NASKAH PUBLIKASI RIANA RATNASARI FORMULASI SEDIAAN LARUTAN ORAL EKSTRAK IKAN GABUS (Channa striata Bloch.) SEBAGAI SUMBER ALBUMIN ALAMI (Pengaruh Kadar Zat Pengental CMC Na Terhadap Karakteristik Fisik dan Aseptabilitas Larutan) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012 2 FORMULASI SEDIAAN LARUTAN ORAL EKSTRAK IKAN GABUS (Channa striata Bloch.) SEBAGAI SUMBER ALBUMIN ALAMI (Pengaruh Kadar Zat Pengental CMC Na Terhadap Karakteristik Fisik dan Aseptabilitas Larutan) Riana Ratnasari Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, Program Studi Farmasi Fakultas Abstract Background : Many researcher studies has being done to search a new source of natural albumin as the result of the highly price of human serum albumin injection for the treatment of hypoalbuminemia. One of the natural albumin source is from Channa striata Bloch. fish. This fresh water fish contains high protein concentration which up to 2,25% by weight in its fresh flesh and have albumin concentration up to 6,244 g/100 g. Objectives : To determine the effect of CMC Na concentration (0,1%, 0,5%, 1,0%) in Channa striata Bloch. oral solution preparation as a thickening agent to its physical characteristics, aseptability and albumin concentrations. Methode : This study was an experimental research and the data was collected after preparing formula I, II, III and a control formula. Evaluation included organoleptics examination, pH, density, viscocity, aseptabillity and the determined of albumin concentrations in preparation. Results and conclusions : Based on the physical characteristics (pH, density, viscositiy), acceptability percentages and the albumin profile of catfish extract preparations, there is an effect of the used CMC Na concentrations to the catfish extract oral solution preparations. Albumin concentrations in preparation was 0,2329 g/dL in formula I, 0,2019 g/dL in formula I and 0,4607 g/dL in control formula. Key words: catfish, albumin, CMC Na PENDAHULUAN Ikan gabus (Channa striata Bloch.) merupakan salah satu ikan air tawar yang mempunyai prospek baik untuk dikembangkan. Salah satu alasan pengembangannya adalah ikan gabus diketahui mengandung senyawa-senyawa penting yang berguna bagi tubuh, antara lain protein dan beberapa mineral. Kandungan protein dalam ikan segar dapat mencapai 25,2% dan albumin sebesar 6,244 g/100 g daging ikan gabus. Penggunaan ikan gabus dalam pengobatan tradisional adalah dengan cara mengkonsumsi langsung ikan ini atau yang paling umum adalah mengukus atau merebus daging ikan gabus kemudian air hasil pengukusan atau perebusan tersebut diminum atau langsung disiramkan pada luka (Sediaoetama, 1985; Mat Jais, 1994; Kordi, 2010). Suplemen tepung ikan yang bernama lain Kutuk ini telah diteliti dapat meningkatkan kadar albumin pada penderita sindrom nefrotik pada pemberian dalam jangka waktu 21 hari (Kusumawardhani, 2004). Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian menu ekstrak ikan gabus pada penderita terindikasi hipoalbumin, secara nyata dapat meningkatkan kadar albumin serum sebelum dan sesudah perlakuan (Soemarko, 3 2002). Telah dikenal oleh masyarakat produk farmasi dari ikan gabus dalam bentuk krim topikal, kapsul, tablet dan ekstrak ikan gabus, namun sediaan tersebut dirasa belum sepenuhnya aseptable untuk pasien dengan kondisi tertentu, diantaranya kesulitan pasien untuk menelan sediaan tablet dan kapsul khususnya pada pasien anak-anak dan lanjut usia. Untuk itu dalam penelitian ini dibuat suatu sediaan yang lebih dapat diterima yaitu larutan oral dari ekstrak air ikan gabus sebagai sumber albumin alternatif. Larutan oral adalah campuran homogen dari satu atau lebih solut terlarut dalam suatu pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Larutan tersebut dapat mengandung satu atau lebih bahan obat yang terdispersi dalam bentuk ion atau molekular dan pada umumnya menggunakan air sebagai pelarut (Agoes, 2008). Dalam formulasi sediaan cair farmasi, diperlukan berbagai pertimbangan, yaitu konsentrasi dan kelarutan bahan obat, stabilitas fisikokimia, pemilihan pembawa cair, pengawetan dan pemilihan eksipien yang sesuai seperti dapar, pensolubilasi, pemanis, peningkat viskositas, pewarna dan perasa (Agoes, 2008). Albumin merupakan suatu protein yang rentan mengalami degradasi kimia dan denaturasi karena perubahan pH yang ekstrim, suhu, adanya konsentrasi garam yang tinggi, enzim, pelarut organik dan bahan kimia lain (Rowe dkk, 2009). Penambahan CMC dalam sediaan larutan dapat mempertahankan protein dalam keadaan terlarut pada pH elektrostatiknya (Ledward, 1979). Titik isoelektrik dari albumin berkisar pada pH 4,8 (Peters, 1985). TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui pengaruh penambahan CMC Na pada sediaan formulasi sediaan larutan oral ekstrak ikan gabus sebagai sumber albumin alami terhadap karakteristik fisik dan aseptabilitas serta profil kadar albumin dalam sediaan yang dihasilkan. METODE PENELITIAN Terdapat 3 formula yang akan diuji karakteristik fisik dan aseptabilitas sediaan larutan serta profil kadar albumin yang terkandung dalam masing-masing sediaan. Uji karakteristik sediaan larutan oral ekstrak ikan gabus dilakukan setelah larutan yang baru dibuat didiamkan tidak terganggu selama 24 jam, hal ini dimaksudkan agar viskositas yang terbentuk sudah stabil. Formula 1 (F1) mengandung CMC Na dengan kadar 0,1%, formula II (F2) mengandung CMC Na 0,5% dan formula III (F3) dibuat dengan CMC Na sebanyak 1,0%. 1. Alat dan Bahan a. Alat pH meter Basic 20+(Crison), neraca analitik digital (Metler toledo), peralatan uji viskositas (Rion), piknometer, Spektrofotometer Visible, cawan petri, mortir, stamper dan alat-alat gelas. b. Bahan Bahan penelitian yang digunakan yaitu sari ikan gabus (Instalasi Gizi RSSA Malang), CMC Na, sukrosa, aspartam, nipagin Na, buffer fosfat dan aquadest. Reagen kimia berupa reagen bromcresol green dan bovine serum albumin. 4 2. Formula Bahan Fungsi % 66,67 0,1 20 0,712 g 100 0,15 15 1,068 Formula F2 g % 66,67 100 0,5 0,75 20 15 0,712 1,068 0,320 0,480 0,320 0,480 0,320 0,480 0,1 0,05 0,01 ad 100 0,15 0,08 0,02 ad 150 0,1 0,05 0,01 ad 100 0,15 0,08 0,02 ad 150 0,1 0,05 0,01 ad 100 0,15 0,08 0,02 ad 150 F1 Ekstrak ikan gabus CMC Na Sukrosa Na2HPO4.2H2O NaH2PO4.2H2O Nipagin Na Perasa jeruk Pewarna orange Aquades 3. 4. Bahan aktif Zat pengental Pemanis Buffering agent Buffering agent Pengawet Perasa Pewarna Solvent F3 % 66,67 1 20 0,712 g 100 1,5 15 1,068 Pembuatan Sediaan Larutan Nipagin Na dilarutkan ke dalam air panas ad larut setelah itu ditambahkan Na2HPO4.2H2O dan NaH2PO4.2H2O kemudian diaduk sampai larut sempurna. Larutan ini digunakan untuk mengembangkan CMC Na dengan cara menaburkan CMC Na di atas larutan tersebut dan biarkan semalam. Ekstrak ikan gabus yang telah dicairkan ditambahkan sukrosa sampai sukrosa larut sempurna, setelah itu ditambahkan ke dalam CMC Na yang telah mengembang sambil diaduk ad homogen. Larutan yang terbentuk kemudian ditetesi dengan perasa jeruk dan pewarna orange, tambahkan aquadest ad volume yang diinginkan. Uji Kualitatif Albumin Dalam Sediaan 1) Larutan kerja pereaksi BCG 100 mg bromcresol-green dilarutkan dengan 3 mL asam laktat dan 150 mL NaOH 0,1 N beserta 2 mL Tween 20 kemudian dilarutkan dalam aquadest sampai volume 1000 mL, adjust pH 4,0 dengan penambahan NaOH 0,1 N. Simpan pada suhu 4-8 0C. 2) Penetapan Kurva Baku Albumin (Benjamen, 2007) 100 mg bovine standard albumine (BSA) dilarutkan dalam 100,0 mL buffer sitrat-pospat pH 6,5 (1000 ppm), kemudian diencerkan sampai diperoleh larutan dengan konsentrasi 50; 100; 200; 300; 400 ppm. Kemudian masingmasing larutan baku sebanyak 2,0 mL ditambahkan ad 10,0 mL larutan reagen BCG, kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar. Sebelum dilakukan pengukuran absorbansi pada baku kerja, ditetapkan terlebih dahulu panjang gelombang maksimumnya (cahaya visible: 380-780 nm). 3) Larutan Sampel Sediaan larutan ekstrak ikan gabus diukur sebanyak 5 mL kemudian disentrifuse. Diambil filtrate jernih yang terbentuk (albumin merupakan protein yang larut dalam air netral). Dipipet sebanyak 2,0 mL, ditambahkan larutan reagen BCG ad 10,0 mL. 5 5. Analisa Data Analisa data hasil uji karakteristik fisik dan aseptabilitas dilakukan dengan menggunakan uji One-way Anova. Dari data yang didapatkan dilakukan analisa statistik dengan derajat kepercayaan α = 0,05. Untuk mengetahui perbedaan bermakna antara formulasi F1, F2, F3 dan kontrol dapat dilihat dari perolehan harga F hitung dan F tabel. Apabila hasil yang diperoleh F hitung > F tabel menunjukkan adanya perbedaan bermakna, dilanjutkan dengan uji HSD (Honestly Significant Difference) untuk mengetahui data mana yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pemeriksaaan Organoleptis Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis sediaan yang dilakukan secara pemeriksaan fisik, diperoleh keempat larutan mempunyai rasa manis, berwarna orange dan berbau jeruk. Hal ini sesuai dengan syarat sediaan yang direncanakan peneliti. 2. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Fisik a. Pemeriksaan pH sediaan Gambar 1 Distribusi harga rerata pH sediaan larutan oral ekstrak ikan gabus (Channa striata Bloch.) Pemeriksaan pH sediaan larutan dilakukan pada tiap-tiap formula menunjukkan rerata ± SD pH formula I (6,60 ± 0,01), formula II (6,66 ± 0,01), formula III (6,73 ± 0,02) dan formula kontrol (6,71 ± 0,01). Berdasarkan data di atas, dapat dilihat penambahan kadar CMC Na tidak mempengaruhi pH sediaan, hal ini dipengaruhi oleh penambahan buffer phosphate pada sediaan yang dapat mempertahankan harga pH 7,00 ± 0,5 pada penambahan sedikit asam maupun basa. b. Pemeriksaan viskositas sediaan 6 Gambar 2 Distribusi harga rerata viskositas sediaan larutan oral ekstrak ikan gabus (Channa striata Bloch.) Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa peningkatan kadar CMC Na yang ditambahkan dapat meningkatkan viskositas sediaan larutan oral ekstrak ikan gabus (Channa striata Bloch.) yang dihasilkan. Di dalam air, CMC Na akan terdispersi kemudian hablur CMC Na yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak akan terperangkap sehingga membentuk suatu keadaan larutan yang mantap dan terjadi peningkatan viskositas (Fennema dkk, 1996). c. Pemeriksaan bobot jenis sediaan Gambar 3 Distribusi harga bobot jenis larutan pada sediaan larutan oral ekstrak ikan gabus (Channa striata Bloch.) Penambahan CMC Na pada larutan dengan konsentrasi 0,1-0,5% tidak menyebabkan kenaikan bobot jenis larutan pada sediaan larutan ekstrak oral ikan gabus yang dihasilkan. 3. Hasil Pemeriksaan Aseptabilitas 7 120 Persentase (%) 100 80 Bau 60 Rasa 40 Warna Kemudahan dituang 20 0 Kontrol I II III Formula Gambar 4 Grafik hasil pengujian aseptabilitas sediaan larutan oral ekstrak ikan gabus (Channa striata Bloch.) Berdasarkan uji aseptabilitas, formula yang mempunyai skor terbanyak pada kesan penerimaan bau sediaan diperoleh formula I. Menurut responden, sediaan larutan pada formula I tidak memberikan bau amis dibandingkan keempat formula. Keempat formula mendapatkan skor tinggi dalam kesan menarik dari warna sediaan. Hal ini disebabkan oleh proporsi yang sama pada penambahan pewarna orange kedalam setiap formula. Dalam hal kriteria rasa, formula yang mempunyai skor terbanyak pada kesan enak didapat pada formula kontrol. Hal ini mungkin disebabkan CMC Na yang memberikan konsistensi rasa kental yang kurang disukai oleh responden. Sedangkan pada parameter kemudahan dituang, skor terbanyak diperoleh pada formula I dan III.Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar CMC Na sampai 1% masih dapat memberikan kesan kemudahan dituang pada sediaan larutan. 4. Hasil Pemeriksaan Kadar Albumin Tabel 1 Hasil pemeriksaan kadar albumin pada sediaan larutan ekstrak ikan gabus (Channa striata Bloch.) Formula Kadar Albumin (g/dL) Rerata ± SD 1 2 3 0,4231 0,4852 0,4736 0,4607 ± 0,0330a Kontrol 0,2601 0,2368 0,2019 0,2329 ± 0,0293b I 0,2057 0,2252 0,1747 0,2019 ± 0,0255b II 8 Gambar 5 Rerata hasil pemeriksaan kadar albumin pada sediaan ekstrak oral ikan gabus (Channa striata Bloch.) Hasil dari uji HSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara formula I dan formula kontrol dan antara formula II dan formula kontrol, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara formula I dan II. Hal ini disebabkan oleh banyaknya protein albumin yang membentuk kompleks dengan CMC Na sehingga kadar albumin pada filtrat berkurang. KESIMPULAN a. Penambahan CMC Na pada larutan oral ekstrak ikan gabus berpengaruh pada karakteristik fisik, aseptabilitas dan profil kadar albumin dalam sediaan larutan. Pada uji aseptabilitas didapatkan formula I merupakan formula yang lebih disukai dibandingkan formula II, III dan formula kontrol sedangkan pada uji penetapan kadar albumin formula kontrol mempunyai kadar albumin yang lebih besar. b. Kandungan albumin pada formula larutan oral ekstrak ikan gabus (Channa striata Bloch.) dengan kadar CMC Na 0,1% sebesar 0,2329 g/dL, formula dengan kadar CMC Na 0,5% sebesar 0,2019 g/dL dan formula tanpa CMC Na sebesar 0,4607 g/dL. 9 UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas ridha dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Larutan Oral Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata Bloch.) sebagai Sumber Albumin Alami (Pengaruh Kadar Zat Pengental CMC Na Terhadap Karakteristik Fisik dan Aseptabilitas Larutan)”. Pada proses pembuatan skripsi ini, banyak sekali bantuan, dorongan, dan bimbingan yang sangat berharga, yang diberikan kepada Penulis, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran selama proses pengerjaan tugas akhir ini. 2. Dra. Uswatun Chasanah., M.Kes.,Apt selaku Dosen Pembimbing I dan Dian Ermawati, S.Farm.,Apt selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan memberikan kemudahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Engrid Juni A., S.Farm., Apt dan Arina Swastika M., S.Farm., Apt sebagai Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Malang, 25 November 2012 Penyusun Riana Ratnasari 10 DAFTAR PUSTAKA Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: ITB, hal 69, 84-86. Fennema, O.R., M. Karen, D. B. Lund., 1996. Principle of Food Science. The AVI Publishing, Connecticut. Kordi, M. Ghufran H, 2010. A to Z Budi Daya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik dan Obat-obatan. Yogyakarta : Lily Publisher, hal 89-90. Kusumawardhani, Trully, 2004. Pemberian Diet Formula Tepung Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) pada Penderita Sindrom Nefrotik. Semarang: Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak I Universitas Dipenogoro. Ledward, D.A., 1979. Protein-polyscharides interactions. In: Blanchard,J.M.V.,Mitchell,J.R.(Eds.). Polysaccharides in Foods. London: pp 205217. Mat Jais, A.M., McCulloch, R., and Croft K., 1994. Fatty Acid and amino acid composition in Haruan as a Potential Role in Wound Healing. Gen. Pharmac, 25: 947-50. Peters T. 1985. Serum albumin. Adv ProteinChem.Vol 37 :pg. 161-236. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Weller, P.J., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed., American Pharmacists Association, Washington DC. Sediaoetama, A.D., 1985. Ilmu Gizi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. Soemarko, 2002. Pemberian Nutrisi Enteral Kaya Albumin pada Penderita Fisula Enterokutan. Majalah Kedokteran Universitas Brawijaya. Vol. 18 No. 2, hal 3235.