Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Kadar Nitrogen Tanah

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Kadar Nitrogen Tanah dan
Produksi Tanaman Padi Utama serta Ratun di Tanah Pasang Surut
The Effects of Liquid Fertilizer on the N-total of SoilAnd Production of
Paddy and Ratoon in The Tidal Lowland Soil
Siti Nurul Aidil Fitri1*, Siti Masreah Bernas1, Weliza Agustina1
1
Program Studi Agroekoteknologi Peminatan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya Ogan Ilir
ABSTRACT
The Tidal lowland, generally has very low fertility. The production of paddy in this soil is
still low. The liquid fertilizer from swamp plants Neptunia prostrata can be used to improve
soil fertility in the soil of tidal lowland. This is because the liquid fertilizer contains N 6.5%
and pH of 8.12. In order to improve soil fertility and production of paddy on the soil of tidal
lowland need proper time application. This study was aimed to know the effect of liquid
fertilizer on N-total of soil and the production of paddy and ratoon on tidal lowland. This
study was conducted in plastic house, field of Agriculture Department, Agriculture Faculty
Inderalaya, University of Sriwijaya, South Sumatra. For the analysis of N-total of soilwas
done in the Laboratory of Chemistry and Soil Fertility Department of Soil Science,
Agriculture Faculry, University of Sriwijaya. This study was conducted in August through
December 2014.The method used in this studyis Randomized Factorial with two factors: 1)
dose of liquid fertilizer; 96 ml per pot (P1), 120 ml per pot (P2), and 144 ml per pot (P3). 2)
period of giving the liquid fertilizer; once time given at the beginning of planting (W 1), two
times given at the beginning of planting and primordial stage (W2), and three times given at
the beginning of planting, primordial stage, and harvest period (W3).The parametersinthis
researchare the initial of soil analysis, N-total of soil, weight of empty rice filled, weight of
full rice filled and weight of dry grainsof the paddy and ratoon.The results showedthat giving
of liquid fertilizer with various doses and time applications, significantly affect the
percentage of full rice filled and empty rice filled on ratoon plants. Giving of liquid fertilizer
with a dose of 96 ml per pot (P1) and a one-time application (W1) is the best treatment to
increase N-total of soil and production of paddy and ratoon in the soil of tidal lowland.
Key words : Tidal lowland, paddy, ratoon, liquid fertilizer.
ABSTRAK
Tanah pasang surut, umumnya memiliki kesuburan yang sangat rendah. Produksi tanaman
padi di tanah pasang surut masih rendah. Pupuk cair dari tumbuhan rawa petai air (Neptunia
prostrata) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah di tanah pasang surut.
Hal ini dikarenakan pupuk cair tersebut memiliki kandungan N 6,5% dan pH 8,12. Untuk
dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman padi di tanah pasang surut
diperlukan waktu pemberian pupuk yang tepat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian pupuk cair terhadap kadar nitrogen pada tanah, serta mendapatkan dosis
dan waktu aplikasi yang terbaik untuk produksi padi utama dan ratun pada tanah pasang
surut..Penelitian ini telah dilakukan di rumah plastik, lahan percobaan Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya, Sumatera Selatan. Untuk
analisis kadar nitrogen tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Jurusan
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus sampai dengan Desember 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL-F) dengan dua faktor perlakuan, yaitu 1) Dosis
pupuk cair sebanyak 96 ml per pot (P1), 120 ml per pot (P2), dan 144 ml per pot (P3). 2)
Waktu aplikasi yaitu pemberian sebanyak pemberian sebanyak satu kali yaitu pada saat
tanam (W1), dua kali yaitu pada saat tanam dan primordia (W2), dan pemberian sebanyaktiga
pada saat tanam, primordia, dan panen utama (W3). Peubah yang diamati yaitu analisis tanah
awal, kadar nitrtogen tanah, berat gabah hampa, berat gabah bernas dan berat gabah kering
giling pada tanaman padi utama dan ratun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
pupuk cair dengan berbagai dosis dan waktu aplikasi, berpengaruh nyata terhadap persentase
gabah bernas dan hampa pada tanaman ratun. Pemberian pupuk cair dengan dosis 96 ml per
pot (P1) dan waktu aplikasi satu kali (W1) merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan
kadar nitrogen tanah dan produksi pada tanaman padi utama dan ratun di tanah pasang surut.
Kata kunci: Tanah pasang surut, tanaman padi, ratun, pupuk cair.
PENDAHULUAN
Lahan pasang surut di Sumatera Selatan memiliki potensi besar untuk dikembangkan
sebagai lahan pertanian. Pemanfaatan lahan pasang surut dalam upaya untuk meningkatkan
produksi beras nasional masih rendah. Menurut BPS Banyuasin (2012), pada tahun 2011
luas lahan rawa pasang surut yang telah dikembangkan untuk lahan pertanian padi adalah
255.087 hektar. Produksi tanaman padi di lahan pasang surut cenderung rendah. Menurut
BPS Banyuasin (2012), produksi rata – rata tanaman padi di lahan pasang surut lebih rendah
dibandingkan dengan produksi tanaman padi di lahan beririgasi yaitu berkisar 3 – 4 ton per
hektar.
Tanah pasang surut umumnya memiliki kesuburan tanah dan pH rendah. Nazemiet al.,
(2012) mengungkapkan bahwa masalah utama yang sering dihadapi pada tanah pasang surut
adalah genangan air dan kemasaman tanah yang tinggi. Hal tersebut mempengaruhi
keseimbangan reaksi kimia dalam tanah dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Pada
umumnya pada tanah pasang surut memiliki ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang
sangat rendah. Salah satu unsur hara yang paling penting adalah nitrogen.Menurut Taslim
(1989) dalam Supramudho (2008), nitrogen menjadi salah satu faktor pembatas dalam
upaya untuk meningkatkan produksi padi terutama untuk padi dengan varietas unggul baru.
Menurut Budianta dan Ristiani (2013) menyatakan bahwa unsur nitrogen dibutuhkan oleh
tanaman dalam jumlah yang banyak, umumnya menjadi faktor pembatas pada tanah –
tanah yang tidak dipupuk. Unsur nitrogen sangat mudah hilang dalam bentuk gas yaitu
NH3 atau N2. Kehilangan unsur hara ini disebabkan oleh penguapan yang banyak terjadi
pada tanah – tanah sawah, rawa lebak atau pasang surut dengan temperatur tinggi dan
kelembapan rendah serta dapat hilang akibat pencucian dari tanah. Oleh sebab itu, tanah
pasang surut memerlukan input dari luar untuk menjaga kesuburan tanah dan produksi
tanaman.
Salah satu cara yang diaplikasikan untuk mengatasi masalah budidaya padi di lahan
pasang surut adalah dengan penerapan budidaya padi ratun. Menurut Santoso (2014), padi
ratun adalah tanaman padi yang merupakan tunas yang tumbuh dari tunggul batang yang
telah dipanen danmenghasilkan anakan baru hingga dapat dipanen. Selain itu, upaya untuk
meningkatkan produksi tanaman di lahan pasang surut adalah dengan pemupukan secara
tepat. Menurut Salikin (2003), pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu
mencukupi untuk memacu produktivitas tanaman secara optimal.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Salah satu sumber pupuk adalah pupuk cair. Berdasarkan penelitian Bernas et al.,
(2013), tanaman rawa dapat dijadikan sumber pembuatan pupuk cair. Tanaman rawa seperti
petai air memiliki nilai kandungan nilai N-total 6,15 persen dan nilai pH yang tinggi yaitu
8,12 sehingga dapat meningkatkan kadar unsur hara nitrogen dalam tanah. Dari penelitian
tersebut diketahui bahwa aplikasi pupuk cair ini pada tanaman padi rawa terbukti dapat
meningkatkan berat gabah kering giling dan meningkatkan persentase gabah bernas. Berat
panen kering giling yang tertinggi adalah 30,90 gram yang diperoleh pada dosis 144 ml pot1
. Untuk persentase gabah bernas yang tertinggi adalah 96,69 persen yang diperoleh pada
dosis 96 ml.
Selain itu berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dari Wijaya et al.,(2013)
menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen dengan tiga kali pemberian yaitu 33,3 %
saat awal tanam, 33,3% saat primordial, dan 33,3% saat panen pertama dari jumlah 200 kg
Urea diketahui dapat memberikan hasil gabah kering panen sebesar 6,03 kg per petak
(petakan ukuran 12 m2) atau setara 5 ton per hektar. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa
produksi padi di lahan pasang surut dapat ditingkatkan. Menurut Balai Pengkajian
Teknologi Lampung (2004), pemberian pupuk secara tepat dan berimbang pada padi utama
dan ratun diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi. Pemupukan dengan waktu
pemberian dan dosis yang tepat dapat mencegah penurunan kesuburan tanah akibat
pengurasan hara oleh tanaman secara berlebihan. Oleh sebab itu, diperlukan serangkaian
penelitian untuk mengetahui dosis dan waktu aplikasi pupuk cair yang tepat terhadap kadar
nitrogen tanah dan produksi padi utama serta ratun pada tanah pasang surut.Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair terhadap kadar
nitrogen pada tanah, serta mendapatkan dosis dan waktu aplikasi yang terbaik
untukproduksi padi utama dan ratun pada tanah pasang surut.
Adapun hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut :
1.
Diduga pemberian pupuk cair dengan dosis 144 ml per tanaman (P3) dan waktu
pemberian tiga kali: saat tanam, primordia dan saat panen padi utama(W3) merupakan
kombinasi terbaik untuk meningkatkan kadar nitrogen pada tanah pasang surut.
2.
Diduga pemberian pupuk cair dengan dosis 144 ml per tanaman (P3) dan waktu
pemberian tiga kali: saat tanam, primordia dan saat panen padi utama (W3) merupakan
kombinasi terbaik yang mampu menghasilkan produksi yang optimum pada padi utama
dan ratun pada tanah pasang surut.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik lahan percobaan Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya Sumatera Selatan. Penelitian dilakukan
pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2014. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Kimia, Biologi, dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya.
Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1) alat-alat analisis tanah di
laboratorium, 2) alat – alat untuk pengamatan di lapangan, 3) alat tulis, 4) baki, 5) cangkul, 6)
ember, 7) jaring, 8) plastik, 9) timbangan, 10) mesin penggiling tanah, 11) meteran dan 12)
sabit bergerigi.
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) bahan – bahan untuk
analisis tanah di laboratorium, 2) benih padi varietas Ciherang, 3) pupuk cair dari Petai Air
(Neptunia prostrata), 4) pupuk dasar Urea, KCl, dan SP36 dan 4) tanah pasang surut.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah plastik dan dibuat 9 perlakuan dengan tiga ulangan.
Setiap ulangan terdiri dari 3 seri dengan demikian terdapat 3x3x3x3 sehingga terdapat 81 pot
penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial dengan 2 faktor yaitu:
Faktor 1 : adalah dosis pupuk cair (P) terdiri dari 3 perlakuan yaitu:
1. P1 = 96 ml per tanaman
2. P2 = 120 ml per tanaman
3. P3 = 144 ml per tanaman
Faktor 2 : adalah waktu aplikasi pupuk cair(W) yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu:
1. W1 = Satu kali pemberian (saat tanam)
2. W2 = Dua kali pemberian (saat tanam dan primordia)
3. W3 = Tiga kali pemberian (saat tanam, primordia, saat panen padi utama)
Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan dengan 3 seri, sehingga
jumlah keseluruan perlakuan adalah 81 pot penelitian. Untuk mengetahui pengaruh
perlakuan, data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan sidik ragam (uji F). Jika hasil
sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, maka akan dilakukan uji lanjutan
dengan uji BNJ 5%.
Cara Kerja
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap pekerjaan, yaitu: 1) sebelum pekerjaan
lapangan, 2) pekerjaan lapangan, 3) analisis tanah di laboratorium.
1.
Sebelum Pekerjaan Lapangan
2.
Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini ada lima kegiatan yang harus dilakukan meliputi:
Persiapan dan Pengolahan Media Tanam
Pada tahap ini meliputi 4 kegiatan: 1) pengambilan sampel yaitu tanahpasang
surut sekitar 1 ton tanah pasang surut basah, 2) pengolahan tanah dilakukan dengan kering
angin tanah selama lebih kurang dua minggu. Tanah tersebut dibolak – balik setiap hari
agar cepat mengering, 3) setelah tanah kering, tanah tersebut digiling halus dengan
menggunakan mesin penggiling tanah, 4) setelah tanah digiling, dilakukan penimbangan
tanah yaitu 5 Kg untuk 1 ember atau pot penelitian, 5) penggenangan tanah, pada setiap
ember diberi air dan digenangi dan besoknya air tersebut dibuang. Tujuan penggenangan ini
adalah untuk mencuci senyawa – senyawa yang berbahaya bagi tanaman.
- Penanaman
Dalam tahap ini, penanaman dilakukan dengan menanam bibit padi yang sebelumnya
telah disemai terlebih dahulu yaitu bibit padi berumur 14 hari. Bibit ditanam secara
langsung pada media tanam, pada tahap ini dilakukan penanaman 1 bibit per pot tanaman.
- Pemupukan
Pemupukan dilakukan saat tanam yaitu pemupukan dasar diberikan pada setiap ember
perlakuan. Pemberian pupuk dasar berdasarkan perhitungan kebutuhan pupuk dengan
jumlah populasi tanaman per Ha. Sehingga didapatkan dosis yaitu: pupuk Urea yaitu 0,28 g,
pupuk KCl yaitu 0,63 g, dan pupuk SP36 0,63 g per pot tanaman. Sedangkan untuk
pemberian pupuk cair dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu P1 (96 ml per tanaman), P2
(120 ml per tanaman) dan P3 (144 ml per tanaman). Serta waktu aplikasi pupuk cair dengan
tiga perlakuan yaitu W1(saat tanam), W2(saat tanam dan primordia), dan W3 (saat tanam,
primordia, dan saat panen utama).
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman utama meliputi :
 Pemupukan tanaman pada fase primordia
 Pemupukan tanaman ratun yaitu saat panen utama
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9

Pengendalian gulma
Pemanenan Tanaman Padi Utama
Pemanenan dilakukan saat padi masih hijau kekuningan, dan bulir gabah terasa keras
bila ditekan dan bila dikupas isi bulir bewarna putih. Pemanenan dilakukan dengan cara
manual menggunakan alat sabit bergerigi. Tanaman dipotong dengan ketinggian 20 cm
batang bawah.
Pemanenan Padi Ratun
Pemanenan padi ratun yaitu sekitar 40 hari setelah panen tanaman padi utama.
Pemanenan dilakukan saat bulir malai hampir 90% sudah menguning, bulir gabah jika
ditekan terasa keras dan isi bulir bewarna putih. Panen padi ratun dilakukan dengan cara
manual menggunakan sabit bergerigi.
3.
Kegiatan Laboratorium
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis tanah yang dilakukan di
Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah, yaitu analisis kadar Nitrogen tanahpada
fase primordia tanaman padi utama dan ratun.
Parameter Pengamatan

Peubah Yang Diamati
Panen I (Tanaman Utama) :
1.
Analisis tanah lengkap pada awal penelitian
2.
Analisis kadar Nitrogen tanah pada primordia utama
3.
Berat gabah hampa
4.
Berat gabah bernas
5.
Berat gabah kering giling
Panen II (Panen Ratun) :
1.
Analisis kadar Nitrogen tanah pada primordia ratun
2.
Berat berat hampa
3.
Berat berat bernas
4.
Berat gabah kering giling
HASIL
Analisis Tanah Awal Penelitian
Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian
tergolong sangat masam yaitu denganpH (H2O) sebesar 3,90 dan pH (KCl) sebesar 3,76.
Kadar Nitrogen Tanah
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pada berbagai dosis pupuk
cair dan waktu aplikasi pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap hasil analisis kadar N
tanah, baik pada saat primordia padi utama maupun pada saat primordia ratun, juga interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap kadar N tanah pada masa primordia utama
maupun saat primordia ratun. Namun demikian, kadar N pada primordia padi utama
semuanya tergolong sedang dan kadar N pada primordia ratun bervariasi yaitu sedang sampai
tinggi.
Berat Gabah Hampa
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai
dosis dan aplikasi waktu tidak berpengaruh nyata terhadap hasil berat gabah hampa pada padi
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
utama dan padi ratun. Sedangkan hasil analisis ragam untuk persentase gabah hampa
menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan aplikasi waktu tidak
berpengaruh nyata terhadap persentase gabah hampa pada padi utama, tetapi berbeda nyata
pada padi ratun.
Berat Gabah Bernas
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai
dosis dan aplikasi waktu tidak berpengaruh nyata terhadap hasil berat gabah bernas pada padi
utama dan padi ratun. Sedangkan hasil analisis ragam untuk persentase gabah bernas
menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan aplikasi waktu tidak
berpengaruh nyata terhadap persentase gabah bernas pada padi utama tetapi berbeda nyata
pada padi ratun.
Berat Gabah Kering Giling
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis
dan aplikasi waktu tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering giling per rumpun padi
utama dan padi ratun.
PEMBAHASAN
Reaksi tanah yang tergolong masam merupakan masalah utama khususnya pada tanah
pasang surut. Umumnya tanah pasang surut memiliki kemasaman tanah yang tinggi.
Kandungan bahan organik pada tanah pasang surut yang digunakan sangat tinggi yaitu nilai
C-Organik sebesar 5,13%. Kandungan C-organik pada tanah merupakan petunjuk jumlah
akumulasi bahan organik pada suatu tanah. Tingkat kemasaman tanah sangat berpengaruh
terhadap ketersediaan unsur hara. Ketersediaan unsur hara tanah pada tanah pasang surut
yang digunakan juga relatif rendah sampai sangat tinggi. Untuk kandungan unsur hara tanah
pada tanah pasang surut yang digunakan dalam penelitian yaitu N-Total sebesar 0,36 yang
tergolong sedang, P-Bray I sebesar 0, 92 ppm yang tergolong sangat rendah, K-dd sebesar
0,06 Cmol+kg-1 yang tergolong sangat rendah. Kandungan unsur hara Na pada tanah
penelitian yaitu sebesar 0,44 Cmol+kg-1 yang tergolong rendah, hal tersebut dipengaruhi oleh
pasang surut air laut yang mengenai lokasi atau tanah tersebut.
KTK pada tanah tersebut tergolong tinggi yaitu 30,45 Cmol+kg-1. Tanah penelitian ini
mengandung Al-dd yang tergolong sangat rendah yaitu sebesar 0,24Cmol+kg-1. Sifat fisik
tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah. Tanah pasang surut yang digunakan pada
penelitian ini berstruktur lempung liat berdebu dengan komposisi pasir 16,16%, debu
56,96% dan liat 31,43%. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanah
pasang surut yang digunakan tergolong tanah yang memiliki tingkat kesuburan sangat
rendah, sehingga perlu dilakukan beberapa usaha untuk meningkatkan kesuburan tanah
tersebut seperti pemupukan dengan memanfaatkan berbagai teknologi pemupukan seperti
penggunaan pupuk cair.
Kadar Nitrogen tanah pada masa primordia utama menunjukkan kadar Nitrogen tanah
tertinggi pada perlakuan P1W2 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi dua kali) yaitu
sebesar 0,32 persen. Sedangkan pada masa primordia ratun, kadar Nitrogen tanah tertinggi
adalah pada perlakuan P3W2 (dosis 144 mL per pot dan waktu aplikasi dua kali) yaitu
sebesar 0,57 persen. Berdasarkan kriteria penilaian sifat- sifat tanah berdasarkan Pusat
Penelitian Tanah (1983) menunjukkan bahwa kadar Nitrogen tanah yang digunakan dalam
penelitian tergolong sedang sampai tinggi. Untuk kadar Nitrogen tanah, perlakuan P1W1
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
(dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) merupakan dosis dan waktu aplikasi
terbaik karena sudah cukup mampu meningkatkan kadar Nitrogen pada saat primordia padi
utama dan ratun di tanah pasang surut.
Pada masa primordia padi utama, persentase kadar Nitrogen tanah berkriteria sedang.
Kadar Nitrogen pada tanah yang digunakan masih cukup tersedia bagi tanaman, walaupun
sebagian besar sudah diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produktivitasnya.
Nitrogen tanah banyak diserap oleh tanaman untuk membantu pertumbuhan dan
pengisian bulir pada tanaman padi. Menurut Duan (2007), kebutuhan tanaman akan Nitrogen
lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara lainnya, unsur Nitrogen merupakan faktor
pembatas bagi produktivitas tanaman. Selain itu, tanaman padi membutuhkan unsur hara
Nitrogen pada masa primordia yaitu berkisar 3,0 - 3,4 % (Datta, 1981 dalam Fitri, 2010).
Menurut Sutedjo (2004), pemberian pupuk Nitrogen dengan dosis tinggi dapat meningkatkan
kadar Nitrogen total tanah dan serapan unsur hara Nitrogen pada tanaman.
Pengaruh pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan waktu aplikasi terhadap
kadar Nitrogen tanah, tidak berpengaruh nyata pada tanah pasang surut. Walaupun demikian,
terdapat kecenderungan peningkatan kadar Nitrogen tanah pada primordia ratun. Kadar
Nitrogen tanah pada primordia ratun bervariasi yaitu sedang sampai tinggi. Hal tersebut
diduga karena sumber Nitrogen cukup banyak tersedia. Tanah pasang surut yang digunakan
memiliki kandungan Nitrogen tanah yang tergolong sedang dan kandungan C-organik yang
tergolong tinggi sehingga sumber Nitrogen dalam tanah cukup tersedia bagi tanaman,
disamping ada pemberian pupuk cair pada saat panen utama dan penambahan pupuk Urea
sebagai pupuk dasar dengan dosis 0,28 gram yang diberikan pada awal tanam.
Selain itu, tingginya kadar Nitrogen tanah pada primordia ratun diduga karena adanya
akumulasi Ammonium (NH4+) di dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sumber
Nitrogen yang tersedia dan keadaan tanah yang tergenang. Menurut Sanchez (1973),
penggenangan pada tanaman padi akan mempengaruhi keadaan tanah melalui proses reduksi
dan oksidasi. Akibat reduksi yang terjadi pada tanah yang tergenang adalah perubahan pH,
denitrifikasi nitrat dan penimbunan Ammonium (NH4+). Penimbunan Ammonium (NH4+)
terjadi karena kelebihan Nitrogen yang kemudian disimpan dalam tanah. Sedangkan menurut
Budianta dan Ristiani (2013), kelebihan Nitrogen di dalam tanah dapat menyebabkan
penimbunan Ammonium (NH4+). Jika akar melepas HCO3- maka Ammonium (NH4+) dapat
bersifat meracuni tanaman.
Pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan waktu aplikasi menunjukkan bahwa
berat gabah hampa pada tanaman utama lebih tinggi dibandingkan berat gabah hampa pada
tanaman ratun. Berat hampa terendah pada padi utama yaitu perlakuan P2W1 (dosis 120 mL
per pot dan waktu aplikasi satu kali) yaitu sebesar 7,34 gram. Sedangkan pada ratun, berat
hampa terendah adalah pada perlakuan P3W3 (dosis 144 mL per pot dan waktu aplikasi tiga
kali kali) yaitu sebesar 0,22 gram. Perlakuan P1W1 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi
satu kali) sudah cukup mampu menurunkan persentase gabah hampa pada tanaman padi
utama dan ratun.
Tingginya gabah hampa yang dihasilkan pada tanaman utama diduga disebabkan
karena tanaman padi mengalami serangan hama walang sangit. Hama walang sangit
menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan bulir padi yang masih dalam keadaan
masak susu dan menyebabkan bulir menjadi hampa. Menurut Anggraini et al., (2014), hama
walang sangit merupakan hama penting pada tanaman padi. Hama ini menyerang tanaman
padi mulai berbunga hingga matang susu. Hama walang sangit menyerang dengan menghisap
cairan pada bulir padi hinggamenyebabkan bulir padi menjadi hampa. Selain itu, Kenmore
(1979) menyatakan bahwa kerusakan dan kehilangan hasil yang diakibatkan serangan hama
walang sangit cukup tinggi. Serangan pada masa tanaman padi sedang bunting dapat
menurunkan hasil sekitar 20% sampai 37%.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Persentase gabah hampa terendah pada padi utama yaitu perlakuan P2W1 (dosis 120
mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) yaitu sebesar 20,62 persen. Sedangkan pada ratun,
persentase gabah hampa terendah adalah pada perlakuan P3W3 (dosis 144 mL per pot dan
waktu aplikasi tiga kali kali) yaitu sebesar 2,95 persen. Pada tanaman ratun, persentase gabah
hampa lebih rendah dibandingkan dengan persentase gabah hampa pada padi utama. Hal
tersebut diduga karena serangan hama walang sangit telah ditanggulangi dengan
menggunakan jaring halus sehingga gabah hampa pada tanaman ratun dapat ditekan.
Masih tingginya persentase gabah hampa pada tanaman padi utama diduga juga
disebabkan karena tanaman kekurangan unsur P. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini,
memiliki kandungan unsur P yang sangat rendah. Walaupun telah dilakukan pemberian
pupuk dasar P, diduga belum cukup bagi tanaman. Menurut Doberman dan Fairhust (2000),
unsur P berfungsi untuk mempercepat pembungaan dan pemasakan gabah. Defisiensi P dapat
meningkatkan persentase gabah hampa, menurunkan bobot dan kualitas gabah, bahkan pada
keadaan defisiensi yang parah, tanaman padi tidak akan berbunga sama sekali. Defisiensi
unsur P juga dapat menurunkan respon tanaman terhadap pemupukan N.
Sedangkan pada tanaman ratun, masih tingginya gabah hampa yaitu pada perlakuan
dosis 120 mL dan waktu aplikasi tiga kali: saat tanam, primordia dan panen utama (P2W3)
dan perlakuan dosis 144 mL dan waktu aplikasi dua kali: saat tanam dan primordia (P3W2),
diduga karena tanaman kelebihan Nitrogen sehingga bulir yang dihasilkan sedikit akibat
masa vegetatif yang lama dan kualitas bulir rendah. Menurut Kaya (2013), kelebihan unsur
Nitrogen dapat meyebabkan penurunan kualitas hasil tanaman. Selain itu menurut Syafruddin
et al., (2006), kelebihan unsur Nitrogen dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit,
memperpanjang umur vegetatif tanaman dan tanaman lebih mudah rebah serta sukulen.
Selain itu, pemberian pupuk cair dengan dosis tinggi dan waktu aplikasi tiga kali yaitu
saat tanam, primordia dan panen padi utama mampu menekan gabah hampa pada tanaman
ratun. Hal tersebut diduga karena pemberian pupuk cair berasal dari tumbuhan rawa petai air
yang memiliki nilai kandungan nilai N-total 6,15 persen dapat menambah Nitrogen untuk
pengisian bulir. Tanaman padi membutuhkan Nitrogen dalam jumlah banyak pada awal
pertumbuhan hingga pembentukan bunga. Hal tersebut bertujuan untuk memaksimalkan
pembentukan malai produktif dan pematangan biji (Yoshida, 1981 dalam Fitri, 2010).
Berat gabah bernas tertinggi pada padi utama yaitu perlakuan P 1W3 (dosis 96 mL per
pot dan waktu aplikasi tiga kali) yaitu sebesar 35,04 gram. Sedangkan pada ratun, berat
gabah bernas tertinggi adalah pada perlakuan P1W2 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi
dua kali) yaitu sebesar 18,08 gram. Pada tanaman utama, pemberian pupuk cair dengan waktu
pemberian tiga kali dapat menghasilkan berat gabah bernas yang tinggi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, dosis dan waktu aplikasi terbaik dalam meningkatkan berat gabah
bernas pada padi utama dan ratun adalah pada perlakuan P1W1 (dosis 96 mL per pot dan
waktu aplikasi satu kali). Pada perlakuan P1W1 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi satu
kali) ini cukup mampu menghasilkan berat gabah bernas yang tinggi pada padi utama dan
ratun, walaupun pemberian yang diberikan merupakan dosis dan waktu aplikasi yang rendah.
Berat gabah bernas ditentukan oleh pemasakan bulir padi dan jumlah anakan produktif.
Semakin tinggi jumlah anakan produktif maka akan meningkatkan berat gabah yang
diperoleh.Persentase gabah bernas tertinggi pada padi utama yaitu perlakuan P2W1 (dosis 120
mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) yaitu sebesar 79,38 persen. Sedangkan pada ratun,
persentase gabah bernas tertinggi adalah pada perlakuan P3W3 (dosis 144 mL per pot dan
waktu aplikasi tiga kali kali) yaitu sebesar 97,05 persen. Pada padi ratun, persentase gabah
bernas terendah adalah 81,77% yaitu pada perlakuan P3W1 (dosis 144 mL per pot dan waktu
aplikasi tiga kali kali). Hal tersebut diduga karena terdapat anakan yang mati sehingga
menghasilkan gabah yang tidak optimal. Secara umum, persentase gabah bernas pada padi
utama lebih rendah daripada padi ratun. Pada padi ratun, persentase gabah bernas tinggi yaitu
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
mencapai 90%. Sedangkan pada padi utama, persentase gabah bernas masih cukup rendah
yaitu dibawah 80%.
Pemberian pupuk cair yang berasal dari tumbuhan rawa Petai Air yang mengandung Ntotal 6,15 persen, tidak berpengaruh nyata terhadap berat gabah bernas padi utama dan ratun.
Tetapi pemberian pupuk cair ini dapat meningkatkan persentasi gabah bernas pada padi ratun.
Menurut Doberman dan Fairhust (2000), Nitrogen berperan dalam memperbaiki kualitas
gabah, meningkatkan jumlah gabah dan persentase jumlah gabah berisi.
Selain itu, pemberian pupuk cair pada masa panen utama, diduga mampu meningkatkan
pH pada tanah pasang surut, sehingga unsur P yang tergolong sangat rendah pada tanah
tersebut lebih banyak tersedia bagi tanaman ratun. Pupuk cair juga diduga lebih cepat
reaksinya dalam pengisisan bulir padi. Menurut Hadisuwito (2012), pupuk cair mampu
menyediakan ketersediaan hara secara cepat dan dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman.
Berdasarkan penelitian Bernas et al., (2013), pemberian pupuk cair dari tumbuhan rawa
cenderung meningkatkan jumlah gabah bernas pada padi utama. Persentase gabah bernas
tertinggi diperoleh pada perlakuan 96 mL per pot tanaman yaitu sebesar 96,69 persen.
Sedangkan pada penelitian ini, pemberian pupuk cair dengan dosis 96 mL per pot dan waktu
aplikasi satu kali mampu menghasilkan persentase gabah bernas yang cukup tinggi pada
tanaman ratun yaitu 94,99 persen.
Pada padi utama, berat gabah kering giling per pot tertinggi pada perlakuan P1W3 (dosis
96 mL per pot dan waktu aplikasi tiga kali) rata-rata 48,00 gram dan pada tanaman ratun
berat gabah kering giling per pot tertinggi pada perlakuan P1W2 (dosis 96 mL per pot dan
waktu aplikasi dua kali) rata-rata 18,90 gram.
Berdasarkan penelitian Bernas et al., (2013), pemberian pupuk cair dari tumbuhan rawa
berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan berat gabah kering giling, tetapi cenderung
meningkatkan berat gabah kering giling. Berat panen kering giling diperoleh pada dosis 144
mL per pot tanaman yaitu sebesar 30,90 gram. Sedangkan pada penelitian ini, pemberian
pupuk cair berasal dari tanaman rawa petai air yang memiliki kandungan nilai N-total 6,15
persen terhadap produksi tanaman padi di lahan pasang surut, dapat menghasilkan berat
gabah kering giling yang lebih baik lagi yaitu sekitar 37,5 – 48,00 gram. Menurut Rauf et al.,
(2000), unsur Nitrogen memiliki peran utama dalam meningkatkan jumlah gabah per rumpun
pada tanaman padi.
Pengaruh pemberian pupuk cair terhadap berat kering giling per rumpun tidak berbeda
nyata. Hal tersebut diduga karena pupuk dasar yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan
tanaman padi. Sehingga pupuk cair yang fungsinya untuk meningkatkan pH dan menambah
unsur Nitrogen pada tanah pasang surut, tidak diperlukan pada tanaman padi yang sudah
dipupuk. Untuk berat gabah kering giling, perlakuan P1W1 (dosis 96 mL per pot dan waktu
aplikasi satu kali) merupakan dosis dan waktu aplikasi terbaik dalam meningkatkan produksi
padi khususnya berat gabah kering giling pada padi utama dan ratun.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Pemberian pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar Nitrogen
tanah dan produksi tanaman padi utamadi tanah pasang surut. Kombinasi perlakuan
pemberian pupuk cair dengan dosis 96 ml per pot tanaman (P1) dan waktu pemberian 1
kali (saat tanam) (W1) merupakan kombinasi terbaik untuk meningkatkan kadar
Nitrogen pada primordia tanaman padi utama dan produksi tanaman padi utama di
tanah pasang surut.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
2.
Pemberian pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Nitrogen tanah pada
primordia tanaman ratun, tetapi berpengaruh nyata terhadap persentase gabah bernas
dan hampa pada tanaman ratun. Kombinasi perlakuan pemberian pupuk cair dengan
dosis 96 ml per pot tanaman (P1) dan waktu pemberian 1 kali (saat tanam) (W1)
merupakan kombinasi terbaik untuk meningkatkan kadar Nitrogen tanah pada
primordia tanaman ratun dan produksi tanaman ratun di tanah pasang surut.
Penelitian ini dilakukan dalam skala pot, sehingga diperlukan penelitian lanjutan
dengan skala yang besar seperti pada persawahan padi di lahan pasang surut.Sebaiknya
pemupukan dengan pupuk cair dilakukan pada tanah yang tidak dipupuk. Selain itu, perlu
dilakukan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit untuk mengurangi kerugian
dalam produksi tanaman padi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, S., S. Herlinda, C. Irsan, dan A. Umayah. 2014. Serangan Hama Wereng dan
Kepik pada Tanaman Padi di Sawah Lebak Sumatera Selatan. Prosiding Seminar
Lahan Sub Optimal 2014. 1-8.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. 2004. Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian:
Lampung.
Bernas S.M., A. Wijaya, E.S. Parlindungan. 2013. Pupuk Organik dari Tumbuhan Rawa dan
Budidaya Padi Merah Organik. Laporan Penelitian didanai oleh PUPT. UNSRI.
BPS Banyuasin. 2012. Banyuasin Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik
Kab.Banyuasin.Http://banyuasinkab.bps.go.id/images/publikasi_2012/banyuasin%20da
lam%20angka%202012/index.html. Diakses tanggal 20 November 2014.
Budianta, D. dan D. Ristiani. 2013. Pengelolaan Kesuburan Tanah: Mendukung Pelestarian
Sumberdaya Lahan dan Lingkungan. Unsri Press: Palembang.
Datta, S.K.D. 1981. Advances in Soil Fertility Research and Nitrogen Fertilizer Management
for Lowland Rice.Dalam Fitri, S.N.A. (Ed.). 2010. Uji Efektifitas Inokulan Bakteri
Endofitik dengan Berbagai Bahan Pembawa untuk Memacu Pertumbuhan Padi di
Tanah Lebak. Prosiding Seminar Nasional Unsri. Unsri: Indralaya.
Doberman, A., dan T. Fairhust. 2000. Rice Nutrient Disorders and Nutrient Management.
Potash and PhosphateInstitute of Canada and International Rice Research Institute.
International Rice Research Institute (IRRI).
Duan, Y.H, Y. Zhang, L. Ye, X. Fan, G. Xu, and Q. Shen. 2007. Responses of Rice Cultivars
with Different Nitrogen Use Efficiency to Partial Nitrate Nutrition. IRRI.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka: Jakarata.
Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami dan Pupuk NPK terhadap N-Tersedia Tanah,
Serapan N, Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). J. Agrologia. 2(1):
42-50.
Kenmore, P.E. 1979. Limits of Brown Plantoppher Problem. Implication for Integrated Pest
Management. IRRI Saturday Seminar. 33p.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia. PTT: Bogor.
Rauf, A.W., S. Taufik., dan S.R. Sihombing. 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman
Padi. Departemen Pertanian: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Jayapura.
Salikin,K. A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Sanchez, P.A. 1973. Puddling Tropical Rice Soil. Soil Sci: 115(4): 303-308.
Santoso. 2014. BudidayaPadiRatun. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian: Yogyakarta.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Sutedjo, M.M. 2004. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhineka Cipta: Jakarta.
Taslim, H. 1989. Pemupukan Padi Sawah. Dalam Supramudo, G.C. (Ed.). 2008. Efisiensi
Serapan N serta Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Berbagai Imbangan Pupuk
Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Skripsi
(Published). Program Strata 1. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Wijaya, A.,Y. Parto, Marpaung, dan S.N.A. Fitri. 2013. Peningkatan Produksi Padi Rawa
Pasang Surut melalui Penerapan Budidaya Sistem Ratoon dan Perakitan Varietas yang
Spesifik. Laporan Kemajuan Penelitian Tahun II Insentif Riset Sinas 2013.
Yoshida,S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. Dalam Fitri, S.N.A. (Ed.). 2010. Uji
Efektifitas Inokulan Bakteri Endofitik dengan Berbagai Bahan Pembawa untuk
Memacu Pertumbuhan Padi di Tanah Lebak. Prosiding Seminar Nasional Unsri. Unsri:
Indralaya.
Tabel 1. Pengaruh pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk cair terhadap kadar
N tanah tanah pasang surut pada masa primordia padi utama dan primordia ratun.
Pupuk Cair
Dosis
(mL/pot)
Kadar N Tanah (%)
Primordia
Padi
Utama (*)
96
0,25 *(Sedang)
96
0,32 *(Sedang)
96
0,30 *(Sedang)
120
0,28 *(Sedang)
120
0,28 *(Sedang)
120
0,31 *(Sedang)
144
0,31 *(Sedang)
144
0,30 *(Sedang)
144
0,30 *(Sedang)
BNJ 0,05
tn
*) Kriteria berdasarkan Pusat Penelitian Tanah 1983.
Waktu
Aplikasi
(Kali)
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Primordia
Ratun
(*)
0,31 *(Sedang)
0,39 *(Sedang)
0,44 *(Sedang)
0,37 *(Sedang)
0,38 *(Sedang)
0,56 *(Tinggi)
0,30 *(Sedang)
0,57 *(Tinggi)
0,30 *(Sedang)
tn
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Tabel 2.
Pengaruh pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk cair terhadap
berat gabah hampa dan persentase gabah hampa pada padi utama dan ratun.
Pupuk Cair
Dosis
(mL/pot)
96
96
96
120
120
120
144
144
144
BNJ 0,05
Waktu
Aplikasi
(Kali)
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Berat Gabah Hampa
(g/rumpun)
Padi
Padi
Utama
Ratun
Persentase
Hampa (%)
Padi
Utama
Padi
Ratun
10,50
13,86
12,96
7,34
12,42
12,88
12,06
12,53
11,15
tn
25,74
30,90
27,14
20,62
26,81
27,70
26,97
28,27
26,10
tn
5,01 a
4,39 a
6,24 a
4,01 a
3,09 a
9,04 ab
7,05 a
18,23 b
2,95 a
10,22
0,78
0,82
0,97
0,62
1,02
0,34
1,20
0,84
0,22
tn
Gabah
Tabel 3. Pengaruh pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk cair terhadap berat
gabah bernas dan persentase gabah bernas pada padi utama dan ratun.
Pupuk Cair
Dosis
(mL/pot)
96
96
96
120
120
120
144
144
144
BNJ 0,05
Waktu
Aplikasi
(Kali)
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Berat Gabah Bernas
(g/rumpun)
Padi
Padi
Utama
Ratun
Persentase
Bernas (%)
Padi
Utama
30,07
30,88
35,04
30,00
34,18
34,02
33,16
32,04
31,66
tn
74,26
69,10
72,86
79,38
73,19
72,30
73,03
71,73
73,90
tn
12,55
18,08
17,81
14,19
7,21
10,69
6,78
10,96
9,01
tn
Gabah
Padi Ratun
94,99 b
95,61 b
93,76 b
95,99 b
96,91 b
90,96 ab
92,95 b
81,77 a
97,05 b
10,22
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Tabel 4. Pengaruh pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk cair terhadap berat
gabah kering giling pada padi utama dan ratun.
Pupuk Cair
Dosis
(mL/pot)
96
96
96
120
120
120
144
144
144
BNJ 0,05
Berat Gabah Kering Giling
(g/rumpun)
Waktu Aplikasi Padi Utama Padi Ratun
(Kali)
1
40,57
13,33
2
44,74
18,90
3
48,00
18,78
1
37,35
14,81
2
46,59
7,56
3
46,90
14,06
1
45,19
7,98
2
44,57
11,79
3
43,67
9,22
tn
tn
Download