BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian

advertisement
10
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoretis
2.1.1 Hakikat Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2009 : 5-6), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampian. Dalam
pengertian ini, hasil belajar merupakan hasil kegiatan dari belajar dalam bentuk
pengetahuansebagi akibat dari perlakukan atau pembelajaran yang dilakukan siswa.
Atau dengan kata lain hasil belajar siswa diperoleh dari proses pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar terjadi karena adanya proses interaksi eduktif
antara guru dan siswa di sekolah menghasilkan perubahan-perubahan dipihak siswa,
yang sebelumnya belum pernah dimiliki, dan kemampuan-kemampuan itu dihasilkan
karena usaha belajar. Dengan kata lain bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa berupa pengatahuan, sikap dan keterampilan setelah menerima
pengalaman belajarnya berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi kemampuan yang
diperoleh dari usaha belajar inilah yang disebut hasil belajar.
Selain itu kegiatan belajar bertujuan untuk memperoleh perubahan tingkah
laku,sehingga hasil belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku dalam
perbuatan, reaksi, sikap, serta penambahan pengetahuan sebagai produk dari hasil
belajar. Hasil belajar IPA berada pada kawasan kognitif, karena untuk mendalami
kaidah-kaidah atau azas-azas maupun hukum hukum, diperlukan kemampuan dan
keterampilan intelektual yang memadai. Bloom dalm Silverius ( 1991 : 22 )
11
membagi paling sederhana sampai peringkat yang paling kompleks. Keenam
peringkat tersebut adalah pengetahuan, pemahama, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Lebih lanjut dapat dijelaskan pengertiannya sebagai berikut : (1)
pengetahuan (know ledge), ialah mengingat kembali bagian-bagian informasi khusus
dan umum, serta informasi tentang metode-metode, proses-proses, dan contohcontoh; (2) Pemahaman (comprehension), ialah pengenalan bagian-bagian informasi
untuk membangun ikatan informasi dengan pengertian yang lengkap; (3) Aplikasi
(application), ialah menerapkan prinsip informasi atau pengetahuan terapan dalam
situasi lain (situasi yang berbeda); (4) Analisis (analysis), ialah memecahkan atau
membagi utnit informasi kedalam elemen-elemen yang lebih kecil, dengan maksud
untuk lebih memperjelas maknanya; (5) (synthesis), ialah menyatukan atau
mengkombinaskan elemen-elemen informasi kedalam unit-unit informasi yang
bertalian atau mengandung arti yang lebih jelas; dan(6) Evaluasi (evaluation), ialah
membuat pertimbangan danputusan tentang nilai informasi, bahan-bahan atau
metode-metode.
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009 : 6) berdasarkan kemampuan yang
diperoleh siswa, hasil belajar dibedakan menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan
kognitif, kawasan efektif, dan kawsan psikomotorik. Kawasan kognitif meliputi hasil
belajar yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan tentang pengetahuan
dan pengembangan kemampuan intelektual serta keterampilan berpikir. Kawasan
afektif meliputi hasil belajar yang menggambarkan tentang perubahan minat, sikap,
nilai dan penggembangan apresiasi dan kemampuan penyesuaian diri, sedangkan
12
kawasan psikomotorik adalah hasil belajar yang menyangkut keterampilan gerak
menggerakan.
Pada dasarnya semua orang dapat melakukan perbuatan belajar. Namun tidak
semua orang berhasil dengan baik didalam belajar. Hasil belajar yang baik
merupakan gambaran prestasi belajar yang tinggi dari seseorang. Pada umumnya
semua orang yang belajar menginginkan untuk mendapatkan hasil belajar yang
memuaskan. Sudah barang tentu ini memerlukan usaha yang ulet dan sungguhsungguh .
Hasil belajar adalah hasil perubahan tingkah laku seseorang siswa setelah
memperoleh pelajaran. Hasil belajar biasanya digambarkan dengan nilai angka atau
huruf. Dalam hubungan ini, Hamalik (1983 : 56) mengemukakan bahwa hasil belajar
seseorang merupakan perilaku yang dapat diukur, hasil belajar menunjukan kepada
individu sebagai pelakunya, hasil belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan
standar tertentu baik berdasarkan kelompok atau norma yang telah ditetapkan.
Hasil belajar menunjukan pola hasil kegiatan yang dilakukan secara sengaja
dan sadar. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapatlah diartikan bahwa hasil
belajar ilmu pengetahuan alam adalah hasil yang dicapai oleh seseorang (peserta
didik) setelah melakukan kegiatan belajar IPA. Dalam menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan
keberhasilan belajar siswa yaitu : (1) melibatkan siswa secara aktif, (2) menarik minat
dan perhatian siswa, (3) membangkitkan motivasi siswa, (4) prinsip individualitas,
dan (5) peragaan dalam pengajaran.
13
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar.
Dengan demikian, aktifitas siswa sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga siswalah seharusnya banyak aktif. Dengan melihat bahwa aktifitas siswa
sangat dibutuhkan, maka tentunya hal harus didukung oleh adanya minat dari siswa
itu sendiri dalam belajar.
Berdasarkan uraian ini jelas bahwa meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA perlu adanya usaha-usaha sebagai berikut : (1) memberikan
motivasi belajar kepada anak, (2) menggunakan metode belajar mengajar yang
bervariasi, (3) meningkatkan kerjasama orang tua dan guru.
2.1.2 Hakikat Model Tipe Jigsaw pada Pembelajaran IPA
Cooperative mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan
bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama
yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelompoknya. Pengertian
pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam proses
pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menuntuntaskan permasalahan.
Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1984) menyatakan bahwa
cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana pelajar belajar dan
bekerja sama dalam kelompok-kolompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari 4 (empat) sampai 6 (enam) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Selanjutnya dikatan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung
pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun
secara kelompok.
14
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai
suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesame anggota
kelompok.
Model pembelajaran tipe Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran
yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning
Teknik Jigsaw dapat didefinisikan sebagai system kerja/belajar kelompok terstruktur.
Yag termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokkok (Sunaryo, 2001) yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jiksaw
(pembelajaran gotong-royong) dalam pendidikan adalah “homohomoni socius” yang
menekankan bahwa manusia adalah makhluk social. Cooperative Learning Teknik
Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam belajar atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja
sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
15
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi
pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan-bahan pelajaran.
Menurut Lie dalam Budiningrat, (1998:29). Dalam bukunya “Cooperative
Learning Teknik Jigsaw”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning Teknik
Jigsaw tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bias
dianggap Cooperative Learning Teknik Jigsaw. Untuk itu harus diterapkan lima unsur
model pembelajaran gotong-royong yaitu : (1) saling ketergantungan positif, (2)
tanggung jawab perseorangan (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5)
evaluasi proses kelompok.
Modelpembelajaran Cooperative dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al (2000), yaitu :
(1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu, (3)
pengembangan keterampilan social.
Langkah-langkah dalam penerapan Teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
1. Guru membagi satu kelas menjadi beberapa kelompok dengan setiap kelompok
terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan berbeda. Kelompok ini disebut
kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaika dengan jumlah
bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesui dengan tujuan
16
pembelajaran yang akan dicapai. Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu
bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran
yang sama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli,
siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembai ke kelompok
asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji).
Misalnya 1 kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pelajaran yang akan
dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran terdiri dari 5 bagian materi
pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang
beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap
anggota kelompok ahli akan kemali ke kelompok asal memberikan informasi yang
telah diperoleh atau dipelajari oleh kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi
kelompok, baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan perundingan salah
satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan
agas guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan.
3. Guru memberikan kuir untuk siswa secara individual.
4. Guru memberiakn penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke
kuis berikutnya.
17
5. Materi sebaiknya secara alami daapt dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran dalam penerapan model
Jigsaw adalah :
1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran model Jigsaw
2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap
proses pembelajaran relatif kecil, sehingga hanya segelintir orang yang menguasai
arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran model
Jigsaw
4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
5. Terbatasnya pengetahuan siswa.
Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
tim-tim heterogen beranggotakan 4 sampai 5 orang, materi pelajaran yang diberikan
kepada siswa dalam bentuk teks, setiap anggota bertangungjawab untuk mempelajari
bagian tertentu bahan yang diberikan itu, dan mampu mengajarkan bagian tersebut
kepada anggota tim lain.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
menjabarkan materinya tersebut kepada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian siswa saling tergantung dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
18
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Anggota dari tim-tim yang
berbeda dengan topic yang sama bertemu untuk berdiskusi (antar ahli) saling
membantu satu sama lain tentang topic pelajaran yang ditugaskan pada mereka,
kemudian siswa itu kembali pada kelompokya masing masing (kelompok asal) untuk
menjelaskan kepada anggota kelompoknya yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya (dalam pertemuan ahli)
Ilustrasi pembelajaran kelompok dalam metode Jigsaw yang dimodifikasi dalam
bentu bagan (Mohamad Nur, 2000:22)
Kelompok Asal
1234
1234
1234
1234
Kelompok Ahli
1111
2222
3333
4444
Pengungkit
Katrol
Bidang Miring
Roda
Gambar 2.1 Ilustrasi pembelajaran dalam model Jigsaw (Sumber : Mohamad
Nur, 2000:22)
Keuntungan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut.
(1) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam satu kelompok;
(2) Siswa diajarkan agar bias menjelaskan/menerangkan apa yang dia ketahui pada
saat diskusi myelesaikan soal yang diberikan pada kelompok ahli kepada teman
kelompok asal;
(3) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.
19
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut.
(1) Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat binggung dan
pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan pembelajaran yang baru;
(2) Siswa yang lemah kemungkinan menggantungkan pada siswa yang pandai.
Semua anggota perlu menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari
kelompok tersebut. Tujuan mereka adalah sama yaitu keberhasilan. Pembelajaran
kooperatif menjadikan siswa berfikir positif, menghargai dan menghotmati sesame
anggota dalam kelompoknya. Sejalan dengan itu menurut Tarigan (dalam Katili,
2005:7) bahwa “Pembelajaran kooperatif pada dasarnya merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang lebih mengutakan aktifitas siswa dimana siswa belajar bersama
dalam bentuk setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan anggota
kelompoknya”.
Jadi pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
berpusat pada keaktifan siswa dengan menjalin kerja sama dengan anggota kelompok
yang lain, dimana esensi dari pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab
individu sekaligus kelompok, sehingga
dalam
diri
siswa
terbentuk sifat
ketergantungan positif yang menjadikan kelompok kerja menjadi optimal.
2.1.3 Pesawat Sederhana
Pesawat
adalah
alat
yang
memudahkan
pekerjaan
manusia.
Kamu
memrlukan gaya untuk melalukan berbagai pekerjaan. Gaya itu dilakukan dengan
oto, dalam melakukan suatu pekerjaan. Misalnya membuka tutup botol, memnjat
20
Pohon, menimba air dan memindahkan barang yang berat. Oleh karena itu kamu
memerlikan alat untuk mempermudah pekerjaan tersebut. Kamu dapat melakukan
pesawat. Pesawat dapat memperkecil gaya yang kamu keluarkan.
Pesawat ada yang rumit dan ada yang sederhana. Pesawat rumit tersusun atas
pesawat-pesawat sederhana. Pada prinsipnya pesawat sederhana terbagi menjadi
empat macam yaitu : pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos.
a)
Pengungkit atau tuas, disekitar kita banyak peralatan yang menggunakan prinsip
kerja pengungkit. Contohnya gunting dan pemotong kuku. Berdasarkan letak
beban, kuasa, dan penumpunya, pengungkit dibedakan menjadi tiga yaitu
:pengungkit golongan I (letak titik lampu berada diantara beban dan kuasa
contohnya gunting, pemotong kuku, tang). Pengungkit golongan II, letak beban
diantara titik tumpu dan kuasa contohnya kereta sorong, pembuka kaleng,
pemotong kertas. Pengungkit golongan III, letak kuasa di antara beban dan titik
tumpu, contohnya stapler, pinset, sapu.
b) Bidang Miring, tangga merupaka salah satu budang miring, jika memanjat
pohon secara langsung, beban tubuh akan ditahan oleh anak tangga yang kita
injak. Itulah sebabnya seolah- olah pekerjaan kita terasa lebih ringan,
sebenarnya pekerjaan kita tetap tetapi diperingan dengan alat, jadi dengan
menggunakan bidang miring kita dapat menghepat tenaga. Prinsip yang sama
juga diterapkan pada tangga bangunan bertingkat. Bidang miring juga digunakan
untuk membentu memindahkan alat-alat yang berat. Contoh lain
21
yaitu pisau, kapak, pahat, dan paku menggunakan prinsip kerja bidang miring,
bagian yang tajam dari alat-alat tersebut merupakan bidang miring.
c)
Katrol, ada beberapa jenis katrol sebagai berikut : (a) katrol tetap yaitu katrol
yang tidak berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda. (b)
Katrol bebas yaitu katro yang berubah posisinya ketika digunakan untuk
memindahkan benda (c) Katrol rangkap yaitu katrol yang terdiri dari satu katrol
yang disusun berjajar (d) katrol ganda atau takal yaitu katrol yang terdiri dari
beberapa katrol yang disatukan dengan tali. Prinsip kerja katrol dapat kita lihat
contohnya pada saat kita mengambil air dari sumur dengan menggunakan
timba.
d) Roda berporos, hampir semua alat yang mempunyai bagian yang bergerak
menggunakan roda berporos, contohnya sepeda motor, mobil, dan kursi roda.
Peralatan yang menggunakan roda berpasangan biasanya dihubungkan pada
poros dora. Poros roda berada pada titik temu jari-jari roda.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang saya lakukan
antara lain:
1. Yulianzah Syabudi dalam skripsi berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA tentang susunan bumi melalui pembelajaran
kooperatif ti Jigsaw Pada Siswa Kelas IV Tahun 2009”
Dalam Kesimpulan penelitiannya menyatakan bahwa dalam menggunakan
pembelajaran kooperatif model Jigsaw pada siswa kelas IV sangat cocok
22
untuk materi susunan bumi di kelas IV SDN 1 Lopo Kecamatan Kabupaten
Gorontalo. Hal ini ditunjukan oleh peningkatan jumlah siswa yang
memperoleh nilai rata-rata 85%
2. Nanik Isnaini dalam Skripsinya berjudul “Meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi penelitiannya dinyatakan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif ti Jigsaw di kelas V SDN 80 Kota Tengah Kota Gorontalo
ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajan IPA di
kelas V, sehingga dapat memperoleh nilai 75 sampai 80%
Jadi dengan beberapa hasil skripsi yang relevan maka pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA tentang Pesawat
Sederhana
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan maka yang menjadi hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran tentang pesawat
sederhana digunakan model pembelajaran ti Jigsaw maka hasil belajar siswa pada
materi Pesawat sederhana akan meningkat.
2.4 Indikator Kerja
Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa yang memiliki kemampuan
menyimak yang baik hanya sebanyak 25% dari jumlah siswa. Oleh karenanya yang
menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika kemampuan siswa
23
dalam menyimak cerita berkembang menjadi 85%, dari keseluruhan jumlah siswa
yang ada di Kelas V SDN 2 Ulapato Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.
Download