pengaruh media leaflet terhadap perubahan

advertisement
PENGARUH MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN
PENGETAHUAN DAN INTENSI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN
JAKARTA SELATAN TAHUN 2013
SKRIPSI
Oleh :
Nur Syamsiyah
NIM : 109101000029
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013 M / 1434 H
Generated by CamScanner from intsig.com
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Agustus 2013
Nur Syamsiyah, NIM. 109101000029
PENGARUH
MEDIA
LEAFLET
TERHADAP
PERUBAHAN
PENGETAHUAN DAN INTENSI ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN
TAHUN 2013
xv + 83 halaman, 12 tabel, 2 Bagan, 5 lampiran
ABSTRAK
Pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sangat penting dalam meningkatkan
praktek pemberian ASI eksklusif. Menurut Kemenkes (2010) dan Soetjiningsih
(1997), terdapat 22 materi pemberian ASI eksklusif yang seharusnya dikuasai oleh
ibu hamil. Pengetahuan ASI eksklusif di wilayah Puksemas Kecamatan
Pesanggrahan mengenai pemberian ASI eksklusif masih dikatakan kurang karena
hanya 10 dari 22 materi yang belum dikuasai oleh ibu hamil. Dari hal tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh media leaflet
terhadap perubahan pengetahuan dan intensi pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi kuasi
eksperimen. Sampel dalam penelitian ini adalah 60 ibu hamil yang melakukan
kunjungan pada pelayanan antenatal. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30
responden menjadi kelompok kontrol dan 30 responden menjadi kelompok
perlakuan. Pada kelompok kontrol diberikan leaflet Pedoman gizi ibu hamil,
sedangkan kelompok perlakuan diberikan leaflet mengenai Pemberian ASI eksklusif.
Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan
kuesioner.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata perubahan skor pengetahuan pada
kelompok perlakuan lebih besar dari pada kelompok kontrol. Kemudian dari hasil
bivariat dengan kemaknaan 5%, diketahui bahwa media leaflet dapat mempengaruhi
perubahan pengetahuan dengan p value sebesar 0,000. Selain itu, digunakan uji
bivariat untuk mengetahui hubungan perubahan pengetahuan terhadap intensi dan
dihasilkan bahwa terdapat hubungan antara perubahan pengetahuan terhadap intensi
dengan p value sebesar 0,000. Pada uji Multivariat, diketahui bahwa tidak terdapat
variabel yang menjadi counfounding terhadap intensi.
Dapat disimpulkan bahwa media leaflet dapat mempengaruhi pengetahuan dan
intensi ASI eksklusif. Diharapkan media leaflet ini dapat digunakan dalam pelayanan
antenatal maupun kegiatan diluar Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan sebagai
metode peningkatan pengetahuan ASI eksklusif.
Kata Kunci : Media Leaflet, Perubahan Pengetahuan, Intensi
Daftar Bacaan : 39 (1975-2013)
ii
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
SPECIALISATION NUTRITION OF PUBLIC HEALTH
Undergraduated, August 2013
Nur Syamsiyah, NIM. 109101000029
THE INFLUENCE OF LEAFLET MEDIA TO CHANGE KNOWLEDGE AND
INTENTION EXCLUSIVE BREASTFEEDING OF PREGNANT WOMEN AT
COMMUNITY HEALTH CENTERS PESANGGRAHAN SOUTH JAKARTA
2013
xv + 83 page, 12 table, 2 chart, 5 attachment
ABSTRACT
Mother’s Knowledge about exclusive breastfeeding is very important to improve
practice exclusive breastfeeding. According to Kemenkes (2010) and Soetjiningsih
(1997), there are 22 exclusive breastfeeding materials should be understood by
pregnant women. Knowledge of exclusive breastfeeding in the Pesanggrahan
Community Health Centers was still less because 10 of 22 materials weren’t
understood by pregnant women. Therefore, researcher is interested in conducting
research about influence of leaflet media in changing knowledge and intentions of
exclusive breastfeeding in pregnant women in Pesanggrahan Community Health
Centers 2013.
This research used quantitative approach with quasi-experimental design. The
sample in this study was 60 pregnant women as visitor of antenatal care. Samples
were divided into two groups: 30 respondens for control group and 30 respondens for
treatment group. Leaflets maternal nutrition guidelines was given to control group
treatment, while leaflets about Exclusive Breastfeeding was given to treatment
group. The data used was primary data obtained through interviews with
questionnaires.
The survey results revealed that the average deltha score of knowledge in the
treatment group was greater than in the control group. Then the results of bivariate
test with significance 5 % showed that leaflet could affect knowledge change (p
value 0,000). The others, bivariate test was used to know influence of knowledge
change to intention and the result showed that there was a relationship between
knowledge change to the intention (p value 0,000). In the multivariate test, there
wasn’t counfounding variable to the intention.
It can be concluded that the leaflet can affect knowledge and intentions of
exclusive breastfeeding. This leaflet is expected to be used in antenatal care and
activities outside the Pesanggrahan Community Health Centers as a method of
increasing knowledge exclusive breastfeeding.
Keyword
: Leaflet Media, Knowledge Change, Intentions
Reading List : 39 (1975-2013)
iii
Generated by CamScanner from intsig.com
Generated by CamScanner from intsig.com
RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama
: Nur Syamsiyah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 3 Februari 1992
Alamat
: Jl.Manggis 1 no.36 Rt/Rw : 12/005 Manggarai
Selatan, Tebet, Jakarta Selatan
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Menikah
No. Telepon / HP
: 081310622248
Email
: [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1997 – 2003 (SD Islam As-Syafi’iyah 01 Pagi)
2003 – 2006 (SMPN 3 Jakarta)
2006 – 2009 ( SMAN 37 Jakarta)
2009 – Sekarang (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
vi
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum WR.WB.
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan
petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak
lupa dipanjatkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Selama proses penyusunan skripsi, banyak pihak yng turut membantu dan
memberika petunjuk, dorongan, semangat, dan motivasi kepada penulis. Tanpa
bantuan mereka, penulis belum tentu bisa menyelesaikannya. Dalam kesempatan kali
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku yang tercinta bapak Nahrowi Abd. Muin dan mimi Fatimah
yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan doa yang tiada hentihentinya diberikan kepada penulis.
2. Kepada kakak-kakakku (Aang ela dan ang Arief) dan adikku (Umi) tercinta yang
sudah membantu dan mendukung hingga Skripsi ini selsai.
3. Bapak Prof. Dr. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Febrianti M.Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan masyarakat serta dosen
pembimbing yang telah banyak membantu mengarahkan dan memberi masukan
kepada pembimbing dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Catur Rosidati, MKM, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan untuk perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.MA dan Ibu Rostini,
M.K.M. selaku penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis.
vii
7. Ibu Rissanti Amd.Keb dan Ibu Ayi Amd.Keb, selaku penanggung jawab
pelayanan antenatal yang telah mengijinkan dan membantu penulis dalam
pelaksanaan penelitian ini.
8. Teman-teman senasib seperjuangan, sepenaggungan di tempat penelitian Fitri
Aryani SKM., Kiki Chairani SKM dan Desly Ahdikanta SKM yang telah
menemani, membantu, mendukung dan menyemangati penulis sampai akhir
perjuangan.
9. Untuk sahabatku tercinta lilik, ucrit, debo, fika, nurul, yeni, cimeh, heni serta
teman-teman gidzaholic lain yang selalu peneliti kangenii.
10. Buat ka septi yang memberikan keceriaan dan nasehat pada peneliti dan ka ami
yang sudah membimbing peneliti.
11. Seluruh teman-teman Kesmas 2009.
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membentu.
Semoga terselesaikannya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis lain
dan pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum WR.WB
Jakarta, Agustus 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................
i
ABSTRAK ..............................................................................................................
ii
ABSTRACT ...........................................................................................................
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
viii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1.Latar Belakang ..................................................................................................
1
1.2.Rumusan Masalah .............................................................................................
4
1.3.Pertanyaan Penelitian ........................................................................................
5
1.4.Tujuan Penelitian ...............................................................................................
5
1.5.Manfaat Penelitian .............................................................................................
6
1.6.Ruang Lingkup ..................................................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1. Metode Pendidikan Kesehatan ........................................................................
8
2.1.1. Metode Pendidikan Individual ...............................................................
9
2.1.2. Metode Pendidikan Kelompok ...............................................................
9
ix
2.1.3. Metode Pendidikan Massa .....................................................................
9
2.1.4. Media Pendidikan Kesehatan .................................................................
10
2.2. Leaflet ...............................................................................................................
11
2.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Media Leaflet .............................................
11
2.2.2. Syarat Pembuatan Leaflet yang Baik ....................................................
12
2.2.3. Hambatan Dalam Komunikasi ...............................................................
13
2.3. Materi ASI Eksklusif ........................................................................................
14
2.4. Pengetahuan ......................................................................................................
28
2.4.1. Definisi Pengetahuan ..............................................................................
28
2.4.2. Manfaat Pengetahuan .............................................................................
29
2.4.3. Sumber Pengetahuan .............................................................................
29
2.4.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .............................................
29
2.5. Intensi ...............................................................................................................
31
2.5.1. Pengertian Intensi ..................................................................................
31
2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensi ......................................................
32
2.6. Kerangka Teori .................................................................................................
35
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
38
3.1.Kerangka Konsep .............................................................................................
38
3.2.Definisi Operasional .........................................................................................
39
3.3.Hipotesis Penelitian ..........................................................................................
41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
42
4.1. Jenis dan Disain Penelitian ...............................................................................
42
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................
42
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................................
43
x
4.3.1. Populasi Penelitian .................................................................................
43
4.3.2.Sampel Penelitian ....................................................................................
43
4.4. Instrumen Penelitian .........................................................................................
45
4.5. Pengumpulan Data ...........................................................................................
47
4.5.1. Jenis data ................................................................................................
47
4.5.2. Pengukuran Data ....................................................................................
47
4.6. Prosedur Penelitian ...........................................................................................
47
4.7. Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................................
48
BAB V HASIL
52
5.1. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ................................
52
5.2. Karakteristik Ibu Hamil ....................................................................................
55
5.2.1. Karakteristik Ibu Hamil Kelompok Perlakuan .......................................
55
5.2.2. Karakteristik Ibu Hamil Kelompok Kontrol ..........................................
57
5.3. Uji Normalitas ..................................................................................................
58
5.4. Gambaran Pengetahuan Ibu hamil Terkait ASI Eksklusif Pada Kelompok
59
Perlakuan dan Kontrol ......................................................................................
5.5. Gambaran Intensi Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol ..............................
60
5.6. Pengaruh Media Leaflet terhadap Perubahan Pengetahuan Pemberian ASI
61
Eksklusif ...........................................................................................................
5.7. Pengaruh Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi Pemberian ASI eksklusif
62
5.8. Analisis Multivariat ..........................................................................................
62
BAB VI PEMBAHASAN
64
6.1. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................
64
6.2. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
65
xi
Tahun 2013 .......................................................................................................
6.2.1. Tingkat Pendidikan ................................................................................
65
6.2.2. Status Paritas ..........................................................................................
66
6.2.3. Usia .........................................................................................................
67
6.2.4. Usia Kehamilan ......................................................................................
68
6.2.5. Pekerjaan ................................................................................................
68
6.3. Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil ................
69
6.3.1. Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil
69
Pada Kelompok Kontrol .........................................................................
6.3.2. Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil
70
Pada Kelompok Perlakuan ......................................................................
6.4. Gambaran Intensi Pada Kelompok Kontrol Dan Perlakuan .............................
71
6.5. Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan ASI Eksklusif .....
72
6.6. Pengaruh Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi Pemberian ASI
75
Eksklusif ........................................................................................................
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
78
7.1. Simpulan ...........................................................................................................
78
7.2. Saran .................................................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
No. Tabel
2.1
Halaman
Hubungan Antara Metode dan Tujuan Pendidikan
8
Kesehatan
3.1
Definisi Operasional
39
5.1
Daftar Nama Kelurahan pada Kecamatan Pesanggrahan
52
Tahun 2013
5.2
Distribusi Karakteristik Ibu hamil Kelompok Perlakuan
56
berdasarkan Usia, Pendidikan, Usia kehamilan, Status
Pekerjaan, dan Status Paritas di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2013
5.3
Distribusi Karakteristik Ibu hamil Kelompok Kontrol
57
berdasarkan Usia, Pendidikan, Usia kehamilan, Status
Pekerjaan, dan Status Paritas di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2013
5.4
Hasil Uji Normalitas
58
5.5
Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif pada Kelompok
59
Perlakuan
5.6
Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif pada Kelompok
60
Kontrol
5.7
Gambaran Intensi pada kelompok perlakuan dan
60
Kontrol
5.8
Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan
61
Pengetahuan ASI Eksklusif
5.9
Pengaruh Dari Perubahan Pengetahuan Terhadap
62
Intensi
5.10
Hasil Analisis Bivariat Variabel Tingkat Pendidikan,
perubahan pengetahuan, status paritas, pekerjaan dan
usia terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun
2013
xiii
63
DAFTAR BAGAN
No. Bagan
Halaman
2.1.
Kerangka Teori
37
3.1.
Kerangka Konsep
39
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
Lampiran 3
Leaflet ASI Eksklusif
Lampiran 4
Leaflet Placebo : Pedoman Gizi Ibu Hamil
Lampiran 5
Output Penelitian
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
ASI merupakan makanan terbaik untuk kesehatan bayi. ASI harus
diberikan secara eksklusif, yaitu diberikan sejak lahir selama 6 (enam)
bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh
semua
kelebihan
ASI
serta
terhindar
dari
bahaya
kesehatan
(Sulistyoningsih, 2011).
Kegagalan ASI eksklusif disebabkan adanya pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini. Pemberian Makanan
Pendamping ASI yang terlalu dini berbahaya bagi bayi karena saluran
pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencerna makanan dan
minuman selain ASI. Selain itu Makanan/minuman prelakteal dapat
menggangu produksi ASI dan mengurangi kemampuan bayi untuk
menghisap (Depkes, 1997 dalam Wulandari, 2011). Oleh karena itu
pemerintah menetapkan Undang-undang no. 36 pasal 128 bahwa
pemberian ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan
merupakan hak bayi yang harus dipenuhi.
Praktek
pemberian
ASI
ekslusif
di
Indonesia
masih
memprihatinkan. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011,
bahwa pemberian ASI saja cenderung terus menurun seiring dengan
1
2
bertambahnya usia bayi. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia
baru mencapai 61,5%. Provinsi yang berada di kawasan timur Indonesia
memiliki cakupan lebih tinggi daripada kawasan Jawa dan Bali.
Berdasarkan data tersebut, DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah
yang angka cakupan ASI eksklusifnya masih dibawah target nasional
(80%) yaitu sebesar 62,1%. Menurut Depkes (2002) dalam Rahmawati
(2008), rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain jumlah ASI yang kurang, bayi yang rewel, ibu yang
bekerja, kepercayaan masyarakat yang tidak mendukung, terbatasnya
pengetahuan ibu tentang ASI, ibu sakit/tidak bisa menyusui dan semakin
gencarnya promosi susu formula.
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI,
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Foo et al (2005) dalam
Hikmawati (2008) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor
yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan ASI eksklusif. Selain itu
penelitian yang telah dilakukan oleh Afifah (2007) menunjukkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan mengenai ASI Eksklusif dengan
pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe
dan Bonuck (2011), didapatkan bahwa pengetahuan ASI eksklusif pada
ibu hamil berhubungan dengan munculnya intensi atau niat ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada anaknya.
Berdasarkan laporan tahunan Suku Dinas Jakarta Selatan tahun
2011 dalam Septiani (2012), cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan masih dibawah target nasional (80%)
3
yaitu dengan presentase sebesar 51,2 %, padahal pada Puskesmas tersebut
pengetahuan terkait ASI eksklusif telah diberikan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Septiani (2012) pada ibu hamil yang melakukan kunjungan
antenatal, terdapat 10 dari 22 materi pemberian ASI eksklusif yang masih
perlu diberikan pengetahuan (<56%). Oleh karena itu diperlukan adanya
peningkatan pengetahuan ibu hamil terutama terkait pemberian ASI
eksklusif.
Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan terdapat beberapa media
pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ASI eksklusif.
Media pendidikan yang ada adalah standing banner ASI eksklusif dan
leaflet kelas ibu hamil. Standing banner ASI eksklusif berada pada ruang
tunggu pelayanan antenatal dan leaflet kelas ibu hamil digunakan saat
berlangsungnya kelas ibu hamil. Namun materi pada kedua media yang
digunakan masih terbatas.
Materi pada standing banner tersebut hanya menjelaskan terkait
pengertian ASI eksklusif dan himbauan untuk memberikan ASI eksklusif
pada anaknya. Materi ASI eksklsuif pada leaflet juga hanya terdapat
materi mengenai Inisisasi Menyusu Dini (IMD). Materi pada media-media
tersebut masih kurang dari yang dianjurkan untuk keberhasilan ASI
Eksklusif. Oleh karena itu diperlukan metode pendidikan lain untuk
melengkapi sumber pengetahuan mengenai ASI Eksklusif di wilayah
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
Peningkatan pengetahuan akan lebih baik apabila menggunakan
lebih dari satu media atau metode pendidikan. Sebelumnya peneliti telah
4
mencoba melakukan metode peningkatan pengetahuan dengan media
leaflet ASI Eksklusif yang dilengkapi metode ceramah, namun dalam
penelitian tersebut terdapat beberapa kendala seperti tidak tersedianya
tempat khusus untuk melaksanakan kelas ibu hamil dan sulitnya
mengundang ibu hamil untuk hadir sebanyak 3 pertemuan.
Kelas ibu hamil biasa dilaksanakan pada ruangan USG, namun
terkadang ruangan tersebut digunakan untuk pemeriksan ibu nifas dan
kontrol kesehatan bayi. Sehingga sulit menetapkan waktu yang tepat untuk
mengadakan kelas. Selain itu telah dicoba melaksanakan kelas ibu hamil
dan sudah didapatkan 21 peserta pada pertemuan pertama, namun pada
pertemuan kedua hanya terdapat 4 dari 21 peserta yang hadir kembali.
Sehingga dapat dikatakan metode kelas ibu hamil tidak sesuai untuk
dilaksanakan pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
peneliti mencoba metode peningkatan pengetahuan hanya dengan
menggunakan leaflet ASI eksklusif dengan 10 materi yang masih kurang
dikuasai ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Peneliti
memilih metode ini dikarenakan lebih mudah dan memungkinkan untuk
dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
1.2.Rumusan Masalah
Pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sangat penting dalam
meningkatkan praktek pemberian ASI eksklusif. Menurut Kemenkes
(2010) dan Soetjiningsih (1997), terdapat 22 materi pemberian ASI
eksklusif yang seharusnya dikuasai oleh ibu hamil. Pengetahuan ASI
eksklusif di wilayah puksemas Kecamatan Pesanggrahan mengenai
5
pemberian ASI eksklusif masih dikatakan kurang karena terdapat 10 dari
22 materi pemberian ASI eksklusif yang belum dikuasai. Oleh karena itu
dibutuhkan metode belajar yang dapat meningkatkan pengetahuan
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil.
1.3.Pertanyaan Penelitian
a. Apakah ada pegaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013?
b. Apakah ada pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013?
c. Apakah variabel tingkat pendidikan, status partas, pekerjaan dan usia
menjadi confounding terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada
ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
Tahun 2013?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan
dan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013.
6
b. Mengetahui apakah variabel tingkat pendidikan, status partas,
pekerjaan dan usia menjadi confounding terhadap intensi
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013.
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan mengenai pengaruh media leaflet
terhadap pengetahuan dan intensi Pemberian ASI eksklusif pada
ibu
hamil
dan
diharapkan
dapat
menjadi
pengembangan
kompetensi diri sesuai dengan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan gizi
masyarakat serta menjadi bahan bacaan dan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
1.5.2. Bagi Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Dapat memberikan pertimbangan untuk digunakannya media
leaflet sebagai metode untuk meningkatkan pengetahuan dan intensi
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan.
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian
berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang
lingkupnya.
7
b. Institusi pendidikan dapat memperoleh tolak ukur proses belajar
mahasiswa dengan keadaan yang nyata.
c. Memberikan informasi pada institusi yang terkait sehingga dapat
menjadi bahan masukan untuk membuat kebijakan selanjutnya.
1.6.Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media leaflet
terhadap pengetahuan dan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil
di wilayah Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013. Sasaran penelitian ini adalah ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data
primer
berupa
wawancara
menggunakan
kuesioner
pengetahuan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan disain kuasi
eksperimen. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya praktik
pemberian ASI eksklusif dan masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai
pemberian ASI eksklusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Subargus (2011) metode pendidikan dibagi berdasarkan
tujuannya yaitu untuk mengubah pengetahuan, mengubah sikap dan
mengubah perilaku.
Tabel 2.1.
Hubungan Antara Metode dan Tujuan Pendidikan Kesehatan
Metode untuk
mengubah
pengetahuan
Ceramah
Kuliah
Presentasi
Tulisan-tulisan
Membuat perencanaan
Disain
Simposium/seminar
Metode untuk
mengubah sikap
Diskusi kelompok
Tanya jawab
Bimbingan
Role Play
Pemutaran film/ video
Diskusi
Metode untuk
mengubah tindakan
Latihan sendiri
Studi kasus
Bengkel kerja
Demoonstrasi
Eksperimen
Metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk mengubah
pengetahuan adalah ceramah, kuliah, presentasi, tulisan-tulisan seperti
leaflet, membuat perencanaan, disain, dan seminar/simposium. Metode
pendidikan kesehatan yang digunakan untuk mengubah sikap adalah diskusi
kelompok, tanya jawab, bimbingan, Role Play, Pemutaran film/ video, dan
Diskusi. Sedangkan metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk
mengubah tindakan adalah latihan sendiri, studi kasus, bengkel kerja,
demonstrasi dan eksperimen.
8
9
Sedangkan menurut Notoadmodjo (2007), metode pendidikan
kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu metode pendidikan individual, metode
pendidikan kelompok, dan metode pendidikan massa.
2.1.1. Metode Pendidikan Individual
Menurut Notoadmodjo (2007), metode pendidikan yang
bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru, atau
membina seseorang mulai tertarik kepada suatu perubahan prilaku
atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini
karena setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbedabeda terkait perilaku baru tersebut. Metode-metode yang
termasuk kedalam pendidikan individual adalah bimbingan
konseling dan wawancara.
2.1.2. Metode Pendidikan Kelompok
Menurut Notoadmodjo (2007), dalam memilih metode
pendidikan
kelompok,
harus
dilihat
berdasarkan
besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Efektifitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran
pendidikan. Adapun metode-metode pendidikan yang termasuk
pendidikan kelompok adalah ceramah, seminar, diskusi kelompok,
curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil, role play,
dan permainan simulasi.
2.1.3. Metode Pendidikan Massa
Menurut Notoadmodjo (2007), metode pendidikan massa
cocok untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang
10
ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidkan ini
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur,
jenis
kelamin,
pekerjaan, status
sosial
ekonomi, tingkat
pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang
akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap
suatu inovasi awarenss, dan belum begitu diharapkan untuk
sampai pada perubahan perilaku. Pada umumnya, bentuk
pendekatan
massa
ini
tidak
langsung.
Biasanya
dengan
menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh
metode yang cocok untuk pendekatan massa adalah ceramah
umum, pidato, simulasi, sinetron, tulisan-tulisan di majalah atau
koran dan billboard.
2.1.4. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan Kesehatan merupakan alat bantu untuk
menyampaikan informasi kesehatan serta
mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien.
Berdasarkan fungsinya media dibagi menjadi 3, yaitu media
cetak, media elektronik dan media papan (Notoadmodjo,2007).
a. Media Cetak
Media cetak sangat bervariasi, adapun yang termasuk
kedalam media cetak adalah Booklet, Leaflet, Flayer, Flip
Chart, Rubrik, Poster dan Foto.
11
b. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesanpesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya. Media
yang termasuk kedalah media elektronik adalah Televisi,
Radio, Video, Slide dan Film Strip.
c. Media Papan
Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum
dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi
kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan
yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum.
2.2. Leaflet
Leaflet merupakan selembar kertas yang dilipat-lipat, berisi tulisan
cetak dan beberapa gambar tertentu mengenai suatu topik khusus untuk
sasaran dan tujuan tertentu (Suiraoka dan Supariasa, 2012).
2.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Media Leaflet
Kelebihan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat
menyesuaikan
dan
belajar
mandiri
serta
praktis
karena
mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya
disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat
diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga
bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang
mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan
12
diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran
(Lucie, 2005)
Sementara itu beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak
cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan
mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak
diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang
baik (Lucie,2005).
2.2.2. Syarat Pembuatan Leaflet yang Baik
Persyaratan leaflet yang efektif menurut Garnadi (1971) dalam
Supardi (2002) adalah
a) Ditulis secara populer menggunakan kata, kalimat, dan
istilah yang mudah dimengerti sasaran.
b) Menggunakan kalimat yang sederhana, singkat dan
jelas,
c) Menggunakan warna dan gambar sebagai daya penarik.
d) Dapat
menggunakan
kerangka
apa,
mengapa,
bagaimana, bilamana, dan dimana.
e) Dicetak dan dibagikan gratis kepada sasaran.
Prinsip umum pembuatan leaflet menurut Garnadi
(1971) dalam Supardi (2002) adalah
a) Kesederhanaan yaitu konsep dan tulisan harus jelas,
sederhana dan mudah dipahami,
b) Kesatuan, yaitu berbagai unsur yang saling menunjang
membentuk ide tunggal,
13
c) Penekanan pada bagian bagian yang penting untuk
menarik minat dan perhatian
d) Tata letak gambar dan tulisan menggunakan warna
yang serasi.
2.2.3. Hambatan Dalam Komunikasi
Efek yang diharapkan dengan diterimanya pesan melalui
media tertentu oleh sasaran adalah terjadinya perubahan
pengetahuan, perubahan sikap, atau perubahan tindakan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan (Rogers and Shoemaker, 1971
dalam Supardi, 2002). Menurut Sadiman, dkk. (2003) dalam
Suiraoka dan Supariasa (2012), hambatan komunikasi disebut
barriers atau noises. Terdapat beberapa hambatan seperti adanya
hambatan psikologis, hambatan fisik, hambatan kultural, dan
hambatan lingkungan.
Hambatan psilkologis, misalnya minat, sikap, pendapat,
kepercayaan, intelegensia dan pengetahuan dari penyuluh ataupun
sasaran. Hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya
indera dan cacat tubuh. Pesan-pesan yang disampaikan pada
seseorang yang sakit akan terhambat untuk diterima. Hambatan
kultural seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial,
kepercayaan dan nilai-nilai panutan. Perbedaan adat istiadat,
norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi
sumber salah paham.
14
Sedangkan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang
ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses karena
adanya
ditempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan
berbeda dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas
dan berjubel. Karena adanya berbagai hambatan tersebut, proses
belajar sering kali berlangsungsecara tidak efektif dan efisien
(Sadiman, dkk. 2010).
2.3.Materi ASI Eksklusif
Menurut Kemenkes R.I (2010) dan Soetjiningsih (1997) dalam
Septiani (2012), materi pengetahuan yang seharusnya diberikan untuk
dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa:
1) ASI Saja Enam Bulan;
Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33
Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam)
bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain. Materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil karena
menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh MS. Kramar (2009)
dalam Septiani (2012), banyak manfaat yang akan diperoleh, baik dari
bayi maupun ibu apabila bayi disusui secara eksklusif selama enam
bulan tanpa tambahan apapun.
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian
ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi
pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta
15
dapat pula menunda periode menstruasi. Pemberian ASI eksklusif yang
diberikan selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak
ada efek samping pada pertumbuhan bayi. Sangat disayangkan apabila
materi ini tidak dikuasai oleh ibu hamil, mengingat manfaatnya sangat
besar dan menguntungkan, bukan hanya bagi bayi tetapi juga untuk ibu.
Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam
bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang
timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan
pertama kehidupan bayi. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan
ibu dalam menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi
mengalami sakit (Pratiwi dan Purnawati, 2009 dalam Septiani,2012).
2) Penjelasan Pentingnya ASI;
ASI mengandung zat gizi yang sesuai serta juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI
tersebut. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra, et.al
(2010) dalam Septiani (2012), mengemukakan bahwa ASI merupakan
nutrisi ideal yang dapat mencukupi dan mendukung pertumbuhan yang
optimal dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.
3) Skin to skin contact Inisiasi Menyusu Dini (IMD);
Menurut Kemenkes R.I (2008), IMD mulai diperkenalkan kembali
ke seluruh dunia melalui tema peringatan Pekan ASI sedunia tahun
2007. Menyusui segera dalam satu jam pertama setelah melahirkan
akan sangat membantu daya tahan anak. Inisiasi Menyusu Dini (Early
Initiation) merupakan kesempatan bayi untuk mulai menyusu sendiri
16
segera setelah lahir/dini dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya (skin-to-skin contact), setidaknya satu jam atau sampai
menyusu pertama selesai.
Banyak sekali manfaat yang dapat diberikan apabila ibu melakukan
IMD kepada bayinya. Salah satu manfaat dari IMD dapat dilihat dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq dalam Roesli
(2008) menyebutkan bahwa dengan memberikan IMD, kesempatan
untuk berhasil dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya kelak
adalah delapan kali lebih berhasil dibandingkan dengan ibu yang tidak
memberikan IMD.
Menurut Kemenkes R.I (2005), IMD penting dikarenakan :
a) Pada saat itu refleks menghisap bayi kuat sekali, refleks hisap
tersebut akan merangsang pengeluaran ASI
b) Hisapan mulut pada puting dan daerah hitam sekitarnya akan
merangsang kontraksi otot kandungan dan hal ini akan mengurangi
perdarahan pada waktu persalinan. Ingat lebih dari sepertiga
kematian ibu bersalin adalah akibat perdarahan.
4) Kolostrum;
Kolostrum sangat penting diberikan kepada bayi yang baru lahir,
hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan.
Berikut ini manfaat kolostrum menurut Kemenkes R.I (2005):
17
a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Imunoglobulin
A untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
terutama diare.
b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun
sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu tinja (faeces) atau
kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
e) Mencegah alergi
5) Rawat gabung;
Menurut Soetjiningsih (1997)), rawat gabung adalah suatu
sistem perawatan ibu dan anak bersama sama atau pada tempat
yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap
saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Tujuan dilakukannya
rawat gabung ini pada pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia
adalah :
a) Bantuan Emosional
b) Produksi ASI
Dari pertimbangan bahwa ASI merupakan makanan
terbaik bagi bayi, maka pemberian ASI kepada bayi
merupakan sesuatu yang amat penting. Pada hari-hari pertama
18
ASI yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit.
Tetapi hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan
bayi masih sedikit. ASI perlu dirangsang sesegera mungkin
setelah kelahiran, disinilah peran rawat gabung dalam
memudahkan ibu dalam
memberikan ASI kepada bayinya
sesegera mungkin. Pentingnya pemberian ASI sesegera
mungkin adalah karena dapat merangsang produksi ASI pada
hari-hari berikutnya sehingga ibu tentunya tidak akan
mengalami kesulitan dalam menyusui selanjutnya.
c) Pencegahan Infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi
silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung
maka infeksi silang dapat dihindari.
6) Bahaya Susu formula;
Ibu-ibu yang memilih untuk memberikan ASI eksklusif
merupakan langkah yang tepat. Hal ini dikarenakan ASI memiliki
banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan susu formula.
Menurut Hegar (2009) dalam Septiani (2012), salah satu hal positif
yang dapat ditimbulkan dengan pemberian ASI eksklusif adalah
peningkatan
kadar SIgA. Peningkatan kadar SIgA berkorelasi
dengan peningkatan sistem pertahanan saluran cerna terhadap
infeksi, sedangkan mukus yang melapisi permukaan saluran cerna
berfungsi sebagai barrier agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke
aliran darah.
19
Hal negatif lain yang dapat dirasakan oleh bayi dan ibu dengan
pemberian susu formula menurut Kemenkes R.I (2005), adalah
sebagai berikut:
a) Kemungkinan terjadinya pencemaran sangat tinggi, sehingga
bayi mudah terserang infeksi: misalnya diare, batuk, pilek,
radang tenggorokan, demam, dsb.
b) Bayi tidak memperoleh zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk
pertumbuhan secara optimal.
c) Bayi tidak memperoleh kekebalan tubuh sehingga lebih mudah
terserang penyakit.
d) Kemungkinan terjadinya kekeliruan pengenceran sangat tinggi,
sehingga berisiko untuk diare.
e) Perlu biaya mahal untuk membeli susu dan perlengkapan
lainnya.
f)
Terjadi bingung puting.
Terjadi bingung puting dimana pada waktu diberi payudara
ibunya. Pada susu botol, air susu akan turun sendiri karena
gravitasi bumi, sedang pada menyusu, bayi harus menghisap
payudara, baru ASI keluar. Hal ini akan membuat bayi menjadi
bingung
dan
akhirnya
frustasi
dan
menangis,
sehingga
menyebabkan ibu bingung dan pusing.
7) Perawatan puting susu;
Memberikan ASI eksklusif pada bayinya merupakan impian bagi
banyak ibu, tetapi beberapa ibu mengalami kendala seperti rasa sakit
20
saat menyusui, terjadi pembengkakan ataupun produksi ASI yang tidak
lancar. Hal-hal seperti ini tentu saja dapat dihindari apabila ibu
melakukan persiapan dengan melakukan perawatan puting susu
sebelum melahirkan.
Menurut Soetjiningsih (1997), perawatan puting yang bisa
dimulai pada trimester awal kehamilan adalah dengan melakukan
pemeriksaan apakah ada kelainan seperti tumor, kista, atau kelainan
bentuk puting, selain itu permukaan dan warna juga merupakan suatu
pemeriksaan yang harus dilakukan pada trimester awal. Permukaan
yang terdapat luka dan sisik merupakan suatu kelainan yang perlu
diantisipasi, sedangkan pada warna, apabila warna puting tidak sama
dengan kalang payudara, maka patut dicurigai puting mengalami suatu
kelainan.
Selama bulan terakhir kehamilan, beberapa tetes kolostrum
mungkin dapat diperah keluar dari puting. Menurut kaderkanie (2011)
dalam Septiani (2012), membersihkan puting susu dapat dilakukan
dengan menghindari penggunaan sabun, alkohol atau lainnya di area
puting karena akan membuatnya kering, iritasi atau lecet. Besihkanlah
dengan air hangat, gunakan baby oil untuk mengompres sampai daerah
sekitar puting susu dengan warna lebih gelap selama 2-3 menit. Ini
berguna untuk membersihkan kerak atau kotoran yang menempel
sehingga lebih mudah untuk dibersihkan, setelah selesai, lap payudara
dengan handuk agar tidak lembab.
21
Pada trimester akhir, selain menjaga kebersihan puting susu,
dapat dilakukan pengurutan dengan meletakkan telunjuk dan ibu jari
pada dasar puting susu selama 10 detik. Hal tersebut dilakukan apabila
bentuk puting datar atau masuk ke dalam. Tujuan dari pengurutan
adalah untuk mendorong puting lebih menonjol, lakukanlah sekurangkurangnya 2 kali dengan menggunakan minyak zaitun atau baby oil
yang berfungsi melicinkan sehingga bisa mengurangi rasa nyeri
(Kaderkanie, 2011) dalam Septiani (2012).
8) Keinginan untuk menyusui
Menurut Handerson (2006) dalam Septiani (2012), tugas
petugas kesehatan tersebut dalam pemberian KIE tidak hanya
memberikan pengetahuan yang diperlukan para ibu, tetapi juga untuk
mengidentifikasikan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dan
terutama meningkatkan kepercayaan diri dan otonominya. Pemahaman
tentang
membina
kelekatan
yang
tepat
dan
kemampuannya
mengajarkan kepada ibu adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut
karena, hampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu untuk
memperoleh rasa percaya diri serta pengetahuan mengenai teknik
menyusui yang benar (Kemenkes R.I, 2008).
9) Cara menyusui yang baik dan benar
Cara menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan masalahmasalah dalam menyusui seperti puting lecet dan ASI tidak keluar
optimal. Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan ibu mengalami
kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya, oleh sebab
22
itulah, pemberian pengetahuan mengenai cara menyusui yang baik
merupakan salah satu materi yang harus dimasukkan (Soetjiningsih,
1997).
Menurut Kemenkes R.I (2005), terdapat tiga hal penting yang dapat
membuat seorang ibu dapat menyusui dengan baik, diantaranya adalah
positioning, attachment, dan bonding. Berikut penjelasan dari dari
masing-masing cara:
a) Posisi badan ibu dan bayi (positioning)
1. Ibu dapat duduk atau berbaring dengan santai
2. Hadapkan keseluruhan tubuh bayi menghadap perut ibu
3. Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi
terletak pada satu garis lurus
4. Letakkan kepala bayi pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
diatas pangkuan ibu
b) Perlekatan mulut bayi pada payudara (attachment)
Perlekatan adalah posisi melekatnya mulut bayi pada payudara
ibu untuk menyusu. Berikut ini cara pelekatan mulut bayi pada
payudara yang benar :
1. Sentuhkan puting susu pada pipi atau bibir bayi untuk
merangsang agar mulut bayi terbuka lebar
2. Masukan puting dan sebagian besar areola bagian bawah masuk
ke mulut bayi
3. Bibir bawah bayi melengkung keluar
23
4. Dagu bayi menempel ke payudara dan kepala bayi agak
menengadah
5. Bayi menghisap pelan dan dalam
6. Sentuh bibir atas bayi dengan puting
7. Sewaktu mulut terbuka lebar, masukkan sebagian besar areola
dalam mulut bayi
8. Sebagian besar areola masuk mulut bayi dan bibir bayi
melengkung keluar.
c) Kasih (bonding)
Ibu memeluk dan memandang bayi.
10) Mengatasi kesulitan dalam menyusui
Banyak ibu-ibu yang setelah melahirkan tidak menyusui bayinya.
Hal tersebut dikarenakan ibu-ibu tersebut mengalami kesulitan dalam
menyusui. Menurut Soetjiningsih (1997), disebutkan bahwa ibu-ibu
yang menemui kesulitan dalam
menyusui dapat menyebabkan ibu
tersebut gagal dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Kesulitan menyusui sebenarnya dapat teratasi apabila telah diberikan
informasi sejak awal oleh bidan bagaimana cara mengatasi kesulitan
tersebut. Berikut ini kesulitan yang biasa dialami ibu dalam menyusui
menurut Kemenkes R.I (1995):
a) Masa Antenatal
Pada masa antenatal, yang termasuk masalah menyusui pada
ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan puting tidak lentur.
24
1.
Puting susu datar atau terbenam
Untuk mengetahui apakah puting susu datar, cubitlah areola
di sisi puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting
susu yang normal akan menonjol, bila tidak berarti puting susu
dapat dikatakan datar. Keadaan ini dapat disebabkan karena
ada sesuatu yang menarik puting susu kedalam, misalnya
tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya
sudah diketahui sejak dini, paling tidak saat kehamilan
sehingga dapat diusahakan perbaikannya.
Tidak selalu ibu dengan puting susu datar mengalami
kesulitan besar pada saat menyusui, asalkan ibu tersebut
diberikan pengarahan mengenai cara mengatasinya. Cara
mengatasi permasalahan tersebut dapat dengan meakukan
gerakan hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk
atau ibu jari didaerah areola, kemudian dilakukan pengurutan
menuju ke arah yang berlawanan atau bisa juga dengan cara
memompa puting susu atau jarum suntik 10 ml yang sudah
dimodifikasi setiap hari untuk mencoba supaya puting
menonjol keluar.
2.
Puting tidak lentur
Puting susu tidak lentur menyulitkan bayi untuk menyusui,
walaupun demikian, puting susu tidak lentur pada awal
kehamilan sering kali menjadi lentur (normal) pada saat atau
beberapa
saat
menjelang
persalinan,
sehingga
tidak
25
memerlukan
tindakan
khusus,
namun
sebaiknya
tetap
dilakukan latihan seperti cara mengatasi puting susu datar atau
terbenam.
b) Masa Pasca Persalinan Dini
Pada masa pasca persalinan dini, yang termasuk masalah
menyusui pada ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan
puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat,
mastitis dan abses. Puting susu datar atau terbenam sudah diuraikan
diatas, sehingga pada ulasan ini yang akan dibahas adalah hanya
puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat,
mastitis dan abses menurut Soetjiningsih (1997):
1) Puting Susu Lecet
Masalah tersering dalam menyusui adalah puting susu
nyeri/lecet, sekitar 57% dari ibu yang menyusui dilaporkan
pernah menderita kelecetan pada putingnya. Penyebab puting
susu lecet diantaranya adalah: kesalahan dalam teknik
menyusui, monoliasis (infeksi jamur candida) pada mulut bayi
yang menular pada puting susu ibu, pemakaian sabun, alkohol,
krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, bayi
dengan tali lidah pendek serta ibu yang menghentikan
menyusu
dengan
kurang
hati-hati.
permasalahan ini bisa dengan cara:
Cara
mengatasi
26
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol,
krim atau zat-zat iritan lainya; diajarkan cara melepaskan
puting dari hisapan bayi dengan cara tidak dengan memaksa
menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi atau dengan
memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi; posisi
menyusui harus benar.
2) Payudara Bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu
dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem
duktus
yang
mengakibatkan
terjadinya
pembengkakan.
Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau
keempat sesuadah ibu melahirkan. Statis pada pembuluh darah
dan
limfe
akan
mengakibatkan
meningkatnya
tekanan
intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada
payudara yang mengakibatkan payudara sering terasa penuh,
tegang, serta nyeri. Cara mengatasi masalah ini, dapat
dilakukan dengan:
Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis
pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air
panas; menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara
yang membengkak, hal ini dimaksudkan supaya aliran ASI
lancar dan menurunkan tegangan payudara.
27
3) Saluran Susu Tersumbat
Masalah menyusui ini merupakan suatu keadaan dimana
terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran kecil yang
berfungsi menyalurkan ASI. Penyebabnya bisa dikarenakan:
tekanan jari ibu pada waktu menyusui; pemakaian BH yang
terlalu ketat; komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang
terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga membentuk
sumbatan. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan :
Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis
pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air
panas; ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan
atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui, bila payudara
masih terasa penuh; ubah-ubah posisi menyusui menyusui
untuk melancarkan ASI.
4) Mastitis
Mastitis merupakan radang pada payudara. Radang ini
dapat disebabkan karena: tidak disusu secara adekuat; puting
yang lecet sehingga memudahkan masuknya kuman, BH yang
terlalu ketat, ibu yang sedang menjalankan diit yang kurang
baik, kurang istirahat serta anemia. Cara mengatasi masalah
ini bisa dengan:
Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada
payudara yang terkena selama dan sesering mungkin, agar
28
payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal;
berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau
lap basah panas pada payudara yang saluran susunya
terhambat; ubahlah posisi menyusui dari waktu kewaktu;
pakailah baju/BH yang longgar; istirahat cukup; makan
makanan bergizi; banyak minum sekitar 2 liter per/hari.
5) Abses
Mastitis dan abses merupakan sesuatu yang berbeda.
Abses pada payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari
mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan
dalam payudara tersebut. Cara mengatasi masalah ini adalah
dengan pemberian antibiotika dosis tinggi dan analgesik.
2.4.Pengetahuan
2.4.1. Definisi Pengetahuan
Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2007),
pengetahuan
merupakan
kemampuan
seseorang
untuk
mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti
jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari
pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
29
2.4.2. Manfaat Pengetahuan
Menurut
Suhartono
(2005)
dalam
Nainggolan
(2009),
pengetahuan diperlukan manusia untuk memecahkan setiap persoalan
yang muncul sepanjang kehidupan manusia dalam pencapaian tujuan
hidup yaitu kebahagiaan, keadaan makmur, tenteram, damai dan
sejahtera baik pada taraf individual maupun taraf sosial. Pengetahuan
juga
dapat
membuat
manusia
memiliki
kemampuan
untuk
mempertahankan dan mengembangkan hidup. Pengetahuan akan
membuat seseorang mampu menentukan kepastian tentang suatu hal,
dan apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah
sungguh-sungguh (Watloly, 2005 dalam Nainggolan, 2009) .
2.4.3. Sumber Pengetahuan
Menurut Hartono (2010) dalam Septiani (2012), sumber untuk
memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam empat
kategori, yaitu : (a) perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan
(keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat), (b) perorangan
dalam kendali pelayanan kesehatan (petugas kesehatan), (c)
nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (media massa, dan
media elektronik) serta (d) nonperorangan dalam kendali pelayanan
kesehatan (iklan, brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan).
2.4.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :
30
a.
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin
luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang perpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula.
b. Informasi
Informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan.
c.
Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui
penalaran
buruk. Dengan
apakah
demikian
yang
dilakukan
seseorang
akan
baik
atau
bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi ekonomi seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
31
Lingkungan
berpengaruh
terhadap
proses
masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut.
e.
Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
f.
Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,sehingga
pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik.
2.5. Intensi
2.5.1. Pengertian Intensi
Intensi adalah probabilitas subjektif yang dimiliki
seseorang tentang akan melakukan sesuatu perilaku (Fishbein &
Ajzen, 1975). Konsep tentang intensi diajukan oleh Fishbein dan
Ajzen (1975), yang diartikan sebagai kemungkinan subjektif
seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Kemudian
ditegaskan bahwa niat individu untuk melakukan sesuatu itu
merupakan fungsi dari (1) sikap terbadap perwujudan perilaku
dalam situasi tertentu, sebagai faktor personal atau attitudional.
Hal
ini
berhubungan
dengan
orientasi
seseorang
yang
32
berkembang atas dasar keyakinan dan pertimbangan terhadap apa
yang diyakini itu, dan (2) norma-norma yang berpengaruh atas
perwujudan perilaku dan motivasi seseorang untuk patuh pada
norma itu, sebagai faktor sosial atau normative. Ini merupakan
gabungan antara persepsi reference-group atau significant-person
terhadap perwujudan perilaku (Ajzen dan Fishbein, 1975).
Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat
bertindak berdasarkan intensi atau niatnya hanya jika ia memiliki
kontrol terhadap perilakunya (Ajzen, 2005). Teori ini tidak hanya
menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi
juga pada belief bahwa target tingkah laku berada di bawah
kontrol kesadaran individu tersebut. Suatu tingkah laku tidak
hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada
faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya
ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah
laku tersebut (Ajzen, 2005).
2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe dan Bonuck
(2011) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi intensi
yaitu pengetahuan, usia, budaya, status paritas, niat ibu untuk
kembali bekerja dan durasi pemberian ASI eksklusif pada anak
terakhir.
33
a. Pengetahuan
Menurut Ajzen (1980) dalam Azwar (2007), pengetahuan
yang baik dapat membentuk keyakinan yang baik. Keyakinan
yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi sikap seseorang
terhadap perilaku. Keyakinan tersebut akan mempengaruhi
sikap seseorang apakah perilaku tersebut menghasilkan sesuatu
yang diinginkan atau tidak diinginkan. Selanjutnya, keyakinan
yang bersifat normatif (yang diharapkan oleh orang lain) dan
motivasi untuk bertindak sesuai harapan normatif akan
membentuk norma subjektif dalam diri individu. Disamping
itu, terdapat kontrol perilaku yang ditentukan oleh pengalaman
masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau
mudahnya melakukan perilaku tertentu. Hal tersebut yang
membentuk niat dari seseorang untuk melakukan suatu
perilaku.
b. Usia
Pada usia diatas 35 tahun, ibu melahirkan termasuk
beresiko karena erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat
mempengauhi produksi ASI. Dibandingkan ibu yang usianya
lebih muda, ibu yang berusia lebih dari 35 tahun akan lebih
menemukan kendala seperti produksi ASI kurang dan mudah
lelah. Akibatnya motivasi dan niat ibu untuk memberikan ASI
eksklusif akan berkurang (Lestari, dkk., 2012).
34
c. Budaya
Faktor budaya sangat erat berkaitan dengan kepercayaan
masyarakat yang didasarkan pada pengalaman orang tua atau
mertua. Adanya pemahaman jika memberikan ASI saja tanpa
makanan tambahan lain seperti pisang akan membuat bayi
lapar, sebab ASI saja tidak dapat mengeyangkan dan dianggap
sebagai
minuman
saja
(Syafar
dan
Rachman,
2011).
Kepercayaan tersebut yang akan mempengaruhi niat seseorang
untuk berperilaku (Ajzen ,1980 dalam Azwar,2007).
d. Pendidikan
Pemberian
ASI
eksklusif
berdasarkan
pendidikan
menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan tinggi cenderung
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini karena ibu
sudah paham dan tahu tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif kepada bayi (Tarigan dan Aryastami, 2010).
e. Status paritas
Pengalaman ibu menyusui sebelumnya akan memperbesar
kemungkinan ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Ibu yang
memiliki pengalaman akan lebih mampu menghadapi kendala
menyusui karena sebelumnya pernah menemui kendala
tersebut (Lestari, dkk,2012). Menurut Pechlivani, et al (2005)
dalam Lestari, dkk. (2012), ibu multipara menunjukkan angka
yang
lebih
tinggi
dalam
dibandingkan ibu primipara.
memberikan
ASI
eksklusif
35
f. Niat ibu untuk kembali bekerja
Kembali bekerja setelah cuti melahirkan merupakan
kendala suksesnya ASI eksklusif. Chatterji dan Frick (2005)
dalam Lestari, dkk. (2012) menyatakan bahwa kembali bekerja
dalam
tiga
bulan
pertama
setelah
melahirkan
sangat
berhubungan dengan penurunan untuk menyusui sebesar 16%18%, dan pengurangan durasi menyusui sekitar 4-5 minggu.
Weber, et al. (2011) dalam Lestari, dkk (2012) menyatakan
bahwa kembali bekerja adalah alasan utama berhenti
menyusui, dari 60% wanita yang berniat terus menyusui hanya
40% yang tetap menyusui setelah kembali bekerja.
g.
Durasi pemberian ASI eksklusif pada anak terakhir
Keberhasilan menyusui sebelumnya akan menimbulkan
rasa puas dan bangga sehingga dapat mempengaruhi cara
menyusui di masa depan. Semakin lama durasi menyusui maka
semakin banyak pengalaman tentang Pemberian ASI eksklusif.
Ibu yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih
mampu menghadapi kendala menyusui karena sebelumnya
pernah menemui kendala tersebut (Lestari, dkk, 2012)
sehingga dapat meningkatkan durasi menyusui di masa depan.
2.6.Kerangka Teori
Pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
mengenai pemberian ASI eksklusif. Diantara perilaku dan pengetahuan
terdapat intensi yang merupakan pengambilan keputusan dari ibu untuk
36
berperilaku atau tidak. Kerang teori pada penelitian ini diambil berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan Stuebe dan Bonuck (2011). Penelitian tersebut
memiliki tujuan mengetahui prediktor dari intensi pemberian ASI eksklusif.
Selama periode pre-postpartum,diketahui bahwa pengetahuan, kenyamanan
dan intensi pemberian ASI eksklusif dapat diubah. Oleh karena itu
penelitian ini didahului dengan memberikan intervensi berupa konseling
laktasi selama 2 kali pertemuan (45 menit/ pertemuan).
Variabel yang diduga menjadi prediktor dari intensi pemberian
makanan pada bayi adalah usia, budaya, pendidikan, paritas, niat untuk
kembali bekerja pada tahun pertama setelah melahirkan, dan durasi
pemberian ASI ekslusif pada anak terakhir. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Stuebe dan Bonuck (2011), diketahui bahwa pengetahuan ASI
Eksklusif berhubungan langsung dengan munculnya intensi terhadap
pemberian ASI eksklusif.
37
Sehingga didapatkan kerangka teori sebagai berikut:
Bagan 2.1.Kerangka Teori
Stuebe dan Bonuck (2011)
Intervensi
Pengetahuan
Intensi
(konseling
ASI eksklusif
Pemberian ASI
laktasi)
eksklusif

Usia

Budaya

Pendidikan

Status paritas

Niat kembali bekerja

Durasi pemberian ASI
eksklusif pada anak
terakhir
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe dan Bonuck (2011) terdapat
beberapa faktor yang memprediksi intensi pemberian ASI eksklusif yaitu Usia,
budaya, pendidikan, paritas, niat ibu untuk kembali bekerja setelah melahirkan,
dan durasi pemberian ASI eksklusif pada anak terakhir. Pada penelitian ini,
durasi pemberian ASI eksklusif pada anak terakhir dan budaya tidak diteliti.
Sehingga hanya Usia, pendidikan, paritas dan niat ibu untuk kembali bekerja
setelah melahirkan yang menjadi variabel yang diteliti.
Pendidikan diukur dari pendidikan formal terakhir yang dimiliki
responden. Status Paritas dilihat dari jumlah anak lahir hidup dari responden.
Niat ibu untuk kembali bekerja dilihat dari status pekerjaan dari ibu karena data
yang didapatkan peneliii adalah status pekerjaan dari ibu. Ibu hamil yang tidak
bekerja sebanyak 76,67%
dan hanya 23,33% ibu hamil yang bekerja.
Sedangkan umur diukur dengan lamanya masa hidup responden sejak dilahirkan
sampai waktu penelitian.
Variabel budaya tidak diteliti dikarenakan seluruh responden merupakan
orang asia yang berdasarkan Stuebe dan Bonuck (2011) dianggap memiliki
kesamaan budaya. Sehingga varabel budaya dapat dianggap homogen.
Sedangkan durasi pemberian ASI eksklusif pada anak terakhir tidak diteliti
38
39
karena peneliti tidak memperoleh data tersebut sehingga dijadikan sebagai
keterbatasan penelitian.
Berdasarkan kerangka teori diatas maka disusunlah kerangka konsep seperti
pada bagan 3.1 berikut.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Intensi
Perubahan
Pengetahuan
Pemberian ASI
Eksklusif
Media Leaflet
Pemberian
ASI Eksklusif
Responden:
Pendidikan, Status Paritas,
pekerjaan dan usia
3.2.
Definisi Operasional
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
Variabel
Perubahan
Definisi
Selisih antara
Alat
Cara
Ukur
Ukur
Kuesioner Pengisian
pengetahuan skor
Pre-Post
ASI Ibu
pengetahuan
test
hamil
pretest dan
skor
pengetahuan
Hasil Ukur
Hasil skor pengetahuan
Kuesioner (0-100)
Skala
Rasio
40
post test dalam
waktu 3-5
menit.
Media
Media leaflet
Leaflet
Observasi
1. Leaflet placebo
Leaflet
yang dibaca
berupa leaflet
responden.
Pedoman Gizi ibu
Ordinal
hamil
2. Leaflet ASI
Eksklusif
Intensi
Niat ibu untuk
memberikan
Kuesioner Pengisian
1. Tidak berniat
kuesioner
Ordinal
2. Berniat
ASI Eksklusif
(Stuebe dan Bonuck,
kepada anak
2011)
dalam
kandungannya.
Pendidikan
Pendidikan
formal terakhir
Kuesioner Pengisian
1. ≤ SMP/ sederajat
kuesioner
2. ≥ SMA/ sederjat
yang diikuti
Ordinal
(Nufrita,2010 )
responden.
Status
Banyaknya
Paritas
jumlah anak
Kuesioner Pengisian
1.
kuesioner
anak lahir hidup
dari respoden ≤ 1.
lahir hidup
dari responden
Primigravida, jika
2.
Multigravida, jika
Ordinal
41
anak lahir hidup
dari respoden > 1.
(Nursalam,2003)
Pekerjaan
Status
Kuesioner Pengisian
pekerjaan
kuesioner
1. Bekerja
Ordinal
2. Tidak bekerja
responden saat
(Fadilah,2012)
wawancara
dilakukan.
Usia
Lamanya masa Kuesioner Pengisian
hidup sejak
20-40 Tahun
Rasio
kuesioner
dilahirkan
sampai saat
pengisian
kuesioner.
3.3. Hipotesis Penelitian
1) Adanya pengaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan pemberian
ASI Eksklusif.
2) Adanya
variabel
yang
menjadi
counfounding
terhadap
perubahan
pengetahuan pemberian ASI Eksklusif.
3) Adanya pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI
Eksklusif.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan studi kuasi
eksperimental yang menggunakan rancangan pre-post test dengan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen diminta membaca leaflet mengenai ASI Eksklusif
sedangkan kelompok kontrol diberikan leaflet Pedoman Gizi ibu hamil.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh media
leaflet terhadap perubahan pengetahuan dan Intensi ASI Eksklusif pada ibu
hamil.
Pre-test
Perlakuan
Post-test
O1
X1
O2
O1
X2
O2
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Keterangan:
O1 : hasil Pre-test
O2 : Hasil Post-test
X1 : Membaca leaflet mengenai ASI Eksklusif
X2 : Membaca leaflet mengenai Pedoman Gizi ibu hamil
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan pada bulan Mei-Juli tahun 2013.
42
43
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan
kunjungan Antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan pada bulan
Juli tahun 2013.
4.3.2 Sampel Penelitian
Pemilihan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu
pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan
tertentu dari peneliti.
Sampel didapatkan dengan cara mengambil ibu
hamil yang melakukan kunjungan ke pelayanan antenatal di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan pada tanggal 5, 8 dan 9 Juli 2013. Peneliti
melakukan
penelitian
pada
tanggal
tersebut
dikarenakan
mempertimbangkan akan memasuki bulan Ramadhan. Saat bulan
Ramadhan dikhawatirkan sedikit ibu hamil yang melakukan kunjungan ke
Puskesmas sehingga akan sulit mendapatkan sampel.
Sampel kelompok kontrol diambil pada tanggal 5 Juli 2013.
Sedangkan kelompok perlakuan diambil pada tanggal 8 dan 9 Juli 2013.
Sampel yang dipilih memiliki kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Ibu hamil
2. Dalam keadaan sehat fisik dan mental.
3. Dapat membaca.
4. Bersedia menerima perlakuan.
Estimasi besar sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus
hipotesis untuk satu populasi sebagai berikut:
44
n=
Keterangan:
n
: besar sampel
: Standar Deviasi skor pengetahuan = 2,148 (Munawaroh,
dkk.2010)
: Rata-rata skor pengetahuan sebelum diberikan pendidikan =
16,68 (Munawaroh, dkk., 2010)
: Rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan pendidikan =
18,75 (Munawaroh, dkk. 2010)
Z 1-α
: nilai Z pada derajat kemaknaan 5 % = 1,64
Z 1-β
: Nilai Z pada kekuatan uji power 90% = 1,28
Jumlah sampel minimal
n
=
= 19
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan sampel minimal 19
sampel. Jumlah sampel untuk kelompok eksperimen 19 orang dan
kelompok kontrol sebanyak 19 sampel. Untuk menghindari adanya
drop out atau missing data dari sampel, maka sampel masing-masing
kelompok dibulatkan menjadi 30. Sehingga total sampel menjadi 60
orang.
45
4.4 Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengetahui biodata dari responden serta skor
pengetahuan dan intensi responden mengenai pemberian ASI Eksklusif.
Pertanyaan biodata berisi nama, usia responden, usia kehamilan, jumlah anak
lahir hidup, alamat, nomer telfon, pekerjaan dan pendidikan dari responden.
Kuesioner diberikan dua kali, baik pada kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol, yaitu sebelum perlakuan (pre-test) dan setelah diberikan
perlakuan (post-test). Kuesioner tersebut terdiri dari 15 pertanyaan mengenai
pengetahuan pemberian ASI Eksklusif (penanganan bayi sakit, waktu
diberikannya ASI, Manfaat ASI untuk menguruskan badan, mitos perubahan
bentuk payudara, pengertian kolostrum, penanganan ibu yang belum keluar
ASI,
bahaya susu formula, bahaya penggunaan sabun dan alkohol di
payudara, penanganan masalah radang payudara dan penanganan pemberian
ASI pada ibu bekerja) dan 5 pertanyaan mengenani intensi ibu terhadap
pemberian ASI Eksklusif.
2. Leaflet
Pada penelitian ini, leaflet yang digunakan pada kelompok perlakuan
dilakukan uji penilaian terlebih dahulu untuk mengetahui apakah leaflet
sudah dapat digunakan atau belum. Uji ini dilakukan pada delapan mahasiswa
Promosi Kesehatan secara kualitatif. Penilaian tersebut meliputi pesan,
kesesuaian pesan dengan sasaran, letak dan bentuk tulisan, letak gambar dan
warna serta disain dari leaflet tersebut.
46
Berdasarkan hasil uji leaflet, terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki
seperti kata-kata yang harus dipersingkat, warna disain yang tidak bervariasi,
bentuk tulisan yang kaku, dan posisi gambar yang kurang bervariasi. Setelah
mendapatkan beberapa komentar penilaian, peneliti melakukan perbaikan
seperti mempersingkat isi materi, diberikan gradasi warna berupa putih dan
abu-abu pada disain, tulisan pada leaflet dibuat menjadi point-point, dan
perubahan beberapa letak gambar.
Selain penilaian leaflet, dilakukan juga uji untuk mengetahui lama waktu
untuk membaca leaflet tersebut. Uji tersebut dilakukan pada 3 orang ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal di puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan dan diketahui waktu membaca leaflet tersebut berkisar antara 3
sampai 5 menit.
Pada kelomok ekperimen diberikan leaflet dengan 10 materi ASI
Eksklusif. Materi tersebut mengenai penanganan bayi sakit, waktu
diberikannya ASI, Manfaat ASI untuk menguruskan badan, mitos perubahan
bentuk payudara, pengertian kolostrum, penanganan ibu yang belum keluar
ASI, bahaya susu formula, bahaya penggunaan sabun dan alkohol di
payudara, penanganan masalah radang payudara dan penanganan pemberian
ASI pada ibu bekerja. Sedangkan kelompok kontrol menerima leaflet placebo
mengenai Pedoman gizi ibu hamil.
47
4.5 Pengumpulan Data
4.5.1 Jenis Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui penghitungan skor pengetahuan
dan intensi pemberian ASI Eksklusif responden melalui kuesioner pretest dan post-test.
b. Data Sekunder
Data sekunder digunakan sebagai penunjang dari data primer
yang berupa jumlah dari ibu hamil yang melakukan kunjungan ke
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
4.5.2. Pengukuran Data.
a. Perubahan Pengetahuan
Perubahan pengetahuan dilihat dari hasil skor post-test dikurangi
hasil skor pre-test. Setelah itu perubahan skor pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dibandingkan untuk mengetahui
adanya pengaruh dari media leaflet.
b. Intensi
Intensi diukur dengan melihat jawaban dari reponden mengenai niat
pemberian ASI Eksklusif. Apabila salah satu jawaban responden
mengacu kepada tidak memberikan ASI Eksklusif, maka responden
dikatakan tidak berniat memberikan ASI Eksklusif.
4.6 Prosedur Penelitian
Pada kelompok eksperimen, penelitian ini dimulai dengan menentukan
responden yang mau menerima perlakuan. Waktu yang dibutuhkan untuk
48
membaca leaflet adalah 5 menit. Sebelum responden membaca leaflet yang
diberikan, responden diminta mengisi kuesioner pengetahuan (pre-test) selama 3
menit. Kemudian responden diminta membaca leaflet yang diberikan peneliti
selama 5 menit. Setelah selsai membaca leaflet, responden kembali mengisi
kuesioner posttest selama 3 menit.
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selama penelitian di entry menggunakan
program SPSS 16. Proses pengolahan data dimulai dari editing, penskoran,
coding, cleaning, entry, dan analisis data.
4.6.1. Editing
Editing data merupakan penelitian kembali data yang telah
dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan
tersebut cukup baik atau relevan untuk diolah lebih lanjut. Data yang
telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya.
4.6.2. Penskoran dan Coding
Penskoran digunakan untuk variabel pengetahuan. Skor
pengetahuan berkisar antara 0-100. Pemberian skor dilakukan
berdasarkan ketentuan, jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban
salah diberi skor 0. Skor yang diperoleh masing-masing responden
dijumlahkan,
dibandingkan
dengan
skor
maksimal
kemudian
dikalikan 100. Hasil penghitungan terakhir menunjukkan skor
pengetahuan dan intensi yang dimiliki responden mengenai pemberian
ASI eksklusif (Sulisnadewi,2011).
49
Sedangkan coding digunakan untuk intensi dan pendidikan.
Variabel intensi meliputi 1 untuk tidak bermaksud memberikan ASI
eksklusif dan 2 untuk bermaksud memberikan ASI eksklusif.
4.6.3. Entry
Setelah dilakukan penskoran data, kemudian hasil skor
pengetahuan seluruh responden (pre-test dan post-test) di entry ke
dalah program SPSS 16.
4.6.4. Cleaning
Tahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah
dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah,
sehingga dengan demikian data tersebut telah siap untuk dianalisa.
Dalam pembersihan data dilakukan pengecekan ulang dengan melihat
distribusi frekuensi variabel.
4.7. Analisis Data
Analisa data yang dilakukan dengan menggunakan komputer, yaitu
dengan menggunakan program SPSS 16. Adapun analisa data yang dilakukan
antara lain:
4.7.1. Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap karakteristik responden, variabel independen dan
dependen. Variabel tersebut adalah pengetahuan pemberian ASI Eksklusif
ibu, intensi, usia kehamilan , pekerjaan, pendidikan, paritas, dan usia.
50
4.7.2. Analisis Bivariat
Uji yang dilakukan untuk melihat ada pengaruh dari media leaflet,
terhadap perubahan pengetahuan ASI Eksklusif menggunakan uji TIndependent bila data berdistribusi normal dan jika data tidak
berdistribusi normal maka menggunakan uji Wilcoxon. Dari uji tersebut
diperoleh nilai probabilitas (Pvalue), lalu dibandingkan dengan nilai α =
0,05 (derajat kepercayaan 95%). Jika Pvalue > 0,05 maka tidak terdapat
pengaruh dari media leaflet terhadap perubahan pengetahuan. Sebaliknya
jika Pvalue < 0,05 maka terdapat pengaruh dari media leaflet terhadap
perubahan pengetahuan.
Uji yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh dari
perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI Eksklusif
menggunakan uji T-independent bila data berdistribusi normal dan jika
data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji Wilcoxon. Dari
uji tersebut diperoleh nilai probabilitas (Pvalue), lalu dibandingkan
dengan nilai α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). Jika Pvalue > 0,05
maka tidak terdapat pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi
pemberian ASI Eksklusif. Sebaliknya jika Pvalue < 0,05 maka terdapat
pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI
Eksklusif.
Sedangkan untuk mengetahui adanya variabel counfounding
terhadap intensi pemberian ASI eksklusif menggunakan uji Regresi
Logistik Ganda. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar variabel
merupakan jenis data kategorik. Variabel yang menjadi masuk ke dalam
51
model merupakan variabel yang memiliki P value < 0,25 pada uji
bivariat. Setelah diketahui variabel yang menjadi model baru dilakukan
uji Regresi Logistik. Variabel yang memiliki Pvalue ≤ 0,05 pada akhir
pemodelan akan menjadi variabel counfounding.
BAB V
HASIL
5.1. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dibangun di lokasi Jl. Cenek I no. 1
Kecamatan Pesanggrahan pada tahun 2002 dan mulai beroperasi sejak tahun
2003. Sebelumnya Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan menempati lokasi di Jl
Wijaya Kusuma no. 1 bergabung dengan Puskesmas Kelurahan Pesanggrahan.
5.1.1. Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan adalah salah satu dari 10 Kecamatan
di wilayah Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah seperti yang
ditetapkan dengan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1227 tahun 1989 yaitu
seluas 13,46 km2 terbagi menjadi 5 kelurahan, seperti tertera dalam tabel
5.1.
Tabel 5.1
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Daftar Nama Kelurahan pada Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2013
Nama Kelurahan
Luas (Km2)
Jumlah RT/RW
Kelurahan
Petukangan 2,99 Km2
RT 121/ RW 11
Utara
Kelurahan
Petukangan 2,11 Km2
RT 85/ RW 8
Selatan
Kelurahan Ulujami
1,70 Km2
RT 90/ RW 8
2
Kelurahan Pesanggrahan
2,11 Km
RT 85 / RW 8
Kelurahan Bintaro
4,55 Km2
RT 140 / RW 15
52
53
Selain Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, terdapat juga
puskesmas dimasing-masing kelurahan yaitu PKM Kel. Petukangan
Utara, PKM Kel. Petukangan Selatan, PKM Kel. Ulujami, PKM Kel.
Pesanggrahan, dan PKM Kel. Bintaro.
Batas-batas wilayah kecamatan Pesanggrahan adalah sebagai
berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kebon Jeruk,
Jakarta Barat
2. Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Pesanggrahan
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rempoa, Tangerang
4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pondok Betung,
Tangerang
5.1.2. Sumber Daya Manusia
Pegawai yang bertugas di Puskesmas Kecamatan maupun di
Puskesmas Kelurahan terdiri atas tenaga medis maupun tenaga non medis
yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis kandungan, dokter gigi,
bidan, perawat, perawat gigi, ahli gizi, sanitarian, tenaga rontgen, tenaga
farmasi, dan tenaga administrasi.
5.1.3. Fasilitas Puskesmas Kec.Pesanggrahan
a.
Luas tanah/bangunan
: 2566 m2 / 1677 m2
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan terdiri dari 4 lantai. Berikut ini
rinciannya:
54
1. Lantai 1
Lantai 1 terdiri dari Pelayanan 24 jam (Unit Gawat darurat dan
rumah bersalin),
Pelayanan Antenatal, ruang Keluarga Berencana
(KB), Poli Paru, poli lansia.
2. Lantai 2
Lantai 2 terdiri dari ruang pelayanan kesehatan seperti Loket, Balai
Pelayanan Umum (BPU), Asuransi Kesehatan (Askes) & Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), poli gigi, Kesehatan Anak (KA) :
Imunisasi & R.spesialis anak, Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), poli Jiwa, poli DM (Diabetes Melitus), Poli gizi, Apotek,
Gudang Alat kesehatan dan Koperasi.
3. Lantai 3
Lantai 3 terdiri dari ruang R. Kepala Puskesmas, R. Penyakit Menular
& Kesehatan Lingkungan, Ruang pelayanan Kesehatan, ruang
Promosi kesehatan & Gizi, Ruang Tata Usaha, Ruang Perencanaan
& Satker, ruang keuangan, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR), KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), Laboratorium,
Gudang Obat, Aula, Mushola, R Pemeriksaan Kesehatan Haji &
Elektro Kardio Grafi (EKG).
4. Lantai 4
Lantai 4 hanya digunakan untuk senam karyawan setiap hari Rabu
dan Jumat dan juga terdapat Mushola.
55
b. Listrik
: 66.000 Watt
Selain menjalankan pelayanan kesehatan dalam gedung, Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan juga melakukan kegiatan luar gedung seperti :
a. Berkoordinasi dengan TP PKK memberikan pelayanan di Posyandu.
1. Penimbangan rutin & imunisasi setiap bulan.
2. Gerakan Jum’at Sehat (GJS) pada minggu ke 2 & 4 setiap bulan.
Berkoordinasi dengan Departemen Pendidikan Nasional (Diknas)
memberikan penyuluhan, skrining, pelatihan dokter kecil, UKGS dan imunisasi
di sekolah-sekolah.
5.2. Karakteristik Ibu Hamil
5.2.1. Karakteristik Ibu Hamil Kelompok Perlakuan
Jumlah sampel pada kelompok perlakuan adalah 30 orang. Kelompok
perlakuan diambil pada pada dua hari yaitu tanggal 8 dan 9 Juli 2013.
Semua ibu hamil yang berkunjung pada tanggal 8 menjadi sampel
penelitian, dan pada tanggal 9 hanya beberapa ibu hamil saja yang
menjadi sampel yaitu sampai jumlah sampel minimal.
digambarkan
karakteristik
ibu
hamil
berdasarkan
Berikut ini
usia,
tingkat
pendidikan, usia kehamilan, pekerjaan, dan status paritas yang dapat
dilihat pada tabel 5.2. dibawah ini.
56
Tabel 5.2.
Distribusi Karakteristik Ibu hamil Kelompok Perlakuan berdasarkan Usia,
Pendidikan, Usia kehamilan, Status Pekerjaan, dan Status Paritas di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
No.
Karakteristik Ibu
Jumlah
Persentase
Hamil
1.
Usia
20-36 Tahun
26
86,7
>36 Tahun
4
13,3
2.
Pendidikan
Rendah (SD-SMP)
6
20
Tinggi (SMA-PT)
24
80
3.
Usia Kehamilan
Trimester 1
2
6,7
Trimester 2
6
20
Trimester 3
22
73,3
4.
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja
24
80
Bekerja
6
20
5.
Status Paritas
Multigravida
7
23,2
Primigravida
23
76,7
Berdasarkan tabel 5.2. diatas, distribusi karakteristik ibu hamil
berdasarkan usia diketahui sebagian besar ibu hamil berusia 20 - 36
tahun (86,7%). Berdasarkan Pendidikan, sebagian besar ibu hamil
memiliki pendidikan tinggi yaitu terdiri dari SMA sederajat , DIII sampai
S1 (80%).
Berdasarkan usia kehamilan, sebagian besar ibu hamil berada pada
usia kehamilan trimester ke- 3 (73,3%). Berdasarkan status pekerjaan,
sebagian besar ibu hamil tidak bekerja (80%) yaitu sebagai ibu rumah
tangga. Sedangkan berdasarkan status Paritas, sebagian besar ibu hamil
memiliki status Primigravida (76,7%).
57
5.2.2. Karakteristik Ibu Hamil Kelompok Kontrol
Jumlah sampel pada kelompok kontrol adalah 30 orang. Seluruh
sampel pada kelompok kontrol diambil pada pada tanggal 5 Juli 2013.
Berikut ini akan digambarkan karakteristik ibu hamil berdasarkan usia,
tingkat pendidikan, usia kehamilan, pekerjaan, dan status paritas yang
dapat dilihat pada tabel 5.3. dibawah ini.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel 5.3.
Distribusi Karakteristik Ibu hamil Kelompok Kontrol berdasarkan Usia,
Pendidikan, Usia kehamilan, Status Pekerjaan, dan Status Paritas di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Karakteristik Ibu
Jumlah
Persentase
Hamil
Usia
20-36 Tahun
28
93,3
>36 Tahun
2
6,7
Pendidikan
Rendah (SD-SMP)
2
6,7
Tinggi (SMA-PT)
28
93,3
Usia Kehamilan
Trimester 1
3
10
Trimester 2
10
33,3
Trimester 3
17
56,7
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja
22
73,3
Bekerja
8
26,7
Status Paritas
Multigravida
10
33,3
Primigravida
20
66,7
Berdasarkan tabel 5.3. diatas, distribusi karakteristik ibu hamil
berdasarkan usia diketahui sebagian besar ibu hamil berusia 20 - 36
tahun (93,3%). Berdasarkan Pendidikan, sebagian besar ibu hamil
memiliki pendidikan tinggi yaitu terdiri dari SMA sederajat , DIII sampai
S1 (93,3%).
58
Berdasarkan usia kehamilan, sebagian besar ibu hamil berada pada
usia kehamilan trimester ke- 3 (56,7%). Berdasarkan status pekerjaan,
sebagian besar ibu hamil tidak bekerja melainkan sebagai ibu rumah
tangga (73,3%). Sedangkan berdasarkan status Paritas, sebagian besar
ibu hamil memiliki status Primigravida (66,7%).
5.3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam variabel yang
diteliti memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan untuk
menjawab pertanyaan apakah syarat sampel yang representatif terpenuhi atau
tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi (Hadi, 2000).
Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik one sample KolmogorovSmirnov test yang dikatakan normal jika p value ≥ 0,05.
Uji normalitas dilakukan pada 2 variabel yaitu variabel perubahan
pengetahuan dan variabel umur. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.4
dibawah ini.
Tabel 5.4.
Hasil Uji Normalitas
Variabel
p-value
Keterangan
Umur
0,2
Normal
Perubahan Pengetahuan
0,00
Tidak Normal
Berdasarkan hasil statistik diketahui bahwa variabel perubahan pengetahuan
memiliki distribusi tidak normal.
59
5.4. Gambaran Pengetahuan Ibu hamil Terkait ASI Eksklusif Pada Kelompok
Perlakuan dan Kontrol
Pada penelitian ini, pengetahuan ASI ekskusif dilihat dari 10 materi ASI
eksklusif berdasarkan rekomendasi Kemenkes RI (2010) dan Soetjiningsih
(1997) yang terdiri dari Penanganan bayi sakit, waktu diberikannya ASI,
Manfaat ASI untuk menguruskan badan ibu, mitos perubahan bentuk payudara,
pengertian kolostrum, penanganan ibu yang belum keluar ASI, bahaya susu
formula, bahaya penggunaan sabun dan alkohol pada payudara, penanganan
masalah radang payudara dan penanganan pemberian ASI pada ibu bekerja.
Berikut ini dapat dilihat gambaran pengetahuan ibu hamil kelompok perlakuan
pada Tabel 5.5. dan gambaran pengetahuan ibu hamil kelompok kontrol pada
tabel 5.6.dibawah ini.
Tabel 5.5
Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan
Kelompok
Minimum Maximum
Rata-rata
Rata-rata
Standar
95% CI
Deviasi
Sebelum
27
93
64,63
58,07-71,20
17,58
Sesudah
47
100
77,9
72,28-83,52
15,039
60
Tabel 5.6
Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif pada Kelompok Kontrol
Kelompok
Minimum Maximum
Rata-
Rata-rata
Standar
rata
95% CI
Deviasi
Sebelum
47
93
71,8
67,08-76,52
12,623
Sesudah
53
93
76,27
72,41-80,13
10,339
Dari tabel 5.5. diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor pengetahuan ibu
hamil pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan sebesar 13,27.
Sedangkan dari tabel 5.6, dapat dilihat bahwa rata-rata skor pengetahuan ibu
hamil pada kelompok kontrol mengalami peningkatan skor sebesar 4,47. Dapat
disimpulkan bahwa perubahan skor pengetahuan ASI eksklusif pada kelompok
perlakuan lebih besar dari kelompok kontrol.
5.5. Gambaran Intensi Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Intensi diukur melalui niat ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi
yang sedang dikandung. Berikut gambaran intensi pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.7. dibawah ini.
Tabel 5.7.
Gambaran Intensi pada kelompok Perlakuan dan Kontrol
Kelompok
Kontrol
Perlakuan
Jumlah
13
9
Intensi
Ya
Tidak
Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
43,3
17
56,7
30
21
70
61
Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebagian besar responden memiliki intensi
tidak memberikan ASI eksklusif pada anak yang sedang dikandungnya.
Responden memiliki niat untuk memberikan makanan pendamping ASI seperti
madu, air dan pisang saat anaknya berusia ≤ 6 bulan.
5.6. Pengaruh Media Leaflet terhadap Perubahan Pengetahuan Pemberian ASI
Eksklusif
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian media
leaflet ASI Eksklusif terhadap perubahan skor pengetahuan ASI Eksklusif.
Perbedaan perubahan skor pengetahuan ASI Eksklusif sesudah diberikan
perlakuan dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini.
Tabel 5.8.
Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan ASI Eksklusif
Perubahan skor
pengetahuan ASI
Eksklusif
Kelompok
Kontrol
Perlakuan
Rata-rata
Standar
Deviasi
Jumlah
P value
4,47
13,27
9,944
15,106
30
30
0,000
Berdasarkan tabel diatas, diketahui rata-rata perubahan skor pengetahuan
ASI eksklusif pada kelompok kontrol adalah 4,47 dengan standar deviasi 9,944.
Sedangkan rata-rata perubahan skor pengetahuan ASI eksklusif pada kelompok
perlakuan adalah 13,27 dengan standar deviasi 15,106. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai probabilitas (p value) sebesar 0,000 artinya pada alpha 5%
terdapat pengaruh dari media leaflet terhadap perubahan pengetahuan ASI
eksklusif.
62
5.7. Pengaruh Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi Pemberian ASI
Eksklusif
Analisis ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh dari perubahan
pengetahuan terhadap intensi. Berikut ini dapat dilihat pengaruh dari perubahan
pengetahuan terhadap intensi pada tabel 5.9 dibawah ini.
Tabel 5.9
Pengaruh Dari Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi
Perubahan
Pengetahuan
Intensi
N
38
Ratarata
9,13
Standar
Deviasi
13,865
Tidak
ya
22
8,41
12,960
p-Value
0,000
Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang tidak berniat
memberikan ASI eksklusif sebanyak 38 orang. Sedangkan responden yang
berniat memberikan ASI eksklusif sebanyak 22 orang. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai probabilitas (p value) 0,000, artinya pada alpha 5 % terdapat
pengaruh dari perubahan pengetahuan terhadap intensi.
5.8. Analisis Multivariat
Terdapat beberapa variabel yang diduga menjadi Counfounding terhadap
variabel intensi pada penelitian Stuebe dan Bonuck (2011). Variabel-variabel
yang diduga menjadi Counfounding adalah pendidikan, pekerjaan, status
paritas dan usia. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap
intensi pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013
dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi Logistik ganda.
63
Tahap awal yang dilakukan adalah menentukan variabel yang masuk
model multivariat. Variabel yang masuk model multivariat adalah variabel
yang memiliki nilai p-value < 0,25. Berikut hasil analisis bivariat dari variabel
independent dan variabel tingkat pendidikan, status paritas, pekerjaan dan usia
dapat dilihat pada tabel 5.10 dibawah ini.
Tabel 5.10
Hasil Analisis Bivariat Variabel tingkat pendidikan, perubahan pengetahuan,
status paritas, pekerjaan dan usia terhadap Intensi Pemberian ASI eksklusif
pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Perubahan skor
Pengetahuan ASI
Eksklusif
Tingkat pendidikan
Perubahan Pengetahuan
Status Paritas
Pekerjaan
Usia
P-Value
Keterangan
0,534
0,000
0,451
0,816
0,419
Tidak masuk Model
Model
Tidak masuk Model
Tidak masuk Model
Tidak masuk Model
Berdasarkan tabel diatas, variabel yang memiliki p-value < 0,25
adalah perubahan pengetahuan. Sehingga tingkat pendidikan, status
paritas, pekerjaan dan usia bukan merupakan variabel counfounding
terhadap intensi.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan data
primer yang diperoleh melalui instrumen kuesioner. Dalam penelitian ini
terdapat keterbatasan-keterbatasan manusia baik sebagai subyek maupun sebagai
obyek penelitian yang tidak dapat dihindari. Dengan keterbatasan ini, diharapkan
dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang. Adapun
keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
1. Variabel durasi pemberian ASI Eksklusif pada anak terakhir tidak diteliti
karena peneliti tidak memperoleh data tersebut.
2. Sampel diambil secara purposive dikarenakan tidak terdapat data yang
mendukung untuk membangun kerangka sampel. Sehingga sampel tidak
dapat diambil secara random.
3. Peneliti tidak dapat menyediakan tempat khusus untuk responden membaca
leaflet. Dalam proses belajar, tempat yang jauh dari kebisingan lebih baik
dalam meningkatkan pengetahuan. Namun dikarenakan tidak ada ruangan
khusus yang tersedia, maka proses belajar dilakukan di ruang tunggu.
Dikarenakan hal tersebut, peneliti tidak dapat mengontrol untuk tidak
terjadinya komunikasi antara responden.
64
65
4. Adanya responden yang merasa malas mengisi kuesioner dan membaca
leaflet yang diberikan sehingga terdapat beberapa ibu yang mengalami
penurunan skor pengetahuan setelah diberikan media leaflet ASI Eksklusif.
6.2.
Gambaran
Karakteristik
Ibu
Hamil
di
Puskesmas
Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2013
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 60 ibu hamil yang
melakukan kunjungan Antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
Sampel dibagi kedalam dua kelompok yaitu 30 responden menjadi kelompok
perlakuan dan 30 reponden menjadi kelompok kontrol. Pada penelitian ini,
karakteristik ibu hamil dilihat dari usia, tingkat pendidikan, usia kehamilan,
status paritas, dan pekerjaan. Namun terdapat beberapa karakteristik ibu
hamil yang diduga menjadi variabel Counfounding terhadap intensi yaitu
tingkat pendidikan, status paritas, pekerjaan dan usia.
6.2.1. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan analisis univariat, diketahui sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu memiliki
pendidikan terakhir SMA sederajat, D3 dan S1. Pada penelitian ini,
responden pada kelompok perlakuan yang memiliki pendidikan tinggi
sebanyak 24 orang. Sedangkan pada kelompok kontrol, responden
yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 28 orang. Dapat
disimpulkan bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi lebih
banyak pada kelompok kontrol.
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan
66
berlangsung seumur hidup (Notoadmodjo, 2007). Tingkat pendidikan
yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pendidikan formal
yang terakhir dimiliki oleh responden.
Menurut Notoadmodjo (2007) semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin tinggi juga kemampuan seseorang termasuk
kemampuan dalam menerima informasi. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Susanti, dkk (2012). Pada penelitian
ini, sebagian besar responden dengan pendidikan tinggi mengalami
peningkatan pengetahuan pemberian ASI eksklusif setelah diberikan
informasi melalui media leaflet.
6.2.2. Status Paritas
Berdasarkan analisis univariat, diketahui sebagian besar
responden memiliki status primigravida yaitu ibu yang belum
memiliki pengalaman merawat anak lebih dari satu kali. Pada
kelompok perlakuan, ibu hamil dengan status Primigravida sebanyak
23 orang. Sedangkan ibu hamil dengan status Primigravida pada
kelompok kontrol sebanyak 20 orang. Dapat disimpulkan bahwa ibu
hamil dengan status primigravida lebih banyak pada kelompok
perlakuan.
Pada penelitian ini, yang dimaksud dalam status paritas adalah
banyaknya anak lahir hidup dari responden. Seorang ibu menyusui
memperoleh pengetahuan pemberian ASI eksklusif dapat dari
pengalamannya pada saat menyusui anak sebelumnya (Roesli, 2000).
Semakin banyak anak lahir hidup dari responden maka semakin
67
banyak pengalaman ibu dalam merawat anak termasuk dalam praktek
pemberian ASI eksklusif. Pengalaman merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoadmodjo,
2007). Pada penelitian ini diketahui sebagian besar ibu hamil
memiliki status Primigravida, sehingga dapat dikatakan responden
memiliki pengetahuan yang kurang dalam pemberian ASI eksklusif.
6.2.3. Usia
Usia mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin menurun
kemampuan seseorang dalam menerima informasi (Notoadmodjo,
2007). Berdasarkan analisis univariat, diketahui sebagian besar ibu
memiliki rentang usia dari 20 sampai 36 tahun. Pada kelompok
perlakuan, ibu hamil yang memiliki usia 20-36 tahun adalah 26 orang.
Sedangkan pada kelompok kontrol, ibu hamil yang memiliki usia 20-36
tahun sebanyak 28 orang. Dapat disimpulkan ibu hamil yang memiliki
usia 20-36 tahun lebih banyak pada kelompok kontrol
Pada usia tersebut, seorang wanita termasuk kedalam kelompok
usia dewasa muda. Pada usia ini, individu dituntut untuk menjalani
peran
baru
di
tempat
kerja,
rumah,
dan
masyarakat,
serta
mengembangkan minat, nilai-nilai, dan sikap terkait peran tersebut.
Pada tahap ini, seseorang memiliki tingkat kematangan dan kemampuan
yang lebih dalam berpikir dan bekerja sehingga pengetahuannya akan
semakin berkembang (Kozier, 2010 dalam Kusumawati, 2011).
68
6.2.4. Usia Kehamilan
Dari hasil penelitian yang telah didapat, diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki usia kehamilan pada trimester ke tiga yaitu
24-40 minggu. Pada usia kehamilan tersebut, pengetahuan yang
dimiliki ibu lebih banyak daripada ibu hamil pada trimester awal. Hal
tersebut dapat dikarenakan, ibu hamil pada trimester 3 memiliki
tuntutan yang lebih besar dalam merawat anak, sehingga ibu akan
berusaha menambah pengetahuannya terkait kehamilan maupun cara
mengasuh dan merawat anaknya. Selain itu, dapat juga disebabkan
jumlah kunjungan antenatal yang lebih banyak. Pada setiap kunjungan,
ibu hamil akan berinteraksi dengan petugas kesehatan terutama bidan
yang pada setiap kunjungan antenatal terdapat konseling yang dapat
menambah pengetahuan ibu mengenai kehamilan sampai pasca
persalinan.
6.2.5. Pekerjaan
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Menurut Kurniati dalam
Widayanti dan Maryatun (2012), status pekerjaan seseorang dapat
berpengaruh terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan. Ibu yang mempunyai pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga memiliki banyak waktu yang luang, hal tersebut tentu
dapat membuat ibu bisa mendapatkan lebih banyak pengetahuan
melalui media seperti TV, radio, media cetak, selain itu dapat juga
diperoleh melalui lingkungan sosial seperti tetangga.
69
Selain memiliki kesempatan lebih dalam menambah pengetahuan,
ibu rumah tangga memiliki kesempatan lebih besar dalam melakukan
praktik pemberian ASI eksklusif. Namun berdasarkan laporan tahunan
Suku Dinas Jakarta Selatan tahun 2011 dalam Septiani (2012), cakupan
ASI eksklusif di kecamatan Pesanggrahan masih kurang dari target
(51,2%). Hal tersebut dapat disebabkan karena pengetahuan ibu yang
kurang dan faktor kepercayaan seperti mitos perubahan bentuk
payudara setelah menyusui dan keyakinan ibu untuk memberikan
makanan pendamping ASI yang terlalu dini.
6.3. Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil
6.3.1. Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil
Pada Kelompok Kontrol
Pada kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa pemberian
media placebo. Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan (Sadiman, dkk. 2010). Pesan yang
diberikan pada kelompok kontrol merupakan materi mengenai
pengaturan gizi untuk ibu hamil yang sehat maupun yang sakit.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata skor pengetahuan
ASI eksklusif sebelum diberikan perlakuan adalah 71,8. Sedangkan
rata-rata skor pengetahuan ASI eksklusif sesudah diberikan perlakuan
adalah 76,27. Peningkatan skor pengetahuan pada kelompok kontrol
disebabkan oleh lingkungan yang mendukung terjadinya komunikasi
antara responden. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti tidak dapat
mencegah untuk terjadinya diskusi antara responden. Hal tersebut
70
disebabkan lingkungan yang kurang efektif untuk proses belajar
sehingga peneliti tidak dapat mengontrol responden secara keseluruhan.
Salah satu yang dapat mempengaruhi proses komunikasi adalah
lingkungan (Sadiman,dkk., 2010). Lingkungan yang baik untuk proses
belajar adalah lingkungan yang tidak bising, nyaman baik dari
temperatur maupun disain tempat belajar dan pencahayaan yang
nyaman untuk belajar (Mashudi,2012). Pada saat penelitian, peneliti
tidak dapat menyediakan tempat belajar yang efektif untuk belajar.
Sehingga penelitian dilaksanakan pada ruang tunggu pelayanan KIA.
Pada saat penelitian berlangsung, tempat pelaksanaan penelitian
dikunjungi banyak pasien yang berkunjung baik dari KIA maupun dari
pasien kontrol pada ruang bersalin. Sehingga peneliti tidak dapat
mengontrol untuk tidak terjadinya diskusi antara responden.
6.3.2. Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil
Pada Kelompok Perlakuan
Pada kelompok perlakuan, responden diberikan perlakuan berupa
pemberian media leaflet mengenai 10 materi pemberian ASI eksklusif.
Materi tersebut mengenai penanganan bayi sakit, waktu diberikannya
ASI, Manfaat ASI untuk menguruskan badan, mitos perubahan bentuk
payudara, pengertian kolostrum, penanganan ibu yang belum keluar
ASI, bahaya susu formula, bahaya penggunaan sabun dan alkohol pada
payudara, penanganan masalah radang payudara dan penanganan
pemberian ASI pada ibu bekerja.
71
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata skor pengetahuan
ASI eksklusif sebelum diberikan perlakuan adalah 64,63. Sedangkan
rata-rata skor pengetahuan ASI eksklusif sesudah diberikan perlakuan
adalah 77,9. Hal tersebut menunjukkan terdapat peningkatan rata-rata
skor sebesar 13,27. Pada sub-bab sebelumnya telah diketahui
peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok kontrol sebesar
4,47. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perubahan rata-rata
skor pengetahuan yang besar antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan.
Menurut Notoadmodjo (2007), seseorang yang terpapar informasi
mengenai suatu topik tertentu akan memiliki pengetahuan yang lebih
banyak daripada yang tidak terpapar informasi. Pemberian media leaflet
merupakan salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan dengan
melalui tulisan-tulisan dan gambar mengenai suatu materi.
Dalam penelitian ini, informasi diberikan melalui media leaflet.
Responden diminta membaca leaflet tersebut selama 3-5 menit. Setelah
selsai membaca, peneliti kembali mengukur pengetahuan responden
mengenai Pemberian ASI eksklusif. Sehingga dapat disimpulkan,
seseorang yang terpapar suatu materi akan mengalami peningkatan
pengetahuan yang lebih besar daripada seseorang yang tidak terpapar
informasi.
6.4. Gambaran Intensi Pada Kelompok Kontrol Dan Perlakuan
Berdasarkan hasil univariat, diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki intensi negatif yaitu ibu bernia memberikan pisang, madu dan air
72
putih pada anak yang dikandungnya sebelum anaknya berusia ≤ 6 bulan. Pada
kelompok kontrol, responden yang menjawab tidak berniat sebanyak 17 orang,
sedangkan pada kelompok perlakuan sebanyak 21 orang. Dapat disimpulkan
bahwa responden yang tidak berniat memberikan ASI eksklusif lebih banyak
pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol
Hal tersebut dapat dikarenakan, saat penelitian berlangsung terdapat
beberapa hambatan dalam proses pembelajaran dengan media leaflet. Menurut
Sadiman, dkk. (2010), terdapat beberapa hambatan dalam berkomunikasi
seperti hambatan psikologis, fisik, kultural, dan hambatan lingkungan.
Hambatan yang terjadi pada penelitian ini berasal dari kultural dan
lingkungan. Hambatan kultural yang terjadi adalah adanya kepercayaan untuk
memberikan makanan pendamping ASI dini. Sedangkan hambatan lingkungan
yaitu lingkungan yang bising sehingga tidak mendukung untuk terjadinya
proses belajar yang efektif. Hambatan-hambatan tersebut menyebabkan
seseorang yang mendapatkan penambahan pengetahuan belum tentu akan
memiliki niat untuk memberikan ASI eksklusif pada anak yang sedang
dikandungnya.
6.5. Pengaruh Media Leaflet terhadap Perubahan Pengetahuan ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil statistik didapatkan bahwa adanya pengaruh dari media
leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan
Munawaroh, dkk. (2010). Berdasarkan penelitian tersebut, media leaflet efektif
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan.
73
Dalam Notoadmodjo (2007), media dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan, dengan peningkatan pengetahuan diharapkan adanya perubahan
perilaku ibu hamil yaitu pemberian ASI eksklusif. Media merupakan alat bantu
dalam proses pendidikan. Media memiliki manfaat untuk merangsang minat
sasaran pendidikan, mengatasi keterbatasan waktu, tempat, bahasa dan daya
indera dari sasaran pendidikan, mengatasi sikap pasif sasaran pendidikan dan
dapat memberikan rangsangan, pengalaman serta menimbulkan persepsi yang
sama, mendorong keinginan sasaran untuk mengetahui, mendalami, dan
akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik serta merangsang sasaran
untuk meneruskan pesan-pesan kepada orang lain (Suiraoka dan Supariasa,
2012).
Dalam Notoadmodjo (2007), pemberian informasi secara formal maupun
nonformal dapat meningkatkan pengetahuan. Pemberian media leaflet
merupakan salah satu pemberian informasi non formal yang sering digunakan
dalam pendidikan kesehatan. Leaflet merupakan selembar kertas yang dilipatlipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar tertentu tentang suatu topik
khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu (Suiraoka dan Supariasa, 2012).
Media leaflet dapat diperoleh dengan mudah serta efektif digunakan sebagai
media informasi. Sebagai media informasi, gambar atau foto haruslah dipilih
atau digunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya
gambar atau foto dapat membangkitkan motivasi dan minat untuk membantu
menafsirkan serta mengingat pesan yang berkenaan dengan gambar atau fotofoto tersebut.
74
Penggunaan media leaflet ASI eksklusif dapat diberikan saat pelayanan
antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Pelayanan antenatal dibagi
menjadi 2 yaitu diluar ruangan untuk pemeriksaan Tekanan darah dan
Antropometri dan dalam ruangan untuk konseling, pemeriksaan denyut jantung
janin dan pemberian suntik TT. Leaflet dapat diberikan saat ibu melakukan
pemeriksaan diluar ruangan dan dapat dibaca saat ibu sedang menunggu
pemeriksaan didalam ruangan. Berdasarkan hasil observasi, waktu yang tersedia
untuk membaca leaflet tersebut adalah sekitar 5-10 menit. Hal tersebut lebih dari
waktu yang dibutuhkan untuk membaca leaflet sekali, sehingga ibu hamil dapat
membaca lebih dari satu kali dan dapat lebih memahami materi leaflet. Selain
itu, agar hasil belajar lebih efektif ibu dapat menanyakan materi yang kurang
jelas saat berlangsungnya konseling.
Dalam penggunaan media leaflet di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
perlu dilakukan perencanaan produksi. Perencanaan produksi merupakan suatu
sistem terdiri dari input proses dan output (Malik, 2010). Input dari perencanaan
leaflet ini adalah data ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan pada tahun 2011. Diketahui berdasarkan
profil Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2011 jumlah ibu hamil yang
melakukan kunjungan sebanyak 504 orang. Sehingga ouput dari perencanaan ini
adalah leaflet yang dicetak sebanyak kurang lebih 500 lembar / tahun.
Berdasarkan hasil univariat, diketahui sebagian besar responden adalah ibu
rumah tangga. Leaflet merupakan media yang dapat dibaca saat santai di rumah,
mudah dibawa dan sangat ekonomis. Sehingga media ini dapat dibaca saat ibu
75
sedang santai dan materinya dapat didiskusikan dengan ibu-ibu lain saat sedang
berkumpul.
6.6. Pengaruh Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi Pemberian ASI
Eksklusif
Untuk mengetahui adanya pengaruh dari perubahan pengetahuan terhadap
intensi dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan bahwa terdapat pengaruh dari
perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI ekskluisf pada ibu
hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013. Hal tersebut
menujukkan adanya pengaruh dari pemberian leaflet terhadap intensi
pemberian ASI eksklusif.
Walaupun sebagian besar responden memiliki intensi negatif namun hasil
statistik menunjukkan terdapat pengaruh dari perubahan pengetahuan terhadap
intensi. Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Stuebe dan Bonuck (2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe dan
Bonuck (2011), diketahui bahwa intensi pemberian ASI eksklusif dipengaruhi
oleh pengetahuan seseorang. Selain itu, dalam penelitian tersebut juga
dihasilkan bahwa intervensi mengenai ASI eksklusif saat kehamilan dapat
meningkatkan intensi dan durasi pemberian ASI eksklusif.
Selain uji pengaruh dilakukan juga uji multivariat untuk mengetahui
variabel
counfounding
dari
intensi.
Variabel
yang
diduga
menjadi
counfounding adalah tingkat pendidikan, status paritas, pekerjaan dan usia.
Berdasarkan hasil statistik, diketahui bahwa keempat variabel tersebut tidak
menjadi counfounding terhadap variabel intensi.
76
Berdasarkan hasil statistik didapatkan bahwa tingkat pendidikan tidak
menjadi variabel counfounding terhadap intensi. Hal tersebut tidak sejalan
dengan teori yaitu semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar
intensi ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Perbedaan tersebut dapat
disebabkan karena jumlah responden yang memiliki pendidikan tinggi lebih
banyak pada kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol, responden dengan
tingkat pendidikan tinggi tidak menerima informasi sehingga tidak terjadi
perubahan pengetahuan yang besar. Dapat disimpulkan bahwa tidak semua ibu
hamil yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki intensi untuk
memberikan ASI Eksklusif karena tidak semua orang dengan pendidikan tinggi
akan menerima informasi mengenai ASI eksklusif.
Berdasarkan hasil statistik status paritas, pekerjaan dan usia juga tidak
menjadi variabel counfounding terhadap intensi. Hal ini dikarenakan sebagian
besar responden dengan status multigravida (52,9%), ibu rumah tangga (65,2)
dan responden dengan usia 20-36 tahun (64,8%) memiliki niat untuk
memberikan air, madu dan pisang pada anaknya sebelum anaknya berusia 6
bulan. Hal tersebut dapat disebabkan karena ibu tidak memiliki keyakinan
untuk memberikan makanan ASI saja pada anaknya sampai usia 6 bulan.
Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam
diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan perilaku tertentu.
Dalam Teori Reaction Action, Ajzen (1980) dalam Azwar (2007) menyatakan
bahwa seseorang dapat melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku
tergantung dari niat yang dimiliki oleh orang tersebut. Niat tersebut
77
dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan kepercayaan (Ajzen, 1980 dalam
Azwar,2007).
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh penelitian
dengan topik serupa yang belum dapat dipublikasikan pada ibu menyusui di
wilayah Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, diketahui bahwa penyebab
rendahnya pemberian ASI eksklusif di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan adalah pengalaman indvidu, pengalaman orang lain, dan
kepercayaan diri ibu dalam perilaku pemberian ASI eksklusif. Selain itu,
diketahui juga bahwa pengetahuan ibu menyusui mengenai ASI eksklusif
masih kurang tepat. Hal tersebut sejalan dengan teori dari Ajzen (1980) dalam
Azwar (2007).
Menurut Ajzen (1980) dalam Azwar (2007), pengetahuan yang baik dapat
membentuk keyakinan yang baik. Keyakinan yang dimiliki seseorang dapat
mempengaruhi sikap seseorang terhadap perilaku. Keyakinan tersebut akan
mempengaruhi sikap seseorang apakah perilaku tersebut menghasilkan sesuatu
yang diinginkan atau tidak diinginkan. Selanjutnya, keyakinan yang bersifat
normatif (yang diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai
harapan normatif akan membentuk norma subjektif dalam diri individu.
Disamping itu, terdapat kontrol perilaku yang ditentukan oleh pengalaman
masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya
melakukan perilaku tertentu. Oleh karena itu diperlukan penambahan
pengetahuan sebagai awal dalam pembentukan perilaku pemberian ASI
eksklusif.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
1. Adanya pengaruh pemberian media leaflet terhadap perubahan pengetahuan
mengenai pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan.
2. Terdapat pengaruh dari perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian
ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
3. Tidak adanya variabel counfounding terhadap Intensi pemberian ASI
eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
7.2. Saran
1. Penggunaan media leaflet ASI eksklusif dapat diberikan pada pelayanan
antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Leaflet dapat diberikan
saat ibu melakukan pemeriksaan tekanan darah dan berat badan. Leaflet
tersebut dapat dibaca oleh ibu saat ibu sedang menunggu panggilan untuk
pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan detak jantung janin, pemberian
suntik TT dan konseling. Sehingga ibu dapat menanyakan materi leaflet yang
kurang jelas pada saat konseling.
2. Penggunaan media leaflet ASI eksklusif ini tidak hanya digunakan pada
pelayanan antenatal, namun dapat digunakan pada kegiatan-kegiatan luar
puskesmas seperti penyuluhan di sekolah-sekolah, posyandu dan kegiatankegiatan lain yang berkaitan dengan ASI eksklusif.
78
79
3. Perlu dilakukan perencanaan tahunan dalam memproduksi leaflet ASI
eksklusif yang disesuaikan dengan jumlah rata-rata ibu hamil setiap tahun
yaitu sekitar 500 lembar / tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah,Diana Nur.2007. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian
ASI Eksklusif . Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang
. Diakses Melalui http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id . Pada Tanggal 5 April
2013. Pukul 19.20 WIB
Ajzen, I, dan Fishbein, M. 1975. Belief, Attitude, Intentions and Behavior: an
introduction to theory and research. California: Addison-Wesley Publishing
Company, Inc.
Ajzen. 2005, Attitudes, Personality and Behavior, (2nd edition), Berkshire, UK:Open
University Press-McGraw Hill Education
Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi Ke-2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ernawati, Aeda.2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi
Lingkungan, Tingkat Konsumsi Dan Infeksi Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5
Tahun Di Kabupaten Semarang Tahun 2003. Tesis Program Pascasrjana
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
Diunduh
melalui
http://eprints.undip.ac.id/15214/1/Aeda_Ernawati.pdf . Pada tanggal 15
Agustus 2013. Pukul 8.45 WIB
Fadilah, Syaiful, Dkk.2012. Korelasi Tingkat Gejala Adiksi Internet dengan Tingkat
Gejala Depresi pada Laki-laki Pengguna Warnet di Surabaya. Diunduh
melalui
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ADIKSI%20INTERNET%20DAN%20GEJ
ALA%20DEPRESI_Syaiful.pdf . Pada Tanggal 12 September 2012. Pukul
22.10 WIB
Hikmawati, Isna.2008. Faktor - Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI Selama
Dua Bulan. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Diakses melalui http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id . Pada Tanggal 5 Mei
2013. Pukul 19.12 WIB
Jogiyanto.2007, Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Offset
Kemenkes RI,1995. Modul Manajemen Laktasi. Direktorat Jenderal Pelatanan
Medik. Jakarta
_________,2005. Petunjuk Praktis Bzgi Kader Dalam Mendampingi Ibu Menyusui.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta
___________,2008. Pemberdayaan Perempuan Dalam peningkatan Pemberian ASI.
Jakarta
___________,2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Kusumawati, Ni Nengsih.2011. Gambaran Tingkat pengetahuan Perawat Tentang
Perawatan Metode Kanguru di RSAB Harapan Kita. Skripsi Fakultas
Keperawatan Program Sarjana Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Depok. Diunduh melalui http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334269S44114-Gambaran%20tingkat.pdf . Pada tanggal 22 Agustus 2013. Pukul
07.45 WIB
Lestari, Ade, dkk.2012. Motivasi Ibu Bekerja Dalam Memberikan Asi Eksklusif di
PT Dewhirst Men’s Wear aIndonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran. Diunduh melalui http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id % . Pada
Tanggal 13 September 2013. Pukul 08.45 WIB.
Lucie, S.2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor :Ghalia
Indonesia
Malik, Alfian,2010. Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstrusks.Yogyakarta: C.V.
Andi Offset
Munawaroh,Siti dan Sulistyorini, Anik.2010. Efektifitas Metode Ceramah Dan
Leaflet Dalam Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Di SMA
Negeri
Ngrayun.
Diunduh
melalui
http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/4/jkptumpo-gdl-sitimunawa-174-1-efektifis.pdf . Pada tanggal 28 April 2013 Pukul 13.20 WIB
Nainggolan, Mindo. 2009. Pengetahuan Ibu Primigravida Mengenai Faktor-faktor
yang mempengaruhi Kualitas dan kUantitas ASI di Puskesmas Simalingkar
Medan. Skripsi Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Diunduh melalui http%3A%2F%2Ffemale.store.co.id. Pada tanggal 22 Juli
2013 Pukul 13.01 WIB
Notoadmodjo,Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011
Profil Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2011
Rahmawati, Ros.2008. Pengaruh Konseling ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester
Ketiga Terhadap Penyusuan Dini dan Pemberian Kolostrum. Tesis Program
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Diunduh melalui
http%3A%2F%2Fetd.ugm.ac.id . Pada tanggal 22 April 2013. Pukul 12.24
WIB
Rakhmadian,Kahfi,dkk.2012. Pengetahuan dan Sikap Tentang Kehamilan Risiko
Tinggi Pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Fajar
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan . Artikel Penelitian, Fakultas Kedokteran
Universitas Riau , diakses melalui http%3A%2F%2Frepository.unri.ac.id. Pada
tanggal 4 Me1 2013. Pukul 21.54 WIB
Roesli,Utami.2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta :Trubus Agriwidya
Sadiman, Arief S.,dkk. 2010. Media Pendidikan, Pendidikan, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Septiani,Irda. 2012. Gambaran Kesenjangan Antara Kebutuhan Pengetahuan Ibu
Hamil Dengan Pemberian Pengetahuan Oleh Bidan Terkait Asi Eksklusif Di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012. Skripsi
Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Soetjiningsih.1997.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta :EGC.
Stuebe, Alison M dan Bonuck, Karen. 2011. What Predicts Intent to Breastfeed
Exclusively? Breastfeeding Knowledge, Attitudes, and Beliefs in a Diverse
Urban Population. Jurnal Breastfeeding Medicine. Volume 6 (6). Diunduh
melalui http://pubmedcentralcanada.ca/pmcc/articles/PMC3263301/. Pada
tanggal 22 Juli 2013. Pukul 12.40 WIB.
Subargus,Amin.2011. Promosi Kesehatan Melalui
Masyarakat. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Pendidikan
Kesehatan
Sudjana,Nana.1989.Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Sinar
Baru Bandung
Sulisnadewi, N.K. 2011. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Keluarga Terhadap
Peningkatan Kemampuan Ibu dalam Merawat Anak Diare di RSUP Sanglah
dan RSUD Wangaya Denpasar. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan, Progra
Magister Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Diakses melalui
http%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id . Pada tanggal 1 Mei 2013. Pukul 15.21 WIB.
Sulistyoningsih, Hariyani.2011.Gizi untuk kesehatan ibu dan anak.Yogyakarta:Graha
Ilmu
Supardi,Sudibyo.2002.Pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap
perilaku pengobatan sendiri yang sesuai dengn aturan untuk keluhan demam,
sakit kepala, batuk, dan pilek. Disertasi Program Pascasarjana FKM UI
Susanti, Mega T. dkk.,2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi
terhadap Pengetahuan dan Sikap Mengelola Hipertensi di Puskesmas Pandanan
Semarang. Diakses melalui http%3A%2F%2Fejournal.stikestelogorejo.ac.id .
Pada tanggal 20 Agustus 2013. Pukul 06.30 WIB
Syafar, Muhammad dan Rachman, Watief A. 2011. Riset Formatif Psp Asi Ekslusif
Suku Makassar Sulawesi Selatan 2011. Jurnal Promosi Kesehatan Nusantara
Indonesia. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar. Diunduh melalui
http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id . Pada tanggal 13 September 2013.
Pukul 09.46 WIB
Tarigan, Ingan U. dan Aryastami NK. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilku Ibu
Bayi
Terhadap
Pemberian
ASI
Eksklusif.
Diunduh
melalui
http%3A%2F%2Fejournal.litbang.depkes.go.id. Pada tanggal 13 September
2013 Pukul 8.23.WIB.
Undang-Undang Republik Indonesia. No. 36 Tahun 2009. Diunduh melalui
www.hukumonline.com. Pada tanggal 22 April 2013. Pukul 12.01 WIB
Widayanti, Siti Nur dan Maryatun. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Imunisasi Polio Dengan Status Kelengkapan Imunisasi Polio di
wilayah kerja Puskesmas Tanon Sragen. GASTER Vol.9 No.2 Agustus 2012.
Diakses melalui www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id . Pada Tanggal 22 Agustus
2013. Pukul 8.05 WIB
Wulandari, Melli. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian
Makanan Prelakteal Pada Bayi Baru Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten
Musi Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011. Skripsi Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas
Islam Negeri Jakarta.
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Assalamualaikum Wr.Wb
Perkenalkan nama saya Nur Syamsiyah mahasiswi S1 angkatan 2009 peminatan Gizi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Saya bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Media Leaflet terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Intensi
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013”. Penelitian ini dilakukan sebagai
tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat.
Saya berharap Ibu bersedia untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner yang
akan diberikan peneliti. Semua informasi yang ibu berikan akan terjamin
kerahasiannya.
Setelah Ibu membaca maksud dari pelaksanaan penelitian ini, maka saya mohon
untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini :
Saya setuju untuk ikut serta dalam peneltian ini :
Nama
:
Tanda Tangan
:
Terimakasih atas kesediaan ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini
KUESIONER PENELITIAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama
:
2. Umur
: ……… Tahun
3. Usia kehamilan
: ........... Minggu
4. Jumlah Anak Lahir Hidup : ........... Orang
5. Alamat
:
6. No.Telfon
:
7. Pendidikan terakhir
:
8. Pekerjaan
:
9. Penghasilan keluarga/bulan :
KUESIONER PENELITIAN
A. Pengetahuan
Berilah tanda checklist
PADA SALAH SATU jawaban benar atau salah Isilah
kolom di bawah ini.
KUESIONER PENELITIAN (1)
No
01
Item Pernyataan
Jika bayi usia 0-6 bulan sakit ringan, ibu cukup memberi ASI untuk
mengobatinya.
02
ASI diberikan kapan saja kepad bayi usia 0-6 bulan tanpa perlu dijadwalkan.
03
Memberikan ASI saja saat lahir hingga berusia 6 bulan dapat mmenyebabkan
ibu menjadi gemuk.
04
Menyusui dapat merubah bentuk payudara ibu
05
Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari keempat setelah bayi lahir.
06
Sabun dan alkohol juga dapat digunakan untuk membersihkan payudara.
07
Susu formula dapat melengkapi zat gizi bayi usia 0-6 bulan
08
Jika ASI belum keluar,maka ibu bolehmemberikan susu botol kepada bayi saat
berusia 0-6 bulan.
09
Jika terjadi radang payudara, puting lecet, pemberian ASI harus dihentikan
10
Ibu yang bekerja diluar rumah tidak diharuskan memberikan ASI kepada bayi
saat berusia 0-6 bulan.
11
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja sejak lahir hingga bayi berusia
enam bulan.
Alternatif Jawaban
Benar
Salah
12
Memberi ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan dapat mencegah berat badan ibu
kembali seperti sebelum hamil.
13
Kolostrum berwarna kuning sehingga harus dibuang.
14
Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh sehingga dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit.
15
Membersihkan payudara dapat dilakukan dengan menggunakan air hangat
kemudian mengeringkannya.
Sumber : Septiani,2012
B. Intensi
Lingkarilah SALAH SATU jawaban yang sesuai dengan keingingan ibu:
KUESIONER PENELITIAN (2)
1. Apa yang ibu rencanakan untuk diberikan dalam satu minggu pertama kelahiran
pertama?
a. Hanya ASI
b. Hanya Susu formula
c. ASI dan Susu Formula
2. Pada usia berapa, anak ibu diberikan makanan/minuman selain ASI untuk pertama
kali?
a. < 1 bulan
b. 1-2 bulan
c. 3-4 bulan
d. 5-6 bulan
e. 7-9 bulan
f. > 9 bulan
3. Apakah ibu berniat memberikan air putih pada bayi sebelum ia berusia 6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ibu berniat memberikan madu pada bayi sebelum ia berusia 6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah ibu berniat memberikan pisang pada bayi sebelum ia berusia 6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
Sumber : Stuebe dan Bonuck (2011)
ATASI KESULITAN DALAM MENYUSUI !
PUSTAKA
BANYAK PENDAPAT BAHWA TIDAK DAPAT MEMBERIKAN
ASI EKSKLUSIF SAAT RADANG PAYUDARA,PUTING LECET
MAUPUN SAAT IBU BEKERJA :
JAWABANNYA:
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelayanan
Antenatal Terpadu. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk
Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
TIDAK BENAR. SAAT TERJADI RADANG PAYUDARA ATAU
PUTING LECET, ATAU SAAT IBU INGIN BEKERJA BERIKANLAH ASI YANG DIPERAH. DAPAT DIBUNGKUS DENGAN
PLASTIK ES BERSIH ATAU DIMASUKKAN KE DALAM TERMOS . ASI PERAH DAPAT BERTAHAN 6-8 JAM DI UDARA
BEBAS, 24 JAM DITARUH DI ATAS BATU ES DALAM TERMOS, 48 JAM DALAM LEMARI ES, DAN 3-6 BULAN DALAM
FREEZER. MANFAATKAN WAKTU ISTIRAHAT ATAU MENJELANG PULANG UNTUK MEMERAH ASI.
6
ASI EKSLUSIF
ENAM BULAN
SAJA
ASI Eksklusif adalah
pemberian hanya asi
saja sejak lahir hingga
bayi berusia enam bulan

ASI DIBERIKAN KAPAN SAJA KEPADA BAYI USIA 0-6 BU-
KOLOSTRUM
LAN TANPA EPRLU DIJADWALKAN

ASI EKSLUSIF TIDAK HANYA PENTING BUAT BAYI, TAPI
JUGA BER MANFAAT BUAT IBU

HINDARI PENGGUNAAN SABUN, ALKOHOL ATAU
DENGAN ISAPAN BAYI PADA PUTING IBU DAPAT
LAINNYA DI AREA PUTING KARENA AKAN
MENGEMBALIKAN BERAT BADAN IBU
MEMBUATNYA KERING, IRITASI ATAU LECET. !!!
SEPERTI SEBELUM HAMIL

KETIKA BAYI SAKIT RINGAN,CUKUP
DENGAN MEMBERIKAN ASI SUDAH DAPAT
*KOLOSTRUM ADALAH ASI YANG KELUAR PADA SAAT
JIKA ASI BELUM KELUAR
JANGAN DIBERI SUSU FORMULA !
KELAHIRAN SAMPAI HARI KE-4 ATAU KE-7 ( BERUPA
CAIRAN BERWARNA KUNING ).
MEMBANTU MENGOBATI PENYAKITNYA
*MENGANDUNG ZAT KEKEBALAN TUBUH UNTUK
MELINDUNGI BAYI DARI BERBAGAI PENYAKIT INFEKSI
DAN MENCEGAH ALERGI
MITOS :MENYUSUI MENGUBAH
CARA MERAWAT PUTING SUSU
BENTUK PAYUDARA IBU
SEBENARNYA, PROSES KEHAMILAN-
BESIHKANLAH PUTING SUSU
LAH YANG MENGUBAH BENTUK
DENGAN
PAYUDARA. SELAMA HAMIL. HOR-
MENGOMPRES SAMPAI DAERAH
MENGISI PAYUDARA. SELAIN KEPERUBAHAN
OLEH FAKTOR KETURUNAN, DAN
ADANYA PENAMBAHAN BERAT
BADAN SAAT HAMIL.
SEKITAR PUTING SUSU YANG
ITU
SEBENARNYA DIPENGARUHI JUGA
HANGAT,
GUNAKAN BABY OIL UNTUK
MON PEMBENTUK ASI AKAN MULAI
HAMILAN,
AIR
BERWARNA LEBIH GELAP SELAMA 2-3 MENIT. UNTUK MEMBERSIHKAN KERAK ATAU KOTORAN
YANG
MENEMPEL,
SETELAH
SELESAI,
PAYUDARA DENGAN HANDUK AGAR TIDAK LEMBAB.
LAP
REFLEKS ISAP PADA MULUT BAYI SUDAH MULAI MUNCUL
SEJAK 30 MENIT SAMPAI 1 JAM PERTAMA IA DILAHIRKAN.
KARENANYA, JADIKANLAH SAAT ITU WAKTU YANG TEPAT
UNTUK BELAJAR MENYUSU.SEHINGGA ,SUPLAI ASI DI
PAYUDARA PUN AKAN BERTAMBAH. KARENA RANGSANGAN
PERTAMA PADA PUTING IBU MEMBUAT HORMON DALAM
TUBUH BEKERJA UNTUK MEMPRODUKSI ASI.
HINDARI SUSU FORMULA (SUSU SAPI,DAN SEJENISNYA)
INGAT !!! “ASI PERTAMA YANG BERWARNA KUNING (KOLOSTRUM) JANGAN DIBUANG !!!”
Generated by CamScanner from intsig.com
Generated by CamScanner from intsig.com
OUTPUT ANALISIS DATA
1. Karakteristik Responden Kelompok Perlakuan
 Usia
Frequencies
Statistics
usia
N
Valid
30
Missing
0
Mean
29.20
Median
28.50
26a
Mode
Std. Deviation
5.281
Minimum
20
Maximum
38
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Kelompok usia
Frequency Percent
Valid 20-36
Valid
Percent
Cumulative
Percent
26
86.7
86.7
86.7
>36
4
13.3
13.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
 Pendidikan
Pendidikan
Frequency Percent
Valid rendah
Valid
Percent
Cumulative
Percent
6
20.0
20.0
20.0
tinggi
24
80.0
80.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
 Usia Kehamilan
Trimester
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1
2
6.7
6.7
6.7
2
6
20.0
20.0
26.7
3
22
73.3
73.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
 Status pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent
Valid bekerja
Valid
Percent
Cumulative
Percent
6
20.0
20.0
20.0
tidak bekerja
24
80.0
80.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
 Status Paritas
Status paritas
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid primigavrida
23
76.7
76.7
76.7
multigravida
7
23.3
23.3
100.0
30
100.0
100.0
Total
2. Karakteristik Responden Kelompok Kontrol
 Usia
Statistics
usia
N
Valid
30
Missing
0
Mean
28.87
Median
29.50
Mode
34
Std. Deviation
4.812
Minimum
20
Maximum
38
Kelompok usia
Valid
Percent
Frequency Percent
Valid 20-36
Cumulative
Percent
28
93.3
93.3
93.3
> 36
2
6.7
6.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
 Tingkat Pendidikan
Pendidikan
Frequency Percent
Valid Rendah
Valid
Percent
Cumulative
Percent
2
6.7
6.7
6.7
Tinggi
28
93.3
93.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
 Usia Kehamilan
Trimester
Valid
Percent
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid 1
3
10.0
10.0
10.0
2
10
33.3
33.3
43.3
3
17
56.7
56.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
 Status Pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent
Valid bekerja
Valid
Percent
Cumulative
Percent
8
26.7
26.7
26.7
tidak bekerja
22
73.3
73.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
 Status Paritas
Status paritas
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid primigravida
20
66.7
66.7
66.7
multigravida
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
3. Uji Normalitas
Explore
Descriptives
Statistic Std. Error
pre
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean
64.63
Lower Bound
58.07
Upper Bound
71.20
65.15
3.210
Median
67.00
Variance
309.068
Std. Deviation
post
17.580
Minimum
27
Maximum
93
Range
66
Interquartile Range
27
Skewness
-.245
.427
Kurtosis
-.825
.833
Mean
77.90
2.746
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound
72.28
Upper Bound
83.52
5% Trimmed Mean
78.28
Median
80.00
Variance
226.162
Std. Deviation
15.039
Minimum
47
Maximum
100
Range
53
Interquartile Range
26
Skewness
-.286
.427
Kurtosis
-.798
.833
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
usia
.091
60
prepost
.189
60
Statistic
df
Sig.
*
.966
60
.097
.000
.917
60
.001
.200
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
4. Gambaran Pengetahuan Pada Kelompok Perlakuan
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Percent
Missing
N
Total
Percent
N
Percent
pre
30
100.0%
0
.0%
30
100.0%
post
30
100.0%
0
.0%
30
100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
pre
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
64.63
Lower Bound
58.07
Upper Bound
71.20
5% Trimmed Mean
65.15
Median
67.00
Variance
309.068
Std. Deviation
post
3.210
17.580
Minimum
27
Maximum
93
Range
66
Interquartile Range
27
Skewness
-.245
.427
Kurtosis
-.825
.833
Mean
77.90
2.746
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound
72.28
Upper Bound
83.52
5% Trimmed Mean
78.28
Median
80.00
Variance
Std. Deviation
Minimum
226.162
15.039
47
Maximum
100
Range
53
Interquartile Range
26
Skewness
-.286
.427
Kurtosis
-.798
.833
5. Gambaran Pengetahuan Pada Kelompok Kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Percent
Missing
N
Total
Percent
N
Percent
skorpre
30
100.0%
0
.0%
30
100.0%
skorpost
30
100.0%
0
.0%
30
100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
skorpre
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
71.80
Lower Bound
67.08
Upper Bound
76.52
5% Trimmed Mean
72.00
Median
73.00
Variance
2.310
160.097
Std. Deviation
12.653
Minimum
47
Maximum
93
Range
46
Interquartile Range
22
Skewness
-.191
.427
Kurtosis
-1.025
.833
76.27
1.888
skorpost Mean
95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean
Lower Bound
72.41
Upper Bound
80.13
76.50
Median
76.50
Variance
106.892
Std. Deviation
10.339
Minimum
53
Maximum
93
Range
40
Interquartile Range
20
Skewness
-.262
.427
Kurtosis
-.631
.833
6. Gambaran Intensi pada kelompok Kontrol dan Perlakuan

Kelompok kontrol
Frequencies
Statistics
intensi
N
Valid
30
Missing
0
intensi
Frequency Percent
Valid tidak

Cumulative
Percent
17
56.7
56.7
56.7
ya
13
43.3
43.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Kelompok Perlakuan
Frequencies
Statistics
intensi
N
Valid
Percent
Valid
Missing
30
0
Intensi
Valid
Percent
Frequency Percent
Valid tidak
21
70.0
70.0
70.0
9
30.0
30.0
100.0
30
100.0
100.0
ya
Total
Cumulative
Percent
7. Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan
Group Statistics
perlakuan
prepost
N
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
kontrol
30
4.47
9.944
1.815
perlakuan
30
13.27
15.106
2.758
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N
perlakuan prepost
Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks
38a
38.13
1449.00
Positive Ranks
22b
17.32
381.00
Ties
0c
Total
60
a. perlakuan < prepost
b. perlakuan > prepost
c. perlakuan = prepost
Test Statisticsb
perlakuan prepost
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
-3.936a
.000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
8. Pengaruh Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi
Group Statistics
intensi
N
prepost tidak
ya
Std.
Deviation
Mean
Std. Error
Mean
38
9.13
13.865
2.249
22
8.41
12.960
2.763
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N
intensi - prepost Negative Ranks
Positive Ranks
Mean Rank Sum of Ranks
38a
38.13
1449.00
22b
17.32
381.00
Ties
0c
Total
60
a. intensi < prepost
b. intensi > prepost
c. intensi = prepost
Test Statisticsb
intensi prepost
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
-3.936a
.000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
9. Uji Multivariat
 Uji Bivariat
o Pendidikan
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pendidikan * intensi
Missing
Percent
60
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent
60
100.0%
pendidikan * intensi Crosstabulation
intensi
tidak
pendidikan
rendah
Count
% within pendidikan
tinggi
ya
8
4
12
66.7%
33.3%
100.0%
30
18
48
62.5%
37.5%
100.0%
38
22
60
63.3%
36.7%
100.0%
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided) Probability
Count
% within pendidikan
Total
Count
% within pendidikan
Total
d
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
a
1
.789
.000
1
1.000
.073
1
.788
.072
b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
.071
c
1
.791
1.000
.534
1.000
.534
1.000
.534
1.000
.534
60
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4,40.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is ,266.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Point
.256
Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
95% Confidence
Interval
Approx.
Value
Nominal by Nominal
Contingency
Sig.
.035
Coefficient
N of Valid Cases
Sig.
.789 1.000
Lower
Upper
Bound
Bound
a
1.000
1.000
60
a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for pendidikan
(rendah / tinggi)
For cohort intensi = tidak
For cohort intensi = ya
Lower
Upper
1.200
.316
4.560
1.067
.676
1.683
.889
.369
2.142
N of Valid Cases
60
o Status Paritas
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
status paritas * intensi
Missing
Percent
60
100.0%
N
Total
Percent
0
N
.0%
Percent
60
100.0%
status paritas * intensi Crosstabulation
intensi
tidak
status paritas
primigavrida
Count
% within status paritas
multigravida
Count
ya
Total
29
14
43
67.4%
32.6%
100.0%
9
8
17
% within status paritas
Total
52.9%
47.1%
100.0%
38
22
60
63.3%
36.7%
100.0%
Count
% within status paritas
d
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
a
1
.294
.567
1
.451
1.084
1
.298
1.103
b
Likelihood Ratio
(2-sided)
(2-sided)
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
1.085
N of Valid Cases
c
1
.298
Point
(1-sided) Probability
.376
.224
.376
.224
.376
.224
.376
.224
.135
60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,23.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 1,042.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
95% Confidence
Interval
Approx.
Value
Nominal by Nominal
Contingency
Coefficient
N of Valid Cases
.134
Sig.
.294
60
a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 299883525.
Sig.
.378
a
Lower
Upper
Bound
Bound
.368
.387
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for status paritas
(primigavrida / multigravida)
For cohort intensi = tidak
For cohort intensi = ya
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.841
.585
5.793
1.274
.777
2.088
.692
.357
1.342
60
o Pekerjaan
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
bekerja * intensi
Missing
Percent
60
100.0%
N
Total
Percent
0
N
.0%
Percent
60
100.0%
bekerja * intensi Crosstabulation
intensi
tidak
bekerja
bekerja
Count
% within bekerja
tidak bekerja
Count
% within bekerja
Total
Count
% within bekerja
ya
Total
8
6
14
57.1%
42.9%
100.0%
30
16
46
65.2%
34.8%
100.0%
38
22
60
63.3%
36.7%
100.0%
d
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
b
Likelihood Ratio
(2-sided)
sided)
a
1
.583
.054
1
.816
.297
1
.586
.301
Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
.296
N of Valid Cases
c
1
.586
Point
sided)
.753
.403
.753
.403
.753
.403
.753
.403
Probability
.210
60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,13.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -,544.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
95% Confidence
Interval
Value
Nominal by Nominal
Contingency
Approx. Sig.
.071
Coefficient
N of Valid Cases
.583
60
a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for bekerja
(bekerja / tidak bekerja)
For cohort intensi = tidak
For cohort intensi = ya
N of Valid Cases
Lower
Upper
.711
.210
2.409
.876
.531
1.445
1.232
.598
2.538
60
Sig.
.751
a
Lower
Upper
Bound
Bound
.743
.760
o Usia
T-Test
Group Statistics
intensi
usia
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
tidak
38
28.63
4.912
.797
ya
22
29.73
5.221
1.113

Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
Std. Error
F
usia
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Sig.
.050
.824
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Difference
the Difference
Lower
Upper
-.814
58
.419
-1.096
1.347
-3.791
1.600
-.800
41.811
.428
-1.096
1.369
-3.859
1.667
Download