ANALISIS PERBANDINGAN KEAKURATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM (Studi Pengamatan Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013 – 2015) Inge Lengga Sari Munthe, SE.Ak., M.Si; Firmansyah Kusasi, ST., MM; Nurfatilla Afidah Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diantara dua model manakah yang paling akurat dalam memprediksi return saham. Kedua model tersebut adalah capital asset pricing model (CAPM) dan arbitrage pricing theory (APT). Populasi dalam penelitian ini merupakan saham Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20132015. Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan metode ini sampel yang dihasilakan sebanyak 18 perusahaan. Data penelitian berupa harga saham penutupan perusahaan diperoleh dari website www.idx.co.id, data Indeks Harga Saham Gabungan diperoleh dari website finance.yahoo.com, dan data inflasi, kurs, jumlah uang beredar serta suku bunga Bank Indonesia diperoleh dari website www.bi.go.id. Keakuratan model CAPM dan APT dihitung dengan menggunakan Mean Absolute Deviation (MAD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model CAPM lebih akurat daripada model APT dalam memprediksi return saham perusahaan industri barang konsumsi periode 2013-2015. Kata kunci : CAPM, APT, Return aktual, Return ekspektasi, saham. PENDAHULUAN Investasi merupakan salah satu aktivitas pendanaan yang terdapat pada sebuah perusahaan. Aktivitas pendanaan atau investasi ini biasanya dilakukan melalui pasar modal. Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 1 Pasar modal mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi pasar, terutama dalam penghimpunan dana (Kurniawan, Hidayat, & Devi, 2015). Di Indonesia, pasar modal yang mewadahi kegiatan jual-beli surat berharga adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang terdaftar dan menjual sahamnya di BEI merupakan perusahaan yang sudah go public atau perusahaan terbuka (Nasuha, Dzulkirom, & Z.A, 2013). Dengan adanya pasar modal, maka perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat ditingkatkan. Dengan dijualnya saham dipasar modal berarti masyarakat diberikan kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang diperoleh perusahaan. Dengan kata lain, pasar modal dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan pendapatan masyarakat (Aqli, 2015). Saham merupakan salah satu instrumen yang menarik untuk dijadikan sarana investasi. Saham merupakan tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan (Fahmi, 2015). Pada dasarnya keputusan berinvestasi tergantung dengan individualnya yang didasarkan pada tujuan utama dalam berinvestasi yaitu memperoleh keuntungan dimasa mendatang dengan berbagai pertimbangan yang ada (Nasuha, Dzulkirom, & Z.A, 2013). Jika seseorang mengambil suatu risiko, maka dia mengharapkan return yang sesuai dengan risiko yang diambilnya tersebut. Besar tingkat pengembalian berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi (Jogiyanto, 2015). Semakin besar keuntungan yang didapatkan oleh investor maka semakin besar risiko yang didapatkan, begitu sebaliknya semakin kecil keuntungan yang didapatkan maka semakin kecil pula risiko yang didapatkan. Kemampuan untuk memprediksi return saham merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan oleh investor. Dalam investasi, investor pasti mengaharapkan return atas investasinya. Untuk dapat memprediksi return yang diharapkan investor dapat menggunakan model capital asset pricing model (CAPM) dan model arbitrage pricing theory (APT) (Suartini & Made, 2011). Kehadiran capital asset pricing model (CAPM) yang dapat digunakan untuk mengestimasi return suatu sekuiritas dianggap sangat penting di bidang keuangan (Jogiyanto, 2015). CAPM merupakan model untuk menetukan harga suatu aset. Model ini mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan (required return) oleh investor untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Risiko yang diperhitungkan dalam CAPM adalah risiko sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang dialami oleh semua investasi tanpa terkecuali (Agus, 2005). Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 2 CAPM ini mendasari pemikiran teori portofolio yang menyatakan bahwa investor akan memilih suatu portofolio saham yang dapat memaksimumkan expected return untuk tingkat risiko tertentu, atau meminimumkan risiko untuk memperoleh expected return tertentu. Capital Asset Pricing Model (CAPM) bukanlah satu-satunya teori yang mencoba menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar. Kajian arbitrage pricing theory (APT) merupakan tindak lanjut dari kajian CAPM. Arbitrage pricing theory (APT) adalah suatu kajian dimana tingkat keuntungan lebih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Indraseno (2006) dalam Suartini & Made (2011). Teori ini dikembangkan oleh Stephen A.Ross pada tahun 1976 yang menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor (Fahmi, 2015). KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Capital Asset Pricing Model (CAPM) Menurut Jogiyanto (2015) capital asset pricing model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu aset. Model ini mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan (required return) oleh investor untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Dalam hal ini risiko yang diperhitungkan hanyalah risiko sistematis (systematic risk) atau risiko pasar yang diukur dengan beta (β). Bentuk standar dari CAPM pertama kali dikembangkan secara terpisah oleh Sharpe (1964), Lintner (1965) dan Mossin (1969), sehingga model ini sering disebut dengan CAPM bentuk Sharpe-Lintner-Mossin. Professor Sharpe akhirnya memenangkan hadiah Nobel di bidang ekonomi untuk hasil karyanya ini (Jogiyanto, 2015). Menurut Tandelilin (2001:89) dalam Nasuha, Dzulkirom, & Z.A (2013) model CAPM merupakan model keseimbangan yang menggambarkan hubungan risiko dan return secara lebih sederhana, dan hanya menggunakan suatu variabel (disebut juga variabel beta) untuk menggambarkan risiko. Menurut Husnan (2005) berpendapat bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu asset. Model ini menjelaskan bagaimana menemukan harga suatu saham dengan mempertimbangkan risiko yang terkandung didalamnya. Capital Asset Pricing Model merupakan model penetapan harga aktiva equilibrium yang menyatakan bahwa ekspektasi return atas sekuritas tertentu adalah fungsi Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 3 linier positif dari sensitivitas sekuritas terhadap perubahan return portofolio pasarnya, William F.Sharpe, et. all dalam (fahmi, 2015). CAPM menjelaskan keseimbangan antara tingkat risiko dan return. Tujuan umum CAPM adalah untuk menentukan tingkat keuntungan minimum yang disyaratkan dari investasi aset yang berisiko. Sebagai akibat risiko keuntungan yang diharapkan dari suatu saham harus dihubungkan dengan tingkat risiko sistematisnya bukan dengan tingkat risiko total (Linawati, 2013). Abitrage Pricing Theory (APT) Stephen Ross mengembangkan teori penentuan harga abitrase (arbitrage pricing theory) ditahun 1976 (Fahmi I. , 2015), dimana Ross menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. APT juga merupakan proses memperoleh laba tanpa risiko dengan memanfaatkan peluang perbedaan harga aset atau sekuritas fisik yang sama. Dengan kata lain investasi pada konsep APT adalah membeli suatu sekuritas atau surat berharga pada harga rendah dan menjual kembali pada harga telah mengalami kenaikan (Fahmi, 2015). Asumsi dan manfaat Abitrage Pricing Model (APT), ada tiga asumsi yang mendasari model APT adalah (Fahmi, 2015): 1. Pasar modal dalam kondisi pasar persaingan sempurna. 2. Para investor selalu lebih menyukai kekayaan yang lebih daripada kurang dengan kepastian. 3. Hasil dari proses stochastic artinya bahwa pendapatan aset dapat dianggap sebagai K model faktor. Menurut Husnan (2005) APT akan sangat bermanfaat kalau kita bisa: 1. Mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor-faktor makro ekonomi 2. Mengukur expected return dari masing-masing faktor tersebut, dan 3. Mengukur kepekaan masing-masing saham terhadap faktor tersebut. Variabel Makro Ekonomi 1) Inflasi Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus (Rahardja & Manurung, 2008). Inflasi merupakan suatu keadaan dimana menurunnya nilai mata uang pada suatu Negara dan naiknya harga barang yang berlangsung secara sistematis (fahmi, 2015). Inflasi memiliki pengaruh besar kepada para investor dalam berinvestasi. Para Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 4 investor menginginkan adanya inflasi actual atau inflasi yang diharapkan. Dalam artian jika inflasi jauh lebih tinggi dari perolehan investasi maka investasi tersebut akan dibatalkan, dan begitu pula sebaliknya. 2) Kurs valuta asing Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing Sadono Sukirno dalam Aqli (2015). 3) Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat (Rahardja & Manurung, 2008). Sejak peradaban manusia mengenal uang sebagai alat bantu pembayaran. Perkembangaan cara masyarakat untuk melakukan pembayaran dalam transaksi ekonomi akan mempengaruhi makna uang di masa-masa yang akan datang. Risiko Dalam melakukan investasi, secara umum investor bersifat risk averse (menghindari risiko). Investor akan berusaha menghilangkan risiko dengan berbagai macam cara. Namun risiko tidak dapat dihilangkan melainkan hanya dikurangi. Cara mengurangi risiko tersebut adalah dengan melakukan diversifikasi investasi. Sementara itu, dalam konteks portofolio, menurut Jogiyanto (2015) risiko dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Risiko sistematis (systematic risk) Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya perubahan tingkat bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Risiko ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko ini juga disebut risiko yang tidak dapat didiversifikasi (undiversifiable risk). 2. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satuperusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbedabeda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masingmasing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 5 Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan sebagainya. Risiko ini juga disebut risiko yang dapat didivesifikasi (diversifiable risk). Return Menurut Jogiyanto (2015) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return tersebut memiliki dua komponen yaitu current income dan capital gain. Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil fundamental perusahaan. Capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital gain suatu saham akan positif, bila mana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga beli. Return Pasar (Market) Menurut Jogiyanto (2015) tingkat pengembalian pasar merupakan tingkat pengembalian yang didasarkan pada perkembangan indeks harga saham. Indeks pasar tidak tergantung dari suatu teori tetapi lebih tergantung dari hasil empirisnya. Return Aset Bebas Risiko Tingkat pengembalian aset bebas risiko merupakan angka atau tingkat pengembalian atas asset financial yang tidak berisiko (Cherie, Darminto, & Farah, 2014). Tingkat pengembalian ini dapat dijadikan sebagai dasar penetapan return minimum, karena return investasi pada sektor asset berisiko harus lebih besar dari return asset tidak berisiko. Dasar pengukuran yang digunakan dalam tingkat pengembalian ini adalah tingkat suku bunga sekuritas yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Sertifikat Bank Indonesia atau SBI (Husnan, 2005). Beta Menurut Jogiyanto (2015) Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Untuk menghitung Beta portofolio, maka Beta masing-masing sekuritas perlu dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari Beta masing-masing sekuritas. Mengetahui Beta masingmasing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang akan dibentuk. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Investasi Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2015). Dengan adanya aktiva yang produktif, Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 6 penundaan konsumsi sekarang untuk diinvestasikan ke aktiva yang produktif tersebut akan meningkat utility total. Ada banyak definisi investasi, menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2004 investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Saham Menurut fahmi (2015) saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan, kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya serta persediaan yang siap dijual. Ada banyak pihak yang terlibat dalam bermain di pasar saham secara umum ada tiga yaitu: Investor, Spekulan dan Government. Exponential Smoothing Teknik pemulusan eksponensial adalah prosedur yang dapat merevisi secara terusmenerus hasil peramalan dengan informasi terbaru. Metode ini berdasarkan pemulusan yang menurun secara eksponensial Firdaus (2006) dalam (Maftuhah, 2014). Dalam SPSS terdapat 4 macam metode exponential smoothing yaitu : 1) Single Exponential Smoothing 2) Double Exponential Smoothing Brown 3) Double Exponential Smoothing Holt 4) Damped Trend Exponential Smoothing Kerangka Pemikiran Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini adalah menyeleksi perusahaan-perusahaan Industri Barang Konsumsi yang secara konsisten terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015 melalui website resmi www.idx.co.id. Setelah saham-saham yang konsisten terpilih, kemudian peneliti mengumpulkan data harga saham penutupan (closing price) bulanan dari perusahaan-perusahaan yang telah diseleksi melalui data historis yang terdapat pada website resmi www.idx.co.id. Peneliti juga mengumpulkan data indeks harga saham gabungan. Selain itu data bulan jumlah uang beredar, data bulanan inflasi, kurs Rp/USD, dan suku bunga SBI yang didapat dari website resmi Bank Indonesia www.bi.go.id. Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 7 Data historis yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel. Untuk menghitung return ekspektasi CAPM, sebelumnya perlu dihitung return aktual (Ri), return aset bebas risiko (Rf), dan return pasar (Rm), kemudian menghitung beta (β). Setelah beta masing-masing perusahaan diperoleh, kemudian barulah dibentuk persamaan berdasarkan model CAPM untuk menghitung nilai expected return. Kemudian untuk return ekspektasi APT, dihitung nilai return aktual (Ri), dan beta (β) setiap faktor makro ekonomi. Nilai variabel surprise faktor makro ekonomi yang digunakan yaitu kurs, jumlah uang beredar, inflasi dan tingkat suku bunga bank Indonesia (SBI) dihitung degan cara nilai aktual dikurang nilai ekspektasi. Dimana nilai ekspektasi dihitung menggunakan SPSS dengan metode exponential smoothing, kemudian barulah dibentuk persamaan berdasarkan model APT untuk menghitung nilai expected return. Langkah berikutnya adalah menghitung nilai mean absolute deviation (MAD) untuk mengetahui model mana yang lebih akurat dalam memprediksi return saham. Pengembangan Hipotesis (Lemiyana, 2015) dalam penelitiannya berjudul ‘Analisis Model CAPM Dan APT Dalam Memprediksi Tingkat Return Saham Syariah (Studi Kasus Saham Di Jakarta Islamic Index )’ yang menyatakan dalam penelitiannya adalah CAPM lebih akurat dari pada APT dalam memprediksi return saham syariah. Sesuai dengan teori Bodie et al. (2011) dalam (Lemiyana, 2015) capital asset pricing model sudah luas digunakan karena capital asset pricing model mempunyai tingkat akurasi yang cukup tinggi pada aplikasi penting. Adapun keterbatasan model APT adalah sampai saat tidak ada seorang ahli pun yang dapat menentukan variabel-variabel apa saja yang membentuk model tersebut, dengan kata lain APT tidak menjelaskan variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi return saham (Prasetyo & Adib, 2016). H1 : Diduga CAPM lebih akurat dibanding APT dalam memprediksi returnsaham perusahaan industri barang konsumsi periode 2013-2015. METODOLOGI PENELITIAN Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah return saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi periode 2013-2014. Metode Penelitian Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 8 Penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif komparatif. Pengertian deskriptif menurut Jogiyanto (2008) adalah suatu riset yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendefinisikan siapa yang terlibat dalam suatu kegiatan, apa yang dilakukan, dimana dilakukan dan bagaimana melakukan kegiatan tersebut. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Operasionalisasi Variabel Penelitian Berikut ini adalah definisi operasional untuk variabel-variabel yang akan diteliti dalam tingkat akurasi model CAPM dan model APT: 1. Variabel Model CAPM Model CAPM ini berkaitan dengan beberapa variabel yang terdiri dari : 1. Return aktual , merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis (Jogiyanto, 2015). Rumus untuk menghitung return saham aktual adalah : Keterangan : : Return Saham ke-i pada periode t : Harga saham ke-i pada periode t : Harga saham ke-i pada periode t-1 2. Return pasar didapat dari perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG) perbulan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Return pasar yang dihitung merupakan return pasar aktual yang didapat dari indeks harga saham gabungan (IHSG) pada periode t dikurangi indeks harga saham gabungan (IHSG) pada periode sebelumnya t-1 dibagi indeks harga saham gabungan (IHSG) pada periode sebelumnya t-1. Dibawah ini merupakan rumus return pasar (Jogiyanto,2015): Keterangan : : Return Pasar : IHSG ke-i pada periode t : IHSG ke-i pada periode sebelumnya t-1 Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 9 3. Return Asset Bebas Resiko, untuk menghitung return aset bebas risiko dapat menggunakan data dari suku bunga Sertfikat Bank Indonesia (SBI) dengan cara suku Bunga SBI selama satu bulan dibagi 12 (Jogiyanto, 2015) 4. Beta / Risiko Sistematis, untuk mengestimasi besarnya koefisien beta dapat menggunakan rumus (Jogiyanto, 2015) : ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅ Jadi untuk mencari nilai expected return saham dengan model CAPM digunakan rumus sebagai berikut (Jogiyanto, 2015) : 2. Variabel Model APT Model APT ini berkaitan dengan beberapa variabel yang terdiri dari : 1. Return aktual , merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis (Jogiyanto, 2015). Rumus untuk menghitung return saham aktual adalah : Keterangan : : Return Saham ke-i pada periode t : Harga saham ke-i pada periode t : Harga saham ke-i pada periode t-1 2. Beta dalam APT menunjukkan kepekaan terhadap suatu faktor, dapat dilakukan dengan cara meregregsi return aktual dengan faktor-faktor mempengaruhi (Husnan, 2005). 3. Surprise faktor (F) a. Perubahan tingkat inflasi (F1) yang tidak diharapkan adalah selisih tingkat inflasi yang sesungguhnya dan tingkat inflasi yang diharapkan (Lemiyana, 2015). Perubahan tingkat inflasi yang diharapkan dihitung dengan menggunakan metode exponential smoothing. F1 = Inflasiactual – Inflasi expected Inflasiactual = b. Perubahan tingkat suku bunga SBI (F2) yang tidak diharapkan adalah selisih tingkat suku bunga SBI yang sesungguhnya dan tingkat suku bunga SBI yang diharapkan Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 10 (Lemiyana, 2015). Perubahan tingkat suku bunga SBI yang diharapkan dihitung dengan menggunakan metode exponential smoothing. F2 = SBIactual - SBI expected c. Perubahan tingkat jumlah uang beredar (F3) yang tidak diharapkan adalah selisih tingkat jumlah uang beredar yang sesungguhnya dan tingkat jumlah uang beredar yang diharapkan (Aqli, 2015). Tingkat jumlah uang beredar yang diharapkan dapat dihitung dengan metode exponential smoothing. F3 = M2 actual – M2 expected d. Perubahan tingkat kurs Rupiah terhadap Dollar (F4) yang tidak diharapkan adalah selisih tingkat kurs Rupiah terhadap Dollar yang sesungguhnya dan tingkat kurs Rupiah terhadap Dollar yang diharapkan (Aqli, 2015). Tingkat kurs Rupiah terhadap Dollar yang diharapkan dihitung dengan menggunakan metode exponential smoothing. F4 = Kursactual – Kurs expected Jadi untuk mencari nilai expected return saham dengan model APT ditunjukkan oleh persamaan berikut (Husnan, 2005): E(Ri) = + + + + Dimana: E(Rᵢ) : Tingkat pendapatan yang diharapkan sekuritas pada periode t : return aset bebas risiko : Sensitivitas return saham terhadap premi resiko untuk masingmasing faktor : Surprise Inflasi pada periode t : Surprise Jumlah Uang Beredar pada periode t : Surprise Kurs terhadap dollar pada periode t : Surprise Suku Bank Indonesia pada periode t Teknik Penentuan Populasi dan Sampel Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 11 Populasi penelitian ini adalah seluruh saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun dari Januari 2013 sampai Desember 2015. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti kriteria sampel yang sudah diketahui. Adapun kriteria-kriteria sampel sebagai berikut: 1. Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 20132015. 2. Perusahaan-perusahaan yang mempunyai data harga saham penutupan yang lengkap pada periode 2013-2015. Tabel 2.1 Sampel Penelitian yang Memenuhi Kriteria NO 1 Kriteria Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Jumlah 34 go public terdaftar di BEI selama periode 2013-2015 2 Perusahaan-perusahaan yang mempunyai data (16) harga saham penutupan yang lengkap pada periode 2013-2015. JUMLAH SAMPEL PERUSAHAAN 18 Metode Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel, dan SPSS 21. Analisis data pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan Model CAPM : 1. Menghitung return saham, return pasar, dan return aset bebas resiko periode 20132015. 2. Mencari nilai risiko sistematis saham atau beta saham. 3. Membentuk model keseimbangan CAPM berdasarkan beta, return aset bebas risiko dan return pasar. Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 12 4. Menghitung return harapan berdasarkan model CAPM dengan menggunakan data pada periode uji yakni bulan Januari 2013 sampai Desember 2015. b. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan model APT : 1. Menghitung return saham dan menghitung tingkat perubahan aktual variabel makro ekonomi. 2. Menghitung tingkat perubahan yang diharapkan dari data tingkat perubahan aktual variabel-variabel makro ekonomi. Tingkat yang diharapkan dihitung dengan menggunakan metode exponential smoothing pada software SPSS 21. 3. Menghitung perubahan faktor-faktor makro ekonomi yang tidak diharapkan. Perubahan yang tidak diharapkan merupakan selisih dari perubahan aktual dengan perubahan yang diharapkan. 4. Menghitung nilai sensivitas return saham terhadap faktor makro ekonomi untuk model APT dengan cara meregresikan return saham aktual dengan faktor–faktor makro ekonomi pada periode 2013-2015. 5. Membentuk model keseimbangan APT berdasarkan sensivitas return saham, return aset bebas risiko dan faktor-faktor makro ekonomi yang tidak diharapkan. 6. Menghitung return harapan berdasarkan model APT dengan menggunakan data pada periode uji yakni bulan Januari 2013 sampai Desember 2015. c. Menghitung rata-rata penyimpang absolut (Mean Absolute Deviation) atau MAD dari masing-masing model CAPM dan APT untuk melihat tingkat akurasi dalam memprediksi return saham. d. Membandingkan rata-rata MAD APT dan MAD CAPM untuk mengetahui model mana yang lebih akurat dalam memprediksi return saham. e. Mengambil kesimpulan. Pengujian Hipotesis MEAN ABSOLUTE DEVIATION (MAD) Mean absolute deviation (MAD) merupakan penjumlahan kesalahan prakiraan tanpa menghiraukan tanda aljabarnya dibagi dengan banyaknya data yang diamati Herjanto (2010) dalam (Prasetyo & Adib, 2016). Keakuratan dari kedua model (CAPM dan APT) dalam memprediksi return saham dapat diukur dengan rata-rata penyimpangan absolut atau MAD. MAD menghitung rata-rata dari nilai absolut selisih return aktual saham dengan return harapannya. Dalam penelitian ini keakuratan suatu model diukur dengan menggunakan Mean Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 13 Absolute Deviation (MAD). Menurut Premananto & Madyan (2004) model yang mempunyai Mean Absolute Deviation (MAD) yang lebih kecil berarti lebih akurat dibandingkan model yang mempunyai Mean Absolute Deviation (MAD) yang lebih besar. Untuk mengukur keakuratan dari metode CAPM dan APT, maka akan dihitung nilai Mean Absolute Deviation (MAD) dengan rumus: [ ] Keterangan: : Return saham aktual : Return saham yang diharapkan n : Jumlah data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian keakuratan kedua model menggunakan nilai mean absolute deviation yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. MAD CAPM (0,0034397) memiliki nilai rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata MAD APT (0,0035143), yang menunjukkan model CAPM lebih akurat dalam memprediksi return saham perusahaan industri barang konsumsi periode 2013-2015. Akan tetapi selisih nilai MAD kedua model menandakan bahwa keakuratan kedua model memiliki perbedaan yang sedikit, hal ini dikarenakan expected risk premium masing-masing portofolio tersebut proporsional dengan market beta prtofolio, sesuai dengan teori yang ada apabila expected risk premium masing-masing portofolio tersebut proporsional dengan market beta prtofolio, maka APT dan CAPM akan memberikan hasil yang sama, kalau tidak maka hasilnyapun berbeda pula (Husnan, 2005). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahalu yaitu yang dilakukan oleh (Premananto & Madyan, 2004), (Maftuhah, 2014), (Aqli, 2015), (Prasetyo & Adib, 2016), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Model CAPM lebih akurat dibandingkan Model APT dalam memprediksi return saham yang diukur dengan menghitung nilai MAD. Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 14 Tabel 4.1 MAD CAPM DAN APT Nama Perusahaan MAD MAD CAPM APT No KODE 1 ADES Akasha Wira Internasional Tbk 0,00097 0,001016 2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,0012 0,00018 3 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 0,000173 0,00024 4 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 0,001145 0,00059 5 DLTA Delta Djakarta Tbk 0,002263 0,00249 6 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 0,001036 0,00098 7 INDF Indofood Sukses Makmut Tbk 0,00065 0,00065 8 GGRM Gudang Garam Tbk 0,00017 0,00013 9 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 0,00069 0,00094 10 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 0,00218 0,0022 11 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 0,000155 0,000277 12 INAF Indofarma Tbk 0,00128 0,00095 13 KAEF Kimia Farma Tbk 0,000082 0,0017 14 KLBF Kalbe Farma Tbk 0,00019 0,00025 15 MERK Merck Tbk 0,04292 0,04382 16 UNVR Unilever Indonesia Tbk 0,00061 0,00069 17 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 0,00235 0,00214 18 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk 0,00385 0,004015 0,0034397 0,0035143 Rata-rata KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Model CAPM lebih akurat dibandingkan model APT dalam memprediksi return saham perusahaan industri barang konsumsi periode 2013-2015. Keakuratan diukur dengan nilai MAD. Nilai MAD CAPM yaitu 0,0034397 lebih kecil dibandingkan dengan nilai MAD APT yaitu 0,0035143. Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 15 SARAN 1. Menambahkan rentang waktu observasi. Dengan memperbanyak sampel penelitian, diharapkan dapat menghasilkan analisa yang lebih akurat. 2. Menambahkan atau mengubah faktor-faktor makroekonomi pembentuk model APT yang lebih relevan. 3. Menggunakan software lain untuk forecasting pada variabel makroekonomi yang digunakan. Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 16 DAFTAR PUSTAKA Agus, S. (2005, Desember). Bisakah CAPM Memprediksi Return Saham-Saham? Teknologi dan Manajemen Informatika, 3(3), 46-58. Andi. (2009). SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik (I ed.). (A. Pidekso, Penyunt.) Semarang: CV ANDI OFFSET. Aqli, I. (2015). Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) Dalam Mmemprediksi Return Saham. Skripsi. Bodie, Kane, & Marcus. (2014). Manajemen Portoflio dan Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Cherie, I., Darminto, & Farah, D. (2014). Penerapan Metode CAPM (CAPITAL ASSET PRICINF MODEL) untuk Menentukan Pilihan Investasi pada Saham (Studi pada Perusahaan Sektor Consumer Good Industry di Bursa Efek Indonesia Periode 20102012. Jurnal Administrasi Bisnis, 13(2), 1-9. Efendi, S., & Tukiran. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Yayha. Fahmi, I. (2014). Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung: ALFABETA . Fahmi, I. (2015). Pengantar Teori Portofolio dan Analisis Investasi. (S. M. Sofyan Idris, Penyunt.) Bandung: ALFABETA. Husnan, S. (2005). Teori Portofolio & Analisis Sekuritas (Keempat ed.). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Jogiyanto. (2008). Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI. Jogiyanto. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Junawa, C. (2014). Studi Perbandingan Metode Capm Dan Apt Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Kurniawan, A. F., Hidayat, R. R., & Devi, A. F. (2015, Juli). Penerapan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) untuk Penetapan Kelompok Saham-Saham Efisien. Administrasi Bisnis (JAB), 24(1), 1-6. Laia, K., & Saerang, I. (2015, Juni 2). Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Investasi Saham Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI. EMBA, 3(2), 247-257. Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 17 Lemiyana. (2015, Juli). Analis Model CAPM dan APT Dalam Memprediksi Tingkat Retrun Saham Syariah (Studi Kasus Saham Di Jakarta Islamic Index). I‐Finance, 1, 1-20. Linawati. (2013). Analisis Tingkat Pengembalian Saham Berdasarkan Capital Asset Pricing Model. Efektor, 23, 41-47. Maftuhah, H. (2014). Perbandingan Metode CAPM dan APT dalam Menghitung Return Saham JII. Skrpsi. Nasuha, R., Dzulkirom, M., & Z.A, Z. (2013). Analisis Metode Capital Asset Pricing Model dalam Upaya Pengambilan Keputusan Terhadap Investasi Saham. 1-8. Prasetyo, D. C., & Adib, N. (2016). Perbandingan Keakuratan CAPM Dan APT Dalam Memprediksi Return Saham Perusahaan Di Jakarta Islamic Index (Periode 20102014). Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 1-22. Premananto, G. C., & Madyan, M. (2004). Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model dan Arbitrage Pricing Theory Dalam Memprediksi Tingkat Pendapatan Saham Industri Manufaktur Sebelum dan Semasa Krisis Ekonomi. Penelitian Dinamika Sosial, 5(2), 125-139. Priyatno, D. (2010). Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS (1 ed.). Yogyakarta: MediaKom. Rahardja, P., & Manurung, M. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi) (ketiga ed.). Jakarta: LP Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sekaran, U. (2009). Research Methods For Business (Vol. 1). Jakarta: Salemba Empat. Suartini, N. K., & Made, M. I. (2011). Perbandingan CAPM Dengan APT Dalam Memprediksi Return Saham. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia, 579-593. Suliyanto. (2009). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: ANDI. www.idx.co www.bi.go.id. finance.yahoo.co.id Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memeprediksi Return Saham 18