ETNOBOTANI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT ETNIS DAYAK MERATUS LOKSADO KALIMANTAN SELATAN DAN UPAYA KONSERVASI DI KHDTK SAMBOJA Oleh : Noorcahyati dan Zainal Arifin ABSTRAK Etnis Dayak Meratus Desa Haratai di Kalimantan Selatan memiliki pengetahuan pengobatan tradisional dengan menggunakan berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat yang berada disekitar mereka mulai dari hutan, kebun karet tua, ladang, hingga pekarangan. Pengetahuan tersebut, umumnya dikuasai kaum tua dengan menggunakan proses transfer pengetahuan secara lisan dari generasi ke generasi tanpa ada pendokumentasian secara tertulis. Jika tidak dilakukan pendokumentasian, dikhawatirkan pengetahuan pengobatan tradisional akan hilang, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan hilangnya jenis tumbuhan berkhasiat obat. Untuk itulah peran ilmu etnobotani membantu dalam mendokumentasikan pengetahuan pengobatan tradisional tentang jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat, cara meramu, bagian tumbuhan yang digunakan, serta habitat atau pun tempat dimana tumbuhan berkhasiat obat diambil. Makalah ini memberikan gambaran mengenai jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat, cara meramu, dan bagian tumbuhan yang digunakan serta pemanfaatannya untuk mengobati penyakit yang digunakan oleh etnis dayak meratus di lokasi penelitian. Tercatat 110 jenis tumbuhan dan lebih dari 57 famili yang dimanfaatkan untuk bahan pengobatan. Informasi tersebutberguna untuk keperluan pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat itu sendiri. Sebagai bentuk upaya konservasi, beberapa jenis tumbuhan berkhasiat obat yang diperoleh dari lokasi penelitian juga dibuat koleksi hidup pada Plot Tumbuhan Berkhasiat Obat di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja. Kata kunci : Etnobotani, dayak meratus, konservasi PENDAHULUAN Keanekaragaman hayati merupakan aset bangsa yang sangat penting untuk dijaga kelestarian dan pemanfaatannya. Kalimantan dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya juga didukung oleh potensi pengetahuan tradisional yang dimiliki berbagai etnis asli di Kalimantan. Kekayaan keanekaragaman hayati ini memiliki keterikatan dengan budaya masyarakat setempat. Salah satunya melalui pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional etnis lokal, terutama yang berada disekitar kawasan hutan. Pengetahuan pengobatan tradisional ini telah teruji secara empiris dari generasi ke generasi. Salah satu etnis di Kalimantan yang masih memanfaatkan pengetahuan lokal dalam pengobatan melalui berbagai jenis tumbuhan adalah etnis Dayak Meratus (Dayak Bukit) di Desa Haratai Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Umumnya pengetahuan pengobatan tradisional hanya dikuasai oleh kaum tua. Generasi muda saat ini kurang termotivasi untuk menggali pengetahuan dari kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab. Kondisi seperti ini, menjadikan warisan tradisional lambat laun akan mengalami kepunahan di tempat aslinya (Noocahyati, 2012).Karena itu, perlu ada upaya untuk mendokumentasikan pengetahuan pengobatan tradisional yang seiring dengan upaya pelestarian tumbuhan berkhasiat obat untuk pengetahuan, konservasi dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara pendokumentasian tersebut adalah melalui kajian etnobotani tumbuhan berkhasiat obat. Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani (tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. Studi etnobotani bermanfaat ganda, karena selain bermanfaat bagi manusia dan lingkungan, dan perlindungan pengetahuan tersebut, melalui perlindungan jenis jenis tumbuhan yang digunakan (Suryadarma 2008).Menurut Munawaroh dan Purwanto (2000) Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruhantara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya yang meliputi pengetahuan tentangsumberdaya alam tumbuhan. Karena itu, etnobotani berpotensi mengungkapkan sistempengetahuan tradisional dari suatu kelompok masyarakat atau etnik mengenai keanekaragamansumberdaya hayati, konservasi dan budaya. Makalah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja untuk mengungkap pengetahuan etnis Dayak Meratus di Desa Haratai dalam memanfaatkan sumber daya alam tumbuhan di sekitarnya, khususnya tumbuhan berkhasiat obat. Selain itu, juga tersedianya data keanekaragaman jenis tumbuhan obat dan konsep pengobatan masyarakat lokal serta berguna untuk keperluan konservasi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. METODOLOGI Penelitian merupakan survey eksploratif dengan teknik pengambilan data melalui observasi dan wawancara langsung kepada tokoh kunci, serta pengguna tumbuhan berkhasiat obat yang ada di lokasi penelitian. Tokoh kunci adalah orang yang dianggap memahami tentang pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan. Biasanya mereka adalah kaum tua dan memiliki warisan pengetahuan dari generasi sebelumnya yang diturunkan secara lisan. Untuk mengetahui jenis tumbuhan berkhasiat obat dilakukan survey langsung ke habitatnya untuk pengambilan spesimen guna keperluan identifikasi dan pengujian lebih lanjut. Identifikasi dilakukan di Herbarium Wanariset Balitek KSDA Samboja. Selain keperluan identifikasi, spesimen herbarium yang diperoleh juga sebagai bahan koleksi kering serta bukti otentik keberadaan tumbuhan berkhasiat obat di lokasi penelitian. Pengambilan data primerdilakukan di Desa Haratai yang berada di kawasan Pegunungan Meratus.Secara geografis kawasan Pegunungan Meratus terletak di antara 115°38’00" hingga 115°52’00" Bujur Timur dan 2°28’00" hingga 20°54’00" Lintang Selatan. Pegunungan ini menjadi bagian dari 8 kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu: Hulu Sungai Tengah (HST), Balangan, Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong, Kotabaru, Tanah Laut, Banjar dan Tapin. Pegunungan Meratus merupakan kawasan berhutan yang bisa dikelompokkan sebagai hutan pegunungan rendah. Desa Haratai secara administratif berada di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan. Jarak tempuh dari Desa Haratai ke ibukota Propinsi (kota Banjarmasin) sekitar 185 km dengan waktu sekitar 5 jam perjalanan. Desa yang menjadi lokasi penelitian ini cukup terkenal di Kab. HSS dikarenakan terdapat objek wisata air terjun Harataiyang menjadi salah satu tujuan wisata terkenal di Kalimantan Selatan. Desa Haratai terdiri dari 3 anak desa (dusun) yakni Haratai 1, Haratai 2 dan Haratai 3. Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Haratai 1 yang menjadi induk dari dua dusun lainnya. Lokasi Desa Haratai berada di kaki pegunungan Meratus.Pegunungan Meratus merupakan kawasan pegunungan yang membelah Propinsi Kalimantan Selatan menjadi dua, membentang sepanjang ± 600 km2 dari arah tenggara dan membelok kearah utara hingga perbatasan Kalimantan Timur. Disepanjang pegunungan ini terdapat banyak perkebunan karet, begitu juga dengan kondisi Desa Haratai. Selain terdapat perkebunan karet tua dan muda, di Haratai juga terdapat hamparan perkebunan kayu manis. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut. Gambar 1. Lokasi penelitian di Kecamatan Loksado, Kab. HSS, Kalsel HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Terhadap Penyakit Penduduk di Desa Haratai I adalah etnis Dayak Meratus. Desa ini berada dalam bagian Hutan Lindung Haratai yang dikelola oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan. Sebagian besar etnis Dayak Meratus masih tergantung pada tumbuhan yang ada di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Begitu pula dengan pengobatan tradisional melalui pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat. Menurut Setyowati (2010)pengobatan tradisional merupakan upayapenyembuhanterhadap penyakit yang dilakukanberdasarkan kepercayaan turun-temurun, baikdengan menggunakan bahan alami yang tersediadan diyakinimempunyai khasiat dapatmenyembuhkan maupun melalui perantaraseseorang (dukun) yang diakui mempunyaikekuatan tertentu di dalam dirinya untukmenghilangkan penyakit. Rahayu, et.al (2006) menyebutkan Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan kaitannya dengan pemanfaatan tumbuhan obat secara tradisional terbentuk melalui sosialisasi yang secara turun temurun dipercaya dan diyakini kebenarannya. Persepsi etnis Dayak Meratus di Desa Haratai terhadap penyakit dibedakan menjadi dua bagian besar, yakni : penyakit yang disebabkan oleh makanan dan penyakit yang disebabkan oleh perbuatan. Atas dasar ini cara pengobatan yang dilakukan pun akan berbeda. Pengobatan dilakukan melalui ramuan obat tradisional yang terdiri dari tumbuhan, mineral dan hewan. Ada pula pengobatan yang diakukan melalui pembacaan doa dan mantra yang diikuti ritual dalam adat dayak meratus yang dikenal dengan Batandik. Pengobatan dengan berbagai jenis tumbuhan ada yang berupa ramuan yakni terdiri dari campuran berbagai jenis bagian tumbuhan, bagian hewan dan atau mineral. Selain itu, ada pula bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat secara tunggal atau terdiri dari satu jenis tumbuhan. Keragaman Tumbuhan Berkhasiat Obat Sebagian besar etnis Dayak Meratus (Bukit) di Desa Haratai, Loksado masih tetap mempertahankan tradisi pengobatan tradisional yang sudah dipraktekkan nenek moyang mereka secara turun temurun. Sehingga secara empiris, pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat sudah teruji sejak lama. Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat tersebut selain untuk pengobatan penyakit juga untuk perawatan kesehatan. Jauhnya akses masyarakat dengan pelayanan kesehatan menjadikan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat yang ada di sekitar mereka masih mendapat tempat pada etnis ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh kunci dan penduduk setempat tercatat jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit dan kosmetika (tabel lampiran). Tumbuhan tersebut terdiri dari berbagai famili yang disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Famili tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan No. Famili 1 2 3 4 5 Acanthaceae Ancistrocladaceae Annonaceae Apocinaceae Araliaceae Spesies Nomaphila stricta Ancistrocladus tectorius Annona muricata, Artabotryssuaveolens sp. Alstonia scholaris Schefflera sp. Jumlah Spesies 1 1 2 1 1 6 Araceae 7 Arecaceae 8 9 10 Asteraceae Bombacaceae Compositae 11 Connaraceae 12 13 14 15 16 Convolvulaceae Cyatheaceae Cyperaceae Dilleniaceae Euphorbiaceae 17 18 19 20 21 22 23 24 Fabaceae Flacourtiaceae Gesneriaceae Gleicheniaceae Graminae Labiatae Lamiaceae Lauraceae 25 26 Leaceae Leguminosae 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Liliaceae Loganiaceae Loranthaceae Malvaceae Marantaceae Menispermaceae Melastomataceae Meliaceae Moraceae Myrtaceae Myristicaceae Oleaceae Ophioglossaceae Alocasia scabriuscula, Amyrum sp., Homalomena sp. Areca catechu, Arenga pinnata, Metroxylon sagu Ageratum conyzoides Durio zibethinus Eupathorium inulaefolium, Wedelia biflora, Micania scandens, Blumea balsamifera, Blumea sp. Connarus sp., Cnestis platantha, Rourea mimosoides Meremmia peltata Cyathea recommutata Scleria laevis Willd. Tetracera sp. Baccaurea lanceolata, Acalypa caturus, Macaranga bancana, Macaranga sp1, Macaranga sp2., Cratoxylum tignum Bauhinia sp., Archidendron jiringa Flacourtia rukam Cyrtandra sp. Dicranopteris curranii Saccharum spontaneum, Bambusa vulgaris Hyptis capitata Ocimum sp. Eusideroxylon zwageri, Luvunga sp., Cinnamomum burmanii, Litsea elliptica Leea indica Mucuna sp., Senna alata, Spatholobus sangueneus, Dalbergia discolor, Parkia roxburghii, Cajamus cajan, Entanda borneensis, Cordiline petiolaris Fagraea racemosa Helixanthera cylindrical Sida rhombifolia Donax caniformis Fibraurea tinctoria, Pycnarrhena tumefacta Melastoma malabathricum Lansium domesticum Ficus cf. quercifolia Tristaniopsis sp. Myristica maxima Chionanthus sp Helminthostachys zeylanica 3 (NN=1) 3 1 1 5 3 1 1 1 1 6 2 1 1 1 2 1 1 4 1 7 (NN=1) 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 (NN=2) 1 1 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 Palmae Piperaceae Poaceae Rhamnaceae Rubiaceae Rutaceae Sapindaceae Schizaeaceae Selaginellaceae Simaroubaceae Solanaceae Sterculiaceae Taccaceae Thelypteridaceae Umbelliferae Urticaceae 56 Verbenaceae 57 Zingiberaceae Ceratolobus sp. Piper aduncum, Piper betle, Piper sp. Imperata cylindrica Alphitonia excelsa Morinda citrifolia, Ixora sp., Oxyceros sp. Melicope glabra Lepisanthes amoena Ligodium circinnatum Selaginella plana Eurycoma longifolia, Brucea javanica Capsicum sp. Sterculia sp. Tacca sp. Pronephrium rubicundum Hydrocotile sibthorpioides Leucosike capitallata, polikilospermum sp., Dendrocnide sp1.,Dendrocnide sp2., Villebrunea sp. Peronema canescens, Lantara camara, Clerodendrum sp. Costus speciosus, Zingiber purpureum 1 3 1 1 3 1 1 1 1 2 1 (NN=1) 1 1 (NN=2) 1 1 5 1 2 Berdasarkan tabel tersebut diketahui terdapat 57 famili tumbuhan yang digunakan etnis Dayak Meratus dalam pengobatan tradisional yang mereka lakukan. Jenis-jenis yang digunakan tersebut bervariasi mulai dariherba, rumput, liana, parasit hingga pohon. Jumlah jenis pada famili leguminosae menempati jumlah terbanyak yakni 8 jenis yang terdiri dari 7 jenis telah teridentifikasi spesiesnya dan 1 jenis masih belum teridentifikasi. Tumbuhan berkhasiat obat dikumpulkan dari berbagai habitat terutama kebun karet tua dan hutan di sekitar desa. Beberapa jenis dapat dijumpai di pekarangan, pinggir jalan serta kebun dan ladang. Tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan etnis Dayak Meratus digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dari ringan hingga penyakit berat. Selain itu terdapat beberapa spesies yang digunakan sebagai afrodisiak, untuk persalinan dan pasca melahirkan serta kosmetik. Data selengkapnya disajikan pada lampiran.Dari 110 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional, terdapat beberapa jenis yang sudah dikategorikan langka/rentan seperti : akar arau/akar kuning (Fibraurea tinctoria), Pulantan/Pulai (Alstonia scholaris), dan Pasak Bumi (Eurycoma longifolia). Fibraurea tinctoria termasuk dalam famili Menispermaceae. Tumbuhan yang merupakan liana ini dikenal sebagai akar arau pada etnis Dayak Meratus di Desa Haratai. Penamaan lokal dari berbagai daerah antara lain akar kuning, merkunyit, akar koneng, kukunyit, aka bila. DaerahpersebaranFibraurea tinctoria meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Filipina, Thailand, Indocina dan Malaya. Termasuk dalam famili Menispermaceae. Dapat dijumpai ketinggian tempat yang beragam dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Umumnya tumbuh secara liar di hutan sekunder atau semak belukar. Berdasarkan red list IUCN tumbuhan ini telah dinyatakan langka (Setyowati, et.al, 2007).Keberadaan Fibraurea tinctoria dan beberapa famili Menisperceae lainnya yang juga dimanfaatkan sebagai bahan baku obat terus mengalami penurunan di habitat aslinya. Fibraurea tinctoria secara empiris tidak hanya digunakan etnis Dayak Meratus, hampir semua etnis asli di Kalimantan menggunakannya untuk mengobati berbagai penyakit, seperti sakit kuning, malaria dan hepatitis (Noorcahyati, 2010). Tidak hanya teruji secara empiris, tumbuhan ini juga telah teruji secara ilmiah melalui beberapa penelitian yang dilakukan. Isolasi senyawa aktif dengan metode Bioassay Guided Isolationtelah dilaporkan oleh Wahyuono dkk (2006) bahwa senyawa bioaktifnya mampu menghambat 20%pertumbuhan kanker in vitro. Alstonia scholaris dikenal etnis Dayak Meratus dengan nama lokal Pulantan / Pulai. Pohon ini dimanfaatkan sebagai obat bisul dengan menggunakan getah dari batang maupun daun. Meskipun pada etnis ini penggunaan getah Alstonia scholaris untuk bisul, sebenarnya jenis ini telah dimanfaatkan oleh berbagai etnis untuk mengobati berbagai penyakit, diantaranya berpotensi sebagai antidiabetes. Daerah persebaran Alstonia scholarismeliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tumbuh liar pada hutan primer, sekunder dan pinggiran ladang di perkampungan. Dapat dijumpai mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Di Desa Haratai, tumbuhan ini tumbuh di tempat yang lembab dan banyak mengandung humus, berada di ketinggian sekitar 400 m dpl. Berdasarkan redlist IUCN saat ini status konservasiAlstonia scholaris tercatatLower Risk/Least Concernberdasarkan data tahun 1998. Tentu saja saat ini diduga sudah meningkat status kelangkaannya. Pasak bumi (Eurycoma longifolia) merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang sudah sangat terkenal di Kalimantan. Penggunaan tumbuhan ini terutama sebagai bahan untuk afrodisiak. Daerah persebarannya meliputi Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, Birma, Thailand dan Vietnam. Pasak bumi menyukai tanah agak masam dan berpasir, pada hutan primer dan sekunder (Setyowati, 2007). Penggunaan Eurycoma longifolia di Desa Haratai saat ini tidak banyak karena sudah sulit menemukan Eurycoma longifolia di Desa ini, sehinga masyarakat menggantinya dengan Lepisanthes amoena yang juga disebut sebagai pasak bumi oleh sebagian masyarakat pada etnis ini. Status konservasi Eurycoma longifolia menurut Rifai (1992) berada pada status terkikis. Selain ketiga jenis tersebut, jenis lainnya juga sudah mulai sulit ditemukan pada habitatnya seperti kedaung (Parkia roxburghii)danSangga Langit (Helmintostachys zeylanica). Kedaung adalah satu diantara 30 spesies tumbuhan obat langka di Indonesia yang populasinya terus menurun, bahkan mulai jarang dijumpai di habitat aslinya (Zuhud, 207). Pemanfaatan bagian tumbuhan dari Fibraurea tinctoria dan Eurycoma longifolia adalah bagian batang dan akar, juga beberapa spesies lainnya. Sedangkan pulantan atau Alstonia scholarisbagian yang dimanfaatkan adalah getah pada batang atau daun. Penggunaan bagian tumbuhan seperti akar adalah penggunaan yang sangat mengancam kelestarian tumbuhan tersebut. Karena akar dan batang adalah bagian utama dari kehidupan tumbuhan. Menurut Norhidayah et al. (2006),pemanenan tumbuhan obat langsung dari alam apabila dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian dapat menyebabkan kelangkaan dan akhirnya kepunahan. Upaya Konservasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Meskipun etnis Dayak Meratus di Desa Haratai masih memanfaatkan berbagai tumbuhan dalam pengobatan tradisional yang mereka praktekkan sehari-hari, lambat laun pengetahuan pengobatan tradisional dapat menjadi punah. Hal ini disebabkan beberapa hal yakni : adanya sistem pewarisan pengetahuan pengobatan yang hanya melalui lisan tanpa ada catatan tertulis dari generasi ke generasi. Selain itu, generasi muda sedikit demi sedikit terlihat kecenderungan meninggalkan pengobatan tradisional dan tidak tertarik untuk mempelajarinya dari kaum tua. Menurut Caniago dan Siebert (1998) hasil survei di perkampungan Dayak Ransa diKalimantan Barat, penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun terutama perempuan berusia tuamempunyai pengetahuan yang lebih banyak mengenai pemanfaatan tumbuhan obat dibandingkandengan laki-laki dan perempuan yang lebih muda. Di Desa Haratai, usia penduduk yang menguasai pengobatan tradisional berkisar 40 tahun ke atas. Bahkan untuk mewariskan pengetahuan pengobatan tradisional dari seorang pengobat (tabib), umumnya diberikan pada usia 35 tahun ke atas. Dari sisi habitattumbuhan berkhasiat obat, seiring bertambahnya jumlah penduduk dan pembukaan lahan akan mempersempit habitat dan berimbas pula terhadap kelestraian tumbuhan berkhasiat obat tersebut. Penggunaan dan pemanfaatan tumbuhan tanpa ada upaya budidaya akan menyebabkan terganggunya kelestarian tumbuhan. Selain itu berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat yang diambil langsung dari alam memiliki kemampuan regenerasi alami yang sangat rendah. Regenerasi yang berlangsung lambat hendaknya mendapat campur tangan manusia untuk konservasi dan pengembangannya. Di Desa Haratai, pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat sebagian besar masih mengandalkan dari alam, meskipun sudah ada yang mulai menanam di pekarangan. Jika diperlukan, maka anggota keluarga yang bersangkutan akan mencari langsung dari habitatnya seperti di hutan sekitar desa, kebun, ladang dan pekarangan. Upaya budidaya belum dilakukan maksimal. Dalam etnis Dayak Meratus ada anggapan bahwa tumbuhan berkhasiat obat akan memiliki khasiat yang baik jika tumbuh di habitat alaminya. Karena itu perlu adanya upaya pelestarian baik terhadap tumbuhan berkhasiat obat maupun pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan. Menurut Moeljono (1998), tumbuhan obatmerupakan salah satu hasil hutan yangbermanfaat dari segi ekologi, sosial budaya,maupun ekonomi yang harus dikelola denganmemperhatikan kebutuhan generasi masa kini danmasa mendatang.Melihat kondisi di Desa Haratai, diperlukan adanya transfer pengetahuan budidaya berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat yang sudah terbukti secara ilmiah dan sesuai dengan kondisi iklim dan habitat tumbuhnya. Khusus jenis kayu manis (Cinnamomum burmanii) diperlukan transfer pengetahuan mengenai pengolahan produk simplisia agar masyarakat mendapat nilai tambah dari perkebunan kayu manis yang telah ada di Desa tersebut. Kayu manis tidak hanya bermanfaat sebagai bahan rempah penyedap masakan dan minuman saja. Kayu manis juga berguna untuk pengobatan diantaranya sebagai antimikroba, antidiare, demam hingga influenza. Secara empiris pun didaerah lainnya digunakan untuk hipertensi, batuk, sakit kuning, kolesterol dan diabetes. Pelestarian tumbuhan berkhasiat obat dapat dilakukan baik secara in-situ maupun eks-situ. Selain perlindungan yang bersifat umum atau menyeluruh, perlindungan yang bersifat lebih khususterhadap suatu elemen, tempat atau habitat khusus suatu sasaran konservasi perlu dilakukan. Habitatatau tempat khusus tersebut dapat merupakan tempat hidup dari suatu jenis tumbuhan tertentu ataudapat juga merupakan tempat hidup atau tempat beraktivitasnya jenis-jenis binatang, dan lain-lain (Sidiyasa, dkk., 2006). Dalam rangka tersebut, KDHTK Samboja telah merintis pembangunan Plot Tumbuhan Berkhasiat Obat seluas 5,6 Ha sebagai upaya konservasi tumbuhan berkhasiat obat yang ada di Kalimantan termasuk yang berasal dari Desa Haratai, Loksado. Seperti yangdikemukakan Setyawati (2009) bahwa tujuan upaya pelestarian pohon berkhasiat obat adalahuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan sertamelestarikan ilmu pengetahuan tradisional tentang ramuan obat yang selama ini sudah diwariskansecara turun temurun dari nenek moyang kita. Hendaknya konservasi in-situ juga dilakukan di Desa Haratai dengan melibatkan pihak terkait. PENUTUP Hasil penelitian di Desa Haratai Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan memperoleh data keragaman berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat dan kosmetika sebanyak 110 jenis dari 57 famili. Terdapat 3 jenis diantara tumbuhan yang dimanfaatkan termasuk kategori langka, sehingga perlu upaya untuk menyelamatkan keberadaan tumbuhan berkhasiat obat tersebut. Upaya konservasi tumbuhan berhasiat obat yang dilakukan salah satunya melalui pembangunan Plot Tumbuhan Berkhasiat Obat di KHDTK Samboja seluas 5,6 Ha. Selain itu, sangat penting dilakukan budidaya tumbuhan hutan berkhasiatobat yang terancam punah dan jenis-jenis yang diambil akarnya untuk pengobatan. Inventarisasi dan pendokumentasian tumbuhan berkhasiat obat serta pengetahuan tradisionalnya perlu terus dilakukan untuk kepentingan pengetahuan dan konservasi serta kesejahteraan masyarakat pemilik pengetahuan tersebut. Pembuktian secara ilmiah berdasarkan bukti empiris yang ada juga sebaiknya terus ditingkatkan. Daftar Pustaka Caniago, I. and F.S. Siebert. 1998. Medicinal plant ecology, knowledge and conservation in Kalimantan, Indonesia. Economic Botany 52(3) : 229-250. The New York Botanical Garden.USA. Moeljono, S, 1998, ‘Suatu Telaah tentang PemanfaatanKeanekaragaman Jenis Tumbuhan olehMasyarakat Suku Menyah Di DaerahPegunungan Arfak Kabupaten Manokwari’,Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III 5-6Mei 1998, LIPI, DenpasarBali Munawaroh E. dan I.P. Astuti. 2000. Peran etnobotani dalam menunjang konservasi ex-situ KebunRaya. http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/253 6/2537.pdf. Noorcahyati. 2010. Kajian Etnobotani Pohon Potensial Berkhasiat Obat Antidiabetes dan Kolesterol di Kalimantan. (Laporan hasil penelitian). Samboja: Balai Penelitian TeknologiKonservasi Sumber Daya Alam.(Tidak dipublikasikan). Noorcahyati. 2012. Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan. Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam. Badan Litbang Kementrian Kehutanan. Samboja Noorhidayah, K. Sidiyasa& I. Hajar. 2006. Potensi dan keanekaragaman tumbuhan obat di hutan Kalimantan dan upaya konservasinya. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 3 (2):95 – 107. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. Purwanto, Y. 2000. Etnobotani dan konservasi plasma nutfah hortikultura : peran sistem pengetahuan lokal pada pengembangan dan pengelolaannya. Prosiding Seminar Hari Cintapuspa dan Satwa Nasional. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle /123456789/52308/Daftar_Pustaka.pdf. Rahayu, M., Sunarti, S., Sulistiarini, D.,& Prawiroatmodjo, S. (2006). Pemanfaatantumbuhan obat secaratradisional oleh masyarakat lokal diPulau Wawonii, Sulawesi Tenggara.Biodiversitas 7(3), 245-250. IUCN Red List.org. 2014. Diakses 28 November 2014. Setyawati, T. 2009. Potensi, regenerasi dan pemanfaatan pohon obat di Cagar Alam Besowo danManggis, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Info Hutan, Vol VI (2): 145157. PusatPenelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Setyowati, F.M. 2010. Etnofarmakolgi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung Di Kalimantan Timur. Setyowati, F.M, Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat Talang Mamak di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Jurnal Biodiversitas Volume 8 Nomor 3. 228-232. Sidiyasa, K., Zakaria, Ramses, I. 2006. Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau, Kalimantan Timur, Potensi dan Identifikasi Langkah-Langkah Perlindungan dalam Rangka Pengelolaannya Secara Lestari. CIFOR. Bogor. Suryadarma IGP. 2008. Diktat Kuliah Etnobotani. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Wahyuono, S., Setiadi, J., Santosa, Dj.,Wahyuningsih, M. S. H., Soekotjo,Widyastuti, S. M. 2006. PotensiSenyawa Bioaktif dari Akar Kuning(Fibraurea chloroleuca Miers.) Koleksidari hutan Kalimantan Tengah sebagaiAntikanker. Majalah Obat Tradisional,vol. 11 (36), April-Juni, 22-8 Zuhud, E.A.M. 2007. Bio-Ekologi Tumbuhan Obat Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) di Hutan Alam Taman Nasional Meru Betiri. Artikel. Diakses tanggal 25. November 2014. LAMPIRAN Tabel 1. Tumbuhan yang dimanfaatkan etnis Dayak Bukit sebagai bahan obat di Desa Haratai, Loksado No Nama ilmiah Nama lokal Bag yg digunakan KegunaanCara penggunaan POACEAE 1. Imperata cylindrica Padang;Halalang Akar Rebung/Pucuk ASTERACEAE 2. Ageratum conyzoides Rumput Sandawa Daun BOMBACACEAE 3. Durio zibethinus Durian 4. Areca catechu 5.Arenga pinnata 6. Metroxylon sagu Pinang* Aren Rumbia LAURACEAE 7. Eusideroxylon zwageriUlin* Sakit pinggang Direbus, minum Sakit dada akibat Ditumbuk,oleskan angin duduk Daun Gatal akibat ulat bulu kulit Mecret Daun Sakit kepala Kulit Btg Sakit sampar dimandikan Sakit pinggang Sakit pinggang Pasca melahirkan Akar Akar Akar Akar Sakit pinggang Sakit gigi Akar Digosokkan ke Dipanaskan, tempel ke puser Dipanaskan, tem Pel ke dahi Direbus: diminum, ARECACEAE Direndam, minum Direndam, minum Direndam, minum Direndam, minum Direbus, kumur2 RUTACEAE 8. Luvunga sp. Seluang Belum* Akar Sakit pinggang Direndam, minum SIMAROUBACEAE 9. Eurycoma longifolia 10. Brucea javanica Pasak bumi RacunAyam Akar Daun Akar Sakit pinggang Sakit gigi Sakit kuning Direndam, minum Diperas ke ubun2 Direndam,minum Buah ZINGIBERACEAE 11. Costus speciocus Umbi jengkol Sakit kuning Tetawar Air batang Panas/demam Disadap diminum Mencegah jengkolanDirebus dg URTICACEAE 12. Leucosike capitallata Ky Yayahi Kulit batang PIPERACEAE Dicuci,makan Air batang Panas Gigitan ular berbisa Disadap, minum Dikupas,dililitkan diatas luka 13. Piper aduncumBasirih Daun Daun Gatal Perut kembung Diremas, oleskan Diremas, oleskan Akar Mencegah jengkolan Direbus dg jengkol Pucuk daun Pucuk daun Sakit perut Pasca melahirkan Diremas, oleskan Diremas, oleskan Wawangun Pucuk daun Sakit kepala Diremas, diikat ke Kepala Jelama* Pucuk daun Luka Ditumbuk, tempelkan LEGUMINOSAE 18. Mucuna sp. Akar ulur Air akar Luka 19. Senna alata Gelinggang* Akar Daun Akar Akar Biji Biji Akar Pucuk daun Sakit gigi Gatal (kulit) Mencret/sakit perut Pasca melahirkan/Nifas Malaria Kembung Spilis Sakit gigi Akar Akar batang Akar batang Sari rapet Menghilangkan ketombe Borok Akar dipotong,air Oleskan Rebus,kumur Diremas, oleskan Ditumbuk,minum Direndam,minum Dibakar, diminum Dibakar, minum Direndam, minum Dihaluskan,ke lubang Gigi Direndam, minum Ditumbuk, keramas Membersihkan borok MELASTOMATACEAE 14. Melastoma malabathricum Uduk-Uduk URTICACEAE 15. Polikilospermumsp RUTACEAE 16. Melicope glabra COMPOSITAE 17. Eupathorium inulaefolium Kuku-Kuku 20. Spatholobus sangueneus Carikan Darah 21. Dalbergia discolor Akar Laka 22. Parkia roxburghii Kidaung 23. Cajamus cajan Akar Gudai 24. 25. Entanda borneensis Tambalikit Akar Biluru APOCINACEAE 26.Alstonia scholaris Pulantan Getah daun/batang Bisul SOLANACEAE 27. Capsicum sp. 28. - Oleskan sekitar Bisul Cabe Rawit Terong Hintalu Akar Akar Gatal (kulit) Gatal (kulit) Diremas, oleskan Diremas, oleskan PIPERACEAE 28. Piper sp. Sirih Cambai Daun Sakit perut OPHIOGLOSSACEAE 29. Helminthostachys zeylanica Digosokkan ke Perut Sangga Langit Umbi Umbi Kejang Kaku persendian Dihaluskan, dioles Dihaluskan, dioles UMBELLIFERAE 30. Hydrocotile sibthorpioides Jelukap* Daun Pra melahirkan Digosok, oleskan ke perut NN 31. - Birik* Kulit batang Pra melahirkan MARANTACEAE 32. Donax caniformis Digosok, oleskan ke perut Bamban Air dalam Pucuk daun Sakit mata Diteteskan ARALIACEAE 33. Schefflera sp. Talimpuh Daun Pasca melahirkan Akar Stroke Dipanaskan, tempel ke perut Direndam,minum Kamburah Daun muda Melancarkan ASI Pilungsur Sawa Daun Perlancarpersalinan Diremas,mandi NN 34. ? NN 35. - Dipanaskan, tempelkan CONNARACEAE 36. Connarus sp. Tampurai Kai Akar Pasca melahirkan CYPERACEAE 37. Scleria laevis Willd. Hiring Umbut daun Umbut daun Umbut daun GRAMINAE 38. Saccharum spontaneum Maag Dikunyah, telan Mual Dikunyah, telan Sakit gigi Dikunyah, masuk kan lubang gigi Perupuk Umbut daun digunakan untuk pengobatan NN 39. - Singkuungan Getah Sakit inrak ???????????? Mingkudu JarumJarum Tatamba Marin Buah Akar Stroke Sakit pinggang Diperas,minum Direndam,minum Akar Kencing batu Direndam,minum Mingkudu Hutan Akar Akar Stroke Pasca melahirkan Direndam,minum Direndam,minum DILLENIACEAE 44. Tetracera sp. Hampalas Daun digunakan untuk pengobatan VERBENACEAE 45. Peronema canescens Sungkai Lendir dlm Kulit batang Daun Sakit gigi Meriang Lendir dimasuk kanpd gigi berlubang Diremas, minum Direbus,minum Direbus,mandikan RUBIACEAE 40. Morinda citrifolia 41. Ixora sp. 42. Oxyceros sp. LOGANIACEAE 43. Fagraea racemosa Rendam, endapkn minum LAURACEAE 46. Cinnamomum burmanii 47. Litsea elliptica Kayu Manis Mirawas* Kulit batang Daun Sakit pinggang Meriang STERCULIACEAE 48. Sterculia sp. Tawia Daun digunakan untuk pengobatan CONVOLVULACEAE 49. Meremmia peltata Balaran Getah Bisul MORACEAE 50. Ficus cf. quercifolia Dioleskan sekitar Mata bisul Ampunini Getah Getah Getah Disengat lebah Digigit nyamuk Flek pada wajah Dioleskan Dioleskan Digosokkan Getah pelepah Lendir batang Sengatan lebah Dioleskan 53. 54. Homalomena sp. Keladi Kijang Akar Karamalungan NN 55 Kamuyang Darah Melancarkan persalinan Gatal Penawar sakit Dioleskan ke perut Diremas, oleskan Dipercikkan dg air LEACEAE 55. Leea indica Pilancau Daun TACCACEAE 56.Tacca sp. Tawar sakit (kepuhunan) Digosokkan ke badan Tampaisi NN 57. - Umbi Umbi Batuk Kebagusan Dikupas,telan Diserut,oleskan Jungkal Umbi batang Bisul Kebagusan Diserut,oleskan Panaskan,tempel Keladi Bangsul Umbi Bisul Dikerik,oleskan Daun muda Demam pd anak Diperas di ubun2 ARACEAE 51. Alocasia scabriuscula 52. Amyrum sp. NN 58. COMPOSITAE 59. Wedelia biflora Pulut Tai Babi Daun Daun Daun muda Sakit kepala Daun Daun Daun Daun Daun Daun Daun Kuku rusak Sakit gigi Luka Bengkak Batuk Pasca melahirkan Sakit (kepuhunan) Dihaluskan,ikat ke kepala Digosok,oleskan Diremas,tempel Digosok,teteskan Dipanaskan,tempel Diperas, minum Ditempelkan perut Digosokkan badan Langsat* Akar Akar Kolesterol Melangsingkan bdn Direndam,minum Direndam,minum Pilanggang Bulan Jaring Akar Melancarkan haid Direndam,minum Akar Pasca melahirkan(nifas) Direndam, minum Sambung Sekalat Daun Gatal kulit Diremas,oleskan Daun Masuk angina Diremas, oleskan Nangka Walanda Pucuk daun Sakit perut 68. Artabotryssuaveolens Blume Akar Larak Air batang Menambah nafsu makan OLEACEAE 69. Chionanthus sp. Dipanaskan,tempel ke perut Akar dipotong, airnya diminum Taguh Sahari/ Lalapik Adam Akar Afrodisiak Akar Rukam Akar Akar Berak berdarah Ambeien Direndam,minum Direndam,minum 70. Macaranga bancana 71. Macaranga sp 1 72. Macarangasp 2 Limpasu Tampurai Kai Manik2 Garintingan Mahang Kapur* Mahang Laki Mahang Bini Akar Akar Daun Daun Daun Daun Lemah lesu,stamina Melancarkan persalinan Penawar sakit Sakit ganjil (kepuhunan) Sakit ganjil (kepuhunan) Sakit ganjil (kepuhunan) Direndam, minum Direndam, minum Dipercikkan dg air Digosok, oleskan Digosok, oleskan Digosok, oleskan URTICACEAE 73. Dendrocnide sp.1 74. Villebrunea sp. Jelatang Tulang* Bagintalan Akar Pucuk daun Batuk Melancarkan persalinan Batang Akar Bengkak Batuk Direndam, minum Diremas,oleskan ke Perut Dikikis, oleskan Direndam, minum Akar Sakit perut Dipanaskan,tempel 60.Micania scandens 61. Blumea balsamifera Akar 91 Capa 62. Blumea sp. MELIACEAE 63. Lansium domesticum FABACEAE 64. Bauhinia sp. 65. Archidendron jiringa GESNERIACEAE 66. Cyrtandra sp. ANNONACEAE 67. Annona muricata FLACOURTIACEAE 70. Flacourtia rukam EUPHORBIACEAE 68.Baccaurea lanceolata 69. Acalypa caturus 75. Dendrocnide sp.2 LABIATAE 76. Hyptis capitata Pupulut Bai* ACANTHACEAE 77. Nomaphila stricta NN 40* Akar Sakit perut Dipanaskan,tempel MALVACEAE 81. Sida rhombifolia Manggasang Aing Daun,batang Rambut rontok Direbus, keramas CONNARACEA 82. Cnestis platantha Akar Sambung Maut Akar Direndam, minum 83. Rourea mimosoides Akar Api-Api* Daun Daun Pasca melahirkan (Kalalah) Bengkak Sakit urat Umbi Bengkak Umbi Keseleo Dipanaskan, keprak Ditempelkan Dipanaskan, tempel Akar, batang Sakit kuning Direndam, minum NN 84.MENISPERMACEAE 85. Fibraurea tinctoria Akar Papaha Hayam Akar Arau Ditumbuk, oleskan Ditumbuk, oleskan 86. Pycnarrhena tumefacta Sangkuak Akar, batang Akar Malaria Malaria Direndam, minum Direndam, minum SCHIZAEACEAE 87. Ligodium circinnatum Litu* Akar Melangsingkan badan Direndam, minum NN 88. - Bambu Tantali* Akar Melangsingkan badan Direndam, minum LORANTHACEAE 89. Helixanthera cylindrical Kayu Singgah Daun KB Alami Dihaluskan, ditelan EUPHORBIACEAE 91. Cratoxylum tignum Kamandrah Akar Sakit gigi LAMIACEAE 92. Ocimum sp. Dikerik,dimasukkan Lubang gigi, kumur2 Kambang Ruku Daun Daun Sakit gigi Kulit gatal Diremas, tempelkan Digosokkan ke kulit THELYPTERIDACEAE 93. Pronephrium rubicundum Singgagai SELAGINELLACEAE 94. Selaginella plana Akar&Daun Akar&Daun Sakit perut Masuk angina Digosok, oleskan Digosok, oleskan Riu-Riu* Daun Meriang Direbus, mandikan CYATHEACEAE 95. Cyathea recommutata Paku Habu Lendir pucuk Sengatan lebah Dioleskan LILIACEAE 96. Cordiline petiolaris Halinjuang Pucuk Masuk angin Diremas,dibalurkan GLEICHENIACEEA 97. Dicranopteris curranii Alang Am Akar Panas Direndam, minum Gagasang Minjangan* Akar Pasca melahirkan Direndam, minum Sahang-Sahang Mata Pilanduk Daun Pucuk daun Masuk angina Step/Kejang Digosok,oleskan Diremas, peras ke Bagian ubun-ubun Kulit batang Gatal, terkena ulat Dihaluskan,oleskan ANCISTROCLADACEAE 98. Ancistrocladus tectorius VERBENACEAE 99. Lantara camara 100. Clerodendrum sp. RHAMNACEAE 100. Alphitonia excelsa Kalindayau/Balik Angin SAPINDACEAE 101. Lepisanthes amoena Pasak Bumi Akar Afrodisiak Direndam, minum PALMAE 102. Ceratolobus sp. Pikak/Siit Umbut Umbut Pasca melahirkan Mencret Direbus, makan Direbus, makan GRAMINEAE 104. Bambusa vulgaris Buluh Kuning* Akar Sakit kuning Direndam, minum MYRTACEAE 105. Tristaniopsis sp Palawan Air batang Panas Kulit batang kering Bekas luka Batang ditebang, Minum airnya Dibakar,haluskan Oleskan MYRISTICACEAE 107. Myristica maxima Badarah Pinang Kulit batang Sakit gigi Direbus,kumur-kumur NN 108. - Kayu Tutulak Batang Bisul Dikikis, oleskan NN 109. - Pilungsur Sawa Daun Melancarkan persalinan Digosok, oleskan ZINGIBERACEAE 110. Zingiber purpureum Banglai Umbi Bengkak Dikerik, ditempelkan