Albumin Ikan Gabus untuk Kesehatan Dikirim oleh prasetya1 pada 27 Mei 2008 | Komentar : 0 | Dilihat : 17554 Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS Albumin merupakan salah satu protein plasma darah yang disintesa di hati. Ia sangat berperan penting menjaga tekanan osmotik plasma, mengangkut molekul-molekul kecil melewati plasma maupun cairan ekstrasel serta mengikat obat-obatan. Demikian di antara peran penting albumin yang disampaikan oleh Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS dalam seminar nasional bertajuk ?Pemanfaatan Albumin Ikan Gabus dalam Dunia Kesehatan?. Acara ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan (Himatrik), Selasa (27/5), di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya. Dalam presentasinya, Prof Eddy menyampaikan ?Tinjauan Aspek Biokimia Albumin Ikan Gabus sebagai Sumber Pangan Kesehatan?. Menurut gurubesar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB ini, albumin dapat juga digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit terutama yang disebabkan berkurangnya jumlah protein darah, seperti luka bakar, patah tulang, pascaoperasi dan infeksi paru-paru. Albumin yang berperan sedemikian besar, sampai saat ini merupakan komoditas impor dalam bentuk human serum albumin (HSA) yang harganya sangat mahal. Albumin Ikan Gabus Mahalnya albumin, meningkatkan kreativitas beberapa peneliti hingga praktisi untuk memperlebar perolehan albumin, di antaranya dari ikan gabus, yang biasa disebut ikan kutuk dalam bahasa Jawa dan ikan haruan di Kalimantan. Dari hasil kajiannya, para peneliti perikanan dan ilmu kelautan berhasil menemukan data dan fakta, albumin ikan gabus memiliki kualitas jauh lebih baik dari albumin telur yang biasa digunakan dalam penyembuhan pasien pascabedah. Ikan gabus sendiri, mengandung 6,2% albumin dan 0,001741% Zn dengan asam amino esensial yaitu treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin, histidin, dan arginin, serta asam amino nonesensial seperti asam aspartat, serin, asam glutamat, glisin, alanin, sistein, tiroksin, hidroksilisin, amonia, hidroksiprolin dan prolin. Terkait kandungan albumin di ikan gabus, diperoleh data bahwa kandungan albumin ikan gabus air payau lebih tinggi 4,76% dibanding albumin ikan gabus air danau yaitu 0,8%. Selain itu, ikan gabus jantan diketahui memiliki kadar albumin yang lebih rendah sekitar 6,7% dibanding ikan gabus betina yang mencapai 8.2%. Dijelaskan Prof Eddy, untuk memperoleh crude albumin, dapat dilakukan dengan pengukusan ataupun ekstraktor vakum untuk memperoleh rendemen dan kualitas yang lebih baik. Selain untuk kesehatan, albumin ikan gabus dapat juga digunakan untuk fortifikasi sebagai produk pangan kesehatan seperti ice cream, puding, bubur, fish nugget, bakso dan permen jelly. Albumin untuk Kesehatan Pemanfaatan albumin untuk kesehatan dan KEP-Gizi buruk lebih rinci dijelaskan oleh Dr dr Sri Adiningsih MS MCN yang juga akademisi dari Departemen Nutrisi, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Dijelaskan bahwa, albumin merupakan protein penting yang terdapat dalam plasma darah yang produksinya hanya dilakukan di hati dan dikeluarkan langsung ke dalam sirkulasi darah. Konsentrasi albumin yang rendah dalam tubuh dapat disebabkan karena beberapa hal di antaranya malnutrisi, penyakit hati kronis (sirosis), malabsorbsi, luka bakar hebat, saat menjalani operasi, dll. Efek plasma albumin yang rendah, menurutnya akan berhubungan dengan fungsi mempertahankan sel dalam sirkulasi darah dan jika kondisinya ekstrem akan berpengaruh pada fungsi pengantaran zat gizi kedalam jaringan dengan membentuk odema lokal, low serum kalsium walaupun tidak terdapat tanda adanya gangguan metabolisme kalsium. Wirausaha Sari Ikan Kutuk Produksi sari ikan kutuk skala rumah tangga dipaparkan langsung oleh Endang Uriati Arief, pemilik bisnis Sari Ikan Kutuk ?Alkuten?. Secara rinci, Endang, yang memiliki latar belakang sebagai paramedis ini memaparkan pengalamannya dalam menjalankan bisnisnya mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pemasaran hingga penanganan limbahnya. Disebutkan, dalam penanganan bisnis tersebut, Endang menggunakan teknologi sederhana melalui pengukusan untuk memperoleh ekstrak albumin. Guna menghilangkan bau amis yang mendominasi ikan kutuk, ibu 62 tahun ini memanfaatkan aroma tradisional di antaranya kunyit, pandanwangi dan jahe. Untuk menjaga kualitas produksinya, Endang mengaku selalu meminta para pemasoknya untuk mendapatkan ikan kutuk liar dari langsung dari sungai atau payau yang masih liar dengan pakan alami. Pemanfaatan ikan kutuk ini dijelaskannya tidak menghasilkan limbah karena semuanya bermanfaat, termasuk kepala dan tulangnya yang digunakan sebagai pakan ikan lele. Produk Sari Ikan Kutuk Alkuten buatan Endang ini telah tersedia di apotek, rumah bersalin, dan klinik gizi. Bagi yang membutuhkan dapat langsung menghubungi Bu Endang pada nomor telepon (0341) 805305 atau Mbak Intan pada nomor (0341) 717725. Testimoni Dahlan Iskan Turut hadir dalam acara tersebut, Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos Groups yang memberikan testimoni penyakit yang dideritanya. Dalam paparannya, ia mengaku diancam kematian melalui tiga perkara yaitu muntah darah, limpa rusak, dan kanker hati. Albumin, menurut Dahlan yang datang ke Universitas Brawijaya menggunakan helikopter pribadinya, merupakan salah satu obat yang berjasa ?menunda kematian? baginya. ?Saya tahu albumin tidak akan menyembuhkan saya, saya hanya membutuhkannya untuk menolong saya sembari menunggu donor hati?, kata dia. Kala itu, ia mengaku mendapatkan informasi dari internet tentang albumin, ikan gabus dan pakar yang mendalaminya, Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS. Ikan gabus tersebut, menurutnya biasa menjadi santapan kesehariannya ketika masih tinggal di Kalimantan dengan harga yang sangat murah. ?Menu sarapan keseharian saya di Kalimantan adalah nasi kuning yang ditemani ikan haruan?, kata dia. Ketika ia tahu bahwa ikan gabus mengandung Albumin yang dapat membantu sirkulasi darahnya, istrinya yang bertugas setiap hari mencarikan ikan tersebut sehingga tahu betul karakteristik fisik ikan gabus. Ketika dirawat di China, Dahlan mengaku kesulitan mendapatkan jenis ikan tersebut. ?Ketika seorang sahabat di Cina memberikan dua ember ikan, istrinya yang memang sudah tahu betul karakteristik fisik ikan gabus langsung menolak. ?Ini bukan ikan gabus. Kalau di Kalimantan ini disebut ikan tomang?, ujarnya sambil menirukan perkataan istrinya. Berpengalaman menghadapi hepatitis B, ia teringat seniornya, Nurcholish Madjid, yang meninggal karena penyakit yang sama. ?Orang yang meninggal dengan mengidap hepatitis B biasanya warna mukanya menghitam. Saya sangat tidak terima jika sebagian orang menghakimi kematian seseorang dengan muka menghitam karena hepatitis B merupakan indikasi azab dari Yang Maha Kuasa?, ujarnya. ?Kita tidak bisa menghakimi jika tidak mengerti riwayatnya. Mao Tse Tung itu meninggal dengan raut muka putih bersih walaupun ia pemimpin partai komunis?, ujarnya. Pameran Produk Perikanan Serangkaian dengan acara Fisheries Technology Fair 2008, pada saat yang sama juga diselenggarakan Pameran Produk Perikanan di lantai dasar gedung Widyaloka. Dalam acara tersebut, beberapa produk perikanan diperjualbelikan, di antaranya rambak ikan, bakso ikan, manisan dan minuman rumput laut, sari ikan kutuk ?Alkuten?, dll. Salah seorang peserta, Karnadi, yang telah lebih dari 10 tahun menggeluti bisnis pengolahan hasil perikanan juga turut ambil bagian dalam kesempatan tersebut. Produk berbasis ikan tuna dipasarkan dengan merk ?Mina Sari?. Di antara produk yang diminati para pembeli adalah abon ikan tuna, ikan tuna bakar, bakso dan nugget ikan tuna, dendeng dan sambal goreng ikan tuna. [nok] Artikel terkait Dies Natalis 54 FPIK UB, Awal Menuju Reputasi Internasional FPIK UB Berangkatkan 152 Peserta KKN 2015 Tiga Mahasiswa FPIK Gagas Nusantara Park Undewater di Pulau Sebatik Mahasiswa FPIK Tularkan The Warior Of Sea Pada Siswa SMP James: Sponge Sangat Penting Dalam Ekosistem Laut