jurusan pemikiran politik islam fakultas ushuluddin

advertisement
ISLAM POLITIK:
STUDI KOMPARATIF ANTARA MUSTAFA KAMAL ATATURK
DAN SUKARNO
Oleh :
Abdul Mannan
NIM : 101033221771
JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428/2007
Bismillahirrohmanirrrahiim
KATA PENGANTAR
Segala Puji hanya kepada-Mu wahai Tuhanku yang tiada Tuhan patut
untuk kusembah melainkan diri-Mu, dan aku juga menyakini bila Muhammad
adalah seorang nabi yang engkau utus untuk menyampaikan risalah kebenaran
terhadap kami. Tuhan, aku sebagai seorang hamba, sudah barang tentu, akan
senantiasa menggantungkan diri hanya kepada-mu. Semoga Engkau menerimaku
sebagaimana Engkau telah menerima para hamba-Mu yang telah Engkau jadikan
sebagai kekasih-Mu. Ya Tuhan, kiranya tiadalah satu-pun yang mampu memberi
kecuali Engkau, maka biarkan aku meminta hanya pada-Mu. Dan cinta-Mu
sudah lebih daripada cukup bagiku Tuhan. Ya Tuhan, aku tahu tentang-Mu
lewat seorang hamba-Mu yang Engkau utus. Muhammad itu, aku memohon
kepada-Mu. Limpahkanlah Shalawat dan Salam-Mu kepangkuannya. Amien Ya
Rabbal Alamien
Penyelesaian dalam penulisan tugas akhir ini bisa dikatakan agak lambat
dan terburu penulis kerjakan. Penulis katakan terlambat, semestinya tugas akhir
ini sudah penulis kerjakan pada semester delapan yang lalau, namun karena
banyak hal yang musti penulis kerjakan, pada akhirnya tugas akhir ini-pun
terpaksa penulis tunda. Kemudian dikatakan terburu-buru, terus terang, penulis
mengerjakannya tidak lebih dari satu bulan kurang, Alhamdulilah pada
akhirnya-pun bisa juga selesai.
Sudah barang tentu penulisan tugas ini rasanya sangat mustahil bisa
selesai dalam deadline hanya satu bulan kalau tidak ada banyak tangan yang
bersedia membantu penulis didalam menyelesaikannya. Terima kasih penulis
yang tak terhingga kepada mereka, semoga Tuhan yang maha kuasa berkenan
membalasnya.
Bunda, entah apa yang mesti kukatakan padamu sebagai rasa terima
kasihku ini. Lewat dirimu Tuhan telah menitipkan aku padamu. Bersama ayah
kalian telah membesarkanku hingga aku jadi begini rupa, hingga akhirnyapun
aku tahu tentang hidup, tentang segalah hal yang sebelumnya aku tidak pernah
tahu. Entah apa yang harus kuberikan padamu Bunda, aku sadar, sekalipun
keindahan bumi dan langit kuberikan padamu itu belum apa-a;pa. namun aku
yakin Bunda, bila bunda tak perlu semua itu.
Terima
kasih
bunda,
semoga
Tuhan
yang
Maha
Kuasa
bisa
menempatkanmu di tempat yang tinggi sebagaimana yang telah Ia janjikan. Dan
engau ayah, semoga engkau tenang diperistirahatanmu yang terakhir. Anakmu
kan terus memohon kepada-Nya agar engkau bahagia. Insya-Allah kami yang
masih ada di dunia ini juga akan menyusulmu kembali kepada-Nya,
Tentu saja rasa terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat
Bapak Sirojuddin, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi
pembimbing di dalam penulisan tugas akhir ini. Rasanya tanpa adanya
keikhlasan dari beliau menemani penulis maka tugas akhir ini tak mungkin bisa
terselesaikan. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa akan membalasnya sesuai dengan
semua amal yang telah beliau kerjakan.
Ibunda Dra. Wiwik Siti Sajarah, bagi penulis engkau bukan hanya sekedar
sebagai guru yang melakukan kewajibanmu mendidikku, namun bagi penulis, di
samping semuanya itu engkau juga sudah kami anggap ibu yang telah dengan
sabar membimbingku. Tak hanya itu, bahkan engkau juga seorang teman yang
sangat baik yang pernah penulis kenal. Kelembutan sikapmu dan kesehajaan
yang dirimu tunjukkan pada kami selama ini sungguh kami telah banyak belajar
bagaimana untuk menjadi orang yang arif dan bijaksana. Terima kasih bunda,
semoga Tuhan akan menempatkanmu di tempat sebagaimana yang telah Ia
janjikan bagi orang-orang yang shaleha sepertimu.
Tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua para dosen, terutama mereka yang ngajar di fak
Ushuluddin dan Filsafat, yang penulis tak mungkin menyebutnya satu persatu.
Demikian juga kepada seluruh jajaran pengawai perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis hingga penulisan
skripsi ini bisa terselesaikan.
Kepada yang terhormat H. Abdul Hakim Ilyas dan Istri Hj, Amsani,
paman yang sekaligus telah penulis anggap sebagai kedua orang tua bagi penulis.
Terima kasih, semoga segala apa yang telah kalian lakukan selama ini
bermampaat. Demikian juga buat adikku, Hasan Basyri, Iim, Nikma, Riche,
Pepen, Lusy, Ega, dan yang lainnya. Terus terang, karena kalianlah, semangatku
kembali menggebu, kalian adalah pelita dalam hidup kakak, teruslah berjuang,
kakak yakin kalian pasti bisa. Maka itu, teruslah kejar cita-cita kalian, jangan
menyerah. Untuk Riskiyah adikku, terima kasih, kak Sholeh Ilyas, kak
Qomaruddin SF beserta Istri tercinta embak Ira, terima kasih atas semuanya.
Terakhir untuk adikku NingMala Syaqilah, kini kakak baru mengerti bagaimana
menjadi orang yang sabar, terima kasih, engkau telah mengajarkan banyak hal
pada kakak, dan kakak mungkin tidak bisa memberimu apa-apa, namun
yakinlah, kakak akan terus menjagamu.
Untuk Rahmi Syauqi Ilahi, Ade Mulayana, Nabil Kalabaan, Lisan
Ramdhan, Lilis Saadah, dan yang seangkatan dengan penulis yang tak mungkin
penulis sebutkan satu persatu-persatu. Semoga kebersamaan yang selama ini kita
rajut akan terus berkembang dengan indah. Buat kawan-kawan IMM cabang
Ciputat, dan anak-anak Asrama Putra/Putri IMM, Ghulam, hafidin, Jaya, Kahfi,
Arva, Safna, Kiki, Pipit, Nunung, dan semuanyanya. Terima kasih, dari kalian
penulis banyak belajar banyak.
Akhirnya, semoga karya ini bermamfaat, khususnya bagi penulis sendiri.
Demikian juga untuk semua. Amien Ya Rabbal Alamien.
Jakarta, 25 Februari 2007,
Penulis
ISLAM POLITIK:
STUDI KOMPARATIF ANTARA MUSTAFA KAMAL ATATURK
DAN SUKARNO
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB II BIOGRAFI SINGKAT MUSTAFA KAMAL ATATURK DAN
SUKARNO
A. Mustafa Kamal Ataturk
1. Masa Kecil dan Riwayat Pendidikan
2. Karir di Dunia Militer dan Politik
3. Sebagai Bapak Turki
B. Sukarno
1. Masa Kecil dan Riwayat Pendidikan
2. Karir di Dunia Politik dan Beberapa Karyanya
3. Sebagai Bapak Proklamator
BAB III, PENGERTIAN ISLAM POLITIK DAN SEJARAHNYA DI TURKI DAN
INDONESIA
A. Pengertian Islam Politik.
B. Sejarah Islam Politik Turki
1. Pada Masa Turki Usmani,
2. Keruntuhan Khilafah Turki Usmani, Dan
3. Status Baru Negara Turki; Dari Khilafah Ke Republik.
C. Sejarah Islam Politik Indonesia
1. Indonesia Pada Zaman Kolonial,
2. Menjelang Kemerdekaan Sampai Awal Kemerdekaan,
3. Lahirnya Razim Orde Lama
BAB IV POSISI ISLAM POLITIK TURKI DAN INDONESIA DI BAWAH
KEPEMIMPINAN DUA TOKOH SEKULAR
A. Pengertian Sekular
B. Paham Sekularisasi Mustafa Kamal Attaruk dan Sukarno
C. Posisi Islam Politik Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kamal Ataturk
D. Posisi Islam Politik Indonesia di bawah kepemimpinan Sukarno
BAB V PENUTUP
A. Saran-Saran
B. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nama Turki1, atau sekarang lebih popular di kenal sebagai republik baru
Turki2 dalam sejarah sepertinya memang memiliki catatan tersendiri. Asal mula
bangsa ini, diperkirakan dari Asia Tengah. Dan secara historis, bangsa ini juga telah
mewarisi banyak peradaban besar sebelumnya. Seperti Romawi di Anatolia,
peradaban Islam, Arab dan Persia sebagai warisan dari Imperium Usmani dan
pengaruh negara-negara Barat Modern yang hingga saat ini bangunan-bangunan
bersejarah tersebut masih ada. Seperti di Istanbul dan kota-kota lain yang ada di
Turki. katakanlah seperti bangunan Aya Sofya 3 dan lain sebagainya
Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan yang
1
Negara Turki adalah negara di dua benua. Dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer
persegi, 97% (790.200 km persegi) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378
km persegi) terletak di benua Eropa. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki jembatan
antara Timur dan Barat. (lebih lanjut baca makalah Ade Solihat dalam:”Kemalisme, Budaya dan
Negara Turki”. Tahun 2005)
2
Syafiq A. Munghni dalam bukunya, “Sejarah Kebudayaan Islam di Turki”. (Penerbit Logos
Wacana Ilmu. Jakarta 1997), cet ke-I.
3
Yaitu sebuah bangunan yang awalnya merupakan Gereja yang pada masa Bizantium
fungsinya kemudian di rubah menjadi mesjid pada masa Khalifah Usmani sementara setelah Mustafa
kamal menjadi penguasa di negeri tersebut bangunan tersebut kembali beruba fungsi menjadi sebuah
musium.
mendalam bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani. Islam di masa
kekhalifahan diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia
sebagai makhluk dengan Allah SWT sebagai Khalik, Sang Pencipta; dan juga suatu
sistem sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Islam yang
muncul di Jazirah Arab dan telah berkembang lama di wilayah Persia, berkembang di
wilayah kekuasaan ke-Khalifahan Turki dengan membawa peradaban dua bangsa
tersebut.
Selanjutnya nampak juga telah memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua
peradaban tersebut ke dalam kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini menimbulkan
kekeliruan pada masyarakat awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki
sama dengan bangsa Arab. Suatu anggapan yang keliru yang selalu ingin diluruskan
oleh bangsa Turki sejak tumbuhnya nasionalisme pada abad ke-19. Selanjutnya arah
modernisasi yang berkiblat ke Barat telah menyerap unsur-unsur budaya Barat yang
dianggap modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang telah
mewarnai identitas masyarakat Turki.
Kemudian yang dianggap sebagai momentum pertama kontak antara Turki
dengan dunia Barat adalah jatuhnya konstantinopel, ibukota Bizantium, ke tangan
pasukan Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan Muhammad II pada tahun 1453.4
Konstantinopel yang selanjutnya diganti menjadi Istanbul, adalah suatu kota
metropolis yang berada di benua Asia dan Eropa. Inilah titik awal masa keemasan
4
Syafiq A. munghni dalam, “Sejarah Kebudayaan Islam di Turki” (Penerbit Logos
Wacana,1997) cet, I hal.122
Turki Usmani, yang terus cemerlang hingga abad ke-18 dengan wilayah kekuasaan
yang sangat luas membentang dari Hongaria Utara di Barat hingga Iran di Timur; dari
Ukrania di Utara hingga Lautan India di Selatan.
Sementara kegagalan pasukan Turki dalam usaha penaklukan Wina,
merupakan suatu awal memudarnya kecermelangan Imperium Turki. Kekalahan
tersebut dimaknai sebagai melemahnya kekuatan pasukan Turki dan menguatnya
pasukan Eropa. Lebih disadari lagi bahwa kekalahan itu menandai kelemahan teknik
dan militer pasukan Turki. Inilah yang menjadi awal munculnya upaya mencontoh
teknologi militer Barat yang dianggap telah maju. Selanjutnya kondisi ini membawa
Turki Usmani pada suatu masa pembaruan atau modernisasi.
Setelah Perang Dunia I pada tahun 19185, dengan kekalahan pihak Sentral
yang didukung oleh Turki, Imperium Turki Usmani mengalami masa kemuduran
yang sangat menyedihkan. Satu persatu wilayah kekuasaan yang jauh dari pusat
membebaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani. Bahkan lebih buruk lagi negaranegara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah kekuasaan Turki untuk dijadikan
negara koloni mereka. Kondisi porak porandanya Imperium menumbuhkan semangat
nasionalisme pada generasi muda Turki ketika itu. Pemikiran tentang identitas bangsa
dan pentingnya suatu negara nasionalis yang meliputi bangsa Turki menjadi wacana
yang banyak diperdebatkan.
Pada tahun 1919-19236 terjadi revolusi Turki di bawah pimpinan Mustafa
5
6
Ibid., hal 91.
Ibid., hal 141
Kemal. Kecemerlangan karier politik Mustafa Kemal dalam peperangan, yang
dikenal sebagai perang kemerdekaan Turki, mengantarkannya menjadi pemimpin dan
juru bicara gerakan nasionalisme Turki. Gerakan nasionalisme ini, yang pada waktu
itu merupakan leburan dari berbagai kelompok gerakan kemerdekaan di Turki,
semula bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Turki dari rebutan negaranegara sekutu.
Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik Turki di atas puing-puing
reruntuhan kekhalifahan Turki Usmani dengan prinsip sekularisme, modernisme dan
nasionalisme. Meskipun demikian, Mustafa Kemal bukanlah yang pertama kali
memperkenalkan ide-ide tersebut di Turki. Gagasan sekularisme Mustafa Kemal
banyak mendapat inspirasi dari pemikiran Ziya Gokalp, seorang sosiolog Turki yang
diakui sebagai Bapak Nasionalisme Turki. Pemikiran Ziya Gokalp adalah sintesa
antara tiga unsur yang membentuk karakter bangsa Turki, yaitu ke-Turki-an, Islam
dan Modernisasi7.
Itulah Turki yang dengan segala bentuk keuletannya telah mampu menunjukan
kepada dunia bahwa bangsa ini tentunya tidak hanya ingin berkutat dalam bentuk
struktur yang sifatnya tradisionalis namun juga akan terus berusaha dengan
semaksimal mungkin untuk terus mengikuti perkembangan zaman.
Lantas bagaiamana dengan keadaan dan atau perkembangan Islam sendiri di
Indonesia, Kira-kira pada Abad 20, sepertinya memang satu awal momentum bagi
pergerakan Islam untuk kembali bangkit dari berbagai keterpurukan yang sedang
7
Ali, Mukti, “Islam dan Sekularisme di Turki”. (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1994.)
dialaminya. Terutama sebelum itu kita tahu kerajaan Usmani mengalami kemunduran
yang pada saat itu bisa dikatakan sebagai satu-satunya pemangku bagi kekhalifahan
dalam Islam. Ada satu gerakan yang penulis pikir untuk kita lihat, yaitu gerakan
wahabi yang saat itu dipelopori oleh Jamaluddin al-Afgani.
Dari berbagai gerakan pembaharuan yang beliau lakukan tersebut nampaknya
telah memberikan pengaruh yang tidak hanya terjadi di dunia Arab, di Indonesia-pun
ternyata kebangkitan Islam ikut terpengaruh. Hal ini bisa kita lihat misalkan yang
tejadi di Minangkabau pembaharuan, terutama dari system pendidikan dan pemikiran
yang ada di sana.
Kemudian muncul berbagai organissai ke-islaman. Seperti Sarekat Dangang
Islam (SDI), ada juga organisasi yang berbasis keislaman di Majalengka dengan
nama Perserikatan Ulama di Majalengka, kemudian Muhammadiyah di Jogjakarta,
Persatuan Islam atau Persis yang bermukim di Bandung, NU di Surabaya dan masih
banyak lagi oraganisasi lainnya yang berdiri saat itu8.
Hingga dalam waktu yang bersamaan pemerintahan Jepang yang ada di
Indonesia telah menjalankan politik Etis, taktik ini mereka lakukan sebagai salah satu
bentuk balas jasa yang dilakukan oleh mereka terhadap masyarakat Indonesia.
Berbagai sekolahan-pun mereka dirikan, walau dalam sejarah dikatakan tidak semua
orang Indonesia yang bisa masuk ke sekolahan tersebut, dan hanya orang-orang
tertentu dai masyarakat Indonesia yang bisa memasukinya, namun dari kenyataan
8
Badri Yatim, MA dalam bukunya, “Sejarah Peradaban Islam”.(Penerbit Raja Grafindo
Persada. Jakarta) cet, 2004
tersebut diatas, ada beberapa hal yang cukup positif yang bisa diambil oleh bangsa
kita.
Katakanlah dengan munculnya sekolah-sekolah yang telah didirikan oleh kaum
pribumi, betapa selama ini meraka sudah dibodohi dan dijajah oleh bangsa lain. Inilah
kemudian salah satu yang menjadi penyebab rasa nasionalisme rakyat Indonesia-pun
muncul.
Lebih-lebih dari kalangan muda, hal tersebut bisa kita buktikan dengan
munculnya banyak tokoh muda yang sangat revolusioner, dan merekalah yang telah
banyak berjuang hingga bangsa ini pada akhirnya bisa keluar dari kungkungan kaum
penjajah, dan dari sekian banyak tokoh yang lahir pada saat itu, tentunya nama
Sukarno atau lebih akrab di panggil bung Karno merupakan tokoh penting yang patut
kita perhatikan. Karena perjuangan beliau-lah bangsa ini sekali lagi bisa merdeka
sampai saat ini. Dan mengenai prihal riwayat masa kecil Sukarno sendiri, menurut
Ahmad Suhelmi tak banyak di ketahui fakta-fakta seputar kehidupan beliau. Ia lahir
pada tanggal 06 Juni 1901 di sebuah kota yaitu tepatnya di kota Blitar9.
Ada satu hal yang menurut penulis cukup penting menjadi catatan seputar
keberadaan beliau, bahwa beliau tidak pernah memasuki dunia pendidikan agama
secara formal. Jikapun dia belajar tentang ilmu keagamaan, itu mungkin hanya terjadi
saat oleh sang Ayah dititipkan pada salah satu temannya yang kebetulan temannya
9
hal. 15
Ahmad Suhelmi, “Polemik Negara Islam, sukarno Versus Natsir” (penerbit Teraju;2002)
tersebut merupakan salah satu tokoh penting Islam saat itu10. Dari orang inilah
kemudian Sukarno muda nantinya bekal mengalami gamblengan hingga seorang
Sukarno muda bisa menjadi orang penting yang sangat di perhitungkan baik oleh
kawan maupun lawan.
Masih tentang Sukarno, melacak dari segi ideologisnya, banyak para
pengamat menganggap bila ia merupakan seorang yang sinkritis. Artinya dalam
paham idiologi, setidaknya ada empat aliran ideologi yang dianut; Tradisionalisme
Jawa, Nasionalisme, Islam dan Marxisme11
Tentu saja ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang sukarno mampu
memengang empat idiologi sekaligus. Antara lain, menurut ahmad Suhelmi,
kebiasaan Sukarno yang tak henti-hentinya telah menenggelamkan dirinya kedalam
dunia pemikiran.bahkan masih menurut Ahmad Suhelmi, dari pergalutannya dengan
dunia pemikiran, sampai-sampai Sukarno sendiri merasa bahwa dirinya telah
melakukan dialog dengan Gladson, Beatrice Webb,Mazzini dan lain sebagainya12.
Itulah Sukarno, sosok pemimpin besar yang sangat berpengaruh dan memiliki
wibawa yang tidak kalah besarnya dengan tokoh lain yang ada di dunia. Nama
Sukarno terlepas dari sisi negatif yang mungkin pernah ia lakukan selama
hidupmnya, namun tetap saja beliau adalah pahlawan bagi kejayaan bangsa kita, dan
namanya tidak mungkin bisa kita lupakan.
10
Nama Tokoh tersebut adalah Tjokroaminoto.
Mengenai gambaran dari watak Ideologis Sukarno ini bisa kita lihat dalam artikelnya dia
yang pernah di tulis pada tahun 1926, “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme,“ dalam Di Bawah
Bendera.hal. 1-23.
12
Mengenai pernyataan tersebut, Ahmad Suhelmi sendiri mengutip di dalam buku, “ Bung
Karno Putera Sang Pajar”,( Jakarta:Gunung Agung, 1981) hal.24
11
Terlepas dari persoalan tersebut diatas, ada keinginan bagi penulis untuk
menelaah lebih mendalam tentang bagaimana sesungguhnya tipe kepemipinan dua
orang ini – Mustafa Kamal Ataturk dan Sukarno. Artinya penulis ingin menelaah
lebih lanjut seputar posisi Islam politik selama beliau menjadi pemimpin.
Ada beberapa alasan mengapa kemudian penulis merasa sangat tertarik untuk
melakukan pengkajian. Salah satunya yaitu, katakanlah di Turki misalkan, Turki
sendiri sebagaimana dalam catatan sejarahnya dikatakan merupakan salah satu yang
di dalamnya Islam telah mengukir sejarah peradabanya.
Sementara itu di Indonesia sendiri, bangsa ini ternyata konon merupakan
sebuah bangsa yang masyarakatnya hampir 95 % memeluk agama Islam. Bahkan di
disebutkan bahwa bangsa Indonesia merupakan Negara dengan agama Islam
terbanyak di dunia. Berangkat dari kenyataan tersebut kemudian yang menjadi salah
satu ketertarikan bagi penulis untuk menelaah lebih lanjut bagaimana sesunguhnya
posisi Islam politik di dua negara tersebut saat berada di bawah kepemimpinan
Mustaf Kamal di Turki dan Sukarno di Indonesia.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mengungkap dari apa yang menjadi persoalan tersebut di atas dengan
jelas serta lugas dan demikian juga supaya tidak melebar kemanan-mana, maka dalam
penulisan skripsi ini penlis akan memberikan batasan-batasan yang selanjutnya akan
merumuskan masalah yang menjadi pokak persoalan yang akan di telaah pada
penulisan skripsi ini. Yaitu telaah penulisan dalam skripsi ini hanya mencakup Turki
di bawah kepemimpinan Mustafa Kamal dan Indonesia di bawah kepemimpinan
Sukarno. Dengan perumusan masalah sebagai berikut;
Bagaimana sesungguhnya posisi Islam politik di Turki saat Negara ini berada
di bawah kepimpinan sekuler Mustafa Kamal. Demikian juga di Indonesia di bawah
kepemimpinan Sukarno. Kemudian adakah perbedaan ataupun kesamaan seputar
keadaan dan posisi Islam politik di Turki dan Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Bagi penulis, setidaknya ada dua tujuan dalam penulisan skripsi ini. Pertama,
yaitu tujuan secara umum, dan yang kedua tujuan secara khusus. Adapun tujuan
secara umum yaitu sebagai berikut:
1. Berusaha untuk melihat bagaimana sesungguhnya posisi Islam politik pasca
keruntuhan kekhalifahan Usmani di Turki. Demikian juga posisi Islam politik
pasca kemerdekaan di Indonesia.
2. Bagaimana sikap dan perlakuan Mustafa kamal di dalam melihat posisi islam
politik yang ada pada saat itu. Serta sejauh mana dampaknya terhadap Islam.
Demikian juga di Indonesia pada saat kepemimpinan Sukarno
3. Melihat letak perbedaan dari pola ke dua tokoh tersebut hubungannya dengan
sikap, pandangan dan perlakuannya terhadap islam politik
Selanjutnya tujuan secara umum dalam penulisan skripsi ini tidak lain untuk
memenuhi salah satu tugas akhir bagi penulis sendiri dalam rangkah guna
memperoleh gelar sarjana starata satu (S-1) di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metode Penelitian
Dalam membahas skripsi ini, penulis akan menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research), yaitu penulis berusaha semaksimal mungkin
mengumpulkan data dan informasi melalui literatur-literatur kepustakaan, majalah,
artikel maupun juga dari sumber apapun termasuk juga website yang ada kaitannya
dengan apa yang menjadi pokok penelitian di dalam penulisan skripsi ini.
Sementara itu dalam penganalisaan atas data yang nantinya sudah di
peroleh, penulis menggunakan metode analisa komparatif. Selanjutnya tehnik di
dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada buku pedoman akademik Fak.
Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005-2006.
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke
dalam lima bab, yang tiap bab-nya terdiri dari sub bab:
Adapun pada bab yang ke-I, yaitu berisikan Pendahuluan, dengan meliputi
sub sub pembahasan, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
metode penulisan, manfaat/tujuan penulisan, dan Sistematika penulisan.
Pada bab ke-II, skripsi akan membahas secara singkat seputar biografi
mustafa kamal dan sukarno, dengan sub pembahasan. Biografi singkat mustafa
kamal. Yaitu, masa kecil dan riwayat pendidikan, karir di dunia meliter dan politik
dan menjadi bapak turki. Kedua, biografi singkat sukarno, dengan meliputi; pada
masa kecil, riwayat pendidikan, karir di dunia politik serta sebagai bapak proklamator
bagi kemerdekaan bangsa Indonesia
Kemudian pada bab yang ke-III, yaitu akan membahas tentang Islam politik
dan sejarahnya di Turki dan Indonesia, yang terdiri dari beberapa sub pembahasan.
Pertama, Pengertian Islam Politik. Kedua, Sejarah Islam Politik Turki yang meliputi,
pada masa Turki Usmani, Keruntuhan Khilafah Turki Usmani, dan status baru negara
Turki; dari Khilafah ke republik. Ketiga, yaitu Sejarah Islam Politik Indonesia dengan
cakupan. Indonesia pada zaman Kolonial, pra kemerdekaan, menjelang kemerdekaan
sampai awal Kemerdekaan, dan di lanjutkan kemudian dengan lahirnya razim Orde
Lama
Sementara pada bab yang ke-IV, penulis akan membahas tentang posisi dan
keadaan Islam politik Turki dan Indonesia di bawah kepemimpinan Mustafa Kamal
dan Sukarno dengan sub pembahasan. Pertama, pengertian sekular. Kedua,
sekularisasi versi Mustafa Kamal Attaruk dan Sukarno. Ketiga, posisi Islam politik
Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kamal Ataturk dan yang Ke-empat yaitu
posisi Islam politik Indonesia di bawah kepemimpinan Sukarno
Selanjutnya pada bab yang ke-V yaitu penutup yang berisikan saran-saran dan
kesimpulan
BAB II
BIOGRAFI SINGKAT MUSTAFA KAMAL ATATÜRK
DAN SUKARNO
A. Mustafa Kamal
1. Masa Kecil dan Riwayat Pendi dikan
Nama Mustafa Kamal, khususnya di mata rakyat Turki nampaknya memang
memiliki tempat tersendiri yang sulit terhapuskan begitu saja. Dialah yang sudah
mengubah Turki dari system kesultanan ke system ala Barat. Mustafa Kamal lahir
pada tahun 1881, di Selânik Ottoman13,
Mustafa kecil sebagai seorang anak pegawai kecil yang kemudian menurut
ceritanya, sang ayah beralih profesi menjadi pedagang kayu. Sesuai dengan kebiasaan
Turki pada waktu itu, ia dinamai Mustafa saja. Ayahnya sendiri, Ali Rıza Efendi,
meninggal dunia saat Mustafa baru berusia tujuh tahun. Karena itu, Mustafa kecil
kemudian dibesarkan oleh ibunya Zübeyde Hanım.
Saat usianya telah mencapai 12 tahunan, Mustafa masuk ke sekolah militer di
Selânik dan Manastır14, kedua-duanya pusat nasionalisme Yunani yang anti-Turki.
Mustafa belajar di sekolah menengah militer di Selânik, di sana namanya
ditambahkan dengan nama Kemal "kesempurnaan" oleh guru matematikanya sebagai
pengakuan atas kecerdasan yang di miiliki olehnya.
13
14
Kini Thessaloniki di Yunani
Kini Bitola
Mustafa Kemal masuk ke akademi militer di Manastır pada 1895. kemudian
Ia lulus dengan pangkat letnan pada 1905 dan ditempatkan di Damaskus.
Di sinilah ia segera bergabung dengan sebuah kelompok rahasia kecil yang
terdiri dari perwira-perwira yang menginginkan pembaruan, yang dinamai Vatan ve
Hürriyet yang berarti tanah air dan kemerdekaan, kelompk ini kemudian menjadi
penentang aktif rezim Ottoman, dan pada tahun 1907 ia ditempatkan di Selânik dan
bergabung dengan Komite Kesatuan dan Kemajuan yang biasa disebut sebagai
kelompok Turki Muda.
Pada 1908 kaum Turki Muda merebut kekuasaan dari Sultan Abdul Hamid II,
dan Mustafa Kemal menjadi tokoh militer senior. Pada 1911, ia pergi ke provinsi
Libya untuk ikut serta dalam melawan invasi Italia. Pada bagian pertama dari Perang
Balkan Mustafa Kemal terdampar di Libya dan tidak dapat ikut serta, tetapi pada Juli
1913 ia kembali ke Istanbul dan diangkat menjadi komandan pertahanan Ottoman di
wilayah Çanakkale di pantai Trakya (Thrace). Kemudian pada 1914 ia diangkat
menjadi atase militer di Sofia,
2. Karir di Dunia Meliter dan Politik
Mustafa Kemal mengenal dunia politik melalui temannya Ali Feti. Temannya
ini mendorongnya untuk memperkuat dan memperdalam tentang bahasa Perancis,
sehingga ia dapat membaca karangan filosof-filosof perancis Perancis Rousseau,
Voltaire, Aguste Comte, Mostesquieu, dan lain-lain.
Pada saat itu, tantangan terhadap kekuasaan absolut Sultan Abdul Hamid
sedang marak. Mustofa Kemal sangat mendukung adanya gerakan-gerakan kritik
terhadap Sultan. Gerakan ini tidak hanya dilakukan oleh keum pelajar saja, namun
juga dari militer. Kemudian melihat suasana yang makin memanas yang terjadi di
Turki Mustafa Kemal-pun akhirnya melakukan satu inisiatif yaitu dengan membentuk
kelompok-kelompok penentang Sultan dengan mengadakan rapat-rapat gelap,
menerbitkan surat-surat kabar dengan tulisan tangan yang di sebarkan di kalangan
mereka sendiri15.
Setelah di penjara beberapa bulan, Mustafa Kemal memulai karirnya dibidang
kemiliteran. Ia ditugaskan untuk bergabung dengan pasukan kelima di Damaskus
unmtuk menumpas pemberontakan sekte Druzz.16 Sebagai catatan, bahwa latar
belakang kenapa kemudian muncul adanya pemberontakan di Turki pada saat itu,
seperti yang dilakukan oleh
sekte Druzz misalkan, hal itu terjadi karena
dilatarbelakangi oleh adanya keabsolutan dari Sultan sendiri.
Sementara kondisi politik semakin kacau, karena Sultan Abdul Hamid masih
berlaku absolut dan mementingkan kesejahteraan keluarga kerajaan. Seiring dengan
semakin terdesaknya Turki oleh serangan sekutu (Inggris, Perancis dan Rusia),
Mustafa Kemal bersama-sama dengan kawan-kawannya yang ada di Damaskus
15
Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Mustafa Kamal dan kawan-kawannya tersebut,
sampai kemudian ia pernah dipenjara selama beberapa bulan dan bahkan ia juga dengan temannya Ali
Fuad sempat pernah dibuang ke luar Istanbul yaitu ke Syuriah. (Lebih jelas lihat, Harun Nasution,
hal.144. lihat juga pada M. Syafi’I Anwar. hal. 86
16
Syafi’I Mughni, sejarah kebudayaan islam di Turki (Jakarta:Logos, 1997), hlm. 146
membentuk perkumpulan yang disebut Vatan (tanah air), yang bergerak membentuk
revolusi Turki. Namun rencananya gagal karena kondisi tidak mendukung untuk
menciptakan sebuah revolusi.
Pada tahun 1907, ia pindah ke Salonika dari Damaskus si sini sudah terbentuk
perkumpulan yang lebih luas fungsinya di bandingkan yang akan dibuat Mustafa
Kemal. Mustafa Kemal kemudian bergabung dalam perkumpulan persatuan dan
kemajuan (Ittihad ve Terekki). Perkumpulan ini dipimpin oleh tiga serangkai Enver
Pasya,17 Talat Pasya,18 dan Jemal Pasya19 tapi Mustafa Kemal tidak memiliki peranan
strategis di kelompok ini.
Di partai ini Mustafa Kemal sudah dikosentrasikan pada kegiatan politik yang
benar-benar cendrung pada revolusi Turki. Kekuatan tentara Khilafah sempat bentrok
dengan kekuatan Mustafa Kemal. Di satu sisi Khilafah ingin pemerintahan
perlementer dengan azaz demokrasi. Keinginan ini merupakan hasil dari lawatannya
ke Negara-negara Barat yang telah maju dan memiliki sistem pemerintahan
parlementer.
Mustafa Kemal tidak hanya berorganisasi saja, tapi ia lebih aktif di dunia
militer sebagai perwira yang memiliki jabatan tinggi. Jalur ini cukup membantu untuk
17
Enver Pasya adalah Perwira Tinggi Militer dan kemudian menjadi Atase Militer di Berlin
dan Menteri pertahanan.
18
Talat Pasya adalah Perwira Tinggi Militer yang pernah menjadi Sekretaris Jawatan Pos dan
Telegraf di Salonika dan selanjutnya menjadi Menteri Dalam Negeri dan kemudian Perdana Menteri.
19
Jemal Pasya adalah Perwira Tinggi Militer, pernah menjadi Panglima daerah Syiria,
Gubernur Militer Istanbul dan Menteri Angkatan Laut.
melakukan oposisi terhadap Sultan. Dan melalui jalur Militer ini pulalah ia kemudian
memperoleh dukungan dari Rakyat Turki untuk melancarkan oposisi.
Sementara Turki ketika itu mengalami kekalahan akibat serbuan sekutu yang
dilakukan oleh Yunani. Kemudian Mustafa Kemal, yang ketika itu menjadi panglima
perang seluruh angkatan dan diberi gelar Ghazi (pahlawan perang) oleh Dewan
Nasional Agung, akhirnya berhasil mengusir tentara Yunani dari Turki. Sejak itu
diadakan perjanjian perlentakan senjata yang ditanda tangani pada tanggal 11 oktober
1922. kemudian perjanjian berikutnya, yaitu perjanjian Laussanne pada tanggal 24
Juli 1923 dilaksanakan.
Lewat perjanjian ini pengakuan internasional terhadap kemerdekaan Turki
diperoleh.20 Hanya saja yang menjadi persoalan adalah reformasi di bidang politik.
Pada awal bulan Juli 1920, Mustafa Kemal telah mendirikan Nation Assemb’y
(Dewan Nasional) di Ankara. Pada saat pendiriannya ia mengatakan bahwa kenyataan
yang paling mendasar dalam praktek kenegaraan adalah kecendrungan populisme,
yaitu pemerintah yang kekuasaan, kedaulatan, kekuatan dan pemerintahan diberikan
langsung oleh rakyat. Hasilnya adalah Low of Fundamental Orgazation, 20 Januari
1921 yang merupakan kesepakatan Grand National Assembly. Dalam Assembly ini
dijelaskan bahwa yang menjadi penguasa adalah mereka yang menjadi perwakilan
rakyat.
20
Mukti Ali, OP. cit., hal. 82
Kesepakatan ini mendapat perlawanan dari pihak Sultan di Istanbul. Setelah
terjadi dialog antara kedua belah pihak, maka kesepakatan tentang kekuasaan rakyat
ditambahkan pernyataan bahwa format pemerintahan tetap dalam bentuk kesultanan
dan Khilafah tidak perlu dipertanyakan. Kesepakatan ini justru merupakan
kemenangan Mustafa Kemal dan kawan-kawannya. Ia mengusulkan agar kekuasaan
Sultan dan Khilafah di pisah dan pada 1 November 1922 kekuasaa Sultan
dihapuskan.21 Sedangkan Khilafah hanya memiliki kekuasaan keagamaan saja.
Kompromi ini dimaksudkan untuk menjaga merembetnya oposisi keagamaan ke
persoalan politik dan untuk mengakhiri otokrasi seorang sultan.
Kemudian Mustafa Kemal mendirikan Partai Rakyat pada tanggal 6 Desember
1922 dan ia mengundang seluruh kalangan terpelajar untuk berkomunikasi dengannya
secara langsung. Pada tanggal 16 April 1923 Dewan Nasional membubarkan diri dan
mempersiapkan pemilihan umum. Pada tanggal 11 Agustus 1923 Mustafa Kemal
terpilih menjadi Presiden Pertama.22 Menurut resolusi yang diambil Dewan Nasional
Turki diproklamasikan sebagai Republik pada tanggal 29 Oktober 1923.
3. Sebagai Bapak Turki
Salah satu tujuan utama yang diinginkan oleh Mustafa Kamal adalah ia ingin
memutuskan hubungan Turki dengan sejarahnya yang lalu supaya Turki dapat masuk
dalam peradaban Barat. Oleh karena itulah penghapusan keKhilafahan merupakan
21
Ibid,
22
Syafiq Mughni, OpS. Cit., hal. 148
agenda pertama yang dilaksanakan. Pada tanggal 1 November 1922 sebagaimana
yang di katakan diatas Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal
menghapuskan
keKhilafahan.
Selanjutnya
pada
tanggal
13
Oktober
1923
memindahkan pusat pemerintahan dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya Dewan
Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya
Negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai Presiden Republik
Turki.
Setelah meniadakan keKhilafahan, politik Kemalisme menghapuskan
lembaga-lembaga syariah, meskipun sebenarnya peranan lembaga ini sudah sangat
dibatasi oleh para pembaru Kerajaan Usmani. Bagi Kemalis, syariat adalah benteng
terakhir yang masih tersisa dari sistem keagamaan tradisional. Lebih lanjut lagi
Kemalis menutup sekolah-sekolah madrasah yang sudah ada sejak tahun 1300-an
sebagai suatu lembaga pendidikan Islam.
Oleh banyak rakyat Turki kemudian, atas jasa-jasa yang telah ia lakukan
kepada negara, maka kemudian Mustafa Kamal di sebut-sebut sebagai Sang Bapak
Turki. atau seorang yang telah membebaskan negara Turki dari suatu pemerintahan
KeKhilafahan, absolutisme, dan terbelakang
B. Sukarno
“Aku adalah putra seorang ibu Bali dari kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, berasal
dari kasta tinggi. Raja terakhir Singaraja adalah paman ibuku. Bapakku dari Jawa.
Nama lengkapnya adalah Raden Sukemi Sosrodihardjo. Raden adalah gelar
bangsawan yang berarti, Tuan. Bapak adalah keturunan Sultan Kediri. Apakah itu
kebetulan atau suatu pertanda bahwa aku dilahirkan dalam kelas yang memerintah,
akan tetapi apa pun kelahiranku atau suratan takdir, pengabdian bagi kemerdekaan
rakyatku bukan suatu keputusan tiba-tiba. Akulah ahli-warisnya.”23
Berikut secara singkat penulis akan menuturkan seputar sejarah Bung Karno,
sampai beliau berhasil mendeklarasikan kemerdekaan bangsa Indonesia, menjadikan
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
1. Masa Kecil dan Riwayat Pendidikan
Setelah satu kesaksian terbesar bangsa ini di abad ke-19 adalah dikarunianya
negeri ini dengan kelahiran seorang yang kelak amat berpengaruh bagi perjalanaan
bangsa dan negara. Ia kelak menjadi pemimpin besar yang mengantarkan Indonesia
keluar dari kegelapan, dalam cengkraman penjajah. Kemudian pada tanggal 06 juni
1901, tepatnya pukul 05.30, di Blitar
terlahir seorang bayi yang diberi nama
soekarno. Ida Ayu, nama sang ibu adalah kelahiran Bali dari kasta brahmana
keturunan bangsawan. Raja singaraja terakhir adalah paman Idayu. Raden Sukemi
Sosrodiharjo, nama sang ayah adalah keturunan sultan kediri24.
23
Pernyataan tersebut dinyatakan sendiri oleh bung Karno kepada penulis otobiografinya,
Cindy Adam. Putra sang fajar yang lahir di Blitar, 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi dan Ida
Ayu Nyoman Rai, diberi nama kecil, Koesno. Ir. Soekarno, 44 tahun kemudian, menguak fajar
kemerdekaan Indonesia setelah lebih dari tiga setengah abad ditindas oleh penjajah-penjajah asing
Soekarno hidup jauh dari orang tuanya di Blitar sejak duduk di bangku sekolah rakyat, indekos di
Surabaya sampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Ia tinggal di rumah Haji Oemar Said
Tjokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Jiwa nasionalismenya membara lantaran
sering menguping diskusi-diskusi politik saat ia tinggal di rumah Tjokroaminoto.
24
D. Lee, John, Sukarno, Sebuah Biografi Politik (Jakarta; 1996. Penerbit Pustaka Pelajar).
Kakek dan moyang Sukarno dari pihak ibu adalah pejuang-pejuang
kemerdekaan. Moyangnya gugur dalam perang Puputan, sebuah daerah di pantai
Utara Bali ketika melawan penjajah, dari pihak Bapak juga merupakan patriot-patriot
ulung. Nenek dari nenek Sukarno adalah pejuang putih di samping pahlawan besar
Diponegoro. Ia menunggang Kuda mendampingi dipenogoro hingga ajal menjemput
dalam perang jawa yang besar itu berkobar dari tahun 1825-1830
Sukemi harus kawin lari ketika hendak mengawini Ida Ayu. Pasalnya, Sukemi
yang Islam, sekalipun ia menjalankan Theosofi, untuk nikah secara Islam maka Ida
Ayu menganut agama Islam terlebih dahulu. Walhasil, mereka tak punya pilihan
kecuali harus mengizinkan pernikahan itu. Sukemi yang bekerja sebagai guru sekolah
rendah Gubernemen di Singaraja merasa tidak di sukai oleh orang Bali kemudian
mengajukan permohonan kepada Departemen Pengajaran untuk dipindahkan ke Jawa
Timur. Ketika bertugas di Jawa Timur inilah Putra Sang Pajar di lahirkan25.
Nama kelahiran Sukarno sebenaruya adalah Kusno. Kusno Kecil hidup
senatiasa hidup berpenyakitan. Ia pernah menderita sakit Malariya, disentri, bahkan
Typus, dan lain-lain. Bapaknya mengatakan bahwa kalau namanya kurang begitu
cocok, oleh karena itu harus diganti agar tidak sakit-sakitan kembali. Kemudian di
pilihlah dengan nama Karna, nama ini sendiri merupakan seorang pahlawan besar
dalam cerita Mahaberata. Dalam bahasa Jawa, huruf A menjadi O. Adapun awalan
SU berarti paling baik. Jadi Sukarno berarti pahlawan yang paling baik.
25
Hery Sucipto dalam, Menegakkan Indonesia; pemikiran dan Kontribusi 50 tokoh Bangsa
Berpengaruh.(Jakarta; 2004. penerbit Grafindo). Hal 151
Demikian kira-kira keinginan sang ayah, yang gandrung dengan seni
pewayangan. Kemudian seperti pengakuan Sukarno sendiri dalam Buku Bung Karno,
penyambung lidah rakyat yang ditulis Cindi Adams, masa kanak-kanaknya tidak beda
dengan David Copperfield26. Betapa tidak, Sukarno kecil yang hidup dan tumbuh
dalam kemiskinan, tak mempunyai sepatu, tak megenal sendok dan garpu, bahkan
mandi dengan air yang tak keluar dari kran. Sukarno juga memilki kakak perempuan,
Sukarmini, dua tahun lebih tua. Sukemi yang berpenghasilan F 25 sebulan harus
dikurangi F 15 untuk sewa rumah di jalan pahlawan 88.
Ketika berumur enam tahun keluarga Sukarno pinda ke Mojokerto. Mereka
tinggal didaerah yang melarat dan kondisi teteangga yang tak berbeda dengan
keadaan itu sendiri. Keluarga sukarno hampir tidak bisa makan satu kali dalam sehari.
Yang terbanyak mereka makan Ubi Kayu, Jagung Tumbuk dengan makanan lain.
bahkan Idayu tidak mampu membeli beras murah, melainkan hanya membeli padi.
Setiap pagi ia mesti menumbuk kabah itu hingga menjadi buliran beras.
Dengan cara itu ia dapat menghemat uang satu sen yang dapat dibelikan Sayuran.
Sejak hal itu selama beberapa tahun sebelum kesekulah Sukarno Kecil harus
membantu Ibu menumbuk padi.
Setelah lulus dari sekolah rendah belanda, Ayahnya menggunakan pengaruh
kawan-kawannya untuk memasukkan Sukarno ke sekolah menengah tertinggi di Jawa
Timur, yaitu Hogere Burger School. (HBS) di Surabaya. Kala itu Usianya baru lima
26
Hary Sucipto, hal 153
belas tahun dan ia-pun lantas tinggal di rumah HOS Cokroaminoto, orang yang kelak
akan mengubah seluruh kehidupannya.
Cokroaminoto berumur tiga puluh tiga tahun ketika Sukarno datang ke
Surabaya. Dia seorang tokoh yang berdaya cipta dan cita-cita tinggi, seorang pejuang
yang mencintai tumpah darahnya. Kepadanya Sukarno belajar banyak hal bahkan
mendapatkan banyak buku dan barang berharga lainnya. Bukan hanya itu, ia bahkan
banyak belajar dan akhirnya ikut berdiskusi dengan tokoh-tokoh lain yang sering
datang ke tokoh ini.
Bagi
Sukarno,
selama
tinggal
di
Surabaya,
bukanlah
masa
yang
menyenangkan. Ia terlalu serius dan tidak mengikuti kesenangan seperti yang dialami
anak-anak sekolah lainnya. Ia senantiasa belajar, membaca, dan membaca buku. Ia
asik mengejar ilmu pengetahuan disamping belajar sekolah.
Sebuah perpustakaan besar di kota itupun tak pernah dilewatkannya. Ia
menyelam kedalam dunia ini dan bertemu dengan banyak orang besar. Menyamakan
buah pikirannya dengan mereka, dan menjadikan cita-cita mereka sebagai pendirian
dasarnya. Ia secara mintal berbicara dengan Thomas Jefferson, dekat dan bersahabat
dengannya. Sebab ia bercerita kepada Sukarno tentang declaration of indevendence
yang di tulisnya pada tahun 1776. bahkan melakukan hal yang sama juga dengan para
pemikir besar dunia lainnnya.
Ketika itu usia Sukarno enam belas tahun, saat anak sang Pajar ini memulai
persembahan hidupnya. Ia mendirikan perkumpulan politik yang pertama bernama
Tri koro Darmo, berarti tiga tujuan suci dan melambangkan kemerdekaan politik,
ekonomi, dan sosial. Sementara itu, di sekolahnya HBS yang mempunyai tiga ratus
siswa dan hanya dua puluh diantaranya orang Indonesia, meski berotak cemerlang ia
sebagai Inlander selalu di pandang negatif oleh kawan-kawan Belanda.
Usia Sukarno dua puluh satu tahun ketika Bu Tjokroaminoto meninggal
dunia. Kondisi itu membuat HOS Tjokroaminoto bersedih bila mengingat putrinya
Utari yang tak beribu lagi. Siapa yang akan menjaga dan mengasihinya. Seorang
saudara Tjokroaminoto lantas meminta Sukarno agar bersedia menikahi Utari.
Sukarno-pun kian dekat dengan Tjokroaminoto dan selalu menyertainya bila
ia datang keacara rapat atau menjadi pembicara. Suatu ketika Sukarno harus
mengganiikan Tjokroaminoto yang berhalangan hadir pada sebuah acara. Inilah awal
Sukarno mulai tampak benih-benih kehebatannya dalam berpidato.
Hari-hari berikutnya-pun lebih banyak lagi menyerap persoalan politik di
rumah Tjokroaminoto ini. Ia menyebutnya sebagai dapur nasionalisme. Kala itu, ia
juga telah di tunjuk menjadi skretaris Jong Java dan tak lama kemudian menjadi
ketuanya.
2. Karir di Dunia Politik dan Beberapa Karyanya
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atras bahwa Soekarno pada
akhirnyapun pindah ke Bandung, melanjutkan pendidikan tinggi di THS (Technische
Hooge-School), Sekolah Teknik Tinggi yang kemudian hari menjadi ITB, meraih
gelar insinyur, 25 Mei 1926. Semasa kuliah di Bandung, Soekarno, menemukan
jodoh yang lain, menikah dengan Inggit Ganarsih pada tahun 192327.
Soekarno muda, yang kemudian lebih akrab dipanggil dengan nama Bung
Karno untuk menunjang karir perjalanan politiknya akhirnya berinisiatif untuk
mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia), 4 Juni 1927. dengan tujuan utamanya
yaitu, mendirikan negara Indonesia Merdeka..
Sekali lagi itulah Soekarno, yang tidak hanya ulung dalam hal politik, namun
juga ia merupakan seorang cendekiawan yang meninggalkan ratusan karya tulis dan
beberapa naskah drama yang mungkin hanya pernah dipentaskan di Ende, Flores.
Kumpulan tulisannya sudah diterbitkan dengan judul Dibawah Bendera Revolusi, dua
jilid. Dari buku setebal kira-kira 630 halaman tersebut, tulisan pertamanya (1926),
berjudul, Nasionalisme, Islamisme, dan Marxism, bagian paling menarik untuk
memahami gelora muda Bung Karno.
3. Sebagai Bapak Proklamator
Pada tahun 1942, tentara pendudukan Belanda di Indonesia menyerah pada
Jepang. Penindasan yang dilakukan tentara pendudukan selama tiga tahun jauh lebih
kejam. Di balik itu, Jepang sendiri sudah mengimingi kemerdekaan bagi
Indonesia. Penyerahan diri Jepang setelah dua kota utamanya, Nagasaki dan
Hiroshima, dibom atom oleh tentara Sekutu, tanggal 6 Agustus 1945, membuka
27
Dalam Majalah Tokoh Indonesia Edisi 24 tahun 2005
cakrawala baru bagi para pejuang Indonesia. Mereka, tidak perlu menunggu, tetapi
merebut kemerdekaan dari Jepang.
Setelah persiapan yang cukup panjang, dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs
Muhammad Hatta, mereka memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanggal 17
Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 5228. Kemudian semenjak hari itu
juga bangsa kita sudah resmi menjadi sebuah bangsa yang merdeka. Satu hari
kemudian dalam satu musyawarah yang diadakan oleh panitia persiapan untuk
kemerdekaan Indonesia telah memilih Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta
secara resmi ditetapkan sebagai presiden pertama bagi bangsa kita.
28
Sekarang Jalan tersebut telah berubah nama menjadi Jalan. Proklamasi
BAB III
PENGERTIAN ISLAM POLITIK DAN SEJARAHNYA
DI TURKI DAN INDONESIA
A. Pengertian Islam Politik
Seperti kita tahu, dalam al-quran sendiri nampak banyak istilah yang ada
hubungan dengan negara seperti istlah Syura, hizb, tauhid dan lain sebagainya yang
hal tersebut kemudian oleh para pemikir Islam politik banyak diartikan kedalam
kontek politik modern, yaitu demokrasi, partai politik, masyarakat tanpa kelas, kelas
sosial, dan seterusnya.
Kenapa hal itu sampai bisa terjadi? Kemungkinan besarnya hal ini dilatar
belakangi oleh adanya imiej tentang kesempurnaan daripada ajaran Islam itu sendiri.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Dawan Raharjo bahwa Dalam
persepsi gerakan Islam, khususnya dalam konsepsi dakwah Islam, Islam diyakini
sebagai sebuah agama yang sempurna. Kesempurnaaan itu diyakini, dinyatakan oleh
Tuhan sendiri dari penafsiran terhadap suatu ayat yang berbunyi: “Hari ini telah
kusempurnakan bagimu agamamu”
Kemudian kesempurnaan ini diartikan antara lain: Islam memuat ajaran atau
tuntutan hidup di segala bidang, sedari yang umum sampai kepada yang cukup detail,
yang termuat dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Ajaran itu sesuai untuk segala
tempat dan zaman. Karena itu, Islam sebagai agama tidak memerlukan tambahan.
Setiap tambahan akan berarti bid’ah yang harus ditolak. Dan karena konsep
keagamaan itu dalam kenyataannya berkembang, maka timbul gerakan purifikasi
“Kembali kepada al-Qur’an dan Hadist”29.
Dengan demikian, maka Islam adalah sebuah ajaran yang self-sufficient. Tidak
memerlukan tambahan atau perkembangan apapun, misalnya wacana filsafat.
Kenyataan historis memperlihatkan bahwa ilmuwan dan ulama Islam mempelajari
berbagai filsafat yang pernah tumbuh, misalnya filsafat Yunani. Bahkan teologi Islam
dinilai telah dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran filsafat, bahkan mengembangkan
berbagai pemikiran filsafat.
Sebagai agama yang paling sempurna, maka Islam adalah satu-satunya agama
yang benar. Agama selain Islam dianggap tidak benar atau sesat. Islamlah satusatunya jalan keselamatan. Keyakinan seperti ini sebenarnya umum berlaku, terutama
pada agama Kristen Katholik yang tidak mengakui kebenaran dan keselamatan di luar
keyakinan Kristiani. Dengan rumusan yang lebih khusus, “tiada jalan keselamatan
diluar jalan Yesus”. Sebagai ideologi, maka Islam dipersepsikan sebagai ajaran yang
mencakup “agama dan negara” (al-din wa al-daulah).
Dengan perkataan lain, Islam mencakup agama dan politik. Dalam gerakan
Islam, mendirikan suatu negara adalah suatu kewajiban dan sekaligus tujuan dari
gerakan. Pandangan ini pernah dibantah oleh Syaikh Ali Abdul Razik yang
29
. Olivier Roy, The Failure of political Islam. Yang telah di terjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan judul, Gagalnya Islam Politik (Jakarta:1996. Penerbit PT. Serambi Ilmu Semesta.
Cet ke-1). Hal, 48-49
berpendapat, bahwa Islam adalah suatu agama dan tidak memiliki konsep atau
petunjuk kongkret dan operasional mengenai negara. Tapi diakui, bahwa Negara
adalah sebuah kebutuhan bagi kaum Muslim. Tapi tidak berarti bahwa negara yang
didirikan oleh kaum Muslim itu adalah “Negara Islam”, yaitu sebuah konsep yang
punya sanksi keagamaan.
Dengan perkataan lain, negara adalah urusan keduniaan masyarakat Muslim
sendiri dan bukan merupakan perintah agama yang harus diikuti.Sebagai suatu
agama, Islam adalah satu, dan umat Islam merupakan suatu kesatuan yang utuh,
sesuai dengan istilah al-Qur’an “al-ummat al-wahidah”. Dalam arti ini, tidak ada
Islam-Islam liberal, fundamentalis, tradisionalis dan semacamnya.
Sementara literatur politik modern, Islam politik dan Islamisme digunakan
dengan arti sama. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan Istilah Islam politik seperti
didefinisikan Graham E. Fuller30,
“one who believes that Islam as a body of faith has something
important to say about how politics and society should be ordered in the
contemporary Muslim world and who seeks to implement this idea in some
fashion.” 31
Penulis menggunakan definisi ini selain karena netral dan tidak pejorative,
juga karena mencakup spektrum ekspresi Islam politik yang beragam, dari radikal ke
moderat, kekerasan ke perdamaian, otoriter ke demokrat, dan tradisionalis ke modern.
30
31
Graham E. Fuller, The Future of Political Islam, hlm. xi
. Artinya yaitu
Penulis juga sengaja memilih istilah “Islam politik”, bukan “Islam
fundamentalis,” walaupun keduanya seringkali digunakan secara bergantian. Dari
perspektif perbandingan antara gerakan-gerakan konservatif Kristen, Yahudi, Islam,
dan Hindu, istilah “fundamentalisme” ini sangat problematik32.
Karena ia berakar dalam pengalaman khas Protestan di mana premis teologis
dasarnya adalah bahwa Bibel merupakan firman Tuhan yang sebenarnya dan harus
dipahami secara literal. Dalam pengertian ini, kiranya kurang tepat berbicara tentang
Islam fundamentalis, karena salah satu elemen mendasar keyakinan kaum Muslim
adalah bahwa al-Qur’an merupakan firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad melalui malaikat Jibril.
Tradisi Islam memberikan perhatian besar bagaimana kaum Muslim
seharusnya memahami al-Qur’an – ayat mana yang bisa dipahami secara literal dan
ayat mana yang begitu kompleks sehingga membutuhkan bentuk penafsiran alegoris
atau lainnya. Tetapi, asal-usul teks yang bersifat Ilahi tidak pernah dipersoalkan33.
Ada
aspek
lain
mengapa
istilah
“fundamentalisme”
kurang
tepat.
“Fundamentalisme” mengandaikan restorasi bentuk agama yang murni dan otentik,
bersih dari distorsi dan campuran sejarah, serta deviasi-deviasi kaum modernis.
32
Sebagai catatan penjelas, kenapa kemudian penulis menggunakan istilah “Islam Politik”
tapi bukan “Politik Islam” menurut pandangan penulis antara kedua istilah tersebut sudah barang tentu
tidak sama maknanya. Islam politik, sebagaimana yang telah dikatakan diatas, yaitu Islam sebagai alat
untuk memperoleh kekuasaan, dan sementara politik Islam sendiri, justru merupakan kebalikannya.
Artinya, bahwa Islam memang memiliki politik atau dalam Islam memang ada politik, salah satu
contoh, sebagaimana yang dulu nabi pernah menerapkannya.
33
Joel Beinin dan Joe Stork, “On the Modernity, Historical Specificity, and International
Context of Political Islam,” dalam Joel Beinin dan Joe Stork (eds.), Political Islam, hlm. 3
Mereka menyerukan untuk kembali ke Islam model awal, sebagaimana dipraktikkan
Nabi dan kaum salaf. Dalam konteks ini, tentu salah besar jika kita
mengkonseptualisasi gerakan Islam politik sebagai upaya merestorasi bentuk Islam
“orisinal.”
Sebaliknya,
mereka
hendak
merevitalisasi
dan
mere-Islamisasi
masyarakat-masyarakat Muslim modern.
Penulis juga menyebut gerakan tersebut sebagai “Islam politik”, mengingat
bila kita mau mencermati dengan baik terhadap perhatian-perhatian utama mereka tak
lain menyangkut urusan duniawi dan politik. Mereka menggunakan al-Qur’an, hadis,
dan argumen keagamaan lain untuk menjustifikasi sikap dan aksi politik mereka.
Dengan kata lain, para pemikir dan aktivis Islam politik mutakhir menggunakan
elemen-elemen tradisi Islam yang mereka pilih untuk dikombinasikan dengan ide-ide,
teknik, institusi, dan komoditas masa kini. Kalangan Islam politik tidak menolak
modernitas
secara
tidak
kritis,
melainkan
hendak
mereformulasinya
dan
meregulasinya dengan menggunakan terma-terma diskursif dari warisan Islam34.
Dalam konteks ini, Emmanuel Sivan benar ketika menyebut mereka
“medieval theology and modern politics”35. Sebab, kendati wacana agama “otentik”,
“murni”, “salaf”, begitu dominan dalam mendefinisikan identitas Islam mereka,
namun mereka menggunakan fasilitas dan instrumen modern yang mewujudkannya,
misalnya mendirikan partai dan ikut Pemilu.
34
Sami Zubaida, “Religion, the State, and Democracy: Contrasting Conceptions of Society in
Egypt,” dalam Beinin dan Joe Stork (eds.), Political Islam, hlm. 51-63
35
Emmanuel Sivan, Radical Islam: Medieval Theology and Modern Politics. New Haven:
Yale University Press, 1985
Dalam konteks model politik, misalnya, mereka mengagendakan negara Islam
yang didirikan Nabi dan Khulafa Rasyidin. Memang, agenda ini segera memunculkan
kontradiksi dalam dirinya. Bagaimana model negara syari’at Nabi yang didirikan
dalam masyarakat kesukuan (tribal societies) hendak diusung melalui metode modern
dalam wilayah negara-bangsa (nation state)?
Masih hubungannya dengan pengertian Islam Politik, M. Rusli Karim dengan
mengutip pendapat dari Syamsuddin36 juga mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan Islam politik yaitu sebuah pencerminan dari ajaran Islam mengenai politik –
hubungan manusia dengan kekuasaan yang diilhami oleh adanya petunjuk dari
Tuhan, yang tentunya disini telah tercampuri dengan adanya kepentingan manusia37
Dengan kata lainnya, bahwa antara agama, syariah dengan negara menurut
paham ini bisa dikatakan nyaris tidak boleh dipisahkan. Bahkan seorang seperti Imam
Syafii-pun mengatakan, “…Tidak ada politik kecuali ia sesuai dengan syara’ –
undang-undang Islam”38 Tentu saja pandangan serta pemahaman tentang Islam
politik dari banyak pakar Islam banyak yang berbeda, akan tetapi penulis pikir pada
intinya sama. Yaitu, mencoba untuk menghubungkan antara kekuasaan negara
dengan agama.
36
M. Rusli Karim dalam bukunya, Negara dan Peminggiran Islam Politik; Suatu kajian
mengenai Implikasi kebijakan pembangunan bagi keberadaan “Islam Politik”di Indonesia Era 1970an san 1980-an.( Jakarta; 1999. Penerbit PT. Tiara Wacana Yogya). Hal, 02.
37
38
Dalam Syamsuddin, hal 34
Shafi L. Dalam, Al-Aqidah wal Syasah. Harndon: The Internasional Institute of Islamic
Thought. Terbit tahun 1996
Intisari dari al-Qur’an sendiri setidaknya ada dua ajaran yang terkandung
didalamnya yaitu, Akidah dan Syari’ah. Yang antara keduanya berhubungan. Artinya,
tidak ada Akidah kalau tidak ada Syariah, begitupun sebaliknya. Dari pemahaman
Syariah di sini, banyak para pemikir Islam pada akhirnya memperoleh satu
instrument yang melatar belakangi kenapa misalkan antara kekuasaan yang ada di
dunia harus tidak boleh terpisahkan39. Demikianlah kira-kira secara umum apa yang
di maksud dengan pengertian Islam Politik itu.
B. Sejarah Islam Politik Turki
Nama Turki nampaknya memang menjadi salah satu hal penting untuk kita
ketahui. Bagaimana latar belakang sejarahnya, lebih-lebih apabila kita ingin
mengadakan riset tentang khazanah ke-ls. Bangsa Turki sebagaimana dalam sejarah
dikatakan merupakan salah satu bangsa yang dulunya kebudayaan dan peradabannya
adalah penuh dengan nuansa yang Islami namun kemudian sudah mengalami
perubahan yang sangat luar biasa.
Kemudian sudah barang tentu juga kitapun lagi-lagi tidak mungkin bisa
melupakan abad-abad sebelum negara ini berubah system kekuasaan – dari system
39
Menurut Musa, M.Y. dalam bukunya, Nidzam al-Hukmi fi al-Islam. (Kahirah;1963.
Penerbit Dar al-Katib al-Arabi Littaba’ah wa al-Nasyr). Sebagaimana yang di kutip oleh M. Rusli
Karim dalam bukunya, Negara dan Peminggiran Islam Politik; Suatu kajian mengenai Implikasi
kebijakan pembangunan bagi keberadaan “Islam Politik”di Indonesia Era 1970-an san 1980-an.
Mengatakan, bahwa Akidah-lah yang menghubungkan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ia
tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan Syari’at juga menghubungkan manusia
dengan Tuhan-nya. Yang biasa disebut dengan Ibadah. Hubungan antara sesama manusia di sebut
Mua’amalah, sedangkan hubungannya antara yang di perintah dengan yang memerintah di sebutat
dengan Siyasah.
ke-Sultanan
sampai
kepada
bentuk
sebuah
republik.
Katakanlah
ketika
Konstantinopel menjadi salah satu pusat peradaban dunia, atau kejayaan Kekaisaran
Ottoman yang menjadi bukti kejayaan peradaban Islam pada abad ke-15 sampai abad
ke-19. Dari sisi sejarah, Turki bukan hanya Konstantinopel dan Ottoman. Wilayahnya
yang strategis – di antara Benua Eropa dan Benua Asia, di antara laut Mediterania
dan Laut Hitam – juga penuh dengan berbagai peninggalan umat manusia pada masa
sebelum Masehi. Tempat ini juga menjadi saksi luasnya kekuasaan raja-raja Romawi
hingga masa kejayaan Byzantium.
Turki yang sekarang mempunyai keistimewaan tersendiri. Gaya hidup modern
yang telah dijalani warganya sejak Mustafa Kemal Attaturk memerdekakan Turki
dari upaya pendudukan oleh Yunani (1920- 1922) semakin diperkuat dengan orientasi
negara itu untuk semakin menyatukan diri dengan Eropa. Padahal, 97 persen wilayah
negara itu—yang luas seluruhnya 788.695 km persegi—berada di Benua Asia dan
hanya tiga persen sisanya yang masuk ke Eropa.
Upaya Turki menyatukan diri dengan Eropa ketimbang Asia sudah dimulai
sejak masa Kekaisaran Ottoman. Pada saat itu, dalam upaya lebih menyebarluaskan
ajaran Islam, negara-negara Eropa, khususnya di sekitar Balkan, adalah tujuan utama
mereka karena negara-negara Asia lain di sekitar Kekaisaran Ottoman semuanya
sudah menganut ajaran Islam.
"Pada masa itu, Bulgaria, Armenia, Azerbaijan, dan seluruh wilayah Balkan ada
di bawah Ottoman. Itulah yang membuat kami sampai sekarang lebih banyak bergaul
dengan Eropa ketimbang Asia," ungkap Ketua Departemen Direktorat Jenderal
Afrika dan Asia Timur, Kementerian Luar Negeri Turki, M Raif Karaca, ketika
ditemui di Ankara40.
Kenyataan pada masa Ottoman itu semakin dikokohkan oleh Kemal Attaturk
yang sangat dihormati sebagai Bapak Turki. Ketika itu dia memang sudah
mencanangkan untuk membangun Turki sejaya dan sederajat dengan negara-negara
Eropa. Orientasi ke Eropa itulah yang antara lain mendasari keputusan menjadikan
Turki sebagai negara sekuler, yang benar-benar memisahkan agama dari kehidupan
bernegara.
1. Pada Masa Turki Usmani
Sejarah negara Turki Usmani merupakan salah satu suku kecil dari keseluruhan
suku-suku bangsa Turki yang dikenal sebagai Bangsa Turki yang menurut sejarahnya
juga masuk ke Asia Kecil semenjak abad ke sebelas yang lalu. Bangsa ini adalah
pemimpin-pemimpin yang terus-menerus berjuang menentang Byzantium, terutama
setelah mereka bergerak ke barat laut Anatolia di abad ke-13. Pengikut-pengikutnya
direputasikan sebagai ghazi atau lebih mudah dikenali sebagai parajurit yang
berjuang memerangi Kristian kerana jihad untuk menegakkan Islam. Di sinilah
wujudnya pasukan atau kerajaan Usmaniyah, yang menampung kerajaan-kerajaan
kecil bangsa Turki yang ada pada saat itu.
40
.Syamsuddin Arif, PhD, dalam hidayatullah.com, Kamis, 31 Agustus 2006
Sekitar
tahun
135741
mereka
menyeberangi
Dardenalles
menuju
ke
semenanjung Gallipoli dan sebelum akhir abad ke-14 mereka telah menduduki
beberapa kawasan dibawah kerajaan Byzantine42, yang kemudian jatuh ke tangan
kerajaan Turki Usmani pada tahun 145343. kemudian pada tahun 1526 sebagian besar
wilayah Hungary nampaknya juga sudah mulai di kekuasaan oleh kerajaan Usmaniah.
Ada beberapa faktor mengapa kemudian kerajaan ini berhasil menaklukkan
berbagai wilayah yang ada pada saat itu. Salah satunya yaitu kuatnya prajurit, dan
terutama sekali dari angkatan lautnya yang handal di Lautan Tengah.
Turki Usmani juga melanjutkan peluasan kekuasanya ke arah tenggara,seperti
Iraq dan bagian-bagian wilayah Arab yg lainnya. Sampai-sampai bangsa Eropa Barat,
menanggapi kemajuan dalam memperluas wilayah kekuasan yang didapat oleh
kerajaan Turki Usmani sebagai sebuah keganasan Islam. Hingga rumur yang
berkembang kemudian telah menganggap bahwa Islam itu merupakan agama yang
sangat kejam dan agama yang dilekatkan atau di simbolkan dengan pedang yang
menakutkan.
Dalam perkembangan selanjutnya, karakteristik pasukan ini nampaknya tidak
perlu di ragukan kembali, terlebih pada saat pemerintahan Sultan Muhammad II.
Begitu sangat kuatnya mereka. Jadi tidak heran bila kekuasaan yang mereka miliki
41
Di kutip dari, http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_Turki
42
Dalam hal ini termasuk juga Yunani dan Bulgaria. Constantinople yang kemudian berubah
nama menjadi Istanbul
43
Hermawati dalam, Kronik Dua Abad Pembaharuan di Turki.(Jurnal Agama & Budaya Vol.
XVII No. 1, 2000
sangat luas sekali. Yaitu dari Afrika Utara di barat daya dan Parsi di sebelah timur.
Kemudian saat Perang Chaldiran, di sebelah timur Anatolia44 tahun 1514, pasukan
Turki Usmani
di bawah kepimpinan Sultan Salim I juga berhasil mengalahkan
pasukan Parsi.
Sultan Sulaiman I, sebagaimana menurut Abdullah Ahmed An-Na’im45 setelah
naik tahta pada tahun 1518, juga menjadi pemimpin pasukan tertinggi di Balkan, dan
dibawah orang inilah pasukan Turki Usmani mendapat kemenangan hingga mampu
menguasai Belgrade, Hungary, dan Vienna pada tahun 1529. Dari sini menurut
penulis bisa di lihat, betapa sangat kuatnya pasukan Turki Usmani pada saat itu.
Sepertinya sejarah tidak terus-terusan berpihak terhadap kekuasaan Turki
Usmani, terbukti kekuasaan yang sebelumnya kuat, tiba-tiba berlahan, namun pasti
mengalami penurunan atau mengalami kelemahan. Ada beberapa faktor mengapa hal
tersebut sampai terjadi, salah satunya yaitu adanya perebutan kekuasaan yang terjadi,
demikian juga munculnya berbagai kerusuhan yang terjadi kira-kira pada tahun 1566
hingga kegagalan mereka saat menyerang Vienna pada tahun 168346.
2. Keruntuhan Khalifah Turki Usmani
Sebagaimana yang disinggung sekilas diatas tentang penyerangan pasukan
Turki Usmani ke Viena, pada perang ini nampaknya banyak sekali pasukan Usmani
44
45
Sekarang di barat Tabriz, Turki
Abdullah Ahmed An-Na’m, “Masa Depan Syariah:Sekularisme dalam Perspektif Islam”
(Sebuah makalah)
46
yang gugur. Demikian juga saat menantang Parsi, Persekutuan Poland-Lithuania,
Rusia, Austria-Hungary, dan perang Rusia-Turki. Dari kesemua perang yang pernah
terjadi di Turki Usmani, menurut para penulis sejarah Turki sampai memakan waktu
241 tahun dan itu berarti lebih lama daripada Perang Seratus Tahun antara England
dan Perancis47.
Kemudian juga antara tahun 1839 dan 1876, reformasi dilaksanakan. Semasa
zaman ini pasukan modern galakkan. Demikian juga Sistem perbankan diperbaiki.
pihak pentadbir Turki Usmani menghadapi kesukaran membayar balik pinjaman
yang dibuat dengan bank-bank di Eropa. Dari segi kepasukan, ia menghadapi masalah
mempertahankan dirinya daripada diduduki kuasa-kuasa asing Dalam semua ide
Pasukan Usmani dapati daripada kuasa Barat seperti nasionalisme etnik. Kebangkitan
nasionalisme etnik mengancam kestabilan Turki Usmani kerana rakyatnya yang
berbilang bangsa. Banyak peristiwa pemberontakan atas nama nasionalisme muncul
dan mengugat Pasukan Turki Usmani .
Sementara dari sudut sosial, kebangkitan semangat nasionalisme dan perubahan
untuk demokrasi menjadikan rakyat semakin tidak pasukan. Hal ini akhirnya
menyebabkan beberapa siri perebutan kuasa yang mengakibatkan konsep raja
berpelembagaan ditubuhkan yang mana sultan mempunyai sedikit kuasa manakala
Parti Jawatankuasa Pembangunan dan Kemajuan, lebih dikenali sebagai Turki Muda,
memerintah keseluruhan Pasukan Turki Usmani. Tiga buah negara Balkan yang baru
terbentuk pada penghujung abad kesembilan belas. Keseluruhan wilayah itu termasuk
47
Montenegro mencari kawasan tambahan di dalam wilayah Albania, Macedonia, dan
Thrace yang berada di bawah pentadbiran Turki Usmani.
Dengan dorongan dari Rusia, beberapa perjanjian ditandatangani: antara Serbia
dan Bulgaria dan juga dengan Yunani serta Bulgaria pada bulan mei tahun 1912.
Perjanjian yang dilaksanakan antara Serbia dan Bulgaria mendesak kepada
perpisahan Macedonia yang mengakibatkan Perang Balkan I. Setela itu terjadi pula
Perang Balkan II.
3. Status Baru Negara Turki; Dari Ke-Khalifah Ke Republic.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, memasuki abad ke 19 di Turki telah
lahir satu gerakan dengan nama gerakan Turki Muda. Gerakan ini berusaha
mengadakan pembaharuan di bidang pemerintahan, dan gerakan pembaharuan
tersebut nampaknya telah mengancam kekuasaan para Shultan yang absolut. Seperti
yang di tulis oleh Hermawati dalam salah satu artikelnya. Bahwa setidaknya ada tiga
golongan yang berusaha ingin melakukan pembaharuan pada saat itu48. Pertama
golongan Barat, golongan ini ingin menjadikan peradaban barat sebagai dasar
pembaharuan. Kedua golongan Islam, golongan ini ingin menjadikan Islam sebagai
dasar di dalam pembaharuannya. Ketiga golongan nasionalis Turki, golongan ini
ingin menjadikan nasionalisme Turki sebagai dasar di dalam pembaharuannya.
48
Artinya, pemhaharuan yang di maksud di sini tidak lain yaitu, mereka ingin mengubah
sistem Turki yang ada ke arah yang lebih sekuler daripada yang sebelumnya. Salah satunya mereka
ingin sekali memisahkan antara urusan agama dengan permasalahan negara. Dan untuk mewujudkan
prihal tersebut tidak ada cara lain kecuali menghapus sistem khalifah bagi negara sebagaimana yang
telah di katakan diatas.
Kemudian pada tahun 1912 diadakan pemilihan umum yang hasilnya
dimenangkan oleh organisasi Persatuan dan Kemajuan. Organisasi ini nampaknya
telah didukung oleh meliter hingga tak heran bila kemudian di teras atas banyak para
pemimpinnya berasal dari kalangan meliter..
Nampaknya Perjuangan mereka ini telah berakibat patal bagi kekuasaan Sultan
Menhmet VI, terbukti Mehmet VI harus rela di turunkan oleh Perhimpunan Baru
Turki. Hingga republik Turki kemudian diproklamirkan pada 29 Oktober 1923. Maka
semenjak saat itu sistem kekhalifahan atau kesultanan di Turki secara resemi telah
dihapuskan. Dan semenjak itu juga turki telah mengubah durinya menjadi negara
dengan bentuk republik yang sekuler.
C. Sejarah Islam Politik Indonesia
Sebagai gambaran awal, melihat bagaimana sesungguhnya sejarah Islam di
Indonesia, perlu penulis katakan di sini bahwa Indonesia kira-kira pada masa
Renaisans Eropa, Jawa dan Sumatra telah mempunyai warisan peradaban berusia
ribuan tahun dan sepanjang dua kerajaan besar, dan pada abad ke-7 hingga abad ke14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Bahkan dikatakan
bahwa ada seorang penjelaja Tiongkok yaitr I Ching sudah pernah mengunjungi
ibukotanya yaitu Palembang sekitar tahun 670, dan puncak kejayaannya, Sriwijaya
menguasai daerah Jawa Barat dan Semenanjung Melayu di abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit
antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh
Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum
dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana49.
Sementara itu Islam sendiri masuk ke Indonesia sekitar dekad ke-12, dengan
melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad
ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoriti Hindu.
Di kepulauan-kepulauan di timur, para pemuka agama Kristen dan Islam diketahui
sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua
agama di kepulauan-kepulauan tersebut. Penyebaran Islam didorong hubungan
perdagangan di luar Nusantara; umumnya pedagang dan ahli kerajaanlah yang
pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan penting termasuk Mataram di
Jawa Tengah, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku di timur50.
Maka tak heran bila kemudian menurut Recklefs, bahwa kehadiran Islam di
Indonesia nampakanya menjadi salah satu proses yang sangat penting di dalam
sejarah Indonesia, dan Recklefs menganggap demikian, mengingat dari sinilah
dimulai bangsa kita bisa berinteraksi ataupun tahu tentang dunia luar.
Nampaknya penyebaran Islam memang agak lumayan cepat menyebar di
Indonesia, serta bisa diterima oleh hampir semua masyarakat Indonesia. sebagaimana
49
50
Di ambil dari, http://ms.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
M.C. Ricklefs, hal 31
menurut Ahmad Syafii Ma’arif51 dikenal sebagai bangsa dengan penduduk muslim
terbesar di dunia. Sekitar 88 persen rakyat Indonesia beragama Islam52 toh walaupun
agama ini tidak resmi menjadi agama negara seperti yang terjadi di negara Malaysia.
Namun terlepas dari kurangnya sofistikasi intelektual sebagian besar rakyat dalam
memahami ajaran Islam. Baik karena faktor sejarah maupun kultural. Islam di
Indonesia adalah suatu agama yang hidup dan begitu vital, yang kini sedang terlibat
dalam proses transformasi dari posisi kuantitas ke posisi kualitas.
Dengan kata lain Islam di Indonesia bukanlah suatu produk sejarah yang telah
rampung, namun merupakan suatu proses yang akan terus berjalan. Berikut penulis
akan menjelaskan secara singkat bagaimana sesungguhnya Islam politik dalam
sejarahanya di Indonesia, di mulai dari zaman Kolonial sampai lahirnya razim orde
lama.
1. Zaman Kolonial
Bahtiar Effendy53 pernah mengatakan bahwa sebenarnya sejarah politik Islam
Indonesia modern merupakan salah satu khazanah perbandingan yang cukup lumayan
untuk diperbandingkan dengan pemikiran-pemikiran politik keislaman yang pernah di
kembangkan dikawasan Timur Tengah atau dunia Islam lainya.
51
Ahmad Syafii Ma’arifm, “Studi Tentang Percaturan Dalam Konstituante; Islam dan
Masalah Kenegaraan, (Jakarta; 1985. Penerbit LP3ES) Cet, I
52
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. ( Jakarta: 2005. Penerbut PT.
Serambi Ilmu Semesta. Cet, 1)
53
Bahtiar Effendy dalam catatan pengantar, “Gagalnya Islam Politik” Karya Olivier Roy.
(Jakarta: 1996. penerbit PT, Serambi Ilmu Semesta)
Sepanjang sejarahnya yang telah berumur kira-kira setengah abad lamanya
tersebut, pemikiran politik Islam telah mengalami perkembangan kedalam batas-batas
tiga madzab, dan pada dasawarsa antara tahun 1940-an sampai pada awal 1960-an,
ekspremin, artikulasi, dan detik pemikirannya tampaknya lebih kurang telah bersifat
absolutis dan antagonistik antara pemikir yang berada di kubu “golongan agama” dan
“golongan nasionalis”
Selanjutnya sebagaimana yang diungkap oleh Ahmad Syafii Maarif juga
mengatakan kalau sebuah penilaian yang pantas terhadap berbagai pengalaman dan
kegiatan politik Islam pada masa muta’akhir Indonesia terutama tergantung terhadap
pengertian yang agak cukup terhadap Islam sebagai kekuatan pembebas didalam
berhadapan dengan politik kolonial Belanda terhadap ummat Islam pada empat
dekade pertama abad ini.
Masih menurut Ahmad Syafii Maarif semenjak kedatangan Kompeni India
Timur Belanda ke Nusantara yang kira-kira datang pada permulaan abad ke-17. tak
dapat tersangkalkan bila pada saat itu ummat Islam sudah melakukan perlawan yang
cukup keras terhadap mereka dan pada tahun 1936, melalui wawancara dengan
koresponden Deli Courent, Gubenur Jendral B.C de Jonge nampaknya masih
berharap agar kekuasaan kolonial Belanda akan berlangsung lama di Indonesia54.
54
Bahkan dengan sangat pongahnya dia berucap, “Kami sudah berkuasa di sini selama kurang
lebih tiga ratus tahun dengan Cambuk dan Cemeti, dan kami akan berbuat begitu lagi untuk tiga ratus
tahun kedepan” dikutip dari Sutan Sjharir, Out of Exile, terjemahan dari bahasa Belanda oleh Charles
Wolf Jr. (New York: The John Day Company, 1949), hal.122.
Akan tetapi enam tahun kemudian tepatnya pada bulan maret 1942. kekuasaan
kolonial Belanda di usir dari Indonesia oleh pasukan Jepang tanpa adanya perlawanan
yang berarti dari pihak penjajah Belanda. Kedatangan Jepang pada mulanya di
sambut dengan sangat antosias bukan saja dengan orang Islam melainkan juga
seluruh bangsa Indonesia. Kita akan menegok lagi masalah ini segera untuk sebuah
diskusi singkat kita harus mengamati karakter dan posisi politik partai-partai dan
organisasi Islam menjelang berakhirnya era kolonial Belanda.
Lantaran kesadaran yang mendalam terhadap pentingnya memperbaiki
komunikasi antara partai-partai dan organisasi yang berasaskan Islam, maka Kyai
H.Mansur (Muhammadiyah), KH. Achmad Wahab Hasbullah (NU) dan pemimpinpemimpin Islam lainnya dari SI, Al-Irsyad, Al-Islam (Organisasi Islam di Solo),
persyerikatan Ulama (Majalengka Jawa Barat) dan lain-lain telah berhasil membentuk
suatu badan federasi MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) di Surabaya pada tanggal
20 Septeber 193755. Inisiatif ke arah persatuan dan saling pengertian ini juga di
dorong oleh dua kenyataan.
Pertama, usaha-usaha politis yang bercorak Islam pada saat itu masih sangat
berserakan dan karena itu persatuan amat diperlukan dalam kerangka perjuangan
melawan Belanda. Pentingnya persatuan dikalangan ummat juga sangat di tuntut
secara tegas oleh al-Qur’an:
55
KH. Mas Mansur, “Riwayat Berdirinya Majelis Islam tertinggi” dalam Amir Hamzah,
“rangkaian Mutu Menikam: Buah Pikiran Budiman Kyai Mas Mansur (Surabaya: Penyebar Ilmu &
Ikhsan, 1968), hal 85.
Artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Ayat ini telah membimbing pemimpin-pemimpin Islam pada waktu mereka
mmebentuk MIAI. Adanya priksi-priksi dibidang politik dan perbedaan-perbedaan
paham dalam soal khilafiyah di kalangan ummat perlu dibenahi diatas dasar semangat
persaudaraan dalam MIAI.
Kedua, adanya contoh yang kompetitif dari golongan nasionalis sekuler yang
juga berusaha mempersatukan dirinya. Kenyataan ini telah semakin mendorong
pemimpin ummat untuk menatap posisi politik mereka secara lebih keritis, dan
persatuan lewat MIAI dipandang cukup memberi lebih keritis, dan persatuan lewat
MIAI dipandang cukup memeberi harapan pada waktu itu. Dengan persatuan
diharapkan dapat memobilisasi seluruh gerakan gerakan Islam untuk mengahadapi
pihak penjajah. Belum sampai lima tahun setelah kehadiran MIAI, pasukan Jepang
mendarat di Indonesia dan dengan mudah dapat mengusir Belanda.
Dari penjelasan sejarah tersebut bisa kita ambil pemahaman, bahwa ummat
Islam di dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini begit sangat kuat sekali.
Terbukti dengan banyaknya inisiatiaf-inisiatif yang mereka lakukan seperti
pembentukan MIAI dan lain sebagainya.
2. Menjelang Kemerdekaan Sampai Awal Kemerdekaan,
Seperti yang telah penulis katakan di atas, dua hari setelah pasukan Jepang
menyerah kepada pasukan sekutu, pada tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia di
bawah pinpinan Sukarno dan Mohammad hata menyatakan kemerdekaanya. Tapi
negara yang baru lahir ini harus melalui jalan terjal dalam ,memepertahankan
kemerdekaanya, karena Belanda masih belum puas dengan masa penjajahanya.
Kolonialisme ingin di lanjutkan setelah perang dunia ke dua. Belanda terlalu sedih
meninggalkan Nusantara yang cantik ini. Reaksi terhadap ambisi kolonial Belanda
inilah yang dikenal dalam sejarah Indonesia pada akhir 1949.
Agar memeperoleh gambaran yang agak tajam tentang gejolak politik ummat
Islam selama hari-hari persiapan kemerdekaan, maka kiranya perlu diikuti
perkembangan dan konflik-konflik politik antar berbagai golongan idielogi di
Indonesia sekitar tiga bulan menjelang proklamasi kemerdekaan. Pengamatan tentang
periode ini akan memebantu kita menghayati sikap dan peranan ummat Islam melalui
para pemimpinya menghadapi isu-isu politik kunci dalam soal-soal kenegaraan.
Berbicara sera idielogis, perdebatan serius antara wakil-wakil golongan Islam
dan kelompok nasionalis sekuler dalam BPUPKI (badan penyelidik usaha-usaha
persiapan kemerdekaan) harus kita ikuti dengan cermat. Menurut Ahmad Syafii
Ma’arif56, inilah baru pertama kali secara resmi dalam sejarah modern Indonesia. Isu
56
Syafii Ma’arif dalam, “Studi tentang Percaturan Konstituante, Islam dan Masalah
Kenegeraan” (Jakarta; 1985. Penerbit LP3ES) Cet, I
yang paling krusial dalam perdebatan tersebut adalah pembicaraan tentang dasar
filsafat idiologi negara bagi Indonesia setelah kemerdekaan57.
Sebagaimana dalam catatan sejarah juga di katakan bahwa setelah mendengar
kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan yang
kuat. Dan hal itu sangat wajar mengingat kekuatannya sudah tidak mendukung lagi
untuk hal itu. seperti itu pada 16 Ogos, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada
hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran
sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air
(PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman
Soekarno.
Pada 18 Ogos 1945 kelompok tersebut melantik Soekarno sebagai Presiden dan
Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang
dirancang oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaa BPUPK dengan
beberapa perubahan yang dilakukan oleh PPKI pada tanggal 18Ogos 1945. Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI ditambah unsur Pemuda dan tokoh
pergerakan lainnya menjadi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan menjadi
badan pemerintahan sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan.
Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Ogos dan
menghendaki Republik Indonesia yang meliputi daerah bekas Hindia Belanda dan
57
Untuk lebih jelasnya, lihat Muhammad Yaminm, “Naskah persiapan Undang-Undang
Dasar”.(Jakarta: Prapanca, 1959). Dalam buku tersebut mengulas lebih lanjut seputar perdebatan
pertama yang secara resmi seputar apa dan bagaimana seharusnya dasar atau ideologi yang tepat bagi
sebuah negara yang baru merdeka seperti Indonesia.
terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak
dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku dan
Kepulauan Sunda Kecil.
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan
usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar
Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk
membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah
kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia,
akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27
Desember 1949, setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda
memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950,
Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.
3. Lahirnya Razim Orde Lama
Seperti telah penulis jelaskan diatas, bagaimana jalan dan liku-liku bangsa ini di
dalam mencapai kemerdekaanya, Bung Karno dan Bung Hatta yang akhirnya menjadi
orang nomer satu di negeri ini cukup memberi harapan bagi rakyat Indonesia, harapan
agar bangsa ini bisa tetap dipertahankan serta bisa maju sebagaimana yang telah
terjadi pada negara-negara yang sudah maju,
Sebenarnya rakyat Indonesia, tidak hanya sekedar berharap, atau bermimpi
agar bangsanya bisa menjadi maju, setelah sebelumnya dijajah oleh para kolonial,
bagaimana tidak untuk mencapai apa yang menjadi impiannya terebut, mengingat
betapa banyaknya kekayaan yang ada pada bangsa yang mereka tempati tersebut.
Baik hal tersebut dari segi kekayaannya yang ada di darat maupun di laut, demikian
juga luasnya bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Semua harapan yang ada
di dada mereka telah di sandarkan kepada dua anak terbaik bangsa saat itu. Bung
Karno dan Bung Hatta tentunya.
Bung Karno di dampingi oleh Bung Hatta, sebagaimana yang telah penulis
katakan pada bab sebelumnya, dan didalam perjalanan sejarahnya nampaknya tidak
semua apa yang menjadi harapan rakyat menjadi kenyataan. Banyak kesalahankesalahan patal telah dilakukan olehnya. Namun demikian, bagaimanapun Bung
Karno, dia tetap saja adalah seorang yang telah banyak jasanya pada bangsa kita. dan
namanya akan tetap dikenang sampai kapan, dikenang sebagai bapak proklamator
bangsa, sebagai pahlawan bangsa.
BAB IV
POSISI ISLAM POLITIK TURKI DAN INDONESIA DI BAWAH
KEPEMIMPINAN DUA TOKOH SEKULAR
A. Pengertian Sekuler
Kata ini diambil dari bahasa latin saeculum,58 yang bermakna ganda, yakni
ruang dan waktu. Ruang menunjukkan pada pengertian diniawi, sedangkan waktu
menunjukkan pada pengertian sekarang atau zaman kini. Jadi kata Seaculum berarti
zaman kini atau masa kini.
Pengetian tersebut menunjukkan pada peristiwa didunia ini atau juga peristiwa
masa kini.59 Dapat dikatakan bahwa makna sekuler lebih di tekankan pada waktu atau
priode
tertentu
yang
dipandang
sebagai
suatu
proses
sejarah.60
Kata
sekulerberkembang menjadi sebuah istilah yang diartikan sebagai bersifat duniawi
atau kebendaan, bukan bersifat keagamaan atau kerohanian.61 Bahasa Arab untuk
Sekuler adalah Ilmaaniyyah, suatu kata ‘ilm yang berarti ilmu pengetahuan atau sains.
Dengan semakin maraknya ilmu pengetahuan, dalam perkembangannya, pengertian
58
Niyazi Berkes, the Depelopment of Secularisme In Turkey, (Montreal: Mc Gill Univercity
Press, 1964), hal.5.
59
Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Ialam and Scularism, ter. Karsijo Djoyosuarno
(Bandung: pustaka, 1981), hal. 18-19.
60
61
Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik, (Jakarta: PT Puataka Utama Grafiti,1993, hal. 18
Hasan Muarif Ambary et al., Suplemen Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Van
Hoevee, 1996), hal. 167.
sekuler pada abad ke-19 diartikan bahwa kekuasaan Gereja tidak berhak campur
tangan dalam bidang politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan.
Kemnudian Dari kata sekuler muncul istilah sekularisasi yang sntara lain
mengandung arti proses melepaskan diri dari ikatan keagamaan. Sekularisasi dapat
diartikan sebagai pemisahan antara urusan keagamaan, atua pemisahan antara urusan
duniawi dan ukhrowi (akhirat).
Paul HLM. Landis, seorang pengamat sosial politik Barat, menulis dalam
bukunya Social Policies in the Making a view of Social Problems, “The trend away a
secular and rasional interpretetion is known as ‘secularization’ “
62
(kecendrungan
mengenai cara melakukan interpretasi yang bersifat secular dan rasional itulah yang
dikenal sebagai sekularisasi).
Atas dasar pengertian ini, sekularisasi dapat didefinisiksan sebagai pembebsan
manusia dari agama dan metafisika Artinya, terlepasnya dunia dari pengertian –
pengertian religius yang suci, dari pandangan dunia yang semu, atau dari semua mitos
supra-natural. Kemudian manusia mengalihkan perhatiannya lepas dari dunia tersebut
ke arah dunia sini dan waktu ini.
B. Pahama Sekularisasi Mustafa Kamal Attaruk dan Sukarno
1. Mustafa Kamal Attaturk
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab yang sebelumnya, tentang sejarah Turki. Menyusul kekalahannya dalam perang melawan Russia pada
62
Pardoyo, OP,cit, hal. 20
tahun 1774 dan gagal mempertahankan Mesir dari invasi Napoleon pada tahun 1798,
Imperium Turki Osmani terrpaksa melakukan modernisasi militer, ekonomi dan
sosial lewat serangkaian program yang dinamakan Tanzimat63: bermula dengan
menghapuskan pasukan khusus (janissaries), membubarkan tarekat Bektashi, regulasi
pajak langsung, hingga memperkenalkan undang-undang anti-diskriminasi sipil
(menghapus status dzimmi bagi non-Muslim). Yang kemudian Proyek modernisasi
tersebut dilanjutkan oleh Mustafa Kemal Atatürk Setelah berhasil merebut kekuasaan
pada tahun 192364.
Pada perkembangan selanjutnya, ideologi sekular Atatürk kemudian kita
kenal dengan sebutan "Kemalisme" menjelma jadi sangat anti-agama dan ultranasionalistik. Segala yang bercirikan Islam atau berbau Arab dilecehkan sebagai
keterbelakangan, kemunduran dan kebiadaban. Siapa yang berani mempersoalkan
sekularisme dituduh sebagai pengkhianat negara, tidak rasional dan sektarian. Selain
itu, untuk menjamin kelanggengan ideologi ini, rezim Kemalis menciptakan apa yang
64
Setidaknya ada enam langkah yang telah Mustafa Kamal Atatürk di dalam mencanangkan
program pembangunan Turki. Pertama, prinsip republikanisme (cumhuriyetcilik), bahwa negara Turki
modern menerapkan sistem demokrasi parlementer yang dipimpin oleh seorang presiden, bukan sultan
atau khalifah. Kedua, nasionalisme (milliyetcilik), bahwa bukan agama atau mazhab tertentu yang
menentukan kewarganegaraan. Ketiga, prinsip kenegaraan (devletcilik), dimana pemerintah berkuasa
penuh dalam pengelolaan ekonomi dan berhak intervensi demi kepentingan rakyat. Keempat, prinsip
populisme (halkcilik) yang dimaknai sebagai perlindungan hak asasi manusia dan kesetaraan di
hadapan hukum. Kelima, sekularisme (laiklik), dan terakhir, prinsip revolusionisme inkilapcilik).
Dari keenam sila ini, sekularisme adalah yang paling berpengaruh. Pada tanggal 3 Maret
1924, Imperium Osmani yang telah berkuasa selama lebih dari 700 tahun (1299-1922M) itu resmi
dihapuskan. Tidak lama kemudian, pengadilan agama dan pondok-pondok esantren dibubarkan.
Begitu juga tarekat-tarekat sufi. Selanjutnya, pakaian ala Barat digalakkan, poligami dilarang, dan
undang-undang baru (ala Swiss untuk hukum sipil, ala Itali untuk hukum pidana, dan ala Jerman
untuk hukum perdata) mulai resmid berlakukan, menggantikan undang-undang (Syariah) Islam. Selain
itu, kalender Hijriah diganti dengan kalender G regorian (Masehi), lalu penggunaan huruf Arab untuk
bahasa Turki dilarang dan diganti dengan huruf Latin. (Syamsuddin Arif. PhD, Menibang Kembali
Sekularisme. Di akses pada tanggal 31 Agustus 2006 dalam, Hidayatullah.com)
mereka sebut sebagai `Islam tercerahkan', mirip dengan gagasan Islam progresif di
Amerika Serikat, Islam modernis di Pakistan, atau Islam hadhari di Malaysia.
Proyek Atatürk ini pada intinya bertujuan mencabut Islam dari akar-akarnya
(to promote disestablishment of Islam), Namun sekularisme sebagai ideologi negara
dinilai banyak pengamat telah gagal mencapai tujuannya65. Buktinya, hingga saat ini
belum banyak kemajuan yang diraih. Setelah lebih setengah abad berusaha menjadi
sekular, Turki masih saja dianggap belum semaju, semodern dan sedemokratis
negara-negara Eropa. Jangankan melampaui, menyamai Imperium Osmani pun belum
bisa. Justru diam-diam namun pasti, Islam sebagai kekuatan politik nampak mulai
bangkit melawan kekuatan sekular dan berusaha merebut kembali tampuk kekuasaan
dari tangan mereka66
Hal yang lain juga, pada mas-masa sekularisme diimplementasikan, Turki
justru menjadi gemar melanggar HAM. Pembunuhan misterius terhadap sejumlah
pemimpin nasionalis Kurdi, salah satu contohnya. Menjauhi nilai-nilai agama
membuat pemerintahan fundamentalis sekular Turki sampai hati membantai siapa
saja. Sebagaimana pernah ditunjukkan pula oleh pemerintahan Soekarno dan
Soeharto di Indonesia.
65
. Dengan sekularisasi dan westernisasi, diharapkan menurut pemahamannya, bakal menjadi
bangsa yang setara dengan bangsa Eropa. Kenyataannya tidaklah demikian. Proses sekularisasi dan
westernisasi tidak menjamin Turki bisa sebanding dengan Barat. Karena, Barat tidak pernah sungguhsungguh memberikan dukungan politik, juga dukungan berupa alih teknologi dan sains, dua hal yang
dapat dijadikan modal bagi Turki untuk mandiri secara ekonomi dan politik.(Ibid dalam, Syamsuddin
Arif, PhD,)
66
.Heinz Kramer, A Changing Turkey: The Challenge to Europe and the United States,
Washington, D.C., 2000).
Namun demikian, bentuk sekularisme Kemalian ini didesign agar negara bisa
mengontrol agama, daripada sekedar menyingkirkannya dari ruang publik. Satu
langkah penting yang diambil dalam proses ini adalah mengontrol ulama dan tarikat
sufi melalui berbagai cara termasuk menetapkan undang-undang mengenai penyatuan
sistem pendidikan yang menjadi landasan hukum bagi penutupan seluruh madrasah
dan pelimpahan seluruh urusan pendidikan pada kekuasaan kementrian pendidikan.
Pemakaian baju tradisional oleh ulama juga dilarang, dan mereka tidak lagi
diperbolehkan untuk memakai gelar yang melambangkan otoritas keagamaan seperti
"Alim" atau "Syeikh".67 Pada tahun 1928 pengadopsian alfabet Roma dan pelarangan
pengajaran Bahasa Arab dan Persia dilakukan untuk menghancurkan hubungan
kultural dan intelektual antara dinasti utsmani lama dengan dunia Islam modern.68
Reformasi yang dilakukan oleh kelompok Kemal Attaturk dipaksakan oleh
negara dan hanya mendapatkan justifikasi yang kecil dari publik. Penting untuk
dicatat bahwa gerakan ini tidak dimotivasi oleh ateisme maupun oleh pandangan antiIslam. Mustafa Kemal malah selalu menekankan kesetiaannya kepada Islam. pada
tahun 1923, ia misalnya menyatakan:
"Agama kita adalah agama yang paling masuk akal dan alami. Karena
itulah, agama kita menjadi agama terakhir. Agama yang alami harus sesuai
dengan akal, ilmu pengetahuan, teknologi dan logika. Dan agama kita
memang memenuhi persyaratan itu."69
67
Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi, Bangkit & Runtuhnya Khalifah Usmaniyah ( Pustaka AlKautsar, Jakarta: 2004) Cet, ke 1. Hal, 451
68
Hermawati dalam, Mimbar Agama & Budaya, Vol. XVII No.1, 2000
Jadi, usaha Mustafa Kemal untuk mensekularkan Turki lebih dimotivasi oleh
pragmatisme dan keinginan untuk menghilangkan model negara dinasti Utsmani
termasuk menghapuskan penerapan syari'at yang telah digunakan oleh Eropa sebagai
alasan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri Turki. Ia melihat
bahwa penghapusan simbol-simbol lama itu merupakan langkah yang penting bagi
Turki agar bisa menjadi negeri yang benar-benar independen dari hegemoni dan
campur tangan Barat.
Bahkan Ia menganggap reformasi yang dilakukannya sebagai upaya untuk
melindungi Islam, untuk memisahkan agama yang suci dari politik yang kotor. Kemal
dan pendukungnya beranggapan bahwa pengadopsian norma dan institusi modern
memang mengharuskan dikorbankannya beberapa pemahaman agama tradisional.
Dan hanya itulah cara bagi ummat Islam untuk bisa bertahan secara terhormat dalam
dunia modern ini.
Dengan pemahaman bahwa memodernisasi dan mewesternisasi Turki
merupakan jalan yang terbaik bagi negeri itu, pendukung gerakan Kemal bertujuan
untuk mendidik, membimbing, bahkan jika perlu memaksa, masyarakat Turki
menjadi masyarakat yang sekuler dan modern. Kharisma dan posisi Mustafa Kemal
sebagai "penyelamat" dan "bapak" bangsa setelah kemenangannya dalam perang
69
Dalam, Syamsuddin Arif, PhD
kemerdekaan digunakan untuk mempromosikan dirinya sebagai sosok yang bebas
dari kesalahan, pemurah dan sangat berkuasa.
Pertanyaan, kritik dan perdebatan apapun yang ditujukan pada gerakan
reformasi Kemal dianggap sebagai gangguan bagi perkembangan negara. Aturan atau
kebijakan apapun yang dianggap oleh negara sebagai karakter peradaban modern
harus sesegara mungkin diadopsi di Turki, hingga justifikasi publik nampaknya tidak
lagi diperlukan. Institusi-institusi negara biasanya mengimplementasikan kebijakan
terlebih dahulu, barulah kemudian kalangan intelektual dan jurnalis mencari
pembenaran atas kebijakan tersebut. Karena khawatir akan gangguan kekuatan
oposisi dan pemikiran kritis terhadap jalannya reformasi, negara membungkam dan
mengasingkan siapapun yang tidak setuju atau mempertanyakan upaya reformasi
atas dasar ideologi atau perspektif apapun.
Demikianlah sekilas tentang pemahaman Mustafa Kamal Attaturk terhadap
sekularesme. Terlepas dari pro dan kontra, yang jelas negara Turki kini benar-benar
sudah menjadi salah satu negara yang dulunya menganut sistem kekhalifahan yang
kini telah berganti terhadap sistem republik. Sistem republik sekuler ala Kamal dan
para pengikutnya.
2. Sukarno
Seperti yang dikatakan dalam catatan sejarah, Sarekat Islam di Bawah
pimpinan Tjokroaminoto, di tahun ketika Sukarno sebagai seorang anggota rumah
tangga mertuanya menyaksikan pertembuhan perhimpunan itu, penyebaran ajaran-
ajaran Nabi Muhammad hanya menduduki tempat kedua. Baru setelah sayap kiri
yang radikal memisahkan diri, dan disiplin partai diberlakukan, Islam menjadi
dominan dalam program partai sarekat Islam- suatu perkembangan yang menjadi
jelas dengan semakin menonjolnya sifat pan-Islamisnya, sebagai suatu pemberitahuan
bahwa periode nasionalis dari Islam di indonesia sudah merupakan masa lampau.
Sukarno, yang tetap anggota sarekat Islam selama periode perpecahan itunamun sekarang sangat di pengaruhi oleh NIP
di Bandung-lalu mengumumkan
keluar dari perhimpunan itu. Tetapi, ini tidak berarti bahwa Sukarno, yang di dalam
artikel-artikelnya yang pertama telah menyerukan “diperkuatnya….Islam di
indonesia,” sekarang bersikap masa
bodoh terhadap Islam,
atau bahkan
memandangnya dengan “sikap angkuh yang merendahkan” ia menyadari betul “harga
perlawanan” Islam bagi barisan kulit berwarna yang sedang direncanakannya, seperti
pada akhirnya di tunjukkan oleh seruan persatuan dalam 1926.
Dalam upayanya mempersatukan sekian banyaknya perhimpunan di Indonesia
dalam satu federasi, Sukarno mula-mula memanfaatkan kembali sarekat Islam. Ia
mengasuh ruangan nasionalis dari majalah SI, bendera Islam, dan dengan demikian ia
dengan caranya sendiri berusaha menentang kecendrungan pan-Islamis dari partai itu.
Begitu pula, kampanyenya untuk nasionalisme didalam sarekat Islam selama tahuntahun itu bukannya tanpa sukses. Dalam 1929 partai itu menerima baik sebuah
resolusi untuk mengubah namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia ( PSII ).
Tetapi “kemunduran” itu tidak terjadi tanpa didahului perdebatan. Haji Agus
Salim, yang tadinya menyambut gembira kemunculan Sukarno dalam pergerakan,
pada akhirnya percaya bahwa ia telah menemukan suatu kecondongan kearah
kemusyrikan dalam caranya Sukarno memberikan gambaran yang meluap-luap
mengenai keindahan ibu Indonesia.
Sementara pada kuartal ke tiga 1928, dengan menggunakan berbagai kutipan
dari sebuah pidato Sukarno, ia menunjuk kepada bahaya-bahaya yang terkandung
secara laten dan nasionalisme, sambil menggambarkan sejumlah keburukan yang
telah di perbuat, “terutama di Eropa,” atas nama nasionalisme. Itulah, kata salim,
yang tejadi,apabila manusia memiliki sebuah agama yang dalam kenyataannya
memperbudak mereka. Itulah bahaya yang terkandung dalam memuja-muja ibu
Indonesia karena keindahannya, kekayaannya dan hal-hal yang kebendaan lainnya.
Pada hal tanah air yang sesungguhnya, kata salim yang berusaha
membuktikannya dengan mengutip ayat-ayat Al-Quran, adalah ketaatan kepada
perintah-perintah Allah. Dalam dirinya sendri, benda-benda tidak ada harganya, baru
jika benda-benda itu dipandang sebagai pemberian Allah maknanya yang sebenarnya
akan menjadi nyata.
Sukarno tidak kehabisan jawaban. Ia mengeluarkan senjata ampuhnya, upaya
menuju persatuan, dak berkata. “Alhamdulillah,” bahwa PNI diperkenankan untuk
menempati gairs depan dalam perjuangan untuk persatuan. Ia mengatakan bahwa
ketua partai itu (dengan kata lain, ia sendiri) menggunakan setiap kesempatan untuk
berseru kepada rakayat agar memasuki salah satu partai, tak peduli yang mana, dan
ini, katanya merupakan “….suatu bukti, bahwa PIN tidak sekali-kali meninggininggikan dri diatas partai-partai yang lain itu.”
Akan tetapi Haji Agus Salim sama sekali tidak pernah berkata begitu. Ia
hanya berbicara secara umum tentang kewajiban untuk menyelami dan tetap taat
kepada kehendak Allah, “agar kita, dibawah tekanan nafsu, tidak menyimpang dari
jalan yang benar…,”
Dengan itu ia secara tidak langsung menyesalkan ketidakadaan sikap rendah
hati. Kiranya tidak mungkin ada bukti yang lebih baik tentang kebenaran kritik
terselubung itu dari pada pembelaan diri Sukarno yang congkak dan yang sama sekali
tidak mengenai persoalannya.
Sementara adanya tuduhan bahwa nasionalisme dapat mengandung bahayabahaya laten dengan tegas ditolak oleh Sukarno. Haji Agus Salim katanya, “lupa
mengatakan” bahwa indonesia tidak menganut paham nasionalisme Eropa yang
agresif, ia tahu bahwa Sukarno mengajarkan suatu nasionalisme yang tidak diarahkan
kepada kebendaan melainkan kepada kerohanian, bahwa nasoanalisme ketimuran
sangat berbeda dengan nasionalisme barat, sebab “nasionalisme kita…membuat kita
menjadi perkakasnya Tuhan, dan membuat kita memjadi hidup dalam roh”.
Bagi Sukarno, rumusan mistis ini, yang diperkuat dengan mengemukakan
contah banyak “nasionalisme ketimuran” lainnya, di antaranya “pendekar Islam”
Mustapha Kemal, merupakan bukti yang cukup bahwa nasionalismenya tidak
“berdasarkan keduniaan” atau “membudak kepada benda”.
Pada waktu itu Sukarko bukan penganut agama Islam. Pengetahuannya
tentang Islam ia dapatkan dengan maksud agar bisa ikut dalam perdebatan, dan pada
umumnya didasarkan atas buku Lothrop Stoddard, The new World of Islam – dimana
“dunia baru” – nya lebih menarik perkatiannya dari pada Islam itu sendiri. Namun
demikian, perasaan dasar keagamaan pada diri Sukarno pada waktu itu tidak bisa
diabaikan. Umpamanya, ia melukiskan PNI sebagai “bersikap netral dalam soal
agama” tidak dalam pengertian orang-orang komunis, yang sama sekali tidak
mengakui adanya Tuhan, melainkan dengan maksud untuk memungkinkan semua
aliran kepercayaan menjadi anggota partai itu.
Dalam pengertian ini, Sukarno sendiri “bersikap netral dalam soal agama”
perasaan
dasar
keagamaannya
yang
tidak
terikat
kepada
suatu
dogma,
memungkinkannya untuk memasuki semua kultus, termasuk marxisme, sesuai
dengan kepercayaan lama orang-orang jawa bahwa “semua hal adalah satu” Sukarno
bukan seorang muslim, ia adalah seorang jawa.
Akan tetapi, ia tidak pernah menyerang Islam. Bahkan didalam pertemuanpertemuan di mana ia mengkritik keterbelakangan tradisi-tradisi tertentu dari Islam
dan dimana ia, umpamanya, menyerang poligami yang di perkenankan Islam – dalam
diri wanita yang sudah beremansipasi, yang sudah “di bebaskan dari perhambaan” ia
mengharapkan kawan yang tangguh dalam perjuangan kemerdekaan – ia menyadari
bahwa dalam soal-soal seperti itu ia sependapat dengan pembaru-pembaru Islam di
negeri lain. dan dengan cara-cara tertentu ia selalu dekat dengan Islam, ia dengannya
ia telah dibesarkan.
Sebagai insinyur, umpamanya, Sukarno dalam waktu senggangnya bekerja
untuk merancang sebuah masjid besar yang akan menjadi pusat umat Islam di jawa
dan simbol dari nilai mereka sendiri berhadapan dengan barat dan “agamanya”
sebagai
seorang
muslim,
Sukarno,
walaupun
“bersikap
netral”
pernah
memperingatkan terhadap kemajuan misi-misi kristen di kepulauan indonesia. Dan
akhirnya, sebagai orang yang di dalam penjara gagal untuk menjadi Uebermensch,
Sukarno yang kesepian merasa terhibur dengan mempelajari karya-karya tertentu
tentang Islam. Sebagai akibatnya, maka setelah ia keluar dari penjara dan membaca
buku-buku tentang Islam – di antaranya terjemahan Al-Quran dalam bahasa inggris –
ia semakin suka mengucapkan “insyaAllah” dalam pidato-pidatonya.
Begitu pula, dalam upayanya untuk mempersatukan kaum nasionalis, ia
menyerahkan soal berhasil atau tidaknya kedalam tangan Allah. Tetapi setelah
upayanya itu ternyata gagal, Sukarno kembali berpaling dengan penuh gairah kepada
prinsip-prinsip marxis, yang kelihatannya memberikan harapan yang lebih besar akan
berhasil. Ia menggunakan suatu perbandingan dengan alam, seperti halnya alam
“pasti datang pada maksudnya.” Maka begitu pula pergerakan “yang memikul natuur
dan terpikul natuur” pasti akan sampai pada tujuannya.
Tetapi, tumpuannya pada alam ternyata sama sia-sianya seperti tumpuannya
pada Allah, atau sebelum itu, pada kata “kaum nasionalis ketimuran” atau pada
sarjana-sarjana barat. Penangkapan yang kedua kalinya atas dirinya telah
menghentikan, untuk sementara waktu, pengujian-pengujian dak verifikasi-verifikasi
magis – suatu masa dimana, seperti di kenang kembali oleh Sukarno dikemudian hari,
“kebanyakan saya punyak ucapan-ucapan dulu itu menunjukkan satu ‘dasar mistik’
satu ‘dasar ketuhanan’ yang betul belum ‘terbentuk’ nyata kedalam sesuatu ‘agama’
tetapi tokh sudah nyata menunjuk kejurusan itu”.
C. Posisi Islam Politik Turki di Bawah Kepemimpinan
Mustafa Kamal Ataturk
Sejak awal diterapkannya konsep negara sekular oleh Kemal Attaturk (1923),
kecenderungan anti-agama sudah sangat terasa. Ketika itu, Attaturk tidak segan-segan
menyiksa dan bahkan membunuh siapa saja (kalangan ulama maupun masyarakat
biasa) yang menentang kebijakan sekularismenya. Apalagi Attaturk sejak awal
didukung kalangan militer sebagai pemegang kekuasaan ril, sekaligus pemegang
tonggak sekularisme ala Attaturk.
Ada beberapa isu utama penulis pikir yang menarik untuk lihat semasa ia
berkuasa. Salah satunya adalah dengan di hapusnya sistem khalifah. Walaupun Majlis
Agung Nasional Turki (GNA) telah menghapuskan kesultanan pada tahun 1922,
kantor kekhalifahan dan penunjukkan anggota keluarga dinasti Utsmani sebagai
khalifah masih dipertahankan. Banyak orang, termasuk tokoh gerakan nasionalis
Turki seperti Ziya Gökalp, mendukung pemisahan antara Kesultanan dan
Kekhalifahan, dan berusaha agar khalifah tidak memiliki peran dalam politik
nasional.
Khalifah hanya dianggap sebagai pemimpin spiritual komunitas Muslim
global yang mungkin posisinya setara dengan Paus.70 Kemudian Mustafa Kemal juga
memandang, bahwa keberadaan khalifah yang menjadi peninggalan sejarah seperti
itu akan mengancam kedaulatan nasional republik yang baru berdiri.71
70
71
Hermawati, Kronik Dua Abad Pembaharuan di Turki, hal. 40
Ash-Shalabi, Bangki & Runtuhnya Khalifah Usmaniyah, hal. 450
Menarik untuk dicatat bahwa mereka yang berusaha menghapuskan institusi
kekhalifahan berusaha menjustifikasi pandangan mereka dengan argumen-argumen
keagamaan maupun alasan-alasan politik. Seyyid Bey, Menteri Kehakiman, misalnya
menyebarkan pamflet dan berbicara di hadapan anggota Majlis Nasional (GNA). Ia
berargumen bahwa baik Qur'an atau Sunnah tidak mempunyai penjelasan apapun
mengenai kekhalifahan, dan ini berarti bahwa institusi ini bukan institusi keagamaan,
melainkan institusi yang bersifat duniawi dan politis.
Al-Qur'an, menurut Seyyid Bey, hanya menyebut dua prinsip yang berkaitan
dengan sistem pemerintahan yang tepat: yaitu ide mengenai musyawarah
(mesheverret) dan ketaatan kepada pemilik otoritas (ulû’l emr). Islam dengan
demikian tidak menuntut adanya bentuk pemerintahan tertentu, dan bentuk
pemerintahan apapun yang mengikuti prinsip-prinsip tadi bisa dianggap sah.
Usaha-usaha ini juga menandakan bahwa Ulama tidak lagi memainkan peran
signifikan dalam masyarakat. Pengetahuan yang mereka kuasai dan wakili dipandang
tidak lebih sebagai peninggalan masa lalu dan hambatan bagi usaha negara untuk
menghadirkan modernitas dalam masyarakat Turki. Kesempatan mereka untuk
bekerja dengan pengetahuan dan pengalaman pendidikan yang mereka miliki kini
terbatas pada masjid dan institusi-institusi keagamaan. karena institusi-institusi itu
pun dikontrol dan dibiayai oleh negara, independensi ulama pun dilumpuhkan secara
efektif. Kelas intelektual lama tergantikan oleh kelas intelektual baru yang berusaha
untuk memutuskan ikatan masa lalu dan membangun negara dengan budaya sekuler
baru. Sebagai contoh, Institut Sejarah Turki mulai menulis sejarah Turki dan Institut
Bahasa Turki membentuk ulang bahasa Turki.72
Kemudian pada bulan September tahun 1925, sebagaimana yang dikatakan
oleh Hermawati pemerintahan Mustafa Kamal juga telah mengeluarkan peraturan
yang melarang memakai pakaian agama bagi orang-orang yang tidak menjabat
jabatan agama. Dan semua para pejabat mulai diwajibkan untuk menggunakan
pakayaian stelan ala barat dan topi, dan melarang menggukan pakayan “Turbus”.
Nampaknya Kamal juga tidak membenarkan bagi kaum perempuan untuk
menggunakan cadar bagi mereka.
Posisi Islam, terutama Islam politik pada saat itu memang benar-benar tidak
memiliki ruang sama sekali. Mustafa Kamal memang benar-benar ingin mematikan
agama dan sama sekali tidak lagi mau memasukkan agama terhadap rana
pemerintahan. Lihatlah pada tanggal 17 Pebruari 1926 misalkan, komite ahli hukum
telah mengadopsi undang-undang sipil Swiss untuk memenuhi kebutuhan hukum sipil
di Turki73.
Itulah beberapa ulasan bagaimana sesungguhnya posisi Islam politik pada
masa Mustafa Kamal menjadi orang nomer satu di Turki. Turki yang sebelumnya
menganut sistem kekhalifahan dan sesuai dengan syariah Islam kini sudah tidak lagi
ada, dan hanya tinggal sebuah kenangan.
72
73
Haruan Nasution. Hal, 24
Masih menurut Hermawati, kemudian undang-undang ini mulai diberlakukan pada tanggal
14 Oktober 1926. jadi mulai sejak saat itu undang-undang Syariah yang sebelumnya dipagunakan di
Turki sudah tidak berlaku lagi.
Satu sisi seorang Mustafa Kamal oleh banyak kalangan – terutama juga oleh
kebanyakan masyarakat Turki, dianggap bahwa dia telah berjasa besar dan sudah
menjadikan Turki sebagai negara yang modern. Tak heran kalau kamudian oleh
mereka seorang Mustafa Kamal-pun di gelari sebagai bapak Turki.
Namun bukan berarti semua menyenangi apa yang Kamafl lakukan, banyak
sekali yang kecewa dengan apa yang ia lakukan, bahkan teman-teman terdekatnyapun
mulai tidak menyenangi terhadap tindak tanduknya dan bahkan berusaha untuk
menggulingkan dirinya dari tampuk kekuasaan. Katakanlah dalam hal ini teman dia
seperti Rauf Bey, Ali Pasya, Fuad Pasya. Orang-orang ini merupakan teman-teman
terdekat kamal yang tidak suka melihat kamal terlalu arogan terhadap Islam, dan
mereka mulai berusaha untuk menggulingkannya74
D. Posisi Islam Politik Indonesia di Badwah
Kepemimpinan Sukarno
Banyak kajian telah dibuat mengenai sejarah Islam dari berbagai aspeknya di
Indonesia. Dalam sejarah Islam modern di Indonesia, Ricklefs75, salah seorang
sejarawan yang banyak mempelajari Indonesia, membagi Islamisasi di Indonesia
kedalam tiga tahap. Tahap pertama, konpersi agama ( abad ke-14 hingga 18 ); tahap
74
Harun Nasution dalam Hermawati, hal 42
75
Ricklefs, sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (Jakarta: 2005. Penerbit PT. Serambi Ilmu
Semesta)
kedua, pembedaan penganut yang “komitet” dan yang tidak “komitet” ( abad ke-19 );
tahap ketiga, pemurnian orang islam ( abad ke-20 )
Dalam pembahasan kali ini penulis ingin melihat bagaimana sesungguhnya
keadaan atau posisi Islam terutama dalam hal yang berhubungan dengan Islam politik
pada masa Sukarno. Nampaknya pemikiran dan kebijakan Sukarno hampir tidak jauh
berbeda dengan Mustafa kamal. dan mengenai hal ini Sukarno memang mengakui
kalau pemikiran dan landasan yang ia pengang untuk memimpin sebuah negara akibat
karena adanya inspirasi dari Mustafa kamal dan para tokoh sekuler lain yang ada di
Turki76
Hal ini bisa kita lihat misalkan dalam upayanya untuk memodernisasikan
Islam, Sukarno tak lupa menonjok kepada contoh Turki. Dalam sebuah artikel
sepanjang 40 halaman, ia mencoba menjelaskan kepada umat Islam di Indonesia,
bahwa tindakan-tindakan yang diambil oleh kaum Turki Muda, terutama tindakan
Kemal Attaturk yang memisahkan agama dari negara, pada dasarnya “memerdekakan
agama”.
Setelah secara panjang lebar menguraikan ulasan-ulasan ekonomi dan politik
kaum Turki Muda untuk memisahkan agama dari negara, Sukarno, tanpa berusaha
menyembunyikan persetujuannya, menjelaskan langkah-langkah yang telah diambil
di Turki untuk mensekulerkan negara dalam 1920-an; diakhirinya kesultanan (1922),
76
Barnhard Dahm, hal. 246
dihapuskannya khalifah (1924), dan dinyatakannya agama sebagai urusan pribadi
(1928).
Islam yang sejati, kata Sukarno, mengaitkan berbagai persyaratan kepada
lembaga khalifah, dua diantaranya sangat penting: Pertama, Khalifah harus dipilih
oleh umat Islam; kedua, Khalifah harus mampu melindungi seluruh umat Islam.
Tetapi syarat yang pertama hanya terpenuhi selama dua puluh tahun saja, dan sesudah
itu jabatan khalifah dipegang oleh dinasti-dinasti. Kedua, juga tidak terpenuhi lagi
setelah abad ke-13. Tidak dipilih dan tidak punya otoritas: demikianlah lembaga
Khalifah bisa bertahan selama berbada-abad, sebagai bayangan dari apa yang
dimaksudkan semula. Dan yang lebih celaka lagi, selama berabad-abad agama
dijadikan “alat politik”. Hanya melalui tindakan-tindakan yang diambil oleh kaum
Turki Mudalah agama dikembalikan kepada masyarakat. Setelah itu, katanya,
perkembangan ini merupakan suatu keharusan :
“…Perpisahan antara agama dan negara itu bukanlah Kemal c.s.
yang memulainya. Tidak, perpisahan itu adalah ujungnya satu proses yang
telah puluhan tahun dan ratusan tahun berjalan, ujungnya satu paksaan
masyarakat, yang sudah di zamannya Sulaiman I empat ratus tahun yang lalu,
Sulaiman “de wetgever,” Sulaiman “pembuat undang-undang” memaksa
negara mengadakan perundangan-perundangannya Syari’atul Islam77”.
Alasan lain yang menjadi alasan mengapa seorang Sukarno kemudian
menolak untuk menghubungkan agama kedalam tatanan negara di Indonesia,
menurutnya. bahwa benar-benar tidak mungkin akan meninggalkan agama yang lain
77
Barnhard Dahm, hal. 249
atau membiarkan agama yang lain menjadi didiskriditkan apabila Islam kemudian
hendak di jadikan sebagai ideologi bagi bangsa Indonesia78. Ini juga yang melatar
belakangi mengapa kemudian ia juga tidak menyetujui kalimat penambahan
“menjalani syariat Islam bagi para pemeluknya”.
Tidak hanya sampai disitu sepak terjang sekulernya seorang Sukarno terhadap
Islam. Pada pemerintahan dia selanjutnya, seorang Sukarno nampaknya ia juga sudah
mulai membubarkan kekuatan Islam seperti pembubaran Masyumi misalkan79,
menurut analisa penulis sendiri, pembubaran terhadap Masyumi merupakan salah
satu bentuk bukti nyata kalau sesungguhnya ia benar-benar tidak ingin Islam politik
di Indonesia menjadi satu kekuatan besar yang nantinya bisa mengancam posisi
negara yang telah menggunakan Pancasila sebagai asas negara.
Selanjutnya catatan sejarah juga mencatat bagaimana kemudian oleh Sukarno
seperti Darul Islam (DI) di Jawa Barat setelah dianggap sebagai pemberontak karena
ingin mendirikan sebuah negara Islam di bubarkan olehnya dan bahkan juga telah
dianggap sebagai sebuah kelompok pemberontak yang harus dibasmi sampai keakarakarnya80.
78
Ricklefs, anatara hal 471-508
79
Greg Barton, Ph.D, Gagasan Islam di Indonesia: Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholis
Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid. (Jakarta: Penerbit Paramadina,
1999). Hal, 463.
80
Untuk lebih jelasnya mengenai Gerakan Darul Islam di Sumetera. Lihat dalam Soebardi, S,
(ed & Penj) The Book of Cabolek: a Critical Edition With Intruduction, Translition. (Den Haag:
Martinus Nijhoff, 1975)
Kembali kepada masalah Masyumi, sebagaimana kita tahu bahwa ia
merupakan satu-satunya pada saat itu yang merupakan wadah bagi ummat Islam yang
ada di Indonesia yang sangat besar sekali. Namun kebesaran dan kekuatan tersebut
tidak tidak berdaya melawan rezim Sukarno81.
Demikianlah sekilas singkat kira-kira bagaimana sejarah perjalanan Islam
politik maupun politik Islam yang yang nampaknya sedikit sekali diberi ruang gerak
oleh razim orde lama. Sekali lagi, memang benar kalau kebijakan Sukarno terhadap
posisi Islam tidak seradikal Mustafa Kamal di Turki, namun tetap saja penulis pikir,
seorang Sukarno satu sisi telah menorehkan tinta hitam bagi perjalanan dan
perkembangan politik di Indoensia.
Sukarno yang seorang agamis dan taat menjalankan semua perintah agama
yang ia yakini, dan Sukarno yang menurut pengakuannya sendiri mengatakan kalau ia
sangat mencintai Islam, akan tetapi sangat sedikit rasa pronya terhadap perjuangan
Islam untuk meleburkan diri kedalam tatanan negara.
81
Ricklefs, anatara hal 465
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bila kita telusuri dengan baik dan seksama, bisa kita pahami
bahwa dalam literatur politik modern, Islam politik dan Islamisme sebenarnya
digunakan dengan arti sama. Bahwa Islam politik bisa di artikan sebagaimana yang di
katakan oleh Graham E. Fuller, bahwa Islam Politik adalah “one who believes that
Islam as a body of faith has something important to say about how politics and
society should be ordered in the contemporary Muslim world and who seeks to
implement this idea in some fashion.”i Demikian kira-kira pemaknaan yang menurut
penulis anggap pantas untuk mengertikan apa dan bagaimana sesunguhnya Islam
politik itu sendiri.
Sementara kaitannya dengan posisi Islam politik di Turki dan di Indonesia,
setidaknya ada beberapa kesimpulan. Salah satunya yaitu, bahwa proyek modernisasi
Turki di bawah keuasaan Mustafa Kamal Atatürk, bahwa setidaknya ada enam
langkah yang dilk Setelah berhasil merebut kekuasaan pada tahun 1923, Atatürk
mencanangkan program pembangunan Turki modern lewat `enam anak panah' (Alti
Ok). Yaitu, pertama, prinsip republikanisme (cumhuriyetcilik), bahwa negara Turki
modern menerapkan sistem demokrasi parlementer yang dipimpin oleh seorang
presiden, bukan sultan atau khalifah. Kedua, nasionalisme (milliyetcilik), bahwa
bukan agama atau mazhab tertentu
yang menentukan kewarganegaraan. Ketiga, prinsip kenegaraan (devletcilik), dimana
pemerintah berkuasa penuh dalam pengelolaan ekonomi dan berhak intervensi demi
kepentingan rakyat. Keempat, prinsip populisme (halkcilik) yang dimaknai sebagai
perlindungan hak asasi manusia dan kesetaraan di hadapan hukum. Kelima,
sekularisme
(laiklik), dan terakhir, prinsip revolusionisme (inkilapcilik).
Dari keenam sila ini, sekularisme adalah yang paling berpengaruh. Pada
tanggal 3 Maret 1924, Imperium Osmani yang telah berkuasa selama lebih dari 700
tahun (1299-1922M) itu resmi dihapuskan. Tidak lama kemudian, pengadilan agama
dan pondok-pondok pesantren dibubarkan. Begitu juga tarekat-tarekat sufi.
Selanjutnya, pakaian ala Barat digalakkan, poligami dilarang, dan undang-undang
baru (ala Swiss untuk hokum sipil, ala Itali untuk hukum pidana, dan ala Jerman
untuk hokum perdata) mulai resmi diberlakukan, menggantikan undang-undang
(Syariah) Islam. Selain itu, kalender Hijriah diganti dengan kalender Gregorian
(Masehi), lalu penggunaan huruf Arab untuk bahasa Turki dilarang dan diganti
dengan huruf Latin.
Pada perkembangan selanjutnya, ideologi sekular Atatürk –terkenal dengan
sebutan "Kemalisme"- menjelma jadi sangat anti-agama dan ultra- nasionalistik.
Segala yang bercirikan Islam atau berbau Arab dilecehkan sebagai keterbelakangan,
kemunduran dan kebiadaban (barbarism). Siapa yang berani mempersoalkan
sekularisme dituduh
sebagai pengkhianat negara, tidak rasional dan sektarian. Selain itu, untuk menjamin
kelanggengan ideologi ini, rezim Kemalis menciptakan apa yang mereka sebut
sebagai `Islam tercerahkan' (cagdas Islam), mirip dengan gagasan Islam progresif di
Amerika Serikat, Islam modernis di Pakistan, atau Islam hadhari di Malaysia.
Proyek Atatürk ini pada intinya bertujuan mencabut Islam dari akar-akarnya
(to promote disestablishment of Islam), tulis sejarawan politik Hakan Yavuz. Namun
sekularisme sebagai ideologi negara dinilai banyak pengamat telah gagal mencapai
tujuannya. Buktinya, hingga saat ini belum banyak kemajuan yang diraih. Setelah
lebih setengah abad berusaha menjadi sekular, Turki masih saja dianggap belum
semaju, semodern dan sedemokratis negara-negara Eropa. Jangankan melampaui,
menyamai Imperium Osmani pun belum bisa. Justru diam-diam namun pasti, Islam
sebagai kekuatan politik nampak mulai bangkit melawan kekuatan sekular dan
berusaha merebut kembali tampuk kekuasaan dari tangan mereka (Lihat: Heinz
Kramer, A Changing Turkey: The Challenge to Europe and the United States,
Washington, D.C., 2000).
Istilah sekuler sebenarnya sudah bukan lagi hal yang baru kita kenal. Kata ini
berasal dari bahasa latin yang memiliki makna ”ruang” atau “waktu” sementara
sekulerisasi sendiri menurut para ahli diartikan sebagai suatu kecendrungan
mengenai cara melakukan interpretasi yang bersifat secular dan rasional itulah yang
dikenal sebagai sekularisasi. Atau dengan bahasa yang lainnya berarti sebagai suatu
pembebsan manusia dari agama dan metafisika Artinya, terlepasnya dunia dari
pengertian –pengertian religius yang suci, dari pandangan dunia yang semu, atau dari
semua mitos supra-natural. Kemudian manusia mengalihkan perhatiannya lepas dari
dunia tersebut ke arah dunia sini dan waktu ini.
Sementara itu Mustafa Kamal oleh sebagian masyarkat Turki di kenal sebagai
orang yang telah menyelamatkan Turki dari keterbelakangan dan kejumudan, dia juga
bersama dengan teman-temannya yang telah merubah Turki dari system kekhalifahan ke sistem republik sekuler Turki,.
Daftar Pustaka
A. Munghni, Syafiq. “Sejarah kebudayaan Islam di Turk”i. Jakarta 1997. Penerbit
Logos Wacana Ilmu
Ahmad, Zainal Abidin, “Piagam Nabi Muhammad Saw”, Jakarta:Bulan Bintang,
1973.
Alfian,
“Pemikiran
Dan
Perubahan
Poltik
Indonesia
di
Indonesia”,
Jakarta:Gramedia, 1981.
Ali, Mukti. “Islam dan Sekularisme di Turki”. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1994.
Alimin, AP Sati, “M. Natsir Versus Soekarno”, Padang: Yayasan Pendidikan Islam,
1976.
Anshary, Endang, “Piagam Jakarta 22 juni 1945” Bandung: Pustaka Salma, 1981.
Apter, David, “Pengantar Analisa Politik”, Jakatra: LP3ES, 1985.
Ar-Rais, Dhiya’ad Din, “Islam dan Khilafah, Kritik terhadap Buku Khilafah dan
Pemerintahan dalam Islam”, terj.Bandung:Pustaka Salman, 1985.
Badri Yatim MA. “Sejarah peradaban Islam”. Jakarta 2004. PT Raja Grafindo
Persada
Haryatmoko, Dr. “Etika Politik dan kekuasaan”. Jakarta 2003. Penerbit Kompas
Kongar, Emre. “Imparatorluktan Gunumuze Turkiye’nin Toplumsal Yapisi (Struktur
Masyarakat Turki dari Masa Imperium hingga Masa Kontemporer”. Istanbul:
Remzi Kitabevi, 1997.
Lerner, Daniel. “Memudarnya Masyarakat Tradisional”. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1978.
Maryam, Siti (ed.). “Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik hinggga Modern”.
Yogyakarta: LESFI, 2004.
Mintarja, Endang. “Politik berbasis Agama”. Jakarta 2006 Pustaka Pelajar
Ozbay, Ferhunde (ed.). “Women, Family, and Social Change in Turkey”. Bangkok:
1990.
Ozbudun, Ergun (ed.). “Perspectives on Democrasy in Turkey”. Ankara: Sevinç
Matbaasi, 1988.
Suhelmi, Ahmad MA. “Polemik Negara Islam”, Jakarta 2002. Penerbit Teraju
Turner, Bryan S. “Sosiologi Islam, Suatu Telaah Analitis atas Tesa Sosiologi Weber”
(terj.). Jakrata: Rajawali Pers, 1984.
________The Ottomans A Brief Story of World Empire. Ankara: Ministry of Foreign
Affairs of the Republic of Turkey, 2000.
________Turkey and the European Union: an Overview. Ankara: The Ministry of
Foreign Affairs of the Republic of Turkey, 2001.
Tijdauan islam ir soekarno hamka dan .a.m. Pamuntjak .ar muchlis (m. Natsir) ed.
Tebingtinggi: pustaka al hamra,1947.
“lahirnya pantjsila,” dalam civics” manusia dan masyarakat baru di indonisia.jakarta”
departemen penerangan indonesia,1960.
Transkip stenografis dari pidato 1 juni 1945.
Sukarno, tindjawan islam. Ir. Sukarno, hamka, dan am pamundjak. Ar. Muchls (m.
Natsir), ed tebingtinggi; pustaka al-hamra, 1947
……., djilid pertama, k. Gyoenadi dan hm. Nasutioan, eds. Jakarta: panitia dibawah
bendera revulusi, 1959. Essay dan artikel dan surat-surat sukarno.
Yamin, muhammad. Naskah persiapan undang-undang dasar 1945 jakarta: jajasan
prapantja, 1959
……, proklamasi dan konstitusi republik indonesia, jakarta dam amsterdam:
djembatan, 1951
Lahirja pantjasila _ the birth of panjasila (dalam bahasa inggeris). Jakarta: indonesia,
minestry of inpormation, 1952. Terjemahan paling baik a
Raffles, t.s.
The history of java, 2 vols. Landon; black,parbury and allen;j
murray,1817. Raliby, o.documenta historica 1.sedjara documenter dari pertumbuhan
dan perdjuangan negara republik indonesia,jakarta;bulan bintang,1953.
i
Graham E. Fuller, The Future of Political Islam, hlm. xi
Download