LAPORAN PRAKTIKUM BSN 2 Disusun oleh: Rizka Choirunnisa 220110120114 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012 Laporan Praktikum I PEMERIKSAAN GLUKOSA PUASA & TES TOLERANSI GLUKOSA I. Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa darah sebagai dampak dari asupan karbohidrat sederhana. II. Alat yang diperlukan : 1. Gelas ukur 2. Cairan untuk diminum : Air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air minum)\ 3. Alat pemeriksaan kadar gula darah 4. Kertas dan ballpoint untuk mencatat III. Tata Kerja Praktikum : A. Pemeriksaan Glukosa Puasa dan 2 jam Post Pandrial 1. Diet 3 hari cukup karbohidrat 2. Puasa 12-14jam sebelum pemeriksaan 3. Periksa kadar glukosa puasanya 4. Naracoba dipersilahkan makan berat (contoh : nasi) 5. Setelah 2 jam naracoba diperiksa lagi kadar glukosanya B. Tes Toleransi Glukosa 1. Diet 3 hari cukup karbohidrat 2. Puasa 12-14 jam kemudian diperiksa gula darah puasanya 3. Minum Air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air minum) selama 5 menit 4. Gula darah diperiksa kembali setelah30 menit, 1 jam dan setelah 2 jam IV. Hasil Praktikum A. Pemeriksaan Glukosa Puasa dan 2 jam PP Glukosa Puasa : 74 mg/dL Glukosa 2 jam PP : 90 mg/dL B. Tes Toleransi Glukosa Glukosa Puasa : 88 Glukosa 5’ : 91 mg/dL Glukosa 30’ : 190 mg/dL Glukosa 60’ : 119 mg/dL Glukosa 120’ : 91 mg/dL V. Landasan Teori Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Tes glukosa darah puasa adalah pengukuran tingkat glukosa darah seseorang setelah orang tersebut tidak makan selama 8 sampai 12 jam (biasanya semalam). Tes ini digunakan untuk mendiagnosis pra-diabetes dan diabetes. Tes ini juga digunakan untuk memantau pasien diabetes. Tes toleransi glukosa adalah tes darah yang dilakukan untuk membuat diagnosis diabetes mellitus. Tes ini juga dapat dilakukan untuk keperluan lain seperti untuk mendiagnosa hipoglikemia (gula darah rendah) atau sindrom malabsorpsi di mana gula tidak diserap dengan baik melalui usus ke dalam aliran darah Beberapa pemeriksaan glukosa darah, yaitu : 1. glukosa sewaktu (random) Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa memperhatikan waktu makan. 2. glukosa puasa Tes ini menggunakan contoh darah yang diambil saat kita tidak makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya delapan jam. 3. glukosa 2 jam post prandial (setelah makan) Kadar glukosa darah memuncak pada sekitar satu jam setelah makan, kemudian menurun seiring dengan oksidasi atau pengubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan. Dua jam setelah makan, kadar kembali ke rentang puasa(antara 80 sampai 100 mg/dL). Penurunan glukosa darah ini menyebabkan pankreas menurunkan sekresi insulinnya, dan kadar insulin serum turun. Hati berespon terhadap sinyal hormon ini dengan memulai degradasi simpanan glikogen dan melepaskan glukosa kedalam aliran darah. Apabila makan lagi beberapa jam kemudian, kita kembali ke keadaan kenyang. Namun, apabila terus berpuasa selama 12 jam, kita masuk ke status basal(juga dikenal sebagai keadaan pascaabsorptif). Seorang umumnya dianggap berada dalam keadaan basal setelah berpuasa semalam. Pada saat ini, kadar insulin serum rendah dan glukagon meningkat Kelompok data diabetes nasional mengusulkan kriteria sebagai berikut untuk membuat diagnosa diabetes melitus yaitu : Seseorang dikatakan diabetes jika hasil pemeriksaan pada saat puasa 126 mg/dl atau lebih, dan hasil pemeriksaan 2 jam setelah makan (post prandial) 180 mg/dl atau lebih. Hasil glukosa darah sewaktu pada diabetes mencapai 140 – 200 mg/dl atau lebih. Kadar glukosa darah puasa normalnya berkisar 70 – 120 mg/dl dan glukosa 2 jam setelah makan normalnya berkisar 80 – 140 mg/dl. VI. Kesimpulan : Data yang dihasilkan pada praktikum ini ketika tidak ada asupan glukosa ke dalam tubuh karena puasa terjadi penurunan hormon insulin dan peningkatan hormon glukagon. Di hati, glikogen akan diubah menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis. Glukosa tersebut nantinya akan dioksidasi di jaringan, seperti otak dan sel darah merah. Jika puasa terus berlanjut, hati tidak hanya menghasilkan glukosa melalui proses glikogenolisis, teteapi juga dengan glukogenesis. Glukogenesis merupakan proses menghasilkan glukosa dari senyawa non karbohidrat seperti laktat, gliserol dan asam amino. Saat asam amino diubah menjadi glukosa, unsur nitrogennya akan berubah menjadi urea. Data dalam praktikum ini menunjukkan bahwa saat puasa kadar glukosa dalam darah 74mg/dL dan 88mg/dL (naracoba I&II), berdasarkan sumber angka ini normal karena kadar glukosa darah saat puasa setelah puasa semalam adalah 70-120 mg/dL. Selain itu, glukosa 2 jam PP pada naracoba pertama adalah 90mg/dL, ini juga terbilang normal karena kadar glukosa darah saat 2 jam setelah makan yaitu berkisar 80-140mg/dL. Sedangkan pada naracoba kedua, 5 menit setelah meminum cairan gula sederhana kadar glukosa darh naik menjadi 91, dan 30 menit setelah meminum cairan glukosa sederhana meningkat menjadi 190 mg/dL, hal ini wajar karena berarti glukosa yang diminum langsung menaikkan kadar glukosa darah. Lalu 60 menit menurun menjadi 119mg/dL, ini disebabkan aktivitas yang dilakukan membuat glukosa yang dipakai oleh tubuh mengeluarkan energi untuk aktifitas tersebut. Selanjutnya pada menit ke 120, kadar glukosa menurun lagi menjadi 91 kembali ke awal, sesuai dengan sumber yang menyatakan bahwa 2 jam setelah makan kembali rentang puasa antara 80-100 mg/dL, hal ini menyebabkan pankreas menurunkan sekresi insulinnya dan kadar insulin serum turun. Hati berespon terhadap sinyal hormon ini dengan memulai degradasi simpanan glikogen dan melepaskan glukosa ke dalam aliran darah. Laporan Praktikum II PENGARUH AKTIVITAS PADA KADAR GLUKOSA DARAH I. Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa darah sebagai dampak dari aktifitas fisik. II. Alat yang Diperlukan : 1. Stopwatch 2. Alat pemeriksaankadar gula darah 3. Kertas dan ballpoint untuk mencatat III. Tata Kerja Praktikum : 1. Mintalah orang percobaan untukn relax, periksa glukosa darah sewaktu 2. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60x/menit selama 12 menit tanpa istirahat 3. Peiksa glukosa darah segera setelah aktivitas, menit ke-30, menit ke-60, dan menit ke120 setelah melakukan aktivitas. IV. Hasil Praktikum Glukosa istirahat/sewaktu : 95 mg/dL Glukosa 1’ pasca-latihan : 86 mg/dL Glukosa 30’ pasca-latihan : 106 mg/dL Glukosa 50’ pasca-latihan : 96 mg/dL Glukosa 120’ pasca-latihan : 84 mg/dL V. Landasan Teori Simpanan glikogen dalam hati dan otot relative sedikit dari segi kuantitas namun tetap penting. Glikogen hati digunakan untuk mempertahankan kadar glukosa darah diantara waktu makan. Dengan demikian, ukuran simpanan glikogen ini berfluktuasi pada siang hari. Glikogen otot memasok energy untuk kontraksi otot selama olahraga. Latihan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan kadar gula dalam darah, dimana saat melakukan latihan fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat menyebabkan penurunan glukosa darah. Hal yang berpengaruh pada perubahan kadar glukosa yaitu : Berat badan Aktivitas sebelumnya Usia Pengaruh latihan fisik terhadap glukosa darah 1. Latihan Fisik Intensitas Rendah Terhadap Glukosa Darah Latihan dengan intensitas rendah selama 40 menit tidak terjadi penurunan kadar gula secara signifikan. Pada latihan fisik intensitas rendah dalam keadaan puasa, glukosa yang digunakan awalnya disuplai oleh asam lemak, sehingga asam laktat yang meningkat lebih sedikit. Namun apabila lipolisis dihambat oleh respon insulin setelah makan atau mengonsumsi karbohidrat selama latihan fisik, glukosa menjadi energi yang utama. 2. Latihan Fisik Intensitas Sedang Terhadap Glukosa Darah Latihan fisik yang berdurasi lebih dari 20 menit, glukosa merupakan sumber energi yang dominan. Latihan dengan intensitas sedang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah ini berhubungan dengan peningkatan glukosa transporter karena simulasi oleh hormon insulin. 3. Latihan Fisik Intensitas Tinggi Terhadap Glukosa Darah Latihan fisik dengan intensitas tinggi produksi ATP didominasi oleh sistem ATP-PC sehingga kadar glukosa darah relatif konstan. Bila aktivitas lebih dari 20 menit produksi ATP didominasi oleh glikolisis anaerob. Glikolisis anaerob sumber utamanya adalah glikogen atau glukosa, sehingga glukosa darah akan menurun. Pada aktvitas intensitas tinggi lebih dari 45 detik produksi ATP berasal dari kombinasi ATP-PC, glikolisis anaerob, dan sistem aerobik. VI. Kesimpulan : Dari praktikum diatas didapatkan bahwa sebelum lari kadar glukosa sewaktu berjumlah 95mg/dL. Dan setelah berlari selama 1 menit turun menjadi 86mg/dL, hal ini menunjukkan glukosa sudah dipakai oleh sel-sel dalam tubuh ketika berlari. Setelah berlari selama 30 menit, kadar glukosa darah meningkat menjadi 106mg/dL, ini menunjukkan bahwa tubuh sudah bertoleransi untuk menyeimbangkan glukosa. Dan menit ke 60 dan menit ke 120 kadar glukosa darah menurun lagi menjadi 96mg/dL dan 84mg/dL, hal tersebut disebabkan karena tubuh dipakai untuk melakukan aktifitas lainnya sesudah lari tadi dan untuk menyuplai sel-sel yang memerlukan glukosa lebih. Laporan Praktikum III PENGARUH BERBAGAI PENUTUP TERHADAP PENGUAPAN I. Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak terhadap kehilangan panas II. Alat yang Diperlukan : 1. Thermometer air 2. Gelas dengan ukuran 200 ml 3 buah 3. Minyak goreng 100 ml 4. Kain wool untuk penutup gelas 5. Kain tipis dari katun penutup gelas 6. Panci berisi air dan kompor untuk memasak air III. Tata Kerja Praktikum 1. Panaskan 500 ml air hingga mendidih 2. Masukkan kedalam ketiga gelas masing-masing smapi berisi 2/3 bagian 3. Gelas I ditutup dengan kain tipis dari katun Gelas II ditutup dengan kain wool Gelas III ditambah dengan minyak goreng 50 ml 4. Ukur suhu masing-masing gelas setiap15 menit selama 1 jam dan catatlah hasilnya IV. Hasil Praktikum Suhu Awal : 52oC Gelas I menghasilkan : ¼ jam I : 43oC ¼ jam II : 37oC ¼ jam III : 34,5oC ¼ jam IV : 32oC Gelas II menghasilkan : ¼ jam I : 40oC ¼ jam II : 36,5oC ¼ jam III : 33,5oC ¼ jam IV : 31,5oC Gelas III menghasilkan : ¼ jam I : 39oC ¼ jam II : 35,5oC ¼ jam III : 33oC ¼ jam IV : 31,5oC V. Landasan Teori : Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsurangsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap" Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi satu molekul "kecepatan lepas" - energi panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih tak terlihat Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Uap air di udara akan berkumpul menjadi awan. Karena pengaruh suhu, partikel uap air yang berukuran kecil dapat bergabung (berkondensasi) menjadi butiran air dan turun hujan. Siklus air terjadi terus menerus. Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya. Lemak Lemak adalah sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Fungsi Lemak : Secara umum dapat dikatakan bahwa lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia, yaitu: Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak. 1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal. 1. Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada membran sel yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein demi menjalankan aliran air, ion dan molekul lain, keluar dan masuk ke dalam sel. 2. Menopang fungsi senyawa organik sebagai penghantar sinyal, seperti pada prostaglandin dan steroid hormon dan kelenjar empedu. 3. Menjadi suspensi bagi vitamin A, D, E dan K yang berguna untuk proses biologis 4. Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan melindungi tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Orang dengan tubuh gemuk mempunyai bantalan lemak yang tebal di dalam kulitnya, sehingga semakin gemuk orang maka ia tahan terhadap dingin. Dari uraian tersebut kita tahu bahwa lemak menghambat penguapan. VI. Kesimpulan Hasil praktikum menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan suhu yang dipengaruhi berbagai penutup. Diantara ketiga gelas yang penurunan suhunya lebih lambat dari yang lain yaitu pada gelas III yang diisi oleh minyak goreng. Hal ini disebakan karena minyak sulit larut dalam air dan salah satu fungsi lemak dalam tubuh mecegah penguapan (sesuai dengan teori diatas). Panas pada gelas II yang ditutupi kain wool penurunan suuhunya lebih lambat dibandingkan dengan gelas I yang ditutupi kain katun Karena kain wool lebih tebal sehingga penguapan dalam proses penurunan suhu. Laporan Praktikum IV PENGARUH CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS TERHADAP JARINGAN TUBUH I. Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis yang berada di lingkungan sel. II. Alat yang Diperlukan 1. Tabung reaksi 3 buah 2. Berbagai cairan dengan kekuatanyang berbeda terdiri dari : Cairan hipotonis : NaCl 0,45% Cairan isotonis : NaCl 0,9% Cairan hipertonis : NaCl 3% III. Tata Kerja Praktikum 1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml NaCl 0,45%, NaCl 0,9% dan NaCl 3% 2. Mintalah salah satu mahasiswa untuk secara sukarela diambil darah vena sejumlah 3 ml 3. Masukan darah volunteer kedalam tabung reaksi yang sudah berisi cairan tadi 4. Kocok campuran tadi secara perlahan-lahan 5. Perhatikan perubahan apa yang terjadi pada ketiga tabung reaksi tersebut 6. Jelaskan mengapa dan bagaimana terjadinya perubaha tersebut IV. Hasil Praktikum Campuran darah dengan cairan NaCl 0,45% menghasilkan : Cairan darahnya menjadi warna merah pekat (gelap) dan paling banyak menghasilkan endapan berwarna hitam Kesimpulan : Termasuk kedalam cairan hipotonis karena larutan NaCl yang tidak lebih pekat dari NaCl 0,9% termasuk kedalam larutan hipotonik. Endapan dihasilkan karena sel menggembung dan air masuk kedalam sel, warna menjadi pekat akibat endapan tersebut. Campuran darah dengan cairan NaCl 0,9% menghasilkan : Cairan darahnya menjadi berwarna sedikit gelap dan hanya terjadi sedikit sekali endapan (normal) Kesimpulan : Termasuk kedalam cairan isotonis karena cairan sel darah merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan NaCl 0,9%. Dengan kata lain, cairan sel darah merah isotonis dengan larutan NaCl 0,9%. Jika sel darah merah dimasukan kedalam larutan NaCl 0,9%, air yang masuk dan yang keluar dari dinding sel akan setimbang. Campuran darah dengan cairan NaCl 3% menghasilkan : Cairan darahnya berwarna merah cerah dan menjadi encer Kesimpulan : Termasuk kedalam cairan hipertonis karena berdasarkan teori, cairan NaCl yang lebih pekat dari NaCl 0,9% termasuk kedalam larutan hipertonis. Larutan menjadi encer karena air dari dalam sel keluar dan sel menjadi mengkerut, dan warna merah cerah dihasilkan akibat larutan yang lebih cair dari semula. Landasan Teori : Sel darah merah, eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen Sel-sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan dalam larutan isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun. Osmosis adalah pergerakan molekul pelarut dari pelarut ke dalam larutan, atau dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat melalui membran semipermeabel. Osmosis dibagi menjadi 3 jenis : Hipotonis = larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah daripada pelarutnya Isotonis = larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama dengan pelarutnya Hipertonis = larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dibandingkan pelarutnya Contoh osmosis dalam kehidupan sehari-hari ialah pada sel darah merah. Cairan sel darahmerah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan NaCl 0,9%. Dengan kata lain, cairan sel darah merah isotonis dengan larutan NaCl 0,9%. Jika sel darah merah dimasukan kedalam larutan NaCl 0,9%, air yang masuk dan yang keluar dari dinding sel akan setimbang. Akan tetapi, jika sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9%, air akan keluar dari dalam sel dan sel akan mengkerut. Larutan yang demikian dikatakan hipertonis. Sebaliknya, jika sel darah merah dimasukka kedalam larutan NaCl yang lebih encer dari 0,9%, maka air akan masuk kedalam sel dan sel akan menggembung dan pecah (plasmolisis). Larutan itu dikatakan hipotonik. Perbedaan larutan hipotonis, isotonis & Hipertonis Larutan Hipotonis Larutan hipotonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang lain. Bahasa mudahnya, suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dan yang lainnya lebih banyak. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah setengah normal saline (1/2 NS). Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Hemolisa. Larutan Isotonis Suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonis (ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl ). Larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik yang sama. Agar tidak terjadi pertukaran Larutan Hipertonis Turun Larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang lainnya. Karena kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka akan terjadi perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan. Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis karena konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien. Titik beku larutan hipertonis besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Plasmolisa. Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3. Kesimpulan Akhir : Sel darah merah yang digunakan dalam praktikum ini menunjukkan hasil yang berbeda ketika dicampurkan dengan NaCl yang berbeda konsentrasinya yang berpengaruh terhadap perubahan keperkatan serta warna pada darah. Hal ini berarti menjelaskan bahwa konsentrasi larutan sangat berpengaruh terhadap proses osmosis. Laporan Praktikum V PERHITUNGAN ANGKA KECUKUPAN GIZI Kasus : Ny.I (33 tahun sedang hamil usia kehamilan 11 minggu, TB 150cm, BB 56kg, hitunglah dengan menggunakan tabel AKG : 1. Berapa IMT nya dan berapa penambahan berat badan seharusnya ? 2. Kebutuhan energi 3. Kebutuhan protein 4. Kebutuhan lemak Penyelesaian : 1. BB/ TB2 56/1.52 = 56/2.25 = 24.9 (normal) maka bertambah 11.5-16 Kg 2. Kebutuhan Energi = 1800 kkal + 180 kkal (T1) = 1980 kkal 3. Kebutuhan Protein = 56 + 17 = 73 gr/hari 4. Kebutuhan Lemak = 25% - 30% dari total kebutuhan energi, = 25% x 1980 = 495 : 9 = 55 sampai 30% x 1980 = 594 : 9 = 66 gr/hari Bayi O (usia 12 bulan) dengan BB 10kg, TB 65cm masih mendapatkan ASI, hitunglah kebutuhan : 1. Kalori 2. Protein 3. Karbohidrat 4. Lemak Penyelesaian : 1. Kalori BB bayi x 100 = 10 x 100 = 1000 kkal BB bayi x 120 = 10 x 120 = 1200 kkal 2. Protein BB bayi x 1,5 : 4 = 10 x 1.5 : 4 = 3.75 gr/hr BB bayi x 2 : 4 = 10 x 2 : 4 = 5 gr/hr 3. Karbohidrat 1200 x 50% = 600 : 4 = 150gr 4. Lemak 20% x 1200 = 240 : 4 = 60gr Rencangan Diet untuk ibu hamil dan bayi Waktu Jenis Makanan 1 porsi nasi (100 gram) 1 butir telur ayam negeri (55 gram) 1 mangkuk buncis (100 gram) Pagi 1 buah pisang (50 gram) 1 gelas susu sapi (200 cc) 5 buah kue kering (50 gram) 2/3 gelas santan (80 gram) 5 buah kue kering (50 gram) 1 potong daging sapi (35 gram) 1 buah apel (85 gram) Siang 1 potong tahu (110 gram) 2 sendok makan madu (30 gram) 1mangkuk w ortel (100 gram) 3 potong roti (70 gram ) 1 buah jambu biji (100 gram) 1 potong kelapa (15 gram) 1 potong ayam (40 gram) 4 sendok susu skim (20 gram) 2 sendok teh minyak kelapa (10 gram) Sore/Malam 1 potong singkong (210 gram) 1 piring jagung (125 gram) 1 mangkuk kangkung (100 gram) 2 buah salak (65 gram) Waktu Jenis Makanan Susu Pagi (06.00-10.00) Nasi Tim Susu/Makanan Selingan Bubur saring Siang (12.00-16.00) Susu Makanan Selingan Malam (18.00-20.00) Nasi Tim Susu Landasan Teori : • IMT normal 18,5-25 tambah : 11,5-16 kg • IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg • IMT overweight/ob >25 tambah : 7-11,5 kg Kenaikan berat badan disebabkan oleh : • berat badan janin 3,5-4 kg • plasenta 0,5-1 kg • cairan amnion 1 kg • buah dada 0,5 kg • ikhterus 1 kg • penambahan volume darah 1,5 kg • lemak tubuh > 2,5 kg • penambahan jaringan otot & cairan 2-3,5 kg Pengertian Gizi Seimbang Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat –zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB)ideal. Prinsip Gizi Seimbang divisualisasi sesuai dengan budaya dan pola makan setempat. Di Indonesia dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai “Tumpeng Gizi Seimbang” (TGS). TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit). Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang: Aneka ragam sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas fisik, dan memantau berat badan ideal.TGS terdiri atas beberapa potongan tumpeng: satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari. TGS yang terdiri atas potonganpotongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif. Kalori Selama hamil, ibu membutuhkan tambahan energi/kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, juga plasenta, jaringan payudara, cadangan lemak, serta untuk perubahan metabolisme yang terjadi. Di trimester II dan III, kebutuhan kalori tambahan ini berkisar 300 kalori per hari dibanding saat tidak hamil. Berdasarkan perhitungan, pada akhir kehamilan dibutuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari kebutuhan kalori sebelum hamil. Protein Kebutuhan protein bagi wanita hamil adalah sekitar 60 gram. Artinya, wanita hamil butuh protein 10-15 gram lebih tinggi dari kebutuhan wanita yang tidak hamil. Protein tersebut dibutuhkan untuk membentuk jaringan baru, maupun plasenta dan janin. Protein juga dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan diferensiasi sel. Lemak Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan lemak sebagai sumber kalori utama. Lemak merupakan sumber tenaga yang vital dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Pada kehamilan yang normal, kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III. Tubuh wanita hamil juga menyimpan lemak yang akan mendukung persiapannya untuk menyusui setelah bayi lahir. Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan karbohidrat sebagai sumber kalori utama. Pilihan yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serealia, nasi dan pasta. Selain mengandung vitamin dan mineral, karbohidrat kompleks juga meningkatkan asupan serat yang dianjurkan selama hamil untuk mencegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar dan wasir. Vitamin dan mineral Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibanding sebelum hamil. Ini perlu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Tambahan zat gizi lain yang penting juga dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme energi seperti vitamin B1, vitamin B2, niasin, dan asam pantotenat. Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk membentuk DNA dan sel-sel darah merah, sedangkan Vitamin B6 juga berperan penting dalam metabolisme asam amino. Kebutuhan vitamin A dan C juga meningkat selama hamil. Begitu juga kebutuhan mineral, terutama magnesium dan zat besi. Magnesium dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dari jaringan lunak. Sedangkan zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah dan sangat penting untuk pertumbuhan dan metabolisme energi, disamping untuk meminimalkan peluang terjadinya anemia. Kebutuhan zat besi menjadi dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil. Perhitungan Kebutuhan Gizi Ibu Hamil: • Kebutuhan energi : – Metode harrist benedict – Penambahan kalori + 180 kkal …. Trimester 1 + 300 kkal …. T2 & T3 • Kebutuhan protein : – 1 gr/kg BB/ hari – Penambahan protein + 17 gram…. T1-T3 • Kebutuhan lemak : – 25-30% dari total kebutuhan energi Perhitungan Kebutuhan Gizi Bayi Usia 0-1tahun • Kalori: 100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal • Protein: 1,5-2 gram per kilogram berat badan Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram • Karbohidrat: 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400 : 4 = 100 gram • Lemak: 20 persen dari total kalori Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40 gram Dampak KekuranganGizi Kekurangan asupan gizi pada trimester I dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Sedangkan kekurangan energi terjadi pada trimester II dan III dapat menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia kehamilannya. Contoh konkretnya adalah kekurangan zat besi yang terbilang paling sering dialami saat hamil. Gangguan ini membuat ibu mengalami anemia alias kekurangan sel darah merah. Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia, selain kelainan bawaan pada bayi, dan keguguran. Padahal, tak sulit memperoleh tambahan zat besi dan asam folat ini. Selain dari suplemen, juga dari bahan makanan yang disantapnya. Namun ibu hamil tak dianjurkan mengonsumsi suplemen multivitamin karena kelebihan vitamin A dan D dosis tinggi dalam tubuh justru dapat menimbulkan penumpukan yang berefek negatif. Suplemen dalam bentuk jejamuan juga tidak dianjurkan jika kebersihan dan keamanan bahannya tidak terjamin. Kesimpulan Jika ibu hamil kekurangan gizi pada saat kehamilannya, maka bayi yang dikandungnya akan mengalami bayi lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Namun, bila ibu hamil mengonsumsi makanan terlalu banyak, maka akan terjadi obesitas. Oleh karena itu, ibu hamil diharapkan memakan makanan sesuai dengan porsi gizi yang dianjurkan. Sesuai dengan hasil praktikum diatas, Ny.I seharusnya menambah berat badan sebesar 11,5-16 kg, dan kebutuhan energi Ny.I sebesar 1980kkal, kebutuhan protein sebesar 73gram, dan kebutuhan lemak sebesar495-594 gram. Balita merupakan masa ketika awal pertumbuhan. Pada masa balita, diperlukan pula gizi yang seimbang sesuai dengan usianya. Jika kekurangan gizi, maka akan tergolong gizi buruk. Namun, jika kelebihan akan terjadi obesitas yang akan mempengaruhi kerja jantung. Laporan Praktikum VI ANTROPOMETRI Antropometri yaitu pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia. Metode antropometri menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat untuk menentukan status gizi manusia. Antropometri adalah pengukuran: Variasi diimensi fisik Proporsi tubuh Komposisi kasar ttubuh Pengukuran antropometri dapat dilakukan: Satu kali Secara serial INDEKS ANTROPOMETRI Indeks antropometri adalah bentuk penyajian parameter antropometri (berat badan dan tinggi badan) yang dikaitkan dengan variabel umur atau merupakan kombinasi antara keduanya (BB/U, TB/U dan BB/TB).Indeks-indeks ini digunakan sebagai indikator status gizi karena nilai-nilainya digunakan dalam penentuan status gizi seseorang/anak. Antropometri dapat dibagi menjadi 2 yaitu, 1. Antropometri Statis (struktural) Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh. 1. Antropometri Dinamis (fungsional) Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hal-hal yang memengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut, Umur Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun. Jenis kelamin Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul. Rumpun dan Suku Bangsa Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh Kondisi waktu pengukuran 1. Cara pengukuran berat badan anak adalah : 1. Lepas pakaian yang tebal. 2. Berdirilah diatas timbangan 3. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan. 2. Tinggi Badan ( Panjang badan) Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu : a. Perkiraan panjang lahir : 50 cm b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir c. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir d. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun e. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir f. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun Cara pengukuran tinggi badan anak adalah : 1. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur. 2. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. 3. Lingkar kepala Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah : a. Siapkan pita pengukur (meteran) b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya 4. Lingkar Lengan Atas (Lila) Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah. Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut : a. Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih stabil. b. Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran. c. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur 5. Lingkar Dada Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarangdilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang Xifoidius( insicura substernalis). Cara pengukuran lingkar dada adalah : a. Siapkan pita pengukur b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada c. Catat hasil pengukuran Keunggulan metode antropometri:: 1. Prosedur sederhana, aman, non-invasif 2. Tidak butuh ttenaga ahli 3. Obyektif 4. Ekonomis 5. Mudah dimengerti awam 6. Hasil dapat digradasi denganjjelas Standar IMT : • IMT normal 18,5-25 tambah : 11,5-16 kg • IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg • IMT overweight/ob >25 tambah : 7-11,5 kg Hasil Antropometri: Lingkar lengan : Kanan 24cm Kiri 25 cm Lemak Lengan : Kanan = 25,5 ; 25,5 ; 25,5 mm Kiri = 24 ; 23,5 ; 24 mm Skapula : 23 , 23 , 23 Pinggang : 26 , 26 , 26 IMT = = 24 (normal) Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian diatas, naracoba yang diukur termasuk kedalam kategori normal. Daftar Pustaka Purba, Michael. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XII Semester I. Jakarta:Erlangga www.dinkes.jogjaprov.go.id/gizi/index.php/home/baca/24/Sejarah-danPengertian-Gizi-Seimbang www.id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah www.eprints.undip.ac.id/32605/1/402_Faradhilla_Arinisa_G2C007027.pdf www.id.wikipedia.org/wiki/Penguapan www.id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_merah www.anakunhas.com/2011/06/penjelasan-pengukuran-lila-lingkar-lenganatas.html www.ebookbrowse.com/gdoc.php?id=301660397&url=61106f4add6ba6611bd5 dbda9ba84fd0 www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag%205.htm www.suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/11/anthropometri-gizi.pdf www.labkesehatan.blogspot.com/2010/03/tes-toleransi-glukosa-oral-ttgo.html www.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-suyonog0c2-5283-1bab1.pdf