peran kegiatan pmr (palang merah remaja) dalam menanamkan

advertisement
PERAN KEGIATAN PMR (PALANG MERAH REMAJA) DALAM
MENANAMKAN SIKAP KEPEDULIAN SOSIAL
DAN POLA HIDUP SEHAT PADA SISWA
DI MAN BABAT
SKRIPSI
Oleh :
Mellyyana Romlatul Munawwaroh
NIM 12130011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
April, 2017
PERAN KEGIATAN PMR (PALANG MERAH REMAJA) DALAM
MENANAMKAN SIKAP KEPEDULIAN SOSIAL
DAN POLA HIDUP SEHAT PADA SISWA
DI MAN BABAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Mellyyana Romlatul Munawwaroh
NIM 12130011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
April, 2017
i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan hasil karya ini penulis panjatkan rasa Puji
syukur kehadirat Illahi Rabbi beserta Nabi Muhammad SAW yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis ucapkan terima kasih kepada:
Ayah (Alm.) dan Ibu, Engkaulah penyemangat hidupku yang tak
henti-hentinya selalu mendo’akan dan memberikan kasih sayangnya,
karena restu kalian yang selalu menyertai setiap langkah
kesuksesanku.
Kakak-kakakku tersayang (Zainul Arifin Aba, S.Pd, A. Fanny
Imaduddin, dan Nenny Khusnawati Mariatul Ulfa, S.Pd.I) yang
selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi,
serta mengajarkanku banyak hal.
Guru, Dosen, dan Pembimbing yang telah memberikan ilmunya dan
memberikan masukan terhadap karya ini.
Terima kasih atas segala dukungan yang kalian berikan, semoga
Allah SWT membalasnya dengan sesuatu yang lebih besar. Dan
semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.
Aamiin yaa Robbal ‘Aalamiin…
iv
MOTTO
َ َ
َ ْ ُّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ُ َ َ ْ َ ْ َ
ًَ ‫الده َيا َوا ْح ِس ًْ ك َمأ ا ْح َس‬
ً‫لا ِخسة وال تيس ه ِصيبك ِم‬
ٰ ‫وابت ِغ ِفيمأاٰتٰىك اللٰه الداز‬
َ
ُْ
َْ َ َ َْ َْ َ َ َ َْ ُ
ْ ‫لا‬
﴾٧٧﴿ ًَ ًْ ‫ض ۗ ِا َّن اللٰ َه ال ًُ ِح ُّب اْل ْف ِس ِد‬
‫اللٰه ِاليك وال تب ِغ الفساد ِفى‬
‫ز‬
ِ
Artinya: ”Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan”.1
(QS. Al-Qoshosh 28: 77)
1
Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010), hlm. 395.
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas segala karunia Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peran Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam Menanamkan Sikap
Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa di MAN Babat” dengan
baik. Hal ini merupakan kewajiban sebagai salah satu persyaratan guna mendapatkan
gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah menghantarkan umatnya dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang yakni agama Islam. Semoga kita termasuk umat beliau
yang mendapatkan syafa‟atnya di yaumul kiamah. Aamiin.
Dalam penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ayahanda Hi. Abu Amar (Alm.) dan Ibunda Elly Rosida, BA, yang selalu
mendo‟akan dan memberikan motivasi kepada penulis untuk terus belajar.
Merekalah yang telah mendidik dan senantiasa memberikan kasih sayangnya
kepada penulis.
viii
2.
Kakak-kakakku Zainul Arifin Aba, S.Pd, A. Fanny Imaduddin, dan Nenny
Khusnawati Mariatul Ulfa, S.Pd.I yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis.
3.
Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4.
Bapak Dr. H. Nur Ali, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
5.
Bapak Dr. H. Abdul Bashith, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
6.
Bapak Drs. Ec. Muhammad Mansur, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi
yang
membimbing
dan
memberikan
arahan
serta
masukan
sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
7.
Bapak H. Mokhammad Yahya, MA., Ph.D selaku Dosen Wali.
8.
Bapak dan Ibu Dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
9.
Bapak Drs. H. Abd. Hakim, M.Pd selaku Kepala MAN Babat yang telah
bersedia memberikan izin untuk melakukan penelitian.
10. Bapak Muhammad Rifa‟i, S.Pd selaku Pembina Ekstrakurikuler PMR (Palang
Merah Remaja) MAN Babat yang telah membantu dan memberikan informasi
dalam laporan ini.
11. Ibu Elfi Qomariyah, S.Pd selaku Pelatih Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah
Remaja) MAN Babat yang telah membantu memberikan informasi terkait
ekstrakurikuler.
ix
12. Guru, karyawan, dan staff Tata Usaha MAN Babat yang memberikan informasi
terkait madrasah.
13. Siswa-siswi MAN Babat khususnya anggota PMR (Palang Merah Remaja) yang
telah meluangkan waktunya selama penelitian.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
menjadi skripsi yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca secara umumnya.
Malang, 06 Februari 2017
Penulis
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman
transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang
secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Huruf
‫ا‬
=
z
‫= ق‬
q
‫ = ب‬b
‫= س‬
s
‫= ك‬
k
‫ = ت‬t
‫= ش‬
sy
‫ل‬
=
l
‫ = ث‬ts
‫= ص‬
sh
‫م‬
=
m
‫ = ج‬j
‫= ض‬
dl
‫ن‬
=
n
‫ = ح‬h
‫= ط‬
th
‫و‬
=
w
‫ = خ‬kh
‫= ظ‬
zh
‫ه‬
=
h
‫د‬
= d
‫ع‬
=
„
‫ء‬
=
,
‫ذ‬
= dz
‫غ‬
=
gh
‫= ي‬
y
‫ر‬
= r
‫= ف‬
= a
‫ز‬
f
B. Vokal Panjang
C. Vokal Diftong
Vokal (a) panjang = â
ْ‫= أو‬
aw
Vokal (i) panjang = î
ْ‫= أي‬
ay
Vokal (u) panjang = û
ْ‫= أو‬
û
ْ‫= إي‬
î
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Orisinalitas Penelitian
Tabel 4.1 : Anggota PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat Tahun Pelajaran
2016/2017
Tabel 4.2 : Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
Tabel 4.3 : Hambatan dalam Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
Tabel 4.4 : Peran Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir
Gambar 4.1 : Struktur Kepengurusan PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat
Tahun Pelajaran 2016/2017
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Surat Izin Observasi
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian dari MAN Babat
Lampiran 5 : Bukti Konsultasi
Lampiran 6 : Data Guru MAN Babat Tahun Pelajaran 2016/2017
Lampiran 7 : Data Pegawai MAN Babat Tahun Pelajaran 2016/2017
Lampiran 8 : Data Siswa MAN Babat Tahun Pelajaran 2016/2017
Lampiran 9 : Data Kondisi Sarana dan Prasarana (SARPRAS) MAN Babat Tahun
Pelajaran 2016/2017
Lampiran 10 : Data Anggota PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat Tahun
Pelajaran 2016/2017
Lampiran 11 : Informan Tiap Kelas Anggota PMR (Palang Merah Remaja) MAN
Babat
Lampiran 12 : Program Kegiatan Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat
Lampiran 13 : Dokumentasi Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
Lampiran 14 : Jawaban Informan
Lampiran 15 : Biodata Mahasiswa
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...........................................................................................
v
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .....................................................
vi
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
HALAMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ................................................
xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xv
ABSTRAK ............................................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
1
B. Fokus Penelitian ..........................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................
7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................
8
E. Orisinalitas Penelitian .................................................................................
8
F. Definisi Istilah ............................................................................................. 13
G. Sistematika Pembahasan ............................................................................. 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................ 16
1. Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) ................................................. 16
a. Pengertian Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) .......................... 16
b. Tujuan PMR (Palang Merah Remaja) ............................................... 17
c. Ruang Lingkup Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) .................. 18
xv
d. Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional ........................................................................... 19
e. Hambatan-hambatan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler ..................... 21
2. Penanaman Sikap .................................................................................... 24
a. Pengertian Sikap ................................................................................ 24
b. Ciri-ciri Sikap .................................................................................... 25
c. Proses Penanaman Sikap ................................................................... 25
3. Sikap Kepedulian Sosial ......................................................................... 26
a. Pengertian Sikap Kepedulian Sosial .................................................. 26
b. Kepedulian Sosial dalam Pandangan Islam ....................................... 27
c. Upaya Meningkatkan Kepedulian Sosial ........................................... 29
4. Pola Hidup Sehat .................................................................................... 31
a. Pengertian Pola Hidup Sehat ............................................................. 31
b. Pola Hidup Sehat dalam Pandangan Islam ........................................ 33
5. Peran Guru IPS ....................................................................................... 34
a. Pengertian Guru ................................................................................. 34
b. Tugas dan Peran Guru........................................................................ 36
c. Peran Guru IPS dalam Membentuk Sikap Kepedulian Sosial dan
Pola Hidup Sehat ............................................................................... 40
B. Kerangka Berfikir ........................................................................................ 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................. 45
B. Kehadiran Peneliti ....................................................................................... 45
C. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 46
D. Data dan Sumber Data................................................................................. 46
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 49
F. Analisis Data ............................................................................................... 51
G. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................................... 53
H. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 54
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian ................................................................ 56
xvi
1. Sejarah Berdirinya Madrasah ................................................................. 56
2. Identitas Madrasah .................................................................................. 57
3. Visi dan Misi Madrasah .......................................................................... 57
4. Tujuan Madrasah .................................................................................... 58
5. Indikator Ketercapaian Visi .................................................................... 59
6. Target dan Strategi Madrasah ................................................................. 60
7. Data Guru, Pegawai, dan Siswa MAN Babat ......................................... 61
8. Kondisi Sarana dan Prasarana (SARPRAS) MAN Babat ...................... 62
9. Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) ....................................... 62
a. Sejarah Berdirinya PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat ........ 62
b. Visi dan Misi PMR (Palang Merah Remaja) ..................................... 64
c. Struktur Kepengurusan PMR (Palang Merah Remaja)...................... 64
B. Penyajian Data Penelitian............................................................................ 66
1. Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
dalam Menanamkan Sikap Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat
Pada Siswa di MAN Babat ..................................................................... 67
2. Kendala yang Dihadapi dalam Proses Penanaman Sikap Kepedulian
Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa Melalui Kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja) di MAN Babat ................................................. 70
3. Peran Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam Menanamkan
Sikap Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa di MAN
Babat ....................................................................................................... 71
BAB V PEMBAHASAN
A. Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam
Menanamkan Sikap Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa
di MAN Babat ............................................................................................. 83
B. Kendala yang Dihadapi dalam Proses Penanaman Sikap Kepedulian
Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa Melalui Kegiatan PMR (Palang
Merah Remaja) di MAN Babat ................................................................... 88
C. Peran Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam Menanamkan Sikap
Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa di MAN Babat ........ 91
xvii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 101
B. Saran ............................................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xviii
ABSTRAK
Munawwaroh, Mellyyana Romlatul. 2017. Peran Kegiatan PMR (Palang Merah
Remaja) dalam Menanamkan Sikap Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat
Pada Siswa di MAN Babat. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing Skripsi: Drs. Ec. Muhammad
Mansur, M.Si.
Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang
mengajarkan siswa dalam membentuk kepribadian untuk bersikap kepedulian sosial dan
pola hidup sehat. Pembentukan sikap siswa pada ekstrakurikuler ini tidak terlepas dari
peran guru IPS yang diajarkan melalui mata pelajaran IPS. Di dalam pembelajaran IPS
banyak terkandung nilai-nilai sosial yang dapat menjadikan siswa lebih memahami
bagaimana harus bersikap dan berperilaku untuk bermasyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) memahami bentuk dan pelaksanaan
kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dan
pola hidup sehat pada siswa di MAN Babat, (2) memahami kendala yang dihadapi
dalam proses penanaman sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa
melalui kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat, (3) memahami peran
kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dan
pola hidup sehat pada siswa di MAN Babat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis kualitatif
deskriptif. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Objek penelitiannya
adalah anggota PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat yang berjumlah 54 siswa
dengan informan yang berjumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Teknik pengecekan keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data dengan cara mereduksi data,
menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bentuk dan pelaksanaan kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja) terdiri dari kegiatan rutin dan kegiatan periode, kegiatan rutin
meliputi: materi, senam, mengaji, menjadi kesehatan lapangan, piket jaga UKS, Jum‟at
bersih, dan sosialisasi. Kegiatan periode meliputi: outbound, diklat, lomba-lomba,
latihan gabungan se-Jawa Timur, peringatan HIV/AIDS, donor darah, dan bakti sosial.
Kegiatan rutin dilaksanakan dalam 5 (lima) kali pertemuan, yaitu hari Selasa sampai
Sabtu, untuk kegiatan periode dilaksanakan pada acara tertentu, ada pula yang
dilaksanakan setahun sekali; (2) kendala yang dihadapi siswa meliputi hambatan
internal dan eksternal. Hambatan internal: kurang kesadaran siswa dalam kedisiplinan,
hambatan eksternal: kurangnya sarana dan prasarana, kurang dukungan dari siswa lain,
dan kurang penyuluhan dari Dinas Kesehatan; (3) ekstrakurikuler PMR (Palang Merah
Remaja) memiliki peran penting dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola
hidup sehat. Pembentukan sikap siswa diwujudkan dengan cara mengaplikasikan nilainilai yang terkandung dalam mata pelajaran IPS dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari melalui kegiatan PMR (Palang Merah Remaja).
Kata Kunci: Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja), Penanaman Sikap, Kepedulian
Sosial, Pola Hidup Sehat.
xix
ABSTRACT
Munawwaroh, Mellyyana Romlatul. 2017. The Role of Red Cross Youth Activities in
Building Social Awareness Character and Healthy Lifestyle toward Students
of MAN Babat. Skripsi, Social Science Department, The Faculty of Tarbiyah
and Teachers Training, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University,
Malang. Advisor: Drs. Ec. Muhammad Mansur, M.Si.
Red Cross Youth is an extracurricular activity that guides students to build
personality character, social awareness, and healthy lifestyle. The character building
of this extracurricular activity is inseparable of social science teacher‟s role that is
taught through subject of social science. In the learning process of social science
contained social values that would make students better in understanding to behave
an act for society.
The aims of this research are: (1) To understand the lines and implementation
of Red Cross Youth activity in build social awareness and healthy lifestyles in MAN
Babat. (2) To understand the obstacles those are faced to build social awareness and
healthy lifestyle of the students through Red Cross Youth activity in MAN Babat. (3)
To understand the roles of Red Cross Youth activities in build social awareness and
healthy lifestyles of students in MAN Babat.
This study implement qualitative approach specifically qualitative descriptive.
The instrument of this research is researcher herself. Object of the study are members
of Red Cross Youth of MAN Babat that are numbered 54 and 35 students as the
informant. The writer applied observation, questioner, and documentation as data
collection technique. Technique of checking the validity of data is source
triangulation. And techniques of analysis data are by data reduction, presenting data,
and take conclusion.
The results of the research show: (1) Lines and implementation of Red Cross
Youth consist of routine and period activities. Routine activities take in: material,
gym, reading holy Koran, maintaining the cleanness of field, picket for school health
unit, Friday cleanness, and healthy socialization. Period activities take in: out bond,
training, contests, joint Red Cross Youth exercises of East Java, world HIV/AIDS
day, blood donors, and social service. Routine activities are done five days on a
week, Tuesday to Saturday. While period activities done in certain events, and some
other done once a year. (2) The obstacles faced by students are internal and external
obstacles. Internal obstacles include lack of student‟s awareness of discipline. While
external obstacle include lack of infrastructures, others students support, and
socialization of Department of health. (3) Extracurricular of Red Cross Youth has
important roles to build social awareness and healthy lifestyles. The process of
character building is by applying the values of social science subject into daily life
through activities of Red Cross Youth.
Keywords : Red Cross Youth Activities, Character Building, Social Awareness,
Healthy Lifestyle.
xx
PMR
PMR
PMR
PMR
UKS
xxi
‫‪PMR‬‬
‫‪PMR‬‬
‫والسعاًت لاجتماعيت‪،‬‬
‫‪PMR‬‬
‫همط الحياة الصحت‪.‬‬
‫‪xxii‬‬
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu saja, namun juga
sebagai sarana penyaluran nilai untuk bersosialisasi. Selain itu, pendidikan juga
bermakna sebuah proses untuk membantu menumbuhkan, mendewasakan,
mengarahkan, dan mengembangkan potensi diri anak agar dapat berkembang
dengan baik. Karena tujuan dari pendidikan adalah untuk membentuk karakter,
kepribadian, kemandirian, dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, berbagai
program sekolah dirancang dan diterapkan agar tujuan dari pendidikan tersebut
dapat tercapai.2 Melalui pendidikan ini, seorang anak akan mendapatkan ilmu
pengetahuan dan manfaat yang dapat menunjang masa depan.
Di setiap lembaga pendidikan pastinya terdapat satuan pembelajaran yaitu
kurikulum. Kurikulum tersebut terdiri dari kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan pada
saat jam efektif, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang
dilakukan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu
dalam pengembangan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
siswa. Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan dan kemampuan siswa dalam bidang akademik.3
2
M. Mahbubi, Pendidikan Karakter Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2012), hlm. 37.
3
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm. 270271.
1
2
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yang dimaksud
pengembangan diri yaitu:
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh
oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi atau
dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.4
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan sekolah yang tidak ada dalam mata pelajaran, namun kegiatan ini
merupakan kegiatan yang memiliki tujuan sebagai tempat atau sarana untuk
mengembangkan potensi siswa. Dimana dalam kegiatan tersebut, terdapat guru
ataupun pembimbing yang membina.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kegiatan yang diikuti
oleh siswa di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan
yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah untuk
menunjang pencapaian tujuan kurikulum.5 Hal ini sejalan dengan teori bahwa
yang dimaksud dengan kegiatan yang terkoordinasi disini adalah kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan program kegiatan yang telah ditetapkan oleh
sekolah.
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
4
BSNP. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006), hlm. 10.
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Pelaksanaan Organisasi Sekolah (Semarang:
Depdikbud, 1994).
3
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta tanggung jawab.6
Sehubungan dengan hal tersebut, kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu
siswa dalam membentuk karakter dan sebagai tempat binaan siswa dalam
mengembangkan potensinya. Pada umumnya kegiatan ini adalah kegiatan yang
menyenangkan. Oleh karena itu, kegiatan ini banyak diminati oleh para siswa.
Semua ekstrakurikuler tentunya mempunyai banyak manfaat dan pengalaman,
khususnya bagi siswa itu sendiri. Salah satunya adalah kegiatan ekstrakurikuler
PMR (Palang Merah Remaja).
Kegiatan
PMR
(Palang
Merah
Remaja)
merupakan
salah
satu
ekstrakurikuler yang ada di MAN Babat. Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
dilaksanakan setiap hari Selasa, Rabu, Jum‟at, dan Sabtu untuk latihannya.
Sedangkan untuk pemberian materinya dilaksanakan setiap hari Kamis setelah
pulang sekolah. Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) ini selalu
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk
siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut mengajarkan siswa untuk mempunyai sikap
kepedulian sosial, melatih kerjasama, bertanggung jawab, dan pola hidup sehat.
Selain itu, kegiatan ini juga dipilih sebagai program unggulan di MAN Babat
karena ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) telah melakukan banyak
kegiatan sosial yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas.
6
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.
26.
4
Meskipun madrasah ini terletak juah dari kota Lamongan dan kebanyakan
anak-anak yang sekolah disana berasal dari desa, namun prestasi yang diraih
oleh madrasah ini cukup membanggakan. Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah
Remaja) di MAN Babat memiliki banyak prestasi dalam kejuaraan lomba di
tingkat regional. Misalnya dalam bidang kepalangmerahan pada periode 20152016: Juara 1 lomba kepemimpinan tim A Gitapraja di SMAN 1 Lamongan,
juara 3 lomba kepemimpinan tim B Gitapraja di SMAN 1 Lamongan, juara 1
poster tim A Gitapraja di SMAN 1 Lamongan, juara harapan 2 PRS (Pendidikan
Remaja Sebaya) di SMAN 1 Lamongan, juara peringkat 4 Acipraja di SMAN 19
Surabaya, juara favorit Acipraja di SMAN 19 Surabaya, juara 1 PRS
(Pendidikan Remaja Sebaya) Akperla III di Akademi Keperawatan Lamongan,
juara 2 sanitasi kesehatan Akperla III di Akademi Keperawatan Lamongan, juara
harapan 2 Gerakan Kepalangmerahan Akperla III di Akademi Keperawatan
Lamongan, dan juara 1 cerdas cermat Red Cross Cup di STKIP PGRI Jombang.
Hal ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi anggota PMR (Palang Merah
Remaja) di MAN Babat. Selain memiliki prestasi yang baik, lomba-lomba
tersebut juga melatih siswa untuk lebih bersikap peduli terhadap lingkungan
sekitar dan memahami bidang kesehatan.
Dalam kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dilatih untuk bersikap
kepedulian sosial dikarenakan sikap ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu bergantung pada orang
lain untuk melanjutkan hidupnya. Oleh karena itu, anggota PMR (Palang Merah
Remaja) di MAN Babat dilatih untuk mempunyai sikap kepedulian sosial. Hal
5
ini ditunjukkan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan melalui
ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja), seperti memberikan pertolongan
pertama untuk menangani siswa yang sakit dalam berbagai kegiatan sekolah,
melakukan bakti sosial, dan membantu kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang
dilakukan di sekolah.
Sedangkan pola hidup sehat itu sangat dibutuhkan untuk menjaga tubuh
dari berbagai macam penyakit yang dapat mengancam kesehatan. Di dalam AlQur‟an dan Sunnah meletakkan prinsip yang mendasar tentang cara menjaga
kesehatan tubuh agar manusia dapat berperan dalam kehidupan dunia ini dengan
baik. Kesehatan tubuh menjadi faktor yang sangat menentukan bagi manusia
dalam memikul sejumlah beban yang ada dipundaknya, baik berhubungan
dengan keluarga, masyarakat, maupun tanah airnya.7 Tentunya sebagai siswa hal
ini juga akan berpengaruh dalam proses pembelajaran dan kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja). Apabila siswa yang mengikuti PMR (Palang Merah
Remaja) tidak bisa menjaga pola hidup sehat dengan baik, maka kewajiban
sebagai siswa MAN Babat dan anggota PMR (Palang Merah Remaja) akan
terganggu. Dalam kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) sendiri siswa dilatih
untuk merawat dan menjaga kesehatan dengan diajarkan cara mencuci tangan
yang baik dan benar, makan makanan yang sehat dan bergizi, membagikan
sembako kepada orang yang kurang mampu, mengadakan kegiatan donor darah
dan lain sebagainya.
7
„Abdul Basith Muhammad as-Sayyid, Inilah Makanan Rasulullah SAW: Pola Hidup Sehat
Rasulullah Dikaji dengan Ilmu Kedokteran Modern (Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2007), hlm. 13.
6
Kaitannya dengan pembelajaran IPS, bahwa proses pembentukan dan
penanaman sikap tentunya tidak terlepas dari didikan dan bimbingan seorang
guru. Guru merupakan sosok yang menjadi teladan bagi peserta didiknya,
memberikan contoh yang baik, baik dengan ucapan maupun sikap dan
perilakunya. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang guru profesional yang mampu
membentuk sikap siswa. Di dalam pembelajaran IPS banyak terkandung nilainilai sosial yang dapat menjadikan siswa lebih memahami bagaimana harus
bersikap dan berperilaku untuk bermasyarakat. Karena dalam pelajaran IPS
siswa diajarkan untuk mampu hidup bermasyarakat. Guru IPS tidak hanya
berperan sebagai penyampai ilmu saja, akan tetapi juga mampu menekankan
sikap sosialnya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
mengangkat topik penelitian ini berjudul “Peran Kegiatan PMR (Palang
Merah Remaja) dalam Menanamkan Sikap Kepedulian Sosial dan Pola
Hidup Sehat Pada Siswa di MAN Babat”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana bentuk dan pelaksanaan kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa
di MAN Babat?
7
2.
Bagaimana kendala yang dihadapi dalam proses penanaman sikap
kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa melalui kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja) di MAN Babat?
3.
Bagaimana peran kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja) dalam
menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa di
MAN Babat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk memahami bentuk dan pelaksanaan kegiatan PMR (Palang Merah
Remaja) dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat
pada siswa di MAN Babat.
2.
Untuk memahami kendala yang dihadapi dalam proses penanaman sikap
kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa melalui kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja) di MAN Babat.
3.
Untuk memahami peran kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam
menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa di
MAN Babat.
8
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi seluruh pihak yang terlibat, khususnya pada kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja).
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Lembaga Pendidikan, diharapkan dapat menjadi bahan masukan
yang positif bagi sekolah dan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam menambah wawasan tentang PMR (Palang Merah Remaja).
b.
Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan bagi siswa untuk meningkatkan sikap kepedulian
sosial dan pola hidup sehat baik di dalam maupun di luar lingkungan
sekolah.
c.
Bagi Penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa melalui
kegiatan PMR (Palang Merah Remaja).
E. Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu yang diperlukan untuk mengetahui bidang kajian yang dilakukan
peneliti. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara bidang kajian yang
akan dikaji penulis dengan peneliti terdahulu, maka disini penulis menemukan
beberapa penelitian terdahulu diantaranya sebagai berikut:
9
Menurut penelitian yang dilakukan Murni Machmudah tahun 2014 yang
berjudul “Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Sikap Peduli Sosial Pada
Siswa MTs Mambaul Ulum Gedangan Kabupaten Malang”, hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Kepala Sekolah MTs Mambaul Ulum Gedangan
Kabupaten Malang telah berhasil meningkatkan sikap peduli sosial pada siswa.
Keberhasilan ini dapat dilihat dari terlaksananya kegiatan-kegiatan yang sudah
tersusun. (1) Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan sikap peduli sosial
melalui pendidikan di dalam kelas pada mata pelajaran Akidah Akhlak dan Ilmu
Pengetahuan Sosial, kegiatan amal jariyah, bakti sosial, takziyah, ekstrakurikuler
pramuka, zakat idul fitri dan bagi-bagi kue waktu PHBI (Peringatan Hari Besar
Islam). (2) Kendala yang dihadapi yaitu faktor dalam diri siswa, faktor ekonomi
keluarga, dan faktor pemerintah (Kecamatan). Solusi untuk menghadapi
kendala-kendala tersebut yaitu menghimbau kepada seluruh siswa agar
senantiasa hidup hemat dan selalu menyisihkan uangnya untuk beramal,
meningkatkan kegiatan bakti sosial, berusaha mandiri dan tidak bergantung pada
pemerintah (Kecamatan).8
Penelitian yang dilakukan Galing Faizar Rahman tahun 2014 yang
berjudul “Pendidikan Nilai Kepedulian Sosial Pada Siswa Kelas Tinggi Di
Sekolah Dasar Negeri Muarareja 2 Kota Tegal Tahun Ajaran 2013/2014”, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa guru sudah menanamkan nilai kepedulian
sosial kepada siswa di SD N Muarareja 2 Kota Tegal. Penanaman tersebut
meliputi: (1) Cara verbal melalui motivasi, nasihat, cerita, teguran, hukuman,
8
Murni Machmudah, “Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Sikap Peduli Sosial Pada Siswa
MTs Mambaul Ulum Gedangan Kabupaten Malang”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Maliki Malang, 2014.
10
pujian, dan cara non verbal melalui pembiasaan perilaku, teladan. (2) Strategi
keteladanan, kegiatan spontan teguran, pengondisian lingkungan, dan kegiatan
rutin belum terlaksana dengan baik dan maksimal. (3) Guru menggunakan model
gabungan dengan mengintegerasikan penanaman nilai melalui pelajaran dan luar
pelajaran.9
Menurut penelitian yang dilakukan Rika Mawar Hastuti pada tahun 2013
yang berjudul “Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Moral Sosial Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Di SMP Negeri 6
Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
implementasi
penanaman
nilai-nilai
moral
siswa
melalui
kegiatan
ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMP Negeri 6 Surakarta sudah
dilakukan, baik pada saat pembelajaran di kelas maupun saat praktik.
Pembelajaran
di
kelas
diberikan
dalam
bentuk
penyampaian
materi
menggunakan pengajaran yang menarik dengan memberi contoh nyata melalui
penggunaan media visual maupun audiovisual. Sedangkan pembelajaran
praktiknya meliputi kegiatan-kegiatan penugasan, seperti pemberian pertolongan
pertama di lingkungan sekolah terutama pada saat pelaksanaan upacara bendera,
merawat teman yang sakit di Unit Kesehatan Sekolah (UKS), dan membantu
dokter sekolah setiap hari Rabu.10
9
Galing Faizar Rahman, “Pendidikan Nilai Kepedulian Sosial Pada Siswa Kelas Tinggi di Sekolah
Dasar Negeri Muarareja 2 Kota Tegal Tahun Ajaran 2013/2014”, Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
10
Rika Mawar Hastuti, “Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Moral Sosial Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013”,
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.
11
Penelitian yang dilakukan Hani Atus Sholehah pada tahun 2010 berjudul
“Fungsi Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR):
Studi Multi Situs Di SMA Negeri 3 Malang Dan MAN 3 Malang”. Dari
penelitian tersebut menghasilkan temuan-temuan penelitian yaitu: (1) fungsi
perencanaan: penyusunan program-program kegiatan, jadwal latihan dan tata
tertib PMR disusun oleh anggota PMR sendiri dengan bimbingan dari masingmasing Pembina dan Korbid PMR; (2) fungsi pengorganisasian: adanya struktur
organisasi PMR dan adanya pembagian tugas kepada anggota PMR; (3) fungsi
penggerakan: adanya pembinaan dan pemberian motivasi kepada anggota PMR
dari Pembina PMR; (4) fungsi pengawasan: tidak adanya prosedur dan kriteria
khusus
untuk
mengukur
keberhasilan
dalam
melakukan
pengawasan,
pengawasan dilakukan pada kegiatan yang akan, sedang dan telah berlangsung,
adanya tim pengawas untuk melakukan pengawasan kegiatan ekstrakurikuler
PMR; dan (5) faktor pendukung: terpenuhinya seluruh kebutuhan yang
diperlukan untuk kegiatan dan bekerjasama dengan PMI cabang Malang; serta
(6) faktor penghambat: waktu untuk latihan yang menjadi penghambat dalam
kegiatan tersebut dan latihan dilaksanakan sore hari setelah pulang sekolah.11
Untuk mengetahui lebih jelas tentang persamaan dan perbedaan kajian
dalam penelitian ini, maka orisinalitas penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
11
Hani Atus Sholehah, Fungsi Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR):
Studi Multi Situs Di SMA Negeri 3 Malang Dan MAN 3 Malang (Malang: Universitas Negeri Malang:
2010).
12
Tabel 1.1
Orisinalitas Penelitian
No
1.
2.
3.
Nama Peneliti, Judul,
Bentuk
(Skripsi/Tesis/Jurnal/dl
l), Penerbit, dan Tahun
Penelitian
Murni Machmudah.
Upaya Kepala Sekolah
Dalam Meningkatkan
Sikap Peduli Sosial Pada
Siswa MTs Mambaul
Ulum Gedangan
Kabupaten Malang.
Skripsi. UIN Maliki
Malang. 2014.
Galing Faizar Rahman.
Pendidikan Nilai
Kepedulian Sosial Pada
Siswa Kelas Tinggi di
Sekolah Dasar Negeri
Muarareja 2 Kota Tegal
Tahun Ajaran
2013/2014. Skripsi.
Universitas Negeri
Yogyakarta. 2014.
Rika Mawar Hastuti.
Implementasi
Penanaman Nilai-Nilai
Moral Sosial Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler
Palang Merah Remaja
(PMR) Di SMP Negeri 6
Surakarta Tahun Ajaran
2012/2013. Skripsi.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. 2013.
Persamaan
Perbedaan
- Meneliti
tentang sikap
peduli sosial
- Metode yang
digunakan
sama
- Peningkatan sikap
peduli sosialnya
melalui pendidikan
di dalam kelas
- Jenjang
pendidikannya
berbeda yaitu di
MTs
- Lokasi yang
digunakan berbeda
- Mengkaji
tentang
kepedulian
sosial
- Metode yang
digunakan
sama
- Jenjang
pendidikannya
berbeda yaitu di
Sekolah Dasar
- Lokasi penelitiannya
berbeda
- Meneliti
tentang
kegiatan PMR
(Palang Merah
Remaja)
- Metode yang
digunakan
sama
Orisinalitas
Penelitian
Cara membentuk
dan menanamkan
sikap kepedulian
sosial dan pola hidup
sehat diasah melalui
kegiatan belajar
mengajar dan
ekstrakurikuler PMR
(Palang Merah
Remaja)
Penanaman sikap
kepedulian sosial
dan pola hidup sehat
dengan melakukan
pembiasaan yang
dicontoh dari
keteladanan guru
IPS berupa
penampilan dan
perilakunya
- Jenjang
Pembentukan sikap
pendidikannya
siswa dalam
berbeda yaitu di
ekstrakurikuler PMR
SMP
(Palang Merah
- Lokasi penelitiannya Remaja) diajarkan
berbeda
dalam mata
pelajaran IPS dengan
menerapkannya di
lingkungan sekolah
13
4.
Hani Atus Sholehah.
Fungsi Manajemen
Kegiatan Ekstrakurikuler
Palang Merah Remaja
(PMR): Studi Multi Situs
di SMA Negeri 3 Malang
dan MAN 3 Malang.
Skripsi. Universitas
Negeri Malang . 2010.
- Meneliti
tentang
kegiatan PMR
(Palang Merah
Remaja)
- Jenjang
pendidikannya
sama yaitu di
MAN
- Penelitiannya fokus
pada manajemen
kegiatan PMR
(Palang Merah
Remaja)
- Jenis penelitiannya
berbeda,
penelitiannya
menggunakan studi
multi situs
- Lokasi penelitiannya
berbeda
Dalam penelitian ini
siswa dilatih dengan
pembinaan dalam
ekstrakurikuler PMR
(Palang Merah
Remaja) berupa
kegiatan-kegiatan
sosial dan kesehatan.
Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka jelas antara
persamaan dan perbedaan kajian yang diteliti. Penelitian yang dilakukan peneliti
lebih memfokuskan pada penanaman sikap kepedulian sosial dan pola hidup
sehat dalam kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) melalui pembelajaran IPS.
F. Definisi Istilah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian dalam judul
skripsi ini, maka penulis memaparkan istilah-istilah yang terdapat dalam judul,
yaitu:
1.
Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) merupakan kegiatan di luar
KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) sekolah, namun kegiatan ini memiliki
unsur pendidikan yang bertujuan untuk mendidik siswa agar menjadi
manusia yang berkeprimanusiaan dan tentunya bisa melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya.
14
2.
Penanaman Sikap
Nilai dan sikap itu saling berkaitan, namun posisinya berlainan. Nilai
hidupnya di alam pikiran masyarakat, sedangkan sikap adanya pada diri
seseorang.12 Penanaman sikap merupakan hal yang sangat penting, karena
penanaman sikap dapat menjadi nilai tersendiri bagi individu. Sikap
seseorang akan tercermin dari perilaku yang dilakukan pada kehidupan baik
di rumah maupun di masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses penanaman
sikap, tindakan tersebut harus dilaksanakan dan diterapkan pada diri
individu secara baik agar penanaman sikap tersebut dapat tercapai.
3.
Sikap Kepedulian Sosial
Sikap kepedulian sosial adalah tindakan yang dilakukan seseorang
untuk membantu orang lain yang membutuhkan tanpa memandang siapapun
orang tersebut baik status maupun kedudukan.
4.
Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat adalah upaya seseorang untuk menjadi sehat dengan
memperhatikan beberapa faktor yang dapat mengancam kesehatan. Dengan
demikian, melaksanakan pola hidup sehat secara baik dan benar akan
memperoleh tubuh yang sehat.
12
Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran Geografi (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 88.
15
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dan memahami penyusunan skripsi, maka
sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I
: Pendahuluan, bab ini memaparkan masalah yang dikaji, di dalamnya
terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Kajian Pustaka, bab ini memaparkan landasan teori. Dalam bab ini
dipaparkan mengenai Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja),
Penanaman Sikap, Sikap Kepedulian Sosial, Pola Hidup Sehat, Peran
Guru IPS, serta kerangka berfikir.
Bab III : Metode Penelitian, bab ini berisi tentang metodologi yang digunakan
dalam penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan
prosedur penelitian.
Bab IV : Paparan Data dan Hasil Penelitian, bab ini berisi tentang data yang
telah diperoleh dari hasil penelitian.
Bab V : Pembahasan, bab ini berisi tentang analisa dan interpretasi data.
Bab VI : Penutup, bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang bersifat
konstributif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.
Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
a.
Pengertian Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
PMR (Palang Merah Remaja) merupakan tempat binaan anggota
remaja dari PMI (Palang Merah Indonesia) yang biasa disebut dengan
PMR (Palang Merah Remaja).13 Melalui program kegiatan ini para
remaja di sekolah dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk
mengikuti kegiatan sosial yang tentunya dapat bermanfaat bagi siswa
itu sendiri dan juga bermanfaat untuk masyarakat.
Dalam bukunya Heri Gunawan menyebutkan PMR (Palang
Merah Remaja) merupakan wadah atau tempat untuk membina siswa
dalam pengembangan kepalangmerahan. Hal ini bertujuan untuk
mendidik siswa agar menjadi manusia yang berkeprimanusiaan dan
mampu melaksanakan tugasnya dalam kepalangmerahan. Anggota
PMR (Palang Merah Remaja) harus memiliki jiwa dan semangat
kemanusiaan yang perlu ditanamkan kepada siswa sejak dini.
Pembinaan tersebut harus dilakukan secara terus-menerus agar siswa
selalu siap siaga dan sebagai rasa tanggung jawabnya sebagai anggota
13
Markas
Pusat
Palang
Merah
Indonesia,
Palang
Merah
Remaja,
Jakarta,
(http://www.pmi.or.id/index.php/kapasitas/sukarelawan/palang-merah-remaja.html,
diakses
17
November 2015 jam 13.00 WIB).
16
17
PMR (Palang Merah Remaja).14 Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
dapat bermanfaat bagi siswa karena dengan mengikuti kegiatan ini
siswa mampu membantu orang-orang yang membutuhkan, seperti
menangani orang yang sakit, membantu korban banjir, dan sebagainya.
Dalam kamus istilah pendidikan, PMR (Palang Merah Remaja)
adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah, yang
mana kegiatan tersebut mengandung unsur pendidikan, kegiatan yang
dilakukan tentunya menarik, menyenangkan, menyehatkan, teratur dan
praktis. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan rasa kemanusiaan
dan mencintai tanah air.15
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) adalah kegiatan di luar KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar) sekolah, namun kegiatan ini memiliki
unsur pendidikan yang bertujuan untuk mendidik siswa agar menjadi
manusia yang berkeprimanusiaan dan tentunya bisa melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya. Kegiatan ini mempunyai banyak manfaat bagi
siswa, kegiatan tersebut dilakukan sebagai wujud rasa tanggung
jawabnya dalam melaksanakan tugas kepalangmerahan.
b. Tujuan PMR (Palang Merah Remaja)
Setiap ekstrakurikuler mempunyai tujuan masing-masing, adapun
tujuan dari PMR (Palang Merah Remaja) adalah sebagai penguatan
kualitas remaja dan pembentukan karakter. Anggota PMR (Palang
14
Heri Gunawan, op.cit., hlm. 274.
Angga Teguh Prastyo, Kamus Istilah Pendidikan (Malang: Aditya Media Publishing, 2011), hlm.
79.
15
18
Merah Remaja) merupakan teladan dalam berperilaku hidup sehat,
dapat memberikan motivasi untuk berperilaku hidup sehat, dan juga
sebagai pendidik remaja lainnya. Sebagai anggota PMR (Palang Merah
Remaja) harus mengerti bagaimana seharusnya menjadi anggota PMR
(Palang Merah Remaja), karena sebelumnya diberi pelatihan dan
diajarkan agar bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Anggota PMR (Palang Merah Remaja) ditekankan untuk berperilaku
peduli sosial dan berperilaku hidup sehat.16
Berdasarkan uraian di atas, dari sini dapat diketahui bahwa tujuan
dari PMR (Palang Merah Remaja) yaitu untuk menolong orang lain
yang membutuhkan, berperilaku hidup sehat dan sebagai pembentukan
karakter. Adapun tujuan lainnya yaitu untuk mendidik siswa agar
menjadi manusia yang berkeprimanusiaan dan mampu melaksanakan
tugasnya sebagai anggota PMR (Palang Merah Remaja).
c.
Ruang Lingkup Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
Ruang lingkup kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dikenal
dengan sebutan Tri Bakti Remaja. Adapun ruang lingkup tersebut
mengandung arti sebagai berikut:17
1) Berbakti kepada masyarakat.
16
Tia Ariyanti, Pengaruh Peran Organisasi Palang Merah Remaja Pada Kepribadian Anggotanya
(https://www.academia.edu/9513352/PENGARUH_PERAN_ORGANISASI_PALANG_MERAH_REMAJA_PADA
_KEPRIBADIAN_ANGGOTANYA, diakses 18 November 2015 jam 20.12 WIB).
17
Markas
Pusat
Palang
Merah
Indonesia,
Palang
Merah
Remaja,
Jakarta,
(http://www.pmi.or.id/index.php/kapasitas/sukarelawan/palang-merah-remaja.html,
diakses
17
November 2015 jam 13.00 WIB).
19
2) Mempertinggi keterampilan serta memelihara kebersihan dan
kesehatan.
3) Mempererat persahabatan nasional dan internasional.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kegiatan PMR (Palang Merah
Remaja) sangat membantu orang lain dan masyarakat dalam bidang
sosial maupun kesehatan.
d. Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional
Sebagai anggota Palang Merah harus mengenal Prinsip-prinsip
Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan pedoman bagi semua Komponen
Gerakan. Adapun prinsip-prinsip itu diantaranya sebagai berikut:18
1) Kemanusiaan
Gerakan ini lahir dari keinginan diri sendiri untuk
memberikan pertolongan kepada korban tanpa membeda-bedakan
antara satu dengan yang lain. Gerakan ini dapat menumbuhkan rasa
saling kerjasama, menjalin persahabatan dan perdamaian sesama
umat manusia.
2) Kesamaan
Gerakan ini memberikan bantuan kepada korban tanpa
membeda-bedakan ras, agama, tingkat sosial, ataupun pandangan
politik. Yang mana gerakan ini bertujuan untuk mengurangi
18
Haris Munandar, Mengenal Palang Merah Indonesia dan Badan SAR Nasional (Jakarta: Erlangga,
2008), hlm. 8.
20
penderitaan orang lain dengan cara mendahulukan keadaan korban
yang paling parah.
3) Kenetralan
Gerakan ini tidak boleh melibatkan diri sendiri baik dalam
pertentangan politik, ras, agama, maupun ideologi. Pada intinya
gerakan ini dilakukan agar dipercaya dari semua pihak.
4) Kemandirian
Gerakan ini bersifat mandiri, maksudnya harus mematuhi
peraturan perundangan yang berlaku di setiap negara.
5) Kesukarelaan
Gerakan ini lahir atas dasar rasa sukarela, tidak ada tujuan
lain untuk mencari keuntungan apapun.
6) Kesatuan
Gerakan ini bersifat terbuka untuk semua orang, dan di setiap
negara hanya ada satu perhimpunan yaitu Perhimpunan Palang
Merah atau Bulan Sabit Merah.
7) Kesemestaan
Gerakan ini bersifat semesta, maksudnya hadir di seluruh
dunia. Karena setiap Perhimpunan Nasional mempunyai status
yang sederajat dalam membantu satu sama lain.
Dari beberapa prinsip di atas, dalam setiap gerakan memiliki
tujuan masing-masing. Dimana gerakan tersebut tidak membedabedakan antara golongan satu dengan golongan yang lain. Karena pada
21
intinya semua golongan itu sederajat atau sama. Semua gerakan di atas
lahir atas dasar sukarela tanpa mengharapkan suatu imbalan, karena
sebagai anggota Palang Merah harus mampu melaksanakan tanggung
jawabnya
yaitu
lebih
mengutamakan
kepentingan
orang
lain
dibandingkan kepentingan diri sendiri.
e.
Hambatan-hambatan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam
belajar ada dua, yaitu:19
1) Faktor intern terdiri dari :
a) Faktor fisiologi (cacat tubuh dan kesehatan).
b) Faktor psikologis
(inteligensi,
motif, kematangan,
dan
kesiapan).
c) Faktor kelelahan.
2) Faktor ekstern terdiri dari :
a) Keluarga (orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar
belakang budaya).
b) Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar, keadaan gedung, dan tugas rumah).
19
Lilik Satrio Utomo S., “Identifikasi Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Kegiatan
Ekstrakurikuler Olahraga di SD Negeri 1 Sanden Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul”, Skripsi,
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, 2016, hlm. 14.
22
Menurut
Muhibbin,
secara
global
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, antara
lain:20
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), memiliki dua aspek yaitu:
aspek fisiologis dan psikologis.
a) Aspek fisiologis adalah kondisi organ-organ khusus siswa,
seperti tingkat kesehatan pendengaran dan penglihatan, juga
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi
dan pengetahuan, khususnya yang diajarkan di kelas. Daya
pendengaran yang lemah akan berakibat terhambatnya
penyampaian
proses
penerimaan
informasi.
Hal
ini
menunjukkan bahwa kesehatan organ-oragan tubuh sangat
penting dalam penerimaan informasi.
b) Aspek psikologis adalah faktor rohani atau dari dalam diri
siswa. Banyak faktor yang termasuk dalam faktor psikologis
yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pembelajaran
siswa.
Faktor
yang
paling
penting
yaitu:
tingkat
kecerdasan/intelegensi, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa
dan motivasi siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), memiliki dua aspek yaitu:
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
20
Ibid., hlm. 17-19.
23
a) Faktor lingkungan sosial, seperti guru dan teman-teman
sekelas siswa dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
Seorang guru yang simpatik, pengertian, suri tauladan dan
rajin ini juga akan mendorong semangat belajar siswa.
Keadaan
masyarakat yang kumuh, serba kekurangan dan
anak-anak penganguran akan sangat mempengaruhi aktivitas
belajar, paling tidak anak akan sulit menemukan teman untuk
bisa bertanya tentang kesulitan dan berdiskusi tentang
pelajaran.
b) Faktor lingkungan non sosial seperti gedung sekolah, letaknya,
rumah tempat tinggal dan letaknya. Contoh: kondisi rumah
yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang padat
penduduk ini sangat menggangu proses belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua
faktor yang mempengaruhi anak dalam belajar yaitu faktor intern dan
ekstern.
24
2.
Penanaman Sikap
a.
Pengertian Sikap
Menurut Allport, sikap berarti kesiapan mental, maksudnya yaitu
suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang bersama dengan
pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan
respons terhadap berbagai objek dan situasi.21 Sedangkan Berkman dan
Gilson mendefinisikan sikap sebagai evaluasi individu yang berupa
kecenderungan terhadap berbagai elemen di luar dirinya.22
Menurut pendapat lain dari Davis Krech dkk., sikap adalah reaksi
emosional seseorang terhadap lingkungannya, baik itu positif maupun
negatif, baik persetujuan maupun penolakan yang berkaitan dengan
kondisi sosial yang dialaminya.23
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sikap adalah suatu bentuk perasaan seseorang untuk berperilaku
terhadap sesuatu melalui proses pengalaman yang dialami individu.
Sikap bisa menentukan kualitas perilaku seseorang, apakah perilaku
tersebut baik atau buruk. Sikap biasanya terbentuk dari pergaulan di
lingkungan sekitar.
21
Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm. 81.
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung
yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 45.
23
Nursid Sumaatmadja, op.cit., hlm. 89.
22
25
b. Ciri-ciri Sikap
Menurut Bimo Walgito dalam bukunya Psikologi Sosial
menyatakan bahwa sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:24
1) Sikap tidak dibawa sejak lahir.
2) Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap.
3) Sikap tidak tertuju pada satu objek saja, namun juga dapat tertuju
pada sekumpulan objek.
4) Sikap mengandung faktor perasaan atau motivasi.
Berdasarkan pendapat tersebut, sikap memang bukan bawaan dari
lahir, namun sikap terbentuk dari pengaruh lingkungan sekitar. Di
samping itu, sikap juga merupakan perasaan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan terhadap suatu objek.
c.
Proses Penanaman Sikap
Jika ditinjau dari taksonomi pendidikan, nilai dan sikap termasuk
matra afektif. Kedua konsep tersebut saling berkaitan, namun posisinya
berlainan. Nilai hidupnya di alam pikiran masyarakat, sedangkan sikap
adanya pada diri seseorang.
Menurut Koentjaraningrat, suatu sikap adalah suatu diposisi atau
keadaan mental di dalam jiwa dan diri seseorang individu untuk
bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia atau
masyarakatnya, baik lingkungan alamiahnya maupun lingkungan
fisiknya). Meskipun berada di dalam diri seorang individu, namun sikap
24
Siti Mahmudah, Psikologi Sosial (Malang: UIN-MALIKI Press), hlm. 27-28.
26
biasanya juga dipengaruhi oleh nilai budaya, dan bersumber kepada
sistem nilai budaya.25
Dalam hal ini, penanaman sikap merupakan hal yang sangat
penting, karena penanaman sikap dapat menjadi nilai tersendiri bagi
individu. Sikap seseorang akan tercermin dari perilaku yang dilakukan
pada kehidupan baik di rumah maupun di masyarakat. Oleh karena itu,
dalam proses penanaman sikap, tindakan tersebut harus dilaksanakan
dan diterapkan pada diri individu secara baik agar penanaman sikap
tersebut dapat tercapai.
3.
Sikap Kepedulian Sosial
a.
Pengertian Sikap Kepedulian Sosial
Menurut Barokah, manusia merupakan makhluk sosial ada
sebagian besar manusia yang hidupnya saling ketergantungan, misalnya
ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah,
dan sebagainya. Manusia sejatinya tidak pernah terlepas dari kehidupan.
Manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, karena manusia
pasti membutuhkan orang lain demi melangsungkan kehidupannya,
yang nantinya akan melahirkan kebersamaan, berkomunikasi, dan
tolong menolong dalam berbagai aktivitas sosial lainnya.26 Oleh karena
itu, kepedulian dan saling tolong menolong sangat diperlukan agar bisa
melangsungkan kehidupan di masa mendatang. Kepedulian sosial
25
26
Nursid Sumaatmadja, op.cit., hlm. 89.
Buchari Alma, dkk., Pembelajaran Studi Sosial (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 201.
27
hendaknya dilakukan dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan
apapun.
Sikap kepedulian sosial adalah tindakan yang berupaya untuk bisa
membantu orang yang sedang kesulitan dan yang membutuhkan. Sikap
peduli sosial bisa dilakukan oleh siapa saja dan tidak memandang satu
sama lain baik dari status maupun kedudukan. Misalnya memberi
santunan kepada anak yatim, orang miskin, orang jompo, menjenguk
orang yang terkena musibah, atau bahkan bisa dilakukan dengan cara
memberikan saran maupun nasihat.27 Jadi, sikap kepedulian sosial
merupakan perbuatan baik yang dilakukan seseorang untuk membantu
orang lain yang membutuhkan bantuan kita. Sikap kepedulian sosial
tercipta dari diri seseorang yang ingin melakukan kebaikan dan
menolong orang lain dengan ikhlas. Sikap kepedulian sosial dapat
menciptakan keharmonisan sosial agar tercipta saling bahu-membahu
dan menolong satu sama lain.
b. Kepedulian Sosial dalam Pandangan Islam
Sikap peduli sosial sangat dianjurkan dalam Islam, karena dengan
sikap peduli sosial maka akan timbul persaudaraan antar umat manusia.
Peduli terhadap orang lain berarti sama saja membantu orang lain dalam
hal kebaikan. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an surat AlMa‟un ayat 1-7 yang berkaitan dengan kepedulian sosial. Allah
berfirman:
27
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), hlm. 96.
28
َ
ْ
َّ
َ
ّ ‫َؤ َ َؤ ًْ َت َّالر ْي ًُ َك ّر ُب ب‬
‫﴾ َوال‬۲﴿ ‫﴾ فر ِل َك ال ِر ْي ًَ ُد ُّع ال َي ِت ْي َم‬۱﴿ ًِ ًْ ‫الد‬
‫ز‬
ِ ِ ِ
ِ
ْ
َ
َّ ُ ّْ ٌ َْ َ
َّ
ُّ ‫ًَ ُح‬
ًْ ‫﴾ ال ِر ًْ ًَ ُه ْم َع‬٤﴿ ‫ص ِل ْي َن‬
‫﴾ فىيل ِللم‬٣﴿ ‫ض َعلى ط َع ِام ِاْل ْس ِك ْي ِن‬
ََ
َّ
َ ُ َ ْ ‫َ َ ْ َ ُ ْ َن‬
َ
َ
﴾٧﴿ ‫اع ْىن‬
ٰ ‫﴾ ويمىعى اْل‬٦﴿ ‫﴾ ال ِر ًْ ًَ ُه ْم ًُ َس ُآء ْون‬٥﴿ ‫صَل ِت ِه ْم َس ُاه ْىن‬
Artinya:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Tahukan kamu (orang) yang mendustakan agama?
Maka itulah orang yang menghardik anak yatim;
Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin;
Maka celakalah orang yang sholat;
(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya;
Yang berbuat riya’;
Dan enggan (memberikan) bantuan.28
Berdasarkan
kandungan
ayat
di
atas,
dijelaskan
bahwa
sesungguhnya orang yang mendustakan agama adalah orang yang lalai
dalam melaksanakan kewajibannya yaitu sholat, orang yang tidak
menghargai orang lain, orang yang tidak mau membantu orang lain
yang membutuhkan, dan orang yang tidak memberi makan anak yatim
dan fakir miskin. Artinya orang yang mendustakan agama itu tidak
percaya adanya kebenaran agama, mereka hanya mementingkan dirinya
sendiri tanpa peduli orang lain. Oleh karena itu, dalam ayat tersebut
dianjurkan kepada umat manusia untuk saling peduli terhadap sesama.
Sesungguhnya sebagai manusia harus saling tolong menolong karena
pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain.
Kepedulian sosial merupakan bagian dari ibadah. Sebagaimana
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
28
Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010), hlm. 603.
29
َ َ َ
ْ
َ َْ ْ َ
)‫َمكا ِز ُم لْاخَل ِق ِم ًْ ؤ ْعما ِل ؤ ْه ِل ال َج َّى ِت (زواه الطبراوى عً ؤوس‬
Artinya: “Budi pekerti yang luhur adalah termasuk amalan ahli
surga”. (HR. Tabroni dari Anas bin Malik)
Kepedulian sosial dalam Islam itu tidak terlepas dari budi pekerti
yang baik, dimana sikap ini dilakukan sesuai dengan norma agama, adat
istiadat dan juga peraturan perundang-undangan.29 Dari teori yang telah
dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap peduli
merupakan sikap yang baik seperti yang telah dicontohkan Rasulullah
SAW.
c.
Upaya Meningkatkan Kepedulian Sosial
Untuk meningkatkan rasa kepedulian sosial, maka perlu adanya
upaya-upaya yang dapat memupuk rasa peduli terhadap lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Adapun upaya-upaya tersebut
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:30
1) Pembelajaran di Rumah
Di dalam sebuah keluarga, didikan orang tua termasuk hal
yang utama yang nantinya akan berpengaruh pada sikap anak.
Peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak. Karena
biasanya anak itu akan mengikuti tingkah laku orang tuanya. Oleh
karena itu, sebagai orang tua harus menjadi tauladan yang baik agar
anak menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tua.
29
30
Buchari Alma, dkk., op.cit., hlm. 204.
Ibid., hlm. 210.
30
2) Pembelajaran di Sekolah
Kepedulian sosial dapat diasah melalui pembelajaran di
sekolah. Banyak organisasi-organisasi dan kegiatan sekolah yang
dapat meningkatkan rasa kepedulian sosial terhadap lingkungan
sekolah maupun dalam masyarakat. Kegiatan tersebut tentunya
bermanfaat bagi siswa. Misalnya, dalam organisasi PMR (Palang
Merah Remaja) dilakukan kegiatan sosial yang tujuannya agar
siswa mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan sekolah
maupun masyarakat.
3) Pembelajaran di Lingkungan
Sebuah organisasi tidak hanya ada di sekolah saja, namun di
lingkungan masyarakat juga ada. Terdapat berbagai macam
organisasi-organisasi yang dapat diikuti untuk dapat mengasah
kepedulian sosial di masyarakat. Misalnya, karang taruna yang
umumnya terdiri dari anak-anak muda. Dalam suatu masyarakat,
belajar berorganisasi itu sangat penting karena manusia hidup tidak
sendiri, namun hidupnya berkelompok. Setiap masyarakat ada
berbagai macam budaya, ras, agama, dan sebagainya. Dengan
mengikuti organisasi di masyarakat, maka akan mendapatkan
banyak hal yang bermanfaat bagi kita.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa upaya-upaya tersebut dapat
dijadikan pembelajaran dalam mendidik anak untuk lebih meningkatkan
31
sikap kepedulian sosial terhadap sesama, baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
4.
Pola Hidup Sehat
a.
Pengertian Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat pada dasarnya adalah suatu program yang
meliputi kesehatan, kesegaran jasmani, gizi dan olahraga. Jika semua
itu dilakukan dengan baik dan benar, maka produktivitas kerja organ
tubuh akan lebih baik.31 Sedangkan pengertian pola hidup sehat
menurut Anne Ahira sebagaimana yang dikutip oleh Suryanto adalah
suatu gaya hidup yang memperhatikan faktor-faktor penentu kesehatan,
misalnya makanan dan olahraga.32
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pola hidup sehat adalah upaya seseorang untuk menjadi sehat dengan
memperhatikan beberapa faktor yang dapat mengancam kesehatan.
Dengan demikian, melaksanakan pola hidup sehat secara baik dan benar
maka akan memperoleh tubuh yang sehat.
1) Makanan
Mengonsumsi makanan yang mengandung lemak secara
berlebihan baik lemak yang mengenyangkan maupun lemak yang
31
Heni Agustina, Pengertian Pola Hidup Sehat
(http://polahidupuntuk.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-pola-hidup-sehat.html, diakses 18
November 2015 jam 20.20 WIB).
32
Suryanto, Peranan Pola Hidup Sehat Terhadap Kebugaran Jasmani (Yogyakarta: FIK-UNY,
2011), hlm. 3. Diakses 19 November 2015 jam 21.00 WIB.
32
tidak mengenyangkan itu tidak baik karena dapat mengganggu
kesehatan.33
Kaitannya dengan hal tersebut, makan makanan yang sehat
akan menghindarkan diri dari berbagai penyakit. Saat ini banyak
kematian dini yang disebabkan oleh penyakit-penyakit berbahaya,
seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan lain-lain.34
Hal ini dikarenakan banyaknya orang-orang yang mengkonsumsi
makanan yang tidak sehat. Oleh karena itu, untuk menjaga pola
hidup sehat disarankan untuk tidak makan makanan yang
mengandung lemak dan bahan pengawet, namun makanlah
makanan yang mengandung serat. Yang termasuk makanan yang
mengandung serat adalah biji-bijian, sayur-sayuran dan buahbuahan.
Dari penjelasan tersebut sudah jelas bahwa mengonsumsi
makanan yang mengandung serat merupakan faktor yang sangat
penting dalam kesehatan, karena serat yang terkandung dalam bijibijian, sayur-sayuran, dan buah-buahan dapat mencegah dari
berbagai penyakit yang berbahaya.
2) Olahraga
Selain makanan, olahraga juga dapat menentukan tingkat
kesehatan seseorang. Orang yang rajin berolahraga maka akan
memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, sehingga jarang terkena
33
34
„Abdul Basith Muhammad as-Sayyid, op.cit., hlm. 34.
Suryanto, op.cit., hlm. 3.
33
penyakit.35 Oleh karena itu, olahraga hendaknya sering dilakukan
agar kesehatan tubuh tetap terjaga.
Selain makanan dan olahraga, bergaya hidup sehat juga
merupakan upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk
yang dapat mengganggu kesehatan.36 Dengan demikian, bahwa gaya
hidup sehat adalah suatu pilihan untuk kelangsungan hidup, karena hal
ini merupakan proses untuk mancapai pola hidup yang sehat. Dengan
rutin makan makanan yang sehat dan rajin berolahraga, maka dijamin
kesehatan tubuh akan tetap terjaga dengan baik.
b. Pola Hidup Sehat dalam Pandangan Islam
Hidup sehat itu sangat penting bagi tubuh. Karena menjaga
kesehatan jasmani dan rohani merupakan bagian dari ajaran Islam.
Rasulullah SAW menganjurkan orang-orang Islam untuk berdo‟a dan
meminta kesehatan jasmani dan rohani kepada Allah SWT. Hal ini
tercantum dalam hadits berikut:
Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pengampunan dan kesehatan
(lahir-batin) di dunia dan akhirat. (HR. Ibnu Majah)37
Dalam pandangan Islam, ada beberapa prinsip dasar untuk
menjaga kesehatan, antara lain:38
35
Ibid., hlm. 5.
M. Mahbubi, op.cit., hlm. 45.
37
Hadratul Ma‟wa dan Lisnawati (Ed.), Hidup Sehat Cara Islam: Seluk Beluk Kesehatan dan
Penjaganya (Bandung: JEMBAR, 2007), hlm. 15-16.
38
Ibid., hlm. 17-18.
36
34
1) Islam memperhatikan upaya-upaya dalam menjaga kesehatan
secara preventif (menjaga kesehatan sebelum sakit), seperti makan
makanan yang higienis, makanan yang baik dan halal, dan tidak
makan dan minum secara berlebihan.
2) Islam menganjurkan untuk segera mengobati penyakit hati, seperti
stres, sedih, suka marah, dan gangguan emosional lainnya.
3) Islam menganjurkan untuk membersihkan mulut dan gigi dengan
menggunakan siwak atau sikat gigi.
4) Islam menganjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan agar
terperlihara dari berbagai macam penyakit.
5) Agar menjaga kesehatan individu.
6) Islam memerintahkan dan menganjurkan untuk berobat.
7) Islam menganjurkan untuk berolahraga. Sebagaimana yang
tercermin dalam praktik ibadah, seperti shalat, puasa, dan haji.
Sesuai dengan ketujuh prinsip di atas, bahwa Islam telah
memerintahkan dan menganjurkan kepada manusia untuk menjaga
kesehatan dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang halal,
menjaga kebersihan, olahraga dan berobat ketika sakit.
5.
Peran Guru IPS
a.
Pengertian Guru
Secara sederhana, guru merupakan sosok yang mengemban tugas
mengajar, mendidik, dan membimbing siswa.39 Menurut Husnul
39
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm. 33.
35
Chotimah bahwa guru adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu
pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik.40 Sedangkan
menurut Wijaya Kusumah, guru ideal adalah sosok guru yang mampu
menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan.41
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan pendidikan adalah orang tua, guru, pemimpin
program pembelajaran, latihan, dan masyarakat atau organisasi.42
Terkait dengan pengertian guru, dalam Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa
yang dimaksud guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.43
Dalam agama Islam, guru diterjemahkan dalam kata ustadz
bahkan kyai. Ustadz atau kyai adalah orang yang meneruskan risalah
kerasulan yang tugasnya mengajarkan Al-Qur‟an dan Al-Hadits serta
kandungannya kepada umat manusia agar diamalkan, sehingga mereka
40
Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif (Jogjakarta: DIVA
Press, 2014), hlm. 20.
41
Ibid., hlm. 21.
42
Umar Tirtaraharja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 54.
43
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2006), hlm. 2.
36
selamat di dunia dan di akhirat. Dalam masyarakat Islam, kedudukan
keduanya itu sangat tinggi.44 Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman
Allah QS. Al- Mujadalah : 11.
ْ ْ ُ ُ
َّ ْۙ ُ
َّ
َ
ٰ‫ت‬
ٰ ۗ ٍ ٰ‫ًَ ْسف ِع الل ُه ال ِر ًْ ًَ اٰ َم ُى ْىا ِم ْىك ْم َوال ِر ًْ ًَ ا ْوتىاال ِعل َم َد َزج‬
Artinya: “... niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat ...”.45
Berdasarkan kandungan ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa
guru
memiliki
kedudukan
yang
tinggi,
karena
telah
mengamalkan ilmunya kepada peserta didiknya.
Jadi, guru dapat diartikan sebagai orang yang mendidik,
membimbing dan melatih peserta didik dengan memberikan ilmu yang
dimilikinya dan bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didik.
b. Tugas dan Peran Guru
Tugas utama seorang guru (pendidik) menurut Imam Al-Ghazali
adalah menyempurnakan, membersihkan dan menyucikan serta
membawa hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sedangkan menurut Abdurrahman Al-Nahlawi, tugas utama seorang
guru (pendidik) yaitu:
44
Harsono dan M. Joko Susilo, Pemberontakan Guru: Menuju Peningkatan Kualitas (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 23.
45
Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 544.
37
1) Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan dan pengangkatan
jiwa kepada penciptanya, menjauhkan diri dari kejahatan dan
menjaganya agar selalu berada dalam fitrahnya.
2) Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah
kepada akal dan hati kaum mukmin agar mereka merealisasikannya
dalam tingkah laku dan kehidupan.46
Jadi, jelas bahwa mendidik bukan hanya memberikan aspek
pengetahuannya saja, akan tetapi mampu menghantarkan peserta didik
agar semakin bertakwa dan beriman kepada Allah SWT. Oleh karena
itu, seorang guru tidak hanya mengajarkan aspek-aspek kognitif saja,
melainkan juga bertugas untuk menanamkan nilai-nilai moral-religius
ke dalam jiwa peserta didik.47
Guru mempunyai peranan penting di tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Setiap nafas kehidupan masyarakat itu tidak terlepas dari
peranan seorang guru. Sehingga eksistensi guru di masyarakat sangat
dibutuhkan untuk memberikan pencerahan dan kemajuan pola hidup
manusia.48
Guru pada hakikatnya berhadapan langsung dengan peserta didik.
Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih besar. Karena
penampilannya akan menjadi contoh bagi perilaku peserta didiknya.
Guru tidak cukup jika hanya mempunyai teori tentang pengelolaan
46
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 17.
47
Ibid., hlm. 17-18.
48
Mujtahid, op.cit., hlm. 33.
38
proses belajar mengajar, akan tetapi harus mampu mengaktualisasikan
dalam perbuatan dan penampilannya.49 Guru memiliki peranan yang
sangat besar dalam mendidik siswa, karena guru merupakan pendidik
sekaligus sebagai orang tua kedua di sekolah.
Menurut teori Adams dan Decey menyatakan bahwa peran guru
antara lain:50
1) Guru sebagai tenaga pengajar
2) Guru sebagai pembimbing
3) Guru sebagai ilmuan
4) Guru sebagai pribadi
Guru hendaknya memiliki kepribadian yang tinggi, yang dilandasi
dengan akhlak mulia. Guru bukan hanyasebagai penyampai ilmu, akan
tetapi juga suri teladan bagi siswa dan masyarakat luas. Allah SWT
berfirman di dalam QS. Al-Ahzab : 21.
ْ
َ ‫ان َل ُك ْم ف ْي َ ُس ْىل اللٰه ُا ْس َى ٌة َح َس َى ٌت ّْلَ ًْ َك‬
َ ‫َل َق ْٰد َك‬
‫الل َه َوال َي ْى َم‬
ٰ ‫ان ًَ ْس ُجىا‬
‫ز‬
ِ
ِ
ِ
ِ
ۗ َ
ََ
ْ
ٰ ﴾١٢﴿ ‫لا ِخ َس َوذك َس اللٰ َه ك ِث ْي ًرٰا‬
ٰ
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. 51
Berdasarkan kandungan ayat di atas, bahwa kita dapat mencontoh
perilaku Rasulullah SAW yaitu memiliki akhlak yang mulia, karena
49
Mujtahid., op.cit., hlm. 35.
Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan (Jakarta: Departemen
Agama, 2005), hlm. 71.
51
Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 420.
50
39
guru menjadi panutan bagi peserta didiknya. Didikan dari guru yang
berakhlak baik sangat menentukan terbentuknya perilaku yang
mencerminkan akhlakul karimah. Oleh karena itu, guru hendaknya
menampilkan akhlakul karimah seperti yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW.
Menurut Imam Al-Ghazali, adapun kewajiban yang harus
diperhatikan oleh seorang pendidik antara lain:52
1) Harus menaruh kasih sayang terhadap peserta didik dan
memperlakukan mereka seperti perlakuan terhadap anak sendiri.
2) Tidak mengharapkan balas jasa atau ucapan terima kasih.
Melaksanakan tugas mengajar yang bermaksud untuk mencari
keridhaan dan mendekatkan diri pada Tuhan.
3) Memberikan nasehat kepada peserta didik pada setiap kesempatan.
4) Mencegah peserta didik dari suatu akhlak yang tidak baik.
5) Berbicara dengan peserta didik sesuai dengan bahasa dan
kemampuan mereka.
6) Jangan menimbulkan rasa benci pada peserta didik mengenai
cabang ilmu yang lain.
7) Kepada peserta didik di bawah umur, diberikan penjelasan yang
jelas dan pantas untuk dia, dan tidak perlu disebutkan padanya
rahasia-rahasia yang terkandung di dalam dan di belakang sesuatu,
agar tidak menggelisahkan pikiran.
52
Ngainun Naim, op.cit., hlm. 16.
40
8) Pendidik harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata
dengan perbuatannya.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru
(pendidik) memiliki tugas dan peran sebagai berikut:
1) Guru sebagai penyempurna
2) Guru sebagai penyuci dan pembersih jiwa
3) Guru sebagai tenaga pengajar
4) Guru sebagai pembimbing
5) Guru sebagai ilmuan
6) Guru sebagai pribadi (teladan)
7) Guru sebagai anggota masyarakat
c.
Peran Guru IPS dalam Membentuk Sikap Kepedulian Sosial dan
Pola Hidup Sehat
Guru IPS adalah pendidik profesional dengan tugas utama yaitu
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dalam
kajian tentang masyarakat.53
Guru IPS sangat berperan dalam membentuk sikap siswa, karena
dengan berperilaku yang baik akan memberikan contoh yang baik pula
kepada siswa. Pembentukan sikap dapat dilakukan melalui pengamalan
nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran IPS.
53
Ratu, Guru IPS dam Evaluasi, (http://ratusilumanular.blogspot.co.id/2011/06/guru-ips-danevaluasi.html, diakses 01 Maret 2017 jam 09.20 WIB).
41
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang
mempelajari tentang kehidupan sosial. IPS tidaklah berdiri sendiri,
melainkan merupakan disiplin dari cabang-cabang ilmu sosial, yaitu
sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, dan sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang
mempelajari, menelaah, dan menganalisis gejala dan masalah sosial di
masyarakat dengan meninjau dari beberapa aspek kehidupan atau satu
perpaduan.54
Pembentukan sikap diajarkan mulai dari lingkungan keluarga
yang ditanamkan sejak dini, di sekolah pun proses pembentukan sikap
dapat dibentuk melalui pembelajaran. Sikap dapat diwujudkan dengan
cara mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai mata
pelajaran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peran guru IPS dalam membentuk sikap kepedulian sosial dan
pola hidup sehat diperlukan di sekolah karena sebagai seorang guru
bukan hanya sebagai penyampai materi saja, akan tetapi harus mampu
mengaktualisasikan perilakunya.
Sikap kepedulian sosial adalah tindakan yang berupaya untuk bisa
membantu orang yang sedang kesulitan dan yang membutuhkan. Sikap
peduli sosial bisa dilakukan oleh siapa saja dan tidak memandang satu
sama lain baik dari status maupun kedudukan.55 Sikap kepedulian sosial
sebaiknya ditanamkan kepada siswa sejak dini, sehingga ketika mereka
54
55
Ischak, S.U., dkk., Pendidikan IPS di SD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 131.
Akhmad Muhaimin Azzet, op.cit., hlm. 96.
42
sudah dewasa mampu berperilaku sesuai dengan lingkungan sosialnya.
Begitu juga dengan pola hidup sehat, dimana pola hidup sehat
merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menjadi sehat
dengan memperhatikan beberapa faktor penentu kesehatan. Karena
hidup sehat itu penting bagi tubuh, dengan menjaga kesehatan maka
siswa tidak terganggu dalam melakukan aktivitas sekolah, baik saat
proses pembelajaran maupun kegiatan sekolah lainnya.
Kepedulian sosial dan pola hidup sehat dapat diasah melalui
pembelajaran di sekolah maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Pembelajaran IPS sangat berkaitan dengan bidang kemasyarakatan.
Kepedulian sosial dilakukan sesuai dengan norma agama, adat istiadat
dan juga perundang-undangan.56 Manusia sejatinya tidak bisa hidup
sendiri, karena manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain. Oleh
karena itu, di dalam pelajaran IPS guru tidak hanya mengajarkan aspekaspek kognitif saja, melainkan juga pada aspek afektif dan
psikomotorik.
Tujuan dari mata pelajaran IPS yaitu untuk mengembangkan
potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap segala ketimpangan
yang terjadi dan terampil dalam mengatasi setiap masalah yang terjadi
56
Buchari Alma, dkk., op.cit., hlm. 204.
43
sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
kehidupan masyarakat.57
Jadi, pembentukan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat
ini diajarkan melalui pendidikan di sekolah agar bisa menghasilkan
generasi-generasi baru yang memiliki perilaku baik. Sikap dapat
diwujudkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran IPS.
Proses pembentukan sikap perlu diasah dalam kegiatan pembelajaran.
Di dalam pelajaran IPS, sikap dapat diintegrasikan ke dalam beberapa
mata pelajaran, yaitu sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, dan
sebagainya.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa peran guru
IPS dalam membentuk sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat
antara lain:
1) Guru IPS sebagai Pendidik
Guru sebagai pendidik artinya guru merupakan pengganti
orang tua di sekolah. Jadi, guru menjadi panutan bagi peserta didik
dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki kualitas
pribadi yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin.58
57
Ibid., hlm. 5.
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu
Pembelajaran (Jakarta: GP Press, 2009), hlm. 105.
58
44
2) Guru IPS sebagai Penasehat
Guru adalah sebagai penasehat bagi peserta didik, bahkan
bagi orang tua.59 Peran seorang guru sebagai penasehat memiliki
fungsi untuk memberikan dorongan dan mengarahkan siswa untuk
bersikap dan berperilaku baik di sekolah melalui pembelajaran.
3) Guru IPS sebagai Teladan
Peran guru sebagai teladan tentunya pribadi dan apa yang
dilakukan guru menjadi sorotan bagi peserta didik dan orang-orang
di sekitar lingkungannya.60 Oleh karena itu, sebagai teladan guru
harus mampu memberikan contoh yang baik agar bisa ditiru oleh
siswanya.
B. Kerangka Berfikir
Untuk lebih mudah memahami pokok bahasan, maka kerangka berfikir
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kegitan
Ekstrakurikuler
Kegiatan PMR (Palang
Merah Remaja)
- Makanan
- Olahraga
Mata Pelajaran IPS
Sikap kepedulian sosial
dan pola hidup sehat
59
60
Ibid., hlm. 110.
Ibid., hlm. 114.
- Menolong orang
yang sakit
- Membantu orang
yang kurang mampu
- Mengobati orang
yang terluka
Guru IPS
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau
lisan dan perilaku yang dapat diamati.61 Sedangkan menurut Nana Syaodah
Sukmadinata, penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individual maupun
kelompok.62
Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang mendeksripsikan dan menganalisis suatu
keadaan atau fenomena yang ada berdasarkan peristiwa yang terjadi. Data yang
dihasilkan dapat berupa tulisan, lisan, maupun perilaku subjek yang diamati.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Adapun kualitatif deskriptif
yaitu penelitian yang mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena yang ada.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti merupakan instrumen sekaligus pengumpul
data utama. Sebagaimana dalam bukunya Lexy J. Moleong menyebutkan bahwa
kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana,
61
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 4.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Rosdakarya, 2007),
hlm. 60.
62
45
46
pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Instrumen yang dimaksud adalah sebagai
alat pengumpul data.63
Kehadiran peneliti di lapangan merupakan hal yang paling penting karena
peneliti sebagai instrumen dalam upaya mengumpulkan data-data yang ada di
lapangan. Dalam penelitian ini kehadiran peneliti diperlukan untuk menciptakan
hubungan baik dengan pihak sekolah, sehingga peneliti bisa lebih mudah
memperoleh data yang dibutuhkan.
C. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi MAN Babat sebagai subjek
penelitian. Meskipun lokasinya di desa dan jauh dari pusat kota, namun
madrasah ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki kualitas
pendidikan yang baik di Kecamatan Babat yang berada di bawah naungan
Departemen Agama. Lokasi penelitian ini tepatnya terletak di Jl. Bulaksari No.
269, Sogo, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan.
D. Data dan Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto, sumber data adalah subjek dimana data itu
diperoleh.64 Sedangkan menurut Lofland sebagaimana yang dikutip oleh
Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif yaitu berupa kata-kata
atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.65
63
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 168.
64
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Edisi Revisi V (Jakarta:
Renika Cipta, 2002), hlm. 107.
65
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 157.
47
Untuk mengetahui jumlah informan yang akan diteliti, maka dibutuhkan
adanya populasi dan sampel. Dalam penelitian kualitatif istilah populasi disebut
dengan social situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu
tempat, pelaku, dan aktivitas. Situasi sosial dapat disebut dengan obyek
penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Peneliti dapat
mengamati aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu. Sedangkan
istilah sampel bukan disebut dengan responden, melainkan narasumber atau
partisipan, informan, teman dan guru dalam suatu penelitian.66 Dalam penelitian
ini yang menjadi situasi sosial adalah seluruh anggota PMR (Palang Merah
Remaja) MAN Babat.
Penentuan sampel (informan) yang akan dilakukan peneliti yaitu
menggunakan Purposive Sampling. Dimana Purposive Sampling ini adalah
teknik pengambilan sampel (informan) dengan pertimbangan tertentu.67 Pada
saat memasuki lapangan, peneliti memilih orang tertentu yang kemudian akan
dipertimbangkan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
Terkait dengan besarnya sampel (informan) yang akan diambil dalam
penelitian ini, maka dihitung dengan menggunakan rumus Slovin sebagai
berikut:68
66
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 49-50.
Ibid., hlm. 53-54.
68
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2012), hlm. 119.
67
48
Di mana:
n
= Ukuran sampel (Informan)
N
= Ukuran populasi (Situasi sosial)
e
= Taraf kesalahan (error) sebesar 10% (0.1)
Berdasarkan sumber pengambilannya, ada dua jenis sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau orang yang
bersangkutan yang memerlukannya. Data primer disebut juga data asli atau
data baru.69 Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah hasil
pengamatan selama peneliti melakukan observasi, dan selebihnya diperoleh
dari hasil kuesioner.
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.70 Data
sekunder disebut juga data tambahan. Data tambahan ini biasanya berupa
dokumen, buku, majalah, jurnal dan sebagainya.71 Data sekunder diperoleh
dari perpustakaan, seperti dari laporan peneliti terdahulu. Yang termasuk
data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen dan arsip yang
berkaitan dengan sekolah tersebut.
69
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 84.
Ibid., hlm. 85.
71
M. Mahbubi, op.cit., hlm. 8.
70
49
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti menggunakan 3
metode, yaitu:
1.
Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara pengamatan langsung dan mendatangi lokasi penelitian.
Metode ini digunakan untuk mengetahui secara empiris mengenai fenomena
yang diamati.72
Dalam penggunaan metode observasi, peneliti datang ke lokasi
penelitian yaitu di MAN Babat untuk mengamati segala hal yang berkaitan
dengan fokus penelitian tentang bentuk dan pelaksanaan kegiatan, kendala
yang dihadapi, dan peran kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam
menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa.
2.
Kuesioner
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk
memperoleh data, maka kuesioner tersebut disebarkan kepada orang-orang
yang akan menjawab yang diselidiki.73
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner terbuka, dimana
kuesioner terbuka adalah kuesioner yang menghendaki jawaban bebas atau
jawaban dengan kalimat responden atau informan sendiri.74 Kuesioner ini
digunakan untuk memperoleh data terkait dengan fokus penelitian. Dalam
72
Sutrisno Hadi, Metode Research II (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm. 136.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 76.
74
Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 179.
73
50
pelaksanaannya, peneliti menggunakan kuesioner dengan membuat daftar
pertanyaan yang kemudian kuesioner tersebut disebarkan kepada anggota
PMR (Palang Merah Remaja) sesuai dengan jumlah sampel (informan) yang
telah ditentukan.
Untuk menghitung persentase dari hasil kuesioner menggunakan
rumus berikut:
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah pencarian data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda, dan sebagainya.75 Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu yang bisa berbentuk gambar, tulisan atau
karya-karya monumental dari seseorang.76
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan sekolah tersebut yaitu profil sekolah, visi misi dan
tujuan sekolah, indikator ketercapaian visi, target dan strategi sekolah, data
guru, data pegawai, data siswa, data kondisi sarana dan prasarana, data
anggota PMR (Palang Merah Remaja), program kegiatan PMR (Palang
Merah Remaja) dan struktur kepengurusan PMR (Palang Merah Remaja).
Selain itu, dokumentasi juga digunakan untuk pelaksanaan kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja).
75
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Sistematik (Jakarta: Bina Aksara,
1989), hlm. 231.
76
Sugiyono, op.cit., hlm. 82.
51
F. Analisis Data
Menurut Bogdan, analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara,
catatan di lapangan, dan juga bahan-bahan yang lain, sehingga akan mudah
difahami dan hasil temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.77
Sedangkan menurut Patton dalam bukunya Lexy J. Moleong, analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran yaitu
dengan memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan uraian,
dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.78
Adapun analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian, maka data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan dapat
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya jika diperlukan.79 Dalam mereduksi data, tujuan utama dari
penelitian ini adalah terletak pada temuannya. Oleh karena itu, peneliti
dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.
77
Ibid., hlm. 88.
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 280.
79
Sugiyono, op.cit., hlm. 92 .
78
52
2.
Penyajian Data
Penyajian data adalah proses penyusunan informasi ke dalam satu
bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih sederhana dan selektif serta
dapat difahami maknanya. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan suatu
pola yang bermakna dan memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan melihat penyajian-penyajian tersebut, maka dapat memahami
apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh
menganalisis, atau mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang
didapat dari penyajian-penyajian tersebut.80 Penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan
sejenisnya.81 Dengan menyajikan data tersebut, maka data yang telah
tersusun akan lebih mudah difahami.
Selanjutnya data yang telah disusun akan dikelompokkan berdasarkan
pokok permasalahannya. Dari situ penulis dapat mengambil kesimpulan
tentang peran kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam menanamkan
sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa di MAN Babat.
3.
Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah upaya untuk mencari kesimpulan dari
masalah yang diteliti.82 Penarikan kesimpulan dapat dilakukan berdasarkan
analisis dari hasil observasi, kuesioner maupun dokumentasi.
80
Wahid Murni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan (Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif) (Malang: UM Press, 2008), hlm. 54.
81
Sugiyono, op.cit., hlm. 95.
82
M. Mahbubi, op.cit., hlm. 14.
53
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga
setelah diteliti akan menjadi jelas, dan dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.83
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya yaitu
mengklarifikasi data. Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah dari
hasil observasi dan kuesioner dengan seluruh pihak yang terkait.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengecek keabsahan data, maka diperlukan adanya teknik
pemeriksaan. Teknik pemeriksaan dilakukan berdasarkan sejumlah kriteria
tertentu.84 Adapun teknik yang digunakan penulis untuk memperoleh keabsahan
data adalah dengan melakukan uji kredibilitas. Dimana cara pengujian data
dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang dapat
memanfaatkan sesuatu di luar data tersebut sebagai bahan pembanding.
Triangulasi ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat tiga jenis triangulasi yaitu
triangulasi sumber, triangulasi waktu dan triangulasi teknik pengumpulan data.85
Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi karena lebih mudah
digunakan. Triangulasi yang digunakan penulis yaitu triangulasi sumber.
83
Sugiyono, op.cit., hlm. 99.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 369.
85
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 125.
84
54
Dimana triangulasi sumber adalah mengecek kembali data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.
H. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini prosedur penelitian akan dilakukan melalui 3 tahap,
yaitu:
1.
Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini yang harus dilakukan oleh peneliti adalah dengan
melakukan beberapa langkah. Pertama, peneliti mencari permasalahan
penelitian dengan melakukan observasi di MAN Babat. Kedua, peneliti
merancang judul dan membuat proposal penelitian. Ketiga, proposal
tersebut kemudian diseminarkan. Keempat, peneliti berkonsultasi dan
bimbingan dengan dosen pembimbing terkait dengan proposal tersebut.
Kelima, setelah proposal disetujui kemudian mengurus surat perizinan untuk
melakukan penelitian di MAN Babat.
2.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Dalam tahap ini peneliti melakukan penelitian dengan mencari data di
lapangan agar mendapatkan sumber data yang dibutuhkan melalui metode
observasi, kuesioner, dan dokumentasi.
3.
Tahap Akhir Penelitian
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu membuat laporan
penelitian. Dalam penelitian ini, penulis membuat laporan dengan cara
menyajikan data dan menganalisis data dalam bentuk deskripsi. Untuk
55
menulis laporan penelitian, penulis menggunakan format penulisan yang
dibuat dan disusun sesuai dengan pedoman penulisan skripsi.
BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1.
Sejarah Berdirinya Madrasah
Madrasah Aliyah Negeri Babat Kabupaten Lamongan atau yang
sering dikenal dengan sebutan MAN Babat merupakan salah satu madrasah
yang memiliki kualitas pendidikan yang baik. MAN Babat berdiri pada
tahun 1980 yang masih berstatus swasta dengan nama MA. Persiapan
sampai tahun 1989. Saat itu kepala madrasah dijabat oleh Drs. H. Imam
Ahmad. Pada tahun 1990-1993 berganti status menjadi MAN filial MAN
Lamongan, yang pada saat itu kepala madrasah dijabat oleh Drs. Busyairi.
Kemudian pada tahun 1993 madrasah dinegerikan dengan SK MENAG No.
244 Tahun 1993. Pada tahun 1993-2003 kepala madrasah dijabat oleh Drs.
H. Hudori (Alm). Selanjutnya pada tahun 2004-2005 kepala madrasah
dijabat oleh Drs. H. Akhsan Qomar (Alm). Pada tahun 2005- 2012 kepala
madrasah dijabat oleh Drs. H. Hazbillah, M.Ag. Dan pada tahun 2012
hingga sekarang kepala madrasah dijabat oleh Drs. H. Abd. Hakim, M.Pd.86
MAN Babat termasuk lembaga pendidikan yang unggul dalam hal
prestasi, baik prestasi akademik maupun non akademik. Seperti lembaga
pendidikan yang lain, MAN Babat memiliki seorang pemimpin yang
mampu membawa nama madrasah ini menjadi madrasah unggulan di
Kecamatan Babat.
86
Data Dokumen MAN Babat pada tanggal 23 Juli 2016.
56
57
2.
Identitas Madrasah
Berdasarkan hasil pengamatan, madrasah ini berdiri pada tahun 1980
yang masih berstatus swasta, kemudian pada tahun 1993 madrasah ini
dinegerikan. Saat ini madrasah tersebut bernama Madrasah Aliyah Negeri
Babat Kabupaten Lamongan atau yang dikenal dengan MAN Babat dan
berstatus regular yang beralamat di Jl. Bulaksari 269 Sogo Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan. Nomor Telepon/Fax : 0322-451471 / 0322-451471.
Kode
pos
62271.
Madrasah
ini
memiliki
alamat
website
yaitu
www.manbabat.com dan email yaitu [email protected].
MAN Babat memiliki empat program jurusan yaitu IPA, IPS, Bahasa dan
Agama. Waktu belajar yang dilaksanakan dimulai pada pagi hari jam 07.0014.30 WIB.87
3.
Visi dan Misi Madrasah
MAN Babat memiliki visi dan misi sebagai berikut:88
a.
Visi :
Lembaga pendidikan yang berprestasi, berwawasan IPTEK dan
IMTAQ.
b.
Misi :
1) Melaksanakan pembelajaran dan pendidikan Agama Islam secara
efektif, sehingga siswa mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan sempurna serta
berakhlak mulia.
87
88
Data Dokumen MAN Babat pada tanggal 23 Juli 2016.
Data Dokumen MAN Babat pada tanggal 23 Juli 2016.
58
2) Mengembangkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia yang berkualitas
dan dapat menumbuhkan semangat bersaing yang tinggi.
3) Menerapkan manajemen partisipatif, terbuka dan dinamis berbasis
Madrasah dengan melibatkan seluruh warga Madrasah dan
masyarakat.
4.
Tujuan Madrasah
Tujuan
Madrasah
adalah
untuk
meningkatkan
kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Adapun tujuan dari
penyelenggaraan MAN Babat adalah sebagai berikut:89
a.
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta pengetahuan siswa,
khususnya di bidang IPTEK agar siswa dapat melanjutkan pendidikan
ke jenjang perguruan tinggi yang berkualitas.
b.
Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan sosial budaya dan alat sekitarnya yang dijiwai
dengan nilai-nilai Islam.
c.
Menjadikan MAN Babat sebagai Madrasah teladan dalam pendidikan
IMTAQ dan IPTEK bagi Madrasah lainnya.
89
Data Dokumen MAN Babat pada tanggal 23 Juli 2016.
59
5.
Indikator Ketercapaian Visi
Adapun indikator ketercapaian visi MAN Babat adalah sebagai
berikut:90
a.
Berprestasi
1) Prestasi akademik tinggi.
2) Tercapainya nilai UN mata pelajaran sesuai dengan yang
diterapkan BSNP.
3) Diraihnya kejuaraan tingkat regional, nasional, dan global.
4) Memiliki lulusan yang mampu bersaing dan berdaya saing di era
global.
5) Dapat mengatasi masalah dengan cepat.
6) Mampu bersaing di setiap kompetisi akademik.
7) Mampu bersaing ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
b.
Berwawasan IPTEK
1) Senang melakukan research di bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
2) Memiliki jiwa pembaharu di bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
3) Berfikir realistis dan berorientasi masa depan.
4) Mampu bersaing di bidang IPTEK.
5) Mampu menciptakan teknologi berbasis lokal dan global.
90
Data Dokumen MAN Babat pada tanggal 23 Juli 2016.
60
6) Memiliki kemampuan di bidang informatika, budaya, perikanan,
pertanian, dan tata busana.
c.
Berwawasan IMTAQ
1) Memiliki penghayatan dan pengalaman ajaran Islam.
2) Memiliki budaya Islami dalam kehidupan sehari-hari.
3) Memiliki akhlak mulia terhadap guru, orang tua, dan masyarakat.
4) Tercapainya lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan rindang.
5) Mampu berkhutbah dan membaca Al-Qur‟an dengan baik.
6.
Target dan Strategi Madrasah
Strategi yang dilakukan MAN Babat untuk mencapai target yang
dicanangkan adalah sebagai berikut:91
a.
Menciptakan suasana kehidupan yang kreatif, inovatif, apresiatif, sehat,
gembira, dan religius.
b.
Menyiapkan tenaga pendidik yang profesional dan ikhlas beramal.
c.
Menjaring calon siswa sebagai input dari lulusan MTs dan SLTP yang
unggul.
d.
Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang representatif.
e.
Melakukan studi banding ke madrasah/sekolah lain.
f.
Mengembangkan proses pembelajaran dalam mengantisipasi era
otonomi daerah dan persaingan global.
g.
91
Mengadakan kerjasama pendidikan dengan berbagai pihak.
Data Dokumen MAN Babat pada tanggal 23 Juli 2016.
61
h.
Menyediakan perpustakaan dan laboratorium serta sarana keterampilan
yang memadai.
i.
Mengadakan pelatihan/seminar berkala bagi guru dan karyawan.
j.
Memiliki lulusan yang mampu bersaing dan berdaya saing di era global.
k.
Tercapainya nilai UN mata pelajaran sesuai dengan yang ditetapkan
BSNP.
l.
Terlibatnya seluruh komponen sekolah secara aktif dalam pengelolaan
sekolah.
m. Penerapan sistem komputerisasi dalam administrasi dan tercapainya
administrasi sekolah yang standar.
n.
Memberdayakan peran serta masyarakat dan komite sekolah dalam
mengembangkan sekolah.
7.
o.
Tercapainya lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan rindang.
p.
Diraihnya kejuaraan tingkat regional, nasional, dan global.
Data Guru, Pegawai, dan Siswa MAN Babat
Berdasarkan hasil pengamatan, MAN Babat memiliki tenaga pendidik
sebanyak 83 guru, 33 pegawai, dan 1.058 siswa yang terdiri dari 330 siswa
lak-laki dan 728 siswa perempuan. Dari jumlah keseluruhan siswa yang ada
di MAN Babat, kelas terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu kelas X, XI, dan
XII yang memiliki empat program jurusan, yaitu IPA, IPS, Bahasa, dan
Agama.
62
8.
Kondisi Sarana dan Prasarana (SARPRAS) MAN Babat
Sarana dan prasarana di madrasah berperang penting dalam
kelancaran kegiatan proses belajar mengajar demi menunjang tercapainya
tujuan pendidikan. Hal ini dibutuhkan adanya sarana dan prasarana pada
suatu madrasah agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan
optimal. Oleh karena itu, MAN Babat menyediakan berbagai macam sarana
dan prasarana untuk kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan data sarana dan prasarana (SARPRAS) yang ada di MAN
Babat, madrasah ini memiliki 44 bangunan dan memiliki luas bangunan
seluas 4.296 m2. Kondisi sarana dan prasarana tersebut seluruhnya dalam
keadaan yang baik.
9.
Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja)
a.
Sejarah Berdirinya PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat
Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat
adalah salah satu ekstrakurikuler yang berfungsi sebagai wadah
pengembangan diri bagi para siswa di MAN Babat. PMR (Palang
Merah Remaja) MAN Babat diresmikan pada tanggal 20 Mei 2004.
Penggagas berdirinya PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat
adalah Bapak Drs. Mahfudz Rodhi, Bapak M. Luthfillah, M.Ag, beliau
merupakan anggota KSR di Universitas Negeri Malang (UM) dan
Bapak Agus Anggraeny, S.Ag, beliau juga menjadi anggota KSR di
Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA). Orang yang pertama kali
menjadi Pembina PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat adalah
63
Bapak Drs. Mahfudz Rodhi yang angkatan pertamanya adalah Bapak
Muhammad Rifa‟i, S.Pd dan Ibu Elfi Qomariyah, S.Pd yang saat ini
juga menjadi pembina dan pelatih PMR (Palang Merah Remaja) di
MAN Babat.
Bapak M. Luthfillah, M.Ag dan Bapak Agus Anggraeny, S.Ag
bekerjasama dengan Bapak Imam Basyori (pelatih PMR MAN
Lamongan). Pada awalnya PMR (Palang Merah Remaja) di MAN
Babat mulai berdiri pada bulan Maret, pada bulan April mulai merintis
kadernya, pada tanggal 17-20 Mei 2004 ada lomba di Universitas
Widyagama Malang. Kemudian pada tanggal 20 Mei 2004 diperingati
sebagai hari jadinya PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat. Saat
itu ketua PMR (Palang Merah Remaja) yang pertama kali adalah Nur
Qomari.
Sejarah pendirian PMR (Palang Merah Remaja) tidak terlepas
dari perlombaan PMR (Palang Merah Remaja) tingkat se-Jawa Bali
yang diadakan oleh Universitas Widyagama Malang pada tanggal 17-20
Mei 2004 dengan meraih prestasi juara 2 pada lomba pembuatan tandu
dan juara YUK Malang. Sehingga pada tanggal 20 Mei 2004 diperingati
sebagai hari jadi PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat.92
92
Data Dokumen PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat pada tanggal 25 Juli 2016.
64
b. Visi dan Misi PMR (Palang Merah Remaja)
Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat
memiliki visi dan misi sebagai berikut:93
1) Visi :
Terwujudnya PMR (Palang Merah Remaja) sebagai unit kegiatan
siswa yang profesional, tanggap dan dicintai siswa.
2) Misi :
a) Menguatkan dan mengembangkan organisasi.
b) Meningkatkan kualitas (pengurus, anggota PMR dan relawan).
c) Mengembangkan
komunikasi,
informasi
dan
edukasi
kepalangmerahan.
b. Struktur Kepengurusan PMR (Palang Merah Remaja)
Struktur kepengurusan diperlukan untuk membentuk suatu
kerangka yang saling berhubungan antara komponen satu dengan
komponen yang lain. Dalam Kepengurusan PMR (Palang Merah
Remaja) MAN Babat terdapat pelindung, penanggung jawab, pembina,
pelatih, dan ketua yang dibantu oleh sekretaris, bendahara, dan sekbidsekbid. Kaitannya dalam hal ini, struktur kepengurusan dalam
ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat dapat
dilihat pada gambar berikut:94
93
94
Data Dokumen PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat pada tanggal 25 Juli 2016.
Data Dokumen PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat pada tanggal 25 Juli 2016.
65
PELINDUNG
Drs. H. Abdul Hakim, M.Pd
PENANGGUNG
JAWAB
Fatmiany, S.Pd
PEMBINA
Muhammad Rifa‟i, S.Pd
PELATIH
Elfi Qomariyah, S.Pd
KETUA
Arira Celia V.P.
BENDAHARA
Nur Ahmar Fajriah
SEKRETARIS
Lailatis Syarifah
SEKBID-SEKBID
Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat Tahun Pelajaran 2016/2017
Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang mengikuti PMR (Palang
Merah Remaja) di MAN Babat sebanyak 54 siswa. Untuk Kelas XI
sebanyak 34 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 28 siswa
perempuan. Sedangkan kelas XII sebanyak 20 siswa yang terdiri dari 4
siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Untuk mengetahui lebih jelas
data anggota PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Anggota PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat
Tahun Pelajaran 2016/2017
Jenis Kelamin
No
Kelas
Jumlah
Sampel
(Informan)
Tiap Kelas
34
20
54
22
13
35
Laki-laki Perempuan
1.
2.
XI
XII
6
4
Total
28
16
66
Berdasarkan tabel di atas, besarnya sampel (informan) dalam
penelitian ini diperoleh dengan perhitungan berikut:
dibulatkan menjadi 35 siswa
Dari perhitungan tersebut, jumlah sampel (informan) yang telah
didapat kemudian dibagi menjadi dua kelas untuk diambil sampel
(informan) tiap kelasnya, yaitu kelas XI dan kelas XII. Untuk
menghitungnya menggunakan rumus berikut:95
Kelas XI
dibulatkan menjadi 22 siswa
Kelas XII
dibulatkan menjadi 13 siswa
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah sampel (informan)
yang didapat dalam tiap kelas adalah 22 siswa untuk kelas XI dan 13
siswa untuk kelas XII.
B. Penyajian Data Penelitian
Berdasarkan hasil kuesioner, peneliti memperoleh data tentang bentuk dan
pelaksanaan kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam menanamkan sikap
kepedulian sosial dan pola hidup sehat, kendala yang dihadapi dalam proses
95
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 130.
67
penanaman sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat, serta peran kegiatan
PMR (Palang Merah Remaja) dalam menanamkan sikap kepedulian dan pola
hidup sehat pada siswa di MAN Babat. Adapun data yang peneliti peroleh dari
MAN Babat adalah sebagai berikut:
1.
Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
dalam Menanamkan Sikap Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat
Pada Siswa di MAN Babat
PMR (Palang Merah Remaja) merupakan kegiatan tambahan yang
dilakukan di luar jam pelajaran sekolah. Ekstrakurikuler PMR (Palang
Merah Remaja) di MAN Babat ini memiliki banyak bentuk kegiatan. Untuk
mengetahui bentuk dan pelaksanaan kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa
di MAN Babat berhasil dikumpulkan dari informan sebanyak 35 siswa.
Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
No.
Pertanyaan
Kriteria
F
Persen
1.
Kegiatan apa saja yang
diajarkan dalam
ekstrakurikuler PMR (Palang
Merah Remaja)?
a. Materi
b. Praktik
a. 25
b. 10
a. 71,42%
b. 28,57%
2.
Apakah kegiatan PMR (Palang
Merah Remaja) telah
mengajarkan siswa untuk
bersikap peduli sosial dan pola
hidup sehat?
Bagaimana bentuk kegiatan
sosial yang diajarkan dalam
penanaman sikap kepedulian
sosial dan pola hidup sehat?
a. Iya/sudah
b. Tidak/
belum
a. 33
b. 2
a. 94,28%
b. 5,71%
a. Kegiatan
rutin
b. Kegiatan
periode
a. 26
b. 9
a. 74,28%
b. 25,71%
3.
68
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
menjawab pada pertanyaan pertama terdiri dari materi dan praktik. Untuk
materi sebanyak 71,42% yang meliputi sejarah PMR (Palang Merah
Remaja), PP (Pertolongan Pertama), Sankes (Sanitasi Kesehatan), PRS
(Pendidikan Remaja Sebaya), RSPS (Remaja Sehat Peduli Sesama), Doras
(Donor Darah Sukarela), dan ASB (Ayo Siaga Bencana). Sedangkan untuk
praktiknya sebanyak 28,57% yang meliputi senam PMR (Palang Merah
Remaja), outbound, diklat, lomba-lomba, dan latihan gabungan. Kegiatan
tersebut didukung dengan pelaksanaannya yaitu materi dilaksanakan pada
hari Kamis jam 15.00-16.00 WIB, mengaji bersama dilaksanakan pada hari
Kamis pagi jam 06.15 WIB di ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), dan
senam PMR (Palang Merah Remaja) dilaksanakan pada hari Sabtu pagi jam
05.45 WIB di lapangan sekolah.
Kegiatannya dilakukan di dalam maupun di luar ruangan dan
dilaksanakan dalam 5 (lima) kali pertemuan, yaitu dimulai dari hari Selasa,
Rabu, Kamis, Jum‟at, dan Sabtu. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut
siswa menggunakan acuan yaitu buku dan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan saat itu.
Selanjutnya pada pertanyaan kedua, sebanyak 94,28% siswa yang
menjawab PMR (Palang Merah Remaja) telah mengajarkan sikap
kepedulian sosial dan pola hidup sehat, karena tujuan dari PMR (Palang
Merah Remaja) adalah untuk menolong sesama dan juga mengajarkan
kebersamaan seperti pada tribakti dan prinsip Palang Merah. Sedangkan
69
sebanyak 5,71% siswa menjawab PMR (Palang Merah Remaja) belum
mengajarkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat, karena organisasi
PMR (Palang Merah Remaja) cenderung untuk anggota PMR (Palang
Merah Remaja) sendiri bukan untuk semua siswa MAN Babat dan kurang
memperhatikan pola kesehatannya.
Pada pertanyaan ketiga, sebanyak 74,28% PMR (Palang Merah
Remaja) mengadakan kegiatan rutin untuk menanamkan sikap kepedulian
sosial dan pola hidup sehat, seperti kegiatan materi, senam bersama,
menjadi keslap (kesehatan lapangan) saat upacara, memberikan pertolongan
kepada teman yang sakit, diajarkan cara mencuci tangan, makan makanan
yang sehat dan bergizi, menjalankan tugas piket dan jaga UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah), kerja bakti pada hari Jum‟at (Jum‟at bersih), olahraga,
ramah lingkungan, pelatihan rutin, dan sosialisasi. Sedangkan untuk
kegiatan periodenya sebanyak 5,71%, seperti donor darah sukarela,
peringatan hari HIV/AIDS, latihan gabungan se-Jawa Timur, dan kegiatan
bakti sosial. Kegiatan bakti sosial tersebut dilaksanakan setahun sekali yaitu
anggota PMR (Palang Merah Remaja) mengadakan penggalangan dana
untuk meminta sumbangan kepada seluruh siswa MAN Babat yang
kemudian akan diberikan kepada orang yang kurang mampu atau
disumbangkan ke panti asuhan.
70
2.
Kendala yang Dihadapi dalam Proses Penanaman Sikap Kepedulian
Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa Melalui Kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja) di MAN Babat
Setiap kegiatan ekstrakurikuler tidak terlepas dari suatu kendala. Hal
ini seperti pada PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat ini memiliki
beberapa kendala yang dihadapi. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi
dalam proses penanaman sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada
siswa melalui kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat
berhasil dikumpulkan dari informan sebanyak 35 siswa. Secara lebih jelas
dapat dilihat pada tabel berikut:
No.
4.
Tabel 4.3
Hambatan dalam Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
Pertanyaan
Kriteria
F
Persen
Bagaimana hambatanhambatan dalam proses
penanaman sikap
kepedulian sosial dan pola
hidup sehat?
a. Hambatan
internal
b. Hambatan
eksternal
a. 32
b. 3
a. 91,42%
b. 8,57%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hambatan yang
dihadapi siswa dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup
sehat meliputi hambatan internal dan hambatan eksternal. Adapun hambatan
internal sebanyak 91,42% siswa yang menyatakan bahwa hambatannya
yaitu malu, malas, kurang telaten, kurangnya kesadaran pada masingmasing individu, kurang kekompakan pada setiap anggota, bersikap
individual, siswa kadang kurang memperhatikan kepedulian sosial dan pola
hidup sehat, kurang tanggung jawab jika diberi tugas, renggangnya interaksi
71
sosial antar anggota PMR (Palang Merah Remaja), kurangnya pemahaman
karena sifat manusia yang berbeda, dan siswa sering tidak mendengarkan
perintah untuk menjaga kesehatan dan hidup bersih.
Sedangkan sebagian kecil 8,57% siswa menyatakan bahwa hambatan
eksternal meliputi sarana dan prasarana yang kurang memadai, warga
sekolah yang lain apalagi yang bukan anak PMR (Palang Merah Remaja)
kadang ada yang kurang bisa menghargai dengan kegiatan yang dilakukan,
dan kurangnya penyuluhan dari Dinas Kesehatan kepada warga sekolah
sehingga warga sekolah kurang mendukung jika ada ajakan dari teman PMR
(Palang Merah Remaja) untuk menanamkan sikap peduli sosial dan pola
hidup sehat.
3.
Peran Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam Menanamkan
Sikap Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa di MAN
Babat
Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) ini berperan dalam
berbagai aktivitas sekolah, khususnya pada bidang sosial dan kesehatan.
Untuk mengetahui peran kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam
menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada siswa di
MAN Babat berhasil dikumpulkan dari informan sebanyak 35 siswa. Secara
lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
72
No.
Tabel 4.4
Peran Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
Pertanyaan
Kriteria
F
5.
Bagaimana usaha anda
dalam menanamkan
sikap kepedulian sosial
dan pola hidup sehat?
6.
Apakah dengan adanya
ekstrakurikuler PMR
(Palang Merah Remaja)
dapat berpengaruh
terhadap sikap siswa?
Bagaimana kegiatan
PMR (Palang Merah
Remaja) dalam
menerapkan sikap
kepedulian sosial dan
pola hidup sehat?
Pola hidup sehat yang
seperti apakah yang telah
diajarkan dalam kegiatan
PMR (Palang Merah
Remaja)?
7.
8.
9.
Bagaimana perubahan
yang anda rasakan ketika
sebelum dan sesudah
mengikuti kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja)?
Persen
a. Usaha untuk
diri sendiri
b. Usaha untuk
orang lain
c. Usaha untuk
diri sendiri
dan orang lain
a. Berpengaruh
b. Sangat
berpengaruh
a. 14
b. 13
c. 8
a. 40 %
b. 37,14 %
c. 22,85%
a. 16
b. 19
a. 45,71%
b. 54,28%
a. Teori
b. Praktik
a. 9
b. 26
a. 25,71%
b. 74,28%
a. Kebersihan
untuk diri
sendiri
b. Kebersihan
untuk
lingkungan
a. Pengetahuan
b. Tingkah laku
a. 21
b. 14
a. 60%
b. 40%
a. 21
b. 14
a. 40%
b. 60%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada pertanyaan
kelima sebanyak 40% siswa menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola
hidup sehat pada diri sendiri, seperti dimulai dari diri sendiri yaitu saling
membantu teman yang sakit, selalu berusaha menolong diri sendiri untuk
berbuat baik, disiplin dalam segala hal-hal yang positif, mandi 3x sehari,
73
makan teratur, menerapkan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, membuang sampah pada tempatnya, dan berolahraga tiga minggu
sekali. Kemudian sebanyak 37,14% siswa menanamkan sikap kepedulian
sosial dan pola hidup sehat pada orang lain yang meliputi menolong sesama
tanpa pamrih dan tanpa membeda-bedakan golongan, menjaga tali
silaturahmi, menanamkan pola hidup sehat kepada masyarakat, menjaga
lingkungan tetap bersih, melakukan kesehatan lapangan untuk membantu
siswa yang sakit saat upacara, dan membersihkan lingkungan UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah). Sedangkan sebanyak 22,85% siswa menanamkan sikap
kepedulian sosial dan pola hidup sehat pada diri sendiri dan orang lain,
seperti menanamkan sifat saling menyayangi pada sesama, membantu siswa
yang sakit tanpa membeda-bedakan, jum‟at bersih, menerapkan pola hidup
sehat setiap hari seperti mencuci tangan, tidur tepat waktu, pola makan yang
teratur, mengkonsumsi makanan dan minuman yang bernutrisi, dan
memberitahu kepada siswa yang lain agar hidup sehat.
Pada pertanyaan keenam, sebanyak 45,71% menyatakan bahwa
dengan adanya ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) cukup
berpengaruh terhadap pembentukan sikap siswa, karena dengan adanya
PMR (Palang Merah Remaja) siswa dapat menolong temannya yang
membutuhkan pertolongan dan mementingkan kebersamaan, mengajarkan
untuk hidup lebih sehat dan lebih disiplin. Sedangkan 54,28% menyatakan
bahwa ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) sangat berpengaruh
terhadap pembentukan sikap siswa, karena PMR (Palang Merah Remaja)
74
mengajarkan sikap tolong menolong dan solidaritas yang tinggi, lebih bisa
belajar bertanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, bisa menjadi contoh
untuk siswa lain dalam menerapkan kebersihan lingkungan dan sikap peduli
sosial, mereka yang awalnya kurang peduli dengan sesama dan juga
lingkungan lama kelamaan akan mempunyai sikap peduli, bisa lebih
mandiri, lebih percaya diri di depan orang, dan bisa bersosialisasi dengan
baik.
Selanjutnya pada pertanyaan ketujuh, sebanyak 25,71% kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja) dalam menerapkan sikap kepedulian sosial dan pola
hidup sehat berupa teori, seperti menerapkan tribakti dan 7 (tujuh) prinsip
Palang Merah, pengenalan obat-obatan, dan kegiatan materi setiap hari
Kamis. Dan sebanyak 74,28% kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam
menerapkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat berupa praktik,
seperti menjadi petugas kesehatan saat upacara dan proses pembelajaran,
mengobati orang yang sakit, menjaga lingkungan sekitar untuk selalu bersih,
menerapkan sikap solidaritas dan peduli sesama, mandiri, menanamkan
kepada masyarakat untuk hidup sehat, gotong royong, mengikuti setiap
ajang lomba yang dilaksanakan di berbagai lembaga, mencuci tangan
dengan benar, diklat, latihan gabungan, berpartisipasi dalam kegiatan
apapun, sosialisasi, melakukan bakti sosial, senam pagi, dan kegiatan yang
menyenangkan.
Pada pertanyaan kedelapan, sebanyak 60% pola hidup sehat yang
diajarkan di PMR (Palang Merah Remaja) adalah kebersihan untuk diri
75
sendiri yang meliputi mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menjaga
kebersihan, menjaga pola makan, makan makanan sehat dan bergizi,
membuang sampah pada tempatnya, mandi 3x sehari, diajarkan sanitasi
kesehatan, istirahat yang cukup, menggosok gigi, dan tidak jajan
sembarangan. Sedangkan sebanyak 40% adalah kebersihan lingkungan yang
meliputi kerja bakti setiap hari Jum‟at (Jum‟at bersih) dan memberikan
materi kepada siswa tentang kebersihan dan kesehatan.
Kemudian pada pertanyaan kesembilan, bahwa perubahan yang siswa
rasakan sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan PMR (Palang Merah
Remaja) sebanyak 40% berupa pengetahuan, seperti menambah wawasan,
mengetahui tentang pertolongan pertama saat menangani luka, bisa
mengetahui cara menolong orang lain, cara merawat diri sendiri, lebih
mengetahui cara hidup sehat, mengetahui bahaya merokok, seks bebas, serta
mengetahui tentang obat-obatan dan dasar-dasar dalam pengobatan. Dan
sebanyak 60% berupa perubahan tingkah laku, seperti lebih mengatur pola
hidup sehat, menjaga kebersihan, lebih percaya diri, lebih berfikir dewasa,
dapat belajar dari kesalahan, menjadi lebih peduli, mengetahui cara
menanggapi watak seseorang, dapat merubah siswa menjadi lebih aktif dan
bisa menyampaikan pendapat, serta belajar disiplin.
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan pembentukan sikap
siswa, dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di
sekolah ini pembentukan sikap siswa tidak terlepas dari peran guru melalui
76
mata pelajaran IPS. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ifa Nur Azizah
kelas XI IPS 2 mengatakan:
Setiap guru mampu menyontohkan semua yang baik pada setiap
muridnya, dan di pelajaran sosial itu lebih kental hubungan sosialnya,
karena pelajaran sosial itu menyangkut hidup untuk bermasyarakat
yang baik yaitu dengan cara menolong sesama dan gotong royong,
guru sosial selalu menyontohkan dalam hal yang bersifat tolong
menolong, dan selalu hidup sehat karena dengan hidup sehat kita tidak
merepotkan orang dan jika kita sehat kita dapat menolong orang lain,
bukan kitayang ditolong, tapi kita yang menolong.96
Kemudian dia menambahkan:
Guru IPS tidak terlalu berperan dalam hal pola hidup sehat, namun
selalu mengingatkan tentang membentuk sikap muridnya untuk
kepedulian sosial, sosial lebih ke masyarakat dan bersifat saling
membantu sesama dengan cara menolong orang lain baik itu di bidang
kesehatan, jika kita berperilaku sehat kita tidak akan merepotkan
orang lain dan jika kita sehat kita yang dapat menolong orang lain
bukan kita yang ditolong, tapi guru IPS MAN itu tidak begitu
memperhatikan pola hidup sehat, namun kita juga masih dapat
bimbingan pola hidup sehat dari guru IPA, karena di MAN kurikulum
2013 juga ada lintas minat, maksudnya IPS juga dapat pelajaran
IPA.97
Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh Ayu Tri Astutik kelas XI
IPS 4 sebagai berikut:
Menurut saya peran guru IPS dalam membentuk sikap kepedulian
sosial sangatlah penting, bayangkan saja jika tidak ada orang yang
tidak peduli dengan lingkungan sekitar, mau jadi apa generasi muda
zaman sekarang yang sudah super canggih. Para ibu bapak guru
membentuk kepribadian sangatlah bermacam, mulai dari pembelajaran
di kelas hingga penerapan di lingkungan masyarakat secara luas…
apalagi seorang guru yang memberikan contoh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap para siswa. Membentuk pola hidup
sehat pun diajarkan dalam mapel IPS, tidak hanya pada mapel IPA,
agama, dan bahasa… karena pola hidup yang sehat dapat
96
Hasil wawancara dengan Ifa Nur Azizah kelas XI IPS 2, anggota PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat pada tanggal 03 Maret 2017.
97
Hasil wawancara dengan Ifa Nur Azizah kelas XI IPS 2, anggota PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat pada tanggal 03 Maret 2017.
77
mencerminkan kepribadian para siswa/kepribadian sekolah itu
sendiri.98
Dari wawancara tersebut, dapat dikatakan bahwa peran guru IPS
dalam membentuk sikap siswa sangatlah besar. Kemampuan guru dalam
membentuk sikap dapat dilihat melalui pembelajaran IPS, baik yang
diajarkan di dalam kelas maupun di lingkungan masyarakat. Di sekolah ini
tidak hanya yang dari jurusan IPA saja yang memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan, akan tetapi siswa yang dari jurusan IPS atau yang lainnya
juga mendapatkan pelajaran terkait kesehatan dari guru IPA.
Dalam pembelajarannya, bimbingan guru sangatlah diperlukan dalam
membentuk sikap. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Danastri Dwi
Permata Sari XII IPS 3 mengatakan bahwa:
Sebelum kita membahas anak IPS, kita biasanya dikritik orang lain
katanya IPS itu anaknya nakal, uraan, beda dengan anak IPA yang
pinter, sopan, dan patuh. Padahal anak IPS itu memiliki rasa
kepedulian yang tinggi dan rasa kebersamaan. Guru membimbing
anak IPS dengan cara perlahan-lahan menasehatinya ataupun guru
memberikan arahan bagaimana si anak IPS itu tidak dicap jelek
dengan guru-guru lain. Padahal anak IPS tidak seburuk yang orang
katakan, dia dianggap kayak gitu karena dia sudah dicap atau dilebel
jelek.99
Dari wawancara di atas, siswa yang sudah dicap buruk oleh guru lain
akan sulit untuk dirubah. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungannya.
Bagaimanapun caranya, guru sebagai pendidik harus tetap membimbing dan
memberikan pengajaran secara perlahan-lahan kepada siswa ke arah yang
positif. Karena guru menjadi sorotan utama bagi siswanya. Guru harus
98
Hasil wawancara dengan Ayu Tri Astutik kelas XI IPS 4, anggota PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat pada tanggal 03 Maret 2017.
99
Hasil wawancara dengan Danastri Dwi Permata Sari kelas XII IPS 3, anggota PMR (Palang Merah
Remaja) MAN Babat pada tanggal 04 Maret 2017.
78
memberikan contoh yang baik untuk siswanya. Sikap dan perilakunya juga
harus sesuai dengan yang diajarkan kepada siswanya.
Sementara lain, menurut hasil wawancara dengan Soviatus S. kelas XI
IPS 4 mengatakan bahwa:
Peran guru sangatlah penting, jadi seorang guru harus menjadi contoh
ke siswa-siswinya untuk semangat belajar dan menggapai cita-cita. Di
samping itu, guru juga harus menumbuhkan sifat sosialisme kepada
siswa-siswinya agar ada interaksi sosial antara guru dengan seorang
murid. Bentuk-bentuk sosialisme itu bisa ditumbuhkan dari beberapa
kegiatan ekstra atau kegiatan bakti sosial dan kegiatan-kegiatan sosial
lainnya, serta guru dapat membuat sebuah organisasi untuk
pengetahuan-pengetahuan sosial yang penting diketahui siswa-siswi
agar tidak timbul rasa kecenderungan. Jadi siswa-siswi yang merasa
minder untuk bergaul dan memperkuat rasa ingin bersosial/rasa ingin
memupuk rasa persaudaraan.100
Dari wawancara di atas, bahwasanya peran guru sebagai teladan harus
bisa menjadi contoh untuk siswanya. Guru memberikan pengajaran dengan
cara berinteraksi dengan siswa. Untuk bisa menumbuhkan sifat sosialisme
siswa yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler atau
organisasi di sekolah ini.
Dalam ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja), guru juga bisa
berperan sebagai pembina. Seperti yang dikatakan Dewi Nur Kumala Sari
kelas XII IPS 3 sebagai berikut:
Selain dengan kegiatan sosial, peran guru juga harus memperhatikan
kegiatan-kegiatan untuk menjaga diri dari segala penyakit, seperti
dengan kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) di sekolah. Guru dapat
berperan jadi pembina para relawan PMR (Palang Merah Remaja)
yang memberi bimbingan tentang pengetahuan-pengetahuan dunia
kesehatan, serta dengan melakukan kegiatan donor darah, gotong
royong, membersihkan lingkungan, serta memberi solusi sebuah
100
Hasil wawancara dengan Soviatus S. kelas XI IPS 4, anggota PMR (Palang Merah Remaja) MAN
Babat pada tanggal 04 Maret 2017.
79
gerakan-gerakan pembasmi narkoba dan kegiatan tersebut akan
mendidik siswa untuk hidup sehat.101
Dari wawancara di atas, sebagai guru sekaligus pembina harus
memiliki pengetahuan yang luas, yang mampu mengetahui tentang sosial
maupun tentang dunia kesehatan, yang kemudian diajarkan dalam
ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja).
Secara umum, guru merupakan sosok yang patut dijadikan teladan
bagi siswanya. Seperti yang dikemukakan oleh Irma Ratna Sari kelas XII
IPS 1 mengatakan bahwa:
Menurut saya, guru IPS biasanya beliau memberi contoh kepada anak
didiknya baik berupa ucapan atau perbuatannya, seperti untuk cuci
tangan sebelum makan, membersihkan ruangan sebelum keluar kelas
dan membuang sampah pada tempatnya, untuk perilaku kepedulian
sosial beliau memberi contoh kepada anak didiknya untuk saling
menolong, peduli sesama, baik di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah.102
Dari hasil wawancara di atas, guru IPS mampu menunjukkan perilaku
yang baik yaitu memberikan contoh kepada siswa dalam bersikap
kepedulian sosial dan pola hidup sehat. Sebagai teladan, guru dituntut untuk
bisa menjaga ucapan dan perilakunya. Sehingga nantinya dapat ditiru oleh
siswa-siswinya.
Hal ini hampir serupa dengan pendapat Ayu Tri Astutik kelas XI IPS
4 yang mengatakan bahwa:
Ya, karena semua guru pasti menunjukkan teladan yang baik dan pola
hidup sehat dengan cara membuang sampah pada tempatnya,
membersihkan kelas saat pembelajaran, pasti akan sangat terganggu
101
Hasil wawancara dengan Dewi Nur Kumala Sari kelas XII IPS 3, anggota PMR (Palang Merah
Remaja) MAN Babat pada tanggal 04 Maret 2017.
102
Hasil wawancara dengan Irma Ratna Sari kelas XII IPS 1, anggota PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat pada tanggal 04 Maret 2017.
80
dan tidak nyaman serta lingkungan sekolah yang kotor dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap untuk dihirup dan tidak sedap
dipandang mata, dan juga dapat menimbulkan banjir karena tumpukan
sampah, penyakit yang dibawa lalat, nyamuk, dll.103
Sementara lain, menurut Irma Ratna Sari kelas XII IPS 1 mengatakan
sebagai berikut:
Kalau menurut saya sikap guru IPS sudah menunjukkan teladan yang
baik, karena saya sering melihat kebiasaan guru IPS yang sebelum
makan selalu cuci tangan dan rasa sosial beliau sangat tinggi, beliau
juga sangat ramah.104
Dari pernyataan di atas, sudah jelas bahwa guru mempunyai peran
sebagai teladan yaitu melakukan kebiasaan yang baik. Setiap guru pasti
memiliki peran yang berbeda-beda. Dan tentunya dengan kebiasaan yang
berbeda pula. Jadi, guru harus mampu menampilkan kebiasaan yang dapat
ditiru oleh para siswanya.
Selanjutnya menurut Danastri Dwi Permata Sari kelas XII IPS 3
mengatakan bahwa:
Yang saya tau dan yang pernah terjadi, guru IPS sudah menunjukkan
rasa teladan dan rasa sosial yang baik kepada anak-anak, terkadang
guru IPS itu udah kita anggap sebagai teman, tapi beda jabatan. Kita
menganggap teman karena beliau begitu akrab dan rasa simpatinya
kepada anak itu ada dan guru IPS itu nggak pernah capek mendidik
anak-anaknya menjadi sukses dan guru ips selalu memberikan
semangat kepada murid-muridnya.105
Dari beberapa hasil wawancara di atas, bahwasanya interaksi antara
guru dengan siswa sangat baik. Selain diberikan motivasi, guru juga
menunjukkan perilakunya sebagai teladan yang baik dalam mendidik siswa.
103
Hasil wawancara dengan Ayu Tri Astutik kelas XI IPS 4, anggota PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat pada tanggal 03 Maret 2017.
104
Hasil wawancara dengan Irma Ratna Sari kelas XII IPS 1, anggota PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat pada tanggal 04 Maret 2017.
105
Hasil wawancara dengan Danastri Dwi Permata Sari kelas XII IPS 3, anggota PMR (Palang Merah
Remaja) MAN Babat pada tanggal 04 Maret 2017.
81
Kegiatan ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja)
di MAN
Babat ini melatih siswa untuk memiliki sikap. Pembentukan sikap siswa
dapat terbentuk melalui pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan Ifa Nur Azizah kelas XI IPS 2 sebagai berikut:
Peran mapel IPS membuat para siswa memiliki sikap atau karakter
tanggung jawab dan peduli terhadap sesama, karena mapel IPS
membahas tentang hidup di masyarakat, nilia-nilai sosial, sikap, dan
cinta alam.106
Melihat dari hasil wawancara di atas, bahwa peran mata pelajaran IPS
terhadap sikap siswa merupakan hal yang utama dalam pembentukan sikap.
Karena di dalam mata pelajaran IPS terkandung nilai-nilai sosial yang
mengajarkan siswa untuk memiliki sikap.
Kemampuan guru dalam mendidik siswa untuk berperilaku dapat
dilihat dari pembelajaran atau penampilan guru di dalam kelas. Seperti yang
disampaikan Ayu Tri Astutik kelas XI IPS 4 sebagai berikut:
Biasanya para guru menerangkan melalui pengajaran bagaimana
perilaku yang baik dan yang buruk, kemudian memberikan contoh
berupa tindakan yang baik dan yang buruk, menasehati para siswa
bahwa siswa di sekolahan itu untuk membentuk perilaku yang baik
setelah dapat pendidikan dari lingkungan keluarga, sekolah juga
sebagai tempat pembelajaran akan wawasan ilmu yang luas sebagai
acuan untuk bisa berprestasi. Dalam penampilan pun siswa diajarkan
agar menggunakan seragam yang sesuai aturan agar tidak melanggar
nilai dan norma dalam sekolah. Begitu pun dengan guru, guru juga
harus memakai seragam khusus untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar agar dapat dicontoh oleh para siswanya… tidak hanya guru
IPS yang memberikan pengajaran tentang pembentukan perilaku, tapi
semua guru dan juga teman-teman.107
106
Hasil wawancara dengan Ifa Nur Azizah kelas XI IPS 2, anggota PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat pada tanggal 03 Maret 2017.
107
Hasil wawancara dengan Ayu Tri Astutik kelas XI IPS 4, anggota PMR (Palang Merah Remaja)
MAN Babat pada tanggal 04 Maret 2017.
82
Dari hasil wawancara di atas, melalui pelajaran IPS siswa diberikan
pengajaran tentang perilaku. Sikap siswa tidak hanya terbentuk dari
lingkungan keluarga saja, melainkan juga dari pendidikan di lingkungan
sekolah maupun di masyarakat. Selain itu, di sekolah ini guru juga
memberikan contoh yang baik kepada siswa berupa pembelajaran maupun
perilakunya.
Jadi, sudah jelas bahwa pembentukan sikap pada kegiatan
ekstrakurikuler
PMR
(Palang
Merah
Remaja)
terbentuk
melalui
pembelajaran di sekolah yang diperoleh dari mata pelajaran IPS yaitu
mengajarkan bagaimana untuk hidup bermasyarakat dan nilai-nilai yang
terkandung dalam mata pelajaran IPS dapat menjadi acuan siswa untuk
berperilaku baik.
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah melakukan penelitian dan mengumpulkan data dari hasil penelitian
yang diperoleh melalui metode observasi, kuesioner dan dokumentasi, maka
selanjutnya peneliti menganalisis data dari hasil penelitian di MAN Babat. Adapun
analisis hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam
Menanamkan Sikap Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa di
MAN Babat
PMR
(Palang
Merah
Remaja)
merupakan
salah
satu
kegiatan
ekstrakurikuler yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah. Ekstrakurikuler
PMR
(Palang
Merah
Remaja)
merupakan
pembinaan
siswa
dalam
pengembangan kepalangmerahan.108 Di samping itu, ekstrakurikuler PMR
(Palang Merah Remaja) mempunyai tujuan sebagai penguatan kualitas remaja
dan pembentukan karakter siswa.109 PMR (Palang Merah Remaja) yang
dilaksanakan di MAN Babat merupakan esktrakurikuler yang bekerjasama
dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di sekolah ini memiliki
beberapa bentuk kegiatan yang dikembangkan, tujuannya untuk melatih siswa
agar memiliki wawasan yang luas dan membekali siswa untuk membentuk
karakter. Kegiatannya dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Adapun
108
Heri Gunawan, op.cit., hlm. 274.
Markas
Pusat
Palang
Merah
Indonesia,
Palang
Merah
Remaja,
Jakarta,
(http.//www.pmi.or.id/index.php/kapasitas/sukarelawan/palang-merah-remaja.html,
diakses
17
November 2015 jam 13.00 WIB).
109
83
84
kegiatannya yaitu berupa materi dan praktik. Kegiatan dalam bentuk materi
antara lain: PP (Pertolongan Pertama), Sankes (Sanitasi Kesehatan), PRS
(Pendidikan Remaja Sebaya), RSPS (Remaja Sehat Peduli Sesama), Doras
(Donor Darah Sukarela), dan ASB (Ayo Siaga Bencana). Sedangkan kegiatan
dalam bentuk praktik antara lain: senam PMR (Palang Merah Remaja),
outbound, diklat, lomba-lomba, dan latihan gabungan.
Pelaksanaan kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat
dilaksanakan dalam 5 (lima) kali pertemuan, yaitu untuk latihannya
dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu, Jum‟at dan Sabtu. Sedangkan untuk
kegiatan materi dilaksanakan pada hari Kamis.
Kegiatan materi dilaksanakan pada hari Kamis jam 15.00-16.00 WIB.
Pada kegiatan ini, siswa dibekali materi terlebih dahulu dengan menggunakan
buku sebagai acuan siswa untuk belajar, tujuannya agar siswa memiliki wawasan
dan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah
diajarkan, sehingga siswa paham ketika praktik.
Kemudian kegiatan mengaji dilaksanakan pada hari Kamis pagi jam 06.15
WIB di ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Pada pelaksanaan mengaji,
siswa diajak untuk membuka al-Qur‟an dan memilih surat tertentu yang
kemudian dibaca secara bersama-sama. Kegiatan rutinan seperti ini bertujuan
agar siswa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga dapat menjadi
kebiasaan untuk membaca Al-Qur‟an.
Selanjutnya kegiatan senam PMR (Palang Merah Remaja) dilaksanakan
pada hari Sabtu pagi jam 05.45 WIB di lapangan sekolah. Dalam pelaksanaan
85
kegiatan ini, siswa diajak untuk berbaris dan dipimpin oleh beberapa siswa di
depan. Tujuan adanya senam ini agar siswa dapat berolahraga dan menjaga
kesehatannya. Seperti pendapat Anne Ahira yang dikutip oleh Suryanto bahwa
olahraga juga dapat menentukan tingkat kesehatan seseorang. Orang yang rajin
berolahraga maka akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, sehingga
jarang terkena penyakit.110 Oleh karena itu, PMR (Palang Merah Remaja)
mengadakan senam bersama sebagai kegiatan olahraga.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, dalam pelaksanaannya kegiatan
PMR (Palang Merah Remaja) dibimbing oleh kelas XII , hal ini terlihat pembina
PMR (Palang Merah Remaja) jarang hadir saat kegiatan berlangsung. Pembina
hanya membimbing siswa ketika ada acara tertentu, seperti perlombaan, diklat,
outbound, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dapat mempengaruhi
sikap siswa dalam berperilaku kepedulian sosial, seperti membantu temannya
yang sakit, belajar bertanggung jawab, mengutamakan kebersamaan, yang
awalnya kurang peduli lama-kelamaan akan mempunyai sikap peduli, lebih
mandiri, percaya diri di depan orang banyak, dan bisa bersosialisasi dengan baik.
Kemudian dalam berperilaku pola hidup sehat, seperti mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan, menjaga kebersihan, makan makanan yang sehat dan
bergizi, membuang sampah pada tempatnya, mandi 3 kali sehari, menggosok
110
Suryanto, op.cit., hlm. 5.
86
gigi, istirahat yang cukup, dan juga tidak jajan sembarangan. Hal ini
sebagaimana yang terdapat dalam Tri Bakti Remaja, yaitu:111
1.
Berbakti kepada masyarakat.
2.
Mempertinggi keterampilan serta memelihara kebersihan dan kesehatan.
3.
Mempererat persahabatan nasional dan internasional.
Merujuk pada teori tersebut, bahwa kegiatan dalam PMR (Palang Merah
Remaja) telah mengajarkan siswa untuk bersikap kepedulian sosial dan pola
hidup sehat. Hal ini dapat dibuktikan dari perbedaan sikap siswa yang sekarang
dengan yang dulu. Namun ada pula siswa yang masih kurang memperhatikan
pola hidup sehatnya. Pola hidup sehat pada dasarnya adalah suatu program yang
meliputi kesehatan, kesegaran jasmani, gizi dan olahraga. Jika semua itu
dilakukan dengan baik dan benar, maka produktivitas kerja organ tubuh akan
lebih baik.112
Beberapa kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) di atas merupakan bentuk
kegiatan rutin dan kegiatan periode. Adapun kegiatan rutin yaitu kegiatan yang
dilaksanakan setiap minggunya, seperti materi, mengaji bersama, senam PMR
(Palang Merah Remaja), menjadi kesehatan lapangan, memberikan pertolongan
kepada teman yang sakit atau PP (Pertolongan Pertama), diajarkan cara mencuci
tangan, menjalankan tugas piket jaga UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), kerja
bakti pada hari Jum‟at (Jum‟at bersih), dan sosialisasi. Kemudian kegiatan
111
Markas
Pusat
Palang
Merah
Indonesia,
Palang
Merah
Remaja,
Jakarta,
(http://www.pmi.or.id/index.php/kapasitas/sukarelawan/palang-merah-remaja.html,
diakses
17
November 2015 jam 13.00 WIB).
112
Heni Agustina, Pengertian Pola Hidup Sehat
(http://polahidupuntuk.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-pola-hidup-sehat.html, diakses 18
November 2015 jam 20.20 WIB).
87
periode dilaksanakan saat ada acara perlombaan tertentu, dan ada pula yang
dilaksanakan setahun sekali, seperti donor darah sukarela, peringatan
HIV/AIDS, outbound, diklat, latihan gabungan se-Jawa Timur, dan kegiatan
bakti sosial. Kegiatan-kegiatan yang diajarkan tersebut sangat membantu siswa
dalam membentuk sikapnya.
Pembelajaran dan pelaksanaan kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip Palang Merah, antara lain:113
1.
Kemanusiaan
Gerakan ini lahir dari keinginan diri sendiri untuk memberikan
pertolongan kepada korban tanpa membeda-bedakan antara satu dengan
yang lain.
2.
Kesamaan
Gerakan ini memberikan bantuan kepada korban tanpa membedabedakan ras, agama, tingkat sosial, ataupun pandangan politik.
3.
Kenetralan
Gerakan ini tidak boleh melibatkan diri sendiri baik dalam
pertentangan politik, ras, agama, maupun ideologi.
4.
Kemandirian
Gerakan ini bersifat mandiri, maksudnya harus mematuhi peraturan
perundangan yang berlaku di setiap negara.
113
Haris Munandar, op.cit,, hlm. 8.
88
5.
Kesukarelaan
Gerakan ini lahir atas dasar rasa sukarela, tidak ada tujuan lain untuk
mencari keuntungan apapun.
6.
Kesatuan
Gerakan ini bersifat terbuka untuk semua orang, dan di setiap negara
hanya ada satu perhimpunan yaitu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan
Sabit Merah.
7.
Kesemestaan
Gerakan ini bersifat semesta, maksudnya hadir di seluruh dunia.
Karena setiap Perhimpunan Nasional mempunyai status yang sederajat
dalam membantu satu sama lain.
Dalam ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat ini
kegiatannya mengajarkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat, karena
kegiatan tersebut termasuk prinsip Palang Merah yaitu menolong sesama tanpa
membeda-bedakan dan mengajarkan bagaimana kebersamaan.
B. Kendala yang Dihadapi Dalam Proses Penanaman Sikap Kepedulian Sosial
dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa Melalui Kegiatan PMR (Palang Merah
Remaja) di MAN Babat
Dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler pasti memiliki tujuan yang harus
dicapai. Namun tujuan tersebut tidak semuanya bisa tercapai dengan baik.
Seperti halnya dalam kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat.
Kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari suatu kendala.
89
Menurut teori Slameto dalam skripsinya Lilik Satrio Utomo S.
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar antara
lain:114
1.
2.
Faktor intern terdiri dari:
a.
Faktor fisiologi (cacat tubuh dan kesehatan).
b.
Faktor psikologis (intelegensi, motif, kematangan, dan kesiapan).
c.
Faktor kelelahan.
Faktor ekstern terdiri dari:
a.
Keluarga (orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang budaya).
b.
Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, standar pelajaran
diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, keadaan gedung, dan
tugas rumah).
Kendala yang dihadapi siswa dalam proses penanaman sikap kepedulian
sosial dan pola hidup sehat di MAN Babat pada kegiatan PMR (Palang Merah
Remaja) meliputi hambatan internal dan eksternal. Yang termasuk hambatan
internal di PMR (Palang Merah Remaja) yaitu faktor psikologis. Kemudian yang
termasuk hambatan eksternal yaitu faktor sekolah. Hambatan internal adalah
hambatan yang berasal dari dalam diri siswa. Hambatan yang sering dirasakan
siswa pada aspek psikologis yaitu kurangnya kesadaran dalam diri siswa seperti
merasa malu, malas, kurang telaten, kurang kompak, bersikap individual, kurang
114
Lilik Satrio Utomo S., op.cit, hlm. 14.
90
memperhatikan kepedulian sosial dan pola hidup sehat, kurang tanggung jawab
jika diberi tugas, renggangnya interaksi sosial, kurangnya pemahaman karena
sifat yang berbeda, dan siswa sering tidak mendengarkan perintah untuk
menjaga kesehatan dan hidup bersih. Hal ini dapat dilihat dari keadaan di
lapangan bahwa ada beberapa siswa yang tidak hadir dalam kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja). Kurangnya kesadaran pada setiap individu akan
mengakibatkan proses penanaman sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat
menjadi terhambat.
Sedangkan hambatan eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar
diri siswa. Berdasarkan keadaan di lapangan diketahui bahwa siswa merasakan
keluhan pada faktor sekolah yaitu kurangnya sarana dan prasarana. Adanya
sarana dan prasarana dalam ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) ini
sangat mendukung keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan. Oleh
karena itu, harus ada upaya dari pihak sekolah untuk menyediakan sarana dan
prasarana agar kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dapat berjalan secara
maksimal. Hal ini berarti bahwa saat itu sarana dan prasarana masih kurang
untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain itu, hambatan yang dikeluhkan siswa yaitu kurang adanya dukungan
dari siswa lain, seperti siswa yang bukan anggota PMR (Palang Merah Remaja)
kurang mendukung kegiatan yang dilakukan dan kurangnya penyuluhan dari
Dinas Kesehatan, sehingga warga sekolah kurang mendukung jika ada ajakan
dari anggota PMR (Palang Merah Remaja) untuk menanamkan sikap kepedulian
sosial dan pola hidup sehat. Adanya dukungan dari pihak sekolah sangat penting
91
karena dengan dukungannya, tujuan dari kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
tersebut dapat tercapai dengan baik dan memberikan pengaruh besar terhadap
sikap siswa.
Dari beberapa kendala di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran siswa
dalam mengikuti kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) masih kurang baik,
sarana dan prasarana yang dibutuhkan juga kurang, serta dukungan dari pihak
sekolah menjadi prioritas dalam pelaksanaan kegiatan PMR (Palang Merah
Remaja).
C. Peran Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) Dalam Menanamkan Sikap
Kepedulian Sosial dan Pola Hidup Sehat Pada Siswa di MAN Babat
Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) merupakan salah satu wadah
penyalur bakat dan potensi yang ada dalam diri siswa di bidang sosial dan
kesehatan, karena dengan mengikuti ekstrakurikuler ini akan memberikan
pengaruh besar terhadap sikap siswa.
Menurut Davis Krech dkk., sikap adalah reaksi emosional seseorang
terhadap lingkungannya, baik itu positif maupun negatif, baik persetujuan
maupun penolakan yang berkaitan dengan kondisi sosial yang dialaminya.115
Sikap siswa dalam berperilaku peduli sosial dan pola hidup sehat dapat
menentukan kualitas perilaku siswa tersebut, apakah perilaku tersebut baik atau
buruk. Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) ini mengajarkan siswa dalam
membentuk karakter yang baik, seperti menolong teman yang sakit,
115
Nursid Sumaatmadja, op.cit., hlm. 89.
92
mementingkan kebersamaan, menjaga tali silaturahmi, mengajarkan untuk hidup
lebih sehat dan disiplin dalam segala hal-hal yang positif.
Sikap kepedulian sosial adalah tindakan yang berupaya untuk bisa
membantu orang yang sedang kesulitan dan yang membutuhkan. Sikap peduli
sosial bisa dilakukan oleh siapa saja dan tidak memandang satu sama lain baik
dari status maupun kedudukan.116 Usaha yang dilakukan siswa dalam
menanamkan sikap kepedulian sosial ini dilakukan dengan cara membantu
sesama tanpa pamrih dan tidak membeda-bedakan satu sama lain. Dari
pengamatan yang dilakukan peneliti, beberapa siswa PMR (Palang Merah
Remaja) membantu mengatasi siswa yang sakit dan memberikan obat kepada
siswa tersebut. Hal ini memberikan gambaran bahwa perilaku siswa tersebut
merupakan bentuk kepedulian sosial mereka terhadap orang lain, karena
kepedulian sosial merupakan bagian dari ibadah. Seperti yang telah dicontohkan
Rasulullah SAW dalam hadits berikut:
ْ َْ َ ْ َ ْ َ َْ ْ ُ َ َ
َّ
َ
)‫مكا ِزم لْاخَل ِق ِمً ؤعما ِل ؤ ٰه ِل الجى ِت (زواه الطبراوى عً ؤوس‬
Artinya: “Budi pekerti yang luhur adalah termasuk amalan ahli surga”. (HR.
Tabroni dari Anas bin Malik)
Dalam ajaran Islam, kepedulian sosial tidak terlepas dari budi pekerti yang
baik, dimana sikap ini dilakukan sesuai dengan norma agama, adat istiadat dan
peraturan perundang-undangan.117
Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di sekolah ini tidak hanya
terpaku pada teorinya saja, melainkan mampu mempraktikkannya dalam
116
117
Akhmad Muhaimin Azzet, op. cit., hlm 96.
Buchari Alma, dkk., op.cit., hlm. 204.
93
kehidupan sehari-hari. PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat juga
berperan dalam berbagai kegiatan sekolah. Adapun peran kegiatan PMR (Palang
Merah Remaja) dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dapat dilihat dari
kegiatan-kegiatan seperti memberikan PP (Pertolongan Pertama), menjadi keslap
(kesehatan lapangan), menjaga lingkungan sekitar agar selalu bersih, sosialisasi,
diklat, berpartisipasi dalam kegiatan apapun, dan bakti sosial dengan melakukan
penggalangan dana kepada seluruh siswa MAN Babat yang kemudian uang
tersebut akan disumbangkan kepada orang yang kurang mampu dan ke panti
asuhan. Adanya kegiatan ini dapat memotivasi siswa untuk selalu menolong
orang lain yang membutuhkan, karena dengan mempraktikkannya dalam
kehidupan sehari-hari dapat membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku
baik. Sedangkan dalam menanamkan pola hidup sehat dapat dilihat dari
kegiatan-kegiatan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menjaga
kebersihan, menjaga pola makan, menggosok gigi, membuang sampah pada
tempatnya, dan tidak jajan sembarangan. Dengan membiasakannya maka akan
membantu siswa untuk hidup sehat. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam
prinsip dasar untuk menjaga kesehatan dalam pandangan Islam, antara lain:118
1.
Islam memperhatikan upaya-upaya dalam menjaga kesehatan secara
preventif (menjaga kesehatan sebelum sakit), seperti makan makanan yang
higienis, makanan yang baik dan halal, dan tidak makan dan minum secara
berlebihan.
118
Hadratul Ma‟wa dan Lisnawati (Ed.), op.cit., hlm. 17-18.
94
2.
Islam menganjurkan untuk segera mengobati penyakit hati, seperti stres,
sedih, suka marah, dan gangguan emosional lainnya.
3.
Islam menganjurkan untuk membersihkan mulut dan gigi dengan
menggunakan siwak atau sikat gigi.
4.
Islam menganjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan agar terperlihara
dari berbagai macam penyakit.
5.
Agar menjaga kesehatan individu.
6.
Islam memerintahkan dan menganjurkan untuk berobat.
7.
Islam menganjurkan untuk berolahraga. Sebagaimana yang tercermin dalam
praktik ibadah, seperti shalat, puasa, dan haji.
Menurut teori Anne Ahira sebagaimana yang dikutip oleh Suryanto
menyebutkan bahwa pola hidup sehat adalah suatu gaya hidup yang
memperhatikan faktor-faktor penentu kesehatan, misalnya makanan dan
olahraga.119 Dalam ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di MAN
Babat, kegiatan yang mengajarkan untuk berperilaku hidup sehat antara lain:
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mengkonsumsi makanan dan
minuman yang bernutrisi, makan secara teratur, mandi 3 kali sehari, membuang
sampah pada tempatnya, kerja bakti setiap hari Jum‟at (Jum‟at bersih), dan
olahraga 3 minggu sekali. Melalui esktrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja)
ini siswa dituntut untuk mampu membentuk sikap kepedulian sosial dan pola
hidup sehat. Siswa tidak hanya dapat menambah wawasan saja, mereka juga
119
Suryanto, op.cit., hlm. 3.
95
mampu mengubah tingkah lakunya. Dengan demikian, perilakunya dapat
dijadikan contoh bagi siswa yang lain.
Pada ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja), pembentukan sikap
siswa tidaklah terlepas dari peran seorang guru. Kaitannya dengan pembelajaran
IPS, guru IPS memiliki peran sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini serta jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dalam kajian tentang
masyarakat.120
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidaklah berdiri sendiri, melainkan
merupakan disiplin dari cabang-cabang ilmu sosial, yaitu sosiologi, ekonomi,
geografi, sejarah, dan sebagainya. Selain itu, hal-hal yang tercakup dalam mata
pelajaran IPS berperan dalam pembentukan sikap siswa. Karena pada dasarnya
IPS merupakan sekumpulan dari beberapa ilmu sosial yang di dalamnya
mencakup hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Keberadaan kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) ini sangat membantu
dalam membina sikap siswa agar nantinya ia menjadi orang yang berguna di
masyarakat baik di bidang sosial maupun kesehatan. Keberadaan guru IPS di
MAN Babat juga sangat membantu proses pembentukan sikap siswa yaitu
melalui pembelajaran IPS.
Tidak hanya itu saja, peranan guru IPS dalam membentuk sikap
kepedulian sosial dan pola hidup sehat dapat dilihat dari keteladanan guru di
120
Ratu, Guru IPS dam Evaluasi, (http://ratusilumanular.blogspot.co.id/2011/06/guru-ips-danevaluasi.html, diakses 01 Maret 2017 jam 09.20 WIB).
96
sekolah. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk mencontoh perilaku
gurunya. Jika dilihat dari kepedulian sosial, keteladan guru IPS mencontohkan
untuk saling tolong menolong, peduli terhadap lingkungan, dan gotong royong.
Sedangkan dari pola hidup sehat ditunjukkan dari keteladanan guru yang
mencontohkan untuk membersihkan kelas sebelum belajar, mencuci tangan
sebelum makan, dan juga membuang sampah pada tempatnya.
Keteladanan guru sebagai panutan bagi siswa terdapat dalam QS. AlAhzab: 21, Allah SWT berfirman:
ْ
ََ
ْ
َ ‫ان َل ُك ْم ف ْي َ ُس ْىل الله ُا ْس َى ٌة َح َس َى ٌت ّْلَ ًْ َك‬
َ ‫َل َق ْد َك‬
‫ان ًَ ْس ُجىا الل َه َوال َي ْى َم لا ِخ َس َٰوذك َس‬
ِ ِ ‫ِ ز‬
ِ
ۗ َ
﴾١٢﴿ ‫الل َه ك ِث ْي ًرا‬
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. 121
Kandungan ayat di atas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW merupakan
sosok manusia yang memiliki akhlak mulia. Beliau selalu memberikan contoh
yang baik kepada umatnya. Didikan dari guru yang berakhlak baik sangat
menentukan terbentuknya perilaku yang mencerminkan akhlakul karimah. Oleh
karena itu, guru harus menampilkan akhlak yang baik.
Di lain pihak, menurut siswa guru IPS tidak begitu memperhatikan pola
hidup sehat, akan tetapi siswa yang dari jurusan IPS, agama, dan bahasa masih
mendapatkan pelajaran mengenai pola hidup sehat dari guru IPA. Di dalam
pembelajaran IPS mereka diajarkan untuk saling tolong menolong, gotong
royong, dan guru pun mencontohkan untuk membuang sampah pada tempatnya,
121
Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 420.
97
mengajak siswa untuk membersihkan kelas sebelum belajar agar belajar menjadi
nyaman.
Menurut Imam Al-Ghazali, adapun kewajiban yang harus diperhatikan
oleh seorang pendidik, antara lain:122
1.
Harus menaruh kasih sayang terhadap peserta didik dan memperlakukan
mereka seperti perlakuan terhadap anak sendiri.
2.
Tidak mengharapkan balas jasa atau ucapan terima kasih. Melaksanakan
tugas mengajar yang bermaksud untuk mencari keridhaan dan mendekatkan
diri pada Tuhan.
3.
Memberikan nasehat kepada peserta didik pada setiap kesempatan.
4.
Mencegah peserta didik dari suatu akhlak yang tidak baik.
5.
Berbicara dengan peserta didik sesuai dengan bahasa dan kemampuan
mereka.
6.
Jangan menimbulkan rasa benci pada peserta didik mengenai cabang ilmu
yang lain.
7.
Kepada peserta didik di bawah umur, diberikan penjelasan yang jelas dan
pantas untuk dia, dan tidak perlu disebutkan padanya rahasia-rahasia yang
terkandung di dalam dan di belakang sesuatu, agar tidak menggelisahkan
pikiran.
8.
Pendidik harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan
perbuatannya.
122
Ngainun Naim, op.cit., hlm. 16.
98
Dalam hal ini, guru IPS mempunyai peran yang signifikan dalam mendidik
siswa. Guru bisa berperan sebagai orang tua sekaligus teman yang mempunyai
kewajiban untuk membimbing siswa. Proses pembentukan sikap siswa di
sekolah ini sangat bermacam, bisa melalui pembelajaran di kelas sampai
penerapan di lingkungan masyarakat. Jadi, dalam hal ini guru tidak hanya
berperan sebagai pendidik saja, tetapi juga sebagai pembimbing, penasehat,
sekaligus sahabat yang bertujuan untuk membantu siswa dalam membentuk
sikap.
Guru pada hakikatnya berhadapan langsung dengan peserta didik. Guru
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih besar. Karena penampilannya
akan menjadi contoh bagi perilaku peserta didiknya. Guru tidak cukup jika
hanya mempunyai teori tentang pengelolaan proses belajar mengajar, akan tetapi
harus mampu mengaktualisasikan dalam perbuatan dan penampilannya.123
Guru IPS di MAN Babat menanamkan nilai-nilai positif kepada siswa
dengan memberikan contoh seperti mencuci tangan sebelum makan,
membersihkan kelas sebelum belajar, membuang sampah pada tempatnya, saling
tolong menolong, peduli sesama, gotong royong, maupun kegiatan-kegiatan
lainnya, sehingga siswa lebih termotivasi untuk bersikap yang baik. Cara ini
harus dilakukan secara terus-menerus agar siswa terbiasa dengan sikap tersebut.
Ada beberapa guru di MAN Babat yang menilai bahwa anak IPS dengan
anak IPA itu berbeda, anak IPS dipandang tidak baik oleh guru-guru yang lain.
Sebagai guru IPS memiliki kewajiban untuk mengarahkan siswa kepada hal-hal
123
Mujtahid., op.cit., hlm. 35.
99
yang positif dengan memberikan nasehat agar siswa tersebut dapat berubah.
Karena mendidik bukanlah hal yang mudah, guru harus benar-benar
memberikan bimbingan dan mengarahkan siswa untuk berperilaku yang baik.
Pengaruh lingkungan di sekolah juga dapat berpengaruh terhadap sikap siswa.
Karena sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dibentuk melalui proses belajar.
Sikap siswa akan berkembang apabila ia mendapat pengaruh baik dari
lingkungannya.
Mendidik bukan hanya memberikan aspek pengetahuannya saja, akan
tetapi mampu menghantarkan peserta didik agar semakin bertakwa dan beriman
kepada Allah SWT. Oleh karena itu, seorang guru tidak hanya mengajarkan
aspek-aspek kognitif saja, melainkan juga bertugas untuk menanamkan nilainilai moral-religius ke dalam jiwa peserta didik.124
Ada cara lain yang bisa dilakukan guru IPS untuk menanamkan sikap
dalam diri siswa, salah satunya yaitu melalui kegiatan belajar mengajar. Di
sekolah guru dituntut untuk bisa memberikan contoh yang baik untuk siswanya,
terutama pada ucapan dan perilakunya. Hal ini sesuai dengan teori Wijaya
Kusumah, bahwa guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan
dan selalu memberikan keteladanan.125
Tidak hanya melalui kegiatan belajar mengajar saja, siswa juga bisa
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau organisasi lain, misalnya ekstrakurikuler
PMR (Palang Merah Remaja). Dalam ekstrakurikuler ini guru juga berperan
124
125
Ibid., hlm. 17-18.
Ibid., hlm. 21.
100
sebagai pembina yang memberikan bimbingan seputar pengetahuan sosial dan
dunia kesehatan.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap siswa
diwujudkan dengan cara mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
mata pelajaran IPS. Dari pelajaran IPS tersebut siswa dapat mempelajari dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan PMR (Palang
Merah Remaja).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Bentuk kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat terbagi
menjadi 2, yaitu kegiatan rutin dan periode. Kegiatan rutin antara lain:
kegiatan materi yang meliputi Pertolongan Pertama (PP), Sankes (Sanitasi
Kesehatan), PRS (Pendidikan Remaja Sebaya), RSPS (Remaja Sehat Peduli
Sesama), Doras (Donor Darah Sukarela), dan ASB (Ayo Siaga Bencana);
senam PMR (Palang Merah Remaja), mengaji, menjadi keslap (kesehatan
lapangan), menjalankan tugas piket jaga UKS (Usaha Kesehatan Sekolah),
kerja bakti pada hari Jum‟at (Jum‟at bersih), dan sosialisasi. Untuk kegiatan
periode antara lain: outbound, diklat, lomba-lomba, latihan gabungan seJawa Timur, peringatan HIV/AIDS, donor darah, dan bakti sosial. Dalam
pelaksanannya, kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dilakukan di dalam
maupun di luar ruangan. Kegiatan rutin dilakukan pada hari Selasa sampai
Sabtu setelah pulang sekolah, ada pula yang dilakukan pada pagi hari. Dan
kegiatan periode dilakukan ketika ada acara tertentu, ada pula yang
dilakukan setahun sekali.
2.
Kendala yang dihadapi siswa dalam proses penanaman sikap kepedulian
sosial dan pola hidup sehat meliputi hambatan internal dan eksternal.
Hambatan internal seperti kurangnya kesadaran siswa dalam kedisiplinan.
101
102
Sedangkan hambatan eksternal meliputi kurangnya sarana dan prasarana,
kurangnya dukungan dari siswa lain, dan kurang adanya penyuluhan dari
Dinas Kesehatan.
3.
Ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di MAN Babat memiliki
peran penting dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup
sehat pada siswa. Pembentukan sikap siswa diwujudkan dengan cara
mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran IPS dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan PMR (Palang
Merah Remaja).
B. Saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan oleh penulis dalam skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1.
Bagi sekolah, sebaiknya menambah sarana dan prasarana yang dibutuhakn
untuk kegiatan PMR (Palang Merah Remaja), sehingga kegiatannya dapat
berjalan secara maksimal.
2.
Bagi pembina PMR (Palang Merah Remaja), sebaiknya untuk lebih
memperhatikan lagi setiap kegiatannya dan diberikan penyuluhan agar siswa
dapat termotivasi dalam mengikuti kegiatan PMR (Palang Merah Remaja).
3.
Bagi anggota PMR (Palang Merah Remaja), diharapkan agar lebih disiplin
dalam mengikuti kegiatan, serta meningkatkan sikap kepedulian sosial dan
pola hidup sehat baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
103
DAFTAR PUSTAKA
Agustina,
Heni.
2013.
Pengertian
Pola
Hidup
Sehat.
http://polahidupuntuk.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-pola-hidupsehat.html. Diakses 18 November 2015 jam 20.20 WIB.
Alma, Buchari. dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta.
Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2010. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Edisi
Revisi V. Jakarta: Rhineka Cipta.
. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Sistematik. Jakarta: Bina
Aksara.
Ariyanti, Tia. 2011. Pengaruh Peran Organisasi Palang Merah Remaja Pada Kepribadian
Anggotanya. Batam.
https://www.academia.edu/9513352/PENGARUH_PERAN_ORGANISASI_PALAN
G_MERAH_REMAJA_PADA_KEPRIBADIAN_ANGGOTANYA. Diakses 18
November 2015 jam 20.12 WIB.
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2014. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif.
Jogjakarta: DIVA Press.
As-Sayyid, „Abdul Basith Muhammad. 2007. Inilah Makanan Rasulullah SAW: Pola
Hidup Sehat Rasulullah Dikaji dengan Ilmu Kedokteran Modern. Jakarta:
Nakhlah Pustaka.
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2011. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
BSNP. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan.
Departemen Agama RI. 2005. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Departemen Agama.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Pedoman Pelaksanaan Organisasi
Sekolah. Semarang: Depdikbud.
Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang
Terserak, Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai.
Bandung: Alfabeta.
104
Faisal, Sanapiah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Hadi, Sutrisno. 1990. Metode Research II. Yogyakarta: Andi Offset.
Harsono dan Susilo, M. Joko. 2010. Pemberontakan Guru: Menuju Peningkatan
Kualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mahbubi, M. 2012. Pendidikan Karakter Implementasi Aswaja sebagai Nilai
Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta.
Mahmudah, Siti. Psikologi Sosial. Malang: UIN-MALIKI Press.
Markas Pusat Palang Merah Indonesia. Palang Merah Remaja. Jakarta.
http://www.pmi.or.id/index.php/kapasitas/sukarelawan/palang-merahremaja.html. Diakses 17 November 2015 jam 13.00 WIB.
Ma‟wa, Hadratul dan Lisnawati. 2007. Hidup Sehat Cara Islam: Seluk Beluk
Kesehatan dan Penjaganya. Bandung: JEMBAR.
Moleong, Lexy. J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya.
. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN-Maliki Press.
Munandar, Haris. 2008. Mengenal Palang Merah Indonesia dan Badan SAR
Nasional. Jakarta: Erlangga.
Murni, Wahid. 2008. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian
Lapangan (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). UM Press. Malang.
Naim, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah
Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
105
Prastyo, Angga Teguh. 2011. Kamus Istilah Pendidikan. Malang: Aditya Media
Publishing.
Ratu. Guru IPS dam Evaluasi. http://ratusilumanular.blogspot.co.id/2011/06/guruips-dan-evaluasi.html. Diakses 01 Maret 2017 jam 09.20 WIB.
S., Lilik Satrio Utomo. 2016. Identifikasi Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan
Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga di SD Negeri 1 Sanden Kecamatan
Sanden Kabupaten Bantul. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT Refika Aditama.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Rosdakarya.
Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suryanto. 2011. Peranan Pola Hidup Sehat Terhadap Kebugaran Jasmani.
Yogyakarta: FIK-UNY. Diakses 19 November 2015 jam 21.00 WIB.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
S.U., Ischak, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim Penulis Fakultas Psikologi UI. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Tirtaraharja, Umar dan La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. 2006. Jakarta: Departemen Agama RI.
Yamin, Martinis dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: GP Press.
LAMPIRAN
106
KUESIONER TENTANG PERAN KEGIATAN PMR (PALANG MERAH
REMAJA) DALAM MENANAMKAN SIKAP KEPEDULIAN SOSIAL DAN
POLA HIDUP SEHAT
Nama :
Kelas :
KUESIONER:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kegiatan apa saja yang diajarkan dalam ekstrakurikuler PMR (Palang Merah
Remaja)?
Apakah kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) telah mengajarkan siswa untuk
bersikap peduli sosial dan pola hidup sehat?
Bagaimana bentuk kegiatan sosial yang diajarkan dalam penanaman sikap
kepedulian sosial dan pola hidup sehat?
Bagaimana hambatan-hambatan dalam proses penanaman sikap kepedulian
sosial dan pola hidup sehat pada siswa?
Bagaimana usaha anda dalam menanamkan sikap kepedulian sosial dan pola
hidup sehat?
Apakah dengan adanya ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) dapat
berpengaruh terhadap sikap siswa?
Bagaimana kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dalam menerapkan sikap
kepedulian sosial dan pola hidup sehat?
Pola hidup sehat yang seperti apakah yang telah diajarkan dalam kegiatan PMR
(Palang Merah Remaja)?
Bagaimana perubahan yang anda rasakan ketika sebelum dan sesudah mengikuti
kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)?
Bagaimana peran guru IPS dalam membentuk sikap kepedulian sosial dan pola
hidup sehat?
Apakah perilaku/sikap guru IPS sudah mencerminkan teladan yang baik dan
menunjukkan sikap kepedulian sosial dan pola hidup sehat?
Bagaimana cara guru IPS dalam membentuk sikap siswa?
Bagaimana peran mata pelajaran IPS terhadap sikap siswa?
107
Data Guru MAN Babat Tahun Pelajaran 2016/2017
No
Nama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Drs. H. Abd. Hakim, M.Pd
Drs. Sarjono
Dra. Rike Mardiana HP
Drs. Masduki, M.Pd
Drs. Syaikul Hadi, S.Pd
Drs. H. Marzuq, M.Pd
Drs. Djoko Purnomo
Drs. H. Kardi Kuswanto
Mustakim, S.Pd
M. Luthfillah, M.Ag
Nurul Masfufah, S.Pd
Eni Setyowati, S.Pd
Nida Eliyana, S.Pd
Iva Mursidah, S.Pd
Slamet Abdul Muslih, S.Pd
Novia Muna Muzdalifah, S.Kom
Devi Ayu Ainurrohmah, S.Pd
Asmaul Husna, S.Psi
Muhammad Faishal, S.Si
Khoirul Isfain, S.Ag
Kacung, S.Pd
Agus Anggraeny, S.Ag
M. Abidin, S.Ag, MA
Farida Rahmawati, S.Pd.I
Puryono, S.Pd
Ma‟ali, S.Pd
Mokhamad Khoiruddin, S.Pd
Hidayatus Sholihah, S.Ag
Ida Ayu Khumairo‟, S.Ag, S.Pd
Abd. Rosyid Nurmansyah, S.Si
Isrumanto, S.Pd
Moh. Arief Darmawan, S.Pd
Elfi Qomariyah, S.Pd
Syahid, S.Pd
Tugas dan Jabatan
Kepala Sekolah
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Waka Litbang
Waka Sarpras
Waka Humas
Guru Matematika
Guru Geografi
Guru Pkn
Guru Fiqih
Guru Fisika
Guru Fisika
Guru Bahasa Inggris
Guru Bahasa Inggris
Guru Bahasa Indonesia
Guru TIK
Guru Matematika
Guru BK
Guru Kimia
Guru Bahasa Arab
Guru Bahasa Inggris
Guru Bahasa Arab
Guru SKI
Guru Fiqih
Guru Bahasa Indonesia
Guru Bahasa Arab
Guru Seni Budaya
Guru Aqidah Akhlaq
Guru Bahasa Indonesia
Guru Kimia
Guru SKI
Guru TIK
Guru Teknik Pertanian
Guru BK
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
Murdjiyanto, S.Pd
MA. Rofiqudin, S.Ag, S.Pd, MA
Ririn Krismiati, S.Pd
Muzammil Huda, M.Pd
M. Ali Zubaidi, S.T
H. Moch. Amiruddin, S.Pd
Khalimmatus Saniyah, S.Pd
Rani Kristanti, S.Pd
Lutfiyanto, S.Pd
H. A. Farchan, S.Pd
Ellis Kurnia Utami, S.Pd
Evi Mafidah, S.Pd
Achdiyani Latifah, S.Ag, MA
Ida Nuswantaria, S.Pd
Choridah, S.Pd
Drs. Bambang Wahyono, M.Pd
Zainal Abidin, S.Pd
Khayyun Faizah, S.Si
Jaelani, S.Pd.I, MA
Lilik Rosyidah, S.Pd.I
Fatmiany, S.Pd
Jaelan, S.Pd
Fatihul Ihsan, S.Pd.I, MA
Abd. Malik, S.Pd.I, MA
Abdullah Faizin, S.Pd
Nisya Mu‟jizah, S.Pd
Enis Ratnaningsih, SE, M.Pd
Muhammad Rifa‟i, S.Pd
Awan Happy, S.Pd
Anang Afandi, S.Pd
Drs. Ahmad Zahzeri
M. Saiful Chambali, S.Ag, MA
Abd. Munif, S.Ag, S.Pd, M.Pd
Sri Utami, S.Pd
Enis Sholikhan, S.Pd
Rohmat Hadi Kuswoyo, SS
Ali Mahsun, S.Ag, MA
Luluk Rohmawati, S.Pd
Guru BK
Guru Aqidah Akhlaq
Guru BK
Guru Matematika
Guru Elektronika
Guru Biologi
Guru Ekonomi
Guru Seni Budaya
Guru Biologi
Guru Pkn
Guru Bahasa Indonesia
Guru Matematika
Guru Qur‟an Hadits
Guru Bahasa Jepang
Guru Biologi
Guru Matematika
Guru Penjaskes
Guru Kimia
Guru Qur‟an Hadits
Guru Bahasa Arab
Guru Fisika
Guru TIK
Guru Aqidah Akhlaq
Guru Fiqih
Guru Bahasa Indonesia
Guru Bahasa Jepang/Sejarah
Guru Ekonomi
Pembina PMR
Guru Penjaskes
Guru Penjaskes
Guru Penjaskes
Guru Aqidah Akhlaq
Guru Sosiologi
Guru BK
Guru BK
Guru Bahasa Inggris
Guru Fiqih
Guru Bahasa Indonesia
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
Dwi Anawati, S.Pd
H. Moh. Zaenal Arifin, S.Pd.I
Pitut Saifudin Yunus, S.Pd
Andi Jauhar Fakhry, S.T
Achmad Kurniawan, S.Si
Sri Eka Wardani, S.Pd
Rosyidah Mahfudlotin, S.Pd
Fahmi In‟ami, S.Pd.I
Agus Setiawan, S.Pd.I
Abdul Muiz, S.Pd.I
Yudi Imawanto, S.Kom
Guru Tata Busana
Guru Bahasa Arab
Guru Matematika
Guru Kimia
Guru Sejarah
Guru Bahasa Jawa
Guru Sosiologi
Guru Aqidah Akhlaq
Guru SKI/Seni Budaya
Guru Fiqih
Guru TIK
Data Pegawai MAN Babat Tahun Pelajaran 2016/2017
No
Nama
Tugas dan Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Drs. H. Mukiyi, M.Pd.I
Ana Uzlifatul Jannah, SE
Moh. Arief Darmawan, S.Pd
Elfi Qomariyah, S.Pd
Andika Rahman, S.Kom
Eva Lutvianti, S.Si
Wahyu Lini Kusuma Dewi, S.Pd
Isrumanto, S.Pd
Happy Dwi Izzati, S.Pd
M. Zainul Arifin, S.Kom
Ilmiyatun Na‟imah, S.Pd
Nur Shobikhah, S.Pd
Lailatul Imaniyah, Amd.Keb.
Anita Yolanda Sari
Yoga Prasetya
Zainal Abidin, S.Pd
Putri Novayanti
Hartini, S.Pd
Samsul Hadi
Kasupi
Moch. Rochim
Sunarko
Moh. Wahyudi
Sukarti
Hanif Azhar
Parsi
Edi Purwanto, S.Pd
Drs. Harmaji
Ratna Cempaka Imawati, S.Pd
Evia Animatus Sholikhah, S.Pd
Ana Oktavia Isna Fahim, S.S
Abdul Aziz, S.Pd
Ilmiatun Na‟imah, S.Pd
Kepala Tata Usaha
Bendahara Pengeluaran
Operator Komputer
Laboran/Staff TU
Staff TU
Staff TU/Laboran Lab. Biologi
Bendahara Komite
Petugas Perpustakaan
Petugas Perpustakaan
Operator/Staff TU
Staff TU/Koperasi
Staff TU/Koperasi
Petugas Kesehatan
Staff TU/Adm. Komite
Staff TU/Adm. Komite
Staff TU/Asisten Humas
Arsiparis/Agendaris
Pelatih Qiroatil Qur‟an
Penjaga Sekolah/Pesuruh
Penjaga Sekolah
Tenaga Kebersihan
Penjaga Sekolah
Tenaga Kebersihan
Tenaga Kebersihan
Tukang Kebun
Sopir
Pelatih Ekstra KIR
Pelatih Ekstra Teater
Pelatih Seni Tari & Tata Rias
Instruktur Tata Boga
Laboran Lab. Fisika
Instruktur Otomotif
Staff TU dan Petugas Koperasi
Data Siswa MAN Babat Tahun Pelajaran 2016/2017
Berdasarkan Jenis Kelamin
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Kelas
X IPA 1
X IPA 2
X IPA 3
X IPA 4
X IPA 5
X IPS 1
X IPS 2
X IPS 3
X IPS 4
X BAHASA
X AGAMA 1
X AGAMA 2
XI IPA 1
XI IPA 2
XI IPA 3
XI IPA 4
XI IPA 5
XI IPS 1
XI IPS 2
XI IPS 3
XI IPS 4
XI BAHASA
XI AGAMA 1
XI AGAMA 2
XII IPA 1
XII IPA 2
XII IPA 3
XII IPA 4
XII IPS 1
XII IPS 2
XII IPS 3
XII BAHASA
XII AGAMA
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
12
18
11
26
10
28
14
24
13
24
4
24
14
20
11
24
12
26
4
29
8
25
8
23
5
24
14
24
14
22
10
28
10
24
9
19
13
22
12
22
13
24
8
29
8
17
6
21
2
21
8
25
11
20
12
21
6
14
15
17
10
19
10
13
13
11
330
728
Total
Jumlah
30
37
38
38
37
28
34
35
38
33
33
31
29
38
36
38
34
28
35
34
37
37
25
27
23
33
31
33
20
32
29
23
24
1.058
Data Kondisi Sarana dan Prasarana (SARPRAS) MAN Babat
Tahun Pelajaran 2016/2017
No
Jenis Bangunan
Jumlah
Luas
(m2)
Baik
1.
Ruang Kelas
25
1.800
√
2.
Ruang Kamar
Mandi
Ruang Guru
Ruang Tata Usaha
Perpustakaan
Laboratorium
- IPS
- Komputer
- Fisika
- Kimia
- Biologi
- Bahasa
Ruang
Keterampilan
Ruang OSIS
Ruang BP/BK
Ruang UKS
Masjid / Musholla
Aula
Koperasi
Kantin
Asrama
Total
1
72
√
1
1
1
144
72
100
√
√
√
1
1
1
1
1
1
1
72
80
80
100
100
100
100
√
√
√
√
√
√
√
1
1
1
1
1
1
1
1
44
40
40
40
100
800
80
160
216
4.296
√
√
√
√
√
√
√
√
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Keterangan
Rusak Rusak
Berat Ringan
Data Anggota PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat
Tahun Pelajaran 2016/2017
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
Nama
Arira Celia Virta P.
Lailatis Syarifah
Rizka Salsabila
Ulfa Ainur Fitria
Luluk Indah K.
M. Rifqi Ainur Rahman
Yana Rosida Yanti
Alfi Qonitatin Wafiyah
Qurratin Ayuni
Yaumil Izza
Lailatul Muthoharoh
M. Nasrullah
Selly Mahfudlotin
Ubaidillah Hasan
Irma Ratna Sari
Nur Ahmar Fajriah
Danastri Dwi Permata Sari
Dewi Nur Kumala Sari
Dian Eka P.
M. Aris Syahrudin
Aditya Sri Rajasa
Devinda F.A.A
Dinda Ayu Octavia Putri
Ifda Kurnia H.
Lelitya Nurmawati
M. Fajrul Amin
Novita Hermawati
Siti Ririn
Balqies Savina
Asih Sri Rejeki
Eva Zulianti
Firdauzi Nujulla
M. Fajrul Falah
Salsabila
Naily Tazkiyyah S.
Umie Hajar Aulia
Abdullah Faqih Fahrudin Z.
Fahrisa N. R.
Fina Arji Danila
Kelas
XII IPA 1
XII IPA 1
XII IPA 1
XII IPA 1
XII IPA 2
XII IPA 2
XII IPA 2
XII IPA 3
XII IPA 3
XII IPA 3
XII IPA 4
XII IPA 4
XII IPA 4
XII IPA 4
XII IPS 1
XII IPS 1
XII IPS 3
XII IPS 3
XII BAHASA
XII BAHASA
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 2
XI IPA 2
XI IPA 2
XI IPA 2
XI IPA 2
XI IPA 3
XI IPA 3
XI IPA 4
XI IPA 5
XI IPA 5
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
Alivia Damayanti
Adeik Anton Verbian
Anggie Imelda W.
Khusnul M. Mahmudah
Wafiqoh Mujahidah
Lubaba Izzatul Afida
Ifa Nur A.
M. Heru Eka P.
Soviatus S.
Ayu Tri Astutik
Masfufatul Fuadah
Luluk Makhmudah
Nisaul Sa‟adah
Lilik Eka P.
Ulul Maftukhah
XI IPA 5
XI IPS 1
XI IPS 1
XI IPS 1
XI IPS 1
XI IPS 1
XI IPS 2
XI IPS 3
XI IPS 4
XI IPS 4
XI BAHASA
XI BAHASA
XI AGAMA 1
XI AGAMA 2
XI AGAMA 2
Informan Tiap Kelas Anggota PMR (Palang Merah Remaja) MAN Babat
Kelas XI
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Nama
Dinda Ayu Octavia Putri
Devinda F.A.A.
Lelitya Nurmawati
Aditya Sri Rajasa
M. Fajrul Amin
Eva Zulianti
Salsabila
Firdauzi Nujulla
Umie Hajar Aulia
Naily Tazkiyyah S.
Abdullah Faqih Fahrudin Z.
Alivia Damayanti
Fina Arji Danila
Anggie Imelda W.
Adeik Anton Verbian
Lubaba Izzatul Afida
Khusnul M. Mahmudah
Soviatus S.
Nisaul Sa‟adah
Ulul Maftukhah
Masfufatul Fuadah
Luluk Makhmudah
Kelas
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 1
XI IPA 2
XI IPA 2
XI IPA 2
XI IPA 3
XI IPA 3
XI IPA 4
XI IPA 5
XI IPA 5
XI IPS 1
XI IPS 1
XI IPS 1
XI IPS 1
XI IPS 4
XI AGAMA
XI AGAMA
XI BAHASA
XI BAHASA
Nama
Rizka Salsabila
Ulfa Ainur Fitria
Lailatis Syarifah
Arira Celia Virta P.
Yana Rosida Yanti
Luluk Indah K.
Qurratin Ayuni
Lailatul Muthoharoh
Ubaidillah Hasan
Irma Ratna Sari
Danastri Dwi Permata Sari
Dewi Nur Kumala Sari
M. Aris Syahrudin
Kelas
XII IPA 1
XII IPA 1
XII IPA 1
XII IPA 1
XII IPA 2
XII IPA 2
XII IPA 3
XII IPA 4
XII IPA 4
XII IPS 1
XII IPS 3
XII IPS 3
XII BAHASA
Kelas XII
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
PROGRAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PMR (PALANG MERAH REMAJA)
MAN BABAT
No
Jenis Kegiatan
1.
Penerimaan
anggota baru PMR
o Pendaftaran
2.
Pemateri Gerakan
Palang Merah
Remaja dan Bulan
Sabit Internasional
(BSI)
Pertolongan
Pertama (PP)
o Tribakti PMR
o Gerakan PMR dan
BSI
o Perhimpunan
nasional lambang
o Anatomi dan faal
tubuh manusia
o Penilaian korban
o Cidera lunak
o Luka bakar
o Pemindahan korban
o Kedaruratan medis
o Keracunan
o Tandu
o Pemberian materi
o Pertolongan
Pertama (PP)
o Pembalutan
(membalut luka)
o Tandu
o Cara mencuci
tangan
o Mars
o Mengadakan
kegiatan donor
darah
o Pemberian sembako
terhadap fakir
miskin di sekitar
sekolah
o Haking
3.
4.
Latihan Rutin
5.
Bakti Sosial
6.
Penjelajahan
Uraian Kegiatan
Hasil yang Diharapkan
o Terbentuknya anggota baru
yang siap berperan aktif
dalam organisasi PMR
o Mendidik, mengarahkan
dan membentuk anggota
PMR yang mahir dan
terampil dalam berbagai
jenis kegiatan
o Mengusai dan mendalami
serta terampil dalam
melakukan
kegiatan praktek PMR
o Membentuk anggota PMR
yang tangguh dalam
menghadapi lomba-lomba
PMR
o Mengusai dan mendalami
serta terampil dalam
melakukan
kegiatan praktek PMR
o Membentuk anggota PMR
yang tangguh dalam
menghadapi lomba-lomba
PMR
o Menghasilkan anggota
PMR yang peduli terhadap
keselamatan dan
kesejahteraan sesama
manusia
o Membentuk anggota PMR
yang tangguh dan terampil
dalam menghadapi jenis
lomba
7.
Kegiatan
partisipatif;
1. Lomba-lomba
a. Gitapraja
b. Akperla
c. Acipraja
d. Balaram
e. Rcc, dll.
2. Latihan
gabungan seJawa Timur
o Disesuaikan dengan
jenis kegiatan yang
diadakan oleh
pengurus cabang
PMR
kabupaten/kota
o Membentuk anggota PMR
yang mampu berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan
pada tingkat yang lebih
tinggi
Prestasi-prestasi yang diraih pada periode 2015-2016 antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Juara 1 lomba kepemimpinan tim A Gitapraja di SMAN 1 Lamongan.
Juara 3 lomba kepemimpinan tim B Gitapraja di SMAN 1 Lamongan.
Juara 1 poster tim A Gitapraja di SMAN 1 Lamongan.
Juara harapan 2 PRS (Pendidikan Remaja Sebaya) di SMAN 1 Lamongan.
Juara peringkat 4 Acipraja di SMAN 19 Surabaya.
Juara favorit Acipraja di SMAN 19 Surabaya.
Juara 1 PRS (Pendidikan Remaja Sebaya) Akperla III di Akademi Keperawatan
Lamongan.
8. Juara 2 sanitasi kesehatan Akperla III di Akademi Keperawatan Lamongan.
9. Juara harapan 2 Gerakan Kepalangmerhan Akperla III di Akademi Keperawatan
Lamongan.
10. Juara 1 cerdas cermat Red Cross Cup di STKIP PGRI Jombang.
Dokumentasi Kegiatan PMR (Palang Merah Remaja)
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Babat
Wawancara dengan anggota PMR (Palang Merah Remaja)
Kegiatan materi
Senam PMR (Palang Merah Remaja)
Membantu siswa yang sakit dan pingsan
Latihan pembalutan (membalut luka)
Latihan PP (Pertolongan Pertama)
Bersama anggota PMR
(Palang Merah Remaja)
Diskusi acara perlombaan
Bersama Pembina (Muhammad Rifa‟i, S.Pd)
dan Pelatih (Elfi Qomariyah, S.Pd)
JAWABAN INFORMAN
Informan 1:
Informan 2:
Informan 3:
Informan 4:
Informan 5:
BIODATA MAHASISWA
Nama
: Mellyyana Romlatul Munawwaroh
NIM
: 12130011
Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Harapan, 14 Februari 1994
Fak./Jur./Prog. Studi
: FITK/PIPS
Tahun Masuk
: 2012
Alamat Rumah
: Dsn. VI RT 027 RW 006 Ds. Tanjung Harapan Kec.
Seputih Banyak Kab. Lampung Tengah.
No. Tlp Rumah/Hp
: 085646158056
Riwayat Pendidikan :
1.
TK
: TK Al-Qur‟an Seputih Banyak
2.
SD
: SDN 1 Seputih Banyak
3.
SMP : SMPN 1 Seputih Banyak
4.
SMA : MAN 1 Metro, Lampung Timur
Malang, 06 Februari 2017
Mahasiswa
(Mellyyana Romlatul Munawwaroh)
Download