1 pengaruh penggunaan modul sejarah terhadap prestasi belajar

advertisement
PENGARUH PENGGUNAAN MODUL SEJARAH TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1
KESAMBEN JOMBANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN
2011/2012
Tyas Wahyu Ningsih
Universitas Negeri Malang
Email : [email protected]
Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan prestasi
belajar siswa yang tidak mendapat pembelajaran menggunakan modul
sejarah, (2) mendeskripsikan prestasi belajar siswa yang mendapat
pembelajaran menggunakan modul sejarah, (3) menganalisis pengaruh
penggunaan modul sejarah dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar
siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan
desain penelitian pre-test - post-test control group design. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kesamben.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan
siswa kelas VIII C. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif, uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Data yang telah
terkumpul diolah dan dianalisis bantuan komputer SPSS 18.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prestasi belajar siswa yang
menggunakan modul sejarah sudah baik dengan rata –rata nilai kelas yaitu
76,1, (2) Prestasi belajar siswa yang tidak menggunakan modul sejarah
cukup baik dengan rata –rata nilai kelas yaitu 70,4, (3) Terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara penggunaan modul sejarah dalam
pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS/Sejarah
dengan nilai t pada equal variance assumed sebesar -2,758 < -1,674 (t
hitung < t tabel) dan signifikansi 0,008 < 0,05 jadi H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti bahwa penggunaan modul sejarah dalam
pembelajaran sejarah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa.
Kata Kunci: Penggunaan modul sejarah, Prestasi Belajar
Salah satu kegitan pendidikan yang berperan penting dalam pendidikan
adalah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng
(dalam Uno, 2008 : 2) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran
memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada
“apa yang dipelajari siswa”. Itulah sebabnya dalam proses pembelajaran, siswa
1
tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Pembelajaran sejarah yang efektif tidak lepas dari ketersediaan sarana,
media belajar serta pemilihan bahan ajar yang tepat oleh guru. Salah satu bahan
ajar yang dapat dijadikan pendukung kegiatan belajar siswa ialah modul. Modul
adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang
disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta
didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Sebuah modul
adalah pernyataan satuan pembelajaran dengan tujuan-tujuan, pretes aktivitas
belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh kompetensi-kompetensi
yang belum dikuasai dari hasil pretes, dan mengevaluasi kompetensinya untuk
mengukur keberhasilan belajar (Mulyasa, 2003 : 43).
Selain itu, modul dapat diartikan sebagai satu unit program belajar
mengajar terkecil yang secara terperinci menggariskan : tujuan instruksional yang
akan dicapai, topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, pokokpokok materi yang akan dipelajari, kedudukan dan fungsi modul, peranan guru
dalam proses belajar mengajar, alat-alat dan sumber yang dipergunakan, kegiatan
belajar yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan, lembar kerja yang diisi
oleh siswa dan program evaluasi yang akan dilaksanakan (Setyosari, 1990 : 7).
Penerapan pembelajaran modul dapat meningkatkan kemandirian siswa
dalam belajar karena kegiatan belajar yang terdapat dalam modul telah dirancang
dan direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar.
2
Penyusunan modul dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa
sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat baca siswa dan dapat
meningkatkan prestasi belajar. Prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang telah
dicapai dari yang telah dilakukan. Hasil belajar akan nampak dalam prestasi
belajar yang dihasilkan siswa. Prestasi belajar siswa merupakan hasil belajar yang
diberikan oleh siswa sebagai bukti keberhasilan yang dicapai, sesuai dengan
tujuan instruksional (Winkel, 1996 : 432). Selain itu, dapat membantu siswa
dalam penguasaan materi dikarenakan dalam modul terdapat balikan yaitu
evaluasi dan kunci jawaban sehingga siswa dapat mengetahui tingkat
pengusaannya terhadap materi.
Berdasarkan data hasil ulangan sejarah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Kesamben memperlihatkan bahwa hampir 50% siswa kelas VIII memperoleh nilai
di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu
70. Saat guru menjelaskan di depan kelas, banyak dari siswa yang berbicara
sendiri di kelas sehingga membuat materi yang diajarkan tidak tersampaikan
dengan maksimal. Sumber belajar yang digunakan di sekolah ini ialah buku teks
yakni BSE (Buku Sekolah Elektronik) yang disediakan sekolah dan jumlah buku
yang disediakan tersebut terbatas sehingga sebagian besar siswa tidak dapat
meminjam buku tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran modul diharapkan
mampu untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dialami di SMP Negeri 1
Kesamben.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan
modul sejarah dalam pembelajaran sejarah kompetensi dasar proses terbentuknya
kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan
3
kebangsaan Indonesia berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
kelas VIII di SMP Negeri 1 Kesamben.
METODE
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
(Sugiyono, 2010 : 107). Terdapat kelas kontrol dan kelas eksperimen. Desain
penelitian eksperimen yang digunakan adalah pre-test - post-test control group
design. Penggunaan model ini ditandai dengan pemberian pre-test sebelum
penelitian dan pemberian post-test setelah penelitian. Variabel bebas dalam
penelitian eksperimen ini adalah perlakuan yang diberikan berupa implementasi
modul pembelajaran sejarah. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar
siswa setelah menerima pembelajaran dengan modul. Populasi yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kesamben.
Sedangkan sampel yang ditetapkan adalah kelas VIII C (kelas kontrol) dan kelas
VIII A (kelas eksperimen). Pengambilan sampel ini berdasarkan pada kelompok
yang memiliki kemampuan yang relatif sama.
Instrumen penelitian yang diberikan yaitu instrumen perlakuan dan
instrumen prestasi belajar. Instrumen perlakuan berupa modul pembelajaran
sejarah. Sedangkan instrumen prestasi belajar berupa tes prestasi belajar. Tes
prestasi (achievement test) merupakan tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2009 : 151). Tes
prestasi belajar dilakukan pada saat pre-test dan post-test. Sebelum instrumen
4
yang berbentuk tes dapat digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian
validitas, reliabilitas, derajat kesukaran dan daya pembeda.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penggunaan tes.
Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan bantuan program
SPSS for Windows 18.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prestasi Belajar Siswa yang tidak Mendapat Pembelajaran Menggunakan
Modul Sejarah.
Pembelajaran yang tidak menggunakan modul sejarah (pembelajaran
konvensional) dilakukan pada kelas VIII C (kelas kontrol) dengan KD
menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan
perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia. Sebelum memulai pembelajaran
terlebih dahulu dilaksanakan pre-test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
mengenai materi yang akan diajarkan. Berdasarkan hasil nilai pre-test siswa kelas
kontrol diperoleh informasi bahwa kemampuan awal kelas kontrol sebelum
dilaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Kontrol
No
Kelas Interval
Klasifikasi
Jumlah
Prosentase
1.
0 - 20
Tidak Baik
1
3,6%
2.
21 – 40
Kurang Baik
16
57,2%
3.
41 – 60
Cukup Baik
9
32,1%
4.
61 - 80
Baik
2
7,1%
5.
81 – 100
Sangat Baik
0
0%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat distribusi frekuensi kemampuan
awal siswa kelas kontrol yang berjumlah 28 siswa yaitu (1) sebanyak 1 siswa
5
(3,6%) memiliki nilai yang sangat kurang dengan nilai 20, (2) sebanyak 16 siswa
(57,2%) memiliki nilai kurang dengan rincian yaitu 1 siswa dengan nilai 25, 7
siswa dengan nilai 30, 4 siswa dengan nilai 35 dan 4 siswa dengan nilai 40, (3)
sebanyak 9 siswa (32,1%) memiliki nilai cukup baik dengan rincian yaitu 5 siswa
dengan nilai 45, 2 siswa dengan nilai 50, 1 siswa dengan nilai 55 dan 1 siswa
dengan nilai 60 dan (4) sebanyak 2 siswa (7,1%) memiliki nilai baik dengan
rincian yaitu 2 siswa dengan nilai 65. Rata- rata kemampuan awal siswa kelas
kontrol ialah 40,5. Jika ditinjau dari ketuntasan KKM (70) maka tidak terdapat
siswa yang memenuhi nilai KKM. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar
siswa memiliki nilai pre-test yang kurang baik yang menunjukkan bahwa
pengetahuan siswa mengenai materi yang akan diajarkan masih kurang.
Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah seperti yang biasanya
digunakan guru dalam mengajar di kelas. Selesai pembelajaran dilaksanakan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Soal post-test terdiri dari 20 soal pilihan
ganda. Berdasarkan hasil nilai post-test siswa kelas kontrol diperoleh informasi
sebagai berikut :
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol
No
Kelas Interval
Klasifikasi
Jumlah
Prosentase
1.
0 - 20
Tidak Baik
0
0%
2.
21 – 40
Kurang Baik
0
0%
3.
41 – 60
Cukup Baik
6
21,4%
4.
61 - 80
Baik
20
71,5%
5.
81 – 100
Sangat Baik
2
7,1%
Pada saat post-test dari 28 siswa terdapat 10 siswa yang mendapat nilai
dibawah KKM (70) dengan rincian 4 siswa dengan nilai 65, 5 siswa dengan nilai
6
60 dan 1 siswa dengan nilai 55. Sedangkan 19 siswa yang lain memenuhi nilai
KKM (70) dengan rincian 5 siswa dengan nilai 70, 8 siswa dengan nilai 75, 3
siswa dengan nilai 80 dan 2 siswa (6,9%) memiliki dengan nilai 85. Nilai rata –
rata post-test kelas VIII C (kontrol) ialah 69,8. Dari hasil post-test dapat diketahui
bahwa terdapat kenaikan nilai rata –rata dari pre-test ke post-test yaitu 40,5
menjadi 70,4. Hal ini menandakan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi
yang sudah diajarkan sudah baik dan mengalami peningkatan.
Prestasi Belajar Siswa yang Mendapat Pembelajaran Menggunakan Modul
Sejarah.
Pembelajaran modul dilakukan di kelas VIII A (kelas eksperimen) pada
pembelajaran sejarah dengan KD menguraikan proses terbentuknya kesadaran
nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan
Indonesia. Sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu dilaksanakan pre-test
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan.
Berdasarkan hasil nilai pre-test siswa kelas eksperimen diperoleh informasi bahwa
kemampuan awal kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan pembelajaran
modul adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Eksperimen
No
Kelas Interval
Klasifikasi
Jumlah
Prosentase
1.
0 - 20
Tidak Baik
6
21,4%
2.
21 – 40
Kurang Baik
18
64,3%
3.
41 – 60
Cukup Baik
3
10,7%
4.
61 - 80
Baik
1
3,6%
5.
81 – 100
Sangat Baik
0
0%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat distribusi frekuensi kemampuan
awal siswa kelas eksperimen yang berjumlah 28 siswa yaitu (1) sebanyak 6 siswa
7
(21,4%) memiliki nilai yang sangat kurang dengan rincian yaitu 2 siswa dengan
nilai 5, 3 siswa dengan nilai 10 dan 1 siswa dengan nilai 15, (2) sebanyak 18
siswa (64,3%) memiliki nilai kurang dengan rincian yaitu 2 siswa dengan nilai
25, 5 siswa dengan nilai 30, 4 siswa dengan nilai 35 dan 7 siswa dengan nilai 40,
(3) sebanyak 3 siswa (10,7%) memiliki nilai cukup baik dengan rincian yaitu 1
siswa dengan nilai 45, 1 siswa dengan nilai 50 dan 1 siswa dengan nilai 55 dan (4)
sebanyak 1 siswa (3,6%) yang memiliki nilai baik dengan nilai 70. Rata- rata
kemampuan awal siswa kelas eksperimen ialah 35,1. Jika ditinjau dari ketuntasan
KKM (70) maka tidak terdapat siswa yang memenuhi nilai KKM. Jadi dapat
dikatakan bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai pre-test yang kurang baik
yang menunjukkan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi yang akan
diajarkan masih kurang.
Pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran modul. Pada awal
pembelajaran modul sebagian besar siswa masih bingung bagaimana cara
penggunaan modul sehingga guru menjelaskan sebanyak 2 kali tentang petunjuk
penggunaan modul kepada siswa. Selama kegiatan belajar berlangsung siswa
fokus membaca dan mengerjakan modul meskipun ada beberapa siswa yang ramai
sendiri dan sesekali mengajak bicara teman sebangkunya. Pada penilaian modul
pertama dari 28 siswa terdapat 10 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70)
dan 18 siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70). Penilaian modul dilakukan
oleh siswa sendiri dengan mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban yang
diberikan oleh guru dan menilainya sendiri sehingga siswa dapat belajar jujur dan
bertanggung jawab dalam menilai sendiri hasil pekerjaannya.
8
Pada pembelajaran selanjutnya, siswa yang sudah memenuhi nilai diatas
KKM dapat melanjutkan mengerjakan modul selanjutnya sedangkan siswa yang
belum mencapai nilai KKM diperkenankan untuk melanjutkan mengerjakan
modul sebelumnya dengan arahan dan bantuan dari guru jika ada yang tidak
dimengerti. Pada penilaian modul kedua dari 28 siswa terdapat 25 siswa yang
mendapat nilai diatas KKM (70) dan hanya terdapat 3 orang siswa yang memiliki
nilai dibawah KKM (70). Siswa yang memiliki nilai dibawah KKM (70) diberi
waktu untuk mengulang lagi modul kedua. Setelah semua indikator tercapai dalam
pembelajaran post-test pun dilakukan. Soal post-test sebanyak 20 soal pilihan
ganda. Berdasarkan hasil nilai post-test siswa kelas eksperimen diperoleh
informasi bahwa adalah kemampuan siswa kelas eksperimen setelah dilaksanakan
pembelajaran modul adalah sebagai berikut :
Tabel 4 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa kelas eksperimen
No
Kelas Interval
Klasifikasi
Jumlah
Prosentase
1.
0 - 20
Tidak Baik
0
0%
2.
21 – 40
Kurang Baik
0
0%
3.
41 – 60
Cukup Baik
3
10,7%
4.
61 - 80
Baik
17
60,7%
5.
81 – 100
Sangat Baik
8
28,6%
Pada saat post-test dari 28 siswa hanya terdapat 5 siswa yang tidak
memenuhi nilai KKM (70) dengan rincian 3 siswa dengan nilai 60 dan 2 siswa
dengan nilai 65. Sedangkan 23 siswa yang lain memenuhi nilai KKM (70) dengan
rincian 3 siswa dengan nilai 70, 6 siswa dengan nilai 75, 6 siswa dengan nilai 80,
5 siswa dengan nilai 85, 2 siswa dengan nilai 90 dan 1 siswa dengan nilai 95.
Nilai rata –rata post-test kelas VIII A (eksperimen) ialah 76,1. Dari hasil post-test
9
dapat diketahui bahwa terdapat kenaikan nilai rata –rata dari pre-test ke post-test
yaitu 35,1 menjadi 76,1. Hal ini menandakan bahwa pengetahuan siswa mengenai
materi yang sudah diajarkan sudah baik dan mengalami peningkatan.
Pengaruh Penggunaan Modul Sejarah dalam Pembelajaran terhadap
Prestasi Belajar Siswa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kesamben pada
kelas VIII mata pelajaran sejarah dengan kompetensi dasar menguraikan proses
terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan
pergerakan kebangsaan Indonesia terdapat perbedaan prestasi belajar antara antara
siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan modul sejarah dengan siswa
yang mendapat pembelajaran tidak menggunakan modul sejarah. Pembelajaran
modul dilaksanakan di kelas VIII A (kelas eksperimen) sedangkan pembelajaran
konvensional dilaksanakan di kelas VIII C (kelas kontrol).
Kelas VIII A (kelas eksperimen) dan kelas VIII C (kelas kontrol) sebelum
menerima pembelajaran dilakukan pre-test dan diketahui bahwa kemampuan awal
siswa tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat dari nilai pre-test masing- masing
kelas yang memiliki rata- rata nilai pre-test yang tidak berbeda jauh yaitu kelas
VIII A (kelas eksperimen) dengan rata- rata nilai kelas 35,1 dan kelas VIII C
(kelas kontrol) dengan rata- rata nilai kelas 40,5. Setelah dilakukan pembelajaran
pada masing- masing kelas dengan menerapkan metode pembelajaran yang
berbeda yaitu kelas VIII A (kelas eksperimen) menggunakan pembelajaran modul
dan kelas VIII C (kelas kontrol) menggunakan pembelajaran ceramah, didapatkan
hasil belajar siswa yang berbeda. Pada kelas VIII A (kelas eksperimen) dari 28
siswa terdapat 5 siswa yang memiliki nilai dibawah KKM (70) dan kelas VIII C (
10
kelas kontrol) dari 29 siswa terdapat terdapat 10 siswa yang memiliki nilai
dibawah KKM (70). Rata –rata nilai kelas VIII A ialah 76,1 sedangkan rata –rata
nilai kelas VIII C ialah 70,4. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi belajar kelas VIII A (kelas eksperimen) lebih baik daripada kelas VIII C
(kelas kontrol) meskipun kedua kelas mengalami kenaikan prestasi belajar.
Prestasi belajar siswa yang belajar menggunakan modul lebih besar
daripada dengan siswa yang tidak menggunakan modul. Hal ini karena
pembelajaran modul memiliki beberapa kelebihan seperti yang disebutkan oleh
Setyosari (1990: 3) yaitu motivasi siswa dapat ditingkatkan karena siswa selalu
terdorong menyelesaikan modul tepat pada waktunya, hasil pekerjaan siswa
secepatnya dapat diketahui oleh siswa karena setelah menyelesaikan sebuah
modul siswa bisa langsung mencocokkan hasil pekerjaannya, hasil kerja yang
dicapai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sendiri dan efisiensi dan
efektifitas tercapai, apalagi kalau penyusunan modul memperhatikan hirarkis
pengetahuan sehingga pembelajaran modul akan lebih berdayaguna karena
pengetahuan yang diperoleh siswa terangkum secara sistematik.
Ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen diuji dengan menggunakan Uji t.
Tabel 5 Hasil Uji Hipotesis
Group Statistics
Std. Error
Kelas
pre-test
N
Mean
Std. Deviation
Mean
Kontrol
28
41.9643
17.28515
3.26659
Eksperimen
28
33.7500
16.13743
3.04969
28
70.3571
8.04255
1.51990
28
76.7857
9.35061
1.76710
post-test Kontrol
Eksperimen
11
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean
Sig. (2-
F
pre-
Equal variances
test
assumed
Sig.
.174
Equal variances
not assumed
post- Equal variances
test
.580
t
.678 1.838
df
tailed)
Std. Error
Differenc Differenc
e
e
Interval of the
Difference
Lower
Upper
54
.072
8.21429
4.46891
-.74535 17.17392
1.838 53.747
.072
8.21429
4.46891
-.74631 17.17488
.450 -2.758
54
.008 -6.42857
2.33082 -11.10159 -1.75556
-2.758 52.818
.008 -6.42857
2.33082 -11.10398 -1.75316
assumed
Equal variances
not assumed
Ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen diuji dengan menggunakan Uji t. Melalui analisis uji t (dilihat pada
kolom post-test) diperoleh t hitung = -2,758. Dengan mengambil taraf signifikan
sebesar 0,05 maka nilai t tabel atau t0.05,54 = -1,674. Karena nilai t hitung < t tabel
(-2,758 < -1,674) dan signifikansi 0,008 < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya bahwa
terdapat pengaruh penggunaan modul sejarah terhadap prestasi belajar. Signifikan
dalam hal ini bukan berarti banyak atau besarnya pengaruh yang dihasilkan
pembelajaran menggunakan modul terhadap prestasi belajar siswa, melainkan
menunjukkan suatu keterpercayaan atau keakuratan bahwa penggunaan modul
pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran menggunakan modul sejarah mempunyai pengaruh terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS/Sejarah di SMP Negeri 1
Kesamben.
12
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa (1) prestasi belajar siswa yang tidak mendapat pembelajaran
menggunakan modul yaitu kelas VIII C (kelas kontrol) memperoleh rata –rata
nilai kelas yaitu 69,8. Dari 28 siswa terdapat 35,7 % siswa yang tidak memenuhi
nilai KKM (70) sedangkan 64,3 % siswa memenuhi nilai KKM (70). Hal ini
menandakan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi yang sudah diajarkan
sudah baik dan mengalami peningkatan, (2) prestasi belajar siswa yang mendapat
pembelajaran menggunakan modul yaitu kelas VIII A (kelas eksperimen)
memperoleh rata –rata nilai kelas yaitu 76,1. Dari 28 siswa terdapat 17,9 % siswa
yang tidak memenuhi nilai KKM (70) sedangkan 82,1 % siswa memenuhi nilai
KKM (70). Hal ini menandakan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi yang
sudah diajarkan sudah baik dan mengalami peningkatan dan (3) terdapat pengaruh
penggunaan modul sejarah dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa
yang dibuktikan dengan analisis Uji t diperoleh t hitung = -2,758. Dengan
mengambil taraf signifikan sebesar 0,05 maka nilai t tabel atau t0.05,54 = -1,674.
Karena nilai t hitung < t tabel (-2,758 < -1,674) dan signifikansi 0,008 < 0,05
maka Ho ditolak.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang diberikan oleh
penulis yaitu (1) bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan modul dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dapat menjadi pertimbangan untuk memperbaiki sistem pembelajaran dan
13
fasilitas sekolah, sehingga terjadi perbaikan pada kualitas pembelajaran yang aktif
dan efektif, (2) bagi Guru, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan modul dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa maka guru hendaknya mampu mengembangkan berbagai model
pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan kesesuaian dengan materi
pelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan
efisien serta diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan (2) bagi
Peneliti Lanjutan, penelitian selanjutnya yang akan mengadakan penelitian sejenis
disarankan untuk memperluas penilaian prestasi belajar siswa pada ranah afektif
dan psikomotorik, mengukur motivasi belajar siswa serta mengembangkan modul
pembelajaran secara lebih kreatif dan lengkap agar dihasilkan modul yang lebih
menarik.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Setyosari, P & Effendi, M. 1990. Pengajaran Modul. Malang : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Malang.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Uno, H. B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.
14
Download