892 Unmas Denpasar MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PERTANIAN DAN KAITANNYA DENGAN KETERSEDIAN HARA MAKRO DAN MIKRO I Gusti Ngurah Alit Wiswasta, I Ketut Widnyana, I Dewa Nyoman Raka, I Wayan Cipta Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRAK Lahan tadah hujan yang begitu luas di Indonesia yang mencapai 2,21 juta ha belum dimanfaatkan secara optimal, demikian juga di Bali sebanyak 85,26 persen atau 480.559 hektar dari luas lahan pertanian di Bali adalah lahan sawah tadah hujan, yang berarti hanya dapat ditanami padi setahun sekali dan itu pun petani harus sigap tepat waktu agar musim hujan tidak lewat sehingga penanaman terlambat. Sawah tadah hujan mengandung makna bahwa pada musim kemarau otomatis tidak menghasilkan sebab ketersediaan air akan sangat terbatas sehingga cendrung dibiarkan kosong tanpa ditanami tanaman budidaya lainnya. Penelitian dilaksanakan bertujuan untuk mendapatkan komposisi limbah pertanian dalam pembuatan mikroorganisme indigen (MOL) yang efektif sebagai pupuk cair dan sebagai dekompuser limbah pertanian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperiment yang dilaksanakan di laboratorium untuk mengetahui kandungan : C-organik, N-total, Ptersedia, K tersedia dan pH tanah. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah didapatkan jenis limbah dalam pembuatan mikroorganisme indigen/lokal (MOL) yang membantu meningkatkan ketersediaan unsur hara pada lahan sawah tadah hujan, dan diaplikasikannya mikrooragnisme indigen/ MOL dan pupuk organik limbah pertanian sebagai pupuk organik dalam upaya meningkatkan produksi padi di lahan sawah tadah hujan. Hasil penelitian menunnjukkan bahwa proses dekomposisi bahan organik dari limbah pertanian yaitu sayur, buah, urine, dan campuran ketiga bahan tersebut menjadi MOL sudah menunjukkan hasil yang baik pada proses permentasi dalam waktu 2 minggu sudah siap diaplikasikan sebagai permenteor pupuk organik padat dengan mikroba dominannya adalah Bacillus sp. Kata Kunci : lahan tadah hujan, MOL, limbah pertanian, pupuk organik ABSTRACT Rainfed are so widespread in Indonesia reached 2.21 million ha not been used optimally, so in Bali as much as 85.26 percent or 480 559 hectares of agricultural land in Bali is the rainfed areas, which means it can only be planted with rice once a year and even then farmers should be alert in time to the rainy season is not over so late planting. Rainfed implies that in the dry season does not automatically produce because of water availability will be very limited so it tends to be left without planted with other crops.The research was conducted aiming to obtain the composition of agricultural waste in the manufacture of microorganisms indigen (MOL) effective as liquid fertilizer and as dekompuser agricultural waste. This research was conducted in a laboratory experiment to determine the content: organic C, total-N, P-available, available K and soil PH. Indicators of the success of this study was obtained type of waste in the manufacture of micro-organisms indigen / local (MOL) which helps increase the availability of nutrients in rainfed areas, and the use of mikrooragnisme indigen / MOL and organic fertilizer agricultural waste as organic fertilizer in an effort to increase rice production in the land rainfed.The results showed that the decomposition of organic materials from agricultural waste, namely vegetable, fruit, cow Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 893 Unmas Denpasar urine, and mix all three ingredients into MOL already shown good results in the process of fermentation within 2 weeks already ready for application as permenteor solid organic fertilizer with microbes dominant is Bacillus sp. Keywords: rainfed, MOL, agricultural waste, organic fertilizer PENDAHULUAN Lahan tadah hujan yang begitu luas di Indonesia yang mencapai 2,21 juta ha belum dimanfaatkan secara optimal, demikian juga Di Bali, 85,26 persen atau 480.559 hektar dari luas lahan pertanian di Bali adalah lahan sawah tadah hujan, yang berarti hanya dapat ditanami padi setahun sekali dan itu pun petani harus sigap tapat waktu agar musim hujan tidak lewat sehingga penanaman terlambat. Sawah tadah hujan mengandung makna bahwa pada musim kemarau otomatis tidak menghasilkan sebab ketersediaan air akan sangat terbatas sehingga cendrung dibiarkan kosong tanpa ditanami tanaman budidaya lainnya. Dalam penelitian ini akan dilakukan pembuatan pupuk cair (Mikro organisme lokal/MOL) dengan komposisi yang berasal dari limbah pertanian dalam arti luas (termasuk limbah ternak dan perikanan) yang mudah didapatkan di lapangan. Disamping sebagai pupuk cair, MOL tersebut juga digunakan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat yang mana bahan bakunya juga berasal dari lingkungan pertanian seperti dari jerami, kotoran ternak, limbah buah dan sayuran). Pemberian bahan organik baik cair (MOL) maupun padat (pupuk organik) tersebut diharapkan mampu memelihara kesuburan tanah, meningkatkan populasi mikroba tanah dan kelestarian lingkungan. Pupuk organik dapat meningkatkan daya serap tanah terhadap air, memantapkan stabilitas agregat dan struktur tanah serta meningkatkan daya menyangga pupuk, yang akhirnya dapat meningkatkan efesiensi pemupukan. (Rinsema, 1983) Pupuk organik merupakan salah satu jenis pupuk yang digunakan sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) yang dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga dapat mempertahankan dan menambah kesuburan tanah (Setyorini dkk., 2006). Pemanfaatan pupuk organik dari limbah pertanian adalah langkah recycle atau pemanfaatan kembali limbah yang terbuang yang cukup strategis, karena limbah atau sampah yang secara langsung dirasakan membawa banyak masalah terutama sebagai sumber pencemaran lingkungan, sumber penyakit dan menggangu kebersihan lingkungan. Langkah ini sejalan dengan pendapat Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa, pembuatan pupuk organik merupakan upaya menekan jumlah limbah, pengumpulan dan biaya pengangkutan.Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam : 1) Penentuan jenis limbah sebagai bahan dasar pembuatan mikroorganisme indigen (MOL) dengan populasi mikroorganisme yang mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah. 2) Penentuan dosis optimum dari pupuk organiklimbah pertanian dalam upaya meningkatkan produksi padi di lahan sawah tadah hujan yang dapat meningkatkan daya serap tanah terhadap air, 3) Pengembangan sarana pendidikan pertanian berbasis lingkungan Proses dekomposisi (fermentasi) bahan organik akan menyebabkan meningkatnya temperatur bahan. Keberhasilan proses depupuk organikisi akan diikuti oleh peningkatan temperatur hingga mencapai sekitar 70oC, kemudian menurun yang menunjukkan adanya pendinginan yang disebabkan oleh berkurangnya proses dekomposisi dan akhirnya mencapai Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 894 Unmas Denpasar titik konstan. Hal ini menunjukkan akhir proses depupuk organikisi atau proses pembuatan pupuk organik telah selesai (Haryanto dkk, 2002).Limbah pada umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu limbah yang berbentuk cair, padat dan gas. Limbah organik kebanyakan berasal dari sektor pertanian dengan jumlah yang sangat melimpah, akan t etapi karena sifat limbah ini mudah membusuk maka akan menimbulkan bau dan pencemaran air tanah. Limbah organik sangat diperlukan bagi tanah-tanah pertanian karena kandungan bahan organik didalamnya sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari peranannya yaitu dapat mengatur berbagai sifat tanah, sebagai penyangga persediaan unsur -unsur hara bagi tanaman dan berpengaruh terhadap struktur tanah (Winarno dkk., 1985). Selanjutnya Rochayati dan Adiningsih (1989) menyatakan bahwa, limbah organik pada pertanian lahan sawah tadah hujan mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat meningkatkan stabilitas agregat, struktur tanah, daya menahan air dan erosi tanah serta meningkatkan kemampuan daya menyangga pupuk yang akhirnya dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Sumber utama bahan organik tanah adalah sisa tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah dan pupuk organik (Buckman dan Brady, 1982). Satu kasus terjadi di lahan penanaman bawang merah di daerah Brebes, Jawa Tengah, penggunaan pupuk anorganik terus menerus, pada periode tertentu menurunkan produkstivitas tanah. Tekstur tanah yang sebelumnya gembur menjadi lengket dan susah diolah. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kembali produktivitas tanah (Djuarnani dkk., 2004). Pemberian pupuk organik ke dalam tanah disamping bertujuan untuk menyediakan unsur hara, juga bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah (Yuwono, 2006). Sifat fisik tanah dapat diperbaiki karena humus sebagai hasil perombakan bahan organik dapat bersifat sebagai kolloid, sehingga dengan penambahan pupuk organik berarti akan menambah jumlah kolloid tanah. Hal ini penting untuk tanah-tanah bertekstur kasar yang mempunai kadar kolloid tanah sedikit, sehingga dengan adanya pemupukan organik daya menahan air, kation-kation dari unsur hara dan kapasitas pertukaran kation menjadi naik (Muhadi, 1979). Menurut Buckman dan Brady (1982), hasil depupuk organikisi bahan organik akan menghasilkan humus yang warnanya coklat tua sampai hitam, yang mempunyai sifat dapat mengikat air empat sampai enam kali beratnya sendiri sehingga dapat mempertinggi kemampuan tanah untuk menahan air. Dengan terikatnya air oleh humus berarti mengurangi air perkolasi sehingga pencucian unsur hara oleh air dapat berkurang. Selain itu kolloid yang bermuatan negatif yang dapat mengabsorpsi kation sehingga dapat menekan pencucian unsur hara dalam tanah (Hanafiah, 2004). Pupuk organik merupakan salah satu dari pupuk organik yang dibuat dari bermacam-macam bahan kasar, seperti jerami padi, sampah rumah tangga, sisa rerumputan, bermacam-macam campuran kotoran hewan, abu dapur, lumpur selokan dan lain-lain (Rifai, 1974). Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik antara lain : (1) mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal, (2) menyediakan unsur hara secara lambat ( slow release) dan dalam Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 895 Unmas Denpasar jumlah yang terbatas, dan (3) mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah (Setyorini dkk., 2006). Pupuk organik sangat berperan terhadap perbaikan sifat kimia, fisik dan biologi tanah karena pupuk organik banyak mengandung bahan organik. Bahan organik merupakan bahan yang penting dalam menyuburkan tanah karena berfungsi memantapkan agregat tanah. Bahan organik juga memiliki sejumlah energi laten sebagai pemanas sisa tanaman yang berada di atas permukaan tanah yaitu 4 - 5 kilo kalori g -1 bahan kering (Winarno dkk., 1985). METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu Penelitian , Bahan dan Alat Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium dan penelitian lapangan. Penelitian di laboratorium dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar dan Universitas Udayana. Penelitian dimulai pada bulan Mei 2016 sampai dengan Desember 2016. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam varietas padi tahan yang toleran terhadap keterbatasan air, mikroorganisme indigen (mikroorganisme local/ MOL) dan pupuk organic limbah pertanian, pupuk NPK. Alat-alat yang digunakan adalah: timbangan, gentong plastik, alluminium foil, oven, kantong plastik , autoclave, laminar air flow, dan alat-alat tulis yang mendukung percobaan. Pembuatan pupuk organik cair dari mikroorganisme indigen /lokal (MOL) Bahan utama pembuatan MOL terdiri dari 3 jenis komponen : yaitu 1. Karbohidrat yang bersumber dari singkong, 2. Glukosa yang bersumber dari gula merah, 3. Sumber mikroorganisme : (limbah buah-buahan ,limbah sayur-sayuran, dan urine sapi). Untuk penelitian ini akan dibuat 5 jenis MOL dengan sumber mikroorganisme yang berbeda, yaitu : a. M1 = limbah buah-buahan b. M2 = limbah sayur-sayuran, c. M3 = urine sapi d. M4 = limbah buah dan sayuran e. M5 = limbah buah, sayuran , dan urine sapi Menganalisis kandungan pupuk organik limbah pertanian Pupuk organic limbah pertanian dalam bentuk cair (MOL) dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kandungan C-organik, N-total, P-tersedia, K tersedia dan pH, untuk memudahkan dalam penentuan penggunaan dosis optimumnya untuk tanaman padi di lahan sawah tadah hujan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan unsure hara makro pupuk cair limbah pertanian Hasil analisis terhadap kandungan unsur hara makro dan unsur hara mikro dari pupuk cair dari MOL yang dibuat dari berbagai sumber bahan organic limbah pertanian yang difermentasikan selama 2 minggu disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan Nitrogen (N) tertinggi didapat pada pupuk cair yang dibuat dari limbah sayur Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 896 Unmas Denpasar yaitu 0.45% dan yang paling rendah terdapat pada pupuk cair dari bahan campuran buah dan sayur yaitu sebesar 0,047%. Sementara kandungan P (Phospat) tertinggi terdapat pada pupuk cair dari bahan campuran buah dan sayur 77,505 mg/L, diikuti dengan pupuk cair dari bahan limbah buah 54,989 mg/L, campuran limbah sayur buah dan urine sapi 28,109 mg/L, limbah sayur 21, 049 mg/L dan paling rendah terdapat pada pupuk cair dari urine sapi 3,360 mg/L. Hasil analisa kandungan Kalium (K) pupuk cair paling tinggi terdapat pada limbah campuran buah dan sayur sebesar 406 mg/L, sementara kandungan yang paling rendah terdapat pada pupuk organic dari limbah buah yaitu 3,125 mg/L. Tabel 1. Kandungan Unsur Makro pupuk organic cair dari limbah pertanian (MOL) setelah difermentasi selama 2 minggu. Parameter Satuan Jenis pupuk cair Mol Buah Mol Sayur Mol Buah Sayur Mol urine sapi Mol sayur buah Urine Nitrogen (N) % 0,1833 0,4471 0,0471 0,1723 0,0690 Phospat (P) mg/L 54,989 21,049 77,505 3,360 28,109 Kalium (K) mg/L 3,125 161,5 406 216,5 208 Sumber data primer Gambar 1 menunjukkan grafik kandungan unsur Nitrogen (N) dari pupuk cair limbah pertanian menunjukkan N tertinggi terdapat pada limbah sayur, diikuti oleh limbah buah dan urine sapi, namun setelah dicampur antara buah dan sayur ternyata kandungan Nitogennya turun drastic pada level yang paling rendah dibanding dengan limbah lainnya. Terhadap kandungan unsur Phospat (P) kandungan tertinggi terdapat pada pupuk cair (MOL) yang terbuat dari campuran buah dengan sayuran, diikuti dengan pupuk cair dari limbah buah dan pupuk cair dari limbah sayur. Kandungan Kalium (K) yang paling tinggi terdapat pada pupuk cair yang dibuat dari limbah buah, sementara pada sayur dan urine sapi kandungan K sangat kecil. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 897 Unmas Denpasar 0,5 90.000 0,45 80.000 0,4 0,35 0,3 Mol Buah 70.000 Mol Sayur 60.000 3.500 Mol Buah 3.000 Mol Sayur 2.500 50.000 0,25 Mol Buah Sayur 0,2 Mol urine sapi 0,15 0,1 Mol sayur buah Urine 0,05 30.000 1.500 Mol urine sapi 20.000 500 0 0 0 Phospat (P) (mg/L) Nitrogen (N) (%) Gambar 1. Grafik kandungan unsur N dari pupuk cair limbah pertanian Mol Buah Sayur 1.000 Mol sayur buah Urine 10.000 Mol Sayur 2.000 Mol Buah Sayur 40.000 Mol Buah Kalium (K) (mg/L) Gambar 2. Grafik kandungan unsur P dari pupuk cair limbah pertanian Gambar 3. Grafik kandungan unsur K dari pupuk cair limbah pertanian Kandungan unsur hara mikro pupuk cair limbah pertanian Analisis kandungan unsure hara mikro pupuk cair yang dibuat dari limbah pertanian dilakukan terhadap kandungan Kalsium, Magnesium, Besi, Mangan, Seng, dan Amoniak. Hasil analsis kandungan unsure hara mikro tersebut disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 4 sampai dengan Gambar 9. Kandungan Kalsium (Ca) yang paling tinggi terdapat pada pupuk cair yang dibuat dari limbah campuran buah dan sayur yaitu sebesar 91,5 mg/L sementara dari bahan limbah organic lainnya mempunyai kandungan dengan kisaran 2,985 mg/L sampai dengan 3,7 mg/L. Terhadap kandungan hara mikro Magnesium (Mg) terdapat kandungan yang tidak jauh berbeda antara pupuk cair dari limbah pertanian tersebut yaitu dengan kisaran 85 mg/ untuk Mol campuran sayur buah dan urine, mol campuran buah dan sayur 82 mg/L dan yang paling rendah pada pupuk cair dari limbah sayur. Tabel 2. Kandungan Unsur Mikro pupuk organic cair dari limbah pertanian Parameter Satuan Jenis pupuk cair Mol Buah Mol Sayur Mol Buah + Sayur Mol urine sapi Mol sayur buah Urine Kalsium (Ca) mg/L 3,7 3,69 91,5 2,985 3,055 Magnesium (Mg) mg/L 64,5 43,1 82 72 85 Besi (Fe) mg/L 1,605 0,995 1,635 0,935 0,069 Mangan (Mn) mg/L 0,247 0,82 0,279 0,104 0,021 Seng (Zn) mg/L 1,115 0,555 0,77 2,645 1,27 Amoniak (NH4) mg/L 38,78 22,11 54,03 37,69 33,24 Sumber data primer Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 898 Unmas Denpasar Terhadap kandungan unsure mikro Besi (Fe) yang laing tinggi terdapat pada pupuk cair yang dibuat dari campuran limbah buah dan sayur yaitu 1,635 mg/L , kemudian diikuti dengan pupuk cair dari limbah buah 1,605 mg/L, dan yang paling rendah terdapat pada limbah campuran sayur buah dan urine sapi yaitu sebesar 0,069 mg/L. Hal ini juga ditunjukkan pada Gambar 4 sampai dengan Gambar 6. 100 Mol Buah 90 80 Mol Sayur 70 60 Mol Buah + Sayur 50 40 Mol urine sapi 30 20 Mol sayur buah Urine 10 0 Kalsium (Ca) mg/L Gambar 4. Grafik kandungan unsur kalsium (Ca) dari pupuk cair limbah pertanian 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Magnesium (Mg) mg/L Mol Buah Mol Sayur Mol Buah + Sayur Mol urine sapi Gambar 5. Grafik kandungan unsur Magnesium (Mg) dari pupuk cair limbah pertanian 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 Mol Buah Mol Sayur Besi (Fe) mg/L Mol Buah + Sayur Mol urine sapi Mol sayur buah Urine Gambar 6. Grafik kandungan unsur Besi (Fe) dari pupuk cair limbah pertanian Kandungan unsure Mangan (Mn) yang tertinggi terdapat pada pupuk cair yang dibuat dari limbah sayur yaitu sebesar 0,82 mg/L, diikuti dengan limbah dari campuran buah dan sayur 0,279 mg/L dan limbah buah 0,247 mg/L. kandungan Mn yang paling rendah terdapat pada campuran sayur buah dan urine sapi yaitu 0,021 mg/L. Kandungan Seng (Zn) berkisar antara 0,77 mg/L sampai dengan 2,645 mg/L, dengan kandungan tertinggi Zn terdapat pada pupuk cair dari urine sapi yaitu sebesar 2,645 mg/L, dikuti kemudian dengan campuran buah sayur dan urin sapi sebesar 1,27mg/L, limbah buah 1,115 mg/L dan yang paling rendah terdapat pada pupuk cair dari limbah sayur yaitu sebesar 0,555 mg/L. Kandungan Amoniak (NH4) yang piling tinggi terdapat pada pupuk cair yang dibuat dari limbah pertanian campuran dari buah dan sayur yaitu sebesar 54,03 mg/L, diikuti dengan limbah buah 38,78 mg/L, urine sapi 37,69 mg/L dan yang paling rendah terdapat pada pupuk cair dari limbah sayuran sebesar 22,11 mg/L. hal ini juga ditunjukkan pada Gambar 7 sampai dengan Gambar 9. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 899 Unmas Denpasar 60 3 0,9 0,8 3 0,7 Mol Buah 50 Mol Buah 2 0,6 Mol Sayur 0,5 Mol Sayur 2 0,4 Mol Buah + Sayur 1 0,3 Mol urine sapi 1 Mol sayur buah Urine 0 Mol Buah + Sayur Mol urine sapi Mol sayur buah Urine 0,2 0,1 Mol Buah 40 Mol Sayur 30 Mol Buah + Sayur Mol urine sapi 20 Mol sayur buah Urine 10 Seng (Zn) mg/L 0 0 Mangan (Mn) (mg/L) Amoniak (BH4) mg/L Gambar 7. Grafik kandungan unsur Mangan (Mn) dari pupuk cair limbah pertanian Gambar 8. Grafik kandungan unsur Seng (Zn) dari pupuk cair limbah pertanian Gambar 9. Grafik kandungan unsur Amoniak (NH4) dari pupuk cair limbah pertanian SIMPULAN Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pembuatan pupuk cair dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan fermentasi dan setiap limbah mempunyai kansungan unsure makro dan mikro tersendiri. 2. Besaran kandungan unsure hara makro maupun mikro akan mengalami perubahan bila pupuk cair dibuat dari campuran limbah pertanian dan tidak selalu sesuai dengan dengan kandungan unsure hara bila dibuat dari limbah pertanian yang tidak dicampur. 3. Kandungan unsure makro Nitrogen (N) tertinggi terdapat pada pupuk cair dari limbah sayur , Phospat (P) tertinggi terdapat pada pupuk cair dari limbah campuran cayur dan buah, dan kandungan Kalium (K) tertinggi terdapat pada limbah buah. 4. Kandungan unsure hara mikro Kalsium (Ca) tertinggi terdapat pada pupuk cair dari campuran limbah buah dan sayur, Magnesium (Mg) pada pupuk cair dari limbah buah, Besi (Fe) pada campuran buah dan sayur, Mangan (Mn) tertinggi pada pupuk cair dari limbah sayur, Seng (Zn) dari urine sapi, dan Amoniak (NH4) paling tinggi terdapat pada pupuk cair dari campuran limbah buah dan sayur UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada : 1. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan , Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas pendanaannya sehingga penelitian dapat dilaksanakan 2. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar dan Dekan Fakultas Pertanian Unmas Denpasar atas kesempatan yang diberikan Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 900 Unmas Denpasar 3. Tim Peneliti atas kerjasama dan kekompakannya sehingga penelitian berjalan dengan baik DAFTAR PUSTAKA Buckman, H.O., Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara (Terjemahan). 788 hal. Djuarnani, N., Kristian, Setiawan, B.S. 2004. Cara Cepat Membuat Pupuk organik. Bogor : Agromedia Pustaka. 74 hal. Guritno, B. 1986. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Malang: Universitas Btawijaya. 87 hal. Muhadi, I., 1979. Pengetahuan Pupuk. Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan UGM. 79 hal. Rinsema, W.T. 1983. Pupuk dan Cara Pempukan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara. Rismunandar, 1981. Pengetahuan Dasar Tentang Perabukan. Bandung : Sinar Baru. Rochayati dan Sri Adiningsih. 1989. Konservasi Bahan Organik Melalui Alley Cropping Pada Lahan sawah tadah hujan. Jakarta : Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Hal 8. Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, E.K. 2006. Pupuk organik. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal 11 – 40. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisius. Hal 46 – 87. Winarno, F.G., Budiman. A.F.S., Silitonga, T., Soewardi, B. 1985. Limbah Hasil Pertanian. Jakarta : Monografi. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Hal 243-254. Yoshida, S. 1972. Physiological Aspects of Grain Yield. Los Banos : IRRI. 440 p. Departemen Pertanian, 2002. Panduan Teknis. Sistem Integrasi Padi-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Puslitbang, 2000. Deskripsi varietas unggul padi dan palawija 1999-2000. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. 1-14. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016