BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Sebagai Interaksi Simbolik Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti ― sama‖, communico, communication atau communi care yang berarti ― membuat sama‖ (to make common), istilah communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.1 Komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.2 Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.3 Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini dikembangkan menjadi, komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian dan mendalam.4 1 Deddy Mulyana, dalam buku ‘Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2011:46. Richard West, Lynn H Turner. Pengantar Teori Komunikasi edisi Ketiga, Jakarta2008:5. 3 LukiatiKomala,IlmuKomunikasiPerspektif,ProsesDanKonteks,Bandung,2009,Hal73 4 Ibid, Hal 73 2 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Menurut teoretisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang di timbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap prilaku pihak – pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Penganut interaksionisme simbol berpandangan, prilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia di sekeliling mereka, jadi tidak mengakui bahwa prilaku itu di pelajari atau di tentukan, sebagaimana dianut teori behavioristik atau teori struktural. Alih-alih, prilaku dipilih sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan cara individu mendefinisikan situasi yang ada.5 Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia darisudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orag lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya atau tuntutan peran. Manusia bertindak hanyalah berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling mereka. 5 Deddy Mulyana, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketujuh, Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm 71 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Tidak mengherankan bila frase-frase ― definisi situasi‖ , ― realitas terletak pada mata yang melihat‖ dan ― bila manusia mendefinisikan situasi sebagai riil, situasi tersebut riil dalam konsekuensinya‖ sering dihubungkan dengan interaksionisme simbolik. 2.2. Interaksionisme Simbolik Para ilmuan pragmatis percaya bahwa realitas bersifat dinamis. Keyakinan ontologis yang berbeda dibandingkan ilmu terkemuka lainnya. Mereka mencetuskan pemikiran mengenai munculnya sturktur sosial dan mereka bersikeras bahwa makna diciptakan dalam suatu interaksi6. Awal perkembangan interaksi simbolik di bedakan menjadi dua aliran yaitu aliran / mahzab Chicago yang di pelopori oleh Herbert Blumer. Blumer meyakini bahwa studi manusia tidak dapat di selenggarakan di dalam cara yang sama dari ketika tentang benda mati. Tradisi Chicago melihat orang-orang yang kreatif inovatif dalam situasi yang tidak bisa di ramalkan. Masyarakat dan diri di pandang sebagai proses yang bukan struktur untuk membekukan proses adalah untuk menghilangkan inti sari hubungan sosial. Tradisi / mahzab yang kedua, aliran / mahzab lowa mengambil lebih dari satu pendekatan ilmiah. Manford Kuhn dan Carl Dipan, para pemimpinnya percaya konsep interaksionis itu dapat diterapkan. Kuhn berargumentasi bahwa metode sasaran jadilah lebih penuh keberhasilan di bandingkan ― yang lembut‖ metode yang di pekerjakan oleh Blumer7. 6 7 Richard West dan Lynn H Turner. Pengantar teori Komumikasi. Salemba Humanika Jakarta 2008 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 a. Aliran Chicago George Herbert pada umumnya di pandang sebagai pemula dari pegerakan dan pekerjaannya yang pasti membentuk mazhab Chicago. Blumer merupakan pemikir terkemuka. Menemukan istilah interksionisme simbolik. Blumer mangacu pada label ini sebagai suatu sedikit banyaknya pembentukan kata baru liar yang di dalam suatu jalan tanpa persiapan. Ketiga konsep dalam teori blumer menangkap di dalam jabatan pekerjaan terbaik yang di kenalnya masyarakat diri dan pikiran. Diri mempunyai dua segi, masing-masing melayani satu fungsi penting. Menjadi bagian dari yang menuruti kata hati, tak tersusun, tak diarahkan, tak dapat di ramalkan. Menurut blume, objek terdiri dari tiga fisik (barang), sosial (orang-orang), abstrak (gagasan). Orang-orang menggambarkan objek dengan cara yang berbeda tergantung bagaimana mereka membiarkan ke arah tersebut. b. Aliran lowa Kuhn adalah pengembang dari teori simbolik sebelumnya. Kuhn memelihara dasar prinsip sebelumnya akan tetapi tidak mengambil langkah-langkah pada teori yang konservatif. Seperti yang digunakan oleh blumer. Indevidu ini memiliki empat kualitas. Pertama, Mereka adalah orang-orang untuk siapa indevidu secara emosional dan secara psikologis di lakukan. Kedua, Mereka menyediakan orang yang kosakata umum, pusat konsep dan kategori. Ketiga, Mereka menyediakan indevidu dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 perbedaan dasar antara orang lain dan diri pribadi. Keempat, Orang lain melakukan komunikasi wawancara yang terus menerus menopang konsep diri dari individu itu. Interaksi simbolik telah menyatukan studi bagaimana kelompok mengkoordinir tindakan mereka, bagaimana kenyataan di bangun , bagaimana diri di ciptakan, bagaimana struktur sosial besar mendapatkan dan di bentuk dan bagaimana publik dapat di pengaruhi. Jadi pada dasarnya, interaksi simbolik berakal dan berfokus pada hakekat manusia adalah makhluk rasional. Setiap manusia terlibat relasi dengan sesamanya. 2.3. Interaksionisme Simbolik Mead Menurut littlejohn, interaksi simbolik mengandung inti premis tentang komunikasi dan masyarakat (core of common primises about communication and society) (littlejhon, 1996:159). Interaksi simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan dinamis manusia. Kontras dengan pendekatan struktural yang memfokuskan diri pada indevidu dan cici-ciri kepribadiannya. Ataubagaimana struktur sosial membentuk perilaku tertentu indevidu8. Perspektif interaksi simbolik di bawah payung perspektif yang lebih besar,yaitu perspektif fenomenologis atau perspektif interpretatif. Maurice natanson (dalam mulyana. 2006:59). Mengakui bahwa George herbert mead di pengaruhi perspektif fenomenologis ini. 8 Deddy Mulyana dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya Bandung 2013 hal 93 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Teori interaksi simbolik ini tidak dapat d lepaskan dari pemikiran george herbert mead (1863-1931). Mead di lahirkan di hadley, satu kota kecil di massachusetts. Amerika serikat. Karir mead berawal saat ia menjadi seorang profesor di kampus Oberlin, Ohio, Amerika serikat. Kemudian Mead berpindah-pindah mengajar dari satu kampus ke kampus lain, sampai akhir nya ia di undang untuk pindah di universitas Michigan ke universitas Chicago oleh jhon Dewey, di Chicago inilah mead sebagai seseorang yang memiliki pemikiran yang orisinal dan membuat catatan konstribusi kepada ilmu sosial dengan meluncurkan ― the theoretical perspektif‖ yang pada perkembangannya menjadi cikal bakal ― Teori Interaksi Simbolik‖9. Istilah ‖interaksionisme simbolik‖ di cetuskan oleh herbert blumer pada tahun 1937. Namun . ide-ide dasar perspektif ini tampak mengerucut pada ide-ide herbert mead yang tidak lain adalah guru dari herbert blumer ketika ia belajar di universitas Chicago. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila sebagian kalangan sosiolog kemudian mencoba untuk melacak akar dari perspektif ini melalui pemikiran-pemikiran yang telah mempengaruhi karya-karya mead. ― Mind, self and society‖ merupakan karya george herbert mead yang terkenal (mead 1934 dalam west-turner, 2008: 96). Dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang di butuhkan untuk menyusun diskusi mengenai interaksi simbolik. Tiga tema konsep pemikiran george herbert mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: (1) pentingnya makna bagi perilaku manusia, (2) pentingnya konsep mengenai diri. (3) hubungan 9 Everet Rogers. A History Of Communication Study. The Free Press. Hal 166 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 antara indevidu mengenai masyarakat. Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya membentuk makna pada perilaku manusia, yang dalam interaksi simbolik tidak bisa di lepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya konstruksi melalui proses interaksi secara interpretatif oleh indevidu untuk menciptakan makna yang dapat di sepakati secara bersama.jelasnya,mereka tidak dapat berkomunikasi tanpa berbagi makna untuk menafsirkan kejadian-kejadian di sekitarnya jelasnya,mereka tidak dapat berkomunikasi tanpa berbagi makna dari simbol-simbol yang di gunakan dalam institusi-institusi tersebut (west & turner,2008:97-98). Dalam morrisan & wardhani, (2009:146), blumer mengajukan tiga premis: premis pertama, Bahwa human act taward people or things on the basis of the meanings they assign to those people or things. Maksud nya manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya di landasi atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut. Premis kedua blumer adalah meaning arises out of the social interaction that people have with each other. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang di pertukarkan di antara mereka. Mereka bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau objek secara alamiah. Makna ini bisa muncul `dari sananya `. makna berasal dari hasil proses negoisasi melalui penggunaan bahasa (language) dalam perspektif interaksionisme simbolik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Di sini blumer menegaskan tentang pentingnya penamaan dalam proses pemaknaan. Sementara itu mead juga meyakini bahwa penamaan simbolik ini adalah dasar bagi msyarakat manusiawi (human society). Premis ketiga blumer adalah an indeviduals interpretation of symbols is modified by his or her own thought proces. Interaksionisme simbolik menggambarkan proses berfikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berfikir ini sendiri bersifat refleksif. Kita perlu untuk dapat berkomunikasi secara simbolik. Bahasa pada dasarnya ibarat software yang dapat menggerakkan pikiran kita. Menurut mead hanya apabila kita memiliki simbol-simbol yang bermakna, kita berkomunikasi dalam arti yang sesungguhnya. Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang di ucapkan dan di dengar, tetapi juga proses non verbal. Proses non verbal meliputi seperti isyarat, pakaian, artefak, diam, temporalitas, dan ciri paralinguistik. Bagi mead tidak boleh di remehkan dalam komunikasi manusia. Melalui interaksi atau komunikasi orang-orang dapat bertukar makna, nilai dan pengalaman dengan menggunakan simbol dan tanda. Mead membedakan simbol signifikan (significant symbols) yang merupakan bagian dari dunia makna manusia dengan tanda alamiah (naturah signs) yang merupakan bagian dari dunia fisik. Yang pertama di gunakan secara spontan dan tidak di sengaja dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 merespon stimuli10. Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi simbol-simbol. Kemampuan itu di perlukan untuk komunikasi antar pribadi dan pikiran subjektif. Manusia di anggap sebagai aktor yang sadar dan reflektif yang menyatukan objek-objek di ketahui melalui self indication. Self indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana indevidu mengetahui sesuatu, menilainya, memberi makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu11. Perspektif interaksi simbolik berada di bawah payung perspektif yang lebih besar. Yaitu persektif fenomenologis atau perspektif interpretatif. Maurice Natanson (dalam Mulyana, 2006: 59) mengakui bahwa george Herbert mead di pengaruhi representasi fenomenologis ini.Teori interaksi simbolik tidak bisa di lepaskan dari pemikiran george herbert mead (1863-1931). Mead di lahirkan di hadley. Satu kota kecil di massachusetts, amerika serikat , karier mead berawal daat ia menjadi seseorang profesor di kampus Oberlin, Ohio, Amerika serikat.kemudian mead berpindah-pindah mengajar dari satu kampus ke kampus lain, sampai akhirnya ia di undang untuk pindah dari universitas michigan ke universitas chicago oleh jhon dewey. Di chicago ini lah mead sebagai seseorang yang memiliki pemikiran yang orisinal dan membuat catatan kontribusi kepada ilmu sosial dengan meluncurkan ― the theoretical perspektif‖ yang pada 10 11 Deddy Mulyana. Metodologi Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. 2006 : hal 80 Basrowi Sukidin. Metode Penelitian Kualitatif Perspektf Mikro. Insan Cendekia. 2002 hal 122 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 perkembangan menjadi cikal bakal ―te ori interaksi simbolik‖12. Istilah ― interaksionisme simbolik‖ di cetuskan oleh herbert blumer pada tahun 1937. Namun, ide-ide dasar perspektif ini tampak mengerucut pada ide-ide herbert mead yang tidak lain adalah guru dari herbert blumer ketika ia belajar di universitas chicago. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila sebagian kalangan sosiologi kemudian mencoba untuk melacak akar dari perspektif ini melalui pemikiran-pemikiran yang telah mempengaruhi karya-karya mead13. ― Mind Self and Society‖ merupakan karya george herbert mead yang terkenal (Mead 1934dalam West-Turner, 2008: 96). Dalam buku tersebut memfokuskan tentang tiga tema konsep dan asumsiyang di butuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik. Tiga tema konsep pemikiran george herbert mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: (1) pentingnya makna bagi perilaku manusia, (2) pentingnya konsep mengenai diri. (3) hubungan antara indevidu dan masyarakat. Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya bentuk makna bagi perilaku manusia, yang dalam teori interaksi simbolik tidak bisa di lepaskan dari proses komunikasi karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konsruksi secara interpretatif oleh indevidu melalui proses interaksi untuk menciptakan makna yang dapat di sepakati secara bersama. Jelasnya, mereka tidak dapat berkomunikasi tanpa berbagi makna dari simbol-simbol yang di gunakan dalam yang di gunakan dalam . institusi-institusi tersebut (West & Turner, 2008:97-98). 12 13 Everett Rogers.A History of Communication Study. New york:The Free press. Hal.166 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Dalam Morrisan & Wardhani, (2009:146), blumer mengajukan tiga premis: premis pertama, bahwa human act toward peope or things on the basis of the meanings they assign to those people or things. Maksudnya manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya di landasi atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut. Premis kedua blumer adalah meaning arises out of the social interaction that people have with each other. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang di pertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul ― dari sananya‖ makna berasal dari hasil proses negoisasi melalui penggunaan bahasa (language) dalam perspektif interaksionisme simbolik.Di sini blumer menegaskan tentang pentingnya penanaman dalam proses pemaknaan. Sementara itu mead juga meyakini bahwa penanaman simbolik ini adalah dasar bagi masyarakat manusiawi (human society). Premis ketiga blumer adalah an indeviduals interpretation of syimbols is modified by his or her own thought process. Interaksionisme simbolik menggambarkan proses berfikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berfikir ini sendiri bersifat refleksif. Kita perlu untuk dapat berkomunikasi secara simbolik. Bahasa pada dasarnya ibarat software yang dapat menggerakan pikiran kita.Menurut mead, hanya apabila kita memiliki simbol-simbol yang bermakna, kita berkomunikasi dalam arti yang sesungguhnya. Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang di ucapkan dan di dengar, tetapi juga proses non verbal,. Proses non verbal meliputi seperti isyarat, pakaian, artefak, diam, temporalitas, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 dan ciri paralinguistik, bagi mead tidak boleh diremehkan dalam komunikasi manusia. Melalui interaksi atau komunikasi orang-orang dapat bertukar makna, nilai dan pengalaman dengan menggunakan simbol dan tanda. Mead membedakan simbol signifikan (significant symbols) yang merupakan bagian dari dunia makna manusia dengan tanda alamiah (Natural Signs) yang merupakan bagian dari dunia fisik. Yang pertama di gunakan secara spontan dan tidak di sengaja dalam merespon stimuli14. Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan manipulasi simbol-simbol. Kemampuan di perlukan untuk komunikasi antar pribadi dan pikiran subjektif. Manusia di anggap sebagai aktor yang sadar dan reflektif yang menyatukan objek-objek yang di ketahuinya melalui self indication,self indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana indevidu mengetahui sesuatu, menilainya, memberi makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu15. Menurut blumer (1969:537-538) dengan melakukan interaksi simbolik seseorang mencoba menginterpretasikan makna tindakan orang lain,membuat definisi situasi, kemudian bertindak atas dasar makna atau definisi situasi tersebut.melalui interaksi simbolik, indevidu juga memberikan indikasi atau sinyal tentang tindakan apa yang di harapkan dari mitra interaksinya. Selain simbol dan tindakan mead juga percaya bahwa manusia harus 14 15 Deddy Mulyana.Metodologi Kualitatif.PT.Remaja Rosdakarya.2006: Hal.80 Basrowi sukidin.Metode Penelitian Kualitatif Persepektif Mikro,Insan Cendekia,2002:Hal.122 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan orang lain dan ini mampu membuat kita menciptakan setting interior bagi masyarakat yang kita lihat beroprasi di luar diri kita. Mead menyatakan bahwa keduanya mempunyai hubungan timbal balik.pikiran melibatkan proses berfikir yang mengarah pada penyelesaian masalah.dunia nyata penuh dengan masalah dan memungkinkan orang beroperasi lebih efektif dalam kehidupan. Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri yang ia namakan ― I‖ dan ― Me‖. Mead menyatakan, ― diri pada dasarnya adalah proses sosial yang berlangsung dalam dua fase yang dapat di bedakan‖. Diri sebagai manusia sebagai subjek dan ― I‖ dan diri seseorang manusia sebagai objek adalah ― Me‖. ― I‖ adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya pertimbangan. Dan, ketika di dalam aksi dan reaksi terhadap suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada saat itu ― I‖ berubah menjadi ―Me ‖. Menurut Ritzer & Goodman, mead mengemukakan seseorang menjadi ― Me‖. Maka ia bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap norma-norma generalized other, serta harapan-harapan orang lain. Adapun ― I‖ adalah ketika terdapat ruang spontanitas, sehingga muncul tingkah laku spontan dan kreativitas di luar harapan dan norma yang ada. Dengan kata lain, ― Me‖ adalah penerima atas orang lain yang di generalisasikan. Selain dengan konsep-konsep dasar sebelumnya yan lebih menekankan pada pentingnya indevidu dan interaksi. Perspektif ketiga mead mengenai masyarakat di lihat sebagai sebuah proses dimana indevidu-indevidu saling berinteraksi secara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 terus menerus. Blumer sendiri menegaskan bahwa masyarakat terbentuk dari aktor-aktor sosial yang saling berinteraksi dan dari tindakan mereka dalam hubungan dengan yang lain. 2.4 Perspektif Fenomenologi Perspektif fenomenologi adalah sudut pandang penelitian folklor dari sisi fenomena yang ada. Realitas menjadi dasar penelitian. Fenomenologi memang wawasan filosofi (epistemologis), artinya bagaimana data folklor harus di dasarkan realitas itu sendiri, namun demikian, yang di sebut fenomena folklor lebih dari kasat mata. Jika bertumpu pada Husserl (muhadjir.2000:17) objek ilmu itu tidak terbatas pada yang empirik (sensual), melahirkan mencakup fenomena persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan, bahkan transendental. Pernyataan demikian jelas terdapat pula pada fenomena folklor. Folklor tidak hanya mengangkat hal-hal empirik, melaikan memuat aspek psikologis dan transendental. Sejalan dengan hal ini Aminuddin (1990:109) menyebutkan bahwa perspektif fenomenologi ada tiga arah. Pertama : fenomenologi eideik dari kata eidos artinya murni. Dalam sastra perspektif ini di kembangkan oleh Ingarden, inti dari eidik adalah pemaknaan fenomena di tentukan oleh gejala utama, penandaan (pemilihan gejala), penyaringan (reduksi), dan penggambaran inti gejala (refleksi). Jika pengertian ini di terapkan dalam bidang folklor, tampaknya merupakan cermin dari langkah paparan etnografik folklor. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Kedua : fenomenologi transendal, artinya keberadaan realitas sebagai ― objek‖ secara tegas lebih di tekankan. Kesadaran aktif atau cogito dalam menangkap dan merekondisi isi kesadaran terhadap suatu gejala (coqitotum) tidak pernah ada dalam kekosongan total. Kesadaran terhadap sutu gejala di landasi oleh arahan yang memilih bangun struktur tertentu. Ketiga : fenomenologi eksistensial, artinya penentuan pengertian dari suatu gejala semata-mata bersifat individual. Dalam konteks ini keberadaan itu mengacu ― teori bergantung pada‖. Manusia ada sebagaimana dirinya sendiri, menemukan dan menjadi sesuatu atas pilihan dan kreasinya sendiri. Sertre (1968:5) misalnya, filsuf yang sering dituduh mengabaikan ilmu pengetahuan menyatakan. . .what is true of the objek is also true of the idea. If the object must have a determined quantity and quality, so must the idea. Dalam fenomenologi eksistensial, refleksi individual menjadi ― guru‖ bagi individu itu sendiri dalam rangka menemukan kebenaran.16 2.5 Fungsi Komunikasi kelompok Menurut Kartini Kartono (1985:101), fungsi kelompok adalah : a. Kelompok merupakan wadah dan ruang psikologis kepada semua anggotanya sehingga merasa memiliki terhadap kelompoknya. b. Munculnya kader yang menunjukan loyalitas dan kesetiakawanan sosial. c. Memberikan rasa aman pada semua anggotanya. d. Adanya penghargaan melalui status dan 16 peran masing-masing Suwardi Endaswara. Metodologi Penelitian Folklor Konsep Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta : Media Pressindo, 2009. Hal 91-92 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 anggotanya. e. Ada satu tujuan ideal tertentu dari kelompok. f. Kelompok dapat berperan sebagai wahana untuk mencapai tujuan. g. Anggota kelompok sebagai individu merasa sebagai organ dari kelompok. 2.6 Karakteristik Komunikasi Kelompok Menurut Sherif dalam (Nazsir dan Sunny, 2004:9), karakteristik dari kelompok adalah : a. Anggota memiliki motivasi yang sama, dan ini mendorong mereka berinteraksi dalam mencapai tujuan. b. Kelompok terdiri atau memiliki struktur, status, peran yang semua itu terjadi karena perubahan kebutuhan. c. Organisasi di dalam kelompok yang sifatnya tegas akan mempermudah memberikan ciri kepada kelompok tersebut d. Adanya norma yang tegas dari kelompok tersebut. Menurut Van Zandem 1984 (dalam Nazsir dan Sunny, 2004:9), menampilkan ciri-ciri kelompok sebagai berikut : a. Kelompok itu memiliki ciri tertentu yang dibatasi oleh lokasi geografis, faham politik, agama dan lainnya. b. Kelompok itu memiliki tujuan yang jelas. c. Umumnya anggota menyadari bahwa keanggotaannya dalam kelompok itu berbeda dengan kelompok lain. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 2.6.1 Karakteristik Unik Komunikasi Kelompok a. Kepribadian Kelompok Kelompok memiliki kepribadian kelompok sendiri, berbeda dengan kepribadian individu para anggotanya. Anda di rumah di kenal pendiam, erbicara seperlunya saja. Namun, setelah berada di dalam kelompok anda menjadi orang yang suka berbicara, mencurahkan isi hati dengan penuh gairah. b. Norma Kelompok Norma dalam kelompok mengidentifikasikan anggota kelompok itu berperilaku. Misalnya, tentang cara-cara untuk pertimbangan kelompok adalah benar. Sebagai contoh, bagaimana cara santri di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, bergaul dan berperilaku secara Islam, sesuai ajaran yang benar, yang di kembangkan oleh Ustad Abu Bakar Ba`asyir. Tiap kelompok menetapkan sistem nilai dari konsep perilaku normatif mereka sendiri. Norma kelompok ini akan menjadi norma individu. Pengembangan norma dalam suatu kelompok di gunakan untuk mengatur perilaku kelompok. Norma ini berlaku bagi anggota kelompok secara individu, maupun secara keseluruhan. Napier dan Gershenfeld mengemukakan bahwa para anggota kelompok akan menerima norma kelompok apabila : a. Anggota kelompok menginginkan keanggotaan yang kontinyu dalam kelompok http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 b. Pentingnya keanggotaan kelompok. c. Kelompok bersifat kohesif, yakni anggotanya berhubungan sangat erat, terikat satu sama lain, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya. d. Keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok semakin penting. e. Pelanggaran kelompok di hukum dengan reaksi negatif dari kelompok.( Joseph A. DeVito, 1997:304.). Para anggota dalam kelompok akan berinteraksi satu sama lain. Interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tidak berbeda dengan interaksi sosial yang terjadi di dalam sistem sosial. Interaksi sosial tersebut dapat membawa akibat menyatukan atau memecah belah keutuhan kelompok. Di dalam kehidupan kelompok, aspek komunikasi antarpribadi mempunyai peran yang dominan. Komunikasi itu di katakan efektif bila anggota mampu memberikan informasi kepada kelompok mengenai suatu program secara selektif, atau mengurangi kesimpangsiuran informasi. Efektifitas kelompok dapat dilihat dari aspek produtifitas, moral, dan kepuasan para angotanya. Produtifitas kelompok dapat dilihat dari keberhasilan mencapai tujuan kelompok. Moral dapat di amati dari semangat dan sikap para angggotanya. Kepuasaan anggota kelompok dapat dilihat dari keberhasilan anggotanya dalam mencapai tujuan pribadinya. c. Kohesivitas Kelompok Hosivitas merupakan kekuatan yang saling tarik menarik di antara anggota-anggota kelompok, ibaratnya, sepiring http://digilib.mercubuana.ac.id/ nasi di antara 27 butir-butirnya saling melekat. Faktor –faktor yang menetukan kohesivitas kelompok,antara lain: 1. Perilaku normatif yang kuatketika individu diidentifikasikan ke dalam kelompok yang diikuti. 2. Lamanya menjadi anggota kelompok. Semakin lama seseorang menjadi anggota kelompok akan memperlihatkan sifat kooferatifdan solidaritas yang tinggi. d. Pemenuhan Tujuan Individu memiliki tujuan yang pararel dengan tujuan kelompoknya. Oleh karena itu, anggota-anggota kelompok berusaha untuk mencapai keberhasilan tujuan kelompok dan menghindari kegagalan tujuan kelompok.17 2.7 Komunikasi Kelompok Gagasan pemikiran dari sekelompok orang akan lebih berkualitas dari pada gagasan anda sendiri.Kita sering menjumpai kelompok-kelopok studi (study club ) di kampus. Hal merupakan salah satu dari komunikasi kelompok (group comunication ). Dalam membatasi ukuran kelompok, banyak ahli yg belum sepakat tentang keanggotannya. Sebagian dari mereka menyebut sebagai kelompok kecil ( small group ). Kelompok kecil bisa diartikan sebagai sekumpulan individu. Dengan jumlah anggota yang kecil memungkinkan semua anggota bisa berkomunikasi secara relatif mudah, baik sebagai sumber atau penerima informasi. Para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan 17 Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. 2004. Hal : 44 - 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Kebanyakan kelompok kecil mengembangkan norma-norma yang mengidentifikasikan apa yang diinginkan bagi semua anggotannya.18 2.7.1 Pengertian Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok kecil ( small group communication ) merupakan proses komunikasi antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka. Dalam kelompok tersebut anggota berinteraksi satu sama lain. Tipe komunikasi ini oleh banyak kalangan di nilai sebagai pengembangan dari komunikasi antarpribadi. Trenholm dan jensen (1995:26 ) mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatapmuka, biasanya bersifat spontan dan informal.Peserta satu sama lain menerima umpan balik secara maksimal, peserta komunikasi berperan secara fleksibel sebagai pengirim dan penerima. Setelah orang ketiga bergabung di dalam interaksi tersebut, berakhirlah komunikasi antarpribadi, dan berubah menjadi komunikasi kelompok kecil.19 Menurut Michael Burgoon (1978: 224 ) mendefinisikan komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,menjadi diri,pemecahan masalah yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik anggota-anggotanya yang lain secara tepat.20 Komunikasi kelompok besar sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil yaitu ditujukan kepada efeksi komunikan, prosesnya 18 19 20 Wiryanto2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan keempat, Grasindo, Jakarta, Hal 44 Ibid, Hal 45 Wiryanto, 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan keempat, Grasindo, Jakarta, Hal 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 berlangsung secara linear contoh komunikasi kelompok besar misalnya rapat raksasa di sebuah lapangan. Jika komunikasi kelompok besar bersifat heterogen sedangakan komunikasi kelompok kecil bersifat homogen.21 2.7.2 Keikutsertaan Individu Dalam Kelompok Keikutsertaan individu menjadi anggota kelompok di sebabkan alasan-alasan, sebagai berikut: 1. Perhatian dan keikutsertaan individu di tumbuhkan oleh solideritas kelompok. 2. Perubahan sikap akan lebih mudah terjadi apabila individu berada dalam satu kelompok, selanjutnya keputusan-keputusan kelompok akan lebih mudah di terima dan di laksanakan apabila individu terlibat dalam pengambilan keputusan. 3. Kepercayaan besar yang di berikan kelompok. Jaringan komunikasi kelompok merupakan perangkat hubungan yang menunjukkan lingkaran pergaulan antara individu satu dengan yang lainnya, atau anggota anggota kelompok dalam membicarakan isu-isu tertentu. Hubungan di antara individu-individu dan klik-klik (Clique) mengenai isu-isu dapat di telusuri dari pertanyaan ― siapa berinteraksi dengan siapa?‖ Indevidu berdiskusi mengenai isu-isu tersebut? Keberhasilan komunikasi kelompok di sebabkan oleh keterbukaan anggota menanggapi,anggota dengan senang hati menerima informasi, kemauan anggota merasakan apa yang di rasakan anggota lain, situasi 21 Onong Uchjana, 2003, Ilmu, teori dan Fisafat, Bandung, Hal 77 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 kelompok yang mendukung komunikasi berlangsung efektif, perasaan positif terhadap diri anggota kelompok,dorongan terhadap orang lain agar lebih aktif berpartisipasi, dan kesetaraan, yakni bahwa semua anggota kelompok memiliki gagasan yang penting untuk di sumbangkan kepada kelompok. 2.7.3 Komunikasi Kelompok Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan.22 Tinjauan mengenai komunikasi verbal yaitu : a. Bahasa Sebagai Suatu Simbol Bahasa bisa dibayangkan sebagai suatu kode atau system simbol yang digunakan untuk membentuk pesan—pesan vebal. Dapat didefinisikan bahasa sebagai suatu system produktif yang terdiri atas simbol-simbol yang cepat lenyap, bermakna bebas serta dipancarkan secara cultural. pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Disini gorys keraf lebih menekankan definisi bahasa terhadap dua inti pokok bahasan, yaitu bahwa bahasa dinyatakan dengan simbol yang dihasilkan oleh alat ucap dan fungsinya alat komunikasi. Secara sederhana, Gorys keraf sebenarnya telah mampu menemukan sebuah kenyataan bahwa memang 22 Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. (Jakarta :Bumi Aksara.2007) Hal 95 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 pada dasarnya inti pokok bahasa adalah komunikasi, komunikasi tanpa bahasa ibarat kehilangan ruh. Menurut Dedy Mulyana bahwa sebenarnya bahasa adalah seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang digunakan dan dapat dipahami dalam suatu komunitas. b. Bahasa Sebagai Institusi Sosial Bahasa adalah sebuah institusi sosial yang diracang, dimodifikasi dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kultur atau subkultur yang terus menerus berubah. Karenanya bahasa dari budaya satu dengan budaya lainnya berbeda. Subkultur adalah kultur-kultur dalam sebuah kultur yang lebih besar. Ini dapat didasarkan atas agama, wilayah geografis, pekerjaan, orientasi afektif, suku bangsa, kebangsaan, kondisi hidup, minat, kebutuhan dan sebagainya. Setiap individu menjadi anggota dari beberapa subkultur. Tingkat kepentingan afiliasi dengan subkultur tertentu berbeda-beda pada setiap orang, konteks, waktu dan situasi. Karena minta yang sama merupakan sebuah kultur, maka istilah subbahasa pun muncul. 2.7.4 Komunikasi Kelompok Non Verbal Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerak tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Meskipun komunikasi verbal dan non verbal berbeda dalam banyak hal namun kedua bentuk itu seringkali bekerja sama atau dengan kata lain komunikasi non verbal ini mempunyai fungsi tertentu dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utamanya adalah sebagai pengulangan, pelengkap, pengganti, memberikan penekanan dan memperdayakan.23 a. Fungsi komunikasi Nonverbal Komunikasi Nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting, yaitu: 1) 24 Untuk Menekankan Kita menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagaian dari pesan nonverbal. Misalnya saja, tersenyum untuk menekkankan kata atau ungkapan teretntu, atau memukulkan tangan ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu. 2) Untuk melengkapi Kita juga menggunakan komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal. Misalnya tersenyum ketika menceritakan kisah lucu. 3) Untuk Menunjukan Kontradiksi Kita juga dapat secara sengaja mempertahankan pesan verbal dengan pesan nonverbal. Untuk mendeteksi apakah pernyataan yang keluar dari lisan seseorang benar-benar keluar dari lubuk hatinya yang 23 Ibid Hal 130-133 Deddy Mulyana, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketujuh, Remaja Rosda Karya, Bandung, Hal 349-350 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 paling dalam. Misalnya, berkata rilex atau tenang menghadapi sesuatu, namun bahasa tubuh justru menterjemahkan sebaliknya dengan isyarat nonverbal suara dan tangan gemetar. 4) Untuk Mengatur Gerak – gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan anda untuk mengatur arus pesan verbal. Misalnya mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu, hal ini merupakan contoh dari fungsi mengatur arus verbal. 5) Untuk Mengulangi Di Amerika orang bisa menggunakan komunikasi nonverbal sebagai bentuk pengulangan atau penegasan terhadap suatu pernyataan. Seperti contoh kita bisa menggelengkan kepala ketika menyatakan suatu ketidak setujuan, atau ketika kita menggunakan tangan untuk menunjukan suatu arah jalan bila ada orang yang bertanya. 6) Untuk Menggantikan Komunikasi non verbal juga berfungsi sebagai pengganti suatu ungkapan makna pesan yang tidak bisa terjemahkan dengan kata-kata. Seperti contoh kalau bertemu dengan teman lama kita maka hal yang pertama kita lakukan adalah tesenyum lebar, sambil mengembangkan kedua tangan untuk menyambut dirinya. Atau bila ada sekumpulan orang yang berisik dan mengganggu disekitar kita, maka kita cenderung meletakan jari telunjuk di mulut kita sambil http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 mengeluarkan bunyi mendesis sebagai tanda untuk menyuruh orang untuk diam. 2.8 Komunitas Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari berbagai lingkungan, umumnya memiliki keterkaitan dan habitat yang sama.Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya , preferensi, kebutuhan , resiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa.komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari ― kesamaan‖, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti ―sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak‖. Menurut Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen : a. Berdasarkan lokasi atau tempat Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. Dan saling mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan kontribusi bagi lingkungannya, b. Berdasarkan minat Sekelompok orang yang menderikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, hobi maupun berdasarkan kelainan seksual. Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai ospek, contoh komunitas motor tua klasik dapat berpartisipasi diberbagai kegiatan bersama misalkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 mengadakan touring di berbagai tempat. c. Berdasarkan komuni Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri. 2.9 Komunitas Motor Indonesia Terkadang susah ketika kita mencoba membedakan sebuah komunitas dan club motor. MemaError! No bookmark name given.ng, komunitas motor tidak jauh beda dengan club motor, sama-sama tidak melakukan kegiatan yang anarkis, rusuh, dan tawuran. Hanya saja, dari sisi safety riding, komunitas motor berbeda jelas dan lebih cenderung ke kegiatan touring atau memposisikan visi-misi atas kesepakatan membernya. Dan mereka tidak berpatokan pada satu merk pabrikan motor, dan atau tipe motor tertentu. Berikut adalah ciri dari komunitas motor: komunitas atau dalam bahasa Inggrisnya Community terdiri dari beberapa merk motor dan atau tipe motor, bebas dengan berbagai macam aliran. 2.10 Remaja Masa remaja menurut Mappiare, berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita. Sedangkan 13-22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12-13 tahun sampai 17-18 tahun adalah remaja awal dan usia 17-18 tahun sampai dengan 21-22 tahun adalah remaja aktif.25 Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa 25 Gunarsa, dan Gunarsa. Y, Psikologi Anak dan Remaja, BPK. Gunung Mulia: Jakarta, 2003, 59. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Latin adolescence yang artinya ― tumbuh untuk mencapai kematangan‖. Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Menurut Shaw dan Costanzo, transformasi intelektual dari cara berpikir remaja saat ini, memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.26 Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering dikenal dengan fase ― mencari jati diri‖ atau fase ― topan dan badai‖. Menurut Monks, remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimalkan fungsi fisik maupun psikis dirinya sendiri. Namun yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.27 2.11 Konsep Keselamatan Berkendara 2.11.1 Keselamatan Berkendara Aturan dasar berkendara dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 pada Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8 yang menyebutkan bahwa “Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain 26 S. W. Sarwono, Psikologi Remaja, Cetakan ke-13, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2010, 72. 27 Sarwono, op.cit., 75. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Kendaraan yang berjalan di atas rel.” Definisi sepeda motor disebutkan juga pada Pasal 1 ayat 20 UU No.22 tahun 2009 bahwa “Sepeda motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.” Kemudian undang-undang tersebut menyebutkan tentang perlunya perlengkapan kendaraan bermotor yang dituang di Bab IV pasal 57 ayat 1 dan 2, yaitu: 1. Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor. 2. Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.” Definisi keselamatan berkendara atau dalam istilah asing safety riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya. Implementasi dari pengertian di atas yaitu bahwa disaat kita mengendarai kendaraan, maka haruslah tercipta suatu landasan pemikiran yang mementingkan dan sangat mengutamakan keselamatan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Untuk itu, berangkat dari dasar pemikiran keselamatan tersebut, maka para pengendara haruslah menyadari arti dan pentingnya keselamatan, hal ini bisa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 dicontohkan dengan meningkatnya angka kecelakaan di jalan raya dan berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi disebabkan dari berbagai macam kasus. Walaupun terasa sangat sulit untuk menumbuhkannya, namun pemikiran yang mengutamakan keselamatan tersebut haruslah merupakan kesadaran dari diri sendiri yang terbentuk dan dibangun dari dalam hati dan bertekad untuk melaksanakan segala aktivitas yang mendasar pada safety riding. Bila dasar pemikiran safety riding (safety minded) telah masing-masing dimiliki, maka dengan mudah setiap hal yang berkaitan dengan Safety riding dapat kita terapkan dimulai dari diri sendiri dan memulainya dari hal-hal yang kecil, karena kesadaran betapa pentingnya suatu keselamatan diri. 2.12 Prinsip- Prinsip Interaksi Simbolik George Ritzer meringkaskan teori interaksi simbolik ke dalam prinsip-prinsip, sebagai berikut : a. Manusia tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berfikir b. Kemampuan berfikir itu di bentuk oleh interaksi sosial c. Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berfikir d. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan atau (action) dan interaksi yang khas manusia e. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 mereka dalam situasi f. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena antara lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif dan kemudian memilih salah satunya g. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin menjalin ini membentuk kelompok masyarakat.28 George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolis ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia baik secara verbal maupun non verbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi, kita memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu. Menurut paham ini, masyarakat muncul dari percakapan yang saling berkaitan diantara individu. 29 Teori ini berpandangan bahwa kenyataan sosial didasarkan kepada definisi dan penilaian subjektif individu. Struktur sosial merupakan definisi bersama yang dimiliki individu yang berhubungan dengan bentuk-bentuk yang cocok, yang menghubungkannya satu sama lain. Tindakan-tindakan individu dan juga pola interaksinya dibimbing oleh definisi bersama yang sedemikian itu dan dikonstruksikan melalui proses interaksi. Mead adalah pemikir yang sangat penting dalam sejarah interaksionisme simbolik. Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. 28 Deddy Mulyana, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketujuh, Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm 73 29 Morissan. Teori Komunikasi, individu hingga massa. Kencana, Jakarta:2013 hal 110-111 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: pentingnya makna bagi perilaku manusia, pentingnya konsep mengenai diri, hubungan antara individu dengan masyarakat. Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer dalam West-Turner 30 dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut: 1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, 2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, 3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif. Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ‖Konsep diri‖ atau ‖Self-Concept‖. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan : 1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, 2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku. Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara 30 Herbert Blumer dalam West-Turnerhttp://eric-harramain.blogspot.com http://ericharramain.blogspot.com/ (1969) (2008: 99) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah: a. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses Budaya dan sosial, b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Rangkuman dari hal-hal yang telah dibahas sebelumnya mengenai tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang berkaitan dengan interaksi simbolik, dan tujuh asumsi-asumsi karya Herbert Blumer31 adalah sebagai berikut, Tiga tema konsep pemikiran Mead: 1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain terhadap mereka. b. Makna yang diciptakan dalam interaksi antar manusia. c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif. 2. Pentingnya konsep diri a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. 31 Herbert Blumer, Op.cit, 69 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 b. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku 3. Hubungan antara individu dengan masyarakat a. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial. b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Karya tunggal Mead yang amat penting dalam hal ini terdapat dalam bukunya yang berjudul Mind, Self dan Society. Mead mengambil tiga konsep kritis yang diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun sebuah teori interaksionisme simbolik. Dengan demikian, pikiran manusia (mind), dan interaksi sosial (diri/self) digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society). 1. Pikiran (Mind) Pikiran, yang didefinisikan Mead sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu, pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif. Karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang kita namakan pikiran. Melakukan sesuatu berarti memberi respon terorganisir tertentu, dan bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia mempunyai apa yang kita sebut http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 pikiran. Dengan demikian pikiran dapat dibedakan dari konsep logis lain seperti konsep ingatan dalam karya Mead melalui kemampuannya menanggapi komunitas secara menyeluruh dan mengembangkan tanggapan terorganisir. Mead juga melihat pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. 2. Diri (Self) Banyak pemikiran Mead pada umumnya, dan khususnya tentang pikiran, melibatkan gagasannya mengenai konsep diri. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek. Diri mensyaratkan proses sosial yakni komunikasi antar manusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut Mead adalah mustahil membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Tetapi, segera setelah diri berkembang, ada kemungkinan baginya untuk terus ada tanpa kontak sosial. Diri berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Artinya, di satu pihak Mead menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru akan menjadi diri bila pikiran telah berkembang. Di lain pihak, diri dan refleksitas adalah penting bagi perkembangan pikiran. Memang mustahil untuk memisahkan pikiran dan diri karena diri adalah proses mental. Tetapi, meskipun kita membayangkannya sebagai proses mental, diri adalah sebuah proses sosial. Dalam pembahasan mengenai diri, Mead menolak gagasan yang meletakkannya dalam kesadaran dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 sebaliknya meletakkannya dalam pengalaman sosial dan proses sosial. Dengan cara ini Mead mencoba memberikan arti behavioristis tentang diri. Diri adalah di mana orang memberikan tanggapan terhadap apa yang ia tujukan kepada orang lain dan dimana tanggapannya sendiri menjadi bagian dari tindakannya, di mana ia tidak hanya mendengarkan dirinya sendiri, tetapi juga merespon dirinya sendiri, berbicara dan menjawab dirinya sendiri sebagaimana orang lain menjawab kepada dirinya, sehingga kita mempunyai perilaku di mana individu menjadi objek untuk dirinya sendiri. Karena itu diri adalah aspek lain dari proses sosial menyeluruh di mana individu adalah bagiannya. Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksivitas atau kemampuan menempatkan diri secara tak sadar ke dalam tempat orang lain dan bertindak seperti mereka bertindak. Akibatnya, orang mampu memeriksa diri sendiri sebagaimana orang lain memeriksa diri mereka sendiri. Seperti dikatakan Mead : ― Dengan cara merefleksikan, dengan mengembalikan pengalaman individu pada dirinya sendiri keseluruhan proses sosial menghasilkan pengalaman individu yang terlibat di dalamnya; dengan cara demikian, individu bisa menerima sikap orang lain terhadap dirinya, individu secara sadar mampu menyesuaikan dirinya sendiri terhadap proses sosial dan mampu mengubah proses yang dihasilkan dalam tindakan sosial tertentu dilihatn dari sudut penyesuaian dirinya terhadap tindakan sosial itu‖ Diri juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan dengan orang lain. Artinya, seseorang menyadari apa yang dikatakannya dan akibatnya mampu menyimak apa yang sedang dikatakan dan menentukan apa yang akan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 dikatakan selanjutnya. Untuk mempunyai diri, individu harus mampu mencapai keadaan ― di luar dirinya sendiri‖ sehingga mampu mengevaluasi diri sendiri, mampu menjadi objek bagi dirinya sendiri. Untuk berbuat demikian, individu pada dasarnya harus menempatkan dirinya sendiri dalam bidang pengalaman yang sama dengan orang lain. Tiap orang adalah bagian penting dari situasi yang dialami bersama dan tiap orang harus memperhatikan diri sendiri agar mampu bertindak rasional dalam situasi tertentu. Dalam bertindak rasional ini mereka mencoba memeriksa diri sendiri secara impersonal, objektif, dan tanpa emosi. Tetapi, orang tidak dapat mengalami diri sendiri secara langsung. Mereka hanya dapat melakukannya secara tak langsung melalui penempatan diri mereka sendiri dari sudut pandang orang lain itu. Dari sudut pandang demikian orang memandang dirinya sendiri dapat menjadi individu khusus atau menjadi kelompok sosial sebagai satu kesatuan. Seperti dikatakan Mead, hanya dengan mengambil peran orang lainlah kita mampu kembali ke diri kita sendiri. 3. Masyarakat (Society) Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat (society) yang berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Di tingkat lain, menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh individu dalam bentuk ― aku‖ (me). Menurut pengertian individual ini masyarakat mempengaruhi mereka, memberi mereka kemampuan melalui kritik diri, untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Sumbangan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 terpenting Mead tentang masyarakat, terletak dalam pemikirannya mengenai pikiran dan diri. Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih khusus, Mead mempunyai sejumlah pemikiran tentang pranata sosial (social institutions). Secara luas, Mead mendefinisikan pranata sebagai ― tanggapan bersama dalam komunitas‖ atau ― kebiasaan hidup komunitas‖. Secara lebih khusus, ia mengatakan bahwa, keseluruhan tindakan komunitas tertuju pada individu berdasarkan keadaan tertentu menurut cara yang sama, berdasarkan keadaan itu pula, terdapat respon yang sama dipihak komunitas. Proses ini disebut ― pembentukan pranata‖. Pendidikan adalah proses internalisasi kebiasaan bersama komunitas ke dalam diri aktor. Pendidikan adalah proses yang esensial karena menurut pandangan Mead, aktor tidak mempunyai diri dan belum menjadi anggota komunitas sesungguhnya sehingga mereka tidak mampu menanggapi diri mereka sendiri seperti yang dilakukan komunitas yang lebih luas. Untuk berbuat demikian, aktor harus menginternalisasikan sikap bersama komunitas. Namun, Mead dengan hati-hati mengemukakan bahwa pranata tak selalu menghancurkan individualitas atau melumpuhkan kreativitas. Mead mengakui adanya pranata sosial yang ― menindas, stereotip, ultrakonservatif‖ yakni, yang dengan kekakuan, ketidaklenturan, dan ketidakprogesifannya menghancurkan atau melenyapkan individualitas. Menurut Mead, pranata sosial seharusnya hanya menetapkan apa yang sebaiknya dilakukan individu dalam pengertian yang sangat luas dan umum saja, dan seharusnya menyediakan ruang yang cukup bagi individualitas dan kreativitas. Di sini Mead http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 menunjukkan konsep pranata sosial yang sangat modern, baik sebagai pemaksa individu maupun sebagai yang memungkinkan mereka untuk menjadi individu yang kreatif. Tujuh asumsi karya Herbert Blumer32: 1. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka, 2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, 3. Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif, 4. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, 5. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku, 6. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses Budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial 7. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. 2.12.1 Fungsi Simbol dan komunikasi Bagi Cooley dan Mead, diri muncul karena komunikasi. Tanpa bahasa, diri tidak akan berkembang. Manusia unik karena mereka memiliki kemampuan memanipulasi simbol-simbol berdasarkan kesadaran. Mead menekankan pentingnya komunikasi, khususnya melalui mekanisme isyarat vokal (bahasa), meskipun teorinya bersifat umum. Isyarat vokallah yang potensial menjadi seperangkat simbol membentuk bahasa. Simbol adalah suatu rangakaian yang 32 Herbert Blumer dalam West-Turnerhttp://eric-harramain.blogspot.com http://ericharramain.blogspot.com/ (1969) (2008: 99) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respon manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya, alih-alih dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat indranya. Suatu simbol disebut signifikan atau memiliki makna bila simbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikannya respons yang sama seperti yang juga muncul pada individu yang dituju. Menurut Mead, hanya apabila kita memiliki simbol-simbol yang bermakna, kita berkomunikasi dalam arti yang sesungguhnya. Ringkasnya, dalam pandangan Mead isyarat yang dikuasai manusia berfungsi bagi manusia itu untuk membuat penyesuaian yang mungkin diantara individu-individu yang terlihat dalam setiap tindakan sosial dengan merujuk pada objek atau objek-objek yang berkaitan dengan tindakan tersebut.33 2.12.2 Implikasi Interaksi Simbolik Implikasi dari teori interaksi simbolik dapat dijelaskan dari beberapa teori atau ilmu dan metodologi berikut ini, antara lain Teori sosiologikal modern (Modern Sociological Theory) menurut Francis Abraham 1982 34 dalam Soeprapto 2007, dimana teori ini menjabarkan interaksi simbolik sebagai perspektif yang bersifat sosial-psikologis. Teori sosiologikal modern menekankan pada struktur sosial, bentuk konkret dari perilaku individu, bersifat dugaan, pembentukan sifat-sifat batin, dan menekankan pada interaksi simbolik yang memfokuskan diri pada hakekat interaksi. Teori sosiologikal modern juga mengamati pola-pola yang 33 Deddy Mulyana, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketujuh, Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm 77 34 M. Francis Abraham (1982), Modern Sociological Theory (An Introduction). Dalam buku Oxford: Oxford University Press. (Chapter 8. Simbolic Interacsionism 2007). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 dinamis dari suatu tindakan yang dilakukan oleh hubungan sosial, dan menjadikan interaksi itu sebagai unit utama analisis, serta meletakkan sikap-sikap dari individu yang diamati sebagai latar belakang analisis. Perspektif interaksional (Interactionist perspective) merupakan salah satu implikasi lain dari interaksi simbolik, dimana dalam mempelajari interaksi sosial yang ada perlu digunakan pendekatan tertentu, yang lebih kita kenal sebagai perspektif interaksional. Perspektif ini menekankan pada pendekatan untuk mempelajari lebih jauh dari interaksi sosial masyarakat, dan mengacu dari penggunaan simbol-simbol yang pada akhirnya akan dimaknai secara kesepakan bersama oleh masyarakat dalam interaksi sosial mereka. Konsep definisi situasi (the definition of the situation) merupakan implikasi dari konsep interaksi simbolik mengenai interaksi sosial. Konsep definisi situasi merupakan perbaikan dari pandangan yang mengatakan bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus) secara langsung. Konsep definisi situasi mengganggap bahwa setiap individu dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan dari luar, maka perilaku dari individu tersebut didahului dari suatu tahap pertimbangan-pertimbangan tertentu, dimana rangsangan dari luar tidak ‖langsung ditelan mentah-mentah‖, tetapi perlu dilakukan proses selektif atau proses penafsiran situasi yang pada akhirnya individu tersebut akan memberi makna terhadap rangsangan yang diterimanya. Konstruksi sosial (Social construction) merupakan implikasi berikutnya dari interaksi simbolik yang merupakan buah karya Alfred Schutz, Peter Berger, dan Thomas Luckmann, dimana konstruksi sosial melihat individu yang melakukan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 proses komunikasi untuk menafsirkan peristiwa dan membagi penafsiran-penafsiran tersebut dengan orang lain, dan realitas dibangun secara sosial melalui komunikasi. Teori peran (Role Theory) merupakan implikasi selanjutnya dari interaksi simbolik menurut pandangan Mead. Dimana salah satu aktivitas paling penting yang dilakukan manusia setelah proses pemikiran (thought) adalah pengambilan peran (role taking). Teori peran menekankan pada kemampuan individu secara simbolik dalam menempatkan diri diantara individu lainnya ditengah interaksi sosial masyarakat. Teori diri (Self theory) dalam sudut pandang konsep diri, merupakan bentuk kepedulian dari Ron Harrě, dimana diri dikonstruksikan oleh sebuah teori pribadi artinya, individu dalam belajar untuk memahami diri dengan menggunakan sebuah teori yang mendefinisikannya, sehingga pemikiran seseorang tentang diri sebagai person merupakan sebuah konsep yang diturunkan dari gagasan-gagasan tentang person hood yang diungkapkan melalui proses komunikasi. Teori dramatisme (Dramatism theory) merupakan implikasi yang terakhir yang akan dipaparkan oleh penulis, dimana teori dramatisme ini merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh interaksi simbolik. Teori ini memfokuskan pada diri dalam suatu peristiwa yang ada dengan menggunakan simbol komunikasi. Dramatisme memandang manusia sebagai tokoh yang sedang memainkan peran mereka, dan proses komunikasi atau penggunaan pesan dianggap sebagai perilaku yang pada akhirnya membentuk cerita tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/