BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul “Strategi Petani dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarganya” merupakan judul yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini. Secara teoritis pemilihan judul penelitian harus memenuhi tiga syarat yaitu aktualitas, orisinalitas, dan keterkaitan dengan ilmu yang sedang dipelajari oleh peneliti. Sedangkan alasan praktis berkaitan dengan kemudahan serta kesulitan dalam proses penelitian ini (Kesempatan, Uang, Waktu, Alat, dan Tenaga). Adapun alasan-alasan pemilihan judul penelitian ini antara lain: 1. Aktualitas Aspek aktualitas merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Penelitian tentang kesejahteraan, terutama kesejahteraan keluarga petani, cukup aktual mengingat sampai pada saat ini kondisi petani di Indonesia masih jauh dari apa yang disebut kesejahteraan. Pangan sebagai kebutuhan yang mendasar bagi manusia, ataupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Menjadi suatu ironi, apabila petani sebagai pemasok pangan sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat kesejahteraannya kurang diperhatikan atau dapat dikatakan bahwa kehidupan petani masih jauh dari kata kesejahteraan. Oleh karena itu upaya bertahan hidup (memenuhi kebutuhan keluarga) melalui strategi yang dilakukan merupakan kajian yang penting dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga petani. 1 2. Orisinalitas Suatu penelitian juga harus memenuhi aspek orisinalitas. Suatu penelitian dapat dikatakan sebagai penelitian yang orisinil jika masalah yang dikemukakan belum pernah dipecahkan sebelumnya atau oleh peneliti terdahulu, atau jika pernah ada penelitian sejenis, maka secara tegas dinyatakan perbedaannya. Penelitian tentang petani padi pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun beberapa penelitian sebelumnya antara lain, penelitian yang berjudul “Gapoktan sebagai Institusi Mediasi dalam Pemberdayaan Petani” oleh Ardini Nuruliyah tahun 2008, penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif yang cenderung menekankan pada peran gabungan kelompok tani sebagai institusi mediasi dalam pemberdayaan petani. Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh MM. Kriscahyaningsih, jurusan Ilmu Sosiatri, tahun 2005, namun penelitian tersebut lebih menekankan pada pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh petani pertanian organik di kecamatan Sawangan, kabupaten Magelang. Serta penelitian dari Kirana Prama Dewi, jurusan Sosiologi, tahun 2007, dengan judul “Respon Masyarakat, Strategi Petani dan Implikasi Tekanan Pembangunan Rumah Elite”, yang menekankan pada perilaku masyarakat petani dan pola hubungan interaksinya dengan masyarakat perumahan. Sedangkan penelitian ini lebih terfokus pada strategi bertahan dari petani padi di desa Sumberagung, kecamatan Moyudan dalam memenuhi kebutuhan kelurganya (mewujudkan kesejahteraan keluarga). 2 3. Keterkaitan dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan jurusan yang mengkaji atau mempelajari tentang kelainan-kelainan atau masalah-masalah sosial (social problem) yang ada di masyarakat dan berusaha untuk memperbaikinya dimana konsentrasinya mengenai pembangunan masyarakat (community development), kebijakan sosial (social policy), dan CSR (Corporate Social Responsibility). Dalam Ilmu Sosiatri, pembangunan masyarakat adalah suatu usaha atau upaya menciptakan hubungan yang seimbang antara sumber-sumber daya hidup (resources) yang terdapat di dalam masyarakat dengan kebutuhan masyarakat (needs) di daerah itu sedemikian rupa sehingga tercapai kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bagi setiap masyarakat baik secara perseorangan maupun secara keseluruhan. Tidak tercapainya kesejahteraan yang menjadi tuntutan universal bagi manusia, dapat mengakibatkan munculnya suatu masalah sosial. Masalah sosial muncul karena adanya benturan antara tuntutan akan perubahan (needs for social change) dengan hambatan perubahan (resistance to change). Penelitian ini mencurahkan pada obyek kajian pembangunan masyarakat, yakni adanya tekad usaha (effort) pada usaha masyarakat di wilayah desa Sumberagung, kecamatan Moyudan, kabupaten Sleman dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan menggeluti usaha dalam pertanian padi. Hal ini mendorong petani padi dalam menyesuaikan diri 3 dengan lingkungannya guna mengatasi masalah yang mereka hadapi agar tetap dapat bertahan hidup. Dalam menentukan judul penelitian, alasan praktis juga sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan sebagai penunjang kelancaran proses penelitian. Alasan praktis penunjang penelitian dikenal dengan analisis KUWAT, yaitu kesempatan, uang, waktu, alat, dan tenaga. Dengan mempertimbangkan tersedianya kesempatan, kecukupan dana, tersedianya waktu, alat, dan tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini diperkirakan masih dapat dijangkau oleh peneliti. Selain hal itu, dengan didukung oleh penelitian tentang keberadaan petani padi ataupun penelitian serupa yang sudah ada dan ada referensi buku bacaandiharapkan mampu mencukupi bahan atau data yang diperlukan dalam penelitian ini. 4 B. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat atau masyarakat, dan pembangunan tersebut pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan merupakan fenomena yang muncul dan populer terutama di kalangan negara-negara dunia ketiga mulai sejak pertengahan abad ke-XX. Pembangunan tersebut menjadi pilihan negara-negara dunia ketiga untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat perang dunia ke-2, seperti kemiskinan, buta huruf, dan pengangguran. Hal serupa juga dilakukan atau terjadi di negara Indonesia, Indonesia melakukan pembangunan di berbagai bidang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di negara tersebut. Pembangunan nasional di Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Jadi dalam hal ini pemerintah Indonesia membuat berbagai kebijakan program pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Secara logika untuk menciptakan sebuah kesejahteraan di dalam masyarakat, kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat harus terpenuhi. Terutama kebutuhan yang bersifat vital bagi masyarakat, seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan (kebutuhan dasar masyarakat). Salah satu kebutuhan yang bersifat vital yaitu kebutuhan pangan, harus terpenuhi terlebih dahulu untuk mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat, disamping juga dengan diikuti terpenuhinya kebutuhan dasar yang lain. 5 Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang dapat memenuhi kebutuhan pangan dari masyarakatnya dengan hasil pertanian yang dimilikinya. Dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dari hasil pertanian, dapat dikatakan bahwa petani mempunyai peran yang sangat strategis untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, karena petani merupakan pemasok utama sebagian besar kebutuhan pangan dari masyarakat di Indonesia. Bisa dikatakan juga bahwa petani memiliki peran dalam pembangunan nasional di Indonesia, karena mereka dapat memberikan pasokan untuk sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat. Sebagai pemasok sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat, petani seharusnya mempunyai nilai tawar yang tinggi dan kesejahteraan mereka diperhatikan oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya nasib petani di Indonesia masih jauh dari kata sejahtera. Berbagai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah belum dapat memperbaiki kesejahteraan petani di Indonesia. Pada masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah berusaha mereduksi arti kata pembangunan hanya sekedar pada pembangunan ekonomi atau pada peningkatan perekonomian. Oleh karena itu usaha pembangunan dari pemerintah dilakukan dengan penerapan paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan yang mengukur tingkat keberhasilan pembangunan hanya dengan perhitungan matematis. Paradigma pembangunan didukung oleh sistem politik pembangunan Orde Baru yang sentralistis, top down, dan blue print approach. Dan implikasi praktis dari kebijakan pembangunan seperti ini adalah munculnya program-program pembangunan yang mengutamakan generalisasi dan keseragaman. Pemerintah kurang memperhatikan heterogenitas masyarakat 6 Indonesia. Semua program pembangunan ditentukan oleh pemerintah, corak dan bentuknya sama untuk semua wilayah yang ada di Indonesia tanpa mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomis, dan geografis, maupun tipologi budaya di setiap daerah. Pemaksaan penerapan program pembangunan yang seragam kemudian melahirkan kesenjangan antara program pembangunan desa dengan kondisi, masalah, dan kebutuhan nyata dalam masyarakat. Program pembangunan pada akhirnya tidak sampai menyentuh permasalahan masyarakat yang berada pada tingkat bawah. Dalam logika model pembangunan sentralistis, top down, dan blue print approach ini masyarakat ditempatkan sebagai obyek pembangunan yang perlu dibantu. Pendekatan ini berkaitan dengan konsep pembangunan sosial yang diinterpretasikan sebagai usaha terencana untuk memberikan pelayanan dan fasilitas yang lebih baik kepada masyarakat. Keputusan-keputusan tentang pelayanan dan fasilitas sosial yang diberikan, siapa yang memberi, kapan, dimana, serta bagaimana diberikan, sepenuhnya merupakan kebijakan birokrasi pemerintah. 1 Implikasi penerapan model pembangunan yang bersifat sentralistis, top down, dan blue print approach adalah ketika ada suatu program pembangunan, maka masyarakat tidak merasa memiliki program tersebut, sebab memang dari awal partisipasi dari masyarakat sudah dibatasi. Dalam kondisi seperti ini kreativitas dan inisiatif masyarakat menjadi terbelenggu. 1 Moeljarto, T. , Politik Pembangunan: Sebuah Analisis Konsep, Arah dan Strategi, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995, hal. 42 7 Sebagai bagian dari program pembangunan, pembangunan pertanian era Orde Baru juga mengalami hal yang sama. Penerapan pendekatan pembangunan yang bersifat sentralistis, top down, dan blue print approach telah mematikan kreativitas dan inisiatif masyarakat petani Indonesia. Di era Orde Baru organisasi petani menjadi terpasung. Partisipasi petani memalui organisasi massa berada dalam kontrol birokrasi. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) hanyalah suatu organisasi massa petani “boneka” pemerintah. HKTI pada hakekatnya bukanlah suatu organisasi murni petani karena sebagian besar anggota pengurus organisasi itu berasal dari pejabat Departemen Pertanian, mantan pejabat Departemen Pertanian, dan mereka-mereka yang tidak pernah hidup sebagai petani. Akibatnya dalam beberapa hal HKTI nampak jelas sebagai suatu organisasi milik pemerintah daripada organisasi milik petani. 2 Kesejahteraan dari para petani selama ini masih sulit untuk mengalami peningkatan, hal ini disebabkan antara lain karena kenaikan harga pupuk dan pestisida yang tidak sebanding dengan kenaikan harga gabah. Harga gabah yang murah menyebabkan petani sulit untuk memperoleh keuntungan yang besar dalam usaha pertaniannya, bahkan petani seringkali merugi dalam panennya. Harga gabah atau beras selalu murah karena ditekan harganya agar tetap murah oleh pemerintah. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu pemerintah menekan harga beras tetap murah untuk memacu pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan nasional. 2 Soetrisno, dalam Noer Fauzi, Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, hal. 205 8 Pemerintah menekan harga beras agar tetap murah dengan tujuan kebutuhan dari masyarakat dapat terpenuhi, termasuk kebutuhan masyarakat yang bergerak di sektor industri dapat tercukupi, terutama kebutuhan pangan. Dengan terpenuhinya kebutuhan dari masyarakat, tentu saja dampaknya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang bergerak di sektor industri akan menyebabkan mereka dapat bertahan dalam industri mereka dan pada akhirnya memacu pertumbuhan ekonomi. Namun dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi ini ada pihak yang dikorbankan, yakni petani. Petani menjadi korban untuk meraih atau memacu pertumbuhan ekonomi, petani sering mengalami kerugian karena harga beras yang murah. Pengeluaran yang dilakukan oleh petani dalam produksi pertanian tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh saat panen. Seringkali pengeluaran yang dilakukan lebih besar daripada hasil yang didapatkan, atau jika memperoleh keuntungan jumlahnya sedikit. Wilayah Sleman bagian barat yang terkenal sebagai wilayah atau kawasan lumbung padi, petani di wilayah tersebut juga mengalami hal yang sama dengan yang sudah disebutkan diatas. Seperti yang dimuat dalam harian Radar Jogja pada hari Kamis, tanggal 10 Mei 2012. Disebutkan bahwa berbagai permasalahan yang menghimpit petani di wilayah Sleman bagian barat belum juga ada solusinya. Mulai dari serangan hama hingga masalah irigasi. Ditambah lagi akses jalan yang buruk dan banyak lubang yang makin menghambat perkembangan komoditas pertanian. Kepala Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Dwini Santana mengatakan rusaknya sarana irigasi mengakibatkan sekitar 300 hektar lahan pertanian kekurangan air. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan padi tidak 9 optimal. Belum lagi serangan tikus (usai tanam) dan wereng (jelang panen) mengakibatkan kualitas dan kuantitas padi menurun. Persoalan ini kerap disampaikan dalam musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) di tingkat desa hingga kabupaten, tetapi belum kunjung ada solusinya. Pemerintah Desa berharap Pemerintah Pusat mengucurkan dana stimulan untuk mengambangkan produk pertanian mengingat beban petani sudah sangat berat karena beban modal dan juga adanya pajak lahan pertanian. Selain itu pemerintah desa juga mengharapkan adanya bantuan pengerasan jalan usaha tani sepanjang 10 kilometer untuk menunjang pengangkutan hasil produksi pertanian. Kepala Dinas Pertanian Provinsi DIY Nanang Suwandi mengatakan bahwa petani merupakan profesi yang strategis namun jauh dari kesejahteraan. Menjadi ironis ketika kawasan lumbung padi gagal panen karena tikus, dan wereng, serta saluran irigasi yang rusak. Menurut Nanang, peningkatan produksi pertanian harus diiringi kebijakan pendukung. Guna menekan biaya produksi sekaligus memasarkan hasil panen dengan harga profit, hal tersebut menjadi “PR” bagi pemerintah agar ada profit bagi petani demi mewujudkan ketahanan pangan. 3 Berdasarkan hasil observasi terhadap 28 transaksi gabah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama Januari 2013, jumlah observasi didominasi oleh Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 60,71 persen, diikuti oleh gabah kualitas rendah sebanyak 39,29 persen. Sedangkan observasi Gabah Kering Giling (GKG) bulan ini tidak dijumpai. Dibandingkan Desember 2012, rata-rata harga 3 http://www.radarjogja.co.id/component/content/article/2-utama/24909-ratusan-hektar-sawahkrisis-air.html 10 gabah kualitas GKP pada Januari 2013 mengalami kenaikan 6,98 persen menjadi Rp 4.432,94 per kg di tingkat petani dan naik 6,81 persen menjadi Rp 4.470,59 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 3,32 persen menjadi Rp 3.845,45 per kg di tingkat petani dan harga di tingkat penggilingan naik 3,53 persen menjadi Rp 3.895,45 per kg. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp 4.950,00 per kg pada kualitas GKP dengan varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bambanglipuro (Bantul). Sedangkan harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp 3.500,00 per kg dengan kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Kretek (Bantul). 4dari data tersebut dapat diketahui bahwa penghasilan petani jumlahnya kecil, meskipun ada peningkatan pendapatan dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan tersebut dibarengi dengan peningkatan biaya produksi termasuk biaya pengelolaan lahan dan biaya perawatan tanaman padi. Persoalan yang dihadapi petani dari tahun ke tahun tetap sama seperti harga jual gabah yang rendah, mahalnya harga pupuk di pasaran, serta kebijakankebijakan pemerintah yang kurang efektif untuk memperbaiki nasib petani juga kebijakan pemerintah untuk menyediakan pangan murah bagi sektor industri. Sebagai penghasil bahan makanan atau pangan sebagian besar penduduk di Indonesia selayaknya petani memiliki posisi tawar yang tinggi, namun yang terjadi sebaliknya, bahkan mereka tidak bisa menentukan sendiri harga jual hasil produksi mereka yakni gabah atau padi. Harga jual gabah ditentukan oleh pemerintah atau pedagang. Harga gabah juga dapat turun jika masa panen 4 Sumber : http://yogyakarta.bps.go.id/brs/273-berita-resmi-statistik-1-februari-2013.html 11 bersamaan dengan daerah sekitar. Memang sudah ada peraturan perundangan yang mengatur tentang impor beras yang pada awalnya sempat melegakan bagi para petani yakni Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Beras, namun dibalik diberlakukannya peraturan tersebut masih marak terjadi penyelundupan impor beras ke Indonesia yang pada akhirnya memukul harga jual gabah petani sehingga harga jual gabah kembali murah. Dari beberapa data yang sudah disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa para petani selama ini dapat dikatakan belum bisa memperbaiki nasibnya, yakni dalam hal peningkatan kesejahteraan mereka. Di sisi lain kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang pertanian juga belum mampu menyentuh upaya perbaikan kesejahteraan petani. Dari permasalahan tersebut para petani di Desa Sumberagung mempunyai strategi tersendiri atas inisiatif mereka sendiri untuk bertahan dan berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya (meningkatkan kesejahteraannya). Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengkaji adanya usaha-usaha atau strategi yang dilakukan oleh petani sendiri yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan menggali potensi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Desa Sumberagung. 12 C. Rumusan Masalah Masalah menjadi titik tolak atau menjadi sumber dilakukannya suatu penelitian jenis apapun. Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, tetapi dilakukannya berdasarkan atas persepsi seorang peneliti terhadap adanya suatu masalah. Perumusan masalah dapat dalam bentuk pertanyaan (question) dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement). Titik tekan perumusan masalah adalah pada apa yang menjadi masalah penelitian itu sendiri. Berdasarkan uraian yang sudah tertuang dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: bagaimana strategi yang dilakukan oleh petani padi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka? 13 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Diperlukan penentuan tujuan penelitian terlebih dahulu, agar penelitian yang akan dilakukan mempunyai arah yang jelas, dan juga jelas batas-batas penelitian yang dirumuskan dalam proses penelitian. Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui strategi yang dilakukan oleh petani padi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya. 2. Dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berwenang sebagai input terhadap perumusan kebijakan pembangunan, khususnya pembangunan di bidang pertanian. 3. Bagi jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan referensi bila dilakukan penelitian yang akan datang. 14 E. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Strategi Definisi strategi yang paling sederhana adalah cara organisasi untuk mencapai tujuan tertentu (Reksohadiprojo dikutip Sjhihabuddin, 1999). Sedangkan definisi lain yang dikutip oleh Rangkuti (1998 : 3-4) adalah sebagai berikut: Chandler mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Sedangkan Agryris dan Mintzberg, mendefinisikan strategi sebagai respon (secara terus menerus maupun adaptif) terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Berbeda dengan Porter yang mendefinisikan strategi sebagai alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Sedangkan Bryson secara sederhana mendefinisikan strategi sebagai a plan to archieve the mission and meet the mandates (suatu rencana untuk meraih misi dan melaksanakan mandat). 5 Strategi merupakan suatu pola tujuan, kebijakan, pola kegiatan, keputusan, maupun pengalokasian sumber daya yang menentukan apa organisasi itu, apa yang dikerjakannya, dan mengapa melakukan itu. Dengan demikian strategi merupakan pengembangan dari misi organisasi 5 John Bryson, Strategic Planning for Public and Profit Organization: A Guide Strengthening and Sustaining Organizational Achievement (San Fransisco, 1995) hal. 131 15 yang menghubungkan organisasi itu dengan lingkungannya, sehingga strategi merupakan outline respon organisasi terhadap tantangan mendasar yang dihadapi. Strategi mempunyai peran yang penting dalam organisasi karena merupakan alternatif metode yang dapat dilakukan serta akan berfungsi sebagai penunjuk untuk menentukan prioritas kerja. Selain itu dapat juga berfungsi sebagai rumusan jalan keluar yang harus dilakukan dan sebagai alur pikir kita dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Strategi sering dikatakan sebagai arah umum yang akan ditempuh suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Strategi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut. 6 Konsep strategi menurut Strickland (Winardi, 2003 : 107), strategi merupakan bauran yang terdiri dari: pertama, tindakan-tindakan yang dilakukan secara sadar yang ditujukan ke arah sasaran-sasaran tertentu. Kedua, tindakantindakan yang diperlukan guna menghadapi perkembangan-perkembangan yang tidak diantisipasi dan karena tekanan-tekanan kompetitif yang dilancarkan. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa strategi mempunyai sifat proaktif dan reaktif (adaptif). Dari beberapa konsep strategi yang sudah disebutkan diatas, petani padi di desa Sumberagung juga mempunyai strategi untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Mereka memiliki cara atau alat dengan mengelola sumber daya yang mereka miliki untuk mewujudkan tujuan mereka, yang salah satunya adalah peningkatan kesejahteraan. 6 Sari, Eko Novita, Strategi Koperasi Tani Muttaqin dalam Memenuhi Kebutuhan Pupuk bagi Anggotanya, Skripsi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, 2011 16 - Strategi Survival Strategi bertahan hidup atau strategi survival merupakan bagian dari teori Aksi. Strategi survival adalah suatu keberadaan berkesinambungan dengan batasan waktu yang relatif bagi individu atau kelompok, obyek, dan tujuan, dan terus dilakukan langkah-langkah tertentu dalam mempertahankan keberadaannya tersebut. Secara sosiologis konsep strategi survival dapat diartikan sebagai usahausaha menuju kemampuan secara berkesinambungan. 7 Strategi survival disini digunakan oleh petani untuk menghadapi berbagai permasalahan mereka. Maka dari itu petani padi di desa Sumberagung memilih beberapa strategi survival agar tetap dapat mempertahankan keberadaannya. 2. Konsep Petani Arti dari pertanian adalah kegiatan kemanusiaan mengusahakan tanah dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hasil hewan, tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah tersebut untuk mendatangkan hasil selanjutnya. 8 Dalam artian ini, orang yang melakukan usaha baik itu dengan tanaman ataupun ternak itu adalah dengan tujuan tertentu untuk dapat menyelenggarakan hidupnya sepanjang masa, turun-temurun, setidaknya bukan untuk satu dua tahun saja. Tahun berikutnya ia sekeluarga harus menyelenggarakan hidup, anak harus dibesarkan, dan sebagainya. Mungkin kebutuhannya akan semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan itu 7 Indah Kusumawati, Nur, Industri Kecil Batik Tulis di Tengah Merebaknya Batik Pabrikan, Skripsi Jurusan Ilmu Sosiatri, 2009 8 Prof. IR Anwas Adiwilaga, Ilmu Usaha Tani, Penerbit Alumni, Bandung, 1975, hal. 2 17 setidaknya petani harus mampu memperoleh dari usahanya itu penghasilan yang tidak kurang dari yang diterima pada tahun-tahun sebelumnya. Tanah yang dikerjakan tersebut dipergunakan dalam kegiatan usaha untuk mendatangkan hasil yang diharapkan. Secara tegas, kemampuan tanah tersebut tidak dapat berkurang dengan kata lain kemampuan tanah tersebut harus tetap. 9 Terdapat beberapa istilah petani secara antropologis dalam Bahasa Inggris yang semuanya seolah-olah bermakna petani namun masing-masing memiliki perbedaan yang jelas. Istilah-istilah tersebut antara lain: peasant, tribe, farmer/ agricultural entrepreneur. Peasant bermakna kaum tani pedesaan, yaitu orang yang bercocok tanam dan beternak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruangruang tertutup (green house). Peasant tidak melakukan usaha dalam arti ekonomi, ia mengelola sebuah rumah tangga, bukan sebuah perusahaan bisnis. Farmer atau pengusaha pertanian (agricultural entrepreneur) merupakan sebuah perusahaan yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang dibeli di pasar untuk memperoleh laba dengan menjual hasil produksinya secara menguntungkan di pasar hasil bumi. Tribe (petani primitif) petani yang bagian terbesar dari hasil produksi dimaksudkan untuk digunakan oleh penghasilan-penghasilannya sendiri atau untuk menunaikankewajiban-kewajiban kekerabatan, dan bukan untuk dipertukarkan dengan tujuan memperoleh keuntungan. 10 9 Prasetya N, Yuli, Marginalisasi Petani dalam Alih Fungsi Lahan Pertanian, Skripsi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, UGM, 2011, hal. 18 10 Nurhadi, Mengembangkan Jaminan Sosial Mengentaskan Kemiskinan, Media Wacana, Yogyakarta, 2007, hal. 80 18 Di Indonesia kebanyakan petani merupakan petani kecil yang sebagian besar hasil pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau subsisten, sehingga lebih sesuai disebut dengan “peasant”. Mereka mengedepankan semboyan “safety first” atau dahulukan selamat. 11 Kemiskinan identik dengan petani kecil, ciri-ciri petani kecil antara lain: memiliki lahan kurang dari 0,5 ha, berpendidikan rendah, bermodal lemah, dan kurang responsif terhadap inovasi baru. 12 Persoalan lain petani di Indonesia harus mengusahakan usaha tani di lingkungan tropika yang penuh resiko misalnya, banyak hama, tidak menentunya curah hujan, para petani harus lebih berhati-hati dalam menerima inovasi karena kegagalan berarti penderitaan bagi seluruh keluarga. Hal tersebut menjadikan petani dalam posisi yang dilematis dimana untuk dapat survive petani harus berani mengambil resiko dalam berinovasi, namun jika inovasi ini gagal mereka harus siap menanggung sendiri akibatnya. 13 11 Warsana, SP, Strategi Melakukan Penyuluhan Pertanian untuk Petani “Kecil”, 2008, dalam: http://www.google.com/url?q=http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/202/pdf/Strategi%2520 Melakukan%2520Penyuluhan%2520Pertanian%2520untuk%2520Petani%2520%2522kecil%2522 .pdf&sa=U&ei=65dIUZztKYrUrQeoroHoCQ&ved=0CBoQFjAA&usg=AFQjCNHYaZ4auGQC WtwU41nDelB-Qe47wg 12 Karwan A Salikin, Sistem Pertanian Berkelanjutan, Kanisius, Yogyakarta, 2003, hal. 93 13 Loekman Sutrisno, Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis, Kanisius, Yogyakarta, 2002, hal. 5 19 3. Konsep Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diketahui dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Semakin mampu seseorang memenuhi beragam kebutuhan hidupnya dapat dikatakan semakin tinggi pula kesejahteraannya. Kita dapat memberi gambaran secara umum tentang sejahtera tersebut. Tetapi kita masih mengalami kesulitan menilai apakah seseorang tergolong sejahtera atau tidak karena penilaian tentang tingkat kesejahteraan seseorang sangat relatif. Menurut Aisyah Dahlan dalam Suharto (2002), kesejahteraan diartikan sebagai berikut 14: Pengertian kesejahteraan dengan kebahagiaan walaupun secara maknawi sulit dibedakan. Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera” yang dipakai untuk suatu yang kongkret, riil, materiil, dan intelyk, sedangkan ‘kebahagiaan’ berasal dari kata bahagia yang dipakai dalam suatu yang abstrak bersifat immateriil atau inenlyk, rohaniah, jelasnya kalau sejahtera adalah untuk material jasmaniah (ulterlyk) sedangkan bahagia immaterial. (Aisyah Dahlan, 1974 : 8) Dari maksud istilah diatas maka sejahtera merupakan suatu keadaan yang baik menyangkut kebahagiaan dan ketentraman hidup keluarga berupa kesehatan, ketentraman, kedamaian, harapan masa depan, dan sebagainya. Senada dengan pendapat tersebut pengertian kesejahteraan yang dikemukakan oleh Sutari Imam Bernadib dalam Suharto (2002) adalah: Sejahtera ialah bila keluarga itu dapat dipenuhi semua kebutuhan-kebutuhannya, baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani secara seimbang. Kebutuhan jasmani antara lain: makan, pakaian, perumahan, dan kesehatan. Kebutuhan rohani 14 Murtika Sari, Rati, Agroforestri sebagai Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Skripsi Jurusan Ilmu Sosiatri UGM, 2009, hal. 35 20 antara lain: kebutuhan akan rasa harga diri, dihormati, rasa aman, disayangi, rasa puas, tenang, tanggung jawab, dan sebagainya. (Sutari Imam Bernadib, 1981 : 3) Kesejahteraan masyarakat dapat terwujud apabila ada upaya untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani atau keselarasan antara keduanyalah yang dinamakan kesejahteraan. Pencapaian kebutuhan jasmani dapat diukur mempergunakan tolok ukur kebendaan, dimana masing-masing individu mempunyai ukuran yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. Ada yang secara materi dapat mencapai tingkat sangat tinggi jika diukur berdasarkan kebutuhan fisik minimum, namun ada pula yang berada di bawah garis ukuran minimum. Kemampuan ini menurut David C McLelland tergantung kepada tinggi rendahnya motivasi seseorang untuk “melakukan sesuatu dengan baik atau melakukan sesuatu dengan lebih baik” daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan kata lain hal ini dapat disebut sebagai n Ach (Need of Achievement), kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi yang dicapai oleh seseorang (Myron Weyner, 1981 : 2). Abraham Maslow mengatakan apabila kebutuhan manusia yang terdiri dari lima tingkatan yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk prestasi, serta kebutuhan untuk mempertinggi kapasitas kerja dipenuhi dengan baik, maka tingkat kesejahteraan akan terwujud (A. Maslow, 1980 : 25). 15 15 Lebih lanjut baca Tesis Sri Sumekti, Janda sebagai Kepala Keluarga dalam Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga (Studi tetang Integrasi Wanita di Kalangan Masyarakat Kota)...Fakultas Pasca Sarjana, UGM, 1991, hal. 35-37 21 Mohammad Hatta dan Edi Swasono (2005) menyatakan bahwa kesejahteraan sosial di Indonesia berdasarkan pada paham “demokrasi ekonomi” yang bertumpu pada kemakmuran masyarakat, bukan pada kemakmuran seseorang. Dimana dalam konteks demokrasi ekonomi, kesejahteraan sosial berdasar pada “hak sosial rakyat”, yaitu tiap-tiap warga negara berhak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari titik tolak ini, jelas bahwa penghidupan yang layak tidak terpisah dari pekerjaan, jelas pula dengan rumusan tentang “hak sosial rakyat” ini bahwa kehidupan yang layak tidaklah bersifat filantropis tetapi adalah hasil dari pemberdayaan (empowerment) rakyat agar mampu bekerja dan memperoleh pekerjaan. Menurut Segal dan Brzuzy (1998 : 8) kesejahteraan sosial diartikan sebagai berikut: “Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat.” Friedlander (1968 : 13) merumuskan konteks kesejahteraan sosial sebagai berikut: Kesejahteraan sosial adalah sistem terorganisir dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial yang dimaksudkan untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan, dan hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan seluruh kemampuannya dan untuk meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya. 22 Sedangkan kesejahteraan sosial sebagai “ilmu”, Irawan Suhartono (1993 : 4) menegaskan bahwa: ...orang-orang yang mempunyai berbagai macam kebutuhan pelayananpelayanan tersebut diatas, khususnya yang tidak dapat memenuhinya berdasarkan kriteria pasar, maka mereka menjadi sasaran atau perhatian kesejahteraan sosial. Definisi kesejahteraan sosial sendiri dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu kesejahteraan sosial sebagai kondisi, kesejahteraan sosial sebagai kegiatan atau pelayanan, dan kesejahteraan sosial sebagai “ilmu”. Untuk mengerangkai penelitian ini, peneliti hanya akan menjelaskan kesejahteraan sebagai kondisi. Kesejahteraan sosial sebagai sebuah kondisi memang memiliki definisi yang berbeda-beda. Yang pertama kesejahteraan sosial berdasarkan Pemerintah dan DPR RI adalah sebagai berikut: Kesejahteraan sosial ialah suatu tatanan kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia dengan Pancasila (Pemerintah dan DPR RI, 1983 : 64). Kesejahteraan sosial juga dikemukakan oleh Suparlan sebagai berikut: Kesejahteraan sosial, keadaan sejahtera pada umumnya, yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja: jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan (Suparlan, et al, 1983 :58). Sedangkan Midgley (1995 : 14) menjelaskan kesejahteraan sosial sebagai: ...suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun dari tiga unsur sebagai berikut. Itu adalah pertama, setinggi apa masalah-masalah sosial dikendalikan, kedua, seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, dan terakhir, setinggi apa kesempatan-kesempatan untuk maju tersedia. Tiga unsur ini berlaku bagi 23 individu-individu, masyarakat. 16 keluarga-keluarga, komunitas dan bahkan seluruh Sumarno Nugroho dalam Sistem Intervensi Sosial, menjelaskan bahwa: Kesejahteraan mempunyai arti: aman sentosa, makmur atau selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran dan sebagainya). 17 Pada umumnya tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui indikator kemiskinan, dimana apabila sebagian besar masyarakat tidak memenuhi indikator kemiskinan maka dapat diartikan bahwa masyarakat tersebut tidak dikategorikan sebagai masyarakat miskin alias sejahtera. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti, pertama adalah istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Kedua, dalam keadaan ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memiliki arti khusus resmi dan teknikal seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial. Ketiga, dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan ide negara sejahtera. Keempat, di Amerika Serikat, sejahtera menunjuk ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang keadaannya 16 Drs. Mohammad Suud, M.A, “3Orientasi Kesejahteraan Sosial”, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006, hal 4-11 17 Fauzik Lendriyono,”Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan Sosial”UMM Press, Malang, 2007, hal 116 24 pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak berkecukupan. Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain, seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya untuk dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan bekerja, dan dikenal sebagai workfare. 18 Di Indonesia istilah kesejahteraan pada umumnya diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan material dan kebutuhan non material dimana manusia aman dan bahagia karena kebutuhan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi, serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya. 19 Menurut Pasal I, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 20: Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari 18 Michael Todaro, 1999. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga, hal. 46 19 Suharto Edi, PhD, 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 25 negara.Akibatnya masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. 21 Permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan petani padi antara lain yakni rendahnya pendapatan dan kebijakan dari pemerintah yang selama ini belum berhasil merubah kehidupan para petani padi. Secara tidak langsung hal-hal tersebut terkait dengan kesejahteraan para petani padi, dimana tingkat kesejahteraannya ini dapat diketahui dengan kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 4. Teori Aksi Dalam penelitian ini, paradigma yang dianggap sesuai dengan fokus penelitian dan akan digunakan sebagai landasan untuk mengkaji fenomena yang diperoleh di lapangan yaitu Paradigma Definisi Sosial. Weber sebagai pengemuka exemplar paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Kedua hubungan tersebut yang menjadi pokok persoalan sosiologi. Inti tesisnya adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu. Yang dimaksudkan tindakan sosial itu adalah tindakan individu yang mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta 21 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 26 antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal atau menurut terminologi Weber sendiri disebut dengan verstehen. Dalam Paradigma Definisi Sosial terdapat tiga teori yang termasuk di dalamnya, antara lain: 1. Teori Aksi 2. Teori Interaksionisme Simbolik 3. Teori Fenomenologi Penelitian ini akan menggunakan teori aksi (action) yang menekankan bahwa individu menentukan sendiri barang sesuatu yang bermakna bagi dirinya sendiri. Jadi sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan yang bermakna bagi dirinya, sehingga teori ini relevan untuk menjelaskan strategi petani padi. Terdapat beberapa asumsi fundamental Teori Aksi yang dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut 22: 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. 2. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. 22 Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV. Rajawali. 2003. Hal. 46 27 3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan yang telah dilakukannya. 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan. 7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi, sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri (vicarious experience). Sedangkan teori aksi menurut Parsons adalah unit-unit dasar tindakan sosial yang mempunyai karakteristik sebagai berikut 23: 1. Adanya individu selaku aktor. 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu. 3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya. 23 Ibid. hal. 48 28 4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. 5. Aktor berada di bawah kendali nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Parsons mengungkapkan bahwa kemampuan aktor untuk memilih adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya atau yang biasa disebut dengan voluntarism. Aktor menurur konsep voluntarisme adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Setiap manusia pasti menginginkan suatu kehidupan yang sejahtera baik dalam aspek ekonomi maupun sosial dengan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dengan warga desa Sumberagung yang sebagian besar bekerja sebagai petani padi agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Indonesia merupakan negara agraris yang dapat memenuhi kebutuhan pangan dari masyarakatnya dengan hasil pertanian yang dimilikinya. Dalam pemenuhan kebutuhan pangan ini petani padi mempunyai peran yang sangat penting, karena mereka merupakan pemasok sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat. Pembangunan di Indonesia dilakukan bertujuan untuk meningkatkan atau menciptakan 29 kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai peningkatan kesejahteraan tersebut, kebutuhan-kebutuhan dari mesyarakat harus terpenuhi. Salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi adalah kebutuhan pangan. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa petani juga mempunyai peran dalam proses pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan. Terlepas dari potensi dan peranannya petani padi juga memiliki berbagai macam permasalahan. Hal tersebut dialami pula oleh para petani padi di desa Sumberagung, kecamatan Moyudan, kabupaten Sleman, dimana persoalan tersebut antara lain para petani memiliki nilai tawar yang rendah, misalnya mereka tidak bisa menentukan sendiri harga jual barang produksi mereka yakni beras atau gabah. Selanjutnya juga dalam hal perumusan kebijakan pembangunan, petani hanya bisa menerima kebijakan yang terkait dengan pertanian yang selama ini belum bisa mengangkat, memperbaiki kesejahteraan mereka, karena sebagian besar dari petani masih jauh dari kata sejahtera, terutama para petani yang hanya memiliki lahan yang terbatas, atau malah tidak memiliki lahan. Dalam mempertahankan pekerjaan mereka diperlukan berbagai tindakan, tindakan tersebut bertujuan untuk dapat mempertahankan kelangsungan usaha pertanian dan juga meningkatkan pendapatan mereka. Sejalan dengan Teori Aksi diatas petani padi sebagai subyek (aktor) bertindak melakukan berbagai strategi untuk mempertahankan keberadaannya dalam menghadapi berbagai permasalahan mereka. Tindakan untuk melakukan strategi-strategi ini merupakan pola yang wajar dari sebuah kerangka berpikir untuk mencapai tujuan hidup mereka, yaitu melangsungkan usaha pertanian dan 30 juga meningkatkan pendapatan mereka. Dalam mempertahankan hidupnya, petani memilih dan menentukan sendiri apa yang akan dilakukan berdasarkan penafsiran yang terjadi dalam realitas. Selain itu petani juga memiliki alat, teknik, dan metode tersendiri yang digunakan sebagai tindakan atau strategi agar tetap eksis. Dalam memilih dan menentukan strategi ntuk mempertahankan kelangsungan usahanya, para petani merupakan pelaku yang aktif dan kreatif. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani menginisiasi petani untuk melakukan suatu tindakan yang kreatif agar terus mempertahankan keberadaannya. Tindakan yang kreatif tersebut diperlukan suatu kemampuan yang tepat dari petani dalam memilih cara atau strategi untuk mencapai tujuannya. Teori Aksi akan digunakan di dalam penelitian ini agar dapat mengetahui dan mempelajari serta menganalisis tindakan atau strategi yang digunakan para petani dalam menghadapi berbagai permasalahan mereka. 31