ISLAM POLITIK: STUDI KOMPARATIF ANTARA MUSTAFA KAMAL ATATURK DAN SUKARNO Oleh : Abdul Mannan NIM : 101033221771 JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428/2007 Bismillahirrohmanirrrahiim KATA PENGANTAR Segala Puji hanya kepada-Mu wahai Tuhanku yang tiada Tuhan patut untuk kusembah melainkan diri-Mu, dan aku juga menyakini bila Muhammad adalah seorang nabi yang engkau utus untuk menyampaikan risalah kebenaran terhadap kami. Tuhan, aku sebagai seorang hamba, sudah barang tentu, akan senantiasa menggantungkan diri hanya kepada-mu. Semoga Engkau menerimaku sebagaimana Engkau telah menerima para hamba-Mu yang telah Engkau jadikan sebagai kekasih-Mu. Ya Tuhan, kiranya tiadalah satu-pun yang mampu memberi kecuali Engkau, maka biarkan aku meminta hanya pada-Mu. Dan cinta-Mu sudah lebih daripada cukup bagiku Tuhan. Ya Tuhan, aku tahu tentang-Mu lewat seorang hamba-Mu yang Engkau utus. Muhammad itu, aku memohon kepada-Mu. Limpahkanlah Shalawat dan Salam-Mu kepangkuannya. Amien Ya Rabbal Alamien Penyelesaian dalam penulisan tugas akhir ini bisa dikatakan agak lambat dan terburu penulis kerjakan. Penulis katakan terlambat, semestinya tugas akhir ini sudah penulis kerjakan pada semester delapan yang lalau, namun karena banyak hal yang musti penulis kerjakan, pada akhirnya tugas akhir ini-pun terpaksa penulis tunda. Kemudian dikatakan terburu-buru, terus terang, penulis mengerjakannya tidak lebih dari satu bulan kurang, Alhamdulilah pada akhirnya-pun bisa juga selesai. Sudah barang tentu penulisan tugas ini rasanya sangat mustahil bisa selesai dalam deadline hanya satu bulan kalau tidak ada banyak tangan yang bersedia membantu penulis didalam menyelesaikannya. Terima kasih penulis yang tak terhingga kepada mereka, semoga Tuhan yang maha kuasa berkenan membalasnya. Bunda, entah apa yang mesti kukatakan padamu sebagai rasa terima kasihku ini. Lewat dirimu Tuhan telah menitipkan aku padamu. Bersama ayah kalian telah membesarkanku hingga aku jadi begini rupa, hingga akhirnyapun aku tahu tentang hidup, tentang segalah hal yang sebelumnya aku tidak pernah tahu. Entah apa yang harus kuberikan padamu Bunda, aku sadar, sekalipun keindahan bumi dan langit kuberikan padamu itu belum apa-a;pa. namun aku yakin Bunda, bila bunda tak perlu semua itu. Terima kasih bunda, semoga Tuhan yang Maha Kuasa bisa menempatkanmu di tempat yang tinggi sebagaimana yang telah Ia janjikan. Dan engau ayah, semoga engkau tenang diperistirahatanmu yang terakhir. Anakmu kan terus memohon kepada-Nya agar engkau bahagia. Insya-Allah kami yang masih ada di dunia ini juga akan menyusulmu kembali kepada-Nya, Tentu saja rasa terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat Bapak Sirojuddin, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi pembimbing di dalam penulisan tugas akhir ini. Rasanya tanpa adanya keikhlasan dari beliau menemani penulis maka tugas akhir ini tak mungkin bisa terselesaikan. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa akan membalasnya sesuai dengan semua amal yang telah beliau kerjakan. Ibunda Dra. Wiwik Siti Sajarah, bagi penulis engkau bukan hanya sekedar sebagai guru yang melakukan kewajibanmu mendidikku, namun bagi penulis, di samping semuanya itu engkau juga sudah kami anggap ibu yang telah dengan sabar membimbingku. Tak hanya itu, bahkan engkau juga seorang teman yang sangat baik yang pernah penulis kenal. Kelembutan sikapmu dan kesehajaan yang dirimu tunjukkan pada kami selama ini sungguh kami telah banyak belajar bagaimana untuk menjadi orang yang arif dan bijaksana. Terima kasih bunda, semoga Tuhan akan menempatkanmu di tempat sebagaimana yang telah Ia janjikan bagi orang-orang yang shaleha sepertimu. Tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua para dosen, terutama mereka yang ngajar di fak Ushuluddin dan Filsafat, yang penulis tak mungkin menyebutnya satu persatu. Demikian juga kepada seluruh jajaran pengawai perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis hingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan. Kepada yang terhormat H. Abdul Hakim Ilyas dan Istri Hj, Amsani, paman yang sekaligus telah penulis anggap sebagai kedua orang tua bagi penulis. Terima kasih, semoga segala apa yang telah kalian lakukan selama ini bermampaat. Demikian juga buat adikku, Hasan Basyri, Iim, Nikma, Riche, Pepen, Lusy, Ega, dan yang lainnya. Terus terang, karena kalianlah, semangatku kembali menggebu, kalian adalah pelita dalam hidup kakak, teruslah berjuang, kakak yakin kalian pasti bisa. Maka itu, teruslah kejar cita-cita kalian, jangan menyerah. Untuk Riskiyah adikku, terima kasih, kak Sholeh Ilyas, kak Qomaruddin SF beserta Istri tercinta embak Ira, terima kasih atas semuanya. Terakhir untuk adikku NingMala Syaqilah, kini kakak baru mengerti bagaimana menjadi orang yang sabar, terima kasih, engkau telah mengajarkan banyak hal pada kakak, dan kakak mungkin tidak bisa memberimu apa-apa, namun yakinlah, kakak akan terus menjagamu. Untuk Rahmi Syauqi Ilahi, Ade Mulayana, Nabil Kalabaan, Lisan Ramdhan, Lilis Saadah, dan yang seangkatan dengan penulis yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu-persatu. Semoga kebersamaan yang selama ini kita rajut akan terus berkembang dengan indah. Buat kawan-kawan IMM cabang Ciputat, dan anak-anak Asrama Putra/Putri IMM, Ghulam, hafidin, Jaya, Kahfi, Arva, Safna, Kiki, Pipit, Nunung, dan semuanyanya. Terima kasih, dari kalian penulis banyak belajar banyak. Akhirnya, semoga karya ini bermamfaat, khususnya bagi penulis sendiri. Demikian juga untuk semua. Amien Ya Rabbal Alamien. Jakarta, 25 Februari 2007, Penulis ISLAM POLITIK: STUDI KOMPARATIF ANTARA MUSTAFA KAMAL ATATURK DAN SUKARNO KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Metode Penelitian E. Sistematika Penulisan BAB II BIOGRAFI SINGKAT MUSTAFA KAMAL ATATURK DAN SUKARNO A. Mustafa Kamal Ataturk 1. Masa Kecil dan Riwayat Pendidikan 2. Karir di Dunia Militer dan Politik 3. Sebagai Bapak Turki B. Sukarno 1. Masa Kecil dan Riwayat Pendidikan 2. Karir di Dunia Politik dan Beberapa Karyanya 3. Sebagai Bapak Proklamator BAB III, PENGERTIAN ISLAM POLITIK DAN SEJARAHNYA DI TURKI DAN INDONESIA A. Pengertian Islam Politik. B. Sejarah Islam Politik Turki 1. Pada Masa Turki Usmani, 2. Keruntuhan Khilafah Turki Usmani, Dan 3. Status Baru Negara Turki; Dari Khilafah Ke Republik. C. Sejarah Islam Politik Indonesia 1. Indonesia Pada Zaman Kolonial, 2. Menjelang Kemerdekaan Sampai Awal Kemerdekaan, 3. Lahirnya Razim Orde Lama BAB IV POSISI ISLAM POLITIK TURKI DAN INDONESIA DI BAWAH KEPEMIMPINAN DUA TOKOH SEKULAR A. Pengertian Sekular B. Paham Sekularisasi Mustafa Kamal Attaruk dan Sukarno C. Posisi Islam Politik Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kamal Ataturk D. Posisi Islam Politik Indonesia di bawah kepemimpinan Sukarno BAB V PENUTUP A. Saran-Saran B. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nama Turki1, atau sekarang lebih popular di kenal sebagai republik baru Turki2 dalam sejarah sepertinya memang memiliki catatan tersendiri. Asal mula bangsa ini, diperkirakan dari Asia Tengah. Dan secara historis, bangsa ini juga telah mewarisi banyak peradaban besar sebelumnya. Seperti Romawi di Anatolia, peradaban Islam, Arab dan Persia sebagai warisan dari Imperium Usmani dan pengaruh negara-negara Barat Modern yang hingga saat ini bangunan-bangunan bersejarah tersebut masih ada. Seperti di Istanbul dan kota-kota lain yang ada di Turki. katakanlah seperti bangunan Aya Sofya 3 dan lain sebagainya Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan yang 1 Negara Turki adalah negara di dua benua. Dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer persegi, 97% (790.200 km persegi) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km persegi) terletak di benua Eropa. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki jembatan antara Timur dan Barat. (lebih lanjut baca makalah Ade Solihat dalam:”Kemalisme, Budaya dan Negara Turki”. Tahun 2005) 2 Syafiq A. Munghni dalam bukunya, “Sejarah Kebudayaan Islam di Turki”. (Penerbit Logos Wacana Ilmu. Jakarta 1997), cet ke-I. 3 Yaitu sebuah bangunan yang awalnya merupakan Gereja yang pada masa Bizantium fungsinya kemudian di rubah menjadi mesjid pada masa Khalifah Usmani sementara setelah Mustafa kamal menjadi penguasa di negeri tersebut bangunan tersebut kembali beruba fungsi menjadi sebuah musium. mendalam bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani. Islam di masa kekhalifahan diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Allah SWT sebagai Khalik, Sang Pencipta; dan juga suatu sistem sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Islam yang muncul di Jazirah Arab dan telah berkembang lama di wilayah Persia, berkembang di wilayah kekuasaan ke-Khalifahan Turki dengan membawa peradaban dua bangsa tersebut. Selanjutnya nampak juga telah memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut ke dalam kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini menimbulkan kekeliruan pada masyarakat awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan bangsa Arab. Suatu anggapan yang keliru yang selalu ingin diluruskan oleh bangsa Turki sejak tumbuhnya nasionalisme pada abad ke-19. Selanjutnya arah modernisasi yang berkiblat ke Barat telah menyerap unsur-unsur budaya Barat yang dianggap modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang telah mewarnai identitas masyarakat Turki. Kemudian yang dianggap sebagai momentum pertama kontak antara Turki dengan dunia Barat adalah jatuhnya konstantinopel, ibukota Bizantium, ke tangan pasukan Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan Muhammad II pada tahun 1453.4 Konstantinopel yang selanjutnya diganti menjadi Istanbul, adalah suatu kota metropolis yang berada di benua Asia dan Eropa. Inilah titik awal masa keemasan 4 Syafiq A. munghni dalam, “Sejarah Kebudayaan Islam di Turki” (Penerbit Logos Wacana,1997) cet, I hal.122 Turki Usmani, yang terus cemerlang hingga abad ke-18 dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas membentang dari Hongaria Utara di Barat hingga Iran di Timur; dari Ukrania di Utara hingga Lautan India di Selatan. Sementara kegagalan pasukan Turki dalam usaha penaklukan Wina, merupakan suatu awal memudarnya kecermelangan Imperium Turki. Kekalahan tersebut dimaknai sebagai melemahnya kekuatan pasukan Turki dan menguatnya pasukan Eropa. Lebih disadari lagi bahwa kekalahan itu menandai kelemahan teknik dan militer pasukan Turki. Inilah yang menjadi awal munculnya upaya mencontoh teknologi militer Barat yang dianggap telah maju. Selanjutnya kondisi ini membawa Turki Usmani pada suatu masa pembaruan atau modernisasi. Setelah Perang Dunia I pada tahun 19185, dengan kekalahan pihak Sentral yang didukung oleh Turki, Imperium Turki Usmani mengalami masa kemuduran yang sangat menyedihkan. Satu persatu wilayah kekuasaan yang jauh dari pusat membebaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani. Bahkan lebih buruk lagi negaranegara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah kekuasaan Turki untuk dijadikan negara koloni mereka. Kondisi porak porandanya Imperium menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi muda Turki ketika itu. Pemikiran tentang identitas bangsa dan pentingnya suatu negara nasionalis yang meliputi bangsa Turki menjadi wacana yang banyak diperdebatkan. Pada tahun 1919-19236 terjadi revolusi Turki di bawah pimpinan Mustafa 5 6 Ibid., hal 91. Ibid., hal 141 Kemal. Kecemerlangan karier politik Mustafa Kemal dalam peperangan, yang dikenal sebagai perang kemerdekaan Turki, mengantarkannya menjadi pemimpin dan juru bicara gerakan nasionalisme Turki. Gerakan nasionalisme ini, yang pada waktu itu merupakan leburan dari berbagai kelompok gerakan kemerdekaan di Turki, semula bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Turki dari rebutan negaranegara sekutu. Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik Turki di atas puing-puing reruntuhan kekhalifahan Turki Usmani dengan prinsip sekularisme, modernisme dan nasionalisme. Meskipun demikian, Mustafa Kemal bukanlah yang pertama kali memperkenalkan ide-ide tersebut di Turki. Gagasan sekularisme Mustafa Kemal banyak mendapat inspirasi dari pemikiran Ziya Gokalp, seorang sosiolog Turki yang diakui sebagai Bapak Nasionalisme Turki. Pemikiran Ziya Gokalp adalah sintesa antara tiga unsur yang membentuk karakter bangsa Turki, yaitu ke-Turki-an, Islam dan Modernisasi7. Itulah Turki yang dengan segala bentuk keuletannya telah mampu menunjukan kepada dunia bahwa bangsa ini tentunya tidak hanya ingin berkutat dalam bentuk struktur yang sifatnya tradisionalis namun juga akan terus berusaha dengan semaksimal mungkin untuk terus mengikuti perkembangan zaman. Lantas bagaiamana dengan keadaan dan atau perkembangan Islam sendiri di Indonesia, Kira-kira pada Abad 20, sepertinya memang satu awal momentum bagi pergerakan Islam untuk kembali bangkit dari berbagai keterpurukan yang sedang 7 Ali, Mukti, “Islam dan Sekularisme di Turki”. (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1994.) dialaminya. Terutama sebelum itu kita tahu kerajaan Usmani mengalami kemunduran yang pada saat itu bisa dikatakan sebagai satu-satunya pemangku bagi kekhalifahan dalam Islam. Ada satu gerakan yang penulis pikir untuk kita lihat, yaitu gerakan wahabi yang saat itu dipelopori oleh Jamaluddin al-Afgani. Dari berbagai gerakan pembaharuan yang beliau lakukan tersebut nampaknya telah memberikan pengaruh yang tidak hanya terjadi di dunia Arab, di Indonesia-pun ternyata kebangkitan Islam ikut terpengaruh. Hal ini bisa kita lihat misalkan yang tejadi di Minangkabau pembaharuan, terutama dari system pendidikan dan pemikiran yang ada di sana. Kemudian muncul berbagai organissai ke-islaman. Seperti Sarekat Dangang Islam (SDI), ada juga organisasi yang berbasis keislaman di Majalengka dengan nama Perserikatan Ulama di Majalengka, kemudian Muhammadiyah di Jogjakarta, Persatuan Islam atau Persis yang bermukim di Bandung, NU di Surabaya dan masih banyak lagi oraganisasi lainnya yang berdiri saat itu8. Hingga dalam waktu yang bersamaan pemerintahan Jepang yang ada di Indonesia telah menjalankan politik Etis, taktik ini mereka lakukan sebagai salah satu bentuk balas jasa yang dilakukan oleh mereka terhadap masyarakat Indonesia. Berbagai sekolahan-pun mereka dirikan, walau dalam sejarah dikatakan tidak semua orang Indonesia yang bisa masuk ke sekolahan tersebut, dan hanya orang-orang tertentu dai masyarakat Indonesia yang bisa memasukinya, namun dari kenyataan 8 Badri Yatim, MA dalam bukunya, “Sejarah Peradaban Islam”.(Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta) cet, 2004 tersebut diatas, ada beberapa hal yang cukup positif yang bisa diambil oleh bangsa kita. Katakanlah dengan munculnya sekolah-sekolah yang telah didirikan oleh kaum pribumi, betapa selama ini meraka sudah dibodohi dan dijajah oleh bangsa lain. Inilah kemudian salah satu yang menjadi penyebab rasa nasionalisme rakyat Indonesia-pun muncul. Lebih-lebih dari kalangan muda, hal tersebut bisa kita buktikan dengan munculnya banyak tokoh muda yang sangat revolusioner, dan merekalah yang telah banyak berjuang hingga bangsa ini pada akhirnya bisa keluar dari kungkungan kaum penjajah, dan dari sekian banyak tokoh yang lahir pada saat itu, tentunya nama Sukarno atau lebih akrab di panggil bung Karno merupakan tokoh penting yang patut kita perhatikan. Karena perjuangan beliau-lah bangsa ini sekali lagi bisa merdeka sampai saat ini. Dan mengenai prihal riwayat masa kecil Sukarno sendiri, menurut Ahmad Suhelmi tak banyak di ketahui fakta-fakta seputar kehidupan beliau. Ia lahir pada tanggal 06 Juni 1901 di sebuah kota yaitu tepatnya di kota Blitar9. Ada satu hal yang menurut penulis cukup penting menjadi catatan seputar keberadaan beliau, bahwa beliau tidak pernah memasuki dunia pendidikan agama secara formal. Jikapun dia belajar tentang ilmu keagamaan, itu mungkin hanya terjadi saat oleh sang Ayah dititipkan pada salah satu temannya yang kebetulan temannya 9 hal. 15 Ahmad Suhelmi, “Polemik Negara Islam, sukarno Versus Natsir” (penerbit Teraju;2002) tersebut merupakan salah satu tokoh penting Islam saat itu10. Dari orang inilah kemudian Sukarno muda nantinya bekal mengalami gamblengan hingga seorang Sukarno muda bisa menjadi orang penting yang sangat di perhitungkan baik oleh kawan maupun lawan. Masih tentang Sukarno, melacak dari segi ideologisnya, banyak para pengamat menganggap bila ia merupakan seorang yang sinkritis. Artinya dalam paham idiologi, setidaknya ada empat aliran ideologi yang dianut; Tradisionalisme Jawa, Nasionalisme, Islam dan Marxisme11 Tentu saja ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang sukarno mampu memengang empat idiologi sekaligus. Antara lain, menurut ahmad Suhelmi, kebiasaan Sukarno yang tak henti-hentinya telah menenggelamkan dirinya kedalam dunia pemikiran.bahkan masih menurut Ahmad Suhelmi, dari pergalutannya dengan dunia pemikiran, sampai-sampai Sukarno sendiri merasa bahwa dirinya telah melakukan dialog dengan Gladson, Beatrice Webb,Mazzini dan lain sebagainya12. Itulah Sukarno, sosok pemimpin besar yang sangat berpengaruh dan memiliki wibawa yang tidak kalah besarnya dengan tokoh lain yang ada di dunia. Nama Sukarno terlepas dari sisi negatif yang mungkin pernah ia lakukan selama hidupmnya, namun tetap saja beliau adalah pahlawan bagi kejayaan bangsa kita, dan namanya tidak mungkin bisa kita lupakan. 10 Nama Tokoh tersebut adalah Tjokroaminoto. Mengenai gambaran dari watak Ideologis Sukarno ini bisa kita lihat dalam artikelnya dia yang pernah di tulis pada tahun 1926, “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme,“ dalam Di Bawah Bendera.hal. 1-23. 12 Mengenai pernyataan tersebut, Ahmad Suhelmi sendiri mengutip di dalam buku, “ Bung Karno Putera Sang Pajar”,( Jakarta:Gunung Agung, 1981) hal.24 11 Terlepas dari persoalan tersebut diatas, ada keinginan bagi penulis untuk menelaah lebih mendalam tentang bagaimana sesungguhnya tipe kepemipinan dua orang ini – Mustafa Kamal Ataturk dan Sukarno. Artinya penulis ingin menelaah lebih lanjut seputar posisi Islam politik selama beliau menjadi pemimpin. Ada beberapa alasan mengapa kemudian penulis merasa sangat tertarik untuk melakukan pengkajian. Salah satunya yaitu, katakanlah di Turki misalkan, Turki sendiri sebagaimana dalam catatan sejarahnya dikatakan merupakan salah satu yang di dalamnya Islam telah mengukir sejarah peradabanya. Sementara itu di Indonesia sendiri, bangsa ini ternyata konon merupakan sebuah bangsa yang masyarakatnya hampir 95 % memeluk agama Islam. Bahkan di disebutkan bahwa bangsa Indonesia merupakan Negara dengan agama Islam terbanyak di dunia. Berangkat dari kenyataan tersebut kemudian yang menjadi salah satu ketertarikan bagi penulis untuk menelaah lebih lanjut bagaimana sesunguhnya posisi Islam politik di dua negara tersebut saat berada di bawah kepemimpinan Mustaf Kamal di Turki dan Sukarno di Indonesia. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk mengungkap dari apa yang menjadi persoalan tersebut di atas dengan jelas serta lugas dan demikian juga supaya tidak melebar kemanan-mana, maka dalam penulisan skripsi ini penlis akan memberikan batasan-batasan yang selanjutnya akan merumuskan masalah yang menjadi pokak persoalan yang akan di telaah pada penulisan skripsi ini. Yaitu telaah penulisan dalam skripsi ini hanya mencakup Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kamal dan Indonesia di bawah kepemimpinan Sukarno. Dengan perumusan masalah sebagai berikut; Bagaimana sesungguhnya posisi Islam politik di Turki saat Negara ini berada di bawah kepimpinan sekuler Mustafa Kamal. Demikian juga di Indonesia di bawah kepemimpinan Sukarno. Kemudian adakah perbedaan ataupun kesamaan seputar keadaan dan posisi Islam politik di Turki dan Indonesia? C. Tujuan Penelitian Bagi penulis, setidaknya ada dua tujuan dalam penulisan skripsi ini. Pertama, yaitu tujuan secara umum, dan yang kedua tujuan secara khusus. Adapun tujuan secara umum yaitu sebagai berikut: 1. Berusaha untuk melihat bagaimana sesungguhnya posisi Islam politik pasca keruntuhan kekhalifahan Usmani di Turki. Demikian juga posisi Islam politik pasca kemerdekaan di Indonesia. 2. Bagaimana sikap dan perlakuan Mustafa kamal di dalam melihat posisi islam politik yang ada pada saat itu. Serta sejauh mana dampaknya terhadap Islam. Demikian juga di Indonesia pada saat kepemimpinan Sukarno 3. Melihat letak perbedaan dari pola ke dua tokoh tersebut hubungannya dengan sikap, pandangan dan perlakuannya terhadap islam politik Selanjutnya tujuan secara umum dalam penulisan skripsi ini tidak lain untuk memenuhi salah satu tugas akhir bagi penulis sendiri dalam rangkah guna memperoleh gelar sarjana starata satu (S-1) di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Metode Penelitian Dalam membahas skripsi ini, penulis akan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu penulis berusaha semaksimal mungkin mengumpulkan data dan informasi melalui literatur-literatur kepustakaan, majalah, artikel maupun juga dari sumber apapun termasuk juga website yang ada kaitannya dengan apa yang menjadi pokok penelitian di dalam penulisan skripsi ini. Sementara itu dalam penganalisaan atas data yang nantinya sudah di peroleh, penulis menggunakan metode analisa komparatif. Selanjutnya tehnik di dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada buku pedoman akademik Fak. Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005-2006. E. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab, yang tiap bab-nya terdiri dari sub bab: Adapun pada bab yang ke-I, yaitu berisikan Pendahuluan, dengan meliputi sub sub pembahasan, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metode penulisan, manfaat/tujuan penulisan, dan Sistematika penulisan. Pada bab ke-II, skripsi akan membahas secara singkat seputar biografi mustafa kamal dan sukarno, dengan sub pembahasan. Biografi singkat mustafa kamal. Yaitu, masa kecil dan riwayat pendidikan, karir di dunia meliter dan politik dan menjadi bapak turki. Kedua, biografi singkat sukarno, dengan meliputi; pada masa kecil, riwayat pendidikan, karir di dunia politik serta sebagai bapak proklamator bagi kemerdekaan bangsa Indonesia Kemudian pada bab yang ke-III, yaitu akan membahas tentang Islam politik dan sejarahnya di Turki dan Indonesia, yang terdiri dari beberapa sub pembahasan. Pertama, Pengertian Islam Politik. Kedua, Sejarah Islam Politik Turki yang meliputi, pada masa Turki Usmani, Keruntuhan Khilafah Turki Usmani, dan status baru negara Turki; dari Khilafah ke republik. Ketiga, yaitu Sejarah Islam Politik Indonesia dengan cakupan. Indonesia pada zaman Kolonial, pra kemerdekaan, menjelang kemerdekaan sampai awal Kemerdekaan, dan di lanjutkan kemudian dengan lahirnya razim Orde Lama Sementara pada bab yang ke-IV, penulis akan membahas tentang posisi dan keadaan Islam politik Turki dan Indonesia di bawah kepemimpinan Mustafa Kamal dan Sukarno dengan sub pembahasan. Pertama, pengertian sekular. Kedua, sekularisasi versi Mustafa Kamal Attaruk dan Sukarno. Ketiga, posisi Islam politik Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kamal Ataturk dan yang Ke-empat yaitu posisi Islam politik Indonesia di bawah kepemimpinan Sukarno Selanjutnya pada bab yang ke-V yaitu penutup yang berisikan saran-saran dan kesimpulan BAB II BIOGRAFI SINGKAT MUSTAFA KAMAL ATATÜRK DAN SUKARNO A. Mustafa Kamal 1. Masa Kecil dan Riwayat Pendi dikan Nama Mustafa Kamal, khususnya di mata rakyat Turki nampaknya memang memiliki tempat tersendiri yang sulit terhapuskan begitu saja. Dialah yang sudah mengubah Turki dari system kesultanan ke system ala Barat. Mustafa Kamal lahir pada tahun 1881, di Selânik Ottoman13, Mustafa kecil sebagai seorang anak pegawai kecil yang kemudian menurut ceritanya, sang ayah beralih profesi menjadi pedagang kayu. Sesuai dengan kebiasaan Turki pada waktu itu, ia dinamai Mustafa saja. Ayahnya sendiri, Ali Rıza Efendi, meninggal dunia saat Mustafa baru berusia tujuh tahun. Karena itu, Mustafa kecil kemudian dibesarkan oleh ibunya Zübeyde Hanım. Saat usianya telah mencapai 12 tahunan, Mustafa masuk ke sekolah militer di Selânik dan Manastır14, kedua-duanya pusat nasionalisme Yunani yang anti-Turki. Mustafa belajar di sekolah menengah militer di Selânik, di sana namanya ditambahkan dengan nama Kemal "kesempurnaan" oleh guru matematikanya sebagai pengakuan atas kecerdasan yang di miiliki olehnya. 13 14 Kini Thessaloniki di Yunani Kini Bitola Mustafa Kemal masuk ke akademi militer di Manastır pada 1895. kemudian Ia lulus dengan pangkat letnan pada 1905 dan ditempatkan di Damaskus. Di sinilah ia segera bergabung dengan sebuah kelompok rahasia kecil yang terdiri dari perwira-perwira yang menginginkan pembaruan, yang dinamai Vatan ve Hürriyet yang berarti tanah air dan kemerdekaan, kelompk ini kemudian menjadi penentang aktif rezim Ottoman, dan pada tahun 1907 ia ditempatkan di Selânik dan bergabung dengan Komite Kesatuan dan Kemajuan yang biasa disebut sebagai kelompok Turki Muda. Pada 1908 kaum Turki Muda merebut kekuasaan dari Sultan Abdul Hamid II, dan Mustafa Kemal menjadi tokoh militer senior. Pada 1911, ia pergi ke provinsi Libya untuk ikut serta dalam melawan invasi Italia. Pada bagian pertama dari Perang Balkan Mustafa Kemal terdampar di Libya dan tidak dapat ikut serta, tetapi pada Juli 1913 ia kembali ke Istanbul dan diangkat menjadi komandan pertahanan Ottoman di wilayah Çanakkale di pantai Trakya (Thrace). Kemudian pada 1914 ia diangkat menjadi atase militer di Sofia, 2. Karir di Dunia Meliter dan Politik Mustafa Kemal mengenal dunia politik melalui temannya Ali Feti. Temannya ini mendorongnya untuk memperkuat dan memperdalam tentang bahasa Perancis, sehingga ia dapat membaca karangan filosof-filosof perancis Perancis Rousseau, Voltaire, Aguste Comte, Mostesquieu, dan lain-lain. Pada saat itu, tantangan terhadap kekuasaan absolut Sultan Abdul Hamid sedang marak. Mustofa Kemal sangat mendukung adanya gerakan-gerakan kritik terhadap Sultan. Gerakan ini tidak hanya dilakukan oleh keum pelajar saja, namun juga dari militer. Kemudian melihat suasana yang makin memanas yang terjadi di Turki Mustafa Kemal-pun akhirnya melakukan satu inisiatif yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok penentang Sultan dengan mengadakan rapat-rapat gelap, menerbitkan surat-surat kabar dengan tulisan tangan yang di sebarkan di kalangan mereka sendiri15. Setelah di penjara beberapa bulan, Mustafa Kemal memulai karirnya dibidang kemiliteran. Ia ditugaskan untuk bergabung dengan pasukan kelima di Damaskus unmtuk menumpas pemberontakan sekte Druzz.16 Sebagai catatan, bahwa latar belakang kenapa kemudian muncul adanya pemberontakan di Turki pada saat itu, seperti yang dilakukan oleh sekte Druzz misalkan, hal itu terjadi karena dilatarbelakangi oleh adanya keabsolutan dari Sultan sendiri. Sementara kondisi politik semakin kacau, karena Sultan Abdul Hamid masih berlaku absolut dan mementingkan kesejahteraan keluarga kerajaan. Seiring dengan semakin terdesaknya Turki oleh serangan sekutu (Inggris, Perancis dan Rusia), Mustafa Kemal bersama-sama dengan kawan-kawannya yang ada di Damaskus 15 Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Mustafa Kamal dan kawan-kawannya tersebut, sampai kemudian ia pernah dipenjara selama beberapa bulan dan bahkan ia juga dengan temannya Ali Fuad sempat pernah dibuang ke luar Istanbul yaitu ke Syuriah. (Lebih jelas lihat, Harun Nasution, hal.144. lihat juga pada M. Syafi’I Anwar. hal. 86 16 Syafi’I Mughni, sejarah kebudayaan islam di Turki (Jakarta:Logos, 1997), hlm. 146 membentuk perkumpulan yang disebut Vatan (tanah air), yang bergerak membentuk revolusi Turki. Namun rencananya gagal karena kondisi tidak mendukung untuk menciptakan sebuah revolusi. Pada tahun 1907, ia pindah ke Salonika dari Damaskus si sini sudah terbentuk perkumpulan yang lebih luas fungsinya di bandingkan yang akan dibuat Mustafa Kemal. Mustafa Kemal kemudian bergabung dalam perkumpulan persatuan dan kemajuan (Ittihad ve Terekki). Perkumpulan ini dipimpin oleh tiga serangkai Enver Pasya,17 Talat Pasya,18 dan Jemal Pasya19 tapi Mustafa Kemal tidak memiliki peranan strategis di kelompok ini. Di partai ini Mustafa Kemal sudah dikosentrasikan pada kegiatan politik yang benar-benar cendrung pada revolusi Turki. Kekuatan tentara Khilafah sempat bentrok dengan kekuatan Mustafa Kemal. Di satu sisi Khilafah ingin pemerintahan perlementer dengan azaz demokrasi. Keinginan ini merupakan hasil dari lawatannya ke Negara-negara Barat yang telah maju dan memiliki sistem pemerintahan parlementer. Mustafa Kemal tidak hanya berorganisasi saja, tapi ia lebih aktif di dunia militer sebagai perwira yang memiliki jabatan tinggi. Jalur ini cukup membantu untuk 17 Enver Pasya adalah Perwira Tinggi Militer dan kemudian menjadi Atase Militer di Berlin dan Menteri pertahanan. 18 Talat Pasya adalah Perwira Tinggi Militer yang pernah menjadi Sekretaris Jawatan Pos dan Telegraf di Salonika dan selanjutnya menjadi Menteri Dalam Negeri dan kemudian Perdana Menteri. 19 Jemal Pasya adalah Perwira Tinggi Militer, pernah menjadi Panglima daerah Syiria, Gubernur Militer Istanbul dan Menteri Angkatan Laut. melakukan oposisi terhadap Sultan. Dan melalui jalur Militer ini pulalah ia kemudian memperoleh dukungan dari Rakyat Turki untuk melancarkan oposisi. Sementara Turki ketika itu mengalami kekalahan akibat serbuan sekutu yang dilakukan oleh Yunani. Kemudian Mustafa Kemal, yang ketika itu menjadi panglima perang seluruh angkatan dan diberi gelar Ghazi (pahlawan perang) oleh Dewan Nasional Agung, akhirnya berhasil mengusir tentara Yunani dari Turki. Sejak itu diadakan perjanjian perlentakan senjata yang ditanda tangani pada tanggal 11 oktober 1922. kemudian perjanjian berikutnya, yaitu perjanjian Laussanne pada tanggal 24 Juli 1923 dilaksanakan. Lewat perjanjian ini pengakuan internasional terhadap kemerdekaan Turki diperoleh.20 Hanya saja yang menjadi persoalan adalah reformasi di bidang politik. Pada awal bulan Juli 1920, Mustafa Kemal telah mendirikan Nation Assemb’y (Dewan Nasional) di Ankara. Pada saat pendiriannya ia mengatakan bahwa kenyataan yang paling mendasar dalam praktek kenegaraan adalah kecendrungan populisme, yaitu pemerintah yang kekuasaan, kedaulatan, kekuatan dan pemerintahan diberikan langsung oleh rakyat. Hasilnya adalah Low of Fundamental Orgazation, 20 Januari 1921 yang merupakan kesepakatan Grand National Assembly. Dalam Assembly ini dijelaskan bahwa yang menjadi penguasa adalah mereka yang menjadi perwakilan rakyat. 20 Mukti Ali, OP. cit., hal. 82 Kesepakatan ini mendapat perlawanan dari pihak Sultan di Istanbul. Setelah terjadi dialog antara kedua belah pihak, maka kesepakatan tentang kekuasaan rakyat ditambahkan pernyataan bahwa format pemerintahan tetap dalam bentuk kesultanan dan Khilafah tidak perlu dipertanyakan. Kesepakatan ini justru merupakan kemenangan Mustafa Kemal dan kawan-kawannya. Ia mengusulkan agar kekuasaan Sultan dan Khilafah di pisah dan pada 1 November 1922 kekuasaa Sultan dihapuskan.21 Sedangkan Khilafah hanya memiliki kekuasaan keagamaan saja. Kompromi ini dimaksudkan untuk menjaga merembetnya oposisi keagamaan ke persoalan politik dan untuk mengakhiri otokrasi seorang sultan. Kemudian Mustafa Kemal mendirikan Partai Rakyat pada tanggal 6 Desember 1922 dan ia mengundang seluruh kalangan terpelajar untuk berkomunikasi dengannya secara langsung. Pada tanggal 16 April 1923 Dewan Nasional membubarkan diri dan mempersiapkan pemilihan umum. Pada tanggal 11 Agustus 1923 Mustafa Kemal terpilih menjadi Presiden Pertama.22 Menurut resolusi yang diambil Dewan Nasional Turki diproklamasikan sebagai Republik pada tanggal 29 Oktober 1923. 3. Sebagai Bapak Turki Salah satu tujuan utama yang diinginkan oleh Mustafa Kamal adalah ia ingin memutuskan hubungan Turki dengan sejarahnya yang lalu supaya Turki dapat masuk dalam peradaban Barat. Oleh karena itulah penghapusan keKhilafahan merupakan 21 Ibid, 22 Syafiq Mughni, OpS. Cit., hal. 148 agenda pertama yang dilaksanakan. Pada tanggal 1 November 1922 sebagaimana yang di katakan diatas Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal menghapuskan keKhilafahan. Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1923 memindahkan pusat pemerintahan dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya Dewan Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya Negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai Presiden Republik Turki. Setelah meniadakan keKhilafahan, politik Kemalisme menghapuskan lembaga-lembaga syariah, meskipun sebenarnya peranan lembaga ini sudah sangat dibatasi oleh para pembaru Kerajaan Usmani. Bagi Kemalis, syariat adalah benteng terakhir yang masih tersisa dari sistem keagamaan tradisional. Lebih lanjut lagi Kemalis menutup sekolah-sekolah madrasah yang sudah ada sejak tahun 1300-an sebagai suatu lembaga pendidikan Islam. Oleh banyak rakyat Turki kemudian, atas jasa-jasa yang telah ia lakukan kepada negara, maka kemudian Mustafa Kamal di sebut-sebut sebagai Sang Bapak Turki. atau seorang yang telah membebaskan negara Turki dari suatu pemerintahan KeKhilafahan, absolutisme, dan terbelakang B. Sukarno “Aku adalah putra seorang ibu Bali dari kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, berasal dari kasta tinggi. Raja terakhir Singaraja adalah paman ibuku. Bapakku dari Jawa. Nama lengkapnya adalah Raden Sukemi Sosrodihardjo. Raden adalah gelar bangsawan yang berarti, Tuan. Bapak adalah keturunan Sultan Kediri. Apakah itu kebetulan atau suatu pertanda bahwa aku dilahirkan dalam kelas yang memerintah, akan tetapi apa pun kelahiranku atau suratan takdir, pengabdian bagi kemerdekaan rakyatku bukan suatu keputusan tiba-tiba. Akulah ahli-warisnya.”23 Berikut secara singkat penulis akan menuturkan seputar sejarah Bung Karno, sampai beliau berhasil mendeklarasikan kemerdekaan bangsa Indonesia, menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. 1. Masa Kecil dan Riwayat Pendidikan Setelah satu kesaksian terbesar bangsa ini di abad ke-19 adalah dikarunianya negeri ini dengan kelahiran seorang yang kelak amat berpengaruh bagi perjalanaan bangsa dan negara. Ia kelak menjadi pemimpin besar yang mengantarkan Indonesia keluar dari kegelapan, dalam cengkraman penjajah. Kemudian pada tanggal 06 juni 1901, tepatnya pukul 05.30, di Blitar terlahir seorang bayi yang diberi nama soekarno. Ida Ayu, nama sang ibu adalah kelahiran Bali dari kasta brahmana keturunan bangsawan. Raja singaraja terakhir adalah paman Idayu. Raden Sukemi Sosrodiharjo, nama sang ayah adalah keturunan sultan kediri24. 23 Pernyataan tersebut dinyatakan sendiri oleh bung Karno kepada penulis otobiografinya, Cindy Adam. Putra sang fajar yang lahir di Blitar, 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi dan Ida Ayu Nyoman Rai, diberi nama kecil, Koesno. Ir. Soekarno, 44 tahun kemudian, menguak fajar kemerdekaan Indonesia setelah lebih dari tiga setengah abad ditindas oleh penjajah-penjajah asing Soekarno hidup jauh dari orang tuanya di Blitar sejak duduk di bangku sekolah rakyat, indekos di Surabaya sampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Ia tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Jiwa nasionalismenya membara lantaran sering menguping diskusi-diskusi politik saat ia tinggal di rumah Tjokroaminoto. 24 D. Lee, John, Sukarno, Sebuah Biografi Politik (Jakarta; 1996. Penerbit Pustaka Pelajar). Kakek dan moyang Sukarno dari pihak ibu adalah pejuang-pejuang kemerdekaan. Moyangnya gugur dalam perang Puputan, sebuah daerah di pantai Utara Bali ketika melawan penjajah, dari pihak Bapak juga merupakan patriot-patriot ulung. Nenek dari nenek Sukarno adalah pejuang putih di samping pahlawan besar Diponegoro. Ia menunggang Kuda mendampingi dipenogoro hingga ajal menjemput dalam perang jawa yang besar itu berkobar dari tahun 1825-1830 Sukemi harus kawin lari ketika hendak mengawini Ida Ayu. Pasalnya, Sukemi yang Islam, sekalipun ia menjalankan Theosofi, untuk nikah secara Islam maka Ida Ayu menganut agama Islam terlebih dahulu. Walhasil, mereka tak punya pilihan kecuali harus mengizinkan pernikahan itu. Sukemi yang bekerja sebagai guru sekolah rendah Gubernemen di Singaraja merasa tidak di sukai oleh orang Bali kemudian mengajukan permohonan kepada Departemen Pengajaran untuk dipindahkan ke Jawa Timur. Ketika bertugas di Jawa Timur inilah Putra Sang Pajar di lahirkan25. Nama kelahiran Sukarno sebenaruya adalah Kusno. Kusno Kecil hidup senatiasa hidup berpenyakitan. Ia pernah menderita sakit Malariya, disentri, bahkan Typus, dan lain-lain. Bapaknya mengatakan bahwa kalau namanya kurang begitu cocok, oleh karena itu harus diganti agar tidak sakit-sakitan kembali. Kemudian di pilihlah dengan nama Karna, nama ini sendiri merupakan seorang pahlawan besar dalam cerita Mahaberata. Dalam bahasa Jawa, huruf A menjadi O. Adapun awalan SU berarti paling baik. Jadi Sukarno berarti pahlawan yang paling baik. 25 Hery Sucipto dalam, Menegakkan Indonesia; pemikiran dan Kontribusi 50 tokoh Bangsa Berpengaruh.(Jakarta; 2004. penerbit Grafindo). Hal 151 Demikian kira-kira keinginan sang ayah, yang gandrung dengan seni pewayangan. Kemudian seperti pengakuan Sukarno sendiri dalam Buku Bung Karno, penyambung lidah rakyat yang ditulis Cindi Adams, masa kanak-kanaknya tidak beda dengan David Copperfield26. Betapa tidak, Sukarno kecil yang hidup dan tumbuh dalam kemiskinan, tak mempunyai sepatu, tak megenal sendok dan garpu, bahkan mandi dengan air yang tak keluar dari kran. Sukarno juga memilki kakak perempuan, Sukarmini, dua tahun lebih tua. Sukemi yang berpenghasilan F 25 sebulan harus dikurangi F 15 untuk sewa rumah di jalan pahlawan 88. Ketika berumur enam tahun keluarga Sukarno pinda ke Mojokerto. Mereka tinggal didaerah yang melarat dan kondisi teteangga yang tak berbeda dengan keadaan itu sendiri. Keluarga sukarno hampir tidak bisa makan satu kali dalam sehari. Yang terbanyak mereka makan Ubi Kayu, Jagung Tumbuk dengan makanan lain. bahkan Idayu tidak mampu membeli beras murah, melainkan hanya membeli padi. Setiap pagi ia mesti menumbuk kabah itu hingga menjadi buliran beras. Dengan cara itu ia dapat menghemat uang satu sen yang dapat dibelikan Sayuran. Sejak hal itu selama beberapa tahun sebelum kesekulah Sukarno Kecil harus membantu Ibu menumbuk padi. Setelah lulus dari sekolah rendah belanda, Ayahnya menggunakan pengaruh kawan-kawannya untuk memasukkan Sukarno ke sekolah menengah tertinggi di Jawa Timur, yaitu Hogere Burger School. (HBS) di Surabaya. Kala itu Usianya baru lima 26 Hary Sucipto, hal 153 belas tahun dan ia-pun lantas tinggal di rumah HOS Cokroaminoto, orang yang kelak akan mengubah seluruh kehidupannya. Cokroaminoto berumur tiga puluh tiga tahun ketika Sukarno datang ke Surabaya. Dia seorang tokoh yang berdaya cipta dan cita-cita tinggi, seorang pejuang yang mencintai tumpah darahnya. Kepadanya Sukarno belajar banyak hal bahkan mendapatkan banyak buku dan barang berharga lainnya. Bukan hanya itu, ia bahkan banyak belajar dan akhirnya ikut berdiskusi dengan tokoh-tokoh lain yang sering datang ke tokoh ini. Bagi Sukarno, selama tinggal di Surabaya, bukanlah masa yang menyenangkan. Ia terlalu serius dan tidak mengikuti kesenangan seperti yang dialami anak-anak sekolah lainnya. Ia senantiasa belajar, membaca, dan membaca buku. Ia asik mengejar ilmu pengetahuan disamping belajar sekolah. Sebuah perpustakaan besar di kota itupun tak pernah dilewatkannya. Ia menyelam kedalam dunia ini dan bertemu dengan banyak orang besar. Menyamakan buah pikirannya dengan mereka, dan menjadikan cita-cita mereka sebagai pendirian dasarnya. Ia secara mintal berbicara dengan Thomas Jefferson, dekat dan bersahabat dengannya. Sebab ia bercerita kepada Sukarno tentang declaration of indevendence yang di tulisnya pada tahun 1776. bahkan melakukan hal yang sama juga dengan para pemikir besar dunia lainnnya. Ketika itu usia Sukarno enam belas tahun, saat anak sang Pajar ini memulai persembahan hidupnya. Ia mendirikan perkumpulan politik yang pertama bernama Tri koro Darmo, berarti tiga tujuan suci dan melambangkan kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial. Sementara itu, di sekolahnya HBS yang mempunyai tiga ratus siswa dan hanya dua puluh diantaranya orang Indonesia, meski berotak cemerlang ia sebagai Inlander selalu di pandang negatif oleh kawan-kawan Belanda. Usia Sukarno dua puluh satu tahun ketika Bu Tjokroaminoto meninggal dunia. Kondisi itu membuat HOS Tjokroaminoto bersedih bila mengingat putrinya Utari yang tak beribu lagi. Siapa yang akan menjaga dan mengasihinya. Seorang saudara Tjokroaminoto lantas meminta Sukarno agar bersedia menikahi Utari. Sukarno-pun kian dekat dengan Tjokroaminoto dan selalu menyertainya bila ia datang keacara rapat atau menjadi pembicara. Suatu ketika Sukarno harus mengganiikan Tjokroaminoto yang berhalangan hadir pada sebuah acara. Inilah awal Sukarno mulai tampak benih-benih kehebatannya dalam berpidato. Hari-hari berikutnya-pun lebih banyak lagi menyerap persoalan politik di rumah Tjokroaminoto ini. Ia menyebutnya sebagai dapur nasionalisme. Kala itu, ia juga telah di tunjuk menjadi skretaris Jong Java dan tak lama kemudian menjadi ketuanya. 2. Karir di Dunia Politik dan Beberapa Karyanya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atras bahwa Soekarno pada akhirnyapun pindah ke Bandung, melanjutkan pendidikan tinggi di THS (Technische Hooge-School), Sekolah Teknik Tinggi yang kemudian hari menjadi ITB, meraih gelar insinyur, 25 Mei 1926. Semasa kuliah di Bandung, Soekarno, menemukan jodoh yang lain, menikah dengan Inggit Ganarsih pada tahun 192327. Soekarno muda, yang kemudian lebih akrab dipanggil dengan nama Bung Karno untuk menunjang karir perjalanan politiknya akhirnya berinisiatif untuk mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia), 4 Juni 1927. dengan tujuan utamanya yaitu, mendirikan negara Indonesia Merdeka.. Sekali lagi itulah Soekarno, yang tidak hanya ulung dalam hal politik, namun juga ia merupakan seorang cendekiawan yang meninggalkan ratusan karya tulis dan beberapa naskah drama yang mungkin hanya pernah dipentaskan di Ende, Flores. Kumpulan tulisannya sudah diterbitkan dengan judul Dibawah Bendera Revolusi, dua jilid. Dari buku setebal kira-kira 630 halaman tersebut, tulisan pertamanya (1926), berjudul, Nasionalisme, Islamisme, dan Marxism, bagian paling menarik untuk memahami gelora muda Bung Karno. 3. Sebagai Bapak Proklamator Pada tahun 1942, tentara pendudukan Belanda di Indonesia menyerah pada Jepang. Penindasan yang dilakukan tentara pendudukan selama tiga tahun jauh lebih kejam. Di balik itu, Jepang sendiri sudah mengimingi kemerdekaan bagi Indonesia. Penyerahan diri Jepang setelah dua kota utamanya, Nagasaki dan Hiroshima, dibom atom oleh tentara Sekutu, tanggal 6 Agustus 1945, membuka 27 Dalam Majalah Tokoh Indonesia Edisi 24 tahun 2005 cakrawala baru bagi para pejuang Indonesia. Mereka, tidak perlu menunggu, tetapi merebut kemerdekaan dari Jepang. Setelah persiapan yang cukup panjang, dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs Muhammad Hatta, mereka memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 5228. Kemudian semenjak hari itu juga bangsa kita sudah resmi menjadi sebuah bangsa yang merdeka. Satu hari kemudian dalam satu musyawarah yang diadakan oleh panitia persiapan untuk kemerdekaan Indonesia telah memilih Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta secara resmi ditetapkan sebagai presiden pertama bagi bangsa kita. 28 Sekarang Jalan tersebut telah berubah nama menjadi Jalan. Proklamasi BAB III PENGERTIAN ISLAM POLITIK DAN SEJARAHNYA DI TURKI DAN INDONESIA A. Pengertian Islam Politik Seperti kita tahu, dalam al-quran sendiri nampak banyak istilah yang ada hubungan dengan negara seperti istlah Syura, hizb, tauhid dan lain sebagainya yang hal tersebut kemudian oleh para pemikir Islam politik banyak diartikan kedalam kontek politik modern, yaitu demokrasi, partai politik, masyarakat tanpa kelas, kelas sosial, dan seterusnya. Kenapa hal itu sampai bisa terjadi? Kemungkinan besarnya hal ini dilatar belakangi oleh adanya imiej tentang kesempurnaan daripada ajaran Islam itu sendiri. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Dawan Raharjo bahwa Dalam persepsi gerakan Islam, khususnya dalam konsepsi dakwah Islam, Islam diyakini sebagai sebuah agama yang sempurna. Kesempurnaaan itu diyakini, dinyatakan oleh Tuhan sendiri dari penafsiran terhadap suatu ayat yang berbunyi: “Hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu” Kemudian kesempurnaan ini diartikan antara lain: Islam memuat ajaran atau tuntutan hidup di segala bidang, sedari yang umum sampai kepada yang cukup detail, yang termuat dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Ajaran itu sesuai untuk segala tempat dan zaman. Karena itu, Islam sebagai agama tidak memerlukan tambahan. Setiap tambahan akan berarti bid’ah yang harus ditolak. Dan karena konsep keagamaan itu dalam kenyataannya berkembang, maka timbul gerakan purifikasi “Kembali kepada al-Qur’an dan Hadist”29. Dengan demikian, maka Islam adalah sebuah ajaran yang self-sufficient. Tidak memerlukan tambahan atau perkembangan apapun, misalnya wacana filsafat. Kenyataan historis memperlihatkan bahwa ilmuwan dan ulama Islam mempelajari berbagai filsafat yang pernah tumbuh, misalnya filsafat Yunani. Bahkan teologi Islam dinilai telah dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran filsafat, bahkan mengembangkan berbagai pemikiran filsafat. Sebagai agama yang paling sempurna, maka Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Agama selain Islam dianggap tidak benar atau sesat. Islamlah satusatunya jalan keselamatan. Keyakinan seperti ini sebenarnya umum berlaku, terutama pada agama Kristen Katholik yang tidak mengakui kebenaran dan keselamatan di luar keyakinan Kristiani. Dengan rumusan yang lebih khusus, “tiada jalan keselamatan diluar jalan Yesus”. Sebagai ideologi, maka Islam dipersepsikan sebagai ajaran yang mencakup “agama dan negara” (al-din wa al-daulah). Dengan perkataan lain, Islam mencakup agama dan politik. Dalam gerakan Islam, mendirikan suatu negara adalah suatu kewajiban dan sekaligus tujuan dari gerakan. Pandangan ini pernah dibantah oleh Syaikh Ali Abdul Razik yang 29 . Olivier Roy, The Failure of political Islam. Yang telah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, Gagalnya Islam Politik (Jakarta:1996. Penerbit PT. Serambi Ilmu Semesta. Cet ke-1). Hal, 48-49 berpendapat, bahwa Islam adalah suatu agama dan tidak memiliki konsep atau petunjuk kongkret dan operasional mengenai negara. Tapi diakui, bahwa Negara adalah sebuah kebutuhan bagi kaum Muslim. Tapi tidak berarti bahwa negara yang didirikan oleh kaum Muslim itu adalah “Negara Islam”, yaitu sebuah konsep yang punya sanksi keagamaan. Dengan perkataan lain, negara adalah urusan keduniaan masyarakat Muslim sendiri dan bukan merupakan perintah agama yang harus diikuti.Sebagai suatu agama, Islam adalah satu, dan umat Islam merupakan suatu kesatuan yang utuh, sesuai dengan istilah al-Qur’an “al-ummat al-wahidah”. Dalam arti ini, tidak ada Islam-Islam liberal, fundamentalis, tradisionalis dan semacamnya. Sementara literatur politik modern, Islam politik dan Islamisme digunakan dengan arti sama. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan Istilah Islam politik seperti didefinisikan Graham E. Fuller30, “one who believes that Islam as a body of faith has something important to say about how politics and society should be ordered in the contemporary Muslim world and who seeks to implement this idea in some fashion.” 31 Penulis menggunakan definisi ini selain karena netral dan tidak pejorative, juga karena mencakup spektrum ekspresi Islam politik yang beragam, dari radikal ke moderat, kekerasan ke perdamaian, otoriter ke demokrat, dan tradisionalis ke modern. 30 31 Graham E. Fuller, The Future of Political Islam, hlm. xi . Artinya yaitu Penulis juga sengaja memilih istilah “Islam politik”, bukan “Islam fundamentalis,” walaupun keduanya seringkali digunakan secara bergantian. Dari perspektif perbandingan antara gerakan-gerakan konservatif Kristen, Yahudi, Islam, dan Hindu, istilah “fundamentalisme” ini sangat problematik32. Karena ia berakar dalam pengalaman khas Protestan di mana premis teologis dasarnya adalah bahwa Bibel merupakan firman Tuhan yang sebenarnya dan harus dipahami secara literal. Dalam pengertian ini, kiranya kurang tepat berbicara tentang Islam fundamentalis, karena salah satu elemen mendasar keyakinan kaum Muslim adalah bahwa al-Qur’an merupakan firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Tradisi Islam memberikan perhatian besar bagaimana kaum Muslim seharusnya memahami al-Qur’an – ayat mana yang bisa dipahami secara literal dan ayat mana yang begitu kompleks sehingga membutuhkan bentuk penafsiran alegoris atau lainnya. Tetapi, asal-usul teks yang bersifat Ilahi tidak pernah dipersoalkan33. Ada aspek lain mengapa istilah “fundamentalisme” kurang tepat. “Fundamentalisme” mengandaikan restorasi bentuk agama yang murni dan otentik, bersih dari distorsi dan campuran sejarah, serta deviasi-deviasi kaum modernis. 32 Sebagai catatan penjelas, kenapa kemudian penulis menggunakan istilah “Islam Politik” tapi bukan “Politik Islam” menurut pandangan penulis antara kedua istilah tersebut sudah barang tentu tidak sama maknanya. Islam politik, sebagaimana yang telah dikatakan diatas, yaitu Islam sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan, dan sementara politik Islam sendiri, justru merupakan kebalikannya. Artinya, bahwa Islam memang memiliki politik atau dalam Islam memang ada politik, salah satu contoh, sebagaimana yang dulu nabi pernah menerapkannya. 33 Joel Beinin dan Joe Stork, “On the Modernity, Historical Specificity, and International Context of Political Islam,” dalam Joel Beinin dan Joe Stork (eds.), Political Islam, hlm. 3 Mereka menyerukan untuk kembali ke Islam model awal, sebagaimana dipraktikkan Nabi dan kaum salaf. Dalam konteks ini, tentu salah besar jika kita mengkonseptualisasi gerakan Islam politik sebagai upaya merestorasi bentuk Islam “orisinal.” Sebaliknya, mereka hendak merevitalisasi dan mere-Islamisasi masyarakat-masyarakat Muslim modern. Penulis juga menyebut gerakan tersebut sebagai “Islam politik”, mengingat bila kita mau mencermati dengan baik terhadap perhatian-perhatian utama mereka tak lain menyangkut urusan duniawi dan politik. Mereka menggunakan al-Qur’an, hadis, dan argumen keagamaan lain untuk menjustifikasi sikap dan aksi politik mereka. Dengan kata lain, para pemikir dan aktivis Islam politik mutakhir menggunakan elemen-elemen tradisi Islam yang mereka pilih untuk dikombinasikan dengan ide-ide, teknik, institusi, dan komoditas masa kini. Kalangan Islam politik tidak menolak modernitas secara tidak kritis, melainkan hendak mereformulasinya dan meregulasinya dengan menggunakan terma-terma diskursif dari warisan Islam34. Dalam konteks ini, Emmanuel Sivan benar ketika menyebut mereka “medieval theology and modern politics”35. Sebab, kendati wacana agama “otentik”, “murni”, “salaf”, begitu dominan dalam mendefinisikan identitas Islam mereka, namun mereka menggunakan fasilitas dan instrumen modern yang mewujudkannya, misalnya mendirikan partai dan ikut Pemilu. 34 Sami Zubaida, “Religion, the State, and Democracy: Contrasting Conceptions of Society in Egypt,” dalam Beinin dan Joe Stork (eds.), Political Islam, hlm. 51-63 35 Emmanuel Sivan, Radical Islam: Medieval Theology and Modern Politics. New Haven: Yale University Press, 1985 Dalam konteks model politik, misalnya, mereka mengagendakan negara Islam yang didirikan Nabi dan Khulafa Rasyidin. Memang, agenda ini segera memunculkan kontradiksi dalam dirinya. Bagaimana model negara syari’at Nabi yang didirikan dalam masyarakat kesukuan (tribal societies) hendak diusung melalui metode modern dalam wilayah negara-bangsa (nation state)? Masih hubungannya dengan pengertian Islam Politik, M. Rusli Karim dengan mengutip pendapat dari Syamsuddin36 juga mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Islam politik yaitu sebuah pencerminan dari ajaran Islam mengenai politik – hubungan manusia dengan kekuasaan yang diilhami oleh adanya petunjuk dari Tuhan, yang tentunya disini telah tercampuri dengan adanya kepentingan manusia37 Dengan kata lainnya, bahwa antara agama, syariah dengan negara menurut paham ini bisa dikatakan nyaris tidak boleh dipisahkan. Bahkan seorang seperti Imam Syafii-pun mengatakan, “…Tidak ada politik kecuali ia sesuai dengan syara’ – undang-undang Islam”38 Tentu saja pandangan serta pemahaman tentang Islam politik dari banyak pakar Islam banyak yang berbeda, akan tetapi penulis pikir pada intinya sama. Yaitu, mencoba untuk menghubungkan antara kekuasaan negara dengan agama. 36 M. Rusli Karim dalam bukunya, Negara dan Peminggiran Islam Politik; Suatu kajian mengenai Implikasi kebijakan pembangunan bagi keberadaan “Islam Politik”di Indonesia Era 1970an san 1980-an.( Jakarta; 1999. Penerbit PT. Tiara Wacana Yogya). Hal, 02. 37 38 Dalam Syamsuddin, hal 34 Shafi L. Dalam, Al-Aqidah wal Syasah. Harndon: The Internasional Institute of Islamic Thought. Terbit tahun 1996 Intisari dari al-Qur’an sendiri setidaknya ada dua ajaran yang terkandung didalamnya yaitu, Akidah dan Syari’ah. Yang antara keduanya berhubungan. Artinya, tidak ada Akidah kalau tidak ada Syariah, begitupun sebaliknya. Dari pemahaman Syariah di sini, banyak para pemikir Islam pada akhirnya memperoleh satu instrument yang melatar belakangi kenapa misalkan antara kekuasaan yang ada di dunia harus tidak boleh terpisahkan39. Demikianlah kira-kira secara umum apa yang di maksud dengan pengertian Islam Politik itu. B. Sejarah Islam Politik Turki Nama Turki nampaknya memang menjadi salah satu hal penting untuk kita ketahui. Bagaimana latar belakang sejarahnya, lebih-lebih apabila kita ingin mengadakan riset tentang khazanah ke-ls. Bangsa Turki sebagaimana dalam sejarah dikatakan merupakan salah satu bangsa yang dulunya kebudayaan dan peradabannya adalah penuh dengan nuansa yang Islami namun kemudian sudah mengalami perubahan yang sangat luar biasa. Kemudian sudah barang tentu juga kitapun lagi-lagi tidak mungkin bisa melupakan abad-abad sebelum negara ini berubah system kekuasaan – dari system 39 Menurut Musa, M.Y. dalam bukunya, Nidzam al-Hukmi fi al-Islam. (Kahirah;1963. Penerbit Dar al-Katib al-Arabi Littaba’ah wa al-Nasyr). Sebagaimana yang di kutip oleh M. Rusli Karim dalam bukunya, Negara dan Peminggiran Islam Politik; Suatu kajian mengenai Implikasi kebijakan pembangunan bagi keberadaan “Islam Politik”di Indonesia Era 1970-an san 1980-an. Mengatakan, bahwa Akidah-lah yang menghubungkan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ia tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan Syari’at juga menghubungkan manusia dengan Tuhan-nya. Yang biasa disebut dengan Ibadah. Hubungan antara sesama manusia di sebut Mua’amalah, sedangkan hubungannya antara yang di perintah dengan yang memerintah di sebutat dengan Siyasah. ke-Sultanan sampai kepada bentuk sebuah republik. Katakanlah ketika Konstantinopel menjadi salah satu pusat peradaban dunia, atau kejayaan Kekaisaran Ottoman yang menjadi bukti kejayaan peradaban Islam pada abad ke-15 sampai abad ke-19. Dari sisi sejarah, Turki bukan hanya Konstantinopel dan Ottoman. Wilayahnya yang strategis – di antara Benua Eropa dan Benua Asia, di antara laut Mediterania dan Laut Hitam – juga penuh dengan berbagai peninggalan umat manusia pada masa sebelum Masehi. Tempat ini juga menjadi saksi luasnya kekuasaan raja-raja Romawi hingga masa kejayaan Byzantium. Turki yang sekarang mempunyai keistimewaan tersendiri. Gaya hidup modern yang telah dijalani warganya sejak Mustafa Kemal Attaturk memerdekakan Turki dari upaya pendudukan oleh Yunani (1920- 1922) semakin diperkuat dengan orientasi negara itu untuk semakin menyatukan diri dengan Eropa. Padahal, 97 persen wilayah negara itu—yang luas seluruhnya 788.695 km persegi—berada di Benua Asia dan hanya tiga persen sisanya yang masuk ke Eropa. Upaya Turki menyatukan diri dengan Eropa ketimbang Asia sudah dimulai sejak masa Kekaisaran Ottoman. Pada saat itu, dalam upaya lebih menyebarluaskan ajaran Islam, negara-negara Eropa, khususnya di sekitar Balkan, adalah tujuan utama mereka karena negara-negara Asia lain di sekitar Kekaisaran Ottoman semuanya sudah menganut ajaran Islam. "Pada masa itu, Bulgaria, Armenia, Azerbaijan, dan seluruh wilayah Balkan ada di bawah Ottoman. Itulah yang membuat kami sampai sekarang lebih banyak bergaul dengan Eropa ketimbang Asia," ungkap Ketua Departemen Direktorat Jenderal Afrika dan Asia Timur, Kementerian Luar Negeri Turki, M Raif Karaca, ketika ditemui di Ankara40. Kenyataan pada masa Ottoman itu semakin dikokohkan oleh Kemal Attaturk yang sangat dihormati sebagai Bapak Turki. Ketika itu dia memang sudah mencanangkan untuk membangun Turki sejaya dan sederajat dengan negara-negara Eropa. Orientasi ke Eropa itulah yang antara lain mendasari keputusan menjadikan Turki sebagai negara sekuler, yang benar-benar memisahkan agama dari kehidupan bernegara. 1. Pada Masa Turki Usmani Sejarah negara Turki Usmani merupakan salah satu suku kecil dari keseluruhan suku-suku bangsa Turki yang dikenal sebagai Bangsa Turki yang menurut sejarahnya juga masuk ke Asia Kecil semenjak abad ke sebelas yang lalu. Bangsa ini adalah pemimpin-pemimpin yang terus-menerus berjuang menentang Byzantium, terutama setelah mereka bergerak ke barat laut Anatolia di abad ke-13. Pengikut-pengikutnya direputasikan sebagai ghazi atau lebih mudah dikenali sebagai parajurit yang berjuang memerangi Kristian kerana jihad untuk menegakkan Islam. Di sinilah wujudnya pasukan atau kerajaan Usmaniyah, yang menampung kerajaan-kerajaan kecil bangsa Turki yang ada pada saat itu. 40 .Syamsuddin Arif, PhD, dalam hidayatullah.com, Kamis, 31 Agustus 2006 Sekitar tahun 135741 mereka menyeberangi Dardenalles menuju ke semenanjung Gallipoli dan sebelum akhir abad ke-14 mereka telah menduduki beberapa kawasan dibawah kerajaan Byzantine42, yang kemudian jatuh ke tangan kerajaan Turki Usmani pada tahun 145343. kemudian pada tahun 1526 sebagian besar wilayah Hungary nampaknya juga sudah mulai di kekuasaan oleh kerajaan Usmaniah. Ada beberapa faktor mengapa kemudian kerajaan ini berhasil menaklukkan berbagai wilayah yang ada pada saat itu. Salah satunya yaitu kuatnya prajurit, dan terutama sekali dari angkatan lautnya yang handal di Lautan Tengah. Turki Usmani juga melanjutkan peluasan kekuasanya ke arah tenggara,seperti Iraq dan bagian-bagian wilayah Arab yg lainnya. Sampai-sampai bangsa Eropa Barat, menanggapi kemajuan dalam memperluas wilayah kekuasan yang didapat oleh kerajaan Turki Usmani sebagai sebuah keganasan Islam. Hingga rumur yang berkembang kemudian telah menganggap bahwa Islam itu merupakan agama yang sangat kejam dan agama yang dilekatkan atau di simbolkan dengan pedang yang menakutkan. Dalam perkembangan selanjutnya, karakteristik pasukan ini nampaknya tidak perlu di ragukan kembali, terlebih pada saat pemerintahan Sultan Muhammad II. Begitu sangat kuatnya mereka. Jadi tidak heran bila kekuasaan yang mereka miliki 41 Di kutip dari, http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_Turki 42 Dalam hal ini termasuk juga Yunani dan Bulgaria. Constantinople yang kemudian berubah nama menjadi Istanbul 43 Hermawati dalam, Kronik Dua Abad Pembaharuan di Turki.(Jurnal Agama & Budaya Vol. XVII No. 1, 2000 sangat luas sekali. Yaitu dari Afrika Utara di barat daya dan Parsi di sebelah timur. Kemudian saat Perang Chaldiran, di sebelah timur Anatolia44 tahun 1514, pasukan Turki Usmani di bawah kepimpinan Sultan Salim I juga berhasil mengalahkan pasukan Parsi. Sultan Sulaiman I, sebagaimana menurut Abdullah Ahmed An-Na’im45 setelah naik tahta pada tahun 1518, juga menjadi pemimpin pasukan tertinggi di Balkan, dan dibawah orang inilah pasukan Turki Usmani mendapat kemenangan hingga mampu menguasai Belgrade, Hungary, dan Vienna pada tahun 1529. Dari sini menurut penulis bisa di lihat, betapa sangat kuatnya pasukan Turki Usmani pada saat itu. Sepertinya sejarah tidak terus-terusan berpihak terhadap kekuasaan Turki Usmani, terbukti kekuasaan yang sebelumnya kuat, tiba-tiba berlahan, namun pasti mengalami penurunan atau mengalami kelemahan. Ada beberapa faktor mengapa hal tersebut sampai terjadi, salah satunya yaitu adanya perebutan kekuasaan yang terjadi, demikian juga munculnya berbagai kerusuhan yang terjadi kira-kira pada tahun 1566 hingga kegagalan mereka saat menyerang Vienna pada tahun 168346. 2. Keruntuhan Khalifah Turki Usmani Sebagaimana yang disinggung sekilas diatas tentang penyerangan pasukan Turki Usmani ke Viena, pada perang ini nampaknya banyak sekali pasukan Usmani 44 45 Sekarang di barat Tabriz, Turki Abdullah Ahmed An-Na’m, “Masa Depan Syariah:Sekularisme dalam Perspektif Islam” (Sebuah makalah) 46 yang gugur. Demikian juga saat menantang Parsi, Persekutuan Poland-Lithuania, Rusia, Austria-Hungary, dan perang Rusia-Turki. Dari kesemua perang yang pernah terjadi di Turki Usmani, menurut para penulis sejarah Turki sampai memakan waktu 241 tahun dan itu berarti lebih lama daripada Perang Seratus Tahun antara England dan Perancis47. Kemudian juga antara tahun 1839 dan 1876, reformasi dilaksanakan. Semasa zaman ini pasukan modern galakkan. Demikian juga Sistem perbankan diperbaiki. pihak pentadbir Turki Usmani menghadapi kesukaran membayar balik pinjaman yang dibuat dengan bank-bank di Eropa. Dari segi kepasukan, ia menghadapi masalah mempertahankan dirinya daripada diduduki kuasa-kuasa asing Dalam semua ide Pasukan Usmani dapati daripada kuasa Barat seperti nasionalisme etnik. Kebangkitan nasionalisme etnik mengancam kestabilan Turki Usmani kerana rakyatnya yang berbilang bangsa. Banyak peristiwa pemberontakan atas nama nasionalisme muncul dan mengugat Pasukan Turki Usmani . Sementara dari sudut sosial, kebangkitan semangat nasionalisme dan perubahan untuk demokrasi menjadikan rakyat semakin tidak pasukan. Hal ini akhirnya menyebabkan beberapa siri perebutan kuasa yang mengakibatkan konsep raja berpelembagaan ditubuhkan yang mana sultan mempunyai sedikit kuasa manakala Parti Jawatankuasa Pembangunan dan Kemajuan, lebih dikenali sebagai Turki Muda, memerintah keseluruhan Pasukan Turki Usmani. Tiga buah negara Balkan yang baru terbentuk pada penghujung abad kesembilan belas. Keseluruhan wilayah itu termasuk 47 Montenegro mencari kawasan tambahan di dalam wilayah Albania, Macedonia, dan Thrace yang berada di bawah pentadbiran Turki Usmani. Dengan dorongan dari Rusia, beberapa perjanjian ditandatangani: antara Serbia dan Bulgaria dan juga dengan Yunani serta Bulgaria pada bulan mei tahun 1912. Perjanjian yang dilaksanakan antara Serbia dan Bulgaria mendesak kepada perpisahan Macedonia yang mengakibatkan Perang Balkan I. Setela itu terjadi pula Perang Balkan II. 3. Status Baru Negara Turki; Dari Ke-Khalifah Ke Republic. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, memasuki abad ke 19 di Turki telah lahir satu gerakan dengan nama gerakan Turki Muda. Gerakan ini berusaha mengadakan pembaharuan di bidang pemerintahan, dan gerakan pembaharuan tersebut nampaknya telah mengancam kekuasaan para Shultan yang absolut. Seperti yang di tulis oleh Hermawati dalam salah satu artikelnya. Bahwa setidaknya ada tiga golongan yang berusaha ingin melakukan pembaharuan pada saat itu48. Pertama golongan Barat, golongan ini ingin menjadikan peradaban barat sebagai dasar pembaharuan. Kedua golongan Islam, golongan ini ingin menjadikan Islam sebagai dasar di dalam pembaharuannya. Ketiga golongan nasionalis Turki, golongan ini ingin menjadikan nasionalisme Turki sebagai dasar di dalam pembaharuannya. 48 Artinya, pemhaharuan yang di maksud di sini tidak lain yaitu, mereka ingin mengubah sistem Turki yang ada ke arah yang lebih sekuler daripada yang sebelumnya. Salah satunya mereka ingin sekali memisahkan antara urusan agama dengan permasalahan negara. Dan untuk mewujudkan prihal tersebut tidak ada cara lain kecuali menghapus sistem khalifah bagi negara sebagaimana yang telah di katakan diatas. Kemudian pada tahun 1912 diadakan pemilihan umum yang hasilnya dimenangkan oleh organisasi Persatuan dan Kemajuan. Organisasi ini nampaknya telah didukung oleh meliter hingga tak heran bila kemudian di teras atas banyak para pemimpinnya berasal dari kalangan meliter.. Nampaknya Perjuangan mereka ini telah berakibat patal bagi kekuasaan Sultan Menhmet VI, terbukti Mehmet VI harus rela di turunkan oleh Perhimpunan Baru Turki. Hingga republik Turki kemudian diproklamirkan pada 29 Oktober 1923. Maka semenjak saat itu sistem kekhalifahan atau kesultanan di Turki secara resemi telah dihapuskan. Dan semenjak itu juga turki telah mengubah durinya menjadi negara dengan bentuk republik yang sekuler. C. Sejarah Islam Politik Indonesia Sebagai gambaran awal, melihat bagaimana sesungguhnya sejarah Islam di Indonesia, perlu penulis katakan di sini bahwa Indonesia kira-kira pada masa Renaisans Eropa, Jawa dan Sumatra telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dan sepanjang dua kerajaan besar, dan pada abad ke-7 hingga abad ke14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Bahkan dikatakan bahwa ada seorang penjelaja Tiongkok yaitr I Ching sudah pernah mengunjungi ibukotanya yaitu Palembang sekitar tahun 670, dan puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah Jawa Barat dan Semenanjung Melayu di abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana49. Sementara itu Islam sendiri masuk ke Indonesia sekitar dekad ke-12, dengan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoriti Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, para pemuka agama Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut. Penyebaran Islam didorong hubungan perdagangan di luar Nusantara; umumnya pedagang dan ahli kerajaanlah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan penting termasuk Mataram di Jawa Tengah, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku di timur50. Maka tak heran bila kemudian menurut Recklefs, bahwa kehadiran Islam di Indonesia nampakanya menjadi salah satu proses yang sangat penting di dalam sejarah Indonesia, dan Recklefs menganggap demikian, mengingat dari sinilah dimulai bangsa kita bisa berinteraksi ataupun tahu tentang dunia luar. Nampaknya penyebaran Islam memang agak lumayan cepat menyebar di Indonesia, serta bisa diterima oleh hampir semua masyarakat Indonesia. sebagaimana 49 50 Di ambil dari, http://ms.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia M.C. Ricklefs, hal 31 menurut Ahmad Syafii Ma’arif51 dikenal sebagai bangsa dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Sekitar 88 persen rakyat Indonesia beragama Islam52 toh walaupun agama ini tidak resmi menjadi agama negara seperti yang terjadi di negara Malaysia. Namun terlepas dari kurangnya sofistikasi intelektual sebagian besar rakyat dalam memahami ajaran Islam. Baik karena faktor sejarah maupun kultural. Islam di Indonesia adalah suatu agama yang hidup dan begitu vital, yang kini sedang terlibat dalam proses transformasi dari posisi kuantitas ke posisi kualitas. Dengan kata lain Islam di Indonesia bukanlah suatu produk sejarah yang telah rampung, namun merupakan suatu proses yang akan terus berjalan. Berikut penulis akan menjelaskan secara singkat bagaimana sesungguhnya Islam politik dalam sejarahanya di Indonesia, di mulai dari zaman Kolonial sampai lahirnya razim orde lama. 1. Zaman Kolonial Bahtiar Effendy53 pernah mengatakan bahwa sebenarnya sejarah politik Islam Indonesia modern merupakan salah satu khazanah perbandingan yang cukup lumayan untuk diperbandingkan dengan pemikiran-pemikiran politik keislaman yang pernah di kembangkan dikawasan Timur Tengah atau dunia Islam lainya. 51 Ahmad Syafii Ma’arifm, “Studi Tentang Percaturan Dalam Konstituante; Islam dan Masalah Kenegaraan, (Jakarta; 1985. Penerbit LP3ES) Cet, I 52 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. ( Jakarta: 2005. Penerbut PT. Serambi Ilmu Semesta. Cet, 1) 53 Bahtiar Effendy dalam catatan pengantar, “Gagalnya Islam Politik” Karya Olivier Roy. (Jakarta: 1996. penerbit PT, Serambi Ilmu Semesta) Sepanjang sejarahnya yang telah berumur kira-kira setengah abad lamanya tersebut, pemikiran politik Islam telah mengalami perkembangan kedalam batas-batas tiga madzab, dan pada dasawarsa antara tahun 1940-an sampai pada awal 1960-an, ekspremin, artikulasi, dan detik pemikirannya tampaknya lebih kurang telah bersifat absolutis dan antagonistik antara pemikir yang berada di kubu “golongan agama” dan “golongan nasionalis” Selanjutnya sebagaimana yang diungkap oleh Ahmad Syafii Maarif juga mengatakan kalau sebuah penilaian yang pantas terhadap berbagai pengalaman dan kegiatan politik Islam pada masa muta’akhir Indonesia terutama tergantung terhadap pengertian yang agak cukup terhadap Islam sebagai kekuatan pembebas didalam berhadapan dengan politik kolonial Belanda terhadap ummat Islam pada empat dekade pertama abad ini. Masih menurut Ahmad Syafii Maarif semenjak kedatangan Kompeni India Timur Belanda ke Nusantara yang kira-kira datang pada permulaan abad ke-17. tak dapat tersangkalkan bila pada saat itu ummat Islam sudah melakukan perlawan yang cukup keras terhadap mereka dan pada tahun 1936, melalui wawancara dengan koresponden Deli Courent, Gubenur Jendral B.C de Jonge nampaknya masih berharap agar kekuasaan kolonial Belanda akan berlangsung lama di Indonesia54. 54 Bahkan dengan sangat pongahnya dia berucap, “Kami sudah berkuasa di sini selama kurang lebih tiga ratus tahun dengan Cambuk dan Cemeti, dan kami akan berbuat begitu lagi untuk tiga ratus tahun kedepan” dikutip dari Sutan Sjharir, Out of Exile, terjemahan dari bahasa Belanda oleh Charles Wolf Jr. (New York: The John Day Company, 1949), hal.122. Akan tetapi enam tahun kemudian tepatnya pada bulan maret 1942. kekuasaan kolonial Belanda di usir dari Indonesia oleh pasukan Jepang tanpa adanya perlawanan yang berarti dari pihak penjajah Belanda. Kedatangan Jepang pada mulanya di sambut dengan sangat antosias bukan saja dengan orang Islam melainkan juga seluruh bangsa Indonesia. Kita akan menegok lagi masalah ini segera untuk sebuah diskusi singkat kita harus mengamati karakter dan posisi politik partai-partai dan organisasi Islam menjelang berakhirnya era kolonial Belanda. Lantaran kesadaran yang mendalam terhadap pentingnya memperbaiki komunikasi antara partai-partai dan organisasi yang berasaskan Islam, maka Kyai H.Mansur (Muhammadiyah), KH. Achmad Wahab Hasbullah (NU) dan pemimpinpemimpin Islam lainnya dari SI, Al-Irsyad, Al-Islam (Organisasi Islam di Solo), persyerikatan Ulama (Majalengka Jawa Barat) dan lain-lain telah berhasil membentuk suatu badan federasi MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) di Surabaya pada tanggal 20 Septeber 193755. Inisiatif ke arah persatuan dan saling pengertian ini juga di dorong oleh dua kenyataan. Pertama, usaha-usaha politis yang bercorak Islam pada saat itu masih sangat berserakan dan karena itu persatuan amat diperlukan dalam kerangka perjuangan melawan Belanda. Pentingnya persatuan dikalangan ummat juga sangat di tuntut secara tegas oleh al-Qur’an: 55 KH. Mas Mansur, “Riwayat Berdirinya Majelis Islam tertinggi” dalam Amir Hamzah, “rangkaian Mutu Menikam: Buah Pikiran Budiman Kyai Mas Mansur (Surabaya: Penyebar Ilmu & Ikhsan, 1968), hal 85. Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Ayat ini telah membimbing pemimpin-pemimpin Islam pada waktu mereka mmebentuk MIAI. Adanya priksi-priksi dibidang politik dan perbedaan-perbedaan paham dalam soal khilafiyah di kalangan ummat perlu dibenahi diatas dasar semangat persaudaraan dalam MIAI. Kedua, adanya contoh yang kompetitif dari golongan nasionalis sekuler yang juga berusaha mempersatukan dirinya. Kenyataan ini telah semakin mendorong pemimpin ummat untuk menatap posisi politik mereka secara lebih keritis, dan persatuan lewat MIAI dipandang cukup memberi lebih keritis, dan persatuan lewat MIAI dipandang cukup memeberi harapan pada waktu itu. Dengan persatuan diharapkan dapat memobilisasi seluruh gerakan gerakan Islam untuk mengahadapi pihak penjajah. Belum sampai lima tahun setelah kehadiran MIAI, pasukan Jepang mendarat di Indonesia dan dengan mudah dapat mengusir Belanda. Dari penjelasan sejarah tersebut bisa kita ambil pemahaman, bahwa ummat Islam di dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini begit sangat kuat sekali. Terbukti dengan banyaknya inisiatiaf-inisiatif yang mereka lakukan seperti pembentukan MIAI dan lain sebagainya. 2. Menjelang Kemerdekaan Sampai Awal Kemerdekaan, Seperti yang telah penulis katakan di atas, dua hari setelah pasukan Jepang menyerah kepada pasukan sekutu, pada tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia di bawah pinpinan Sukarno dan Mohammad hata menyatakan kemerdekaanya. Tapi negara yang baru lahir ini harus melalui jalan terjal dalam ,memepertahankan kemerdekaanya, karena Belanda masih belum puas dengan masa penjajahanya. Kolonialisme ingin di lanjutkan setelah perang dunia ke dua. Belanda terlalu sedih meninggalkan Nusantara yang cantik ini. Reaksi terhadap ambisi kolonial Belanda inilah yang dikenal dalam sejarah Indonesia pada akhir 1949. Agar memeperoleh gambaran yang agak tajam tentang gejolak politik ummat Islam selama hari-hari persiapan kemerdekaan, maka kiranya perlu diikuti perkembangan dan konflik-konflik politik antar berbagai golongan idielogi di Indonesia sekitar tiga bulan menjelang proklamasi kemerdekaan. Pengamatan tentang periode ini akan memebantu kita menghayati sikap dan peranan ummat Islam melalui para pemimpinya menghadapi isu-isu politik kunci dalam soal-soal kenegaraan. Berbicara sera idielogis, perdebatan serius antara wakil-wakil golongan Islam dan kelompok nasionalis sekuler dalam BPUPKI (badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan) harus kita ikuti dengan cermat. Menurut Ahmad Syafii Ma’arif56, inilah baru pertama kali secara resmi dalam sejarah modern Indonesia. Isu 56 Syafii Ma’arif dalam, “Studi tentang Percaturan Konstituante, Islam dan Masalah Kenegeraan” (Jakarta; 1985. Penerbit LP3ES) Cet, I yang paling krusial dalam perdebatan tersebut adalah pembicaraan tentang dasar filsafat idiologi negara bagi Indonesia setelah kemerdekaan57. Sebagaimana dalam catatan sejarah juga di katakan bahwa setelah mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan yang kuat. Dan hal itu sangat wajar mengingat kekuatannya sudah tidak mendukung lagi untuk hal itu. seperti itu pada 16 Ogos, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno. Pada 18 Ogos 1945 kelompok tersebut melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaa BPUPK dengan beberapa perubahan yang dilakukan oleh PPKI pada tanggal 18Ogos 1945. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI ditambah unsur Pemuda dan tokoh pergerakan lainnya menjadi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan menjadi badan pemerintahan sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Ogos dan menghendaki Republik Indonesia yang meliputi daerah bekas Hindia Belanda dan 57 Untuk lebih jelasnya, lihat Muhammad Yaminm, “Naskah persiapan Undang-Undang Dasar”.(Jakarta: Prapanca, 1959). Dalam buku tersebut mengulas lebih lanjut seputar perdebatan pertama yang secara resmi seputar apa dan bagaimana seharusnya dasar atau ideologi yang tepat bagi sebuah negara yang baru merdeka seperti Indonesia. terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku dan Kepulauan Sunda Kecil. Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial. Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949, setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB. 3. Lahirnya Razim Orde Lama Seperti telah penulis jelaskan diatas, bagaimana jalan dan liku-liku bangsa ini di dalam mencapai kemerdekaanya, Bung Karno dan Bung Hatta yang akhirnya menjadi orang nomer satu di negeri ini cukup memberi harapan bagi rakyat Indonesia, harapan agar bangsa ini bisa tetap dipertahankan serta bisa maju sebagaimana yang telah terjadi pada negara-negara yang sudah maju, Sebenarnya rakyat Indonesia, tidak hanya sekedar berharap, atau bermimpi agar bangsanya bisa menjadi maju, setelah sebelumnya dijajah oleh para kolonial, bagaimana tidak untuk mencapai apa yang menjadi impiannya terebut, mengingat betapa banyaknya kekayaan yang ada pada bangsa yang mereka tempati tersebut. Baik hal tersebut dari segi kekayaannya yang ada di darat maupun di laut, demikian juga luasnya bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Semua harapan yang ada di dada mereka telah di sandarkan kepada dua anak terbaik bangsa saat itu. Bung Karno dan Bung Hatta tentunya. Bung Karno di dampingi oleh Bung Hatta, sebagaimana yang telah penulis katakan pada bab sebelumnya, dan didalam perjalanan sejarahnya nampaknya tidak semua apa yang menjadi harapan rakyat menjadi kenyataan. Banyak kesalahankesalahan patal telah dilakukan olehnya. Namun demikian, bagaimanapun Bung Karno, dia tetap saja adalah seorang yang telah banyak jasanya pada bangsa kita. dan namanya akan tetap dikenang sampai kapan, dikenang sebagai bapak proklamator bangsa, sebagai pahlawan bangsa. BAB IV POSISI ISLAM POLITIK TURKI DAN INDONESIA DI BAWAH KEPEMIMPINAN DUA TOKOH SEKULAR A. Pengertian Sekuler Kata ini diambil dari bahasa latin saeculum,58 yang bermakna ganda, yakni ruang dan waktu. Ruang menunjukkan pada pengertian diniawi, sedangkan waktu menunjukkan pada pengertian sekarang atau zaman kini. Jadi kata Seaculum berarti zaman kini atau masa kini. Pengetian tersebut menunjukkan pada peristiwa didunia ini atau juga peristiwa masa kini.59 Dapat dikatakan bahwa makna sekuler lebih di tekankan pada waktu atau priode tertentu yang dipandang sebagai suatu proses sejarah.60 Kata sekulerberkembang menjadi sebuah istilah yang diartikan sebagai bersifat duniawi atau kebendaan, bukan bersifat keagamaan atau kerohanian.61 Bahasa Arab untuk Sekuler adalah Ilmaaniyyah, suatu kata ‘ilm yang berarti ilmu pengetahuan atau sains. Dengan semakin maraknya ilmu pengetahuan, dalam perkembangannya, pengertian 58 Niyazi Berkes, the Depelopment of Secularisme In Turkey, (Montreal: Mc Gill Univercity Press, 1964), hal.5. 59 Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Ialam and Scularism, ter. Karsijo Djoyosuarno (Bandung: pustaka, 1981), hal. 18-19. 60 61 Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik, (Jakarta: PT Puataka Utama Grafiti,1993, hal. 18 Hasan Muarif Ambary et al., Suplemen Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Van Hoevee, 1996), hal. 167. sekuler pada abad ke-19 diartikan bahwa kekuasaan Gereja tidak berhak campur tangan dalam bidang politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Kemnudian Dari kata sekuler muncul istilah sekularisasi yang sntara lain mengandung arti proses melepaskan diri dari ikatan keagamaan. Sekularisasi dapat diartikan sebagai pemisahan antara urusan keagamaan, atua pemisahan antara urusan duniawi dan ukhrowi (akhirat). Paul HLM. Landis, seorang pengamat sosial politik Barat, menulis dalam bukunya Social Policies in the Making a view of Social Problems, “The trend away a secular and rasional interpretetion is known as ‘secularization’ “ 62 (kecendrungan mengenai cara melakukan interpretasi yang bersifat secular dan rasional itulah yang dikenal sebagai sekularisasi). Atas dasar pengertian ini, sekularisasi dapat didefinisiksan sebagai pembebsan manusia dari agama dan metafisika Artinya, terlepasnya dunia dari pengertian – pengertian religius yang suci, dari pandangan dunia yang semu, atau dari semua mitos supra-natural. Kemudian manusia mengalihkan perhatiannya lepas dari dunia tersebut ke arah dunia sini dan waktu ini. B. Pahama Sekularisasi Mustafa Kamal Attaruk dan Sukarno 1. Mustafa Kamal Attaturk Sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab yang sebelumnya, tentang sejarah Turki. Menyusul kekalahannya dalam perang melawan Russia pada 62 Pardoyo, OP,cit, hal. 20 tahun 1774 dan gagal mempertahankan Mesir dari invasi Napoleon pada tahun 1798, Imperium Turki Osmani terrpaksa melakukan modernisasi militer, ekonomi dan sosial lewat serangkaian program yang dinamakan Tanzimat63: bermula dengan menghapuskan pasukan khusus (janissaries), membubarkan tarekat Bektashi, regulasi pajak langsung, hingga memperkenalkan undang-undang anti-diskriminasi sipil (menghapus status dzimmi bagi non-Muslim). Yang kemudian Proyek modernisasi tersebut dilanjutkan oleh Mustafa Kemal Atatürk Setelah berhasil merebut kekuasaan pada tahun 192364. Pada perkembangan selanjutnya, ideologi sekular Atatürk kemudian kita kenal dengan sebutan "Kemalisme" menjelma jadi sangat anti-agama dan ultranasionalistik. Segala yang bercirikan Islam atau berbau Arab dilecehkan sebagai keterbelakangan, kemunduran dan kebiadaban. Siapa yang berani mempersoalkan sekularisme dituduh sebagai pengkhianat negara, tidak rasional dan sektarian. Selain itu, untuk menjamin kelanggengan ideologi ini, rezim Kemalis menciptakan apa yang 64 Setidaknya ada enam langkah yang telah Mustafa Kamal Atatürk di dalam mencanangkan program pembangunan Turki. Pertama, prinsip republikanisme (cumhuriyetcilik), bahwa negara Turki modern menerapkan sistem demokrasi parlementer yang dipimpin oleh seorang presiden, bukan sultan atau khalifah. Kedua, nasionalisme (milliyetcilik), bahwa bukan agama atau mazhab tertentu yang menentukan kewarganegaraan. Ketiga, prinsip kenegaraan (devletcilik), dimana pemerintah berkuasa penuh dalam pengelolaan ekonomi dan berhak intervensi demi kepentingan rakyat. Keempat, prinsip populisme (halkcilik) yang dimaknai sebagai perlindungan hak asasi manusia dan kesetaraan di hadapan hukum. Kelima, sekularisme (laiklik), dan terakhir, prinsip revolusionisme inkilapcilik). Dari keenam sila ini, sekularisme adalah yang paling berpengaruh. Pada tanggal 3 Maret 1924, Imperium Osmani yang telah berkuasa selama lebih dari 700 tahun (1299-1922M) itu resmi dihapuskan. Tidak lama kemudian, pengadilan agama dan pondok-pondok esantren dibubarkan. Begitu juga tarekat-tarekat sufi. Selanjutnya, pakaian ala Barat digalakkan, poligami dilarang, dan undang-undang baru (ala Swiss untuk hukum sipil, ala Itali untuk hukum pidana, dan ala Jerman untuk hukum perdata) mulai resmid berlakukan, menggantikan undang-undang (Syariah) Islam. Selain itu, kalender Hijriah diganti dengan kalender G regorian (Masehi), lalu penggunaan huruf Arab untuk bahasa Turki dilarang dan diganti dengan huruf Latin. (Syamsuddin Arif. PhD, Menibang Kembali Sekularisme. Di akses pada tanggal 31 Agustus 2006 dalam, Hidayatullah.com) mereka sebut sebagai `Islam tercerahkan', mirip dengan gagasan Islam progresif di Amerika Serikat, Islam modernis di Pakistan, atau Islam hadhari di Malaysia. Proyek Atatürk ini pada intinya bertujuan mencabut Islam dari akar-akarnya (to promote disestablishment of Islam), Namun sekularisme sebagai ideologi negara dinilai banyak pengamat telah gagal mencapai tujuannya65. Buktinya, hingga saat ini belum banyak kemajuan yang diraih. Setelah lebih setengah abad berusaha menjadi sekular, Turki masih saja dianggap belum semaju, semodern dan sedemokratis negara-negara Eropa. Jangankan melampaui, menyamai Imperium Osmani pun belum bisa. Justru diam-diam namun pasti, Islam sebagai kekuatan politik nampak mulai bangkit melawan kekuatan sekular dan berusaha merebut kembali tampuk kekuasaan dari tangan mereka66 Hal yang lain juga, pada mas-masa sekularisme diimplementasikan, Turki justru menjadi gemar melanggar HAM. Pembunuhan misterius terhadap sejumlah pemimpin nasionalis Kurdi, salah satu contohnya. Menjauhi nilai-nilai agama membuat pemerintahan fundamentalis sekular Turki sampai hati membantai siapa saja. Sebagaimana pernah ditunjukkan pula oleh pemerintahan Soekarno dan Soeharto di Indonesia. 65 . Dengan sekularisasi dan westernisasi, diharapkan menurut pemahamannya, bakal menjadi bangsa yang setara dengan bangsa Eropa. Kenyataannya tidaklah demikian. Proses sekularisasi dan westernisasi tidak menjamin Turki bisa sebanding dengan Barat. Karena, Barat tidak pernah sungguhsungguh memberikan dukungan politik, juga dukungan berupa alih teknologi dan sains, dua hal yang dapat dijadikan modal bagi Turki untuk mandiri secara ekonomi dan politik.(Ibid dalam, Syamsuddin Arif, PhD,) 66 .Heinz Kramer, A Changing Turkey: The Challenge to Europe and the United States, Washington, D.C., 2000). Namun demikian, bentuk sekularisme Kemalian ini didesign agar negara bisa mengontrol agama, daripada sekedar menyingkirkannya dari ruang publik. Satu langkah penting yang diambil dalam proses ini adalah mengontrol ulama dan tarikat sufi melalui berbagai cara termasuk menetapkan undang-undang mengenai penyatuan sistem pendidikan yang menjadi landasan hukum bagi penutupan seluruh madrasah dan pelimpahan seluruh urusan pendidikan pada kekuasaan kementrian pendidikan. Pemakaian baju tradisional oleh ulama juga dilarang, dan mereka tidak lagi diperbolehkan untuk memakai gelar yang melambangkan otoritas keagamaan seperti "Alim" atau "Syeikh".67 Pada tahun 1928 pengadopsian alfabet Roma dan pelarangan pengajaran Bahasa Arab dan Persia dilakukan untuk menghancurkan hubungan kultural dan intelektual antara dinasti utsmani lama dengan dunia Islam modern.68 Reformasi yang dilakukan oleh kelompok Kemal Attaturk dipaksakan oleh negara dan hanya mendapatkan justifikasi yang kecil dari publik. Penting untuk dicatat bahwa gerakan ini tidak dimotivasi oleh ateisme maupun oleh pandangan antiIslam. Mustafa Kemal malah selalu menekankan kesetiaannya kepada Islam. pada tahun 1923, ia misalnya menyatakan: "Agama kita adalah agama yang paling masuk akal dan alami. Karena itulah, agama kita menjadi agama terakhir. Agama yang alami harus sesuai dengan akal, ilmu pengetahuan, teknologi dan logika. Dan agama kita memang memenuhi persyaratan itu."69 67 Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi, Bangkit & Runtuhnya Khalifah Usmaniyah ( Pustaka AlKautsar, Jakarta: 2004) Cet, ke 1. Hal, 451 68 Hermawati dalam, Mimbar Agama & Budaya, Vol. XVII No.1, 2000 Jadi, usaha Mustafa Kemal untuk mensekularkan Turki lebih dimotivasi oleh pragmatisme dan keinginan untuk menghilangkan model negara dinasti Utsmani termasuk menghapuskan penerapan syari'at yang telah digunakan oleh Eropa sebagai alasan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri Turki. Ia melihat bahwa penghapusan simbol-simbol lama itu merupakan langkah yang penting bagi Turki agar bisa menjadi negeri yang benar-benar independen dari hegemoni dan campur tangan Barat. Bahkan Ia menganggap reformasi yang dilakukannya sebagai upaya untuk melindungi Islam, untuk memisahkan agama yang suci dari politik yang kotor. Kemal dan pendukungnya beranggapan bahwa pengadopsian norma dan institusi modern memang mengharuskan dikorbankannya beberapa pemahaman agama tradisional. Dan hanya itulah cara bagi ummat Islam untuk bisa bertahan secara terhormat dalam dunia modern ini. Dengan pemahaman bahwa memodernisasi dan mewesternisasi Turki merupakan jalan yang terbaik bagi negeri itu, pendukung gerakan Kemal bertujuan untuk mendidik, membimbing, bahkan jika perlu memaksa, masyarakat Turki menjadi masyarakat yang sekuler dan modern. Kharisma dan posisi Mustafa Kemal sebagai "penyelamat" dan "bapak" bangsa setelah kemenangannya dalam perang 69 Dalam, Syamsuddin Arif, PhD kemerdekaan digunakan untuk mempromosikan dirinya sebagai sosok yang bebas dari kesalahan, pemurah dan sangat berkuasa. Pertanyaan, kritik dan perdebatan apapun yang ditujukan pada gerakan reformasi Kemal dianggap sebagai gangguan bagi perkembangan negara. Aturan atau kebijakan apapun yang dianggap oleh negara sebagai karakter peradaban modern harus sesegara mungkin diadopsi di Turki, hingga justifikasi publik nampaknya tidak lagi diperlukan. Institusi-institusi negara biasanya mengimplementasikan kebijakan terlebih dahulu, barulah kemudian kalangan intelektual dan jurnalis mencari pembenaran atas kebijakan tersebut. Karena khawatir akan gangguan kekuatan oposisi dan pemikiran kritis terhadap jalannya reformasi, negara membungkam dan mengasingkan siapapun yang tidak setuju atau mempertanyakan upaya reformasi atas dasar ideologi atau perspektif apapun. Demikianlah sekilas tentang pemahaman Mustafa Kamal Attaturk terhadap sekularesme. Terlepas dari pro dan kontra, yang jelas negara Turki kini benar-benar sudah menjadi salah satu negara yang dulunya menganut sistem kekhalifahan yang kini telah berganti terhadap sistem republik. Sistem republik sekuler ala Kamal dan para pengikutnya. 2. Sukarno Seperti yang dikatakan dalam catatan sejarah, Sarekat Islam di Bawah pimpinan Tjokroaminoto, di tahun ketika Sukarno sebagai seorang anggota rumah tangga mertuanya menyaksikan pertembuhan perhimpunan itu, penyebaran ajaran- ajaran Nabi Muhammad hanya menduduki tempat kedua. Baru setelah sayap kiri yang radikal memisahkan diri, dan disiplin partai diberlakukan, Islam menjadi dominan dalam program partai sarekat Islam- suatu perkembangan yang menjadi jelas dengan semakin menonjolnya sifat pan-Islamisnya, sebagai suatu pemberitahuan bahwa periode nasionalis dari Islam di indonesia sudah merupakan masa lampau. Sukarno, yang tetap anggota sarekat Islam selama periode perpecahan itunamun sekarang sangat di pengaruhi oleh NIP di Bandung-lalu mengumumkan keluar dari perhimpunan itu. Tetapi, ini tidak berarti bahwa Sukarno, yang di dalam artikel-artikelnya yang pertama telah menyerukan “diperkuatnya….Islam di indonesia,” sekarang bersikap masa bodoh terhadap Islam, atau bahkan memandangnya dengan “sikap angkuh yang merendahkan” ia menyadari betul “harga perlawanan” Islam bagi barisan kulit berwarna yang sedang direncanakannya, seperti pada akhirnya di tunjukkan oleh seruan persatuan dalam 1926. Dalam upayanya mempersatukan sekian banyaknya perhimpunan di Indonesia dalam satu federasi, Sukarno mula-mula memanfaatkan kembali sarekat Islam. Ia mengasuh ruangan nasionalis dari majalah SI, bendera Islam, dan dengan demikian ia dengan caranya sendiri berusaha menentang kecendrungan pan-Islamis dari partai itu. Begitu pula, kampanyenya untuk nasionalisme didalam sarekat Islam selama tahuntahun itu bukannya tanpa sukses. Dalam 1929 partai itu menerima baik sebuah resolusi untuk mengubah namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia ( PSII ). Tetapi “kemunduran” itu tidak terjadi tanpa didahului perdebatan. Haji Agus Salim, yang tadinya menyambut gembira kemunculan Sukarno dalam pergerakan, pada akhirnya percaya bahwa ia telah menemukan suatu kecondongan kearah kemusyrikan dalam caranya Sukarno memberikan gambaran yang meluap-luap mengenai keindahan ibu Indonesia. Sementara pada kuartal ke tiga 1928, dengan menggunakan berbagai kutipan dari sebuah pidato Sukarno, ia menunjuk kepada bahaya-bahaya yang terkandung secara laten dan nasionalisme, sambil menggambarkan sejumlah keburukan yang telah di perbuat, “terutama di Eropa,” atas nama nasionalisme. Itulah, kata salim, yang tejadi,apabila manusia memiliki sebuah agama yang dalam kenyataannya memperbudak mereka. Itulah bahaya yang terkandung dalam memuja-muja ibu Indonesia karena keindahannya, kekayaannya dan hal-hal yang kebendaan lainnya. Pada hal tanah air yang sesungguhnya, kata salim yang berusaha membuktikannya dengan mengutip ayat-ayat Al-Quran, adalah ketaatan kepada perintah-perintah Allah. Dalam dirinya sendri, benda-benda tidak ada harganya, baru jika benda-benda itu dipandang sebagai pemberian Allah maknanya yang sebenarnya akan menjadi nyata. Sukarno tidak kehabisan jawaban. Ia mengeluarkan senjata ampuhnya, upaya menuju persatuan, dak berkata. “Alhamdulillah,” bahwa PNI diperkenankan untuk menempati gairs depan dalam perjuangan untuk persatuan. Ia mengatakan bahwa ketua partai itu (dengan kata lain, ia sendiri) menggunakan setiap kesempatan untuk berseru kepada rakayat agar memasuki salah satu partai, tak peduli yang mana, dan ini, katanya merupakan “….suatu bukti, bahwa PIN tidak sekali-kali meninggininggikan dri diatas partai-partai yang lain itu.” Akan tetapi Haji Agus Salim sama sekali tidak pernah berkata begitu. Ia hanya berbicara secara umum tentang kewajiban untuk menyelami dan tetap taat kepada kehendak Allah, “agar kita, dibawah tekanan nafsu, tidak menyimpang dari jalan yang benar…,” Dengan itu ia secara tidak langsung menyesalkan ketidakadaan sikap rendah hati. Kiranya tidak mungkin ada bukti yang lebih baik tentang kebenaran kritik terselubung itu dari pada pembelaan diri Sukarno yang congkak dan yang sama sekali tidak mengenai persoalannya. Sementara adanya tuduhan bahwa nasionalisme dapat mengandung bahayabahaya laten dengan tegas ditolak oleh Sukarno. Haji Agus Salim katanya, “lupa mengatakan” bahwa indonesia tidak menganut paham nasionalisme Eropa yang agresif, ia tahu bahwa Sukarno mengajarkan suatu nasionalisme yang tidak diarahkan kepada kebendaan melainkan kepada kerohanian, bahwa nasoanalisme ketimuran sangat berbeda dengan nasionalisme barat, sebab “nasionalisme kita…membuat kita menjadi perkakasnya Tuhan, dan membuat kita memjadi hidup dalam roh”. Bagi Sukarno, rumusan mistis ini, yang diperkuat dengan mengemukakan contah banyak “nasionalisme ketimuran” lainnya, di antaranya “pendekar Islam” Mustapha Kemal, merupakan bukti yang cukup bahwa nasionalismenya tidak “berdasarkan keduniaan” atau “membudak kepada benda”. Pada waktu itu Sukarko bukan penganut agama Islam. Pengetahuannya tentang Islam ia dapatkan dengan maksud agar bisa ikut dalam perdebatan, dan pada umumnya didasarkan atas buku Lothrop Stoddard, The new World of Islam – dimana “dunia baru” – nya lebih menarik perkatiannya dari pada Islam itu sendiri. Namun demikian, perasaan dasar keagamaan pada diri Sukarno pada waktu itu tidak bisa diabaikan. Umpamanya, ia melukiskan PNI sebagai “bersikap netral dalam soal agama” tidak dalam pengertian orang-orang komunis, yang sama sekali tidak mengakui adanya Tuhan, melainkan dengan maksud untuk memungkinkan semua aliran kepercayaan menjadi anggota partai itu. Dalam pengertian ini, Sukarno sendiri “bersikap netral dalam soal agama” perasaan dasar keagamaannya yang tidak terikat kepada suatu dogma, memungkinkannya untuk memasuki semua kultus, termasuk marxisme, sesuai dengan kepercayaan lama orang-orang jawa bahwa “semua hal adalah satu” Sukarno bukan seorang muslim, ia adalah seorang jawa. Akan tetapi, ia tidak pernah menyerang Islam. Bahkan didalam pertemuanpertemuan di mana ia mengkritik keterbelakangan tradisi-tradisi tertentu dari Islam dan dimana ia, umpamanya, menyerang poligami yang di perkenankan Islam – dalam diri wanita yang sudah beremansipasi, yang sudah “di bebaskan dari perhambaan” ia mengharapkan kawan yang tangguh dalam perjuangan kemerdekaan – ia menyadari bahwa dalam soal-soal seperti itu ia sependapat dengan pembaru-pembaru Islam di negeri lain. dan dengan cara-cara tertentu ia selalu dekat dengan Islam, ia dengannya ia telah dibesarkan. Sebagai insinyur, umpamanya, Sukarno dalam waktu senggangnya bekerja untuk merancang sebuah masjid besar yang akan menjadi pusat umat Islam di jawa dan simbol dari nilai mereka sendiri berhadapan dengan barat dan “agamanya” sebagai seorang muslim, Sukarno, walaupun “bersikap netral” pernah memperingatkan terhadap kemajuan misi-misi kristen di kepulauan indonesia. Dan akhirnya, sebagai orang yang di dalam penjara gagal untuk menjadi Uebermensch, Sukarno yang kesepian merasa terhibur dengan mempelajari karya-karya tertentu tentang Islam. Sebagai akibatnya, maka setelah ia keluar dari penjara dan membaca buku-buku tentang Islam – di antaranya terjemahan Al-Quran dalam bahasa inggris – ia semakin suka mengucapkan “insyaAllah” dalam pidato-pidatonya. Begitu pula, dalam upayanya untuk mempersatukan kaum nasionalis, ia menyerahkan soal berhasil atau tidaknya kedalam tangan Allah. Tetapi setelah upayanya itu ternyata gagal, Sukarno kembali berpaling dengan penuh gairah kepada prinsip-prinsip marxis, yang kelihatannya memberikan harapan yang lebih besar akan berhasil. Ia menggunakan suatu perbandingan dengan alam, seperti halnya alam “pasti datang pada maksudnya.” Maka begitu pula pergerakan “yang memikul natuur dan terpikul natuur” pasti akan sampai pada tujuannya. Tetapi, tumpuannya pada alam ternyata sama sia-sianya seperti tumpuannya pada Allah, atau sebelum itu, pada kata “kaum nasionalis ketimuran” atau pada sarjana-sarjana barat. Penangkapan yang kedua kalinya atas dirinya telah menghentikan, untuk sementara waktu, pengujian-pengujian dak verifikasi-verifikasi magis – suatu masa dimana, seperti di kenang kembali oleh Sukarno dikemudian hari, “kebanyakan saya punyak ucapan-ucapan dulu itu menunjukkan satu ‘dasar mistik’ satu ‘dasar ketuhanan’ yang betul belum ‘terbentuk’ nyata kedalam sesuatu ‘agama’ tetapi tokh sudah nyata menunjuk kejurusan itu”. C. Posisi Islam Politik Turki di Bawah Kepemimpinan Mustafa Kamal Ataturk Sejak awal diterapkannya konsep negara sekular oleh Kemal Attaturk (1923), kecenderungan anti-agama sudah sangat terasa. Ketika itu, Attaturk tidak segan-segan menyiksa dan bahkan membunuh siapa saja (kalangan ulama maupun masyarakat biasa) yang menentang kebijakan sekularismenya. Apalagi Attaturk sejak awal didukung kalangan militer sebagai pemegang kekuasaan ril, sekaligus pemegang tonggak sekularisme ala Attaturk. Ada beberapa isu utama penulis pikir yang menarik untuk lihat semasa ia berkuasa. Salah satunya adalah dengan di hapusnya sistem khalifah. Walaupun Majlis Agung Nasional Turki (GNA) telah menghapuskan kesultanan pada tahun 1922, kantor kekhalifahan dan penunjukkan anggota keluarga dinasti Utsmani sebagai khalifah masih dipertahankan. Banyak orang, termasuk tokoh gerakan nasionalis Turki seperti Ziya Gökalp, mendukung pemisahan antara Kesultanan dan Kekhalifahan, dan berusaha agar khalifah tidak memiliki peran dalam politik nasional. Khalifah hanya dianggap sebagai pemimpin spiritual komunitas Muslim global yang mungkin posisinya setara dengan Paus.70 Kemudian Mustafa Kemal juga memandang, bahwa keberadaan khalifah yang menjadi peninggalan sejarah seperti itu akan mengancam kedaulatan nasional republik yang baru berdiri.71 70 71 Hermawati, Kronik Dua Abad Pembaharuan di Turki, hal. 40 Ash-Shalabi, Bangki & Runtuhnya Khalifah Usmaniyah, hal. 450 Menarik untuk dicatat bahwa mereka yang berusaha menghapuskan institusi kekhalifahan berusaha menjustifikasi pandangan mereka dengan argumen-argumen keagamaan maupun alasan-alasan politik. Seyyid Bey, Menteri Kehakiman, misalnya menyebarkan pamflet dan berbicara di hadapan anggota Majlis Nasional (GNA). Ia berargumen bahwa baik Qur'an atau Sunnah tidak mempunyai penjelasan apapun mengenai kekhalifahan, dan ini berarti bahwa institusi ini bukan institusi keagamaan, melainkan institusi yang bersifat duniawi dan politis. Al-Qur'an, menurut Seyyid Bey, hanya menyebut dua prinsip yang berkaitan dengan sistem pemerintahan yang tepat: yaitu ide mengenai musyawarah (mesheverret) dan ketaatan kepada pemilik otoritas (ulû’l emr). Islam dengan demikian tidak menuntut adanya bentuk pemerintahan tertentu, dan bentuk pemerintahan apapun yang mengikuti prinsip-prinsip tadi bisa dianggap sah. Usaha-usaha ini juga menandakan bahwa Ulama tidak lagi memainkan peran signifikan dalam masyarakat. Pengetahuan yang mereka kuasai dan wakili dipandang tidak lebih sebagai peninggalan masa lalu dan hambatan bagi usaha negara untuk menghadirkan modernitas dalam masyarakat Turki. Kesempatan mereka untuk bekerja dengan pengetahuan dan pengalaman pendidikan yang mereka miliki kini terbatas pada masjid dan institusi-institusi keagamaan. karena institusi-institusi itu pun dikontrol dan dibiayai oleh negara, independensi ulama pun dilumpuhkan secara efektif. Kelas intelektual lama tergantikan oleh kelas intelektual baru yang berusaha untuk memutuskan ikatan masa lalu dan membangun negara dengan budaya sekuler baru. Sebagai contoh, Institut Sejarah Turki mulai menulis sejarah Turki dan Institut Bahasa Turki membentuk ulang bahasa Turki.72 Kemudian pada bulan September tahun 1925, sebagaimana yang dikatakan oleh Hermawati pemerintahan Mustafa Kamal juga telah mengeluarkan peraturan yang melarang memakai pakaian agama bagi orang-orang yang tidak menjabat jabatan agama. Dan semua para pejabat mulai diwajibkan untuk menggunakan pakayaian stelan ala barat dan topi, dan melarang menggukan pakayan “Turbus”. Nampaknya Kamal juga tidak membenarkan bagi kaum perempuan untuk menggunakan cadar bagi mereka. Posisi Islam, terutama Islam politik pada saat itu memang benar-benar tidak memiliki ruang sama sekali. Mustafa Kamal memang benar-benar ingin mematikan agama dan sama sekali tidak lagi mau memasukkan agama terhadap rana pemerintahan. Lihatlah pada tanggal 17 Pebruari 1926 misalkan, komite ahli hukum telah mengadopsi undang-undang sipil Swiss untuk memenuhi kebutuhan hukum sipil di Turki73. Itulah beberapa ulasan bagaimana sesungguhnya posisi Islam politik pada masa Mustafa Kamal menjadi orang nomer satu di Turki. Turki yang sebelumnya menganut sistem kekhalifahan dan sesuai dengan syariah Islam kini sudah tidak lagi ada, dan hanya tinggal sebuah kenangan. 72 73 Haruan Nasution. Hal, 24 Masih menurut Hermawati, kemudian undang-undang ini mulai diberlakukan pada tanggal 14 Oktober 1926. jadi mulai sejak saat itu undang-undang Syariah yang sebelumnya dipagunakan di Turki sudah tidak berlaku lagi. Satu sisi seorang Mustafa Kamal oleh banyak kalangan – terutama juga oleh kebanyakan masyarakat Turki, dianggap bahwa dia telah berjasa besar dan sudah menjadikan Turki sebagai negara yang modern. Tak heran kalau kamudian oleh mereka seorang Mustafa Kamal-pun di gelari sebagai bapak Turki. Namun bukan berarti semua menyenangi apa yang Kamafl lakukan, banyak sekali yang kecewa dengan apa yang ia lakukan, bahkan teman-teman terdekatnyapun mulai tidak menyenangi terhadap tindak tanduknya dan bahkan berusaha untuk menggulingkan dirinya dari tampuk kekuasaan. Katakanlah dalam hal ini teman dia seperti Rauf Bey, Ali Pasya, Fuad Pasya. Orang-orang ini merupakan teman-teman terdekat kamal yang tidak suka melihat kamal terlalu arogan terhadap Islam, dan mereka mulai berusaha untuk menggulingkannya74 D. Posisi Islam Politik Indonesia di Badwah Kepemimpinan Sukarno Banyak kajian telah dibuat mengenai sejarah Islam dari berbagai aspeknya di Indonesia. Dalam sejarah Islam modern di Indonesia, Ricklefs75, salah seorang sejarawan yang banyak mempelajari Indonesia, membagi Islamisasi di Indonesia kedalam tiga tahap. Tahap pertama, konpersi agama ( abad ke-14 hingga 18 ); tahap 74 Harun Nasution dalam Hermawati, hal 42 75 Ricklefs, sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (Jakarta: 2005. Penerbit PT. Serambi Ilmu Semesta) kedua, pembedaan penganut yang “komitet” dan yang tidak “komitet” ( abad ke-19 ); tahap ketiga, pemurnian orang islam ( abad ke-20 ) Dalam pembahasan kali ini penulis ingin melihat bagaimana sesungguhnya keadaan atau posisi Islam terutama dalam hal yang berhubungan dengan Islam politik pada masa Sukarno. Nampaknya pemikiran dan kebijakan Sukarno hampir tidak jauh berbeda dengan Mustafa kamal. dan mengenai hal ini Sukarno memang mengakui kalau pemikiran dan landasan yang ia pengang untuk memimpin sebuah negara akibat karena adanya inspirasi dari Mustafa kamal dan para tokoh sekuler lain yang ada di Turki76 Hal ini bisa kita lihat misalkan dalam upayanya untuk memodernisasikan Islam, Sukarno tak lupa menonjok kepada contoh Turki. Dalam sebuah artikel sepanjang 40 halaman, ia mencoba menjelaskan kepada umat Islam di Indonesia, bahwa tindakan-tindakan yang diambil oleh kaum Turki Muda, terutama tindakan Kemal Attaturk yang memisahkan agama dari negara, pada dasarnya “memerdekakan agama”. Setelah secara panjang lebar menguraikan ulasan-ulasan ekonomi dan politik kaum Turki Muda untuk memisahkan agama dari negara, Sukarno, tanpa berusaha menyembunyikan persetujuannya, menjelaskan langkah-langkah yang telah diambil di Turki untuk mensekulerkan negara dalam 1920-an; diakhirinya kesultanan (1922), 76 Barnhard Dahm, hal. 246 dihapuskannya khalifah (1924), dan dinyatakannya agama sebagai urusan pribadi (1928). Islam yang sejati, kata Sukarno, mengaitkan berbagai persyaratan kepada lembaga khalifah, dua diantaranya sangat penting: Pertama, Khalifah harus dipilih oleh umat Islam; kedua, Khalifah harus mampu melindungi seluruh umat Islam. Tetapi syarat yang pertama hanya terpenuhi selama dua puluh tahun saja, dan sesudah itu jabatan khalifah dipegang oleh dinasti-dinasti. Kedua, juga tidak terpenuhi lagi setelah abad ke-13. Tidak dipilih dan tidak punya otoritas: demikianlah lembaga Khalifah bisa bertahan selama berbada-abad, sebagai bayangan dari apa yang dimaksudkan semula. Dan yang lebih celaka lagi, selama berabad-abad agama dijadikan “alat politik”. Hanya melalui tindakan-tindakan yang diambil oleh kaum Turki Mudalah agama dikembalikan kepada masyarakat. Setelah itu, katanya, perkembangan ini merupakan suatu keharusan : “…Perpisahan antara agama dan negara itu bukanlah Kemal c.s. yang memulainya. Tidak, perpisahan itu adalah ujungnya satu proses yang telah puluhan tahun dan ratusan tahun berjalan, ujungnya satu paksaan masyarakat, yang sudah di zamannya Sulaiman I empat ratus tahun yang lalu, Sulaiman “de wetgever,” Sulaiman “pembuat undang-undang” memaksa negara mengadakan perundangan-perundangannya Syari’atul Islam77”. Alasan lain yang menjadi alasan mengapa seorang Sukarno kemudian menolak untuk menghubungkan agama kedalam tatanan negara di Indonesia, menurutnya. bahwa benar-benar tidak mungkin akan meninggalkan agama yang lain 77 Barnhard Dahm, hal. 249 atau membiarkan agama yang lain menjadi didiskriditkan apabila Islam kemudian hendak di jadikan sebagai ideologi bagi bangsa Indonesia78. Ini juga yang melatar belakangi mengapa kemudian ia juga tidak menyetujui kalimat penambahan “menjalani syariat Islam bagi para pemeluknya”. Tidak hanya sampai disitu sepak terjang sekulernya seorang Sukarno terhadap Islam. Pada pemerintahan dia selanjutnya, seorang Sukarno nampaknya ia juga sudah mulai membubarkan kekuatan Islam seperti pembubaran Masyumi misalkan79, menurut analisa penulis sendiri, pembubaran terhadap Masyumi merupakan salah satu bentuk bukti nyata kalau sesungguhnya ia benar-benar tidak ingin Islam politik di Indonesia menjadi satu kekuatan besar yang nantinya bisa mengancam posisi negara yang telah menggunakan Pancasila sebagai asas negara. Selanjutnya catatan sejarah juga mencatat bagaimana kemudian oleh Sukarno seperti Darul Islam (DI) di Jawa Barat setelah dianggap sebagai pemberontak karena ingin mendirikan sebuah negara Islam di bubarkan olehnya dan bahkan juga telah dianggap sebagai sebuah kelompok pemberontak yang harus dibasmi sampai keakarakarnya80. 78 Ricklefs, anatara hal 471-508 79 Greg Barton, Ph.D, Gagasan Islam di Indonesia: Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid. (Jakarta: Penerbit Paramadina, 1999). Hal, 463. 80 Untuk lebih jelasnya mengenai Gerakan Darul Islam di Sumetera. Lihat dalam Soebardi, S, (ed & Penj) The Book of Cabolek: a Critical Edition With Intruduction, Translition. (Den Haag: Martinus Nijhoff, 1975) Kembali kepada masalah Masyumi, sebagaimana kita tahu bahwa ia merupakan satu-satunya pada saat itu yang merupakan wadah bagi ummat Islam yang ada di Indonesia yang sangat besar sekali. Namun kebesaran dan kekuatan tersebut tidak tidak berdaya melawan rezim Sukarno81. Demikianlah sekilas singkat kira-kira bagaimana sejarah perjalanan Islam politik maupun politik Islam yang yang nampaknya sedikit sekali diberi ruang gerak oleh razim orde lama. Sekali lagi, memang benar kalau kebijakan Sukarno terhadap posisi Islam tidak seradikal Mustafa Kamal di Turki, namun tetap saja penulis pikir, seorang Sukarno satu sisi telah menorehkan tinta hitam bagi perjalanan dan perkembangan politik di Indoensia. Sukarno yang seorang agamis dan taat menjalankan semua perintah agama yang ia yakini, dan Sukarno yang menurut pengakuannya sendiri mengatakan kalau ia sangat mencintai Islam, akan tetapi sangat sedikit rasa pronya terhadap perjuangan Islam untuk meleburkan diri kedalam tatanan negara. 81 Ricklefs, anatara hal 465 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bila kita telusuri dengan baik dan seksama, bisa kita pahami bahwa dalam literatur politik modern, Islam politik dan Islamisme sebenarnya digunakan dengan arti sama. Bahwa Islam politik bisa di artikan sebagaimana yang di katakan oleh Graham E. Fuller, bahwa Islam Politik adalah “one who believes that Islam as a body of faith has something important to say about how politics and society should be ordered in the contemporary Muslim world and who seeks to implement this idea in some fashion.”i Demikian kira-kira pemaknaan yang menurut penulis anggap pantas untuk mengertikan apa dan bagaimana sesunguhnya Islam politik itu sendiri. Sementara kaitannya dengan posisi Islam politik di Turki dan di Indonesia, setidaknya ada beberapa kesimpulan. Salah satunya yaitu, bahwa proyek modernisasi Turki di bawah keuasaan Mustafa Kamal Atatürk, bahwa setidaknya ada enam langkah yang dilk Setelah berhasil merebut kekuasaan pada tahun 1923, Atatürk mencanangkan program pembangunan Turki modern lewat `enam anak panah' (Alti Ok). Yaitu, pertama, prinsip republikanisme (cumhuriyetcilik), bahwa negara Turki modern menerapkan sistem demokrasi parlementer yang dipimpin oleh seorang presiden, bukan sultan atau khalifah. Kedua, nasionalisme (milliyetcilik), bahwa bukan agama atau mazhab tertentu yang menentukan kewarganegaraan. Ketiga, prinsip kenegaraan (devletcilik), dimana pemerintah berkuasa penuh dalam pengelolaan ekonomi dan berhak intervensi demi kepentingan rakyat. Keempat, prinsip populisme (halkcilik) yang dimaknai sebagai perlindungan hak asasi manusia dan kesetaraan di hadapan hukum. Kelima, sekularisme (laiklik), dan terakhir, prinsip revolusionisme (inkilapcilik). Dari keenam sila ini, sekularisme adalah yang paling berpengaruh. Pada tanggal 3 Maret 1924, Imperium Osmani yang telah berkuasa selama lebih dari 700 tahun (1299-1922M) itu resmi dihapuskan. Tidak lama kemudian, pengadilan agama dan pondok-pondok pesantren dibubarkan. Begitu juga tarekat-tarekat sufi. Selanjutnya, pakaian ala Barat digalakkan, poligami dilarang, dan undang-undang baru (ala Swiss untuk hokum sipil, ala Itali untuk hukum pidana, dan ala Jerman untuk hokum perdata) mulai resmi diberlakukan, menggantikan undang-undang (Syariah) Islam. Selain itu, kalender Hijriah diganti dengan kalender Gregorian (Masehi), lalu penggunaan huruf Arab untuk bahasa Turki dilarang dan diganti dengan huruf Latin. Pada perkembangan selanjutnya, ideologi sekular Atatürk –terkenal dengan sebutan "Kemalisme"- menjelma jadi sangat anti-agama dan ultra- nasionalistik. Segala yang bercirikan Islam atau berbau Arab dilecehkan sebagai keterbelakangan, kemunduran dan kebiadaban (barbarism). Siapa yang berani mempersoalkan sekularisme dituduh sebagai pengkhianat negara, tidak rasional dan sektarian. Selain itu, untuk menjamin kelanggengan ideologi ini, rezim Kemalis menciptakan apa yang mereka sebut sebagai `Islam tercerahkan' (cagdas Islam), mirip dengan gagasan Islam progresif di Amerika Serikat, Islam modernis di Pakistan, atau Islam hadhari di Malaysia. Proyek Atatürk ini pada intinya bertujuan mencabut Islam dari akar-akarnya (to promote disestablishment of Islam), tulis sejarawan politik Hakan Yavuz. Namun sekularisme sebagai ideologi negara dinilai banyak pengamat telah gagal mencapai tujuannya. Buktinya, hingga saat ini belum banyak kemajuan yang diraih. Setelah lebih setengah abad berusaha menjadi sekular, Turki masih saja dianggap belum semaju, semodern dan sedemokratis negara-negara Eropa. Jangankan melampaui, menyamai Imperium Osmani pun belum bisa. Justru diam-diam namun pasti, Islam sebagai kekuatan politik nampak mulai bangkit melawan kekuatan sekular dan berusaha merebut kembali tampuk kekuasaan dari tangan mereka (Lihat: Heinz Kramer, A Changing Turkey: The Challenge to Europe and the United States, Washington, D.C., 2000). Istilah sekuler sebenarnya sudah bukan lagi hal yang baru kita kenal. Kata ini berasal dari bahasa latin yang memiliki makna ”ruang” atau “waktu” sementara sekulerisasi sendiri menurut para ahli diartikan sebagai suatu kecendrungan mengenai cara melakukan interpretasi yang bersifat secular dan rasional itulah yang dikenal sebagai sekularisasi. Atau dengan bahasa yang lainnya berarti sebagai suatu pembebsan manusia dari agama dan metafisika Artinya, terlepasnya dunia dari pengertian –pengertian religius yang suci, dari pandangan dunia yang semu, atau dari semua mitos supra-natural. Kemudian manusia mengalihkan perhatiannya lepas dari dunia tersebut ke arah dunia sini dan waktu ini. Sementara itu Mustafa Kamal oleh sebagian masyarkat Turki di kenal sebagai orang yang telah menyelamatkan Turki dari keterbelakangan dan kejumudan, dia juga bersama dengan teman-temannya yang telah merubah Turki dari system kekhalifahan ke sistem republik sekuler Turki,. Daftar Pustaka A. Munghni, Syafiq. “Sejarah kebudayaan Islam di Turk”i. Jakarta 1997. Penerbit Logos Wacana Ilmu Ahmad, Zainal Abidin, “Piagam Nabi Muhammad Saw”, Jakarta:Bulan Bintang, 1973. Alfian, “Pemikiran Dan Perubahan Poltik Indonesia di Indonesia”, Jakarta:Gramedia, 1981. Ali, Mukti. “Islam dan Sekularisme di Turki”. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1994. Alimin, AP Sati, “M. Natsir Versus Soekarno”, Padang: Yayasan Pendidikan Islam, 1976. Anshary, Endang, “Piagam Jakarta 22 juni 1945” Bandung: Pustaka Salma, 1981. Apter, David, “Pengantar Analisa Politik”, Jakatra: LP3ES, 1985. Ar-Rais, Dhiya’ad Din, “Islam dan Khilafah, Kritik terhadap Buku Khilafah dan Pemerintahan dalam Islam”, terj.Bandung:Pustaka Salman, 1985. Badri Yatim MA. “Sejarah peradaban Islam”. Jakarta 2004. PT Raja Grafindo Persada Haryatmoko, Dr. “Etika Politik dan kekuasaan”. Jakarta 2003. Penerbit Kompas Kongar, Emre. “Imparatorluktan Gunumuze Turkiye’nin Toplumsal Yapisi (Struktur Masyarakat Turki dari Masa Imperium hingga Masa Kontemporer”. Istanbul: Remzi Kitabevi, 1997. Lerner, Daniel. “Memudarnya Masyarakat Tradisional”. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1978. Maryam, Siti (ed.). “Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik hinggga Modern”. Yogyakarta: LESFI, 2004. Mintarja, Endang. “Politik berbasis Agama”. Jakarta 2006 Pustaka Pelajar Ozbay, Ferhunde (ed.). “Women, Family, and Social Change in Turkey”. Bangkok: 1990. Ozbudun, Ergun (ed.). “Perspectives on Democrasy in Turkey”. Ankara: Sevinç Matbaasi, 1988. Suhelmi, Ahmad MA. “Polemik Negara Islam”, Jakarta 2002. Penerbit Teraju Turner, Bryan S. “Sosiologi Islam, Suatu Telaah Analitis atas Tesa Sosiologi Weber” (terj.). Jakrata: Rajawali Pers, 1984. ________The Ottomans A Brief Story of World Empire. Ankara: Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Turkey, 2000. ________Turkey and the European Union: an Overview. Ankara: The Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Turkey, 2001. Tijdauan islam ir soekarno hamka dan .a.m. Pamuntjak .ar muchlis (m. Natsir) ed. Tebingtinggi: pustaka al hamra,1947. “lahirnya pantjsila,” dalam civics” manusia dan masyarakat baru di indonisia.jakarta” departemen penerangan indonesia,1960. Transkip stenografis dari pidato 1 juni 1945. Sukarno, tindjawan islam. Ir. Sukarno, hamka, dan am pamundjak. Ar. Muchls (m. Natsir), ed tebingtinggi; pustaka al-hamra, 1947 ……., djilid pertama, k. Gyoenadi dan hm. Nasutioan, eds. Jakarta: panitia dibawah bendera revulusi, 1959. Essay dan artikel dan surat-surat sukarno. Yamin, muhammad. Naskah persiapan undang-undang dasar 1945 jakarta: jajasan prapantja, 1959 ……, proklamasi dan konstitusi republik indonesia, jakarta dam amsterdam: djembatan, 1951 Lahirja pantjasila _ the birth of panjasila (dalam bahasa inggeris). Jakarta: indonesia, minestry of inpormation, 1952. Terjemahan paling baik a Raffles, t.s. The history of java, 2 vols. Landon; black,parbury and allen;j murray,1817. Raliby, o.documenta historica 1.sedjara documenter dari pertumbuhan dan perdjuangan negara republik indonesia,jakarta;bulan bintang,1953. i Graham E. Fuller, The Future of Political Islam, hlm. xi