16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Perdagangan Internasional
Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan dan kendala
bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan
karena dengan adanya persaingan menyebabkan Indonesia harus meningkatkan
kualitas produk atau meningkatkan produktivitas agar produk Indonesia mampu
untuk memenangkan persaingan tersebut. Suatu negara yang kelebihan sumber
daya alam dan kekurangan sumber dana akan melakukan hubungan dengan negara
lain yang mempunyai kelebihan sumber dana dan kekurangan sumber daya alam,
dan sebaliknya (Rudy, 2008).
Sobri (2001:2) mengungkapkan bahwa perdagangan internasional adalah
transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek
ekonomi negara lain, baik mengenai barang-barang maupun jasa-jasa. Subyek
ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa,
pengusaha ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara
maupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan yang
menurut total ekspor dan impor suatu negara secara keseluruhan. Jadi,
perdagangan internasional dapat terjadi apabila suatu negara mengalami
kekurangan barang atau jasa dan negara yang lain memiliki kelebihan barang atau
jasa yang kemudian melakukan transaksi atas kehendak sukarela dari masingmasing pihak.
16
Menurut Boediono (1994:10) perdagangan internasional diartikan sebagai
proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing
pihak. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan
untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing dan
kemudian menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak. Pada
dasarnya pertukaran atau perdagangan timbul karena salah satu atau kedua belah
pihak melihat adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari
pertukaran tersebut (gains from trade). Perdagangan ini terjadi karena setiap
negara dengan mitra dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya
perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, penduduk, sumber daya manusia,
spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur
ekonomi, sosial politik, dan lain sebagainya. Dari perbedaan tersebut dan atas
dasar kebutuhan yang saling menguntungkan terjadi proses pertukaran, yang
dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional (Halwani, 2005:1).
Nopirin (1996:26) menyatakan perdagangan internasional antar dua negara
akan timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan
permintaan tersebut disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah
pendapatan, kebudayaan, selera, dan sebagainya. Dari segi penawaran, disebabkan
oleh perbedaan faktor produksi, baik kualitas, kuantitas maupun dalam hal
komposisi faktor produksi tersebut. Perbedaan faktor produksi akan membedakan
tingkat produktifitas tiap negara. Faktor harga juga menentukan adanya perbedaan
harga komparatif antar negara yang menyebabkan timbulnya arus perdagangan
internasional. Jadi, secara umum dapat didefinisikan bahwa perdagangan
internasional adalah kegiatan perdagangan yang mencakup ekspor dan impor yang
17
dilakukan oleh subyek ekonomi atas dasar sukarela yang disebabkan adanya
perbedaan permintaan dan penawaran.
Menurut Hamdy (2001:24) beberapa teori yang menjelaskan tentang
timbulnya perdagangan internasional adalah sebagai berikut :
1) Teori pra klasik (Merkantilisme)
Ide pokok merkantilisme adalah negara atau raja yang kaya atau makmur
dan kuat apabila ekspor lebih besar daripada impor (X > M). Surplus dari X-M
(ekspor netto) diselesaikan dengan pemasukan logam mulia terutama emas dan
perak dari luar negeri, karena pada waktu itu logam mulia dipakai sebagai alat
pembayaran.
Kebijakan perdagangan dilakukan oleh merkantilis dalam melaksanakan
ide pokok tersebut dengan cara melaksanakan ekspor sebesar-besarnya kecuali
logam mulia dan melarang atau membatasi impor dengan ketat kecuali logam
mulia
2) Teori klasik
a. Teori keunggulan mutlak Adam Smith
Pokok pikiran Adam Smith dalam teori perdagangan internasional adalah
bahwa setiap Negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional
(gain from trade) karena melakukan spesialisasi produk dan mengekspor
barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak dan mengimpor
barang bagi negara yang memiliki ketidakunggulan mutlak.
Kelemahan dari teori ini, bahwa perdagangan internasional akan terjadi
dan menguntungkan jika masing-masing negara memiliki keunggulan absolut
dari produk ekspornya. Apabila keunggulan absolut untuk produk yang
18
diperdagangkan dimiliki oleh dua negara, maka akan terjadi perdagangan
internasional yang saling menguntungkan.
b. Teori keunggulan komparatif David Ricardo
Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja yang
menyatakan, bahwa nilai suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam
kerja yang diperlukan untuk memproduksinya (Hamdy, 2001:32). Suatu
Negara akan mendapatkan manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang-barang dimana negara
tersebut dapat berproduksi lebih efisien.
Kelemahan dari teori ini adalah perdagangan internasional akan terjadi
karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja). Perbedaan ini
menimbulkan terjadinya perbedaan produktifitas dan efisiensi, akibatnya harga
menjadi berbeda. Jika fungsi faktor produksinya (efisiensi dan produktifitas)
sama, maka akan terjadi harga barang yang sama di kedua negara.
3) Teori modern: Teori Heckscher – Ohlin (Teori H – O)
Teori perdagangan selanjutnya dikembangkan oleh ahli ekonomi dari
Swedia, yaitu Eli Heckscher dan Bertil Ohlin yang terkenal dengan teori
Heckscher – Ohli. Teori yang lebih modern ini menyatakan bahwa terjadinya
perdagangan internasional disebabkan karena adanya perbedaan relatif faktorfaktor pemberian alam dan intensitas penggunaan faktor produksi.
H – O menyatakan bahwa, setiap negara akan mengekspor barang yang
diproduksinya menggunakan faktor produksi yang persediaannya melimpah
dan murah secara intensif serta mengimpor barang yang produksinya
19
menggunakan faktor produksi yang persediaannya langka dan mahal secara
intensif (Hamdy, 2001:39)
2.1.2 Konsep Ekspor
Menurut djauir ahsjar dan amirulla (2002:1) ekspor merupakan kegiatan
perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean
suatu negara dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Didalam ekonomi
terbuka dua variabel perlu ditambahkan, yakni ekspor (X) serta impor (M) barang
dan jasa. Karena ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual/dipakai oleh
penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan
seperti halnya investasi. Ekspor bersih yakni (X-M) adalah jembatan yang
menghubungkan antara pendapatan nasional dengan transaksi internasional
(Nopirin, 1995:240).
Menurut keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
182/MPP/KEP/4/1998 menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan
barang dan jasa dari daerah pabean (wilayah darat perairan dan udara sesuai zona
atau batas negara) suatu negara. Ekspor terjadi terutama karena kebutuhan akan
barang dan jasa suatu negara bisa kompetitif, baik harga maupun mutu dengan
produksi sejenis di pasar internasional. Ekspor dengan sendirinya memberikan
pemasukan devisa bagi negara bersangkutan yang nantinya dipergunakan untuk
membiayai kebutuhan impor maupun pembangunan dalam negeri. Secara global
tata cara perdagangan luar negeri tidak berbeda dengan perdagangan dalam
negeri, hanya dalam perdagangan luar negeri agak lebih sulit yang disebabkan
banyak hal seperti jauhnya jarak, bahasa, mata uang, hokum, politik dan masih
banyak lagi yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
20
Menurut Amir M.S (2003:100), kegiatan ekspor diartikan dengan
pengeluaran barang-barang dari peredaran masyarakat dan mengirimkan keluar
negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam
bentuk valuta asing. Amir M.S (2003:1), juga menjelaskan ekspor sebagai upaya
melakukan penjualan komoditi yang dimiliki kepada bangsa lain atau negara asing
dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing.
Menurut Hutabarat (1995:307), pelaksanaan kegiatan ekspor setiap negara
memiliki peraturan yang berbeda-beda yang dilengkapi dengan ketentuan serta
prosedur pelaksanaan transaksi khususnya yang disesuaikan dengan kondisi dalam
negeri.
Ekspor suatu negara adalah impor negara lain. Dengan harga dianggap
tetap, ekspor tergantung dari pendapatan luar negeri bukan pendapatan nasional
negara tersebut. Oleh karena itu dalam diagram ekspor pendapatan nasional,
fungsi ekspor digambarkan sebagian garis lurus horizontal. Artinya, ekspor tidak
tergantung pada pendapatan nasional. Berapapun besarnya pendapatan nasional,
ekspor tetap. Ini berarti pendapatan nasional tidak mempengaruhi ekspor. Tetapi
sebaliknya, seperti halnya investasi, ekspor mempengaruhi pendapatan nasional.
(Nopirin, 1995:240).
21
Menurut Amir M.S. prosedur ekspor secara umum dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Prosedur Ekspor Secara Umum.
IMPORTIR
4 BUYER
(B)
BANK LUAR
NEGERI (I)
BANK LUAR NEGERI
DALAM NEGERI
PRODUSEN
(C)
PALAYANAN
(D)
(A)
EKSPORTIR
SELLER
INSTANSI
EKSPOR (E)
BANK DALAM
NEGERI (H)
ASURANSI
(F)
KEDUTAAN
ASING (G)
Keterangan :
1) Eksportir menerima order (pesanan) dari langganan di luar negeri (BA),
2) BANK memberitahukan telah dibukanya suatu L/C untuk dan atas
nama Eksportir (H-A)
3) Eksportir menempatkan pesanan kepada LEVERANSIR/-MAKER
PEMILIK BARANG/PRODUSEN (A-C)
4) Eksportir menyelenggarakan pengepakan barang khusus untuk
diekspor (sea-worthy packing) (A)
5) Eksportir memesan ruang kapal (Booking) dan mengeluarkan Shipping
Order pada Maskapai Pelayaran (A-D)
6) Eksportir menyelesaikan semua formulir ekspor dengan semua instansi
ekspor yang berwenang (A-E)
7) Eksportir menyelenggarakan pemuatan barang ke atas kapal, dengan
atau tanpa mempergunakan perusahaan ekspedisi (A-D)
22
8) Eksportir mengurus Bill of Landing dengan Maskapai Pelayaran (A-D)
9) Eksportir menutup asuransi laut dengan Maskapai asuransi (A-F)
10) Menyiapkan faktur dan dokumen-dokumen pengapalan lainnya (A)
11) Mengurus Consular-Invoice dengan Trade Counsellor Kedutaan
Negara Importir (A-G)
12) Menarik wesel kepada importir dan menerima hasilnya dari
negotiation bank (A-H)
13) Negotiation bank mengirimkan shipping-documents kepada
principalsnya di negara importir (H-I)
14) Eksportir mengirimkan shipping-advice dan copy shipping-documents
kepada importir (A-B),
Skema di atas menggambarkan prosedur yang pada umumnya harus
dilaksanakan oleh eksportir dalam menyelesaikan suatu transaksi ekspor.
Sekarang dari pihak pembeli atau importir dapat pula dikemukakan jalan yang
harus ditempuhnya dalam melakukan pembelian barang dari luar negeri, yang
dimulai dari menempatkan pesanan dan diakhiri dengan dilakukannya
pembayaran
2.1.3. Konsep Daya Saing
Menurut Tambunan (2001:92), daya saing merupakan kemampuan suatu
komoditi untuk dapat masuk ke suatu pasar dan dapat bertahan dipasar tersebut,
atau jika produk tersebut memiliki daya saing maka produk tersebut diminati oleh
konsumen. Faktor utama yang menjadi pendorong daya saing adalah faktor
keunggulan komparatif dan faktor keunggulan kompetitif. Suatu komoditi akan
menguasai pangsa pasar dunia jika suatu negara memiliki keunggulan absolut atau
alamiah. Dimana komoditi tersebut hanya terdapat di negara bersangkutan. Untuk
dapat bersaing di pasar dunia maka komoditi tersebut tidak boleh hanya memiliki
keunggulan absolut saja melainkan juga memiliki keunggulan kompetitif.
Keunggulan kompetitif merupakan keunggulan yang dapat dikembangkan
sehingga sangat dibutuhkan bagi suatu komoditi.
23
Amir (1992:17), menjelaskan bahwa daya saing ekspor dapat ditingkatkan
dengan cara:
1. Melakukan evaluasi dan perbaikan dari semua faktor daya saing secara
berkesinambungan baik faktor langsung maupun faktor tidak langsung.
2. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi sendiri, disamping
intensifikasi alih teknologi dan membeli teknologi, mekngeksploitasi
keunggulan-keunggulan nasional dan menggunakan teknologi ciptaan sendiri.
Hamdy
(2001:54-56),
menjelaskan
bahwa
penentuan
keunggulan
komparatif pola perdagangan suatu negara bermula pada harga suatu produk yang
merupakan refleksi dari teknologi yang digunakan dengan permintaan dan
penawaran faktor-faktor produksi. Menurut Michael Potter dan Tambunan
(2001:48-50), ada beberapa faktor yang harus dimiliki dan keunggulan
komparatifnya adalah terutama teknologi, tingkat entrepreneurship yang tinggi,
tingkat efisiensi atau produktivitas yang tinggi dalam proses produksi, kualitas
tinggi dari barang yang diproduksi, promosi yang meluas dan agresif, pelayanan
purna jual yang memuaskan, tenaga kerja terdidik dan terampil, etos kerja,
kreativitas dan motivasi yang tinggi. Skala ekonomis, inovasi diferensiasi produk,
modal serta sarana dan prasarana yang memadai, jaringan distribusi di dalam dan
di luar negeri yang baik, serta keteraturan dan terencananya proses produksi yang
dilakukan dengan system just-in-time (JIT). Lebih lanjut menurut potter
(Tambunan, 2001:49-50), keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh
empat determinan utama sebagai berikut:
24
1) Kondisi Sumber Daya
Adalah sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara dan terdiri atas lima
kategori yakni, sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya ilmu
pengetahuan dan teknologi, sumber daya capital, sumber daya infrastruktur
2) Permintaan di pasar domestik
Faktor ini dapat dirinci menjadi komposisi pasar domestik, ukuran dan
pertumbuhan pasar domestic, pertumbuhan pasar domestic yang cepat dan
trend permintaan di kancah internasional
3) Struktur industri dalam negeri yang kuat, terutama industry terkait dan
industry pendukung. Faktor ini diperlukan untuk menjaga memelihara
keunggulan daya saing, terjadi melalui kontak dan koordinasi yang baik
dengan pemasok dan keterkaitan produksi antar industry, serta spesialisasi
berdasarkan distribusi kerja internasional
4) Struktur pasar dengan persaingan bebas sepenuhnya
Meliputi strategi perusahaan, struktur organisasi dan modal perusahaan, serta
kondisi persaingan, dimana kondisi persaingan yang berat biasanya justru
mendorong perusahaan untuk melakukan pengembangan produk dan
teknologi,
peningkatan produktivitas,
efisiensi dan efektivitas,
serta
peningkatan kualitas produk dan pelayanan.
2.1.4. Konsep Produksi
Dalam menyelenggarakan usaha perkebunan, setiap petani akan berusaha
dengan hasil produksi atau hasil perkebunannya mengalami kenaikan. Berbagai
upaya dilakukan oleh petani untuk dapat mencapai keberhasilan panen, bagi
petani panen berhasil maka selain kebutuhan keluarga dapat terpenuhi,
25
kelebihannya bisa dijual dengan harga yang tinggi apabila kualitasnya telah
memenuhi standar, sambil menunggu musim panen yang akan datang.
Dalam kegiatan ekonomi, setiap perusahaan atau usaha lainnya tidak akan
lepas dari proses produksi, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak aka
ada barang atau jasa yang dihasilkan. Oleh karena itulah proses produksi
memegang peranan penting dalam perekonomian. Menurut Adiningsih (1993:3)
produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai
barang tersebut bertambah. Dari penjelasan di atas maka dapat diartikan bahwa
input terdiri dari bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dan output
adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Produksi juga
dapat diartikan sebagai kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat atau
penciptaan falsafah baru (Ahyani, 1924:6). Input dapat dikategorikan menjadi dua
kategori yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap misalnya : tanah, gedung
dan lainnya, sedangkan input variabel adalah input yang dapat diubah jumlahnya
dalam jangka pendek (Suryawati, 1957). Mubyarto (1989:69), menyatakan bahwa
produksi pertanian adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya
beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal, tenaga kerja, dan tanah.
Sedangkan menurut Prayitno dan Arsyad (1989:19), ada empat sumber daya yang
merupakan faktor produksi penting dalam usaha tani, yaitu :
1) Tanah, meliputi kuantitas (luas) dan kualitas
2) Tenaga kerja, meliputi kuantitas (jumlah) dan kualitas
3) Modal, meliputi modal tetap dan modal tenaga kerja untuk pembelian input
4) Keterampilan menjadi petani
26
Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus (1986:183), yang
dimaksud dengan fungsi produksi adalah fungsi matematis yang menyatakan
berapa jumlah suatu masukan dalam unit tertentu. Produksi dibedakan menjadi
tiga yaitu produksi total (total production) adalah banyaknya produksi yang
dihasilkan dari penggunaan total factor produksi, produksi marginal (marginal
product) adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit
faktor produksi, dan produksi rata-rata (average product) adalah rata-rata output
yang dihasilkan per unit faktor produksi (Rahardja, 2001:136).
2.1.5. Hubungan Antara Produksi dengan Ekspor
Perlu diketahui setiap kenaikan produksi haruslah disertai dengan adanya
peningkatan luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan investasi pemerintah atau
pengembangan pembangunan pemerintah pada sektor ini. Jika produksi
meningkat maka volume ekspor juga akan meningkat dimana dengan peningkatan
produksi maka akan mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri dan
sebagian dari produksi tersebut dapat diekspor. Semakin banyak jumlah produksi
maka semakin banyak pula jumlah ekspornya. Peningkatan ekspor ini akan
menyebabkan pendapatan negara berupa mata uang asing (devisa) menjadi
meningkat juga. Hal ini akan dikembalikan ke dalam faktor pendukungnya seperti
ijin pengembangan lahan-lahan produktif akan lebih mudah, peningkatan sumber
daya manusia yang dibiayai oleh pemerintah mengingat teh sangat prospektif serta
dibutuhkan di mancanegara dan juga pemerintah akan membangun fasilitas
pendukung sektor perkebunan khususnya perkebunan teh. Jadi, antara jumlah
produksi dengan ekspor memiliki hubungan yang positif.
27
2.1.6. Konsep Harga
Menurut Sukirno (1996:86), hukum penawaran adalah suatu pernyataan
yang menjelaskan sifat perakitan di antara sesuatu barang dan jumlah barang
tersebut yang ditawarkan para penjual. Di dalam hukum penawaran ini dinyatakan
bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya
tinggi, dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut
apabila harganya rendah. Sukirno (2001:78), juga menyebutkan bahwa dengan
menggabungkan permintaan pembeli dan penawaran penjual inilah yang dapat
menetapkan harga keseimbangan atau harga pasar dan jumlah barang yang akan
diperjualbelikan.
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan semakin tinggi harga
sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan
oleh para penjual, sebaliknya semakin rendah harga sesuatu barang, semakin
sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh para penjual. Sampai dimana
keinginan para penjual menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
1) Harga barang itu sendiri
2) Harga barang-barang lain
3) Ongkos produksi, yaitu biaya untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan
bahan mentah
4) Tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut
5) Tingkat teknologi yang digunakan
Waluyo (1995:75), menyebutkan bahwa harga barang ekspor ditentukan
berdasarkan tujuan, yaitu :
28
1) Memaksimalkan efisiensi ekonomi
Dalam hal ini produsen bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal yaitu harga yang sama dengan marginal cost
2) Mendistribusikan pendapatan
Harga yang ditentukan dalam hal untuk menyebarluaskan produksi luar
negeri. Dengan demikian penentuan harga sedemikian rupa agar semua
lapisan pembeli dapat memperoleh barang yang dibutuhkan. Kebijaksanaan
seperti itu memerlukan suatu diskriminasi harga dan diferensiasi produk.
3) Memperoleh permintaan
Tujuan untuk membatasi hasil produksi yang langka, maka sejumlah pembeli
tentu dikeluarkan dengan cara harga yang ditentukan hanya dapat dijangkau
oleh pembeli golongan atas.
2.1.7 Hubungan Harga dengan Ekspor
Teori penawaran adalah suatu teori yang menyatakan suatu hubungan
antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan. Dimana dalam teori
penawaran dinyatakan bahwa “semakin tinggi harga suatu barang, maka makin
banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu
barang, maka makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan” (Sukirno, 1996:86).
Dalam perdagangan internasional, volume ekspor menggambarkan jumlah barang
yang ditawarkan. Sehingga semakin tinggi harga ekspor suatu barang, maka
volume ekspor untuk barang tersebut akan semakin tinggi, demikian sebaliknya
semakin rendah harga ekspor suatu barang maka semakin sedikit volume ekspor
dari barang tersebut. Jadi, antara harga ekspor suatu barang dengan volume ekspor
barang tersebut terdapat suatu hubungan yang positif.
29
2.1.8 Konsep Kurs Valuta Asing
Perdagangan internasional menimbulkan kebutuhan akan mata uang asing
karena perdagangan ini melibatkan orang-orang yang berbeda negaranya. Oleh
karena itu, muncullah kebutuhan akan mata uang asing. Mata uang asing tersebut
juga disebut valuta asing (valas). Apabila sesuatu barang ditukar dengan barang
lain, tentu dalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antar keduanya. Demikian
pula pertukaran antar dua mata uang berbeda, makan akan terdapat perbandingan
nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan inilah yang sering
disebut dengan kurs (exchange rate). Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena
beberapa hal :
1) Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing/bank
2) Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayaran
3) Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran
Pasar valuta asing tidaklah hanya menyangkut kurs/harga valuta asing saja,
tetapi juga pihak-pihak yang melakukan transaksi. Pihak-pihak ini antara lain :
eksportir-importir, bank, pedagang, perantara dan bank sentral. (Nopirin, 1999).
Pertukaran valuta asing adalah suatu kegiatan memperdagangkan mata uang dari
negara-negara yang berbeda. Sebagian besar dari harta yang diperdagangkan di
pasar valuta asing adalah giro di bank-bank utama, yang diperdagangkan antar
bank sendiri. Sementara lainnya merupakan bagian kecil saja yang terdiri dari
uang logam dan uang kertas biasa. (Peter H Lindert dan Charles P. Kindeleberger,
1990).
30
2.1.9 Hubungan Kurs Dollar dengan Ekspor
Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang
akan mengakibatkan perubahan atas ekspor maupun impor (Sukirno, 2003:319)
menyatakan bahwa jika kurs mata rupiah mengalami depresiasi yaitu nilai mata
uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya
(kurs dollar AS) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung
menurun. Dimana peningkatan-peningkatan kurs dollar maka konsumen di luar
negeri memiliki kemampuan membeli lebih banyak. Jadi kurs valuta asing
memiliki hubungan yang searah dengan ekspor
2.1.10 Teori Luas Lahan
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki kontribusi besar
terhadap hasil pertanian. Besar kecilnya produksi dipengaruhi oleh luas sempitnya
lahan yang digunakan. Apabila luas lahan semakin luas maka produksi akan
semakin tinggi, sehingga ekspor akan semakin tinggi pula. Jadi hubungan luas
lahan dengan ekspor adalah positif.
2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan, pokok permasalahan, kajian pustaka, dan hasil penelitian
terdahulu dapat dirumuskan rumusan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga, harga, produksi, luas lahan dan kurs dollar amerika serikat secara
simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor Teh
Indonesia 2000-2012.
2. Diduga, harga, produksi, luas lahan dan kurs dollar amerika serikat secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor Teh
Indonesia 2000-2012.
31
Download