Penerapan Low Carbon Economy dalam Penataan Ruang Oleh : Ir. Imam S Ernawi,MCM,MSc Direktur Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU Spatial planning can be seen as an effort to optimize space utilization. To optimize mean allowing sectoral developments grow optimally in one hand and protecting environmental sustainability in the other hand. In this light, spatial planning spirit is very similar to that of low carbon economy, fostering growth while maintaining environmental sustainability. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi “Gas Rumah Kaca” di atmosfer adalah penjelasan singkat dari apa yang selama ini kita sebut dengan “Pemanasan Global”. Pemanasan ini akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia yang menyebabkan menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan akibat kenaikan suhu. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim terjadi akibat aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) sertakegiatan lain yang berhubungan dengan hutan, pertanian, dan peternakan. Aktivitas manusia di kegiatankegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan kuantitas Gas Rumah Kaca secara global. Pemanasan Global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menyebabkan banjir dan erosi. Indonesia merupakan negara yang Penerapan Low Carbon Economy Pembangunan yang berdasar pada keuntungan ekonomi, tanpa menghiraukan dampak ekologis terbukti menyebabkan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Fenomena ini menjadi salah satu penyebab deviasi iklim. Maka dari itu, konsep Low- Carbon Economy (LCE) menjadi fokus penting dalam kerangka kerja pengendalian deviasi iklim. Menurut Youngshung Cho (Korean University) LCE atau green growth dapat diartikan sebagai pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth) yang dapat menekan polusi dan produksi gas rumah kaca. Sebagai salah satu alat untuk pengendalian pembangunan, penataan ruang dapat menekan produksi gas rumah kaca dengan menerapkan skenario LCE ke dalam proses penataan ruang. Pada dasarnya, penataan ruang dapat dilihat sepagai upaya dalam pengoptimalisasi penggunaan ruang. Optimalisasi dalam hal ini berarti memberikan kesempatan pada sektor untuk berkembang secara maksimal tanpa mengabaikan kualitas lingkungan hidup. Maka penataan ruang pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan LCE yaitu mendukung pembangunan dengan tetap menjaga kualitas lingkungan. Green Growth dapat diartikan sebagai pertumbuhan yang berkelanjutan yang dapat menekan polusi dan produksi gas rumah kaca. Sejak ditetapkan pada tahun 2007 Undang-Undang No. 26 tentang Penataan Ruang konsep LCE sudah menjadi pertimbangan. Tertulis di dalamnya, bahwa penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam undang-undang ini, dijelaskan bahwa perencanaan penataan ruang dapat dilakukan berdasarkan sistem, fungsi utama, wilayah administratif, kegiatan utama pada wilayah tersebut, dan nilai strategis wilayah. Kriteria ini selebihnya diatur dalam peraturan dan kebijakan pendamping. Konsep LCE dapat digunakan sebagai salah satu skenario alternatif dalam topik utama mewujudkan tujuan penataan ruang. Namun konsep ini harus dapat diadaptasi dalam strategi penataan ruang, termasuk struktur dan pola penataan ruang. Untuk rencana yang lebih detail, penerapan konsep LCE harus diatur dalam kebijakan yang lebih detail dan lebih mendalam untuk penggunaan ruang dan pola pemanfaatan ruang. Penerapan konsep LCE dalam penataan ruang merupakan suatu investasi yang sangat menguntungkan, salah satunya adalah perwujudan target nasional dalam pengurangan emisi gas buang sebanyak 26%. Konsep ini juga dapat mendatangkan investor, terutama investor yang bergerak dalam bidang yang berbasis lingkungan hidup. Jika konsep ini diterapkan secara tepat, Indonesia akan mendapat pengakuan internasional dalam penerapan konsep LCE. Lebih lanjut, upaya pengarus utamakan konsep LCE ke dalam penataan ruang dilakukan dengan mengintroduksi konsep tersebut ke proses penataan ruang secara keseluruhan. Sebagai contoh, dalam perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi hendaknya telah memasukan aspek keberlanjutan, kebijakan green economy, dan kebijakan pengurangan emisi karbon. Rencana struktur tata ruang hendaknya sudah mengakomodasi konsep sustainability urban living dan low-carbon mobility. Konsep smart growth, compact cities, dan green cities hendaknya dapat diaplikasikan dalam rencana pola ruang. Kerangka Pemikiran Skenario Pengarusutamaan Low Carbon Economy dalam Penataan Ruang: Peluang dan Kendala 1. Pengertian tentang konsep LCE harus diperhatikan, dan harus dipahami oleh seluruh lapisan pemerintahan 2. Harus adanya definisi standar, parameter, variabel dan indikator yang jelas dan terukur berhubungan dengan konsep LCE, agar setiap perencanaan yang dibuat dapat teranalisis; 3. Tersedianya pedoman dan sumber daya manusia yang berkompeten dalam penerapan LCE. Pedoman penerapannya sudah dalam tahap penyusunan, dan termasuk dalam Rencana Tata Ruang. Namun setiap institusi memiliki pedoman masing -masing, pedoman tersebut harus diharmonisasikan untuk menghindari tumpang-tindih kebijakan. Sumber daya manusia harus difokuskan dalam pemerintah daerah di mana tingkat kompetensi SDM masih lemah. 4. Sampai saat ini, baru 20 provinsi (61%), 42 kabupaten (11%) dan 16 kota (17%) yang telah mendapatkan persetujuan substansi. Kendala yang terdapat dalam persetujuan substansi adalah proses persetujuan yang panjang, mulai dari persetujuan substansi dalam tingkat lokal, nasional (BKPRN) dan persetujuan pelepasan kawasan hutan. 5. Pelaksanaan dari implementasi yang masih ambigu, dan perlu diingat tidak semua langkah dapat diterapkan dalam Rencana Tata Ruang. Ketahanan Pangan 16 Namun terdapat beberapa kendala dalam penerapan konsep LCE ini, yaitu: Walaupun masih banyak kendala dalam penerapan ini, namun dengan cara yang tepat, penerapan konsep ini akan mengangkat nama Indonesia di mata dunia dalam penerapan konsep ramah lingkungan.