mol - OJS Unmas - Unmas Denpasar

advertisement
892
Unmas
Denpasar
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) SEBAGAI PUPUK ORGANIK
CAIR DARI LIMBAH PERTANIAN DAN KAITANNYA DENGAN
KETERSEDIAN HARA MAKRO DAN MIKRO
I Gusti Ngurah Alit Wiswasta, I Ketut Widnyana, I Dewa Nyoman Raka,
I Wayan Cipta
Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRAK
Lahan tadah hujan yang begitu luas di Indonesia yang mencapai 2,21 juta ha belum
dimanfaatkan secara optimal, demikian juga di Bali sebanyak 85,26 persen atau 480.559
hektar dari luas lahan pertanian di Bali adalah lahan sawah tadah hujan, yang berarti hanya
dapat ditanami padi setahun sekali dan itu pun petani harus sigap tepat waktu agar musim
hujan tidak lewat sehingga penanaman terlambat. Sawah tadah hujan mengandung makna
bahwa pada musim kemarau otomatis tidak menghasilkan sebab ketersediaan air akan sangat
terbatas sehingga cendrung dibiarkan kosong tanpa ditanami tanaman budidaya lainnya.
Penelitian dilaksanakan bertujuan untuk mendapatkan komposisi limbah pertanian dalam
pembuatan mikroorganisme indigen (MOL) yang efektif sebagai pupuk cair dan sebagai
dekompuser limbah pertanian.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperiment yang
dilaksanakan di laboratorium untuk mengetahui kandungan : C-organik, N-total, Ptersedia, K tersedia dan pH tanah. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah didapatkan
jenis limbah dalam pembuatan mikroorganisme indigen/lokal (MOL) yang membantu
meningkatkan ketersediaan unsur hara pada lahan sawah tadah hujan, dan diaplikasikannya
mikrooragnisme indigen/ MOL dan pupuk organik limbah pertanian sebagai pupuk organik
dalam upaya meningkatkan produksi padi di lahan sawah tadah hujan. Hasil penelitian
menunnjukkan bahwa proses dekomposisi bahan organik dari limbah pertanian yaitu sayur,
buah, urine, dan campuran ketiga bahan tersebut menjadi MOL sudah menunjukkan hasil
yang baik pada proses permentasi dalam waktu 2 minggu sudah siap diaplikasikan sebagai
permenteor pupuk organik padat dengan mikroba dominannya adalah Bacillus sp.
Kata Kunci : lahan tadah hujan, MOL, limbah pertanian, pupuk organik
ABSTRACT
Rainfed are so widespread in Indonesia reached 2.21 million ha not been used
optimally, so in Bali as much as 85.26 percent or 480 559 hectares of agricultural land in
Bali is the rainfed areas, which means it can only be planted with rice once a year and even
then farmers should be alert in time to the rainy season is not over so late planting. Rainfed
implies that in the dry season does not automatically produce because of water availability
will be very limited so it tends to be left without planted with other crops.The research was
conducted aiming to obtain the composition of agricultural waste in the manufacture of
microorganisms indigen (MOL) effective as liquid fertilizer and as dekompuser agricultural
waste. This research was conducted in a laboratory experiment to determine the content:
organic C, total-N, P-available, available K and soil PH. Indicators of the success of this
study was obtained type of waste in the manufacture of micro-organisms indigen / local
(MOL) which helps increase the availability of nutrients in rainfed areas, and the use of
mikrooragnisme indigen / MOL and organic fertilizer agricultural waste as organic fertilizer
in an effort to increase rice production in the land rainfed.The results showed that the
decomposition of organic materials from agricultural waste, namely vegetable, fruit, cow
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
893
Unmas
Denpasar
urine, and mix all three ingredients into MOL already shown good results in the process of
fermentation within 2 weeks already ready for application as permenteor solid organic
fertilizer with microbes dominant is Bacillus sp.
Keywords: rainfed, MOL, agricultural waste, organic fertilizer
PENDAHULUAN
Lahan tadah hujan yang begitu luas di Indonesia yang mencapai 2,21 juta ha belum
dimanfaatkan secara optimal, demikian juga Di Bali, 85,26 persen atau 480.559 hektar dari
luas lahan pertanian di Bali adalah lahan sawah tadah hujan, yang berarti hanya dapat
ditanami padi setahun sekali dan itu pun petani harus sigap tapat waktu agar musim hujan
tidak lewat sehingga penanaman terlambat. Sawah tadah hujan mengandung makna bahwa
pada musim kemarau otomatis tidak menghasilkan sebab ketersediaan air akan sangat
terbatas sehingga cendrung dibiarkan kosong tanpa ditanami tanaman budidaya lainnya.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pembuatan pupuk cair (Mikro organisme
lokal/MOL) dengan komposisi yang berasal dari limbah pertanian dalam arti luas (termasuk
limbah ternak dan perikanan) yang mudah didapatkan di lapangan. Disamping sebagai pupuk
cair, MOL tersebut juga digunakan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat
yang mana bahan bakunya juga berasal dari lingkungan pertanian seperti dari jerami, kotoran
ternak, limbah buah dan sayuran). Pemberian bahan organik baik cair (MOL) maupun padat
(pupuk organik) tersebut diharapkan mampu memelihara kesuburan tanah, meningkatkan
populasi mikroba tanah dan kelestarian lingkungan. Pupuk organik dapat meningkatkan
daya serap tanah terhadap air, memantapkan stabilitas agregat dan struktur tanah serta
meningkatkan daya menyangga pupuk, yang akhirnya dapat meningkatkan efesiensi
pemupukan. (Rinsema, 1983)
Pupuk organik merupakan salah satu jenis pupuk yang digunakan sebagai bahan
pembenah tanah (soil conditioner) yang dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah
sehingga dapat mempertahankan dan menambah kesuburan tanah (Setyorini dkk., 2006).
Pemanfaatan pupuk organik dari limbah pertanian adalah langkah recycle atau
pemanfaatan kembali limbah yang terbuang yang cukup strategis, karena limbah atau
sampah yang secara langsung dirasakan membawa banyak masalah terutama sebagai sumber
pencemaran lingkungan, sumber penyakit dan menggangu kebersihan lingkungan. Langkah
ini sejalan dengan pendapat Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa, pembuatan pupuk
organik merupakan upaya menekan jumlah limbah, pengumpulan dan biaya
pengangkutan.Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam : 1)
Penentuan jenis limbah sebagai bahan dasar pembuatan mikroorganisme indigen (MOL)
dengan populasi mikroorganisme yang mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah.
2) Penentuan dosis optimum dari pupuk organiklimbah pertanian dalam upaya meningkatkan
produksi padi di lahan sawah tadah hujan yang dapat meningkatkan daya serap tanah
terhadap air, 3) Pengembangan sarana pendidikan pertanian berbasis lingkungan
Proses dekomposisi (fermentasi) bahan organik akan menyebabkan meningkatnya
temperatur bahan. Keberhasilan proses depupuk organikisi akan diikuti oleh peningkatan
temperatur hingga mencapai sekitar 70oC, kemudian menurun yang menunjukkan adanya
pendinginan yang disebabkan oleh berkurangnya proses dekomposisi dan akhirnya mencapai
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
894
Unmas
Denpasar
titik konstan. Hal ini menunjukkan akhir proses depupuk organikisi atau proses pembuatan
pupuk organik telah selesai (Haryanto dkk, 2002).Limbah pada umumnya dibagi menjadi
tiga, yaitu limbah yang berbentuk cair, padat dan gas. Limbah organik kebanyakan
berasal dari sektor pertanian dengan jumlah yang sangat melimpah, akan t etapi karena
sifat limbah ini mudah membusuk maka akan menimbulkan bau dan pencemaran air
tanah.
Limbah organik sangat diperlukan bagi tanah-tanah pertanian karena kandungan
bahan organik didalamnya sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari peranannya yaitu
dapat mengatur berbagai sifat tanah, sebagai penyangga persediaan unsur -unsur hara
bagi tanaman dan berpengaruh terhadap struktur tanah (Winarno dkk., 1985).
Selanjutnya Rochayati dan Adiningsih (1989) menyatakan bahwa, limbah organik
pada pertanian lahan sawah tadah hujan mempunyai peranan yang sangat penting
karena dapat meningkatkan stabilitas agregat, struktur tanah, daya menahan air dan
erosi tanah serta meningkatkan kemampuan daya menyangga pupuk yang akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Sumber utama bahan organik tanah adalah
sisa tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah dan pupuk organik (Buckman dan
Brady, 1982).
Satu kasus terjadi di lahan penanaman bawang merah di daerah Brebes, Jawa
Tengah, penggunaan pupuk anorganik terus
menerus, pada periode tertentu
menurunkan produkstivitas tanah. Tekstur tanah yang sebelumnya gembur menjadi
lengket dan susah diolah. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kembali
produktivitas tanah (Djuarnani dkk., 2004).
Pemberian pupuk organik ke dalam tanah disamping bertujuan untuk
menyediakan unsur hara, juga bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah
(Yuwono, 2006). Sifat fisik tanah dapat diperbaiki karena humus sebagai hasil
perombakan bahan organik dapat bersifat sebagai kolloid, sehingga dengan
penambahan pupuk organik berarti akan menambah jumlah kolloid tanah. Hal ini
penting untuk tanah-tanah bertekstur kasar yang mempunai kadar kolloid tanah
sedikit, sehingga dengan adanya pemupukan organik daya menahan air, kation-kation
dari unsur hara dan kapasitas pertukaran kation menjadi naik (Muhadi, 1979).
Menurut Buckman dan Brady (1982), hasil depupuk organikisi bahan organik
akan menghasilkan humus yang warnanya coklat tua sampai hitam, yang mempunyai
sifat dapat mengikat air empat sampai enam kali beratnya sendiri sehingga dapat
mempertinggi kemampuan tanah untuk menahan air. Dengan terikatnya air oleh
humus berarti mengurangi air perkolasi sehingga pencucian unsur hara oleh air dapat
berkurang. Selain itu kolloid yang bermuatan negatif yang dapat mengabsorpsi kation
sehingga dapat menekan pencucian unsur hara dalam tanah (Hanafiah, 2004).
Pupuk organik merupakan salah satu dari pupuk organik yang dibuat dari
bermacam-macam bahan kasar, seperti jerami padi, sampah rumah tangga, sisa
rerumputan, bermacam-macam campuran kotoran
hewan, abu dapur, lumpur
selokan dan lain-lain (Rifai, 1974). Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik
antara lain : (1) mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung
bahan asal, (2) menyediakan unsur hara secara lambat ( slow release) dan dalam
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
895
Unmas
Denpasar
jumlah yang terbatas, dan (3) mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan
kesehatan tanah (Setyorini dkk., 2006).
Pupuk organik sangat berperan terhadap perbaikan sifat kimia, fisik dan
biologi tanah karena pupuk organik banyak mengandung bahan organik. Bahan
organik merupakan bahan yang penting dalam menyuburkan tanah karena
berfungsi memantapkan agregat tanah. Bahan organik juga memiliki sejumlah
energi laten sebagai pemanas sisa tanaman yang berada di atas permukaan
tanah yaitu 4 - 5 kilo kalori g -1 bahan kering (Winarno dkk., 1985).
METODE PENELITIAN
Lokasi, Waktu Penelitian , Bahan dan Alat
Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium dan penelitian lapangan. Penelitian
di laboratorium dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar dan
Universitas Udayana. Penelitian dimulai pada bulan Mei 2016 sampai dengan Desember
2016. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam varietas padi tahan yang
toleran terhadap keterbatasan air, mikroorganisme indigen (mikroorganisme local/ MOL)
dan pupuk organic limbah pertanian, pupuk NPK. Alat-alat yang digunakan adalah:
timbangan, gentong plastik, alluminium foil, oven, kantong plastik , autoclave, laminar
air flow, dan alat-alat tulis yang mendukung percobaan.
Pembuatan pupuk organik cair dari mikroorganisme indigen /lokal (MOL)
Bahan utama pembuatan MOL terdiri dari 3 jenis komponen : yaitu 1. Karbohidrat
yang bersumber dari singkong, 2. Glukosa yang bersumber dari gula merah, 3. Sumber
mikroorganisme : (limbah buah-buahan ,limbah sayur-sayuran, dan urine sapi). Untuk
penelitian ini akan dibuat 5 jenis MOL dengan sumber mikroorganisme yang berbeda, yaitu :
a. M1 = limbah buah-buahan
b. M2 = limbah sayur-sayuran,
c. M3 = urine sapi
d. M4 = limbah buah dan sayuran
e. M5 = limbah buah, sayuran , dan urine sapi
Menganalisis kandungan pupuk organik limbah pertanian
Pupuk organic limbah pertanian dalam bentuk cair (MOL) dianalisis di laboratorium
untuk mengetahui kandungan C-organik, N-total, P-tersedia, K tersedia dan pH, untuk
memudahkan dalam penentuan penggunaan dosis optimumnya untuk tanaman padi di lahan
sawah tadah hujan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan unsure hara makro pupuk cair limbah pertanian
Hasil analisis terhadap kandungan unsur hara makro dan unsur hara mikro dari pupuk
cair dari MOL yang dibuat dari berbagai sumber bahan organic limbah pertanian yang
difermentasikan selama 2 minggu disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa
kandungan Nitrogen (N) tertinggi didapat pada pupuk cair yang dibuat dari limbah sayur
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
896
Unmas
Denpasar
yaitu 0.45% dan yang paling rendah terdapat pada pupuk cair dari bahan campuran buah dan
sayur yaitu sebesar 0,047%. Sementara kandungan P (Phospat) tertinggi terdapat pada pupuk
cair dari bahan campuran buah dan sayur 77,505 mg/L, diikuti dengan pupuk cair dari bahan
limbah buah 54,989 mg/L, campuran limbah sayur buah dan urine sapi 28,109 mg/L, limbah
sayur 21, 049 mg/L dan paling rendah terdapat pada pupuk cair dari urine sapi 3,360 mg/L.
Hasil analisa kandungan Kalium (K) pupuk cair paling tinggi terdapat pada limbah campuran
buah dan sayur sebesar 406 mg/L, sementara kandungan yang paling rendah terdapat pada
pupuk organic dari limbah buah yaitu 3,125 mg/L.
Tabel 1. Kandungan Unsur Makro pupuk organic cair dari limbah pertanian (MOL) setelah
difermentasi selama 2 minggu.
Parameter
Satuan
Jenis pupuk cair
Mol Buah
Mol Sayur
Mol Buah
Sayur
Mol urine
sapi
Mol sayur
buah Urine
Nitrogen (N)
%
0,1833
0,4471
0,0471
0,1723
0,0690
Phospat (P)
mg/L
54,989
21,049
77,505
3,360
28,109
Kalium (K)
mg/L
3,125
161,5
406
216,5
208
Sumber data primer
Gambar 1 menunjukkan grafik kandungan unsur Nitrogen (N) dari pupuk cair limbah
pertanian menunjukkan N tertinggi terdapat pada limbah sayur, diikuti oleh limbah buah dan
urine sapi, namun setelah dicampur antara buah dan sayur ternyata kandungan Nitogennya
turun drastic pada level yang paling rendah dibanding dengan limbah lainnya. Terhadap
kandungan unsur Phospat (P) kandungan tertinggi terdapat pada pupuk cair (MOL) yang
terbuat dari campuran buah dengan sayuran, diikuti dengan pupuk cair dari limbah buah dan
pupuk cair dari limbah sayur. Kandungan Kalium (K) yang paling tinggi terdapat pada
pupuk cair yang dibuat dari limbah buah, sementara pada sayur dan urine sapi kandungan K
sangat kecil.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
897
Unmas
Denpasar
0,5
90.000
0,45
80.000
0,4
0,35
0,3
Mol Buah
70.000
Mol Sayur
60.000
3.500
Mol Buah
3.000
Mol Sayur
2.500
50.000
0,25
Mol Buah
Sayur
0,2
Mol urine
sapi
0,15
0,1
Mol sayur
buah Urine
0,05
30.000
1.500
Mol urine
sapi
20.000
500
0
0
0
Phospat (P)
(mg/L)
Nitrogen (N) (%)
Gambar 1. Grafik kandungan unsur N
dari pupuk cair limbah pertanian
Mol
Buah
Sayur
1.000
Mol sayur
buah Urine
10.000
Mol
Sayur
2.000
Mol Buah
Sayur
40.000
Mol
Buah
Kalium (K) (mg/L)
Gambar 2. Grafik kandungan unsur P
dari pupuk cair limbah pertanian
Gambar 3. Grafik kandungan unsur
K dari pupuk cair limbah pertanian
Kandungan unsur hara mikro pupuk cair limbah pertanian
Analisis kandungan unsure hara mikro pupuk cair yang dibuat dari limbah pertanian
dilakukan terhadap kandungan Kalsium, Magnesium, Besi, Mangan, Seng, dan Amoniak.
Hasil analsis kandungan unsure hara mikro tersebut disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 4
sampai dengan Gambar 9. Kandungan Kalsium (Ca) yang paling tinggi terdapat pada pupuk
cair yang dibuat dari limbah campuran buah dan sayur yaitu sebesar 91,5 mg/L sementara
dari bahan limbah organic lainnya mempunyai kandungan dengan kisaran 2,985 mg/L sampai
dengan 3,7 mg/L. Terhadap kandungan hara mikro Magnesium (Mg) terdapat kandungan
yang tidak jauh berbeda antara pupuk cair dari limbah pertanian tersebut yaitu dengan kisaran
85 mg/ untuk Mol campuran sayur buah dan urine, mol campuran buah dan sayur 82 mg/L
dan yang paling rendah pada pupuk cair dari limbah sayur.
Tabel 2. Kandungan Unsur Mikro pupuk organic cair dari limbah pertanian
Parameter
Satuan
Jenis pupuk cair
Mol
Buah
Mol Sayur
Mol Buah +
Sayur
Mol urine
sapi
Mol sayur
buah Urine
Kalsium (Ca)
mg/L
3,7
3,69
91,5
2,985
3,055
Magnesium (Mg)
mg/L
64,5
43,1
82
72
85
Besi (Fe)
mg/L
1,605
0,995
1,635
0,935
0,069
Mangan (Mn)
mg/L
0,247
0,82
0,279
0,104
0,021
Seng (Zn)
mg/L
1,115
0,555
0,77
2,645
1,27
Amoniak (NH4)
mg/L
38,78
22,11
54,03
37,69
33,24
Sumber data primer
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
898
Unmas
Denpasar
Terhadap kandungan unsure mikro Besi (Fe) yang laing tinggi terdapat pada pupuk cair
yang dibuat dari campuran limbah buah dan sayur yaitu 1,635 mg/L , kemudian diikuti
dengan pupuk cair dari limbah buah 1,605 mg/L, dan yang paling rendah terdapat pada
limbah campuran sayur buah dan urine sapi yaitu sebesar 0,069 mg/L. Hal ini juga
ditunjukkan pada Gambar 4 sampai dengan Gambar 6.
100
Mol Buah
90
80
Mol Sayur
70
60
Mol Buah +
Sayur
50
40
Mol urine
sapi
30
20
Mol sayur
buah Urine
10
0
Kalsium
(Ca) mg/L
Gambar 4. Grafik kandungan
unsur kalsium (Ca) dari pupuk
cair limbah pertanian
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Magnesium (Mg) mg/L
Mol Buah
Mol Sayur
Mol Buah
+ Sayur
Mol urine
sapi
Gambar 5. Grafik kandungan unsur
Magnesium (Mg) dari pupuk cair
limbah pertanian
2
2
1
1
1
1
1
0
0
0
Mol Buah
Mol Sayur
Besi (Fe)
mg/L
Mol Buah +
Sayur
Mol urine
sapi
Mol sayur
buah Urine
Gambar 6. Grafik kandungan unsur
Besi (Fe) dari pupuk cair limbah
pertanian
Kandungan unsure Mangan (Mn) yang tertinggi terdapat pada pupuk cair yang dibuat
dari limbah sayur yaitu sebesar 0,82 mg/L, diikuti dengan limbah dari campuran buah dan
sayur 0,279 mg/L dan limbah buah 0,247 mg/L. kandungan Mn yang paling rendah terdapat
pada campuran sayur buah dan urine sapi yaitu 0,021 mg/L. Kandungan Seng (Zn) berkisar
antara 0,77 mg/L sampai dengan 2,645 mg/L, dengan kandungan tertinggi Zn terdapat pada
pupuk cair dari urine sapi yaitu sebesar 2,645 mg/L, dikuti kemudian dengan campuran buah
sayur dan urin sapi sebesar 1,27mg/L, limbah buah 1,115 mg/L dan yang paling rendah
terdapat pada pupuk cair dari limbah sayur yaitu sebesar 0,555 mg/L. Kandungan Amoniak
(NH4) yang piling tinggi terdapat pada pupuk cair yang dibuat dari limbah pertanian
campuran dari buah dan sayur yaitu sebesar 54,03 mg/L, diikuti dengan limbah buah 38,78
mg/L, urine sapi 37,69 mg/L dan yang paling rendah terdapat pada pupuk cair dari limbah
sayuran sebesar 22,11 mg/L. hal ini juga ditunjukkan pada Gambar 7 sampai dengan Gambar
9.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
899
Unmas
Denpasar
60
3
0,9
0,8
3
0,7
Mol Buah
50
Mol Buah
2
0,6
Mol Sayur
0,5
Mol
Sayur
2
0,4
Mol Buah +
Sayur
1
0,3
Mol urine
sapi
1
Mol sayur
buah Urine
0
Mol Buah
+ Sayur
Mol urine
sapi
Mol sayur
buah
Urine
0,2
0,1
Mol Buah
40
Mol Sayur
30
Mol Buah +
Sayur
Mol urine
sapi
20
Mol sayur
buah Urine
10
Seng (Zn) mg/L
0
0
Mangan (Mn) (mg/L)
Amoniak (BH4) mg/L
Gambar 7. Grafik kandungan unsur
Mangan (Mn)
dari pupuk cair
limbah pertanian
Gambar 8. Grafik kandungan
unsur Seng (Zn) dari pupuk cair
limbah pertanian
Gambar 9. Grafik kandungan unsur
Amoniak (NH4) dari pupuk cair
limbah pertanian
SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pembuatan pupuk cair dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan fermentasi dan
setiap limbah mempunyai kansungan unsure makro dan mikro tersendiri.
2. Besaran kandungan unsure hara makro maupun mikro akan mengalami perubahan
bila pupuk cair dibuat dari campuran limbah pertanian dan tidak selalu sesuai dengan
dengan kandungan unsure hara bila dibuat dari limbah pertanian yang tidak dicampur.
3. Kandungan unsure makro Nitrogen (N) tertinggi terdapat pada pupuk cair dari limbah
sayur , Phospat (P) tertinggi terdapat pada pupuk cair dari limbah campuran cayur dan
buah, dan kandungan Kalium (K) tertinggi terdapat pada limbah buah.
4. Kandungan unsure hara mikro Kalsium (Ca) tertinggi terdapat pada pupuk cair dari
campuran limbah buah dan sayur, Magnesium (Mg) pada pupuk cair dari limbah
buah, Besi (Fe) pada campuran buah dan sayur, Mangan (Mn) tertinggi pada pupuk
cair dari limbah sayur, Seng (Zn) dari urine sapi, dan Amoniak (NH4) paling tinggi
terdapat pada pupuk cair dari campuran limbah buah dan sayur
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada :
1. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan , Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas
pendanaannya sehingga penelitian dapat dilaksanakan
2. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar dan Dekan Fakultas Pertanian Unmas
Denpasar atas kesempatan yang diberikan
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
900
Unmas
Denpasar
3. Tim Peneliti atas kerjasama dan kekompakannya sehingga penelitian berjalan dengan
baik
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.O., Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara
(Terjemahan). 788 hal.
Djuarnani, N., Kristian, Setiawan, B.S. 2004. Cara Cepat Membuat Pupuk organik. Bogor :
Agromedia Pustaka. 74 hal.
Guritno, B. 1986. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Malang: Universitas Btawijaya. 87 hal.
Muhadi, I., 1979. Pengetahuan Pupuk. Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan
UGM. 79 hal.
Rinsema, W.T. 1983. Pupuk dan Cara Pempukan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Rismunandar, 1981. Pengetahuan Dasar Tentang Perabukan. Bandung : Sinar Baru.
Rochayati dan Sri Adiningsih. 1989. Konservasi Bahan Organik Melalui Alley Cropping
Pada Lahan sawah tadah hujan. Jakarta : Badan Peneliti dan Pengembangan
Pertanian. Hal 8.
Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, E.K. 2006. Pupuk organik. Bogor : Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Hal 11 – 40.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisius. Hal 46 – 87.
Winarno, F.G., Budiman. A.F.S., Silitonga, T., Soewardi, B. 1985. Limbah Hasil Pertanian.
Jakarta : Monografi. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan.
Hal 243-254.
Yoshida, S. 1972. Physiological Aspects of Grain Yield. Los Banos : IRRI. 440 p.
Departemen Pertanian, 2002. Panduan Teknis. Sistem Integrasi Padi-Ternak. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Puslitbang, 2000. Deskripsi varietas unggul padi dan palawija 1999-2000. Puslitbang
Tanaman Pangan, Bogor. 1-14.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Download