan proses CRM. Jika selama ini manajemen
berorientasi pada marketing plan dengan penekanan pada major segment yang
disampaikan lewat media pada standar waktu tertentu, maka dengan penggunaan
teknologi baru manajemen akan lebih mengeksplorasi teknologi lewat
eksperimentasi – eksperimentasi yang dianggap sebagai proses continuous
learning lewat tahapan do, test, measure and fix yang akan memperkuat
pemahaman manajemen akan fungsi penggunaan teknologi baru ini sehingga
dapat mencapai keuntungan yang maksimal.
Shared Values
Perubahan teknologi akan memiliki efek terhadap shared values di dalam
PT. TELKOM khususnya pada bagian yang terkait dengan proses CRM. Dengan
value yang ada selama ini karyawan PT. TELKOM khususnya bagian CRM
melayani pelanggan dengan baik (serve customers well), tanpa ada perbedaan
pelayanan terhadap pelanggan. Lewat kemampuan analisa terhadap pelanggan
yang lebih baik dengan teknologi baru dan dengan fokus pada most profitable
customer, maka kemungkinan besar shared values ini akan berubah, dimana PT.
TELKOM akan memperlakukan pelanggan secara berbeda (service customers
differently) dengan penekanan pelayanan terbaik diberikan pada pelanggan yang
paling menguntungkan (serve best customers really well), tanpa meninggalkan
pelayanan yang baik yang telah diberikan pada pelanggan yang lain.
Berikut ini akan digambarkan secara ringkas issue yang terkait dengan
perubahan sesuai dengan McKinsey 7S Framework.
65
Tabel 4.1 Efek Implementasi Teknologi CRM yang Baru
Elemen
Strategy
Efek Implementasi Teknologi Baru
Perubahan terhadap strategi marketing, cara pandang
terhadap pelanggan, menambah value terhadap most
profitable customer lewat interaksi yang semakin baik
dengan pelanggan.
Structure
Tidak berubah karena teknologi baru, sesuai dengan e-TOM
sebagai acuan.
Skills
Dibutuhkan skill yang berbeda, tidak hanya menganalisa,
namun meng-exploit keuntungan yang mungkin didapatkan
dari teknologi baru.
Staff
Peningkatan
produktivitas,
kemungkinan
pengurangan
karyawan yang terlibat dalam proses CRM.
System
Teknologi baru digunakan sebagai marketing tool yang lebih
dinamis dan fleksibel dalam menangkap data perubahan
keinginan pelanggan.
Style
Mendorong timbulnya ekperimentasi dalam memanfaatkan
teknologi baru terkait dengan aktivitas marketing.
Shared Values
Melayani pelanggan yang dianggap paling menguntungkan
dan berprospek lebih baik dari yang lain tanpa menurunkan
standar pelayanan terhadap pelanggan lain.
4.3.6 Manajemen Perubahan
Penggunaan teknologi baru berpotensi menghadapi resistensi dalam proses
implementasinya. Oleh karena itu diperlukan sebuah perencanaan ataupun
tahapan yang berkaitan dengan manajemen terhadap perubahan seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 4.13 agar implementasi teknologi baru dalam CRM ini dapat
mencapai sasaran awalnya.
66
Gambar 4.14 Tahapan manajemen perubahan di PT. TELKOM
Tahapan dalam manajemen perubahan yang dilakukan di PT. TELKOM
terkait dengan perubahan teknologi CRM dapat dilihat sebagai berikut :
Define Change Team
Pada tahapan ini, dilakukan penyusunan team yang akan terlibat dalam
pembuatan rencana dan implementasi manajemen perubahan. Sebagai penggerak
inti perubahan di dalam organisasi PT. TELKOM, team ini selanjutnya akan
menyusun program-program yang terkait dengan implementasi perubahan
teknologi dalam operasionalisasi kegiatan CRM di PT. TELKOM.
Stakeholder Identification
Di tahap ini dilakukan identifikasi elemen-elemen yang terkait dengan
perubahan baik dari sisi inisiator, pelaksana dan sampai pihak-pihak yang terkena
efek perubahan teknologi tersebut. Dengan identifikasi dan pemetaan semua
elemen yang terkait dengan perubahan, maka dari sini akan didapatkan gambaran
yang jelas siapa saja yang akan berperan serta dalam kesuksesan implementasi
perubahan teknologi CRM di PT. TELKOM.
67
Build Change Management Framework
Kerangka yang jelas terkait dengan manajemen perubahan diperlukan agar
adaptasi terhadap perubahan dapat dilakukan dengan baik. Ada beberapa elemen
penyusun kerangka kerja manajemen perubahan, yakni :
o Sponshorship
Sponsorship dilakukan untuk memastikan bahwa setiap upaya perubahan
mendapat komitmen dukungan dari high-level manajemen atau pimpinan
perusahaan di PT. TELKOM, sehingga visi dan semua aksi yang terkait dengan
perubahan dapat diselaraskan. Dengan sponsorship, maka stakeholder yang sudah
diidentifikasi pada tahapan sebelumnya, dapat mengetahui dengan jelas fungsi,
tugas dan tanggungjawabnya dalam proses perubahan.
o Communication
Komunikasi yang konsisten dilakukan dengan target yang jelas dan secara aktif
mengikutsertakan karyawan dalam proses perubahan merupakan salah satu kunci
kesuksesan manajemen perubahan. Sosialisasi akan adanya perubahan di bidang
teknologi CRM di PT.TELKOM diharapkan dapat mengeliminir resistensi yang
mungkin muncul dari karyawan. Sejak awal development teknologi baru ini,
manajemen PT. TELKOM sudah menggunakan beberapa orang karyawan sebagai
agent of change, yang mensosialisasikan fungsi dan manfaat teknologi baru ini
bagi kemajuan PT. TELKOM dan untuk meredam kekhawatiran yang berlebihan
terkait dengan proses perubahan.
o Training Plan
Pelatihan dilakukan sebagai sarana agar karyawan mendapatkan skill yang
diperlukan untuk mengoperasionalkan teknologi baru yang akan diadopsi. Dengan
pelatihan karyawan untuk mendapatkan skill baru ini, diharapkan tidak akan
terjadi masalah teknis dalam pengoperasian teknologi pada proses CRM ketika
teknologi baru diimplementasikan. Dengan pelatihan, karyawan dibiasakan
dengan peran dan tanggungjawabnya yang baru, dan juga dikenalkan dengan
kebijakan ataupun prosedur baru yang harus dijalankan terkait dengan perubahan
teknologi.
68
Change Management Execution
Di tahap ini dilakukan eksekusi manajemen perubahan. Pelaksanaannya
dilakukan dengan mengikuti framework manajemen perubahan yang telah disusun
sebelumnya yakni sponsorship yang jelas, komunikasi dengan target yang jelas
serta pelatihan, baik bagi tenaga ahli yang akan melakukan konfigurasi teknologi,
pelatihan bagi calon pelatih (training for trainer), dan juga bagi karyawan di
bagian operasional teknologi baru pada proses CRM di PT. TELKOM
Monitoring & Evaluation
Eksekusi dari manajemen perubahan akan ditindaklanjuti dengan
melakukan monitoring dan evaluasi. Dari hasil monitoring dan evaluasi ini akan
didapatkan masukan-masukan yang berharga untuk perbaikan area-area yang
dianggap kurang atau belum mendukung kesuksesan program perubahan
teknologi CRM di PT. TELKOM. Output dari tahapan ini akan digunakan sebagai
bahan improvement dalam penyusunan dan perbaikan framework manajemen
perubahan.
Unsur utama yang berkaitan dengan resistensi terhadap perubahan tentu
saja datang dari people, atau dalam kasus ini merupakan karyawan/staff yang
terkena langsung efek perubahan teknologi dalam proses CRM di PT. TELKOM.
Perubahan teknologi CRM di PT. TELKOM setidaknya akan mempengaruhi
kultur dan kompetensi karyawan. Lewat perubahan ini, timbul ekspektasi agar
karyawan memiliki kompetensi yang cukup dalam melaksanakan tugasnya terkait
dengan proses CRM yang dapat dilihat dari kemampuan mengoperasionalkan
teknologi baru yang ada. Di samping itu transformasi menjadi consumer centric
organization yang menuntut implementasi service culture yang benar-benar
dijalankan dengan baik dapat menjadi ”beban” baru bagi karyawan. Hal ini dapat
menjadi kekhawatiran tersendiri bagi karyawan, dan dapat menjadi faktor yang
menyebabkan resistensi dan penghambat dalam implementasi perubahan
teknologi CRM di PT. TELKOM.
Isu kemungkinan pengurangan karyawan yang terkait proses CRM
sehubungan
dengan
peningkatan
produktivitas
dapat
ditangani
dengan
perencanaan peralihan penugasan ke fungsi yang lain yang akan diatur oleh
69
departemen Sumber Daya Manusia. Di samping itu, penggunaan teknologi baru
ini sudah dikondisikan sejak awal mengikuti proses bisnis yang sudah ada
sehingga tidak mengakibatkan perubahan struktur organisasi yang terkait dengan
proses CRM, sehingga kalaupun terjadi perombakan di bidang staffing, maka akan
dilakukan dalam skala yang tidak akan terlalu besar.
Kekhawatiran akan kurangnya kompetensi karyawan dan isu mengenai
tuntutan pelaksanaan service culture yang ketat sebenarnya dapat diatasi lewat
langkah-langkah seperti training dan sosialisasi akan ekspektasi yang diharapkan.
Tentu saja hal ini merupakan proses yang panjang, terlebih lagi bila dikaitkan
dengan proses perubahan kultur, namun lewat sosialisasi ekspektasi manajemen
yang realistis setelah mempertimbangkan kondisi internal di PT. TELKOM,
sasaran dari perubahan teknologi CRM ini seperti yang dapat dilihat pada gambar
di bawah akan dapat tercapai.
Gambar 4.15 Sasaran perubahan CRM PT. TELKOM
70
Download