i ii iii Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan KONSERVASI PERAIRAN UNTUK Pariwisata Alam Perairan KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 10, Jakarta 10110 Telp/Fax : (021) 3522045 © 2010 iv 1 Pengantar Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan KONSERVASI PERAIRAN UNTUK Pariwisata Alam Perairan Salah satu upaya meminimalkan penurunan keanekaragaman hayati perairan dan agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan adalah dengan cara menyisihkan lokasi-lokasi yang memiliki potensi keanekaragaman jenis biota, gejala alam dan keunikan menjadi kawasan konservasi perairan (KKP). Mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.02/Men/2009, penetapan kawasan konservasi perairan dilaksanakan dengan tujuan: a) melindungi dan melestarikan sumber daya ikan serta tipe-tipe ekosistem penting di perairan untuk menjamin keberlanjutan fungsi ekologisnya; b) mewujudkan pemanfaatan sumber daya ikan dan ekosistemnya serta jasa lingkungannya secara berkelanjutan; c) melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya ikan di dalam dan/atau di sekitar kawasan konservasi perairan; dan d) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi perairan. PENGARAH : Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan PENANGGUNG JAWAB : Drs. Riyanto Basuki, M.Si PENYUSUN : Suraji, SP, M.Si Ir. Ikram Sangaji, M.Si Tjahyo Tri Hartono, S,Hut.,M.Si Drs. Kusnadi, MA Dr. Ir. Etty Riani, MS Ir. Pingkan Roeroe, M.Si Sri Rahayu, S.Pi, M.Si Yusra, S.Si, M.Si Leny Dwihastuty, S.Pi A. Darwis, S.Sos Muschan Ashari, S.Hut Ahmad Sofiullah, S.Pi Diterbitkan Oleh : Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan ISBN 978-602-98450-3-7 Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 10, Jakarta Pusat 10110 Telp/fax. (021) 3522045 www.kkp.go.id © 2010 Keberhasilan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan tidak bisa hanya dilihat dari kemampuan melindungi sumberdaya alam hayati yang ada di dalamnya. Lebih dari itu, KKP pun harus mampu memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Pariwisata di KKP dapat menjadi salah satu faktor kunci dalam mendukung konservasi sumberdaya alam dan budaya. Dalam pengembangan pariwisata terdapat dua konsep pendekatan yaitu pembangunan pariwisata secara masal (mass tourism) dan pariwisata secara berkelanjutan (sustainable tourism). Pendekatan pariwisata secara berkelanjutan adalah yang paling sesuai dikembangkan di dalam kawasan konservasi perairan, konsep ini muncul sebagai respon atas dampak negatif pembangunan pariwisata yang menggunakan konsep pariwisata masal terhadap lingkungan fisik dan sosial. Pengembangan pariwisata di KKP dapat memberikan manfaat positif maupun dampak negatif, manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan wisata seperti: peningkatan dana bagi kawasan, tersedianya kesempatan kerja bagi penduduk lokal, pendidikan lingkungan bagi pengunjung. Adapun dampak negatif yang mungkin timbul adalah penurunan kualitas lingkungan, guncangan dan ketidakberimbangan dampak ekonomi dan perubahan sosial budaya masyarakat sekitar. Apabila masyarakat dapat merasakan manfaat keberadaaan KKP melalui peningkatan pendapatan dari pariwisata maka hal ini akan mendorong masyarakat untuk berperan serta mendukung keberadaan KKP dan tidak melakukan tekanan yang dapat yang dapat merusak kelestarian KKP, sehingga dalam pengembangan wisata perlu melibatkan masyarakat lokal guna peningkatan ekonomi masyarakat. Manfaat pariwisata yang lain adalah terhadap pengunjung dimana dengan mengunjungi KKP pengetahuan wisatawan tentang lingkungan akan meningkat. Buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengelola kawasan konservasi perairan dalam pengembangan pariwisata alam perairan. Pedoman ini berisi uraian mengenai pengertian konservasi ekosistem perairan, kategori dan model pariwisata alam perairan yang bisa dilakukan dalam kawasan konservasi perairan pada zona pemanfaatan dan zona perikanan berkelanjutan, dan prosedur perizinannya, serta sanksi yang dapat diberikan kepada pengguna jasa wisata alam perairan jika melanggar ketentuan yang berlaku. Akhir kata saya ucapkan puji syukur atas atas penerbitan buku pedoman ini. Apresiasi dan penghargaan saya sampaikan kepada tim penyusun yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan buku ini serta kepada semua pihak yang telah membantu memperkaya materi hingga selesainya buku pedoman ini. Semoga bermanfaat. Jakarta, 2010 Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ir. Agus Dermawan, M.Si 2 3 Daftar Isi KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................ 3 DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... 5 Bab I. Pendahuluan............................................................................................................................................. 7 1.1.Latar Belakang........................................................................................................................................... 7 1.2.Tujuan..................................................................................................................................................... 9 1.3.Sasaran..................................................................................................................................................... 9 1.4.Ruang Lingkup.......................................................................................................................................... 9 Bab II. Landasan Hukum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan...................................................................................................................... 11 Bab III. Konsepsi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan......................................................................................................................................... 13 3.1Sumber Daya Ikan dan Konservasi Sumber Daya Ikan ........................................................................... 13 3.2Kawasan Konservasi Perairan dan Sistem Pengelolaannya..................................................................... 14 3.3Pariwisata Alam Perairan dan Ekowisata Berbasis Masyarakat . ............................................................. 17 3.4Kegiatan dan Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan ............................................................................................................................... 18 1.Pengertian dan Jenis Kegiatan Pariwisata Alam Perairan . ............................................................... 18 2.Pengertian dan Jenis Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan ......................................................... 18 3.5Lokasi Kegiatan dan Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan ............................................................................................................................ 20 3.6Pola Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan................................... 20 Bab IV. Perizinan Pariwisata Alam Perairan...................................................................................................... 23 4.1.Prasyarat Perizinan Kegiatan dan Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan ............................................................................................................. 25 4.2.Perizinan Kegiatan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan................................... 25 4.3.Perizinan Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan . ............................................................................................................................................. 25 1.Permohonan Izin ............................................................................................................................. 25 2.Persyaratan Permohonan Izin .......................................................................................................... 25 3.Tata Cara Permohonan Izin .............................................................................................................. 26 4.Masa Berlaku Izin dan Pencabutan Izin . .......................................................................................... 26 4.4.Pelaporan................................................................................................................................................ 26 Bab V. Penutup................................................................................................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................................. 30 LAMPIRAN ................................................................................................................................................... 31 4 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakikatnya, kebijakan penetapan sebuah wilayah perairan menjadi kawasan konservasi perairan merupakan kebijakan yang merubah perilaku para pihak yang berkepentingan dengan pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah perairan tersebut selama ini. Melalui kebijakan tersebut, pola pemanfaatan sumber daya ikan yang berjalan pada kawasan konservasi perairan diharapkan dapat berubah menjadi suatu pola pemanfaatan sumber daya ikan yang lebih dapat menjamin terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan menjadi aras kebijakan pembangunan yang tidak lagi bisa ditunda. Dengan bertambahnya populasi manusia dan meningkatnya ancaman kerusakan alamiah akibat pemanasan global menjadikan fungsi ekologis dan sosial ekonomi berbagai wilayah perairan semakin rentan. Fenomena ini nampak jelas dengan semakin meningkatnya aktivitas penangkapan ikan dan aktivitas ekonomi lainnya tidak lagi dapat mendatangkan hasil yang semakin bermanfaat bagi manusia (fenomena diminishing return). Bahkan, pencapaian kesejahteraan manusia semakin jauh dari yang diharapkan akibat menurunnya produktivitas wilayah perairan karena pemanfaatannya yang ekstraktif telah melebihi daya dukung lingkungan yang dimiliki wilayah perairan tersebut. Pada dimensi pembangunan yang lain, yaitu pada pemanfaatan sumberdaya kelautan, diperkirakan 25-30% devisa pariwisata sebesar USD 6,3 milyar bersumber dari pariwisata bahari (BPS 2009; Grahawisri1 2009). Perhitungan tersebut diperoleh dari jumlah kunjungan wisata ke daerah-daerah tujuan wisata bahari atau daerah pantai dan/atau perairan laut yang memiliki obyek tujuan wisata berupa keindahan maupun keunikan alam (Gahawisri 2009). Dengan pengembangan industri pariwisata yang konsisten, Gabungan Pengusaha Pariwisata Bahari (Gahawisri) memperkirakan dalam 10 tahun kedepan, kontribusi wisata bahari terhadap devisa negara dari sumberdaya kelautan tersebut dapat meningkat hingga 50% (Gahawisri 2009). Pihak lain juga menyatakan kontribusi peran sektor pariwisata nasional terhadap pembangunan nasional pada masa mendatang akan menggeser peran sektor migas selama ini (Yoeti, 2008: 12-14). 1 6 Gabungan Pengusaha Pariwisata Bahari (Gahawisri) adalah sebuah organisasi pengusaha di bidang operator kapal, operator selam, operator selancar, developer dan semua manors usaha wisata bahari yang beroperasi di Republik Indonesia. 7 Estimasi tersebut didasarkan pada fakta bahwa Indonesia mempunyai daerah-daerah tujuan wisata bahari unggulan yang terbentang dari Indonesia bagian barat sampai ke Indonesia bagian timur. Daerah-daerah tujuan wisata bahari yang dimaksud utamanya berada pada kawasan-kawasan konservasi perairan. Hal ini disebabkan kawasan konservasi perairan pada umumnya memiliki karakter alamiah yang unik yang merupakan obyek tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Pariwisata sebagai suatu kegiatan ekonomi tidak bisa dipandang sebagai usaha nonproduktif karena pariwisata saat ini menjadi industri yang dapat dikembangkan sebagai salah satu alternatif mata pencaharian masyarakat yang ada di sekitar kawasan konservasi dan dapat dikategorikan sebagai industri yang ramah lingkungan dan memiliki manfaat rekreasi dan edukatif untuk pengelola, wisatawan, dan juga masyarakat di sekitarnya. Di negara-negara tetangga, seperti Thailand dan Filipina, pariwisata dijadikan sebagai sarana untuk menanggulangi kemiskinan penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor pembangunan yang fungsional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Damanik 2005). Oleh karena itu, peran masyarakat lokal di kawasan wisata menjadi penting dan sebagai pemain kunci dalam menyukseskan kegiatan pariwisata. Pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan harus melibakan mereka dalam kegiatan perencanaan, implementasi, dan monitoring evaluasi kepariwisataan (Damanik dan Weber 2006:23). Sesuai dengan potensi tersebut di atas, legitimasi atas pemanfaatan sebagian wilayah perairan di dalam kawasan konservasi perairan untuk kegiatan pariwisata telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Meskipun demikian, beberapa kenyataan menunjukkan bahwa pengelolaan pariwisata di kawasan konservasi tidak didasarkan pada pemahaman yang baik atas landasan filosofinya, yaitu sebagai upaya merubah dan memperbaiki perilaku pemanfaatan sumber daya ikan selama ini ke arah yang lebih dapat menjamin terwujudnya pembangunan sektor kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. 8 Oleh karena itu, perlu ditingkatkan komitmen para pihak yang berkepentingan, khususnya unit pengelola kawasan konservasi, pihak-pihak pemanfaat atau pelaku usaha pariwisata di dalam kawasan konservasi perairan serta masyarakat untuk mewujudkan kebijakan pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk pariwisata alam perairan sesuai dengan landasan filosofisnya. 1.2. Tujuan Tujuan penyusunan Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan ini adalah sebagai berikut: a) Menyediakan acuan bagi pengelola kawasan konservasi perairan terkait dengan pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk pariwisata alam perairan beserta prosedur perizinannya; b) Menyediakan acuan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata di kawasan konservasi perairan; c) Terwujudnya pengelolaan dan pengembangan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan secara berkelanjutan. 1.3. Sasaran Sasaran penyusunan Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan ini sebagai berikut: a) Unit pengelola kawasan konservasi; b) Wisatawan dan pelaku usaha pariwisata alam perairan; c) Masyarakat di sekitar kawasan konservasi perairan; d) Pemerintah daerah; dan e) Pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. 1.4. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan ini mencakup arahan terkait dengan jenis kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan yang dapat dilakukan dan dikembangkan di dalam kawasan konservasi perairan berikut prosedur perijinan serta pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaannya didalam kawasan konservasi perairan nasional maupun daerah. 9 BAB II LANDASAN HUKUM PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK PARIWISATA ALAM PERAIRAN Pedoman Umum ”Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan” ini disusun dengan mengacu kepada berbagai regulasi yang diatur di dalam peraturan perundangan yang berlaku dan terkait. Hal ini dimaksudkan agar implementasi dari apa yang dinyatakan di dalam pedoman ini memiliki dasar legitimasi sehingga dapat berjalan secara efektif. Berikut peraturan perundangan-undangan yang dimaksud. • Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; • Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; • Undang-Undang No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; • Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; • Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; • Undang-Undang No.31 tahun 2004 tentang Perikanan yang telah diubah terakhir menjadi Undang-Undang No.45 Tahun 2009; • Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; • Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan; • Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 10 11 BAB III KONSEPSI PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK PARIWISATA ALAM PERAIRAN 3.1. Sumber Daya Ikan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Sumber daya alam hayati dan non-hayati merupakan bagian penting dari kekayaan bangsa dan negara yang perlu dipertahankan kelestariannya melalui upaya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Hal tersebut telah menjadi kebijakan pemerintah sejak tahun 1990, yang ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang RI No. 5, Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Sumber daya ikan adalah semua potensi jenis ikan dan lingkungannya, termasuk bagian dari sumber daya alam yang perlu diwujudkan keberlanjutannya. Hal ini dipertegas melalui Undang-Undang RI No. 31, Tahun 2004, yang telah diperbarui menjadi Undang-Undang RI No. 45, Tahun 2009, tentang Perikanan dan produk hukum turunannya, yaitu Peraturan Pemerintah RI No. 60, Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Dalam peraturan perundang-undangan di atas diamanahkan kepada pemerintah untuk melakukan konservasi Sumber Daya Ikan (SDI), yaitu upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan SDI, termasuk ekosistem, jenis dan genetikanya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas dan keanekaragaman SDI. Mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 60, Tahun 2007, Pasal 2 ayat (1) bahwa agar tujuan yang dimaksud tercapai maka konservasi SDI dilakukan berdasarkan beberapa azas, berikut ini. a. Manfaat; pelaksanaan konservasi SDI dapat memberikan manfaat bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pengembangan perikehidupan yang berkesinambungan bagi warga negara, serta peningkatan kelestarian SDI. b. Keadilan; pelaksanaan konservasi SDI memperhatikan aspek kebenaran, keseimbangan, ketidakberpihakan, serta tidak sewenang-wenang. 12 c. Kemitraan; pelaksanaan konservasi SDI dilakukan berdasarkan kesepakatan kerja sama antarpemangku kepentingan yang berkaitan dengan konservasi SDI. 13 d. Pemerataan; pelaksanaan konservasi SDI dapat memberikan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat secara merata. e. Keterpaduan; pelaksanaan konservasi SDI dilakukan secara terpadu, bulat, dan utuh, serta saling menunjang dengan memperhatikan kepentingan nasional, sektor lain, dan masyarakat setempat. f. Keterbukaan; pelaksanaan konservasi SDI dilakukan secara transparan dan memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif. g. Efisiensi; pelaksanaan konservasi SDI memperhatikan faktor efisiensi, baik dari segi waktu, proses, maupun pembiayaannya. h. Kelestarian yang berkelanjutan; pelaksanaan konservasi SDI memperhatikan daya dukung dan kelestarian SDI dan lingkungannya. Kemudian, mengacu pada PP No.60 tahun 2007 Pasal 2 ayat (2), azas-azas tersebut dapat dipegang dengan baik apabila konservasi SDI dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut: a. pendekatan kehati-hatian; b. pertimbangan bukti ilmiah; c. pertimbangan kearifan lokal; d. pengelolaan berbasis masyarakat; e. keterpaduan pengembangan wilayah pesisir; f. pencegahan tangkap lebih; g. pengembangan alat penangkapan ikan, cara penangkapan ikan, dan pembudidayaan ikan yang ramah lingkungan; h. pertimbangan kondisi sosial ekonomi masyarakat; i. pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan; j. perlindungan struktur dan fungsi alami ekosistem perairan yang dinamis; k. perlindungan jenis dan kualitas genetik ikan; dan l. pengelolaan adaptif 3.2. Kawasan Konservasi Perairan dan Sistem Pengelolaannya Salah satu strategi yang dipilih untuk melakukan upaya konservasi SDI, yaitu konservasi ekosistem, dengan upaya mencadangkan, menetapkan, dan selanjutnya mengelola kawasankawasan konservasi perairan. Berdasarkan Pasal 1 ayat (8) Peraturan Pemerintah RI No.60, Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, disebutkan bahwa Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi dan dikelola secara sistemik untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Berdasarkan peraturan perundangan yang sama, KKP ditetapkan dengan mempertimbangkan kriteria yang dinyatakan dalam Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No.60, Tahun 2007 sebagai berikut: 14 a. ekologi, meliputi keanekaragaman hayati, kealamiahan, keterkaitan ekologis, keterwakilan, keunikan, produktivitas, daerah ruaya, habitat ikan langka, daerah pemijahan ikan, dan daerah pengasuhan; b. sosial dan budaya, meliputi tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, potensi ancaman, kearifan lokal, serta adat istiadat; dan c. ekonomi, meliputi nilai penting perikanan, potensi rekreasi dan pariwisata, estetika, dan kemudahan mencapai kawasan. KKP dikelola berdasarkan sistem zonasi. Dengan mengacu pada aspek teoritis dan yuridis Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, zonasi KKP dapat diartikan sebagai upaya distribusi peruntukan (pemanfaatan) ruang dalam KKP yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 60, Tahun 2007, Pasal 17 ayat 4, KKP dapat didistribusikan peruntukan/pemanfaatan ruangnya ke dalam empat zona, berikut ini. a. Zona Inti adalah bagian KKP yang memiliki kondisi alam baik biota, maupun fisiknya masih asli dan/ belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. b. Zona Perikanan Berkelanjutan adalah bagian KKP yang karena letak, kondisi, dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. c. Zona Pemanfaatan adalah bagian KKP yang letak, kondisi, dan potensi alamnya diutamakan untuk kepentingan pariwisata alam perairan dan/atau kondisi/jasa lingkungan serta untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. d. Zona Lainnya adalah zona di luar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan zona pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu. Berdasarkan zonasi yang dimilikinya, KKP dibagi menjadi empat tipologi sebagai berikut: a. Taman Nasional Perairan adalah KKP yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan memiliki zona inti dan seluruh zonasi lainnya yang telah ditetapkan. b. Suaka Alam Perairan adalah KKP dengan ciri khas tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan setidaknya memiliki zona inti dan zona pemanfaatan yang terbatas untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. c. Taman Wisata Perairan adalah KKP dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan setidaknya memiliki zona inti dan zona pemanfaatan yang terbatas untuk kegiatan pariwisata dan/ atau penelitian dan pendidikan yang mendukung peruntukkannya. d. Suaka Perikanan adalah kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung/berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan setidaknya memiliki zona inti dan zona pemanfaatan yang terbatas untuk kegiatan penelitian dan pendidikan yang mendukung peruntukannya. 15 3.3. Pariwisata Alam Perairan dan Ekowisata Berbasis Masyarakat Dari zonasi yang ada, nampak kawasan konservasi perairan dapat dimanfaatkan untuk pariwisata alam perairan. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang (wisatawan) dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan (Suwantoro 2004). Dengan menggabungkan pengertian wisata dan wisata alam tersebut maka wisata alam perairan pada kawasan konservasi perairan dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan perjalanan ke wilayah kawasan konservasi untuk dapat menikmati keunikan dan keindahan alam yang ada di dalamnya. Masih menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian pariwisata alam perairan pada kawasan konservasi perairan merupakan berbagai macam kegiatan wisata di dalam kawasan konservasi perairan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha ataupun unit pengelola kawasan konservasi sebagai pihak yang mewakili pemerintah. Pengembangan pariwisata alam perairan pada kawasan konservasi perairan harus berdasarkan perencanaan dan pelaksanaan yang lebih menitikberatkan pada pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan perairan, namun tidak meninggalkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan dan/ pengembangan pariwisata bahari seyogyanya diarahkan pada ekowisata perairan. The Ecotourism Society (1990) mendefinisikan ekowisata sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Depbudpar-WWF (2009) menambahkan kriteria daerah terpencil pada daerah tujuan ekowisata dan mengedepankan peningkatan ekonomi masyarakat lokal sebagai instrumen pendukung terwujudnya pelestarian alam. Untuk itu, pola pengembangan ekowisata yang digunakan adalah ekowisata berbasis masyarakat. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas (Depbudpar-WWF 2009). Pelibatan masyarakat menjadi mutlak karena mereka memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang merupakan potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata. Ekowisata berbasis masyarakat juga memungkinkan berkembangnya peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam penyediaan jasa-jasa wisata untuk turis, seperti: pemandu, penyedia alat transportasi dan penginapan/homestay. Dengan demikian, ekowisata berbasis masyarakat sangat sinergi dengan implementasi kebijakan pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk pariwisata alam perairan. Masyarakat yang sebelumnya condong berperilaku ekstraktif dalam pemanfaatan sumber daya ikan di dalam kawasan konservasi dapat dilibatkan secara aktif untuk mengembangkan aktivitas pariwisata alam perairan yang nota bene merupakan pemanfaatan sumber daya ikan yang non-ekstraktif. Diharapkan melalui pengembangan aktivitas perekonomian ini akan lebih menjamin kelestarian sumber daya ikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan konservasi perairan secara berkelanjutan. 3.4. Kegiatan dan Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan 16 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, unit pengelola kawasan konservasi akan dihadapkan pada dua hal, yaitu kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan. 1. Pengertian dan Jenis Kegiatan Pariwisata Alam Perairan Menyimak kembali pengertian yang telah ada pada bagian sebelumnya, kegiatan pariwisata alam perairan dalam kawasan konservasi perairan dapat diartikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang (wisatawan) ke kawasan konservasi perairan untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Dengan demikian kegiatan pariwisata alam perairan yang umum dilakukan pada kawasan konservasi perairan dapat dibagi atas: • Olah raga air seperti menyelam (diving), selancar air (surfing), jetsky, dayung, memancing (sport and recreation fishing), dan jenis olah raga air lainnya; • Wisata tontonan untuk menikmati keindahan pemandangan perairan seperti snorkeling dan menggunakan perahu kaca (glass boat); • Wisata pendidikan yang mendukung terwujudnya etika lingkungan bagi para wisatawan seperti mengamati (dan membuat foto atau film) obyek-obyek wisata yang memiliki fungsi ekologis tinggi; • Wisata penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu tertentu seperti mengamati kehidupan biota perairan (paus, penyu dan lain-lain), formasi kehidupan terumbu karang dan lain-lain. 2. Pengertian dan Jenis Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan Adanya kegiatan pariwisata alam perairan di suatu wilayah konservasi perairan berimplikasi pada adanya kebutuhan atas berbagai jenis sarana dan prasarana penunjang yang tergantung pada karakter obyek wisatanya. Dengan kata lain, berkembangnya kegiatan pariwisata alam perairan akan berimplikasi pada kebutuhan berkembangnya pengusahaan pariwisata alam perairan. Mengacu pada Undang-Undang No. 9 Tahun 2010, pengusahaan pariwisata alam perairan pada kawasan konservasi perairan dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan. Berdasarkan karakternya, pengusahaan pariwisata alam perairan pada kawasan konservasi perairan dapat dibagi menjadi: a) pelaksanaan usaha penyediaan jasa wisata alam perairan pada kegiatan pariwisata alam di dalam kawasan konservasi; dan b) pelaksanaan usaha penyediaan fasilitas sarana serta pelayanannya yang diperlukan dalam kegiatan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi. Kelompok usaha pertama meliputi penyediaan jasa: a) Perjalanan wisata, yaitu jasa penyediaan paket wisata. b) Transportasi, yaitu jasa menghubungkan wisatawan dari tempat asal menuju daerah tujuan wisata hingga mencapai obyek wisata; c) Pramuwisata, yaitu jasa penyediaan bimbingan atau pemanduan perjalanan ke obyek wisata berdasarkan pengetahuan khusus dan mendalam; d) Makanan dan minuman, yaitu jasa penyediaan makanan dan minuman bagi wisatawan; dan e) Informasi pariwisata, yaitu jasa penyediaan paket wisata, sarana dan prasarana transportasi, akomodasi hingga pemanduan di daerah tujuan wisata; 17 pemerintah daerah sesuai kewenangannya; c. Developer, dilakukan oleh pihak ketiga (individu/badan usaha) yang melibatkan Kelompok usaha kedua meliputi penyediaan sarana serta pelayanan yang diperlukan dalam kegiatan pariwisata alam perairan untuk: a) Wisata tirta, yaitu sarana dan pelayanan untuk melakukan berbagai kegiatan olah raga air dan wisata tontonan seperti tabung selam, fin, papan selancar dan glass boat; b) Akomodasi, yaitu sarana dan pelayanan untuk penginapan wisatawan seperti hotel, penginapan/homestay; dan c) Sarana wisata petualangan, yaitu sarana dan pelayanan untuk melakukan kegiatan bernuansa petualangan seperti kapal layar (cruise), kapal selam (submarine) dan sea walker. 3.5. Lokasi Kegiatan dan Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan Kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan dimungkinkan untuk dilaksanakan tidak hanya pada zona pemanfaatan terbatas untuk pariwisata alam perairan. Zona lainnya, yaitu zona pengelolaan perikanan berkelanjutan juga dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata alam perairan. Hal ini juga ditegaskan oleh Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007. Luasnya cakupan zona yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata alam perairan tidak lepas dari landasan nilai (discourse) pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk pariwisata alam perairan, yaitu sebagai upaya menciptakan alternatif penghidupan bagi masyarakat sekitar kawasan konservasi, khususnya kelompok masyarakat yang secara tradisional telah sejak lama memanfaatkan sumber daya ikan di dalam kawasan konservasi. Diharapkan pariwisata alam perairan dapat menjadi sumber penghidupan bagi kelompok masyarakat tersebut yang lebih menjamin kelestarian sumber daya ikan dan peningkatan kesejahteraan mereka. Adapun zona pemanfaatan terbatas untuk pariwisata alam perairan dan zona perikanan berkelanjutan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Mempunyai daya tarik pariwisata alam yang tinggi berupa keunikan dan/atau keindahan obyek alam; b. Adanya aksesibilitas untuk dapat mengunjunginya; dan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi dalam bentuk usaha mikro, kecil, peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi dalam bentuk usaha mikro, kecil, menengah dan sesuai dengan kesepakatan kerja kerja sama dengan pengelola menengah dankoperasi koperasi sesuai dengan kesepakatan sama dengan pengelola kawasan konservasi. kawasan konservasi. Kelestarian Sumber Daya Ikan Kebijakan Konservasi Sumber Daya Ikan Kawasan Konservasi Perairan Non-Kawasan Konservasi Perairan Zona 1. Pemanfaatan (Pariwisata Alam Perairan) 2. Perikanan berkelanjutan Pariwisata (Ekowisata) Alam Perairan Kegiatan Pariwisata Pengusahaan Pariwisata Pola Mandiri Pola Kemitraan Pola Developer c. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani wisatawan. 3.6. Pola Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan Pengusahaan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan dapat dilakukan melalui tiga pola, yaitu: a. Mandiri, dilakukan sendiri oleh pengelola kawasan konservasi melalui sebuah unit kerja yang dibentuk khusus untuk menangani pengelolaan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi. b. Kemitraan, dilakukan oleh pengelola kawasan konservasi yang bekerja sama dengan mitra berdasarkan kesepakatan bersama yang difasilitasi oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya; 18 c. Developer, dilakukan oleh pihak ketiga (individu/badan usaha) yang melibatkan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Konsepsi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan Konsepsi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan 15 19 BAB IV PERIZINAN PARIWISATA PADA KAWASAN KONSERVASIPERAIRAN 4.1.Prasyarat Perizinan Kegiatan dan Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan Pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan mensyaratkan pengelola kawasan konservasi perairan untuk memiliki rencana pengelolaan pariwisata dalam kawasan konservasi (Tourism Managemen Plan in Protected Area). Dalam rencana yang merupakan bagian dari rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan ini, dijabarkan secara detil hal-hal sebagai berikut: a. Rencana tapak (site plan) yang memuat lokasi sarana dan prasarana yang mendukung pariwisata alam perairan; b. Berbagai aturan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan. Aturan-aturan tersebut disusun berdasarkan perhitungan daya dukung kawasan konservasi perairan dilihat dari dua dimensi, yaitu ruang dan waktu. Adapun aturan-aturan yang dimaksud adalah: • Pengaturan waktu kegiatan (temporal atau musiman) • Pembatasan ukuran kelompok wisatawan yang dapat melakukan kegiatan wisata dalam waktu yang bersamaan • Pembatasan jenis kegiatan dan usaha pariwisata c. Biaya pemeliharaan daya dukung kawasan konservasi perairan untuk kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan di dalamnya. Biaya tersebut selanjutnya dibebankan pada setiap tanda masuk wisatawan dan setiap pelaku usaha pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan. d. Mekanisme monitoring dampak pariwisata. Hal ini diperlukan karena pariwisata adalah suatu aktivitas produktif sehingga sangat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan. 20 21 e. Mekanisme monitoring kualitas pelayanan kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan. Hal ini diperlukan karena produk pariwisata tidak dapat diukur secara fisik. 4.2. Perizinan Kegiatan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan a. Pemohon adalah individu/kelompok, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri. b. Khusus bagi wisatawan asing, izin diberikan apabila pemohon juga dapat menunjukkan surat keterangan izin tinggal untuk keperluan kunjungan (visa kunjungan) yang masih berlaku. c. Izin diberikan oleh unit pengelola kawasan konservasi berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam rencana pengelolaan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan. d. Izin diberikan oleh unit pengelola kawasan konservasi dalam bentuk tanda masuk bagi setiap individu wisatawan yang akan melakukan kegiatan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi e. Pemohon wajib mengikuti setiap aturan pelaksanaan kegiatan pariwisata di dalam kawasan konservasi perairan yang telah ditetapkan oleh unit pengelola kawasan konservasi, meliputi: i) membayar biaya pemeliharaan daya dukung kawasan konservasi perairan untuk kegiatan pariwisata alam perairan; ii) lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan; dan iii) jumlah wisatawan yang diperkenankan. f. Izin tidak berlaku apabila masa berlaku habis atau wisatawan melanggar aturan pelaksanaan kegiatan pariwisata yang telah ditetapkan oleh unit pengelola kawasan konservasi. 4.3. Perizinan Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan pada Kawasan Konservasi Perairan 1. Permohonan Izin Permohonan izin kegiatan pengusahaan pariwisata alam pada kawasan konservasi perairan dapat diajukan oleh perorangan atau kelompok yang memiliki badan usaha, dan koperasi. 2. Persyaratan Permohonan Izin a. Individu Bagi pemohon, surat permohonan izin harus dilengkapi dengan rencana pengusahaan pariwisata alam perairan, yang sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai: • Salinan KTP pemohon yang masih berlaku; • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); • Sertifikasi keahlian dari lembaga/asosiasi profesi yang diakui oleh pemerintah; • Rencana kegiatan usaha jasa yang akan dilakukan; dan 22 • Bagi pemohon izin usaha penyediaan sarana wisata alam perairan, harus dilengkapi dengan spesifikasi teknologi yang digunakan. 23 b. Badan usaha atau koperasi • Salinan KTP pengurus yang masih berlaku • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); • Akte pendirian badan usaha/koperasi; • Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); • Surat keterangan domisili usaha (kantor atau lokasi usaha yang jelas); • Khususnya jasa penyediaan sarana disertai dengan rencana usaha (business plan) yang di dalamnya memuat analisis kelayakan teknis dan lingkungan dari usaha yang akan dijalankan. Penyusunan analisis kelayakan teknis dan lingkungan tersebut dilakukan melalui sebuah kegiatan penelitian di dalam kawasan konservasi yang memerlukan izin penelitian kepada pengelola kawasan konservasi. 3. Tata Cara Permohonan Izin a. Pemohon mengajukan izin usaha pariwisata pada kawasan konservasi perairan secara tertulis kepada pengelola kawasan konservasi perairan sesuai kewenangannya. pengusahaan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi disampaikan oleh pengelola kawasan konservasi perairan kepada berbagai pihak sesuai kewenangannya: • Kawasan Konservasi Perairan Nasional Ditujukan kepada Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tembusan disampaikan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota di mana kawasan konservasi perairan berada. • Kawasan Konservasi Perairan Provinsi Ditujukan kepada Kepala Dinas Provinsi yang membidangi kelautan dan perikanan. Tembusan disampaikan kepada Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. • Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten/Kota Ditujukan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kelautan dan perikanan. Tembusan disampaikan kepada Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. b. Pengelola kawasan konservasi perairan atau pejabat yang ditunjuk melakukan evaluasi terhadap persyaratan yang diajukan pemohon. c. Pengelola kawasan konservasi perairan atau pejabat yang ditunjuk memberikan jawaban atas permohonan yang diajukan. Apabila memenuhi syarat, maka izin dikeluarkan. d. Jangka waktu persetujuan atau penolakan permohonan izin paling lama 6 (tujuh) hari kerja setelah surat permohonan diterima dan semua persyaratan telah dipenuhi dengan baik dan benar. 4. Masa Berlaku Izin dan Pencabutan Izin a. Izin pengusahaan pariwisata alam perairan diberikan selama usaha masih berjalan dengan wajib daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali; b. Izin dapat dicabut sebelum masa berlaku habis apabila ada perubahan kebijakan dan/atau regulasi dalam konservasi sumber daya ikan, khususnya pengelolaan kawasan konservasi perairan atau melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. 4.4. Pelaporan Laporan kegiatan wisata alam perairan berisi kondisi lingkungan sumber daya kawasan konservasi perairan dan persepsi dan apresiasi wisatawan terhadap pelayanan publik yang diterimanya. Laporan ini dibuat setelah wisatawan menyelesaikan kegiatan wisatanya. Setiap pemegang izin pengusahaan wisata alam perairan wajib menyampaikan laporan tertulis setiap 6 (enam) bulan sekali kepada pengelola kawasan konservasi perairan sebagai pihak pemberi izin. 24 Khusus bagi pola pengusahaan pariwisata secara mandiri, laporan tertulis mengenai 25 BAB V PENUTUP Penetapan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di berbagai wilayah dan rencana pencapaian luasan kawasan sekitar 20 juta hektar pada tahun 2020 merupakan upaya serius Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mewujudkan penyediaan kawasan perikanan yang produktif, dengan didukung sistem zonasi pengelolaannya yang berkelanjutan. Pemerintah juga memberi kewenangan dan memfasilitasi pemerintah daerah dan masyarakat untuk berpartisipasi mewujudkan KKP di daerahnya, dalam wujud Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). Tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya dan ekosistem di dalam KKP merupakan tanggung jawab semua pihak. Aktivitas yang berpeluang dilakukan di dalam kawasan konservasi tidak hanya terfokus pada kegiatan perikanan budi daya dan perikanan tangkap, tetapi juga kegiatan pariwisata, penelitian, dan pendidikan, dengan melibatkan para pemangku kepentingan yang lebih luas. Ini berarti KKP bukan merupakan wilayah ”eksklusif” yang hanya bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Perspektif ini untuk menegaskan kepada kita semua bahwa KKP dapat dimanfaatkan secara optimal untuk berbagai keperluan kehidupan manusia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, diharapkan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap pemanfaatan KKP memiliki kesadaran kolektif untuk bertanggung jawab secara penuh terhadap kelangsungan hidup sumber daya perikanan dan kelautan, serta kelestarian ekosistem di dalam KKP. Buku ”Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan” berisi uraian mengenai pengertian konservasi ekosistem perairan, kategori dan model pariwisata alam perairan yang bisa dilakukan dalam kawasan konservasi perairan pada zona pemanfaatan dan zona perikanan berkelanjutan, dan prosedur perizinannya, serta sanksi yang dapat diberikan kepada pengguna jasa wisata alam perairan jika melanggar ketentuan yang berlaku. Pedoman ini perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam pedoman teknis, dengan memperhatikan karakteristik lokalitas setiap kawasan konservasi perairan. 26 27 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1. Batasan Peristilahan BATASAN PERISTILAHAN Badan Pusat Statistik [BPS]. 2009. Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Ekowisata Coccossis H, A Mexa, A Collovini, A Parpairis, M Konstandoglou. 2001. Defining, Measuring and Evaluating Carrying Cappacity in European Tourism Destinations. Athens: Ekowisata berbasis masyarakat Suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Damanik J, HA Kusworo dan DT Raharjana (Tim Penyunting). 2005. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata, Universitas Gadjah Mada. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata–World Wildlife Fund [Depbudpar-WWF]. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Pariwisata Damanik, J dan HF. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Dewan Kelautan Indonesia [Dekin]. 2007. Kesepahaman dan Dukungan Bersama antar Menteri tentang Pembangunan Berkelanjutan Kelautan Indonesia. Jakarta: Dewan Kelautan Indonesia. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Kementerian Kelautan dan Perikanan [KKP]. 2009. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009. Jakarta: Pusat Data Statistik dan Informasi Kelautan dan Perikanan. Suwantoro G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. World Resource Institute. 1997. World Resources Report: 1997-1998. Washington D.C: World Resource Institute. Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas (Depbudpar-WWF 2009). Kegiatan pariwisata alam perairan dalam kawasan konservasi perairan Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang (wisatawan) ke kawasan konservasi perairan untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Pariwisata alam perairan pada kawasan konservasi perairan berbagai macam kegiatan wisata di dalam kawasan konservasi perairan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha ataupun unit pengelola kawasan konservasi sebagai pihak yang mewakili pemerintah. Pengusahaan pariwisata alam perairan Pelaksanaan usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan. Rencana pengelolaan pariwisata dalam kawasan konservasi (Tourism Managemen Plan in Protected Area). Bagian dari rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan, dijabarkan secara detil hal-hal sebagai berikut: a) Rencana tapak (site plan) yang memuat Lokasi sarana dan prasarana yang mendukung pariwisata alam perairan; b) Berbagai aturan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan. Aturan-aturan tersebut disusun berdasarkan perhitungan daya dukung kawasan konservasi perairan dilihat dari dua dimensi, yaitu ruang dan waktu; c) Biaya pemeliharaan daya dukung kawasan konservasi perairan untuk kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan di dalamnya; d) Mekanisme monitoring dampak pariwisata; e) Mekanisme monitoring kualitas pelayanan kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan. Suaka Perikanan 28 kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung/berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, 29 yang berfungsi sebagai daerah perlindungan. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan setidaknya memiliki zona inti dan zona pemanfaatan yang terbatas untuk kegiatan penelitian dan pendidikan yang mendukung peruntukannya. Lampiran 2. Prosedur perizinan kegiatan pariwisata dalam kawasan konservasi Lampiran perairan.2. Prosedur perizinan kegiatan pariwisata dalam kawasan konservasi perairan. Suaka Alam Perairan KKP dengan ciri khas tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan setidaknya memiliki zona inti dan zona pemanfaatan yang terbatas untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. Pemohon Taman Nasional Perairan KKP yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan memiliki zona inti dan seluruh zonasi lainnya yang telah ditetapkan. Taman Wisata Perairan KKP dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan setidaknya memiliki zona inti dan zona pemanfaatan yang terbatas untuk kegiatan pariwisata dan/atau penelitian dan pendidikan yang mendukung peruntukkannya. Wisata kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang (wisatawan) dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 1. Kartu identitas yang masih berlaku (warga Indonesia) 2. Surat kunjungan izin tinggal/visa (warga asing) Tidak Sesuai Persyaratan Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan (Suwantoro 2004). Wisata alam perairan pada kawasan konservasi perairan suatu kegiatan perjalanan ke wilayah kawasan konservasi untuk dapat menikmati keunikan dan keindahan alam yang ada di dalamnya. Zona Inti bagian KKP yang memiliki kondisi alam baik biota, maupun fisiknya masih asli dan/ belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Ya Pemberian Izin/ Tanda Masuk Pelaksanaan Kegiatan Zona Perikanan Berkelanjutan bagian KKP yang karena letak, kondisi, dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Pemanfaatan bagian KKP yang letak, kondisi, dan potensi alamnya diutamakan untuk kepentingan pariwisata alam perairan dan/atau kondisi/jasa lingkungan serta untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. Zona Lainnya 30 zona di luar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan zona pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu. Sesuai Aturan Tidak Permohonan Izin ditolak/ Kegiatan dihentikan Ya Pengisian kuesioner setelah pelaksanaan kegiatan 31 26 Lampiran 3. Prosedur perizinan pengusahaan pariwisata dalam kawasan konservasi perairan. īīīīī īīīīīīīīīīīīī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīīīīīīī īīīīīīīīīī Lampiran 3. Prosedur perizinan pengusahaan pariwisata dalam kawasan konservasi perairan. ī īīī īīīī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīīīī Pemohon īīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīī īīīīīīīīīīīīīīīī ī īīīīīīīī īīīīīīīīīīīīīī īīīīīīīīīī īīīīīīī ī Individu īīīīīīīīīīīīī īī īīīīīīīīīīīīīīīīīīī Badan Usaha īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īī 1. Salinan kartu tanda penduduk pengurus yang masih berlaku 2. Nomor pokok wajib pajak (NPWP) 3. Akte pendirian perusahaan 4. Surat ijin usaha perdagangan 5. Surat keterangan domisili usaha 6. Rencana usaha memuat analisis kelayakan teknis dan lingkungan (khusus jasa penyediaan sarana) 1. Salinan kartu tanda penduduk yang masih berlaku 2. Nomor pokok wajib pajak (NPWP) 3. Sertifikasi keahlian 4. Rencana kegiatan usaha jasa 5. Spesifikasi teknologi digunakan (khusus jasa penyediaan sarana) īīīīīīī īīĄī īĸīīī īŖīī īī ī¤īĨī ī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īŦī īīĄī īīī īĒī§īŠī īī īĢī īī īīīŠī īĒī§īŠī īī īīīīīŠīīīĒī ī¤ī īīŽīīŽīŠī īī¯ī ī ī ī¤ī§īī īī°ī°īąī īĒīīīĒī īīĄī īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīī īŠīīĨīī¨ī īĒī īīīĢī īīīīīī˛īŽīī īīīīī īīŗī ī īĒī īīī ī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī ī ī īī īī īī§īĒī īī īī īŦī īī īī īī ī ī īī īī īīī¨ī īĒī ī īīĢī īī īīīĢī§īīīīīīĄī īĒī§īŠīīīīīĄīīī īīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī ī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī ī´īīĒīīīĒī§ī īī īī ī¨ī īĢī īīĩī ī īŦī īĒī īļīīˇī īīīī īīĄī¸īīīī īīĄī īīŽīīŽīŠī īšī ī ī ī¤ī§īī īī°ī°īī īĒīīīĒī īīĄī īīŽīī¨īīŠīēī ī¨īīīī§īīīīŠīīī īŦī īīīĢī īīīī īŦī īĒīīīī īīīī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī īģīī ī Evaluasi Kelayakan ī īŊīŖ ī īī ī¤īĨī ī īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īī īĻīīŠīĒīīīī īīĄī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī ī¤ī§īŠī§īŗī ī ī īī īī ī¤ī§īŠī§īŗī īīī īĻīīŠīĢī§ī īīīīīĒī īĻī´ī īī īĻīīŠī īĒī§īŠī īī īĻīīīīŠīīīĒī ī¤īīĒīīīĒī īīĄīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īīīĒī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīīīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īīīī īīīĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģī 6 hari kerja Tidak Sesuai Persyaratan ī īīīīĄīīīĄī īĒī īĸīīīŖīīīī ī¨ī īĢīīīšīīī īŦī īĒīīīīļīīˇīīīīīī īīĄī¸īīīī īīĄīīīī ī¨ī īŠīīīīīĄī īŠī īīīīĻī§īīĢīī´īīīī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīŽīīī¨īī īī ī ī¤ī§īīīī°īąīšīģī ī Ya Pemberian Izin Pelaksanaan Usaha Sesuai Aturan īīŖ īīī ī¤īĨī īīĻīīīĄī īĒī§īŠī īīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīĻīīŠīĢī§īīĢīīīī¤ī īīīĻīīŠīĢī§ī ī¨ī īīīīĄīīī īī īŧīīīī¨ī ī§ī¨ī ī¤ī ī īīī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīīīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īīīī īīīĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģī Tidak Permohonan Izin ditolak/ Izin dicabut ī īīŖ īīīī īīĄī¸īīīī īīĄī īīŽīīŽīŠī īšī ī ī ī¤ī§īī īī°ī°īī īĒīīīĒī īīĄī īīŽīī¨īīŠīēī ī¨īī īī§īīīīŠī īī īŦī ī īīĢī īī īī īŦī īĒīī īī īī īī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī ī īļīīīīī īŠī īī īīīĄī īŠī ī īīīĻī§īīĢīī´ī īīīīŽīīī¨īī ī ī ī ī¤ī§īī īī°ī°īī īīŽīīŽīŠī īąī°īī ī ī īīī ī¤ī īī īīīīī īŠī īī īīīĄī īŠī ī īīīĻī§īīĢīī´ī īīīīŽīīī¨īī ī ī īīŽīīŽīŠī īīąīī°īˇīģī ī ī ī īīīīī īīīīīīĸīīŖīīŖīīŖī ī Ya Laporan semesteran & Daftar Ulang Tahunan 32 27 33 ī¸īīīī¸ī ī¸īīīī¸ī īīīīīĒī īĻī´ī īī īĸīī ī ī īīīīī īīīīīīĸī ī īīīīīī īīīīī īīīīīīīī īīī ī īīī īīīī īīīīīīīīīīīī īīīīīīīīī īī īīīīī īīī īīīīīī īīīīīīīī īīīī ī īīīīī īīīīīīīīīī ī īīīīī īīī īīī īīīīīī ī īīīī ī īīīīī īīīīī īī īīīīīŖī īīīīīī īīī īīī īīīīīīīīī ī¯īŖ ī˛īŽīī īžīīĢīŽī´ī īĻīīī īīŗī ī īĒī īī ī īī īĢī ī¤ī īī īĄīī īī īī īŠīī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī īī īī īĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īŦī īīĄī īīīŧī īīī´ī īī īĒīīīĻī īĒī ī§īīĒī§ī´ī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īī īī ī´ī§īīŧī§īīĄī īīīĨīī¨ī īĒī īŖī ī°īŖ īīīīŊī īī ī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī īī īī īĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īī īĢī ī¤ī ī¨ī§ī īĒī§ī īŠīīīŊī īī ī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īī īī ī´īŠīŽī īŦī īīĄī īīīŠī¨īīŗī īĒī īīīīī´ī īĒīīŗī ī¨īĒīŠī īĒīīĄīī¨īī ī´ī§ī īĢīīĒī īĒīīŗīī īī īī ī´ī§ī īīĒīīĒī īĒīīŗī ī¨īīŠīĒī ī īīī¨ī§ī¨ī§īī īīīīĄī īī īīīīĻīīŠī¤ī īĒīī´ī īī īĻī īŠīĒīī¨īīĻī ī¨īīī ī ī¨īĻīīŠī ī¨īīī īī§īī īŦī ī īī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒīī ī´īŽīīīī¨īī īĢīīīĄī´ī§īīĄī īīī īī īī īŠīīīŊī īī ī īĻīīīī īīĄī§īī īī īī īīŠī ī¤īžīĨīīĢī īŦī ī¤ī īī īĢī īī īŠī īīĄī´ī ī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īīīī īīīĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖīī īī ī¨ī īĢīīī ī īī īĢī īīīīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīīŠīīīĒī ī¤īīīīīīŦī īīĄīīīīī ī´ī¨ī§īīīīīīĄī īīĸī īīŖ īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īī īĢī ī¤ī ī¨ī§ī īĒī§ī ī´īīĄīī īĒī īī ī§īīĒī§ī´ī īīīīŦīīĢīīīĄīĄī īŠī ī´ī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī īī īī īĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īī īŠīīīŊī īī ī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īīŖī īīŖ īī¨ī ī¤ī īīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīī īī īĢī ī¤īī§ī¨ī ī¤ī īīŦī īīĄīīīīīŦīīīī ī´ī īī īī īŠī īīĄī īī īīžī īĒī ī§ī īŧī ī¨ī ī īī īĄīī īĻīīīīī§ī¤ī īī ī´īīī§īĒī§ī¤ī īī īĨīī¨ī īĒī īĨī īīīī īīīĻīīīŦīīĢīīīĄīĄī īŠī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īīŖ īī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īī īĢī ī¤ī ī¨īīĄī īĢī ī ī¨īī¨ī§ī īĒī§ī īŦī īīĄī īīīŠī¤ī§īī§īīĄī īī īīīīĄī īī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīī īĒīīŠīī ī¨ī§ī´ī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īŽīīŦīī´ī īī īī īī īŦī ī īĒī īŠīī´ī ī¨īīŠīĒī ī ī§ī¨ī ī¤ī ī īŦī īīĄī īĒīīŠī´ī īīĒīīīīīĄī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īąīŖ īīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īī īĢī ī¤ī ī´īīĄīī īĒī īī īĻīīŠīŧī īĢī īī īī ī īĒī ī§ī ī¨īīī īĄīī īī īī īŠīī ī´īīĄīī īĒī īī īĒīīŠī¨īīī§īĒī īŦī īīĄī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī ī¨īīŊī īŠī ī ī¨ī§ī´ī īŠīīĢī ī ī¨īīŠīĒī ī īīīŠī¨īīŗī īĒī ī¨īīīīīĒī īŠī ī ī§īīĒī§ī´ī īīīīī´īī īĒīī īĄīīŧī īĢī ī ī´īī§īīī´ī īī īī īī ī´īīīīī ī¤ī īī ī īĢī īī īīī ī´ī īĨī ī¨ī īī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī īī īī īĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īšīŖ īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īī īĢī ī¤ī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īŦī īīĄī īīīīīŠīī´ī īī ī§īīĒī§ī´ī īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī´ī īī ī´īīĄīī īĒī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīī ī īŠīī īĢī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīīīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īīīī īīīĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īīŖ īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īī īĢī ī¤ī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īŦī īīĄī īīīīīŠīī´ī īī ī§īīĒī§ī´ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīīĻī īī īī´īīĄīī īĒī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īĩīŖ īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īī īĢī ī¤ī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī īīŦī īīĄīīīīīīŠīī´ī īīī§īīĒī§ī´īīĻīīīŦīīīī ī īīīŗī ī¨īīĢīīĒī ī¨īī¨ī īŠī īī ī ī¨īīŠīĒī ī īĻīīĢī īŦī īī īīīŦī ī īŦī īīĄī īīīĻīīŠīĢī§ī´ī īī īī īĢī īī ī´īīĄīī īĒī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīī ī¯īŖīī˛īŽīī īīŖīīŖīīŖīī 34 ī īīīŖ īīīīŊī īī ī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īī īĢī ī¤ī ī¨ī§ī īĒī§ī īŠīīīŊī īī ī ī´īīĄīī īĒī īī ī§īīĒī§ī´ī īīīīŊī īĻī īī īĒī§īŧī§ī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīī īīŗī ī īĒī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īŦī īīĄī īīīī§ī īĒī īŽīĢīī¤ī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īŦī īīĄī īīīī ī¨ī īŠī´ī īī īĻī īī ī īŠīīīŊī īī ī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīīīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īīīī īīīĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īīīŖ īīŠīī īĢīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīī īī īĢī ī¤īī īŠīī īĢīīīīīĄī īī īĢī§ī ī¨ī īĒīīŠīĒīīīĒī§ī īĻī īī ī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īīīī īīīĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīŦī īīĄīīīī´īīĢīŽīĢī ī ī§īīĒī§ī´ī īīīīīī§ī¤īī ī´īīī§īĒī§ī¤ī īī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīŖī īīīŖ īīīīĒīīŠīī ī īī īĢī ī¤ī īīīīĒīīŠīī īŦī īīĄī īīīīŦīīĢīīīĄīĄī īŠī ī´ī īī ī§īŠī§ī¨ī īī īĻīīīīŠīīīĒī ī¤ī īīīīīīīīī īīĄīī´īī¤ī§īĒī īī īīŖīī ī ī īī ī¨ī īĢīīī īļīīˇ īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī ī ī¨ī ī¨ī ī´īŽīī¨īīŠīēī ī¨īī ī¨ī§īīīīŠī īī īŦī ī ī īĢī īī ī¤ī īŦī īĒīī īī īī īī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī īŖī īļīīˇ īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīŠīĒī§īŧī§ī īī ī§īīĒī§ī´ī īīīīīīĄī´ī īĒī´ī īī īĻīīī īīŗī ī īĒī īī ī´īī§īīī´ī īīī ī´īī´ī¤ī ī¨ī īīī ī´īīīīī ī¤ī īī ī īĢī īī īī īīžī īĒī ī§ī ī´īīīīī ī¤ī īī īŧīīīī¨ī ī īĒī ī§ī ī´īī īīī´ī īŠī īĄī īī īī īŧīīīī¨ī ī¨ī īĒīĨī ī īĢīī īŠī īī īīžī īĒī ī§ī īŧīīīī¨ī īĒī§īīī§ī¤ī īī īŦī īīĄī īĒīīŠīī īĻī īĒī īīī ī´ī īĨī ī¨ī īī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī īī īī īĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī ī ī īī ī¨ī īĢīīīīŖīīŖīīŖī 35 ī¸īīšīī¸ī ī¸īīąīī¸ī ī ī ī īī ī¨ī īĢīīī ī īīīīĄī´ī§īĻīīĻīīŠī īĒī§īŠī īīīĻīīīīŠīīīĒī ī¤īīīīīīīīĢīīĻī§īĒīīĸī ī īŖ īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģī īīŖ īĻīīŠīīŋīīī īīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģīī īŊīŖ ī´īīĨī īŧīīī īī īī īī ī¤ī ī´ī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģīīī īīī īīŖ ī´īīŠīŧī īī¨ī īī īīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖīīī ī ī ī īī ī¨ī īĢīīī ī īīīĒīīīĒī§ī īī īīīīĄīīī īī īĻīīīīĒī īĻī īī īī īī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īīīĒī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīīīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īīīī īīīĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīī īĒī§īŠīīī īĢī īīīĻīīŠī īĒī§īŠī īīīĻīīīīŠīīīĒī ī¤īīĒīīŠī¨īīīīīŠīīŖī īī ī¨ī īĢīīĩī īļīīˇ ī ī īŖ ī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģīīī īī īīŖ ī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īīīīīīī ī ī ī īļīīˇ 36 ī¨ī§ī ī´ī īīī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īģī īĒī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīģī īĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īģīīī īī īĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īļīīˇ īī ī¨ī īĢīīšī īļīīˇ īī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īīīĻī īī īī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī§īŠī§īŗīī īīī īĻī īĒīīīīĢīīĻī§īĒīīĸīī ī īŖ īīŖ īŊīŖ īīŖ īīŖ īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīī īĻī īĒīīīīĢī ī´ī§ī´ī īīīīīīī īĢī īīĸī īļīīˇ ī īļīīˇ īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīīīī ī īī ī¨ī īĢīīąī ī īŖ īīŖ īŊīŖ īīŖ īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīĢīīĻī§īĒīīĸī īŧī ī¨ī īīīīŗīŽīŠīī ī¨īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īģī īŧī ī¨ī īīĻīŠī īī§īĨīī¨ī īĒī īģī īŧī ī¨ī īīĒīŠī īī¨īĻīŽīŠīĒī ī¨īīģī īŧī ī¨ī īīĻīīŠīŧī īĢī īī īīīĨīī¨ī īĒī īģīīī īī īŧī ī¨ī īīī ī´ī īī īīīī īīīīīī§īī īīŖī īī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īīīĻī īī īī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī§īŠī§īŗīīīīī īĻī īĒīīīīĢīīĻī§īĒīīĸī ī īŖ īĨīī¨ī īĒī īīĒīīŠīĒī īģī īī īĢī īī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī ī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī īąī ī¤ī§īŠī§īŗī ī ī ī¤ī īīŦī ī īī īĻī īĒī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī ī´īīĄīī īĒī īī īĨīī¨ī īĒī ī īĒīīŠīī īĒī ī¨ī īīīŠī§īĻī ī ī´īīĄīī īĒī īī īīīīĄī§īīŧī§īīĄīīī īīīĢīī¤ī īĒīī īīīīī´īī īĒīī ī´īīīīī ī¤ī īī ī īĢī īī īī īī ī´īī īīī´ī īŠī īĄī īī īī īĒī§īīī§ī¤ī īīī¨īīŠīĒī īī¨ī īĒīĨī īīŦī īīĄīī īī īīīīīī īĢī īīīŦī īŖīī īī īĢī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī īī īī īĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī īąī ī¤ī§īŠī§īŗīīīīī¤ī§īŠī§īŗīīŊīīīī īīī¤ī§īŠī§īŗīīīīī īĻī īĒīīīīĢī ī´ī§ī´ī īīī´īīĄīī īĒī īī īīīīĄī§īīŧī§īīĄīīī īīīĢīī¤ī īĒīī īīīīī´īī īĒīī ī´īīīīī ī¤ī īī ī īĢī īīī ī´īī īīī´ī īŠī īĄī īī īī īĒī§īīī§ī¤ī īī īī īī ī¨ī īĒīĨī īī ī¨īīŠīĒī ī īī īĻī īĒī īīīĢī ī´ī§ī´ī īīī´īīĄīī īĒī īīīīīīī īīĄī§īīī¨ī īŠī īī īī´īīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī īīŖī īīŖ ī ī´īŽīīŽīī ī¨īīģīīī īī īŊīŖ ī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īīĻīīĒī§ī īĢī īīĄī īīŖī īļīąīˇ ī īīīīīīīī ī ī īīīīī˛īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīīīī īī īĄīī īīīīī¨ī īĒī§ī īī īŠī īī ī ī´īīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īīīŦī ī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īŽīĢīī¤ī īīīīīŠīīīĒī ī¤ī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī ī´īīĒīīīĒī§ī īī īĻīīŠī īĒī§īŠī īī īĻīīŠī§īīī īīĄī¸ ī§īīī īīĄī īīŖī ī īīī§īī ī īī ī¨ī īĢīī¯ī īļīīˇ īī ī¨ī īĢīīīīŖīīŖīīŖī īī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīĢī īīī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īī īī ī īŦī īĒī īļīīˇī īīīĒīīĒī īĻī´ī īī īīīīĄī īī īĻīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīĒīīŠīīŖī ī īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¤ī īīŦī ī īī īĻī īĒī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī ī¨īīĒīīĢī ī¤īīīīīĻīīŠīŽīĢīī¤īīīŋīīīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīŖī īļīīˇīīīŋīīīīŖīīŖīīŖī 37 ī¸īīīī¸ī īļīīˇ ī¸īīĩīī¸ī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īīīīīŠīī´ī īīīŽīĢīī¤īĸīī ī ī īŖ īīīīĒīīŠīīī ī§īīĒī§ī´ī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īŦī īīĄī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īīī īī īĢī īī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢī ī´īīŊī§ī īĢīī īŋīŽīī ī īīīĒīīī īī īī īĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīģī ī īĒī ī§ī īīŖ īĄī§īīīŠīī§īŠī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī īī ī§īīĒī§ī´ī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīīŦī īīĄīīīīĢī ī´ī§ī´ī īīīīīīī īĢī īīīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īŖī īļīīˇ īīīŠīīŽī¤īŽīī īī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī īī īŦī īĒīīļīīˇīīī īĻī īĒīīīī īŧī§ī´ī īīīŽīĢīī¤īĸī ī īŖ īĻīīŠīŽīŠī īīĄī īīģīī īīŖ īī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īģīī īĒī ī§ī īŊīŖ ī´īŽīĻīīŠī ī¨īīŖī īļīąīˇ īīīŠīīŽī¤īŽīī īī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īŦī īīĄī īīī īŧī§ī´ī īī īŽīĢīī¤ī īĻīīŠīŽīŠī īīĄī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī ī ī ī¤ī īīŦī ī īīīīīŠīī´ī īī ī§īīĒī§ī´ī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī ī īī ī¨ī īĢīī°ī īļīīˇ īīīŠīīŽī¤īŽīī īī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī ī¯ī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī īŠī§ī¨ī īīīĢīīīĄī´ī īĻīīīīīīĄī īīīĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īīī īīīīīī¨īĒīŠī ī¨īīīī īīīĒīī´īīī¨īŖī īļīīˇ īīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī ī īīīīīī¨īĒīŠī ī¨īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒīīļīīˇīīī īĄīīīĻīīīŽī¤īŽīīīīĻīīŠīŽīŠī īīĄī īīīīīĢīīĻī§īĒīīĸī ī īŖ īīīīīĒīīĒī ī¨īīĻīīīŽī¤īŽīīģīī īīŖ īīŽīīŽīŠīīĻīŽī´īŽī´īīĨī īŧīīīīĻī īŧī ī´īģīīī īīžī īĒī ī§ī īŊīŖ ī¨īīŠīĒīīŗīī´ī ī¨īīī´īī ī¤īĢīī īīŖī īļīīˇ ī ī´īĒīīīĻīīīīīŠīī īīīī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īī īĒī ī§īī´īŽīĻīīŠī ī¨īīģī ī¨ī§īŠī īĒīīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīŠīī īĄī īīĄī īīģī īīŽīīŽīŠīīĻīŽī´īŽī´īīĨī īŧīīīīĻī īŧī ī´īģī ī¨ī§īŠī īĒī ī´īīĒīīŠī īīĄī īī ī´īīĻīīīīĢīī´ī īī īīŽīī īĢī ī īĒī ī§ī īŠīīŗīīŠīīī¨īī īī īī´īģī īīŖ īĻīŠīŽīŗīīĢīīīĻīīŠī§ī¨ī ī¤ī ī īīģīīī īī īŗīŖ īŠīīīŊī īī īī´īīĄīī īĒī īīī§ī¨ī ī¤ī īīŧī ī¨ī īīŦī īīĄīī ī´ī īīīīīĢī ī´ī§ī´ī īīŖī ī īļīąīˇ ī īļīīˇ īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īīīī ī¨ī īĢīī¯īī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī§īŠī§īŗīī īīī īĻī īĒīīīīīīŠīī´ī īī īĻī īī īī¨īīĢī§īŠī§ī¤īĸī ī īŖ ī¨ī§ī ī´ī īīī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īģī īīŖ īŋīŽīī īīĻī īī īīĒī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīīī´īīŊī§ī īĢīīīŋīŽīī īīīīĒīīģīīī īī īŊīŖ īĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖīī īļīīˇ īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īīīī ī¨ī īĢīī¯īī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī§īŠī§īŗīīīīī īĻī īĒīīīīīīŠīī´ī īī īĻī īī īī¨īīĢī§īŠī§ī¤īīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īŖī īļīīˇ īī īĢī īī ī¤ī īĢī īīŋīīī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī§īīĒī§ī´ī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīī ī¤ī īīŦī ī īī īĻī īĒīīīīīīŠīī´ī īīīĻī īī īĸī ī īŖ īŋīŽīī īīĻīīī īīŗī ī īĒī īīīĒī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīģī īīŖ īīĢīŽī´īīĻīīī īīŗī ī īĒī īīīĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģīīī īī īŊīŖ īīĢīŽī´īīĻīīī īīŗī ī īĒī īīīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īŖī īīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī ī īīīīīī¨īĒīŠī ī¨īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īī īĄīī īĻīīīŽī¤īŽīī īī īī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īī īī ī´īŽīĻīīŠī ī¨īī īīīĢīīĻī§īĒīīĸī ī īŖ īīŖ īŊīŖ īīŖ īļīšīˇ īīīŠīīŽī¤īŽīī īī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īŦī īīĄī īīī īŧī§ī´ī īī īŽīĢīī¤ī īī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īīī īīī´īŽīĻīīŠī ī¨īīī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīĻī īī ī ī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī§īŠī§īŗīīīīī īīī¤ī§īŠī§īŗīīŊīīī īĻī īĒīīīīīīŠīī´ī īīī§īīĒī§ī´īīīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīī īīžī īĒī ī§īīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī ī īī ī¨ī īĢīīīī īīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īīīĒīī´īīī¨īī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīĻī īī īī īŦī īĒīīļīīˇī īŦī īīĄī ī¤ī īŠī§ī¨ī īīīĻīīī§ī¤īī īŽīĢīī¤ī īĻīīīŽī¤īŽīī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī ī¯ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īīīŠī§īĻī ī īĻīīŠīĒīīīī īīĄī īī īĒīī´īīī¨īīī īŠīīĸī ī īŖ īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī ī´ī īĨī ī¨ī īī ī´īŽīī¨īīŠīēī ī¨īī īĻī īī ī ī īŠīī īĢī īŦī īīĄī īīīīŽī¤īŽīīģīīī īī īīŖ ī¨ī īĒī§ī īī ī´īīŠīŧī ī īĻīīŠī īīĄī´ī īĒī īī īīŠī ī¤ī īŦī īīĄī īīīīīīī īīĄīī ī§īŠī§ī¨ī īīī´īīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī īīīīīīī īīŠī ī¤īŖī ī īī īĄīī īīīīīī§ī ī īī¨ī ī¤ī īīīīīŦīīīī ī īīīī ī¨ī īīīī¨ī īĒī īīīĢī īī ī īļīīˇ īī ī¨ī īĢīīīī ī īīīŠīīŽī¤īŽīī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīī īŧī§ī´ī īī īŽīĢīī¤ī īĻīīīŽī¤īŽīī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī ī¯ī ī īŦī īĒī īļīąīˇī ī´īīĻī īī ī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī īī¨īī¨ī§ī īīī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī īŖī ī īļīīˇīīīīīĒīīŠīīīŖīīŖīīŖī ī īī ī¨ī īĢīīīīīŖīīŖīīŖī 38 39 ī¸īī°īī¸ī ī¸īī¯īī¸ī īļīīˇ īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īĻīīīīĢī īī īī ī īĒī ī¨ī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī īīī ī īŦī īĒīīļīīˇīī īĒī ī§īī īŦī īĒīīļīīˇīīī īīī īŦī īĒīīļīąīˇīŖīīī īļīīˇ īļīīˇ īī īĢī īī ī¤ī īĢī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī īŦī īīĄī īīī īŧī§ī´ī īī īĒīīī ī´ī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īīī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīīĄīīīī īĢīī´ī īī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īīī´īīĻī īī īīĻīīīŽī¤īŽīīŖīī īļīīˇ īļīąīˇ īī īĢī īī ī¤ī īĢī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī ī īŦī īīĄī īīī īŧī§ī´ī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īĒīīĢī ī¤ī īīīīīī§ī¤īī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī īīīī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīīīīŠīī´ī īīīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖīī īļīąīˇ ī īļīšīˇ īī ī¨ī īĢīīīī īļīīˇ ī īīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīīīŠīī´ī īīī§īīĒī§ī´ī īŧī īīĄī´ī īīĨī ī´īĒī§īĸīī ī īŖ īīīļīī§ī īˇīīĒī ī¤ī§īīīī īĄīīīĻīīīŽī¤īŽīīīĻīīŠīŽīŠī īīĄī īīģīīī īī īīŖ īšīīļīĢīīī īˇīīĒī ī¤ī§īīīī īĄīīīī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īī īĒī ī§īī´īŽīĻīīŠī ī¨īīŖīī īļīīˇ īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī ī ī īī īĻī īĒī ī īīīĻīīŠīĻī īīŧī īīĄī ī§īīĒī§ī´ī īŧī īīĄī´ī ī īĨī ī´īĒī§ī īī īļīī§ī īˇī īĒī ī¤ī§īī īī īī īī īĻī īĒī īīīĻīīŠīĻī īīŧī īīĄīī´īīīī īĢīīŖī īļīīˇ īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī īī īī īĻī īĒī ī īīīĻīīŠīĻī īīŧī īīĄī ī§īīĒī§ī´ī īŧī īīĄī´ī ī īĨī ī´īĒī§ī īī īļīĒīīĄī īˇī īĒī ī¤ī§īī īī īī īī īĻī īĒī īīīĻīīŠīĻī īīŧī īīĄīī´īīīī īĢīīŖī īļīąīˇ īīīŠīĻī īīŧī īīĄī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īī īī ī īŦī īĒī īļīīˇī īīīīīŠīī´ī īī īŽīĢīī¤ī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īīī¤ī ī¨īīĢīīīēī īĢī§ī ī¨īīīĒīīŠī¤ī īī īĻīīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īŖī ī ī īī īĄīī īīīīīĒīīĄī ī īī¨ī ī¤ī īīīīīŦīīīī ī īīīī īŠī īī īīīī¨ī īĒī īīīĢī īī ī īī ī¨ī īĢīīīī īļīīˇ ī īīīŠīīŽī¤īŽīī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīī īŧī§ī´ī īī īŽīĢīī¤ī īĻīīīŽī¤īŽīī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī ī¯ī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī īī īī īī ī¤ī§īŠī§īŗī īŊī ī´īīĻī īī ī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīīī īĒī ī§īīī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī īī¨īī¨ī§ī īīī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī īŖī īļīīˇīīīīīĒīīŠīīīŖīīŖīīŖī 40 īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īĻīīīīĢī īī īī ī īĒī ī¨ī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī īīī ī īŦī īĒīīļīīˇīīī īīī īŦī īĒīīļīąīˇīŖī īī īĢī īī ī¤ī īĢī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī īŦī īīĄī īīī īŧī§ī´ī īī īĒīīī ī´ī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īīī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīīĄīīīī īĢīī´ī īī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īīī´īīĻī īī īīĻīīīŽī¤īŽīīŖī īī īĢī īī ī¤ī īĢī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īĒīīĢī ī¤ī īīīīīī§ī¤īī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īīī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīīīīŠīī´ī īī īĻīīŠī¨īīĒī§īŧī§ī īī īĻīŠīīī¨īīĻī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīī´īīĻī īī īīĻīīīŽī¤īŽīīŖīī īīīŠī¨īīĒī§īŧī§ī īī īĻīŠīīī¨īīĻī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīąīˇī īīīīīŠīī´ī īī ī§īīĒī§ī´ī īŧī īīĄī´ī ī īĨī ī´īĒī§ī īĻī īĢīīīĄī īĢī īī ī īī īļī¨ī īĒī§īˇī īĒī ī¤ī§īī ī¨īīŧī ī´ī īīīĒīīŠīīīĒī´ī īī īŽīĢīī¤ī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī īī¨īī¨ī§ī īīī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī īŖī ī īī ī¨ī īĢīīīąī ī īļīīˇ īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īī īĻīīŠī¨īīĒī§īŧī§ī īī īĻīŠīīī¨īīĻī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īīīī ī¨ī īĢīīīīī īŦī īĒīīļīšīˇīīīĻīīīŽī¤īŽīīīĨī īŧīīīĸī ī īŖ īīīīī§ī īĒī īĻīīĒī ī ī īŠīī īĢī īŠīīīŊī īī ī ī´īīĄīī īĒī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īŦī īīĄī ī ī´ī īī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īīīīĄī īī ī¨ī´ī īĢī ī īĻī īĢīīīĄī īīī¨ī īŠī īīĸīšīŖīīīī īļī¨ī īĒī§ī īī īīīīīĄī īĢīīī ī īŠīīī§īˇī īī īī īĻī īĢīīīĄī ī´īīŊīīĢī īīĸīīšīŖīīīī īļī¨ī īĒī§īīī īīīīīĄīīī§ī īīĻī§īĢī§ī¤īīĢīīī īīŠīīī§īˇīģī īīŖ īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īĻīīīīīŠīī īī īĒī īīī ī īī īĒī ī¨ī īĻī īī ī ī īŠīī īĢī īŦī īīĄī īīīīŽī¤īŽīīģī īŊīŖ īīīīī§ī īĒīīŠīīīŊī īī īīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģī īīŖ īīīīŦī§ī¨ī§īī īī īī īīīīŦī īīĻī īī´ī īī īīŽī´ī§īīīī ī§īĻī īŦī ī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īī īĢīīīĄī´ī§īīĄī īī īī īī ī§īĻī īŦī ī īĻīīī īīĒī ī§ī īī īĢīīīĄī´ī§īīĄī īīģīīī īī īīŖ īīīīī īŦī īŠī īī§īŠī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĒīīīĒī§ī īīīĻīīŠī īĒī§īŠī īīīĻīīŠī§īīī īīĄī¸ī§īīī īīĄī īīŖī īļīīˇ īīī īŦī ī īŦī īīĄī īīīĻīīŠīĢī§ī´ī īī īī īĢī īī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īĻīīīīīŠīī īī īĒī īīī īīī īĒī ī¨īī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīĻī īī īī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī§īŠī§īŗī īīīīīīīī īī´ī īīīĻī īī īīĻīīīŽī¤īŽīīŖī īļīīˇ īī§īŠī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī īī īīī¤īīĒī§īīĄī īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īī īĢī§ī ī¨ī ī īŠīī īĢī īŦī īīĄī īīīīŋīīī´ī īī ī§īīĒī§ī´ī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īĒī ī§ī īŧīīīī¨ī ī´īīĄīī īĒī īīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī ī īļīąīˇīīī īĢī īīīŖīīŖīīŖī 41 ī¸īīīīī¸ī ī¸īīīīī¸ī ī īļīąīˇ īī īĢī īī ī¤ī īĢī īĻīīīīĄī īīĄī īĻīīŠī¨īīĒī§īŧī§ī īī īĻīŠīīī¨īīĻī īĒīīĢī ī¤ī īīīīŦīīĢīī¨ī īī´ī īī ī´īīĨī īŧīīī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒīīļīīˇīīīīīīĒīīŠīīīīĄī§īīīŠīī§īŠīīī īĒī ī§īīī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī īī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīīīīŠīī´ī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī ī īļīīˇ īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī ī¨īīĒīīĢī ī¤ī īīīīīŠīīī ī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īĻīīīīĢīīĒīī īī īĒīīŠī¤ī īī īĻī īĢī īīĻīīŠī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īīīĻī īī īī īŦī īĒīīļīīˇīŖīīī īī ī¨ī īĢīīīšī ī īī īĢī īī ī¤ī īĢī īĨī ī´īĒī§ī īī īļī¨ī īĒī§īˇī īĒī ī¤ī§īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī īīī ī īŦī īĒī īļīšīˇī īĒīīŠīĢī īīĻī ī§īīī īĻīīīīĄī īīĄī īĻīīŠī¨īīĒī§īŧī§ī īī īĻīŠīīī¨īīĻī īīīĢī§īī īīīīŦīīĢīī¨ī īī´ī īī ī´īīĨī īŧīīī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī īīąī ī īŦī īĒī īļīīˇīī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīīĄīīĢī§ī īŠī´ī īī ī¨ī§īŠī īĒī īĻīīīī īĒī īĢī īīīĻīīŠī¨īīĒī§īŧī§ī īīīĻīŠīīī¨īīĻīŖī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī īļīīˇ īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīīīŠīī´ī īī ī§īīĒī§ī´īīŧī īīĄī´ī īīĨī ī´īĒī§īīšīšīīļīĢīīī īīĻī§īĢī§ī¤īīĢīīī īˇīīĒī ī¤ī§īīŖī īļīīˇ īīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īī īĻī īĒī ī īīīĻīīŠīĻī īīŧī īīĄī ī§īīĒī§ī´ī īŧī īīĄī´ī ī īĨī ī´īĒī§ī īīī īļīī§ī ī īĻī§īĢī§ī¤īˇī īĒī ī¤ī§īī īī īī īī īĻī īĒī īīīĻīīŠīĻī īīŧī īīĄīī´īīīī īĢīīŖī īļīąīˇ īī īĢī īī ī¤ī īĢī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī īŦī īīĄī īīī īŧī§ī´ī īī īĒīīī ī´ī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī īŦī īīĄī īīīĒīīīĒī§ī´ī īīī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīīĄīīīī īĢīī´ī īī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī ī§īīĒī§ī´ī īīī īŧī§ī´ī īī ī´īīīī īĢīī īŽīĢīī¤ī īĻīīīŽī¤īŽīī ī¨īīĒīīĢī ī¤ī īīīīīī§ī¤īī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī īŦī īīĄī īīīĒīīīĒī§ī´ī īīŖī īļīšīˇ īī īĢī īī ī¤ī īĢī īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī īŦī īīĄī īīī īŧī§ī´ī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī īĒī ī§ī īīī īŧī§ī´ī īī ī´īīīī īĢīī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīąīˇī īĒīīĢī ī¤ī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī īŦī īīĄī īīīĒīīīĒī§ī´ī īīī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīīīīŠīī´ī īī īīŋīīī īĻīīŠīĻī īīŧī īīĄī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖīī ī īļīīˇ īīīŠīĻī īīŧī īīĄī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īīīīīŠīī´ī īī īŽīĢīī¤ī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī ī īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īī ī¤ī ī¨īīĢīīīēī īĢī§ī ī¨īīīĒīīŠī¤ī īī īĻīīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īŖī ī ī īļīīˇ ī ī īīīŠīīŽī¤īŽīī īī īĻīīŠīĻī īīŧī īīĄī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īīīī ī¨ī īĢīīīīī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī īŠī§ī¨īīīī īŧī§ī´ī īīīĻī īĢīīīĄī īĢī īī ī īī īļī¨ī īĒī§īˇī īĒī ī¤ī§īī ī¨īīīīĢī§īī īīīŠī ī´ī¤īīŠīīŦī ī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖīī īīīŠīīŽī¤īŽīī īī īĻīīŠīĻī īīŧī īīĄī īī īīŋīīī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī īī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī īŠī§ī¨īīīīĢī īīĻīīŠīīĸī ī īŖ īĢī īĻīŽīŠī īī ī ī´ī¤īīŠī ī´īīĄīī īĒī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģīī īīŖ īŠīīīŊī īī īīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīĢī īīŧī§īĒī īīģī īŊīŖ īĻīīŠīĒīīīī īīĄī īī īĒīī´īīī¨ī īī īŠīī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī ī´ī īĨī ī¨ī īī ī´īŽīī¨īīŠīēī ī¨īī īī īī ī¨ī īĒī§ī īī ī´īīŠīŧī ī īĻīīŠī īīĄī´ī īĒī īī īīŠī ī¤ī īŦī īīĄī īīīīīīī īīĄīīī§īŠī§ī¨ī īīī´īīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī īīīīīīī īīŠī ī¤īŖīī īļīīˇīīīīīĒīīŠīīīŖīīŖīīŖī 42 īī ī¨ī īĢīīī¯ī ī īīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīīīŠīī´ī īīīīīīĄī īī ī´īīĒīīīĒī§ī īīĸī ī īŖ īī§ī´ī īī ī¨īīī īĄī īī ī¤ī ī´ī ī´īīĻīīīīĢīī´ī īī ī īĒī ī§ī īĻīīīĄī§ī ī¨ī ī īī ī īĒī ī¨ī ī´ī īĨī ī¨ī īīīĒī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīīīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īīī īĒī ī§īīĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģī īīŖ īĒīīī ī´īīī īĻī īĒīīīīŧī īīī´ī īīīŧī īīīī īīī īĒī ī§īī īĄī§īī īīģī īī ī¨ī īĢīīīĩī īļīīˇ ī īŊīŖ ī¤ī īīŦī ī īī īĻī īĒī īīīĻīīīī ī¤īĒī īīĄī īī´ī īī ī¨īīĒīīĢī ī¤ī īīīīī īĻī īĒī īĻīīŠī¨īīĒī§īŧī§ī īī īĒīīŠīĒī§īĢīī¨ī īī īŠīī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī īī¨īī¨ī§ī īīī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī īģī īīŖ īĢī§ī ī¨ī ī īŠīī īĢī īŦī īīĄī īīīīŋīīī´ī īī ī§īīĒī§ī´ī īīīī īīĄī§īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īĻī īĢīīīĄī īī īīŦī ī´ī īīīī īļī¨īīĻī§īĢī§ī¤ī īĻīīŠī ī¨īīŠī īĒī§ī¨īˇī īī īŠīī īĢī§ī ī¨ī ī īŠīī īĢīīŦī īīĄīīīīĒīīĒī īĻī´ī īīīī īĢī īīīīŋīīīģīī īīŖ ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īŦī īīĄī īīī īī īīĄī§īī ī§īīĒī§ī´ī īĨīī¨ī īĒī ī īĒīīŠīĒī ī īī īī ī ī´īŽīīŽīī ī¨īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī īĩī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī ī ī īī īī ī¤ī§īŠī§īŗī īīī ī¤ī īŠī§ī¨ī ī¨īīīī īĻīīŠīī īīīī īī īī īīīīĒī§ī´īīŦī ī īīī¨īī¨ī§ī īī´ī īī īīīīĄī īī ī īŠī¨īīĒīī´īĒī§īŠī īī§īī īŦī ī ī¨īīĒīīīĻī īĒīģīīī īī ī ī īŗīŖīīī īĢī īīīŖīīŖīīŖī 43 ī¸īīīīī¸ī ī¸īīīīī¸ī īŗīŖ īī īĢī īī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī īĻīīīī īīĄī§īī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīī¨īī¨ī§ī īī´ī īī īīīīĄī īī ī´īŽīīīī¨īī ī īĢī īī īīīīĄī īī īĒīīī ī´ī īīīīĄī§īī ī¤īīīīīĒī īīĄīī īĢī īīŖīī ī ī ī īī ī¨ī īĢīīī°ī ī īļīīˇ īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīŠī ī´ī¤īīŠī ī īĻī īīīĢī īĸī ī īŖ īŧī īīĄī´ī ī īĨī ī´īĒī§īīŦī ī īīīŠī ī´ī¤īīŠī īī īī īĒīīī ī´ī īīīĻīīŠīĻī īīŧī īīĄī īĢī īĄīīģī īīŖ īīŋīīīīŦī īīīīŊī īī§īĒīģī īŊīŖ īĻīīīīĄī īīĄīīīŋīīīīīīīĄīīīī īĢīī´ī īīīīŋīīīī¨īīŊī īŠī īī¨ī§ī´ī īŠīīĢī īģīī īīŖ īī īī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī ī īĒī ī§ī ī´īŽīĻīīŠī ī¨īī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īī§īī īŠīģī ī īĒī ī§ī īīŖ īī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīīĄī īīĄīīīŋīīīīīīīŦī īĒī ī´ī īīīĻī īīĢīīĒīŖīī īļīīˇ īī īī ī ī¨ī ī īĒī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīŠī ī´ī¤īīŠīī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īŦī īīĄī īĒīīī ī´ī īīīŠīĄīīŠī ī´ī īŦī īīĄī īīīŠī īī īīīīīī īĢī īīīŋīŽīī īīĻīīī īīŗī ī īĒī īīīĒī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīīīīĢīŽī´ī īĻīīī īīŗī ī īĒī īīīĒī īī īīī¤ī§īĒī īīīŠī īŦī īīī īĒī ī§īīīĢīŽī´īīĻīīī īīŗī ī īĒī īī īĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīīīŧī īīīīīīĢīī´īīīīĄī īŠī īŖī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī īīīĒīīīĒī§ī īī īĢīīīī¤ī īĢī īīŧī§īĒī īīīīĄīīī īī īĒī īĒī ī īŊī īŠī ī īĻīīīīīŠīī īī īīŋīīīī īĻīīŠīĻī īīŧī īīĄī īī īīŋīīīī ī¨īīŠīĒī ī īĻīīŠī īĢīī¤ī īī ī´īīĻīīīīĢīī´ī īī īīŋīīī īī īī ī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīī īĒī§īŠīīīīīĄī īīīĻīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīĒīīŠīīŖī ī ī īīīīīīī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī˛īīī īī īĄīī īīīīī¨ī īĒī§ī īīīĨī īŧīīī īīīīīīīĄī īīĄīīīŋīīī īī ī¨ī īĢīīīī ī 44 īļīīˇ īīīīīĄī īīĄīīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīĨī īŧīīīĸī ī īŖ īīīīī īŦī īŠī īī§īŠī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīī¨īī¨ī§ī īīī´īīĒīīīĒī§ī īīīŦī īīĄīīīīĒīīĒī īĻī´ī īīģī īīŖ īī´ī§īĒīī¨īīŠīĒī īīīīīŧī īĄī īī´īīĢīī¨īĒī īŠīī īīī īĢī īīģī īŊīŖ īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī īĻīīīĄī īī īī īī īĒīīŠī¤ī īī īĻī ī´ī īĨī ī¨ī īī īīī¨īīŠīĒī ī īĻīŽīĒīīī¨īīīŦī ī īī īī ī¨īīĒīī īĻī īĻīīīĄī§īīŧī§īīĄī īŦī īīĄī īīīīĄīĄī§īī ī´ī īīīŧī ī¨ī īīŦī īģī īīŖīīīīŠīī¤ī īīīĢīīĒī ī¨īī ī īīŖ īīīŠīī¤ī īīīĢīīĒī ī¨īī ī´īīŠī§ī¨ī ī´ī īī īŦī īīĄī īīīĒīīīī§īĢī´ī īī ī ī´īīī īĒī īī īŠīīīĻīīĢī ī´ī¨ī īī ī īīī´īīĄīī īĒī īīī§ī¨ī ī¤ī īīŦī īģī īīŖ īīīīŦī īīĻī īī´ī īī īĢī īĻīŽīŠī īī ī´īīĄīī īĒī īī ī§ī¨ī ī¤ī īīŦī ī ī´īīĻī īī ī īĻīīīīīŠīīīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģīīī īī īŗīŖ īīīīŧī īĄī īī´īīīīŠī¨īī¤ī īīīĢīīīĄī´ī§īīĄī īīŖī īļīīˇ īīīīīĄī īīĄī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīī īĨī īŧīīīĸīīīī ī īŖ īīīĢī ī´ī§ī´ī īīī´īīĄīī īĒī īīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīī¨īī¨ī§ī īīīīīīĄī īīīīŋīīīīŦī īīĄīīīīīīŠīī´ī īīīĻī īĢīīīĄīīĢī īī īīī īļī¨ī īĒī§īˇīīī§īĢī īīī¨īīĒīīĢī ī¤īīīŋīīīīīīĒīīŠīīīĒī´ī īīģī īīŖ īīīīī īŦī īŠī īĻī§īīĄī§īĒī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī ī´īīĒīīīĒī§ī īī īĻīīŠī īĒī§īŠī īī īĻīīŠī§īīī īīĄī¸ī§īīī īīĄī īīģī īŊīŖ īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī īĻīīīĄī īī īī īī ī´ī īĨī ī¨ī īī īī īī īĻīŽīĒīīī¨īīīŦī ī ī¨īīŠīĒī ī īĻīīīĄī īī īī īī īĻīīīĄī§īīŧī§īīĄī īĻī īī ī ī īŠīī īĢī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģī īīŖ īīīīŧī īĄī ī ī´īīīīŠī¨īī¤ī īī īĢīīīĄī´ī§īīĄī īī īĒīīīĻī īĒī ī§ī¨ī ī¤ī ī īī īī īīīŠīī¤ī īīīĢīīĒī ī¨īīī´īīŠī§ī¨ī ī´ī īīīŦī īīĄīīĒīīŠīŧī īīīī ī´īīī īĒīī´īīĄīī īĒī īī īīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīĒīīŠīī ī¨ī§ī´ī īĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īīīĢīīīī ī¤īīī īīī¨ī īīĻī ī¤īģī īīŖ īīīīīīŠīī ī ī´ī¨īī¨ī ī´īīĻī īī ī īĻīīĒī§īĄī ī¨ī īĻīīīīŠīīīĒī ī¤ī īŦī īīĄī īīīĒī§īīŧī§ī´ī ī§īīĒī§ī´ī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī ī´īīĄīī īĒī īī īĻīīī īīĒī ī§ī īīī īĻīīīĄī īĨī ī¨ī īīī īīēī īĢī§ī ī¨īīī īī īī īĻīīīīīī ī īī ī´īīĄīī īĒī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģī īŗīŖ īīīīīĢīī¤ī īŠī ī ī ī¨īīĒī īīīĄī īŠī ī īī īĄīī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īŦī īīĄī īīīī īīŗī ī īĒī´ī īīī¨ī īŠī īī īīīīĢīī´īīīīīīŠīīīĒī ī¤īŖī īĄīŖ īīīŠīī īĢīī¨ī ī¨īī´ī īīī´īīĄīī īĒī īīīĻīīīī īīĄī§īī īī ī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīīĻī īĢīīīĄīīĢī īīī īĒīīīīļīīī īīˇīīī§īĢī īīī¨īīĒīīĢī ī¤īīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīīĒīīŠīīīĒī´ī īīģī ī¤īŖ īīīĢīīī īĒī´ī īīīĒīīī īĄī īī ī¤īĢīīīīīīīīī īīĄīī´īŽīī¨īīŠīēī ī¨īīī īĢī īīīī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīī¨īīŠīĒī īīī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒīī¨īīĒīīīĻī īĒīīīīīī īĢī īī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īīī´īīĄīī īĒī īīīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīī¨īī¨ī§ī īīīīŋīīīīŦī īīĄīīīīīīŠīī´ī īīģī īīŖ īīīīī§ī īĒī īĢī īĻīŽīŠī īī ī´īīĄīī īĒī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīī¨īīŊī īŠī īīĻīīŠīīŽīīī´īī´īīĻī īī īīīīīĒīīŠīīģī īŧīŖ īīīīŦī§ī¨ī§īī īī īī īīīīŦīīŠī ī¤ī´ī īī īŠīīīŊī īī ī ī´ī īŠīŦī ī īĢīīī ī īĒī ī¤ī§īī īīīī īīīŠīīīŊī īī īī´ī īŠīŦī īīĒī ī¤ī§īī īīŖī ī ī īī ī¨ī īĢīīīīīŖīīŖīīŖī ī ī 45 ī¸īīīąīī¸ī ī¸īīīšīī¸ī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī ī īīīĒīīīĒī§ī īī īĢīīīī¤ī īĢī īīŧī§īĒī īīīīĄīīī īī īĒī īĒī ī īŊī īŠī ī īĻīīĢī ī´ī¨ī īī ī īī ī´īīĨī īŧīīī īī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īī īĢī īī īī ī¨ī īĢī īīī īīī īĒī§īŠī īīīīĄī īī īĻīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīĒīīŠīīŖī īī īĄīī īīīīīī§ī ī īī ī´īīīīīīĄī īīĄīīīŋīīī īī ī¨ī īĢīīīī ī īīīīīĄī īīĄīīīŋīīīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīŠī¤ī ī´īĸī ī īŖ īīīĢī ī´ī§ī´ī īīī´īīĄīī īĒī īīī§ī¨ī ī¤ī īī¨īī¨ī§ī īīīīŋīīīģī īīŖ īīīīŧī īīīī īīĄīĄīŽīĒī īī ī¨īŽī¨īī ī¨īīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģī īī īī īŊīŖ īīīīī īĻī īĒī´ī īīīĻīīŠīĢīīīī§īīĄī īīī¤ī§ī´ī§īīīī īĢī īīīīīŠī§ī¨ī ī¤ī īŖīī ī ī īļīīˇ īīēī īĢī§ī ī¨īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īīīĢī īĢī§īī īĻīīīīŠīī´ī¨ī ī īī īĢī īīĄī¨ī§īīĄī ī´īī īĢīŽī´ī ī¨īī īī īī īĻīīīīŠīī´ī¨ī ī īī īĒīīī ī´ī īĢī īīĄī¨ī§īīĄī īīīĢī īĢī§īī īĻīīīīŠīī´ī¨ī ī īī īĢī īĻīŽīŠī īī ī´īīĄīī īĒī īī īŦī īīĄī īīī¨ī§ī¨ī§īī īŽīĢīī¤ī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīī īīžī īĒī ī§īīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īļīīˇ īī ī¨īīĢī īīēī īĢī§ī ī¨īī īīīŠī§īĻī ī ī¨ī īŠī īī ī īĒī ī§ī īŠīī´īŽīīīīī ī¨īī ī§īīĒī§ī´ī īĻīīŠīī īī´ī īīīĻīīĢī ī´ī¨ī īī ī īīī´īīĄīī īĒī īīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī ī īī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīī¨ī īīĻī īī´ī īīīŽīĢīī¤īīĻīīīīīŠīīīīŋīīīŖī īļīąīˇ īī īĢī īī ī¤ī īĢī īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īī ī¤ī ī¨īīĢī īīēī īĢī§ī ī¨īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīī§īīŧī§ī´ī īī ī´īīīīŠīŧī ī īī īī´īī īīīŠī¤ī ī´ī īīīīī īĻī īĒī īĻīŠīīŽīŠīīĒī ī¨ī ī§īīĒī§ī´ī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īĻīīīĄīīīī īīĄī īī ī§ī¨ī ī¤ī īīīīīĢīŽī´ī ī¨īīīĢī īīīŖī īļīšīˇ īīīĒīīīĒī§ī īī īĢīīīī¤ī īĢī īīŧī§īĒī īīīīĄīīī īī īīēī īĢī§ī ī¨īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīī īĒī§īŠī īīīīĄī īī īĻīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīĒīīŠīīŖī īīīīīī ī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īļīīˇ īī ī¨ī īĢīīīąī ī īīīīīīī ī īīīī īīīĻīīīĄī īĨī ī¨ī īīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īŽīĢīī¤ī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§īīī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī īī¨īī¨ī§ī īīīīīīĄī īīī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī īŖīī īļīīˇ īīīĢī ī´ī¨ī īī ī īī īĻīīīīīī ī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īīīĢī īĢī§īī īĻīīīĄī īĒī§īŠī īīī īīīīīīīĄī īīīīĻīīīŦī§īĢī§ī¤ī īīīīī īīīĒīīĄī§īŠī īīŖī īļīīˇ īīīĢī ī´ī¨ī īī ī īī īĻīīīĄī īĨī ī¨ī īī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī īīīĢī īĢī§īī īĻīīīīŠīī´ī¨ī ī īī īĢī īīĄī¨ī§īīĄī ī´īī īĢīŽī´ī ī¨īī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īī īīžī īĒī ī§ī īīīĢī īĢī§īī īĻīīīīĢīīĒīī īī īĒīīŠī¤ī īī īĻī īĢī īĻīŽīŠī īī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīī īīīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īļīąīˇ īļīīˇ īīīīīīī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīīīī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī īļīīˇ īīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīī īī īĢī īī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī ī´īīĄīī īĒī īī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīŦī īī īī īĻī īĒī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī ī´īīŠīŧī ī ī¨ī īī ī ī¨īī¨ī§ī īī ī´īīĒīīīĒī§ī īī īĻīīŠī īĒī§īŠī īī īĻīīŠī§īīī īīĄī¸ī§īīī īīĄī īīŖī īļīīˇ ī īīīīīīīī īīīīīīī īīīĒīīīĒī§ī īī īĢīīīī¤ī īĢī īīŧī§īĒī īīīīĄīīī īī īĒī īĒī ī īŊī īŠī ī īĻīīīīīī ī īī īī īī īĻīīīĄī īĨī ī¨ī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īī īīī īŦī īĒīīļīīˇīīīī īĒī§īŠīīīīīĄī īīīĻīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīĒīīŠīīŖī īī ī¨ī īĢīīīšī ī īīēī īĢī§ī ī¨īīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīīŧī ī¨ī īīī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īī īīīĢī ī´ī§ī´ī īīīŽīĢīī¤īīĻīīīīīŠīīīīŋīīīŖī īīīŠīŧī ī ī¨ī īī ī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īĨī īŧīīī īīīĢī īĻīŽīŠī´ī īī ī´īīĻī īī ī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī īī¨īī¨ī§ī īīīīīīĄī īīī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī īŖī īī ī¨ī īĢīīīĩī ī īļīīˇ īīīĒīī īĻī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īŦī īīĄī īĒīīī ī´ī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī ī´īīĨī īŧīīī īīī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īīīī ī¨ī īĢīīīīīī īĻī īĒī īīī´īīī īīī¨ī īī´ī¨īīī īīīīīī¨īĒīŠī īĒīīŗīŖīīī īļīīˇīīī īī´ī¨īīīŖīīŖīīŖī īļīīˇīīīēī īĢī§ī ī¨īīīŖīīŖīīŖī 46 47 ī¸īīīĩīī¸ī ī¸īīīīī¸ī ī ī ī ī īļīīˇ īī īī´ī¨īī ī īīīīīī¨īĒīŠī īĒīīŗī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇīīī īĻī īĒīīīīŠī§īĻī īĸī īļīīˇ īīīĢī īīīīīīŊī īī§īĒīīīŋīīīīŦī īī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīĻī īī īī īŦī īĒī īļīąīˇīī īī īĄīī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īŦī īīĄī īĒīīī ī´ī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī ī´īīĨī īŧīīī īī īīīŠīī¤ī īīīĢīīĒī ī¨īī ī´īīŠī§ī¨ī ī´ī īī īī īīžī īĒī ī§ī ī´ī īŠīīī ī ī´īīĄīī īĒī īīīŦī ī īīīīīīī§īĢī´ī īī ī´īīŠī§ī¨ī ī´ī īī īĻī īī ī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī ī īĒī ī§ī īĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īīīī ī¨ī īĢī īīī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī īī ī īĒī ī§ī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī īīī īīī´īīī īī ī´īīĨī īŧīīī īī īĻīīīī īŦī īŠī īī īĄī īīĒīī īŠī§īĄīī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī ī´īīŠī§ī¨ī ī´ī īīīŦī īīĄīīīīĒīīīī§īĢī´ī īīŖī īļīĩīˇ īī īīĒīī īŠī§īĄīī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īĒīīī ī´ī īīīīĄī¤īīĢī īīĄī´ī īī īĒī§īīĒī§īĒī īī īĻīīī īī ī ī īĒī ī¨ī īĒīīīī ī´ī īĻīīī īī ī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī ī´īīĒīīīĒī§ī īī īĻīīŠī īĒī§īŠī īī īĻīīŠī§īīī īīĄī¸ ī§īīī īīĄī īīŖī ī īŖ īĻīīŠīīīĄī īĒī īīīĒīīŠīĒī§īĢīī¨īģī īīŖ īĻīīīĄī¤īīīĒīī īīī¨īīīīīĒī īŠī īī´īīĄīī īĒī īīģīīī īīžī īĒī ī§ī īŊīŖ īĻīīīŊī īī§īĒī īīīīŋīīīŖīī īļīīˇ īī īī´ī¨īī ī īīīīīī¨īĒīŠī īĒīīŗī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇīīīī´īīī īīīŽīĢīī¤īīĻīīīīīŠīīīīŋīīīŖīī ī īļīīˇ īī ī¨ī īĢīīī¯ī ī īī īī´ī¨īī ī īīīīīī¨īĒīŠī īĒīīŗī īīīŠī§īĻī ī īĻīīŠīīīĄī īĒī īī īĒīīŠīĒī§īĢīī¨ī ī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īīīī ī¨ī īĢīīīĩīī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī§īŠī§īŗīī ī īīī´īīī īī ī´īīĻī īī ī ī¨īīĒīī īĻī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īŦī īīĄī īĒīīī ī´ī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īīī´īīĨī īŧīīī īīī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īī īī ī¨ī īĢīīīīī īŦī īĒīīļīīˇīīī īīīī īŦī īĒīīļīīˇīŖīīī īļīīˇ īīīŠīīīĄī īĒī īīīĒīīŠīĒī§īĢīī¨īī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīĻī īī īī īŦī īĒīīļīīˇī īīīīīŠīī´ī īī ī¨īīī īīŦī ī´ī īī īļīĒīīĄī īˇī ī´ī īĢīī īīīŠīĒī§īŠī§īĒī¸īĒī§īŠī§īĒī īīīīĄī īī īĒīīīĄīĄī īĒīīĨī ī´īĒī§īīī ī¨īīīĄī¸īī ī¨īīīĄīīīīīļīī§ī īīĻī§īĢī§ī¤īˇīī¤ī īŠīīī´īīŠīŧī īŖīī īļīīˇ īī īĢī īī ī¤ī īĢī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īĒīīī ī´ī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī ī´īīĨī īŧīīī īīīŦī ī ī¨īīĒīīĢī ī¤ī īīī īļīī§ī ī īĻī§īĢī§ī¤īˇī ī¤ī īŠīī īĻīīŠīīīĄī īĒī īī īĒīīŠīĒī§īĢīī¨ī ī´īīĒīīĄī ī īīīĒīīŠīīī ī īŽīĢīī¤ī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīīī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīīīīī´īīī īīī¨ī īī´ī¨īīīĻīīīĄī¤īīīĒīī īīī¨īīīīīĒī īŠī īī´īīĄīī īĒī īīŖī īļīąīˇ īī īĢī īī ī¤ī īĢī ī¨īīĒīīĢī ī¤ī īīī īļīĒīīĄī ī īĻī§īĢī§ī¤īˇī ī¤ī īŠīī ī¨īīŧī ī´ī īĒī īīĄīĄī īĢī īīī´īīĢī§ī īŠī´ī īīīŦī īī¨ī īī´ī¨īīīĻīīīĄī¤īīīĒīī īīī¨īīīīīĒī īŠī īī´īīĄīī īĒī īī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īĒīīī ī´ī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī ī´īīĨī īŧīīī īīīŦī īī īĻīīīīīŠīīīīŋīīīīīīīīīŠīī´ī īīī¨ī īī´ī¨īīīĻīīīŊī īī§īĒī īīīīŋīīīŖī īļīšīˇ īī īī´ī¨īī īĻīīīĄī¤īīīĒīī īī ī¨īīīīīĒī īŠī ī īīīī īĒī īĢī´ī īī ī īĻī īīīĢī ī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī ī´īīĨī īŧīīī īīīŦī ī ī¨īīīīĢī§īī īīīŠī ī´ī¤īīŠīīŦī īīĒīīīĄīĄī īĒīīĨī ī´īĒī§īīīīīļīĒīīĄī īīĻī§īĢī§ī¤īˇīī¤ī īŠīīŖīī ī ī ī ī īī ī¨ī īĢīīī°ī ī īīīĒīīīĒī§ī īīīĢīīīī¤īīĢī īīŧī§īĒīīīīīĄīīī īīīĒī īĒī īīŊī īŠī īīĻīīīĄīīī ī īīī¨ī īī´ī¨īī ī īīīīīī¨īĒīŠī īĒīīŗī īī īī īīī¨ī īŠī īī īĄī īīĒīī īŠī§īĄīī ī´īīĻī īī ī īĻīīīīĄī īīĄī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīī¨īīī īĄī īīī īī īīīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īī īī ī¨ī īĢīīī¯īīīī īĒī§īŠīīŽīĢīī¤īīīīīĒīīŠīīŖī ī īļīīˇ īīīĒīī īĻī īŽīŠī īīĄī īŦī īīĄī īīīī ī¨ī§ī´īī ī´ī īĨī ī¨ī īī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīī´īīī īī īĻī§īīĄī§īĒī īī īŽīĢīī¤ī īīīīĒīīŠīīī īĄī§īīīŠīī§īŠīī ī īĒī ī§ī īī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī ī ī¨īī¨ī§ī īī īīīīĄī īī ī´īīĨīīī īīĄī īīīŦī īŖī īļīīˇ īī§īīĄī§īĒī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īī īĻī īī ī ī īŦī īĒī īļīīˇī īī īī īī ī¨ī īĢī īīī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī īīī ī¨īīŠīĒī ī īī§īŠī īī ī¨īīī īĄī īīī īī ī īīīī ī´ī¨ī§īīīī īĢī īīīī ī¨ī īĢīīīąīī īŦī īĒīīļīīˇīī¤ī§īŠī§īŗīīīīīī īīīī ī¨ī īĢīīīī ī īŦī īĒī īļīīˇī ī¤ī§īŠī§īŗī ī ī īīīŠī§īĻī ī´ī īī īĻīīīīŠīīī ī īī īīīĄī īŠī ī īī§ī´ī īī īĻī īŧī ī´īī īĒī ī§īīĻīīīīŠīīī ī īīīī īīŠī ī¤īī¨īī¨ī§ī īīīīīīĄī īīī´īīĒīīīĒī§ī īī īĻīīŠī īĒī§īŠī īīīĻīīŠī§īīī īīĄī¸ī§īīī īīĄī īīŖī ī ī ī īļīīˇīīīīĢī īīīīŖīīŖīīŖī ī ī ī 48 īīīīīīīīī ī īīī īīī īīīīīīīīī¸īīīīī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī īīīīīīīīīīŖīīŖīīŖī 49 ī¸īīī¯īī¸ī ī ī ī ī ī¸īīī°īī¸ī ī ī īīĄī īŠī ī¨īīĒīī īĻī īŽīŠī īīĄī īīīīĄīīĒī ī¤ī§īīīŦī ī īīīīīŠīīīĒī ī¤ī´ī īī īĻīīīĄī§īīī īīĄī īī īīīŠī īĒī§īŠī īī īīīīīŠīīīĒī ī¤ī īīīī īīīīĄī īī īĻīīīīīĻī īĒī īīīŦī ī īī īĢī īī īīīīī īŠī īī īīīĄī īŠī ī īīīĻī§īīĢīī´ī īīīīŽīīī¨īī īŖī ī ī īīīĒīīĒī īĻī´ī īīīīīīī ī´ī īŠīĒī ī īĻī īī īīĒī īīĄīĄī īĢīīīīīīīīŠī§ī īŠīīīīīīīīīī īīīīīīī īīī īīī īīīīīīīīīīīīīī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī īīīīĄī īīīīīĒīīĒī īĻī´ī īīīŦī īīīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīīŠīīīĒī ī¤īīīīīĸī ī ī īŖ īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īŦī īīĄī īĒīīĢī ī¤ī īīīīīŠīī´ī īī īĒīīĒī īĻīīīīĢī ī´ī§īī¨ī īīĻī īīīīīīĄī īīīīŋīīīīŦī īīīīŠī ī´ī¤īīŠīģī īīŖ īĻīīŠīīŽī¤īŽīī īī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īŦī īīĄī īī ī¨īī¤ī īī īĢī īī īĻīŠīŽī¨īī¨īī īĻīŠīŽī¨īī¨īīŦī ī īīīīĄīī´ī§īĒīī ī´īīĒīīīĒī§ī īī īī īĢī īīīīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīīŠīīīĒī ī¤īīīīīŖī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī ī ī ī ī ī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīĒīĒīīŖī ī ī ī ī īīīīīī īīī īīī īīīīīīīīī īīī ī īļīīˇ īļīīˇ īī ī¨ī īĢīīīī ī īīīī§ī ī īĻīīŠī īĒī§īŠī īī īĻīīĢī ī´ī¨ī īī ī īī īī īŠīī īīīŠī īĒī§īŠī īī īīīīīŠīīīĒī ī¤ī īīŽīīŽīŠī īī¯ī ī ī ī¤ī§īī īī°ī°īąī īĒīīīĒī īīĄī īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī īīĢī īī īīī ī˛īŽīī ī īīīī īīŗī ī īĒī īī ī ī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīīī ī īī īīīī§īĒī īīīī īŦī īīīī īīī ī īī īīīīī¨ī īĒī ī īīĢī īī īīīīŦī īĒī ī´ī īī īī ī¨īī¤ī īīīŠīĢī ī´ī§ī ī¨īīĢī īī ī īĒīīī ī´ī īīīŠīĒīīīĒī īīĄī īī īīīīĄī īī īīīŠī īĒī§īŠī īī īīīīīŠīīīĒī ī¤ī īīīī īī īī īīīĢī§īīīīī´īīĢī§ī īŠī´ī īīīĻīīŠī īĒī§īŠī īīīŦī īīĄīīī īŠī§īŖī īīīīĄī īīīīīŠīĢī ī´ī§īīŦī īīīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīīŠīīīĒī ī¤īīīīīīīīīŠī īĒī§īŠī īī īīīīīŠīīīĒī ī¤ī īīŽīīŽīŠī īī¯ī ī ī ī¤ī§īī īī°ī°īąī īĒīīīĒī īīĄī īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī īīĢī īī īīī ī˛īŽīī ī īīīī īīŗī ī īĒī īī ī ī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīīī ī īī īīīī§īĒī īīīī īŦī īīīī īīī ī īī īīīīī¨ī īĒī ī īīĢī īīīīīŊī īī§īĒīīī īīīīīīŦī īĒī ī´ī īīīĒīīī ī´īīīīŠīĢī ī´ī§īŖī ī ī īīī§īīī īīĄī´ī īīīīīīī ī´ī īŠīĒī ī īĻī īī īīĒī īīĄīĄī īĢīīīīīīīīŠī§ī īŠīīīīīīīīīī ī ī īīīŖīīīŖīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī ī ī īīīī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī ī ī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīĒīĒīīŖī ī ī ī īīīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīīīīīīīīīī ī ī ī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīīīīīīīīīīīīīīąīąī ī ī ī ī 50 īī ī¨ī īĢīīīī ī īīīŠī īĒī§īŠī īī īīīīīŠīīīĒī ī¤ī īīīī īī§īĢī īī īīīŠīĢī ī´ī§ī īĻī īī ī īĒī īīĄīĄī īĢī īīī§īīī īīĄī´ī īīŖī ī ī ī īīĄī īŠīīŖīīŖīīŖī 51 ī ī¸īīīī¸ī īīīīīīīīīīī īī īīī īīīīī īīīīīīīīīīīīī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīīīīīīī īīīīīīīīīī ī īīī īīīī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīī īīīīīīīīīī īīīīīīīīīīīīīī īīīīī īīīīīīīīīīīīīīīī ī īīīīīīīī īīīīīīīīīīīīīī īīīīīīīīīī īīīīīīī ī ī ī īīŖ īīīīī ī ī īīī´ī īŦī ī īī ī¨ī§īīīīŠī īī īŦī ī ī īĢī īī ī¤ī īŦī īĒīī īī īī īī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī ī īŦī īīĄī īĒīīŠīīīŠīī ī īĒī ī¨ī ī¨ī§īīīīŠīīī īŦī īī īĢī īīī¤īīĨī īīīīī¨ī§īīīīŠīīī īŦī īī īĢī īīīī īī īĒīīīīī¨īīŠīĒī īīī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī ī ī īĒī ī§īĻī§īī īĄīīŧī īĢī ī ī´īī§īīī´ī īī ī īĢī īī īī īīžī īĒī ī§ī ī´īīīīī ī¤ī īī ī īĢī īī īĢī īīīīŦī ī īŦī īīĄī īīīīīĢīī´īīīŽīĢīī¤īīī īīĄī¨ī īīīīīŽīīī¨īī īīīīŠī§īĻī ī´ī īīī īī§īĄīīŠī ī¤īī ī§ī¤ī īīīī īīĄīīī ī¤ī īīī¨ī īŖīīī īīŽīĒīīī¨īī ī¨ī§īīīīŠī īī īŦī ī ī īĢī īī ī¤ī īŦī īĒīī īī īī īī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī ī īĒīīŠī¨īīī§īĒī īĻīīŠīĢī§ī īīī´īīīī īīĄī´ī īī īī īī īīīī īīŗī ī īĒī´ī īī īī īĄīī ī¨īīīī¨ī īŠī¸īīī¨ī īŠī ī´īī¨īīŧī ī¤īĒīīŠī ī īī īŠī ī´īŦī īĒī īīīĢī īĢī§īī ī§īĻī īŦī ī ī´īŽīī¨īīŠīēī ī¨īī ī¨ī§īīīīŠī īī īŦī ī ī īĢī īī ī¤ī īŦī īĒīī īī īī īī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī īī ī¨īī¤īīīĄīĄī ī īĒīīŠīŊī īĻī īī ī´īī¨īīīīī īīĄī īī ī īīĒī īŠī ī īĻīīŠīĢīīīī§īīĄī īīī īĻīīīĄī īĨīīĒī īīī īī īī īĻīīī īīŗī ī īĒī īīī¨īīŊī īŠī īīĢīī¨īĒī īŠīīŖīī ī īī īĢī ī¤ī ī¨ī īĒī§ī ī§īĻī īŦī ī ī´īŽīī¨īīŠīēī ī¨īī ī¨ī§īīīīŠī īī īŦī ī ī īĢī īī ī¤ī īŦī īĒīī īī īī īī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī ī īīīĒīīīĻī§ī¤ī īīīĢī īĢī§īī īĻīīīīĒī īĻī īī ī¨īīī īĄīī īī ī´ī īĨī ī¨ī īī ī¤ī§īĒī īī īī īīžī īĒī ī§ī ī´ī īĨī ī¨ī īī īĻīīŠī īīŠī īī īīīīŧī īīī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī īī īīīĒī īī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīŦī īīĄīī¨ī īĢī ī¤īī¨ī īĒī§īīŗī§īīĄī¨īīīŦī īī īī īĢī ī¤īī¨īīī īĄī īīīŽīīŧīī´īīī īī īī īŦī ī īĒī īŠīī´ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī§īīĒī§ī´ī īīīŧī īīī´ī īī īĻī§ī¨ī īĒī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī īī īī ī´ī§īīŧī§īīĄī īī īĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖīī ī īīīīī īīĄī§īī īī īī ī¨īīŽīī īĢī īīī īīīŠīī īĄī īī ī¨īī´īĒīŽīŠī īĒīīĢī ī¤ī īīīŠī¤ī ī¨īīĢī īīīīīīĄī´ī īĒī´ī īī īĻīīīī īĻī īĒī īī īī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒīī īīī¨ī īīĻīīīĄī īĒīīĢī ī¤ī īīīīīīĄī´ī īĒī´ī īī ī´īīĄīī īĒī īī īī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒī īīīīīŠīī īĄī īī īīīī īīĄīī ī¨īī¤īīīĄīĄī ī īīīīīīī§īĢī´ī īī īĻīīŠī§īī ī¤ī īī īĻīŽīĢī ī ī´īī¤īīī§īĻī īī īī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒī īŦī īīĄī īīīī§īīĒī§īĒī ī´īīī§īĒī§ī¤ī īī ī¤īīī§īĻī īŦī īīĄī ī¨īīī ī´īīī īīīŠī īĄī īīŖī īīīī§ī ī ī ī¨īĻīī´ī īĒīīŠī¨īīī§īĒī īīīĒī īīī ī¤ī īīīīĄī īī īīīīīīĄī´ī īĒīīŦī ī īīīī īĒī ī´īīīī īĢīī ī´īī ī īĢī īī īĒīīŠī§īĒī īī ī īī īĄīī īī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒī īĻīīŠī´īŽīĒī ī īīī īīīīŦīīī īī´ī īī ī¨īīī ī´īīīīīīīīīĄī´ī īĒīīŦī īī´īīī§īĒī§ī¤ī īīīī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒīī ī´ī īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖīī ī ī ī īīīŧī īĢī īīīŖīīŖīīŖī 52 īīīŧī īĢī īī īīīīĄī īī īĻīīŠī´īīīī īīĄī īī ī´īīī§īĒī§ī¤ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīī īī ī´ī ī ī¨ī§ī ī´ī ī īī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īī īĒī īī īī īī ī¨īīŽīī īĢīī īĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī īī īī īĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īīī īŦī īīĄī īīīīīĢīī´īī ī´īī§īīī´ī īī ī īĢī īīī ī´īīīīī ī¤ī īī ī īĢī īīī īī īī īĢī īīī¸īĢī īīīī ī¨ī īīĄī īĒī īĻīŽīĒīīī¨īī īĢī ī§īīĒī§ī´ī īīī´īīīī īīĄī´ī īī ī¨īīī īĄī īī īŽīīŦīī´ī īī īī īī īŦī ī īĒī īŠīī´ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīī¨ī īīĻīīīĄīī¨īīī īĄī īīīĨī ī¤ī īī īīĻīīīīĢīīĒīī īīīīĻīīīīīīī´ī īīīīī īīīĻīīīĄīīīī īīĄī īīīīĢīī§ī īĻīīīĄīīĒī ī¤ī§ī īīŖī īīĄī īŠī īŽīīŦīī´ī īī īī īī īŦī ī īĒī īŠīī´ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īĒīīŠī¨īīī§īĒī īī īĻī īĒī īīīī īīŗī ī īĒī´ī īī ī¨īīŊī īŠī ī īīŦī īĒī ī īīīĻīīŠīĢī§ī´ī īī īīŽīī īĢī īī īī īĒīī´īīŽīĢīŽīĄīīŖī īīīĒī§ī´ī īīĒī§īī īīŽīī īĢī īī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒī īī īī īĒīī´īīŽīĢīŽīĄīī īŦī īīĄī ī¨īī¨ī§ī īīī īĻīīŠīĢī§ī īīīī´ī§īĒī¨īīŠīĒī ī´ī īī īī īĢī īī ī´īīĄīī īĒī īīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖīī ī īīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīī¨ī§ī ī´ī īīī īŠīĄī ī¨ī īĒīĨī īīīĒī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīīīĒī īī īī ī¤ī§īĒī īī īŠī īŦī īī īī īī īĒī īī īī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīīīīŠīī´ī īī īī īīĻī ī´ī īĻīŽī¨īīĒīīŗī īī īĢī īī īīīīŊīīĻīĒī ī´ī īī īĻīīŠīĢī§ī ī¨ī īī ī´īī¨īīīĻī īĒī īī ī´īīŠīŧī ī īī īī ī´īī¨īīīĻī īĒī īī īīīŠī§ī¨ī ī¤ī īī īĻīīīīīĄī´ī īĒī īī ī´īī¨īīŧī ī¤īĒīīŠī ī īī īī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒīī īĻīīīīīĄī´ī īĒī īī īĻīīīī īĻī īĒī īī īīīĄī īŠī ī īī īī īĻīīī ī¨ī§ī´ī īī īīīēīī¨ī īŖī īīīĢī īīī īīĒī§ī īĻī§īĢī ī ī§īīĒī§ī´ī īīīīīīĄī´ī īĒī´ī īī īŠī ī¨ī ī īŊīīīĒī ī īĒī īī ī¤ī ī īīŠī īī īī īī§īī īŦī ī īī īīĄī¨ī īī īĻīīīīŠī īĒī ī īī īĻīīīī īīĄī§īī īī īī īī īĻīīīĄīīīī īīĄī īīīĨīīĢī īŦī ī¤īī¨īīŠīĒī īīīīīīīĄī´ī īĒī´ī īīī´īīĒī ī¤ī īī īīīī ī¨īīŽīī īĢīŖīī ī īīīīŦīīĢīīīĄīĄī īŠī ī īī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīĢī ī´ī¨ī īī ī´ī īī īīīīĄī īī īīīīĻīīŠī¤ī īĒīī´ī īīĸī ī īŖ ī´īŽīī¨īīŠīēī ī¨īīī¨ī§īīīīŠīīī īŦī īī īĢī īīī¤ī īŦī īĒīīīī īīīī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī īģī īīŖ ī´īīī īīĻī§ī īī ī§īīĒī§ī´ī īīīīīŽīŠīŽīīĄī īī īī īīīīīīĄī´ī īĒī´ī īī īĻīīŠī´īīīī īīĄī īī ī´īī¤īīī§īĻī īīīī´īŽīīŽīīīīī īīī¨īŽī¨īī īĢīīī§īī īŦī īģī īŊīŖ īīīĢī īī¸īīīĢī īī ī īĄī īī īī ī īī īĒī īī¨īĒīī īī īĒīī ī¨īīŠīĒī ī īĻī īīī īīĄī īīī īī īī īīīĢī īī¸īīīĢī īī īŦī īīĄī ī¤īīī§īĻīīī īĢī īīīī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒīģī īīŖ ī´īīĢīī¨īĒī īŠīī īīīī§īī īŦī īīī īīīī§īĒī§īīĢīīīĄī´ī§īīĄī īīī¤īīī§īĻīģī īīŖ ī´īīĢī īīĄī¨ī§īīĄī īīīĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīĒī§īī¨īīīīīŠīīģīīī īī īŗīŖ ī´īī īī īī īīīī īīī´īīĒīīŠīĒīīī īīīī ī¨īŦī īŠī ī´ī īĒīŖī ī īīīīī īīĄī§īī īī ī¨ī īŠī īī ī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīī ī´ī¨ī§īī´ī īī ī¨īīī īĄī īī īī īĄīī īī īī īŠīī īĻīīīĄī§ī īĒī īīīĻīīīĄīīĢīŽīĢī ī īīī´ī īĨī ī¨ī īīŖīī ī īīīĒī§ī´ī īīīīīīŠīī´ī īī īĢī īīī ī¨ī īī ī¤ī§ī´ī§īī īī īĄīī ī´īīĻī ī¨īĒīī īī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīĻīīŠīĢī§ī´ī īīīĻīīŠī īĒī§īŠī īīīĻīīŠī§īīī īīĄī¸ī§īīī īīĄī īīīŦī īīĄīīīīīĄī īĒī§īŠī īĒīīīĒī īīĄī īĻīīīīīŠīī īī īīŋīīī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīīĄī īī īīīŠī īĒī§īŠī īī īīīīīŠīīīĒī ī¤īŖī ī ī īīīŖīīīīīīīīīīīīīīīīīīī ī īī ī¨ī īĢīīī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīīī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīīīŖīīŖīīŖī 53 ī¸īīąīī¸ī ī¸īīīī¸ī ī ī ī ī ī ī ī 54 īī ī¨ī īĢīīī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īīŦī īĒīīļīīˇī īīīŠīīŽī¤īŽīī īīīīŋīīīīīīĒī īīī īĒī īīĄī īīīīŽīĢīī¤īīĻīīīŽī¤īŽīīīī īīī§īīĒī§ī´īīī īī īī ī§ī¨ī ī¤ī īīīīĒī īīī īĒī īīĄī īīīīŽīĢīī¤īīĻīīīĻīīī īīīī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īŖī ī ī īī īīĄīīīīī ī´ī¨ī§īīīīīīĄī īīīīī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īīī īī īĢī ī¤īīī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īīīīĢīī´ī īīīĄī īŠī īīīī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īīīīĢīī´īīī īīŠī ī¤īīīī īīīī īī īīī§ī¨ī ī¤ī īī¨īĨī ī¨īĒī īŖī īī ī¨ī īĢīīąī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīšī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īīī īī ī¨ī īĢīīĩī ī īīīīŦī īĒīīļīīˇī ī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī īīīīŦī īĒīīļīīˇī īī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīīˇī ī īī§īŠī§īŗīī ī īī īīĄī īīīī ī´ī¨ī§īī īīīīĄī īī īī§ī¨ī ī¤ī ī īĨīī¨ī īĒī ī īĒīīŠīĒī īī ī īī īĢī ī¤ī ī§ī¨ī ī¤ī ī īīīīŦīīĢīīīĄīĄī īŠī ī´ī īī īĨīī¨ī īĒī ī īī īī īŽīĢī ī¤īŠī īĄī ī ī īīŠī īĒīīŠīī ī¨ī§ī´ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī¨ī īŠī īī ī īī īī īŧī ī¨ī ī īĢī īīīīŦī ī īŦī īīĄī īīī´īīĢīŽīĢī ī ī¨īīŊī īŠī ī ī´īŽīīīŠī¨īī īĢīīīīīĻīīŠī īīŠī īīīĢī ī§īĒīīīĻī īīĒī īīīī¨ī§īīĄī īīīīī īīīī īī ī§īŖī ī īī§īŠī§īŗīīī īī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī ī ī´īŽīīŽīī ī¨īī īī īĻī īĒī īīīŠī§īĻī ī ī¤īŽīĒīīĢīī īēīīĢīĢī īī īĻīŽīīīŽī´ī īĨīī¨ī īĒī īī īī§īīī īĻīīŠī´īīī ī¤ī īīī īĻīīŠī¨īīīĄīĄī ī¤ī īī ī´ī īŠī īēī īīī īī īī ī ī´īŽīīŽīī ī¨īī īĢī īīīīŦī ī īŦī īīĄī īīīĄī§īī ī´ī īī ī§īīĒī§ī´ī īĒī§īŧī§ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īŖī ī ī īī§īŠī§īŗīīŊī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīīŦī īĒīīļīąīˇī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīī¯ī ī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīīˇīīŖīīŖīīŖī ī ī ī ī ī īīŦī īĒīīļīąīˇī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī ī īīŦī īĒīīļīšīˇī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīī°ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīīī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīīˇī īī§īŠī§īŗīī ī ī īīīīīĒīīĒī ī¨īīĻīīīŽī¤īŽīīīīīŠī§īĻī īī´ī īŠīĒī§īīĒī īīī īīĻīīīī§īī§ī´īīīīīŽīīī¨īī īŖī īī§īŠī§īŗīīī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī ī īī§īŠī§īŗīīŊī īī īīĄī īīīī ī´ī¨ī§īī īīīīĄī īī īī¨īīŠīĒīīŗīī´ī ī¨īī ī´īī ī¤īĢīī īīī ī īī īĢī ī¤ī ī¨ī§īŠī īĒī ī´īīĒīīŠī īīĄī īī īŦī īīĄī īīī´īīĢī§ī īŠī´ī īī īŽīĢīī¤ī īĢīīīī īĄī ī ī īĒī ī§ī īīī¨īĒī īī¨īī īŦī īīĄī īīīŠīĨīīī īīĄī ī¨īīī īĄī īī īī§ī´īĒīī ī´īīī īīĻī§ī īī īī īī ī´īī ī¤īĢīī īī ī¨īī¨īīŽīŠī īīĄīīīīīīīī īīĄīīŦī īīĄīīīīŠī´ī īīĒī īīīīīīĄī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī īīŦī īĒīīļīīˇī īī§īŠī§īŗīī ī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī§īŠī§īŗīīī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī§īŠī§īŗīīŊī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī īī§īŠī§īŗīīī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī§īŠī§īŗīīīīŖīīŖīīŖī 55 ī¸īīšīī¸ī ī¸īīīī¸ī īī§īŠī§īŗīīī ī īīŠīŽīŗīīĢīīīĻīīŠī§ī¨ī ī¤ī ī īīī īīĒī īŠī īīĢī īīīīīīī§ī īĒīĸī ī īŖ īŧī§īīĢī ī¤īī¨ī§īīīīŠīīī īŦī īīī īī§ī¨īī īīŦī īīĄīīĻīŠīŽīŗīī¨īīŽīī īĢīīīīīīīī īīĄī īĻīīīĄīīīī īīĄī īīīĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģī īīŖ ī´īīī īīĻī§ī īīīŗīīī īī¨īī īĢīŖī ī ī ī ī ī ī ī ī īī§īŠī§īŗīīŗī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īīŦī īĒīīļīąīˇī īīī īīĄī īīīī ī´ī¨ī§īī īīīīĄī īī īī¨ī īĒī§ī īī ī´īīŠīŧī ī īĻīīŠī īīĄī´ī īĒī īī īīŠī ī¤īī ī īī īĢī ī¤ī ī¨ī īĒī§ī īī ī´īīŠīŧī ī īĻīīŠī īīĄī´ī īĒī īī īīŠī ī¤ī ī´ī īī§īĻī īĒīīīžī´īŽīĒī ī ī īĻī īīīĢī ī īĢīŽī´ī ī¨īī īĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīŠī īī īīī īĢī īīī¨ī īĒī§īī´ī īī§īĻī īĒīīīžī´īŽīĒī īī īĒī ī§īī¨ī īĒī§ī īīī´īīŠīŧī ī īĻīīŠī īīĄī´ī īĒīīī īīŠī ī¤īīĻīŠīŽīēīīī¨īīī īĻī īīīĢī īīĢīŽī´ī ī¨īīīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīīīŠī īī īīī īĢī īī īĢīīīĒī ī¨īī´ī īī§īĻī īĒīīīžī´īŽīĒī īŖī ī īī ī¨ī īĢīīīī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī īīŦī īĒīīļīīˇī ī īīŠīī ī¨ī§ī´ī īīīīīī§ī¤īī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī ī īī īĢī ī¤ī īĒīīŠīĻīīī§ī¤īīīŦī ī īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īīīīī īŠīīī¨īīĄīīī¨ī§īī¨īĒī īī¨īīŖīī ī īīŦī īĒīīļīąīˇī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīīąī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī 56 ī ī ī īī ī¨ī īĢīīī°ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīīīī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīīˇī īī§īŠī§īŗīī ī īīī īĢīī¨ī ī¨īī ī´īīĄīī īĒī īī īĻīīīī īīĄī§īī īī ī¨ī īŠī īī ī īĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī īīīĒī īīī īī īīīīĄī īī īĻīīīī īīĄī§īī īī ī¨īīŊī īŠī ī īŗīī¨īī´ī īīī īĢī īĻī īīĄī īīī ī´īīĒīīŠī¨īīīī ī īī ī¨ī§īīīīŠī īī īŦī ī īī īī§ī¨īī īī īī īī ī´īīĢīīīĄī´ī īĻī īī īĻīīī§īīŧī īīĄīīŦī īŖī ī īī§īŠī§īŗīīī ī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī ī īī§īŠī§īŗīīŊī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī ī īī§īŠī§īŗīīī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī§īŠī§īŗīīī īīīīīīŠīī ī ī´ī¨īī¨ī ī īī īĢī ī¤ī īīīīīīŠīī´ī īī īŠī§ī īīĄī īĄīīŠī ī´ī ī ī´īīĻī īī ī īĻīīĒī§īĄī ī¨ī īĻīīīīŠīīīĒī ī¤ī īŦī īīĄī īīīĒī§īīŧī§ī´ī īīīŠīī ī¨ī īŠī´ī īī ī¨ī§īŠī īĒī īĻīīŠīīīĒī ī¤ī ī§īīĒī§ī´ī īīīĢī ī´ī§ī´ī īī ī´īīĄīī īĒī īī īĻīīī īīĒī ī§ī īīī īĻīīīĄī īĨī ī¨ī īīī īīēī īĢī§ī ī¨īīī īī īī īĻīīīīīī ī īī ī´īīĄīī īĒī īī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīŖī ī ī īī ī¨ī īĢīīīšī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīīīīīī ī¨ī īĢīīīīī īī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīīīĩī īī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīīī¯īī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīīīĩīīŖīīŖīīŖī ī ī ī ī ī īī§īŠī§īŗīīŗī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī§īŠī§īŗīīĄī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī§īŠī§īŗīī¤īīŖīīŖīīŖī 57 ī¸īī¯īī¸ī ī¸īīĩīī¸ī ī ī ī ī ī ī ī ī ī ī ī ī ī īī§īŠī§īŗīī¤ī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī§īŠī§īŗīīī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī§īŠī§īŗīīŧī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīīī īīīŠī īĒī§īŠī īīīīīīĒīīŠīīīīīī ī´ī¨ī§īīī īīĒī īŠī īīĢī īīīīīīīĄī īĒī§īŠīĸīī ī īŖ īĻīīŠī¨īŦī īŠī īĒī īī ī īīīīīī¨īĒīŠī ī¨īī īī īī īĒīī´īīī¨ī īīŋīīī ī§ī¨ī ī¤ī ī īĻīīīŦīīīī ī īī īŧī ī¨ī ī īĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīīī īīīīŋīīīī§ī¨ī ī¤ī īīĻīīīŦīīīī ī īīī¨ī īŠī īī īīĨīī¨ī īĒī īī īĢī īīģīī īīŖ ī¨ī´ī īĢī īīĻīīĒī īģī īŊīŖ īĒī īĒī ī īŊī īŠī ī īī īī īŧī īīĄī´ī ī īĨī ī´īĒī§ī īĻīīīīīŠīī īī īĻīīŠīĒīīīī īīĄī īī īĒīī´īīī¨ī īŽīĢīī¤ī īĄī§īīīŠīī§īŠīī īĒī ī§īīī§īĻī īĒīīžīĨī īĢīī´īŽīĒī īģī īīŖ īĒī īĒī īīĨī ī´īĒī§īīĻīŠīŽī¨īī¨īīĻīīīīīŠīī īīīīŋīīīģīīī īī īīŖ īĻīīī īīī ī īīī īŠīī īĢīŖī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīīąī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī īī ī¨ī īĢīīīšī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īī ī¨ī īĢīīīī īīŦī īĒīīļīīˇī īīīŠīŧī ī ī¨ī īī ī ī´īīĄīī īĒī īī īĻīīīĄī§ī¨ī ī¤ī ī īī īĻī īŠīīĨīī¨ī īĒī ī ī īĢī īī ī īīĒī īŠī ī īĢī īīī īīīĢīīĻī§īĒīīĸī ī īŖ ī´īīŠīŧī īī¨ī īī īīĒīī´īīī¨īģī īīŖ ī´īīŠīŧī īī¨ī īī īīĻīīī ī¨ī īŠī īīģīīī īīžī īĒī ī§ī īŊīŖ ī´īīŠīŧī īī¨ī īī īīĻīīŠīīŽīī īĢī īīŖī ī ī ī 58 īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨ī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨ī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī īī ī¨ī īĢīīīī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī īī īīĄī īīīī ī´ī¨ī§īī īīīīĄī īī īīĻīīŠī īĒī§īŠī īī īĻīīŠī§īīī īīĄī¸ī§īīī īīĄī īīī ī īīĒī īŠī ī īĢī īīī īĻīīŠī īĒī§īŠī īī īĻīīŠī§īīī īīĄī¸ī§īīī īīĄī īī īīī īīīī īīĄī īĻīīī īī īī īīīīŽīī īĢīŖī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīąīˇī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīšīˇī ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī īīŦī īĒīīļīĩīˇī īīī īīĄīīīīī ī´ī¨ī§īīīīīīĄī īīī´īīĒīīīĒī§ī īīīĻīīŠī īĒī§īŠī īīīĻīīŠī§īīī īīĄī¸ī§īīī īīĄī īī ī īīĒī īŠī ī īĢī īīī īīīī īīĄī¸īīīī īīĄī īīŽīīŽīŠī īšī ī ī ī¤ī§īī īī°ī°īī īĒīīīĒī īīĄī īīŽīī¨īīŠīēī ī¨īīīī§īīīīŠīīī īŦī īīīĢī īīīī īŦī īĒīīīī īīīī´īŽī¨īī¨īĒīīīīŦī īŖī ī īī ī¨ī īĢīīī°ī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī ī ī ī ī īīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīīšīīīī īī ī¨ī īĢīīīĩī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īī ī¨ī īĢīīī¯ī īīŦī īĒīīļīīˇī ī ī§ī´ī§īĻīīŧīīĢī ī¨īŖī īīŦī īĒīīļīīˇīīŖīīŖīīŖī 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104