LAPORAN KEMAJUAN 70% KEGIATAN IPTEKS

advertisement
LAPORAN KEMAJUAN 70%
KEGIATAN
IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)
WORKSHOP PERANCANGAN DAN APLIKASI
ALAT PERAGA MATEMATIKA SEKOLAH DASAR
Oleh:
Drs. A.A. Gde Somatanaya, M.Pd (0026115602)
UNIVERSITAS SILIWANGI
Juli 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
ii
RINGKASAN ………………………………………………………………
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi ……………………………………………….
1
1.2 Permasalahan Mitra dan Solusi yang Ditawarkan …………...
3
BAB 2
TARGET DAN LUARAN ………………………………………
4
BAB 3
METODE KEGIATAN
5
3.1 Persiapan ……………………………………………………..
5
3.2 Pelaksanaan ………...................................…………………...
6
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
8
4.1 Kinerja LPPM dalam PPM ……………………………………..
8
4.2 Kepakaran Pengusul ………………………………………….
9
BAB 4
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
5.1 HASIL ……………………………………………...
10
5.2 PEMBAHASAN……………………………………………...
10
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
12
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Justifikasi Anggaran Penelitian ………………………………..
13
Lampiran 2 Biodata Ketua dan Anggota Pengusul …………………………
16
Lampiran 3 Gambaran Ipteks yang akan ditransfer kepada mitra ………….
Lampiran 4 Peta lokasi wilayah mitra ……………………………………...
Lampiran 5 Surat pernyataan kesediaan bekerja sama dari mitra …………..
ii
RINGKASAN
Mata pelajaran matematika di sekolah (termasuk di sekolah dasar) masih dianggap sebagai mata
pelajaran yang paling sulit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal ini wajar terutama
bagi siswa Sekolah Dasar (SD), jika mereka susah dalam mempelajari matematika karena sifat
dari matematika itu sendiri adalah berkenaan dengan konsep abstrak, di sisi lain siswa-siswa SD
masih berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret (umur 7-11 tahun). Tahap
ini dicirikan dengan kemampuan seorang anak dapat membuat kesimpulan dari situasi nyata atau
dengan menggunakan benda konkret. Dengan kata lain penggunaan media (termasuk alat peraga)
dalam pembelajaran matematika SD masih sangat diperlukan. Alat peraga memiliki arti penting
dalam pembelajaran matematika, karena sifat matematika yang berhubungan dengan abstraksi.
Dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi dinyatakan bahwa untuk
meningkatkan keefektifan pembelajaran sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Namun permasalahan yang
terjadi dan dirasakan oleh beberapa guru di Sekolah Dasar Negeri kecamatan Cipedes adalah
guru kurang memahami mengenai merancang alat peraga matematika yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, Guru belum terampil mengaplikasikan
alat peraga pada proses pembelajaran matematika di sekolah dasar, guru kurang menguasai cara
merancang alat peraga matematika berbantuan program komputer yang dapat diterapkan pada
pembelajaran di Sekolah Dasar dan Guru belum terampil merancang bahan ajar dan lembar kerja
siswa pada proses pembelajaran matematika yang menggunakan bantuan program komputer yang
dapat diterapkan pada pembelajaran di sekolah dasar. Sehingga dari beberapa kekurangankeurangan tersebut berdampak pula pada hasil belajar matematika siswa yang kurang optimal.
Berdasarkan hal tersebut, maka tim pengabdian pada masyarakat merasa termotivasi untuk
melaksanakan workshop perancangan dan aplikasi alat peraga matematika di sekolah dasar
dengan tujuan semua permasalahan-permasalahan tadi dapat teratasi. Metode yang digunakan
dalam workshop perancangan dan aplikasi alat peraga matematika di sekolah dasar yaitu
pelatihan/penyuluhan, pembimbingan dan pendampingan. Gabungan ketiga metode tersebut
diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru untuk dapat
merancang alat peraga matematika yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran matematika
di Sekolah Dasar, mengaplikasikan pembelajaran berbantuan alat peraga matematika, merancang
alat peraga matematika berbantuan program komputer yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar serta merancang bahan ajar dan lembar kerja siswa
pada proses pembelajaran matematika yang menggunakan bantuan program komputer yang dapat
diterapkan pada pembelajaran di sekolah dasar. Metode yang dilakukan diharapkan dapat
menghasilkan target keluaran berupa buku panduan pembuatan alat peraga, produk alat peraga
baik alat peraga matematika tradisional atau berbantuan program komputer, Artikel ilmiah yang
dipublikasikan pada jurnal nasional.
.
Kata Kunci: Workshop, Aplikasi Alat Peraga Matematika.
iii
11
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas apabila dibandingkan
dengan ilmu yang lainnya. Secara singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan
ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya
deduktif. Depdiknas (2010) menyatakan bahwa selain bersifat hierarkis, matematika juga
merupakan ilmu yang berpola pikir deduktif dan konsisten. Menurut Rohayati (2012),
hingga saat ini mata pelajaran matematika di sekolah (termasuk di sekolah dasar) masih
dianggap sebagai mata pelajaran yang paling sulit dibanding mata pelajaran yang lain. Hal
ini wajar terutama bagi siswa Sekolah Dasar (SD), jika mereka susah dalam mempelajari
matematika karena sifat dari matematika itu sendiri adalah berkenaan dengan konsep
abstrak, di sisi lain siswa-siswa SD masih berada pada tahap perkembangan kognitif
operasional konkret (umur 7-11 tahun). Tahap ini dicirikan dengan kemampuan seorang
anak dapat membuat kesimpulan dari situasi nyata atau dengan menggunakan benda
konkret. Dengan kata lain penggunaan media (termasuk alat peraga) dalam pembelajaran
matematika SD masih sangat diperlukan.
Alat peraga memiliki arti penting dalam pembelajaran matematika, karena sifat
matematika yang berhubungan dengan abstraksi. Dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun
2006 tentang standar isi dinyatakan bahwa untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran
sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer,
alat peraga, atau media lainnya. Selanjutnya dalam pedoman pembelajaran matematika
Sekolah Dasar yang dikeluarkan Depdiknas (2010) dinyatakan bahwa dalam pembelajaran
matematika SD, penggunaan benda konkret sebagai alat peraga sangat diperlukan dalam
kegiatan penamaan konsep alat peraga dan media pembelajaran lainnya sangat dibutuhkan
anak agar lebih mudah dan cepat memahami konsep/prinsif matematika. Ruseffendi (2009)
menyatakan bahwa penggunaan alat peraga dan media lainnya dalam pembelajaran
matematika akan membawa enam kali lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan
pengajaran drill tanpa konsep.
Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa setiap satuan
pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber lainnya. Kedudukan alat peraga merupakan bagian dari sarana
yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan. Sedangkan kedudukan alat peraga terkait
dengan pembelajaran di kelas adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
proses interaksi siswa dilingkungan belajarnya. Widyanti (2009) menyatakan bahwa alat
peraga dapat digunakan sebagai jembatan berpikir abstrak. Konsep abstrak matematika
yang disajikan dalam bentuk konkret akan lebih dapat dipahami siswa. Pembelajaran yang
menggunakan alat peraga sangat besar artinya bagi keberhasilan belajar siswa. Dengan
11
12
menggunakan alat peraga siswa dapat meraba, melihat, mengungkapkan dengan
memikirkan secara langsung objek yang sedang mereka pelajari.
Keberadaan alat peraga khususnya alat peraga matematika di sekolah saat ini
jumlahnya sangat minim. Hal ini terjadi pula di sejumlah sekolah dasar (SD) yang tergabung
di gugus RE. Kartadinata wilayah utara Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Menurut
Pengawas Sekolah Dasar di Kecamatan Cipedes, Bapak H. Uton pada dasawarsa terakhir,
bantuan pemerintah berupa pengadaan alat peraga matematika sudah sangat jarang
dilakukan. Bantuan ke sekolah saat ini berupa dana cair yang dikenal sebagai Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Bantuan operasional tersebut bisa digunakan untuk membeli
alat peraga di toko-toko tertentu yang menyediakan berbagai media pembelajaran. Namun
kendala yang dihadapi sekolah-sekolah di Tasikmalaya adalah belum adanya toko lengkap
yang menyediakan berbagai alat peraga matematika. Bapak H. Uton menuturkan bahwa
guru sebaiknya dituntut kreatif membuat alat peraga sendiri dengan memanfaatkan yang
ada dan diharapkan ada peran khusus dari lembaga pendidikan tinggi dalam
mengembangkan berbagai alat peraga di sekolah. Hal ini dikarenakan membuat alat peraga
tidak sekedar membuat melainkan harus disertai dengan keterampilan mengaplikasikannya.
Alternatif membuat alat peraga sendiri belum dapat dilakukan karena kemampuan
guru-guru untuk merancang dan membuat alat peraga masih kurang. Guru memang tidak
dibekali secara khusus untuk kemampuan itu. Kondisi minimnya alat peraga pada sejumlah
SD di Kecamatan Cipedes khususnya gus RE. Martadinata wilayah utara mempengaruhi
kualitas pembelajaran untuk dapat mengakomodasi tahap perkembangan mental anak (yaitu
tahap operasional konkret) dengan baik.
Dari uraian di atas teridentifikasi bahwa pembelajaran matematika SD di
Kecamatan Cipedes selama ini kurang memfasilitasi anak dengan media atau alat peraga
dalam aktivitas membangun konsepnya, padahal telah disadari bahwa peranan alat peraga
sangat penting mengingat usia anak SD masih berada pada tahap operasional konkret.
Upaya pengadaan yang dilakukan terkendala dengan langkanya keberadaan penyedia alat
peraga matematika. Alternatif yang dapat ditempuh adalah membuat alat peraga sendiri,
namun kemampuan guru untuk itu belum memadai. Oleh karena itu guru perlu dilatih
untuk dapat merancang, membuat, dan menggunakan alat peraga matematika.
Harapannya permasalahan minimnya alat peraga matematika di SD segera teratasi dan
juga guru mulai membiasakan diri menggunakan alat peraga dalam menanamkan konsep
matematika..
1.2 Permasalahan Mitra dan Solusi yang ditawarkan
Tabel 1 menunjukkan permasalahan guru SD gugus R.E. Martadinata di UPT
Dinas Pendidikan
Kecamatan Cipedes yang teridentifikasi ketika observasi dan
wawancara dan solusi yang ditawarkan.
Tabel 1.
12
13
Permasalahan guru SD Gugus R.E. Martadinata di Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya dan solusi yang ditawarkan.
Permasalahan
Bagaimana
merancang alat
peraga matematika
yang dapat diterapkan
pada pembelajaran di
Sekolah Dasar
Akar masalah
Guru kurang memahami
mengenai merancang alat
peraga matematika yang
dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran
matematika di Sekolah
Dasar
Solusi yang ditawarkan
Memberikan
penyuluhan dan
pelatihan mengenai
cara merancang alat
peraga matematika
yang dapat
diterapkan dalam
proses pembelajaran
matematika di
Sekolah Dasar
Bagaimana
mengaplikasikan
pembelajaran
berbantuan alat
peraga matematika di
sekolah dasar
Guru belum terampil
mengaplikasikan alat
peraga pada proses
pembelajaran matematika
di sekolah dasar
Memberikan
pelatihan,
pembimbingan dan
pendampingan
kepada guru dalam
mengaplikasikan
pembelajaran
berbantuan alat
peraga matematika
di sekolah dasar
Bagaimana merancang
alat peraga matematika
berbantuan program
komputer yang dapat
diterapkan pada
pembelajaran di
Sekolah Dasar
Guru kurang
menguasai cara
merancang alat
peraga matematika
berbantuan program
komputer yang dapat
diterapkan pada
pembelajaran di
Sekolah Dasar
Memberikan
penyuluhan dan
pelatihan mengenai
cara merancang alat
peraga matematika
berbantuan program
komputer yang
dapat diterapkan
dalam proses
pembelajaran
matematika di
Sekolah Dasar
13
14
Permasalahan
Bagaimana merancang
bahan ajar dan lembar
kerja siswa pada
proses pembelajaran
matematika yang
menggunakan bantuan
program komputer
yang dapat diterapkan
pada pembelajaran di
Sekolah Dasar
Akar masalah
Guru belum terampil
merancang bahan
ajar dan lembar kerja
siswa pada proses
pembelajaran
matematika yang
menggunakan
bantuan program
komputer yang dapat
diterapkan pada
pembelajaran di
sekolah dasar
Solusi yang ditawarkan
Memberikan
penyuluhan dan
pelatihan mengenai
cara merancang
bahan ajar dan
lembar kerja siswa
pada proses
pembelajaran
matematika yang
menggunakan
bantuan program
komputer yang
dapat diterapkan
pada pembelajaran
di sekolah dasar.
BAB 2. TARGET DAN LUARAN
Target dari kegiatan Workshop Perancangan dan Aplikasi Alat Peraga Matematika ini
antara lain:
a. Meningkatkan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan alat-alat
peraga matematika
b. Memberikan pengalaman yang konkret dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
c. Memperkenalkan, memperjelas, memperdalam dan memperkaya pengertian
tentang konsep yang bersifat abstrak
d. Menjelaskan dasar teori serta prinsip kerja alat peraga matematika untuk
meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan.
e. Memberikan kesempatan kepada para peserta pelatihan untuk mencoba membuat
alat peraga matematika.
f. Setelah mencoba, diharapkan dapat menambah koleksi alat peraga di sekolah
g. Diperoleh sikap yang positif dari para peserta pelatihan terhadap pembelajaran
matematika berbantuan alat peraga.
Luaran dari kegiatan Workshop Perancangan dan Aplikasi Alat Peraga Matematika ini
antara lain:
a.
Buku panduan pembuatan alat peraga
b.
Produk alat peraga baik alat peraga matematika tradisional atau berbantuan
program komputer.
c.
Artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal nasional
BAB 3. METODE KEGIATAN
14
15
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan/penyuluhan,
pembimbingan dan pendampingan yang terintegrasi dalam kegiatan workshop
perancangan dan aplikasi alat peraga matematika di Sekolah Dasar. Prosedur kerja
pelaksanaan ipteks dalam pengabdian pada masyarakat ini terdiri tiga tahap, tahap
pertama persiapan dan pembekalan, tahap kedua pelaksanaan kegiatan workshop
(pelatihan, pembimbingan dan pendampingan), dan tahap ketiga adalah evaluasi hasil
program kegiatan workshop. Setiap tahap dijelaskan sebagai berikut:
3.1 Persiapan
Persiapan pelaksanaan kegiatan workshop ini tersusun sebagai berikut:
a. Persiapan dan pembekalan
1) Penyiapan lokasi pengabdian
2) Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi sekolah
3) Mengidentifikasi jenis alat peraga yang dibutuhkan
4) Mengidentifikasi sarana dan sumber belajar yang terdapat dilingkungan
5) Membuat rancangan dan desain beberapa alat peraga yang dibutuhkan
3.2
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan workshop ini terdiri dari tiga metode, yaitu:
a. Metode pelatihan
Pelatihan atau penyuluhan pada kegiatan workshop ini diberikan kepada guru –
guru SD yang meliputi kegiatan:
1.
penyuluhan dan pelatihan mengenai cara merancang alat peraga matematika yang
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.
2.
pelatihan, pembimbingan dan pendampingan kepada guru dalam mengaplikasikan
pembelajaran berbantuan alat peraga matematika di sekolah dasar.
3.
penyuluhan dan pelatihan mengenai cara merancang alat peraga matematika
berbantuan program komputer yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar.
4.
penyuluhan dan pelatihan mengenai cara merancang bahan ajar dan lembar kerja
siswa pada proses pembelajaran matematika yang menggunakan bantuan program
komputer yang dapat diterapkan pada pembelajaran di sekolah dasar.
5.
Melaksanakan pelatihan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan
b. Metode Pembimbingan
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan
pada umumnya. Kegiatan pembimbingan dalam kegiatan workshop ini adalah
15
16
membimbing guru-guru SD kecamatan Cipedes dalam merancang, membuat alat peraga
matematika, bahan ajar dan lembar kerja siswa berbantuan komputer, serta
mengaplikasikan alat peraga pembelajaran matematika dalam proses pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar.
c. Metode Pendampingan
Pendampingan merupakan upaya terus menerus dan sistematis dalam
menfasilitasi individu, kelompok maupun komunitas dalam mengatasi permasalahan dan
menyesuaikan diri dengan permasalahan yang dialami sehingga mereka dapat mengatasi
permasalahan tersebut dan mencapai perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Kegiatan
Pendampingan dalam kegiatan workshop ini yaitu aktivitas pengarahan, penyuluhan
yang dilakukan secara terus menerus merancang, membuat alat peraga matematika,
bahan ajar dan lembar kerja siswa berbantuan komputer, serta mengaplikasikan alat
peraga pembelajaran matematika dalam proses pembelajaran matematika di Sekolah
Dasar.
3.3 Evaluasi Kegiatan Program Workshop
Pada tahapan ini setiap kegiatan workshop yang akan dan telah dilaksanakan
dievaluasi, adapun evaluasi yang dilakukan meliputi:
a. Kesiapan materi pelatihan (hand out, slide presentasi)
b. Pemahaman terhadap pembuatan alat peraga matematika
c. Pemahaman terhadap cara menggunakan alat peraga matematika
d. Pemahaman terhadap cara menggunakan alat peraga matematika berabantuan program
komputer
e. Pemahaman dalam menyusun bahan ajar atau lembar kerja siswa berbantuan program
komputer
Adapun alur singkat pengabdian ini digambarkan dalam skema berikut:
Analisis
Kebutuhan
1. Mengidentifikasi
permasalahan yang
dihadapi sekolah
2. Mengidentifikasi jenis
alat peraga yang
dibutuhkan
3. Mengidentifikasi sarana
dan sumber belajar yang
terdapat dilingkungan
Workshop/
Pelatihan/Pela
ksanaan
1. Membuat rancangan dan
desain beberapa alat
peraga yang dibutuhkan
2. Menyusun modul
pembuatan alat peraga
dalam pembelajaran
matematika di SD
3. Pembimbingan
pembuatan alat peraga
bagi guru-guru
4. Melaksanakan pelatihan
sesuai dengan jadwal
yang sudah ditentukan
16
Evaluasi
Program
Evaluasi
program pengabdian
17
Gambar 1. Skema Pengabdian
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja LPPM dalam PPM
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) sebagai bagian
integral dari Universitas Siliwangi berkewajiban dalam menjalankan, meningkatkan dan
mengembangkan kualitas dharma perguruan tinggi bidang penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat. Kualitas program penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang
telah dicapai
LPPM Universitas Siliwangi pada satu tahun terakhir mengalami
peningkatan dari segi kuantitas judul penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam
bidang pengembangan sumber daya peneliti dan pengabdian pada masyarakat, LPPM
Universitas Siliwangi telah mengelola 30 judul pengabdian pada masyarakat yang
dibiayai Universitas Siliwangi. Ini berarti bahwa pada tahun 2013, jika setiap judul
pengabdian masyarakat melibatkan 3 orang anggota, maka LPPM telah membina 90
orang yang melakukan pengabdian masyarakat. Tabel 3 menunjukkan sebagian kinerja
LPPM Universitas Siliwangi dalam satu tahun terakhir (LPPM Unsil, 2013).
Tabel 3. Kinerja LPPM dalam satu tahun terakhir
No
Kinerja
Sumber dana
1
Pembentukan desa binaan daerah pesisir pantai Desa Batu
Unsil
Karas Kec. Cijulang Kab. Ciamis
2
Pemberdayaan masyarakat kelurahan Tamanjaya Kec.
Unsil
Tamansari Kab. Tasikmalaya melalui Budidaya Jamur
3
Tiram putih
Pendampingan
dan sosialisasi cara kerja yang aman dan
Unsil
sehat para pekerja sector informasi bidang industry mebel
4
Kel.
Kahuripan
Kota Tasikmalaya
Peningkatan
kualitas
SDM melalui pelatihan budidaya
Unsil
jamur merang di Desa Margaluyu Kec. Cipedes, Kab.
5
Tasikmalaya
Mengembangkan
semangat dan jiwa wirausaha para
Unsil
pengrajin anyaman Desa Linggajaya Kec. Mangkubumi
6
Kota Tasikmalaya
Budidaya
dan pengolahan lidah buaya sebagai upaya
Unsil
pemberdayaan dan peningkatan kelompok wanita tani
7
Bakti sosial pengembangan agribisnis pada usaha
Unsil
pembibitan sapi potong
8
Sosialisasi Kurikulum 2013 bagi-guru-guru SMP/MTs.
Unsil
Se-Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.
9
Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbasis
Kurikulum 2013 bagi Peningkatan Karier Guru-guru SD
Kecamatan Kadipaten Tasikmalaya 17
Unsil
18
No
Kinerja
Sumber dana
10 Sosialisasi dan Workshop Lesson Study Program Studi
Unsil
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi
4.2 Kepakaran Pengusul
Pengusul secara teknis kegiatan ITGbM ini berasal dari Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Siliwangi. Tabel
4 menunjukkan jenis kepakaran pengusul IbM.
Tabel 4. Jenis kepakaran pengusul
No
1.
Nama pengusul
Drs. A.A. Gde
Somatanaya, M.Pd
Kepakaran
Pendidikan matematika dalam bidang evaluasi
pembelajaran matematika dan statistika serta
terapannya
Tabel 4 menunjukkan jenis kepakaran pengusul ITGBM. AA. Gde Somatanaya, M.Pd.
mempunyai kepakaran dalam bidang pendidikan matematika, pengabdian pada masyarakat
berbasis pembelajaran telah dilakukan diantaranya: 𝐼𝑏 𝑀 Workshop Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) berbasis Kurikulum 2013 bagi Peeningkatan Karier Guru-guru SD Kecamatan
Kadipatn Kota Tasikmalaya (2015) dan Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi
peningkatan karier guru-guru sekolah dasar kota Tasikmalaya.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan ITGbM ini dilaksanakan dengan dua kegiatan, kegiatan pertama yaitu
mengadakan Workshop perancangan aplikasi alat peraga matematika, kegiatan kedua yaitu
melakukan pembimbingan dan pendampingan terhadap guru yang akan membuat,
merancang dan mengaplikasikannya pada proses pembelajaran. kegiatan tersebut masingmasing dilaksanakan dua kali. Workshop pelatihan yang pertama dihadiri oleh 45 orang
peserta yang terdiri dari beberapa gugus sekolah. Sedangkan kegiatan pembimbingan
pertama hanya dilakukan oleh 15 guru.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (ITGbM) dengan judul “workshop
Perancangan dan Aplikasi Alat Peraga Matematika Sekolah Dasar”, sudah 50% selesai
dilaksanakan mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan kemajuan 70%.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan, kami merancang dan menyusun bahan untuk tutorial
perancangan dan aplikasi alat peraga matematika Sekolah Dasar.yang akan
disampaikan kepada guru-guru matematika SD se-Kecamatan Cipedes sebagai
peserta workshop. Selanjutnya kami berkoordinasi dengan Ketua PGRI dan Kepala
18
19
Sekolah SDN 1 Kudanguyah Cipedes guna mendiskusikan rencana pelaksanaan
kegiatan workshop, yang meliputi tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan, serta
sarana
prasarana penunjang lainnya. Kami juga dibantu oleh mitra dalam
mensosialisasikan
rencana workshop ini kepada guru-guru SD di Kecamatan
Cipedes.
2. Pelaksanaan
Kegiatan workshop ini direncanakan dilaksanakan selama 2 (dua) kali pertemuan,
yaitu tanggal 22 Juli 2017 dan 12 Agustus 2017. Kegiatan ini diikuti oleh 45 orang
guru-guru SD kelas 3 , 4, 5 dan 6 se-Kecamatan Cipedes sebagai peserta workshop.
Rincian pelaksanaan kegiatan workshop disajikan pada Tabel 5.1. Selain kegiatan
workshop kegiatan Iptek Tepat Guna bagi Masyarakat ini juga melukan
pembimbingan kepada guru-guru yang akan membuat atau meranvang alat peraga
matematika untuk sekolah dasar. Pelaksanaan pembimbingan/pendampingan
dilaksanakan 2 kali
Tabel 5.1 Uraian
Kegiatan
No
Hari/ Waktu
Uraian Kegiatan
1.
Sabtu/ 22 Juli
Pembukaan, dilanjutkan dengan pemaparan materi
2017
mengenai urgensi alat peraga dalam pembelajaran
matematika, menyusun perancangan alat peraga
matematika
SD
berdasarkan silabus, praktik
membuat alat peraga matematika SD untuk kelas 4
2.
Sabtu/ 22 Agustus
2017
Praktek Membuat alat peraga untuk kelas 5 SD,
dilanjutkan
dengan
diskusi
paralel mengenai
pembuatan alat peraga matematika SD, dilanjutkan
dengan
perancangan
menggunakan
menyusun
software-
alat
peraga
alat
peraga
software
dengan
matematika,
matematika
dengan
Geometer’s Sketchpad.
3. Pelaporan
Pada tahap ini, tim pengabdian yang terdiri dari ketua dan satu orang panitia
(pembantu lapangan) mengumpulkan dan menyusun laporan yang terdiri dari laporan
kegiatan dan laporan
penggunaan dana selama kegiatan ini berlangsung.
Rekapitulasi penggunaan dana secara keseluruhan, dapat dilihat pada Tabel 5.2.
19
20
Tabel 5.2
Realisasi Anggaran
Biaya yang diusulkan (Rp)
No
Komponen
1
Bahan habis pakai dan peralatan
2
Perjalanan
3
Lain-lain
2.210.000
900.000
1.440.000
Jumlah
4.550.000
Rincian penggunaan dana secara lengkap dapat dilihat pada laporan penggunaan dana
yang dijilid secara terpisah.
5.2. Pembahasan
Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang diartikan sebagai
semua benda (dapat berupa manusia, objek atau benda mati) sebagai perantara di mana
digunakan dalam proses pembelajaran. Tujuan pada prinsip dasar penggunaan media
pembelajaran yakni memperjelas instrumen yang disampaikan, dapat merangsang
pikiran, perhatian, dan kemampuan siswa, harus dapat meningkatkan efektifitas dan
kelancaran proses belajar, terutama dalam memperjelas materi yang dipelajari, sehingga
pada akhirnya mempercepat proses perubahan tingkah laku pada siswa. Dengan demikian
media pembelajaran mempunyai fungsi penting dalam memberikan pengalaman yang
kongkrit dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, memperkenalkan, memperjelas,
memperdalam, dan memperkaya pengertian tentang konsep yang bersifat abstrak,
merangsang kegiatan lanjutan yang perlu dilaksanakan Pembuatan Alat Peraga Alat peraga
yang dapat digunakan terbagi dua jenis yaitu alat peraga benda asli dan benda tiruan. Agar
fungsi dan manfaat alat peraga sesuai dengan yang diharapkan, perlu diperhatikan beberapa
syarat yaitu :
1. Sederhana bentuknya dan tahan lama (terbuat dari bahan yang tidak cepat rusak
2. Kalau bisa dibuat dari bahan yang mudah diperoleh dan murah
3. Mudah dalam penyimpanan dan penggunaannya
4. Memperlancar pengajaran dan memperjelas konsep matematika bukan sebaliknya
5. Harus sesuai dengan usia anak
6. Jika memungkinkan, dapat digunakan untuk beberapa topik misalnya dadu untuk
menghitung luas volume, peluang dan unsur-unsur bangun ruang
7. Bentuk dan warnanya menarik sehingga lebih menarik perhatian siswa.
20
21
Perlu diingat bahwa tidak semua materi atau topik dalam pembelajaran matematika
dapat dibuat alat peraganya, dan jika diperagakan justru akan mempersulit siswa dalam
memahaminya.
Alat peraga yang tidak memenuhi kriteria dapat menyebabkan kegagalan dalam
penggunaannya.untuk itu perlu diketahui kriteria yang harus dipenuhi dalam penggunaan
alat peraga:
1. Tujuan, yaitu tujuan dari pengajaran matematika itu sendiri, apakah untuk
penanaman konsep, pemahaman konsep atau pembinaan ketrampilan
2. Materi Pelajaran, Pembelajaran
matematika pada umumnya menggunakan
pendekatan-pendekatan spiral.Sifat pendekatan tersebut memungkinkan suatu
materi diajarkan pada tingkat berikutnya dengan ruang lingkup dan taraf kesukaran
yang lebih. Ini menyebabkan menjadi prasyarat bagi materi lainnya.
3. Strategi Belajar mengajar, alat peraga yang digunakan dapat mendukung strategi
belajar mengajar, contohnya mencari volume balok akan lebih dimengert siswa jika
ditampilkan dengan alat peraga balok.
4. Kondisi, perlu diperhatikan kondisi lingkungan, ruang kelas, luar kelas, jumlah
siswa
5. Siswa, jika memiliki beberapa pilihan alat peraga untuk 1 materi, harus disesuaikan
dengan keinginan siswa
Pada saat ini program Geometr’s Sketchpad (GSP) adalah salah satu software
geometri interaktif yang cukup populer. Hamper seluruh bagian dari matematika bias
dipelajari menggunakan software ini. GSP tidak hanya digunakan sebagai software yang
mempresentasikan matematika secara geometri tetapi juga terdiri dari alat yang dapat
digunakan secara umum untuk struktur generalisasi, membangun kemudahan
bermatematika dengan menciptakan bentuk-bentuk yang lebih menonjolkan keaslian dari
berbagai model. GSP memberikan kemudahan bagi guru dan siswa untuk mengeksplorasi
berbagai bentuk dan konsep matematika. Dengan menggunakan GSP guru dapat
menciptakan pembelajaran yang lebih aktif daripada dengan pembelajaran biasa. Guru
dapat mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri atau berkelompok dalam mencari
informasi dengan mengkonstruksi objek-objek geometri dan menggeneralisasi informasi
tersebut, membuat sesuatu berupa jawaban berdasarkan informasi yang mereka dapatkan
serta dapat langsung mengevaluasi apa yang mereka kerjakan.
21
22
Melihat pentingnya alat peraga sebagai media pembelajaran supaya pembelajaran
matematika menjadi lebih bermakna, juga berdasarkan analisis situasi bahwa di
Kecamatan Cipedes selama ini kurang memfasilitasi anak dengan media atau alat peraga
dalam aktivitas membangun konsepnya, padahal telah disadari bahwa peranan alat peraga
sangat penting mengingat usia anak SD masih berada pada tahap operasional konkret.
Upaya pengadaan yang dilakukan terkendala dengan langkanya keberadaan penyedia alat
peraga matematika. Alternatif yang dapat ditempuh adalah membuat alat peraga sendiri,
namun kemampuan guru untuk itu belum memadai. Berdasarkan kondisi tersebut maka
kami merasa tergugah untuk mengadakan kegiatan workshop Perancangan dan
Aplikasi Alat Peraga Matematika Sekolah Dasar bagi guru SD se-Kecamatan Cipedes.
Kegiatan workshop dilaksanakan dua kali yaitu pada tanggal 22 Juli 2017 dan 22
Agustus 2017. Namun yang baru terealisasi batu pertemuan pertama saja. Pada
pertemuan pertama kami membahas mengenai pentingnya alat peraga bagi pembelajaran
matematika terutama pada anak usia SD. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan dan
pengenalan alat peraga untuk kelas 4 SD, guru-guru sebagai peserta terlihat sangat
antusias, hal tersebut terlihat pada saat praktek perancangan dan aplikasi alat peraga.
Guru merasa terbantu dan meningkat pemahannya mengenai alat peraga, karena
sebelumnya mereka hanya menggunakan alat peraga seadanya bahkan ada yang tidak
menggunakan alat peraga pada pembelajaran matematika sehingga siswa merasa
kesulitan memahami materi yang disampaikan. Pada awalnya guru-guru beranggapan
bahwa membuat alat peraga itu sulit dan membutuhkan biaya yang besar, pada saat
workshop perancangan dan aplikasi alat peraga guru-guru dikenalkan dan dilatih
membuat alat peraga dari mulai yang sederhana sampai menggunakan alat peraga
berbasis IT, sehingga guru-guru dapat membuat alat peraga sendiri dengan memanfaatkan
bahan-bahan yang ada sehingga mereka tidak kesulitan menerangkan konsep-konsep
pada pembelajaran matematika dan hal ini akan berdampak pada meningkatnya
pemahaman dan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran matematika. karena selama
ini siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika merupaka mata pelajaran yang
sulit dan menakutkan. Dengan digunakannya alat peraga pada pembelajaran matematika
akan mengubah anggapan siswa tersebut dan pembelajaran matematika pun menjadi
menyenangkan.
Secara keseluruhan kegiata pengadian pada masysarakat ini mampu memberikan
dampak yang signifikan, terutama bagi guru-guru SD dalam merancang dan
mengaplikasikan alat peraga sebagai media pembelajaran matematika di sekolah.
Disamping itu, kegiatan pengabdian pada masyarakat ini juga menghasilkan buku
panduan membuat alat peraga SD yang sederhana.
22
23
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1
Perencanaan Tahapan Berikutnya
Setelah selesai melaksanakan satu kali pelatiahan/workshop dan satu kali melakukan
pendampingan dan pembimbingan maka kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat ini
rencana tahapan berikutnya adalah melakukan penyuluhan/workshop tahap ke-2 dan
penyusunan laporan kegiatan pengabdian, kemudian menyusun modul perancangan dan
aplikasi alat peraga matematika sekolah dasar, dan membublikasikan karya tulis ilmiah dari
hasil kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat.
BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Dari kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Pada Masyarakat
skim ITGbM dengan judul “Workshop Perancangan dan Aplikasi Alat Peraga SD” yang
dilaksanakan melalui kegiatan tutorial dan workshop, diperoleh kesimpulan:
1. Kegiatan workshop dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yang diikuti oleh 77
orang peserta yang terdiri dari guru-guru Sekolah Dasar se-Kecamatan Cipedes.
2. Telah disusun buku panduan membuat alat peraga matematika bagi Sekolah
Dasar.
3. Guru mampu dan terampil merancang dan mengaplikasikan alat peraga dalam
pembelajaran matematika.
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperloleh, maka Tim Pengabdian Pada
Masyarakat skim ITGbM dengan judul “Workshop Perancangan dan Aplikasi Alat Peraga
SD” yang dilaksanakan melalui kegiatan tutorial dan workshop, menyarankan kepada:
7.2.1 Kepala sekolah untuk terus memberiakan dukungan kepada guru-guru untuk
mengikuti pelatihan dalam meningkatkan kemampuan dalam merancang dan
mengaplikasikan alat peraga pada pembelajaran matematika.
7.2.2 Rekan-rekan sejawat dosen diharapkan melaksanakan workshop sejenis di
sekolah lain, karena melihat antusiasme guru-guru Sekolah Dasar terhadap
kegiatan yang telah dilaksanakan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2009. Peraturan Permennegpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan angka kreditnya.
Jakarta.
Depdiknas. 2010. Pedoman Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jakarta:
Direktorat Pembinaan TK dan SD
Rohayati, A. 2012. Alat Peraga Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI
Widyanti. 2009. Pemanfaatan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: P4TK Matematika
Widayati, N.S dan Haffis Muaddab. 2012. 29 Model-Model Pembelajaran
Inovatif. J a k a r t a : Elhaf Publishing.
1
Download