penggunaan pupuk organik untuk mengurangi pupuk

advertisement
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENGURANGI PUPUK
ANORGANIK DAN PENINGKATAN PODUKTIVITAS PADI
DI LAHAN PASANG SURUT
Khairatun N dan Rina D. Ningsih
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan
ABSTRAK
Lahan pasang surut memerlukan upaya perbaikan kondisi lahan untuk dapat meningkatkan
produktivitas tanaman yang diusahakan. Masalah utama lahan ini adalah kemasaman tanah
tinggi yang menyebabkan kekahatan terhadap pupuk kimia sebagai sumber hara yang
berpotensi menurunkan produktivitas lahan, sehingga penggunaannya perlu dikurangi dengan
memanfaatkan pupuk organik pada lahan pasang surut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik untuk mengurangi penggunaan pupuk
anorganik serta peningkatan produktivitas pada tanaman padi di lahan pasang surut dan
dilaksanakan di Desa Dandajaya Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Penelitian
menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan, sebagai ulangan adalah petani.
Perlakuan penelitian terdiri atas 5 macam, yakni : (1) P0 (Sesuai rekomendasi berdasarkan
hasil analisa tanah), (2) P1 (Setengah dosis rekomendasi), (3) P2 (Setengah dosis
rekomendasi + 4 t/ha kompos kotoran ternak), (4) P3 (Setengah dosis rekomendasi + 4 t/ha
kompos jerami), dan (5) P4 (Setengah dosis rekomendasi + pupuk organik pabrikan).
Pengamatan dilakukan terhadap sifat kimia tanah lokasi percobaan sebelum tanam dan
analisa pupuk organik. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan
produktif, panjang malai, jumlah gabah isi, persentase gabah hampa, bobot 1000 biji dan hasil.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, dan
dilanjutkan uji DMRT 5% untuk melihat perbedaan masing-masing varietas terhadap parameter
yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik memberikan
pengaruh peningkatan pada komponen pertumbuhan maupun produksi tanaman padi. Hasil
produktivitas tertinggi adalah pada tanaman padi yang diberi pupuk organik pabrikan yaitu 5,68
t/ha GKG. sedangkan yang terendah adalah tanaman yang hanya diberi pupuk anorganik yaitu
4,33 t/ha GKG. Pemberian pupuk organik kotoran sapi, kompos jerami, dan pupuk organik
pabrikan meningkatkan hasil produksi padi masing-masing sebesar 14, 18 dan 27% dari hasil
tanpa perlakuan pupuk organik.
Kata kunci: pupuk organik, pupuk kimia, lahan pasang surut
PENDAHULUAN
Pengembangan lahan rawa untuk pertanian tidak mudah dilakukan karena
selain kendala dan berbagai masalah-masalah
teknis, sosial ekonomi dan
kelembagaan merupakan masalah yang cukup berat untuk dihadapi. Petani pasang
surut yang hampir sebagian besar pendatang, berasal dari lapisan ekonomi paling
lemah di daerah asalnya, sehingga kekurangan modal merupakan hal yang masih
297
Khairatun N. dan Rina D. Ningsih: Penggunaan Pupuk Organik …..
dihadapi sampai saat ini.
Kepadatan penduduk daerah pasang surut yang relatif
rendah menyebabkan kekurangan tenaga kerja selalu dirasakan terutama pada saat
pengolahan tanah, tanam dan panen.
Menurut Amali et al. (2003), potensi lahan rawa pasang surut di Kalimantan
Selatan sebesar 17.828 ha dan 80% diantaranya didominasi oleh tanah sulfat masam,
yang tersebar pada beberapa kabupaten seperti
kabupaten Barito Kuala, Banjar,
Tanah Laut dan Tapin. Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu
Kalimantan Selatan
daerah di
dengan potensi lahan pasang surut yang besar dan telah
dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan
sekitar 10,97% dari luas Kalimantan
Selatan.
seluas
99.234
hektar
atau
Lahan yang sudah dimanfaatkan
seluas 95.144 ha.
Kemasaman merupakan kendala utama di lahan rawa pasang surut karena
umumnya pH tanah 3,5-4,5, sementara tanaman budidaya umumnya tumbuh baik
pada pH 5 -7. Kemasaman
yang tinggi (pH<4,0) berimbas pada meningkatnya
kelarutan Al, Fe, dan Mn. Besi dan Mn umumnya meracuni tanaman dalam bentuk
ion ferro (Fe2+) dan ion mangan (Mn 2+) pada kondisi anaerob (Irsal Las et al.
2007). Keracunan besi mengakibatkan rendahnya produktivitas padi dan dapat
menurunkan hasil. Keracunan besi merupakan kendala utama dalam produksi padi di
daerah tropikal dan subtropikal, dimana diperkirakan sekitar 4 juta ha lahan
dipengaruhi oleh keracunan besi yang dapat menurunkan hasil padi 30-60 %
(Sahrawat 2000; Majerus et al. 2007).
Strategi yang dapat dilakukan dalam mengendalikan keracunan besi dan
meningkatkan produktivitas padi di lahan pasang surut adalah : (1) perbaikan
lingkungan tumbuh tanaman (2) menggunakan genotipe yang toleran terhadap
keracunan besi, atau (3) integrasi antara keduanya (Alihamsyah 2002). Pendekatan
lain adalah penggunaan bahan organik. Pupuk organik selain dapat mengurangi kadar
Fe di dalam tanah dengan reaksi pengkelatan asam-asam organik hasil dari
dekomposisi bahan organik juga memberikan sumbangan hara makro seperti N, P, K
dan unsur hara mikro. Hasil penelitian Jumberi et al. (1998) menunjukkan pemberian
bahan organik berupa kompos jerami padi dengan dosis 4,0 t/ha di lahan pasang surut
dapat mengurangi kandungan Fe dan sulfat, meningkatkan ketersediaan K, dan
meningkatkan hasil padi.
Dengan sifat bahan organik yang mampu meningkatkan
kapasitas tukar kation menjadi cukup tinggi. Diharapkan efesiensi pemupukan juga
semakin meningkat.
298
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pupuk organik untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik serta peningkatan
produktivitas pada tanaman padi di lahan pasang surut.
METODOLOGI
Penelitan dilaksanakan pada musim kering (April-September) 2012 di lahan
petani (on farm research) pasang surut type luapan B, di Desa Danda Jaya Kabupaten
Barito kuala pada lahan petani yang tata airnya sudah berfungsi. Bahan organik dibuat
secara insitu, dari bahan yang ada setempat. Rancangan Percobaan yang digunakan
adalah acak kelompok. Perlakuan terdiri dari 5 macam, yaitu :
1) P0 = Sesuai rekomendasi berdasarkan hasil analisa tanah,
2) P1 = Setengah dosis rekomendasi,
3) P2 = Setengah dosis rekomendasi +4 t/ha kompos kotoran ternak,
4) P3 = Setengah dosis rekomendasi +4 t/ha kompos jerami, dan
5) P4 = Setengah dosis rekomendasi +4 t/ha Petroganik.
Setiap perlakuan di ulang 3 kali, sebagai ulangan adalah petani. Total luas
lahan yang digunakan adalah 18.000 m2. Antara perlakuan pemupukan perlu dibatasi
dengan galangan, serta saluran pembuangan dan pemasukan air harus berbeda agar
air
dari
masing-masing
perlakuan
pemupukan
tidak
saling
bercampur
dan
mempengaruhi. Pupuk organik dari kotoran ternak dan jerami dipersiapkan 2 bulan
sebelum tanam pada C-N ratio < 15 dan kadar air 25-30%. Pupuk organik diberikan
pada saat pengolahan tanah.
Padi varietas inpara 1 umur semai 21 hari di tanam dengan jarak tanam 20 x
20 cm, 1-2 batang per lubang tanam. Sebelum semai, benih direndam dengan regent
untuk menghindari serangan penggerek batang di persemaian. Penyiangan dilakukan
sebanyak dua kali. Dosis pemupukan diberikan sesuai perlakuan. Pengendalian hama
dan penyakit dilaksanakan sesuai dengan keadaan hama dan penyakit dilapangan.
Pengamatan dilakukan terhadap sifat kimia tanah lokasi percobaan sebelum
tanam dan analisa pupuk organik. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman,
jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi, persentase gabah hampa,
bobot 1000 biji dan hasil.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis
dengan menggunakan sidik ragam, dan dilanjutkan uji DMRT 5% untuk melihat
perbedaan masing-masing varietas terhadap parameter yang diamati.
299
Khairatun N. dan Rina D. Ningsih: Penggunaan Pupuk Organik …..
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lahan Lokasi Pengkajian
Tabel 1. Hasil analisa laboratorium pada tanah lokasi pengkajian dan pupuk organik
Sifat Tanah
pH H2O
DHL(mS/cm)
C –Organik
(%)
Nitrogen (%)
C/N
P2O5 Bray-1
(ppm)
KTK
(me/100g)
K
Na
Mg
Ca
Fe
SO4
Al-dd
H-dd
%
pasir:debu:liat
(klas tekstur
tanah)
Lokasi
I
Lokasi
II
Lokasi
III
4.66
(M)
0.054
2.039
(S)
0.637
(T)
3.20
(SR)
14.350
(R)
42.50
(ST)
0.183
(R)
0.578
(S)
1.355
(S)
0.859
(SR)
304.80
163.25
5.150
(SR)
5.55
(SR)
4.66
(M)
0.060
1.282
(R)
0.760
(ST)
1.69
(SR)
29.828
(T)
35.00
(T)
0.142
(R)
0.694
(S)
1.276
(S)
0.943
(SR)
147.80
136.27
5.050
(SR)
5.80
(SR)
7.80 :
41.27 :
50.93
Liat
berdebu
4.43
(SM)
0.146
2.447
(S)
0.735
(T)
3.33
(SR)
13.908
(R)
32.50
(T)
0.188
(R)
0.822
(S)
0.919
(R)
0.546
(SR)
190.50
214.84
7.700
(SR)
5.30
(SR)
5.05 :
80.85 :
14.10
Lempung
berdebu
1.55 : 81.72
: 16.73
Lempung
berdebu
Analisa pupuk organik (%)
Ppk. kadang
Jerami
-
-
-
-
16.03
37.71
1.446
3.185
11.09
11.84
0.794
0.402
-
-
0.206
0.155
0.083
0.009
0.062
0.029
0.011
0.007
41.70
3225.49
31.10
1911.7
-
-
-
-
-
-
Ket. : (SR)=sangat rendah ; (R)=rendah ; (S)= sedang ; (T)=tinggi ; (ST)=sangat tinggi
Ketiga
lokasi
pengkajian
diambil
sampel
tanah
awal
dan
dianalisa
dilaboratorium untuk mengetahui kesuburan tanah dan dosis pemberian pupuk. Hasil
analisa tanah di lokasi pengkajian menunjukkan kemasaman tanah (pH) pada lahan
ketiga tergolong lebih masam dibandingkan pH dilahan pertama dan lahan kedua
(Tabel 1).
300
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Kandungan
C organik rendah sampai sedang. Kadar P Bray I rendah dan
tinggi, N,P dan K tersedia rendah sampai tinggi. Berdasarkan hasil penelitian pada
tanah dengan kandungan C organik < 3% sangat diperlukan tambahan bahan
organic/pupuk organik minimal 1 t/ha disamping pemberian pupuk anorganik.
Penambahan pupuk organik akan dapat mengembalikan keadaan tanah menjadi
subur, karena
pupuk organik selain menambah hara juga dapat menggemburkan
tanah sehingga akar tanaman menjadi lebih mudah menyerap unsur hara. Tekstur di
tiga lokasi tergolong lempung berdebu dan liat berdebu (Tabel 1).
Pertumbuhan Tanaman dan hasil tanaman
Kondisi pertumbuhan secara umum bagus, serangan hama penyakit (tikus,
pengerek batang, bercak coklat, blas daun) relatif ringan. Hasil pengamatan terhadap
skore keracunan besi (Gambar 1) pada semua perlakuan kurang dari 3, menunjukkan
bahwa tanaman toleran terhadap kadar Fe yang tinggi.
Grafik 1. Rata-rata skor keracunan Fe pada beberapa kali pengamatan
Dari rata-rata skoring Fe pada tanaman terlihat bahwa skoring keracunan Fe
pada tanaman padi semakin menurun dengan lamanya waktu pengamatan. Perlakuan
ameliorasi lahan menggunakan pupuk organik mampu mengurangi tingkat keracunan
Fe pada tanaman. Hal ini karena penggunaan pupuk organik dapat menjaga kondisi
reduksi tanah sehingga dapat mengurangi keracunan besi, melalui asam-asam
organik yang dilepas bahan organik dapat mengkhelat Fe terlarut sehingga
ketersediaan Fe berlebihan dapat dikurangi. Pitchel et al (1989) melaporkan bahwa
asam-asam organik berperan penting dalam menekan kelarutan ion logam dengan
membentuk khelat.
301
Khairatun N. dan Rina D. Ningsih: Penggunaan Pupuk Organik …..
Pengaruh penggunaan pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan
tanaman padi disajikan pada Tabel 2. Pertumbuhan tanaman padi yang diamati
mencakup tinggi tanaman, jumlah anakan dan berat kering berangkasan (Tabel 2).
Hasil
analisa
sidik
ragam
yang
dilakukan
terhadap
pertumbuhan
tanaman
menunjukkan bahwa perlakuan pupuk dengan dosis penuh lebih bagus daripada
perlakuan pupuk ½ dosis. Tetapi pemberian pupuk dosis penuh tidak berbeda nyata
dengan pemberian pupuk ½ dosis ditambah pupuk organik. Perlakuan kombinasi
pupuk anorganik dan pupuk organik menghasilkan tinggi tanaman, jumlah anakan dan
berangkasan lebih tinggi daripada yang hanya diberikan pupuk anorganik.
Tabel 2. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan
tanaman padi
Perlakuan
Tinggi
tanaman
(cm)
Jumlah
anakan/rpn
(cm)
Jumlah
malai/rpn
(cm)
Berat
berangkasan
(gr)
P0
P1
P2
P3
P4
93,83 a
87,00 a
95,67 a
93,33 a
92,67 a
14,33 a
14,67 a
15,17 a
15,83 a
14,33 a
11,17 a
9,77 a
10,17 a
10,00 a
10,33 a
28,98 a
25,8 a
34,44 a
26,21 a
24,23 a
Angka sekolom yang diikuti huruf sama dibelakangnya tidak berbeda nyata pada
taraf 5% berdasarkan DMRT.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk organik
berpengaruh terhadap jumlah gabah isi permalai, berat gabah isi dan berat gabah
hampa (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap produksi tanaman padi
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Panjang
malai
(cm)
Jumlah
gabah
isi/malai
Berat
gabah
isi/1000bj
20,11 ab
20,16 ab
20,55 a
19,79 b
20,12 ab
80,97 ab
54,24 b
80,44 ab
76,81 ab
98,76 a
25,08 ab
33,69 a
24,46 b
27,03 ab
22,01 b
Berat
gabah
hampa (%)
22,54 ab
33,71 a
16,94 b
18,02 b
19,25 ab
Hasil
t/ha (GKG)
4,33 b
4,40 b
4,94 ab
5,02 ab
5,68 a
Angka sekolom yang diikuti huruf sama dibelakangnya tidak berbeda nyata pada taraf 5%
berdasarkan DMRT.
302
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Hasil analisis produktivitas rata-rata menunjukkan pengaruh perlakuan
pemberian pupuk organik berbeda nyata dengan tanpa pupuk organik. Produktivitas
padi inpara 1 yang diberi pupuk organik lebih tinggi dari pada yang hanya diberi pupuk
anorganik (Tabel 3). Rata-rata perlakuan dengan penambahan pupuk organik
meningkatkan hasil gabah dari 4,33 GKG t/ha menjadi 4,40 – 5,68 GKG t/ha.
Dari hasil tersebut diatas dapat diungkapkan bahwa pemberian pupuk organik
kotoran sapi, kompos jerami, dan pupuk organik pabrikan meningkatkan hasil produksi
padi masing-masing sebesar 14, 18 dan 27% dari hasil tanpa perlakuan pupuk organik.
Hal ini disebabkan adanya pemberian pupuk organik ke dalam tanah, selain dapat
memperlambat kemiskinan hara juga dapat meningkatkan C-organik, KTK, stabilitas
agregat tanah dan translokasi unsur hara N dan P dari
jaringan batang ke dalam
gabah sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil tanaman (Adiningsih 1988). Selain
itu dengan penambahan pupuk anorganik dapat memacu pertumbuhan tanaman yang
akan berdampak pada peningkatan produktivitas padi.
KESIMPULAN
1.
Pemberian pupuk organik memberikan pengaruh peningkatan pada komponen
pertumbuhan maupun produksi tanaman padi.
Perlakuan kombinasi pupuk
anorganik dan pupuk organik menghasilkan ukuran tinggi tanaman, jumlah anakan
dan berangkasan lebih tinggi daripada yang hanya diberikan pupuk anorganik.
2.
Hasil produktivitas tertinggi adalah pada tanaman padi yang diberi pupuk organik
pabrikan yaitu 5,68 t/ha GKG. sedangkan yang terendah adalah tanaman yang
hanya diberi pupuk anorganik yaitu 4,33 t/ha GKG.
3.
Pemberian pupuk organik kotoran sapi, kompos jerami, dan pupuk organik
pabrikan meningkatkan hasil produksi padi masing-masing sebesar 14, 18 dan 27
% dari hasil tanpa perlakuan pupuk organik.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S.J. 1988. Limbah Pertanian Khususnya Jerami dalam Penerapan
Pemupukan Berimbang. Dalam : Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian
Tanah, 18-20 Maret 1986 di Cipayung. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. p: 203215.
Alihamsayah, T. 2002. Optimalisasi Pendayagunaan Lahan Rawa Pasang Surut.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pendayagunaan
Sumberdaya Lahan did Cisarua tanggal 6-7 Agustus 2002. Puslitbang Tanah
dan Agroklimat.
303
Khairatun N. dan Rina D. Ningsih: Penggunaan Pupuk Organik …..
Amali, N., I. Ansyari, E.S. Rohaeni dan S.Saragih. 2003. Teknologi Tata Air Satu
Arah pada Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Banjarbaru.
Irsal
Las, Sukarman,
Kasdi Subagyono,
D.A.Suriadikarta, M. Noor, &
Achmadi Jumberi.2007. Grand design lahan rawa. Prosiding Seminar
Nasional Pert anian Lahan Rawa. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kalimantan Tengah.
Jumberi, A., A. Supryo dan S. Raihan. 1998. Penggunaan bahan amelioran untuk
meningkatkan produktivitas tanaman pangan di lahan pasang surut. Dalam.
M. Sabran dkk. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Menunjang
Akselerasi Pengembangan Lahan Pasang Surut. Balittra. Banjarbaru.
Pitchel, J.R., W.A. Dick, & E.L. McCoy.
mine spoil by water soluble organic
sludge. Soil Sci. 148:140-148.
1989. Binding of iron from pyritic
materials extracted from sewage
Sahrawat, KL. 2000. Elemental composition of the rice plant as affected by iron toxicity
under field conditions. Comm. Soil Sci. Plant Anal. 31, 2819-2827.
304
Download