KEKUATAN OTOT LENGAN ATLET ATLETIK PPLP (PUSAT PENDIDIKAN LATIHAN PELAJAR ) DKI JAKARTA Fatah Nurdin1, Aisyah Kemala2 Abstrak, Penelitian ini bertujuan mengetahui kekuatan otot lengan dan hubungannya dengan hasil lari 60 M atlet atletik PPLP DKI Jakarta. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2011 dengan melibatkan 15 atlet sprinter puteri PPLP DKI Jakarta. Metode yang digunakan adalah metode survei.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi dan regresi sederhana. Hasil pengolahan data didapat hubungan signifikan antara kekuatan otot lengan dengan hasil lari 60 M yang ditandai tandai dengan koefisien korelasi r = -0.99, koefisien determinasi r2 = 0.98 (tanda negatif menunjukkan kekuatan otot lengan makin kuat, waktu tempuh makin pendek). Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi negatif dan signifikan antara kekuatan otot lengan dengan hasil lari 60 M yang ditandai dengan makin pendeknya waktu tempuh. Makin baik kekuatan otot lengan, waktu yang di tempuh makin menurun (harga r negatif). Kata Kunci: Kekuatan Otot Lengan, Hasil lari 60 M PENDAHULUAN Latar Belakang Nomor sprint atau lari jarak pendek merupakan salah satu nomor pertandingan dalam cabang atletik yang paling bergengsi. Dikatakan bergengsi karena nomor ini paling banyak diminati masyarakat pada umumnya Banyak faktor yang mempengaruhi hasil lari 60 m terdiri dari beberapa komponen seperti yang dikemukakan oleh Sajoto (1988:17) yaitu kekuatan, daya tahan, daya ledak, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan dan reaksi. Semua komponen fisik tersebut sama pentingnya untuk diberikan pada atlet karena saling berhubungan satu sama lain. Beberapa latihan seperti koordinasi mata-kaki, 1 Fatah Nurdin adalah Dosen pada Program Studi Pendidikan Jasmani, Jurusan Sosiokinetika, Fakalutas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta 2 Aisyah Kemala adalah Pelatih PPLP DKI Jakarta. 492 GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012 493 daya ledak otot tungkai dan kekuatan otot lengan sangat penting dimiliki oleh seorang pelari khususnya seorang sprinter. Dikarenakan dalam melakukan lari cepat atau sprint, atlet harus mampu melakukan gerakan berpindah cepat dari satu titik ke titik lain dalam waktu yang sangat singkat dan harus dilakukan dengan gerakan teknik berlari yang baik dan benar. Pengaruh kekuatan otot tangan juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam melakukan teknik gerakan lari. Dimana semakin besar kekuatan otot lengan dalam mengayun maka akan semakin cepat pula pergerakan kaki dalam berlari. Kekuatan tangan dibutuhkan pada akselerasi pertama saat tubuh keluar dari start blok, dimana atlet harus mampu mengayun kuat tangan yang bertujuan memberikan percepatan berlari pada saat akselerasi sehingga memberikan gerak yang seimbang antara gerakan ayunan tangan dengan kayuhan kaki. Jika kecepatan tangan tidak seimbang dengan kayuhan kaki pada saat keluar start blok akan dapat menyebabkan atlet tidak seimbang dalam mempertahankan keadaan tubuhnya dan fatal nya akan membuat atlet bisa terjatuh. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot lengan memiliki pengaruh terhadap Peningkatan Kecepatan Hasil Lari 60 meter Atlet PPLP (Pusat Pendidikan Latihan Pelajar) Atletik Dki Jakarta Tahun 2011. DESKRIPSI TEORETIS Hakikat Kekuatan Otot Lengan Kekuatan merupakan komponen dasar dalam melakukan setiap aktivitas fisik, termasuk olahraga. Untuk dapat melakukan keterampilan fisik yang baik, kekuatan otot merupakan salah satu komponen penting yang harus di miliki terlebih dahulu. Dengan kata lain, kekuatan merupakan komponen dasar yang harus di miliki sebelum mengembangkan kemampuan fisik lainnya. Menurut Pavo V Komi (1992:5) Kekuatan adalah daya pendorong maksimal yang dapat di lakukan oleh suatu otot atau kelompok otot dalam melakukan suatu kegiatan. Lebih lanjut Fox dan Mathews (1986:135) Kekuatan merupakan tenaga Fatah Nurdin,Aisyah Kemala, Kekuatan Otot Lengan Atlet Atletik PPLP................ 494 maksimal yang di lakukan suatu otot atau sekelompok otot yang bekerja melawan beban tertentu. Menurut Sharkeys (1986:221) kekuatan adalah tenaga maksimal yang dapat dihasilkan suatu otot atau kelompok otot dengan usaha tunggal. Bouchard (1975:76) mengemukakan kekuatan adalah kualitas tonus/tegangan untuk membangun kerja otot secara maksimal. Sejalan dengan pendapat di depan Bompa (1994:268) menyatakan bahwa kekuatan merupakan kemampuan saraf otot dalam menerima beban eksternal. Sedangkan kekuatan maksimal menurut Nossek (1982:89) adalah kekuatan terbesar yang dikerahkan oleh suatu otot atau sekelompok otot pada periode waktu tertentu. Berdasarkan pendapat dan pengertian di depan, maka dapat di gambarkan bahwa kekuatan adalah kemampuan atau kualitas otot dalam berkontraksi untuk mengatasi beban; baik beban tubuh sendiri maupun beban tubuh di tambah beban dari luar tubuh. Beban yang harus di atasi oleh tubuh mempunyai karakteristik yang berbeda beda. Penyebab tersebut dapat dilihat dari periode waktu dalam mengatasi beban, kualitas berat ringannya beban. Berdasarkan kondisi di atas, Bompa (1994:272-273) mengelompokkan kekuatan menjadi 6 bentuk, yaitu : (1) kekuatan umum ( general strength ), (2) kekuatan khusus ( specific strength ), (3) kekuatan maksimal ( maximum strength ), (4) daya tahan kekuatan ( strength endurance), (5) kekuatan daya ledak ( explosive power ), (6) kekuatan obsolut ( absolute strength ). Menurut dick (1989:121) kekuatan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain adalah: 1) kekuatan maksimal, yaitu kekuatan otot dalam kontraksi yang maksimal serta dapat melawan beban yang maksimal pula, 2) kekuatan kecepatan, yaitu kemampuan sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan, dan 3) kekuatan daya tahan , yaitu kemampuan daya tahan lamanya kekuatan sekelompok otot untuk melawan tahanan beban yang tinggi intensitasnya. Secara fisiologis, kekuatan suatu otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban.Secara mekanis kekuatan otot didenfikasikan sebagai gaya (force) GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012 495 yang dapat di hasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kali kontraksi maksimal. Zumerchik (1977:472) menyatakan kekuatan otot adalah kemampuan dari sebuah otot atau sekumpulan otot untuk menghasilkan tenaga. kekuatan otot diukur dari dengan besarnya kemampuan maksimal seseorang dapat mengangkat beban. Ini di kenal dengan istilah “ repetition maximum”. Untuk membandingkan kekuatan antara dua orang dapat digunakan dengan cara kekuatan absolute dan kekuatan relative. Kekuatan absolute adalah kemampuan maksimal seseorang dalam mengangkat beban untuk 1 kali angkatan ( 1 RM ). Jika A mempunyai kekuatan 1 RM 100 kg dan B mempunyai kekuatan 1RM 50 kg . Maka dapat dinyatakan bahwa A mempunyai kekuatan absolute lebih besar dari B. Kelemahan dari penggunaan kekuatan absolute sebagai pembanding adalah menguntungkan bagi orang yang mempunyai berat badan lebih besar , karena tidak melibatkan berat badan dalam perbandingannya. Sehingga akan lebih baik menggunakan kekuatan relative di tentukan dengan kekuatan absolute dibagi dengan berat badan. Jika A ternyata berat badannya 50 kg dan B berat badan 25 kg ternyata mereka mempunyai kekuatan yang relative sama yaitu 50 persen dari berat badannya, meskipun kekuatan absolutnya lebih besar A dibandingkan B. Dalam kaitan dengan penelitian ini, kekuatan yang di maksud adalah kekuatan lengan yang di gunakan menahan tubuh selama melakukan gerakan lateral push - up. Seseorang akan terampil melakukan lateral push - up salah satunya di tentukan oleh komponen kekuatan otot lengan. Faktor – faktor yang mempengaruhi kekuatan adalah: (1) jumlah serabut otot , (2) jumlah unit gerak yang paling mendukung saat bekerja, (3) kekuataan syaraf otot dalam merespon impuls syaraf, (4) kepadatan kapiler pada serabut otot, (5) sumber energy pada saat kontraksi dan (6) jumlah komponen yang menyusun serabut otot yang tersedia. Berdasarkan penjabaran diatas, Kekuatan otot lengan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam melakukan kontraksi untuk mengatasi beban tubuh, baik berat badan sendiri maupun mendapat berat dari luar tubuh. Jadi, kekuatan otot Fatah Nurdin,Aisyah Kemala, Kekuatan Otot Lengan Atlet Atletik PPLP................ 496 lengan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot lengan untuk melakukan kontraksi mengatasi beban Kerangka Berfikir Pengaruh kekuatan otot lengan juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam melakukan teknik gerakan lari. Dimana semakin besar kekuatan lengan dalam mengayun maka akan semakin cepat pula pergerakan kaki dalam berlari. Kekuatan tangan dibutuhkan pada akselerasi pertama saat tubuh keluar dari start blok, dimana atlet harus mampu mengayun kuat tangan yang bertujuan memberikan percepatan berlari pada saat akselerasi sehingga memberikan gerak yang seimbang antara gerakan ayunan tangan dengan kayuhan kaki. Jika kecepatan tangan tidak seimbang dengan kayuhan kaki pada saat keluar start blok akan dapat menyebabkan atlet tidak seimbang dalam mempertahankan keadaan tubuhnya dan fatalnya akan membuat atlet bisa terjatuh. Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot lengan memiliki pengaruh terhadap Peningkatan Kecepatan Hasil Lari 60 meter Atlet PPLP (Pusat Pendidikan Latihan Pelajar) Atletik Dki Jakarta Tahun 2011. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di GOR Ragunan Jakarta Selatan. Kegiatan penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah atlet putri atletik PPLP Dki Jakarta sejumlah 26 orang. Jumlah sampel adalah 15 orang yang diambil secara purposive yaitu atlet atletik khusus nomor Sprint. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot lengan adalah meteran dan Medicine Ball. Tahap pelaksanaannya adalah sebagai berikut: (a) testee mengambil awalan, dengan posisi duduk dikursi dengan punggung lurus.(b) bola dipegang menggunakan dua tangan sedekat mungkin dengan dada dibawah dagu, (c) GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012 497 tolakan dilakukan dengan meluruskan kedua tangan kedepan, (d) tali diikatkan pada dada testee dan dipegang oleh seorang pembantu pelaksana tes, dipertanhankan agar tetap tegang kebagian belakang, (e) jarak jatuhnya bola diukur sebagai indikator dari kekuatan otot lengan. Sementara itu instrumen untuk mengukur hasil lari 60 m adalah dengan stop watch. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskriptif Data Kekuatan Otot Lengan Deskripsi data penelitian ini meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata simpangan baku, berikut data lengkapnya : Table 1 Deskripsi Data Penelitian Variabel Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata Simpangan baku Kekuatan Otot Lengan Hasil Lari 60 m 8 25 13.47 5.73 7.73 9.45 8.54 0.54 Sesuai dengan hasil pengumpulan data dari lapangan tentang Kekuatan Otot Lengan diperoleh rentang skor antara 8 - 25 dan harga rata-rata sebesar 17,13 median 17, simpangan baku sebesar 5,73 dan varians sebesar 32,84. Dilanjutkan dengan mempergunakan metode Sturges, data hasil penelitian vairabel Kekuatan Otot Lengan disusun dalam daftar distribusi frekuensi, dan bentuk histogram sebagaimana yang disajikan pada tabel 3 dan gambar berikut. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kekuatan otot Lengan Kelas Interval 8 - 11,4 11,5 - 14,9 15 - 18,4 18,5 - 21,9 Frekuensi Absolut 3 3 2 2 Frekuensi Relatif (%) 20,00% 20,00% 13,33% 13,33% Fatah Nurdin,Aisyah Kemala, Kekuatan Otot Lengan Atlet Atletik PPLP................ 22 - 25,4 Jumlah 5 15 498 33,33% 100% Pada tabeltersebut diperoleh informasi data dari 15 sampel penelitian yang memperoleh skor Kekuatan Otot Lengan di atas kelompok rata-rata sebanyak 7 orang (46,67%). Berada pada kelompok rata-rata sebanyak 2 orang (13,33%) dan 6 orang (40%) berada di bawah rata-rata. 6 5 Frekuensi 4 3 2 1 0 4,575 5,325 6,08 6,835 7,59 8,345 Kelas Interval Kekuatan Otot Lengan Histogram Frekuensi Kekuatan Otot Lengan Lari 60 m Sesuai dengan hasil pengumpulan data dari lapangan tentang Lari 60M diperoleh rentang skor antara 7,73 – 9,45 dan harga rata-rata sebesar 8,54 median 8,51 simpangan baku sebesar 0,54 dan varians sebesar 0,29. Dilanjutkan dengan mempergunakan metode Sturges, data hasil penelitian vairabel Lari 60M disusun dalam daftar distribusi frekuensi, dan bentuk histogram sebagaimana yang disajikan pada tabel dan gambar berikut. GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012 499 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Lari 60M Kelas Interval 7,73 - 8,07 8,08 - 8,43 8,44 - 8,78 8,79 - 9,14 9,15 - 9,49 Jumlah Frekuensi Absolut 4 3 4 1 3 15 Frekuensi Relatif (%) 26,67% 20,00% 26,67% 6,67% 20,00% 100% Pada tabel tersebut diperoleh informasi data dari 15 sampel penelitian yang memperoleh skor Lari 60M di atas kelompok rata-rata sebanyak 7 orang (46,67%). Berada pada kelompok rata-rata sebanyak 4 orang (26,67%) dan 4 orang (26,67%) berada di bawah rata-rata. 4,5 4 3,5 Frekuensi 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 315,5 322,5 329,5 336,5 342,5 349,5 Kelas Interval Lari 60M Histogram Frekuensi Lari 60M Pengujian Hipotesis Hubungan kekuatan otot lengan dengan hasil lari 60M digambarkan dengan koefisien korelasi r sebesar 0,99 r2 = 0,98. Untuk mengetahui tingkat keberartian Fatah Nurdin,Aisyah Kemala, Kekuatan Otot Lengan Atlet Atletik PPLP................ 500 koefisien korelasi tersebut kemudian dilakukan uji statistika dengan uji t, seperti dapat dilihat dalam tabel berikut: Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) 10.139 .067 -.093 .004 OL a. Beta -.990 Correlations t Sig. Zero-order Partial 152.454 .000 -25.308 .000 -.990 -.990 Dependent Variabel Lari Uji signifikansi koefisien korelasi diatas terlihat bahwa thitung = 152.454 dengan angka signifikansi 0.000 (dibawah 0.05), berarti koefisien korelas r = -0.99 adalah signifikan. Dengan demikian hipotesis yang mengatakan terdapat hubungan yang negatif antara kekuatan otot lengan dengan hasil lari 60 m atlet atletik PPLP DKI Jakarta di dukung oleh data penelitian. Makin tinggi Kekuatan Otot Lengan makin cepat Lari 60M. Sebaliknya makin rendah Kekuatan Otot Lengan akan semakin panjang waktu tempuh Lari 60M. Analisis regresi linier sederhana antara Lari 60M dengan Kekuatan Otot Lengan, menghasilkan arah koefisien regresi “b” sebesar -0,93 dan konstanta “a” sebesar 10,139 dengan demikian bentuk hubungan antara variabel hasil Lari 60M dengan Kekuatan Otot Lengan digambarkan oleh persamaan regresi yaitu Ŷ = 10,139-0,93 X (Y adalah hasil lari 60 m, X adalah kekuatan otot lengan). Ini menunjukkan setiap kenaikan satu satuan kekuatan otot lengan akan terjadi penurunan waktu tempuh sebesar 0.93 detik. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan terdapat hubungan negative antara kekuatan otot lengan dengan waktu tempuh lari 60 m, Part -.990 GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012 501 sehingga untuk menurunkan waktu tempuh dapat dilakukan dengan meningkatkan kekuatan otot lengan atlet. Saran dalam memberikan latihan lari 60 m, pelatih perlu memperhatikan kembali aspek kekuatan otot lengan dan diperlukan upaya yang lebih baik lagi dalam meningkatkan kekuatan otot lengan atlet pelari jarak pendek. DAFTAR PUSTAKA Sajoto.M.1988. Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang:Dahara Prize. Pavo v. komi. 1992, Strength and Power in Sport. Oxford : Blackweel scientific publications. Fok dan Mathews.1986. The Physiological Bases of Physical Education and Atheketics. New York: Holt wb Saunders co. Brian J. Sharkeys.1986. Coaches Guide For Sport. Champaign , Illionis : Human public Kinetic. Bouchard.1975. Problem of Sport Medicine, Ssport, Training and Coaching Education Boston: Sport Olimpic Solidarity, IOC. Bompa,1974, Theory and Methodology of Training (Dubuque, Iowa:Kendal Hunt Publishing. Joseph Nosek.1982., General theory of Training. Lagos: Pan African Frank w . Dick.1989. Training Principles. London: A&C Black publishers Ltd. Zumerchik, john.1977. Encyclopedia of Sport Sience Volume II. New York : Simon & Schuster MacMillan