PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), EARNING PER

advertisement
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), EARNING PER SHARE (EPS),
RETURN ON ASSET (ROA) DAN UKURAN PERUSAHAAN (FIRM SIZE) TERHADAP
HARGA SAHAM
(Studi Pada Perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Fitriana Wahyuni
NIM: 1110046100187
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
---
Pengaruh Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), Return On Assel (ROA)
dan Ukuran Perusahaan (Firm,Siee) terhadap Horga Saham
(Studi Pada Perusahaan yang listin gdi fakarra Islamic IndacPeriode 2008-2012)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Psrsyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Fitriana Wahyuni
1
I 10046100187
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing
I
Pembimbinrt'
-.,O
D,
Rr. Tini Anesraini. ST. M.Si
.
M. Fadlillah tr'auzukhaq. MA. PhD
KONSENTRASI PERBAIIKAN SYARIAII
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKT]LTAS SYARHH DAI\I I{UKUM
UNIVARSITAS ISLAM I\TEGERI SYARII' IIIDAYATT'LLAH
JAKARTA -20T4
ii
\
7"
PENGESAIIAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul 'PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), EARIIING PER
SHARE (EPS), RETURN ON ASSET (ROA) DAr\t UKITRAN PERUSAHAAT\I OrRM
slzr') TERIIADAP HARGA SAHAM (STIJDI PADA PERUSAIIAAI\I YAI\tc LISTING
DI JAKARTA ISLAMIC INIIEX PERIODE 2008-2012)' telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyatr Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri ([III{) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada 7 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat @konomi Islam).
Jakart4 17 Agustus 2014
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
'R H. JM. Muslimin. M.A
NIP. 196800812199903 l0l4
PAI\TITIA UJIAN
l. Ketua
: Dr. Euis Amalia M.Ag.
NrP. l 97 I 07 01199832002
2. Sekretaris
:
Mu'min Rouf. M.A.
NIP. 19700416199703 1004
3. Pembimbing
I
:
Rr. Tini Anegraini. ST. M.Si.
4. Pembimbing
II
:
M. Fadlillah Fauzukhaq. MA. PhD.
5. Penguji
I
: Sofran Rizal. M. M.
6. Penguji
tI
:
Dwi Nur'aini lhsan. S.E.. M.M.
iii
rfr
|t.! '\
(...
.
LEMBAR PER}TYATAAI\I
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1.
Slaipsi dengan judul *Pengruh Ecotwmic Yalue Added (EVA), Ewning
Per Share (EPS), Rehtrn On Asset (ROA) dan llkuran Perusahaan (Firm
Sze) ierhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan yang listing di
Jalrarta hlamic Index Periode 2A08-ZAL2)" adalah hasil karya asli saya
sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyarafan memperoleh
gelar sfrata
I
(satu)
di
Univereitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
,,
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ini telah saya
di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayahrllah Jakarta
3.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplalran dari karya oftrng lain, maka saya benedia
menerima sanksi yang berlaku
di Universitas Islarn Negeri
Syarif
Hidayatnllah Jakarta.
Jakart4 18 Jrmi 2014
X'itriana lVahyuni
tv
ABSTRAK
Fitriana Wahyuni. NIM 1110046100187. PENGARUH
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), EARNING PER SHARE (EPS),
RETURN ON ASSET (ROA) DAN UKURAN PERUSAHAAN (FIRM
SIZE) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2008-2012). Program
Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah Dan
Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435/2014 M.
Skripsi ini bertujuan untuk menemukan pengaruh Economic
Value Added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan
(Firm Size) terhadap Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII) selama periode 2008-2012. Harga Saham yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data semester (tengah tahun) yang diambil pada
bulan Juni dan Desember. Faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap
Harga Saham dalam penelitian ini adalah Economic Value Added, Earning Per
Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size).
Teknik Sampling yang digunakan disini adalah purposive
sampling. Berdasarkan kriteria dalam penelitian ini diperoleh sampel sebanyak
7 perusahaan, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis regresi berganda menggunakan SPSS 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Economic Value Added,
Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size)
secara bersama sama atau simultan berpengaruh terhadap harga saham,
begitupun secara parsial Economic Value Added, Earning Per Share, Return
On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) juga masing-masing berpengaruh
terhadap harga saham.
Kata kunci
Pembimbing
: Economic Value Added, Earning Per Share, Return On
Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) dan Harga Saham.
: Ir. RR. Tini Anggraeni, M. Si.
M. Fadlillah Fauzukhaq, MA. PhD
v
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrahmanirrahim”
Segala puji bagi ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan
kepada kita semua. Shalawat serta salam terhaturkan kepada junjungan umat Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita semua yang senantiasa
istiqomah dalam menjalankan sunnah-Nya.
Alhamdulillah, atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Skripsi dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, Earning Per share,
Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap Harga Saham”
(Studi Kasus Perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index Tahun
2008-2012). Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skirpsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika
penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan yang dimiliki penulis.
Namun berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan rasa hormat penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
vi
1. Allah SWT, yang selalu memberikan berkah rahmat dan hidayah sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi.
2. Keluarga ku, Bapak dan Mama yang menjadi motivasi dan semangat terbesar
dalam penyelesaian skripsi ini, yang tiada hentinya memotivasi, memberi
kasih sayang dan selalu mendoakan sepenuh hati. Serta saudara-saudaraku, Iin
kakakku, dan ketiga adikku Adi, Ifa, dan Ina, yang selalu memberikan
semangat, hiburan, dan kasih sayang persaudaraan yang kuat. Aku sangat
menyayangi kalian.
3. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menuntut ilmu di Program Studi Muamalat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Phil. JM Muslimin, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut
ilmu di Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag selaku Ketua Jurusan Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menuntut ilmu di Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Rr. Tini Anggraini, ST, M.Si selaku pembimbing 1 yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi pengarahan serta bimbingan dalam proses
penyusunan skripsi.
vii
7. Bapak M. Fadlillah Fauzukhaq, MA. PhD selaku pembimbing 2 yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberi pengarahan serta bimbingan
dalam proses penyusunan skripsi.
8. Segenap dosen pengajar Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dengan bimbingan dan curahan ilmu serta bantuannya sehingga
penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalam di bidang Perbankan
Syariah.
9. Dovan Wida Perwira, Partner in my life who always giving me big support,
prayer and would do anything for me.
10. Alif Ridwan, my bestfriend and sometimes my only bestfriend who always
care and help me no matter what.
11. Sahabat - sahabatku seperjuangan, Mega, Kiki, Puput, Shendy, Ei, Ira, Lukas,
Arianto, Fatih, Fuadi, Adit. Terimakasih atas dukungan, dorongan, suka duka
dan persahabatan yang menyenangkan. Thank you for being my bestfriend.
Semoga kita selalu sukses bersama dalam menggapai mimpi terindah.
12. Teman – teman kelas Perbankan Syariah D 2010. Terimakasih atas
kebersamaan dan canda tawa selama 4 tahun ini. How glad for me to being
part of PS-D Squad. Salam sukses untuk kita bersama.
13. Teruntuk ke tujuh belas belas sahabatku di KKN Mozaik, yang telah bersamasama mensukseskan Kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Pasir Ahad, Desa
Parakan Muncang selama sebulan penuh. Unforgettable Moment.
viii
14. Teman – teman seperjuangan lainnya, Rosdiana dan Anis, terimakasih sudah
berjuang, belajar dan bimbingan bersama-sama.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan kepada penulis, Aamiin Allohumma Aamiin. Dan
semoga Skripsi ini dapat bermanfaat menjadi bahan masukan dan tambahan
wawasan bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf
apabila dalam penyajian Skripsi ini terdapat kesalahan dan kekurangan.
Fitriana Wahyuni
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat penelitian ......................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Syariah .......................................................................... 13
1. Pengertian dan Konsep Pasar Modal ............................................. 13
x
2. Pengertian dan Konsep Pasar Modal Syariah .............................. 16
3. Jakarta Islamic Index (JII) .......................................................... 19
B. Kinerja Keuangan ............................................................................ 25
C. Analisis Laporan Keuangan .............................................................. 27
1. Economic Value Added (EVA) ..................................................... 28
2. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ................................................... 31
D. Analisis Rasio Keuangan ................................................................. 32
1. Earning Per Share (EPS) ............................................................. 33
2. Return On Assets (ROA) ............................................................. 35
E. Harga Saham .................................................................................... 36
F. Review Studi Terdahulu ................................................................... 39
G. Kerangka Konsep ............................................................................ 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 48
B. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 48
C. Teknik Penentuan Sampel ................................................................ 49
D. Teknik Pengambilan Data ............................................................... 52
E. Metode Analisis Data ....................................................................... 53
1. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 53
xi
a. Uji Normalitas ....................................................................... 53
b. Uji Multikolinieritas .............................................................. 55
c. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 57
d. Uji Autokorelasi .................................................................... 61
2. Persamaan Regresi ........................................................................ 65
3. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 66
F. Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 72
G. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 78
H. Hipotesis ........................................................................................... 81
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ............................................ 84
B. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 90
1. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 90
2. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................ 94
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 96
4. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 100
C. Hasil Analisis Regresi Berganda .................................................... 103
1. Hasil Uji F .................................................................................. 103
2. Hasil Uji T .................................................................................. 105
xii
3. Hasil Persamaan Regresi ............................................................ 113
4. Koefisien Determinasi ................................................................ 116
D. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................ 118
1. Pengaruh Secara Simultan .......................................................... 118
2. Pengaruh Secara Parsial ............................................................... 119
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 116
B. Saran ................................................................................................ 118
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 120
LAMPIRAN .................................................................................................... 124
xiii
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Prinsip Pasar Modal Syariah……………………………. 22
3.1
Sampel Perusahaan……………………………………… 51
3.2
Uji Autokorelasi………………………………………… 64
4.1
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov…… 93
4.2
Hasil Uji Multikolinieritas……………………………… 94
4.3
Hasil Uji Nilai Pair-Wise Correlation………………..…
95
4.4
Hasil Uji Metode Rank Spearman…………………...…
98
4.5
Hasil Uji Durbin Watson……………………………….
100
4.6
Hasil Uji Run Test……………………………………..
102
4.7
Hasil Uji F……………………………………………..
103
4.8
Hasil Uji T……………………………………………..
105
4.9
Model Persamaan Regresi……………………………..
113
4.10
Uji Koefisien Determinasi…………………………….
116
xiv
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Grafik Pertumbuhan Harga Indeks JII, LQ45 dan
Kompas 100 di BEI tahun 2008-2012………………...
1.2
2
Deskripsi data Harga Saham Perusahaan JII yang
Terdaftar di BEI tahun 2008-2012…………………….
4
2.1
Kerangka Konsep………………………………………
42
3.1
Kerangka Pemikiran……………………………………
80
4.1
Deskripsi data Harga Saham Perusahaan JII Yang
terdaftar di BEI tahun 2008-2012…………………….
4.2
Deskripsi data EVA Perusahaan JII Yang terdaftar
di BEI tahun 2008-2012………………………………
4.3
87
Deskripsi data ROA Perusahaan JII Yang terdaftar
di BEI tahun 2008-2012………………………………
4.5
86
Deskripsi data EPS Perusahaan JII Yang terdaftar
di BEI tahun 2008-2012………………………………
4.4
85
88
Deskripsi data Ukuran Perusahaan (Firm Size) JII Yang
terdaftar di BEI tahun 2008-2012…………………….
xv
89
4.6
Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram……………….
4.7
Hasil Uji Normalitas
91
Normal P-Plot Regression Standarized………………
92
4.8
Hasil Uji Scatterplot…………………………………..
97
4.9
Tabel Durbin Watson…………………………………
101
4.10
Data Harga Saham dan EPS PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk………………………………..
xvi
122
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
ketika perusahaan tersebut dijual. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan
semakin sejahtera pula pemiliknya. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di
pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai
perusahaan. Jadi, bagi perusahaan yang berada di pasar modal, tujuan perusahaan
akan berfokus pada cara untuk menaikkan harga saham (sebagai indikator nilai
perusahaan). Memaksimumkan harga saham akan meningkatkan nilai perusahaan.
Semakin tinggi nilai suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula
kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Kemakmuran yang
diterima oleh pemilik perusahaan merupakan kekayaan bagi perusahaan tersebut.
Semakin kaya sebuah perusahaan, maka akan semakin senang pemilik perusahaan
tersebut. Dari pemikiran tersebut, terlihat jelas pentingnya peningkatan harga saham
suatu perusahaan bagi para pemilik modal.
Salah satu indeks saham sektoral BI yang memiliki tingkat harga saham yang
cukup baik dan memenuhi syariah Islam adalah Jakarta Islamic Index. Jakarta
Islamic Index merupakan respon akan kebutuhan informasi mengenai investasi secara
islami. Tujuannnya adalah sebagai tolak ukur standar dan kinerja bagi investasi
1
2
saham secara syariah dipasar modal dan sebagai sarana untuk meningkatkan investasi
di pasar modal syariah. Pasar modal syariah menjadi alternatif investasi bagi pelaku
pasar yang bukan sekedar ingin mengharapkan tingkat pengembalian saham tetapi
juga ketenangan dalam berinvestasi.
Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Harga Indeks JII, LQ45 dan Kompas100
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2008
2009
2010
2011
2012
JII
216.19
417.18
532.9
537.03
594.79
LQ45
270.23
498.29
661.38
673.51
735.04
330
612
860
865
946
Kompas100
Sumber: Data diolah
Sepanjang tahun penelitian 2008-2012, indeks LQ-45 mencatat pertumbuhan
sebesar 464,8 dengan presentase tingkat keuntungan 1,72%, lalu indeks berikutnya
yaitu Jakarta Islamic Index (JII) yang berisi 30 saham yang memenuhi syarat saham
3
syariah mengalami kenaikan sebesar 378,6 dengan presentase tingkat keuntungan
sebesar 1,75%.1 Kemudian indeks Kompas 100 mengalami kenaikan 1,86 persen.
Fenomena yang terjadi yakni Jakarta Islamic Index (JII) mengalami
peningkatan yang cukup baik dan mampu bersaing apabila dibandingkan dengan
beberapa indeks lainnya. Meskipun perbandingan dengan indeks lainnya tidak
terlampau jauh. Keberadaan Jakarta Islamic Index (JII) belum lama di BEI tetapi
perkembangan indeks nya menunjukkan prestasi yaitu mengalami peningkatan yang
cukup baik.
Alasan penulis menggunakan objek penelitian Jakarta Islamic Index (JII)
karena JII merupakan indeks saham perusahaan yang memenuhi kriteria investasi di
pasar modal berdasarkan sistem syariah islam sehingga mendapatkan perhatian yang
cukup besar terhadap kebangkitan ekonomi Islam saat ini. Saham-saham tersebut juga
merupakan saham-saham dengan kapitalisasi besar sehingga penelitian terhindar dari
potensi penggunaan saham tidur.
1
Otoritas Jasa Keuangan, “Data pertumbuhan harga indeks di BEI”, Artikel diakses pada 13
Agustus 2014, pukul 21:03 dari http://www.ojk.go.id/data-statistik-pasar-modal?pg=5..
4
Gambar 1.2
Deskripsi data Harga Saham Perusahaan Jakarta Islamic Index Yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
35,000
30,000
25,000
20,000
AALI
INTP
KLBF
15,000
10,000
PTBA
SMGR
TLKM
5,000
UNVR
0
Sumber: Data Diolah
Pada gambar 1.1 diatas dapat dilihat perubahan perubahan yang terjadi pada
harga saham dari 1 semester ke semester berikutnya pada perusahaan yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2008-2012. Sifat saham adalah fluktuatif
yakni memiliki arti tidak tetap, berubah-ubah (labil) dan bersifat naik turun. Harga
saham di pasar modal yang diperdagangkan terbentuk dari konsesus yang disepakati
oleh pembeli dan penjual yang terjadi di lantai bursa yang akan bergerak sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham bursa.
5
Oleh karena itu, Investor untuk berinvestasi dipasar modal memerlukan
pertimbangan yang matang, sehingga informasi yang relevan dengan kondisi pasar
modal merupakan sesuatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya
melakukan pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu sistem keuangan
memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian. Informasi
kinerja dan kesehatan perusahaan yang masuk pasar modal dibutuhkan oleh investor
guna mengetahui kemampuan dan pertumbuhan perusahaan menghasilkan laba.
Dalam melakukan investasi, seseorang investor atau calon investor akan
membandingkan apakah return saham suatu perusahaan lebih besar dari pada
resikonya. Karena apabila keputusan investasi yang salah akan menyebabkan
hilangnya sejumlah modal karena harga beli lebih tinggi daripada harga jual saham
(capital loss) yang bisa jadi sangat besar, sedangkan keputusan investasi yang tepat
akan mendatangkan dividen dan menambah capital gain dari investasi yang
dilakukan.2
Informasi fundamental yang baik adalah informasi yang mampu mencerminkan
kinerja atau nilai perusahaan yang dalam hal ini dicerminkan oleh harga saham.
Informasi fundamental merupakan faktor internal yang berasal dari perusahaan
berupa laporan keuangan. Faktor internal ini dapat mempengaruhi pergerakan harga
saham. Di antaranya adalah Economic Value Added (EVA), Earning Per Share
2
Farihah, Ipah dan Murdiyah Hayati. ”Analisis Economic Value Added dan Market Value
Added,” ETIKONOMI: Jurnal Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. 8 No. 1 (2009): h.78
6
(EPS), Return On Asset (ROA) dan Ukuran perusahaan (Firm Size).
Dalam Ipah dan Murdiyah (Jurnal Ekonomi UIN) 3, dinyatakan bahwa Stern
Stewart & Co terutama George Bennet Stewart III menemukan bahwa Economic
Value Added (EVA) yang berhasil diciptakan oleh perusahaan adalah faktor yang
paling relevan dalam pembentukan nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian mereka
di Amerika Serikat, Economic Value Added dianggap paling memiliki korelasi
dengan perubahan dan penciptaan nilai saham dipasar modal.
EVA (Economic Value Added) adalah metode manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua
biaya operasi dan biaya modal. Dan merupakan ukuran keberhasilan manajemen
perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.
Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya
nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham
perusahaan. Hasil penelitian mengenai EVA dilakukan peneliti sebelumnya oleh
Sawaldi4, Niekie Arwiyanti5, menyatakan bahwa secara parsial Economic Value
added berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Namun penelitian
3
Farihah, Ipah dan Murdiyah Hayati. ”Analisis Economic Value Added dan Market Value
Added,” ETIKONOMI: Jurnal Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. 8 No. 1 (2009): h.80
4
Sawaldi. “Pengaruh EVA dan rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah 2007-2010”. (Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi, UIN Kalijaga Yogyakarta, 2013).
5
Arwiyanti, Niekie. “Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga saham
pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro Semarang, 2012).
7
EVA terhadap harga saham yang dilakukan oleh Widyatmini6, menyatakan bahwa
Economic Value added tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham sehingga
EVA kurang tepat digunakan dalam memprediksi harga saham.
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio pasar modal yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar
saham biasa yang beredar. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Indrayuni Ramarti7, Nazula Fatmawati8, dan Tamara Oca9, menyatakan bahwa secara
parsial Earning Per Share berpengaruh positif terhadap harga saham. Hal ini
dibuktikan bahwa EPS yang lebih besar menandakan kemampuan perusahaan yang
lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham yang
diterbitkan. Perusahaan-perusahaan yang mampu memberikan laba per lembar saham
akan menarik para investor untuk menginvestasikan dana nya pada saham perusahaan
tersebut.
Return On Asset (ROA) menunjukkan tingkat pengembalian investasi yang
telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya.
Return on Assets (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan.
6
Widyatmini & Michael Valentino, “Pengaruh Pertambahan Ekonomis dan Analisis
Fundamental Terhadap harga saham”. (Artikel Ekonomi Univ Gunadarma, 2009)
7
Ramarti, Indrayuni. “Analisis Pengaruh Rasio Nilai Pasar, Profitabilitas, Solvabilitas,dan
Likuiditas terhadap harga saham LQ 45 tahun 2006-2010.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012).
8
Fatmawati, Nazula. “Analisis Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham
JII 2005-2007”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010).
9
Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan
Industri di BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2012)
8
ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan
perusahaan dalam mendayagunakan jumlah assets yang dimiliki, ROA akan dapat
menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham10. Hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Sarton Sinambela11, menyatakan bahwa variabel Return On
Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Variabel Firm size atau ukuran perusahaan sangat bergantung pada besar
kecilnya perusahaan. Perusahaan besar lebih mudah memperoleh pinjaman karena
nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga
lebih tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Nur Hidayati12, Dena Aksinia13 yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan
(Firm Size) berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Karena menurut
Widjaja dalam Tamara Oca14, Ukuran Perusahaan (Firm Size) adalah suatu ukuran
yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, ratarata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar memiliki
total aktiva yang besar pula sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut dan akhirnya saham tersebut mampu bertahan
10
Susilowati, Yeye. “Reaksi Signal Rasio profitabilitas dan Rasio solvabilitas terhadap
Return saham perusahaan”. Profitability and solvability ratio reaction signal toward stock return
company: Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3 No.1, (Mei 2011)
11
Sarton, Sinambela. “Pengaruh return on assets, return on equity, price earning ratio, dan
debt to equity ratio terhadap harga saham perusahaan.” Majalah Forum Ilmiah Universitas Jakarta,
Vol. 13 no. 9, (2009)
12
Hidayati, Nur. “Analisis pengaruh Kinerja finansial dan firm size terhadap harga saham
perusahaan LQ-45 2003-2005”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNS, 2009)
13
Aksinia, Dena. “Pengaruh ROE dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham Perbankan
dimoderasi oleh variabel Harga Emas”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka, 2013).
14
Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan
Industri di BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2012), h.3
9
pada harga yang tinggi. Namun hasil penelitian Widjaja (2009:29) pada akhirnya
menunjukkan bahwa pengaruh firm size terhadap prospek saham perusahaan tidak
signifikan.
Secara teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
keempat faktor faktor fundamental diatas memiliki hubungan dengan harga saham.
Atas dasar inilah maka penelitian ini memilih keempat rasio keuangan tersebut yakni
EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan sebagai variabel yang dapat memprediksi
perubahan terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam indeks Jakarta
Islamic Index periode 2008-2012.
Upaya untuk melakukan penelitian terhadap harga saham dilakukan oleh
setiap analis pasar modal dan investor dengan tujuan untuk memperoleh tingkat laba
abnormal. Analis teknikal berpendapat bahwa sesungguhnya estimasi nilai faktor
fundamental sangat mendukung untk memperoleh peluang laba abnormal, karena
mereka lebih tajam dalam menganalisis faktor fundamental. Karena kompleksitas
analisa yang dilakukan, maka analis harus memiliki kualifikasi yang baik untuk
menganilisis laporan keuangan emiten.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, untuk itu penulis tertarik
melakukan penelitian tentang “PENGARUH EVA (Economic Value Added), EPS
(Earning Per Share), ROA (Return On Asset) DAN UKURAN PERUSAHAAN
(Firm Size) TERHADAP HARGA SAHAM DI JII (Tahun 2008-2012).”
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat dirumuskan dalam bentuk rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan secara simultan
mempengaruhi harga saham (Studi pada perusahaan yang terdaftar pada JII
tahun 2008-2012)
2. Apakah EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan secara parsial
mempengaruhi harga saham (Studi pada perusahaan yang terdaftar pada JII
tahun 2008-2012)
3. Seberapa besar pengaruh variabel EVA, EPS, ROA dan Ukuran perusahaan
terhadap harga saham (Studi pada perusahaan yang terdaftar pada JII tahun
2008-2012)
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis membatasi penelitian ini yaitu
penelitian mengenai EVA (Economic Value Added) untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah perusahaannya, EPS
(Earning Per Share) untuk melihat seberapa besar Earning (pendapatan) bagi
pemegang saham yang diperoleh tiap lembar sahamnya, ROA (Return On Asset)
untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan
total aset yang ada, dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) untuk menggambarkan besar
11
kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva. Yang mana penelitian
ini dilakukan pada salah satu indeks di BEI yaitu Jakarta Islamic Index dengan kurun
waktu terbaru selama 5 tahun yaitu 2008-2012. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data persemester (6 bulan) yang jatuh pada bulan Juni dan
Desember.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan secara
simultan mempengaruhi harga saham (studi kasus Perusahaan yang terdaftar
pada JII tahun 2008-2012).
b. Menganalisis pengaruh EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan secara
parsial mempengaruhi harga saham (studi kasus Perusahaan yang terdaftar
pada JII tahun 2008-2012).
c. Menganalisis seberapa besar pengaruh variabel EVA, EPS, ROA dan Ukuran
perusahaan terhadap harga saham (Studi pada perusahaan yang terdaftar pada
JII tahun 2008-2012)
12
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak pihak yang berkepentingan,
yakni:
a. Bagi Penulis, mampu menganalisis dengan baik laporan keuangan
perusahaan, dan mendapatkan solusi keputusan berinvestasi atas analisa
saham perusahaan.
b. Bagi Investor maupun calon investor, dapat dijadikan pertimbangan dalam
melakukan serta mengambil keputusan investasi sehingga mendapatkan hasil
sesuai yang diharapkan.
c. Bagi manajemen perusahaan, perhitungan kuantitatif diharapkan dapat
menunjukkan hubungan atau pengaruh EVA, EPS, ROA dan Ukuran
Perusahaan terhadap harga saham. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat
membantu manajer keuangan dalam mengambil keputusan.
d. Bagi akademis, penelitian ini dapat memberikan bukti secara empiris
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham, sehingga
dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam serta
sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang harga saham.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PASAR MODAL SYARIAH
1. Pengertian dan Konsep Pasar Modal
Perusahaan adalah lembaga yang melakukan usaha atau aktivitas
ekonomi sebagai produsen dan pencipta nilai tambah. Dibidang investasi
perusahaan yang melakukan usaha lazim disebut investor. Investor sangat
diperlukan dalam pengembangan investasi. Tanpa adanya investor, tentu
investasi tidak dapat dilaksanakan. Selanjutnya investor tidak akan tertarik
untuk investasi, bila iklim usaha yang diciptakan oleh pemerintah
masyarakat kurang kondusif dan tidak menarik.
Pasar modal (capital market) menyediakan fasilitas untuk menanam
dana atau mendapatkan modal untuk investasi jangka panjang. Alasan
utama orang memilih meminjam dana jangka panjang ialah untuk
mengurangi risiko naiknya tingkat bunga sebelum ia melunasi utang
tersebut. Namun, pengurangan risiko itu justru menimbulkan beban biaya
karena tingkat bunga jangka panjang kebanyakan lebih tinggi dari tingkat
bunga jangka pendek.
Pelaku utama yang menerbitkan sekuritas pasar modal ialah
pemerintah dan perusahaan. Pemerintah biasanya menerbitkan promes
13
14
jangka panjang dan obligasi untuk memperoleh dana pembangunan,
misalnya jalanan dan fasilitas umum lainnya. Perusahaan-perusahaan
menerbitkan saham untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Saham
adalah surat bukti kepemilikan (ekuitas) terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Harapan pemilik saham adalah pembagian laba (dividen)
dari perusahaan yang bersangkutan.
Perdagangan dalam pasar modal terjadi, baik dalam pasar perdana
maupun pasar sekunder. Pasar perdana adalah pasar untuk penawaran
pertama kepada publik sesudah melakukan IPO (initial public offering).
Melalui transaksi dalam IPO dan pasar perdana inilah perusahaan penerbit
sekuritas sesungguhnya menerima dana. Penerbitan sekuritas selalu
didahului dengan initial public offering (IPO).
Perdagangan selanjutnya terjadi dalam pasar sekunder. Pasar
sekunder bermanfaat bagi pemilik sekuritas untuk menjual sekuritas, baik
karena alasan untuk memperoleh likuiditas maupun untuk memperoleh
keuntungan atas kenaikan harga sekuritas tersebut.1
Menurut Tjiptono dan Hendy, Pada dasarnya pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas
(saham), instrument derivatif, maupun instrument lainnya. Pasar modal
1
Darmawi, Herman. Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), h. 104
15
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
demikian, pasar modal memfasilitiasi berbagai sarana dan prasarana
kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.2
Penerimaan yang diperoleh dari tabungan yang sudah digunakan
melalui pasar modal keuangan disebut pendapatan modal. Dua bentuk
pendapatan modal yang paling penting adalah bunga dan laba. Bunga
adalah biaya yang dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman.
Bunga merupakan imbalan bagi rumah tangga atas penundaan pemenuhan
kepuasan saat ini, dan laba merupakan imbalan bagi wirausahawan atas
investasi dan risiko yang diambilnya. Dalam masyarakat industri modern,
keputusan investasi (keputusan produksi modal) terutama diambil oleh
perusahaan. Rumah tangga memutuskan berapa banyak menabung, dan
dalam jangka panjang, tabungan membatasi jumlah investasi yang dapat
dilakukan perusahaan. Pasar itu berfungsi untuk mengarahkan tabungan
ke proyek investasi yang mampu menghasilkan laba.3
Pasar Modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu Negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus: fungsi ekonomi
dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi
2
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 1
3
Case, Karl & Ray C. Fair. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. (New Jersey: PT. INDEKS,
2003). h. 282
16
karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan
dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu
investor) dan pihak yang memerlukan dana (yaitu issuer, pihak yang
menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal, maka pihak
yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut
dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak issuer
(dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk
kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi
perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi
pemilik dana, sesuai karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya
pasar modal, diharapkan aktivitas perekonomian dapat meningkat karena
pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga
dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar, dan selanjutnya akan
meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.4
2. Pengertian dan Konsep Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan
4
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 2-3
17
terlepas dari hal-hal yang dilarang, seperti: riba, perjudian, spekulasi dan
lain-lain.5
Menurut Adrian Sutedi, Pasar modal syariah adalah pasar modal
yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah, setiap transaksi surat
berharga dipasar modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syari’at
Islam. Pasar uang syariah adalah pasar yang dimana diperdagangkan surat
berharga
yang diterbitkan sehubungan
dengan
penempatan
atau
peminjaman uang dalam jangka pendek dan memanage likuiditas secara
efisien, dapat memberikan keuntungan dan sesuai dengan syariah.6
Pertama
kali
lembaga
keuangan
yang
concern
didalam
mengoperasionalkan portofolio syariah di pasar modal syariah adalah
Amanah Income Fund yang didirikan pada bulan Juni 1986 oleh para
anggota The North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana,
Amerika Serikat. Tidak lama kemudian wacana membangun pasar modal
yang berbasis syariah disambut dengan antusias oleh para pakar ekonomi
muslim dikawasan Timur Tengah, Eropa, Asia, dan juga wilayah AS yang
lain. Beberapa Negara yang proaktif dalam menyambut kedatangan para
investor muslim maupun investor yang ingin memanfaatkan pasar modal
yang berprinsip syariah adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman
5
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 231
6
Sutedi, Adrian. Pasar Modal Syariah, (Jakarta; Sinar Grafika, 2011), h. 29
18
Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di
Kuwait dan KL Stock Exchange di Kuala Lumpur Malaysia.
Pasar Syariah tidak hanya berkembang di Negara-negara yang
mayoritas muslim, tetapi berkembang juga dinegara-negara sekuler yang
tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Bursa efek dunia New
York Stock Exchange meluncurkan produk yang bernama Dow Jones
Islamic Market Index (DJIMI) pada bulan Februari 1999. Untuk menjaga
agar investasi yang dilakukan pasar modal syariah ini aman dari hal hal
yang bertentangan dengan prinsip syariah, maka dibentuklah Dewan
Pengawas Syariah yang disebut dengan nama Syariah Supervisory Board.
Perkembangan lembaga keuangan syariah dalam bentuk investasi dipasar
modal syariah di berbagai Negara disambut baik oleh para pakar ekonomi
muslim diseluruh dunia, termasuk Indonesia yang ditandai dengan Jakarta
Islamic Index pada tahun 2000.7
Pasar Modal di Indonesia, secara resmi diluncurkan pada tanggal 14
Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM
dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen
pasar modal syariah telah hadir di Indonesia sejak tahun 1997. Hal ini
ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada tanggal 3 Juli 1997
oleh PT. Danareksa Investment Management. Selanjutnya, BEJ bekerja
7
Sutedi, Adrian. Pasar Modal Syariah, (Jakarta; Sinar Grafika, 2011), h. 29-30
19
sama dengan
PT. Danareksa Investment Management meluncurkan
Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan
memandu investor yang ingin menanamkan dana nya secara syariah.
Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para investor telah disediakan
saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan penerapan
prinsip syariah telah disiapkan bagi para investor.8
3. Jakarta Islamic Index (JII)
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak
diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non syariah, melainkan
berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip
syariah. Dalam hal ini, di BEJ terdapat JII yang merupakan 30 saham
syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII
dipersiapkan oleh PT. BEJ bersama dengan PT. Danareksa Investment
Management (DIM).
JII dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark)
kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Index ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
kepercayaan
investor
untuk
mengembangkan investasi dalam ekuitas secara syariah. JII terdiri atas
sekitar 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan
8
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 231
20
Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam JII melibatkan
pihak Dewan pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management.
Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti:

Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.

Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk
perbankan dan asuranasi konvensional.

Usaha yang memproduksi, menditribusi, dan/atau menyediakan
barang-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang termasuk
JII-BEI,
maka
dilakukan
tahap-tahap
pemilihan
yang
juga
mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:

Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari
tiga bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).

Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau
tengah tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap
aktiva maksimal sebesar 90%.
21

Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan
rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama
satu tahun terakhir.

Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan setiap enam bulan sekali dengan
penentuan komponen index pada awal bulan Januari dan bulan Juli setiap
tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan diawasi
atau dimonitor terus-menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.9
Dalam rangka merespon segala hal yang berhubungan dengan
investasi syariah sebagai akibat pesatnya perkembangan ekonomi syariah
diseluruh dunia, PT Bursa Efek Jakarta membentuk Jakarta Islamic Index
(JII) pada tanggal 3 Juli 2000. Perusahaan-perusahaan (emiten) yang
kegiatan utamanya tidak sesuai syariah maka akan dikeluarkan dari
kelompok JII. Bagi perusahaan yang telah terdaftar di JII paling tidak
perusahaan tersebut telah memenuhi filter dari prinsip-prinsip syariah dan
sudah terpenuhi kriteria untuk indeks yang telah ditetapkan, sedangkan
tolak ukur filter syariah adalah usaha emiten bukan usaha perjudian, tidak
menggunakan unsur ribawi sebagaimana dalam investasi konvesional,
9
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 233-234
22
bukan emiten yang mendistribusikan dan memproduksi barang barang
haram, atau barang-barang yang merusak moral bangsa.
Tabel 2.1
Prinsip Pasar Modal Syariah10
Penyebab Haramnya Transaksi
Li Dzatihi
Implikasi di Pasar Modal
Efek yang diperjual belikan harus merupakan representasi dari barang
dan jasa yang halal.
Li Ghairi – Tadlis
Li Ghairi – Riba Fadhl
1.
Keterbukaan/Transparansi Informasi
2.
Larangan terhadap informasi menyesatkan.
Larangan terhadap transaksi yang mengandung ketidakjelasan objek
yang ditransaksikan, baik dari sisi pembeli maupun penjual.
Li Ghairi – Riba Nasiah
Larangan atas pertukaran efek sejenis dengan nilai nominal berbeda,
Li Ghairi – Riba Jahiliyah
Larangan atas short selling yang menetapkan bunga atas pinjaman.
Li Ghairi – Bai’ Najasy
Larangan melakukan rekayasa permintaan untuk mendapatkan
keuntungan diatas laba normal, dengan cara menciptakan false
demand.
Li Ghairi - Ikhtikar
Larangan
melakukan
rekayasa
penawaran
untuk
mendapatkan
keuntungan diatas laba normal, dengan cara mengurangi supply agar
harga jual naik.
Tidak Sah akad - Rukun dan Syarat
Larangan atas semua investasi yang tidak dilakukan secara sportif.
Tidak Sah akad - Ta’aluq
Transaksi yang settlement-nya dikaitkan dengan transaksi lainnya.
Tidak Sah akad - 2 in 1
Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat:
1.
10
Objek sama 2. Pelaku sama 3. Periode sama
Harahap, Sofyan Syafri. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, (Jakarta; Pusaka
Quantum, 2001), h.288.
23
Menurut Metwally11 fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah
sebagai berikut:
1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keuntungan risiko nya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada
harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal
konvensional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
Sementara itu, karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar
modal syariah12 adalah sebagai berikut.
1. Semua saham harus diperjual belikan pada bursa efek.
2. Bursa efek perlu mempersiapkan pasca perdagangan yang saham dapat
diperjualbelikan melalui pialang.
11
Matewally, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Jakarta; Bangkita Daya Insani, 1995). H.
12
Matewally, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Jakarta; Bangkita Daya Insani, 1995). hlm.
177
178-179.
24
3. Semua
perusahaan
yang
mempunyai
saham
yang
dapat
diperjualbelikan di bursa efek diminta menyampaikan informasi
tentang perhitungan (account) keuntungan dan kerugian, serta neraca
keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak
lebih dari tiga bulan.
4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) disetiap
perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali.
5. Saham tidak boleh diperjualbelikan dengan harga lebih tinggi dari
HST.
6. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST.
7. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang
terlibat dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah.
8. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu
periode perdagangan setelah menentukan HST.
9. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode
perdagangan, dan dengan harga HST.
25
B. KINERJA KEUANGAN
Kinerja keuangan adalahh penentuan ukuran ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
Tujuan penilaian kerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai
sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana
formal yang dituangkan dalam anggaran.13
Terdapat beberapa tahap dalam menganalisis kinerja suatu perusahaan
secara umum menurut Irham Fahmi14, antara lain:
a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan
Review ini dilakukan agar laporan keuangan yang telah dibuat
sesuai dengan kaidah kaidah yang berlaku sehingga hasil laporan
keuangan tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
b. Melakukan Perhitungan
Penerapan metode perhitungan dengan kondisi dan permasalahan
yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut
akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang
diinginkan.
13
Sucipto. “Penilaian Kinerja Keuangan”. Jurnal Akuntansi: Universitas Sumatera Utara.
(2003). h .1-2
14
Fahmi, Irham. Analisis Laporan Keuangan. (Bandung: ALFABETA, 2011). h. 240
26
c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah
diperoleh. Hasil hitungan yang diperoleh kemudian dibandingkan
dengan hasil hitungan perusahaan lainnya. Metode yang paling
umum dipergunakan ini ada dua yaitu:
1) Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu
atau antar periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat
secara grafik.
2) Cross Sectional Approach, yaitu melakukan perbandingan
terhadap hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam ruang
lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan.
Hasil penggunaan kedua metode ini dapat dibuat satu
kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada
dalam kondisi sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik.
d. Melakukan Penafsiran (Interpretation) terhadap berbagai masalah
yang ditemukan. Pada tahap ini dilakukan penafsiran untuk
melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang
dialami perusahaan tersebut.
e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap
masalah yang ditemukan. Pada tahap ini apabila ditemukan
permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna
27
memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi
kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.
C. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Informasi yang didasarkan pada analisis keuangan mencakup penilaian
keadaan keuangan perusahaan baik yang telah lampau, saat sekarang dan
ekspetasi masa depan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengidentifikasi
setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah
dimasa depan, dan menentukan setiap kekuatan yang dapat dipergunakan.
Disamping itu analisis yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan dapat
digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi.15
Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberi informasi tentang
kelemahan dan kekuatan dan dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui
kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi
kelemahan tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus
dipertahankan ataubahkan ditingkatkan.kekuatan ini dapat dijadikan modal
selanjutnya ke depan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki,
akan tergambar kinerja manajemen selama ini.16
15
Muslich, Mohamad. Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan dan
Kebijaksanaan. (Jakarta; Bumi Aksara, 1997) h. 44.
16
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 66.
28
1. Economic Value Added (EVA)
Pembiayaan perusahaan dari kewajiban jangka pendek (current
liabilities) dapat dibedakan menjadi utang/kewajiban jangka pendek yang
tidak dibebankan bunga (non interest) dan utang/kewajiban jangka pendek
dengan bunga. Hal ini erat kaitannya dengan pembiayaan atas aktiva
operasional perusahaan. Aktiva lancar sebagai modal kerja bruto tidak
seluruhnya di danai dengan bunga seperti utang usaha dan akrual yang sering
disebut sebagai pendanaan spontan (non interest liabilities). Modal operasi
perusahaan terdiri dari modal kerja operasi bersih yaitu harta lancar
dikurangi kewajiban lancar non interest ditambah modal pada aktiva tetap
bersih. Jumlah kas yang berlebihan dan surat-surat berharga bukan untuk
menjaga likuditas yang dibutuhkan tetapi diinvestasi kan karena kelebihan
likuiditas, maka surat-surat berharga tersebut tidak dapat digolongkan
sebagai modal kerja operasi. Biaya modal operasi perusahaan adalah biaya
yang dibebankan atau diperhitungkan untuk membiayai modal operasi
perusahaan. Oleh karena itu modal kerja operasi bersih adalah jumlah aktiva
lancar dikurangi kewajiban lancar yang tidak berbunga yaitu seluruh
pendanaan spontan.
Modal operasi perusahaan terdiri dari modal kerja operasional bersih
ditambah aktiva tetap bersih, sehingga sumber pembiayaannya adalah utang
jangka pendek yang bukan spontan yang dibebankan bunga ditambah utang
jangka panjang dan modal sendiri. Nilai tambah ekonomis (Economic Value
29
Added/EVA) = (NOPAT dikurangi biaya modal operasi), dimana NOPAT
adalah net operating profit after tax/laba usaha setelah pajak = EBIT (1 - t).
Tambahan nilai ekonomis ini merupakan tambahan manfaat yang dicapai
perusahaan dari laba usaha/operasi setelah memperhitungkan biaya modal
operasi perusahaan. Dalam menentukan biaya modal operasi dari utang
jangka pendek yang berbunga dan utang jangka panjang akan diperhitungkan
setelah pajak (interest after tax).17
Sehingga rumus untuk mencari Economic Value Added (EVA)
menurut Sitanggang, antara lain:
Economic Value Added = NOPAT – Biaya Modal
Dimana, NOPAT = net operating profit after tax/laba usaha setelah pajak =
EBIT (1 - t)
Menurut Ronald Hilton18 dalam artikel Liestiyowati19, langkahlangkah dalam menghitung EVA (Economic Value Added) adalah:
a. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax)
Rumus : NOPAT = Laba (rugi) usaha – Pajak
17
Sitanggang. Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2013). h. 30-31.
18
Hilton, Ronald. Managerial Accounting. (Singapore: Mc Graw-Hill, 2009) h. 10
19
Liestiowati. “Menghitung EVA”. Artikel diakses pada 26 Mei 2014 dari
http://akuntansi.blogspot.com/2011/10/menghitung-eva-economic-value-added.html.
30
b. Menghitung Invested Capital
Rumus: Invested Capital = (Total hutang + Ekuitas) – Hutang
jangka pendek
c. Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital)
Rumus : WACC = [(D x rd) (1-tax) + (E x re)]
Dimana =

D (Tingkat Modal) =
x 100%

rd (Cost of debt)
=
x 100%

E (Ekuitas)
=
x 100%

re (Cost of equity) =
x 100%

tax (Tingkat Pajak) =
d. Menghitung Capital Charges
Rumus : Capital Charges = WACC x Invested Capital
e. Menghitung Economic Value Added (EVA)
Rumus : EVA = NOPAT – Capital Charges
x 100%
31
2. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Menurut Bambang dalam Ingga Zulfa,20 ukuran perusahaan dapat
digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Ukuran
perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan
dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan ataupun hasil nilai asset dari
suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan (asset)
yang dimiliki suatu perusahaan. Pengukuran perusahaan bertujuan untuk
membedakan secara kuantitatif antara perusahaan besar (large firm) dengan
perusahaan
kecil
(small
firm).
Besar
kecilnya
perusahaan
dapat
mempengaruhi kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan
dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Pada akhirnya
kemampuan
untuk
mengoperasikan
perusahaan
tersebut
dapat
mempengaruhi harga saham maupun pendapatan sahamnya.
Menurut Prima dalam Alif Ridwan21, Variabel ukuran perusahan dapat
diukur dengan logaritma jumlah total aktiva yang dimiliki oleh setiap
sampel. Total aktiva menunjukkan total sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan yang akan memberikan manfaat ekonomis di masa yang akan
datang. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan skala rasio.
20
Zulfa, Ingga. “Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan terhadap
return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
Universitas negeri padang, 2013). H. 7
21
Ridwan, Alif. “Pengaruh kinerja lingkungan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan
ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.” (Skripsi S1Fakultas
Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) h. 54
32
D. ANALISIS RASIO KEUANGAN
Analisis rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan,
karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan
tentang keadaan keuangan perusahaan. Yang biasanya digunakan untuk
menyatakan keadaan keuangan perusahaan. Yang pertama adalah neraca.
Neraca merupakan suatu laporan tentang posisi keuangan suatu perusahaan
pada suatu tanggal tertentu yang meliputi: aktiva, hutang dan modal. Laporan
Rugi Laba merupakan suatu laporan hasil operasi perusahaan dalam suatu
periode tertentu. Laporan Rugi Laba ini umumnya disusun dalam
mempergunakan konsep Accrual Basic. Ini berarti bahwa pendapatan dan
biaya yang dilaporkan tidaklah selalu mencerminkan actual cash flows
selama periode tertentu. Dengan demikian, net earnings yang diperoleh tidak
sama dengan actual cash yang dihasilkan melalui operasional perusahaan.22
Rasio keuangan dapat disajikan dalam dua cara. Yang pertama untuk
membuat perbandingan keadaan keuangan pada saat yang berbeda. Dan
kedua, untuk membuat perbandingan keadaan keuangan dengan perusahaan
lain. Analisis rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila
dibandingkan dengan rasio standar. Terdapat dua macam rasio standar yang
lazim digunakan. Yang pertama adalah rasio yang sama dari laporan keuangan
22
Muslich, Mohamad. Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan dan
Kebijaksanaan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) h. 44-45.
33
tahun-tahun yang lampau. Yang kedua adalah rasio dari perusahaan lain yang
mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan lain yang dianalisis.
Rasio standar kedua ini disebut rata-rata rasio industri.23
Berdasarkan pendapat diatas, rasio keuangan dapat digunakan sebagai
alat untuk mengukur keberhasilan kegiatan-kegiatan perusahaan dibidang
keuangan, akan tetapi, akan lebih akurat bila pemanfaatan rasio keuangan
yang relevan dan mempunyai keterkaitan antara rasio yang satu dengan yang
lainnya. Analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan
intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar, dalam hal ini adalah calon
investor/kreditor yang akan menanamkan dana mereka dalam perusahaan
melalui pasar modal. Bagi manajer finansial dengan menghitung rasio tertentu
akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang
dihadapi perusahaan dibidang finansial. Sehingga dapat membuat keputusankeputusan yang penting bagi perusahaan dimasa mendatang. Bagi para
investor merupakan pertimbangan yang menguntungkan untuk membeli
saham yang bersangkutan.
1. Earning Per Share (EPS)
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen
23
Muslich, Mohamad. Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan dan
Kebijaksanaan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) hlm. 47.
34
belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio
yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan perkataan
lain, tingkat pengembalian yang tinggi.24
Laba per Lembar saham (earning per share-EPS) merupakan rasio
yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan
profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham.25 Rasio
ini merupakan salah satu rasio yang sering digunakan oleh para investor untuk
melihat kondisi perusahaan dipasar, karena semakin tinggi tingkat laba per
lembar saham. Kemungkinan mendapatkan tingkat pengembalian yang
diharapkan juga semakin tinggi, baik tingkat laba semakin besar atau
kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham.
earning per share (EPS) dihitung dengan rumus berikut26:
Earning Per Share =
Umumnya perhitungan EPS menggunakan basis laporan keuangan
akhir tahun (auditan), namun dapat pula menggunakan laporan keuangan
tengah tahunan atau laporan keuangan kuartalan. Dalam praktiknya, laba per
lembar saham dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata
24
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 207.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 195
26
Eugene, F. Brigham. Manajemen Keuangan. (Jakarta: Erlangga, 2001)
25
35
tertimbang dari jumlah saham biasa yang beredar sepanjang tahun. Jumlah
rata-rata dipergunakan dalam perhitungan karena jumlah saham yang beredar
selama satu tahun tidak selalu tetap, atau dengan kata lain, jumlah saham
beredar dapat berubah. Untuk keperluan analisis yang lebih baik,
perbandingan tidak saja dilakukan pada beberapa periode tahun, namun dapat
juga dilakukan untuk membandingkan industri sejenis. Misalnya, kita
melakukan analisis atas suatu perusahaan, dalam hal ini bank, maka akan
lebih baik jika membandingkan EPS bank tersebut dengan rata-rata industri
perbankan.27
2. Return On Asset
Return On Asset merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas asset (harta)
yang dimiliki perusahaan tersebut.
Menurut Lukman dalam Ingga Zulfa, dalam menghitung rentabilitas
atau profitabilitas perbankan, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian
besarnya ROA karena Bank Indonesia sebagai Pembina pengawas perbankan
lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset
yang dana nya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat.28 ROA
27
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 196-197.
28
Zulfa, Ingga. “Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan terhadap
return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
Universitas negeri padang, 2013). hal 8
36
diperoleh dengancara membandingkan antara laba bersih terhadap total asset,
sehingga rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Return On Asset =
x 100%
.
E. Harga Saham
Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar
jual beli saham. Menurut standar akuntansi, harga saham pada tanggal
transaksi untuk perseroan terbatas yang disepakati RUPS untuk saham
yang tidak ada nilai pasar. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
harga saham relatif 5 hari setelah publikasi.29
Harga saham merupakan harga yang terbentuk di bursa saham dan
umumnya harga saham itu diperoleh untuk menghitung nilai saham (Med
press Team Work, 1998). Faktor – faktor yang mempengaruhi harga
saham dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal
(Weston dan Bringham, 1993).
1. Penilaian Harga Saham
Francis
(1991)
dalam
David
dan
Kurniawan
(2010,
271)
mengemukakan terdapat dua pendekatan dalam penilaian saham yaitu:
29
Ananto. “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan yang
terdaftar di BEJ.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi-Akuntansi UNS, 2007)
37
a. Analisis saham Fundamental (Fundamental Security Analysis) atau
Analisis Perusahaan (Company Analysis) atau menurut Yannes
Naibaho (1989) disebut The Firm Foundation Theory.
b. Analisis Teknikal (Technical Analysis) atau menurut Yannes
Naibaho (1989) disebut The Castle in The Air Theory.
Analisis Fundamental menggunakan data fundamental yaitu data
yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya: laba, dividen yang
dibayar, penjualan, dan lain-lain). Analisis Teknikal menggunakan data
pasar dari saham (misalnya perilaku pergerakan harga saham dan volume
transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham.30
Penganut analisis fundamental percaya bahwa pasar saham
ditentukan 90% faktor-faktor yang bersifat rasional dan hanya 10%
dipengaruhi oleh faktor yang bersifat psikologis. Artinya analisis
fundamental bertolak belakang dari anggapan dasar bahwa setiap investor
adalah makhluk rasional yang mengacu pada konsep rational expectation.
Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan
antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi dasarnya
adalah nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik
bahkan harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai
dikemudian hari.
30
Sukardi, David dan Kurniawan Indonanjaya. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal
dan Fundamental untuk analisis saham. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 271.
38
Benjamin Graham (Hagstrom, 1997: 63) dalam David dan
Kurniawan mengemukakan bahwa pasar seringkali salah menghargai
saham. Kesalahan penetapan harga ini disebabkan oleh emosi manusia
yang serba takut dan serakah. Pada tingkat optimis yang tinggi,
keserakahan membuah saham melampaui nilai intrinsik sehingga
menciptakan harga yang terlalu tinggi. Pada waktu yang lain, ketakutan
menekan harga di bawah nilai intrinsik sehingga menciptakan harga yang
terlalu rendah.31
2. Jenis – Jenis Saham
a. Saham Preferen
Saham Preferen (preferred stock) adalah saham yang memberikan
sejumlah dividen yang tetap jumlahnya dan telah dinyatakan sebelumnya.
Jadi dividen saham preferen merupakan suatu annuity. Karena saham
preferen tidak memiliki tanggal jatuh tempo, maka annuity tersebut
memiliki periode sampai tak terhingga atau merupakan suatu perpetuity.
Nilai atau harga saham preferen merupakan present value dari seluruh
dividen yang diterima.
31
Sukardi, David dan Kurniawan Indonanjaya. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal
dan Fundamental untuk analisis saham. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 272
39
b. Saham Biasa
Saham biasa (common stock) berbeda dari saham preferen dalam hal
pembayaran dividen. Pada saham biasa, besarnya dividen tidak pasti dan
jumlahnya tidak tetap jumlahnya. Perusahaan pun tidak wajib memberikan
dividen setiap tahun meskipun pada tahun tersebut perusahaan
memperoleh laba. Karakteristik ini membuat penilaian saham biasa
menjadi lebih sulit dibanding penilaian saham preferen.32
F. Review Studi Terdahulu
Sawaldi (2013)33 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh EVA
dan Rasio-rasio Profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di efek syariah tahun 2007-2010. Sampel diambil
menggunakan teknik pengambilan basis data kemudian disusun secara
pooling. Data bersifat tahunan dan metode yang digunakan analisis regresi
berganda. Hasil R square sebesar 89,2%. Persamaan terletak pada variabel
yang digunakan, kecuali Ukuran Perusahaan. Perbedaan terletak pada periode
yang dipakai, penulis menggunakan kurun waktu 5 tahun dan data diambil
bersifat semesteran (per enam bulan) sehingga lebih representatif.
32
Sukardi, David dan Kurniawan Indonanjaya. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal
dan Fundamental untuk analisis saham. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 272-273
33
Sawaldi. “Pengaruh EVA dan rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah 2007-2010”. (Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi UIN sunan Kalijaga, 2013)
40
Ipah Farihah dan Murdiyah Hayati (2009) Jurnal ETIKONOMI UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, melakukan penelitian dengan judul “Analisis
EVA dan MVA terhadap harga saham JII. Berdasarkan perolehan dari 15
saham tersebut dari tahun 2005-2007. Nyatanya ke 15 perusahaan ini tidak
mampu mempertahankan posisinya secara terus menerus berkesinambungan
selama 3 tahun menghasilkan nilai tambah bagi penanam modalnya. Yang
memiliki nilai terendah dengan kata lain negatif adalah PT. Bumi Resources.
Kalau dari sisi MVA, yang menempati posisi pertama yaitu PT. Unilever dan
ditahun ketiga PT bumi Resources. Letak Persamaan nya yaitu dari variabel
yang digunakan yaitu EVA. Namun variabel bebas lainnya tidak lah sama dan
tahun penelitian sebelumnya yaitu 3 tahun sedangkan peneliti adalah 5 tahun
dan berupa data semesteran sehingga lebih representatif.
Ismadharliani (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Rasio Keuangan terhadap harga saham dengan Regresi Logit”. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari : Debt
Equity Ratio (DER), Debt Ratio (DR), Total Asset Turn Over (TATO), Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER)
terhadap harga saham. Dimana perhitungan harga saham tersebut didasarkan
pada pergerakan harga saham yang dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok,
yakni : perusahaan yang memiliki pergerakan harga saham di atas rata- rata
industri (kode 1) dan perusahaan yang memiliki pergerakan harga saham di
41
bawah rata- rata industri (kode 0). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2007-2009 yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu
(purposive sampling). Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut,
jumlah sampel yang digunakan sebanyak 17 perusahaan manufaktur yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 tahun (2007-2009). Dalam
pengolahan data digunakan metode analisis yang regresi logit (binary logit)
yang diolah menggunakan SPSS 17.0. Perbedaan nya dengan penelitian yang
penulis lakukan adalah variabel yang digunakan, sedangkan peniliti
menggunakan analisis varian nilai tambah (EVA), laba per lembar saham
(EPS), ROA dan Ukuran Perusahaan. Juga metode yang digunakan dalam
penelitian sebelumnya yaitu regresi logit sedangkan peneliti menggunakan
regresi linear berganda. Letak persamaan nya ada pada satu variabel yaitu
ROA (return on asset).
42
G. Kerangka Konsep
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Economic
Value Addedccsdf
(X1)
Earning Per
Share
(X2)
Harga Saham (Y)
Return On
Asset
(X3)
Ukuran
Perusahaan
(X4)
43
1.
Keterkaitan (Hubungan) Economic Value Added terhadap Harga
saham
EVA (Economic Value Added) adalah suatu pengukuran
dengan memperhitungkan secara tepat semua faktor-faktor yang
berhubungan dengan penciptaan nilai. Hubungan antara EVA dan
nilai perusahaan dapat dijelaskan, bahwa EVA dapat digunakan
sebagai alat untuk menilai perusahaan apabila perhitungan EVA tidak
hanya pada periode masa kini tetapi juga mencakup periode yang
akan datang. Hal ini disebabkan karena EVA pada tahun tertentu
menunjukkan nilai sekarang dari total penciptaan nilai selama umur
perusahaan tersebut.
EVA (Economic Value Added) juga bisa dilihat sebagai ukuran
keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai
tambah (value added) bagi perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan
cara pandang kaum fundamentalis yang menyatakan bahwa nilai dari
ekuitas yang mewakili nilai dari perusahaan ditentukan oleh faktor
faktor fundamental perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja
manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang
dihasilkan), hal ini mengindikasikan penciptaan laba yang besar
sehingga direspon secara positif oleh para investor di pasar modal.
Dengan respon yang positif, maka permintaan terhadap saham
meningkat dan secara langsung akan meningkatkan pula harga saham.
44
Suharli dalam Rina34 menjelaskan bahwa banyak metode dan teknik
yang telah dikembangkan dalam penelitian perusahaan diantaranya
adalah pendekatan laba, arus kas, dividen, aktiva, dan Economic
Value Added.
2.
Keterkaitan (Hubungan) Earning Per Share terhadap Harga
saham
Laba per Lembar saham (Earning per share) merupakan rasio
yang
menunjukkan
bagian
laba
untuk
setiap
saham.
EPS
menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap
lembar saham.35 Rasio ini merupakan salah satu rasio yang sering
digunakan oleh para investor untuk melihat kondisi perusahaan
dipasar, dan untuk memprediksikan harga saham, karena EPS
memberikan gambaran mengenai jumlah atau besarnya keuntungan
yang diperoleh untuk setiap lembar saham.
Pada dasarnya seorang investor melakukan investasi dengan
harapan akan memperoleh keuntungan atas modal yang telah
diinvestasikannya. Mereka beranggapan bahwa besarnya nilai laba
per lembar saham yang dibagikan oleh sebuah perusahaan merupakan
34
Bukit, Br. Rina. ”Pengaruh Struktur Modal terhadap nilai perusahaan melalui Profitabilitas:
Analisis Data Panel Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal Keuangan dan Bisnis, (Vol. 6, 2012).
H.207
35
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 195
45
suatu indikator keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan bagi
pemegang saham. Pola pemikiran tersebut akan mendorong seorang
investor untuk melakukan pembelian saham pada perusahaan yang
memiliki nilai earning per share yang tinggi. Pada kondisi yang
seperti itulah harga saham di pasar modal akan bergerak naik karena
meningkatnya jumlah permintaan saham.
3.
Keterkaitan (Hubungan) Return On Asset terhadap Harga saham
Return On Asset (ROA) atau disebut juga rentabilitas ekonomi
ialah laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang
dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan
dalam presentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu
perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan
sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang
bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba.
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah
dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang
dimilikinya. Semakin tinggi ROA semakin tinggi keuntungan.
Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan
menjadikan investor tertarik akan nilai saham. Semakin banyak
46
investor yang tertarik maka akan berpengaruh terhadap peningkatan
harga saham.36
4.
Keterkaitan Ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap Harga
saham
Firm Size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar
kecilnya suatu perusahaan. Size diukur berdasarkan jumlah seluruh
aktiva atau total assets yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap harga saham disebabkan
ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva menunjukkan
besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Investor lebih suka
dengan perusahaan dengan aset yang besar karena perusahaan dengan
aset yang kecil sahamnya kurang diminati oleh investor sebagaimana
dikemukakan oleh Widjaja dalam Tamara Oca37, bahwa perusahaan
yang mempunyai nilai skala kecil cenderung kurang menguntungkan
dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Dan makin
besar ukuran sebuah perusahaan (size) yang dapat dilihat dari
besarnya total aset sebuah perusahaan maka harga saham perusahaan
semakin tinggi, sedangkan jika ukuran perusahaan semakin kecil
maka harga saham akan semakin rendah. Artinya para investor di
36
Arwiyanti, Niekie. “Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga saham
pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, 2012)
37
Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan
Industri di BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2012) h. 9
47
pasar modal akan lebih tertarik kepada perusahaan yang memiliki
total aset yang besar karena perusahaan besar lebih mudah
memperoleh pinjaman karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan
lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi sehingga
harga pasar saham perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia akan
meningkat.
Semakin besar kekayaan suatu perusahaan maka semakin
positif respon investor di pasar modal yang diindikasikan dengan
meningkatnya harga pasar saham perusahaan tersebut. Semakin besar
ukuran perusahaan maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
aktiva yang besar yang dapat dikelola guna menghasilkan laba
sebesar-besarnya sehingga hal ini direspon secara positif oleh para
investor di pasar modal. Pada kondisi yang seperti itulah harga saham
di pasar modal akan bergerak naik karena respon positif menunjukkan
adanya kenaikan jumlah permintaan saham.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN SUMBER DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa time series data per-enam bulan (semester) yang diperoleh dari analisis
laporan keuangan masing-masing sampel perusahaan yang diolah dari HOTS
(Home Online Trading System) untuk mencari sisi variabel Earning per Share
(EPS) dan Return On Assest (ROA). Sedangkan Economic Value Added
(EVA) dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) diolah dari data laporan keuangan
perusahaan. Dan penelitian juga menggunakan data yang berupa cross-section
karena sampel terdiri dari beberapa perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII)
yang secara konsisten terdaftar pada tahun penelitian 2008-2012.
B. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah salah satu index dari bursa efek
Indonesia yakni Jakarta Islamic Index (JII) dan harga saham dari perusahaanperusahaan yang tergabung dalam index tersebut selama periode penelitian
2008-2012. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh variabel
independen (X) yaitu, EVA (Economic Value Added), Earning Per Share,
Return on Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap variabel
dependen nya (Y), yaitu harga saham. Penelitian ini dilakukan pada
48
49
perusahaan JII yang terdaftar di BEI. Adapun periode yang diambil dalam
penelitian ini adalah semester pertama tahun 2008 sampai dengan semester
terakhir tahun 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
semseteran. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pencatatan
terhadap laporan keuangan dan harga saham dari perusahaan-perusahaan go
public yang terkait.
C. TEKNIK PENENTUAN SAMPEL
Dalam merencanakan penelitian, sampling merupakan salah satu
masalah penting karena beberapa alasan:
1. Penelitian pada umumnya tidak dilakukan terhadap seluruh populasi,
melainkan hanya pada sampel.
2. Penelitian yang dilakukan terhadap sampel itu hendak digeneralisasikan
pada populasi dari mana penelitian itu diambil. Kenyataan-kenyataan
bahwa suatu sampel penelitian itu akan sepenuhnya dapat mewakili
populasinya, menimbulkan persoalan mengenai kesalahan generalisasi.
3. Rancangan sampling (sampling design) seringkali menentukan rancangan
penelitian (research design) dan rancangan analisisnya (design of
analysis).1
1
Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 275.
50
Sampel atau contoh adalah sebagian individu penelitian atau
diistilahkan dengan subjek atau objek, sampel yang baik yaitu sampel
yang memiliki populasi atau yang representatif artinya menggambarkan
keadaan populasi secara maksimal. Populasi adalah semua nilai baik
perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif,
daripada karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas.
Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu
yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah
penelitian yang dicakup. Tujuan diadakannya populasi adalah agar dapat
menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi
dan membatasi berlakunya daerah generalisasi. Dari seluruh populasi yang
ada akan diambil beberapa perusahaan untuk dijadikan sampel. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive
Sampling. Menurut Ida Bagoes Mantra dan Kasto,2 teknik pengambilan
sampel Purposive Sampling bersifat tidak acak, dimana sampel ini dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Berikut ini adalah kriteria perusahaan yang dapat dijadikan sebagai
sampel penelitian:
1. Perusahaan JII yang terdaftar secara konsisten selama periode
penelitian 5 tahun berturut-turut, yakni dari tahun 2008-2012.
2
Bagoes, Ida dan Kasto. Metodologi penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES, 1989) h. 155
51
2. Perusahaan JII yang memiliki data keuangan yang lengkap yang
dibutuhkan dalam penelitian ini selama periode 2008-2012.
3. Perusahaan
JII
mempublikasikan
laporan
keuangan
dengan
menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2008 sampai 30 Desember 2012.
4. Perusahaan JII memiliki saham aktif selama tahun 2008-2012.
5. Perusahaan JII yang memiliki nilai EVA, EPS, ROA dan Ukuran
Perusahaan yang baik (tidak minus).
Berikut ini adalah perusahaan-perusahaan JII yang dijadikan
sebagai sampel pada penelitian ini:
Tabel 3.1
Sampel Perusahaan
No
Kode
Nama Perusahaan
1
AALI
Astra Argo Lestari Tbk
2
INTP
Indocement Tunggal Perkasa Tbk
3
KLBF
Kalbe Farma Tbk
4
PTBA
Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
5
SMGR
Semen Gresik Tbk
6
TLKM
Telekomunikasi Indonesia Tbk
7
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
Sumber : http:/www.idx.co.id (data diolah)
52
D. TENIK PENGAMBILAN DATA
Data merupakan salah satu komponen yang penting di dalam
memecahkan masalah-masalah statistik. Salah satu kegunaan dari data adalah
untuk menentukan alat analisis statsitik apa yang sesuai untuk memecahkan
masalah yang ada.3
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan
keuangan perusahaan JII yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
harga saham. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode:
1)
Studi dokumentasi, yaitu dengan cara pengumpulan data-data yang
berhubungan dengan harga saham dan laporan keuangan perusahaan.
2)
Studi pustaka, yaitu dengan cara mempelajari dan memperdalam
literatur yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini.
3
Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 7.
53
E. METODE ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis linier berganda terhadap data yang
diperoleh dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik
untuk mendeteksi apakah data dalam penelitian ini terjadi penyimpanganpenyimpangan. Berikut ini ada beberapa uji asumsi klasik yang biasa
digunakan:
a. Uji Normalitas
Menurut Suliyanto4, uji normalitas dimaksudkan untuk menguji
apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi
berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi
normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika
nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati rataratanya. Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika
digambarkan dengan bentuk kurva akan membentuk seperti lonceng
(bell-sharped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tidak
terhingga. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan
karena distribusi data yang dianalisis tidak normal, karena terdapat
nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai ekstrem ini dapat terjadi
karena adanya kesalahan dalam pengambilan sampel, bahkan karena
4
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011) h. 69
54
kesalahan dalam melakukan input data atau memang karena
karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata. Dengan kata lain,
data tersebut memang benar-benar berbeda dibanding yang lain.
Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi
normal atau tidak, maka dapat kita gunakan metode analisis grafik
dan metode statistik.
Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik dilakukan
dengan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel
dependen
sebagai
terstandarisasi
sumbu
vertikal
digambarkan
sebagai
sedangkan
nilai
residual
sumbu
horizontal.
Jika
Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva
seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal. Cara
lain untuk menguji normalitas dengan pendekatan grafik adalah
menggunakan
Normal
Probability
Plot,
yaitu
dengan
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi kumulatif dari
data sesungguhnya digambarkan dengan ploting. Jika data normal
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti
atau merapat ke garis diagonalnya.
Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik, baik
menggunakan histogram maupun Normal Probability Plot dapat
55
memberikan hasil yang subyektif.5 Artinya, antara orang yang satu
dengan yang lain dapat berbeda dalam menginterpretasikannya. Maka
dari itu penulis mencoba menambahkan metode statistik lainnya
untuk memperkuat uji normalitas. Uji normalitas menggunakan uji
statistik
non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov
merupakan
uji
normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual
terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Sig. > alpha.
b. Uji Mutikolinieritas
Menurut Suliyanto,6 uji mutikolinieritas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi
diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang
terbentuk terdapat korelasi yang tinggi diantara variabel bebas maka
model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier.
Beberapa penyebab timbulnya gejala multikolinieritas adalah sebagai
berikut:
1) Kebanyakan variabel
ekonomi berubah sepanjang waktu.
Besaran-besaran ekonomi dipengaruhi oleh faktor faktor yang
sama sehingga jika satu faktor mempengaruhi variabel dependen
maka seluruh variabel cenderung berubah dalam satu arah.
5
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 75
6
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 81.
56
2) Adanya penggunaan nilai lag (lagged value) dari variabel-variabel
bebas tertentu dalam model regresi.
3) Metode pengumpulan data yang dipakai (the data collection
method employed)
4) Adanya kendala dalam metode atau populasi yang menjadi
sampel (constaint on the model or in the population being
sampled).
5) Adanya kesalahan spesifikasi model (specification model). Hal ini
dapat terjadi karena peneliti memasukkan variabel penjelas yang
seharusnya dikeluarkan dari model empiris atau dapat juga terjadi
karena peneliti mengeluarkan variabel penjelas yang seharusnya
dimasukkan dalam model empiris.
6) Adanya model yang berlebihan (an overdetermined model). Hal
ini terjadi ketika model empiris (jumlah variabel penjelas) yang
digunakan melebihi jumlah data (observasi).
Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinieritas adalah
dengan melihat nilai Tolerence dan VIF pada tabel Coefficients. Jika
nilai Tolerence > 0,1 dan nilai VIF < dari 10, maka dapat dikatakan
model regresi tidak ada masalah multikolinieritas.7
7
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. (Semarang: Badan
penerbitan Universitas Diponegoro, 2005), h. 95-96
57
Selain cara diatas, mendeteksi multikolinieritas dapat juga
dilakukan dengan menggunakan nilai Pair-Wise Correlation antar
variabel bebas. Menurut Suliyanto8, uji ini dilakukan dengan melihat
nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas. Jika nilai
koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas tidak lebih dari
0,7 maka model tersebut tidak mengandung gejala mulitikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
yang
homoskedastisitas.9
Menurut Suliyanto10, heteroskedastisitas berarti ada varian
variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya,
jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama
(konstan) maka disebut dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan
pada model regresi adalah yang homoskedastisitas. Masalah
heteroskedastisitas sering terjadi pada penelitian yang menggunakan
8
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 85
9
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. (Semarang: Badan
penerbitan Universitas Diponegoro, 2005), h. 125
10
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 95.
58
data cross-section. Berikut ini beberapa contoh penyebab perubahan
nilai varian yang berpengaruh pada homoskedastisitas residualnya,
antara lain:
1.
Adanya pengaruh dari kurva pengalaman (learning curve).
Dengan semakin meningkatnya pengalaman maka akan semakin
menurun tingkat kesalahannya. Akibatnya, nilai varian makin
lama semakin menurun.
2.
Adanya
peningkatan
perekonomian.
Dengan
semakin
meningkatnya perekonomian maka semakin beragam tingkat
pendapatan sehingga alternatif pengeluaran juka akan semakin
besar. Hal ini akan meningkatkan varian.
3.
Adanya peningkatan teknik pengambulan data. Jika teknik
pengumpulan data semakin membaik, nilai varian cenderung
mengecil.
Mislanya
bank
yang
menggunakan
peralatan
Electronic Data Processing (EDP) akan membuat kesalahan
yang relatif kecil dalam laporan dibandingkan dengan bank yang
tidak mempunyai peralatan tersebut.
Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas dapat
digunakan metode analisis grafik dan metode statistik.
59
Suliyanto mengemukakan11, bahwa metode analisis grafik
dilakukan dengan mengamati scatterplot dimana sumbu horizontal
menggambarkan nilai Pridicted Standarized sedangkan sumbu
vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized. Jika scatterplot
membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya masalah
heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan
jika scatterplot menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan
tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang
dibentuk. Untuk mendeteksi secara lebih lanjut mengenai variabel
bebas
mana
yang
menjadi
penyebab
terjadinya
masalah
heteroskedastisitas, kita dapat mengamati scatterplot dimana
variabel bebas sebagai sumbu horizontal dan nilai residual
kuadratnya sebagai sumbu vertikal. Namun metode ini dapat bersifat
subyektif. Artinya, dengan scatterplot yang sama, antara satu orang
dengan orang yang lain dapat memberikan kesimpulan yang berbeda
mengenai pola scatterplot itu. Maka dari itu untuk memperkuat uji
heteroskedastisitas, penulis mencoba menambahkan metode statistik
lainnya untuk memperkuat uji heteroskedastisitas.
11
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 95.
60
Menurut Suliyanto12, uji heteroskedastisitas dengan metode
Rank Spearman dilakukan dengan mengkorelasikan semua variabel
bebas terhadap nilai mutlak residualnya menggunakan korelasi Rank
Spearman. Jika terdapat korelasi variabel bebas yang signifikan
positif dengan nilai positif dengan nilai mutlak residualnya maka
dalam
model
regresi
yang
dibentuk
terdapat
masalah
heteroskedastisitas. Jika model regresi yang akan kita uji memiliki
dua variabel bebas, yaitu X1 dan X2, maka persamaan yang digunakan
untuk uji heteroskedastisitas menggunakan metode Rank Spearman
adalah seperti berikut ini.
Untuk menguji apakah koefisien korelasi Rank Spearman
signifikan atau tidak maka digunakan uji t. Untuk menghitung nilai thitung digunakan rumus berikut13:
√
√
Keterangan:
12
𝜌xy
= Koefisien korelasi Rank Spearman
n
= Jumlah pengamatan
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 112.
13
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 113.
61
Kriteria yang digunakan adalah: jika thitung > ttabel
dengan derajat kebebasan df = ɑ, n-2, maka persamaan regresi
yang
terbentuk
mengandung
gejala
heteroskedastistas.
Demikian juga sebaliknya.
d. Uji Autokorelasi
Menurut
Suliyanto14,
uji
autokorelasi
bertujuan
untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data
observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang
(cross-section). Beberapa penyebab munculnya masalah autokorelasi
dalam analisis regresi adalah:
1.
Adanya kelembaman (inertia).
Salah satu ciri yang menonjol dari sebagian data runtut waktu
(time-series) dalam fenomena ekonomi adalah kelembaman.
Seperti data pendapatan nasional, indeks harga konsumen, data
produksi, data kesempatan kerja, data pengangguran yang
menunjukkan adalanya pola konjungtor. Dalam situasi seperti
ini, data observasi pada periode sebelumnya dan periode
sekarang,
kemungkinan
besar
akan
mengandung saling
ketergantungan (interpendence).
14
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 125.
62
2.
Bias spesifikasi model kasus variabel yang tidak dimasukkan.
Hal ini disebabkan oleh tidak dimasukkannya variabel yang
menurut teori ekonomi sangat penting perannya dalam
menjelaskan variabel tak bebas. Bila hal ini terjadi, unsur
pengganggu (error term) ui akan merefleksikan suatu pola yang
sistematis diantara sesama unsur pengganggu sehingga terjadi
situasi autokorelasi diantara unsur pengganggu.
3.
Adanya fenomena laba-laba (cobweb phenomenon).
Munculnya fenomena sarang laba-laba terutama terjadi pada
penawaran komoditi sektor pertanian. Disektor pertanian, reaksi
penawaran terhadap perubahan harga terjadi setelah melalui
tenggang waktu (getation period). Misalnya, panen komoditi
permulaan tahun dipengaruhi oleh harga yang terjadi pada tahun
sebelumnya. Akibatnya, jika pada akhir tahun t harga komoditi
pertanian
ternyata
lebih
rendah
daripada
harga
tahun
sebelumnya maka pada tahun berikutnya (t+1) aka nada
kecendrungan untuk memproduksi lebih sedikit daripada yang
diproduksi pada tahun t. Akibatnya, ui tidak lagi bersifat acak
(random), tetapi mengikuti pola laba-laba.
4.
Manipulasi data (manipulation of data)
Dalam analisis laporan empiris, terutama pada data time-series,
seringkali terjadi manipulasi data. Hal ini terjadi karena data
63
yang diinginkan tidak tersedia. Contohnya adalah data GNP.
Data GNP biasanya tersedia dalam bentuk tahunan, sehingga
apabila seorang peneliti ingin mendapatkan data GNP kuartalan,
peneliti tersebut harus melakukan interpolasi data. Adanya
interpolasi atau manipulasi data ini jelas akan menimbulkan
suatu pola fluktuasi yang tersembunyi yang mengakibatkan
munculnya pola sistematis dalam unsur pengganggu dan
akhirnya akan menimbulkan masalah autokorelasi.
5.
Adanya kelambanan waktu (time lags)
Dalam regresi menggunakan data time series, pengeluaran
konsumsi atas tingka pendapatan merupakan hal yang lazim
untuk mendapatkan bahwa pola pengeluaran konsumsi untuk
periode sekarang antara lain ditentukan oleh pengeluaran
konsumsi pada periode sebelumnya, dimana model regresi
seperti ini dalam ekonometrika dikenal dengan istilah regresi
model otoregresif.
Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan
melihat nilai DW (Durbin Watson) pada tabel Model Summary. Uji
ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) untuk menguji
ada tidaknya autokorelasi, dalam penelitian ini menggunakan uji
64
Durbin-Watson (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi adalah sebagai berikut: (Imam Ghozali, 2009)
Tabel 3.2
Uji Autokorelasi
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dL
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dL ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negative
Tolak
4-dL < d < 4
Tidak ada autokorelasi negative
No decision
4-du ≤ d ≤ 4dL
Tidak ada autokorelasi positif dan Tidak ditolak
du < d < 4-du
negative
Menurut Gujarati (1995) dalam Suliyanto15, ada beberapa cara
untuk
mendeteksi
ada-tidaknya
masalah
autokorelasi,
yaitu
menggunakan metode analisis grafik, metode Durbin-Watson, metode
Van Hewmann dan metode Run test, sebagai salah satu uji statistik
non-parametrik.
15
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 126.
65
Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji autokorelasi lain
yaitu dengan metode Run test. Menurut Suliyanto16, Run test
merupakan salah satu analisis non-parametrik yang dapat digunakan
untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi.
Jika antar residual tidak terdapat korelasi maka dikatakan bahwa nilai
residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat
apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).
Apabila tingkat signifikansi hasil uji Run test dibawah ɑ (0,05) atau
lebih dari 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi.
2. Persamaan Regresi
Persamaan regresi adalah suatu persamaan matematika yang
mendefinisikan hubungan dua variabel. Hubungan yang dimaksud
yaitu hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y), dimana pada penelitian ini yaitu Economic Value
Added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan
(Firm Size) sebagai variabel independen (X), sedangkan Harga Saham
sebagai variabel dependen (Y). Model persamaan yang digunakan
adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ei
16
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 137.
66
Keterangan :
Y
= Harga Saham
X1
= Economic Value Added
X2
= Earning Per Share
X3
= Return On Asset
X4
= Ukuran Perusahaan (Firm Size)
ei
= error term
3. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan analisis persamaan regresi dan menghasilkan
data yang baik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji
siginifikansi terhadap variabel-variabel bebas.
a. Uji Hipotesis
1) Uji F
Menurut Suliyanto17, Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel
tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara
simultan terhadap variabel tergantung maka model persamaan
regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika
17
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h.40.
67
tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal itu akan
masuk dalam kategori tidak cocok atau non fit.
Dalam hal ini variabel independen terdiri dari economic
value added, earning per share, return on asset, Ukuran
Perusahaan (Firm Size) sedangkan variabel dependennya
adalah harga saham. Uji F disini dimaksudkan untuk melihat
kemampuan menyeluruh dari variabel bebas untuk dapat atau
mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel
tidak bebas.
Rumus Uji F18:
F=
Keterangan:
F
= Nilai F hitung
R²
= Koefisien Determinasi
k
= Jumlah Variabel
n
= Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
Dengan Uji F, hipotesis yang diajukan adalah:
a) H0 : β1, β2, β3, β4 = 0
b) H1 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0
18
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI,
2011), h. 45.
68
Keputusan menolak H0 didasarkan pada Fhitung > Ftabel,
maka H0 ditolak yang berarti secara bersama sama variabel
independen mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya jika
Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima yang berarti secara bersama
sama variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen.
2) Uji T
Uji T digunakan untuk menguji secara parsial (per
variabel) terhadap variabel tergantungnya. Apakah variabel
tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel
tergantungnya atau tidak.19
Dalam penelitian ini, uji t digunakan untuk melihat
apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara economic
value added, earning pershare, return on asset, dan Ukuran
perusahaan terhadap harga saham secara parsial.
Rumus Uji t20:
ti =
Keterangan:
ti
19
20
= Nilai t hitung
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 40.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 45.
69
bj
= Koefisien Regresi
Sbj
= Kesalahan baku koefisien regresi
Dimana:
Sbj =
[
]
(Kii)
Keterangan :
Sbj
= Kesalahan baku koefisien regresi
Se
= Kesalahan baku estimasi
Det [A]
= Determinan Matriks A
Kii
= Kofaktor Matriks A
Dimana:
Se =
Keterangan:
Se
= Kesalahan baku estimasi
(Y-Ỹ)2 = Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi
n
= Ukuran Sampel
k
= Jumlah Variabel yang diamati
Nilai thitung umumnya telah disediakan oleh setiap
software regresi. Sedangkan untuk memperoleh
nilai ttabel
ditentukan oleh tingkat signifikansi 5%. Dalam pengujian ini
70
yang digunakan uji t satu ujung karena hipotesis yang diajukan
sudah menunjukkan arah positif atau negatif. Karena
menggunakan satu ujung maka df: ɑ, n-k. kriteria-kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut:
a)
Hipotesis 1
H0:
tidak terdapat pengaruh positif Economic Value
Added terhadap harga saham.
Ha:
terdapat pengaruh positif Economic Value
Added terhadap harga saham.
b)
Hipotesis 2
H0:
tidak terdapat pengaruh positif Earning Per
Share terhadap harga saham.
Ha:
terdapat pengaruh positif Earning Per Share
terhadap harga saham.
c)
Hipotesis 3
H0:
tidak terdapat pengaruh positif Return On Asset
terhadap harga saham.
Ha:
terdapat pengaruh positif Return On Asset
terhadap harga saham.
71
d)
Hipotesis 4
H0:
tidak
terdapat
pengaruh
positif
Ukuran
Perusahaan (Firm Size) terhadap harga saham.
Ha:
terdapat pengaruh positif Ukuran Perusahaan
(Firm Size) terhadap harga saham.
Keputusan menolak H0 didasarkan pada thitung > ttabel
serta nilai Sig < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang
berarti secara parsial variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Sebaliknya jika thitung < ttabel dan nilai Sig >
0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti secara
parsial variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen.
3) Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat
seberapa besar kemampuan variabel dependen menjelaskan
variabel independennya yang dilihat melalui adjusted R square
karena variabel dependen nya lebih dari dua. Koefisien
determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas
terhadap variabel tergantungnya. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
72
menjelaskan variasi perubahan pada variabel tergantungnya.21
Dalam penelitian ini menggunakan koefisien determinasi yang
telah disesuaikan (Adjusted R Square).
Menurut Suliyanto22, Adjusted R Square merupakan
koefisien determinasi yang telah terkoreksi dengan jumlah
variabel dan ukuran sampel sehingga dapat mengurangi unsur
bias jika terjadi penambahan variabel.
F.
OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas yaitu variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku
dari variabel terikat atau variabel dependen.23 Peneliti akan
menggunakan logaritma natural (Ln) untuk semua variabel bebas
dipenelitian ini, hal tersebut dilakukan agar hal satuan model
penelitian ini mempunyai kesamaan satuan, karena dengan adanya
kesamaan satuan akan memudahkan peneliti dalam menganalisis hasil
21
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 55.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h.47.
23
Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 9.
22
73
data yang telah diolah. Variabel bebas (independen) dalam penelitian
ini adalah:
a. Economic Value Added (EVA)
Menurut Sitanggang24, Modal operasi perusahaan terdiri dari
modal kerja operasional bersih ditambah aktiva tetap bersih, sehingga
sumber pembiayaannya adalah utang jangka pendek yang bukan
spontan yang dibebankan bunga ditambah utang jangka panjang dan
modal sendiri. Nilai tambah ekonomis (Economic Value Added/EVA)
= (NOPAT dikurangi biaya modal operasi), dimana NOPAT adalah
net operating profit after tax/laba usaha setelah pajak = EBIT (1 - t).
Tambahan nilai ekonomis ini merupakan tambahan manfaat yang
dicapai perusahaan dari laba usaha/operasi setelah memperhitungkan
biaya modal operasi perusahaan. Dalam menentukan biaya modal
operasi dari utang jangka pendek yang berbunga dan utang jangka
panjang akan diperhitungkan setelah pajak (interest after tax).25
b. Earning Per Share (EPS)
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah
24
Sitanggang, Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2013). H.31
25
Sitanggang. Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2013). h. 30-31.
74
berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang
saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan
pemegang saham meningkat. Dengan perkataan lain, tingkat
pengembalian yang tinggi.26
Laba per Lembar saham (earning per share-EPS) merupakan
rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS
menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada
setiap lembar saham.27 Rasio ini merupakan salah satu rasio yang
sering digunakan oleh para investor untuk melihat kondisi
perusahaan di pasar, karena semakin tinggi tingkat laba per lembar
saham. Kemungkinan mendapatkan tingkat pengembalian yang
diharapkan juga semakin tinggi, baik tingkat laba semakin besar
atau kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima
pemegang saham. Rumus Earning per share (EPS) dapat dihitung
dengan rumus berikut28:
Earning Per Share =
26
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 207.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 195
28
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 139.
27
75
c. Return On Asset (ROA)
Return On Asset merupakan rasio keuangan yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
atas asset (harta) yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut
Lukman dalam Ingga Zulfa, dalam menghitung rentabilitas atau
profitabilitas perbankan, Bank Indonesia lebih mementingkan
penilaian besarnya ROA karena Bank Indonesia sebagai Pembina
pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu
bank yang diukur dengan asset yang dana nya sebagian besar
berasal dari dana simpanan masyarakat.29 ROA diperoleh dengan
cara membandingkan antara laba bersih terhadap total asset,
sehingga rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Return On Asset =
29
x 100%
Zulfa, Ingga. “Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan terhadap
return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
Universitas negeri padang, 2013). H. 8.
76
d. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Menurut Bambang dalam Ingga Zulfa,30 ukuran perusahaan
dapat
digunakan
untuk
mewakili
karakteristik
keuangan
perusahaan. Ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai
besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai
perusahaan ataupun hasil nilai asset dari suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan
(asset) yang dimiliki suatu perusahaan. Pengukuran perusahaan
bertujuan untuk membedakan secara kuantitatif antara perusahaan
besar (large firm) dengan perusahaan kecil (small firm). Besar
kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan manajemen
untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan
kondisi yang dihadapinya. Pada akhirnya kemampuan untuk
mengoperasikan perusahaan tersebut dapat mempengaruhi harga
saham maupun pendapatan sahamnya.
Menurut Prima dalam Alif Ridwan31, Variabel ukuran
perusahan dapat diukur dengan logaritma jumlah total aktiva yang
dimiliki oleh setiap sampel. Total aktiva menunjukkan total
30
Zulfa, Ingga. “Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan terhadap
return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
Universitas negeri padang, 2013). H. 7.
31
Ridwan, Alif. “Pengaruh kinerja lingkungan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan
ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.” (Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) h. 54
77
sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan
yang akan
memberikan manfaat ekonomis di masa yang akan datang. Ukuran
perusahaan diukur dengan menggunakan skala rasio.
Ukuran Perusahaan (Firm Size) = log (Total Aset)
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat yaitu variabel yang perilakunya dipengaruhi oleh
variabel lain atau variabel independen.32 Peneliti juga me-logaritma
natural kan (Ln) variabel terikat pada penelitian ini. Variabel terikat
(dependen) dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga saham
yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan
per-enam bulan atau semester, selama 5 tahun berturut-turut yakni
2008-2012.
32
Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 10.
78
G. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran merupakan serangkaian proses atau gambaran
sistematis dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut
lalu menginterprestasikan hasil data yang telah diolah.
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang
telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Objek yang akan diteliti adalah
perusahaan-perusahaan yang terdaftar dan bertahan selama 5 tahun yaitu pada
tahun 2008-2012 dalam indeks saham JII (Jakarta Islamic Index). Sedangkan
variabel yang akan diteliti adalah EVA (Economic Value Added), Earning per
Share (EPS), Return on Asset (ROA), Ukuran perusahaan (Firm Size) dan
harga saham. Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah EVA
(Economic Value Added), Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA),
dan Ukuran perusahaan (Firm Size) sedangkan yang menjadi variabel terikat
adalah harga saham.
Peneliti mengambil data yang dibutuhkan dari Indonesian Capital
Market Directory berupa laporan keuangan perusahaan dan dari website IDX.
Pencarian data menjadi dua bagian. Pertama, pengambilan data masingmasing variabel bebas yang diambil dari laporan keuangan tahunan Indonesia
Capital Market Directory. Kedua, pengambilan data variabel terikat diambil
dari website IDX.
Setelah memperoleh data dari setiap variabel yang akan diteliti,
peneliti mulai melakukan analisis. Metode analisis yang akan digunakan
79
dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda dengan
menggunakan aplikasi pengolah data SPSS 20. Hal ini dikarenakan analisis
regresi berganda dapat memperlihatkan pengaruh variabel bebas terhadap
variable terkait baik secara simultan maupun parsial. Secara keseluruhan
tahap penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan berikut:
80
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan yang tergabung dalam Indeks Saham JII
X1
X2
X3
X4
Economic
Value Added
Eaning Per
Share
Return On
Asset
Ukuran
Perusahaan
Variabel Dependen
Harga Saham (Y)
Normalitas
Multikolinieritas
Heteroskedastisitas
Regresi Linear Berganda
Uji Signifikasi Model
Analisis
Kesimpulan
Autokorelasi
81
H. HIPOTESIS
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan
thesis. Hupo artinya sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah
kebenarannya. Sedangkan thesis artinya pernyataan atau teori. Karena
hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka
perlu di uji kebenarannya, sehingga istilah hipotesis ialah pernyataan
sementara yang perlu diuji kebenarannya.
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka hipotesis yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Simultan
a. H0:
b1, b2, b3, b4 = 0
Tidak terdapat pengaruh Economic Value Added (EVA),
Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA), dan Ukuran
perusahaan (Firm Size) secara bersama-sama terhadap harga
saham.
H1:
b1, b2, b3, b4 ≠ 0
Terdapat pengaruh Economic Value Added (EVA), Earning
per Share (EPS), Return on Asset (ROA), dan Ukuran
perusahaan (Firm Size) secara bersama-sama terhadap harga
saham.
82
2. Secara Parsial
a. H0:
b1 = 0
Tidak terdapat pengaruh positif Economic Value Added (EVA)
terhadap harga saham secara parsial.
H1 :
b1 ≠ 0
Terdapat pengaruh positif Economic Value Added (EVA)
terhadap harga saham secara parsial.
b. H0:
b2 = 0
Tidak terdapat pengaruh positif Earning per Share (EPS)
terhadap harga saham secara parsial.
H1 :
b2 ≠ 0
Terdapat pengaruh positif Earning per Share (EPS) terhadap
harga saham secara parsial.
c. H0:
b3 = 0
Tidak terdapat pengaruh positif Return on Asset (ROA)
terhadap harga saham secara parsial.
H1 :
b3 ≠ 0
Terdapat pengaruh positif Return on Asset (ROA) terhadap
harga saham secara parsial.
83
d. H0 :
b4 = 0
Tidak terdapat pengaruh positif Ukuran perusahaan (Firm Size)
terhadap harga saham secara parsial.
H1 :
b4 ≠ 0
Terdapat pengaruh positif Ukuran perusahaan (Firm Size)
terhadap harga saham secara parsial.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana semua data yang
berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian di analisis dan diinterprestasikan secara objektif. Analisis dalam
penelitian ini menjelaskan perusahaan-perusahaan mana yang memiliki rasiorasio dan harga saham tertinggi dan terendah.
Deskriptif data harga saham, economic value added, earning per share,
return on asset, dan Ukuran perusahaan dari hasil perhitungan 7 perusahaan
JII yang bertahan pada periode semester pertama tahun 2008 sampai dengan
semester terakhir tahun 2012 adalah sebagai berikut:
84
85
Gambar 4.1
Deskripsi data Harga Saham Perusahaan Jakarta Islamic Index Yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
35,000
30,000
25,000
AALI
INTP
20,000
KLBF
PTBA
15,000
SMGR
TLKM
10,000
UNVR
5,000
0
2008-S1 2008-S2 2009-S1 2009-S2 2010-S1 2010-S2 2011-S1 2011-S2 2012-S1 2012-S2
Sumber: Data diolah
Gambar 4.1 Grafik ini menunjukkan nilai Harga Saham dari masing-masing
perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian yaitu pada
tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Harga Saham yang tertinggi
adalah PT. Astra Argo Lestari Tbk (AALI) senilai Rp. 29.550 pada tahun 2008
86
semester 1. Dan perusahaan yang memiliki nilai Harga Saham terendah adalah PT.
Kalbe Farma Tbk (KLBF) senilai Rp. 80 pada tahun 2008 semester 2.
Gambar 4.2
Deskripsi data Economic Value Added pada Perusahaan Jakarta Islamic Index
Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
6,000,000,000,000
5,000,000,000,000
4,000,000,000,000
AALI
INTP
3,000,000,000,000
KLBF
PTBA
2,000,000,000,000
SMGR
TLKM
1,000,000,000,000
0
Sumber: Data diolah
Gambar 4.2 Grafik ini menunjukkan nilai Economic value added dari masingmasing perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang
memiliki kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian
UNVR
87
yaitu pada tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Economic value
added yang tertinggi adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp.
5.385.993.049.074 pada tahun 2008 semester 2. Dan perusahaan yang memiliki nilai
Economic value added terendah adalah PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP)
sebesar Rp. 19.080.582.618 pada tahun 2008 semester 1.
Gambar 4.3
Deskripsi Earning Per Share pada Perusahaan Jakarta Islamic Index
Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode 2008-2012
1,800
1,600
NILAI EPS
1,400
1,200
AALI
1,000
INTP
800
KLBF
600
PTBA
400
SMGR
TLKM
200
UNVR
0
PERIODE
Sumber: Data diolah
88
Gambar 4.3 ini menunjukkan nilai Earning per Share dari masing-masing
perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian yaitu pada
tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Earning per Share yang
tertinggi adalah PT. Astra Argo Lestari Tbk (AALI) sebesar Rp. 1.670 pada tahun
2008 semester 2. Dan perusahaan yang memiliki nilai Earning per Share terendah
adalah PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar Rp. 40 pada tahun 2009 semester 1.
Gambar 4.4
Deskripsi Return On Asset pada Jakarta Islamic Index
Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
60.00
50.00
NILAI ROA
40.00
AALI
INTP
30.00
KLBF
PTBA
20.00
SMGR
10.00
TLKM
UNVR
0.00
PERIODE
Sumber: Data diolah
89
Gambar 4.4 ini menunjukkan nilai Return On Asset dari masing-masing
perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian yaitu pada
tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Return On Asset yang tertinggi
adalah PT. Astra Argo Lestari Tbk (AALI) sebesar 49,2 pada tahun 2008 semester 1.
Dan perusahaan yang memiliki nilai Return On Asset terendah adalah PT.
Telekomunikasi Indonesia (TLKM) sebesar 10,6 pada tahun 2011 semster 2.
Gambar 4.5
Deskripsi Ukuran Perusahaan (Firm Size) pada Jakarta Islamic Index
Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
14.5
UKURAN PERUSAHAN
14
13.5
AALI
INTP
13
KLBF
PTBA
12.5
SMGR
12
TLKM
UNVR
11.5
PERIODE
Sumber: Data diolah
90
Gambar 4.5 ini menunjukkan nilai Ukuran Perusahaan (Firm Size) dari
masing-masing perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang
memiliki kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian
yaitu pada tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Ukuran Perusahaan
(Firm Size) yang tertinggi adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
sebesar 14,047 pada tahun 2012 semester 2. Dan perusahaan yang memiliki nilai
Ukuran Perusahaan (Firm Size) terendah adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam
Tbk (PTBA) sebesar 12,644 pada tahun 2008 semester 1.
B. Uji Asumsi Klasik
1.
Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah data yang
berditribusi normal. Jika penyebaran data yang mewakili sampel
mendekati garis diagonal Normal P-Plot. Maka data tersebut dapat
dikatakan berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji Normalitas
dalam penelitian ini:
91
Gambar 4.6
Hasil Uji Normalitas
Grafik Histogram
Sumber : Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tampilan histogram diatas terlihat bahwa kurva
dependen dan regression stndarized residual membentuk gambar
seperti lonceng. Oleh karena itu berdasarkan uji normalitas, analisis
regresi layak digunakan.
92
Gambar 4.7
Hasil Uji Normalitas
Normal P-Plot Regression Standarized
Sumber : Output SPSS yang diolah
Berdasarkan Normal P-Plot diatas, dapat dilihat titik-titik yang
mewakili jumlah sampel dalam penelitian ini mendekati garis
diagonal. Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dikatakan data
berdistribusi normal.
93
Suliyanto mengemukakan1, bahwa tidak terpenuhinya normalitas
pada umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak
normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai
ekstrem ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan
sampel, bahkan karena adanya kesalahan dalam melakukan input data
atau memang karena karakteristik data tersebut sangat jauh dari ratarata.
Untuk mendukung hasil analisis grafik, maka digunakan uji
normalitas dengan menggunakan metode statistik, yaitu metode
Kolmogorov-Smirnov tampak dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
70
N
Normal Parameters
a,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
0E-7
.60656601
Absolute
.066
Positive
.052
Negative
-.066
Kolmogorov-Smirnov Z
.550
Asymp. Sig. (2-tailed)
.922
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS yang diolah
1
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI,
2011), h. 69
94
Dari hasil pengujian tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa data
terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan hasil yang memiliki nilai
sig. (2-tailed) sebesar 0,922 > 0,05. Hal ini berarti nilai residual
terstandarisasi dinyatakan menyebar secara normal.
2.
Hasil Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi
antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Data yang baik, tidak ada
korelasi antara variabel bebasnya. Jika nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF <
10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas.
Berikut ini adalah tabel hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ini:
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
(Constant)
1
EVA
.219
4.570
EPS
.615
1.627
ROA
.216
4.623
Size
.119
8.423
a. Dependent Variable: HS
Sumber : Output SPSS yang diolah
95
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas dapat dilihat bahwa
variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi, karena memiliki
nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala
multikolinieritas antar variabel.
Menurut Suliyanto2, penyebab timbulnya gejala multikolinieritas pada
model regresi dikarenakan kebanyakan variabel ekonomi yang berubah
sepanjang waktu, adanya penggunaan nilai lag, metode pengumpulan data
yang dipakai, adanya kendala model atau populasi yang menjadi sampel.
Untuk mendukung hasil analisis diatas maka digunakan uji
multikolinieritas
lain,
yaitu
dengan
menggunakan
Nilai
Pair-Wise
Correlation antar variabel bebas. Hasil Pengujian multikolinieritas dengan
menggunakan Nilai Pair-Wise Correlation tampak dalam tabel 4.3 sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Nilai Pair-Wise Correlation
Correlations
EVA
EPS
ROA
Size
Pearson Correlation
EVA
1.000
.250
-.022
.715
EPS
.250
1.000
.313
.185
ROA
-.022
.313
1.000
-.588
Size
.715
.185
-.588
1.000
Sumber : Output SPSS yang diolah
2
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 81
96
Berdasarkan output pada tabel 4.3 Correlations terlihat bahwa nilai
koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas (angka yang dicetak
tebal) tidak lebih dari 0,7. Maka model regresi yang terbentuk tidak
mengalami gejala multikolinieritas.
3.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas
dilakukan untuk
melihat
apakah
ada
ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data yang
homoskedastisitas atau data yang memiliki kesamaan varians dalam fungsi
regresi. Jika penyebaran titik-titik yang mewakili sampel berada di daerah
positif dan negatif dalam Scatterplot, maka dapat dikatakan data tersebut
memiliki kesamaan varians atau homoskedastisitas. Berikut ini adalah hasil
uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini:
97
Gambar 4.8
Hasil Uji Scatterplot
Sumber : Output SPSS yang diolah
Dengan melihat penyebaran titik-titik yang mewakili sampel pada
Scatterplot diatas, maka dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini
mempunyai kesamaan varians dalam fungsi regresi atau homoskedastisitas.
Menurut
Suliyanto3,
penyebab
perubahan
nilai
varian
yang
berpengaruh pada homoskedastisitas residualnya yaitu dikarenakan adanya
pengaruh dari kurva pengalaman, adanya peningkatan perekonomian dan
adanya peningkatan teknik pengambilan data.
3
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. (Yogyakarta: ANDI,
2011), h. 95
98
Untuk mendukung hasil analisis grafik maka digunakan uji
Heteroskedastisitas dengan metode statistik, yaitu dengan menggunakan
metode Rank Spearman. Hasil pengujian Heteroskedastisitas dengan metode
Rank Spearman tampak dalam tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Metode Rank Spearman
Correlations
ABRESID
Spearman's rho
ABRESID
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
EVA
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
EPS
ROA
Size
1.000
-.001
-.018
.087
.155
.
.993
.882
.472
.199
70
70
70
70
70
-.001
1.000
.190
.071
.993
.
.116
.557
.000
70
70
70
70
70
*
.231
.572
**
.190
1.000
.286
.882
.116
.
.016
.054
70
70
70
70
70
Correlation Coefficient
.087
.071
.286
*
1.000
Sig. (2-tailed)
.472
.557
.016
.
.000
70
70
70
70
70
Correlation Coefficient
.155
**
.231
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.199
.000
.054
.000
.
70
70
70
70
70
N
N
Size
EPS
-.018
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
ROA
EVA
N
.572
-.409
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber : Output SPSS yang diolah
Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien Rank Spearman
dari masing-masing variabel bebas dengan nilai absolut residualnya, (|e|) ,
-.409
**
99
jika nilai signifikasi lebih besar dari nilai alpha (Sig.>ɑ), maka tidak terdapat
heteroskedastisitas.
Atau
juga
bisa
dikatakan
tidak
terjadi
gejala
heteroskedastisitas apabila thitung < ttabel.
Berdasarkan output diatas dapat diketahui bahwa pada model regresi
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal ini karena Sig. variabel Economic
Value Added terhadap absolut residual sebesar 0,993 > 0,05, Sig. variabel
Earning per Share terhadap absolut residual sebesar 0,882 > 0,05, Sig.
variabel Return On Asset terhadap absolut residual sebesar 0,472 > 0,05, dan
Sig. variabel Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap absolut residual
sebesar 0,199 > 0,05.
Sedangkan nilai t hitung variabel Economic Value Added, Earning per
Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) adalah sebagai
berikut:
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
= -0,00825
= -0,1485
= 0,7202
= 1,2938
Karena nilai thitung variabel Economic Value Added -0,00825 < 1,667
(ttabel), nilai thitung variabel Earning Per Share -0,1485 < 1,667 (ttabel), nilai t
100
hitung variabel Return On Asset
0,7202 < 1,667 (ttabel) dan nilai thitung
variabel Ukuran Perusahaan (Firm Size) 1,2938 < 1,667 (ttabel), maka pada
model regresinya dapat disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
4.
Hasil Uji Autokorelasi
Menurut Suliyanto4, uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui
apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang
diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section).
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson. Berikut
hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4.5:
Tabel 4.5
Hasil Uji Durbin Watson
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
1
.908
a
.824
.813
.62495
1.915
a. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA
b. Dependent Variable: HS
Sumber : Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 4.5 maka diperoleh nilai
hitung Durbin Watson sebesar 1,915 dimana terletak antara du dengan 4- du,
4
Suliyanto.“Ekonometrika Terapan:Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI,
2011), h.125
101
maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut tidak
mengandung masalah autokorelasi.
Suliyanto mengemukakan5, bahwa uji Durbin Watson (uji D-W)
merupakan uji untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model
empiris yang diestimasi. Pengambilan keputusan pada asumsi ini
memerlukan dua nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin Watson, yaitu
nilai dL dan du, dengan K = jumlah variabel bebas dan n = ukuran sampel.
Jika nilai Durbin Watson berada diantara nilai du hingga (4- du) berarti
asumsi tidak terjadi gejala autokorelasi terpenuhi.
Gambar 4.9
Tabel Durbin Watson
Korelasi positif Tidak dapat
Bebas Autokorelasi
Diputuskan
1,49
5
1,47
2,3
Tidak dapat
Korelasi
diputuskan
Negatif
2,51
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI,
2011), h.126&129.
102
Berdasarkan hasil gambar 4.5 maka diperoleh nilai hitung Durbin
Watson sebesar 1,915. Dimana terletak antara du (1,47) dengan 4- du (2,3)
yang terlihat pada gambar 4.6, maka dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi tersebut tidak mengandung masalah autokorelasi.
Untuk meyakinkan hasil diatas maka digunakan uji lain yaitu
menggunakan uji Run Test. Tabel 4.6 menunjukkan hasil Run Test tersebut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea
.00503
Cases < Test Value
35
Cases >= Test Value
35
Total Cases
70
Number of Runs
38
Z
.482
Asymp. Sig. (2-tailed)
.630
a. Median
Sumber : Output SPSS yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui probabilitas (Asymp. Sig. 2-tailed)
sebesar 0,63 yang menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05. Dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak mengalami problem
autokorelasi.
103
C. Hasil Analisis Regresi Berganda
1. Hasil Uji F
Uji F pada penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan apakah
variabel independen atau bebas yang terdiri dari Economic Value added,
Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size)
mempunyai pengaruh secara bersama sama atau simultan terhadap harga
saham perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012, dengan angka signifikansi
(ɑ) sebesar 0,05. Berikut ini adalah tabel Uji F dari penelitian ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji F
a
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
118.524
4
29.631
75.867
.000
Residual
25.387
65
.391
Total
143.910
69
b
a. Dependent Variable: HS
b. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara bersamasama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung sebesar
75,867 > 2,26 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih
kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5% atau 0,05, maka
104
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi harga saham atau dapat
dikatakan bahwa variabel meliputi Economic Value added, Earning Per
Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) mempunyai
pengaruh secara bersama sama atau simultan terhadap harga saham.
Analisis faktor fundamental seperti economic value added, earning
per share, return on asset dan Ukuran perusahaan (firm size) merupakan
instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai
hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan
perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi dimasa lalu dan
membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk
kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan
yang bersangkutan. Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap
instrument investasi mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai intrinsik
yang dapat ditentukan melalui suatu alat analisis yang sangat hati hati
terhadap kondisi pada saat sekarang dan prospeknya dimasa yang akan
datang. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi
oleh kinerja perusahaan.6
6
Kodrat, David sukardi & Kurniawan Indonanjaya.Manajemen Investasi dengan Pendekatan
Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. (Yogyakarta, Graha Ilmu, Edisi Pertama:2010) h.1
105
2. Hasil Uji T
Uji t pada penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel
independen atau bebas yang terdiri dari Economic Value added, Earning
Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) mempunyai
pengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan Jakarta Islamic
Index (JII) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2008-2012, dengan angka signifikansi (ɑ) sebesar 0,05. Berikut ini adalah
tabel hasil Uji t dari penelitian ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji T
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B
Beta
Std. Error
T
Sig.
-2.447
.017
-.447
-4.017
.000
.105
.555
8.354
.000
2.718
.406
.750
6.700
.000
1.796
.573
.474
3.133
.003
-12.887
5.267
EVA
-.582
.145
EPS
.875
ROA
Size
(Constant)
1
a
a. Dependent Variable: HS
Sumber : Output SPSS yang diolah
Hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel hasil uji t di atas.
Adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Economic Value added (EVA)
EVA merupakan indikator tentang adanya perubahan nilai dari
suatu investasi. EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu
106
perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal yang timbul
sebagai akibat investasi yang dilakukan.
Dari hasil perhitungan uji secara parsial variabel Economic
Value added dengan menggunakan uji satu arah (1-tailed) diperoleh
nilai thitung sebesar (-4,017) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000
yang berarti nilai Sig. variabel Economic Value added lebih kecil dari
0,05, maka dapat disimpulkan Economic Value added berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Dan hubungan Economic Value
added dengan Harga saham bersifat negatif dapat dilihat dari arah
koefisien regresi negatif sebesar -0,582. Maka hipotesis pertama
diterima (Ha diterima dan H0 ditolak).
Berdasarkan perbandingan dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sawaldi7, Niekie
Arwiyanti8, terdapat perbedaan hasil yang menyatakan bahwa secara
parsial Economic Value added berpengaruh signifikan dan positif
terhadap harga saham. Sedangkan peneliti menemukan Economic
Value added berpengaruh signifikan dan negatif terhadap harga saham
7
Sawaldi. “Pengaruh EVA dan rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah 2007-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN sunan Kalijaga, 2013)
8
Arwiyanti, Niekie. “Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga saham pada
perusahaan Asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, 2012)
107
yang didukung oleh peneliti sebelumnya Gita Evadini9, yang
menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel
penelitian bukannya menciptakan nilai tapi justru menghancurkan nilai
kekayaan pemegang saham karena bila diteliti lebih jauh terdapat
beberapa perusahaan yang menghasilkan tingkat pengembalian yang
lebih rendah daripada tingkat bunga bebas risiko. Hal ini juga bisa
disebabkan oleh kurang mendasarkan nya self-buy decision pada
investor pada pendekatan fundamental. Sehingga harga saham di pasar
modal cenderung terbentuk karena sentimen pasar, spekulasi dan
sebagainya, yang menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia masih
bersifat weak form efficient.
Karena
EVA
adalah
suatu
pengukuran
dengan
memperhitungkan secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan
dengan penciptaan nilai. Hubungan antara EVA dan nilai perusahaan
dapat dijelaskan, bahwa EVA dapat digunakan sebagai alat untuk
menilai perusahaan, apabila perhitungan EVA tidak hanya pada
periode masa kini tetapi juga mencakup periode yang akan datang. Hal
ini disebabkan karena EVA pada tahun tertentu menunjukkan nilai
sekarang dari total penciptaan nilai selama umur perusahaan tersebut.
9
Evandini, Gita . “Pengaruh Economic Value Added terhadap Harga Saham di pasar modal”.
(Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Bandung, 2003)
108
2)
Earning Per Share (EPS)
Earning per Share (EPS) merupakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih dari setiap lembar saham yang
dimiliki oleh para pemegang saham perusahaan. EPS merupakan
rasio antara laba bersih jumlah saham perusahaan yang beredar.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara parsial Earning Per
Share (EPS) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
harga saham. Di samping berpengaruh secara signifikan.
Kondisi tersebut terlihat dari hasil perhitungan uji secara
parsial variabel Earning Per Share dengan menggunakan uji satu
arah (1-tailed) diperoleh nilai thitung sebesar (8,354) dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai thitung (8,354) > (1,667) nilai
ttabel, atau karena nilai Sig. variabel Earning Per Share lebih kecil
dari 0,05, dan arah koefisien positif maka dapat disimpulkan
Earning Per Share berpengaruh signifikan dan positif terhadap
harga saham. Maka hipotesis kedua diterima (Ha diterima dan H0
ditolak).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Indrayuni Ramarti10, Nazula Fatmawati11, dan
10
Ramarti, Indrayuni. “Analisis Pengaruh Rasio Nilai Pasar, Profitabilitas, Solvabilitas,dan
Likuiditas terhadap harga saham LQ 45 tahun 2006-2010.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah, 2012).
109
Tamara Oca12, yang menyatakan bahwa secara parsial Earning Per
Share berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Hal
ini dibuktikan bahwa EPS yang lebih besar menandakan kemampuan
perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih
dari setiap lembar saham yang diterbitkan.perusahaan-perusahaan
yang mampu memberikan laba per lembar saham akan menarik para
investor untuk menginvestasikan dana nya pada saham perusahaan
tersebut.
Dengan kata lain, jika investor berminat untuk berinvestasi
pada saham perusahaan tersebut, hal ini akan mempengaruhi
permintaan saham perusahaan tersebut di pasar. Semakin tinggi
permintaan saham atas suatu perusahaan, maka harga saham tersebut
akan cenderung naik. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa EPS
memiliki pengaruh terhadap harga saham. Karena pada dasarnya
seorang investor melakukan investasi dengan harapan akan
memperoleh keuntungan atas modal yang telah diinvestasikannya.
Mereka beranggapan bahwa besarnya nilai laba per lembar saham
yang dibagikan oleh sebuah perusahaan merupakan suatu indikator
keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang
11
Fatmawati, Nazula. “Analisis Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham JII
2005-2007”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UIN Sunan Kalijaga, 2010).
12
Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan Industri di
BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2012)
110
saham. Pola pemikiran tersebut akan mendorong seorang investor
untuk melakukan pembelian saham pada perusahaan yang memiliki
nilai earning per share yang tinggi. Pada kondisi yang seperti itulah
harga saham di pasar modal akan bergerak naik karena
meningkatnya jumlah permintaan saham. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa earning per share memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pergerakan harga saham di pasar modal.
3)
Return On Asset (ROA)
Dari hasil perhitungan uji secara parsial variabel Return On
Asset dengan menggunakan uji satu arah (1-tailed) diperoleh nilai t
hitung sebesar (6,7) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena
nilai t hitung (6,7) > (1,667) nilai t tabel, atau karena nilai Sig.
variabel Return On Asset lebih kecil dari 0,05, dan arah koefisien
positif maka dapat disimpulkan Return On Asset berpengaruh
signifikan dan positif terhadap harga saham. Maka hipotesis ketiga
diterima (Ha diterima dan H0 ditolak).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hadi Mastoni13, dan Akroman14 yang menyatakan
bahwa secara parsial Return On Asset berpengaruh signifikan dan
13
Mastoni, Hasi. “Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2009”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, 2011)
14
Akroman. “Pengaruh Rasio Keuangan (ROA dan ROE) dan EVA terhadap harga saham pada
perusahaan yang terdaftar di JII periode 2004-2006”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UIN Kalijaga
Yogyakarta, 2010).
111
positif terhadap harga saham, yang berarti kenaikan atau penurunan
nilai ROA akan berdampak pula pada kenaikan dan penurunan harga
saham. Nilai ROA yang semakin tinggi akan memberikan kontribusi
terhadap nilai harga saham yang semakin tinggi atau sebaliknya nilai
ROA yang semakin rendah akan memberikan kontribusi terhadap
nilai harga saham yang semakin rendah.
Rasio keuangan, adalah salah satu rasio yang mempunyai
peranan yang penting sehingga dapat digunakan investor untuk
memenuhi
kebutuhan
informasi
dalam
proses
pengambilan
keputusan membeli saham suatu emiten di Bursa Efek, ketika nilai
ROA menunjukkan hasil yang baik, pada kondisi yang seperti itulah
harga saham di pasar modal akan bergerak naik karena
meningkatnya jumlah permintaan saham.
4)
Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Dari hasil perhitungan uji secara parsial variabel Ukuran
Perusahaan (Firm Size) dengan menggunakan uji satu arah (1-tailed)
diperoleh nilai thitung sebesar (3,133) dengan nilai signifikansi sebesar
0,003. Karena nilai thitung (3,133) > (1,667) nilai ttabel, atau karena nilai
Sig. variabel Ukuran Perusahaan (Firm Size) lebih kecil dari 0,05, dan
arah koefisien positif maka dapat disimpulkan Ukuran Perusahaan
(Firm Size) berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham.
Maka hipotesis keempat diterima (Ha diterima dan H0 ditolak).
112
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Nur Hidayati15, Dena Aksinia16 yang menyatakan
bahwa secara parsial Ukuran Perusahaan (Firm Size) berpengaruh
signifikan dan positif terhadap harga saham. Karena menurut
Widjaja dalam Tamara Oca17, Ukuran Perusahaan (Firm Size) adalah
suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan,
antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total
aktiva. Pada umumnya perusahaan besar memiliki total aktiva yang
besar pula sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut dan akhirnya saham tersebut
mampu bertahan pada harga yang tinggi.
Karena makin besar ukuran sebuah perusahaan (size) yang
dapat dilihat dari besarnya total aset sebuah perusahaan maka harga
saham perusahaan semakin tinggi, sedangkan jika ukuran
perusahaan semakin kecil maka harga saham akan semakin rendah.
Artinya para investor di pasar modal akan lebih tertarik kepada
perusahaan yang memiliki total aset yang besar karena perusahaan
besar lebih mudah memperoleh pinjaman karena nilai aktiva yang
dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga
15
Hidayati, Nur. “Analisis pengaruh Kinerja finansial dan firm size terhadap harga saham
perusahaan LQ-45 2003-2005”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNS, 2009)
16
Aksinia, Dena. “Pengaruh ROE dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham Perbankan
dimoderasi oleh variabel Harga Emas”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka, 2013).
17
Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan Industri di
BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2012) h.3
113
lebih tinggi sehingga harga pasar saham perusahaan tersebut di
Bursa Efek Indonesia akan meningkat.
Semakin besar kekayaan suatu perusahaan maka semakin
positif respon investor di pasar modal yang diindikasikan dengan
meningkatnya harga pasar saham perusahaan tersebut. Semakin
besar ukuran perusahaan maka menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki aktiva yang besar yang dapat dikelola guna menghasilkan
laba sebesar-besarnya sehingga hal ini direspon secara positif oleh
para investor di pasar modal. Pada kondisi yang seperti itulah harga
saham di pasar modal akan bergerak naik karena respon positif
menunjukkan adanya kenaikan jumlah permintaan saham.
3. Hasil Persamaan Regresi
Tabel 4.9
Model Persamaan Regresi
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B
Beta
Std. Error
T
Sig.
-2.447
.017
-.447
-4.017
.000
.105
.555
8.354
.000
2.718
.406
.750
6.700
.000
1.796
.573
.474
3.133
.003
-12.887
5.267
EVA
-.582
.145
EPS
.875
ROA
Size
(Constant)
1
a
a. Dependent Variable: HS
Sumber : Output SPSS yang diolah
114
Pada tabel 4.9 Model Persamaan Regresi di atas, dapat dilihat
persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = -12,887 + -0,582X1 + 0,875X2 + 2,718X3 + 1,796X4
Keterangan :
Y
= Harga Saham
X1
= Economic Value added (EVA)
X2
= Earning Per Share (EPS)
X3
= Return On Asset (ROA)
X4
= Ukuran Perusahaan (Size)
Koefisien-koefisien persamaan regersi linier berganda diatas dapat
diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar -12,887 menunjukkan
bahwa jika variabel Economic Value added, Earning Per Share, Return
On Asset dan Ukuran Perusahaan bernilai nol maka Harga saham adalah
-12,887 kali. Dengan catatan, variabel lain dianggap konstan.
Berdasarkan hasil persamaan regresi linier berganda diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa variabel dependen (harga saham) akan
mengalami penurunan sebesar -12,887 tanpa dipengaruhi oleh semua
variabel independen yang terdiri dari Economic Value added, Earning Per
Share,
Return
On
Asset
dan
Ukuran
Perusahaan.
Widyatmini
mengemukakan18, bahwa salah satu instrument pasar modal yang paling
18
Widyatmini & Michael Valentino, “Pengaruh Pertambahan Ekonomis dan Analisis
Fundamental Terhadap harga saham”. Artikel Ekonomi:Univ Gunadarma, ( 2009) h. 40
115
sering diperdagangkan adalah saham. Terutama saham yang bersifat
menjual ke saham publik. Saham dari perusahaan yang menjual ke publik
adalah saham yang diperjual-belikan pada khalayak umum (investor) pada
suatu bursa saham. Bursa efek yang mengatur transaksi pembelian dan
penjualan saham di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Seperti
halnya harga barang pada pasar tradisional, harga saham yang
diperdagangkan dipasar modal pun mengalami fluktuasi, harga saham
yang diperdagangkan di pasar modal dapat naik ataupun turun dalam
hitungan menit. Kenaikan ataupun penurunan harga saham dipengaruhi
oleh seberapa kuat penawaran dan penjualan yang terjadi pada bursa
terhadap saham tersebut. Harga saham akan naik jika semakin banyak
investor yang ingin membeli saham tersebut, sebaliknya harga saham akan
turun jika semakin banyak investor yang ingin menjual saham tersebut.
Nilai koefisien variabel Economic Value added terhadap harga
saham sebesar -0,582, menyatakan bahwa apabila variabel Economic
Value added meningkat 1 satuan maka akan menurunkan Harga saham
sebesar 0,582 kali. Dengan catatan variabel independen yang lain tetap
(konstan).
Nilai koefisien variabel Earning Per Share terhadap harga saham
sebesar 0,875, menyatakan bahwa apabila setiap penambahan nilai
Earning Per Share sedangkan variabel independen yang lain tetap, akan
meningkatkan harga saham sebesar 0,875.
116
Nilai koefisien Return On Asset terhadap harga saham sebesar 2,718, artinya ketika Return On Asset naik 1 satuan sedangkan variabel
independen yang lain tetap, maka harga saham akan naik 2,718 satuan.
Nilai koefisien Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap harga saham
sebesar 1,796, artinya ketika Ukuran Perusahaan (Firm Size) naik 1 satuan
sedangkan variabel independen yang lain tetap, maka harga saham akan
naik 1,796 satuan.
4. Koefisien Determinasi
Tabel 4.10
Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
1
.908
a
.824
.813
.62495
1.915
a. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA
b. Dependent Variable: HS
Sumber : Output SPSS yang diolah
Pada data tabel hasil uji koefisien determinasi di atas dapat dilihat bahwa
nilai adjusted R square sebesar 0,813 atau 81,3%, yang berarti variabel terikat
(harga saham) dapat dijelaskan variabel bebas (EVA, EPS, ROA, Ukuran
Perusahaan) sebesar 81,3%, sedangkan sisanya sebesar 18,7% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain.
117
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga saham seperti Resiko
Sistematis (Beta) yang telah diteliti oleh Zulkifli Harahap 19. Sedangkan
Wirawan20, mengemukakan bahwa inflasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi harga saham. Inflasi berkorelasi negatif dengan harga saham
karena meningkatnya inflasi merupakan sinyal bahwa pendapatan pajak
pemerintah akan menurun, tingkat peminjaman akan meningkat, dan dana
yang dikeluarkan oleh pemerintah berkaitan dengan obligasinya juga akan
meningkat. Tingginya ekspektasi inflasi dan tingkat risiko memegang rupiah
juga biasanya dikendalikan dengan menaikkan bunga SBI. Bunga yang tinggi
diperlukan
agar
masyarakat
mau
memegang
rupiah
dan
tidak
membelanjakannya untuk hal-hal yang tidak mendesak, melainkan lebih
memilih menginvestasikan dananya pada deposito atau obligasi yang
memberikan return berupa bunga yang lebih tinggi daripada saham. Apalagi
risiko berinvestasi pada deposito dan obligasi jelas lebih kecil daripada risiko
investasi dalam saham. Hal ini otomatis akan menurunkan harga saham.
Kenaikan SBI juga dapat dilihat dari peningkatan bunga pinjaman untuk
para debitur. Jika bunga untuk masyarakat yang menyimpan uang meningkat,
jelas bunga pinjaman yang dikenakan untuk para debitur juga akan meningkat.
Karena hampir semua perusahaan besar (termasuk yang listed di bursa)
19
Harahap, Zulkifli & Agusni Pasaribu. “Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis
terhadap Perubahan Harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.
Jurnal MEPA: EKONOMI, Vol 2 No. 1 (Januari, 2007)
20
Wirawan, Saipul& Intan. “Analisis Faktor-faktor Internal dan Eksternal terhadap Harga Saham
Perusahaan Manufaktur yang listed di BEJ”. Jurnal Riset Akuntansi: AKSIOMA, Vol 5, No. 2
(Desember, 2006)
118
meminjam dana dari bank, otomatis mereka merasakan dampaknya juga. Hal
ini menyebabkan laba bersih sekaligus dividen yang diberikan pada pemegang
saham ikut menurun. Jika ini terjadi, maka kondisi fundamental perusahaan
tersebut akan kurang menguntungkan. Dampaknya akan banyak investor yang
melepas sahamnya, sehingga harga dan return saham menurun.
D. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Pengaruh Secara Simultan
Berdasarkan perhitungan regresi diatas memperlihatkan bahwa
variabel Economic Value added, Earning Per Share, Return On Asset
dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi F (0,000)
lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan jika investor atau calon investor ingin membeli saham emiten,
investor harus mempertimbangkan nilai dari Economic Value added,
Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm
Size). Karena berdasarkan penelitian ini, keempat variabel tersebut
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan.
Selain itu, karena pendekatan fundamental biasa digunakan dalam
menilai perusahaan. Pendekatan fundamental, terutama memperhatikan
faktor-faktor yang pada umumnya berada diluar pasar modal yang akan
mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Faktor fundamental
119
memberikan gambaran yang jelas dan bersifat analisis terhadap prestasi
manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Pengaruh Secara Parsial
Hasil pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t
menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas yaitu Economic
Value added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran
Perusahaan (Firm Size) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
1.
Economic Value added (EVA)
Economic Value added (EVA) berdasarkan hasil uji t memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat
dilihat dari nilai sig < alpha 0,05, EVA memiliki koefisien ke arah
negatif terhadap harga saham. Hal ini dapat dikatakan bahwa ketika
EVA mengalami kenaikan maka akan berdampak pada penurunan
harga saham. Hal ini dapat terjadi karena pada sampel yang diambil
dalam penelitian ini, pada periode nya mengalami masalah politik,
ekonomi, sosial yang tidak stabil sehingga terdapat resiko bisnis
yang cukup tinggi dan menimbulkan ketidakpastian tingkat
pengembalian dari investasi, sehingga para pelaku pasar dalam
mengambil keputusan investasi kurang memperhatikan aspek
fundamental. Dan dari sisi laporan keuangan juga dapat
120
berpengaruh, menurut Agus Harjito dan Rangga Aryayoga21, karena
adanya kemungkinan praktek window dressing terhadap laporan
keuangan tersebut agar kinerja perusahaan tampak lebih baik
akibatnya investor kurang percaya karena informasi tersebut
seringkali
tidak
menggambarkan
kondisi
perusahaan
yang
sebenarnya. Serta karakteristik investor di Indonesia yang lebih
mengaharapkan mendapat keuntungan yang cepat dalam jangka
pendek sehingga investasi yang dilakukan nya bersifat spekulatif,
serta pasar modal di Indonesia dalam hal ini BEI masi bersifat weak
form efficient sehingga harga saham yang terbentuk bukan
berdasarkan informasi yang sebenarnya tentang kondisi perusahaan
tetapi lebih dipengaruhi oleh gerakan harga historis.
Fenomena ketika nilai EVA turun dan harga saham meningkat
ini terjadi pada contoh saham PT. Astra Argo Lestari Tbk dimana
nilai EVA perusahaan tersebut mengalami penurunan, pada tahun
2008 sebesar 498.065.896.890 dan ditahun 2009 turun menjadi
180.082.585.529. Namun sebaliknya harga saham justru mengalami
peningkatan dari harga semula Rp. 9.800 ditahun 2008, menjadi Rp.
22.750 ditahun 2009. Hal serupa terjadi pada saham PT. Kalbe
Farma dan PT. Telekomunikasi Indonesia pada rentang tahun yang
21
Harjito, Agus dan Rangga Aryayoga. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Return Saham
di Bursa Efek Indonesia.” . Jurnal Ekonomi: FENOMENA, Vol. 7, No. 1. (Maret 2009)
121
sama. Dan sebaliknya, fenomena ketika nilai EVA naik dan harga
saham menurun ini terjadi pada saham PT. Astra Argo Lestari Tbk
dimana nilai EVA perusahaan tersebut sebesar 245.808.254.385
pada tahun 2010 mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi
sebesar
346.520.466.714,
namun
sebaliknya
harga
saham
perusahaan ini mengalami penurunan dari harga semula 26.200
pada tahun 2010 menjadi 21.700 ditahun berikutnya yaitu 2011. Hal
serupa terjadi pada saham PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk pada rentang tahun yang
sama.
2.
Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) berdasarkan hasil uji t memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat
dilihat dari nilai sig < alpha 0,05, EPS memiliki koefisien ke arah
positif terhadap harga saham. Hal ini dapat dikatakan bahwa ketika
EPS mengalami kenaikan maka akan menaikkan pula harga saham.
Karena pada dasarnya seorang investor melakukan investasi dengan
harapan akan memperoleh keuntungan atas modal yang telah
diinvestasikannya. Mereka beranggapan bahwa besarnya nilai laba
per lembar saham yang dibagikan oleh sebuah perusahaan
merupakan suatu indikator keberhasilan dalam menghasilkan
keuntungan bagi pemegang saham. Pola pemikiran tersebut akan
122
mendorong seorang investor untuk melakukan pembelian saham
pada perusahaan yang memiliki nilai earning per share yang tinggi.
Dalam kondisi seperti ini lah investor memilih perusahaan yang
memiliki nilai EPS tinggi, sejak permintaan saham suatu
perusahaan meningkat, maka harga saham pun mengalami
peningkatan.
Fenomena ini terjadi pada contoh saham PT. Indocement
Tunggal Perkasa Tbk dimana nilai EPS perusahaan tersebut
mengalami kenaikan yang selaras dengan kenaikan harga saham,
seperti yang dapat dilihat pada histogram berikut:
Gambar 4.10
Data Harga Saham dan Earning PerShare
PT.Indocement Tunggal Perkasa Tbk
30,000
20,000
EPS
10,000
HS
0
2008
2009
Sumber: Data diolah
2010
EPS
2011
2012
123
Pada rentang tahun 2008 sampai 2012, harga saham PT.
Indocement Tunggal Perkasa Tbk terus mengalami peningkatan
bersamaan dengan peningkatan nilai EPS nya dari tahun ke tahun.
Hal serupa terjadi pada saham PT. Semen Gresik Tbk dan PT.
Unilever Indonesia pada rentang tahun yang sama.
Dan sebaliknya, fenomena ketika nilai EPS turun dan harga
saham pula menurun ini terjadi pada saham PT. Tambang Batu Bara
Bukit Asam Tbk dimana nilai EPS perusahaan tersebut sebesar 1.339
pada tahun 2011 mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi
sebesar 1.261, dan hal yang sama pun terjadi pada perubahan harga
saham perusahaan ini mengalami penurunan dari harga semula
17.350 pada tahun 2011 menjadi 15.000 ditahun berikutnya yaitu
2012. Hal serupa terjadi pada saham PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk yang mengalami penurunan harga saham yang bersamaan
dengan penurunan nilai EPS pula pada tahun 2010-2011.
3.
Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) termasuk ke dalam rasio profitabilitas,
menurut teori, ROA memiliki pengaruh positif terhadap harga
saham, hal ini didukung berdasarkan hasil uji t memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari
nilai sig < alpha 0,05, ROA memiliki koefisien ke arah positif
terhadap harga saham. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketika nilai
124
ROA mengalami kenaikan, maka akan menaikkan pula harga
saham. Investor menyukai perusahaan yang memiliki nilai ROA
yang cukup tinggi, hal ini dikarena kan ROA yang tinggi
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Rahmadhani22,
ROA yang tinggi disebabkan karena perusahaan efektif mengelola
aktivanya sehingga menghasilkan laba yang besar. Apabila laba
yang diperoleh perusahaan besar, maka pendapatan yang akan
diperoleh investor juga makin besar. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dapat dijadikan sebagai informasi bagi investor sebelum melakukan
investasi di suatu perusahaan.
Fenomena ini terjadi pada saham PT. Kalbe Farma Tbk dimana
nilai ROA perusahaan tersebut mengalami kenaikan yang selaras
dengan kenaikan harga saham. Nilai ROA yang semula ditahun
2008 senilai 12,4 mengalami pertumbuhan meningkat hingga 2012
berada diangka 18,7. Hal ini pun selaras dengan kenaikan yang
terjadi pada harga saham perusahaan tersebut, pada tahun 2008
harga saham PT. Kalbe Farma Tbk seharga 80 rupiah terus
mengalami peningkatan hingga 1.030 rupiah pada tahun 2012.
22
Safitri, Rahmadhani Nasution. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Saham
pada sektor Telekomunikasi di BEI” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
2009). H. 66
125
Dan sebaliknya, fenomena ketika nilai ROA turun dan harga
saham pula menurun ini terjadi pada saham PT. Astra Argo Lestari
Tbk dimana nilai ROA perusahaan tersebut senilai 23,6 pada tahun
2011 mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 19,4, dan
harga saham perusahaan ini mengalami penurunan dari harga
semula 21.700 pada tahun 2011 menjadi 19.100 ditahun berikutnya
yaitu 2012. Hal serupa terjadi pada saham PT. Tambang Batu Bara
Bukit Asam Tbk yang mengalami penurunan harga saham yang
bersamaan dengan penurunan nilai ROA pula pada tahun 20112012 dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 20102011.
4.
Ukuran Perusahan (Firm Size)
Ukuran Perusahan (Firm Size) berdasarkan hasil uji t memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat
dilihat dari nilai sig < alpha 0,05, Ukuran Perusahaan memiliki
koefisien ke arah positif terhadap harga saham. Hal ini dapat
dikatakan bahwa ketika Ukuran Perusahaan mengalami kenaikan
maka akan menaikkan pula harga saham. Ukuran perusahaan dapat
menjadi salah satu acuan investor dalam mengambil keputusan
investasi terhadap suatu perusahaan. Umumnya, investor tertarik
dengan perusahaan yang tergolong dalam perusahaan besar (Big
Firm) karena perusahaan yang besar berarti memiliki total aset yang
126
besar pula. Asumsi nya perusahaan besar lebih mudah mendapatkan
pinjaman karena jaminan dengan melihat total aset yang dimiliki
nya pun menjanjikan dan terpercaya bagi Bank atau pemberi
pinjaman. Dan dengan total aset yang besar pula mencerminkan
manajemen perusahaan yang sangat baik dalam mengelola harta
atau aset perusahaan tersebut.
Fenomena ini terjadi pada saham PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk dimana ukuran perusahaan tersebut mengalami
kenaikan yang selaras dengan kenaikan harga saham. Ukuran
perusahaan yang semula ditahun 2008 senilai 13,05 mengalami
pertumbuhan yang terus meningkat hingga 2012 berada diangka
13,35. Hal ini pun selaras dengan kenaikan yang terjadi pada harga
saham perusahaan tersebut, pada tahun 2008 harga saham PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk seharga 4.600 rupiah terus
mengalami peningkatan hingga 22.650 rupiah pada tahun 2012.
Peningkatan size perusahaan yang selaras dengan harga saham juga
terjadi pada saham PT. Kalbe Farma Tbk pada rentang tahun yang
sama.
Dan sebaliknya, fenomena ketika nilai Size perusahaan turun
dan harga saham pula menurun, terjadi pada saham PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk dimana nilai Size perusahaan
tersebut senilai 13,98 pada tahun 2009 mengalami penurunan pada
127
tahun 2010 menjadi 13,97, meski penurunan nilai size perusahaan
tidak signifikan, namun harga saham perusahaan ini ternyata juga
mengalami penurunan dari harga saham yang semula 1.890 pada
tahun 2009 menjadi 1.590 ditahun berikutnya yaitu 2010.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Hasil uji simultan (Uji F) yang dilakukan menunjukkan bahwa semua
variabel bebas yang terdiri dari economic value added, earning per
share, return on asset dan ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham pada ɑ = 5%.
2.
Hasil uji parsial (Uji T) yang dilakukan menunjukkan bahwa dari
seluruh variabel bebas yang terdiri dari economic value added, earning
per share, return on asset dan ukuran perusahaan (firm size). Yang
berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham adalah earning
per share, return on asset dan ukuran perusahaan (firm size). Sedangkan
variabel economic value added berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap harga saham.
3.
Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 81,3%.
Yang berarti variabel bebas yang terdiri dari economic value added,
128
129
earning per share, return on asset dan ukuran perusahaan (firm size)
mampu menjelaskan harga saham sebesar 81,3%, sedangkan sisanya
sebesar 18,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya di luar model regresi
seperti inflasi, tingkat risiko dari proyeksi laba, kebijakan dividen, SBI,
serta kurs rupiah terhadap dollar.
B. SARAN
Berikut ini adalah beberapa saran dari penulis bagi para peneliti yang
ingin melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini:
1.
Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan faktor-faktor
eksternal perusahaan seperti inflasi, kurs rupiah terhadap dollar, SBI
dan lainnya sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Diluar dari
faktor fundamental perusahaan. Sehingga kita dapat mengetahui faktor
diluar fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham dan
menambah pertimbangan investor agar semakin matang dalam
mengambil keputusan berinvestasi.
2.
Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lainnya dan tidak
hanya dalam indeks Jakarta Islamic Index (JII) saja. Karena semakin
banyak sampel dari populasi yang diambil akan meningkatkan kualitas
penelitian beserta hasilnya. Dan bukan hanya meneliti indeks JII,
tetapi indeks lainnya seperti, Kompas100, LQ 45, Bisnis-27,
130
PEFINDO25, Sri-Kehati dan lain-lain, ataupun dari IHSG secara
keseluruhan agar lebih memperluas cakupan penelitian sehingga dapat
meningkatkan akurasi dan pengetahuan.
3.
Periode data yang digunakan pada penelitian ini adalah data per enam
bulan atau semesteran tahun 2008-2012, bagi penelitian selanjutnya
disarankan untuk menambah periode penelitian agar mendapatkan
hasil yang lebih baik akurat dan representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Akroman. Pengaruh Rasio Keuangan (ROA dan ROE) dan EVA terhadap harga
saham pada perusahaan yang terdaftar di JII periode 2004-2006. Yogyakarta:
UIN Kalijaga, 2010.
Aksinia, Dena. Pengaruh ROE dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham
Perbankan dimoderasi oleh variabel Harga Emas. Tangerang: Universitas
Terbuka, 2013.
Ananto. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan yang
terdaftar di BEJ. Semarang; Skripsi Ekonomi-Akuntansi UNS, 2007.
Arwiyanti, Niekie. Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga
saham pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2012.
Bagoes, Ida dan Kasto. Metodologi penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989.
Bukit, Br. Rina. Pengaruh Struktur Modal terhadap nilai perusahaan melalui
Profitabilitas: Analisis Data Panel Perusahaan Manufaktur di BEI. (Sumatera
Utara: Jurnal Keuangan dan Bisnis, 2012)
Case, Karl dan Ray C. Fair. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. New Jersey: PT.
INDEKS, 2003.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat, 2006.
Darmawi, Herman. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta; PT.
Bumi Aksara, 2006.
Fahmi, Irham. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: ALFABETA, 2011.
Farihah, Ipah dan Murdiyah Hayati. Analisis Economic Value Added dan Market
Value Added. Jakarta: Jurnal Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009
Vol. 8 No. 1.
Fatmawati, Nazula. Analisis Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham JII 2005-2007. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan penerbitan Universitas Diponegoro, 2005.
131
132
Harahap, Sofyan Syafri. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam. Jakarta; Pusaka
Quantum, 2001.
Harahap, Zulkifli & Agusni Pasaribu. “Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko
Sistematis terhadap Perubahan Harga saham pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. (Jurnal MEPA Ekonomi, Vol 2 No. 1,
Januari, 2007)
Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Hidayati, Nur. Analisis pengaruh Kinerja finansial dan firm size terhadap harga
saham perusahaan LQ-45 2003-2005. Surakarta: UNS, 2009.
Hilton, Ronald. Managerial Accounting, cet.2. (Singapore: Penerbit Singapore, Mc
Graw-Hill, 2009.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Liestiowati. “Menghitung EVA”. Artikel diakses pada 26 Mei 2014 dari
http://akuntan-si.blogspot.com/2011/10/menghitung-eva-economic-valueadded.html.
Mastoni, Hasi. Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009. Semarang: Universitas Negeri
Semarang, 2011.
Matewally, Teori dan Praktik Ekonomi Islam. Jakarta: Bangkita Daya Insani, 1995.
Muslich, Mohamad. Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan dan
Kebijaksanaan. Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Oca, Tamara. Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan
Industri di BEI. Malang: Universitas Brawijaya, 2012.
Ramarti, Indrayuni. Analisis Pengaruh Rasio Nilai Pasar, Profitabilitas,
Solvabilitas,dan Likuiditas terhadap harga saham LQ 45 tahun 2006-2010.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012.
Ridwan, Alif. Pengaruh kinerja lingkungan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris,
dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Jakarta: Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
133
Sawaldi. Pengaruh EVA dan rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah 2007-2010.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013.
Sitanggang. Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013.
Sucipto. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi. Sumatera: Universitas
Sumatera Utara, 2003.
Sukardi, David dan Kurniawan Indonanjaya. Manajemen Investasi Pendekatan
Teknikal dan Fundamental untuk analisis saham. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. Yogyakarta:
ANDI, 2011.
Sutedi, Adrian. Pasar Modal Syariah. Jakarta; Sinar Grafika, 2011.
Widyatmini & Michael Valentino. Pengaruh Pertambahan Ekonomis dan Analisis
Fundamental Terhadap harga saham. Jakarta: Artikel Ekonomi Universitas
Gunadarma, 2009.
Wirawan, Saipul & Intan. Analisis Faktor-faktor Internal dan Eksternal terhadap
Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang listed di BEJ. Jurnal Riset
Akuntansi Aksioma, Vol 5, No. 2, Desember, 2006.
Zulfa, Ingga. Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan
terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013.
Padang: Universitas negeri padang, 2013.
Website:
http:/www.idx.co.id
http://finance.yahoo.com/Historical+Prices.
LAMPIRAN
1. Daftar Ceklis Konsistensi Saham Syariah di Jakarta Islamic Index tahun 2008-2012
No
.
1
Kode
AALI
Nama
Perusahaan
Astra
Lestari
Argo
2008
√
√
2009
√
√
2010
√
√
2011
√
√
2012
√
√
2
ACES
Ace Hardware
Indonesia Tbk
3
ADRO
Adaro
Tbk
4
AKRA
AKR
Corporindo Tbk
ANTM
Aneka
Tambang
(Persero) Tbk
5
PERIODE
√
Energy
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6
APEX
Apexindo
Pratama Duta
Tbk
7
ASII
Astra
International
Tbk
√
√
√
134
√
√
√
√
√
√
135
8
ASRI
Alam Sutera
Realty Tbk
9
BISI
Bisi
International
Tbk
√
10
BKSL
Sentul City Tbk
√
11
BMTR
Global
Mediacom Tbk
√
12
BORN
Borneo
Lumbung
Energy&Metal
Tbk
13
BNBR
Bakrie &
Brothers Tbk
14
BRPT
Barito Pacific
Tbk
15
BSDE
Bumi Serpong
Damai Tbk
16
BTEL
Bakrie Telecom
Tbk
√
17
BUMI
Bumi Resources
Tbk
√
18
BWPT
BW Plantation
Tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
136
CMNP
Citra Marga
Nusaphala
Persada
20
CPIN
Charoen
Pokphand
Indonesia Tbk
21
CTRA
Ciputra
Development
Tbk
19
22
CTRP
√
√
√
Ciputra
C
Property
Tbk
23
DEWA
Darma Henwa
Tbk
24
ELSA
ELnusa Tbk
25
ELTY
Bakrieland
Development
Tbk
26
ENRG
Energy Mega
Persada Tbk
27
FREN
Mobile-8
Telecom tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
137
28
HEXA
Hexindo
Adiperkasa Tbk
29
HRUM
Harum Energy
Tbk
30
HITS
Humpus
Intermoda
Transportasi tbk
31
ICBP
Indofood CBP
Sukses Makmur
tbk
32
IIKP
Inti Agri
Recources tbk
INCO
International
Nickel
Indonesia tbk
33
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
34
INDY
Indika Energy
tbk
35
INTP
Indocement
Tunggal
Prakasa tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
138
36
ITMG
Indo
Tambangraya
Megah tbk
37
JPFA
Japfa Comfeed
Indonesia tbk
38
KIJA
Kawasan
Mandiri
Jababeka tbk
√
√
39
KLBF
Kalbe Farma
tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
40
KRAS
Krakatau Steel
tbk
41
LPKR
Lippo Karawaci
tbk
√
42
LSIP
PP London
Sumatera tbk
√
43
MIRA
Mitra
International
Recources tbk
44
MNCN
Media
Nusantara Citra
tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
139
45
MPPA
Matahari Putra
Prima tbk
√
46
PLIN
Plasa Indonesia
Realty tbk
√
47
PTBA
Tambang Batu
Bara Bukit
Asam tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
48
RALS
Ramayana
Lestari Sentosa
tbk
49
SGRO
Sampoerna Agro
tbk
50
SMAR
SMART tbk
51
SMCB
Holcim
Indonesia tbk
52
SMGR
Semen Gresik
(Persero) tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
53
SMRA
Sumarecon
Agung tbk
√
140
54
TBLA
Tunas Baru
Lampung
55
TINS
Timah
(Persero) Tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
56
TLKM
Telekomunikas
i Indonesia tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
57
TOTL
Total Bangun
Persada tbk
58
TRAM
Trada Maritime
tbk
59
TRUB
Truba Alam
Manunggal
Engineering tbk
√
60
TSPC
Tempo Scan
Pacific tbk
√
61
TURI
Tunas Ridean
tbk
62
UNSP
Bakrie Sumatera
Plantations tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
141
63
64
UNVR
WIKA
Unilever
Indonesia tbk
Wijaya Karya
(Persero) tbk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Saham yang Konsisten di JII sepanjang tahun 2008-2012
2. Daftar Sampel Saham Syariah yang Konsisten di Jakarta Islamic Index
2008-2012
No
Kode
Nama Perusahaan
1
AALI
Astra Argo Lestari Tbk
2
INTP
Indocement Tunggal Perkasa Tbk
3
KLBF
Kalbe Farma Tbk
4
PTBA
Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
5
SMGR
Semen Gresik Tbk
6
TLKM
Telekomunikasi Indonesia Tbk
7
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
Sumber : http:/www.idx.co.id (data diolah)
142
3. Data Harga Saham Per-Semester Perusahaan JII 2008-2012
Periode
2008-S1
2008-S2
2009-S1
2009-S2
2010-S1
2010-S2
2011-S1
2011-S2
2012-S1
2012-S2
AALI
29,550
9,800
16,850
22,750
19,350
26,200
23,500
21,700
20,050
19,100
INTP
5,450
4,600
7,750
13,700
15,800
15,950
17,050
17,050
17,350
22,650
KLBF
170
80
202
260
420
650
675
680
755
1,030
PTBA
16,400
6,900
11,600
17,250
17,250
22,950
20,800
17,350
14,650
15,000
SMGR TLKM
4,000
1,460
4,175
1,380
4,900
1,500
7,550
1,890
8,750
1,540
9,450
1,590
9,600
1,470
11,450
1,410
11,300
1,630
15,700
1,790
UNVR
6,750
7,800
9,250
11,050
17,000
16,500
14,900
18,800
22,900
21,200
4. Data Economic Value Added Per-Semester Perusahaan JII 2008-2012
Periode
2008-S1
2008-S2
2009-S1
2009-S2
2010-S1
2010-S2
2011-S1
2011-S2
2012-S1
2012-S2
AALI
INTP
KLBF
PTBA
SMGR
TLKM
UNVR
437,551,055,484 19,080,582,618 99,824,917,533 91,214,797,059 179,513,640,758 3,336,526,836,577 762,737,957,352
498,065,896,890 223,420,090,317 187,000,568,385 352,803,964,648 492,255,166,061 5,385,993,049,074 1,140,737,728,208
132,428,225,312 120,798,937,742 66,265,365,873 305,367,374,353 391,718,076,405 2,899,481,654,368 866,657,941,217
180,082,585,529 340,890,827,086 119,527,872,134 419,713,331,458 563,765,086,853 3,557,002,631,722 1,390,544,442,823
112,358,434,760 231,651,567,239 138,401,318,195 85,018,804,833 387,332,826,439 2,626,299,856,658 1,088,966,112,972
245,808,254,385 274,572,226,081 173,988,466,570 197,083,677,036 572,399,987,901 2,570,540,490,802 1,663,797,343,259
220,095,544,100 219,017,841,714 130,960,822,106 300,292,624,729 412,629,266,054 1,309,478,109,488 1,341,206,971,553
346,520,466,714 279,734,207,522 265,915,956,376 431,953,635,618 574,304,154,815 2,713,156,705,763 2,522,773,932,728
227,583,522,478 297,755,882,068 206,133,446,618 178,552,442,691 468,711,626,191 2,853,884,526,811 1,601,882,571,959
491,641,135,665 481,543,596,107 312,919,733,175 349,365,822,544 887,171,937,369 3,527,204,556,562 3,012,257,922,729
143
5. Data Earning Per Share Per-Semester Perusahaan JII 2008-2012
Periode
2008-S1
2008-S2
2009-S1
2009-S2
2010-S1
2010-S2
2011-S1
2011-S2
2012-S1
2012-S2
AALI INTP KLBF PTBA
1,014 209
33
308
1,670 474
69
741
488
318
40
691
1,054 746
96
1,183
404
445
60
393
1,280 876
136
871
806
468
71
698
1,527 977
145
1,339
608
588
85
675
1,530 1,239
36
1,261
SMGR
191
425
257
566
273
612
316
661
355
816
TLKM UNVR
312
179
526
315
306
195
576
399
305
232
586
443
302
271
543
545
333
304
669
634
6. Data Return On Asset Per-Semester Perusahaan JII 2008-2012
Periode
2008-S1
2008-S2
2009-S1
2009-S2
2010-S1
2010-S2
2011-S1
2011-S2
2012-S1
2012-S2
AALI
49.2
40.4
20.5
21.9
16.4
22.9
26.2
23.6
16.9
19.4
INTP
14.3
15.5
20.8
20.7
22.7
21
20.2
19.8
20.8
20.9
KLBF
12.1
12.4
12
14.3
16.6
18.3
17.1
17.9
17.7
18.4
PTBA
32.2
28
45.1
33.8
23.5
23
29.7
26.8
27.8
22.8
SMGR
25.6
23.8
25.2
25.7
22.6
23.3
20.8
20
18.9
18.2
TLKM
14.7
11.6
12.8
11.6
12.1
11.6
11.9
10.6
12.7
11.5
UNVR
39.4
37
37.7
40.7
36.2
38.9
35.7
39.7
33.4
40.4
144
7. Data Ukuran Perusahaan (Firm Size) Per-Semester Perusahaan JII 20082012
Periode
AALI
INTP
KLBF
12.7543449
PTBA
SMGR
TLKM
UNVR
2008-S1
12.81284754 13.03141944
2008-S2
12.81423367 13.05256725 12.75616676 12.78581569 13.02542728 13.96026262 12.81322968
2009-S1
12.87670061 13.05165127 12.82420793
2009-S2
12.87917613 13.12307608 12.81173895 12.90733492 13.11231364 13.98927004 12.87419122
2010-S1
12.89058168 13.15913634 12.83734554
2010-S2
12.94407775 13.18599932 12.84710953 12.94065089 13.19209329 13.99894968 12.93958225
2011-S1
12.98645723 13.23287032 12.89734395 13.03482619 13.25618205 13.99927922 13.06430244
2011-S2
13.00879152 13.25890848
2012-S1
13.05395928 13.31862703 12.96099922 13.04822468 13.34787878 14.00662005 13.14408407
2012-S2
13.0941153
12.9177446
12.64453952 12.94935403 13.93367054 12.84153753
12.8489726
12.8887592
13.07887165 13.97391596 12.89962202
13.15837925 13.99585592 12.98987252
13.06096604 13.29361892 14.01306485 13.02045708
13.35707989 12.97395671 13.10479364 13.42454001 14.04676432 13.07863728
8. UJI NORMALITAS-HISTOGRAM
145
9. UJI NORMALITAS- KOMOLGROV SMIRNOV
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
70
N
Normal Parametersa,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
0E-7
.60656601
Absolute
.066
Positive
.052
Negative
-.066
Kolmogorov-Smirnov Z
.550
Asymp. Sig. (2-tailed)
.922
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
10. UJI HETEROSKEDASTISITAS-SCATTERPLOT
146
11. UJI HETEROSKEDASTISITAS- RANK SPEARMAN
Correlations
ABRESID
Spearman's rho
ABRESID
Correlation Coefficient
.087
.155
.
.993
.882
.472
.199
70
70
70
70
70
-.001
1.000
.190
.071
.993
.
.116
.557
.000
70
70
70
70
70
*
.231
N
Correlation Coefficient
1.000
.286
.882
.116
.
.016
.054
70
70
70
70
70
*
1.000
.087
.071
.286
Sig. (2-tailed)
.472
.557
.016
.
.000
70
70
70
70
70
Correlation Coefficient
.155
**
.231
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.199
.000
.054
.000
.
70
70
70
70
70
N
.572
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
12. UJI AUTOKORELASI- DURBIN WATSON
b
Model Summary
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
1
.908
a
.824
a. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA
b. Dependent Variable: HS
.813
.62495
1.915
-.409
-.409
**
Correlation Coefficient
N
Model
**
.190
N
Size
.572
-.018
Sig. (2-tailed)
ROA
Size
-.018
Sig. (2-tailed)
EPS
ROA
-.001
N
Correlation Coefficient
EPS
1.000
Sig. (2-tailed)
EVA
EVA
147
13. UJI AUTOKORELASI-RUN TEST
Runs Test
Unstandardized Residual
a
.00503
Test Value
Cases < Test Value
35
Cases >= Test Value
35
Total Cases
70
Number of Runs
38
Z
.482
Asymp. Sig. (2-tailed)
.630
a. Median
14. UJI MULTIKOLINIERITAS
C o e f f i c i e n t sa
Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
(Constant)
1
EVA
.2 1 9
4. 5 7 0
EPS
.6 1 5
1. 6 2 7
ROA
.2 1 6
4. 6 2 3
.1 1 9
8. 4 2 3
Size
a. Dependent Variable: HS
148
15. UJI MULTIKOLINIERITAS-PAIR WISE
Correlations
HS
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
EVA
EPS
ROA
Size
1.000
.013
.766
.655
-.185
EVA
.013
1.000
.250
-.022
.715
EPS
.766
.250
1.000
.313
.185
ROA
.655
-.022
.313
1.000
-.588
Size
-.185
.715
.185
-.588
1.000
.
.457
.000
.000
.063
EVA
.457
.
.018
.427
.000
EPS
.000
.018
.
.004
.062
ROA
.000
.427
.004
.
.000
Size
.063
.000
.062
.000
.
HS
70
70
70
70
70
EVA
70
70
70
70
70
EPS
70
70
70
70
70
ROA
70
70
70
70
70
Size
70
70
70
70
70
HS
HS
16. HASIL UJI F
a
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
118.524
4
29.631
25.387
65
.391
143.910
69
a. Dependent Variable: HS
b. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA
F
Sig.
75.867
.000
b
149
17. HASIL UJI T
C o e f f i c i e n t sa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1 2. 8 8 7
-.5 8 2
5. 2 6 7
.1 4 5
-.4 4 7
EPS
.8 7 5
.1 0 5
ROA
2. 7 1 8
Size
1. 7 9 6
Model
(Constant)
EVA
1
t
Sig.
.0 1 7
.5 5 5
2. 4 4 7
4. 0 1 7
8. 3 5 4
.4 0 6
.7 5 0
6. 7 0 0
.0 0 0
.5 7 3
.4 7 4
3. 1 3 3
.0 0 3
.0 0 0
.0 0 0
a. Dependent Variable: HS
18. Nilai Adjusted R Square
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
1
.908
a
.824
a. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA
b. Dependent Variable: HS
.813
.62495
1.915
Download