PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON ASSET (ROA) DAN UKURAN PERUSAHAAN (FIRM SIZE) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: Fitriana Wahyuni NIM: 1110046100187 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M i --- Pengaruh Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), Return On Assel (ROA) dan Ukuran Perusahaan (Firm,Siee) terhadap Horga Saham (Studi Pada Perusahaan yang listin gdi fakarra Islamic IndacPeriode 2008-2012) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Psrsyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: Fitriana Wahyuni 1 I 10046100187 Dibawah Bimbingan: Pembimbing I Pembimbinrt' -.,O D, Rr. Tini Anesraini. ST. M.Si . M. Fadlillah tr'auzukhaq. MA. PhD KONSENTRASI PERBAIIKAN SYARIAII PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKT]LTAS SYARHH DAI\I I{UKUM UNIVARSITAS ISLAM I\TEGERI SYARII' IIIDAYATT'LLAH JAKARTA -20T4 ii \ 7" PENGESAIIAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul 'PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), EARIIING PER SHARE (EPS), RETURN ON ASSET (ROA) DAr\t UKITRAN PERUSAHAAT\I OrRM slzr') TERIIADAP HARGA SAHAM (STIJDI PADA PERUSAIIAAI\I YAI\tc LISTING DI JAKARTA ISLAMIC INIIEX PERIODE 2008-2012)' telah diujikan dalam Sidang Munaqasyatr Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri ([III{) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat @konomi Islam). Jakart4 17 Agustus 2014 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum 'R H. JM. Muslimin. M.A NIP. 196800812199903 l0l4 PAI\TITIA UJIAN l. Ketua : Dr. Euis Amalia M.Ag. NrP. l 97 I 07 01199832002 2. Sekretaris : Mu'min Rouf. M.A. NIP. 19700416199703 1004 3. Pembimbing I : Rr. Tini Anegraini. ST. M.Si. 4. Pembimbing II : M. Fadlillah Fauzukhaq. MA. PhD. 5. Penguji I : Sofran Rizal. M. M. 6. Penguji tI : Dwi Nur'aini lhsan. S.E.. M.M. iii rfr |t.! '\ (... . LEMBAR PER}TYATAAI\I Dengan ini saya menyatakan bahwa 1. Slaipsi dengan judul *Pengruh Ecotwmic Yalue Added (EVA), Ewning Per Share (EPS), Rehtrn On Asset (ROA) dan llkuran Perusahaan (Firm Sze) ierhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan yang listing di Jalrarta hlamic Index Periode 2A08-ZAL2)" adalah hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyarafan memperoleh gelar sfrata I (satu) di Univereitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. ,, Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ini telah saya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahrllah Jakarta 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplalran dari karya oftrng lain, maka saya benedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islarn Negeri Syarif Hidayatnllah Jakarta. Jakart4 18 Jrmi 2014 X'itriana lVahyuni tv ABSTRAK Fitriana Wahyuni. NIM 1110046100187. PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON ASSET (ROA) DAN UKURAN PERUSAHAAN (FIRM SIZE) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2008-2012). Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435/2014 M. Skripsi ini bertujuan untuk menemukan pengaruh Economic Value Added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) selama periode 2008-2012. Harga Saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah data semester (tengah tahun) yang diambil pada bulan Juni dan Desember. Faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham dalam penelitian ini adalah Economic Value Added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size). Teknik Sampling yang digunakan disini adalah purposive sampling. Berdasarkan kriteria dalam penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 7 perusahaan, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda menggunakan SPSS 20. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Economic Value Added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) secara bersama sama atau simultan berpengaruh terhadap harga saham, begitupun secara parsial Economic Value Added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) juga masing-masing berpengaruh terhadap harga saham. Kata kunci Pembimbing : Economic Value Added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) dan Harga Saham. : Ir. RR. Tini Anggraeni, M. Si. M. Fadlillah Fauzukhaq, MA. PhD v KATA PENGANTAR “Bismillahirrahmanirrahim” Segala puji bagi ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam terhaturkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita semua yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnah-Nya. Alhamdulillah, atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, Earning Per share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap Harga Saham” (Studi Kasus Perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index Tahun 2008-2012). Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skirpsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan yang dimiliki penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan rasa hormat penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: vi 1. Allah SWT, yang selalu memberikan berkah rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 2. Keluarga ku, Bapak dan Mama yang menjadi motivasi dan semangat terbesar dalam penyelesaian skripsi ini, yang tiada hentinya memotivasi, memberi kasih sayang dan selalu mendoakan sepenuh hati. Serta saudara-saudaraku, Iin kakakku, dan ketiga adikku Adi, Ifa, dan Ina, yang selalu memberikan semangat, hiburan, dan kasih sayang persaudaraan yang kuat. Aku sangat menyayangi kalian. 3. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Phil. JM Muslimin, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag selaku Ketua Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Rr. Tini Anggraini, ST, M.Si selaku pembimbing 1 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi. vii 7. Bapak M. Fadlillah Fauzukhaq, MA. PhD selaku pembimbing 2 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi. 8. Segenap dosen pengajar Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan bimbingan dan curahan ilmu serta bantuannya sehingga penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalam di bidang Perbankan Syariah. 9. Dovan Wida Perwira, Partner in my life who always giving me big support, prayer and would do anything for me. 10. Alif Ridwan, my bestfriend and sometimes my only bestfriend who always care and help me no matter what. 11. Sahabat - sahabatku seperjuangan, Mega, Kiki, Puput, Shendy, Ei, Ira, Lukas, Arianto, Fatih, Fuadi, Adit. Terimakasih atas dukungan, dorongan, suka duka dan persahabatan yang menyenangkan. Thank you for being my bestfriend. Semoga kita selalu sukses bersama dalam menggapai mimpi terindah. 12. Teman – teman kelas Perbankan Syariah D 2010. Terimakasih atas kebersamaan dan canda tawa selama 4 tahun ini. How glad for me to being part of PS-D Squad. Salam sukses untuk kita bersama. 13. Teruntuk ke tujuh belas belas sahabatku di KKN Mozaik, yang telah bersamasama mensukseskan Kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Pasir Ahad, Desa Parakan Muncang selama sebulan penuh. Unforgettable Moment. viii 14. Teman – teman seperjuangan lainnya, Rosdiana dan Anis, terimakasih sudah berjuang, belajar dan bimbingan bersama-sama. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, Aamiin Allohumma Aamiin. Dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat menjadi bahan masukan dan tambahan wawasan bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf apabila dalam penyajian Skripsi ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Fitriana Wahyuni ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................. iii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv ABSTRAK ........................................................................................................ v KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .......................................................................... 10 C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 10 D. Tujuan dan Manfaat penelitian ......................................................... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Syariah .......................................................................... 13 1. Pengertian dan Konsep Pasar Modal ............................................. 13 x 2. Pengertian dan Konsep Pasar Modal Syariah .............................. 16 3. Jakarta Islamic Index (JII) .......................................................... 19 B. Kinerja Keuangan ............................................................................ 25 C. Analisis Laporan Keuangan .............................................................. 27 1. Economic Value Added (EVA) ..................................................... 28 2. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ................................................... 31 D. Analisis Rasio Keuangan ................................................................. 32 1. Earning Per Share (EPS) ............................................................. 33 2. Return On Assets (ROA) ............................................................. 35 E. Harga Saham .................................................................................... 36 F. Review Studi Terdahulu ................................................................... 39 G. Kerangka Konsep ............................................................................ 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 48 B. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 48 C. Teknik Penentuan Sampel ................................................................ 49 D. Teknik Pengambilan Data ............................................................... 52 E. Metode Analisis Data ....................................................................... 53 1. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 53 xi a. Uji Normalitas ....................................................................... 53 b. Uji Multikolinieritas .............................................................. 55 c. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 57 d. Uji Autokorelasi .................................................................... 61 2. Persamaan Regresi ........................................................................ 65 3. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 66 F. Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 72 G. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 78 H. Hipotesis ........................................................................................... 81 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ............................................ 84 B. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 90 1. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 90 2. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................ 94 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 96 4. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 100 C. Hasil Analisis Regresi Berganda .................................................... 103 1. Hasil Uji F .................................................................................. 103 2. Hasil Uji T .................................................................................. 105 xii 3. Hasil Persamaan Regresi ............................................................ 113 4. Koefisien Determinasi ................................................................ 116 D. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................ 118 1. Pengaruh Secara Simultan .......................................................... 118 2. Pengaruh Secara Parsial ............................................................... 119 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... 116 B. Saran ................................................................................................ 118 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 120 LAMPIRAN .................................................................................................... 124 xiii DAFTAR TABEL No. Keterangan Halaman 2.1 Prinsip Pasar Modal Syariah……………………………. 22 3.1 Sampel Perusahaan……………………………………… 51 3.2 Uji Autokorelasi………………………………………… 64 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov…… 93 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas……………………………… 94 4.3 Hasil Uji Nilai Pair-Wise Correlation………………..… 95 4.4 Hasil Uji Metode Rank Spearman…………………...… 98 4.5 Hasil Uji Durbin Watson………………………………. 100 4.6 Hasil Uji Run Test…………………………………….. 102 4.7 Hasil Uji F…………………………………………….. 103 4.8 Hasil Uji T…………………………………………….. 105 4.9 Model Persamaan Regresi…………………………….. 113 4.10 Uji Koefisien Determinasi……………………………. 116 xiv DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Halaman 1.1 Grafik Pertumbuhan Harga Indeks JII, LQ45 dan Kompas 100 di BEI tahun 2008-2012………………... 1.2 2 Deskripsi data Harga Saham Perusahaan JII yang Terdaftar di BEI tahun 2008-2012……………………. 4 2.1 Kerangka Konsep……………………………………… 42 3.1 Kerangka Pemikiran…………………………………… 80 4.1 Deskripsi data Harga Saham Perusahaan JII Yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012……………………. 4.2 Deskripsi data EVA Perusahaan JII Yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012……………………………… 4.3 87 Deskripsi data ROA Perusahaan JII Yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012……………………………… 4.5 86 Deskripsi data EPS Perusahaan JII Yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012……………………………… 4.4 85 88 Deskripsi data Ukuran Perusahaan (Firm Size) JII Yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012……………………. xv 89 4.6 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram………………. 4.7 Hasil Uji Normalitas 91 Normal P-Plot Regression Standarized……………… 92 4.8 Hasil Uji Scatterplot………………………………….. 97 4.9 Tabel Durbin Watson………………………………… 101 4.10 Data Harga Saham dan EPS PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk……………………………….. xvi 122 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli ketika perusahaan tersebut dijual. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Jadi, bagi perusahaan yang berada di pasar modal, tujuan perusahaan akan berfokus pada cara untuk menaikkan harga saham (sebagai indikator nilai perusahaan). Memaksimumkan harga saham akan meningkatkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Kemakmuran yang diterima oleh pemilik perusahaan merupakan kekayaan bagi perusahaan tersebut. Semakin kaya sebuah perusahaan, maka akan semakin senang pemilik perusahaan tersebut. Dari pemikiran tersebut, terlihat jelas pentingnya peningkatan harga saham suatu perusahaan bagi para pemilik modal. Salah satu indeks saham sektoral BI yang memiliki tingkat harga saham yang cukup baik dan memenuhi syariah Islam adalah Jakarta Islamic Index. Jakarta Islamic Index merupakan respon akan kebutuhan informasi mengenai investasi secara islami. Tujuannnya adalah sebagai tolak ukur standar dan kinerja bagi investasi 1 2 saham secara syariah dipasar modal dan sebagai sarana untuk meningkatkan investasi di pasar modal syariah. Pasar modal syariah menjadi alternatif investasi bagi pelaku pasar yang bukan sekedar ingin mengharapkan tingkat pengembalian saham tetapi juga ketenangan dalam berinvestasi. Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Harga Indeks JII, LQ45 dan Kompas100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 2008 2009 2010 2011 2012 JII 216.19 417.18 532.9 537.03 594.79 LQ45 270.23 498.29 661.38 673.51 735.04 330 612 860 865 946 Kompas100 Sumber: Data diolah Sepanjang tahun penelitian 2008-2012, indeks LQ-45 mencatat pertumbuhan sebesar 464,8 dengan presentase tingkat keuntungan 1,72%, lalu indeks berikutnya yaitu Jakarta Islamic Index (JII) yang berisi 30 saham yang memenuhi syarat saham 3 syariah mengalami kenaikan sebesar 378,6 dengan presentase tingkat keuntungan sebesar 1,75%.1 Kemudian indeks Kompas 100 mengalami kenaikan 1,86 persen. Fenomena yang terjadi yakni Jakarta Islamic Index (JII) mengalami peningkatan yang cukup baik dan mampu bersaing apabila dibandingkan dengan beberapa indeks lainnya. Meskipun perbandingan dengan indeks lainnya tidak terlampau jauh. Keberadaan Jakarta Islamic Index (JII) belum lama di BEI tetapi perkembangan indeks nya menunjukkan prestasi yaitu mengalami peningkatan yang cukup baik. Alasan penulis menggunakan objek penelitian Jakarta Islamic Index (JII) karena JII merupakan indeks saham perusahaan yang memenuhi kriteria investasi di pasar modal berdasarkan sistem syariah islam sehingga mendapatkan perhatian yang cukup besar terhadap kebangkitan ekonomi Islam saat ini. Saham-saham tersebut juga merupakan saham-saham dengan kapitalisasi besar sehingga penelitian terhindar dari potensi penggunaan saham tidur. 1 Otoritas Jasa Keuangan, “Data pertumbuhan harga indeks di BEI”, Artikel diakses pada 13 Agustus 2014, pukul 21:03 dari http://www.ojk.go.id/data-statistik-pasar-modal?pg=5.. 4 Gambar 1.2 Deskripsi data Harga Saham Perusahaan Jakarta Islamic Index Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 35,000 30,000 25,000 20,000 AALI INTP KLBF 15,000 10,000 PTBA SMGR TLKM 5,000 UNVR 0 Sumber: Data Diolah Pada gambar 1.1 diatas dapat dilihat perubahan perubahan yang terjadi pada harga saham dari 1 semester ke semester berikutnya pada perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2008-2012. Sifat saham adalah fluktuatif yakni memiliki arti tidak tetap, berubah-ubah (labil) dan bersifat naik turun. Harga saham di pasar modal yang diperdagangkan terbentuk dari konsesus yang disepakati oleh pembeli dan penjual yang terjadi di lantai bursa yang akan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham bursa. 5 Oleh karena itu, Investor untuk berinvestasi dipasar modal memerlukan pertimbangan yang matang, sehingga informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu sistem keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian. Informasi kinerja dan kesehatan perusahaan yang masuk pasar modal dibutuhkan oleh investor guna mengetahui kemampuan dan pertumbuhan perusahaan menghasilkan laba. Dalam melakukan investasi, seseorang investor atau calon investor akan membandingkan apakah return saham suatu perusahaan lebih besar dari pada resikonya. Karena apabila keputusan investasi yang salah akan menyebabkan hilangnya sejumlah modal karena harga beli lebih tinggi daripada harga jual saham (capital loss) yang bisa jadi sangat besar, sedangkan keputusan investasi yang tepat akan mendatangkan dividen dan menambah capital gain dari investasi yang dilakukan.2 Informasi fundamental yang baik adalah informasi yang mampu mencerminkan kinerja atau nilai perusahaan yang dalam hal ini dicerminkan oleh harga saham. Informasi fundamental merupakan faktor internal yang berasal dari perusahaan berupa laporan keuangan. Faktor internal ini dapat mempengaruhi pergerakan harga saham. Di antaranya adalah Economic Value Added (EVA), Earning Per Share 2 Farihah, Ipah dan Murdiyah Hayati. ”Analisis Economic Value Added dan Market Value Added,” ETIKONOMI: Jurnal Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. 8 No. 1 (2009): h.78 6 (EPS), Return On Asset (ROA) dan Ukuran perusahaan (Firm Size). Dalam Ipah dan Murdiyah (Jurnal Ekonomi UIN) 3, dinyatakan bahwa Stern Stewart & Co terutama George Bennet Stewart III menemukan bahwa Economic Value Added (EVA) yang berhasil diciptakan oleh perusahaan adalah faktor yang paling relevan dalam pembentukan nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian mereka di Amerika Serikat, Economic Value Added dianggap paling memiliki korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham dipasar modal. EVA (Economic Value Added) adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. Dan merupakan ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Hasil penelitian mengenai EVA dilakukan peneliti sebelumnya oleh Sawaldi4, Niekie Arwiyanti5, menyatakan bahwa secara parsial Economic Value added berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Namun penelitian 3 Farihah, Ipah dan Murdiyah Hayati. ”Analisis Economic Value Added dan Market Value Added,” ETIKONOMI: Jurnal Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. 8 No. 1 (2009): h.80 4 Sawaldi. “Pengaruh EVA dan rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah 2007-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, UIN Kalijaga Yogyakarta, 2013). 5 Arwiyanti, Niekie. “Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga saham pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang, 2012). 7 EVA terhadap harga saham yang dilakukan oleh Widyatmini6, menyatakan bahwa Economic Value added tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham sehingga EVA kurang tepat digunakan dalam memprediksi harga saham. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio pasar modal yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham biasa yang beredar. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indrayuni Ramarti7, Nazula Fatmawati8, dan Tamara Oca9, menyatakan bahwa secara parsial Earning Per Share berpengaruh positif terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan bahwa EPS yang lebih besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham yang diterbitkan. Perusahaan-perusahaan yang mampu memberikan laba per lembar saham akan menarik para investor untuk menginvestasikan dana nya pada saham perusahaan tersebut. Return On Asset (ROA) menunjukkan tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Return on Assets (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. 6 Widyatmini & Michael Valentino, “Pengaruh Pertambahan Ekonomis dan Analisis Fundamental Terhadap harga saham”. (Artikel Ekonomi Univ Gunadarma, 2009) 7 Ramarti, Indrayuni. “Analisis Pengaruh Rasio Nilai Pasar, Profitabilitas, Solvabilitas,dan Likuiditas terhadap harga saham LQ 45 tahun 2006-2010.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). 8 Fatmawati, Nazula. “Analisis Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham JII 2005-2007”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010). 9 Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan Industri di BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2012) 8 ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan jumlah assets yang dimiliki, ROA akan dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham10. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sarton Sinambela11, menyatakan bahwa variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Variabel Firm size atau ukuran perusahaan sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan. Perusahaan besar lebih mudah memperoleh pinjaman karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Hidayati12, Dena Aksinia13 yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan (Firm Size) berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Karena menurut Widjaja dalam Tamara Oca14, Ukuran Perusahaan (Firm Size) adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, ratarata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar memiliki total aktiva yang besar pula sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dan akhirnya saham tersebut mampu bertahan 10 Susilowati, Yeye. “Reaksi Signal Rasio profitabilitas dan Rasio solvabilitas terhadap Return saham perusahaan”. Profitability and solvability ratio reaction signal toward stock return company: Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3 No.1, (Mei 2011) 11 Sarton, Sinambela. “Pengaruh return on assets, return on equity, price earning ratio, dan debt to equity ratio terhadap harga saham perusahaan.” Majalah Forum Ilmiah Universitas Jakarta, Vol. 13 no. 9, (2009) 12 Hidayati, Nur. “Analisis pengaruh Kinerja finansial dan firm size terhadap harga saham perusahaan LQ-45 2003-2005”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNS, 2009) 13 Aksinia, Dena. “Pengaruh ROE dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham Perbankan dimoderasi oleh variabel Harga Emas”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka, 2013). 14 Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan Industri di BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2012), h.3 9 pada harga yang tinggi. Namun hasil penelitian Widjaja (2009:29) pada akhirnya menunjukkan bahwa pengaruh firm size terhadap prospek saham perusahaan tidak signifikan. Secara teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keempat faktor faktor fundamental diatas memiliki hubungan dengan harga saham. Atas dasar inilah maka penelitian ini memilih keempat rasio keuangan tersebut yakni EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan sebagai variabel yang dapat memprediksi perubahan terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam indeks Jakarta Islamic Index periode 2008-2012. Upaya untuk melakukan penelitian terhadap harga saham dilakukan oleh setiap analis pasar modal dan investor dengan tujuan untuk memperoleh tingkat laba abnormal. Analis teknikal berpendapat bahwa sesungguhnya estimasi nilai faktor fundamental sangat mendukung untk memperoleh peluang laba abnormal, karena mereka lebih tajam dalam menganalisis faktor fundamental. Karena kompleksitas analisa yang dilakukan, maka analis harus memiliki kualifikasi yang baik untuk menganilisis laporan keuangan emiten. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang “PENGARUH EVA (Economic Value Added), EPS (Earning Per Share), ROA (Return On Asset) DAN UKURAN PERUSAHAAN (Firm Size) TERHADAP HARGA SAHAM DI JII (Tahun 2008-2012).” 10 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat dirumuskan dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan secara simultan mempengaruhi harga saham (Studi pada perusahaan yang terdaftar pada JII tahun 2008-2012) 2. Apakah EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan secara parsial mempengaruhi harga saham (Studi pada perusahaan yang terdaftar pada JII tahun 2008-2012) 3. Seberapa besar pengaruh variabel EVA, EPS, ROA dan Ukuran perusahaan terhadap harga saham (Studi pada perusahaan yang terdaftar pada JII tahun 2008-2012) C. Pembatasan Masalah Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis membatasi penelitian ini yaitu penelitian mengenai EVA (Economic Value Added) untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah perusahaannya, EPS (Earning Per Share) untuk melihat seberapa besar Earning (pendapatan) bagi pemegang saham yang diperoleh tiap lembar sahamnya, ROA (Return On Asset) untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang ada, dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) untuk menggambarkan besar 11 kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva. Yang mana penelitian ini dilakukan pada salah satu indeks di BEI yaitu Jakarta Islamic Index dengan kurun waktu terbaru selama 5 tahun yaitu 2008-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data persemester (6 bulan) yang jatuh pada bulan Juni dan Desember. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menganalisis pengaruh EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan secara simultan mempengaruhi harga saham (studi kasus Perusahaan yang terdaftar pada JII tahun 2008-2012). b. Menganalisis pengaruh EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan secara parsial mempengaruhi harga saham (studi kasus Perusahaan yang terdaftar pada JII tahun 2008-2012). c. Menganalisis seberapa besar pengaruh variabel EVA, EPS, ROA dan Ukuran perusahaan terhadap harga saham (Studi pada perusahaan yang terdaftar pada JII tahun 2008-2012) 12 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak pihak yang berkepentingan, yakni: a. Bagi Penulis, mampu menganalisis dengan baik laporan keuangan perusahaan, dan mendapatkan solusi keputusan berinvestasi atas analisa saham perusahaan. b. Bagi Investor maupun calon investor, dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan serta mengambil keputusan investasi sehingga mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. c. Bagi manajemen perusahaan, perhitungan kuantitatif diharapkan dapat menunjukkan hubungan atau pengaruh EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan terhadap harga saham. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat membantu manajer keuangan dalam mengambil keputusan. d. Bagi akademis, penelitian ini dapat memberikan bukti secara empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham, sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam serta sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang harga saham. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PASAR MODAL SYARIAH 1. Pengertian dan Konsep Pasar Modal Perusahaan adalah lembaga yang melakukan usaha atau aktivitas ekonomi sebagai produsen dan pencipta nilai tambah. Dibidang investasi perusahaan yang melakukan usaha lazim disebut investor. Investor sangat diperlukan dalam pengembangan investasi. Tanpa adanya investor, tentu investasi tidak dapat dilaksanakan. Selanjutnya investor tidak akan tertarik untuk investasi, bila iklim usaha yang diciptakan oleh pemerintah masyarakat kurang kondusif dan tidak menarik. Pasar modal (capital market) menyediakan fasilitas untuk menanam dana atau mendapatkan modal untuk investasi jangka panjang. Alasan utama orang memilih meminjam dana jangka panjang ialah untuk mengurangi risiko naiknya tingkat bunga sebelum ia melunasi utang tersebut. Namun, pengurangan risiko itu justru menimbulkan beban biaya karena tingkat bunga jangka panjang kebanyakan lebih tinggi dari tingkat bunga jangka pendek. Pelaku utama yang menerbitkan sekuritas pasar modal ialah pemerintah dan perusahaan. Pemerintah biasanya menerbitkan promes 13 14 jangka panjang dan obligasi untuk memperoleh dana pembangunan, misalnya jalanan dan fasilitas umum lainnya. Perusahaan-perusahaan menerbitkan saham untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Saham adalah surat bukti kepemilikan (ekuitas) terhadap perusahaan yang bersangkutan. Harapan pemilik saham adalah pembagian laba (dividen) dari perusahaan yang bersangkutan. Perdagangan dalam pasar modal terjadi, baik dalam pasar perdana maupun pasar sekunder. Pasar perdana adalah pasar untuk penawaran pertama kepada publik sesudah melakukan IPO (initial public offering). Melalui transaksi dalam IPO dan pasar perdana inilah perusahaan penerbit sekuritas sesungguhnya menerima dana. Penerbitan sekuritas selalu didahului dengan initial public offering (IPO). Perdagangan selanjutnya terjadi dalam pasar sekunder. Pasar sekunder bermanfaat bagi pemilik sekuritas untuk menjual sekuritas, baik karena alasan untuk memperoleh likuiditas maupun untuk memperoleh keuntungan atas kenaikan harga sekuritas tersebut.1 Menurut Tjiptono dan Hendy, Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrument derivatif, maupun instrument lainnya. Pasar modal 1 Darmawi, Herman. Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 104 15 merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitiasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.2 Penerimaan yang diperoleh dari tabungan yang sudah digunakan melalui pasar modal keuangan disebut pendapatan modal. Dua bentuk pendapatan modal yang paling penting adalah bunga dan laba. Bunga adalah biaya yang dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman. Bunga merupakan imbalan bagi rumah tangga atas penundaan pemenuhan kepuasan saat ini, dan laba merupakan imbalan bagi wirausahawan atas investasi dan risiko yang diambilnya. Dalam masyarakat industri modern, keputusan investasi (keputusan produksi modal) terutama diambil oleh perusahaan. Rumah tangga memutuskan berapa banyak menabung, dan dalam jangka panjang, tabungan membatasi jumlah investasi yang dapat dilakukan perusahaan. Pasar itu berfungsi untuk mengarahkan tabungan ke proyek investasi yang mampu menghasilkan laba.3 Pasar Modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus: fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi 2 Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 1 3 Case, Karl & Ray C. Fair. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. (New Jersey: PT. INDEKS, 2003). h. 282 16 karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak yang memerlukan dana (yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal, diharapkan aktivitas perekonomian dapat meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.4 2. Pengertian dan Konsep Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan 4 Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 2-3 17 terlepas dari hal-hal yang dilarang, seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.5 Menurut Adrian Sutedi, Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah, setiap transaksi surat berharga dipasar modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syari’at Islam. Pasar uang syariah adalah pasar yang dimana diperdagangkan surat berharga yang diterbitkan sehubungan dengan penempatan atau peminjaman uang dalam jangka pendek dan memanage likuiditas secara efisien, dapat memberikan keuntungan dan sesuai dengan syariah.6 Pertama kali lembaga keuangan yang concern didalam mengoperasionalkan portofolio syariah di pasar modal syariah adalah Amanah Income Fund yang didirikan pada bulan Juni 1986 oleh para anggota The North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana, Amerika Serikat. Tidak lama kemudian wacana membangun pasar modal yang berbasis syariah disambut dengan antusias oleh para pakar ekonomi muslim dikawasan Timur Tengah, Eropa, Asia, dan juga wilayah AS yang lain. Beberapa Negara yang proaktif dalam menyambut kedatangan para investor muslim maupun investor yang ingin memanfaatkan pasar modal yang berprinsip syariah adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman 5 Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 231 6 Sutedi, Adrian. Pasar Modal Syariah, (Jakarta; Sinar Grafika, 2011), h. 29 18 Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan KL Stock Exchange di Kuala Lumpur Malaysia. Pasar Syariah tidak hanya berkembang di Negara-negara yang mayoritas muslim, tetapi berkembang juga dinegara-negara sekuler yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Bursa efek dunia New York Stock Exchange meluncurkan produk yang bernama Dow Jones Islamic Market Index (DJIMI) pada bulan Februari 1999. Untuk menjaga agar investasi yang dilakukan pasar modal syariah ini aman dari hal hal yang bertentangan dengan prinsip syariah, maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah yang disebut dengan nama Syariah Supervisory Board. Perkembangan lembaga keuangan syariah dalam bentuk investasi dipasar modal syariah di berbagai Negara disambut baik oleh para pakar ekonomi muslim diseluruh dunia, termasuk Indonesia yang ditandai dengan Jakarta Islamic Index pada tahun 2000.7 Pasar Modal di Indonesia, secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia sejak tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada tanggal 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Selanjutnya, BEJ bekerja 7 Sutedi, Adrian. Pasar Modal Syariah, (Jakarta; Sinar Grafika, 2011), h. 29-30 19 sama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan memandu investor yang ingin menanamkan dana nya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para investor telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah telah disiapkan bagi para investor.8 3. Jakarta Islamic Index (JII) Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, di BEJ terdapat JII yang merupakan 30 saham syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT. BEJ bersama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). JII dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuitas secara syariah. JII terdiri atas sekitar 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan 8 Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 231 20 Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam JII melibatkan pihak Dewan pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti: Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuranasi konvensional. Usaha yang memproduksi, menditribusi, dan/atau menyediakan barang-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang termasuk JII-BEI, maka dilakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu: Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari tiga bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar). Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%. 21 Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan setiap enam bulan sekali dengan penentuan komponen index pada awal bulan Januari dan bulan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan diawasi atau dimonitor terus-menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.9 Dalam rangka merespon segala hal yang berhubungan dengan investasi syariah sebagai akibat pesatnya perkembangan ekonomi syariah diseluruh dunia, PT Bursa Efek Jakarta membentuk Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000. Perusahaan-perusahaan (emiten) yang kegiatan utamanya tidak sesuai syariah maka akan dikeluarkan dari kelompok JII. Bagi perusahaan yang telah terdaftar di JII paling tidak perusahaan tersebut telah memenuhi filter dari prinsip-prinsip syariah dan sudah terpenuhi kriteria untuk indeks yang telah ditetapkan, sedangkan tolak ukur filter syariah adalah usaha emiten bukan usaha perjudian, tidak menggunakan unsur ribawi sebagaimana dalam investasi konvesional, 9 Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 233-234 22 bukan emiten yang mendistribusikan dan memproduksi barang barang haram, atau barang-barang yang merusak moral bangsa. Tabel 2.1 Prinsip Pasar Modal Syariah10 Penyebab Haramnya Transaksi Li Dzatihi Implikasi di Pasar Modal Efek yang diperjual belikan harus merupakan representasi dari barang dan jasa yang halal. Li Ghairi – Tadlis Li Ghairi – Riba Fadhl 1. Keterbukaan/Transparansi Informasi 2. Larangan terhadap informasi menyesatkan. Larangan terhadap transaksi yang mengandung ketidakjelasan objek yang ditransaksikan, baik dari sisi pembeli maupun penjual. Li Ghairi – Riba Nasiah Larangan atas pertukaran efek sejenis dengan nilai nominal berbeda, Li Ghairi – Riba Jahiliyah Larangan atas short selling yang menetapkan bunga atas pinjaman. Li Ghairi – Bai’ Najasy Larangan melakukan rekayasa permintaan untuk mendapatkan keuntungan diatas laba normal, dengan cara menciptakan false demand. Li Ghairi - Ikhtikar Larangan melakukan rekayasa penawaran untuk mendapatkan keuntungan diatas laba normal, dengan cara mengurangi supply agar harga jual naik. Tidak Sah akad - Rukun dan Syarat Larangan atas semua investasi yang tidak dilakukan secara sportif. Tidak Sah akad - Ta’aluq Transaksi yang settlement-nya dikaitkan dengan transaksi lainnya. Tidak Sah akad - 2 in 1 Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat: 1. 10 Objek sama 2. Pelaku sama 3. Periode sama Harahap, Sofyan Syafri. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, (Jakarta; Pusaka Quantum, 2001), h.288. 23 Menurut Metwally11 fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut: 1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan risiko nya. 2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas. 3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya. 4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional. 5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham. Sementara itu, karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah12 adalah sebagai berikut. 1. Semua saham harus diperjual belikan pada bursa efek. 2. Bursa efek perlu mempersiapkan pasca perdagangan yang saham dapat diperjualbelikan melalui pialang. 11 Matewally, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Jakarta; Bangkita Daya Insani, 1995). H. 12 Matewally, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Jakarta; Bangkita Daya Insani, 1995). hlm. 177 178-179. 24 3. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di bursa efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) keuntungan dan kerugian, serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari tiga bulan. 4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) disetiap perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali. 5. Saham tidak boleh diperjualbelikan dengan harga lebih tinggi dari HST. 6. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST. 7. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah. 8. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode perdagangan setelah menentukan HST. 9. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan, dan dengan harga HST. 25 B. KINERJA KEUANGAN Kinerja keuangan adalahh penentuan ukuran ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Tujuan penilaian kerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.13 Terdapat beberapa tahap dalam menganalisis kinerja suatu perusahaan secara umum menurut Irham Fahmi14, antara lain: a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan Review ini dilakukan agar laporan keuangan yang telah dibuat sesuai dengan kaidah kaidah yang berlaku sehingga hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggung jawabkan. b. Melakukan Perhitungan Penerapan metode perhitungan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. 13 Sucipto. “Penilaian Kinerja Keuangan”. Jurnal Akuntansi: Universitas Sumatera Utara. (2003). h .1-2 14 Fahmi, Irham. Analisis Laporan Keuangan. (Bandung: ALFABETA, 2011). h. 240 26 c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Hasil hitungan yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan hasil hitungan perusahaan lainnya. Metode yang paling umum dipergunakan ini ada dua yaitu: 1) Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau antar periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik. 2) Cross Sectional Approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan. Hasil penggunaan kedua metode ini dapat dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. d. Melakukan Penafsiran (Interpretation) terhadap berbagai masalah yang ditemukan. Pada tahap ini dilakukan penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami perusahaan tersebut. e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap masalah yang ditemukan. Pada tahap ini apabila ditemukan permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna 27 memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan. C. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Informasi yang didasarkan pada analisis keuangan mencakup penilaian keadaan keuangan perusahaan baik yang telah lampau, saat sekarang dan ekspetasi masa depan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah dimasa depan, dan menentukan setiap kekuatan yang dapat dipergunakan. Disamping itu analisis yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi.15 Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberi informasi tentang kelemahan dan kekuatan dan dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan ataubahkan ditingkatkan.kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya ke depan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini.16 15 Muslich, Mohamad. Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan dan Kebijaksanaan. (Jakarta; Bumi Aksara, 1997) h. 44. 16 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 66. 28 1. Economic Value Added (EVA) Pembiayaan perusahaan dari kewajiban jangka pendek (current liabilities) dapat dibedakan menjadi utang/kewajiban jangka pendek yang tidak dibebankan bunga (non interest) dan utang/kewajiban jangka pendek dengan bunga. Hal ini erat kaitannya dengan pembiayaan atas aktiva operasional perusahaan. Aktiva lancar sebagai modal kerja bruto tidak seluruhnya di danai dengan bunga seperti utang usaha dan akrual yang sering disebut sebagai pendanaan spontan (non interest liabilities). Modal operasi perusahaan terdiri dari modal kerja operasi bersih yaitu harta lancar dikurangi kewajiban lancar non interest ditambah modal pada aktiva tetap bersih. Jumlah kas yang berlebihan dan surat-surat berharga bukan untuk menjaga likuditas yang dibutuhkan tetapi diinvestasi kan karena kelebihan likuiditas, maka surat-surat berharga tersebut tidak dapat digolongkan sebagai modal kerja operasi. Biaya modal operasi perusahaan adalah biaya yang dibebankan atau diperhitungkan untuk membiayai modal operasi perusahaan. Oleh karena itu modal kerja operasi bersih adalah jumlah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar yang tidak berbunga yaitu seluruh pendanaan spontan. Modal operasi perusahaan terdiri dari modal kerja operasional bersih ditambah aktiva tetap bersih, sehingga sumber pembiayaannya adalah utang jangka pendek yang bukan spontan yang dibebankan bunga ditambah utang jangka panjang dan modal sendiri. Nilai tambah ekonomis (Economic Value 29 Added/EVA) = (NOPAT dikurangi biaya modal operasi), dimana NOPAT adalah net operating profit after tax/laba usaha setelah pajak = EBIT (1 - t). Tambahan nilai ekonomis ini merupakan tambahan manfaat yang dicapai perusahaan dari laba usaha/operasi setelah memperhitungkan biaya modal operasi perusahaan. Dalam menentukan biaya modal operasi dari utang jangka pendek yang berbunga dan utang jangka panjang akan diperhitungkan setelah pajak (interest after tax).17 Sehingga rumus untuk mencari Economic Value Added (EVA) menurut Sitanggang, antara lain: Economic Value Added = NOPAT – Biaya Modal Dimana, NOPAT = net operating profit after tax/laba usaha setelah pajak = EBIT (1 - t) Menurut Ronald Hilton18 dalam artikel Liestiyowati19, langkahlangkah dalam menghitung EVA (Economic Value Added) adalah: a. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax) Rumus : NOPAT = Laba (rugi) usaha – Pajak 17 Sitanggang. Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013). h. 30-31. 18 Hilton, Ronald. Managerial Accounting. (Singapore: Mc Graw-Hill, 2009) h. 10 19 Liestiowati. “Menghitung EVA”. Artikel diakses pada 26 Mei 2014 dari http://akuntansi.blogspot.com/2011/10/menghitung-eva-economic-value-added.html. 30 b. Menghitung Invested Capital Rumus: Invested Capital = (Total hutang + Ekuitas) – Hutang jangka pendek c. Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital) Rumus : WACC = [(D x rd) (1-tax) + (E x re)] Dimana = D (Tingkat Modal) = x 100% rd (Cost of debt) = x 100% E (Ekuitas) = x 100% re (Cost of equity) = x 100% tax (Tingkat Pajak) = d. Menghitung Capital Charges Rumus : Capital Charges = WACC x Invested Capital e. Menghitung Economic Value Added (EVA) Rumus : EVA = NOPAT – Capital Charges x 100% 31 2. Ukuran Perusahaan (Firm Size) Menurut Bambang dalam Ingga Zulfa,20 ukuran perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan ataupun hasil nilai asset dari suatu perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan (asset) yang dimiliki suatu perusahaan. Pengukuran perusahaan bertujuan untuk membedakan secara kuantitatif antara perusahaan besar (large firm) dengan perusahaan kecil (small firm). Besar kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Pada akhirnya kemampuan untuk mengoperasikan perusahaan tersebut dapat mempengaruhi harga saham maupun pendapatan sahamnya. Menurut Prima dalam Alif Ridwan21, Variabel ukuran perusahan dapat diukur dengan logaritma jumlah total aktiva yang dimiliki oleh setiap sampel. Total aktiva menunjukkan total sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang akan memberikan manfaat ekonomis di masa yang akan datang. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan skala rasio. 20 Zulfa, Ingga. “Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas negeri padang, 2013). H. 7 21 Ridwan, Alif. “Pengaruh kinerja lingkungan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.” (Skripsi S1Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) h. 54 32 D. ANALISIS RASIO KEUANGAN Analisis rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan keuangan perusahaan. Yang biasanya digunakan untuk menyatakan keadaan keuangan perusahaan. Yang pertama adalah neraca. Neraca merupakan suatu laporan tentang posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu yang meliputi: aktiva, hutang dan modal. Laporan Rugi Laba merupakan suatu laporan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan Rugi Laba ini umumnya disusun dalam mempergunakan konsep Accrual Basic. Ini berarti bahwa pendapatan dan biaya yang dilaporkan tidaklah selalu mencerminkan actual cash flows selama periode tertentu. Dengan demikian, net earnings yang diperoleh tidak sama dengan actual cash yang dihasilkan melalui operasional perusahaan.22 Rasio keuangan dapat disajikan dalam dua cara. Yang pertama untuk membuat perbandingan keadaan keuangan pada saat yang berbeda. Dan kedua, untuk membuat perbandingan keadaan keuangan dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila dibandingkan dengan rasio standar. Terdapat dua macam rasio standar yang lazim digunakan. Yang pertama adalah rasio yang sama dari laporan keuangan 22 Muslich, Mohamad. Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan dan Kebijaksanaan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) h. 44-45. 33 tahun-tahun yang lampau. Yang kedua adalah rasio dari perusahaan lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan lain yang dianalisis. Rasio standar kedua ini disebut rata-rata rasio industri.23 Berdasarkan pendapat diatas, rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan kegiatan-kegiatan perusahaan dibidang keuangan, akan tetapi, akan lebih akurat bila pemanfaatan rasio keuangan yang relevan dan mempunyai keterkaitan antara rasio yang satu dengan yang lainnya. Analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar, dalam hal ini adalah calon investor/kreditor yang akan menanamkan dana mereka dalam perusahaan melalui pasar modal. Bagi manajer finansial dengan menghitung rasio tertentu akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan dibidang finansial. Sehingga dapat membuat keputusankeputusan yang penting bagi perusahaan dimasa mendatang. Bagi para investor merupakan pertimbangan yang menguntungkan untuk membeli saham yang bersangkutan. 1. Earning Per Share (EPS) Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen 23 Muslich, Mohamad. Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan dan Kebijaksanaan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) hlm. 47. 34 belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan perkataan lain, tingkat pengembalian yang tinggi.24 Laba per Lembar saham (earning per share-EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham.25 Rasio ini merupakan salah satu rasio yang sering digunakan oleh para investor untuk melihat kondisi perusahaan dipasar, karena semakin tinggi tingkat laba per lembar saham. Kemungkinan mendapatkan tingkat pengembalian yang diharapkan juga semakin tinggi, baik tingkat laba semakin besar atau kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. earning per share (EPS) dihitung dengan rumus berikut26: Earning Per Share = Umumnya perhitungan EPS menggunakan basis laporan keuangan akhir tahun (auditan), namun dapat pula menggunakan laporan keuangan tengah tahunan atau laporan keuangan kuartalan. Dalam praktiknya, laba per lembar saham dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata 24 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 207. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 195 26 Eugene, F. Brigham. Manajemen Keuangan. (Jakarta: Erlangga, 2001) 25 35 tertimbang dari jumlah saham biasa yang beredar sepanjang tahun. Jumlah rata-rata dipergunakan dalam perhitungan karena jumlah saham yang beredar selama satu tahun tidak selalu tetap, atau dengan kata lain, jumlah saham beredar dapat berubah. Untuk keperluan analisis yang lebih baik, perbandingan tidak saja dilakukan pada beberapa periode tahun, namun dapat juga dilakukan untuk membandingkan industri sejenis. Misalnya, kita melakukan analisis atas suatu perusahaan, dalam hal ini bank, maka akan lebih baik jika membandingkan EPS bank tersebut dengan rata-rata industri perbankan.27 2. Return On Asset Return On Asset merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas asset (harta) yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Lukman dalam Ingga Zulfa, dalam menghitung rentabilitas atau profitabilitas perbankan, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank Indonesia sebagai Pembina pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dana nya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat.28 ROA 27 Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 196-197. 28 Zulfa, Ingga. “Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas negeri padang, 2013). hal 8 36 diperoleh dengancara membandingkan antara laba bersih terhadap total asset, sehingga rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: Return On Asset = x 100% . E. Harga Saham Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Menurut standar akuntansi, harga saham pada tanggal transaksi untuk perseroan terbatas yang disepakati RUPS untuk saham yang tidak ada nilai pasar. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga saham relatif 5 hari setelah publikasi.29 Harga saham merupakan harga yang terbentuk di bursa saham dan umumnya harga saham itu diperoleh untuk menghitung nilai saham (Med press Team Work, 1998). Faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal (Weston dan Bringham, 1993). 1. Penilaian Harga Saham Francis (1991) dalam David dan Kurniawan (2010, 271) mengemukakan terdapat dua pendekatan dalam penilaian saham yaitu: 29 Ananto. “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan yang terdaftar di BEJ.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi-Akuntansi UNS, 2007) 37 a. Analisis saham Fundamental (Fundamental Security Analysis) atau Analisis Perusahaan (Company Analysis) atau menurut Yannes Naibaho (1989) disebut The Firm Foundation Theory. b. Analisis Teknikal (Technical Analysis) atau menurut Yannes Naibaho (1989) disebut The Castle in The Air Theory. Analisis Fundamental menggunakan data fundamental yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya: laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain). Analisis Teknikal menggunakan data pasar dari saham (misalnya perilaku pergerakan harga saham dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham.30 Penganut analisis fundamental percaya bahwa pasar saham ditentukan 90% faktor-faktor yang bersifat rasional dan hanya 10% dipengaruhi oleh faktor yang bersifat psikologis. Artinya analisis fundamental bertolak belakang dari anggapan dasar bahwa setiap investor adalah makhluk rasional yang mengacu pada konsep rational expectation. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi dasarnya adalah nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik bahkan harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai dikemudian hari. 30 Sukardi, David dan Kurniawan Indonanjaya. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk analisis saham. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 271. 38 Benjamin Graham (Hagstrom, 1997: 63) dalam David dan Kurniawan mengemukakan bahwa pasar seringkali salah menghargai saham. Kesalahan penetapan harga ini disebabkan oleh emosi manusia yang serba takut dan serakah. Pada tingkat optimis yang tinggi, keserakahan membuah saham melampaui nilai intrinsik sehingga menciptakan harga yang terlalu tinggi. Pada waktu yang lain, ketakutan menekan harga di bawah nilai intrinsik sehingga menciptakan harga yang terlalu rendah.31 2. Jenis – Jenis Saham a. Saham Preferen Saham Preferen (preferred stock) adalah saham yang memberikan sejumlah dividen yang tetap jumlahnya dan telah dinyatakan sebelumnya. Jadi dividen saham preferen merupakan suatu annuity. Karena saham preferen tidak memiliki tanggal jatuh tempo, maka annuity tersebut memiliki periode sampai tak terhingga atau merupakan suatu perpetuity. Nilai atau harga saham preferen merupakan present value dari seluruh dividen yang diterima. 31 Sukardi, David dan Kurniawan Indonanjaya. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk analisis saham. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 272 39 b. Saham Biasa Saham biasa (common stock) berbeda dari saham preferen dalam hal pembayaran dividen. Pada saham biasa, besarnya dividen tidak pasti dan jumlahnya tidak tetap jumlahnya. Perusahaan pun tidak wajib memberikan dividen setiap tahun meskipun pada tahun tersebut perusahaan memperoleh laba. Karakteristik ini membuat penilaian saham biasa menjadi lebih sulit dibanding penilaian saham preferen.32 F. Review Studi Terdahulu Sawaldi (2013)33 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di efek syariah tahun 2007-2010. Sampel diambil menggunakan teknik pengambilan basis data kemudian disusun secara pooling. Data bersifat tahunan dan metode yang digunakan analisis regresi berganda. Hasil R square sebesar 89,2%. Persamaan terletak pada variabel yang digunakan, kecuali Ukuran Perusahaan. Perbedaan terletak pada periode yang dipakai, penulis menggunakan kurun waktu 5 tahun dan data diambil bersifat semesteran (per enam bulan) sehingga lebih representatif. 32 Sukardi, David dan Kurniawan Indonanjaya. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk analisis saham. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 272-273 33 Sawaldi. “Pengaruh EVA dan rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah 2007-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UIN sunan Kalijaga, 2013) 40 Ipah Farihah dan Murdiyah Hayati (2009) Jurnal ETIKONOMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, melakukan penelitian dengan judul “Analisis EVA dan MVA terhadap harga saham JII. Berdasarkan perolehan dari 15 saham tersebut dari tahun 2005-2007. Nyatanya ke 15 perusahaan ini tidak mampu mempertahankan posisinya secara terus menerus berkesinambungan selama 3 tahun menghasilkan nilai tambah bagi penanam modalnya. Yang memiliki nilai terendah dengan kata lain negatif adalah PT. Bumi Resources. Kalau dari sisi MVA, yang menempati posisi pertama yaitu PT. Unilever dan ditahun ketiga PT bumi Resources. Letak Persamaan nya yaitu dari variabel yang digunakan yaitu EVA. Namun variabel bebas lainnya tidak lah sama dan tahun penelitian sebelumnya yaitu 3 tahun sedangkan peneliti adalah 5 tahun dan berupa data semesteran sehingga lebih representatif. Ismadharliani (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap harga saham dengan Regresi Logit”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari : Debt Equity Ratio (DER), Debt Ratio (DR), Total Asset Turn Over (TATO), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham. Dimana perhitungan harga saham tersebut didasarkan pada pergerakan harga saham yang dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok, yakni : perusahaan yang memiliki pergerakan harga saham di atas rata- rata industri (kode 1) dan perusahaan yang memiliki pergerakan harga saham di 41 bawah rata- rata industri (kode 0). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009 yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu (purposive sampling). Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 17 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 tahun (2007-2009). Dalam pengolahan data digunakan metode analisis yang regresi logit (binary logit) yang diolah menggunakan SPSS 17.0. Perbedaan nya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah variabel yang digunakan, sedangkan peniliti menggunakan analisis varian nilai tambah (EVA), laba per lembar saham (EPS), ROA dan Ukuran Perusahaan. Juga metode yang digunakan dalam penelitian sebelumnya yaitu regresi logit sedangkan peneliti menggunakan regresi linear berganda. Letak persamaan nya ada pada satu variabel yaitu ROA (return on asset). 42 G. Kerangka Konsep Gambar 2.1 Kerangka Konsep Economic Value Addedccsdf (X1) Earning Per Share (X2) Harga Saham (Y) Return On Asset (X3) Ukuran Perusahaan (X4) 43 1. Keterkaitan (Hubungan) Economic Value Added terhadap Harga saham EVA (Economic Value Added) adalah suatu pengukuran dengan memperhitungkan secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai. Hubungan antara EVA dan nilai perusahaan dapat dijelaskan, bahwa EVA dapat digunakan sebagai alat untuk menilai perusahaan apabila perhitungan EVA tidak hanya pada periode masa kini tetapi juga mencakup periode yang akan datang. Hal ini disebabkan karena EVA pada tahun tertentu menunjukkan nilai sekarang dari total penciptaan nilai selama umur perusahaan tersebut. EVA (Economic Value Added) juga bisa dilihat sebagai ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan cara pandang kaum fundamentalis yang menyatakan bahwa nilai dari ekuitas yang mewakili nilai dari perusahaan ditentukan oleh faktor faktor fundamental perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang dihasilkan), hal ini mengindikasikan penciptaan laba yang besar sehingga direspon secara positif oleh para investor di pasar modal. Dengan respon yang positif, maka permintaan terhadap saham meningkat dan secara langsung akan meningkatkan pula harga saham. 44 Suharli dalam Rina34 menjelaskan bahwa banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penelitian perusahaan diantaranya adalah pendekatan laba, arus kas, dividen, aktiva, dan Economic Value Added. 2. Keterkaitan (Hubungan) Earning Per Share terhadap Harga saham Laba per Lembar saham (Earning per share) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham.35 Rasio ini merupakan salah satu rasio yang sering digunakan oleh para investor untuk melihat kondisi perusahaan dipasar, dan untuk memprediksikan harga saham, karena EPS memberikan gambaran mengenai jumlah atau besarnya keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham. Pada dasarnya seorang investor melakukan investasi dengan harapan akan memperoleh keuntungan atas modal yang telah diinvestasikannya. Mereka beranggapan bahwa besarnya nilai laba per lembar saham yang dibagikan oleh sebuah perusahaan merupakan 34 Bukit, Br. Rina. ”Pengaruh Struktur Modal terhadap nilai perusahaan melalui Profitabilitas: Analisis Data Panel Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal Keuangan dan Bisnis, (Vol. 6, 2012). H.207 35 Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 195 45 suatu indikator keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Pola pemikiran tersebut akan mendorong seorang investor untuk melakukan pembelian saham pada perusahaan yang memiliki nilai earning per share yang tinggi. Pada kondisi yang seperti itulah harga saham di pasar modal akan bergerak naik karena meningkatnya jumlah permintaan saham. 3. Keterkaitan (Hubungan) Return On Asset terhadap Harga saham Return On Asset (ROA) atau disebut juga rentabilitas ekonomi ialah laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam presentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA semakin tinggi keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham. Semakin banyak 46 investor yang tertarik maka akan berpengaruh terhadap peningkatan harga saham.36 4. Keterkaitan Ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap Harga saham Firm Size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Size diukur berdasarkan jumlah seluruh aktiva atau total assets yang dimiliki oleh perusahaan. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap harga saham disebabkan ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva menunjukkan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Investor lebih suka dengan perusahaan dengan aset yang besar karena perusahaan dengan aset yang kecil sahamnya kurang diminati oleh investor sebagaimana dikemukakan oleh Widjaja dalam Tamara Oca37, bahwa perusahaan yang mempunyai nilai skala kecil cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Dan makin besar ukuran sebuah perusahaan (size) yang dapat dilihat dari besarnya total aset sebuah perusahaan maka harga saham perusahaan semakin tinggi, sedangkan jika ukuran perusahaan semakin kecil maka harga saham akan semakin rendah. Artinya para investor di 36 Arwiyanti, Niekie. “Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga saham pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2012) 37 Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan Industri di BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2012) h. 9 47 pasar modal akan lebih tertarik kepada perusahaan yang memiliki total aset yang besar karena perusahaan besar lebih mudah memperoleh pinjaman karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi sehingga harga pasar saham perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia akan meningkat. Semakin besar kekayaan suatu perusahaan maka semakin positif respon investor di pasar modal yang diindikasikan dengan meningkatnya harga pasar saham perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaan maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aktiva yang besar yang dapat dikelola guna menghasilkan laba sebesar-besarnya sehingga hal ini direspon secara positif oleh para investor di pasar modal. Pada kondisi yang seperti itulah harga saham di pasar modal akan bergerak naik karena respon positif menunjukkan adanya kenaikan jumlah permintaan saham. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN SUMBER DATA Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa time series data per-enam bulan (semester) yang diperoleh dari analisis laporan keuangan masing-masing sampel perusahaan yang diolah dari HOTS (Home Online Trading System) untuk mencari sisi variabel Earning per Share (EPS) dan Return On Assest (ROA). Sedangkan Economic Value Added (EVA) dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) diolah dari data laporan keuangan perusahaan. Dan penelitian juga menggunakan data yang berupa cross-section karena sampel terdiri dari beberapa perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII) yang secara konsisten terdaftar pada tahun penelitian 2008-2012. B. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah salah satu index dari bursa efek Indonesia yakni Jakarta Islamic Index (JII) dan harga saham dari perusahaanperusahaan yang tergabung dalam index tersebut selama periode penelitian 2008-2012. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh variabel independen (X) yaitu, EVA (Economic Value Added), Earning Per Share, Return on Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap variabel dependen nya (Y), yaitu harga saham. Penelitian ini dilakukan pada 48 49 perusahaan JII yang terdaftar di BEI. Adapun periode yang diambil dalam penelitian ini adalah semester pertama tahun 2008 sampai dengan semester terakhir tahun 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data semseteran. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pencatatan terhadap laporan keuangan dan harga saham dari perusahaan-perusahaan go public yang terkait. C. TEKNIK PENENTUAN SAMPEL Dalam merencanakan penelitian, sampling merupakan salah satu masalah penting karena beberapa alasan: 1. Penelitian pada umumnya tidak dilakukan terhadap seluruh populasi, melainkan hanya pada sampel. 2. Penelitian yang dilakukan terhadap sampel itu hendak digeneralisasikan pada populasi dari mana penelitian itu diambil. Kenyataan-kenyataan bahwa suatu sampel penelitian itu akan sepenuhnya dapat mewakili populasinya, menimbulkan persoalan mengenai kesalahan generalisasi. 3. Rancangan sampling (sampling design) seringkali menentukan rancangan penelitian (research design) dan rancangan analisisnya (design of analysis).1 1 Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 275. 50 Sampel atau contoh adalah sebagian individu penelitian atau diistilahkan dengan subjek atau objek, sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yang representatif artinya menggambarkan keadaan populasi secara maksimal. Populasi adalah semua nilai baik perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas. Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan diadakannya populasi adalah agar dapat menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi. Dari seluruh populasi yang ada akan diambil beberapa perusahaan untuk dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling. Menurut Ida Bagoes Mantra dan Kasto,2 teknik pengambilan sampel Purposive Sampling bersifat tidak acak, dimana sampel ini dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Berikut ini adalah kriteria perusahaan yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian: 1. Perusahaan JII yang terdaftar secara konsisten selama periode penelitian 5 tahun berturut-turut, yakni dari tahun 2008-2012. 2 Bagoes, Ida dan Kasto. Metodologi penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES, 1989) h. 155 51 2. Perusahaan JII yang memiliki data keuangan yang lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama periode 2008-2012. 3. Perusahaan JII mempublikasikan laporan keuangan dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 sampai 30 Desember 2012. 4. Perusahaan JII memiliki saham aktif selama tahun 2008-2012. 5. Perusahaan JII yang memiliki nilai EVA, EPS, ROA dan Ukuran Perusahaan yang baik (tidak minus). Berikut ini adalah perusahaan-perusahaan JII yang dijadikan sebagai sampel pada penelitian ini: Tabel 3.1 Sampel Perusahaan No Kode Nama Perusahaan 1 AALI Astra Argo Lestari Tbk 2 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk 3 KLBF Kalbe Farma Tbk 4 PTBA Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk 5 SMGR Semen Gresik Tbk 6 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 7 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber : http:/www.idx.co.id (data diolah) 52 D. TENIK PENGAMBILAN DATA Data merupakan salah satu komponen yang penting di dalam memecahkan masalah-masalah statistik. Salah satu kegunaan dari data adalah untuk menentukan alat analisis statsitik apa yang sesuai untuk memecahkan masalah yang ada.3 Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan JII yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan harga saham. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode: 1) Studi dokumentasi, yaitu dengan cara pengumpulan data-data yang berhubungan dengan harga saham dan laporan keuangan perusahaan. 2) Studi pustaka, yaitu dengan cara mempelajari dan memperdalam literatur yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. 3 Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 7. 53 E. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis linier berganda terhadap data yang diperoleh dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi apakah data dalam penelitian ini terjadi penyimpanganpenyimpangan. Berikut ini ada beberapa uji asumsi klasik yang biasa digunakan: a. Uji Normalitas Menurut Suliyanto4, uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati rataratanya. Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan dengan bentuk kurva akan membentuk seperti lonceng (bell-sharped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai ekstrem ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan sampel, bahkan karena 4 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011) h. 69 54 kesalahan dalam melakukan input data atau memang karena karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata. Dengan kata lain, data tersebut memang benar-benar berbeda dibanding yang lain. Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak, maka dapat kita gunakan metode analisis grafik dan metode statistik. Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik dilakukan dengan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai terstandarisasi sumbu vertikal digambarkan sebagai sedangkan nilai residual sumbu horizontal. Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal. Cara lain untuk menguji normalitas dengan pendekatan grafik adalah menggunakan Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi kumulatif dari data sesungguhnya digambarkan dengan ploting. Jika data normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti atau merapat ke garis diagonalnya. Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik, baik menggunakan histogram maupun Normal Probability Plot dapat 55 memberikan hasil yang subyektif.5 Artinya, antara orang yang satu dengan yang lain dapat berbeda dalam menginterpretasikannya. Maka dari itu penulis mencoba menambahkan metode statistik lainnya untuk memperkuat uji normalitas. Uji normalitas menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Sig. > alpha. b. Uji Mutikolinieritas Menurut Suliyanto,6 uji mutikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi diantara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier. Beberapa penyebab timbulnya gejala multikolinieritas adalah sebagai berikut: 1) Kebanyakan variabel ekonomi berubah sepanjang waktu. Besaran-besaran ekonomi dipengaruhi oleh faktor faktor yang sama sehingga jika satu faktor mempengaruhi variabel dependen maka seluruh variabel cenderung berubah dalam satu arah. 5 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 75 6 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 81. 56 2) Adanya penggunaan nilai lag (lagged value) dari variabel-variabel bebas tertentu dalam model regresi. 3) Metode pengumpulan data yang dipakai (the data collection method employed) 4) Adanya kendala dalam metode atau populasi yang menjadi sampel (constaint on the model or in the population being sampled). 5) Adanya kesalahan spesifikasi model (specification model). Hal ini dapat terjadi karena peneliti memasukkan variabel penjelas yang seharusnya dikeluarkan dari model empiris atau dapat juga terjadi karena peneliti mengeluarkan variabel penjelas yang seharusnya dimasukkan dalam model empiris. 6) Adanya model yang berlebihan (an overdetermined model). Hal ini terjadi ketika model empiris (jumlah variabel penjelas) yang digunakan melebihi jumlah data (observasi). Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinieritas adalah dengan melihat nilai Tolerence dan VIF pada tabel Coefficients. Jika nilai Tolerence > 0,1 dan nilai VIF < dari 10, maka dapat dikatakan model regresi tidak ada masalah multikolinieritas.7 7 Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. (Semarang: Badan penerbitan Universitas Diponegoro, 2005), h. 95-96 57 Selain cara diatas, mendeteksi multikolinieritas dapat juga dilakukan dengan menggunakan nilai Pair-Wise Correlation antar variabel bebas. Menurut Suliyanto8, uji ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas tidak lebih dari 0,7 maka model tersebut tidak mengandung gejala mulitikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas.9 Menurut Suliyanto10, heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah yang homoskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas sering terjadi pada penelitian yang menggunakan 8 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 85 9 Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. (Semarang: Badan penerbitan Universitas Diponegoro, 2005), h. 125 10 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 95. 58 data cross-section. Berikut ini beberapa contoh penyebab perubahan nilai varian yang berpengaruh pada homoskedastisitas residualnya, antara lain: 1. Adanya pengaruh dari kurva pengalaman (learning curve). Dengan semakin meningkatnya pengalaman maka akan semakin menurun tingkat kesalahannya. Akibatnya, nilai varian makin lama semakin menurun. 2. Adanya peningkatan perekonomian. Dengan semakin meningkatnya perekonomian maka semakin beragam tingkat pendapatan sehingga alternatif pengeluaran juka akan semakin besar. Hal ini akan meningkatkan varian. 3. Adanya peningkatan teknik pengambulan data. Jika teknik pengumpulan data semakin membaik, nilai varian cenderung mengecil. Mislanya bank yang menggunakan peralatan Electronic Data Processing (EDP) akan membuat kesalahan yang relatif kecil dalam laporan dibandingkan dengan bank yang tidak mempunyai peralatan tersebut. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas dapat digunakan metode analisis grafik dan metode statistik. 59 Suliyanto mengemukakan11, bahwa metode analisis grafik dilakukan dengan mengamati scatterplot dimana sumbu horizontal menggambarkan nilai Pridicted Standarized sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan jika scatterplot menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Untuk mendeteksi secara lebih lanjut mengenai variabel bebas mana yang menjadi penyebab terjadinya masalah heteroskedastisitas, kita dapat mengamati scatterplot dimana variabel bebas sebagai sumbu horizontal dan nilai residual kuadratnya sebagai sumbu vertikal. Namun metode ini dapat bersifat subyektif. Artinya, dengan scatterplot yang sama, antara satu orang dengan orang yang lain dapat memberikan kesimpulan yang berbeda mengenai pola scatterplot itu. Maka dari itu untuk memperkuat uji heteroskedastisitas, penulis mencoba menambahkan metode statistik lainnya untuk memperkuat uji heteroskedastisitas. 11 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 95. 60 Menurut Suliyanto12, uji heteroskedastisitas dengan metode Rank Spearman dilakukan dengan mengkorelasikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya menggunakan korelasi Rank Spearman. Jika terdapat korelasi variabel bebas yang signifikan positif dengan nilai positif dengan nilai mutlak residualnya maka dalam model regresi yang dibentuk terdapat masalah heteroskedastisitas. Jika model regresi yang akan kita uji memiliki dua variabel bebas, yaitu X1 dan X2, maka persamaan yang digunakan untuk uji heteroskedastisitas menggunakan metode Rank Spearman adalah seperti berikut ini. Untuk menguji apakah koefisien korelasi Rank Spearman signifikan atau tidak maka digunakan uji t. Untuk menghitung nilai thitung digunakan rumus berikut13: √ √ Keterangan: 12 𝜌xy = Koefisien korelasi Rank Spearman n = Jumlah pengamatan Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 112. 13 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 113. 61 Kriteria yang digunakan adalah: jika thitung > ttabel dengan derajat kebebasan df = ɑ, n-2, maka persamaan regresi yang terbentuk mengandung gejala heteroskedastistas. Demikian juga sebaliknya. d. Uji Autokorelasi Menurut Suliyanto14, uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross-section). Beberapa penyebab munculnya masalah autokorelasi dalam analisis regresi adalah: 1. Adanya kelembaman (inertia). Salah satu ciri yang menonjol dari sebagian data runtut waktu (time-series) dalam fenomena ekonomi adalah kelembaman. Seperti data pendapatan nasional, indeks harga konsumen, data produksi, data kesempatan kerja, data pengangguran yang menunjukkan adalanya pola konjungtor. Dalam situasi seperti ini, data observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang, kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan (interpendence). 14 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 125. 62 2. Bias spesifikasi model kasus variabel yang tidak dimasukkan. Hal ini disebabkan oleh tidak dimasukkannya variabel yang menurut teori ekonomi sangat penting perannya dalam menjelaskan variabel tak bebas. Bila hal ini terjadi, unsur pengganggu (error term) ui akan merefleksikan suatu pola yang sistematis diantara sesama unsur pengganggu sehingga terjadi situasi autokorelasi diantara unsur pengganggu. 3. Adanya fenomena laba-laba (cobweb phenomenon). Munculnya fenomena sarang laba-laba terutama terjadi pada penawaran komoditi sektor pertanian. Disektor pertanian, reaksi penawaran terhadap perubahan harga terjadi setelah melalui tenggang waktu (getation period). Misalnya, panen komoditi permulaan tahun dipengaruhi oleh harga yang terjadi pada tahun sebelumnya. Akibatnya, jika pada akhir tahun t harga komoditi pertanian ternyata lebih rendah daripada harga tahun sebelumnya maka pada tahun berikutnya (t+1) aka nada kecendrungan untuk memproduksi lebih sedikit daripada yang diproduksi pada tahun t. Akibatnya, ui tidak lagi bersifat acak (random), tetapi mengikuti pola laba-laba. 4. Manipulasi data (manipulation of data) Dalam analisis laporan empiris, terutama pada data time-series, seringkali terjadi manipulasi data. Hal ini terjadi karena data 63 yang diinginkan tidak tersedia. Contohnya adalah data GNP. Data GNP biasanya tersedia dalam bentuk tahunan, sehingga apabila seorang peneliti ingin mendapatkan data GNP kuartalan, peneliti tersebut harus melakukan interpolasi data. Adanya interpolasi atau manipulasi data ini jelas akan menimbulkan suatu pola fluktuasi yang tersembunyi yang mengakibatkan munculnya pola sistematis dalam unsur pengganggu dan akhirnya akan menimbulkan masalah autokorelasi. 5. Adanya kelambanan waktu (time lags) Dalam regresi menggunakan data time series, pengeluaran konsumsi atas tingka pendapatan merupakan hal yang lazim untuk mendapatkan bahwa pola pengeluaran konsumsi untuk periode sekarang antara lain ditentukan oleh pengeluaran konsumsi pada periode sebelumnya, dimana model regresi seperti ini dalam ekonometrika dikenal dengan istilah regresi model otoregresif. Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan melihat nilai DW (Durbin Watson) pada tabel Model Summary. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dalam penelitian ini menggunakan uji 64 Durbin-Watson (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: (Imam Ghozali, 2009) Tabel 3.2 Uji Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL Tidak ada autokorelasi positif No decision dL ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4-dL < d < 4 Tidak ada autokorelasi negative No decision 4-du ≤ d ≤ 4dL Tidak ada autokorelasi positif dan Tidak ditolak du < d < 4-du negative Menurut Gujarati (1995) dalam Suliyanto15, ada beberapa cara untuk mendeteksi ada-tidaknya masalah autokorelasi, yaitu menggunakan metode analisis grafik, metode Durbin-Watson, metode Van Hewmann dan metode Run test, sebagai salah satu uji statistik non-parametrik. 15 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 126. 65 Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji autokorelasi lain yaitu dengan metode Run test. Menurut Suliyanto16, Run test merupakan salah satu analisis non-parametrik yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat korelasi maka dikatakan bahwa nilai residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Apabila tingkat signifikansi hasil uji Run test dibawah ɑ (0,05) atau lebih dari 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi. 2. Persamaan Regresi Persamaan regresi adalah suatu persamaan matematika yang mendefinisikan hubungan dua variabel. Hubungan yang dimaksud yaitu hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), dimana pada penelitian ini yaitu Economic Value Added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) sebagai variabel independen (X), sedangkan Harga Saham sebagai variabel dependen (Y). Model persamaan yang digunakan adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ei 16 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 137. 66 Keterangan : Y = Harga Saham X1 = Economic Value Added X2 = Earning Per Share X3 = Return On Asset X4 = Ukuran Perusahaan (Firm Size) ei = error term 3. Pengujian Hipotesis Setelah melakukan analisis persamaan regresi dan menghasilkan data yang baik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji siginifikansi terhadap variabel-variabel bebas. a. Uji Hipotesis 1) Uji F Menurut Suliyanto17, Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika 17 Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h.40. 67 tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal itu akan masuk dalam kategori tidak cocok atau non fit. Dalam hal ini variabel independen terdiri dari economic value added, earning per share, return on asset, Ukuran Perusahaan (Firm Size) sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Uji F disini dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel tidak bebas. Rumus Uji F18: F= Keterangan: F = Nilai F hitung R² = Koefisien Determinasi k = Jumlah Variabel n = Jumlah pengamatan (ukuran sampel) Dengan Uji F, hipotesis yang diajukan adalah: a) H0 : β1, β2, β3, β4 = 0 b) H1 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0 18 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 45. 68 Keputusan menolak H0 didasarkan pada Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak yang berarti secara bersama sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima yang berarti secara bersama sama variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen. 2) Uji T Uji T digunakan untuk menguji secara parsial (per variabel) terhadap variabel tergantungnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel tergantungnya atau tidak.19 Dalam penelitian ini, uji t digunakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara economic value added, earning pershare, return on asset, dan Ukuran perusahaan terhadap harga saham secara parsial. Rumus Uji t20: ti = Keterangan: ti 19 20 = Nilai t hitung Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 40. Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 45. 69 bj = Koefisien Regresi Sbj = Kesalahan baku koefisien regresi Dimana: Sbj = [ ] (Kii) Keterangan : Sbj = Kesalahan baku koefisien regresi Se = Kesalahan baku estimasi Det [A] = Determinan Matriks A Kii = Kofaktor Matriks A Dimana: Se = Keterangan: Se = Kesalahan baku estimasi (Y-Ỹ)2 = Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi n = Ukuran Sampel k = Jumlah Variabel yang diamati Nilai thitung umumnya telah disediakan oleh setiap software regresi. Sedangkan untuk memperoleh nilai ttabel ditentukan oleh tingkat signifikansi 5%. Dalam pengujian ini 70 yang digunakan uji t satu ujung karena hipotesis yang diajukan sudah menunjukkan arah positif atau negatif. Karena menggunakan satu ujung maka df: ɑ, n-k. kriteria-kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: a) Hipotesis 1 H0: tidak terdapat pengaruh positif Economic Value Added terhadap harga saham. Ha: terdapat pengaruh positif Economic Value Added terhadap harga saham. b) Hipotesis 2 H0: tidak terdapat pengaruh positif Earning Per Share terhadap harga saham. Ha: terdapat pengaruh positif Earning Per Share terhadap harga saham. c) Hipotesis 3 H0: tidak terdapat pengaruh positif Return On Asset terhadap harga saham. Ha: terdapat pengaruh positif Return On Asset terhadap harga saham. 71 d) Hipotesis 4 H0: tidak terdapat pengaruh positif Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap harga saham. Ha: terdapat pengaruh positif Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap harga saham. Keputusan menolak H0 didasarkan pada thitung > ttabel serta nilai Sig < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti secara parsial variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya jika thitung < ttabel dan nilai Sig > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti secara parsial variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen. 3) Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel dependen menjelaskan variabel independennya yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel dependen nya lebih dari dua. Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantungnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam 72 menjelaskan variasi perubahan pada variabel tergantungnya.21 Dalam penelitian ini menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square). Menurut Suliyanto22, Adjusted R Square merupakan koefisien determinasi yang telah terkoreksi dengan jumlah variabel dan ukuran sampel sehingga dapat mengurangi unsur bias jika terjadi penambahan variabel. F. OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Variabel Bebas (X) Variabel bebas yaitu variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat atau variabel dependen.23 Peneliti akan menggunakan logaritma natural (Ln) untuk semua variabel bebas dipenelitian ini, hal tersebut dilakukan agar hal satuan model penelitian ini mempunyai kesamaan satuan, karena dengan adanya kesamaan satuan akan memudahkan peneliti dalam menganalisis hasil 21 Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 55. Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h.47. 23 Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 9. 22 73 data yang telah diolah. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah: a. Economic Value Added (EVA) Menurut Sitanggang24, Modal operasi perusahaan terdiri dari modal kerja operasional bersih ditambah aktiva tetap bersih, sehingga sumber pembiayaannya adalah utang jangka pendek yang bukan spontan yang dibebankan bunga ditambah utang jangka panjang dan modal sendiri. Nilai tambah ekonomis (Economic Value Added/EVA) = (NOPAT dikurangi biaya modal operasi), dimana NOPAT adalah net operating profit after tax/laba usaha setelah pajak = EBIT (1 - t). Tambahan nilai ekonomis ini merupakan tambahan manfaat yang dicapai perusahaan dari laba usaha/operasi setelah memperhitungkan biaya modal operasi perusahaan. Dalam menentukan biaya modal operasi dari utang jangka pendek yang berbunga dan utang jangka panjang akan diperhitungkan setelah pajak (interest after tax).25 b. Earning Per Share (EPS) Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah 24 Sitanggang, Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013). H.31 25 Sitanggang. Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013). h. 30-31. 74 berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan perkataan lain, tingkat pengembalian yang tinggi.26 Laba per Lembar saham (earning per share-EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham.27 Rasio ini merupakan salah satu rasio yang sering digunakan oleh para investor untuk melihat kondisi perusahaan di pasar, karena semakin tinggi tingkat laba per lembar saham. Kemungkinan mendapatkan tingkat pengembalian yang diharapkan juga semakin tinggi, baik tingkat laba semakin besar atau kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Rumus Earning per share (EPS) dapat dihitung dengan rumus berikut28: Earning Per Share = 26 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 207. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 195 28 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 139. 27 75 c. Return On Asset (ROA) Return On Asset merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas asset (harta) yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Lukman dalam Ingga Zulfa, dalam menghitung rentabilitas atau profitabilitas perbankan, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank Indonesia sebagai Pembina pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dana nya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat.29 ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba bersih terhadap total asset, sehingga rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: Return On Asset = 29 x 100% Zulfa, Ingga. “Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas negeri padang, 2013). H. 8. 76 d. Ukuran Perusahaan (Firm Size) Menurut Bambang dalam Ingga Zulfa,30 ukuran perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan ataupun hasil nilai asset dari suatu perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan (asset) yang dimiliki suatu perusahaan. Pengukuran perusahaan bertujuan untuk membedakan secara kuantitatif antara perusahaan besar (large firm) dengan perusahaan kecil (small firm). Besar kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Pada akhirnya kemampuan untuk mengoperasikan perusahaan tersebut dapat mempengaruhi harga saham maupun pendapatan sahamnya. Menurut Prima dalam Alif Ridwan31, Variabel ukuran perusahan dapat diukur dengan logaritma jumlah total aktiva yang dimiliki oleh setiap sampel. Total aktiva menunjukkan total 30 Zulfa, Ingga. “Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas negeri padang, 2013). H. 7. 31 Ridwan, Alif. “Pengaruh kinerja lingkungan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) h. 54 77 sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang akan memberikan manfaat ekonomis di masa yang akan datang. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan skala rasio. Ukuran Perusahaan (Firm Size) = log (Total Aset) 2. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat yaitu variabel yang perilakunya dipengaruhi oleh variabel lain atau variabel independen.32 Peneliti juga me-logaritma natural kan (Ln) variabel terikat pada penelitian ini. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan per-enam bulan atau semester, selama 5 tahun berturut-turut yakni 2008-2012. 32 Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 10. 78 G. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran merupakan serangkaian proses atau gambaran sistematis dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut lalu menginterprestasikan hasil data yang telah diolah. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Objek yang akan diteliti adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar dan bertahan selama 5 tahun yaitu pada tahun 2008-2012 dalam indeks saham JII (Jakarta Islamic Index). Sedangkan variabel yang akan diteliti adalah EVA (Economic Value Added), Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Ukuran perusahaan (Firm Size) dan harga saham. Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah EVA (Economic Value Added), Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA), dan Ukuran perusahaan (Firm Size) sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah harga saham. Peneliti mengambil data yang dibutuhkan dari Indonesian Capital Market Directory berupa laporan keuangan perusahaan dan dari website IDX. Pencarian data menjadi dua bagian. Pertama, pengambilan data masingmasing variabel bebas yang diambil dari laporan keuangan tahunan Indonesia Capital Market Directory. Kedua, pengambilan data variabel terikat diambil dari website IDX. Setelah memperoleh data dari setiap variabel yang akan diteliti, peneliti mulai melakukan analisis. Metode analisis yang akan digunakan 79 dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda dengan menggunakan aplikasi pengolah data SPSS 20. Hal ini dikarenakan analisis regresi berganda dapat memperlihatkan pengaruh variabel bebas terhadap variable terkait baik secara simultan maupun parsial. Secara keseluruhan tahap penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan berikut: 80 Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Perusahaan yang tergabung dalam Indeks Saham JII X1 X2 X3 X4 Economic Value Added Eaning Per Share Return On Asset Ukuran Perusahaan Variabel Dependen Harga Saham (Y) Normalitas Multikolinieritas Heteroskedastisitas Regresi Linear Berganda Uji Signifikasi Model Analisis Kesimpulan Autokorelasi 81 H. HIPOTESIS Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah kebenarannya. Sedangkan thesis artinya pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu di uji kebenarannya, sehingga istilah hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka hipotesis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Simultan a. H0: b1, b2, b3, b4 = 0 Tidak terdapat pengaruh Economic Value Added (EVA), Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA), dan Ukuran perusahaan (Firm Size) secara bersama-sama terhadap harga saham. H1: b1, b2, b3, b4 ≠ 0 Terdapat pengaruh Economic Value Added (EVA), Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA), dan Ukuran perusahaan (Firm Size) secara bersama-sama terhadap harga saham. 82 2. Secara Parsial a. H0: b1 = 0 Tidak terdapat pengaruh positif Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham secara parsial. H1 : b1 ≠ 0 Terdapat pengaruh positif Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham secara parsial. b. H0: b2 = 0 Tidak terdapat pengaruh positif Earning per Share (EPS) terhadap harga saham secara parsial. H1 : b2 ≠ 0 Terdapat pengaruh positif Earning per Share (EPS) terhadap harga saham secara parsial. c. H0: b3 = 0 Tidak terdapat pengaruh positif Return on Asset (ROA) terhadap harga saham secara parsial. H1 : b3 ≠ 0 Terdapat pengaruh positif Return on Asset (ROA) terhadap harga saham secara parsial. 83 d. H0 : b4 = 0 Tidak terdapat pengaruh positif Ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap harga saham secara parsial. H1 : b4 ≠ 0 Terdapat pengaruh positif Ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap harga saham secara parsial. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana semua data yang berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk kemudian di analisis dan diinterprestasikan secara objektif. Analisis dalam penelitian ini menjelaskan perusahaan-perusahaan mana yang memiliki rasiorasio dan harga saham tertinggi dan terendah. Deskriptif data harga saham, economic value added, earning per share, return on asset, dan Ukuran perusahaan dari hasil perhitungan 7 perusahaan JII yang bertahan pada periode semester pertama tahun 2008 sampai dengan semester terakhir tahun 2012 adalah sebagai berikut: 84 85 Gambar 4.1 Deskripsi data Harga Saham Perusahaan Jakarta Islamic Index Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 35,000 30,000 25,000 AALI INTP 20,000 KLBF PTBA 15,000 SMGR TLKM 10,000 UNVR 5,000 0 2008-S1 2008-S2 2009-S1 2009-S2 2010-S1 2010-S2 2011-S1 2011-S2 2012-S1 2012-S2 Sumber: Data diolah Gambar 4.1 Grafik ini menunjukkan nilai Harga Saham dari masing-masing perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang memiliki kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian yaitu pada tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Harga Saham yang tertinggi adalah PT. Astra Argo Lestari Tbk (AALI) senilai Rp. 29.550 pada tahun 2008 86 semester 1. Dan perusahaan yang memiliki nilai Harga Saham terendah adalah PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) senilai Rp. 80 pada tahun 2008 semester 2. Gambar 4.2 Deskripsi data Economic Value Added pada Perusahaan Jakarta Islamic Index Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 6,000,000,000,000 5,000,000,000,000 4,000,000,000,000 AALI INTP 3,000,000,000,000 KLBF PTBA 2,000,000,000,000 SMGR TLKM 1,000,000,000,000 0 Sumber: Data diolah Gambar 4.2 Grafik ini menunjukkan nilai Economic value added dari masingmasing perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang memiliki kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian UNVR 87 yaitu pada tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Economic value added yang tertinggi adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp. 5.385.993.049.074 pada tahun 2008 semester 2. Dan perusahaan yang memiliki nilai Economic value added terendah adalah PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) sebesar Rp. 19.080.582.618 pada tahun 2008 semester 1. Gambar 4.3 Deskripsi Earning Per Share pada Perusahaan Jakarta Islamic Index Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode 2008-2012 1,800 1,600 NILAI EPS 1,400 1,200 AALI 1,000 INTP 800 KLBF 600 PTBA 400 SMGR TLKM 200 UNVR 0 PERIODE Sumber: Data diolah 88 Gambar 4.3 ini menunjukkan nilai Earning per Share dari masing-masing perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang memiliki kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian yaitu pada tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Earning per Share yang tertinggi adalah PT. Astra Argo Lestari Tbk (AALI) sebesar Rp. 1.670 pada tahun 2008 semester 2. Dan perusahaan yang memiliki nilai Earning per Share terendah adalah PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar Rp. 40 pada tahun 2009 semester 1. Gambar 4.4 Deskripsi Return On Asset pada Jakarta Islamic Index Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 60.00 50.00 NILAI ROA 40.00 AALI INTP 30.00 KLBF PTBA 20.00 SMGR 10.00 TLKM UNVR 0.00 PERIODE Sumber: Data diolah 89 Gambar 4.4 ini menunjukkan nilai Return On Asset dari masing-masing perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang memiliki kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian yaitu pada tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Return On Asset yang tertinggi adalah PT. Astra Argo Lestari Tbk (AALI) sebesar 49,2 pada tahun 2008 semester 1. Dan perusahaan yang memiliki nilai Return On Asset terendah adalah PT. Telekomunikasi Indonesia (TLKM) sebesar 10,6 pada tahun 2011 semster 2. Gambar 4.5 Deskripsi Ukuran Perusahaan (Firm Size) pada Jakarta Islamic Index Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 14.5 UKURAN PERUSAHAN 14 13.5 AALI INTP 13 KLBF PTBA 12.5 SMGR 12 TLKM UNVR 11.5 PERIODE Sumber: Data diolah 90 Gambar 4.5 ini menunjukkan nilai Ukuran Perusahaan (Firm Size) dari masing-masing perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia yang memiliki kualifikasi untuk dijadikan sampel dan bertahan selama periode penelitian yaitu pada tahun 2008-2012. Perusahaan memiliki nilai rata-rata Ukuran Perusahaan (Firm Size) yang tertinggi adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar 14,047 pada tahun 2012 semester 2. Dan perusahaan yang memiliki nilai Ukuran Perusahaan (Firm Size) terendah adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) sebesar 12,644 pada tahun 2008 semester 1. B. Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah data yang berditribusi normal. Jika penyebaran data yang mewakili sampel mendekati garis diagonal Normal P-Plot. Maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji Normalitas dalam penelitian ini: 91 Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram Sumber : Output SPSS yang diolah Berdasarkan tampilan histogram diatas terlihat bahwa kurva dependen dan regression stndarized residual membentuk gambar seperti lonceng. Oleh karena itu berdasarkan uji normalitas, analisis regresi layak digunakan. 92 Gambar 4.7 Hasil Uji Normalitas Normal P-Plot Regression Standarized Sumber : Output SPSS yang diolah Berdasarkan Normal P-Plot diatas, dapat dilihat titik-titik yang mewakili jumlah sampel dalam penelitian ini mendekati garis diagonal. Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dikatakan data berdistribusi normal. 93 Suliyanto mengemukakan1, bahwa tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai ekstrem ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan sampel, bahkan karena adanya kesalahan dalam melakukan input data atau memang karena karakteristik data tersebut sangat jauh dari ratarata. Untuk mendukung hasil analisis grafik, maka digunakan uji normalitas dengan menggunakan metode statistik, yaitu metode Kolmogorov-Smirnov tampak dalam tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 70 N Normal Parameters a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences 0E-7 .60656601 Absolute .066 Positive .052 Negative -.066 Kolmogorov-Smirnov Z .550 Asymp. Sig. (2-tailed) .922 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS yang diolah 1 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 69 94 Dari hasil pengujian tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan hasil yang memiliki nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,922 > 0,05. Hal ini berarti nilai residual terstandarisasi dinyatakan menyebar secara normal. 2. Hasil Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Data yang baik, tidak ada korelasi antara variabel bebasnya. Jika nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas. Berikut ini adalah tabel hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ini: Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Collinearity Statistics Model Tolerance VIF (Constant) 1 EVA .219 4.570 EPS .615 1.627 ROA .216 4.623 Size .119 8.423 a. Dependent Variable: HS Sumber : Output SPSS yang diolah 95 Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas dapat dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi, karena memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas antar variabel. Menurut Suliyanto2, penyebab timbulnya gejala multikolinieritas pada model regresi dikarenakan kebanyakan variabel ekonomi yang berubah sepanjang waktu, adanya penggunaan nilai lag, metode pengumpulan data yang dipakai, adanya kendala model atau populasi yang menjadi sampel. Untuk mendukung hasil analisis diatas maka digunakan uji multikolinieritas lain, yaitu dengan menggunakan Nilai Pair-Wise Correlation antar variabel bebas. Hasil Pengujian multikolinieritas dengan menggunakan Nilai Pair-Wise Correlation tampak dalam tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Nilai Pair-Wise Correlation Correlations EVA EPS ROA Size Pearson Correlation EVA 1.000 .250 -.022 .715 EPS .250 1.000 .313 .185 ROA -.022 .313 1.000 -.588 Size .715 .185 -.588 1.000 Sumber : Output SPSS yang diolah 2 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 81 96 Berdasarkan output pada tabel 4.3 Correlations terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas (angka yang dicetak tebal) tidak lebih dari 0,7. Maka model regresi yang terbentuk tidak mengalami gejala multikolinieritas. 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data yang homoskedastisitas atau data yang memiliki kesamaan varians dalam fungsi regresi. Jika penyebaran titik-titik yang mewakili sampel berada di daerah positif dan negatif dalam Scatterplot, maka dapat dikatakan data tersebut memiliki kesamaan varians atau homoskedastisitas. Berikut ini adalah hasil uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini: 97 Gambar 4.8 Hasil Uji Scatterplot Sumber : Output SPSS yang diolah Dengan melihat penyebaran titik-titik yang mewakili sampel pada Scatterplot diatas, maka dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians dalam fungsi regresi atau homoskedastisitas. Menurut Suliyanto3, penyebab perubahan nilai varian yang berpengaruh pada homoskedastisitas residualnya yaitu dikarenakan adanya pengaruh dari kurva pengalaman, adanya peningkatan perekonomian dan adanya peningkatan teknik pengambilan data. 3 Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 95 98 Untuk mendukung hasil analisis grafik maka digunakan uji Heteroskedastisitas dengan metode statistik, yaitu dengan menggunakan metode Rank Spearman. Hasil pengujian Heteroskedastisitas dengan metode Rank Spearman tampak dalam tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Metode Rank Spearman Correlations ABRESID Spearman's rho ABRESID Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N EVA Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N EPS ROA Size 1.000 -.001 -.018 .087 .155 . .993 .882 .472 .199 70 70 70 70 70 -.001 1.000 .190 .071 .993 . .116 .557 .000 70 70 70 70 70 * .231 .572 ** .190 1.000 .286 .882 .116 . .016 .054 70 70 70 70 70 Correlation Coefficient .087 .071 .286 * 1.000 Sig. (2-tailed) .472 .557 .016 . .000 70 70 70 70 70 Correlation Coefficient .155 ** .231 ** 1.000 Sig. (2-tailed) .199 .000 .054 .000 . 70 70 70 70 70 N N Size EPS -.018 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) ROA EVA N .572 -.409 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber : Output SPSS yang diolah Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien Rank Spearman dari masing-masing variabel bebas dengan nilai absolut residualnya, (|e|) , -.409 ** 99 jika nilai signifikasi lebih besar dari nilai alpha (Sig.>ɑ), maka tidak terdapat heteroskedastisitas. Atau juga bisa dikatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas apabila thitung < ttabel. Berdasarkan output diatas dapat diketahui bahwa pada model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal ini karena Sig. variabel Economic Value Added terhadap absolut residual sebesar 0,993 > 0,05, Sig. variabel Earning per Share terhadap absolut residual sebesar 0,882 > 0,05, Sig. variabel Return On Asset terhadap absolut residual sebesar 0,472 > 0,05, dan Sig. variabel Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap absolut residual sebesar 0,199 > 0,05. Sedangkan nilai t hitung variabel Economic Value Added, Earning per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) adalah sebagai berikut: √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ = -0,00825 = -0,1485 = 0,7202 = 1,2938 Karena nilai thitung variabel Economic Value Added -0,00825 < 1,667 (ttabel), nilai thitung variabel Earning Per Share -0,1485 < 1,667 (ttabel), nilai t 100 hitung variabel Return On Asset 0,7202 < 1,667 (ttabel) dan nilai thitung variabel Ukuran Perusahaan (Firm Size) 1,2938 < 1,667 (ttabel), maka pada model regresinya dapat disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 4. Hasil Uji Autokorelasi Menurut Suliyanto4, uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson. Berikut hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4.5: Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin Watson b Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson Estimate 1 .908 a .824 .813 .62495 1.915 a. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA b. Dependent Variable: HS Sumber : Output SPSS yang diolah Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 4.5 maka diperoleh nilai hitung Durbin Watson sebesar 1,915 dimana terletak antara du dengan 4- du, 4 Suliyanto.“Ekonometrika Terapan:Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h.125 101 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut tidak mengandung masalah autokorelasi. Suliyanto mengemukakan5, bahwa uji Durbin Watson (uji D-W) merupakan uji untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin Watson, yaitu nilai dL dan du, dengan K = jumlah variabel bebas dan n = ukuran sampel. Jika nilai Durbin Watson berada diantara nilai du hingga (4- du) berarti asumsi tidak terjadi gejala autokorelasi terpenuhi. Gambar 4.9 Tabel Durbin Watson Korelasi positif Tidak dapat Bebas Autokorelasi Diputuskan 1,49 5 1,47 2,3 Tidak dapat Korelasi diputuskan Negatif 2,51 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. (Yogyakarta: ANDI, 2011), h.126&129. 102 Berdasarkan hasil gambar 4.5 maka diperoleh nilai hitung Durbin Watson sebesar 1,915. Dimana terletak antara du (1,47) dengan 4- du (2,3) yang terlihat pada gambar 4.6, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut tidak mengandung masalah autokorelasi. Untuk meyakinkan hasil diatas maka digunakan uji lain yaitu menggunakan uji Run Test. Tabel 4.6 menunjukkan hasil Run Test tersebut: Tabel 4.6 Hasil Uji Run Test Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea .00503 Cases < Test Value 35 Cases >= Test Value 35 Total Cases 70 Number of Runs 38 Z .482 Asymp. Sig. (2-tailed) .630 a. Median Sumber : Output SPSS yang diolah Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui probabilitas (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar 0,63 yang menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak mengalami problem autokorelasi. 103 C. Hasil Analisis Regresi Berganda 1. Hasil Uji F Uji F pada penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel independen atau bebas yang terdiri dari Economic Value added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) mempunyai pengaruh secara bersama sama atau simultan terhadap harga saham perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012, dengan angka signifikansi (ɑ) sebesar 0,05. Berikut ini adalah tabel Uji F dari penelitian ini: Tabel 4.7 Hasil Uji F a ANOVA Model 1 Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 118.524 4 29.631 75.867 .000 Residual 25.387 65 .391 Total 143.910 69 b a. Dependent Variable: HS b. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara bersamasama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung sebesar 75,867 > 2,26 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5% atau 0,05, maka 104 model regresi dapat digunakan untuk memprediksi harga saham atau dapat dikatakan bahwa variabel meliputi Economic Value added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) mempunyai pengaruh secara bersama sama atau simultan terhadap harga saham. Analisis faktor fundamental seperti economic value added, earning per share, return on asset dan Ukuran perusahaan (firm size) merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi dimasa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap instrument investasi mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu alat analisis yang sangat hati hati terhadap kondisi pada saat sekarang dan prospeknya dimasa yang akan datang. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.6 6 Kodrat, David sukardi & Kurniawan Indonanjaya.Manajemen Investasi dengan Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. (Yogyakarta, Graha Ilmu, Edisi Pertama:2010) h.1 105 2. Hasil Uji T Uji t pada penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel independen atau bebas yang terdiri dari Economic Value added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012, dengan angka signifikansi (ɑ) sebesar 0,05. Berikut ini adalah tabel hasil Uji t dari penelitian ini: Tabel 4.8 Hasil Uji T Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Beta Std. Error T Sig. -2.447 .017 -.447 -4.017 .000 .105 .555 8.354 .000 2.718 .406 .750 6.700 .000 1.796 .573 .474 3.133 .003 -12.887 5.267 EVA -.582 .145 EPS .875 ROA Size (Constant) 1 a a. Dependent Variable: HS Sumber : Output SPSS yang diolah Hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel hasil uji t di atas. Adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Economic Value added (EVA) EVA merupakan indikator tentang adanya perubahan nilai dari suatu investasi. EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu 106 perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. Dari hasil perhitungan uji secara parsial variabel Economic Value added dengan menggunakan uji satu arah (1-tailed) diperoleh nilai thitung sebesar (-4,017) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti nilai Sig. variabel Economic Value added lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan Economic Value added berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dan hubungan Economic Value added dengan Harga saham bersifat negatif dapat dilihat dari arah koefisien regresi negatif sebesar -0,582. Maka hipotesis pertama diterima (Ha diterima dan H0 ditolak). Berdasarkan perbandingan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sawaldi7, Niekie Arwiyanti8, terdapat perbedaan hasil yang menyatakan bahwa secara parsial Economic Value added berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Sedangkan peneliti menemukan Economic Value added berpengaruh signifikan dan negatif terhadap harga saham 7 Sawaldi. “Pengaruh EVA dan rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah 2007-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN sunan Kalijaga, 2013) 8 Arwiyanti, Niekie. “Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga saham pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2012) 107 yang didukung oleh peneliti sebelumnya Gita Evadini9, yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian bukannya menciptakan nilai tapi justru menghancurkan nilai kekayaan pemegang saham karena bila diteliti lebih jauh terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih rendah daripada tingkat bunga bebas risiko. Hal ini juga bisa disebabkan oleh kurang mendasarkan nya self-buy decision pada investor pada pendekatan fundamental. Sehingga harga saham di pasar modal cenderung terbentuk karena sentimen pasar, spekulasi dan sebagainya, yang menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia masih bersifat weak form efficient. Karena EVA adalah suatu pengukuran dengan memperhitungkan secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai. Hubungan antara EVA dan nilai perusahaan dapat dijelaskan, bahwa EVA dapat digunakan sebagai alat untuk menilai perusahaan, apabila perhitungan EVA tidak hanya pada periode masa kini tetapi juga mencakup periode yang akan datang. Hal ini disebabkan karena EVA pada tahun tertentu menunjukkan nilai sekarang dari total penciptaan nilai selama umur perusahaan tersebut. 9 Evandini, Gita . “Pengaruh Economic Value Added terhadap Harga Saham di pasar modal”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Bandung, 2003) 108 2) Earning Per Share (EPS) Earning per Share (EPS) merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari setiap lembar saham yang dimiliki oleh para pemegang saham perusahaan. EPS merupakan rasio antara laba bersih jumlah saham perusahaan yang beredar. Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara parsial Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham. Di samping berpengaruh secara signifikan. Kondisi tersebut terlihat dari hasil perhitungan uji secara parsial variabel Earning Per Share dengan menggunakan uji satu arah (1-tailed) diperoleh nilai thitung sebesar (8,354) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai thitung (8,354) > (1,667) nilai ttabel, atau karena nilai Sig. variabel Earning Per Share lebih kecil dari 0,05, dan arah koefisien positif maka dapat disimpulkan Earning Per Share berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Maka hipotesis kedua diterima (Ha diterima dan H0 ditolak). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indrayuni Ramarti10, Nazula Fatmawati11, dan 10 Ramarti, Indrayuni. “Analisis Pengaruh Rasio Nilai Pasar, Profitabilitas, Solvabilitas,dan Likuiditas terhadap harga saham LQ 45 tahun 2006-2010.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2012). 109 Tamara Oca12, yang menyatakan bahwa secara parsial Earning Per Share berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan bahwa EPS yang lebih besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham yang diterbitkan.perusahaan-perusahaan yang mampu memberikan laba per lembar saham akan menarik para investor untuk menginvestasikan dana nya pada saham perusahaan tersebut. Dengan kata lain, jika investor berminat untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut, hal ini akan mempengaruhi permintaan saham perusahaan tersebut di pasar. Semakin tinggi permintaan saham atas suatu perusahaan, maka harga saham tersebut akan cenderung naik. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa EPS memiliki pengaruh terhadap harga saham. Karena pada dasarnya seorang investor melakukan investasi dengan harapan akan memperoleh keuntungan atas modal yang telah diinvestasikannya. Mereka beranggapan bahwa besarnya nilai laba per lembar saham yang dibagikan oleh sebuah perusahaan merupakan suatu indikator keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang 11 Fatmawati, Nazula. “Analisis Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham JII 2005-2007”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UIN Sunan Kalijaga, 2010). 12 Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan Industri di BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2012) 110 saham. Pola pemikiran tersebut akan mendorong seorang investor untuk melakukan pembelian saham pada perusahaan yang memiliki nilai earning per share yang tinggi. Pada kondisi yang seperti itulah harga saham di pasar modal akan bergerak naik karena meningkatnya jumlah permintaan saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa earning per share memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan harga saham di pasar modal. 3) Return On Asset (ROA) Dari hasil perhitungan uji secara parsial variabel Return On Asset dengan menggunakan uji satu arah (1-tailed) diperoleh nilai t hitung sebesar (6,7) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai t hitung (6,7) > (1,667) nilai t tabel, atau karena nilai Sig. variabel Return On Asset lebih kecil dari 0,05, dan arah koefisien positif maka dapat disimpulkan Return On Asset berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Maka hipotesis ketiga diterima (Ha diterima dan H0 ditolak). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hadi Mastoni13, dan Akroman14 yang menyatakan bahwa secara parsial Return On Asset berpengaruh signifikan dan 13 Mastoni, Hasi. “Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, 2011) 14 Akroman. “Pengaruh Rasio Keuangan (ROA dan ROE) dan EVA terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di JII periode 2004-2006”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UIN Kalijaga Yogyakarta, 2010). 111 positif terhadap harga saham, yang berarti kenaikan atau penurunan nilai ROA akan berdampak pula pada kenaikan dan penurunan harga saham. Nilai ROA yang semakin tinggi akan memberikan kontribusi terhadap nilai harga saham yang semakin tinggi atau sebaliknya nilai ROA yang semakin rendah akan memberikan kontribusi terhadap nilai harga saham yang semakin rendah. Rasio keuangan, adalah salah satu rasio yang mempunyai peranan yang penting sehingga dapat digunakan investor untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam proses pengambilan keputusan membeli saham suatu emiten di Bursa Efek, ketika nilai ROA menunjukkan hasil yang baik, pada kondisi yang seperti itulah harga saham di pasar modal akan bergerak naik karena meningkatnya jumlah permintaan saham. 4) Ukuran Perusahaan (Firm Size) Dari hasil perhitungan uji secara parsial variabel Ukuran Perusahaan (Firm Size) dengan menggunakan uji satu arah (1-tailed) diperoleh nilai thitung sebesar (3,133) dengan nilai signifikansi sebesar 0,003. Karena nilai thitung (3,133) > (1,667) nilai ttabel, atau karena nilai Sig. variabel Ukuran Perusahaan (Firm Size) lebih kecil dari 0,05, dan arah koefisien positif maka dapat disimpulkan Ukuran Perusahaan (Firm Size) berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Maka hipotesis keempat diterima (Ha diterima dan H0 ditolak). 112 Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Hidayati15, Dena Aksinia16 yang menyatakan bahwa secara parsial Ukuran Perusahaan (Firm Size) berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Karena menurut Widjaja dalam Tamara Oca17, Ukuran Perusahaan (Firm Size) adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar memiliki total aktiva yang besar pula sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dan akhirnya saham tersebut mampu bertahan pada harga yang tinggi. Karena makin besar ukuran sebuah perusahaan (size) yang dapat dilihat dari besarnya total aset sebuah perusahaan maka harga saham perusahaan semakin tinggi, sedangkan jika ukuran perusahaan semakin kecil maka harga saham akan semakin rendah. Artinya para investor di pasar modal akan lebih tertarik kepada perusahaan yang memiliki total aset yang besar karena perusahaan besar lebih mudah memperoleh pinjaman karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga 15 Hidayati, Nur. “Analisis pengaruh Kinerja finansial dan firm size terhadap harga saham perusahaan LQ-45 2003-2005”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNS, 2009) 16 Aksinia, Dena. “Pengaruh ROE dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham Perbankan dimoderasi oleh variabel Harga Emas”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka, 2013). 17 Oca, Tamara. “Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan Industri di BEI”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2012) h.3 113 lebih tinggi sehingga harga pasar saham perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia akan meningkat. Semakin besar kekayaan suatu perusahaan maka semakin positif respon investor di pasar modal yang diindikasikan dengan meningkatnya harga pasar saham perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaan maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aktiva yang besar yang dapat dikelola guna menghasilkan laba sebesar-besarnya sehingga hal ini direspon secara positif oleh para investor di pasar modal. Pada kondisi yang seperti itulah harga saham di pasar modal akan bergerak naik karena respon positif menunjukkan adanya kenaikan jumlah permintaan saham. 3. Hasil Persamaan Regresi Tabel 4.9 Model Persamaan Regresi Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Beta Std. Error T Sig. -2.447 .017 -.447 -4.017 .000 .105 .555 8.354 .000 2.718 .406 .750 6.700 .000 1.796 .573 .474 3.133 .003 -12.887 5.267 EVA -.582 .145 EPS .875 ROA Size (Constant) 1 a a. Dependent Variable: HS Sumber : Output SPSS yang diolah 114 Pada tabel 4.9 Model Persamaan Regresi di atas, dapat dilihat persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = -12,887 + -0,582X1 + 0,875X2 + 2,718X3 + 1,796X4 Keterangan : Y = Harga Saham X1 = Economic Value added (EVA) X2 = Earning Per Share (EPS) X3 = Return On Asset (ROA) X4 = Ukuran Perusahaan (Size) Koefisien-koefisien persamaan regersi linier berganda diatas dapat diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar -12,887 menunjukkan bahwa jika variabel Economic Value added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan bernilai nol maka Harga saham adalah -12,887 kali. Dengan catatan, variabel lain dianggap konstan. Berdasarkan hasil persamaan regresi linier berganda diatas dapat diambil kesimpulan bahwa variabel dependen (harga saham) akan mengalami penurunan sebesar -12,887 tanpa dipengaruhi oleh semua variabel independen yang terdiri dari Economic Value added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan. Widyatmini mengemukakan18, bahwa salah satu instrument pasar modal yang paling 18 Widyatmini & Michael Valentino, “Pengaruh Pertambahan Ekonomis dan Analisis Fundamental Terhadap harga saham”. Artikel Ekonomi:Univ Gunadarma, ( 2009) h. 40 115 sering diperdagangkan adalah saham. Terutama saham yang bersifat menjual ke saham publik. Saham dari perusahaan yang menjual ke publik adalah saham yang diperjual-belikan pada khalayak umum (investor) pada suatu bursa saham. Bursa efek yang mengatur transaksi pembelian dan penjualan saham di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Seperti halnya harga barang pada pasar tradisional, harga saham yang diperdagangkan dipasar modal pun mengalami fluktuasi, harga saham yang diperdagangkan di pasar modal dapat naik ataupun turun dalam hitungan menit. Kenaikan ataupun penurunan harga saham dipengaruhi oleh seberapa kuat penawaran dan penjualan yang terjadi pada bursa terhadap saham tersebut. Harga saham akan naik jika semakin banyak investor yang ingin membeli saham tersebut, sebaliknya harga saham akan turun jika semakin banyak investor yang ingin menjual saham tersebut. Nilai koefisien variabel Economic Value added terhadap harga saham sebesar -0,582, menyatakan bahwa apabila variabel Economic Value added meningkat 1 satuan maka akan menurunkan Harga saham sebesar 0,582 kali. Dengan catatan variabel independen yang lain tetap (konstan). Nilai koefisien variabel Earning Per Share terhadap harga saham sebesar 0,875, menyatakan bahwa apabila setiap penambahan nilai Earning Per Share sedangkan variabel independen yang lain tetap, akan meningkatkan harga saham sebesar 0,875. 116 Nilai koefisien Return On Asset terhadap harga saham sebesar 2,718, artinya ketika Return On Asset naik 1 satuan sedangkan variabel independen yang lain tetap, maka harga saham akan naik 2,718 satuan. Nilai koefisien Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap harga saham sebesar 1,796, artinya ketika Ukuran Perusahaan (Firm Size) naik 1 satuan sedangkan variabel independen yang lain tetap, maka harga saham akan naik 1,796 satuan. 4. Koefisien Determinasi Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi b Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson Estimate 1 .908 a .824 .813 .62495 1.915 a. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA b. Dependent Variable: HS Sumber : Output SPSS yang diolah Pada data tabel hasil uji koefisien determinasi di atas dapat dilihat bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,813 atau 81,3%, yang berarti variabel terikat (harga saham) dapat dijelaskan variabel bebas (EVA, EPS, ROA, Ukuran Perusahaan) sebesar 81,3%, sedangkan sisanya sebesar 18,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. 117 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga saham seperti Resiko Sistematis (Beta) yang telah diteliti oleh Zulkifli Harahap 19. Sedangkan Wirawan20, mengemukakan bahwa inflasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham. Inflasi berkorelasi negatif dengan harga saham karena meningkatnya inflasi merupakan sinyal bahwa pendapatan pajak pemerintah akan menurun, tingkat peminjaman akan meningkat, dan dana yang dikeluarkan oleh pemerintah berkaitan dengan obligasinya juga akan meningkat. Tingginya ekspektasi inflasi dan tingkat risiko memegang rupiah juga biasanya dikendalikan dengan menaikkan bunga SBI. Bunga yang tinggi diperlukan agar masyarakat mau memegang rupiah dan tidak membelanjakannya untuk hal-hal yang tidak mendesak, melainkan lebih memilih menginvestasikan dananya pada deposito atau obligasi yang memberikan return berupa bunga yang lebih tinggi daripada saham. Apalagi risiko berinvestasi pada deposito dan obligasi jelas lebih kecil daripada risiko investasi dalam saham. Hal ini otomatis akan menurunkan harga saham. Kenaikan SBI juga dapat dilihat dari peningkatan bunga pinjaman untuk para debitur. Jika bunga untuk masyarakat yang menyimpan uang meningkat, jelas bunga pinjaman yang dikenakan untuk para debitur juga akan meningkat. Karena hampir semua perusahaan besar (termasuk yang listed di bursa) 19 Harahap, Zulkifli & Agusni Pasaribu. “Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis terhadap Perubahan Harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal MEPA: EKONOMI, Vol 2 No. 1 (Januari, 2007) 20 Wirawan, Saipul& Intan. “Analisis Faktor-faktor Internal dan Eksternal terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang listed di BEJ”. Jurnal Riset Akuntansi: AKSIOMA, Vol 5, No. 2 (Desember, 2006) 118 meminjam dana dari bank, otomatis mereka merasakan dampaknya juga. Hal ini menyebabkan laba bersih sekaligus dividen yang diberikan pada pemegang saham ikut menurun. Jika ini terjadi, maka kondisi fundamental perusahaan tersebut akan kurang menguntungkan. Dampaknya akan banyak investor yang melepas sahamnya, sehingga harga dan return saham menurun. D. Interpretasi Hasil Penelitian 1. Pengaruh Secara Simultan Berdasarkan perhitungan regresi diatas memperlihatkan bahwa variabel Economic Value added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi F (0,000) lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan jika investor atau calon investor ingin membeli saham emiten, investor harus mempertimbangkan nilai dari Economic Value added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size). Karena berdasarkan penelitian ini, keempat variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan. Selain itu, karena pendekatan fundamental biasa digunakan dalam menilai perusahaan. Pendekatan fundamental, terutama memperhatikan faktor-faktor yang pada umumnya berada diluar pasar modal yang akan mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Faktor fundamental 119 memberikan gambaran yang jelas dan bersifat analisis terhadap prestasi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Pengaruh Secara Parsial Hasil pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas yaitu Economic Value added, Earning Per Share, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 1. Economic Value added (EVA) Economic Value added (EVA) berdasarkan hasil uji t memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig < alpha 0,05, EVA memiliki koefisien ke arah negatif terhadap harga saham. Hal ini dapat dikatakan bahwa ketika EVA mengalami kenaikan maka akan berdampak pada penurunan harga saham. Hal ini dapat terjadi karena pada sampel yang diambil dalam penelitian ini, pada periode nya mengalami masalah politik, ekonomi, sosial yang tidak stabil sehingga terdapat resiko bisnis yang cukup tinggi dan menimbulkan ketidakpastian tingkat pengembalian dari investasi, sehingga para pelaku pasar dalam mengambil keputusan investasi kurang memperhatikan aspek fundamental. Dan dari sisi laporan keuangan juga dapat 120 berpengaruh, menurut Agus Harjito dan Rangga Aryayoga21, karena adanya kemungkinan praktek window dressing terhadap laporan keuangan tersebut agar kinerja perusahaan tampak lebih baik akibatnya investor kurang percaya karena informasi tersebut seringkali tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Serta karakteristik investor di Indonesia yang lebih mengaharapkan mendapat keuntungan yang cepat dalam jangka pendek sehingga investasi yang dilakukan nya bersifat spekulatif, serta pasar modal di Indonesia dalam hal ini BEI masi bersifat weak form efficient sehingga harga saham yang terbentuk bukan berdasarkan informasi yang sebenarnya tentang kondisi perusahaan tetapi lebih dipengaruhi oleh gerakan harga historis. Fenomena ketika nilai EVA turun dan harga saham meningkat ini terjadi pada contoh saham PT. Astra Argo Lestari Tbk dimana nilai EVA perusahaan tersebut mengalami penurunan, pada tahun 2008 sebesar 498.065.896.890 dan ditahun 2009 turun menjadi 180.082.585.529. Namun sebaliknya harga saham justru mengalami peningkatan dari harga semula Rp. 9.800 ditahun 2008, menjadi Rp. 22.750 ditahun 2009. Hal serupa terjadi pada saham PT. Kalbe Farma dan PT. Telekomunikasi Indonesia pada rentang tahun yang 21 Harjito, Agus dan Rangga Aryayoga. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia.” . Jurnal Ekonomi: FENOMENA, Vol. 7, No. 1. (Maret 2009) 121 sama. Dan sebaliknya, fenomena ketika nilai EVA naik dan harga saham menurun ini terjadi pada saham PT. Astra Argo Lestari Tbk dimana nilai EVA perusahaan tersebut sebesar 245.808.254.385 pada tahun 2010 mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar 346.520.466.714, namun sebaliknya harga saham perusahaan ini mengalami penurunan dari harga semula 26.200 pada tahun 2010 menjadi 21.700 ditahun berikutnya yaitu 2011. Hal serupa terjadi pada saham PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk pada rentang tahun yang sama. 2. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) berdasarkan hasil uji t memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig < alpha 0,05, EPS memiliki koefisien ke arah positif terhadap harga saham. Hal ini dapat dikatakan bahwa ketika EPS mengalami kenaikan maka akan menaikkan pula harga saham. Karena pada dasarnya seorang investor melakukan investasi dengan harapan akan memperoleh keuntungan atas modal yang telah diinvestasikannya. Mereka beranggapan bahwa besarnya nilai laba per lembar saham yang dibagikan oleh sebuah perusahaan merupakan suatu indikator keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Pola pemikiran tersebut akan 122 mendorong seorang investor untuk melakukan pembelian saham pada perusahaan yang memiliki nilai earning per share yang tinggi. Dalam kondisi seperti ini lah investor memilih perusahaan yang memiliki nilai EPS tinggi, sejak permintaan saham suatu perusahaan meningkat, maka harga saham pun mengalami peningkatan. Fenomena ini terjadi pada contoh saham PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk dimana nilai EPS perusahaan tersebut mengalami kenaikan yang selaras dengan kenaikan harga saham, seperti yang dapat dilihat pada histogram berikut: Gambar 4.10 Data Harga Saham dan Earning PerShare PT.Indocement Tunggal Perkasa Tbk 30,000 20,000 EPS 10,000 HS 0 2008 2009 Sumber: Data diolah 2010 EPS 2011 2012 123 Pada rentang tahun 2008 sampai 2012, harga saham PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk terus mengalami peningkatan bersamaan dengan peningkatan nilai EPS nya dari tahun ke tahun. Hal serupa terjadi pada saham PT. Semen Gresik Tbk dan PT. Unilever Indonesia pada rentang tahun yang sama. Dan sebaliknya, fenomena ketika nilai EPS turun dan harga saham pula menurun ini terjadi pada saham PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk dimana nilai EPS perusahaan tersebut sebesar 1.339 pada tahun 2011 mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi sebesar 1.261, dan hal yang sama pun terjadi pada perubahan harga saham perusahaan ini mengalami penurunan dari harga semula 17.350 pada tahun 2011 menjadi 15.000 ditahun berikutnya yaitu 2012. Hal serupa terjadi pada saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yang mengalami penurunan harga saham yang bersamaan dengan penurunan nilai EPS pula pada tahun 2010-2011. 3. Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) termasuk ke dalam rasio profitabilitas, menurut teori, ROA memiliki pengaruh positif terhadap harga saham, hal ini didukung berdasarkan hasil uji t memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig < alpha 0,05, ROA memiliki koefisien ke arah positif terhadap harga saham. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketika nilai 124 ROA mengalami kenaikan, maka akan menaikkan pula harga saham. Investor menyukai perusahaan yang memiliki nilai ROA yang cukup tinggi, hal ini dikarena kan ROA yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Rahmadhani22, ROA yang tinggi disebabkan karena perusahaan efektif mengelola aktivanya sehingga menghasilkan laba yang besar. Apabila laba yang diperoleh perusahaan besar, maka pendapatan yang akan diperoleh investor juga makin besar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba dapat dijadikan sebagai informasi bagi investor sebelum melakukan investasi di suatu perusahaan. Fenomena ini terjadi pada saham PT. Kalbe Farma Tbk dimana nilai ROA perusahaan tersebut mengalami kenaikan yang selaras dengan kenaikan harga saham. Nilai ROA yang semula ditahun 2008 senilai 12,4 mengalami pertumbuhan meningkat hingga 2012 berada diangka 18,7. Hal ini pun selaras dengan kenaikan yang terjadi pada harga saham perusahaan tersebut, pada tahun 2008 harga saham PT. Kalbe Farma Tbk seharga 80 rupiah terus mengalami peningkatan hingga 1.030 rupiah pada tahun 2012. 22 Safitri, Rahmadhani Nasution. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Saham pada sektor Telekomunikasi di BEI” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2009). H. 66 125 Dan sebaliknya, fenomena ketika nilai ROA turun dan harga saham pula menurun ini terjadi pada saham PT. Astra Argo Lestari Tbk dimana nilai ROA perusahaan tersebut senilai 23,6 pada tahun 2011 mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 19,4, dan harga saham perusahaan ini mengalami penurunan dari harga semula 21.700 pada tahun 2011 menjadi 19.100 ditahun berikutnya yaitu 2012. Hal serupa terjadi pada saham PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk yang mengalami penurunan harga saham yang bersamaan dengan penurunan nilai ROA pula pada tahun 20112012 dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 20102011. 4. Ukuran Perusahan (Firm Size) Ukuran Perusahan (Firm Size) berdasarkan hasil uji t memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig < alpha 0,05, Ukuran Perusahaan memiliki koefisien ke arah positif terhadap harga saham. Hal ini dapat dikatakan bahwa ketika Ukuran Perusahaan mengalami kenaikan maka akan menaikkan pula harga saham. Ukuran perusahaan dapat menjadi salah satu acuan investor dalam mengambil keputusan investasi terhadap suatu perusahaan. Umumnya, investor tertarik dengan perusahaan yang tergolong dalam perusahaan besar (Big Firm) karena perusahaan yang besar berarti memiliki total aset yang 126 besar pula. Asumsi nya perusahaan besar lebih mudah mendapatkan pinjaman karena jaminan dengan melihat total aset yang dimiliki nya pun menjanjikan dan terpercaya bagi Bank atau pemberi pinjaman. Dan dengan total aset yang besar pula mencerminkan manajemen perusahaan yang sangat baik dalam mengelola harta atau aset perusahaan tersebut. Fenomena ini terjadi pada saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dimana ukuran perusahaan tersebut mengalami kenaikan yang selaras dengan kenaikan harga saham. Ukuran perusahaan yang semula ditahun 2008 senilai 13,05 mengalami pertumbuhan yang terus meningkat hingga 2012 berada diangka 13,35. Hal ini pun selaras dengan kenaikan yang terjadi pada harga saham perusahaan tersebut, pada tahun 2008 harga saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk seharga 4.600 rupiah terus mengalami peningkatan hingga 22.650 rupiah pada tahun 2012. Peningkatan size perusahaan yang selaras dengan harga saham juga terjadi pada saham PT. Kalbe Farma Tbk pada rentang tahun yang sama. Dan sebaliknya, fenomena ketika nilai Size perusahaan turun dan harga saham pula menurun, terjadi pada saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dimana nilai Size perusahaan tersebut senilai 13,98 pada tahun 2009 mengalami penurunan pada 127 tahun 2010 menjadi 13,97, meski penurunan nilai size perusahaan tidak signifikan, namun harga saham perusahaan ini ternyata juga mengalami penurunan dari harga saham yang semula 1.890 pada tahun 2009 menjadi 1.590 ditahun berikutnya yaitu 2010. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil uji simultan (Uji F) yang dilakukan menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang terdiri dari economic value added, earning per share, return on asset dan ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada ɑ = 5%. 2. Hasil uji parsial (Uji T) yang dilakukan menunjukkan bahwa dari seluruh variabel bebas yang terdiri dari economic value added, earning per share, return on asset dan ukuran perusahaan (firm size). Yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham adalah earning per share, return on asset dan ukuran perusahaan (firm size). Sedangkan variabel economic value added berpengaruh signifikan dan negatif terhadap harga saham. 3. Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 81,3%. Yang berarti variabel bebas yang terdiri dari economic value added, 128 129 earning per share, return on asset dan ukuran perusahaan (firm size) mampu menjelaskan harga saham sebesar 81,3%, sedangkan sisanya sebesar 18,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya di luar model regresi seperti inflasi, tingkat risiko dari proyeksi laba, kebijakan dividen, SBI, serta kurs rupiah terhadap dollar. B. SARAN Berikut ini adalah beberapa saran dari penulis bagi para peneliti yang ingin melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini: 1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan faktor-faktor eksternal perusahaan seperti inflasi, kurs rupiah terhadap dollar, SBI dan lainnya sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Diluar dari faktor fundamental perusahaan. Sehingga kita dapat mengetahui faktor diluar fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham dan menambah pertimbangan investor agar semakin matang dalam mengambil keputusan berinvestasi. 2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lainnya dan tidak hanya dalam indeks Jakarta Islamic Index (JII) saja. Karena semakin banyak sampel dari populasi yang diambil akan meningkatkan kualitas penelitian beserta hasilnya. Dan bukan hanya meneliti indeks JII, tetapi indeks lainnya seperti, Kompas100, LQ 45, Bisnis-27, 130 PEFINDO25, Sri-Kehati dan lain-lain, ataupun dari IHSG secara keseluruhan agar lebih memperluas cakupan penelitian sehingga dapat meningkatkan akurasi dan pengetahuan. 3. Periode data yang digunakan pada penelitian ini adalah data per enam bulan atau semesteran tahun 2008-2012, bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah periode penelitian agar mendapatkan hasil yang lebih baik akurat dan representatif. DAFTAR PUSTAKA Akroman. Pengaruh Rasio Keuangan (ROA dan ROE) dan EVA terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di JII periode 2004-2006. Yogyakarta: UIN Kalijaga, 2010. Aksinia, Dena. Pengaruh ROE dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham Perbankan dimoderasi oleh variabel Harga Emas. Tangerang: Universitas Terbuka, 2013. Ananto. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan yang terdaftar di BEJ. Semarang; Skripsi Ekonomi-Akuntansi UNS, 2007. Arwiyanti, Niekie. Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga saham pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012. Bagoes, Ida dan Kasto. Metodologi penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989. Bukit, Br. Rina. Pengaruh Struktur Modal terhadap nilai perusahaan melalui Profitabilitas: Analisis Data Panel Perusahaan Manufaktur di BEI. (Sumatera Utara: Jurnal Keuangan dan Bisnis, 2012) Case, Karl dan Ray C. Fair. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. New Jersey: PT. INDEKS, 2003. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2006. Darmawi, Herman. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2006. Fahmi, Irham. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: ALFABETA, 2011. Farihah, Ipah dan Murdiyah Hayati. Analisis Economic Value Added dan Market Value Added. Jakarta: Jurnal Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009 Vol. 8 No. 1. Fatmawati, Nazula. Analisis Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham JII 2005-2007. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan penerbitan Universitas Diponegoro, 2005. 131 132 Harahap, Sofyan Syafri. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam. Jakarta; Pusaka Quantum, 2001. Harahap, Zulkifli & Agusni Pasaribu. “Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis terhadap Perubahan Harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. (Jurnal MEPA Ekonomi, Vol 2 No. 1, Januari, 2007) Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Hidayati, Nur. Analisis pengaruh Kinerja finansial dan firm size terhadap harga saham perusahaan LQ-45 2003-2005. Surakarta: UNS, 2009. Hilton, Ronald. Managerial Accounting, cet.2. (Singapore: Penerbit Singapore, Mc Graw-Hill, 2009. Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012. Liestiowati. “Menghitung EVA”. Artikel diakses pada 26 Mei 2014 dari http://akuntan-si.blogspot.com/2011/10/menghitung-eva-economic-valueadded.html. Mastoni, Hasi. Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2011. Matewally, Teori dan Praktik Ekonomi Islam. Jakarta: Bangkita Daya Insani, 1995. Muslich, Mohamad. Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan dan Kebijaksanaan. Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Oca, Tamara. Pengaruh DR, PER, EPS dan SIZE terhadap harga saham Perusahaan Industri di BEI. Malang: Universitas Brawijaya, 2012. Ramarti, Indrayuni. Analisis Pengaruh Rasio Nilai Pasar, Profitabilitas, Solvabilitas,dan Likuiditas terhadap harga saham LQ 45 tahun 2006-2010. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012. Ridwan, Alif. Pengaruh kinerja lingkungan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jakarta: Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. 133 Sawaldi. Pengaruh EVA dan rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah 2007-2010. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013. Sitanggang. Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013. Sucipto. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi. Sumatera: Universitas Sumatera Utara, 2003. Sukardi, David dan Kurniawan Indonanjaya. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk analisis saham. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. Yogyakarta: ANDI, 2011. Sutedi, Adrian. Pasar Modal Syariah. Jakarta; Sinar Grafika, 2011. Widyatmini & Michael Valentino. Pengaruh Pertambahan Ekonomis dan Analisis Fundamental Terhadap harga saham. Jakarta: Artikel Ekonomi Universitas Gunadarma, 2009. Wirawan, Saipul & Intan. Analisis Faktor-faktor Internal dan Eksternal terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang listed di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Aksioma, Vol 5, No. 2, Desember, 2006. Zulfa, Ingga. Pengaruh rentabilitas, Kecukupan modal, dan Ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI 2013. Padang: Universitas negeri padang, 2013. Website: http:/www.idx.co.id http://finance.yahoo.com/Historical+Prices. LAMPIRAN 1. Daftar Ceklis Konsistensi Saham Syariah di Jakarta Islamic Index tahun 2008-2012 No . 1 Kode AALI Nama Perusahaan Astra Lestari Argo 2008 √ √ 2009 √ √ 2010 √ √ 2011 √ √ 2012 √ √ 2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 3 ADRO Adaro Tbk 4 AKRA AKR Corporindo Tbk ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 5 PERIODE √ Energy √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk 7 ASII Astra International Tbk √ √ √ 134 √ √ √ √ √ √ 135 8 ASRI Alam Sutera Realty Tbk 9 BISI Bisi International Tbk √ 10 BKSL Sentul City Tbk √ 11 BMTR Global Mediacom Tbk √ 12 BORN Borneo Lumbung Energy&Metal Tbk 13 BNBR Bakrie & Brothers Tbk 14 BRPT Barito Pacific Tbk 15 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk 16 BTEL Bakrie Telecom Tbk √ 17 BUMI Bumi Resources Tbk √ 18 BWPT BW Plantation Tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 136 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada 20 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 21 CTRA Ciputra Development Tbk 19 22 CTRP √ √ √ Ciputra C Property Tbk 23 DEWA Darma Henwa Tbk 24 ELSA ELnusa Tbk 25 ELTY Bakrieland Development Tbk 26 ENRG Energy Mega Persada Tbk 27 FREN Mobile-8 Telecom tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 137 28 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk 29 HRUM Harum Energy Tbk 30 HITS Humpus Intermoda Transportasi tbk 31 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur tbk 32 IIKP Inti Agri Recources tbk INCO International Nickel Indonesia tbk 33 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 34 INDY Indika Energy tbk 35 INTP Indocement Tunggal Prakasa tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 138 36 ITMG Indo Tambangraya Megah tbk 37 JPFA Japfa Comfeed Indonesia tbk 38 KIJA Kawasan Mandiri Jababeka tbk √ √ 39 KLBF Kalbe Farma tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 40 KRAS Krakatau Steel tbk 41 LPKR Lippo Karawaci tbk √ 42 LSIP PP London Sumatera tbk √ 43 MIRA Mitra International Recources tbk 44 MNCN Media Nusantara Citra tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 139 45 MPPA Matahari Putra Prima tbk √ 46 PLIN Plasa Indonesia Realty tbk √ 47 PTBA Tambang Batu Bara Bukit Asam tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 48 RALS Ramayana Lestari Sentosa tbk 49 SGRO Sampoerna Agro tbk 50 SMAR SMART tbk 51 SMCB Holcim Indonesia tbk 52 SMGR Semen Gresik (Persero) tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 53 SMRA Sumarecon Agung tbk √ 140 54 TBLA Tunas Baru Lampung 55 TINS Timah (Persero) Tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ 56 TLKM Telekomunikas i Indonesia tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 57 TOTL Total Bangun Persada tbk 58 TRAM Trada Maritime tbk 59 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering tbk √ 60 TSPC Tempo Scan Pacific tbk √ 61 TURI Tunas Ridean tbk 62 UNSP Bakrie Sumatera Plantations tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 141 63 64 UNVR WIKA Unilever Indonesia tbk Wijaya Karya (Persero) tbk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Saham yang Konsisten di JII sepanjang tahun 2008-2012 2. Daftar Sampel Saham Syariah yang Konsisten di Jakarta Islamic Index 2008-2012 No Kode Nama Perusahaan 1 AALI Astra Argo Lestari Tbk 2 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk 3 KLBF Kalbe Farma Tbk 4 PTBA Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk 5 SMGR Semen Gresik Tbk 6 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 7 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber : http:/www.idx.co.id (data diolah) 142 3. Data Harga Saham Per-Semester Perusahaan JII 2008-2012 Periode 2008-S1 2008-S2 2009-S1 2009-S2 2010-S1 2010-S2 2011-S1 2011-S2 2012-S1 2012-S2 AALI 29,550 9,800 16,850 22,750 19,350 26,200 23,500 21,700 20,050 19,100 INTP 5,450 4,600 7,750 13,700 15,800 15,950 17,050 17,050 17,350 22,650 KLBF 170 80 202 260 420 650 675 680 755 1,030 PTBA 16,400 6,900 11,600 17,250 17,250 22,950 20,800 17,350 14,650 15,000 SMGR TLKM 4,000 1,460 4,175 1,380 4,900 1,500 7,550 1,890 8,750 1,540 9,450 1,590 9,600 1,470 11,450 1,410 11,300 1,630 15,700 1,790 UNVR 6,750 7,800 9,250 11,050 17,000 16,500 14,900 18,800 22,900 21,200 4. Data Economic Value Added Per-Semester Perusahaan JII 2008-2012 Periode 2008-S1 2008-S2 2009-S1 2009-S2 2010-S1 2010-S2 2011-S1 2011-S2 2012-S1 2012-S2 AALI INTP KLBF PTBA SMGR TLKM UNVR 437,551,055,484 19,080,582,618 99,824,917,533 91,214,797,059 179,513,640,758 3,336,526,836,577 762,737,957,352 498,065,896,890 223,420,090,317 187,000,568,385 352,803,964,648 492,255,166,061 5,385,993,049,074 1,140,737,728,208 132,428,225,312 120,798,937,742 66,265,365,873 305,367,374,353 391,718,076,405 2,899,481,654,368 866,657,941,217 180,082,585,529 340,890,827,086 119,527,872,134 419,713,331,458 563,765,086,853 3,557,002,631,722 1,390,544,442,823 112,358,434,760 231,651,567,239 138,401,318,195 85,018,804,833 387,332,826,439 2,626,299,856,658 1,088,966,112,972 245,808,254,385 274,572,226,081 173,988,466,570 197,083,677,036 572,399,987,901 2,570,540,490,802 1,663,797,343,259 220,095,544,100 219,017,841,714 130,960,822,106 300,292,624,729 412,629,266,054 1,309,478,109,488 1,341,206,971,553 346,520,466,714 279,734,207,522 265,915,956,376 431,953,635,618 574,304,154,815 2,713,156,705,763 2,522,773,932,728 227,583,522,478 297,755,882,068 206,133,446,618 178,552,442,691 468,711,626,191 2,853,884,526,811 1,601,882,571,959 491,641,135,665 481,543,596,107 312,919,733,175 349,365,822,544 887,171,937,369 3,527,204,556,562 3,012,257,922,729 143 5. Data Earning Per Share Per-Semester Perusahaan JII 2008-2012 Periode 2008-S1 2008-S2 2009-S1 2009-S2 2010-S1 2010-S2 2011-S1 2011-S2 2012-S1 2012-S2 AALI INTP KLBF PTBA 1,014 209 33 308 1,670 474 69 741 488 318 40 691 1,054 746 96 1,183 404 445 60 393 1,280 876 136 871 806 468 71 698 1,527 977 145 1,339 608 588 85 675 1,530 1,239 36 1,261 SMGR 191 425 257 566 273 612 316 661 355 816 TLKM UNVR 312 179 526 315 306 195 576 399 305 232 586 443 302 271 543 545 333 304 669 634 6. Data Return On Asset Per-Semester Perusahaan JII 2008-2012 Periode 2008-S1 2008-S2 2009-S1 2009-S2 2010-S1 2010-S2 2011-S1 2011-S2 2012-S1 2012-S2 AALI 49.2 40.4 20.5 21.9 16.4 22.9 26.2 23.6 16.9 19.4 INTP 14.3 15.5 20.8 20.7 22.7 21 20.2 19.8 20.8 20.9 KLBF 12.1 12.4 12 14.3 16.6 18.3 17.1 17.9 17.7 18.4 PTBA 32.2 28 45.1 33.8 23.5 23 29.7 26.8 27.8 22.8 SMGR 25.6 23.8 25.2 25.7 22.6 23.3 20.8 20 18.9 18.2 TLKM 14.7 11.6 12.8 11.6 12.1 11.6 11.9 10.6 12.7 11.5 UNVR 39.4 37 37.7 40.7 36.2 38.9 35.7 39.7 33.4 40.4 144 7. Data Ukuran Perusahaan (Firm Size) Per-Semester Perusahaan JII 20082012 Periode AALI INTP KLBF 12.7543449 PTBA SMGR TLKM UNVR 2008-S1 12.81284754 13.03141944 2008-S2 12.81423367 13.05256725 12.75616676 12.78581569 13.02542728 13.96026262 12.81322968 2009-S1 12.87670061 13.05165127 12.82420793 2009-S2 12.87917613 13.12307608 12.81173895 12.90733492 13.11231364 13.98927004 12.87419122 2010-S1 12.89058168 13.15913634 12.83734554 2010-S2 12.94407775 13.18599932 12.84710953 12.94065089 13.19209329 13.99894968 12.93958225 2011-S1 12.98645723 13.23287032 12.89734395 13.03482619 13.25618205 13.99927922 13.06430244 2011-S2 13.00879152 13.25890848 2012-S1 13.05395928 13.31862703 12.96099922 13.04822468 13.34787878 14.00662005 13.14408407 2012-S2 13.0941153 12.9177446 12.64453952 12.94935403 13.93367054 12.84153753 12.8489726 12.8887592 13.07887165 13.97391596 12.89962202 13.15837925 13.99585592 12.98987252 13.06096604 13.29361892 14.01306485 13.02045708 13.35707989 12.97395671 13.10479364 13.42454001 14.04676432 13.07863728 8. UJI NORMALITAS-HISTOGRAM 145 9. UJI NORMALITAS- KOMOLGROV SMIRNOV One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 70 N Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences 0E-7 .60656601 Absolute .066 Positive .052 Negative -.066 Kolmogorov-Smirnov Z .550 Asymp. Sig. (2-tailed) .922 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 10. UJI HETEROSKEDASTISITAS-SCATTERPLOT 146 11. UJI HETEROSKEDASTISITAS- RANK SPEARMAN Correlations ABRESID Spearman's rho ABRESID Correlation Coefficient .087 .155 . .993 .882 .472 .199 70 70 70 70 70 -.001 1.000 .190 .071 .993 . .116 .557 .000 70 70 70 70 70 * .231 N Correlation Coefficient 1.000 .286 .882 .116 . .016 .054 70 70 70 70 70 * 1.000 .087 .071 .286 Sig. (2-tailed) .472 .557 .016 . .000 70 70 70 70 70 Correlation Coefficient .155 ** .231 ** 1.000 Sig. (2-tailed) .199 .000 .054 .000 . 70 70 70 70 70 N .572 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 12. UJI AUTOKORELASI- DURBIN WATSON b Model Summary R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson Estimate 1 .908 a .824 a. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA b. Dependent Variable: HS .813 .62495 1.915 -.409 -.409 ** Correlation Coefficient N Model ** .190 N Size .572 -.018 Sig. (2-tailed) ROA Size -.018 Sig. (2-tailed) EPS ROA -.001 N Correlation Coefficient EPS 1.000 Sig. (2-tailed) EVA EVA 147 13. UJI AUTOKORELASI-RUN TEST Runs Test Unstandardized Residual a .00503 Test Value Cases < Test Value 35 Cases >= Test Value 35 Total Cases 70 Number of Runs 38 Z .482 Asymp. Sig. (2-tailed) .630 a. Median 14. UJI MULTIKOLINIERITAS C o e f f i c i e n t sa Collinearity Statistics Model Tolerance VIF (Constant) 1 EVA .2 1 9 4. 5 7 0 EPS .6 1 5 1. 6 2 7 ROA .2 1 6 4. 6 2 3 .1 1 9 8. 4 2 3 Size a. Dependent Variable: HS 148 15. UJI MULTIKOLINIERITAS-PAIR WISE Correlations HS Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N EVA EPS ROA Size 1.000 .013 .766 .655 -.185 EVA .013 1.000 .250 -.022 .715 EPS .766 .250 1.000 .313 .185 ROA .655 -.022 .313 1.000 -.588 Size -.185 .715 .185 -.588 1.000 . .457 .000 .000 .063 EVA .457 . .018 .427 .000 EPS .000 .018 . .004 .062 ROA .000 .427 .004 . .000 Size .063 .000 .062 .000 . HS 70 70 70 70 70 EVA 70 70 70 70 70 EPS 70 70 70 70 70 ROA 70 70 70 70 70 Size 70 70 70 70 70 HS HS 16. HASIL UJI F a ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total df Mean Square 118.524 4 29.631 25.387 65 .391 143.910 69 a. Dependent Variable: HS b. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA F Sig. 75.867 .000 b 149 17. HASIL UJI T C o e f f i c i e n t sa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 2. 8 8 7 -.5 8 2 5. 2 6 7 .1 4 5 -.4 4 7 EPS .8 7 5 .1 0 5 ROA 2. 7 1 8 Size 1. 7 9 6 Model (Constant) EVA 1 t Sig. .0 1 7 .5 5 5 2. 4 4 7 4. 0 1 7 8. 3 5 4 .4 0 6 .7 5 0 6. 7 0 0 .0 0 0 .5 7 3 .4 7 4 3. 1 3 3 .0 0 3 .0 0 0 .0 0 0 a. Dependent Variable: HS 18. Nilai Adjusted R Square b Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson Estimate 1 .908 a .824 a. Predictors: (Constant), Size, EPS, EVA, ROA b. Dependent Variable: HS .813 .62495 1.915