PENGARUH PENGGUNAAN MODUL SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KESAMBEN JOMBANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 Tyas Wahyu Ningsih Universitas Negeri Malang Email : [email protected] Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan prestasi belajar siswa yang tidak mendapat pembelajaran menggunakan modul sejarah, (2) mendeskripsikan prestasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan modul sejarah, (3) menganalisis pengaruh penggunaan modul sejarah dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian pre-test - post-test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kesamben. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan siswa kelas VIII C. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis bantuan komputer SPSS 18.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prestasi belajar siswa yang menggunakan modul sejarah sudah baik dengan rata –rata nilai kelas yaitu 76,1, (2) Prestasi belajar siswa yang tidak menggunakan modul sejarah cukup baik dengan rata –rata nilai kelas yaitu 70,4, (3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penggunaan modul sejarah dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS/Sejarah dengan nilai t pada equal variance assumed sebesar -2,758 < -1,674 (t hitung < t tabel) dan signifikansi 0,008 < 0,05 jadi H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa penggunaan modul sejarah dalam pembelajaran sejarah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Kata Kunci: Penggunaan modul sejarah, Prestasi Belajar Salah satu kegitan pendidikan yang berperan penting dalam pendidikan adalah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng (dalam Uno, 2008 : 2) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Itulah sebabnya dalam proses pembelajaran, siswa 1 tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran sejarah yang efektif tidak lepas dari ketersediaan sarana, media belajar serta pemilihan bahan ajar yang tepat oleh guru. Salah satu bahan ajar yang dapat dijadikan pendukung kegiatan belajar siswa ialah modul. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Sebuah modul adalah pernyataan satuan pembelajaran dengan tujuan-tujuan, pretes aktivitas belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai dari hasil pretes, dan mengevaluasi kompetensinya untuk mengukur keberhasilan belajar (Mulyasa, 2003 : 43). Selain itu, modul dapat diartikan sebagai satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara terperinci menggariskan : tujuan instruksional yang akan dicapai, topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, pokokpokok materi yang akan dipelajari, kedudukan dan fungsi modul, peranan guru dalam proses belajar mengajar, alat-alat dan sumber yang dipergunakan, kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan, lembar kerja yang diisi oleh siswa dan program evaluasi yang akan dilaksanakan (Setyosari, 1990 : 7). Penerapan pembelajaran modul dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar karena kegiatan belajar yang terdapat dalam modul telah dirancang dan direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar. 2 Penyusunan modul dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat baca siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan. Hasil belajar akan nampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan siswa. Prestasi belajar siswa merupakan hasil belajar yang diberikan oleh siswa sebagai bukti keberhasilan yang dicapai, sesuai dengan tujuan instruksional (Winkel, 1996 : 432). Selain itu, dapat membantu siswa dalam penguasaan materi dikarenakan dalam modul terdapat balikan yaitu evaluasi dan kunci jawaban sehingga siswa dapat mengetahui tingkat pengusaannya terhadap materi. Berdasarkan data hasil ulangan sejarah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kesamben memperlihatkan bahwa hampir 50% siswa kelas VIII memperoleh nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Saat guru menjelaskan di depan kelas, banyak dari siswa yang berbicara sendiri di kelas sehingga membuat materi yang diajarkan tidak tersampaikan dengan maksimal. Sumber belajar yang digunakan di sekolah ini ialah buku teks yakni BSE (Buku Sekolah Elektronik) yang disediakan sekolah dan jumlah buku yang disediakan tersebut terbatas sehingga sebagian besar siswa tidak dapat meminjam buku tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran modul diharapkan mampu untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dialami di SMP Negeri 1 Kesamben. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan modul sejarah dalam pembelajaran sejarah kompetensi dasar proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan 3 kebangsaan Indonesia berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kesamben. METODE Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2010 : 107). Terdapat kelas kontrol dan kelas eksperimen. Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah pre-test - post-test control group design. Penggunaan model ini ditandai dengan pemberian pre-test sebelum penelitian dan pemberian post-test setelah penelitian. Variabel bebas dalam penelitian eksperimen ini adalah perlakuan yang diberikan berupa implementasi modul pembelajaran sejarah. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa setelah menerima pembelajaran dengan modul. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kesamben. Sedangkan sampel yang ditetapkan adalah kelas VIII C (kelas kontrol) dan kelas VIII A (kelas eksperimen). Pengambilan sampel ini berdasarkan pada kelompok yang memiliki kemampuan yang relatif sama. Instrumen penelitian yang diberikan yaitu instrumen perlakuan dan instrumen prestasi belajar. Instrumen perlakuan berupa modul pembelajaran sejarah. Sedangkan instrumen prestasi belajar berupa tes prestasi belajar. Tes prestasi (achievement test) merupakan tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2009 : 151). Tes prestasi belajar dilakukan pada saat pre-test dan post-test. Sebelum instrumen 4 yang berbentuk tes dapat digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, derajat kesukaran dan daya pembeda. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penggunaan tes. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan bantuan program SPSS for Windows 18.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Prestasi Belajar Siswa yang tidak Mendapat Pembelajaran Menggunakan Modul Sejarah. Pembelajaran yang tidak menggunakan modul sejarah (pembelajaran konvensional) dilakukan pada kelas VIII C (kelas kontrol) dengan KD menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia. Sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu dilaksanakan pre-test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Berdasarkan hasil nilai pre-test siswa kelas kontrol diperoleh informasi bahwa kemampuan awal kelas kontrol sebelum dilaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Kontrol No Kelas Interval Klasifikasi Jumlah Prosentase 1. 0 - 20 Tidak Baik 1 3,6% 2. 21 – 40 Kurang Baik 16 57,2% 3. 41 – 60 Cukup Baik 9 32,1% 4. 61 - 80 Baik 2 7,1% 5. 81 – 100 Sangat Baik 0 0% Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat distribusi frekuensi kemampuan awal siswa kelas kontrol yang berjumlah 28 siswa yaitu (1) sebanyak 1 siswa 5 (3,6%) memiliki nilai yang sangat kurang dengan nilai 20, (2) sebanyak 16 siswa (57,2%) memiliki nilai kurang dengan rincian yaitu 1 siswa dengan nilai 25, 7 siswa dengan nilai 30, 4 siswa dengan nilai 35 dan 4 siswa dengan nilai 40, (3) sebanyak 9 siswa (32,1%) memiliki nilai cukup baik dengan rincian yaitu 5 siswa dengan nilai 45, 2 siswa dengan nilai 50, 1 siswa dengan nilai 55 dan 1 siswa dengan nilai 60 dan (4) sebanyak 2 siswa (7,1%) memiliki nilai baik dengan rincian yaitu 2 siswa dengan nilai 65. Rata- rata kemampuan awal siswa kelas kontrol ialah 40,5. Jika ditinjau dari ketuntasan KKM (70) maka tidak terdapat siswa yang memenuhi nilai KKM. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai pre-test yang kurang baik yang menunjukkan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi yang akan diajarkan masih kurang. Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah seperti yang biasanya digunakan guru dalam mengajar di kelas. Selesai pembelajaran dilaksanakan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Soal post-test terdiri dari 20 soal pilihan ganda. Berdasarkan hasil nilai post-test siswa kelas kontrol diperoleh informasi sebagai berikut : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol No Kelas Interval Klasifikasi Jumlah Prosentase 1. 0 - 20 Tidak Baik 0 0% 2. 21 – 40 Kurang Baik 0 0% 3. 41 – 60 Cukup Baik 6 21,4% 4. 61 - 80 Baik 20 71,5% 5. 81 – 100 Sangat Baik 2 7,1% Pada saat post-test dari 28 siswa terdapat 10 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70) dengan rincian 4 siswa dengan nilai 65, 5 siswa dengan nilai 6 60 dan 1 siswa dengan nilai 55. Sedangkan 19 siswa yang lain memenuhi nilai KKM (70) dengan rincian 5 siswa dengan nilai 70, 8 siswa dengan nilai 75, 3 siswa dengan nilai 80 dan 2 siswa (6,9%) memiliki dengan nilai 85. Nilai rata – rata post-test kelas VIII C (kontrol) ialah 69,8. Dari hasil post-test dapat diketahui bahwa terdapat kenaikan nilai rata –rata dari pre-test ke post-test yaitu 40,5 menjadi 70,4. Hal ini menandakan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi yang sudah diajarkan sudah baik dan mengalami peningkatan. Prestasi Belajar Siswa yang Mendapat Pembelajaran Menggunakan Modul Sejarah. Pembelajaran modul dilakukan di kelas VIII A (kelas eksperimen) pada pembelajaran sejarah dengan KD menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia. Sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu dilaksanakan pre-test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Berdasarkan hasil nilai pre-test siswa kelas eksperimen diperoleh informasi bahwa kemampuan awal kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan pembelajaran modul adalah sebagai berikut : Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Eksperimen No Kelas Interval Klasifikasi Jumlah Prosentase 1. 0 - 20 Tidak Baik 6 21,4% 2. 21 – 40 Kurang Baik 18 64,3% 3. 41 – 60 Cukup Baik 3 10,7% 4. 61 - 80 Baik 1 3,6% 5. 81 – 100 Sangat Baik 0 0% Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat distribusi frekuensi kemampuan awal siswa kelas eksperimen yang berjumlah 28 siswa yaitu (1) sebanyak 6 siswa 7 (21,4%) memiliki nilai yang sangat kurang dengan rincian yaitu 2 siswa dengan nilai 5, 3 siswa dengan nilai 10 dan 1 siswa dengan nilai 15, (2) sebanyak 18 siswa (64,3%) memiliki nilai kurang dengan rincian yaitu 2 siswa dengan nilai 25, 5 siswa dengan nilai 30, 4 siswa dengan nilai 35 dan 7 siswa dengan nilai 40, (3) sebanyak 3 siswa (10,7%) memiliki nilai cukup baik dengan rincian yaitu 1 siswa dengan nilai 45, 1 siswa dengan nilai 50 dan 1 siswa dengan nilai 55 dan (4) sebanyak 1 siswa (3,6%) yang memiliki nilai baik dengan nilai 70. Rata- rata kemampuan awal siswa kelas eksperimen ialah 35,1. Jika ditinjau dari ketuntasan KKM (70) maka tidak terdapat siswa yang memenuhi nilai KKM. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai pre-test yang kurang baik yang menunjukkan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi yang akan diajarkan masih kurang. Pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran modul. Pada awal pembelajaran modul sebagian besar siswa masih bingung bagaimana cara penggunaan modul sehingga guru menjelaskan sebanyak 2 kali tentang petunjuk penggunaan modul kepada siswa. Selama kegiatan belajar berlangsung siswa fokus membaca dan mengerjakan modul meskipun ada beberapa siswa yang ramai sendiri dan sesekali mengajak bicara teman sebangkunya. Pada penilaian modul pertama dari 28 siswa terdapat 10 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70) dan 18 siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70). Penilaian modul dilakukan oleh siswa sendiri dengan mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban yang diberikan oleh guru dan menilainya sendiri sehingga siswa dapat belajar jujur dan bertanggung jawab dalam menilai sendiri hasil pekerjaannya. 8 Pada pembelajaran selanjutnya, siswa yang sudah memenuhi nilai diatas KKM dapat melanjutkan mengerjakan modul selanjutnya sedangkan siswa yang belum mencapai nilai KKM diperkenankan untuk melanjutkan mengerjakan modul sebelumnya dengan arahan dan bantuan dari guru jika ada yang tidak dimengerti. Pada penilaian modul kedua dari 28 siswa terdapat 25 siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70) dan hanya terdapat 3 orang siswa yang memiliki nilai dibawah KKM (70). Siswa yang memiliki nilai dibawah KKM (70) diberi waktu untuk mengulang lagi modul kedua. Setelah semua indikator tercapai dalam pembelajaran post-test pun dilakukan. Soal post-test sebanyak 20 soal pilihan ganda. Berdasarkan hasil nilai post-test siswa kelas eksperimen diperoleh informasi bahwa adalah kemampuan siswa kelas eksperimen setelah dilaksanakan pembelajaran modul adalah sebagai berikut : Tabel 4 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa kelas eksperimen No Kelas Interval Klasifikasi Jumlah Prosentase 1. 0 - 20 Tidak Baik 0 0% 2. 21 – 40 Kurang Baik 0 0% 3. 41 – 60 Cukup Baik 3 10,7% 4. 61 - 80 Baik 17 60,7% 5. 81 – 100 Sangat Baik 8 28,6% Pada saat post-test dari 28 siswa hanya terdapat 5 siswa yang tidak memenuhi nilai KKM (70) dengan rincian 3 siswa dengan nilai 60 dan 2 siswa dengan nilai 65. Sedangkan 23 siswa yang lain memenuhi nilai KKM (70) dengan rincian 3 siswa dengan nilai 70, 6 siswa dengan nilai 75, 6 siswa dengan nilai 80, 5 siswa dengan nilai 85, 2 siswa dengan nilai 90 dan 1 siswa dengan nilai 95. Nilai rata –rata post-test kelas VIII A (eksperimen) ialah 76,1. Dari hasil post-test 9 dapat diketahui bahwa terdapat kenaikan nilai rata –rata dari pre-test ke post-test yaitu 35,1 menjadi 76,1. Hal ini menandakan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi yang sudah diajarkan sudah baik dan mengalami peningkatan. Pengaruh Penggunaan Modul Sejarah dalam Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kesamben pada kelas VIII mata pelajaran sejarah dengan kompetensi dasar menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia terdapat perbedaan prestasi belajar antara antara siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan modul sejarah dengan siswa yang mendapat pembelajaran tidak menggunakan modul sejarah. Pembelajaran modul dilaksanakan di kelas VIII A (kelas eksperimen) sedangkan pembelajaran konvensional dilaksanakan di kelas VIII C (kelas kontrol). Kelas VIII A (kelas eksperimen) dan kelas VIII C (kelas kontrol) sebelum menerima pembelajaran dilakukan pre-test dan diketahui bahwa kemampuan awal siswa tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat dari nilai pre-test masing- masing kelas yang memiliki rata- rata nilai pre-test yang tidak berbeda jauh yaitu kelas VIII A (kelas eksperimen) dengan rata- rata nilai kelas 35,1 dan kelas VIII C (kelas kontrol) dengan rata- rata nilai kelas 40,5. Setelah dilakukan pembelajaran pada masing- masing kelas dengan menerapkan metode pembelajaran yang berbeda yaitu kelas VIII A (kelas eksperimen) menggunakan pembelajaran modul dan kelas VIII C (kelas kontrol) menggunakan pembelajaran ceramah, didapatkan hasil belajar siswa yang berbeda. Pada kelas VIII A (kelas eksperimen) dari 28 siswa terdapat 5 siswa yang memiliki nilai dibawah KKM (70) dan kelas VIII C ( 10 kelas kontrol) dari 29 siswa terdapat terdapat 10 siswa yang memiliki nilai dibawah KKM (70). Rata –rata nilai kelas VIII A ialah 76,1 sedangkan rata –rata nilai kelas VIII C ialah 70,4. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar kelas VIII A (kelas eksperimen) lebih baik daripada kelas VIII C (kelas kontrol) meskipun kedua kelas mengalami kenaikan prestasi belajar. Prestasi belajar siswa yang belajar menggunakan modul lebih besar daripada dengan siswa yang tidak menggunakan modul. Hal ini karena pembelajaran modul memiliki beberapa kelebihan seperti yang disebutkan oleh Setyosari (1990: 3) yaitu motivasi siswa dapat ditingkatkan karena siswa selalu terdorong menyelesaikan modul tepat pada waktunya, hasil pekerjaan siswa secepatnya dapat diketahui oleh siswa karena setelah menyelesaikan sebuah modul siswa bisa langsung mencocokkan hasil pekerjaannya, hasil kerja yang dicapai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sendiri dan efisiensi dan efektifitas tercapai, apalagi kalau penyusunan modul memperhatikan hirarkis pengetahuan sehingga pembelajaran modul akan lebih berdayaguna karena pengetahuan yang diperoleh siswa terangkum secara sistematik. Ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen diuji dengan menggunakan Uji t. Tabel 5 Hasil Uji Hipotesis Group Statistics Std. Error Kelas pre-test N Mean Std. Deviation Mean Kontrol 28 41.9643 17.28515 3.26659 Eksperimen 28 33.7500 16.13743 3.04969 28 70.3571 8.04255 1.51990 28 76.7857 9.35061 1.76710 post-test Kontrol Eksperimen 11 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Mean Sig. (2- F pre- Equal variances test assumed Sig. .174 Equal variances not assumed post- Equal variances test .580 t .678 1.838 df tailed) Std. Error Differenc Differenc e e Interval of the Difference Lower Upper 54 .072 8.21429 4.46891 -.74535 17.17392 1.838 53.747 .072 8.21429 4.46891 -.74631 17.17488 .450 -2.758 54 .008 -6.42857 2.33082 -11.10159 -1.75556 -2.758 52.818 .008 -6.42857 2.33082 -11.10398 -1.75316 assumed Equal variances not assumed Ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen diuji dengan menggunakan Uji t. Melalui analisis uji t (dilihat pada kolom post-test) diperoleh t hitung = -2,758. Dengan mengambil taraf signifikan sebesar 0,05 maka nilai t tabel atau t0.05,54 = -1,674. Karena nilai t hitung < t tabel (-2,758 < -1,674) dan signifikansi 0,008 < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya bahwa terdapat pengaruh penggunaan modul sejarah terhadap prestasi belajar. Signifikan dalam hal ini bukan berarti banyak atau besarnya pengaruh yang dihasilkan pembelajaran menggunakan modul terhadap prestasi belajar siswa, melainkan menunjukkan suatu keterpercayaan atau keakuratan bahwa penggunaan modul pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan modul sejarah mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS/Sejarah di SMP Negeri 1 Kesamben. 12 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa (1) prestasi belajar siswa yang tidak mendapat pembelajaran menggunakan modul yaitu kelas VIII C (kelas kontrol) memperoleh rata –rata nilai kelas yaitu 69,8. Dari 28 siswa terdapat 35,7 % siswa yang tidak memenuhi nilai KKM (70) sedangkan 64,3 % siswa memenuhi nilai KKM (70). Hal ini menandakan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi yang sudah diajarkan sudah baik dan mengalami peningkatan, (2) prestasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan modul yaitu kelas VIII A (kelas eksperimen) memperoleh rata –rata nilai kelas yaitu 76,1. Dari 28 siswa terdapat 17,9 % siswa yang tidak memenuhi nilai KKM (70) sedangkan 82,1 % siswa memenuhi nilai KKM (70). Hal ini menandakan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi yang sudah diajarkan sudah baik dan mengalami peningkatan dan (3) terdapat pengaruh penggunaan modul sejarah dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa yang dibuktikan dengan analisis Uji t diperoleh t hitung = -2,758. Dengan mengambil taraf signifikan sebesar 0,05 maka nilai t tabel atau t0.05,54 = -1,674. Karena nilai t hitung < t tabel (-2,758 < -1,674) dan signifikansi 0,008 < 0,05 maka Ho ditolak. Saran Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang diberikan oleh penulis yaitu (1) bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dapat menjadi pertimbangan untuk memperbaiki sistem pembelajaran dan 13 fasilitas sekolah, sehingga terjadi perbaikan pada kualitas pembelajaran yang aktif dan efektif, (2) bagi Guru, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul dapat meningkatkan prestasi belajar siswa maka guru hendaknya mampu mengembangkan berbagai model pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan kesesuaian dengan materi pelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien serta diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan (2) bagi Peneliti Lanjutan, penelitian selanjutnya yang akan mengadakan penelitian sejenis disarankan untuk memperluas penilaian prestasi belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotorik, mengukur motivasi belajar siswa serta mengembangkan modul pembelajaran secara lebih kreatif dan lengkap agar dihasilkan modul yang lebih menarik. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Setyosari, P & Effendi, M. 1990. Pengajaran Modul. Malang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Uno, H. B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia. 14